26
Membangun sikap empati pada anak Source 1 Sebagian besar anak-anak memiliki keakuan yang dominan. “Semuanya tentang aku!”. Tentunya, setiap orangtua berharap dapat melihat sikap memikirkan diri sendiri si kecil berubah menjadi kepedulian kepada sesama. Tantangannya adalah bagaimana orangtua dan pendidik mendorong anak-anak untuk belajar tentang empati? Empati dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan memahami situasi dan perasaan yang dialami orang lain dan meresponnya dengan perilaku positif. Berbeda dengan simpati, yang hanya menimbulkan ketertarikan semata dan tidak diikuti tindakan atau ketertarikan secara emosional. Latih Sejak Dini Menurut Alzena Masykouri, psikolog perkembangan anak dari Klinik Kancil, empati adalah salah satu sikap prososial yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Keterampilan ini harus dilatih, tidak bisa hanya dikenalkan atau diajarkan.

EMPATI ANAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

parenting

Citation preview

Page 1: EMPATI ANAK

Membangun sikap empati pada anak

Source 1

Sebagian besar anak-anak memiliki keakuan yang dominan. “Semuanya tentang aku!”. Tentunya, setiap orangtua berharap dapat melihat sikap memikirkan diri sendiri si kecil berubah menjadi kepedulian kepada sesama. Tantangannya adalah bagaimana orangtua dan pendidik mendorong anak-anak untuk belajar tentang empati?

Empati dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan memahami situasi dan perasaan yang dialami orang lain dan meresponnya dengan perilaku positif. Berbeda dengan simpati, yang hanya menimbulkan ketertarikan semata dan tidak diikuti tindakan atau ketertarikan secara emosional.

Latih Sejak Dini

Menurut Alzena Masykouri, psikolog perkembangan anak dari Klinik Kancil, empati adalah salah satu sikap prososial yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Keterampilan ini harus dilatih, tidak bisa hanya dikenalkan atau diajarkan.

 

Peran orangtua sangat besar dalam menumbuhkan sikap empati pada anak. Sayangnya, banyak orangtua yang kurang menyadarinya. Seperti diakui Alzena, berdasarkan pengalamannya di ruang praktik, kadang-kadang orangtua lalai untuk melatihkan keterampilan empati kepada anak.

 

“Orangtua lebih banyak terfokus pada kemampuan skolastik anak. Padahal empati harus dilatih dan diberi kesempatan untuk dipraktikkan oleh anak pada lingkungan. Demikian pun

Page 2: EMPATI ANAK

dengan lingkungan yang berada di sekitar anak,” kata Alzena, dia melanjutkan, “sekolah yang seringkali menjadi tempat anak menghabiskan waktu paling banyak dalam kesehariannya, seharusnya juga menjadi tempat yang potensial untuk melatih kemampuan empati. Pelatihan sejak dini akan menumbuhkan sikap prososial pada anak sehingga anak tidak merasa canggung ketika menerapkan perilaku positif”.

 

Langkah Empati

Alzena menegaskan, tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam melatih sikap empati. Orangtua (dan guru) harus membiasakan sikap ini dalam kehidupan sehari-hari. Pertama kali adalah dengan membantu anak mengenali perasaannya sendiri. Setelah anak mampu mengenali perasaan atau emosinya sendiri, baru anak diajarkan untuk mengenali perasaan orang lain dan sikap yang sepatutnya ditampilkan kepada orang lain. Kesempatan untuk berlatih keterampilan empati sangat penting. “Teori tanpa praktik sama saja tidak memberikan pembelajaran pada anak,” ujarnya.

 Anak yang tidak dididik bersikap empati dan penolong akan menjadi individu yang asosial dan apatis terhadap lingkungannya. Selain itu, anak menjadi tidak mampu mengenali emosinya sendiri dan sulit menampilkan perilaku yang tepat. Akibatnya anak akan seringkali berbenturan dengan lingkungan sosial. Masalah sosialisasi akan menjadi isu penting selanjutnya bagi anak-anak yang tidak memiliki kemampuan empati. Jadi, para ummi, ayo kita ajak si kecil berempati mulai sekarang! (Nurdjannah)

http://www.ummi-online.com/yuk--ajak-si-kecil-berempati.html

Source 2

TabloidNakita.com - Empati termasuk dalam kecerdasan emosi (EQ). Empati tidak timbul dengan sendirinya, melainkan perlu diasah. Berikut 5 cara kembangkan empati anak:

Pahami perasaan anak.

Cara kembangkan empati anak, coba saat anak sedih ditinggal temannya pulang ke rumah karena sudah sore, orangtua bisa menunjukkan empatinya dengan mengatakan, “Adek sedih ya Rafa pulang? Kan sudah sore, Rafa harus mandi, besok main lagi ya.” Penguatan emosi seperti ini akan membuat anak menjadi lebih secure dan lama-kelamaan akan mudah menunjukkan sikap empati pada orang lain.

Minta anak praktik langsung.

Misal, sediakan makanan kecil/susu di mobil untuk diberikan kepada anak jalanan/orang yang membutuhkan. “Dek, tolong biskuitnya dibagi kepada anak jalanan itu, pasti ia sedang kelaparan.” Dengan terus didorong untuk mengulurkan tangan, anak akan merasakan nikmatnya berbagi sebagai wujud empatinya pada orang lain.

Mulai dari orang terdekat.

Page 3: EMPATI ANAK

Mulailah untuk “membantu” orang-orang terdekat, contohnya memberikan mainan/buku/pakaian yang sudah tidak dipakainya pada orang-orang yang sering dijumpainya, seperti tukang sampah yang mengangkut sampah setiap hari ke rumah, tukang sayur, dan sebaginya. Biasakan juga untuk tidak selalu “merepotkan” si mbak, jangan sedikit-sedikit berteriak ketika membutuhkan sesuatu; kalau memang bisa dikerjakan sendiri, minta padanya untuk melakukannya sendiri.

Manfaatkan momen khusus.

Hari ulang tahun anak bisa menjadi momen untuk berbagi pada sesama dengan merayakannya di panti asuhan, misal. Jelaskan padanya, bagaimana sedihnya anak-anak ini yang tidak memiliki orangtua dan tidak bisa merayakan hari bahagia seperti dirinya. Dengan begitu akan tumbuh empati sekaligus rasa syukur dalam hatinya. Momen khusus lain yang bisa dimanfaatkan untuk melatih empati anak adalah saat puasa Ramadan; dengan belajar berpuasa, anak pun belajar merasakan penderitaan orang lain, sehingga bisa menumbuhkan empatinya. Ini cara kembangkan empati anak yang efektif.

