135
EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN RIPV2 TERHADAP MPLS L3VPN BACKBONE SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Oleh : Taufik Anwar Harahap NIM : 1113091000068 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF,

EIGRP DAN RIPV2 TERHADAP MPLS L3VPN

BACKBONE

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Komputer (S.Kom)

Oleh :

Taufik Anwar Harahap

NIM : 1113091000068

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Page 3: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

iii

PENGESAHAN UJIAN

Page 4: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

iv

PERNYATAAN ORSINALITAS

Page 5: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Page 6: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

vi

Nama : Taufik Anwar Harahap

Program Studi : Teknik Informatika

Judul : EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL

OSPF, EIGRP DAN RIPv2 TERHADAP MPLS

L3VPN BACKBONE

ABSTRAK

Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah suatu metode forwarding

data melalui suatu jaringan dengan menggunakan informasi dalam label yang

dilekatkan pada paket IP. Dengan jenis routing yang diterapkan pada jaringan

MPLS, diharapkan mampu untuk memberikan peningkatan nilai QoS pada jaringan

tersebut. Jaringan MPLS menawarkan fungsi traffic-engineering yang efisien,

sehingga kebutuhan MPLS VPN juga meningkat dengan cepat. Didalam MPLS VPN terdapat jaringan antara Provider Edge(PE) dengan Customer Edge(CE) yang

bekerja pada layer 3 sehingga disebut dengan jaringan MPLS L3VPN. Didalam

jaringan tersebut diharapkan routing protocol antara PE dan CE menghasilkan

penigkatan QoS yang baik. Dalam penelitian ini dilakukan kajian kinerja routing

protocol OSPF,EIGRP dan RIPv2 terhadap MPLS L3VPN dengan melihat

parameter Quality of Services (Qos) yaitu throughput, jitter, packet loss,

convergence time, dan ping response time. Penelitian ini dilakukan di GNS3. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa routing protocol EIGRP memiliki nilai throuhput,

jitter, convergence time dan ping response lebih baik dibandingkan dengan routing

protocol OSPF dan RIPv2. Sedangkan untuk packet loss nilai terbaik dimiliki oleh

routing protocol OSPF.

Kata Kunci : MPLS, MPLS L3-VPN, QoS, PE, CE, OSPF, EIGRP,

RIPv2, Throughput, Jitter, Ping Response, Packet Loss,

Convergence Time

Jumlah Pustaka : 9 Buku + 17 Jurnal

Jumlah Halaman : VI Bab + xix Halaman + 116 Halaman + 39 Gambar + 20

Grafik + 49 Tabel

Page 7: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

vii

Name : Taufik Anwar Harahap

Study Program : Informatics Engineering

Title : EVALUATION OF OSPF, EIGRP and RIPv2

ROUTING PROTOCOL PERFORMANCE ON

MPLS L3VPN BACKBONE

ABSTRACT

Multi Protocol Label Switching (MPLS) is a method of forwarding data

through a network using information in a label attached to an IP packet. With the

type of routing that is applied to MPLS networks, it is expected to be able to provide

an increase in the value of QoS on the network. Since the demand for information

exchange over the internet has continued to increase rapidly, MPLS networks offer

efficient traffic-engineering functions, so that MPLS VPN needs also increase

rapidly. In MPLS VPN there is a network between Provider Edge (PE) and

Customer Edge (CE) that works on layer 3 so that it is called the MPLS L3-VPN

network. Within the network, the routing protocol between PE and CE is expected

to produce good QoS improvement. In this study an OSPF, EIGRP and RIPv2

routing protocol performance was conducted on MPLS L3-VPN by looking at the

Quality of Services (Qos) parameters, namely throughput, jitter, packet loss,

convergence time, and ping response time. This research was conducted in GNS3.

The test results show that the EIGRP routing protocol has throuhput, jitter,

convergence time and ping response values better than the OSPF and RIPv2 routing

protocols. Whereas for packet loss the best value is owned by OSPF routing

protocol.

Keyword : MPLS, MPLS L3-VPN, QoS, PE, CE, OSPF, EIGRP,

RIPv2, Throughput, Jitter, Ping Response, Packet Loss,

Convergence Time

Bibliography : 9 Books + 17 Journals

Number of Pages : VI Chapters + xix Pages + 116 Pages + 39 Pictures + 20

Graphs + 49 Tables

Page 8: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

melaksanakan dan menuliskan skripsi ini pada waktu dan tempat yang tepat dan

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan baik. Sholawat dan salam penulis

haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, para sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman. Skripsi ini

merupakan salah satu tugas akhir wajib bagi mahasiswa sebagai persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Komputer (S.Kom) pada program studi Teknik

Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula penulis ingin mengucapkan banyak terima

kasih kepada pihak-pihak terkait lainnya yang telah banyak membimbing penulis

dalam melakukan penulisan skripsi ini, karena tanpa bimbingan dan dorongan dari

semua pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil ke

penulis. Tiada tutur kata selain terima kasih kepada ibu, ayah, kakak, abang

tersayang dan rasa syukur kepada Allah S.W.T yang telah menitipkan

penulis di keluarga yang sangat penulis cintai. Terima kasih, Alhamdulillah.

2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Ibu Arini, ST, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika.

4. Ibu Siti Ummi Masruroh M.Sc. dan Andrew Fiade, M.Kom selaku Dosen

Pembimbing I dan II yang telah senantiasa membimbing penulis.

5. Seluruh dosen dan staff UIN Jakarta khususnya Fakultas Sains dan

Teknologi yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat

berharga bagi penulis.

6. Teman-teman satu kontrakan (Fahrizal Haris Hrp, Tharlis Diansyah Lbs,

Anugerah Majid Hrp, Mahmul Fadhilah Hrp, Habib Maulidana, Rahmat

Denri) yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam mengerjakan

penelitian ini.

Page 9: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

ix

7. Seluruh sahabat-sahabat terbaik dari Teknik Informatika angkatan 2013,

khususnya semua anak kelas TI C 2013 (Dodi, Yusuf, Nando, Cahyo, Tami,

Macia, Sisca, Calysta, Rais, Irsyad, Mathlail, Angga, Jamal, Alfarabi, Fauzi,

Habibi, Didi, Ames, Anto), serta teman-teman KKN DUTA 2013 yang tidak

bisa disebutkan satu persatu, Terima kasih atas semangatnya!

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu di

dalam selembar kertas A4. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis memohon kritik dan saran yang

membangun untuk penulis.

Akhir kata, semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

orang banyak.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Jakarta, 7 Januari 2019

Penulis

Taufik Anwar Harahap

1113091000068

Page 10: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................. Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN UJIAN ........................................................................................ iii

PERNYATAAN ORSINALITAS ......................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI ..........................................................v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3

1.3 Batasan Masalah ..........................................................................................3

Metodologi .........................................................................................3

Proses .................................................................................................3

Tools ...................................................................................................3

Tujuan Penelitian ...............................................................................4

1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................5

1.4.1 Bagi Penulis .......................................................................................5

1.4.2 Bagi Universitas .................................................................................5

1.4.3 Bagi Masyarakat ................................................................................5

1.5 Metodologi Penelitian ..................................................................................5

1.5.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................5

1.5.2 Metode Simulasi ................................................................................6

1.6 Sistematika Penulisan ..................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................8

2.1 Evaluasi ........................................................................................................8

2.2 Jaringan Komputer .......................................................................................8

Page 11: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xi

2.3 Network Emulator ........................................................................................8

2.4 Perangkat Jaringan .......................................................................................9

Switch ................................................................................................9

Router ...............................................................................................10

2.5 Referensi Model Layer Jaringan Komputer ...............................................11

Model OSI ........................................................................................12

Model TCP/IP ..................................................................................13

2.6 Protokol TCP .............................................................................................13

Proses Pembangunan Sesi TCP .......................................................14

Proses Terminasi Sesi TCP ..............................................................15

Struktur Segmen TCP ......................................................................16

2.7 Protokol UDP .............................................................................................18

2.8 IP versi 4 ....................................................................................................19

2.8.1 IPv4 Addressing ...............................................................................20

2.8.2 Kelas IPv4 ........................................................................................21

2.8.3 IPv4 Subnetting ................................................................................22

2.9 Routing Protocol ........................................................................................23

2.10 Administrative Distance (AD).................................................................26

2.11 Routing Information Protocol (RIP) .......................................................27

2.12 Open Shortest Path First (OSPF) ............................................................29

Neighbor and Adjacency Initialization ............................................31

LSA Flooding ...................................................................................32

2.13 Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) .........................33

2.14 Autonomous System (AS) .......................................................................34

2.15 Border Gateway Protocol (BGP) .............................................................35

2.16 Multi Protocol Label Switching (MPLS) ................................................36

Arsitektur MPLS ..............................................................................37

Header MPLS ...................................................................................38

Distribusi Label ................................................................................39

2.17 Virtual Private Network (VPN) ...............................................................40

2.18 MPLS L3-VPN ........................................................................................41

2.19 Iperf .........................................................................................................43

Page 12: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xii

2.20 Wireshark ................................................................................................44

2.21 Quality of Service (QOS) ........................................................................45

2.22 Virtual Network Software .......................................................................46

2.23 Cisco IOU ................................................................................................47

2.24 GNS3 .......................................................................................................48

GNS3 VM ........................................................................................49

2.25 Metode Simulasi ......................................................................................49

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................52

3.1 Metode Pengumpulan Data ........................................................................52

Data Primer ......................................................................................52

Data Sekunder ..................................................................................52

3.2 Metode Simulasi ........................................................................................53

Problem Formulation .......................................................................53

Conceptual Model ............................................................................53

Input/Output Data ............................................................................53

Modeling ..........................................................................................54

Simulation ........................................................................................54

Verification and Validation ..............................................................54

Experimentation ...............................................................................54

Output Evaluation ............................................................................54

3.3 Perangkat Penelitian ...................................................................................54

Perangkat Lunak ..............................................................................55

Perangkat Keras ...............................................................................55

3.4 Kerangka Berpikir ......................................................................................56

BAB IV IMPLEMENTASI RANCANGAN SIMULASI .................................57

4.1 Problem Formulation .................................................................................57

4.2 Conceptual Model ......................................................................................57

4.3 Input/Output Data ......................................................................................59

Input .................................................................................................59

Output ..............................................................................................59

4.4 Modeling ....................................................................................................60

Skenario 1 OSPF Terhadap MPLS L3-VPN Backbone...................61

Page 13: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xiii

Skenario 2 EIGRP Terhadap MPLS L3-VPN Backbone ................63

Skenario 3 RIPv2 Terhadap MPLS L3-VPN Backbone ..................65

4.5 Simulation ..................................................................................................66

Konfigurasi IP Interface Router .......................................................67

Konfigurasi OSPF pada Backbone ..................................................67

Konfigurasi OSPF pada PE dan CE .................................................68

Konfigurasi RIPv2 pada PE dan CE ................................................69

Konfigurasi EIGRP pada PE dan CE ...............................................70

Konfigurasi MPLS ...........................................................................71

Konfigurasi VRF ..............................................................................72

Konfigurasi MPBGP ........................................................................73

Konfigurasi IP di Virtual PC ............................................................74

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................76

5.1 Verifikasi dan Validasi..............................................................................76

Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Router.....................................76

Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Virtual PC ..............................83

Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Topologi menggunakan Tracert

84

5.2 Experimentation .........................................................................................88

Pengujian Ping Response Time .......................................................88

Pengujian TX dan RX ......................................................................88

Pengujian Packet Loss .....................................................................89

Pengujian Jitter .................................................................................89

Pengujian Convergence Time ..........................................................90

5.3 Output Evaluation ......................................................................................91

Hasil Skenario 1 OSPF ....................................................................91

Hasil Skenario 2 EIGRP ..................................................................94

Hasil Skenario 3 RIPv2 ....................................................................97

Evaluasi Hasil Skenario 1 OSPF dengan skenario 2 EIGRP .........101

Evaluasi Hasil Skenario 1 OSPF dengan Skenario 3 RIPv2 ..........104

Evaluasi Hasil Skenario 2 EIGRP dengan Skenario 3 RIPv2 ........106

Evaluasi keseluruhan Skenario ......................................................109

Page 14: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xiv

BAB VI PENUTUP ...........................................................................................113

6.1 Kesimpulan ..............................................................................................113

6.2 Saran ........................................................................................................113

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................114

Page 15: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Switch .................................................................................................9

Gambar 2.2 Router yang tersusun di rak ..............................................................11

Gambar 2.3 Perbandingan Model TCP/IP dan OSI (Kiri TCP/IP, Kanan OSI)...13

Gambar 2.4 Sesi TCP yang dibentuk dari three-way handshake .........................15

Gambar 2.5 Proses terminasi sesi TCP ................................................................16

Gambar 2.6 Struktur Segmen TCP .......................................................................16

Gambar 2.7 Struktur Datagram UDP ...................................................................18

Gambar 2.8 Datagram UDP untuk pesan RIP ......................................................28

Gambar 2.9 Header RIP .......................................................................................28

Gambar 2.10 Format pesan RIPv1 .......................................................................28

Gambar 2.11 Format Pesan RIPv2 .......................................................................28

Gambar 2.12 Contoh jaringan dari router.............................................................29

Gambar 2.13 Router OSPF dan areanya ..............................................................30

Gambar 2.14 Protokol Hello ................................................................................32

Gambar 2.15 EIGRP neighbor discovery .............................................................34

Gambar 2.16 BGP Tabel ......................................................................................36

Gambar 2.17 Header MPLS .................................................................................38

Gambar 2.18 MPLS packet on the wire ...............................................................38

Gambar 2.19 Tampilan Graphical User Interface ................................................44

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................56

Gambar 4.1 Rancangan Topologi .........................................................................58

Gambar 4.2 Gambar Rancangan Skenario 1 ........................................................61

Gambar 4.3 Gambar Rancangan Skenario 2 ........................................................63

Gambar 4.4 Gambar Rancangan Skenario 3 ........................................................65

Gambar 4.5 Konfigurasi IP Virtual PC ................................................................75

Gambar 4.6 Konfigurasi IP Virtual PC2 ..............................................................75

Gambar 5.1 IP PC1 ...............................................................................................84

Gambar 5.2 IP PC2 ...............................................................................................84

Gambar 5.3 tracert dari PC1 ke PC2 ....................................................................85

Gambar 5.4 tracert dari PC2 ke PC1 ....................................................................85

Page 16: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xvi

Gambar 5.5 tracert dari PC1 ke PC2 ....................................................................86

Gambar 5.6 tracert dari PC2 ke PC1 ....................................................................86

Gambar 5.7 tracert dari PC1 ke PC2 ....................................................................87

Gambar 5.8 tracert dari PC2 ke PC1 ....................................................................87

Gambar 5.9 Tampilan NetIO GUI di PC 1 ...........................................................88

Gambar 5.10 Tampilan NetIO GUI di PC 2 .........................................................89

Gambar 5.11 Tampilan pengujian menggunakan Iperf3 di PC 1 .........................90

Gambar 5.12 Tampilan pengujian menggunakan Iperf3 di PC 2 .........................90

Gambar 5.13 Tampilan pengujian convergence time menggunakan Wireshark ..91

Page 17: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 OSI layer dan fungsinya ........................................................................12

Tabel 2.2 Tabel IPv4 Kelas A, B dan C ................................................................21

Tabel 2.3 Default Administrative Distance ...........................................................26

Tabel 2.4 Alamat multicast pembaruan LSA ........................................................33

Tabel 2.5 tabel FEC ...............................................................................................40

Tabel 2.6 Kategori Jitter ........................................................................................45

Tabel 2.7 Kategori Packet Loss .............................................................................46

Tabel 3.1 Literatur Sejenis ....................................................................................52

Tabel 4.1 Tabel Skenario 1 ...................................................................................61

Tabel 4.2 Tabel Skenario 2 ...................................................................................63

Tabel 4.3 Tabel Skenario 3 ...................................................................................65

Tabel 4.4 Konfigurasi IP Interface Router ............................................................67

Tabel 4.5 Konfigurasi OSPF pada Backbone ........................................................67

Tabel 4.6 Konfigurasi OSPF VRF Satu pada PE 1 ..............................................68

Tabel 4.7 konfigurasi OSPF pada CE1 .................................................................68

Tabel 4.8 Konfigurasi RIPv2 VRF SATU pada PE1 ............................................69

Tabel 4.9 Konfigurasi RIPv2 pada CE1 ................................................................69

Tabel 4.10 Konfigurasi EIGRP VRF SATU pada PE 1 ........................................70

Tabel 4.11 Konfigurasi EIGRP pada CE 1 ...........................................................71

Tabel 4.12 Konfigurasi MPLS ..............................................................................71

Tabel 4.13 Konfigurasi VRF PE1 .........................................................................72

Tabel 4.14 Konfigurasi VRF PE2 .........................................................................72

Tabel 4.15 Konfigurasi MPBGP PE1 ...................................................................73

Tabel 5.1 Verifikasi dan validasi router PE 1 Skenario 1,2 dan 3 ........................76

Tabel 5.2 verifikasi dan validasi router CE1 skenario 1 .......................................77

Tabel 5.3 verifikasi dan validasi router CE1 skenario 2 .......................................78

Tabel 5.4 verifikasi dan validasi router CE1 skenario 3 .......................................79

Tabel 5.5 Verifikasi dan Validasi MPLS ..............................................................80

Tabel 5.6 Verifikasi dan Validasi VRF .................................................................82

Tabel 5.7 Verifikasi dan Validasi BGP .................................................................83

Page 18: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xviii

Tabel 5.8 Tabel TX OSPF pada skenario 1 (Kbyte/sec) .......................................92

Tabel 5.9 Tabel RX OSPF pada skenario 1 (Kbyte/sec) .......................................92

Tabel 5.10 Hasil pengujian ping response time OSPF pada skenario 1 (Kbyte) ..93

Tabel 5.11 Hasil pengujian jitter dan packet loss OSPF pada skenario 1 .............94

Tabel 5.12 Hasil pengujian convergence time OSPF pada skenario 1 ..................94

Tabel 5.13 Tabel TX EIGRP pada skenario 2 (Kbyte/sec) ..................................95

Tabel 5.14 Tabel RX EIGRP pada skenario 2 (Kbyte/sec) ...................................95

Tabel 5.15 Hasil pengujian ping response time EIGRP pada skenario 2 ..............96

Tabel 5.16 Hasil pengujian jitter dan packet loss EIGRP pada skenario 2 ...........97

Tabel 5.17 Hasil pengujian convergence time EIGRP pada skenario 2 ................97

Tabel 5.18 Tabel TX RIPv2 pada skenario 3 (Kbyte/sec) ....................................98

Tabel 5.19 Tabel RX RIPv2 pada skenario 3 (Kbyte/sec) ....................................98

Tabel 5.20 Hasil pengujian ping response time RIPv2 pada skenario 3 ...............99

Tabel 5.21 Hasil pengujian jitter dan packet loss RIPv2 pada skenario 3 ..........100

Tabel 5.22 Hasil pengujian convergence time RIPv2 pada skenario 3 ...............100

Tabel 5.23 Hasil skenario 1 OSPF dengan skenario 2 EIGRP ............................101

Tabel 5.24 Hasil skenario 1 OSPF dengan skenario 3 RIPv2 .............................104

Tabel 5.25 Hasil skenario 2 EIGRP dengan skenario 3 RIPv2 ...........................107

Tabel 5.26 Hasil perbandingan keseluruhan skenario .........................................110

Page 19: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Perbandingan Ping pada skenario 1 dengan skenario 2.....................101

Grafik 5.2 Perbandingan TX dan RX pada skenario 1 dengan skenario 2 .........102

Grafik 5.3 Perbandingan jitter pada skenario 1 dengan skenario 2 ....................102

Grafik 5.4 Perbandingan packet loss pada skenario 1 dengan skenario 2 ..........103

Grafik 5.5 Perbandingan convergence time pada skenario 1 dengan skenario 2103

Grafik 5.6 Perbandingan Ping pada skenario 1 dengan skenario 3.....................104

Grafik 5.7 Perbandingan TX dan RX pada skenario 1 dengan skenario 3 .........105

Grafik 5.8 Perbandingan jitter pada skenario 1 dengan skenario 3 ....................105

Grafik 5.9 Perbandingan packet loss pada skenario 2 ........................................106

Grafik 5.10 Perbandingan convergence time BGP dan EIGRP pada skenario 2106

Grafik 5.11 Perbandingan Ping pada skenario 2 dengan skenario 3 ..................107

Grafik 5.12 Perbandingan TX dan RX pada skenario 2 dengan skenario 3 .......108

Grafik 5.13 Perbandingan jitter pada skenario 2 dengan skenario 3 ..................108

Grafik 5.14 Perbandingan packet loss pada skenario 2 dengan skenario 3 ........109

Grafik 5.15 Perbandingan convergence time pada skenario 2 dengan skeanrio 3

..............................................................................................................................109

Grafik 5.16 Perbandingan Ping pada seluruh skenario .......................................110

Grafik 5.17 Perbandingan TX dan RX pada seluruh skenario ...........................111

Grafik 5.18 Perbandingan jitter pada skenario seluruh skenario ........................111

Grafik 5.19 Perbandingan packet loss pada seluruh skenario ............................111

Grafik 5.20 Perbandingan convergence time pada seluruh skenario ..................112

Page 20: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Routing protocol adalah kombinasi aturan dan prosedur yang memungkinkan

router bertukar informasi tentang perubahan jaringan satu sama lain dalam Sistem

Otonom. Protokol routing dinamis seperti RIP, OSPF, EIGRP, ISIS dan IGRP

melacak jalur menggunakan algoritme perutean untuk kinerja yang lebih baik.

(Kudtarkar, Sonkusare, & Ambawade, 2014)

Terdapat beberapa dynamic routing protocol yang dapat digunakan dalam

suatu jaringan, diantaranya adalah Open Short Path First (OSPF), Routing

Information Protocol (RIP), Intermediate System to Intermediate System (IS-IS)

dan Enhanced Interior Gateway Routing protocol (EIGRP). Setiap routing protocol

memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penentuan dan pemilihan

routing protocol tergantung pada beberapa parameter yang mempengaruhi kualitas

suatu jaringan. (Xu & Trajkovi, 2013)

Terdapat dua cara untuk mengonfigurasi router yaitu secara static (statis) dan

dynamic (dinamis). Router dapat di konfigurasi secara statis ketika ukuran jaringan

tidak terlalu besar karena penggunaan konfigurasi statis di situasi ini dapat

membuat router menghemat sumber daya dan konfigurasinya tergolong mudah.

Namun ketika jaringannya besar, penggunaan konfigurasi statis akan sangat sulit

bagi administrator karena penentuan jalur untuk berkomunikasi dengan router lain

harus dilakukan secara manual. Oleh karena itu, untuk jaringan dengan skala yang

besar dibutuhkanlah dynamic routing yang administrasinya lebih mudah. Namun

penggunaan konfigurasi dinamis dapat menyebabkan beban sumber daya router

semakin berat. (Vetriselvan, Patil, & Mahendran, 2014)

Saat ini internet sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari

kehidupan masyarakat. Penggunaan internet besar-besaran ini telah menyebabkan

peningkatan yang signifikan dalam jumlah pengguna internet yang menyebabkan

tekanan pada jaringan dan layanan internet. Selain itu, ini mempengaruhi kinerja

menjadi negatif, mengurangi kualitas layanan yang tersedia, dan mungkin

Page 21: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengancam kinerjanya dengan serius. Dengan semua tantangan itu, aplikasi real-

time seperti suara dan video menunjukkan masalah dalam kinerja ketika

menggunakan routing tradisional, karena harus menyediakan bandwidth yang

besar, routing yang cepat, serta kualitas layanan yang baik. (Albdoor & Kannan,

2017)

Salah satu cara mengatasi masalah ini maka dikembangkanlah teknologi

Multi-Protocol Label Switching (MPLS). Sejak ditemukan pada tahun 1997 oleh

IETF, MPLS telah berkembang luas dan telah digunakan oleh banyak kalangan

pada jaringan IPv4. Dengan mengusung teknologi tag-switching, MPLS mampu

menggabungkan keunggulan switching di layer 2 dan routing di layer 3. MPLS

menawarkan mekanisme pengiriman paket data yang sederhana dan cepat dengan

melakukan pembacaan label pada setiap paket data yang masuk. Pembacaan paket

hanya dilakukan pada saat masuk dan keluar pada jaringan MPLS. (Wijayanto,

2015)

Sebelumnya terdapat penelitian yang pernah dilakukan oleh Ammar Al

Mhdawi pada tahun 2016 yang berjudul A Design Analysis of MPLS VPN Core

Architecture and Network Downtime Impact., di mana penelitian tersebut bertujuan

untuk menganalisa performa jaringan antara MPLS VPN yang berada pada layer 2

dan layer 3. Terdapat juga penelitian yang ditulis oleh Iman pada tahun 2017

dengan judul Evaluasi Kinerja Routing Protocol RIPv2, OSPF, EIGRP, Dengan

BGP, di mana penelitian dilakukan untuk menguji performa internal dan external

routing protocol. Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Harits,

Rizal, dan Periyadi yang berjudul Performance Analysis of Frame Relay Network

Using OSPF (Open Shortest Path First) and MPLS (Multi-Protocol Label

Switching) based on GNS3, yang menguji performa Frame Relay terhadap OSPF

dan MPLS di GNS3.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis mengambil

judul penelitian “EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP,

DAN RIPv2 TERHADAP MPLS L3-VPN’’.

