Upload
kidung-wulan-utami
View
122
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM PTK III
KIMIA ORGANIK
“ETIL ASETAT DARI ALKOHOL DAN ASAM CUKA”
DISUSUN OLEH
KIDUNG WULAN UTAMI
(1513008)
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK STMI
Jalan Letjen Soeprapto No. 26 Cempaka Putih-Jakarta Utara 10510
Telp. (021) 42886064 Fax. (021) 42888206
ETIL ASETAT
DARI ALKOHOL DAN ASAM CUKA
I. JUDUL PERCOBAAN :
ETIL ASETAT DARI ALKOHOL DAN ASAM CUKA
II. PRINSIP PERCOBAAN
Esterfikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol
menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
o Untuk mengetahui pembuatan Etil asetat dari alkohol dan asam cuka
o Untuk memurnikan Etil asetat dengan cara distilasi
o Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia Etil asetat
o Untuk mengetahui refraksi dari Etil asetat praktis
IV. REAKSI
C2H5OH + CH3COOH → CH3COOC2H5 + H2O
V. LANDASAN TEORI
Senyawa organic secara umum digolongkan sebagai senyawa hidrokarbon
aromatis. Senyawa hidrokarbon aromatis adalah senyawa hidrokarbon dengan
rantai atom karbon tertutup (siklis). Senyawa hidrokarbon aromatis digolongkan
menjadi senyawa aromatis hidrokarbon dan senyawa aromatis heterosiklis.
Senyawa romatik hidrokarbon misalnya senyawa benzene dengan turunannya.
Sedangkan senyawa aromatis heterosiklis misalnya pirimidin, furan dan pirol.
Esterifikasi yaitu reaksi pembuatan ester dimana alkohol bereaksi dengan
asam karboksilat membentuk ester dan air. Ester asam karboksilat adalah suatu
senyawa yang mengandung gugus (–COOR) dengan (R) dapat berbentuk alkil
maupun aril. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang
reversibel. Kekuatan asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju
pembentukan ester. Metode ini bisa digunakan untuk mengubah alkohol menjadi
ester, tetapi metode ini tidak berlaku bagi fenol, yaitu senyawa organik dimana
gugus (-OH) terikat langsung pada sebuah cincin Benzena.
BAHAN BAKU
Alkohol
Alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa
pun yang memiliki gugus hidroksil (-O H ) yang terikat pada atom karbon, yang ia
sendiri terikat pada atom hidrogen atau atom karbon lain. Gugus alkil pada
alkohol dapat berbentuk alifatik atau siklik, akan tetapi yang umumnya yang
disebut alkohol adalah yang memiliki gugus alkil alifatik.
Alkohol yang memiliki satu gugus (–OH) disebut dengan monoalkohol,
sedangkan yang memiliki lebih dari satu gugus (–OH) disebut dengan polialkohol.
Alkanol merupakan monoalkohol turunan alkana. Rumus umum dari alkohol
aalah CnH2n+1 (-OH) atau ditulis (R-OH), satu atom (H) dari alkana diganti oleh
gugus (OH).
Ada tiga jenis utama alkohol yaitu:
1. Alkohol primer, yaitu alkohol yang mengikat atom C primer.
2. Alkohol sekunder, yaitu alkohol yang mengikat atom C sekunder.
3. Alkohol tersier, yaitu alkohol yang mengikat atom C tersier.
Sifat-sifat Alkohol
Sifat Fisika Sifat Kimia
Merupakan cairan tidak berwarna.
Dapat dioksidasi, alkohol primer dioksidasi
membentuk aldehid dan bila dioksidasi lebih
lanjut membentuk asam karboksilat, alkohol
sekunder bila dioksidasi membentuk keton,
alkohol tersier jika dioksidasi maka tidak
teroksidasi.
Mudah terbakar oleh udara Reaksi esterifikasi dengan asam membentuk
ester.
Titik didih dan titik cairnya semakin tinggi jika
bobot molekulnya semakin besar.Mengalami reaksi subtitusi dan eliminasi.
