272
EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 2014 CAPAIAN PRIORITAS NASIONAL KINERJA KEMENTERIAN DAN DAERAH Kementerian PPN / Bappenas

Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAANPEMBANGUNAN NASIONAL

TAHUN 2010-2014

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

2014

CAPAIAN PRIORITAS NASIONALKINERJA KEMENTERIAN DAN DAERAH

Kementerian PPN / Bappenas

Page 2: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014
Page 3: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Kementerian PPN/Bappenas

EVALUASI PELAKSANAANPEMBANGUNAN NASIONAL

TAHUN 2010-2014

Capaian Prioritas Nasional

Kinerja Kementerian dan Daerah

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

2014

Page 4: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Pengarah:Edi Effendi Tedjakusuma

Penanggung Jawab:Yohandarwati ArifiyatnoArif HaryanaDadang Solihin

Tim Penyusun:Bambang TriyonoHaryo RaharjoMeitha Ika PratiwiNovi Mulia AyuTini Partini NuryawaniAnnisa DaniatiEllyna ChairaniMardiah ThamrinKurnia IdfiIndra WisaksonoLilis Widyawati Dwi LestariReziana MaulienaSinta ParamitaDwi Ratih Suryantining EstiGrace Second Lady ManaluYudhie Hatmadji Sudjarwo

Informasi selanjutnya, hubungi :Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan, BappenasTelp./Fax : (021) 31903107Email : [email protected]

Page 5: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 v

KATA PENGANTAR

Sesuai amanat UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan PP No. 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, perlu dilakukan suatu evaluasi pelaksanaan pembangunan nasional secara komprehensif, baik sektoral maupun daerah. Buku Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014 ini berupaya merangkai kesinambungan evaluasi pada alur outcome hingga input, pusat dan daerah, berdasarkan hasil evaluasi yang telah disusun oleh Kementerian PPN/Bappenas sepanjang tahun 2010-2014. Sebelumnya, telah dilakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan hingga tahun 2012, dan sebagai penyempurnaan pada buku ini disajikan hasil evaluasi hingga tahun 2013 dan 2014.

Urutan evaluasi dimulai dari Evaluasi Empat Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014, yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian agenda dan prioritas nasional selama kurun waktu jangka menengah tersebut, sehingga dapat ditentukan prioritas nasional beserta indikatornya yang telah tercapai, perlu kerja keras, atau masih sangat sulit tercapai. Kemudian lebih spesifik di tingkat kementerian adalah Evaluasi Akhir Tahun RKP 2013 sebagai upaya untuk mengetahui kinerja kementerian berdasarkan kondisi realisasi fisik dan anggaran. Lebih lanjut adalah penilaian terhadap kriteria kualitas program pembangunan nasional berdasarkan hasil Reviu Program Pembangunan Nasional. Dari sisi kinerja daerah, capaian pembangunan beserta sejumlah permasalahan dan isu strategis daerah diidentifikasi berdasarkan hasil Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 33 Provinsi. Seyogianya, hasil ini sinkron dengan kebijakan alokasi dana transfer daerah (dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan urusan bersama).

Secara umum, selama 4 tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014 (sampai akhir 2018), pada tingkat nasional, telah banyak hasil yang dicapai dalam berbagai bidang pembangunan untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia 2014. Pencapaian tersebut ditunjukkan oleh sudah tercapainya 61,06 persen indikator yang tercakup dalam 14 prioritas nasional (PN). Kinerja kementerian yang diwakili oleh 20 kementerian menunjukkan hasil yang cukup baik pula. Dari 209 Program RKP 2013 dengan total 1435 indikator, 67,43 persen indikator berhasil mencapai target yang ditetapkan. Namun demikian, gambaran nilai kualitas 14 program yang diperoleh berdasarkan nilai perencanaan, pelaksanaan/pengelolaan, dan kinerja program masih kurang baik. Dari pencermatan pada tingkat provinsi, dikenali isu-isu strategis yang dominan di 33 provinsi, yaitu yang terkait dengan PN 4. Penanggulangan Kemiskinan, PN 6. Infrastruktur, dan PN 2. Pendidikan.

Kerangka evaluasi merupakan rangkaian evaluasi yang sistematis, terkait dan berkesinambungan, tidak hanya di level nasional tetapi juga menggambarkan implementasi di daerah. Oleh karenanya, aspek keterkaitan capaian dan kinerja pembangunan nasional dan daerah perlu dipastikan agar dapat menghasilkan evaluasi pelaksanaan pembangunan yang lebih berkualitas. Tidak hanya terfokus pada aspek kinerja di level nasional, namun dapat ditelusuri lebih dalam pelaksanaannya di tingkat daerah.

Akhirnya, semoga buku evaluasi ini dapat bermanfaat dalam mendukung penyusunan dokumen RPJMN 2015-2019, yang saat ini sedang memasuki tahap penyusunan rancangan awal. Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyusunan buku ini.

Jakarta, Oktober 2014

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja PembangunanKementerian PPN/Bappenas

Edi Effendi Tedjakusuma

Page 6: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014vi

Page 7: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... vDaftar Isi ............................................................................................................... v iiDaftar Tabel ......................................................................................................... viiiDaftar Gambar ...................................................................................................... ixDaftar Lampiran ................................................................................................... xiiDaftar Boks .......................................................................................................... xiiDaftar Singkatan .................................................................................................. xiii

BAB I. Pendahuluan ................................................................................... I - 11.1. Latar Belakang ...................................................................................... I - 31.2. Tujuan ................................................................................................... I - 31.3. Kerangka Pikir Evaluasi ......................................................................... I - 4

BAB II. Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014 ................................................. II - 12.1. Capaian Misi dan Agenda Pembangunan Nasional ............................... II - 3 2.2. Capaian 14 Prioritas Nasional ............................................................... II - 142.3. Kesimpulan ........................................................................................... II - 73

BAB III. Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program .......... III - 13.1. Perkembangan Realisasi Fisik Kementerian/Lembaga Tahun 2010-2013 III - 33.2. Perkembangan Realisasi Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun 2010-2013 .................................................................................. III - 43.3. Potret Kinerja 20 Kementerian dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional ................................................................................................ III - 43.4. Potret Kualitas Perencanaan, Pelaksanaan, dan Kinerja Program Pembangunan Nasional ........................................................................ III - 9

BAB IV. Evaluasi Kinerja Daerah ................................................................... IV - 14.1. Evaluasi Capaian Pembangunan Daerah ............................................... IV - 34.2. Evaluasi Isu Strategis Daerah ................................................................ IV - 124.3. Evaluasi Kebijakan Alokasi Dana Transfer Daerah Berdasarkan Prioritas Nasional .................................................................................. IV - 17

BAB V. Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah V - 15.1. Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional .................... V - 35.2. Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah V - 10

BAB VI. Penutup ........................................................................................... VI - 16.1. Kesimpulan ........................................................................................... VI - 36.2. Rekomendasi ........................................................................................ VI - 4

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………………… .... VI - 7Lampiran …………………………………………………………………………………………............. 1

Page 8: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Capaian Agenda I. Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010-2013 .................................... II - 7Tabel 2.2. Capaian Agenda II. Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Tahun 2010-2013 .................................................................................. II - 8Tabel 2.3. Penanganan Kasus dan Perkara Korupsi Oleh KPK Tahun 2010-2014 ....................................................................... II - 9Tabel 2.4. Capaian Agenda III. Penegakan Pilar Demokrasi Tahun 2010-2013 ....................................................................... II - 10Tabel 2.5. Capaian Agenda IV. Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2010-2013 .......................................................... II - 11Tabel 2.6. Capaian Agenda V. Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan Tahun 2010-2013 ................................................... II - 12Tabel 2.7. Capaian PN1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Tahun 2010-2013 ....................................................................... II - 15Tabel 2.8. SPM yang Telah Ditetapkan Tahun 2008 – 2013 ....................... II - 16Tabel 2.9. Capaian PN 2. Pendidikan Tahun 2010-2013 ............................. II - 18Tabel 2.10. Persentase Putus Sekolah dan Tidak Melanjutkan Tahun 2010-2013 ....................................................................... II - 20 Tabel 2.11. Capaian PN 3. Kesehatan Tahun 2010-2013 .............................. II - 25Tabel 2.12. Capaian PN 4. Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2010-2013 . II - 31Tabel 2.13. Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009-2013 ....................... II - 32Tabel 2.14. Capaian PN 5. Ketahanan Pangan Tahun 2010-2013 ................. II - 36Tabel 2.15. Perkembangan Pencapaian Surplus Beras Tahun 2010-2013 ... II - 37 Tabel 2.16. Capaian PN 6. Infrastruktur Tahun 2010-2013 .......................... II - 41Tabel 2.17. Daya Saing Infrastruktur Indonesia Tahun 2010-2013 ............... II - 42Tabel 2.18. Jangkauan Pengembangan Serat Optik Tahun 2012 .................. II - 46Tabel 2.19. Capaian PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha Tahun 2010-2013 ....................................................................... II - 47Tabel 2.20. Peringkat Efisiensi Pasar Kerja Indonesia .................................. II - 49Tabel 2.21. Capaian PN 8. Energi Tahun 2010-2013 ..................................... II - 50Tabel 2.22. Capaian PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Tahun 2010-2013 ....................................................................... II - 53Tabel 2.23. Capaian PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik Tahun 2010-2013................................................... II - 57Tabel 2.24. Capaian PN 11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi Tahun 2010-2013 ....................................................................... II - 60Tabel 2.25. Capaian PN 12. Politik, Hukum dan Keamanan Tahun 2010-2013 ....................................................................... II - 63Tabel 2.26. Capaian PN 13.Perekonomian Tahun 2010-2013 ....................... II - 66Tabel 2.27. Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2010-2014 ....................... II - 69Tabel 2.28. Capaian PN 14. Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010-2013 .......... II - 70Tabel 2.29. Perolehan Medali dan Peringkat Indonesia pada SEA Games ... II - 71Tabel 2.30. Kesimpulan Capaian Indikator 14 Prioritas Nasional ................. II - 74Tabel 3.1. Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013 ............................... III - 7

Page 9: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 ix

Tabel 3.2. Potret Kualitas Perencanaan, Pelaksanaan, dan Kinerja Program Pembangunan Nasional ............................................................. III - 11Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Kualitas Perencanaan, Pelaksanaan, dan Kinerja Program Pembangunan Nasional .................................. III - 12Tabel 3.4. Efisiensi dan Efektivitas Program .............................................. III - 16Tabel 4.1. Pertumbuhan Ekonomi di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 ........... IV - 3Tabel 4.2. Angka Kemiskinan di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 .................. IV - 4Tabel 4.3. Tingkat Pengangguran Terbuka di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 IV - 6Tabel 4.4. Usia Harapan Hidup di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 ................ IV - 7Tabel 4.5. Rata-rata Lama Sekolah di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 ......... IV - 8Tabel 4.6. Nilai Tukar Petani di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 ................... IV - 9Tabel 4.7. Rasio Elektrifikasi di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 .................... IV - 10Tabel 4.8. Indeks Pembangunan Manusia di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 ....................................................................... IV - 11Tabel 4.9. Kesesuaian antara Isu Strategis Nasional dengan Alokasi Dana Transfer APBN ke Daerah ........................................................... IV - 21Tabel 4.10. Kesesuaian antara Isu Strategis Masing-Masing Wilayah dengan dengan Alokasi Dana Transfer APBN .......................................... IV - 22Tabel 4.11. Kinerja Penyerapan Dana Transfer Daerah Tahun 2010-2013 Berdasarkan Isu Strategis Dominan Wilayah ............................. IV - 24Tabel 5.1. Ringkasan Keterkaitan Outcome PN 3. Kesehatan dengan Kinerja K/L dan Kualitas Program .............................................. V - 5Tabel 5.2. Ringkasan Keterkaitan Outcome PN 4. Penanggulangan Kemiskinan dengan Kinerja K/L dan Kualitas Program .............. V - 9Tabel 5.3. Isu Strategis Daerah Terkait PN 4. Penanggulangan Kemiskinan ................................................................................ V - 12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Monitoring dan Evaluasi ............................................ I - 4Gambar 1.2. Kerangka Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010-2014 ................................................................................. I - 5Gambar 2.1. Visi, Misi, Agenda Pembangunan RPJMN 2010-2014 ................ II -3Gambar 2.2. Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Tahun 2009-2014 ...... II - 6Gambar 2.3. Struktur Perekonomian Indonesia Tahun 2009-2014 ............... II - 6Gambar 2.4. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Tahun 2009-2013.................. II - 10Gambar 2.5. Kesenjangan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Kemiskinan Tahun 2009-2013 ....................................................................... II - 13Gambar 2.6. Perkembangan Jumlah PTSP/OSS di Daerah Tahun 2009-2013 II - 16Gambar 2.7. Perkembangan Jumlah K/L yang Telah Melaksanakan Reformasi Birokrasi Tahun 2008-2014 ...................................... II - 17Gambar 2.8. Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun ke Atas Tahun 2009-2013 ...................................................................... II - 19

Page 10: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014x

Gambar 2.9. Angka Buta Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas Tahun 2009-2013 ...................................................................... II - 19Gambar 2.10. APM SD/SDLB/MI/Paket A Tahun 2009-2013 ........................... II - 19Gambar 2.11. APM SMP/SMPLB/MTs/Paket B Tahun 2009-2013 ................... II - 19Gambar 2.12. APK SMA/SMK/MA/Sederajat Tahun 2009-2013 ...................... II - 20Gambar 2.13. APK Perguruan Tinggi Tahun 2009-2013 ................................... II - 20Gambar 2.14. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Kuantil 1 Tahun 2009-2012 ...................................................................... II - 21Gambar 2.15. Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2009-2012 ............................. II - 21Gambar 2.16. APK SMA/SMK/MA/Paket C Menurut Provinsi Tahun 2012 ..... II - 21Gambar 2.17. Perkembangan Persentase Guru Bekualifikasi Akademik S1/D4 Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2009-2012 ........................ II - 22Gambar 2.18. Persentase Ibu Hamil dengan Pelayanan Antenatal Pertama (K1) dan Pelayanan 4 Kali (K4) Tahun 2003-2012 ............................. II - 26Gambar 2.19. Total Fertility Rate (TFR) SDKI 1991-2012 ................................ II - 26Gambar 2.20. Contraceptive Prevalence Rate/CPR, SDKI 1991 – 2012 ........... II - 27Gambar 2.21. Unmet Need, SDKI 1991 – 2012 ................................................ II - 27Gambar 2.22. Cakupan KN1, Imnunisasi Dasar Lengkap dan Campak Tahun 2004-2012 ...................................................................... II - 27Gambar 2.23. Prevalensi Kekurangan Gizi per Provinsi Tahun 2007, 2010, 2013 ............................................................. II - 28Gambar 2.24. Kasus HIV dan AIDS Tahun 2009-2013 ...................................... II - 29Gambar 2.25. Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan Tahun 2009-2013 ...................................................................... II - 30Gambar 2.26. Perkembangan Anggota Keluarga PKH yang Terverifikasi Tahun 2009-2013 ...................................................................... II - 32Gambar 2.27. Pelaksanaan Program Bantuan Siswa Miskin Tahun 2009-2013 II - 33Gambar 2.28. Capaian Klaster 2 PNPM : Jumlah Kecamatan Tahun 2009-2013 II - 33Gambar 2.29. Capaian Klaster 2 PNPM : Jumlah BLM Bersumber APBN Tahun 2009-2013 ...................................................................... II - 30Gambar 2.30. Realisasi Penyaluran KUR Tahun 2009-2013 ............................ . II - 35Gambar 2.31. Perkembangan Pembangunan Jalan Tol Tahun 2009-2013 ....... II - 42Gambar 2.32. Jumlah Pengembangan BRT dan Bus Pelajar/Mahasiswa/Kampus Tahun 2009-2013 ....................................................................... II - 43Gambar 2.33. Jumlah Penumpang Angkutan Udara Dalam dan Luar Negeri Tahun 2009-2013 ....................................................................... II - 44Gambar 2.34. Jumlah Bandara Baru yang Dibangun Tahun 2009-2013 ........... II - 44Gambar 2.35. Jumlah Bandara yang Dikembangkan dan Direhabilitasi Tahun 2009-2012 ...................................................................... II - 44Gambar 2.36. Bus BRT di Perkotaan ................................................................ II - 44Gambar 2.37. Pembangunan Rusunawa Tahun 2009-2013 ............................. II - 45Gambar 2.38. Panjang Sarana/Prasarana Pengendalian Banjir yang Dibangun Tahun 2009-2013 ...................................................................... II - 45Gambar 2.39. Perkembangan Realisasi Investasi: Per Triwulan Tahun 2010-2013 ....................................................................... II - 48

Page 11: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 xi

Gambar 2.40. Rasio Elektrifikasi dan Kapasitas Pembangkit Listrik Tahun 2013 II - 52Gambar 2.41. Laju Deforestasi Indonesia (Juta Ha Rata-rata/Periode) Tahun 2003-2011 ...................................................................... II - 54Gambar 2.42. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Daerah Tertinggal Tahun 2005-2013 ....................................................................... II - 58Gambar 2.43. Perkembangan Rata-Rata Persentase Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal Tahun 2005-2013 ...................................... II - 58Gambar 2.44. Tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Daerah Tertinggal Tahun 2005-2013 ...................................................... II - 59Gambar 2.45. Pencapaian Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional Tahun 2010-2013 .......................... II - 67Gambar 3.1. Target dan Realisasi Fisik K/L (%) Tahun 2010-2013 ................. III - 3Gambar 3.2. Alokasi dan Realisasi Anggaran K/L Tahun 2009-2013 .............. III - 4Gambar 3.3. Rata-rata Realisasi Fisik dan Anggaran 20 Kementerian (%) Tahun 2011-2013 ....................................................................... III - 5Gambar 3.4. Sebaran 20 Kementerian Berdasarkan Kondisi Kinerja Tahun 2013 ................................................................................ III -6Gambar 3.5. Jumlah Kementerian Berdasarkan Persentase Indikator Tercapai Tahun 2013 ................................................................. III - 8Gambar 3.6. Jumlah Kementerian Berdasarkan Persentase Indikator Meningkat Tahun 2013 ............................................................. III - 8Gambar 3.7. Daftar Permasalahan Pencapaian Program RKP 2013 dari 20 Kementerian ......................................................................... III - 9Gambar 3.8. Persentase Nilai Kualitas Program ............................................. III - 10Gambar 3.9. Persentase Kualitas Rancangan, Kualitas Pelaksanaan, dan Kinerja Program ......................................................................... III - 10Gambar 3.10. Persentase Program Menurut Kriteria Kualitas Rancangan Program: Kelengkapan, Ketepatan, Keterkaitan dengan PN, dan Keberlanjutan ............................................................................ III - 13Gambar 3.11. Persentase Cara Perancangan Program .................................... III - 14Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 .......... IV - 4Gambar 4.2. Angka Kemiskinan di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 ................... IV - 5Gambar 4.3. Tingkat Pengangguran Terbuka di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 IV - 6Gambar 4.4. Usia Harapan Hidup di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 ................ IV - 7Gambar 4.5. Rata-rata Lama Sekolah di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 .......... IV - 8Gambar 4.6. Nilai Tukar Petani di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 .................... IV - 9Gambar 4.7. Rasio Elektrifikasi di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 .................... IV - 11Gambar 4.8. Indeks Pembangunan Manusia di 33 Provinsi Tahun 2012-2013 ....................................................................... IV - 12Gambar 4.9. Jumlah Provinsi dan Isu Strategis Daerah .................................. IV - 13Gambar 4.10. Isu Strategis Wilayah ................................................................. IV - 14Gambar 4.11. Persentase Alokasi Dana Transfer APBN Tahun 2010-2013 ....... IV - 18Gambar 4.12. Distribusi Dana Transfer APBN kepada Pemerintah Provinsi Berdasarkan Prioritas Nasional Tahun 2010-2013 .................... IV - 18Gambar 4.13. Alokasi Dana Transfer APBN kepada Pemerintah Provinsi Berdasarkan Prioritas Nasional Tahun 2010-2013 .................... IV - 19

Page 12: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014xii

Gambar 4.14. Distribusi Dana Transfer APBN Berdasarkan Wilayah Tahun 2010-2013 ...................................................................... IV - 20Gambar 4.15. Alokasi Dana Transfer APBN dan Isu Strategis di Wilayah Maluku-Papua Tahun 2010-2013 per Prioritas Nasional ........... IV - 23Gambar 5.1. Keterkaitan Outcome Pembangunan dengan Kinerja K/L dan Kualitas Program ........................................................................ V - 3Gambar 5.2. Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah ....................................................................................... V - 10Gambar 6.1. Kesimpulan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional ...... VI - 5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013 ............................... 1 Lampiran B. Profil Kualitas Program dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional ..................................................................................... 25Lampiran C. Capaian Pembangunan, Permasalahan, dan Isu Strategis Daerah ....................................................................................... 39

DAFTAR BOKS

Boks 1. Peran Usaha Mikro Kecil Menengah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat ................................................................... II - 34 Boks 2. Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani .................................................................................................... II - 38Boks 3. Evaluasi Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu ............... V - 6Boks 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak ........... V - 7

Page 13: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 xiii

DAFTAR SINGKATAN

A

ABK = Awak Buah KapalAIDS = Acquired Immune Deficiency SyndromeAKB = AngkaKematianBayiAKBA = AnkaKematianBalitaAKI = AngkaKematianIbuMelahirkanAKINO = AngkaKematianIbuMenujuNolAlutsista = Alat utama sistem pertahananAPBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAPBN-P = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara PerubahanAPI = Annual Parasite IncidenceAPK = AngkaPartisipasiKasarAPM = AngkaPartisipasiMurniAPS = AngkaPartisipasiSekolahARG = Anggaran Responsif GenderARV = Anti RetroviralAS = Amerika SerikatASI = Air Susu IbuAWOS = Automatic Weather Observation SystemAWS = Automatic Weather Station

B

B3 = Bahan Berbahaya dan BeracunBansos = Bantuan SosialBappenas = Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBBG = Bahan Bakar GasBBM = Bahan Bakar MinyakBCB = Benda Cagar BudayaBI = Bank IndonesiaBIN = Badan Intelijen NegaraBidikMisi = Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa BerprestasiBKKBN = Badan Koordinasi Keluarga Berencana NasionalBLM = Bantuan Langsung MasyarakatBMKG = BadanMeteorologiKlimatologidanGeofisikaBNPB = Badan Nasional Penanggulangan BencanaBNPT = Badan Nasional Penanggulangan TerorismeBNP2TKI = Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja IndonesiaBP3TKI = Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja IndonesiaBOK = Bantuan Operasional KesehatanBOS = Bantuan Operasional SekolahBOS SM = Bantuan Operasional Sekolah Sekolah MenengahBPBD = Badan Penanggulangan Bencana DaerahBPHN = Badan Pembinaan Hukum NasionalBPJS = Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan BPK = Badan Pemeriksa KeuanganBPPT = Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiBPS = BadanPusatStatistikBRIC = Brazil, Russia, India, ChinaBRT = Bus Rapid TransitBSM = Bantuan Siswa MiskinBULOG = BadanUrusanLogistik

Page 14: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014xiv

BUMD = Badan Usaha Milik DaerahBUMN = Badan Usaha Milik Negara

C

CEWS = Climate Early Warning SystemCIVITS = China, India, Vietnam, Indonesia, Turkey, South AfricaCPNS = Calon Pegawai Negeri SipilCPR = Contraceptive Prevalence RateCPO = Crude Palm OilCSR = Corporate Social ResponsibilityCTKI = Calon Tenaga Kerja Indonesia

D

DAK = Dana Alokasi KhususDAOPS = Daerah OperasiDAS = Daerah Aliran SungaiDBD = Demam Berdarah DenguDDUB = Dana Daerah untuk Urusan BersamaDekon = DekonsentrasiDeMAM = Desa Mandiri Anggur MerahDI = DaerahIstimewaDIM = DaftarInventarisasiMasalahDIPA = DaftarIsianPelaksanaanAnggaranDit = DirektoratDK = Dewan KeamananDKI = Daerah Khusus IbukotaDKPDN = DaftarKegiatanPinjamanDalamNegeriDO = Drop OutDOTS = Direct Observed Treatment Short Course DPR = Dewan Perwakilan RakyatDPT = DaftarPemilihTetapDTPK = Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan

E

EAT = Evaluasi Akhir TahunEKP = Evaluasi Kinerja Pembangunan EKPD = Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahEOR = Enhanced Oil Recovery ESDM = Energi dan Sumber Daya MineralE-I = Ekspor-Impore-KTP = Elektronik Kartu Tanda Penduduke-Monev = Elektronik Monitoring dan Evaluasi

F

Faskes = Fasilitas KesehatanFKPT = Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme

G

GAIN = Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional GFP = Good Farming PracticesGNCM = Gerakan Nasional Cinta MuseumGP3K = Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis KorporasiGPS = Global Positioning System

Page 15: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 xv

H

Ha = HektarHAM = Hak Asasi ManusiaHBP = Harga Beli PetaniHIV = Human Immunodeficiency Virus

I

ICT = Information and Communication TechnologyIDI = Indeks Demokrasi IndonesiaIFC = International Finance CorporationIIPP = Indeks Integritas Pelayanan PublikIKLH = Indeks Kualitas Lingkungan HidupInlis Lite = Integrated Library SystemIPK = Indeks Persepsi KorupsiIPM = Indeks Pembangunan Manusia IPP = Independent Power ProducerIptek = Ilmu pengetahuan dan teknologiIT = Information TechnologyIUD = Intrauterine Device

J

Jamkesmas = Jaminan Kesehatan Masyarakat

KK1 = Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester I (sebelum usia kehamilan 12 minggu)K4 = Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester III (usia kehamilan >36 minggu)KA = Kereta ApiKab/Kota = Kabupaten/KotaKB = Keluarga BerencanaKB dan KS = Keluarga Berencana dan Keluarga SejahteraKBRI = Kedutaan Besar Republik IndonesiaKemdikbud = Kementerian Pendidikan dan KebudayaanKemendagri = Kementerian Dalam NegeriKemensos = Kementerian SosialKemhan = Kementerian PertahananKESDM = Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKHL = Kebutuhan Hidup LayakKIA = Kesehatan Ibu dan AnakKKIP = Komite Kebijakan Industri PertahananKKKS = Kontraktor Kontrak Kerja SamaKKPE = Kredit Ketahanan Pangan dan EnergiKLH = Kementerian Lingkungan HidupK/L = Kementerian/LembagaKN 1 = Kunjungan Neonatal PertamaKPK = Komisi Pemberantasan KorupsiKPP dan PA = Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

AnakKPS = Kartu Perlindungan SosialKPU = Komisi Pemilihan UmumKSM = Kelompok Swadaya Masyarakat KTP = Kartu Tanda PendudukKUHAP = Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

Page 16: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014xvi

KUHP = Kitab Undang-undang Hukum PidanaKum = KumulatifKUR = Kredit Usaha Rakyatkwh = kilo watt hours

L

Lakip = Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahLKPJ = Laporan Keterangan Pertanggung JawabanLKS = Lembaga Kerja SamaLPTK = Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan

M

MA = Madrasah AliyahMA = Mahkamah AgungMBS = Manajemen Berbasis SekolahMEWS = Modified Early Warning System MI = MadrasahIbtidaiyahMIH = Menuju Indonesia Hijau MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka PanjangMPA = Masyarakat Peduli ApiMP3EI = Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

IndonesiaMRT = Mass Rapid TransitMTs = Madrasah TsanawiyahMW = Mega WattM. PPN = Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

N

NAD = Nanggroe Aceh DarussalamNAMA = Non Agricultural Market AccessNIK = Nomor Induk KependudukanNKRI = Negara Kesatuan Republik IndonesiaNTP = Nilai Tukar PetaniNTN = Nilai Tukar Nelayann.a. = Not available

O

ODHA = Orang dengan HIV dan AIDSOSS = One Stop ServiceOTJ = Otoritas Transportasi Jabodetabek

P

P2TP2A = Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan AnakP4T = Pemilikan, Penguasaan, Penggunaan, dan Pemanfaatan TanahPA = PesertaKBAktifPB = Peserta KB BaruPAN dan RB = Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi BirokrasiPAUD = Pendidikan Anak Usia DiniPBB = Perserikatan Bangsa-BangsaPDB = ProdukDomestikBrutoPDN = Pinjaman Dalam Negeri PDRB = ProdukDomestikRegionalBrotoPemda = Pemerintah Daerah Pemilu = Pemilihan UmumPemilukada = Pemilihan Umum Kepala DaerahPerda = Peraturan DaerahPergub = Peraturan Gubernur

Page 17: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 xvii

Permen = Peraturan MenteriPerpres = Peraturan PresidenPersero = Perseroan PHK = Pemutusan Hubungan KerjaPJPK = Penanggung Jawab Proyek KerjasamaPKH = Program Keluarga HarapanPKWT = Perjanjian Kerja Waktu TertentuPLN = Perusahaan Listrik NegaraPLTA = Pembangkit Listrik Tenaga AirPLTD = Pembangkit Listrik Tenaga DieselPLTG = Pembangkit Listrik Tenaga GasPLTMH = Pembangkit Listrik Tenaga Mini HidroPLTP = Pusat Listrik Tenaga Panas BumiPLTS = Pembangkit Listrik Tenaga SuryaPLTU = Pembangkit Listrik Tenaga UapPMA = Penanaman Modal AsingPMDN = Penanaman Modal Dalam NegeriPMTB = PembentukanModalTetapDomestikBrutoPMTK = Peraturan Menteri Tenaga KerjaPMK = Peraturan Menteri KeuanganPN = Prioritas NasionalPNBP = Penerimaan Negara Bukan PajakPNBP USO = Penerimaan Negara Bukan Pajak Universal Service ObligationPNPM = Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM Mandiri = Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat MandiriPNPM MP = Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PerdesaanPNPM PISEW = Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan

Infrastruktur Sosial Ekonomi WilayahPNPM PUAP = Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan

Usaha Agribisnis PerdesaanPNS = Pegawai Negeri SipilPolindes = Pos Bersalin DesaPOLRI = Kepolisian Republik IndonesiaPONED = Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi DasarPONEK = Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi KomprehensifPosyandu = Pos Pelayanan Terpadu PP = Peraturan PemerintahPP dan PA = Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan AnakPPIH = PanitiaPenyelenggaraIbadahHajiPPN = Perencanaan Pembangunan NasionalPPRG = Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender PPTKIS = Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia SwastaPPU = Private Power UtilityProlegnas = Program Legislasi NasionalProv = ProvinsiPT = Perguruan TinggiPT = Perseroan Terbatas PTA = Perguruan Tinggi AgamaPTN = Perguruan Tinggi NegeriPTSP = Pelayanan Terpadu Satu PintuPU dan PR = Pekerjaan Umum dan Penataan RuangPUG = Pengarusutamaan Gender

R

RAD GRK = Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah KacaRAN = Rencana Aksi Nasional

Page 18: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014xviii

RAN API = Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan IklimRAN GRK = Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah KacaRAN HAM = Rencana Aksi Nasional Hak Asasi ManusiaRAN PRB = Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko BencanaRaskin = Subsidi Beras Untuk Masyarakat MiskinRENAS PB = Rencana Nasional Penanggulangan BencanaRespek = Rencana Strategi Pengembangan KampungRHL = RehabilitasiHutandanLahanKritisRI = Republik IndonesiaRKB = Ruang Kelas BaruRKP = Rencana Kerja PemerintahRPH = Rumah Potong HewanRPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalRPJPN = Rencana Pembangunan Jangka Panjang NasionalRP2N = Reviu Program Pembangunan NasionalRPP = Rancangan Peraturan Pemerintah RS = Rumah SakitRSUD = Rumah Sakit Umum DaerahRT = Rumah TanggaRTRW = Rencana Tata Ruang WilayahRTS = Rumah Tangga SasaranRTSM = Rumah Tangga Sangat MiskinRusunawa = Rumah Susun Sederhana SewaRUU = Rancangan Undang-UndangR&D = Research and Development

S

SAR = Search and RescueSB = Serikat BuruhSBI = SertifikatBankIndonesiaSD = Sekolah DasarSDA = Sumber Daya AlamSDKI = SurveiDemografidanKesehatanIndonesiaSDLB = Sekolah Dasar Luar BiasaSDM = Sumber Daya ManusiaSEA Games = South East Asia GamesSIUP = Surat Ijin Usaha PerdaganganSIM-TKI = Sistem Informasi Tenaga Kerja IndonesiaSIN = Sistem Integritas Nasional SKB = Surat Keputusan BersamaSKPD = Satuan Kerja Perangkat DaerahSLI = Sekolah Lapang IklimSMA = Sekolah Menengah AtasSMART = SatuanManggalaAgniReaksiTaktisSMART(ER) = Specific Measurable Attainable Relevant Time-bound Evaluate

Re-evaluate SMP = Sekolah Menengah PertamaSMPLB = Sekolah Menengah Pertama Luar BiasaSMK = Sekolah Menengah KejuruanSNP = Standar Pendidikan NasionalSP = Serikat PekerjaSP = Sensus PendudukSPBG = Stasiun Pengisian Bahan Bakar GasSPIPISE = Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara ElektronikSPM = Standar Pelayanan Minimum

Page 19: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 xix

SPPN = Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSRC-PB = Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan BencanaSTBM = Sanitasi Total Berbasis MasyarakatSusenas = Survei Sosial Ekonomi Nasional

T

TA = Tahun AnggaranTB = TuberculosisTB = Twin BlokTDP = TandaDaftarPerusahaanTEWS = Tsunami Early Warning SystemTFR = Total Fertility Rate TGHK = Tata Guna Hutan KesepakatanTHC = Terminal Handling CostTIK = Teknologi Informasi dan KomunikasiTKI = Tenaga Kerja IndonesiaTNI = Tentara Nasional IndonesiaTNP2K = Tim Nasional Percepatan Penanggulangan KemiskinanTOT = Training of TrainerTP = Tugas PembantuanTPAK = TingkatPartisipasiAngkatanKerjaTPT = Tingkat Pengangguran TerbukaTRL = Technology Readiness Level

U

UB = Urusan BersamaUCI = Universal Child ImmunizationUHH = Usia Harapan HidupUKM = Usaha Kecil Menengah UMKM = Usaha Mikro Kecil MenengahUMP = Upah Minimum Provinsi UNCAC = United Nations Convention Againts CorruptionUKL = Upaya Pengelolaan Lingkungan HidupUPL = Unit Pengelolaan LimbahUPR = Universal Periodic ReviewUPTD = Unit Pelaksana Teknis DaerahUSB = Unit Sekolah BaruUSD = Dollar Amerika SerikatUSO = Universal Service Obligation UT = Universitas TerbukaUU = Undang-UndangUU SISDIKNAS = Undang-Undang Sistem Pendidikan NasionalUU SPPN = Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

W

WB = World BankWNI = Warga Negara IndonesiaWTP = Wajar Tanpa Pengecualian

Y

Yankesmas = Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Page 20: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014xx

Page 21: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Bab 1Pendahuluan

Page 22: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014I - 2

Bab 1 - Pendahuluan

Page 23: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 I - 3

1.1. Latar Belakang

Sebagai suatu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan, evaluasi pelaksanaan pembangunan nasional merupakan salah satu tahapan penting untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; serta memberikan umpan balik yang berkualitas bagi penyusunan rencana pembangunan berikutnya. Undang-Undang No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan telah mengamanatkan perlunya dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan nasional, dalam kerangka jangka menengah (RPJMN) maupun tahunan (RKP).

Dalam kurun waktu 2010-2014, seluruh tahapan pembangunan diarahkan untuk pencapaian visi pembangunan Indonesia 2014, yaitu terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 disusun dan dilaksanakan sebagai pedoman bagi seluruh komponen bangsa baik itu pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional secara sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi. Kemudian, RKP disusun sebagai penjabaran dari RPJMN untuk memberikan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional pada tahun berjalan.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas berperan strategis dalam melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan nasional, kajian dan evaluasi kebijakan yang berkualitas terhadap permasalahan pembangunan, sebagai masukan bagi proses perencanaan berikutnya dan atau untuk perumusan kebijakan pembangunan di berbagai bidang. Hal ini seyogianya tercermin dalam proses penyusunan RPJMN 2015-2019, sebagai RPJMN ke-3 dari rangkaian RPJPN 2005-2025. Pemanfaatan hasil-hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana serta hasil kajian atau evaluasi kebijakan, diharapkan tidak hanya terbatas untuk proses perencanaan pembangunan saja, tetapi juga dapat menjadi masukan untuk perumusan kebijakan pembangunan di berbagai bidang.

1.2. Tujuan

Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014 dilakukan untuk: (1) Mengevaluasi capaian outcome pembangunan nasional yang ditentukan dalam RPJMN 2010-2014; (2) Mengevaluasi kinerja K/L dalam mendukung pencapaian prioritas nasional sekaligus kinerja program yang dilaksanakan, termasuk lebih detil menyangkut kualitas perencanaan dan pelaksanaan sejumlah program pembangunan nasional; dan (3) Mengevaluasi kinerja pembangunan di daerah terkait kebijakan/program pembangunan nasional yang dilaksanakan.

Buku Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014 ini bermanfaat untuk: (1) Memberikan gambaran capaian outcome pembangunan nasional selama empat tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014; (2) Memberikan gambaran kondisi capaian fisik dan realisasi anggaran dari K/L pelaksana program pembangunan; (3) Memberikan catatan untuk perbaikan dalam penyusunan RPJMN dan RKP periode mendatang; dan (4) Memberikan pembelajaran pentingnya monitoring dan evaluasi pada siklus perencanaan pembangunan.

Page 24: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014I - 4

Bab 1 - Pendahuluan

1.3 Kerangka Pikir Evaluasi

Dalam konteks pembangunan, dipahami bahwa perencanaan pembangunan terdiri dari empat tahapan, seperti pada Gambar 1.1., yakni: (1) perencanaan, (2) penganggaran, (3) pelaksanaan, serta (4) pengendalian dan evaluasi. Keempat tahapan ini merupakan bagian dari fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling melengkapi dan merupakan masukan bagi yang lain. Khusus tentang pengendalian dan evaluasi, merupakan tahapan penting dalam pembangunan, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan.

Gambar 1.1. Kerangka Monitoring dan Evaluasi

Kerangka Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014 pada Gambar 1.2, terbagi ke dalam lima tahap evaluasi. Kelima tahapan ini menunjukkan rangkaian evaluasi yang sistematis, terkait dan berkesinambungan, tidak hanya di level nasional tetapi juga menggambarkan implementasi di daerah. Sebenarnya langkah awal adalah melakukan evaluasi dampak untuk kebijakan dan program nasional (misalnya: Kemiskinan dan Keluarga Berencana), namun evaluasi yang demikian memerlukan biaya, waktu, dan sumber daya besar. Karenanya selama ini yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, evaluasi pada tataran outcome terhadap pelaksanaan RPJMN 2010-2014 secara periodik telah dilaksanakan sejak tahun 2011. Saat ini, evaluasi atas empat tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dilakukan untuk melihat capaian outcome 14 prioritas nasional pembangunan, apakah telah tercapai (on track), perlu kerja keras, atau sangat sullt tercapai.

Langkah kedua hingga keempat adalah evaluasi pelaksanaan pembangunan yang lebih spesifik untuk melihat kinerja K/L, kinerja program, hingga kualitas program pembangunan nasional yang memberikan dukungan terhadap pencapaian prioritas pembangunan nasional.

Perkembangan realisasi fisik dan anggaran K/L pada tahun 2010-2014 secara umum dapat memberikan gambaran sejauh mana kinerja K/L pelaksana pembangunan dalam melaksanakan perannya untuk mencapai target pembangunan nasional. Kemudian, secara

Page 25: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 I - 5

khusus potret kinerja K/L yang diwakili oleh 20 kementerian diharapkan dapat menjelaskan aspek ketercapaian indikator program yang dilaksanakan, dikaitkan dengan kondisi realisasi fisik dan anggaran. Potret ini merupakan hasil Evaluasi Akhir Tahun RKP 2013.

Sementara itu, potret kualitas rancangan dan pelaksanaan program digali dari hasil Reviu Program Pembangunan Nasional atas 14 program pembangunan. Hal ini penting dilakukan mengingat program pembangunan diformulasikan sebagai terjemahan arah pembangunan nasional dan merupakan turunan dari 14 PN. Selain itu, pasal 12 ayat 2 PP No.39/2006 juga menegaskan bahwa pelaksanaan RPJMN perlu dievaluasi untuk menilai kinerja (efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan keberlanjutan) program.

Rangkaian evaluasi kemudian dilanjutkan dengan langkah kelima, evaluasi kinerja daerah yang dilakukan secara sistematis dan komprehensif di 33 provinsi, sehingga dapat mengidentifikasi sampai sejauh mana tingkat pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja suatu daerah terhadap target-target yang telah ditetapkan. Tiga hal utama hasil dari pelaksanaan evaluasi kinerja daerah adalah: (1) Terdeskripsikannya capaian pembangunan daerah tahun 2012 dan 2013; (2) Tersusunnya isu strategis daerah sebagai hasil identifikasi atas sejumlah permasalahan daerah; dan (3) Tergambarkannya kebijakan alokasi dana dekonsentrasi atau tugas pembantuan, terutama dalam hal: (a) kesesuaian dengan isu strategis daerah yang ditemukan, dan (b) kinerja penyerapan dana dekonsentrasi/tugas pembantuan pada tiap provinsi dan tiap sektor atau K/L terkait.

Gambar 1.2. Kerangka Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010-2014

Page 26: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014I - 6

Bab 1 - Pendahuluan

Page 27: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Bab 2Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Page 28: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 2

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Page 29: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 3

2.1. Capaian Misi dan Agenda Pembangunan NasionalSelama empat tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014, banyak hal yang telah dicapai dalam segala bidang untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia 2014: Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari capaian indikator pembangunan yang mencapai target yang ditetapkan RPJMN. Namun demikian, masih terdapat beberapa hal yang perlu diupayakan lebih keras oleh semua pihak untuk merumuskan kebijakan dan program-program pembangunan yang mendukung pencapaian prioritas nasional, sehingga keberhasilan dalam peningkatan kesejahteraan, demokrasi, dan keadilan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Gambar 2.1. Visi, Misi, Agenda Pembangunan RPJMN 2010-2014

Keterangan: PN = Prioritas Nasional

2.1.1. Misi PembangunanMisi 1: Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera

Pencapaian Misi 1 ini ditunjukkan dengan membaiknya beberapa indikator, yaitu IPM, penurunan angka kemiskinan, rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas, usia harapan hidup, dan infrastruktur dasar.

Angka IPM Indonesia pada tahun 2013 sebesar 79,3, sedikit meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 75,8. Menurut Badan Program Pembangunan PBB (UNDP), Indonesia menduduki peringkat ke-108 dari 187 negara, dimana peringkat tersebut naik tipis dari posisi tahun 2011 di peringkat 124. Pencapaian angka IPM tersebut didukung oleh beberapa indikator yang terkait seperti pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan dan pendidikan.

Ketahanan ekonomi Indonesia dalam periode 2010-2013 terbukti masih sangat baik, walaupun kinerja perekonomian Indonesia sebagian besar masih dipengaruhi oleh tekanan eksternal (krisis keuangan dan resesi global). Hal ini tercermin dari rata-rata pertumbuhan perekonomian pada periode 2010-2013 yang masih mencapai 6,2 persen. Pada semester I tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 5,2 persen (y-o-y) dibandingkan dengan semester I tahun 2013 yang mencapai sebesar 5,9 persen. Sementara itu, kondisi ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan

Pembangunan

Indonesia sejahtera

ditandai dengan

pencapaian IPM 73,3

(2012), kemisikinan

11,3 persen pada

bulan Maret

2014,Usia Harapan

Hidup menjadi 71,1

(2012), dan perbaikan

infrastruktur dasar.

Page 30: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 4

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

menurunnya tingkat pengangguran. Hingga Februari 2014, tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,7 persen, menurun dibandingkan bulan Februari 2013 yang besarnya 5,8 persen. Kemudian, tingkat kemiskinan menunjukkan penurunan, yaitu dari 11,4 persen pada bulan Maret 2013 menjadi 11,3 persen pada bulan Maret 2014.

Capaian terkait bidang pendidikan diantaranya didukung oleh dua indikator yaitu capaian rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dan angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas. Selama empat tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014, capaian kedua indikator tersebut telah sesuai dengan yang diharapkan dan diperkirakan akan mencapai target yang ditetapkan pada 2014.

Terkait dengan bidang kesehatan, indikator yang mendukung yaitu UHH, AKI, dan AKB. Selama 4 tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014 capaian ketiga indikator tersebut kurang memuaskan. Meskipun indikator UHH sedikit meningkat dari 70,7 tahun pada 2009 menjadi 71,1 tahun pada 2012, namun masih perlu usaha keras untuk mencapai target 2014 di angka 72 tahun. Sementara itu, penurunan AKI dan AKB masih sangat sulit untuk mencapai target RPJMN pada akhir tahun 2014.

Capaian PKH sampai dengan posisi pertengahan tahun 2013 adalah jumlah RTSM yang mendapat bantuan sebesar 1,4 juta KSM dengan cakupan di akhir tahun sebanyak 2,4 juta KSM, mencakup 33 provinsi dan 366 kab/kota.

Sementara itu, pencapaian penyediaan infrastruktur dasar mengalami perbaikan. Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap hunian yang layak, Pemerintah telah menyediakan rusunawa, memfasilitasi pembangunan rumah baru secara swadaya (hingga 2013) sebanyak 28.706 unit dan peningkatan kualitas rumah mencapai 111.476 unit. Selain itu dilakukan juga fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana dasar permukiman seperti jalan lingkungan, air minum dan sanitasi. Terkait pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dalam skala luas, upaya yang dilakukan pemerintah antara lain rehabilitasi hutan dan lahan rusak dengan menurunkan luas lahan kritis dari 27,2 juta ha pada tahun 2011 menjadi 22,03 juta ha pada tahun 2012. Berkurangnya lahan kritis akan berdampak pada perbaikan lingkungan dan penurunan emisi gas rumah kaca.

Misi 2: Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi

Pencapaian Misi 2, secara umum masih kurang memuaskan dan masih diperlukan upaya lebih keras untuk mewujudkan misi tersebut.

Pelaksanaan tata kelola pemerintahan masih belum memenuhi target yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan oleh penyediaan layanan publik untuk kemudahan berusaha yang masih belum efefktif, pelaksanaan administrasi keuangan daerah yang masih belum tertata, budaya kerja yang tidak menunjang peningkatan kinerja nasional, dan kualitas SDM aparatur yang masih rendah. Karenanya, perbaikan kinerja birokrasi pemerintahan harus ditingkatkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek di atas secara komperehensif. Meskipun dilihat dari sisi skor integritas pelayanan publik untuk pusat dan daerah mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya.

Terkait dengan penegakan pilar demokrasi, pencapaian yang dihasilkan terlihat dari IDI berkategori sedang (medium performing democracy), yang menunjukkan kebebasan masyarakat sipil dan kinerja lembaga demokrasi memiliki ruang yang cukup untuk berkembang. Di sisi lain, pembangunan bidang politik telah memberikan hasil yang cukup signifikan dalam memberikan dan menjaga hak politik dan kebebasan masyarakat sipil diantaranya kebebasan memilih dan dipilih dalam pemilu/pemilukada. Hal ini terlihat dengan masuknya Indonesia dalam kategori negara bebas bersama negara-negara maju dengan tingkat kebebasan sebesar 2,5. Perbaikan juga terlihat dari kondisi kebebasan pers yang semakin membaik dengan diperolehnya status Partly Free Pers dengan skor 49.

Sektor pelayanan

publik menunjukkan

kecenderungan

perbaikan,

pembangunan politik

telah memberikan

hasil cukup

signifikan, dan upaya

pemberantasan

korupsi telah

menunjukkan kinerja

yang meningkat.

Page 31: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 5

Sementara itu, upaya penengakan hukum dan pemberantasan korupsi masih perlu diupayakan lebih keras. Meskipun kecenderungan pemberantasan korupsi menunjukan angka yang meningkat, namun belum memperlihatkan perkembangan yang signifikan. Hal ini terlihat dari skor IPK yang cenderung tetap dibanding tahun sebelumnya dan menurunnya jumlah K/L yang mendapatkan opini WTP. Pemerintah juga masih perlu melakukan upaya yang lebih keras untuk mencapai keadilan hukum di masyarakat. Hal ini terlihat dari masih lambatnya proses pembuatan undang-undang melalui prolegnas, lemahnya koordinasi dan komunikasi antarinstansi, dan penegakan hukum yang belum memberikan rasa keadilan bagi masyarakat, serta rendahnya penyelesaian perkara.

Misi 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang

Pencapaian Misi 3 didukung oleh indikator jaminan kesehatan masyarakat, perbaikan akses untuk semua kelompok terhadap kebebasan berpolitik, kesetaraan gender, dan penghapusan segala macam bentuk diskriminasi yang hasilnya belum cukup memuaskan.

Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pemerintah menyelenggarakan SJSN bidang kesehatan. Hingga pertengahan tahun 2014, 77,1 persen masyarakat telah memiliki jaminan kesehatan. Diharapkan pada tahun 2019 jaminan kesehatan telah mencakup seluruh penduduk. Untuk melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional, Pemerintah telah membentuk BPJS Kesehatan untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Terkait perbaikan terhadap kebebasan berpolitik, tingkat partisipasi politik rakyat dalam Pemilu 2014 mencapai rata-rata 75,11 persen. Tingkat partisipasi politik tahun 2009 adalah 70,99 persen untuk pemilu legislatif dan 72,56 persen untuk pemilu presiden.

Kesetaraan gender di bidang politik telah dijamin di dalam UU No.8/2012 yang tercermin pada kuota keterwakilan perempuan dalam struktur kepengurusan partai sebanyak 30 persen pada partai politik yang lolos verifikasi faktual peserta Pemilu 2014.

Sementara itu, untuk upaya penghapusan segala macam bentuk diskriminasi telah dilakukan upaya afirmasi terhadap kelompok masyarakat yang tertinggal, orang cacat dan terpinggirkan dalam bidang ekonomi melalui peningkatan pelayanan dasar dengan terselenggaranya PKH dalam bentuk memberikan bantuan tunai bersyarat. Upaya lain yang dilaksanakan yaitu Program BSM untuk pendidikan dasar dan pelaksanaan PNPM Mandiri.

2.1.2 Agenda PembangunanAgenda I: Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

Pencapaian agenda pembangunan bidang ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat masih menunjukkan kondisi yang kurang memuaskan dan masih diperlukan perbaikan dan upaya yang keras untuk mencapai target 2014 (Tabel 2.1).

Pada semester I tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 5,2 persen (y-o-y) dibandingkan dengan semester I tahun 2013 yang mencapai 5,9 persen (Gambar 2.2). Dari sisi lapangan usaha, semua sektor ekonomi pada semester I tahun 2014 mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti, dan hanya sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi (Gambar 2.3).

Dari sisi moneter, perubahan kebijakan moneter global dari kebijakan yang sangat longgar beralih ke normal sejak pertengahan tahun 2013 telah mempengaruhi stabilitas ekonomi. Rata-rata bulanan nilai tukar rupiah mencapai Rp.12.087 per USD pada tahun 2013, terdepresiasi 25,3 persen dibandingkan tahun 2012. Terkait dengan kenaikan BBM bersubsidi yang dilakukan dalam rangka meningkatkan ketahanan fiskal, inflasi telah meningkat menjadi rata-rata 8,4 persen pada tahun 2013, namun secara bertahap dapat dikendalikan dan menjadi 4,5 persen (y-o-y) pada bulan Juli 2014.

Melalui SJSN bidang

kesehatan, Pemerintah

memperluas

jangkauan pelayanan

kesehatan yang hingga

pertengahan 2014

telah mencakup 77,1

persen masyarakat

Pertumbuhan ekonomi

Indonesia (y-o-y)

melambat (5,2 persen)

pada semester I 2014

dibandingkan dengan

semester I tahun 2013

(5,9 persen)

Page 32: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 6

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Gambar 2.2. Pertumbuhan Perekonomian Indonesia

Tahun 2009-2014*)

23,8

27,0

30,7

33,5 36,54,6

6,26,5

6,25,8

5,2

0

1

2

3

4

5

6

7

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2009 2010 2011 2012 2013 2014*)

Pers

enta

se

Juta

Rup

iah

PDB per Kapita Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: BPS, 2009-2014 Keterangan: *) Angka Semester I Tahun 2014

Gambar 2.3. Struktur Perekonomian Indonesia

Tahun 2009-2014*)

0

5

10

15

20

25

30

2009 2010 2011 2012 2013 Tw II 2014Jasa-Jasa 10,2 10,2 10,6 10,8 11,0 10,4

Keuangan,Persewaan, Jasa Usaha 7,2 7,2 7,2 7,3 7,5 7,6

Pengangkutan dan Komunikasi 6,3 6,6 6,6 6,7 7,0 7,3

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,3 13,7 13,8 13,9 14,3 14,6

Bangunan 9,9 10,3 10,2 10,3 10,0 9,9

Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

Industri Pengolahan 26,4 24,8 24,3 23,9 23,7 23,7

Pertambangan dan Penggalian 10,6 11,2 11,8 11,8 11,2 10,7

Pertanian 15,3 15,3 14,7 14,5 14,4 14,8

Pers

enta

se

Sumber: BPS, 2009-2014Keterangan: *) Angka Triwulan II Tahun 2014

Sementara itu, pemerintah telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan meskipun penurunan tersebut cenderung lambat. Namun demikian, pemerintah perlu untuk terus berupaya meningkatkan efektivitas program penanggulangan kemiskinan untuk mempercepat laju penurunannya dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat dan mencapai target RPJMN 2010-2014 sebesar 8-10 persen.

Page 33: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 7

Tabel 2.1. Capaian Agenda I. Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi % 4,6 7 6,2 6,5 6,2 5,8 lInflasi % 2,8 3,5 - 5,5 7,0 3,8 4,3 8,4 lSuku Bunga (SBI 3 Bulan) % 6,6 5,5 - 6,5 6,6 5,0 4,2 7,0 lTingkat Kemiskinan % 14,2 8-10 13,3 12,5 12,0 11,4 lTingkat Pengangguran Terbuka

% 8,1 5-6 7,4 6,8 6,2 5,8 l

Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas

tahun 7,72 8,14 7,92 7,92 8,10 8,10 l

Angka Buta Aksara Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas

% 5,30 4,18 4,79 4,43 4,26 4,01 l

Usia Harapan Hidup (UHH) tahun 70,7 72,0 70,9 71,1 71,1 n.a lAngka Kematian Ibu (AKI) per seratus

ribu kela-hiran

2281) 118 n.a n.a 359 n.a l

Angka Kematian Bayi (AKB) Perseribu kelahiran

341) 24 n.a n.a 322) n.a l

Nilai Tukar Petani (NTP) n.a 101,20 115-120 102,75 105,75 105,87 101,96 lSumber: Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, Agustus 2014; Berbagai Publikasi dan Hasil Survei BPS (SP 2010, SDKI 2012).Keterangan: 1) SDKI 2007; 2) SDKI 2012

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Selama empat tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014, TPT terus mengalami perbaikan. Tingkat pengangguran terbuka menurun dari 8,1 persen pada 2009 menjadi 5,7 persen pada Februari 2014. Target TPT pada 2014 sebesar 5-6 persen diperkirakan dapat tercapai. Meskipun demikian, masih diperlukan upaya pemerintah untuk mempertahankan laju perbaikan TPT diantaranya dengan menciptakan lapangan kerja baru, mengatasi kendala produktivitas tenaga kerja yang masih rendah, menurunkan tingkat korupsi, serta memenuhi sarana dan prasarana pendidikan yang masih terbatas.

Indikator pembangunan bidang pendidikan telah menunjukkan pencapaian yang selaras dengan arah pencapaian target RPJMN 2010-2014. Pencapaian dua indikator utama bidang pendidikan yaitu rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 7,94 pada tahun 2011 menjadi 8,10 pada 2013, demikian juga angka buta aksara pada penduduk usia 15 tahun ke atas telah berhasil diturunkan dari 4,43 persen (2011) menjadi 4,01 (2013). Dengan perkembangan ini, diperkirakan target RPJMN pada 2014 akan tercapai.

Sebagai indikator yang menggambarkan status kesejahteraan masyarakat, UHH mengalami peningkatan meskipun cenderung stagnan. Meskipun demikian, masih diperlukan upaya yang lebih keras untuk mencapai target UHH 2014 sebesar 72 tahun. Demikian juga dengan capaian AKI dan AKB. Meskipun terjadi penurunan angka AKI, namun masih sulit untuk mencapai target akhir di tahun 2014. Dengan demikian masih diperlukan upaya yang sungguh-sungguh diantaranya melalui akselerasi pengurangan AKI dan AKB, perbaikan gizi masyarakat serta pengendalian penyakit.

Capaian bidang

pendidikan telah

selaras dengan

target RPJMN 2010-

2014, sebaliknya

bidang kesehatan

masih memerlukan

upaya keras dalam

pencapaian target

pembangunan

Page 34: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 8

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Salah satu indikator kesejahteraan petani adalah NTP. Pada tahun 2013 nilai NTP mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu dari 105,87 menjadi 101,96; namun pada Juli 2014 mulai meningkat lagi menjadi 102,12. Dengan demikian, sangat diperlukan kerja keras untuk mencapai angka target pada 2014 sebesar 115-120. Upaya lebih keras yang perlu dilakukan antara lain melalui akselerasi program swasembada pangan dan pengendalian harga.

Agenda II: Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan

Agenda ini menitikberatkan perbaikan tata kelola pemerintahan dengan fokus terutama pada penurunan tingkat korupsi dan perbaikan pelayanan publik. Secara umum capaian dari indikator utama untuk Agenda II ini masih jauh dari harapan, seperti dijabarkan pada Tabel 2.2.

Pemberantasan korupsi di Indonesia masih belum memperlihatkan perkembangan yang signifikan. Skor IPK pada tahun 2013 tetap sama dengan skor pada tahun 2012 yaitu 32. Disamping itu, Indonesia menempati posisi lebih rendah dibanding negara-negara lain, yaitu peringkat ke-114 dari 177 negara yang disurvei. Meskipun tren pemberantasan korupsi menunjukkan angka yang meningkat, perilaku korupsi pada segala lini memang berdampak pada dunia usaha, investasi dan perekonomian. Capaian penanganan kasus dan perkara korupsi oleh KPK sejak tahun 2009 hingga Mei 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Sementara itu, kinerja internal pemerintah dalam pemberantasan korupsi masih perlu ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya jumlah K/L yang mendapatkan opini WTP pada tahun 2013. Selain itu, pencapaian opini WTP Pemerintah Daerah juga masih jauh dari target 60 opini WTP pada akhir tahun 2014.

Tabel 2.2. Capaian Agenda II. Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal 2009

Target 2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Penurunan Tingkat Korupsi

Skor IPK (0-10)a) n.a 2,8 5,0 2,8 3,0 321) 321) lPersentase K/L dengan Opini WTP atas Laporan Keuangan K/L (Pusat)b)

% 41 100 56 63 76 74 l

Persentase Pemda dengan Opini WTP atas Laporan Keuangan Pemda (Daerah)b)

% 2,68 60 3 7 13 23 l

Perbaikan Pelayanan Publik

Skor Integritas Pelayanan Publik (Pusat) (0-10)c)

n.a 6,64 8,0 6,16 7,07 6,86 7,37 l

Skor Integritas Pelayanan Publik (Daerah) (0-10)c)

n.a 6,46 8,0 5,26 6,00 6,32 6,82 l

Peringkat Kemudahan Berusaha (1-183)d)

n.a 129 75 115 126 129 128 l

Sumber: a)Transparency International, 2009-2013; b) BPK, IHPS 2009-2014; c) KPK, Integritas Sektor Publik, 2009-2013; d) Doing Bussiness Report 2010-2013Keterangan:1) Perubahan metode penghitungan mulai tahun 2012

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Kinerja pemerintah

dalam pemberantasan

korupsi telah

menunjukkan hasil

yang memuaskan,

namun masih belum

menunjukkan hasil

yang signifikan

Page 35: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 9

Tabel 2.3. Penanganan Kasus dan Perkara Korupsi oleh KPK

Tahun 2009-2014*)

Kegiatan SatuanTahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014*)

Penyelidikan Kasus 67 54 78 77 81 31

Penyidikan Perkara 37 40 39 48 70 19

Penuntutan Perkara 32 32 40 36 41 16

Inckracht Perkara 39 34 34 28 40 13

Eksekusi Perkara 37 36 35 32 44 16

Sumber: ACCH-KPK Keterangan: *) Data per Mei 2014

Terkait pelayanan publik, skor integritas pelayanan publik di pusat dan daerah yang mengalami peningkatan menunjukkan bahwa adanya perbaikan pelayanan publik. Namun laju peningkatan pelayanan publik di daerah masih sangat lambat dan jauh dari target RPJMN 2010-2014. Karenanya, Pemerintah Daerah harus berupaya keras mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki dan mengoptimalkan birokrasi guna meningkatkan pelayanan publik

Perbaikan pelayanan publik ditunjukkan pula oleh meningkatnya peringkat kemudahan berusaha pada tahun 2013 dibanding tahun sebelumnya. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh daya saing Indonesia yang mengalami perbaikan, dari kemudahan berusaha di Indonesia pada tahun 2013 mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu menduduki peringkat 128.

Namun demikian, masih terdapat beberapa masalah dalam iklim investasi di indonesia, yang disebabkan antara lain oleh birokrasi yang tidak efisien dan korup, tidak memadainya infrastruktur, rendahnya etika kerja, peraturan buruh yang membatasi, sulitnya akses pembiayaan, kurangnya tenaga kerja terdidik, dan rendahnya kemampuan berinovasi.

Diprediksi bahwa sasaran RPJMN 2014 untuk Agenda Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan sulit untuk dicapai namun masih mempunyai ruang untuk percepatan pencapaiannya. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah strategis baik untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan perbaikan tingkat kemudahan berusaha. Penegakan hukum, terutama penguatan kelembagaan penegak hukum dan KPK serta perbaikan birokrasi pemerintahan melalui peningkatan kinerja aparatur (kontrak kinerja, pengukuran kinerja, dan pakta integritas) dan perbaikan remunerasi diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan mengakselerasi peningkatan kualitas pelayanan publik.

Agenda III: Penegakan Pilar Demokrasi

Demokrasi dapat berjalan baik dan benar apabila pilar-pilar demokrasi dapat ditegakkan, sehingga pembangunan menuju Indonesia yang demokratis dapat diwujudkan. Secara umum capaian dari indikator utama untuk Agenda III dijabarkan pada Tabel 2.4.

Respon pemerintah atas catatan kritis bagi Indonesia dalam sidang UPR Dewan HAM PBB, yang berlangsung pada 23-25 Mei 2012, di Jenewa, Swiss berupa ratifikasi berbagai instrumen hukum internasional dalam konvensi internasional berbasis HAM menunjukkan komitmen Indonesia dalam penghormatan terhadap hak asasi manusia, khususnya dalam penghapusan diskriminasi, intoleransi beragama, perlindungan terhadap kelompok minoritas, serta impunitas atas kasus pelanggaran HAM berat. Pada sidang UPR tersebut, Pemerintah Indonesia sudah menyatakan menerima 179 rekomendasi yang disampaikan oleh UPR, dengan rincian langsung mengadopsi 143 rekomendasi dan akan mempertimbangkan kembali 36 rekomendasi lainnya.

Pelayanan publik di

pusat dan daerah

menunjukkan

kecenderungan

meningkat, walaupun

masih belum mencapai

target RPJMN.

Page 36: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 10

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Tabel 2.4. Capaian Agenda III. Penegakan Pilar Demokrasi

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal 2009

Target 2014

Capaian Perkiraan Capaian 2014

(Notifikasi)2010 2011 2012 2013

Indeks Demokrasi Indonesia n.a 67,30 73 63,17 65,48 62,63 63,68 lInstitusi Demokrasi n.a 62,72 n.a 63,11 74,72 69,28

Sumber: Polhukam,Bappenas, BPS, UNDP – IDI 2009-2013Keterangan:

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Dalam bidang politik, target yang diharapkan dicapai dalam tahun 2014 adalah tingkat partisipasi politik rakyat pada pemilu 2014 mencapai 75 persen serta IDI tahun 2014 mencapai skor 73. Berdasarkan pelaksanaan pemilu 2014, tingkat partisipasi politik rakyat mengalami peningkatan dan mencapai rata-rata 75,11 persen. Sebelumnya, pada tahun 2009 adalah 70,99 persen untuk pemilu legislatif dan 72,56 persen untuk pemilu presiden. Gambaran perkembangan kinerja demokrasi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Menurut IDI, kinerja demokrasi di Indonesia berkategori sedang (medium performing democracy) yang berarti kebebasan sipil dan lembaga demokrasi memiliki ruang yang cukup untuk berkembang. Namun di sisi lain, jaminan terhadap hak-hak politik warga harus ditingkatkan untuk mengimbangi kinerja kebebasan sipil dan kelembagaan demokrasi.

Gambar 2.4. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)

Tahun 2009-2013

Sumber : Bappenas, BPS, UNDP – IDI 2010, 2011, 2012, dan 2013

Selain itu, pembangunan bidang politik di Indonesia telah memberikan hasil yang nyata dalam penegakan pilar demokrasi. Freedom of the World 2013 menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam kategori negara yang bebas (Freedom Status: Free) bersama negara-negara maju karena mampu memberikan dan menjaga hak politik dan kebebasan sipil masyarakat. Skor tingkat kebebasan (Freedom Rating) Indonesia sebesar 2,5 (skala 0-10, semakin kecil semakin baik) dan dapat dipertahankan sejak tahun 2009 hingga 2013.

Salah satu pendukung demokrasi yang penting yaitu kebebasan mengemukakan pendapat. Hal ini ditunjukkan dengan penilaian Freedom House atas kondisi kebebasan pers dan penggunaan internet di Indonesia. Penilaian tersebut merupakan gambaran

Tingkat partisipasi

politik rakyat pada

pemilu 2014 mencapai

75 persen serta Indeks

Demokrasi Indonesia

tahun 2014 mencapai

skor 73

Page 37: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 11

terjaganya kondisi kebebasan pers yang semakin membaik. Hingga tahun 2013, Indonesia memperoleh status Partly Free dalam bidang pers, dengan kecenderungan skor kebebasan pers (Freedom of Press) yang semakin membaik, yaitu dari 54 pada tahun 2009 menjadi 49 pada tahun 2012. Perbaikan skor ini didukung oleh membaiknya skor pada lingkungan legal dan politik.

Agenda IV: Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi

Dilihat dari status pencapaian pada Tabel 2.5, indikator utama penegakan hukum dan pemberantasan korupsi memerlukan kerja yang lebih keras untuk mencapai target. Keadilan hukum masih dinilai semu oleh masyarakat, terutama jika dilihat dari perbandingan jenis kasus korupsi dengan jumlah hari hukumannya.

Di bidang penanganan perkara oleh MA dan pengadilan negeri, jumlah kasus korupsi yang diputus adalah 50 persen dari jumlah perkara yang masuk. Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan hukum masih memiliki pekerjaan rumah untuk memberi kepastian hukum bagi masyarakat. Selain itu, terkait dengan kelembagaan hukum, proses pembuatan undang-undang yang terbuka, pengawasan, dan penegakan aturan hukumnya harus segera diselesaikan.

Tabel 2.5.Capaian Agenda IV. Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal 2009

Target 2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014(Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Penegakan Hukum

Jumlah Penyelesaian Perkara di Tingkat MA:a. Perkara yang

ditangani b. Perkara yang putus

Perkara

22.31513.891

10.500 22.31513.891

21.41413.719

21.10710.995

22.44916.034

l

Penanganan Kasus Korupsi oleh KPK

Penyelidikan Kasus 67 80 54 78 77 81 lPenyidikan Perkara 37 75 62 66 48 70 lPenuntutan Perkara 32 65 55 45 36 41 lEksekusi Perkara 39 0 38 33 32 44 lPenanganan Kasus Korupsi oleh Kejaksaan

Penyidikan Perkara 1609 523 2315 1729 1401 1653 lPenuntutan Perkara 1369 460 1706 1499 1511 2123 lSumber: Laporan Tahunan MA, 2010-2013; Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, Agustus 2014Keterangan:

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Sistem penegakan hukum masih menghadapi berbagai permasalahan dan kendala, terutama terkait dengan aspek koordinasi antarinstansi. Masing-masing lembaga penegak hukum menjalankan tugas dan tanggungjawab yang berbeda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perbedaan tersebut harus diharmonisasikan dalam tataran pelaksanaannya, agar penegakan hukum dilaksanakan secara tepat dan sesuai kaidah hukum yang berlaku, serta memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Buruknya penilaian masyarakat akan penegakan hukum di Indonesia tidak terlepas dari sistem hukum itu sendiri, yang membuat aparat penegak hukum di Indonesia tidak dapat

Penegakan hukum

memerlukan

upaya keras dalam

pencapaian target

pembangunan

dan memerlukan

koordinasi yang lebih

baik dengan lembaga

penegak hukum

lainnya.

Page 38: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 12

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

bekerja maksimal. Sementara itu, penegakan hukum juga terhambat oleh lambatnya proses pembuatan undang-undang yang ditunjukkan oleh rendahnya capaian Prolegnas setiap tahunnya.

Agenda V: Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan

Pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan dalam rangka mencapai pembangunan inklusif dan berkeadilan, namun demikian terdapat beberapa indikator utama dalam RPJMN yang diperkirakan sulit mencapai target, yaitu penurunan angka kemiskinan di daerah tertinggal dan peningkatan penduduk yang memiliki jaminan kesehatan (Tabel 2.6).

Tabel 2.6. Capaian Agenda V. Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014(Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Jumlah partai politik yang memenuhi keterwakilan pengurusan perempuan >30%

Partai n.a 24 n.a n.a 16 15l

Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan untuk menggunakan hak ikut pemilu melalui perekaman sidik jari e-KTP dalam rangka keaku-ratan DPT

Juta-jiwa

n.a 172 n.a n.a 147,4 153,3 l

Jumlah RT peserta PKH Ribu RTSM

726,38 1.170 774,29 1.052,20 1.492,47 2.326,52 lPersentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan

% 48 100 59,07 63,1 64,58 73,8 l

PNPM Perdesaan Kec 4.350 5.100 4.807 5.018 5.092 5.148 lPNPM Inti Kec 6.386 5.100 6.328 6.621 6.668 6.752 lAngka kemiskinan daerah tertinggal

% 20,19 14,2 19,86 19,15 16,6 15,40 lSumber: Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, Agustus 2014Keterangan:

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi, ternyata tidak diikuti oleh pemerataan pendapatan dalam masyarakat dan penurunan angka kemiskinan. Kesenjangan ekonomi masyarakat tercermin dari perkembangan rasio gini, yaitu 0,37 pada tahun 2009 meningkat menjadi 0,41 pada tahun 2013 (Gambar 2.5).

Untuk mempercepat pencapaian target, pemerintah berusaha memperluas jangkauan pelayanan kesehatan, khususnya melalui perluasan cakupan sistem jaminan kesehatan. Pemerintah telah membentuk BPJS Kesehatan untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk PNS, penerima pensiun PNS dan TNI/POLRI, veteran, perintis kemerdekaan beserta keluarga, badan usaha lainnya, ataupun rakyat biasa.

Dalam kaitan dengan keadilan ekonomi, pelaksanaan program-program pembangunan yang bersifat padat karya perlu dipercepat. Sebagai contoh, mempercepat pembangunan bidang pertanian terutama melalui percepatan program swasembada pangan, pengendalian alih fungsi lahan pertanian, peningkatan akses petani pada sumber daya produktif, dan meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk menyiapkan program/kegiatan daerah yang mendukung. Selain itu perlu dilakukan peningkatan akses terhadap pelayanan keuangan, mikro-kredit, tabungan dan asuransi, dan pengembangan perekonomian perdesaan berbasis pelatihan.

Pertumbuhan ekonomi

yang meningkat,

belum dibarengi

dengan pemerataan

pendapatan dan

penurunan angka

kemiskinan

Page 39: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 13

Gambar 2.5. Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Tahun 2009-2013

2,50

2,212,08

1,881,75

0,680,58 0,55 0,47 0,43

0,37 0,38 0,41 0,41 0,41

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Rasio Gini

Sumber: BPS, 2013

Terkait pengembangan wilayah-wilayah tertinggal dan sekitarnya, perlu ada kebijakan khusus guna mempercepat pembangunan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan Standar Pelayanan Minimum untuk pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, sanitasi, air bersih dan sebagainya perlu ditingkatkan.

Selain itu pengembangan produk unggulan daerah serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan, dan kerjasama antarsektor, antarpemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah perlu dilakukan, yang selanjutnya akan mendukung peningkatan pendapatan masyarakat di daerah tersebut.

Dalam kaitan dengan keadilan dan kesetaraan di bidang politik, UU telah menjamin keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan politik, yang antara lain tercermin pada kuota keterwakilan perempuan sebanyak 30 persen dalam struktur kepengurusan partai. Kuota keterwakilan perempuan merupakan salah satu dari tiga hal yang diverifikasi KPU terhadap partai peserta pemilu 2014. Pada pemilu 2014 ini ditargetkan keterwakilan perempuan bisa mencapai 20 hingga 30 persen.

Penghapusan segala macam bentuk diskriminasi terkait dengan pemilihan umum dengan pemenuhan hak rakyat untuk memilih dan dipilih melalui pemutakhiran data pemilih (DPT), pengumpulan data-data kewilayahan dan kependudukan dari seluruh KPU di provinsi dan kab/kota. Dengan adanya e-KTP, selain masyarakat mendapat keadilan politik dengan diberikan hak pilihnya dengan terdaftar dalam DPT, penyimpangan manipulasi data dapat diminimalisir.

Pemerataan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan melalui peningkatan pelayanan dasar seperti PKH. Cakupan kepesertaan program ini terus berkembang hingga tahun 2014 peserta PKH mencapai 3,2 juta KSM yang tersebar di 4.132 kecamatan, dan 418 kab/kota di 34 provinsi. Sejak tahun 2013, besaran manfaat PKH telah disesuaikan untuk mempertahankan manfaat riil bantuan, yaitu dari rata-rata Rp.1,39 juta menjadi rata-rata Rp.1,80 juta per tahun per KSM. Program afirmatif lainnya adalah Program BSM untuk jenjang pendidikan dasar, dimana pada tahun 2013 telah disalurkan bantuan untuk 8,7 juta siswa dengan total anggaran Rp.4,6 triliun. Jumlah tersebut meningkat secara signifikan dari bantuan pada tahun 2008 yang ditujukan untuk 3,0 juta siswa dengan besarnya anggaran Rp.1,7 triliun.

Pembangunan

berkeadilan telah

menempatkan

keterwakilan

perempuan dalam

politik, penghapusan

diskriminasi,

dan keterlibatan

masyarakat dalam

pembangunan

Page 40: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 14

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan diwujudkan antara lain dalam PNPM Mandiri, yang dalam proses perencanaannya bersifat bottom-up dan pelaksanaannya bersifat inklusif. Cakupan PNPM Mandiri Perdesaan meningkat dari 4.350 kecamatan pada tahun 2009 menjadi 5.148 kecamatan pada tahun 2013. Sementara itu, PNPM Inti (kecamatan) pada 2013 telah mencakup 6.752 kecamatan, mencapai target yang ditentukan. Keterlibatan masyarakat diperluas juga melalui Program PNPM lainnya, antara lain: (1) PNPM PISEW untuk mendukung pembangunan infrastruktur dasar; (2) PNPM PUAP untuk mendukung akses permodalan pertanian; (3) PNPM Mandiri Pariwisata untuk pengembangan desa wisata. Dengan keterlibatan secara aktif, masyarakat merasa lebih memiliki dan mendapatkan manfaat program sehingga akan mendukung keberlanjutan dari hasil program tersebut.

2.2. Capaian 14 Prioritas Nasional

Selama empat tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014, perkembangan capaian 14 prioritas nasional menunjukkan kemajuan yang cukup memuaskan meskipun masih terdapat indikator-indikator capaian yang sulit mencapai target di akhir tahun 2014. Sebagian besar pencapaian prioritas nasional diperkirakan mencapai target tahun yang ditetapkan. Dari 14 PN, 8 PN diperkirakan mencapai target yang ditetapkan, sementara 6 PN lainnya masih memerlukan kerja keras untuk mencapai target yang ditetapkan di akhir tahun 2014.

Prioritas Nasional 1: Reformasi Birokrasi Dan Tata KelolaSecara garis besar, pencapaian prioritas nasional ini masih kurang memuaskan, terutama percepatan pemberantasan korupsi dan pencapaian status WTP terutama di tingkat pemerintah daerah yang seringkali terganjal oleh pengelolaan aset. Meskipun beberapa indikator yang ada dirasakan belum mewakili gambaran seutuhnya tentang pencapaian sektor tertentu, indikator-indikator ini dapat menjadi representasi dari pencapaian PN Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola secara umum (Tabel 2.7).

Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Berkualitas, Bersih, Akuntabel, dan Efektif

Salah satu upaya mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dilakukan melalui perbaikan pelaporan keuangan lembaga pemerintah, baik K/L maupun pemerintah daerah. Pada tahun 2013, capaian opini WTP untuk K/L dan pemerintah daerah masing-masing 74 persen dan 23 persen. Meskipun masih cukup jauh dari target yang ditetapkan, yaitu 100 persen untuk K/L dan 60 persen untuk pemerintah daerah, komitmen dari beberapa pemerintah daerah untuk meningkatkan pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam pengelolaan aset/barang milik negara dapat menjadi sinyal positif bagi penambahan status WTP pemerintah daerah di tahun mendatang.

Sementara itu, terkait pemberantasan korupsi, skor IPK 2013 tetap sama dengan skor tahun 2012 lalu, yaitu 32, meskipun dari sisi ranking, Indonesia mengalami perbaikan dari posisi 177 di tahun 2012 menjadi 114 di tahun 2013.

Page 41: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 15

Tabel 2.7. Capaian PN1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target2014

Capaian PerkiraanCapaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

1. Terwujudnya Pemerintahan yang bersih

Indeks Persepsi Korupsia) Skor0-10

2.8 5.0 2.8 3.0 321) 321) l

Persentase K/L dengan Opini WTP atas Laporan Keuangan K/L (Pusat)b)

% 41 100 56 63 76 74 l

Persentase Pemda dengan Opini WTP atas Laporan Keuangan Pemda (Daerah)b)

% 2,68 60 3 7 13 23 l

2. Meningkatnya kualitas pelayanan publik

Skor Integritas Pelayanan Publik (Pusat)c)

Skor0-10

6,64 8,0 6,16 7,07 6,86 7,37 l

Skor Integritas Pelayanan Publik (Daerah)c)

Skor0-10

6,46 8,0 5,26 6,00 6,32 6,71 l

Peringkat Kemudahan Berusahad) Peringkat0-183

122 75 115 126 129 128 l

3. Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi

Indeks Efektifitas Pemerintahane) Skor-2,5 s.d

2,5

-0,29 0,5 -0,19 -0,24 -0,29 n.a l

Persentase K/L yang Akuntabele) % 47,4 100 63,3 82,9 95,1 94,1 l

Persentase Provinsi yang Akuntabele) % 3,7 80 31,0 63,3 75,8 84,9 l

Persentase Kab/Kota yang Akuntabele) % 1,2 60 3,8 12,2 24,4 31,3 l

Sumber: a)Transparency International, 2009-2013; b) BPK, IHPS 2009-2014; c) KPK, Integritas Sektor Publik, 2009-2013; d) Doing Bussiness Report 2010-2013;e) KemenPAN dan RB, 2013Keterangan : 1) Pada 2012 ada perubahan metodologi dan skala menjadi (0-100)

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik

Pelayanan publik yang merupakan salah satu indikator penting reformasi birokrasi perlu terus mendapat perhatian, mengingat skor IIPP pada instansi pusat dan daerah masih jauh dari target (target skor 8,0). Jika dilihat dari indeks kemudahan berusaha, Indonesia masih harus bekerja keras pula untuk meningkatkan pelayanan publiknya. Skor peringkat kemudahan berusaha Indonesia pada 2013 ini hanya naik satu peringkat dari 129 (tahun 2012) menjadi 128 (2013), sehingga target peringkat 75 pada akhir RPJMN akan sulit dicapai.

Sementara itu terkait pelayanan publik melalui implementasi SPM oleh pemerintah daerah juga harus mendapat perhatian serius, karena hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, melainkan seluruh pemangku kepentingan di Indonesia.

Pelayanan publik

sebagai salah satu

indikator kinerja

pelaksanaan reformasi

birokrasi, perlu

terus ditingkatkan

kualitasnya

Page 42: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 16

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Tabel 2.8. SPM yang Telah Ditetapkan

Tahun 2008 – 2013

No Bidang Tahun Penetapan

Jenis Pelayanan

Jumlah Indikator

Target Pencapaian

1 Kesehatan 2008 4 18 2015

2 Sosial 2008 4 7 2015

3 Lingkungan Hidup 2008 4 4 2013

4 Pemerintahan Dalam Negeri 2008/2012 3 11 2015

5 Perumahan Rakyat 2008 2 3 2025

6 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

2010 5 8 2014

7 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 2010 3 9 2014

8 Pendidikan Dasar 2010 2 27 2014

9 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 2010 8 23 2014

10 Ketenagakerjaan 2010 5 8 2016

11 Komunikasi dan Informatika 2010 2 6 2014

12 Ketahanan Pangan 2010 4 7 2015

13 Kesenian 2010 2 7 2014

14 Perhubungan 2011 4 26 2014

15 Penanaman Modal 2011 7 10 2014

Jumlah 65 174

Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2013

Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, antara lain: terbitnya PP No.96/2012 tentang Pelaksanaan UU No.25/2009 tentang Pelayanan Publik; terbentuknya 467 unit PTSP pada instansi pemerintah daerah (26 PTSP provinsi, 345 PTSP kabupaten, dan 96 PTSP kota); terbitnya 15 SPM (Tabel 2.8); dan telah dilaksanakannya evaluasi terhadap 12.000 Perda dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan. Namun keterlambatan penetapan peraturan pelaksanaan UU No.25/2009 tentang Pelayanan Publik yang baru disahkan pada 2012 membuat magnitude implikasi perbaikan pelayanan publik baru akan dirasakan dua atau tiga tahun ke depan.

Gambar 2.6. Perkembangan Jumlah PTSP/OSS di Daerah

Tahun 2009-2013

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2009 2010 2011 2012 2013Provinsi 2 15 17 20 26

Kabupaten 283 292 324 344 345

Kota 75 87 93 96 96

Total 360 394 434 460 467

360394

434460 467

Jum

lah

PTSP

/OSS

Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2013

Page 43: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 17

Meningkatkan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi

Indeks efektifitas pemerintahan Indonesia masih jauh dari target akhir RPJMN 2010-2014 sebesar 0,5, meskipun perhitungan Kementerian PAN dan RB untuk instansi pemerintah yang akuntabel menunjukkan tren perbaikan. Namun, untuk mengejar target 60 persen instansi kab/kota yang akuntabel, diperlukan kerja keras dan upaya akselerasi. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi adalah melalui reformasi birokrasi, yang hingga tahun 2014 telah dilaksanakan pada 75 K/L dan diperluas ke instansi pemerintah daerah di 33 pemerintah provinsi, 33 pemerintah kota, dan 33 pemerintah kabupaten (Gambar 2.7).

Memperhatikan capaian dan analisis tersebut di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, yaitu: (1) Pemerintah belum optimal dalam memperkuat lembaga pengadilan, kejaksaan dan kepolisian, serta masih rendahnya kinerja aparat hukum dalam pemberantasan korupsi; (2) Upaya reformasi birokrasi masih stagnan serta tidak berjalan baik, terutama dalam pelayanan publik dan yang berkaitan dengan dunia usaha seperti di bidang pertanahan, investasi dan perizinan, perpajakan dan kepabeanan, dan sistem administrasi kependudukan; (3) Ketidakpastian hukum dan sistem politik yang masih korup dan masih membuka peluang terjadinya korupsi, dan (4) Rendahnya kepercayaan para pelaku bisnis terhadap penerapan transparansi dan akuntabilitas pada lembaga yang berperan melayani kepentingan publik dan dunia usaha (bisnis).

Selain itu, di kalangan internal pemerintah, persepsi reformasi birokrasi masih diasosiasikan dengan perbaikan remunerasi semata, sehingga harus diperbaiki. Sementara itu di lingkup pemerintahanan daerah, reformasi birokrasi harus dipahami secara lebih komprehensif, sehingga diharapkan kedepannya terjadi perbaikan struktur birokrasi, terlebih lagi yang terkait dengan jumlah, kompetensi, penempatan, dan sistem promosi/mutasi.

Gambar 2.7. Perkembangan Jumlah K/L yang telah Melaksanakan Reformasi Birokrasi

Tahun 2008-2014

Sumber: Kementerian PAN & RB, 2013

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai target dan sasaran RPJMN 2014. Seleksi CPNS yang dilaksanakan secara serentak dan terintegrasi pada 2013 ini diharapkan dapat menjadi titik tolak perbaikan kualitas birokrasi kedepannya. Untuk mewujudkan sasaran peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, tindak lanjut yang diperlukan, antara lain melanjutkan penataan organisasi, melalui audit organisasi dan ditindaklanjuti dengan penajaman fungsi dan struktur organisasi birokrasi pemerintah pusat dan daerah, sehingga terwujud postur birokrasi yang efektif dan efisien, tepat fungsi, dan tepat ukuran.

Akuntablitas

kinerja birokrasi

masih memerlukan

pemahaman yang

konprehensif

3 5

14 16

24

59

75

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Page 44: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 18

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Prioritas Nasional 2: PendidikanHingga tahun 2013, pembangunan pendidikan telah mencapai hasil yang cukup memuaskan yang terlihat dari peningkatan taraf pendidikan masyarakat. Capaian beberapa indikator pendidikan telah melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 (Tabel 2.9).

Peningkatan Rata-Rata Lama Sekolah dan Penurunan Buta Aksara

Dampak pembangunan pendidikan antara lain ditandai oleh meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas, dari 7,7 tahun pada tahun 2009 menjadi 8,15 tahun pada tahun 2013. Selain itu, proporsi buta aksara penduduk berusia 15 tahun keatas yang dalam hal ini diwakili oleh penduduk usia 15-59 tahun mengalami penurunan signifikan, dari 5,3 persen pada tahun 2009 menjadi 4,03 persen pada tahun 2013. Pencapaian pada tahun 2009 hingga 2013 tersebut bahkan ada yang sudah melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014. Target rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun keatas dan angka buta aksara penduduk 15 tahun keatas pada tahun 2014 diperkirakan akan tercapai.

Tabel 2.9. Capaian PN 2. Pendidikan

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target2014

Capaian PerkiraanCapaian 2014

(Notifikasi)2010 2011 2012 2013

Rata-rata lama sekolah Tahun 7,70 8,25 7,92 7,94 8,01 8,15 lAngka buta aksara pen-duduk 15 tahun ke atas

% 5,30 4,18 4,70 4,30 4,26 4,03 l

1. Akses Pendidikan Dasar-Menengah

APM SD/SDLB/ MI/Paket A % 95,23 96,00 95,41 95,55 95,75 95,80 lAPM SMP/SMPLB/ MTs/ Paket B

% 74,52 76,00 75,64 77,77 78,80 80,00 l

APK SMA/SMK/SMLB/MA/ Paket C

% 69,60 85,00 70,53 76,50 78,70 82,00 l

2. Akses Pendidikan Tinggi

APK pendidikan tinggi usia 19-23 tahun

% 21,60 30,00 26,30 27,10 27,90 29,87 l

Sumber: BPS, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama.Keterangan:

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Taraf pendidikan

masyarakat cukup

memuaskan: capaian

rata-rata lama sekolah

penduduk usia 15

tahun keatas yaitu

8,15 tahun (2013),

proporsi buta aksara

penduduk berusia 15

tahun keatas (diwakili

oleh penduduk usia

15-59 tahun) sebesar

4,03 persen

Page 45: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 19

Gambar 2.8. Gambar 2.9. Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Angka Buta Aksara Penduduk 15 Tahun ke Atas, Tahun 2009-2013 15 Tahun ke Atas, Tahun 2009-2013

Sumber: Susenas dan RPJMN 2010-2014

Peningkatan Angka Partisipasi Sekolah

Pencapaian pembangunan pendidikan tergambar pula dari peningkatan APK dan APM pada semua jenjang pendidikan. Pada tahun 2009, APM SD/MI/sederajat dan APM SMP/MTs/sederajat masing-masing sebesar 95,23 persen dan 74,52 persen, dan pada tahun 2010 masing-masing meningkat menjadi 95,41 persen dan 75,64 persen. Pada tahun 2013 angka tersebut terus meningkat menjadi 95,80 persen dan 80,00 persen. Peningkatan APM SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat tersebut telah melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014, dan dapat dipastikan bahwa target tahun 2014 akan tercapai.

Gambar 2.10. Gambar 2.11. APM SD/SDLB/MI/Paket A APM SMP/SMPLB/MTs/Paket B Tahun 2009-2013 Tahun 2009-2013

Sumber: Susenas dan RPJMN 2010-2014

Demikian pula partisipasi pendidikan jenjang pendidikan menengah terus membaik. Hal ini terlihat pada APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2009 sebesar 69,60 persen, meningkat menjadi 70,53 persen pada tahun 2010, dan pada tahun 2013 terus meningkat lagi menjadi 82,00 persen. Sasaran RPJMN 2010-2014 untuk APK jenjang pendidikan menengah diharapkan dapat tercapai pada akhir tahun 2014. Adapun APK jenjang pendidikan tinggi pada tahun 2011 telah mencapai 27,10 persen, dan pada tahun 2013 mencapai 29,78 persen. Target APK jenjang pendidikan tinggi pada tahun 2014 diperkirakan dapat tercapai sesuai dengan target RPJMN, yaitu 30,0 persen.

74,52

75,64

77,77

78,80

80,00

74,00

74,70

75,40 75,7076,00

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

2009 2010 2011 2012 2013 2014

APM SMP/SMPLB/MTs/Paket B Target RPJMN

7,70

7,92 7,948,01

8,15

7,60

7,757,85

8,10

8,25

7,2

7,4

7,6

7,8

8,0

8,2

8,4

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Rata-Rata Lama Sekolah Target RPJMN

5,30

4,704,30 4,26 4,03

5,445,17

4,844,52

4,18

0

1

2

3

4

5

6

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Angka Buta Aksara Target RPJMN

95,23

95,41

95,55

95,75 95,80

95,2095,30

95,7095,80

96,00

94,8

95,0

95,2

95,4

95,6

95,8

96,0

96,2

2009 2010 2011 2012 2013 2014

APM SD/SDLB/MI/Paket A Target RPJMN

Page 46: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 20

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Gambar 2.12. Gambar 2.13. APK SMA/SMK/MA/Sederajat APK Perguruan Tinggi Tahun 2009-2013 Tahun 2009-2013

Sumber: Susenas dan RPJMN 2010-2014

Peningkatan angka partisipasi jenjang pendidikan dasar dan menengah diiringi dengan turunnya persentase jumlah siswa putus sekolah.

Tabel 2.10. Persentase Putus Sekolah dan Tidak Melanjutkan

Tahun 2010-2012

JenjangPutus Sekolah (%) Tidak Melanjutkan (%)

2010 2011 2012 2010 2011 2012

SD/MI 1,5 1,3 0,33 8,6 7,2 4,9

SMP/MTs 1,8 1,6 0,4 24,0 10,9

SMA/SMK/MA 4,3 4,0 51,7 48,4

Sumber: Kemdikbud, 2010-2012

Pengurangan Kesenjangan Partisipasi Pendidikan

Pengurangan kesenjangan partisipasi pendidikan ditunjukan dengan meningkatnya APS penduduk pada kuantil termiskin. Meskipun relatif meningkat setiap tahunnya, namun jika melihat dari kelompok umur, maka terjadi penurunan partisipasi pada setiap jenjang pendidikan. Pada tahun 2012, persentase penduduk miskin pada jenjang pendidikan dasar sebesar 95,9 persen, namun pada jenjang pendidikan menegah pertama dan menengah menurun masing-masing sebesar 81 persen dan 42,9 persen. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk miskin yang melanjutkan sekolah pada jenjang berikutnya menurun.

Penurunan kesenjangan ini juga diperlihatkan dengan sebaran persentase APK SMA/SMK/MA/Paket C menurut 33 provinsi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.16. Pada tahun 2012, APK tertinggi adalah Provinsi Bali (86,47 persen) dan terendah Provinsi Papua (44,48 persen). Sementara itu, APK Indonesia pada tahun 2012 sebesar 68,22 persen.

