Etika Yang Merusak

Embed Size (px)

Citation preview

ETIKA YANG MERUSAKPerkembangan zaman dan teknologi yang sangat maju pesat menyebabkan banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat merusak keimanan. Ini terjadi disebabkan oleh etika manusia yang merusak. Misalnya, terjadi perampokan di mana-mana, pemerkosaan, penganiayaan, pembunuhan dan kenakalan-kenakalan remaja yang merajalela. Oleh karen itu, sangat penting untuk mempelajari, memahami pentingnya etika yang merusak dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kehidupan yang damai dan tenteram di muka bumi. Etika yang merusak ialah perangai yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang tidak baik. Etika yang merusak menghasilkan pekerjaan yang buruk dan tingkah laku yang tidak baik. Etika yang merusak dapat dilihat dari tingkah lau perbuatan yang tidak elok, tidak sopan, dan gerak-gerik yang tidak menyenangkan. Tiang utama dari etika yang merusak adalah nafsu jahat. Etika yang merusak tercermin dari tingkah laku yang tidak baik, yaitu membuat kecurangan, kezaliman dan kesengsaraan keluarga maupun masyarakat. Etika yang merusak adalah calon-calon kerak neraka karena selalu membuat sakit hati orang lain. Barangsiapa berbuat dosan dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (QS Al-Baqarah [2]: 81). Etika yang merusak cenderung jauh dari hikmah dan kebenaran Allah. Etika yang merusak sama halnya dengan kecondongan seseorang terhadap kepuasan makan dan minum, mencari kekayaan yang tidak wajar misalnya dengan jalan pintas dan sifat-sifat menentang perintah Tuhan. Juga seperti orang yang bermaksud akan membunuh musuhnya, lalu memikirkan caranya dengan pikiran yang tenang. Kemudian dia melakukan apa yang ia kehendaki. Perbuatan yang diberi hukum baik atau buruk, dan segala perbuatan manusia diperhitungkan atas dasar itu. Etika yang merusak melakukan perbuatan itu dengan keterangan bahasa bahwa ia tidak tahu akan akibatnya yang timbul karenanya. Seperti orang yang lekas marah dan tidak dapat mengekang nafsunya bila mendengar kata yang menyakiti, lalu dengan tidak sadar ia mencaci maki atau memukul. Perbuatan yang jelek itu membuat orang melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan olehnya. Buah dari perbuatan tersebut itu yang disebut etika yang merusak.

A.

Pengertian Etika yang merusak ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang

tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain.1 Etika yang merusak merupakan tingkah laku kejahatan, kriminal, atau perampasan hak-hak.2 Potensi ini telah ada sejak lahir, baik wanita maupun pria, yang tertanam dalam jiwa manusia. Etika yang merusak berarti etika buruk memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut: 1. tidak elok, jelek. 2. 3. Etika buruk, yaitu perbuatan yang tidak sopan, kurang ajar, jahat, Etika buruk yaitu segala perbuatan tercela, lawan baik, lawan tidak menyenangkan.3 pantas, lawan bagus, perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma agama, adat-istiadat dan masyarakat yang berlaku.4 4. mencukupi. 5. 6. 7. Etika buruk berarti perbuatan keji, jahat, tidak menyenangkan, Etika buruk berarti segala perbuatan tercela, perbuatan yang Etika tercela berarti perbuatan yang bertentangan dengan normatidak dapat disetujui, tidak dapat diterima. merugikan orang lain, diri sendiri, dan masyarakat. norma masyarakat yang berlaku. Sesuatu yang dikatakan buruk apabila membuat orang menjadi tidak senang dengan apa yang diperbuatnya, tidak memberikan kepuasan dan tidak memberikan kenikmatan terhadap sesuatu yang dibuatnya juga tidak sesuai dengan yang diharapkan, sesuatu yang dinilai negatif oleh orang yang menginginkannya.5 Etika buruk merupakan sifat yang tercela, dilarang oleh adat-istiadat yang berlaku dan agama dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang melaksanakannya niscaya berdosa. Perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela di hadapan Allah. Mereka1 2

Etika buruk, yaitu etika tidak baik, jahat, tidak menyenangkan,

Etika buruk yaitu perbuatan yang tidak seharusnya, tidak

sepantasnya, tidak berkualitas, dibawah stanar, kurang dalam nilai, tak

Rahmat Djatnika. Sistem Etika Islam Cet. 2 (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), hlm. 26. Lihat: Asmaran, AS. Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. 1-5. 3 Sulcan Yasyin. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997). Hlm. 83. 4 Hasan Shadily. Ensiklopedi indonesia, Edisi Khusus (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1992), hlm. 556. 5 Asmaran, AS. Op. Cit,. hlm. 25-26.

mudah terpengaruh oleh golongan-golongan mereka dan selalu membawa orang lain untuk ikut di dalamnya. Allah berfirman: Maka berpalinglah kamu dari mereka, agar kamu sekali-kali tidak tercela (QS Al-Zhariyaat [51]: 54). Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal (QS Al-Isra [17]: 29). Makna dosa yang termasuk etika tercela ialah melakukan sesuatu yang dilarang, meninggalkan suatu perbuatan yang diperintahkan Allah. Jika agama menetapkan sanksi di dunia atas suatu dosa, dosa itu adalah termasuk jinayah (perkara perdata) yang pelakunya dapat dikenai sanksi.6 Etika yang merusak menjadi sangat dibenci oleh semua umat manusia dan tergolong kelompok-kelompok dosa (al-dzanb) dalam kehidupan masyarakat. Kelompok dosa-dosa dalam kategori al-dzanb adalah sebagai berikut: 1. Dosa kecil ialah sesuatu yang keluar dari batas minimal dosa-dosa besar, atau sesuatu yang berada di luar dua hadd atau batasan (hukuman hadd di dunia dan ancaman siksa di akhirat), larangan terhadapnya tidak disertai dengan ancaman, kutukan, kemurkaan, siksaan, dan dikafirkannya dari pelakunya. Diantara contoh-contoh yang digolongkan sebagai dosa kecil ialah bertengkar di dalam masjid, mengumumkan suatu kehilangan di dalamnya, menoleh ketika sedang shalat dan iri terhadap nikmat Allah yang diberikan pada orang lain. 2. Dosa besar (al-kabirah), ialah sebutan yang dikenakan terhadap setiap dosa besar dan diancam dengan siksa yang besar. Bentuk jamak (plural) dari kata dosa besar (al-kabirah) tersebut adalah kabair. Ibnu Abbas r.a, berkata, AlKabair (dosa-dosa besar) merupakan tiap-tiap dosa yang Allah akhiri penyebutannya dengan ancaman api neraka, atau mendapat murka-Nya, atau kutukan, ataupun siksaan. Di antara contoh-contoh yang digolongkan sebagai dosa besar ialah menyekutukan Allah (syirik), durhaka kepada kedua orang tua, memberikan kesaksian palsu, khiata, membunuh tanpa sebab, memfitnah, adu domba, dusta, dan sejenisnya.7

6 7

Sayyid Hasim Ar-Rasuli Al-Mahllati. Akibat Dosa (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), hlm. 19. Muhammad Sayyid. Menyinari Jiwa Menjauhi Dosa Cet. 1 (Kuala Lumpur Malaysia: Darul Numan, 2001), hlm. 6-7.

B.

Jenis-jenis Etika yang Merusak menurut Hukum Syara Ada jenis-jenis etika yang merusak menurut hukum syara dan bertentangan

menurut peraturan dan agama. Jenis etika tersebut adalah sebagai berikut: a. Sifat Egoistis (Annaniah) Manusia hidup tidak sendiri, tetapi berada di tengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ia harus yakin jika hasil perbuatan baik, masyarakat turut mengecap hasilnya, tetapi jika akibat perbuatan buruknya masyarakat pun turut pula menderita. Sebaliknya orang tiada patut hanya bekerja untuk dirinya, tanpa memerhatikan orang lain dan pertolongan dari anggota masyarakat lainnya. Sifat egoistis berakibat tidak diperdulikan orang lain, sahabatnya tidak banyak dan ini berarti mempersemptit langkahnya sendiri di dunia yang luas ini. b. Sifat Obral Diri/Melacur (al-Baghyu) Al-bahgyu yaitu suka obral diri pada lawan jenis yang tidak berhak (melacur). Melacur dikutuk Allah dan masyarakat, baik laki-laki ataupun wanita. Wanita yang beralasan karena desakan ekonomi, atau karena patah hati dengan suaminya, mencari kesenangan hidup pada jalan yang salah, jelas dilaknat Allah. Orang yang melakukan berarti imannya dangkal. Kegemaran melacur, menimbulkan mudaraht yang itada terhingga, dapat memperoleh penyakit dan merusak tatanan sosial. Orang yang melakukannya, di dunia hanya mendapat nkmat sesaat, seterusnya orang pun membencinya. Apalagi kelak di akhirat kelak, api neraka menunggu pula baginya di sana. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang (paling) buruk (QS Al-Isra [17]: 32). Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atua perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mumin (QS Al-Nur [24]: 3).

c.

