Upload
trankhue
View
245
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN
TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI
(STUDI KASUS SURAH YASIN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh:
ERWAN RUSTANDI
NIM: 104024000834
Pembimbing,
Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag.
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
2
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN
TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI
(STUDI KASUS SURAH YASIN) telah diujikan dalam sidang munaqasah
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2
April 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sastra pada Program Studi Tarjamah.
Jakarta, 2 April 2008
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Ikhwan Azizi, M.A. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag
NIP: 150 262 446 NIP: 150 303 001
Anggota,
Ahmad Syaekhuddin, M.Ag Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag.
NIP: 150 303 001 NIP: 150 734 507
3
ABSTRAK
ERWAN RUSTANDI: ANALISIS GRAMATIKAL TERJAMAHAN
ALQURAN VERSI DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA
MANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN)
Tujuan penulisan skripsi ini adalah menyempurnakan terjemahan Alquran.
Lalu, Penulis menganalisis kalimat dan terjemahan ayat-ayat antara versi
Departemen Agama dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang tidak sesuai
dengan Kaidah Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Selain itu, Penulis
menyempurnakan terjemahannya dengan terjemahan yang sesuai menurut Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Penelitian ini garis besarnya terpokus pada hasil terjemahan. Maksudnya,
memperbaiki kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran yang kurang efektif. Metode
yang dipandang sesuai adalah linguistik dan metode inferensial, yaitu jenis
penelitian yang mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa dengan
memberikan penilaian secara menyeluruh, luas, dan mendalam dari sudut
pandangan ilmu yang relevan.
Data penelitian ini berupa konjungtor, kata depan, klausa, kalimat efektif
dalam bahasa Indonesia, dan tanda baca.
Dari hasil analisis terjemahan ayat Alquran kedua versi, baik Departemen
Agama maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Penulis dapat
menyimpulkan. Pertama, susunan redaksi kedua versi Alquran dan Terjemahnya
tersebut sama. Penggunaan konjungtor 'dan' selalu di awal kalimat yang
merupakan terjemahan dari و . Banyak susunan kalimat dari kedua versi
tersebut kurang efektif menurut Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
4
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, data bahasa Arab diberi transliterasi Arab-Latin berdasarkan
buku Pedoman Transliterasi Arab-Latin versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN
ا Tidak dilambangkan
ب b be
ت t te
ث ts te dan es
ج j je
ح h h dengan garis di bawah
خ kh k dan h
د d de
ذ dz de dan zet
ر r er
5
ز z zet
س s es
ش sy es dan ye
ص s es dengan garis di bawah
ض d de dengan garis di bawah
ط t te dengan garis di bawah
ظ z zet dengan garis di bawah
ع ‘ koma terbalik di atas hadap kanan
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q ki
ك k ka
ل l el
6
م m em
ن n en
و w we
هـ h ha
ء ΄ apstrof
ي y ye
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL
LATIN
KETERANGAN
_ ◌__ a ahhFat
___
◌
i Kasrah
_ ◌__ u ammahd
7
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL
LATIN
KETERANGAN
__◌ _ي ai a dan i
__◌ _و au a dan u
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL
LATIN
KETERANGAN
ـا â a dengan topi di atas
ـي î i dengan topi di atas
ـو û u dengan topi di atas
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaituال, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah
8
maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rikâl, al-dîwân bukan ad-
dîwân.
Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ()-, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan yang menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan
tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata
demikian seterusnya.arûrah,d-almelainkanarûrahd-daditulistidakالضرورة
ahtMarbûTa
terdapat pada kataahtta marbûBerkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
tersebut diikutiahtta marbûcontoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika
tersebutahtta marbû(lihat contoh 2). Namun, jika huruf(na’t)ata sifatoleh k
diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).
NO KATA ARAB ALIH AKSARA
1. طريقة arîqaht
9
2. اجلامعة االسالمية al-jâmi’ah al-islâmiyyah
3. وحدة الوجود wujûd-dat alhwa
Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
Ghazâlî-âmid alHAbûbukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh:tersebut,
Kindi).-Kindi bukan Al-Ghazâlî dan al-âmid AlHbukan Abû
Beberapa ketentuan lain dalam Ejaan Yang Disempurnakan sebetulnya
juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini. Contoh, ketentuan mengenai huruf
catak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judl buku itu
ditulis dengan cetak miring, begitu juga dalam alih aksaranya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh, Abdussamad al-Palimbani, tidak ditulis
-Dîn al-Nûr alRaniri, tidak ditulis-ruddin alPalimbânî; Nu-amad alS-‘Abd al
Rânîrî.
Cara Penulisan Kata
10
arf)h(maupun huruf(ism),kata benda(fi’l),Setiap kata, baik kata kerja
ditulis secara terpisah. Berikut ini adalah beberapa contoh alih aksara atas
kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-
ketentuan di atas:
KATA ARAB ALIH AKSARA
ذهب الأستاذ dzahaba al-ustâdzu
رالأج تثب tsabata al-ajru
الجركة العصرية riyyahs‘a-arakah alh-al
أشهد أن لا إله إلا اهللا asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
مولانا ملك الصالح hâliS-Maulânâ Malik al
يؤثركم اهللا yu’atstsirukum Allâh
المظاهر العقلية ‘aqliyyah-alrâhizma-al
اآليات الكونية al-âyât al-kauniyyah
ظوحالم حبية تروراتالضر ûrâtzmah-u alharûrat tubîd-al
11
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat
untuk memperoleh gelar sarjana sastra Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis
selesaikan.
Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw., keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan
syafaatnya di hari akhir. Amin!
Dalam kata pengantar ini, Penulis akan mengucapkan terima kasih kepada
Dr. H. Abd. Chair, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan
Azizi, MA., Ketua Jurusan Tarjamah dan Ahmad Syaekhuddin, M.ag., Sekretaris
Jurusan Tarjamah.
Terima kasih banyak juga Penulis ucapkan kepada pembimbing saya Drs.
H.D Sirojuddin AR, M.Ag. yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya
serta kesabarannya dalam bimbingan; Dr. Sukron Kamil, MA, selaku pembimbing
Akademik yang telah mengarahkan, mengajarkan, dan mendidik Penulis selama
menjadi mahasiswa.
Ucapan terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah
mendidik dan mengajarkan Penulis berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya,
dan terjemahan khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan
seluk beluk dunia terjemah. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin!
Terima kasih banyak Penulis ucapkan kepada Lajnah Pentashih Mushaf
Alquran Departemen Agama Republik Indoneisa dan PT Tiga Serangkai Pustaka
12
Mandiri yang telah meberikan ijin kepada Penulis untuk menganalisis Alquran
dan Terjemahnya.
Ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orang tua, Udin
Herdiana dan Dede Herlina yang selalu mendoakan Penulis, sehingga
penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan. Begitu juga, kepada kakak, Ai
Nurleni dan adik-adik tercinta Diana Rizki dan Riswan Arif Nurilham yang
menjadi penyemangat dalam menapaki dunia ini.
Kepada teman-teman Jurusan Tarjamah Semester VIII, Abdur Rahman,
Hafiz, Heri, Luki, Nurikhwan, Amir, Zaki, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi,
Nunung, dan Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya saudara
Tatam yang memberi pinjaman buku-buku, sehingga skripsi ini dapat Penulis
selesaikan.
Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat
penerjemahan khususnya penerjemahan Alquran. Kurangnya ada, lebihnya pun
ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi
ini. Amin!
Jakarta, Februari 2008
13
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….................…iLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………….............…………..iiLEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN..…………….............………….iiiKATA PENGANTAR……………………………………………….............….ivABSTRAK...........................................................................................................viPEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN.................................................viiDAFTAR ISI…………………………………………………………................viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….............…..1A. Latar Belakang Masalah………………………………….............….1B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………...............6C. Tujuan Penelitian……………………………………….............……6D. Manfaat Penelitian…….…………………………………............…..7E. Tinjauan Pustaka………………………………………….............….7F. Metodologi Penelitian………………………………….............…….10G. Sistematika Penulisan…………………………………….............….11
BAB II KERANGKA TEORI………………………………...........................12A. Huruf Arab dan Padanannya Dalam Bahasa Indonesia...…………...12B. Kaidah-kaidah Bahasa Arab Dalam Menerjemahkan Alquran...........14C. Proses Penerjemahan Nas Keagamaan................................................18D. Penggunaan Kata Penghubung 'dan'....................................................20E. Huruf dan Tanda Baca Bahasa Indonesia............................................24F. Penulisan Kata.....................................................................................29G. Diksi Dalam Bahasa Indonesia...........................................................34
BAB III SETTING PENELITIAN...………………………............................46A. Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama RI............................46B. Alquran dan Terjemahnya Terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri................................................................................................47C.Sekitar Surah Yasin.............................................................................47
BAB IV ANALISI GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURANTERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKAMANDIRI (STUDI KASUS SURAH YASIN)................................51
A. Terjemahan 'waw' di Awal Kalimat...................................................51B. Terjemahan Innamâ, Laqod, dan Inna................................................66C. Evaluasi Alquran dan Terjemahnya Depag dan PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri..................................................................................74D. Alternatif Terjemahan.........................................................................76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................………………….77A. Kesimpulan..........................................................................……...….77B. Saran-saran………..............................................................................80
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....82
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Alquran yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui Jibril
merupakan surah kiriman Allah Swt. kepada seluruh umat manusia. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya sebagai berikut:1
كاربراتيذن نامليلعن لكويل هدبلى عقان عل الفرزى نالذ
"Mahasuci Allah yang telah menurunkan Alfurqan (Alquran) kepada
hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,” (Q.S
al-Furqan [125]: 1)
Dalam penelitian ini Penulis membahas surah Yasin, karena surah inilah
yang sering kali dijadikan surah istimewa dan bacaan (tahlil) setiap malam Jumat
oleh masyarakat. Karena itu, setelah meneliti dan menelaah bahasa terjemahan
versi Indonesia yang terdapat di dalamnya, banyak sekali Penulis temukan tata
bahasa Indonesia dalam terjemahan tersebut yang kurang tepat menurut Kaidah
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Mengapa, Penulis mengkritik Alquran
dan Terjemahnya yang bersertifikat berbahasa Arab
nomor:P.VI/1/TL.02.1/171/2007 terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri dan
Alquran dan Terjemahnya yang bersertifikat berbahasa Arab
nomor:P.VI/1/TL.02.1/285/2007 terbitan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran
Departemen Agama RI ? Pertama, kedua Alquran dan Terjemahnya edisi tersebut
1 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan Alquran Departemen Agama Edisi 1990, (Yogyakarta:PT Tiara Wacana Yogya, 2001), h. 1
15
baru. Kedua, tanda pengesahan Alquran dan Terjemahnya terbitan PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri adalah 13 Agustus 2007 sedangkan terbitan Lajnah
Pentashih Mushaf Alquran yang merupakan pusat penyempurnaan Alquran 9
November 2007. Ini berarti ada perbedaan waktu tiga bulan dalam pengeluaran
Mushaf Alquran dan Terjemahnya. Oleh karena itu, apakah Lajnah Pentashih
Mushaf Alquran menyontek secara redaksi dari Alquran dan Terjemahnya PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri atau sebaliknya. Bahkan, mungkin Alquran dan
Terjemahnya PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri ilegal (tidak melalui Pentashih
Mushaf Alquran Depag)?
Kita kembali ke masalah surah Yasin. Menurut Dr. Asep Usman Ismail,
MA surah Yasin merupakan salah satu surah yang sangat istimewa. Ia disebut
sebagai jantung Alquran. Disebut demikian karena surah ini mencakup hampir
seluruh isi Alquran. Selain itu, surah ini termasuk surah Makkiyyah2, terdiri dari
83 ayat yang bercerita tentang dua hal. Pertama, menjelaskan manusia, khususnya
akhir perjalanan menjelang kematian. Sehingga tak salah, jika surah Yasin
diidentikkan dengan kematian. Kedua, berbicara kerasulan atau tugas rasul dalam
menghadapi manusia yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang
berkarakter membuka diri, ragu, hingga apriori.3
Kata Nabi, sebaik-baik manusia adalah yang belajar Alquran dan
mengajarkannya. Alquran sebagai kitab suci telah memberi banyak hal kepada
manusia. Alquran telah memberi petunjuk tentang hidup, mengisi ruang kosong di
otak dengan ilmu, mengisi ruang hampa dalam kalbu dengan keyakinan yang
teguh, dan menawarkan solusi atas problematika kehidupan.
2 maksudnya: diturunkan di Mekah.3 Asep Usman Ismail, "Kajian Yasin Ulul Albab," Tempo, 11 Januari 2008, h. 8
16
Namun, untuk memberi makna bagi hidup dan kehidupan, seseorang tidak
cukup dengan membaca Alquran atau menamatkannya berkali-kali. Alquran harus
dipahami isinya, pesannya, kandungannya, dan isyarat-isyaratnya. Apabila
seseorang salah memahami Alquran dari segala makna yang terdapat di dalamnya
maka Alquran sering disalahgunakan untuk berbagai kepentingan.4
Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat Islam
terbanyak antara negara-negara di dunia. Sekitar 178 juta penduduk, hampir 90%
adalah pemeluk agama Islam. Oleh karena itu, kita melihat perhatian pemerintah
banyak diarahkan kepada upaya-upaya pembangunan masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan ruhani keagamaan di samping kesejahteraan lahiriah.
Meskipun warga Negara Indonesia mayoritas memeluk Islam. Namun,
tidak seluruhnya mereka mampu membaca tulisan Arab. Oleh karena itu, dalam
hal ini mereka selalu menggunakan Alquran dan Terjemahnya dalam memahami
isi dan kandungannya.
Kita melihat di toko-toko buku sekarang ini berbagai macam bentuk
terjemahan Alquran yang diterbitkan guna membantu orang yang belum bisa
membaca Alquran. Orang yang bisa membaca Alquran pun belum tentu mampu
memahami isi dan kandungannya. Oleh sebab itu, mereka juga selalu
menggunakan Alquran dan Terjemahnya.
Namun, ironisnya banyak penerbit-penerbit yang liar yang menerbitkan
Alquran dan Terjemahnya tidak melalui Pentashih Mushaf Alquran5 Departemen
Agama sehingga banyak hasil terjemahan yang kurang tepat dalam kaidah
penulisan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Penulis menemukan Pentashih
4 Didin Saefuddin Buchari, Pedoman Memahami Kandungan Alquran, (Bogor: GranadaSarana Pustaka, 2005), h. 13
5 Badan yang berwenang dalam menerbitkan dan memeriksa hasil terjemahan Alquran
17
Mushaf Alquran pun banyak yang kurang tepat dalam bahasa sasaran (Bahasa
Indonesia) yang disempurnakan khususnya pemakaian kata depan, kata
sambung, dan tanda baca serta redaksi yang berlebihan.
