132

Click here to load reader

eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

  • Upload
    lambao

  • View
    301

  • Download
    38

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM

NOVEL SARUNGE JAGUNG

KARYA TRINIL S. SETYOWATI (Sebuah Kritik Sastra Feminis)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh :

TRI PURNAMA NINGSIH C0104041

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM

NOVEL SARUNGE JAGUNG

KARYA TRINIL S. SETYOWATI (Sebuah Kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh :

TRI PURNAMA NINGSIH

C0104041

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Christiana D.W, M. Hum

NIP. 195410161981031003

Pembimbing II

Siti Muslifah, SS. M. Hum

NIP 197311032005012001

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M. Hum

NIP 196001011987031004

Page 3: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

EKSISTENSI WANITA JAWA DALAM

NOVEL SARUNGE JAGUNG

KARYA TRINIL S. SETYOWATI (Sebuah Kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh :

TRI PURNAMA NINGSIH

C0104041

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 28 Februari 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Imam Sutarjo, M. Hum .......................

NIP 196001011987031004

Sekretaris Dra. Sundari, M. Hum .......................

NIP. 195610031981032002

Penguji I Drs. Christiana D.W, M. Hum ……………..

NIP. 195410161981031003

Penguji II Siti Muslifah, SS, M. Hum ……………..

NIP 197311032005012001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A.

NIP 195303141985061001

Page 4: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Tri Purnama Ningsih

NIM : C0104041

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Eksistensi

Wanita Jawa dalam Novel ”Sarunge Jagung” Karya Trinil S. Setyowati (Sebuah

Kritik Sastra Feminis) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak

dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi

tanda/kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang

diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 28 Februari 2011

Yang membuat pernyataan,

Tri Purnama Ningsih

Page 5: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Jer basuki mawa bea

Dalam mencapai kesuksesan dibutuhkan pengorbanan

( Sumber : Pepak Basa Jawa )

Page 6: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini, dipersembahkan kepada :

Ibu dan bapak tercinta yang tak pernah berhenti memotivasi dan menyayangiku,

kakak dan adikku tercinta dan semua yang telah mendukung penulis yang tidak

bisa disebutkan satu per satu.

Page 7: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun skripsi guna

mencapai gelar sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari kesulitan-

kesulitan yang dihadapi, tetapi berkat bantuan, bimbingan serta dorongan baik

moril maupun materiil dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini dengan segenap

kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum, selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang

telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum, selaku Pembimbing Pertama yang

dengan teliti, sabar dan penuh perhatian memberikan pengarahan dan

bimbingan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.

Page 8: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

5. Dra. Siti Muslifah, S.S, M.Hum, selaku Pembimbing Kedua yang juga telah

dengan teliti dan sabar memberi pengarahan yang berguna dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Dra. Sundari, M. Hum, selaku koordinator bidang sastra, yang selalu

memberikan arahan dan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

7. Drs. Y. Suwanto, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa

memberikan dukungan dalam penyusunan sekripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu, yang telah memberikan bekal ilmu yang berguna bagi penulis.

9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan referensi.

10. Teman-teman angkatan 2004, terutama Syamsul dan Kaleh 04, terima kasih

atas segala dukungan dan perhatiannya.

11. Ibu Trinil S. Setyowati beserta keluarga, selaku pengarang novel Sarunge

Jagung yang telah bersedia diwawancarai dan banyak memberikan informasi

tentang apa saja yang penulis butuhkan demi kelancaran penyusunan skripsi

ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara materi maupun

spiritual yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

Page 9: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Semoga amal kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan

yang sesuai dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh sebab

itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

penyusunan skripsi ini akan di terima dengan tangan terbuka.

