22
Mengevaluasi Pembelajaran Berbicara 1. Pendahuluan Salah satu kegiatan evaluasi dalam pendidikan adalah evaluasi pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan seorang guru paling tidak untuk mengetahui 1. Keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan; 2. Kemampuan dan daya serap peserta didik terhadap materi yang telah dibelajarkan; dan 3. Informasi yang sangat berharga sebagai balikan (feedback) bagi guru dalam memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan benar, terlebih dahulu guru harus memahami terminologi evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Pengukuran (measurement) adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan suatu formula atau skala tertentu yang sesuai dan bersifat kuantitatif. Skala yang digunakan dari suatu pengukuran adalah nominal, ordinal, interval, atau rasio. Penilaian (grading) adalah suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari suatu pengukuran dan bersifat kualitatif (Alderson, 1992). Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penilaian adalah penafsiran skor dari suatu pengukuran untuk memutuskan sesuatu.

evaluasi Pembelajaran Berbicara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: evaluasi Pembelajaran Berbicara

Mengevaluasi Pembelajaran Berbicara

1. Pendahuluan

Salah satu kegiatan evaluasi dalam pendidikan adalah evaluasi pembelajaran.

Kegiatan ini dilakukan seorang guru paling tidak untuk mengetahui

1. Keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan;

2. Kemampuan dan daya serap peserta didik terhadap materi yang telah dibelajarkan;

dan

3. Informasi yang sangat berharga sebagai balikan (feedback) bagi guru dalam

memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Untuk dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan benar, terlebih

dahulu guru harus memahami terminologi evaluasi, pengukuran, dan penilaian.

Pengukuran (measurement) adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan suatu

formula atau skala tertentu yang sesuai dan bersifat kuantitatif. Skala yang digunakan

dari suatu pengukuran adalah nominal, ordinal, interval, atau rasio.

Penilaian (grading) adalah suatu proses pengambilan keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh dari suatu pengukuran dan bersifat kualitatif

(Alderson, 1992). Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penilaian adalah

penafsiran skor dari suatu pengukuran untuk memutuskan sesuatu.

Sementara itu, evaluasi pembelajaran adalah kegiatan yang meliputi

pengukuran dan penilaian dalam suatu proses pendidikan yang melingkupi komponen

input, proses, maupun output pendidikan (Hughes, 1989; Alderson,1992). Evaluasi

dalam khasanah pendidikan di Indonesia menjadi identik dengan penilaian dan sering

disebut juga dengan asesmen (assessment) yang berarti pengambilan keputusan

berdasarkan pada suatu kegiatan pengukuran terlebih dahulu.

Keberhasilan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang diperoleh dari

suatu upaya guru dalam berusaha membelajarkan peserta didik, sedangkan peserta

didik berupaya menguasai kompetensi yang telah dibelajarkan. Upaya pendidik dan

peserta didik ini akan diketahui dari kondisi keberhasilan pembelajaran, sehingga

akan diperoleh informasi seberapa efektif dan efisien kegiatan pembelajaran telah

dilakukan bersama antara pendidik dengan peserta didik.

Page 2: evaluasi Pembelajaran Berbicara

Kemampuan dan daya serap peserta didik merupakan suatu kondisi yang

dimiliki peserta didik dalam menguasai seperangkat materi atau seperangkat

kompetensi yang dengan sengaja dibelajarkan. Kondisi ini dapat diketahui dari

evaluasi terhadap upaya pembelajaran yang sedang atau telah dilakukan guru.

Evaluasi yang dianjurkan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22/2006 tentang Standar Isi adalah penilaian otentik (authentic

asessment).

Dari suatu evaluasi pembelajaran akan diperoleh informasi yang sangat

berharga, sebagai balikan (feedback) atau backwash dari kegiatan pembelajaran yang

dilakukan guru. Dari data hasil penilaian akan diperoleh informasi bagian materi atau

kompetensi yang pada umumnya belum dikuasai oleh peserta didik. Dari data yang

ada juga dapat diketahui informasi tentang kehandalan metode, teknik atau media

yang digunakan dalam pembelajaran. Apabila data-data tersebut diberi makna oleh

guru maka akan dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya.

Selain itu, informasi ini berarti pula bagi peserta didik dalam merespon kegiatan

pembelajaran yang dilakukan.