Makin banyak atom karbonnya makin tinggi
bobot jenisnya.Alkohol adalah molekul polar dengan adanya
gugus (-OH)
Pada suhu kamar alkohol bersuhu rendah
berbentuk cairan yang bersifat mobile suhu
sedang serupa cairan kental sedangkan suhu
berbentuk padatan.
Gugus fungsi (-OH) dapat melepaskan proton
pada larutan, maka alcohol bersifat asam.
Kegunaan Alkohol :
Di dunia industri, Alkohol digunakan sebagai bahan baku pembuatan
formaldehid, sebagai cairan antibeku, dan pelarut, seperti varnish, membuat
polimer jenis plastik, sebagai bahan baku industri serat sintetik seperti dacron.
Dalam kehidupan sehari-hari alkohol juga dapat digunakan sebagai bahan
pembuat minuman beralkohol (minuman keras), pelarut berbagai obat-obatan,
untuk sterilisasi, untuk obat gosok (isopropil alkohol).
Asam Asetat
Asam asetat atau asam etanoat atau yang lebih dikenal asam cuka adalah senyawa
kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam
makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris CH3COOH atau CH3CO2H. Asam
alkanoat ini adalah asam-asam karboksilat yang rantai alkalinya jenuh. Asam
asetat murni (disebut asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna
dengan titik beku 16,7 °C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Asam asetat diproduksi secara sintesis maupun secara alami
melalui fermentasi bakteri. Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui
karbonilasi. Dalam reaksi ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi
menghasilkan asam asetat. CH3OH + CO → CH3COOH
Pembuatannya juga bisa dengan mengoksidasi etanol.
CH3CH2OH + O2 → CH3COOH +H2O
Sifat-Sifat Asam Asetat
Sifat Fisik Sifat Kimia
Asam cuka berbentuk cairan berbau menyengat,
larut dalam airBereaksi dengan basa membentuk garam
Jika berwujud padatan akan mengkilat
Garam-garam asam asetat yaitu asam aseton
enceran, anhidrat dan glacial Asam Asetat
anhidrat
Titik didihnya 118.5°C dan titik bekunya 16.7°C Sedikit terionisasi dengan air
Kegunaan Asam Asetat
Dalam kehidupan kita sehari-hari kegunaan asam cuka sangat banyak sekali
yaitu,sebagai pelarut zat organik, untuk pengasaman bahan makanan, membuat
berbagai ester, membuat tinta dan zat-zat warna dan propanol, sebagai bahan baku
pembuatan polyvinyl acetate, yaitu bahan baku pembuatan lem kayu, Asam asetat
juga digunakan dalam proses pembuatan pestisida dan masih banyak lagi.
BAHAN TAMBAHAN
Asam Sulfat
Asam sulfat (H2S O 4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan, tidak dapat ditemukan secara alami
di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat
merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur
dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur dioksida
adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara
dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Sifat-Sifat Asam Sulfat
Sifat Fisika Sifat Kimia
Cairan tidak bewarna dan berbau asamAsam Sulfat encer tidak bereaksi dengan Hg, Cu
dan logam mulia
Merusak kulit dan jaringan tubuh seperti terkena
luka bakar yang serius
Asam Sulfat pekat dalam keadaan panas akan
mengoksidasikan logam-logam, sedangkan asam
itu sendiri direduksikan menjadi (SO4)
Merangsang zat-zat organik (kayu, kertas, gula)
Kegunaan Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, , produksi asam
sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri
negara tersebut. Kegunaan asam sulfat, yaitu untuk memproduksi asam fosfat,
yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk
deterjen. Asam sulfat juga digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi
dan baja untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke
industri otomobil. Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk
pembuatan aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah
kecil sabun pada serat pulp kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat
yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras.
Aluminium sulfat juga digunakan untuk membuat aluminium hidroksida.
PRODUK
Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3 atau
CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat.
Senyawa ini berwujud cairan, tak berwarna tetapi memiliki aroma yang khas. Etil
asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam air hingga kelarutan 8%
pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi, namun
senyawa ini tidak stabil dalam air mengandung basa atau asam. Etil asetat dapat
dihirdolisis pada keadaan asam atau basa yang menghasilkan asam asetat dan
etanol kembali. Katalis yang digunakan adalah asam sulfat (H2SO4), karena
berlangsungnya reaksi. Reaksi kebalikan hidrolisis yaitu, esterifikasi ficher. Untuk
memperoleh hasil rasio yang tinggi biasanya digunakan asam kuat dengan proposi
stoiklometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan
natrium asetat yang tidak dapat di reaksi lagi dengan etanol.