Bagi mereka yang awam dalam bahasa Arab, adanya terjemahan jelas
sangat membantu sekali dalam memahami makna dan maksud Alquran. Namun,
pertanyaan yang kemudian muncul, "Apakah banyaknya terjemahan Alquran
dengan berbagai penerbit sudah baik atau masih janggal dalam pengalihannya ke
bahasa sasaran sehingga pembaca (hasil wawancara bersama mahsiswa UIN)
Alquran bukannya mengerti akan kandungan dan makna Alquran itu sendiri.
Akan tetapi, malah membingungkan?
Kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran di bawah ini pun kurang efektif
karena adanya perbedaan-perbedaan dalam bahasa sasaran. Penulis akan sebutkan
beberapa contoh kalimat terjemahan yang kurang tepat dalam bahasa sasaran, di
antaranya: terjemahan 'waw' (dan) yang tidak sesuai dengan Tata Bahasa Baku
bahasa Indonesia
رونيبصلافهمفأغشيناهمسداخلفهممنوسداأيديهمبينمنوجعلنا
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang
mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat
melihat. (PT Tiga Serangkai)
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang
mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat
melihat. (Depag RI)
18
Dari contoh ayat di atas baik PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri maupun
Departemen Agama sama-sama meletakan konjungtor 'dan' dari terjemahan و di
awal kalimat, padahal dalam Tata Baku Bahasa Indonesia konjungtor 'dan' tidak
boleh di awal kalimat. Apabila penerjemah membuang kata-kata dalam bahasa
sumber (Bsu) tidak mengurangi makna ketika dialihkan ke dalam bahasa sasaran
(Bsa) maka itu boleh.
Oleh karena itu, penerjemah dituntut untuk memahami kaidah-kaidah
penulisan bahasa sumber dan bahasa sasaran. Menerjemahkan bukan
memindahkan atau mengganti kata demi kata, melainkan memindahkan pesan,
pikiran atau amanat. 6 Az-Zarqaniy mendefinisikan penerjemahan sebagai
"memindahkan kalimat bahasa sumber ke bahasa penerima"7
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar dalam
melakukan penelitian ini ialah penerjemahan dalam pengertian pemindahan
makna dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) sebagai cara yang
dapat diandalkan, bukan penerjemahan kata demi kata. Untuk memindahkan
makna tersebut dibutuhkan kalimat-kalimat terjemahan efektif dalam bahasa
sasaran.
Berdasarkan pemikiran di atas, Penulis membahas skripsi ini dengan judul:
Analisis Gramatikal Terjemahan Alquran Terbitan Depag dan PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri (Studi Kasus Surah Yasin)
6 Ismail Lubis, Op.cit., hal 277 Op.cit., h. 27
19
B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
Agar penelitian dapat terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan hasil
terjemahan Alquran maka Penulis dalam membandingkan hasil terjemahan
Alquran terbitan Depag RI dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri hanya sebatas
pada hasil terjemahannya (bahasa Indonesia) saja bukan teks Arabnya, karena
menurut Penulis dalam kedua penerbit tersebut ada kaidah-kaidah bahasa sasaran
yang kurang tepat penggunaannya.
Dengan demikian, Penulis merumuskan masalah ini dengan bentuk
pertanyaan yang akan dijawab setelah melalui telaah mendalam. Bentuk
pertanyaanya adalah:
1. Dilihat dari sisi gramatikal kedua Alquran dan Terjemahnya tersebut,
manakah yang paling sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
disempurnakan?
2. Kalau kedua Alquran dan Terjemahnya tersebut tidak ada yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan, perlukah Alquran
dan Terjemahnya yang sekarang direvisi bahasa sasarannya?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tanpa ada tujuan yang jelas, penelitian akan sia-sia. Untuk itu, tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui 'Alquran dan Terjemahnya' terbitan manakah yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan.
2. Mengetahui seberapa besar kalangan masyarakat memandang Alquran dan
Terjemahnya 2007, sehingga apabila kedua Alquran dan Terjemahnya
tersebut tidak ada yang sesuai maka perlu direvisi kembali?
20
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan:
1. Memperbaiki penerjemahan yang salah menurut Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia yang terdapat dalam Alquran dan Terjemahnya terbitan Lajnah
Pentashih Mushaf Alquran dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri;
2. Untuk menggugah para penerjemah Alquran akan pentingnya
penguasaan bahasa Indonesia dalam kegiatan penerjemahan Alquran ke bahasa
Indonesia;
3. Agar dapat dijadikan suatu gambaran sebagai bahan penerjemahan yang
menyangkut keahlian dalam memilih kata yang tepat dan cocok dari segi maksud;
4. Untuk disadari bahwa dalam menerjemahkan susunan kalimat bahasa
sasaran (BSa) tidak harus sama dengan susunan kalimat bahasa sumber (BSu).
Sebisa mungkin bahasa sasaran lebih sempurna dibandingkan dengan bahasa
sumber sehingga akan terasa bukan lagi sebagai hasil terjemahan. Sekiranya
pendapat ini bisa diterima sebagai suatu hal yang harus diterapkan dalam karya
terjemahan. Selain itu, Penulis mengharapkan agar pendapat ini dapat
dipertimbangkan dan menjadi kerangka teori penerjemahan Alquran.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Setelah Penulis menelaah dan meneliti karya-karya ilmiah di Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sedikit sekali yang membahas tentang gramatikal terjemah
Alquran versi Indoneisa. Akan tetapi, banyak dari mereka yang meneliti tentang
ayat-ayat hukum, metafora, hal dan sebagainya yang tidak perlu Penulis sebutkan
satu persatu.
21
Adapun sumber-sumber buku yang Penulis gunakan adalah sebagai berikut:
1) Sumber primer, meliputi:
a) Buku-buku yang khusus membahas penerjemahan Alquran dan
penafsirannya, seperti Pedoman Memahami Alquran oleh Didin
Saefuddin Buchari, Alquran dari Masa ke Masa oleh H. Munawar
Chalil, Alquran Kitab Sastra Terbesar oleh Dr. phil. M. Nur Kholis
Setiwan, The History of The Quranic Text From Revelation To
Compilation oleh Prof. Dr. M.M. Al-A'zami.
b) Buku-buku khusus tentang penerjemahan, seperti Pedoman Bagi
Penerjemah oleh Rochayah Machali, Learn The Language of The
Holy Qur'an oleh Dr. Abdullah Abbas Nadwi, Panduan Terjemahan
oleh Drs. Moh. Mansyur dan Kustiawan S.Ag., Menjadi Penerjemah,
(metode dan wawasan menerjemah teks Arab) oleh Ibnu Burdah,
Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia 1 dan 2 oleh Dr. H. Rofi'i,
Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan oleh Moch. Syarif
Hidayatullah, M. Hum.
c) Buku-buku tata bahasa arab, seperti Mulakhkhas Qawâid al-Lugah al-
Arabiah oleh Fuad Ni'mah, Jâmi'u ad-Durus al-Arabiah oleh Mustafa
al-Galayeiniy, Jadwal as-Shrof oleh Hasyim Ismai, Jadwal al-Huruf
oleh Hasyim Ismai, an-Nahwu al-Asasi oleh Dr. Muhammad Hamasah
Abdul Latif, dkk, al-Balâghah al-Wâdhihah oleh Ali Al-Jarim dan
Musthafa Usman, Ilmu al-Dilâlah Dr. Ahmad Mukhtar Umar.
d) Buku-buku tata bahasa Indonesia, seperti Pesona Bahasa (langkah
awal memahami linguistik) Penyunting Kushartanti, dkk, Komposisi
22
oleh Prof. Dr. Gorys Keraf, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan penerbit CV. Pustaka Setia, Tata Bahasa Praktis
Bahasa Indonesia oleh Abdul Chaer, Menulis Secara Populer oleh
Ismail Marahimin, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, penyunting
Anton M. Moeliono, Diksi dan Gaya Bahasa oleh Gorys Keraf, Seni
Memilih Kata oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., Kajian Wacana
oleh Mulyana, M.Hum., Dimensi-dimensi Kebahasaan (aneka masalah
bahasa Indonesia terkini) oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum,
Pengajaran Gaya Bahasa oleh Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan,
Agrumentasi dan Narasi oleh Goyrs Keraf.
e) Buku-buku kamus, seperti Mu'jam al-Musthalahât al-Ilmiah oleh
Mahmud Abdul ar-Rahman al-Bari, dkk, Al-Maurid: A Modern
English-Arabic oleh Ba'albakiy, Kamus al-Munawwir (Arab-
Indonesia) oleh Ahmad Warson Almunawwir, Kamus Kontemporer
Arab-Indonesia oleh Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, A Dictionary
of Modern Written Arabic oleh Hans Wehr, Kamus Mufrad-Jama'
(Arab-Indonesia) oleh Romdoni Muslim, S.Ag., Kamus Besar Bahasa
Indonesia oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Tesaurus Bahasa Indonesia oleh Eko Endarmoko, Kamus
Linguistik oleh Harimurti Kridaklasana.
2) Sumber sekunder, meliputi:
a) Buku-buku terjemahan Alquran serta buku-buku yang membahas
terjemahan Alquran dalam bahasa Indonesia, seperti Alquran dan
23
Terjemahnya 2007 penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
Alquran dan Terjemahnya 2007 Lajnah Pentashih Mushaf Alquran
Buku-buku teknik penulisan ilmiah, seperti Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (skripsi, Tesis, dan Disertasi) oleh Hamid Nasuhi, dkk, Pengantar
Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa oleh Drs. Hermawan
Wasito.
F. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini garis besarnya terfokus pada hasil terjemahan. Maksudnya,
memperbaiki kalimat terjemahan ayat-ayat Alquran yang kurang efektif. Metode
yang dipandang sesuai adalah linguistik dan metode inferensial, yaitu jenis
penelitian yang mengungkapkan suatu maslah, keadaan atau peristiwa dengan
memberikan penilaian secara menyeluruh, luas, dan mendalam dari sudut pandang
ilmu yang relevan.8 Penetapan unsur-unsur kalimat terjemahan efektif didasarkan
atas buku "Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia", kaidah bahasa Indonesia yang
disempurnakan, dan telaah bahasa secara ilmiah.
Sedangkan dalam pencarian data, Penulis melakukannya dengan membaca
dan menelaah surah Yasin, baik Alquran dan Terjemahnya terbitan Lajnah
Pentashih Mushaf Alquran maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Selain
itu, Penulis menggunakan sumber-sumber sekunder, yaitu wawancara dengan
pakar, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain. Penulis menggunakan kajian
pustaka (library reseach). Secara teknis penulisan ini didasarkan pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi, UIN Syarif Hidayatullah
8 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, buku panduan mahasiswa (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 10
24
Jakarta, 2007. Sedangkan dalam penulisan kata serapan, Penulis merujuk pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia Terbitan Balai Pustaka edisi III.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Agar penulisan dapat terarah dan sistematis, langkah-langkah yang Penulis
tempuh adalah sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan. Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II: Kerangka Teori. Bab ini membahas Huruf Arab dan Padanannya Dalam
Bahasa Indonesia, Kaidah-kaidah Bahasa Arab Dalam Menerjemahkan Alquran,
Proses Penerjemahan Nas Alquran, Penggunaan Kata Penghubung 'dan', Huruf
dan Tanda Baca Bahasa Indonesia, Penulisan Kata, dan Diksi Dalam Bahasa
Indonesia.
Bab III: Setting Penelitian. Dalam bab ini Penulis menerangkan Alquran dan
Terjemahnya Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya Terbitan PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, dan Sekitar Surah Yasin.
Bab IV: Kritik Gramatikal Terjemahan Alquran Terbitan Depag dan PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri (Studi Kasus Surah Yasin), Terjemahan 'waw' di
Awal Kalimat, Evaluasi Alquran dan Terjemahnya Depag dan PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, dan Alternatif Terjemahan.
Bab V: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
25
BAB II
KERANGKA TEORI
A. HURUF ARAB DAN PADANANYA DALAM BAHASA INDONESIA
Sebagai landasan untuk melangkah ke bab VI, yaitu Kritik Gramatikal Alquran
dan Terjemahnya versi Depag dan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri studi kasus
surah Yasin Penulis akan menguraikan tabel yang memuat huruf-huruf Arab dan
padananya dalam bahasa Indonesia. Antara lain:
Tabel: 1(حرف عطف/ kata sambung)
HURUF ARAB FUNGSIPADANANNYA DALAM
BAHASA INDONESIA
و kata sambungdengan, dan, sedangkan, tak
ada padanannya.
مث kata sambung kemudian
ف kata sambung lalu, kemudian, selanjutnya.
أو kata sambung atau
أم idem atau, padahal
بل idem,
pengingkaran
sedangkan, tapi, tidak
(negatif)
لكنkata sambung,
pengingkaran, kata
penghubung
namun
26
ال kata sambung
negatiftidak, bukan
Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum
Tabel: 2 (حروف اجلر)
HURUF ARAB PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA
ب di, dengan, bersama, sebagian, di atas, kata penguat
demi (sumpah)
من dari (kata pembatas tempat, waktu) sebagian, di antara,
karena dari (keterangan tambahan), kata penguat berarti
ada, menggantikan, di, sebab, karena, tentang.
إىل (kata pembatas tujuan) sampai, bersama, bagi atau
untuk
حىت pembatas tujuan: sampai, hingga
عن dari, sesudah, di atas, sebab atau alasan (kata
pengganti)
على di atas, di saat, alasan atau sebab, bersamaan, dari,
namun, dengan
ىف di (tempat, waktu) karena, bersama dengan, sampai
ك seperti (perumpamaan), sebab, di atas (kata penguat)
ل memiliki, kepunyaan, milik, hanya unutk, bagiku/mu,
alasan, atau sebab, kata penguat, sampai, di atas,
27
menjadikan, waktu yang lewat, di, bersama, unutk
membuat kalimat perintah, kalimat jawab
ت+و kata-kata sumpah, demi
مذ+منذ dari, sejak
رب sering kali, jarang sekali, boleh jadi
كى alasan, sebab
Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum
Dalam dua tabel di atas ada beberapa huruf dalam bahasa Arab, ketika
dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi banyak ragamnya. Oleh karena itu,
seorang penerjemah harus pintar dalam menentukan istilah yang dipilih yang
sesuai dengan konteks dan melihat kata sebelum dan sesudahnya. Misalnya, huruf
bisa berartiمن 'dari' bisa juga karena dan lain-lain.
