13
Available online at: http://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jpkm JKPM: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, P-ISSN: 1411-1659; E-ISSN: 2502-9576 Volume 12, No 1, Januari 2020 (32-44) DOI: https://doi.org/10.36928/jpkm.v12i1.71 32 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, e-ISSN/p-ISSN: 25029576/14111659 EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO KABUPATEN ENDE UNTUK PEMBELAJARAN GEOMETRI Maria Trisna Sero Wondo 1 , Maria Fatima Mei 2 , Finsensius Y. Naja 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Flores, Jalan Samratulangi No. 10, Paupire, Ende Tengah, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksplorasi etnomatematika pada rumah adat suku Lio, Desa Wolokoli, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende ditinjau dari konsep Matematika. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Subjek penelitian ini terdiri dari beberapa informan (kepala suku, kepala desa, guru, dan siswa). Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi dan wawancara. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya bentuk geometri pada bangunan rumah adat suku Lio Desa, Wolokoli, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende. Wujud geometri yang ditemukan, yakni (1) Leke (tiang pondasi dari batu dan kayu), hal mana ditemukan 20 (dua puluh) tiang batu berbentuk bulat lonjong dan 1 (satu) tiang kayu berbentuk persegi panjang; (2) Tenga (balok lantai) berbentuk tabung; (3) Dalo berbentuk persegi panjang; (4) Lure (pelupu) berbentuk persegi panjang; (5) Wisu (tiang empat utama) berbentuk balok; (6) Kebi (dinding) berbentuk persegi panjang; (7) Mangu (tiang nok) berbentuk balok; (8) Jara berbentuk balok; (9) Pene/Pere berbentuk persegi panjang (10) Eba berbentuk balok; (11) Lara berbentuk balok; (12) Hubu (atap) terbuat dari alang-alang berbentuk trapesium. Bentuk geometri yang ada pada bangunan rumah adat Suku Lio Desa Wolokoli yaitu garis, sudut, persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, jajar genjang, segi enam, balok, lingkaran, tabung dan prisma segitiga. Bentuk pada bagian-bagian rumah ini dapat mengubah paradigma anak dan masyarakat bahwa Matematika terkait erat dengan aktivitas sehari-hari, juga dengan budaya, serta dapat dipelajari dengan cara yang menyenangkan dalam memecahkan masalah pelajaran materi geometri. Kata kunci: eksplorasi; geometri; rumah suku Lio ETHNOMATHEMATIC EXPLORATION OF LIO TRADITIONAL HOUSE OF ENDE DISTRICT FOR GEOMETRY LEARNING Abstract This study aims to describe ethnomathematics exploration in the traditional house of the Lio tribe, Wolokoli Village, Wolowaru District, Ende Regency in terms of mathematical concepts. This type of research is qualitative research with an ethnographic approach. The subjects of this study consisted of several informants (chiefs, village heads, teachers and students). Using observation and interview techniques, and using qualitative descriptive analysis. The results showed the existence of geometric shapes in the traditional houses of the Lio tribe of Wolokoli Village, Wolowaru District, Ende Regency. Geometry forms

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Available online at: http://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jpkm

JKPM: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, P-ISSN: 1411-1659; E-ISSN: 2502-9576

Volume 12, No 1, Januari 2020 (32-44)

DOI: https://doi.org/10.36928/jpkm.v12i1.71

32 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, e-ISSN/p-ISSN: 25029576/14111659

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO

KABUPATEN ENDE UNTUK PEMBELAJARAN GEOMETRI

Maria Trisna Sero Wondo1, Maria Fatima Mei2, Finsensius Y. Naja3 1,2,3Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Flores,

Jalan Samratulangi No. 10, Paupire, Ende Tengah, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksplorasi etnomatematika pada rumah adat suku Lio, Desa Wolokoli, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende ditinjau dari konsep Matematika. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Subjek penelitian ini terdiri dari beberapa informan (kepala suku, kepala desa, guru, dan siswa). Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi dan wawancara. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya bentuk geometri pada bangunan rumah adat suku Lio Desa, Wolokoli, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende. Wujud geometri yang ditemukan, yakni (1) Leke (tiang pondasi dari batu dan kayu), hal mana ditemukan 20 (dua puluh) tiang batu berbentuk bulat lonjong dan 1 (satu) tiang kayu berbentuk persegi panjang; (2) Tenga (balok lantai) berbentuk tabung; (3) Dalo berbentuk persegi panjang; (4) Lure (pelupu) berbentuk persegi panjang; (5) Wisu (tiang empat utama) berbentuk balok; (6) Kebi (dinding) berbentuk persegi panjang; (7) Mangu (tiang nok) berbentuk balok; (8) Jara berbentuk balok; (9) Pene/Pere berbentuk persegi panjang (10) Eba berbentuk balok; (11) Lara berbentuk balok; (12) Hubu (atap) terbuat dari alang-alang berbentuk trapesium. Bentuk geometri yang ada pada bangunan rumah adat Suku Lio Desa Wolokoli yaitu garis, sudut, persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, jajar genjang, segi enam, balok, lingkaran, tabung dan prisma segitiga. Bentuk pada bagian-bagian rumah ini dapat mengubah paradigma anak dan masyarakat bahwa Matematika terkait erat dengan aktivitas sehari-hari, juga dengan budaya, serta dapat dipelajari dengan cara yang menyenangkan dalam memecahkan masalah pelajaran materi geometri.

