Upload
lykhue
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EVALUASI PENARIKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SISTEM
DRIVE THRU (CEPAT) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
DI SAMSAT KOTA SURAKARTA
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
HENDIYAN TYASTOMO
NIM F3407104
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
ABSTRACT
EVALUASI PENARIKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SISTEM
DRIVE THRU (CEPAT) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
DI SAMSAT KOTA SURAKARTA
HENDIYAN TYASTOMO
NIM F3407104
Tax is a source of country income that use to development finance. One
kinds of the tax is Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). PKB is tax province that use
to pay province expending and public prosperity. One kinds of a collection PKB is
SAMSAT Drive Thru. The purpose of this research is to evaluate the withdraw
system of PKB used Drive Thru (Cepat) system and that contribute to PKB
income in SAMSAT Surakarta.
This research was taken with observation and documentation method. The
meaning of observation is by doing monitoring directly to the object that
researched. The meaning of Documentation is collect report data from SAMSAT
Surakarta.
According to the research, the PKB Drive Thru (Cepat) system appllied
well and match according to SAMSAT`s Standart Operational Prosedur. People
only need about 10 (ten) minutes to paying PKB yearly. SAMSAT Drive Thru
(Cepat) incomes give a good contribute to SAMSAT Surakarta incomes.
SAMSAT Drive Thru (Cepat) incomes give a good signal of the reaches that
operated in 3 (three) months.
Author gives suggestion to SAMSAT Surakarta to increase the service.
SAMSAT Drive Thru (Cepat) system can be widened because that system will
give positive effect for Central Java especially Surakarta.
Keywords: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Petugas, Wajib Pajak, SAMSAT
Drive Thru (Cepat).
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir dengan judul :
EVALUASI PENARIKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SISTEM
DRIVE THRU (CEPAT) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI SAMSAT KOTA
SURAKARTA
Ditulis oleh,
Nama : Hendiyan Tyastomo
NIM : F3407104
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat
Ahli Madya Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi UNS.
Surakarta, 27 Juli 2010
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
Ahmad Ridwan, SE, Ak.
NRP. 34 07 00001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul:
EVALUASI PENARIKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SISTEM
DRIVE THRU (CEPAT) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI SAMSAT KOTA
SURAKARTA
Telah disahkan oleh Tim Penguji Tugas Akhir
Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 31 Juli 2010
Titik Setyaningsih, SE __________________
NRP. 34 08 00001 Penguji
Ahmad Ridwan, SE, Ak. __________________
NRP. 34 07 00001 Pembimbing
v
MOTTO
Nasib seseorang tidak akan berubah bila orang tersebut tidak ingin
untuk merubah nasibya sendiri.
Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu
kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin
kamu lakukan.
Masa depan itu dibeli oleh masa sekarang.
Sedikit berbicara lebih baik daripada banyak berbicara, akan lebih baik
lagi jika hanya membicarakan hal yang baik-baik saja.
Anggaplah segala permasalahan sebagai pelajaran dan pujian sebagai
peringatan untuk mawas diri.
Gagasan atau ide adalah bibit, mewujudkannya membutuhkan
keringat.
Tiada hidup tanpa kegagalan, kesalahan dan kejatuhan.
Sukses tidak diukur dari hasil yang didapat, tapi dari keberhasilan
mengatasi kesulitan-kesulitan yang diperoleh saat menuju hasil yang
didapat.
Hidup ini sesungguhnya mudah dan sederhana jika tidak banyak
tuntutan. Karena hidup ini penuh dengan kebahagiaan jika tidak
dikuasai oleh ambisi, emosi dan ilusi.
vi
PERSEMBAHAN
Tulisan sederhana ini penulis persembahkan untuk:
Allah SWT
Ayah, Ibu, kakak serta adiku tercinta
Ketua Diploma III Perpajakan UNS
Seluruh staf dan dosen pengajar FE UNS
Bapak Ahmad Ridwan,SE, Ak selaku dosen pembimbing
Seluruh karyawan SAMSAT kota Surakarta
Teman-teman ku tersayang
Almamaterku
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulilahirabbilalamin, puja dan puji syukur selalu kita panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada
kita semua sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul Evaluasi Penarikan
Pajak Kendaraan Bermotor Sistem Drive Thru (Cepat) dan Kontribusinya
terhadap Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota
Surakarta dapat terselesaikan dengan baik.
Pembuatan Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis tentunya mendapat bantuan dan
dukungan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini baik bahan-bahan penelitian, izin,
moral dan doa. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak dan orang yang penulis cintai, yang penulis ucapkan kepada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya.
2. Ibu tercinta yang telah mendahului, semoga dapat bertemu di kehidupan yang
akan datang.
3. Bapak tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungan, serta curahan
kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
4. Kakak, adik dan seluruh keluarga penulis.
5. Prof. DR. Bambang Sutopo, M.Si, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
6. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak., selaku Ketua Program DIII.
viii
7. Bapak Sri Suranta SE, MSi, Ak., BKP selaku Ketua Program Diploma III
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Drs. Djoko Purwanto, MBA, selaku koordinator Kegiatan Magang
Mahasiswa Program DIII FE UNS.
9. Bapak Ahmad Ridwan, Se, Ak., selaku Pembimbing Tugas Akhir yang
banyak memberikan nasehat dan pengarahan sampai Laporan Magang ini
dapat terselesaikan.
10. Ibu Arum Kusumaningdyah Adiati, SE, MM, Ak., selaku Pembimbing
Magang yang banyak memberikan nasehat dan pengarahan sampai Laporan
Magang ini dapat terselesaikan. ”Terima Kasih bu atas segala upaya dan
kesabaran menghadapi tingkah laku saya, maafkan penulis bila ada tingkah
dan perkataan yang menyinggung hati ibu.”
11. Seluruh dosen Pengajar dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang selama ini telah memberikan ilmu kepada penulis.
12. Tomo Irianto, SH selaku Pembimbing Mahasiswa dalam melakukan kegiatan
magang di Kantor SAMSAT Kota Surakarta.
13. Seluruh Pegawai di UP3AD beserta SAMSAT Kota Surakarta yang telah
memberikan izin dan bimbingan serta informasi selama Penulis
melaksanakan Magang dan penyusunan Tugas Akhir. Pak Eko, Pak Darmah,
Mas Kancil, Bu Niken, Bu Dewi, Bu Pratiti, Bu Harmini, Mas Riza, serta
pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
14. Bramasta, Iwan, Niko, Hanung, Fatim, Ruli, selaku teman dalam melakukan
kegiatan magang penulis.
15. Teman-teman Pajak 2007 Mas Andi, Doni, Syarifudin, Adya, Sandri, Indyah,
Bramasta, Fajar, Winta, Dito, Een, Erwin, Cahyo, Hanung, Fatim, Ruli.
spesial untuk Dwi, ”terima kasih telah memberi tumpangan gratis kamar dan
komputernya.”
16. Putra, Feri, Agung, Alfian, Tria, Toha, Febriyan, Hadi, Yusuf, dan teman-
teman lainnya. ” terima kasih atas waktu futsal dan nongkrongnya ”
ix
17. SODANERS Family.
18. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan manusia. Untuk itu penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun dalam penulisan ini agar hari esok
menjadi lebih baik dan sesuai harapan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 30 Juli 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Metode Penelitian ................................................................. 9
1. Desain Penelitian ............................................................. 9
2. Obyek Penelitian ............................................................. 9
3. Jenis dan Sumber data .................................................... 9
4. Teknik Pengumpulan data .............................................. 10
5. Teknik Pembahasan ........................................................ 10
xi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Evaluasi .............................................................. 11
B. Pengertian Sistem .................................................................. 12
C. Pengertian Pajak .................................................................... 13
D. Fungsi Pajak .......................................................................... 14
E. Syarat Pemungutan Pajak ...................................................... 15
F. Sistem Pemungutan Pajak ...................................................... 15
G. Pengelompokan Pajak ............................................................ 16
H. Hambatan Pemungutan Pajak ................................................ 17
I. Tarif Pajak ............................................................................. 18
J. Pajak Daerah .......................................................................... 18
K. Pajak Kendaraan Bermotor ................................................... 19
BAB III. PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 23
B. Laporan Magang .................................................................... 34
C. Pembahasan ........................................................................... 39
1. Mekanisme Penarikan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
sistem Drive Thru (Cepat) ............................................... 39
2. Kendala yang ditemukan dalam pemungutan PKB di
SAMSAT Drive Thru (Cepat) ........................................... 49
3. Solusi yang perlu ditempuh untuk menyelesaikan kendala
yang terjadi pada penarikan PKB sistem Drive Thru
(Cepat).............................................................................. 51
4. Kontribusi penarikan PKB sistem Drive Thru (Cepat) .. 52
xii
BAB IV. PENUTUP
A. Temuan .................................................................................. 54
1. Kelebihan ......................................................................... 54
2. Kelemahan ....................................................................... 55
B. Kesimpulan............................................................................. 56
C. Saran....................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Peneriman Dalam Negeri Tahun Anggaran 1999/2000 – 2008 ................... 2
1.2 Data Objek PKB dan Realisasi PKB SAMSAT Kota Surakarta ................. 6
3.1 Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) SAMSAT Kota Surakarta
Tahun Berjalan 2010 bulan April – Juni ...................................................... 52
3.2 Penerimaan PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) Kota Surakarta Tahun
Berjalan 2010 bulan April – Juni ................................................................. 52
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Struktur Organisasi UP3AD ......................................................................... 31
3.2 Alur pembayaran PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) ................................. 42
3.3 Flowchart pada Bagian Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen ................. 48
3.4 Flowchart pada Bagian Pembayaran dan Penyerahan Dokumen ................ 49
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Magang
2. Surat Perijinan Magang dari Instansi/ Lembaga/ Perusahaan
3. Surat Keterangan Penyelesaian Magang
4. Memo Penerimaan Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa
5. Gambar Aktivitas SAMSAT Drive Thru (Cepat)
6. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) SAMSAT Kota Surakarta
7. Penerimaan PKB SAMSAT Drive Thru Kota Surakarta
8. Perda No. 3 Tahun 2002
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara berkembang
di kawasan Asia Tenggara. Indonesia adalah negara yang besar yang memiliki
banyak potensi untuk menjadi negara yang makmur. Potensi-potensi tersebut
antara lain sumber daya alam yang melimpah, wilayah kepulauan yang
strategis, sumber daya manusia yang melimpah, dan masih banyak lagi.
