Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    1/25

    ETIKA KEPERAWATAN DALAM ASUHAN

    KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PSIKOSOSIAL

    HIV/AIDS

    MAKALAH

    Diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan

    Disusun oleh: Kelompok II

    Kelas : 1C

    M. Eka Nugraha (34403515077)

    Nita Rahmawati (34403515091)

    Novi Aristianti (34403515092)

    PEMERINTAHAN KABUPATEN CIANJUR

    AKADEMI KEPERAWATANBADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

    Jalan Pasir Gede Raya No 19 (0263) 267206 Fax.270953 Cianjur 43216

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    2/25

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karenaberkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun

    makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang   “Etika

    Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial

    HIV/AIDS”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan

    dan hambatan akan tetapi tantangan itu bisa teratasi.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik 

    dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

    sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata

    semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

    Cianjur, April 2016

    Kelompok II

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    3/25

    ii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ...................................................................................................i

    Daftar Isi .............................................................................................................. ii

    Bab I : Pendahuluan ...........................................................................................1

    A. Latar Belakang ..........................................................................................1

    B. Rumusan Masalah .....................................................................................2

    C. Tujuan .......................................................................................................2

    Bab II : Tinjauan Teori ......................................................................................3

    A. Etika ..........................................................................................................3

    1. Pengertian Etika ..................................................................................3

    2. Prinsip-prinsip Etika ...........................................................................3

    3. Nilai dan Moral ...................................................................................5

    4. Hak-hak Pasien dan Perawat...............................................................7

    5. Komunikasi Terapeutik.......................................................................10

    B. Etika Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan pada Gangguan

    Psikososial HIV/AIDS ..............................................................................11

    1. Etika Keperawatan dalam Kaitannya dengan HIV/AIDS...................11

    2. Stigma dan Diskriminasi.....................................................................123. Masalah Psikososial ............................................................................12

    4. Upaya Mengurangi Beban Psikososial................................................14

    5. Peran Perawat......................................................................................15

    Bab III : Pembahasan .........................................................................................17

    A. Studi Kasus ...............................................................................................17

    B. Pembahasan...............................................................................................17

    C. Role Play ...................................................................................................18

    Bab IV : Penutup.................................................................................................21

    A. Kesimpulan ...............................................................................................21

    B. Saran..........................................................................................................21

    Daftar Pustaka.....................................................................................................22

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    4/25

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangTingkat pertumbuhan penderita AIDS di Indonesia cukup tinggi.

    Departemen Kesehatan (DEPKES) memprediksi pada tahun 2010 HIV/AIDS

    di Indonesia akan menjadi pandemi. Peningkatan infeksi HIV pada

    penyalahguna narkoba terjadi secara signifikan. Pada tahun 1999,

    peningkatannya mencapai 15%, tahun 2000 membengkak menjadi 40%, dan

    dua tahun kemudian, tepatnya 2002, telah mengembung menjadi 47,9%.

    Sementara itu, infeksi HIV pada donor darah secara nasional memperlihatkan

    besaranya kurang dari dua setiap per 10.000 kantong darah di awal 2001.

    Pada tiga tahun terakhir antara 1997-2000 infeksi HIV pada donor darah di

    Indonesia meningkat hingga sepuluh kali lipat.

    Pada awal mula penyakit ini berkembang di Indonesia, kelompok 

    pengidap penyakit ini adalah orang-orang yang memiliki perilaku berganti-

    ganti pasangan dalam berhubungan seks. Kebanyakan penderita AIDS adalah

    mereka yang melakukan perilaku seks tidak sehat, yang dalam hal ini

    melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Kemudian, AIDS

     juga banyak diderita oleh pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik 

    karena adanya kebiasaan menggunakan jarum suntik secara bergantian.

    Kenyataan ini menimbulkan stigma pada masyarakat yang menyebutkan

    bahwa HIV/AIDS muncul sebagai akibat penyimpangan perilaku seks dari

    nilai, norma, dan agama, penyakit pergaulan bebas, atau penyakit kaum

    perempuan nakal. Bahkan lebih parah lagi adanya stigma bahwa HIV/AIDS

    merupakan kutukan Tuhan karena perbuatan-perbuatan menyimpang itu.

