29
ENSEFALITIS PADA ANAK Pembimbing : dr. Afaf Susilawati,spA Disusun oleh : Syarifah Zawani Binti Tuan Sariff 030.08.307

Ensefalitis Pada Anak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ensefalitis Pada Anak

ENSEFALITIS PADA ANAK

Pembimbing : dr. Afaf Susilawati,spA

Disusun oleh :Syarifah Zawani Binti Tuan Sariff

030.08.307

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD KOJA,JAKARTA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2013

Page 2: Ensefalitis Pada Anak

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disahkan, referat ILMU KESEHATAN ANAK yang berjudul

ENSEFALITIS PADA ANAK

Yang disusun oleh :

Nama :Syarifah Zawani Binti Tuan Sariff

NIM : 030.08.307

Sebagai salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakPeriode 1 April 2013- 8 Juni 2013

Jakarta, 10 Mei 2013Tertanda,

dr. Afaf Susilawati, Sp. A

1

Page 3: Ensefalitis Pada Anak

I. PENDAHULUAN

Ensefalitis adalah suatu peradangan akut dari jaringan parenkim otak yang

disebabkan oleh infeksi dari berbagai macam mikroorganisme dan ditandai dengan

gejala-gejala umum dan manifestasi neurologis.

Penyakit ini dapat ditegakkan secara pasti dengan pemeriksaan mikroskopik

dari biopsi otak, tetapi dalam prakteknya di klinik, diagnosis ini sering dibuat

berdasarkan manifestasi neurologi, dan temuan epidemiologi, tanpa pemeriksaan

histopatologi.

Apabila hanya manifestasi neurologisnya saja yang memberikan kesan adanya

ensefalitis, tetapi tidak ditemukan adanya peradangan otak dari pemeriksaan patologi

anatomi, maka keadaan ini disebut sebagai ensefalopati.

Jika terjadi ensefalitis, biasanya tidak hanya pada daerah otak saja yang

terkena, tapi daerah susunan saraf lainnya juga dapat terkena. Hal ini terbukti dari

istilah diagnostik yang mencerminkan keadaan tersebut, seperti meningoensefalitis.

Mengingat bahwa ensefalitis lebih melibatkan susunan saraf pusat

dibandingkan meningitis yang hanya menimbulkan rangsangan meningeal, seperti

kaku kuduk, maka penanganan penyakit ini harus diketahui secara benar.Karena

gejala sisanya pada 20-40% penderita yang hidup adalah kelainan atau gangguan pada

kecerdasan, motoris, penglihatan, pendengaran secara menetap.

Angka kematian untuk ensefalitis masih relatif tinggi berkisar 35-50% dari

seluruh penderita.Sedangkan yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang nyata

dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental dan

masalah tingkah laku.

2

Page 4: Ensefalitis Pada Anak

II. DEFINISI

Ensefalitis merupakan suatu inflamasi parenkim otak yang biasanya disebabkan

oleh virus. Ensefalitis berarti jaringan otak yang terinflamasi sehingga menyebabkan

masalah pada fungsi otak. Inflamasi tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan

kondisi neurologis anak termasuk konfusi mental dan kejang.[1,2]

Ensefalitis terdiri dari 2 tipe yaitu: ensefalitis primer (acute viral ensefalitis)

disebabkan oleh infeksi virus langsung ke otak dan medulla spinalis. Dan ensefalitis

sekunder (post infeksi ensefalitis) dapat merupakan hasil dari komplikasi infeksi virus

saat itu.[3]

III. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Usia, musim, lokasi geografis, kondisi iklim regional, dan sistem kekebalan tubuh

manusia berperan penting dalam perkembangan dan tingkat keparahan penyakit. Di

AS, terdapat 5 virus utama yang disebarkan nyamuk: West Nile, Eastern Equine

Encephalitis, Western Equine Encephalitis , La Crosse, dan St. Louis Encephalitis.

