28
Bab III Elaborasi Tema III.1 Latar Belakang Tema Ada beberapa alasan mengapa manusia membuat bangunan, diantaranya dikarenakan kondisi iklim tempat manusia berada tidak selalu menunjang aktivitas yang dilakukan. Kondisi iklim yang selalu berubah-ubah menuntut manusia agar dapat menyelaraskan iklim dengan aktivitas yang berbeda pula. Dengan adanya bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak mendukung dapat dimodifikasi menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Oleh karena itu, harus terlebih dahulu mengetahui kondisi iklim dalam perencanaan. Perencanaan dan perancangan bangunan ini berlokasi di Nanggroe Aceh Darussalam yang beriklim tropis dengan kelembaban tinggi, panas matahari yang terik dan angin yang cukup kencang. Dengan penggunaan tema bangunan yang berarsitektur tropis ini diharapkan perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini mampu menyelesaikan permasalahan iklim dan menghemat pemakaian energi, hanya ruang tertentu saja yang menggunakan penghawaan buatan (AC) dan pencahayaan buatan (lampu) hanya pada malam hari. Selain itu diharapkan penggunan bangunan ini dapat merasa aman dan nyaman berada di dalamnya. 43

Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

  • Upload
    jaki

  • View
    52

  • Download
    9

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Arsitektur Tropis pada Rumah sakit ibu dan Anak

Citation preview

Page 1: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Bab III

Elaborasi Tema

III.1 Latar Belakang Tema

Ada beberapa alasan mengapa manusia membuat bangunan, diantaranya

dikarenakan kondisi iklim tempat manusia berada tidak selalu menunjang aktivitas

yang dilakukan. Kondisi iklim yang selalu berubah-ubah menuntut manusia agar

dapat menyelaraskan iklim dengan aktivitas yang berbeda pula. Dengan adanya

bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak mendukung dapat dimodifikasi

menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Oleh karena itu, harus terlebih

dahulu mengetahui kondisi iklim dalam perencanaan.

Perencanaan dan perancangan bangunan ini berlokasi di Nanggroe Aceh

Darussalam yang beriklim tropis dengan kelembaban tinggi, panas matahari yang

terik dan angin yang cukup kencang.

Dengan penggunaan tema bangunan yang berarsitektur tropis ini diharapkan

perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini mampu menyelesaikan permasalahan

iklim dan menghemat pemakaian energi, hanya ruang tertentu saja yang

menggunakan penghawaan buatan (AC) dan pencahayaan buatan (lampu) hanya

pada malam hari. Selain itu diharapkan penggunan bangunan ini dapat merasa

aman dan nyaman berada di dalamnya.

III.2 Pengertian Tema

Pengertian arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.7

Sedangkan pengertian tropis adalah daerah di permukaan bumi yang secara

geografis berada di sekitar ekuator yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.50

LS dan 23.50 LU.8

Yang dimaksud dengan arsitektur tropis adalah penampilan dari suatu karya

arsitektur yang terdapat pada daerah yang terletak di antara garis isoterm 200 C di

sebelah utara dan selatan. Dapat pula berarti penampilan dari suatu karya 7 www.wikipedia.com8 www.wikipedia.com

43

Page 2: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

arsitektur yang terdapat pada daerah tropis yang dibatasi oleh faktor-faktor alam

dan lingkungan setempat.9

Pengertian arsitektur tropis menurut Maxwell Fry dan Jane Drew di dalam

bukunya, “Architecture in the humid tropics is collaboration with nature to

establish a new order which human being may life harmony with their

surroundings”. Arsitektur tropis harus dapat melakukan penyelesaian masalah

arsitektur dengan lingkungan dan kondisi setempat agar tercipta keharmonisan

kehidupan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu dengan memperhatikan

manusia serta kebutuhannya, iklim dan perubahannya, pemakaian bahan yang

sesuai dengan tujuan dari bangunan.

III.3 Interpretasi Tema

III.3.1 Karakteristik Arsitektur Tropis

Wilayah Indonesia yang beriklim tropis dengan ciri-ciri udara panas,

lembab, curah hujan rata-rata cukup tinggi pada bulan September-Desember.