69,60 73,00

76,00 79,00 82,00

70,5376,50

78,70 82,0085,00

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2009 2010 2011 2012 2013 2014

APK SMA/SMK/MA/sederajat Target RPJMN

21,60

26,30 27,1027,90

29,87

24,8026,10

27,40 28,7030,00

0

5

10

15

20

25

30

35

2009 2010 2011 2012 2013 2014

APK Pendidikan Tinggi Target RPJMN

Page 47: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 21

Gambar 2.14. Gambar 2.15. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Kuantil 1 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2009-2012 Tahun 2009-2012

Sumber: BPS, 2009-2012

Gambar 2.16. APK SMA/SMK/MA/Paket C Menurut Provinsi

Tahun 2012

Sumber: Kemdikbud, 2012

Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan

Peningkatan layanan pendidikan yang berkualitas dilaksanakan melalui program-program bantuan pendidikan serta meningkatkan jumlah dan kualitas sekolah. Program bantuan pendidikan diantaranya BOS untuk SD/MI dan SMP/MTs dan BSM, sedangkan peningkatan jumlah dan kualitas sekolah dilaksanakan melalui pengembangan USB, RKB dan rehabilitasi ruang kelas yang rusak. Secara kumulatif hingga tahun 2013, jumlah USB berjumlah 2.558 untuk SMP, 410 untuk SMA, dan 1.054 untuk SMK. Pembangunan RKB hingga tahun 2013 adalah 10.349 untuk SMP, 19.621 untuk SMA, dan 23.941 untuk SMK. Selama tahun 2010-2013, melalui DAK telah dilakukan rehabilitasi pada 179.038 ruang kelas SD, 72.729 ruang kelas SMP, dan 23.000 ruang kelas SMA/SMK. Selain itu, melalui anggaran pusat telah dilaksanakan rehabilitasi terhadap 84.734 ruang kelas SD, 34.305 ruang kelas SMP, dan 1.309 ruang kelas SMA/SMK.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun2009 96,0 95,4 95,9

2011 72,2 77,9 81,0

2012 31,9 36,5 42,9

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-24 tahun2009 97,95 85,47 55,16 12,72

2010 98,02 86,24 56,01 13,77

2011 97,58 87,78 57,85 14,26

2012 97,95 89,66 61,06 15,84

Peningkatan kualitas

layanan pendidikan

diarahkan pada

peningkatan jumlah

dan kualitas sekolah,

penambahan ruang

kelas, dan peningkatan

kualitas guru dan

tenaga pengajar

Page 48: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 22

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Penyediaan dana BOS dilaksanakan untuk mendukung sekolah agar mampu memenuhi kebutuhan sekolah khususnya yang terkait dengan proses pembelajaran sehingga tidak menarik iuran sekolah, terutama dari keluarga miskin. Anggaran BOS pada tahun 2013 mencapai Rp.32,27 triliun. Sementara itu, dalam rangka mengurangi kesenjangan masyarakat dalam mengakses pelayanan pendidikan, Pemerintah melaksanakan program BSM. Pada tahun 2012, jumlah mahasiswa yang diberikan beasiswa sebanyak 323.000 yang tersebar di berbagai PT/PTA. Program bantuan pendidikan siswa miskin tersebut berkontribusi dalam peningkatan APK dan APM pada seluruh jenjang pendidikan.

Peningkatan kualitas pendidikan ditunjukkan juga dengan peningkatan kualitas guru atau tenaga pengajar. Pada tahun 2013, persentase guru yang sudah berpendidikan S1/D4 mencapai 63,8 persen untuk jenjang SD, 88,0 persen untuk jenjang SMP dan 94,1 persen untuk jenjang SMA/SMK.

Gambar 2.17. Perkembangan Persentase Guru Berkualifikasi Akademik S1/D4

Menurut Jenjang PendidikanTahun 2009-2012

25,7 26,835,5

53,0

63,8

74,5 76,380,5

84,5 88,0

82,4 84,591,9 93,3 94,1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2009 2010 2011 2012 2013

SD SMP SMA/SMK

Sumber: Kemdikbud, 2009-2012

Permasalahan utama yang dihadapi dan harus dipecahkan dalam pembangunan bidang pendidikan adalah: (1) Masih terbatasnya kesempatan memperoleh pendidikan; (2) Masih rendahnya kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan; (3) Masih rendahnya profesionalisme guru dan belum meratanya distribusi guru; (4) Belum optimalnya pendidikan karakter bangsa; (5) Terbatasnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan; (6) Belum efektifnya manajemen dan tata-kelola pendidikan; dan (7) Belum terwujudnya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan.

Untuk menjawab berbagai permasalahan di atas, tindak lanjut yang diambil difokuskan pada perbaikan pembangunan pendidikan pada masing-masing jenjang dan komponen pendukungnya. Untuk meningkatkan kualitas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang merata upaya tindak lanjut akan difokuskan pada: (1) Pemantapan/rasionalisasi implementasi BOS; (2) Peningkatan daya tampung SMP/MTs/sederajat terutama di daerah terpencil dan kepulauan; (3) Penuntasan rehabilitasi ruang kelas SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat untuk memenuhi standar pelayanan minimal; (4) Peningkatan pendidikan inklusif untuk anak-anak cerdas dan berkebutuhan khusus; (5) Peningkatan kesempatan lulusan SD/MI/sederajat yang berasal dari keluarga miskin untuk melanjutkan ke SMP/MTs/sederajat, dan (6) Pengembangan pendidikan karakter bangsa.

Untuk mempercepat peningkatan akses pendidikan menengah, maka pada tahun 2013 Pemerintah mencanangkan dan mengimplementasikan pendidikan menengah universal. Melalui program ini, ditargetkan bahwa pada akhir tahun 2014 APK Pendidikan Menengah mencapai 85 persen, sesuai target RPJMN, dan pada akhir 2020 mencapai 97 persen.

Page 49: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 23

Untuk mendukung program ini, pada tahun 2013 Pemerintah akan memberikan BOS Sekolah Menengah satu juta rupiah per siswa per tahun kepada seluruh siswa sekolah menengah baik negeri maupun swasta. Di samping itu, bantuan siswa miskin tetap dipertahankan penerimanya sebesar 1,1 juta siswa SM. Kebijakan ini diharapkan akan meningkatkan akses pendidikan menengah bagi lulusan SMP/Sederajat yang berasal dari kelompok ekonomi kurang mampu.

Upaya untuk meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan menengah universal difokuskan pada: (1) Peningkatan akses pendidikan menengah jalur formal dan nonformal; (2) Rehabilitasi ruang kelas rusak berat, serta pembangunan RKB dan USB bagi SMA/SMK/MA/sederajat; (3) Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan menengah termasuk pendidikan menengah kejuruan untuk memberikan landasan yang kuat bagi lulusan agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya atau memasuki dunia kerja; serta (4) Peningkatan pendidikan kewirausahaan.

Pada jenjang pendidikan tinggi, peningkatan akses, kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi dilakukan melalui upaya: (1) Peningkatan akses dan pemerataan pendidikan tinggi dengan memperhatikan keseimbangan antara jumlah program studi sejalan dengan kebutuhan pembangunan; (2) Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan tinggi sesuai dengan kebutuhan program studi; (3) Peningkatan kualifikasi dosen melalui pendidikan S2/S3 baik di dalam maupun di luar negeri; (4) Penguatan sistem insentif bagi dosen dan peneliti untuk mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal internasional dan mendapatkan paten; (5) Penguatan kemitraan perguruan tinggi, lembaga litbang, dan industri, dalam penguatan kelembagaan perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan dan penelitian iptek; (6) Peningkatan pendidikan kewirausahaan, termasuk technopreneur bagi dosen dan mahasiswa; dan (7) Pemberian beasiswa perguruan tinggi untuk siswa SMA/SMK/MA yang berprestasi dan kurang mampu.

Dalam hal peningkatan pendidikan karakter, upaya tindak lanjut yang ditempuh adalah melalui: (1) Internalisasi nilai-nilai budaya ke dalam proses pembelajaran pada pendidikan formal, nonformal, informal dalam keluarga dan di tempat bekerja; (2) Pembudayaan berperilaku dan berkarakter yang dikuatkan dengan penanaman nilai-nilai kehidupan agar menjadi budaya; dan (3) Peningkatan mutu bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta bahasa perhubungan luas antarbangsa.

Untuk menjawab permasalahan ketenagaan, peningkatan profesionalisme dan pemerataan distribusi guru dan tenaga kependidikan, upaya tindak lanjut difokuskan pada: (1) Peningkatan kualifikasi akademik, sertifikasi, evaluasi, pelatihan, pendidikan, dan penyediaan berbagai tunjangan guru; (2) Peningkatan kompetensi guru melalui pengembangan profesional berkelanjutan (continuous professional development); (3) Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manager sistem pendidikan yang unggul dan revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance; (4) Pelaksanaan pre-service dan in-service training yang bermutu di LPTK; (5) Peningkatan efisiensi, efektivitas, pengelolaan, dan pemerataan distribusi guru; dan (6) Penyediaan tenaga pendidik di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan sesuai dengan standar pelayanan minimal.

Selain itu, beberapa tindak penting lainnya yang dilakukan pada tahun 2013 dan tahun 2014, antara lain adalah penuntasan uji kompetensi guru pada tahun 2013 terhadap 1.126.085 guru, sertifikasi terhadap 250.000 guru, penilaian kinerja kepada guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.

Percepatan peningkatan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah akan dilakukan melalui pembinaan keprofesian berkelanjutan. Untuk meningkatkan kesejahteraan guru pada tahun 2013 Kemdikbud memberikan berbagai tunjangan guru termasuk tunjangan profesi kepada guru PNS dan nonPNS, dan perbaikan mekanisme penyaluran tunjangan guru agar guru bisa menerima tunjangannya tepat waktu .

Dalam rangka perbaikan distribusi guru, maka sosialisasi SKB Lima Menteri terkait dengan pendistribusian guru akan terus disosialisasikan dan diidentifikasiksan faktor-faktor yang menghambat implementasi SKB tersebut. Pada tahun 2013 akan dimulai program seleksi

Page 50: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 24

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

guru dilakukan secara khusus dengan pendidikan berasrama dan berbeasiswa seperti diamanatkan oleh UU SISDIKNAS tahun 2005.

Upaya peningkatan akses dan kualitas PAUD, pendidikan nonformal dan pendidikan informal akan difokuskan pada: (1) Penguatan kapasitas lembaga penyelenggara pendidikan nonformal; (2) Peningkatan pendidikan kecakapan hidup; (3) Peningkatan pengetahuan dan kecakapan keorangtuaan (parenting education) dan homeschooling serta pendidikan sepanjang hayat; dan (4) Peningkatan keberaksaraan penduduk yang diikuti dengan upaya pelestarian kemampuan keberaksaraan dan peningkatan minat baca. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan, upaya yang ditempuh adalah melalui peningkatan jumlah dan kapasitas guru, kapasitas penyelenggara, pemberian bantuan dan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan, serta pengembangan kurikulum dan metodologi pembelajaran pendidikan agama dan keagamaan yang efektif sesuai dengan SNP paling lambat pada tahun 2013.

Pemantapan pelaksanaan sistem pendidikan nasional dilakukan melalui: (1) Penataan pelaksanaan pendidikan yang diselenggarakan oleh berbagai K/L dan pemerintah daerah secara menyeluruh sesuai dengan peraturan perundangan; dan (2) Pengembangan kurikulum baik nasional maupun lokal yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni serta perkembangan global, regional, nasional, dan lokal.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pelayanan pendidikan, upaya tindak lanjut difokuskan pada: (1) Pemantapan pelaksanaan desentralisasi pendidikan; (2) Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, antara lain, dalam bentuk komite sekolah; (3) Peningkatan kapasitas satuan pendidikan untuk mengoptimalkan pelaksanaan otonomi pendidikan, termasuk MBS. Sementara itu, untuk memperkuat tata kelola pendidikan, tindak lanjut yang ditempuh difokuskan pada: (1) Penguatan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi termasuk sistem pengujian dan penilaian pendidikan di tingkat satuan pendidikan, kab/kota, provinsi, dan nasional; (2) Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan untuk memenuhi standar pelayanan minimal termasuk di daerah pemekaran baru; (3) Peningkatan penerapan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan termasuk penyediaan internet bercontent pendidikan.

Prioritas Nasional 3: KesehatanPencapaian sasaran pembangunan nasional didukung melalui peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, perbaikan gizi masyarakat, pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan, dan pemenuhan sumber daya kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Selain itu, didukung pula dengan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan, penyediaan jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin dan tidak mampu, penyediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan, pengembangan manajemen dan informasi kesehatan, pengendalian kuantitas penduduk melalui revitalisasi Program KB, serta penyerasian kebijakan pengendalian penduduk. Berikut pada Tabel 2.11 adalah capaian PN 3. Kesehatan.

Usia Harapan Hidup Terus Meningkat

Usia Harapan Hidup sebagai salah satu indikator yang menggambarkan status kesehatan masyarakat terus mengalami peningkatan dari 70,7 tahun pada tahun 2009 dan menurut hasil Sensus Penduduk (2010) menjadi 70,9 pada tahun 2010. Dalam rangka mencapai target UHH pada tahun 2014 sebesar 72 tahun, upaya dan kerja keras perlu dilakukan melalui akselerasi pengurangan AKI dan AKB, perbaikan gizi masyarakat, serta pengendalian penyakit.

Hingga 2013,

pencapaian sasaran

pembangunan

kesehatan belum

mencapai target

RPJMN 2010-2014

Page 51: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 25

Angka Kematian Ibu Masih Tinggi

Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan SDKI 2007. Capaian ini masih jauh dari target 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Angka kematian ibu terus mengalami peningkatan, tercatat pada tahun 2012 AKI mencapai angka 359, walaupun pada tahun 2014, sedikit menurun menjadi 346 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini bertentangan dengan nilai persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yang angkanya mengalami peningkatan yaitu 88,64 persen pada tahun 2012 (Gambar 2.18). Pada kenyataannya, hal tersebut bukan merupakan faktor utama untuk menurunkan angka kematian ibu. Menurunnya nilai AKI, selain didukung oleh faktor sumber daya manusia yang terlatih juga harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Faktor penyebab meningkatnya AKI, antara lain sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan, kurangnya kualitas pelayanan, faktor lingkungan yang tidak sehat, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Tabel 2.11. Capaian PN 3. Kesehatan

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus

Awal (2009)

Target2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Usia Harapan Hidup tahun 70,7 72 70,9 71,1 71,1 - lAngka Kematian Ibu (AKI) per 100.000

kelahiran hidup

2281) 118 n.a n.a 3592) n.a l

Persentase ibu bersa-lin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan)

% 84,3 90 84,78 86,38 88,64 87,1 l

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran

hidup

341) 24 n.a n.a 322) n.a l

Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imu-nisasi dasar lengkap

% 59 90 53,8 84,7 86,8 58,9 l

Prevalensi kekurangan gizi % 18,4 <15 17,9 n.a 18,6 19,6 lPersentase balita ditim-bang berat badannya (D/S)

% 63,9 85 67,87 71,4 75,10 - l

Total Fertility Rate (TFR) : Angka Kelahiran Total

per 1000 wanita

2,61) 2,1 n.a n.a 2,62) n.a l

Prevalensi Tuberkulosis persen–mil(pcm)

326 224 224 214 281 - l

Prevalensi Kasus HIV(% penduduk 15 tahun keatas yang memiliki pengeta-huan)

% 66,2 95 57,5 n.a 79,5 - l

Menurunnya kasus malaria (Annual Parasite Index- API)

%-permil 1,85 1 1,96 1,75 1,69 1,38 l

Persentase jangkauan akses sumber air bersih

% 47,7 68 44,19 42,76 55,04 66,8 l

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2013; Berbagai Publikasi BPS (SDKI, Riskesdas)Keterangan: 1) SDKI 2007; 2) SDKI 2012

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Meski status

kesehatan masyarakat

terus mengalami

peningkatan, namun

AKI mengalami

peningkatan, TFR

tetap dan penurunan

AKBa perlu

ditingkatkan

Page 52: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 26

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Gambar 2.18. Persentase Ibu Hamil dengan Pelayanan Antenatal Pertama (K1) dan Pelayanan 4 Kali (K4)

Tahun 2003-2012

87,70 88,10 88,60 90,40 91,20 92,70 94,50 95,30 95,70 96,80

76,30 77,00 77,10 79,60 80,3086,00 85,50 85,60 88,30 90,20

6673

89

4046

63

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 20120,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

Pers

enta

se L

ayan

an (P

erse

n)

Kunjungan K1 * Kunjungan K4 *

Persalinan dibantu tenaga kesehatan ** Persalinan di Fasilitas Kesehatan **

KIB IIKIB I

Sumber: Profil Kesehatan Berbagai Tahun dan SDKI 2002-2003, 2007, 2013

Total Fertility Rate Menunjukkan Tidak Ada Perubahan Capaian

Upaya mendukung peningkatan kesehatan ibu dilakukan pula melalui Program KB. Peningkatan angka pemakaian kontrasepsi dan penurunan unmet need yang tidak signifikan berkontribusi pada stagnansi TFR (2,6). Capaian jumlah peserta KB telah mencapai target yaitu 9,58 juta akseptor baru dan 34,87 juta akseptor aktif. Namun pencapaian TFR menunjukkan tidak ada perubahan pada angka 2,6 kelahiran per perempuan usia reproduktif 15-49 tahun berdasarkan hasil sementara SDKI 2014.

Gambar 2.19. Total Fertility Rate (TFR) SDKI 1991-2012

3,0

2,9

2,8

2,6 2,6 2,6

3,1

2,9 2,9 2,9

2,8

2,7

2,3

2,4

2,5

2,6

2,7

2,8

2,9

3,0

3,1

3,2

1991 1994 1997 2002/03 2007 2012

TFR Rata-rata jumlah anak ideal

Sumber: SDKI 1991-2012

Selanjutnya, angka penggunaan kontrasepsi (CPR) naik tidak signifikan sebesar 0,5 persen, dari 57,4 persen menjadi 57,9 persen, serta angka kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) turun menjadi 8,5 persen dari 9,1 persen. Hal ini disebabkan masih banyaknya ketidakberlangsungan (DO), yaitu angka kegagalan alat/cara KB 1,6 persen, keinginan untuk hamil lagi 5,4 persen, efek samping 9,5 persen, dan alasan lain 3,4 persen. Disamping itu, penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang/MKJP (IUD, Implant, vasektomi, tubektomi) masih rendah dan lebih banyak penggunaan kontrasepsi jangka pendek (Pil dan Suntik), sehingga kemungkinan akseptor KB baru (PB) untuk menjadi akseptor KB aktif

Page 53: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 27

(PA) sangat rendah (saat ini perbandingannya 10 PB:1 PA). Mix kontrasepsi yang digunakan adalah IUD sebesar 6,6 persen, Metoda Operasi Wanita (vasektomi) sebesar 1,2 persen, implant sebesar 8 persen, suntik sebesar 48,2 persen, pil sebesar 27,9 persen, Metoda Operasi Pria (tubektomi) sebesar 0,3 persen, dan kondom sebesar 7,8 persen.

Gambar 2.20. Gambar 2.21. Contraceptive Prevalence Rate/CPR, SDKI 1991 – 2012 Unmet Need, SDKI 1991 – 2012

Sumber: SDKI 1991-2002

Penurunan Angka Kematian Bayi Perlu Ditingkatkan

Pencapaian AKB pada tahun 2014 masih 32 per 1000 kelahiran hidup, sehingga target tahun 2014 sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup tidak tercapai. Angka Kematian Balita didukung oleh meningkatnya cakupan pemeriksaan anak, cakupan imunisasi dasar lengkap, dan cakupan imunisasi campak. Cakupan imunisasi dasar lengkap terus mengalami peningkatan dari 84,7 persen pada tahun 2011 menjadi 86,8 persen pada tahun 2012. Diharapkan angka ini akan memenuhi target 2014, dimana pada triwulan II TA 2013 sudah mencapai 56,9 persen. Cakupan imunisasi masih terkendala kondisi disparitas antarprovinsi yang cukup lebar. Terdapat 20 provinsi dengan cakupan imunisasi campak di bawah rata-rata nasional seperti Provinsi Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, dan Maluku. Selanjutnya, cakupan KN1 terus mengalami peningkatan, yaitu dari 84,0 pada tahun 2010 menjadi 91,8 persen pada tahun 2012 dan telah melebihi target tahun 2014 sebesar 90 persen. Walaupun telah terjadi perbaikan pada cakupan imunisasi dan KN1, namun capaian tersebut masih perlu terus ditingkatkan untuk terus mendukung penurunan AKB.

Gambar 2.22. Cakupan KN1, Imunisasi Dasar Lengkap dan Campak Tahun 2004-2012

81,7 79,96

92,31

52

41,6

86,8

91,78 89,899,3

0

20

40

60

80

100

120

2004 2007 2012

Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)

Persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap

Persentase bayi yang mendapat imunisasi campak

Sumber: Profil Kesehatan 2004-2012

49,7

54,7 57,4 60,3 61,4 61,9

47,152,1 54,7 56,7 57,4 57,9

0

10

20

30

40

50

60

70

1991 1994 1997 2002 2007 2012

Semua Cara Cara M0dern

12,7

10,6

9,28,6

9,18,5

4

6

8

10

12

14

1991 1994 1997 2002/03 2007 2012

Page 54: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 28

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Prevalensi Kekurangan Gizi Mengalami Perbaikan

Prevalensi kekurangan gizi hanya mengalami perbaikan pada tahun 2009 ke tahun 2010, yaitu dari 18,4 persen menjadi 17,9 persen. Namun, pada tahun 2014 angka tersebut kembali memburuk menjadi 19,6 persen. Dengan demikian target kurang dari 15 persen tidak dapat tercapai. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyak provinsi dengan prevalensi stunting di atas rata-rata nasional, seperti Nusa Tenggara Timur (58,4 persen), Papua Barat (49,2 persen), Nusa Tenggara Barat (48,2 persen), dan Sumatera Utara (42,3 persen). Dengan kondisi tersebut, diperlukan komitmen lebih kuat dari berbagai pihak, pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya, baik di pusat maupun di daerah dalam menangani masalah stunting, termasuk mendorong gerakan sadar gizi nasional yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Gambar 2.23. Prevalensi Kekurangan Gizi per Provinsi

Tahun 2007, 2010, 2013

Sumber: Riset Kesehatan Dasar

Pengendalian Penyakit untuk Mendukung Peningkatan Status Kesehatan Penduduk

Pengendalian penyakit meliputi pengurangan prevalensi dan jumlah kasus HIV dan AIDS, peningkatkan jumlah kasus TB yang ditemukan dan disembuhkan, serta penurunan kasus malaria. Kasus HIV dan AIDS dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Jumlah kasus HIV pada tahun 2013 adalah 20.937 kasus yaitu menurun jika dibandingkan dengan angka tahun 2012, dimana jumlah kasus HIV adalah 21.511 kasus. Hal yang sama juga terjadi pada kasus AIDS, terhitung jumlah kasus AIDS pada tahun 2013 adalah 2.763 kasus dan menurun sebesar kurang lebih 50 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 5.686 kasus. Pada tahun 2010 pencapaian sebesar 0,20 persen telah mencapai target tahun 2014 sebesar kurang dari 0,50 persen Sementara itu, cakupan ODHA yang telah mendapatkan terapi ARV pada tahun 2011 menjadi sebesar 80,30 persen. Beberapa hal yang mendorong penurunan jumlah kasus diantaranya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan konseling dan pengobatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya penduduk usia diatas 15 tahun yang mendapatkan pengetahuan HIV dan AIDS pada tahun 2011 sebesar 131.404 orang dan jumlah orang usia 15 tahun ke atas yang menerima konseling sebesar 884.905 orang pada tahun 2012.

Jumlah kasus malaria terus membaik yang ditunjukkan dengan penurunan angka API dari 1,96 per 1.000 penduduk pada tahun 2010 menjadi sebesar 1,69 per 1.000 penduduk pada tahun 2012. Untuk mencapai target API tahun 2014 sebesar 1,0 per 1.000 penduduk, ma-sih diperlukan upaya antara lain peningkatan program kelambunisasi. Upaya pengendalian penyakit menular lainnya seperti DBD dan diare terus pula dilakukan.

Page 55: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 29

Gambar 2.24. Kasus HIV dan AIDS Tahun 2009-2013

9.793

21.591 21.031 21.511 20.937

5.4836.845 7.004

5.686

2.7630

5000

10000

15000

20000

25000

2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Kasus HIV Jumlah Kasus AIDS

Sumber: Profil Kesehatan Berbagai Tahun

Dalam rangka mencegah kasus penyakit menular, upaya penyehatan lingkungan seperti penyediaan air bersih dan sanitasi terus dilakukan. Sampai saat ini, jumlah penduduk yang memiliki akses terhadap sumber air bersih mencapai 55,04 persen, namun angka ini masih jauh dari target tahun 2014 sebesar 67 persen. Sementara itu, persentase penduduk yang memiliki akses sanitasi dasar berkualitas mencapai 55,6 persen masih di bawah target 67 persen di tahun 2011, sehingga perlu upaya kerja keras untuk mencapai target 75 persen di tahun 2014. Upaya pencapaian tersebut didukung dengan Gerakan STBM yang dilakukan di 7.325 desa atau 36 persen dari total target tahun 2014.

Berdasarkan hal tersebut, beberapa permasalahan yang masih perlu mendapat perhatian dalam pencapaian sasaran program kesehatan masyarakat adalah upaya untuk: (1) Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan strategis pada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dalam penanganan kesehatan ibu dan anak terutama di DTPK; (2) Memenuhi kebutuhan ber-KB yang masih belum terpenuhi (unmet need) karena terbatasnya akses masyarakat terhadap pelayanan kontrasepsi; (3) Meningkatkan jumlah puskesmas mampu PONED dan rumah sakit mampu PONEK dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak; (4) Mengoptimalkan kegiatan bersifat sensitif dalam penanganan masalah gizi yang melibatkan lintas sektor; (5) Meningkatkan kegiatan preventif terpadu dalam pengendalian penyakit terutama melalui kegiatan survailans dan promosi komunikasi informasi dan edukasi termasuk upaya perbaikan kualitas kesehatan lingkungan; (6) Mengoptimalkan mobilisasi pembiayaan kesehatan terutama untuk mendukung program kesehatan preventif dan promotif; dan (7) Menjamin penyediaan obat dan vaksin sehingga selalu tersedia di fasilitas pelayanan, terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

Dengan memperhatikan capaian, permasalahan dan tantangan di atas, rencana tindak lanjut pembangunan kesehatan ke depan diprioritaskan pada pencapaian target UHH pada tahun 2014 melalui akselerasi pengurangan AKI dan AKB, perbaikan gizi masyarakat, serta pengendalian penyakit. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Anak beberapa langkah tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan ibu dan anak dan pemenuhan standar puskesmas PONED dan RS PONEK; (2) Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak (24 jam/7 hari) serta peningkatan kesinambungan pelayanan.

Upaya perbaikan status gizi anak terutama dilakukan melalui Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam rangka 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Beberapa kegiatan yang telah terbukti efektif dalam penanganan masalah gizi mencakup peningkatan kegiatan pemantauan

Page 56: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 30

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

pertumbuhan balita secara rutin melalui pengukuran berat badan (D/S), sosialisasi pemberian ASI eksklusif, penyediaan makanan pendamping ASI, dan pemberian suplemen vitamin A perlu ditingkatkan cakupannya. Selain itu, kegiatan pendukung yang meliputi penanggulangan kemiskinan, penyediaan air bersih dan sanitasi, pendidikan gizi, ketahanan pangan dan gizi, serta fortifikasi bahan pangan perlu terus didorong dalam mendukung perbaikan gizi. Untuk mempercepat penurunan TFR, tindak lanjut perlu yang dilakukan adalah peningkatan dan pemerataan akses pelayanan KB yang berkualitas guna meningkatkan jumlah akseptor KB; menurunkan angka berlangsungan (DO), kegagalan dan efek samping dalam penggunaan kontrasepsi; dan menurunkan unmet need.

Dalam rangka pengendalian penyakit, dilakukan upaya melalui pelayanan terpadu dan komprehensif HIV dan AIDS, peningkatan pengetahuan remaja terhadap HIV dan AIDS, peningkatan penemuan dan tata laksana kasus, upaya peningkatan kesembuhan dari kasus TB melalui strategi DOTS, peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini dan pengobatan malaria, serta peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi.

Berbagai kegiatan tersebut perlu didukung pula dengan peningkatan ketersedian tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan; penyediaan obat dan vaksin di fasilitas layanan kesehatan; penyediaan pembiayaan kesehatan preventif dan promotif dalam rangka pengendalian penyakit melalui perluasan BOK, pengembangan jaminan persalinan dan Jamkesmas, penyediaan dan perbaikan sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan termasuk penambahan tempat tidur kelas III rumah sakit; serta peningkatan sarana dan prasarana untuk petugas KB lapangan dalam rangka meningkatkan daya jangkau dan kemudahan dalam pelaksanaan program.

PRIORITAS NASIONAL 4: PENANGGULANGAN KEMISKINANSecara nasional, tingkat kemiskinan telah berhasil diturunkan dari 14,1 persen (2009) menjadi 11,4 persen (2013) dan 11,3 persen (Maret 2014). Namun, masih diperlukan upaya yang lebih serius untuk mencapai target penurunan tingkat kemiskinan sebesar 8-10 persen pada tahun 2014.

Gambar 2.25. Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan

Tahun 2009-2013

32,5

31,0

30,0

29,1

28,1

14,2

13,312,5

12,011,4

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

25,0

26,0

27,0

28,0

29,0

30,0

31,0

32,0

33,0

2009 2010 2011 2012 2013

Pers

enta

se

Juta

Pen

dudu

k

Jumlah Penduduk Miskin (juta) Tingkat Kemiskinan (%)

Sumber: BPS, 2009-2013

Pelaksanaan kebijakan

penanggulangan

kemiskinan masih

diperlukan upaya lebih

serius untuk mencapai

target penurunan

tingkat kemiskinan

sebesar 8-10 persen

pada tahun 2014

Page 57: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 31

Tabel 2.12. Capaian PN 4. Penanggulangan Kemiskinan

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal 2009)

Target 2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)2010 2011 2012 2013

Jumlah RTSM yang mendapatkan Bantuan Tunai Bersyarat PKH

Ribu RTSM

726,38 1.170 774,29 1.052,20 1.492,47 2.326,52 l

Jumlah RTS peneri-ma Raskin (dengan 15 kg per RTS selama 12 bulan )

Juta RTS 18,5 17,5 17,5 17,5 17,5 15,5 l

PNPM Inti Kec. 6.386 5.100 6.328 6.621 6.668 6.752 lRealisasi Penyalu-ran Kredit Usaha Rakyat (KUR)

miliar 4.773 37.000 17.229 29.003 34.230 40.898 l

Persentase pen-duduk (termasuk seluruh penduduk miskin yang memiliki jaminan kesehatan)

% 48 100 59,07 63,1 64,58 73,8 l

Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan RI, Agustus 2014Keterangan:

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Bantuan Sosial Terpadu Bagi Masyarakat Miskin

Pelaksanaan bantuan sosial yang yang telah diberikan oleh pemerintah dilaksanakan melalui program klaster-1 meliputi pemberian jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin, bantuan tunai bersyarat, serta penyediaan Raskin. Secara umum pelaksanaan bantuan sosial tersebut hampir mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2014.

Persentase penduduk miskin yang memiliki Jamkesmas hingga akhir tahun 2013 sebesar 73,8 persen, dapat dikatakan terjadi peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 sebesar 64,58 persen. Angka tersebut masih jauh dari target tahun 2014 sebesar 100 persen sehingga masih diperlukan upaya yang lebih keras untuk mencapai target tersebut.

Jumlah RTSM yang mendapatkan Bantuan Tunai Bersyarat peserta PKH terus meningkat jumlahnya. Pada tahun 2012 sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 1,516 juta. Hingga akhir tahun 2013, peserta PKH sebanyak 2.326.520 RTSM sehingga indikator ini telah tercapai pada tahun 2013.

Cakupan penduduk

miskin yang memiliki

Jamkesmas sampai

dengan pertengahan

tahun 2013 sebesar

64,6 persen

Page 58: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 32

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Gambar 2.26. Perkembangan Anggota Keluarga PKH yang Terverifikasi

Tahun 2009-2013

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

2009 2010 2011 2012 2013Anak Setara SD 722,98 785,27 1106,57 1114,52 1509,02

Anak Setara SMP 243,73 291,13 425,35 458,38 608,14

Bumil/Nifas 25,86 23,28 33,83 29,17 42,90

Balita 498,35 459,21 598,59 582,28 864,94

(Rib

u)

Sumber: UPPKH Pusat, Kementerian Sosial 2013,diolah

Sementara itu, hingga Agustus 2013, 15,53 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) telah mendapatkan beras sebanyak 15 kg/bulan selama satu tahun. Hingga akhir tahun target 17,488 juta diperkirakan akan tercapai (Tabel 2.13).

Tabel 2.13. Pelaksanaan Program Raskin

Tahun 2009-2013

Indikator Satuan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013Jumlah Penerima Juta RTS 18,5 17,5 17,5 17,5 15,5Jumlah Subsidi 1 Tahun Rp. Triliun 13 14 15 16 17Pagu Beras Total Ribu Ton 3.329,5 2.972,9 3.147,8 3.147,8 2,795,6

Sumber: Bulog

Dalam rangka mengurangi kesenjangan masyarakat dalam mengakses pelayanan pendidikan, Pemerintah melaksanakan Program BSM. Sejak diberlakukannya pada pertengahan tahun 2013 melalui KPS, anak-anak keluarga miskin yang belum bersekolah didorong untuk mendaftar dan terus bersekolah. Pemerintah juga memberikan Bidik Misi bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu dan memiliki potensi akademik untuk menempuh pendidikan tinggi. Pada tahun 2012, jumlah mahasiswa yang diberikan beasiswa sebanyak 323.000 yang tersebar di berbagai PT/PTA. Program bantuan pendidikan siswa miskin tersebut berkontribusi dalam peningkatan APK dan APM pada seluruh jenjang pendidikan.

Page 59: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 33

Gambar 2.27. Pelaksanaan Program Bantuan Siswa Miskin

Tahun 2009-2013

Sumber: Kemdikbud, 2009-2013

Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM

Pemberdayaan masyarakat melalui PNPM, yang masuk dalam kelompok klaster-2 secara umum telah mencapai target yang ditetapkan (5.100 kecamatan). Jumlah kecamatan mengalami peningkatan dari 6.386 (2009) menjadi 6.668 (2012) dan mencapai 6.752 kecamatan pada tahun 2013. Capaian tahun 2013 tersebut sudah melampaui target di tahun 2014. Pencapaian lainnya adalah terealisasinya 15 persen pencairan dana Bansos PNPM MP sesuai target capaian pada B06 sebesar Rp.1.195.311.511.650 (total Bansos PNPM MP tahun 2013 adalah Rp.7.968.743.411.000). Realisasi hingga Juni 2013 sebesar Rp.2.547.318.000.536,- atau 213 persen dari target Juni 2013.

Gambar 2.28. Gambar 2.29. Capaian Klaster 2 PNPM : Jumlah Kecamatan Capaian Klaster 2 PNPM : Jumlah BLM Tahun 2009-2013 Bersumber APBN Tahun 2009-2013

Sumber: Kemenkokesra, 2009-2013

Page 60: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 34

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Boks 1.

Peran Usaha Mikro Kecil Menengah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

-- Kajian Evaluasi Tematik Tahun 2011 --

Pemberdayaan UMKM baik dalam RPJMN 2004-2009 maupun RPJMN 2010-2014 merupakan salah satu prioritas pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan itu, apabila memperhatikan karakteristik UMKM yang bersifat padat karya dan memiliki proporsi unit usaha yang sangat besar (Sekitar 99 persen dari seluruh unit usaha di Indonesia), maka sangatlah penting untuk menguatkan peran UMKM. Penguatan peran UMKM masih terkendala oleh beberapa hal, antara lain terbatasnya kualitas sumber daya manusia, penguasaan manajemen, teknologi, pemasaran, akses permodalan, dan belum memadainya legalitas usaha dan perlindungan usaha. Perkembangan jumlah unit usaha, nilai investasi, dan nilai ekspor UMKM pada tahun 2009 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2005. Berdasarkan skala usahanya, selama periode 2005–2009 Usaha Mikro memiliki pertumbuhan rata-rata yang positif, 15,39 persen, sementara Usaha Kecil dan Usaha Menengah memiliki pertumbuhan rata-rata yang negatif, masing-masing -67,73 persen dan -61,01 persen. Hal ini diperjelas lagi bahwa Usaha Mikro memiliki jumlah unit usaha UMKM terbesar, baru kemudian diikuti Usaha Kecil dan Usaha Menengah.

UMKM memiliki peran penting dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap pembentukan PDB selama periode 2005-2009. Dilihat dari segi produktivitas, baik produktivitas per tenaga kerja dan produktivitas per unit usaha, UMKM memiliki produktivitas yang jauh tertinggal dibandingkan dengan Usaha Besar.

Kontribusi UMKM terhadap Kontribusi UMKM terhadap Penyerapan Tenaga Kerja PDB Nasional (Harga Konstan)

89

,35

89

,3

89

,3

91

,03

10

,67

4,2

4,2

2

4,2

6

3,5

6

5,1

2

3,4

4

3,4

3

3,4

8

2,7

1

96

,85

96

,99

96

,95

97

,04

97

,3

3,1

5

3,0

1

3,0

5

2,9

6

2,7

0

20

40

60

80

100

120

2005 2006 2007 2008 2009

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah UMKM Usaha Besar

%

33,2

4

32,9

5

32,7

8

32,6

9 39,3

1

10,7

1

10,8

3

10,8

7

10,8

16,6

4

14,5

4

14,6

2

14,6

8

14,6

5

55,9

5

58,4

9

58,4

58,3

3

58,1

5

44,0

5

41,5

1

41,6

41,6

7

41,8

5

0

10

20

30

40

50

60

70

2005 2006 2007 2008 2009

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah UMKM Usaha Besar

Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM, 2005–2009, diolah

Diberlakukannya kebijakan yang bersifat tambal-sulam membuat tidak adanya kesinambungan dan konsistensi dari peraturan dan pelaksanaannya, sehingga tujuan pengembangan UMKM pun kurang tercapai secara maksimal. Oleh karena itu, perlu bagi Indonesia untuk membenahi penanganan UMKM dengan serius, agar dapat memanfaatkan potensinya secara maksimal. Salah satu pembenahan utama yang diperlukan adalah dari aspek regulasi. Keterlibatan dari semua stakeholder sangat diperlukan, baik pemerintah, DPR, akademisi maupun dari para pelaku usaha. Selain itu, dalam pengembangan UMKM diperlukan koordinasi antar institusi pemerintah untuk tetap memiliki konsistensi dalam membuat konsep kebijakan. Untuk itu. dalam jangka panjang UMKM harus dipandang sebagai unit ekonomi yang dilakukan dengan pendekatan bisnis.

Dalam rangka menghadapi pasar yang semakin terbuka maka pemerintah Indonesia perlu mempromosikan konsep dan ide tentang pasar bebas terhadap UMKM, agar UMKM sedikit demi sedikit mengarahkan pemasaran produknya kepada pasar regional dan global. Sedangkan untuk memperkuat posisi UMKM dalam perdagangan domestik maka perlu untuk mengurangi masalah perdagangan antar pulau dan antar daerah, sehingga pemerintah perlu mengatur perdagangan domestik dalam rangka mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan dalam melakukan usaha perdagangan. Sementara itu, terkait dengan program KUR yang merupakan model perkreditan yang inovatif diduga sangat bermanfaat bagi UMKM dalam pengembangan modal UMKM untuk mendukung peningkatan produksi dan pendapatan UMKM. Oleh sebab itu, program ini harus dipertahankan dan dikembangkan oleh Pemerintah dan kalangan stakeholder lainnya dengan mengatasi semua masalah yang menjadi kendala dalam pengembangan program tersebut.

(Disarikan dari Buku Evaluasi Tematik “Peran Usaha Mikro Kecil Menengah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”, Bappenas, 2011)

Page 61: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 35

Pengembangan Usaha Mikro Kecil Melalui Penyediaan Anggaran Penjaminan KUR

Pelaksanaan program klaster-3 difokuskan pada Program KUR terkait dengan dukungan penjaminan KUR. Pada tahun 2013, secara nasional penyaluran KUR mencapai Rp.40,9 triliun melebihi target yang ditetapkan Rp.36 triliun. Pencapaian ini didukung oleh penambahan jumlah bank penyalur KUR, yaitu 8 bank umum dan 26 Bank Pembangunan Daerah.

Gambar 2.30. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Tahun 2009-2013

Sumber: Bank Indonesia, 2009-2013

Secara umum, masih terdapat permasalahan yang dihadapi dalam upaya pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Terkait dengan program PKH, permasalahan yang dihadapi yaitu bahwa RTSM peserta PKH kohor tahun 2007 akan memasuki periode graduasi pada tahun 2013 ini. Sementara itu, terkait dengan realisasi pencairan 75 persen BLM Lanjutan PNPM MPd TA 2012 sampai saat ini belum ada proses pencairan dikarenakan DIPA BLM Lanjutan PNPM MPd TA 2012 baru disahkan tanggal 29 April 2013, namun untuk pencairan dana masih menunggu revisi batas waktu pencairan DIPA Lanjutan yang semula tertera tanggal 30 April 2013 sesuai PMK No. 229/2012 dimana hal tersebut tidak dapat direalisasikan karena hanya ada alokasi waktu satu hari dari tanggal pengesahan DIPA Lanjutan dimaksud.

Permasalahan yang dihadapi terkait dengan Program Raskin diantaranya belum tepatnya sasaran penerima manfaat program yang ditetapkan, masih rendahnya kapasitas daerah dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan tahapan distribusi, dan terkendala kondisi sarana dan prasarana moda dan angkutan jalan yang pada akhirnya menyebabkan adanya variabilitas biaya angkutan.

Terkait dengan pelaksanaan PNPM inti, beberapa kendala yang dihadapi diantaranya masih terdapat beberapa kabupaten yang terlambat atau tidak menyediakan DDUB, adanya kekosongan fasilitator, khususnya fasilitator teknis di beberapa lokasi serta belum optimalnya kualitas pendampingan.

Dalam meningkatkan pencapaian program PKH, beberapa langkah tindak lanjut yang diperlukan diantaranya yaitu: (1) Rencana sertifikasi, yaitu konsep penilaian terhadap perkembangan kondisi sosial dan ekonomi peserta PKH; dan (2) Rencana transisi, yaitu konsep fasilitasi dan keterkaitan program-program yang ada, skenario pendampingan dan pedoman operasionalnya. Pelaksanaan resertifikasi peserta PKH kohort tahun 2007 dan 2008 sudah selesai dilaksanakan sejak bulan Juni-Agustus 2013 di 70 kab/kota. Pelaksana resertifikasi ini dilakukan oleh Pendamping PKH dan dilakukan cross check dari TNP2K.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

2009 2010 2011 2012 2013Target 18.000 20.000 30.000 36.000

Realisasi 4.773 17.229 29.003 34.230 40.898

Mili

ar R

upia

h

Page 62: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 36

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Terkait dengan upaya pencapaian Program Raskin, langkah tindak lanjut yang perlu dilaksanakan yaitu: (1) Pemanfaatan data PPLS 2011 didukung dengan peningkatan koordinasi agar terjadi komplementaritas antarprogram; (2) Peningkatan mekanisme monitoring dan evaluasi sistem penyaluran pada tingkat Divre dan Nasional.

Sementara itu, langkah tindak lanjut dalam upaya peningkatan pencapaian PNPM dilakukan melalu penundaan pelaksanaan PNPM MPD di lokasi yang tidak menyediakan DDUB, melakukan rekrutmen untuk pemenuhan fasilitator yang dilakukan secara berkala, mengadakan pelatihan, rapat koordinasi serta workshop dalam rangka meningkatkan kapasitas fasilitator dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan program tersebut.

PRIORITAS NASIONAL 5: KETAHANAN PANGANProduk domestik bruto sektor pertanian mengalami pertumbuhan selama tahun 2010-2013, yaitu 3,5 persen per tahun dan terus meningkat, hingga tahun 2013 pertumbuhannya mencapai 4,4 persen dan 3,30 pada triwulan I tahun 2014. Hal ini berarti capaian PDB Pertanian telah melebihi target awal 3,7-3,9 persen. Namun demikian, PDB Pertanian tersebut tidak diiringi dengan peningkatan NTP yang menurun dari tahun 2013 sebesar 104,56 menjadi 102,06 pada bulan Agustus 2014. Berikut pada Tabel 2.14 adalah capaian PN 5. Ketahanan Pangan.

Tabel 2.14. Capaian PN 5. Ketahanan Pangan

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target 2014

CapaianPerkiraan

Capaian 2014

(Notifikasi)2010 2011 2012 2013

Peningkatan Pertumbuhan PertanianPDB Pertanian % 3,96 3,01 3,37 3,97 4,40 7) lLaju Peningkatan Produksi Pangan Utama

Produksi Padi % 6,75 10,532) 3,22 -1,07 5,028) 0,31 lProduksi Jagung % 8,04 10,53 3,96 -3,73 9,888) -2,835) lProduksi Kedelai % 25,63 77,06 -6,92 -6,15 -0,968) 0,475) lProduksi Gula % -13,83 21,88 -0,41 -2,70 16,31 -1,77 lProduksi Daging Sapi % 5,17 11,90 -31,78 52,63 41,38 2,44 l

Produksi Perikanan Juta Ton 9,82 22,39 11,66 13,64 15,28 11,21 l

Kesejahteraan Petani

Nilai Tukar Petani Indeks 99,85 115-120 101,77 104,58 105,24 104,56 lLuas layanan jaringan irigasi yang direhabilitasi

Ha (ribu) 623,91 1.340 293,04 284,14 98 635,77) l

Sumber: BPS, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PU.Keterangan: 1) Kumulatif hingga Triwulan III 2012; 2) Target berubah disesuaikan dengan target surplus beras 10 juta ton pada

2014, target RPJMN 3,22; 3) ASEM 2012; 4)Kementerian Pertanian; 5) Perkiraan/Ramalan I 2013 (Lampid 2013); 6)

Akumulatif Capaian s/d Juni 2012; 7)ATAP BPS.

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Laju peningkatan

produksi pangan

utama berupa padi,

jagung, kedelai, gula,

dan daging sapi

diperkirakan sulit

mencapai target yang

telah ditentukan untuk

tahun 2014

Page 63: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 37

Peningkatan Produksi Pangan Utama

Secara umum, laju peningkatan seluruh produksi pangan utama berupa padi, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi tidak dapat mencapai target yang telah ditentukan untuk tahun 2014. Bahkan, angka capaian hingga tahun 2013 masih jauh di bawah target. Misalnya, untuk laju peningkatan produksi padi ditargetkan mencapai 10,53 persen pada tahun 2014, namun dalam kurun waktu 2009-2013 laju pertumbuhan rata-rata hanya mencapai 3 persen. Jika dilihat capaian surplus beras tiap tahunnya, capaian tersebut mengalami peningkatan, namun masih jauh di bawah target surplus beras 10 juta ton di tahun 2014. Bahkan hingga 2013 diperkirakan capaian surplus beras hanya 5,9 juta ton. Untuk laju peningkatan produksi kedelai hanya mencapai 0,47 persen pada tahun 2013, sangat jauh dari angka target 2014 (77,06 persen). Sementara itu, produksi perikanan terus meningkat dalam kurun waktu 2009-2012 namun mengalami penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2013, dari 15,28 juta ton menjadi 11,21 juta ton sehingga diperkirakan akan sulit untuk mencapai target tahun 2014 yaitu 22,39 juta ton.

Tabel 2.15. Perkembangan Pencapaian Surplus Beras

Tahun 2010-2013

Tahun Produksi Populasi (juta)

Konsumsi/kapita/ tahun

(kg)

Total Konsumsi (juta ton)

Surplus Beras

(juta ton)Gabah

(juta ton) Pertumbuhan

(%)Beras

(juta ton)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

2010 66,47 3,22 37,37 237,64 139,15 33,07 4,3

2011 65,76 (1,07) 36,97 241,18 137,06 33,06 3,91

20121) 69,04 5 38,82 244,78 135,01 33,05 5,77

20132) 69,27 6,25 38,94 248,43 132,98 33,04 5,9

Sumber : 1) ASEM (estimated), BPS, 2012; 2) Hasil olah data (estimated) dari BPS, 2013

Peningkatan Kesejahteraan Petani

Laju peningkatan NTP cenderung meningkat dari tahun ke tahun, namun demikian belum dapat mencapai target yang ditentukan untuk tahun 2014 (115-120). Pada tahun 2009, NTP masih berada pada posisi 101,20 meningkat menjadi 102,80 pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011 menjadi 105,75, dan pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 105,87. Namun pada tahun 2013 terjadi sedikit penurunan menjadi 104,56. Kendala utama dalam penentuan angka ini adalah karena banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penentuan angka tersebut.

Dalam pencapaian prioritas ketahanan pangan masih dijumpai sejumlah permasalahan dan kendala yang perlu ditindaklanjuti solusi pemecahannya. Permasalahan terkait lahan dan tata ruang dalam mendukung ketahanan pangan adalah: (1) Kurangnya ketersediaan lahan untuk produksi pangan tertentu, yaitu kedelai; (2) Permasalahan lahan yang kompetitif antara satu komoditi dengan komoditi lainnya, menyebabkan ketimpangan hasil produksi; dan (3) Sulitnya pengembangan areal baru dan bahkan sulit untuk mempertahankan lahan yang sudah ada karena meningkatnya tekanan alih fungsi lahan beririgasi produktif terutama di Pulau Jawa untuk keperluan lain yang lebih menguntungkan secara ekonomi seperti permukiman dan industri.

Masalah penting lainnya yang menghambat pembangunan bidang ketahanan pangan adalah adanya persyaratan agunan KKPE berupa sertifikat tanah. Hal ini menjadi penyebab terhambatnya produksi padi dan produksi jagung. Selain itu, terjadinya keterlambatan penyaluran bantuan sarana produksi meliputi benih, pupuk, pestisida yang dibiayai APBN, sehingga petani tidak dapat memanfaatkan bantuan secara maksimal sesuai kebutuhan

Permasalahan lahan

dan tata ruang

dalam mendukung

pembangunan

ketahanan pangan,

perlu ditindaklanjuti

solusi pemecahannya

Page 64: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 38

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Boks 2.

Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani -- Kajian Evaluasi Tematik Tahun 2010 --

Hingga saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian dengan tingkat produktivitas dan pendapatan usaha yang relatif rendah. Dengan sebagian besar masyarakat hidup di perdesaan maka kemiskinan, pengangguran dan rawan pangan banyak terdapat di perdesaan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan rawan pangan harus dilakukan dengan membangun pertanian dan perdesaan. Sebagai salah satu prioritas kebijakan untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, revitalisasi pertanian diharapkan mampu meningkatkan: ketahanan pangan; kapasitas dan kapabilitas petani dan keluarganya; akses petani terhadap sumberdaya dan informasi; serta peningkatan daya saing, mutu dan nilai tambah komoditas pertanian bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Revitalisasi pertanian ini akan menyumbang pada percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, serta penciptaan lapangan kerja baru.

Selama kurun waktu 2004-2009, revitalisasi pertanian telah menghasilkan beberapa keluaran-keluaran yang dibutuhkan dalam mengoptimalkan pembangunan baik di bidang pertanian khususnya maupun di pembangunan nasional secara umum. Berbagai program dan kegiatan telah direalisasikan dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi penduduk miskin perdesaan serta sebagai sasaran akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan petani. Secara umum, revitalisasi pertanian telah memberikan dampak yang nyata pada peningkatan NTP sebagai indikator tingkat kesejahteraan petani. Laju peningkatan NTP cenderung meningkat dari tahun ke tahun. NTP meningkat 0,93 persen (2006), dan 0,16 persen (2008). Di tahun 2009, NTP berada pada posisi 101,20, dan meningkat menjadi 102,80 pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011 menjadi 105,75, dan pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 105,87. Lebih spesifik, analisis kuadran antara NTP dan penduduk miskin perdesaan menunjukkan bahwa pembangunan sektor pertanian di provinsi kuadran ketiga dan keempat - utamanya dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani - perlu lebih ditingkatkan lagi. Baik melalui optimalisasi pembangunan sektor pertanian itu sendiri maupun sektor-sektor lainnya yang sedikit banyak turut mempengaruhi upaya peningkatan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan perdesaan.

Kaltim

Papua BaratPapua

NAD

SumutSumbar

Riau

Jambi

Sumsel

Bengkulu Lampung

Babel

Jabar

Jateng

DIYJatim

Banten

Bali

NTB

NTT

KalbarKalteng

Kalsel

Sulteng

Sulsel

Sutra

Gorontalo

Sulbar

Maluku

Maluku Utara

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

90,0 95,0 100,0 105,0 110,0 115,0Nilai Tukar Petani

Pend

uduk

Mis

kin

Desa

(%)

Kuadran III

Kuadran II

Kuadran IV

Kuadran I

Sumber: Berita Resmi Statistik dan Buklet Indikator Sosial-Ekonomi Indonesia, BPS, diolah.

Peningkatan kesejahteraan petani memiliki beberapa dimensi baik dari sisi produktifitas usaha tani maupun dari sisi kerjasama lintas sektoral dan daerah. Berdasarkan capaian dan permasalahan yang telah dihadapi serta arah pembangunan yang akan datang, revitalisasi pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani menghadapi beberapa tantangan yang fundamental mulai dari optimalisasi lahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup; ketersediaan infrastruktur, pupuk dan bibit sebagai input pertanian; penanganan dan antisipasi perubahan iklim dan bencana; akses permodalan hingga tata niaga pertanian yang lebih baik dan berpihak pada pertanian dan petani. Selain itu, sinkronisasi dan kerjasama antarinstansi serta stabilitas makroekonomi dan fiskal juga merupakan kunci dari keberhasilan revitalisasi pertanian dan lebih jauh lagi kesejahteraan petani. Kesemuanya diharapkan dapat menjadi rujukan bagi perencanaan dan pelaksanaan kebijakan revitalisasi pertanian yang akan datang.

(Disarikan dari Buku Evaluasi Tematik “Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani”, Bappenas, 2010)

Page 65: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 39

jadwal tanam. Penggunaan anggaran APBN untuk bantuan sarana produksi juga tidak dapat terserap maksimal, karena anggaran yang tersalur pada akhir tahun anggaran (semester 2) tidak dapat digunakan untuk pertanaman bulan berikutnya yang menyeberang tahun anggaran.

Permasalahan yang terkait dengan infrastruktur dan teknologi adalah adanya keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah pengembangan diluar jawa, serta kurangnya sarana irigasi/pengairan, terutama untuk wilayah pengembangan di lahan kering, keterbatasan alat pengolahan tanah terutama lahan kering, serta keterbatasan permodalan bagi produsen/petani sehingga penerapan teknologi belum optimal. Sementara itu, kinerja layanan irigasi eksisting belum optimal mendukung peningkatan produksi pertanian pangan (surplus beras 10 juta ton) akibat kondisi infrastruktur yang cenderung sudah tua dan banyak mengalami kerusakan terutama pada daerah irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Permasalahan yang terkait produksi daging sapi adalah rendahnya bobot potong sapi lokal (345,82 ± 88,55 kg) dengan kondisi BCS rata-rata, law enforcement belum efektif sehingga pemotongan betina produktif masih tinggi, distribusi dan transportasi ternak (sapi) dari daerah sentra produksi ke daerah konsumen masih mahal, sistem pelayanan kesehatan hewan belum efektif, serta keterbatasan penyediaan pakan di musim kemarau.

Selanjutnya, permasalahan terkait penurunan produksi perikanan adalah masih rendahnya produktivitas dan daya saing usaha kelautan dan perikanan yang antara lain disebabkan: (1) Struktur armada yang masih didominasi oleh kapal berukuran kecil; (2) Belum terintegrasinya sistem produksi hulu dan hilir, (3) Masih terbatasnya sarana dan prasarana yang dibangun, (4) Masih maraknya kegiatan penangkapan ikan secara ilegal (illegal, unreported and unregulated fishing) dan kegiatan yang merusak kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan, dan (5) Terbatasnya modal dan lemahnya akses permodalan. Dalam pengembangan perikanan budidaya, masih dihadapkan pada permasalahan implementasi kebijakan tata ruang, terbatasnya prasarana saluran irigasi, mahalnya harga pakan, terbatasnya ketersediaan dan distribusi induk dan benih unggul, dan serangan hama dan penyakit ikan/udang serta adanya pencemaran yang mempengaruhi kualitas lingkungan perikanan budidaya. Aspek yang mempengaruhi lemahnya daya saing dan produktivitas yang sangat mendasar adalah dalam aspek kualitas SDM dan kelembagaan nelayan dan pembudidaya ikan.

Permasalahan terkait penentuan NTP adalah banyak instansi terkait yang terlibat dalam penentuan NTP misalnya dengan Badan Pusat Statistik. Nilai Tukar Petani yang mencer-minkan rasio harga barang dan jasa yang diterima petani dengan nilai barang dan jasa yang dibayar petani, tidak mengalami perkembangan. Hal ini disebabkan oleh cenderung tetap atau bahkan menurunnya harga output, sementara harga input (pupuk, benih, sewa lahan dan biaya tenaga kerja ) cenderung terus meningkat. Penurunan harga output dapat pula diakibatkan oleh adanya peningkatan persaingan dari impor.

Tindak lanjut dalam mengatasi permasalahan lahan dan tata ruang adalah penerapan GP3K 2013 seluas 3,2 juta ha dengan paket lengkap, perluasan areal tanam dengan fokus daerah baru seperti Sulawesi Tengah, Aceh, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, serta optimalisasi pemanfaatan areal lahan transmigrasi untuk kedelai seluas 155.000 ha dan di lahan terlantar seluas 340.000 ha di 15 provinsi.

Terkait peningkatan produksi pangan utama, tindak lanjut yang dilakukan adalah: (1) Penyediaan benih bersubsidi dengan harga murah; (2) Dukungan kegiatan gerakan tanam serempak percepatan tanam/panen di tingkat provinsi, kab/kota; (3) Mendorong perbaikan penanganan pascapanen, pengembangan investasi, perbaikan sistem tataniaga yang kondusif; dan (4) Penyediaan benih unggul baik dari kultur jaringan maupun konvensional serta penataan varietas sesuai wilayah dan pola tanam, pengembangan sistem pengadaan benih/bibit yang sesuai musim tanam dan karakteristik benih/bibit, serta pemberian bantuan sosial dan penyediaan benih bersubsidi dan penyempurnaan regulasi sistem perbenihan.

Page 66: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 40

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Tindak lanjut untuk meningkatkan produksi daging sapi adalah: (1) Pengaturan pengenda-lian impor, (2) Perbaikan distribusi sapi dari daerah produsen ke konsumen, (3) Penyela-matan sapi betina produktif, (4) Optimalisasi RPH, (5) Optimalisasi inseminasi buatan dan kawin alam, (6) Penanganan gangguan reproduksi, (7) Peningkatan produktivitas melalui penerapan GFP, tunda potong, serta yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan sa-rana transportasi ternak.

Dalam meningkatkan produksi perikanan dilakukan langkah tindak lanjut melalui: (1) Pembinaan dan pengembangan kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan pengawakan kapal perikanan, pengembangan, pembangunan dan pengelolaan pelabuhan perikanan; (2) Pengembangan usaha penangkapan ikan dan pemberdayaan nelayan skala kecil; (3) Peningkatan operasional pengawasan sumber daya keluatan dan perikanan; (4) Pengembangan sarana dan prasarana pengawasan dan pemantauan kapal perikanan; (5) Pengelolaan dan pengembangan konservasi kawasan dan jenis ikan; (6) Fasilitasi pembinaan dan pengembangan sistem usaha dan investasi perikanan; (7) Melakukan kemitraan dengan pihak perbankan, koperasi, pihak swasta dan lembaga keuangan lainnya; (8) Penataan ruang dan perencanaan budidaya perikanan; (9) Pengembangan sistem produksi pembudidayaan ikan; (10) Pengembangan sistem perbenihan ikan; (11) Pengembangan pakan mandiri berbahan baku lokal dengan kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan budidaya; (12) Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan pembudidayaan ikan; (13) Pengembangan sistem prasarana dan sarana pembudidayaan ikan; (14) Pelatihan teknis penangkapan dan budidaya ikan bagi nelayan/pembudidaya ikan; (15) Penyuluhan yang intensif kepada nelayan/pembudidaya ikan; serta (16) Penguatan kelembagaan nelayan/pembudidaya ikan.

Perhatian dalam pengelolaan bidang pangan juga perlu dilakukan melalui: (1) Penyusunan dan pelaksanaan perencanaan, pembinaan, pengawalan, pendampingan, evaluasi dan pelaporan dengan baik dan kontinyu yang tepat serta pemberian bantuan sosial sarana produksi paket lengkap; (2) Mempertegas peranan Bulog sebagai stabilisator harga kedelai dengan memperbaharui HBP Kedelai sesuai perkembangan harga di lapangan; (3) Menjalin hubungan dengan perbankan dengan subsisi bunga, serta penguatan Kelompok Tani melalui PMUK; dan (4) Menekan biaya produksi melalui intensifikasi atau peningkatan produktivitas.

Membangun infrastruktur juga menjadi langkah tindak lanjut dalam meningkatkan produksi pangan dan pengelolaannya, melalui pembangunan jalan usahatani, pengadaan sarana pengairan seperti pompa air, sumur dalam, embung-embung, pengadaan alat pertanian seperti traktor, alat tebang dan lain-lain. Selain itu, juga dilakukan percepatan rehabilitasi jaringan irigasi pada daerah pertanian yang menjadi sentra produksi beras nasional baik melalui anggaran Pemerintah Pusat maupun optimalisasi DAK Irigasi, serta pembangunan daerah irigasi baru dengan prioritas di luar pulau Jawa terutama pada areal yang ketersediaan airnya terjamin dan petani penggarapnya sudah siap.

PRIORITAS NASIONAL 6: INFRASTRUKTURSelama tiga tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014 alokasi anggaran untuk infrastruktur terhadap PDB terus ditingkatkan dari 3,4 persen pada tahun 2010, menjadi 4,1 persen pada tahun 2012, sehingga diharapkan akan mengarah pada pemenuhan minimal 5 persen dari PDB. Peningkatan tersebut merupakan upaya kuat dari pemerintah untuk terus mendorong agar dunia usaha di Indonesia tetap bergairah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi antara 6,3–6,8 persen, sesuai sasaran RPJMN 2010-2014, di tengah-tengah perekonomian dunia yang cenderung tidak ada perubahan. Berikut pada Tabel 2.16 adalah capaian PN 6. Infrastruktur.

Hingga 2013,

pencapaian sasaran

pembangunan

infrastruktur pada

sebagian besar

indikator penting

diperkirakan mencapai

target 2014

Page 67: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 41

Tabel 2.16. Capaian PN 6. Infrastruktur

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Tanah dan Tata RuangInventarisasi pemilikan, penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T)

Bidang 723.154 1.678.350* 317.154(1.040.308)

280.244(1.320.552)

47.300(1.367.852)

175.500(1.543.352)

l

Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya

Provinsi - 33 Provinsi

33 Provinsi

33 Provinsi

92 kab/kota

100 kab/kota

l

JalanJumlah jalan yang ditingkatkan kapasitasnya (pelebaran) sepanjang 19.370 km (ribu)

Km 2.443 19.370* 2.808(5.251)

3.292(8.543)

4.676,05(13.219,05)

l

Kemantapan Jalan Nasional (2012)

% 87,3 90,0 87,01) 87,7 90,8 92,5 l

Jumlah jalan strategis di Lintas Selatan Jawa, Perbatasan, terpencil, dan terluar yang dibangun sepanjang 1.377,94 KM

Km 379 1.377 274 302 1.602,37 l

Jalan tol yang dibangun pemerintah dan swasta

Km 85 1.296 135 53 25,1 l

PerhubunganPanjang jalur KA baru yang dibangun

Km 135,2 954* 81 135 103.8 383.37 lJumlah Bandara yang dikembangkan dan direhabilitasi

paket 170 205 65 150 41 l

Pangsa angkutan laut domestik (D) dan ekspor-impor (E-I) untuk armada pelayaran nasional

% 90,2 (D)9,0 (E-I)

100,0 (D)10,0 (E-I)

98,1 (D)9,0 (E-I)

98,8 (D)9,5 (E-I)

98,9 (D)10 (E-I)

l

Jumlah fasilitas pelabuhan utama, pengumpul dan pengumpan yang dibangun dan ditingkatkan

lokasi 60 300 157 205 607 l

Perumahan RakyatJumlah Rusunawa Terbangun 1)

TB 99 380 49 0 265 337 lPengendalian BanjirDiselesaikannya pembangunan Kanal Banjir Timur paket 22 s/d 29

paket n.a Selesai sebelum

2012

Paket22-29

Paket30-31

n.a l

Telekomunikasi (data 2013)Ibukota Kab/Kota yang terhubung secara broadband

kab/kota(%)

311 (63)

437 (88)

311 (63)

328 (66)

343(69)

346 (69,6)

l

Desa yang dilayani akses telekomunikasi

desa(%)

24.051 (72,5)

33.184 (100,0)

27.670 (83,4)

30.413 (91,6)

30.441(91.7)

31.100(93.7)

l

Sumber: Kementerian PU, 2013; Kementerian Perumahan Rakyat, 2013; Kementerian Perhubungan, 2013; Kementerian Telekomunikasi dan Informatika, 2013.Keterangan:1) Terdapat penambahan panjang jalan nasional dari 34.628,83 Km menjadi 38.569,82 Km; *) Kumulatif

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Page 68: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 42

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Pencapaian sasaran pembangunan infrastruktur hingga tahun 2013 secara umum cukup menggembirakan (Tabel 2.16). Sebagian besar indikator penting diperkirakan mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2014, seperti kemantapan jalan nasional, pangsa angkutan laut domestik (D) dan ekspor-impor (E-I) untuk armada pelayaran nasional, penyelesaian Banjir Kanal Timur Jakarta, ibukota kab/kota yang terhubung secara broadband, serta desa yang dilayani akses telekomunikasi. Meskipun demikian indikator panjang jalur KA baru yang dibangun dan pembangunan rusunawa memerlukan kerja keras untuk mencapai target 2014, dan target pembangunan jalan tol diperkirakan tidak dapat tercapai. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga daya saing infrastruktur Indonesia sangat rendah, berdasarkan Tabel 2.17, peringkat daya saing Indonesia bahkan tidak lebih baik dari negara Vietnam.

Tabel 2.17. Daya Saing Infrastruktur Indonesia

Tahun 2009-2013

Indonesia China Vietnam Thailand Malaysia Singapura

2009 2010 2011 2012 2013 2013

Infrastruktur 84 85 85 91 82 74 110 61 25 5

Jalan 94 84 83 90 78 54 102 42 23 7

Perkeretaapian 60 56 52 51 44 20 58 72 18 10

Pelabuhan Laut 95 96 103 104 89 59 98 56 24 2

Bandar Udara 68 69 80 89 68 65 92 34 20 1

Elektrifikasi 96 97 98 98 89 67 95 58 37 8

Sumber: World Economic Forum, 2009-2013

Peningkatan Konektivitas Domestik dan Nasional

Hingga akhir tahun 2013 terdapat pertambahan jumlah panjang jalan dalam kondisi mantap dari 87,3 persen pada awal tahun 2009 menjadi 92,5 persen pada akhir tahun 2013. Selain itu pembangunan jalan mengalami kemajuan dengan meningkatnya pembangunan jalan nasional menjadi 38.245 km dan jalan tol menjadi 106.786 km pada tahun 2013.

Gambar 2.31. Perkembangan Pembangunan Jalan Tol

Tahun 2004-2013

53,51561,186

73,733

91,408

106,786

0

20

40

60

80

100

120

2009 2010 2011 2012 2013

Ribu

km

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 2004-2013

Page 69: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 43

Pembangunan infrastruktur perhubungan untuk meningkatkan konektivitas nasional dilaksanakan melalui pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi.

Untuk penyediaan transportasi antarmoda, hingga tahun 2013 telah dilakukan pengembangan BRT/Angkutan Umum Massal sebanyak 90 bus dan pembangunan bus pelajar/mahasiswa/kampus dengan total 195 bus dengan peningkatan rata-rata 12,63 persen pertahun. Pada kurun waktu 2004-2013, total jumlah pengembangan BRT/Angkutan Umum Massal adalah 288 bus dan jumlah bus pelajar/mahasiswa/kampus sebanyak 410 bus dengan peningkatan/penurunan rata-rata 20,68 persen pertahun.

Gambar 2.32. Jumlah Pengembangan BRT dan Bus Pelajar/Mahasiswa/Kampus

Tahun 2004-2013

Sumber: Kementerian Perhubungan, 2004-2013

Pada bidang perkeretaapian, hingga tahun ke-4 berjalannya RPJMN 2010-2014 capaian penting dalam mendukung pembangunan jaringan prasarana adalah meningkatnya panjang jalur KA baru yang dibangun. Hingga tahun 2013, panjang jalur KA baru yang dibangun mencapai 383,37 km.

Dalam lima tahun terakhir pergerakan pertumbuhan penumpang transportasi udara mengalami peningkatan rata-rata 21.53 persen per tahun, dan pada tahun 2013 jumlah penumpang dalam dan luar negeri yang menggunakan angkutan udara mencapai 82.134.683 orang. Peningkatan pertumbuhan penumpang angkutan udara tersebut didukung oleh pola kehidupan masyarakat yang semakin modern yang membutuhkan jalur transportasi yang lebih cepat, efisien, dan aman. Peningkatan jumlah penumpang angkutan udara ini tidak lepas dari faktor pembangunan jumlah bandara baru dan pengembangan sarana dan prasarana bandara di Indonesia. Pada tahun 2014, Pemerintah mengembangkan dan merehabilitasi 237 bandara.

Pembangunan infrastruktur perkotaan ditujukan untuk mewujudkan wilayah perkotaan yang mampu mengakomodasi aktifitas ekonomi dan sosial serta kebutuhan masyarakat. Hingga pertengahan 2012 beberapa capaian diantaranya telah dilakukan pemutakhiran terhadap Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek; telah disusun konsep kelembagaan OTJ yang saat ini dalam proses penerbitan landasan hukum; serta pelaksanaan program pengembangan BRT di 13 lokasi, yaitu Bogor, Yogyakarta, Pekanbaru, Manado, Palembang, Gorontalo, Batam, Semarang, Bandung, Solo, Tangerang, Provinsi Maluku dan Provinsi Bali. Sementara itu target pembangunan sistem MRT Jakarta hingga tahun 2013 telah dimulai dilaksanakan proses pembangunannya.

45

40

20

0

30

70

38

5045

60

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT)/Angkutan Umum Massal (unit)

Jumlah Bus Pelajar/Mahasiswa/Kampus

Page 70: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 44

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Gambar 2.33. Jumlah Penumpang Angkutan Udara Dalam dan Luar Negeri

Tahun 2009-2013

43,81

51,78

60,20

71,42

82,13

5,00 6,61 8,159,94 11,43

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2009 2010 2011 2012 2013

Juta

Gambar 2.34. Gambar 2.35. Jumlah Bandara Baru yang Dibangun, Jumlah Bandara yang Dikembangkan dan Tahun 2009-2013 Direhabilitasi,Tahun 2009-2012

Sumber: Kementerian Perhubungan

Gambar 2.36.Bus BRT di Perkotaan

Bus Sedang AC untuk sarana BRT di Kota Yogyakarta

Bus Bantuan BRT Kota Solo

Bus Bantuan BRT Kota Gorontalo Bus Bantuan BRT Kota

9 9

19

22

7

0

5

10

15

20

25

2009 2010 2011 2012 2013

65 62

150

60

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2009 2010 2011 2012

Page 71: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 45

Peningkatan Akses Penduduk terhadap Lingkungan Permukiman yang Berkualitas

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap hunian yang layak dan didukung oleh prasarana dan sarana dasar permukiman yang memadai, hingga tahun 2013 bagi masyarakat yang belum mampu memiliki rumah sendiri khususnya di perkotaan, pemerintah menyediakan rusunawa. Pada awal pembangunannya kegiatan ini mengalami kendala sehingga pada tahun 2012 target terbangunnya 380 TB tidak terpenuhi. Namun, kendala tersebut dapat segera diatasi, sehingga pada tahun 2013 telah dibangun 170 TB baru.

Gambar 2.37. Pembangunan Rusunawa

Tahun 2009-2013

0

50

100

150

200

250

2009 2010 2011 2012 2013RPJMN 240 100 100 180

Rusunawa 55 49 217 170

Twin

Blo

k (TB

)

Sumber: Kementerian Perumahan Rakyat, 2009-2013

Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir

Dalam rangka mengendalikan dan mengurangi dampak bencana akibat banjir, pencapaian hingga triwulan III tahun 2013 telah dibangun prasarana pengendali banjir sepanjang 2.233,1 km. Selain itu, pendekatan non-struktural juga dilakukan melalui kegiatan restorasi sungai yang telah dilakukan dalam pembangunan Kanal Banjir Barat Semarang Kanal Banjir Timur Jakarta. Kegiatan Restorasi sungai tersebut yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan seperti jalur hijau dibantaran sungai, dan dataran banjir (flood plain) disepanjang kedua kanal banjir tersebut.

Gambar 2.38. Panjang Sarana/Prasarana Pengendalian Banjir yang Dibangun

Tahun 2009-2013

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

2009 2010 2011 2012 2013

72,47

321

463,06

284,13

152,28

Sumber: Kementerian PU, 2009-2013

Pemerintah

hingga 2013, telah

membangun 170 TB

baru rumah susun

sederhana sewa

(rusunawa)

Page 72: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 46

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Peningkatan Akses Komunikasi Data dan Suara Bagi Seluruh Rakyat

Capaian pelaksanaan RPJMN 2010-2014 yang juga merupakan bagian dari MP3EI 2011-2025 oleh Kemkominfo mengkoordinasikan pembangunan jaringan backbone fiber optic yang dilaksanakan oleh operator telekomunikasi dan pemerintah melalui pembiayaan ICT Fund. Berdasarkan data PT. Telkom tanggal 23 Oktober 2012, pembangunan backbone Fiber Optic oleh PT. Telkom selaku operator telekomunikasi hingga tahun 2012 telah menjangkau 29 ibukota provinsi. Sedangkan, sisanya empat ibukota provinsi yang belum terjangkau adalah Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, sedang dalam tahap pembangunan dan direncanakan selesai pada tahun 2014. Selain tingkat provinsi, pembangunan jaringan backbone fiber optic ini dilaksanakan hingga tingkat kab/kota. Sebanyak 446 dari total 497 kab/kota (90 persen) kegiatan ini akan dilakukan oleh PT.Telkom. Sisanya 51 kab/kota (10 persen) akan dibangun oleh Pemerintah melalui skema pemanfaatan ICT Fund yang berasal dari sebagian dana PNBP USO.

Tabel 2.18. Jangkauan Pengembangan Serat Optik

Tahun 2012

Koridor Ekonomi Jumlah Provinsi Jumlah Kab/kota Jumlah Kab/kota

Dijangkau Serat Optik %

Sumatera 10 151 109 72,2

Jawa 6 118 117 99,2

Kalimantan 4 55 39 70,9

Sulawesi 7 82 53 64,6

Bali – Nusa Tenggara 3 40 28 70,0

Maluku - Papua 3 51 0 0,0

Total 33 497 346 69,6

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2012

Dari berbagai capaian tersebut, pembangunan infrastruktur hingga tahun 2013 masih dihadapkan pada permasalahan, diantaranya: (1) Hambatan pembebasan lahan untuk proyek infrastruktur yang sangat kompleks, seperti belum diperolehnya izin penggunaan kawasan hutan, permintaan ganti rugi lahan yang sulit dipenuhi oleh peraturan perundangan sampai penolakan dari warga masyarakat yang mengarah pada permasalahan sosial; (2) Lemahnya koordinasi dan sinergi lintas sektor yang berakibat pada kurang terintegrasinya pembangunan infrastruktur yang lebih efektif dan efisien; (3) Belum optimalnya pelaksanaan skema pendanaan KPS baik dari aspek kelembagaan, yakni kurangnya kapasitas dan komitmen Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), kerangka hukum yang masih perlu dilakukan harmonisasi, serta dukungan pemerintah baik dalam penyiapan dan transaksi proyek. Permasalahan tersebut diperkirakan masih belum dapat teratasi mengingat permasalahan pembebasan lahan sangat terkait dengan aspek sosial kemasyarakatan dan memerlukan pemecahan yang terintegrasi dan berkeadilan.

Dengan memperhatikan permasalahan di atas, tindak lanjut yang diperlukan antara lain meningkatkan kualitas persiapan kegiatan baik dalam aspek teknis maupun aspek sosial-kemasyarakatan agar setiap potensi hambatan yang terjadi dapat segera diketahui dan segera dirumuskan rekomendasi penyelesaiannya sehingga tidak menghambat pelaksanaan konstruksi. Selain itu upaya peningkatan koordinasi dan partisipasi stakeholder terkait baik dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun unsur warga masyarakat akan ditempuh agar kendala pembebasan lahan yang saat ini masih berlangsung dapat segera menemukan jalan keluar. Terbitnya UU No.2/2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Perpres No.71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum diharapkan memberikan jalan keluar yang lebih baik dalam upaya percepatan pembangunan infrastruktur.

Page 73: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 47

PRIORITAS NASIONAL 7: IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHAKebijakan peningkatan iklim investasi dan iklim usaha telah mendorong peningkatan investasi dan daya saing produk Indonesia. Berikut pada Tabel 2.19 adalah capaian PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha.

Tabel 2.19. Capaian PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Tahun 2010-2013

Indikator Satuan

Status Awal

(2009)2010

Target 2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Jumlah PTSP di Daerah

Prov/Kab/ Kota

360 530 394 420 460 468 l

Jumlah provinsi dan Kab/Kota yang telah menerapkan SPIPISE

ProvKab Kota

n.a 33 prov 50 kab/

kota

282712

286127

289938

2812641

l

Rata-rata koefisien variasi harga bahan pokok utama

% n.a 5 – 9 3,9 3,5 3,9 3,2 l

Rata-rata rasio koefisien variasi harga provinsi dan nasional

n.a 1,5 - 2,5 1,8 1,9 1,7 1,9 l

Waktu penyelesaian perijinan dan nonperijinan dibidang pembinaan pasar dan distribusi

Hari n.a 2 6 5 3 3 l

Jumlah pasar percontohan

Unit 0 26 12 15 20 23 l

Jumlah pengguna perijinan ekspor/impor online melalui INATRADE

Perusahaan n.a 7500 1.536 2.064 2.618Hak akses

4.720Hak akses l

Tersusunnya peraturan kompensasi & penetapan PHK, hubungan kerja PKWT & outsourcing), pengupahan, perlindungan pekerja, mogok kerja

Peraturan perundan-gan

Masuk dalam Proleg-nas

- Naskah Akade-mis

Penunda-an revisi dan dikeluar-kan dari Proleg-nas

Telah dilakukan :1. Sosialisasi di 10 wilayah yang mencakup 33 provinsi; 2. Sosialisasi Permen 19/2012 di 5 wilayah

1. Hasil pembahasan pedoman pelaksanaan permenaker-trans nomor 19 tahun 2012;2. Hasil pembahasan RPP Pengupahan

l

Jumlah lembaga kerjasama (LKS) bipartit di perusahaan

LKS Bipartit 12.115 15.000 13.246 13.912 14.339 14.917 l

Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI, 2010-2013Keterangan:

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Page 74: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 48

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Rata-rata pertumbuhan rasio PMTB terhadap PDRB Indonesia dari tahun 2007 hingga 2011 adalah 1,73 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 3,26 persen. Namun pertumbuhan rasio PMTB tahun 2010 lebih rendah dari pertumbuhan rasio PMTB tahun 2008 (2,54 persen). Pada tahun 2013, PMTB tumbuh melambat sebesar 4,8 persen (y-o-y) dibandingkan semester I tahun 2012 yang tumbuh 5,0 persen. Rendahnya pertumbuhan tersebut dikarenakan krisis keuangan global, sehingga banyak daerah yang mengalami pertumbuhan rasio PMTB terhadap PDRB yang negatif.

Peringkat investasi Indonesia juga semakin membaik, sehingga dimasukkan dalam kategori negara yang layak investasi (investment grade), yaitu Fitch: BBB- , Moody’s: BAA3, dan Standard & Poors: BB+. Peningkatan peringkat ini merupakan cerminan perbaikan persepsi terhadap situasi perekonomian Indonesia. Predikat investment grade akan menambah kepercayaan investor asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia.

Gambar 2.39. Perkembangan Realisasi Investasi: Per Triwulan

Tahun 2010-2013

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

2010 2011 2012 2013

PMDN 6.7 15.2 16.6 22.0 14.1 18.9 19.0 24.0 19.7 20.8 25.2 26.5 27.5 33.1 33.5

PMA 35.4 35.6 40.1 36.9 39.5 43.1 46.5 46.2 51.5 56.1 56.6 56.8 65.5 66.7 67.0

Total 42.1 50.8 56.7 58.9 53.6 62.0 65.5 70.2 71.2 76.9 81.8 83.3 93.0 99.8 100.5

Rp.

Tri

liun

Sumber: BKPM, 2013

Penyederhanaan Prosedur Perijinan dan Peningkatan Daya Saing Usaha

Dalam rangka meningkatkan investasi, dilakukan upaya penyederhanaan prosedur melalui penerapan SPIPISE pada PTSP, pembatalan perda bermasalah, dan pengurangan biaya untuk memulai usaha seperti TDP dan SIUP. Hingga pertengahan tahun 2014, 470 daerah (provinsi/kabupaten/kota) telah membentuk PTSP, atau 88,69 persen dari target 530 di tahun 2014 dan 33 provinsi serta 50 kab/kota telah menerapkan SPIPISE. Namun dengan capaian yang demikian, masih relatif jauh dari target yang telah ditentukan untuk tahun 2014.

Peningkatan kelancaran distribusi bahan pokok dalam pelaksanaannya masih mengalami banyak permasalahan. Rata-rata rasio koefisiensi variasi harga bahan pokok utama masih mengalami fluktuasi dan hingga Juni 2013 mengalami penurunan rata-rata, bahkan jauh dari target tahun 2014.

Waktu penyelesaian perijinan dan nonperijinan di bidang pembinaan pasar dan distribusi berbeda-beda, sesuai dengan jenis perijinannya. Jenis perijinan tersebut dibagi dua yaitu yang bersifat registrasi dan nonregistrasi. Untuk perijinan registrasi memakan waktu tidak lebih dari dua hari, sedangkan untuk perijinan nonregistrasi memerlukan lebih dari dua hari. Hal ini dikarenakan adanya tindakan, seperti perijinan hortikultura memerlukan proses verifikasi lapangan, tim surveyor dan karantina.

Peningkatan investasi

dan daya saing produk

Indonesia didorong

oleh kebijakan

peningkatan iklim

investasi dan iklim

usaha

Page 75: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 49

Kebijakan Ketenagakerjaan

Hingga saat ini, Indonesia masih mengalami kendala dalam menciptakan iklim ketenagakerjaan yang baik, sehingga menyebabkan peringkat Indonesia dalam pilar efisiensi pasar tenaga kerja mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Target utama yang ingin dicapai dalam Kebijakan Ketenagakerjaan adalah penyempurnaan UU No.13/2003. Penyempurnaan tersebut diharapkan dapat mendorong perbaikan rangking pilar efisiensi pasar kerja Indonesia dalam Global Competitiveness Report.

Tabel 2.20. Peringkat Efisiensi Pasar Kerja Indonesia

No. Indikator 2008-09 2009-10 2010-11 2011-12 2012-13

1. Efisiensi pasar tenaga kerja 43 75 84 94 120

2. Kerjasama hubungan karyawan pengusaha

19 42 47 68 61

3. Fleksibilitas penentuan upah 79 92 98 113 114

4. Biaya redundansi 117 119 127 131 137

5. Kekakuan lapangan kerja (PHK, kontrak kerja, outsourcing)

87 82 100 104 -

6. Praktek penerimaan dan pemu-tusan kerja

19 34 38 51 52

Sumber: The Global Competitiveness Report , 2009, 2010, 2011, 2012.

Investasi juga dijadikan oleh Pemerintah sebagai pilar pokok pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 6,3-6,8 persen setiap tahun selama 5 tahun (2010-2014). Dengan pertumbuhan tersebut ditargetkan untuk mengurangi angka kemiskinan menjadi 10-11 persen dan penurunan angka pengangguran sebesar 5-6 persen. Penyerapan tenaga kerja Indonesia secara langsung pada periode triwulan II tahun 2013 sebanyak 626.376 orang. Penyerapan tertinggi oleh PMA sebesar 386.566 orang (61,71 persen dari total tenaga kerja). Keberadaan investasi PMDN dan PMA diperkirakan dapat mengakibatkan efek ganda terhadap penyerapan tenaga kerja secara tidak langsung sebesar 4 kali.

Pembentukan LKS Bipartit tiap tahunnya telah melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu 400 per tahun. Meskipun demikian, terjadi penurunan capaian/realisasi pembentukan LKS Bipartit. Penyebabnya adalah belum adanya kesadaran antara pengusaha dan pekerja/buruh dalam pembentukan LKS Bipartit. Lembaga Kerja Sama Bipartit paling banyak terbentuk di tahun 2010, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan tiga tahun sesudahnya. Sampai dengan akhir tahun 2009 jumlah LKS Bipartit yang ada adalah 12.115. Pembentukan LKS Bipartit pada tahun 2010-2012 berturut-turut adalah 1.131, 666 dan 427. Hingga tahun 2014 telah terbentuk 15.429 LKS Bipartit, melalui kegiatan yang dilaksanakan di pusat dan provinsi yang tertuang dalam Dekonsentrasi. Capaian ini telah memenuhi target di tahun 2014. Namun demikian, LKS Bipartit yang terbentuk tersebut, sebagian masih kurang mengoptimalkan fungsi dan tugasnya di lingkungan perusahaan.

Upaya peningkatan kelancaran distribusi bahan pokok menghadapi permasalahan antara lain berupa kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang mengakibatkan kenaikan harga komoditas, anomali cuaca yang mengakibatkan banyak terjadi gagal panen di sentra produksi, disparitas harga di wilayah perbatasan, dan sulitnya meningkatkan jumlah produksi komoditas pertanian dengan penambahan lahan baru. Sedangkan pengembangan sarana distribusi perdagangan menghadapi permasalahan berupa pasar yang telah direvitalisasi (sejak 2009) belum memiliki standar baku pembangunan fisik maupun manajemen pengelolaan pasar, sehingga terjadi ketidakseragaman kualitas pembangunan dan pengelolaan pasar antardaerah.

Penyempurnaan UU

No. 13/2003 Tentang

Ketenagakerjaan

diharapkan dapat

mendorong perbaikan

rangking pilar

efisiensi pasar kerja

Indonesia

Page 76: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 50

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Untuk terus meningkatkan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif maka diambil beberapa langkah tindak lanjut yang diantaranya adalah: (1) Dilakukannya koordinasi dengan instansi terkait dan pelaku usaha untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok (penyelenggaraan pasar murah, mediasi antara importir-petani-produsen makanan), dan mempermudah proses perijinan; (2) Inkonsistensi dalam pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan pasar, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan kebijakan pedoman pembangunan dan pengelolaan pasar tradisional dan pusat distribusi melalui Permendag No.48/M-DAG/PER/8/2013; dan (3) Dalam hal LKS Bipartit diambil beberapa langkah, antara lain: (a) menyempurnakan peraturan yang ada; (b) memberikan inspirasi dan dorongan dalam pembentukan LKS Bipatit.

PRIORITAS NASIONAL 8: ENERGISecara umum, pencapaian sasaran utama pembangunan bidang energi masih belum menggembirakan, terutama produksi minyak bumi dan pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik. Berikut pada Tabel 2.21 adalah capaian PN 8. Energi.

Tabel 2.21. Capaian PN 8. Energi

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target (2014)

Capaian Perkiraan Capaian 2014

(notifikasi)2010 2011 2012 2013

Produksi Minyak Bumi

Juta Barrel 946.3 1.010*) 945 902 894 900 l

Kapasitas Pembangkit

Tambahan (MW)

31.959 3.000 MW/Tahun

2.024 5.916 2.940 - l

Terpasang (Kumulatif

MW)

33.983 39.899 44.165 46.428

Rasio Elektrifikasi

% 65,8 80 67,2 72,2 76,6 80,2 l

Kapasitas PLTP

Terpasang (Kum MW)

1.189 5.000 1.189 1.226 1.336 1.341 l

Pembangunan Jaringan Gas Kota

Kota/Sambungan

Rumah (Kum)

2/6.210

19/ 80.000 6/ 10.316 9/ 28.280 13/ 57.000 - l

Pembangunan SPBG

Unit (Kum) n.a**) 21 FEED***) - 4 16 l

Sumber: Bappenas 2013; RI, 2014*)1.010 adalah target Renstra KESDM **)Belum ada pembangunan melalui APBN***)Front End Engineering Design

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Produksi Minyak Bumi Semakin Menurun

Capaian produksi minyak bumi dari tahun ke tahun semakin menurun. Tercatat bahwa penurunan produksi minyak bumi adalah 12,5 persen. Hal ini disebabkan karena sumur minyak bumi yang saat ini berproduksi, sebagian besar (62 persen) berasal dari lapangan minyak tua (mature). Sementara, lapangan minyak baru yang diharapkan dapat meningkatkan produksi mengalami keterlambatan. Terjadi kehilangan potensi produksi akibat penghentian produksi yang direncanakan maupun tidak direncanakan (unplanned shut-down).

Permasalahan dalam

pembangunan bidang

energi pada laju

produksi minyak bumi

yang terus mengalami

penurunan akibat

adanya kehilangan

potensi produksi.

yang disebabkan oleh

penurunan alamiah

dari sumur-sumur

yang sudah mature

dan terbatasnya

penerapan teknologi

untuk meningkatkan

produksi selanjutnya

Page 77: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 51

Ketenagalistrikan mengalami Perkembangan yang Baik

Infrastruktur energi dan ketenagalistrikan telah mengalami perkembangan baik dari aspek kapasitas maupun perluasan jangkauan pelayanannya. Capaian tahun 2013, Kapasitas pembangkit yang terpasang adalah 46.428 MW, dan telah mencapai target tahun 2014 yang ditetapkan di RPJMN. Angka kapasitas pembangkit yang terpasang tersebut terdiri atas pembangkit milik PT PLN (Persero) sebesar 34.396 MW (74,08 persen), swasta atau IPP sebesar 10.303 MW (22,19 persen), dan usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi atau PPU sebesar 1.729 MW (3,72 persen).

Rasio Elektrifikasi dan Kapasitas Pembangkit Listrik mampu mencapai target 2014

Peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-rata 3.000 MW/tahun dan rasio elektrifikasi sebesar 80 persen pada tahun 2014 telah mampu dicapai di tahun 2013. Pada tahun 2013, rasio elektrifikasi sudah mencapai 80,2 persen. Peningkatan rasio elektrifikasi didukung dengan adanya tambahan kapasitas pembangkit listrik. Hingga Juni 2012, kapasitas pembangkit listrik mencapai 42.839 MW. Artinya, ada tambahan kapasitas sebesar 10.880 MW dibandingkan kapasitas yang ada pada tahun 2009 sebesar 31.959 MW.

Pelaksanaan Konversi Penggunaan Gas Diperkirakan Mencapai Target

Pembangunan jaringan gas kota dan SPBG dalam rangka konversi BBM ke BBG diperkirakan mencapai target sesuai dengan sasaran RPJMN. Dari rencana pembangunan jaringan gas di 21 kota dan 80.000 sambungan rumah, hingga tahun 2013 telah dibangun 16 SPBG, 22 km jaringan pipa gas, dan penyediaan konverter kit sebanyak 7.500 unit. Untuk capaian tahun 2014, Pemerintah telah melaksanakan percepatan pembangunan SPBG sehingga berhasil melewati target pembangunan SPBG sebanyak 43 SPBG pada tahun 2014. Selain itu, untuk mendukung pelaksanaan penggunaan gas di sektor transportasi diterbitkan Perpres No.64/2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga BBG untuk Transportasi Jalan. Diharapkan dengan adanya Perpres tersebut, implementasi penggunaan BBG dapat lebih baik, terutama dalam peningkatan jumlah pembangunan SPBG.