B. KAIDAH-KAIDAH BAHASA ARAB DALAM MENERJEMAHKAN
ALQURAN
Seorang penerjemah khusunya penerjamah Alquran harus pintar, pandai, dan
cermat menguasai kaidah-kaidah bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam
menerjamahkan teks suci. Oleh karena itu, ada beberapa kaidah yang harus
diperhatikan dan dikuasai oleh seorang penerjemah.
8.1. Redaksi yang bersifat umum (عام: 'Amm)
28
.adalah lafadz yang mencakup semua anggotanya tanpa ada pembatasanعام
Makna umum sendiri mempunyai bentuk kata tertentu sebagai berikut:
setiap makhuk hidup akan)تفس ذائقة املوت كل,Contoh .(setiap)كل 8.1.1
merasakan kematian).
8.1.2. Lafaz-lafaz yang dima'rifahkan dengan 'al' الyang bukan ال للعهد
('al' untuk menunjukkan bahwa hal tersebut telah disebut). Contoh, إن اإلنسان لفى
(Sungguh, manusia berada dalam kerugian)خسر
8.1.3. Isim nakirah dalam konteks, nafyi, nahyi, dan syarat. Contoh, فـال
فال تقل هلما أف/ رفث وال فسوق وال جدال ىف احلج
8.1.4. Isim maushul, seperti والذى قال لوالديه أف لكما
8.1.5. Isim syarat, sepertiما فمن حج البيت أو اعتمر فال جناح عليه أن يطوف
8.1.6. Isim jenis yang diidhafatkan ke isim ma'rifah, seperti فليحذر الـذين
خيالفون عن أمره
29
8.2. Macam-macam 'Amm
8.3. Khas dan Mukhasshish
Khas ( خاص) adalah lawan kata 'Amm, karena ia tidak mungkin menghabiskan
semua yang pantas baginya tanpa pembatasan.9 Sedangkan, mukhasshis adalah
yang mengkhususkan sesuatu yang umum. Mukhasshis terbagi menjadi dua, (1)
muttasil dan munfasil. Mukhasshis muttasil dibagi menjadi empat macam:
8.3.1. Istisna ;وأولئك هم الفاسقون,(استثناء)
8.3.2. Sifat ;وربائبكم الالتى ىف حجوركم من نسائكم الالتى دخلتم ن ,(صفة)
8.3.3. Ghayah ;وال تقربوهن حىت يطهرن ,batasa akhir/ ,(غاية)
8.3.4. Badal ba'di min kul kata yang menunjukkan / ,(كـل بدل بعض من )
sebagiannya,وهللا على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيال;
9 al-Qattan, 2004: 319 dalam Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, karya Moch.Syarif Hidyatullah
Tiga Macam 'Amm
'Amm yang tetap dalamkeumumannya
(واهللا على كل شيء قدير)
'Amm khusus
الذين قال هلم الناس إن ()الناس قد مجعوا لكم
'Amm yangdikhususkan
وهللا على الناس حج البيت من ()ه سبيالاستطاع إلي
30
Adapun Mukhasshis Munfasil adalah Mukhasshis yang terdapat pada
tempat lain baik berupa ayat, hadis, ijma, dan qias. Contoh, ayat واملطلقات يتربصن
ditakhshisبأنفسهن oleh ayatوأوالت األمحال أجلهن أن يضعن محلهن.
8.4. Dhamir (kata ganti)
Dhamir memiliki kaidah-kaidah kebahasaan tersendiri yang disimpulkan oleh ahli
bahasa Alquran, hadis nabawi, sumber-sumber asli bahasa Arab, dan perkataan
orang Arab yang dapat dijadikan landasan, baik berupa puisi atau prosa. Pada
dasarnya dhamir bertujuan untuk memperisngkat perkataan. Menurut Al-Qattan,
dhamir berfungsi untuk menggantikan penyebutan kata-kata yang banyak serta
menempati kata-kata itu dengan sempurna tanpa berubah makna yang dimaksud.
Kata ganti orang ke tiga memerlukan penjelas, yaitu kata-kata yang
digantikannya. Oleh karena itu, referen harus mendahuluinya agar apa yang
dimaksud dapat diketahui lebih dulu. Marji' dhamir adalah lafadz yang telah
disebutkan sebelumnya dan harus sesuai dengannya, sepertiونادى نوح ابنه
Selain itu, bisa juga yang mendahuluinya mengandung apa yang dimaksud
oleh dhamir. Contoh, اعدلوا هـو اقـرب للتقـوى. Marji' dhamir kadang-kadang
terletak pada:
8.4.1. Sesudah dhamir itu sendiri dalam pengucapannya bukan
keududukannya. Contoh, فأوجس ىف نفسه خيفة موسى
31
8.4.2. Sesudah dhamir dalam pengucapannya maupun kedudukannya,
seperti dalam dhamir sya'n, dhamir qishah, dhamir ni'ma dan bi'sa. Contoh, قـل
.. هو اهللا أحد
8.4.3. Marji' bisa dipahami dari konteks kalimat, sepertiكل من عليها فان.
8.4.4. Dhamir terkadang kembali kepada lafazd bukan makna, seperti وما
يعمر من معمر وال ينقص من عمره إال ىف كتاب
8.4.5. Kembali ke maknanya, seperti ن حنلة فإن طنب لكم عنءاتواالنساء صدقا
شيء منه نفسا فكلوه هنيئا مريئا
C. PROSES PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN
Proses penerjemahan merupakan rangkaian tindakan oleh penerjemah berdasarkan
kualifikasinya dalam mengalihkan makna dan maksud nas sumber ke nas
penerima untuk memperoleh terjemahan yang berkualitas.
Pada umumnya proses penerjemahan dilakukan melalui empat tahap,
yaitu:10
Pertama, analisis dan pemahaman. Struktur dan pesan dalam nas sumber
dianalisis menurut hubungan struktural dan hubungan semantis antara unsur-
unsur sintaksis.
10 Syihabuddin, Penerkemahan Arab-Indonesia (teori dan praktik), (Bandung: Humaniora,2005), h. 167-168
32
Kedua, transfer. Bahan yang sudah dianalisis dan dipahami diolah secara
mentalistik, lalu dialihkan ke bahasa penerima.
Ketiga, restrukturisasi. Bahan yang sudah diolah disusun kembali agar
makna atau pesan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan gaya bahasa
penerima.
Keempat, evaluasi dan revisi. Semua hasil terjemahan dievaluasi. Jika
terdapat kesalahan atau kekeliruan maka perlu dilakukan revisi.
Selain itu, R.H. Bathgate(Yunus, 1989: 287-303) mengemukakan tujuh
langkah proses penerjemahan, yaitu:
Pertama, pengakraban. Penerjemah menelusuri hal-hal yang berkaitan
dengan identitas nas yang akan diterjemahkan, seperti pengarang, penerbit, tahun
terbit, dan masalah yang dibicarakan di dalamnya.
Kedua, analisis. Penerjemah menganalisis unit-unit yang berbentuk
kalimat, klausa, frase, dan kata.
Ketiga, pemahaman. Penerjemah memahami unit-unit terjemahan dengan
lebih tuntas, menyeluruh, dan rinci.
Keempat, perumusan istilah. Penerjemah mencari istilah-istilah yang
sesuai dengan bahasa penerima, sehingga hasil terjemahan seperti bukan
terjemahan.
Kelima, restrukturisasi. Inilah tahap penerjemahan yang paling penting dan
sangat menentukan kualitas terjemahan. Di sini dilakukan pengalihan bentuk dan
isi nas sumber ke dalam nas penerima.
33
Keenam, pengecekan. Penerjemah memeriksa kembali hasil
terjemahannya. Pengecekan ini terkait dengan isi, struktur bahasa, tanda baca, dan
ejaan.
Ketujuh, pembahasan. Sebelum dipublikasikan, sebaiknya penerjemah
mendiskusikan terlebih dahulu hasil terjemahannya dengan pakar dalam masalah
yang diterjemahkan dan pakar bahasa penerima.
D. PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG ‘DAN’
Penulis akan menguraikan dengan jelas dan ringkas penggunaan kata penghubung
'dan' yang sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Masyarakat Indonesia yang terpelajar sering melihat dan mendengar
seseorang menuliskan atau mengucapkan kata dan, serta, dan atau. Bentuk dan
termasuk kelompok kata hubung atau konjungtor.11 Selain itu, bentuk dan dipakai
untuk menyatakan hubungan yang bersifat kesetaraan. Oleh karena itu, bentuk
dan disebut konjungtor koordinatif.12 Konjungtor dan digunakan untuk
menyatakan hubungan penambahan.
Kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa
dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat disebut kata penghubung. 13 Contoh,
kata dan, karena, dan ketika dalam kalimat:
- Ibu dan ayah pergi ke Jakarta.
- Dia tidak datang karena tidak diundang.
- Negara Republik Indonesia diproklamasikan ketika ayah masih kecil.
Dilihat dari fungsinya ada dua macam kata penghubung, yaitu:
11 Suroso, dkk., Pernik-pernik Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka, 2006), h. 4712 ibid.,13 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (edisi revisi), ( Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), h. 140
34
D.1. Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang
kedudukannya sederajat atau setara. Kata penghubung setara ini dapat dibedakan
lagi menjadi kata penghubung yang:
D.1.1. menggabungkan biasa, yaitu kata penghubung dan, dengan,
serta.
D.1.2. menggabungkan pemilihan, yaitu kata penghubung atau.
D.1.3. menggabungkan pertentangan, yaitu tetapi, namun,
sedangkan, sebaliknya.
D.1.4. menggabungkan pembetulan, yaitu kata penghubung
melinkan, hanya.
D.1.5. menggabungkan penegasan, yaitu kata penghubung bahwa,
malah (malahan), lagipula, apalagi, jangankan.
D.1.6. menggabungkan pembatasan, kata penghubung kecuali,
hanya.
D.1.7. menggabungkan pengurutan, yaitu kata penghubung lalu,
kemudian, selanjutnya.
D.1.8. menggabungkan penyamaan, yaitu kata penghubung yaitu,
yakni, bahwa, adalah, ialah.
D.1.9. menggabungkan penyimpulan, yaitu kata penghubung jadi,
karena itu, oleh sebab itu.
D.2. Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang
kedudukannya tidak sederajat, meliankan bertingkat. Kata penghubung ini dapat
dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
35
D.2.1. menyatakan sebab, yaitu kata penghubung sebab dan
karena.
D.2.2. menyatakan syarat, yaitu kata penghubung kalau, jikalau,
jika, bila, apabila, dan asal.
D.2.3. menyatakan tujuan, yaitu kata penghubung agar, dan
supaya.
D.2.4. menyatakan waktu, yaitu kata penghubung ketika, sewaktu,
sebelum, sesudah, tatkala.
D.2.5. menyatakan akibat, yaitu kata penghubung sampai, hingga,
dan sehingga.
D.2.6. menyatakan sasaran, yaitu kata penghubung untuk dan guna.
D.2.7. menyatakan perbandingan, yaitu kata penghubung seperti,
sebagai, dan laksana.
D.2.8. menyatakan tempat, yaitu kata penghubung tempat. (Rumah
tempat mereka berjudi digerebek polisi)
HURUF ARAB FUNGSIPADANANNYA
DALAM BAHASAINDONESIA
مل، ملا، لن، مـا، إن، ال،
التNegatif
Belum, tidak akan,
tidak
نعم، بلى، أى، أجل، جري،
كالإن، ال،Harus jawab
Ya, benar, tidak, tidak
sama sekali,
36
أن أي، Huruf penjelas kata
sebelumnyaAdapun, bahwa
إن، إذما، لو، لوال، لوما،
ملاإما، Huruf syarat
Kalau, jika, andai,
kalau tidak, adapun,
sedangkan, ketika,
saat.
هال، إال، لوما، لوال، أالAnjuran dan penyesalan
Mengapa kamu tidak,
apakah kamu tidak
أال، أما، لوPermohonan halus
Alangkah baiknya,
sebaiknya, coba
(…mampir)
ــد، ن إن، أن، ل توكيـ
قدتوكيد،Kata penguat
Sungguh, benar-benar,
niscaya, pasti, tentu,
sangat, sekali
هل+ ء Introgatif
Apakah; apa;
sudahkan
هلليت، لو،Pengandaian
Andaikan, jika saja,
kalau saja,
عسىلعل،Harapan
Semoga, mudah-
mudahan, mungkin
كانك،Perumpamaan
Seperti, bagaikan,
laksana, mirip
37
و هيأأيا، أى، يأ، ا، ايا،
واKata seru/panggil Hai, wahai, ay
Sumber: Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan, karya: Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum
E. HURUF DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA
Dalam hal kesalahan berbahasa ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering
muncul. Bukan hanya semata-mata salah ketik, kesahan itu, antara lain salah tulis
huruf atau salah tulis kata14. Oleh karena itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia
menjadi sumber yang tidak kering-keringnya untuk dapat memastikan huruf atau
kata yang benar. Contoh, hakikat bukan hakekat, mengubah bukan merubah,
risiko bukan resiko, diskriminasi bukan deskriminasi, jadwal bukan jadual, jumat
bukan jum'at, dan masih banyak lagi contoh-contoh lain.
Sebelum Penulis menguraikan lebih dalam tentang huruf dan tanda baca
dalam bahasa Indonesia, terlebih dahulu Penulis membawa pembaca memahami
definisi huruf dan tanda baca.
Huruf adalah tanda aksara dl tata tulis yang merupakan anggota abjad
yang melambangkan bunyi bahasa; aksara15. Pengertian huruf sering disamakan
dengan pengertian fonem, padahal keduanya berbeda. Huruf adalah gambar atau
lambang bunyi (bahasa), sedangkan fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil
yang membedakan makna16.
14 Sugihastuti, Editor Bahasa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 2815 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), h. 41316 Sugihastuti., ibid.,
38
E.1. Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf
menyangkut dua masalah, yaitu, (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan
(2) penulisan huruf miring.
e.1.1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-
kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berleku. Kaidah penulisan huruf
capital itu adalah sebagai berikut.17
e.1.1.1. sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh, Dia
mengantuk, Apa maksudnya?
e.1.1.2. sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh, Adik bertanya,
"Kapan kita pulang?"
e.1.1.3. sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misanya, Allah,
Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih. Quran, Alkitab, Weda, Islam, dan
Kristen.
e.1.1.4. sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh, Mahaputra Yamin, Sultan
Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafi'I, Nabi Ibrahim.
e.1.1.5. sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Wakil Presiden Yusuf Kala, Profesor
Supomo, Gubernur Jakarta.