Tahun 1999,  terjadi  wabah virus West Nile (disebarkan oleh nyamuk Culex)di kota

New York. Virus terus menyebar hingga di seluruh AS. Insidensi di USA dilaporkan

2.000 atau lebih kasus viral ensefalitis per tahun, atau kira-kira 0,5 kasus per 100.000

penduduk.

Virus Japanese Encephalitis adalah arbovirus yang paling umum di dunia

(virus yang ditularkan oleh nyamuk pengisap darah atau kutu) dan bertanggung jawab

untuk 50.000 kasus dan 15.000 kematian per tahun di sebagian besar dari Cina, Asia

Tenggara, dan anak benua India.[4]

Kejadian terbesar adalah pada anak-anak di bawah 4 tahun dengan kejadian

tertinggi pada mereka yang berusia 3-8 bulan.[1]

IV. ETIOLOGI3

Page 5: Ensefalitis Pada Anak

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya

bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang terpenting dan

tersering ialah virus. Beberapa mikroorganisme yang dapat menyebabkan ensefalitis

terbanyak adalah Herpes simpleks, arbovirus, Eastern and Western Equine, La

Crosse, St. Louis encephalitis. Penyebab yang jarang adalah Enterovirus (Coxsackie

dan Echovirus), parotitis, Lassa virus, rabies, cytomegalovirus (CMV).[5,6]

Klasifikasi yang diajukan oleh Robin ialah :

1. Infeksi virus yang bersifat epidemik

a. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

b. Golongan virus ARBO : Western equine encephalitis, St. Louis

encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,

Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

2. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simplex, Herpes

zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis dan jenis

lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

3. Ensefalitis pasca infeksi : pasca morbili, pasca varisela, pasca rubela, pasca

vaksinia, pasca mononukleosis infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti

infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.

Meskipun di Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus ensefalitis, tetapi baru

Japanese B encephalitis yang ditemukan.

Klasifikasi berdasarkan penyebab

4

Page 6: Ensefalitis Pada Anak

a)ENSEFALITIS SUPURATIVA

Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus,

streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.

-Patogenesis:

Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis

Media ,mastoiditis,sinusitis,atau dari piema yang berasl dari radang, abses di

dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur

terbuka,trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis.Reaksi dini

jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema,kongesti yang

disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang

meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula.

Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.

- Manifestasi klinis

Secara umum gejala berupa trias ensefalitis ;

1.Demam

2.Kejang

3.Kesadaran menurun

Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi

umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala

yang kronik dan progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran

menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.Tanda-tanda

deficit neurologist tergantung pada lokasi dan luas abses.(2,3,4,5)

2. ENSEFALITIS VIRUS

Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :

1. Virus RNA

Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili

Rabdovirus : virus rabies

Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virusdengue)

Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)

Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria

2. Virus DNA5

Page 7: Ensefalitis Pada Anak

Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus,virus

Epstein-barr

Poxvirus : variola, vaksinia

Retrovirus : AIDS

Manifestasi klinis

Dimulai dengan demam, nyeri kepala, vertigo, nyeri badan, nausea, Kesadaran

menurun, timbul serangan kejang-kejang, kaku kuduk,hemiparesis dan

paralysis bulbaris.(1,2,3,4,5)

3. ENSEFALITIS KARENA PARASIT

a. Malaria serebral

Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral.

Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel

darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama

Lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic

petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput

otak dan jaringan otak.

Gejala-gejala yang timbul : demam tinggi.kesadaran menurun hingga koma.

Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.

b. Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan

gejala –gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam

tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot

dan jaringan otak.

c. Amebiasis

Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang

di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.

Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku

kuduk dan kesadaran menurun.

d. Sistiserkosis

6

Page 8: Ensefalitis Pada Anak

Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa

dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva

dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan

parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar

didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula

disekitarnya.

Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.(2,4)

4. ENSEFALITIS KARENA FUNGUS

Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans,

Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor

mycosis.

Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat

ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya

infeksi adalah daya imunitas yang menurun.(2,4)

5. RIKETSIOSIS SEREBRI

Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat

menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli

yangterdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar

pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang

terkena akan terjadi trombosis.

Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian

mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi

yang tersebar.(2,4)

V. PATOGENESIS

7

Page 9: Ensefalitis Pada Anak

Virus masuk tubuh melalui beberapa jalan. Tempat permulaan masuknya virus

dapat melalui kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Setelah masuk ke

dalam tubuh virus akan menyebar dengan beberapa cara:

1. Setempat: virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau

organ tertentu.

2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian

menyebar ke organ dan berkembang biak di organ-organ tersebut.

3. Penyebaran hematogen sekunder: virus berkembang biak di daerah pertama

kali masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.

4. Penyebaran melalui saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir

dan menyebar melalui sistem saraf.[5]

Pada keadaan permulaan akan timbul demam pada pasien, tetapi belum ada

kelainan neurologis. Virus akan terus berkembang biak, kemudian menyerang

susunan saraf pusat dan akhirnya diikuti oleh kelainan neurologis. [5]

HSV-1 mungkin mencapai otak dengan penyebaran langsung sepanjang akson

saraf.[7]

Kelainan neurologis pada ensefalitis disebabkan oleh:

1. Invasi dan pengrusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang

berkembang biak.

2. Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat

demielinisasi, kerusakan vaskular dan paravaskular. Sedangkan virusnya

sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak.

3. Reaksi aktivitas virus neurotopik yang bersifat laten.[5]

Tingkat demielinasi yang mencolok pada pemeliharaan neuron dan aksonnya

terutama dianggap menggambarkan ensefalitis “pascainfeksi” atau alergi. Korteks

serebri terutama lobus temporalis, sering terkena oleh virus herpes simpleks;

arbovirus cenderung mengenai seluruh otak; rabies mempunyai kecenderungan

pada struktur basal.[7]

8

Page 10: Ensefalitis Pada Anak

Seberapa berat kerusakan yang terjadi pada SSP tergantung dari virulensi virus,

kekuatan teraupetik dari system imun dan agen-agen tubuh yang dapat menghambat

multiplikasi virus.

Banyak virus yang penyebarannya melalui manusia. Nyamuk atau kutu

menginokulasi virus Arbo, sedang virus rabies ditularkan melalui gigitan binatang.

Pada beberapa virus seperti varisella-zoster dan citomegalo virus, pejamu dengan

sistem imun yang lemah, merupakan faktor resiko utama.

Pada umumnya, virus bereplikasi diluar SSP dan menyebar baik melalui peredaran

darah atau melalui sistem neural ( virus herpes simpleks, virus varisella zoster ).

Patofisiologi infeksi virus lambat seperti subakut skelosing panensefalitis (SSPE)

sanpai sekarang ini masih belum jelas.

Setelah melewati sawar darah otak,virus memasuki sel-sel neural yang

mengakibatjan fungsi-fungsi sel menjadi rusak, kongesti perivaskular, dan respons

inflamasi yang secara difus menyebabkan ketidakseimbangan substansia abu-abu

(nigra) dengan substansia putih (alba).

Adanya patologi fokal disebabkan karena terdapat reseptor-reseptor membran sel

saraf yang hanya ditemukan pada bagian-bagian khusus otak. Sebagai contoh, virus

herpes simpleks mempunyai predileksi pada lobus temporal medial dan inferior.

Patogenesis dari ensefalitis herpes simpleks sampai sekarang masih belum jelas

dimengerti. Infeksi otak diperkirakan terjadi karena adanya transmisi neural secara

langsung dari perifer ke otak melaui saraf trigeminus atau olfaktorius.

Virus herpes simpleks tipe I ditransfer melalui jalan nafas dan ludah.Infeksi

primer biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja.Biasanya subklinis atau berupa

somatitis, faringitis atau penyakit saluran nafas.Kelainan neurologis merupakan

komplikasi dari reaktivasi virus.Pada infeksi primer, virus menjadi laten dalam

ganglia trigeminal.Beberapa tahun kemudian,rangsangan non spesifik menyebabkan

reaktivasi yang biasanya bermanifestasi sebagai herpes labialis.

