13
Etiologi Maloklusi Herediter Lundstrom, menenilit pada anak kembar dan menemukan ciri- ciri yang sama yang berhubungan dengan keturunan, yaitu: ukuran gigi, panjang dan lebar lengkung, gigi berdesakan dan diastema, serta overjet. Pada ras yang berbeda memiliki bentuk kepala yang berbeda. Pada individu dengan bentuk muka yang lebar memiliki bentuk lengkung rahang yang lebar pula, demikian juga pada bentuk muuka sempit terdapat lengkung rahang yang sempit pula. (FKG UNEJ. 2009: 126-127) Kebiasaan Jelek Tulang merupakan jaringan yang responsive terhadap tekanan. Peranan otot sangat menentukan. Bila terjadi malrelasi RA dan RB fungsi normal otot tergagnggu. Gangguan keseimbangan tekanan intra dan ekstra oral akan menyebabkan maloklusi. Penelanan abnormal dapat menyebabkan gigi anterior terbuka dan gigi anterior terdorong ke labial. (FKG UNEJ. 2009: 129) Kehilangan Prematur Gigi Sulung Salah satu fungsi dari gigi sulung adalah menyediakan tempat bagi gigi permanen pengggantinya, dan secara tidak langsung juga mempertahankan panjang lengkung geligi. Penyebab dari kelainan ini dalah karies dan trauma. Maloklusi yang disebabkan oleh adanya kehilangan premature gigi sulung sangat sering dijumpai hal ini

Etiologi Maloklusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

-

Citation preview

Page 1: Etiologi Maloklusi

Etiologi Maloklusi

Herediter

Lundstrom, menenilit pada anak kembar dan menemukan ciri-ciri yang sama yang

berhubungan dengan keturunan, yaitu: ukuran gigi, panjang dan lebar lengkung, gigi

berdesakan dan diastema, serta overjet. Pada ras yang berbeda memiliki bentuk

kepala yang berbeda. Pada individu dengan bentuk muka yang lebar memiliki bentuk

lengkung rahang yang lebar pula, demikian juga pada bentuk muuka sempit terdapat

lengkung rahang yang sempit pula. (FKG UNEJ. 2009: 126-127)

Kebiasaan Jelek

Tulang merupakan jaringan yang responsive terhadap tekanan. Peranan otot sangat

menentukan. Bila terjadi malrelasi RA dan RB fungsi normal otot tergagnggu.

Gangguan keseimbangan tekanan intra dan ekstra oral akan menyebabkan maloklusi.

Penelanan abnormal dapat menyebabkan gigi anterior terbuka dan gigi anterior

terdorong ke labial. (FKG UNEJ. 2009: 129)

Kehilangan Prematur Gigi Sulung

Salah satu fungsi dari gigi sulung adalah menyediakan tempat bagi gigi permanen

pengggantinya, dan secara tidak langsung juga mempertahankan panjang lengkung

geligi. Penyebab dari kelainan ini dalah karies dan trauma. Maloklusi yang

disebabkan oleh adanya kehilangan premature gigi sulung sangat sering dijumpai hal

ini dikarenakan indeks karies pada anak masih tergolong tinggi juga ditunjang

dengan masih rendahnya kesadaran orangtua untuk merawatkan gigi ank-anaknya

sedini mungkin. Apabila terjadi loss premature maka akan terjadi pula perubahan

panjang lengkung geligi hal ini disebabkan karena tempat gigi sulung yang tanggal

akan ditempati oleh gigi-gigi sebelahnya sehingga apabila benih gigi permanen

penggantinya akan erupsi akan kekurangan tempat sehingga gigi geligi menjadi

saling tumpah tindih, bahkan bila tempat yang tidak cukup untuk tumbuhnya benih

gigi pengganti, maka gigi permanen penggantinya tidak dapatt erupsi atau terjadi

retensi. (FKG UNEJ. 2009: 139-140)

Kelainan Jumlah Gigi

Kelainan jumlah gigi merupakan salah satu penyebab terjadinya maloklusi gigi,

dibanding dengan faktor etiologi yang lain faktor ini relative lebih jarnag ditemukan

Page 2: Etiologi Maloklusi

karena etiologi dari adanya kelainan jumlah gigi sangat terpaut dengan adanya faktor

herediter atau keturunan. Anomaly jumah gigi lebih sering terjadi di rahang atas

dibandingkan rahang bawah. Biasanya kelainan ini ditemukan lewat foto Ro.