Ajak melihat lingkungan sekitar.

Cara kembangkan empati anak lainnya, sesekali ajak anak berkeliling melihat lingkungan sekitar rumahnya yang tidak seberuntung dirinya. Sebaiknya jangan naik mobil/motor karena akan berjarak, lebih baik berjalan kaki atau naik sepeda di sore hari. Biarkan ia melihat langsung, ada orang-orang yang harus tinggal di tempat-tempat yang tidak layak ditinggali. Kebiasaan melihat penderitaan orang lain akan melembutkan hatinya sejak kecil.

http://www.tabloid-nakita.com/read/3063/5-cara-kembangkan-empati-anak-

source 3

Kiat Menumbuhkan Empati Anak

 

Empati adalah wujud pemahaman anak terhadap apa yang dirasakan orang lain. Anak yang tumbuh dengan memiliki empati yang baik akan mudah bergaul, pandai mengalah, dan suka menolong teman. Dengan begitu ia akan disukai oleh teman-temannya. Dunia pemikiran anak adalah dunia yang nyata dan kongkrit. Bukan sesuatu yang hanya dilukiskan dengan kata-kata. Untuk melatih rasa empatinya, anak-anak harus dipertemukan dengan kondisi langsung di depan matanya, mengenai kehidupan yang lebih sengsara dari dirinya. Kita bisa menumbuhkan empati pada diri anak misalnya dengan melatihnya agar :

 

1. Peka terhadap perasaan anak lain Orang tua harus sering berbicara kepada anak-anak mereka tentang berbagai macam perasaan yang sedang dihadapi orang lain. Katakan sesering mungkin dengan bahasa yang benar. Ketika di perempatan jalan melihat seorang anak jalanan sedang kepanasan, katakan, "Ya Allah! Kasihan anak itu kepanasan. Ia seusiamu, tapi sudah harus mencari uang sendiri dengan menjual koran."

Page 4: EMPATI ANAK

 

2. Membayangkan seandainya dia adalah aku Ajaklah anak untuk membayangkan seandainya dirinya yang sedang mengalami penderitaan seperti yang ia lihat. Rangkailah kalimat yang bisa menggugah perasaan anak sehingga dia bisa membayangkan hal itu dengan mudah.

 

3. Berlatih mengorbankan milik sendiri Melatih anak untuk terbiasa memberikan sesuatu dari barangnya sendiri kepada orang lain memang perlu dilakukan. Daripada bersedekah menggunakan uang dari tas ibu, lebih baik beri anak uang saku yang sedikit lebih banyak, dengan catatan harus disisihkan beberapa persen untuk amal. Jadi mereka telah beramal dengan uang mereka sendiri.

 

 

4. Membahagiakan orang lain Ketika anak mulai bisa menyisihkan sebagian miliknya untuk orang lain, lengkapi peristiwa itu dengan hasil akhir yang baik. Yaitu menunjukkan kepada mereka akibat dari perbuatannya itu. Tunjukkan bahwa perbuatannya dapat membahagiakan orang lain.

 

HASIL SIKAP EMPATI Bila anak berhasil dilatih untuk menumbuhkan sikap empati, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut: . Anak akan mampu mengetahui dan memahami emosi orang lain dan berbagi perasaan dengan orang lain. . Dengan empati anak dipaksa untuk mengubah pola pikir kaku menjadi fleksibel. Atau egois menjadi toleran. . Dengan empati anak akan mengerti bahwa tidak semua keinginannya melalui orang lain dapat terpenuhi. . Anak akan mampu membina hubungan dan diterima oleh orang lain. . Anak akan mampu bergaul dan menjalin persahabatan dengan orang lain. . Anak akan memiliki inisiatif untuk membantu orang lain yang berada dalam kesulitan.

https://m.facebook.com/notes/tk-haholongan/kiat-menumbuhkan-empati-anak/158715270840420/

Source 4

MELATIH EMPATI ANAK

Apa sih empati itu?

Sama gak dengan simpati? 

Baiklah, jadi simpati dan empati itu berbeda. Simpati yaitu masa dimana kita memposisikan diri untuk ikut merasakan apa yang

Page 5: EMPATI ANAK

dirasakan orang lain. Nah, kalau empati adalah sikap atau wujud dari rasa simpati itu sendiri. Jadi simpati dan empati itu merupakan satu kesatuan yang memang tidak bisa dipisahkan. 

Semua orang pasti memiliki rasa simpati, namun bukan berarti pasti memiliki rasa empati. Karena empati itu tidak selalu dimiliki semua orang. Begitu juga pada anak, empati perlu dilatih serta dikembangkan. 

Untuk melatih dan mengembangkan empati terhadap anak, pastilah ada yang harus dilakukan oleh kita sebagai orang tuanya, apa saja sih yang bisa dilakukan orang tua untuk menanamkan rasa empati terhadap anak? 

1. Berikan pengertian terhadap anak tentang roda kehidupan. Saya biasanya suka menceritakan tentang roda kehidupan pada Marwah. Simple aja sih jelasinnya dan gak perlu dengan kata yang memusingkan anak. Cukup ceritakan saja jika roda itu berputar maka satu sisinya akan merasakan diatas dan pasti merasakan dibawah. 

2. Mengajak anak untuk memperhatikan orang lain. Bukan KEPO yah. Hehe saya mengajak Marwah untuk memperhatikan orang lain lebih dekat, misalnya jika ada teman Marwah yang nakal, maka saya ga akan langsung menjudge si anak itu nakal didepan Marwah, saya biasanya menyuruh Marwah untuk mendekatinya dan mengajaknya ngobrol. Perlahan Marwah pasti akan mengerti mengapa seseorang melakukan hal yang tidak baik yang mungkin saja diluar kendalinya.

3. Usahakan anak merasa nyaman. Perbedaan itu ada dalam kehidupan nyata, saya selalu menanamkan pada Marwah untuk bangga menjadi diri sendiri, tapi bukan berarti sombong. Mengajarkan anak menerima perbedaan plus langsung menyadarkan dimana potensinya itu. Dengan membuat anak nyaman dengan dirinya sendiri maka akan dengan mudah untuk anak menunjukkan empati serta menerima temannya. 