Kata kunci: eksplorasi; geometri; rumah suku Lio

ETHNOMATHEMATIC EXPLORATION OF LIO TRADITIONAL HOUSE OF ENDE DISTRICT FOR GEOMETRY LEARNING

Abstract This study aims to describe ethnomathematics exploration in the traditional house of the Lio tribe, Wolokoli Village, Wolowaru District, Ende Regency in terms of mathematical concepts. This type of research is qualitative research with an ethnographic approach. The subjects of this study consisted of several informants (chiefs, village heads, teachers and students). Using observation and interview techniques, and using qualitative descriptive analysis. The results showed the existence of geometric shapes in the traditional houses of the Lio tribe of Wolokoli Village, Wolowaru District, Ende Regency. Geometry forms

Page 2: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

33 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

include leke (foundation pillars made of stone and wood), with twenty oval-shaped stone pillars and one rectangular wooden pole, Tenga (lante beam) in the form of a tube. Dalo is rectangular in shape. Rectangular lure. Wisu (four main pillars) shaped beam. Kebi (wall) is rectangular in shape. Mangu (nok pole) shaped beam. Block shaped jara. Pene / Pere is rectangular in shape. Eba beams. Lara is a block. Hubu (roof) is made of trapezoid-shaped reeds. Geometry forms that exist in the traditional Lio Tribe of Wolokoli Village are lines, angles, squares, rectangles, triangles, trapezoid, parallelogram, hexagons, beams, circles, tubes, and triangular prisms. The shape in these parts of the house can change the paradigm of children and society that mathematics has a relationship with daily activities and relationships with culture and can be learned in a fun way in solving problems of learning geometry material.

Keywords: exploration; geometry; Lio tribal house

PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk

berbudaya. Budaya merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Matematika sudah menjadi bagian dari kebudayaan manusia. Akan tetapi, sebagian besar masyarakat tidak menyadari bahwa mereka telah menerapkan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memandang bahwa Matematika hanyalah suatu mata pelajaran yang dipelajari di bangku sekolah (Z & Muchlian, 2011).

Berdasarkan hasil studi dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) (Z & Muchlian, 2011), Indonesia berada pada urutan sangat rendah di bawah rata-rata, jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa dalam penalaran dan pemecahan masalah sehingga siswa kurang mampu

menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan penalaran dan pemecahan masalah, khususnya pada permasalahan geometri. Selain itu, berdasarkan fakta di masyarakat, belajar hanya sebagai tolok ukur untuk mencapai nilai, bukan berdasarkan bagaimana siswa itu memahami dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Padahal, dalam kehidupan bermasyarakat siswa tidak menyadari bahwa mereka sudah menerapkan ilmu Matematika di dalam kehidupannya.

Sejak zaman dahulu, hubungan kehidupan manusia dengan penggunaan matematika tidak dapat dipisahkan, di

antaranya, penggunaan ilmu matematika dalam budaya, pertanian, bentuk bangunan, ukiran, perhiasan dan lain-lain. Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari karena budaya merupakan kesatuan utuh dan menyeluruh yang berlaku dalam suatu masyarakat, dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam masyarakat (Putri, 2017: 21). Persatuan antara individu dan masyarakat dapat dipelajari dalam kehidupan bersama suku Lio melalui bangunan rumah adat. Bangunan rumah adat suku Lio memiliki bentuk yang dapat dipelajari, dan dapat digunakan sebagai media untuk belajar Matematika. Menurut Fathani (2009), Matematika merupakan bagian dari budaya dan sejarah. Matematika itu terwujud karena adanya kegiatan manusia “Mathematics as human activities” (Soedjadi, 2007). Maryati & Prahmana (2018) juga berpendapat

bahwa Matematika adalah pengetahuan yang melekat dalam aktivitas kehidupan dan sangat dekat dengan budaya. Dalam pembelajarannya, Matematika dapat diajarkan dengan menggunakan budaya sebagai sumber belajar (Putri, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa konsep Matematika dapat dikontekstualkan melalui aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan budaya. Ketika budaya, matematika dan pendidikan dikombinasikan, inilah yang dinamakan ethnomathematics (etnomatematika).

Etnomatematika adalah sebuah penelitian yang mengkaji tentang sejarah dan filosofi Matematika yang berimplikasi

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

Page 3: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

34 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

untuk pengajaran (D’Ambrosio, 2007). Vasquez (2017) menjelaskan bahwa Etnomatematika tidak hanya membahas pengetahuan tentang Matematika tetapi juga bahasa, nilai, perilaku, pengetahuan, dan praktik kelompok budaya yang menyebar di lingkungan tertentu. Hal ini diperkuat hasil penelitian Dahlan & Permatasari (2018) bahwa bahan ajar berbasis Etnomatematika mampu memfasilitasi siswa dalam mengonstruksi pengetahuan matematika secara induktif. Sementara itu Marsigit (2016)

berpendapat bahwa Etnomatematika adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana Matematika diadaptasi dari sebuah budaya dan berfungsi untuk mengeskspresikan hubungan antara budaya dan matematika. Rachmawati (2012) dalam penelitiannya menerangkan bahwa Etnomatematika adalah cara-cara khusus yang digunakan oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam aktivitas Matematika, hal mana aktivitas matematika adalah aktivitas yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang, menentukan lokasi, permainan, menjelaskan, dan sebagainya.