Adapun permasalahan dalam pembangunan bidang energi antara lain pada laju produksi minyak bumi yang terus mengalami penurunan, disamping adanya kehilangan potensi produksi. Penurunan laju produksi terutama disebabkan oleh penurunan alamiah dari sumur-sumur yang sudah mature, sedangkan penerapan teknologi untuk meningkatkan produksi selanjutnya (secondary dan tertiary recovery) masih terbatas. Selain itu, pencarian produksi minyak dan gas bumi baru melalui eksplorasi terkendala oleh rendahnya komitmen dari KKKS.

Dari sisi regulasi minyak dan gas bumi, perlu segera dirumuskan revisi UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yang sejalan dengan beberapa keputusan Mahkamah Konstitusi dan dinamika pengembangan industri minyak dan gas bumi guna penataan kelembagaan industri hulu dan hilir, pembentukan petroleum fund, dan harmonisasi regulasi dan peran pemerintah daerah.

Tantangan pemanfaatan energi panas bumi adalah belum adanya kebijakan yang mendukung terkait penetapan harga dan tumpang tindih lahan.Dikarenakan sebagian besar potensi panas bumi berada di kawasan hutan lindung/konservasi, maka tahun 2013 sudah dilakukan percepatan proses Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di beberapa lokasi, namun secara umum percepatan proses masih diperlukan.

Hingga 2013,

kapasitas pembangkit

listrik terpasang

adalah 46.428 MW,

dan telah mencapai

target tahun 2014

yang ditetapkan di

RPJMN

Page 78: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 52

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Gambar 2.40. Rasio Elektrifikasi dan Kapasitas Pembangkit Listrik

Tahun 2013

Sumber: Kementerian ESDM,2013

Langkah tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan produksi minyak bumi adalah: (1) Memberikan insentif optimasi produksi melalui infill drilling dan penerapan EOR; (2) Mempercepat pengembangan lapangan baru termasuk pengembangan struktur idle; (3) Meningkatkan kehandalan peralatan untuk mengurangi gangguan produksi (unplaned shut-down); dan (4) Mempercepat penyelesaian permasalahan yang berhubungan dengan perijinan, keamanan, dan tumpang tindih lahan. Sedangkan untuk menyukseskan program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW Tahap I adalah dengan mempercepat penyelesaian masalah melalui koordinasi yang lebih intensif.

Upaya tindak lanjut yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala pemanfaatan energi alternatif adalah: (1) Amandemen UU No.27/2003 tentang Panas Bumi untuk mengakomodasi bahwa panas bumi tidak termasuk kegiatan pertambangan terkait dengan UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan UU No.41/1999 tentang Kehutanan; (2) Pemberian jaminan kelayakan usaha untuk PT PLN (Persero) untuk membeli listrik yang bersumber dari panas bumi; dan (3) Implementasi feed-in tariff panas bumi.

PRIORITAS NASIONAL 9: LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANASecara umum sasaran pembangunan tersebut diperkirakan tercapai pada tahun 2013. Perbaikan-perbaikan kondisi lingkungan yang ada saat ini merupakan hasil dari berbagai upaya, diantaranya pengendalian terhadap perubahan iklim, pengendalian kerusakan lingkungan, peningkatan sistem peringatan dini, dan penanggulangan bencana. Berikut pada Tabel 2.22 adalah capaian PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.

Page 79: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 53

Tabel 2.22. Capaian PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target (2014)

Capaian Perkiraan Capaian 2014

(notifikasi)2010 2011 2012 2013

1. Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun

Fasilitasi rehabilitasi hutan & lahan kritis pada DAS Prioritas

ha 703.045 1.600.000 229.217(932.262)

742.364(1.445.409)

1.251.883(1.954.928)

On progress(>1.600.000) l

Fasilitasi penetapan areal kerja pengelolaan Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa

ha 78.242 2.500.000 528.507 1.036.678 1.537.005 On progress(>2.500.000) l

Fasilitasi pembangunan hutan rakyat kemitraan untuk bahan baku 105 industri pertukangan

ha n.a 250.000 51.506 102.067 158.421 On progress(>250.000) l

2. Penurunan beban pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa

Jumlah industri pertambangan, energi dan migas, agroindustri dan manufaktur yang dipantau & diawasi

industri 627 680 705 996 1.312 n.a l

Persentase capaian IKLH Nasional (terha-dap IKLH max = 100%)

% 59,79 70 61,07 60,25 n.a n.a l

3. Penurunan jumlah hotspot kebakaran hutan sebesar 20% per tahun

Penurunan jumlah hotspot di Pulau Kalimantan, Sumatera & Sulawesi berkurang 20%/tahun dari rerata 2005-2009

% 58.890 titik (rerata 2005-2009)

67,2 83,42 51,65 45,11 On progress l

4. Penghentian tingkat polusi keseluruhan sebesar 50%

Rencana Pengelolaan DAS Terpadu

unit n.a 108 22 58 95 On progress

(108)

l

5. Sistem Peringatan Dini: Penjaminan berjalannya fungsi sistem peringatan dini tsunami (TEWS) dan sistem peringatan dini cuaca (MEWS) yang dimulai pada 2010, serta sistem peringatan dini iklim (CEWS) pada 2013

Kesinambungan sistem analisa data di bidang gempa bumi dan tsunami

% 75 90 90 100 100 100 l

Persentase tingkat kemampuan pelayanan data dan informasi meteorologi publik dan cuaca ekstrim

% 45 80 50 66,67 78,78 92,93 l

% pengguna informasi perubahan iklim kuali-tas udara

% 75 90 39 68 80 95 l

6. Penanggulangan Bencana: Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana melalui: 1). penguatan aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana dan bahaya kebakaran hutan di 33 provinsi, dan 2). Pembentu-kan tim gerak cepat (unit khusus penanganan bencana) dengan dukungan peralatan dan alat transportasi yang memadai dengan basis di dua lokasi strategis (Jakarta dan Malang) yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia

a. Penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana dan bahaya kebakaran hutan di 33 provinsi

Terlaksanannya pemenuhan kebutuhan logistik dan peralatan kebencanaan

Lokasi 5 77 16 265 160 n.a l

b. Pembentukan tim gerak cepat (unit khusus penanganan bencana) dengan dukungan peralatan dan alat transportasi yang mema-dai dengan basis di dua lokasi strategis (Jakarta dan Malang) yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia

Terbentuknya satuan reaksi cepat (SRC-PB)

Lokasi 7 2 2 2 2 2 lSumber: Kementerian Kehutanan, KLH, BMKG, BNPB.

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Page 80: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 54

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Pengendalian Perubahan Iklim

Dalam rangka pengendalian terhadap perubahan iklim telah dilakukan upaya nasional penurunan emisi gas rumah kaca melalui penerbitan Perpres No.61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Perpres No.71/2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (RAN GRK). Untuk penyusunan rencana aksi di daerah, telah diterbitkan pedoman penyusunan RAD GRK melalui Surat Edaran Bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Lingkungan Hidup, dan Menteri Dalam Negeri No.0005/M.PPN/01/2012, No.01/MENLH/01/2012 dan No. 660/95/SJ/2012. Hingga Desember 2012 telah berhasil disusun RAD GRK untuk 29 provinsi yang telah disahkan dengan Peraturan Gubernur.

Dalam kaitan di atas, RHL pada DAS prioritas telah tercapai melebihi target, secara kumulatif lebih dari 1.954.928 ha di tahun 2013. Selain itu, hingga akhir tahun 2013, penetapan areal kerja HKm dan Hutan Desa diperkirakan akan melebihi target 2.500.000 ha. Untuk mendorong rehabilitasi di luar kawasan hutan, pada tahun 2010 telah difasilitasi hutan rakyat kemitraan seluas 51.506 ha, dan hingga tahun 2013 secara kumulatif diperkirakan mencapai lebih dari 250.000 ha. Selanjutnya, terjadi penurunan laju deforestasi dari 830.000 ha per tahun (periode 2006-2009) menjadi 450.000 per tahun (periode 2009-2011). Laju deforestasi tersebut membentang 320.000 ha di kawasan hutan dan 130.000 ha di luar kawasan hutan (Gambar 2.41).

Berbagai upaya pengendalian kebakaran hutan terutama di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dilakukan dengan mengurangi jumlah hotspot (titik api). Pada tahun 2012 jumlah hotspot turun 45,11 persen dan perlu kerja keras untuk mencapai target penurunan sebesar 67,2 persen (19.316 titik) pada tahun 2014.

Gambar 2.41. Laju Deforestasi Indonesia (Juta Ha Rata-rata/Periode)

Tahun 2003 – 2011

Sumber: KIB, 2014

Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keanekaragaman hayati telah dikembangkan: (1) 20 Balai Kliring Keanekaragaman Hayati; (2) 17 database Profil Keanekaragaman Hayati provinsi dan kabupaten; (3) Pembangunan 8 Taman Keanekaragaman Hayati di wilayah provinsi; dan (4) Naskah Akademis RUU Pengelolaan Sumber Daya Genetik. Hingga tahun 2011, telah dilakukan Gerakan Penyelamatan Ekosistem Danau Rawa Pening dan Danau Maninjau sebagai tindak lanjut Kesepakatan Bali tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan. Dalam rangka Program MIH pada tahun 2011 telah diberikan penghargaan Trophy Raksaniyata kepada lima kabupaten yaitu Kolaka (Sulawesi Tenggara), Deli Serdang (Sumatera utara), Buleleng (Bali), Lampung Barat (Lampung), dan Paser (Kalimantan Timur) sebagai apresiasi kepada pemerintah daerah yang dinilai mampu mempertahankan tutupan vegetasi berhutan pada kawasan berfungsi lindung.

Rehabilitasi Hutan

dan Lahan Kritis (RHL)

pada DAS prioritas

telah tercapai

melebihi target, yaitu

secara kumulatif lebih

dari 1.954.928 ha di

tahun 2013

2003-2006 2006-2009 2009-2011

Di Dalam Kawasan Hutan 0,76 0,61 0,33

Di Luar Kawasan 0,41 0,22 0,12

Indonesia 1,17 0,83 0,45

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

Page 81: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 55

Dalam upaya meningkatkan pelayanan informasi cuaca telah dilakukan pemasangan AWS di 167 lokasi, sehingga informasi terjadinya cuaca ekstrim dapat diprediksi 3 jam sebelum kejadian pada tahun 2010, lebih awal 30 menit dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, cakupan pelayanan peringatan dini diperluas ke tingkat kabupaten di 23 provinsi melalui media elektronik dan cetak lokal, dengan tingkat akurasi sebesar 75 persen dan frekuensi layanan ke masyarakat mencapai 365 kali prakiraan cuaca harian, sesuai target yang direncanakan. Untuk layanan cuaca penerbangan secara online dan real time, pada saat lepas landas dan pendaratan, hingga pertengahan tahun 2012 telah dibangun AWOS di ujung runway di 13 bandara.

Informasi tentang Gempa Bumi dan Tsunami terus ditingkatkan kecepatan pengolahan dan penyebaran informasinya. Setelah dibangun dan beroperasinya sistem TEWS pada tahun 2010, waktu untuk mengolah data dan menyebarkan informasi kepada masyarakat dapat dipercepat menjadi 5 menit setelah gempa terjadi, sebelum ada sistem TEWS memerlukan waktu 30 menit sampai 2 jam. Tahun 2011 telah dapat dipercepat lagi menjadi kurang dari 5 menit serta ditayangkan melalui televisi dan pesan pendek (sms) kepada Presiden, Kepolisian, Pemda, BNPB dan perorangan lainnya yang terdaftar di BMKG. Pada saat ini, sedang dikembangkan informasi atau peta tingkat kerusakan akibat terjadinya gempa, dengan dukungan 160 jaringan broadband dengan tide gauge dan GPS, serta pengadaan 237 unit akselerograf dari target 500 unit pada tahun 2014 dan 38 lokasi intensity meter dari target 100 lokasi.

Untuk pengelolaan Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim BMKG, telah disusun peta kesesuaian agroklimat untuk komoditas tanaman pangan dan perkebunan di tiga wilayah, yaitu Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Informasi prakiraan rawan kekeringan telah dibuat pula untuk wilayah Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat dan Banten. Hingga tahun 2013 diperkirakan telah tercapai 95 persen pengguna informasi perubahan iklim dan kualitas udara, dimana hal ini berarti melebihi target sebesar 90 persen. Hingga tahun 2011, atlas periode ulang curah hujan maksimum telah disusun untuk 58 kab/kota, dimana informasi yang ada dapat digunakan untuk perkiraan daerah berpotensi banjir, perhitungan pengendalian banjir, dan rancangan drainase. Sejalan dengan perubahan iklim, telah dilakukan penambahan wilayah terlayani informasi iklim, dengan dibangunnya 22 stasiun klimatologi per provinsi di seluruh provinsi di Indonesia. Cara penyebaran informasi iklim dilakukan melalui SLI untuk petani di 11 provinsi. Pada tahun 2011, provinsi yang terlayani informasi dini kualitas udara untuk antisipasi kebakaran hutan adalah Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Selain itu, dilakukan pembuatan Peta Kerentanan Perubahan Iklim di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara.

Dalam upaya pengurangan risiko bencana telah disusun RENAS PB 2010-2014, RAN PRB 2010-2012, serta Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami dengan fokus kawasan megathrust Mentawai, Selat Sunda, Pantai Selatan Jawa, Pantai Selatan Bali-Nusa Tenggara dan kawasan utara Papua. Penanggulangan bencana, hingga pertengahan tahun 2013 telah dilakukan peningkatan dan pengelolaan sarana dan prasarana pencarian, pertolongan dan penyelamatan (SAR), penyelenggaraan diklat dan pemasyarakatan SAR, penyelenggaraan operasi dan latihan SAR, dan pengelolaan komunikasi SAR, diklat teknis kebencanaan, dukungan penyusunan rencana kontijensi, dan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana di 33 Provinsi serta identifikasi kebutuhan dan pengadaan logistik dan peralatan bagi daerah rawan bencana.

Untuk penguatan kapasitas penanganan bencana, telah dibentuk BPBD di 33 Provinsi yang mencapai 366 BPBD tingkat kab/kota dengan prioritas pada kab/kota rawan bencana, penguatan kapasitas SRC-PB di Kawasan barat dan Timur dengan peralatan yang memadai dan keterlibatan TNI/Polri, peningkatan kapasitas kesiapsiagaan bencana melalui gladi gempa bumi, tsunami, banjir dan longsor, serta pelibatan masyarakat melalui relawan bencana.

Untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, upaya percepatan pemulihan diprioritaskan pada wilayah pascabencana di Provinsi Jawa Barat, Provinsi Sumatera Barat,

Dalam upaya

pengurangan resiko

bencana telah

disusun Masterplan

Pengurangan

Resiko Bencana dan

penguatan kapasitas

penanganan bencana

Page 82: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 56

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Wasior, Kepulauan Mentawai dan Merapi. Selain itu telah dilakukan verifikasi lebih dari 120 kab/kota yang mengusulkan bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim, yaitu hingga tahun 2012 masih terdapat: (1) Aktivitas deforestasi dan degradasi hutan disebabkan oleh tingginya konflik kawasan akibat belum selesainya tata batas kawasan hutan; (2) Realisasi hasil penanaman RHL tidak tampak secara nyata akibat belum adanya pengelola kawasan hutan di tingkat tapak yang dapat menjamin hasil RHL; (3) Belum adanya baseline penurunan emisi di masing-masing sektor dan daerah; (4) Masih kurangnya kebijakan dan peraturan yang berpihak pada pelaksana kegiatan di bidang perubahan iklim, terutama untuk aksi adaptasi perubahan iklim; dan (5) Masih kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap upaya penanganan perubahan iklim. Pada tahun 2013 permasalahan lainnya yang lebih spesifik juga menjadi kendala dalam mencapai target pembangunan adalah fasilitasi pembangunan hutan rakyat kemitraan untuk bahan baku industri yaitu adanya keterbatasan kapasitas sumber daya manusia. Sementara itu, dalam menurunkan jumlah hotspot, terdapat kesulitan untuk mengatasi hotspot yang terjadi di luar kawasan hutan serta musim kemarau yang semakin panjang. Sampai saat ini tingkat kebakaran hutan dan lahan terutama di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi setiap tahun masih cukup tinggi sedangkan peran dan keterlibatan para pihak dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di setiap provinsi masih kurang.

Dalam pembangunan sistem peringatan dini bencana, meskipun telah mencapai lebih dari target, namun pada pembangunan radar tahun 2013 baru dapat diselesaikan sekitar 77 persen karena terdapat relokasi pembangunan. Hal ini dilakukan karena ditemukannya bunker Jepang di wilayah Pangkal Pinang. Selain itu, sampai dengan tahun 2012 masih dihadapi keterbatasan jaringan komunikasi untuk mendiseminasikan peringatan dini cuaca ekstrim sampai di tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, dan masih banyaknya penggunaan peralatan konvensional dan manual.

Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, target yang ada belum sepenuhnya tercapai karena: (1) Indikator ukuran kualitas lingkungan hidup (indeks komposit) belum lengkap, (2) Upaya pengelolaan lingkungan hidup di daerah masih belum optimal, dan (3) Banyak kejadian kebakaran hutan dan lahan terjadi di luar kawasan hutan.

Dalam mengatasi berbagai permasalahan di atas, telah dilakukan perluasan tata batas kawasan hutan dalam menyelesaikan permasalahan deforestasi dan degradasi hutan. Selain itu, pengembangan kemitraan antara petani hutan rakyat dengan pelaku industri yang berbahan baku kayu atau industri lain yang menggunakan bahan baku dari produk hutan rakyat juga telah ditingkatkan dalam rangka pemasaran hasil produksi hutan rakyat. Untuk mengatasi kebakaran hutan, maka perlu dilakukan peningkatan koordinasi dengan berbagai pihak, seperti BMKG, BPPT, BNPB, pemerintah daerah, swasta dan pihak-pihak lain, serta melengkapi sarana dan prasarana baik di DAOPS maupun Non DAOPS dan peningkatan kapasitas SDM pengendalian kebakaran hutan.

Berkaitan dengan pelaksanaan RAN/RAD-GRK dan aksi adaptasi perubahan iklim, maka koordinasi dan peningkatan kapasitas penurunan emisi baik di tingkat pusat maupun di daerah akan terus dilakukan, baik dalam penyusunan baseline tingkat emisi dan penurunan emisi maupun monitoring dan evaluasinya. Untuk melengkapi kebijakan penanganan perubahan iklim, sedang disusun RAN API untuk membantu masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.

Permasalahan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan akan diatasi dengan memperkuat koordinasi antara Kementerian Lingkungan Hidup, Kantor eco-region yang dibangun sesuai dengan mandat UU No.32/2009 dengan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup di tingkat provinsi dan kab/kota. Berbagai penghargaan untuk pihak-pihak yang sudah melakukan langkah pengedalian pencemaran dan kerusakan lingkungan masih dilanjutkan. Untuk menyelesaikan persoalan kebakaran hutan di luar kawasan hutan, akan dilakukan pelatihan SMART, Rapat Koordinasi Teknis Pengendalian Kebakaran Hutan, dan Pembentukan MPA untuk mendorong partisipasi masyarakat pada provinsi yang rawan kebakaran hutan.

Page 83: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 57

Adapun permasalahan penanggulangan bencana pada tahun 2012 dan masih berlanjut telah diatasi dengan penguatan kelembagaan penanggulangan bencana di pusat dan daerah, pengintegrasian kebijakan pengurangan resiko bencana di pusat dan daerah, penguatan kapasitas masyarakat dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana, koordinasi dan keterpaduan penanganan kedaruratan dan korban di wilayah pascabencana, serta dukungan penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana di daerah dengan tingkat kerawanan tinggi. Secara lebih spesifik, dalam meningkatkan kemampuan pelayanan data dan informasi meteorologi publik dan cuaca ekstrim akan dilakukan percepatan pembangunan tower serta akan dilakukan upaya menjaga konsistensi pencapaian kegiatan sesuai dengan rencana.

PRIORITAS NASIONAL 10: DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCAKONFLIKSecara umum pencapaian sasaran daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik masih belum mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator utama prioritas tersebut yang masih memerlukan kerja keras untuk mencapai target 2014. Namun demikian, target pengentasan 50 kabupaten daerah tertinggal pada tahun 2014 dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan hasil Evaluasi dan Kinerja KPDT tahun 2014 yaitu terdapat 70 kabupaten berpotensi terentaskan. Berikut Tabel 2.23 merupakan tabel capaian Prioritas Nasional Daerah Tertinggal,Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik.

Tabel 2.23. Capaian PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target

2014

Capaian Perkiraan Capaian 2014

(Notifikasi)2010 2011 2012 2013

Rata-rata pertumbu-han ekonomi di daerah tertinggal

% 5,84 7,10 6,00 6,08 6,8 6,95 l

Tingkat kemiskinan di daerah tertinggal

% 20,19 14,2 19,86 19,15 16,6 15,40 l

Indeks Pembangunan Manusia

65,77 72,2 66,51 66,99 69,9 71,05 l

Jumlah kabupaten daerah tertinggal

Kabupaten 199 133 183 n.a 114 1) 114 l

Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2013; BPS, 2013 Keterangan: 1) Berdasarkan hasil Mid Term Review Pembangunan Daerah Tertinggal tahun 2012 sebanyak 69 Kabupaten

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Pengembangan Perekonomian di Daerah Tertinggal

Pengembangan perekonomian di daerah tertinggal, terluar dan pascakonflik ditandai dengan pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan di daerah tertinggal. Hingga tahun 2013, rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal telah mencapai 6,95 persen. Pencapaian ini masih di bawah target yang telah ditetapkan yaitu 7,10 persen. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan ekonomi di daerah tertinggal adalah belum maksimalnya keterpaduan program/kegiatan K/L terkait affirmasi baik lokus, fokus, dan alokasi dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan SDM di Daerah Tertinggal

Tingkat kemiskinan di daerah tertinggal setiap tahunnya cenderung menurun. Hingga Juni 2013, persentase penduduk miskin di daerah tertinggal adalah 15,40 persen. Pencapaian tersebut masih di bawah sasaran pembangunan pada tahun 2014 yaitu 14,2 persen.

Rata-rata

pertumbuhan

ekonomi di daerah

tertinggal mencapai

6,95 persen, hingga

2013

Page 84: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 58

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Sebagian besar kabupaten yang tidak mencapai target pengurangan kemiskinan berlokasi di wilayah timur yaitu Nusa Tenggara dan Papua.

Gambar 2.42. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Daerah Tertinggal

Tahun 2005-2013

5,43 4,98 6,46 5,96 5,76 6,00 6,08 6,80 6,95

7,10

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Laju Pertumbuhan Ekonomi Target RPJMN

Jarak antaratarget 0,15

Sumber: KPDT, 2005-2013

Gambar 2.43. Perkembangan Rata-Rata Persentase Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal

Tahun 2005-2013

Sumber: KPDT, 2005-2013

Indeks pembangunan manusia di daerah tertinggal juga telah menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat diindikasikan dari pencapaiannya yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hingga pertengahan tahun 2013, IPM tersebut telah mencapai 71,05 dengan target 72,2 di tahun 2014. Dengan demikian pencapaian tersebut masih di bawah sasaran pembangunan pada tahun 2014, namun dengan kerja keras diharapkan target tersebut dapat tercapai.

Penyebab belum tercapainya sasaran peningkatan kualitas SDM di daerah tertinggal adalah karena masih rendahnya jumlah tenaga pendidikan dan kesehatan serta sarana pendidikan dan kesehatan di daerah tertinggal, dan perbatasan. Minimnya akses terhadap pelayanan dasar serta kurangnya kesadaran masyarakat khususnya di daerah terpencil untuk hidup sehat dan bersekolah.

5,43 4,98 6,46 5,96 5,76 6,00 6,08 6,80 6,95

7,10

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Laju Pertumbuhan Ekonomi Target RPJMN

Jarak antaratarget 0,15

Page 85: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 59

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal, terluar, dan pascakonflik secara umum terjadi akibat belum optimalnya keterpaduan program/kegiatan yang dilakukan oleh setiap K/L baik dari lokus, fokus, maupun alokasinya, dan keterbatasannya pagu anggaran. Untuk memecahkan permasalahan tersebut dibutuhkan tindak lanjut berupa upaya untuk mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama antarsektor, antarpemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah.

Gambar 2.44. Tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Daerah Tertinggal

Tahun 2005-2013

64,57

65,4566,07 65,93 66,01

66,5166,99

69,9071,05

72,20

60,00

62,00

64,00

66,00

68,00

70,00

72,00

74,00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

IPM Target RPJMN

Jarak antaratarget 1,15

Sumber: KPDT, 2005-2013

PRIORITAS NASIONAL 11: KEBUDAYAAN, KREATIVITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI Pencapaian prioritas pembangunan bidang kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi hingga pertengahan 2013 telah selaras dengan sasaran pembangunan RPJMN 2010-2014 (Tabel 2.24).

Pengelolaan Terpadu Cagar Budaya, Revitalisasi Museum dan Perpustakaan

Penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu cagar budaya sepanjang 2010-2013 menunjukkan kecenderungan yang cukup menggembirakan. Hingga tahun 2012, tinggalan purbakala berupa cagar budaya/situs sebanyak 64.844 tinggalan purbakala, sedangkan jumlah museum baik negeri maupun swasta sebanyak 278 dan Taman Budaya sebanyak 25 unit. Berdasarkan ketentuan dalam UU No.11/2010 tentang Cagar Budaya, tinggalan purbakala yang ditetapkan atau teregistrasi mencapai 791 BCB/situs. Menindaklanjuti UU tersebut, draft PP tentang Pelestarian Cagar Budaya telah disusun dan telah mencapai tahap finalisasi

Capaian lain yang menggembirakan adalah meningkatnya jumlah museum yang direvitalisasi. Sepanjang 2010-2012, museum yang telah direvitalisasi telah mencapai 43 museum dan hingga tengah tahun 2014 bertambah 12 unit museum. Untuk memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa yang tersimpan di museum, dilakukan GNCM. Selain itu, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan museum telah dilakukan kerjasama dengan dua PTN untuk membuka jurusan/program studi Museologi yaitu pada Universitas Indonesia (2012-2013) dan Universitas Gadjah Mada (2013).

Maksimalisasi

keterpaduan

program/kegiatan K/L

merupakan kendala

dalam pengembangan

ekonomi di daerah

tertinggal

Selama 2010-2012,

museum yang telah

direvitalisasi mencapai

43 museum dan hingga

tengah tahun 2014

telah direvitalisasi lagi

12 unit museum

Page 86: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 60

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Terkait dengan pembangunan bidang perpustakaan antara lain telah dilaksanakan pengembangan perangkat perpustakaan digital (e-library) di 33 provinsi dan 50 kab/kota pada tahun 2013. Jumlah kab/kota tersebut meningkat jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebanyak 47 kab/kota. Jumlah tersebut sudah mencapai target RPJMN tahun 2014. Dari 508 kab/kota yang ada, jumlah yang memiliki kelembagaan perpustakaan baru sebanyak 453 kab/kota, sedangkan 55 kab/kota lainnya belum memiliki kelembagaan.

Tabel 2.24.Capaian PN 11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target 2014

Capaian Perkiraan Capaian 2014

(Notifikasi)2010 2011 2012 2013

PERAWATAN:Penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu untuk pengelolaan Cagar Budaya, revitalisasi museum dan perpustakaan di seluruh Indonesia sebelum Oktober 2011

Jumlah penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu cagar budaya

Kesepa-katan/ Peraturan

n.a1) 3 1 2 3 1

l

Jumlah museum yang direvitalisasi

Unit Muse-um

n.a1) 30 6 30 7 10 lJumlah perpustakaan provinsi yang memiliki perangkat perpustakaan digital (e-library)

Unit per-pustakaan provinsi

n.a1) 33 33 33 33 33

l

SARANA: Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibukota kabupaten selambat-lambatnya Oktober 2012

Jumlah daerah yang mendapatkan sarana seni budaya.- Provinsi- Kab/Kota

Provinsi

Kab/Kota

n.a 1)

n.a1)

14

238

5

15

14

247

25

399

10

n.al

l

PENCIPTAAN: Pengembangan kapasitas nasional untuk pelaksanaan Penelitian, Penciptaan dan Inovasi dan memudahkan akses dan penggunaannya oleh masyarakat luas

Jumlah penelitian dan pengembangan bidang kebudayaan

Penelitian n.a1) 22 13 21 13 -l

INOVASI TEKNOLOGI: Peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda

Jumlah paket riset - dasar - terapan

Paket 122124

3560

54 144

38 155

31209

29215 l

Jumlah paket peningkatan kapasitas Iptek Sistem Produksi

Paket 66 100 109 78 30 43l

Sumber: Kementerian Ristek, 2013; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.Keterangan:1) Kegiatan baru ada pada tahun 20102) Data capaian baru dapat diperoleh pada akhir tahun 2012

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Pengembangan, Pendalaman dan Pagelaran Seni Budaya

Dalam mendukung pengembangan, pendalaman pagelaran seni budaya, pencapaian pelaksanaan kegiatan yang telah diraih adalah meningkatnya apresiasi dan kreativitas pelaku seni melalui penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman

Page 87: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 61

dan pagelaran seni budaya di 25 provinsi dan 399 kab/kota pada tahun 2012. Angka ini meningkat jika dibandingkan tahun 2011 yang hanya dilakukan di 14 provinsi dan 247 kab/kota. Sedangkan pada tahun 2013, jumlah provinsi yang mendapatkan sarana seni budaya sebanyak 10 provinsi. Jika melihat target 2014 sebanyak 14 provinsi dan 238 kab/kota, pencapaian tersebut telah dapat memenuhi target. Sampai saat ini sudah terdapat 10 final report untuk masterplan revitalisasi taman budaya.

Penelitian, Penciptaan dan Inovasi Teknologi

Dalam mendukung upaya pengembangan kapasitas nasional untuk pelaksanaan penelitian, penciptaan dan inovasi teknologi, pencapaian yang dihasilkan diantaranya terkait dengan upaya peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim dan pengembangan pengusahaan teknologi dan kreativitas pemuda yang selaras dengan target RPJMN. Pencapaian tersebut diperlihatkan dengan terlaksananya 29 paket riset dasar dan 215 paket riset terapan pada tahun 2013. Jumlah paket riset dasar mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2012 (31 paket), sedangkan jumlah paket riset terapan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 (209). Namun angka tersebut sudah melampaui target tahun 2014, yaitu 35 paket riset dasar dan 60 paket riset terapan.

Terkait dengan pelaksanaan insentif difusi iptek, pencapaian yang dihasilkan diantaranya dalam paket peningkatan kapasitas iptek sistem produksi dan paket riset percepatan difusi dan pemanfaatan iptek. Pada tahun 2013, jumlah paket peningkatan kapasitas iptek sistem produksi sebanyak 43 paket, jumlah ini meningkat dibandingkan dengan capaian tahun 2012 sebanyak 30 paket. Sementara itu, jumlah paket riset percepatan difusi dan pemanfaatan iptek pada tahun 2013 adalah 21 paket. Pencapaian tersebut meningkat dibandingkan capaian tahun 2012, yaitu 15 paket dan telah sesuai dengan target 2014.

Secara umum, pencapaian prioritas ini telah selaras dengan target yang ditetapkan. Namun, masih terdapat beberapa permasalahan dan kendala yang perlu diupayakan untuk ditindaklanjuti. Terkait dengan penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu cagar budaya, permasalahan yang dihadapi adalah penetapan pengelolaan cagar budaya masih dalam tahap finalisasi draft rancangan PP tentang Pelestarian Cagar Budaya. Sedangkan dalam hal revitalisasi museum, permasalahan yang dihadapi adalah masih rendahnya kerjasama SKPD yang menangani kebudayaan dengan UPTD museum dalam melaksanakan revitalisasi museum. Sementara itu, permasalahan yang dihadapi terkait dengan pelayanan perpustakaan diantaranya yaitu: (1) Rendahnya kualitas SDM bidang TIK di daerah sehingga beberapa daerah yang dibantu dalam pengembangan e-library belum berjalan; (2) SDM yang menangani bidang IT di daerah perlu ditingkatkan agar operasionalisasi perpustakaan digital dapat berfungsi dengan baik, karena seringkali SDM berbasis IT yang dimiliki dipindahkan ke SKPD lain; (3) Komitmen pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran perpustakaan masih belum optimal dan masih rendahnya kesadaran daerah dalam memberikan laporan kunjungan masyarakat ke perpustakaan untuk digital library; (4) Resistensi sebagian daerah terhadap aplikasi Inlis Lite sebab daerah sudah memiliki aplikasi yang sudah dikembangkan.

Permasalahan yang dihadapi terkait dengan penelitian dan pengembangan bidang kebudayaan adalah masih rendahnya kapasitas sumber daya pembangunan kebudayaan. Sedangkan dalam upaya peningkatan dan penguasaan inovasi teknologi, beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu: (1) Terkait dengan pelaksanaan insentif riset dasar dan terapan, permasalahan yang dihadapi adalah masih kurangnya publikasi ilmiah ke jurnal internasional dan masih perlu ditingkatkannya paten yang sudah granted; (2) Terkait dengan pelaksanaan insentif difusi iptek, beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu masih kurangnya keterlibatan industri dalam kegiatan riset, masih kurangnya kemampuan para peneliti untuk mengajak insutri sebagai rekanan, serta masih rendahnya minat lembaga riset (universitas) untuk melakukan kegiatan difusi iptek.

Pelaksanaan penelitian, penciptaan, dan inovasi teknologi difokuskan pada peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan

kompetitif

Page 88: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 62

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Tindak lanjut yang diperlukan dalam pengelolaan terpadu cagar budaya, revitalisasi museum dan perpustakaan adalah: (1) Menyelesaikan finalisasi draft rancangan PP tentang Pelestarian Cagar Budaya; (2) Melakukan review terhadap seluruh rancangan museum yang diusulkan untuk dilakukan revitalisasi pada tahun berikutnya; (3) Meningkatkan kerjasama SKPD yang menangani kebudayaan dengan UPTD museum; (4) Meningkatkan kualitas SDM perpustakaan dalam bidang TIK; (5) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk peningkatan layanan jasa perpustakaan dan informasi; (6) Komitmen dari sebagian Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan biaya operasional perpustakaan perlu ditingkatkan agar frekuensi layanan perpustakaan di kab/kota meningkat; serta (7) Melaksanakan supervisi dan bimbingan teknis ke 88 daerah provinsi dan kab/kota.

Upaya yang diperlukan untuk meningkatkan upaya pelestarian dan pengembangan kesenian adalah meningkatkan dan mengembangkan seni budaya yang didukung oleh penyediaan sarana prasarana seni budaya yang memadai. Selain itu, terkait dengan penelitian dan pengembangan bidang kebudayaan, perlu untuk terus meningkatkan penelitian dan pengembangan kebudayaan serta penelitian arkeologi.

Terkait dengan pengembangan inovasi teknologi, beberapa upaya tindak lanjut yang diperlukan antara lain: (1) Memberikan reward tertentu kepada peneliti yang memasukan publikasi ilmiahnya ke jurnal internasional; (2) Membuat kebijakan pembangunan konsorsium riset yang berorientasi pada patent granted dan meningkatkan hasil riset dengan TRL yang tinggi; (3) Membuat kebijakan yang kondusif agar industri tertarik dengan kegiatan riset; (4) Membangunmobilisasi peneliti untuk kegiatan R&D di industri; serta (5) Sosialisasi tentang difusi iptek yang lebih intens ke lembaga riset (universitas) dan industri.

PRIORITAS NASIONAL 12: POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANANSecara umum, pencapaian indikator prioritas nasional ini telah selaras dengan target yang ditetapkan, kecuali dalam peningkatan IPK dan kesesuaian Ratifikasi UNCAC masih sulit untuk mencapai target yang ditetapkan (Tabel 2.25).

Penanggulangan Terorisme

Pada bidang pencegahan/deradikalisasi, telah dilakukan upaya-upaya penangkalan dengan membentuk FKPT pada 21 provinsi, dan akan dibentuk 5 provinsi pada tahun 2014. Telah dilaksanakan juga kegiatan resosialisasi, rehabilitasi dan reedukasi terhadap mantan teroris dan keluarganya agar masyarakat dapat kembali menerima para mantan teroris dan keluarganya.

Sementara itu di bidang penindakan, secara akumulatif sejak tahun 2000-2013 sebanyak 905 orang tersangka teroris telah ditangkap, 73 orang dikembalikan kepada keluarga, dan 694 orang telah diadili, diantaranya 644 orang sudah mendapatkan vonis pengadilan. Sedangkan dalam kurun waktu 2010-2013 terdapat 55 kejadian/kasus tindak pidana terorisme dan operasi penindakan.

Peran Indonesia dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia

Peran serta aktif Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia dan memperkuat kerjasama internasional terus dilakukan antara lain dengan penyampaian posisi Indonesia pada sidang-sidang internasional dan terutama dengan prakarsa dan sikap yang konsisten mereformasi DK PBB. Saat ini, intermediate approach yang diusung oleh Indonesia dalam mencegah kebuntuan perundingan reformasi DK PBB telah mendapat perhatian dan dukungan sejumlah negara dari kelompok kunci. Dalam hal yang sama, pengiriman pasukan dalam Misi Pemeliharan Perdamaian PBB juga merupakan langkah dan partisipasi aktif Indonesia memeilihara perdamaian dunia dan sekaligus menguatkan peran Indonesia di PBB.

Hingga 2013,

Forum Koordinasi

Pencegahan Terorisme

(FKPT) sebagai

salah satu upaya

penanggulangan

terorisme telah

dilakukan pada 21

provinsi

Page 89: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 63

Tabel 2.25. Capaian PN 12. Politik, Hukum dan Keamanan

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Operasi Penanggulangan Terorisme

Jumlah terduga teroris yang ditangkap1

Kasus/ orang

5 Kasus(30 org)

5 kasus 6 Kasus(124 Orang)

10 Kasus (99 Orang)

5 Kasus(103 Orang)

12 Kasus(53 orang) l

Jumlah terduga teroris yang sudah diadili/ di proses pengadilan1

Kasus/ orang

19 orang

5 kasus 99 orang 91 orang 78 orang 17 orang l

Terselenggaranya dukungan administrasi operasi intelijen1

BIN n.a Terbetuk BNPT. Terungkapnya jaringan lathan kelompok teroris diNAD

12 kali kegiatan Terbentuknya FKPT daerah pada 5 dari 15 prov diren-canakan

Sampai dengan triwulan 3, FKPT telah dibentuk di 21 Provinsi

l

Peran Indonesia Dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia

Jumlah posisi pemri yg Disampaikan dalam sidang internasional2

posisi n.a 12 26 12 (target

10)

13 l

Jumlah prakarsaIndonesia utk men-do-rong reform DK PBB2

prakarsa n.a 3 5 5(target 4)

6 l

Pendayagunaan Industri Pertahanan

Tersusunnya me-kanisme pendanaan Industri Pertahanan dalam negeri yang bersifat multiyears3

Surat Men PPN/Ka Bap-penas No. 223 perihal PDN TA 2010 Untuk Polri

Surat Men PPN/Ka Bap-penas No. 223 perihal PDN TA 2010 Untuk Kemhan/TNI

Kepmen PPN/Ka. Bappenas No:Kep.10/M.PPN/HK/01/2011 ttgDKPDN 2010–2014

Surat Men PPN/Ka. Bappenas No.0065/M.PPN/03/2011 Ttg DKPPDN Th 2011

Kepmen PPN/Ka Bappenas No:Kep.86/M.PPN/HK/09/2011 ttg Daftar Kegiatan PDN Tahun 2012

SE Menhan Nomor: SE/11/2013 Tentang Pengadaan Alutsista TNI yang didukung dari APBN-P

l

Tersedianya badan Clearing House lintas bidang dan lintas K/L4

Efisiensi dan Efek-tivitas pe-ngadaan Alutsista TNI dan AlutPOLRI

n.a Perpres No.42/2010 ttg Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)

n.a Tersusunnya konsep awal KKIP baru

Perpres Nomor 59 tahun 2013 tentang Komite Kebijakan Industri Per-tahanan (KKIP)

l

Jumlah produksi Alutsista Industri dalam negeri4

% 17,57 12,65 13,61 15,86

Pembangunan Bidang Hukum

Indeks Persepsi Korupsi 5

2,8 5,0 2,8 3,0 32 32

% Kesesuaian Ratifikasi UNCAC3

n.a 80 na na Tidak tercapai Belum tercapai (4 RUU komponen kesesuaian UNCAC belum selesai dan th 2014 men-jadi prioritas pembahasan prolegnas 2014)

l

Indeks Sistem Integritas Nasional5

na 5% kenaikan

indeks

na na Penyusunan awal baseline SIN

Masih dalam proses l

Indeks Perilaku anti korupsi 5

na na na na 3,55 3,63 lSumber : 1) BNPT, 2) Kementerian Luar Negeri, 3) Bappenas, 4) Kementerian Pertahanan, 5)KPK

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Page 90: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 64

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Pembangunan Bidang Hukum dan HAM

Percepatan pemberantasan korupsi yang secara pararel juga diikuti dengan Ratifikasi peraturan perundangan agar sesuai dengan prinsip UNCAC merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi perilaku korupsi khususnya di birokrasi. Rekomendasi UNCAC secara keseluruhan berjumlah 32, sedangkan rekomendasi yang terkait dengan penyesuaian peraturan perundang-undangan sebanyak 27 dan 5 lainnya terkait kajian, evaluasi dan kegiatan lain. Dari 27 rekomendasi tersebut, jumlah rekomendasi yang telah diakomodasi dalam 7 RUU sebanyak 13 rekomendasi. Dari 5 rekomendasi terkait kajian, evaluasi dan kegiatan lain, sudah 4 rekomendasi yang dilaksanakan. Dengan demikian, total rekomendasi yang sudah dilaksanakan selama tahun 2013 adalah 17 rekomendasi (53 persen), masih dibawah target tahun 2013 sebesar 70 persen. Namun demikian, tidak seluruh rekomendasi UNCAC dapat diakomodasi dalam peraturan perundangan-undangan nasional karena perbedaan sistem hukum nasional dan dalam rangka kepentingan nasional.

Capaian penting lain yang telah yang telah dilakukan Pemerintah adalah terbitnya beberapa regulasi yang semakin memperkuat perlindungan dan pemenuhan HAM pada masyarakat seperti Perpres No.23/2011 tentang RAN HAM Tahun 2011-2014 dan ditindaklanjuti dengan pembentukan panitia RAN HAM di 32 K/L dan ditingkat provinsi dan kab/kota.

Selain itu, pemerintah telah menetapkan UU No.16/2011 tentang Bantuan Hukum yang semakin memperluas akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan hukum. Telah ditetapkan pula UU No.11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sejalan dengan terlaksananya Strategi Nasional Akses terhadap Keadilan melalui penguatan mekanisme pengaduan publik (public complaint mechanism) dan peradilan adat sebagai upaya penyelesaian kasus hukum di luar peradilan.

Pendayagunaan Industri Pertahanan

Terbitnya beberapa peraturan untuk mendukung pendanaan khususnya yang bersifat multiyear bagi pengadaan alat persenjataan buatan dalam negeri memberikan sinyal positif bagi pemihakan terhadap pertahanan dan keamanan NKRI sekaligus memperkuat industri tanah air. Meskipun pemberdayaan industri pertahanan belum dapat dilakukan secara optimal mengingat minimnya riset dan pengembangan serta terbatasnya modal kerja, penetapan UU No.16/2012 tentang Industri Pertahanan merupakan tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan upaya pemberdayaan industri pertahanan nasional, terutama dari aspek penyerapan produk-produknya.

Di bidang penanggulangan terorisme, permasalahan yang dihadapi adalah isu radikalisme yang cenderung meningkat, koordinasi antarlembaga yang masih menghadapi kendala, serta UU tentang penanggulangan terorisme yang ada belum efektif untuk diterapkan dalam memberantas tindak kejahatan terorisme. Selain itu, alokasi anggaran pelaksanaan operasi militer selain perang dan anggaran intelejen yang terbatas harus pula menjadi perhatian kedepannya.

Dalam upaya menciptakan perdamaian dunia, prakarsa delegasi indonesia yang berfokus pada pembentukan DK PBB yang lebih demokratis dan representatif masih terbentur pada sikap anggota DK PBB yang mempertahankan posisi tradisionalnya terhadap pencalonan anggota tidak tetap DK PBB khususnya dikarenakan tingginya kompleksitas pembahasan reformasi DK dan masih adanya perbedaaan yang tajam di antara negara-negara anggota. Indonesia juga masih menemui kesulitan untuk menemukan waktu yang tepat dalam penyelenggaraan pertemuan tingkat regional untuk membahas reformasi DK PBB. secara substantif perjuangan Indonesia untuk mendorong reformasi PBB masih akan terbentur sikap sebagian anggota DK PBB yang resisten terhadap reformasi, khususnya terkait isu enlargement (distribusi keanggotaan yang lebih adil secara geografis) dan veto power.

Guna memperkuat

perlindungan

dan pemenuhan

HAM, Pemerintah

menerbitkan regulasi:

Perpres No.23/2011

tentang RAN HAM

Tahun 2011-2014,

ditindaklanjuti

dengan pembentukan

panitia RAN HAM di

32 K/L dan di tingkat

provinsi dan kab/kota

Page 91: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 65

Permasalahan pokok yang masih dihadapi pemerintah dalam pencapaian sasaran utama upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi hingga tahun 2014 adalah masih rendahnya komitmen dan belum meratanya kesepahaman dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi ditingkat pusat dan daerah. Terkait dengan ratifikasi UNCAC, tingginya muatan pembahasan RUU di DPR secara substansi masih banyak memerlukan pengkajian ulang terutama menyesuaiakan dengan UNCAC.

Dalam penanggulangan terorisme, perlu adanya upaya untuk meningkatkan keseimbangan pelaksanaan operasi militer dan operasi militer selain perang sesuai dengan keadaan lingkungan strategis, disamping peningkatan koordinasi dan kerja sama antara institusi intelijen Negara dan pemangku kepentingan lainnya secara kontinyu dan konsisten.

Dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia, khususnya terkait dengan kemajuan dalam pembahasan Reformasi DK PBB, Indonesia menjajaki penyelenggaraan International Meeting on UN Reform dengan mengundang negara-negara kunci (key players) khususnya untuk membahas intermediate approach. Indonesia juga akan terus menyerukan agar negara-negara anggota PBB dapat menunjukkan fleksibilitas agar upaya reformasi dapat dilanjutkan. Selanjutnya, dalam menyikapi kondisi dan tantangan global politik luar negeri, Indonesia akan selalu konsisten mengelola perubahan managing change dan mendorong adanya perubahan ke arah yang lebih baik promoting change.

Sementara itu, untuk mengatasi permasalahan dalam pemberantasan korupsi perlu dilakukan peningkatan aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang terukur dan konkret pada K/L dan pemda. Untuk target kesesuaian regulasi dengan UNCAC masih membutuhkan koordinasi yang intensif khususnya di internal pemerintah dengan DPR dalam proses penetapan RUU menjadi UU. Selain RUU Tipikor, pemerintah juga tengah berupaya melakukan penyesuaian berbagai regulasi yang berkaitan dengan upaya pemberantasan korupsi dengan UNCAC diantaranya yaitu RUU KUHP, RUU KUHAP dan RUU Perampasan Aset.

Dalam rangka meningkatkan pendayagunaan industri pertahanan dalam negeri, terbitnya SE Menhan No.SE/11/2013 tentang Pengadaan Alutsista TNI yang didukung dari APBN-P dan Perpres No.59/2013 tentang KKIP, diharapkan dapat mempercepat pengadaan alusista buatan dalam negeri, sehingga ketergantungan terhadap negara lain terutama akan persenjataan akan semakin berkurang.

PRIORITAS NASIONAL 13: PEREKONOMIANSasaran PN perekonomian secara umum tercapai (Tabel 2.26), namun lambatnya pemulihan krisis ekonomi global masih menjadi tantangan yang dihadapi sektor industri.

Pertumbuhan Industri

Industri memberikan kontribusi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri pupuk, kimia, dan barang dari karet. Kemudian disusul oleh industri semen, barang galian, dan industri alat angkut. Untuk memperkuat pertumbuhan industri, dibutuhkan penguatan basis industri dalam negeri dengan mengurangi impor. Selama ini, produksi pangan dan manufaktur belum bisa mengimbangi tingginya pertumbuhan ekonomi nasional dan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, produk impor lebih mendominasi.

Namun akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan kondisi perekonomian global yang masih belum membaik, membuat proyeksi pertumbuhan industri pada akhir tahun 2014 melambat. Pada tahun 2014 pertumbuhan industri hanya mencapai 5,5 persen, dan pertumbuhan industri non migas juga hanya mencapai 6,22 persen. Oleh karena itu, hilirisasi industri diharapkan dapat segera dilakukan agar pertumbuhan industri tetap terpacu walaupun pertumbuhan ekonomi terpukul akibat dari dampak perekonomian global.

Dukungan sektor

industri terhadap

pertumbuhan ekonomi

tertinggi dicapai oleh

industri pupuk, kimia,

dan barang dari karet

Page 92: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 66

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Tabel 2.26. Capaian PN 13.Perekonomian

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target 2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Industri

Pertumbuhan Industri

% n.a 7,0 – 7,3 4,74 6,14 5,73 5,86 lPertumbuhan In-dustri Non Migas

% n.a 7,3 – 7,8 5,12 6,74 6,4 6,58 lPeningkatan peran dan kemampuan RI dalam Diplomasi Perdagangan Internasional

Jumlah partisipasi aktif dl perundin-gan perdagangan internasional

- 55 41 55 55 28 l

Jumlah posisi rund-ing yang disusun

- 55 41 55 55 28 lJumlah penye-lenggaraan sidang internasional di Dalam Negeri

- 8 17 29 31 11 l

Jumlah hasil perundingan Inter-nasional

- 34 34 37 36 14 l

Jumlah sosialisasi hasil perundingan internasional

- 8 4 8 9 4 l

Peningkatan Pelayanan dan Perlindungan TKI

Ratifikasi konvensi buruh migran

Peraturan Perun-dangan

- Ratifikasi konvensi buruh migran

1 Kajian Meny-iapkan ratifikasi

DPR telah melakukan ratifikasi konvensi buruh migran melalui UU No.6/2012

Sosialisasi dan Imple-mantasi Ratifikasi konvensi bu-ruh migran

l

Amandemen UU 39/2004

- Amande-men UU

Draft RUU Revisi UU 39/2004 atas inisiat-if DPR

Penyusunan DIM dan Penyusunan Counter Draft UU 39 dr DPR

Dalam pros-es pembaha-san dengan DPR 1)

l

Pusat layanan pengaduan TKI

Hotline service

- 1 1 1 1 lPenyelesaian kasus pengaduan TKI

% kasus 83,68 100 21,42 7,69 80.46 90.5 lCalon TKI yang ter-layani dan tercatat pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi dan Kab/Kota

% - 100 100 100 100 - l

TKI yg meman-faat-kan fasilitas KUR-TKI

orang - 35.000 - - 4.203 4.2032) l

Persentase rekomendasi kebijakan koordinasi pembiayaan kredit yang diimplemen-tasikan

% - 80 60 65 70 l

Jumlah WNI/TKI yang memperoleh fasilitas di penam-pungan

orang - 14.998 15.766 24.567 16.051 l

Keterangan:

1) Sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI.

2) Hingga April 2013, sumber : Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI.

l Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Page 93: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 67

Peningkatan Peran dan Kemampuan RI dalam Diplomasi Perdagangan Internasional

Dalam rangka meningkatkan akses pasar produk ekspor Indonesia dilakukan multitrack strategy di forum multilateral, regional, dan bilateral. Dalam forum multilateral, Indonesia telah berhasil memperkuat perannya melalui G-20, G-33, dan NAMA-11. Posisi Indonesia semakin mantap di dalam kelompok CIVITS (China, India, Vietnam, Indonesia, Turkey, South Africa), sebagai sebuah hotspot investasi baru yang menjadi alternatif BRIC (Brazil, Russia, India, China). Dalam peningkatan peran dan kemampuan RI dalam diplomasi perdagangan internasional, secara umum mengindikasikan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Namun masih membutuhkan kerja keras.

Gambar 2.45. Pencapaian Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi

Perdagangan Internasional Tahun 2010-2013

Sumber: Kementerian Perdagangan, 2010-2013

Untuk mencapai sebuah kesepakatan perdagangan internasional, Pemerintah Indonesia menjalankan proses-proses negosiasi di forum multilateral, regional, maupun bilateral. Dalam negosiasi tersebut telah menetapkan target sebesar 248 hasil perundingan pada tahun 2013.

Peningkatan Pelayanan dan Perlindungan TKI

Secara umum pelaksanaan upaya peningkatan pelayanan dan perlindungan TKI menunjukkan pencapaian sesuai target 2014, meskipun jadwal penyelesaian beberapa tahapan kegiatan mundur dari jadwal yang ditetapkan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan, telah ditempuh langkah kebijakan berikut: (1) Menyediakan pusat layanan pengaduan (crisis center) bagi TKI; (2) Membuat sistem informasi TKI (SIM-TKI) yang terintegrasi dengan NIK; (3) Meningkatkan pelayanan oleh pemerintah daerah; (4) Meningkatkan akses TKI kepada kredit murah untuk membiayai keberangkatan; (5) Meningkatkan pelayanan kesehatan dan asuransi; dan (6) meningkatkan perlindungan hukum di dalam negeri dan di luar negeri.

Hingga bulan November 2013, data penempatan TKI berjumlah 460.723 orang dengan perincian TKI formal 254.445 orang atau 55 persen dan TKI informal berjumlah 206.723 orang. Dari jumlah tersebut kemudian ditempatkan ke beberapa kawasan, yaitu Kawasan Asia Pasifik 290.336 orang, Kawasan Timur Tengah 99.958 orang, dan Kawasan Eropa, Amerika, dan Afrika 30.380 orang.

Di tahun 2013, telah terjadi penurunan penempatan TKI sebanyak 2.995 orang atau 23 persen jika dibandingkan dengan jumlah penempatan tahun 2012 pada periode yang sama. Penurunan angka penempatan TKI formal juga dibarengi dengan penurunan pada angka TKI bermasalah. Pada tahun 2012, angka TKI bermasalah berjumlah 106 orang sementara pada tahun 2013 jumlahnya berkurang drastis menjadi 6 orang.

Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian sasaran PN terkait pertumbuhan industri terkait pertumbuhan industri adalah melambatnya perekonomian dunia khususnya Amerika dan Eropa, industri tidak berbasiskan bahan baku domestik tetapi impor sehingga harga biaya input menjadi mahal yang kemudian menjadikannya tidak berdaya saing,

Peningkatkan akses

pasar produk ekspor

Indonesia dilakukan

melalui multitrack strategy di forum

multilateral, regional,

dan bilateral

Page 94: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 68

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

beberapa industri mengalami kekurangan bahan baku karena kebijakan ekspor barang input (mineral, agro, dan gas), dan mahalnya biaya logistik karena kurangnya ketersediaan infrastruktur. Khusus untuk pertumbuhan industri non migas, masalah yang dihadapi adalah kuantitas dan kualitas infrastruktur transportasi dan pembangkit energi kurang mendukung efisiensi produksi dan distribusi barang, birokrasi tidak sepenuhnya bersifat probisnis, ketidakpastian hukum yakni sering terjadi ketidakselarasan dan tumpang-tindih peraturan antara pusat-daerah dan antarinstansi, banyak kebijakan dan aturan di pusat dan daerah yang tidak mendukung efisiensi usaha, misalnya: aturan mengenai limbah B3, aturan ketenagakerjaan (berkaitan dengan pemberian pesangon, premi Jamsostek, upah minimum), dan insentif investasi kurang bersaing dibanding negara tetangga, serta suku bunga perbankan yang tidak kompetitif.

Pada peningkatan peran dan kemampuan RI dalam diplomasi perdagangan internasional, relatif tidak menemui kendala yang berarti, hanya saja secara teknis sering ditemui kendala akibat perubahan jadwal dan tempat pelaksanaan.

Dalam peningkatan pelayanan dan perlindungan TKI dihadapkan dengan masalah: (1) Kurangnya anggaran sosialisasi Ratifikasi Konvensi Buruh Migran, (2) Sebagian masyarakat belum memanfaatkan pusat pelayanan pengaduan TKI (Crisis Centre) baik di pusat maupun daerah, (3) Jaringan Sistem Hotline Service masih terjadi gangguan, dan (4) Penyelesaian kasus CTKI/TKI berada di instansi terkait (PPTKIS, Konsorsium Asuransi, KBRI/Perwakilan RI di negara penempatan, dan lain sebagainya).

Tindak lanjut yang diperlukan untuk mengupayakan peningkatan pencapaian sasaran PN terkait pertumbuhan industri dibutuhkan tindak lanjut sebagai berikut: (1) Optimalisasi pasar dalam negeri, baik melalui pengadaan pemerintah maupun BUMN/BUMD; (2) Peningkatan upaya pengendalian impor melalui kebijakan non-tariff barrier; (3) Jaminan pasokan gas dan listrik untuk kebutuhan industri dalam negeri, baik sebagai bahan baku maupun energi; (4) Prioritas penyediaan infrastruktur, terutama dalam mendukung pusat-pusat pertumbuhan industri; (5) Penyelesaian masalah hubungan industrial; (6) Adanya kebijakan Pemerintah yang membedakan THC untuk ekspor dengan impor; dan (7) Pemberian insentif dan fasilitas lainnya perlu dilanjutkan, khususnya untuk industri tertentu atau di wilayah timur/tertinggal.

Dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan sektor industri sebagai katalis utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dibutuhkan lima strategi utama Akselerasi Industrialisasi, yaitu: (1) Hilirisasi sumber daya alam (mineral, migas dan agro) sebagai bahan mentah menjadi produk yang bernilai tambah di dalam negeri; (2) Mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing industri dalam negeri; (3) Mendorong Partisipasi Dunia Usaha Dalam Pembangunan Infrastruktur; (4) Percepatan proses pengambilan keputusan untuk menyelesaikan hambatan birokrasi (debottlenecking); (5) Meningkatkan integrasi pasar domestik.

Peningkatan peran dan kemampuan RI dalam Diplomasi Perdagangan Internasional juga membutuhkan langkah tindak lanjut yaitu berupa peningkatan koordinasi antara tim perunding perdagangan internasional dan kementerian teknis yang membidangi sektor yang dirundingkan serta para pemangku kepentingan terkait.

Untuk peningkatan pelayan dan perlindungan TKI membutuhkan tindak lanjut berupa: (1) Pengajuan anggaran sosialisasi Ratifikasi Konvensi Buruh Migran di tahun 2014; (2) Menunggu pembahasan Amandemen UU 39 yang diprakarsai oleh DPR; (3) Pemasyarakatan pusat layanan pengadaan TKI melalui baliho dan stiker; (4) Pengembangan sistem dan peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan hotline service; (5) Peningkatan koordinasi dan jejaring Crisis Center dengan Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota, dan Perwakilan RI Negara Penempatan; (6) Pertemuan dengan stakeholder dalam bentuk TKI Focus Grup Discussion; (7) Peningkatan koordinasi antarinstansi terkait; (8) Adanya kewenangan untuk menjatuhkan sanksi; (9) Menyediakan tambahan petugas mediator; (10) Melakukan sosialisasi tentang perlindungan TKI kepada para ABK; (11) Meminta kesediaan ketiga konsorsium untuk BNP2TKI dapat melakukan penyelesaian permasalahan klaim asuransi walaupun tidak diamanatkan dalam Permenakertrans; (12) Meminta segera terwujudnya online system dengan perwakilan RI di negara penempatan; (13) Rapat koordinasi dan penerbitan regulasi pembagian kewenangan antara Disnaker dan BP3TKI.

Page 95: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 69

PRIORITAS NASIONAL 14: KESEJAHTERAAN RAKYATSecara umum, pencapaian prioritas nasional bidang kesejahteraan rakyat telah selaras dengan target yang ditetapkan seperti pada Tabel 2.27.

Tabel 2.27.Capaian PN 14. Kesejahteraan Rakyat

Tahun 2010-2013

Indikator SatuanStatus Awal

(2009)

Target 2014

Capaian Perkiraan Capaian

2014 (Notifikasi)

2010 2011 2012 2013

Penyelenggaraan Haji

Pelaksanaan Ibadah Haji serta Pengawasan Haji yang tertib dan lancar

Jemaah (ribu)

211 210 2211) 2211) 211 168,11 l

Pelayanan kesehatan kepa-da jemaah haji

Jemaah (ribu)

211 210 221 221 211 n.a lPembangunan Kepariwisataan

Jumlah wisatawan man-canegara

Juta orang

6,32 8,6 7,00 7,65 8,04 8,8 lJumlah pergerakan wisa-tawan Nusantara

Juta perjalanan

229,73 276 234,38 236,75 245,29 248 lPembangunan Kepemudaan dan Keolahragaan

Prestasi olahraga pada SEA Games 2011

Peringkat 3 1 1 4 lJumlah olahragawan anda-lan nasional

Orang n.a 520 520 520 520 1.475 lJumlah pemuda kader kepemimpinan

Orang n.a 11.500 4.500 10.000 858 3.500 lJumlah pemuda yg difasili-tasi sbg kader kewirausahan

Orang n.a 3500 3.180 10.000 3,064 3,000 lJumlah pemuda yang di-fasilitasi dalam pendidikan kepramukaan

Orang n.a 5.600 1.000 4.850 800 750 l

PUG dan Perlindungan bagi Perempuan dan Anak terhadap Berbagai Tindak Kekerasan

Jumlah kebijakan pelaksa-naan PUG kebijakan 3) 49 8 12 n.a n.a lJumlah K/L dan Pemda yang difasilitasi dalam penera-pan ARG

K/LProv

3) 16 K/L 7 K/L ujicoba

11 K/L 28 K/L10 prov (dana

dekon)

34 K/L20 prov l

Jumlah K/L dan Pemda yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan penerapan sistem data terpilah gender

K/LProv

3) 8 K/L 1 K/L 4 K/L dan 8 prov

4 K/L dan 8 prov

34 K/L33 prov l

Pelatihan analisis gender di K/L dan Provinsi

K/LProv

3) 39 K/L33 Prov

39 K/L33 Prov

39 K/L33 Prov

39 K/L33 Prov l

Kebijakan dan pedoman tentang perlindungan per-empuan dan anak terhadap berbagai tindak kekerasan

PermenUU

Surat Edaran

Kurang leng-kap dan kurang harmonis

Semakin lengkap dan harmonis

Permen PPPA No. 1 dan 2 tahun 2010

Permen PPPA No. 2,6,dan 7 tahun 2011

Disahkan UU No 11/2012; surat eda-ran MA No 6/2012Disah-kan UU No.9/2012

n.a l

Jumlah Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A)

ProvKab/Kota

Belum terse-dia

Mening-kat

n.a 20 prov117 kab/kota

28 prov242 kab/kota

33 prov247 kab/

kota

l

Sumber: Susenas, KemenPP dan PA, KemendikbudKeterangan:1) Kenaikan disebabkan karena adanya tambahan kuota haji dari pemerintah Arab Saudi2) Penurunan disebabkan karena tidak mendapatkan kuota tambahan dari pemerintah Arab Saudi3) Terjadi restrukturisasi program dan kegiatan yang sama sekali berbeda antara RKP 2010 dengan RKP tahun sebelumnya, sehingga tidak dapat

diisi/dibandingkanl Sudah tercapai/on track/on-trend l Perlu kerja keras l Sangat sulit tercapai

Page 96: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 70

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Pelaksanaan Ibadah Haji

Pencapaian pembangunan bidang agama diarahkan pada perbaikan layanan kepada jamaah haji. Pada tahun 2013, sebanyak 168.110 jemaah telah mendapatkan pelayanan ibadah haji yang tertib dan lancar. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan jumlah jemaah pada tahun 2012 sebanyak 209.549 jamaah. Penurunan jumlah jemaah ini disebabkan adanya pembatasan kuota haji yang dikeluarkan oleh Pemerintah Arab Saudi sebesar 20 persen untuk setiap negara yang disebabkan sedang dilakukannya perluasan Masjidil Haram. Namun, tingkat kepuasan pelayanan terhadap jemaah haji mencapai 82,69 persen pada tahun 2013 dan diharapkan meningkat pada tahun 2014, karena telah dilakukan perbaikan pelayanan haji seperti transportasi, pemondokan dan katering.

Tabel 2.28. Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2010-2014

No. Komponen Kegiatan Satuan

Tahun Dasar (2009)

Tahun

2010 2011 2012 2013 20141)

1 Kuota Orang 211.000 221.000 221.000 211.000 168.800 168.000

2Jumlah Jamaah Haji yang Diberangkatkan

Orang 192.000 198.000 202.000 209.000 168.110 -

3 BPIH Rata-RataUSD

(Asumsi Kurs Rp.)

3.444,0 3.364,0(9.300)

3.537,2(8.700)

3.617,0(9.467)

3.527,0(9.600)

3.218,5(10.500)

4Jarak Penginapan Jamaah <2.750 m dari Masjidil Haram

Persen 26,4 63,0 93,0 98,0 100,0 65,22)

5 Indeks Kepuasan Jamaah Haji

Skala 0-100 Persen - 81,45 83,31 81,32 82,69 -

Sumber: RI, 20141)Rencana Pelaksanaan2)Jarak Pemondokan adalah 700-3.930 m dari Masjidil Haram, sebanyak 75 persen akan dilayani bis dari dan ke pemondokan

Peningkatan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara

Pencapaian bidang kepariwisataan dilihat dari pencapaian jumlah wisatawan mancanegara dan jumlah pergerakan wisatawan Nusantara. Secara umum, kedua indikator tersebut telah selaras dengan target yang ditetapkan tahun 2014. Pada tahun 2013, jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 8,80 juta, dimana angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 8,01 juta wisatawan. Sampai dengan pertengahan tahun 2014, jumlah wisatawan mancanegara sudah mencapai 5,29 juta, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat sampai akhir tahun 2014. Namun demikian, Indonesia relatif masih tertinggal dibandingkan dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Pada tahun 2013, jumlah turis mancanegara di Singapura mencapai 15,60 juta wisatawan, Malaysia 26 juta, dan Thailand 25,70 juta. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri sebab Indonesia merupakan negara yang kaya akan destinasi wisata, namun masih mengalami kendala untuk menarik wisatawan mancanegara, seperti masih lemahnya dukungan transportasi internasional di Indonesia, terbatasnya kapasitas pemerintah daerah lokal untuk meningkatkan nilai tambah destinasi wisata unggulan di daerahnya serta rendahnya tingkat keamanan yang menurunkan citra pariwisata nasional. Sementara itu, terkait dengan jumlah pergerakan wisatawan nusantara, capaian pada tahun 2013 sebanyak 248 juta perjalanan. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan capaian tahun 2012 sebanyak 245,29 juta perjalanan. Sampai dengan pertengahan tahun 2014, jumlah pergerakan wisatawan nusantara telah mencapai 55,92 juta perjalanan, dan diharapkan angka ini akan terus meningkat sampai akhir tahun 2014.

Dalam rangka,

perbaikan layanan

kepada jamaah

haji, pada 2013,

168.110 jemaah

telah mendapatkan

pelayanan ibadah haji

yang tertib dan lancar

Page 97: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 71

Pembinaan Olahraga Prestasi dan Kepemudaan

Pencapaian prestasi olahraga diantaranya adalah peringkat satu pada pertandingan olahraga SEA Games tahun 2011. Pada SEA Games 2013, peringkat Indonesia menurun menjadi peringkat empat, sehingga pada SEA Games 2015, perlu upaya yang sangat keras untuk memperoleh kembali peringkat sebelumnya. Namun, pada kejuaraan Islamic Solidarity Games tahun 2013 di Palembang, kontingen Indonesia meraih peringkat juara umum dengan perolehan medali 36 emas, 35 perak dan 34 perunggu. Sementara itu, terdapat juga peningkatan jumlah olahragawan andalan nasional. Pada tahun 2013, jumlah olahragawan andalan nasional sebanyak 1.373 orang, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 520 orang. Angka ini telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2014.

Tabel 2.29. Perolehan Medali dan Peringkat Indonesia pada SEA Games

SEA Games Jumlah MedaliPeringkat

Ke Tahun Emas Perak Perunggu

XXV 2009 43 53 74 III

XXVI 2011 182 151 143 I

XXVII 2013 65 84 111 IV

Sumber: RI, 2014; dan 27th SEA Games Myanmar 2013, 2013

Pencapaian yang dihasilkan terkait bidang kepemudaan diantaranya dalam hal kepemimpinan pemuda, kewirausahaan pemuda serta kepramukaan. Pada tahun 2013, jumlah pemuda kader kepemimpinan bertambah sebanyak 3.500 orang. Secara kumulatif dari tahun 2010, jumlah tersebut telah melampaui target tahun 2014 sebanyak 11.500 orang. Jumlah pemuda yang difasilitasi sebagai kader kewirausahaan hingga Juni 2013 sebanyak 320 orang. Sementara itu, dalam hal kepramukaan capaian jumlah pemuda yang difasilitasi dalam pendidikan kepramukaan sampai dengan tengah tahun 2013 sebanyak 750 orang. Secara kumulatif dari tahun 2010, jumlahnya telah melampaui target 2014 sebanyak 5.600 orang.

Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan bagi Perempuan dan Anak terhadap Berbagai Tindak Kekerasan

Pencapaian penerapan pengarusutamaan gender diantaranya dapat dilihat melalui fasilitasi K/L dan pemerintah daerah dalam penerapan ARG. Pada tahun 2012 telah dilaksanakan fasilitasi penerapan ARG kepada 28 K/L dan 10 provinsi melalui dana dekonsentrasi. Sampai dengan pertengahan tahun 2013 jumlah K/L dan pemerintah daerah yang difasilitasi meningkat menjadi 34 K/L dan 20 provinsi. Jumlah tersebut telah melebihi target pada tahun 2014 sebanyak 16 K/L. Selain itu, jumlah K/L dan pemerintah daerah yang difasilitasi dalam penerapan kebijakan penerapan sistem data terpilah gender pada tahun 2013 meningkat cukup signifikan, yaitu sebanyak 34 K/L dan 33 provinsi, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya 4 K/L dan 8 provinsi. Jumlah tersebut juga telah melebihi target yang ditetapkan yaitu sebanyak 8 K/L. Terkait dengan pelatihan analisis gender di K/L dan provinsi, telah dilaksanakan pada 39 K/L dan 33 provinsi.

Peningkatan perlindungan bagi perempuan dan anak terhadap berbagai tindak kekerasan ditunjukkan antara lain dengan disahkannya UU No.9/2012 tentang Pengesahan Pengesahan Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the involvement of Children in Armed Conflict, UU No.11/2012 serta Surat Edaran MA No.6/2012. Selain itu, jumlah P2TP2A terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 sebanyak 20 provinsi dan 117 kab/kota, meningkat menjadi 28 provinsi dan 242 kab/kota dan menjadi 33 provinsi dan 247 kab/kota hingga akhir tahun 2013.

Page 98: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 72

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Dalam pelaksanaan ibadah haji serta pengawasan ibadah haji masih ditemukan beberapa permasalahan dan kendala yaitu masih terjadinya permasalahan teknis baik selama di Tanah Air maupun pada saat pelaksanaan di Arab Saudi, diantaranya masih terlambatnya distribusi buku manasik haji di daerah, belum adanya identitas khusus bagi petugas pada saat operasional di Armina sehingga menyulitkan koordinasi di lapangan, masih adanya keluhan mengenai pelayanan catering seperti ketidaksiapan pelayanan catering selama di Armina dan transportasi selama pelaksanaan di Arab Saudi, serta masih terdapat pemondokan yang dirasakan masih jauh dari Masjidil Haram.

Terkait dengan pencapaian jumlah wisatawan mancanegara dan jumlah pergerakan wisatawan nusantara, beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya: (1) Belum optimalnya kesiapan destinasi pariwisata yang disebabkan antara lain belum meratanya pembangunan kepariwisataan antardaerah dan kawasan, serta kurang memadainya sarana dan prasarana menuju destinasi pariwisata; (2) Belum optimalnya kemitraan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta termasuk masyarakat (public and private partnership); (3) Masih lemahnya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi intra dan antarlembaga, pusat dan daerah serta swasta (industri pariwisata) termasuk masyarakat; (4) Media promosi yang digunakan belum seluruhnya sesuai dengan analisa pasar pariwisata, karena ketentuan administrasi harus menggunakan media agency atau media representative yang menangani media sesuai dengan analisa pasar pariwisata; (5) Belum optimalnya pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) sebagai sarana pemasaran dan promosi pariwisata.

Permasalahan yang dihadapi terkait bidang prestasi olahraga, antara lain belum optimalnya regenerasi dari atlet senior kepada atlet junior, belum optimalnya peningkatan budaya dan prestasi olah raga yang disebabkan antara lain oleh rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga, terbatasnya ruang terbuka olahraga, terbatasnya jumlah dan kualitas SDM keolahragaan, belum optimalnya upaya pembibitan atlet unggulan, masih terbatasnya apresiasi dan penghargaan bagi olahragawan dan tenaga keolahragaan yang berprestasi. Sementara itu, permasalahan yang dihadapi terkait bidang kepemudaan diantaranya,kisaran bantuan yang masih rendah dibandingkan dengan lembaga pemberdayaan pemuda lainnya membuat kebanyakan usaha masih berada pada skala kecil, besaran bantuan yang masih kecil dan persyaratan yang dirasa masih sulit dipenuhi (daerah tertentu), serta rendahnya minat pemuda untuk berperan serta dalam kegiatan kepramukaan.

Terkait dengan pengarusutamaan gender dan perlindungan bagi perempuan dan anak terhadap kekerasan, permasalahan dan kendala yang dihadapi diantaranya masih rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, masih rendahnya perlindungan terhadap perempuan dari tindak kekerasan dan masih lemahnya kelembagaan pengarusutamaan gender, termasuk belum optimalnya pengintegrasian perspektif gender ke dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran (PPRG), serta penyediaan dan pemanfaatan data terpilah berdasarkan jenis kelamin.

Langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam upaya peningkatan pelayanan ibadah haji diantaranya: (1) Menyusun standar operasional prosedur dalam penyelenggaraan ibadah haji, (2) Melakukan percepatan pengadaan dan distribusi buku manasik haji, (3) Melakukan penyempurnaan distribusi pemondokan jemaah (Qur’ah), (4) Perbaikan jadwal pemberangkatan, (5) Meningkatkan koordinasi antarinstransi terkait terhadap pelaksanaan operasional penyelenggaraan haji di tanah air dan Arab Saudi, (6) Memperbaiki menu dan kualitas layanan catering bagi jemaah haji yang dilaksanakan oleh Muassasah dan konsorsium perusahaan catering Arab Saudi (Mutahiddin), (7) Up grade bus untuk peningkatan pelayanan transportasi terutama pada saat puncak ibadah, serta (8) Melakukan penyewaan pemondokan lebih awal untuk memperoleh pemondokan yang lebih dekat dari Masjidil Haram.

Jumlah wisatawan

mancanegara yang

berkunjung mencapai

4,15 juta, dan angka

ini diperkirakan akan

terus meningkat

Page 99: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 II - 73

Dalam rangka terus meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara dan jumlah pergerakan wisatawan nusantara, beberapa langkah tindak lanjut yang diperlukan diantaranya: (1) Pengembangan destinasi pariwisata berbasis budaya, alam, bahari, dan olahraga, (2) Penyebaran pengembangan destinasi pariwisata di luar Jawa dan Bali termasuk pengembangan destinasi pariwisata di pulau-pulau kecil dan terdepan, (3) Fasilitasi kemitraan dengan sektor terkait dalam upaya peningkatan kenyamanan dan kemudahan akses di destinasi pariwisata, (4) Pengembangan sistem informasi pariwisata yang terintegrasi di pusat dan daerah, (5) Pemanfaatan media pengikalanan yang efektif dan sesuai dengan kemampuan penganggaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di karenakan mahalnya pembiayaan melalui media pengiklanan pada media elektronik ternama untuk menjangkau pasar dan sasaran yang luas, dan (6) Pemanfaatan media pengiklanan melalui komunitas pada sarana media sosial untuk lebih menjangkau pasar yang khusus.

Tindak lanjut dalam peningkatan prestasi olahraga adalah peningkatan pembinaan dan pembibitan olahraga prestasi. Sedangkan dalam bidang kepemudaan, tindak lanjut yang diperlukan diantaranya peningkatan kualitas dan kuantitas program kepemimpinan pemuda dengan peningkatan jumlah pemuda yang difasilitasi dalam program kepemimpinan pemuda dan peningkatan kualitas, kuantitas program kepemimpinan pemuda dengan peningkatan jumlah pemuda yang difasilitasi dalam program kepemimpinan pemuda dan revitalisasi Gerakan Pramuka dilakukan dengan peningkatan jumlah pemuda yang difasilitasi dalam pendidikan kepramukaan.

Beberapa langkah tindak lanjut juga diperlukan dalam upaya peningkatan penerapan pengarusutamaan gender dan perlindungan perempuan dan anak terhadap kekerasan diantaranya: (1) Meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan dengan mengintegrasikan perspektif gender ke dalam siklus perencanaan dan penganggaran di seluruh kementerian dan lembaga; (2) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintasbidang, lintas sektor, lintas program, dan lintas K/L; (3) Menyusun sistem manajemen data dan informasi gender, dalam rangka mendukung peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan; (4) Meningkatkan perlindungan perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan; serta (5) Sinkronisasi berbagai peraturan dan produk hukum terkait perempuan dan terus dilakukan koordinasi, sosialisasi, dan fasilitasi penyusunan kebijakan, program dan kegiatan terkait perlindungan perempuan.

2.3. KesimpulanSelama empat tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014, telah banyak hasil yang dicapai dalam berbagai bidang pembangunan untuk mendukung pencapaian visi Indonesia 2014. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari capaian indikator-indikator 14 prioritas nasional yang sebagian besar indikatornya sebesar 61,02 persen tercapai. Meskipun demikian, masih terdapat 25,73 persen indikator-indikator prioritas nasional yang diperkirakan dapat mencapai target yang ditetapkan, namun diperlukan upaya yang lebih keras dari para pihak terkait. Sementara itu, sebanyak 13,23 persen indikator prioritas nasional diperkirakan akan sangat sulit mencapai target di akhir periode pelaksanaan RPJMN.

Page 100: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014II - 74

Bab 2 - Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014

Tabel 2.30. Kesimpulan Capaian Indikator 14 Prioritas Nasional

No Prioritas NasionalPersentase Capaian

KesimpulanMerah Kuning Hijau

1 PN 1.Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 40 40 20 Perlu Kerja Keras

2 PN 2.Pendidikan - - 100 Tercapai

3 PN 3.Kesehatan 50 25 25 Sulit Tercapai

4 PN 4.Penanggulangan Kemiskinan - 20 80 Tercapai

5 PN 5.Ketahanan Pangan 11,11 66,67 22,2 Perlu Kerja Keras

6 PN 6.Infrastruktur 7,14 28,56 64,28 Tercapai

7 PN 7.Iklim Investasi dan Iklim Usaha 11,11 33,33 55,55 Perlu Kerja Keras

8 PN 8.Energi 33,33 16,67 50 Perlu Kerja Keras

9 PN 9.Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana - 25 75 Tercapai

10 PN 10.Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pascakonflik - 100 - Perlu Kerja Keras

11 PN 11.Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi - - 100 Tercapai

12 PN 12.Politik, Hukum dan Keamanan 16,67 - 83,33 Tercapai

13 PN 13.Perekonomian - 40 60 Tercapai

14 PN 14.Kesejahteraan Rakyat - 6,67 93,33 Tercapai

Persentase Total 13,23 25,73 61,02

Dari 14 prioritas nasional, delapan PN diperkirakan mencapai target yang telah ditetapkan, 5 PN lainnya masih memerlukan kerja keras dan 1 PN diperkirakan akan sangat sulit mencapai target yang ditetapkan di akhir periode pelaksanaan RPJMN. Delapan PN yang diperkirakan akan tercapai diantaranya PN 2. Pendidikan, PN 4. Penanggulangan Kemiskinan, PN 6. Infrastruktur, PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, PN 11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi, PN 12. Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan, PN 13. Perekonomian, PN 14. Kesejahteraan Rakyat. Sementara itu, 5 PN yang masih memerlukan upaya lebih keras yaitu PN 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, PN 5. Ketahanan Pangan, PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha, PN 8. Energi dan PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik, sedangkan PN 3. Kesehatan diperkirakan sangat sulit tercapai.

Page 101: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Bab 3Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program2010-1014

Page 102: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 2

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

Page 103: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 III - 3

Evaluasi kinerja K/L dan kinerja program merupakan tahapan dalam evaluasi pelaksanaan pembangunan nasional untuk mengetahui secara lebih spesifik peranan K/L dalam mendukung pencapaian outcome pembangunan nasional selama kurun waktu 2010-2013. Dalam subbab 3.1 dan 3.2 dijelaskan mengenai perkembangan realisasi fisik dan realisasi anggaran seluruh K/L secara umum sepanjang tahun 2010-2013. Kemudian lebih khusus dalam subbab 3.3 dan 3.4 dijelaskan mengenai potret kinerja 20 kementerian dalam mendukung capaian prioritas nasional dan potret kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan kinerja program pembangunan nasional.

3.1. Perkembangan Realisasi Fisik Kementerian/Lembaga Tahun 2010-2013

Angka realisasi fisik menggambarkan kapasitas pelaksanaan pembangunan, yaitu seberapa besar kemampuan K/L dalam menyelesaikan atau melaksanakan kegiatan pembangunan. Semakin besar nilai realisasi fisik menunjukkan semakin baik kapasitas K/L yang bersangkutan. Perkembangan realisasi fisik K/L dalam kurun waktu 2010-2013 seperti pada Gambar 3.1 menunjukkan pola yang berfluktuasi dengan kecenderungan gap terhadap target yang bervariasi pula, yaitu tahun 2010 dan 2013 realisasi di bawah target (gap negatif), sedangkan tahun 2011 dan 2012 realisasi di atas target (gap positif). Kapasitas pelaksanaan pembangunan tertinggi dicapai pada tahun 2010 (90,73 persen) dan yang terendah pada tahun 2013 (72,32 persen).

Namun, perlu diperhatikan bahwa data target dan realisasi fisik K/L tersebut diperoleh dari rata-rata nilai yang dilaporkan oleh K/L melalui laporan PP39/2006 baik secara offline maupun online (e-monev Bappenas), bukan dari rata-rata nilai seluruh K/L di tahun yang bersangkutan. Oleh karenanya, gambaran kapasitas pelaksanaan pembangunan yang sudah baik ataupun masih kurang baik belum dapat digeneralisasikan ke seluruh K/L di tahun yang bersangkutan. Hanya paling tidak dapat menggambarkan kapasitas pembangunan bagi K/L yang melaporkan perkembangan triwulan IV PP 39/2006.

Sebagai informasi, pada tahun 2010 terdapat 39 K/L yang melapor dari total 76 K/L, tahun 2011 terdapat 57 K/L melapor dari 79 K/L, tahun 2012 terdapat 59 K/L melapor dari 83 K/L, dan di tahun 2013 terdapat 64 K/L melapor dari 86 K/L. Terdapat kecenderungan yang semakin membaik terhadap pelaporan PP 39/2006, terutama setelah mulai dilaksanakannya aplikasi e-monev pada tahun 2012. Harapan ke depan, jumlah K/L yang melapor akan meningkat sehingga pemantauan terhadap pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan pembangunan dapat dilakukan lebih menyeluruh ke seluruh K/L.

Gambar 3.1. Target dan Realisasi Fisik K/L (%)

Tahun 2010-2013

93,76

60,19

85,45

99,80

90,73

78,4686,06

72,32

0

20

40

60

80

100

120

2010 2011 2012 2013

Target Realisasi

Sumber: Rekapitulasi Laporan PP 39/2006 dan e-monev BappenasKeterangan: 1) Target dan realisasi fisik K/L merupakan angka rata-rata dari K/L yang meaporkan PP 39/2006; 2) Tahun 2010:39 K/L dari 76 K/L, Tahun 2011: 57 K/L dari 79 K/L, Tahun 2012: 59 K/L dari 83 K/L, Tahun 2013: 62 K/L dari 86 K/L.

Aplikasi e-monev

mempermudah

pelaporan PP 39/2006,

sehingga jumlah

K/L yang melapor

terus mengalami

peningkatan.

Page 104: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 4

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

3.2. Perkembangan Realisasi Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun 2010-2013

Melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara, Pemerintah dapat secara langsung berperan aktif dalam mencapai berbagai tujuan dan sasaran program pembangunan di segala bidang kehidupan, termasuk dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi antarkegiatan, antarprogram, antarsektor dan antarfungsi pemerintahan, mendukung stabilitas ekonomi, serta menunjang distribusi pendapatan yang lebih merata.

Secara nominal, perkembangan alokasi anggaran K/L mengalami peningkatan dari Rp.307,0 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp.622,0 triliun pada tahun 2013 dengan penyerapan per tahun berkisar pada angka 90 persen (Gambar 3.2). Dari 86 K/L tersebut, terdapat 10 K/L yang memperoleh alokasi anggaran terbesar dalam rangka memberikan aspek stimulasi terhadap perekonomian (pro-growth, pro-job, dan pro-poor). Dengan mengacu kepada alokasi anggaran tahun 2013, sepuluh K/L dengan alokasi anggaran terbesar adalah: (1) Kementerian Pertahanan (13,4 persen dari belanja K/L); (2) Kementerian Pekerjaan Umum (13,4 persen); (3) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (12,8 persen); (4) Kepolisian Negara Republik Indonesia (7,6 persen); (5) Kementerian Agama (7,3 persen); (6) Kementerian Kesehatan (5,9 persen); (7) Kementerian Perhubungan (5,7 persen); (8) Kementerian Keuangan (3,0 persen); (9) Kementerian ESDM (2,8 persen); dan (10) Kementerian Pertanian (2,6 persen).

Gambar 3.2. Alokasi dan Realisasi Anggaran K/L

Tahun 2009-2013

Sumber: Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan

3.3. Potret Kinerja 20 Kementerian dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

Potret kinerja 20 kementerian memberikan gambaran peranan yang lebih jelas dalam mendukung capaian prioritas nasional. Gambaran ini diperoleh dari 2 (dua) fokus analisis, yaitu: (1) Realisasi fisik dan realisasi anggaran, serta kombinasi keduanya berdasarkan laporan triwulan IV PP 39/2006; dan (2) Pencapaian target indikator program pada tahun tertentu dan perkembangan pencapaiannya dibandingkan periode tahun sebelumnya. Hal ini bermanfaat untuk memberikan gambaran posisi relatif kementerian dan dukungannya dalam mencapai prioritas nasional melalui pelaksanaan program-program pembangunan yang ukuran keberhasilannya telah ditentukan dalam dokumen RKP 2013. Potret kinerja 20 kementerian pada tahun 2013 berdasarkan kedua fokus analisis di atas, disajikan pada

2009 2010 2011 2012 2013

Alokasi 307,0 332,9 417,6 489,4 622,0

Penyerapan 281,8 302,6 378,0 437,0 559,8

Persentase Penyerapan 91,8 90,9 90,5 89,3 90,0

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

Per

sent

ase

(%)

Kebijakan dan

alokasi anggaran

K/L diarahkan untuk

menunjang pelayanan

kepada masyarakat,

mendukung stabilitas

ekonomi nasional,

menciptakan

dan memperluas

lapangan kerja,

serta mengurangi

kemiskinan.

Page 105: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 III - 5

Tabel 3.1. Sementara untuk potret kinerja setiap kementerian yang lebih detil dengan mengidentifikasi kinerja masing-masing program di dalamnya disajikan pada Lampiran A.

Rata-rata realisasi fisik pelaksanaan pembangunan 20 kementerian pada tahun 2013 adalah 101,06 persen, lebih tinggi dari tahun 2012 yang hanya 96,82 persen. Perkembangan realisasi fisik dari 20 kementerian menunjukkan 15 kementerian mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012, sedangkan 5 kementerian lainnya menunjukkan penurunan.

Rata-rata realisasi anggaran pelaksanaan pembangunan 20 kementerian pada tahun 2013 adalah 92,51 persen. Angka ini lebih tinggi dari tahun 2012 yang hanya 90,65 persen. Perkembangan realisasi anggaran dari 20 kementerian pada tahun 2013 menunjukkan 15 kementerian mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012, sedangkan 5 kementerian lainnya menunjukkan penurunan (Gambar 3.3).

Gambar 3.3.Rata-rata Realisasi Fisik dan Anggaran 20 Kementerian (%)

Tahun 2011-2013

Sumber: EAT RKP 2013

Sebaran 20 kementerian berdasarkan 4 (empat) kondisi kombinasi antara realisasi fisik dan realisasi anggaran pada Gambar 3.4 menunjukkan kementerian dengan kinerja sesuai harapan berada pada kondisi 1 (realisasi fisik dan realisasi anggaran di atas/sama dengan rata-rata), sejumlah 2 kementerian (10,00 persen). Sedangkan kementerian dengan kinerja yang masih membutuhkan perhatian adalah kementerian pada kondisi 3 (realisasi fisik dan realisasi anggaran di bawah rata-rata), sejumlah 11 kementerian (55,00 persen).

Pencapaian program dari 20 kementerian secara umum telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Dari 209 program RKP 2013 dengan total 1431 indikator, rata-rata 67,43 persen indikator berhasil mencapai target yang ditetapkan, sementara 26,28 persen indikator tidak mencapai target yang ditetapkan. Sisanya 6,29 persen indikator tidak dapat diukur pencapaiannya, karena capaian tidak berbentuk kualitatif, tidak dapat diperbandingkan (target dan capaian berbeda ukuran atau satuan), ataupun tidak tersedia datanya. Berdasarkan persentase indikator tercapai pada Gambar 3.5., 12 kementerian memiliki sekitar 50-80 persen indikator yang tercapai dan 4 kementerian memiliki ≥80 persen indikator yang tercapai. Terdapat 4 kementerian yang persentase indikator tercapainya <50 persen. Kementerian Agama merupakan kementerian dengan persentase target indikator tercapai (T) yang paling tinggi (99,51 persen), diikuti Kementerian Kelautan dan Perikanan (90,70 persen) dan Kementerian Pertahanan (90,20 persen).

80

82

84

86

88

90

92

94

96

98

100

102

2011 2012 2013

95,5296,82

101,06

88,19

90,65

92,51

Rata-rata Realisasi Fisik Rata-rata Realisasi Anggaran

Kinerja 20 Kementerian

menunjukkan

peningkatan dalam hal

ketercapaian indikator

program maupun

realisasi fisik dan

anggaran.

Page 106: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 6

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

Gambar 3.4.Sebaran 20 Kementerian Berdasarkan Kondisi Kinerja

Tahun 2013

Sumber: Diolah dari Kertas Kerja EAT RKP 2013 oleh 20 Kementerian dan Laporan Triwulan IV PP 39/2006 Tahun 2013

Daftar Kementerian Berdasarkan Kondisi (Realisasi Fisik; Realisasi Anggaran

A. Kementerian dengan realisasi fisik dan realisasi anggaran di atas/sama dengan rata-rata (Kondisi 1)

17 Kementerian Pekerjaan Umum (114,83; 106,95)

16 Kementerian Kelautan dan Perikanan (113,33; 93,60)

B. Kementerian dengan realisasi fisik di bawah rata-rata dan realisasi anggaran di atas/sama dengan rata-rata (Kondisi 2)

3 Kementerian Pertahanan (99,21; 99,21)

14 Kementerian Sosial (99,99; 98,11)

C. Kementerian dengan realisasi fisik dan realisasi anggaran di bawah/sama dengan rata-rata (Kondisi 3)

1 Kementerian Dalam Negeri (95,83; 89,03)

4 Kementerian Hukum dan HAM (90,41; 89,73)

5 Kementerian Keuangan (97,87; 89,97)

6 Kementerian Pertanian (97,34; 90,11)

7 Kementerian Perindustrian (91,28; 83,20)

9 Kementerian Perhubungan (90,46; 88,12)

10 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (99,45; 87,82)

12 Kementerian Agama (94,35; 91,49)

18 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (97,58; 81,31)

19 Kementerian Komunikasi dan Informatika (95,34; 80,16)

20 Kementerian Perdagangan (99,09; 90,85)

D. Kementerian dengan realisasi fisik di atas/sama dengan rata-rata dan realisasi anggaran di bawah rata-rata (Kondisi 4)

2 Kementerian Luar Negeri (130,85; 87,96)

8 Kementerian ESDM (103,76; 60,24)

11 Kementerian Kesehatan (104,82; 89,88)

13 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (104,82; 89,88)

15 Kementerian Kehutanan (103,57; 91,24)

Page 107: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 III - 7

Tabe

l 3.1

.Po

tret

Kin

erja

20

Kem

ente

rian,

Tah

un 2

013

No

Kem

ente

rian

Pela

ksan

a PN

Real

isas

iFi

sik

(%)

(PP

39)

Real

isas

i An

ggar

an (%

)(P

P 39

)

Jum

lah

Prog

ram

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

-201

3 (%

)

Terc

apai

(T

)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Kem

ente

rian

deng

an re

alis

asi fi

sik

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 1

)1.