Surakarta, 9 Mei 2011

Penulis

Page 10: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... . i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... . ii

HALAMAN PENGESAHAN . ............................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

ABSTRAK .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... . 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... . 1

B. Batasan Masalah ...................................................................... . 5

C. Rumusan Masalah ................................................................... . 6

D. Tujuan Penelitian .................................................................... . 6

E. Manfaat Penelitian .................................................................. . 7

1. Manfaat Teoretis ................................................................. 7

2. Manfaat Praktis ................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ............................................................. . 8

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. . 9

A. Pendekatan Struktural ............................................................. . 9

1. Tema ................................................................................... 10

Page 11: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

2. Plot/alur..... .......................................................................... 11

3. Penokohan ........................................................................... 12

4. Latar/setting ........................................................................ 14

5. Amanat ................................................................................ 14

B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis ............................................ . 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...... ...................................... 19

A. Bentuk Penelitian…………………………………………….. 19

B. Sumber Data dan Data ............................................................ 19

1. Sumber Data ....................................................................... 19

2. Data ..................................................................................... 19

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... . 20

1. Teknik Analisis Struktur...................................................... 20

2. Teknik Wawancara ............................................................. 20

3. Teknik Kepustakaan ............................................................ 21

D. Teknik Analisis Data ............................................................... . 22

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................... . 24

A. Tinjauan Pengarang .................................................................. 24

1. Riwayat Hidup Pengarang ................................................. . 24

2. Trinil S. Setyowati dalam Beberapa Karyanya ................. . 27

B. Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung .............................. . 36

1. Tema ... ............................................................................... . 36

2. Amanat .............................................................................. . 37

3. Alur .................................................................................... 41

Page 12: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

a. Situation ...................................................................... . 41

b. Generating Circumtances ........................................... . 44

c. Rising Action ............................................................... . 46

d. Climax ....................................................................... .. 48

e. Denoument .................................................................. . 45

4. Penokohan ......................................................................... . 49

a. Ratri (Enggar Jemparing Kusumaratri) .......................... . 52

b.Bagus Rendra Pratama (Bagus) ..................................... . 55

c. Wid (Merak Badra Waharuyung) .................................. . 57

d.Waskito ........................................................................... . 59

a. Sunartiko . ...................................................................... 61

b.Istri Sunartiko. ................................................................. 61

c. Tante Yani. ...................................................................... 63

d.Makdhek. ....................................................................... 63

e. Pak Parto (Ayah Ratri). ................................................... 64

5. Latar .................................................................................. 65

a. Latar Sosial ............................................................... . 66

b. Latar Tempat ............................................................ . 68

1) Kampung Simo Magerejo. .................................. 69

2) Surabaya. ............................................................. 69

3) Studio Hardjito. ................................................... 70

4) Perak. ................................................................... 70

5) Asem Jajar. .......................................................... 71

Page 13: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

6) Jemursari. ............................................................ 71

7) Jagir-Rungkut. ..................................................... 72

8) Pasar Turi. ........................................................... 73

9) Jalan A. Yani. ...................................................... 74

10) Bandara Juanda. .................................................. 74

c. Latar Waktu ............................................................... . 74

C. Citra Tokoh Utama Wanita dalam Novel Sarunge Jagung

Karya Trinil S. Setyowati. ........................................................ 77

D. Sikap Trinil S. Setyowati dalam Memandang Kedudukan

Wanita dalam Masyarakat ........................................................ 107

BAB V. PENUTUP ................................................................................ . 111

A. Kesimpulan ............................................................................. . 111

B. Saran ........................................................................................ . 113

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 114

LAMPIRAN

Page 14: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK

Tri Purnama Ningsih. C0104041. 2010. Eksistensi Wanita Jawa dalam

Novel Sarunge Jagung Karya Trinil S. Setyowati (Sebuah Kritik Sastra

Feminis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Karya sastra Jawa sebagai karya seni tidak cukup hanya dinikmati

keindahannya saja. Lebih jauh dari itu perlu pula mendapatkan perhatian secara

ilmiah, yaitu melalui suatu kajian ilmiah yang bertujuan untuk mengangkat semua

aspek yang terkandung di dalamnya, melalui cara-cara atau pola pemikiran ilmiah

yang berlaku, salah satunya adalah novel karya Trinil S. Setyowati yang berjudul

Sarunge Jagung.

Masalah yang dikaji mencakup tiga hal yaitu : (1) Bagaimanakah unsur-

unsur struktur yang meliputi tema, alur, penokohan, latar serta amanat yang

terdapat dalam novel Sarunge Jagung? (2) Bagaimanakah citra tokoh utama

dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati? (3) Bagaimanakah sikap

Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam

masyarakat?

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan unsur-unsur

struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar serta amanat yang terdapat

dalam novel Sarunge Jagung.(2) Menjabarkan dan menganalisis citra tokoh utama

dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati. (3) Mengungkap sikap

Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam

masyarakat.