Tentunya, dalam membangun Negara guna mencapai kemakmuran
memerlukan sistem pengelolaan sumber dana yang baik. Pengelolaan tersebut
berkaitan dengan penghasilan Negara. Salah satu penghasilan Negara berasal
melalui pungutan pajak, dan atau dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam
Negara itu (natural resources).
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-
Undang No. 16 Tahun 2009). Pajak merupakan sumber penerimaan Negara
yang paling besar. Hal tersebut terjadi karena salah satu fungsi pajak, yaitu
fungsi budgetair yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah. Sehingga pemerintah mengharapkan proporsi yang
besar dari pemasukan berupa pajak. Berikut adalah contoh tabel penerimaan
dalam negeri tahun anggaran 1999/2000 - 2008:
xvii
Tabel 1.1
Penerimaan Dalam Negeri Tahun Anggaran 1999/2000 – 2008 *)
(dalam miliar rupiah)
Tahun Anggaran Perpajakan Bukan Pajak Jumlah
Nilai % Nilai % Nilai %
1999/2000 ¹)
2000 ²)
2001
2002
2003
2004
2005
2006 (LKPP)
2007
(UU 18/2006)
2007 (RAPBN-P)
2008
(RAPBN)
125.951,0
115.912,5
185.540,9
210.087,5
242.048,1
280.558,8
347.031,1
409.203,0
509.462,0
489.891,8
583.675,6
56,5
56,3
61,7
70,4
71,0
69,6
70,3
64,3
70,7
71,9
76,9
78.481,6
89.422,6
115.058,6
88.440,0
98.880,2
122.545,8
146.888,3
226.950,1
210.927,0
191.868,2
175.649,1
38,4
43,5
38,3
29,6
29.0
30,4
29,7
35,7
29,3
28,1
23,1
204.432,6
205.343,5
300.599,5
298.527,5
340.928,3
403.104,6
493.919,4
636.153,1
720.389,0
681.760,1
759.324,7
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
*)Perbedaan angka dibelakang koma terhadap penjumlahan adalah karena
pembulatan
¹) Disesuaikan dengan klasifikasi yang baru
²) Periode 1 April s/d 31 Desember 2000 ( 9 bulan)
Sumber: Data Pokok APBN 2008 www.anggaran.depkeu.go.id.
xviii
Perpajakan di Indonesia sendiri menurut pemungut dan pengelolanya
dibagi menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat memiliki 8
(delapan) jenis pajak. Sedangkan Pajak Daerah memiliki 10 (sepuluh) jenis
pajak yang dibagi menjadi 4 (empat) pajak Propinsi dan 6 (enam) pajak
Kabupaten/ Kota.
Salah satu jenis Pajak Propinsi adalah Pajak Kendaraan Bermotor.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan Bermotor adalah semua
kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di
semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor
dan atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah sesuatu sumber
daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak.
Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
Pemerintah Propinsi (Daerah) memerlukan sarana dan prasarana dalam
melakukan pelayanan penarikan dan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya (PAD). Dalam rangka
pemberian pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak kendaraan bermotor
secara cepat dan responsif. Maka, pada tanggal 28 Desember 1976 diterbitkan
Surat Keputusan Bersama Menhankam/ Pangab, Menkeu dan Mendagri No.
Kep. 13/ XII/ 1976, Kep. 1693/ MK/ IV/ 76, No. 311 Tahun 1976 yang
bermaksud mengatur adanya penyederhanaan pembayaran PKB/ BBNKB
xix
(Pajak Kendaraan Bermotor/ Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor),
SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan) yang
dikaitkan dengan pengurusan STNK dan dilakukan dalam suatu Kantor
Bersama SAMSAT serta menciptakan adanya keseragaman yang bertujuan
untuk:
1. Peningkatan pelayanan kepada para pemilik kendaraan bermotor.
2. Peningkatan pendapatan Negara dan Daerah.
3. Menertibkan data kendaraan/ data kamtibmas.
Tanggal 2 Desember 1977 adalah awal berdirinya Kantor Samsat di
Jawa Tengah, dan pada saat itu operasional Kantor Samsat hanya ada 1 (satu)
Kantor Samsat di tiap Karesidenan (Jawa Tengah ada 6 eks Karesidenan)
sehingga pada waktu itu banyak masyarakat Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
yang melakukan pengurusan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan),
pembayaran PKB/ BBNKB dan SWDKLLJ sempat menginap guna
mendapatkan pelayanan atas pengurusan surat-surat kendaraannya karena
sistem yang digunakan masih manual atau pengisian dan pengecekan data
kendaraan bermotor dilakukan satu persatu tanpa bantuan ilmu teknologi.
Kini di Propinsi Jawa Tengah keberadaan SAMSAT semakin
meningkat. Terdapat 50 Kantor SAMSAT di Propinsi Jawa Tengah. Hampir di
seluruh kota di Propinsi Jawa Tengah terdapat Kantor Bersama SAMSAT,
termasuk di Kota Surakarta yang terletak di Jalan Profesor Doktor Suharso
Nomor 17 Jajar Laweyan Surakarta.
Perkembangan sistem penarikan dan pembayaran PKB di SAMSAT
mulai menggunakan teknologi komunikasi, dalam hal ini adalah penggunaan
xx
komputer dan online internet. Penggunaan komputer membantu
mempersingkat waktu dalam penarikan dan pembayaran PKB karena dalam
melakukan pengisian dan pengecekan data kendaraan bermotor tidak lagi
memerlukan sistem manual. Sementara sistem online internet, pembayaran
PKB dapat dilakukan di seluruh Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Tengah.
Sehingga pembayaran PKB dapat dilakukan tanpa harus berada di kota asal
kepemilikan kendaraan bermotor terdaftar. Misal, Wajib Pajak yang memiliki
kendaraan bermotor di wilayah Semarang dapat melakukan pembayaran PKB
di wilayah Solo.
Seiring berjalannya waktu, pengguna kendaraan bermotor terus
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dalam rangka pemberian pelayanan
kepada masyarakat Wajib Pajak kendaraan bermotor secara cepat dan
responsif, pada tanggal 7 April 2010 UP3AD dan Kantor Bersama SAMSAT
Kota Surakarta mengembangkan sistem penarikan dan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) yang baru yaitu SAMSAT sistem Drive Thru atau
sistem Cepat yang menggunakan teknologi online internet. Sistem penarikan
dan pembayaran PKB sistem Drive Thru (Cepat) ditujukan kepada Wajib
Pajak yang hendak melakukan pembayaran Pajak Ulang atau Pajak Tahunan.
SAMSAT Drive Thru (Cepat) terletak di Jalan Kapten Mulyadi Nomor 278.
Dalam SAMSAT Drive Thru (Cepat) pembayaran PKB hanya membutuhkan
waktu kurang lebih 10 menit. Sistem ini bertujuan mendekatkan tempat
pemungutan PKB kepada Wajib Pajak dan mengurangi pemborosan waktu
dalam pembayaran PKB oleh Wajib Pajak. Selain tujuan tersebut sistem
SAMSAT Drive Thru (CEPAT) bertujuan meningkatkan pendapatan Pajak
xxi
Sumber: Penerimaan PKB SAMSAT Kota Surakarta
Kendaraan Bermotor (PKB) yang penerimaannya dari tahun ketahun terus
mengalami peningkatan. Berikut bukti penerimaan bahwa pendapatan Pajak
Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Surakarta mengalami peningkatan:
Tabel 1.2
Data Objek PKB dan Realisasi PKB
SAMSAT KOTA SURAKARTA
Sistem penarikan PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) masih tergolong
baru di Kota Surakarta, Wajib Pajak masih merasa asing terhadap upaya yang
dilakukan SAMSAT Kota Surakarta dalam mengembangkan pelayanan
penarikan dan pembayaran PKB sistem Drive Thru (Cepat). Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis dalam menyusun tugas akhir mengambil judul :
“EVALUASI PENARIKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
SISTEM DRIVE THRU (CEPAT) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI SAMSAT
KOTA SURAKARTA”
TAHUN JUMLAH KENDARAAN
BERMOTOR REALISASI PKB
2005
2006
2007
2008
2009
203.745
210.264
220.541
240.041
257.753
47.452.726.545
54.263.946.655
59.942.375.320
68.061.249.330
74.392.929.275
xxii
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah mekanisme penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem
Drive Thru (Cepat)?
2. Apa saja kendala penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem Drive Thru
(Cepat)?
3. Solusi apa yang perlu ditempuh untuk menyelesaikan kendala yang terjadi
pada penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem Drive Thru (Cepat)?
4. Bagaimana Kontribusi penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem Drive
Thru (Cepat) terhadap penerimaan SAMSAT Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui mekanisme penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem
Drive Thru (Cepat).
2. Mengetahui kendala yang terjadi dalam pelaksanaan penarikan Pajak
Kendaraan Bermotor sistem Drive Thru (Cepat).
3. Mengetahui gambaran solusi agar pelaksanaan penarikan Pajak Kendaraan
Bermotor sistem Drive Thru (Cepat) dapat berjalan lancar.
4. Mengetahui apakah pelaksanaan penarikan Pajak Kendaraan Bermotor
sistem Drive Thru (Cepat) memberi kontribusi yang berarti bagi
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor SAMSAT Kota Surakarta.
xxiii
D. Manfaat
1. Bagi SAMSAT Kota Surakarta
Bagi SAMSAT Kota Surakarta, tugas akhir ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam usahanya untuk meningkatkan pelayanan
dalam melakukan penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem Drive Thru
(Cepat), serta usahanya dalam mengurangi dan mungkin menghilangkan
kendala yang ada dalam proses penarikan Pajak Kendaraan Bermotor
sistem Drive Thru (Cepat).
2. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang
penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem Drive Thru (Cepat). Baik
dalam hal penataan, proses penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem
Drive Thru (Cepat), dan pengawasannya.