Sifat Bakhil (al-Bukhlu) Al-Bukhlu yaitu sifat bakhil, kikir, pelit, kedekut (terlalu cinta harta).

Bakhil, kedekut, kikir adalah sifat yang tercela dan paling dibenci Allah. Hidup di dunia ini hanya sementara. Apa yang Allah amanahkan hanya pinjaman sementara saja. Jika mati kelak semua yang ada di dunia tidak akan dibawa kecuali hanyalah kain kafan pembungkus badan saja. Maka tinggalkanlah semua yang dibawa ke dalam kubur. Orang kikir biasanya pintu rezekinya selalu tertutup. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta (dunia) (QS Al-Adiyat [100]: 8). Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa (QS Al-Lail [92]: 8-11). d. Sifat Pendusta (al-Kazab) Sifat pendusta (al-kazab) yaitu sifat pendusta atau pembohong. Maksudnya, sifat mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dengan maksud untuk merendahkan seseorang. Kadang-kadang ia sendiri yang sengaja berdusta. Dikatakannya orang lain yang menjadi pelaku, juga adakalanya ia mengadakan kejelekan terhadap orang yang sebenarnya tiada bersalah. Orang seperti ini setiap perkataannya tidak dipercaya orang lain. Di dunia ini akan memperoleh derita dan di akhirat ia akan menerima siksa. Menghadapi orang yang bersifat demikian, apabila ia membawa berita, hendaklah berhati-hati, jangan mudah diperdayakannya, sebab berdusta, sudah memang hobinya. Celakalah setiap pendusta, pengumpat, pencela dan pemfitnah. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta Ini halal dan ini haram, untuk mengadaadakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung (QS Al-Nahl [16]: 116). Barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesuah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim (QS Ali-Imran [3]:94). Perhatikanlah! Betapakah mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah? Dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka) (QS Al-Nisa [4]: 50).

e.

Sifat Gemar Minum Minuman Keras (al-Khamru Wal Maisir) Al-Kahmru wal maisir yaitu gemar minum minuman keras atau minuman

yang mengandung alkohol (al-khamar) dan berjudi (mengadu nasib); Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya (QS AlBaqarah [2]: 219). Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS AlMaidah [5]:90). Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan mendirikan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu) (QS Al-Maidah [5]:91) Minuman keras (beralkohol) walaupun rendah kadarnya diharamkan, sebab mengakibatkan mabuk. Bilamana orang sedang mabuk maka hilanglah pertimbangan akal sehatnya. Akal merupakan kemudi yang dapat membedakan baik dari yang buruk, yang benar dari yang salah. Kehilangan pertimbangan akal menyebabkan orang lupa kepada Allah dan agama. Agama adalah akal, tiada beragama bagi orang yang itada berakal. Setelah hilang akal maka hilanglah sifat malunya. Ia berkata dan berlaku yang tidak wajar. Akal menempatkan manusia di derajat yang lebih tinggi dari manfaatnya, sebab menghilangkan derita jiwa dari penanggungan hidup, tetapi ia lupa hilangnya itu hanya sebentar. Usaha menghindarkan diri penderitaan hidup seperti ini berarti ia seorang pengecut, karena dia tiada sanggup mengatasinya secara rasio dan tanpa usaha yang konkret. Belum pula dihitung mahalnya badan karena sering dimasuki khamar. Begitu juga dengan judi, tidak ada orang kaya karena judi, tetapi mereka kaya karena bekerja keras, mencari rezeki dengan cara halal dan menafkahkan di jalan Allah.

f.

Sifat Penghianat (al-Khiynat) Karena tindakannya yang licik, sifat khianat untuk sementara waktu itu

tidak diketahui manusia, tetapi Allah Maha Mengetahui. Orang yang berkhianat tidak segan bersumpah palsu untuk memperkuat dan membenarkan keterangannya bila ia tertuduh, karena ia tidak mempunyai rasa tanggung jawab. Dia tidak memperolah mengorbankan temannya sendiri, jadi musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan, menolak kawan seiring dan membahayakan keselamatan dirinya. Sifat amanah membawa kelapangan rezeki, sedangkan kiamat menimbulkan kekafiran. Pengkhianat sebenarnya mencoreng keningnya sendiri dengan kejelekan yang tidak mungkin hilang untuk selama-lamanya, terjauh dari teman dan sahabat, terisolasi dari pergaulan. Masyarakat pemandangannya dengan sebelah mata dan dia kehilangan kepercayaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang khianat (QS Al-Nisa; [4]: 105). Allah mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa-apa yang disembunyikan oleh hati (manusia) (QS Al-Mumin [40]: 19). g. Sifat Aniaya (Azh-Zhulmun) Aniaya adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnyaatau mengurangi hak yang seharusnya diberikan. Penganiayaan dapat memutuskan ikatan persaudaraan antara sesama manusia. Itulah sebabnya agama melarang berbuat zalim karena manusia selalu mempunyai kekurangan-kekurangan. Manusia harus tolong-menolong dalam kehidupan masing-masing dan tidak boleh menganiaya. Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakaan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan (QS Al-Anam [6]: 21). h. Sifat Pengecut (Az-Zubun) Sifat pengecut adalah perbuatan hina, sebab tidak berani mencoba, belum mulai berusaha tetapi sudah menganggap dirinya gagal. Ia selalu ragu-ragu dalam bertindak. Keragu-raguan memulai sesuatu itu berarti suatu kekalahan. Orang muslim harus tegas, cepat mengambil keputusan dan tidak ragu-ragu. Karena itu

ketidaksanggupan berusaha dan takut berjuang menghadapi kenyataan dianggap pengecut. Melakukan perbuatan yang tercela dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Perbuatan tercela menghasilkan etika yang merusak, merugikan keluarga, lingkungan dan segala bentuk kebaikan, misalnya: 1) 2) maki orang pula; 3) Jika ia suka berdusta, suatu saat yang disampaikan benar tetapi orang tetap tidak percaya dan dia akan dibohongi oleh orang lain pula, kesaksiannya tidak dapat dipercaya, tidak dibenarkan dan kelak mendapat azab yang pedih di akhirat karena sifat dustanya itu; 4) 5) Hatinya tidak pernah tenteram dan bahagia karena Apa yang dicita-citakan tidak terkabul, kecuali hanya Oleh karena tu, jauhilah sifat tidak baik (etika yang merusak) itu! Hindarilah perbuatan keji dan kotor yang dapat merusak pergaulan, Ingat! Barangsiapa yang melakukan perbuatan tercela, menandakan hatinya juga tercela dan buruk. Allah tidak menyukai orang yang hatinya buruk. Allah berfirman: Katakanlah, Tidak sama yang baik dengan yang buruk itu,meskipun yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan (QS Al-Maidah [5]: 100). Sifat-sifat buruk dalam kehidupan manusia tergambar dari perkataan dan perbuatannya. Sifat-sifat buruk itu dapat mengantarkan ia ke dalam lembah kehinaan dan kebencian. i. Sifat Dengki (Yakh-Sudn) Dengki menurut bahasa (etimologi) berarti menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena sesuatu yang amat sangat benci pada keberuntungan orang lain.8 Dengki ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan orang lain8

Jika suka mencuri, suatu saat ia ditangkap polisi dan diadili Jika ia suka mencaci-maki, maka suatu ketika ia dicaci-

di dunia. Di akhirat diadili oleh Allah dan masuk neraka.

kesalahan dan keserakahannya, takut terbongkar oleh orang lain; kejahatan yang selalu mengikuti dirinya.