Page 22: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kinerja routing protocol OSPF, EIGRP, dan RIPv2 terhadap

MPLS L3VPN Backbone, dengan parameter ping response time, throughput, jitter,

packet loss, dan network convergence?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan masalah terhadap

masalah penelitian yang akan dilakukan, yakni:

Metodologi

1. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi literatur dan studi pustaka.

2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode simulasi.

Proses

Berikut ini adalah proses yang terdapat pada makalah, yaitu :

1. Penelitian ini menggunakan aplikasi emulasi jaringan GNS3.

2. Desain Topologi jaringan yang dirancang menggunakan 8 buah

router dan 2 buah PC.

3. Penelitian berisi tentang evaluasi kinerja routing protocol OSPF,

EIGRP, dan RIPv2 terhadap MPLS L3VPN Backbone.

4. Evaluasi kinerja jaringan dilakukan dengan membandingkan

throughput, jitter, packet loss, dan network convergence dari

masing-masing skenario routing protocol.

5. Protcol MPLS yang digunakan yaitu LDP(Label Delivery

Protocol)

6. Penelitian ini menggunakan metode simulasi dalam

pengembangannya.

Tools

Berikut ini adalah tool yang penulis pergunakan, yaitu :

1. Sistem Operasi host yang digunakan untuk simulasi adalah

Microsoft Windows 10 Pro 64bit Versi 1709 Build 16299.125.

Page 23: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Spesifikasi Hardware yang digunakan untuk simulasi adalah

laptop Asus A46CM dengan processor Intel Core i7-3517U

2.4GHz dan RAM sebesar 12GB.

3. Aplikasi network emulator yang digunakan adalah GNS3 versi

2.0.3 yang di integrasikan dengan GNS3 VM versi 0.10.14.

4. OS Router yang digunakan adalah CISCO IOU i86bi-linux-l3-

adventerprisek9-15.4.1T dengan RAM 256MB dan NVRAM

128KB.

5. Sistem Operasi untuk PC virtual yang digunakan adalah Windows

XP 32bit dengan 2 core processor, 1 GB RAM, dan Gigabit

Ethernet network adapter.

6. Aplikasi virtualisasi yang digunakan adalah VMware Workstation

12 Pro.

7. Aplikasi yang digunakan untuk evaluasi performa ping, troughput,

jitter, packet loss adalah iperf versi 3.1.3 dan Netio GUI versi

1.0.4.

8. Aplikasi yang digunakan untuk mengukur convegence time adalah

Wireshark versi 2.3.4.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah

mengevaluasi kinerja routing protocol OSPF, EIGRP DAN RIPV2 terhadap MPLS

L3VPN Backbone dengan parameter ping, troughput, jitter, packet loss, dan

convegence time untuk mengetahui routing protocol mana yang lebih baik terhadap

MPLS L3VPN Backbone.

Page 24: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Penulis

1. Menerapkan ilmu-ilmu yang sudah didapat saat perkuliahan.

2. Membantu Pemahaman tentang routing protocol.

3. Menambah pengalaman dan memperluas wawasan penulis tentang

jaringan.

4. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar S1 pada

Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Informatika

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4.2 Bagi Universitas

1. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dapat dijadikan untuk referensi penelitian untuk penelitian

berikutnya yang berhubungan dengan simulasi jaringan.

1.4.3 Bagi Masyarakat

1. Mengetahui kombinasi routing protocol mana yang lebih unggul

untuk digunakan dalam suatu kondisi.

2. Dapat dijadikan untuk referensi penelitian untuk penelitian

berikutnya yang berhubungan tentang network emulator, dan

dynamic routing protocol.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

a) Data Simulasi

b) Data Evaluasi

2. Data Sekunder

a) Studi Pustaka/Literatur

Page 25: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.5.2 Metode Simulasi

1. Problem Formulation

2. Conceptual Model

3. Input and Output Data

4. Modeling

5. Simulation

6. Verification and Validation

7. Experimentation

8. Output Analysis

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika yang dibuat pada tugas akhir ini akan dibagi dalam enam

bagian, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang penulisan,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat,

metode dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran

menyeluruh dari penulisan skripsi ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas mengenai berbagai teori dasar yang

mendasari analisis permasalahan yang berhubungan dengan

pembahasan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi pembahasan atau pemaparan metode penelitian yang

penulis pakai dalam pencarian data maupun metode simulasi yang

dilakukan pada penelitian.

Page 26: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV IMPLEMENTASI RANCANGAN SIMULASI

Bab ini membahas mengenai rancangan jaringan yang akan

digunakan, serta tahapan-tahapan analisa dan implementasi

jaringan routing protocol OSPF, EIGRP, RIPv2, BGP dan MPLS

L3VPN pada GNS3.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil dari simulasi yang telah

dilakukan yang kemudian di evaluasi oleh penulis.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini kesimpulan dari hasil pembahasan seluruh bab serta

saran-saran yang kiranya dapat diperhatikan serta

dipertimbangkan untuk pengembangan sistem dimasa mendatang.

Page 27: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk

menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu

keputusan.(Drs. Asrul, Rusydi Ananda, & Dra. Rosnita, 2014)

2.2 Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah dua atau lebih komputer yang terkoneksi

satu sama lain. Komputer dapat terhubung dengan menggunakan kabel atau

kabel telepon, atau dapat juga terhubung lewat wireless menggunakan

gelombang radio, lewat kabel fiber optik maupun, lewat sinyal infrared.

Ketika komputer dapat berkomunikasi, mereka dapat bekerja-sama dengan

berbagai macam cara. Bisa dengan cara membagi resources satu sama lain

dan membagi beban kerja dari suatu pekerjaan atau bertukar pesan.

(Sandberg, 2015)

2.3 Network Emulator

Network emulator merupakan perangkat lunak yang menjalankan

perangkat virtual yang sama persis dengan perangkat asli di dunia nyata.

Sistem Operasi dan images dari peralatan jaringan yang dijalankan secara

virtual oleh Network emulator sama dengan yang aslinya sehingga beban

mesin yang menjalankan emulator menjadi berat. Walaupun network

emulator menghabiskan resource komputer yang besar, Emulator dapat

mengemulasikan network yang lebih real dibandingkan network simulator.

Network emulator yang banyak digunakan untuk penelitian dan

pembelajaran saat ini ada empat yaitu GNS3, EVE-NG, VIRL, dan CML.

GNS3 dan EVE-NG merupakan network emulator yang bersifat gratis dan

open-source sedangkan VIRL dan CML merupakan network emulator yang

dikembangkan oleh cisco dan bersifat berbayar. Untuk VIRL harga lisensi

Page 28: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

per tahunnya dapat mencapai 199€ dan untuk CML 2.500$ per tahun.

(Pizzonia & Rimondini, 2014)

2.4 Perangkat Jaringan

Switch

Switch mirip seperti bridge yang bekerja di model OSI layer.

Namun beberapa tipe switch dapat bekerja pada layer yang lebih

tinggi. Jika switch dapat bekerja pada berbagai layer, switch itu

dinamakan multilayer switch. Switch digunakan untuk

Gambar 2.1 Switch

menyambungkan beberapa komputer ke dalam sebuah local area

network (LAN). Model switch yang paling simple dan banyak

digunakan di dunia networking adalah basic switch. Tipe switch ini

pada dasarnya adalah multiport bridge. Tipe ini digunakan untuk

menyambungkan beberapa perangkat jaringan seperti komputer untuk

membentuk sebuah LAN. Basic switch disebut juga sebagai multiport

bridge karena seperti halnya bridge, tipe ini dapat membagi network

ke dalam beberapa collision domain. Perbedaan terbesar antara basic

switch dan multipoint bridge adalah switch pada dasarnya memiliki

collision domain nya sendiri. Setiap dua perangkat yang terhubung

bersama lewat sebuah switch maka sebuah collision domain akan

terbentuk khusus untuk hubungan kedua perangkat tersebut. Collision

domain ini dapat beralih dan berubah sesuai dengan kebutuhan untuk

membangun hubungan atau memutuskan hubungan antara port sesuai

Page 29: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan kebutuhan komunikasi dalam jaringan lewat switch. (Pintello,

2013)

Router

router adalah perangkat jaringan yang digunakan untuk

memindahkan paket data antara network yang besar. Untuk

melakukan hal itu, router harus membaca arah ke mana data ditujukan

secara pintar dan dari mana data tersebut berasal. Informasi tersebut

dapat membuat router bisa mengirim paket data menuju

pemberhentian berikutnya untuk kemudian diteruskan ke tujuannya.

Router menggunakan berbagai jenis routing protocol untuk

memenuhi tugasnya. Router bekerja terutama pada layer 3 dan layer

4 di model OSI.

Seperti halnya switch, router juga membutuhkan interface nya

terkonfigurasi. Beberapa router baru memiliki GUI atau graphic user

interface namun router secara mayoritas hanya memiliki CLI atau

command line interface saja. Metode utama untuk konfigurasi atau

memprogram router adalah menggunakan CLI. Terdapat lebih banyak

perintah CLI yang ada di router bila dibandingkan dengan switch. Hal

ini dikarenakan router memiliki tugas yang lebih kompleks bila

dibandingkan dengan router.

Di dalam router terdapat sebuah tabel yang dinamakan routing

tables. Routing tables adalah tabel yang digunakan oleh router untuk

memilih jalur terbaik untuk mengirimkan paket ke tujuannya. Sesuai

dengan namanya, routing tables berisi IP address dari network yang

telah dikonfigurasikan di setiap interface yang terhubung. Untuk

mengirimkan paket ke tujuan yang tepat, router melihat routing table

terleb ih dahulu, lalu memutuskan interface mana yang terhubung ke

next hop yang menuju ke tujuan akhir paket lalu mengarahkan paket

tersebut ke interface yang tepat. (Pintello, 2013)

Page 30: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.2 Router yang tersusun di rak

2.5 Referensi Model Layer Jaringan Komputer

Referensi Model Layer Jaringan Komputer adalah bentuk blueprint

konseptual yang menunjukkan bagaimana sebuah komunikasi komputer

terjadi. Model ini berisikan seluruh proses yang dibutuhkan untuk

komunikasi yang efektif dan membaginya ke dalam grup secara logis yang

kemudian disebut dengan layer. Sistem model secara hierarkis ini disebut

juga dengan layered architecture. Kelebihan dari penggunaan referensi

model layer jaringan komputer adalah sebagai berikut :

1. Membagi proses komunikasi jaringan ke komponen yang lebih

simple dan kecil, sehingga dapat membantu pengembangan,

desain, dan penyelesaian masalah.

2. Dapat membuat vendor yang berbeda-beda mengembangkan alat

jaringan yang bisa saling berkomunikasi lewat standarisasi

komponen jaringan.

3. Dapat membuat berbagai tipe perangkat jaringan dan perangkat

lunak berkomunikasi dengan peraturan yang sama.

Page 31: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terdapat dua jenis referensi model yang digunakan pada saat ini

yaitu adalah model OSI dan model TCP/IP. (Lammle, 2016)

Model OSI

Model OSI dibuat oleh ISO pada tahun 1970 untuk menciptakan

sebuah standar di mana semua vendor dapat membuat perangkat lunak atau

keras yang dapat berkomunikasi satu sama lain walaupun berbeda vendor.

Model OSI merupakan logical model, bukan physical. Model ini

hanya dikhususkan sebagai petunjuk agar pengembang dapat membuat dan

mengimplementasikan aplikasi untuk berjalan di jaringan. Model ini juga

menyediakan framework untuk membuat dan mengimplementasikan standar

jaringan, perangkat, skema interkoneksi.

Model OSI memiliki 7 lapisan yang berbeda yang dibagi menjadi 2

grup. Layer 7, 6, dan 5 disebut juga dengan layer atas yang berfungsi untuk

memberikan definisi bagaimana aplikasi di dalam dapat berkomunikasi satu

sama lain. Lalu empat lapisan sisanya dinamakan dengan lapisan bawah yang

berfungsi untuk memberikan definisi bagaimana data dikirimkan dari ujung

ke ujung. (Lammle, 2016)

Berikut adalah 7 lapisan model OSI beserta fungsinya :

Tabel 2.1 OSI layer dan fungsinya

No.

Layer Nama Layer Fungsi Layer

7 Application - Menyediakan user interface.

6 Presentation - Menyajikan data.

- Menangani proses enkripsi.

5 Session - Memisahkan data dari aplikasi yang berbeda.

4 Transport

- Menyediakan metode pengiriman data

- Melakukan perbaikan kesalahan sebelum

pengiriman ulang.

3 Network - Menyediakan logical addressing yang digunakan

router untuk pemilihan jalur.

Page 32: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Data Link

- Menggabungkan paket ke dalam bytes dan bytes ke

frames.

- Menyediakan akses ke media menggunakan MAC

address.

1 Physical

- Mengirimkan bits data antara perangkat

- Menentukan tegangan, kecepatan kabel, dan pinout

dari kabel

Model TCP/IP

TCP pertama kali muncul kembali pada tahun 1973, dan pada tahun

1978, terbagi menjadi dua protokol yang berbeda: TCP dan IP. Kemudian,

pada tahun 1983, TCP / IP menggantikan Network Control Protocol (NCP)

dan diberi otorisasi sebagai sarana transportasi data resmi untuk segala hal

yang berhubungan dengan ARPAnet, leluhur Internet. (Lammle, 2016)

Model TCP/IP pada dasarnya adalah versi ringkas dari model OSI.

Model OSI memiliki 7 lapisan sedangkan model TCP/IP hanya memiliki 5

lapisan. Berikut adalah perbandingan antara Model TCP/IP dan Model OSI :

Gambar 2.3 Perbandingan Model TCP/IP dan OSI (Kiri TCP/IP, Kanan OSI)

2.6 Protokol TCP

Transmission control protocol (TCP) adalah salah satu protokol yang

ada di lapisan transport model OSI atau model TCP/IP. TCP merupakan

connection-oriented protocol yang berarti koneksi yang dapat diandalkan.

Page 33: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Di dalam jaringan, frame bertukar di lapisan data link (Layer 2), paket

IP bertukar pada network layer, dan segmen TCP bertukar pada transport

layer (Layer 4).

Ketika modul TCP pengirim menerima data dari application layer,

modul TCP kemudian melakukan enkapsulasi data ke dalam bentuk segmen

TCP. Sebelum modul TCP pengirim mengirim segmen TCP ke modul IP,

modul TCP pengirim menukarkan TCP control segment dengan modul TCP

penerima untuk membangun sesi TCP. Setelah sesi TCP terbangun, modul

TCP pengirim dan penerima mulai bertukar segmen TCP. Modul TCP akan

terus bertukar TCP control segment hingga sesi TCP berakhir. Pertukaran

segment control ini berarti komunikasi TCP dapat diandalkan dan merupakan

connection-oriented.

TCP juga mengkompensasi unreliability pada layer 2 dan layer 3.

Frames dan paket dapat hilang dikarenakan kepadatan jaringan, tapi

teknologi layer 2 dan layer 3 tidak dapat mendeteksi frame yang hilang atau

Packet loss. Akan tetapi, TCP didesain untuk mendeteksi frame dan packet

loss serta melakukan transmisi ulang untuk menjamin pesan tersampaikan.

Hal ini dimungkinkan lewat proses enkapsulasi. frame pada layer 2

dienkapsulasi ke dalam paket IP sebagai payload untuk kemudian

dienkapsulasi ke dalam segmen TCP sebagai payload. (Jiang, 2016)

Proses Pembangunan Sesi TCP

Ketika komputer ingin berkomunikasi dengan komputer

lainnya lewat TCP. Komputer harus memulai proses three-way

handshake untuk membangun sesi TCP. Berikut adalah langkah

membangun sesi TCP antara 2 komputer : (Jiang, 2016)

1. Modul TCP komputer A mengirim segmen SYN ke modul TCP

komputer B untuk memohon pembangunan sesi TCP. Koneksi

TCP ini akan memungkinkan komputer A untuk mengirim control

data ke komputer B

Page 34: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Modul TCP komputer B mengirim segmen SYN+ACK ke

komputer A. Segmen ini berisi acknowledgement atau tanda setuju

dari permintaan komputer A serta permintaan pembangunan sesi

TCP dari komputer B ke komputer A.

3. Modul TCP komputer A mengirim segmen ACK ke komputer B

untuk mengkonfirmasi pembuatan koneksi sesi TCP ke dua.

Gambar 2.4 Sesi TCP yang dibentuk dari three-way handshake

Proses Terminasi Sesi TCP

Setelah sesi TCP telah dibuat lewat three-way handshake,

komputer A dan komputer B mulai bertukar segmen TCP dan kontrol

segmen TCP. Ketika segmen TCP telah selesai, Komputer A dan B

akan bertukar segmen FIN dan ACK untuk menghentikan sesi TCP.

Proses ini dilakukan lewat proses four-way handshake. Berikut adalah

proses terminasi sesi TCP : (Jiang, 2016)

1. Komputer A mengirim segmen FIN ke komputer B untuk meminta

terminasi terhadap koneksi TCP

2. Komputer B membalas dengan segmen ACK untuk menerima

permintaan dari komputer A dan menghentikan sesi TCP

3. Ketika komputer A menerima segmen ACK, Komputer A

menghentikan koneksi

Page 35: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Proses ini dilakukan lagi dari Komputer B ke Komputer A. Perlu

dicatat bahwa proses ini merupakan proses yang terpisah karena

ada dua koneksi TCP yang berbeda.

Gambar 2.5 Proses terminasi sesi TCP

Struktur Segmen TCP

Gambar 2.6 Struktur Segmen TCP

1. Source Port

Source port menunjukkan modul aplikasi yang mengeluarkan dan

mengirim TCP segment payload.

2. Destination port

Destination port menunjukkan modul aplikasi yang menerima

payload dari segmen TCP.

Page 36: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Sequence Number

Sequence Number memiliki singkatan yaitu SeqNo. SeqNo

menunjukkan nomor sequence pada segmen TCP. Berdasarkan

SeqNo, penerima dapat menentukan apakah segmen diterima

berkali-kali atau hilang.

4. Acknowledgement Number

Acknowledgement number memiliki singkatan yaitu AckNo. Nilai

dari AckNo adalah oktet TCP yang

5. Header Length

Header length menunjukkan panjang dari TCP segment header.

panjang header bervariasi, namun panjang header harus kelipatan

dari 4.

6. Flag

Flag memiliki panjang 6 bit, setiap bit memiliki nama dan artinya

masing-masing. Contoh flag adalah URG, SYN, PSH, RST, ACK,

dan FIN.

7. Checksum

Checksum berfungsi untuk pengecekan kesalahan pada header dan

data

8. Urgent

Urgent merupakan area yang valid jika urgent pointer di dalam bit

kode telah diatur. Jika kondisinya seperti itu, maka urgent

menunjukkan offset dari sequence number

9. Option

Nilai dari option Mungkin 0, artinya tidak ada pilihan yang harus

hadir, atau kelipatan 32 bit. Namun, jika ada opsi yang digunakan

yang tidak menyebabkan bidang opsi menjadi total kelipatan 32

bit.

10. Data

Data merupakan data yang didapat dari layer yang lebih atas dari

transport layer. (Lammle, 2016)

Page 37: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Protokol UDP

User datagram protokol (UDP) adalah protokol connectionless yang

disediakan oleh layer 4. Pada komunikasi jaringan, keandalan dan efisiensi

transmisi informasi bertentangan satu sama lain. Terkadang, tingkat

keandalan naik dengan harga berkurangnya efisiensi dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, acknowledgement dan retransmission meningkatkan

keandalan, namun mengurangi efisiensi. Dengan semakin berkembangnya

teknologi jaringan, media transmisi menyediakan kecepatan yang lebih

tinggi, kemampuan anti gangguan, sehingga koneksi jaringan menjadi lebih

andal. Terdapat sedikit kemungkinan untuk terjadi kesalahan. Sebagai

tambahan, untuk beberapa aplikasi, tingkat keandalan transmisi yang rendah

masih bisa di toleransi. Sebagai contoh, pengguna dapat mendeteksi atau

mengetahui ketika ada sedikit data yang hilang pada saat transfer video,

namun tidak dapat toleransi waktu untuk retransmission atau pengiriman

ulang. Berikut adalah gambar struktur datagram UDP :

Gambar 2.7 Struktur Datagram UDP

UDP dibangun untuk digunakan pada aplikasi yang sensitif dengan

waktu. Untuk jenis aplikasi ini, dropping packet lebih baik dibandingkan

dengan menunggu paket yang tertunda.

Gambar 2.7 menunjukkan struktur dari datagram UDP. Source dan

destination port di header UDP sama dengan yang ada di segmen TCP.

Header UDP tidak memiliki sequence number seperti TCP.

Page 38: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Karena UDP merupakan protokol yang connectionless, datagram

UDP tidak diklasifikasikan ke dalam paket data dan paket kontrol. Modul

UDP dari pengirim dan penerima tidak membangun sesi UDP maupun

melakukan acknowledgement dan retransmission. Modul UDP pengirim

mengenkapsulasi data yang akan dikirimkan menggunakan lapisan aplikasi

ke dalam datagram UDP dan mengirimkan datagram UDP tersebut ke modul

IP. Modul UDP penerima mengekstrak payload dari datagram UDP dan

mengirim payload tersebut ke modul aplikasi berdasarkan destinasi port nya.

UDP tidak menyelesaikan masalah packet loss, repetition, delay, atau

sequencing error. Karena keandalan datagram UDP di jamin oleh layer

aplikasi. Jika sebuah aplikasi membutuhkan tingkat keandalan transmisi yang

tinggi, programnya sendiri yang akan menyediakan acknowledgement dan

retransmission.

Internet engineering task force (IETF) telah menentukan aplikasi apa

yang menggunakan TCP dan aplikasi apa yang harus menggunakan UDP,

aplikasi apa yang menggunakan keduanya, dan aplikasi apa yang tidak bisa

menggunakan TCP dan UDP. (Jiang, 2016)

2.8 IP versi 4

IP merupakan singkatan dari internet protocol. IP pertama kali di

perkenalkan pada tahun 1981 oleh Internet Engineering Task Force (IETF).

Protokol inti ini mendeskripsikan, menjelaskan, dan mengkodekan format

dari paket IP yang digunakan pada jaringan komputer. Namun, ketika kita

menggunakan istilah “IP”, kita biasanya memaksudkan ke internet protocol

file nya sendiri.

IP merupakan bagian dari layer network pada model TCP/IP. Selain

IP terdapat juga protokol lain seperti ICMP, IGMP, dan ARP di layer

network. IP sendiri memiliki versi yang berbeda-beda. Yang paling penting

adalah IPv4 dan IPv6. Saat ini, hampir seluruh paket IP yang di transmisikan

lewat internet adalah paket IPv4.

Page 39: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perangkat pada jaringan global tidak dapat menggunakan MAC

address untuk berkomunikasi satu sama lain. Untuk melakukan itu, setiap

perangkat harus mengetahui semua MAC address yang digunakan pada

jaringan, dan itu tidak mungkin.

Oleh karena itu, perangkat berkomunikasi satu sama lain

menggunakan alamat IP atau IP address. Mirip dengan nomor telepon yang

berisi kode negara dan kode kota dari daerah tertentu. IP address

menunjukkan lokasi fisik dari sebuah perangkat di jaringan. (Jiang, 2016)

2.8.1 IPv4 Addressing

Jika sebuah perangkat ingin berkomunikasi menggunakan

TCP/IP, perangkat tersebut membutuhkan IP address. Ketika

perangkat memiliki IP address serta software dan hardware yang

tepat, perangkat dapat mengirim dan menerima paket IP. setiap

perangkat yang setidaknya memiliki satu interface dengan IP address

dapat mengirim dan menerima paket IP dan dinamakan sebagai IP

host.

IP address terdiri dari 32-bit angka, biasanya ditulis dengan

notasi titik desimal atau dotted-decimal notation (DDN). Bagian

desimal merupakan istilah yang muncul dari fakta bahwa setiap byte

(8bit) dari 32-bit IP address di tunjukkan sebagai desimal setaranya.