Kem

ente

rian

Kela

utan

dan

Per

ikan

an5,

911

3,33

93,6

010

4390

,70

9,30

0,00

2,33

83,7

29,

304,

652.

Ke

men

teria

n Pe

kerja

an U

mum

4,5,

611

4,83

106,

959

8578

,82

21,1

90,

009,

4158

,82

31,7

60,

00Ke

men

teria

n de

ngan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)3.

Kem

ente

rian

Kese

hata

n 3,

4,10

,14

105,

7091

,37

821

76,1

923

,81

0,00

4,76

85,7

19,

520,

004.

Kem

ente

rian

Kehu

tana

n9

103,

5791

,24

850

72,0

026

,00

2,00

4,00

88,0

06,

002,

005.

Kem

ente

rian

ESDM

810

3,76

60,2

412

179

61,4

525

,14

13,4

12,

7946

,93

34,6

415

,64

6.Ke

men

teria

n Lu

ar N

eger

i9,

12,1

313

0,85

87,9

611

5255

,77

17,3

126

,92

0,00

17,3

11,

9280

,77

7.Ke

men

teria

n Te

naga

Ker

ja d

an T

rans

mig

rasi

4,7,

1310

4,82

89,8

86

7549

,33

34,6

716

,00

5,33

53,3

325

,33

16,0

0Ke

men

teria

n de

ngan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)8

Kem

ente

rian

Pert

ahan

an10

.12

99,2

199

,21

2651

90,2

01,

967,

845,

8886

,27

0,00

7,84

9Ke

men

teria

n So

sial

4,10

99,9

998

,11

68

75,0

025

,00

0,00

62,5

025

,00

12,5

00,

00Ke

men

teria

n de

ngan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

10Ke

men

teria

n Ag

ama

2.14

94,3

591

,49

1120

399

,51

0,49

0,00

17,7

376

,85

4,93

0,49

11Ke

men

teria

n Ko

mun

ikas

i dan

Info

rmati

ka6

95,3

480

,16

824

83,3

312

,50

4,17

0,00

87,5

08,

334,

1712

Kem

ente

rian

Perd

agan

gan

7,13

99,1

890

,68

1064

76,5

621

,88

1,56

14,0

646

,88

35,9

43,

1313

Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i 1,

10,1

295

,83

89,0

313

6266

,13

24,1

99,

6817

,74

51,6

120

,97

9,68

14Ke

men

teria

n Ke

uang

an7

97,8

789

,97

1156

60,7

130

,36

8,93

8,93

44,6

416

,07

30,3

615

Kem

ente

rian

Pend

idik

an d

an K

ebud

ayaa

n2,

4,10

,11,

1499

,45

87,8

210

110

58,1

636

,36

5,54

7,27

67,2

717

,27

8,18

16Ke

men

teria

n Hu

kum

dan

HAM

1,7,

1290

,41

89,7

312

4057

,50

32,5

010

,00

7,50

50,0

032

,50

10,0

017

Kem

ente

rian

Perin

dust

rian

7.13

91,2

883

,20

1060

55,0

041

,67

3,33

5,00

53,3

325

,00

16,6

718

Kem

ente

rian

Perh

ubun

gan

690

,46

88,1

28

8545

,88

45,8

88,

2424

,71

35,2

931

,76

8,24

19Ke

men

teria

n Pe

rtan

ian

597

,34

90,1

112

147

45,5

852

,38

2,04

2,04

48,3

037

,41

12,2

420

Kem

ente

rian

Pariw

isata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

1497

,58

81,3

18

1643

,75

56,2

50,

000,

0075

,00

25,0

00,

00To

tal

209

1431

Rata

-Rat

a10

1,06

92,5

167

,43

26,2

86,

298,

9458

,00

21,5

911

,46

Sum

ber:

EAT

RKP

201

3

Page 108: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 8

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

Gambar 3.5.Jumlah Kementerian Berdasarkan Persentase Indikator Tercapai

Tahun 2013

0

2

4

6

8

10

12

<50% 50-80% ≥80%

4

12

4

Jum

lah

Kem

ente

rian

Presentase Indikator Tercapai (T)

Sumber: EAT RKP 2013

Dilihat dari perkembangan capaian sepanjang tahun 2011 hingga 2013, rata-rata 58,00 persen indikator meningkat dan 21,59 persen indikator menurun dari tahun sebelumnya. Selebihnya, rata-rata 8,94 persen indikator tidak mengalami perubahan dari tahun 2011-2013 dan 11,46 persen indikator tidak tersedia data sehingga tidak dapat ditentukan perkembangannya. Berdasarkan persentase indikator meningkat pada Gambar 3.6., 8 kementerian memiliki <50 persen yang meningkat. Selebihnya, 7 kementerian memiliki 50-80 persen indikator yang meningkat dan 5 kementerian memiliki ≥80 persen indikator yang tercapai. Kementerian Kehutanan memiliki persentase tertinggi untuk indikator yang meningkat (88,00 persen), diikuti oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (87,50 persen) dan Kementerian Pertahanan (86,27 persen).

Dalam pelaksanaan pembangunan tahun 2013, terutama terkait upaya pencapaian indikator program RKP 2012 terdapat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh 20 kementerian (Gambar 3.7). Permasalahan yang paling banyak terjadi adalah permasalahan anggaran (18 kementerian), diikuti SDM dan organisasi (14 kementerian) serta regulasi (16 kementerian) dan infrastruktur (14 kementerian). Selain itu juga terdapat permasalahan lainnya, diluar 6 (enam) kategori permasalahan yang ada. Permasalahan tersebut antara lain mencakup permasalahan: (1) Pengadaan barang dan jasa; (2) Kondisi alam, cuaca dan kebencanaan; (3) Pemasaran, promosi dan inovasi produk; (4) Koordinasi antarK/L; (5) Monitoring dan evaluasi; dan (5) Sejumlah permasalahan teknis kementerian.

Gambar 3.6.Jumlah Kementerian Berdasarkan Persentase Indikator Meningkat

Tahun 2011-2013

0

1

2

3

4

5

6

7

8

<50% 50-80% ≥80%

8

7

5

Jum

lah

Kem

ente

rian

Presentase Indikator Meningkat

Sumber: EAT RKP 2012

Page 109: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 III - 9

Gambar 3.7.Daftar Permasalahan Pencapaian Indikator Program RKP 2013

dari 20 Kementerian

Sumber: EAT RKP 2013

Sebagai kesimpulan, potret kinerja kementerian yang diindikasikan memiliki potensi paling optimal dalam mendukung pencapaian prioritas nasional adalah kementerian yang berada pada kondisi 1, yaitu memiliki rata-rata realisasi fisik dan anggaran di atas rata-rata 20 kementerian; dan memiliki pencapaian target indikator di atas 80 persen. Kementerian yang memenuhi kriteria ini hanya Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai pelaksana PN 5. Ketahanan Pangan dan PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.

Sementara itu, potret kinerja kementerian yang diindikasikan paling tidak optimal dalam mendukung pencapaian prioritas nasional adalah kementerian yang berada pada kondisi 3, yaitu memiliki rata-rata realisasi fisik dan anggaran di bawah rata-rata 20 kementerian; dan memiliki pencapaian target indikator di bawah 50 persen. Kementerian yang berada pada kriteria ini adalah: (1) Kementerian Perdagangan sebagai pelaksana PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha dan PN 13. Perekonomian; (2) Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif sebagai pelaksana PN 14. Kesejahteraan Rakyat; dan (3) Kementerian Perhubungan sebagai pelaksana PN 6. Infrastruktur.

3.4. Potret Kualitas Perencanaan, Pelaksanaan, dan Kinerja Program Pembangunan Nasional

Kerangka pikir dalam proses perencanaan diawali dengan proses identifikasi kondisi saat ini terkait permasalahan politik, ekonomi, sosial, hukum, lingkungan,teknologi, budaya dan lainnya. Kondisi permasalahan yang akan diperbaiki/diubah ini akan mempengaruhi dan menentukan perumusan visi dan misi, strategi, dan kebijakan pemerintah. Dari visi-misi, strategi dan kebijakan tersebut, maka program pembangunan kemudian dirancang. Perancangan suatu kebijakan/program/kegiatan seyogianya menggunakan suatu instrumen perencanaan sehingga hubungan antara kebijakan/program/kegiatan dengan hasil yang diharapkan menjadi jelas. Perencanaan tanpa menggunakan suatu instrumen perencanaan dapat menimbulkan permasalahan seperti efektivitas program serta kualitas indikator yang menyebabkan tidak dapat dilakukan evaluasi kinerja.

Potret kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan kinerja program diperoleh dari hasil reviu 14 program pembangunan nasional yang dipilih oleh direktorat sektor dengan kriteria pemilihan, yaitu: (1) Program berperan penting dalam PN tertentu, (2) Program berskala besar, (3) Program lintas bidang/sektor, dan (4) Program dengan alokasi anggaran definitif yang besar. Sebagian besar program dipilih karena program berperan penting dalam PN artinya program memiliki pengaruh besar dalam pencapaian PN.

Penggunaan instrumen

perencanaan (logic model/log frame)

sangat berpengaruh

terhadap kualitas

perencanaan dan

proses evaluasi suatu

kebijakan/program/

kegiatan.

Page 110: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 10

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

Secara umum, gambaran nilai kualitas 14 program yang diperoleh berdasarkan nilai perencanaan, pelaksanaan/pengelolaan, dan kinerja program masih agak/kurang baik, yaitu 57,14 persen. Sementara sisanya sudah menunjukkan nilai keseluruhan yang cukup/sangat baik (Gambar 3.8). Sebagai perbandingan keseluruhan, potret kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan kinerja dari 14 program pembangunan nasional disajikan pada Tabel 3.2. Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan yang mendukung pencapaian PN 14. Lainnya Kesejahteraan Rakyat menempati peringkat teratas dengan nilai tertinggi untuk aspek program keseluruhan (86,54), sementara Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagai pendukung PN 4. Penanggulangan Kemiskinan menempati peringkat terbawah dengan nilai 18,27.

Gambar 3.8.Persentase Nilai Kualitas Program

7.14

35.71

50.00

7.14

Sangat Baik

Cukup Baik

Agak Baik

Kurang Baik

Sumber: RP2N, 2013

Diantara ketiga aspek, yaitu kualitas rancangan, pelaksanaan/pengelolaan, dan kinerja program, kinerja program merupakan aspek yang paling lemah sehingga menyebabkan nilai keseluruhan program menjadi kurang baik (Gambar 3.9). Adapun kriteria penilaian untuk kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan kinerja program pembangunan nasional seperti dijelaskan pada Tabel 3.3.

Gambar 3.9.Persentase Kualitas Rancangan, Kualitas Pelaksanaan, dan Kinerja Program

Sumber: RP2N, 2013

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kinerja

Kualitas Pelaksanaan/Pengelolaan

Kualitas Rancangan

7,14

14,29

21,43

28,57

50,00

42,86

28,57

21,43

50,00

28,57

7,14

Sangat Baik (85-100) Cukup Baik (70-84) Agak Baik (50-69) Kurang Baik (0-49)

Page 111: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 III - 11

Tabe

l 3.2

.Po

tret

Kua

litas

Per

enca

naan

, Pel

aksa

naan

, dan

Kin

erja

Pro

gram

Pem

bang

unan

Nas

iona

l

No

Nam

a Pr

ogra

mPe

n-du

kung

PN

Pere

ncan

aan

Prog

ram

Pela

ksan

aan/

Pen-

gelo

laan

Pro

gram

Kine

rja P

rogr

amN

ilai K

ualit

asPr

ogra

mKu

alita

s Ran

-ca

ngan

Kele

ngka

pan

Kete

pata

nKe

terk

aita

nKe

berla

njut

anCa

ra P

eran

can-

gan

1Pr

ogra

m K

eset

araa

n Ge

nder

dan

Pem

-be

rday

aan

Pere

mpu

an14

86,7

6Sa

n-ga

t Ba

ik

96,6

7Sa

ngat

Ba

ik76

,67

Cuk-

up

Baik

100,

00Sa

n-ga

t Ba

ik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik50

,00

Agak

Ba

ik83

,33

Cuku

p Ba

ik88

,89

Sang

at

Baik

86,5

4Sa

ngat

Ba

ik

2Pr

ogra

m P

erlin

dung

an d

an Ja

min

an

Sosia

l4

82,3

5Cu

kup

Baik

90,0

0Sa

ngat

Ba

ik76

,67

Cuk-

up

Baik

100,

00Sa

n-ga

t Ba

ik

66,6

7Ag

ak

Baik

50,0

0Ag

ak

Baik

88,8

9Sa

ngat

Ba

ik66

,67

Agak

Ba

ik80

,77

Cuku

p Ba

ik

3Pr

ogra

m P

embe

rday

aan

Kope

rasi

dan

Usa

ha M

ikro

, Kec

il da

n M

enen

gah

485

,29

San-

gat

Baik

86,6

7Sa

ngat

Ba

ik86

,67

San-

gat

Baik

100,

00Sa

n-ga

t Ba

ik

66,6

7Ag

ak

Baik

50,0

0Ag

ak

Baik

72,2

2Cu

kup

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

79,8

1Cu

kup

Baik

4Pr

ogra

m P

eren

cana

an M

akro

Bid

ang

Kehu

tana

n da

n Pe

man

tapa

n Ka

was

an

Huta

n

985

,29

San-

gat

Baik

86,6

7Sa

ngat

Ba

ik86

,67

San-

gat

Baik

100,

00Sa

n-ga

t Ba

ik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik38

,89

Kura

ng

Baik

61,1

1Ag

ak

Baik

73,0

8Cu

kup

Baik

5Pr

ogra

m P

enge

lola

an P

erta

naha

n N

asio

nal

4 , 5

, 6, 7

, 8,

10

80,8

8Cu

kup

Baik

76,6

7Cu

kup

Baik

86,6

7Sa

n-ga

t Ba

ik

66,6

7Ag

ak

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik77

,78

Cuku

p Ba

ik33

,33

Kura

ng

Baik

72,1

2Cu

kup

Baik

6Pr

ogra

m P

enge

mba

ngan

dan

Pem

bina

an

Met

eoro

logi

, Klim

atol

ogi d

an G

eofis

ika

976

,47

Cuku

p Ba

ik73

,33

Cuku

p Ba

ik76

,67

Cuk-

up

Baik

100,

00Sa

n-ga

t Ba

ik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik50

,00

Agak

Ba

ik66

,67

Agak

Ba

ik50

,00

Agak

Ba

ik70

,19

Cuku

p Ba

ik

7Pr

ogra

m P

enge

mba

ngan

Per

pust

akaa

n11

77,9

4Cu

kup

Baik

76,6

7Cu

kup

Baik

80,0

0Cu

k-up

Ba

ik

66,6

7Ag

ak

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik50

,00

Agak

Ba

ik55

,56

Agak

Ba

ik69

,23

Agak

Ba

ik

8Pr

ogra

m P

enge

lola

an d

an P

enye

diaa

n M

inya

k da

n Ga

s Bum

i8

72,0

6Cu

kup

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

76,6

7Cu

k-up

Ba

ik

66,6

7Ag

ak

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik66

,67

Agak

Ba

ik38

,89

Kura

ng

Baik

65,3

8Ag

ak

Baik

9Pr

ogra

m P

enge

mba

ngan

Tekn

olog

i dan

In

dust

ri Pe

rtah

anan

1282

,35

Cuku

p Ba

ik80

,00

Cuku

p Ba

ik90

,00

San-

gat

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

50,0

0Ag

ak

Baik

50,0

0Ag

ak

Baik

33,3

3Ku

rang

Ba

ik68

,27

Agak

Ba

ik

10Pr

ogra

m B

ina

Gizi

dan

Kes

ehat

an Ib

u da

n An

ak

370

,59

Cuku

p Ba

ik70

,00

Cuku

p Ba

ik66

,67

Agak

Ba

ik10

0,00

San-

gat

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik44

,44

Kura

ng

Baik

44,4

4Ku

rang

Ba

ik61

,54

Agak

Ba

ik

11Pr

ogra

m P

enge

mba

ngan

Per

daga

ngan

Da

lam

Neg

eri

766

,18

Agak

Ba

ik56

,67

Agak

Ba

ik66

,67

Agak

Ba

ik10

0,00

San-

gat

Baik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik10

0,00

Sang

at

Baik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik0,

00Ku

rang

Ba

ik60

,58

Agak

Ba

ik

12Pr

ogra

m P

enem

pata

n da

n Pe

rluas

an

Kese

mpa

tan

Kerja

450

,00

Agak

Ba

ik46

,67

Kura

ng

Baik

46,6

7Ku

-ra

ng

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

66,6

7Ag

ak

Baik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik83

,33

Cuku

p Ba

ik44

,44

Kura

ng

Baik

54,8

1Ag

ak

Baik

13Pr

ogra

m P

erce

pata

n Pe

mba

ngun

an

Daer

ah Te

rting

gal

1058

,82

Agak

Ba

ik66

,67

Agak

Ba

ik40

,00

Ku-

rang

Ba

ik

100,

00Sa

n-ga

t Ba

ik

100,

00Sa

ngat

Ba

ik10

0,00

Sang

at

Baik

38,8

9Ku

rang

Ba

ik50

,00

Agak

Ba

ik53

,85

Agak

Ba

ik

14Pr

ogra

m P

embe

rday

aan

Mas

yara

kat d

an

Pem

erin

taha

n De

sa4

19,1

2Ku

-ra

ng

Baik

13,3

3Ku

rang

Ba

ik23

,33

Ku-

rang

Ba

ik

33,3

3Ku

-ra

ng

Baik

33,3

3Ku

rang

Ba

ik33

,33

Kura

ng

Baik

0,00

Kura

ng

Baik

18,2

7Ku

rang

Ba

ik

Sum

ber:

RP2

N, 2

013

Page 112: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 12

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Kualitas Perencanaan, Pelaksanaan,

dan Kinerja Program Pembangunan Nasional

Tujuan Aspek Penilaian Kriteria Penilaian

Kualitas Perenca-naan Program

Kelengkapan Pada tingkat impact, outcomes, dan output, komponen program yang diten-tukan lengkap dan jelas, untuk: (a) Sasaran, (b) Indikator, (c) Target

Ketepatan Pada tingkat impact, outcomes, dan output, komponen program yang diten-tukan tepat, yaitu:

a. Sasaran (kalimat/pernyataan dan levelling sasaran tepat dan terkait den-gan tingkat sasaran di atasnya)

b. Indikator (kalimat/pernyataan dan levelling indikator tepat, dan dapat mengukur keberhasilan sasaran)

c. Target (target ditetapkan optimis dan dibentuk berdasarkan suatu base-line)

Keterkaitan dengan Prioritas Nasional

Program mendukung pencapaian Prioritas Nasional

Keberlanjutan Program mampu memberikan manfaat secara terus-menerus dan berkesinambungan (termasuk setelah program selesai dilaksanakan).

Kualitas Pelaksa-naan Program

Pengumpulan data kinerja

a. Pengumpulan data kinerja dilakukan secara rutin; b. Data kinerja yang dikumpulkan dijadikan bahan pengambilan keputusan,

seperti keputusan terkait penyesuaian prioritas program dan pengaloka-sian sumber daya;

Penanggung jawab capaian program

Penanggungjawab atas capaian program baik pada level impact, outcomes, dan output jelas

Sistem evaluasi Membangun suatu sistem evaluasi terkait manajemen program dan atau untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi

Kinerja Program Self assessmentPencapaian indikator impact, outcomes, dan output program

a. Perkembangan pencapaian indikator impact, outcomes, dan output program sangat/cukup besar

b. Pencapaian realisasi indikator impact, outcomes, dan output program memenuhi/cukup memenuhi target

Capaian kinerja pada tingkat outcomes

a. Berdasarkan capaian indikator, lebih dari 50 persen indikator dari total indikator program tercapai

b. Berdasarkan data laporan PP 39/2006, memiliki kondisi analisis 1, yaitu program memiliki realisasi fisik dan penyerapan anggaran di atas rata-rata

c. Berdasarkan kombinasi efisiensi dan efektifitas yang ditentukan berdasarkan realisasi anggaran (%) dan capaian indikator (%), memiliki kombinasi 5, yaitu cenderung efektif dan efisien

Sumber: RP2N, 2013

Kualitas perencanaan program pembangunan sudah cukup baik. Dari 14 program, 3 program (21,43 persen) memiliki kualitas rancangan yang sangat baik, 7 program (50,00 persen) memiliki kualitas cukup baik, 3 program (21,43 persen) memiliki kualitas agak baik, dan sisanya 1 program memiliki kualitas kurang baik sehingga perlu dilakukan perbaikan (Gambar 3.9). Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, pendukung PN 14. Lainnya Kesejahteraan Rakyat memiliki nilai rancangan program tertinggi dibandingkan dengan program lainnya dan terendah adalah Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, program pendukung PN 4. Penanggulangan Kemiskinan.

Penilaian rancangan program dilakukan berdasarkan empat kriteria, yaitu: (1) Kelengkapan atribut (sasaran, indikator, dan target) program; (2) Ketepatan atribut (sasaran, indikator, dan target) program; (3) Keterkaitan program dengan Prioritas Nasional (Kontribusi); dan (4) Keberlanjutan program. Hasil penilaian keempat aspek rancangan tersebut, kemudian membentuk nilai kualitas perencanaan program. Gambar 3.10 menunjukkan persentase program menurut kriteria kualitas rancangan program: kelengkapan, ketepatan, keterkaitan dengan PN, dan keberlanjutan.

Kriteria kelengkapan rancangan program, secara umum telah menunjukkan kualitas kelengkapan rancangan yang cukup baik. Empat program memiliki kualitas sangat baik (28,57 persen), 5 program (35,71 persen) memiliki kualitas cukup baik. Sementara 3 program lainnya (21,43 persen) memiliki kualitas agak baik dan 2 program (14,29 persen) memiliki kualitas yang kurang baik (Gambar 3.10).

Page 113: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 III - 13

Gambar 3.10.Persentase Program Menurut Kriteria Kualitas Rancangan Program: Kelengkapan, Ketepatan, Keterkaitan dengan PN, dan Keberlanjutan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan PN

Keberlanjutan

28,57

28,57

57,14

35,71

35,71

35,71

21,43

21,43

35,71

57,14

14,29

14,29

7,14

7,14

Sangat Baik (85-100) Cukup Baik (70-84) Agak Baik (50-69) Kurang Baik (0-49)

Sumber: RP2N, 2013

Meskipun secara umum sudah cukup baik, namun dari 14 program yang direviu tidak ada program yang memiliki komponen program yang sepenuhnya lengkap. Pada umumnya, sasaran pada tingkat dampak dan outcomes masih belum jelas dan indikator untuk mengukur dampak tidak ada/tersedia. Salah satu faktor penyebab ketidaktersediaan komponen tersebut adalah tidak tersedianya data kinerja oleh karena tidak ada instansi/lembaga yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data kinerja karena ketidaktersediaan dana. Hal ini mengindikasikan indikator tidak mengikuti kriteria SMART. Penyebab lainnya adalah dampak suatu program merupakan kontribusi dari pelaksanaan program di bidang/sektor lain sehingga diperlukan kesepakatan bersama untuk menentukan dampak program. Oleh karena itu, diperlukan suatu unit atau pihak ketiga yang mampu mengkoordinasikan penentuan dampak lintas sektor tersebut. Di sisi lain, evaluasi terhadap dampak suatu program sampai saat ini belum memiliki metode yang telah terbangun, sehingga perlu dilakukan ke depan.

Kriteria ketepatan rancangan program, secara umum telah menunjukkan kualitas ketepatan rancangan yang cukup baik pula. Empat program memiliki kualitas sangat baik (28,57 persen), 5 program (35,71 persen) memiliki kualitas cukup baik. Sementara 3 program lainnya (21,43 persen) memiliki kualitas agak baik dan 2 program (14,29 persen) memiliki kualitas yang kurang baik (Gambar 3.10).

Sama halnya dengan kriteria kelengkapan, dari 14 program yang direviu tidak ada program yang memiliki ketepatan untuk seluruh komponen program. Beberapa kelemahan yang ditemukan, adalah pertama, terkait permasalahan, permasalahan sudah dinyatakan dengan jelas, namun penjelasan terkait urgensi kebutuhan mengapa permasalahan tersebut menjadi prioritas untuk diatasi belum terlalu jelas.

Kedua, masih lemahnya penerjemahan permasalahan menjadi pernyataan sasaran (yang dianggap sebagai sasaran di level dampak/ultimate outcome), artinya belum semua permasalahan yang diangkat kemudian dijawab sebagai suatu pernyataan sasaran yang hendak dicapai. Masih ditemui sejumlah permasalahan yang dinilai cukup penting tetapi tidak teridentifikasi secara jelas pada sasaran. Sebaliknya juga terdapat sejumlah sasaran yang tiba-tiba muncul dan kurang berkaitan dengan permasalahan yang dipetakan.

Kriteria kelengkapan

dan ketepatan

rancangan program

perlu ditingkatkan agar

dapat menghasilkan

rancangan program

yang berkualitas.

Page 114: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 14

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

Ketiga, masih lemahnya dasar penentuan outcomes yang mendukung pencapaian dampak dan penentuan output yang mendukung pencapaian outcomes sehingga besarnya kontribusi output terhadap outcomes atau kontribusi outcomes terhadap impact tidak dapat ditentukan secara pasti. Selain itu, seringkali alur outcomes dan dampak tidak jelas artinya tidak ada kejelasan outcomes yang menjadi pendukung pencapaian dampak. Hal ini karena tidak ada peta yang jelas dari permasalahan sampai dengan input sehingga hubungan sebab akibat dari permasalahan sampai input tidak jelas.

Keempat, masih kurang tepatnya indikator untuk mengukur sasaran yang ditentukan (output, outcomes, dan impact), artinya indikator yang ditentukan kurang mampu menggambarkan keberhasilan pencapaian sasaran. Hal ini bisa terjadi karena indikator yang tepat untuk menggambarkan pencapaian sasaran, sulit diperoleh datanya karena tidak ada dana untuk mengumpulkan data kinerja indikator atau sebab lainnya. Penyusunan program dengan mengikuti suatu standar, logic model dan logframe, merupakan salah satu penyelesaian dari berbagai permasalahan kekurangtepatan dalam penyusunan program.

Kriteria keterkaitan dengan PN, dalam hal mendukung capaian PN, secara umum menunjukkan hasil yang cukup baik. Dari 14 program, 8 program sangat mendukung capaian PN (57,14 persen), sementara 5 program (35,71 persen) agak mendukung capaian PN dan 1 program sisanya masih kurang mendukung capaian PN (Gambar 3.10). Kurangnya keterkaitan program dalam mendukung capaian PN menunjukkan adanya permasalahan dalam perencanaan. Belum digunakannya kerangka pikir logic model sebagai alat yang membantu atau menuntun cara berpikir yang logis ketika menyusun suatu perencanaan pembangunan dapat berimplikasi juga pada lemahnya penyusunan tingkatan kinerja yang hendak dicapai karena tidak runtutnya proses perencanaan yang dilaksanakan. Selain itu, ketiadaan kerangka pembangunan nasional yang jelas berkontribusi pula terhadap timbulnya permasalahan kurangnya keterkaitan.

Kriteria keberlanjutan program, yaitu dalam pengertian kelangsungan program jangka panjang yang menyangkut kemampuan program memberikan manfaat secara terus-menerus dan berkesinambungan (termasuk setelah program selesai dilaksanakan), secara umum menunjukkan hasil yang perlu ditingkatkan. Dari 14 program, 5 program (35,71 persen) diprediksi mampu memberikan manfaat secara terus-menerus, termasuk setelah program selesai dilaksanakan sementara 8 program (57,14 persen) dinilai agak mampu memberikan manfaat secara terus-menerus, dan 1 program sisanya kurang mampu memberikan manfaat secara terus-menerus (Gambar 3.10).

Cara perancangan program, dari 14 program, 7 program (50,00 persen) diantaranya sudah menggunakan instrumen perencanaan logic model/log frame. Sementara 5 program (35,71 persen) masih menggunakan kerangka pikir biasa dan 2 program sisanya tidak menggunakan suatu instrumen perencanaan (Gambar 3.11).

Program yang menggunakan logic model/log frame antara lain: (1) Program Pengembangan Perpustakaan; (2) Program Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi; (3) Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja; (4) Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; (5) Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal; (6) Program Pengelolaan Pertanahan Nasional; dan (7) Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri. Program yang masih menggunakan kerangka pikir biasa untuk merancang program adalah: (1) Program Perlindungan dan Jaminan Sosial; (2) Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan; (3) Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan; (4) Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika; dan (5) Program Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sementara program yang belum menggunakan instrumen perencanaan adalah Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa dan Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan.

Kondisi masih cukup banyaknya program yang belum menggunakan kerangka berpikir logic model tersebut dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya permasalahan dalam perancangan program yang terkait aspek kelengkapan dan ketepatan komponen program,

Instrumen

perencanaan logic model/log frame akan membantu

menuntun cara

berpikir yang logis,

sehingga ketepatan

penyusunan tingkat

kinerja dan indikator

pembangunan dapat

terjaga.

Page 115: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 III - 15

keterkaitan dengan prioritas nasional dan keberlanjutan program. Hal tersebut berimplikasi pada lemahnya penyusunan tingkatan kinerja yang hendak dicapai karena tidak runtutnya proses perencanaan yang dilaksanakan.

Seharusnya, apabila penyusunan dokumen perencanaan dilakukan dengan menggunakan kerangka berpikir logis yang tepat, hal yang demikian tidak akan terjadi atau paling tidak dapat diminimalkan. Selain itu, perumusan indikator yang tepat dan memenuhi kaidah SMART juga harus menjadi penekanan penting dalam penyusunan dokumen perencanaan, sehingga kualitas dokumen lebih terjaga.

Gambar 3.11.Persentase Cara Perancangan Program

14.29

35.71

50.00

Tidak Menggunakan Instrumen Perencanaan

Kerangka Pikir

Logic Model/Log Frame

Sumber: RP2N, 2013

Kualitas pelaksanaan program, sebagian besar program memerlukan peningkatan dalam hal pelaksanaan/ pengelolaan program. Dari 14 program, terdapat 6 program (42,86 persen) yang memiliki pelaksanaan/pengelolaan program yang sudah sangat/cukup baik, sementara 8 program lainnya memiliki pelaksanaan/pengelolaan program yang agak/kurang baik (Gambar 3.9). Program dengan pelaksanaan/pengelolaan yang paling baik adalah Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri pendukung PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha, sementara program dengan pelaksanaan/pengelolaan yang paling perlu ditingkatkan adalah Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagai pendukung PN 4. Penanggulangan Kemiskinan.

Hal yang paling perlu ditingkatkan dalam hal pengelolaan/manajemen program adalah ketersediaan sistem evaluasi dalam pelaksanaan program, yakni terkait pengumpulan data, identifikasi masalah, dan identifikasi upaya dan tindak lanjut. Dari 14 program, 7 program (50 persen) masih belum memiliki sistem evaluasi pelaksanaan program.

Dalam hal proses pengumpulan data kinerja secara teratur, sebagian besar program (>60 persen) telah mengumpulkan data kinerja secara teratur baik data output, outcomes, maupun impact. Data yang dikumpulkan tersebut kemudian menjadi bahan pertimbangan proses pengambilan keputusan seperti dalam penyesuaian prioritas program atau pengalokasian sumber daya. Namun program lainnya masih belum secara teratur mengumpulkan data kinerja dan menjadikan bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini mengindikasikan belum meratanya pemahaman tentang pentingnya pelaksanaan pengumpulan data kinerja secara teratur. Data kinerja merupakan bahan utama untuk melaksanakan monitoring yang dilakukan guna mengidentifikasi permasalahan yang menghambat pelaksanaan program. Dengan demikian, tindakan untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul tersebut dapat ditentukan. Hal tersebut merupakan upaya yang perlu dilakukan guna menjamin tercapainya tujuan program.

Dalam hal kualitas

pelaksanaan, Program

Pengembangan

Perdagangan Dalam

Negeri adalah

program yang

memiliki pelaksanaan/

pengelolaan paling

baik.

Page 116: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 16

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

Terkait identifikasi penanggungjawab terhadap capaian impact, outcomes, dan output, sebagian besar program (71,43 persen) telah melakukan identifikasi tersebut. Sementara sisanya (28,57 persen) belum melakukan identifikasi penanggungjawab terhadap capaian impact, outcomes, dan output. Identifikasi penanggungjawab merupakan hal yang penting dilakukan terutama berkaitan dengan capaian impact, outcomes, dan output. Jika tidak dilakukan, maka akan menimbulkan kerancuan dalam menentukan pihak yang bertanggungjawab.

Tabel 3.4. Efisiensi dan Efektivitas Program

Efisiensi, Realisasi Anggaran (%)

‹90 90-110 ›110

Efektifitas, Capaian Indikator (%)

‹90

Kombinasi 11. Cenderung tidak efektif

dalam perencanaan tar-get indikator (ambisius)

2. Cenderung tidak efisien dalam perencanaan ang-garan (kurang realistis)

3. Kemungkinan terdapat kekurangan/kelebihan anggaran

1. Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan

Kombinasi 21. Cenderung tidak efektif

dalam perencanaan target indikator (ambisius)

2. Cenderung tidak efisien da-lam perencanaan anggaran (kurang realistis)

3. Kemungkinan terdapat kekurangan anggaran

Kombinasi 31. Cenderung tidak efektif

dalam perencanaan target indikator (ambisius)

2. Cenderung sangat tidak efisien dalam perencanaan anggaran (kurang realistis)

3. Kemungkinan terdapat keku-rangan anggaran

90-110

Kombinasi 41. Cenderung efektif dalam

perencanaan target indikator

2. Cenderung tidak efisien dalam perencanaan ang-garan (kurang realistis).

3. Kemungkinan terdapat kelebihan anggaran

1. Program Pengembangan dan Pembinaan Meteo-rologi, Klimatologi dan Geofisika

2. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

3. Program Perencanaan Makro Bidang Kehutan-an dan Pemantapan Kawasan Hutan

Kombinasi 51. Cenderung efektif dalam

perencanaan target indikator

2. Cenderung efisien dalam perencanaan anggaran

1. Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

2. Program Pengembangan Perpustakaan

3. Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri

Kombinasi 61. Cenderung efektif dalam per-

encanaan target indikator2. Cenderung tidak efisien

dalam perencanaan (kurang realistis).

3. Kemungkinan terdapat keku-rangan anggaran

›110

Kombinasi 71. Cenderung tidak efektif

dalam perencanaan tar-get indikator (pesimis)

2. Cenderung sangat tidak efisien dalam perenca-naan anggaran (kurang realistis).

1. Program Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi

2. Program Penempatan dan Perluasan Kesempa-tan Kerja

Kombinasi 81. Cenderung tidak efektif

dalam perencanaan target indikator (pesimis)

2. Cenderung tidak efisien da-lam perencanaan anggaran (kurang realistis)

3. Kemungkinan terdapat kelebihan anggaran

1. Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerin-tahan Desa

Kombinasi 91. Cenderung tidak efektif

dalam menentukan target indikator (pesimis)

2. Cenderung tidak efisien dalam perencanaan

3. Kemungkinan terdapat keku-rangan/kelebihan anggaran

Sumber: RP2N, 2013

Program yang

diindikasikan efektif

dan efisien, apabila

realisasi anggaran dan

capaian indikatornya

berada pada rentang

90-100 persen.

Page 117: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 III - 17

Kinerja program, secara umum memerlukan upaya keras untuk ditingkatkan. Sebagian besar program (92,86 persen) memiliki kinerja yang masih agak/kurang baik (Gambar 3.9). Program yang memiliki kinerja paling baik adalah Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan pendukung PN 14. Lainnya Kesejahteraan Rakyat sementara program yang paling memerlukan upaya keras untuk meningkatkan kinerja adalah Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagai pendukung PN 4. Penanggulangan Kemiskinan dan Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri sebagai pendukung PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha. Berikut pada Tabel 3.4. adalah kondisi efisiensi dan efektivitas program, dimana kondisi yang paling optimal adalah pada kombinasi 5, yang realisasi anggaran dan realisasi fisiknya berada pada rentang 90-110 persen.

Page 118: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014III - 18

Bab 3 - Evaluasi Kinerja Kementerian/Lembaga dan Kinerja Program 2010-2014

Page 119: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Bab 4Evaluasi Kinerja Daerah

Page 120: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 2

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Page 121: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 3

Dalam bagian ini, evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) diupayakan mampu menunjukkan capaian pembangunan nasional yang dilaksanakan di daerah. Telah diketahui bahwa sebagian pembangunan di daerah merupakan pelaksanaan program-program pembangunan yang dibiayai oleh APBN dan merupakan kegiatan K/L pusat, sedangkan bagian lainnya merupakan upaya pembangunan yang didanai oleh APBD dan merupakan kegiatan daerah. Karenanya, EKPD ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1) Evaluasi capaian pembangunan daerah, (2) Evaluasi isu strategis daerah, (3) Evaluasi kebijakan alokasi dana transfer daerah. Berikut adalah uraian dari masing-masing evaluasi tersebut.

4.1. Evaluasi Capaian Pembangunan Daerah Evaluasi Capaian Pembangunan di daerah difokuskan pada delapan indikator yang dinilai penting dalam menggambarkan pencapaian prioritas pembangunan nasional, yaitu pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, umur harapan hidup, rata-rata lama sekolah, nilai tukar petani, rasio elektrifikasi, dan indeks pembangunan manusia. Pembahasan capaian pembangunan daerah per indikator disajikan pada bagian di bawah ini. Sementara itu, pembahasan capaian pembangunan daerah per provinsi terdapat pada Lampiran C.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2013 adalah 5,78 persen atau melambat 0,45 persen dibandingkan tahun 2012. Dari data pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 diketahui bahwa Provinsi Papua memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi, 14,91 persen atau tumbuh 13,21 persen jika dibandingkan dengan tahun 2012. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua ditopang oleh pertumbuhan pada sektor pertambangan yang masih menjadi pendorong utama perekonomian. Selain itu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua juga ditopang oleh komponen konsumsi, investasi, serta membaiknya kinerja ekspor yang diakibatkan oleh meningkatnya tingkat produksi komoditas tambang.

Tabel 4.1. Pertumbuhan Ekonomi di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

No ProvinsiTahun

No. ProvinsiTahun

2012* 2013** 2012* 2013**

1 Papua 12,94 14,91 18 Jawa Barat 6,50 6,10

2 Papua Barat 7,40 9,41 19 Kalimantan Barat 5,79 6,08

3 Sulawesi Tengah 9,27 9,38 20 Bali 6,65 6,05

4 Gorontalo 7,71 7,77 21 Sumatera Selatan 6,02 6,00

5 Sulawesi Selatan 8,37 7,65 22 Lampung 6,10 6,00

6 Sulawesi Utara 7,86 7,45 23 Sumatera Utara 6,22 5,95

7 Kalimantan Tengah 6,69 7,37 24 Banten 6,14 5,86

8 Sulawesi Tenggara 10,41 7,28 25 Jawa Tengah 6,52 5,80

9 Sulawesi Barat 9,01 7,16 26 NTB 1,12 5,69

10 Jambi 7,44 6,93 27 NTT 5,41 5,50

11 Jawa Timur 7,27 6,55 28 DIY 5,34 5,40

12 Bengkulu 6,61 6,21 29 Bangka Belitung 5,70 5,29

13 Sumatera Barat 6,35 6,20 30 Kalimantan Selatan 6,04 5,18

14 Riau 7,51 6,13 31 Maluku 7,81 5,14

15 Kepulauan Riau 6,82 6,13 32 Aceh 5,20 4,18

16 Maluku Utara 6,67 6,12 33 Kalimantan Timur 3,98 1,59

17 DKI Jakarta 6,40 6,11 Capaian Nasional 6,23 5,78

Sumber : *) Dit.EKPD, 2013; **) BPS, 2014

Provinsi Papua

memiliki laju

pertumbuhan ekonomi

tertinggi dengan

dorongan sektor

pertambangan.

Page 122: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 4

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Papu

a

Papu

a B

arat

Sula

wes

i Ten

gah

Gor

onta

lo

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Uta

ra

Kal

iman

tan

Teng

ah

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Sula

wes

i Bar

at

Jam

bi

Jaw

a Ti

mur

Ben

gkul

u

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Kep

ulau

an R

iau

Mal

uku

Uta

ra

DK

I Jak

arta

Jaw

a B

arat

Kal

iman

tan

Bar

at

Bal

i

Sum

ater

a Se

lata

n

Lam

pung

Sum

ater

a U

tara

Ban

ten

Jaw

a Te

ngah

NTB

NTT DIY

Ban

gka

Bel

itun

g

Kal

iman

tan

Sela

tan

Mal

uku

Ace

h

Kal

iman

tan

Tim

ur

2012 2013

Sumber : Dit. EKPD, 2013

Capaian pertumbuhan ekonomi terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Timur, yang mengalami pertumbuhan negatif 1,51 persen dibandingkan tahun 2012 (3,98 persen). Hal ini disebabkan oleh perlambatan ekspor yang lebih cepat dibandingkan perlambatan impor pada tahun 2013. Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi disebabkan semakin dalamnya kontraksi pada industri pengolahan migas, dan bangunan. Kontraksi yang terjadi di subsektor pertambangan migas bertransmisi langsung kepada makin dalamnya kontraksi di subsektor industri pengolahan migas.

Angka Kemiskinan

Angka kemiskinan nasional pada tahun 2013 adalah 11,37 persen atau menurun 0,29 persen dibandingkan tahun 2012.

Tabel 4.2. Angka Kemiskinan di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

No ProvinsiTahun

No. ProvinsiTahun

2012* 2013** 2012* 2013**

1 DKI Jakarta 3,69 3,55 18 Sulawesi Barat 13,24 12,302 Bali 4,18 3,95 19 Jawa Timur 13,08 12,553 Kalimantan Selatan 5,06 4,77 20 Sulawesi Tenggara 13,71 12,834 Bangka Belitung 5,53 5,21 21 Sumatera Selatan 13,78 14,245 Banten 5,85 5,74 22 Jawa Tengah 14,98 14,566 Kalimantan Tengah 6,51 5,93 23 Sulawesi Tengah 15,40 14,677 Kalimantan Timur 6,68 6,06 24 Lampung 16,18 14,868 Kepulauan Riau 7,11 6,46 25 DI Yogyakarta 15,88 15,439 Maluku Utara 8,47 7,50 26 Gorontalo 17,33 17,51

10 Riau 8,22 7,72 27 Aceh 19,46 17,6011 Sulawesi Utara 8,18 7,88 28 Nusa Tenggara Barat 18,63 17,9712 Jambi 8,42 8,07 29 Bengkulu 17,70 18,3413 Sumatera Barat 8,19 8,14 30 Maluku 21,78 19,4914 Kalimantan Barat 8,17 8,24 31 Nusa Tenggara Timur 20,88 20,03

15 Jawa Barat 9,89 9,52 32 Papua Barat 28,20 26,67

16 Sulawesi Selatan 10,11 9,54 33 Papua 31,11 31,1317 Sumatera Utara 10,67 10,06 Capaian Nasional 11,66 11,37

Sumber : *) Dit.EKPD, 2013; **) BPS, 2014

Angka kemiskinan

tertinggi masih berada

di Provinsi Papua,

meski pertumbuhan

ekonominya

semakin membaik.

Page 123: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 5

Gambar 4.2. Angka Kemiskinan di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00D

KI J

akar

ta

Bal

i

Kal

iman

tan

Sela

tan

Kep

ulau

an B

angk

a B

elitu

ng

Ban

ten

Kal

iman

tan

Teng

ah

Kal

iman

tan

Tim

ur

Kep

ulau

an R

iau

Mal

uku

Uta

ra

Ria

u

Sula

wes

i Uta

ra

Jam

bi

Sum

ater

a B

arat

Kal

iman

tan

Bar

at

Jaw

a B

arat

Sula

wes

i Sel

atan

Sum

ater

a U

tara

Sula

wes

i Bar

at

Jaw

a Ti

mur

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Sum

ater

a Se

lata

n

Jaw

a Te

ngah

Sula

wes

i Ten

gah

Lam

pung

DI Y

ogya

kart

a

Gor

onta

lo

Ace

h

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Ben

gkul

u

Mal

uku

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Papu

a B

arat

Papu

a

2012 2013

Sumber : Dit. EKPD, 2013

Data pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 menunjukkan angka kemiskinan tertinggi terdapat di Provinsi Papua. Meskipun pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua mengalami kenaikan, persentase penduduk miskin di Provinsi Papua juga mengalami peningkatan 1,33 persen menjadi 31,53 persen di tahun 2013. Tingginya angka kemiskinan di Provinsi Papua disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia yang masih rendah dan tantangan pembangunan berupa kondisi geografis yang terpencar serta terpencil dari wilayah perkotaan, serta kondisi keamanan di wilayah Provinsi Papua yang tidak kondusif. Sementara itu, angka kemiskinan terendah dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta (3,72 persen). Hal ini dimungkinkan karena posisi DKI Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat bisnis sehingga kegiatan perekonomian menjadi lebih maju, termasuk akibat dukungan dari pemerintah pusat. Isu strategis kemiskinan di DKI Jakarta masih ada, mengingat kantong-kantong wilayah kumuh masih dapat ditemukan, sehingga upaya penanggulangan kemiskinan fokus pada pemerataan pendapatan.

Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat pengangguran terbuka nasional pada tahun 2013 adalah 6,25 persen atau meningkat 0,11 persen dibandingkan tahun 2012. Dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 diketahui bahwa provinsi Sulawesi Barat memiliki capaian TPT terendah, 1,46 persen di tahun 2013 dan 2,07 persen di 2012. Capaian terendah berikutnya adalah Provinsi Bali sebesar 1,77 persen pada tahun 2013. Hal ini disebabkan semakin membaiknya kondisi perekonomian Bali yang mampu menampung pertumbuhan angkatan kerja. Selain itu, terdapat perubahan sektor output di Bali karena masyarakat beralih dari sektor pertanian ke sektor industri jasa, serta adanya perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang di masing-masing sektor industri.

Provinsi Banten memiliki TPT tertinggi (9,23 persen) pada tahun 2013. Angka ini jauh dari target yang ditetapkan pemerintah (5-6 persen), walaupun terjadi penurunan 2,32 persen dibandingkan 2012 yang masih sebesar 10,74 persen. Pendorong penurunan ini adalah adanya aktivitas perusahaan yang melaksanakan CSR, dengan menyiapkan tenaga-tenaga terampil melalui kursus-kursus atau balai latihan kerja. Dampak baik CSR adalah adanya peningkatan modal, keterampilan, dan pengetahuan masyarakat miskin sehingga memiliki banyak pilihan pekerjaan yang layak dan peluang yang luas untuk mengembangkan usaha. Komitmen CSR baru sebatas dilaksanakan oleh BUMN, sedangkan industri secara umum masih tergantung dari inisiatif industri sendiri, mengingat dasar hukum yang masih lemah.

Peningkatan aktivitas

CSR oleh BUMN

maupun swasta dapat

mendorong penurunan

TPT di daerah.

Page 124: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 6

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Tabel 4.3. Tingkat Pengangguran Terbuka di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

No ProvinsiTahun

No. ProvinsiTahun

2012* 2013** 2012* 2013**

1 Sulawesi Barat 2,07 1,46 18 NTB 5,21 4,46

2 Bali 2,11 1,77 19 Papua Barat 6,57 4,513 Kalimantan Barat 3,36 2,30 20 Riau 5,17 4,824 Kalimantan Tengah 2,71 2,52 21 Lampung 5,12 4,88

5 Sulawesi Tenggara 3,10 2,53 22 Sulawesi Selatan 6,46 4,91

6 Bangka Belitung 2,78 2,57 23 Jawa Tengah 5,88 5,797 Jambi 3,65 2,61 24 Sumatera Barat 6,25 6,03

8 Bengkulu 3,61 2,75 25 Sumatera Utara 6,31 6,06

9 NTT 2,39 2,80 26 Maluku Utara 5,31 6,06

10 Sulawesi Tengah 3,73 3,01 27 Sulawesi Utara 8,32 6,50

11 DIY 4,09 3,06 28 Maluku 7,11 7,1212 Gorontalo 4,81 3,17 29 Kalimantan Timur 9,29 7,83

13 Papua 2,90 3,27 30 Aceh 7,88 7,98

14 Kalimantan Selatan 4,32 3,36 31 DKI Jakarta 10,72 8,60

15 Kepulauan Riau 5,87 3,88 32 Jawa Barat 9,78 8,75

16 Jawa Timur 4,13 3,96 33 Banten 10,74 9,2317 Sumatera Selatan 5,59 3,98 Capaian Nasional 6,14 6,25

Sumber : *) Dit.EKPD, 2013; **) BPS, 2014

Gambar 4.3. Tingkat Pengangguran Terbuka di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Sula

wes

i Bar

at

Bal

i

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Teng

ah

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Kep

ulau

an B

angk

a B

elitu

ng

Jam

bi

Ben

gkul

u

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Sula

wes

i Ten

gah

DI Y

ogya

kart

a

Gor

onta

lo

Papu

a

Kal

iman

tan

Sela

tan

Kep

ulau

an R

iau

Jaw

a Ti

mur

Sum

ater

a Se

lata

n

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Papu

a B

arat

Ria

u

Lam

pung

Sula

wes

i Sel

atan

Jaw

a Te

ngah

Sum

ater

a B

arat

Sum

ater

a U

tara

Mal

uku

Uta

ra

Sula

wes

i Uta

ra

Mal

uku

Kal

iman

tan

Tim

ur

Ace

h

DK

I Jak

arta

Jaw

a B

arat

Ban

ten

2012 2013

Sumber : Dit. EKPD, 2013

Usia Harapan Hidup

Capaian nasional untuk UHH menunjukkan peningkatan 0,20 persen dari 69,87 di 2012 ke 70,07 di 2013. Dari data pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4, Provinsi DI Yogyakarta merupakan provinsi dengan capaian UHH tertinggi pada 2013 (73,62), atau meningkat 0,4 persen jika dibandingkan tahun 2012. Capaian tertinggi selanjutnya diraih oleh Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,56, meningkat dibandingkan tahun 2012(73,49). Peningkatan UHH di DKI Jakarta terkait dengan program kesehatan (pengobatan gratis) yang dilakukan oleh pemerintah

Page 125: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 7

daerah dengan format serta pengawasan yang baik. Selain itu peningkatan UMP DKI Jakarta tahun 2012 turut pula meningkatkan daya beli masyarakat di sektor kesehatan.

Sementara itu, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Nusa Tenggara Barat, walaupun terjadi peningkatan UHH, capaiannya masih jauh angka nasional. Hal ini dikarenakan tingginya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama, sebagai akibat menurunnya pemberian ASI ekslusif oleh karena perilaku ibu, maupun pengaruh dari luar, seperti pemberian susu formula.

Tabel 4.4. Usia Harapan Hidup di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

No Provinsi Tahun No. Provinsi Tahun

2012* 2013** 2012* 2013**

1 DI Yogyakarta 73,33 73,62 18 Jambi 69,44 69,61

2 DKI Jakarta 73,49 73,56 19 Bangka Belitung 69,21 69,463 Sulawesi Utara 72,44 72,62 20 Aceh 68,94 69,404 Jawa Tengah 71,71 71,97 21 Papua Barat 69,14 69,145 Kalimantan Timur 71,58 71,78 22 Jawa Barat 68,60 68,84

6 Riau 71,69 71,73 23 Sulawesi Tenggara 68,21 68,567 Kalimantan Tengah 71,41 71,47 24 Sulawesi Barat 68,27 68,348 Bali 70,84 71,20 25 Nusa Tenggara Timur 68,04 68,05

9 Papua 69,12 70,70 26 Maluku 67,84 67,88

10 Sulawesi Selatan 70,45 70,60 27 Gorontalo 67,47 67,54

11 Bengkulu 70,39 70,44 28 Kalimantan Barat 66,92 67,4012 Jawa Timur 70,09 70,37 29 Sulawesi Tengah 67,11 67,2113 Sumatera Selatan 70,05 70,10 30 Maluku Utara 66,65 66,97

14 Sumatera Barat 70,02 70,09 31 Banten 65,23 65,4715 Lampung 70,05 70,09 32 Kalimantan Selatan 64,52 64,82

16 Kepulauan Riau 69,91 69,97 33 Nusa Tenggara Barat 62,73 63,2117 Sumatera Utara 69,81 69,90 Capaian Nasional 69,87 70,07

Sumber : *) Dit.EKPD, 2013; **) BPS, 2014

Gambar 4.4. Usia Harapan Hidup di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

56,0058,0060,0062,0064,0066,0068,0070,0072,0074,00

DI Y

ogya

kart

a

DK

I Jak

arta

Sula

wes

i Uta

ra

Jaw

a Te

ngah

Kal

iman

tan

Tim

ur

Ria

u

Kal

iman

tan

Teng

ah

Bal

i

Papu

a

Sula

wes

i Sel

atan

Ben

gkul

u

Jaw

a Ti

mur

Sum

ater

a Se

lata

n

Sum

ater

a B

arat

Lam

pung

Kep

ulau

an R

iau

Sum

ater

a U

tara

Jam

bi

Kep

ulau

an B

angk

a B

elitu

ng

Ace

h

Papu

a B

arat

Jaw

a B

arat

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Sula

wes

i Bar

at

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Mal

uku

Gor

onta

lo

Kal

iman

tan

Bar

at

Sula

wes

i Ten

gah

Mal

uku

Uta

ra

Ban

ten

Kal

iman

tan

Sela

tan

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

2012 2013

Sumber : Dit. EKPD, 2013

Terdapat 15 provinsi

yang capaian UHHnya

di atas capaian

nasional pada tahun

2013.

Page 126: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 8

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Rata-rata Lama Sekolah

Capaian nasional untuk rata-rata lama sekolah tahun 2013 adalah 8,14 tahun, meningkat 3,7 persen dibandingkan tahun 2012. Data pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 menunjukkan 13 provinsi telah mencapai target rata-rata lama sekolah 8,25 tahun pada RPJMN 2010-2014. Provinsi DKI Jakarta memperoleh angka tertinggi yaitu 12 tahun (2012) namun menurun menjadi 11 tahun (2013). Sebagai ibu kota negara, masyarakat di Provinsi DKI Jakarta memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik. Untuk Provinsi Papua sebagai provinsi dengan rata-rata lama sekolah terendah, pada tahun 2013 tidak mengalami peningkatan, yaitu 6,87 tahun. Kondisi ini disebabkan kurangnya kemauan dari siswa setempat untuk bersekolah, serta kurangnya kemampuan ekonomi dari orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya.

Tabel 4.5. Rata-Rata Lama Sekolah di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

No Provinsi Tahun No. Provinsi Tahun

2012* 2013** 2012* 2013**

1 DKI Jakarta 12,00 11,00 18 Sulawesi Tengah 8,13 8,222 Kep. Riau 9,81 9,91 19 Kalimantan Tengah 8,12 8,183 Kalimantan Timur 9,20 9,39 20 Jawa Barat 8,20 8,114 DI Yogyakarta 9,20 9,33 21 Sumatera Selatan 8,06 8,045 Maluku 9,15 9,20 22 Kalimantan Selatan 7,90 8,016 Sumatera Utara 9,07 9,13 23 Sulawesi Selatan 7,95 8,017 Sulawesi Utara 9,00 9,09 24 Lampung 7,87 7,898 Aceh 8,90 9,02 25 Bangka Belitung 7,68 7,739 Riau 8,64 8,78 26 Jawa Timur 7,45 7,53

10 Maluku Utara 8,71 8,72 27 Gorontalo 7,49 7,5211 Sumatera Barat 8,60 8,63 28 Jawa Tengah 7,40 7,4312 Banten 8,61 8,61 29 Sulawesi Barat 7,30 7,3513 Bali 8,57 8,58 30 Nusa Tenggara Barat 7,19 7,2014 Bengkulu 8,50 8,55 31 Kalimantan Barat 7,14 7,1715 Papua Barat 8,45 8,53 32 Nusa Tenggara Timur 7,09 7,16

16 Sulawesi Tenggara 8,30 8,44 33 Papua 6,87 6,8717 Jambi 8,24 8,32 Capaian Nasional 7,85 8,14

Sumber : *) Dit.EKPD, 2013; **) BPS, 2014

Gambar 4.5. Rata-Rata Lama Sekolah di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

0

2

4

6

8

10

12

DK

I Jak

arta

Kep

ulau

an R

iau

Kal

iman

tan

Tim

urD

I Yog

yaka

rta

Mal

uku

Sum

ater

a U

tara

Sula

wes

i Uta

raA

ceh

Ria

uM

aluk

u U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ban

ten

Bal

iB

engk

ulu

Papu

a B

arat

Sula

wes

i Ten

ggar

aJa

mbi

Sula

wes

i Ten

gah

Kal

iman

tan

Teng

ahJa

wa

Bar

atSu

mat

era

Sela

tan

Kal

iman

tan

Sela

tan

Sula

wes

i Sel

atan

Lam

pung

Ban

gka

Bel

itun

gJa

wa

Tim

urG

oron

talo

Jaw

a Te

ngah

Sula

wes

i Bar

atN

usa

Teng

gara

Bar

atK

alim

anta

n B

arat

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Papu

a

2012 2013

Sumber : Dit. EKPD, 2013

Rata-rata lama sekolah

tertinggi terdapat di

Provinsi DKI Jakarta.

Page 127: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 9

Nilai Tukar Petani

Capaian nasional untuk NTP pada tahun 2013 cukup baik, yaitu 100,29, walaupun menurun 0,9 persen dari tahun 2012. Berikut pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 adalah data NTP untuk setiap provinsi pada tahun 2012 dan 2013.

Tabel 4.6. Nilai Tukar Petani di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

No Provinsi Tahun No. Provinsi Tahun

2012* 2013** 2012* 2013**

1 Lampung 126,04 124,70 18 Papua 103,16 100,84

2 DIY 117,59 116,89 19 Gorontalo 102,34 100,66

3 Banten 108,44 110,06 20 Sulawesi Utara 103,26 100,56

4 Sumatera Selatan 109,15 109,95 21 Maluku Utara 101,55 100,44

5 Jawa Barat 108,93 109,53 22 Bangka Belitung 99,70 100,26

6 Sulawesi Selatan 107,86 107,43 23 Papua Barat 102,92 99,64

7 Bali 108,27 107,22 24 Bengkulu 102,42 99,62

8 Sulawesi Tenggara 106,23 105,99 25 Sumatera Utara 102,05 99,49

9 Jawa Tengah 106,37 105,90 26 NTT 103,50 99,17

10 Kalimantan Selatan 109,90 105,50 27 Kalimantan Barat 100,92 97,99

11 Maluku 104,90 105,48 28 Kalimantan Tengah 98,66 97,93

12 Kepulauan Riau 103,95 104,96 29 Jambi 91,94 97,21

13 Sulawesi Barat 104,41 104,20 30 Sulawesi Tengah 99,04 97,01

14 Sumatera Barat 105,02 104,14 31 Kalimantan Timur 98,14 95,07

15 Aceh 105,01 103,13 32 NTB 95,45 94,23

16 Jawa Timur 102,65 102,90 33 DKI Jakarta 0 0

17 Riau 102,54 101,40 Capaian Nasional 101,28 100,29

Sumber : *) Dit.EKPD, 2013; **) BPS, 2014

Gambar 4.6. Nilai Tukar Petani di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

0

20

40

60

80

100

120

140

Lam

pung DIY

Ban

ten

Sum

ater

a Se

lata

n

Jaw

a B

arat

Sula

wes

i Sel

atan

Bal

i

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Jaw

a Te

ngah

Kal

iman

tan

Sela

tan

Mal

uku

Kep

ulau

an R

iau

Sula

wes

i Bar

at

Sum

ater

a B

arat

Ace

h

Jaw

a Ti

mur

Ria

u

Papu

a

Gor

onta

lo

Sula

wes

i Uta

ra

Mal

uku

Uta

ra

Ban

gka

Bel

itun

g

Papu

a B

arat

Ben

gkul

u

Sum

ater

a U

tara

NTT

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Teng

ah

Jam

bi

Sula

wes

i Ten

gah

Kal

iman

tan

Tim

ur

NTB

DK

I Jak

arta

2012 2013

Sumber : Dit. EKPD, 2013

Provinsi Lampung yang

dikenal sebagai Bumi

Agribisnis memiliki

NTP tertinggi.

Page 128: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 10

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Provinsi Lampung memiliki reputasi sebagai Bumi Agribisnis. Pada tahun 2013 angka NTP Provinsi Lampung sebesar 124,70. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 126,04. Meski mengalami penurunan, tingginya capaian NTP di Provinsi Lampung disebabkan oleh surplus yang diterima oleh petani di Lampung sehingga harga komoditas pertanian yang terus meningkat.

Rasio Elektrifikasi

Capaian rasio elektrifikasi secara nasional pada tahun 2013 mencapai 78,06 persen, meningkat dibandingkan tahun 2012. Berikut pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.7 adalah data rasio elektrifikasi untuk setiap provinsi pada tahun 2012 dan 2013.

Di Provinsi DKI Jakarta, capaian rasio elektrifikasi pada tahun 2013 mencapai 93,39 persen. Meskipun mengalami penurunan dari tahun 2012 (100 persen), angka tersebut telah melampaui target RPJMN 2010-2014 sebesar 80 persen di tahun 2014. Rasio yang tinggi di DKI Jakarta disebabkan oleh statusnya sebagai ibukota negara dan pusat bisnis, sehingga perhatian pemerintah daerah dan pusat relatif besar. Isu strategis DKI Jakarta pada indikator ini berkisar pada kemampuan masyarakat dalam menjangkau fasilitas listrik terkait dengan kemampuan ekonomi dan pelayanan penyedia listrik.

Tabel 4.7. Rasio Elektrifikasi di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

No Provinsi Tahun No. Provinsi Tahun

2012* 2013** 2012* 2013**

1 DKI Jakarta 100,00 93,39 18 Lampung 65,00 72,89

2 Aceh 88,55 88,67 19 Papua Barat 61,40 72,81

3 Sumatera Utara 86,45 87,34 20 Kalimantan Timur 65,72 70,81

4 Jawa Tengah 79,98 86,02 21 Kalimantan Barat 66,96 69,25

5 Banten 79,80 83,92 22 Sumatera Selatan 66,77 67,90

6 Sumatera Barat 72,93 81,87 23 Maluku 62,10 67,57

7 Bangka Belitung 73,94 80,96 24 Gorontalo 69,97 64,04

8 Kalimantan Selatan 96,94 80,86 25 Maluku Utara 63,62 63,82

9 DIY 76,49 80,55 26 NTB 53,88 63,40

10 Jawa Barat 73,00 79,53 27 Jambi 65,48 61,32

11 Jawa Timur 73,83 79,21 28 Riau 58,94 60,84

12 Kepulauan Riau 76,30 78,80 29 Kalimantan Tengah 52,40 58,79

13 Bengkulu 71,02 78,26 30 Sulawesi Tenggara 49,10 57,34

14 Bali 91,91 77,93 31 NTT 45,75 48,30

15 Sulawesi Selatan 72,22 77,15 32 Sulawesi Barat 83,11 47,22

16 Sulawesi Utara 74,90 73,85 33 Papua 57,95 27,93

17 Sulawesi Tengah 66,60 73,38 Capaian Nasional 75,80 78,06

Sumber: *) Dit.EKPD, 2013; **) PLN, 2014

Rasio elektrifikasi

meningkat hampir

di sebagian besar

provinsi.

Page 129: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 11

Gambar 4.7. Rasio Elektrifikasi di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

0102030405060708090

100D

KI J

akar

taA

ceh

Sum

ater

a U

tara

Jaw

a Te

ngah

Ban

ten

Sum

ater

a B

arat

Ban

gka

Bel

itun

gK

alim

anta

n Se

lata

nD

I Yog

yaka

rta

Jaw

a B

arat

Jaw

a Ti

mur

Kep

ulau

an R

iau

Ben

gkul

uB

ali

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Uta

raSu

law

esi T

enga

hLa

mpu

ngPa

pua

Bar

atK

alim

anta

n Ti

mur

Kal

iman

tan

Bar

atSu

mat

era

Sela

tan

Mal

uku

Gor

onta

loM

aluk

u U

tara

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Jam

biR

iau

Kal

iman

tan

Teng

ahSu

law

esi T

engg

ara

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Sula

wes

i Bar

atPa

pua

2012 2013

Sumber : Dit. EKPD, 2013

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu angka harapan hidup, capaian tingkat pendidikan (rata-rata lama sekolah), serta pengeluaran riil per kapita guna mengukur akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

Tabel 4.8. Indeks Pembangunan Manusia di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

No Provinsi Tahun No. Provinsi Tahun

2012* 2013** 2012* 2013**

1 DKI Jakarta 78,10 78,59 18 Sulawesi Selatan 72,70 73,28

2 DIY 76,75 77,37 19 Aceh 72,51 73,05

3 Sulawesi Utara 76,95 77,36 20 Lampung 71,20 72,87

4 Kalimantan Timur 76,71 77,33 21 Maluku 72,24 72,70

5 Riau 76,91 77,25 22 Sulawesi Tengah 72,01 72,54

6 Kepulauan Riau 76,20 76,56 23 Banten 71,22 71,90

7 Kalimantan Tengah 76,60 75,68 24 Gorontalo 71,28 71,77

8 Sumatera Utara 79,50 75,55 25 Kalimantan Selatan 71,08 71,74

9 Sumatera Barat 74,28 75,01 26 Sulawesi Tenggara 71,05 71,73

10 Bengkulu 74,00 74,41 27 Sulawesi Barat 70,73 71,41

11 Sumatera Selatan 73,87 74,36 28 Kalimantan Barat 70,31 70,93

12 Jambi 73,45 74,35 29 Maluku Utara 69,98 70,63

13 Bangka Belitung 73,78 74,29 30 Papua Barat 70,22 70,62

14 Bali 73,49 74,11 31 NTT 68,05 67,77

15 Jawa Tengah 73,35 74,05 32 NTB 66,89 67,73

16 Jawa Barat 73,19 73,58 33 Papua 63,35 66,25

17 Jawa Timur 72,54 73,54 Capaian Nasional 73,29 73,81

Sumber: Dit.EKPD, 2013; **) BPS, 2014

Indeks pembangunan

manusia tertinggi di

Provinsi DKI Jakarta

dan terendah di

Provinsi Papua.

Page 130: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 12

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Indeks pembangunan manusia tahun 2013 di Provinsi DKI Jakarta sebesar 78,59, meningkat 0,62 persen jika dibandingkan tahun 2012. Hal ini menunjukkan peningkatan kualitas SDM di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan tingkat pendidikan, angka harapan hidup dan pengeluaran riil. Capaian IPM terkecil dicapai oleh Provinsi Papua, sebesar 66,25. Indeks ini meningkat jika dibandingkan tahun 2012 yang hanya 63,35. Peningkatan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya kualitas pendidikan di Papua. Pembenahan terjadi di hampir semua aspek pendidikan, diantaranya peningkatan jumlah SDM Papua yang berpendidikan strata-1; penyediaan ruangan kelas, laboratorium, dan perpustakaan sekolah yang permanen; serta adanya kegiatan ekstra kurikuler, kelompok belajar, maupun pengayaan yang dilakukan di sekolah oleh siswa dan guru.

Gambar 4.8. Indeks Pembangunan Manusia di 33 Provinsi

Tahun 2012-2013

Sumber : Dit. EKPD, 2013

4.2. Evaluasi Isu Strategis DaerahIsu strategis daerah merupakan hal-hal yang harus diperhatikan atau diutamakan dalam perencanaan pembangunan daerah. Berdasarkan hasil EKPD yang bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi Negeri di 33 provinsi, teridentifikasi isu-isu strategis yang terdapat di tiap provinsi di Indonesia. Isu-isu strategis tersebut dikategorikan berdasarkan Prioritas Nasional (PN) yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014. Hasil pengkategorian pada Gambar 4.9 menunjukkan bahwa isu-isu strategis yang dominan di 33 provinsi adalah isu-isu terkait Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), Pendidikan (PN 2), dan Infrastruktur (PN 6). Adapun isu-isu strategis yang paling tidak dominan adalah isu-isu terkait Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi (PN 11) dan Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (PN 13).

Secara makro, kondisi ekonomi nasional perekonomian Indonesia tumbuh 5,8 persen pada tahun 2013 (BPS, 2013). Namun demikian, persentase penduduk miskin di mayoritas provinsi di Indonesia tidak mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia hanya turun 0,59 persen, dari 11,96 persen pada Maret 2012 menjadi 11,37 persen pada Maret 2013. Isu kemiskinan di sebagian provinsi di Indonesia masih terkonsentrasi di daerah perdesaan, terutama di perdesaan yang penduduknya bergantung kepada hasil pertanian dan perkebunan. Persentase penduduk miskin di perdesaan 14,32 persen, sedangkan di perkotaan 8,39 persen pada Maret 2013. Hal ini terkait dengan terjadinya penurunan produksi dan kurangnya pengendalian pemerintah terhadap fluktuasi tingkat harga pangan. Masih rendahnya kualitas SDM, terbatasnya kesempatan bekerja dan akses untuk memperoleh pendidikan juga merupakan faktor-faktor yang berpengaruh.

Isu strategis yang

muncul di 33 provinsi

terutama terkait

isu penanggulangan

kemiskinan,

infrastruktur dan

pendidikan.

Page 131: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 13

Gambar 4.9.Jumlah Provinsi dan Isu Strategis Daerah

0 5 10 15 20 25

PN 11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi

PN 13. Perekonomian

PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pascakonflik

PN 12. Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan

PN 14. Kesejahteraan Rakyat

PN 8. Energi

PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha

PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

PN 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

PN 3. Kesehatan

PN 5. Ketahanan Pangan

PN 6. Infrastruktur

PN 2. Pendidikan

PN 4. Kemiskinan

0

1

4

5

5

11

12

13

15

16

16

20

21

23

Jumlah Provinsi

Sumber: Dit. EKPD, 2013

Lemahnya sinergi dan koordinasi kebijakan serta program penanggulangan kemiskinan merupakan permasalahan yang signifikan melatarbelakangi isu strategis kemiskinan di mayoritas provinsi di Indonesia. Kurang efektifnya program-program penanggulangan kemiskinan yang ada terlihat dari indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di perkotaan dan pedesaan yang cenderung meningkat. Selain itu, terdapat pula faktor non ekonomi yang cukup berpengaruh seperti masalah demografi keluarga miskin. Dengan demikian, diperlukan adanya sinergi antara berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang tidak saja ditujukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan, tetapi juga untuk mengurangi tingkat keparahan dan kedalaman kemiskinan.

Terbatasnya kuantitas dan kualitas infrastruktur merupakan isu strategis dominan di berbagai provinsi di Indonesia. Masalah kurang memadainya infrastruktur dalam mendukung pengangkutan bahan-bahan kebutuhan pokok, pertanian, pertambangan dan keperluan lainnya antar wilayah dianggap sebagai salah satu faktor signifikan yang menghambat pertumbuhan ekonomi di daerah. Permasalahan lain terkait infrastruktur adalah tidak meratanya penyediaan infrastruktur. Pada beberapa wilayah, infrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan masih memiliki kuantitas maupun kualitas yang relatif rendah sehingga masih banyak daerah yang terisolasi dan mengakibatkan semakin tingginya kesenjangan antardaerah.

Selain infrastruktur yang terkait transportasi, banyak provinsi juga mengalami permasalahan berupa terbatasnya infrastruktur dalam penyediaan air bersih. Salah satu wilayah yang mengalami masalah ini adalah Wilayah Papua yang cakupan air minum layaknya baru mencapai sekitar 40 persen dari total rumah tangga. Mengingat sanitasi dan air minum yang bersih sangat mempengaruhi kualitas hidup, maka kebutuhan akan ketersediaan air bersih yang layak perlu dipenuhi sebaik mungkin.

Isu strategis dominan lainnya adalah isu akses dan sarana prasarana pendidikan. Permasalahan yang dihadapi adalah kurang meratanya penyediaan sarana prasarana pendidikan, masih tingginya angka putus sekolah, kurangnya tenaga pendidik, serta jumlah dan kondisi ruang kelas yang terbatas. Untuk permasalahan kurangnya jumlah maupun kualitas tenaga pendidik seringkali dihadapi di wilayah Kalimantan dan Papua yang memiliki banyak daerah tertinggal dan daerah perbatasan.

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.10, terdapat keragaman isu strategis di tiap-tiap wilayah di Indonesia. Isu strategis ini beragam sesuai dengan permasalahan dan capaian pembangunan di wilayah tersebut. Pembahasan lebih detil mengenai isu strategis per wilayah disajikan pada pembahasan di bawah ini. Adapun permasalahan dan isu strategis rinci per provinsi terdapat pada bagian Lampiran C.

Page 132: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 14

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Gambar 4.10.Isu Strategis Wilayah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Sumatera Jawa Bali - Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku - Papua

WilayahPN 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola PN 2. Pendidikan

PN 3. Kesehatan PN 4. Penanggulangan Kemiskinan

PN 5. Ketahanan Pangan PN 6. Infrastruktur

PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha PN 8. Energi

PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik

PN 11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi PN 12. Politik, Hukum, dan Keamanan

PN 13. Perekonomian PN 14. Kesejahteraan Rakyat

Sumber: Dit. EKPD, 2013

Wilayah Sumatera

Di wilayah Sumatera terdapat tiga isu strategis dominan, yaitu isu Energi (PN 8), Ketahanan Pangan (PN 5), dan Penanggulangan Kemiskinan (PN 4). Tiga isu ini muncul seiring membaiknya kondisi perekonomian wilayah Sumatera. Isu pengembangan energi alternatif di wilayah Sumatera harus menjadi prioritas karena terdapat defisit energi listrik. Di Sumatera Utara terjadi defisit 200-250 MW, demikian halnya beberapa daerah lain, yang menyebabkan terjadinya pemadaman listrik yang cukup konsisten. Hal ini juga diperparah dengan rasio elektrifikasi yang meningkat tetapi tidak diikuti oleh pemerataan distribusi listrik di daerah-daerah pelosok, terutama di desa-desa yang sulit terjangkau, karena keterbatasan distribusi dan tidak didukung ketersediaan infrastruktur jalan.

Pertanian merupakan sektor dominan mengingat kegiatan perekonomian masyarakat sangat bergantung kepada hasil alam, baik pertanian, perkebunan, maupun perikanan, terutama di daerah kepulauan seperti Kepulauan Riau. Namun, kesejahteraan ataupun manfaat pembangunan di bidang ini perlu terus ditingkatkan terutama bagi petani dan nelayan. Walaupun sumbangsih sektor pertanian sangat besar, tetapi NTP dan NTN justru mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh ikut melonjaknya harga barang dan jasa sehingga daya beli atau konsumsi petani dan nelayan tidak dapat mengikuti tingkat kenaikan harga. Di Sumatera Utara misalnya, rendahnya kesejahteraan petani menyebabkan banyak petani beralih profesi ke sektor lain. Hal ini patut menjadi perhatian mengingat semakin sempitnya lahan pertanian dan akibat tingginya impor kebutuhan pangan seperti beras, kedelai, daging dan kebutuhan lainnya. Isu ketahanan pangan ini mendorong agar pemerintah melakukan revitalisasi di sektor pertanian sebagai sektor basis pembangunan secara umum di wilayah Sumatera dengan peningkatan produksi pertanian dengan penerapan teknologi tepat guna, perbaikan infrastruktur irigasi dan dukungan mobilisasi hasil pertanian.

Wilayah Jawa

Di wilayah Jawa, terdapat tiga isu strategis dominan yang menjadi permasalahan utama dalam pembangunan lima tahun terakhir, yaitu isu Infrastruktur (PN 6), Kesehatan (PN 3), Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), dan Iklim Investasi dan Iklim Usaha (PN 7). Karakter

Perbaikan kondisi

ekonomi di

wilayah Sumatera

menghadapkan

masyarakat kepada

isu-isu strategis terkait

ketahanan pangan

infrastruktur, dan

energi.

Page 133: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 15

permasalahan infrastruktur di wilayah Jawa berbeda dengan wilayah lainnya, terutama kaitannya dengan pusat kegiatan ekonomi dan mobilisasi penduduk. Isu strategis bidang infrastruktur di wilayah Jawa adalah penyediaan jaringan infrastruktur antarprovinsi yang memudahkan mobilisasi barang, jasa, dan manusia dalam meningkatkan kegiatan perekonomian. Kualitas jalan yang kurang baik serta banyaknya proyek pembangunan yang terbengkalai dan belum selesai, diperparah dengan beban tonase kendaraan yang berlebih (excessive over loading) terjadi di Provinsi Banten. Jumlah penduduk yang besar dan tingkat migrasi yang tinggi di kota-kota besar menimbulkan permasalahan di kalangan penduduk, terutama kesehatan dan kemiskinan yang juga memiliki hubungan. Terbatasnya akses kesehatan bagi masyarakat miskin masih menjadi persoalan besar di perkotaan, termasuk di ibukota.

Permasalahan yang lain adalah masih banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan tidak mampu hidup dengan standar yang layak. Penyebabnya di antaranya pengangguran, ketidakmampuan berkompetisi akibat rendahnya pendidikan, serta tingginya angka kurang gizi dan gizi buruk pada anak dan balita. Untuk itu perlu diprioritaskan penuntasan permasalahan ini lewat program jaminan pemeliharaan kesehatan daerah, pengendalian jumlah penduduk untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, dan penyediaan lapangan pekerjaan yang dapat menjangkau lapis pendidikan. Peningkatan lapangan pekerjaan hanya dapat didukung dengan iklim investasi dan usaha yang kondusif. Isu ini juga diangkat karena nilai realisasi PMA dan PMDN yang relatif besar ternyata belum mampu menyerap tenaga kerja akibat daya saing potensi industri lokal yang kurang baik. Selain itu masih terdapat permasalahan kewenangan perizinan penanaman modal dan kesiapan sumber daya aparatur.

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Isu strategis yang dominan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara adalah isu mengenai Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), Kesehatan (PN 3), dan Infrastruktur (PN 6). Kemiskinan adalah permasalahan paling dominan di wilayah ini, terutama NTB dan NTT yang termasuk sepuluh provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan lapangan pekerjaan, kualitas pendidikan yang rendah, dan tingginyanya angka putus sekolah terutama tingkat SMP/sederajat di NTT. Permasalahan kemiskinan ini juga yang menyebabkan akses kesehatan terbatas. Di NTB angka kematian bayi paling tinggi karena buruknya sistem kesehatan reproduksi ibu dan anak di daerah-daerah, terutama daerah yang terisolasi, terluar, tertinggal, pedalaman, serta daerah pemekaran. Selain itu kesadaran ibu hamil untuk berobat ke bidan desa maupun puskesmas sangat rendah. Sistem kesehatan yang kurang baik menyebabkan rendahnya angka harapan hidup di NTB. Permasalahan kemiskinan di wilayah ini juga terjadi karena lemahnya infrastruktur wilayah, serta iklim investasi yang tidak kondusif dan belum mampu mendorong pengembangan sektor produksi di perdesaan. Bali misalnya, perekonomiannya hanya mengandalkan sektor pariwisata yang hanya terkonsentrasi di beberapa wilayah saja.

Wilayah Kalimantan

Terdapat dua isu strategis dominan yang menjadi permasalahan utama dalam pembangunan lima tahun terakhir di wilayah Kalimantan, yaitu isu yang terkait dengan Pendidikan (PN 2) dan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (PN 9). Terbatasnya kualitas dan kuantitas fasilitas pendidikan terutama di daerah pedalaman hutan dengan akses yang yang relatif sulit menyebabkan kesenjangan dalam sebaran fasilitas pendidikan di daerah terpencil dan terluar. Hal ini menyebabkan rendahnya APM dan tingginya angka putus sekolah khususnya di tingkat SMP sederajat. Kesenjangan pendidikan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas SDM dengan penambahan fasilitas dan tenaga pendidik. Rendahnya APM juga disebabkan orang tua yang lebih memilih memperkerjakan anak-anaknya di perkebunan sawit atau di pertambangan tradisional lainnya, karena pertimbangan tambahan pendapatan yang dapat dirasakan langsung.

Kualitas infrastruktur

di wilayah Jawa perlu

ditingkatkan untuk

mendukung perannya

sebagai pusat

kegiatan ekonomi dan

mobilisasi penduduk.

Isu kemiskinan

di wilayah Nusa

Tenggara diwarnai

oleh permasalahan

rendahnya taraf

kesehatan masyarakat.

Page 134: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 16

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Sebagai daerah perkebunan yang juga memiliki potensi pertambangan, isu lingkungan hidup tentunya mempengaruhi keberlangsungan pembangunan. Kondisi lingkungan hidup semakin menujukkan penurunan, salah satunya dari kondisi air sungai memburuk akibat pencemaran dari industri besar dan kecil, aktivitas rumah sakit, serta hotel yang tidak memiliki UKL baik, maupun oleh limbah domestik. Indikator yang digunakan dalam isu ini adalah Indeks Lingkungan Hidup. Hampir di semua wilayah Kalimantan ILH rendah, terutama Kalimantan Tengah yang berada di bawah rata-rata wilayah. Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya proporsi luas hutan primer dan sekunder terhadap luas kawasan hutan karena illegal mining, illegal logging, ketiadaan pembatasan izin pinjam pakai, dan pelepasan kawasan, yang akhirnya berimplikasi terhadap penurunan kualitas air sungai dan kualitas udara.

Wilayah Sulawesi

Isu strategis yang dominan di wilayah Sulawesi adalah isu mengenai Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), Pendidikan (PN 2), dan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola (PN 1). Permasalahan yang terjadi di wilayah Sulawesi terkait isu strategis kemiskinan terjadi terutama akibat belum efektifnya program penanggulangan kemiskinan dalam menjangkau target penerima manfaat di lokasi, atau struktur sosial dengan kerentanan yang spesifik. Kerentanan spesifik diantaranya sulitnya akses dan kurangnya pelayanan publik bagi masyarakat pedalaman, dataran rendah dan dataran tinggi, pulau-pulau kecil dan pesisir terpencil, komunitas pinggir hutan, lingkungan kumuh perkotaan, perempuan kepala rumah tangga, dan kondisi spesifik lainnya. Permasalahan lainnya yang dianggap berkontribusi besar terhadap isu kemiskinan di wilayah Sulawesi adalah rendahnya kualitas SDM yang menyebabkan relatif tingginya tingkat pengangguran. Dengan demikian, banyak masyarakat yang masih terperangkap dalam kemiskinan.

Permasalahan yang dihadapi terkait isu pendidikan adalah persebaran sarana prasarana pendidikan dan persebaran guru yang belum merata antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, kualitas guru yang ada relatif masih rendah. Hal ini berdampak pada tingginya angka putus sekolah, angka melek aksara 15 tahun ke atas, dan rata-rata lama sekolah yang masih rendah. Contohnya di Provinsi Sulawesi Barat dan Gorontalo yang rata-rata lama sekolahnya baru sekitar 7 tahun.

Masih rendahnya kualitas dan kapasitas aparatur yang belum mampu menyesuaikan tuntutan pembangunan yang begitu cepat merupakan permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian prioritas nasional reformasi birokrasi dan tata kelola. Pada beberapa unit Pemerintahan Daerah, khususnya yang terkait langsung dengan pelayanan publik, komitmen untuk memberikan pelayanan yang memuaskan masih rendah. Hal ini terlihat dari masih banyaknya budaya tradisional yang masih melekat kental pada birokrasi daerah di wilayah Sulawesi. Selain itu, belum adanya dukungan kelembagaan dan pola karir yang memadai juga membuat permasalahan-permasalahan ini melatarbelakangi adanya isu strategis berupa rendahnya peningkatan kapasitas dan profesionalisme aparatur. Permasalahan lain terkait PN 1 di wilayah Sulawesi adalah kurangnya aparat hukum yang memahami dan menguasai tugasnya sehingga menyebabkan belum optimalnya pencegahan dan penanganan kasus korupsi.

Wilayah Maluku dan Papua

Isu strategis yang dominan di wilayah Maluku dan Papua adalah isu mengenai Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), Pendidikan (PN 2), dan Infrastruktur (PN 6). Masih tingginya tingkat kemiskinan di wilayah Maluku dan Papua menjadikan penanggulangan kemiskinan menjadi isu strategis yang dominan. Di Provinsi Papua Barat, persentase penduduk miskin di tahun 2012 masih mencapai 27 persen dari total penduduknya. Meskipun hal ini sudah merupakan hasil capaian yang cukup signifikan dimana terjadi penurunan dari 35,71 persen penduduk miskin di tahun 2009. Umumnya penduduk miskin di wilayah Maluku dan Papua didominasi oleh penduduk yang tinggal di daerah terisolir

Rata-rata lama sekolah

di Provinsi Sulawesi

Barat dan Gorontalo

hanya sekitar 7 tahun.

Isu strategis dominan

di Kalimantan

dipengaruhi oleh

potensi sebagai daerah

pertambangan dan

perkebunan.

Page 135: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 17

yang mengalami kemiskinan kultural. Kemiskinan kultural ini merupakan suatu mentalitas dimana masyarakat merasa miskin merasa terhambat dan sulit berkeinginan untuk maju. Selain itu, kemiskinan kultural ini disebabkan oleh rendahnya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga produktivitas masyarakat tidak optimal. Padahal wilayah Maluku dan Papua ini memiliki sumber daya alam yang luar biasa, namun hasilnya kurang menyentuh masyarakat.

Kondisi permasalahan pendidikan di wilayah Maluku dan Papua relatif berbeda dengan wilayah lainnya, terutama kaitannya dengan kondisi geografis dan karakter masyarakat di wilayah tersebut. Kondisi geografis yang menantang di Maluku dan Papua menyebabkan penyebaran sarana dan prasarana pendidikan sangat tidak merata. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan tersebut kurang menyentuh masyarakat di kampung-kampung dan wilayah terpencil. Terbatasnya sarana dan prasarana seperti ruang kelas, perumahan guru, laboratorium, dan fasilitas sekolah lainnya, serta terbatasnya kualitas dan kuantitas pendidik (guru), terutama di wilayah-wilayah terpencil memberikan andil terhadap kurang optimalnya kualitas penyelenggaraan pendidikan. Kondisi dan karakter masyarakat di Maluku dan Papua juga merupakan tantangan tersendiri dalam pembangunan bidang pendidikan. Kondisi ekonomi orang tua yang kurang baik menjadi salah satu penyebab kurangnya kesadaran dan motivasi orang tua dalam pendidikan anak.

Permasalahan lainnya yang cukup dominan di wilayah Maluku dan Papua adalah terbatasnya transportasi antar wilayah yang menyebabkan banyak daerah terisolasi dan terbelakang. Kondisi geografis Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang berupa kepulauan sangat membutuhkan adanya infrastruktur berupa transportasi laut yang memadai. Namun, pembangunan prasarana perhubungan laut masih belum diprioritaskan. Rendahnya aksesibilitas antarpulau dan antardaerah di wilayah Maluku dan Papua juga berkontribusi pada semakin tingginya kesenjangan antarwilayah.

4.3. Evaluasi Kebijakan Alokasi Dana Transfer DaerahAlokasi dana transfer APBN kepada pemerintah daerah (dana dekonsentrasi, TP, dan UB), perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengalokasian yang harus digunakan sebagai acuan. Pengalokasian harus mempertimbangkan: (1) Kemampuan keuangan negara; (2) Keseimbangan pendanaan di daerah; dan (3) Kebutuhan pembangunan daerah.

Sepanjang tahun 2010 hingga 2013, Pemerintah telah mengalokasikan dana APBN kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas dekonsentrasi, TP, dan UB sebanyak Rp.161,787 triliun. Dana dekonsentrasi menjadi penyumbang terbesar dengan Rp.79,451 triliun atau 49,11 persen dari total keseluruhan dana. Adapun dana TP dan UB masing-masing menyumbang Rp.46,159 triliun atau 28,53 persen dan Rp.36,176 triliun atau 22,36 persen dari total dana sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Berdasarkan prioritas nasional, alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB, paling besar dialokasikan untuk Pendidikan (PN 2), Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), dan Ketahanan Pangan (PN 5). Pendidikan (PN 2) menjadi prioritas dengan alokasi dana terbesar yaitu Rp.55,220 triliun atau 34,2 persen dari total dana. Selanjutnya, Penanggulangan Kemiskinan (PN 4) menjadi prioritas nasional dengan alokasi dana terbesar kedua dengan Rp.43,712 triliun atau 27 persen. Posisi ketiga dimiliki oleh Ketahanan Pangan (PN 5) yang mendapatkan Rp.35,519 triliun atau 22 persen dari total dana. Gambar 4.12 menunjukkan distribusi alokasi dana transfer APBN kepada Pemerintah Daerah selama tahun 2010-2013 berdasarkan prioritas nasional.

Prioritas Nasional yang

mendapatkan dana

transfer APBN terbesar

adalah pendidikan,

penanggulangan

kemiskinan, dan

ketahanan pangan.

Persentase penduduk

miskin Provinsi

Papua Barat tahun

2012 menurun 35,71

persen dibandingkan

tahun 2009, namun

kemiskinan masih

menjadi permasalahan

dominan, selain

pendidikan.

Page 136: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 18

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Gambar 4.11.Persentase Alokasi Dana Transfer APBN Tahun 2010-2013

49%

29%

22%

Dana Dekonsentrasi Dana Tugas Pembantuan Dana Urusan Bersama

Sumber: DJPK Kementerian Keuagan

Gambar 4.12. Distribusi Dana Transfer APBN kepada Pemerintah Provinsi

Berdasarkan Prioritas Nasional Tahun 2010-2013

4%

34%

4%27%

22%

4%2%

PN1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola PN2. Pendidikan

PN3. Kesehatan PN4. Penanggulangan Kemiskinan

PN5. Ketahanan Pangan PN6. Infrastruktur

PN7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha PN8. Energi

PN9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana PN10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik

PN11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi PN 12. Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan

PN 13. Perekonomian PN 14. Kesejahteraan Rakyat

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan

Gambar 4.13 menunjukkan beberapa prioritas nasional mendapatkan alokasi sangat kecil atau memiliki persentase di bawah 1 persen. Diantaranya adalah Iklim Investasi dan Iklim Usaha (PN 7), Energi (PN 8), Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (PN 9), Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi (PN 11), dan PN Politik, Hukum, dan Keamanan (PN 12).

Mengacu pada tren pertumbuhan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB, alokasi dana untuk Pendidikan (PN 2) menunjukkan tren yang fluktuatif. Pada tahun 2011 dana yang dialokasikan Pemerintah untuk Prioritas Nasional Pendidikan mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari sebelumnya pada tahun 2010 sebesar Rp.24,753 triliun menjadi Rp.10,262 triliun. Pada tahun 2012, Pemerintah kembali menaikkan alokasi dana untuk

Page 137: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 19

pendidikan sebesar kurang lebih Rp.4 triliun menjadi Rp.14,078 triliun. Namun demikian, kenaikan tersebut tidak kembali terulang pada tahun berikutnya karena pada tahun 2013 alokasi dana untuk prioritas pendidikan kembali menurun bahkan lebih dari setengah total dana 2012 dan menjadi Rp.6,126 triliun. Asumsi yang mendasari kondisi fluktuatif dan cenderung menurun yang terjadi pada pengalokasian dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dan urusan bersama pada PN 2 adalah bahwa target-target pembangunan pendidikan dianggap sudah terserap pada tahun 2010 sehingga pada tahun 2011, 2012, dan 2013 alokasi yang diberikan jauh di bawah tahun sebelumnya.