Diperlukan penanganan khusus dalam rancangan bangunan berkaitan dengan

iklim setempat. Perencanaan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan baik

fisik maupun mental akan memperoleh hasil yang memuaskan. Elemen-elemen

iklim yang berpengaruh terhadap bangunan adalah:10

a. Angin

Angin adalah udara yang bergerak karena adanya tekanan. Gerak ini

disebabkan karena bagian-bagian udara didorong dari tekanan yang lebih tinggi ke

daerah bertekanan lebih rendah. Aliran udara memiliki inersia yang mengalirkan

udara secara lurus, jika tidak ada suatu benda penghalang. Apabila suatu

permukaan bidang terkena aliran udara, maka akan menghimpun inersia tersebut

sehingga menjadikai tekanannya lebih besar dan besarnya tekanan ini sebanding

dengan luasnya bidang itu.

Badan Meteorologi dan Geofisika menyatakan untuk daerah Kota Banda

Aceh sendiri kecepatan angin bertiup antara 2 – 28 knots yang menunjukkan

bahwa angin bertiup cukup kencang pada musim tertentu dan biasanya pada angin 9 www.archicaddy.com10 Loippsmeier, Bangunan Tropis Edisi ke-2

44

Page 3: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

musim barat. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada bangunan, maka diusahakan

bentuk bangunan dapat membelokkan angin.

Gerakan angin secara makro dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Ketinggian bangunan

Sesuai dengan konteks iklim di Banda Aceh dengan kecepatan angin

yang kencang, maka bangunan jangan terlalu tinggi.

b. Landscape

Menanam vegetasi yang dapat memecah angin sehingga angin tidak

terlalu kencang sampai ke bangunan.

c. Topografi

d. Perbedaan suhu dan tekanan setempat

e. Kecepatan dan tekanan angin

b. Radiasi Matahari

Matahari adalah sumber alam yang sangat dominan, radiasi matahari yang

berlebihan menjadi masalah bagi bangunan-bangunan di daerah tropis seperti di

indonesia. Hal ini disebabkan oleh sebagian sinar matahari diserap oleh elemen-

elemen bangunan dan sebagian lagi direfleksikan kembali.

Karakteristik sinar matahari :

a. Silau/terang yang berlebihan terjadi karena kontras yang sangat kuat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesilauan :

penggunaan bahan-bahan bangunan yang memantulkan cahaya.

penggunaan warna terang atau kontras pada bidang-bidang

bangunan.

b. Terik, menyengat berpengaruh terhadap fisik manusia (kulit) juga terhadap

bangunan seperti yang menyebabkan pemuaian perubahan bentuk.

c. Temperatur

Radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan menimbulkan panas

dalam ruanganyang mengakibatkan temperatur naik menjadi lebih tinggi.

45

Page 4: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Temperatur udara dalam ruangan dapat dipengaruhi pula oleh temperatur luar,

sedangkan temperatur udara luar dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya.

Misalnya suatu lingkungan yang penuh dengan penghijauan akan menciptakan

keadaan lingkungan yang sejuk.

d. Kelembaban

Kelembaban dalam suatu ruangan dapat terjadi karena kelembaban dari

ruang da penguapan air yang terdapat dalam ruangan itu sendiri. Kelembaban

dapat diatasi dengan adanya sinar matahari, sedangkan untuk bagian-bagian yang

tidak terkena sinar matahari dapat diatasi dengan pengaliran udara secara

perlahan-lahan namun secara terus-menerus.

e. Hujan

Hujan timbul dan turun apabila gumpalan-gumpalan uap air turun sampai

lebih rendah dari titik jenuhnya, dan mencair menjadi air. Pada daerah tropis

seperti kota Banda Aceh ini, curah hujan cukup tinggi sehingga hujan dapat turun

sepanjang tahun pada terutama pada bulan September – Desember.

Hujan yang disertai angin kencang juga sering terjadi di kota Banda Aceh

yang mengakibatkan tempias pada bangunan. Penyelesaian untuk masalah ini

dapat dilakukan dengan penggunaan atap miring pada bangunan dan talang air

untuk mengalirkan air hujan dari atap. Sedangkan untuk lansekap, genangan air

hujan dapat diatasi dengan memiringkan lansekap dan membuat drainase di

pinggir lahan.