3. Bagi Pembaca
Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan
ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
referensi tentang penarikan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sistem
Drive Thru (Cepat), Serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.
xxiv
E. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Dalam tugas akhir ini menggunakan desain penelitian berupa observasi.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati penarikan Pajak Kendaraan
Bermotor sistem Drive Thru (Cepat) Kota Surakarta dan melakukan
wawancara dengan Wajib Pajak yang melakukan pembayaran maupun
Petugas penarikan Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Objek Penellitian
Objek penelitian adalah mekanisme penarikan Pajak Kendaraan
Bermotor sistem Drive Thru (Cepat) di SAMSAT Kota Surakarta.
Beberapa alat bantu yang digunakan dalam teknik ini adalah penggunaan
gambar/foto untuk memperjelas deskripsi. Objek penelitian yang berupa
masalah akan diteliti dan dibahas untuk mencari solusi penyelesaian.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan berupa data primer yang didapat dari
wawancara, data sekunder yang didapat dari pemeriksaan dokumen
SAMSAT atau buku-buku referensi lain. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam tugas akhir ini adalah observasi, wawancara,
pemeriksaan dokumen perusahaan.
xxv
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung dalam mengamati dan
mengumpulkan data dari responden dengan melakukan wawancara
dengan Petugas penarik dan pembayaran SAMSAT Drive Thru
(Cepat) serta wawancara dengan Wajib Pajak yang melakukan
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
b. Dokumentasi
Sumber data Dokumentasi untuk memperoleh data langsung di
Kantor Bersama Samsat Surakarta yang meliputi laporan kegiatan
berupa laporan keuangan dan non keuangan, buku serta peraturan
yang relevan.
5. Teknik Pembahasan
Teknik pembahasan menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu
metode yang bertujuan untuk menggambarkan kepada pembaca dan
mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana adanya
atau mengungkapkan fakta secara lebih dalam mengenai persepsi Wajib
Pajak terhadap pelayanan yang diberikan oleh kantor SAMSAT
Surakarta.
xxvi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Evaluasi
1. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision
maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan
evaluasi yang telah dilakukan.
(www.evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03)
2. Menurut Worthen dan Sanders (1979 : 1) evaluasi adalah mencari
sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat
berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif
prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam
kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan
seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan
menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan
keinginannya semula. (www.evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03)
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan
beberapa orang diatas, kita dapat menarik benang merah tentang evaluasi
yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang
xxvii
untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
(www.evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03)
B. Pengertian Sistem
Pengertian sistem menurut beberapa pendapat:
1. Pengertian sistem menurut Mulyadi (2002: 3). Sistem adalah kumpulan
atau jaringan dari beberapa unsur yang saling berkaitan untuk suatu
maksud tertentu yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan.
2. Pengertian sistem menurut Baridwan (1991: 2) adalah suatu entity
(kesatuan) yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan
(subsistem) yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Sedangkan menurut Marshall B (1996: 9) mendefinisikan sistem sebagai
rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling
berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.
Unsur-unsur sistem menurut Mulyadi (2001: 9) terdiri dari 4 komponen
yaitu:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
2. Wewenang dan prosedur catatan.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
xxviii
C. Pengertian Pajak
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,
SH. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Pengertian pajak menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann (Waluyo dan Ilyas,
2002: 4). Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum),
tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
Definisi pajak menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja (Erly Suandy,
2003) Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut
oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum.
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menjelaskan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan pengertian pajak menurut Prof.Dr. Mardiasmo, MBA., Ak.
adalah:
xxix
1. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut adalah Negara. Iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
2. Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal dan kontraprestasi dari negara secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.
D. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak (Perpajakan edisi kedua, A Tjahjono dan M Fakhri
Husein, 1999) yaitu:
1. Fungsi Budgetair, yaitu:
Pemerintah memungut pajak terutama atau semata-mata untuk
memperoleh uang sebanyak-banyaknya untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya baik bersifat rutin maupun untuk pembangunan.
2. Fungsi Mengatur (regularend)
a. Sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan negara dalam bidang
ekonomi dan sosial.
b. Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di
luar bidang keuangan.
xxx
E. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka Mardiasmo (2009) mengemukakan bahwa pemungutan pajak harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis).
3. Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis).
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial).
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
F. Sistem Pemungutan Pajak, menurut Mardiasmo (2009)
1. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh
Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus.
b. Wajib Pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
xxxi
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak sendiri.
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
G. Pengelompokan Pajak
Pengelompokan pajak menurut Mardiasmo (2009)
1. Menurut golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
xxxii
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
3. Menurut lembaga pemungut
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerahdan
untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
1) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
2) Pajak Kabupaten/ Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran.
H. Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan pemungutan pajak terdiri dari dua perlawanan (Waluyo), yaitu:
1. Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan
pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi.
2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan
secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan
untuk menghindari pajak.
xxxiii
I. Tarif Pajak
Terdapat empat macam tarif pajak yang dikemukakan Mardiasmo (2009),
yaitu:
1. Tarif Sebanding atau Proporsional yaitu tarif berupa presentase yang
tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya
pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai
pajak.
2. Tarif Tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang
terutang tetap.
3. Tarif Progresif yaitu presentase tarif yang digunakan semakin besar bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
4. Tarif Degresif yaitu presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
J. Pajak Daerah
Pajak Daerah (Undang-Undang No 28 Tahun 2009) adalah kontribusi wajib
kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah (Mardiasmo, 2009) terdiri dari 4
komponen, yaitu:
xxxiv
1. Pajak Daerah berasal dari negara yang diserahkan kepada daerah sebagai
pajak daerah.
2. Penyerahan berdasarkan Undang-Undang.
3. Hasil pungutan pajak daerah dipegunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah atau membiayai
pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
4. Pemungutan pajak daerah berdasarkan pad kekuatan Undang-Undang
atau peraturan hukum lainnya.
Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pajak Provinsi.
Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
2. Pajak Kabupaten/ Kota, terdiri dari:
Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan lain-lain.
K. Pajak Kendaraan Bermotor
1. Obyek dan Subjek Pajak Kendaraan Bemotor
a. Obyek PKB adalah kepemilikan dan atau penguasaan Kendaraan
Bermotor yang terdaftar di Daerah termasuk kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor yang digunakan sebagai angkutan
orang dan atau barang.
b. Subyek PKB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau
menguasai kendaraan bermotor.
c. Wajib Pajak PKB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki
Kendaraan Bermotor.
d. Yang bertanggung jawab atas pembayaran PKB adalah:
xxxv
1) Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya
dan atau ahli warisnya.
2) Untuk badan adalah pengurus atau kuasanya.
2. Pengecualian Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Dikecualikan sebagai obyek PKB adalah kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor oleh:
a. Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota
dan Pemerintah Desa.
b. Kedutaan, Konsulat, Perwakilan Negara Asing, dan Lembaga-
lembaga Internasional dengan atas timbal balik.
c. Pabrikan atau milik importir yang semata-mata tersedia dipamerkan
dan dijual.
d. Orang pribadi atau Badan yang digunakan semata-mata untuk
pemadam kebakaran.
e. Negara sebagai barang bukti yang disegel atau disita.
3. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar pengenaan PKB dihitung sebagai perkalian dari 2 ( dua ) unsur
pokok:
a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor.
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan
pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.
Nilai Jual Kendaraan Bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran
umum atas suatu Kendaraan Bermotor yang besarnya ditetapkan oleh
Gubernur.
xxxvi
Dalam hal harga pasaran umum atas suatu Kendaraan Bermotor tidak
diketahui nilai jualnya ditentukan berdasarkan faktor-faktor:
a. Isi silinder dan satuan daya.
b. Penggunaan Kendaraan Bermotor.
c. Jenis Kendaraan Bermotor.
d. Merk Kendaraan Bermotor.
e. Tahun pembuatan Kendaraan Bermotor.
f. Berat total Kendaraan Bermotor dan banyaknya penumpang yang
diiizinkan.
g. Negara pembuat Kendaraan Bermotor.
h. Dokumen import untuk jenis Kendaraan Bermotor tertentu.
Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor:
a. Tekanan gandar.
b. Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor.
c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan dan ciri-ciri mesin dari
Kendaraan Bermotor.
Penghitungan dasar pengenaan PKB dinyatakan dalam satu tabel yang
ditetapkan oleh Gubernur sesuai dengan tabel yang ditetapkan oleh
Menteri Dalam Negeri.
4. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Tarif PKB ditetapkan sebesar:
a. 1,5% (satu setengah persen) untuk Kendaraan Bermotor bukan
umum.
b. 1% (satu persen) untuk Kendaraan Bermotor umum.
xxxvii
c. 0,5% (setengah persen) untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat
dan alat-alat besar.
5. Masa Pajak, Saat Pajak Terutang dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
a. Masa Pajak adalah 12 (dua belas) bulan berturut-turut, mulai saat
pendaftaran Kendaraan Bermotor.
b. Kewajiban Pajak yang berakhir sebelum 12 (dua belas) bulan,
besarnya Pajak terutang dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan.
c. Bagian dari bulan yang melebihi 15 (lima belas) hari dihitung satu
bulan penuh.
6. Sanksi keterlambatan pembayaran
a. Apabila pembayaran PKB terlambat dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) dari pokok pajak setiap bulan
keterlambatan.
b. Apabila tidak dilakukan dikenakan sanksi administrasi kenaikan
sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak, ditambah
bunga 2% (dua persen) dihitung dari pajak terutang untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
xxxviii
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian
Unit Pelayanan Pendapatan Daerah (UPPD) Kota Surakarta adalah
Cabang dari Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) yang sejak 20 Mei 2000
berubah menjadi UPPD dan tindak lanjut atas adanya reformasi birokrasi
yang telah diputuskan dalam UU Nomor 41 tanggal 23 Juli 2007, DIPENDA
berubah menjadi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPPAD).
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008
UPPD berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan
Aset Daerah (UP3AD) yang merupakan cabang dari DPPAD Provinsi Jawa
Tengah sejak tanggal 01 Juli 2009.
Dimulai sejak tahun 1957, dengan nama Seksi Penghasilan Daerah. Seksi
ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPD Peralihan Propinsi Jateng No.