Seiring usianya yang terus berkembang, empati ini pun akan terus berkembang sesuai dengan usianya. Maka jangan pernah lelah untuk terus melatih dan mengembangkan empati pada anak. 

http://www.parentian.com/2015/03/melatih-empati-anak.html

Source 5

Page 6: EMPATI ANAK

Melatih jiwa kepedulian terhadap anak tidak bisa dilakukan dalam waktu yang sekejap dan semudah membalikkan tangan. Selain itu juga membutuhkan cara yang tepat agar anak-anak tergugah peduli pada kondisi sesamanya yang kurang beruntung.Melatih kepekaan terhadap kondisi lingkungan, haruslah dibina sejak dini. Sehingga dari pola kebiasaan tersebut bakal membentuk perilaku anak untuk berempati.Berempati berbeda dengan simpati. Empati adalah sikap mampu memikirkan, menempatkan diri dalam posisi orang lain. Sehingga bisa memahami orang lain dan merasakan bagaimana bila ia yang menjadi orang itu.Banyak segi positif bila kita mengajarkan anak berempati. Mereka cenderung tidak agresif, serta rela membantu orang lain yang di matanya membutuhkan pertolongan. Anak yang penuh empati akan disukai oleh teman maupun orang dewasa. Juga mudah bergaul akrab dengan orang lain.Menurut Lusi Nuryanti, Psikolog UMS, cara yang paling efektif dan tepat untuk menumbuhkannya adalah melalui keluarga. Apa yang menjadi perilaku anak sebenarnya adalah meniru apa yang dilakukan orangtua. Karena sejak kecil orangtualah adalah orang yang paling terdekat dengan anak. “Karena anak itu adalah peniru yang andal, sehingga apa yang dilihatnya langsung ditiru,” terang Lusi kepada Joglosemar beberapa waktu yang lalu.Termasuk juga, lanjut Lusi, saat melatih anak untuk belajar kepedulian dengan sesama. Sebelum orangtua mengajarkan akan arti dan pentingnya sikap kepedulian tersebut maka orangtua juga harus menunjukkan sikap kepedulian terdahulu kepada sang anak. Misalnya ketika ada pengemis yang meminta, orangtua mengajarkan anak untuk memberi. Atau ketika sehabis bepergian membawa oleh-oleh maka orangtua berinisiatif untuk membagi oleh-oleh itu dengan tetangga. Dengan begitu, anak-anak akan muncul pertanyaan kenapa harus berbagi dengan orang lain. Dan pada waktunya, akan menumbuhkan sikap empati.Berhubung selalu menjadi contoh konkret anak maka orangtua harus ekstra hati-hati. Bisa saja, kadang sikap orangtua berlawanan dengan sikap empati. "Misalnya setelah memberi sumbangan, tanpa sadar orangtua marah-marah, menyesal telah memberikan bantuan.  Bila tindakan ini dilihat anak, ia pun akan mengadaptasinya," ucapnya.Asah KepedulianPada saat sekarang, dijelaskan Lusi, sedang banyak terjadi bencana yang melanda di Indonesia. Hal ini ini bisa dimanfaatkan anak untuk mengasah kepedulian. Misalnya saat menyaksikan acara berita di televisi, banyak saudara-saudara kita di lereng Gunung Merapi yang terkena bencana. Anak bisa dijelaskan tentang penderitaan saudara-saudara kita yang di sana yang rumahnya rusak, tidak bisa makan, harus tinggal di pengungsian, tidak bisa main, tidak bisa sekolah. Dengan begitu mampu menggugah sikap anak untuk peduli dengan sesama.Cara lainnya adalah dengan menasihati anak untuk menyisihkan uang sakunya untuk disumbangkan pada korban bencana. Tanamkan untuk tidak memperhitungkan berapa banyaknya uang yang disumbang. Tetapi keikhlasan menyisihkan uang untuk menyumbang korban bencana.“Kita bisa menasihati ke putra-putri kita kalau ternyata bencana itu sebenarnya tidak diinginkan. Namun karena itu sudah menjadi kehendak Tuhan, maka sebagian dari saudara kita ada yang terkena musibah tersebut. Tanamkan pula untuk membantu dengan tidak melihat asal-usul golongan, ras ataupun agama,” pungkasnya.Dengan menanamkan sikap saling menolong tanpa batas, akan membuat anak-anak toleransi juga dan tidak bersikap eksklusif. “Jadi sikap empatik akan tertanam sampai dewasa, “ pungkasnya. (dui) –

Page 7: EMPATI ANAK

See more at: http://edisicetak.joglosemar.co/berita/latih-kepedulian-tumbuhkan-empati-29631.html#sthash.BqjRpjvD.dpuf

Source 6

Cara menumbuhkan empati

Cara menumbuhkan empati

Kita membutuhkan dua kaca sekaligus, yaitu kaca cermin dan kaca jendela. "Kaca Cermin" menggambarkan sikap egosentris, melihat persoalan hanya dari sudut pandang diri sendiri. Sedangkan "Kaca Jendela" merupakan cara mengetahui dan melihat kepentingan orang lain, di samping diri sendiri. Kita harus mengangkat sebagian kaca cermin dan menggantinya dengan kaca jendela. Melalui kaca jendela, seseorang tidak lagi melihat dirinya sendiri, tetapi mereka juga melihat orang lain di sekitarnya dengan berbagai kebutuhannya. Mengubah kaca cermin dengan kaca jendela adalah langkah penting agar perhatian seseorang tidak hanya tertuju ke dalam (self centered), melainkan tertuju ke luar kepada orang lain sehingga ia mudah merasa iba kepada orang lain (extra centered sensitivity).

Khalifah Umar bin Khattab merupakan salah satu tipe orang yang berusaha mengerti kondisi rakyat yang dipimpinnya. Disebutkan ia kerap memasuki pelosok-pelosok kampung yang termasuk wilayah kekuasaannya. Ini dilakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Ia pun mengangkut sendiri karung berisi gandum untuk diberikan pada wanita tua yang mempunyai anak-anak yatim. Umar melihat wanita itu memasak batu untuk menenangkan anaknya yang menangis karena lapar. Umar bahkan pernah berujar, "Saya khawatir dimintai tanggung jawab di akhirat, jika ada seekor keledai mati di Syam karena kekeringan." Itulah jangkauan empati dan kepedulian Umar bin Khattab ra.

Begitulah empati. Empati sering juga disebut dengan kepedulian. Yakni kesanggupan untuk peka terhadap kebutuhan orang lain, kesanggupan untuk turut merasakan perasaan orang lain serta menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Peduli atau empati tak berhenti sampai di situ, tapi dilanjutkan dalam tahap menanggapi dan melakukan perbuatan yang diperlukan orang lain. Persis sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Jalinan kasih sayang antara kaum muslimin ibarat satu tubuh. Bila ada satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh lainnya akan merasakan hal yang sama." (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk dapat bersikap peka dan peduli dibutuhkan tingkat kematangan kepribadian tertentu. Para pakar ilmu komunikasi dan pendidikan menilai bahwa kepedulian atau empati

Page 8: EMPATI ANAK

merupakan kata kunci dalam tahap akhir kecerdasan emosional. Sebabnya antara lain, karena untuk berempati kita harus mampu mengobservasi dan melibatkan banyak panca indera.