Adapun jenis bahan bangunan yang sesuai untuk digunakan di daerah

tropis dapat dilihat pada tabel berikut :

Bahan bangunan Keberadaan Penggunaan Reaksi terhadap iklim

46

Page 5: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Tanah, tanah liat,

pasir, dan kerang

Menyebar di seluruh

daerah tropis

Bangunan tradisional

tidak bertingkat.

Dengan blok yang

distabilkan dan

penggunaan mesin

dapat digunakan

untuk bangunan dan

pondasi dan rumah

Tahan terhadap angin

dan cuaca. Penyerapan

panas tinggi pada bahan

yang padat

Batu bata bakar Menyebar di seluruh

negara tropis

Untuk semua

konstruksi ringan ,

tembok, genteng,

ubin lantai, dan

dinding

Jika diolah secara tepat,

akan tahan terhadap

cuaca, penyerapan

panas baik, penyaluran

panas rendah

Batu kapur, pasir, dan

aerasi

Terutama menyebar

di negara industri

maju yang memiliki

pasir dan batu kwarsa

Untuk semua

konstruksi dinding

dan juga sebagai

tembok yang tidak

diplester dan untuk

cerobong asap

Kemampuan

menghantar panas kecil,

pemantulan tinggi dan

penyerapan panas

rendah

Semen asbes Menyebar luas di

semua negara tropis

Untuk penutup atap,

dinding elemen

pelindung matahari,

saluran air limbah,

dan lapisan pencegah

api

Sangat cocok untuk

daerah tropis. Kedap

angin. Kemampuan

penghantaran panas

kecil, penyerapan baik

Bambu dan buluh

Di semua daerah

iklim hangat lembab

Untuk rumah dan

bangunan umum.

Murah, mudah dalam

pengerjaan dan

perbaikan, cocok

untuk daerah rawan

gempa

Permukaannya sangat

tahan air, pengudaraan

baik, sedikit menyerap

panas

Batu alam Menyebar di seluruh

daerah tropis, sedikit

di daerah dataran

Pada bangunan

representatif dan

lapisan dinding

dekoratif, perkerasan

Tahan terhadap angin

dan cuaca, penyerapan

panas tinggi pada bahan

yang padat

47

Page 6: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

rendah tropika basah jalan dan pondasi

rendah

Blok beton Semakin menyebar di

semua negara tropis

dengan meningkatkan

produksi semen

Metode konstruksi

bangunan biasa dan

pengisi untuk

konstruksi beton dan

baja

Tanpa plester akan

tembus jika terkena

hujan dan angin terus

menerus, kemampuan

menghantar panas kecil

Kaca Digunakan hampir di

semua negara tropis,

produk lokal semakin

meningkat

Dipakai untuk

konstruksi biasa,

harus dilindungi dari

cahaya matahari,

dapat melindungi

bangunan dengan

kaca pelindung panas

Kemampuan

menghantar panas kecil,

penyerapan panas

besar, radiasi matahari

di ruangan dirubah

menjadi radiasi panas

Rumput, pohon

palem

Di semua daerah

tropis yang memiliki

vegetasi

Untuk rumah tinggal

sederhanan sampai

bangunan umum,

mudah dalam

penanaman

Tahan terhadap hujan,

pengudaraan baik

Dalam merancang bangunan untuk daerah tropis perlu memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

1. Bangunan sebaiknya terbuka, kira-kira jaraknya cukup untuk

menjamin sirkulasi udara yang baik;

2. Bangunan diorientasikan ke arah Utara Selatan, guna menghindari

pemanasan fasade yang berlebihan;48

Tabel III.1.Tabel jenis bahan bangunan yang

sesuai untuk daerah tropisSumber : Lippsmeier, Bangunan

Tropis Edisi ke-2

Page 7: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

3. Adanya ventilasi silang;

4. Ruangan yang teduh di sekitar bangunan;

5. Penyaluran air hujan dari atap dan halaman;

6. Bangunan berbahan ringan dan daya serap panas rendah;

7. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kenyamananpenghuni seperti

radiasi matahari, kesilauan, kelembaban udara, dan pencemaran udara.