    Adanya stigma dalam masyarakat ini menimbulkan masalah psikosial

    yang rumit bagi penderita AIDS. Pengucilan penderita dan diskriminasi tidak 

     jarang membuat penderita AIDS tidak mendapatkan hak-hak asasinya. Begitu

    luasnya masalah sosial yang berkaitan dengan stigma ini, karena diskriminasi

    terjadi di berbagai pelayanan masyarakat bahkan tidak jarang dalam

    pelayanan kesehatan sendiri. Untuk lebih jelasnya kami kami akan membahas

    di bab selanjutnya.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    5/25

    2

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud etika?

    2. Apa prinsip-prinsip etika?

    3. Apa yang dimaksud nilai dan moral?

    4. Apa hak pasien dan perawat?

    5. Bagaimana komunikasi terapeutik?

    6. Bagaimana etika keperawatan dalam kaitannya dengan HIV/AIDS?

    7. Bagaimana stigma dan diskriminasi?

    8. Apa masalah psikososial?

    9. Apa upaya mengurangi beban psikososial?

    10. Apa peran perawat?

    C. Tujuan Penulisan

    1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud etika.

    2. Untuk memahami prinsip-prinsip etika.

    3. Untuk mengetahui nilai dan moral.

    4. Untuk memahami hak pasien dan perawat.

    5. Untuk memahami komunikasi terapeutik.

    6. Untuk mengetahui bagaimana etika keperawatan dalam kaitannya dengan

    HIV/AIDS.

    7. Untuk mengetahui stigma dan diskriminasi.

    8. Untuk mengetahui masakah psikososial.

    9. Untuk mengetahui upaya mengurangi beban psikososial.

    10. Untuk mengetahui apa peran perawat.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    6/25

    3

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Etika

    1. Pengertian Etika

    Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang

    menurut Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku,

    atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan,

    dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan

    pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan.

    Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Curret English, AS

    Hornby mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral atau

    aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996), etika berfokus

    pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk.

    Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik adalah Segala sesuatu yang

    berhubungan/alasan tentang isu moral.

    2. Prinsip Etika

    Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat

    dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu,

    kelompok/keluarga, dan masyarakat.

    a. Otonomi ( Autonomy) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan

    bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat

    keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan

    orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak 

    kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.

    Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalahMemberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal terdapat

    gangguanatau penyimpangan

    b.   Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk 

    melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan

    atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program

    latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    7/25

    4

    menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan

     jantung.

    c.   Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional

    ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar

    praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas

    pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan

    ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang

    memerlukan bantuan perawat maka perawat harus

    mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian

    bertindak sesuai dengan asas keadilan.

    d.   Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak 

    menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh

    ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis

    menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit

    perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan

    dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya

    transfuse darah ridak diberikan karena prinsi   beneficence walaupun

    pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.

    e.   Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat

    namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk 

    menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar

    klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif,

    dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling

    percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak 

    mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan

    mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal

    dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter

    ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan

    kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan

    tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    8/25

    5

    dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik 

    kejujuran.

    f.   Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat

    adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan

    kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu

    perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai

    komitmennya kepada orang lain.

    g.   Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang

    klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan

    kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan

    peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area

    pelayanan harus dihindari.

    h.   Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang

    pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi

    yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung

     jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,

    karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat

    kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat,

    dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut

    kemampuan professional.

    3. Nilai dan Moral

    Keyakinan(beliefs) mengenai arti dari suatu ide, sikap, objek,

    perilaku, dll yang menjadi standar dan mempengaruhi prilaku seseorang.

    Nilai menggambarkan cita-cita dan harapan- harapan ideal dalam praktik 

    keperawatan. Nilai dalah sesuatu yang berharga, keyakinan yangdipegang sedemikian rupa oleh seseorang.