Manfaat dari penelitian ini secara teoretis, hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat menambah wawasan kritik sastra feminis dan menambah

khasanah penelitian sastra Jawa. Penelitian ini menghasilkan suatu ulasan tentang

sikap wanita dari sudut pandang kajian kritik sastra feminis. Secara praktis hasil

penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi mengenai

idealisme perjuangan wanita di dalam menghadapi problem kehidupan dalam

masyarakat dan dapat dimanfaatkan oleh penelitian lain yang mengembangkan

penelitian lebih lanjut dengan pendekatan yang lain.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pendekatan

struktural meliputi tema, alur/plot, penokohan, latar/setting dan amanat. (2)

pendekatan kritik sastra feminis yaitu kritik sastra yang lebih menyoroti pada

tradisi sastra pada khususnya terutama berkenaan dengan tokoh wanita, seperti

pengalaman wanita yang terungkap di dalamnya dan kemungkinan adanya

penulisan khas wanita.

Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif, sumber data tulis sebagai

data primer yaitu novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati. Sumber data

lisan sebagai data sekunder berasal dari informan yaitu pengarang. Data yang

digunakan dibagi menjadi dua yaitu data primer adalah rangkaian cerita novel

yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur

dan setting, sedang data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan

Page 15: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

pengarang novel Sarunge Jagung yaitu Trinil S. Setyowati, artikel-artikel, tulisan-

tulisan yang berkaitan dengan pengarang, termasuk juga rekaman, dokumentasi

berupa foto, dan biografi pengarang. Teknik pengumpulan data ialah teknik

analisis struktural, teknik wawancara dengan pengarang novel Sarunge Jagung

yaitu Trinil S. Setyowati dan studi pustaka dengan menggunakan teknik simak

catat. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif yaitu reduksi,

sajian data dan kesimpulan.

Penelitian ini menyoroti kaum perempuan tentang bagaimana kaum

perempuan menghadapi permasalahan dalam hidupnya, serta kemungkinan

adanya cara penulisan khas wanita. Perempuan mempunyai cara tersendiri untuk

mengekspresikan diri yang berlawanan dengan cara bagaimana kaum pria

menggambarkan pandangan mereka melalui bahasa dan wacana mereka.

memberikan penilaian mengenai bagaimana kaum perempuan merasa, berpikir,

dan bertindak serta bagaimana kaum perempuan pada umumnya menanggapi

kehidupan yang terdapat di dalam sebuah karya sastra.

Hasil analisis penelitian ini dapat disimpulkan (1) unsur-unsur intrinsik

yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati adalah suatu

keterjalinan, sehingga membentuk kebulatan atau totalitas. Cerita yang

menampilkan feminisme tentang kehidupan seorang kaum wanita Jawa yang tidak

kalah dalam hal pendidikan dan pekerjaan dengan kaum lelaki walaupun dilanda

permasalahan yang cukup berat dalam mencari pasangan hidup. (2) Citra wanita

dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati menunjukkan tentang sosok

wanita cerdas, pandai bergaul, disiplin, pantang menyerah, beriman dan mempunyai

perilaku yang baik. Kaum perempuan itu harus mandiri, bahwa dalam hal

pendidikan, pekerjaan, asmara, dan kehidupan rumah tangga sebenarnya kaum

perempuan itu tidak kalah dengan kaum laki-laki. (3) Sikap pengarang dalam

memandang peran, fungsi, dan kedudukan wanita di masyarakat yaitu, pria dan wanita

mempunyai peranan yang sama dalam menikmati hasil pembangunan. Hak yang

sama di bidang pendidikan misalnya, anak pria dan wanita mempunyai hak yang

sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai pada jenjang yang lebih tinggi.

Selanjutnya, kewajiban yang sama untuk mancari nafkah dengan suaminya dalam

upaya memenuhi beragam kebutuhan rumah tangga. Dengan begitu, kedudukan

wanita dalam masyarakat akan dipandang setara dengan laki-laki.

Page 16: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan

dimanfaatkan banyak orang. Adapun tujuan diciptakannya karya sastra menurut

Melani Budianta yaitu sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan,

memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, rnaupun

kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi (2006: 19). Karya

sastra bersifat imajinatif atau fiktif, yaitu suatu cerita rekaan yang berangkat dari

daya khayal kreatif. Sesuatu yang bersifat imajinatif boleh jadi terjadi dalam

kehidupan nyata, karena bagaimanapun juga karya sastra merupakan refleksi

kehidupan manusia.