Namun, kondisi di atas seringkali dipandang bahwa dari suatu evaluasi

pembelajaran hanya akan memperoleh informasi tentang nilai. Dari itu, kemudian

peserta didik tercipta dalam suatu fenomena yang tidak akademis. Peserta didik akan

memandang bahwa nilai sebagai sesuatu yang sangat penting. Pada saat Ujian

Nasional pun akhirnya tercipta suatu fenomena yang mengerikan, terjalin kerjasama

yang kurang sehat antara guru dengan peserta didik agar nilai UN-nya lebih baik.

Ketakutan yang sangat “serius” ini terjadi karena evaluasi hanya dipandang dari satu

aspek, hanya nilai. Marilah kita ubah citra evaluasi pembelajaran hanya untuk nilai

dengan menerapkan inovasi dalam mengevaluasi kompetensi peserta didik.

Penilaian otentik adalah proses asesmen yang melibatkan beberapa bentuk

pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi, dan sikap

yang sesuai dengan materi pembelajaran (Suurtamm, 2004: 497-513). Penilaian

otentik mengukur kemampuan siswa secara akurat tentang kondisi seseorang yang

telah belajar, sehingga metode atau teknik evaluasi harus mampu memeriksa

perkembangan kemampuannya. Penilaian otentik harus dapat menyajikan tantangan

dunia nyata sehingga peserta didik dituntut menggunakan kompetensi dan

pengetahuan yang relevan.

Page 3: evaluasi Pembelajaran Berbicara

Penilaian otentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas.

Penilaian ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada kompetensi yang

ditetapkan. Penilaian ini bersifat internal dan merupakan bagian dari pembelajaran.

Penilaian otentik juga sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar. Penilaian

ini dilakukan dengan berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan,

ketuntasan belajar, dan dilakukan melalui berbagai cara. Penilaian otentik dapat

dilakukan melalui penilaian kinerja (hasil karya), portofolio (kumpulan kerja siswa),

penugasan (projek), performansi (unjuk kerja), dan penilaian diri.

2. Teknik Evaluasi Pembelajaran

Teknik evaluasi yang digunakan dalam pendidikan terdiri atas teknik tes dan

teknik nontes. Pada umumnya teknik nontes yang dapat digunakan dalam evaluasi

pendidikan adalah wawancara (interview), pengamatan (observasi), skala bertingkat

(rating scale), daftar cocok (checklist), kuisoner (kuis), riwayat hidup, dan penilaian

otentik (autenthic assessment). Teknik tes dapat berbentuk lisan maupun tulisan,

bergantung pada respon (jawaban) yang diberikan oleh peserta didik. Jika peserta

didik memberikan jawaban secara tertulis sekalipun tes (soal) disampaikan dengan

lisan (dikte), tes tersebut termasuk ke dalam bentuk tes tulisan.

Dalam evaluasi pembelajaran dikenal jenis tes objektif dan subjektif. Jenis

tes objektif yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif, jenjang

Pengetahuan (K1), Pemahaman (2), Penerapan (K3), Analisis (K4), Hipotesis (K5),

dan Evaluasi (K6), sedangkan soal-soal subjektif hanya digunakan untuk mengukur

kemampuan kognitif tingkat tinggi, yaitu jenjang analisis (K4), hipotesis (K5),

evaluasi (K6), dan kreasi (K7) dalam Taksonomi Bloom (Bloom, 1997). Adapun

jenis-jenis tes tersebut adalah sebagai berikut.

a. Soal-soal Memilih

1) Pilihan Dua Alternatif

(a) Benar-Salah (B-S)

(b) Benar-Salah Beralasan (BSB)

2) Pilihan Ganda (memilih satu jawaban yang benar)

(a) Pilihan Ganda Biasa (PGB)

(b) Pilihan Ganda Kompleks (PGK)

Page 4: evaluasi Pembelajaran Berbicara

(c) Pilihan Ganda Analisis Kasus (PGAK)

(d) Pilihan Ganda Sebab-Akibat (PGSA)

3) Menjodohkan (menggabungkan pernyataan bagian kiri dengan kanan)

b. Soal-soal Melengkapi

1) Isian Singkat (mengisi dalam bentuk kata/frasa)