Tim Penyusun Kamus. Op Cit., hlm. 251

dan disertai maksud agar nikmat itu hilang atau berpindah kepadanya. Dengki termasuk penyakit hati dan merupakan sifat tercela, hukumnya haram, karena dapat merugikan orang lain. Bahaya dengki sma dengan sifat iri hati dan sifat tercela. Allah berfirman: Mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya (QS Al-Nisa [4]: 54). Apakah dengki itu? Secara garis besar sifat ini terbagi ke dalam dua bagian. Pertama, dengki yang diharamkan seorang merasa tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh oleh orang lain dan merasa bahagi kalau orang lain mendapat musibah. Atau setidaknya, ia menginginkan nikmat yang ada pada orang lain tersebut hilang. Ini dengki yang diharamkan, karena sifat seperti ini termasuk penyakit hati. Kedua, dengki yang makruh berupa rasa iri kepada kenikmatan orang lain, tetapi tidak ingin menghilangkan kenikmatan tersebut darinya. Melihat orang lain memiliki rumah bagus, ia merasa ingin pula memiliki hal yang sama dan tidak dengan cara menjadikan orang tersebut jatuh miskin, tetapi tidak ingin menghilangkan kenikmatan tersebut darinya. Melihat orang lain memiliki rumah bagus, ia merasa iri ingin pula memiliki hal yang sama dan tidak dengan cara menjadikan orang tersebut jatuh miskin, tetapi berlomba ingin menyamai. Keinginan seperti ini wajar-wajar saja selamat idak bergeser menjadi perasaan tidak enak, yang berlanjut pada hasrat ingin melenyapkan kenikmatan orang tersebut. Ketiga, dengki yang termasuk sunat, berpahala jika pelakunya bekerja keras untuk menyamainya dengan cara-cara yang halal dan tidak menimbulkan permusuhan. Cara-cara yang dihalalkan itu sebagai berikut: 1) ketika melihat orang berilmu dan gemar mengamalkan ilmunya, giat berdakwah dengan penuh keikhlasan, dan ia pun menginginkan untuk berbuat seperti itu; 2) ketika melihat orang kaya yang gemar membelanjakan hartaya di jalan Allah, lantas ia menginginkan berbuat hal serupa. Dengki biasanya akan berpasangan dengan keadaan yang dihadapi pelakunya, misalnya mahasiswa merasa dengki kepada sesama mahasiswa; orang pintar akan dengki kepada sesama orang yang pintar; petani akan merasa dengki kepada sesama petani; tukang ojek akan merasa dengki dengan sesama tukang

ojek; pedagang kecil akan merasa dengki kepada sesama pedagang kecil; guru akan merasa dengki pada sesama guru; dosen akan merasa dengki kepada sesama pegawai; pemimpin akan merasa dengki pada sesama pemimpin,demikan seterusnya. Pendek kata, sulit terjadi seseorang merasa dengki terhadap orang lain yang memiliki kapasitas berbeda. Secara umum ada empat hal yang bisa menyebabkan munculnya sifat dengki, yaitu: 1) Kebencian dan permusuhan. Sifat ini bisa muncul karena pernah disakiti, difitnah, salah satu haknya dilanggar, atau sebab-sebab lain yang merugikan diri sendiri. 2) Hadirnya naluri untuk selalu lebih dari orang lain. Naluri ini merupakan jalan tol menuju penyakit dengki. Seseorang yang merasa pakaiannya paling bagus, dapat mudah dihinggapi rasa dengki ketika melihat ada orang yang pakaiannya lebih bagus dan lebih mahal daripada yang dipakai dirinya. Manusia hidup seharusnya seperti orang yang memandikan mayat. Ia senang bila ada yang membantu. Ketika berkiprah dalam dakwah, hendaklah bersyukur tatkala ada saudara seiman yang memiliki misi yang sama, dan ditakdirkan ilmu dan jamaahnya lebih banyak. 3) Ambisi kepemimpinan. Obsesi ingin selalu memimpin yang disertai ambisi untuk merebut pucuk pimpinan adalah sarana yang paling rawan munculnya kedengkian. Ambisi ini biasanya disebabkan karena prasangka buruk terhadap saudaranya dan mencari-cari kesalahan orang lain. Bahkan hari ini dapat menjadi awal hancurnya sebuah negara dan umat. Karena itu, terbenam ke dalam neraka adalah ulama-ulama pendengki yang selalu berambisi menjadi pemimpin dan mengejar popularitas. Munculnya kedengkian dalam hati para ulama dan pemimpin umat sedikit demi sedikit dapat menghapuskan cita-cita luhur untuk mewujudkan ittihadul ummah persatuan umat dalam cahaya Islam. 4) Adanya sifat etika yang merusak. Orang yang buruk etikanya dapat membuatnya kikir terhadap berbuat kebaikan dan tidak suka melihat orang lain mendapatkan kebaikan. Jika melihat sesuatu yang tidak disukainya, ia menggerutu dan sibuk menyalahkan. Orang seperti ini hidupnya selalu sengsara, di akhirat nanti akan mendapatkan transfer pahala yang ia miliki kepada orang yang didengkinya. Rasulullah menyebutnya sebagai orang

bangkrut, mufhlis. Ia membawa pahala kebaikan, tetapi pahala itu habis untuk menggantikan dosa yang diperbuatnya pada orang lain. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (QS Al-Imran [3]:19) Bahaya dengki sama dengan iri hati, bahkan dengki lebih tajam dan lebih mengikat kadarnya. Orang dengki tidak segan segan melakukan tipu daya untuk menghilangkan nikmat orang lain dan merebutnya. Biasanya orang yang memiliki sifat ni, hidup mereka tidak tenang, selalu dirasuki perasaan was was, dan dijauhi sahabat karib di lingkungan tempat tinggalnya. Orang dengki tidak lepas dari azab dunia dan diakhirat diancam dengan neraka. Nabi bersabda, Rasa dengki ataupun iri hati dapat menghapus semua pahala amal yang telah dikerjakan oleh seseorang. Walaupun sebanyak banyaknya ia telah berbuat amal ibadah, apabila rasa dengki didalam hatinya masih ada maka Allah tidak meridhai segala sesuatu yang telah ia perbuat (HR Muslim) Adapun tanda tanda orang yang bersifat dengki antara lain : 1. Tidak senang melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan 2. Suka mengumpat, mencela, menghina, dan memfitnah orang lain 3. Bila berbicara, ucapanya selalu membuat sakit hati orang lain 4. Suka mencaci, bersikap angkuh, congkak, sombong ucapanya dan perbuatanya Adapun bahaya akibat sifat dengki antara lain : 1. Hati merasa gusar dan tidak tentram 2. Perasaan iri hati yang terus menerus 3. Apabila diketahui yang bersangkutan dapat menimbulkan percekcokan 4. Biasanya pelaku sering bohong akibat perbuatanya Jelas bahwa dengki sangat tidak terpuji. Oleh karena itu, bagi orang orang yang beriman, jauhi segala sifat sifat dengki, karena dapat menyesatkan di kemudian hari. Sifat dengki termasuk sifat tercela, maka harus menghindarinya, dengan cara cara berikut : 1. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah 2. Menyadari bahwa dengki dapat menghapuskan kebaikan 3. Meningkatkan syukur kepada Allah

Dengki mengakibatkan sifat pemarah, yaitu sifat yang mempergunakan kekuatan tubuh untuk menolak yang tidak disukai. Bentuk kemarahan dapat diobati melalui beberapa cara: 1. Memberi maaf kepada orang yang dimarahi 2. Harus merasa takut terhadap siksaan Allah 3. Harus memikirkan akibat kemarahan yang dapat menimbulkan permusuhan 4. Harus memiliki rasa malu kepda Allah, malu pada diri sendiri dan malu terhadap lingkungan Marah dalam bentuk perbuatan dapat diobati dengan cara : 1. Mengucapkan taawud (auu-zhubillahi minas syaitaanirrajim) aku berlindung dengan nilai air dingin dan berwudhu 2. Jika hal itu tidak berhasil, mandi dengan air dingin dan berwudhulah9 3. Jika belum juga reda, tunaikan shalat, yaitu shalat sunat atau shalat taubat dan perbanyaklah membaca astaghfirullahalazhiim (aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung) 4. Jika dibawa shalat belum juga reda, bawalah tidur. Setelah bangun tidur lakukan mandi, berwudhu, shalat dan bacalah Al-Quran 5. Bersihkanlah hati, lapang hati, hilangkan sifat benci dan sifat sifat buruk lainya. Ingat bahwa marah itu adalah tipu daya setan untuk menyesatkan manusia Dengki terjadi akibat sesudah timbul permusuhan. Ini dapat disebabkan karena ia menunjukkan keperkasaanya. Senang diangkat sebagai pemimpin, tetapi tidak terlaksana karena digeser orang lain, senang disanjung sanjung, tetapi tidak ada yang mau menyanjungnya. Adapun untuk menghilangkan sifat dengki harus memperbanyak baca istighfar, menyadari dengan bahaya buruk dari dengki itu sendiri, menjaga diri dengan jalan menyibukkan pada pekerjaan yang baik dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. j. Sifat Iri Hati (An-Nauma) Kata iri menurut bahasa (etimologi) artinya merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain, kurang senang melihat orang lain beruntung, cemburu dengan keberuntungan orang, tidak rela apabila orang lain mendapatkan nikmat dan kebahagiaan.9

Hussein Bahresij. Ajaran-ajaran Akhlak (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), hlm. 55-56.