Kelainan jumlah gigi secara garis besar terdiri dari: kelebihan jumlah gigi pada

lengkung rahang biasanya dapat menyebabkan suatu keadaan yang crowded atau

berdesakan, dan kekurangan jumlag gigi, yaitu tidak tumbuhnya satu atau lebih

elemen gigi yang secara normal dijumpai pada gigi geligi akinat agenesis yang

merupakan tidak terbentuknya benih gigi. (FKG UNEJ. 2009: 130-133)

Letak Salah Benih

Pada umumnya letak salah benih menyebabkan erupsi gigi yang bersangkutan tidak

pada lengkung yyang benar. Secara klinis letak salah benih biasannya ditandai

dengan adanya rotasi atau versi, dimana rotasi merupakan perputaran sumbu gigi

pada arah vertical sedangkan versi merupakan perputaran sumbu gigi dalam arah

horizontal. Kelainan ini banyak dijumpai pada keadaan maloklusi, akibat yang

ditimbulkan adalah adanya gigi berdesakan pada lengkung rahang. Kelainan ini lebih

sering ditemukan pada gigi permanen karena pola pembentukan gigi permanen lebih

llama dibanding dengan gigi sulung sehingga seiring perjalanan waktu pembentukan

benih gigi dapat terjadi kemungkinan kelainan ini. (FKG UNEJ. 2009: 140-141)

Defek Kongenital

Kelainan congenital sangat berhubungan dengan keturuanan. Contoh kelainan

congenital: cleft palate dan cleft lip. Pada unilateral cleft gigi-gigi pada daerah/sisi

cleft tersebut biasanya terdapat crossbite, gigi RA maalposisi, gigi insisiv lateral

mungkin missing atau bentuknya tidak normal. (FKG UNEJ. 2009: 127)

2.6 Macam Perawatan

Adalah perawatan yang berlaku mulai awal sampai dengan perawatan aktif selesai.

Ditentukan oleh :

- diskrepansi

- tipe profil

Macam perawatan :

1. Ekstraksi.

Page 3: Etiologi Maloklusi

Pencabutan (ekstraksi) dilakukan pada gigi sulung, yaitu gigi kaninus rahang atas. Hal ini

disebabkan karena gigi kaninus permanen rahang atas erupsi paling terakhir. Sehingga

apabila setelah gigi permanen telah erupsi semua sedangkan gigi kaninus permanen tidak

mendapat tempat untuk erupsi, dapat dilakukan kembali pencabutan pada gigi permanen.

Pencabutan gigi permanen tersebut perlu dilakukan apabila diskrepansi total menunjukkan

kekurangan tempat lebih dari 8 mm. Gigi permanen yang sering dicabut adalah gigi premolar

pertama. Hal ini bertujuan untuk mengoreksi gigi berdesakan baik di anterior maupun

posterior. Bila premolar pertama dicabut pada saat kaninus sedang bererupsi biasanya

kaninus secara spontan menempati bekas pencabutan premolar pertama. Sebagian besar

ruangan bekas pencabutan premolar pertama dipakai untuk koreksi berdesakan di anterior.

2. Ekspansi.

Apabila gigi kaninus permanen rahang atas akan erupsi dan tidak mendapat tempat, maka

dilakukan pencabutan pada gigi premolar pertama permanen rahang atas. Tempat yang

tadinya adalah tempat dari premolar pertama permanen akan digunakan sebgai tempat dari

kaninus permanen rahang atas. Dari ekspansi ke arah transversal tersebut di regio anterior

didapatkan tempat agar gigi-gigi anterior yang sedikit berdesakan dapat dikoreksi. Ekspansi

ke arah sagital dapat memperpanjang lengkung geligi. Untuk melakukan ekspansi sagital

regio anterior perlu diperhatikan posisi gigi yang lebih ke anterior tidak mengganggu profil

pasien.

3. Koreksi

Selain itu juga perlu dilakukan koreksi garis median. Garis median yang bergeser apa lagi di

rahang atas dan pergeserannya jauh sangat mempengaruhi estetik. Bila garis median bergeser

ke sisi kanan maka untuk mengoreksi kelainan itu gigi-gigi insisif harus digerakkan ke kiri

sampai sisi mesial insisif kanan terletak di garis median. Untuk itu diperlukan ruangan di sisi

kontra lateral pergeseran garis median. Apakah pergeseran garis median perlu dikoreksi

tergantung pada piranti yang dipakai. Piranti lepasan yang digunakan untuk menggerakkan

gigi ke arah proksimal menghasilkan gerakan gigi tipping sehingga gigi terletak miring.

Letak insisif yang miring (mesioklinasi atau distoklinasi) tidak baik secara estetik dan juga

tidak stabil. Piranti cekat mampu mengoreksi pergeseran garis median.

Page 4: Etiologi Maloklusi

4. Evaluasi.

5. Masa retensi

Perlu perencanaan masa retensi pada akhir perawatan untuk kasus yang dirawat ortodontik.