2) Isian Panjang (mengisi dalam bentuk pernyataan singkat/klausa)

3) Isian Klosur (merumpang bagian tertentu agar dilengkapi)

c. Jawaban Singkat (jawaban diungkapkan singkat dalam bentuk kata/frasa)

d. Jawaban Terbatas (jawaban dibatasi oleh lingkup materi)

Teknik-teknik evaluasi sebagaimana di atas seringkali memiliki kelemahan,

sekalipun teknik ini dapat mengukur indikator dan prediktor performa akademis. Para

penyusun tes cenderung mengukur tentang hal-hal yang harus dikuasai bukan sesuatu

yang telah dikuasai siswa. Penyusunan soal cenderung bukan tentang masalah nyata,

tetapi sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu, diperlukan kecermatan guru dalam

menggunakan teknik tes tertulis agar dapat meminimalisasi kelemahan-kelemahan

tersebut.

Beberapa teknik nontes yang dapat dipilih guru untuk mengases kemampuan

siswa secara aktual adalah penilaian otentik. Berikut ini akan dibahas penilaian

portofolio (kumpulan kerja siswa), penugasan (projek), dan performansi (unjuk kerja).

2.1.Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio adalah kegiatan mengases kemampuan siswa dalam

mengumpulkan hasil kerja, pemikiran, minat, upaya, dan harapan siswa yang

berhubungan dengan standar kompetensi yang dikembangkan. Portofolio atau

kumpulan kerja siswa dapat membantu siswa dalam mengimplementasikan

pengetahuan dan pemahamannya dalam suatu kegiatan nyata. Kumpulan kerja ini

dapat mengingatkan siswa tentang perkembangan dirinya.

Page 5: evaluasi Pembelajaran Berbicara

Penilaian portofolio sangat bermanfaat karena penilaian jenis ini

(1) merupakan bukti otentik dari kemampuan siswa;

(2) menggambarkan kemampuan siswa secara utuh;

(3) menggambarkan pengalaman siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran;

(4) kumpulan hasil pekerjaan siswa dalam belajar yang telah dikelompokkan;

(5) menakar kemampuan secara mandiri;

(6) merupakan bentuk kerja sama antara guru dengan siswa.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menerapkan asesmen portofolio

adalah:

1) Pengumpulan

Siswa mengumpulkan hasil kerja sebagai bukti pertumbuhan dan kemajuan

belajarnya. Pengumpulan koleksi ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau

standar kompetensi yang dikembangkan. Tentu saja tidak semua standar kompetensi

dapat diases melalui portofolio, oleh karena itu perlu kejelasan kompetensi yang

dikembangkan siswa secara mandiri.

2) Pengorganisasian

Siswa mengorganisasikan berbagai hasil kerja mereka berdasarkan

pengelompokan standar kompetensi yang dikembangkan atau berdasarkan aspek-

aspek yang perlu dinilai atau diketahui dari siswa sebagai hasil kerja siswa.

Pengelompokan ini dapat membantu guru dalam menentukan penilaian terhadap

kinerja siswa.

3) Merefleksi

Siswa melakukan refleksi terhadap bahan-bahan yang telah dikoleksi,

dikumpulkan, dan dikelompokan. Siswa harus mempu menjawab manfaat dari

pengumpulan portofolio itu bagi pengembangan kompetensi dirinya. Siswa juga harus

dapat memberikan penilaian pada kualitas karya yang telah dikumpulkan, sehingga

Page 6: evaluasi Pembelajaran Berbicara

mengetahui kekuatan dan kelemahan serta bagaimana seharusnya memperbaiki karya

tersebut.

Page 7: evaluasi Pembelajaran Berbicara

4) Mempresentasikan

Siswa memajangkan atau menyajikan hasil kerjanya agar diketahui yang

lain. Pemajangan dilakukan di tempat-tempat yang sudah disediakan. Pemajangan

juga dapat dilakukan melalui display artefak, baik dalam bentuk folder dinamis

maupun dalam bentuk gabungan karya.