U/7/I/12 tanggal 11 Oktober 1957. Pembentukan Seksi Penghasilan Daerah
ini berdasarkan pula pada UU No. 32 Tahun 1957 tentang Penyerahan Pajak-
pajak Pusat kepada Daerah Tingkat I dan Tingkat II; UU No.12 Tahun 1957
tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah serta UU No. 11 Tahun 1957
tentang Peraturan Umum Pajak Daerah.
1. Status dan Kedudukan
Status dan Kedudukan Seksi Penghasilan pada waktu itu berada di bawah
Bagian Keuangan Otonom dengan susunan organisasi waktu itu:
a. Urusan Umum.
xxxix
b. Urusan Retribusi dan Pendapatan Lain-lain.
c. Urusan Teknis.
d. Urusan Operasional.
e. Urusan Pengawasan.
2. Keadaan organisasi
Keadaan organisasi sudah mulai berkembang dengan adanya Perwakilan di
Daerah Tingkat II yaitu Semarang, Surakarta, Magelang, Kudus, Tegal dan
Purwokerto. Perkembangan ini diikuti pula dengan bertambahnya personil
serta target pendapatan yang terus meningkat.
Pada waktu terjadi G 30 S Tahun 1966 banyak personil Dipenda yang
terlibat dan dikenakan tindakan oleh Pemerintah. Dalam tahapan
perjuangan menegakkan kembali arah personil menjadi satu asas
(monoloyalitas), adanya KOKAR MENDAGRI serta untuk merintis
kepentingan organisasi dinas, maka pada tahun 1967, dengan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Tengah tanggal 5 Juli
1967 No. KU. G/ A. 36/ 1/ 15 status Seksi Penghasilan Daerah
ditingkatkan menjadi Direktorat Pendapatan Daerah (Iuran Daerah).
Dengan dasar hukum ini mulailah sedikit demi sedikit Direktorat
Pendapatan Daerah berdiri sendiri (otonom) dan lepas dari Bagian
Keuangan Sekretariat Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah.
3. Lahirnya nama DPPAD
Dengan adanya keputusan DPRGR Propinsi Jawa Tengah tanggal 2 Juli
1968 No. 25/ 11/ DPRGR tentang Penetapan Pola oleh Pemikiran
xl
Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Tengah untuk mencetuskan
Modernisasi Desa, sebagai pola proses Pembangunan Jawa Tengah, maka
untuk meningkatkan pendapatan daerah, status Direktorat Pendapatan
Daerah ditingkatkan menjadi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset
Daerah Propinsi Jawa Tengah. Secara formal Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah dibentuk dengan dasar hukum Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 01 Juli 2009.
4. Timbulnya SAMSAT
Tahun 1976 – 1978 terus dirintis usaha intensifikasi dan ekstensifikasi
sampai timbulnya Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap
(SAMSAT). Seperti diketahui, sejak pungutan PKB (Pajak Kendaraan
Bermotor) dan BBNKB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor)
diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I/ Propinsi, maka untuk
pelaksanaannya berdasar pada PP Daerah Tingkat I.
Peraturan Daerah yang diterbitkan oleh masing-masing Propinsi tidak
seragam, sehingga mengakibatkan besarnya penetapan PKB maupun BBN
KB serta sistem pungutannya tidak seragam. Disamping itu pengurusan
terhadap kendaraan bermotor mengalami hambatan karena pemilik harus
datang ke Kantor Dipenda, untuk membayar Jasa Raharja harus datang ke
Kantor Perwakilan Jasa Raharja, untuk mengurus STNK dan BPKB harus
datang ke Kantor Polisi. Hal ini mengakibatkan banyak waktu, tenaga dan
biaya yang terbuang.
Dengan adanya hal-hal tersebut, maka pada tanggal 28 Desember 1976
diterbitkan Surat Keputusan Bersama Menhankam/ Pangab, Menkeu dan
xli
Mendagri No. Kep. 13/ XII/ 1976, Kep. 1693/ MK/ IV/ 76, No. 311 Tahun
1976 yang bermaksud mengatur adanya: penyederhanaan pembayaran
PKB/ BBNKB, SWDKLLJ yang dikaitkan dengan pengurusan STNK dan
dilakukan dalam suatu Kantor Bersama SAMSAT serta menciptakan
adanya keseragaman yang bertujuan untuk:
a. Peningkatan pelayanan kepada para pemilik kendaraan bermotor.
b. Peningkatan pendapatan Negara dan Daerah.
c. Menertibkan data kendaraan / data kamtibmas.
Tanggal 2 Desember 1977 adalah awal berdirinya Kantor Samsat di Jawa
Tengah, dan di saaat itu operasional Kantor Samsat hanya ada 1 (satu)
Kantor Samsat di tiap Karesidenan (Jawa Tengah ada 6 eks Karesidenan)
sehingga pada waktu itu banyak masyarakat Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor yang melakukan pengurusan STNK (Surat Tanda Nomor
Kendaraan), pembayaran PKB/BBN KB (Pajak Kendaraan Bermotor/ Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor) dan SWDKLLJ (Sumbangan Wajib
Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan) sempat menginap guna mendapatkan
pelayanan atas pengurusan surat-surat kendaraannya.
5. Keuntungan dengan adanya SAMSAT:
Dengan terbentuknya SAMSAT terdapat beberapa keuntungan:
a. Organisasi kerjasama instansi-instansi yang tergabung dalam
pelaksanaan SAMSAT (Polri, Dipenda dan Jasa Raharja) terdapat
keseragaman.
b. Adanya sistem pengurusan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan),
PKB/ BBN KB (Pajak Kendaraan Bermotor/ Bea Balik Nama
xlii
Kendaraan Bermotor) dan SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas) seragam.
c. Pengenaan pajak dan SWDKLLJ disesuaikan dengan masa berlakunya
STNK dan setiap tahun wajib melaksanakan pengesahan STNK.
d. Pembayaran PKB, BBN KB dan SWDKLLJ dibayar sekaligus.
e. STNK diteliti setiap tahun sekali terhitung sejak tanggal pendaftaran.
f. Pelayanan dilakukan secara open service.
g. Wajib Pajak yang datang pertama diselesaikan lebih dahulu sesuai
dengan asas FIFO (First In First Out).
6. Keadaan sekarang
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun
2003 tanggal 7 Pebruari 2003, tentang pembentukan, kedudukan, tugas
pokok, fungsi dan susunan organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas
Pendapatan Daerah Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset
Daerah (UP3AD) adalah Cabang Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset
Daerah. UP3AD merupakan unsur pelaksana operasional dinas yang
dipimpin oleh seorang kepala unit yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Unit Pelayanan Pendapatan dan
Pemberdayaan Aset Daerah yang secara resmi digunakan sejak 1 Juli 2009
terdiri atas 50 Kantor Samsat.
Letak Kantor UP3AD/ Samsat Kota Surakarta di Jalan Profesor Doktor
Suharso Nomor 17 Jajar Laweyan Surakarta 57144 Nomor telepon
(0271) 718007 Fax (0271) 714919, email:
xliii
Kini, 31 (tiga puluh satu) tahun kemudian sejak awal berdirinya Kantor
Samsat di Jawa Tengah, tanggal 2 Desember 1977, berbagai program
inovasi peningkatan pelayanan secara nyata telah dilakukan di seluruh
Samsat di Jawa Tengah. Mulai 14 Pebruari 2008, telah dibuka Samsat
Pembantu di Pulau Karimunjawa bersamaan dengan Samsat Duta Pertiwi
Mall juga Mobil Samsat Keliling khusus di daerah Semarang, menyusul
Mobil Samsat Keliling yang telah beroperasi di Boyolali, Sragen dan
Surakarta mulai. Serta pada tanggal 7 April 2010 SAMSAT Kota
Surakarta mengembangkan SAMSAT Drive Thru (Cepat).
Berbagai program unggulan layanan ini adalah Kartu Antrian Elektronik,
SMS 7070, SMS 1717, Pembayaran lewat Perbankan (Bank Jateng dan
Bank BRI), yang bertujuan untuk memudahkan dan mendekatkan
masyarakat Wajib Pajak dengan tempat pelayanan, jadi apabila dihitung
secara bisnis bahwa perbandingan antara penerimaan dengan beaya yang
dikeluarkan jelas tidak seimbang, oleh karena itu perlu diketahui bahwa
hal tersebut adalah perwujudan pemerintah daerah untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat. Manfaat yang dapat diperoleh
masyarakat Wajib Pajak adalah:
a. Mendekatkan tempat pembayaran.
b. Memberikan kepastian terhadap masyarakat Wajib Pajak melalui
pelayanan yang transparan, mudah dan murah.
c. Memberikan rasa aman dan nyaman pada masyarakat Wajib Pajak.
d. Memberikan gambaran obyektif pada Wajib Pajak bahwa membayar
pajak itu mudah dan tidak sulit.
xliv
e. Memberikan jaminan mutu pelayanan.
Di sisi lain masyarakat Wajib Pajak yang akan memenuhi kewajibannya
dipersyaratkan untuk melengkapi dengan dokumen KTP/ SIM/ Passport,
STNK dan BPKB yang sah.
7. Landasan Hukum
Landasan hukum DPPAD adalah UU No. 32/ 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 33/ 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dan Penerimaan berupa dana
perimbangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Pendapatan Asli Daerah antara lain berupa Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
8. Visi dan Misi
a. DPPAD
1) Visi
Menjadi Dinas yang mampu mewujudkan Pendapatan Daerah yang
optimal, guna mendukung kemandirian pelaksanaan Otonomi
Daerah dengan dilandasi pelayanan yang memuaskan bagi
masyarakat.
2) Misi
a) mengupayakan pencapaian target dan peningkatan pendapatan
Daerah secara berkelanjutan,
xlv
b) meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat Wajib
Pajak, Wajib Retribusi dan Pihak Ketiga,
c) meningkatkan kelancaran pelaksanaan sistem,
d) melaksanakan pembinaan dan pengendalian mutu pelayanan
serta
e) mengutamakan peningkatan kemampuan Sumber Daya
Aparatur secara terus menerus.
b. SAMSAT
1) Visi
Menjadi Dinas penopang kemandirian otonomi Daerah dengan
optimalisasi pendapatan didukung pelayanan prima kepada
masyarakat dan pengelolaan Aset yang profesional berbasis
teknologi.
