Upload
lia-angeline
View
260
Download
2
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Autoimmune epilepsy gives us a clue to understand the criptogenic site of epilepsy. This ppt will help you to understand about autoimmune epilepsy better.
Citation preview
EPILEPSI AUTOIMUNKARAKTERISTIK KLINIS DAN
RESPON TERHADAP IMUNOTERAPIAmy M. L. Quek, MBBS; Jeffrey W. Britton, MD; Andrew McKeon, MD; Elson So, MD;
Vanda A. Lennon, MD, PhD; Cheolsu Shin, MD; Christopher J. Klein, MD; Robert E. Watson Jr, MD, PhD;
Amy L. Kotsenas, MD; Terrence D. Lagerlund, MD; Gregory D. Cascino, MD; Gregory A. Worrell, MD, PhD;
Elaine C. Wirrell, MD; Katherine C. Nickels, MD; Allen J. Aksamit, MD; Katherine H. Noe, MD; Sean J. Pittock, MDArch Neurol. 2012;69(5):582-593
Lia Angelin Adriana
ABSTRAK
Bangkitan tetap terjadi pada 1/3 kasus dengan
terapi OAE yang adekuat
Etiologi epilepsi seringkali belum jelas
Kejang merupakan gejala yang umum terjadi pada
gangguan neurologis autoimun, terutama pada
limbik ensefalitis atau gangguan paraneoplastik
multifokal
AUTOANTIBODI
PARANEOPLASTIC LIMBIC ENCEPHALITIS
• Antineuronal nuclear antibody type 1
• Collapsin response-mediator protein 5 (CRMP-5)
• Ma2
LIMBIC ENCEPHALITIS
• Voltage-gated potassium channel (VGKC) complex
• Glutamic acid decarboxylase 65 (GAD65) antibodies
Juga dilaporkan ditemukan pada pasien epilepsi yang resisten OAE
AUTOANTIBODI YANG SANGAT BERHUBUNGAN DENGAN BANGKITAN KLINIS
•N-methyl-D-aspartate (NMDA),
• Ý -aminobutyric acid B
• 24-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazolepropionic acid (AMPA) receptors
TUJUAN
Menjelaskan karakteristik dan respon terhadap imunoterapi pada pasien dengan epilepsi autoimun.
METODE
Pasien yang telah dievaluasi baik di klinik autoimun neurologi dan klinik epilepsi selama periode 1 januari 2005 hingga 31 desember 2010, yang mengarah ke epilepsi autoimun.
Epilepsi autoimun:
Epilepsi autoimun didefinisikan sebagai (1) epilepsi sebagai gejala yang eksklusif (n=11)
atau predominan (n=21)
2) patogenesis autoimun yang dicurigai oleh dokter yang menangani berdasar pada deteksi autoantibodi neuronal, LCS atau MRI khas yang
mengarah pada inflamasi
METODE
MRI kep
ala d
an
whole-b
ody
radiol
abele
d
fluorod
eoxy
gluco
se
positr
on e
miss
ion
tom
ogra
phy (F
DG-
PET)
scan
s
Electroencephalogram (EEG)
Skrining antibodi
neural
PASIEN
METODE
• Respon terhadap imunoterapi dikategorikan berdasarkan laporan dokter yang merawat dan pasien, meliputi: bebas bangkitan, pengurangan frekuensi dan derajad bangkitan, atau tidak ada perubahan.
• Data disajikan dalam bentuk median (rentang dan rentang interkuartil) untuk variabel kontinu dan angka (persentase) untuk variabel kategorikal.
• Perbedaan antara responders (pasien dengan bebas bangkitan atau perbaikan) dan nonresponders dibandingkan menggunakan uji t tak berpasangan, ANOVA, dan Wilcoxon rank sum tests untuk variabel kontinu dan Fisher exact tests untuk variabel kategorikal.
HASIL
PROFIL KLINIS, LCS DAN AUTOANTIBODI
KARAKTERISTIK KLINIS
59% adalah wanita
Median usia onset 56.0 th (rentang, 5-79 th).
Median riwayat bangkitan adalah 5 bulan (rentang, 3 minggu - 12 th).