2.2 Penilaian Projek

Penilaian projek merupakan bentuk asesmen yang menugaskan siswa untuk

menyelesaikan suatu kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Tugas tersebut dapat

berupa investigasi, pengumpulan data, kemampuan menilai sesuatu atau kegiatan

tertentu, atau kemampuan mengorganisasikan. Penilaian projek dapat dilakukan untuk

mengetahui kemampuan siswa, baik individu maupun kelompok dalam melakukan

dan memberikan pengalaman pada suatu topik atau kompetensi tertentu melalui

aktivitas berbahasa atau bersastra.

Penilaian projek atau penugasan dapat difokuskan pada dua bagian, yaitu

aktivitas siswa selama proses berlangsung dan pada hasil akhir dari kegiatan tersebut.

Aspek yang diases dari bagian proses adalah

(1) kegiatan perencanaan dan pengelolaan;

(2) kerjasama dalam kelompok;

(3) kegiatan mandiri; dan

(4) kemampuan memecahkan masalah.

Sementara itu, aspek yang diases jika penilaian projek memfokuskan pada

bagian hasil akhir adalah

(1) kemampuan mengumpulkan data atau materi yang ditugaskan;

(2) kemampuan menafsirkan dan mengevaluasi data atau materi; dan

(3) kemampuan menyajikan atau mendisplay hasil pengumpulan data dan

penafsirannya.

Page 8: evaluasi Pembelajaran Berbicara

Dalam menentukan kualitas kegiatan yang dilakukan, baik pada proses

maupun pada hasil akhir siswa dapat mengases secara mandiri. Hasil asesmen

siswa ini kemudian divalidasi oleh guru ketika mengases.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penilaian projek ini adalah:

(1) Guru menetapkan kompetensi dasar yang perlu diases melalui penilaian

projek;

(2) Guru menetapkan projek yang harus dikerjakan siswa secara mandiri dan yang

harus dikerjakan secara berkelompok;

(3) Guru menentukan kompetensi dasar yang harus diases selama kegiatan

berlangsung (proses) atau diases hanya pada hasil akhir;

(4) Siswa merencanakan dan melakukan kegiatan projek selama kurun waktu yang

ditentukan. Sewaktu-waktu guru dapat mengecek projek yang dikerjakan oleh

siswa sebagai bentuk monitoring dan evaluasi.

(5) Selama atau setelah kegiatan projek dikerjakan, guru mengajak siswa untuk

menakar diri (mengases secara mandiri) proses atau hasil akhir (produk) yang

dikerjakan.

(6) Guru memvalidasi atau menilai ulang proses atau produk dari kegiatan yang

dilakukan siswa. Nilai guru merupakan pembanding dari asesmen mandiri yang

dilakukan siswa.

1. 2.3 Penilaian Performansi

Penilaian performansi merupakan asesmen yang menuntut siswa untuk

melakukan unjuk kerja atau perbuatan. Penilaian jenis ini mengukur kemampuan

siswa berbahasa atau bersastra, baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan

konteks berkomunikasi. Penilaian performansi dapat dilakukan guru, baik pada

saat atau setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Dalam melaksanakan penilaian performansi, guru dapat menggunakan

format atau pedoman penilaian dalam bentuk pengamatan (observasi), skala

bertingkat (rating scale), daftar cocok (checklist), atau format isian yang terbagi

atas kategori prilaku. Untuk mendapatkan data kuantitatif dari penilaian

performansi ini maka setiap kualitas kategori dapat diberi skor yang sesuai.

Penilaian performansi digunakan untuk mengukur kompetensi yang

menuntut siswa berpikir tingkat tinggi. Performansi yang dinilai harus bermakna

Page 9: evaluasi Pembelajaran Berbicara

bagi siswa dalam kehidupannya. Performansi yang dinilai berdasarkan suatu

kriteria dari indikator kompetensi yang dikukur dan harus diberitahukan kepada

siswa. Oleh karena itu, siswa dapat melatih diri untuk mewujudkan indikator yang

telah disampaikan dan dapat pula menilai diri berdasarkan kriteria yang sudah

diketahuinya.

Penilaian performansi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa

secara nyata. Guru dapat memilih dan memilah kompetensi dasar yang dapat

diases dengan menggunakan jenis penilaian performansi. Terdapat beberapa

kompetensi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dari siswa yang hanya

dapat diases melalui kegiatan nyata sehingga guru dapat merancang penilaian

jenis ini sejak awal berdasarkan analisis terhadap komptensi dasar tersebut.