Ada dua modal dasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar memiliki empati. Psikolog Michael Nichols dari Albany Medical College menyebutkan, dua modal itu adalah "mengerti dan menerima". Pengertian dan penerimaan sangat penting bila seseorang ingin menunjukkan kepeduliannya. Mengerti apa yang dirasakan orang lain, dapat melihat masalah dari sudut pandang mereka dan menerima keadaan itu.

Ada beberapa langkah praktis agar kita bisa belajar menanamkan rasa empati dan peduli:

Pertama, kenali perasaan sendiri.

Prosesnya adalah dengan meraba dan menghayati berbagai perasaan yang berkembang dalam diri seperti sedih, gembira, kecewa, bangga, terharu dan sebagainya. Mengenali perasaan sendiri merupakan bagian dari tuntutan kecerdasan emosi. Orang yang mengenali perasaan diri, biasanya mampu mengendalikan emosinya, sehingga ia tidak melakukan tindakan gegabah saat mendapati kenyataan di luar dirinya yang berbeda dengan keinginannya.

Kedua, sediakan waktu menyendiri untuk berpikir apa yang telah terjadi.

Ini sebenarnya termasuk proses pengenalan dan pengendalian emosi. Karena biasanya orang sulit mempunyai gambaran jernih terhadap suatu persoalan dalam kondisi emosi yang bermacam-macam. Pasangan suami isteri umumnya merasa lebih empati satu sama lain ketika mereka sendirian dan memikirkan pasangan mereka. Rasa bersalah biasanya muncul saat mengemudikan mobil seorang diri ke tempat kerja, di masjid saat tafakkur, menjelang tidur, saat shalat malam dan sebagainya. Dalam waktu-waktu tersebut, seseorang mempunyai waktu untuk memikirkan kembali berbagai masalah yang ia alami. Selanjutnya, memulai yang lebih baik dengan memperbaiki terlebih dulu dirinya, sebelum menuntut orang lain berlaku baik kepadanya.

Ketiga, cobalah memandang masalah dari sudut pandang orang lain.

Empati adalah ketika kita dapat merasakan, apa yang orang lain rasakan dan juga dapat melihat masalah dari sudut pandang mereka. Masukilah dunia mereka dan cobalah memandang masalah dari sisi tersebut. Dengan demikian, pihak lain tidak saja hanya merasa dimengerti tapi ia merasa lebih disukai. Dalam hal ini, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan hendaknya seseorang memberi 70 alasan udzur atas kesalahan yang dilakukan oleh saudaranya. Artinya, seseorang diminta untuk berusaha sebanyak mungkin memandang sesuatu yang tak mengenakkan itu dari sudut pandang pelakunya. "Bila engkau tetap tidak menerima 70 alasan tersebut, katakanlah pada dirimu: "Kasar sekali engkau, 70 alasan telah diajukan oleh saudaramu, tapi engkau tetap tidak menerimanya. Engkaulah yang bersalah, bukan saudaramu…" (Raudhatul Muhibbin, 11470). Dengan memahami sikap ini, memaksakan kehendak bisa dihindari. Banyak kekacauan muncul, karena adanya pemaksaan kehendak dan kurangnya upaya memahami.

Keempat, jadilah pendengar yang baik.

Page 9: EMPATI ANAK

Kita lebih mudah merasa empati, memahami perasaan orang lain dan menempatkan diri dalam keadaan orang lain, kalau kita dapat mendengar apa yang dialami orang tersebut. Tidak hanya kemampuan mendengarkan secara seksama, tapi juga membaca isyarat-isyarat non verbal. Sebab, seringkali bahasa tubuh dan tekanan suara lebih efektif menggambarkan perasaan ketimbang kata-kata. Orang tua misalnya, harus mampu meningkatkan kemampuan "mendengarkan" suara hati anak-anaknya. Anak-anak pun harus belajar "mendengarkan" lingkungannya, agar ia bisa terampil dalam kehidupan sosial. Anjuran mendengarkan berarti mengajak kita membuka pintu komunikasi dengan berbagai obyek. Informasi yang diterima dari banyaknya komunikasi itulah yang akan menjadikan kita bisa memahami dan mengerti.

Kelima, biasakan menghayati fenomena berbagai hal yang kita jumpai.

Misalnya, saat kita melihat seorang tunanetra di tengah keramaian, nyatakan dalam hati betapa sulitnya orang itu memenuhi kebutuhannya. Langkah ini biasanya berlanjut dengan kesanggupan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Ketika mendapati anak-anak yang mengamen di jalanan hingga larut malam, misalnya. Katakanlah pada diri sendiri, bagaimana jika mereka itu adalah anak-anak kita. Jika menyaksikan himpitan rumah gubuk di pinggiran rel kereta, bayangkanlah bila keadaan itu dialami oleh keluarga kita. Dan seterusnya. Setiap muslim harus memiliki sikap seperti ini. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang tidak peduli dengan nasib urusan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan kaum muslimin, " (HR Thabrani).

Keenam, berlatih mengatur dan mengatasi gejolak emosi dalam menghadapi reaksi positif maupun negatif.

Di sekitar kita, banyak peristiwa yang bisa menyulut gejolak emosi. Di rumah, seorang suami bisa saja menemui segala macam hal yang berantakan. Seorang istri mendapati suaminya tak banyak memberi nafkah. Di jalanan seorang sopir bisa menemui banyak peristiwa yang memanaskan. Dalam segala kondisi, berupaya mengendalikan emosi merupakan perjuangan berat, tapi itu perlu.

Rasulullah adalah pribadi yang sangat lembut dan empati terhadap isterinya. Saat Aisyah ra jatuh sakit akibat beredarnya kabar bohong (haditsul ifki) yang menuduhnya berselingkuh, Rasulullah saw menyempatkan diri menjenguk Aisyah di rumah orang tuanya, Abu Bakar ra. Di sana Rasul menenangkan Aisyah. Sementara itu, Utsman ra lebih dulu merawat isterinya Ruqayyah yang jatuh sakit, meski saat itu ia sangat menggebu untuk terlibat di medan jihad.

Ketujuh, latihan berkorban untuk kepentingan orang lain.