Gambar 4.13. Alokasi Dana Transfer APBN kepada Pemerintah Provinsi

Berdasarkan Prioritas Nasional Tahun 2010-2013

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0

PN1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

PN2. Pendidikan

PN3. Kesehatan

PN4. Penanggulangan Kemiskinan

PN5. Ketahanan Pangan

PN6. Infrastruktur

PN7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha

PN8. Energi

PN9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

PN10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik

PN11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi

PN 12. Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan

PN 13. Perekonomian

PN 14. Kesejahteraan Rakyat

6,1

55,2

6,3

43,7

35,5

7,2

0,7

0,1

1,1

3,2

0,5

0,0

0,5

1,6

Triliun Rp

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan

Selama tahun 2010 sampai dengan 2013, komposisi dana untuk PN 2 Pendidikan memang hampir seluruhnya didominasi oleh jenis dana dekonsentrasi sebesar kurang lebih 99 persen dari total dana. Setelah Pendidikan (PN 2), Penanggulangan Kemiskinan (PN 4) merupakan prioritas yang mendapatkan alokasi dana terbesar kedua. Selama tahun 2010 sampai 2013, PN Penanggulangan Kemiskinan mendapatkan alokasi sebesar Rp.43,712 triliun atau 27 persen dari total keseluruhan dana, yang paling besar disumbang oleh dana UB (82 persen atau Rp.35,989 triliun). Adapun untuk dana dekonsentrasi dan TP masing-masing menyumbang 5 persen dan 13 persen atau sebesar Rp.2 trilun dan Rp.5,7 triliun. Dana UB untuk prioritas kemiskinan dialokasikan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pekerjaan Umum.

Prioritas Nasional dengan alokasi terbesar ketiga setelah Pendidikan (PN 2) dan Penanggulangan Kemiskinan (PN 4) adalah Ketahanan Pangan (PN 5). Prioritas Nasional Ketahanan Pangan pada tahun 2010-2013 mendapatkan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB sebesar Rp.35,519 triliun atau 22 persen dari total dana. Dari seluruh dana yang dialokasikan untuk PN Ketahanan Pangan, jenis dana TP adalah jenis dana terbesar dan menyumbang 77 persen atau Rp.27,209 triliun. Selanjutnya dana dekonsentrasi menyumbang 23 persen atau sekitar Rp.8,31 triliun.

Jika Pendidikan (PN 2), Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), dan Ketahanan Pangan (PN 5) menjadi tiga prioritas nasional yang mendapatkan alokasi dana transfer APBN (dekonsentrasi,

Page 138: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 20

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

TP, dan UB) terbesar, maka Energi (PN 8), Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi (PN 11), dan PN Politik, Hukum, dan Keamanan (PN 12) adalah tiga prioritas nasional yang mendapatkan alokasi dana transfer APBN terkecil selama tahun 2010-2013, berturut-turut dengan persentase 0,1 persen, 0,3 persen untuk PN 11, dan 0,00004.

Prioritas Nasional 12. Politik, Hukum, dan Keamanan adalah PN dengan alokasi dana transfer APBN terkecil selama tahun 2010-2013, hanya Rp.57,8 juta atau 0,00004 persen dari total seluruh dana. Dana APBN untuk PN 1 dialokasikan untuk dana dekonsentrasi Provinsi DIY dan Kalimantan Barat. Energi (PN 8) merupakan PN dengan alokasi dana transfer APBN terkecil kedua setelah PN 12. Politik, Hukum, dan Keamanan. PN 8 Energi hanya mendapatkan alokasi dana transfer APBN Rp.137 miliar atau 0,1 persen dari total dana APBN. Dana dekonsentrasi adalah satu-satunya jenis dana yang dialokasikan untuk PN ini. Terakhir, Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi (PN 11) merupakan PN dengan alokasi dana terkecil ketiga selama tahun 2010-2013, hanya mendapatkan alokasi dana dekonsentrasi sebesar Rp.460,22 miliar atau 0,3 persen dari total keseluruhan dana.

Selanjutnya, berdasarkan distribusi kewilayahan, dana transfer APBN selama tahun 2010-2013 dapat dikatakan tidak terdistribusi secara merata. Wilayah Jawa dan Sumatera adalah wilayah dengan distribusi dana transfer APBN terbesar yaitu masing-masing 35 persen untuk Wilayah Jawa dan 25 persen untuk Wilayah Sumatera. Bertolak belakang dengan Jawa dan Sumatera, Wilayah Maluku dan Papua dan justru mendapatkan alokasi dana yang paling kecil, yaitu 8 persen dari total dana. Lebih lanjut mengenai pembagian dana kepada masing-masing wilayah dapat terlihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14.Distribusi Dana Transfer APBN Berdasarkan Wilayah Tahun 2010-2013

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan

Kesesuaian Isu Strategis Daerah dengan Alokasi Dana Transfer Daerah

Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai isu strategis provinsi yang merupakan hasil dari EKPD Tahun 2013. Sebagaimana yang disebutkan pada penjelasan tersebut, terdapat tiga isu strategis yang paling sering muncul pada setiap provinsi dan menjadi isu strategis nasional, yaitu isu strategis yang terkait dengan Pendidikan (PN 2), Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), dan Infrastruktur (PN 6).

Jika dikaitkan dengan besaran alokasi dana transfer APBN berdasarkan PN selama tahun 2010-2013 kepada pemerintah daerah, maka hanya dua PN yang sesuai dengan isu strategis nasional, yaitu Pendidikan (PN 2) dan Penanggulangan Kemiskinan (PN 4). Berikut ini adalah Tabel 4.9 yang menggambarkan perbandingan kesesuaian antara alokasi dana transfer APBN dengan isu strategis dominan.

Wilayah Jawa

dan Sumatera

mendapatkan

distribusi dana transfer

APBN terbesar,

masing-masing

Rp.56,694 triliun dan

Rp.40,794 triliun.

Page 139: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 21

Tabel 4.9. Kesesuaian antara Isu Strategis Nasional dengan

Alokasi Dana Transfer APBN ke Daerah

Urutan Ke- PN berdasarkan Isu Strategis PN dengan Alokasi Dana APBN Terbesar

1 PN 4 Penanggulangan Kemiskinan PN 2 Pendidikan

2 PN 2 Pendidikan PN 4 Penanggulangan Kemiskinan

3 PN 6 Infrastruktur PN 5 Ketahanan Pangan

Sumber: Dit. EKPD, 2013

Berdasarkan tabel di atas, terlihat adanya sedikit kesesuaian antara prioritas pendanaan dengan isu strategis nasional. Prioritas Nasional yang paling sering dipilih oleh pemerintah daerah sebagai isu strategis dalam Laporan EKPD adalah Penanggulangan Kemiskinan (PN 4). Sementara, prioritas utama pendanaan APBN Pemerintah adalah Pendidikan (PN 2). Kemudian, pada urutan kedua dan ketiga isu strategis dominan adalah Pendidikan (PN 2) dan Infrastruktur (PN 6), sedangkan urutan kedua dan ketiga pendanaan Pemerintah adalah untuk Penanggulangan Kemiskinan (PN 4) dan Ketahanan Pangan (PN 5). Meskipun secara urutan tidak terjadi kesesuaian antara isu strategis dengan prioritas pendanaan, namun terlihat adanya sebuah kesepakatan yang mengarah pada kesesuaian bahwa Pendidikan (PN 2) dan Penanggulangan Kemiskinan (PN 4) adalah aspek yang perlu mendapatkan perhatian.

Kondisi pada level regional atau kewilayahan mungkin akan berbeda dengan kondisi pada level nasional. Hal ini terjadi karena isu strategis dominan dan distribusi alokasi dana pada masing-masing PN pun juga akan berbeda. Untuk alokasi dana transfer APBN, secara umum terlihat bahwa Pendidikan (PN 2), Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), dan Ketahanan Pangan (PN 5) masih menjadi PN yang mendapatkan alokasi dana terbesar pada masing-masing wilayah. Adapun isu strategis, kondisinya lebih beragam. Isu strategis dominan di Wilayah Sumatera tentu akan berbeda dengan isu strategis di Wilayah Jawa, begitupun daerah lainnya. Secara keseluruhan Tabel 4.10 menunjukkan urutan PN yang menjadi isu strategis wilayah dan alokasi dana PN terbesar.

Dari keenam wilayah tersebut, hanya Wilayah Maluku dan Papua yang relatif mendekati kesesuaian. Pada wilayah Maluku dan Papua, isu strategis dominan adalah pada Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), Pendidikan (PN 2), dan Infrastruktur (PN 6). Adapun untuk alokasi dana transfer APBN secara berurut diprioritaskan untuk Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), Ketahanan Pangan (PN 5), dan Pendidikan (PN 2). Secara umum, terdapat dua PN isu strategis yang sesuai dengan alokasi pendanaan terbesar di Wilayah Maluku dan Papua.

Lebih lanjut, Gambar 4.15 menunjukan hubungan antara isu strategis (ditandai dengan warna merah pada grafik) dengan prioritas pendanaan transfer APBN di Wilayah Maluku dan Papua. Berdasarkan hasil Laporan EKPD, Penanggulangan Kemiskinan (PN 4) dianggap menjadi PN yang paling perlu mendapatkan perhatian atas dasar tingkat kemiskinan di Wilayah Maluku dan Papua yang sampai saat ini masih cukup tinggi. Seiring dengan hal tersebut, alokasi pendanaan untuk membiayai pelaksanaan penanggulangan kemiskinan bagi Wilayah Maluku dan Papua juga menjadi PN dengan alokasi dana transfer APBN terbesar. Alokasi dana untuk agenda penanggulangan kemiskinan berasal dari jenis dana UB yang berasal dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pekerjaan Umum.

Wilayah Maluku dan

Papua adalah yang

paling mendekati

kesesuaian antara

alokasi dana transfer

APBN dan isu strategis

dominan.

Page 140: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 22

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Tabel 4.10. Kesesuaian antara Isu Strategis Masing-Masing Wilayah

dengan Alokasi Dana Transfer APBN

Wilayah Urutan Isu Strategis yang Paling Sering Muncul

Urutan Alokasi Dana Terbesar

Wilayah Sumatera 1. PN 8: Energi 2. PN 5: Ketahanan Pangan3. PN 4: Penanggulangan Kemiskinan

1. PN 2: Pendidikan2. PN 4: Penanggulangan

Kemiskinan3. PN 5: Ketahanan Pangan

Wilayah Jawa 1. PN 6: Infrastruktur2. PN 4: Penanggulangan Kemiskinan3. PN 3: Kesehatan4. PN 7: Iklim Investasi dan Iklim

Usaha

1. PN 2: Pendidikan2. PN 4: Penanggulangan

Kemiskinan3. PN 5: Ketahanan Pangan

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

1. PN 3: Kesehatan2. PN 4: Penanggulangan Kemiskinan3. PN 6: Infrastruktur

1. PN 4: Penanggulangan Kemi-skinan

2. PN 2: Pendidikan3. PN 5: Ketahanan Pangan

Wilayah Kalimantan 1. PN 2: Pendidikan2. PN 9: Lingkungan Hidup dan Pen-

anggulangan Bencana

1. PN 4: Penanggulangan Kemiskinan

2. PN 2: Pendidikan3. PN 5: Ketahanan Pangan

Wilayah Sulawesi 1. PN 2: Pendidikan2. PN 4: Penanggulangan Kemiskinan3. PN 1: Reformasi Birokrasi dan

Tata Kelola

1. PN 5: Ketahanan Pangan2. PN 4: Penanggulangan

Kemiskinan3. PN 2: Pendidikan

Wilayah Maluku dan Papua

1. PN 4: Penanggulangan Kemiskinan2. PN 2: Pendidikan 3. PN 6: Infrastruktur

1. PN 4: Penanggulangan Kemiskinan

2. PN 5: Ketahanan Pangan3. PN 2: Pendidikan

Sumber: Dit. EKPD, 2013

Selama tahun 2010-2013, Wilayah Maluku dan Papua mendapatkan total dana transfer APBN Rp.12,891 triliun. Dari keseluruhan dana tersebut, alokasi dana untuk kegiatan penanggulangan kemiskinan yang didanai oleh dana UB adalah Rp.4,801 triliun atau 37,42 persen dan menjadi alokasi dana terbesar. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa agenda penanggulangan kemiskinan yang menjadi isu strategis di Wilayah Maluku dan Papua telah didukung oleh pendanaan APBN, khususnya melalui dana UB.

Isu strategis dominan kedua di Wilayah Maluku dan Papua adalah pendidikan, meskipun alokasi untuk Pendidikan (PN 2) tidak menjadi prioritas pendanaan kedua setelah Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), namun masih menjadi tiga besar prioritas pendanaan. Selama tahun 2010-2013, Wilayah Maluku dan Papua mendapatkan alokasi dana transfer APBN dalam Pendidikan (PN 2) Rp.2,360 triliun atau 18,40 persen dari total dana keseluruhan. Alokasi dana tersebut berasal dari dana dekonsentrasi dan TP. Secara sederhana dapat kita nyatakan bahwa agenda pembangunan bidang pendidikan yang merupakan PN 2 pembangunan cukup didukung oleh alokasi dana transfer APBN melalui dana dekonsentrasi dan TP.

Page 141: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 IV - 23

Gambar 4.15.Alokasi Dana Transfer APBN dan Isu Strategis di Wilayah Maluku dan Papua

Tahun 2010-2013 per Prioritas Nasional

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0

PN1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

PN2. Pendidikan

PN3. Kesehatan

PN4. Penanggulangan Kemiskinan

PN5. Ketahanan Pangan

PN6. Infrastruktur

PN7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha

PN8. Energi

PN9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

PN10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik

PN11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi

PN 12. Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan

PN 13. Perekonomian

PN 14. Kesejahteraan Rakyat

1,0

2,4

0,7

4,8

2,7

0,4

0,1

0,0

0,1

0,4

0,0

0

0,0

0,2

Triliun Rp

Sumber: Laporan EKPD dan DJPK Kementerian Keuangan

Adapun untuk isu strategis dominan ketiga, yaitu infrastruktur, Wilayah Maluku dan Papua hanya mendapatkan alokasi dana sebesar 3,01 persen dari total dana atau sekitar Rp.387 juta selama tahun 2010-2013. Jumlah tersebut tentunya cukup minim dan tidak memperlihatkan terbentuknya persepsi Pemerintah bahwa persoalan infrastruktur merupakan isu strategis Wilayah Maluku dan Papua yang perlu mendapatkan perhatian. Secara sederhana dapat kita nyatakan bahwa isu strategis infrastruktur yang merupakan isu strategis dominan di Wilayah Maluku dan Papua selama tahun 2010-2013 tidak didukung oleh kemantapan alokasi dana transfer APBN baik dana dekonsentrasi, TP, maupun UB.

Kesesuaian Isu Strategis Daerah dengan Kinerja Penyerapan Dana Transfer Daerah

Berikut ini ditampilkan data yang menginformasikan mengenai kinerja penyerapan dana dekonsentrasi, TP, dan UB di daerah berdasarkan isu strategis yang dominan di wilayah masing-masing (Tabel 4.11). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas provinsi memiliki kinerja penyerapan yang baik, yaitu realisasi penyerapan di atas 90 persen. Adapun beberapa pengecualian seperti di Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 disebabkan data tersebut hanya mencakup data sampai dengan Triwulan III.

Sebagian besar

provinsi telah memiliki

realisasi penyerapan

yang baik, yaitu di atas

90 persen.

Page 142: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014IV - 24

Bab 4 - Evaluasi Kinerja Deerah

Tabel 4.11. Kinerja Penyerapan Dana Transfer Daerah Tahun 2010-2013

Berdasarkan Isu Strategis Dominan Wilayah

Provinsi/PN

Kementerian/Lembaga Realisasi Anggaran (%)2010 2011 2012 2013

WILAYAH SUMATERA

ACEHPN 5 Kementerian Pertanian 94,26 88,14 96,59 94,65

Kementerian Kelautan dan Perikanan 94,35 78,99 94,12 97,66PN 6 Kementerian Pekerjaan Umum 93,05 41,42 98,32 95,93

Kementerian Negara Perumahan Rakyat 98,76 84,30 76,78PN 8 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 99,15 99,44 99,92 98,85

JAMBI PN 5 Kementerian Pertanian 70,69 63,60 88,41 92,13

Kementerian Kelautan dan Perikanan 8,25 90,67 71,23 90,64 PN 6 Kementerian Pekerjaan Umum 98,93 94,53 97,34 9,49

Kementerian Negara Perumahan Rakyat 99,93 PN 8 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 99,68 99,86 99,33 99,95

BANGKA BELITUNG PN 5 Kementerian Pertanian 38,82 86,36 87,33 89,15

Kementerian Kelautan dan Perikanan 28,54 84,53 78,20 58,34 PN 6 Kementerian Pekerjaan Umum 71,73 91,26 91,47 98,72

Kementerian Negara Perumahan Rakyat 88,16 - PN 8 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 70,65 99,91 91,85 98,68

LAMPUNG PN 5 Kementerian Pertanian 94,74 85,62 97,77 93,61

Kementerian Kelautan dan Perikanan 90,63 76,79 96,89 96,01 PN 6 Kementerian Pekerjaan Umum 85,91 82,07 93,49 99,54

Kementerian Negara Perumahan Rakyat 77,61PN 8 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 100,00 99,97 99,94 100,00

WILAYAH KALIMANTAN

KALIMANTAN TIMUR PN 2 Kementerian Pendidikan Nasional 96,90 93,80 86,44 70,85 PN 9 Kementerian Negara Lingkungan Hidup 90,95 96,00 75,02 77,51

Kementerian Kehutanan 78,43 67,39 74,99 74,06 WILAYAH SULAWESI

SULAWESI SELATANPN 2 Kementerian Pendidikan 90,91 80,88 94,32 90,79 PN 4 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 93,76 93,69 97,72 95,60

Kementerian Negara Koperasi dan UKM 93,94 97,06 94,30 95,65 BKKBN

PN 1 Kementerian Dalam Negeri 94,20 96,42 94,32 95,65 Kementerian PPN Arsip Nasional 99,35 100,00 100,00 100,00

SULAWESI TENGGARA PN 2 Kementerian Pendidikan 93,43 79,62 78,51 84,29PN 4 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kementerian Negara Koperasi dan UKM 88,6 85,27 91,91 92,77 BKKBN

PN 1 Kementerian Dalam Negeri 98,70 98,83 97,94 98,62 Kementerian PPN 95,07 94,61 89,52 95,28 Arsip Nasional

SULAWESI BARAT PN 2 Kementerian Pendidikan 98,86 94,27 96,29 95,48PN 4 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 93,75 97,43 98,06 98,68

Kementerian Negara Koperasi dan UKM 98,37 99,64 99,53 90,52BKKBN

PN 1 Kementerian Dalam Negeri 97,21 75,54 94,43 97,98Kementerian PPN Arsip Nasional 93,57 100,00 100,00 100,00

WILAYAH PAPUA

PAPUA BARATPN 4 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 97,97 82,55 93,65 55,77

Kementerian Negara Koperasi dan UKM 41,48 97,67 19,33 94,10 BKKBN 99,86 99,14 96,43 77,69

PN 2 Kementerian Pendidikan 93,50 87,96 90,15 68,01 PN 6 Kementerian Pekerjaan Umum 98,19 102,21 102,14 98,64

Kementerian Negara Perumahan Rakyat 97,21 99,50 99,56 Sumber: Monitoring Triwulan IV 2013

Page 143: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Bab 5Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Page 144: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014V - 2

Bab 5 - Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Page 145: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 V - 3

5.1. Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional

Dalam memahami keterkaitan yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan nasional, Gambar 5.1 menunjukkan adanya peran ataupun kontribusi suatu capaian terhadap capaian lainnya. Tercapainya suatu outcome pembangunan yang diwujudkan dalam sasaran prioritas nasional RPJMN 2010-2014 merupakan capaian yang didukung oleh kinerja K/L sebagai pelaksana kebijakan atau program maupun kinerja program yang dilaksanakan. Program akan menjadi kontributor kinerja yang optimal, apabila memiliki kualitas perencanaan, dan kualitas pelaksanaan/pengelolaan yang baik.

Gambar 5.1.Keterkaitan Outcome Pembangunan dengan Kinerja K/L dan Kualitas Program

Outcome Pembangunan Evaluasi 4 Tahun

RPJMN 2010-2014: Capaian Outcome Prioritas Nasional

Kajian Tematik: Kebijakan,

Permasalahan, Rekomendasi

Kinerja K/L Evaluasi Akhir Tahun RKP 2012:

Realisasi Fisik dan Realisasi Anggaran Ketercapaian Indikator Program

dibandingkan Target

Kualitas Program Reviu Program Pembangunan Nasional:

Kualitas Perencanaan Program: kelengkapan, ketepatan, keterkaitan dengan PN, dan keberlanjutan

Kualitas Pengelolaan dan Pelaksanaan Program Kinerja Program (efisiensi dan efektivitas)

1

2 3

Gambaran keterkaitan outcome pembangunan dengan kinerja K/L dan kualitas program, dijelaskan lebih terperinci pada subbab berikut, yaitu untuk pencapaian PN 3. Kesehatan dan PN 4. Penanggulangan Kemiskinan.

5.1.1. Keterkaitan dalam Pencapaian PN 3. Kesehatan Secara umum outcome pembangunan PN 3. Kesehatan masih memerlukan kerja keras, bahkan beberapa sulit untuk tercapai. Hasil Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014 menunjukkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) termasuk yang sulit untuk dicapai. Angka kematian bayi masih jauh dari target 24 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2014, yaitu masih pada angka 32 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan capaian AKI yang masih tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup dari target 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014.

Hal ini tampaknya agak berlawanan dengan capaian kinerja Kementerian Kesehatan, sebagai instansi pelaksana kebijakan kesehatan dan pendukung pencapaian outcome PN 3. Kesehatan. Hasil Evaluasi Akhir Tahun RKP 2013 menunjukkan kinerja Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 tergolong baik, dengan realisasi fisik mencapai 105,70 persen dan realisasi anggaran 91,37 persen. Dari sisi ketercapaian indikator program, 76,19 persen indikator berhasil mencapai target yang ditetapkan. Selain itu, terjadi pula peningkatan capaian indikator program pada 85,71 persen indikator dibandingkan dengan capaian tahun 2012. Seyogianya, dengan kinerja kementerian dan kinerja program yang sudah baik, diharapkan akan dapat mendorong pencapaian outcome yang lebih baik pula.

Program yang

mendukung

kinerja K/L untuk

mencapai outcome

pembangunan dapat

dioptimalkan dengan

kualitas perencanaan

dan pelaksanaan/

pengelolaan yang

baik.

Page 146: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014V - 4

Bab 5 - Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Namun, capaian AKB dan AKI hingga tahun keempat pelaksanaan RPJMN 2010-2014 ternyata masih kurang menggembirakan.

Beberapa kajian tematik yang telah dilakukan menunjukkan argumentasi yang cukup menarik seperti diuraikan berikut ini:

l Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak (Bappenas, 2009) menunjukkan faktor diluar kesehatan (kondisi geografis, budaya dan kondisi politik) berpengaruh besar dalam usaha peningkatan angka harapan hidup bayi, disamping faktor di sektor kesehatan (jumlah dokter, jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan, dan jumlah posyandu). Pengaruh kondisi geografis diartikan sebagai kemudahan suatu lokasi kabupaten/kota untuk dicapai. Dengan argumentasi bahwa semakin mudah suatu lokasi kabupaten/kota untuk dicapai, maka akan semakin mudah warga mengakses fasilitas kesehatan sehingga meningkatkan kelangsungan hidup bayi. Kemudian, kondisi politik (political fractionalization) yang intensitasnya meningkat juga akan berdampak pada penurunan kelangsungan hidup anak. Hal ini dikarenakan sumber daya yang dimiliki daerah akan lebih diserap ke dunia politik, bukan fokus pada sektor lain, seperti sektor kesehatan. Sementara itu, faktor budaya yang dapat mempengaruhi usaha penurunan AKB antara lain nilai atau tradisi dalam keluarga, seperti pola hubungan kekuasaan dalam rumah tangga, nilai anak, kepercayaan mengenai penyebab penyakit, preferensi makanan, dan nilai-nilai lainnya.

l Evaluasi Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (Bappenas, 2012) menunjukkan penyebab tingginya AKI adalah rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat, disamping aspek ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan AKI pada dasarnya bukan hanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tetapi juga peningkatan pendidikan perempuan dan pemberdayaan perempuan dan keluarga. Oleh sebab itu, penurunan AKI tidak hanya melibatkan sektor kesehatan tetapi juga sektor-sektor yang lain seperti pendidikan, pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Posisi perempuan selama ini masih berada pada posisi yang rendah dalam hal menentukan jumlah anak maupun metode pelayanan kesehatan yang dipilih untuk menangani kesehatan kehamilan, persalinan dan nifas selalu dikaitkan dengan keputusan suami atau bahkan keluarga (ayah, ibu, mertua dan saudara-saudara lain). Faktor ini pula yang menjadi salah satu faktor penghambat ketika perempuan mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Dari fakta dan kajian di atas, terindikasi bahwa pencapaian outcome pembangunan PN 3. Kesehatan, terutama untuk AKB dan AKI, tidak cukup hanya didorong oleh sektor kesehatan saja, tetapi perlu didorong dengan intervensi di aspek lainnya, seperti: pendidikan dan budaya masyarakat, peningkatan peran tokoh agama dan tokoh adat, dan lain-lain. Upaya Kementerian Kesehatan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan perlu terus dioptimalkan dengan meningkatkan sinergi dengan sektor lain yang relevan dalam pencapaian outcome (keterkaitan lintas bidang harus dipastikan terjaga pada tiap level kebijakan).

Ditinjau lebih dalam lagi, Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, diharapkan dapat berkontribusi optimal terhadap capaian AKI dan AKB. Hasil Reviu Program Pembangunan Nasional menunjukkan Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak masih memerlukan perbaikan kualitas, baik dari sisi perancangan maupun pelaksanaan program. Kualitas program dinilai sebesar 61,54 (dari skala 0-100, tergolong agak baik). Aspek kelengkapan, ketepatan dan keberlanjutan rancangan program menjadi aspek yang perlu diperbaiki. Artinya, pada saat program dirancang, penentuan atribut (sasaran, indikator, dan target) program belum sepenuhnya lengkap dan tepat sesuai level kinerja dan memiliki keterkaitan yang jelas antarlevel kinerja. Dari sisi pengelolaan program, belum tersedia sistem evaluasi dalam pelaksanaan program dan belum jelasnya identifikasi penanggung jawab terhadap capaian impact, outcomes, dan output. Sementara itu, data kinerja menunjukkan program cenderung efektif tetapi

Pencapaian outcome

AKI dan AKB telah

diupayakan dengan

baik oleh Kementerian

Kesehatan, namun

harus dioptimalkan

dengan meningkatkan

sinergi dengan sektor

lain yang relevan.

Page 147: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 V - 5

tidak efisien (realisasi anggaran: 85,73 persen dan capaian indikator: 101,75 persen), ada indikasi anggaran tidak realistis/over budget atau target kinerja tidak realistis

Dengan demikian, upaya pencapaian outcome AKI dan AKB yang lebih baik, perlu juga ditempuh melalui perbaikan kualitas program yang relevan dan terkait dengan capaian tersebut. Penerapan Logical Framework Approach diperlukan untuk menjamin terwujudnya perencanaan berkualitas (kelengkapan atribut program, ketepatan alur pikir dan atribut program, termasuk penentuan target anggaran yang lebih realistis).

Tabel 5.1. Ringkasan Keterkaitan Outcome PN 3. Kesehatan dengan Kinerja K/L

dan Kualitas Program

No Indikasi Rekomendasi

1. Outcome pembangunan PN 3 masih memerlukan kerja keras dan beberapa sulit untuk tercapai (sumber: Evalu-asi 4 Tahun).

Pencapaian outcome pembangunan PN 3. Kes-ehatan tidak cukup hanya didorong oleh sektor kesehatan saja, tetapi perlu didorong dengan intervensi di aspek lainnya, seperti: pendidikan dan budaya masyarakat, peningkatan peran tokoh agama dan tokoh adat, dll.

a. AKB: Faktor diluar kesehatan (kondisi geografis, bu-daya dan kondisi politik) berpengaruh lebih besar dalam usaha peningkatan angka harapan hidup bayi dibandingkan dengan faktor di sektor kesehatan (jumlah dokter dan jumlah posyandu) (sumber: ka-jian tematik).

b. AKI: Penyebab masih tingginya AKI adalah rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat, disamping aspek ketersediaan faskes dan nakes (sumber: kajian tematik).

2. Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2013 (sebagai instansi pelaksana kebijakan kesehatan dan pendukung pencapaian outcome PN 3. Kesehatan) tergolong baik.a. Realisasi fisik: 105,70%, dan realisasi anggaran:

91,37%;b. Pencapaian indikator: 76,19% tercapai, dan 85,71%

meningkat (sumber: EAT).

Upaya Kementerian Kesehatan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan perlu terus diop-timalkan dengan meningkatkan sinergi dengan sektor lain yang relevan dalam pencapaian outcome (keterkaitan lintas bidang harus dipas-tikan terjaga pada tiap level kebijakan).

3. Kualitas Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (sebagai pendukung pencapaian outcome PN 3):• Masih memerlukan perbaikan kualitas, dari sisi per-

ancangan dan pelaksanaan program. • Data kinerja menunjukkan program cenderung efek-

tif tetapi tidak efisien (realisasi anggaran: 85,73% dan capaian indikator: 101,75%) (sumber: RP2N).

Kualitas perancangan program perlu ditingkat-kan dengan menerapkan Logical Framework Approach, untuk menjamin terwujudnya perencanaan berkualitas (kelengkapan atribut program, ketepatan alur pikir dan atribut program, termasuk penentuan target anggaran yang lebih realistis).

Boks 3.Evaluasi Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu

--Kajian Evaluasi Tematik Tahun 2012 --

Angka kematian ibu menjadi salah satu indikator penting pembangunan yang menentukan derajat kesehatan mas-yarakat dan juga menilai keberhasilan pelayanan kesehatan. Namun, pencapaian penurunan AKI Indonesia saat ini berdasarkan SDKI 2007 menunjukkan angka 228 per 100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari target yang digariskan yaitu 118 per 100.000 kelahiran hidup pada 2014. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka ke-matian ibu (AKI) pada dasarnya bukan hanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tetapi juga peningkatan pendidikan perempuan dan pemberdayaan perempuan dan keluarga. Oleh sebab itu, penurunan AKI tidak hanya melibatkan sektor kesehatan tetapi juga sektor-sektor yang lain seperti pendidikan, pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Posisi perempuan selama ini masih berada pada posisi yang rendah dalam hal menen-tukan jumlah anak maupun metode pelayanan kesehatan yang dipilih untuk menangani kesehatan kehamilan, persalinan dan nifas selalu dikaitkan dengan keputusan suami atau bahkan keluarga (ayah, ibu, mertua dan saudara-saudara lain). Faktor ini pula yang menjadi salah satu faktor penghambat ketika perempuan mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu dari Tahun 1994-2015(dalam 100.000 kelahiran hidup)

Untuk menurunkan AKI, diupayakan perluasan cakupan pemeriksaan kehamilan dan persalinan yang ditolong tena-ga kesehatan untuk menangani setiap komplikasi dan gejala-gejalanya secara dini, yang saat ini cakupannya masih rendah. Rendahnya pemeriksaan kehamilan yang dilakukan tenaga kesehatan tersebut antara lain disebabkan pengetahuan masyarakat yang masih rendah sehingga tidak merasa bahwa pemeriksaan kehamilan adalah penting. Sementara itu, meskipun peningkatan cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas terus dit-ingkatkan namun kematian ibu justru lebih banyak terjadi di fasilitas kesehatan dibandingkan yang terjadi di rumah. Hal ini antara lain disebabkan faktor keterlambatan membawa ibu hamil ke tempat rujukan dan keterlambatan da-lam memperoleh penanganan di RS. Keterlambatan-keterlambatan ini sangat mempengaruhi upaya penurunan AKI.

Untuk itu, selain upaya peningkatan cakupan layanan kesehatan, peningkatan kualitas tenaga kesehatan perlu dilaku-kan. Kualitas tenaga kesehatan seperti bidan perlu ditingkatkan dalam hal kemampuan berkomunikasi, kemam-puan memahami budaya lokal, dan membentuk jejaring kerja di tingkat bawah sehingga masyarakat memperoleh informasi terkait kehamilan, persalinan, dan nifas beserta resiko komplikasi dan upaya pencegahannya secara jelas. Selanjutnya, mendorong kembali kerjasama kemitraan bidan-dukun terutama di daerah yang sebagian be-sar penduduknya melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan di dukun bayi. Pelatihan dukun beranak perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang persalinan yang higienis. Sedangkan hal yang sangat penting adalah mendorong masyarakat berperan aktif dalam upaya penurunan AKI, diantaranya dengan memberikan pe-mahaman bahwa ibu melahirkan dengan selamat menjadi keharusan, karena tanggungjawab, peran dan fung-si ibu dalam rumah tangga bisa berlanjut untuk pengasuhan dan keberlanjutan pendidikan anak-anak mereka. Upaya ini harus dilakukan bersama tokoh-tokoh agama, agar mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat.

(Disarikan dari Buku Evaluasi Tematik “Evaluasi Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu”, Bappenas, 2012)

Page 148: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014V - 6

Bab 5 - Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Boks 3.Evaluasi Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu

--Kajian Evaluasi Tematik Tahun 2012 --

Angka kematian ibu menjadi salah satu indikator penting pembangunan yang menentukan derajat kesehatan masyarakat dan juga menilai keberhasilan pelayanan kesehatan. Namun, pencapaian penurunan AKI Indonesia saat ini berdasarkan SDKI 2007 menunjukkan angka 228 per 100.000 kelahiran hidup, masih jauh dari target yang digariskan yaitu 118 per 100.000 kelahiran hidup pada 2014. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan AKI pada dasarnya bukan hanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tetapi juga peningkatan pendidikan perempuan dan pemberdayaan perempuan dan keluarga. Oleh sebab itu, penurunan AKI tidak hanya melibatkan sektor kesehatan tetapi juga sektor-sektor yang lain seperti pendidikan, pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Posisi perempuan selama ini masih berada pada posisi yang rendah dalam hal menentukan jumlah anak maupun metode pelayanan kesehatan yang dipilih untuk menangani kesehatan kehamilan, persalinan dan nifas selalu dikaitkan dengan keputusan suami atau bahkan keluarga (ayah, ibu, mertua dan saudara-saudara lain). Faktor ini pula yang menjadi salah satu penghambat ketika perempuan mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Pencapaian dan Proyeksi AKI Tahun 1994-2015

Untuk menurunkan AKI, diupayakan perluasan cakupan pemeriksaan kehamilan dan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan untuk menangani setiap komplikasi dan gejala-gejalanya secara dini, yang saat ini cakupannya masih rendah. Rendahnya pemeriksaan kehamilan yang dilakukan tenaga kesehatan tersebut antara lain disebabkan pengetahuan masyarakat yang masih rendah sehingga tidak merasa bahwa pemeriksaan kehamilan adalah penting. Sementara itu, meskipun peningkatan cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas terus ditingkatkan namun kematian ibu justru lebih banyak terjadi di fasilitas kesehatan dibandingkan yang terjadi di rumah. Hal ini antara lain disebabkan faktor keterlambatan membawa ibu hamil ke tempat rujukan dan keterlambatan dalam memperoleh penanganan di RS. Keterlambatan-keterlambatan ini sangat mempengaruhi upaya penurunan AKI.

Untuk itu, selain upaya peningkatan cakupan layanan kesehatan, peningkatan kualitas tenaga kesehatan perlu dilakukan. Kualitas tenaga kesehatan seperti bidan perlu ditingkatkan dalam hal kemampuan berkomunikasi, kemampuan memahami budaya lokal, dan membentuk jejaring kerja di tingkat bawah sehingga masyarakat memperoleh informasi terkait kehamilan, persalinan, dan nifas beserta resiko komplikasi dan upaya pencegahannya secara jelas. Selanjutnya, mendorong kembali kerjasama kemitraan bidan-dukun terutama di daerah yang sebagian besar penduduknya melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan di dukun bayi. Pelatihan dukun beranak perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang persalinan yang higienis. Sedangkan hal yang sangat penting adalah mendorong masyarakat berperan aktif dalam upaya penurunan AKI, diantaranya dengan memberikan pemahaman bahwa ibu melahirkan dengan selamat menjadi keharusan, karena tanggungjawab, peran dan fungsi ibu dalam rumah tangga bisa berlanjut untuk pengasuhan dan keberlanjutan pendidikan anak-anak mereka. Upaya ini harus dilakukan bersama tokoh-tokoh agama, agar mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat.

(Disarikan dari Buku Evaluasi Tematik “Evaluasi Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu”, Bappenas, 2012)

Page 149: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 V - 7

Boks 4.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak --Kajian Evaluasi Tematik Tahun 2009 --

Sesuai amanat UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Program Kesehatan Anak disusun berdasarkan Upaya Pemenuhan Hak Anak yang Komprehensif dan Terpadu (Right Based Approach) dengan empat prinsip hak-hak anak yaitu: (i) non diskriminasi, (ii) demi kepentingan terbaik bagi anak, (iii) hak anak untuk hidup dan berkembang, dan (iv) menghargai pendapat anak. Sementara itu, beberapa studi menunjukkan bahwa child survival (kelangsungan hidup anak) tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor sektor kesehatan seperti jumlah puskesmas, bidan, infrastruktur, tetapi juga faktor diluar sektor kesehatan seperti tingkat pendidikan orang tua dan tingkat pendapatan rumah tangga. Tingginya kematian anak di Indonesia pada usia nol hingga satu tahun, menunjukkan: (i) masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, (ii) rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak, (iii) rendahnya perilaku ibu hamil dan keluarga, serta (iv) masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.

Harus diakui, bahwa pembangunan kesehatan di Indonesia cukup jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di wilayah Asia lainnya yang kondisi sosial ekonominya tidak jauh berbeda, seperti Malaysia, Thailand, Srilanka dan RRC. Perbandingan AKB Indonesia dengan keempat negara tersebut menunjukkan hasil yang kurang baik. AKB Indonesia berdasarkan SDKI 2007 adalah 34 per seribu kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan sumber CIA World Factbook (2009) yang dikutip dalam portal indexmundi, didapatkan bahwa AKB Malaysia cukup rendah yaitu sekitar 15,87 per seribu kelahiran hidup, kemudian diikuti Thailand yaitu 17,63 per seribu kelahiran hidup. AKB Srilanka dan RRC masih berada di atas Malaysia dan Thailand yaitu sebesar 18,57 per seribu kelahiran hidup dan 20,25 per seribu kelahiran hidup. Apabila dibandingkan, maka AKB Indonesia hampir dua kali lipat besarnya dari rata-rata AKB di empat negara tersebut.

Kelangsungan hidup anak yang direfleksikan oleh angka kematian bayi dipengaruhi oleh faktor sisi penawaran, yaitu jumlah dokter umum, jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan, jumlah posyandu, budaya, landlock dan political fractionalization; serta faktor sisi permintaan, yaitu rata-rata lama sekolah. Jumlah dokter umum, jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan, jumlah posyandu dan rata-rata lama sekolah memiliki pengaruh negatif terhadap angka kematian bayi, artinya terdapat pengaruh positif terhadap kelangsungan hidup anak atau akan berdampak pada peningkatan kelangsungan hidup anak. Selain itu faktor landlock juga memiliki pengaruh negatif terhadap angka kematian bayi yang menunjukkan pengaruh positif terhadap kelangsungan hidup anak. Artinya, setiap peningkatan kemudahan suatu lokasi kabupaten/kota untuk dicapai, akan berdampak pada peningkatan kelangsungan hidup anak. Dan semakin terpencil suatu lokasi kabupaten/kota yang menunjukkan maka kelangsungan hidup anak akan semakin rendah. Faktor budaya dan political fractionalization memiliki pengaruh positif terhadap angka kematian bayi yang menunjukkan terdapat pengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup anak. Hal ini berarti setiap peningkatan faktor budaya dan political fractionalization, akan berdampak pada penurunan kelangsungan hidup anak.

Dari hasil analsis dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam menentukan angka harapan hidup bayi umur 0-1 tahun di Indonesia adalah jumlah dokter umum, persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan, jumlah posyandu, budaya, landlock dan political fractionalization. Hal ini membawa konsekwensi logis pada pentingnya usaha-usaha capacity building bagi tenaga kesehatan yang merupakan tugas wajib pemerintah pusat dan daerah. Menyikapi temuan dari kajian ini, maka dapat dirumuskan beberapa rekomendasi kebijakan, antara lain: [1] Pembangunan nasional hendaknya lebih menitikberatkan perhatiannya pada pembangunan sektor sosial dibandingkan pembangunan sektor ekonomi; [2] Dibutuhkan usaha besar pemerintah untuk semakin meningkatkan kesadaran masyarakat (sisi permintaan) terhadap peningkatan angka harapan hidup bayi umur 0-1 tahun di Indonesia; [3] Pemerintah daerah hendaknya dapat melakukan terobosan-terobosan kebijakan di sektor kesehatan yang lebih mampu memberi warna spesifik kedaerahan yang sesuai, dibandingkan hanya dengan melakukan replikasi atau melanjutkan program-program pemerintah pusat saja.

(Disarikan dari Buku Evaluasi Tematik “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak”, Bappenas, 2009)

Page 150: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014V - 8

Bab 5 - Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

5.1.2. Keterkaitan dalam Pencapaian PN 4: Penanggulangan Kemiskinan

Secara umum outcome pembangunan PN 4. Penanggulangan Kemiskinan sudah tercapai/on track. Hasil Evaluasi 4 Tahun RPJMN 2010-2014 menunjukkan tingkat kemiskinan terus menunjukkan penurunan, walaupun cenderung melambat. Tingkat kemiskinan pada tahun 2013 sebesar 11,37 persen, dan 11,76 persen di tahun 2012. Namun demikian, sejumlah kajian tematik menunjukkan perlunya pembenahan atau kaji ulang terhadap program-program penanggulangan kemiskinan agar lebih efektif pelaksanaannya, seperti diuraikan berikut ini:

l Kajian Peran Sektor Informal Sebagai Katup Pengaman Masalah Ketenagakerjaan (Bappenas, 2009) menjelaskan bahwa penciptaan lapangan kerja di kota harus diimbangi dengan perbaikan kebijakan di desa agar menjadi kebijakan yang produktif. Pembangunan desa seharusnya tidak hanya berupa peningkatan dan pemasaran produksi (production centered development), tetapi juga berupa peningkatan kualitas sumberdaya manusia (people centered development) di desa. Salah satu bentuk pembangunan desa yang mandiri dan berswadaya adalah dengan pengembangan sektor informal di desa, terutama non-pertanian. Dengan peningkatan upah riil sektor informal di desa akan menahan penduduk tetap tinggal di desa.

l Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri (Bappenas, 2013) menunjukkan masih terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki, walaupun keberhasilan atau kegagalan PNPM Mandiri baru akan tampak dari kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, utamanya masyarakat miskin. PNPM Mandiri sebagai sarana pendampingan dan pembekalan rakyat miskin, namun tidak fokus pada penyediaan dan peningkatan kualitas tenaga pendamping. Sedangkan dari sisi keberlanjutan, hal yang perlu menjadi bahan pemikiran setelah berakhirnya PNPM adalah terkait dengan pengelolaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan aset-aset yang telah diperoleh masyarakat dari PNPM Mandiri.

Dilihat dari capaian kinerja kementerian yang mendukung pencapaian outcome PN4, antara lain pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Kementerian Dalam Negeri, terlihat adanya kecenderungan penurunan kinerja di kedua kementerian tersebut pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. Hasil Evaluasi Akhir Tahun RKP 2013 menunjukkan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi cenderung menurun, dengan realisasi fisik 104,82 persen dan realisasi anggaran 89,88 persen. Ketercapaian indikator program pada tahun 2013 adalah 49,33 persen dengan perkembangan capaian indikator meningkat 53,33 persen. Untuk Kementerian Dalam Negeri, capaian kinerja cenderung menurun pula dibandingkan tahun 2012, dengan realisasi fisik 95,83 persen dan realisasi anggaran 89,03 persen. Dari sisi ketercapaian indikator program, indikator yang berhasil mencapai target sebanyak 66,13 persen dan 51,61 persen indikator program yang mengalami peningkatan capaian.

Dari fakta dan kajian di atas, meskipun kedua kementerian menunjukkan peningkatan kinerja namun belum cukup berpengaruh dalam pencapaian outcome pembangunan PN 4. Penanggulangan Kemiskinan. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan lebih optimal dan sinergis oleh kementerian/lembaga terkait. Sementara itu, upaya kedua kementerian harus lebih optimal lagi dalam mendukung pencapaian target outcome.

Sementara itu, bila ditinjau lebih mendalam Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja yang dilaksanakan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa yang dilaksanakan Kementerian Dalam Negeri, kiranya dapat memberikan kontribusi yang lebih optimal dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Hasil Reviu Program Pembangunan Nasional menunjukkan Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja masih memerlukan perbaikan kualitas, baik dari sisi perancangan maupun pelaksanaan program. Kualitas program dinilai sebesar 54,81 (dari skala o-100, tergolong agak baik). Aspek kualitas, kelengkapan, ketepatan, keterkaitan dan keberlanjutan rancangan program menjadi aspek yang perlu

Upaya

penanggulangan

kemiskinan

memerlukan sinergitas

antarK/L terkait,

sehingga kontribusi

yang diberikan oleh

setiap pihak dapat

dioptimalkan.

Page 151: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 V - 9

Perlunya pembenahan

terhadap

program-program

penanggulangan

kemiskinan agar

mempercepat

pengurangan

kemiskinan.

diperbaiki. Artinya, pada saat program dirancang, penentuan atribut (sasaran, indikator, dan target) program belum sepenuhnya lengkap dan tepat sesuai level kinerja dan memiliki keterkaitan yang jelas antarlevel kinerja. Dari sisi pengelolaan program sudah cukup baik namun kinerja masih kurang baik sehingga perlu upaya sangat keras untuk meningkatkan kinerja program. Dari data kinerja menunjukkan program cenderung efektif tetapi tidak efisien (realisasi anggaran: 88,86 persen dan capaian indikator: 128,91 persen), ada indikasi anggaran tidak realistis atau target tidak realistis.

Tabel 5.2. Ringkasan Keterkaitan Outcome PN 4. Penanggulangan Kemiskinan

dengan Kinerja K/L dan Kualitas Program

No Indikasi Rekomendasi

1. Outcome pembangunan PN 4. masih memerlukan kerja keras untuk tercapai (sumber: Evaluasi 4 Tahun).

Pencapaian outcome pembangunan PN 4. Penanggulangan Kemiskinan harus didukung oleh seluruh bidang pemban-gunan terkait. Diperlukan pembenahan atau kaji ulang terhadap pro-gram-program penanggulangan kemiskinan agar lebih efektif pelaksanaannya.

a. Tenaga Kerja: Penciptaan lapangan kerja di kota ha-rus diimbangi dengan perbaikan kebijakan di desa agar menjadi kebijakan yang produktif (sumber: kajian tematik).

b. PNPM: PNPM Mandiri sebagai sarana pendamp-ingan dan pembekalan rakyat miskin, namun tidak fokus pada penyediaan & peningkatan kualitas tenaga pendamping (sumber: kajian tematik).

2. Kinerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2013 (sebagai instansi pelaksana kebijakan ketenagakerjaan dan pendukung pencapaian out-come PN 4) masih membutuhkan kerja keras.

a. Realisasi fisik: 104,82%, dan realisasi anggaran: 89,88%;

b. Pencapaian indikator: 49,33% tercapai, dan 53,33% meningkat (sumber: EAT).

Upaya Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kementerian Dalam Negeri untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan perlu terus dioptimalkan dengan mening-katkan sinergi dengan sektor lain yang relevan dalam pen-capaian outcome (keterkaitan lintas bidang harus dipastikan terjaga pada tiap level kebijakan).

Kinerja Kementerian Dalam Negeri tahun 2013 (se-bagai instansi pelaksana kebijakan pemberdayaan masyarakat dan pendukung pencapaian outcome PN 4) masih membutuhkan kerja keras.

a. Realisasi fisik: 95,83%, dan realisasi anggaran: 89,03%;

b. Pencapaian indikator: 66,13% tercapai, dan hanya 51,61% meningkat (sumber: EAT).

3. Kualitas Program Penempatan dan Perluasan Kesem-patan Kerja (sebagai pendukung pencapaian outcome PN 4):• Masih memerlukan perbaikan kualitas, dari sisi

perancangan dan pelaksanaan program. • Data kinerja menunjukkan program cenderung

efektif tetapi tidak efisien (realisasi anggaran: 88,86% dan capaian indikator: 128,91%) (sumber: RP2N).

Kualitas perancangan program perlu ditingkatkan dengan menerapkan Logical Framework Approach, untuk men-jamin terwujudnya perencanaan berkualitas (kelengkapan atribut program, ketepatan alur pikir dan atribut program, termasuk penentuan target anggaran yang lebih realistis).

Kualitas Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (sebagai pendukung pencapaian outcome PN 4):• Masih memerlukan perbaikan kualitas, dari sisi

perancangan dan pelaksanaan program. • Data kinerja menunjukkan program cenderung

efektif dan efisien (realisasi anggaran: 98,73% dan capaian indikator: 148,01%) (sumber: RP2N).

Sedangkan untuk Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa yang dilaksanakan Kementerian Dalam Negeri, kualitas program dinilai hanya 18,27 persen yang berarti tergolong kurang baik. Seluruh aspek program baik rancangan, pelaksanaan/pengelolaan, dan kinerja program kurang baik. Untuk itu, perlu upaya sangat keras dalam meningkatkan perbaikan di seluruh aspek. Dari data kinerja menunjukkan program cenderung efektif dan efisien (realisasi anggaran: 98,73 persen dan capaian indikator: 148,01 persen), artinya pemanfaatan anggaran dan penentuan target cukup baik.

Page 152: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014V - 10

Bab 5 - Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Dengan demikian, upaya pencapaian outcome penanggulangan kemiskinan yang lebih baik, perlu juga ditempuh melalui perbaikan kualitas program yang relevan dan terkait dengan capaian tersebut. Penerapan Logical Framework Approach diperlukan untuk menjamin terwujudnya perencanaan berkualitas (kelengkapan atribut program, ketepatan alur pikir dan atribut program, termasuk penentuan target anggaran yang lebih realistis).

5.2. Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Di bagian sebelumnya telah dibahas mengenai keterkaitan capaian dan kinerja pembangunan nasional, meliputi outcome pembangunan nasional, kinerja K/L dan kualitas program. Lebih lanjut adalah mengkaitkan hal tersebut dengan capaian dan kinerja pembangunan daerah. Berikut pada Gambar 5.2 adalah gambaran keterkaitan capaian dan kinerja pembangunan nasional dan daerah. Pendeskripsian lebih jelas dilakukan untuk capaian outcome PN 4. Penanggulangan Kemiskinan, memperhatikan banyaknya keterkaitan dengan isu strategis daerah dan besarnya alokasi dana transfer daerah yang terkait PN ini.

Gambar 5.2.Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Outcome Pembangunan Evaluasi 4 Tahun

RPJMN 2010-2014: Capaian Outcome Prioritas Nasional

Kajian Tematik: Kebijakan,

Permasalahan, Rekomendasi

Kinerja K/L Evaluasi Akhir Tahun RKP 2012:

Realisasi Fisik dan Realisasi Anggaran Ketercapaian Indikator Program

dibandingkan Target

Kualitas Program Reviu Program Pembangunan Nasional:

Kualitas Perencanaan Program: kelengkapan, ketepatan, keterkaitan dengan PN, dan keberlanjutan

Kualitas Pengelolaan dan Pelaksanaan Program Kinerja Program (efisiensi dan efektivitas)

Kinerja Daerah Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (33 Provinsi): Isu Strategis Daerah Kebijakan Alokasi dan Kinerja Penyerapan Dana

Transfer Daerah

1

2 3

4

5.2.1. Keterkaitan dalam Pencapaian PN 3. Kesehatan

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa secara umum outcome pembangunan PN 3. Kesehatan diperkirakan sangat sulit tercapai, terutama indikator AKB dan AKI. Dari 14 PN, PN 3. Kesehatan merupakan PN yang paling banyak memiliki indikator sangat sulit tercapai (50,00 persen). Oleh karena itu, dukungan dari seluruh pemangku kepentingan terkait sangat diperlukan guna mencapai target yang telah ditetapkan. Daerah merupakan salah satu pemangku kepentingan yang diharapkan dapat mendukung pencapaian target indikator PN 3. Kesehatan.

Capaian indikator angka harapan hidup menunjukkan perbaikan 0,20 persen pada tahun 2013 (70,07 tahun) dibandingkan tahun 2012 sebesar 69,87 tahun. Provinsi DI Yogyakarta meraih capaian tertinggi dengan 73,62 tahun, melampaui angka capaian nasional.

Page 153: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 V - 11

Dukungan alokasi

dana transfer

untuk pelaksanaan

PN 3. Kesehatan

perlu ditingkatkan,

memperhatikan

dominannya isu-isu

kesehatan muncul

dalam pembangunan

daerah.

Sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Barat membutuhkan upaya yang lebih keras untuk memperbaiki kualitas kesehatan masyarakatnya, dengan angka harapan hidup terendah, 63,21 tahun.

Berdasarkan hasil EKPD yang dilakukan bekerja sama dengan 33 PTNdi 33 provinsi pada tahun 2013, teridentifikasi bahwa isu strategis di daerah, didominasi oleh isu strategis Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), Infrastruktur (PN 6), dan Pendidikan (PN 2). Dari enam wilayah Indonesia, hanya Bali-Nusa yang menjadikan isu strategis PN 3. Kesehatan sebagai prioritas. Hal ini menunjukkan perhatian dan dukungan daerah terhadap isu strategis PN.3 Kesehatan perlu ditingkatkan.

Selain itu, dilihat dari kebijakan alokasi dana transfer APBN, selama tahun 2010-2013 alokasi dana diprioritaskan untuk Pendidikan (PN 2), Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), dan Ketahanan Pangan (PN 5). Sementara alokasi dana transfer APBN untuk PN. 3 Kesehatan adalah Rp.6,281 triliun atau empat persen dari total dana transfer APBN. Dari enam wilayah Indonesia, tidak ada wilayah yang menjadikan PN 3. Kesehatan sebagai prioritas alokasi pendanaan. Hal ini menunjukkan pula bahwa dukungan alokasi dana transfer untuk PN 3. Kesehatan perlu ditingkatkan.

5.2.2. Keterkaitan dalam Pencapaian PN 4. Penanggulangan Kemiskinan

Secara nasional outcome pembangunan PN 4. Penanggulangan Kemiskinan sudah tercapai/on track, yang ditunjukkan oleh tingkat kemiskinan yang terus menurun, walaupun kemudian agak melambat. Di level daerah, isu strategis terkait kemiskinan tidak dapat dipungkiri banyak dihadapi pemerintah provinsi. Dalam hal ini, setidaknya terdapat 23 provinsi yang memasukkan isu kemiskinan sebagai isu strategis yang paling sering muncul di daerah (sesuai hasil EKPD 33 Provinsi di Tabel 5.3). Isu-isu kemiskinan tersebut antara lain mengarah pada masih tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran, kecenderungan meningkatnya gini ratio, dan belum efektifnya koordinasi penanggulangan kemiskinan baik dalam perencanaan, implementasi, maupun evaluasi hasil-hasil penanggulangan kemiskinan.

Angka kemiskinan nasional tahun 2013 adalah 11,37 persen, menurun 0,29 persen dibandingkan tahun 2012 (11,66 persen). Berdasarkan data capaian di 33 provinsi, Provinsi DKI Jakarta berhasil menurunkan 0,14 persen di tahun 2013. Angka ini menjadikan ibukota sebagai provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah (3,55 persen). Sedangkan Provinsi Papua membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah untuk menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 31,13 persen, yang merupakan tingkat kemiskinan tertinggi secara nasional. Tidak selaras dengan penurunan tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran justru naik 0,11 persen di tahun 2013 menjadi 6,25 persen. Tingkat pengangguran tertinggi ada di Provinsi Banten (9,23 persen) dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat (1,46 persen).

Kebijakan alokasi dana transfer daerah juga menunjukkan bahwa PN 4. Penanggulangan Kemiskinan merupakan prioritas yang mendapatkan alokasi dana transfer daerah terbesar kedua. Selama tahun 2010 sampai 2013, PN 4. Penanggulangan Kemiskinan mendapatkan alokasi sebesar Rp.43,712 triliun atau 27 persen dari total keseluruhan dana. Alokasi dana paling besar untuk PN Penanggulangan Kemiskinan ini disumbang oleh Dana Urusan Bersama sebesar 82 persen atau Rp.35,989 triliun. Adapun untuk Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan masing-masing menyumbang 5 persen dan 13 persen atau sebesar Rp.2 trilliun dan Rp.5,7 triliun. Dana urusan bersama untuk prioritas kemiskinan dialokasikan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pekerjaan Umum.

Isu penanggulangan

kemiskinan banyak

dihadapi oleh

sebagian besar

pemerintahan daerah

dan mendapatkan

alokasi dana transfer

daerah terbesar kedua

secara nasional.

Page 154: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014V - 12

Bab 5 - Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Tabel 5.3. Isu Strategis Daerah PN 4. Penanggulangan Kemiskinan

No Provinsi Permasalahan Isu Strategis

1 Aceh Kurangnya lapangan kerja bagi pengangguran terbuka; perlu dilakukan strategi peningkatan skill ketenagakerjaan, dan upaya peningkatan atau perluasan industri kecil dan menengah.

Tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran

2 Jambi Persentase penduduk miskin meningkat, terutama penduduk miskin di perdesaan yang bergantung kepada hasil pertanian dan perkebunan.

Masalah kemiskinan

3 Sumatera Selatan Ketiadaan kontrol pemerintah terhadap fluktuasi harga pangan; rendahnya produksi pangan.

Kecenderungan tingkat pendapatan dipengaruhi oleh tingkat harga bukan produktivitas.

4 Bengkulu Kualitas SDM yang rendah, kurangnya lapangan kerja, UMP yang rendah.

Menurunkan persentase penduduk miskin menjadi di bawah 20 persen.

5 Lampung Lemahnya sinergi dan koordinasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah;potensi SDM yang perlu ditingkatkan.

Program penanggulangan kemiskinan.

6 DKI Jakarta Kurang tersedia lapangan kerja yang membuka kesempatan kerja kepada masyarakat.

Program pengendalian jumlah penduduk.

7 Jawa Barat Pertumbuhan penduduk tidak diiringi dengan kualitas SDM yang mumpuni, sehingga kemiskinan meningkat.

Pertumbuhan penduduk dan penyebarannya.

8 Jawa Tengah Masih rendahnya upah minimum tenaga kerja (di bawah KHL )dan belum optimalnya penegakan hukum peraturan ketenagakerjaan di perusahaan.

Standar hidup layak yang belum terpenuhi.

9 Banten Perlambatan laju pertumbuhan pada sektor usaha yang banyak menyerap tenaga kerja dari penduduk miskin, meningkatnya inflasi bahan pangan, serta belum optimalnya sinergi antarprogram penanggulangan kemiskinan.

Penurunan persentase penduduk miskin dan pengangguran.

10 Bali Perekonomian Bali mengandalkan sektor pariwisata yang hanya terkosentrasi di beberapa wilayah, penyebaran infrastruktur tidak merata.

Tren rasio gini yang cenderung semakin meningkat.

11 Nusa Tenggara Barat

Angka penduduk miskin masih sangat tinggi. Penurunan jumlah penduduk miskin

12 Nusa Tenggara Timur

Terbatasnya lapangan dan kesempatan bekerja, minimnya infrastruktur wilayah, ketidakpastian dan iklim investasi yang kurangmendorong pengembangan sektor produksi di perdesaan.

Peningkatan jumlah masyarakat miskin di pedesaan maupun perkotaan.

13 Kalimantan Tengah Indikator-indikator kemiskinan sangat fluktuatif. Persentase penduduk miskin menurun dari tahun ke tahun

14 Kalimantan Selatan Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di perkotaan dan pedesaan meningkat; serta TPT semakin menurun, namun daya beli masyarakat relatif rendah.

Pengurangan Kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja serta pemberdayaan masyarakat.

15 Sulawesi Utara Rendahnya angka pendapatan per kapita karena perekonomian sektor riil tidak memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Meningkatkan pendapatan perkapita.

16 Sulawesi Tengah Rendahnya TPAK karena rendahnya kualitas SDM. Akibatnya banyak masyarakat terperangkap dalam kemiskinan.

Distribusi pendapatan tidak merata dan peningkatan TPAK.

17 Sulawesi Selatan Belum efektifnya program penanggulangan kemiskinan dalam menjangkau target penerima manfaat lokasi/wilayah atau struktur sosial dengan kerentanan yang spesifik.

Belum efektifnya koordinasi penanggulangan kemiskinan antar SKPD Provinsi, antarkabupaten/kota dengan provinsi, baik dalam perencanaan, implementasi, maupun evaluasi.

18 Sulawesi Tenggara Pertumbuhan angkatan kerja tidak diikuti dengan ketersediaan lapangan kerja.

Pembukaan lapangan kerja.

Page 155: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 V - 13

No Provinsi Permasalahan Isu Strategis

19 Sulawesi Barat IPM tergolong rendah dibanding daerah lain, terdapat permasalahan pendidikan dan kesehatan, terutama akses bagi masyarakat miskin dalam peningkatan kualitas SDM pembangunan.

Peningkatan kualitas SDM dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

20 Maluku Kurangnya kerjasama instansi terkait dalam menangani masalah kemiskinan.

Lemahnya konsolidasi dan koordinasi antarinstansi dalam penanggulangan kemiskinan di Maluku.

21 Maluku Utara Penanggulangan kemiskinan belum menyentuh pada masyarakat miskin sehingga dibutuhkan komitmen dan upaya agar laju pertumbuhannya dapat ditekan.

Penanganan kemiskinan dengan pendekatan yang sistemik, terpadu, dan menyeluruh.

22 Papua Barat Pertumbuhan penduduk yang tinggi, kurangnya lapangan kerja, kenaikan harga-harga sehingga daya beli masyarakat kurang.

Menurunkan persentase penduduk miskin, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

23 Papua Sejauh ini masyarakat merasa bahwa peran dari pemerintah untuk menekan angka kemiskinan tidak berjalan dengan baik karena program pembangunan yang tidak fokus dan tidak pro poor.

Jumlah penduduk miskin dan pengangguran terbuka masih cukup besar dengan daya beli yang semakin menurun.

Page 156: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014V - 14

Bab 5 - Keterkaitan Capaian dan Kinerja Pembangunan Nasional dan Daerah

Page 157: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Bab 6Penutup

Page 158: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014VI - 2

Bab 6 - Penutup

Page 159: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 VI - 3

6.1. Kesimpulan

Selama 4 tahun pelaksanaan RPJMN 2010-2014, telah banyak hasil yang dicapai dalam berbagai bidang pembangunan untuk mendukung pencapaian visi Indonesia 2014. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari capaian indikator 14 prioritas nasional (PN) yang sebagian besar indikatornya (61,02 persen) tercapai. Dari 14 PN, terdapat 8 PN yang diperkirakan akan tercapai yaitu PN 2. Pendidikan, PN 4. Penanggulangan Kemiskinan, PN 6. Infrastruktur, PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, PN 11. Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi, PN 12. Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan, PN 13. Perekonomian, PN 14. Kesejahteraan Rakyat.

Potret kinerja 20 kementerian memberikan gambaran peranan yang lebih jelas dalam mendukung capaian prioritas nasional. Rata-rata realisasi fisik dan realisasi anggaran pelaksanaan pembangunan dari 20 kementerian pada tahun 2013 adalah 101,06 persen dan 92,51 persen, lebih tinggi dari tahun 2012 yang hanya 96,82 persen dan 90,65 persen. Kinerja 2 kementerian (10,00 persen) telah sesuai harapan, yaitu berada pada kondisi 1 (realisasi fisik dan realisasi anggaran di atas/sama dengan rata-rata), namun 11 kementerian (55,00 persen) masih membutuhkan perhatian karena berada pada kondisi 3 (realisasi fisik dan realisasi anggaran di bawah rata-rata). Pencapaian program dari 20 kementerian secara umum telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Dari 209 program RKP 2013 dengan total 1435 indikator, rata-rata 67,43 persen indikator berhasil mencapai target yang ditetapkan, sementara 26,28 persen indikator tidak mencapai target yang ditetapkan.

Gambaran nilai kualitas 14 program yang diperoleh berdasarkan nilai perencanaan, pelaksanaan/pengelolaan, dan kinerja program masih agak/kurang baik, yaitu 57,14 persen. Sementara sisanya sudah menunjukkan nilai keseluruhan yang cukup/sangat baik. Diantara ketiga aspek, yaitu kualitas rancangan, pelaksanaan/pengelolaan, dan kinerja program, kinerja program merupakan aspek yang paling lemah sehingga menyebabkan nilai keseluruhan program menjadi kurang baik.

Isu strategis daerah adalah isu yang paling pokok dan tidak hanya masalah tapi juga harus aktual, mendesak, dan jika isu tersebut ditangani akan memiliki dampak positif terhadap yang lainnya. Berdasarkan hasil EKPD yang dilakukan bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi Negeri di 33 provinsi, isu-isu strategis yang dominan di daerah adalah isu-isu strategis yang terkait dengan Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), Infrastruktur (PN 6), dan Pendidikan (PN 2). Adapun isu-isu strategis yang paling tidak dominan adalah isu-isu strategis yang terkait dengan Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi (PN 11) dan Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (PN 12).

Sepanjang tahun 2010 sampai 2013, Pemerintah telah mengalokasikan dana APBN kepada pemerintah daerah berdasarkan asas dekonsentrasi, TP, dan UB sebanyak Rp.161,787. Dana dekonsentrasi menjadi penyumbang terbesar Rp.79,451 triliun atau 49,11 persen dari total keseluruhan dana. Adapun dana TP dan UB masing-masing menyumbang Rp.46,159 triliun atau 28,53 persen dan Rp.36,176 triliun atau 22,36 persen dari total dana. Berdasarkan prioritas nasional, alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB, paling besar dialokasikan untuk Pendidikan (PN 2), Penanggulangan Kemiskinan (PN 4), dan Ketahanan Pangan (PN 5).

Sinergitas kebijakan pusat dan daerah masih perlu ditingkatkan utamanya terkait PN. 3 Kesehatan. Berdasarkan capaian pembangunan nasional, PN 3. Kesehatan diperkirakan sangat sulit tercapai sehingga memerlukan perhatian dan dukungan yang besar dari seluruh pemangku kepentingan terkait. Sementara pada level daerah, PN 3. Kesehatan tampak belum menjadi prioritas, baik dalam hal penentuan isu strategis daerah maupun dalam hal kebijakan alokasi dana APBN.

Page 160: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014VI - 4

Bab 6 - Penutup

6.2. RekomendasiCapaian pembangunan yang baik dapat dihasilkan jika seluruh tahapan penting pembangunan, yaitu perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian dan evaluasi dilaksanakan dengan baik pula. Keempat tahapan tersebut merupakan tahapan fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan kepada yang lainnya.

1. Guna menjamin kualitas perencanaan dan penganggaran suatu kebijakan/program, dalam perancangannya perlu diterapkan logic model sehingga indikator yang dirumuskan memenuhi kaidah SMART(ER), target yang ditetapkan optimal berdasarkan sumber daya yang dialokasikan, serta anggaran yang ditentukan realistis. Selain itu, tahapan perencanaan dan penganggaran pembangunan harus terintegrasi, standar, sistematis, sederhana, dan efektif.

2. Pada tahapan pelaksanaan, beberapa hal perlu menjadi perhatian, antara lain: (a) Penyusunan tata kelola (governance) dan manajemen perencanaan termasuk identifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pencapaian target program, resiko, dan mitigasi pembangunan perlu dilakukan sejak tahap perencanaan; (b) Kerangka monitoring evaluasi disusun sejak tahap perencanaan program, termasuk penetapan indikator kinerja, subjek evaluasi, waktu pelaksanaan evaluasi, pelaksana/pihak yang melakukan evaluasi beserta metodenya; (c) Pengumpulan data kinerja dilakukan secara rutin, serta data kinerja menjadi dasar pengambilan keputusan (evidence based policies).

3. Penyusunan sistem evaluasi dan pelaporan yang terpadu dan komprehensif penting guna menjembatani kebutuhan semua pihak dalam pelaksanaan pembangunan. Kementerian dapat dengan mudah melaporkan capaian kinerjanya sekaligus Kedeputian EKP dapat mengelola dan memanfaatkan informasi tersebut dalam melaksanakan amanat perundangan terkait monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan, baik sektoral maupun daerah. Aplikasi e-Monev yang telah dikembangkan oleh Kedeputian EKP diharapkan menjadi alat yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Kualitas evaluasi kinerja pembangunan dapat ditingkatkan dengan dukungan sistem dan kerjasama positif dari mitra kementerian dan daerah. Oleh karenanya, pemahaman yang seragam mengenai pentingnya evaluasi dalam siklus perencanaan pembangunan yang baik sangat diperlukan. Tentunya dengan disertai kemampuan dan keterampilan penyusunan perencanaan dan evaluasi pembangunan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

5. Sinergitas pembangunan antarpusat dan antara pusat dan daerah perlu terus ditingkatkan. Isu-isu yang menjadi prioritas pada level nasional seharusnya didukung oleh semua pemangku kepentingan terkait, termasuk daerah. Oleh sebab itu, isu strategis nasional seyogianya menjadi isu strategis pioritas daerah. Beberapa fakta dan masukan daerah yang diperoleh selama proses evaluasi menunjukkan masih sering terjadi konflik pelaksanaan pembangunan antara pusat dengan daerah. Utamanya, hal ini disebabkan oleh lemahnya koordinasi, yaitu hal yang menjadi urusan pusat di daerah tidak dikoordinasikan dengan baik kepada pemerintah daerah. Selain itu, di pihak daerah, karena tidak merasa berkepentingan menjadi kurang memperhatikan perkembangan pelaksanaannya di daerah.

Page 161: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 VI - 5

Gam

bar 6

.1.

Kesi

mpu

lan

Eval

uasi

Pel

aksa

naan

Pem

bang

unan

Nas

iona

l

Page 162: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014VI - 6

Bab 6 - Penutup

Page 163: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 VI - 7

DAFTAR PUSTAKA

27th SEA Games Myanmar 2013. 2013. SEA Games Myanmar – Medal Counts (Online). (http://seagamesmm.com/medals, diakses tanggal 25 Agustus 2014)

Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. 2013. Realisasi Penanaman Modal PMDN-PMA Triwulan III dan Januari-September Tahun 2013 (Online). (http://www.bkpm.go.id/img/Press%20Release%20TW%20III%202013%20-ind%20-Wartawan%20-FINAL(1).pdf, diakses pada tanggal 18 Agustus 2014).

Badan Pusat Statistik. 2013. Data Strategis Badan Pusat Statistik. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

. 2014. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2013. Berita Resmi Statistik BPS. No. 55/07/Tahun XVII, 4 Juli 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

. 2014. Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya (Online). (http://bps.go.id/ipm.php?id_subyek=26&notab=0, diakses pada tanggal 15 September 2014).

. 2014. Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia (Edisi Februari 2014). Jakarta: Badan Pusat Statistik.

. 2014. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2014. Berita Resmi Statistik BPS. No. 52/07/Tahun XVII, 1 Juli 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

.2014. Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

.2014. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2013: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2009-2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bank Indonesia. 2014. Kajian Ekonomi Regional 33 Provinsi Triwulan IV-2013. Jakarta: Bank Indonesia.

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter. 2013. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional: Laporan Nusantara (Edisi Oktober 2013, Volume 8 Nomor 3). Jakarta: Bank Indonesia.

Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah. 2014. Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah 33 Provinsi. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral. 2010. Laporan Akhir Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

. 2012. Evaluasi Kebijakan Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

. 2013. Evaluasi Kebijakan Reformasi Birokrasi. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2014. Pelengkap Buku Pegangan 2014 Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Jakarta: Kementerian Keuangan.

Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan. 2009. Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

. 2011. Laporan Akhir Kajian Evaluasi Peran Usaha Mikro Kecil Menengah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Page 164: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014VI - 8

Bab 6 - Penutup

. 2013. Evaluasi Akhir Tahun Rencana Kinerja Pemerintah Tahun 2013 (Pencapaian Program Pembangunan Nasional di 20 Kementerian). Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

. 2013. Reviu Program Pembangunan Nasional (RP2N). Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan/Bappenas.

Kementerian Pekerjaan Umum. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Pekerjaan Umum 2013. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. 2013. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

. 2014 (Online). (http://e-monev.bappenas.go.id/, diakses pada tanggal 18 Agustus 2014)

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2014. Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam Rangka HUT RI-69 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Jakarta: Perum Percetakan Negara RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2014. Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi Per 30 Juni 2014 (Online). (http://acch.kpk.go.id/statistik, diakses tangal 18 Agustus 2014)

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Republik Indonesia. 2014. Menata Perubahan Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Pencapaian KinerjanPembangunan KIB I (2004-2009) dan KIB II (2009-2014). Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.

Schwab, Klaus. 2008. The Global Competitiveness Report 2008-2009. Geneva: World Economic Forum.

. 2009. The Global Competitiveness Report 2009-2010. Geneva: World Economic Forum.

. 2010. The Global Competitiveness Report 2010-2011. Geneva: World Economic Forum.

. 2011. The Global Competitiveness Report 2011-2012. Geneva: World Economic Forum.

. 2012. The Global Competitiveness Report 2012-2013 Full Data Edition. Geneva: World Economic Forum.

Page 165: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Lampiran APotret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

Page 166: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-20142

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

Page 167: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 3

A.1.

K

emen

teri

an K

elau

tan

dan

Peri

kana

nTa

bel A

1.

Kine

rja P

rogr

am K

emen

teria

n Ke

laut

an d

an P

erik

anan

, Tah

un 2

013

No

Prog

ram

Pagu

Pro

gram

(Rp

M)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

orPe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ing-

kat

Men

urun

Tida

k ad

a da

ta

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pe

ngem

bang

an S

DM K

elau

tan

dan

Perik

anan

491,

3012

6,41

96,5

51

100,

000,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

2Pr

ogra

m P

enge

lola

an S

umbe

r Day

a La

ut, P

esisi

r dan

Pul

au-P

ulau

Kec

il70

6,34

165,

7095

,17

710

0,00

0,00

0,00

0,00

85,7

114

,29

0,00

3Pe

ngaw

asan

Sum

ber D

aya

Kela

utan

dan

Per

ikan

an54

9,04

117,

7496

,41

366

,67

33,3

30,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)

1Pr

ogra

m P

enel

itian

dan

Pen

gem

bang

an IP

TEK

Kela

utan

dan

Per

ikan

an56

4,97

99,7

796

,01

510

0,00

0,00

0,00

20,0

060

,00

20,0

00,

00

2Pe

ngem

bang

an K

aran

tina

Ikan

, Pen

gend

alia

n M

utu

dan

Keam

anan

Has

il 30

3,70

102,

8797

,78

310

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

3Pe

ngaw

asan

dan

pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r KKP

59

,12

99,9

098

,98

580

,00

20,0

00,

000,

0060

,00

20,0

020

,00

4Pe

ning

kata

n Da

ya S

aing

Pro

duk

Perik

anan

653,

7410

5,46

97,0

35

80,0

020

,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

KKP

626,

3010

0,00

89,9

55

100,

000,

000,

000,

0080

,00

0,00

20,0

0

2Pe

ning

kata

n Pr

oduk

si Pe

rikan

an B

udid

aya

1247

,66

105,

5492

,10

410

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

3Pe

ngem

bang

an d

an P

enge

lola

an P

erik

anan

Tan

gkap

18

10,7

610

7,27

90,7

75

80,0

020

,00

0,00

0,00

80,0

020

,00

0,00

KEM

ENTE

RIAN

KEL

AUTA

N D

AN P

ERIK

ANAN

113,

3393

,60

4390

,70

9,30

0,00

2,33

83,7

29,

304,

65

Sum

ber:

EAT

RKP

2013

Kem

ente

rian

Kela

utan

dan

Per

ikan

an a

dala

h pe

laks

ana/

pend

ukun

g pe

ncap

aian

PN

5. K

etah

anan

Pan

gan,

dan

PN

9. L

ingk

unga

n Hi

dup

dan

Peng

elol

aan

Benc

ana.

Ada

pun

potr

et k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Kela

utan

dan

Per

ikan

an y

ang

diin

dika

sikan

mem

iliki

pot

ensi

palin

g op

timal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ad

alah

pro

gram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

1, y

aitu

mem

iliki

rat

a-ra

ta r

ealis

asi f

isik

dan

angg

aran

di a

tas

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et

indi

kato

r di a

tas

80 p

erse

n. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h: (1

) Pen

gem

bang

an S

DM K

elau

tan

dan

Perik

anan

; dan

(2) P

rogr

am P

enge

lola

an S

umbe

r Day

a La

ut, P

esisi

r, da

n Pu

lau-

Pula

u Ke

cil.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ke

laut

an d

an P

erik

anan

yan

g di

indi

kasik

an p

alin

g tid

ak o

ptim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal

adal

ah p

rogr

am y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

, yai

tu m

emili

ki r

ata-

rata

rea

lisas

i fisi

k da

n an

ggar

an d

i baw

ah r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et

indi

kato

r di b

awah

50

pers

en. D

alam

hal

ini,

tidak

ada

pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia te

rseb

ut.

Page 168: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-20144

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A2. K

emen

teri

an P

eker

jaan

Um

umTa

bel A

2.

Kine

rja P

rogr

am K

emen

teria

n Pe

kerja

an U

mum

Tah

un 2

013

No

Prog

ram

Pagu

Pr

ogra

m(R

p M

)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)Ti

dak

Terc

apai

(T

C)Ti

dak

Ter-

ukur

Sam

aM

enin

gkat

Men

urun

Tida

k ad

a da

ta

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pe

nyel

engg

araa

n Ja

lan

29.3

80,4

011

8,60

107,

219

55,5

644

,44

0,00

0,00

88,8

911

,11

0,00

2Pe

mbi

naan

dan

Pen

gem

bang

an In

fras

truk

tur P

erm

ukim

an12

.522

,64

147,

8412

8,76

1384

,62

15,3

80,

007,

6969

,23

23,0

80,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)

1Pe

mbi

naan

Kon

stru

ksi

136,

0516

4,92

92,8

720

80,0

020

,00

0,00

5,00

45,0

050

,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pe

nyel

engg

araa

n Pe

nata

an R

uang

19

9,2

96,8

885

,97

10,

0010

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

00

2Pe

ngel

olaa

n Su

mbe

r Day

a Ai

r20

.775

,99

89,7

494

,20

2975

,86

24,1

40,

003,

4568

,97

27,5

90,

00

3Du

kung

an m

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

Ke-

men

teria

n Pe

kerja

an U

mum

136,

4810

0,00

96,3

85

100,

000,

000,

0040

,00

40,0

020

,00

0,00

4Pe

ning

kata

n Sa

rana

dan

Pra

sara

na A

para

tur K

emen

teria

n Pe

kerja

an

Um

um15

2,27

100,

0062

,57

310

0,00

0,00

0,00

66,6

733

,33

0,00

0,00

5Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Peke

rjaan

Um

um35

,20

100,

0081

,58

210

0,00

0,00

0,00

50,0

00,

0050

,00

0,00

6Pr

ogra

m P

enel

itian

dan

Pen

gem

bang

an K

emen

teria

n Pe

kerja

an

Um

um82

,87

100,

0096

,83

310

0,00

0,00

0,00

0,00

33,3

366

,67

0,00

KEM

ENTE

RIAN

PEK

ERJA

AN U

MU

M63

.421

,11

114,

8310

6,95

8578

,82

21,1

90,

009,

4158

,82

31,7

60,

00

Sum

ber:

EAT

RK

P 20

13

Kem

ente

rian

Peke

rjaan

Um

um a

dala

h pe

laks

ana/

pend

ukun

g pe

ncap

aian

PN

4. P

enan

ggul

anga

n Ke

misk

inan

, PN

5. K

etah

anan

Pan

gan,

dan

PN

6. I

nfra

stru

ktur

. Ada

pun

potr

et k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Peke

rjaan

Um

um y

ang

diin

dika

sikan

mem

iliki

pot

ensi

palin

g op

timal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

1, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di a

tas r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor

di a

tas 8

0 pe

rsen

. Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah:

(1)

Peny

elen

ggar

aan

Jala

n; (2

) Pem

bina

an d

an P

enge

mba

ngan

Infr

astr

uktu

r Per

muk

iman

.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t ki

nerja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

kerja

an U

mum

yan

g di

indi

kasik

an p

alin

g tid

ak o

ptim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal

adal

ah p

rogr

am y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

baw

ah ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Han

ya a

da 1

pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia te

rseb

ut, y

aitu

Pen

yele

ngga

raan

Pen

ataa

n Ru

ang

yang

sam

a se

kali

tidak

terc

apai

.

Page 169: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 5

A3.

Kem

ente

rian

Kes

ehat

an

Tabe

l A3.

Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Kese

hata

n Ta

hun

2013

No

Prog

ram

Pagu

Pr

ogra

m(R

p M

)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)Te

rcap

ai

(T)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pe

nelit

ian

dan

Peng

emba

ngan

Kem

ente

rian

Kese

hata

n56

4,31

109,

4094

,91

110

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

002

Pem

bina

an U

paya

Kes

ehat

an25

.255

,39

105,

9191

,76

20,

0010

0,00

0,00

0,00

50,0

050

,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)1

Peni

ngka

tan

Peng

awas

an d

an A

kunt

abili

tas A

para

tur K

emen

teria

n Ke

seha

tan

96,0

817

4,11

79,6

61

100,

000,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

2Pe

ngem

bang

an d

an P

embe

rday

aan

Sum

ber D

aya

Man

usia

Kes

ehat

an

(PPS

DMK)

1.72

6,32

110,

4178

,75

110

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

3Pe

ngen

dalia

n Pe

nyak

it da

n Pe

nyeh

atan

Lin

gkun

gan

2.33

8,51

114,

1690

,06

1080

,00

20,0

00,

0010

,00

80,0

010

,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)1

Bina

Gizi

dan

Kes

ehat

an Ib

u da

n An

ak2.

094,

1110

3,64

94,0

33

100,

000,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

2Ke

farm

asia

n da

n Al

at K

eseh

atan

1.69

5,75

102,

9292

,54

110

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

3Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as T

ekni

s Lai

nnya

Ke

men

teria

n Ke

seha

tan

3.34

8,20

95,8

793

,29

250

,00

50,0

00,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

KEM

ENTE

RIAN

KES

EHAT

AN10

5,70

91,3

721

76,1

923

,81

0,00

4,76

85,7

19,

520,

00

Su

mbe

r: E

AT R

KP 2

013

Kem

ente

rian

Kese

hata

n ad

alah

pel

aksa

na/p

endu

kung

pen

capa

ian

PN 3

. Kes

ehat

an, P

N 4

. Pen

angg

ulan

gan

Kem

iskin

an, P

N 1

0. D

aera

h Te

rtin

ggal

, Ter

luar

, Ter

depa

n,

dan

Pasc

akon

flik,

dan

PN

14.

Lai

nnya

Kes

ejah

tera

an R

akya

t. Ad

apun

pot

ret k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Kese

hata

n ya

ng d

iindi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki r

ata-

rata

rea

lisas

i fisi

k da

n an

ggar

an d

i at

as r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor

di a

tas

80 p

erse

n. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h Pr

ogra

m P

enel

itian

dan

Pe

ngem

bang

an K

emen

teria

n Ke

seha

tan.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ke

seha

tan

yang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rat

a-ra

ta r

ealis

asi f

isik

dan

angg

aran

di b

awah

rat

a-ra

ta 2

0 ke

men

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Dal

am h

al in

i, tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ters

ebut

.

Page 170: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-20146

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A4.

Kem

ente

rian

Keh

utan

anTa

bel A

4.

Kine

rja P

rogr

am K

emen

teria

n Ke

huta

nan

Tahu

n 20

13

No

Prog

ram

Pagu

Pr

ogra

m(R

p M

)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)Te

rcap

ai

(T)

Tida

k Te

rcap

ai (T

C)Ti

dak

Teru

kur

Sam

aM

enin

gkat

Men

urun

Tida

k ad

a da

taPr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 1

)

1Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Kehu

tana

n56

,64

111,

4897

,46

410

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)

1Ko

nser

vasi

Kean

ekar

agam

an H

ayati

dan

Per

lindu

ngan

Hut

an16

79,5

212

0,41

89,1

06

83,3

316

,67

0,00

0,00

83,3

316

,67

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)1

Peny

uluh

an d

an P

enge

mba

ngan

SDM

Keh

utan

an28

5,77

98,8

194

,51

510

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

002

Peni

ngka

tan

Usa

ha K

ehut

anan

262,

5092

,86

96,2

97

71,4

328

,57

0,00

0,00

100,

000,

000,

003

Duku

ngan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an T

ugas

Tekn

is la

inny

a Se

kret

aria

t Jen

dera

l Ke

men

teria

n Ke

huta

nan

687,

4796

,19

92,6

012

66,6

725

,00

8,33

8,33

83,3

30,

008,

334

Pene

litian

dan

Pen

gem

bang

an K

emen

teria

n Ke

huta

nan

274,

4199

,19

95,2

54

0,00

100,

000,

000,

0050

,00

50,0

00,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pe

ning

kata

n Fu

ngsi

dan

Daya

Duk

ung

DAS

Berb

asis

Pem

berd

ayaa

n M

asya

raka

t 26

71,6

598

,56

91,0

56

83,3

316

,67

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

2Pe

renc

anaa

n M

akro

Bid

ang

Kehu

tana

n da

n Pe

man

tapa

n Ka

was

an H

utan

68

7,78

96,4

690

,40

666

,67

33,3

30,

0016

,67

83,3

30,

000,

00

KEM

ENTE

RIAN

KEH

UTA

NAN

103,

5791

,24

5072

,00

26,0

02,

004,

0088

,00

6,00

2,00

Sum

ber:

EAT

RKP

201

3

Kem

ente

rian

Kehu

tana

n ad

alah

pel

aksa

na/p

endu

kung

pen

capa

ian

PN 9

. Lin

gkun

gan

Hidu

p da

n Pe

ngel

olaa

n Be

ncan

a. A

dapu

n po

tret

kine

rja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Kehu

tana

n ya

ng d

iindi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di a

tas r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

pers

en. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i kr

iteria

ini a

dala

hPen

gaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Kehu

tana

n.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ke

huta

nan

yang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rat

a-ra

ta r

ealis

asi f

isik

dan

angg

aran

di b

awah

rat

a-ra

ta 2

0 ke

men

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Dal

am h

al in

i, tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ters

ebut

, kar

ena

2 pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 50

pers

en.

Page 171: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 7

A5.

Kem

ente

rian

ESD

MTa

bel A

5.

Kine

rja P

rogr

am K

emen

teria

n En

ergi

dan

Sum

ber D

aya

Min

eral

, Tah

un 2

013

No

Pro

gram

Pag

u P

rogr

am(R

p M

)

Rea

lisas

i Fi

sik

(%)

Rea

lisas

i A

ngga

ran

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r P

rogr

am

(RK

P)

Kin

erja

Pro

gram

dal

am K

/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)Ti

dak

Terc

apai

(T

C)Ti

dak

Teru

kur

Sam

aM

enin

gkat

Men

urun

Tida

k ad

a da

ta

Pro

gram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DIS

I 1)

1Pe

ndid

ikan

dan

Pel

atiha

n ES

DM66

7,43

111,

392

,19

1492

,86

7,14

0,00

0,00

64,2

935

,71

0,00

Pro

gram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

ND

ISI 4

)

1Pe

ning

kata

n Sa

rana

dan

Pra

sara

na A

para

tur K

emen

teria

n Es

dm24

0,42

142,

810

,96

110

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

2Pe

ngel

olaa

n Ke

tena

galis

trik

an10

.298

,66

110,

5751

,92

1668

,75

31,2

50,

000,

0056

,25

43,7

50,

00

3Pe

mbi

naan

dan

Pen

gusa

haan

Min

eral

dan

Bat

ubar

a44

7,04

143,

3456

,41

1566

,67

33,3

30,

000,

0080

,00

20,0

00,

00

4Pe

ngat

uran

dan

Pen

gaw

asan

Pen

yedi

aan

Pend

istrib

usia

n Ba

han

Baka

r M

inya

k da

n Pe

ngan

gkut

an G

as B

umi M

elal

ui P

ipa

368,

8210

6,78

43,4

918

55,5

65,

5638

,89

0,00

50,0

011

,11

38,8

9

Pro

gram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

ND

ISI 2

)

1Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

Dew

an

Ener

gi N

asio

nal

77,6

710

085

,74

1190

,91

9,09

0,00

9,09

54,5

536

,36

0,00

2Pe

neliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Kem

ente

rian

ESDM

741,

6985

,25

83,5

87

85,7

114

,29

0,00

0,00

42,8

657

,14

0,00

3Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r KES

DM12

6,3

58,8

674

,233

84,8

515

,15

0,00

3,03

39,3

942

,42

15,1

5

4Pe

neliti

an, M

itiga

si da

n Pe

laya

nan

Geol

ogi

1000

,11

97,5

984

,23

966

,67

33,3

30,

000,

0055

,56

44,4

40,

00

5Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

Kem

ent-

eria

n ES

DM97

3,52

89,0

664

,16

3060

,00

20,0

020

,00

10,0

026

,67

40,0

023

,33

6Pe

ngel

olaa

n En

ergi

Bar

u Te

rbar

ukan

dan

Kon

serv

asi E

nerg

i12

61,6

896

,39

69,7

325

40,0

032

,00

28,0

00,

0056

,00

16,0

028

,00

7Pe

ngel

olaa

n da

n Pe

nyed

iaan

Min

yak

dan

Gas B

umi

2342

,81

80,7

770

,19

2528

,00

56,0

016

,00

0,00

32,0

060

,00

8,00

KEM

ENTE

RIA

N E

SDM

18.5

46,1

510

3,76

60,2

417

961

,45

25,1

413

,41

2,79

46,9

334

,64

15,6

4

Sum

ber E

AT R

KP 2

013

Kem

ente

rian

Ener

gi d

an S

umbe

r Da

ya M

iner

al a

dala

h pe

laks

ana/

pend

ukun

g pe

ncap

aian

PN

8. E

nerg

i. Ad

apun

pot

ret

kine

rja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Ener

gi d

an

Sum

ber D

aya

Min

eral

yan

g di

indi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi

1, y

aitu

mem

iliki

rat

a-ra

ta r

ealis

asi f

isik

dan

angg

aran

di a

tas

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor

di a

tas

80 p

erse

n. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h Pr

ogra

m P

endi

dika

n da

n Pe

latih

an E

SDM

.Se

men

tara

itu,

pot

ret k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Ener

gi d

an S

umbe

r Day

a M

iner

al y

ang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

na

siona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah:

(1)

Peng

elol

aan

dan

Peny

edia

an M

inya

k da

n Ga

s Bu

mi d

an (2

) Pen

gelo

laan

Ene

rgi

Baru

Ter

baru

kan

dan

Kons

erva

si En

ergi

.

Page 172: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-20148

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A6.

Kem

ente

rian

Lua

r N

eger

iTa

bel A

6.