Keempat desimal tersebut menghasilkan angka desimal yang

dituliskan dalam urutan dengan lambang titik atau titik desimal. Setiap

desimal dipisahkan dengan titik seperti contoh 168.1.1.1; IP tersebut

ditulis menggunakan bentuk desimal.

Setiap DDN memiliki empat desimal oktet, yang dipisahkan

dengan titik. Istilah oktet hanyalah istilah netral dari vendor untuk

istilah byte. Karena setiap oktet merepresentasikan 8-bit nomor

binary. Jarak angka desimal di setiap oktet adalah 0 sampai 250.

(Odom, 2016)

Page 40: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.2 Kelas IPv4

IANA (Internet Assigned Numbers Authority) meregistrasi

beberapa kelas network address yang berbeda. Perbedaan dapat di

lihat di subnet mask. Subnet mask merupakan bit yang digunakan

untuk merepresentasikan jaringan dan host. Berikut adalah tabel

singkat dari Kelas yang ada :

Tabel 2.2 Tabel IPv4 Kelas A, B dan C

Class A Class B Class C

Network 8 16 24

Host Address Bits 24 16 8

Subnet Mask 255.0.0.0 255.255.0.0 255.255.255.0

First Byte Value 0 - 127 128 - 191 192 – 223

Number of Hosts 16.777.214 65.534 254

Ide dibalik perbedaan kelas adalah untuk membuat jaringan

dengan besar yang bervariasi sehingga cocok digunakan untuk

organisasi dan aplikasi yang berbeda. Sebuah gedung perusahaan

yang memiliki jaringan yang relatif kecil dapat menggunakan alamat

IPv4 kelas C, karena jenis alamat ini hanya memiliki 8 bit host, dan

mendukung hingga 254 network, lalu untuk organisasi yang lebih

besar bisa menggunakan kelas B atau Kelas A dengan 16 atau 24 bit

host dan membuat subnet dari IP tersebut. Subnet dapat dibuat dengan

“meminjam” beberapa bit host dan menggunakannya untuk membuat

pengidentifikasi sub jaringan khususnya jaringan dalam jaringan.

Untuk jaringan privat, terdapat range IP address khusus yang

dapat digunakan. IP address ini disebut juga dengan IP private.

Berikut adalah range IP private yang ada di setiap Kelas :

• Kelas A 10.0.0.0 sampai 10.255.255.255

• Kelas B 172.16.0.0 sampai 172.31.255.255

Page 41: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

• Kelas C 192.168.0.0 sampai 192.168.255.255

IP yang tidak terdaftar di IP private adalah IP publik. IP publik

digunakan untuk koneksi ke internet. IP publik biasanya di sediakan

oleh ISP. (Sandberg, 2015)

2.8.3 IPv4 Subnetting

Skema pengalamatan alamat IP memberikan solusi untuk

proses pengalamatan ribuan jaringan, walaupun begitu masalah masih

tetap ada. Orang yang mendesain IP tidak membayangkan internet

akan tumbuh sangat besar sehingga waktu itu pembuatnya

menggunakan alamat 32 bit. Untuk menyelesaikan masalah ini dan

untuk membuat sejumlah besar alamat jaringan baru, terdapat cara lain

dengan membagi alamat 32 bit dan dinamakan dengan subnetting.

Subnetting merupakan proses pembagian alamat jaringan ke jaringan

yang lebih kecil.

Ketika dihadapkan dengan pilihan antara untuk menggunakan

atau tidak menggunakan subnetting, Anda harus mengingat beberapa

keuntungan subnetting. Berikut adalah keuntungan subnetting :

1. Meminimalkan traffic jaringan, mengurangi kepadatan karena

router menyaring traffic berdasarkan alamat jaringan, sehingga

traffic lokal tetap berada di jaringan lokal.

2. Mengisolasi jaringan dari jaringan lainnya, sehingga

membutuhkan router untuk menyediakan konektivitas antara

subnet.

3. Meningkatkan performa dengan mengurangi traffic di segmen

jaringan, khususnya di jaringan ethernet di mana collision menjadi

masalah.

4. Menetapkan batasan dari broadcast domain karena router tidak

meneruskan broadcast packet.

Page 42: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Mengoptimalkan penggunaan alamat IP dengan menentukan

jumlah host per jaringan.

6. Meningkatkan kemampuan untuk mengamankan jaringan lewat

segmentasi yang hati-hati dan memasang firewall di antara sub

jaringan. (Lammle, 2016)

2.9 Routing Protocol

Routing protocol adalah suatu aturan atau bahasa yang digunakan oleh

perangkat elektronik untuk berkomunikasi maupun saling berbagi informasi.

Dalam jaringan komputer, perangkat elektronik yang dimaksud adalah router.

Berdasarkan dimana routing protocol digunakan, maka routing

protocol dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : Interior Gateway Protocol (IGP)

yang digunakan oleh router untuk berhubungan dengan router lain di dalam

sebuah Autonomous System dan Exterior Gateway Protocol (EGP) yang

digunakan untuk menghubungkan Autonomous Sytem yang satu dengan

Autonomous System yang lain. (Jostein, Najoan, & Manembu, 2015)

Proses routing merupakan fungsi utama dari layer 3 pada model OSI.

Pada model TCP/IP, routing dilakukan pada internet layer. Routing berguna

untuk menyambungkan jaringan kecil menjadi jaringan besar. Routing

protocol berguna untuk mengontrol aliran data antara jaringan kecil untuk

menghindari kemacetan pada link. Router berfungsi sebagai titik masuk dan

keluar data dari jaringan kecil yang saling bertetangga. Fungsi utama dari

router adalah untuk mencari jalur terbaik antara dua atau lebih node yang

berada di jaringan yang berbeda tapi terhubung. Jalur terbaik yang dipilih bisa

saja berdasarkan waktu minimum transit, jumlah hop tersedikit, tingkat

kepadatan lalu lintas data, atau alat ukur lain yang digunakan oleh routing

protocol tertentu. (Misra & Goswani, 2017)

Proses routing terjadi ketika router atau perangkat layer 3 lainnya

(contoh, multilayer switch) membuat forwarding decicision berdasarkan

informasi alamat jaringan (layer 3 information).

Page 43: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebuah router dapat mengetahui bagaimana untuk mencapai sebuah

jaringan dengan cara memiliki satu interface yang secara langsung terhubung

dengan jaringan. Anda bisa saja mengonfigurasi router secara statis untuk

memberitahukan router bagaimana cara mencapai sebuah jaringan, namun

untuk perusahaan yang besar, penggunaan routing statis tidak cocok karena

skalanya yang besar. Oleh karena itu dynamic routing protocol biasanya

digunakan di perusahaan besar. Dynamic routing protocol membuat router

dapat terkonfigurasi untuk bertukar informasi jalur dan memperbarui

informasi berdasarkan perubahan kondisi jaringan. (Wallace, 2015)

Terdapat dua jenis routing protocol yang digunakan di dalam

jaringan, yaitu IGP (Interior Gateway Protocol) dan EGP (Exterior Gateway

Protocol). IGP digunakan untuk bertukar informasi routing dengan router

yang berada di dalam autonomous system (AS) yang sama. Sebuah AS bisa

jadi sebuah jaringan tunggal atau kumpulan jaringan yang berdiri dengan

administrative domain yang sama, yang berarti semua router yang berbagi

informasi routing table yang sama berada di AS yang sama. EGP digunakan

untuk komunikasi antara AS. Contoh routing protocol EGP adalah BGP

(Border Gateway Protocol).

Routing protocol memiliki tiga kelas yaitu :

1. Distance Vector

Distance-vector protocol digunakan untuk mencari jalur terbaik

menuju tujuan dengan cara menghitung dari jaraknya. Pada proses

routing menggunakan RIP, setiap paket dikirim melewati sebuah

router disebut dengan hop, dan rute yang memiliki jumlah hop

paling sedikit menuju tujuan akan dipilih sebagai jalur terbaik.

Vektor menunjukkan arah menuju jaringan yang dituju. RIP

merupakan distance-vector routing protocol dan secara periodik

mengirim seluruh routing table ke router yang secara langsung

terhubung.

Page 44: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Link State

Link-state protocol biasa juga disebut shortest-path-first (SPF)

protocol. Pada kelas jenis ini, setiap router membuat tiga tabel

yang terpisah. Tabel pertama digunakan untuk melacak tetangga

yang terhubung langsung. Tabel kedua digunakan untuk

menentukan topologi dari seluruh jaringan. Tabel ketiga

digunakan untuk routing table. Router yang menggunakan link-

state tahu lebih banyak informasi tentang jaringan dari pada semua

router yang menggunakan distance-vector. OSPF merupakan

routing protocol yang menggunakan link-state secara penuh.

Routing table yang ada pada link-state tidak bertukar secara

periodik. Sebagai gantinya, pembaruan dilakukan hanya ketika

ada perubahan pada link-state information. Link-state secara

periodik mengirim sinyal keepalive dalam bentuk hello message,

yang ditukarkan antara tetangga yang terhubung secara langsung

untuk membangun dan memelihara hubungan tetangga.

3. Advanced Distance Vector

Advanced distance-vector atau biasa juga disebut dengan hybrid

routing protocol menggunakan aspek yang ada di distance-vetcor

dan link-state. EIGRP merupakan contoh routing protocol yang

menggunakan advanced distance-vector. EIGRP bertindak seperti

link-state karena menggunakan protokol halo untuk menemukan

tetangga dan membuat hubungan tetangga, dan juga hanya

pembaruan sebagian yang dikirim ketika perubahan terjadi.

Namun, EIGRP masih menggunakan prinsip distance-vector

karena seluruh informasi tentang jaringan didapatkan dari tetangga

yang terhubung secara langsung.

Tidak ada seperangkat peraturan untuk diikuti yang mendikte secara

jelas tentang bagaimana mengonfigurasi routing protocol untuk setiap situasi.

Hal tersebut merupakan tugas yang harus dilakukan berdasarkan kasus per

Page 45: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kasus, dengan memperhatikan kebutuhan spesifik masing-masing. (Lammle,

2016)

2.10 Administrative Distance (AD)

Administrative distance digunakan untuk menilai tingkat kepercayaan

dari routing information yang diterima router oleh dari router tetangga.

Administrative distance memiliki nilai integer mulai dari 0 sampa 255, di

mana 0 memiliki tingkat kepercayaan tertinggi dan 255 berarti tidak ada

traffic yang akan dilakukan lewat jalur ini.

Jika sebuah router menerima pembaruan dua daftar yang berisi

remote network yang sama, pertama router akan mengecek nilai AD. Jika

salah satu dari dua daftar itu memiliki nilai AD yang lebih kecil dari yang

satunya, maka jalur yang memiliki AD terkecil akan dipilih dan dimasukkan

ke routing table.

Jika kedua daftar pembaruan memiliki nilai AD yang sama, maka

parameter routing protocol seperti jumlah hop dan bandwidth akan

digunakan untuk mencari jalur terbaik menuju remote network. Rute yang

memiliki nilai AD terkecil akan dimasukkan ke routing table, namun jika

kedua rute memiliki AD dan parameter routing protocol yang sama, maka

routing protocol akan melakukan load-balance yang berarti protokol akan

mengirim data ke setiap rute. Berikut adalah tabel default administrative

distance yang router Cisco gunakan untuk menentukan rute mana yang akan

digunakan.

Tabel 2.3 Default Administrative Distance

Sumber Rute Default AD

Connected Interface 0

Static Route 1

External BGP 20

EIGRP 90

OSPF 110

RIP 120

Page 46: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

External EIGRP 170

Internal BGP 200

Unknown 255

Jika sebuah jaringan terhubung secara langsung, maka router akan

terus menggunakan interface yang terhubung dengan jaringan. Jika router

dikonfigurasi secara statis maka router akan lebih mempercayai rute tersebut

dibandingkan dengan rute lain yang dipelajari oleh router tersebut. AD dari

rute statis dapat di rubah, namun secara default rute statis memiliki nilai AD

1. (Lammle, 2016)

2.11 Routing Information Protocol (RIP)

Routing Information Protocol (RIP) merupakan protokol distance

vector yang menggunakan hitungan lompatan dalam pengukurannya. RIP

akan mengirimkan pesan routing-update pada interval tertentu secara reguler

termasuk perubahan-perubahan pada entrinya, sehingga tabel routing-nya

akan selalu ter-update. Router RIP akan selalu mempertahankan rute yang

terbaik melalui nilai perhitungan terkecil menuju ke tujuannya. Setelah

melakukan update pada tabel routing, router tersebut akan segera memulai

transmisi updating ke seluruh router jaringan. Update ini sama sekali tidak

tergantung dengan update yang secara reguler dilakukan. RIP bekerja

menggunakan algoritma Bellman-Ford. RIP mengevaluasi jalur terbaik

antara host ke tujuan dengan menggunakan metodologi hop count. Hop count

dibatasi sampai 15 hop. (Musril, 2015)

RIP menggunakan UDP untuk pertukaran informasi pembaruan di

antara router. Format pesan RIPv1 dan RIPv2 bentuknya berbeda. Satu

datagram RIP dapat membawa informasi hingga 25 entri dari routing table.

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9, besar dari datagram UDP ada 512

bytes, 8 bytes digunakan oleh UDP header dan 504 bytes sisanya dapat

digunakan oleh RIP.

Page 47: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.8 Datagram UDP untuk pesan RIP

Gambar 2.9 Header RIP

Format dari RIP header tetap sama di RIP versi 2. Di RIPv2, RIP message

terdiri dari 2 byte address family identifier yang diikuti dengan 2 byte route tag lalu

diikuti dengan 4 byte IP address, 4 byte subnet mask, 4 byte next hop dan 4 byte

metric. Format pesan RIPv2 ditunjukkan pada Gambar 2.10. Bagian route tag

digunakan untuk mendukung berbagai routing protocol dan untuk membedakan

antara RIP dengan protokol lainnya. Subnet mask berfungsi untuk pengalamatan

tanpa kelas atau classless addressing.

Gambar 2.10 Format pesan RIPv1

Gambar 2.11 Format Pesan RIPv2

Ketika router membroadcast seluruh routing table miliknya ke semua

tetangga setiap 30 detik, proses ini membuat network congestion atau

kepadatan jaringan dan konsumsi bandwidth sehingga menyebabkan

penundaan sebanyak 30 detik hingga jaringan bersatu karena pembaruan rute.

Jika jaringan memiliki link yang tidak stabil, penyatuan jaringan menjadi

sangat sulit. Terlebih lagi, hal ini juga menyebabkan pengiriman paket ke link

yang tidak tersedia, sehingga menyebabkan data hilang.

Page 48: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.12 Contoh jaringan dari router

Protokol ini memiliki mekanisme loop detection dengan

menggunakan hop count dan membuang paket yang sudah melewati 15 hop.

Namun protokol tidak memiliki mekanisme untuk menghindari routing loop.

(Misra & Goswani, 2017)

2.12 Open Shortest Path First (OSPF)

OSPF merupakan open standard routing protocol yang hanya

mendukung IP routing dan menyatu dengan cepat bahkan di jaringan yang

besar. Protokol ini mendukung classless IP addressing, VLSM (variable

length subnet mask), dan multicasting. Protokol ini dapat memilih equal-cost

path antara sumber dan tujuan dan dapat melakukan load balancing dengan

cara mendistribusikan traffic melewati equal-cost path. Parameter dari rute

mengacu kepada harga dari jalur dan bisa juga berdasarkan dari parameter

tunggal atau kombinasi parameter seperti delay dan throughput. Sebuah

router dapat memiliki beberapa routing table di dalamnya, setiap routing

table berdasarkan parameter yang berbeda. Parameter default yang digunakan

protokol ini adalah bandwidth. Rumus dari parameter tersebut adalah (cost =

100.000 kbps / link speed ) di mana nilai dari numerator dapat di konfigurasi.

Pada OSPF, area adalah pengelompokan router, link, dan jaringan

OSPF yang terkait. Setiap area dibedakan secara unik dengan area ID sebesar

32 bit. Area 0 merepresentasikan area backbone. Area backbone harus

Page 49: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berdampingan karena tidak boleh ada backbone terpisah di dalam AS dengan

area ID yang sama. Ketika router berada di dua area yang terpisah, setiap link

di OSPF hanya akan menjadi milik salah satu dari area tersebut.

Sebagai identifikasi unik dari router, sebuah router diberikan router

ID (RID) sebesar 32 bit, yang berbeda dengan alamat IP. Walaupun begitu,

karena IP address dari router juga unik, banyak implementasi dari OSPF

yang menggunakan IP address dari salah satu interface milik router tersebut.

Misalnya, IP address tertinggi atau terendah, untuk membuat RID.

Berdasarkan pada hubungan dari router di dalam area yang

digambarkan pada gambar 2.13 berikut adalah jenis router yang telah di

definisikan di OSPF :

Gambar 2.13 Router OSPF dan areanya

1. Internal router

Seluruh interface dari router ini ada di area yang sama. Internal

router bisa saja terhubung satu sama lain atau terhubung ke area

perbatasan router

2. Backbone router

Backbone router merupakan router yang interface nya ada di area

backbone, atau area 0.

3. Area border router (ABR)

Router jenis ini terhubung ke 2 atau lebih area. Router minimal

memiliki dua interface berbeda yang terhubung ke dua area yang

Page 50: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berbeda. Ada informasi yang mengalir di sebuah area. ABR

mendapatkan rentang alamat yang ada di area dari aliran dan

meneruskannya ke area lain.

4. Autonomous system border

Router jenis ini terhubung ke AS di mana mereka merupakan

anggota dari AS lain. Salah satu interface dari router seperti itu

secara umum berada di backbone. (Misra & Goswani, 2017)

OSPF menggunakan metric atau alat ukur yang disebut juga sebagai

cost. Cost berhubungan dengan semua outgoing interface termasuk di dalam

sebuah SPF tree. Cost dari seluruh jalur adalah jumlah dari cost outgoing

interface di sepanjang jalur. Karena cost adalah nilai acak sesuai dengan yang

sudah didefinisikan di RFC 2338, Cisco harus mengimplementasikan

metodenya sendiri untuk menghitung jumlah cost di setiap interface yang

OSPF nya aktif. Cisco menggunakan persamaan sederhana yaitu

108/bandwidth, di mana bandwidth adalah bandwidth yang telah

terkonfigurasi di interface. Menggunakan peraturan ini, sebuah interface

dengan bandwidth 100Mbps akan memiliki default OSPF cost sebesar 1.

Nilai cost dapat diganti secara manual. Nilai yang dapat digunakan berkisar

dari 1 sampai 65535. (Lammle, 2016)

Operasi OSPF dibagi menjadi tiga, yaitu :

Neighbor and Adjacency Initialization

Permulaan dari tahap pembentukan neighbor/adjacency

merupakan bagian besar dari operasi OSPF. Ketika OSPF telah

diinisialisasi pada router, router tersebut kemudian mengalokasikan

memory untuk itu, dan juga untuk maintenance dari kedua neighbor

dan topology table. Ketika router telah menentukan interface mana

yang telah dikonfigurasi untuk OSPF, maka router akan memastikan

apakah status interface nya aktif dan mulai mengirim paket Hello

seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.14. Protokol Hello digunakan

Page 51: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk menemukan neighbor, membangun adjcency, dan menjaga

hubungan antara router OSPF.

Alamat yang digunakan untuk proses ini adalah 224.0.0.5, dan

frekuensi paket Hello dikirimkan bergantung pada jenis jaringan dan

topologi. Broadcast network dan point-to-point network mengirimkan

paket ini setiap 10 detik, dan non-broadcast network dan point-to-

multipoint network mengirimkan paket ini setiap 30 detik. (Lammle,

2016)

Gambar 2.14 Protokol Hello

LSA Flooding

Link state advertisement (LSA) flooding merupakan metode

yang OSPF gunakan untuk berbagi informasi routing. Informasi LSA

yang berisikan data link-state dibagikan ke seluruh router yang ada di

area.

Flooding efisien dapat dicapai lewat penggunaan reserved

multicast address yaitu 224.0.0.5 (AllSPFRouters). Pembaruan LSA,

yang mengindikasikan perubahan topologi ditangani dengan sedikit

berbeda. Tipe jaringan menentukan alamat multicast yang digunakan

untuk mengirimkan pembaruan. Setelah pembaruan LSA telah di

sebarkan ke seluruh jaringan, setiap penerima harus mengkonfirmasi

bahwa pembaruan telah diterima. Penerima juga harus memvalidasi

pembaruan LSA. Berikut adalah alamat multicast yang terasosiasi

dengan LSA flooding. Point-to-point network menggunakan unicast

IP address milik adjacent. (Lammle, 2016)

Page 52: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.4 Alamat multicast pembaruan LSA

Tipe Jaringan Alamat Multicast Deskripsi

Point-to-point 224.0.0.5 AllSPFRouters

Broadcast 224.0.0.6 ALLDRouters

Point-to-multipoint Tidak ada Tidak ada

2.13 Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)

Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah

routing protocol yang diadopsi oleh router merek cisco atau sering disebut

sebagai propietary protocol pada cisco. EIGRP berfungsi untuk

menghubungkan router satu dengan router lainnya dengan cara mengenalkan

network – network pada setiap interface yang berada pada router itu sendiri.

(Achmad, 2016)

Menurut Achmad 2016, EIGRP menggunakan 4 teknologi yang

dikombinasikan dan membedakannya dengan routing protocol yang lain.

1. Neighbor discovery/recovery

Mekanisme neighbor discovery/recovery mengijinkan router

secara dinamis mempelajari router lain yang secara langsung

terhubung ke jaringan mereka. Routers juga harus mengetahui

ketika router tetangganya tidak dapat lagi dijangkau.

2. Reliable Transport Protocol (RTP)

bertanggung jawab untuk menjamin pengiriman dan penerimaan

packet EIGRP ke semua router. RTP juga mendukung perpaduan

pengiriman packet secara unicast ataupun multicast.

3. DUAL Fitnite-State Machine

Yaitu untuk menaruh keputusan proses untuk semua router

tetangga. DUAL (diffusing update algorithm) menggunakan

informasi tentang jarak untuk memilih jalur yang efisien.

Page 53: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Protocol – Dependent Modules

Bertanggung jawab pada layer network yang memerlukan protocol

khusus untuk mengirim dan menerima paket EIGRP.

Di dalam informasi topologi EIGRP terdapat subnet number, subnet

mask, dan komponen dari kumpulan parameter alat ukur EIGRP. Setiap

router kemudian melakukan perhitungan integer metric untuk setiap rute

menggunakan nilai individual dari EIGRP metric component yang ada di

EIGRP topology database. Secara default, EIGRP hanya menggunakan

bandwidth dan delay ketika menghitung metric. (Lammle, 2016)

Sebelum router EIGRP dapat bertukar rute dengan satu sama lain,

mereka harus menjadi tetangga (neighbor) terlebih dahulu, dan terdapat tiga

kondisi yang harus dipenuhi sebelum ini terjadi seperti yang digambarkan

pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 EIGRP neighbor discovery

Ada 3 hal akan saling ditukarkan dengan tetangga yang secara

langsung terhubung, yaitu Hello atau ACK received, AS number match, dan

identical metric (K value).

2.14 Autonomous System (AS)

Autonomous system adalah bentuk dari kumpulan jaringan yang

berada di bawah kontrol administrasi dari sebuah organisasi. Karena AS

terbentuk dari kumpulan router yang membentuk jaringan, biasanya AS

disebut dengan nama routing domain. Router – router yang berada di dalam

AS secara umum memiliki aturan yang sama dan dapat mengimplementasi

routing protocol yang sama atau berbeda untuk internal routing nya. Routing

Page 54: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

protocol yang digunakan di antara AS adalah EGP. Routing Protocol yang

termasuk ke dalam EGP adalah Border Gateway Protocol (BGP). (Misra &

Goswani, 2017)

2.15 Border Gateway Protocol (BGP)

Border Border Gateway Protocol atau yang sering disingkat BGP

merupakan salah satu jenis routing protokol yang ada di dunia komunikasi

data. Sebagai sebuah routing protokol, BGP memiliki kemampuan

melakukan pengumpulan rute, pertukaran rute dan menentukan rute terbaik

menuju ke sebuah lokasi dalam jaringan. Routing protokol juga pasti

dilengkapi dengan algoritma yang pintar dalam mencari jalan terbaik. Namun

yang membedakan BGP dengan routing protokol lain seperti misalnya OSPF

dan IS-IS adalah BGP termasuk dalam kategori routing protokol jenis

Exterior Gateway Protocol (EGP). Sesuai dengan namanya, EGP memiliki

kemampuan pertukaran rute dari dan keluar jaringan lokal sebuah organisasi

atau kelompok tertentu. (Darmawan, 2017)

BGP tidak memerlukan router tetangga untuk terhubung ke subnet

yang sama. Melainkan, router BGP menggunakan koneksi TCP (port 179) di

antara router untuk menyampaikan pesan BGP, sehingga memungkinkan

router tetangga untuk berada di subnet yang sama atau terpisah oleh beberapa

router. Cukup umum untuk router BGP yang tidak terhubung di subnet yang

sama dengan tetangganya. Perbedaan lainnya adalah bagaimana routing

protocol memilih rute terbaik. Bukannya memilih rute terbaik dengan hanya

menggunakan integer metric, BGP menggunakan proses yang lebih kompleks

menggunakan berbagai informasi yang disebut dengan BGP path attributes

(PA) yang ditukarkan di dalam pembaruan rute BGP sama halnya dengan IGP

metric information. (Wallace, 2015)

Page 55: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BGP menyimpan neighbor table yang berisikan daftar dari tetangga

yang memiliki hubungan BGP. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16,

sebuah router BGP juga menyimpan table nya sendiri untuk menyimpan

informasi BGP yang diterima dan dikirimkan ke router lainnya.