Sebuah studi di Harvard University, Amerika Serikat, menunjukkan adanya keterkaitan yang jelas antara besarnya tanggung jawab seorang anak, dengan kecenderungan bersedia mementingkan orang lain. Empati sangat berhubungan dengan kesediaan berbuat baik (altruisme). Empati yang tinggi memperbesar kesediaan untuk menolong, untuk berbagi dan berkorban demi kesejahteraan orang lain. Kesanggupan untuk berempati sendiri adalah kesanggupan yang ada pada tiap orang. Islam juga menganjurkan orang yang memasak sayuran memperbanyak kuahnya untuk diberikan pada tetangga. Biasakan mensyukuri nikmat Allah, apapun bentuknya, dengan memberi sebagian dari apa yang kita miliki untuk orang lain, terutama yang membutuhkan.

Page 10: EMPATI ANAK

http://tripurnomo010374.blogspot.com/2008/09/cara-menumbuhkan-empati.html

source 7

Cara Menumbuhkan Sikap Empati

Mar 10th, 2013 by dedi5611

Assalamu’alaykum warohmatullohi wabarokatuh.Melatih Empati Si Kecil.Empati adalah kemampuan penting untuk melatih sebuah kecerdasan yang sekarang ini dikenal dengan istilah Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient atau kecerdasan dalam menjalin hubungan.Semakin bagus empati seorang anak, maka akan semakin bagus pula EQ-nya. Kira-kira begitu. Kecerdasan ini sangat berperan penting dalam kesuksesan seorang anak saat ini dan di kemudian hari, terutama dalam menjalin hubungan.Empati adalah rasa peduli yang digerakkan oleh alasan-alasan yang sangat mulia, antara lain misalnya merasa sesama makhluk ciptaan Tuhan, ingin membantu, dan semisalnya.Yang perlu kita jaga adalah jangan sampai empati anak kita digerakkan oleh rasa takut karena ditekan, rasa kasihan yang bernada merendahkan, atau narsisme. Kebaikan semacam ini dalam jangka panjangnya bukanlah kebaikan.Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu anak melatih empatinya? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah mengajak anak memelihara binatang kesukaan. Selain menjadi hiburan, ini juga akan menjadi pendidikan.Memelihara binatang kesukaan bisa kita sebut sebagai stimulan atau rangsangan anak untuk menyerap beberapa nilai yang penting bagi perkembangannya. Semakin banyak rangsangan yang kita berikan pada otaknya, akan semakin subur pula perkembangan otak itu.Tentu harus kita lihat bagaimana binatang itu dari sisi kesehatan dan juga yang perlu dilihat lagi adalah dari sisi keamaanannya. Yang juga penting untuk dilihat lagi adalah kesiapan anak dan efeknya bagi kenyamanan lingkungan.Jangan sampai memelihara binatang tapi akhirnya tidak terawat. Akan lebih bagus dimulai dari jumlah yang sedikit. Inilah pentingnya melihat kesiapan anak.Latihan bisa dalam bentuk bagaimana memperlakukan binatang itu atau menjaga perasaannya, misalnya memberi makan, memberi ruang yang nyaman, memberi waktu yang cukup untuk istirahan, dan lain-lain.Tentu, namanya juga menanamkan nilai-nilai pada anak, kita tidak bisa hanya menyuruh atau memberi tugas lalu semua akan jalan sendiri dengan lancar. Anak-anak jiwanya masih labil.Karena itu keterlibatan orangtua atau orang dewasa di sekitarnya sangat dibutuhkan, misalnya

Page 11: EMPATI ANAK

mencontohkan bagaimana memberi makan atau memperlakukan binatang itu dari A-Z, mengawasi, dan mengingatkanSecara pendidikan, nilai-nilai itu akan sangat bagus jika ditanamkan melalui contoh dan keteribatan langsung. Kita tidak bisa membuat anak menjadi empati dengan menyuruhnya berempati, tapi dengan melibatkan dia dan mencontohkannya.https://www.sahabatnestle.co.id/Page/anak/parenting/tips/melatih-empati-si-kecilhttp://failasufah02.wordpress.com/2011/05/14/menanamkan-empati-menumbuhkan-kecerdasan-emosi-anak-sejak-dini-oleh-emmy-soekresno-s-pd/Assalamu’alaykum warohmatullohi wabarokatuh.Menumbuhkan Rasa Empati si Kecil.Irma merasa bahwa anaknya Rico, 10 tahun, cuek dan tak peka terhadap lingkungan. Rico lebih senang menghabiskan waktunya di depan komputer main games daripada bermain dengan temannya di komplek. Sebagai orang tua Irma tentunya cemas dengan anaknya kelak, Ia merasa anaknya dingin dan tak punya rasa empati sama sekali.Sikap seperti Rico sebenarnya jamak terjadi pada anak-anak di perkotaan. Penelitian yang pernah dilakukan oleh sekelompok psikolog di Jakarta, menunjukkan bahwa rasa empati anak-anak di perkotaan lebih rendah daripada di daerah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

Berbagai fasilitas kemudahan yang disediakan orang tua terhadap anaknya.Anak terbiasa bermain sendiri (solitaire) daripada dengan teman sebayanya.Anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer main games, play station atau TV.

Namun jangan cemas, nilai empati bisa kita kenalkan sejak kecil meski anak belum bisa bicara. Karena anak dianugerahi oleh Tuhan kemampuan observasi yang luar biasa. Ia akan mencontoh apa saja yang dilihat, didengar, maupun dirasakannyaAjarkan sejak KecilEmpati adalah sikap atau usaha untuk memahami perasaan atau keadaan orang lain tanpa ikut larut dan berusaha sebisa mungkin membantu menyelesaikan masalahnya.Sejak kecil anak dibiasakan melihat dan merasakan perbuatan baik yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Orang tua, maupun pengasuh bertutur kata yang lembut, mengucapkan terima kasih bila mendapat sesuatu atau bantuan, dan mengucapkan maaf bila melakukan kesalahan adalah contoh-contoh perbuatan yang akan direkam dalam “memori” anak.Ajari nilai kebaikan dari hal-hal yang sederhana kemudian pada hal yang lebih rumit. Misalnya menyayangi ayah, ibu, kakak kemudian mulai dikembangkan ke teman, tetangga, binatang, dan tumbuhan.Bawa ke Pengalaman si KecilMenurut Nisvie Valanto, Psi. psikolog perkembangan anak di sekolah Semut-semut, Jakarta, pengajaran empati yang paling efektif adalah dengan membawa perasaan anak ke dalam pengalaman yang pernah dialaminya. Misalnya ketika ada pengemis, ajak anak untuk “menyelami” perasaan dan penderitaannya. Bagaimana kalau pengemis tak dapat uang, lapar, tak punya rumah, kehujanan hingga sakit. Anak akan muncul rasa kasihan, karena ia pernah mengalami sakit yang tak mengenakkan. Dengan demikian muncullah rasa empatinya.Panggilan yang Tak Disukai si KecilSekali-kali boleh memanggil si kecil dengan kelemahannya. Misal-nya panggil dia si cengeng. Anak tak suka dan merasa marah lalu menanyakan kenapa dia dipanggil dengan panggilan yang jelek. Saat seperti itu orang tua bisa mengajarkan alasan kenapa kita tak boleh mengolok-olok orang lain. Karena orang lain akan merasa marah, tak senang seperti si kecil