Lingkup kajian etnomatematika sangat luas bahwa konseptualisasi matematika dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dilihat dalam kebudayaan dan seni ditemui beragam budaya yang merupakan representasi dari konsep matematika. Diantaranya adalah konsep geometri yang muncul dalam seni dalam pembangunan rumah adat Indonesia. Dalam seni ini muncul beberapa konsep geometri seperti teselasi (geometri hiperbolik) dan konsep fraktal (D’Ambrosio, 2010). Konsep geometri dalam bangun ruang dapat ditemukan dalam bentuk rumah adat.

Bentuk bangunan rumah adat merupakan salah satu seni budaya tradisional Indonesia yang berada di berbagai wilayah di seluruh Nusantara. Salah satunya adalah bangunan rumah adat suku Lio, Desa Wolokoli, Kecamatan Wolowaru. Rumah adat memiliki makna,

nilai sejarah dan teknik yang tinggi, baik dari segi, model, bentuk dan bahan yang digunakan di setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri. Rumah adat Suku Lio merupakan warisan nenek moyang sejak dahulu kala, dan cara pembuatannya masih tradisional. Penelitian tentang rumah adat suku Suka Lumba dan suku Ra’e belum pernah dilakukan oleh peneliti-penelitian lain sebelumnya. Pembuatan bentuk dan ukiran-ukiran yang ada pada rumah adat mempunyai makna yang sangat dalam sesuai dengan

keadaan dari tempat tersebut. Dari bentuk ini dapat dipelajari lebih dalam dan menjadi media pembelajaran Matematika.

Hal ini selaras dengan pendapat Aziz, Embong, Wahab & Maidinsah (2012) bahwa dimungkinkan untuk dilakukannya studi Etnomatematika pada bangun-bangun geometri yang terdapat pada bangunan rumah adat. Pengetahuan budaya yang melingkupinya, dipandang memiliki karakteristik Matematika. Pengungkapannya melalui Etnomatematika diyakini dapat menunjukkan adanya keterhubungan antara Matematika dengan budaya, juga sebaliknya. Menurut Bishop (1994), Matematika merupakan suatu bentuk budaya. Matematika sebagai bentuk budaya sesungguhnya telah terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat di manapun mereka berada. Budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran yang besar pada perkembangan pemahaman individual, termasuk pembelajaran matematika.

Proses pembelajaran Matematika yang dibutuhkan saat ini adalah pembelajaran yang kontekstual dan realistik dengan menggunakan metode yang bervariasi. Hasil penelitian Pangestu & Santi (2016) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang cukup tinggi antara pengaruh pembelajaran Matematika yang realistik terhadap kesenangan belajar siswa. Dengan demikian, upaya ini dapat mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari Matematika yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Uloko & Imoko (2007) mengatakan bahwa keberhasilan negara Jepang dan Tionghoa

Page 4: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

35 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

dalam pembelajaran Matematika disebabkan oleh adanya kesadaran yang tinggi dari mereka untuk memanfaatkan Etnomatematika di dalam pembelajaran Matematika.

Menurut Bishop (1991) budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran yang besar pada perkembangan pemahaman individu, termasuk pembelajaran Matematika. Dalam rangka mengakomodasi peran Etnomatematika dalam pembelajaran, guru Matematika perlu menempatkan diri

sebagai fasilitator dan siswa sebagai mitra sehingga siswa aktif dalam berbagi informasi, bukan penerima pasif dari penyajian informasi.

Dalam pembelajaran Matematika di sekolah tujuan guru adalah pembentukan skema baru. Pembentukan skema baru ini sebaiknya dari skema yang telah ada pada diri siswa. Oleh karena itu sebelum mengajarkan Matematika formal, guru sebaiknya memulai dengan Matematika yang informal yang diterapkan oleh anak di masyarakat. Jika pada diri anak terbentuk skema dengan baik tentang Matematika yang dipakai dalam dunia nyata, maka untuk menambah pengetahuan siswa, guru memperkuat skema yang telah ada atau membentuk skema baru berdasarkan skema yang telah ada. Demikian halnya, ketika guru menjelaskan pembelajaran tentang geometri, guru bisa memperlihatkan media rumah adat suku Lio yang mempunyai nilai atau sifat geometri di setiap sisi rumah tersebut. Setelah siswa dikenalkan dengan bentuk-bentuk tadi, barulah kemudian ia mengenalkan konsep geometri formal.

