98
1 ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Oleh: ERWAN RUSTANDI NIM: 104024000834 Pembimbing, Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag. PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M

ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

1

ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN

TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

(STUDI KASUS SURAH YASIN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:

ERWAN RUSTANDI

NIM: 104024000834

Pembimbing,

Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag.

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/ 2008 M

Page 2: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

2

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN

TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

(STUDI KASUS SURAH YASIN) telah diujikan dalam sidang munaqasah

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2

April 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sastra pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 2 April 2008

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, M.A. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag

NIP: 150 262 446 NIP: 150 303 001

Anggota,

Ahmad Syaekhuddin, M.Ag Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag.

NIP: 150 303 001 NIP: 150 734 507

Page 3: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

3

ABSTRAK

ERWAN RUSTANDI: ANALISIS GRAMATIKAL TERJAMAHAN

ALQURAN VERSI DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA

MANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN)

Tujuan penulisan skripsi ini adalah menyempurnakan terjemahan Alquran.

Lalu, Penulis menganalisis kalimat dan terjemahan ayat-ayat antara versi

Departemen Agama dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang tidak sesuai

dengan Kaidah Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Selain itu, Penulis

menyempurnakan terjemahannya dengan terjemahan yang sesuai menurut Ejaan

Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

Penelitian ini garis besarnya terpokus pada hasil terjemahan. Maksudnya,

memperbaiki kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran yang kurang efektif. Metode

yang dipandang sesuai adalah linguistik dan metode inferensial, yaitu jenis

penelitian yang mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa dengan

memberikan penilaian secara menyeluruh, luas, dan mendalam dari sudut

pandangan ilmu yang relevan.

Data penelitian ini berupa konjungtor, kata depan, klausa, kalimat efektif

dalam bahasa Indonesia, dan tanda baca.

Dari hasil analisis terjemahan ayat Alquran kedua versi, baik Departemen

Agama maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Penulis dapat

menyimpulkan. Pertama, susunan redaksi kedua versi Alquran dan Terjemahnya

tersebut sama. Penggunaan konjungtor 'dan' selalu di awal kalimat yang

merupakan terjemahan dari و . Banyak susunan kalimat dari kedua versi

tersebut kurang efektif menurut Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

Page 4: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

4

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, data bahasa Arab diberi transliterasi Arab-Latin berdasarkan

buku Pedoman Transliterasi Arab-Latin versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN

ا Tidak dilambangkan

ب b be

ت t te

ث ts te dan es

ج j je

ح h h dengan garis di bawah

خ kh k dan h

د d de

ذ dz de dan zet

ر r er

Page 5: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

5

ز z zet

س s es

ش sy es dan ye

ص s es dengan garis di bawah

ض d de dengan garis di bawah

ط t te dengan garis di bawah

ظ z zet dengan garis di bawah

ع ‘ koma terbalik di atas hadap kanan

غ gh ge dan ha

ف f ef

ق q ki

ك k ka

ل l el

Page 6: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

6

م m em

ن n en

و w we

هـ h ha

ء ΄ apstrof

ي y ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

_ ◌__ a ahhFat

___

i Kasrah

_ ◌__ u ammahd

Page 7: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

7

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

__◌ _ي ai a dan i

__◌ _و au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

ـا â a dengan topi di atas

ـي î i dengan topi di atas

ـو û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaituال, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah

Page 8: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

8

maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rikâl, al-dîwân bukan ad-

dîwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ()-, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan yang menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata

demikian seterusnya.arûrah,d-almelainkanarûrahd-daditulistidakالضرورة

ahtMarbûTa

terdapat pada kataahtta marbûBerkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

tersebut diikutiahtta marbûcontoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika

tersebutahtta marbû(lihat contoh 2). Namun, jika huruf(na’t)ata sifatoleh k

diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/

(lihat contoh 3).

NO KATA ARAB ALIH AKSARA

1. طريقة arîqaht

Page 9: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

9

2. اجلامعة االسالمية al-jâmi’ah al-islâmiyyah

3. وحدة الوجود wujûd-dat alhwa

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara

lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

Ghazâlî-âmid alHAbûbukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh:tersebut,

Kindi).-Kindi bukan Al-Ghazâlî dan al-âmid AlHbukan Abû

Beberapa ketentuan lain dalam Ejaan Yang Disempurnakan sebetulnya

juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini. Contoh, ketentuan mengenai huruf

catak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judl buku itu

ditulis dengan cetak miring, begitu juga dalam alih aksaranya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh, Abdussamad al-Palimbani, tidak ditulis

-Dîn al-Nûr alRaniri, tidak ditulis-ruddin alPalimbânî; Nu-amad alS-‘Abd al

Rânîrî.

Cara Penulisan Kata

Page 10: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

10

arf)h(maupun huruf(ism),kata benda(fi’l),Setiap kata, baik kata kerja

ditulis secara terpisah. Berikut ini adalah beberapa contoh alih aksara atas

kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan di atas:

KATA ARAB ALIH AKSARA

ذهب الأستاذ dzahaba al-ustâdzu

رالأج تثب tsabata al-ajru

الجركة العصرية riyyahs‘a-arakah alh-al

أشهد أن لا إله إلا اهللا asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

مولانا ملك الصالح hâliS-Maulânâ Malik al

يؤثركم اهللا yu’atstsirukum Allâh

المظاهر العقلية ‘aqliyyah-alrâhizma-al

اآليات الكونية al-âyât al-kauniyyah

ظوحالم حبية تروراتالضر ûrâtzmah-u alharûrat tubîd-al

Page 11: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat

untuk memperoleh gelar sarjana sastra Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis

selesaikan.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Saw., keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan

syafaatnya di hari akhir. Amin!

Dalam kata pengantar ini, Penulis akan mengucapkan terima kasih kepada

Dr. H. Abd. Chair, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan

Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah dan Ahmad Syaekhuddin, M.ag., Sekretaris

Jurusan Tarjamah.

Terima kasih banyak juga Penulis ucapkan kepada pembimbing saya Drs.

H.D Sirojuddin AR, M.Ag. yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya

serta kesabarannya dalam bimbingan; Dr. Sukron Kamil, MA, selaku pembimbing

Akademik yang telah mengarahkan, mengajarkan, dan mendidik Penulis selama

menjadi mahasiswa.

Ucapan terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah

mendidik dan mengajarkan Penulis berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya,

dan terjemahan khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan

seluk beluk dunia terjemah. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin!

Terima kasih banyak Penulis ucapkan kepada Lajnah Pentashih Mushaf

Alquran Departemen Agama Republik Indoneisa dan PT Tiga Serangkai Pustaka

Page 12: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

12

Mandiri yang telah meberikan ijin kepada Penulis untuk menganalisis Alquran

dan Terjemahnya.

Ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orang tua, Udin

Herdiana dan Dede Herlina yang selalu mendoakan Penulis, sehingga

penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan. Begitu juga, kepada kakak, Ai

Nurleni dan adik-adik tercinta Diana Rizki dan Riswan Arif Nurilham yang

menjadi penyemangat dalam menapaki dunia ini.

Kepada teman-teman Jurusan Tarjamah Semester VIII, Abdur Rahman,

Hafiz, Heri, Luki, Nurikhwan, Amir, Zaki, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi,

Nunung, dan Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya saudara

Tatam yang memberi pinjaman buku-buku, sehingga skripsi ini dapat Penulis

selesaikan.

Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat

penerjemahan khususnya penerjemahan Alquran. Kurangnya ada, lebihnya pun

ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi

ini. Amin!

Jakarta, Februari 2008

Page 13: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………….................…iLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………….............…………..iiLEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN..…………….............………….iiiKATA PENGANTAR……………………………………………….............….ivABSTRAK...........................................................................................................viPEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN.................................................viiDAFTAR ISI…………………………………………………………................viii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….............…..1A. Latar Belakang Masalah………………………………….............….1B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………...............6C. Tujuan Penelitian……………………………………….............……6D. Manfaat Penelitian…….…………………………………............…..7E. Tinjauan Pustaka………………………………………….............….7F. Metodologi Penelitian………………………………….............…….10G. Sistematika Penulisan…………………………………….............….11

BAB II KERANGKA TEORI………………………………...........................12A. Huruf Arab dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia...…………...12B. Kaidah-kaidah Bahasa Arab Dalam Menerjemahkan Alquran...........14C. Proses Penerjemahan Nas Keagamaan................................................18D. Penggunaan Kata Penghubung 'dan'....................................................20E. Huruf dan Tanda Baca Bahasa Indonesia............................................24F. Penulisan Kata.....................................................................................29G. Diksi Dalam Bahasa Indonesia...........................................................34

BAB III SETTING PENELITIAN...………………………............................46A. Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama RI............................46B. Alquran dan Terjemahnya Terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri................................................................................................47C.Sekitar Surah Yasin.............................................................................47

BAB IV ANALISI GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURANTERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKAMANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN)................................51

A. Terjemahan 'waw' di Awal Kalimat...................................................51B. Terjemahan Innamâ, Laqod, dan Inna................................................66C. Evaluasi Alquran dan Terjemahnya Depag dan PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri..................................................................................74D. Alternatif Terjemahan.........................................................................76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................………………….77A. Kesimpulan..........................................................................……...….77B. Saran-saran………..............................................................................80

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....82

Page 14: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Alquran yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui Jibril

merupakan surah kiriman Allah Swt. kepada seluruh umat manusia. Hal ini

sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya sebagai berikut:1

كاربراتيذن نامليلعن لكويل هدبلى عقان عل الفرزى نالذ

"Mahasuci Allah yang telah menurunkan Alfurqan (Alquran) kepada

hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,” (Q.S

al-Furqan [125]: 1)

Dalam penelitian ini Penulis membahas surah Yasin, karena surah inilah

yang sering kali dijadikan surah istimewa dan bacaan (tahlil) setiap malam Jumat

oleh masyarakat. Karena itu, setelah meneliti dan menelaah bahasa terjemahan

versi Indonesia yang terdapat di dalamnya, banyak sekali Penulis temukan tata

bahasa Indonesia dalam terjemahan tersebut yang kurang tepat menurut Kaidah

Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Mengapa, Penulis mengkritik Alquran

dan Terjemahnya yang bersertifikat berbahasa Arab

nomor:P.VI/1/TL.02.1/171/2007 terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri dan

Alquran dan Terjemahnya yang bersertifikat berbahasa Arab

nomor:P.VI/1/TL.02.1/285/2007 terbitan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran

Departemen Agama RI ? Pertama, kedua Alquran dan Terjemahnya edisi tersebut

1 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan Alquran Departemen Agama Edisi 1990, (Yogyakarta:PT Tiara Wacana Yogya, 2001), h. 1

Page 15: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

15

baru. Kedua, tanda pengesahan Alquran dan Terjemahnya terbitan PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri adalah 13 Agustus 2007 sedangkan terbitan Lajnah

Pentashih Mushaf Alquran yang merupakan pusat penyempurnaan Alquran 9

November 2007. Ini berarti ada perbedaan waktu tiga bulan dalam pengeluaran

Mushaf Alquran dan Terjemahnya. Oleh karena itu, apakah Lajnah Pentashih

Mushaf Alquran menyontek secara redaksi dari Alquran dan Terjemahnya PT

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri atau sebaliknya. Bahkan, mungkin Alquran dan

Terjemahnya PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri ilegal (tidak melalui Pentashih

Mushaf Alquran Depag)?

Kita kembali ke masalah surah Yasin. Menurut Dr. Asep Usman Ismail,

MA surah Yasin merupakan salah satu surah yang sangat istimewa. Ia disebut

sebagai jantung Alquran. Disebut demikian karena surah ini mencakup hampir

seluruh isi Alquran. Selain itu, surah ini termasuk surah Makkiyyah2, terdiri dari

83 ayat yang bercerita tentang dua hal. Pertama, menjelaskan manusia, khususnya

akhir perjalanan menjelang kematian. Sehingga tak salah, jika surah Yasin

diidentikkan dengan kematian. Kedua, berbicara kerasulan atau tugas rasul dalam

menghadapi manusia yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang

berkarakter membuka diri, ragu, hingga apriori.3

Kata Nabi, sebaik-baik manusia adalah yang belajar Alquran dan

mengajarkannya. Alquran sebagai kitab suci telah memberi banyak hal kepada

manusia. Alquran telah memberi petunjuk tentang hidup, mengisi ruang kosong di

otak dengan ilmu, mengisi ruang hampa dalam kalbu dengan keyakinan yang

teguh, dan menawarkan solusi atas problematika kehidupan.

2 maksudnya: diturunkan di Mekah.3 Asep Usman Ismail, "Kajian Yasin Ulul Albab," Tempo, 11 Januari 2008, h. 8

Page 16: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

16

Namun, untuk memberi makna bagi hidup dan kehidupan, seseorang tidak

cukup dengan membaca Alquran atau menamatkannya berkali-kali. Alquran harus

dipahami isinya, pesannya, kandungannya, dan isyarat-isyaratnya. Apabila

seseorang salah memahami Alquran dari segala makna yang terdapat di dalamnya

maka Alquran sering disalahgunakan untuk berbagai kepentingan.4

Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat Islam

terbanyak antara negara-negara di dunia. Sekitar 178 juta penduduk, hampir 90%

adalah pemeluk agama Islam. Oleh karena itu, kita melihat perhatian pemerintah

banyak diarahkan kepada upaya-upaya pembangunan masyarakat untuk mencapai

kesejahteraan ruhani keagamaan di samping kesejahteraan lahiriah.

Meskipun warga Negara Indonesia mayoritas memeluk Islam. Namun,

tidak seluruhnya mereka mampu membaca tulisan Arab. Oleh karena itu, dalam

hal ini mereka selalu menggunakan Alquran dan Terjemahnya dalam memahami

isi dan kandungannya.

Kita melihat di toko-toko buku sekarang ini berbagai macam bentuk

terjemahan Alquran yang diterbitkan guna membantu orang yang belum bisa

membaca Alquran. Orang yang bisa membaca Alquran pun belum tentu mampu

memahami isi dan kandungannya. Oleh sebab itu, mereka juga selalu

menggunakan Alquran dan Terjemahnya.

Namun, ironisnya banyak penerbit-penerbit yang liar yang menerbitkan

Alquran dan Terjemahnya tidak melalui Pentashih Mushaf Alquran5 Departemen

Agama sehingga banyak hasil terjemahan yang kurang tepat dalam kaidah

penulisan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Penulis menemukan Pentashih

4 Didin Saefuddin Buchari, Pedoman Memahami Kandungan Alquran, (Bogor: GranadaSarana Pustaka, 2005), h. 13

5 Badan yang berwenang dalam menerbitkan dan memeriksa hasil terjemahan Alquran

Page 17: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

17

Mushaf Alquran pun banyak yang kurang tepat dalam bahasa sasaran (Bahasa

Indonesia) yang disempurnakan khususnya pemakaian kata depan, kata

sambung, dan tanda baca serta redaksi yang berlebihan.