Page 12: EMPATI ANAK

ketika dipanggil cengeng. Dengan demikian anak diajak untuk merasakan perasaan orang lain betapa tidak enaknya dipanggil dengan julukan yang tak baik.Kenalkan Kondisi yang Menggugah EmpatiBencana alam, BBM yang me-ngalami kenaik-an maupun puasa bisa digunakan sebagai pembelajaran. Terangkan apa yang terjadi bila bencana alam ini menimpa kita. Atau betapa beratnya dampak kenaikan BBM bagi orang miskin. Bisa juga puasa dijadikan contoh betapa laparnya orang yang tak bisa makan. keadaan-keadaan seperti ini dapat menggugah rasa empati si kecil.Pengajaran empati kelak juga akan berguna buat anak. Anak akan bisa survival dalam keadaan apapun karena terbiasa merasakan keadaan (penderitaan) orang lain. Anak juga akan menjadi teman yang “mengasyikan” buat kawan-kawannya bila empati telah built in dalam dirinya.Agar Si Kecil Berempati

Niatkan sungguh-sungguh menumbuhkan sikap empati sejak dini. Meski anak belum bisa bicara, Anda tetap bisa menanamkan sikap empati dengan memberinya contoh. Misalnya ketika sambil menggendong si kecil anda memperoleh sesuatu dari tetangga, ucapkan terima kasih dengan tulus. Anak akan merekam yang anda lakukan dalam memorinya.Orang tua harus menjadi contoh teladan (role model) bagi anak-anak. Karena anak belajar dari contoh yang dilihatnya sehari-hari. Kalau Anda sering menunjukkan sikap empati, anak akan mencontohnya.Tanamkan kebiasaan berempati yang konsisten. Jangan sampai Anda sudah berusaha menanamkan sikap empati sementara pengasuhya tak mendukungnya. Anda perlu kompak dengan pengasuh si kecil.Pergunakan media seperti buku cerita atau VCD yang mempunyai pesan moral. Karena anak usia dini lebih senang di stimulasi secara visual daripada hanya sekadar nasehat.Ajari anak melakukan proyek empati. Misalnya ketika Anda dan si kecil jalan-jalan di mal dan menemukan ada anak sebayanya yang tersesat minta anak untuk membantunya. Lihat reaksinya. Ini penting apakah pengajaran empati yang anda berikan selama ini dimengertinya. Namun jangan putus asa bila anak tak bereaksi atau tak mau. Kalau anak tak mau libatkan diri anda bersamanya untuk menolong anak tersebut.https://www.sahabatnestle.co.id/Page/anak/parenting/tips/menumbuhkan-rasa-empati-si-kecil

Sourece 8

Menumbuhkan Empati Pada AnakSenin, 19 Januari 2015

Page 13: EMPATI ANAK

Oleh Tim AndrieWongso

Simpati memang perlu. Tapi empati akan menumbuhkan banyak hal positif yang jauh lebih bermakna bagi kehidupan dan masa depan anak kita.          Kita kerap bersimpati pada penderitaan orang lain. Merasa kasihan, merasa sedih, bahkan ikut meneteskan air mata pada penderitaan orang lain yang kita lihat di televisi atau kita dengar dari orang lain.

Setelah itu, kita tak bergerak. Namun, hanya pada perasaan itu saja. Berada di lingkaran luar kesulitan orang lain. Berharap agar penderitaan mereka tidak menimpa keluarga kita. Konsep itu bernama simpati.

Lebih jauh ke dalam lagi dari konsep simpati sebenarnya adalah empati. Empati menempatkan seseorang pada posisi orang yang menderita. Sehingga, ia merasakan susahnya, sedihnya dan kemudian—diharapkan—bergerak untuk ikut membantu.

Simpati bisa dimiliki oleh banyak orang, tapi empati belum tentu. Bukan berarti simpati tidak baik. Tapi, dengan memunculkan empati, maka rasa kepedulian akan tumbuh menjadi perhatian yang membawa banyak kebaikan. Dan, bagi anak-anak yang tumbuh empatinya, biasanya mereka akan menjadi anak yang kecerdasan emosionalnya tumbuh dengan baik. Akan menjadikan mereka anak-anak dengan kepribadian yang ikhlas membantu sesama dengan tulus tanpa tendensi apa pun.

Guru untuk mengajarkan sikap empati ini adalah kita sebagai orangtua. Bukan pembelajaran dalam hal teori, tapi praktik langsung. Sehingga mereka paham makna sebenarnya dari empati. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengenalkan konsep empati kepada anak-anak:

1.    Bacakan Cerita untuk Mereka

Page 14: EMPATI ANAK

Membacakan cerita sering dianggap remeh oleh banyak orangtua yang tidak paham makna sesungguhnya dari sebuah cerita.

Padahal, cerita dari buku-buku yang baik dan ditulis dengan benar, lalu dibacakan dalam keadaan anak dalam kondisi santai dengan intonasi yang baik, akan seperti sebuah film bergerak di alam imajinasi anak-anak. Sebuah cerita bisa juga menjadi panduan mereka untuk berbuat mengikuti tokoh dalam cerita itu. Maka menjadi penting untuk memberikan buku yang baik pada anak-anak. Dengan tokoh “idola” yang dimunculkan, kita bisa memasukkan unsur pembelajaran tentang empati kepada mereka dengan cara yang menyenangkan.

2.    Berbagi Pada Teman

Berbagi pada teman adalah hal yang paling sulit dilakukan pada anak-anak yang sedang tumbuh masa egoisnya.

Umur menjelang dua tahun adalah masa-masa di mana anak-anak merasa bahwa apa yang mereka miliki tidak boleh disentuh oleh teman-temannya. Hal seperti itu bisa diminimalisir dengan peran serta orangtua dalam memberitahu dan mengajarkan, juga memberi contoh pada anak bahwa bermain bersama teman dengan meminjamkan mainan mereka akan lebih menyenangkan ketimbang mereka bermain sendiri.