    Nilai yang sangat diperlukan bagi perawat adalah :

    a. Kejujuran

    b. Lemah Lembut

    c. Ketepatan

    d. Menghargai Orang lain

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    9/25

    6

    Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia

    untuk memilih tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan

    kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung

     jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan bagian dari filosofi yang

    berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee,

    1994). Menurut Webster’s “The discipline dealing with what is good and

    bad and with moral duty and obligation, ethics offers conceptual tools to

    evaluate and guide moral decision making. Beberapa definisi diatas

    dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan susila,

    falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan

    hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan

    bukan merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal ini menegaskan

    bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu

    tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia

    sebagai dasar prilakunnya. Maka etika keperawatan (nursing

    ethics) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya

    mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik 

    keperawatan.

    Konsep Moral dalam praktek keperawatan

    Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang

    teori keperawatan, yaitu segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam

    mengatasi masalah keperawatan dengan menggunakan metode ilmiah,

    bila membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena

    keperawatan dan hubungan pasien dan perawat.

    Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio, psiko, social dan spiritual),

    mulai dari tingkat individu untuk sampai pada tingkat masyarakat yang

     juga tercermin pada tingkat system organ fungsional sampai subseluler

    (Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003). Asuhan keperawatan

    merupakan bentuk dari praktek keperawatan, dimana asuhan

    keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktek 

    keperawatan yang diberikan pada pasein dengan menggunakan proses

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    10/25

    7

    keperawatan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan

    etiket keperawatan(Kozier, 1991). Asuhan keperawatan ditujukan untuk 

    memandirikan pasien, (Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).

    Keperawatan merupakan Bentuk asuhan keperawatan kepada

    individu, keluarga dan masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan

    menpunyai hubungan perawat dan pasien sebagai hubungan

    professional (Kozier, 1991). Hubungan professional yang dimaksud

    adalah hubungan terapeutik antara perawat pasien yang dilandasi oleh

    rasa percaya, empati, cinta, otonomi, dan didahulu adanya kontrak yang

     jelas dengan tujuan membantu pasien dalam proses penyembuhan dari

    sakit(Kozier,1991).

    4. Hak-hak Pasien dan Perawat

    Hak-hak pasien

    a. Mempertahankan dan mempertimbangkan serta mendapatkan asuhan

    keperawatan dengan penuh perhatian

    b. Memperoleh informasi terbaru, lengkap mengenai diagnosa,

    pengobatan dan program rehabilitasi dari tim medis, dan informasi

    seharusnya dibuat untuk orang yang tepat mewakili pasien, karena

    pasien mempunyai hak untuk mengetahui dari yang bertanggung

     jawab dan mengkoordinir asuhan keperawatannya.

    c. Menerima informasi penting untuk memberikan persetujuan sebelum

    memulai sesuatu prosedur atau pengobatan kecuali dalam keadaan

    darurat, mencakup beberapa hal penting, yaitu; lamanya

    ketidakmampuan, alternatif-alternatif tindakan lain dan siapa yang

    akan melakukan tindakand. Menolak pengobatan sejauh yang diijinkan hukum dan

    diinformasikan tentang kosekwensi dari tindakan tersebut.

    e. Setiap melakukan tindakan selalu mempertimbangkan privasinya

    termasuk asuhan keperawatan, pengobatan, diskusi kasus,

    pemeriksaan dan tindakan, dan selalu dijaga kerahasiaannya dan

    dilakukan dengan hati-hati, siapapun yang tidak terlibat langsung

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    11/25

    8

    asuhan keperawatan dan pengobatan pasien harus mendapatkan ijin

    dari pasien.

    f. Mengharapkan bahwa semua komunikasi dan catatan mengenai

    asuhan keperawatan dan pengobatannya harus diperlakukan secara

    rahasia.

    g. Pasien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke

    tempat lain yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang

    lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan Rumah Sakit yang

    ditunjuk dapat menerimannya.

    h. Memperoleh informasi tentang hubungan Rumah Sakit dengan

    instansi lainnya, seperti pendidikan dan atau instansi terkait lainnya

    sehubungan dengan asuhan yang diterimannya, Contoh: hubungan

    individu yang merawatnya, nama perawat dan sebaginnya.