Kine

rja P

rogr

am K

emen

teria

n Lu

ar N

eger

i 201

3

No

Prog

ram

Pagu

Pr

ogra

m(R

p M

)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)Ti

dak

Terc

apai

(TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pr

ogra

m P

eman

tapa

n Hu

bung

an d

an P

oliti

k Lu

ar N

eger

i ser

ta O

ptim

alisa

si Di

plom

asi

di k

awas

an A

mer

ika

dan

Erop

a49

,91

142,

2191

,61

580

,00

0,00

20,0

00,

0020

,00

0,00

80,0

0

2Pr

ogra

m P

eman

tapa

n Hu

bung

an d

an P

oliti

k Lu

ar N

eger

i ser

ta O

ptim

alisa

si Di

plom

asi

di K

awas

an A

sia P

asifi

k da

n Af

rika

191,

9814

2,21

94,0

75

40,0

040

,00

20,0

00,

0020

,00

0,00

80,0

0

3Pr

ogra

m D

ukun

gan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an T

ugas

Tekn

is La

inny

a Ke

men

teria

n Lu

ar N

eger

i42

28,7

014

1,45

90,7

46

33,3

316

,67

50,0

00,

000,

000,

0010

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)

1Pr

ogra

m P

engk

ajia

n da

n Pe

ngem

bang

an K

ebija

kan

Luar

Neg

eri

28,1

614

9,19

83,7

11

100,

000,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)

1Pr

ogra

m P

enin

gkat

an P

eran

dan

Dip

lom

asi I

ndon

esia

di B

idan

g M

ultil

ater

al39

4,89

112,

0097

,67

410

0,00

0,00

0,00

0,00

75,0

00,

0025

,00

2Pr

ogra

m P

enin

gkat

an K

ualit

as P

elay

anan

Kep

roto

kola

n da

n Ke

kons

uler

an13

1,95

113,

1891

,77

771

,43

14,2

914

,29

0,00

0,00

0,00

100,

00

3Pr

ogra

m O

ptim

alisa

si Di

plom

asi T

erka

it de

ngan

Peng

elol

aan

Huku

m d

an Pe

rjanj

ian In

tern

asio

nal

37,7

111

4,17

93,5

95

40,0

020

,00

40,0

00,

000,

000,

0010

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pr

ogra

m P

enin

gkat

an H

ubun

gan

dan

Politi

k Lu

ar N

eger

i mel

alui

Ker

jasa

ma

ASEA

N54

,63

109,

0987

,40

310

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

2Pr

ogra

m O

ptim

alisa

si In

form

asi d

an D

iplo

mas

i Pub

lik72

,75

112,

0087

,34

955

,56

11,1

133

,33

0,00

0,00

0,00

100,

00

3Pr

ogra

m P

enga

was

an d

an P

enin

gkat

an A

kunt

abilit

as A

para

tur K

emen

teria

n Lu

ar N

eger

i26

,71

95,1

486

,27

616

,67

33,3

350

,00

0,00

0,00

0,00

100,

00

4Pr

ogra

m P

enin

gkat

an S

aran

a da

n Pr

asar

ana

Kem

ente

rian

Luar

Neg

eri

587,

4372

,71

58,2

91

0,00

100,

000,

000,

000,

0010

0,00

0,00

KEM

ENTE

RIAN

LUAR

NEG

ERI

5.80

4,82

130,

8587

,96

5255

,77

17,3

126

,92

0,00

17,3

11,

9280

,77

Sum

ber:

EAT

RKP

201

3

Kem

ente

rian

Luar

Neg

eri a

dala

h pe

laks

ana/

pend

ukun

g pe

ncap

aian

PN

9. L

ingk

unga

n Hi

dup

dan

Peng

elol

aan

Benc

ana,

PN

12.

Lai

nnya

Pol

itik,

Huk

um, P

erta

hana

n da

n Ke

aman

an, d

an P

N 1

3. L

ainn

ya P

erek

onom

ian.

Ada

pun

potr

et k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Luar

Neg

eri y

ang

diin

dika

sikan

mem

iliki

pot

ensi

palin

g op

timal

da

lam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

ata

s rat

a-ra

ta 2

0 ke

men

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di a

tas 8

0 pe

rsen

. Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini d

ikar

enak

an b

anya

k da

ta y

ang

tidak

ters

edia

se

hing

ga m

enye

babk

an b

anya

k pu

la p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r yan

g tid

ak te

ruku

r.Se

men

tara

itu,

pot

ret k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Luar

Neg

eri y

ang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor

di b

awah

50

pers

en. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h: (1

) Opt

imal

isasi

Info

rmas

i dan

Dip

lom

asi P

ublik

; dan

(2) P

enga

was

an d

an A

kunt

abili

tas

Apar

atur

Ke

men

teria

n L

uar N

eger

i, di

kare

naka

n ke

dua

prog

ram

ters

ebut

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor y

ang

tidak

teru

kur.

Page 173: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 9

A7.

Kem

ente

rian

Ten

aga

Ker

ja d

an T

rans

mig

rasi

Tabe

l A7.

Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Tena

ga K

erja

dan

Tra

nsm

igra

si 2

013

Kem

ente

rian

Tena

ga K

erja

dan

Tra

nsm

igra

si ad

alah

pel

aksa

na/p

endu

kung

pen

capa

ian

PN 4

. Pen

angg

ulan

gan

Kem

iskin

an, P

N 7

. Ikl

im In

vest

asi d

an Ik

lim U

saha

, da

n PN

13.

Lai

nnya

Per

ekon

omia

n Ad

apun

pot

ret k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Tena

ga K

erja

dan

Tra

nsm

igra

si ya

ng d

iindi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al

dala

m m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

1, y

aitu

mem

iliki

ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

ata

s rat

a-ra

ta

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di a

tas 8

0 pe

rsen

. Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Te

naga

Ker

ja d

an T

rans

mig

rasi

yang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

na

siona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ters

ebut

.

A7.

Kem

ente

rian

Ten

aga

Ker

ja d

an T

rans

mig

rasi

Tabe

l A7.

K

iner

ja P

rogr

am K

emen

teria

n Te

naga

Ker

ja d

an T

rans

mig

rasi

201

3

No

Prog

ram

Pa

gu

Prog

ram

(R

p M

)

Rea

lisas

i Fi

sik

(%)

Rea

lisas

i A

ngga

ran

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RK

P)

Kin

erja

Pro

gram

dal

am K

/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

) Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

r Sa

ma

Men

ingk

at

Men

urun

Ti

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

i ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

ND

ISI 4

)

1 Pe

ning

kata

n K

ompe

tens

i Ten

aga

Ker

ja d

an P

rodu

ktiv

itas

1.

034,

55

115,

01

88,2

4 29

48

,28

24,1

4 27

,59

3,45

34

,48

31,0

3 31

,03

2 Pe

ngem

bang

an H

ubun

gan

Indu

stria

l dan

Pen

ingk

atan

Jam

inan

Sos

ial

Tena

ga K

erja

32

2,97

17

4,43

74

,23

8 37

,50

50,0

0 12

,50

0,00

37

,50

50,0

0 12

,50

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

i baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

ND

ISI 2

)

1 Pe

nem

pata

n da

n Pe

rluas

an K

esem

pata

n K

erja

85

4,97

84

,34

90,6

6 4

50,0

0 50

,00

0,00

50

,00

50,0

0 0,

00

0,00

2 Pe

rlind

unga

n Te

naga

Ker

ja d

an P

enge

mba

ngan

Sis

tem

Pen

gaw

asan

K

eten

agak

erja

an

445.

60

99,6

0 92

,77

2 50

,00

50,0

0 0,

00

50,0

0 0,

00

0,00

50

,00

3 Pe

mba

ngun

an K

awas

an T

rans

mig

rasi

85

9,16

96

,73

92,2

1 2

50,0

0 50

,00

0,00

50

,00

50,0

0 0,

00

0,00

4

Peng

emba

ngan

Mas

yara

kat d

an K

awas

an T

rans

mig

rasi

91

0,00

97

,99

92,9

4 30

53

,33

36,6

7 10

,00

23,3

3 36

,67

30,0

0 10

,00

KEM

ENTE

RIA

N T

ENA

GA

KER

JA D

AN

TR

AN

SMIG

RA

SI

104,

82

89,8

8 75

49

,33

34,6

7 16

,00

5,33

53

,33

25,3

3 16

,00

Sum

ber:

EA

T R

KP

2013

Kem

ente

rian

Tena

ga K

erja

dan

Tra

nsm

igra

si a

dala

h pe

laks

ana/

pend

ukun

g pe

ncap

aian

PN

4. P

enan

ggul

anga

n Ke

mis

kina

n, P

N 7

. Ikl

im In

vest

asi d

an Ik

lim U

saha

, dan

PN

13

. Lai

nnya

Per

ekon

omia

n A

dapu

n po

tret

kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Te

naga

Ker

ja d

an T

rans

mig

rasi

yan

g di

indi

kasi

kan

mem

iliki

pot

ensi

pal

ing

optim

al d

alam

m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ad

alah

pro

gram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndis

i 1,

yai

tu m

emili

ki r

ata-

rata

rea

lisas

i fis

ik d

an a

ngga

ran

di a

tas

rata

-rat

a 20

ke

men

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di a

tas 8

0 pe

rsen

. Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t ki

nerja

pro

gram

di K

emen

teria

n Te

naga

Ker

ja d

an T

rans

mig

rasi

yan

g di

indi

kasi

kan

palin

g tid

ak o

ptim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as

nasi

onal

ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndis

i 3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alis

asi f

isik

dan

ang

gara

n di

baw

ah r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ters

ebut

.

Page 174: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201410

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A8.

Kem

ente

rian

Per

taha

nan

Tabe

l A8.

Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Pert

ahan

an T

ahun

201

3

A8.

Kem

ente

rian

Per

taha

nan

Tabe

l A8.

K

iner

ja P

rogr

am K

emen

teria

n P

erta

hana

n Ta

hun

2013

No

Prog

ram

Pa

gu

Prog

ram

(R

p M

)

Rea

lisas

i Fi

sik

%

Rea

lisas

i A

ngga

ran

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RK

P)

Kin

erja

Pro

gram

dal

am K

/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

) Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

r Sa

ma

Men

ingk

at

Men

urun

Ti

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

an re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DIS

I 1)

1 D

ukun

gan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an T

ugas

Tek

nis

Lain

nya

Kem

ente

rian

Pert

ahan

an

1.18

2,82

10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

2 Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s A

para

tur K

emha

n 31

,62

100

100

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

3 Pe

nelit

ian

dan

Peng

emba

ngan

Kem

han

226,

16

100

100

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

4 Pe

ndid

ikan

dan

Pel

atih

an K

emen

teria

n Pe

rtah

anan

/TN

I 28

9,06

10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

5

Stra

tegi

Per

taha

nan

88,4

8 10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

6

Pere

ncan

aan

Um

um d

an P

enga

ngga

ran

Pert

ahan

an

36,4

9 10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

7

Pote

nsi P

erta

hana

n 86

,54

100

100

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

8 K

ekua

tan

Pert

ahan

an

208,

48

100

100

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

9 Pe

nggu

naan

Kek

uata

n Pe

rtah

anan

Inte

grat

if

1.89

2,62

10

0 10

0 5

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

10

M

oder

nisa

si A

luts

ista

/ Non

-Alu

tsis

ta/S

arpr

as In

tegr

atif

1.

896,

95

100

100

6 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

11

Peny

elen

ggar

aan

Man

ajem

en d

an O

pera

sion

al M

atra

Dar

at

28.3

12,0

6 10

0 10

0 3

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

12

D

ukun

gan

Kes

iapa

n M

atra

Dar

at

1.41

5,01

10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

13

M

oder

nisa

si A

luts

ista

dan

Non

Alu

tsis

ta/S

aran

a da

n Pr

asar

ana

Mat

ra D

arat

3.

746,

34

100

100

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

14

Peni

ngka

tan

Prof

esio

nalis

me

Pers

onel

Mat

ra D

arat

91

9,14

10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

15

Pe

nyel

engg

araa

n M

anaj

emen

dan

Ope

rasi

onal

Mat

ra L

aut

7.28

0,20

10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

0,00

16

Duk

unga

n K

esia

pan

Mat

ra L

aut

793,

73

100

100

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

17

Mod

erni

sasi

Alu

tsis

ta d

an n

on A

luts

ista

ser

ta P

enge

mba

ngan

Fa

silit

as d

an S

aran

a Pr

asar

ana

Pert

ahan

an N

egar

a M

atra

Lau

t 2.

408,

15

100

100

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

18

Peny

elen

ggar

aan

Man

ajem

en d

an O

pera

sion

al M

atra

Uda

ra

3.97

8,29

10

0 10

0 3

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

19

D

ukun

gan

Kes

iapa

n M

atra

Uda

ra

755,

57

100

100

2 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

20

Mod

erni

sasi

Alu

tsis

ta d

an n

on A

luts

ista

ser

ta P

enge

mba

ngan

Fa

silit

as d

an S

arpr

as M

atra

Uda

ra

4.39

6,71

10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

21

Peni

ngka

tan

Prof

esio

nalis

me

Pers

onel

Mat

ra U

dara

46

6,91

10

0 10

0 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

1,

00

0,00

0,

00

22

Peny

elen

ggar

aan

Man

ajem

en d

an O

pera

sion

al In

tegr

atif

1.

810,

32

100

100

5 80

,00

0,00

20

,00

20,0

0 60

,00

0,00

20

,00

23

Prof

esio

nalis

me

Praj

urit

Inte

grat

if

321,

62

100

100

8 62

,50

0,00

37

,50

0,00

62

,50

0,00

37

,50

24

Peni

ngka

tan

Prof

esio

nalis

me

Pers

onel

Mat

ra L

aut

319,

84

100

100

1 0,

00

100,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

an re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DIS

I 3)

1 Pe

ning

kata

n Sa

rana

da

n Pr

asar

ana

Apa

ratu

r K

emen

teria

n Pe

rtah

anan

18

.740

,31

98

,37

98,3

7 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

2 Pe

ngem

bang

an te

knol

ogi d

an in

dust

ri pe

rtah

anan

2.

167,

87

83,4

5 83

,45

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

KEM

ENTE

RIA

N P

ERTA

HA

NA

N D

AN

KEA

MA

NA

N

95,8

3 89

,03

51

90,2

0 1,

96

7,84

5,

88

86,2

7 0,

00

7,84

Sum

ber:

EA

T R

KP

2013

Page 175: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 11

Kem

ente

rian

Pert

ahan

an a

dala

h pe

laks

ana/

pend

ukun

g pe

ncap

aian

PN

10.

Dae

rah

Tert

ingg

al, T

erlu

ar, T

erde

pan,

dan

Pas

cako

nflik

, dan

PN

12.

Lai

nnya

Pol

itik,

Huk

um,

Pert

ahan

an d

an K

eam

anan

. Ad

apun

pot

ret

kine

rja p

rogr

am d

i Ke

men

teria

n Pe

rtah

anan

yan

g di

indi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng

penc

apai

an p

riorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

ata

s ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

pers

en. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h: (1

) Duk

unga

n M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as T

ekni

s Lai

nnya

Ke

men

teria

n Pe

rtah

anan

; (2)

Pen

gaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

han;

(3) P

enel

itian

dan

Pen

gem

bang

an K

emha

n; (4

) Pen

didi

kan

dan

Pela

tihan

Ke

men

teria

n Pe

rtah

anan

/TN

I; (5

) Str

ateg

i Per

taha

nan;

(6) P

eren

cana

an U

mum

dan

Pen

gang

gara

n Pe

rtah

anan

; (7)

Pot

ensi

Pert

ahan

an; (

8) K

ekua

tan

Pert

ahan

an; (

9)

Peng

guna

an K

ekua

tan

Pert

ahan

an In

tegr

atif;

(10)

Mod

erni

sasi

Alut

sista

/ N

on-A

luts

ista/

Sarp

ras

Inte

grat

if; (1

1) P

enye

leng

gara

an M

anaj

emen

dan

Ope

rasio

nal M

atra

Da

rat;

(12)

Duk

unga

n Ke

siapa

n M

atra

Dar

at; (

13)

Mod

erni

sasi

Alut

sista

dan

Non

Alu

tsist

a/Sa

rana

dan

Pra

sara

na M

atra

Dar

at; (

14)

Peni

ngka

tan

Prof

esio

nalis

me

Pers

onel

Mat

ra D

arat

; (15

) Pen

yele

ngga

raan

Man

ajem

en d

an O

pera

siona

l Mat

ra La

ut; (

15) D

ukun

gan

Kesia

pan

Mat

ra La

ut; (

16) M

oder

nisa

si Al

utsis

ta d

an n

on A

luts

ista

sert

a Pe

ngem

bang

an F

asili

tas d

an S

aran

a Pr

asar

ana

Pert

ahan

an N

egar

a M

atra

Lau

t; (1

7) P

enye

leng

gara

an M

anaj

emen

dan

Ope

rasio

nal M

atra

Uda

ra; (

18) D

ukun

gan

Kesia

pan

Mat

ra U

dara

; (20

) Mod

erni

sasi

Alut

sista

dan

non

Alu

tsist

a se

rta

Peng

emba

ngan

Fas

ilita

s da

n Sa

rpra

s M

atra

Uda

ra; d

an (2

1) P

enin

gkat

an P

rofe

siona

lism

e Pe

rson

el M

atra

Uda

ra.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

rtah

anan

yan

g di

indi

kasik

an p

alin

g tid

ak o

ptim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

baw

ah ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di

baw

ah 5

0 pe

rsen

. Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini,

dika

rena

kan

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

ini m

emili

ki k

eter

capa

ian

targ

et in

dika

tor

100

pers

en.

Page 176: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201412

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A9.

Kem

ente

rian

Sos

ial

Tabe

l A9.

Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Sosi

al T

ahun

201

3

No

Prog

ram

Pagu

Pr

ogra

m(R

p M

)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)Te

rcap

ai

(T)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isasi

fisik

dan

real

isasi

angg

aran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pe

rlind

unga

n da

n Ja

min

an S

osia

l13

.909

,50

100,

0098

,65

110

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

Prog

ram

den

gan

real

isasi

fisik

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a da

n re

alisa

si an

ggar

an d

i baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)

1Pe

ning

kata

n Pe

ngaw

asan

dan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Pe

mba

ngun

an K

esej

ahte

raan

Sos

ial

26,9

510

0,00

93,2

71

100,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

0,00

2Re

habi

litas

i Sos

ial

944,

4110

0,00

96,7

21

100,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

0,00

3Pe

ndid

ikan

, Pel

atiha

n, P

enel

itian

dan

Pen

gem

bang

an

Kese

jaht

eraa

n So

sial

245,

6410

0,00

91,9

12

100,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isasi

fisik

dan

real

isasi

angg

aran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

Kem

ente

rian

Sosia

l19

4,44

99,9

893

,07

250

,00

50,0

00,

0050

,00

0,00

50,0

00,

00

2Pe

mbe

rday

aan

Sosia

l dan

Pen

angg

ulan

gan

Kem

iskin

an95

4,54

99,7

794

,32

10,

0010

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

KEM

ENTE

RIAN

SO

SIAL

99,9

798

,11

875

,00

25,0

00,

0062

,50

25,0

012

,50

0,00

Sum

ber:

Dio

lah

dari

Kert

as K

erja

EAT

RKP

201

3 ol

eh 2

0 Ke

men

teria

n

Kem

ente

rian

Sosia

l ada

lah

pela

ksan

a/pe

nduk

ung

penc

apai

an P

N 4

. Pen

angg

ulan

gan

Kem

iskin

an, d

an P

N 1

0. D

aera

h Te

rtin

ggal

, Ter

luar

, Ter

depa

n,

dan

Pasc

akon

flik.

Ada

pun

potr

et k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Sosia

l yan

g di

indi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng

penc

apai

an p

riorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki r

ata-

rata

rea

lisas

i fisi

k da

n an

ggar

an d

i ata

s ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di a

tas

80 p

erse

n. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h Pr

ogra

m P

erlin

dung

an

Jam

inan

Sos

ial.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t ki

nerja

pro

gram

di K

emen

teria

n So

sial y

ang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

na

siona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di

baw

ah 5

0 pe

rsen

. Pro

gram

den

gan

indi

kasi

ters

ebut

ada

lah

Pem

berd

ayaa

n So

sial d

an P

enan

ggul

anga

n Ke

misk

inan

den

gan

targ

et in

dika

tor t

idk

terc

apai

sebe

sai 1

00 p

erse

n.

Page 177: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 13

A10.

K

emen

teri

an A

gam

aTa

bel A

10.

Kine

rja P

rogr

am K

emen

teria

n Ag

ama,

Tah

un 2

013

No

Prog

ram

Pagu

Pro

gram

(Rp

M)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)Te

rcap

ai

(T)

Tida

k Te

rca-

pai (

TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isasi

fisik

dan

real

isasi

angg

aran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Bi

mbi

ngan

Mas

yara

kat I

slam

3.02

9,38

97,1

292

,04

910

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

002

Bim

bing

an M

asya

raka

t Kat

olik

573,

7599

,00

94,4

218

100,

000,

000,

005,

5694

,44

0,00

0,00

3Pe

ndid

ikan

Isla

m37

.238

,44

94,4

691

,94

9198

,90

1,10

0,00

114

,29

83,5

22,

20Pr

ogra

m d

enga

n re

alisa

si fis

ik d

i ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isasi

angg

aran

di b

awah

den

gan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

4)

1Bi

mbi

ngan

Mas

yara

kat H

indu

617,

8299

,00

85,8

922

100,

000,

000,

0027

,27

72,7

30,

000,

00

2Pe

neliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Ser

ta P

endi

dika

n da

n Pe

latih

an

Kem

ente

rian

Agam

a48

2,78

94,7

285

,35

810

0,00

0,00

0,00

12,5

062

,50

25,0

00,

00

Prog

ram

den

gan

real

isasi

fisik

di b

awah

rata

-rat

a da

n re

alisa

si an

ggar

an d

i ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)1

Bim

bing

an M

asya

raka

t Kris

ten

1.04

2,63

92,8

098

,24

2010

0,00

0,00

0,00

30,0

065

,00

0,00

5,00

Prog

ram

den

gan

real

isasi

fisik

dan

real

isasi

angg

aran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pe

ning

kata

n Sa

rana

dan

Pra

sara

na A

para

tur N

egar

a Ke

men

teria

n Ag

ama

144,

0293

,00

88,0

21

100,

000,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

2Bi

mbi

ngan

Mas

yara

kat B

udha

227,

9386

,00

84,9

113

100,

000,

000,

0030

,77

69,2

30,

000,

00

3Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

Kem

en-

teria

n Ag

ama

1.78

9,37

89,6

884

,58

510

0,00

0,00

0,00

40,0

060

,00

0,00

0,00

4Pe

nyel

engg

araa

n, P

embi

naan

dan

Pen

gelo

laan

Haj

i dan

Um

rah

565,

2584

,22

84,4

011

100,

000,

000,

0018

,18

45,4

536

,36

0,00

5Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Agam

a14

8,54

91,3

274

,82

510

0,00

0,00

0,00

20,0

040

,00

40,0

00,

00

KEM

ENTE

RIAN

AGA

MA

45.8

59,9

194

,35

91,4

920

399

,51

0,49

017

,73

76,8

54,

930,

49

Sum

ber:

EAT

RKP

201

3

Kem

ente

rian

Agam

a ad

alah

pel

aksa

na/p

endu

kung

pen

capa

ian

PN 2

. Pen

didi

kan

dan

PN 1

4. L

ainn

ya K

esej

ahte

raan

Rak

yat.

Adap

un p

otre

t ki

nerja

pro

gram

di

Kem

ente

rian

Agam

a ya

ng d

iindi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi

1, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di a

tas

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

per

sen.

Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah:

(1) B

imbi

ngan

Mas

yara

kat

Isla

m; (

2) B

imbi

ngan

Mas

yara

kat

Kato

lik; d

an (3

) Pen

didi

kan

Isla

m.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t ki

nerja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ag

ama

yang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rat

a-ra

ta r

ealis

asi f

isik

dan

angg

aran

di b

awah

rat

a-ra

ta 2

0 ke

men

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Dal

am h

al in

i, tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini,

kare

na 5

pro

gram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3 m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

in

dika

tor 1

00 p

erse

n.

Page 178: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201414

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A11

. Kem

ente

rian

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a Ta

bel A

11.

Kin

erja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a Ta

hun

2013

No

Prog

ram

Pa

gu

Prog

ram

(R

p M

)

Rea

lisas

i Fi

sik

(%)

Rea

lisas

i A

ngga

ran

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RK

P)

Kin

erja

Pro

gram

dal

am K

/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

) Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

r Sa

ma

Men

ingk

at

Men

urun

Ti

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

an re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DIS

I 1)

1 Pe

ngel

olaa

n Su

mbe

r Day

a da

n Pe

rang

kat P

os d

an In

form

atik

a 73

8,27

10

0,00

91

,57

2 50

,00

50,0

0 0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

2 Pe

nelit

ian

dan

Peng

emba

ngan

SD

M K

omin

fo

184,

21

99,9

3 95

,71

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

3 Pe

ngem

bang

an In

form

asi d

an K

omun

ikas

i Pub

lik

236,

81

99,8

0 98

,71

5 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

4 D

ukun

gan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an T

ugas

Tek

nis

Lain

nya

Kem

ente

rian

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a 26

4,42

99

,00

92,5

6 5

100,

00

0,00

0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

5 Pe

ning

kata

n Sa

rana

dan

Pra

sara

na A

para

tur K

emen

teria

n K

omun

ikas

i da

n In

form

atik

a 7,

50

100,

00

98,6

4 1

100,

00

0,00

0,

00

0,00

0,

00

66,6

7 33

,33

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

i baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

ND

ISI 2

)

1 Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s A

para

tur K

emen

teria

n K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika

27,1

2 85

,00

97,8

1 3

66,6

7 0,

00

33,3

3 20

,00

60,0

0 10

,00

10,0

0

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

an re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DIS

I 3)

1 Pe

nyel

engg

araa

n Po

s da

n In

form

atik

a 2.

395,

28

94,5

0 73

,25

4 75

,00

25,0

0 0,

00

0,00

10

0,00

0,

00

0,00

2

Peng

emba

ngan

Apl

ikas

i Inf

orm

atik

a 16

8,77

71

,33

62,1

4 3

66,6

7 33

,33

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

KEM

ENTE

RIA

N K

OM

UN

IKA

SI D

AN

INFO

RM

ATI

KA

95

,34

80,1

6 24

83

,33

12,5

0 4,

17

0,00

87

,50

8,33

4,

17

Sum

ber:

EA

T R

KP

2013

Kem

ente

rian

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a ad

alah

pel

aksa

na/p

endu

kung

pen

capa

ian

PN 6

. Inf

rast

rukt

ur. A

dapu

n po

tret

kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ko

mun

ikas

i dan

In

form

atik

a ya

ng d

iindi

kasi

kan

mem

iliki

pot

ensi

pal

ing

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, ya

itu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alis

asi f

isik

dan

ang

gara

n di

ata

s ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di

ata

s 80

per

sen.

Pro

gram

yan

g m

emen

uhi

krite

ria in

i ada

lah:

(1)

Pen

eliti

an d

an P

enge

mba

ngan

SD

M K

omin

fo; (

2) P

enge

mba

ngan

Info

rmas

i dan

Kom

unik

asi P

ublik

; (3)

Duk

unga

n M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tu

gas T

ekni

s Lai

nnya

Kem

ente

rian

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a; d

an (4

) Pen

ingk

atan

Sar

ana

dan

Pras

aran

a A

para

tur K

emen

teria

n Ko

mun

ikas

i dan

Info

rmat

ika.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t ki

nerja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ko

mun

ikas

i dan

Info

rmat

ika

yang

diin

dika

sika

n pa

ling

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

na

sion

al a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isas

i fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rat

a-ra

ta 2

0 ke

men

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di b

awah

50

pers

en. T

idak

ada

pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i.

A11.

K

emen

teri

an K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika

Tabe

l A11

. Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a Ta

hun

2013

Kem

ente

rian

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a ad

alah

pel

aksa

na/p

endu

kung

pen

capa

ian

PN 6

. Inf

rast

rukt

ur. A

dapu

n po

tret

kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ko

mun

ikas

i da

n In

form

atik

a ya

ng d

iindi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di a

tas r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

pers

en. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i kr

iteria

ini a

dala

h: (1

) Pen

eliti

an d

an P

enge

mba

ngan

SDM

Kom

info

; (2)

Pen

gem

bang

an In

form

asi d

an K

omun

ikas

i Pub

lik; (

3) D

ukun

gan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an

Tuga

s Tek

nis L

ainn

ya K

emen

teria

n Ko

mun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

dan

(4) P

enin

gkat

an S

aran

a da

n Pr

asar

ana

Apar

atur

Kem

ente

rian

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ko

mun

ikas

i dan

Info

rmat

ika

yang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

na

siona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini.

Page 179: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 15

A12.

K

emen

teri

an P

erda

gang

an

Tabe

l A12

. Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Perd

agan

gan

Tahu

n 20

13

Kem

ente

rian

Perd

agan

gan

adal

ah p

elak

sana

/pen

duku

ng p

enca

paia

n PN

7. I

klim

Inve

stas

i dan

Iklim

Usa

ha, d

an P

N 1

3. L

ainn

ya P

erek

onom

ian.

Ada

pun

potr

et k

iner

ja

prog

ram

di K

emen

teria

n Pe

rdag

anga

n ya

ng d

iindi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki r

ata-

rata

rea

lisas

i fisi

k da

n an

ggar

an d

i ata

s ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di

ata

s 80

pe

rsen

. Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah:

(1) P

enin

gkat

an P

erda

gang

an L

uar N

eger

i dan

(2) P

enge

mba

ngan

Eks

por N

asio

nal.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

rdag

anga

n ya

ng d

iindi

kasik

an p

alin

g tid

ak o

ptim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

baw

ah ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di

baw

ah 5

0 pe

rsen

. Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini.

A12

. Kem

ente

rian

Per

daga

ngan

Ta

bel A

12.

Kin

erja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Per

daga

ngan

Tah

un 2

013

No

Prog

ram

Pa

gu P

rogr

am

(Rp

M)

Rea

lisas

i Fi

sik

(%)

Rea

lisas

i A

ngga

ran

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RK

P)

Kin

erja

Pro

gram

dal

am K

/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

) Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

r Sa

ma

Men

ingk

at

Men

urun

Ti

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

an re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DIS

I 1)

1 Pe

ning

kata

n Pe

rdag

anga

n Lu

ar N

eger

i 17

8,80

11

7,15

94

,31

8 75

,00

25,0

0 0,

00

25,0

0 50

,00

12,5

0 12

,50

2 Pe

ngem

bang

an E

kspo

r Nas

iona

l 35

3,33

10

1,37

91

,13

9 66

,67

33,3

3 0,

00

0,00

44

,44

55,5

6 0,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

i ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

ND

ISI 4

) 1

Peni

ngka

tan

Perli

ndun

gan

Kon

sum

en

235,

40

103,

95

85,1

9 10

10

0,00

0,

00

0,00

30

,00

50,0

0 20

,00

0,00

2 Pe

ning

kata

n Ef

isie

nsi P

asar

Kom

oditi

83

,94

102,

00

84,5

9 6

83,3

3 0,

00

16,6

7 0,

00

33,3

3 50

,00

16,6

7

3 Pe

ning

kata

n K

erja

Sam

a Pe

rdag

anga

n In

tern

asio

nal

261,

60

107,

04

90,4

3 7

71,4

3 28

,57

0,00

14

,29

57,1

4 28

,57

0,00

4

Peng

kajia

n da

n Pe

ngem

bang

an K

ebija

kan

Perd

agan

gan

63

,73

100,

26

89,7

2 7

57,1

4 42

,86

0,00

0,

00

42,8

6 57

,14

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

i baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

ND

ISI 2

)

1 Pe

ning

kata

n Sa

rana

dan

Pra

sara

na A

para

tur K

emen

teria

n Pe

rdag

anga

n 71

,19

98,4

2 96

,72

1 10

0,00

0,

00

0,00

0,

00

100,

00

0,00

0,

00

2 Pe

ngem

bang

an P

erda

gang

an D

alam

Neg

eri

12

09,4

5 96

,44

93,4

4 6

50,0

0 50

,00

0,00

0,

00

50,0

0 50

,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fis

ik d

an re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DIS

I 3)

1 D

ukun

gan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an T

ugas

Tek

nis

Lain

nya

Kem

ente

rian

Perd

agan

gan

471,

53

91,3

8 85

,42

5 10

0,00

0,

00

0,00

40

,00

20,0

0 40

,00

0,00

2 Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s A

para

tur

Kem

ente

rian

Perd

agan

gan

34

,49

86,4

4 85

,50

5 80

,00

20,0

0 0,

00

20,0

0 60

,00

0,00

20

,00

KEM

ENTE

RIA

N P

ERD

AG

AN

GA

N

99,1

8 90

,68

64

76,5

6 21

,88

1,56

14

,06

46,8

8 35

,94

3,13

Sum

ber E

AT

RK

P 20

13

Kem

ente

rian

Perd

agan

gan

adal

ah p

elak

sana

/pen

duku

ng p

enca

paia

n PN

7. I

klim

Inve

stas

i dan

Iklim

Usa

ha, d

an P

N 1

3. L

ainn

ya P

erek

onom

ian.

Ada

pun

potr

et k

iner

ja

prog

ram

di K

emen

teria

n Pe

rdag

anga

n ya

ng d

iindi

kasi

kan

mem

iliki

pot

ensi

pal

ing

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da

pada

kon

disi

1, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alis

asi f

isik

dan

ang

gara

n di

ata

s ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di a

tas 8

0 pe

rsen

. Pro

gram

ya

ng m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah:

(1) P

enin

gkat

an P

erda

gang

an L

uar N

eger

i dan

(2) P

enge

mba

ngan

Eks

por N

asio

nal.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t ki

nerja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

rdag

anga

n ya

ng d

iindi

kasi

kan

palin

g tid

ak o

ptim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isas

i fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ba

wah

50

pers

en. T

idak

ada

pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i.

Page 180: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201416

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A13.

K

emen

teri

an D

alam

Neg

eri

Tabe

l A13

. Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i Tah

un 2

013

No

Prog

ram

Pagu

Pro

gram

(Rp

M)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

g-ga

ran

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)

Tida

k Te

rca-

pai

(TC)

Tida

k Te

r-uk

urSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pe

ngua

tan

Peny

elen

ggar

aan

Pem

erin

taha

n U

mum

483,

9410

6,79

90,8

72

100,

000,

000,

000,

0050

,00

50,0

00,

002

Peni

ngka

tan

Sara

na d

an P

rasa

rana

Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i62

9,94

100,

0090

,15

110

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

000,

00

3Pe

neliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i67

,07

98,1

090

,13

110

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

00

4Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

lain

nya

Sekr

etar

at

Jend

eral

Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i37

1,51

96,6

410

0,00

250

,00

0,00

50,0

00,

000,

0050

,00

50,0

05

Pend

idik

an K

epam

ongp

raja

an50

2,79

99,7

093

,77

250

,00

50,0

00,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)1

Pena

taan

Adm

inist

rasi

Kepe

ndud

ukan

1.67

4,11

99,7

772

,79

475

,00

25,0

00,

0025

,00

75,0

00,

000,

002

Peni

ngka

tan

Kapa

sitas

Keu

anga

n Pe

mer

inta

h Da

erah

81,8

198

,20

88,1

212

66,6

733

,33

0,00

0,00

50,0

050

,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)1

Pem

berd

ayaa

n M

asya

raka

t dan

Pem

erin

taha

n De

sa11

.018

,89

94,9

691

,13

1080

,00

10,0

010

,00

20,0

060

,00

10,0

010

,00

2Pe

ndid

ikan

dan

Pel

atiha

n Ap

arat

ur K

emen

teria

n Da

lam

Neg

eri

288,

6685

,97

90,9

25

80,0

020

,00

0,00

20,0

080

,00

0,00

0,00

3Pe

mbi

naan

Kes

atua

n Ba

ngsa

dan

Pol

itik

233,

1291

,43

92,2

77

0,00

42,8

657

,14

0,00

14,2

928

,57

57,1

4

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i69

,54

93,0

579

,49

510

0,00

0,00

0,00

60,0

040

,00

0,00

0,00

2Pe

ngel

olaa

n De

sent

ralis

asi d

an O

tono

mi D

aera

h19

6,82

79,3

177

,64

666

,67

33,3

30,

0016

,67

66,6

716

,67

0,00

3Bi

na P

emba

ngun

an D

aera

h59

4,02

95,3

485

,12

560

,00

40,0

00,

0040

,00

60,0

00,

000,

00KE

MEN

TERI

AN D

ALAM

NEG

ERI

16.2

12,2

395

,83

89,0

362

66,1

324

,19

9,68

17,7

451

,61

20,9

79,

68Su

mbe

r: E

AT R

KP

2013

Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i ada

lah

pela

ksan

a/pe

nduk

ung

penc

apai

an P

N 1

. Ref

orm

asi B

irokr

asi d

an T

ata

Kelo

la, P

N 1

0. D

aera

h Te

rtin

ggal

, Ter

depa

n, T

erlu

ar, d

an

Pasc

akon

flik,

dan

PN

12.

Lai

nnya

Pol

itik,

Huk

um, P

erta

hana

n da

n Ke

aman

an. A

dapu

n po

tret

kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Da

lam

Neg

eri y

ang

diin

dika

sikan

mem

iliki

po

tens

i pal

ing

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

atas

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

pers

en. P

rogr

am ya

ng m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah:

(1) P

engu

atan

Pen

yele

ngga

raan

Pe

mer

inta

han

Um

um; (

2) P

enin

gkat

an S

aran

a da

n Pr

asar

ana

Apar

atur

Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i; da

n (3

) Pen

eliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Kem

ente

rian

Dala

m N

eger

i.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Da

lam

Neg

eri y

ang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor

di b

awah

50

pers

en. T

idak

ada

pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i.

Page 181: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 17

A14.

Kem

ente

rian

Keu

anga

nTa

bel A

14.

Kine

rja P

rogr

am K

emen

teria

n Ke

uang

an T

ahun

201

3

No

Prog

ram

Pagu

Pr

ogra

m(R

p M

)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)Te

rcap

ai

(T)

Tida

k Te

rcap

ai (T

C)Ti

dak

Teru

kur

Sam

aM

enin

gkat

Men

urun

Tida

k ad

a da

taPr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 1

)1

Prog

ram

Pen

didi

kan

dan

Pela

tihan

Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Keua

ngan

542,

1213

8,54

96,9

73

100,

000,

000,

000,

000,

0033

,33

66,6

72

Prog

ram

Pen

gelo

laan

Ang

gara

n N

egar

a13

4,1

99,9

394

,33

110

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

000,

003

Prog

ram

Pen

gaw

asan

, Pel

ayan

an, d

an P

ener

imaa

n di

Bid

ang

Kepa

bean

an d

an C

ukai

2558

,76

99,9

295

,83

100,

000,

000,

000,

0066

,67

33,3

30,

004

Prog

ram

Pen

gaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Keua

gan

106,

4710

1,29

94,2

69

77,7

811

,11

11,1

10,

0011

,11

0,00

88,8

95

Prog

ram

Pen

gelo

laan

Per

bend

ahar

aan

Neg

ara

1759

,38

99,0

392

,93

875

,00

12,5

012

,50

12,5

062

,50

12,5

012

,50

6Pr

ogra

m P

enin

gkat

an P

enge

lola

an P

erim

bang

an K

euan

gan

Anta

ra P

emer

inta

h Pu

sat

dan

Pem

erin

taha

n Da

erah

121,

7498

,82

91,4

18

37,5

00,

0062

,50

75,0

012

,50

0,00

12,5

0

7Pr

ogra

m P

enge

lola

an D

an P

embi

ayaa

n U

tang

78,8

810

3,39

94,5

74

25,0

075

,00

0,00

0,00

75,0

025

,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)1

Duku

ngan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an Tu

gas T

ekni

s Lai

nnya

Kem

ente

rian

Keua

ngan

7.07

2,56

96,4

685

,96

410

0,00

0,00

0,00

0,00

75,0

025

,00

0,00

2Pe

rum

usan

Keb

ijaka

n Fi

skal

157,

5911

0,86

88,1

45

80,0

020

,00

0,00

20,0

040

,00

20,0

02,

00Pr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

di b

awah

rata

-rat

a da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

2)

1Pe

ngel

olaa

n Ke

kaya

an N

egar

a, P

enye

lesa

ian

Peng

urus

an P

iuta

ng N

egar

a da

n Pe

laya

nan

Lela

ng67

4,74

93,2

090

,00

910

0,00

00,0

000

,00

0,00

77,7

822

,22

0,00

2Pe

ning

kata

n da

n Pe

ngam

anan

Pen

erim

aan

Paja

k5.

203,

7882

,60

90,5

82

100,

000,

000,

000,

0050

,00

50,0

00,

00KE

MEN

TERI

AN K

EUAN

GAN

97,8

789

,97

5660

,71

30,3

68,

938,

9344

,64

16,0

730

,36

Sum

ber E

AT R

KP 2

013

Kem

ente

rian

Keua

ngan

ada

lah

pela

ksan

a/pe

nduk

ung

penc

apai

an P

N 7

. Ikl

im In

vest

asi d

an Ik

lim U

saha

. Ada

pun

potr

et k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Keua

ngan

yan

g di

indi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki r

ata-

rata

re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di a

tas r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

pers

en. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h: (1

) Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Keua

ngan

; (2)

Pen

didi

kan

dan

Pela

tihan

Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Keua

ngan

; (3)

Pen

gelo

laan

Ang

gara

n N

egar

a; d

an (4

) Pe

ngel

olaa

n Pe

rben

daha

raan

Neg

ara

; dan

(5) P

enga

was

an, P

elay

anan

, dan

Pen

erim

aan

di B

idan

g Ke

pabe

anan

dan

Cuk

ai.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Ke

uang

an y

ang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

ya

ng b

erad

a pa

da k

ondi

si 3,

yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

baw

ah ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di b

awah

50

per

sen.

Tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ters

ebut

.

Page 182: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201418

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A15.

Kem

ente

rian

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan

Tabe

l A15

. Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Pend

idik

an d

an K

ebud

ayaa

n Ta

hun

2013

No

Pro

gram

Pag

u P

rogr

am(R

p M

)

Rea

lisas

iFi

sik

(%)

Rea

lisas

i A

ngga

ran

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r P

rogr

am

(RK

P)

Kin

erja

Pro

gram

dal

am K

/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)Ti

dak

Terc

apai

(TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pe

ndid

ikan

Men

enga

h12

.644

,77

100,

0096

,25

410

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

2Pe

ndid

ikan

Ana

k U

sia D

ini,

Non

For

mal

dan

Info

rmal

2.41

6,02

100,

0094

,77

1275

,00

25,0

00,

000,

0083

,33

16,6

70,

00

3Pe

ngem

bang

an S

DM P

endi

dika

n da

n Pe

njam

inan

Mut

u Pe

ndid

ikan

2.61

8,55

99,9

493

,85

757

,14

14,2

928

,57

0,00

57,1

40,

0042

,86

4Pe

ndid

ikan

Das

ar16

.810

,34

100,

0095

,22

2445

,83

41,6

712

,50

8,33

58,3

320

,83

12,5

0

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)

1Pe

ndid

ikan

Tin

ggi

41.3

03,1

699

,80

81,5

616

31,2

568

,75

0,00

6,25

56,2

537

,50

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)

1Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

2.43

9,93

99,0

293

,56

2281

,82

13,6

44,

5518

,18

77,2

70,

004,

55

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pe

ngem

bang

an d

an P

embi

naan

Bah

asa

dan

Sast

ra37

9,51

90,8

678

,63

610

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

2Pe

lest

aria

n Bu

daya

205,

0073

,68

79,8

58

62,5

037

,50

0,00

0,00

62,5

012

,50

25,0

0

3Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r20

5,00

73,8

679

,85

450

,00

50,0

00,

0025

,00

75,0

00,

000,

00

4Pe

neliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Kem

ente

rian

Pend

idik

an N

asio

nal

1.29

5,46

85,3

978

,44

70,

0010

0,00

0,00

0,00

28,5

771

,43

0,00

KEM

ENTE

RIAN

PEN

DIDI

KAN

DAN

KEB

UDA

YAAN

99,4

587

,82

110

58,1

636

,36

5,45

7,27

67,2

717

,27

8,18

Sum

ber:

EAT

RKP

201

3

Kem

ente

rian

Pend

idik

an d

an K

ebud

ayaa

n ad

alah

pel

aksa

na/p

endu

kung

pen

capa

ian

PN 2

. Pen

didi

kan,

PN

4. P

enan

ggul

anga

n Ke

mis

kina

n, P

N 1

0. D

aera

h Te

rtin

ggal

, Ter

-de

pan,

Ter

luar

, dan

Pas

cako

nflik

, PN

11.

Keb

uday

aan,

Kre

ativ

itas,

dan

Inov

asi T

ekno

logi

, dan

PN

14.

Lai

nnya

Kes

ejah

tera

an R

akya

t. A

dapu

n po

tret

kin

erja

pro

gram

di K

e-m

ente

rian

Pend

idik

an d

an K

ebud

ayaa

n ya

ng d

iindi

kasi

kan

mem

iliki

pot

ensi

pal

ing

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da

pada

kon

disi

1, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alis

asi fi

sik

dan

angg

aran

di a

tas

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

per

sen.

Pro

gram

ya

ng m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah

Prog

ram

Pen

didi

kan

Men

enga

h.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

ndid

ikan

dan

Keb

uday

aan

yang

diin

dika

sika

n pa

ling

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

i-on

al a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isas

i fisi

k da

n an

ggar

an d

i baw

ah ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah

Prog

ram

Pen

eliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Kem

ente

rian

Pend

idik

an N

asio

nal.

Page 183: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 19

A16.

K

emen

teri

an P

erin

dust

rian

Tabe

l A16

. Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Perin

dust

rian

Tahu

n 20

13

No

Prog

ram

Pagu

Pro

gram

(Rp

M)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)Te

rcap

ai

(T)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pe

ning

kata

n Sa

rana

dan

Pra

sara

na A

para

tur K

emen

teria

n Pe

rindu

stria

n19

,39

98,6

995

,82

100,

000,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

2Re

vita

lisas

i dan

Pen

umbu

han

Basis

Indu

stri

Man

ufak

tur

430,

4996

,07

91,1

17

71,4

328

,57

0,00

0,00

57,1

414

,29

28,5

7

3Pe

ngka

jian

Kebi

jaka

n, Ik

lim d

an M

utu

Indu

stri

552,

8898

,91

90,1

46

66,6

733

,33

0,00

0,00

83,3

316

,67

0,00

4Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

Kem

ente

rian

Perin

dust

rian

1074

,39

97,1

187

,82

850

,00

25,0

025

,00

25,0

025

,00

12,5

037

,50

5Re

vita

lisas

i dan

Pen

umbu

han

Indu

stri

Keci

l Men

enga

h42

4,57

98,3

789

,48

944

,44

55,5

60,

000,

0055

,56

33,3

311

,11

6Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Ke

men

teria

n Pe

rindu

stria

n 49

,46

96,3

588

,46

33,3

366

,67

0,00

0,00

50,0

016

,67

33,3

3

7Pe

ngem

bang

an P

erw

ilaya

han

Indu

stri

116,

6598

,36

87,4

55

20,0

080

,00

0,00

0,00

60,0

020

,00

20,0

0

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)

1Ke

rjasa

ma

Indu

stri

Inte

rnas

iona

l58

,59

89,9

484

,62

560

,00

40,0

00,

000,

0020

,00

60,0

020

,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Re

vita

lisas

i dan

Pen

umbu

han

Indu

stri

Agro

316,

1780

,45

72,9

37

71,4

328

,57

0,00

14,2

957

,14

28,5

70,

00

2Pe

num

buha

n In

dust

ri U

nggu

lan

Berb

asis

Tekn

olog

i Tin

ggi

285,

3244

,73

38,6

25

60,0

040

,00

0,00

0,00

60,0

040

,00

0,00

KEM

ENTE

RIAN

PER

INDU

STRI

AN91

,28

83,2

060

55,0

041

,67

3,33

5,00

53,3

325

,00

16,6

7 Su

mbe

r: E

AT R

KP 2

013

Kem

ente

rian

Perin

dust

rian

adal

ah p

elak

sana

/pen

duku

ng p

enca

paia

n PN

7.

Iklim

Inv

esta

si da

n Ik

lim U

saha

, da

n PN

13.

Lai

nnya

Per

ekon

omia

n. A

dapu

n po

tret

ki

nerja

prog

ram

di K

emen

teria

n Pe

rindu

stria

n ya

ng d

iindi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

ata

s rat

a-ra

ta 2

0 ke

men

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di a

tas 8

0 pe

rsen

. Pr

ogra

m y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h: (1

) Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Ap

arat

ur K

emen

teria

n Pe

rindu

stria

n; d

an (2

) Pen

gkaj

ian

Kebi

jaka

n, Ik

lim

dan

Mut

u In

dust

ri .

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

rindu

stria

n ya

ng d

iindi

kasik

an p

alin

g tid

ak o

ptim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

baw

ah ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di

baw

ah 5

0 pe

rsen

. Dal

am h

al in

i, tid

ak a

da p

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ter

sebu

t, ka

rena

2 p

rogr

am y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 3

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et

indi

kato

r di a

tas 5

0 pe

rsen

.

Page 184: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201420

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A17.

K

emen

teri

an H

ukum

dan

HAM

Tabe

l A17

. Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Huku

m d

an H

AM T

ahun

201

3

No

Prog

ram

Pagu

Pro

gram

(Rp

M)

Real

isas

iAn

ggar

an

(%)

Real

isas

i Fi

sik

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)Ti

dak

Terc

apai

(TC

)Ti

dak

Teru

kur

Sam

aM

enin

gkat

Men

urun

Tida

k ad

a da

ta

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Pe

ning

kata

n Pe

laya

nan

dan

Peng

awas

an K

eim

igra

sian

880,

990

,396

683

,33

16,6

70,

000,

0066

,67

33,3

30,

00

2Pe

neliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Kem

ente

rian

Huku

m d

an H

AM22

,990

,38

100

366

,67

33,3

30,

0033

,33

66,6

70,

000,

00

3Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

enku

mha

m28

,590

,01

100

10,

0010

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)

1Ad

min

istra

si Hu

kum

Um

um18

9,7

73,8

196

,00

771

,43

28,5

70,

0014

,29

42,8

642

,86

0,00

2Pe

ndid

ikan

dan

Pel

atiha

n Ap

arat

ur N

egar

a26

,385

,31

94,0

05

60,0

040

,00

0,00

20,0

080

,00

0,00

0,00

3Pe

mbi

naan

dan

Pen

yele

ngga

raan

HAK

I91

,875

,11

92,5

02

50,0

050

,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

4Pe

rlind

unga

n da

n Pe

men

uhan

HAM

31,3

89,6

511

0,98

650

,00

0,00

50,0

016

,67

33,3

30,

0050

,00

5Pe

ning

kata

n Sa

rana

dan

Pra

sara

na A

para

tur K

emen

teria

n Hu

kum

dan

HAM

351,

888

,15

92,0

01

0,00

100,

000,

000,

000,

0010

0,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)

1Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

5.33

7.30

91,2

789

,07

10,

0010

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pe

mbi

naan

dan

Pen

yele

ngga

raan

Pem

asya

raka

tan

62,7

84,8

894

75,0

025

,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

2Pe

mbe

ntuk

an H

ukum

5360

,55

802

50,0

050

,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

3Pe

mbi

naan

Huk

um N

asio

nal

47,8

51,6

887

250

,00

50,0

00,

000,

000,

0010

0,00

0,00

KEM

ENTE

RIAN

HU

KUM

DAN

HAM

7.12

4,00

90,4

189

,73

4057

,50

32,5

010

,00

7,50

50,0

032

,50

10,0

0Su

mbe

r: E

AT R

KP 2

013

Kem

ente

rian

Huku

m d

an H

AM a

dala

h pe

laks

ana/

pend

ukun

g pe

ncap

aian

PN

1. R

efor

mas

i Biro

kras

i dan

Tat

a Ke

lola

, PN

7. I

klim

Inve

stas

i dan

Iklim

Usa

ha, d

an P

N 1

2. La

inny

a Po

litik

, Huk

um, P

erta

hana

n da

n Ke

aman

an. A

dapu

n po

tret

kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Hu

kum

dan

HAM

yan

g di

indi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

1, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di a

tas r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

da

n m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di a

tas

80 p

erse

n. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h (1

) Pen

eliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Kem

ente

rian

Huku

m d

an H

AM

dan

(2) P

enin

gkat

an P

elay

anan

dan

Pen

gaw

asan

Kei

mig

rasia

n.Se

men

tara

itu,

pot

ret k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Huku

m d

an H

AM y

ang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ba

wah

50

pers

en. T

idak

ada

pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia te

rseb

ut.

Page 185: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 21

A18.

K

emen

teri

an P

erhu

bung

anTa

bel A

18.

Kine

rja P

rogr

am K

emen

teria

n Pe

rhub

unga

n Ta

hun

2013

No

Prog

ram

Pagu

Pro

gram

(Rp

M)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)Te

rcap

ai

(T)

Tida

k Te

rcap

ai (T

C)Ti

dak

Teru

kur

Sam

aM

enin

gkat

Men

urun

Tida

k ad

a da

taPr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 1

)

1Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

Kem

ente

rian

Perh

ubun

gan

554,

0310

0,93

,08

1090

,00

10,0

00,

0090

,00

0,00

10,0

00,

00

2Pe

ngel

olaa

n da

n Pe

nyel

engg

araa

n Pe

rker

etaa

pian

9,38

5,78

91,9

888

,21

1526

,67

60,0

013

,33

0,00

46,6

740

,00

13,3

33

Peng

elol

aan

dan

Peny

elen

ggar

aan

Tran

spor

tasi

Dara

t3,

013,

1791

,19

88,8

55

20,0

080

,00

0,00

0,00

20,0

080

,00

0,00

4Pe

ngel

olaa

n da

n Pe

nyel

engg

araa

n Tr

ansp

orta

si U

dara

6,88

8,76

97,3

792

,91

911

,11

88,8

90,

000,

0088

,89

11,1

10,

00Pr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

den

gan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

4)

1Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Kem

ente

rian

Perh

ubun

gan

87,0

010

071

,79

1464

,29

35,7

10,

0050

,00

7,14

42,8

60,

00

2Pe

neliti

an d

an P

enge

mba

ngan

Kem

ente

rian

Perh

ubun

gan

221,

2910

082

,18

30,

0010

0,00

0,00

0,00

66,6

733

,33

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pe

ngel

olaa

n da

n Pe

nyel

engg

araa

n Tr

ansp

orta

si La

ut11

.622

,24

84,9

885

,55

2166

,67

9,52

23,8

123

,81

38,1

014

,29

23,8

12

Peng

emba

ngan

Sum

ber D

aya

Man

usia

Per

hubu

ngan

3.02

3,62

87,6

086

,06

812

,50

87,5

00,

000,

0037

,50

62,5

00,

00

KEM

ENTE

RIAN

PER

HUBU

NG

AN90

,46

88,1

285

45,8

845

,88

8,24

24,7

135

,29

31,7

68,

24

Sum

ber:

EAT

RKP

201

3

Kem

ente

rian

Perh

ubun

gan

adal

ah p

elak

sana

/pen

duku

ng p

enca

paia

n PN

6. I

nfra

stru

ktur

. Ada

pun

potr

et k

iner

ja p

rogr

am d

i Kem

ente

rian

Perh

ubun

gan

yang

diin

dika

sikan

m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m y

ang

bera

da p

ada

kond

isi 1

, yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

an

ggar

an d

i ata

s rat

a-ra

ta 2

0 ke

men

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di a

tas 8

0 pe

rsen

. Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah

Duku

ngan

Man

ajem

en

dan

Pela

ksan

aan

Tuga

s Tek

nis L

ainn

ya K

emen

teria

n Pe

rhub

unga

n.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

rhub

unga

ni y

ang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

yan

g be

rada

pad

a ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ba

wah

50

pers

en. P

rogr

am y

ang

mem

enuh

i krit

eria

ini a

dala

h Pe

ngem

bang

an S

umbe

r Day

a M

anus

ia P

erhu

bung

an.

Page 186: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201422

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

A19.

K

emen

teri

an P

erta

nian

Tabe

l A19

. Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Pert

ania

n Ta

hun

2013

No

Prog

ram

Pagu

Pr

ogra

m(R

p M

)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)

Terc

apai

(T

)Ti

dak

Terc

apai

(T

C)Ti

dak

Teru

kur

Sam

aM

enin

gkat

Men

urun

Tida

k ad

a da

taPr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 1

)1

Duku

ngan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an T

ugas

Tekn

is La

inny

a Ke

men

teria

n Pe

rtan

ian

1216

,30

125,

1189

,96

1610

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

002

Peng

awas

an d

an P

enin

gkat

an A

kunt

abili

tas A

para

tur K

emen

teria

n Pe

rtan

ian

67,9

410

4,89

91,2

83

100,

000,

000,

0033

,33

66,6

70,

000,

003

Peni

ngka

tan

Kual

itas P

erka

ranti

naan

Per

tani

an d

an P

enga

was

an K

eam

anan

Hay

ati80

7,35

100,

3193

,55

310

0,00

0,00

0,00

0,00

66,6

733

,33

0,00

4Pe

ning

kata

n Pr

oduk

si, P

rodu

ktivi

tas d

an M

utu

Prod

uk T

anam

an H

ortik

ultu

ra B

erke

lanj

utan

736,

9697

,19

79,3

2450

,00

45,8

34,

170,

0062

,50

37,5

00,

005

Peni

ngka

tan

Prod

uksi,

Pro

dukti

vita

s dan

Mut

u Ta

nam

an

Perk

ebun

an B

erke

lanj

utan

1772

,82

90,0

380

,74

3438

,24

58,8

22,

940,

0058

,82

38,2

42,

94Pr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

den

gan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

4)

1Pe

nyed

iaan

Dan

Pen

gem

baga

nan

Pras

aran

a da

n Sa

rana

Per

tani

an18

.490

,92

94,4

292

,80

1154

,55

45,4

50,

000,

0054

,55

45,4

50,

00

2Pe

ncap

aian

Sw

asem

bada

Dag

ing

Sapi

dan

Pen

ingk

atan

Pen

yedi

aan

Pang

an H

ewan

i yan

g Am

an, S

ehat

, Utu

h da

n Ha

lal

2739

,96

103,

4485

,97

714

,29

85,7

10,

000,

0085

,71

14,2

90,

00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

baw

ah ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 2

)1

Peni

ngka

tan

Nila

i Tam

bah,

Day

a Sa

ing,

Indu

stri

Hilir

, Pem

asar

an d

an E

kspo

r Has

il Pe

rtan

ian

592,

8810

1,25

90,7

34

50,0

050

,00

0,00

0,00

50,0

050

,00

0,00

2Pe

ning

kata

n Pr

oduk

si, P

rodu

ktivi

tas,

dan

Mut

u Ta

nam

an P

anga

n U

ntuk

Men

capa

i Sw

asem

bada

dan

Sw

asem

bada

Ber

kela

njut

an28

87,2

386

,18

81,0

333

9,09

87,8

83,

030,

0045

,45

51,5

23,

03

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di b

awah

/sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

3)

1Pe

ncip

taan

Tekn

olog

i dan

Var

ieta

s Ung

gul B

erda

ya S

aing

1745

,28

123,

0592

,95

410

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

002

Peni

ngka

tan

Dive

rsifi

kasi

dan

Keta

hana

n Pa

ngan

Mas

yara

kat

647,

1692

,11

92,9

34

75,0

025

,00

0,00

50,0

025

,00

25,0

00,

003

Peny

uluh

an d

an P

enge

mba

ngan

SDM

Per

tani

an

1341

,65

98,8

592

425

,00

75,0

00,

000,

0050

,00

50,0

00,

00

KEM

ENTE

RIAN

PER

TAN

IAN

97,3

490

,11

147

45,5

852

,38

2,04

2,04

48,3

037

,41

12,2

4

Sum

ber:

EAT

RKP

201

3

Kem

ente

rian

Pert

ania

n ad

alah

pel

aksa

na/p

endu

kung

pen

capa

ian

PN 5

. Ket

ahan

an P

anga

n. A

dapu

n po

tret

kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

rtan

ian

yang

mem

iliki

po

tens

i pal

ing

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal b

erad

a pa

da k

ondi

si 1,

yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

ata

s ra

ta-r

ata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

per

sen.

Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah:

(1) P

enga

was

an d

an P

enin

gkat

an A

kunt

abili

tas

Apar

atur

Kem

ente

rian

Pert

ania

n; (

2) D

ukun

gan

Man

ajem

en d

an P

elak

sana

an T

ugas

Tek

nis L

ainn

ya K

emen

teria

n Pe

rtan

ian;

dan

(3)

Peni

ngka

tan

Kual

itas P

erka

rant

inaa

n Pe

rtan

ian

dan

Peng

awas

an K

eam

anan

Hay

ati.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pe

rtan

ian

yang

diin

dika

sikan

pal

ing

tidak

opt

imal

dal

am m

endu

kung

pen

capa

ian

prio

ritas

nas

iona

l ada

lah

prog

ram

ya

ng b

erad

a pa

da k

ondi

si 3,

yai

tu m

emili

ki ra

ta-r

ata

real

isasi

fisik

dan

ang

gara

n di

baw

ah ra

ta-r

ata

20 k

emen

teria

n; d

an m

emili

ki p

enca

paia

n ta

rget

indi

kato

r di b

awah

50

per

sen.

Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah

Prog

ram

Pen

yulu

han

dan

Peng

emba

ngan

SDM

Per

tani

an.

Page 187: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 23

A20.

K

emen

teri

an P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

Tabe

l A20

. Ki

nerja

Pro

gram

Kem

ente

rian

Pariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif,

Tah

un 2

013

No

Prog

ram

Pagu

Pr

ogra

m(R

p M

)

Real

isas

iFi

sik

(%)

Real

isas

i An

ggar

an

(%)

Jum

lah

Indi

kato

r Pr

ogra

m

(RKP

)

Kine

rja P

rogr

am d

alam

K/L

Penc

apai

an T

arge

t Ind

ikat

or (%

)Pe

rkem

bang

an C

apai

an In

dika

tor

2011

- 20

13 (%

)Te

rcap

ai

(T)

Tida

k Te

rcap

ai

(TC)

Tida

k Te

ruku

rSa

ma

Men

ingk

atM

enur

unTi

dak

ada

data

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

1)

1Du

kung

an M

anaj

emen

dan

Pel

aksa

naan

Tug

as Te

knis

Lain

nya

Kem

ente

rian

Pariw

isata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

176,

4999

,56

89,2

14

50,0

050

,00

0,00

0,00

50,0

050

,00

0,00

Prog

ram

den

gan

real

isas

i fisi

k di

ata

s/sa

ma

deng

an ra

ta-r

ata

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah d

enga

n ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 4

)1

Peng

emba

ngan

Eko

nom

i Kre

atif B

erba

sis M

edia

, Des

ain,

dan

IPTE

K13

4,25

166,

1470

,98

10,

0010

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00Pr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

di b

awah

rata

-rat

a da

n re

alis

asi a

ngga

ran

di a

tas/

sam

a de

ngan

rata

-rat

a (K

ON

DISI

2)

1Sa

rana

dan

Pra

sara

na A

para

tur K

emen

teria

n Pa

riwisa

ta d

an

Ekon

omi K

reati

f34

,96

94,0

094

,92

110

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00

2Pe

ngem

bang

an P

emas

aran

Par

iwisa

ta56

6,19

94,6

690

,26

250

,00

50,0

00,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

3Pe

ngem

bang

an S

umbe

r Day

a Pa

riwisa

ta d

an E

kono

mi K

reati

f31

8,65

95,3

782

,77

20,

0010

0,00

0,00

0,00

100,

000,

000,

00Pr

ogra

m d

enga

n re

alis

asi fi

sik

dan

real

isas

i ang

gara

n di

baw

ah/s

ama

deng

an ra

ta-r

ata

(KO

NDI

SI 3

)

1Pe

ngaw

asan

dan

Pen

ingk

atan

Aku

ntab

ilita

s Apa

ratu

r Ke

men

teria

n Pa

riwisa

ta d

an E

kono

mi K

reati

f29

,87

83,3

168

,90

10,

0010

0,00

0,00

0,00

0,00

100,

000,

00

2Pe

ngem

bang

an D

estin

asi P

ariw

isata

387,

6995

,88

69,7

52

0,00

100,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

3Pe

ngem

bang

an E

kono

mi K

reati

f Ber

basis

Sen

i dan

Bud

aya

285,

0176

,58

77,2

53

0,00

100,

000,

000,

0010

0,00

0,00

0,00

KEM

ENTE

RIAN

PAR

IWIS

ATA

DAN

EKO

NO

MI K

REAT

IF97

,58

81,3

116

43,7

556

,25

0,00

0,00

75,0

025

,00

0,00

Sum

ber:

EAT

RKP

201

3

Kem

ente

rian

Pariw

isata

dan

Eko

nom

i Kre

atif

adal

ah p

elak

sana

/pen

duku

ng p

enca

paia

n PN

14.

Lai

nnya

Kes

ejah

tera

an R

akya

t. Ad

apun

pot

ret

kine

rja p

rogr

am d

i Ke

men

teria

n Pa

riwisa

ta d

an E

kono

mi K

reat

if ya

ng d

iindi

kasik

an m

emili

ki p

oten

si pa

ling

optim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as n

asio

nal a

dala

h pr

ogra

m

yang

ber

ada

pada

kon

disi

1, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di a

tas r

ata-

rata

20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i ata

s 80

pers

en. T

idak

ada

pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i.

Sem

enta

ra it

u, p

otre

t kin

erja

pro

gram

di K

emen

teria

n Pa

riwisa

ta d

an E

kono

mi K

reat

if ya

ng d

iindi

kasik

an p

alin

g tid

ak o

ptim

al d

alam

men

duku

ng p

enca

paia

n pr

iorit

as

nasio

nal a

dala

h pr

ogra

m ya

ng b

erad

a pa

da ko

ndisi

3, y

aitu

mem

iliki

rata

-rat

a re

alisa

si fis

ik d

an a

ngga

ran

di b

awah

rata

-rat

a 20

kem

ente

rian;

dan

mem

iliki

pen

capa

ian

targ

et in

dika

tor d

i baw

ah 5

0 pe

rsen

. Pro

gram

yan

g m

emen

uhi k

riter

ia in

i ada

lah:

(1 )

Peng

awas

an d

an P

enin

gkat

an A

kunt

abili

tas

Apar

atur

Kem

ente

rian

Pariw

isata

da

n Ek

onom

i Kre

atif;

(2) P

enge

mba

ngan

Des

tinas

i Par

iwisa

ta; d

an (5

) Pen

gem

bang

an E

kono

mi K

reat

if Be

rbas

is Se

ni d

an B

uday

a.

Page 188: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201424

Lampiran A - Potret Kinerja 20 Kementerian Tahun 2013

Page 189: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Lampiran BProfil Kualitas Program Dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

Page 190: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201426

Lampiran B : Profil Kualitas Program Dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

Page 191: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 27

A. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 3. Kesehatan

Capaian PN 3. Kesehatan teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh satu program, yaitu Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Berikut adalah profil kualitas program tersebut.

A1. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan AnakProgram Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, pendukung PN 3. Kesehatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, memiliki nilai kualitas program yang agak baik (nilai 61,54), perlu upaya cukup keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung efektif dan tidak efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 85,73 persen dengan capaian indikator 101,75 persen. Ada indikasi anggaran tidak realistis/over budget atau target kinerja tidak realistis.

Gambar B.1 Gambar B.2 Kualitas Program Bina Gizi dan Kualitas Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kesehatan Ibu dan Anak Menurut Kriteria Rancangan Program

70,59%

44,44%

44,44%

61,54%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

70,00%

66,67%

100,00%66,67%

100,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah: (1) Permasalahan infrastruktur, yaitu terbatasnya sarana PONED, PONEK, Polindes dan unit transfusi darah; (2) Permasalahan anggaran, yaitu terbatasnya pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat; (3) Permasalahan SDM dan organisasi, antara lain ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas dengan distribusi yang belum merata.; (4) Permasalahan regulasi, yaitu penyusunan peraturan perundang-undangan, harmonisasi peraturan, pelayanan advokasi hukum, peningkatan kesadaran hukum bagi aparatur kesehatan yang belum terlaksana dengan baik.

Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah: (1) penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK; (2) Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier, antara lain melalui: peningkatan jumlah rumah sakit dan puskesmas serta jaringannya, terutama pada daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan serta daerah dengan aksesibilitas relative rendah; (2) pembiayaan kesehatan akan diarahkan untuk mencapai keseimbangan pembiayaan kegiatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif; (3) Pengembangan sumber daya manusia kesehatan, antara lain melalui: peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran sumber daya manusia kesehatan; perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan sumber daya manusia kesehatan; dan penyempurnaan sistem insentif dan penempatan SDM kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan; (4) Telah dilaksanakan riset kesehatan dasar dan penguatan kelembagaan pengelolaan data dan survailans; serta telah dilakukan pula perkuatan peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran dari UU No. 36/2009 tentang Kesehatan.

Page 192: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201428

Lampiran B : Profil Kualitas Program Dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

B. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 4. Penanggulangan Kemiskinan

Capaian PN 4. Penanggulangan Kemiskinan teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh empat program, yaitu: (1) Program Perlindungan dan Jaminan Sosial, (2) Program Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, (3) Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja, dan (4) Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Berikut adalah profil kualitas program-program tersebut.

B1. Program Perlindungan dan Jaminan SosialProgram Perlindungan dan Jaminan Sosial, pendukung PN 4. Penanggulangan Kemiskinan yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial, memiliki nilai kualitas program yang cukup baik (nilai 80,77), perlu upaya agak keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung efektif dan efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 95,92 persen dengan capaian indikator 97,47 persen. Namun, baik realisasi anggaran dan kinerja program tidak ada yang mencapai 100 persen. Karena itu, perencanaan anggaran dan penetapan target perlu lebih dioptimalkan lagi guna menghasilkan anggaran yang lebih realistis dan target yang lebih optimis.

Gambar B.3 Gambar B.4 Kualitas Program Perlindungan dan Kualitas Rancangan Jaminan Sosial Program Perlindungan dan Jaminan Sosial

82,35%

88,89%

66,67%

80,77%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah: (1) Permasalahan infrastruktur, yaitu masih lemahnya jaringan internet di beberapa kabupaten sehingga menghambat input data; (2) Permasalahan anggaran, yaitu keterbatasan anggaran pemerintah, sehingga tidak dapat menjangkau RTS; (3) Permasalahan SDM dan organisasi, yaitu masih kurangnya kesiapan SDM dan manajemen di tingkat pusat dan masih kurangnya pemahaman tentang PKH dari supply side (pendidikan dan kesehatan); (4) Permasalahan regulasi, yaitu kurangnya pemahaman mengenai Inpres No.1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan, Inpres No.3/2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan.

Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah: (1) Peningkatan sistem jaringan internet dan mulai memindahkan sistem informasi manajemen ke ibukota provinsi; (2) Penyusunan prioritas penganggaran dan penentuan lokasi dan objek kegiatan agar sesuai dengan kebutuhan; (3) Peningkatan kuantitas dan kualitas dukungan SDM di tingkat pusat dan peningkatan pemahaman supply side (pendidikan dan kesehatan) serta peningkatan kapasitas dan kualitas SDM serta organisasi di tingkat pusat; (4) Pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi serta penyusunan peraturan perundang-undangan pelaksanaan, peningkatan koordinasi dan sinergi PKH dengan program bantuan sosial lainnya, serta pelengkapan materi sosialisasi, dan penguatan kelembagaan dan koordinasi di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten.

Page 193: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 29

B2. Program Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Program Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pendukung PN 4. Penanggulangan Kemiskinan yang dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, memiliki nilai kualitas program yang cukup baik (nilai 79,81 persen), perlu upaya agak keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 terkait aspek efisiensi dan efektivitas program tidak dapat dievaluasi karena data tidak tersedia.

Gambar B.5 Gambar B.6 Kualitas Program Pemberdayaan Koperasi Kualitas Program Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Kriteria Rancangan Program

85,29%

72,22%

66,67%

79,81%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

86,67%

86,67%

100,00%66,67%

50,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah: (1) Permasalahan anggaran, yaitu keterbatasan anggaran pemerintah, sehingga tidak dapat menjangkau seluruh lapisan kegiatan; (2) Permasalahan SDM dan organisasi yaitu nomenklatur SKPD yang bertugas memberdayakan KUMKM di daerah berbeda, pejabat Pembina KUMKM kurang terlembagakan dengan baik, akibat seringnya mutasi pegawai, kurangnya pembinaan berkesinambungan dari Dinas setempat dan kapasitas aparat pelaksana di pusat maupun di daerah masih belum optimal; (3) Permasalahan regulasi, yaitu pemahaman peraturan perundang-undangan yang baru (UU No.20/2008 tentang UMKM; UU No.17/2012 tentang Perkoperasian; UU No.1/2013 tentang LKM; PP No.17/2013 tentang Pelaksanaan UU UMKM); (4) Permasalahan lainnya, yaitu kelemahan dari kriteria, verifikasi serta pemantauan dan evaluasi kegiatan.

Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah: (1) Menyusun prioritas penganggaran dan penentuan lokasi dan objek kegiatan; (2) Melaksanakan sosialisasi dan diseminasi serta penyusunan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya dan menyediakan bahan sosialisasi; alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan sosialisasi/diseminasi; serta percepatan pelaksanaan penyusunan peraturan pelaksanaan.

B3. Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan KerjaProgram Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja, pendukung PN 4. Penanggulangan Kemiskinan yang dilaksanakan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, memiliki nilai kualitas program yang agak baik (nilai 54,81), perlu upaya cukup keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung tidak efektif dan tidak efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 88,86 persen dengan capaian indikator 129 persen. Program cenderung tidak efektif dalam perencanaan, yaitu dalam hal penetapan target yang kemungkinan terlalu pesimis. Selain itu, program sangat tidak efisien dalam perencanaan, yaitu anggaran yang ditentukan tidak realistis karena

Page 194: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201430

Lampiran B : Profil Kualitas Program Dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

terdapat kelebihan anggaran. Jika anggaran yang ditetapkan lebih realistis, maka kelebihan anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk program lainnya.

Gambar B.7 Gambar B.8 Kualitas Program Penempatan dan Kualitas Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Perluasan Kesempatan Kerja Menurut Kriteria Rancangan Program

50,00%

83,33%

44,44%

54,81%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

46,67%

46,67%

66,67%66,67%

100,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah permasalahan anggaran, yaitu waktu pelaksanaan program/kegiatan yang bersumber dari dana BNPB selalu lebih lambat dari dana yang bersumber dari Rupiah Murni. Dalam menghadapi permasalahan pencapaian program tersebut, solusi dan tindak lanjut yang dilakukan adalah melakukan penjadwalan ulang rencana pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari dana PNBP dan melakukan koordinasi terkait dengan sumber pendanaan PNBP dengan Kemenkeu, Kemnakertrans dan Bappenas.

B4. Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, pendukung PN 4. Penanggulangan Kemiskinan yang dilaksanakan oleh Kementerian Dalam Negeri, memiliki nilai kualitas program yang kurang baik (nilai 18,27), perlu upaya sangat keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung tidak efektif dan efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 98,73 persen dengan capaian indikator 148 persen. Ada indikasi anggaran tidak realistis/over budget atau target kinerja tidak realistis

Gambar B.9 Gambar B.10 Kualitas Program Pemberdayaan Kualitas Program Pemberdayaan Masyarakat Masyarakat dan Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Desa Menurut Kriteria Rancangan Program

19,12%

33,33%

0,00%

18,27%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

13,33%

23,33%

33,33%33,33%

0,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Page 195: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 31

C. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Capaian PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh satu program, yaitu Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri. Berikut adalah profil kualitas program.

C1. Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri

Gambar B.11 Gambar B.12 Kualitas Program Pengembangan Kualitas Program Pengembangan Perdagangan Perdagangan Dalam Negeri Dalam Negeri Menurut Kriteria Rancangan Program

66,18%

100,00%

0,00%

60,58%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

56,67%

66,67%

100,00%100,00%

100,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, pendukung PN 7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha yang dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan, memiliki nilai kualitas program yang agak baik (nilai 60,58), perlu upaya cukup keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung efektif dan efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 94,88 persen dengan capaian indikator 93,63 persen, namun belum mencapai 100 persen. Karena itu, sebaiknya perencanaan lebih dioptimalkan guna menghasilkan target yang lebih optimis dan anggaran yang lebih realistis.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah: (1) Permasalahan infrastruktur, yaitu lokasi sarana distribusi yang terkadang dibangun di wilayah pedesaan/perbatasan/terpencil terkadang susah untuk diakses baik produsen maupun konsumen; (2) Permasalahan SDM dan organisasi, yaitu kesiapan pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan yang termasuk dalam program;(3) Permasalahan regulasi, yaitu masih diperlukannya aturan petunjuk teknis pembangunan sarana distribusi dan standarnya agar pemerintah daerah dan juga setiap K/L yang mendukung program ini dapat mengikuti standar yang sama; dan (4) Dukungan infrastruktur jalan, listrik serta sarana transportasi untuk optimalisasi sarana distribusi perdagangan dan juga kejelasan tata ruang wilayah di daerah untuk lokasi retail modern, dan usaha dagang kecil dan menengah.

Dalam menghadapi permasalahan pencapaian program tersebut, solusi dan tindak lanjut yang dilakukan adalah Kementerian Perdagangan sedang mempersiapkan peraturan terkait pembangunan sarana distribusi dan juga pusat distribusi.

Page 196: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201432

Lampiran B : Profil Kualitas Program Dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

D. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 8. Energi

Capaian PN 8. Energi teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh satu program, yaitu Program Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi. Berikut adalah profil kualitas program.

D1. Program Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas BumiProgram Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi, pendukung PN 8. Energi yang dilaksanakan oleh Kementerian ESDM, memiliki nilai kualitas program yang agak baik (nilai 65,38), perlu upaya cukup keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung efektif dan tidak efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 47,69 persen dengan capaian indikator 107 persen. Program cenderung tidak efisien dalam perencanaan, yaitu penetapan anggaran tidak realistis/over budget. Jika anggaran yang ditetapkan lebih realistis, kelebihan anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk program lainnya.

Gambar B.13 Gambar B.14 Capaian Indikator Program Pengelolaan Perkembangan Capaian Indikator Program dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah: (1) Permasalahan lahan, yaitu ketidakselarasan fungsi lahan terutama dengan fungsi kawasan hutan konservasi dan lindung; (2) Permasalahan infrastruktur, yaitu keterbatasan infrastruktur kilang minyak dan gas; (3) Permasalahan anggaran, yaitu keterbatasan anggaran; (4) Permasalahan SDM dan organisasi, yaitu rendahnya kemampuan aparatur pemda dalam pengelolaan pertambangan; (5) Permasalahan regulasi, yaitu kontrak jangka panjang dari perjanjian jual beli gas sebelum diterbitkannya UU No.22/2001 tentang Migas; (6) Permasalahan lainnya, yaitu efisiensi dalam penyediaan dan pemanfaatan energi di Indonesia masih tergolong rendah.

Solusi dan tindak lanjut yang dilakukan adalah: (1) Harmonisasi yang lebih efektif antara pemanfaatan potensi migas dan mineral dengan pelestarian jasa lingkungan kawasan hutan dan memperbaiki dan menyederhanakan birokrasi perijinan pengusahaan pertambangan; (2) Pembangunan infrastruktur energi dan pembangunan infrastruktur energi dan mendorong penggunaan teknologi tinggi yang efisien pada kegiatan pengolahan (kilang minyak dan gas); (3) Peningkatan produksi dan cadangan minyak dan gas bumi melalui peningkatan daya tarik investasi dan peningkatan daya tarik investasi eksplorasi dan eksploitasi dengan meningkatkan kualitas promosi dan penawaran lapangan minyak dan gas bumi; (4) Peningkatan kemampuan teknis/ managerial dan meningkatkan transparansi, tata kelola, dan menghilangkan korupsi dan biaya yang tidak efisien di sektor hulu energi, yakni eksplorasi dan eksploitasi; (5) Penguatan kelembagaan dan peraturan perundangan dan menguatkan kelembagaan dan peraturan perundangan; (6) Penghematan pemanfaatan energi terutama akan dilakukan untuk sektor-sektor yang mengkonsumsi energi yang besar seperti industri, pembangkit listrik dan transportasi dan meningkatkan efisiensi dalam penyediaan dan pemanfaatan energi.

Page 197: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 33

E. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

Capaian PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh dua program, yaitu: (1) Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan, dan (2) Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Berikut adalah profil kualitas setiap program.

E1. Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan

Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan, pendukung PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana yang dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan, memiliki nilai kualitas program yang cukup baik (nilai 73,08), perlu upaya agak keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung efektif namun tidak efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 87,59 persen dengan capaian indikator 98,34 persen. Program cenderung tidak efisien dalam perencanaan, yaitu penetapan anggaran tidak realistis/over budget. Jika anggaran yang ditetapkan lebih realistis, maka kelebihan anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk program lainnya.

Gambar B.15 Gambar B.16 Kualitas Program Perencanaan Makro Kualitas Program Perencanaan Makro Bidang Bidang Kehutanan dan Kawasan Hutan Kehutanan dan Kawasan Hutan Menurut Kriteria Rancangan Program

85,29%

38,89%

61,11%

73,08%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

86,67%

86,67%

100,00%100,00%

0,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah permasalahan anggaran, yaitu keterbatasan anggaran pemerintah sehingga tidak menjangkau seluruh lapisan kegiatan. Dalam menghadapi permasalahan pencapaian program tersebut, solusi dan tindak lanjut yang dilakukan adalah penyusunan prioritas penganggaran dan penentuan lokasi dan objek kegiatan.

E2. Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, pendukung PN 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana yang dilaksanakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, memiliki nilai kualitas program yang cukup baik (nilai 70,19), perlu upaya agak keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung efektif namun tidak efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 85,90 persen dengan capaian indikator 100,00 persen. Program cenderung tidak efisien dalam perencanaan, yaitu penetapan anggaran tidak realistis/over budget. Jika anggaran yang ditetapkan lebih realistis, maka kelebihan anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk program lainnya.

Page 198: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201434

Lampiran B : Profil Kualitas Program Dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

Gambar B.17 Gambar B.18 Kualitas Program Pengembangan dan Kualitas Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi, Klimatologi, Pembinaan Meteorologi, Klimatologi, dan dan Geofisika Geofisika Menurut Kriteria Rancangan Program

76,47%

66,67%

50,00%

70,19%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

73,33%

76,67%

100,00%100,00%

50,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah: (1) Permasalahan anggaran, yaitu keterbatasan anggaran untuk pengelolaan seismologi teknik, geofisika potensial dan tanda waktu; (2) Permasalahan lainnya, yaitu ketersediaan fasilitas internet tergantung pada alokasi anggaran dan ketersediaan provider; terbatasnya tenaga SDM untuk pemeliharaan jaringan komunikasi. Dalam menghadapi permasalahan pencapaian program tersebut, solusi dan tindak lanjut yang dilakukan adalah: (1) Menambahan anggaran untuk mencapai target realisasi; dan (2) Untuk lokasi yang memiliki keterbatasan anggaran dan infrastruktur provider dapat memanfaatkan VSAT Mandiri BMKG.

F. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pascakonflik

Capaian PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pascakonflik teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh dua program, yaitu: (1) Program Pengelolaan Pertanahan Nasional, dan (2) Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.

F1. Program Pengelolaan Pertanahan NasionalProgram Pengelolaan Pertanahan Nasional, pendukung PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pascakonflik yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional, memiliki nilai kualitas program yang cukup baik (nilai 72,12), perlu upaya agak keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 terkait aspek efisiensi dan efektivitas program tidak dapat dievaluasi karena data tidak tersedia.

Gambar B.19 Gambar B.20 Kualitas Program Pengelolaan Kualitas Program Pengelolaan Pertanahan Pertanahan Nasional Nasional Menurut Kriteria Rancangan Program

80,88%

77,78%

33,33%

72,12%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

76,67%

86,67%

66,67%66,67%

100,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Page 199: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 35

F2. Program Percepatan Pembangunan Daerah TertinggalProgram Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, pendukung PN 10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pascakonflik yang dilaksanakan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, memiliki nilai kualitas program yang agak baik (nilai 53,85), perlu upaya agak keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 terkait aspek efisiensi dan efektivitas program tidak dapat dievaluasi karena data tidak tersedia.

Gambar B.21 Gambar B.22 Kualitas Program Percepatan Kualitas Program Percepatan Pembangunan Pembangunan Daerah Tertinggal Daerah Tertinggal Menurut Kriteria Rancangan Program

58,82%

38,89%

50,00%

53,85%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

66,67%

40,00%

100,00%100,00%

100,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

G. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 11. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi

Capaian PN 11. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh satu program, yaitu Program Pengembangan Perpustakaan. Berikut adalah profil kualitas program.

G1. Program Pengembangan PerpustakaanProgram Pengembangan Perpustakaan, pendukung PN 11. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional, memiliki nilai kualitas program yang agak baik (nilai 69,23), perlu upaya cukup keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung efektif dan efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 91,00 persen dengan capaian indikator 100,00 persen. Namun demikian, realisasi anggaran yang belum mencapai 100 persen menunjukkan bahwa perencanaan anggaran perlu lebih dioptimalkan sehingga dapat menghasilkan realisasi anggaran yang lebih realistis.

Page 200: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201436

Lampiran B : Profil Kualitas Program Dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

Gambar B.23 Gambar B.24 Kualitas Program Pengembangan Kualitas Program Pengembangan Perpustakaan Perpustakaan Menurut Kriteria Rancangan Program

77,94%

50,00%

55,56%

69,23%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

76,67%

80,00%

66,67%66,67%

100,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

H. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 12. Lainnya Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan

Capaian PN 12. Lainnya Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh satu program, yaitu Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan. Berikut adalah profil kualitas program.

H1. Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan

Program Pengembangan Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan, pendukung PN 12. Lainnya Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan, memiliki nilai kualitas program yang agak baik (nilai 68,27), perlu upaya cukup keras untuk melakukan perbaikan program. Kinerja program tahun 2012 cenderung tidak efektif dan tidak efisien, yang dilihat dari perbandingan antara realisasi anggaran 63,53 persen dengan capaian indikator 57,14 persen. Target yang ditetapkan tidak optimis, kemungkinan terlalu ambisius. Perencanaan yang kurang matang terlihat dari terhambatnya pencapaian sasaran

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan adalah: (1) Permasalahan infrastruktur, yaitu kapasitas produksi industri pertahanan belum mampu memenuhi kebutuhan TNI; (2) Permasalahan SDM dan organisasi, yaitu pengetahuan teknologi peralatan militer yang terbatas dan ahli yang sudah tua dan manajemen yang kurang baik. Dalam menghadapi permasalahan pencapaian program tersebut, solusi dan tindak lanjut yang dilakukan adalah: (1) Peningkatan kemampuan produksi industri pertahanan dan Penanaman Modal Pemerintah kepada industri pertahanan; dan (2) Regenerasi dan pendidikan/pelatihan engineer bidang peralatan militer dan restrukturisasi manajemen perusahaan.

Page 201: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 37

Gambar B.25 Gambar B.26 Kualitas Program Pengembangan Teknologi Kualitas Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan dan Industri Pertahanan Menurut Kriteria Rancangan Program

82,35%

50,00%

33,33%

68,27%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

80,00%

90,00%

66,67%66,67%

50,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

I. Profil Kualitas Program yang Mendukung Capaian PN 14. Lainnya Kesejahteraan Rakyat

Capaian PN 14. Lainnya Kesejahteraan Rakyat teridentifikasi dari hasil RP2N didukung oleh satu program, yaitu Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Berikut adalah profil kualitas program.

I1. Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Gambar B.27 Gambar B.28 Kualitas Program Kesetaraan Gender dan Kualitas Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan Perempuan Menurut Kriteria Rancangan Program

86,76%

83,33%

88,89%

86,54%

Rancangan

Pelaksanaan

Kinerja

Nilai Keseluruhan

96,67%

76,67%

100,00%100,00%

50,00%

Kelengkapan

Ketepatan

Keterkaitan dengan PNKeberlanjutan

Cara Penyusunan

Sumber: Hasil RP2N, 2013 Sumber: Hasil RP2N, 2013

Program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, pendukung PN 14. Lainnya Kesejahteraan Rakyat yang dilaksanakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, memiliki nilai kualitas program yang sangat baik (nilai 86,54). Kinerja program tahun 2012 terkait aspek efisiensi dan efektivitas program tidak dapat dievaluasi karena data tidak tersedia.

Page 202: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201438

Lampiran B : Profil Kualitas Program Dalam Mendukung Capaian Prioritas Nasional

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program antara lain: (1) Permasalahan sosial, yaitu pelaksanaan program/kegiatan masih dipengaruhinya faktor budaya, serta sosial seperti tingkat pendidikan, kesehatan, dan ekonomi laki-laki dan perempuan itu sendiri; (2) Permasalahan SDM dan organisasi, yaitu bervariasinya kemampuan SDM di KPP dan PA dalam memfasilitasi K/L dan daerah dan pemahaman tentang pelaksanaan PUG, PP, dan PA di jajaran pelaksana pembangunan;(3) Permasalahan regulasi, yaitu masih adanya peraturan perundangan yang belum mendukung perlindungan perempuan dan anak; (4) Permasalahan lainnya, yaitu cakupan wilayah yang harus difasilitasi untuk pelaksanaan PUG, PP, dan PA terlalu luas.

Menghadapi permasalahan pencapaian program tersebut, solusi dan tindak lanjut yang dilakukan adalah: (1) Meningkatkan pemahaman konsep kesetaraan gender kepada laki-laki dan perempuan dan meningkatkan akses, partisipasi, dalam pendidikan dan kesehatan dan berbagai bidang lainnya; (2) Meningkatkan kemampuan/kapasitas SDM di KPP dan PA dalam memfasilitasi K/L dan daerah dan meningkatkan pemahaman tentang pelaksanaan PUG, PP, dan PA di jajaran pelaksana pembangunan melalui pelatihan dan sosialisasi; (3) Merevisi peraturan perundangan yang belum mendukung perlindungan perempuan dan anak agar mendukung dan responsif gender dan membuat parameter kesetaraan gender dan pedoman penyusunan peraturan perundangan yang responsif gender; (4) Meningkatkan jumlah dan kapasitas SDM maupun anggaran (dapat melalui realokasi kegiatan di KPP dan PA) untuk pelaksanaan PUG, PP, dan PA.

Page 203: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

Lampiran CCapaian Pembangunan,Permasalahan, dan Isu Strategis Daerah

Page 204: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201440

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Page 205: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 41

A. Evaluasi Capaian Pembangunan per Provinsi Capaian pembangunan daerah dideskripsikan dalam sembilan indikator yang dianggap penting, yaitu: (1) Pertumbuhan Ekonomi, (2) Angka Kemiskinan, (3) Tingkat Pengangguran Terbuka, (4) Angka Kematian Bayi, (5) Usia Harapan Hidup, (6) Rata-rata Lama Sekolah, (7) Nilai Tukar Petani, (8) Rasio Elektrifikasi, dan (9) Indeks Pembangunan Manusia.

A1. Provinsi Aceh

Tabel C1.Indikator Pembangunan Provinsi Aceh

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 2,74 5,09 5,20 4,18

Angka Kemiskinan 20,98 19,57 19,46 17,60

Tingkat Pengangguran 8,37 7,43 7,88 7,98

Angka Kematian Bayi 11,00 8,00 9,00 n.a.

Usia Harapan Hidup 68,70 68,80 68,90 69,40

Rata-rata lama sekolah (tahun) 8,63 8,81 8,90 9,02

Nilai Tukar Petani 104,12 104,44 105,01 103,13

Rasio Elektrifikasi 97,14 97,20 88,55 88,67

Indeks Pembangunan Manusia 71,70 72,09 72,51 73,05

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Aceh

Rendahnya PMA dan PMDN dan berbagai faktor berdampak pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh. Dari data diatas dapat diketahui bahwa keadaan ekonomi Provinsi Aceh mengalami perbaikan yang relatif memadai pada tahun 2012 sebesar 5,2 persen. Hanya pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kembali mengalami penurunan yang signifikan 4,18 persen. Hal ini menggambarkan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi belum optimal dikarenakan tumpuan utama pertumbuhan ekonomi hanya berasal dari sektor konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, sedangkan peran dari sektor swasta masih rendah.

Selama periode 2010-2013 tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Penurunan angka kemiskinan dapat dikatakan sebagai prestasi bagi Pemerintah Provinsi atas program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh periode 2010-2012. Walaupun demikian, tingkat pengangguran relatif mengalami kenaikan sehingga pemerintah masih harus terus bekerja keras untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

Dalam bidang kesehatan, capaian yang diraih cukup menggembirakan. Angka kematian bayi sepanjang periode 2010-2012 telah melampaui target Renstra yaitu 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Usia Harapan Hidup juga mengalami peningkatan dari 68,7 tahun di 2010 menjadi 68,9 tahun di 2013. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang mengikuti Program Jaminan Kesehatan Aceh. Mewakili bidang pendidikan, angka rata-rata lama sekolah tahun 2010-2013 mengalami peningkatan. Target rata-rata lama sekolah Renstra 9 tahun telah tercapai dengan angka 9,02 tahun di 2013.

Meskipun proporsi penggunaan energi untuk industri dan komersial masih relatif rendah, rasio elektrifikasi sudah cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh capaian rasio elektrifikasi 97,14 persen tahun 2010 yang meningkat lagi menjadi 97,20 persen tahun 2011. Penyediaan energi listrik masih relatif terkendala karena sering terjadi pemadaman di berbagai kab/

Page 206: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201442

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

kota sehingga berdampak pada menurunnya rasio elektrifikasi di tahun 2012 dan 2013 menjadi 88,55 dan 88,67.

IPM pada periode 2010-2013 mengalami peningkatan dari 71,7 pada tahun 2010 menjadi 73,05 pada tahun 2013. Peningkatan IPM mengindikasikan membaiknya tingkat sosial ekonomi masyarakat seiring dengan meningkatnya kinerja penyelenggaraan pemerintah provinsi.