3.    Ajak Menemui yang Berkekurangan

Anak-anak perlu gambaran nyata tentang sebuah penderitaan. Dan cara paling efektif untuk kita lakukan adalah mendatangi orang yang lebih susah itu dan menunjukkan pada anak bagaimana kita memperlakukan mereka. Ini akan menumbuhkan empati dan perhatian, atau minimal pertanyaan dari mereka tentang apa yang kita lakukan saat membantu orang yang lebih susah dan berkekurangan.

4.    Ajak Mengumpulkan Barang Mereka

Tingkat yang lebih tinggi lagi adalah mengajak anak-anak mengumpulkan barang atau mainan mereka yang tidak lagi mereka gunakan. Beri tahu kepada mereka bahwa barang yang mereka kumpulkan itu akan kita berikan pada orang lain yang lebih membutuhkan.

Beritahu juga pada mereka keuntungannya. Misalnya, rumah menjadi lebih bersih karena barang-barang yang tidak digunakan lagi sudah berpindah tangan. Keuntungan yang lain adalah membuat orang lain bahagia.

5.    Jika Mungkin, Berikan Barang yang Disayangi

Banyak orangtua yang kerap salah langkah ketika mengajarkan anak untuk memberikan barang mereka pada orang lain—tetapi mereka memberikan barang yang sudah tidak layak pakai.

Page 15: EMPATI ANAK

Esensi memberi yang sesungguhnya adalah memberi sesuatu yang kita sendiri masih mau untuk menggunakan, bukan barang yang memang sudah usang dan kita tidak mau lagi memakainya karena sudah tidak layak pakai.

Bila anak sudah mampu memberi, maka pelan-pelan ajarkan juga untuk memberi salah satu barang yang mereka sayang. Misal, mereka sayang sekali dengan semacam barang, teapi mereka memiliki barang itu dua buah. Kita juga mudah mendapatkannya di toko bila mereka ingin memilikinya lagi.

Memberikan barang itu akan memberi nilai lebih pada mereka dan nilai lebih itu adalah pintu empati mereka yang terbuka sangat lebar.

6.    Ajarkan untuk Melupakan yang Sudah Diberikan

Memberi harusnya menjadi suatu pembelajaran untuk mereka. Mengajarkan memberi seperti halnya pupuk yang disebar pada tanaman. Tidak kelihatan tapi berdampak positif pada tumbuhan.

Maka ajarkan mereka memberi tapi tidak mengingat-ingat pemberian itu. Juga ajarkan pada mereka untuk tidak pamer pada teman-teman soal apa yang mereka beri kecuali memang kita punya misi lain (misalnya ingin mengajarkan anak lain juga cinta untuk berbagi).

Tidak menyakiti si pemberi (andai itu adalah teman dekat anak) dengan mengungkit pemberian itu, juga akan melatih kepekaan sosial anak kita.

7.    Beri Mereka Pelukan Hangat atau Hadiah

Anak-anak tetap perlu sesuatu untuk menumbuhkan motivasi mereka. Sama halnya dengan orang dewasa.

Pelukan hangat, ucapan terima kasih, mengangkat ibu jari kita tinggi-tinggi atau ciuman di kedua pipi mereka atas apa yang sudah mereka lakukan akan membuat mereka merasa apa yang sudah dilakukan adalah sesuatu yang besar dan penting.

Ketika itu sudah merasuk menjadi sesuatu yang penting, maka ada kebutuhan untuk mereka melakukan hal itu berulang kali. Sehingga menjadi suatu kebiasaan yang positif.

Kalau semua itu sudah kita lakukan dan berjalan efektif, maka dunia akan bersyukur karena ada anak-anak manis yang berhati manis yang membuat segalanya menjadi lebih indah dan positif.

Selamat mencoba.

http://www.andriewongso.com/articles/details/14241/Menumbuhkan-Empati-Pada-Anak

source 9

Page 16: EMPATI ANAK

Mengasah Sikap Empati Anak Ditulis oleh Haluan    Minggu, 22 April 2012 00:29

Orangtua mana yang tak bangga, jika anak-anak mereka punya jiwa sosial yang tinggi. Punya rasa empati dan bersedia membantu sesamanya yang berada dalam kesusahan. Untuk menumbuhkan anak yang suka berbagi, sebaiknya perkenalkan anak dengan berbagai kegiatan sosial sejak kecil.

"Anak-anak secara alami punya naluri untuk membantu orang lain. Yang diperlukan hanyalah memberi mereka kesempatan untuk melatih kebiasaan amal mereka sehingga mereka bisa tumbuh menjadi anak yang baik dan suka membantu sesama," ungkap Deborah Spaide, pendiri Kids Care Clubs, sebuah organisasi sosial nasional untuk membantu anak-anak yang suka beramal.

Selain melatih kepekaan anak dalam membantu orang lain, mengajarkan anak beramal juga memberi manfaat secara aktif dalam mengajarkan bahwa mereka bisa membuat perbedaan yang berarti dalam kehidupan seseorang.

Ajarkan anak untuk menyisihkan sedikit uang sakunya untuk disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Hal ini mirip seperti membantu anak belajar manajemen keuangan sejak kecil. “Jelaskan kepada anak fungsi dari pembagian uang jajannya sehingga secara tak langsung anak akan selalu menyisihkan sebagian uang saku mereka untuk membantu orang lain. Seberapa besar uang yang disumbangkan bukan hal yang penting. Yang paling penting adalah mengajarkan anak bahwa seharusnya mereka bersyukur karena masih bisa berbagi dengan orang lain,” katanya lagi.

Tak Harus Dengan Uang

Kebanyakan orang cenderung mengasosiasikan amal dengan uang. Padahal sebenarnya membantu orang lain, tak harus dengan memberi uang. Jika selalu menyamakan bahwa beramal adalah memberi uang,  mereka akan selalu berpikir hanya uang yang bisa menolong orang lain.

Banyak cara mendorong orang tua untuk membantu anak mereka belajar beramal secara langsung, misalnya dengan membantu tetangga yang kesulitan, memberikan mainan, buku-buku, atau baju yang sudah tak terpakai pada yang anak-anak lain, atau memberi makan siang kepada para tunawisma, dan lain sebagainya. "Dengan demikian Anda mengajarkan mereka untuk bisa beramal dengan berbagai cara yang baik selain dengan uang," tukasnya.

Orangtua tak perlu menyisihkan waktu khusus untuk berbicara tentang pentingnya beramal. Ajak anak bicara justru ketika sedang menghadapi situasi yang membutuhkan bantuan secara langsung. Misalnya ketika melihat seorang pengemis di jalan, berilah contoh untuk membe-rinya uang atau makanan. Dengan berbagai kondisi dan kasus nyata yang dilihatnya sendiri, anak akan lebih peka dan tergerak untuk membantunya.