17 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan & Pedoman Umum PembentukanIstilah, (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h.13-18
39
e.1.1.6. sebagau huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh, Amir
Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman.
e.1.1.7. sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Arab.
e.1.1.8. sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah. Contoh, tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Juli, bulan Maulid,
hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
e.1.1.9. sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh, Asia Tenggara,
Banyuwangi, Jakarta, Danau Toba, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro.
e.1.1.10. sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan. Contoh, Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen
Agama, Ibu dan Anak, Nomor 57, Tahun 2008.
e.1.1.11. sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu social,
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
e.1.1.12. sebagau huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi
awal. Contoh, Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka
40
e.1.1.13. sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan. Contoh, Dr. doctor, M.A master of arts, S.S. sarjana sastra, Tn.
tuan
e.1.1.14. sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, asik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan. Contoh, "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
e.1.1.15. sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Contoh, Sudahkah Anda
tahu? Surat Anda telah kami terima.
E.2. Pemakain Tanda Baca
رمبا ال يكون ستالني مترها عن األخطاء
(1) Memang Stalin tidak luput dari kesalahan
احتج عريب لدى ما جرجيورى مراسل جريدة التيمس على اامه بالتعصب
(2) Orang Arab itu berdalih di depan M. Gregory, koresponden surat kabar
Times, yang menuduhnya fanatik.
لقد وهب اهللا تعاىل جزر القمر الكثري من املظاهر الطبيعية
(3) Sungguh, Allah Swt. menganugrahkan fenomena alam yang melimpah
kepada kepulauan Komoro
Selain itu, yang perlu diperhatikan oleh penerjemah adalah tanda baca,
seperti pemakaian huruf kapital, tanda koma, huruf miring, tanda tanya, tanda
petik, dan seterusnya.
Tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital. Huruf pertama kata yang
menunjukkan nama orang, nama suku, bahasa, agama, georafi, kata yang
41
mengawali kalimat, dan sebagainya ditulis dengan huruf yang ukurannya sama
dengan huruf lainnya. Pada terjemahan nomor satu, dua, dan tiga tampak bahwa
huruf kapital digunakan pada huruf pertama kata yang mengawali kalimat, nama
orang, judul surat kabar, nama Tuhan, dan nama geografi.
Dalam contoh nomor satu terlihat bahwa tanda koma digunakan untuk
mengapit keterangan tambahan atau aposisi. Tanda ini pun digunakan untuk
merinci suatu pernyataan. Dalam bahasa Arab, rincian ini dirangkaikan dengan
huruf wawu. Huruf ini cukup dipadanankan dengan tanda koma saja, jangan
digunakan kata dan secara terus menerus. Wawu atau fa’isti’naf juga tidak perlu
diterjemahkan karena keduanya tidak bermakna. Kedua huruf ini digunakan hanya
littaladzudz (kenikmatan) dalam bertutur dan menulis. Begitu juag dengan
susunan gramatikal Alquran.
Sementara itu, pemakaian huruf miring terlihat pada nomor dua. Huruf ini
digunakan untuk mengutip judul buku, majalah, dan surat kabar serta
menunjukkan istilah, kata asing, dan kata yang diperkatakan. Pada terjemahan
Alquran, hal ini sering diabaikan. Istilah-istilah agama yang belum dikenal ditulis
dengan huruf biasa, tidak dibedakan dengan huruf lain.
Begitu juag tanda petik digunakan pada petikan langsung. Namun,
sebelumnya perlu diberi tanda koma, bukan tanda titik dua (:) seperti yang tampak
pada terjemahan Alquran.
Nas bahasa Arab klasik jarang sekali menggunakan tanda baca, sehingga
pembaca pemula sulit membedakan antara kata-kata sebagai uraian dan kata-kata
sebagai judul buku, nama orang, dan nama geografi. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika ada mahasiswa pemula yang membaca ungkapan wa ja’a fî
42
lisânil ‘arab yang diterjemahkan dengan dan pada tuturan orang Arab
dikemukakan…, padahal lisânil ‘arab merupakan judl kamus sehingga tidak perlu
diterjemahkan, tetapi dialihkan.
Kelangkaan tanda baca dan tidak adanya perbedaan huruf membuat
penerjemahan bahasa Arab lebih sulit daripada penerjemahan bahasa lain yang
ditulis dengan huruf latin.
Dari uraian di atas dapat Penulis simpulkan bahwa masalah penerjemahan
Arab-Indonesia yang lazim dijumpai adalah berkenaan dengan adanya gejala
interferensi pada terjemahan, kenisbian dan keterbatasan teori penerjemahan,
kesulitan dalam mencari padanan makna bagi kosa kata agama dan kebudayaan,
keragaman pedoman transliterasi Arab-Indonesia, dan perbedaan grafologis antara
bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
Akan tetapi, masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggali teori,
menguasai bahasa Indonesia, berdiskusi dengan pakar terjemah, dan berlatih
menerjemahkan nas dengan berbagai topik dan jenis secara sungguh-sungguh.
F. PENULISAN KATA
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang,
dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan
serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan
atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang
bersangkutan saja.18
Contohnya,
18 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Bebahasa Indonesia (Jakarta: CVAkademika Pressindo, 2006), h. 209
43
BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU
di didik didik
ke sampingkan kesampingkan
bertandatangan bertanda tangan
Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya harus dituliskan serangkai.
Contohnya,
BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU
menghancur leburkan menghancurleburkan
dianak-tirikan dianaktirikan
kesimpang siuran kesimpangsiuran
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Oleh karena itu, kata ulang tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan
sebagian lagi kata turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus
mendapat awalan dan akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu bagiannya
adalah bentuk yang dianggap berasal dari kata dasar yang sama dengan ubahan
bunyi. Mungkin pula, bagian itu sudah agak jauh berbeda dari bentuk dasar.
Namun, apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan itu menyatakan
perulangan.19
19 Ibid.,
44
Contoh,
BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU
jalan2 jalan-jalan
di-besar2-kan dibesar-besarkan
berkejar kejaran berkejar-kejaran
Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-
bagiannya dituliskan terpisah.
Contohnya,
BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU
tatabahasa tata bahasa
kerjasama kerja sama
rumahsakit umum rumah sakit umum
keretaapicepat kereta api cepat
orangtua orang tua
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan
serangkai.
Contohnya,
BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU
mana kala manakala
barang kali barangkali
halal bihalal halalbihalal
duka cita dukacita
45
sapu tanagn saputangan
Namun, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu
kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu
harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.
Contohnya,
BENTUK TIDAK BAKU BENTUK BAKU
a moral amoral
ekstra kurikuler ekstrakurikuler
antar warga antar warga
non migas nonmigas
semi final semifinal
Catatan:20
Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya,
non-RRC
pan-Islamisme
Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur
berikutnya, yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata
berimbuhan, kata maha dan peri itu ditulis terpisah. Sementara itu, ada
ketentuan khusus, yaitu kata maha yang diikuti oleh esa ditulis terpisah
walaupun diikuti kata dasar.
Misalnya,
20 Ibid.,
46
Semoga Yang Mahakuasa merahmati kita semua.
Jika Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan ujian sarjana bulan
depan.
Segala tindakan kita harus berdasarkan perikemanusiaan dan peri keadilan.
Kata ganti ku dan kau - yang ada hubungannya denagn aku dan engkau –
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan nya -
yang ada hubungannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis serangkai dengan
yang mendahulinya.
Misalnya,
Pikiranmu dan kata-katamu berguna unutk memajukan negeri ini.
Apa yang kulakukan boleh kaukritik.
Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah diangkap padu benar,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya,
Saya pergi ke perpustakaan untuk membaca buku.
Semoga perekonomian kita pada masa yang akan datang lebih cerah
daripada keadaan tahun-tahun yang lalu.
Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah
hampir seperti kata lepas. Misalnya, Jika saya pergi, dia pun ingin pergi.
Akan tetapi, kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu
benar, ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya ada dua belas kata,
yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
47
maupun, meskipun, sekalipun, (yang berarti walaupun), sungguhpun, dan
walaupun.
Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya,
Harga kain itu Rp 10.000,- per meter.
Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per satu.
G. DIKSI DALAM BAHASA INDONESIA
Kata menjungjung dalam butir ketiga Sumpah Pemuda yang telah Penulis
paparkan dalam sejarah bahasa Indonesia merupakan pengakuan yang tidak main-
main. Berbeda dengan butir kedua Sumpah Pemuda yang memakai kata
mengakui, pemakaian kata menjungjung memiliki makna menghargai bahasa
Indonesia setinggi-tinggi. Tentunya, sikap penghargaan itu tidak lahir secara tiba-
tiba dan tanpa alasan. Pada saat itu, tentunya, semua pihak mengakui dan
memadang betapa penting arti dan sumbangan bahasa Indonesia dalam
menggalang kesatuan nasional. Oleh karena itu, dari peristiwa dan penelitian
Penulis, peranan bahasa Indonesia terhadap terciptanya kesatuan dan persatuan
Indonesia ketika itu tidak dapat dipungkiri. Hingga saat ini pun, bahasa Indonesia
dipandang sebagai elemen penting dalam menjaga dan memelihara kesatuan dan
persatuan Indonesia.
Jadi, pemakain dan penempatan bahasa Indonesia yang benar dan baik
akan membawa dampak yang baik bagi nusa dan bangsa. Oleh karena itu, Penulis
akan menguraikan beberapa kata yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia,
antara lain,
48
G.1. Pemakain bahkan, jadi, dan selanjutnya
Kata bahkan tergolong dalam kelompok konjungtor atau kata hubung. selain itu,
kata bahkan tergolong kata hubung antarkalimat, bukan kata hubung intrakalimat.
Oleh sebab itu, sebagai kata hubung antarkalimat, kata bahkan berposisi di awal
kalimat kedua. Sementara itu, kata bahkan menyatakan penguatan atas keadaan
yang telah dinyatakan sebelumnya (pada kalimat sebelumnya). Begitu juga, kata
jadi dan selanjutnya berposisi sebagai kata hubung antarkalimat. Oleh karena itu,
kata jadi dan selanjutnya, berposisi pada awal kalimat yang memiliki kaitan
dengan informasi dalam kalimat berikutnya. Kata jadi menyatakan kesimpulan
dari informasi yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Sementara itu, kata
selanjutnya menyatakan langkah-langkah lanjutan dari keadaan atau situasi yang
dinyatakan dalam kalimat-kalimat sebelumnya. Namun, yang tidak boleh
dilupakan adalah status kedua kata itu—yakni kata jadi dan selanjutnya—selaku
kata hubung antarkalimat21.
Jadi, ketiga kata tersebut merupakan kata hubung antarkalimat, kata
bahkan, jadi, dan selanjutnya haruslah diikuti dengan tanda koma. Selama
Penulis meneliti dan memperhatikan kesalahan besar yang dilakukan oleh
pamakai bahasa Indonesia adalah kekurangcermatan dalam menggunakan tanda
baca koma dalam kaitan pemakaian kata hubung antarkalimat tersebut. Misalnya,
Ia bersikukuh tidak melakukan pelanggaran. Bahkan, dia bersedia disumpah
pocong.
21 Suroso, dkk., Pernik-pernik Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka, 2006), h. 42
49
Bahkan, hal itu telah disetujui oleh pimpinan sehingga tinggal dilaksanakan
saja.
Jadi, kami masih percaya soal anggaran karena pasti akan diusahakan
Selanjutnya, sekitar pertengahan Desember 2007, Erwan pulang ke
Indonesia.
G.2. Pemakain kata bahwa
Dalam berbahasa lisan maupun tulis, kita sering memakai kata bahwa. Tidak
terkecuali, kita sering mendengarkan ucapan dan melihat tulisan dari orang lain
yang memanfaatkan kata bahwa. Akan tetapi, pemakaian kata bahwa tersebut
sering kurang tepat sesuai dengan makna kata bahwa yang semestinya.
Maksudnya, kata bahwa yang seharusnya digunakan dalam kaitan kalimat yang
menyatakan penegasan atau penjelasan itu belum dimanfaatkan semestinya. Oleh
Karena itu, dari pengamatan yang dilakukan, Penulis menyimpulkan adanya
simpang siur dan tumpang tindih antara pemakaian kata bahwa dengan agar atau
supaya. Padahal, kedua kata tersebut memiliki muatan makna yang berbeda. Kata
bahwa digunakan dalam konstruksi kalimat yang menyatakan penegasan atau
penjelasan. Sementara itu, kata agar atau supaya seharusnya dipakai dalam
konstruksi kalimat yang menyatakan harapan atau tujuan, bukan penegasan.
Penulis akan menyebutkan beberapa contoh, baik yang benar maupun yang salah
sebagai berikut:
Dia meminta bahwa warga kampungnya tidak suka sengketa. (kurang tepat)
Ketua PKK meminta agar seluruh warga waspada terhadap demam berdarah.
( tepat)
50
Kalimat (1) tidak mewakili makna penegasan atau penjelasan. Jadi, antara
klausa induk yang berbunyi Dia meminta tidak mengharapkan adanya ketegasan
dari klausa anak yang berbunyi warga kampungnya tidak suka sengketa. Oleh
sebab itu, kata bahwa dalam kalimat (1) kurang tepat. Sebenarnya, kalimat (1)
mewakili adanya hubungan harapan. Atau, setidaknya, klausa anak itu sebagai
keterangan dari semua komunitas yang bernama warga kampungnya dari si
subjek. Dengan demikian, konjungtor yang tapt digunakan adalah kata agar atau
supaya, bukan konjungtor bahwa22.
Kalimat (2) merupakan kalimat baik. Pemakaian konjungtor agar dalam
kalimat tersebut benar. Konjungtor agar digunakan secara benar untuk
menyatakan hubungan harapan antara klausa induk dengan klausa anak. Oleh
karena itu, contoh kalimat tersebut dapat diterima karena klausa induk yang
berupa Ketua PKK meminta diikuti dengan harapan yang menyatakan seluruh
warga untuk waspada terhadap demam berdarah.
Jadi, dari korelasi makna antar klausa induk dengan klausa anak tersebut
memuncukan spesifikasi pemakaian kata kerja yang menyatakan tindakan dari
subjek dalam klausa induk. Secara mudah dapat dipahami bahwa kata
menganjurkan, mengharapkan, dan menghimbau, dapat digabungkan dengan
pemakaian konjungtor agar atau supaya. Oleh karena itu, kita dapat menyusun
kalimat yang menyatakan makna A menghimbau agar B, dan seterusnya.