III.3.2 Prinsip-prinsip Arsitektur Tropis

Adapun yang termasuk ke dalam prinsip-prinsip arsitektur tropis adalah :11

1. Memperhatikan lingkungan sekitar;

2. Menselaraskan dengan kondisi alam;

3. Memanfaatkan potensi-potensi alam;

4. Memperhatikan penggunaan jenis bahan bangunan;

5. Hemat energi.

III.4 Studi Banding Tema Sejenis

III.4.1 Universitas Indonesia

Universitas Indonesia adalah kampus modern, komprehensif, terbuka,

multi budaya, dan humanis yang mencakup disiplin ilmu yang luas. UI saat ini

secara simultan selalu berusaha menjadi salah satu universitas riset atau institusi

akademik terkemuka di dunia. Sebagai universitas riset, upaya-upaya pencapaian 11 Loippsmeier, Bangunan Tropis Edisi ke-2

49

Page 8: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

tertinggi dalam hal penemuan, pengembangan dan difusi pengetahuan secara

regional dan global selalu dilakukan. Sementara itu, UI juga memperdalam

komitmen dalam upayanya di bidang pengembangan akademik dan aktifitas

penelitian melalui sejumlah disiplin ilmu yang ada dilingkupnya.

Terlepas dari prestasi yang dicapai oleh kampus ini, bangunan Universitas

Indonesia ini sendiri sangat memperhatikan lingkungannya. Penerapan konsep

tropis pada bangunan ini bisa dilihat dari penggunaan atap miring pada bangunan.

Selain itu bukaan yang lebar juga sangat mendominasi bangunan ini agar cahaya

matahari dapat masuk ke bangunan. Pengolahan lansekap juga sangat diperhatikan

dengan penanaman banyak vegetasi sehingga terjadi keharmonisan antara ruang

luar dan ruang dalam.

Bukaan-bukaan yang lebar di ruang kelas berfungsi agar pencahayaan

alami dapat masuk ke dalam ruangan. Di bagian atas bukaan terdapat teritisan

yang lebar dengan tujuan agar cahaya yang masuk bukan cahaya matahari

langsung.

50

Gambar III.1 penggunaan atap miringSumber : http://images.google.co.id

Page 9: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

III.4.2 Rumah WWF, Jakarta

Global Envirinmental Conservation Organization (Organisasi

Perlindungan Lingkungan Dunia) yang dulunya bernama World Wildlife Fund

berdiri sejka 1 September 1961 dengan kantor pusat di Gland.

51

Gambar III.2 bukaan dan teritisan bangunan UI

Sumber : http://images.google.co.id

Gambar III.3 interior kelas dengan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan digunakan seperlunya saja

Sumber : http://images.google.co.id

Gambar III.4 penanaman vegetasi pada lansekap dan penggunaan sepeda di

dalam kampus membantu menghemat energi

Sumber : http://images.google.co.id

Page 10: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Bangunan ini dirancang seolah menjadi field office atau kantor lapangan

karena berupaya keras menginfiltrasi ruang dalam dengan unsur lingkungan

sekitarnya.

Kondisi eksisting site yang rimbun oleh pepohonan, serta kontur yang

meninggi di bagian belakangnya sangat membantu menciptakan image bangunan

tropis. Dengan bukaan-bukaan lebar menciptakan suasana di dalam seolah

menjangkau langsung lingkungan luarnya. Ini juga memaksimalkan cahaya alami

untuk mengurangi penggunaan lampu.

52

Gambar III.5 Rumah WWFSumber : www.indonesiadesign.com

Page 11: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Penggunaan atap miring pada bangunan ini juga memperkuat konsep

bangunan tropis. Pada bagian atap terdapat semacam bukaan yang berfusngsi

sebagai penerangan alami bagi ruang yang berada di bawahnya.

Arsitek juga membiarkan beberapa pohon eksisting berada di tengah

bangunan.

53

Gambar III.6 jendela lebar memaksimalkan masuknya sinar

matahariSumber : http://rafflesia.wwf.or.id

Gambar III.7 Penggunaan atap miring pada bangunan

Sumber : http://rafflesia.wwf.or.id

Page 12: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Ada dua pokok penting pada bangunan ini sehingga menciptakan

bangunan yang bersahabat dengan lingkungan, yaitu memperbanyak areal bukaan,

juga pemakaian material yang akraab dengan lingkungan, seperti tampil pada

dinding yang hanya berupa bata ekspose. Cara ini otomatis mengurangi

pemakaian plester semen sekaligus meniadakan penggunaan cat yang kaya akan

bahan kimia. Ternyata warna alami bata ini sekaligus menjadi image dari WWF

Indonesia, termasuk juga warna atap hijau agar serasi dengan pepohonan di

sekitarnya.