Plasmodium falsiparun menyebabkan eritrosit yang terifeksi menjadi lengket.Sel-

sel darah yang lengket satu sama lainnya dapast menyumbat kapiler-kapiler dalam

otak. Akibatnya timbul daerah-daerah mikro infark. Gejala-gejala neurologist timbul

karena kerusakan jaringan otak yang terjadi. Pada malaria serebral ini, dapat timbul

konvulsi dan koma.

9

Page 11: Ensefalitis Pada Anak

Pada toxoplasmosis kongenital, radang terjadi pada pia-arakhnoid dan tersebar

dalam jaringan otak terutama dalam jaringan korteks. Sangatlah sukar untuk

menentukan etiologi dari ensefalitis, bahkan pada postmortem.Kecuali pada kasus-

kasus non viral seperti malaria falsifarum dan ensefalitis fungal, dimana dapat

ditemukan indentifikasi morfologik.

Pada kasus viral, gambaran khas dapat dijumpai pada rabies (badan negri) atau

virus herpes (badan inklusi intranuklear)

10

Page 12: Ensefalitis Pada Anak

VI. MANIFESTASI KLINIS

Trias ensefalitis yang khas ialah : demam, kejang, kesadaran menurun.

Manifestasi klinis tergantung kepada :

1. Berat dan lokasi anatomi susunan saraf yang terlibat, misalnya :

- Virus Herpes simpleks yang kerapkali menyerang korteks serebri,

terutama lobus temporalis

- Virus ARBO cenderung menyerang seluruh otak.

2. Patogenesis agen yang menyerang.

3. Kekebalan dan mekanisme reaktif lain penderita.

Umumnya diawali dengan suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan

hiperpireksia. Kesadaran dengan cepat menurun,. Anak besar, sebelum kesadaran

menurun, sering mengeluh nyeri kepala. Muntah sering ditemukan. Pada bayi,

terdapat jeritan dan perasaan tak enak pada perut.Kejang-kejang dapat bersifat umum

atau fokal atau hanya twitching saja. Kejang dapat berlangsung berjam-jam.

Gejala serebrum yang beraneka ragam dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-

sama, misalnya paresis atau paralisis, afasia dan sebagainya.

Gejala batang otak meliputi perubahan refleks pupil, defisit saraf kranial dan

perubahan pola pernafasan. Tanda rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan

mencapai meningen.

Pada kelompok pasca infeksi, gejala penyakit primer sendiri dapat membantu

diagnosis.Pada japanese B ensefalitis, semua bagian susunan saraf pusat dapat

meradang.gejalanya yaitu nyeri kepala, kacau mental, tremor lidah bibir dan tangan,

rigiditas pada lengan atau pada seluruh badan, kelumpuhan dan nistagmus.Rabies

memberi gejala pertama yaitu depresi dan gangguan tidur, suhu meningkat, spastis,

koma pada stadium paralisis.

Ensefalitis herpes simpleks dapat bermanifestasi sebagai bentuk akut atau

subakut. Pada fase awal, pasien mengalami malaise dan demam yang berlangsung 1-7

hari. Manifestasi ensefalitis dimulai dengan sakit kepala, muntah, perubahan

kepribadian dan gangguan daya ingat. Kemudian pasien mengalami kejang dan

11

Page 13: Ensefalitis Pada Anak

penurunan kesadaran. Kejang dapat berupa fokal atau umum. Kesadaran menurun

sampai koma dan letargi. Koma adalah faktor prognosis yang sangat buruk, pasien

yang mengalami koma sering kali meninggal atau sembuh dengan gejala sisa yang

berat. Pemeriksaan neurologis sering kali menunjukan hemiparesis. Beberapa kasus

dapat menunjukan afasia, ataksia, paresis saraf cranial, kaku kuduk dan papil edema.