    i. Diberikan penasehat/pendamping apabila Rumah Sakit mengajukan

    untuk terlibat atau berperan dalam eksperimen manusiawi yang

    mempengaruhi asuhan atau pengobatannya. Pasien mempunyai hak 

    untuk menolak berpartisipasi dalam proyek riset/penelitian tersebut.

     j. Mengharapkan asuhan berkelanjutan yang dapat diterima. Pasien

    mempunyai hak untuk mengetahui lebih jauh waktu perjanjian

    dengan dokter yang ada. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan

    Rumah Sakit menyediakan mekanisme sehingga ia mendapat

    informasi dari dokter atau staff yang didelegasikan oleh dokter

    tentang kesehatan pasien selanjutnya.

    k. Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus

    diikutinya sebagai pasienl. Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus

    diikutinya.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    12/25

    9

    Hak-hak perawat, menurut Claire dan Fagin (1975), bahwa perawat

    berhak:

    a. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai

    dengan profesinya

    b. Mengembangkan diri melalui kemampuan kompetensinya sesuai

    dengan latar pendidikannya

    c. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan

    perundang-undangan serta standard an kode etik profesi

    d. Mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau keluaregannya

    tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan

    yang diberikan

    e. Mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan/kesehatan

    secara terus menerus.

    f. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan

    maupun oleh pasien

    g. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat

    menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun emosional

    h. Diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan

    pelayanan kesehatan.

    i. Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh

    pasien dan atau keluargannya serta tenaga kesehatan lainnya.

     j. Menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran

    maupun pengumuman tertulis karena diperlukan, untuk melakukan

    tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya.

    k. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi

    yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang

    berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan

    l. Memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan

    bidang profesinya.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    13/25

    10

    5. Komunikasi Terapeutik

    Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan

    perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi

    gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang

    lain. ( Northouse, 1998).

    Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik 

    merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam

    memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh

    pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman

    emosi klien.

    Tujuan Komunikasi Terapeutik

    Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif 

    dan diarahkan pada pertumbuhan klien :

    a. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.

    Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam

    diri klien. Klien yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya

    atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan

    perawat akan mampu menerima dirinya.

    b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial

    dan saling bergantung dengan orang lain.

    Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima

    dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur,

    menerima klien apa adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan

    klien dalam membina hubungan saling percaya. ( Hibdon, S., 2000).

    c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhanserta mencapai tujuan yang realistis.

    Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi

    tanpa mengukur kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan

    dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi,

    sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal

    dirinya akan merasa rendah diri (Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).

    d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    14/25

    11

    Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak 

    mempunyai rasa percaya diri dan merngalami harga diri rendah.

    Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

    Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun

    hubungan dan mempertahankan hubungan yang terapeutik :

    a. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling

    menguntungkan, didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and

    Clients”.

    b. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar

    belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.

    c. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik 

    pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus

    mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.

    d. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus

    dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan

    memberikan alternative pemecahan masalahnya.

    B. Etika Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan pada Gangguan

    Psikososial HIV/AIDS

    1. Prisip Etika dalam kaitannya dengan HIV/AIDS

    Prisip etika yang harus dipegang teguh oleh seluruh komponen

    baik itu seseorang, masyarakat, nasional maupun dunia internasional

    dalam menghadapai HIV/AIDS adalah :

    a. Empati, ikut merasakan penderitaan, sesama termasuk ODHA (Orang

    Dengan HIV/AIDS) dengan penuh simpati, kasih sayang dan

    kesedihan saling menolong.

    b. Solidaritas, secara bersama-sama bahu membahu meringankan

    penderitaan dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan olah

    HIV/AIDS.

    c. Tanggung jawab, berarti setiap individu, masyarakat lembaga atau

    bangsa mempunyai tanggung jawab untuk mencegah penyebaran

    HIV/AIDS dan memberikan perawatan pada ODHA (Orang Dengan

    HIV/AIDS) (Nursalam, 2007).