Bagi mereka yang awam dalam bahasa Arab, adanya terjemahan jelas

sangat membantu sekali dalam memahami makna dan maksud Alquran. Namun,

pertanyaan yang kemudian muncul, "Apakah banyaknya terjemahan Alquran

dengan berbagai penerbit sudah baik atau masih janggal dalam pengalihannya ke

bahasa sasaran sehingga pembaca (hasil wawancara bersama mahsiswa UIN)

Alquran bukannya mengerti akan kandungan dan makna Alquran itu sendiri.

Akan tetapi, malah membingungkan?

Kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran di bawah ini pun kurang efektif

karena adanya perbedaan-perbedaan dalam bahasa sasaran. Penulis akan sebutkan

beberapa contoh kalimat terjemahan yang kurang tepat dalam bahasa sasaran, di

antaranya: terjemahan 'waw' (dan) yang tidak sesuai dengan Tata Bahasa Baku

bahasa Indonesia

رونيبصلافهمفأغشيناهمسداخلفهممنوسداأيديهمبينمنوجعلنا

Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang

mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat

melihat. (PT Tiga Serangkai)

Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang

mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat

melihat. (Depag RI)

Page 18: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

18

Dari contoh ayat di atas baik PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri maupun

Departemen Agama sama-sama meletakan konjungtor 'dan' dari terjemahan و di

awal kalimat, padahal dalam Tata Baku Bahasa Indonesia konjungtor 'dan' tidak

boleh di awal kalimat. Apabila penerjemah membuang kata-kata dalam bahasa

sumber (Bsu) tidak mengurangi makna ketika dialihkan ke dalam bahasa sasaran

(Bsa) maka itu boleh.

Oleh karena itu, penerjemah dituntut untuk memahami kaidah-kaidah

penulisan bahasa sumber dan bahasa sasaran. Menerjemahkan bukan

memindahkan atau mengganti kata demi kata, melainkan memindahkan pesan,

pikiran atau amanat. 6 Az-Zarqaniy mendefinisikan penerjemahan sebagai

"memindahkan kalimat bahasa sumber ke bahasa penerima"7

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar dalam

melakukan penelitian ini ialah penerjemahan dalam pengertian pemindahan

makna dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) sebagai cara yang

dapat diandalkan, bukan penerjemahan kata demi kata. Untuk memindahkan

makna tersebut dibutuhkan kalimat-kalimat terjemahan efektif dalam bahasa

sasaran.

Berdasarkan pemikiran di atas, Penulis membahas skripsi ini dengan judul:

Analisis Gramatikal Terjemahan Alquran Terbitan Depag dan PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri (Studi Kasus Surah Yasin)

6 Ismail Lubis, Op.cit., hal 277 Op.cit., h. 27

Page 19: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

19

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Agar penelitian dapat terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan hasil

terjemahan Alquran maka Penulis dalam membandingkan hasil terjemahan

Alquran terbitan Depag RI dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri hanya sebatas

pada hasil terjemahannya (bahasa Indonesia) saja bukan teks Arabnya, karena

menurut Penulis dalam kedua penerbit tersebut ada kaidah-kaidah bahasa sasaran

yang kurang tepat penggunaannya.

Dengan demikian, Penulis merumuskan masalah ini dengan bentuk

pertanyaan yang akan dijawab setelah melalui telaah mendalam. Bentuk

pertanyaanya adalah:

1. Dilihat dari sisi gramatikal kedua Alquran dan Terjemahnya tersebut,

manakah yang paling sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang

disempurnakan?

2. Kalau kedua Alquran dan Terjemahnya tersebut tidak ada yang sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan, perlukah Alquran

dan Terjemahnya yang sekarang direvisi bahasa sasarannya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tanpa ada tujuan yang jelas, penelitian akan sia-sia. Untuk itu, tujuan penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui 'Alquran dan Terjemahnya' terbitan manakah yang sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan.

2. Mengetahui seberapa besar kalangan masyarakat memandang Alquran dan

Terjemahnya 2007, sehingga apabila kedua Alquran dan Terjemahnya

tersebut tidak ada yang sesuai maka perlu direvisi kembali?

Page 20: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

20

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan:

1. Memperbaiki penerjemahan yang salah menurut Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia yang terdapat dalam Alquran dan Terjemahnya terbitan Lajnah

Pentashih Mushaf Alquran dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri;

2. Untuk menggugah para penerjemah Alquran akan pentingnya

penguasaan bahasa Indonesia dalam kegiatan penerjemahan Alquran ke bahasa

Indonesia;

3. Agar dapat dijadikan suatu gambaran sebagai bahan penerjemahan yang

menyangkut keahlian dalam memilih kata yang tepat dan cocok dari segi maksud;

4. Untuk disadari bahwa dalam menerjemahkan susunan kalimat bahasa

sasaran (BSa) tidak harus sama dengan susunan kalimat bahasa sumber (BSu).

Sebisa mungkin bahasa sasaran lebih sempurna dibandingkan dengan bahasa

sumber sehingga akan terasa bukan lagi sebagai hasil terjemahan. Sekiranya

pendapat ini bisa diterima sebagai suatu hal yang harus diterapkan dalam karya

terjemahan. Selain itu, Penulis mengharapkan agar pendapat ini dapat

dipertimbangkan dan menjadi kerangka teori penerjemahan Alquran.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Setelah Penulis menelaah dan meneliti karya-karya ilmiah di Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sedikit sekali yang membahas tentang gramatikal terjemah

Alquran versi Indoneisa. Akan tetapi, banyak dari mereka yang meneliti tentang

ayat-ayat hukum, metafora, hal dan sebagainya yang tidak perlu Penulis sebutkan

satu persatu.

Page 21: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

21

Adapun sumber-sumber buku yang Penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1) Sumber primer, meliputi:

a) Buku-buku yang khusus membahas penerjemahan Alquran dan

penafsirannya, seperti Pedoman Memahami Alquran oleh Didin

Saefuddin Buchari, Alquran dari Masa ke Masa oleh H. Munawar

Chalil, Alquran Kitab Sastra Terbesar oleh Dr. phil. M. Nur Kholis

Setiwan, The History of The Quranic Text From Revelation To

Compilation oleh Prof. Dr. M.M. Al-A'zami.

b) Buku-buku khusus tentang penerjemahan, seperti Pedoman Bagi

Penerjemah oleh Rochayah Machali, Learn The Language of The

Holy Qur'an oleh Dr. Abdullah Abbas Nadwi, Panduan Terjemahan

oleh Drs. Moh. Mansyur dan Kustiawan S.Ag., Menjadi Penerjemah,

(metode dan wawasan menerjemah teks Arab) oleh Ibnu Burdah,

Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia 1 dan 2 oleh Dr. H. Rofi'i,

Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan oleh Moch. Syarif

Hidayatullah, M. Hum.

c) Buku-buku tata bahasa arab, seperti Mulakhkhas Qawâid al-Lugah al-

Arabiah oleh Fuad Ni'mah, Jâmi'u ad-Durus al-Arabiah oleh Mustafa

al-Galayeiniy, Jadwal as-Shrof oleh Hasyim Ismai, Jadwal al-Huruf

oleh Hasyim Ismai, an-Nahwu al-Asasi oleh Dr. Muhammad Hamasah

Abdul Latif, dkk, al-Balâghah al-Wâdhihah oleh Ali Al-Jarim dan

Musthafa Usman, Ilmu al-Dilâlah Dr. Ahmad Mukhtar Umar.

d) Buku-buku tata bahasa Indonesia, seperti Pesona Bahasa (langkah

awal memahami linguistik) Penyunting Kushartanti, dkk, Komposisi

Page 22: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

22

oleh Prof. Dr. Gorys Keraf, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan penerbit CV. Pustaka Setia, Tata Bahasa Praktis

Bahasa Indonesia oleh Abdul Chaer, Menulis Secara Populer oleh

Ismail Marahimin, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, penyunting

Anton M. Moeliono, Diksi dan Gaya Bahasa oleh Gorys Keraf, Seni

Memilih Kata oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., Kajian Wacana

oleh Mulyana, M.Hum., Dimensi-dimensi Kebahasaan (aneka masalah

bahasa Indonesia terkini) oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum,

Pengajaran Gaya Bahasa oleh Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan,

Agrumentasi dan Narasi oleh Goyrs Keraf.

e) Buku-buku kamus, seperti Mu'jam al-Musthalahât al-Ilmiah oleh

Mahmud Abdul ar-Rahman al-Bari, dkk, Al-Maurid: A Modern

English-Arabic oleh Ba'albakiy, Kamus al-Munawwir (Arab-

Indonesia) oleh Ahmad Warson Almunawwir, Kamus Kontemporer

Arab-Indonesia oleh Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, A Dictionary

of Modern Written Arabic oleh Hans Wehr, Kamus Mufrad-Jama'

(Arab-Indonesia) oleh Romdoni Muslim, S.Ag., Kamus Besar Bahasa

Indonesia oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, Tesaurus Bahasa Indonesia oleh Eko Endarmoko, Kamus

Linguistik oleh Harimurti Kridaklasana.

2) Sumber sekunder, meliputi:

a) Buku-buku terjemahan Alquran serta buku-buku yang membahas

terjemahan Alquran dalam bahasa Indonesia, seperti Alquran dan

Page 23: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

23

Terjemahnya 2007 penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,

Alquran dan Terjemahnya 2007 Lajnah Pentashih Mushaf Alquran

Buku-buku teknik penulisan ilmiah, seperti Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (skripsi, Tesis, dan Disertasi) oleh Hamid Nasuhi, dkk, Pengantar

Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa oleh Drs. Hermawan

Wasito.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini garis besarnya terfokus pada hasil terjemahan. Maksudnya,

memperbaiki kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran yang kurang efektif. Metode

yang dipandang sesuai adalah linguistik dan metode inferensial, yaitu jenis

penelitian yang mengungkapkan suatu maslah, keadaan atau peristiwa dengan

memberikan penilaian secara menyeluruh, luas, dan mendalam dari sudut pandang

ilmu yang relevan.8 Penetapan unsur-unsur kalimat terjemahan efektif didasarkan

atas buku "Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia", kaidah bahasa Indonesia yang

disempurnakan, dan telaah bahasa secara ilmiah.

Sedangkan dalam pencarian data, Penulis melakukannya dengan membaca

dan menelaah surah Yasin, baik Alquran dan Terjemahnya terbitan Lajnah

Pentashih Mushaf Alquran maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Selain

itu, Penulis menggunakan sumber-sumber sekunder, yaitu wawancara dengan

pakar, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain. Penulis menggunakan kajian

pustaka (library reseach). Secara teknis penulisan ini didasarkan pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi, UIN Syarif Hidayatullah

8 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, buku panduan mahasiswa (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 10

Page 24: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

24

Jakarta, 2007. Sedangkan dalam penulisan kata serapan, Penulis merujuk pada

Kamus Besar Bahasa Indonesia Terbitan Balai Pustaka edisi III.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar penulisan dapat terarah dan sistematis, langkah-langkah yang Penulis

tempuh adalah sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II: Kerangka Teori. Bab ini membahas Huruf Arab dan Padanannya Dalam

Bahasa Indonesia, Kaidah-kaidah Bahasa Arab Dalam Menerjemahkan Alquran,

Proses Penerjemahan Nas Alquran, Penggunaan Kata Penghubung 'dan', Huruf

dan Tanda Baca Bahasa Indonesia, Penulisan Kata, dan Diksi Dalam Bahasa

Indonesia.

Bab III: Setting Penelitian. Dalam bab ini Penulis menerangkan Alquran dan

Terjemahnya Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya Terbitan PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri, dan Sekitar Surah Yasin.

Bab IV: Kritik Gramatikal Terjemahan Alquran Terbitan Depag dan PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri (Studi Kasus Surah Yasin), Terjemahan 'waw' di

Awal Kalimat, Evaluasi Alquran dan Terjemahnya Depag dan PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri, dan Alternatif Terjemahan.

Bab V: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 25: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

25

BAB II

KERANGKA TEORI

A. HURUF ARAB DAN PADANANYA DALAM BAHASA INDONESIA

Sebagai landasan untuk melangkah ke bab VI, yaitu Kritik Gramatikal Alquran

dan Terjemahnya versi Depag dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri studi kasus

surah Yasin Penulis akan menguraikan tabel yang memuat huruf-huruf Arab dan

padananya dalam bahasa Indonesia. Antara lain:

Tabel: 1(حرف عطف/ kata sambung)

HURUF ARAB FUNGSIPADANANNYA DALAM

BAHASA INDONESIA

و kata sambungdengan, dan, sedangkan, tak

ada padanannya.

مث kata sambung kemudian

ف kata sambung lalu, kemudian, selanjutnya.

أو kata sambung atau

أم idem atau, padahal

بل idem,

pengingkaran

sedangkan, tapi, tidak

(negatif)

لكنkata sambung,

pengingkaran, kata

penghubung

namun

Page 26: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

26

ال kata sambung

negatiftidak, bukan

Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum

Tabel: 2 (حروف اجلر)

HURUF ARAB PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

ب di, dengan, bersama, sebagian, di atas, kata penguat

demi (sumpah)

من dari (kata pembatas tempat, waktu) sebagian, di antara,

karena dari (keterangan tambahan), kata penguat berarti

ada, menggantikan, di, sebab, karena, tentang.

إىل (kata pembatas tujuan) sampai, bersama, bagi atau

untuk

حىت pembatas tujuan: sampai, hingga

عن dari, sesudah, di atas, sebab atau alasan (kata

pengganti)

على di atas, di saat, alasan atau sebab, bersamaan, dari,

namun, dengan

ىف di (tempat, waktu) karena, bersama dengan, sampai

ك seperti (perumpamaan), sebab, di atas (kata penguat)

ل memiliki, kepunyaan, milik, hanya unutk, bagiku/mu,

alasan, atau sebab, kata penguat, sampai, di atas,

Page 27: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

27

menjadikan, waktu yang lewat, di, bersama, unutk

membuat kalimat perintah, kalimat jawab

ت+و kata-kata sumpah, demi

مذ+منذ dari, sejak

رب sering kali, jarang sekali, boleh jadi

كى alasan, sebab

Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum

Dalam dua tabel di atas ada beberapa huruf dalam bahasa Arab, ketika

dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi banyak ragamnya. Oleh karena itu,

seorang penerjemah harus pintar dalam menentukan istilah yang dipilih yang

sesuai dengan konteks dan melihat kata sebelum dan sesudahnya. Misalnya, huruf

bisa berartiمن 'dari' bisa juga karena dan lain-lain.