2) Misi
a) mengupayakan pencapaian targetpendapatan Daerah,
b) mewujudkan pengelolaan Aset yang berdaya guna dan berhasil
guna,
c) mengkoordinasikan peran organisasi di bidang pengelolaan
pendapatan aset daerah,
d) mengembangkan sistem manajemen mutu untuk mewujudkan
pelayanan prima serta
e) meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
9. Struktur Organisasi UP3AD dan Tugas Masing-masing Bagian.
xlvi
UP3AD
FUNGSIONAL SUB. BAG
TATA USAHA
SEKSI PAJAK
KENDARAAN
BERMOTOR
SEKSI PAJAK BUKAN
KENDARAAN
BERMOTOR
SEKSI
PENAGIHAN &
PELAPORAN
SEKSI RETRIBUSI
& PENERIMAAN
LAIN-LAIN
Untuk mengetahui dan menggambarkan dengan jelas dan baik hubungan-
hubungan wewenang, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawab, suatu
organisasi perlu mempunyai struktur organisasi yang dapat menunjukkan
saluran hubungan tersebut.
Gambar 3.1
Struktur Organisasi
Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah
Sumber : Kantor UP3AD Kota Surakarta
Tugas Masing-masing Bagian
Berdasarkan Perda Nomor 16 tahun 2003 struktur organisasi terdiri atas:
a. Kepala UP3AD
Tugas Pokok Kepala UP3AD sebagai berikut:
1) melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang Pendapatan
Daerah yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah,
2) melaksanakan kewenangan di bidang Pendapatan Daerah yang
bersifat lintas Kabupaten/ Kota,
3) melaksanakan kewenangan Kabupaten/ Kota di bidang Pendapatan
Daerah yang dikerjasamakan dengan atau diserahkan kepada
Provinsi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
serta
xlvii
4) melaksanakan kewenangan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada
Gubernur dan tugas pembantuan di bidang Pendapatan Daerah
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
b. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas sebagai berikut:
1) menyelenggarakan administrasi kepegawaian,
2) perencanaan kebutuhan belanja rutin,
3) menyelenggarakan urusan kehumasan,
4) menyelenggarakan surat menyurat dan kearsipan,
5) menyelesaikan tugas lain dari Kepala Dinas,
6) membuat laporan pelaksanaan tugas atas pekerjaan yang
dibebankan,
7) membuat konsep rencana perjalanan dinas,
8) memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan sesuai dengan
bidang tugasnya,
9) perlengkapan dan perbekalan serta
10) mengkoordinir LP2P.
c. Seksi Pajak Kendaraan Bermotor
Seksi Pajak Kendaraan Bermotor mempunyai tugas sebagai berikut:
1) menyediakan bahan rencana dan program kerja,
2) pelaksanaan dan pelayanan administrasi teknis, fasilitas,
pemantauan dan evaluasi,
3) pelaporan bidang Pajak Kendaraan Bermotor,
xlviii
4) perencanaan intensifikasi dan ekstensifikasi serta
5) perencanaan pendapatan dan pengolahan data teknis untuk
keperluan administrasi pungutan Pajak Kendaraan Bermotor.
d. Seksi Pajak Bukan Kendaraan Bermotor
Seksi Pajak Bukan Kendaraan Bermotor mempunyai tugas:
1) menyediakan bahan rencana dan program kerja,
2) pelaksanaan pelayanan, fasilitas, pemantauan dan evaluasi,
3) pelaporan pelaksanaan Pajak Bukan Kendaraan Bermotor,
4) perencanaan intensifikasi dan ekstensifikasi serta
5) perencanaan pendapatan dan pengolahan data teknis untuk
keperluan administrasi Pajak Bukan Kendaraan Bermotor.
e. Seksi Retribusi dan Penerimaan Lain-lain
Seksi Retribusi dan Penerimaan Lain-lain mempunyai tugas sebagai
berikut:
1) menyediakan bahan rencana dan program retribusi dan penerimaan
lain-lain,
2) menyediakan bahan pelaksanaan dan pelayanan administrasi di
bidang retribusi dan penerimaan lain-lain,
3) menyediakan bahan pelaksanaan fasilitas dan kerjasama,
4) menyediakan laporan di bidang retribusi dan penerimaan lain-lain
serta
5) menyediakan bahan pemantauan dan evaluasi di bidang retribusi
dan penerimaan lain-lain.
xlix
f. Seksi Penagihan dan Pelaporan
Seksi Penagihan dan Pelaporan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) menyediakan bahan rencana kegiatan teknis operasional,
2) pelaksanaan administrasi dan kebijakan teknis operasional,
3) pelaksanaan penagihan pajak, retribusi dan penerimaan lain-lain
serta
4) monitoring dan pelaporan kegiatan penagihan dan pelaporan.
B. Laporan Magang Kerja
Dalam hal ini kegiatan magang sangat penting bagi para mahasiswa.
Disamping juga menjadikan pengalaman bagi mahasiswa, juga menjadikan
manfaat dalam menghadapi dunia kerja untuk yang akan datang. Kegiatan
magang diwajibkan bagi para mahasiswa karena kegiatan magang merupakan
kelanjutan atau syarat untuk membuat Tugas Akhir. Dari kegiatan magang
pastinya kita mempunyai pandangan dalam pembuatan Tugas Akhir.
1. Alasan Pemilihan Tempat Magang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang paling besar. Besarnya
penerimaan dari sektor perpajakan tersebut membuat pemerintah
melakukan berbagai inovasi untuk memaksimalkan penerimaan tersebut.
Pajak dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu, Pajak Negara dan Pajak
Daerah.
Salah satu pajak daerah adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Kendaraan
Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan
l
oleh peralatan teknik berupa motor dan atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah sesuatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat
berat dan alat-alat besar yang bergerak. Kendaraan umum adalah setiap
kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran. Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya
disingkat PKB adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan
kendaraan bermotor.
Kesesuaian antara bidang ilmu yang dikaji di dalam bangku perkuliahan
dan penerapan pembayaran PKB dimasyarakat dengan tempat tujuan
magang menjadi salah satu alasan mengapa penulis memilih Kantor
Bersama SAMSAT Kota Surakarta untuk tempat melakukan kegiatan
magang. Kantor Bersama SAMSAT Kota Surakarta merupakan tempat
penarikan Pajak Kendaraan Bermotor. Kota Surakarta memiliki potensi
PKB yang cukup tinggi. Sehingga, pelayanan Kantor Bersama SAMSAT
Kota Surakarta mempengaruhi penerimaan Pajak dari sektor PKB.
Birokrasi dari Kantor Bersama SAMSAT Kota Surakarta yang
berorientasi terhadap kepuasan Wajib Pajak juga menjadi alasan
pemilihan tempat magang tersebut. Mengingat semakin meningkatnya
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dari tahun ke tahun yang
tidak lepas dari meningkatnya kepemilikan sepeda motor oleh masyarakat
maka penulis tertarik untuk melakukan kegiatan magang di Unit
Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) beserta
Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal dalam Satu Atap
li
(SAMSAT) Kota Surakarta untuk mempelajari proses pembayaran PKB
tersebut secara langsung serta dapat mensosialisasikan kepada masyarakat
bahwa membayar Pajak Kendaraan Bermotor tidaklah sesulit yang
dibayangkan.
Divisi atau seksi yang penulis kerjakan adalah di seksi pelayanan
penarikan Pajak Kendaraan Bermotor karena merupakan birokrasi dari
pihak kantor, melihat peran seksi pelayanan cukuplah penting dalam
kegiatan perpajakan di Kota Surakarta. Seluruh pekerjaan yang ada di
seksi pelayanan harus selesai tepat waktu. Sehingga penerimaan PKB
Kota Surakarta dapat terealisasi sesuai target yang diharapkan.
2. Aktivitas Magang
Selama menjalani Magang di kantor bersama SAMSAT Kota Surakarta,
penulis bertugas membantu kegiatan rutin SAMSAT Kota Surakarta.
Kegiatan-kegiatan tersebur antara lain:
a. Kegiatan pertama magang penulis adalah pengenalan tempat magang.
Pengenalan tersebut merupakan penjelasan bagian-bagian kerja
SAMSAT Kota Surakarta. Penulis juga mempelajari Perda yang
diterapkan di SAMSAT Kota Surakarta.
b. Penulis membantu kegiatan di bagian Pelayanan Bagian Pengambilan
formulir SPPKB. Penulis memeriksa kelengkapan berkas yang
diserahkan oleh Wajib Pajak mengenai STNK, Tanda Pengenal (SIM
atau KTP), dan BPKB asli beserta fotocopynya. Penulis juga membantu
menyiapkan print-out formulir SPPKB dan menempelkan leges (stiker
hologram) pada formulir SPPKB Rp 5.000 untuk roda 2 dan Rp 10.000
lii
untuk roda 4. Formulir tersebut kemudian diserahkan kepada Wajib
Pajak yang akan dikumpulkan ke bagian Pelayanan Pendaftaran dan
Penetapan.
c. Penulis membantu kegiatan di bagian Pelayanan Pendaftaran dan
Penetapan. Penulis meneliti kelengkapan berkas-berkas yang
dikumpulkan oleh Wajib Pajak dan mengembalikan BPKB asli beserta
nomor urut antrian kepada Wajib Pajak. Pada bagian ini, petugas
mendaftarkan data-data Kendaraan Bermotor pada komputer yang
diteruskan ke komputer server sebelum ditetapkan Pajak Kendaraan
Bermotornya.
d. Penulis membantu pencatatan manual NOPOL Kendaraan Bermotor
setelah dihitung penetapan pajaknya. Pencatatan tersebut bertujuan
sebagai bukti kerja petugas penetapan. Penulis juga membantu
pemisahan berkas-berkas Wajib Pajak yang melakukan pembayaran
secara lokal atau on-line. Hasil perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor
(melalui komputer) dicetak (print-out) ke bagian Pelayanan
Pembayaran berupa Notice Pajak.
e. Penulis melakukan kegiatan di bagian Pelayanan Pembayaran (kasir).