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    15/25

    12

    2. Stigma dan Diskriminasi

    Stigma atau cap buruk adalah tindakan memvonis seseorang buruk 

    moral/perilakunya sehingga mendapat penyakit tersebut. Orang-orang

    yang di stigma biasanya dianggap melakukan untuk alasan tertentu dan

    sebagai akibat mereka dipermalukan, dihindari, didiskreditkan, ditolak 

    dan ditahan. Penelitian yang dilakukan oleh Kristina (2005) di

    Kalimantan Selatan dan Cipto (2006) di Jember Jawa Timur tentang

    pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap

    mengenai stigma pada orang dengan HIV/AIDS menunjukan bahwa 72%

    orang yang berpendidikan cukup (SMU) kurang menerima ODHA dan

    hanya 5% yang cukup menerima. Faktor yang berhubungan dengan

    kurang diterimanya ODHA antara lain karena HIV/AIDS dihubungkan

    dengan perilaku penyimpangan seperti seks sesama jenis, penggunaan

    obat terlarang, seks bebas, serta HIV diakibatkan oleh kesalahan moral

    sehingga patut mendapatkan hukuman. (Kristina dan Cipto dalam

    Nursalam, 2008).

    Diskriminasi atau perlakuan tidak adil didefinisikan oleh UNAIDS

    sebagai tindakan yang disebabkan perbedaan, menghakimi orang

    berdasarkan status HIV/AIDS mereka baik yang pasti maupun yang

    diperkirakan sebagai pengidap. Diskriminasi ini juga dapat terjadi

    dibidang kesehatan antara lain dalam kerahasiaan, kebebasan, pribadi,

    kelakuan kejam, penghinaan atau perlakuan kasar, pekerjaan pendidikan

    keluarga dan hak kepemilikan maupun hak untuk berkumpul. ODHA

    menghadapi diskriminasi dimana saja dan diberbagai negara.

    Membiarkan diskriminasi akan merugikan upaya penanggulangan infeksiHIV/AIDS. (Nursalam, 2008).

    3. Masalah psikososial

    Kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di

    California, sedangkan penyebab AIDS baru ditemukan pada akhir 1984

    oleh Robert Gallo dan Luc Montagner. Laporan kasus AIDS pada tahun

    1981 menunjukkan tingginya angka kematian pada pasien yang berusia

    masih muda. Akibatnya timbul ketakutan pada masyarakat terhadap

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    16/25

    13

    penyakit ini. Sampai sekarang di masyarakat masih terdapat mitos bahwa

    penyakit AIDS merupakan penyakit fatal yang tak dapat disembuhkan.

    Selain itu AIDS juga dihubungkan dengan perilaku tertentu seperti

    hubungan seks bebas, hubungan seks sesama jenis dan sebagainya. Odha

    dengan demikian dianggap merupakan orang yang melakukan perilaku

    yang menyimpang dari norma yang dianut. Akibatnya Odha sering

    dikucilkan dan tidak mendapat pertolongan yang sewajarnya. Dengan

    meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap AIDS maka diharapkan

    stigma mengenai AIDS akan berkurang dan beban psikososial Odha juga

    akan menjadi lebih ringan.

    Ketika seorang diberitahu bahwa dia terinfeksi HIV maka

    responsnya beragam. Pada umumnya dia akan mengalami lima tahap

    yang digambarkan oleh Kubler Ross yaitu masa penolakan, marah, tawar

    menawar, depresi dan penerimaan. Sedangkan Nurhidayat melaporkan

    bahwa dari 100 orang yang diketahui HIV positif di Jakarta 42%

    berdiam diri, 35 marah, bercerita pada orang lain, menagis, mengamuk 

    dan banyak beribadah.. Respons permulaan ini baisanya akan dilanjutkan

    dengan respons lain sampai pada akhirnya dapat menerima. Penerimaan

    seseorang tentang keadaan dirinya yang terinfeksi HIV belum tentu juga

    akan diterima dan didukung oleh lingkungannya. Bahkan seorang aktivis

    AIDS terkemuka di Indonesia Suzanna Murni mengungkapkan bahwa

    beban psikososial yang dialami seorang Odha adakalanya lebih berat

    daripada beban penderita fisik. Berbagai bentuk beban yang dialami

    tersebut diantanya adalah dikucilkan keluarga, diberhentikan dari

    pekerjaan, tidak mendapat layanan medis yang dibutuhkan, tidak mendapat ganti rugi asuransi sampai menjadi bahan pemberitaan di

    media massa. Beban yang diderita Odha baik karena gejala penyakit yang

    bersifat organik maupun beban psikososial dapat menimbulkan rasa

    cemas. Depresi berat bahkan sampai keinginan bunuh diri.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    17/25