Sementara itu, konjungtor bahwa yang memiliki makna dalam korelasi penegasan
lebih dekat dengan pemakaian kata kerja meminta, mengatakan, menyatakan,
22 Suroso, dkk, Ibid., h. 44
51
mengutarakan, memutuskan, dan sejenis. Kata kerja itu menuntut hadirnya situasi
gambaran keadaan yang bersifat tegas. Misalnya,
Saya menganjurkan agar kamu tidak menempuh jalan cerai.
Wartawan itu melaporkan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh kelalaian
pengemudi.
G.3. Pemakain kata dan, serta dan atau
Bentuk dan termasuk kelompok kata hubung atau konjungtor yang dipakai untuk
menyatakan hubungan yang bersifat kesetaraan. Oleh karena itu, bentuk dan
disebut sebagai konjungtor koordinatif. Selain itu, konjungtor dan digunakan
untuk menyatakan hubungan penambahan atau penjumlahan. Sementara itu,
bentuk atau tergolong juga kelompok kata konjungtor yang menyatakan
hubungan kepemilihan. Akan tetapi, di samping menyatakan hubungan pemilihan,
konjungtor atau digunakan untuk menyatakan hubungan penambahan.
Kadang-kadang kedua konjungtor tersebut—yakni bentuk dan serta
atau—digunakan secara bersama-sama sehingga ditulis dan atau. Pada dasarnya,
kedua bentuk itu dapat digunakan untuk mengungkapkan dua hubungan
sekaligus23. Hal itu, karena ada korelasi makna antara hubungan yang dinyatakan
oleh bentuk dan dengan atau, yakni hubungan penambahan.
Jadi, bentuk konjungtor dan itu dapat digunakan untuk menyatakan
hubungan penambahan. Sementara itu, konjungtor atau juga ada yang
menyatakan hubungan penambahan. Dengan demikian, keduanya memiliki
persamaan dalam mengungkapkan hubungan makna penambahan. Contohnya,
23 Suroso, dkk, Op cit., h. 48
52
Ayah dan anak gadisnya itu nekat meninggalkan kampung halamannya
karena rumahnya tergenang air.
Erwan atau Tatam yang akan kamu izinkan menggantikan kedudukan ketua
itu?
Para Gubernur dan atau Bupati se-Indonesia mengikuti rapat koordinasi di
Depdagri.
Kalimat (1) mengandung makna adanya ayah dan anak gadisnya pergi
meninggalkan kampungnya karena rumahnya terendam air. Kalimat (2)
mengandung pertanyaan yang meminta jawaban siapa yang akan mengganti
kedudukan ketua. Jadi, jawaban dari pertanyaan itu hanya ada dua, Erwan atau
Tatam. Hal ini, karena untuk menyatakan pemilihan, tidak mungkin konjungtor
atau menuntut jawaban yang menggantikan ketua itu Erwan dan Tatam.
Sementara itu, kalimat (3) menyatakan bahwa yang mengikuti rapat
koordinasi itu gubernur dan bupati se-Indonesia. jadi, tidak bermakna yang hadir
dalam rapat koordinasi itu hanya gubernur atau bupati saja, melainkan gubernur
dan bupati seluruh Indonesia.
Jadi, Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa setelah memahami
makna bentuk-bentuk konjungtor—atau kata hubung—dalam bahasa Indonesia,
kita dapat lebih cermat lagi dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tertulis.
Oleh karena itu, berdasarkan muatan makna bentu dan serta atau di atas, kita
dapat menulis dan mengucapkan dan atau seperti pada contoh-contoh di atas.
G.4. Pemakain dari atau daripada
Kata dari dan daripada memiliki fungsi yang berbeda. Karena fungsinya
berbeda, pemakaian keduanya pun berbeda. Bahkan, kedua kata itu tidak dapat
53
saling dipertukarkan satu dengan yang lainnya24. Oleh karena itu, Penulis akan
menjelaskan terlebih dahulu muatan makna kata dari dan daripada tersebut. Hal
ini penting agar seseorang dapat memfungsikan kedua kata itu secara cermat
dalam kalimat yang disusun atau diucapkannya.
Pertama, kata dari memiliki makna untuk menyatakan milik atau arah.
Oleh karena itu, kata dari tidak berfungsi sebagai kata hubung yang menyatakan
perbandingan atau perlawanan. Karena fungsinya unutk menyatakan milik dan
arah, kata dari haruslah diposisikan dalam kerangka mengungkapkan makna milik
atau arah. Kedua, berbeda dengan kata dari, kata daripada memiliki posisi dan
fungsi yang berbeda dengan kata dari. Oleh sebab itu, kata daripada memiliki
makna dalam kaitannya dengan hubungan perbandingan. Dengan demikian, kata
daripada tidak tepat digunakan dalam kalimat yang menyatakan hubungan arah.
Marilah kita mencermati contoh-contoh di bawah ini.
Jarak daripada Jakarta-Garut dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan
kecepatan 100/jam. (kurang tepat)
Masalah daripada penduduk di Indonesia ini harus dipandang sebagai
masalah bangsa. (kurang tepat)
Apabila dicermati, kalimat (1) semestinya ditulis Jarak dari Jakarta-Garut
dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan kecepatan 100/jam. Sedangkan,
kalimat (2) dimaksudkan untuk menyatakan bahwa masalah penduduk itu menjadi
masalah bangsa. Oleh sebab itu, seharusnya tidak digunakan memakai kata
daripada. Bahkan, seharusnya ditulis tanpa memakai kata dari.
24 Suroso, dkk, Op cit., h. 51
54
Untuk lebih menimbulkan kesan mendalam dalam pemahaman kata dari
dan daripada, Penulis akan cantumkan beberapa kalimat yang menggunakan kata
dari yang menyatakan hubungan milik atau arah dan pemakaian kata daripada
untuk menyatakan hubungan perbandingan. Karena menyatakan perbandingan,
kata daripada digunakan pada kalimat yang memuat dua informasi yang
diperbandingkan. Misalnya,
Sebaiknya kenakalan remaja dilihat dari banyak aspek. (tepat)
Tanah yang menjadi sengketa itu diakui milik dari warga kampung sebelah.
(tepat)
Tarif pesawat Balikpapan-Yogyakarta lebih tinggi daripada tarif Balikpapan-
Jakarta. (tepat)
G.5. Pemakain kalau dan jika
Kata kalau dan jika tergolong kata yang produktif. Akan tetapi, dalam bahasa
tulis, kita masih sering—bahkan terlalu sering—menyaksikan pemakaian kata
tersebut secara tidak tepat. Dalam Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama
RI, buku-buku teks, artikel, berita-berita di berbagai media masa, kita masih
sering menemukan pemakaian kata kalau dan jika secara tidak tepat. Berdasarkan
kenyataan tersebut, Penulis memandang perlu unutk membahas tata cara
pemakaian kata kalau dan jika dalam kalimat bahasa Indonesia.
Sewaktu bersekolah, kita mengenal kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat ada yang memiliki hubungan
informasi yang bersifat koordinatif dan subordinatif. Oleh karena itu, dalam
kalimat majemuk bertingkat yang menyatakan hubungan subordinatif terdapat
klausa yang merupakan syarat dari klausa yang lain. Klausa subordinatif sebagai
55
syarat bagi klausa utama. Sementara itu, posisi klausa subordinatif dan klausa
utama dapat saling dipertukarkan. Akan tetapi, ada kaidah tatatulis yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan penempatan klausa subordinatif dan klausa
utama.
Kata jika dan kalau termasuk salah satu indikasi bagi hubungan syarat
dalam kalimat majemuk bertingkat. Oleh karena itu, Penulis akan memberikan
contoh yang mengandung hubungan syarat dengan memakai kata kalau dan jika
pada kalimat berikut ini25.
Saya akan mencabut gugatan jika ada permintaan maaf dari Nurikhwan.
Jika tidak ada kesepakatan, masalah itu akan dibawa ke jalur hukum.
Kalau tidak repot, saya minta laporan itu selesai hari ini juga.
Salah satu yang tidak boleh dilupakan adalah penalaran bahwa kata kalau
dan jika dalam kalimat majemuk bertingkat menyatakan hubungan syarat. Selain
itu, dalam kalimat majemuk bertingkat harus hadir dua klausa, yakni klausa
subordinatif (yang berisi syarat) dan klausa utama yang berisi aksi atas dipenuhi
dan tidaknya syarat sesuai yang tersebut dalam kasus subordinatif. Sekali lagi,
kita harus memahami perlunya kehadiran dua klausa yang menyatakan syarat dan
aksi dalam satu kalimat majemuk. Artinya, tidak dapat diterima kata kalau dan
jika sebagai indikasi hubungan syarat dipakai dalam kalimat yang mengandung
satu klausa saja, baik hanya klausa subordinatif maupun klausa utama.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah penempatan subjek (dahulu
disebut pokok kalimat). Kaidah bahasa Indonesia menghendaki subjek
ditempatkan pada klausa utama (subjek pada klausa utama tidak diposisikan pada
25 Suroso, dkk, Op cit., h. 67
56
klausa subordinatif (klausa subordinatif dapat juga disebut klausa bawahan).26
Sebaiknya, kita tidak menempatkan subjek (yang sama dengan subjek pada klausa
utama) dalam klausa bawahan. Di samping itu, kita jangan melupakan kaidah
tatatulis dalam kalimat majemuk bertingkat yang menggunkan kata yang
menyatakan hubungan syarat (memakai kata kalau dan jika). Oleh karena itu,
pertama,penempatan klausa bawahan di depan (sebelum klausa utama) dianjurkan
untuk membubuhkan tanda baca koma setelah klausa subordinatif. Tanda koma
itu sebagai pemisah antar klausa bawahan dengan klausa utama. Kedua, kita tidak
dianjurkan membubuhkan tanda koma jika memilih menempatkan klausa
bawahan setelah klausa utama. Baningkan beberapa contoh di bawah ini dengan
contoh sebelumnya.
Jika ada permintaan maaf dari Nurikhwan, saya akan mencabut gugatan.
Masalah itu akan dibawa ke jalur hukum jika tidak ada kesepakatan.
Saya minta laporan itu selesai hari ini juga kalau tidak repot.
G.6. Pemakain karena, walau, dan walupun
Kata karena termasuk salah satu konjungsi subordinatif yang menyatakan
hubungan sebab. Maksudnya, dalam kalimat majemuk bertingkat, klausa atau
bagian kalimat yang memuat kata karena tersebut sebagai situasi penyebab
terjadinya situasi dari klausa utama. Contoh, Karena sakit, Erwan tidak bekerja
atau Erwan tidak bekerja karena sakit. Keadaan sakit itulah sebagai penyebab
Erwan tidak bekerja. Oleh sebab itu, kehadiran kata karena sebagai syarat yang
menyatakan makna penyebab.
26 Suroso, dkk, Op cit., h. 68
57
Kata walau (walaupun) juga berposisi sebagai konjungsi. Akan tetapi, kata
walau menyatakan hubungan makna yang berbeda dengan kata karena. Dalam
Tata Baku Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, konjungtor walau (atau
walaupun) menyatakan hubungan konsesif.27 Konjungtor walau justru mewakili
hubungan makna yang berkebalikan dengan konjungtor karena.
Pada umumnya, situasi yang terdapat dalam klausa subordinatif
merupakan kebalikan dari situasi dalam klausa utama. Hubungan yang
berlawanan itu didasarkan pada penalaran atau situasi yang umum. Contoh,
Walaupun kaya raya, Erwan bergaya hidup sederhana dan suka bergaul dengan
orang miskin. Dalam situasi yang umum, masyarakat beranggapan bahwa orang
yang kaya raya itu pastilah bergaya hidup mewah dan tidak mau bergaul dengan
orang miskin. Karena kehadiran kata walau (walaupun), situasi dalam klausa
utama harus bersifat berkebalikan dengan situasi normal yang diyakini oleh
masyarakat umum.
Contoh pemakaian konjungsi karena dan walaupun yang kurang tapat.
Karena selama ini, SBY dinilai sebagai sosok yang kurang tegas dalam
pengambilan keputusan.
Walaupun tanpa ada laporan keberatan dari partai kami lakukan penelusuran.
Kaidah bahasa Indonesia menyatakan bahwa klausa subordinatif yang
berada sebelum klausa utama harus diikuti dengan tanda koma. Oleh karena itu,
keberadaan tanda koma sebagai pemisah dari kedua klausa tersebut. Sebaliknya,
jika klausa subordinatif ditempatkan sesudah klausa utama, tanda koma tidak
dibutuhkan lagi. Jadi, penulisan kalimat diatas yang tepat adalah sebagai berikut:
27 Maksudnya, (konjungsi atau klausa) yang menyatakan keadaan atau kondisi yangberlawanan dengan sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama. (KBBI edisi ketiga)
58
Karena selama ini SBY dinilai sebagai sosok yang kurang tegas dalam
pengambilan keputusan,……
Walaupun tidak ada laporan keberatan dari partai, kami akan melakukan
penelusuran terhadap masalah tersebut.
59
BAB III
SETTING PENELITIAN
A. ALQURAN DAN TERJEMAHNYA DEPARTEMEN AGAMA RI
Pertama kali beredar Alquran dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Lembaga
Penyelenggara Penterjemah Kitab Suci Alquran Departemen Agama pada tanggal
17 Agustus 1965, yang dicetak secara bertahap dalam 3 (tiga) jilid. Masing-
masing terdiri dari sepuluh juz. Lalu, dalam cetakan selanjutnya pada tahun 1971
Alquran dan Terjemahnya tersebut digabungkan menjadi satu jilid oleh Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Departemen Agama yang dipimpin oleh
Prof. R.H.A. Soenarjo, SH. dengan anggota terdiri dari: Prof. T.M. Hasbi
Ashshiddiqi, Prof. H. Bustami A. Gani, Prof. H. Muchtar Jahya, Prof. H.M. Toha
Jahya Omar, Dr. H.A. Mukti Ali, Drs Kamal Muchtar, H. Gazali Thaib, K.H.A.
Musaddad, K.H. Ali Makdum, dan Drs. Busjairi Madjidi.28
Perbaikan dan penyempurnaan terjemahan Alquran Depag teleh beberapa
kalu dilakukan. Pada tahun 1989 telah dilakukan penyempurnaan yang belum
menyeluruh, di bawah pimpinan Ketua Lajnah Drs. H.A. Hafizh Dasuki, MA..