Autoimun dicurigai berdasarkan deteksi neural autoantibody (91%), LCS inflamasi (leukositosis atau pita imunoglobulin oligoklonal yang eksklusif pada LCS) (31%), atau karakteristik MRI yang menunjukkan inflamasi (63%)
KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN EEG
Bangkitan parsial adalah gejala klinis predominan:
• Parsial simpleks dengan atau tanpa aura 27 dari 32 (84%)
• Parsial kompleks 26 dari 32 (81%)
• Secondary generalized tonic-clonic 17 dari 32 (53%)
Semiologi bangkitan bervariasi atau berubah dari waktu ke waktu pada 12 pasien (38%)
KARAKTERISTIK PENGOBATAN OAE
Kebanyakan pasien (81%) mengkonsumsi 2 /lebih OAE pada saat perekrutan (median, 3 OAE), namun kejang masih frekuen:
• 26 (81%) pasien mengalami bangkitan tiap hari;
• 6 (19%) pasien mengalami sedikitya 1 bangkitan per bulan
KAEAKTERISTIK BEDAH EPILEPSI
•Dua pasien telah menjalani bedah epilepsi tanpa hasil yang bermanfaat
•Tidak ada seorangpun dengan neoplasma
KARAKTERISTIK EEG & MRI
20 pasien: interictal
epileptiform discharges
15 pasien:electrographic
seizures
13 pasien:Gel. slow fokal
12 pasien:Gel. slow general
3 pasien:Tidak ditemukan
abnormalitas
1 pasien dgn EEG normal
dijumpai inflamasi pada
MRI
MANIFESTASI NEUROPSIKIATRI LAINNYA
20 pasien (63%)Dengan gangguan
memori dan kognitif
8 pasien (25%) dengan perubahan kepribadian
6 pasien (19%) dengan depresi atau anxietas
Perubahan neurokognitif muncul pada 3 dari 11
pasien yang tidak menampakkan perubahan memori dan afek pada saat
perekrutan (34%)
TEMUAN NEUROIMAGING
15 pasien (47%) menunjukkan MRI normal pada awal evaluasi bangkitan
Abnormalitas pada 22 pasien
TEMUAN NEUROIMAGING
Abnormalitas MRI
Kemungkinan terjadi pe-rubahan akibat inflamasiPerubahan pasca operasi
Abnormalitas didapatkan pada 22 (17 pada evaluasi awal, 5 pada imaging follow up):
Kemungkinan terjadi perubahan MRI akibat inflamasi ditemukan pada 20 pasien (63%), dua sisanya perubahan pasca operasi
TEMUAN NEUROIMAGING
ABNORMALITAS MRI25 pasien menunjukkan
oedema serebri dan hiperintensitas pada T2
Amygdalohippocampal complex (17 pasiens
[53%])
Extramedial temporal structures (6 pasien
[19%])
19 pasien mendapatkan injeksi kontras gadolinium
6 pasien (32%) dengan penyangatan pasca pemberian kontras
5 pasien (26%) didapatkan restricted
diffusion
PROFIL AUTOANTIBODI DAN SKRINING KEGANASAN
AUTOANTIBODI NEURAL
29 pasien (91%) didapatkan autoantibodi neural
18 pasien dengan VGKC complex
14 pasien terikat dengan
dengan Lgi1
1 pasien dengan Caspr2
3 tidak diketahui
7 pasien dengan GAD65
2 pasien dengan CRMP-5
1 pasien dengan Ma
(MNMA 1 and 2)
1 pasien dengan NMDA
receptor autoantibodie
s
1 pasien dengan
neuronal nicotinic
acetylcholine receptor
ganglionic type
autoantibodies
3 pasien tdk
terdeteksi
2 LCS inflamasi, 3
MRI abnormal, 2 riw. Kanker
(+), lab infeksi (-)
IMMUNOTHERAPY DAN RESPON
27 pasien menjalani prosedur
imunoterapi
12 pasien mendapatkan IVMP saja
3 pasien mendapatkan IVIg saja
12 pasien mendapatkan kombinasi IVMP, IVIg, cyclophosphamide, atau plasmapheresis
22 dari 27 pasien (81%)
membaik secara klinis
setelah imunoterapi
3-72 months(median 17 months)
18 pasien (67%) mencapai bebas kejang dengan
median 10 bulan
8 pasien (44%) bebas kejang
dalam 12 minggu dan tanpa gejala
sisa
Fungsi memori dan kognitif membaik pada 10 pasien
Pasien lain didapatkan defisit neurologis residual
4 pasien mengalami
gangguan mood atau kepribadian
1 pasien mengalami gejala
sisa afasia
IMAGING PASKA IMUNOTERAPI
Dilakukan pada 15 pasien:
• 4 pasien tanpa perubahan imaging
• 5 pasien mengalami reduksi ukuran hiperintensitas
• 5 pasien mengalami atrofi dan sklerosis hipokampus
• 1 pasien dengan hiperintensitas T2 di lobus posterolateral temporal kanan sebelum imunoterapi mengalami resolusi sempurna.