Karya sastra berbentuk cerita yang dikemas dalam bentuk novel, cerita

pendek, cerita bersambung, roman picisan dan lain-lain, mempunyai struktur yang

membangun cerita yaitu tema, alur, penokohan, seting dan amanat. Semua unsur

tersebut disebut aspek intrinsik dalam karya sastra. Melalui aspek intrinsik kita

akan lebih mudah mengerti dan memahami jalan cerita serta menangkap apa yang

ingin disampaikan oleh pengarangnya. Sedangkan aspek ekstrinsik yaitu aspek di

luar karya sastra meliputi sisi kehidupan pengarang atau kondisi sosial budaya

masyarakat. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya bagaimanapun, akan

membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra

tidak muncul dari situasi kekosongan budaya (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 24).

1

Page 17: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra mengekspresikan ungkapan

emosi perasaan dan menuangkannya melalui tulisan dengan proses imajinasi.

Menurut Suwardi Endraswara antara sadar dan tak sadar faktor kejiwaan

dan perasaan pengarang selalu mewarnai proses penciptaan pengarang. Kekuatan

karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan

ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra (2008: 96).

Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk

memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan

kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi tetap harus merupakan bangunan

struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik (Wellek & Warren

dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 13),

Dalam khasanah sastra Jawa modern terdapat berbagai jenis sastra yang

telah dihasilkan para pengarang Jawa antara lain geguritan, cerpen, novel, dan

cerita bersambung. Cerkak dan cerbung (yang pada konteks ini berbahasa Jawa)

pada umumnya dimuat di dalam surat kabar dan majalah, tidak seperti novel yang

dibukukan tersendiri. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya

cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. (Burhan

Nurgiyantoro, 2005 : 10). Telah banyak karya-karya sastra Jawa yang berupa

novel yang dihasilkan pengarang Jawa salah satunya yaitu novel berjudul Sarunge

Jagung karya Trinil S. Setyowati.

Trinil S. Setyowati termasuk pengarang yang produktif. Banyak karya-

karya yang dimuat dalam media cetak seperti majalah berbahasa Jawa dan media

cetak berbahasa Indonesia seperti majalah Jayabaya, Panjebar Semangat, tabloid

Page 18: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Bromo, majalah Kidung dan lain-lain. Karya-karyanya berupa cerita rakyat,

artikel, cerkak atau cerpen, cerbung, puisi atau geguritan, wacan bocah, novel

serta karangan-karangan lainnya yang berkaitan dengan bidang sastra. Salah satu

karyanya adalah novel Sarunge Jagung yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita

Budaya Sragen bulan Mei 2005.

Novel berjudul Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati ini unik karena

pengarang menggunakan bahasa sub-dialek Surabaya. Novel Sarunge Jagung

menceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa yang mempunyai pendirian

yang kuat walaupun dihadapkan permasalahan dalam mencari pasangan hidup

yang tepat. Sebagai wanita Jawa yang mencintai budaya Jawa, dia rela untuk

membatalkan perkawinannya karena calon ibu mertuanya tidak menghargai

budaya Jawa dengan menghina kebudayaan Jawa, tidak memahami kebudayaan

Jawa padahal dia sendiri adalah orang Jawa, memfitnah dan menuduhnya telah

hamil di luar nikah. Calon suamimya pun yang seorang tentara tidak bisa tegas

dan selalu mengikuti kemauan ibunya. Walaupun putus dari tunangannya dan

lantas rnenjalin kasih dengan pria yang berprofesi sebagai lurah, hubungannya

dengan lurah tersebut tidak berhasil. Namun pada akhirnya sang wanita

mendapatkan pasangan hidup sejatinya.

Novel Sarunge Jagung ini termasuk karya sastra yang feminis. Tokoh

utama dalam novel tersebut adalah wanita dan novel Sarunge Jagung bercerita

mengenai perjuangan seorang wanita Jawa yang membela kebudayaan Jawa serta

mengenai kisah hidupnya dalam menemukan pasangan hidup. Novel Sarunge

Page 19: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Jagung dapat dikatakan karya fiksi modern yang menggambarkan kehidupan

masyarakat menurut pandangan dari Trinil S. Setyowati.

