24
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Telur ayam mengalami masa pengeraman yang biasanya terjadi selama 21 hari, masa pengeraman ini merupakan masa yang kritis untuk menentukan menetasnya seekor anak ayam di dunia ini. Embrio didalam telur ini tumbuh secara luar biasa setiap harinya sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam dan menghirup udara dunia. inkubator merupakan suatu tempat yang dirancang untuk mempertahankan keadaan temperatur tertentu. Pada peternakan, inkubator ini biasanya digunakan untuk penetas telur dan sebagai tempat dari anak ayam yang baru menetas. Realitanya penetasan melalui pengeraman induk ayam, tidak 100 % menghasilkan anak ayam semuanya. Misalnya pada dari 20 telur yang menetas hanya 10 dan sisanya mati . Hal dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, kelembaban, suhu, ventilasi, dan kebersihan cangkang. Dari masalah tersebut dibuatlah suatu penelitian membandingkan hasil penetasan melalui inkubator dengan hasil penetasan melalui eraman dari induk ayam. Incubator dibuat sesuai dengan keadaan induk ayam saat mengerami telurnya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan inkubator ? 2. Apa yang dimaksud telur ayam kampung ?

eksperimen fixxx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

y

Citation preview

Page 1: eksperimen fixxx

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Telur ayam mengalami masa pengeraman yang biasanya terjadi selama 21 hari, masa

pengeraman ini merupakan masa yang kritis untuk menentukan menetasnya seekor anak

ayam di dunia ini. Embrio didalam telur ini tumbuh secara luar biasa setiap harinya

sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam dan menghirup udara dunia.

inkubator merupakan suatu tempat yang dirancang untuk mempertahankan keadaan

temperatur tertentu. Pada peternakan, inkubator ini biasanya digunakan untuk penetas

telur dan sebagai tempat dari anak ayam yang baru menetas.

Realitanya penetasan melalui pengeraman induk ayam, tidak 100 % menghasilkan

anak ayam semuanya. Misalnya pada dari 20 telur yang menetas hanya 10 dan sisanya

mati . Hal dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, kelembaban, suhu, ventilasi, dan

kebersihan cangkang.

Dari masalah tersebut dibuatlah suatu penelitian membandingkan hasil penetasan

melalui inkubator dengan hasil penetasan melalui eraman dari induk ayam. Incubator

dibuat sesuai dengan keadaan induk ayam saat mengerami telurnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan inkubator ?

2. Apa yang dimaksud telur ayam kampung ?

3. Bagaimana pengaruh suhu inkubator terhadap penetasan telur ayam kampung ?

4. Bagaimana pengaruh suhu tubuh ayam terhadap penetasan telur ayam kampung?

5. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penetasan telur ayam kampung ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui perbedaan hasil penetasan telur ayam menggunakan inkubator dan

penetasan lansung dari induk ayam

2. Mengetahui pengaruh perbedaan suhu terhadap proses penetasan telur ayam

kampung

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetasan telur ayam kampung

Page 2: eksperimen fixxx

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan dilakukanya penelitian ini, manfaat yang dapat diambil adalah

a. BAGI PENELITI

1) Peneliti dapat mengetahui perbedaan hasil penetasan telur ayam menggunakan

inkubator dan penetasan lansung dari induk ayam

2) Peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian menjadi sebuah wirausaha

3) Peneliti dapat menjadikan penelitian sebagai sumber belajar

b. BAGI MASYARAKAT

1). Masyarakat yang berternak ayam dapat meningkatkan produktivitas penetasan

telur ayam dengan inkubator

E. HIPOTESA

Suhu dari cahaya lampu merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil

penetasan telur ayam. Suhu optimal untuk penetasan telur ayam adalah 370 C dan hasil

penetasan dengan inkubator lebih baik daripada hasil penetasan dengan eraman lansung

dari induk ayam

Page 3: eksperimen fixxx

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sejarah dan Klasifikasi Ayam

Menurut sejarahnya, ayam jinak yang dipelihara manusia sekarang adalah berasal

dari ayam liar. Keturunan ayam yang telah menjadi jinak kemudian disilang-silangkan

atau dikawin-kawinkan oleh manusia. Konon, menurut teorinya, ayam liar ini adalah

ayam hutan atau Gallus gallus.