Iri termasuk etika yang merusak, jika seseorang melakukannya hukumnya haram. Apabila seseorang mendapat nikmat, misalnya lulus, naik kelas, punya sesuatu yang diinginkan, sukses dalam mengejar cita cita, hendaknya harus bersyukur, itulah sifat seorang muslim. Selanjutnya keberhasilan tersebut merupakan cambuk agar bekerja keras dan ulet sehingga berhasil dalam meraih cita cita yang baik. Sikap mental yang harus ditimbulkan ialah yakin pada usahanya sendiri, insya Allah berhasil, karena memang usaha seseorang itu berbeda beda. Allah berfirman : Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda beda (QS Al-Lail [92] : 4) Jika orang lain mampu melakukan hal hal yang baik, mengapa kita tidak? Melalui usaha keras secara terus menerus, doa dan tawakal pasti apa yang dicita citakan dapat berhasil. 1. Hati merasa gusar dan tidak tenteram 2. Iri hati yang terus menerus memuncak dapat mengakibatkan stress 3. Apabila diketahui orang lain, nama baiknya tercemar 4. Apabila diketahui orang lain, yang bersangkutan dapat menimbulkan permusuhan 5. Suatu masyarakat, apabila ada orang yang suka iri hati mengakibatkan kesalahan 6. Iri hati menandakan bahwa ia tidak bersyukur terhadap nikmat Allah 7. Iri hati mengakibatkan dosa, apabila dilakukan terus menerus akan menjadi dosa besar Iri hati merupakan sifat yang sangat tercela, dapat merugikan diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itu hendaklah seseorang berusaha untuk menjauhinya. Tuntutan untuk menghindari sifat iri hati secara umum adalah sebagai berikut : 1. Harus menyadari keburukan dan bahaya sifat iri hati 2. Bahwa sifat iri hati dapat menjadikan dirinya menderita dan stress 3. Bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah 4. Menyadari bahwa nasib manusia berubah ubah 5. Menghargai dan menghormati hak orang lain 6. Mengembangkan sifat cinta kasih sesama hamba Allah 7. Mempertebal amal, iman dan takwa kepada Allah

Adapun perasaan iri hati adalah menginginkan nikmat yang sama dengan apa yang dianugerahkan Allah kepada orang lain. Iri hati yang menyangkut urusan agama, seperti mencari ilmu pengetahuan dan mengamalkanya, beribadah yang tekun, zakat infak, sedekah, membantu orang lain dan sejenisnya dapat dibenarkan. Ini merupakan iri hati yang terpuji. Iri hati seperti ini sekiranya tidak berhadil meraih sukses seperti orang lain ia pun tidak akan putus asa, karen aia menyadari bahwa Tuhan telah menentukan bagian masing masing. Allah berfirman : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena bagi orang laki laki ada bagian daripada daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al-Nisa [4]: 32) Sifat iri hati dapat mendatangkan akibat akibat berbahaya diantaranya : 1. Membawa pada maksiat dan kejahatan 2. Merusak ketaatan kepada Allah 3. Membutakan hati sehingga hampir hampir tidak dapat memahami hukum hukum Allah 4. Menghalang-halangi kebaikan, tidak ada keuntungan dengan apa yang dimaksud dan membawa kemenangan musuh 5. Menimbulkan kelelahan dan kesusahan yang tidak ada gunyanya, bahkan bisa menuju dosa dan maksiat10 Sifat iri sangat dilarang dalam Islam karena sifat ini sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Orang yang mempunyai sifat iri, merasa dirinya tersaingi oleh orang lain. Ia ingin dirinya sama dengan orang tersebut bahkan lebih dari orang itu. Orang yang mempunyai sifat iri selalu menjelek jelekkan orang yang diirikanya. Ia melakukan berbagai fitnah agar orang tersebut jelek dimata orang lain. Lazimnya, sepasang sahabat dapat saling sharing. Berbagi dalam suka, duka, dan saling memberi dukungan. Jika seorang sahabat bersedih tentu ia juga ikut merasakanya. Sebaliknya, jika sahabat berbahagia dengan nikmat yang diberikan Allah, ia pun harus turut bahagia. Namun, tak dapat dipungkiri, masih10

Lihat: Abd Chafidz Farchun Manaf. Hidup Dalam Bimbingan Islam, Cet. 1 (Surabaya: Al-Ikhlas, 1996), hlm. 90-99.

ada saja yang merasa iri dengan kebahagiaan sahabatnya sendiri. Kesuksesan seseorang dalam karier dapat saja menimbulkan kecemburuan sahabatnya, karena ia tidak mengalaminya. Sesungguhnya rasa iri atau cemburu terhadap keberhasilan orang lain merupakan hal yang sangat manusiawi. Karena, membandingkand iri sendiri dengan orang lain adalah salah satu kebiasaan manusia yang sulit dihilangkan. Makanya kerap tercetus pertanyaan, kenapa dia lebih beruntung daripada say?,kenapa nasib saya begini, dan sejumlah pertanyaan lain yang mengisyaratkan rasa iri terhadap orang lain. Akan tetapi, tentu saja sikap tersebut tidak boleh terus menerus menguasai pikiran. Rasa tidak puas dan cemburu yang berlebihan justru dapat mengantarkan diri seseorang pada kegagalan. Jika terlanjut merasa iri dengan kesuksesan seorang sahabat, ada baiknya segera, bertaubat, beistigfar dan kembali pada fitrahnya. Pakar Relationship, Mary Mitchell menyarankan langkah langkah berikut ini : 1. Harus berpikir bahwa seorang sahabat merupakan orang yang dekat dihati. Tidak sepantasnya iri secara membabi buta padanya. Sudah selayaknya menjadikan orang orang dekat termasuk sahabat, sebagai cermin diri. Jika sahabat sukses, baik dalam karier atau apapun, seharusnya ikut bangga dan senang. Karena bisa meminta pendapat, saran, dan masukan darinya. Bagaimana supaya bisa sesukses atau kalau perlu lebih sukses dari dia. Apa saja kekurangan dan kelebihan yang selama ini menghalangi langkah menuju kesuksesan. 2. Jangan cuma memikirkan kesuksesan sahabat atau orang lain, tetapi renungan juga keberhasilan yang pernah diraih diri sendiri. Karena sekecil apapun keberhasilan, sudah sepatutnya disyukuri dan dinikmati. Ini jauh lebih penting daripada sibuk membandingkan dengan keberhasilan orang lain, jika perlu lakukan perbaikan kualitas diri agar lebih sukses lagi. 3. Jadikan kecemburuan sebagai hal yang positif. Artinya jika seorang sahabat dapat sukses maka kita pun harus sukses juga. Sehingga kesuksesan yang diperoleh sahabat dapat menjadi cambuk bagi kesuksesan diri sendiri. Jangan pernah sekalipun putus asa dalam berusaha. Jangan pernah mengharapkan bintang jatuh! Artinya tanpa usaha keras, mustahil dpat meraih keberhasilan.