B. KAIDAH-KAIDAH BAHASA ARAB DALAM MENERJEMAHKAN

ALQURAN

Seorang penerjemah khusunya penerjamah Alquran harus pintar, pandai, dan

cermat menguasai kaidah-kaidah bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam

menerjamahkan teks suci. Oleh karena itu, ada beberapa kaidah yang harus

diperhatikan dan dikuasai oleh seorang penerjemah.

8.1. Redaksi yang bersifat umum (عام: 'Amm)

Page 28: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

28

.adalah lafadz yang mencakup semua anggotanya tanpa ada pembatasanعام

Makna umum sendiri mempunyai bentuk kata tertentu sebagai berikut:

setiap makhuk hidup akan)تفس ذائقة املوت كل,Contoh .(setiap)كل 8.1.1

merasakan kematian).

8.1.2. Lafaz-lafaz yang dima'rifahkan dengan 'al' الyang bukan ال للعهد

('al' untuk menunjukkan bahwa hal tersebut telah disebut). Contoh, إن اإلنسان لفى

(Sungguh, manusia berada dalam kerugian)خسر

8.1.3. Isim nakirah dalam konteks, nafyi, nahyi, dan syarat. Contoh, فـال

فال تقل هلما أف/ رفث وال فسوق وال جدال ىف احلج

8.1.4. Isim maushul, seperti والذى قال لوالديه أف لكما

8.1.5. Isim syarat, sepertiما فمن حج البيت أو اعتمر فال جناح عليه أن يطوف

8.1.6. Isim jenis yang diidhafatkan ke isim ma'rifah, seperti فليحذر الـذين

خيالفون عن أمره

Page 29: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

29

8.2. Macam-macam 'Amm

8.3. Khas dan Mukhasshish

Khas ( خاص) adalah lawan kata 'Amm, karena ia tidak mungkin menghabiskan

semua yang pantas baginya tanpa pembatasan.9 Sedangkan, mukhasshis adalah

yang mengkhususkan sesuatu yang umum. Mukhasshis terbagi menjadi dua, (1)

muttasil dan munfasil. Mukhasshis muttasil dibagi menjadi empat macam:

8.3.1. Istisna ;وأولئك هم الفاسقون,(استثناء)

8.3.2. Sifat ;وربائبكم الالتى ىف حجوركم من نسائكم الالتى دخلتم ن ,(صفة)

8.3.3. Ghayah ;وال تقربوهن حىت يطهرن ,batasa akhir/ ,(غاية)

8.3.4. Badal ba'di min kul kata yang menunjukkan / ,(كـل بدل بعض من )

sebagiannya,وهللا على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيال;

9 al-Qattan, 2004: 319 dalam Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, karya Moch.Syarif Hidyatullah

Tiga Macam 'Amm

'Amm yang tetap dalamkeumumannya

(واهللا على كل شيء قدير)

'Amm khusus

الذين قال هلم الناس إن ()الناس قد مجعوا لكم

'Amm yangdikhususkan

وهللا على الناس حج البيت من ()ه سبيالاستطاع إلي

Page 30: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

30

Adapun Mukhasshis Munfasil adalah Mukhasshis yang terdapat pada

tempat lain baik berupa ayat, hadis, ijma, dan qias. Contoh, ayat واملطلقات يتربصن

ditakhshisبأنفسهن oleh ayatوأوالت األمحال أجلهن أن يضعن محلهن.

8.4. Dhamir (kata ganti)

Dhamir memiliki kaidah-kaidah kebahasaan tersendiri yang disimpulkan oleh ahli

bahasa Alquran, hadis nabawi, sumber-sumber asli bahasa Arab, dan perkataan

orang Arab yang dapat dijadikan landasan, baik berupa puisi atau prosa. Pada

dasarnya dhamir bertujuan untuk memperisngkat perkataan. Menurut Al-Qattan,

dhamir berfungsi untuk menggantikan penyebutan kata-kata yang banyak serta

menempati kata-kata itu dengan sempurna tanpa berubah makna yang dimaksud.

Kata ganti orang ke tiga memerlukan penjelas, yaitu kata-kata yang

digantikannya. Oleh karena itu, referen harus mendahuluinya agar apa yang

dimaksud dapat diketahui lebih dulu. Marji' dhamir adalah lafadz yang telah

disebutkan sebelumnya dan harus sesuai dengannya, sepertiونادى نوح ابنه

Selain itu, bisa juga yang mendahuluinya mengandung apa yang dimaksud

oleh dhamir. Contoh, اعدلوا هـو اقـرب للتقـوى. Marji' dhamir kadang-kadang

terletak pada:

8.4.1. Sesudah dhamir itu sendiri dalam pengucapannya bukan

keududukannya. Contoh, فأوجس ىف نفسه خيفة موسى

Page 31: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

31

8.4.2. Sesudah dhamir dalam pengucapannya maupun kedudukannya,

seperti dalam dhamir sya'n, dhamir qishah, dhamir ni'ma dan bi'sa. Contoh, قـل

.. هو اهللا أحد

8.4.3. Marji' bisa dipahami dari konteks kalimat, sepertiكل من عليها فان.

8.4.4. Dhamir terkadang kembali kepada lafazd bukan makna, seperti وما

يعمر من معمر وال ينقص من عمره إال ىف كتاب

8.4.5. Kembali ke maknanya, seperti ن حنلة فإن طنب لكم عنءاتواالنساء صدقا

شيء منه نفسا فكلوه هنيئا مريئا

C. PROSES PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN

Proses penerjemahan merupakan rangkaian tindakan oleh penerjemah berdasarkan

kualifikasinya dalam mengalihkan makna dan maksud nas sumber ke nas

penerima untuk memperoleh terjemahan yang berkualitas.

Pada umumnya proses penerjemahan dilakukan melalui empat tahap,

yaitu:10

Pertama, analisis dan pemahaman. Struktur dan pesan dalam nas sumber

dianalisis menurut hubungan struktural dan hubungan semantis antara unsur-

unsur sintaksis.

10 Syihabuddin, Penerkemahan Arab-Indonesia (teori dan praktik), (Bandung: Humaniora,2005), h. 167-168

Page 32: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

32

Kedua, transfer. Bahan yang sudah dianalisis dan dipahami diolah secara

mentalistik, lalu dialihkan ke bahasa penerima.

Ketiga, restrukturisasi. Bahan yang sudah diolah disusun kembali agar

makna atau pesan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan gaya bahasa

penerima.

Keempat, evaluasi dan revisi. Semua hasil terjemahan dievaluasi. Jika

terdapat kesalahan atau kekeliruan maka perlu dilakukan revisi.

Selain itu, R.H. Bathgate(Yunus, 1989: 287-303) mengemukakan tujuh

langkah proses penerjemahan, yaitu:

Pertama, pengakraban. Penerjemah menelusuri hal-hal yang berkaitan

dengan identitas nas yang akan diterjemahkan, seperti pengarang, penerbit, tahun

terbit, dan masalah yang dibicarakan di dalamnya.

Kedua, analisis. Penerjemah menganalisis unit-unit yang berbentuk

kalimat, klausa, frase, dan kata.

Ketiga, pemahaman. Penerjemah memahami unit-unit terjemahan dengan

lebih tuntas, menyeluruh, dan rinci.

Keempat, perumusan istilah. Penerjemah mencari istilah-istilah yang

sesuai dengan bahasa penerima, sehingga hasil terjemahan seperti bukan

terjemahan.

Kelima, restrukturisasi. Inilah tahap penerjemahan yang paling penting dan

sangat menentukan kualitas terjemahan. Di sini dilakukan pengalihan bentuk dan

isi nas sumber ke dalam nas penerima.

Page 33: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

33

Keenam, pengecekan. Penerjemah memeriksa kembali hasil

terjemahannya. Pengecekan ini terkait dengan isi, struktur bahasa, tanda baca, dan

ejaan.

Ketujuh, pembahasan. Sebelum dipublikasikan, sebaiknya penerjemah

mendiskusikan terlebih dahulu hasil terjemahannya dengan pakar dalam masalah

yang diterjemahkan dan pakar bahasa penerima.

D. PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG ‘DAN’

Penulis akan menguraikan dengan jelas dan ringkas penggunaan kata penghubung

'dan' yang sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang terpelajar sering melihat dan mendengar

seseorang menuliskan atau mengucapkan kata dan, serta, dan atau. Bentuk dan

termasuk kelompok kata hubung atau konjungtor.11 Selain itu, bentuk dan dipakai

untuk menyatakan hubungan yang bersifat kesetaraan. Oleh karena itu, bentuk

dan disebut konjungtor koordinatif.12 Konjungtor dan digunakan untuk

menyatakan hubungan penambahan.

Kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa

dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat disebut kata penghubung. 13 Contoh,

kata dan, karena, dan ketika dalam kalimat:

- Ibu dan ayah pergi ke Jakarta.

- Dia tidak datang karena tidak diundang.

- Negara Republik Indonesia diproklamasikan ketika ayah masih kecil.

Dilihat dari fungsinya ada dua macam kata penghubung, yaitu:

11 Suroso, dkk., Pernik-pernik Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka, 2006), h. 4712 ibid.,13 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (edisi revisi), ( Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2000), h. 140

Page 34: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

34

D.1. Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang

kedudukannya sederajat atau setara. Kata penghubung setara ini dapat dibedakan

lagi menjadi kata penghubung yang:

D.1.1. menggabungkan biasa, yaitu kata penghubung dan, dengan,

serta.

D.1.2. menggabungkan pemilihan, yaitu kata penghubung atau.

D.1.3. menggabungkan pertentangan, yaitu tetapi, namun,

sedangkan, sebaliknya.

D.1.4. menggabungkan pembetulan, yaitu kata penghubung

melinkan, hanya.

D.1.5. menggabungkan penegasan, yaitu kata penghubung bahwa,

malah (malahan), lagipula, apalagi, jangankan.

D.1.6. menggabungkan pembatasan, kata penghubung kecuali,

hanya.

D.1.7. menggabungkan pengurutan, yaitu kata penghubung lalu,

kemudian, selanjutnya.

D.1.8. menggabungkan penyamaan, yaitu kata penghubung yaitu,

yakni, bahwa, adalah, ialah.

D.1.9. menggabungkan penyimpulan, yaitu kata penghubung jadi,

karena itu, oleh sebab itu.

D.2. Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang

kedudukannya tidak sederajat, meliankan bertingkat. Kata penghubung ini dapat

dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:

Page 35: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

35

D.2.1. menyatakan sebab, yaitu kata penghubung sebab dan

karena.

D.2.2. menyatakan syarat, yaitu kata penghubung kalau, jikalau,

jika, bila, apabila, dan asal.

D.2.3. menyatakan tujuan, yaitu kata penghubung agar, dan

supaya.

D.2.4. menyatakan waktu, yaitu kata penghubung ketika, sewaktu,

sebelum, sesudah, tatkala.

D.2.5. menyatakan akibat, yaitu kata penghubung sampai, hingga,

dan sehingga.

D.2.6. menyatakan sasaran, yaitu kata penghubung untuk dan guna.

D.2.7. menyatakan perbandingan, yaitu kata penghubung seperti,

sebagai, dan laksana.

D.2.8. menyatakan tempat, yaitu kata penghubung tempat. (Rumah

tempat mereka berjudi digerebek polisi)

HURUF ARAB FUNGSIPADANANNYA

DALAM BAHASAINDONESIA

مل، ملا، لن، مـا، إن، ال،

التNegatif

Belum, tidak akan,

tidak

نعم، بلى، أى، أجل، جري،

كالإن، ال،Harus jawab

Ya, benar, tidak, tidak

sama sekali,

Page 36: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

36

أن أي، Huruf penjelas kata

sebelumnyaAdapun, bahwa

إن، إذما، لو، لوال، لوما،

ملاإما، Huruf syarat

Kalau, jika, andai,

kalau tidak, adapun,

sedangkan, ketika,

saat.

هال، إال، لوما، لوال، أالAnjuran dan penyesalan

Mengapa kamu tidak,

apakah kamu tidak

أال، أما، لوPermohonan halus

Alangkah baiknya,

sebaiknya, coba

(…mampir)

ــد، ن إن، أن، ل توكيـ

قدتوكيد،Kata penguat

Sungguh, benar-benar,

niscaya, pasti, tentu,

sangat, sekali

هل+ ء Introgatif

Apakah; apa;

sudahkan

هلليت، لو،Pengandaian

Andaikan, jika saja,

kalau saja,

عسىلعل،Harapan

Semoga, mudah-

mudahan, mungkin

كانك،Perumpamaan

Seperti, bagaikan,

laksana, mirip

Page 37: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

37

و هيأأيا، أى، يأ، ا، ايا،

واKata seru/panggil Hai, wahai, ay

Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum

E. HURUF DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA

Dalam hal kesalahan berbahasa ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering

muncul. Bukan hanya semata-mata salah ketik, kesahan itu, antara lain salah tulis

huruf atau salah tulis kata14. Oleh karena itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia

menjadi sumber yang tidak kering-keringnya untuk dapat memastikan huruf atau

kata yang benar. Contoh, hakikat bukan hakekat, mengubah bukan merubah,

risiko bukan resiko, diskriminasi bukan deskriminasi, jadwal bukan jadual, jumat

bukan jum'at, dan masih banyak lagi contoh-contoh lain.

Sebelum Penulis menguraikan lebih dalam tentang huruf dan tanda baca

dalam bahasa Indonesia, terlebih dahulu Penulis membawa pembaca memahami

definisi huruf dan tanda baca.

Huruf adalah tanda aksara dl tata tulis yang merupakan anggota abjad

yang melambangkan bunyi bahasa; aksara15. Pengertian huruf sering disamakan

dengan pengertian fonem, padahal keduanya berbeda. Huruf adalah gambar atau

lambang bunyi (bahasa), sedangkan fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil

yang membedakan makna16.

14 Sugihastuti, Editor Bahasa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 2815 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2005), h. 41316 Sugihastuti., ibid.,

Page 38: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

38

E.1. Penulisan Huruf

Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf

menyangkut dua masalah, yaitu, (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan

(2) penulisan huruf miring.

e.1.1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-

kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berleku. Kaidah penulisan huruf

capital itu adalah sebagai berikut.17

e.1.1.1. sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh, Dia

mengantuk, Apa maksudnya?

e.1.1.2. sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh, Adik bertanya,

"Kapan kita pulang?"

e.1.1.3. sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan

nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misanya, Allah,

Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih. Quran, Alkitab, Weda, Islam, dan

Kristen.

e.1.1.4. sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh, Mahaputra Yamin, Sultan

Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafi'I, Nabi Ibrahim.

e.1.1.5. sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang

diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,

nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Wakil Presiden Yusuf Kala, Profesor

Supomo, Gubernur Jakarta.