Hirarki klasifikasi ayam menurut rose (2001) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Divisi : Carinathae

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Family : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus domestica sp

(Rahayu, 2002: 14).

Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah

memasyarakat dan telah tersebar diseluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat

indonesia, ayam kampung sudah bukan hal yang asing. Untuk membedakanya, kini

Page 4: eksperimen fixxx

dikenal dengan istilah ayam buras (singkatan dari “ayam bukan ras”).

Ciri-Ciri Ayam Kampung Adalah : 

Warna bulu kombinasi coklat, hitam, putih, merah  Tubuh relatif kecil dan jantan lebih besar dari betina Jengger dan Pial berwarna merah  Paruh dan Kaki berwarna kekuningan  Telur berwarna putih  Menghasilkan telur 5 -10 per periode  Berat telur sekitar 60 gram per butir Bobot dewasa Bobot dewasa baik jantan dan betina berkisar 1,5 - 1,9 Kg

Keunggulan dan kelemahan ayam kampung adalah sebagai berikut:

a. Keunggulan:1. Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya memiliki tingkat kekebalan tubuh

yang tinggi dan menghemat biaya makanan.

2. Umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa

makanan dan tambahan bekatul secukupnya.

3. Selebihnya ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar rumah.

b. Kelemahan

1. Kelemahannya diantaranya yaitu ayam lambat untuk berkembang

biak lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih anak

ayam relatif lebih tinggi. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi

produktifitas.

2. Kendali akan keberadaan ayam kurang, sehingga kemungkingan dimangsa

predator maupun hilang lebih tinggi. Cara pemeliharaan ini kurang produktif

( Anwar, 2011: 17-18).

Page 5: eksperimen fixxx

Inkubator

Inkubator merupakan suatu tempat yang dirancang untuk mempertahankan

keadaan temperatur tertentu. Inkubator banyak dijumpai pada rumah sakit dan

peternakan. Pada rumah sakit, incubator berfungsi untuk menghangatkan bayi yang baru

lahir, atau bayi yang lahir prematur. Pada peternakan, inkubator ini biasanya digunakan

untuk penetas telur dan sebagai tempat dari anak ayam yang baru menetas.

Inkubator biasanya berbentuk ruangan atau box (kotak) dengan ukuran tertentu.

Incubator yang ada saat ini, biasanya sudah tertentu temperaturnya, tidak dapat di ubah.

Sehingga ketika pengguna membutuhkan ruangan atau box dengan temperatur lain, maka

pengguna harus menggunakan incubator yang lain. Biasanya untuk mengendalikan

temperatur pada sebuah incubator, digunakan lampu atau elemen pemanas. Sehingga

ketika pengguna membutuhkan temperatur yang berbeda, maka pengguna harus

mengganti lampu atau elemen pemanas yang digunakan sebelumnya dengan elemen

pemanas yang lain.

Telur

Telur merupakan suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein,

karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio

sampai menetas. Selain itu cangkang telur berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh

luar sehingga kondisi telur bagian dalam tidak terpengaruh dan kondisi embrio tidak

tergantung pada saat dierami hingga meneras menjadi anak ayam. Telur yang dapat

ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas

merupkan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau

lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan,

melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. (Alberts, 1994:38)