Gambar 2.16 BGP Tabel

2.16 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

Multi-Protocol Label Switching merupakan suatu mekanisme

penyampaian paket data yang menggunakan beberapa fitur dari jaringan

circuit-switched melalui jaringan packet-switched. MPLS juga merupakan

mekanisme switching yang menanmkan label (angka) ke paket dan kemudian

menggunakannya untuk meneruskan paket. Label ditugaskan di ujung

jaringan MPLS, dan mekanisme forwarding di dalam jaringan MPLS semata-

mata hanya berdasarkan dari label tersebut. Label ini biasanya menyesuaikan

jalur berdasarkan pada alamat tujuan dari layer 3, yang sama dengan routing

berbasis jalur IP. (Lammle, 2016)

MPLS dirancang untuk mendukung forwarding protokol selain dari

TCP/IP. Dalam jaringan yang lebih besar, hasil pelabelan MPLS

menunjukkan hanya edge router yang melakukan pencarian routing. Semua

core router meneruskan paket berdasarkan label, yang membuat meneruskan

paket melalui ISP lebih cepat. Hal ini yang menjadi alasan sebagian

perusahaan mengganti jaringan frame relay dengan layanan MPLS. (Lammle,

2016)

Page 56: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Arsitektur MPLS

Arsitektur MPLS menjelaskan mekanisme untuk melakukan

label switching, yang menggabungkan manfaat dari paket forwarding

berdasarkan Layer 2 switching dengan manfaat Layer 3 routing.

Seperti jaringan layer 2 (misalnya Frame Relay atau ATM), MPLS

memberikan label untuk paket untuk transportasi di seluruh jaringan

berbasis paket. Mekanisme forwarding di seluruh jaringan adalah

label swapping, di mana unit data membawa paket, fixed-length label

yang memberitahu switching node sepanjang jalur paket bagaimana

memproses dan meneruskan data. (Wijayanto, 2015)

MPLS berada di antara lapisan 2 dan 3, secara teknis MPLS

dapat dikatakan sebagai suatu metode forwarding (meneruskan data

melalui suatu jaringan dengan menggunakan informasi dalam label

unik uang dilekatkan pada paket IP). Header MPLS diberikan pada

setiap paket IP berupa label yang berisi prioritas paket dan rute yang

harus dilalui paket. Header MPLS diberikan pada tiap paket IP dalam

sebuah router pertama yang dilalui paket IP dan digunakan untuk

mengambil keputusan pengiriman paket IP bagi router lain. Analisa

paket IP dilakukan pada router pertama yang dilalui paket IP.

(Wijayanto, 2015)

Penggunaan label swapping ini memiliki banyak keuntungan.

Ia bisa memisahkan masalah routing dari masukan forwarding.

Routing merupakan masalah jaringan global yang mmbutuhkan

kerjasama dari semua router sebagai partisipan. Sedangkan

forwarding merupakan masalah setempat. Router switch mengambil

keputusannya sendiri tentang jalur mana yang akan diambil. MPLS

juga memiliki kelebihan yang mampu memperkenalkan kembali

connection stack ke dalam dataflow IP. (Wijayanto, 2015)

Page 57: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Header MPLS

MPLS memiliki header yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.17 Header MPLS

Gambar 2.18 MPLS packet on the wire

Berikut ini adalah deskripsi dari 32 bit yang membentuk header MPLS :

5. 20 bit pertama (baris ke 4) adalah MPLS label.

6. 3 bit berikutnya (baris ke 5) adalah Traffic Class. Dulunya, ini disebut

bit eksperimen. Field ini mirip dengan 3 bit pertama dari header IPv4

Differentiated Service Code Point (DSCP) (baris ke 11)

7. 1 bit berikutnya (baris ke 6) adalah bit Bottom of Stack (BoS). Nilai

ini diatur ke angka 1 hanya ketika header MPLS dalam kontak dengan

header protokol berikutnya (dalam kasus ini, IPv4). Selain itu,

nilainya diatur ke angka 0. Bit ini sangat penting karena header MPLS

tidak memiliki tipe area apapun, maka dari itu membutuhkan bit BoS

Page 58: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk menunjukkan bahwa itu adalah header terakhir sebelum

payload MPLS.

8. 8 bit berikutnya (baris ke 7) adalah Time-to-Live (TTL) MPLS. Sama

halnya dengan TTL IP, TTL MPLS mengimplementasikan sebuah

mekanisme untuk membuang paket dalam suatu proses forwarding

loop. (Monge & Szarkowicz, 2015)

Distribusi Label

Jaringan MPLS terdiri dari jalur yang disebut Label Switched

Path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut Label

Switched Router (LSR). Untuk menyusun LSP, Label Switching Table

di setiap LSR harus dilengkapi dengan pemetaan dari setiap label

masukan ke setiap label keluaran. Proses melengkapi table ini

dilakukan dengan Label Distribution Protocol (LDP). (Wijayanto,

2015)

Distribusi label terdiri dari :

1. Edge Label Switching Router (ELSR)

ELSR ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS, dan berfungsi

untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke

dalam jaringan MPLS, label yang berisi informasi tujuan node

berikutnya. Sebuah ELSR akan menganalisa header IP dan akan

menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke dalam paket

tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS.

Pada Label Switching Protocol terjadi proses meneruskan paket-

paket di layer 3.

2. Label Distribution Protocol (LDP)

LDP merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk

menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu LSR ke

LSR lainnya dalam satu jaringan MPLS. Dalam arsitektur jaringan

MPLS, sebuah LSR yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya

akan mengirimkan informasi tentang ikatan sebuah label ke LSR

Page 59: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang sebelumnya mengirimkan pesan untuk mengikat label

tersebut bagi rute paketnya. LDP memungkinkan jaringan MPLS

menentukan sendiri LSP antar node di jaringan (untuk membangun

LSP).

3. Label Switching Path (LSP)

LSP merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR

dimana paket diteruskan oleh label swapping dari satu node MPLS

ke node MPLS yang lain.

4. Forwarding Equivalence Classes (FEC)

FEC merupakan sekelompok paket IP yang diteruskan dengan cara

yang sama (misalnya melalui rute yang sama, dengan metode

forwarding yang sama)

Tabel 2.5 tabel FEC

Semua paket yang diklasifikasikan ke dalam FEC yang sama akan

mendapatkan perlakuan yang sama juga, misalnya dengan

meneruskan paket ke jalur tertentu. Jika pengklasifikasian sudah

selesai, maka paket data diberi label (label imposition/pushing)

sesuai dengan klasifikasi FEC, sehingga klasifikasi paket hanya

dilakukan di sisi edge. (Wijayanto, 2015)

2.17 Virtual Private Network (VPN)

Virtual Private Network (VPN) adalah sebuah teknologi komunikasi

yang memungkinkan dapat terkoneksi ke jaringan publik dan

menggunakannya untuk dapat bergabung dengan jaringan lokal. VPN

merupakan koneksi virtual yang bersifat private, dikarenakan jaringan yang

dibuat tidak nampak secara fisik hanya berupa jaringan virtual, dan jaringan

Dest.

Address

Dest.

Port

FEC Next Hop Label Instructions

201.20.3.4

201.20.4.5

208.12.8.1

80

443

25

B

A

IP

x.x.x.x

y.y.y.y

z.z.z.z

65

18

-

Push

Push

Native IP

Page 60: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tersebut tidak semua orang dapat mengaksesnya sehingga sifatnya private.

(Oktivasari & Utomo, 2016)

VPN dapat dibentuk dengan menggunakan teknologi tunneling dan

enkripsi. Koneksi VPN juga dapat terjadi pada semua layer pada protocol

OSI (Open System Interconnection), sehingga komunikasi dengan VPN dapat

digunakan untuk berbagai keperluan. (Nugroho, Widada, & Kustanto, 2015)

2.18 MPLS L3-VPN

MPLS Layer 3 VPN membuat VPN peer-to-peer dengan situs

pelanggan. MPLS membentuk layer 3 bertetanggaan dengan router internet

service provider (ISP). Label di tambahkan ke rute IP customer ketika mereka

masuk dari router costumer edge ( CE ) ke router Provider Edge ( PE ).

Semua penerusan dilakukan menggunakan label switching dengan MPLS

dalam jaringan penyedia layanan dan label di hapus ketika mengirim lalu

lintas dari provider edge ( PE ) ke router costumer edge ( CE ). Beberapa

istilah yang digunakan dalam MPLS L3VPN tercantum di bawah ini : (Sofi

& Gurm, 2015)

1. Label

Label adalah identifier 4 byte yang dilampirkan ke setiap paket

ketika memasuki jaringan MPLS. Ini digunakan oleh jaringan

MPLS untuk tujuan switching label. Atas dasar label terlampir ini

data dikirimkan dari satu router provider ke router penyedia lain.

2. LSR

LSR adalah singkatan dari Label Switch Router. Ini adalah router

dimana MPLS sedang berjalan dan sedang digunakan untuk label

switching.

3. PE ROUTER

Provider Router kadang-kadang juga disebut Core Router di

Jaringan Penyedia Layanan. Ini bukan perangkat tepi. Ini adalah

router di mana BGP tidak berjalan.

Page 61: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. P ROUTER

Provider Router kadang-kadang juga disebut Core Router di

Jaringan Penyedia Layanan. Ini bukan perangkat tepi. Ini adalah

router di mana BGP tidak berjalan.

5. CE ROUTER

Ini adalah singkatan dari Edge Router Pelanggan. Ini adalah router

edge di situs pelanggan yang terhubung dengan perangkat Edge

MPLS Provider.

6. ingress PE router

ini adalah edge-LSR di mana label dikenakan pada paket yang

berasal dari router Edge Pelanggan ke Edge Router Provider.

7. egress PE router

Ini adalah tepi-LSR di mana situs pelanggan tujuan terhubung.

Perangkat ini menerima paket berlabel dan membuang label yang

dilekatkan ke paket dan meneruskan paket IP sederhana ke

pelanggan.

8. VRF

Virtual Routing and Forwarding (VRF) digunakan dalam Layer 3

MPLS VPN yang menambahkan kemampuan dalam router

Service Provider Edge untuk memiliki beberapa tabel routing

dengan satu tabel routing per pelanggan dan tabel routing global.

Karena setiap contoh tabel perutean berbeda dengan tabel

perutean pelanggan lainnya, tabel ini menyediakan isolasi antara

semua trafik pelanggan pada router yang sama bahkan

menggunakan ruang alamat IP yang sama. Setiap instance VRF

membuat RIB terpisah (Routing Information Base), FIB

(Forwarding Information Base), tabel LFIB (Label Forwarding

Information Base).

9. RD

Route Distinguisher adalah nilai 64 bit yang melekat pada alamat

IP klien dengan VRF yang secara unik mengidentifikasi rute dan

Page 62: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menghasilkan alamat VPN VPN unik 96 bit. Rute VPN diangkut

melalui backbone MPLS dengan MP-BGP yang membutuhkan

rute yang diangkut menjadi unik.

10. RT

Rute-Target (RT) adalah komunitas BGP diperpanjang 64-bit

yang melekat pada rute VPNv4 untuk menunjukkan rute impor

dan ekspor. RT dapat diimpor atau diekspor. Impor RT digunakan

untuk memilih rute VPNv4 untuk penyisipan ke tabel VRF yang

cocok. Ekspor RT dilampirkan ke rute ketika dikirim ke tabel

routing VPNv4 ke arah ujung pelanggan atau tujuannya. Ini

digunakan untuk mengidentifikasi keanggotaan VPN rute.

Gambar di bawah ini menunjukkan Propagasi Rute di Layer 3

MPLS VPN. (Sofi & Gurm, 2015)

2.19 Iperf

Iperf adalah aplikasi yang digunakan untuk menghitung bandwidth

dan kualitas link suatu jaringan komputer. Tools ini juga bersifat freeware.

Tools ini hanya dapat dijalankan melalui command prompt dan tidak

memiliki tampilan GUI. Parameter QoS yang dapat diukur melalui tool ini

adalah bandwidth, jitter, dan packet loss. Tools ini digunakan untuk melihat

informasi QoS. (Muzawi & Hardianto, 2016)

Berikut merupakan fungsi dari command line pada penggunaan iperf

1. Iperf3 untuk menjalankan iperf pada virtual PC melalui CMD

2. –s (--server) untuk menjalankan iperf3 dengan mode server pada virtual

PC

3. –c (--client) ) untuk menjalankan iperf3 dengan mode client pada virtual

PC

4. –t (--time) waktu yang dijalankan untuk melakukan transmisi antara

server dan client.

5. –k (--blockcount) merupakan jumlah paket yang ditransmisikan.

Page 63: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. –l (--length) panjang buffer untuk read atau write. Untuk pengujian TCP,

nilai standarnya adalah 128kb. Dalam kasus UDP, iperf3 mencoba untuk

secara dinamis menentukan ukuran pengiriman yang wajar berdasarkan

pada jalur MTU; jika itu tidak dapat ditentukan menggunakan 1460byte

sebagai ukuran pengiriman.

7. –u (--udp) pengujian yang dilakukan dengan protocol UDP.

8. –i (--interval) merupakan jeda n second periode trhoughput yang

dilaporkan. Defaultnya adalah 1 dan untuk menonaktifkan menggunakan

0.

2.20 Wireshark

Whireshark adalah aplikasi sniffer untuk melakukan sniffing terhadap

sehingga dapat diketahui informasi mengenai paket data yang berlalu-lintas

di jaringan. Whireshark digunakan untuk melihat aktifitas lalu lintas (traffic)

yang terjadi di jaringan untuk analisis. (Muzawi & Hardianto, 2016)

Whireshark digunakan untuk melihat dan mencoba menangkap paket

– paket jaringan dan berusaha untuk menampilkan semua informasi paket

sedetail mungkin. Open Source dari Wireshark menggunakan Graphical

User Interface (GUI). (Sihombing & Zulfin, 2013)

Gambar 2.19 Tampilan Graphical User Interface

Page 64: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.21 Quality of Service (QOS)

QOS adalah parameter untuk standarisasi performa dari sebuah

jaringan dalam hal jaminan dan tingkat dari pelayanan yang ditawarkan. QOS

adalah parameter signifikan di segi streaming multimedia. QOS menjamin

tingkatan performa tertentu dari aliran data yang ada di jaringan dengan

menggunakan teknik transmisi data tertentu dan protokol yang membuat

jaringan dapat mengirimkan data secara prioritas. (Misra & Goswani, 2017)

Secara umum QOS pada proses routing memiliki parameter sebagai

berikut :

1. Jitter

Jitter adalah nilai variasi dari waktu yang dibutuhkan oleh

Internet Protocol Network untuk menyampaikan paket dari

sumber ke tujuannya. Jitter diakibatkan oleh variasi-variasi dalam

panjang antrean, dalam waktu pengolahan data, dan juga dalam

waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan jitter.

Berikut adalah tabel nilai kategori dari jitter : (Lubis & Pinem,

2014)

Tabel 2.6 Kategori Jitter

Kategori Jitter Jitter (ms)

Sangat Bagus 0

Bagus 1-75

Sedang 76-125

Jelek 126-225

2. Packet Loss

Packet Loss adalah persentase jumlah data yang tidak sampai

tujuan. Packet Loss merupakan suatu parameter yang

menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total

paket yang hilang, dapat terjadi karena collision dan congestion

Page 65: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada jaringan. Berikut adalah tabel nilai kategori dari packet loss

: (Lubis & Pinem, 2014)

Tabel 2.7 Kategori Packet Loss

Kategori Packet Loss Packet Loss (%)

Sangat Bagus 0

Bagus 3

Sedang 15

Jelek 25

3. Throughput

Throughput adalah jumlah data aktual yang dapat diterima dan

dikirimkan tiap waktunya dalam suatu sesi koneksi. (Pintello,

2013)

Berikut adalah rumus dari throughput :

Troughput = rata-rata kecepatan transfer / waktu pengujian.

(Hasanah et al., 2014)

4. Convergence Time

Convergence time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah

grup router di dalam jaringan untuk menyetujui link mana yang

aktif atau tidak, link mana yang lebih cepat dan terbaik untuk

mencapai ke semua tujuan. (Sankar & Lancaster, 2013)

5. Ping Response Time

Ping Response Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh paket

ping untuk menemukan node tertentu dan kembali lagi ke

pengirimnya. (Lammle, 2016)

2.22 Virtual Network Software

Terdapat dua jenis virtual networking software yaitu Network

emulator dan Network simulator. Network emulator merupakan perangkat

lunak yang menjalankan perangkat virtual yang sama persis dengan

perangkat asli di dunia nyata. Sistem Operasi dan images dari peralatan

jaringan yang dijalankan secara virtual oleh Network emulator sama dengan

Page 66: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang aslinya sehingga beban mesin yang menjalankan emulator menjadi

berat. Walaupun network emulator menghabiskan resource komputer yang

besar, Emulator dapat mengemulasikan network yang lebih real dibandingkan

network simulator. Network simulator merupakan perangkat lunak yang

dapat menyimulasikan jaringan namun tidak secara nyata seperti emulator.

Perangkat lunak network simulator hanya meniru sistem operasi perangkat

jaringan yang asli dengan menggunakan sejumlah set instruksi yang sudah

ditentukan untuk menciptakan lingkungan jaringan yang mirip dengan

aslinya sehingga network simulator tidak dapat melakukan pengujian yang

lebih real dibandingkan dengan network emulator. Namun software network

simulator memiliki beban resource yang lebih ringan dibandingkan dengan

network emulator. Karena Emulator lebih real, maka data penelitian akan

lebih mendekati hasil nyata jika menggunakan emulator. (Pizzonia &

Rimondini, 2014)

2.23 Cisco IOU

Cisco IOU (IOS on UNIX) atau terkadang disebut juga IOL (IOS on

Linux) memiliki fungsi yang mirip dengan Dynamips namun menggunakan

resource yang lebih sedikit. Seperti halnya Dynamips, IOU memungkinkan

Anda untuk menambahkan router dan switch ke dalam jaringan yang

diemulasikan. Tidak seperti Dynamips, image IOU mengemulasikan fitur

dari teknologi IOS bukannya meniru komponen perangkat keras cisco

tertentu. Setiap file image IOU adalah aplikasi biner mandiri yang berjalan

sebagai perangkat. Terdapat image yang didesain untuk routing, switching,

VOIP, dan pagent. IOU tidak membutuhkan hypervisor untuk

mengemulasikan perangkat keras CISCO sehingga membuat perangkat IOU

hanya membutuhkan memori yang kecil dan penggunaan CPU yang tidak

intensif seperti Dynamips. Dengan begini, Anda dapat membuat topologi

yang besar dengan PC yang spesifikasi perangkatnya tidak terlalu tinggi.

Image IOU didesain berdasarkan dari fitur IOS, dan nama file image

IOU biasanya menunjukkan fitur yang ada di dalamnya. Sebagai contoh,

Page 67: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdapat image IOU dengan nama I86BI_LINUXL2-UPK9-M-15.0. I86BI

mengindikasikan bahwa image ini merupakan Intel 32-bit binary image,

Linux mengindikasikan bahwa image ini berjalan di linux, L2 menunjukkan

bahwa ini merupakan L2 switch, UPK9 menunjukkan bahwa image

mengandung fitur advanced cryptographic seperti 3DES/AES, M

mengindikasikan bahwa image ini adalah mainline IOS, dan 15.0

menunjukkan versi dari IOS yang dijadikan dasar image IOU ini. (Neumann,

2015)

2.24 GNS3

GNS3 (Graphical Network Simulator) adalah aplikasi cross-platform

yang berjalan pada Windows, OS X, dan Linux, dan merupakan upaya

kolaboratif dari Christophe Fillot, Jeremy Grossmann, dan Julien

Duponchelle. Fillot adalah pencipta program emulasi prosesor MIPS

(Dynamips) yang memungkinkan Anda menjalankan sistem operasi router

Cisco, dan Grossmann adalah pencipta GNS3. Dia mengambil Dynamips dan

mengintegrasikannya, bersama dengan perangkat lunak open source lainnya,

dengan menggunakan antarmuka yang mudah digunakan. Duponchelle

membantu dengan mengkode GNS3, dan kontribusinya telah membantu

memajukan perangkat lunak.

GNS3 memungkinkan Anda merancang dan menguji jaringan virtual

di PC Anda, termasuk jaringan Cisco IOS, Juniper, MikroTik, Arista, dan

Vyatta, dan ini biasa digunakan oleh siswa yang membutuhkan pengalaman

langsung dengan perutean dan peralihan Cisco IOS. saat belajar untuk Cisco

Certified Network Associate (CCNA) dan Cisco Certified Network

Professional (CCNP).

Antarmuka grafis GNS3 memungkinkan Anda membuat lab jaringan

virtual dengan berbagai router, switch, dan PC. GNS3 sangat cocok saat

dipasangkan dengan Cisco IOS. Tidak seperti aplikasi serupa seperti Cisco

Packet Tracer, GNS3 tidak hanya meniru perintah atau fitur Cisco IOS.

Page 68: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai gantinya, ia menggunakan aplikasi hypervisor backend untuk meniru

perangkat keras yang menjalankan Cisco IOS. Karena hanya perangkat keras

yang diemulasikan, Anda dapat menjalankan file image IOS yang sebenarnya

di PC Anda. Semua perintah dan keluaran konfigurasi berasal dari IOS yang

sebenarnya. Secara teoritis, setiap protokol atau fitur yang didukung oleh

versi IOS tersedia dapat digunakan dalam desain jaringan yang Anda buat.

Fungsi ini membedakan GNS3 dari program seperti RouterSim, Boson

NetSim, atau VIRL, yang mensimulasikan keseluruhan jaringan dan hanya

menyediakan lingkungan, perintah, dan skenario yang terbatas. Di GNS3,

Anda bisa mengemulasikan router Cisco dari lima seri berbeda yaitu seri

1700, 2600, 3600, 3700, dan 7200. GNS3 menggunakan KSM (Kernel

Samepage Merging) untuk optimasi memorinya . (Neumann, 2015)

GNS3 VM

Agar dapat menjalankan CISCO IOU di GNS3, GNS3

membutuhkan sebuah VM yang bersistem operasikan linux yang

dihubungkan dengan GNS3 yang berjalan di host yang menggunakan

sistem operasi Windows. Hal ini disebabkan karena Cisco IOU hanya

dapat berjalan di sistem operasi Linux. Virtual Machine tersebut

disebut juga dengan GNS3 VM. GNS3 VM dapat di dapatkan di situs

resmi GNS3 yaitu www.gns3.com.

2.25 Metode Simulasi

Metode Simulasi adalah suatu metode untuk melakukan simulasi dan

pemodelan yang diadaptasi dari sebuah penelitian berjudul “Wireless Sensor

Networks: Modeling and Simulation” yang dilakukan oleh Sajjad A. Madani,

Jawad Kazmi, dan Stefan Mahlknecht pada tahun 2010. Pada penelitian

tersebut metode simulasi digunakan untuk melakukan pemodelan dan

simulasi terhadap penelitian Wireless Sensor Network (WSN).

Metode Simulasi merupakan metode pelatihan yang meragakan

sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya

dengan penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa

Page 69: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

model statistik atau pemeranan. Metode simulasi terdiri dari atas beberapa

tahapan, yaitu: (Madani, Kazmi, & Mahlknecht, 2010)

1. Problem Formulation

Proses simulasi dimulai dengan merumuskan masalah yang

memerlukan pemecahan dan pemahaman. Pada tahap ini, Anda

harus memahami perilaku sistem (sistem natural atau pun sistem

buatan), mengatur operasi sistem sebagai objek yang akan diteliti

dengan menganalisis berbagai solusi alternatif dan menyelidiki

hasil yang sudah ada sebelumnya dengan permasalahan yang

sama.