METODE Penelitian ini menggunakan

penelitian kualitatif deskriptif sebagai jenis penelitian untuk mengungkap dan memperoleh informasi secara menyeluruh, meluas, dan mendalam (Prahmana, 2017) dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini dilakukan di Desa Wolokoli, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, yang berlangsung Maret s.d. Juli 2019. Subjek penelitian ini

adalah informan. Informan adalah pembicara asli yang diminta oleh peneliti untuk berbicara tentang makna, fungsi, dan bagian-bagian pada bangunan rumah adat Desa Wolokoli dan hubungannya dengan pembelajaran Matematika. Informan dalam penelitian ini adalah kepala suku Sa’o Lumba, kepala suku Sa’o Ra’e, Kepala Desa Wolokoli, guru matematika, dan siswa.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dan observasi. Teknik wawancara yang

digunakan adalah wawancara semi terstruktur sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Dalam observasi digunakan digunakan teknik partisipasi pasif, yaitu hanya mendatangi lokasi penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang dipaparkan oleh Miles & Huberman (1992) yaitu terdapat tiga aktivitas dalam analisis data: (1) reduksi data (data reduction) adalah proses penilaian dan penyederhanaan atau sering disebut tahap memilah sehingga data yang tidak dibutuhkan dapat disingkirkan; (2) penyajian data (data display) adalah tahap dimana data yang diperlukan dapat diolah sehingga dapat diperoleh gambaran secara umum apa yang telah diteliti; dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing/verification) adalah

tahap dimana data yang telah dikumpulkan dapat ditarik kesimpulan tentang apa yang telah diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Suku dan Rumah adat Suku Lio Desa

Wolokoli Desa Wolokoli terletak di Kecamatan

Wolowaru, Kabupaten Ende. Di Desa Wolokoli terdapat sebuah kampung yang memiliki lima suku dan masing-masing suku mempunyai rumah adat yang masih terpelihara dengan baik hingga saat ini. Kampung tersebut adalah kampung adat Ranggase. Kelima suku yang ada di

Page 5: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

36 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

kampung tersebut yaitu Suku Suka Lumba dengan rumah adatnya Sa’o Suka Lumba, rumah adat Sa’o Laba yang didiami oleh suku Laba, suku Ra’e dengan rumah adatnya Sa’o Ra’e, rumah adat Sa’o Mesu yang didiami Suku Mesu, dan suku Lera dengan rumah adatnya Sa’o Lera.

Setiap suku memiliki fungsi dan peran masing-masing. Peran suku Suka Lumba sebagai pengambil kebijakan dan berfungsi untuk menentukan setiap keputusan dalam kampung, peran suku

Laba sebagai jubir dan berfungsi sebagai penyalur informasi kepada suku-suku lain serta semua masyarakat yang mendiami kampung adat desa Wolokoli, dan suku Ra’e sebagai panglima perang dan merangkap sebagai pemimpin dalam setiap upacara adat (Nggua). Suku Mesu sebagai anak sulung (raja), dan suku Lera berperan sebagai pembuka pintu (kai pere lusu usu). Peran setiap suku tetap terjaga dengan baik hingga saat ini. Berfungsi dengan baik dan dengan adanya peran dari setiap suku, hal itu dapat memudahkan pemerintah Desa Wolokoli dalam menjalankan tugasnya. Sebagai contoh apabila ada persoalan sosial yang terjadi di Desa Wolokoli, Kepala desa menyelesaikannya dengan mengundang peran setiap suku.

Rumah adat yang terdapat di desa Wolokoli memiliki kesamaan bentuk, sedangkan yang menjadi pembedanya yakni ukuran bangunan dari setiap suku. Sehubungan dengan itu, fokus dan sampel penelitian ini adalah rumah adat suku Suka Lumba dan rumah adat suku Ra’e. Kedua rumah adat ini masih bersifat alamiah. Hal ini dibuktikan dengan bahan rumah adat yang semuanya berasal dari alam. Selain itu pemilihan kedua rumah adat ini karena belum pernah dilakukan penelitian dalam kajian matematika ataupun pada kajian yang sama

Bagian-bagian bangunan rumah adat (fasad dan denah/pola ruang) di Desa Wolokoli adalah (1) Leke (tiang pondasi) terdapat dua puluh tiang batu berbentuk bulat lonjong dan satu tiang kayu (kayu nangka) berbentuk persegi panjang (tampak depan); (2) Tenga (balok lantai) terbuat dari kelapa berbentuk tabung; (3) Dalo berbentuk balok yang terbuat dari

kelapa berjumlah dua belas batang; (4) Lure (pelupu) terbuat dari bambu berbentuk persegi panjang (tampak depan); (5) Wisu (tiang empat utama) terbuat dari kayu atau kelapa berbentuk balok; (6) Kebi (dinding) terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang (tampak depan); (7) Mangu (tiang nok) berbentuk balok yang terbuat dari kayu nangka; (8) Jara terbuat dari kayu berbentuk balok; (9) Pene/Pere berbentuk persegi panjang yang terbuat dari bamboo; (10) Eba berbentuk balok yang terbuat dari bambu. (11) Lara terbuat dari enau yang berbentuk balok; (12) Hubu (atap) terbuat dari alang-alang. Tidak semua bagian bangunan rumah adat ini memiliki arti/makna. Beberapa bagian rumah adat yang memiliki makna, yakni (a) Tenga, mengandung arti persatuan, persaudaraan, dan kekuatan agar kokoh dalam menjaga persatuan dan kesatuan suku; (b) Dalo terdiri dari 12 batang yang mengandung arti agar semua bisa mendapatkan rezeki secukupnya dalam berbagai usaha dan karya; (c) Mangu mengandung arti agar orang dapat hidup jujur dalam perkataan dan perbuatan, selalu sukses dalam perjuangan, dan ketika masuk rumah adat harus tunduk dan tidak boleh mennyentuh bagian atas pintu; dan (d) (Pere/Pene) melambangkan penghormatan kepada pahlawan dalam rumah adat.