NILAI ANTIBODI PASCA IMUNOTERAPI
Dilakukan pada 10 pasien:
• Dari 7 pasien dengan VGKC complex–seropositive, pasca terapi nilainya menurun pada 3 pasien dan menjadi tak terdeteksi pada 3 pasien lainnya.
• CRMP-5 IgG menjadi negatif pada 2 pasien
• Kadar GAD65 antibodi menurun pada 1 pasien
DISKUSI
Ensefalitis limbik telah dipercaya menjadi penyebab sklerosis
hipokampus dan epilepsi lobus
temporal onset dewasa.
Sepertiga pasien mengalami bangkitan sebagai satu-satunya
gejala klinis. Dupertiga nya
mengalami defisit neurologis tambahan, termasuk perubahan
kognitif dan kepribadian.
12 pasien menunjukkan
perubahan inflamasi pada MRI
Lesi inflamasi limbik dan aktivitas
bangkitan berkontribusi
terhadap bertambahnya
gangguan neurokognitif
Tidak menyingkirka
n adanya proses terkait
imun
MRI normal pada sekitar setengah pasien
LCS juga normal pada sekitar setengah pasien
Brain FDG-PET untuk studi lebih
lanjut
Mayoritas pasien memiliki kompleks autoantibodi neuronal VGKC
Autoimunitas Voltage-gated potassium channel complex pertama kali dilaporkan pada pasien dengan neuromyotonia (Isaacs syndrome), Morvan syndrome, dan ensefalitis limbik
Dua grup independen melaporkan bahwa autoantigen target bukanlah VGKC tetapi protein neuronal (Lgi1 and Caspr2)
Leporan terdahulu menyebutkan bahwa Lgi1 adalah target utama pada ensefalitis, sedangkan Caspr2 lebih sering berhubungan dengan manifestasi pada susunan saraf tepi. Lgi1dikenal sebagai gen penyebab epilepsi parsial autosomal dominan dengan gejala auditorik.
Satu pasien memiliki autoantibodi NMDA receptor
Ensefalitis autoimun NMDA reseptor sering ditemukan bersamaan dengan teratoma ovarii dan gejala klinis streotipik yang dimulai dengan gejal aprodromal mirip infeksi virus, gejal apsikiatrik, gangguan memori, diskinesia, kejang dan koma serta hipoventilasi. Pasien ini menunjukkan gejala sebagai bangkitan afasik yang intraktebel dan perubahan inflamatorik pada kortikal kiri
Trial 6-12 minggu
imonoterapi (IVMP atau IVIg
setiap hari selama 3 hari
dilanjutkan tiap minggu
PF, evaluasi LCS,
skrining antibodi neuronal
Suspek autoimun epilepsi
• Test autoantibodi selektif tidak dianjurkan karena tidak ada satupun secara definit berhubungan dengan bangkitan
• Tidak ditemukannya antibodi neuronal tidak menggugurkan diagnosis
22 dari 27 pasien (81%), menunjukkan respon positif dan terapi dini berhubungan dengan outcome yang lebih baik (P < 0.05)
SUGGESTION
Imunoterapi tidak digunakan sebagai terapi tunggal untuk mengontrol bangkitan
Imunoterapi harus digunakan secara kombinasi dengan OAE
LIMITATION
Perjalanan alami epilepsi autoimunKriteria seleksi untuk pasien epilepsi yang sekiranya akan mendapatkan manfaat dari imunoterapiWaktu yang tepat pemberian imunoterapi
Durasi optimal untuk pemberian imunoterapi jangka panjang
KA PAN