4. Tak perlu menjadi orang lain! Toh sukses yang diraih tidak mesti sama dengan sukses yang diraih sahabat kita bukan? Selain punya kemampuan sendiri, jalan lain untuk meraih kesuksesan masih sangat terbuka. Siapa tahu hasilnya lebih baik, asal jalan yang ditempuh positif tentu tidak menimbulkan masalah. k. Sifat Angkuh Sombong (Maroha-Tushair) Angkuh merupakan pribadi seseorang ketika angkuh sudah menjadi sifat yang telah melekat pada diri orang tersebut. Perbuatan angkuh merupakan penyakit hati, perbuatan yang sangat buruk, dan sangat terlarang. Sikap angkuh sering hinggap pada diri manusia karenanya yang menjadi kendala dalam kehidupan. Penyakit hati ini sangat merugikan bagi semua pihak. Ia datang ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang lebih dari orang lain.apakah itu berupa jabatan, pangkat, prestasi, harta benda, kemuliaan lainnya. Allah berfirman: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (QS AlBaqarah [2]: 10). Apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan keangkuhan mereka? (QS Muhammad [47]: 29). Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang ada di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, (QS Al-Haj [22]: 53). Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya. Ia merasa lebih besar, lebih kaya, lebh pitnar, leibh dihormati, lebih mulia dan lebih beruntung dari yang lain. Maka biasanya orang seperti ini memandang orang lain lebih buruk, lebih rendah dan tidak mau mengakui kelebihan orang tersebut. Sebab, tindakan itu menurutnya sama dengan merendahkan dan menghinakan dirinya sendiri.11 Sifat sombong juga merupakan penyakit hati dan perbuatan terlarang yang sulit disembuhkan. Orang yang bersifat sombong merasa dirinyalah yang paling lebih, paling mulia, paling agung. Ia menggangap orang lain tidak berharga. Akibat dari sombong, timbul suatu permusuhan satu dengan yang lain. Ini disebabkan dirinyalah yang merasa paling hebat, sehingga pendapatnyalah yang11

Mohammad Yunus. Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm. 4.

harus diikuti oleh orang lain. Dia tidak mau menerima pendapat atau saran orang lain, karena merasa ia bahwa dirinya lebih mulia. Orang yang memiliki sifat sombong, dalam pergaulan selalu membesarkan dan mengagungkan diri sendiri. Ia ingin tampil mencari perhatian dan tidak suka bila pendapatnya dibantah. Apabila diberi petunjuk ia selalu menolak. Apabila mempunyai pendapat, ia selalu memaksakan kehendak kepada orang lain, jika ditolak timbullah marahnya. Sombong dapat terjadi pada pria maupun wanita. Sifat sombong muncul disebabkan karena memiliki badan yang lebih baik, kulit mulus, rupawan, cantik, kedudukan tinggi, sehat, kuat, gagah perkasa, suara yang bagus dan kelebihan lainnya. Maka untuk menghindari hal tersebut seseorang harus menyadari bahwa yang semua itu anugerah Allah untuk disyukuri. Harus ingat bahwa manusia asalnya dari tanah dan kembali menjadi tanah. Jika sesorang menjadi sombong dikarenakan akalnya yang unggul, kecerdasannya lebih tinggi, lebih cerdik, karena kepandaiannya dalam hal-hal yang sulit, dalam urusan kehidupan maupun keagamaan, ketahuilah bahwa orang tersebut sedang sakit. Sombong dapat juga terjadi karena orang tersebut dari keturunan bangsawan, hartawan, berasal dari keturunan orang-orang yang kejam, memiliki banyak pembantu, budak, orang suruhan yang dapat menolong dirinya. Jika seseorang bersikap sombong, ia biasanya membanggakan diri sendiri, tidak menghargai orang lain, sebab selain dirinya adalah kecil. Hal ini tercermin dalam setiap tingkah lakunya sehari-hari, karena tingkah laku seseorang adalah cerminan dari apa yang terdapat dalam dirinya. Agar terhindar dari sikap sombong, harus melatih diri untuk saling menghargai sesama manusia. Sebab kedudukan sebagai makhluk Allah tidak lebih tinggi dari mereka, dan mereka juga tidak lebih tinggi. Di hadapan Allah, yang paling mulia ialah yang paling takwa. Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS Al-Hujurat [49]: 13). Orang mementingkan diri sendiri, tidak mau mengetahui nasib orang lain dan tidak mau menghargai pendapat orang lain, biasanya mudah meremehkan dan

melecehkan orang lain. Inilah akibatnya jika di dalam diri oran tersebut terdapat sifat sombong. Sebab, hakikat sombong tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Sombong terbagi dalam tiga macam sebagai berikut: 1) Sombong kepada Allah. Ini merupakan kesombongan yang paling jelek, perbuatan yang sangat buruk, dan sangat terlarang. Orang yang menyombongkan dirinya kepada Allah, mendapat murka Allah di dunia dan akhirat. Ingat, betapapun kaya, pintar, gagah perkasa, kuat-sehat, nanti tiba waktunya pasti kembali kepada-Nya. 2) Sombong kepada Rasul. Seperti yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy dan Bani Israil yang akhirnya mendapat celaka dan hinaan di dunia dan akhirat. 3) Sombong kepada sesama manusia,yaitu dengan jalan membesarkan kedudukan dirinya dan menghina orang lain. Ini pun tidak ada gunanya, karena setiap orang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Ia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Penyebab seseorang menjadi sombong ada tujuh macam, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Sombong karena memiliki ilmu menganggap dirinya memahami segala Sombong karena memiliki amal dan ibadah yang banyak; Sombong karena kedudukan dirinya sebagai keturunan bangsawan; Sombong karena kecantikannya, wajah mulus, sehingga banyak Sombong karena harta, kedudukan dan relasi; Sombong karena kekuatan dan kekuasaan yang ada pada dirinya; Sombong terhadap bawahan, pengikut dan pembantu-pembantunya. Semua kesombongan tersebut wajib dijauhkan dan dihindari karena dapat menimbulkan penyakit hati yang merusak diri sendiri dan orang lain. 12 Akibat buruk yang ditimbulkan oleh perangai sombong ini banyak sekali di antaranya: 1) 2) 3)12

sesuatu;

disukai lawan jenisnya;

Ia suka menyakiti orang lain; Memutuskan kasih sayang; Menceraiberaikan hubungan baik terhadap sesama manusia;

Hussein Bahreisj. Op. Cit., hlm. 59.

4) 5) 6) 7)

Menjadikan orang lain merasa benci kepadanya dan bersepakat untuk Orang yang sombong sulit untuk diajak ke jalan yang benar; Orang yang sombong tidak bisa menahan marah. Artinya, ia mudah Orang yang sombong tidak pernah bersikap lemah lembut, sifatnya

menyingkirkannya;

marah apabila tersinggung sedikit saja; kasar, emosional, masa bodoh, membenci orang lain yang tidak sederajat dan tidak seide dengannya. Akibat buruk yang ditimbulkan oleh perangai sombong ini amatlah banyak, karena itu, harus menghindari sifat sombong ini. Perlu disadari bahwa manusia tercipta dari nuthfah atau campuran antara sperma dan ovum, setelah itu ia hidupa hingga batas usia tertentu, tetapi kelak ia akan mati dan menjadi bangkai. Maka wajiblah manusia untuk meninggalkan sifat sombong ini. 13 Allah berfirman: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lgi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk ialah suara keledai (QS Lukman [31]: 18-19). l. Sifat Riya (Tidak Ikhlas) Riya ialah amal yang dikerjakan dengan niat tidak ikhlas, variasinya bisa bermacam-macam. Amal tidak ikhlas itu adalah sengaja dikerjakan dengan maksud ingin dipuji orang lain. Amal itu sengaja dilakukan misalnya untuk menjilat pejabat atasannya dalam rangka mendapatkan kedudukan yang lebih menguntungkan dan supaya pangkatnya segera dinaikkan. Amal itu sengaja dikerjakan untuk memikat hati orang lain yang dicintai. Riya yaitu beramal kebaikan karena didasarkan ingin mendapat pujian orang lain, agar dipercaya orang lain, ia dicintai orang lain, atau karena ingin dilihat oleh orang lain. Riya merupakan penyakit rohani, biasanya ingin mendapat pujian, sanjungan tetapi dapat menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Alah berfirman:

13

Asad Yasid. Bimbingan Akhlak (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), hlm. 73-74.