Penulis membantu mempersiapkan Notice Pajak (memisahkan print-out
dari printer). Notice Pajak tersebut terdiri atas 4 lembar berwarna
coklat, biru, hijau, dan merah. Notice berwarna coklat diberikan kepada
Wajib Pajak yang diberikan sesuai nomor antrian. Notice berwarna
hijau disimpan oleh bagian Pelayanan Pembayaran. Notice berwarna
liii
biru disimpan oleh bagian Arsip. Notice berwarna merah diberikan ke
bagian Pengecekan.
f. Penulis melakukan kegiatan di bagian Penyerahan STNK. Di bagian ini
penulis membantu penyerahan STNK dan Tanda Pengenal (khusus on-
line) dengan cara memanggil Wajib Pajak sesuai nomor urut.
g. Penulis melakukan kegiatan di Samsat Keliling (SAMKEL). Di
kegiatan SAMKEL penulis membantu pemisahan Notice Pajak dari
printer. Penulis juga membantu menempelkan leges ke formulir
SPPKB. Jadwal kegiatan SAMKEL : Senin ke kelurahan Gemolong,
Selasa ke kelurahan Baki, Rabu ke Kartasura, Kamis ke kelurahan
Mojolaban, Jum’at ke Balaikota Surakarta, dan Sabtu ke Makro
Surakarta.
h. Selain melakukan kegiatan magang sebagai pemungut Pajak Kendaraan
Bermotor, penulis juga melakukan kegiatan pembayaran (sebagai Wajib
Pajak) Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kota Surakarta.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui prosedur-prosedur
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor.
i. Selain mengikuti kegiatan mengenai pembayaran Pajak/ BBNKB
penulis juga mengikuti kegiatan lelang hasil hutan. Dalam kegiatan
lelang Penulis membantu penulisan Pajak dari lelang tersebut.
3. Jadwal Magang
Penulis melakukan kegiatan magang selama 2 bulan dimulai tanggal 1
Februari hingga tanggal 31 Maret 2010 hari Senin hingga Jumat pukul
07.00 sampai 14.00. Khusus hari Jumat hanya sampai pukul 11.30. Setiap
liv
pagi penulis mengikuti kegiatan apel selama 15 menit kemudian kegiatan
kerja dimulai dari pukul 08.00. Jadwal dan aktivitas selanjutnya terlampir.
Setiap hari jum`at sebelum melaksanakan kegiatan kerja, pihak UP3AD
melakukan olahraga jalan pagi mengitari kompleks perkampungan sekitar
kantor UP3AD yang dilanjutkan makan bersama seluruh pegawai kantor.
C. Pembahasan
1. Mekanisme penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem Drive
Thru (Cepat).
Demi terciptanya tujuan pemberian pelayanan kepada Wajib Pajak
kendaraan bermotor secara cepat dan responsif. SAMSAT Kota
Surakarta mengembangkan suatu sistem tentang penarikan dan
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yaitu SAMSAT Drive
Thru (Cepat) yang melayani pembayaran Pajak Ulang (PU) atau Pajak
Tahunan kendaraan bermotor. SAMSAT Drive Thru (Cepat)
menggunakan sistem online dan resmi beroperasi pada tanggal 7 april
2010. SAMSAT Drive Thru (Cepat) terletak di Jalan Kapten Mulyadi No
278. SAMSAT Drive Thru (Cepat) beroperasi pada hari senin hingga
sabtu. Jam kerja pelayanan yang digunakan dalam penarikan dan
pembayaran PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) adalah sebagai berikut:
a. Senin – Kamis : 08.00 s/d 13.00
b. Jum`at dan Sabtu : 08.00 s/d 11.00
c. Setiap akhir bulan : 08.00 s/d 10.00
lv
SAMSAT Drive Thru (Cepat) memberi kepastian atas pelayanan berupa
tarif yang harus dibayar oleh Wajib Pajak serta waktu penyelesaian
proses pendaftaran dan pembayaran pajak, sebagaimana sistem " FI-FO "
dengan cara Wajib Pajak yang datang pertama akan diberi pelayanan
terlebih dahulu. Berikut adalah mekanisme pembayaran dan penarikan
Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Drive Thru (Cepat) sesuai
dengan data diolah oleh Penulis:
a. Dokumen atau formulir yang digunakan (menurut Standar
Operasional Prosedur SAMSAT)
1) STNK asli adalah Surat Tanda Nomor Kendaraan. STNK berisi
informasi data-data kepemilikan kendaraan bermotor dan bukti
pembayaran (Notice Pajak) tahun lalu. Dokumen ini terdiri dari
2 (dua) lembar. Lembar pertama adalah lembar dari pihak
Kepolisian. Lembar kedua adalah lembar notice pajak atau
SKTBP (Surat Ketetapan Tanda Bayar Pajak) tahun sebelumnya
(tahun lalu).
2) BPKB asli adalah Buku Pemilik Kendaraan Bermotor. BPKB
berisi informasi data-data kepemilikan kendaraan bermotor.
3) Tanda Pengenal Wajib Pajak adalah tanda pengenal berisi
informasi data-data pribadi Wajib Pajak yang sesuai dengan
informasi data pada dokumen-dokumen kendaraan bermotor.
Tanda pengenal antara lain KTP, SIM.
lvi
MULAI
MELENGKAPI PERSYARATAN LAYANAN
MENYERAHKAN KE LOKET PENDAFTARAN
SESUAI?
MELAKUKAN ENTRY DATA KE SISTEM
PENETAPAN PAJAK DENGAN INPUT DATA
PENETAPAN DAN PENCETAKAN NOTICE PAJAK
MENGKOREKSI HASIL PENETAPAN
SESUAI?
BSA LGSG
DIPERBAIKI
PENGESAHAN STNK
MELAYANI PEMBAYARAN DARI WAJIB
PAJAK
PENYERAHAN STNK, SKTBP,
BKPB, KTP/ SIM
WAJIB PAJAK
WAJIB PAJAK
PETUGAS PENDAFTARAN DAN
PENYERAHAN STNK
PETUGAS PEMBAYARAN,
PENYERAHAN STNK DAN SKTBP
PETUGAS PEMBAYARAN,
PENYERAHAN STNK DAN SKTBP
PETUGAS PENDAFTARAN DAN
PENYERAHAN STNK
PETUGAS PEMBAYARAN,
PENYERAHAN STNK DAN SKTBP
PETUGAS PEMBAYARAN,
PENYERAHAN STNK DAN SKTBP
Gambar 3.2
Alur Pembayaran PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) Sumber: UP3AD Kota Surakarta
b. Prosedur Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di
SAMSAT Drive Thru (Cepat) menurut Standar Operasional
Prosedur SAMSAT.
lvii
c. Pihak yang terkait dalam prosedur pemungutan (menurut
Standar Operasional Prosedur SAMSAT)
1) Bagian Pendaftaran dan Penyerahan dokumen (syarat-syarat yang
diperlukan)
Petugas Bagian Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen
memeriksa kelengkapan dokumen yang telah dikumpulkan Wajib
Pajak. Jika terjadi ketidaksesuaian antara KTP/ SIM, STNK atau
BPKB Wajib Pajak akan dipanggil, kemungkinan akan dibalik
nama atau KTP kadaluarsa sehingga harus diganti dengan syarat
KTP/ SIM yang masih berlaku. Setelah melakukan pengecekan
dokumen, Petugas menginput data kendaraan bermotor dari
dokumen ke komputer SAMSAT Drive Thru (Cepat) yang
terhubung ke server SAMSAT induk. Selain melakukan input
data, Petugas juga melakukan foto scan dokumen tersebut yang
langsung dikirim keserver SAMSAT induk sebagai bukti
dokumen telah diteliti kelengkapannya. Kemudian dokumen
tersebut diserahkan kepada Bagian Pembayaran dan Penyerahan
Dokumen.
2) Bagian Pembayaran dan Penyerahan Dokumen
Pada bagian ini Petugas menetapkan besarnya Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) sesuai masa pajak yang berlaku. Hasil dari
penetapan PKB tersebut dicetak (print-out). Hasil print-out
disebut juga notice pajak atau SKTBP (Surat Ketetapan Tanda
Bayar Pajak). Notice pajak terdiri dari 4 rangkap (coklat, merah
lviii
muda, biru dan hijau). Notice coklat diberikan kepada Wajib
Pajak, notice merah muda, biru dan hijau disimpan untuk
diarsipkan. Kemudian Wajib Pajak melakukan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB). Petugas memberikan notice coklat
kepada Wajib Pajak yang sebelumnya disahkan dan ditempel
leges oleh Bagian Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen. Wajib
Pajak membayar biaya administrasi leges Rp5.000,00 (Roda 2)
dan Rp10.000,00 (Roda 4).
d. Dokumen atau formulir yang digunakan (menurut data diolah
Penulis)
1) STNK asli adalah Surat Tanda Nomor Kendaraan. STNK berisi
informasi data-data kepemilikan kendaraan bermotor (dari pihak
Kepolisian) dan bukti pembayaran (Notice Pajak) atau SKTBP
(Surat Ketetapan Tanda Bayar Pajak) tahun lalu.
2) BPKB asli adalah Buku Pemilik Kendaraan Bermotor. BPKB
berisi informasi data-data kepemilikan kendaraan bermotor.
3) Tanda Pengenal Wajib Pajak adalah tanda pengenal berisi
informasi data-data yang sesuai dengan informasi data pada
dokumen-dokumen kendaraan bermotor. Tanda pengenal antara
lain KTP, SIM.
lix
e. Pihak yang terkait dalam prosedur pemungutan (menurut data
diolah Penulis)
1) Bagian Pendaftaran dan Penyerahan dokumen
Pada bagian ini Wajib Pajak mengumpulkan dokumen (syarat-
syarat) yang diperlukan (BPKB, STNK dan Tanda Pengenal)
kepada Petugas. Petugas Bagian Pendaftaran dan Penyerahan
Dokumen memeriksa kelengkapan dokumen yang telah
dikumpulkan Wajib Pajak. Informasi data pada dokumen yang
dikumpulkan harus saling berhubungan, yang artinya nama,
alamat yang tercantum pada tanda pengenal Wajib Pajak (KTP,
SIM dan lain-lain) harus sesuai atau sama persis dengan yang
tercantum dalam STNK dan BPKB. Jika terjadi ketidaksesuaian
antara KTP/ SIM, STNK atau BPKB Wajib Pajak akan dipanggil,
kemungkinan akan dibalik nama atau KTP kadaluarsa sehingga
harus diganti dengan syarat KTP/ SIM yang masih berlaku.