    14

    4. Upaya mengurangi beban psikososial

    Untuk megurangi beban psikososial Odha maka pemahaman yang

    benar mengenai AIDS perlu disebar luaskan. Konsep bahwa dalam era

    obat antiretroviral AIDS sudah menjadi penyakit kronik yang dapat

    dikendalikan juga perlu dimasyarakatkan. Konsep tersebut memberi

    harapan kepada masyarakat dan Odha bahwa Odha tetap dapat

    menikmati kualitas hidup yang baik dan berfungsi di masyarakat.

    Upaya untuk mengurangi stigma di masyarakat dapat dilakukan

    dengan advokasi dan pendamping, contoh nyata tokoh masyarakat yang

    menerima Odha dengan wajar seperti bersalaman, duduk bersama dan

    sebagianya dapat merupakan panutan bagi masyarakat. Untuk 

    mengurangi beban psikis orang yang terinfeksi HIV maka dilakukan

    konseling sebelum tes. Tes HIV dilakukan secara sukarela setelah

    mendapat konseling. Pada konseling HIV dibahas mengenai risiko

    penularan HIV, cara tes, interpertasi tes, perjalanan penyakit HIV serta

    dukungan yang dapat diperoleh Odha. Penyampaian hasil tes baik hasil

    negatif maupun positif juga disampaikan dalam sesi konseling. Dengan

    demikian orang yang akan menjalani testing telah dipersiapkan untuk 

    menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif. Konseling

    pasca tes baik ada hasil positif maupun negatif tetap penting. Pada hasil

    positif konseling dapat digunakan sebagai sesi untuk menerima ungkapan

    perasaan orang yang baru menerima hasil, rencana yang akan

    dilakukannya serta dukungan yang dapat dperolehnya. Sebaliknya

    penyampaian hasil negatif tetap dilakukan dalam sesi konseling agar

    perilaku berisisko dapat dihindari sehingga hasil negatif dapatdipertahankan.

    Psikofarmaka :

    Terapi psikofarmaka untuk gangguan cemas, depresi serta insomnia

    dapat diberikan namun penggunaan obat ini perlu memperhatikan

    interkasi dengan obat-obat lain yang banyak digunakan pada Odha.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    18/25

    15

    5. Peran perawat

    Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling

    dan pendampingan (tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi),

    edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik pada penderita, keluarga dan

    masyarakat. Sehingga penderita, keluarga maupun masyarakat dapat

    menerima kondisinya dengan sikap yang benar dan memberikan

    dukungan kepada penderita. Adanya dukungan dari berbagai pihak dapat

    menghilangkan berbagai stresor dan dapat membantu penderita

    meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar dari stress,

    depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan.

    Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang

    penderita AIDS sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan

    pertahankan hubungan yang sering dengan pasien sehinggan pasien tidak 

    merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan

    menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri

    klien. Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan

    memberi rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling yang dapat

    diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pascates HIV,

    konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV

    penting untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas

    mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan

    penyakit HIV serta dukungan yang dapat diperoleh pasien. Konsekuensi

    dari hasil tes postif maupun negatif disampaikan dalam sesi konseling.

    Dengan demikian orang yang akan menjalani testing telah dipersiapkan

    untuk menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif.Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS

    akibat stigma negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya sangat

    berat, perawat perlu mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang

    tersedia bagi pasien. Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka

    (jika memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam

    tingkat yang memungkinkan bagi pasien. Partisipasi orang lain, batuan

    dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    19/25

    16

    dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada

    keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman yang

    benar mengenai AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan memberi

    dukungan bagi penderita.

    Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh

    dilupakan perawat. Bagi penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan

    narkoba dan seksual bebas harus disadarkan agar segera bertaubat dan

    tidak menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga perilakunya

    serta meningkatkan kualitas hidupnya.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    20/25

    17

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Studi Kasus

    Suatu sore tinggal di sebuah desa sepasang suami istri bernama TN

    septian dan nyonya ajeng.tn septian dan nyonya ajeng berlatar belakang suku

    palembang.tn septian berkerja sebagai sopir truk dan istrinya sebagai

    pembantu rumah tangga, septian berkerja pulang pergi keluar kota , terkadang

    berbulan bulan ia tidak pulang ke rumah, untuk menghilangkan jenuhnya

    septian merokok (menjadi perokok berat) dan juga menggunakan narkoba

    untuk menghilangkan stressnya, tak jarang pula septian datang ke rumah

    prostitusi di pinggir jalan untuk melampiaskan napsunya.

    Suatu ketika septian jatuh sakit dia batuk selama sebulan tak kunjung

    sembuh, berat badannya turun drastis, bapak septian juga menderita sariawan

    yang cukup parah, istrinya membawa septian ke dukun desa, dukun tersebut

    mengatakan bahwa penyakit septian akibat gangguan mahluk halus, dan si

    dukun pun mengobati septian dengan ramuan dan jampi jampi doa dukun itu,

    namun tak kunjung sembuh, akhirnya septian di larikan ke rumah sakit

    terdekat.

    B. Pembahasan

    Perilaku berisiko terkena HIV/AIDS merupakan orang yang mempunyai

    kemungkinan terkena infeksi HIV/AIDS atau menularkan HIV/AIDS pada

    orang lain bila dia sendiri mengidap HIV/AIDS, karena perilakunya. Mereka

    yang mempunyai perilaku berisiko tinggi adalah :

    1. Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan dalam

    melakukan hubungan seksual dan pasangannya.2. Perempuan dan laki-laki tuna susila.

    3. Orang yang dalam melakukan hubungan seksual secara tidak wajar

    seperti hubungan seksual melalui dubur (anal) dan mulut (oral), misalnya

    pada homoseksual dan biseksual.

    4. Penggunaan narkotika dengan suntikan, yang menggunakan jarum

    suntik secara bergantian.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    21/25

    18

    Pada kasus di atas kita dapat lihat bahwa Tn. S adalah orang yang

    menghilangkan kejenuhan dalam bekerjanya dengan narkoba dan pergi ke

    tempat prostitusi. Yang dilakukan Tn. S merupakan penyebab dari

    penyakitnya. Tugas perawat pada kasus ini adalah sebagai motivator, untuk 

    memberi dukungan dan dorongan untuk menerima dan mengatasi penyakit

    yang diderita Tn. S.

    C. Role Play

    Saat di rumah sakit…

    Ajeng :sus, laki aku ni sakit la lamo dak sembuh, kato dukunnyo dio ini

    tesambet oleh meludah ke pohon keramat

    Astri :oh iya bu, sabar ya keluhan bapak selama sakit ini apa?

    Ajeng :dio ini batuk sus, demam, sariawan, jadi kurus nah

    Septian : iyo sus (huk-huk) saya sudah lama batuk, sariawan jadi susah makan,

    demam jadi kurus nian berat aku cepat nian turun

    Astri :oh jadi bapak batuk, demam, sariawan tak kunjung sembuh dan berat

    badan turun dratis ya?

    Septian : iya sus

    Astri : baiklah, kalo begitu bapak-ibu silakan ikut saya ya, kita ke ruangan

    dokter

    Irma : iya sus, ada apa?