17 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan & Pedoman Umum PembentukanIstilah, (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h.13-18

Page 39: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

39

e.1.1.6. sebagau huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh, Amir

Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman.

e.1.1.7. sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Arab.

e.1.1.8. sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan

peristiwa sejarah. Contoh, tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Juli, bulan Maulid,

hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

e.1.1.9. sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh, Asia Tenggara,

Banyuwangi, Jakarta, Danau Toba, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro.

e.1.1.10. sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti

dan. Contoh, Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen

Agama, Ibu dan Anak, Nomor 57, Tahun 2008.

e.1.1.11. sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang

terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta

dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu social,

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

e.1.1.12. sebagau huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata

ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan

kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi

awal. Contoh, Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka

Page 40: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

40

e.1.1.13. sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan

sapaan. Contoh, Dr. doctor, M.A master of arts, S.S. sarjana sastra, Tn.

tuan

e.1.1.14. sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan

seperti bapak, ibu, saudara, kakak, asik, dan paman yang dipakai dalam

penyapaan dan pengacuan. Contoh, "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.

e.1.1.15. sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Contoh, Sudahkah Anda

tahu? Surat Anda telah kami terima.

E.2. Pemakain Tanda Baca

رمبا ال يكون ستالني مترها عن األخطاء

(1) Memang Stalin tidak luput dari kesalahan

احتج عريب لدى ما جرجيورى مراسل جريدة التيمس على اامه بالتعصب

(2) Orang Arab itu berdalih di depan M. Gregory, koresponden surat kabar

Times, yang menuduhnya fanatik.

لقد وهب اهللا تعاىل جزر القمر الكثري من املظاهر الطبيعية

(3) Sungguh, Allah Swt. menganugrahkan fenomena alam yang melimpah

kepada kepulauan Komoro

Selain itu, yang perlu diperhatikan oleh penerjemah adalah tanda baca,

seperti pemakaian huruf kapital, tanda koma, huruf miring, tanda tanya, tanda

petik, dan seterusnya.

Tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital. Huruf pertama kata yang

menunjukkan nama orang, nama suku, bahasa, agama, georafi, kata yang

Page 41: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

41

mengawali kalimat, dan sebagainya ditulis dengan huruf yang ukurannya sama

dengan huruf lainnya. Pada terjemahan nomor satu, dua, dan tiga tampak bahwa

huruf kapital digunakan pada huruf pertama kata yang mengawali kalimat, nama

orang, judul surat kabar, nama Tuhan, dan nama geografi.

Dalam contoh nomor satu terlihat bahwa tanda koma digunakan untuk

mengapit keterangan tambahan atau aposisi. Tanda ini pun digunakan untuk

merinci suatu pernyataan. Dalam bahasa Arab, rincian ini dirangkaikan dengan

huruf wawu. Huruf ini cukup dipadanankan dengan tanda koma saja, jangan

digunakan kata dan secara terus menerus. Wawu atau fa’isti’naf juga tidak perlu

diterjemahkan karena keduanya tidak bermakna. Kedua huruf ini digunakan hanya

littaladzudz (kenikmatan) dalam bertutur dan menulis. Begitu juag dengan

susunan gramatikal Alquran.

Sementara itu, pemakaian huruf miring terlihat pada nomor dua. Huruf ini

digunakan untuk mengutip judul buku, majalah, dan surat kabar serta

menunjukkan istilah, kata asing, dan kata yang diperkatakan. Pada terjemahan

Alquran, hal ini sering diabaikan. Istilah-istilah agama yang belum dikenal ditulis

dengan huruf biasa, tidak dibedakan dengan huruf lain.

Begitu juag tanda petik digunakan pada petikan langsung. Namun,

sebelumnya perlu diberi tanda koma, bukan tanda titik dua (:) seperti yang tampak

pada terjemahan Alquran.

Nas bahasa Arab klasik jarang sekali menggunakan tanda baca, sehingga

pembaca pemula sulit membedakan antara kata-kata sebagai uraian dan kata-kata

sebagai judul buku, nama orang, dan nama geografi. Oleh karena itu, tidak

mengherankan jika ada mahasiswa pemula yang membaca ungkapan wa ja’a fî

Page 42: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

42

lisânil ‘arab yang diterjemahkan dengan dan pada tuturan orang Arab

dikemukakan…, padahal lisânil ‘arab merupakan judl kamus sehingga tidak perlu

diterjemahkan, tetapi dialihkan.

Kelangkaan tanda baca dan tidak adanya perbedaan huruf membuat

penerjemahan bahasa Arab lebih sulit daripada penerjemahan bahasa lain yang

ditulis dengan huruf latin.

Dari uraian di atas dapat Penulis simpulkan bahwa masalah penerjemahan

Arab-Indonesia yang lazim dijumpai adalah berkenaan dengan adanya gejala

interferensi pada terjemahan, kenisbian dan keterbatasan teori penerjemahan,

kesulitan dalam mencari padanan makna bagi kosa kata agama dan kebudayaan,

keragaman pedoman transliterasi Arab-Indonesia, dan perbedaan grafologis antara

bahasa Arab dan bahasa Indonesia.

Akan tetapi, masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggali teori,

menguasai bahasa Indonesia, berdiskusi dengan pakar terjemah, dan berlatih

menerjemahkan nas dengan berbagai topik dan jenis secara sungguh-sungguh.

F. PENULISAN KATA

Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang,

dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,

sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan

serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan

atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang

bersangkutan saja.18

Contohnya,

18 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Bebahasa Indonesia (Jakarta: CVAkademika Pressindo, 2006), h. 209

Page 43: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

43

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

di didik didik

ke sampingkan kesampingkan

bertandatangan bertanda tangan

Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata

turunannya harus dituliskan serangkai.

Contohnya,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

menghancur leburkan menghancurleburkan

dianak-tirikan dianaktirikan

kesimpang siuran kesimpangsiuran

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Oleh karena itu, kata ulang tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan

sebagian lagi kata turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus

mendapat awalan dan akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu bagiannya

adalah bentuk yang dianggap berasal dari kata dasar yang sama dengan ubahan

bunyi. Mungkin pula, bagian itu sudah agak jauh berbeda dari bentuk dasar.

Namun, apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan itu menyatakan

perulangan.19

19 Ibid.,

Page 44: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

44

Contoh,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

jalan2 jalan-jalan

di-besar2-kan dibesar-besarkan

berkejar kejaran berkejar-kejaran

Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-

bagiannya dituliskan terpisah.

Contohnya,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

tatabahasa tata bahasa

kerjasama kerja sama

rumahsakit umum rumah sakit umum

keretaapicepat kereta api cepat

orangtua orang tua

Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan

serangkai.

Contohnya,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

mana kala manakala

barang kali barangkali

halal bihalal halalbihalal

duka cita dukacita

Page 45: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

45

sapu tanagn saputangan

Namun, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu

kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu

harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.

Contohnya,

BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU

a moral amoral

ekstra kurikuler ekstrakurikuler

antar warga antar warga

non migas nonmigas

semi final semifinal

Catatan:20

Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di

antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya,

non-RRC

pan-Islamisme

Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur

berikutnya, yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata

berimbuhan, kata maha dan peri itu ditulis terpisah. Sementara itu, ada

ketentuan khusus, yaitu kata maha yang diikuti oleh esa ditulis terpisah

walaupun diikuti kata dasar.

Misalnya,

20 Ibid.,

Page 46: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

46

Semoga Yang Mahakuasa merahmati kita semua.

Jika Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan ujian sarjana bulan

depan.

Segala tindakan kita harus berdasarkan perikemanusiaan dan peri keadilan.

Kata ganti ku dan kau - yang ada hubungannya denagn aku dan engkau –

ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan nya -

yang ada hubungannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis serangkai dengan

yang mendahulinya.

Misalnya,

Pikiranmu dan kata-katamu berguna unutk memajukan negeri ini.

Apa yang kulakukan boleh kaukritik.

Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,

kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah diangkap padu benar,

seperti kepada dan daripada.

Misalnya,

Saya pergi ke perpustakaan untuk membaca buku.

Semoga perekonomian kita pada masa yang akan datang lebih cerah

daripada keadaan tahun-tahun yang lalu.

Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah

hampir seperti kata lepas. Misalnya, Jika saya pergi, dia pun ingin pergi.

Akan tetapi, kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu

benar, ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya ada dua belas kata,

yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,

Page 47: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

47

maupun, meskipun, sekalipun, (yang berarti walaupun), sungguhpun, dan

walaupun.

Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari

bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.

Misalnya,

Harga kain itu Rp 10.000,- per meter.

Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per satu.

G. DIKSI DALAM BAHASA INDONESIA

Kata menjungjung dalam butir ketiga Sumpah Pemuda yang telah Penulis

paparkan dalam sejarah bahasa Indonesia merupakan pengakuan yang tidak main-

main. Berbeda dengan butir kedua Sumpah Pemuda yang memakai kata

mengakui, pemakaian kata menjungjung memiliki makna menghargai bahasa

Indonesia setinggi-tinggi. Tentunya, sikap penghargaan itu tidak lahir secara tiba-

tiba dan tanpa alasan. Pada saat itu, tentunya, semua pihak mengakui dan

memadang betapa penting arti dan sumbangan bahasa Indonesia dalam

menggalang kesatuan nasional. Oleh karena itu, dari peristiwa dan penelitian

Penulis, peranan bahasa Indonesia terhadap terciptanya kesatuan dan persatuan

Indonesia ketika itu tidak dapat dipungkiri. Hingga saat ini pun, bahasa Indonesia

dipandang sebagai elemen penting dalam menjaga dan memelihara kesatuan dan

persatuan Indonesia.

Jadi, pemakain dan penempatan bahasa Indonesia yang benar dan baik

akan membawa dampak yang baik bagi nusa dan bangsa. Oleh karena itu, Penulis

akan menguraikan beberapa kata yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia,

antara lain,

Page 48: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

48

G.1. Pemakain bahkan, jadi, dan selanjutnya

Kata bahkan tergolong dalam kelompok konjungtor atau kata hubung. selain itu,

kata bahkan tergolong kata hubung antarkalimat, bukan kata hubung intrakalimat.

Oleh sebab itu, sebagai kata hubung antarkalimat, kata bahkan berposisi di awal

kalimat kedua. Sementara itu, kata bahkan menyatakan penguatan atas keadaan

yang telah dinyatakan sebelumnya (pada kalimat sebelumnya). Begitu juga, kata

jadi dan selanjutnya berposisi sebagai kata hubung antarkalimat. Oleh karena itu,

kata jadi dan selanjutnya, berposisi pada awal kalimat yang memiliki kaitan

dengan informasi dalam kalimat berikutnya. Kata jadi menyatakan kesimpulan

dari informasi yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Sementara itu, kata

selanjutnya menyatakan langkah-langkah lanjutan dari keadaan atau situasi yang

dinyatakan dalam kalimat-kalimat sebelumnya. Namun, yang tidak boleh

dilupakan adalah status kedua kata itu—yakni kata jadi dan selanjutnya—selaku

kata hubung antarkalimat21.

Jadi, ketiga kata tersebut merupakan kata hubung antarkalimat, kata

bahkan, jadi, dan selanjutnya haruslah diikuti dengan tanda koma. Selama

Penulis meneliti dan memperhatikan kesalahan besar yang dilakukan oleh

pamakai bahasa Indonesia adalah kekurangcermatan dalam menggunakan tanda

baca koma dalam kaitan pemakaian kata hubung antarkalimat tersebut. Misalnya,

Ia bersikukuh tidak melakukan pelanggaran. Bahkan, dia bersedia disumpah

pocong.

21 Suroso, dkk., Pernik-pernik Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka, 2006), h. 42

Page 49: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

49

Bahkan, hal itu telah disetujui oleh pimpinan sehingga tinggal dilaksanakan

saja.

Jadi, kami masih percaya soal anggaran karena pasti akan diusahakan

Selanjutnya, sekitar pertengahan Desember 2007, Erwan pulang ke

Indonesia.

G.2. Pemakain kata bahwa

Dalam berbahasa lisan maupun tulis, kita sering memakai kata bahwa. Tidak

terkecuali, kita sering mendengarkan ucapan dan melihat tulisan dari orang lain

yang memanfaatkan kata bahwa. Akan tetapi, pemakaian kata bahwa tersebut

sering kurang tepat sesuai dengan makna kata bahwa yang semestinya.

Maksudnya, kata bahwa yang seharusnya digunakan dalam kaitan kalimat yang

menyatakan penegasan atau penjelasan itu belum dimanfaatkan semestinya. Oleh

Karena itu, dari pengamatan yang dilakukan, Penulis menyimpulkan adanya

simpang siur dan tumpang tindih antara pemakaian kata bahwa dengan agar atau

supaya. Padahal, kedua kata tersebut memiliki muatan makna yang berbeda. Kata

bahwa digunakan dalam konstruksi kalimat yang menyatakan penegasan atau

penjelasan. Sementara itu, kata agar atau supaya seharusnya dipakai dalam

konstruksi kalimat yang menyatakan harapan atau tujuan, bukan penegasan.

Penulis akan menyebutkan beberapa contoh, baik yang benar maupun yang salah

sebagai berikut:

Dia meminta bahwa warga kampungnya tidak suka sengketa. (kurang tepat)

Ketua PKK meminta agar seluruh warga waspada terhadap demam berdarah.

( tepat)

Page 50: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

50

Kalimat (1) tidak mewakili makna penegasan atau penjelasan. Jadi, antara

klausa induk yang berbunyi Dia meminta tidak mengharapkan adanya ketegasan

dari klausa anak yang berbunyi warga kampungnya tidak suka sengketa. Oleh

sebab itu, kata bahwa dalam kalimat (1) kurang tepat. Sebenarnya, kalimat (1)

mewakili adanya hubungan harapan. Atau, setidaknya, klausa anak itu sebagai

keterangan dari semua komunitas yang bernama warga kampungnya dari si

subjek. Dengan demikian, konjungtor yang tapt digunakan adalah kata agar atau

supaya, bukan konjungtor bahwa22.

Kalimat (2) merupakan kalimat baik. Pemakaian konjungtor agar dalam

kalimat tersebut benar. Konjungtor agar digunakan secara benar untuk

menyatakan hubungan harapan antara klausa induk dengan klausa anak. Oleh

karena itu, contoh kalimat tersebut dapat diterima karena klausa induk yang

berupa Ketua PKK meminta diikuti dengan harapan yang menyatakan seluruh

warga untuk waspada terhadap demam berdarah.

Jadi, dari korelasi makna antar klausa induk dengan klausa anak tersebut

memuncukan spesifikasi pemakaian kata kerja yang menyatakan tindakan dari

subjek dalam klausa induk. Secara mudah dapat dipahami bahwa kata

menganjurkan, mengharapkan, dan menghimbau, dapat digabungkan dengan

pemakaian konjungtor agar atau supaya. Oleh karena itu, kita dapat menyusun

kalimat yang menyatakan makna A menghimbau agar B, dan seterusnya.