Langkah-langkah yang ditempuh guru dalam melaksanakan penilaian performansi

ini adalah:

(1) Mengidentifikasi aspek-aspek penting dari kompetensi yang harus dinilai;

(2) Menyusun kriteria sebagai deskriptor dari kemampuan yang diukur;

(3) Mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan aspek-aspek yang

penentu kemampuan tersebut;

(4) Menentukan kualitas setiap kriteria dari aspek yang diamati.

3. Prinsip Dasar Evaluasi Pembelajaran

Prinsip dasar evaluasi dalam pendidikan adalah

(1) berorientasi pada tujuan;

(2) berkesinambungan;

(3) menyeluruh;

(4) berimbang;

(5) terencana;

(6) adil;

(7) objektif; dan

(8) memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, dan praktibilitas.

Page 10: evaluasi Pembelajaran Berbicara
Page 11: evaluasi Pembelajaran Berbicara

Prinsip berorientasi pada tujuan berarti bahwa guru harus memahami tujuan

pembelajaran. Tujuan pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki

kemampuan berikut.

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia.

Prinsip berkesinambungan berarti bahwa asesmen tidak hanya dilakukan satu

kali saja, melainkan dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan

berbagai jenis evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi bukan merupakan bagian terpisah

dari pembelajaran, melainkan suatu kesatuan. Dengan demikian, evaluasi dapat

dilakukan secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi pada setiap satu satuan

pelajaran. Dengan demikian, evaluasi bukan hanya Ujian Tengah Semester (UTS) dan

Ujian Akhir Semester (UAS).

Prinsip menyeluruh berarti bahwa bahan asesmen meliputi seluruh bagian

bahan ajar yang dibelajarkan. Apabila bahan ajar itu banyak, misalnya meliputi bahan

satu semester atau satu tahun maka dilakukan keterwakilan bahan tersebut untuk

dievaluasi melalui penyusunan kisi-kisi.

Prinsip berimbang berarti bahwa bahan asesmen itu harus berimbang antara bahan

yang satu dengan yang lain. Berimbang antara kompetensi menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis baik bidang bahasa maupun sastra. Berimbang antara asesmen

yang sulit dengan yang mudah.

Page 12: evaluasi Pembelajaran Berbicara

Prinsip terencana berarti bahwa kegiatan asesmen harus direncanakan. Perencanaan

itu meliputi

(1) perumusan tujuan evaluasi;

(2) penentuan aspek-aspek yang akan diukur;

(3) penentuan teknik dan waktu pelaksanaan evaluasi;

(4) penguji-cobaan instrumen evaluasi. Asesmen harus direncanakan tidak

dilakukan secara tiba-tiba atau serta merta.

Prinsip adil dan objektif berarti bahwa asesmen yang dilakukan guru

harus berlaku secara umum, tidak ada pengecualian kedalaman materi yang diukur.

Objektif berarti bahwa proses dan hasil asesmen diolah secara objektif berdasarkan

suatu kriteria pengolahan skor. Hasil pengukuran biasanya berupa skor, sehingga

untuk menentukan nilai harus diolah dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP)

atau Penilaian Acuan Norma (PAN).

4. Pengembangan Instrumen Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran berorientasi pada kompetensi yang harus dikuasai

peserta didik. Apabila kita cermati, ruang lingkup materi pelajaran Bahasa Indonesia

berdasarkan Standar Isi terdiri atas standar kompetensi menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Oleh karena itu, pengembangan instrumen evaluasi

pembelajaran didasarkan pada keempat kompetensi tersebut.

4.1 Standar Kompetensi Menyimak

Kompetensi menyimak dalam pelajaran Bahasa Indonesia diases melalui

instrumen yang dapat mengukur kemampuan siswa mendengarkan tuturan lisan, baik

disampaikan melalui tuturan langsung maupun dalam bentuk rekaman. Kemampuan

yang diukur di antaranya kemampuan menemukan suatu hal dari tuturan lisan yang

didengarkan.