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi orang dari jalan Allah. Sesungguhnya ilmu Allah meliputi apa yang mereka kerjakan (QS Al-Anfal [8]: 47). Riya itu ada yang tampak dan ada pula yang tersembunyi. Riya yang tampak ialah yang dibangkitkan amal dan yang dibawanya. Riya tersembunyi ialah riya yang tidak dibangkitkan amal, tetapi amal yang sebenarnya ditujukan bagi Allah menjadi ringan, seperti orang yang biasa tahajud setiap malam dan merasa berat melakukannya, tetapi kemudian dia menjadi ringan mengerjakannya tatkala ada tamu di rumahnya. Jika ada orang-orang yang melihat dia merasa senang dan bahkan mendorong semangatnya, kesenangan ini dinamakan riya tersembunyi. Namun tidak ada orang yang melihatnya, dia merasa senang jika ada orang yang melihat ketaatannya. Riya yang lebih bersembunyi lagi ialah yang tidak berpengaruh terhadap amal dan tidak membuat pelaksanannya mudah. Namun sekalipun begitu, riya itu tetap ada ada di dalam hati. Hal ini tidak bisa diketahui secara pasti kecuali lewat tanda-tanda. Tanda yang paling jelas apabila dia merasa senang jika ada orang yang melihat ketaatannya. Riya tersembunyi di dalam hati, seperti api yang tersembunyi di dalam batu. Jika orang-orang melihatnya, bisa menimbulkan kesenangannya. Kesenangan ini tidak membawanya kepada hal-hal yang dimakruhkan,tetapi ia bererak dngan egerakan yang sangat halus, lalu membangkitkannya untuk menampakkan amalnya, secara tidak langsung maupun secara langsung. Riya tersembunyi hampir tidak mendorongnya untuk mengatakannya, tetapi cukup dengan sifat-sifat tertentu, seperti muka pucat, badan kurus, suara parau, bibir kuyu, bekas lelehan air mata dan kurang tidur, yang menunjukkan bahwa dia banyak shalat malam Riya lebih tersembunyi lagi ialah menyembunyikan sesuatu tanpa menginginkan untuk diketahui orang lain, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, dia merasa suka. Merekalah yang lebih dahulu mengucapkan salam, menerima kedatangannya dengan muka berseri dan rasa hormat, langsung memenuhi segala kebutuhannya, menyuruhnya duduk dan memberinya tempat. Jika mereka tidak berbuat seperti itu, ada yang terasa mengganjal di dalam hati.

Sebagai orang Islam wajib mengerjakan amal secara tulus ikhlas, tidak bermaksud riya. Dengan begitu amalnya menjadi sempurna. Allah berfirman: Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dengan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah (QS Al-Nisa [4] : 146). Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan tulus ikhlas memurnikan-Nya dalam beragama, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, yang demikian itulah agama yang lurus (QS Al-Bayyinah [98]: 5). Orang-orang yang ikhlas senantiasa merasa takut terhadap riya yang tersembunyi. Ia berusaha mengecoh orang-orang dengan amalnya yang saleh, menjaga apa yang disembunyikannya dengan cara yang lebih ketat daripada orang-orang yang menyembunyikan perbuatan kejinya. Semua itu mereka lakukan karena mengharap agar diberi pahala oleh Allah pada hari kiamat. Noda-noda riya yang tersembunyi banyak sekali ragamnya, hampir tidak terhitung jumlahnya. Selagi seseorang menyadari antara memperlihatkan ibadahnya kepada orang-orang dan antara tidak memperlihatkannya, maka di sini sudah ada benih-benihnya. Akan tetapi, tidak setiap noda itu menggugurkan pahala dan merusak amal. Jika dia merasa agar orang-orang tahu kebaikannya dan memuliakannya, berarti ini adalah riya.14 Riya dibagi atas dua, yaitu: 1) Riya ul adah ialah mengerjakan suatu amal karena menjadi kebiasannya dengan tidak memperlihatkan makna, rahasia, faidahnya dan tidak pula untuk mencari keindahan Allah. Yakni amal itu dikerjakan bukan semata untuknya dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya; 2) Riyaun nifaq ialah mengerjakan sesuatu amal semata-mata untuk dilihat orang. Ada lima hal yang termasuk kategorinya: a) pelaku ibadah yang memperlihatkan amalan kebajikannya; b) pimpinan yang ingin mendapat sanjungan dari bawahannya; c) dosen atau guru yang merasa lebih pandai dari muridnya; d) siswa atau mahasiswa yang merasa ilmunya sudah banyak; e) ilmuwan yang ingin dihormati, disanjung dan dipuji;14

Lihat: Muhtasor Minhajul Qashidin. Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 1997), hlm. 271-286.

Adapun pembagian orang-orang tergolong ke dalam kelompok riya: 1) Riya dalam soal kepercayan. Mereka memperlihatkan kepercayaan yang benar, yang dipegangi pengikutnya, padahal tekad batin mereka lain. Mereka berbuat demikian karena mengharap pujian dari pengikutnya saja. Biasanya orang ini dinamakan munafiq tulen I(munafik haqiqi) dan di akhirat kekal dalam neraka. 2) Riya dalam soal ibadah. Mereka shalat bersama-sama dengan orangorang yang datang kerumahnya. Mereka pergi ke masjid pada hari Jumat dan ke tanah lapang pada hari raya. Mereka melakukan demikian supaya diakui sebagai seorang Muslim tlen dan ntuk menarik minat dan dicintai orang yang shalat dan puasa. Akan tetapi, ketika ia berada di rumahnya sendirian, ia tidak mengerjakan shalat dan puasa. Orang yang seperti ini disebut oleh syara sebagai orang yang tidak diakui keislamannya. 3) Riya dalam amalan Sunnah. Jika ada orang yang melihatnya, dia bersungguh-sungguh mengerjakan sunat, seperti ishtigfar, tasbih, tahmid, berzikir, tetapi kalau tidak ada orang yang melihat, dia tidak lagi melakukan hal-hal yang sunat. 4) Orang-orangyang menyebut-nyebut dan menceritakan amalamalannya. Bila duduk ramai-ramai ia pun mulai mengatakan bahwa dia mengerjakan shalat ini, shalat itu, puasa ini, puasa itu dan menceritakan apa yang telah dikerjakan, misalnya saya sudah berderma sekian rupiah, saya sudah berpuasa, berbuat banyak untuk orang lain dan saya sudah berjuang. 5) Riya dengan sikap dan gaya. Ia memperlihatkan keinginannya kepada beribadah dengan menguruskan badan, memucatkan muka,memperlihatkan kesalehannya, menundukkan kepala kalau berjalan, merendahkan dan melemahkan suara kalau bicara, membiarkan rambutnya kusut dan memakai pakaian yang buruk. Riya merupakan perbuatan pura-pura seperti apa yang tenang,

menampakkan diri bahwa ada bekas sujud pada dahinya, berbaju tebal, mau mencuci pakaiannya, dan memanjangkan rukuk, menampakkan rasa takwanya, tidak mau dirinya melakukan sujud dalam shalat pekerjaan-pekerjaan yang dianggapnya syubhat (meragukan) agar kemudian bisa dianggap sebagai hakim,

pengurus harta wakaf, harta wasiat, harta anak yatim. Ia tidak keberatan untuk duduk sebagai anggota zakat, pengurus dana sosial, titipan-titipan orang dan pengurus haji agar dinilai orang sebagai orang yang saleh. Riya melakukan sesuatu amal tidak untuk mencari keridhaan Allah, tetapi untuk mencari pujian atau pamrih dari orang lain. Mereka hanya sedikit sekali memuji Tuhannya. Allah berfirman: Dan apabia mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksdu riya dengan shalatnyadi hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali (QS Al-Nisa [4]: 142). Ayat ini menggambarkan bahwa perbuatannya tidak karena Allah semata, melainkan karena ingin pujian dari manusia. Misalnya, ia menyumbang untuk sebuah panti asuhan sebanyak-banyaknya agar ia mendapatkan nama dari orang lain. Apabila tidak ada orang yang menyanjungnya ia tidak sepersen pun menyumbangkan sebagian hartanya untuk panti asuhan. Orang yang beramal secara riya hukumnya dosa dan amalnya tidak ditreirma. Inilah celakanya orang yang beramal tetapi riya, maka dari itu seitap manusia harus dapat menjauhkan sifat riya ini, agar amal ibadah yang diperbuat dapat diterima oleh Allah. C. Penyakit Etika yang Merusak Penyakit secara biologis ialah sejumlah virus atau bakteri yang menyerang bagian tubuh manusia, menyebabkan tidak stabil dan menyebabkan ketidakseimbangan tubuh. Penyakit tersebut ada yang dapat diobati dan ada juga yang sukar diobati. Sama halnya dengan penyait yang dieerita oleh sebagian orang-orang yang beriman. Penyebab dari hal itu lantaran kesalahan dari mereka sendiri. Penyakit etika ialah penyakit hati yang terjadi akibat perbuatan buruk yang pernah dilakukan. Penyakit etika yaitu penyakit tingkah laku yang menyimpang dari kebenaran. Penyakit etika dapat terjadi akibat kesalahan pembicaraan, berbohong, menjelek-jelekkan orang lain (ghibah), memfitnah, munafik, bermusuhan, lancang berbicara, menceritakan cacat orang lain dan kecabulan. Macam-macam penyakit etika yang merusak adalah sebagai berikut: 1. 2. berbicara yang tidak ada gunanya hingga tidak mengenal waktu; menceritakan lawan jenis yang menjurus pada kecabulan,