VI. DIAGNOSIS

1 Gejala Klinis

Manifestasi klinis ensefalitis sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang

berat. Manifestasi ensefalitis biasanya bersifat akut tetapi dapat juga perlahan-

lahan.[5]

Mulainya sakit biasanya akut, walaupun tanda-tanda dan gejala sistem saraf

sentral (SSS) sering didahului oleh demam akut non spesifik dalam beberapa hari.

Pada anak, manifestasi klinik dapat berupa sakit kepala dan hiperestesia,

sedangkan pada bayi dapat berupa iritabilitas dan letargi. Nyeri kepala paling

sering pada frontal atau menyeluruh, remaja sering menderita nyeri retrobulbar.

Biasanya terdapat gejala nausea dan muntah, nyeri di leher, punggung dan kaki,

dan fotofobia. Masa prodromal ini berlangsung antara 1-4 hari kemudian diikuti

oleh tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari keterlibatan meningen

dan parenkim serta distribusi dan luasnya lesi pada neuron. Gejala-gejala tersebut

dapat berupa gelisah, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, dan kejang.

Kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis,

hemiplegia, ataksia, dan paralisis saraf otak. Tanda rangsang meningeal dapat

terjadi bila peradangan sampai meningen. Selain itu, dapat juga timbul gejala dari

infeksi traktus respiratorius atas (mumps, enterovirus) atau infeksi gastrointestinal

(enterovirus) dan tanda seperti exantem (enterovirus, measles, rubella, herpes

viruses), parotitis, atau orchitis (mumps atau lymphocytic chotiomeningitis).[5,7,8]

12

Page 14: Ensefalitis Pada Anak

2 Pemeriksaan Penunjang

1. Pencitraan/ radiologi

Pencitraan diperlukan untuk menyingkirkan patologi lain sebelum

melakukan LP (lumbal punksi) atau ditemukan tanda neurologis fokal.

Pencitraan mungkin berguna untuk memeriksa adanya abses, efusi subdural,

atau hidrosefalus.[9]

Pada CT-scan dapat ditemukan edema otak dan hemoragik setelah satu

minggu.Pada virus Herpes didapatkan lesi berdensitas rendah pada lobus

temporal, namun gambaran tidak tampak tiga hingga empat hari setelah

onset.CT-scan tidak membantu dalam membedakan berbagai ensefalitis virus.[5]

MRI (magnetic resonance imaging) kepala dengan peningkatan gadolinium

merupakan pencitraan yang baik pada kecurigaan ensefalitis. Temuan khas

yaitu peningkatan sinyal T2-weighted pada substansia grisea dan alba. Pada

daerah yang terinfeksi dan meninges biasanya meningkat dengan

gadolinium.Pada infeksi herpes virus memperlihatkan lesi lobus temporal

dimana terjadi hemoragik pada unilateral dan bilateral.[8]

Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi yang difus (aktivitas

lambat bilateral).Pada Japanese B encephalitis dihubungkan dengan tiga tanda

EEG: 1)gelombang delta aktif yang terus-menerus ;2)gelombang delta yang

disertai spike (gelombang paku) ;3)pola koma alpha.Pada St Louis ensefalitis

karakteristik EEG ditandai adanya gelombang delta yang difus dan gelombang

paku tidak menyolok pada fase akut.Dengan asumsi bahwa biopsi otak tidak

meningkatkan morbiditas dan mortalitas, apabila didapat lesi fokal pada

pemeriksaan EEG atau CT-scan, pada daerah tersebut dapat dilakukan biopsi

tetapi apabila pada CT-scan dan EEG tidak didapatkan lesi fokal, biopsi tetap

dilakukan dengan melihat tanda klinis fokal. Apabila tanda klinis fokal tidak

didapatkan maka biopsi dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis

yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes simpleks.[5]

2. Laboratorium

13

Page 15: Ensefalitis Pada Anak

Biakan dari darah ,viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga

sukar mendapatkan hasil yang positif dari cairan likour srebrospinalis atau

jaringan otak ; dari feces untuk jenis enterovirus,sering didapatkan hasil

positif.