Bagian-bagian yang terdapat pada telur berbentuk lapisan, tersusun dari dalam

keluar. Bagian telur pertama dimulai dengan sel telur. Sel telur ini kecil dan terlihat

sebagai bintik agak putih, kuning telur dikeluarkan oleh oupduct atau saluran sel telur,

kemudian ditambah empat lapisan pemisah albumen (putih telur). Bagian-bagian ini

dilindungi oleh dua lapisan “kulit” membran tipis yang transparan, kemudian pada bagian

luar kulit ini dibungkus oleh kulit kerabang telur (shell). Hanya beberapa jam sebelum

telur dikeluarkan dari tubuh induk, telur mengalami pigmentasi warna, pigmen ini

dihasilkan dalam tubuh ayam. Karena setiap telur dipigmentasi secara terpisah, maka

warna setiap ayam nantinya akan bervariasi meskipun telurnya dikeluarkan dari induk

yang sama. Sebelum menghasilkan anak ayam, telur yang dikeluarkan harus sudah

dibuahi (fertile), seekor induk ayam dapat mengeluarkan telur tanpa dibuahi, oleh karena

Page 6: eksperimen fixxx

itu agar telur tersebut dibuahi dan dapat menetas menjadi anak ayam, ayam betina

tersebut harus disatukan dengan ayam jantan. (Adiwianarto, 2006:77)

Sel telur yang terdapat dalam telur dan sudah dibuahi adalah bakal anak ayam.

Sebelum telur menetas, bakal anak ayam ini disebut embrio. Embrio ini harus

mendapatkan makanan untuk pertumbuhannya. Embrio ini mendapat makanan dari

kuning telur (yolk), karena itulah sebabnya mengapa sel telur selalu menempel atau

berasa pada pinggir kuning telur, satu atau dua hari setelah telur ayam menetas dan

mengeluarkan anak ayam, kuning telur masih tersisa dan melekat pada perut atau tali

pusat (umbilical card) anak ayam tersebut. Kuning telur dapat digunakan sementara untuk

sumbermakanananak ayam.

Putih telur (albumen) berfungsi sebagai pelindung embrio selama

pertumbuhannya. Pada saat telur tergoncang atau bergerak tiba-tiba akibat getaran, maka

putih telur yang mengelilingi embrio dan kuning telur akan melindungi embrio dan

berfungsi sebagai bantalan. Kulit kerambang (shell) melindungi semua bagian telur dari

luka atau kerusakan. (widayanti, 2003: 107)

Telur bernafas melalui lubang-lubang kecil tersebut. Kulit kerabang terlihat padat

dan tertutup tetapi sebenarnya bersifat porous atau berlubang (pori-pori). Ada terdapat

ribuan lubang kecil pada kulit telur, dan kita tidak daat melihatnya secara langsung. Pada

ujung telur terdapat kantung udara (air pocket) yang terisi oleh oksigen.

Telur yang sudah dibuahi snagat lunak (delicate) dan mudah rusak jika tidak hati-hati

memperlakukannya. Kadang-kadang telur yang sudah dibuahi sempurnapun tidak akan

menetas karena posisi isinya teleh terbalik atau terkocok. Induk ayam yang sedang

mengerami telurnya, membalik-baliknya telur secara teratur dengan paruhnya. Ini

dilakukan karena telur cenderung mengambang dan menempel pada kulit kerambang.

Jika telur terlalu lama berada pada posisi tersebut dan tidak segera dibalikkan.

Kuning telur akan terpisah dari putih telur dan embrio yang menempel pada

kuning telur akan tertekan langsung pada kulit kerambang sehingga bisa mengakibatkan

kematian embrio. Induk ayam menghindari hal ini dengan membalik-balik posisi letak

telur. Induk ayam menjaga suhu tetap hangat dan merata melalui bulunya yang menyebar.