Hampir semua kasus yang dirawat ortodontik membutuhkan masa retensi untuk mencegah

relaps, yaitu kecenderungan untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan perawatan. Macam

piranti retensi dan lama pemakaian piranti tersebut perlu dijelaskan kepada pasien sebelum

dilakukan perawatan ortodontik. Untuk piranti retensi lepasan dibutuhkan kepatuhan pasien

untuk memakai piranti retensinya.

2.7 Alat-alat Orthodontik

Secara garis besar, alat orthodontik dapat dibagi dua, yaitu alat orthodontik cekat (fixed

orthodontic appliances) dan lepasan (removable orthodontic appliances).

Pemilihan jenis alat sangat bergantung kepada diagnosis, dan berat ringannya kasus.

Biasanya pada kasus maloklusi ringan yang tidak memerlukan pencabutan, yang digunakan

adalah alat orthodontik lepasan. Alat ini dapat dilepas sewaktu-waktu oleh pasien, oleh karena itu

tingkat keberhasilan perawatan sangat bergantung pada kedisiplinan pasien itu sendiri.

Gbr. Alat orthodontik lepasan

Salah satu alat orthodontik lepasan adalah expantion arch yang digunakan untuk

mengekspansi langit-langit sehingga didapatkan ruangan untuk pergeseran gigi.

Page 5: Etiologi Maloklusi

Gbr. Expantion arch pada model gigi

Penggunaan alat lepasan pada perawatan ortodonti

Pada umumnya, pasien memilih alat lepasan dengan alasan biaya lebih murah, mudah

dibuka dan dipasang sendiri, serta mudah dibersihkan. Namun alat ini mudah patah bahkan

hilang, seringkali mengganggu fungsi bicara, dan pemakaian pada rahang bawah lebih sulit

ditoleransi dibandingkan rahang atas sehingga pasien jarang yang menggunakannya secara purna

waktu. Berdasarkan sudut pandang dokter gigi, alat lepasan juga memiliki keuntungan, antara

lain penjangkaran dapat diperoleh dari palatum dan dapat digunakan pada pasien anakanak untuk

mengurangi overjet. Tetapi alat ini mempunyai kekurangan yaitu gerakan yang bisa dihasilkan

hanya tipping, sulit menghasilkan penjangkaran intermaksiler, tidak efektif untuk pergerakkan

sejumlah gigi secara bersamaan, dan karena alat dibuat di laboratorium, maka memerlukan

keterampilan dan keahlian yang memadai. Dengan pertimbangan bahwa kemampuan alat lepasan

sangat terbatas, maka kasus yang bisa dirawat menggunakan alat jenis ini harus dibatasi.

Menurut Proffit2, penggunaan alat lepasan ditujukan untuk kasus yang bisa diatasi

dengan mengekspansi lengkung gigi, yaitu dengan cara menggerakkan gigi gigi sehingga

menempati lengkung yang lebih lebar atau mereposisi gigi secara individual untuk masuk ke

dalam lengkung.

Indikasi alat lepasan untuk kasus-kasus:

(1) Maloklusi skeletal berkisar pada kelas I. Pengurangan atau penambahan overjet hanya

sebatas yang bisa dikoreksi dengan mengubah inklinasi gigi insisif,

(2) Perawatan bisa dilakukan hanya pada salah satu rahang, misalnya rahang atas

menggunakan alat lepasan sementara rahang bawah hanya dicabut atau tidak dirawat,

(3) Malposisi individual gigi dimana posisi apikalnya bisa diperbaiki dengan tipping,

Page 6: Etiologi Maloklusi

(4) Perawatan dengan pencabutan yang membutuhkan hanya gerakan tipping untuk

menutup ruang pencabutannya,

(5) Maloklusi dalam arah buko-lingual yang diikuti dengan pergeseran mandibula,

contohnya crossbite unilateral gigi posterior,

(6) Penutupan ruang pencabutan yang menyisakan ruangan sehingga gigi segmen bukal harus

dimajukan.

Kontra indikasi pemakaian alat lepasan adalah:

(1) Maloklusi skeletal yang nyata, misalnya kelas I protrusif bimaksiler, kelas II dan kelas III

skeletal, openbite atau deepbite skeletal,

(2) Perawatan yang memerlukan perbaikan relasi gigi antara rahang atas dan bawah,

(3) Kelainan posisi apikal gigi dan rotasi yang parah, serta melibatkan banyak akar,

(4) Membutuhkan pergerakan secara bodily,

(5) Kelainan dalam arah vertikal seperti deepbite, openbite, dan kelainan ketinggian gigi,

(6) Masalah kekurangan atau kelebihan ruangan yang besar.