    Astri : ini buk, bapak septian ini sudah lama batuk, demam, dan sariawan yang

    tak kunjung sembuh, berat badannya juga turun dratis

    Irma : oh, kalo begitu kita periksa dulu ya, silakan berbaring pak 

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    22/25

    19

    Septian : iya dok, saya ini rasanya mau mati saja sudah tak sanggup lagi nahan

    sakit ini

    Irma : iya pak sabar ya, nanti bapak di rotgen dulu, sus tolong antar pak 

    septian ke rekan medis lalu laboraturim untuk cek darah dan urien ya

    Astri : iya dok  

    Bapak septian dan ibu ajeng pun diantarkan perawat astri ke ruang rekam

    medis disana mereka bertemu dengan pak relly yang bertugas di ruangan itu

    Astri : maaf pak relly, ini ada pasien buk irma memintanya untuk rekam medistolong bantuannya

    Relly : iya sus, pak septian saya relly yang bertugas di ruangan ini, hari ini

    bapak akan saya rotgen lalu setelah itu saya antarkan bapak ke

    laboraturium untuk periksa urin dan darah

    Septian : iya pak, yang penting aku ni sehat

    Relly : suster sama ibu ini silakan keluar sebentar ya, jangan masuk jika lampu

    merah masih menyala ya

    Astri : iya pak, ayo buk ajeng kita tunggu di luar

    Tidak lama kemudian pak septian selesai di rotgen dan cek laboraturium pak 

    septian dan buk ajeng pun menunggu hasilnya selama dua jam

    Astri : maaf pak bu, hasil nya sudah ada, ibu dan bapak silakan masuk ke

    ruangan dokter

    Ajeng : iyo sus, payo pak masuk 

    Irma : begini buk pak, saya sudah periksa hasil rotgen dan hasil lab darah dan

    urin pak septian, bapak septian positif menderita HIV/AIDS dengan TB

    paru

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    23/25

    20

    Ajeng : aii, madak’i dok laki aku sakit mak itu, aku dak percayo, dokter kalo

    salah perikso

    Irma : maaf buk, saya mohon maaf tapi hasilnya memang menunjukan seperti

    itu

    Septian : aai aku nak mati bae, aku dak galak sakit mak ini

    Astri : sabar pak buk, sabar jangan putus asa, kita harus berusaha untuk 

    menyelamatkan nyawa bapak jangan putus asa

    Ajeng : sudahlah, sus aku dak punya duit

    Astri : nanti kita urus surat-suratnya buk, agar pak septian bisa berobat secara

    gratis

    Ajeng : ay terserahlah sus, aku melok bae lah

    Astri : iya buk nanti saya bantu, ibu dan bapak jangan putus asa ya.

    Akhirnya buk ajeng dan pak septian menerima kenyataan dan mau berusaha

    untuk menjalani hidup dengan semestinya.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    24/25

    21

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Dengan di terapkannya prinsip etik keperawatan pada klien dengan

    gangguan pisikososial HIV/AIDS, dapat mengurangi diskriminasi terhadap

    penderita HIV/AIDS dan dengan diterapkannya prinsip etik juga perawat

    dapat menghargai hak-hak asasi pasien sesuai prinsip etika otonomi.

    AIDS merupakan model penyakit yang memerlukan dukungan untuk 

    mengatasi masalah fisik, psikis dan sosial. Gangguan fisik yang berat dapat

    menimbulkan beban psikis dan sosial namun stigma masyarakat akan

    memperberat beban psikososial penderita. Dalam penatalaksanaan AIDS

    selain penanganan aspek fisik maka aspek psikososial perlu diperhatikan

    dengan seksama.

    B. Saran

    Sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya kita memahami betul

    tentang HIV, sehingga kita mampu memberikan peran perawat yang tepat

    bagi penderita HIV/ AIDS.

    Setelah dibuatnya makalah ini, diharapkan perawat dapat menghargai

    hak-hak pasien. Karena dengan menerapkan prinsip etik dalam playanan

    kesehatan, mutu pelayanan kesehatan di masyarakat akan meningkat.

  • 8/17/2019 Etika Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Psikososial HIV DAN AIDS

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Sarwono, Sarlito Wirawan. ?Aspek Psikososial AIDS? diambil dari

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_AspekPsikososialAids.pdf/12_Asp

    ekPsikososialAids.html

    Susiloningsih, Agus. ?AIDS: Aspek Klinis, Permasalahan dan Harapan? diambil

    dari http://fkuii.org/tiki-index.php?page=halaman2