Sementara itu, konjungtor bahwa yang memiliki makna dalam korelasi penegasan

lebih dekat dengan pemakaian kata kerja meminta, mengatakan, menyatakan,

22 Suroso, dkk, Ibid., h. 44

Page 51: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

51

mengutarakan, memutuskan, dan sejenis. Kata kerja itu menuntut hadirnya situasi

gambaran keadaan yang bersifat tegas. Misalnya,

Saya menganjurkan agar kamu tidak menempuh jalan cerai.

Wartawan itu melaporkan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh kelalaian

pengemudi.

G.3. Pemakain kata dan, serta dan atau

Bentuk dan termasuk kelompok kata hubung atau konjungtor yang dipakai untuk

menyatakan hubungan yang bersifat kesetaraan. Oleh karena itu, bentuk dan

disebut sebagai konjungtor koordinatif. Selain itu, konjungtor dan digunakan

untuk menyatakan hubungan penambahan atau penjumlahan. Sementara itu,

bentuk atau tergolong juga kelompok kata konjungtor yang menyatakan

hubungan kepemilihan. Akan tetapi, di samping menyatakan hubungan pemilihan,

konjungtor atau digunakan untuk menyatakan hubungan penambahan.

Kadang-kadang kedua konjungtor tersebut—yakni bentuk dan serta

atau—digunakan secara bersama-sama sehingga ditulis dan atau. Pada dasarnya,

kedua bentuk itu dapat digunakan untuk mengungkapkan dua hubungan

sekaligus23. Hal itu, karena ada korelasi makna antara hubungan yang dinyatakan

oleh bentuk dan dengan atau, yakni hubungan penambahan.

Jadi, bentuk konjungtor dan itu dapat digunakan untuk menyatakan

hubungan penambahan. Sementara itu, konjungtor atau juga ada yang

menyatakan hubungan penambahan. Dengan demikian, keduanya memiliki

persamaan dalam mengungkapkan hubungan makna penambahan. Contohnya,

23 Suroso, dkk, Op cit., h. 48

Page 52: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

52

Ayah dan anak gadisnya itu nekat meninggalkan kampung halamannya

karena rumahnya tergenang air.

Erwan atau Tatam yang akan kamu izinkan menggantikan kedudukan ketua

itu?

Para Gubernur dan atau Bupati se-Indonesia mengikuti rapat koordinasi di

Depdagri.

Kalimat (1) mengandung makna adanya ayah dan anak gadisnya pergi

meninggalkan kampungnya karena rumahnya terendam air. Kalimat (2)

mengandung pertanyaan yang meminta jawaban siapa yang akan mengganti

kedudukan ketua. Jadi, jawaban dari pertanyaan itu hanya ada dua, Erwan atau

Tatam. Hal ini, karena untuk menyatakan pemilihan, tidak mungkin konjungtor

atau menuntut jawaban yang menggantikan ketua itu Erwan dan Tatam.

Sementara itu, kalimat (3) menyatakan bahwa yang mengikuti rapat

koordinasi itu gubernur dan bupati se-Indonesia. jadi, tidak bermakna yang hadir

dalam rapat koordinasi itu hanya gubernur atau bupati saja, melainkan gubernur

dan bupati seluruh Indonesia.

Jadi, Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa setelah memahami

makna bentuk-bentuk konjungtor—atau kata hubung—dalam bahasa Indonesia,

kita dapat lebih cermat lagi dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tertulis.

Oleh karena itu, berdasarkan muatan makna bentu dan serta atau di atas, kita

dapat menulis dan mengucapkan dan atau seperti pada contoh-contoh di atas.

G.4. Pemakain dari atau daripada

Kata dari dan daripada memiliki fungsi yang berbeda. Karena fungsinya

berbeda, pemakaian keduanya pun berbeda. Bahkan, kedua kata itu tidak dapat

Page 53: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

53

saling dipertukarkan satu dengan yang lainnya24. Oleh karena itu, Penulis akan

menjelaskan terlebih dahulu muatan makna kata dari dan daripada tersebut. Hal

ini penting agar seseorang dapat memfungsikan kedua kata itu secara cermat

dalam kalimat yang disusun atau diucapkannya.

Pertama, kata dari memiliki makna untuk menyatakan milik atau arah.

Oleh karena itu, kata dari tidak berfungsi sebagai kata hubung yang menyatakan

perbandingan atau perlawanan. Karena fungsinya unutk menyatakan milik dan

arah, kata dari haruslah diposisikan dalam kerangka mengungkapkan makna milik

atau arah. Kedua, berbeda dengan kata dari, kata daripada memiliki posisi dan

fungsi yang berbeda dengan kata dari. Oleh sebab itu, kata daripada memiliki

makna dalam kaitannya dengan hubungan perbandingan. Dengan demikian, kata

daripada tidak tepat digunakan dalam kalimat yang menyatakan hubungan arah.

Marilah kita mencermati contoh-contoh di bawah ini.

Jarak daripada Jakarta-Garut dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan

kecepatan 100/jam. (kurang tepat)

Masalah daripada penduduk di Indonesia ini harus dipandang sebagai

masalah bangsa. (kurang tepat)

Apabila dicermati, kalimat (1) semestinya ditulis Jarak dari Jakarta-Garut

dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan kecepatan 100/jam. Sedangkan,

kalimat (2) dimaksudkan untuk menyatakan bahwa masalah penduduk itu menjadi

masalah bangsa. Oleh sebab itu, seharusnya tidak digunakan memakai kata

daripada. Bahkan, seharusnya ditulis tanpa memakai kata dari.

24 Suroso, dkk, Op cit., h. 51

Page 54: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

54

Untuk lebih menimbulkan kesan mendalam dalam pemahaman kata dari

dan daripada, Penulis akan cantumkan beberapa kalimat yang menggunakan kata

dari yang menyatakan hubungan milik atau arah dan pemakaian kata daripada

untuk menyatakan hubungan perbandingan. Karena menyatakan perbandingan,

kata daripada digunakan pada kalimat yang memuat dua informasi yang

diperbandingkan. Misalnya,

Sebaiknya kenakalan remaja dilihat dari banyak aspek. (tepat)

Tanah yang menjadi sengketa itu diakui milik dari warga kampung sebelah.

(tepat)

Tarif pesawat Balikpapan-Yogyakarta lebih tinggi daripada tarif Balikpapan-

Jakarta. (tepat)

G.5. Pemakain kalau dan jika

Kata kalau dan jika tergolong kata yang produktif. Akan tetapi, dalam bahasa

tulis, kita masih sering—bahkan terlalu sering—menyaksikan pemakaian kata

tersebut secara tidak tepat. Dalam Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama

RI, buku-buku teks, artikel, berita-berita di berbagai media masa, kita masih

sering menemukan pemakaian kata kalau dan jika secara tidak tepat. Berdasarkan

kenyataan tersebut, Penulis memandang perlu unutk membahas tata cara

pemakaian kata kalau dan jika dalam kalimat bahasa Indonesia.

Sewaktu bersekolah, kita mengenal kalimat majemuk setara dan kalimat

majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat ada yang memiliki hubungan

informasi yang bersifat koordinatif dan subordinatif. Oleh karena itu, dalam

kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan hubungan subordinatif terdapat

klausa yang merupakan syarat dari klausa yang lain. Klausa subordinatif sebagai

Page 55: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

55

syarat bagi klausa utama. Sementara itu, posisi klausa subordinatif dan klausa

utama dapat saling dipertukarkan. Akan tetapi, ada kaidah tatatulis yang perlu

diperhatikan sehubungan dengan penempatan klausa subordinatif dan klausa

utama.

Kata jika dan kalau termasuk salah satu indikasi bagi hubungan syarat

dalam kalimat majemuk bertingkat. Oleh karena itu, Penulis akan memberikan

contoh yang mengandung hubungan syarat dengan memakai kata kalau dan jika

pada kalimat berikut ini25.

Saya akan mencabut gugatan jika ada permintaan maaf dari Nurikhwan.

Jika tidak ada kesepakatan, masalah itu akan dibawa ke jalur hukum.

Kalau tidak repot, saya minta laporan itu selesai hari ini juga.

Salah satu yang tidak boleh dilupakan adalah penalaran bahwa kata kalau

dan jika dalam kalimat majemuk bertingkat menyatakan hubungan syarat. Selain

itu, dalam kalimat majemuk bertingkat harus hadir dua klausa, yakni klausa

subordinatif (yang berisi syarat) dan klausa utama yang berisi aksi atas dipenuhi

dan tidaknya syarat sesuai yang tersebut dalam kasus subordinatif. Sekali lagi,

kita harus memahami perlunya kehadiran dua klausa yang menyatakan syarat dan

aksi dalam satu kalimat majemuk. Artinya, tidak dapat diterima kata kalau dan

jika sebagai indikasi hubungan syarat dipakai dalam kalimat yang mengandung

satu klausa saja, baik hanya klausa subordinatif maupun klausa utama.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah penempatan subjek (dahulu

disebut pokok kalimat). Kaidah bahasa Indonesia menghendaki subjek

ditempatkan pada klausa utama (subjek pada klausa utama tidak diposisikan pada

25 Suroso, dkk, Op cit., h. 67

Page 56: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

56

klausa subordinatif (klausa subordinatif dapat juga disebut klausa bawahan).26

Sebaiknya, kita tidak menempatkan subjek (yang sama dengan subjek pada klausa

utama) dalam klausa bawahan. Di samping itu, kita jangan melupakan kaidah

tatatulis dalam kalimat majemuk bertingkat yang menggunkan kata yang

menyatakan hubungan syarat (memakai kata kalau dan jika). Oleh karena itu,

pertama,penempatan klausa bawahan di depan (sebelum klausa utama) dianjurkan

untuk membubuhkan tanda baca koma setelah klausa subordinatif. Tanda koma

itu sebagai pemisah antar klausa bawahan dengan klausa utama. Kedua, kita tidak

dianjurkan membubuhkan tanda koma jika memilih menempatkan klausa

bawahan setelah klausa utama. Baningkan beberapa contoh di bawah ini dengan

contoh sebelumnya.

Jika ada permintaan maaf dari Nurikhwan, saya akan mencabut gugatan.

Masalah itu akan dibawa ke jalur hukum jika tidak ada kesepakatan.

Saya minta laporan itu selesai hari ini juga kalau tidak repot.

G.6. Pemakain karena, walau, dan walupun

Kata karena termasuk salah satu konjungsi subordinatif yang menyatakan

hubungan sebab. Maksudnya, dalam kalimat majemuk bertingkat, klausa atau

bagian kalimat yang memuat kata karena tersebut sebagai situasi penyebab

terjadinya situasi dari klausa utama. Contoh, Karena sakit, Erwan tidak bekerja

atau Erwan tidak bekerja karena sakit. Keadaan sakit itulah sebagai penyebab

Erwan tidak bekerja. Oleh sebab itu, kehadiran kata karena sebagai syarat yang

menyatakan makna penyebab.

26 Suroso, dkk, Op cit., h. 68

Page 57: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

57

Kata walau (walaupun) juga berposisi sebagai konjungsi. Akan tetapi, kata

walau menyatakan hubungan makna yang berbeda dengan kata karena. Dalam

Tata Baku Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, konjungtor walau (atau

walaupun) menyatakan hubungan konsesif.27 Konjungtor walau justru mewakili

hubungan makna yang berkebalikan dengan konjungtor karena.

Pada umumnya, situasi yang terdapat dalam klausa subordinatif

merupakan kebalikan dari situasi dalam klausa utama. Hubungan yang

berlawanan itu didasarkan pada penalaran atau situasi yang umum. Contoh,

Walaupun kaya raya, Erwan bergaya hidup sederhana dan suka bergaul dengan

orang miskin. Dalam situasi yang umum, masyarakat beranggapan bahwa orang

yang kaya raya itu pastilah bergaya hidup mewah dan tidak mau bergaul dengan

orang miskin. Karena kehadiran kata walau (walaupun), situasi dalam klausa

utama harus bersifat berkebalikan dengan situasi normal yang diyakini oleh

masyarakat umum.

Contoh pemakaian konjungsi karena dan walaupun yang kurang tapat.

Karena selama ini, SBY dinilai sebagai sosok yang kurang tegas dalam

pengambilan keputusan.

Walaupun tanpa ada laporan keberatan dari partai kami lakukan penelusuran.

Kaidah bahasa Indonesia menyatakan bahwa klausa subordinatif yang

berada sebelum klausa utama harus diikuti dengan tanda koma. Oleh karena itu,

keberadaan tanda koma sebagai pemisah dari kedua klausa tersebut. Sebaliknya,

jika klausa subordinatif ditempatkan sesudah klausa utama, tanda koma tidak

dibutuhkan lagi. Jadi, penulisan kalimat diatas yang tepat adalah sebagai berikut:

27 Maksudnya, (konjungsi atau klausa) yang menyatakan keadaan atau kondisi yangberlawanan dengan sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama. (KBBI edisi ketiga)

Page 58: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

58

Karena selama ini SBY dinilai sebagai sosok yang kurang tegas dalam

pengambilan keputusan,……

Walaupun tidak ada laporan keberatan dari partai, kami akan melakukan

penelusuran terhadap masalah tersebut.

Page 59: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

59

BAB III

SETTING PENELITIAN

A. ALQURAN DAN TERJEMAHNYA DEPARTEMEN AGAMA RI

Pertama kali beredar Alquran dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Lembaga

Penyelenggara Penterjemah Kitab Suci Alquran Departemen Agama pada tanggal

17 Agustus 1965, yang dicetak secara bertahap dalam 3 (tiga) jilid. Masing-

masing terdiri dari sepuluh juz. Lalu, dalam cetakan selanjutnya pada tahun 1971

Alquran dan Terjemahnya tersebut digabungkan menjadi satu jilid oleh Yayasan

Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Departemen Agama yang dipimpin oleh

Prof. R.H.A. Soenarjo, SH. dengan anggota terdiri dari: Prof. T.M. Hasbi

Ashshiddiqi, Prof. H. Bustami A. Gani, Prof. H. Muchtar Jahya, Prof. H.M. Toha

Jahya Omar, Dr. H.A. Mukti Ali, Drs Kamal Muchtar, H. Gazali Thaib, K.H.A.

Musaddad, K.H. Ali Makdum, dan Drs. Busjairi Madjidi.28

Perbaikan dan penyempurnaan terjemahan Alquran Depag teleh beberapa

kalu dilakukan. Pada tahun 1989 telah dilakukan penyempurnaan yang belum

menyeluruh, di bawah pimpinan Ketua Lajnah Drs. H.A. Hafizh Dasuki, MA..