Profil Pembiayaan Provinsi Aceh

Total alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UB pada bidang pertanian mengalami peningkatan antara tahun 2010-2013 namun belum dapat memperbaiki capaian pada sektor pertanian dengan NTP yang cenderung menurun.

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

2010 2011 2012 2013

Kesehatan Pendidikan Pertanian

Gambar C2. Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi terhadap Total Belanja Provinsi Aceh

Tahun 2010-2012

Gambar C.1 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB Bidang Pendidikan,

Kesehatan, dan Pertanian di Provinsi Aceh Tahun 2010-2013

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Realisasi belanja bidang ekonomi lebih besar daripada bidang pendidikan dan kesehatan. Realisasi belanja di bidang ekonomi lebih disebabkan sumbangan dari sektor konsumsi. Untuk mendongkrak ekonomi di masa mendatang, diperlukan peningkatan peran serta swasta dalam menghadirkan industri yang berorientasi kepada perbaikan pertumbuhan ekonomi di Aceh.

A2. Provinsi Sumatera Utara

Tabel C2.Indikator Pembangunan Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,42 6,63 6,22 5,95

Angka Kemiskinan 11,31 10,83 10,67 10,06

Pengangguran 7,43 6,37 6,31 6,06

Angka Kematian Bayi 23,00 22,00 20.40 n.a.

Usia Harapan Hidup 69,50 69,65 69,81 69,90

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 9,91 9,66 9,07 9,13

Nilai Tukar Petani 102,36 103,44 102,05 99,49

Rasio Elektrifikasi 78,84 80,11 86,45 87,34

Indeks Pembangunan Manusia 74,19 74,53 79,50 75,55

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Page 207: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 43

Capaian Pembangunan Provinsi Sumatera Utara

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren menurun selama 2010-2013. Kenaikan hanya terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,63 persen. Infrastruktur di daerah masih menjadi hambatan sehingga sulit bagi investasi untuk tumbuh.

Alokasi dana transfer APBN dialokasikan untuk perbaikan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, balai kesehatan ibu, dan tenaga medis. Hal ini dapat berdampak pada penurunan AKB secara konsisten dan peningkatan UHH dari 2010-2012.

Berbeda dengan capaian dibidang kesehatan, capaian di bidang pendidikan dan pertanian kurang menggembirakan. Rata-rata lama sekolah cenderung menurun dari tahun ke tahun. Artinya, masih banyak anak-anak yang tidak meneruskan sekolah ke tingkat selanjutnya. Nilai tukar petani di 2010-2013 juga cenderung menurun. Penurunan NTP dari 2010 ke 2013 sebanyak 2,87. Padahal, alokasi dana transfer APBN untuk bidang pertanian setiap tahun mengalami peningkatan.

Perkembangan IPM yang ada di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan kinerja yang sudah mengalami peningkatan selama periode tahun 2010 hingga tahun 2012. Hal ini terlihat dari perkembangan capaian kinerja rata-rata IPM dimana pada tahun 2012 sebesar 79,50. Hal ini tidak terlepas dari komitmen pemerintah provinsi untuk mendorong percepatan pembangunan dan perluasan ekonomi terutama di daerah tertinggal.

Profil Pembiayaan Provinsi Sumatera Utara

Alokasi dana di bidang pendidikan, meski mengalami penurunan di tahun-tahun berikutnya, alokasinya tetap lebih besar jika dibandingkan alokasi pada bidang kesehatan dan pertanian. Penurunan alokasi dana pada bidang pendidikan ternyata berpengaruh terhadap capaian indikator di bidang pendidikan, misalnya rata-rata lama sekolah yang turun sebesar 0,78 persen pada 2013dibandingkan tahun 2010.

Gambar C.3Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2013

Gambar C.4Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi

terhadap Total BelanjaProvinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Page 208: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201444

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

A3. Provinsi Sumatera Barat

Tabel C.3Indikator Pembangunan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 5,94 6,25 6,35 6,20

Angka Kemiskinan 9,44 8,99 8,19 8,14

Pengangguran 6,95 6,45 6,25 6,03

Angka Kematian Bayi 5,97 9,58 11,58 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 9,35 9,35 8,60 8,63

Usia Harapan Hidup 69,50 69,76 70,02 70,09

Nilai Tukar Petani 105,48 106,25 105,02 104,14

Rasio Elektrifikasi 70,37 73,32 72,93 81,87

Indeks Pembangunan Manusia 73,78 74,28 74,28 75,01

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Sumatera BaratPertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan pada 2010-2012, dan menurun pada 2013. Peningkatan pada 2010-2012 disebabkan oleh meningkatnya kinerja neraca perdagangan. Sementara pada tahun 2013, pertumbuhan ekspor cenderung tumbuh negatif sebagai akibat pertumbuhan impor yang terjadi pada tahun 2012.

Angka kemiskinan dan tingkat pengangguran tahun 2010-2013 menurun secara konsisten. Capaian kedua indikator tersebut juga berada di atas capaian nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pemerintah dalam usaha menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan terus meningkat.

Di bidang kesehatan, AKB mengalami peningkatan dari 5,79 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2010 menjadi 11,85 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun demikian, UHH terus membaik, dari 69,5 tahun di 2010 menjadi 70,09 tahun di 2013.

Total alokasi dana transfer APBN pada bidang pendidikan mengalami penurunan sehingga berakibat pada terjadinya disparitas capaian dalam berbagai tingkatan pendidikan. Di antaranya jumlah guru yang menurun, serta rasio kelas dan siswa pada berbagai tingkatan yang cenderung stagnan sehingga berakibat seringnya terjadi dropout pada tingkat SD, SMP, dan SMA.

Peningkatan PDRB pertanian ternyata tidak diikuti oleh peningkatan NTP. Sebagian besar komoditi yang dihasilkan oleh petani merupakan barang primer yang masih harus diolah lagi. Akibatnya nilai tambah produk yang dihasilkan menjadi sangat rendah sehingga harga yang diterima oleh petani menjadi rendah pula. Penurunan NTP ini sejalan dengan alokasi transfer APBN dari pusat ke pemerintah provinsi yang cenderung turun dari tahun 2011 hingga tahun 2013.

Rasio elektrifikasi terus meningkat cukup signifikan karena penambahan sambungan listrik rumah tangga pada sekitar 50.000 rumah selama tahun 2013.

Profil Pembiayaan Provinsi Sumatera Barat

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB terbesar pada tahun 2013 adalah pada bidang pertanian dan terkecil pada bidang ekonomi. Alokasi yang cenderung menurun untuk bidang pendidikan dan ekonomi berdampak pada turunnya capaian indikator bidang pendidikan dan kesehatan, seperti yang terlihat pada rata-rata lama sekolah dan AKB.

Page 209: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 45

Gambar C.5Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2013

Gambar C.6Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A4. Provinsi Sumatera Selatan

Tabel C.4Indikator Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 5,63 6,50 6,02 6,00

Angka Kemiskinan 15,47 14,24 13,71 14,24

Pengangguran 6,65 5,77 5,59 3,98

Angka Kematian Bayi 42,00 38,00 25,00 8,78

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,82 7,84 8,06 8,04

Usia Harapan Hidup 69,60 70,40 70,05 70,10

Nilai Tukar Petani 104,89 109,87 109,15 109,95

Rasio Elektrifikasi 60,57 60,73 66,77 67,90

Indeks Pembangunan Manusia 72,95 73,31 73,87 74,36

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan

Pertumbuhan ekonomi, yang sempat mengalami kenaikan tahun 2011, terus menurun hingga 2013. Hal ini tidak lepas dari gejolak ekonomi global yang berimbas kepada pertumbuhan ekonomi nasional. Tentunya hal ini terkait pula dengan kinerja konsumsi masyarakat, investasi, serta ekspor daerah, terutama harga komoditas unggulan, yang mengalami penurunan.

Angka kemiskinan cenderung fluktuatif pada tahun 2010-2013, walaupun menunjukan tren menurun. Penurunan angka kemiskinan ini merupakan keberhasilan program penanggulangan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perkotaan, Raskin, serta Jamkesmas. Tingkat pengangguran terbuka juga mengalami penurunan sejak tahun 2010 hingga 201 sebanyak 2,67 persen. Penurunan ini terjadi berkat perbaikan kondisi perekonomian yang diikuti dengan perbaikan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan hasil komoditi karet dan kelapa sawit membuka investasi baru di bidang perkebunan.

Angka kematian bayi periode 2010-2012 konsisten menurun. Pencapaian ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan kesehatan yang meningkat. Hal tersebut dioptimalisasi dengan pemanfaatan berbagai pelayanan kesehatan seperti posyandu dan imunisasi

Page 210: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201446

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

lengkap yang diberikan kepada bayi. Peningkatan juga terjadi pada UHH, dari 69,60 tahun di 2010 hingga menjadi 70,1 tahun di 2013.

Rata-rata lama sekolah juga konsisten mengalami kenaikan pada 2010-2013, walaupun pada 2013 masih di bawah capaian nasional. Peningkatan dikarenakan adanya peningkatan indikator lain seperti APM, APK, serta angka melek huruf.

Nilai tukar petani, berdasarkan hasil pemantauan pada 46 kecamatan yang tersebar di 11 kabupaten, mengalami peningkatan. Nilai tertinggi terdapat pada tahun 2013 sebesar 109,95. Artinya, daya beli petani secara umum terus membaik dari tahun ke tahun, ditunjukkan oleh perubahan pengeluaran terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi petani.

Peningkatan rasio elektrifikasi tahun 2013 sebesar 67,9 adalah akibat banyaknya desa yang sudah dinyatakan berlistrik, yaitu 2.839 desa dari total 3.166 desa di kab/kota. Walau mengalami peningkatan, pertumbuhan rasio elektrifikasi masih lebih rendah dibandingkan capain nasional, sehingga diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan persentase desa berlistrik melalui pemanfaatan potensi lokal.

Indeks pembangunan manusia terus mengalami peningkatan pada periode 2010-2013. Walaupun demikian, masih terdapat kendala keterbatasan anggaran yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga masyarakat, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.

Profil Pembiayaan Provinsi Sumatera Selatan

Gambar C.7Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Sumatera Selatan Tahun 2010-2013

Gambar C.8Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total Belanja Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Peningkatan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB konsisten terjadi pada bidang pertanian. Hal ini berbanding lurus dengan indikator capaian pada bidang pertanian yaitu NTP 2013 yang naik cukup signifikan sebesar 5,6 persen dari tahun 2010. Penurunan realisasi belanja di bidang ekonomi ternyata berbanding lurus terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi. Penurunan realisasi belanja di bidang pendidikan ternyata tidak terlalu mempengaruhi capaiannya. Rata-rata lama sekolah pada tahun 2013 meningkat sebesar 0,22 tahun dibandingkan tahun 2010.

Page 211: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 47

A5. Provinsi Jambi

Tabel C.5Indikator Pembangunan Provinsi Jambi

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 7,35 8,54 7,44 6,93

Angka Kemiskinan 8,34 8,65 8,42 8,07

Pengangguran 5,39 4,02 3,65 2,61

Angka Kematian Bayi 63,00 63,00 76,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,84 8,05 8,24 8,32

Usia Harapan Hidup 70,8 69,25 71,26 69,61

Nilai Tukar Petani 96,9 95,77 91,94 97,21

Rasio Elektrifikasi 49,59 53,44 65,48 61,32

Indeks Pembangunan Manusia 72,74 73,30 73,45 74,35

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Jambi

Pertumbuhan ekonomi tahun 2010-2013 cenderung mengalami penurunan, walaupun sempat mengalami peningkatan pada 2011. Walaupun demikian, angka kemiskinan dan tingkat pengangguran terus menurun, cukup jauh di atas capaian nasional.

Indikator rata-rata lama sekolah di Provinsi Jambi pada tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan 7,84 tahun menjadi 8,24 tahun pada tahun 2012, peningkatan ini menunjukkan bahwa adanya kesempatan dalam menempuh pendidikan sudah didukung oleh kebijakan pemerintah daerah Jambi dalam mengalokasikan transfer APBN pada bidang pendidikan.

Walau sempat mengalami peningkatan rasio elektrifikasi pada 2012, capaiannya menurun pada tahun 2013. Dari 1.416 desa/kelurahan yang ada di Provinsi Jambi, hanya 984 yang telah teraliri listrik.

Kesejahteraan rakyat yang ditunjukkan oleh IPM mengalami peningkatan dari 72,72 di tahun 2010 menjadi 74,35 di tahun 2013. Semakin membaiknya capaian IPM menandakan bahwa kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat terus meningkat.

Profil Pembiayaan Provinsi Jambi

Peningkatan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB pada bidang pertanian mengalami kenaikan pada periode tahun 2010 hingga tahun 2013. Hal ini berbanding lurus dengan capaian NTP pada tahun 2013 yang sebesar 97,21 dibanding tahun 2012 yang hanya 91,94. Di bidang kesehatan, capaian provinsi ini kurang menggembirakan. Angka kematian bayi terus mengalami peningkatan antara tahun 2010-2012 walaupun intervensi program kesehatan sangat intensif dilaksanakan seiring dengan kenaikan alokasi dana transfer APBN bidang kesehatan tahun 2012-2013. Usia harapan hidup berfluktuasi namun cenderung menurun. Angka tertinggi tercapai pada tahun 2012 71,26 tahun dan berakhir dengan angka 69,61 tahun pada 2013. Dari total belanja APBD Provinsi Jambi, persentase realisasi belanja di bidang kesehatan mengalami penurunan, yang paling signifikan terhadap adalah pada tahun 2012.

Page 212: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201448

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Profil Pembiayaan Provinsi Jambi

Gambar C.9Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Jambi Tahun 2010-2013

Gambar C.10Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total Belanja Provinsi Jambi Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A6. Provinsi Riau

Tabel C.6Indikator Pembangunan Provinsi Riau

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 7,16 7,63 7,51 6,13

Angka Kemiskinan 8,66 8,47 8,22 7,72

Pengangguran 8,72 5,32 5,17 4,82

Angka Kematian Bayi 7,90 11,40 25,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,58 8,63 8,64 8,78

Usia Harapan Hidup 71,40 71,55 71,70 71,73

Nilai Tukar Petani 105,75 105,05 102,54 101,40

Rasio Elektrifikasi 87,05 61,50 58,94 60,84

Indeks Pembangunan Manusia 76,07 76,53 76,91 77,25

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Riau

Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2010-2013 cenderung menurun, namun angka kemiskinan dan tingkat pengangguran terus mengalami penurunan. Tingkat pengangguran terus menurun dikarenakan peluang pekerjaan di Riau lebih terbuka dibandingkan dengan provinsi lainnya karena memiliki lahan yang masih luas untuk pertanian atau perkebunan, serta perairan yang dapat dimanfaatkan untuk bidang perikanan.

Di bidang kesehatan, faktor penyebab tingginya AKB adalah rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diperparah oleh kondisi geografis kurang mendukung bagi masyarakat untuk menjangkau fasilitas kesehatan dan tenaga medis. Dibutuhkan kebijakan serta anggaran yang memadai, sesuai dengan kondisi masyarakat dan wilayah. Usia harapan hidup mengalami kenaikan, meski porsi kenaikannya cenderung kecil namun angka ini telah berada di atas capaian nasional.

Untuk indikator rata-rata lama sekolah, Provinsi Riau mengalami peningkatan antara tahun 2010-2013. Peningkatan ini terjadi karena Program BOS, Wajib Belajar 9 Tahun, dan pembangunan berbagai sarana pendidikan yang tersebar cukup merata di berbagai kecamatan dan kabupaten.

Page 213: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 49

Rasio elektrifikasi terus mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2012, hingga pada tahun 2013 mengalami sedikit kenaikan. Penurunan sempat terjadi karena ketersediaan kapasitas listrik yang kecil jika dibandingkan dengan penggunaan listrik masyarakat.

Profil Pembiayaan Provinsi Riau Penurunan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB dan realisasi belanja yang paling signifikan dapat dilihat pada gambar berikut yaitu di bidang pendidikan. Penurunan ini ternyata berbanding terbalik terhadap capaian di bidang pendidikan, di mana rata-rata lama sekolah tahun 2013 mengalami kenaikan 0,14 tahun dibanding tahun 2012.

Gambar C.11 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Riau Tahun 2010-2013

Gambar C.12Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan,

dan Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Riau Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A7. Provinsi Bangka Belitung

Tabel C.7Indikator Pembangunan Provinsi Bangka Belitung

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 5,93 6,4 5,7 5,29

Angka Kemiskinan 6,51 5,16 5,53 5,25

Pengangguran 5,63 3,61 2,78 2,57

Angka Kematian Bayi 9,25 8,40 9,70 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,43 7,52 7,68 7,73

Usia Harapan Hidup 68,90 69,05 69,21 69,46

Nilai Tukar Petani 95,77 100,58 99,70 100,26

Rasio Elektrifikasi 52,32 66,18 73,94 80,96

Indeks Pembangunan Manusia 72,86 73,37 73,78 74,29

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Bangka Belitung

Dari data berikut dapat diketahui bahwa antara periode tahun 2010 hingga 2013 pertumbuhan ekonomi fluktuatif dan cenderung menurun. Pertumbuhan ekonomi melambat akibat krisis ekonomi global dunia yang juga berdampak pada menurunnya harga komoditi pertambangan timah serta bahan baku pertanian seperti crude palm oil dan karet yang dihasilkan oleh provinsi ini. Namun jumlah pengangguran mengalami penurunan hingga cukup jauh hingga 2,57 persen dari tingkat pengangguran nasional pada 2013 sebesar 6,25 persen. Pencapaian ini disebabkan oleh berkembangnya industri perkebunan dan pertambangan timah yang mampu mempung tenaga kerja.

Page 214: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201450

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Angka kematian bayi masih berada di bawah target yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, meski ketersediaan infrastruktur dan sumber daya kesehatan cukup membaik. Tingginya AKB lebih disebabkan oleh kesadaran orang tua untuk melakukan proses persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan. Usia harapan hidup masih berada di bawah capaian nasional walaupun terus menunjukkan kenaikan positif dari tahun 20101-2013.

Nilai tukar petani pada periode 2010- 2013 cenderung berfluktuasi dengan nilai akhir pada tahun 2013 sebesar 100,26. Petani mengalami defisit dan kurang memiliki kemampuan untuk menabung karena penerapan integrasi hulu-hilir belum berpengaruh pada produktivitas pertanian.

Rasio elektrifikasi meningkat signifikan sebesar 28,64 pada 2013 dibandingkan 2010. Terjadinya kenaikan ini disebabkan oleh pertumbuhan pelanggan rata-rata per tahun 2,00 persen dan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik .

Profil Pembiayaan Provinsi Bangka Belitung Penurunan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB pada bidang pendidikan terjadi pada tahun 2010 hingga 2013. Hal yang sama juga terjadi terhadap realisasi belanja di bidang pendidikan. Persentase terhadap total belanja pada tahun 2012 sebesar 2,75 persen turun drastis jika dibanding tahun 2011 yang besarannya 29,87 persen. Namun, berbanding terbalik dengan capaian di bidang pendidikan di mana indikator rata-rata lama sekolah terus meningkat walaupun tidak signifikan.

Gambar C.13 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Bangka Belitung Tahun 2010-2013

Gambar C.14Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Bangka Belitung, Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A8. Provinsi BengkuluTabel C.8

Indikator Pembangunan Provinsi Bengkulu Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,10 6,45 6,61 6,21

Angka Kemiskinan 18,30 17,36 17,70 18,34

Pengangguran 4,59 2,37 3,61 2,75

Angka Kematian Bayi 17,90 16,70 29,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,25 8,33 8,50 8,55

Usia Harapan Hidup 71,30 72,60 73,70 70,44

Nilai Tukar Petani 103,48 102,97 102,42 99,62

Rasio Elektrifikasi 54,62 64,48 71,02 78,26

Indeks Pembangunan Manusia 72,92 73,40 74,00 74,41

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Page 215: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 51

Capaian Pembangunan Provinsi Bengkulu

Pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan di tahun 2013 sebesar 0,40 persen jika dibanding tahun 2012. Angka kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 0,64 jika dibanding tahun 2012. Penyebabnya adalah masih adanya kabupaten tertinggal yang belum tersentuh perbaikan sarana dan prasarana umum sehingga penghasilan yang diterima masyarakat masih rendah. Namun, tingkat pengangguran menurun 1,84 persen pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2010.

Dilihat dari aspek kualitas dan kuantitas, tingkat pendidikan penduduk yang bekerja masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan pekerja umumnya didominasi oleh tamatan SD. Dalam beberapa tahun terakhir, proporsi pekerja yang berpendidikan tidak tamat dan tamat SD pada tahun 2012 mencapai kurang 50,00 persen, tamat SMP dan SMA masing-masing 18,27 persen dan 16,32 persen. Tamatan akademik serta perguruan tinggi proporsinya sangat kecil dan kurang dari 1,00 persen.

Angka kematian bayi di Provinsi Bengkulu pada rentang tahun 2010-2012 berfluktuasi. Pada tahun 2010 adalah 17,90 per 1000 kelahiran bayi, namun pada tahun 2011 dapat ditekan menjadi 16,70 dari 1000 kematian bayi. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan AKB nasional (31,80 per 1000 kelahiran bayi). Faktor pendorongnya adalah adanya peningkatan kualitas layanan kesehatan setelah melahirkan yang dilakukan oleh satuan kesehatan terutama di perdesaan. Hal yang kurang menggembirakan terjadi di tahun 2012, AKB melonjak cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Rata-rata lama sekolah pada tahun 2010 adalah 8,25 tahun, terus meningkat sedikit demi sedikit hingga tahun 2013 menjadi 8,55 tahun. Rata-rata lama sekolah Provinsi Bengkulu masih tergolong rendah, setara sama dengan kelas dua SMP saja.

Usia harapan hidup sejak tahun 2010 cenderung meningkat hingga tahun 2012, namun menurun pada tahun 2013. Usia harapan hidup tertinggi tercatat pada tahun 2012 sebesar 73,7 tahun. Artinya, setiap anak yang lahir pada tahun 2012 mempunyai harapan untuk hidup sampai usia 73,7 tahun.

Nilai tukar petani terus mengalami penurunan mulai tahun 2010 hingga 2013. Hal ini terjadi karena menurunnya indeks harga hasil produksi pertanian yang diterima oleh petani, sementara harga yang dibayar oleh petani diprediksi cenderung lebih kecil dari kenaikan penerimaan. Misalnya, barang-barang untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun keperluan produksi pertanian dalam arti luas.

Jika dilihat capaian elektrifikasi, dapat dikatakan bahwa jumlah rumah tangga yang dialiri listrik mengalami peningkatan yang cukup berarti selama tahun 2010-2013. Capaian rasio elektrifikasi tahun 2010 sampai 2013 berada di atas target yang ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Bengkulu.

Data IPM di Provinsi Bengkulu dalam kurun waktu tahun 2010-2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 nilai IPM masih sebesar 72,55. Nilai IPM tersebut terus meningkat dan menjadi 74,41 pada tahun 2013. Hal ini berarti upaya peningkatan mutu SDM di Provinsi Bengkulu dalam upaya melaksanakan pembangunan selalu ditingkatkan dari tahun ke tahun.

Profil Pembiayaan Provinsi Bengkulu

Kecenderungan penurunan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB pada bidang pendidikan terjadi pada tahun 2011 hingga 2013. Hal ini berbanding terbalik terhadap capaian di bidang pendidikan, di mana indikator rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan tetapi masih di atas angka capaian nasional. Penurunan persentase realisasi belanja di bidang kesehatan terhadap total belanja pada tahun 2012, sejalan dengan penurunan capaian di bidang kesehatan. Usia harapan hidup masyarakat pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 70,44 tahun jika dibanding tahun 2012 dengan besaran 73,7 tahun.

Page 216: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201452

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A9. Provinsi LampungTabel C.9

Indikator Pembangunan Provinsi LampungTahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 5,85 6,39 6,10 6,00

Angka Kemiskinan 18,94 16,93 16,18 14,86

Pengangguran 5,57 5,78 5,12 4,88

Angka Kematian Bayi n.a. n.a. 30,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,75 7,82 7,80 7,89

Usia Harapan Hidup 69,50 69,75 70,05 70,09

Nilai Tukar Petani 118,10 123,74 126,04 124,70

Rasio Elektrifikasi 56,00 64,00 65,00 72,90

Indeks Pembangunan Manusia 71,42 71,70 71,20 72,87

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Lampung

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung selama 2010 sampai 2012 mengalami peningkatan dari 5,85 persen menjadi 6,10 persen pada tahun 2012. Lalu mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 0,10 persen. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan ekonomi telah sesuai dengan yang ditargetkan secara nasional sebesar 5,68-6,30 persen per tahun.

Angka kemiskinan di Provinsi Lampung masih cukup tinggi. Berbagai tantangan yang dihadapi dalam upaya pengentasan kemiskinan, yaitu: (1) aspek kuantitatif, terkait dengan jumlah penduduk miskin yang cukup besar; (2) aspek kualitatif, terkait dengan minimnya keberpihakan dalam perencanaan dan penganggaran, serta lemahnya sinergi dan koordinasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah; dan (3) keterbatasan pemahaman dalam mengembangkan potensi daerah berpenduduk miskin agar dapat menghasilkan atau mengembangkan potensi bagi sentra kegiatan ekonomi. Selama kurun waktu 2010-2013 tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Lampung terus menurun, yaitu dari 5,57 persen pada tahun 2010 menjadi 4,88 persen tahun 2013. Keberhasilan menurunkan tingkat pengangguran ini sangat menggembirakan dan memberi kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional. Kondisi ini perlu dipertahankan oleh pemerintah daerah. Sebagaimana diketahui bahwa pengangguran terbuka merupakan salah satu masalah besar nasional saat ini.

Gambar C.15 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Bengkulu Tahun 2010-2013

Gambar C.16Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Bengkulu, Tahun 2010-2012

Page 217: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 53

Terdapat peningkatan lama sekolah dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Tetapi, bila dibandingkan dengan angka Wajib Belajar 9 Tahun yang dicanangkan tahun 1994, rata-rata lama sekolah di Provinsi Lampung masih di bawah angka wajib belajar. Artinya masih banyak penduduk usia sekolah yang tidak dapat sekolah atau melanjutkan sekolah. Penyebab rendahnya rata-rata lama sekolah adalah penduduk usia sekolah (pendidikan dasar) di pedesaan yang dominan karena faktor kemiskinan. Sebagai dampak dari hal tersebut, banyak yang tidak melanjutkan ke tingkat SMP setelah lulus SD. Dengan memperhatikan jumlah rata-rata lama sekolah dalam empat tahun terakhir, dapat diartikan bahwa upaya untuk meningkatkan motivasi siswa agar dapat melanjutkankan sekolah dan meningkatkan kemampuan ekonomi belum optimal.

Tahun 2010 angka NTP sebesar 118,10. Angka tersebut naik cukup signifikan menjadi 124,70 pada 2013, walaupun capaian NTP tertinggi adalah pada 2012 dengan 126,04. Peningkatan tersebut disebabkan surplus yang diterima oleh petani di Lampung mengalami peningkatan yang disebabkan terus meningkatnya harga komoditas pertanian. Hal ini mencerminkan bahwa program pembangunan pertanian baik melalui RPJMN maupun RPJMD cukup efektif dan saling menunjang dalam meningkatkan kesejahteraan petani.

Capaian rasio elektrifikasi 2010 -2013 meningkat 16,90 persen. Peningkatan terjadi karena adanya pasokan daya listrik dari pembangkit baru PLTU Sebalang sebesar 100 MW dan Ulu Belu sebesar 55 MW.

Nilai IPM dalam kurun waktu tahun 2010-2013 cenderung mengalami fluktuasi. Terdapat peningkatan meskipun relatif sedikit, dari 71,42 menjadi 72,87 pada tahun 2010 ke 2013. Fakta ini mencerminkan bahwa Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung harus bekerja lebih keras lagi untuk mengarahkan program-program pembangunan di daerah, sehingga secara langsung dapat berdampak signifikan pada laju peningkatan nilai IPM.

Profil Pembiayaan Provinsi Lampung

Gambar C.17 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Lampung Tahun 2010-2013

Gambar C.18Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Lampung Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Peningkatan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pertanian pada tahun 2013 ternyata berbanding lurus terhadap capaian indikator di bidang pertanian, di mana nilai tukar petani pada tahun 2010-2013 relatif meningkat. Kenaikan persentase realisasi belanja terhadap total belanja dapat dilihat pada bidang pendidikan, dimana pada periode tahun 2010 hingga 2012 persentase kenaikan sebesar 45,61 persen di tahun 2012. Hal ini berbanding lurus dengan capaian di bidang pendidikan, yaitu indikator rata-rata lama sekolah relatif mengalami kenaikan di tahun 2010-2013.

Page 218: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201454

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

A10. Provinsi Kepulauan Riau

Tabel C.10Indikator Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 7,19 6,67 6,82 6,13

Angka Kemiskinan 8,05 7,40 7,11 6,46

Pengangguran 6,90 7,80 5,87 3,88

Angka Kematian Bayi 8,67 6,77 5,74 n.a

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 9,16 9,73 9,80 9,91

Usia Harapan Hidup 69,80 69,85 69,91 69,97

Nilai Tukar Petani 99,94 103,55 103,95 104,96

Rasio Elektrifikasi 64,98 75,12 76,30 78,80

Indeks Pembangunan Manusia 75,07 75,78 76,20 76,56

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau

Realisasi pertumbuhan ekonomi cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2010 se-besar 7,19 persen, menurun di tahun 2011 6,67 persen, meningkat sedikit di tahun 2012 6,82 persen, dan kembali menurun di 2013 menjadi 6,13 persen. Walaupun demikian, ter-jadi peningkatan pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi dan keuangan global tahun 2008-2009.

Persentase penduduk miskin tahun 2010 persentase penduduk miskin sebesar 8,05 persen. Pada tahun 2011 lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 7,40 persen dan pada tahun 2012 kembali menurun menjadi 7,11 persen. Tahun 2013, angka kemiskinan sebesar 6,46 persen. Artinya, usaha pemerintah untuk menekan jumlah kemiskinan berhasil, sehingga angka kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau jauh di bawah angka nasional. Hal ini juga terja-di pada tingkat pengangguran. Walaupun sempat melonjak tahun 2011, pada 2013 angka pengangguran hanya 3,88 persen, hampir separuh lebih rendah daripada angka nasional.

Tahun 2011 dan 2012, AKB menurun karena adanya peningkatan program pelaporan, sur-veilens dan monitoring, serta sistem informasi yang lebih baik. Selain itu pada tahun 2011 jumlah bidan dan dokter meningkat menjadi 1197 orang dokter dan 1111 orang bidan. Pada tahun 2012 AKB turun menjadi 5,74 bayi per 1000 kelahiran hidup. Artinya, program pemerintah telah berjalan dengan baik. Selain itu, jumlah rumah bersalin, jumlah balita yang proses kelahirannya ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten sudah mencapai rata- rata 90,00 persen pertahun dan mampu menekan angka kematian bayi.

Rata-rata lama sekolah di dari tahun 2009-2012 selalu mengalami peningkatan. Hal ini dise-babkan oleh perbaikan dalam pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, derajat kesehatan masyarakat yang semakin baik, program jaminan kesehatan masyarakat miskin yang sema-kin membaik dari tahun ke tahun serta IPM yang semakin optimal.

Usia harapan hidup masyarakat dari tahun 2010 sampai 2013 meningkat sedikit demi se-dikit. Hal ini diperjelas oleh IPM yang juga semakin menguat pada tahun tersebut. Laju per-tumbuhan ekonomi juga meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Usia harapan hidup pada dasarnya menunjukkan tingkat pencapaian derajat kesehatan masyarakat.

Nilai tukar petani naik signifikan pada tahun 2011 sebesar 3,61. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya kenaikan produksi perikanan laut yang juga meningkat dari tahun 2010 sampai dengan 2013.

Page 219: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 55

Rasio elektrifikasi tahun 2010 sebesar 64,98 persen, tahun 2011 dan tahun 2012 mening-kat menjadi 75,12 persen dan 76,30 persen. Capaian tertinggi adalah pada tahun 2013 yaitu 78,80. Hal ini disebabkan adanya penambahan mesin pembangkit listrik bantuan pe-merintah daerah.

Indeks pembangunan manusia merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhas-ilan pembangunan suatu masyarakat. Aspek terpenting dari kehidupan manusia yaitu usia yang panjang dan sehat, tingkat pendidikan yang memadai, dan standar hidup yang lanyak. Indeks pembangunan manusia Provinsi Kepulaan Riau tahun 2010 berada pada peringkat ke enam dari seluruh Provinsi di Indonesia. Angka IPM tahun 2010 sebesar 75,07, lebih besar dari capaian IPM nasional pada tahun yang sama sebesar 73,76. Peningkatan IPM ini menunjukkan adanya kemajuan dalam pembangunan manusia di Kepulauan Riau dari aspek kesehatan, pendidikan, dan pendapatan. Artinya pembangunan yang telah dilak-sanakan oleh pemerintah provinsi bersama kab/kota telah berdampak positif terhadap pengembangan SDM di Kepulauan Riau.

Profil Pembiayaan Provinsi Kepulauan Riau

Gambar C.19 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2013

Gambar C.20Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Kepulauan Riau, Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Peningkatan alokasi dana transfer di bidang pertanian pada tahun 2013 berbanding lurus terhadap capaian indikator di bidang pertanian, dimana NTP tahun 2010-2013 terus meningkat. Persentase realisasi belanja pada bidang pendidikan terhadap total belanja tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan, dengan persentase pada tahun 2011 sebesar 22,80 persen dan tahun 2012 10,35 persen. Penurunan realisasi belanja di bidang pendidikan berbanding terbalik terhadap capaian pada bidang pendidikan, di mana indikator rata-rata lama sekolah pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,13 tahun dibanding tahun 2011.

Page 220: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201456

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

A11. Provinsi Banten

Tabel C.11Indikator Pembangunan Provinsi Banten

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,08 6,43 6,14 5,86

Angka Kemiskinan 7,02 6,26 5,85 5,74

Pengangguran 13,68 13,06 10,74 9,23

Angka Kematian Bayi 25,30 22,80 26,74 n.a

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,32 8,41 8,61 8,61

Usia Harapan Hidup 64,90 65,05 65,23 65,47

Nilai Tukar Petani 101,83 104,80 108,44 110,06

Rasio Elektrifikasi 76,81 78,90 79,80 83,92

Indeks Pembangunan Manusia 70,48 70,95 71,22 71,90

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Banten

Laju Pertumbuhan Ekonomi sejak tahun 201o terus menurun hingga 2013. Sumber pertumbuhan ekonomi Banten antara lain berasal dari sektor industri pengolahan yang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan didominasi oleh sektor industri yang berbasis ekspor.

Persentase penduduk miskin pada 2010-2013 terus menurun akibat upaya yang untuk menekan persentase penduduk miskin, diantaranya pemberian BLT, Raskin, dan Program PNPM Mandiri. Penurunan ini tidak terlepas dari penurunan TPT dengan adanya penambahan lapangan kerja sehingga penyerapan tenaga kerja dan pendapatan per kapita meningkat. Tingkat pengangguran terbuka periode 2010 hingga 2013 mengalami kecenderungan untuk menurun. Meningkatnya TPAK tahun 2010 sebesar 65,34 persen menjadi 69,36 persen di tahun 2012 selaras dengan turunnya tingkat pengangguran. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka sebesar 13,68 persen, turun menjadi 9,23 persen di tahun 2013.

Pemerintah Provinsi Banten telah melaksanakan berbagai upaya peningkatan akses kesehatan bagi seluruh masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan program kesehatan di Provinsi Banten ditunjukkan dengan keberhasilan menekan AKB. Data BPS menunjukkan AKB pada tahun 2010 masih 25,3 per 1.000 kelahiran hidup, lalu tahun 2011 turun menjadi 22,8 per 1.000 kelahiran hidup, walaupun angka ini kembali meningkat di tahun 2012 sebesar 26,74 per 1.000 kelahiran hidup. Peningkatan UHH cukup konsisten, 64,90 di tahun 2010 menjadi 65,47 di 2013. Hal ini dimungkinkan oleh perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Rata-rata lama sekolah mengalami kenaikan dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Tahun 2010 sebesar 8,32 dan pada tahun 2011 dan 2012 meningkat menjadi 8,41 dan 8,61. Tahun 2013 rat-rata lama sekolah stagnan. Dapat diartikan bahwa secara rata-rata, penduduk dewasa telah menamatkan pendidikan dasar, tepatnya setingkat kelas 2 SMP.

Nilai tukar petani Provinsi Banten selama 2010-2013 mengalami peningkatan. Peningkatan NTP ini menunjukkan petani di provinsi Banten relatif sejahtera. Nilai tukar petani (termasuk di dalamnya NTN) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di Provinsi Banten. Kenaikan NTP tersebut terwujud berkat upaya peningkatan produksi sektor pertanian dengan upaya mempertahankan sawah beririgasi teknis untuk sub sektor tanaman pangan (lahan lestari). Selain itu juga memberdayakan petani dengan

Page 221: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 57

meningkatkan kualitas penyuluhan, di antaranya dengan menempatkan penyuluh di setiap UPTD untuk pengamatan dan peramalan hama dan pengamatan benih tanaman. Selain itu peningkatan pemberdayaan petani dilakukan dengan program penyuluh swadaya. Untuk subsektor holtikultura, upaya yang dilakukan adalah meningkatkan gerakan pertanian terpadu.

Rasio elektrifikasi terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2013 dengan rata-rata kenaikan di atas 1,50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan energi listrik untuk setiap rumah tangga merupakan salah satu program yang menjadi target penting pembangunan pemerintah provinsi dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Namun, program ini masih harus terus ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya dalam rangka pencapaian Program Banten Terang, dimana semua rumah tangga di Provinsi Banten telah teraliri listrik sampai ke peloksok desa dan pegunungan yang saat ini masih sulit terjangkau.

Peningkatan pada aspek kesejahteraan rakyat ditunjukkan dengan peningkatan jumlah jemaah haji, peningkatan pendapatan perkapita, peningkatan UHH (meski hanya 0,10), peningkatan rata-rata lama sekolah, dan peningkatan IPM rata-rata 1,50 persen.

Profil Pembiayaan Provinsi Banten

Penurunan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pendidikan pada periode tahun 2010 hingga 2013 yang drastis, ternyata berbanding terbalik dengan capaian di prioritas nasional pendidikan. Rata-rata lama sekolah cenderung naik. Penurunan realisasi belanja kesehatan terhadap total belanja periode 2010-2012 berbanding lurus dengan capaian indikator di prioritas nasional kesehatan terutama pada AKB yang terus menurun.

Gambar C.21Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Banten Tahun 2010-2013

Gambar C.22Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Banten Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Page 222: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201458

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

A12. Provinsi DKI Jakarta

Tabel C.12Indikator Pembangunan Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,50 6,71 6,40 6,11

Angka Kemiskinan 3,75 3,75 3,69 3,55

Pengangguran 11,05 10,80 10,72 8,60

Angka Kematian Bayi 7,00 7,70 7,53 7,50

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 10,93 11,40 12,00 11,00

Usia Harapan Hidup 76,20 76,3 73,49 73,56

Nilai Tukar Petani n.a. n.a. n.a. n.a.

Rasio Elektrifikasi 100,00 100,00 100,00 93,39

Indeks Pembangunan Manusia 77,60 77,97 78,10 78,59

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi DKI Jakarta

Perekonomian tumbuh 6,40 persen di tahun 2012. Namun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 masih lebih tinggi, yaitu 6,73 persen. Capaian tersebut menjadi pertumbuhan tertinggi dalam satu dekade terakhir, bahkan lebih tinggi dari asumsi APBD 2011 yang hanya 6,5 persen. Namun, pada tahun 2012 dan 2013 pertumbuhan ekonomi menurun.

Tingkat kemiskinan penduduk Provinsi DKI Jakarta relatif tetap, tetapi sudah berada di bawah tingkat kemiskinan nasional. Tahun 2010 persentase penduduk miskin DKI Jakarta sebesar 3,75 persen sedangkan skala nasional adalah 13,33 persen. Pada tahun 2013 tingkat kemiskinan menjadi 3,55 persen yang berarti persentase penduduk miskin relatif mengalami penurunan dan jauh berada di bawah persentase penduduk miskin nasional 11,37 persen. Sejalan dengan tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran juga terus menurun, meskipun angka terakhir di 2013 8,60 persen masih lebih tinggi daripada angka nasional.

Keberhasilan Provinsi DKI Jakarta dalam menurunkan AKB dari tahun 2011 hingga tahun 2013 tidak lepas dari keberhasilan Pemda DKI Jakarta dalam meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan. Hal ini juga dipengaruhi oleh indikator output yaitu ketersediaan rumah sakit, puskesmas, tenaga kesehatan dan sekolah kesehatan. Selain itu, disebabkan oleh berhasilnya sosialisasi program kesehatan dari Pemda DKI Jakarta dalam LKPJ Gubernur tahun 2012.

Sepanjang tahun2010 hingga 2012, rata-rata lama sekolah cenderung mengalami kenaikan dimana dari 10,93 tahun menjadi 12 tahun pada tahun 2012. Hal ini dikarenakan jumlah rasio guru dengan siswa perbandingannya makin baik karena jumlah siswa yang akan dihadapi makin kecil. Perbandingan jumlah kelas dengan siswa, juga makin kecil siswa yang ada dalam satu kelas. Selain itu karena anggaran pendidikan yang cukup besar pada tahun 2012. Namun kerja keras pemerintah untuk memperbaiki hal ini harus terus ditingkatkan karena pada 2013 rata-rata lama sekolah turun 1 tahun dari tahun sebelumnya.

Rasio elektrifikasi yang praktis sudah mencapai 100,00 persen dari tahun ke tahun sejak 2010 menunjukkan bahwa secara kuantitas seluruh masyarakat DKI Jakarta telah dapat mengakses listrik. Hal ini harus terus ditingkatkan karena pada 2013, rasio elektrifikasi menurun ke 93,39 persen.

Angka IPM sejak tahun 2010 hingga 2013 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 angka IPM berada pada angka 77,60 dan mengalami peningkatan menjadi 78,10 pada

Page 223: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 59

tahun 2012. Pada tahun 2013, IPM DKI Jakarta ditargetkan menjadi 78,30 dan tercapai dengan angka 78,59.

Profil Pembiayaan Provinsi DKI Jakarta

Gambar C.23Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2013

Gambar C.24Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Penurunan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pendidikan pada periode 2010-2013 ternyata berbanding lurus dengan capaian pada prioritas nasional pendidikan. Rata-rata lama sekolah meski mengalami peningkatan pada tahun 2011 ke tahun 2012 dari 11,4 tahun menjadi 12 tahun, di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 11 tahun. Persentase realisasi belanja di bidang pendidikan terhadap total belanja pada periode tahun 2010 hingga 2012 mengalami peningkatan. Keadaan ini sesuai dengan capaian pada prioritas nasional di bidang pendidikan pada periode tahun 2010 hingga tahun 2012, di mana rata-rata lama sekolah di tahun 2012 meningkat jika dibanding tahun 2011.

A13. Provinsi Jawa Barat

Tabel C.25Indikator Pembangunan Provinsi Jawa Barat

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,20 6,48 6,50 6,10

Angka Kemiskinan 10,93 10,65 9,89 9,61

Pengangguran 10,33 9,83 9,78 8,75

Angka Kematian Bayi 37,00 36,00 35,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,95 8,02 8,20 8,11

Usia Harapan Hidup 68,20 68,40 68,60 68,84

Nilai Tukar Petani 99,08 104,90 108,93 109,53

Rasio Elektrifikasi 70,65 71,71 73,00 79,53

Indeks Pembangunan Manusia 72,29 72,83 73,19 73,58

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Jawa Barat

Menurunnya kinerja perekonomian Provinsi Jawa Barat terlihat jelas kaitannya dengan kinerja ekspor dan impor. Selama kurun waktu 2010-2013 terjadi pelemahan ekspor hampir diseluruh komoditas ekspor utama, khususnya ekspor tekstil dan produk tekstil. Secara

Page 224: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201460

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

keseluruhan terlihat bahwa defisit neraca perdagangan ekspor dan impor makin parah seiring dengan makin kuatnya dorongan impor khususnya impor komoditas produk akhir atau konsumen akibat makin terbukanya pintu perdagangan bebas. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi kian menurun.

Angka kemiskinan terus menurun dari tahun ke tahun. Sampai saat ini kebijakan yang menjadi acuan dalam penanggulangan kemiskinan di daerah adalah Perpres No. 10/2010. Kebijakan ini mengatur secara teknis bahwa percepatan penanggulangan kemiskinan harus dapat mencapai target yang diharapkan, yaitu penurunan angka kemiskinan 8,00 persen pada tahun 2014. Demikian halnya dengan tingkat pengangguran, dari tahun 2010 ke 2013, penurunan yang terjadi sebanyak 1,58 persen. Namun, dengan angka yang masih di rata-rata nasional, pemerintah masih harus terus berusaha meningkatkan ketersediaan lapangan kerja dan kemudahan berusaha.

Jawa Barat dengan lima provinsi lainnya menyumbang AKB dan AKBA terbanyak di Indonesia. Lebih dari 30 ribu bayi dan balita meninggal setiap tahunnya. Hal ini merupakan kehilangan investasi yang sangat luar biasa, baik bagi individu, keluarga maupun bangsa. Usia harapan hidup yang ditetapkan nasional untuk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 hingga tahun 2013 mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. Tahun 2010 UHH sebesar 68,2 tahun dan menjadi 68,84 tahun pada tahun 2013. Walaupun terdapat kecenderungan peningkatan UHH, Jawa Barat masih belum dapat memenuhi target nasional.

Indeks pembangunan manusia pada tahun 2013 adalah 73,58. Artinya, mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu 72,29 di tahun 2010. Namun, proyeksi atau target IPM yang ditetapkan pada tahun 2013 sebesar 75,00 persen belum tercapai.

Profil Pembiayaan Provinsi Jawa Barat

Gambar C.25Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Jawa Barat Tahun 2010-2013

Gambar C.26Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Jawa Barat Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Penurunan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pendidikan pada periode tahun 2010 hingga tahun 2013 ternyata berbanding lurus dengan capaian pada prioritas nasional pendidikan. Indikator terukur rata-rata lama sekolah, meski mengalami peningkatan pada tahun 2011 ke tahun 2012 dari 8,02 tahun menjadi 8,20 tahun, di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 8,11 tahun. Persentase realisasi belanja di bidang kesehatan terhadap total belanja pada periode tahun 2010 hingga 2012 mengalami kenaikan. Keadaan ini ternyata kurang berdampak terhadap capaian pada prioritas nasional di bidang kesehatan pada periode tahun 2010 hingga tahun 2012. Perbaikan terjadi pada indikator AKB dan UHH, namun perubahannya sangat kecil.

Page 225: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 61

A14. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tabel C.14Indikator Pembangunan Provinsi DI Yogyakarta

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 4,88 5,16 5,34 5,40

Angka Kemiskinan 21,95 21,82 15,88 15,43

Pengangguran 5,69 3,97 4,09 3,06

Angka Kematian Bayi 17,00 17,00 17,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,78 9,15 9,20 9,33

Usia Harapan Hidup 74,00 74,00 74,00 73,62

Nilai Tukar Petani 112,74 115,30 117,59 116,89

Rasio Elektrifikasi 75,4 76,21 76,49 80,55

Indeks Pembangunan Manusia 75,77 76,32 76,75 77,37

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi DI Yogyakarta

Pertumbuhan perekonomian dari tahun 2010 sampai tahun 2013 menunjukkan angka yang meningkat. Tahun 2010 tumbuh dengan 4,88 persen, tahun 2012 naik menjadi 5,34 persen, dan meningkat di tahun 2013 sebesar 5,40 persen. Pada sisi permintaan, sumber pertumbuhan masih tetap didorong oleh konsumsi, diikuti oleh investasi, dan terakhir pengeluaran pemerintah. Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota jasa dan pendidikan secara alamiah memang melekat dengan konsumsi, bukan semata-mata hanya produksi (investasi). Konsumsi rumah tangga merupakan pendorong utama pertumbuhan.

Dalam empat tahun terakhir Provinsi DI Yogyakarta berhasil menekan angka kemiskinan secara konsisten. Jika pada tahun 2010 sebanyak 21,95 persen masyarakat berada di bawah garis kemiskinan, maka pada tahun 2011, 2012, dan 2013 angka tersebut secara berturut menjadi, 21,82 persen, 15,88 persen dan 15,43 persen.

Provinsi DI Yogyakarta cukup berhasil mengatasi persoalan pengangguran terbuka. Jika pada tahun 2009 TPT lebih rendah dibanding target yang ditetapkan, maka pada tahun 2011 hal tersebut mampu dibenahi. Pada tahun 2011 ditargetkan angka TPT menyusut menjadi 4,30 persen, namun pada kenyataannya mampu menekan angka tersebut menjadi 3,97 persen. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2012 dan 2013.

Angka kematian bayi stagnan, padahal jumlah kelahiran yang mendapat pertolongan medis meningkat karena terus meningkatnya jumlah bidan. Indikator lain adalah turunnya kejadian angka gizi buruk. Indikator ini membawa pada sebuah kemungkinan bahwa kematian bayi itu berkaitan dengan kondisi ibu pada saat kehamilan. Ibu yang tetap bekerja keras dan kurang memperhatikan kesehatannya berdampak buruk pada kehamilannya, juga pada nyawa ibu sendiri.

Provinsi DI Yogyakarta berkeinginan keras untuk mendukung program nasional dengan membuat angka rata-rata lama sekolah mendekati 12 tahun. Seperti yang diketahui pada tahun 2010-2013 DI Yogyakarta menargetkan angka rata-rata lama sekolah berturut-turut 12,20 tahun; 12,10 tahun; 12,05 tahun; dan 12,05 tahun. Akan tetapi, kinerja yang berhasil dicapai pada tahun yang sama belum berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan. Meski dalam empat tahun terakhir target yang ditentukan belum berhasil dicapai, akan tetapi kecenderungan yang dicapai bernilai positif.

Usia harapan hidup tidak mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2010 UHH berada pada angka 74 tahun, maka pada tahun 2011 dan 2012, UHH tetap sama. Hal ini disebabkan oleh

Page 226: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201462

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

jumlah fasilitas kesehatan yang dimiliki, seperti puskesmas, tidak mengalami peningkatan. Data yang ada menyebutkan jumlah puskesmas sejak tahun 2010 hingga 2012 tetap pada angka 121. Hal ini juga berdampak pada penurunan UHH tahun 2013 menjadi 73,62 tahun.

Pada tahun 2013 IPM berada pada angka 77,37. Jika dibandingkan dengan angka IPM nasional yaitu 79,30, maka Provinsi DI Yogyakarta masih berada di bawah IPM rata-rata nasional, meskipun selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan kinerja IPM ini lebih banyak didukung oleh indikator pendidikan dan daya beli, sebab dari indikator kesehatan kinerja kesehatan pada rata-rata lama harapan hidup tidak menunjukkan perbaikan kinerja.

Profil Pembiayaan Provinsi DI Yogyakarta

Gambar C.27 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi DIY Tahun 2010-2013

Gambar C.28Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi DI Yogyakarta, Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Penurunan alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pertanian pada periode tahun 2010 hingga tahun 2013 ternyata berbanding lurus dengan capaian pada prioritas nasional ketahanan pangan. Nilai tukar petani meski mengalami peningkatan pada tahun 2011 ke tahun 2012 dari 115,30 menjadi 117,59, kemudian menurun di tahun 2013 menjadi 116,18. Persentase belanja di bidang ekonomi terhadap total belanja pada periode tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami penurunan. Hal ini berbanding terbalik dengan capaian pada prioritas nasional di bidang perekonomian, dengan indikator-indikator pertumbuhan ekonomi tahun 2010 hingga 2012 mengalami peningkatan.

A15. Provinsi Jawa TengahTabel C.29

Indikator Pembangunan Provinsi Jawa TengahTahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,22 6,38 6,52 5,80

Angka Kemiskinan 16,56 16,21 14,98 14,56

Pengangguran 6,21 5,93 5,88 5,79

Angka Kematian Bayi 10,62 10,34 10,75 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,24 7,29 7,40 7,43

Usia Harapan Hidup 71,40 72,60 72,60 71,97

Nilai Tukar Petani 101,64 104,84 106,37 105,9

Rasio Elektrifikasi 73,48 76,63 79,98 86,02

Indeks Pembangunan Manusia 72,49 72,49 73,35 74,05

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Page 227: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 63

Capaian Pembangunan Provinsi Jawa Tengah

Pertumbuhan ekonomi relatif baik dan stabil meskipun pertumbuhannya cukup lambat. Perkembangan gejolak ekonomi global secara tidak langsung juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini berakibat tidak seimbangnya nilai impor dan nilai ekspor. Mengingat permintaan pasar global terhadap produk domestik Jawa Tengah semakin menurun, nilai ekspor dari tahun 2011 juga mengalami penurunan.

Persentase jumlah penduduk miskin dalam kurun waktu empat tahun terakhir mengalami penurunan, meskipun laju penurunanya melambat. Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain meningkatnya upah minimum provinsi, jumlah alokasi dana penanggulangan kemiskinan, dan TPAK. Menurunnya persentase kemiskinan juga dipengaruhi oleh menurunnya TPT dan jumlah penduduk miskin di perkotaan.

Rata-rata lama sekolah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Rata-rata lama sekolah pada tahun 2010 mencapai 7,24 tahun. Kemudian pada tahun 2013 mengalami kenaikan tertinggi menjadi 7,43 tahun. Peningkatan capaian ini dipengaruhi oleh beberapa kebijakan pendidikan yang didukung dari partisipasi masyarakat dalam mencapai Wajib Belajar 9 Tahun.

Selama kurun waktu 2010-2012 UHH mengalami peningkatan, namun mengalami penurunan pada tahun 2013. Usia harapan hidup tahun 2010 sebesar 71,4 tahun meningkat menjadi 72,6 tahun di tahun 2012. Peningkatan UHH dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain semakin meningkatnya jumlah rumah sakit, Puskesmas, jumlah bidan, persentase penduduk miskin yang memiliki jaminan kesehatan, serta meningkatnya jumlah desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat.

Dalam kurun waktu 2010-2013, capaian rasio elektrifikasi mengalami kenaikan, berturut-turut 73,48; 76,63; 79,98; dan 86,02. Kenaikan pencapaian rasio elektrifikasi tersebut disebabkan adanya kenaikan jumlah pembangkit PLN yang mencapai 56 unit hingga tahun 2012.

Profil Pembiayaan Provinsi Jawa Tengah

Gambar C.29Total Alokasi Dana Transfer APBN (Dekon, TP, UB)

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013

Gambar C.30Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pertanian dan kesehatan pada periode tahun 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan, sedangkan di bidang pendidikan cenderung menurun. Persentase realisasi belanja di bidang ekonomi dan bidang kesehatan terhadap total belanja periode 2010-2012 mengalami penurunan. Hal tersebut sejalan dengan pelemahan pertumbuhan ekonomi dan capaian yang kurang maksimal di bidang kesehatan.

Page 228: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201464

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

A16. Provinsi Jawa Timur

Tabel C.16Indikator Pembangunan Provinsi Jawa Timur

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,68 7,22 7,27 6,55

Angka Kemiskinan 15,26 14,23 13,08 12,55

Pengangguran 4,25 4,16 4,13 3,96

Angka Kematian Bayi 29,99 29,24 28,31 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,20 7,30 7,50 7,53

Usia Harapan Hidup 60,50 69,81 70,09 70,37

Nilai Tukar Petani 98,74 101,65 102,65 102,90

Rasio Elektrifikasi 75,57 73,66 73,83 79,21

Indeks Pembangunan Manusia 71,62 72,18 72,54 73,54

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Jawa Timur

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2010 tumbuh 6,68 persen. Angka pertumbuhan ekonomi itu terus naik signifikan pada 2011 di angka 7,72 persen. Pada 2012 pertumbuhan ekonomi pun tetap naik walaupun hanya bertambah 0,05 persen di angka 7,27 persen. Hanya saja pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi provinsi ini mengalami penurunan 0,65 persen menjadi 6,55 persen. Pertumbuhan ekonomi cenderung fluktuatif, dengan didukung perbaikan dari sisi ekonomi masyarakat.

Selama kurun waktu tujuh tahun terakhir, perkembangan angka kemiskinan menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Angka kemiskinan pada tahun 2011 sebesar 14,23 persen. Angka ini sudah mencapai angka yang ditargetkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur (15,00-15,5 persen). Pada tahun sebelumnya penduduk miskin berjumlah 5,53 juta atau sebesar 15,26 persen dari total penduduk di Jawa Timur. Selama kurun waktu setahun, persentase penduduk miskin terus mengalami penurunan hingga pada 2013 angka yang tercatat adalah 12,55 persen. Walaupun demikian, kondisi ini masih lebih tinggi dari tingkat kemiskinan secara nasional.

Situasi ketenagakerjaan tahun 2010-2013 relatif membaik dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional yang dilaksanakan pada Februari 2011 memberi gambaran tentang hal tersebut, yaitu terjadi peningkatan partisipasi ang-katan kerja maupun menurunnya tingkat pengangguran. Capaian ini tak lepas dari upaya Pemerintah Jawa Timur dalam memerangi pengangguran dan kemiskinan.

Rata-rata lama sekolah pada kurun waktu 2010-2013 mengalami kenaikan dalam jumlah yang sedikit, yaitu 7,20 tahun (2010), naik menjadi 7,30 tahun (2011), naik kembali menjadi 7,50 tahun (2012). Kenaikan ini masih berada di bawah target Wajib Belajar 9 Tahun mau-pun rintisan Wajib Belajar 12 tahun. Namun, pada tahun 2013 terjadi kenaikan yang cukup besar sehingga mencapai 8,61 tahun.

Tahun 2009 perolehan NTP 98,19 kemudian meningkat menjadi 98,74 pada 2010. Kenaikan ini tidak cukup signifikan, namun pada 2011 kenaikannya cukup besar yaitu sebesar 102,62, dan kemudian cukup konsisten pada 2012 dengan angka 102,65, dan 2013 sebesar 102,90. Dari indeks tersebut dapat dilihat bahwa kenaikan dari tahun ke tahun menunjukkan NTP terus bertambah walaupun angkanya tidak signifikan.

Rasio elektrifikasi di provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 mencapai 75,57 persen. Pada tahun 2011 mencapai 73,66 persen dan terus meningkat pada tahun 2013 sebesar 79,21

Page 229: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 65

persen. Data tersebut menunjukkan terjadi penurunan rasio elektrifikasi pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa daerah yang sulit teraliri listrik dan pertambah-an penduduk tidak sebanding dengan pertumbuhan infrastruktur listrik terutama di tahun 2010 ke 2011. Akan tetapi, kembali mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan tahun 2013 dikarenakan semakin banyaknya pemakaian energi terbarukan di daerah yang belum tersentuh tenaga listrik konvensional dan bertambahnya pelanggan. Pertambahan ini cuk-up signifikan, sekitar 500.000 per tahun, sehingga jumlah pelanggan mencapai 9,5 juta.

Profil Pembiayaan Provinsi Jawa Timur

Gambar C.31 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Jawa Timur Tahun 2010-2013

Gambar C.32Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan Ekonomi

terhadap Total BelanjaProvinsi Jawa Timur Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pendidikan pada periode 2010 hingga 2013 mengalami penurunan. Hal ini berbeda dengan capaian indikator rata-rata lama sekolah yang mengalami kenaikan meski tidak terlalu signifikan. Kenaikan terjadi pada tahun 2012 sebesar 7,5 tahun, lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 7,3 tahun. Nilai ini mengalami peningkatan di tahun 2013 menjadi 7,53 tahun. Persentase realisasi belanja di bidang ekonomi terhadap total belanja periode tahun 2010-2012 mengalami penurunan. Hal ini berbanding terbalik terhadap capaian pada prioritas nasional di bidang perekonomian di mana indikator-indikator pertumbuhan ekonomi pada periode 2010 hingga 2012 mengalami peningkatan meski tidak terlalu signifikan. Tahun 2011 capaian sebesar 7,22 persen; meningkat 0,69 persen menjadi 7,27 persen di tahun 2012.

A17. Provinsi BaliTabel C.17

Indikator Pembangunan Provinsi BaliTahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 5,83 6,49 6,65 6,05

Angka Kemiskinan 4,88 4,20 3,93 4,49

Pengangguran 3,06 2,32 2,11 1,77

Angka Kematian Bayi 6,77 7,21 5,09 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,21 8,35 8,62 8,58

Usia Harapan Hidup 70,72 70,78 70,80 71,20

Nilai Tukar Petani 103,81 106,52 108,27 107,22

Rasio Elektrifikasi 87,11 90,92 91,91 77,93

Indeks Pembangunan Manusia 72,28 72,84 73,49 74,11

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Page 230: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201466

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Capaian Pembangunan Provinsi Bali

Selama tahun 2010-2012 pertumbuhan ekonomi cukup menggembirakan karena memiliki kecenderungan yang meningkat setiap tahun dan melebihi target yang ditetapkan. Bahkan pada tahun 2012 Bali telah mampu melewati pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, nilai ini menurun menjadi 6,05 persen pada 2013.

Persentase penduduk miskin tahun 2010-2012 terus mengalami penurunan, dari 4,88 persen (2010) menjadi 3,93 persen (2012). Penurunan ini tidak lepas dari upaya pemerintah, baik yang difasilitasi oleh pusat, provinsi dan kab/kota dengan program pro kemiskinan, sekaligus sebagai akselerasi program-program lainnya yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (pendidikan dan pelatihan), sumberdaya ekonomi dan sosial. Kerja keras ini harus lebih ditingkatkan mengingat pada tahun 2013, angka kemiskinan kembali naik menjadi 4,49 persen.

Pengangguran terbuka adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Prestasi yang sangat baik diraih oleh Provinsi Bali dalam menekan angka pengangguran. Dari tahun 2010 ke tahun 2013 angka ini terus mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan karena membaiknya perekonomian yang mampu menampung pertumbuhan angkatan kerja. Tingkat pengangguran tahun 2013 jauh di bawah rata-rata nasional (6,25 persen) dengan hanya 1,77 persen saja.

Rata-rata lama sekolah penduduk di Bali dari tahun 2010-2012 terus mengalami peningkatan, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata regional wilayah Bali-Nusa Tenggara dan rata-rata nasional.

Selama tahun 2009-2012 UHH memiliki kecenderungan meningkat, dari 70,72 pada tahun (2010) menjadi 71,20 (2013). Apabila dibandingkan dengan nasional, UHH di Provinsi Bali lebih baik.

Adanya peningkatan NTP dari tahun ke tahun memiliki arti bahwa tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Bali meningkat. Selama periode 2010-2013 angka NTP Bali melebihi NTP regional wilayah Bali-Nusa Tenggara dan juga nasional. Tingginya NTP Bali karena komoditas perkebunan yang memiliki keunggulan, yaitu kopi, cengkeh, kakao, dan biji jambu mete.

IPM dari tahun 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan, dari 72,28 menjadi 74,11. Dibandingkan dengan provinsi-provinsi tetangga, yaitu Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, indeks dan ranking IPM Bali sangat jauh di atas kedua provinsi tersebut. Faktor yang pendukung peningkatan IPM di Bali, yaitu meningkatnya pendapatan per kapita, serta meningkatnya kinerja kesehatan dan pendidikan di Provinsi Bali.

Profil Pembiayaan Provinsi Bali

Gambar C.33 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Bali Tahun 2010-2013

Gambar C.34Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Bali Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Page 231: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 67

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pertanian pada periode tahun 2010 hingga tahun 2013 cukup fluktuatif meskipun tidak ada kenaikan atau penurunan yang sangat drastis. Berbeda dengan bidang pertanian, alokasi dana untuk bidang pendidikan mengalami naik turun yang cukup drastis. Sedangkan, alokasi dan untuk bidang ekonomi terus naik sedikit demi sedikit. Persentase realisasi belanja di bidang ekonomi terhadap total belanja periode tahun 2010-2012 mengalami penurunan. Hal ini berbanding terbalik terhadap capaian pada prioritas nasional di bidang perekonomian di mana indikator-indikator dari perekonomian, seperti angka kemiskinan dan tingkat pengangguran pada periode tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami perbaikan.

A18. Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tabel C.18Indikator Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,33 3,18 1,12 5,69

Angka Kemiskinan 21,55 19,73 18,63 17,25

Pengangguran 5,29 5,33 5,21 4,46

Angka Kematian Bayi 66,34 32,26 57,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6,73 6,77 6,79 7,20

Usia Harapan Hidup 62,11 62,41 62,73 63,21

Nilai Tukar Petani 95,32 96,14 95,45 94,23

Rasio Elektrifikasi 44,58 49,85 53,88 63,4

Indeks Pembangunan Manusia 65,20 66,23 66,89 67,73

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan data, terlihat laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di Nusa Tenggara Barat (NTB) terjadi pada tahun 2010 dan terendah tahun 2011. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh menurunnya kontribusi sektor primer khususnya sektor pertambangan terhadap perekonomian. Hingga saat ini perekonomian NTB masih didominasi oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan).

Masih tingginya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal sangat dipengaruhi oleh masih tingginya tingkat pengangguran. Terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan berakibat kepada rendahnya pendapat perkapita penduduk di wilayah tersebut.

Data capaian angka pengangguran terbuka menunjukkan angka yang tinggi. Tahun 2010-2013 angka tersebut berhasil ditekan menjadi lebih rendah dari angka target daerah. Keberhasilan pencapaian kinerja tersebut sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pemerintah daerah dalam penyediaan lapangan pekerjaan melalui berbagai sektor pembangunan, termasuk penempatan TKI di luar negeri. Berkembangnya industri pariwisata yang didukung oleh Program Visit NTB 2013 ikut mendorong berkembangnya sektor jasa yang menyerap banyak tenaga kerja.

Capaian AKB menunjukkan tren yang terus menurun dari tahun ketahun, namun masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Kondisi ini menunjukkan upaya pemerintah telah berjalan meskipun belum optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu: (1) keterbatasan infrastruktur kesehatan dan belum meratanya wilayah pelayan kesehatan, dan (2) jumlah tenaga kesehatan yang masih belum memadai dan masih terpusat di daerah perkotaan.

Page 232: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201468

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Usia harapan hidup menunjukkan tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini menunjukkan kualitas kehidupan penduduk semakin baik. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah telah berjalan meskipun masih perlu ditingkatkan. Perbaikan layanan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi UHH.

Nilai tukar petani sangat fluktuatif namun masih menunjukkan angka yang sangat rendah yaitu kurang dari 100,00. Kondisi ini menggambarkan paritas daya beli masyarakat petani juga rendah. Faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah tuntutan ekonomi untuk kebutuhan tanam dan kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar petani meminjam kepada rentenir/tengkulak modal untuk kebutuhan tanam dengan jaminan produk hasil pertaniannya. Hal ini menyebabkan harga jual pertani menjadi sangat rendah (tidak sesuai harga pasar) karena harganya ditentukan oleh rentenir/tengkulak yang memberikan modal tanam. Kurangnya luas lahan pertanian yang diolah, alih fungsi lahan pertanian, dan kurangnya keahlian petani/buruh tani ikut berpengaruh terhadap rendahnya capaian NTP.

Rasio elektrifikasi meningkat lebih tinggi dari tahun ke tahun. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya penambahan pasokan listrik dari pembangkit yang telah selesai dibangun yaitu PLTU Jeranjang di Pulau Lombok dan PLTU Bonto di Pulau Sumbawa.

Terlihat pula peningkatan capaian IPM meskipun belum optimal karena masih tergolong rendah. Kondisi ini disebabkan rendahnya nilai capaian komponen utama yang menjadi dasar perhitungan IPM, seperti perdapatan per kapita, rata-rata lama sekolah, UHH, gizi buruk, dan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Profil Pembiayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar C.35Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi NTB Tahun 2010-2013

Gambar C.36Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi NTB Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pertanian pada periode tahun 2010 hingga tahun 2013 mengalami kenaikan yang signifikan. Meskipun demikian, perbaikan capaian di bidang pertanian belum optimal. Lain halnya dengan kenaikan alokasi dana di bidang kesehatan yang cenderung naik walaupun tidak signifikan, hal ini dapat mendukung perbaikan capaian bidang kesehatan, misalnya penurunan AKB dan peningkatan UHH, meskipun persentase realisasi belanja di bidang kesehatan terhadap total belanja pada provinsi tahun 2010-2012 mengalami penurunan.

Page 233: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 69

A19. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel C.19Indikator Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 7,91 4,68 5,41 5,50

Angka Kemiskinan 23,03 21,23 20,88 20,24

Pengangguran 3,34 2,69 2,39 2,80

Angka Kematian Bayi 12,10 12,80 15,10 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6,99 7,05 7,09 7,16

Usia Harapan Hidup 67,50 67,76 65,10 68,05

Nilai Tukar Petani 102,00 103,24 103,50 99,17

Rasio Elektrifikasi 26,40 41,55 45,75 48,30

Indeks Pembangunan Manusia 67,26 67,75 68,05 67,77

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Pertumbuhan ekonomi periode tahun 2010 hingga 2013 menunjukkan tren meningkat. Namun kondisi mikro ekonomi masyarakat kecil masih harus mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah daerah.

Tampak bahwa proporsi penduduk miskin menurun dari 20,88 persen pada tahun 2010 menjadi 20,24 persen pada tahun 2013. Penurunan ini merupakan kontribusi dari berbagai kebijakan dan program pengentasan kemiskinan, baik program nasional seperti PNPM, maupun regional seperti DeMAM.

Tingkat pengangguran terbuka menurun dari 3,34 persen pada tahun 2010 menjadi 2,39 persen pada tahun 2013. Akan tetapi tampaknya tidak sejalan dengan pengangguran paruh waktu dan setengah menganggur yang relatif masih tinggi. Bahkan tingkat partisipasi angkatan kerja memperlihatkan adanya penurunan dari 72,09 persen pada tahun 2010 menjadi 70,58 persen pada tahun 2013. Hal ini semakin memperkuat anggapan bahwa pengangguran masih merupakan persoalan yang harus dipecahkan secara sistematis dan berkelanjutan.

Angka kematian bayi tidak mengalami perbaikan dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Persoalan gizi ketika masih dalam kandungan ibu yang kurang baik adalah salah satu faktor penting dalam mempengaruhi AKB. Penanganan kesehatan dan gizi ibu hamil menjadi isu yang sangat penting di provinsi ini.

Rata-rata lama sekolah penduduk meningkat sangat kecil yaitu dari 6,99 tahun di 2010 menjadi 7,16 di tahun 2013. Artinya, sebagian besar penduduk dalam periode empat tahun terakhir hanya menamatkan SD dan putus sekolah di tingkat SMP/sederajat.

Perbaikan AKB dan angka gizi kurang yang sangat nyata berpengaruh terhadap UHH dalam jangka panjang. Faktor sosial budaya yang berpengaruh antara lain pola konsumsi, pola hidup sehat, serta pola alokasi pendapatan rumah tangga untuk konsumsi gizi dan kesehatan.

Perkembangan NTP dari tahun 2010-2013 cenderung berfluktuasi. Capaian terburuk pada tahun 2013 sebesar 99,17 setalah sempat menyentuh angka 103,50 di tahun sebelumnya. Faktor yang diduga kuat berkaitan dengan NTP yang cenderung berfluktuasi adalah akibat tingkat produksi dan nilai produk pertanian yang juga berfluktuasi. Sementara, biaya produksi relatif tetap. Faktor biaya produksi juga dipengaruhi oleh kondisi faktor makro ekonomi nasional termasuk juga aspek kebijakan di bidang pertanian pada umumnya.

Page 234: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201470

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Capaian tahun 2010 hingga 2013 memperlihatkan bahwa selama tiga tahun rasio elektrifikasi naik cukup tinggi, yaitu 15,15 persen (2010-2011), dan 6,20 persen (2011-2013). Upaya yang dilakukan pemerintah daerah dari tahun ke tahun semakin menunjukkan kinerja yang baik, khususnya penggunaan listrik.

Pertumbuhan angka IPM berfluktuasi. Penurunan terjadi karena adanya penambahan kabupaten baru seperti Sabu Rai Jua yang mempunyai angka IPM sangat rendah (56,16) dan Kabupaten Sumba Barat Daya (61,35). IPM tertinggi adalah Kota Kupang (77,73), menyusul Kabupaten Ngada (70,13). Sedangkan 17 kabupaten lainnya berkisar antara 62,00 hingga 69,00.

Profil Pembiayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar C.37 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi NTT Tahun 2010-2013

Gambar C.38Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi NTT Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pendidikan pada periode tahun 2010 hingga tahun 2013 cenderung mengalami penurunan. Alokasi dana untuk bidang pertanian sempat konsisten naik dari 2010-2012, lalu turun pada 2013. Hal yang sama terjadi pula pada alokasi dana bidang kesehatan. Persentase realisasi belanja di bidang pendidikan terhadap total belanja pada periode tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan. Kenaikan juga terjadi pada capaian prioritas nasional pendidikan. Indikator rata-rata lama sekolah pada periode tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami kenaikan meski tidak terlalu signifikan.

A20. Provinsi Kalimantan BaratTabel C.20

Indikator Pembangunan Provinsi Kalimantan BaratTahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 5,35 5,94 5,79 6,08

Angka Kemiskinan 9,02 8,60 8,17 8,74

Pengangguran 4,62 3,88 3,36 2,30

Jumlah Kematian Bayi 595,00 588,00 488,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6,82 6,89 7,14 7,17

Usia Harapan Hidup 66,60 66,75 66,92 67,40

Nilai Tukar Petani 101,19 102,62 100,92 97,99

Rasio Elektrifikasi 58,34 59,12 66,96 69,25

Indeks Pembangunan Manusia 69,15 69,66 70,31 70,93

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Page 235: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 71

Capaian Pembangunan Provinsi Kalimantan Barat

Persentase penduduk miskin tahun 2010 sebesar 9,02 persen, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 9,30 persen. Pada tahun 2011, angka kemiskinan kembali turun dikarenakan berkurangnya jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan. Begitu pula pada tahun 2012, kembali turun menjadi 8,17 persen mengikuti penurunan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan yang cukup besar. Menurunnya angka kemiskinan merupakan wujud nyata dari keberhasilan berbagai program pengentasan kemiskinan, seperti program pemberdayaan masyarakat miskin di pelosok perdesaan/daerah pedalaman, program pengembangan ekonomi lokal, program/kegiatan PNPM Mandiri, penyediaan fasilitas pembiayaan (kredit mikro dan KUR), dan meningkatnya akses jaminan perlindungan sosial bagi keluarga miskin. Namun, pemerintah masih harus bekerja keras untuk menekan tingkat kemiskinan karena pada tahun 2013, angka tersebut kembali naik menjadi 8,74 persen.

Jika dibandingkan antara capaian indikator TPT dengan target yang ada dalam dokumen RPJMD, nilai tersebut sudah melebihi target yang ditetapkan setiap tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha merupakan langkah kebijakan yang efektif untuk menurunkan angka kemiskinan di Kalimantan Barat.

Tren meningkat ditunjukkan oleh UHH tiap tahunnya sehingga mencapai 67,40 tahun pada tahun 2013. Kenaikan ini selaras dengan perbaikan di bidang kesehatan. Indikator persentase bayi yang diimunisasi lengkap serta balita yang proses kelahirannya ditolong tenaga kesehatan meningkat secara signifikan. Kondisi ini dapat menekan AKB sehingga UHH dapat meningkat. Meskipun pada tahun 2010 jumlah kematian bayi sempat meningkat, namun pada tahun 2011 dan 2012 jumlah kematian bayi mengalami penurunan.

Rata-rata lama sekolah menunjukkan tren naik dari 6,82 (2010) menjadi 7,17 (2013). Namun demikian angka ini masih lebih rendah dari Program Wajib Belajar 9 Tahun (tamat SMP/sederajat) yang ditingkatkan menjadi 12 Tahun pada 2013. Kenaikan rata-rata lama sekolah ini konsisten dengan indikator angka putus sekolah yang menunjukkan kecenderungan penurunan pada semua jenjang pendidikan. Perbaikan sarana prasarana dan upaya pemerataan pendidikan memiliki peran dalam penurunan angka putus sekolah.

Indikator NTP menunjukan kecenderungan fluktuatif dari tahun 2010-2013, namun pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan. Keadaan ini disebabkan karena harga-harga produksi pertanian cenderung tidak mengalami perubahan. Sedangkan harga barang-barang konsumsi baik pangan maupun non pangan yang dibeli oleh petani mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

IPM menunjukkan kenaikan yang konsisten dari tahun ke tahun yang membuktikan peningkatan capaian indikator kesehatan, pendidikan dan pertumbuhan ekonomi secara gradual. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat tampak dari berbagai indikator output dan outcome. Dalam periode yang sama jumlah penyandang masalah sosial turun secara signifikan sehingga pada tahun 2012 tinggal 30,00 persen. Seiring dengan kenaikan secara gradual UHH dan rata-rata lama sekolah, pendapatan perkapita penduduk juga meningkat secara konsisten antar waktu sehingga mencapai Rp.16 juta pada tahun 2012. Kondisi yang memprihatinkan adalah indikator kurang gizi dan gizi buruk. Bila dibiarkan kondisi ini dapat meningkatkan AKB/AKBA yang pada gilirannya akan menarik IPM turun, terutama dalam aspek UHH.

Profil Pembiayaan Provinsi Kalimantan Barat

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB di bidang pertanian pada periode tahun 2010 hingga tahun 2013 mengalami kenaikan. Kenaikan alokasi dana ini ternyata berbanding terbalik dengan capaian terhadap prioritas nasional ketahanan pangan pada periode yang sama, di mana indikator NTP pada tahun 2011 hingga 2013 mengalami penurunan. Persentase realisasi belanja di bidang pendidikan terhadap total belanja periode 2010- 2012 mengalami penurunan yang drastis.

Page 236: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201472

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Gambar C.39 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Kalimantan Barat Tahun 2010-2013

Gambar C.40Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Kalimantan Barat Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A21. Provinsi Kalimantan SelatanTabel C.21

Indikator Pembangunan Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,39 6,93 6,04 5,18

Angka Kemiskinan 5,21 5,29 5,06 4,76

Pengangguran 5,25 5,23 4,32 3,36

Angka Kematian Bayi 611 718 391 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,65 7,68 7,90 8,01

Usia Harapan Hidup 63,81 64,17 64,61 64,82

Nilai Tukar Petani 108,07 109,56 109,90 105,50

Rasio Elektrifikasi 70,14 73,86 96,94 80,86

Indeks Pembangunan Manusia 69,92 70,44 71,08 71,74

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan

Laju pertumbuhan ekonomi cenderung berfluktuasi antara tahun 2010 hingga tahun 2013. Terjadi peningkatan 0,54 persen dari tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini dikarenakan meningkatnya kegiatan ekspor dan investasi yang ditopang oleh sektor pertambangan dan pertanian yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hanya dua tahun terakhir (2012 dan 2013), pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi 6,04 persen dan 5,18 persen. Penyebab turunnya pertumbuhan ekonomi karena laju ekspor yang mengalami kontraksi terutama dari komoditas batubara sebagai akibat lemahnya permintaan dari negara mitra dagang.

Angka kemiskinan menunjukkan kecenderungan menurun dari 5,21 persen pada tahun 2010 menjadi 4,76 persen pada tahun 2013. Begitu pula dengan TPT tahun 2010-2013, terdapat kecenderungan penurunan dengan semakin banyak terbukanya lapangan kerja, baik disektor formal maupun sektor informal.

Perkembangan kematian bayi cukup mengkhawatirkan, pada tahun 2010 berada pada angka 611 dan meningkat di tahun 2011 menjadi 718. Hingga pertengahan tahun 2012 sudah mencapai angka 391. Hal ini diduga terkait dengan beberapa hasil program di bidang kesehatan yang belum mencapai hasil yang diharapkan, seperti program perbaikan gizi masyarakat dan terutama gizi balita.

Page 237: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 73

Rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan dari tahun 2010, yang hanya 7,23 menjadi 8,01 pada tahun 2013. Walaupun angka tersebut masih berada di bawah angka nasional, namun kondisi ini sudah mengarah ke arah yang lebih baik. Hal ini mencerminkan semakin membaiknya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya terutama pada Program Wajib Belajar 15 Tahun. Kondisi ini dipicu pula oleh kebijakan pemerintah daerah yang pro pendidikan, seperti adanya alokasi anggaran APBD 20 persen untuk sektor pendidikan, program sekolah gratis yang dicanangkan hampir di seluruh kab/kota, pembangunan sekolah baru dan rehabilitasi sarana prasarana pendidikan yang mengalami kerusakan, dan berbagai macam beasiswa yang diberikan kepada siswa (terutama bagi siswa kurang mampu/miskin).

Usia harapan hidup menunjukkan peningkatan pada tahun 2010, yaitu 63,81 tahun menjadi 64,82 tahun di tahun 2013. Capaian ini masih berada di bawah capaian nasional, namun telah mengindikasikan bahwa kesehatan masyarakat semakin baik akibat adanya kesadaran menggunakan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan maupun perbaikan pola hidup masyarakat.

Jumlah rumah yang teraliri listrik dari tahun 2010-2012 terdapat kecenderungan peningkatan, dari 605.107 unit menjadi 779.115 unit. Walaupun mengalami peningkatan, namun mengingat penduduk banyak tersebar di kepulauan terpencil, maka diperlukan pembangunan unit PLTD untuk mensuport suplai listrik dari PLTU yang tidak dapat menjangkau desa terpencil.

Indeks pembangunan manusia mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2013, yaitu 69,92 menjadi 71,74. Dibandingkan dengan capaian provinsi-provinsi tetangga, yaitu Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, maka Provinsi Kalimantan Selatan masih berada jauh di bawah provinsi-provinsi tersebut.

Profil Pembiayaan Provinsi Kalimantan Selatan

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UB pada bidang pendidikan periode 2010 hingga 2013 mengalami penurunan. Hal ini berbanding terbalik dengan capaian prioritas nasional di bidang pendidikan. Indikator rata-rata lama sekolah pada periode yang sama mengalami kenaikan dengan capaian di tahun 2012 sebesar 7,90 tahun meningkat menjadi 8,01 tahun pada tahun 2013.

Persentase realisasi belanja terhadap total belanja di bidang pendidikan pada periode 2010 hingga 2012 mengalami penurunan signifikan pula. Meski demikian, capaian prioritas nasional di bidang pendidikan berupa rata-rata lama sekolah pada periode yang sama mengalami sedikit kenaikan.

Gambar C.41Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2013

Gambar C.42Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Page 238: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201474

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

A22. Provinsi Kalimantan Tengah

Tabel C.22Indikator Pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,49 6,74 6,69 7,37

Angka Kemiskinan 6,77 6,64 6,19 6,23

Pengangguran 4,14 2,55 2,71 2,52

Angka Kematian Bayi 18,00 10,00 8,00 n.a

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,03 8,06 8,12 8,17

Usia Harapan Hidup 71,20 71,30 71,41 71,47

Nilai Tukar Petani 99,44 99,61 98,66 97,93

Rasio Elektrifikasi 47,00 50,00 52,40 58,79

Indeks Pembangunan Manusia 74,64 76,06 76,6 75,68

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah

Realisasi pertumbuhan ekonomi tidak terlalu berbeda dengan target yang ditetapkan, sekitar 6,50 sampai 7,00 persen. Dari sisi perencanaan, kondisi demikian menunjukkan bahwa kualitas perencanaan semakin membaik. Pertumbuhan sektor primer terutama ditopang oleh pertumbuhan lapangan usaha perkebunan. Pertumbuhan sektor sekunder cenderung berkurang. Apabila pada tahun 2009, sektor ini tumbuh 6,40 persen, pada tahun 2012 hanya tumbuh 4,90 persen. Pertumbuhan sektor tersier cenderung meningkat. Pada tahun 2009 sektor ini tumbuh 5,60 persen, terus meningkat hingga mencapai 8,50 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan sektor ini terutama pada bidang usaha jasa keuangan.

Angka kemiskinan cenderung menurun dari tahun 2010-2012 (6,49 menjadi 6,19), walaupun sedikit meningkat pada tahun 2013 menjadi 6,23 persen. Capaian TPT tahun 2010-2013 terus menurun, walaupun lebih rendah dari capaian nasional. Hal ini disebabkan terbukanya kesempatan kerja yang tinggi terutama untuk bidang perkebunan dan pertambangan.

Angka kematian bayi terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Keberhasilan menurunkan AKB yaitu karena komitmen yang tinggi untuk mendorong program kesehatan melalui Program Kalteng Sehat.

Profil Pembiayaan Provinsi Kalimantan Tengah

Gambar C.43Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2013

Gambar C.44Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Kalimantan Ten-gah Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Page 239: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 75

Alokasi dana dekonsentrasi, TP, UB pada bidang pertanian pada periode 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan. Capaian indikator NTP pada periode tahun yang sama, meski mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 98,66, kembali mengalami kenaikan 3,80 persen menjadi 102,41 di tahun 2013.

Persentase realisasi belanja pada bidang pendidikan terhadap total belanja pada periode 2010 hingga 2012 mengalami penurunan. Nilai ini berbanding terbalik dengan capaian prioritas nasional pendidikan dengan indikator rata-rata lama sekolah naik meski tidak terlalu signifikan. Kenaikan pada tahun 2013 sebesar 8,17 tahun lebih besar jika dibandingkan tahun 2011 yang hanya 8,12 tahun.

A23. Provinsi Kalimantan Timur

Tabel C.45Indikator Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 5,10 4,08 3,98 n.a .

Angka Kemiskinan 7,66 6,77 6,68 6,38

Pengangguran 10,10 9,84 9,29 7,83

Angka Kematian Bayi n.a. n.a. 21,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,87 9,19 9,20 9,39

Usia Harapan Hidup 71,20 71,40 71,58 71,78

Nilai Tukar Petani 98,90 98,62 98,14 95,07

Rasio Elektrifikasi 63,90 64,13 65,72 70,81

Indeks Pembangunan Manusia 75,56 76,22 76,71 77,33

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur

Persentase penduduk miskin dari waktu ke waktu mengalami penurunan. Keberhasilan menurunkan penduduk miskin dikarenakan adanya perluasan lapangan kerja dan perbaikan penghasilan.

Indeks NTP mengalami penurunan sepanjang tahun 2010 sampai 2013. Hal ini karena semakin tingginya biaya yang harus dikeluarkan petani dibandingkan dengan penerimaan, dengan semakin mahalnya biaya produksi seperti bahan bakar, bibit, transportasi hasil pertanian, dan biaya operasional lainnya. Sementara harga hasil-hasil pertanian peningkatannya relatif rendah.

Penyebeb utama dari kesulitan mengoptimalkan rasio elektrifikasi di Kalimantan Timur adalah pesatnya perkembangan pemukiman akibat dari pertumbuhan penduduk, khususnya pendatang, seiring dengan ekstensifikasi industri berbasis sumber daya alam pada wilayah-wilayah yang dengan kondisi geografis relatif sulit dan aksesibilitas rendah. Dalam kondisi demikian perbandingan antara rumah tangga yang menikmati listrik dengan total populasi menjadi tidak seimbang.

Potret peningkatan IPM dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan kualitas SDM sesuai sasaran yang ingin dicapai. Peningkatan kualitas SDM merupakan program prioritas yang terus diupayakan dan dilaksanakan secara intens oleh pemerintah.

Page 240: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201476

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Profil Pembiayaan Provinsi Kalimantan Timur

Rendahnya alokasi alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UB bidang kesehatan jika dibandingkan dengan bidang pendidikan maupun pertanian sedikit banyak berpengaruh terhadap capaian indikator kesehatan di Kalimantan Timur. Begitu pula dengan realisasi belanja bidang kesehatan terhadap total belanja yang mengalami penurunan, dari 10,90 persen pada 2010 menjadi 6,76 persen pada 2012. Capaian UHH meskipun menunjukkan tren positif dari tahun 2010 hingga 2012, namun peningkatannya cenderung kecil. Perlu upaya lebih dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan kesehatan agar kesempatan mendapat layanan kesehatan dapat menjangkau hingga ke daerah terpencil.

Gambar C.45 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Kalimantan Timur Tahun 2010-2013

Gambar C.46Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Kalimantan Timur Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A24. Provinsi GorontaloTabel C.24

Indikator Pembangunan Provinsi GorontaloTahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 7,63 7,68 7,71 7,77

Angka Kemiskinan 23,19 18,75 17,22 18,01

Pengangguran 5,16 4,26 4,81 3,17

Angka Kematian Bayi 14,70 12,50 12,50 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,38 7,45 8,00 7,52

Usia Harapan Hidup 70,60 71,00 71,50 67,54

Nilai Tukar Petani 101,30 104,,08 102,34 100,66

Rasio Elektrifikasi 48,80 69,97 69,97 64,04

Indeks Pembangunan Manusia 70,28 70,82 71,28 71,77

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Gorontalo

Pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan yang didorong oleh tingginya konsumsi, baik pemerintah, rumah tangga, dan lembaga swasta nirlaba. Dari sisi penawaran, pertumbuhan sektoral didorong oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi, kemudian disebabkan pula oleh kenaikan produksi industri manufaktur mikro dan kecil serta industri manufaktur besar dan sedang.

Angka kemiskinan masih berada di atas rata-rata capaian regional. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dalam menciptakan inovasi untuk penurunan

Page 241: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 77

angka kemiskinan adalah dengan memperhatikan lapangan kerja utama. Perekonomian masih didominasi oleh sektor pertanian, oleh karena itu hendaknya pemerintah memprioritaskan pembangunan sektor ini sehingga lebih efektif sebagai penyerap lapangan kerja, sambil melakukan alih usaha ke sektor yang lebih banyak menyerap tenaga kerja seperti industri dan jasa.

Permasalahan pengangguran yang dihadapi adalah semakin banyaknya pengangguran terdidik. Isu dan masalah sentral ketenagakerjaan di Provinsi Gorontalo adalah: (1) Kecenderungan tenaga kerja untuk menjadi pegawai negeri sipil sangat tinggi; (2) Kultur memilih-milih pekerjaan sehingga lowongan pekerjaan yang ada akan terisi oleh tenaga kerja luar daerah; (3) Rendahnya kualitas dan kapasitas SDM sehingga tenaga kerja lokal tidak mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar daerah, sehingga berpengaruh pada tingkat pengangguran; dan (4) Rendahnya kemampuan menciptakan kesempatan kerja serta rendahnya jiwa wirausaha sehingga banyak orang luar daerah yang cukup berhasil di Provinsi Gorontalo.

Angka kematian bayi memperlihatkan kecenderungan yang semakin menurun, pada tahun 2013 angkanya mencapai 12,50 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Capaian AKI 2 tahun terakhir juga mengalami penurunan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah provinsi dalam menurunkan AKI dan AKB, antara lain melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak di seluruh fasilitas kesehatan, peningkatan/penguatan imunisasi melalui GAIN UCI, pemerataan jangkauan terutama daerah yang belum mencapai UCI, kampanye campak terintegrasi dengan polio, serta pengembangan Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif dalam mendukung kegiatan untuk menurunkan AKB dan AKBA.

Rata-rata lama sekolah berada di bawah nasional, akan tetapi pada tahun 2013 capaiannya sudah di atas nasional. Capaian rata-rata lama sekolah berhubungan dengan beberapa faktor antara lain jumlah siswa penerima BOS, serta rasio siswa-guru dan ruang kelas. Hingga tahun 2013, jumlah siswa penerima BOS untuk tingkat SD/MI adalah 144.163 siswa sedangkan tingkat SMP/MTs berjumlah 44.743 siswa. Khusus untuk penyalurannya sering terkendala oleh waktu dan regulasi, sehingga terkadang tidak efektif.

Nilai tukar petani dan nelayan memperlihatkan kecenderungan menurun. Hal ini antara lain disebabkan oleh inflasi karena kenaikan harga BBM. Faktor lain yang turut berperan dalam penurunan angka ini adalah komoditi pertanian yang dihasilkan umumnya belum mengalami proses pengolahan. Secara keseluruhan NTP maupun NTN masih berada di atas angka 100, artinya kemampuan daya beli petani dan nelayan cukup baik.

Rasio elektrifikasi mengalami peningkatan pada dua tahun terakhir. Rasio desa berlistrik juga meningkat dari 89,92 (2010) menjadi 99,29 (2013). Peningkatan rasio ini menunjukkan bahwa pelayanan kelistrikan semakin ditingkatkan. Adanya peningkatan permintaan akan listrik ini membutuhkan terobosan dan inovasi oleh pemerintah daerah untuk pengadaannya. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan memberdayakan potensi sumberdaya kelistrikan yang terbarukan, seperti microhydro.