Induk ayam sangat peduli dengan telurnya dan biasanya tidak akan membiarkan siapapun

menyentuh telurnya. (Campbell, 2003:55)

Penetasan Ada beberapa tahapan dalam penetasanbuatan, antara lain adalah pemilihan telur

tetas,pembersihan telur tetas, fumigasi mesin tetas,pengaturan suhu dan kelembaban, dan

candling atau peneropongan serta turning atau pemutaran posisi telur. Pemilihan telur tetas yang

baik adalah telur tetas berasal dari hasil perkawinan induk jantan dan betina, bersih tanpa cuci,

tidak ada kerusakan cangkang, berat, warna, dan bentuk harus normal. Fumigasi pada mesin tetas

Page 7: eksperimen fixxx

penyimpanan untuk menjaga pertumbuhan embrio menjadi penting (Irawati Bachari, 2006).

Lama Penyimpanan Telur Tetas

Lama penyimpanan telur tetas juga harus mendapat perhatian khusus, karena telur bila

ditempatkan pada suatu tempat dengan lama simpan yang panjang dan suhu yang berfluktuasi

akan merubah struktur kimia telur. Penyimpanan yang dilakukan biasanya menunggu sampai

jumlah telur tetas memenuhi kuota yang ditentukan sebelum dimasukkan kedalam mesin tetas

tanpa perlakuan khusus. Hal ini tentu dapat menurunkan daya tetas dan meningkatkan

kematian embrio yang terjadi. Menurut Paimin (2003) usahakan jangan menyimpan telur tetas

lebih dari tujuh hari, karena telur yang disimpan lebih dari satu minggu memiliki resiko

kegagalan penetasan yang tinggi hal ini dikarenakan telur terpengaruh suhu dan kelembaban yang

tidak ideal. Hartono (2010) menambahkan, penyimpanan telur tetas dengan cara posisi bagian

tumpul diatas, dan daya tetas telur menurun sangat cepat setelah telur berumur tujuh hari. Telur

tetas semakin lama disimpan akan mengakibatkan semakin lebarnya pori-pori cangkang dan dapat

membuat mikroorganisme patogen mudah melakukan penetrasi masuk kedalam embrio selain itu

pori-pori yang luas juga mengakibatkan meningkatkan pennguapan

Daya Tetas Daya tetas merupakan persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil.

Daya tetas telur merupakan salah satu indicator di dalam menentukan keberhasilan suatu

penetasan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat digunakan untuk menentukan daya

tetas telur. Di dalam praktek, penentuan dan pemilihan telur yang mempunyai daya tetas tinggi

tidaklah mudah, karena harus menunggu sampai telur ditetaskan. Daya tetas telur sangat

ditentukan oleh berbagai faktor terutama nilai gizi dari induk. Tetapi hasil ini baru dapat

diketahui setelah anak ayam menetas (Wibowo dan Jafendi, 1994).

Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur antara lain; berat telur, bentuk

telur,keutuhan kulit telur, kualitas kulit telur, dan kebersihan kulit telur (Amrin, 2008). Faktor lain

yang mempengaruhi daya tetas yaitu genetik, nutrisi, fertilitas, dan penyakit (Sinabutar,

2009).Daya tetas dan kualitas telur tetas dipengaruhi oleh cara penyimpanan, lama penyimpanan,

tempat penyimpanan, suhu lingkungan, suhu mesin tetas, pembalikan selama penetasan.

Penyimpanan yang terlalu lama menyebabkan

kualitas dan daya tetas menurun sehingga telur sebaiknya disimpan tidak lebih dari 7 hari

(Raharjo, 2004).

Page 8: eksperimen fixxx

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Penetasan

1. Suhu (Temperatur)

2. Kelembaban udara (Humidity)

3. Ventilasi (Ventilation)

4. Pemutaran telur (Egg Turning)

5. Kebersihan (Cleanliness)

Suhu (Temperature)

1. Suhu atau temperatur yang diukur dengan Termometer memegang peranan yang

sangat penting dalam penetasan telur karena hal ini berhubungan dengan faktor

perkembangan embrio didalam telur

2. Suhu optimum dalam incubator tipe still-air adalah 102-1030F dan untuk tipe forced-

air adalah 100-1010F.