Kemampuan lain yang diukur, misalnya kemampuan siswa menjawab

pertanyaan yang berhubungan dengan tuturan lisan yang didengarkan. Dengan

demikian, asesmen kompetensi menyimak harus melibatkan siswa menggunakan

indra pendengaran, kemudian dapat diukur melalui kemampuan lisan (menjawab) atau

Page 13: evaluasi Pembelajaran Berbicara

tulisan (menuliskan) sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam

mendengarkan. Oleh karena itu, asesmen kompetensi menyimak diarahkan pada

aktivitas nyata dalam menyimak atau mendengarkan tuturan lisan.

4.2 Standar Kompetensi Berbicara

Kompetensi berbicara diases melalui instrumen yang dapat mengukur

kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa secara lisan. Kemampuan yang ingin

diketahui dari kompetensi ini adalah kemampuan siswa mengekspresikan pikiran dan

perasaan melalui kegiatan berbicara.

Dalam mengases kemampuan berbicara, seorang guru dapat mengetahui

kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa, misalnya pilihan kata (diksi), kalimat

efektif, kalimat yang jelas, bahasa yang santun, bahasa yang baik dan benar, bahasa

yang lugas, etika berwawancara, dan prinsip diskusi.

Kemampuan lain dalam berbicara yang diases di antaranya kemampuan

menggunakan artikulasi yang tepat, intonasi yang jelas, menggunakan gerak-gerik dan

mimik sesuai dengan watak tokoh, dan lafal, dan ekspresi yang tepat. Dengan

demikian asesmen kompetensi berbicara dimaksudkan mengukur kemampuan siswa

dalam menggunakan bahasa dan parabahasa dalam berkomunikasi.

4.3 Standar Kompetensi Membaca

Kompetensi membaca diases melalui instrumen yang dapat mengukur

kemampuan siswa dalam memahami berbagai ragam teks (bacaan) tertulis yang

diungkapkan melalui lisan atau tulisan. Kemampuan yang diukur itu meliputi

kemampuan siswa dalam memahami, mengidentifikasi, menganalisis, menemukan,

menyimpulkan, membedakan, dan sebagainya dari bacaan yang dibaca baik berupa

teks nonfiksi maupun fiksi. Kemampuan membaca yang diukur adalah membaca

cepat, membaca dalam hati, membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca

nyaring, membaca memindai, membaca indah, dan sebagainya.

Selain itu, mengukur pula kemampuan siswa dalam membaca dan

membacakan teks dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang

jelas. Kemampuan siswa yang diukur dalam bidang kebahasaan adalah pemahaman

terhadap bentuk-bentuk kata serta penguasaan terhadap makna kata. Dalam hal

membacakan puisi, kemampuan yang diukur itu selain lafal, nada, tekanan, dan

intonasi yang tepat, juga diukur kemampuan memahami, menganalisis, menemukan,

Page 14: evaluasi Pembelajaran Berbicara

dan sebagainya dari puisi yang dibacakan. Berdasarkan hal ini, maka kemampuan

yang diukur itu kemampuan merefleksikan bacaan, baik untuk kepentingan dirinya

maupun orang lain berdasarkan suatu teks yang dibaca.

4.4 Standar Kompetensi Menulis

Kompetensi menulis diases melalui instrumen yang dapat mengukur

kemampuan siswa dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan secara tertulis.

Dalam mengases kemampuan menulis, seorang guru dapat mengetahui kemampuan

siswa dalam menggunakan bahasa, misalnya menuliskan pilihan kata (diksi), kalimat

efektif, kalimat bervariasi, kalimat langsung dan tak langsung, bahasa yang baku,

bahasa yang baik dan benar, bahasa yang efektif, bahasa yang singkat, padat, jelas,

bahasa yang santun dan sebagainya.

Selain itu, kemampuan yang diukur dari siswa adalah kemampuan

memahami bacaan dan bentuk-bentuk sastra yang diungkapkan secara tertulis.

Ungkapan tertulis ini dapat dilakukan siswa jika memahami bentuk-bentuk paragraf

naratif, ekspositif, argumentatif, deskriptif, persuasif, surat dinas, karya tulis ilmiah,

teks pidato, puisi, pantun, cerpen, resensi, dan sebagainya. Pemahaman terhadap

bentuk bacaan itu serta penguasaan unsur bahasa dapat berwujud kemampuan

mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tertulis. Dengan demikian, dalam

mengukur kemampuan menulis perlu mencermati aspek-aspek tersebut.