Interior bangunan juga dirancang agar pengguna merasa nyaman berada

di dalam bangunan ini. Ruang-ruang kantor yang berada di dalam juga

mendapatkan pencahayaan alami dengan jendela-jendela yang lenar sehingga

menghadirkan suasana ruang luar di dalam bangunan.

54

Gambar III.8 pohon pada kondisi eksisting site tetap dipertahankan Sumber : http://rafflesia.wwf.or.id

Gambar III.9 penggunaan bata ekspose pada dinding bangunan

Sumber : http://rafflesia.wwf.or.id

Page 13: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

III.4.3 Kediaman Keluarga di Jakarta Selatan

Rumah ini merupakan bangunan rumah tinggal masa kini, yaitu gaya

tropis modern. Dalam proses pengolahan ruang, perbandingan ruang terbuka

terhadap bangunan di wilayah ini menjadi pertimbangan utama. Dengan Koefisien

Dasar Bangunan (KDB) sebesar 56%, dirancanglah bangunan dua lantai yang

banyak memiliki elemen-elemen penguat arsitektur.

55

Gambar III.10 suasana interior bangunan WWF

Sumber : http://rafflesia.wwf.or.id

Page 14: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Bagian-bagian yang menunjang konsep tropis adalah ruang terbuka hijau

di belakang bangunan. Ruang terbuka ini cukup panjang yang mengikuti bentuk

teras belakang. Bagian ujungnya dibuat kolam ikan yang tepat berada di depan

pintu ruangan makan dan dapur bersih. Dengan demikian kolam ikan ini menjadi

pemandangan yang menarik dan menyegarkan.

56

Gambar III.11 rumah tinggal berkonsep tropis

Sumber : www.google.com

Gambar III.12 teras belakang menghadap ke ruang terbuka Sumber : www.google.com

Page 15: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Penting pula untuk dicermati penggunaan dinding pembatas bangunan

selebar 5m untuk menghalangi pandangan tetangga ke dalam rumah. Posisi

bangunan yang memang lebih tinggi dari rumah di kanan kirinya memberikan

keuntungan ganda bagi pemilik rumah. Perasaan aman dan privasi penghuni akan

terjaga.

Teras-teras juga dibuat lega di bagian belakang bangunan karena

konsentrasi penghuni dititikberatkan pada bukaan-bukaan bangunan yang lebih

lebar. Hal ini mengingat posisi bangunan berada di jalan lingkungan dengan jarak

Garis Sempadan Bangunan (GSB) 5.5m. Meskipun demikian, masih dlperoleh

jarak yang memadai untuk Batas gerbang dan bagian depan bangunan. Dengan

demikian cara seperti ini akan menjadi nilai tambah bagi bangunan. Terdapat pula

teras tambahan pada bukaan dapur bersih ke arah kolam.

57Gambar III.13 dapur bersih menghadap

ke ruang terbuka (kolam)Sumber : www.google.com

Page 16: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Ruangan duduk keluarga yang lapang dan panjang. Buka-bukaan yang

lebar menjadi vista ruangan.

III.4.4 Wisma Dharmala Sakti

A. Penjelasan Umum Objek

1. Nama Proyek : Wisma Dharmala Sakti

2. Lokasi : Jakarta, Indonesia

3. Arsitek : Paul Rudolph

4. Struktur dan ME : Prof. Lee Seng Lip & PT. BMP Indonesia

5. Tinggi Bangunan : 25 lantai

6. Pendekatan : Arsitektur Tropis

58

Gambar III.14 ruang duduk keluarga dengan bukaan yang lebarSumber : www.google.com

Page 17: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Wisma Dharmala Sakti atau yang sekarang dikenal sebagai Intiland Tower

merupakan hasil karya arsitektur yang memiliki tampilan berkarakter lokal.