Standart untuk suhu dalam incubator “penetasan” tipe forced air adalah 100oF. untuk

jenis forced-air incubators dan 102 0F. untuk type still-air incubators. Suhu pada

incubator penetas (hatching) di set 1 0F lebih rendah dibandingkan dengan incubator

“pengeram” selama 3 hari sebelum penetasan. 

Sedangkan untuk tipe still air, posisi termometer adalah sejajar atau rata dengan

tinggi bagian atas telur atau sekitar 5 cm dari dasar telur. Termometer haruslah tidak

diletakkan diatas telur atau diluar bidang penetasan tetapi bersebelahan dengannya. Selain

itu, mesin incubator juga harus tertutup rapat untuk menghindari hilang panas atau

kelembaban udaranya. 

Fluktuasi temperatur sebanyak 1 derajat atau kurang tidak menjadi masalah tetapi

pengontrolan Temperature secara berkala amat diperlukan untuk menjaga agar suhu tidak

ketinggian atau kerendahan dari standart tersebut. Sebagai catatan : suhu sekitar 105 0F.

untuk 30 menit dapat mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada 90

0F untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio didalam telur.

Termometer harus diletakkan 2,5 cm (1 inch) diatas wire mesh (tray) incubator atau

setara dengan tinggi telur jika diletakkan mendatar. Hal berbeda untuk posisi termometer

pada incubator forced-air yang mempunyai temperatur merata di dalam incubator karena

menggunakan fan sebagai sirkulasi udara panasnya.

Hal yang harus diwaspadai terhadap ketidak normalan temperatur:

1. Temperatur Terlalu Tinggi:

Embrio ayam yang masih muda sangat mudah terpengaruh dengan temperatur

yang tinggi. Pengoperasian incubator dengan temperatur setinggi 105 0F untuk 30 menit

Page 9: eksperimen fixxx

akan mempunyai efek yang mematikan pada embrio ayam.

Bila embrio tidak mati maka suhu yang tinggi tersebut dapat menyebabkan masalah di

syaraf, hati, masalah di peredaran darah, ginjal atau cacat pada kaki, kebutaan dan

persoalan lainnya yang menjadilkan anak ayam cacat, lemah dan kemudian mati.

2. Temperatur Terlalu Rendah:

Temperatur yang sedikit lebih rendah untuk periode waktu yang tidak terlalu lama

tidak terlalu mempengaruhi dalam embrio kecuali memperlambat perkembangannya

untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda jika hal ini terjadi pada embrio yang lebih

tua karena pengaruhnya akan sedikit berkurang.

Jika temperatur lebih rendah dari yang di syaratkan untuk waktu yang agak lama maka

hal ini akan mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan organ-organnya yang

berkembang tidak secara proporsional. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan

gangguan pada hati, peredaran darah, jantung atau perkembangan yang lambat kalaupun

menetas nantinya. (Widayati, 2003:79)

Kelembaban Udara (Humidity)

Kelembaban udara (Humidity) adalah penting karena hal ini untuk menjaga telur

dari kehilangan terlalu banyak atau terlalu sedikit kelembabannya selama proses

penetasan telur. Kelambaban relative 55-60% untuk 18 hari penetasan telur dan 65-70%

untuk 3 hari terakhir.

Kelembaban diperoleh dari nampan yang berisi air, atau sponse yang basah dan

sejenisnya yang diletakkan dibagian bawah atau dibagian atas tergantung tipe incubator

dan settingnya. Tingkat kelembaban udara tergantung dari banyaknya/lebar permukaan

air yang ter-expose atau dipengaruhi oleh system incubator itu. Semakin lebar luas

permukaannya tentunya semakin tinggi kelembaban yang didapat atau sebaliknya. Dalam

beberapa kasus, missal udara terlalu kering, kadang diperlukan menambahkan sponse