Akan tetapi, lebih difokuskan kepada penyempurnaan redaksional yang dianggap

tidak sesuai lagi dengan perkembangan bahasa Indonesia ketika itu. Sedangkan

hal-hal yang substansial tidak banyak disentuh. Lalu, hasil perbaikan tersebut

telah dicetak pada tahun berikutnya, termasuk yang dicetak oleh Pemerintah Saudi

Arabia pada tahun 1990.

Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini minat masyarakat untuk memahami

kitab suci Alquran semakin meningkat. Oleh karena itu, berbagai saran dan kritik

28 Kata Pengantar Ketua Lajnah Pentashih Mushaf Alquran Depag RI.hlm v

Page 60: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

60

yang konstruktif terhadap terjemahan Departemen Agama perlu disikapi secara

arif. Ada dua disertasi yang ditulis untuk memperoleh gelar Doktor , di antara di

IAIN Jakarta tahun 1998 dan IAIN Yogyakarta tahun 2001 yang khusus

membahas Alquran dan Terjemahnya. Sejalan dengan itu Departemen Agama

melalui Lajnah Pentashih Mushaf Alquran melakukan kerja sama dengan Yayasan

Imam Jama dalam upaya penyempurnaan Alquran dan Terjemahnya.

B. ALQURAN DAN TERJEMAHNYA TERBITAN PT TIGA

SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

Alquran dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri, sebenarnya wakaf dari salah seorang yang kaya raya. Oleh karena itu,

Alquran ini tidak diperjualbelikan, tapi dibagikan kepada orang-orang yang

membutuhkannya. Salah satunya adalah mahasiswa LIPIA.

Selain itu, Penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang letaknya di

Jl. Dr. Supomo 23 Solo 57141 bekerja sama dengan PT Sabiq yang terletak di

Perumahan Jatijajar Blok C-5 No. 31 Jl. Raya Bogor Km 35,5 Cimanggis Depok

16958. Lalu, jasa pencetakan ditanggung oleh PT Pantja Simpati Tangerang.

C. SEKITAR SURAH YASIN

Surah Yasin terdiri dari delapan puluh tiga ayat. Selain itu, surah ini termasuk

surah-surah yang diturunkan di Mekah. Surah ini diturunkan sesudah surah Jin.

Dinamai surah yasin, karena ayat pertama dimulai dengan huruf ‘Yâ Sin’.

Isi dalam surah Yasin ini antara lain, 1) Keimanan. Hal ini digambarkan

dengan bukti-bukti adanya hari kiamat, surga dan sifat-sifatnya yang disediakan

bagi orang mukmin, mensucikan Allah dari hal-hal yang tidak layak, dan pada

hari kiamat anggota badan manusia menjadi saksi atas segala perbuatannya di

Page 61: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

61

dunia; 2) Kisah. Kisah-kisah utusan Nabi Isa a.s. dengan penduduk Anthakiyah

(Syam); 3) lain-lain. Tidak ada manfaatnya memperingatkan orang-orang

musyrik; Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan; semua bintang di

cakrawala berjalan pada garis edar yang telah ditetapkan Allah; ajal dan hari

kiamat datangnya secara tiba-tiba; Allah menghibur hati Rasulullah terhadap

sikap kaum musyrik yang menyakitkan hatinya.

Adapun sebab-sebab turunnya ayat 1-10 adalah ketika Rasulullah

membaca surah As-Sajadah dengan nyaring orang-orang Quraisy merasa

terganggu dan mereka bersiap-siap untuk menyiksa Rasul. Akan tetapi, tiba-tiba

tangan mereka terbelanggu di pundaknya dan mereka menjadi buta. Lalu, mereka

mengharapkan pertolongan Rasulullah Saw., dan berkata, “Kami sangat

mengharapkan bantuanmu atas nama Allah dan Atas nama keluarga.” Lalu Rasul

berdoa, maka seketika itu mereka sembuh seperti biasa. Namun, tidak ada seorang

oun dari mereka yang beriman. Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat ke 1-10.29

Selain itu, sebab turunnya ayat-ayat ini adalah ketika Abu Jahal berkata,

“Sekiranya aku bertemu Muhammad, pasti aku akan membunuhnya.” Lalu, ketika

Rasulullah Saw. berada di sisinya, Abu Jahal tetap bertanya-tanya, “Mana dia?”

Sehubungan dengan ini Allah Swt. Menurunkan ayat ke 8-9 yang menjelaskan

bahwa pada saat itu pandangan Abu Jahal ditutup oleh Allah, sehingga tidak dapat

melihar Rasul.30

Ketika persidangan, Abu Jahal berkata, “Muhammad mengatakan bahwa

apabila kalian mengikuti ajarannya, akan menjadi orang yang merdeka.

Dibangkitkan setelah mati dan mendapat surga yang lebih baik daripada istana

29 HR. Abu Nu’aim dalam Kitab “Ad-Dalâil” dari Ibnu Abbas30 HR. Ibnu Parir dari Ikrimah

Page 62: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

62

Ardan. Bila kami menyelisihi, kelak akan dimasukkan dalam neraka setelah

dibangkitkan dari kubur.” Kata-kata ini diucapkan dengan nada sinis. Lalu,

Rasulullah Saw. keluar menuju persidangan. Di tangan Nabi menggenggam

segenggam pasir sambil membaca ayat ke 1-9, lalu pasir tersebut ditebarkan.

Seluruh orang dalam persidangan tidak dapat melihat dan kepalanya berdebu.

Lalu, Nabi pergi untuk sesuatu keperluan. Hal ini membaut Abu Jahal dan kawan-

kawannya kebingungan. Kemudian, mereka meminta pertolongan kepada Nabi.

Nabi berdoa kepada Allah Swt. seketika itu mereka sembuh. Oleh karena itu,

Allah menurunkan ayat ke 10 yang menerangkan bahwa mereka tetap berada

dalam kekufuran meskipun telah diberi peringatan.

Bani Salamah yang tinggal di pinggir kota Madinah ingin pindah dekat

masjid. Sehubungan dengan itu, Allah menurunkan ayat ke 12 yang menerangkan

bahwa setiap ucapan dan langkah manusia pasti dicatat oleh Allah Swt. Setelah

ayat ke 12 diturunkan, Rasulullah menasihati Bani Salamah, “Sesungguhnya

setiap langkah menuju masjid dicatat oleh Allah sebagai amal kebajikan. Oleh

karena itu, sebaiknya kamu jangan pindah dari tempat tersebut.”31

Sebagian sahabat Ansar ada yang tinggal berjauhan dengan masjid. Lalu,

mereka mengadu kepada Rasulullah dan meminta ijin untuk pindah ke dekat

mesjid. Sehubungan dengan itu, Allah menurunkan ayat ke 12 yang menerangkan

bahwa setiap amal tidak lepas dari catatan Allah Swt. Setelah ayat ini turun,

Rasulullah menasihati orang yang mau pindah agar tidak pindah, karena setiap

langkah menuju masjid dicatat sebagai amal kebajikan.32

31 HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Hakim dengan sanad sahih dari Abi Sa’id Al-Khudhri.Imam Thabrani juga meriwayatjan dari Ibnu Abbas

32 HR. Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas

Page 63: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

63

Ketika Ash bin Wail menghadap Rasulullah Saw. dengan membawa

tulang yang sudah rusak sambil mematah-matahkannya. Ia berkata, “Muhammad,

apakah Allah akan membangkitkan tulang yang sudah hancur ini?” Jawab Rasul,

“Ya, benar. Allah akan membangkitkan dan mematikan kamu, lalu menghidupkan

kamu kembali, serta memasukkanmu ke neraka Jahanam.” Sehubungan dengan

itu, Allah menurunkan ayat ke 77-83 yang menerangkan bahwa kekuasaan Allah

untuk membangkitkan manusia di hari kiamat adalah benar-benar kuasa dan tidak

perlu diragukan lagi.33

Keterangan: Baik Ubayyin bin Khalaf maupun Ash bin Wail yang

melatarbelakangi turunnya ayat-ayat ini adalah orang yang

mengingkari adanya hari kebnagkitan sesudah mati.

BAB IV

33 HR. Hakim dengan sanad yang kuat dari Ibnu Abbas. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan puladari Mujahid, Ikrimah, Urwah bin Zubair dan Suddu dengan tambahan bahwa orang yang datangkepada Rasulullah Saw. adalah Ubayyin bin Khalaf

Page 64: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

64

ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN

TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

(Studi Kasus Surah Yasin)

A. Terjemahan 'waw' (dan) di Awal Kalimat

اولنعجنمنيبهميداأيدسونمهملفاخدسماهنيفأغشملافهصبنيور

(1.1) Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang

mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat

melihat. (Depag)

(1.2) Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang

mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat

melihat. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Kami jadikan sekat di hadapan dan belakang mereka. Selain itu, Kami

tutup mata mereka sehingga mereka tidak melihat.

لايؤمنونتنذرهمملأمنذرتهمءأعليهمسواءو

(1.3) Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada

mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan

beriman juga. (Depag)

(1.4) Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada

mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan

beriman juga. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Page 65: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

65

Kamu memberi peringatan atau tidak kepada mereka, hal itu sama saja,

mereka tidak akan beriman.

ورباضثالهلممحاأصبةياإذالقراءهنجلوسرالم

(1.5) Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu

negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (Depag)

(1.6) Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu

negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Buatlah suatu perumpamaan bagi penduduk suatu negeri disaat utusan-utusan

datang kepada mereka;

اوامنليلاإلاعغالبنبيالم

(1.7) Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan

jelas". (Depag)

(1.8) Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan

jelas". (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.

اءوجنامأقصةنيدلالمجىرعسمقالياقوايوبعتانيلسرالم

Page 66: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

66

(1.9) Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki34 dengan bergegas dia

berkata, "Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu". (Depag)

(1.10) Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki35 dengan bergegas dia

berkata, "Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu". (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Ada seorang lelaki yang bernama Habib An Najjar, datang dengan buru-buru

dan berkata, 'kaumku, ikutilah utusan itu'.

اوميلالدبيأعنىالذفطروهإلينتوعجر

(1.11) Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah

menciptakanku dan yang hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.

(Depag)

(1.12) Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah

menciptakanku dan yang hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. (PT

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah Allah yang telah

menciptakanku. Selain itu, kepadanyalah kamu akan dikembalikan.

اواملنزلىأنقعهمونمهدعبنمدنجناءممالساواكنمنيزلنم

(1.13) Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun

dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya. (Depag)

34 Menurut mufassir, laki-laki tersebut bernama Habib An-Najjar35 Ibid.,

Page 67: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

67

(1.14) Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun

dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya. (PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Kami tidak menurunkan pasukan dari langit kepada kaumnya setelah dia

meninggal. Selain itu, Kami tidak perlu menurunkannya.

ملاكلإنوعيماجنينلدورضحم

(1.15) Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami. (Depag)

(1.16) Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami. (PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Setiap manusia akan dihadapkan kepada Kami.

ةوأيملهضةالأرتياالماهنييأحاونجراأخهنامبحهننفمأكلوي

(1.17) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati

(tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka

dari (biji-bijian) itu mereka makan. (Depag)

(1.18) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati

(tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka

dari (biji-bijian) itu mereka makan. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Tanda kebesaran Allah bagi mereka adalah bumi yang tandus. Lalu, Allah

tumbuhkan biji-bijian darinya. Oleh karena itu, dengan biji-bijian tersebut

mereka makan.

Page 68: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

68

اولنعاجهيفناجتنلميخنابونأعونويالع نا مهيا فنرفج

(1.19) Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur

dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, (Depag)

(1.20) Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur

dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Kami jadikan di bumi itu kebun kurma, angur, serta Kami panjarkan dari bumi

mata air

ةوءايمللهاليلخسنهنمارهالنمنفإذاهومظلم

(1.21) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami

tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam)

kegelapan, (Depag)

(1.22) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami

tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam)

kegelapan, (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Tanda kebesaran Allah adalah malam. Kami tutupi siang oleh malam maka

seketika itu mereka berada dalam kegelapan.

وسمريالشجتقرتسماللهكذالريقدزتزيمالعيلالع

(1.23) dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan

(Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. (Depag)

Page 69: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

69

(1.24) dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan

(Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Selain itu, matahari berjalan di tempat peredarannya. Itulah ketetapan Allah

Yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui.

ورالقماهنرازلقدنىمتحادعنوجرمكالعيالقد

(1.25) Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah

ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk

tandan yang tua. (Depag)

(1.26) Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah

ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk

tandan yang tua. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Kami tetapkan tempat peredaran bulan, sehingga (setelah bulan sampai ke

tempat peredaran terakhir) kembalilah bulan seperti bentuk tandan tua.

ةوأيملهااأنلنمحمهتيىذرفالفلكنوحشالم

(1.27) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami

angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan, (Depag)

(1.28) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami

angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan (PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri)

Page 70: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

70

Hemat Penulis:

Tanda kebesaran Allah bagi mereka adalah Kami angkut keturunannya ke kapal

yang penuh muatan.

اولقنخملهنمهثلامنموكبري

(1.29) dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang

mereka kendarai (Depag)

(1.30) dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang

mereka kendarai (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Selain itu, Kami ciptakan juga angkutan seperti apa yang mereka kendarai.

إنومرقهغأنشفلانخريصملهومنلاهقذوني

(1.31) Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada

penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan, (Depag)

(1.32) Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada

penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan, (PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Jika Kami menghendaki, Kami akan tenggelamkan mereka sehingga tidak ada

penolong bagi mereka dan mereka tidak diselamatkan.

لإذاويقمالهقواتنيابمكميدأياولفكمخملكمنلعومحرت

Page 71: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

71

(1.33) Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang

dihadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu

mendapat rahmat". (Depag)

(1.34) Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang

dihadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu

mendapat rahmat". (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Apabila dikatakan kepada mereka, 'Takutlah kamu akan siksa dunia dan akhirat

agar kamu mendapat rahmat'.

اومهميأتتنمأيةنمأياتهمباإلارواكانهنعنيرضعم

(1.35) Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang

kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya. (Depag)

(1.36) Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang

kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya. (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Setaip kali datang kepada mereka tanda kebesaran Allah, mereka selalu

berpaling.