Kasus-kasus yang diindikasikan untuk alat lepasan juga harus mempertimbangkan faktor

usia. Alat lepasan lebih sesuai untuk pasien usia 6 hingga 16 tahun, dimana waktu perawatan

lebih banyak memanfaatkan periode masa geligi pergantian.

Alat Lepasan : Alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri. Contoh:

a. Plat Dengan Pir-Pir Pembantu

b. Plat Dengan Peninggi Gigitan

c. Plat Ekspansi

d. Aktivator/Monoblock

Komponen alat lepasan terdiri dari :

A. Pelat Dasar /Baseplate

B. Komponen Retentif :

1. Klamer / Clasp

2. Kait / Hook

3. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif).

C. Komponen Aktif :

Page 7: Etiologi Maloklusi

1. Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs

2. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow

3. Skrup Ekspansi / Expansion Screw

4. Karet Elastik / Elastic Rubber

D. Komponen Pasif :

1. Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire

2. Peninggi Gigitan / Biteplane

E Komponen Penjangkar :

a. Verkeilung,

b. Busur Labial dalam keadaan tidak aktif.

c. Klamer-klamer. dan modifikasinya.

Gambar 2 : Alat Ortodontik Lepasan

A. Pelat Dasar /Baseplate B. Komponen Retentif C. Komponen Aktif

D. Komponen Pasif E Komponen Penjangkar

Page 8: Etiologi Maloklusi

Rencana Perawatan

Dalam merencanakan perawatan ortodontik berdasar problema yang ada pada pasien

beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah:

- Keinginan pasien

- Wajah pasien

- Susunan dan simetri gigi dalam rahang

- Relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital

- Relasi gigi dan rahang dalam jurusan transversal

- Relasi gigi dan rahang dalam jurusan horizontal

(Rahardjo, Pambudi. 2009.).

Prinsip dasar perencanaan perawatan ortodontik meliputi kesehatan mulut, perencanaan

perawatan rahang bawah, perencanaan perawatan rahang atas, relasi gigi posterior, penjangkaran

dan masa retensi (Rahardjo, Pambudi. 2009.).

Kesehatan mulut. Sebelum memulai perawatan ortodontik harus diupayakan kesehatan

mulut yang baik. Gigi-gigi yang karies perlu dirawat demikian juga adanya kalkulus dan

penyakit periodontal harus dirawat. Bila didapatkan penyakit sistemik, misalnya diabetes

mellitus kadar gula darah harus terkontrol (Rahardjo, Pambudi. 2009.).

Perencanaan perawatan rahang bawah. Perencanaan perawatan di rahang bawah

terutama di region insisivi dilakukan lebih dahulu kemudian rencana perawatan rahang atas

disesuaikan. Insisivi bawah diletakkan dalam posisi yang stabil, yaitu terletak pada daerah

keseimbangan di antara lidah, bibir dan pipi. Perubahan letak insisivi yang berlebihan cenderung

terjadi relaps (Rahardjo, Pambudi. 2009.).

Perencanaan perawatan rahang atas. Penyesuaian perawatan rahang atas terhadap

rahang bawah dilakukan terutama untuk mendapatkan relasi kaninus klas I, hal ini

mempengaruhi pertimbangan seberapa banyak tempat yang dibutuhkan dan banyaknya kaninus

diretraksi (Rahardjo, Pambudi. 2009.).

Relasi gigi posterior. Hendaknya diupayakan mendapatkan relasi molar pertama

permanen kelas I tetapi bila tidak memungkinkan relasi molar bisa juga kelas II atau kelas III

(Rahardjo, Pambudi. 2009.).

Penjangkaran. Mavam penjangkaran yang digunakan perlu dipikirkan untuk mencegah

Page 9: Etiologi Maloklusi

terjadinya kehilangan penjangkaran (gigi penjangkar bergeser ke mesial) yang berlebihan,

apakah penjangkaran cukup dari gigi-gigi yang ada ataukah perlu mendapat penjangkaran dari

tempat yang lain misalnya dari penjangkaran ekstra oral (Rahardjo, Pambudi. 2009.).

Masa retensi. Perlu perencanaan masa retensi pada akhir perawatan untuk kasus yang

dirawat ortodontik. Hampir semua kasus yang dirawat ortodontik membutuhkan masa retensi

untuk mencegah relaps, yaitu kecenderungan untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan

perawatan. Macam piranti retensi dan lama pemakaian piranti tersebut perlu dijelaskan kepada

pasien sebelum dilakukan perawatan ortodontik. Untuk piranti retensi lepasan dibutuhkan

kepatuhan pasien untuk memakai piranti retensinya (Rahardjo, Pambudi. 2009.).