(busa) pada nampan. Hal ini cukup untuk membantu menaikkan kelembaban udara

seperti yang disyaratkan dalam penetasan telur. Bila terjadi hal kelembaban terlalu tinggi

malah diharuskan memperkecil nampan, mengurangi luas permukaannya (misal ditutup

dengan aluminium foil) atau malah mengeluarkan nampan air dari incubator. Keadaan

seperti ini malah sering kami lakukan di tempat kami terutama pada saat musim hujan

Dianjurkan untuk tidak atau sesedikit mungkin membuka tutup incubator selama

penetasan telur. Hal ini disebabkan karena kelembaban udara akan cepat hilang dengan

dibukanya pintu incubator. Bila ini terjadi maka dianjurkan untuk menambahkan air

hangat pada nampan agar lebih cepat menguap dan mencapai titik kelembaban yang

diperlukan.

Kelembaban relatif (relatif humidity) untuk mesin incubator “penetas” atau

periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50 – 55 % atau 83.3 0F – 85.3 0F dengan wet

Page 10: eksperimen fixxx

bulb. Dan 3 hari setelahnya (21 hari dikurangi 3 hari) atau pada hari ke 19 – 21 sebelum

penetasan, kelembaban udara harus dinaikkan menjadi 60 0F - 65 0F atau 87.3 0F - 89

0F. 

Pada saat 3 hari menjelang penetasan dapat dikatakan kita harus lepas tangan

“hand-off” karena pada saat ini tidak diperlukan campur tangan manusia sama sekali

selain menunggu proses penetasan berjalan sampai selesai dengan sendirinya. Incubator

tidak boleh dibuka karena dapat menyebabkan kehilangan kelembaban udara yang amat

diperlukan dalam penetasan. Kehilangan kelembaban dapat mencegah keringnya

membran pada kulit telur pada saat penetasan (hatching). 

Kelembaban yang rendah menyebkan anak ayam sulit memecah kulit telur karena

lapisannya menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat / lengket di selaput bagian

dalam telur dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

anak ayam didalam telur juga sulit untuk memecah kulit telur atau kalaupun kulit telur

dapat dipecahkan maka anak ayam tetap berada didalam telur dan dapat mati tenggelam

dalam cairan dalam telur itu sendiri. 

Pada incubator penetas “hatching”, kelembaban udara bisa diatur dengan

memberikan nampan berisi air dan bila perlu ditambahkan busa/sponse untuk

meningkatkan kelembaban udara. Sedangkan pada tipe still-air maka menaikkan

kelembaban dengan cara menambah nampan air dibawah tempat penetasan atau pada

prinsipnya, menaikkan kelembaban dapat dicapai dengan menambah penampang

permukaan airnya. 

Adapun cara yang sempurna untuk menentukan kelembaban udara adalah dengan

memperhatikan ukuran kantong udara didalam telur bagian atas atau bagian tumpulnya

seperti gambar dibawah ini dengan menggunakan teropong telur. Kelembaban dapat

diatur setelah peneropongan telur pada hari ke 7, 14, dan 18 pada masa penetasan.

Ventilasi

Ventilasi yang cukup adalah penting untuk diperhatikan mengingat didalam telur

ada embrio yang juga bernafas dalam perkembangannya dan memerlukan O2 dan

membuang CO2. Dalam operasi mesin penetas, lebar lubang bukaan ventilasi harus diatur

agar cukup ada sirkulasi udara dan dengan memperhatikan penurunan tingkat

kelembaban udaranya.

Pada incubator tipe still-air, buatan Cemani maka bukaan ventilasi ada di bagian atasnya

yang dapat diatur untuk mengeluarkan udara bersamaan degan pergerakan udara panas

yang ada didalamnya sedangkan sirkulasi udara masuk sudah cukup dari lubang lubang

yang ada dibagian bawah dan samping incubator tersebut.