Analisis CSS (cairan serebrospinal) menunjukkan pleositosis (yang

didominasi oleh sel mononuklear) sekitar 5-1000 sel/mm3 pada 95% pasien.

Pada 48 jam pertama infeksi, pleositosis cenderung didominasi oleh sel

polimorfonuklear, kemudian berubah menjadi limfosit pada hari berikutnya.

Kadar glukosa CSS biasanya dalam batas normal dan jumlah ptotein

meningkat. PCR (polymerase chain reaction) dapat digunakan untuk

menegakkan diagnosis ensefalitis.[8,9]

Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) pada cairan

serebrospinal biasanya positif lebih awal dibandingkan titer antibody.

Pemeriksaan PCR mempunyai sensitivitas 75% dan spesifisitas 100% dan ada

yang melaporkan hasil postif pada 98% kasus yang telah terbukti dengan

biposi otak.Tes PCR untuk mendeteksi West Nile virus telah dikembangkan di

California.PCR digunakan untuk mendeteksi virus-virus DNA.Herpes virus

dan Japenese B encephalitis dapat terdeteksi dengan PCR.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari ensefalitis adalah:

1. Sepsis dan bakteremia

2. Kejang demam

3. Measles

4. Mumps

5. Reye Syndrome[10]

VIII. PENATALAKSANAAN

14

Page 16: Ensefalitis Pada Anak

Semua pasien yang dicurigai sebagai ensefalitis harus dirawat di rumah sakit.

Penanganan ensefalitis biasanya tidak spesifik, tujuan dari penanganan tersebut adalah

mempertahankan fungsi organ, yang caranya hampir sama dengan perawatan pasien

koma yaitu mengusahakan jalan napas tetap terbuka, pemberian makanan secara

enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi terhadap

gangguan asam basa darah.

Bila kejang dapat diberi Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB IV dilanjutkan

fenobarbital. Paracetamol 10 mg/kgBB dan kompres dingin dapat diberikan apabila

pasien panas. Apabila didapatkan tanda kenaikan tekanan intrakranial dapat diberi

Dexamethasone 1 mg/kgBB/hari dilanjutkan pemberian 0,25-0,5 mg/kgBB/hari.

Pemberian Dexamethasone tidak diindikasikan pada pasien tanpa tekanan intrakranial

yang meningkat atau keadaan umum telah stabil. Mannitol juga dapat diberikan

dengan dosis 1,5-2 mg/kgBB IV dalam periode 8-12 jam. Perawatan yang baik berupa

drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik pada pasien ensefalitis yang

mengalami gangguan menelan, akumulasi lendir pada tenggorokan serta adanya

paralisis pita suara atau otot-otot pernapasan. Pada pasien herpes ensefalitis (EHS)

dapat diberikan Adenosine Arabinose 15 mg/kgBB/hari IV diberikan selama 10 hari.

Pada beberapa penelitian dikatakan pemberian Adenosine Arabinose untuk herpes

ensefalitis dapat menurunkan angka kematian dari 70% menjadi 28%. Saat ini

Acyclovir IV telah terbukti lebih baik dibandingkan vidarabin, dan merupakan obat

pilihan pertama. Dosis Acyclovir 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10

hari.[5]

IX. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Dalam beberapa kasus, pembengkakan otak dapat menyebabkan kerusakan

otak permanen dan komplikasi tetap seperti kesulitan belajar, masalah berbicara,

kehilangan memori, atau berkurangnya kontrol otot.[11]

Prognosis tergantung dari keparahan penyakit klinis, etiologi spesifik, dan

umur anak. Jika penyakit klinis berat dengan bukti adanya keterlibatan parenkim

maka prognosisnya jelek dengan kemungkinan defisit yang bersifat intelektual,

motorik, psikiatri, epileptik, penglihatan atau pendengaran. Sekuele berat juga harus

dipikirkan pada infeksi yang disebabkan oleh virus Herpes simpleks.[7]

15

Page 17: Ensefalitis Pada Anak

X. PENCEGAHAN

Early treatment (pengobatan awal) pada demam tinggi atau infeksi

Hindari menghabiskan waktu di luar rumah pada waktu senja ketika serangga

aktif menggigit.