Sifat-Sifat Etil Asetat
Sifat Fisika Sifat KimiaMerupakan cairan tidak berwarna dan mudah
terbakar dengan bau yang khasDapat dihidrolisis dengan air membentuk asam
karboksilat dan alkohol
Pada suhu tinggi berubah bentuk berupa minyak
dan lemakTidak bereaksi dengan PCl3
Titik didihnya 77°C dan titik beku -84°CBereaksi dengan basa membentuk glisentida
Kegunaan Etil Asetat
Etil asetat digunakan sebagai pelarut dalam bahan cita rasa dan parfume.
METODE PROSES
Distilasi
Distilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan
titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran
homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan
dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau
padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat
pemanas dan alat pendingin.
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu
pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam
dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair.
Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh
senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.
Macam-Macam Distilasi :
1. Distilasi Sederhana, prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan
berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda.
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan distilasi sederhana,
hanya distilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih
baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan
titik didih yang berdekatan.
3. Distilasi Azeotrop : memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan
senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan
menggunakan tekanan tinggi.
4. Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap
dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari
kayu atau batu bata.
5. Distilasi Vakum: memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat
tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan
permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi
rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak
perlu terlalu tinggi.
Kelebihan Destilasi :
1. Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi.
2. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.
3. Sangat tepat digunakan untuk memisahkan larutan-larutan dalam bentuk
homogen.
Kekurangan Destilasi :
1. Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik didih yang besar.
2. Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.
3. Diperlukan energi yang besar dalam memanaskan larutan.
4. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan larutan dengan titik didih
yang tinggi.
Campurkan 17 ml alkohol dan 17 ml asam asetat ke dalam labu distilasiTuangkan 80 ml alkohol dan 67 ml asam asetat ke dalam corong pemisah, lalu rangkai alat-alat distilasi
Panaskan oil bath hingga mencapai suhu 140OCTeteskan campuran yang berada dalam corong pemisah dengan perbandingan 3:1 (3 tetes corong pemisah : 1 tetes distilat)
Hasil distilat ditambahkan NaOH 20% sedikit demi sedikit hingga tidak memerahkan kertas lakmus biruPisahkan lapisan atas dan lapisan bawah yang terbentuk dengan corong pemisah
Lapisan atas dipisahkan kemudian dimasukkan ke dalam labu distilasi dengan ditambah sedikit CaCl2Lakukan distilasi yang kedua untuk menghilangkan kandungan alkohol yang masih ada dalam larutan
Kemudian Etil asetat dipanaskan dengan fraksi suhu 77OC – 78OCHitunglah hasil presentasi praktis dan teoritisnya
VI. DIAGRAM ALIR PROSES
VII. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT :
- Statif - Bunsen
- Termometer - Kaki tiga
- Klem - Kasa
- Corong pemisah - Cooler
- Tutup gabus - Labu Erlenmeyer
- Labu distilasi - Alat gabus
- Oil bath - Lab jack
B. BAHAN :
- H2SO4 pekat
- Asam cuka/asetat
- CaCl2
- Etanol
- NaOH
VIII. PROSEDUR
1) Suatu labu alas bulat bervolume 0,5 L diberi tutup gabus yang berlubang dua
2) Dalam lubang pertama dimasukkan corong pemisah, sedang yang lainnya
dimasukkan sebuah pipa yang berhubungan dengan alat pendingin.