Pada incubator jenis forced-air incubator, jika terjadi lampu mati atau PLN off

maka ventilasi harus dibuka lebih lebar dan bila perlu sesekali di buka pintunya agar

Page 11: eksperimen fixxx

terjadi pertukaran udara segar dan tetap diusahakan suhu ruangan berada pada kisaran 75

0F atau lebih. Sedangkan pada incubator tipe still-air ventilasi dibiarkan terbuka ¼ atau ½

(tidak berubah atau lebih ditutup) agar panas dan kelembaban tidak terlalu terpengaruh.

(Constantini, 1986:170)

Pemutaran Telur

Pada inkubator tipe forced-air seperti kami miliki, telur telur diletakkan pada tray

tray pada tempatnya dengan unjung tajam telur menghadap kebawah. Pemutaran

dilakukan secara manual dengan menarik dan menekan tuas untuk memindahkan posisi

tray didalam mesin incubator agar terjadi sudut 30 – 45 derajat untuk tiap tiap waktu yang

ditetapkan secara berkesinambungan dan bergantian sudutnya.

Pemutaran telur

Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari baik

untuk mencegahembrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam telur. Oleh

sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau diputar posisinya dalam

1 hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari

pertama penetasan. Tetapi jangan membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir

menjelang telur menetas.

Pada saat itu telur tidak boleh diusik karena embrio dalam telur atau anak ayam

yang akan menetas tersebut sedang bergerak pada posisi penetasannya.

Pada incubator tipe still-air, pemutaran dilakukan secara manual dengan ketentuan

seperti diatas. Biasanya untuk mempermudah dalam mengetahui posisi terakhir telur

pada saat di putar maka telur tetas diberi tanda “O” pada satu sisis dan “X”. pada sisi

lainnya,. Selanjutnya putar telur menurut waktu dan tanda secara bergantian dan secara

berhati hati terutama 1 minggu pertama dalam incubator. 

Ada baiknya juga menuliskan tanggal pada telur menggunakan pinsil untuk

menandai beberapa hal seperti: dari kandang mana, jenis ayam, kapan bertelur, kapan

dimasukkan incubator. Hal ini untuk mengetahui kapan telur nantinya akan menetas

dan menentukan waktu peneropongan untuk penentuan fertilitas, kantong udara dan

penentuan pemindahan telur sebelum menetas (- 3 hari). 

Biasanya anak ayam (DOC) akan mulai menetas pada usia penetasan ke 20 dan 21 hari

pada keadaan mesin penetasan yang bekerja normal dan sesuai prosedur. Anak ayam

yang menetas setelah waktu itu atau setelah hari ke 22 biasanya tidak sehat atau

lemah. 

Page 12: eksperimen fixxx

Kebersihan

Kebersihan kerabang sangat berpengaruh dalam proses penetasan di mana

kerabang telur yang mengandung kotoran terutama fases itik merupakan sumber

bakteri dan jamur yang dapat masuk ke dalam telur yang akan menyerang embrio yang

sedang berkembang atau membuat telur menjadi busuk. Untuk mengantisipasi hal

tersebut maka sarang atau tempat itik betelur harus dijaga kebersihannya terutama litter

kandang. Telur yang banyak kotorannya sebaiknya tidak ditetaskan tapi bila terpaksa

lakukan pembersihan menggunakan kain yang dibasahi air hangat dan dicampur

dengan deterjen telur atau pemutih pakaian cuci dengan dosis satu sendok makan untuk

satu liter air.

Page 13: eksperimen fixxx

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang kami lakukan adalah kuantitatif dengan cara mencari rata-rata suhu dari

inkubator dan suhu tubuh induk ayam kemudian menghitung nilai-nilai tersebut dengan rumus

uji anova.

B. CARA PENGUMPULAN DATA

Cara pengumpulan data yang kami lakukan adalah mengukur suhu pada inkubator dan

mengukur suhu pada ayam yang sedang mengeram. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

dalam seminggu. Pengukuran dimulai pada saat peletakan telur pertama kali dan diakhiri pada

minggu ke 3 yaitu pada hari ke 21 . Alat yang digunakan untuk mengukur suhu inkubator adalah

thermometer ruangan, sedangkan untuk mengukur suhu tubuh ayam adalah thermometer analog.