Pengendalian nyamuk atau surveilans melalui penyemprotan

Indikasi seksio sesar jika ibu memiliki lesi aktif herpes untuk melindungi bayi

baru lahir

Imunisasi/vaksin anak terhadap virus yang dapat menyebabkan ensefalitis

(mumps, measles/campak)

Japanese Encephalitis dapat dicegah dengan 3 dosis vaksin ketika akan

berpergian ke daerah dimana virus penyebab penyakit ini berada. Menurut

CDC (Centers for Disease Control and Prevention), vaksin ini dianjurkan

pada orang yang akan menghabiskan waktu satu bulan atau lebih di daerah

penyebab penyakit ini dan selama musim transmisi. Virus Japanese

Encephalitis dapat menginfeksi janin dan menyebabkan kematian.[12]

16

Page 18: Ensefalitis Pada Anak

XI.DAFTAR PUSTAKA

1. Saharso, Darto. Hidayati, Siti Nurul. Infeksi Virus Pada Susunan Saraf Pusat.

Soetomenggolo, Taslim S. Ismael, Sofyan. Dalam: Buku Ajar Neurologi Anak.

Cetakan ke-2. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2000;hal373-5.

2. Prober, Charles G. Meningoensefalitis. Nelson, Waldo E. Dalam: Nelson Ilmu

Kesehatan Anak Ed.15 Vol.2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

1996;hal880-2.

3. Sevigny, Jeffrey MD. Frontera, Jennifer MD. Acute Viral Encephalitis. Brust,

John C.M. In: Current Diagnosis & Treatment In Neurology. International

Edition. New York. Mc Graw Hill. 2007;p449-54

4. Markam,S.Ensefalitis dalam Kapita Selekta Neurologi Ed ke-

2,Editor :Harsono.,Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.2000;hal 155-6.

5. Arvin A.M Penyakit Infeksi dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Edtor:Wahab

SA.EGC Jakarta.2000;hal 1141-53

6. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis Differential Diagnoses.

Richard G, Bachur,MD. Updated on April 19th, 2011. Available from

http://emedicine.medscape.com/article/802760-differential. Accessed January 31,2012

7. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis Workup. Richard G,

Bachur,MD. Updated on April 19th, 2011. Available from

http://emedicine.medscape.com/article/802760-workup. Accessed January 31,2012

8. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis. Richard G, Bathur,MD.

Updated on April 19th, 2011. Available from

http://emedicine.medscape.com/article/802760-overview. Accessed January 31,2012

9. Kate M, Cronan.MD. Encephalitis. Updated: January 2010. Available from

http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/encephalitis.html. Accessed on

January 31, 2012.

10. NINDS. Meningitis and Encephalitis Fact Sheet. Last updated on February 16,

2011 Available from

http://www.ninds.nih.gov/disorders/encephalitis_meningitis/detail_encephalitis_meningit

is. Accessed January 31,2012

17

Page 19: Ensefalitis Pada Anak

11. Soldatos, Ariane MD. Encephalitis. Available from

http://www.childrenshospital.org/az/Site832/mainpageS832P0.html. Accessed January

31,2012

12. Todd, Mundy.MD. Encephalitis causese. Michael D, Burg MD. 2012. Available

from http://www.emedicinehealth.com/encephalitis/page2_em.htm. Accessed on

January 31, 2012.

13. Todd, Mundy.MD. Encephalitis Prevention. Michael D, Burg MD. 2012.

Available from http://www.emedicinehealth.com/encephalitis/page9_em.htm.

Accessed on January 31, 2012.

14. Todd, Mundy.MD. Encephalitis. Michael D, Burg MD. 2012. Available from

http://www.emedicinehealth.com/encephalitis/. Accessed on January 31, 2012.

18