"Yang paling penting bukan hanya menyadarkan anak bahwa di dunia ini banyak orang yang menderita, tetapi juga menyadarkannya bahwa dia punya kekuatan untuk membantu orang

Page 17: EMPATI ANAK

lain hidup lebih baik dengan apa yang dia miliki," tukasnya.

Cara yang paling mudah untuk mengajarkan anak untuk berbagi adalah dengan memberikan contoh nyata. Anda tidak bisa sekadar berceramah dengan berbagai cerita-cerita amal saja, tetapi  berilah contoh nyata yang bisa ditirunya. "Tak ada salahnya sedikit mengekspos perbuatan baik yang Anda lakukan kepada anak-anak, dan jangan lupa jelaskan tentang perlunya melakukan hal tersebut," tukasnya. (h/dla)

Source 10

11 Cara Menumbuhkan Empati Rasa empati pada anak sebaiknya diajarkan sejak dini. Adapun cara untuk menumbuhkan empati akan dibahas berikut ini :

1. Bermain bersama.

Di usia 2-3 tahun anak mulai berminat pada permainan simbolik dan bohong-bohongan alias permainan khayalan. Yuk, kembangkan imaginasi sedemikian rupa ketika bermain bersamanya. Misalnya, Anda bisa berpura-pura menjadi seekor anak anjing yang sakit, dan biarkan si kecil mengurus anda.

2. Mengajak membantu mengerjakan tugas rumah tangga.

Anak usia 2 tahun bisa mulai membantu mengerjakan pekerjaan ringan yang bermanfaat di rumah. Apabila anda memuji tindakannya, dengan senang hati ia akan melakukan untuk anda. Sikap mau membantu secara suka rela berkembang dengan sendirinya jika ia terbiasa ringan tangan sedari kecil. Ini adalah awal yang baik baginya untuk memahami pekerjaan orang lain.

3. Membacakan cerita.

Jadikanlah mendongeng sebagai aktivitas harian anda bersama si kecil. Membacakan cerita sebelum ia tidur sembari ngobrol hal-hal penting yang sudah terjadi hari itu merupakan kesempatan untuk mengajarinya berempati lewat tokoh-tokoh cerita, misalnya, pangeran tampan yang baik hati dan si penyihir yang jahat.

4. Belajar berteman.

Bertengkar itu biasa bagi anak-anak usia balita. Rebutan robot, merobohkan balok-balok menara, atau karena enggan diajak bermain, antara lain adalah penyebabnya. Tugas anda memantau situasi tersebut dengan bijak. Baik kata maupun tindakan mereka memang sangat mementingkan diri sendiri. Inilah saat tepat bagi anda, dengan lembut dan positif, membagikan gagasan agar mereka mau tulus berbagi dan menikmati sesuatu bersama orang lain.

Page 18: EMPATI ANAK

5. Menonton Televisi atau DVD.

Program-program televisi atau film kartun yang sudah anda pilih secara hati-hati dapat merangsang imajinasi si kecil akan nilai-nilai empati. Pendampingan anda saat menonton bersamanya, sekaligus dapat menelurkan aktivitas yang membangun. Tentu saja, anda harus cermat menyeleksi film mana yang patut ditontonnya atau tidak. Bagaimanapun, dampak televisi yang bisa membawa akibat negatif tidak boleh anda abaikan!

6. Mengajaknya berbelanja hadiah.

Ajaklah anak anda berbelanja dan ikut memilih kado ulang tahun kakak atau temannya. Atau, tolonglah ia untuk membuat sendiri pekerjaan tangan sederhana sebagai hadiah. Katakan kepadanya, sebuah keranjang paskah warna-warni atau selembar kartu bergambar hasil karyanya, merupakan suatu pemberian yang tak ternilai harganya yang bisa diberikan kepada orang lain. Membicarakan tentang bagaimana kasih saying anda terhadap keluarga atau teman-teman akan menumbuhkan pula rasa cinta dan perhatiannya yang tulus kepada mereka.

7. Menjenguk orang sakit.

Jika penyakit teman atau famili tidak parah dan menular, boleh saja anda mengajak si kecil ikut menjenguk. Membawakan ‘buah tangan’ bagi nenek yang sakit, atau memberikan hiburan di saat teman si kecil sakit dan menangis sedih, melibatkan rasa turut prihatin di dalam dadanya. Kelak, ia pun peka atas penderitaan orang yang sedang sakit.

8. ‘Bersahabat’ dengan Tuhan.

Membiasakan si kecil ikut ke pengajian menumbuhkan kepercayaannya kepada Sang Pencipta. Iman yang dibina sedari kecil tak pelak lagi akan memberinya landasan untuk saling mengasihi dengan sesama. Inilah tiang utama yang tak bisa ditawar agar si kecil mampu menumbuhkan kepeduliannya terhadap orang lain.

9. Memelihara hewan atau tanaman.

Memiliki seekor binatang peliharaan berarti harus mampu memberikan rasa nyaman pada anak. Bagaimana si kecil belajar bertanggung jawab memberi makan atau minum hewan peliharaannya adalah cara untuk belajar mengelola empatinya kelak. Termasuk hobinya bercocok tanaman. ‘Berbicara’ dengan tanaman, memberinya pupuk dan tak lupa rutin menyiraminya, adalah langkah-langkah pembelajaran empati yang bisa diterapkan kepada si kecil.

10. Tahu berterima kasih.

Kelihatannya sepele, tapi ajaib sekali makna dari ketiga kata ini : “maaf”, “terima kasih”, dan “tolong”. Membiasakan anak sedari dini mengucapkannya akan membuatnya tumbuh menjadi anak yang kemampuannya memahami orang lain di atas rata-rata. Apalagi ditambah dengan kemampuannya mendengarkan. Wah, tentu ia akan menjadi pribadi yang ramah, hangat, dan

Page 19: EMPATI ANAK

… dihormati orang lain. Buktikan saja!

11. Jadilah panutan anak!

Tak peduli si kecil sudah mengerti sepenuhnya atau tidak, namun anda bisa membagikan berita di Koran atau televisi padanya. Cerita duka anak-anak yang busung lapar, kehilangan orang tua dan rumah ketika gempa dan banjir hebat melanda, atau begitu banyaknya teman-temannya di negeri ini yang tidak bisa bersekolah karena tidak punya biaya, akan menggugah simpatinya. Apalagi jika anda mengajaknya mau membagi mainan atau pakaiannya kepada para korban. Tentu, anda sendiri harus menjadi panutan yang utama baginya. (AB)

http://www.kancilku.com/Ind//index.php?option=com_content&task=view&id=262&Itemid=1