2. Conceptual Model

Langkah ini dimulai dengan mendeskripsikan struktur dan

perilaku sistem serta mengidentifikasi semua objek dengan atribut.

Anda juga harus menentukan variabel dan hubungan sistem

dengan penelitian.

3. Input & Output Data

Pada tahap ini, Anda harus mempelajari sistem untuk

mendapatkan data input dan output. Anda harus mengamati dan

mengumpulkan atribut yang dipilih dalam tahap sebelumnya.

Pemilihan ukuran sampel yang valid secara statistik dan format

data yang dapat diproses dengan komputer sangat penting.

4. Modeling

Pada tahap pemodelan, Anda harus membangun representasi dari

sistem berdasarkan model konseptual dan input & output data

yang dikumpulkan secara rinci. Model ini dibangun dengan

mendefinisikan objek, atribut, dan metode menggunakan

paradigma yang dipilih.

5. Simulation

Selama tahap simulasi, Anda harus memilih mekanisme untuk

menerapkan model simulasi yang akan dibangun. Mungkin perlu

Page 70: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk mendefinisikan flowchart simulasi dan menerjemahkannya

ke dalam model simulasi.

6. Verification and Validation

Verifikasi terkait dengan konsistensi, sedangkan validasi

difokuskan pada korespondensi antara model dan realitas.

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama tahap ini, model dan

implementasinya mungkin perlu disempurnakan. Proses verifikasi

dan validasi bukan merupakan fase yang menentukan berhasil atau

tidaknya simulasi dilakukan, tetapi merupakan fase yang tak

terpisahkan dengan fase yang lain.

7. Experimentation

Anda harus mengevaluasi output dari simulasi, menggunakan

korelasi statistik untuk menentukan tingkat presisi yang

mewakilkan kinerja dari simulasi tersebut. Fase ini dimulai dengan

membuat desain eksperimen, menggunakan teknik yang berbeda.

Beberapa teknik tersebut meliputi, analisis sensitivitas, optimasi,

pengurangan varian (untuk mengoptimalkan hasil dari sudut

pandang statistik), dan ranking serta penyeleksian.

8. Output Analysis

Output simulasi dianalisis untuk memahami perilaku sistem.

Output ini digunakan untuk mendapatkan respon tentang perilaku

sistem yang asli. Pada tahap ini, alat visualisasi dapat digunakan

untuk membantu proses tersebut. Tujuan dari visualisasi adalah

untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai sistem

yang sedang diteliti serta membantu dalam mengeksplorasi data

numerik yang dihasilkan oleh simulasi.

Page 71: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

52

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini memerlukan data-data yang digunakan untuk

mendukung nilai kebenaran dari pembahasan yang dilakukan oleh penulis.

Oleh karena itu dibutuhkan metodologi untuk pengumpulan data dan

metodologi untuk simulasi dalam penulisan skripsi ini. Ada dua jenis sumber

data yang ada dalam skripsi ini yaitu :

Data Primer

Data primer dalam tugas akhir ini diperoleh dari hasil simulasi

berdasarkan tiga skenario yang telah dirancang dan dilakukan di

GNS3. Setelah data dari emulator telah dihasilkan, penulis akan

mengevaluasi data tersebut.

Data Sekunder

Data sekunder dalam tugas akhir ini diperoleh dari studi

pustaka. Data dan informasi di ambil dari buku, jurnal, literatur

sejenis maupun secara online melalui internet. Informasi yang telah

didapatkan kemudian dijadikan sebagai acuan penulisan. Berikut

adalah literatur sejenis dengan tugas akhir ini :

Tabel 3.1 Literatur Sejenis

literatur Referensi 1 Referensi 2 Referensi 3

Judul Evaluasi Kinerja

Routing Protocol

RIPv2, OSPF, EIGRP,

dengan BGP

Analisis dan

Implementasi Virtual

Private Network (VPN)

dengan multiprotocol

label switching

(MPLS)

Performance Analysis of

Frame Relay Network

Using OSPF (Open

Shortest Path First) and

MPLS (Multi-Protocol

Label Switching) based

on GNS3

Penulis Muhammad Fathul

Iman (2017)

I Komang Bayu

Segara (2015)

- Andi Harits

- Moch. Fahru Rizal

- Periyadi (2017)

kelebihan Penelitian ini

menggunakan Exterior

Gateway Protocol

BGP.

-Menggunakan sevices

VPN

-menambahkan service

video streaming.

-MPLS yang digunaka

pada layer 3

-Simulasi menggunakan

network emulator GNS3.

Page 72: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2 Metode Simulasi

Metode simulasi yang penulis lakukan dalam penulisan ini adalah

dengan mencoba implementasi routing protocol EIGRP, RIPv2, OSPF, dan

BGP serta MPLS-L3VPN backbone. Dalam simulasi ini, terdapat tiga

skenario simulasi yang dilakukan. Nilai dari hasil yang dihasilkan dari

simulasi tersebut adalah ping, jitter, transmit troughput, receive troughput,

packet loss, dan network convergence time. Berikut adalah tahapan proses

rancangan dan simulasi pada penulisan ini :

Problem Formulation

Setelah penulis melakukan studi pustaka dan studi penelitian

sejenis, penulis mendapatkan permasalahan utama yaitu skenario

mana yang memiliki performa yang lebih baik untuk dikombinasikan

dengan MPLS L3VPN Backbone. Oleh karena itu penulis

menggunakan rancangan jaringan yang di dalamnya

diimplementasikan dynamic routing protocol yang ditambakan

service Multi Protocol Label Switching.

Conceptual Model

Tahap ini merupakan tahapan desain konsep untuk simulasi

yang akan dilakukan. Proses desain akan di lakukan di GNS3.

Input/Output Data

Pada tahap ini, penulis harus membuat apa saja jenis input dan

output yang akan dibutuhkan pada simulasi. input adalah apa saja yang

diperlukan dalam simulasi, sedangkan output adalah permasalahan

yang diidentifikasi.

Kekurangan -Tidak menambahkan

service MPLS

-Tidak ada services

VPN.

-tidak dijelaskan

menggunakan MPLS

pada layer 2 atau layer

3

-tidak dijelaskan

routing protokol yang

digunakan.

-Hanya menggunakan

routing protokol OSPF

-Tidak menggunakn

service VPN.

Page 73: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Modeling

Pada tahap ini, penulis harus menentukan parameter serta

karakteristik yang digunakan selama simulasi, yang dinamakan

dengan variable. Pada tahapan ini penulis melakukan pembuatan

skenario yang akan digunakan untuk simulasi.

Simulation

Di tahap ini, penulis akan melakukan proses implementasi dari

model yang telah dibuat pada tahapan-tahapan sebelumnya. Dengan

adanya variabel dan parameter yang telah di tentukan di tahap

sebelumnya, maka proses simulasi akan dilakukan di GNS3 dengan

skenario yang sama persis. Setelah proses simulasi di setiap skenario

telah selesai dilakukan, Data yang telah dihasilkan kemudian akan di

evaluasi pada tahap berikutnya.

Verification and Validation

Tahap ini merupakan tahap di mana proses pemeriksaan data

serta putusan akhir dari penulis untuk menilai data yang telah

dihasilkan apakah layak atau tidak.

Experimentation

Pada proses ini penulis akan melakukan pengujian yang

terhadap seluruh skenario yang telah ditentukan.

Output Evaluation

Pada tahap ini, data-data yang telah dihasilkan dari semua

skenario akan dievaluasi

3.3 Perangkat Penelitian

Untuk melakukan penelitian ini, dibutuhkan dua macam perangkat.

Yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat-perangkat tersebut

adalah sebagai berikut :

Page 74: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perangkat Lunak

1. GNS3 2.0.3 (Graphical Network Simulator 3)

2. GNS3 VM 0.10.14

3. VMware Workstation Pro 12

4. Iperf 3.1.3

5. Netio GUI 1.0.4

6. Wireshark 2.3.4

7. Microsoft Windows 7

8. Mozilla Firefox

9. Putty 0.67.0.0

Perangkat Keras

Perangkat keras yang digunakan untuk simulasi adalah laptop

Asus A46CM dengan spesifikasi processor Intel Core i7-3517U

2.4GHz, RAM sebesar 12GB, dan HDD SATA 500GB 7200RPM.

Page 75: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4 Kerangka Berpikir

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

Page 76: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

57

BAB IV

IMPLEMENTASI RANCANGAN SIMULASI

4.1 Problem Formulation

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka

semakin banyak juga pengguna akses internet, sehingga membuat data traffic

di backbone ISP mengalami peningkatan yang signifikan. Penyedia layanan

internet pun harus menyediakan layanan yang cepat serta kualitas layanan

yang baik. Routing Protocol tradisional saja tidak cukup untuk menangani hal

ini. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas layanan yang baik serta

mempercepat pengiriman paket data dibutuhkan penerapan suatu service

terhadap routing protocol.

Multi-Protocol Label Switching adalah suatu service yang digunakan

untuk memadukan mekanisme label swapping di layer dua dengan routing di

layer tiga guna mempercepat pengiriman paket.

Penerapan routing protocol terhadap MPLS L3VPN memiliki

performa yang berbeda-beda. Oleh karena itu penelitian ini berfokus untuk

mengevaluasi kinerja dari routing protocol OSPF, EIGRP, dan RIPv2

terhadap MPLS L3VPN Backbone dengan parameter convergence time,

throughput, jitter, ping, dan packet loss.

4.2 Conceptual Model

Pada Pada tahap ini penulis merancang skenario MPLS L3VPN yang

akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk skenario, kombinasi yang

digunakan dalam simulasi ini yaitu dengan menggabungkan MPLS L3VPN

Backbone dengan dynamic routing protocol (OSPF, EIGRP, RIPv2).

Masing-masing dynamic routing protocol akan dibandingkan kinerja nya

terhadap MPLS L3VPN Backbone. Rancangan topologi yang digunakan

akan membagi 2 area routing protocol yang berbeda, yaitu Area MPLS

L3VPN Backbone dan Area Eksternal. Penelitian ini menggunakan 8 router

dan 2 client. Topologi akan dirancang dengan menggunakan GNS3 yang juga

Page 77: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berperan sebagai alat untuk melakukan simulasi. Objek yang digunakan pada

perancangan tersebut adalah:

1. 8 Unit router cisco dengan sistem operasi CISCO IOU i86bi-

linux-l3-adventerprisek9-15.4.1T dengan 4 Ethernet Port.

2. 2 Unit Virtual PC yang dijalankan lewat VMware Workstation Pro

12

3. 14 Kabel Ethernet untuk menghubungkan router dan PC

Gambar 4.1 Rancangan Topologi

Page 78: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Input/Output Data

Input

Ada 5 input yang digunakan pada penelitian network emulator yaitu

adalah :

1. Node

Node adalah perangkat unik yang dapat diidentifikasi. Setiap

perangkat yang dapat berkomunikasi di jaringan secara umum

disebut juga node. Dalam kasus penelitian ini, node adalah router

virtual dan komputer virtual.

2. Bandwidth

Bandwidth adalah jumlah data maksimum yang dapat ditransfer

tiap detiknya lewat suatu media transfer kabel atau lainnya.

Bandwidth yang digunakan untuk pengujian dengan protokol UDP

adalah 1Mbits.

3. Window Size

Window size adalah ukuran maksimal dari data yang dapat dikirim

tanpa harus menunggu ACK (acknowledge) dari penerima. Dalam

penelitian ini window size yang digunakan adalah 1, 2, 4, 8, 16,

dan 32Kbyte.

4. Buffer Length

Buffer Length adalah nilai besaran seluruh segmen user datagram

protocol. Buffer Length yang digunakan pada penelitian ini adalah

1Kbyte.

5. Ping Packet Size

Ping packet size adalah besar paket ICMP yang dikirimkan.

Output

Output yang dihasilkan dari penelitian ini antara lain adalah

sebagai berikut :

Page 79: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Ping Response Time

Ping Response Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh paket

ping untuk menemukan node tertentu dan kembali lagi ke

pengirimnya.

2. Transmit Throughput (TX)

Transmit Throughput adalah jumlah data aktual yang dapat

dikirim tiap waktunya suatu sesi koneksi.

3. Receive Throughput (RX)

Transmit Throughput adalah jumlah data aktual yang dapat

diterima tiap waktunya dalam suatu sesi koneksi.

4. Jitter

Jitter adalah nilai variasi dari waktu yang dibutuhkan oleh Internet

Protocol Network untuk menyampaikan paket dari sumber ke

tujuannya.

5. Packet Loss

Packet Loss menunjukkan persentase jumlah data yang tidak

sampai tujuan.

6. Convergence Time

Convergence time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah

grup router di dalam jaringan untuk menyetujui link mana yang

aktif atau tidak, link mana yang lebih cepat dan terbaik untuk

mencapai ke semua tujuan.

4.4 Modeling

Pada penelitian ini terdapat 3 skenario simulasi yang akan dijalankan

pada emulator GNS3. Berikut adalah detail dari skenario-skenario tersebut :

Page 80: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Skenario 1 OSPF Terhadap MPLS L3-VPN Backbone

Gambar 4.2 Gambar Rancangan Skenario 1

Tabel 4.1 Tabel Skenario 1

Parameter Variabel

Banyak Node 10

Bandwidth UDP 1 Mbits

Window Size 1, 2, 4, 8, 16, dan 32Kbyte

Ping Packet Size 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte

Buffer Length 1 Kbyte

Jumlah AS 3

Routing Protocol

MPLS BACKBONE

OSPF

MPBGP

VRF Satu

OSPF

Emulator GNS3

Perulangan Pengujian TX, RX, Jitter,

Packet loss dan Ping response time 10 Kali

Perulangan Pengujian Convergence Time 5 Kali

Network yang dikonfigurasikan

MPLS Backbone

OSPF

- 10.1.1.0/30

- 10.1.2.0/30

- 10.1.3.0/30

- 10.2.1.0/30

- 10.2.2.0/30

- 10.3.1.0/30

- 10.3.2.0/30

- 10.3.3.0/30

- 10.3.4.0/30

MPBGP

Page 81: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada skenario ini, semua router akan dikonfigurasi dengan routing

protocol OSPF. Pengujian TX, RX, dan Ping response time dilakukan

menggunakan tool netio GUI dan dilakukan sebanyak 10 kali dengan window

size 1, 2, 4, 8, 16, 32Kbyte untuk TX dan RX dan packet size sebesar 32, 64,

128, 256, 512, dan 1024 byte untuk ping response time. Pengujian jitter dan

packet loss dilakukan menggunakan tool iperf 3 dan dilakukan sebanyak 10

kali dengan buffer length sebesar 1Kbyte. Proses pengujian dilakukan di PC

1 yang terkoneksi dengan router CE1 dan PC 2 yang terkoneksi dengan router

CE2. Untuk pengujian convergence time, pengujian dilakukan dengan cara

mematikan seluruh router kemudian router dijalankan secara bersamaan.

Saat seluruh router baru dijalankan, kemudian paket data di link antara router

PE1 dan P1 ditangkap menggunakan wireshark. Pengujian convergence time

dilakukan sebanyak 5 kali. Setelah hasil pengujian didapatkan, hasil tersebut

kemudian dihitung nilai rata-ratanya dan dijadikan untuk nilai komparasi.

- 1.1.1.1/32

- 6.6.6.6/32

VRF SATU

- 10.10.10.0/30

- 20.20.20.0/30

- 192.168.1.0/24

- 172.27.1.0/24

Page 82: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Skenario 2 EIGRP Terhadap MPLS L3-VPN Backbone

Gambar 4.3 Gambar Rancangan Skenario 2

Tabel 4.2 Tabel Skenario 2

Parameter Variabel

Banyak Node 10

Bandwidth UDP 1 Mbits

Window Size 1, 2, 4, 8, 16, dan 32Kbyte

Ping Packet Size 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte

Buffer Length 1 Kbyte

Jumlah AS 3

Routing Protocol

MPLS BACKBONE

OSPF

MPBGP

VRF Satu

EIGRP

Emulator GNS3

Perulangan Pengujian TX, RX, Jitter,

Packet loss dan Ping response time 10 Kali

Perulangan Pengujian Convergence Time 5 Kali

Network yang dikonfigurasikan

MPLS Backbone

OSPF

- 10.1.1.0/30

- 10.1.2.0/30

- 10.1.3.0/30

- 10.2.1.0/30

- 10.2.2.0/30

- 10.3.1.0/30

- 10.3.2.0/30

- 10.3.3.0/30

- 10.3.4.0/30

MPBGP

Page 83: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rancangan Pada skenario ini, semua router akan dikonfigurasi

dengan routing protocol EIGRP. Pengujian TX, RX, dan Ping response time

dilakukan menggunakan tool netio GUI dan dilakukan sebanyak 10 kali

dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32Kbyte untuk TX dan RX dan packet size

sebesar 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte untuk ping response time.

Pengujian jitter dan packet loss dilakukan menggunakan tool iperf 3 dan

dilakukan sebanyak 10 kali dengan buffer length sebesar 1Kbyte. Proses

pengujian dilakukan di PC 1 yang terkoneksi dengan router CE1 dan PC 2

yang terkoneksi dengan router CE2. Untuk pengujian convergence time,

pengujian dilakukan dengan cara mematikan seluruh router kemudian router

dijalankan secara bersamaan. Saat seluruh router baru dijalankan, kemudian

paket data di link antara router PE1 dan P1 ditangkap menggunakan

wireshark. Pengujian convergence time dilakukan sebanyak 5 kali. Setelah

hasil pengujian didapatkan, hasil tersebut kemudian dihitung nilai rata-

ratanya dan dijadikan untuk nilai komparasi.

- 1.1.1.1/32

- 6.6.6.6/32

VRF SATU

- 10.10.10.0/30

- 20.20.20.0/30

- 192.168.1.0/24

- 172.27.1.0/24

Page 84: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Skenario 3 RIPv2 Terhadap MPLS L3-VPN Backbone

Gambar 4.4 Gambar Rancangan Skenario 3

Tabel 4.3 Tabel Skenario 3

Parameter Variabel

Banyak Node 10

Bandwidth UDP 1 Mbits

Window Size 1, 2, 4, 8, 16, dan 32Kbyte

Ping Packet Size 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte

Buffer Length 1 Kbyte

Jumlah AS 3

Routing Protocol

MPLS BACKBONE

OSPF

MPBGP

VRF Satu

RIPv2

Emulator GNS3

Perulangan Pengujian TX, RX, Jitter,

Packet loss dan Ping response time 10 Kali

Perulangan Pengujian Convergence Time 5 Kali

Network yang dikonfigurasikan

MPLS Backbone

OSPF

- 10.1.1.0/30

- 10.1.2.0/30

- 10.1.3.0/30

- 10.2.1.0/30

- 10.2.2.0/30

- 10.3.1.0/30

- 10.3.2.0/30

- 10.3.3.0/30

- 10.3.4.0/30

MPBGP

- 1.1.1.1/32

Page 85: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rancangan Pada skenario ini, semua router akan dikonfigurasi

dengan routing protocol EIGRP. Pengujian TX, RX, dan Ping response time

dilakukan menggunakan tool netio GUI dan dilakukan sebanyak 10 kali

dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32Kbyte untuk TX dan RX dan packet size

sebesar 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte untuk ping response time.

Pengujian jitter dan packet loss dilakukan menggunakan tool iperf 3 dan

dilakukan sebanyak 10 kali dengan buffer length sebesar 1Kbyte. Proses

pengujian dilakukan di PC 1 yang terkoneksi dengan router CE1 dan PC 2

yang terkoneksi dengan router CE2. Untuk pengujian convergence time,

pengujian dilakukan dengan cara mematikan seluruh router kemudian router

dijalankan secara bersamaan. Saat seluruh router baru dijalankan, kemudian

paket data di link antara router PE1 dan P1 ditangkap menggunakan

wireshark. Pengujian convergence time dilakukan sebanyak 5 kali. Setelah

hasil pengujian didapatkan, hasil tersebut kemudian dihitung nilai rata-

ratanya dan dijadikan untuk nilai komparasi.

4.5 Simulation

Pada tahap ini, penulis melakukan konfigurasi sesuai dengan 3

skenario yang telah dirancang menggunakan emulator GNS3. 2 Virtual

Machine yaitu PC1 dan win PC 2 dijalankan di VMware Workstation Pro 12

dengan sistem operasi Windows XP. Router yang digunakan adalah CISCO

IOU versi i86bi-linux-l3- adventerprisek9-15.4.1T. Untuk mengukur

parameter yang telah ditentukan, penulis menggunakan tool Iperf 3 dan NetIO

GUI yang dijalankan pada virtual Machine.

- 6.6.6.6/32

VRF SATU

- 10.10.10.0/30

- 20.20.20.0/30

- 192.168.1.0/24

- 172.27.1.0/24

Page 86: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konfigurasi IP Interface Router

Berikut adalah konfigurasi IP Interface yang dikonfigurasikan

pada router 1:

Tabel 4.4 Konfigurasi IP Interface Router

Router PE 1

Command

konfigurasi

PE1#conf t

PE1(config)#int lo0

PE1(config-if)#ip address 1.1.1.1 255.255.255.255

PE1(config-if)#exit

PE1(config)#int e0/0

PE1(config-if)#ip address 10.1.1.1 255.255.255.252

PE1(config-if)#no shutdown

PE1(config-if)#exit

PE1(config)#int e0/1

PE1(config-if)#ip address 10.2.1.1 255.255.255.252

PE1(config-if)#no shutdown

PE1(config-if)#exit

Deskripsi Pada command konfigurasi diatas diketahui bahwa:

Lo0 : 1.1.1.1 255.255.255.255

Interface ethernet 0/0 : 10.1.1.1 255.255.255.252

Interface ethernet 0/1 : 10.2.1.1 255.255.255.252

Konfigurasi IP interface seperti di atas dilakukan di setiap

router ( PE 1, P1, P2, P3, P4, PE 2, CE1 dan CE2). Sesuaikan dengan

IP yang telah di rancang pada tahap modelling.

Konfigurasi OSPF pada Backbone

Berikut adalah konfigurasi OSPF yang dikonfigurasikan pada

router PE1:

Tabel 4.5 Konfigurasi OSPF pada Backbone

Router PE 1

Command

konfigurasi

PE1#conf t

PE1(config)#router ospf 1

PE1(config-router)#network 10.1.1.0 0.0.0.3 area 0

PE1(config-router)#network 10.2.1.0 0.0.0.3 area 0

Page 87: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PE1(config)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi routing protocol OSPF pada router PE1.

Diketahui bahwa AS yang dikonfigurasi diberi nomor 1 dengan network

yang berada pada router tersebut, yaitu 10.1.1.0 0.0.0.3 dan 10.2.1.0 0.0.0.3

pada area 0

Konfigurasi seperti di atas di lakukan di seluruh router yang

network nya berada pada jaringan backbone seperti pada router P1, P2,

P3, P4 dan PE2.

Konfigurasi OSPF pada PE dan CE

Berikut adalah konfigurasi OSPF yang dikonfigurasikan pada

router PE1:

Tabel 4.6 Konfigurasi OSPF VRF Satu pada PE 1

Router PE 1

Command

konfigurasi

PE1#conf t

PE1(config)#router ospf 1 vrf satu

PE1(config-router)# redistribute bgp 10 subnets

PE1(config-router)#network 10.10.10.0 0.0.0.3 area 0

PE1(config)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi routing protocol OSPF pada router PE1 yang

akan menghubungkan dengan routing protocol pada router CE1 yang

memiliki vrf satu. Fungsi dari redistribute bgp 10 subnets adalah untuk

meredistribusikan routing protocol OSPF pada BGP. Diketahui bahwa

network OSPF pada vrf satu yaitu 10.10.10.0 0.0.0.3 pada area 0.

Konfigurasi seperti di atas di lakukan juga pada router PE2.

Berikut adalah konfigurasi OSPF yang dikonfigurasikan pada

router CE1:

Tabel 4.7 konfigurasi OSPF pada CE1

Router CE 1

Command

konfigurasi

CE1#conf t

CE1(config)#router ospf 1

CE1(config-router)#network 7.7.7.7 0.0.0.0 area 0

CE1(config-router)#network 10.10.10.0 0.0.0.3 area 0

CE1(config-router)#network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 0

CE1(config)#exit

Page 88: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi routing protocol OSPF pada router CE1

yang akan menghubungkan dengan routing protocol pada router PE1.