لإذاويقمالهقوفاأنممقكمزقالاهللارنياالذوكفرنيلذالونآممطعأننماءلوشاهللايهمأطع

مبينضلالفىإلانتمأإن

(1.37) Dan apabila dikatakakan kepada mereka, "Infakkanlah sebagian rezeki

yang diberikan Allah kepadamu", orang-orang yang kafir itu berkata kepada

Page 72: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

72

orang-orang yang beriman, "Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-

orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-

benar dalam kesesatan yang nyata". (Depag)

(1.38) Dan apabila dikatakakan kepada mereka, "Infakkanlah sebagian rezeki

yang diberikan Allah kepadamu", orang-orang yang kafir itu berkata kepada

orang-orang yang beriman, "Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-

orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-

benar dalam kesesatan yang nyata". (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Apabila dikatakan kepada mereka, 'Infakkanlah sebagian rezeki yang Allah

berikan'. Lalu, orang kafir berkata, 'Pantaskah kami memberi makan kepada

orang yang jika Allah menghendaki, Allah akan memberinya makan? Kamu

benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

نولوقوييتمدعإنهذاالومتكننيقادص

(1.39) Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Kapan janji (hari berbangkit)

itu (terjadi) jika kamu orang-orang yang benar?" (Depag)

(1.40) Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Kapan janji (hari berbangkit)

itu (terjadi) jika kamu orang-orang yang benar?" (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Mereka (orang kafir) berkata, 'Jika kamu orang yang benar, kapan hari kiamat

itu terjadi?'

وخفىنرفوالصمفإذاهنماثدإلىالأجهمبنرسلوني

Page 73: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

73

(1.41) Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya

(dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya. (Depag)

(1.42) Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya

(dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya. (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Ketika sangkakala ditiup, mereka keluar dari kubur menuju kepada Tuhan.

اووازتامموااليهنأيورمجالم

(1.43) Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kamu (dari

orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa! (Depag)

(1.44) Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kamu (dari

orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa! (PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Lalu, (dikatakan kepada orang kafir), 'Hai orang yang berdosa, berpisahlah

kamu sekalian dari orang mukmin.

ونيأنودباطهذااعرصميقتسم

(1.45) dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus". (Depag)

(1.46) dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus". (PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Sembahlah Aku. Inilah jalan yang lurus.

Page 74: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

74

تعقلون تكونوا أفلم كثيرا جبلا كمنم أضل لقدو

(1.47) Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar diantara

kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? (Depag)

(1.48) Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar diantara

kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Sungguh, setan itu menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Oleh karena itu,

apakah kamu tidak mengerti?

اءوشنالونسلىلطمعنهميافاأعقوبتاطسرىالصنفأنورصبي

(1.49) Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata

mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana

mungkin mereka dapat melihat? (Depag)

(1.50) Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata

mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana

mungkin mereka dapat melihat? (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Jika Kami menghendaki, Kami hapuskan penglihatan mereka, sehingga mereka

berlomba-lomba mencari jalan. Bagaimana mereka dapat melihat?

اءوشنلوماهنخسلىلمعهمتكانامافموطاعتااسيضمنلاووجعري

(1.51) Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat

mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak

sanggup kembali. (Depag)

Page 75: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

75

(1.52) Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat

mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak

sanggup kembali. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Jika Kami menghendaki, Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada,

sehingga mereka tidak bisa berjalan dan tidak bisa kembali.

ونمهرمعنهكسنىنلقفناأفلالخلوقعي

(1.53) Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia

kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti? (Depag)

(1.54) Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia

kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti? (PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Siapa saja yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia ke awal

kejadian. Mengapa mereka tidak mengerti?

اوماهنلمعرعالشاومغبنىيإنلهوإلاهكرذآنوقرنبيم

(1.55) Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair

itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan

Kitab yang jelas, (Depag)

(1.56) Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair

itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan

Kitab yang jelas, (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Page 76: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

76

Hemat Penulis:

Kami tidak mengajarkan Muhammad Syair, karena bersyair itu tidak pantas

baginya. Alquran itu hanyalah Kitab pelajaran yang jelas.

مالكونلهافهمأنعاماأيديناعملتممالهمخلقناأنايرواملأو

(1.57) Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan

ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan

kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya? (Depag)

(1.58) Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan

ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan

kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya? (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk

mereka, yaitu sebagian dari kekuasaan Kami. Oleh karena itu, mengapa mereka

tidak menguasainya?

اواهذللنمالههنفممهبكوارهنمنوأكلوي

(1.59) Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu

sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka

makan. (Depag)

(1.60) Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu

sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka

makan. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Page 77: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

77

Hemat Penulis:

Kami menundukkan binatang itu untuk mereka. Selain itu, sebagainnya untuk

tunggangan dan makanan.

ومالههيفعافنمواربشنأفلاموكرشي

(1.61) Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka

mengapa mereka tidak bersyukur? (Depag)

(1.62) Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka

mengapa mereka tidak bersyukur? (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman. Akan tetapi, mengapa

mereka tidak bersyukur?

ينصرونلعلهمآلهةاهللادونمناتخذواو

(1.63) Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka

mengapa mereka tidak bersyukur? (Depag)

(1.64) Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat

pertolongan. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Mereka menjadikan sesembahan selain Allah agar mendapat pertolongan.

ملأورانيسإناالأناهلقنخنمطفةفإذانوهميصخنبيم

(1.65) Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari

setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (Depag)

Page 78: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

78

(1.66) Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari

setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes

mani, tetapi dia menjadi musuh yang nyata!

وبراضثلالنموسينلقهقالخنيمحيظامالعويهنيمر

(1.67) Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal

kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang- belulang,

yang telah hancur luluh?" (Depag)

(1.68) Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal

kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang- belulang,

yang telah hancur luluh?" (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat Penulis:

Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya. Dia

berkata, 'Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah

hancur?'

أوسيالليذلقخاتاومالسوضرالأرلىبقادأنعلقخيمثلهلىمبووهلاقالخميلالع

(1.69) Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu

menciptakan kembali yang serupa itu(jasad mereka yang sudah hancur itu)?

Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. (Depag)

(1.70) Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu

menciptakan kembali yang serupa itu(jasad mereka yang sudah hancur itu)?

Page 79: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

79

Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat Penulis:

Bukankah Allah yang menciptakan langit dan bumi serta menciptakan kembali

hal yang serupa? Benar, Allah Maha Pencipta dan Maha Mengetahui.

Setelah Penulis telaah dan analisis kedua Aquran dan Terjemahnya baik

versi Departemen Agama maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Penulis

menemukan terjemahan 'waw' (dan) yang kurang tepat cara pemakaiannya atau

tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan.

Oleh karena itu, apabila diperhatikan dengan teliti, kalimat terjemahan

ayat Alquran di atas dapat dilihat kata dan selalu di awal kalimat yang merupakan

terjemahan dari kata و , padahal dalam kaidah bahasa Indonesia yang

disempurnakan penggunaan konjungtor dan tidak boleh di awal kalimat.

Selain itu, menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, apabila suatu

kalimat sudah diakhiri oleh titik (.) maka kalimat selanjutnya baru.

B. TERJEMAHAN إمنا, لقد, إن (INNAMA, LAQOD,INNA)

Sebagai gambaran dalam analisis kata sesungguhnya dan sungguh, Penulis akan

menuliskan beberapa ayat yang memuat kata sesungguhnya dan sungguh yang

merupakan terjemahan dari إمنا, لقد, إن sebagai berikut:

المرسلينملننكإ

(2.1) Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,

(Depag)

Page 80: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

80

(2.2) Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul, (PT

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat penulis:

Sungguh, engkau Muhammad salah seorang rasul

لقدقلحلىالقوعمأكثرهمنلافهونمؤي

(2.3) Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka,

kerena mereka tidak beriman. (Depag)

(2.4) Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka,

kerena mereka tidak beriman. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat penulis:

Sungguh, pasti berlaku hukuman terhadap mereka, di karenakan mereka tidak

beriman.

مقمحونفهمالأذقانإلىفهيأغلالاأعناقهمفىجعلناإنا

(2.5) Sungguh, Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan

mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. (Depag)

(2.6) Sungguh, Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan

mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. (PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri)

Hemat penulis:

Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, sementara tangan

mereka diangkat ke dagu sehingga mereka tertengadah.

Page 81: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

81

كريموأجربمغفرةرهمفبشبالغيبالرحمنوخشيالذكراتبعمنتنذرنماإ

(2.7) ) Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang

yang mau mengikuti peringatan36 dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha

Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar

gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (Depag)

(2.8) Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang

yang mau mengikuti peringatan37 dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha

Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar

gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (PT Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri)

Hemat penulis:

Sebenarnya, engkau hanya memeberi peringatan kepada orang yang mau

mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih

meskipun mereka tidak melihat-Nya. Oleh karena itu, berilah mereka kabar

gembira, yaitu ampunan dan pahala yang mulia.

مبينإمامفىأحصينهشيءوكلواثارهمقدمواماونكتبالموتىنحينحنناإ

(2.9) Sungguh, Kami-lah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan

Kami-lah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang

mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang

jelas (Lauh Mahfuzh). (Depag)

36 Peringatan yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam hanyalahberguna bagi orang yang mau mengikutinya

37 Ibid.,

Page 82: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

82

(2.10) Sungguh, Kami-lah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan

Kami-lah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang

mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang

jelas (Lauh Mahfuzh). (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat penulis:

Kamilah yang menghidupkan orang yang mati dan mencatat apa yang mereka

kerjakan, yaitu bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Oleh sebab itu, Kami

kumpulkan dalam buku yang jelas.

مبينضلاللفيإذاإني

(2.11) Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam

kesesatan yang nyata. (Depag)

(2.12) Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam

kesesatan yang nyata. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat penulis:

Sesungguhnya, apabila aku berbuat demikian aku berada dalam kesesatan yang

nyata.

فاسمعونبربكمأمنتإني

(2.13) Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah

(pengakuan keimanan)ku". (Depag)

(2.14) Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah

(pengakuan keimanan)ku". (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat penulis:

Page 83: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

83

Sungguh, aku telah beriman kepada Tuhanmu. Dengarkanlah pengakuan

keimananku.

فاكهونشغلفىاليومالجنةأصحابنإ

(2.15) Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam

kesibukan (mereka). (Depag)

(2.16) Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam

kesibukan (mereka). (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Hemat penulis:

Ketika itu, penghuni surga sibuk dengan kesenangan./

Ketika itu, penghuni surga sedang bersenang-senang.

فيكونكنلهيقولأنشيئاأرادإذاأمرهإنما

(2.17) Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya

berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (Depag)

(2.18) Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya

berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri)

Hemat penulis:

Sebenarya, jika Allah menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata, 'Jadilah'! Lalu,

jadilah sesuatu itu.

Apabila diperhatikan terjamahan Alquran dari kode 2.1-2.18 kedua versi

terjemahan di atas dengan teliti dan cermat, kita akan menemukan bahwa

terjemahan tersebut masih kurang efektif, karena adanya kata-kata yang

berlebihan dan kurangnya penerjemah dalam memilih diksi.

Page 84: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

84

Kita tahu bahwa kata إن artinya sungguh atau sebenarnya. Namun, jika di

depannya di tambah ما yang artinya sesuatu bisa berubah artinya menjadi

sebenarnya sesuatu atau sungguh sesuatu. Oleh karena itu, tidak berlebihan

apabila Penulis menguraikan terlebih dahulu fungsi dan makna ما sebagai

berikut:

Fungsi dan makna " ما" sebagai berikut:38

1) Kata Tanya )استفهام( yang berarti apa, mana, berapa, dan siapa.

Contoh,

Apa ini? ا؟هذام

Siapa nama Anda? اسمك؟ ما

Di mana alamat Anda? عنوانك؟ما

Fikirkan, apa pendapatmu? ى؟را تذامرظانف

Hari kiamat, apa hari kiamat itu? القارعة؟ما،القارعة

2) Negasi "نفى " berarti tidak dan bukan.

Contoh:

38 Rofi'i, Bimbingan Tarjamah Arab- Indonesia, (Jakarta: Persada Kemala), h. 86-89

Page 85: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

85

ماعندى كتاب Saya tidak punya buku

3) إسم موصول (Ism al-Mausul)

ما sebagai ism al-mausul sering diterjemahkan dengan hal, sesuatu, dan

sebagainya.

؟ مالإعلاةارزوهتاعذأامحيحصأ

Benarkah hal-hal yang disiarkan Departemen Penerangan?

ضرأى الا فمواتاومى السفامهللاو

Segala sesuatu yang di langit dan di bumi kepunyaan Allah

4) ما yang berfungsi sebagai مصدرية , yaitu ما yang dibarengi dengan fi'il

yang dibelakangnya dapat digantikan oleh masdar dan diterjemahkan sesuai

dengan masdar

Contoh:

ذلكجزيناهبمفكامررفكب(ا وهم(

Mereka kami hukum karena kekufurannya.

5) ما yang berfungsi sebagai syarat.

Contoh:

امتلق منخفرياحمسدىاهللاد

Apapun kebaikan yang kau dapat, pujilah Allah.

Page 86: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

86

6) ما yang difungsikan untuk menyatakan rasa kagum.

Contoh:

أجمل المنظرما

Indah benar pemandangan itu!

7) ما yang berfungsi menunjukkan rentang waktu

Contoh:

اجهتدما اسطتعت

Bersungguh-sungguhlah selama Anda mampu

Hampir seluruh partikel إن dan إمنا diterjemahkan dengan sesungguhnya

dan sungguh. Dalam bahasa Arab ada satu kaidah yang disebut )القصر( , yang

artinya pengkhususan cakupan sebuah kalimat atau pernyataan. Salah satu caranya

dengan menggunakan إمنا . Dalam bahasa Indonesia ada yang disebut adverbial

limitatif,39 yang menggunakan adverbia hanya, sekedar, dan saja.

Kata لقدإن، إمنا، قد، (sesungguhnya, sungguh, demi) sesuai dengan

makna yang diterjemahkan oleh Departemen Agama. Namun, mengapa susunan

tatabahasa sasaran dalam Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama kurang

efektif? Jawabannya, para penerjemah Departemen Agama belum ada yang ahli

39 Alwi Hasan dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, edisi III, (Jakarta: Balai Pustaka,2000)

Page 87: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

87

dalam tatabahasa bahasa Indonesia, sehingga meskipun maknanya dapat mewakili

maksud Alquran, tapi susunan redaksi dalam bahasa Indonesia kurang baik.

Jadi, seorang penerjemah bukan hanya harus menguasai bahasa sumber

saja. Akan tetapi, harus pula mampu menguasai bahasa sasaran. Oleh karena itu,

setelah kita menelaah dan meneliti cara penggunaan kata sambung yang benar

dalam bahasa Indonesia yang disempurnakan, kita bisa mempraktikkannya dalam

dunia terjemahan khususnya terjemahan Alquran.

C. EVALUASI ALQURAN DAN TERJEMAHNYA DEPARTEMEN

AGAMA DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI

Dengan berakhirnya usaha dalam menemukan sebab-sebab terjadinya penempatan

atau penerjemahan kata, frasa, dan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia yang disempurnakan dapat diketahui bagaimana perihal

bahasanya. Dalam terjemahan surah Yasin di atas masih banyak kesalahan yang

tidak sesuai menurut aturan bahasa Indonesia sebagai bahasa penerima.