Indeks pembangunan manusia memperlihatkan kecenderungan meningkat, pada tahun 2010 mencapai 70,28 tahun kemudian tahun 2013 menjadi 71,77. Hal ini menunjukkan terjadinya perbaikan secara berkelanjutan dari aspek-aspek penyusun IPM yaitu pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. Selain itu juga disebabkan oleh komitmen pemerintah daerah yang tinggi dalam membangun kemampuan manusia (human capabilities).

Profil Pembiayaan Provinsi Gorontalo

Alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UB pada bidang pendidikan cenderung menurun pada periode 2010-2013, berbanding terbalik dengan capaian rata-rata lama sekolah yang sudah berada di atas rata-rata nasional pada tahun 2013, meskipun masih menghadapi kendala seperti waktu penyaluran dana BOS yang terlambat dan regulasi yang terkadang tidak efektif.

Page 242: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201478

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Realisasi belanja bidang pendidikan terhadap total belanja mengalami penurunan pada periode 2011-2012 dari 36,63 persen menjadi 6,20 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan capaian indikator angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Gorontalo yang meskipun sempat berada di bawah rata-rata nasional, namun pada tahun 2013 sudah berada di atas angka rata-rata nasional.

Gambar C.47Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Gorontalo Tahun 2010-2013

Gambar C.48Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Gorontalo Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A25. Provinsi Sulawesi Utara

Tabel C.25Indikator Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2010-2013

Indikator2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 7,16 7,39 7,86 7,45

Angka Kemiskinan 9,10 8,51 8,18 8,50

Pengangguran 9,61 8,62 8,32 6,50

Angka Kematian Bayi 7,12 8,71 5,01 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,89 8,92 9,00 9,09

Usia Harapan Hidup 72,22 72,33 72,43 72,62

Nilai Tukar Petani 101,04 104,27 103,26 100,56

Rasio Elektrifikasi 70,30 74,89 74,90 73,85

Indeks Pembangunan Manusia 76,09 76,54 76,95 77,36

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara Capaian pertumbuhan ekonomi sangat baik, bahkan lebih tinggi dari capaian nasional serta capaian daerah-daerah lainnya. Tingginya pertumbuhan ekonomi selama ini, didorong baik dari sisi permintaan juga dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan, tingginya pertumbuhan ekonomi ditopang oleh meningkatnya konsumsi baik dari rumah tangga maupun oleh pemerintah, juga oleh membaiknya kegiatan investasi, serta meningkatnya kinerja pertumbuhan ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran, ditunjang oleh efek multiplier dari pelaksanaan event-event berskala nasional mapun internasional yang mampu meningkatkan kontribusi sektor bangunan, pertanian, pariwisata, serta perdagangan, hotel dan restoran.

Page 243: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 79

Penurunan angka kemiskinan secara konsisten selama tahun 2010-2013 terkait dengan semakin besarnya peluang dan kesempatan mencari nafkah serta adanya peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja mencari nafkah. Kecenderungan perkembangan TPT sejak tahun 2010-2012 terus mengalami penurunan. Perkembangan ini menunjukkan keberhasilan pembangunan di bidang ketenagakerjaan. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor properti, perdagangan, dan angkutan pada sektor informal. Pembangunan pusat-pusat perbelanjaan, perhotelan, reklamasi serta sektor angkutan darat banyak sekali menyerap tenaga kerja lokal bahkan dari luar daerah. Disamping itu adanya kenaikan upah minimum provinsi menjadikan sektor lapangan kerja informal tersebut diminati oleh masyarakat yang tergolong dalam angkatan kerja.

Angka kematian bayi berfluktuasi, pada tahun 2010 sebesar 7,12; meningkat pada tahun 2011 sebesar 8,71 dan akhirnya menurun menjadi 5,01 pada tahun 2013. Perkembangan AKB dan kasus kurang gizi, antara lain terkait dengan perkembangan aspek pelayanan kesehatan dan tersedianya fasilitas kesehatan yang semakin baik.

Nilai tukar petani masih berkisar antara 101,00-104,00, relatif belum menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Selama ini peningkatan NTP tidak didorong oleh meningkatnya kinerja subsektor tanaman pangan tetapi lebih pada meningkatnya harga komoditi sektor perkebunan, seperti: cengkeh, kelapa, dan pala.

Pada akhir tahun 2013, rasio elektrifikasi telah mencapai angka 74,90 persen, artinya masih ada sekitar 25,10 persen rumah tangga yang belum mendapatkan fasilitas listrik dari PLN, terutama masyarakat di kepulauan. Upaya yang sudah dilakukan dengan membangun PLTS komunal di Pulau Miangas, Kecamatan Miangas, Kabupaten Talaud, Sulut, perlu untuk dikembangkan untuk pulau-pulau yang lain. Altenatif lain adalah membangun pembangkit listrik mikrohidro, tenaga angin ataupun sumber lainnya terutama dari sumber energi yang terbarukan yang tersedia di daerah-daerah tersebut.

Capaian IPM Sulut periode 2010-2013 menunjukkan perkembangan yang meningkat. Meningkatnya angka IPM dari tahun ketahun, karena secara kontinyu pemerintah dan masyarakat melakukan berbagai program yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial ekonomi. Dampak dari peningkatan kinerja dalam aspek-aspek tersebut secara otomatis akan menyumbang terhadap kenaikan angka IPM dari tahun ke tahun.

Profil Pembiayaan Provinsi Sulawesi Utara

Alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UB bidang kesehatan cenderung rendah jika dibandingkan dengan alokasi bidang pendidikan maupun pertanian. Keberhasilan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang baik mendorong meningkatnya UHH pada periode 2010-2012 dari 72,12 menjadi 72,43.

Gambar C.49Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2013

Gambar C.50Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Page 244: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201480

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Realisasi belanja bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi terhadap total belanja cenderung rendah di kisaran 20,00 persen. Realisasi yang relatif tinggi terjadi pada bidang ekonomi dimana pada tahun 2012 mencapai 13,64 persen. Untuk bidang pendidikan alokasi sebesar 7,01 persen dan kesehatan 5,69 persen. Hal ini sejalan dengan capaian bidang ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara lebih tinggi dari capaian nasional akibat meningkatnya konsumsi dan membaiknya kegiatan investasi, serta meningkatnya kinerja pertumbuhan ekspor.

A26. Provinsi Sulawesi Selatan

Tabel C.26Indikator Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,19 7,65 8,37 7,65

Angka Kemiskinan 11,60 10,27 9,82 10,32

Pengangguran 8,37 6,56 6,46 4,91

Angka Kematian Bayi 6,00 6,00 6,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,89 7,92 7,95 8,01

Usia Harapan Hidup 70,00 70,30 70,60 70,6

Nilai Tukar Petani 101,63 108,29 107,86 107,43

Rasio Elektrifikasi 65,20 71,97 72,22 77,15

Indeks Pembangunan Manusia 71,62 72,14 72,70 73,28

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan

Beberapa faktor mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dari waktu ke waktu. Pertama, peningkatan produksi ekonomi pertanian/pedesaan seiring dengan kebijakan pemerintah provinsi yang mendorong pencapaian surplus beras dan jagung, peningkatan populasi ternak, peningkatan produksi rumput laut, serta pemulihan produksi kakao dan udang. Upaya-upaya ini menyebabkan pertumbuhan pertanian tetap tercapai meskipun porsi kontribusinya dalam total PDRB memang menurun seiring dengan transformasi perekonomian yang berlangsung. Kedua, peningkatan kapasitas infrastruktur daerah, mencakup perbaikan kualitas dan peningkatan kapasitas jalan dan jembatan serta peningkatan kapasitas bandar udara yang mendorong multiplier effect bagi perekonomian daerah. Ketiga, peningkatan produksi pertambangan nikel (Luwu Timur), marmer, serta semen (Pangkep dan Maros). Keempat, perekonomian Kota Makassar yang terus berkembang seiring dengan kemajuan fasilitas dan sarana/prasarana perekonomian yang mendorong kemajuan sektor jasa dan perdagangan.

Berdasarkan indikator persentase penduduk miskin, telah terjadi penurunan persentase penduduk miskin secara kontinyu dengan tingkat penurunan yang relatif sama. Hal ini disebabkan oleh semakin efektifnya upaya-upaya penanggulangan kemiskinan yang berjalan dalam berbagai bentuk yakni: (1) perlindungan dan bantuan sosial, (2) pemberdayaan masyarakat, (3) pemberdayaan usaha mikro dan kecil, baik yang dibiayai oleh APBN maupun APBD. Selain itu, telah terjadi peningkatan anggaran untuk pendidikan dan kesehatan, khususnya dalam bentuk kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi melalui dana bantuan keuangan khusus kepada kab/kota, yang telah berpengaruh pada berkurangnya beban rumah tangga miskin.

Angka kematian bayi stabil sebesar 6 jiwa per 1.000 kelahiran hidup. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama 2010-2012 persoalan penanganan keselamatan melahirkan

Page 245: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 81

dan anak belum mengalami peningkatan, bahkan cenderung semakin buruk pada ibu. Salah satu yang perlu menjadi perhatian adalah banyaknya daerah terpencil yang masih mengalami kesulitan terkait akses layanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan minimum yang berkualitas.

Peningkatan rata-rata lama sekolah yang tidak melebihi 0,10 persen setiap tahun tergolong lambat mengingat rata-rata lama sekolah yang hanya mencerminkan penduduk rata-rata masih berpendidikan tamat SD/sederajat. Selain disebabkan oleh tingkat pendidikan penduduk usia tua yang rendah, masih relatif rendahnya tingkat partisipasi sekolah pada jenjang SMP dan SMA/sederajat menjadi penyebab lambatnya kenaikan rata-rata lama sekolah penduduk di Sulawesi Selatan.

Sebagian besar indikator kesehatan yang menunjang perbaikan derajat kesehatan masyarakat selama 2010-2013 cenderung mengalami kenaikan. Beberapa indikator output yang cenderung naik adalah jumlah rumah sakit, jumlah puskesmas, jumlah tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan, jumlah rumah bersalin, balita yang diimunisasi, dan yang persalinannya ditolong tenaga kesehatan.

Rasio elektrifikasi mengalami peningkatan yang berarti, yang didorong oleh beroperasinya beberapa pembangkit baru sehingga kapasitas pembangkit mengalami peningkatan 135,70 MW. Beroperasinya pembangkit listrik di Kabupaten Jeneponto mendorong peningkatan suplai energi listrik di Provinsi Sulawesi Selatan.

Indeks pembangunan manusia terus mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh beberapa faktor berikut. Pertama, keberhasilan pemerintah provinsi dan kabupaten dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, diiringi dengan pengendalian laju inflasi, sehingga dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Kedua, implementasi kebijakan pendidikan gratis oleh pemerintah provinsi dalam bentuk bantuan keuangan khusus kepada pemerintah kab/kota yang dapat meningkatkan APS serta menekan angka putus sekolah, sehingga dapat mengakselerasi angka rata-rata lama sekolah. Ketiga, implementasi kebijakan kesehatan gratis oleh pemerintah provinsi dalam bentuk bantuan keuangan khusus kepada pemerintah kab/kota yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Profil Pembiayaan Provinsi Sulawesi Selatan Gambar C.51

Total Alokasi Dana Dekon, TP, UBBidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pertanian

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2013

Gambar C.52Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UB bidang kesehatan yang cenderung rendah jika dibandingkan dengan alokasi bidang kesehatan maupun pertanian berbanding terbalik dengan capaian bidang kesehatan yang menunjukkan bahwa angka kematian bayi cenderung stabil di angka 6 jiwa per 1000 kelahiran hidup. Salah satu yang perlu menjadi perhatian adalah banyaknya daerah terpencil yang masih mengalami kesulitan terkait akses layanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan minimum yang berkualitas.

Page 246: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201482

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Realisasi belanja bidang pendidikan terhadap total belanja cenderung tinggi di kisaran 40,00 persen jika dibandingkan dengan realisasi bidang kesehatan maupun ekonomi. Hal ini sejalan dengan tren peningkatan angka rata-rata lama sekolah, pada tahun 2012 di angka 7,95 tahun, meningkat dari 7,92 tahun pada tahun 2011.

A27. Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel C.27Indikator Pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2010 - 2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 8,22 8,96 10,41 7,28

Angka Kemiskinan 17,05 14,56 13,71 16,92

Pengangguran 4,61 3,06 3,10 2,53

Angka Kematian Bayi 51,80 58,70 42,90 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,11 8,21 8,30 8,44

Usia Harapan Hidup 67,80 70,10 71,39 68,56

Nilai Tukar Petani 106,20 107,47 106,23 105,99

Rasio Elektrifikasi 43,96 48,20 49,10 57,34

Indeks Pembangunan Manusia 70,00 70,55 71,05 71,73

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara

Rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara berada di atas 7,00 persen. Hal ini dapat dicapai karena harga-harga cukup stabil sehingga kemampuan untuk meningkatkan produksi cukup tinggi. Selain itu juga karena adanya peningkatan ekspor tambang maupun ekspor hasil perikanan, didukung oleh meningkatnya PAD sebagai kontributor tercapainya kinerja pertumbuhan ekonomi yang baik.

Penurunan persentase penduduk miskin merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembangunan. Program Bahtera Mas sebagai program unggulan pemerintah Sulawesi tenggara telah memberikan efek positif terhadap penurunan persentase angka kemiskinan. Program-program yang inovatif, kreatif dan produktif adalah program berpihak kepada masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan seperti program penguatan kapasitas masyarakat dan program penguatan kelembagaan sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga masyarakat lebih berdaya atau mandiri dan dan berdaya saing secara berkelanjutan.

Penurunan AKB merupakan dampak positif dari program pemerintah yang terus digalakkan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Indikator pelayanan kesehatan, pada umumnya menunjukkan peningkatan, yaitu meluasnya jangkauan pelayanan kesehatan pada masyarakat khususnya upaya KIA/KB, promosi kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, upaya perbaikan gizi keluarga, lingkungan sehat, dan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang didukung dengan penempatan bidan di desa.

Usia harapan hidup Provinsi Sulawesi Tenggara terus meningkat dan lebih tinggi dari rata-rata regional. Langkah-langkah pemerintah daerah memperbaiki derajat kesehatan terus dilakukan antara lain dengan menurunkan jumlah kasus kematian bayi dan kasus gizi buruk. Di samping itu, pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu kegiatan unggulan program pokok Pemerintah Daerah Sulawesi Tenggara terus ditingkatkan, di antaranya pelaksanaan pembebasan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap tingkat

Page 247: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 83

pertama di puskesmas sampai dengan rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjut dengan fasilitas kelas III di RSUD Kabupaten/Kota, dengan rujukan tertinggi di RSUD provinsi.

Peningkatan NTP pada kurun 2010-2011 karena kemampuan daya beli petani meningkat. Peningkatan ini didorong oleh jumlah produksi pertanian yang membaik, terutama di sektor tanaman pangan dan perkebunan. Namun, pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah turunnya harga komoditas pertanaian dan terjadinya musim kemarau panjang yang berakibat pada menurunnya jumlah produksi.

Jumlah pelanggan listrik PLN meningkat dari 194.446 pelanggan pada tahun 2008 naik menjadi 200.062 pelanggan pada tahun 2010 atau naik 2,90 persen. Tenaga listrik yang diserap atau dipergunakan oleh pelanggan juga mengalami peningkatan dari 304.706.177 kwh pada 2008 menjadi 356.094.234 kwh pada 2010 atau naik 16,86 persen.

Peningkatan IPM tahun 2010-2013 mengindikasikan bahwa pembangunan manusia khususnya dalam membangun kemampuan dasar seperti meningkatnya derajat kesehatan, pendidikan dan keterampilan masyarakat relatif lebih baik. Upaya-upaya peningkatan IPM harus terus didorong untuk mempertinggi partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi produktif dan sosial budaya.

Profil Pembiayaan Provinsi Sulawesi Tenggara Gambar C.53

Total Alokasi Dana Dekon, TP, UBBidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2013

Gambar C.54Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UB bidang kesehatan yang cenderung rendah jika dibandingkan dengan alokasi bidang pendidikan maupun pertanian, berbanding terbalik dengan capaian bidang kesehatan dimana UHH dari tahun ke tahun meningkat lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata regional. Semakin menurunnya AKB dan jumlah kasus gizi buruk menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan di Sulawesi Tenggara.

Realisasi belanja bidang pendidikan terhadap total belanja mengalami peningkatan pada 2010-2011 (37,21 persen), namun kembali menurun pada 2012 (5,23 persen). Hal ini ber-banding terbalik dengan capaian bidang pendidikan dimana angka rata-rata lama sekolah cenderung meningkat dari 8,11 tahun pada 2010 menjadi 8,21 tahun pada 2012.

Page 248: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201484

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

A28. Provinsi Sulawesi Barat

Tabel C.28Indikator Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 11,91 10,41 9,01 n.a

Angka Kemiskinan 13,58 13,89 13,24 12,23

Pengangguran 3,25 2,82 2,07 1,46

Angka Kematian Bayi 15,20 13,20 60,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,11 7,15 7,30 7,35

Usia Harapan Hidup 67,80 68,00 68,27 68,34

Nilai Tukar Petani 105,48 104,31 104,41 104,20

Rasio Elektrifikasi 60,85 74,25 83,11 47,22

Indeks Pembangunan Manusia 69,64 70,11 70,73 71,41

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Sulawesi Barat

Penurunan jumlah penduduk miskin selama tahun 2010 sampai 2012, daerah perkotaan lebih sedikit dari daerah perdesaan. Perubahan harga yang terjadi pada kelompok makanan tentunya akan sangat berpengaruh pada garis kemiskinan dan yang paling terkena imbasnya adalah masyarakat perkotaan yang kebutuhan makanannya diperoleh dengan cara membeli. Jika pendapatan mereka konstan atau peningkatannya tidak dapat mengikuti naiknya harga barang (inflasi), maka besar kemungkinan akan menambah jumlah penduduk miskin.

Pada tahun 2013, jika dirinci menurut kabupaten, tingkat pengangguran terendah berada di Kabupaten Mamuju, sekitar 1,02 persen, sebaliknya tertinggi di Kabupaten Mamasa sebesar 3,37 persen. Pada tahun yang sama, jika dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sulawesi Barat bekerja di sektor pertanian yaitu 314.290 orang atau sekitar 57,27 persen dari jumlah penduduk yang bekerja.

Angka kematian bayi yang fluktuatif tentunya menjadi suatu masalah tersendiri dalam penanganan masalah kesehatan di Sulawesi Barat. Peningkatan AKB satu tahun terakhir memberi gambaran pelayanan kesehatan yang belum terjangkau secara merata ke seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, anak lebih banyak meninggal di rumah. Hal ini mengindikasikan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan diri.

Target rata-rata lama sekolah pada tahun 2011 adalah 7,90 dan 8,10 pada tahun 2013. Dengan demikian, jika capaian tahun 2011 dibandingkan dengan target nasional, maka dapat dikatakan bahwa target tersebut belum tercapai. Belum tercapainya target tersebut merupakan dampak dari ketidakmampuan masyarakat dalam menyekolahkan anaknya sebagai akibat meningkatnya persentase penduduk miskin pada tahun 2011. Selain itu, sebagian besar angka putus sekolah terjadi di masyarakat pedesaan, khususnya daerah terpencil.

Faktor yang menyebabkan meningkatnya UHH di Sulawesi Barat adalah semakin membaiknya mutu layanan kesehatan dalam bentuk peningkatan jumlah sarana/prasarana kesehatan yang memadai, penambahan puskesmas, poskesdes, rumah sakit, tenaga medis, perawat, bidan dan sebagainya, sehingga aksesibilitas layanan kesehatan terhadap masyarakat, khususnya masyarakat miskin di perdesaan dapat terjangkau.

Pesatnya pembangunan termasuk bidang perumahan, dan industri perkantoran, cenderung berkorelasi dengan kebutuhan pasokan listrik. Terjadi peningkatan rasio elektrifikasi dari

Page 249: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 85

tahun 2010 sebesar 60,85 menjadi 83,11 pada tahun 2012, demikian pula dengan jumlah sambungan baru, meningkat dari 101.091 pada tahun 2010 menjadi 111.788 pelanggan tahun 2011, yang terdiri dari 93.491 pelanggan rumah tangga, 4.838 pelanggan bisnis, 833 pelanggan industri.

Profil Pembiayaan Provinsi Sulawesi Barat

Tren negatif terlihat pada alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UB bidang pendidikan, yaitu terjadi penurunan pada periode 2010-2013, sejalan dengan masih rendahnya capaian pendidikan, meskipun terjadi peningkatan pada indikator-rata-rata lama sekolah, namun capaiannya masih di bawah capaian nasional. Meningkatnya tingkat kemiskinan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya angka rata-rata lama sekolah dan meningkatnya angka putus sekolah. Realisasi belanja bidang pendidikan terhadap total belanja periode 2011-2012 berbanding terbalik dengan masih rendahnya capaian bidang pendidikan. Salah satu faktor penyebabnya adalah masih tingginya angka kemiskinan di Sulawesi Barat.

Gambar C.55 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianDi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010-2013

Gambar C.56Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Sulawesi Barat Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A29. Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel C.29 Indikator Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 7,79 9,16 9,27 9,38

Angka Kemiskinan 18,07 15,83 14,94 14,67

Pengangguran 4,61 4,01 3,73 3,01

Angka Kematian Bayi 31,00 32,1 58,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 7,70 8,00 8,20 8,22

Usia Harapan Hidup 66,60 66,86 69,10 67,21

Nilai Tukar Petani 97,17 100,21 99,04 97,01

Rasio Elektrifikasi 47,80 64,84 66,60 73,38

Indeks Pembangunan Manusia 71,14 71,62 72,01 72,54

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Page 250: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201486

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Capaian Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah

Perekonomian Sulawesi Tengah tumbuh 7,79 persen pada tahun 2010, kemudian meningkat menjadi 9,38 persen pada tahun 2013. Hal ini terjadi karena dorongan konsumsi rumah tangga dan investasi yang terus menguat. Peningkatan investasi ini seiring dengan meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah dan swasta antara lain dari berbagai proyek yang dibiayai paket stimulus fiskal infrastruktur dan APBN/APBD, serta penyelesaian pembangunan PLTA Poso II dengan kapasitas 3 x 60 MW.

Dalam empat tahun terakhir telah terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin, yaitu dari 18,07 persen pada tahun 2010 menjadi 14,67 persen pada tahun 2013. Meski mengalami penurunan, persentase penduduk miskin di daerah-daerah tertinggal Sulawesi Tengah masih di atas capaian nasional, sekitar 12,49 persen.

Angka kematian bayi diperoleh berdasarkan pencatatan pada fasilitas kesehatan di Sulawesi Tengah. Menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya disebabkan oleh gizi buruk, ibu sering sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan, dan diskriminasi gender. Bayi dengan gizi buruk mempunyai resiko 2 kali meninggal dalam 12 bulan pertama hidupnya.

Peningkatan rata-rata lama sekolah dari 7,70 (2010) menjadi 8,22 (2013), memperlihatkan terjadinya peningkatan motivasi anak usia sekolah dalam menamatkan dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah menengah. Faktor pendorongnya adalah ketersediaan infrastruktur sekolah dan keterjangkauan biaya sekolah. Apabila pemerintah mampu menekan biaya sekolah dengan pemberian beasiswa dan biaya gratis pada tingkat sekolah dasar dan menengah, maka kemungkinan peningkatan lama sekolah masih dapat dicapai.

Perkembangan NTP periode 2010-2013 cenderung fluktuatif. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani masih cukup memprihatinkan, sektor pertanian secara umum belum dapat memberikan nilai tambah bagi petani.

Rasio elektrifikasi mengalami peningkatan setiap tahun. Artinya, telah terjadi peningkatan penyediaan kebutuhan energi listrik seiring dengan naiknya permintaan akan energi listrik, baik permintaan dari masyarakat maupun industri. Hal ini juga diperlihatkan oleh peningkatan rasio desa berlistrik dari 97,23 persen (2010) menjadi 99,02 persen (2013). Ini menunjukkan bahwa umumnya desa-desa (1829 desa dari 1848 desa) yang berada di Sulawesi Tengah telah teraliri listrik, baik yang bersifat swadaya dari masyarakat (individu atau kelompok) maupun yang disediakan oleh pemerintah.

Pembangunan manusia secara kontinu mengalami perbaikan yang nyata. Hal ini terindikasi dari capaian nilai IPM tahun 2010-2013, dengan status kategori tingkat pembangunan manusia menengah ke atas. Berdasarkan capaian setiap kab/kota, IPM tertinggi dicapai Kota Palu, sementara yang terendah Kabupaten Banggai Kepulauan. Hal ini didukung oleh peningkatan kinerja pembangunan pada bidang pendidikan dan kesehatan.

Profil Pembiayaan Provinsi Sulawesi Tengah

Alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UBbidang kesehatan cenderung rendah jika dibandingkan dengan alokasi bidang pendidikan maupun pertanian. Rendahnya alokasi bidang kesehatan sejalan dengan capaian kesehatan, seperti AKB yang cenderung meningkat pada periode 2010-2012. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya kualitas kesehatan, tingginya tingkat kemiskinan, dan kurang terjangkaunya layanan kesehatan oleh masyarakat.

Realisasi belanja bidang pendidikan terhadap total belanja cenderung menurun. Pada tahun 2010 sebesar 32,53 persen dan turun menjadi 5,39 persen pada tahun 2012. Namun capaian bidang pendidikan cenderung positif dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pendidikan yang mengakibatkan meningkatnya rata-rata lama sekolah di Provinsi Sulawesi Tengah.

Page 251: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 87

Gambar C.57 Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010-2013

Gambar C.58Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

A30. Provinsi Maluku

Tabel C.30 Indikator Pembangunan Provinsi Maluku

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,47 6,02 7,81 n.a.

Angka Kemiskinan 27,74 22,45 20,76 19,27

Pengangguran 9,97 7,38 7,11 7,12

Angka Kematian Bayi 30,00 8,00 36,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 9,10 8,60 9,15 9,20

Usia Harapan Hidup 67,40 67,6 67,75 67,88

Nilai Tukar Petani 103,54 104,80 104,9 105,48

Rasio Elektrifikasi 55,77 58,97 62,10 67,57

Indeks Pembangunan Manusia 71,42 71,87 72,24 72,7

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Maluku

Angka kemiskinan menunjukkan penurunan dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Hal ini merupakan upaya dan kerja keras pemerintah Provinsi Maluku dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat miskin. Program pemberdayaan ini dinilai tepat sasaran dan lebih difokuskan pada masyarakat perdesaan, karena angka kemiskinan di wilayah perdesaan sebesar 26,00 persen. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 5,00 persen, upah minimum provinsi mencapai Rp. 900 ribuan, dan tingkat pengangguran makin menurun, akan semakin mengurangi penduduk miskin di Maluku.

Terjadi fluktuasi persentase TPT karena besarnya tingkat migrasi dari desa ke kota sebagai proses urbanisasi. Hal ini dipengaruhi oleh pencari kerja yang datang dari desa ke kota dan mencari pekerjaan namun tidak memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaan di kota dan menimbulkan pengangguran. Karena belum berkembangnya sektor swasta yang dapat menampung, tenaga kerja hanya diserap oleh sektor ekonomi kecil dan pedagang kaki lima.

Selama periode tahun 2010-2013, rata lama sekolah naik dari 9,10 di tahun 2010 menjadi 9,20 di tahun 2013. Artinya, pendidikan masyarakat Maluku yang setara lulus tingkat SD pada tahun 2010, menjadi setara kelas tiga tingkat SMP pada tahun 2013 (belum tamat

Page 252: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201488

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

SMP). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak mudah untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah untuk mencapai Wajib Belajar 9 Tahun, apalagi untuk mencapai Wajib Belajar 12 Tahun sesuai amanat Perda No.9/2011 tentang Wajib Belajar 12 Tahun di Maluku.

Peningkatan UHH terjadi karena dukungan beberapa program seperti program sosial termasuk kesehatan lingkungan, perbaikan gizi dan kesejahteraan masyarakat, dan penurunan angka kemiskinan, meskipun belum berjalan dengan baik.

Kondisi NTP yang mengalami fluktuasi selama empat tahun terakhir dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya produksi dari beberapa komoditi pertanian mengalami fluktuasi seperti padi, jagung, dan kedelai. Demikian pula luas lahan pertanian khususnya tanaman pangan yang umumnya mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Rasio elektrifikasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Hal ini sejalan dengan kerja keras pemerintah melalui PT. PLN mengoptimalkan infrastruktur yang ada dan berusaha membangun beberapa pembangkit listrik dengan energi terbarukan. Sedangkan di daerah-daerah yang memiliki potensi air terjun akan dibangun PLTMH.

Capaian IPM selama 3 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Adanya kenaikan IPM dikarenakan adanya kontribusi positif dari masing-masing komponen pendukung yaitu pendidikan, kesehatan, dan hidup layak. Kenaikan IPM mengindikasikan bahwa kualitas hidup masyarakat mulai membaik, walaupun masih bergerak lambat, hal ini tidak terlepas dari kinerja pemerintah yang sedikit membaik.

Profil Pembiayaan Provinsi Maluku

Gambar C.59Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Maluku Tahun 2010-2013

Gambar C.60Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Maluku Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Terlihat peningkatan yang cukup signifikan pada alokasi dana APBN dalam bentuk dana Dekon, TP, dan UB bidang pertanian. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi bidang pertanian di Provinsi Maluku pada periode 2010-2013, diantaranya masih rendahnya produksi pertanian dan semakin menurunnya luas lahan pertanian yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan petani. Sektor pendidikan masih perlu didorong karena meskipun rata-rata lama sekolah mengalami tren positif, namun kenaikannya cenderung rendah.

Realisasi belanja bidang pendidikan cenderung meningkat pada periode 2011-2012. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi bidang pertanian yang masih perlu mendapat dukungan pemerintah karena walaupun rata-rata lama sekolah meningkat, peningkatannya cenderung rendah dan masih di bawah capaian nasional. Perlu dukungan Pemerintah antara lain dalam penyediaan dan pemeliharaan gedung-gedung sekolah, dan insentif terhadap tenaga pendidik agar tercapai kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan baik di kawasan kota maupun di daerah-daerah terpencil.

Page 253: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 89

A31. Provinsi Maluku Utara

Tabel C.31Indikator Pembangunan Provinsi Maluku Utara

Tahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 7,95 6,49 6,67 6,12

Angka Kemiskinan 9,42 9,20 8,33 7,64

Pengangguran 6,03 5,55 5,31 6,06

Angka Kematian Bayi 62,00 74,00 142,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,36 8,24 9,20 8,72

Usia Harapan Hidup 67,00 67,00 69,91 66,97

Nilai Tukar Petani 100,34 101,40 101,55 100,44

Rasio Elektrifikasi 49,29 29,82 63,62 63,82

Indeks Pembangunan Manusia 96,03 69,47 69,98 70,63

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Maluku Utara

Persentase penduduk miskin di Maluku Utara masih cukup tinggi. Beberapa hal yang diperkirakan menjadi penyebab tingginya jumlah penduduk miskin adalah sering terjadinya masalah sosial, seperti semakin bertambahnya peminta-minta di jalanan, seringnya tawuran antar kampung, dan pengganguran yang semakin meningkat karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Terkait dengan angka pengangguran yang masih berkisar antara 5-6 persen, didapatkan bahwa selain karena tidak tersedianya lapangan kerja, juga berkaitan dengan mentalitas SDM yang belum siap bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari luar daerah. Kultur masyarakat yang memandang status sosial PNS turut memperparah angka pengangguran di Maluku Utara.

Terjadinya peningkatan AKB disebabkan karena kurangnya program pemerintah daerah khsususnya untuk peningkatan pengetahuan ibu pada masa kehamilan dan menyusui. Fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung masih terbatas, seperti jumlah posyandu pada tahun 2010 sebanyak 1.205 unit, pada tahun 2011 sebanyak 1.272 unit, dan mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 1.242 unit. Di sisi lain terjadi peningkatan jumlah balita, yang berarti peningkatannya tidak diikuti dengan kenaikan jumlah posyandu serta tenaga dokter dan bidan.

Perkembangan rata-rata lama sekolah menunjukkan tren peningkatan. Perkembangan angka rata-rata lama sekolah dengan penerimaan dana BOS, penyediaan sarana, ruang belajar dan tenaga guru belum memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan tingkat partisipasi dan kesadaran anak usia pendidikan masuk sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan pendidikan dan faktor penentunya tidak bersifat tunggal, melainkan lebih bersifat ganda. Artinya, terdapat faktor lain seperti kondisi sosial dan kultural yang ada di masyarakat.

Usia harapan hidup cenderung stabil. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada UHH adalah faktor lingkungan, status sosial ekonomi penduduk, keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan serta keadaan status gizi penduduk. Derajat kesehatan suatu daerah dapat dilihat dari seberapa baik unsur kualitas hidup dan unsur mortalitas serta unsur-unsur yang mempengaruhinya, seperti mortalitas dan status gizi.

Tingkat kesejahteraan petani yang digambarkan oleh NTP mengalami penurunan pada tahun 2013. Kendala utamanya adalah sarana transportasi dalam memasarkan hasil produksi pertanian sehingga petani cenderung untuk mengkonsumsi sendiri dari pada menjual. Selain itu, belum ada program pemerintah yang nyata untuk membantu

Page 254: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201490

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

petani memasarkan hasil pertanian, seperti pembangunan infrastuktur terutama sarana transportasi laut untuk mempermudah akses pemasaran petani yang berada pada daerah terluar.

Perkembangan IPM terus meningkat, yang ditunjang oleh rata-rata masyarakat Maluku Utara yang masuk dalam usia sekolah/Wajib Belajar 9 Tahun sudah memadai. Hal ini terlihat dengan semakin tingginya persentase masyarakat melek huruf dan semakin baiknya tingkat partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Indikator lainnya adalah semakin besarnya jumlah lembaga-lembaga pendidikan, dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Kondisi tersebut sebagian besar terjadi di daerah perkotaan, sedangkan di daerah perdesaan terutama pada daerah-daerah terpencil masih perlu ditingkatkan lagi.

Profil Pembiayaan Provinsi Maluku Utara

Tren penurunan terlihat pada alokasi dana dekonsentrasi, TP, dan UBbidang pendidikan pada periode 2010-2013. Meskipun capaian indikator rata-rata lama sekolah cenderung menunjukkan tren positif, namun tingkat partisipasi dan kesadaran anak usia sekolah masih rendah sehingga capaian bidang pendidikan masih jauh dari memuaskan.

Gambar C.61Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Maluku Utara Tahun 2010-2013

Gambar C.62Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Maluku Utara Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Realisasi belanja bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan terhadap total belanja cenderung stagnan di bawah angka 20,00 persen pada periode 2011-2012. Dengan masih rendahnya capaian bidang kesehatan dan pendidikan, perlu upaya lebih bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan tingkat pendidikan dan kualitas kesehatan di Provinsi Maluku Utara.

Page 255: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 91

A32. Provinsi PapuaTabel C.32

Indikator Pembangunan Provinsi PapuaTahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi -3,16 -5,67 12,94 9,41

Angka Kemiskinan 36,80 31,98 31,11 31,53

Pengangguran 3,55 3,94 2,90 3,27

Angka Kematian Bayi 24,20 28,50 54,00 n.a.

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6,66 6,69 6,30 6,87

Usia Harapan Hidup 68,60 68,85 69,80 70,70

Nilai Tukar Petani 102,50 102,26 103,16 100,84

Rasio Elektrifikasi 60,10 65,89 57,95 27,93

Indeks Pembangunan Manusia 64,94 65,36 63,35 66,25

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Papua

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan penurunan yang sangat signifikan dari 22,22 persen (2010) menjadi -5,67 persen (2011), akan tetapi pada tahun 2012 dan 2013 kembali mengalami peningkatan menjadi 12,94 persen dan 16,18 persen. Penurunan tersebut disebabkan oleh semakin menurunnya kontribusi sektor-sektor kunci penyumbang PDRB Papua (sektor pertanian, dan sektor pertambangan). Beberapa tahun terakhir ini terjadi permasalahan yang sangat kompleks mulai dari penembakan aparat dan karyawan di wilayah perusahaan PT. Freeport Indonesia, demonstrasi yang terus berlanjut dengan kasus longsor di salah satu terowongan tempat penambangan yang mengakibatkan beberapa orang karyawan meninggal dunia.

Penurunan angka kemiskinan disebabkan oleh pelaksanaan beberapa program pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, misalnya Program Respek, PKH, KUR, dan pembangunan rumah sehat bagi masyarakat di Papua. Program-program tersebut memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat memperoleh pendapatan tambahan maupun peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tingkat pengangguran terbuka menunjukkan penurunan yang cukup signifikan sangat dari tahun 2010-2012. Penurunan tersebut disebabkan oleh banyaknya pekerjaan padat karya yang disediakan oleh pemerintah daerah misalnya pengecatan marka jalan, pembersihan saluran air dan penimbunan talud. Selain itu, digulirkannya Program Respek di distrik dan kampung juga membantu memberikan pekerjaan bagi masyarakat setempat karena 75-80 persen dari total dana yang disediakan tersebut diperuntukkan untuk infrastruktur desa.

Rata-rata lama sekolah di Papua menunjukkan peningkatan setiap tahun mulai tahun 2010-2013. Kondisi tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya dukungan dan perhatian dari pemerintah daerah di kab/kota Papua, berupa dukungan dana beasiswa, pendidikan gratis ditambah dengan dukungan dana BOS dari pemerintah pusat maupun dana pengembangan masyarakat dari PT. Freeport Indonesia maupun perusahaan besar lainnya yang terdapat di Papua.

Usia harapan hidup menunjukkan peningkatan 1,00 persen mulai tahun 2010-2013. Kondisi ini karena semakin meningkatnya perekonomian Papua dan semakin meratanya pembangunan sehingga sudah mulai mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Selain itu, masyarakat juga sudah merasakan kehidupan yang lebih baik di mana masyarakat telah dapat mengatur pola makan dan menjaga kesehatan. Hal tersebut turut membantu meningkatkan kualitas hidup dan UHH masyarakat Papua.

Page 256: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201492

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Nilai tukar petani menunjukkan peningkatan mulai tahun 2010-2013. Tahun 2010 sebesar 102,50 dan terus mengalami peningkatan menjadi 103,16 pada tahun 2012. Hanya pada tahun 2013 NTP mengalami penurunan menjadi 100,84. Peningkatan di tahun 2012 disebut sebagai efek multiplier dari peningkatan kontribusi PDRB subsektor pertanian Papua. Selain itu semakin meningkatnya perhatian pemerintah daerah terhadap kesejahteraan petani juga mempengaruhi kenaikan nilai tukar petani tersebut.

Rasio elektrifikasi Papua terus meningkat karena kemampuan pendanaan PT. PLN wilayah Papua untuk melakukan elektrifikasi seluruh wilayah di Papua lebih besar. Selain itu, adanya dukungan dana dari PT. Freeport Indonesia dapat berkontribusi bagi PT. PLN dalam hal peningkatan penyediaan elektrifikasi di Papua.

Indikator IPM Papua mengalami peningkatan periode 2010-2011. Peningkatan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya kualitas pendidikan di Papua. Kondisi tersebut terjadi setelah terjadinya pembenahan di hampir semua bidang, misalnya peningkatan SDM Papua menjadi sarjana strata satu, penyediaan ruangan dan laboratorium kelas yang permanen, perustakaan sekolah, serta adanya kegiatan ekstra kurikuler, kelompok belajar maupun penganyaan yang dilakukan di sekolah oleh siswa dan guru.

Profil Pembiayaan Provinsi Papua

Gambar C.63Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Papua Tahun 2010-2013

Gambar C.64Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan,

dan Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Papua Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Terjadi peningkatan yang signifikan pada alokasi dana APBN dalam bentuk dana dekonsentrasi, TP, dan UB bidang kesehatan pada periode 2010-2013, sejalan dengan capaian indikator UHH dengan tren positif dimana terjadi peningkatan rata-rata 1,00 persen tiap tahunnya. Kondisi yang berbanding terbalik terlihat pada bidang pendidikan yang trennya menurun pada periode yang sama. Namun capaian indikator rata-rata lama sekolah menunjukkan hasil sebaliknya dimana terjadi peningkatan setiap tahunnya akibat dukungan pemerintah dalam bentuk beasiswa, dana BOS, maupun dana pengembangan masyarakat dari perusahaan-perusahaan yang berlokasi di Papua.

Realisasi belanja Provinsi Papua cenderung tidak berbeda antara bidang ekonomi (7,02 persen tahun 2012) dan pendidikan (8,00 persen tahun 2012). Yang perlu mendapat perhatian lebih adalah bidang ekonomi yang capaiannya cenderung menurun akibat beberapa konflik di daerah sehingga mengakibatkan kurang kondusifnya iklim investasi dan usaha. Dukungan pemerintah pusat serta partisipasi masyarakat diperlukan untuk menciptakan iklim yang aman, nyaman, serta kondusif untuk berusaha pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua.

Page 257: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 93

A33. Provinsi Papua BaratTabel C.33

Indikator Pembangunan Provinsi Papua BaratTahun 2010-2013

IndikatorTahun

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi 6,80 10,50 7,40 9,41

Angka Kemiskinan 34,88 31,92 27,04 27,14

Pengangguran 7,68 8,94 6,57 4,51

Angka Kematian Bayi 138,00 415,00 110,00 47,00

Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,21 8,26 8,45 8,53

Usia Harapan Hidup 69,80 70,10 69,14 69,14

Nilai Tukar Petani 102,70 103,23 102,90 99,64

Rasio Elektrifikasi 41,90 54,29 61,40 72,81

Indeks Pembangunan Manusia 9,15 9,55 70,20 70,60

Sumber : EKPD, 2014; Bank Indonesia, 2014; dan BPS, 2014

Capaian Pembangunan Provinsi Papua Barat

Terjadi penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja yang berarti penurunan lapangan kerja di Papua Barat. Menurunnya lapangan pekerjaan ini disebabkan kerena pertumbuhan ekonomi masih bersumber pada sektor industri pengolahan dan pertambangan yang penyerapan tenaga kerjanya masih sangat kecil.

Persentase penduduk miskin sedikit meningkat pada tahun 2013 dibandingkan capaian tahun 2012. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2010 dan 2011 banyak kegiatan restrukturisasi pascabencana alam di Kabupaten Teluk Wondama dan terbentuknya kabupaten pemekaran baru sehingga makin banyak masyarakat miskin yang terdata.

Tingkat pengangguran terbuka dari tahun 2010 hingga 2012 terus mengalami peningkatan, Tingginya angka pengangguran di Papua Barat dapat dipengaruhi oleh adanya beberapa sektor lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan jumlah pekerja, seperti sektor pertanian, jasa kemasyarakatan, dan sektor lainnya.

Telah terjadi peningkatan rata-rata lama sekolah dari tahun 2010-2012, namun capaiannya belum melewati ambang batas 9 tahun wajib belajar. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk Provinsi Papua Barat hanya mengenyam pendidikan sampai dengan kelas 2 SMP, atau putus sekolah pada kelas 3 SMP. Kota Sorong mempunyai rata-rata lama sekolah tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Rata-rata lama sekolah di kota Sorong mencapai 10,68 tahun. Sementara rata-rata lama sekolah terendah terjadi di Kabupaten Tambrauw sebesar 5,78 tahun. Indikator ini memberikan gambaran nyata bahwa layanan sekolah di Papua Barat sudah mulai membaik tetapi belum maksimal, karena belum sesuai dengan target yang diharapkan yaitu minimal 9 tahun.

Salah satu hal yang disinyalir menjadi penyebab peningkatan harapan hidup masyarakat adalah peningkatan pelayanan kesehatan pemerintah melalui program-program yang dilaksanakan setiap tahunnya dan penyediaan sarana dan prasarana. Program pemerintah daerah yang terindikasi adalah program perbaikan gizi masyarakat dan peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Indeks NTP dan NTN mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan ini disebabkan karena pengaruh perubahan iklim global adanya bencana alam (banjir Wasior), dan anomali iklim yang terjadi seperti perubahan musim yang ekstrim, banjir, kekeringan, dan longsor dimana lahan pertanian mengalami rusak total. Modal sampai saat ini juga merupakan faktor penghambat peningkatan produktivitas dan kegiatan usaha yang berskala ekonomis atau luas bagi para petani dan nelayan.

Page 258: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201494

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

Indeks pembangunan manusia tahun 2013 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang berarti dalam hal pendidikan, kesehatan dan pendapatan per kapita. Perbaikan kesehatan cukup menggembirakan karena upaya pemberantasan penyakit tertentu sudah dapat diatasi dengan baik, misalnya TBC. Selain itu perbaikan pendidikan mengakibatkan penduduk semakin pandai dalam membaca dan menulis. Sehingga masyarakat dapat meningkatkan wawasannya dalam hal perbaikan pola pikir dan usaha untuk meningkatkan pendapatan sesuai dengan pengalaman dan pendidikannya.

Profil Pembiayaan Provinsi Papua Barat

Gambar C.65Total Alokasi Dana Dekon, TP, UB

Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan PertanianProvinsi Papua Barat Tahun 2010-2013

Gambar C.66Realisasi Belanja Kesehatan, Pendidikan, dan

Ekonomi terhadap Total BelanjaProvinsi Papua Barat Tahun 2010-2012

Sumber: DJPK Kementerian Keuangan, diolah

Terjadi peningkatan yang signifikan pada alokasi dana APBN dalam bentuk dana Dekon, TP, dan UB bidang pertanian periode 2010-2012, berbanding terbalik dengan capaian indikator NTP yang mengalami tren menurun pada periode tersebut. Sementara pada sektor pendidikan terjadi tren penurunan alokasi dana, namun terjadi peningkatan pada capaian indikator rata-rata lama sekolah.

Realisasi belanja bidang ekonomi terhadap total belanja (9,41 persen tahun 2012) jauh lebih besar dibanding realisasi belanja bidang pendidikan (3,40 persen pada 2012), maupun kesehatan (1,73 persen pada 2012). Meskipun demikian, capaian bidang kesehatan cukup positif, yaitu terjadi peningkatan UHH melalui dukungan program pemerintah seperti program perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Hal yang sama terjadi pada bidang pendidikan. Terjadi tren positif rata-rata lama sekolah pada periode 2010-2012. Namun hal ini perlu ditingkatkan karena capaian tersebut masih berada di bawah rata-rata capaian nasional.

Page 259: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 95

Tabel C.34. Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

1. Aceh

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Memperbaiki sistem pengelolaan admin-istrasi dan informasi pemerintahan yang lebih baik dan efisien.

Rendahnya kualitas kelembagaan, aparatur, dan sistem administrasi.

2 PN 2: Pendidikan Kurangnya mutu dan relevansi pendidikan. Pemerintah perlu lebih fokus menangani angka mengulang, angka putus seko-lah, angka lulusan, angka kelayakan guru mengajar, persentase kondisi ruang kelas, persentase fasilitas sekolah, angka partisi-pasi dari biaya, dan satuan biaya sekolah.

Aspek kualitas/mutu dan relevansi pendidikan masih relatif rendah.

3 PN 3: Kesehatan Persoalan balita dengan gizi kurang dan buruk, karena buruknya dampak jangka panjang bagi tumbuh kembang anak.

Gizi buruk dan perbaikan pemahaman mas-yarakat terhadap pentingnya gizi dan sehat alternatif.

4 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Kurangnya lapangan kerja bagi pengang-guran terbuka melalui strategi pening-katan skill ketenagakerjaan,dan upaya peningkatan atau perluasan industri kecil dan menengah.

Tingginya tingkat kemiskinan dan pengang-guran.

5 PN Lainnya 3: Pere-konomian

Penurunan ekspor terkait dengan kondisi perekonomian dunia.

Penurunan kinerja ekspor barang-barang dan jasa.

2. Sumatera Utara

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Masih banyak kab/kota yang menyer-ahkan laporan keuangannya lewat dari batas waktu yang telah ditentukan.

Memperbaiki manajemen pengelolaan keuan-gan dan aset daerah.

2 PN 5:Ketahanan Pangan

Kurangnya kesejahteraan petani agar masyarakat petani tidak beralih ke sektor non pertanian.

Pemenuhan kebutuhan pangan melalui impor.

3 PN 6:Infrastruktur Kurang cepatnya pertumbuhan ekonomi yang menghambat tumbuhnya investasi.

Kurang memadainya infrastruktur jalan dan pelabuhan yang ada.

4 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Komoditas yang mengalami penurunan ekspor adalah karet dan barang dari karet, anjlok 38,42 persen dibanding tahun 2008 sebesar 1,921 miliar US$.

Menjaga pergerakan sektor riil dan daya saing ekspor.

5 PN 8:Energi Defisit energi listrik sekitar 200 - 250 MW, menyebabkan PLN melakukan pemada-man secara bergiliran.

Penyediaan energi alternatif.

3. Sumatera Barat

1 PN 3: Kesehatan Masih tingginya biaya pelayanan kese-hatan.

Terbatasnya ketersediaan pelayanan kesehatan yang murah (terjangkau) oleh seluruh lapisan masyarakat.

2 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Kurangnya kualitas dan ketersedian infrastruktur.

Kualitas dan ketersediaan infrastruktur ekonomi dan sentra produksi utama masih rendah dan tidak terdistribusi merata.

3 PN 8:Energi Masih banyak rumah tangga yang belum menikmati listrik (khususnya masyarakat berpendapatan rendah dan masyarakat desa).

Semakin besarnya konsumsi listrik atau pe-makaian pada sektor rumah tangga.

4 PN 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal.

Memperkuat kebijakan pemerintah provinsi dan kabupaten dalam pengentasan kemiskinan dan pengembangan infrastruktur ekonomi dan pelayanan publik untuk mengentaskan kabupaten tertinggal.

5 PN Lainnya 2: Politik, Hukum, dan Kea-manan

Masih rendahnya produktivitas pemer-intah daerah dalam membentuk produk hukum daerah berupa perda, dan masih terdapatnya produk hukum berupa per-gub yang bertentangan dengan perda.

Pentingnya langkah-langkah pengamanan lingkungan dengan meningkatkan daya tahan masyarakat terhadap ancaman keamanan lingkungan serta peningkatan kesadaran terh-adap bahaya kriminalitas melalui pemahaman agama, adat istiadat dan budaya.

Page 260: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201496

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

4. Riau

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Tidak terdapat dukungan SDM penan-ganan kasus, banyak jumlah aduan yang diaporkan tidak semuanya ditindaklanjuti.

Pencegahan dan penanganan kasus korupsi anggaran pemerintah daerah masih rendah.

2 PN 6:Infrastruktur Pertumbuhan panjang jalan rendah, kondisi tanah gambut, dan banyakn-ya kendaraan operasional tambang dan perkebunan dengan tonase tinggi menurunkan kualitas jalan.

Rendahnya kuantitas dan kualitas infrastruktur.

3 PN 6:Infrastruktur Cakupan air minum layak sangat rendah, hanya 37,44% atau lebih rendah dari rata-rata nasional.

Kurangnya sarana air bersih di kab/kota.

4 PN 8:Energi Sering terjadi pemadaman listrik secara bergiliran, walaupun rasio kelistrikan meningkat tapi tidak terjadi pemerataan khususnya di daerah-daerah terpencil.

Kurangnya daya listrik dan pemerataan listrik.

5 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Bencana yang sama terus terjadi setiap tahun, seperti banjir dan kebakaran hutan. Komitmen pemerintah kurang dan lemahnya koordinasi.

Kurangnya koordinasi penanggulangan ben-cana alam.

5. Jambi

1 PN 4: Penanggulan-gan kemiskinan

Perbaikan kondisi ekonomi makro daerah, tetapi persentase penduduk miskin kembali meningkat pada tahun 2012, terutama penduduk miskin di perdesaan yang bergantung kepada hasil pertanian dan perkebunan.

Masalah kemiskinan.

2 PN 5: Ketahanan Pangan

Triwulan II 2013 pertumbuhan positif dan paling besar ditopang oleh sektor perta-nian (30,33%) tapi justru NTP dan NTN terus turun. Masalahnya adalah karena juga terjadi peningkatan harga barang/jasa disamping perubahan kebijakan di sektor ini.

NTP dan NTN yang semakin menurun.

3 PN 6: Infrastruktur Kurangnya aksesibilitas transportasi dalam mendukung pengangkutan bahan-bahan kebutuhan pokok, pertanian, pertamban-gan dan keperluan lainnya antar wilayah.

Kondisi jalan rusak menjadi pengaruh pere-konomian daerah.

4 PN 8: Energi Keterbatasan pasokan energi nasional terutama energi listrik bagi pengemban-gan kegiatan ekonomi daerah.

Pembangunan PLTA, PLTG dan PLTP sebagai alternatif pasokan daya listrik.

5 PN 2: Pendidikan Pemerintah daerah belum menetapkan target kinerja pendidikan.

Rata-rata lama sekolah dan angka putus sekolah.

6. Sumatera Selatan

1 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Ketiadaan kontrol pemerintah terha-dap fluktuasi tingkat harga pangan dan rendahnya produksi pangan.

Kecenderungan tingkat pendapatan dipen-garuhi oleh tingkat harga bukan dari produk-tivitas.

2 PN 5:Ketahanan Pangan

Terjadi penurunan alih fungsi lahan perta-nian sejak tahun 2010. Hal ini dikarenakan adanya peraturan/kebijakan pemerintah yang mengarah pada pelarangan pem-bangunan usaha non pertanian di lahan pertanian khususnya pada lahan tanaman pangan.

Alih fungsi lahan pertanian.

3 PN 6:Infrastruktur Kurangnya dukungan infrastruktur fisik dan dasar, seperti jalan, jembatan, banda-ra perintis, air layak minum dan kesehatan lingkungan.

Percepatan penyediaan infrastruktur strategis.

4 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Rendahnya dukungan insrastruktur untuk kegiatan investasi.

Program Peningkatan infrastruktur yang memudahkan aksesibilitas dan konektivitas.

5 PN 8:Energi Percepatan terwujudnya Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi Nasional melalui pembangunan Mulut Tambang.

Masih belum optimalnya pemanfaatan sumber daya energi (terbarukan dan tak terbarukan).

Page 261: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 97

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

7. Bengkulu

1 PN 2: Pendidikan Jumlah ruang kelas sedikit (rasio kelas -murid) tinggi sehingga tidak kondusif untuk belajar, kualitas dan kinerja guru masih kurang, kurang sarana dan prasa-rana pembelajaran, kurangnya pelatihan untuk guru.

Akses dan sarana prasarana pendidikan yang masih kurang baik, kurang merata terutama di daerah pedesaan.

2 PN 3: Kesehatan Kurangnya jumlah puskesmas, penyeb-aran tempat pelayanan kesehatan yang belum optimal, kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan belum memadai, sistem rujukan kesehatan material belum mantap dan lemahnya manajemen kese-hatan diberbagai tingkat.

Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin masih belum baik dan diskriminatif dalam pelayanannya.

3 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Kualitas SDM yang rendah, kurangnya lapangan kerja, UMP yang rendah.

Menurunkan persentase penduduk miskin menjadi di bawah 20 persen.

4 PN 5:Ketahanan Pangan

Petani sawah beralih menjadi petani pekebun, dan alih fungsi lahan disebabkan rusaknya saluran irigasi teknis di daerah sentral produksi padi.

Masih rendahnya produktivitas tanaman pan-gan (padi, jagung, dan kedele) bila dibanding-kan dengan produktivitas nasional.

5 PN 8:Energi Sumber energi listrik/daya listrik dan penyediaan kelistrikan (electricity) masih kurang.

Masih banyak rumah tangga yang belum menikmati listrik (khususnya masyarakat ber-pendapatan rendah dan masyarakat desa)

8. Lampung

1 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Lemahnya sinergi dan koordinasi kebija-kan pemerintah pusat dan daerah dan po-tensi SDM yang masih perlu ditingkatkan.

Program penanggulangan kemiskinan.

2 PN 5:Ketahanan Pangan

Pengembangan teknik budidaya pertanian yang hemat air.

Infrastruktur dan distribusi pangan.

3 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Belum adanya insentif fiskal bagi calon investor, masih lemahnya jaminan kea-manan investasi, terbatasnya sumberdaya lahan, mekanisme dan prosedur perizinan yang masih terasa sulit, mahal dan mem-butuhkan waktu yang lama, lemahnya infrastruktur wilayah terutama listrik, transportasi (jalan), dan air bersih serta terbatasnya fasilitas dermaga ekspor.

Terwujudnya jaminan dan kepastian hukum.

4 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang hanya mengandalkan kegiatan fisik melalui penanaman kembali, dan kondisi hutan dalam kondisi baik yang semakin menyusut.

Peningkatan IKL.

5 PN 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik

Alokasi sumber daya yang belum efisien serta pembangunan dan pelayanan publik yang belum memadai.

Peningkatan program pemberdayaan mas-yarakat tertinggal.

9. Bangka Belitung

1 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Aktivitas penambangan timah yang mengkhawatirkan yang mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan yang cepat baik di daratan maupun lautan.

Peningkatan Indeks Lingkungan Hidup ,elalui peningkatan Indeks Tutupan Hutan.

2 PN Lainnya 1: Kese-jahteraan Rakyat

Masalah perekonomian sehingga terdapat keluarga miskin, pengemis, gelandangan, peredaran narkoba.

Jumlah penyandang masalah sosial fluktuatif setiap tahunnya.

3 PN 8:Energi Ketersediaan kapasitas pembangkit listrik belum memenuhi kebutuhan listrik.

Peningkatan akses dan pelayanan terhadap kebutuhan listrik.

4 PN Lainnya 3: Pere-konomian lainnya

Barang kebutuhan pokok yg harus di-datangkan dari daerah lain menyebabkan biaya distribusi mahal dan inflasi tinggi.

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah akibat tingkat inflasi yang relatif tinggi dan ketergantungan ekspor timah.

5 PN 5:Ketahanan Pangan

Tingginya harga barang dan jasa diper-desaan karena dipengaruhi oleh biaya distribusi dan transportasi yang mahal.

NTP berada di bawah angka 100, lebih rendah dari NTP regional Sumatera, lebih rendah dari NTP nasional, sehingga petani belum sejahtera.

Page 262: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-201498

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

10. Kepulauan Riau

1 PN 8:Energi Rasio desa berlistrik masih jauh diband-ingkan daerah lain dalam satu regional. Hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis Provinsi Kepulauan Riau yang jauh lebih luas dimana 96% wilayahnya lautan dan hanya 4% daratan, sehingga memiliki hambatan untuk mengembangkan sistem kelistrikkannya.

Meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah terpencil dan pedesaan yang belum berlistrik dengan menggunakan sumber energi baru terbarukan dan potensi energi setempat untuk pembangkit skala kecil.

2 PN 2: Pendidikan Tidak meratanya akses di semua jen-jang, rendahnya mutu jenis dan jalur pendidikan, kurang berdaya saing, dan berkesetaraan gender.

Pemerataan akses pendidikan.

3 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Tidak ada paduserasi antara TGHK dengan Pola Ruang pada RTRW Provinsi.

Belum ditetapkannya RTRW.

4 PN 6:Infrastruktur Kualitas jalan jelek dan kekurangan sarana jembatan yang bisa menghubungkan antarpulau.

Rendahnya capaian pembangunan infrastruk-tur penunjang konektivitas dan aksesibilitas antarpulau dan antardaerah untuk mengurangi disparitas antar wilayah.

5 PN 5:Ketahanan Pangan

Ketiadaan pengelolaan potensi perikanan laut, fasilitasi yang kurang, dan kurangnya kawasan budidaya laut.

Mengoptimalkan produksi perikanan laut.

11. DKI Jakarta

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Permasalahan dalam mengurus perizinan dan fasilitas penanaman modal.

Peningkatan pelayanan publik.

2 PN 3: Kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan yang belum memfasilitasi penduduk miskin Jakarta dan manajemen pelayanan kese-hatan yang belum optimal.

Program jaminan pemeliharaan kesehatan daerah.

3 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Kurangnya RTH di Jakarta, kritisnya kondisi hutan mangrove, arus pendek listrik dan masalah banjir.

Program aksi bidang lingkungan hidup dan pengelolaan bencana.

4 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Kurang tersedia lapangan kerja yang membuka kesempatan kerja kepada masyarakat.

Program pengendalian jumlah penduduk.

5 PN Lainnya 3: Pere-konomian

Biaya hidup yang tinggi. Tuntutan kenaikan UMP yang berkelanjutan.

12. Jawa Barat

1 PN 2: Pendidikan dan PN 3: Kesehatan

Program pengentasan kemiskinan belum efektif dilaksanakan. Perlu ada metode menanggulangi kemiskinan berdasar-kan sumber kemiskinan itu sendiri. Dua dari sumber kemiskinan adalah jumlah penduduk yang tinggi dan kualitas hidup masyarakat yang rendah. IPM sebagai salah satu tolok ukur kesejahteraan rakyat dengan dua indikator utama, yaitu pendi-dikan dan kesehatan perlu mendapatkan perhatian serius, khususnya dalam hal kualitas dan aksesibilitasnya.

Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan.

2 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia akan selalu meningkat dalam 25 tahun ke depan. Pertumbuhan penduduk ini tidak diiringi dengan kualitas SDM yang mumpuni. Akibatnya jumlah penduduk yang padat namun dengan kualitas SDM yang rendah menyebabkan kemiskinan meningkat.

Pertumbuhan penduduk dan penyebarannya

3 PN 6: Infrastruktur Jawa Barat sebagai provinsi penyangga Ibu Kota Jakarta perlu mendapatkan per-hatian khususnya mengenai ketersediaan infrastruktur.

Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur

4 PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Penyiapan SDM yang berkualitas dan pen-ciptaan iklim investasi yang kondusif.

Pasar global dan pergaulan investasi skala internasional.

Page 263: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 99

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

13. Jawa Tengah

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Capaian pelaporan WTP masih rendah dan di bawah rata-rata nasional. Sinergitas antara eksekutif dan legislatif juga belum sepenuhnya berjalan dengan baik.

Rendahnya capaian persentase kab/kota yang memiliki pelaporan WTP.

2 PN 5:Ketahanan Pangan

Permintaan atas produk pangan dan per-tanian diproyeksi akan terus meningkat. Namun hal ini tidak diiringi dengan ke-pastian pemenuhan permintaan tersebut akibat produktivitas pangan dan pertanian yang semakin menurun.

Ketersediaan pangan karena semakin mening-katnya kebutuhan pangan dari masyarakat.

3 PN 6:Infrastruktur Pertumbuhan jalan provinsi dan jalan nasional tidak menunjukkan peningka-tan, padahal ketersediaan jalan sebagai infrastruktur dasar dalam menggerakkan ekonomi Jawa Tengah merupakan sebuah hal yang sangat dibutuhkan.

Pertumbuhan jalan baik nasional maupun provinsi masih sangat lambat dan bahkan tidak mengalami peningkatan tiap tahunnya.

4 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Masih rendahnya tingkat Upah Minimum tenaga kerja / masih dibawah KHL dan belum optimalnya penegakan hukum peraturan ketenagakerjaan di perusahaan.

Standar hidup layak yang belum terpenuhi.

5 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Kurang optimalnya dukungan iklim dan jejaring investasi maupun kerjasama pemerintah provinsi dan pemerintah kab/kota.

Masih rendahnya realisasi investasi Jawa Tengah baik PMA maupun PMDN.

14. DI Yogyakarta

1 PN 2: Pendidikan Rata-rata lama sekolah masih berada di bawah target 4 tahun terakhir.Meskipun APM dan APK pada berbagai jenjang tingkatan terus meningkat, namun angka kelulusan khususnya pada jenjang SMA masih jauh dari target.

Spillover pendidikan:IPM lebih dari 100.

2 PN 3: Kesehatan Kinerja UHH stagnan yang disebabkan oleh peningkatan kejadian penyakit de-generatif dan kejadian kecelakaan.

Meningkatnya penyakit degeneratif sebagai penyebab utama kematian DIY.

3 PN 5:Ketahanan Pangan

Perubahan iklim dan bencana yang terjadi menjadi penyebab utama memburuknya produktivitas pertanian. Beberapa penye-bab internal lainnya seperti penggunaan pestisida kimia yang terus menerus, pengembangan teknologi pertanian yang belum menghasilkan, dan insentif sektor pertanian yang tidak menarik.

Produktivitas tanaman pangan yang terus menerus turun yang berakibat pada tertnggal-nya sektor pertanian dan tingkat diversifikasi pangan yang belum baik.

4 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Tren IKLH cenderung mengalami penurunan. Beberapa kali bencana yang terjadi membuat kondisi lingkungan di beberapa wilayah ikut menurun.

Kualitas lingkungan yang cenderung membu-ruk.

5 PN 6 :Infrastruktur Pembangunan infrastruktur yang terus menerus dilakukan namun tidak diiringi dengan ketersediaan transportasi publik yang mencukupi.

Kurangnya transportasi publik sehingga kecelakaan menjadi penyebab kematian kedua tertinggi dan penggunaan BBM bersubsidi terus meningkat.

15. Jawa Timur

1 PN 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik

Tingkat kemiskinan selama satu dekade terakhir masih berada di atas capaian nasional. Tingkat kemiskinan tertinggi disumbang oleh daerah-daerah tertinggal.

Percepatan pembangunan daerah tertinggal guna mengentaskan kemiskinan dan kesenjan-gan serta mempertahankan agar Kabupaten tertinggal yang telah terentaskan tidak kembali menjadi kabupaten tertinggal.

2 PN 2: Pendidikan Banyak kabupaten dengan tingkat buta aksara tertinggi di Indonesia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat buta aksara adalah kentalnya penggunaan bahasa ibu, proses pengen-tasan buta aksara yang lemah, kurangnya kesempatan bersekolah khususnya bagi penduduk usia lanjut, dan minat baca yang masih rendah.

Pengurangan Angka Buta Aksara.

Page 264: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014100

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

3 PN 3: Kesehatan Angka kurang gizi dan gizi buruk pada anak dan balita cenderung menunjukkan tren yang fluktuatif selama beberapa tahun terakhir. Meskipun angka prevalensi gizi buruk pada beberapa kabupaten terus mengalami penurunan, namun terdapat beberapa kabupaten lain yang justru men-galami peningkatan maupun stagnansi.

Prevalensi angka kurang gizi dan gizi buruk pada anak dan balita.

4 PN 6 :Infrastruktur Distribusi yang belum merata ke seluruh wilayah serta kualitas infrastruktur yang kurang andal. Pada beberapa wilayah rasio elektrifikasi masih rendah. Selain itu, infrastruktur dasar seperti jalan masih memiliki kualitas yang relatif rendah.

Pembangunan jaringan infrastruktur yang an-dal dan diiringi dengan pendistribusian listrik ke seluruh daerah.

5 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Meskipun nilai PMA dan PMDN cukup besar, namun pada kenyataannya belum secara cepat dan efektif menyerap tenaga kerja yang ada. Selain itu, tingginya jumlah PMA juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi potensi industri lokal yang sedikit demi sedikit mulai tergeser akibat sulitnya bersaing dengan penanam modal asing.

Lambatnya daya serap tenaga kerja di lapangan kerja serta potensi industri lokal yang perlu ditingkatkan.

16. Banten

1 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Perlambatan laju pertumbuhan sektor usaha yang banyak menyerap tenaga kerja dari penduduk miskin, meningkat-nya inflasi bahan pangan, serta be-lum optimalnya sinergi antarprogram penanggulangan kemiskinan.

Penurunan persentase penduduk miskin dan pengangguran.

2 PN 6:Infrastruktur Perkembangan aktivitas perekonomian yang meningkat, kondisi cuaca yang ekstrem dan pengendalian pelaksanaan pembangunan konstruksi jalan yang belum optimal, pembebanan tonase kendaraan yang berlebih (excessive over loading), bencana alam seperti longsor dan banjir serta terbatasnya anggaran pemeliharaan jalan.

Peningkatan Panjang dan Kualitas Jaringan Jalan minimal sesuai dengan pertambahan jumlah kendaraan per-tahun.

3 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Kewenangan perizinan penanaman modal belum sepenuhnya dapat dilak-sanakan tingkat provinsi atau kab/kota, krisis energi dan kenaikan harga bahan bakar, dukungan infrastruktur daerah yang kurang memadai, gangguan keamanan, dan tidak adanya insentif daerah.

Peningkatan pelayanan perijinan investasi.

4 PN 8:Energi Daerah pelosok desa dan pegunungan be-lum dapat dialiri listrik karena kurangnya penyediaan tenaga listrik.

Peningkatan rasio elektrifikasi.

5 PN Lainnya 1: Kese-jahteraan Rakyat

Kondisi perekonomian yang masih relatif rendah, pembangunan infrastruktur yang memadai, serta peningkatan pelayanan publik.

Peningkatan IPM.

17. Bali

1 PN 3: Kesehatan Menurunnya persentase pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang disebabkan terlambat membawa ke rumah sakit.

Angka kematian ibu melahirkan di Provinsi Bali dari tahun 2009 – 2011 mengalami pening-katan.

2 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Perekonomian mengandalkan dari sektor pariwisata yang hanya terkosentrasi di be-berapa wilayah, penyebaran infrastruktur tidak merata.

Tren Gini Ratio yang cenderung semakin meningkat.

3 PN 5:Ketahanan Pangan

Semakin banyaknya alih fungsi lahan, khususnya untuk tanaman pangan.

Menurunnya ketersediaan bahan pangan secara lokal.

4 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Belum tersebar luasnya informasi potensi pengembangan investasi pada masing -masing kab/kota.

Penanaman modal yang terelisasi di Provinsi Bali cenderung terkonsentrasi pada tiga kabu-paten/kota saja.

Page 265: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 101

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

5 PN 6 :Infrastruktur Meningkatnya jumlah kendaraan yang tidak diikuti dengan meningkatnya ruas dan kualitas jalan terutama jalan provinsi dan kab/kota serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam tertib berlalu lintas.

Meningkatnya kasus kecelakaan lalu lintas.

18. Nusa Tenggara Barat

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Banyak aset-aset daerah yang menjadi sengketa dan dikuasai oleh pihak lain.

Optimalisasi Penanganan dan pengelolaan laporan keuangan dan aset daerah.

2 PN 3: Kesehatan Program AKINO (belum optimal pelaksa-naanya dilapangan.

Penurunan AKI dan AKB.

3 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Angka penduduk miskin masih sangat tinggi.

Penurunan jumlah angka penduduk miskin.

4 PN Lainnya 3 :Pere-konomian

Adanya penurunan laju pertumbuhan ekonomitahun 2011-2012.

Percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan penerimaan PDRB sektor non-migas.

5 PN Lainnya 1: Kese-jahteraan Rakyat

Rendahnya nilai capaian komponen utama yang menjadi dasar perhitungan IPM.

Optimalisasi peningkatan IPM provinsi NTB.

19. Nusa Tenggara Timur

1 PN 3: Kesehatan Persoalan gizi ketika masih dalam kand-ungan ibu yang kurang baik adalah salah satu faktor penting dalam mempengaruhi AKB.

Angka kematian bayi tidak mengalami per-baikan.

2 PN 2: Pendidikan Sebagian besar penduduk dalam periode empat tahun terakhir hanya menamatkan SD dan putus sekolah di tingkat SMP/sederajat.

Rata-rata lama sekolah masih sangat rendah.

3 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Terbatasnya lapangan dan kesempatan bekerja, minimnya infrastruktur wilayah, ketidakpastian dan iklim investasi yang kurang mampu mendorong pengemban-gan sektor produksi di perdesaan.

Peningkatan jumlah masyarakat miskin di pedesaan maupun perkotaan.

4 PN 6 :Infrastruktur Belum diprioritaskannya pembangunan prasarana perhubungan laut sedangkan masyarakat sangat membutuhkan karena kondisi daerah kepulauan.

Jumlah, kualitas, penyebaran prasarana perhubungan daerah kepulauan yang tidak mengalami peningkatan.

5 PN 8: Energi Maraknya pemadaman listrik PLN, jumlah desa mandiri energi rata-rata baru men-capai 30%.

Pengadaan energi terbarukan dari tenaga matahari, angin maupun arus laut.

20. Kalimantan Barat

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Belum memadainya pengawasan dan pembinanan yang dilakukan oleh instansi terkait dalam pengelolaan keuangan daerahnya.

Masih minimnya kab/kota dalam memperoleh opini WTP.

2 PN 2: Pendidikan Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan baik secara kuantitas maupun kualitas, medan yang berat.

Masih terdapat kesenjangan dalam persebaran sarana dan prasarana pendidikan terutama di daerah terpencil.

3 PN 3: Kesehatan Masih terdapat keengganan masyarakat untuk menggunakan jasa paramedis, dan memilih menggunakan dukun. Selain itu hipertensi merupakan penyebab AKI.

Terajdinya kenaikan AKI.

4 PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Terbatasnya jumlah aparat keamanan di daerah perbatasan, banyaknya jalur/jalan kecil di daerah perbatasan, adanya kecenderungan masyarakat untuk bekerja di Malaysia yang pada akhirnya berakibat terjadinya perdagangan orang terutama perempuan dan anak.

Isu daerah perbatasan.

5 PN 6 :Infrastruktur Rendahnya akses darat maupun sungai, kinerja struktur jalan yang sudah men-galami penurunan, alokasi dana untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan yang tidak memadai.

Banyaknya kawasan yang masih terisolasi.

Page 266: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014102

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

21. Kalimantan Tengah

1 PN 2: Pendidikan Realisasi APM masih di bawah target Pemerintah Provinsi.

APM SMP/Sederajat meningkat namun realisa-si capaiannya masih di bawah target.

2 PN 3: Kesehatan Cakupan dan kualitas layanan kesehatan yang masih rendah disebabkan oleh ket-erbatasan fasilitas, sarana dan prasarana pusat-pusat Yankesmas seperti tanaga kesehatan, dan alat-alat kedokteran lainnya.

Cakupan layanan kesehatan dan kualitas pe-layanan kesehatan di pusat-pusat yankesmas di daerah melalui program kalteng barigas masih belum optimal.

3 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Dari keseluruhan indikator untuk men-gukur keberhasilan pencapaian PN 4 ini, tidak ada satupun realisasi yang melam-paui target, tidak ada ren meningkat un-tuk indikator yang bermakna positif, dan tidak ada tren menurun untuk indikator yang bermakna negatif.

Persentase penduduk miskin menurun dari tahun ke tahun namun realisasi capaiannya masih diatas target.

4 PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Infrastruktur pendukung pembangunan ekonomi belum mencukupi secara kuan-titas dan kualitas. Hal ini menyebabkan capaian PMDN dan PMA belum mencapai target yang ditetapkan.

Pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat setiap tahun namun masih membutuhkan infrastruktur yang baik.

5 PN 9 :Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Indeks lingkungan hidup masih berada di bawah rata-rata regional ILH di Kali-mantan.

Indeks Lingkungan Hidup Masih Rendah.

22. Kalimantan Selatan

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Perlu dibuatnya perda keterbukaan dan transparansi informasi publik oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi sebagai langkah untuk melakukan pencegahan dan penyelesaian kasus-kasus korupsi.

Penyelesaian kasus-kasus korupsi.

2 PN 2: Pendidikan Angka putus sekolah SMP selama dua tahun berturut-turut menunjukkan penurunan, dengan kata lain dibanding-kan tahun-tahun sebelumnya, jumlah atau persentase siswa yang putus sekolah pada jenjang sekolah menengah pertama semakin besar.

Angka Putus sekolah SMP.

3 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Indeks kedalaman dan keparahan kemi-skinan di perkotaan dan pedesaan sema-kin meningkat yang disebabkan tidak efek-tifnya program-program penanggulangan kemiskinan dan kenaikan harga bahan pokok. Meskipun tingkat pengangguran terbuka semakin menurun, namun daya beli masyarakat relatif masih rendah.

Pengurangan Kemiskinan dan penciptaan lapa-ngan kerja serta pemberdayaan masyarakat.

4 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup masih di bawah target IKLH nasional. Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya pan lahan (proporsi luas hutan primer dan sekunder terhadap luas kawasan hutan) karena illegal mining, illegal logging, peningkatan pemberian ijin pinjam pakai dan pelepas-an kawasan yang akhirnya berimplikasi terhadap penurunan kualitas air sungai dan kualitas udara.

Pembatasan perizinan untuk pinjam pakai dan pelepasan kawasan hutan.

5 PN10: Daerah Tertiggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik

Tidak ada pembahasan. % penduduk miskin.

23. Kalimantan Timur

1 PN 2: Pendidikan Di wilayah perbatasan dan wilayah tertinggal, perkembangan dan kemajuan pendidikan masih lambat. Salah satu yang memicu lambatnya perkembangan dan kemajuan pendidikan adalah kurang-nya tenaga pendidik di daerah-daerah perbatasan.

Kurangnya guru di perbatasan dan daerah tertinggal yang memenuhi standar nasion-al pendidikan.

Page 267: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 103

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

2 PN 5:Ketahanan Pangan

Kekhawatiran atas kesejahteraan petani dan nelayan terkait dengan tingkat produktivitas pertanian untuk menopang Provinsi.

Ketahanan dan Kemandirian Pangan.

3 PN 6: Infrastruktur Pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat semakin lama semakin meningkat. Namun tidak diiringi dengan penambahan ruas jalan. Selain itu, masyarakat mulai menunjukkan mobilitas yang meningkat. Pembangunan Bandara sudah dirasa perlu khususnya untuk memudahkan mobilitas manusia, barang, dan jasa masuk dan keluar.

Pembangunan Bandara, Jembatan, dan pening-katan jalan dan jalan tembus.

4 PN 8: Energi Rasio elektrifikasi yang masih di bawah target, konsumsi energi penduduk yang belum merata dan terindikasi terjadi kebooran, elastisitas energi yang tidak mengalami perbaikan dari tahun ke tahun, jumlah pembangkit yang masih minim karena belum mencapai target yang ditetapkan, serta kapasitas pembangkit yang juga masih di bawah target.

Pengembangan energi alternatif.

5 PN 9 :Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Kondisi lingkungan hidup semakin menun-jukkan penurunan, salah satunya terlihat dari kondisi air sungai yang cenderung memburuk akibat pencemaran/polusi air, baik dari industri besar dan kecil, aktivitas pasarm rumah sakit, serta hotel yang tidak memiliki UKL baik maupun limbah domestik.

Perencanaan pembangunan hijau.

24. Sulawesi Utara

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Pada beberapa unit Pemerintahan Daer-ah, khususnya yang terkait langsung den-gan pelayanan publik, komitmen untuk memberikan pelayanan yang memuaskan masih rendah. Hal ini terlihat dari masih banyaknya budaya tradisional yang masih melekat kental pada birokrasi daerah.

Birokrasi pada tingkat tertentu masih kurang memuaskan.

2 PN 2: Pendidikan Persebaran guru belum merata antara perkotaan dan pedesaan. Di satu sisi, kualitas guru yang ada relatif masih rendah.

Kuantitas dan kualitas guru dan sarana penun-jang pendidikan yang belum merata antar kab/kota.

3 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Tingginya angka kemiskinan yang diindi-kasikan oleh rendahnya pendapatan per kapita.

Meningkatkan pendapatan perkapita.

4 PN 5:Ketahanan Pangan

Harga komoditas pertanian dan kelautan cenderung fluktuatif membuat NTP dan NTN belum menunjukkan kondisi yang menggembirakan.

Ketidakpastian harga komoditas pertanian dan kelautan.

5 PN 6 :Infrastruktur Infrastruktur perhubungan laut dan perhubungan antarpulau terbatas, sehingga mobilitas barang dan jasa juga menjadi sangat terbatas. Hal ini kemudian menjadikan barang-barang kebutuhan masyarakat menjadi lebih mahal.

Infrastruktur perhubungan laut (hubungan antarpulau) masih sangat terbatas.

25. Sulawesi Tengah

1 PN 2: Pendidikan Rata-rata lama sekolah rendah, ketiadaan kesadaran orang tua pentingnya pendi-dikan bagi anak terutana di pedesaan dan tingkat SMP.

Tingginya angka putus sekolah dan biaya pen-didikan yang murah bagi semua penduduk.

2 PN 3: Kesehatan Masih tingginnya AKB, dan kurangnya tenaga kesehatan serta belum intensitas sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat yang sangat rendah.

Rendahnya Angka Harapan Hidup

3 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Rendahnya TPAK karena rendahnya kual-itas SDM. Akibatnya banyak masyarakat terperangkap dalam kemiskinan.

Distribusi pendapatan tidak merata dan pen-ingkatan TPAK.

Page 268: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014104

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

4 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Investasi yang masuk tidak terlalu berdampak selain perluasan lapangan pekerjaan. UMKM dibutuhkan sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat yang bisa mengakomodasi segala lapisan mas-yarakat. Permasalahan selama ini sering tidak optimalnya penyaluran kredit serta kurangnya pelatihan dan pengembangan SDM KUKM.

Penguatan UMKM sebagai tulang punggung dan pelopor penggerak roda perekonomian.

5 PN 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik

Rendahnya kuantitas dan kualitasn inftas-truktur daerah tertinggal sebagai dukun-gan kegiatan perekonomian masyarakat.

Reorientasi pembangunan pada daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik sebagai pusat pembangunan baru.

26. Sulawesi Selatan

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Kurangnya SDM dan masih adanya SDM yang kurang memahami dan menguasai tugasnya sebagai penegak hukum, UU be-lum secara tegas menunjuk jaksa sebagai penyidik Tipikor.

Belum optimalnya pencegahan dan penanga-nan kasus korupsi.

2 PN 2: Pendidikan Dugaan bahwa rata-rata lama sekolah juga masih banyak dibentuk oleh penduduk usia tua tercermin dari masih banyaknya penduduk usia 15 tahun ke atas yang belum melek aksara.

Angka melek aksara 15 tahun ke atas yang masih rendah dan meningkat sangat lambat.

3 PN 2: Pendidikan Tidak insentif dan disinsentif penduduk usia sekolah wajib belajar sembilan tahun pada daerah terpencil dan orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya.

Rata-Rata lama sekolah yang belum mencapai target minimal 9 tahun dan berada di bawah rata-rata regional dan nasional.

4 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Belum efektifnya program penanggu-langan kemiskinan dalam menjangkau target penerima manfaat lokasi/wilayah atau struktur sosial dengan kerentanan yang spesifik.

Belum efektifnya koordinasi penanggulan-gan kemiskinan antar SKPD Provinsi, antar kabupaten/kota dengan provinsi, baik dalam perencanaan, implementasi, maupun evaluasi hasil-hasil penanggulangan kemiskinan.

5 PN 5: Ketahanan Pangan

Tidak ada penguatan adaptasi dan mitigasi petani serta infrastruktur irigasi dalam menghadapi cuaca ekstrim.

Ancaman terhadap produksi padi sawah karena cuaca ekstrim dan penurunan kapasitas infrastruktur irigasi.

27. Sulawesi Tenggara

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM aparat, administrasi pelaporan masyarakat tidak lengkap.

Pemberantasan Korupsi.

2 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Masalah pengangguran terbuka. Pertum-buhan angkatan kerja tidak diikuti dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Pembukaan Lapangan kerja.

3 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana

Kurangnya pengawasan pemanfaatan sumber daya hutan dan pemerlakukan hukum yang pilih kasih.

Perambahan hutan dan illegal loging.

4 PN 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik

Pertumbuhan ekonomi di daerah tert-inggal relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah lain. Perlu dukungan infrastruktur untuk menunjang kegiatan perekonomian.

Pengembangan infrastruktur transportasi daerah tertinggal.

5 PN 3: Kesehatan Rendahnya kualitas SDM petugas keseha-tan; tidak terdapat pelayanan konsultasi kesehatan balita dan ibu hamil; kurangnya perhatian pemda terhadap gizi kepada balita dan ibu hamil.

Kualitas pelayanan terhadap balita dan ibu hamil belum optimal.

Page 269: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 105

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

28. Gorontalo

1 PN 2: Pendidikan IPM tergolong rendah. Banyak masyarakat merasa biaya pendidikan dari tahun semakin meningkat, sementara jumlah penduduk miskin masih relatif tinggi sehingga banyak masyarakat miskin yang tidak mampu membiayai anaknya untuk sekolah.

Pentingnya pendidikan gratis bagi masyarakat Gorontalo.

2 PN 3: Kesehatan Biaya kesehatan yang terus meningkat menyebabkan ada ungkapan bahwa ”orang miskin dilarang sakit”. hal ini berhubungan dengan indikator pruioritas nasional seperti halnya: AKB, AKI, gizi buruk, akseptor KB, usia harapan hidup dan IPM.

Pentingnya Kesehatan gratis bagi masyarakat Gorontalo.

3 PN 9: Lingkungan Hidup dan Pengelo-laan Bencana / PN lainnya 3: Perekono-mian

Perlu adanya pengelolaan sumberdaya alam. Hal ini akan berbenturan dengan kebutuhan masyarakat, terutama mereka yang terlibat dalam perambahan hutan, illegal mining dan illegal fishing.

Pengembangan manajemen pengelolaan po-tensi sumber daya alam dari sektor pertanian, pertambangan, kelautan, kehutanan, dan lain sebagainya.

4 PN 6 :Infrastruktur Terdapat permasalahan keterbatasan pe-layanan, seperti halnya jalan, pelabuhan laut dan udara, ketersediaan listrik dan juga sarana dan prasarana infrastruktur lainnya.

Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas pada infrastruktur dasar seperti jalan, pelabu-han laut dan udara, dan ketersediaan listrik.

29. Sulawesi Barat

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Masih rendahnya kualitas SDM aparatur, kapasitas aparatur belum mampu menyesuaikan tuntutan pembangunan yang begitu cepat, terutama dalam bidang investasi. Belum terdapat dukungan kelembagaan dan pola karir.

Peningkatan profesionalisme aparatur.

2 PN (4), (5), (6), (7), (8), dan (10)

Keterbatasan fasilitas infrastruktur trans-portasi dan fasilitas penunjang lainnya da-lam mendukung kegiatan perekonomian.

Peningkatan kualitas dan perluasan keterse-diaan sarana dan prasarana ekonomi vital.

3 PN (6) dan (7) Sebagai salah satu strategi percepatan pembangunan dan peningkatan nilai investasi yang masih rendah.

Peningkatan promosi dan kerjasama dengan pihak ketiga baik dalam negeri maupun luar negeri.

4 PN (2), (3), (4), (10), dan (11)

Permasalahan pendidikan dan kesehatan, terutama akses bagi masyarakat miskin.

Peningkatan kualitas SDM dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

5 PN (8), (9), (11) Dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, pemanfaatn SDA untuk perekonomian tetapi tidak didukung oleh institusi dan penegakan hukum demi keberlangsungan lingkungan.

Pemanfaatan sumber daya alam dan pengem-bangan pemerintahan yang peduli lingkungan.

30. Maluku

1 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Perlunya meningkatkan integritas dan kesadaran Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan Pimpinan SKPD terhadap pentingnya akuntabilitas laporan keuan-gan daerah, Tidak adanya sistem reward dan punishment kepada para petugas keuangan daerah.

Laporan Keuangan yang berkualifikasi Laporan WTP di semua Kab/Kota se-Maluku belum terwujud.

2 PN 2: Pendidikan Kurangnya sistem perekrutan dan pene-mpatan guru serta kebijakan pemberian insentif kepada guru yang bekerja di daerah terpencil dan remote area.

Keengganan guru mengajar dilingkungan masyarakat miskin dan terpencil sehingga menimbulkan kemunduran kualitas pendidikan di wilayah terpencil dan wilayah remote area.

3 PN 6 :Infrastruktur Banyaknya infrastruktur yang rusak teru-tama sarana transportasi.

Minim fasilitas transportasi antar wilayah menyebabkan banyak daerah terisolasi dan terbelakang.

4 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Kurangnya kerjasama instansi terkait dalam menangani masalah kemiskinan.

Lemahnya konsolidasi dan koordinasi antarin-stansi dalam penanggulangan kemiskinan di Maluku.

Page 270: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014106

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

5 PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Belum jelasnya kewenangan perizinan penanaman modal antara pusat dan daerah, daerah kab/kota belum memiliki kawasan investasi yang jelas, belum adan-ya regulasi kemudahan/insentif khusus dari daerah.

Investasi PMA dan PMDN masih rendah dan iklim investasi yang belum kondusif.

31. Maluku Utara

1 PN 6: Infrastruktur Kultur provinsi adalah kepulauan sehingga konektivitas atas pulau agak sulit.

Keterbatasan infrastruktur di Maluku Utara.

2 PN 2: Pendidikan Keengganan guru untuk ditempatkan didaerah pulau-pulau disebabkan oleh infrastuktalur belum memadai, utamanya fasilitas pendidikan, ketersediaan ruang kelas dan sekolah yang belum memadai sehingga guru-guru mengalami kendala dalam mengajar.

Kompetensi SDM (Guru) yang rendah.

3 PN 3: Kesehatan Terbatasnya jangkauan pelayanan kesehatan di daerah pulau, terluar dan perbatasan.

Pemerataan pelayanan kesehatan daerah terlu-ar, dan pulau-pulau kecil.

4 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan belum menyentuh pada masyarakat miskin se-hingga dibutuhkan komitmen dan upaya agar laju pertumbuhannya dapat ditekan.

Penanganan kemiskinan dengan pendekatan yang sistemik, terpadu, dan menyeluruh.

5 PN 5: Ketahanan Pangan

Banyaknya infrastruktur yang rusak terutama sarana transportasi di daerah pedesaan dan lebih memperhatikan lem-baga pemasaran agar petani dapat lebih mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian dengan biaya pemasaran yang relatif murah.

Terbatasnya akses transportasi untuk mema-sarkan hasil pertanian.

32. Papua Barat

1 PN 2: Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan, terma-suk ruang kelas, tenaga pengajar masih sangat kurang.

Terselenggaranya Proses belajar dengan baik di semua jenjang pendidikan baik kampung maupun perkotaan.

2 PN 3: Kesehatan Tingginya angka kemiskinan, kurangnya rumah sakit dan puskesmas serta dukun-gan tenaga medis yang masih kurang.

Angka kematian anak dan ibu yang relatif tinggi.

3 PN 5:Ketahanan Pangan

Pengaruh iklim dan bencana banjir dan kekeringan yang menyebabkan kerusakan lahan dan tanaman petani, kurang terse-dianya benih unggul serta sarana produksi yang mahal serta kurangnya modal petani.

Rendahnya produktivitas/produksi,mutu serta masih terbatasnya sarana dan prasarana Sektor Pertanian di Papua Barat.

4 PN 6 :Infrastruktur Kurangnya pengawasan terhadap penyele-saian pembangunan jalan, topografi daerah pegunungan, curah hujan tinggi, kurangnya dana untuk pembangunan.

Penambahan sarana perhubungan baik darat, sungai, laut dan udara.

5 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Pertumbuhan penduduk yang tinggi, kurangnya lapangan kerja, kenaikan harga sehingga daya beli masyarakat kurang.

Menurunkan persentase penduduk miskin, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

33. Papua

1 PN 2: Pendidikan Kekurangan guru dan kawasan yang ter-isolasi khususnya di daerah pegunungan.

Belum tersedianya gedung sekolah yang memadai dan permanen di kampung serta infrastruktur pendukung; Rata-Rata Lama Sekolah yang masih rendah.

2 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan

Kemampuan aparatur dalam pelaporan keuangan dalam implementasi program masih belum begitu optimal, Sehingga hal ini merupakan kelemahan yang dihadapi oleh Papua mewujudkan pemerintahan yang akuntabel dan transparan.

Belum ada kabupaten/kota yang memperoleh predikat WTP akibat ketidakmampuan apara-tur dalam pelaporan keuangan dan implemen-tasi program.

Page 271: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014 107

No Prioritas Nasional Permasalahan Isu Strategis

3 PN 4: Penanggulan-gan Kemiskinan

Sejauh ini masyarakat merasa bahwa peran dari pemerintah untuk menekan angka kemiskinan tidak berjalan dengan baik karena program pembangunan yang tidak fokus dan tidak pro poor.

Jumlah penduduk miskin dan pengangguran terbuka masih cukup besar dengan daya beli yang semakin menurun.

5 PN 7:Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Ancaman melakukan investasi di Papua adalah masalah property rigth milik adat. Kenyataannya untuk membeli tanah di Papua membutuhkan sertifikat dari BPN dan juga surat pelepasan adat dari kepala suku. Ketidakpastian dalam pengurusan surat pelepasan adat mengakibatkan in-vestor kurang berminat untuk melakukan investasi di Papua.

Lemahnya pengembangan usaha UMKM oleh pemerintah daerah.

Sumber: Laporan EKPD 2013

Page 272: Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONALTAHUN 2010-2014108

Lampiran C : Capaian Pembangunan, Permasalahan dan Isu Strategis Daerah