menghadiri tempat-tempat minum minuman kerjas, tempat-tempat mesum;

3. 4. 5. 6. 7. 8.

menceritakan hal-hal bidah, aliran-aliran sesat dan yang berbantah-bantahan untuk merendahkan pendapat orang lain; bermusuhan dengan tetangga, sahabat, teman karib, sehingga berbicara berlebih-lebihan, tujuannya agar diakui sebagai seorang berbicara selalu menyakitkan hati, menyakitkan telinga dan mengutuk keberhasilan orang lain, memaki, mencaci dengan

diharamkan agama;

menimbulkan sifat benci membenci dan putusnya persaudaraan; ahli, seorang profesional dan orang terkenal dengan jalan batil; menyinggung perasaan orang yang mendengarkannya; menyebut-nyebut kafir, maling, koruptor dan sebutan menyakitkan lainnya tanpa bisa dibuktikan kebenarannya; 9. senangi; 10. 11. 12. 13. 14. menyingkapkan atau membuka rahasia orang lain tanpa hak; berjanji palsu yang niatnya untuk mengingkarinya dan mengejek dan menghina orang-orang tertentu yang tidak ia

meninggalkan janji tersebut; bersumpah palsu dengan tujuan bohong; memfitnah baik dengan lisan, tulisan, isyarat maupun perbuatan; bersifat manis mulut tetapi hatinya sangat bertentangan; lain Macam-macam penyakit etika yang menyebabkan terjadinya etika yang merusak adalah: 1. menghina, yaitu merendahkan orang lain dengan berlaku sombong, yaknimemandang mereka tidak ebanding atau setaraf dengan dirinya. Misalnya menceritakan keburukan-keburukan orang lain dengan mencemoohnya, menertawakannya menyenanginya; 2. mengabaikan dengan isyarat, yaitu menghinakan mereka dengan memperlihatkan sikap, baik berupa isyarat tangan,isyarat mata, isyarat lidah, yangmenunjukkan kepada sifat takabur,dan merendahkan orang lain; 3. memberi gelar buruk. Menjuluki seseorang dengan gelar yang hitam, si pendek, si jangkung,dan segala gelar yang tidak baik; dengan mengejek padahal yang bersangkutan tidak

bicara lain pula perbuatannya.

4.

mengumpat, yaitu menyebut-nyebut seseorang dengan keadaan-

keadaan yang tidak disenangi oleh orang itu sendiri. Perbuatan mengupat dilarang mengucapkannya, juga dilarang mendengarnya; 5. fitnah, yaitu membawa sesuatu kabar bohong yang menyakitkan hati diri seseorang kepada orang lain, sama halnya dengan mengada-ngada; membuat berita yang sebenarnya tidak ada dan menyampaikan berita itu kepada seseorang dengan maksud agar hubungan antardua orang atau lebih menjadi rusak. Seharusnya, jika seseorang membawa fitnah atau berita tidak menyenangkan atau berita yang diragukan, atau berita bohong hendaklah menerimanya dengan sikap sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. tetap menghargai tetapi jangan dibenarkan, karena orang yang memberikan nasihat kepada yang membawa fitnah itu; membencinya kepada Allah; jangan menaruh prasangka jahat kepada orang yang membawa fitnah itu termasuk golongan orang yang fasik;

menyampaikan perkataannya itu; jangan mencari-cari kebenaran perkataan yang disampaikan, hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti,agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS Al-Hujurat [49]: 6). Dalam pergaulan bermasyarakat, ditentukan tata cara bermasyarakat agar tidak terjadi etika yang buruk sehingga timbul hak dan kewajiban yang seimbang. Ada beberapa hak dan kewajiban yang seimbang tersebut waib dilakukan, dengan cara: 1. mereka; 2. 3. 4. tidak menyakiti baik dengan lisan maupun dengan perbuatan; menghormati dan tenggang rasa terhadap mereka; memberi pertolongan apabila mereka membutuhkan.15 menunjukkan wajah yang jernih dan hati yang suci terhadap terkecuai jika perkataan itu mengenai kemashalatan. Allah berfirman:

15

Asmaran AS. Pengantar Studi Akhlak, Cet. 3 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 180.

Penyakit etika yang merusak dapat dihindarkan berdasarkan kaidah Islam. Sebagai landasan untuk menghindarinya adalah sebagai berikut: 1. pergaulan 2. Harus berbahasa yang baik dan benar. Umat Islam dalam hidup bermasyarakat harus dapat berbahasa yang sopan,

menyenangkan, menarik, ringkas-padat, sesuai bakat, dan penuh hikmah. Sesama Muslim bila bertemu, ucapkan salam. Salam yang dimaksudkan ialah ucapan assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Hukum mengucapkan salam adalah sunat muaakadah dan menjawabnya wajib. Salah disunahkan bagi setiap Muslim bertemu dengan Muslim yang lainnya, baik di rumah, di perjalanan maupun di tempat-tempat umjm. 3. Wajib memerhatikan tata cara makan dan minum. Umat Islam haram bersifat rakus seperti orang kelaparan. Oleh karena itu, makan dan minumlah secara sederhana di rumah, di kantor maupun di tempat-tempat umum. 4. Menyesuaikan diri di majelis pertemuan. Umat Islam harus menjadi tauladan bagi semua orang. Dalam majelis wajib menjunjung tinggi kemuliaan dan kehormatan, jangan bersikap tidak sopan dan beretika tercela. 5. Wajib minta izin jika masuk baik di rumah orang maupun di tempat lainnya. Umat Islam wajib mencontoh Rasulullah Saw. Bagaimana cara meminta izin masuk, yaitu dengan memberi salam, jika dijawab salamnya dan dipersilahkan maka boleh memasuki rumah tersebut, jika tidak dizinkan maka haram memasukinya. 6. Berkelakar dengan sopan. Umat Islam dibenarkan bersenda gurau, menimbulkan tawa, membuat lelucon, namun bukan mengejek, menghina atau merendahkan orang lain dan diharamkan melampaui batas. 7. Menjenguk orang sakit. Menjenguk orang sakit hukumnya wajib kifayah. Jika menjenguk orang sakit dilarang banyak berbicara, apalagi bicara yang menakutkan, disarankan supaya menghibur dengan mendoakan, menasihati yang baik, memuliakan dan memberi semangat hidup. 8. Bertaziah dan menyelenggarakan jenazah. Jika salah seorang jenazah. Diawali dengan memandikan, mengafani, dalam lingkungan Muslim terjadi musibah meninggal, wajib kifayah untuk menyelenggarakan untuk bertaziah. menyalatkan, dan menguburkannya. Setelah itu malam hari berikutnya disunatkan