Diketahui bahwa network OSPF yaitu 7.7.7.7. 0.0.0.3 10.10.10.0 0.0.0.3

dan 192.168.1.0 0.0.0.255 pada area 0.

Konfigurasi seperti diatas dilakukan juga pada router CE2.

Konfigurasi RIPv2 pada PE dan CE

Berikut adalah konfigurasi RIPv2 yang dikonfigurasikan pada

router PE1:

Tabel 4.8 Konfigurasi RIPv2 VRF SATU pada PE1

Router PE 1

Command

konfigurasi

PE1#conf t

PE1(config)#router rip

PE1(config-router)#version 2

PE1(config-router)#address-family ipv4 vrf satu

PE1(config-router)#network 10.10.10.0

PE1(config-router)#redistribute bgp 10 metric

transparent

PE1(config)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi routing protocol RIPv2 pada router PE1

yang akan menghubungkan dengan routing protocolpada router CE1 yang

memiliki vrf satu. Fungsi dari redistribute bgp 10 metric transparent adalah

untuk meredistribusikan routing protocol RIPv2 pada BGP. Diketahui

bahwa network RIPv2 pada vrf satu yaitu 10.10.10.0.

Konfigurasi seperti diatas dilakukan juga pada router PE2.

Berikut adalah konfigurasi RIPv2 yang dikonfigurasikan pada

router CE1:

Tabel 4.9 Konfigurasi RIPv2 pada CE1

Router CE 1

Command

konfigurasi

CE1#conf t

CE1(config)#router rip

CE1(config-router)#version 2

CE1(config-router)#network 7.7.7.7

Page 89: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

CE1(config-router)#network 10.10.10.0

CE1(config-router)#network 192.168.1.0

CE1(config)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi routing protocol RIPv2 pada router CE1

yang akan menghubungkan dengan routing protocol pada router PE1.

Diketahui bahwa network OSPF yaitu 7.7.7.7 10.10.10.0 dan 192.168.1.0

Konfigurasi seperti diatas dilakukan juga pada router CE2.

Konfigurasi EIGRP pada PE dan CE

Berikut adalah konfigurasi EIGRP yang dikonfigurasikan pada

router PE1:

Tabel 4.10 Konfigurasi EIGRP VRF SATU pada PE 1

Router PE 1

Command

konfigurasi

PE1#conf t

PE1(config)#router eigrp 20

PE1(config-router)#no au

PE1(config-router)#address-family ipv4 vrf satu

PE1(config-router)#router-id 1.1.1.1

PE1(config-router)#network 10.10.10.0 0.0.0.0

PE1(config-router)#autonomous-system 20

PE1(config-router)#redistribute bgp 10 metric 1000 100

255 1 1500

PE1(config)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi routing protocol EIGRP pada router PE1

yang akan menghubungkan dengan routing protocol pada router CE1 yang

memiliki vrf satu. Fungsi dari redistribute bgp 10 metric 1000 100 255 1

1500 adalah untuk meredistribusikan routing protocol EIGRP pada BGP.

Diketahui bahwa network EIGRP pada vrf satu yaitu 10.10.10.0 0.0.0.0

dengan router-id 1.1.1.1 dan autonomus-system 20.

Konfigurasi seperti di atas di lakukan juga pada router PE2.

Berikut adalah konfigurasi EIGRP yang dikonfigurasikan pada

router CE1:

Page 90: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.11 Konfigurasi EIGRP pada CE 1

Router CE 1

Command

konfigurasi

CE1#conf t

CE1(config)#router eigrp 20

CE1(config-router)#network 7.7.7.7 0.0.0.0

CE1(config-router)#network 10.10.10.0 0.0.0.0

CE1(config-router)#network 192.168.1.0 0.0.0.0

CE1(config)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi routing protocol EIGRP dengan AS-20 pada

router CE1 yang akan menghubungkan dengan routing protocol pada router

PE1. Diketahui bahwa network EIGRP AS-20 yaitu 7.7.7.7 0.0.0.0

10.10.10.0 0.0.0.0 dan 192.168.1.0 0.0.0.0.

Konfigurasi seperti diatas dilakukan juga pada router CE2.

Konfigurasi MPLS

Berikut adalah konfigurasi MPLS LDP yang dikonfigurasikan

pada router PE 1 :

Tabel 4.12 Konfigurasi MPLS

Router PE 1

Command

konfigurasi

PE1#conf t

PE1(config)#ip cef

PE1(config)#int e0/0

PE1(config-if)#mpls ip

PE1(config-if)#mpls label protocol ldp

PE1(config-if)#ip route-cache cef

PE1(config)#int e0/1

PE1(config-if)#mpls ip

PE1(config-if)#mpls label protocol ldp

PE1(config-if)#ip route-cache cef

PE1(config-if)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi MPLS. Untuk konfigurasi MPLS dilakukan

pada setiap port ethernet router agar MPLS tersebut dapat terkoneksi. Pada

router PE1 diketahui bahwa port yang dikonfigurasi dengan menggunakan

MPLS yaitu ethernet 0/0 dan 0/1 dengan bantuan command CEF(Cisco

Express Forwarding) untuk membantu pengiriman paket data menjadi cepat

pada jaringan MPLS yang berada pada backbone.

Page 91: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konfigurasi seperti di atas di lakukan di seluruh router yang

network nya berada pada jaringan backbone. Seperti router P1, P2,

P3, P4 dan PE2.

Konfigurasi VRF

Berikut adalah konfigurasi VRF yang dikonfigurasikan pada

router PE 1 :

Tabel 4.13 Konfigurasi VRF PE1

Router PE 1

Command

konfigurasi

PE1(config)#ip vrf satu

PE1(config-vrf)#rd 10:1

PE1(config-vrf)#route-target both 10:1

PE1(config-vrf)#exit

PE1(config)#int e0/2

PE1(config-if)#ip vrf forwarding satu

PE1(config-if)#ip add 10.10.10.1 255.255.255.0

PE1(config-if)#no shutdown

PE1(config-if)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi VRF(Virtual Routing Forwarding) yang

berfungsi untuk memisahkan routing table setiap VPN. Dalam konfigurasi

tersebut diketahui memiliki 1 VPN yaitu dengan nama VRF Satu.

Kemudian untuk mengaktifkan VRF tersebut harus dikonfigurasi port

ethernet pada PE yang terhubung dengan CE. Diketahui bahwa interface

yang dikonfigurasi adalah interface ethernet 0/2 dengan IP 10.10.10.1

255.255.255.0

kemudian konfigurasi VRF pada router PE 2 :

Tabel 4.14 Konfigurasi VRF PE2

Router PE 2

Command

konfigurasi

PE2(config)#ip vrf satu

PE2(config-vrf)#rd 10:1

PE2(config-vrf)#route-target both 10:1

PE2(config-vrf)#exit

PE2(config)#int e0/2

PE2(config-if)#ip vrf forwarding satu

PE2(config-if)#ip add 20.20.20.1 255.255.255.0

Page 92: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PE2(config-if)#no shutdown

PE2(config-if)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi VRF(Virtual Routing Forwarding) yang

berfungsi untuk memisahkan routing table setiap VPN. Dalam konfigurasi

tersebut diketahui memiliki 1 VPN yaitu dengan nama VRF Satu.

Kemudian untuk mengaktifkan VRF tersebut harus dikonfigurasi port

ethernet pada PE yang terhubung dengan CE. Diketahui bahwa interface

yang dikonfigurasi adalah interface ethernet 0/2 dengan IP 20.20.20.1

255.255.255.0

Konfigurasi MPBGP

Berikut adalah konfigurasi MP BGP yang dikonfigurasikan

pada router PE 1 :

Tabel 4.15 Konfigurasi MPBGP PE1

Router PE 1

Command

konfigurasi

PE1(config)#router bgp 10

PE1(config-router)#no syn

PE1(config-router)#no auto-summary

PE1(config-router)#neighbor 6.6.6.6 remote-as 10

PE1(config-router)#neighbor 6.6.6.6 update-source lo0

PE1(config-router)#address-fam vpnv4

PE1(config-router-af)#neighbor 6.6.6.6 activ

PE1(config-router-af)#exit

PE1(config-router)#address-fam ipv4 vrf satu

PE1(config-router-af)#redistribute connected

PE1(config-router-af)#redistribute ospf 10 vrf satu

metric 10

PE1(config-router-af)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi MPBGP yang dilakukan pada router PE1

yang berfungsi untuk mereditribusikan routing protocol yang terdapat pada

CE dengan routing protocol yang terdapat pada jaringan backbone.

Diketahui bahwa neighbor pada router PE1 adalah 6.6.6.6 yang dimiliki

oleh router PE2.

Page 93: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemudian konfigurasi pada router PE2 :

Router PE 2

Command

konfigurasi

PE2(config)#router bgp 10

PE2(config-router)#no syn

PE2(config-router)#no auto-summary

PE2(config-router)#neighbor 1.1.1.1 remote-as 10

PE2(config-router)#neighbor 1.1.1.1 update-source lo0

PE2(config-router)#address-fam vpnv4

PE2(config-router-af)#neighbor 1.1.1.1 activ

PE2(config-router-af)#exit

PE2(config-router)#address-fam ipv4 vrf satu

PE2(config-router-af)#redistribute connected

PE2(config-router-af)#exit

Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi MPBGP yang dilakukan pada router PE1

yang berfungsi untuk mereditribusikan routing protocol yang terdapat pada

CE dengan routing protocol yang terdapat pada jaringan backbone.

Diketahui bahwa neighbor pada router PE2 adalah 1.1.1.1 yang dimiliki

oleh router PE1.

Pada Konfigurasi MP BGP hanya dilakukan pada router PE1

dan PE2.

Konfigurasi IP di Virtual PC

Konfigurasi dilakukan dengan cara membuka adapter

properties yang ada di kontrol panel lalu, klik properties, lalu klik dua

kali internet protocol version 4. Konfigurasi dilakukan di PC1 dan

PC2. Berikut ini merupakan hasil virtual machine yang telah di

konfigurasi.

Page 94: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5 Konfigurasi IP Virtual PC

Pada Gambar 4.5 diketahui bahwa IP virtual PC1 yang

dikonfigurasi adalah 192.168.1.2 yang berfungsi sebagai server

didalam tahap pengujian.

Gambar 4.6 Konfigurasi IP Virtual PC2

Pada Gambar 4.6 diketahui bahwa IP virtual PC2 yang

dikonfigurasi adalah 172.27.1.2 yang berfungsi sebagai client didalam

tahap pengujian.

Page 95: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

76

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Verifikasi dan Validasi

Pada tahapan ini, penulis melakukan proses verifikasi dan validasi

dari tahapan-tahapan sebelumnya. Penulis melakukan verifikasi apakah

ketiga tahapan sebelumnya sudah konsisten atau belum. Setelah itu penulis

melakukan validasi terhadap model yang sudah dibuat, apakah model yang

telah dibuat sudah tepat dengan tujuan atau belum. Jika terjadi kesalahan pada

tahapan sebelumnya, maka penulis harus memperbaiki dan menyesuaikannya

agar sesuai dengan kebutuhan. Jika kesalahan tidak terjadi, maka proses

penelitian bisa dilanjutkan ke tahapan selanjutnya.

Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Router

Penulis terlebih dahulu mengecek konfigurasi router apakah

sudah terhubung dengan seluruh router lainnya dengan cara

melakukan perintah “show ip route” di salah satu router. Perintah ini

dilakukan untuk menampilkan routing table. Proses ini dilakukan di

GNS3 di seluruh router pada skenario 1,2 dan 3 . Jika ada rute yang

tidak terdaftar di routing table, maka kemungkinan ada konfigurasi

yang salah. Jika hal tersebut terjadi, maka penulis harus melakukan

perbaikan konfigurasi di bagian yang salah. Berikut adalah hasil show

ip route di seluruh skenario:

1. Routing table router PE1 skenario 1,2 dan 3

Tabel 5.1 Verifikasi dan validasi router PE 1 Skenario 1,2 dan 3

Router PE 1

Command sh ip route

Hasil

output

1.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 1.1.1.1 is directly connected, Loopback0 2.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 2.2.2.2 [110/11] via 10.1.1.2, 00:07:44, Ethernet0/0 3.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 3.3.3.3 [110/21] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 [110/21] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0 4.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 4.4.4.4 [110/11] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 5.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 5.5.5.5 [110/21] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 [110/21] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0

Page 96: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 6.6.6.6 [110/31] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 [110/31] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0 10.0.0.0/8 is variably subnetted, 12 subnets, 2 masks C 10.1.1.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 10.1.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/0 O 10.1.2.0/30 [110/20] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0 O 10.1.3.0/30 [110/30] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 [110/30] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0 C 10.2.1.0/30 is directly connected, Ethernet0/1 L 10.2.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/1 O 10.2.2.0/30 [110/20] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 O 10.2.3.0/30 [110/30] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 [110/30] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0 O 10.3.1.0/30 [110/20] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 [110/20] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0 O 10.3.2.0/30 [110/20] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0 O 10.3.3.0/30 [110/20] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 O 10.3.4.0/30 [110/30] via 10.2.1.2, 00:07:34, Ethernet0/1 [110/30] via 10.1.1.2, 00:07:34, Ethernet0/0

Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa :

1. L (Local) menunjukkan interface yang dikonfigurasikan

pada router yaitu ethernet 0/0 10.1.1.1 dan ethernet 0/1

10.2.1.1

2. C ( Connected ) menunjukkan bahwa IP pada ethernet

berhasil terhubung dengan router tetangga. Pada hasil diatas

menunjukkan bahwa IP 1.1.1.1, 10.1.1.0 dan 10.2.1.0 sudah

terhubung dengan router tetangga.

3. O ( OSPF ) menunjukkan bahwa pada router tersebut telah

berhasil di konfigurasi menggunakan routing protocol

OSPF. Dengan jumlah router yang terkoneksi sebanyak 6

buah router dengan network sebagai berikut: 2.2.2.2, 3.3.3.3,

4.4.4.4, 5.5.5.5, 6.6.6.6, 10.1.2.0, 10.1.3.0, 10.2.2.0,

10.2.3.0, 10.3.1.0, 10.3.2.0, 10.3.3.0, 10.3.4.0. hasil tersebut

sesuai dengan model yang dibuat.

Berdasarkan hasil tersebut, meununjukkan bahwa konfigurasi

pada router PE 1 memiliki routing protocol OSPF yang diketahui

berdasarkan keterangan “O” pada terminal setelah ditampilkan dengan

perintah “sh ip route”. Sedangkan keterangan “L” berarti interface yang

dikonfigurasikan pada router dan “C” berarti interface yang terhubung

pada interface lainnya.

2. Routing table router CE1 skenario 1 (OSPF)

Tabel 5.2 verifikasi dan validasi router CE1 skenario 1

Router CE 1

Command sh ip route

Page 97: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil

output

7.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 7.7.7.7 is directly connected, Loopback0 8.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O IA 8.8.8.8 [110/20] via 10.10.10.1, 00:00:36, Ethernet0/0 10.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 10.10.10.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 10.10.10.2/32 is directly connected, Ethernet0/0 20.0.0.0/30 is subnetted, 1 subnets O IA 20.20.20.0 [110/11] via 10.10.10.1, 00:00:36, Ethernet0/0 172.27.0.0/24 is subnetted, 1 subnets O IA 172.27.1.0 [110/20] via 10.10.10.1, 00:00:36, Ethernet0/0 192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 192.168.1.0/24 is directly connected, Ethernet0/1 L 192.168.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/1

Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa :

1. L (Local) menunjukkan interface yang dikonfigurasikan

pada router dengan IP ethernet 0/0 10.10.10.2 dan ethernet

0/1 192.168.1.1

2. C (Connected) menunjukkan bahwa IP pada ethernet

berhasil terhubung dengan router tetangga. Dengan network

7.7.7.7, 10.10.10.0 dan 192.168.1.0.

3. O IA( OSPF Inter Area ) menunjukkan bahwa pada router

tersebut telah berhasil di konfigurasi menggunakan routing

protocol OSPF, akan tetapi “IA” menunjukkan bahwa router

tersebut terkoneksi dengan OSPF yang berada pada area lain.

Dengan network yang terkoneksi yaitu 8.8.8.8, 20.20.20.0

dan 172.27.0.0. hasil tersebut sesuai dengan model yang

dibuat.

Berdasarkan hasil tersebut, meununjukkan bahwa konfigurasi

pada router CE 1 memiliki routing protocol OSPF IA yang diketahui

berdasarkan keterangan “O IA” pada terminal setelah ditampilkan

dengan perintah “sh ip route”. Sedangkan keterangan “L” berarti

interface yang dikonfigurasikan pada router dan “C” berarti interface

yang terhubung pada interface lainnya.

3. Routing table router CE1 skenario 2 (RIPv2)

Tabel 5.3 verifikasi dan validasi router CE1 skenario 2

Router CE 1

Command sh ip route

Hasil

output

7.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 7.7.7.7 is directly connected, Loopback0 8.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets R 8.8.8.8 [120/2] via 10.10.10.1, 00:00:21, Ethernet0/0 10.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 10.10.10.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 10.10.10.2/32 is directly connected, Ethernet0/0 20.0.0.0/30 is subnetted, 1 subnets R 20.20.20.0 [120/1] via 10.10.10.1, 00:00:21, Ethernet0/0 172.27.0.0/24 is subnetted, 1 subnets

Page 98: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

R 172.27.1.0 [120/2] via 10.10.10.1, 00:00:21, Ethernet0/0 192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 192.168.1.0/24 is directly connected, Ethernet0/1 L 192.168.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/1

Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa :

1. L (Local) menunjukkan interface yang dikonfigurasikan

pada router dengan IP ethernet 0/0 10.10.10.2 dan ethernet

0/1 192.168.1.1

2. C (Connected) menunjukkan bahwa IP pada ethernet

berhasil terhubung dengan router tetangga. Dengan network

7.7.7.7, 10.10.10.0 dan 192.168.1.0.

3. R ( RIP ) menunjukkan bahwa pada router tersebut telah

berhasil di konfigurasi menggunakan routing procokol RIP.

Dengan network yang terkoneksi yaitu 8.8.8.8, 20.20.20.0,

172.27.1.0. hasil tersebut sesuai dengan model yang dibuat.

Berdasarkan hasil tersebut, meununjukkan bahwa konfigurasi

pada router CE 1 memiliki routing protocol RIP yang diketahui

berdasarkan keterangan “R” pada terminal setelah ditampilkan dengan

perintah “sh ip route”. Sedangkan keterangan “L” berarti interface yang

dikonfigurasikan pada router dan “C” berarti interface yang terhubung

pada interface lainnya.

4. Routing table router CE1 skenario 3 (EIGRP)

Tabel 5.4 verifikasi dan validasi router CE1 skenario 3

Router CE 1

Command sh ip route

Hasil

output

7.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 7.7.7.7 is directly connected, Loopback0 8.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets D EX 8.8.8.8 [170/2611200] via 10.10.10.1, 00:00:32, Ethernet0/0 10.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 10.10.10.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 10.10.10.2/32 is directly connected, Ethernet0/0 20.0.0.0/30 is subnetted, 1 subnets D EX 20.20.20.0 [170/2611200] via 10.10.10.1, 00:00:32, Ethernet0/0 172.27.0.0/24 is subnetted, 1 subnets D EX 172.27.1.0 [170/2611200] via 10.10.10.1, 00:00:32, Ethernet0/0 192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 192.168.1.0/24 is directly connected, Ethernet0/1 L 192.168.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/1

Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa :

1. L (Local) menunjukkan interface yang dikonfigurasikan

pada router dengan IP ethernet 0/0 10.10.10.2 dan ethernet

0/1 192.168.1.1

Page 99: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. C (Connected) menunjukkan bahwa IP pada ethernet

berhasil terhubung dengan router tetangga. Dengan network

7.7.7.7, 10.10.10.0 dan 192.168.1.0.

3. D EX( RIGRP Exterior) menunjukkan bahwa pada router

tersebut telah berhasil di konfigurasi menggunakan routing

protocol EIGRP. akan tetapi “EX” menunjukkan bahwa

router tersebut terkoneksi dengan EIGRP yang berada pada

area lain. Dengan network yang terkoneksi yaitu 8.8.8.8,

20.20.20.0, 172.27.1.0. hasil tersebut sesuai dengan model

yang dibuat.

Berdasarkan hasil tersebut, meununjukkan bahwa konfigurasi

pada router CE 1 memiliki routing protocol EIGRP yang diketahui

berdasarkan keterangan “D EX” pada terminal setelah ditampilkan

dengan perintah “sh ip route”. Sedangkan keterangan “L” berarti

interface yang dikonfigurasikan pada router dan “C” berarti interface

yang terhubung pada interface lainnya.

5. MPLS interface router PE1 skenario 1,2 dan 3

Tabel 5.5 Verifikasi dan Validasi MPLS

Router PE 1

Command sh mpls interfaces

Hasil

Output

Interface IP Tunnel BGP Static Operational Ethernet0/0 Yes (ldp) No No No Yes Ethernet0/1 Yes (ldp) No No No Yes

Commad sh mpls interface detail

Hasil

Output

Interface Ethernet0/0: Type Unknown IP labeling enabled (ldp): Interface config LSP Tunnel labeling not enabled IP FRR labeling not enabled BGP labeling not enabled MPLS operational MTU = 1500 Interface Ethernet0/1: Type Unknown IP labeling enabled (ldp): Interface config LSP Tunnel labeling not enabled IP FRR labeling not enabled BGP labeling not enabled MPLS operational MTU = 1500

Commad sh mpls ldp neighbor

Hasil

Output

Peer LDP Ident: 2.2.2.2:0; Local LDP Ident 1.1.1.1:0 TCP connection: 2.2.2.2.39441 - 1.1.1.1.646 State: Oper; Msgs sent/rcvd: 20/20; Downstream Up time: 00:01:22 LDP discovery sources:

Page 100: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ethernet0/0, Src IP addr: 10.1.1.2 Addresses bound to peer LDP Ident: 10.1.1.2 2.2.2.2 10.1.2.1 10.3.1.1 10.3.2.1 Peer LDP Ident: 4.4.4.4:0; Local LDP Ident 1.1.1.1:0 TCP connection: 4.4.4.4.37054 - 1.1.1.1.646 State: Oper; Msgs sent/rcvd: 20/20; Downstream Up time: 00:01:21 LDP discovery sources: Ethernet0/1, Src IP addr: 10.2.1.2 Addresses bound to peer LDP Ident: 10.2.1.2 4.4.4.4 10.2.2.1 10.3.1.2 10.3.3.1

Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menjelaskan bahwa :

1. Sh mpls interface

Menampilkan hasil MPLS pada interface yang telah di

konfigurasi. Jika dilihat dari output menjelaskan bahwa interface

ethernet 0/0 dan 0/1 menggunakan IP MPLS LDP dengan

keterangan bahwaa telah dapat beroperasi.

2. Sh mpls interface detail

Menampilkan keseluruhan informasi MPLS yang telah

dikonfigurasi. Dari output tersebut didapat keterangan pada

ethernet 0/0 dan 0/1 bahwa interface tersebut menggunakan

MPLS type ldp dengan maximum tarnsmission unit 1500.

3. Sh mpls ldp neighbor

Menampilkan MPLS router tetangga yang telah di konfigurasi.

Berdasarkan hasil tersebut, ethernet 0/0 menunjukkan bahwa

tetangga yang menggunakan MPLS yaitu 10.1.1.2, yang

diketahui melalui router-id 2.2.2.2 sebagai IP loopback serta

kemudian dilanjutkan dengan IP 10.1.2.1, 10.3.1.1 dan 10.3.2.1.

ethernet 0/1 menunjukkan bahwa tetangga yang menggunakan

MPLS yaitu 10.2.1.2, yang diketahui melalui router-id 4.4.4.4

sebagai IP loopback serta kemudian dilanjutkan dengan IP

10.2.2.1, 10.3.1.2, 10.3.3.1.

Dari 3 command tersebut membuktikan bahwa MPLS berhasil di

verifikasi dan di validasi.

Untuk verifikasi MPLS dapat dilakukan dengan beberapa

perintah seperti: “sh mpls interfaces” untuk menampilkan routing table

MPLS pada router. “sh mpls interface details” untuk menampilkan

informasi MPLS pada router. “sh mpls ldp neighbor” menampilkan

informasi MPLS yang terhubung dengan router lainnya yang memiliki

konfigurasi MPLS. Perintah tersebut dapat dilakukan pada router yang

Page 101: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berada pada jaringan MPLS backbone untuk memverifikasi status

MPLS tersebut. Router yang berada di jaringan MPLS backbone yaitu

PE1,P1,P2,P3,P4 dan PE2.