C. ANALISIS DATA

Analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistika yaitu uji t atau

T-Test. Uji ini digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen. Pada

penelitian ini yaitu membandingkan “apakah hasil penetasan telur ayam dengan menggunakan

inkubator lebih baik daripada hasil penetasan dengan pengeraman induk ayam”. Langkah

pertama yang dilakukan adalah menghitung mean dari sampel, standar deviasi dari sampel dan

besarnya sampel untuk kedua kelompok yang dibandingkan. Selanjutnya setelah mean, standar

deviasi diketahui kemudian dihitung dengan menggunakan rumus,

D. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

1. Alat untuk membuat inkubator

1. Kardus indomie

Page 14: eksperimen fixxx

2. Serbuk kayu

3. Spidol

4. Lampu 5 watt, 10 watt, 15 watt

5. Kabel listrik

6. Baskom

7. Pisau

8. Gunting

9. Lem

10. Tali

11. Jaring kawat

12. Thermometer ruangan

13. Hygrometer

14. Styrofoam

15. Coolpad

16. Charger hp

17. Thermometer digital

2. Bahan

1. Air

2. Telur ayam kampung setiap inkubator berisi 5 butir

3. Cara kerja

Membuat inkubator

1) Lubangi bagian depan kardus bekas dengan cutter. Bagian yang dilubangi ini nantinya ditutup dengan palstik trasparan agar bisa dijadikan sebagai lubang pengintai untuk melihat kondisi telur ayam. Selain itu juga dibuat lubang pada sisi samping kanan kardus, tetapi lubang ini tetap bisa dibuka dan ditutup. Tujuannya hanya untuk mengontrol suhu.

2)  Satukan coolpad dengan kepala charger hp.3) Tempelkan coolpad dan thermometer ruangan pada dinding kardus bekas dengan bantuan

lem aibon. Coolpad harus dipasang dibagian tengah sisi belakang kardus, sementara thermometer ruangan dapat diletakkan di sisi pojok kardus.

4)  Lubangi bagian atas kardus bekas pada satu sisi

Page 15: eksperimen fixxx

5)  Hubungkan fitting yang sudah terpasang lampu dengan kabel dan dilewatkan pada lubang yang telah dibuat. Kedalaman lampu jika diukur dari atas adalah+10 cm. Pemasangannya harus tepat di depan coolpad.

6) Masukkan Koran bekas, kain bekas dan sekam kedalam kardus bekas dengan ketinggian +4 cm.

7)  Letakkan wadah air mineral yang didalamnya sudah terisi air ke dalam kardus.8) Membersihkan telur dengan handuk basah, kemudian dikeringkan 9) Meletakan telur yang telah dibersihkan kedalam incubator 10) Membalikan telur sebanyak 1800 setiap 6 atau 8 jam

Mengukur suhu ruangan inkubator

1) Melihat skala thermometer yang tertempel di dinding inkubator melalui lubang pemantau

2) Mencatat skala yang ditunjukan oleh thermometer pada tabel pengamatan

3) Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu

Mengukur suhu tubuh induk ayam

1) Meletakan thermometer digital kebawah sayap induk ayam

2) Mencatat skala yang ditunjukan oleh thermometer pada tabel pengamatan

Page 16: eksperimen fixxx

PROPOSAL

PENELITIAN EKSPERIMEN

“PERBANDINGAN HASIL PENETASAN TELUR AYAM DENGAN MENGGUNAKAN

INKUBATOR DAN HASIL PENETASAN DENGAN PENGERAMAN INDUK AYAM ”

DISUSUN OLEH

1. ADRIANA (121434009)

2. MARIA ANDREINA N.A (131434055)

3. ROSA DO R.F.G (131434065)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA

2015