3) Labu diisi campuran 17 cc alkohol dan 17 cc asam sulfat kuat (dicampur
dengan hati-hati)
4) Kemudian labu dipanaskan dalam pemanas minyak (oil bath) pada temperatur
140oC (termometer dimasukkan ke dalam minyak)
5) Jika temperatur ini sudah dicapai maka diteteskan perlahan-lahan suatu
campuran 80 cc alkohol dan 67 cc asam cuka murni yang sudah diisikan
dalam corong pemisah (lihat gambar)
6) Kecepatan tetesan tersebut harus sesuai dengan kecepatan tetesan hasil
sulingan (distilat)
7) Hasil sulingan ini mengandung estercuka, alkohol, asam cuka (yang ikut
tersuling) dan air
8) Dari hasil sulingan di atas asam cuka harus dihilangkan dahulu dengan
dikocok di dalam labu terbuka memakai larutan soda 10% sedemikian hingga
lapisan atas dari cairan tidak lagi memerahkan kertas lakmus biru
9) Kemudian kedua lapisan cairan yang terjadi dipisahkan memakai corong
pemisah
10) Lapisan yang atas (yang mengandung estercuka) dikocok dengan CaCl2
exicatus untuk memisahkan alkohol yang masih ada
11) Kedua lapisan yang terjadi dipisahkan lagi dengan corong pemisah
12) Lapisan atas dimurnikan dengan jalan distilasi
13) Fraksi yang diambil adalah antara 77oC – 78oC
14) Hitung presentasi hasil praktis dan teoritis
15) Hasil praktis yang didapat ± 43 gram
VIII. GAMBAR RANGKAIAN ALAT
Gambar : Distilasi Pertama
Keterangan gambar :
1. Statif 8. Bunsen
2. Termometer 9. Kaki Tiga
3. Klem 10. Kasa
4. Corong Pemisah 11. Cooler
5. Tutup Gabus 12. Labu Erlenmeyer
6. Labu Distilasi 13. Alas Gabus
7. Oil bath 14. Lab Jack
Gambar : Distilasi Akhir
Keterangan gambar
1. Statif 7. Cooler
2. Klem 8. Labu Erlenmeyer
3. Termometer 9. Alas Gabus
4. Tutup Gabus 10. Lab. Jack
5. Labu Distilasi
6. Oil Bath
IX. DATA PENGAMATAN
Massa labu Erlenmeyer kosong 250 ml = 104,38 gram
Massa labu Erlenmeyer + Etil asetat = 145,20 gram
Volume Etil asetat = 48 ml
Mr Alkohol = 46 grammol
Mr Asam Asetat = 60 grammol
Mr Etil asetat = 88 grammol
X. PERHITUNGAN
Diketahui :
Volume Alkohol = 17 ml + 80 ml = 97 ml
Volume H2SO4 = 17 ml
Volume As. Asetat = 67 ml
Densitas Alkohol = 0,79 gram
ml
Densitas As. Asetat = 1,05 gram
ml
Massa Alkohol = Densitas Alkohol x Volume Alkohol
= 0,79 gram
ml x 97 ml
= 76,63 gram
Mol Alkohol = gramMr
= 76,63 gram
46grammol
= 1,665 mol
Massa As. Asetat = Densitas As. Asetat x Volume As. Asetat
= 1,05 gram
ml x 67 ml
= 70,35 gram
Mol As. Asetat = gramMr
= 70,35 gram
60grammol
= 1,173 mol
Penyelesaian :
C2H5OH + CH3COOH → CH3COOC2H5 + H2O
Mula-mula : 1,173 1,665 - -
Bereaksi : x x x x
Setimbang : 1,173 –x 1,665 – x x x
K = [CH 3COOC 2H 5 ] [ H 2 O ][C 2H 5 OH ] [ CH 3COOH ]
14
= [ x ] [ x ]
[1,173−x ] [ 1,665−x ]
4 x2 = [1,173 – x] [1,665 – x]
0,488 – 0,709x + 0,25x2 - x2 = 0
-0,75 x2 - 0,709 x + 0,488 = 0
0,75 x2 + 0,709 x - 0,488 = 0
X = −b ±√b2−4 ac2a
X = −0,709 ±√0,7092−4 x 0,75 x−0,4882x 0,75
X = −0,709 ±1,417
1,5
X1 = 0,472 X2 = 1,418
Secara Teoritis
Massa Etil asetat = 0,472 ml x 88 gram
ml = 41,527 gram
Secara Praktis
Massa Erlenmeyer + Etil asetat = 145,20 gram
Massa Erlenmeyer kosong = 104,38 gram -
Massa Etil asetat = 40,82 gram
% Rendeman Etil asetat = Massa Etil asetat praktisMassa Etilasetat teoritis
x 100%
= 40,82 gram
41,536 gram x 100%
= 98,27 %
Volume Etilasetat praktis = 48 ml
Densitas Etil asetat = 40,82 gram
48 ml
= 0,85 gram
ml
XI. PEMBAHASAN
17 ml alkohol dan 17 ml H2SO4 dicampurkan dalam labu distilasi
80 ml alkohol dan 67 ml asam cuka murni dituangkan dalam corong pemisah
Larutan dalam labu ditilasi dipanaskan mencapai suhu 140°C kemudian
teteskan larutan dari corong pemisah
Hasil distilat berwarna kuning bening (karena tabung erlenmeyer berkerak)
Larutan hasil distilat dikocok dengan NaOH 20% hingga lapisan atas tidak
memerahkan kertas lakmus biru
Lapisan atas dan lapisan bawah yang terbentuk dipisahkan dengan corong
pemisah
Lapisan atas diberi tambahan CaCl2 (exicatus)