Adapun fungsi dari bagian-bagian bangunan rumah adat (fasad dan denah/pola ruang), yakni Leke berfungsi sebagai landasan utama berdirinya bangunan, Tenga sebagai pengikat

pondasi rumah, Dalo sebagai pengikat yang menghubungkan antara Tenga yang satu dengan Tenga yang lain; Lure berfungsi sebagai unsur pembentuk lantai, Wisu sebagai penyangga yang ditopang dari Dalo dan Tenga, Kebi sebagai penutup rumah adat, Mangu sebagai penahan bubungan yang membentuk atap rumah; Jara berfungsi sebagai pengikat antara mangu pembentuk atap rumah, Pene/Pere sebagai jalan keluar masuk, Eba sebagai pembentuk atap rumah, Lara penahan Lure, dan Hubu dapat melindungi rumah dari terpaan hujan dan teriknya matahari.

Page 6: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

37 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

2. Konsep Geometri Dimensi Satu yang Terdapat pada Bangunan Rumah Adat Desa Wolokoli Pada bangunan rumah adat Desa

Wolokoli ada beberapa bagian dan ornamen terdapat unsur geometri. Hasil eksplorasi bentuk bangun geometri pada rumah adat Desa Wolokoli dideskripsikan sebagai berikut. a. Ruas Garis

Ruas garis adalah bagian dari garis lurus yang berada di antara dua titik pada garis lurus tersebut, termasuk

kedua titik tersebut (Lisdiana, Ansori & Amanto). 1) Garis Vertikal

Garis vertikal adalah garis dengan posisi tegak lurus terhadap permukaan bumi. Garis vertikal pada koordinat kartesius digambarkan dengan garis yang sejajar atau berimpit dengan sumbu y (absis) (Bramasti, 2012).

2) Garis Horizontal

Garis horizontal adalah garis dengan posisi mendatar terhadap permukaan bumi. Garis horizontal pada koordinat kartesius digambarkan dengan garis yang sejajar atau berimpit dengan sumbu x (ordinat). (Bramasti, 2012).

Garis Berpotongan

Dua garis dikatakan saling berpotongan apabila garis tersebut tepat berpotongan pada sebuah titik (Bramasti, 2012). 3) Garis Sejajar

Dua buah garis dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut terletak pada satu bidang datar yang tidak akan berpotongan meskipun diperpanjang tanpa batas (Negoro & Harahap, 2010). Simbol dari garis sejajar (//)

Gambar 4. Garis Berpotongan Rumah

pada adat Suku Ra’e

Gambar 3. Garis Berpotongan pada

Rumah adat Suku Suka lumba Sukalumba

Gambar 2. Garis Horizontal pada

Rumah adat Suku Ra’e

Gambar 5. Garis Sejajar pada Rumah

adat Suku Suka lumba

A

B

D

C

Gambar 1. Garis Vertikal pada Rumah

adat Suku Suka lumba

Page 7: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

38 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

4) Garis Tegak Lurus

Dua buah garis dikatakan tegak lurus jika pada perpotongan kedua garis itu membentuk sudut 90˚ (Bramasti, 2012). Simbol dari garis tegak lurus ( ┴ ).

garis dimiliki oleh kedua rumah

adat tersebut yang terdapat pada bagian-bagian dari kedua rumah adat. Pada Pembelajaran matematika khususnya geometri, diawali dengan titik dan garis. Dalam pembelajaran geometri ada beberapa teorema yang membuktikan bahwa garis tersebut sejajar, berpotongan dan tegak lurus. Pada kedua rumah adat memiliki garis yang sejajar dan tegak lurus.

b. Sudut 1) Sudut siku-siku adalah sudut yang

besarnya 90˚(Bramasti, 2012).

2) Sudut lancip adalah sudut yang

besarnya antara 0˚ sampai 90˚ (Negoro & Harahap, 2010).

3) Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya lebih dari 90˚ tetapi kurang dari 180˚(Negoro & Harahap, 2010).

Gambar 6. Garis Sejajar pada Rumah

adat Suku Ra’e

Gambar 7. Garis Tegak Lurus pada

Rumah adat Suku Suka lumba

Gambar 8. Garis Tegak Lurus pada

Rumah adat Suku ra’e

Gambar 9. Sudut Siku-siku pada

Rumah adat Suku Suka lumba

Gambar 10. Sudut Siku-siku pada

Rumah adat Suku Ra’e

Gambar 12. Sudut Lancip pada Rumah

adat Suku Ra’e

Gambar 11. Sudut Lancip pada

Rumah adat Suku Suka lumba

Page 8: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

39 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

Pada pembelajaran matematika, khususnya bangun geometri terdapat macam-macam sudut yakni sudut siku-siku, sudut lancip, sudut tumpul dan masih banyak lagi sudut yang lain. Pada rumah adat suku suka lumba memiliki sudut lancip dan sudut siku-siku, sedangkan pada rumah adat suku ra’e memiliki sudut siku-siku dan sudut tumpul.