Tidak dipungkiri, dalam menerjemahkan seorang penerjemah sering

menjumpai kesulitan, di antaranya:

B.1. Banyak kata dalam bahasa sumber (BSu) yang belum ada padanannya

dalam bahasa sasaran (BSa).

B.2. Struktur bahasa sumber berbeda dengan struktur bahasa sasaran

(bahasa Indonesia).

Oleh karena itu, penerjemah harus menguasai dengan baik kaidah bahasa

sumber dan bahasa sasaran, sehingga amanat yang ada dalam bahasa sumber

dapat diungkapkan dalam bahasa sasaran secara baik. Hasil terjemahan dapat baik

bila penerjemah menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan baik. Selain

Page 88: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

88

itu, penerjemah harus mengusai bidang ilmu yang diterjemahkan. Maksud dari

penguasaan bahasa dalam hal ini adalah penguasaan membaca, menulis, dan

berbicara. Hal itu semua bersumber dari pengetahuan mendalam atas kaidah

bahasa itu sendiri.

Kegiatan menerjemah berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal,

situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber.40 Berdasarkan

pendapat ini dapat disimpulkan bahwa unsur yang penting dalam mencari

pedoman atau acuan sebagai landasan menerjemahkan adalah pengetahuan

penerjemah yang mendalam mengenai kaidah atau tata bahasa dimaksud. Hal ini

menyangkut struktur, arti kata, sejarah, sosial budaya, serta nuansa-nuansa bahasa

itu sendiri.

Jadi, Penulis mengevaluasi bahwa Alquran dan Terjemahnya baik versi

Depag maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, sebagai berikut:

A. Dari sudut pandang tujuan:

A.1. Bukti perhatian pemerintah atas perlunya pembangunan masyarakat

untuk mencapai kesejahteraan rohaniah di samping kesejahteraan lahiriah.

A.2. Bukti perhatian yang besar pihak PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

terhadap Alquran dari segi pemeliharaan penulisan maupun pencetakannya, serta

upaya melancarkan penyebaran Alquran dan terjemahan maknanya ke dalam

bahasa Indonesia.

B. Dari sudut pandang bahasa terjemahan

B.1. Adanya penggunaan kata penghubung dan, maka yang tidak sesuai

dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

40 Mildred Larson, Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan antarBahasa, terjemahan Kencanawati Taniran, (Jakarta: Arcan, 1989), h. 3

Page 89: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

89

B.2. Adanya susunan gramatikal yang kurang tepat dalam kedua Alquran

dan Terjemahnya tersebut.

B.3. Susunan redaksi kedua Alquran dan Terjemahnya tersebut sama, baik

susunan gramatikalnya maupun pemilihan diksinya.

D. ALTERNATIF TERJEMAHAN

Maksud alternatif terjemahan di sini adalah kembali kepada syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh seorang penerjemah dan tahapan-tahapan yang harus dilalui

serta dicermati oleh seorang penerjemah.

Penulis memperhatikan jumlah tim Penyempurnaan Terjemahan Alquran

dan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran dapat diproyeksikan bahwa kesalahan

bahasa sasaran yang terdapat dalam terjamahan Alquran akan teratasi sedikit demi

sedikit, tetapi kalau kita perhatikan hal itu tidak terjadi.

Jadi, Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada tim

Penyempurnaan Terjemahan Alquran dan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran dan

PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang berusaha memperkaya Alquran

terjemah. Hal ini sangat membantu bagi orang yang tidak mengerti bahasa Arab.

Namun, di sana-sini masih banyak Penulis temukan penempatan-penempatan kata

yang tidak sesuai dengan struktur bahasa penerima. Oleh karena itu, Penulis

hanya berusaha memperbaiki bahasa sasaran saja dari segi gramatikal.

Dalam memenuhi tahapan-tahapan terjemahan, seorang penerjemah

memiliki dua alternatif. Pertama, ia harus memenuhi syarat-syarat yang

dibutuhkan oleh seorang penerjemah. Kedua, ia harus bekerja sama dengan para

ahli bahasa, terutama dalam hal pilihan padanan kata (diksi) dan pilihan bentuk

kalimat yang cocok di dalam bahasa sasaran.

Page 90: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

90

Page 91: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang Penulis lakukan dalam mengkritik hasil terjemahan

kedua versi Alquran dan Terjemahnya, baik Departemen Agama maupun PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri, Penulis menyimpulkan beberapa hal tentang

tatabahasa bahasa Indonesia khususnya kata penghubung dan, maka, jika, dan

sesungguhnya serta sungguh.

A.1. Kekurangan Alquran dan Terjemahnya Versi Depag dan PT

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

A.1.1. Kalimat terjemahan yang bertentangan dengan Tata Baku Bahasa

Indonesia khususnya mengenai penyalahgunaan kata penghubung dan yang

diletakan di awal kalimat ditemukan sebanyak 34 kali.

A.1.2. Banyak penggunaan tanda baca yang tidak sesuai dengan kaidah

bahasa sasaran sehingga makna ayat Alquran tidak jelas. Oleh karena itu, seorang

penerjemah khususnya penerjemah kitab suci harus perlu memperhatikan betul

masalah-masalah yang dihadapi, terutama yang berhubungan dengan tata bahasa

sumber dan tata bahasa sasaran sehingga makna yang dimaksud pengarang atau

penulis dapat disampaikan dengan benar dan tepat kepada bahasa penerima

sebagai bahasa tujuan. Selain itu, penerjemah harus menguasai perbedaan budaya

antara kedua bahasa tersebut.

A.1.3. Masih ditemukan bentuk kalimat terjemahan yang berlebihan. Hal ini

terjadi karena terjemahan ayat-ayat Alquran masih menggunakan metode

terjemahan kata demi kata, padahal metode terjemahan tersebut tidak selalu tepat

Page 92: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

92

dan lazim dalam bahasa sasaran. Jadi, dalam menerjemahkan sebuah teks ke

bahasa sasaran, penerjemah sebaiknya menggunakan kalimat bahasa sasaran

bukan bahasa sumber. Oleh karena itu, para ahli terjemah mengatakan bahwa

seorang penerjemah harus dapat berubah-ubah pikiran dalam waktu singkat dari

satu budaya ke budaya lain. Artinya, waktu membaca kalimat dalam bahasa asing,

penerjemah berada dalam lingkungan budaya asing. Namun, beberapa detik

kemudian penerjemah harus berubah mengikuti budaya bahasa sasaran, karena

hasil terjemahannya akan dibaca oleh pemilik bahasa sasaran.

A.1.4. Banyak terjemahan harf taukid seperti قد , لقد, إمنا, إن yang tidak sesuai

dengan konteks dan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan. Oleh karena

itu, jika terjemahan قـد , لقـد , إمنـا , إن tidak mempengaruhi makna untuk tidak

diterjemahkan maka sebaiknya dibuang. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh

pakar-pakar bahasa seperti Peter Neumark dan J.C. Catford bahwa dalam

menerjemahkan teks dari satu bahasa ke bahasa lain, metode semantis dan

komunikatiflah yang tepat digunakan bukan metode kata demi kata.

A.1.5. Masih Penulis temukan penggunaan diksi yang spesifik dalam

terjemahan. Akibatnya pembaca mempunyai pemahaman individual yang berbeda

dengan pemahaman tentang kata atau rangkaian kata yang digunakan. Oleh karena

itu, ada tiga penyebab utama terjadinya penggunaan diksi yang spesifik. Pertama,

penerjemahan kata demi kata. Kedua, adanya anggapan bahwa kata-kata ini sudah

melembaga sehingga dianggap benar. Ketiga, penerjemah kurang memperhatikan

bahwa kata yang digunakannya tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Page 93: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

93

A.1.6. Adanya penggunaan kata yang tidak baku dalam terjemahan. Meskipun

maknanya dapat dipahami tetapi terasa sangat mengganggu khususnya orang-

orang yang biasa menggunakan bahasa Indonesia dengan benar.

A.1.7. Penerjemahan yang dilakukan tim penerjemah bisa dikatakan belum

sepenuhnya mencerminkan kelaziman bahasa penerima. Oleh karena itu, tim

penerjemah masih diharapkan dapat menyajikan terjemahan yang sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan. Bahasa yang sesuai dan bahasa

yang baik. Baik karena cocok dengan konteks. Jika kita menggunakan ragam

bahasa yang tidak sesuai dengan konteks maka bahasa yang digunakan belum

tentu dapat dikatakan bahasa yang baik.

A.1.8. Alquarn dan Terjemahnya versi PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

tidak dilengkapi dengan sambutan-sambutan yang mencerminkan bahwa Alquran

dan Terjemahnya itu mempunyai kelebihan, baik Lajnah Pantashih Mushaf

Alquran Depag, Menteri Agama RI, PT Sabiq, Pewakaf Alquran, dan PT Tiga

Serangkai.

A.1.9. Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama tidak dilengkapi dengan

glosarium.

A.2. Kelebihan Alquran dan Terjemahnya Versi Depag dan PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri

A.2.1. Alquran dan Terjemahnya versi Depag dilengkapi dengan:

1) Footnote untuk kata-kata yang memerlukan penjelasan. Contoh,

surah Yasin ayat 26. Ada keterangan di bawah (footnote) bahwa

menurut riwayat, laki-laki itu dibunuh oleh kaumnya setelah

mengucapkan kata-kata sebagai nasihat untuk kaumnya.

Page 94: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

94

2) Sambutan Menteri Agama Republik Indonesia, Muhammad M.

Basyuni.

3) Kata pengantar Ketua Lajnah Pentashih Mushaf Alquran

Departmen Agama Republik Indoneisa.

4) Daftar Surah.

5) Pedoman Transliterasi Arab-Latin

6) Daftar Kepustakaan.

A.2.2. Alquran dan Terjemahnya versi PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

dilengkapi dengan:

1) Indek Surah.

2) Tanda sifir.

3) Daftar ayat Sajdah.

4) Doa sujud Tilawah.

5) Transliterasi Arab-Latin

B. SARAN-SARAN

Melihat kekurangan dan kelebihan Alquran dan Terjemahnya kedua versi

tersebut, Penulis ingin mengajukan beberapa saran yang mungkin sedikit dapat

membantu mewujudkan maksud dan tujuan diterbitkannya Alquran dan

Terjemahnya. Antara lain:

1. Kepada Lajnah Pentashih Mushaf Alquran untuk merevisi kembali

Alquran dan Terjemahnya 2007 sebelum menyebar luas ke khalayak pembaca.

2. Agar merekrut para ahli yang memahami kaidah tata bahasa baik bahasa

Indonesia mapun bahasa Arab.

Page 95: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

95

3.Memberi sangsi kepada penerbit yang menerjemahkan Alquran tidak

melalui Pentashih Musfhaf Alquran yang telah ditunjuk.

4.Kepada orang yang bergelut dalam penerbitan untuk memperhatikan

redaksi terjemahan ayat-ayat Alquran yang diterbitkannya di bawah pengawasan

Pentashih Mushaf Alquran

5.Kepada orang yang bergerak dalam penerbitan untuk tidak hanya

mementingkan kepentingan bisnis semata, tapi untuk kesejahteraan umat. Hal ini

dengan cara turut memperbaiki dan melengkapi terjemahan kitab suci di bawah

pengawasan badan yang berwenang.

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lajnah Pentashih

Mushaf Alquran dan PT Tiga SErangkai Pustaka Mandiri yang selalu berusaha

memperkaya Alquran dan Terjemahnya.

Daftar Pustaka

Page 96: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

96

Lubis, Ismail. Falsifikasi Terjemahan Alquran. Yogyakarta: Tiara Wacana,

2001.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Alquran. Bandung: Mizan, 1996.

________________. Tafsir al-Misbâh. Vol. II. Jakarta: Lentera Hati, 2000.

Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2000.

Setiawan, M. Nur Kholis. Alquran Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: Penerbit

eLSAQ Press, 2005.

Chalil, Munawar. Alquran dari Masa ke Masa. Semarang: C.V. Ramadhani, tanpa

tahun.

Saefuddin Buchari, Didin. Pedoman Memahami Kandungan Alquran. Bogor:

Granada Sarana Pustaka, 2005.

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2004.

____________. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2005.

Mansyur, Muh. dan Kustiawan. Panduan Terjemahan. Jakarta: PT Moyo Segoro

Agung, 2002.

Syihab, M. Quraish. dkk. Sejarah dan 'Ulum Alquran. Jakarta: Pustaka Firdaus,

2001.

Harardi, R. Kunjana. Seni Memilih Kata. Yogyakarta: Yayasan Pustaka

Nusatama, 2007.

______________. Dimensi-dimensi Kebahasaan (aneka masalah bahasa

Indonesia terkini). Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.

Page 97: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

97

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah (metode dan wawasan menerjemah teks

Arab). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.

Nadwi, Abdullah Abbas. Belajar Mudah Bahasa Alquran. Bandung: Mizan Media

Utama, 2001.

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: PT Grasindo, 2000.

Al-Azami, M.M. Sejarah Teks Alquran (dari wahyu sampai kompilasi) . Jakarta:

Gema Insani, 2005.

Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Penerbit Nusa Indah, 1997.

Kushartanti. dkk. Pesona Bahasa (langkah awal memahami linguistik). Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Marahimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,

2005.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 1996.

Al-Jarim, Ali dan Usman, Mustafa. Al-Balâghatul Wâdhihah, diterjemahkan oleh

Nurkholis, Mujiono dkk. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000.

Rofi'i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia 1. Jakarta: Persada Kemala, 2002.

Rofi'i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia 2. Jakarta: Persada Kemala, 2002.

Ismai, Hasyim. Jadwal al-Huruf . Surabaya: Bughul Indah.

___________.Jadwal as-Shof. Surabaya: Bughul Indah.

Ni'mah, Fuad. Mulakhkhas Qawa'id al-Lugah al-Arabiah. Beirut: Dar al-Tsaqafah

Page 98: ERWAN RUSTANDI-FAH.pdf

98

al-Islamiyah.

Ghufran Zainau al-Aalam, Muhammad. al-Balâghah fi ilmi al-Bayân wa al-

Maâni wa al-Badî. Gontor: Dar al-Salam.

Syarif Hidayatullah, Moch. Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan.

Jakarta: Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah.

Mukhtar Umar, Ahmad dan an-nuhas Zahron, Mustafa. an-Nahwu al-Asasi.

Madinah: Dar al-Fikri al-Arabi', 1997.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2006.

Ali, Atabik dan Muhdlor, A. Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.

Yogjakarta: Multi Karya Grafika.

Almunawwir, Warson Ahmad. Kamus Al-Munawwir (Arab-Indonesia).

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

1993.

Muslim, Romdoni. Kamus Mufrod-Jama' (Arab-Indonesia). Jakarta: PT Intimedia

Cipta Nusantara.

Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic. Reprintened by Librairie du

Liban, 1980.