Setelah melakukan pengecekan dokumen, Petugas menginput
informasi data kendaraan bermotor dari dokumen ke komputer
yang terhubung keserver SAMSAT induk. Informasi data yang
diinput kedalam komputer berupa Nomor Polisi Kendaraan
Bermotor, jumlah pengesahan yang tercantum dalam STNK.
Selain melakukan input data, Petugas juga melakukan foto scan
dokumen tersebut yang langsung dikirim keserver SAMSAT
induk sebagai bukti dokumen telah diteliti kelengkapannya.
lx
Kemudian dokumen tersebut diserahkan kepada Bagian
Pembayaran dan Penyerahan Dokumen.
2) Bagian Pembayaran dan Penyerahan Dokumen
Pada bagian ini Petugas menetapkan besarnya Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) sesuai masa pajak yang berlaku. Hasil dari
penetapan PKB tersebut dicetak (print-out) kedalam printer yang
telah tersedia. Hasil penetapan tersebut sering disebut juga notice
pajak atau SKTBP (Surat Ketetapan Tanda Bayar Pajak). Notice
pajak terdiri dari 4 rangkap (coklat, merah muda, biru dan hijau).
Notice coklat diberikan kepada Wajib Pajak, notice merah muda,
biru dan hijau disimpan untuk diarsipkan.
Setelah dilakukan penetapan besarnya PKB, petugas memanggil
Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran. Notice pajak yang
berwarna coklat ditempel leges. Kemudian Wajib Pajak
melakukan pembayaran, Petugas menyerahkan STNK dan notice
pajak warna coklat. Wajib Pajak dikenakan biaya administrasi
sebesar Rp5.000,00 untuk pembayaran PKB roda 2 dan
Rp10.000, 00 untuk pembayaran PKB roda 4 sebagai pengganti
biaya leges. Sebelum STNK diserahkan kepada Wajib Pajak,
Petugas Bagian Pembayaran dan Penyerahan Dokumen
memberikan STNK tersebut kepada Petugas Bagian Pendaftaran
dan Penyerahan Dokumen guna melakukan pengesahan STNK.
Setelah dilakukan pengesahan Petugas Bagian Pendaftaran dan
lxi
Gambar 3.2
Alur Prosedur pembayaran PKB Drive Thru (Cepat)
Penyerahan Dokumen menyerahkan STNK kembali kepada
Petugas Bagian Pembayaran dan Penyerahan Dokumen.
Penerapan SOP (Standar Operasional Prosedur) SAMSAT dalam sistem
pelayanan penarikan dan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
SAMSAT Drive Thru (Cepat) sudah berjalan dengan baik. Tidak terjadi
penyimpangan pada prosedur penarikan dan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) SAMSAT Drive Thru (Cepat).
Petugas Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen memeriksa dokumen
(syarat pelayanan) sebelum melakukan entry data kendaraan bermotor
Wajib Pajak. Sebelum melakukan penyerahan dokumen kepada Wajib
Pajak Petugas Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen melakukan
pengesahan STNK.
Petugas Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen melakukan foto scan
bukti-bukti persyaratan pelayanan kemudian mengirim data tersebut
keserver SAMSAT induk. Sebelum STNK diserahkan kepada Wajib
Pajak, Petugas Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen melakukan
pengesahan STNK. Kemudian Petugas Pembayaran dan Penyerahan
Dokumen menempelkan leges dibalik notice pajak warna coklat.
lxii
f. Flowchart pada Bagian Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen
Input data
kekomputer
dan
diteruskan
keserver
SAMSAT
KTP/ SIM asli
BPKB asli
STNK asli
WAJIB PAJAK
KTP/ SIM asli
BPKB asli
STNK asli
A
B
STNK asli
Pengesahan
STNK
STNK asli
yang disahkan
D
Langkah ke-1 Langkah ke-3
lxiii
A
KTP/ SIM asli
BPKB asli
STNK asli
Penetapa
C D
STNK asli
yang disahkan
KTP/ SIM asli
BPKB asli
Notice hijau
Notice biru
Notice merah
Notice coklat
Langkah ke-2 Langkah ke-4
Gambar 3.3
Flowchart pada Bagian Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen
g. Flowchart pada Bagian Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen
lxiv
Gambar 3.4
Flowchart pada Bagian Pembayaran dan Penyerahan Dokumen
2. Kendala yang ditemukan dalam pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor di SAMSAT Drive Thru (Cepat).
SAMSAT Drive Thru (Cepat) yang terletak di Jalan Kapten Mulyadi
Nomor 278 merupakan tempat pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
menggunakan sistem yang baru pertama kali di Kota Surakarta. Sistem
yang baru tersebut adalah hasil pengembangan sistem yang telah
diterapkan di SAMSAT induk dan SAMSAT Keliling. Penerapan sistem
yang baru ini lebih menguntungkan Wajib Pajak yang melakukan
pembayaran PKB ulang (tahunan). Pelaksanaan penarikan PKB dengan
sistem yang baru ini masih memiliki beberapa kendala. Kendala-kendala
tersebut antara lain:
a. Petugas di Bagian Pembayaran dan Penyerahan Dokumen dalam
memanggil Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran dan
penyerahan dokumen masih kurang jelas terdengar oleh Wajib Pajak.
Wajib Pajak sering membantu memanggil Wajib Pajak yang lain
karena suara Petugas kurang terdengar. Kendala ini terjadi pada Wajib
lxv
Pajak yang saat melakukan pembayaran PKB tidak membawa
kendaraan bermotor (objek pajak) Wajib Pajak hanya membawa
persyaratan saja.
b. Tempat pelaksanaan SAMSAT Drive Thru (Cepat) belum
menyediakan kursi untuk Wajib Pajak yang menunggu panggilan.
Sehingga Wajib Pajak harus berdiri di depan loket. Hal tersebut dapat
mengurangi kenyamanan Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran
karena dapat menyebabkan antrian yang panjang di depan loket.
Kendala ini terjadi pada Wajib Pajak yang saat melakukan
pembayaran PKB tidak membawa kendaraan bermotor (objek pajak)
Wajib Pajak hanya membawa persyaratan saja.
c. Tidak tersedia plastik STNK yang baru di tempat pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor SAMSAT Drive Thru (Cepat). Wajib Pajak
sering meminta kembali plastik STNK yang lama yang kondisinya
kurang layak untuk dipakai.
d. Karena sistem yang digunakan masih baru, migrasi data objek PKB
dari seluruh SAMSAT di Jawa Tengah belum sepenuhnya tercapai.
Sehingga terdapat Wajib Pajak yang hendak melakukan pembayaran
PKB belum dapat dilayani karena data kendaraan bermotornya belum
terdaftar.
3. Solusi yang perlu ditempuh untuk menyelesaikan kendala yang
terjadi pada penarikan Pajak Kendaraan Bermotor sistem Drive
Thru (Cepat):
lxvi
a. Pihak SAMSAT seharusnya menyediakan alat pengeras suara guna
membantu proses pemanggilan Wajib Pajak yang hendak melakukan
pembayaran. Sehingga Petugas tidak perlu mengeraskan suaranya
dalam melakukan pemanggilan Wajib Pajak yang melakukan
pembayaran PKB tidak membawa kendaraan bermotornya (objek
pajak).
b. Pihak SAMSAT dapat menyediakan kursi yang digunakan sebagai
sarana tempat duduk bagi Wajib Pajak yang menunggu panggilan
untuk melakukan pembayaran.
c. Untuk penyediaan plastik STNK, pihak SAMSAT dapat bekerja sama
dengan masyarakat sekitar tempat pemungutan SAMSAT Drive Thru
(Cepat). Masyarakat sekitar diberi ijin untuk menjual plastik STNK
kepada Wajib Pajak yang telah menyelesaikan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB).
d. Untuk mengatasi kendala tentang migrasi data objek PKB
penanggulangannya hanya perlu menunggu waktu saja. Karena proses
migrasi data sedang dilakukan oleh pihak SAMSAT Kota Surakarta.
4. Kontribusi Penarikan Pajak Kendaraan Bermotor SAMSAT Drive
Thru (Cepat).
Berikut adalah penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor SAMSAT Kota
Surakarta dan SAMSAT Drive Thru (Cepat):
Tabel 3.1
Penerimaan PKB SAMSAT KOTA SURAKARTA
Tahun Berjalan 2010 bulan April - Juni
lxvii
Sumber: Penerimaan PKB SAMSAT Kota Surakarta
Sumber: Penerimaan PKB SAMSAT Kota Surakarta
No Bulan Objek PKB Jumlah Penerimaan
(dalam Rupiah)
1
2
3
April
Mei
Juni
24.773
24.931
25.819
7.421.451.475
7.590.444.700
7.888.355.400
Tabel 3.2
Penerimaan PKB SAMSAT DRIVE THRU (CEPAT) KOTA
SURAKARTA
Tahun Berjalan 2010 bulan (mulai7 April) - Juni
No Bulan Objek
PKB
Jumlah Penerimaan
(dalam Rupiah)
Kontribusi
(%)
1
2
3
April
Mei
Juni
540
1.692
2.621
126.472.225
459.657.225
705.906.725
1,704
6,055
8,948
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) SAMSAT Drive Thru (Cepat) mengalami kenaikan yang
cukup tinggi meskipun pelaksanaan SAMSAT Drive Thru (Cepat) baru
berjalan 3 (tiga) bulan. Pada bulan pertama (dimulai 7 April 2010)
penerimaan PKB pada SAMSAT Drive Thru (Cepat). sebesar
Rp126.472.225,00. Pada bulan kedua (Mei) penerimaan PKB mengalami
peningkatan sebesar Rp459.657.225,00. Sedangkan penerimaan bulan
Kontribusi = Penerimaan PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) x 100%
Total Penerimaan PKB SAMSAT induk
lxviii
ketiga (Juni) mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar
Rp705.906.725,00.
Kontribusi penerimaan PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) terhadap
penerimaan PKB SAMSAT Kota Surakarta juga mengalami kenaikan
yang cukup tinggi. Pada bulan pertama (dimulai 7 April 2010) kontribusi
penerimaan PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) terhadap penerimaan PKB
SAMSAT Kota Surakarta hanya sebesar 1, 704%. Namun, pada
pelaksanaan bulan kedua (Mei) dan bulan ketiga (Juni) mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yaitu 6, 055% dan 8, 948%.