6. Verifikasi VRF pada PE 1 skenario 1 dan 2.

Tabel 5.6 Verifikasi dan Validasi VRF

Router PE 1

Commad sh ip vrf

Hasil

Output

Name Default RD Interfaces satu 10:1 Et0/2

Command sh ip vrf int

Hasil

Output

Interface IP-Address VRF Protocol Et0/2 10.10.10.1 satu up

Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menjelaskan bahwa :

1. sh ip vrf

menampilkan ip vrf yang telah dikonfigurasi. Berdasarkan

output diketahui bahwa terdapat 1 vrf yaitu “VRF SATU”,

dengan rd 10:1 melalui interface ethernet 0/2.

2. sh ip vrf interface

menampilkan ip vrf pada interface yang telah di konfigurasi.

Dari output dijelaskan melalui ethernet 0/2 dengan IP

10.10.10.1 dengan protocol status “up” telah berhasil

dijalankan.

Diatas merupakan perintah untuk memverifikasi VRF yang

telah dikonfigurasi. Diantaranya menggunakan perintah: “sh vrf” yang

akan menampilkan table vrf. “sh vrf int” menampilkan table interface

pada vrf.

Page 102: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Verifikasi BGP pada skenario 1,2 dan 3 Tabel 5.7 Verifikasi dan Validasi BGP

Router PE 1

Command sh ip bgp summary

Hasil

Output

BGP router identifier 1.1.1.1, local AS number 10 BGP table version is 1, main routing table version 1 Neighbor V AS MsgRcvd MsgSent TblVer InQ OutQ Up/Down State/PfxRcd 6.6.6.6 4 10 12 12 1 0 0 00:06:07 0

Router PE 2

Command sh ip bgp summary

Hasil

Output

BGP router identifier 6.6.6.6, local AS number 10 BGP table version is 1, main routing table version 1 Neighbor V AS MsgRcvd MsgSent TblVer InQ OutQ Up/Down State/PfxRcd 1.1.1.1 4 10 14 14 1 0 0 00:08:02 0

Deskripsi Berdasarkan output pada router PE 1 dan PE 2 menyatakan bahwa

verifikasi dan validasi BGP telah berhasil. Hal ini dibuktikan telah

tercantumnya IP tetangga BGP pada router PE 1 yaitu 6.6.6.6 dan

router PE2 yaitu 1.1.1.1

Diatas merupakan hasil dari tampilan pada router PE 1 dan PE

2 untuk mengetahui bahwa BGP pada jaringan skenario 1,2 dan 3 telah

aktif dengan menggunakan perintah “sh ip bg summary”

Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Virtual PC

Slanjutnya penulis mengecek konfigurasi IP komputer virtual

untuk memastikan apakah sudah sesuai dengan model yang dibuat.

Pengecekan dilakukan dengan cara membuka command prompt lalu

memasukkan perintah “ipconfig”. Proses ini dilakukan di PC1 dan

PC2 pada seluruh skenario. Berikut adalah hasil pengecekan IP di PC1

dan PC2 yang telah berhasil :

Page 103: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Hasil ipconfig PC1

Gambar 5.1 IP PC1

Pada Gambar 5.1 menunjukkan IP yang dikonfigurasi pada virtual

PC1 dengan IP yaitu 192.168.1.2.

2. Hasil ipconfig PC2

Gambar 5.2 IP PC2

Pada Gambar 5.2 menunjukkan bahwa IP yang dikonfigurasi pada

virtual PC2 dengan IP 172.27.1.2.

Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Topologi menggunakan

Tracert

Setelah verifikasi dan validasi konfigurasi router dan virtual

PC selesai, selanjutnya seluruh perangkat dinyalakan dan diuji dengan

menggunakan alat bantu “tracert”. “tracert” adalah alat yang

digunakan untuk menunjukkan rute yang dilewati paket untuk

mencapai tujuan. Proses ini dilakukan dengan cara mengirim pesan

ICMP atau internet control message protocol echo request ke tujuan

dengan nilai TTL (time to live) yang meningkat setiap paket data

diteruskan. Pengujian dilakukan di PC1 dan PC2. PC1 melakukan

Page 104: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tracert, ke PC 2 dan PC 2 melakukan tracert ke PC 1. Proses verifikasi

ini dilakukan di seluruh skenario. Berikut adalah hasil tracert dari PC1

dan PC2 di seluruh skenario :

1. Tracert Skenario 1 OSPF

Gambar 5.3 tracert dari PC1 ke PC2

Gambar diatas merupakan hasil tracert yang dilakukan pada skenario

1 dengan menggunakan routing protocol OSPF. Dari Gambar 5.3

diketahui rute yang dilalui yaitu: 192.168.1.1, 10.10.10.1, 10.1.1.2,

10.1.2.2, 20.20.20.1, 20.20.20.2 dan 172.27.1.2.

Gambar 5.4 tracert dari PC2 ke PC1

Pada Gambar 5.4 diketahui rute yang dilalui yaitu: 172.27.1.1,

20.20.20.1, 10.1.3.1, 10.3.3.1, 10.10.10.1, 10.10.10.2 dan

192.168.1.2. berdasarkan dari hasil dua gambar tersebut routing

protocol OSPF telah berhasil terhubung antara virtual PC1 dengan

virtual PC2.

Page 105: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Tracert Skenario 2 EIGRP

Gambar 5.5 tracert dari PC1 ke PC2

Gambar diatas merupakan hasil tracert yang dilakukan pada skenario

2 dengan menggunakan routing protocol EIGRP. Dari Gambar 5.5

diketahui rute yang dilalui yaitu: 192.168.1.1, 10.10.10.1, 10.1.1.2,

10.1.2.2, 20.20.20.1, 20.20.20.2 dan 172.27.1.2.

Gambar 5.6 tracert dari PC2 ke PC1

Pada Gambar 5.6 diketahui rute yang dilalui yaitu: 172.27.1.1,

20.20.20.1, 10.1.3.1, 10.3.3.1, 10.10.10.1, 10.10.10.2 dan

192.168.1.2. berdasarkan dari hasil dua gambar tersebut routing

protocol EIGRP telah berhasil terhubung antara virtual PC1 dengan

virtual PC2.

Page 106: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Tracert skenario 3 RIPv2

Gambar 5.7 tracert dari PC1 ke PC2

Diatas merupakan hasil tracert yang dilakukan pada skenario 3

dengan menggunakan routing protocol RIPv2. Dari Gambar 5.7

diketahui rute yang dilalui yaitu: 192.168.1.1, 10.10.10.1, 10.1.1.2,

10.1.2.2, 20.20.20.1, 20.20.20.2 dan 172.27.1.2.

Gambar 5.8 tracert dari PC2 ke PC1

pada Gambar 5.8 diketahui rute yang dilalui yaitu: 172.27.1.1,

20.20.20.1, 10.1.3.1, 10.3.3.1, 10.10.10.1, 10.10.10.2 dan

192.168.1.2. berdasarkan dari hasil dua gambar tersebut routing

protocol RIPv2 telah berhasil terhubung antara virtual PC1 dengan

virtual PC2.

Hasil trace route menggunakan tracert di atas menunjukkan

jalur yang dipilih oleh router untuk menghubungkan PC1 dan PC2.

Hasil tersebut juga membuktikan bahwa PC1 dan PC2 telah

terhubung. Setiap routing protocol memiliki metode pemilihan

jalurnya masing-masing. Sehingga jalur yang dipilih di setiap skenario

berbeda-beda sesuai dengan routing protocol yang digunakan.

Page 107: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2 Experimentation

Pada tahap ini, penulis melakukan pengujian sesuai dengan setiap

skenario yang telah dibuat pada tahapan modelling.

Pengujian Ping Response Time

Pengujian ping response time dilakukan menggunakan alat

bantu NetIO GUI yang dijalankan di kedua virtual PC. PC 1 dijadikan

sebagai server dan PC 2 dijadikan sebagai client. Pengujian dilakukan

dengan 6 jenis packet size yaitu 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte.

Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali.

Pengujian TX dan RX

Pengujian Transmit troughput (TX), dan receive troughput

(RX) dilakukan menggunakan alat bantu NetIO GUI yang dijalankan

di kedua virtual PC. PC 1 dijadikan sebagai server dan PC 2 dijadikan

sebagai client. Pengujian dilakukan dengan 6 jenis window size yaitu

1, 2, 4, 8, 16, dan 32 Kbyte. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali

di seluruh skenario di GNS3.

Gambar 5.9 Tampilan NetIO GUI di PC 1

Page 108: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.10 Tampilan NetIO GUI di PC 2

Pengujian Packet Loss

Pengujian packet loss dilakukan menggunakan alat bantu

Iperf3 yang dijalankan di kedua virtual PC. PC 1 dijadikan sebagai

server dan PC 2 dijadikan sebagai client. Pengujian di lakukan selama

60 detik dengan bandwidth 1Mbps dan buffer length sebesar 1Kbyte.

Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali di seluruh skenario di GNS3.

Pengujian Jitter

Pengujian Pengujian Jitter dilakukan menggunakan alat bantu

Iperf3 yang yang dijalankan di kedua virtual PC. PC1 dijadikan

sebagai server dan PC2 dijadikan sebagai client. Pengujian di lakukan

selama 60 detik dengan bandwidth 1Mbps dan buffer length sebesar

1Kbyte. PC 1 diberikan perintah “iperf3 –s” dan untuk pengujian

dengan buffer length 1Kbyte, PC2 diberikan perintah iperf3 -c

192.168.1.2 -f k -l 1K -R -t 60 -i 60 -u. Pengujian ini dilakukan

sebanyak 10 kali di seluruh skenario di GNS3.

Page 109: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.11 Tampilan pengujian menggunakan Iperf3 di PC 1

Pada Gambar 5.11 dapat dilihat nilai dari interval, transfer,

bandwith, jitter dan lost/datagrams jika dijalankan dengan perintah

iperf3 –s pada virtual PC1.

Gambar 5.12 Tampilan pengujian menggunakan Iperf3 di PC 2

Pada Gambar 5.12 dapat dilihat nilai dari interval, transfer,

bandwith, jitter dan lost/datagrams jika dijalankan dengan perintah

iperf3 -c 192.168.1.2 -f k -l 1K -R -t 60 -i 60 –u pada virtual PC2.

Pengujian Convergence Time

Pengujian convergence time dilakukan dengan menggunakan

Wireshark. Pengujian dilakukan dengan cara menangkap paket yang

ada di router PE1 pada interface e0/1. Pengujian ini dilakukan

sebanyak 5 kali di seluruh skenario di GNS3.

Page 110: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.13 Tampilan pengujian convergence time menggunakan Wireshark

Pada Gambar 5.13 menunjukkan hasil pengujian convergence

time menggunanakan wireshark .

5.3 Output Evaluation

Pada tahapan ini, hasil dari simulasi yang telah dilakukan kemudian

di catat dan dituliskan dalam bentuk tabel dan digambarkan dalam bentuk

grafik. Hasil yang dihasilkan antara lain adalah ping response time, transmit

troughput, receive troughput, convergence time, dan jitter. Berikut adalah

hasil dari setiap skenario :

Hasil Skenario 1 OSPF

Hasil percobaan TX dan RX pada skenario 1 dengan protokol

OSPF dapat di lihat di tabel di bawah ini :

Page 111: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

92

Tabel 5.8 Tabel TX OSPF pada skenario 1 (Kbyte/sec)

Tabel 5.9 Tabel RX OSPF pada skenario 1 (Kbyte/sec)

Windows

Size(Kbyte)

Percobaan Ke (Kbyte/Sec) Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 828.54 696.81 1264.8 824.61 912.67 1140.97 1109.94 1220.68 832.5 1294.5 1012,602

2 1757.59 1955.45 1725.08 1847.43 2525.9 2005.51 1673.27 2587.76 2174.71 1854.54 2010,724

4 2915.52 2287.72 2761.19 1607.17 2063.53 2410.69 1216.07 2624.86 2298.48 2491.56 2267,679

8 3132.31 2920.45 2334.95 2960.57 2874.85 2447.34 1945.4 2322.16 2358.59 3162.96 2645,958

16 3301.02 3226.19 183.15 3025.3 3125.91 3074.47 2952.07 3045.93 3165.81 2522.65 2762,25

32 3257.12 2861.83 3418.39 3038.66 2302.49 2084.27 2827.82 2785.01 3327.45 3266.18 2916,922

Rata-rata 2535.02 2324.74 1947.93 2217.29 2300.89 2193.87 1954.10 2431.07 2367.09 2432.06 2270,406

Windows

Size(Kbyte)

Percobaan Ke (Kbyte/Sec) Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 920.58 1314.05 1232.4 1077.59 1051.52 771.52 1302.45 1774.02 1002.99 1079.19 1152,631

2 2488.38 2129.64 1841.3 1931.28 1196.39 1703.55 1958.52 2490.59 2388.39 1799.13 1992,717

4 1694.94 2847.64 2610.67 2738.67 1985.33 1932.39 2192.14 2514.5 2956.3 2683.24 2415,582

8 3200.92 2975.39 2692.36 3137.93 3002.8 2034.99 1818.66 3028.49 1808.73 2463.34 2616,361

16 2537.05 3219.24 2499.08 3104.73 3276.27 1573.33 2533.97 1720.56 2835.59 3213.28 2651,31

32 3586.31 3268.69 1900.16 2601.32 2330.19 3462.62 2750.61 2759.05 2629.68 2797.64 2808,627

Rata-rata 2404.70 2625.78 2129.33 2431.92 2140.42 1913.07 2092.73 2381.20 2270.28 2339.30 2272,873

Page 112: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari Tabel 5.8, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan

window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata

sebesar 1152.631, 1992.717, 2415.582, 2616.361, 2651.31 dan

2808.627 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 2272.873 kbps.

Sedangkan untuk hasil pengujian RX pada Tabel 5.9 memiliki nilai

rata-rata sebesar 1012.602, 2010.724, 2267.679, 2645,958, 2762.25

dan 2916.922 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 2270.406 kbps.

Hasil pengujian yang didapatkan menunjukkan bahwa hasil pengujian

TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada

pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan.

Karena nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32

Kbyte menghasilkan hasil yang bervariasi, namun hasil pengujian

dengan window size 1kb tidak pernah lebih besar dari pada 32kb. Dari

tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX tidak jauh

berbeda.

Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time pada

protocol OSPF dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte.

Berikut adalah hasil pengujiannya :

Tabel 5.10 Hasil pengujian ping response time OSPF pada skenario 1 (Kbyte)

Packet

Size(Byte)

Percobaan Ke (ms) Rata-

rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

32 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2,6

64 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2,7

128 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2,7

256 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2,7

512 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2,8

1024 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2,8

Rata-rata 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2,7

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.10, dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata ping response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512,

1024 byte secara berturut-turut adalah 2.6, 2.7, 2.7, 2.7, 2.8 dan 2.8

Page 113: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan nilai rata-rata keseluruhan adalah 2.7. Dari hasil tersebut dapat

di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.

Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protocol UDP yaitu

jitter dan packet loss dengan buffer length 1kbyte di GNS3. Berikut

adalah tabel hasilnya :

Tabel 5.11 Hasil pengujian jitter dan packet loss OSPF pada skenario 1

Hasil Test UDP Percobaan Ke

Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jitter (ms) 0.007 0.000 1.289 0.293 0.000 0.660 0.000 0.020 0.003 0.000 0,2272

Packet Loss (%) 37 38 39 36 34 35 37 36 37 37 36,6

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.11, dapat dilihat bahwa nilai

jitter secara berturut-turut adalah 0.007, 0.000, 1.289, 0.293, 0.000,

0.660, 0.000, 0.020, 0.003 dan 0.000 dengan nilai rata-rata adalah

0.2272. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 37,

38, 39, 36, 34, 35, 37, 36, 37dan 37 dengan nilai rata-rata adalah 36.6.

Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.

Selanjutnya adalah pengujian convergence time OSPF pada

skenario 1. Berikut adalah hasilnya :

Tabel 5.12 Hasil pengujian convergence time OSPF pada skenario 1

Protocol Percobaan Ke

Rata-rata 1 2 3 4 5

OSPF 48.19 53.76 52.71 54.25 51.05 51.99

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.12, dapat dilihat bahwa

OSPF memiliki nilai rata-rata waktu convergence yaitu 51.99.

Hasil Skenario 2 EIGRP

Hasil percobaan TX dan RX pada skenario 2 dengan protokol

EIGRP dapat di lihat di tabel di bawah ini :

Page 114: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

95

Tabel 5.13 Tabel TX EIGRP pada skenario 2 (Kbyte/sec)

Tabel 5.14 Tabel RX EIGRP pada skenario 2 (Kbyte/sec)

Windows

Size(Kbyte)

Percobaan Ke (Kbyte/Sec) Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1655.21 1090.29 112.83 872.42 1112.48 1070.54 1055.03 937.62 791.89 1267.43 996,574

2 1843.27 2109.1 1949.48 1629.33 2073.27 1852.68 2037 2658.43 2252.13 2532.14 2093,683

4 3068.33 3077.5 2811.29 2222.84 2761.8 2698.88 1585.08 2771.57 2807.94 1458.92 2526,415

8 3559.83 2981.94 2884.22 2830.45 3245.31 2497.4 2959.85 2749.79 3122.1 3080.84 2991,173

16 2213.33 2889.57 2974.54 3274.66 3170.58 2605.09 2190.78 2929.62 2998.8 2613.45 2786,042

32 3404.43 2599.37 2631.39 3407.55 2373.26 3234.01 3317.3 3421.11 2945.35 2440.44 2977,421

Rata-rata 2592.40 2457.96 2393.96 2372.88 2456.12 2326.43 2190.84 2578.02 2486.37 2232.20 2408,718

Windows

Size(Kbyte)

Percobaan Ke (Kbyte/Sec) Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 873.64 1187.82 1231.92 1220.24 1252.19 1204.99 1129.95 1104.13 1099.31 1210.14 1151,433

2 1960.65 2100.01 2327.46 1706.89 1901.57 1885.08 1837.05 1728.03 1896.8 1370.38 1871,392

4 2595.69 2174.18 2412.09 2497.65 2845.16 2464.95 2642.67 2115.78 2578.65 2445.63 2477,245

8 3245.36 3164.58 2774.65 2918.37 3098.67 3069.53 2156.34 2957.86 2832.46 2676.19 2889,401

16 2599 2641.56 2157.94 3161.18 2120.97 2581.11 2654.89 3161.73 2858.65 3021.05 2695,808

32 3407.3 2038.88 2661.04 2886.1 2797.38 3338.41 2279.19 3076.66 3144.2 2782.44 2841,16

Rata-rata 2446.94 2217.84 2263.85 2398.40 2335.99 2424.01 2116.68 2357.37 2401.68 2250.97 2321,373

Page 115: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari Tabel 5.13, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX

dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai

rata-rata sebesar 996.574, 2093.683, 2526.415, 2991.173, 2786.042

dan 2977.421 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 2408.718 kbps.

Sedangkan untuk hasil pengujian RX pada Tabel 5.14 memiliki nilai

rata-rata sebesar 1151.433, 1871.392, 2477.245, 2889.401, 2695.808

dan 2841.16 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 2321.373 kbps.

Hasil pengujian yang didapatkan menunjukkan bahwa hasil pengujian

TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada

pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan.

Karena nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32

Kbyte menghasilkan hasil yang bervariasi, namun hasil pengujian

dengan window size 1kb tidak pernah lebih besar dari pada 32kb. Dari

tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX tidak jauh

berbeda.

Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di

GNS3 dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut

adalah hasil pengujiannya :

Tabel 5.15 Hasil pengujian ping response time EIGRP pada skenario 2

Packet

Size(Byte)

Percobaan Ke (ms) Rata-

rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

32 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2,5

64 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2,6

128 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2,6

256 3 3 2 3 2 2 1 3 2 2 2,3

512 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2,6

1024 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2,8

Rata-rata 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2,5

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.15, dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata ping response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512,

1024 byte secara berturut-turut adalah 2.5, 2.6, 2.6, 2.3, 2.6 dan 2.8

Page 116: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan nilai rata-rata keseluruhan adalah 2.5. Dari hasil tersebut dapat

di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.

Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu

jitter dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3.

Berikut adalah tabel hasilnya :

Tabel 5.16 Hasil pengujian jitter dan packet loss EIGRP pada skenario 2

HASIL Test UDP

Percobaan Ke Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jitter (ms) 0.004 0.104 0.001 1.500 0.000 0.000 0.040 0.114 0.000 0.302 0,2065

Packet Loss (%) 36 35 37 40 36 36 42 39 37 37

37,5

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.16, dapat dilihat bahwa nilai

jitter secara berturut-turut adalah 0.004, 0.104, 0.001, 1.500, 0.000,

0.000, 0.040, 0.114, 0.000 dan 0.302 dengan nilai rata-rata adalah

0.2065. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 36,

35, 37, 40, 36, 36, 42, 39, 37dan 37 dengan nilai rata-rata adalah 37.5.

Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.

Selanjutnya adalah pengujian convergence time EIGRP pada

skenario 2 Berikut adalah hasilnya :

Tabel 5.17 Hasil pengujian convergence time EIGRP pada skenario 2

Protocol Percobaan Ke

Rata-rata 1 2 3 4 5

EIGRP 44.43 47.72 43.63 47.65 47.87 46.26

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.17, dapat dilihat bahwa

OSPF memiliki nilai rata-rata waktu convergence yaitu 46.26.

Hasil Skenario 3 RIPv2

Hasil percobaan TX dan RX pada skenario 3 dengan protokol

RIPv2 dapat di lihat di tabel di bawah ini :

Page 117: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

98

Tabel 5.18 Tabel TX RIPv2 pada skenario 3 (Kbyte/sec)

Tabel 5.19 Tabel RX RIPv2 pada skenario 3 (Kbyte/sec)

Windows

Size(Kbyte)

Percobaan Ke (Kbyte/Sec) Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 877.56 1450.03 1504.98 887.79 1479.81 647.01 1223.13 1342.71 1010.57 1210.74 1163,433

2 1744.38 2371.54 2127.78 1662.77 1976.22 2257.97 1560.38 1625.46 1493.95 2604.21 1942,466

4 1695.06 2781.38 2728.44 1808.92 2804 1999.27 2915.91 2517.02 2110.04 2262 2362,204

8 2752.74 2706.24 2566.15 2917.15 2890.54 2267.77 2699.5 2284.46 2442.78 2918.19 2644,552

16 3159.39 3132.08 2525.13 3299.78 1911.93 2429.53 2953.18 2798.24 3145.94 2647.49 2800,269

32 3088.71 3281.5 3097.56 2775.51 2796.73 2739.88 2736.81 3552.18 2391.34 3006.39 2946,661

Rata-rata 2219.64 2620.46 2425.01 2225.32 2309.87 2056.90 2348.15 2303.34 2099.10 2441.50 2304,929

Windows

Size(Kbyte)

Percobaan Ke (Kbyte/Sec) Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1081.06 1260.62 1281.07 894.22 914.95 1199.52 988.09 971.01 1211.63 969.06 1077,123

2 2362.05 2033.04 2579.36 1598.03 1966.55 2250.89 1273.1 2645.22 2097.03 2125.25 2093,052

4 2593.36 2844.66 1524.31 2725.61 2666.55 1886.42 2239.08 2561.48 2602.6 2572.84 2421,691

8 2682.58 3207.62 3190.82 2544..56 2518.17 2800.53 3228.87 2654.27 2867.53 3023.24 2908,181

16 2284.92 2293.47 2510.49 2631.68 2826.28 2729.02 2598.76 2927.32 2408.48 2181.02 2539,144

32 2493 2944.4 2601.64 2782.94 2557.63 3256.74 1789.68 2794.4 3227.37 3291.47 2773,927

Rata-rata 224.49 2430.64 2281.28 2196.17 2241.69 2353.85 2019.60 2425.62 2402.44 2360.48 2093,626

Page 118: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari Tabel 5.18, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX

dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai

rata-rata sebesar 1163.433, 1942.466, 2362.204, 2644.552, 2800.269

dan 2946.661 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 2304.929 kbps.

Sedangkan untuk hasil pengujian RX pada Tabel 5.19 memiliki nilai

rata-rata sebesar 1077.123, 2093.052, 2421.691, 2908.181, 2539.144

dan 2773.927 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 2093.626 kbps.

Hasil pengujian yang didapatkan menunjukkan bahwa hasil pengujian

TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada

pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan.

Karena nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32

Kbyte menghasilkan hasil yang bervariasi, namun hasil pengujian

dengan window size 1kb tidak pernah lebih besar dari pada 32kb. Dari

tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX tidak jauh

berbeda.

Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di

GNS3 dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut

adalah hasil pengujiannya :

Tabel 5.20 Hasil pengujian ping response time RIPv2 pada skenario 3

Packet

Size(Byte)

Percobaan Ke (ms) Rata-

rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

32 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2,6

64 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2,7

128 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2,4

256 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2,5

512 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2,6

1024 3 3 3 3 3 3 3 7 2 3 3,3

Rata-rata 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2,6

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.20, dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata ping response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512,

1024 byte secara berturut-turut adalah 2.6, 2.7, 2.4, 2.5, 2.6 dan 3,3

Page 119: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ms dengan nilai rata-rata keseluruhan adalah 2.6. Dari hasil tersebut

dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.

Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu

jitter dan packet loss dengan buffer length 1kbyte di GNS3. Berikut

adalah tabel hasilnya :

Tabel 5.21 Hasil pengujian jitter dan packet loss RIPv2 pada skenario 3

HASIL TEST UDP PERCOBAAN KE

RATA-RATA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

JITTER (ms) 0.001 1.721 1.537 0.033 1.551 1.797 2.198 0.001 0.045 0.001 0,8885

Packet Loss (%) 40 38 38 43 35 38 41 37 52 38 40

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.21, dapat dilihat bahwa nilai

jitter secara berturut-turut adalah 0.001, 1.721, 1.537, 0.033, 1.551,

1.797, 2.198, 0.001, 0.045 dan 0.001 dengan nilai rata-rata adalah

0.8885. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 40,

38, 38, 43, 35, 38, 41, 37, 52 dan 38 dengan nilai rata-rata adalah 40.

Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.

Selanjutnya adalah pengujian convergence time RIPv2.

Berikut adalah hasilnya :

Tabel 5.22 Hasil pengujian convergence time RIPv2 pada skenario 3

Protocol Percobaan Ke

Rata-rata 1 2 3 4 5

RIPv2 47.31 58.97 48.15 59.62 60.23 54.85

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.22 , dapat dilihat bahwa

OSPF memiliki nilai rata-rata waktu convergence yaitu 54.85.

Page 120: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Evaluasi Hasil Skenario 1 OSPF dengan skenario 2 EIGRP

Setelah mendapatkan hasil pengujian skenario 1 dengan

menggunakan protocol OSPF dan skenario 2 dengan menggunakan

protocol EIGRP, maka didapatkan hasil perbandingan seperti

dibawah:

Tabel 5.23 Hasil skenario 1 OSPF dengan skenario 2 EIGRP

Parameter OSPF EIGRP

PING (ms) 2.7 2.5

TX (kbps) 2272,873 2408,718

RX (kbps) 2270,406 2321,373

JITTER UDP 1Kbyte (ms) 0,2272 0,2065

PACKET LOSS UDP 1 Kbyte (%) 36,6 37,5

CONVERGENCE TIME (detik) 51.99 46.26

Dari hasil perbandingan pada Tabel 5.23, dapat dilihat bahwa

hasil pada skenario 1 menggunakan protocol OSPF dengan skenario 2

menggunakan protocol EIGRP memiliki kelebihan dan kekurangan di

bidang parameter tertentu. Dalam pengujian ping response time pada

Grafik 5.1, protocol EIGRP memiliki nilai yang lebih baik yaitu 2.5

ms sedangkan protocol OSPF memiliki nilai 2.7 ms. Berikut adalah

grafik perbandingan ping response time skenario 1 OSPF dengan

skenario 2 EIGRP :

Grafik 5.1 Perbandingan Ping pada skenario 1 dengan skenario 2

2,7

2,5

2,4 2,5 2,6 2,7 2,8

OSPF

EIGRP

WAKTU (MS)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL PING (ms)

Page 121: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

102

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk pengujian TX dan RX, protocol EIGRP mengungguli

protocol OSPF dengan nilai 2408.718 kbps untuk TX dan 2321.373

untuk RX sedangkan hasil TX dan RX pada protocol OSPF adalah

2272.873 kbps untuk TX dan 2270.406 untuk RX. Jumlah selisih TX

dan RX antara protocol EIGRP dengan OSPF adalah sebesar 135.305

kbps untuk TX dan 56.967 untuk RX. Jumlah selisih tersebut

merupakan jumlah yang cukup kecil. Berikut adalah grafik

perbandingan troughput skenario 1 OSPF dengan Skenario 2 EIGRP:

Grafik 5.2 Perbandingan TX dan RX pada skenario 1 dengan skenario 2

Untuk pengujian jitter protocol EIGRP menghasilkan nilai

yang lebih kecil yaitu sebesar 0.2065 berbanding dengan protocol

OSPF sebesar 0.2272. Dalam hal ini protocol EIGRP masih

mengungguli protocol OSPF. Berikut dibawah ini adalah grafik

perbandingan jitter skenario 1 OSPF dengan skenario 2 EIGRP.

Grafik 5.3 Perbandingan jitter pada skenario 1 dengan skenario 2

0,2272

0,2065

0,19 0,2 0,21 0,22 0,23

OSPF

EIGRP

WAKTU (MS)

JEN

IS R

OU

TIN

G

PR

OTO

CO

L

JITTER (ms)

2408,718

2272,406

2321,373

2270,406

2200 2250 2300 2350 2400 2450

EIGRP

OSPF

JUMLAH (KBYTE/SEC)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL

TROUGHPUT

RX TX

Page 122: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

103

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk pengujian packet loss protocol OSPF menghasilkan

nilai yang lebih kecil yaitu sebesar 36.6% berbanding dengan protocol

EIGRP yang menghasilkan nilai sedikit lebih besar yaitu sebesar

37.5%. Dalam hal ini protocol OSPF bisa mengungguli protocol

EIGRP. Berikut adalah grafik packet loss skenario 1 OSPF dengan

skenario 2 EIGRP :

Grafik 5.4 Perbandingan packet loss pada skenario 1 dengan skenario 2

Untuk pengujian convergence time, protocol EIGRP memiliki

rata-rata waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan protocol OSPF.

Berikut adalah grafik perbandingannya :

Grafik 5.5 Perbandingan convergence time pada skenario 1 dengan skenario 2

36,6

37,5

36 36,5 37 37,5 38

OSPF

EIGRP

JUMLAH (%)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL PACKET LOSS

51,99

46,26

42 44 46 48 50 52 54

OSPF

EIGRP

WAKTU (DETIK)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL CONVERGENCE TIME

Page 123: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

104

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Evaluasi Hasil Skenario 1 OSPF dengan Skenario 3 RIPv2

Setelah mendapatkan hasil pengujian skenario 1 dengan

menggunakan protocol OSPF dan skenario 3 dengan menggunakan

protocol RIPv2, maka didapatkan hasil perbandingan seperti dibawah:

Tabel 5.24 Hasil skenario 1 OSPF dengan skenario 3 RIPv2

PARAMETER OSPF RIPv2

PING (ms) 2.7 2.6

TX (kbps) 2272,873 2304.929

RX (kbps) 2270,406 2093.626

JITTER UDP 1Kbyte (ms) 0,2272 0.8885

PACKET LOSS UDP 1 Kbyte (%) 36,6 40

CONVERGENCE TIME (Detik) 51.99 54.85

Dari hasil perbandingan pada Tabel 5.24, dapat dilihat bahwa

hasil pada skenario 1 menggunakan protocol OSPF dengan skenario 3

menggunakan protocol RIPv2 memiliki kelebihan dan kekurangan di

bidang parameter tertentu. Dalam pengujian ping response time

protocol OSPF memiliki nilai yang lebih baik yaitu 2.7 ms sedangkan

protocol RIPv2 memiliki nilai 2.6 ms. Berikut adalah grafik

perbandingan ping response time skenario 1 OSPF dengan Skenario 3

RIPv2 :

Grafik 5.6 Perbandingan Ping pada skenario 1 dengan skenario 3

2,7

2,6

2,55 2,6 2,65 2,7 2,75

OSPF

RIPv2

WAKTU (MS)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL PING (ms)

Page 124: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

105

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk pengujian TX , protokol RIPv2 mengungguli protocol

OSPF dengan nilai TX pada RIPv2 sebesar 2304.929 kbps dan pada

OSPF sebesar 2272.873. Namun pada pengujian RX, protocol OSPF

mengungguli protocol RIPv2 dengan nilai RX pada OSPF sebesar

2270.406 dan pada RIPv2 sebesar 2093.626. Berikut adalah grafik

perbandingan troughput skenario 1 OSPF dengan Skenario 3 RIPv2:

Grafik 5.7 Perbandingan TX dan RX pada skenario 1 dengan skenario 3

Untuk pengujian jitter protocol RIPv2 menghasilkan nilai

yang lebih besar yaitu sebesar 0.8885 berbanding dengan protocol

OSPF sebesar 0.2272. Dalam hal ini protocol OSPF masih

mengungguli protocol RIPv2. Berikut dibawah ini adalah grafik

perbandingan jitter skenario 1 OSPF dengan skenario 3 RIPv2.

Grafik 5.8 Perbandingan jitter pada skenario 1 dengan skenario 3

0,2272

0,8885

0 0,5 1

OSPF

RIPv2

WAKTU (MS)

JEN

IS R

OU

TIN

G

PR

OTO

CO

L

JITTER (ms)

2272,406

2304,929

2270,406

2270,406

2240 2260 2280 2300 2320

OSPF

RIPv2

JUMLAH (KBYTE/SEC)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TO

CO

L

TROUGHPUT

RX TX

Page 125: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

106

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk pengujian packet loss protocol OSPF menghasilkan

nilai yang lebih kecil yaitu sebesar 36.6% berbanding dengan protocol

RIPv2 yang menghasilkan nilai yang lebih besar yaitu sebesar 40%.

Dalam hal ini protocol OSPF bisa mengungguli protocol RIPv2.

Berikut adalah grafik packet loss skenario 1 OSPF dengan skenario 3

RIPv2 :

Grafik 5.9 Perbandingan packet loss pada skenario 2

Untuk pengujian convergence time, protocol RIPv2 memiliki

rata-rata waktu yang lebih lama dibandingkan dengan protocol OSPF.

Berikut adalah grafik perbandingannya:

Grafik 5.10 Perbandingan convergence time BGP dan EIGRP pada skenario 2

Evaluasi Hasil Skenario 2 EIGRP dengan Skenario 3 RIPv2

Setelah mendapatkan hasil pengujian skenario 2 dengan

menggunakan protocol EIGRP dan skenario 3 dengan menggunakan

protocol RIPv2, maka didapatkan hasil perbandingan seperti dibawah:

36,6

40

34 36 38 40 42

OSPF

RIPv2

JUMLAH (%)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL PACKET LOSS

51,99

54,85

50 51 52 53 54 55 56

OSPF

RIPv2

WAKTU (DETIK)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TO

CO

L CONVERGENCE TIME

Page 126: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

107

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.25 Hasil skenario 2 EIGRP dengan skenario 3 RIPv2

PARAMETER EIGRP RIPv2

PING (ms) 2.5 2.6

TX (kbps) 2408,718 2304.929

RX (kbps) 2321,373 2093.626

JITTER UDP 1Kbyte (ms) 0,2065 0.8885

PACKET LOSS UDP 1 Kbyte (%) 37,5 40

CONVERGENCE TIME (Detik) 46.26 54.85

Dari hasil perbandingan pada Tabel 5.25, dapat dilihat bahwa

hasil pada skenario 2 menggunakan protocol EIGRP dengan skenario

3 menggunakan protocol RIPv2 memiliki kelebihan dan kekurangan

di bidang parameter tertentu. Dalam pengujian ping response time

protocol EIGRP memiliki nilai yang lebih baik yaitu 2.5 ms

sedangkan protocol RIPv2 memiliki nilai 2.6 ms. Berikut adalah

grafik perbandingan ping response time skenario 2 EIGRP dengan

Skenario 3 RIPv2 :

Grafik 5.11 Perbandingan Ping pada skenario 2 dengan skenario 3

Untuk Untuk pengujian TX , protokol EIGRP mengungguli

protocol RIPv2 dengan nilai TX pada EIGRP sebesar 2408.718 kbps

dan pada RIPv2 sebesar 2304.929. Sama halnya pada pengujian RX,

protocol EIGRP mengungguli protocol RIPv2 dengan nilai RX pada

EIGRP sebesar 2321.373 dan pada RIPv2 sebesar 2093.626. Berikut

2,6

2,5

2,45 2,5 2,55 2,6 2,65

RIPv2

EIGRP

WAKTU (MS)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL PING (ms)

Page 127: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

108

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adalah grafik perbandingan troughput skenario 2 EIGRP dengan

Skenario 3 RIPv2:

Grafik 5.12 Perbandingan TX dan RX pada skenario 2 dengan skenario 3

Untuk pengujian jitter protokol RIPv2 menghasilkan nilai

yang lebih besar yaitu sebesar 0.8885 berbanding dengan protocol

EIGRP sebesar 0,2065. Dalam hal ini protocol EIGRP masih

mengungguli protocol RIPv2. Berikut dibawah ini adalah grafik

perbandingan jitter skenario 2 EIGRP dengan skenario 3 RIPv2.

Grafik 5.13 Perbandingan jitter pada skenario 2 dengan skenario 3

Untuk pengujian packet loss, protocol EIGRP menghasilkan

nilai yang lebih kecil yaitu sebesar 37.5% berbanding dengan protocol

RIPv2 yang menghasilkan nilai yang lebih besar yaitu sebesar 40%.

Dalam hal ini protocol EIGRP tetap mengungguli protocol RIPv2.

0,8885

0,2065

0 0,5 1

RIPv2

EIGRP

WAKTU (MS)

JEN

IS R

OU

TIN

G

PR

OTO

CO

L

JITTER (ms)

2304,929

2408,718

2093,626

2321,373

1900 2000 2100 2200 2300 2400 2500

RIPv2

EIGRP

JUMLAH (KBYTE/SEC)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL

TROUGHPUT

RX TX

Page 128: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

109

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berikut adalah grafik packet loss skenario 2 EIGRP dengan skenario

3 RIPv2 :

Grafik 5.14 Perbandingan packet loss pada skenario 2 dengan skenario 3

Untuk pengujian convergence time, protocol RIPv2 memiliki

rata-rata waktu yang lebih lama dibandingkan dengan protocol

EIGRP. Berikut adalah grafik perbandingannya: :

Grafik 5.15 Perbandingan convergence time pada skenario 2 dengan skeanrio 3

Evaluasi keseluruhan Skenario

Setelah hasil pengujian pada setiap skenario telah didapatkan,

kemudian hasil tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui

skenario mana yang memiliki kinerja lebih baik. Berikut adalah tabel

perbandingan hasil keseluruhan skenario:

40

37,5

36 37 38 39 40 41

RIPv2

EIGRP

JUMLAH (%)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL PACKET LOSS

54,85

46,26

40 45 50 55 60

RIPv2

EIGRP

WAKTU (DETIK)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL CONVERGENCE TIME

Page 129: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

110

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.26 Hasil perbandingan keseluruhan skenario

Parameter OSPF EIGRP RIPv2

PING (ms) 2.7 2.5 2.6

TX (kbps) 2272,873 2408,718 2304.929

RX (kbps) 2270,406 2321,373 2093.626

JITTER UDP 1Kbyte (ms) 0,2272 0,2065 0.8885

PACKET LOSS UDP 1 Kbyte (%) 36,6 37,5 40

CONVERGENCE TIME (detik) 51.99 46.26 54.85

Dari hasil keseluruhan skenario pada Tabel 5.26, untuk

pengujian Ping Response Time routuing protocol EIGRP memiliki

nilai yang lebih baik sebesar 2.5 ms jika dibandingkan dengan

protocol OSPF dan RIPv2. Berikut adalah grafik perbandingan ping

response time keseluruhan skenario:

Grafik 5.16 Perbandingan Ping pada seluruh skenario

Untuk pengujian TX dan RX, protocol EIGRP mengungguli

dua protocol lainnya dengan nilai TX sebesar 2408.718 dan nilai RX

sebesar 2321.373. Berikut adalah grafik perbandingan troughput

skenario 4 :

2,7

2,5

2,6

2,4 2,5 2,6 2,7 2,8

OSPF

EIGRP

RIPv2

WAKTU (MS)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL

PING

Page 130: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

111

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Grafik 5.17 Perbandingan TX dan RX pada seluruh skenario

Untuk pengujian jitter, protocol EIGRP masih unggul dari dua

protocol lainnya dengan nilai sebesar 0.2065. Berikut adalah grafik

perbandingannya :

Grafik 5.18 Perbandingan jitter pada skenario seluruh skenario

Untuk pengujian packet loss, protocol OSPF memiliki nilai

yang sedikit lebih kecil dari dua protocol lainnya dengan nilai sebesar

36.6% dibandingkan dengan nilai pada protocol EIGRP sebesar

37.5% dan protocol RIPv2 sebesar 40%. Berikut adalah grafik packet

loss pada seluruh skenario :

Grafik 5.19 Perbandingan packet loss pada seluruh skenario

2304,929

2408,718

2272,873

2093,626

2321,373

2270,406

1900 2000 2100 2200 2300 2400 2500

RIPv2

EIGRP

OSPF

JUMLAH (KBYTE/SEC)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL

TROUGHPUT

RX TX

0,2065

0,8885

0,2272

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

EIGRP

RIPv2

OSPF

WAKTU (MS)

JEN

IS R

OU

TIN

G

PR

OTO

CO

L

JITTER (ms)

37,5

40

36,6

34 36 38 40 42

EIGRP

RIPv2

OSPF

JUMLAH (%)

JEN

IS R

OU

TIN

G

PR

OT

OC

OL

PACKET LOSS

Page 131: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

112

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk pengujian convergence time, protocol EIGRP

mengungguli dua protocol lainnya dengan nilai sebesar 46.26

dibandingkan dengan protocol OSPF dengan nilai sebesar 51.99 dan

protocol RIPv2 dengan nilai sebesar 54.85. Berikut adalah grafik

perbandingannya :

Grafik 5.20 Perbandingan convergence time pada seluruh skenario

54,85

46,26

51,99

40 45 50 55 60

RIPv2

EIGRP

OSPF

WAKTU (DETIK)

JEN

IS R

OU

TIN

G P

RO

TOC

OL CONVERGENCE TIME

Page 132: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

113

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian Quality of Service (QoS) yang dilakukan pada

seluruh skenario, dapat disimpulkan bahwa routing protocol EIGRP memiliki

kinerja yang lebih baik terhadap MPLS L3VPN Backbone bila dibandingkan

dengan routing protocol OSPF dan RIPv2 dengan nilai ping respon 2.5 m/s,

throughput TX 2408.718 dan RX 2321.373, jitter 0.2065 dan convergence

time 46.26. Namun pada pengujian packet loss, routing protocol EIGRP

menghasilkan nilai 37.5%, dimana nilai tersebut lebih besar bila

dibandingkan dengan routing protocol OSPF, tetapi masih lebih kecil bila

dibandingkan routing protocol RIPv2.

6.2 Saran

1. Pada Penelitian berikutnya menggunakan routing protocol yang

mendukung IPv6.

2. Pada Penelitian berikutnya melakukan pengujian VOIP dan Video

Streaming.

3. Pada penelitian berikutnya menggunakan konfigurasi route redistribution.

4. Untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian, pada penelitian

selanjutnya dapat dilakukan dengan router dan komputer secara fisik.

5. Pada Penelitian berikutnya menggunakan router selain Cisco seperti

Mikrotik, dan Juniper.

Page 133: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

114

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. (2016). Implementasi Routing Eigrp Pada Jaringan, 9(4), 324–332.

Albdoor, A., & Kannan, G. (2017). Analysis of MPLS and IP Networks

Performance to Improve the Qos using Opnet Simulator, 8(1), 1–9.

Darmawan, T. I. (2017). Analisa Link Balancing dan Failover 2 Provider

Menggunakan Border Gateway Protocol ( BGP ) Pada Router Cisco 7606s.

Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi, 03, 326–333.

Drs. Asrul, M. S., Rusydi Ananda, M. P., & Dra. Rosnita, M. (2014). Konsep Dasar

Evaluasi Pembelajaran.

Hasanah, F. U., Mubarakah, N., Lan, K. K., Ring, T., Rip, R. D., & Tracer, C. P.

(2014). Analisis Kinerja Routing Dinamis Dengan Teknik Rip ( Routing

Information Protocol ) Pada Topologi Ring Dalam Jaringan Lan ( Local Area

Network ) Menggunakan Cisco Packet Tracer. Singuda Ensikom, 7(3), 118–

124.

Jiang, Y. (2016). HCNA Networking Study Guide, 1–342.

Jostein, A. A., Najoan, M. E. I., & Manembu, P. D. K. (2015). Perancangan Routing

Protocol Di Jaringan. E-Journal Teknik Elektro Dan Komputer, 4(4), 23–28.

Kudtarkar, A., Sonkusare, R., & Ambawade, D. (2014). Performance analysis of

routing protocols for VANETs with real vehicular traces. Advances in

Intelligent Systems and Computing, 243(1), 45–56.

https://doi.org/10.1007/978-81-322-1665-0_5

Lammle, T. (2016). Routing and Switching Study Guide. United States Of America:

Wiley.

Lubis, R. S., & Pinem, M. (2014). ANALISIS QUALITY OF SERVICE ( QoS )

JARINGAN, 7(3), 131–136.

Page 134: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

115

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Madani, S. A., Kazmi, J., & Mahlknecht, S. (2010). Wireless sensor networks:

modeling and simulation. Discrete Event Simulations, (2004), 1–16. Retrieved

from http://www.intechopen.com/articles/show/title/wireless-sensor-

networks-modelling-and-simulation

Misra, M., & Goswani, S. (2017). Network Routing Fundamentals, Applications,

and Emerging Technologies. Handbooks in Operations Research and

Management Science (Vol. 8). https://doi.org/10.1016/S0927-0507(05)80106-

9

Monge, A. S., & Szarkowicz, K. G. (2015). MPLS in the SDN Era: Interoperable

Scenarios to Make Networks Scale to New Services. United States Of America:

O’Reilly Media.

Musril, H. A. (2015). The Performance Analysis of RIPv2 and EIGRP on Routing

Protocol. Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan Desember, 116–124.

Muzawi, R., & Hardianto, R. (2016). Perancangan Server Dan Analisis Quality of

Service ( QoS ) Jaringan Diskless PXE Linux Pada Laboratorium Komputer

STMIK-Amik-RIAU. Jurnal Inovtek Polbeng, 1(1), 20–32.

Neumann, J. C. (2015). The Book of GNS3 Build Virtual Network Labs Using Cisco,

Juniper, and More.

Nugroho, I., Widada, B., & Kustanto. (2015). Perbandingan Performansi Jaringan

Virtual Private Network Metode Point To Point Tunneling Protocol ( Pptp )

Dengan Metode Internet Protocol Security. Jurnal TIKomSiN, 3(2), 1–9.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30646/tikomsin.v3i2.197

Odom, W. (2016). Cisco CCNET/CCNA Academic Edition.

Oktivasari, P., & Utomo, A. B. (2016). Analysis of Virtual Private Network Using

Openvpn and Point To Point Tunneling Protocol. Jurnal Penelitian

Komunikasi Dan Opini Publik, 20(2), 185–202.

Pintello, T. (2013). Introduction to Networking with Network +. Animal Genetics

Page 135: EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL OSPF, EIGRP DAN …

116

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Vol. 39).

Pizzonia, M., & Rimondini, M. (2014). Netkit: Network Emulation for Education.

Journal of Research and Practice in Information Technology, 44(2), 203–221.

https://doi.org/10.1002/spe

Sandberg, B. (2015). The Complete Reference. Journal of Experimental

Psychology: General (Vol. 136).

Sihombing, R. O. L., & Zulfin, M. (2013). Analisis Kinerja Trafik Web Browser

Dengan Wireshark Network Protocol Analyzer Pada Sistem Client-Server.

Singuda Ensikom, 2, 96–101.

Sofi, U. B., & Gurm, E. R. K. (2015). Comparative Analysis of MPLS Layer 3vpn

and MPLS Layer 2 VPN. International Journal of Computer Science Trends

and Technology, 3(4), 90–98. Retrieved from www.ijcstjournal.org

Vetriselvan, V., Patil, P. R., & Mahendran, M. (2014). Survey on the RIP, OSPF,

EIGRP routing protocols. International Journal of Computer Science and

Information Technologies, 5(2), 1058–1065.

Wallace, K. (2015). CCNP Routing and Switching SWITCH 300-115 Official Cert

Guide. https://doi.org/10.4271/2007-01-0201

Wijayanto, A. P. (2015). Analisis Pengaruh Hello Interval Routing Protokol OSPF

dengan MPLS pada Link Tidak Stabil. Universitas Sanata Dharma.

Xu, D., & Trajkovi, L. (2013). Performance Analysis of RIP , EIGRP , and OSPF

using OPNET, 10(6), 256–266.