Akan tetapi, lebih difokuskan kepada penyempurnaan redaksional yang dianggap
tidak sesuai lagi dengan perkembangan bahasa Indonesia ketika itu. Sedangkan
hal-hal yang substansial tidak banyak disentuh. Lalu, hasil perbaikan tersebut
telah dicetak pada tahun berikutnya, termasuk yang dicetak oleh Pemerintah Saudi
Arabia pada tahun 1990.
Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini minat masyarakat untuk memahami
kitab suci Alquran semakin meningkat. Oleh karena itu, berbagai saran dan kritik
28 Kata Pengantar Ketua Lajnah Pentashih Mushaf Alquran Depag RI.hlm v
60
yang konstruktif terhadap terjemahan Departemen Agama perlu disikapi secara
arif. Ada dua disertasi yang ditulis untuk memperoleh gelar Doktor , di antara di
IAIN Jakarta tahun 1998 dan IAIN Yogyakarta tahun 2001 yang khusus
membahas Alquran dan Terjemahnya. Sejalan dengan itu Departemen Agama
melalui Lajnah Pentashih Mushaf Alquran melakukan kerja sama dengan Yayasan
Imam Jama dalam upaya penyempurnaan Alquran dan Terjemahnya.
B. ALQURAN DAN TERJEMAHNYA TERBITAN PT TIGA
SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI
Alquran dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, sebenarnya wakaf dari salah seorang yang kaya raya. Oleh karena itu,
Alquran ini tidak diperjualbelikan, tapi dibagikan kepada orang-orang yang
membutuhkannya. Salah satunya adalah mahasiswa LIPIA.
Selain itu, Penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang letaknya di
Jl. Dr. Supomo 23 Solo 57141 bekerja sama dengan PT Sabiq yang terletak di
Perumahan Jatijajar Blok C-5 No. 31 Jl. Raya Bogor Km 35,5 Cimanggis Depok
16958. Lalu, jasa pencetakan ditanggung oleh PT Pantja Simpati Tangerang.
C. SEKITAR SURAH YASIN
Surah Yasin terdiri dari delapan puluh tiga ayat. Selain itu, surah ini termasuk
surah-surah yang diturunkan di Mekah. Surah ini diturunkan sesudah surah Jin.
Dinamai surah yasin, karena ayat pertama dimulai dengan huruf ‘Yâ Sin’.
Isi dalam surah Yasin ini antara lain, 1) Keimanan. Hal ini digambarkan
dengan bukti-bukti adanya hari kiamat, surga dan sifat-sifatnya yang disediakan
bagi orang mukmin, mensucikan Allah dari hal-hal yang tidak layak, dan pada
hari kiamat anggota badan manusia menjadi saksi atas segala perbuatannya di
61
dunia; 2) Kisah. Kisah-kisah utusan Nabi Isa a.s. dengan penduduk Anthakiyah
(Syam); 3) lain-lain. Tidak ada manfaatnya memperingatkan orang-orang
musyrik; Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan; semua bintang di
cakrawala berjalan pada garis edar yang telah ditetapkan Allah; ajal dan hari
kiamat datangnya secara tiba-tiba; Allah menghibur hati Rasulullah terhadap
sikap kaum musyrik yang menyakitkan hatinya.
Adapun sebab-sebab turunnya ayat 1-10 adalah ketika Rasulullah
membaca surah As-Sajadah dengan nyaring orang-orang Quraisy merasa
terganggu dan mereka bersiap-siap untuk menyiksa Rasul. Akan tetapi, tiba-tiba
tangan mereka terbelanggu di pundaknya dan mereka menjadi buta. Lalu, mereka
mengharapkan pertolongan Rasulullah Saw., dan berkata, “Kami sangat
mengharapkan bantuanmu atas nama Allah dan Atas nama keluarga.” Lalu Rasul
berdoa, maka seketika itu mereka sembuh seperti biasa. Namun, tidak ada seorang
oun dari mereka yang beriman. Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat ke 1-10.29
Selain itu, sebab turunnya ayat-ayat ini adalah ketika Abu Jahal berkata,
“Sekiranya aku bertemu Muhammad, pasti aku akan membunuhnya.” Lalu, ketika
Rasulullah Saw. berada di sisinya, Abu Jahal tetap bertanya-tanya, “Mana dia?”
Sehubungan dengan ini Allah Swt. Menurunkan ayat ke 8-9 yang menjelaskan
bahwa pada saat itu pandangan Abu Jahal ditutup oleh Allah, sehingga tidak dapat
melihar Rasul.30
Ketika persidangan, Abu Jahal berkata, “Muhammad mengatakan bahwa
apabila kalian mengikuti ajarannya, akan menjadi orang yang merdeka.
Dibangkitkan setelah mati dan mendapat surga yang lebih baik daripada istana
29 HR. Abu Nu’aim dalam Kitab “Ad-Dalâil” dari Ibnu Abbas30 HR. Ibnu Parir dari Ikrimah
62
Ardan. Bila kami menyelisihi, kelak akan dimasukkan dalam neraka setelah
dibangkitkan dari kubur.” Kata-kata ini diucapkan dengan nada sinis. Lalu,
Rasulullah Saw. keluar menuju persidangan. Di tangan Nabi menggenggam
segenggam pasir sambil membaca ayat ke 1-9, lalu pasir tersebut ditebarkan.
Seluruh orang dalam persidangan tidak dapat melihat dan kepalanya berdebu.
Lalu, Nabi pergi untuk sesuatu keperluan. Hal ini membaut Abu Jahal dan kawan-
kawannya kebingungan. Kemudian, mereka meminta pertolongan kepada Nabi.
Nabi berdoa kepada Allah Swt. seketika itu mereka sembuh. Oleh karena itu,
Allah menurunkan ayat ke 10 yang menerangkan bahwa mereka tetap berada
dalam kekufuran meskipun telah diberi peringatan.
Bani Salamah yang tinggal di pinggir kota Madinah ingin pindah dekat
masjid. Sehubungan dengan itu, Allah menurunkan ayat ke 12 yang menerangkan
bahwa setiap ucapan dan langkah manusia pasti dicatat oleh Allah Swt. Setelah
ayat ke 12 diturunkan, Rasulullah menasihati Bani Salamah, “Sesungguhnya
setiap langkah menuju masjid dicatat oleh Allah sebagai amal kebajikan. Oleh
karena itu, sebaiknya kamu jangan pindah dari tempat tersebut.”31
Sebagian sahabat Ansar ada yang tinggal berjauhan dengan masjid. Lalu,
mereka mengadu kepada Rasulullah dan meminta ijin untuk pindah ke dekat
mesjid. Sehubungan dengan itu, Allah menurunkan ayat ke 12 yang menerangkan
bahwa setiap amal tidak lepas dari catatan Allah Swt. Setelah ayat ini turun,
Rasulullah menasihati orang yang mau pindah agar tidak pindah, karena setiap
langkah menuju masjid dicatat sebagai amal kebajikan.32
31 HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Hakim dengan sanad sahih dari Abi Sa’id Al-Khudhri.Imam Thabrani juga meriwayatjan dari Ibnu Abbas
32 HR. Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas
63
Ketika Ash bin Wail menghadap Rasulullah Saw. dengan membawa
tulang yang sudah rusak sambil mematah-matahkannya. Ia berkata, “Muhammad,
apakah Allah akan membangkitkan tulang yang sudah hancur ini?” Jawab Rasul,
“Ya, benar. Allah akan membangkitkan dan mematikan kamu, lalu menghidupkan
kamu kembali, serta memasukkanmu ke neraka Jahanam.” Sehubungan dengan
itu, Allah menurunkan ayat ke 77-83 yang menerangkan bahwa kekuasaan Allah
untuk membangkitkan manusia di hari kiamat adalah benar-benar kuasa dan tidak
perlu diragukan lagi.33
Keterangan: Baik Ubayyin bin Khalaf maupun Ash bin Wail yang
melatarbelakangi turunnya ayat-ayat ini adalah orang yang
mengingkari adanya hari kebnagkitan sesudah mati.
BAB IV
33 HR. Hakim dengan sanad yang kuat dari Ibnu Abbas. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan puladari Mujahid, Ikrimah, Urwah bin Zubair dan Suddu dengan tambahan bahwa orang yang datangkepada Rasulullah Saw. adalah Ubayyin bin Khalaf
64
ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN ALQURAN
TERBITAN DEPAG DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI
(Studi Kasus Surah Yasin)
A. Terjemahan 'waw' (dan) di Awal Kalimat
اولنعجنمنيبهميداأيدسونمهملفاخدسماهنيفأغشملافهصبنيور
(1.1) Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang
mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat
melihat. (Depag)
(1.2) Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang
mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat
melihat. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Kami jadikan sekat di hadapan dan belakang mereka. Selain itu, Kami
tutup mata mereka sehingga mereka tidak melihat.
لايؤمنونتنذرهمملأمنذرتهمءأعليهمسواءو
(1.3) Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada
mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan
beriman juga. (Depag)
(1.4) Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada
mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan
beriman juga. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
65
Kamu memberi peringatan atau tidak kepada mereka, hal itu sama saja,
mereka tidak akan beriman.
ورباضثالهلممحاأصبةياإذالقراءهنجلوسرالم
(1.5) Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu
negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (Depag)
(1.6) Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu
negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Buatlah suatu perumpamaan bagi penduduk suatu negeri disaat utusan-utusan
datang kepada mereka;
اوامنليلاإلاعغالبنبيالم
(1.7) Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas". (Depag)
(1.8) Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas". (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.
اءوجنامأقصةنيدلالمجىرعسمقالياقوايوبعتانيلسرالم
66
(1.9) Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki34 dengan bergegas dia
berkata, "Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu". (Depag)
(1.10) Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki35 dengan bergegas dia
berkata, "Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu". (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Ada seorang lelaki yang bernama Habib An Najjar, datang dengan buru-buru
dan berkata, 'kaumku, ikutilah utusan itu'.
اوميلالدبيأعنىالذفطروهإلينتوعجر
(1.11) Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah
menciptakanku dan yang hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
(Depag)
(1.12) Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah
menciptakanku dan yang hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. (PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah Allah yang telah
menciptakanku. Selain itu, kepadanyalah kamu akan dikembalikan.
اواملنزلىأنقعهمونمهدعبنمدنجناءممالساواكنمنيزلنم
(1.13) Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun
dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya. (Depag)
34 Menurut mufassir, laki-laki tersebut bernama Habib An-Najjar35 Ibid.,
67
(1.14) Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun
dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya. (PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Kami tidak menurunkan pasukan dari langit kepada kaumnya setelah dia
meninggal. Selain itu, Kami tidak perlu menurunkannya.
ملاكلإنوعيماجنينلدورضحم
(1.15) Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami. (Depag)
(1.16) Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami. (PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Setiap manusia akan dihadapkan kepada Kami.
ةوأيملهضةالأرتياالماهنييأحاونجراأخهنامبحهننفمأكلوي
(1.17) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati
(tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka
dari (biji-bijian) itu mereka makan. (Depag)
(1.18) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati
(tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka
dari (biji-bijian) itu mereka makan. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Tanda kebesaran Allah bagi mereka adalah bumi yang tandus. Lalu, Allah
tumbuhkan biji-bijian darinya. Oleh karena itu, dengan biji-bijian tersebut
mereka makan.
68
اولنعاجهيفناجتنلميخنابونأعونويالع نا مهيا فنرفج
(1.19) Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur
dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, (Depag)
(1.20) Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur
dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Kami jadikan di bumi itu kebun kurma, angur, serta Kami panjarkan dari bumi
mata air
ةوءايمللهاليلخسنهنمارهالنمنفإذاهومظلم
(1.21) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami
tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam)
kegelapan, (Depag)
(1.22) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami
tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam)
kegelapan, (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Tanda kebesaran Allah adalah malam. Kami tutupi siang oleh malam maka
seketika itu mereka berada dalam kegelapan.
وسمريالشجتقرتسماللهكذالريقدزتزيمالعيلالع
(1.23) dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
(Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. (Depag)
69
(1.24) dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
(Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Selain itu, matahari berjalan di tempat peredarannya. Itulah ketetapan Allah
Yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui.
ورالقماهنرازلقدنىمتحادعنوجرمكالعيالقد
(1.25) Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah
ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk
tandan yang tua. (Depag)
(1.26) Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah
ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk
tandan yang tua. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Kami tetapkan tempat peredaran bulan, sehingga (setelah bulan sampai ke
tempat peredaran terakhir) kembalilah bulan seperti bentuk tandan tua.
ةوأيملهااأنلنمحمهتيىذرفالفلكنوحشالم
(1.27) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami
angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan, (Depag)
(1.28) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami
angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan (PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri)
70
Hemat Penulis:
Tanda kebesaran Allah bagi mereka adalah Kami angkut keturunannya ke kapal
yang penuh muatan.
اولقنخملهنمهثلامنموكبري
(1.29) dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang
mereka kendarai (Depag)
(1.30) dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang
mereka kendarai (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Selain itu, Kami ciptakan juga angkutan seperti apa yang mereka kendarai.
إنومرقهغأنشفلانخريصملهومنلاهقذوني
(1.31) Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada
penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan, (Depag)
(1.32) Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada
penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan, (PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Jika Kami menghendaki, Kami akan tenggelamkan mereka sehingga tidak ada
penolong bagi mereka dan mereka tidak diselamatkan.
لإذاويقمالهقواتنيابمكميدأياولفكمخملكمنلعومحرت
71
(1.33) Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang
dihadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu
mendapat rahmat". (Depag)
(1.34) Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang
dihadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu
mendapat rahmat". (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Apabila dikatakan kepada mereka, 'Takutlah kamu akan siksa dunia dan akhirat
agar kamu mendapat rahmat'.
اومهميأتتنمأيةنمأياتهمباإلارواكانهنعنيرضعم
(1.35) Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang
kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya. (Depag)
(1.36) Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang
kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya. (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Setaip kali datang kepada mereka tanda kebesaran Allah, mereka selalu
berpaling.