Kemudian larutan tersebut didistilat kembali dengan fraksi suhu 77°C - 78°C
untuk memurnikan etil asetat
Distilat akhir dicapai pada suhu 75°C dengan hasil distilat berwarna bening
Bobot etil asetat yang didapat yaitu 40,82 gram
XI.KESIMPULAN
Etil asetat dapat dihasilkan dengan campuran etanol dan asam asetat dengan
reaksi esterifikasi dan metode distilasi sederhana.
Hasil rendemen yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena
distilasi akhir tidak mencapai suhu 77°C - 78°C melainkan 75°C dan hasil
rendemennya yaitu 98.27%
XII.TUGAS
1. Analisis 5 Kesalahan
Kurangnya koordinasi antar anggota kelompok
Kecerobohan mengambil tindakan
Pada distilasi pertama terlalu banyak meneteskan Asam Asetat (tidak
sesuai dengan perbandingan 3:1)
Suhu pemanasan Oil bath yang tidak konstan
Penambahan CaCl2 yang berlebihan
2. Mekanisme Pengikatan Etil Asetat
Mekanisme pengikatan reaksi etil asetat terdiri dari beberapa langkah:
1) Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga
meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
2) Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol,
yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3) Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan
kompleks teraktivasi
4) Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan
molekul air menghasilkan ester.
3. Jenis-Jenis Distilasi
Macam-Macam Destilasi :
1. Distilasi Sederhana : prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan
berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda.
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat) : sama prinsipnya dengan distilasi
sederhana, hanya distilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang
lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang berdekatan.
3. Distilasi Azeotrop : memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa
lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan
tekanan tinggi.
4. Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap
dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu
atau batu bata.
5. Distilasi Vakum : memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat
tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan
lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam
prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
6. Distilasi Uap : istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran
air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air
ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap
pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk
destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan
dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap). Uap air yang
dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan, dimaksudkan
untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran
lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya.
4. Mekanisme Pengikatan Katalis
Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa menghasilkan
garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga (II) sulfat dibuatdari reaksi
antaratembaga (II) oksida dengan asam sulfat.
CuO + H2O4→ CuSO4 + H2O
Asam sulfat juga juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan
menghasilkan asam yang lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam
sulfatakan menghasilkan asam asetat dan natrium bisulfat:
H2SO4 + CH3COONa → NaHSO4 + CH3COOH
Hal yang sama juga berlaku apabila mereaksikan asam sulfat dengan kalium
nitrat. Reaksi ini akan menghasilkan asam nitrat dan endapan kalium bisulfat.
Ketika dikombinasikan dengan asam nitrat, asam sulfat berprilaku sebagai asam
sekaligus zat pendehidrasi membentuk ion nitronium NO2- yang penting dalam
reaksi nitrasi yang melibatkan substitusi aromatik elektrofilik. Reaksi jenis ini
sangatlahpenting dalam kimia organik.
Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian
tunggal menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat. H2SO4 encer menyerang
besi, alumunium, seng, mengan, magnesium, dan nikel. Namun reaksi dengan
timah dan tembaga memerlukan asam sulfat yang panas dan pekat. Timbal dan
tungsten tidak bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi antara asam sulfat dengan
logam biasanya akan menghasilkan hidrogen seperti yang ditunjukan pada
persamaan di bawah ini. Namun, reaksi dengan timah akan menghasilkan sulfur
dioksida daripada hidrogen.
Fe(s) + H2SO4 (aq) → H2(g) + FeSO4(aq)
Sn(s) + 2 H2SO4(aq) → SnSO4(aq) + 2 H2O(l) + SO2(g)
5. Jelaskan Tentang Metode Fischer
Proses Fischer-Tropsch adalah reaksi katalisasi kimia pada sintesis gas,
dimana senyawa hidrokarbon disintesis melalui pencampuran hidrogen dan
karbon monoksida melaui permukaan logam transisi. Pada proses Fischer-Tropsch
ini dapat mengkonversi berbagai macam bahan bakar menjadi hidrokarbon cair
dalam berbagai bentuk.
Pada proses Fischer-Tropsch, senyawa hidrokarbon disintesis melalui
pencampuran hidrogen dan karbon monoksida melaui permukaan logam transisi.
Dimana reaktan awal (sintesis gas) yang digunakan dalam proses Fischer-Tropsch
adalah gas hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO) menghasilkan sebuah
produk hidrokarbon cair yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
pengganti.Proses ini telah menerima perhatian baru dari berbagai kalangan untuk
memproduksi bahan bakar diesel rendah belerang untuk meminimalkan kerusakan
lingkungan dari penggunaan mesin diesel dan mengurangi emisi gas karbon
dioksida di udara.
Tujuan utama dari proses ini adalah untuk menghasilkan minyak sintetik
pengganti, biasanya dari batu bara, gas alam atau biomassa, untuk digunakan
sebagai minyak pelumas sintetik atau sebagai bahan bakar sintetik karena seiring
penggunaan diesel meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Bahan bakar sintetik
ini dapat digunakan pada truk, mobil, dan beberapa mesin pesawat terbang.
Kombinasi gasifikasi biomassa (BG) dan sintesis Fischer-Tropsch (FT) adalah
sebuah cara alternatif untuk memproduksi bahan bakar transportasi terbarukan
(biofuels).
Proses Fischer-Tropsch yang melibatkan proses berbagai persaingan reaksi
kimia, yang menghasilkan sejumlah produk sampingan yang diinginkan dan yang
tidak diinginkan. Yang paling penting adalah reaksi yang dihasilkan dalam bentuk
alkana. Selain bentuk alkana, reaksi juga menghasilkan bentuk alkena, alkohol
dan hidrokarbon oksigenasi lainnya. Biasanya, jumlah produk non-alkana yang
dihasilkan hanya relatif kecil, meskipun katalis pendukung dari beberapa produk
tersebut telah dikembangkan.
6. Pengertian Dekantasi
Dekatasi adalah proses pemisahan zat pada yang tidak ikut terlarut di dalam
pelarutnya dengan cara dituangkan, sehingga akibatnya cairan tersebut akan
terpisah dari zat padat yang tercampur. Kalau bicara tentang dekantasi pasti akan
berkaitan dengan kristalisasi, filtrasi, ekstraksi, dan juga sublimasi. Karena
beberapa istilah tersebut digunakan untuk mendefinisikan cara-cara pemisahan
campuran dari bahan pencampurnya. Faktor yang mempengaruhi kelarutan
endapan:
Suhu
pH
Efek garam
Kompleksasi
Derajat supersaturasi
Sifat pelarut
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden.. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid I.1986. Jakarta :
Erlangga.
2014.”Buku penuntunpraktikum Teknik Kimia III”.Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
2014.”Ilmu Kimia Organik 2 Sekolah Menengah Farmasi”,Jakarta.Anshory
Irfan.2000.”Kimia 2 SMU”.Jakarta: Erlangga
Fesenden.”Kimia Organik Jilid I”.
Http ://belajar menulis. Info/benzene – dan – nitro – benzen.html