Peningkatan yang terjadi dalam penerimaan PKB SAMSAT Drive Thru
(Cepat) disebabkan karena Wajib Pajak lebih memilih menghemat waktu
dan ringkas dengan membayar PKB di SAMSAT Drive Thru (Cepat).
Proses penarikan dan pembayaran PKB hanya memerlukan waktu kurang
lebih 10 menit.
BAB IV
PENUTUP
A. Temuan
Setelah Penulis melakukan penelitian di Kantor SAMSAT Drive Thru
(Cepat) Kota Surakarta mengenai penarikan dan pembayaran PKB
menggunakan sistem Drive Thru (Cepat). Penulis dapat menyimpulkan
lxix
kelebihan dan kelemahan yang ditemukan terkait dengan penarikan dan
pembayaran PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat). Berikut kelebihan dan
kelemahan yang ditemukan Penulis:
1. Kelebihan
a. Sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang
dilaksanakan cukup efektif karena waktu yang dibutuhkan Wajib Pajak
dalam melakukan pembayaran PKB sangat singkat karena hanya
membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit.
b. Dalam penarikan dan pembayaran PKB sistem Drive Thru (Cepat)
syarat-syarat yang diperlukan untuk pembayaran PKB cukup ringkas.
Syarat-syarat tersebut berupa BPKB asli, STNK asli dan tanda
pengenal asli (KTP/ SIM).
c. Tempat pemungutan PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) lebih
sederhana karena hanya menggunakan 2 (dua) loket pemungutan.
Loket pertama adalah Loket Pendaftaran dan Penyerahan Dokumen
(persyaratan). Loket kedua adalah Loket Pembayaran dan Penyerahan
Dokumen.
2. Kelemahan
a. Wajib Pajak yang hendak membayar Pajak Kendaraan Bermotor dalam
hal ini Pajak Ulang (Pajak Tahunan) masih ada yang belum dapat
membayar di SAMSAT Drive Thru (Cepat) karena proses migrasi data
belum selesai 100%.
b. Tempat pelaksanaan SAMSAT Drive Thru (Cepat) belum menyediakan
kursi untuk Wajib Pajak yang menunggu panggilan. Sehingga Wajib
lxx
Pajak harus berdiri di depan loket. Kelemahan ini terjadi pada Wajib
Pajak yang saat melakukan pembayaran PKB tidak membawa
kendaraan bermotor (objek pajak) hanya membawa persyaratan
pembayaran saja.
c. Tidak tersedia plastik STNK yang baru di tempat pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor SAMSAT Drive Thru (Cepat). Wajib Pajak sering
meminta kembali plastik STNK yang lama yang kondisinya kurang
layak untuk dipakai.
d. Masyarakat (Wajib Pajak) kurang mengetahui tentang keberadaan
SAMSAT Drive Thru (Cepat).
B. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya
yang berhubungan dengan sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) sistem Drive Thru (Cepat) di Kota Surakarta, Penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem yang digunakan dalam SAMSAT Drive Thru (Cepat) lebih
sederhana dan ringkas. Karena pada SAMSAT Drive Thru (Cepat) hanya
lxxi
menggunakan 2 (dua) loket. Loket tersebut adalah loket Pendaftaran dan
Penyerahan Dokumen (syarat-syarat PKB) dan loket Pembayaran dan
Penyerahan Dokumen. Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
dalam hal ini Pajak Ulang (Pajak Tahunan) hanya membutuhkan waktu
kurang lebih 10 menit. Wajib Pajak hanya mengumpulkan syarat-syarat
pembayaran berupa BPKB asli, STNK asli dan Tanda Pengenal (KTP/
SIM).
2. Hambatan atau kendala yang ditemukan dalam pemungutan PKB sistem
Drive Thru (Cepat) hanya pada hal penunjang sistem yaitu penyediaan
alat pengeras suara guna membantu proses pemanggilan Wajib Pajak
yang hendak melakukan pembayaran PKB, penyediaan kursi yang
digunakan sebagai sarana tempat duduk bagi Wajib Pajak yang
menunggu panggilan untuk melakukan pembayaran kendala ini
diperuntukan bagi Wajib Pajak yang datang tanpa membawa objek PKB
(kendaraan bermotor milik WP). Kemudian pihak SAMSAT Drive Thru
(Cepat) belum menyediakan plastik STNK yang baru untuk diberikan
Wajib Pajak. Karena sistem yang digunakan masih baru, migrasi data
objek PKB dari seluruh SAMSAT di Jawa Tengah belum sepenuhnya
terlaksana 100%. Sehingga ada Wajib Pajak yang hendak melakukan
pembayaran PKB belum dapat dilayani karena data kendaraan
bermotornya belum terdaftar.
3. Solusi yang yang diperlukan guna memperlancar proses penarikan dan
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di SAMSAT Kota
Surakarta adalah:
lxxii
a. Seharusnya pihak SAMSAT menyediakan alat pengeras suara guna
membantu proses pemanggilan Wajib Pajak yang hendak melakukan
pembayaran. Sehingga Petugas tidak perlu mengeraskan suaranya
dalam melakukan pemanggilan Wajib Pajak yang melakukan
pembayaran PKB tidak membawa kendaraan bermotornya (objek
pajak).
b. Pihak SAMSAT dapat menyediakan kursi yang digunakan sebagai
sarana tempat duduk bagi Wajib Pajak yang menunggu panggilan
untuk melakukan pembayaran.
c. Untuk penyediaan plastik STNK, pihak SAMSAT dapat bekerja sama
dengan masyarakat sekitar tempat pemungutan SAMSAT Drive Thru
(Cepat). Masyarakat sekitar diberi ijin untuk menjual plastik STNK
kepada Wajib Pajak yang telah menyelesaikan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor.
d. Untuk mengatasi kendala tentang migrasi data objek PKB
penanggulangannya hanya perlu menunggu waktu saja. Karena proses
migrasi data sedang dilakukan oleh pihak SAMSAT Kota Surakarta.
e. Pihak SAMSAT dapat melakukan sosialisasi dengan cara pemasangan
iklan di SAMSAT induk maupun SAMKEL (SAMSAT KELILING).
Sehingga Wajib Pajak mengetahui keberadaan SAMSAT Drive Thru
(Cepat).
4. Penerimaan PKB SAMSAT Drive Thru (Cepat) Kota Surakarta
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kontribusi SAMSAT
Drive Thru (Cepat) terhadap penerimaan PKB SAMSAT Kota Surakarta
lxxiii
dalam pelaksanaan yang baru berjalan 3 (tiga) bulan cukup memberikan
dampak positif. Hal ini terbukti pada saat pelaksanaan bulan pertama
penerimaan SAMSAT Drive Thru (Cepat) memberikan kontribusi
sebesar 1, 704%. Kemudian kontribusi penerimaan SAMSAT Drive Thru
(Cepat) mengalami peningkatan sebesar 6, 055% pada pelaksanaan bulan
kedua. Pada pelaksanaan bulan ketiga kontribusi penerimaan SAMSAT
Drive Thru (Cepat) terhadap penerimaan PKB di SAMSAT Kota
Surakarta mengalami peningkatan menjadi 8, 948%
C. Saran
Keberadaan SAMSAT Drive Thru (Cepat) memberikan dampak positif
bagi Wajib Pajak dan Petugas pemungut PKB khususnya untuk pembayaran
Pajak Ulang (PU) atau Pajak Tahunan. Sistem yang digunakan lebih
sederhana dan ringkas. Pembayaran PKB hanya membutuhkan waktu kurang
lebih 10 menit. Setelah Penulis melakukan observasi penelitian pada
SAMSAT Drive Thru (Cepat), maka Penulis memberikan saran kepada pihak
lxxiv
SAMSAT Kota Surakarta guna mengembangkan pelayanan prima kepada
Wajib Pajak. Saran tersebut adalah pihak SAMSAT Drive Thru (Cepat)
menyediakan alat pengeras suara guna membantu proses pemanggilan Wajib
Pajak yang hendak melakukan pembayaran PKB, pihak SAMSAT dapat
menyediakan kursi yang digunakan sebagai sarana tempat duduk bagi Wajib
Pajak yang menunggu panggilan untuk melakukan pembayaran saran ini
diperuntukan bagi Wajib Pajak yang datang tanpa membawa objek PKB
(kendaraan bermotor milik WP). Kemudian pihak SAMSAT Drive Thru
(Cepat) bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk penyediaan plastik
STNK untuk dipergunakan Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran
PKB.
Program SAMSAT Drive Thru (Cepat) diharapkan lebih diperluas
keberadaannya di Propinsi Jawa Tengah pada umumnya dan Kota Surakarta
pada khususnya. Program ini sangat menguntungkan bagi Wajib Pajak yang
tidak memiliki banyak waktu untuk membayar PKB khususnya Pajak Ulang
(PU).
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 1991. Sistem Akuntansi Edisi ke 2. Yogyakarta: BPFE UGM.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
Marshall B. 1996. Accounting Information Systems. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2001. Sistem Informasi Akuntansi Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2002. Sistem Akuntansi Edisi ke 3. Yoyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
lxxv
Tjahjono, Achmad dan Muhammad Fakhri Husein. Perpajakan. 1999: UPP AMP
YKPN.
UP3AD. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Tahun 2005-2009.
SAMSAT Kota Surakarta.
UP3AD. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Tahun 2010.
SAMSAT Kota Surakarta.
UP3AD. Persyaratan Pendaftaran dan Pembayaran PKB : SAMSAT Drive
Thru Surakarta.
Undang- Undang No 3 Tahun 2002 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor:
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Undang-Undang No 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pengertian Pajak Daerah.
Waluyo dan Ilyas. 2002. Perpajakan Indonesia Edisi ke 4. Jakarta: Salemba
Empat.
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Edisi 7. Jakarta : Salemba Empat.
www.anggaran.depkeu.go.id. Data Pokok APBN. 2008. 16/04/2010, 14.30
www.evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/ evaluasi-program-sebuah-
pengantar. 22/07/2010, 14.30