لإذاويقمالهقوفاأنممقكمزقالاهللارنياالذوكفرنيلذالونآممطعأننماءلوشاهللايهمأطع
مبينضلالفىإلانتمأإن
(1.37) Dan apabila dikatakakan kepada mereka, "Infakkanlah sebagian rezeki
yang diberikan Allah kepadamu", orang-orang yang kafir itu berkata kepada
72
orang-orang yang beriman, "Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-
orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-
benar dalam kesesatan yang nyata". (Depag)
(1.38) Dan apabila dikatakakan kepada mereka, "Infakkanlah sebagian rezeki
yang diberikan Allah kepadamu", orang-orang yang kafir itu berkata kepada
orang-orang yang beriman, "Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-
orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-
benar dalam kesesatan yang nyata". (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Apabila dikatakan kepada mereka, 'Infakkanlah sebagian rezeki yang Allah
berikan'. Lalu, orang kafir berkata, 'Pantaskah kami memberi makan kepada
orang yang jika Allah menghendaki, Allah akan memberinya makan? Kamu
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
نولوقوييتمدعإنهذاالومتكننيقادص
(1.39) Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Kapan janji (hari berbangkit)
itu (terjadi) jika kamu orang-orang yang benar?" (Depag)
(1.40) Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Kapan janji (hari berbangkit)
itu (terjadi) jika kamu orang-orang yang benar?" (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Mereka (orang kafir) berkata, 'Jika kamu orang yang benar, kapan hari kiamat
itu terjadi?'
وخفىنرفوالصمفإذاهنماثدإلىالأجهمبنرسلوني
73
(1.41) Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya
(dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya. (Depag)
(1.42) Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya
(dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya. (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Ketika sangkakala ditiup, mereka keluar dari kubur menuju kepada Tuhan.
اووازتامموااليهنأيورمجالم
(1.43) Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kamu (dari
orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa! (Depag)
(1.44) Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kamu (dari
orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa! (PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Lalu, (dikatakan kepada orang kafir), 'Hai orang yang berdosa, berpisahlah
kamu sekalian dari orang mukmin.
ونيأنودباطهذااعرصميقتسم
(1.45) dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus". (Depag)
(1.46) dan hendaklah kamu menyembah-Ku. inilah jalan yang lurus". (PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Sembahlah Aku. Inilah jalan yang lurus.
74
تعقلون تكونوا أفلم كثيرا جبلا كمنم أضل لقدو
(1.47) Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar diantara
kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? (Depag)
(1.48) Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar diantara
kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Sungguh, setan itu menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Oleh karena itu,
apakah kamu tidak mengerti?
اءوشنالونسلىلطمعنهميافاأعقوبتاطسرىالصنفأنورصبي
(1.49) Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata
mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana
mungkin mereka dapat melihat? (Depag)
(1.50) Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata
mereka; sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana
mungkin mereka dapat melihat? (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Jika Kami menghendaki, Kami hapuskan penglihatan mereka, sehingga mereka
berlomba-lomba mencari jalan. Bagaimana mereka dapat melihat?
اءوشنلوماهنخسلىلمعهمتكانامافموطاعتااسيضمنلاووجعري
(1.51) Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat
mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak
sanggup kembali. (Depag)
75
(1.52) Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat
mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak
sanggup kembali. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Jika Kami menghendaki, Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada,
sehingga mereka tidak bisa berjalan dan tidak bisa kembali.
ونمهرمعنهكسنىنلقفناأفلالخلوقعي
(1.53) Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia
kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti? (Depag)
(1.54) Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia
kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti? (PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Siapa saja yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia ke awal
kejadian. Mengapa mereka tidak mengerti?
اوماهنلمعرعالشاومغبنىيإنلهوإلاهكرذآنوقرنبيم
(1.55) Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair
itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan
Kitab yang jelas, (Depag)
(1.56) Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair
itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan
Kitab yang jelas, (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
76
Hemat Penulis:
Kami tidak mengajarkan Muhammad Syair, karena bersyair itu tidak pantas
baginya. Alquran itu hanyalah Kitab pelajaran yang jelas.
مالكونلهافهمأنعاماأيديناعملتممالهمخلقناأنايرواملأو
(1.57) Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan
ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan
kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya? (Depag)
(1.58) Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan
ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan
kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya? (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk
mereka, yaitu sebagian dari kekuasaan Kami. Oleh karena itu, mengapa mereka
tidak menguasainya?
اواهذللنمالههنفممهبكوارهنمنوأكلوي
(1.59) Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu
sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka
makan. (Depag)
(1.60) Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu
sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka
makan. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
77
Hemat Penulis:
Kami menundukkan binatang itu untuk mereka. Selain itu, sebagainnya untuk
tunggangan dan makanan.
ومالههيفعافنمواربشنأفلاموكرشي
(1.61) Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka
mengapa mereka tidak bersyukur? (Depag)
(1.62) Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka
mengapa mereka tidak bersyukur? (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman. Akan tetapi, mengapa
mereka tidak bersyukur?
ينصرونلعلهمآلهةاهللادونمناتخذواو
(1.63) Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka
mengapa mereka tidak bersyukur? (Depag)
(1.64) Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat
pertolongan. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Mereka menjadikan sesembahan selain Allah agar mendapat pertolongan.
ملأورانيسإناالأناهلقنخنمطفةفإذانوهميصخنبيم
(1.65) Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari
setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (Depag)
78
(1.66) Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari
setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes
mani, tetapi dia menjadi musuh yang nyata!
وبراضثلالنموسينلقهقالخنيمحيظامالعويهنيمر
(1.67) Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal
kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang- belulang,
yang telah hancur luluh?" (Depag)
(1.68) Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal
kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang- belulang,
yang telah hancur luluh?" (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat Penulis:
Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya. Dia
berkata, 'Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah
hancur?'
أوسيالليذلقخاتاومالسوضرالأرلىبقادأنعلقخيمثلهلىمبووهلاقالخميلالع
(1.69) Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu
menciptakan kembali yang serupa itu(jasad mereka yang sudah hancur itu)?
Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. (Depag)
(1.70) Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu
menciptakan kembali yang serupa itu(jasad mereka yang sudah hancur itu)?
79
Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat Penulis:
Bukankah Allah yang menciptakan langit dan bumi serta menciptakan kembali
hal yang serupa? Benar, Allah Maha Pencipta dan Maha Mengetahui.
Setelah Penulis telaah dan analisis kedua Aquran dan Terjemahnya baik
versi Departemen Agama maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Penulis
menemukan terjemahan 'waw' (dan) yang kurang tepat cara pemakaiannya atau
tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Oleh karena itu, apabila diperhatikan dengan teliti, kalimat terjemahan
ayat Alquran di atas dapat dilihat kata dan selalu di awal kalimat yang merupakan
terjemahan dari kata و , padahal dalam kaidah bahasa Indonesia yang
disempurnakan penggunaan konjungtor dan tidak boleh di awal kalimat.
Selain itu, menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, apabila suatu
kalimat sudah diakhiri oleh titik (.) maka kalimat selanjutnya baru.
B. TERJEMAHAN إمنا, لقد, إن (INNAMA, LAQOD,INNA)
Sebagai gambaran dalam analisis kata sesungguhnya dan sungguh, Penulis akan
menuliskan beberapa ayat yang memuat kata sesungguhnya dan sungguh yang
merupakan terjemahan dari إمنا, لقد, إن sebagai berikut:
المرسلينملننكإ
(2.1) Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
(Depag)
80
(2.2) Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul, (PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat penulis:
Sungguh, engkau Muhammad salah seorang rasul
لقدقلحلىالقوعمأكثرهمنلافهونمؤي
(2.3) Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka,
kerena mereka tidak beriman. (Depag)
(2.4) Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka,
kerena mereka tidak beriman. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat penulis:
Sungguh, pasti berlaku hukuman terhadap mereka, di karenakan mereka tidak
beriman.
مقمحونفهمالأذقانإلىفهيأغلالاأعناقهمفىجعلناإنا
(2.5) Sungguh, Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan
mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. (Depag)
(2.6) Sungguh, Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan
mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. (PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri)
Hemat penulis:
Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, sementara tangan
mereka diangkat ke dagu sehingga mereka tertengadah.
81
كريموأجربمغفرةرهمفبشبالغيبالرحمنوخشيالذكراتبعمنتنذرنماإ
(2.7) ) Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang
yang mau mengikuti peringatan36 dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar
gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (Depag)
(2.8) Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang
yang mau mengikuti peringatan37 dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar
gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri)
Hemat penulis:
Sebenarnya, engkau hanya memeberi peringatan kepada orang yang mau
mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
meskipun mereka tidak melihat-Nya. Oleh karena itu, berilah mereka kabar
gembira, yaitu ampunan dan pahala yang mulia.
مبينإمامفىأحصينهشيءوكلواثارهمقدمواماونكتبالموتىنحينحنناإ
(2.9) Sungguh, Kami-lah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan
Kami-lah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang
jelas (Lauh Mahfuzh). (Depag)
36 Peringatan yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam hanyalahberguna bagi orang yang mau mengikutinya
37 Ibid.,
82
(2.10) Sungguh, Kami-lah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan
Kami-lah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang
jelas (Lauh Mahfuzh). (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat penulis:
Kamilah yang menghidupkan orang yang mati dan mencatat apa yang mereka
kerjakan, yaitu bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Oleh sebab itu, Kami
kumpulkan dalam buku yang jelas.
مبينضلاللفيإذاإني
(2.11) Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam
kesesatan yang nyata. (Depag)
(2.12) Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam
kesesatan yang nyata. (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat penulis:
Sesungguhnya, apabila aku berbuat demikian aku berada dalam kesesatan yang
nyata.
فاسمعونبربكمأمنتإني
(2.13) Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah
(pengakuan keimanan)ku". (Depag)
(2.14) Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah
(pengakuan keimanan)ku". (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat penulis:
83
Sungguh, aku telah beriman kepada Tuhanmu. Dengarkanlah pengakuan
keimananku.
فاكهونشغلفىاليومالجنةأصحابنإ
(2.15) Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam
kesibukan (mereka). (Depag)
(2.16) Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam
kesibukan (mereka). (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)
Hemat penulis:
Ketika itu, penghuni surga sibuk dengan kesenangan./
Ketika itu, penghuni surga sedang bersenang-senang.
فيكونكنلهيقولأنشيئاأرادإذاأمرهإنما
(2.17) Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya
berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (Depag)
(2.18) Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya
berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri)
Hemat penulis:
Sebenarya, jika Allah menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata, 'Jadilah'! Lalu,
jadilah sesuatu itu.
Apabila diperhatikan terjamahan Alquran dari kode 2.1-2.18 kedua versi
terjemahan di atas dengan teliti dan cermat, kita akan menemukan bahwa
terjemahan tersebut masih kurang efektif, karena adanya kata-kata yang
berlebihan dan kurangnya penerjemah dalam memilih diksi.
84
Kita tahu bahwa kata إن artinya sungguh atau sebenarnya. Namun, jika di
depannya di tambah ما yang artinya sesuatu bisa berubah artinya menjadi
sebenarnya sesuatu atau sungguh sesuatu. Oleh karena itu, tidak berlebihan
apabila Penulis menguraikan terlebih dahulu fungsi dan makna ما sebagai
berikut:
Fungsi dan makna " ما" sebagai berikut:38
1) Kata Tanya )استفهام( yang berarti apa, mana, berapa, dan siapa.
Contoh,
Apa ini? ا؟هذام
Siapa nama Anda? اسمك؟ ما
Di mana alamat Anda? عنوانك؟ما
Fikirkan, apa pendapatmu? ى؟را تذامرظانف
Hari kiamat, apa hari kiamat itu? القارعة؟ما،القارعة
2) Negasi "نفى " berarti tidak dan bukan.
Contoh:
38 Rofi'i, Bimbingan Tarjamah Arab- Indonesia, (Jakarta: Persada Kemala), h. 86-89
85
ماعندى كتاب Saya tidak punya buku
3) إسم موصول (Ism al-Mausul)
ما sebagai ism al-mausul sering diterjemahkan dengan hal, sesuatu, dan
sebagainya.
؟ مالإعلاةارزوهتاعذأامحيحصأ
Benarkah hal-hal yang disiarkan Departemen Penerangan?
ضرأى الا فمواتاومى السفامهللاو
Segala sesuatu yang di langit dan di bumi kepunyaan Allah
4) ما yang berfungsi sebagai مصدرية , yaitu ما yang dibarengi dengan fi'il
yang dibelakangnya dapat digantikan oleh masdar dan diterjemahkan sesuai
dengan masdar
Contoh:
ذلكجزيناهبمفكامررفكب(ا وهم(
Mereka kami hukum karena kekufurannya.
5) ما yang berfungsi sebagai syarat.
Contoh:
امتلق منخفرياحمسدىاهللاد
Apapun kebaikan yang kau dapat, pujilah Allah.
86
6) ما yang difungsikan untuk menyatakan rasa kagum.
Contoh:
أجمل المنظرما
Indah benar pemandangan itu!
7) ما yang berfungsi menunjukkan rentang waktu
Contoh:
اجهتدما اسطتعت
Bersungguh-sungguhlah selama Anda mampu
Hampir seluruh partikel إن dan إمنا diterjemahkan dengan sesungguhnya
dan sungguh. Dalam bahasa Arab ada satu kaidah yang disebut )القصر( , yang
artinya pengkhususan cakupan sebuah kalimat atau pernyataan. Salah satu caranya
dengan menggunakan إمنا . Dalam bahasa Indonesia ada yang disebut adverbial
limitatif,39 yang menggunakan adverbia hanya, sekedar, dan saja.
Kata لقدإن، إمنا، قد، (sesungguhnya, sungguh, demi) sesuai dengan
makna yang diterjemahkan oleh Departemen Agama. Namun, mengapa susunan
tatabahasa sasaran dalam Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama kurang
efektif? Jawabannya, para penerjemah Departemen Agama belum ada yang ahli
39 Alwi Hasan dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, edisi III, (Jakarta: Balai Pustaka,2000)
87
dalam tatabahasa bahasa Indonesia, sehingga meskipun maknanya dapat mewakili
maksud Alquran, tapi susunan redaksi dalam bahasa Indonesia kurang baik.
Jadi, seorang penerjemah bukan hanya harus menguasai bahasa sumber
saja. Akan tetapi, harus pula mampu menguasai bahasa sasaran. Oleh karena itu,
setelah kita menelaah dan meneliti cara penggunaan kata sambung yang benar
dalam bahasa Indonesia yang disempurnakan, kita bisa mempraktikkannya dalam
dunia terjemahan khususnya terjemahan Alquran.
C. EVALUASI ALQURAN DAN TERJEMAHNYA DEPARTEMEN
AGAMA DAN PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI
Dengan berakhirnya usaha dalam menemukan sebab-sebab terjadinya penempatan
atau penerjemahan kata, frasa, dan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang disempurnakan dapat diketahui bagaimana perihal
bahasanya. Dalam terjemahan surah Yasin di atas masih banyak kesalahan yang
tidak sesuai menurut aturan bahasa Indonesia sebagai bahasa penerima.