3. Konsep Bangun Geometri Dimensi Dua dan Geometri Dimensi Tiga yang Terdapat pada Bangunan Rumah Adat

Desa Wolokoli a. Bangun Trapesium

Ada macam-macam trapesium. 1) Trapesium Sama Kaki

Trapesium sama kaki adalah trapesium yang sudut-sudut alasnya sama besar dan diagonal-diagonalnya sama panjang (Negoro & Harahap, 2010).

Bangun trapesium di atas terdapat pada tampak depan dan belakang struktur atas bangunan rumah adat suku Suka Lumba dan rumah adat suku Ra’e.

2) Trapesium sebarang Trapesium sebarang yaitu

trapesium yang keempat sisinya tidak sama panjang (Kartika, 2017).

Bangun trapesium di atas terdapat

pada ornamen bangunan rumah adat suku Suka Lumba sedangkan pada rumah adat suku ra’e tidak mempunyai bangun yang berbentuk trapesium.

Trapesium adalah segi empat yang mempunyai tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar. Sifat-sifat trapesium antara lain: jumlah sudut-sudut antara sisi yang sejajar 180˚; pada trapesium sama kaki, sudut-sudut pada sisi alasnya sama besar; pada trapesium sama kaki, diagonal-diagonalnya sama panjang.

Dalam pembelajaran matematika gambar di atas dapat dijadikan media pembelajaran pada materi bangun segiempat khususnya trapesium dan macam-macam trapesium. b. Bangun Jajar Genjang

Jajar genjang adalah bangun

datar, bersegi empat, sisi-sisinya yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Ciri-ciri jajarjajar genjang antara lain: sisi-sisinya yang berhadapan sama panjang dan sejajar; sudut-sudut yang brhadapan

Gambar 13. Bangun Trapesium sama

kaki pada Rumah adat Suku suka lumba

Gambar 14. Bangun Trapesium

sama kaki pada Rumah adat Suku Ra’e

α

D C

A B

Gambar 16. Bangun Jajar Genjang

pada Rumah adat Suku Suka lumba

a b

c d

Gambar 15. Bangun Trapesium

Sebarang pada Rumah adat Suku Suka lumba

Page 9: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

40 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

sama besar; mempunyai dua diagonal yang berpotongan di satu titik dan saling membagi dua sama panjang, mempunyai dua simetri putar; tidak memiliki simetri lipat (Negoro & Harahap, 2010).

Bangun jajar genjang di atas merupakan perlengkapan dari rumah adat suku Suka Lumba, sedangkan pada rumah adat suku ra’e tidak mempunyai bangun yang berbentuk jajar genjang.

Dalam pembelajaran matematika

gambar tersebut dapat dijadikan media pembelajaran pada materi bangun segiempat khususnya jajar genjang. c. Bangun Persegi

bangun persegi di atas merupakan pintu antara ruangan yang satu dengan ruangan lain pada rumah adat suku sukalumba, sedangkan pada suku ra’e bangun persegi terdapat pada struktur bawah rumah bagian belakang.

Persegi adalah bidang datar yang mempunyai empat sisi sama panjang, masing-masing sudut besarnya 90˚(Bramasti, 2012).

Dalam pembelajaran matematika gambar tersebut dapat dijadikan

media pembelajaran pada materi bangun segiempat khususnya persegi.

d. Bangun Persegi Panjang

Bangun persegi panjang di atas merupakan tampak depan dari struktur bawah rumah adat suku suka lumba, sedangkan pada rumah adat suku ra’e terdapat pada dinding rumah adat bagian samping.

Persegi panjang adalah suatu segi empat yang mempunyai empat sudut siku-siku (Bramasti, 2012).

Dalam pembelajaran matematika gambar tersebut dapat dijadikan media pembelajaran pada materi bangun segiempat khususnya persegi panjang. e. Bangun Lingkaran

Gambar 17. Bangun Persegi pada

Rumah adat Suku Suka lumba

Gambar 18. Bangun Persegi pada

Rumah adat Suku Ra’e

Gambar 19. Bangun Persegi Panjang pada

Rumah adat Suku Suka lumba

Gambar 20. Bangun Pesregi Panjang

pada Rumah adat Suku Ra’e

Gambar 21. Bangun Lingkaran

pada Rumah adat Suku Suka lumba

A

B

O

Page 10: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

41 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

Bangun lingkaran tersebut dapat ditemukan pada perlengkapan rumah adat suku Suka Lumba. Sedangkan pada suku Ra’e terdapat pada ornamen.

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama r (disebut jari-jari) terhadap suatu titik tetap (titik pusat) (Bramasti, 2012).

Dalam pembelajaran matematika gambar tersebut dapat dijadikan media pembelajaran pada materi lingkaran f. Bangun Segi Enam

Segi enam adalah segi banyak yang berisi enam. Segi enam beraturan merupakan segi enam yang semua sudutnya sama besar dan semua sisinya sama panjang (Bramasti, 2012).