Fungsi bangunan lebih mengutamakan bentuk daripada ukuran ruang yang

mewadahi segala aktivitas. Bangunan ini hadir di lingkungan sosialnya, sehingga

bangunan ini lebih adaptif terhadap karakteristik lokal. Bangunan ini juga

diharapkan menjadi contoh bagaimana bangunan lain seharusnya didesain untuk

melestarikan lingkungan.

B. Konsep Desain

Konsep dasar bangunan ini adalah pendekatan bangunan tinggi melalui

adaptasi bentuk-bentuk konvensional yang dipengaruhi oleh faktor iklim tropis,

dimana bangunan didesain dengan pengulangan dan permainan bentuk atap

dengan bentuk-bentuk dasar persegi dan segitiga. Pengolahan bentuk atap yang

sekaligus berfungsi sebagai balkon dengan tanaman yang melindungi balkon di

bagian bawahnya.

59

Gambar III.15 Wisma Dharmala SaktiSumber : www.google.com

Page 18: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

Wisma Dharmala Sakti dalam mengontrol iklimnya menggunakan atap

miring agar air hujan mudah mengalir dan tidak menggenangi atap. Penggunaan

sun shading yang berupa kantilever yang berfungsi sebagai balkon sekaligus juga

melindungi bangunan dari sinar matahari langsung. Balkon ditanami vegetasi agar

udara di sekitar ruangan menjadi sejuk.

60

Gambar III.16 bagian balkon yang ditanami vegetasi

Sumber : www.google.com

Gambar III.17 sketsa suasana balkon dilihat dari luar bangunanSumber : www.google.com

Gambar III.18 di dalam bangunan juga ditanami vegetasi sehingga ruangan

menjadi sejukSumber : www.google.com

Page 19: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

C. Konsep Material

Material dinding bangunan berupa beton, sedangkan pada bagian tower

yaitu pada area pemasangan simbol perusahaan tidak menggunakan beton

melainkan material keramik putih.

Denah lantai bangunan merupakan denah tipikal, setiap lantainya

mempunyai bentuk yang sama hanya saja terjadi perputaran di bagian balkon dan

atap balkon.

61

Gambar III.19 terlihat penggunaan material beton pada fasade bangunan

Sumber : www.google.com

Gambar III.20 denah tipikal bangunan Sumber : www.google.com

Gambar III.21 dari potongan dapat dilihat denah tipikal hanya mengalami

perputaran di bagian balkonnya Sumber : www.google.com

Page 20: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

III.4.5 Kesimpulan Studi Banding

Berdasarkan keempat contoh bangunan yang telah diuraikan, maka dapat

diambil kesimpulan yaitu:

1. Pemanfaatan energi yang ada secara maksimal sehingga mengurangi

pemakaian energi buatan;

2. Kualitas-kualitas lingkungan yang ada harus tetap dipertahankan agar

menjaga keseimbangan lingkungan tropis;

3. Pemakaian material yang digunakan harus tepat dan efisien;62

Page 21: Eksplorasi tema RSIA Banda Aceh_Arsitektur Tropis

4. Penataan ruang dalam harus memperhatikan proses kegiatan ruang agar

sirkulasi ruang menjadi lancar;

5. Penataan ruang terbuka dilengkapi dengan unsur tanaman sebagai unsur

utama dalam taman dan juga sebagai filter bagi lingkungan;

6. Bangunan harus dilengkapi dengan pelindung untuk melindungi bangunan

dari tempias air hujan dan teriknya sinar matahari langsung. Bukaan-

bukaan jendela harus memperhatikan arah angin agar penghawaan alami

tetap memberikan kenyamanan bagi pengguna;

7. Dari segi fungsi, bangunan harus dapat beradaptasi dan memodifikasi

iklim tropis, artinya bangunan dapat berfungsi sebagai physical

control/mengontrol iklim;

8. Bangunan harus dapat mewadahi semua aktivitas manusia yang berada di

dalamnya;

9. Memiliki dimensi bentuk yang proporsi antara panjang, lebar, dan tinggi

sehingga menghasilkan bangunan yang estetis;

10. Adanya keselarasan pemakaian warna tekstur dan pola pada bangunan

agar dapat meningkatkan kualitas ruang.

63