Tidak dipungkiri, dalam menerjemahkan seorang penerjemah sering
menjumpai kesulitan, di antaranya:
B.1. Banyak kata dalam bahasa sumber (BSu) yang belum ada padanannya
dalam bahasa sasaran (BSa).
B.2. Struktur bahasa sumber berbeda dengan struktur bahasa sasaran
(bahasa Indonesia).
Oleh karena itu, penerjemah harus menguasai dengan baik kaidah bahasa
sumber dan bahasa sasaran, sehingga amanat yang ada dalam bahasa sumber
dapat diungkapkan dalam bahasa sasaran secara baik. Hasil terjemahan dapat baik
bila penerjemah menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan baik. Selain
88
itu, penerjemah harus mengusai bidang ilmu yang diterjemahkan. Maksud dari
penguasaan bahasa dalam hal ini adalah penguasaan membaca, menulis, dan
berbicara. Hal itu semua bersumber dari pengetahuan mendalam atas kaidah
bahasa itu sendiri.
Kegiatan menerjemah berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal,
situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber.40 Berdasarkan
pendapat ini dapat disimpulkan bahwa unsur yang penting dalam mencari
pedoman atau acuan sebagai landasan menerjemahkan adalah pengetahuan
penerjemah yang mendalam mengenai kaidah atau tata bahasa dimaksud. Hal ini
menyangkut struktur, arti kata, sejarah, sosial budaya, serta nuansa-nuansa bahasa
itu sendiri.
Jadi, Penulis mengevaluasi bahwa Alquran dan Terjemahnya baik versi
Depag maupun PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, sebagai berikut:
A. Dari sudut pandang tujuan:
A.1. Bukti perhatian pemerintah atas perlunya pembangunan masyarakat
untuk mencapai kesejahteraan rohaniah di samping kesejahteraan lahiriah.
A.2. Bukti perhatian yang besar pihak PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
terhadap Alquran dari segi pemeliharaan penulisan maupun pencetakannya, serta
upaya melancarkan penyebaran Alquran dan terjemahan maknanya ke dalam
bahasa Indonesia.
B. Dari sudut pandang bahasa terjemahan
B.1. Adanya penggunaan kata penghubung dan, maka yang tidak sesuai
dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
40 Mildred Larson, Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan antarBahasa, terjemahan Kencanawati Taniran, (Jakarta: Arcan, 1989), h. 3
89
B.2. Adanya susunan gramatikal yang kurang tepat dalam kedua Alquran
dan Terjemahnya tersebut.
B.3. Susunan redaksi kedua Alquran dan Terjemahnya tersebut sama, baik
susunan gramatikalnya maupun pemilihan diksinya.
D. ALTERNATIF TERJEMAHAN
Maksud alternatif terjemahan di sini adalah kembali kepada syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh seorang penerjemah dan tahapan-tahapan yang harus dilalui
serta dicermati oleh seorang penerjemah.
Penulis memperhatikan jumlah tim Penyempurnaan Terjemahan Alquran
dan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran dapat diproyeksikan bahwa kesalahan
bahasa sasaran yang terdapat dalam terjamahan Alquran akan teratasi sedikit demi
sedikit, tetapi kalau kita perhatikan hal itu tidak terjadi.
Jadi, Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada tim
Penyempurnaan Terjemahan Alquran dan Lajnah Pentashih Mushaf Alquran dan
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri yang berusaha memperkaya Alquran
terjemah. Hal ini sangat membantu bagi orang yang tidak mengerti bahasa Arab.
Namun, di sana-sini masih banyak Penulis temukan penempatan-penempatan kata
yang tidak sesuai dengan struktur bahasa penerima. Oleh karena itu, Penulis
hanya berusaha memperbaiki bahasa sasaran saja dari segi gramatikal.
Dalam memenuhi tahapan-tahapan terjemahan, seorang penerjemah
memiliki dua alternatif. Pertama, ia harus memenuhi syarat-syarat yang
dibutuhkan oleh seorang penerjemah. Kedua, ia harus bekerja sama dengan para
ahli bahasa, terutama dalam hal pilihan padanan kata (diksi) dan pilihan bentuk
kalimat yang cocok di dalam bahasa sasaran.
90
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang Penulis lakukan dalam mengkritik hasil terjemahan
kedua versi Alquran dan Terjemahnya, baik Departemen Agama maupun PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, Penulis menyimpulkan beberapa hal tentang
tatabahasa bahasa Indonesia khususnya kata penghubung dan, maka, jika, dan
sesungguhnya serta sungguh.
A.1. Kekurangan Alquran dan Terjemahnya Versi Depag dan PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
A.1.1. Kalimat terjemahan yang bertentangan dengan Tata Baku Bahasa
Indonesia khususnya mengenai penyalahgunaan kata penghubung dan yang
diletakan di awal kalimat ditemukan sebanyak 34 kali.
A.1.2. Banyak penggunaan tanda baca yang tidak sesuai dengan kaidah
bahasa sasaran sehingga makna ayat Alquran tidak jelas. Oleh karena itu, seorang
penerjemah khususnya penerjemah kitab suci harus perlu memperhatikan betul
masalah-masalah yang dihadapi, terutama yang berhubungan dengan tata bahasa
sumber dan tata bahasa sasaran sehingga makna yang dimaksud pengarang atau
penulis dapat disampaikan dengan benar dan tepat kepada bahasa penerima
sebagai bahasa tujuan. Selain itu, penerjemah harus menguasai perbedaan budaya
antara kedua bahasa tersebut.
A.1.3. Masih ditemukan bentuk kalimat terjemahan yang berlebihan. Hal ini
terjadi karena terjemahan ayat-ayat Alquran masih menggunakan metode
terjemahan kata demi kata, padahal metode terjemahan tersebut tidak selalu tepat
92
dan lazim dalam bahasa sasaran. Jadi, dalam menerjemahkan sebuah teks ke
bahasa sasaran, penerjemah sebaiknya menggunakan kalimat bahasa sasaran
bukan bahasa sumber. Oleh karena itu, para ahli terjemah mengatakan bahwa
seorang penerjemah harus dapat berubah-ubah pikiran dalam waktu singkat dari
satu budaya ke budaya lain. Artinya, waktu membaca kalimat dalam bahasa asing,
penerjemah berada dalam lingkungan budaya asing. Namun, beberapa detik
kemudian penerjemah harus berubah mengikuti budaya bahasa sasaran, karena
hasil terjemahannya akan dibaca oleh pemilik bahasa sasaran.
A.1.4. Banyak terjemahan harf taukid seperti قد , لقد, إمنا, إن yang tidak sesuai
dengan konteks dan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan. Oleh karena
itu, jika terjemahan قـد , لقـد , إمنـا , إن tidak mempengaruhi makna untuk tidak
diterjemahkan maka sebaiknya dibuang. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh
pakar-pakar bahasa seperti Peter Neumark dan J.C. Catford bahwa dalam
menerjemahkan teks dari satu bahasa ke bahasa lain, metode semantis dan
komunikatiflah yang tepat digunakan bukan metode kata demi kata.
A.1.5. Masih Penulis temukan penggunaan diksi yang spesifik dalam
terjemahan. Akibatnya pembaca mempunyai pemahaman individual yang berbeda
dengan pemahaman tentang kata atau rangkaian kata yang digunakan. Oleh karena
itu, ada tiga penyebab utama terjadinya penggunaan diksi yang spesifik. Pertama,
penerjemahan kata demi kata. Kedua, adanya anggapan bahwa kata-kata ini sudah
melembaga sehingga dianggap benar. Ketiga, penerjemah kurang memperhatikan
bahwa kata yang digunakannya tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku.
93
A.1.6. Adanya penggunaan kata yang tidak baku dalam terjemahan. Meskipun
maknanya dapat dipahami tetapi terasa sangat mengganggu khususnya orang-
orang yang biasa menggunakan bahasa Indonesia dengan benar.
A.1.7. Penerjemahan yang dilakukan tim penerjemah bisa dikatakan belum
sepenuhnya mencerminkan kelaziman bahasa penerima. Oleh karena itu, tim
penerjemah masih diharapkan dapat menyajikan terjemahan yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan. Bahasa yang sesuai dan bahasa
yang baik. Baik karena cocok dengan konteks. Jika kita menggunakan ragam
bahasa yang tidak sesuai dengan konteks maka bahasa yang digunakan belum
tentu dapat dikatakan bahasa yang baik.
A.1.8. Alquarn dan Terjemahnya versi PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
tidak dilengkapi dengan sambutan-sambutan yang mencerminkan bahwa Alquran
dan Terjemahnya itu mempunyai kelebihan, baik Lajnah Pantashih Mushaf
Alquran Depag, Menteri Agama RI, PT Sabiq, Pewakaf Alquran, dan PT Tiga
Serangkai.
A.1.9. Alquran dan Terjemahnya Departemen Agama tidak dilengkapi dengan
glosarium.
A.2. Kelebihan Alquran dan Terjemahnya Versi Depag dan PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
A.2.1. Alquran dan Terjemahnya versi Depag dilengkapi dengan:
1) Footnote untuk kata-kata yang memerlukan penjelasan. Contoh,
surah Yasin ayat 26. Ada keterangan di bawah (footnote) bahwa
menurut riwayat, laki-laki itu dibunuh oleh kaumnya setelah
mengucapkan kata-kata sebagai nasihat untuk kaumnya.
94
2) Sambutan Menteri Agama Republik Indonesia, Muhammad M.
Basyuni.
3) Kata pengantar Ketua Lajnah Pentashih Mushaf Alquran
Departmen Agama Republik Indoneisa.
4) Daftar Surah.
5) Pedoman Transliterasi Arab-Latin
6) Daftar Kepustakaan.
A.2.2. Alquran dan Terjemahnya versi PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
dilengkapi dengan:
1) Indek Surah.
2) Tanda sifir.
3) Daftar ayat Sajdah.
4) Doa sujud Tilawah.
5) Transliterasi Arab-Latin
B. SARAN-SARAN
Melihat kekurangan dan kelebihan Alquran dan Terjemahnya kedua versi
tersebut, Penulis ingin mengajukan beberapa saran yang mungkin sedikit dapat
membantu mewujudkan maksud dan tujuan diterbitkannya Alquran dan
Terjemahnya. Antara lain:
1. Kepada Lajnah Pentashih Mushaf Alquran untuk merevisi kembali
Alquran dan Terjemahnya 2007 sebelum menyebar luas ke khalayak pembaca.
2. Agar merekrut para ahli yang memahami kaidah tata bahasa baik bahasa
Indonesia mapun bahasa Arab.
95
3.Memberi sangsi kepada penerbit yang menerjemahkan Alquran tidak
melalui Pentashih Musfhaf Alquran yang telah ditunjuk.
4.Kepada orang yang bergelut dalam penerbitan untuk memperhatikan
redaksi terjemahan ayat-ayat Alquran yang diterbitkannya di bawah pengawasan
Pentashih Mushaf Alquran
5.Kepada orang yang bergerak dalam penerbitan untuk tidak hanya
mementingkan kepentingan bisnis semata, tapi untuk kesejahteraan umat. Hal ini
dengan cara turut memperbaiki dan melengkapi terjemahan kitab suci di bawah
pengawasan badan yang berwenang.
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lajnah Pentashih
Mushaf Alquran dan PT Tiga SErangkai Pustaka Mandiri yang selalu berusaha
memperkaya Alquran dan Terjemahnya.
Daftar Pustaka
96
Lubis, Ismail. Falsifikasi Terjemahan Alquran. Yogyakarta: Tiara Wacana,
2001.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Alquran. Bandung: Mizan, 1996.
________________. Tafsir al-Misbâh. Vol. II. Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000.
Setiawan, M. Nur Kholis. Alquran Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: Penerbit
eLSAQ Press, 2005.
Chalil, Munawar. Alquran dari Masa ke Masa. Semarang: C.V. Ramadhani, tanpa
tahun.
Saefuddin Buchari, Didin. Pedoman Memahami Kandungan Alquran. Bogor:
Granada Sarana Pustaka, 2005.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2004.
____________. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2005.
Mansyur, Muh. dan Kustiawan. Panduan Terjemahan. Jakarta: PT Moyo Segoro
Agung, 2002.
Syihab, M. Quraish. dkk. Sejarah dan 'Ulum Alquran. Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001.
Harardi, R. Kunjana. Seni Memilih Kata. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusatama, 2007.
______________. Dimensi-dimensi Kebahasaan (aneka masalah bahasa
Indonesia terkini). Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.
97
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah (metode dan wawasan menerjemah teks
Arab). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.
Nadwi, Abdullah Abbas. Belajar Mudah Bahasa Alquran. Bandung: Mizan Media
Utama, 2001.
Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: PT Grasindo, 2000.
Al-Azami, M.M. Sejarah Teks Alquran (dari wahyu sampai kompilasi) . Jakarta:
Gema Insani, 2005.
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Penerbit Nusa Indah, 1997.
Kushartanti. dkk. Pesona Bahasa (langkah awal memahami linguistik). Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Marahimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,
2005.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 1996.
Al-Jarim, Ali dan Usman, Mustafa. Al-Balâghatul Wâdhihah, diterjemahkan oleh
Nurkholis, Mujiono dkk. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000.
Rofi'i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia 1. Jakarta: Persada Kemala, 2002.
Rofi'i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia 2. Jakarta: Persada Kemala, 2002.
Ismai, Hasyim. Jadwal al-Huruf . Surabaya: Bughul Indah.
___________.Jadwal as-Shof. Surabaya: Bughul Indah.
Ni'mah, Fuad. Mulakhkhas Qawa'id al-Lugah al-Arabiah. Beirut: Dar al-Tsaqafah
98
al-Islamiyah.
Ghufran Zainau al-Aalam, Muhammad. al-Balâghah fi ilmi al-Bayân wa al-
Maâni wa al-Badî. Gontor: Dar al-Salam.
Syarif Hidayatullah, Moch. Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan.
Jakarta: Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah.
Mukhtar Umar, Ahmad dan an-nuhas Zahron, Mustafa. an-Nahwu al-Asasi.
Madinah: Dar al-Fikri al-Arabi', 1997.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2006.
Ali, Atabik dan Muhdlor, A. Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.
Yogjakarta: Multi Karya Grafika.
Almunawwir, Warson Ahmad. Kamus Al-Munawwir (Arab-Indonesia).
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1993.
Muslim, Romdoni. Kamus Mufrod-Jama' (Arab-Indonesia). Jakarta: PT Intimedia
Cipta Nusantara.
Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic. Reprintened by Librairie du
Liban, 1980.