Umat Islam dituntut mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan berdasarkan kaidah Islam dalam pergaulan masyarakat, agar bertanggung jawab. Karena kehidupan masyarakat terdiri dari individu-individu, tanpa mereka tak akan ada individu. Dalam pandangan lain, masyarakat tak dapat disamakan dengan senyawanya alamiah. Masyarakat juga bisa bekerja sama dalam berbagai tindakan nyata untuk yang bermanfaat.16 Manusia adalah makhluk sosial. Oleh sebab itu, hidupnya seorang manusia tidak terlepas dari kehidupan bersama manusia lainnya dan dengan sendirinya manusia individu menjadi satu lebur dalam kehidupan brsama.17 Bila dalam diri seseorang telah meresap secara mendalam dalam kehidupan bermasyarakat, orang tersebut mempunyai ciri-ciri sosial sebagai berikut: 1. 2. kepentingan terhadap masyarakat lebih besar daripada kepentingan kepentingan pribadinya tetap diletakkan dalam kerangka kesadaran Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan tempat kita tinggal bersamasama dalam suatu masyarakat. Umat Islam dengan lingkungan masyarakat harus saling menyempurnakan, saling memberi dan menerima untuk kepentingan bersama. 18 Oleh karena itu, cara menjauhkan etika yang merusak dalam kehidupan sehari-hari dapat diciptakan dengan membangun hubungan baik kepada sesama. Untuk meningkatkan hubungan baik terhadap lingkungan yang wajib dilaksanakan sebagai anggota masyarakat adalah sebagai berikut: 1. persaudaraan. Di dalam lingkungan masyarakat harus menjalin hubungan ukhuwah dan persaudaraan dengan baik secara alami. Karena orang-orang mukmin lainnya adalah bersaudara. Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (QS Al-Hujurat [49]: 10). Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan (QS Al-Hijr [15]: 47).16 17

pribadi; kewajiban sebagai makhluk sosial.

Tingkatkan

ukhuwah

islamiah

dan

eratkan

hubungan

Lihat: Murtada Mutahari. Masyarakat dan Sejarah, Cet. 1 (Bandung: Mizan, 1986), hlm. 10. Asmaran AS. Pengantar Studi Akhlak, Cet. III (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 53. 18 Jalauddin Al-Qasimi. Mauizatul Muminin, Cet. I (Cairo: Dar Al-Unsur li AL-Taba Wa Al-Nasyr, 1929), hlm. 162.

2.

Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama0 Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nimat Allah orang-orang yang bersaudara; dan amu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (QS Al-Imran [3]: 103). Saling tolong menolong antar sesama dan saling membantu. Tolong menolong ini dalam lingkungan masyarakat adalah sangat penting.

Tolong menolong mempunyai hubungan erat dengan kemanusiaan. Oleh karena itu, sebagai umat beragama wajib tolong menolong. Apabila orang berbuat baik dan takwa kepada Allah, harus dibantu. Caranya ialah dengan memberikan dorongan semangat, jika hanya itu yang bisa mampu dilauan. Sebaliknya jika ada yang berbuat maksiat dan bisa mampu dilakukan. Sebaliknya jika ada yang berbuat maksiat dan dosa serta permusuhan, wajib untuk mencegahnya dari perbuatan dosa dan permusuhan tersebut dengan nasihat. Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada Allah adalah perintah Allah. Wajib kepada setiap Muslimin tolong-menolong dengan cara sesuai dengan keadaan objekatau orang yang bersangkutan. Allah berfirman: 3. Untuk memutuskan suatu perkara di masyarakat harus Jika ada masalah rumit dalam masyarakat, maka musyawarah di dalam lingkungannya untuk mendapatkan keputusan yang adil. Allah berfirman; Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dengan urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS Al-Imran [3]: 159). Dan (bagi) orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari

bermusyawarah dan bermufakat di tempat resmi.

rezeki yang Kami berikan berikan kepada mereka (QS Al-Syuura [42]: 38).

Kesimpulan Semua perbuatan-perbuatan yang baik dan yang buruk dapat dilihat dari tingkah laku manusianya. Etika yang merusak merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan tidak diridhai Allah. Perbuatan-perbuatan tersebut merupakan murka Allah dan tidak ada untungnya bagi manusia. Etika yang merusak dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, dapat menimbulkan permusuhan dan pertikaian. Etika buruk dapat merusak akal dan pikirannya, mengantarkan si pelakunya ke jalan yang sesat. Etika yang merusak sifat dasar bawaan manusia yang telah dibawa sejak lahir, baik wanita maupun pria. Sifat dasar tersebut asalnya sifat mulia, tetapi perbuatan manusia yang baik ini dapat berubah menjadi etika tercela atau etika buruk atau etika yang merusak apabila dari manusia itu lahir dari keluarga yang tabiatnya kurang baik, lingkungan tidak baik dan pendidikanyang buruk sehingga menghasilkan etika yang buruk. Etika yang buruk merupakan pangkal kesengsaraan, merupakan musuh dari umat Islam. Beretika mulia dapat menuju jalan yang mulia, diridhai Allah dan apabila umat manusia melanggarnya maka diberikan sangsi padanya yaitu berupa siksaan Allah. Manusia yang beretika buruk bisa berasa dari keturunan orang-orang yang terhormat, status keluarga ningrat, derajatnya sangat dijunjung tinggi di setiap wilayah, orang-orang yang terpandang, atau orang miskin sekalipun, tetapi mereka yang tidak berpendidikan agama dan tidak mengamalkan agamanya. Sifat-sifat yang buruk banyak dijumpai, seperti dengki yang merupakan sifat tercela. Sifat dengki ini lebih besar atau lebih tajam dosanya karena sifat dengki merupakan sifat yang dilaknat oleh Allah, karena dapat merugikan orang lain dan diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKAAbdullah, M. Amin. Filsafat Etika Islam , Cet. 2 (Bandung: Mizan, 2002). Amin, Ahmad. Kitab Al-Akhlak (Cairo: Dar Al-Kutub Al-Misriyah, tt). AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, Cet. 2 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994). Bahreisj, Hussein. Ajaran-Ajaran Akhlak. (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981). Bertens, K. Etika, Cet. 3 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993). Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra Semarang: 2002). Djatnika, Rahmat. Sistem Etika Islam, Cet. 2 (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996). El Blitary, Immun. Pandangan Ghazali Tentang Bahaya Lidah (Surabaya: Al-Ikhlas, 2001). Al-Ghazali, Iman. Ihyaulumuddin, Cet. 3, (Cairo: Al-Masyhad Al-Husain, tt). Halim, Abdul. Alquran Membangun Kesalehan Hakiki, Cet. 1 (Jakarta: Ciputat Pres, 2002). Jabir, Abu Bakar. Pola Hidup Muslim, Cet. 1 (Bandung: Rusda Karya, 1991). Al-Kaaf, Abdullah Zakiy. Etika Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2002). Al-Mahallati, Sayyid Hasyim Ar-Rasuli. Akibat Dosa (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001). Maluf, Luis. Al-Munjid (Beirut: Al-Maktabah Al-Katalikiyah, tt). Manaf, Abd Chafidz Farchun. Hidup Dalam Bimbingan Islam, Cet. 1 (Surabaya: AlIkhlas, 1996). Mansur, Amril. Etika Islam, Cet. 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002). Muchtaram. Aqidah Akhlak (Semarang: Aneka Ilmu, 1994). An-Nawawi. Riyadhush Shaalihin (Semarang: Thaha Putra, 1998). Poerbakarja, Soenarda. Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1976). Praja, Juhansa S. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Cet. 1 (Bogor: Yayasan Piara, 2003). Qhasidin, Muhtashor Minhajul. Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997). Rasyid, Abdullah. Akidah Akhlak, Cet. 1 (Bandung: CV. Husaidi, 1989). Saed, Mahdi. Adab Islam dalam Kehidupan Sehari-hari, Cet. 1 (Jakarta: Media Dakwah, 2001). Shadily, Hasan. Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1992).

Sayyid, Muhammad. Menyinari Jiwa Menjauhi Dosa, Cet. 1 (Kuala Lumpur Malaysia: Darul Numan, 2001). Ash-Shiddiqy, Hasbi. Al-Islam (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998). Sunarto, Ahmad. Pembina Iman dan Akhlak, Cet. 1 (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1982). The Advanced Learners. Dictionary of Current English (New York: World University, tt). Tim Penyusun Ensiklopedi. Ensiklopedi (Semarang: Toha Putra, 1999). Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 9 (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Websters. Dictionary. Twentieth Century (New York: World University, tt). Yaqub, Hamzah. Etika Islam, Cet. 1 (Bandung: CV. Diponegoro, 1983). Yasyin, Sulchan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997). Yasid, Asad. Bimbingan Akhlak (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987). Yunus, Mohammad. Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Erlangga, 1994).