Bangun di atas terdapat pada

perlengkapan bangunan rumah adat suku Suka Lumba. Sedangkan pada

suku Ra’e tidak memiliki bangun tersebut.

Dalam pembelajaran matematika gambar tersebut dapat dijadikan media pembelajaran pada materi bangun datar khususnya segi n dan macam-macam bangun segi-n tergantung dengan banyaknya rusuk. g. Bangun Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai tiga sisi. Ketiga ujung sisi saling bertemu dan membentuk tiga buah sudut. jumlah besar ketiga

sudutnya 180˚(Negoro & Harahap, 2010).

Jenis-jenis segitiga yaitu: 1) Segitiga sama kaki adalah segitiga

yang kedua sisinya sama panjang dan dua sudut pada alasnya juga sama besar (Bramasti, 2012).

2) Segitiga siku-siku adalah segitiga

yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (besarnya 90˚) (Bramasti, 2012).

Gambar 22. Bangun Lingkaran pada

Rumah adat Suku Ra’e

Gambar 24. Bangun Segi Enam Pada

Rumah adat Suku Suka Lumba

Gambar 25. Bangun Segitiga Sama Kaki

Pada Rumah adat Suku Suka Lumba

Gambar 26. Bangun Segitiga Sama

Kaki Pada Rumah adat Suku Ra’e

Page 11: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

42 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

Bangun segitiga sama kaki dapat

ditemukan pada atap rumah suku Suka Lumba dan suku Ra’e. bangun segitiga siku-siku dapat ditemukan pada rumah adat suku Ra’e.

Dalam pembelajaran matematika gambar tersebut dapat dijadikan media pembelajaran pada materi bangun datar segitiga dan jenis-jenis segitiga. 3) Bangun Balok

Balok adalah suatu bangun ruang yang tertutup sederhana, terbentuk dari 3 pasang daerah persegi panjang yang sejajar dan kongruen dan daerah-daerah itu disebut sisi (Negoro

& Harahap, 2010). Bangun balok yang terdapat pada

bangunan rumah adat dapat dilihat pada gambar berikut.

Bangun di atas terdapat pada

struktur bawah bangunan rumah adat suku Suka Lumba dan rumah

adat suku Ra’e. Dalam pembelajaran matematika

gambar tersebut dapat dijadikan media pembelajaran pada materi bangun ruang. 4) Bangun Prisma segitiga

Prisma adalah bidang banyak yang mempunyai sepasang sisi sejajar dan sebangun, disebut alas, serta sisi lain yang diperoleh dengan menghubungkan puncak-puncak dari kedua alasnya (Bramasti, 2012).

Pada gambar di atas memiliki

alas dan tutup berbentuk segitiga oleh karena itu gambar tersebut merupakan bangun prisma segitiga.

Gambar 27. Bangun Segitiga Siku-Siku

Pada Rumah Adat Suku Suka Lumba

Gambar 28. Bangun Segitiga

Siku-Siku Pada Rumah adat Suku Ra’e

Gambar 32. Bangun Prisma Segitiga

Pada Rumah adat Suku Ra’e

Gambar 31. Bangun Prisma Segitiga

Pada Rumah adat Suku Suka Lumba

Gambar 30. Bangun Balok Pada

Rumah adat Suku Ra’e

Gambar 29. Bangun Balok Pada

Rumah adat Suku Suka Lumba

Page 12: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

43 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

Gambar di atas dapat dijadikan media pembelajaran matematika khususnya geometri ruang karena prisma merupakan salah satu bangun ruang dari beberapa bangun ruang lainnya. 5) Bangun Tabung

Tabung adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang sejajar dan sebuah persegi panjang yang mengelilingi dua buah lingkaran tersebut (wikipedia).

Berdasarkan definisi tersebut

maka gambar di atas merupakan bangun tabung. Bangun tersebut ditemukan dalam struktur bawah bagian lantai rumah pada suku Suka lumba, sedangkan pada suku Ra’e terdapat pada struktur atas bagian dalam. Dalam pembelajaran matematika gambar tersebut dapat dijadikan media pembelajaran pada materi bangun ruang sisi lengkung.

Hasil penelitian ini memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati & Muchlian tentang Eksplorasi Etnomatmatika Rumah Gadang Minangkabau Sumatra Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam aktivitas pembuatan rumah gadang Minangkabau terdapat unsur dan konsep Matematika yang

digunakan. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Mariati & Pratiwi (2019) dengan judul penelitian Eksplorasi dalam Tarian Tradisional pada Pembukaan Asean Games 2018. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsep Matematika yang ada pada Tarian Saman pada acara pembukaan Asean Games 2018 tersebut berupa konsep bangun datar dan himpunan. Selain itu, penelitian yang dilakukan Putri “Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana

sebagai Sumber Belajar Matematika pada Jenjang MI” (2017) menunjukkan adanya konsep Matematika yang ditemukan berupa bentuk fisik dari alat-alat yang dipakai yang berwujud bangun lengkung lingkaran, tabung, dan kerucut. Sedangkan teknik permainannya menggunakan konsep matematika menghitung ketukan. Penelitian ini memberi atensi pada bangun geometri yang ada pada rumah adat suku Lio, Desa Wolokoli, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende dalam perspektif Etnomatematika yang ditinjau dari konsep Matematika.

SIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian

dan pembahasan dapat simpulkan bahwa bagian-bagian rumah adat Suku Lio, Desa Wolokoli, memiliki bentuk-bentuk Etnomatematika. Etnomatematika dalam bagian-bagian rumah adat itu memiliki wujud/bentuknya masing-masing, yakni Leke (tiang pondasi) yang padanya

terdapat dua puluh tiang batu berbentuk bulat lonjong dan satu tiang kayu (kayu nangka) berbentuk persegi panjang, Tenga (balok lantai) berbentuk tabung; Dalo berbentuk persegi panjang; Lure (pelupu) berbentuk persegi panjang; Wisu (tiang empat utama) berbentuk balok; Kebi (dinding) berbentuk persegi panjang.

Bagian-bagian lain dengan bentuknya masing-masing ialah Mangu (tiang nok) berbentuk balok, Jara berbentuk balok, Pene/Pere berbentuk persegi panjang, Eba berbentuk balok. Lara berbentuk balok. Hubu (atap) terbuat dari alang-alang berbentuk trapesium.

Gambar 33. Bangun Tabung Pada

Rumah adat Suku Suka Lumba

Gambar 34. Bangun Tabung Pada Rumah

adat Suku Ra’e

Page 13: EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA RUMAH ADAT SUKU LIO …

Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat….

44 | Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Vol 12, No 1 Januari 2020

Bentuk dan bangun geometri yang ada pada bangunan rumah adat Suku Lio Desa Wolokoli antara lain garis, sudut, persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, jajar genjang, segitiga, segi enam, balok, tabung dan prisma segitiga.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, N. M. A., Embong, R., Wahab, Z. A. W., & Maidinsah, H. (2012). Konsepsi Pensyarah Matematik UiTM ke Atas Corak Tenunan Songket: Satu Kajian

Kes. Menemui Matematik (Discovering Mathematics), 34 (1), 113-120.

Bishop, J. A. (1991). The Simbolic Technology Calet Mathematis its Role in Education. Bullatin De La Societe Mathematique, De Belgique, T, XLIII.

Bishop, J. A. (1994). cultural confl icts in mathematics education: developing a research agenda. For the Learning of Mathematics Journal, 14(2), 15-18 (online).

Bramasti, R. (2012). Kamus Matematika. surakarta: Aksarra Sinergi Media.

Dahlan, J. A., & Permatasari, R. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 2 (1), 133-150.

D’Ambrosio, U. (2007). Peace, Social Justice and Ethnomathematics. The Montana Mathematics Enthusiast, Monograph 1, 25-34.

D’Ambrosio, U. (2010). An Ethnomathematics View of space Occupation and Urban Culture.

Presented at the ICEm4 / Fourth International Conference on Ethnomathematics, Towson, Maryland, USA. Journal of Mathematics & Culture, ICEM 4 Focus Issue, 25-30.

Fathani, A. H. (2009). Matematika: Hakikat & Logika. Jakarta: Ar-Ruzz.

Tabung.(Geometri).https://id.wikipedia.org/wiki/Tabung_(geometri).

Marsigit. (2016). Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Padang: STKIP PGRI.

Maryati, M., & Prahmana, R.C.I. (2018). Ethnomathematics: Exploring the Activities of Designing Kebaya Kartini. MaPan: Jurnal Matematika dan pembelajaran, 6(1), 11-19.

Miles, B. M., & Huberman, M. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Negoro, ST., & Harahap, B. (2010). Ensiklopedia Matematika. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

Pangestu, P., & Santi, A. U. P. (2016).

Pengaruh Pendidikan Matematika Realistik terhadap Suasana Pembelajaran yang Menyenangkan pada Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Fibonacci: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 58-71.

Prahmana, R. C. I. (2017). Design research (Teori dan implementasinya: Suatu pengantar). Jakarta: Rajawali Pers.

Putri, L. I. (2017). Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana Sebagai Sumber Belajar Matematika Pada Jenjang MI. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(1), 21-31.

Rachmawati, I. (2012). Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo. MATHEdunesa E-Jurnal UNESA, 1 (1).

Soedjadi, R. (2007). Masalah Kontekstual Sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah. Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Universitas Negeri Surabaya.

Uloko, E. S., & Imoko, B. I. (2007). Pengaruh Ethnomathematics Mengajar Pendekatan dan Jenis Kelamin terhadap Prestasi Siswa dalam Lokus. J. Natl. Assoc. Sci. Humanit. Educ.

Vasquez, E. L. (2017). “Ethnomathematics as an Epistemological Booster for investigating Culture and Pedagogical Experience with the Young Offender or Prison School Communities”. Journal of Education and Human Development, 6 (2), 117-127.

Z, Y. R., & Muchlian, M. (2018, December 5). Eksplorasi Etnomatematika Rumah Gadang Minangkabau Sumatera Barat. https://doi. org/10.31227/osf.io/frjh6.