Fiksi modern berbeda dengan tradisi sastra yang lebih lama, yang

cenderung untuk bersifat dedaktik, moralistik dan yang memberi tahu rakyat

tentang bagaimana manusia harus hidup. Fiksi modern yang serius,

menggambarkan bagaimana kehidupan modern dijalani, sekurang-kurangnya

menurut pandangan si pengarang (Niels Mulder dalam Maria A. Sardjono, 2005:

30). Karya fiksi modern merupakan karya yang dibuat berdasarkan kreativitas

pengarang, pengarang dapat mengkreasi dan menyiasati berbagai masalah

kehidupan. Karya fiksi juga dapat diartikan sebagai cerita rekaan.

Sarunge Jagung seperti pada judulnya adalah suatu wangsalan (pantun

tebakan). Wangsalan Sarunge Jagung sudah sering terdengar di kalangan

masyarakat Jawa. Dalam buku Metode Belajar Efektif Basa Jawa karangan

Suroso Ari Wibowo, sarung jagung yaiku sing mbuntel jagung, jenenge klobot.

Kata klobot (daun jagung) berakiran kata bot dikaitkan dengan kata abot (berat),

judul novel Sarunge Jagung mengambil dari wangsalan Jawa dan di dalam novel

Sarunge Jagung berceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa yang cukup

berat dalam menemukan pasangan hidupnya (2005: 55).

Novel Sarunge Jagung mengungkapkan persoalan seorang wanita yang

berperan sebagai tokoh utama dalam cerita tersebut. Seorang wanita biasanya

diidentikkan dengan mahluk yang lemah dan tidak bisa berbuat banyak, tetapi

dalam novel Sarunge Jagung ini tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang

tegar dan kuat. Demi membela budaya Jawa dan harga diri sebagai wanita Jawa,

Page 20: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dia berani mengambil resiko membatalkan perkawinannya karena menilai calon

suaminya tidak termasuk kriteria suami yang didambakannya. Calon suaminya

tersebut memiliki sikap tidak tegas, selalu menuruti apa kehendak ibunya dan

tidak punya pendirian. Walaupun, tokoh utama sempat berpikir untuk tidak hidup

berumah tangga lantaran sakit hati karena mengalami kegagalan dalam menjalin

hubungan dengan pria. Tetapi pada akhirnya tokoh utama bisa menemukan suami

kemudian menikah dan berumah tangga.

Novel Sarunge Jagung menarik untuk dijadikan obyek penelitian ditinjau

dari aspek kritik sastra feminis karena banyak menyoroti kehidupan wanita. Di

samping itu alasan pemilihan objek penelitian adalah pengarang Trinil S.

Setyowati merupakan seorang pengarang wanita yang banyak menciptakan karya-

karya sastra dalam berbagai jenis sastra seperti geguritan, cerpen dan cerbung.

Mengingat isi cerita novel Sarunge Jagung bertumpu pada perjuangan tokoh

wanita dalam memilih suami dan perjuangannya melestarikan budaya Jawa oleh

karena itu novel Sarunge Jagung menarik untuk dikaji dengan pendekatan kritik

sastra feminis. Kemudian penelitian ini diberi judul: ”Eksistensi Wanita Jawa

dalam Novel Sarunge Jagung (Sebuah Kritik Sastra Feminis)”.

B. Batasan Masalah

Konsentrasi atau fokus penelitian perlu dibatasi agar inti permasalahan

yang hendak dicapai tidak terlalu meluas dari apa yang seharusnya dibicarakan.

Pembatasan masalah ini adalah: Pembahasan dibatasi mengenai struktur yang

membangun dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati yang meliputi

Page 21: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tema, alur, penokohan, latar dan amanat. Dilanjutkan dengan analisis citra tokoh

utama wanita, yakni membahas eksistensi wanita jawa dalam novel Sarunge

Jagung tentang feminisme, sehingga nantinya diharapkan akan dapat mengetahui

sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita dalam masyarakat

sebagai pengarang novel Sarunge Jagung.

C. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang telah diungkapkan, maka masalah yang

diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan,

latar serta amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung?

2. Bagaimanakah citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge Jagung karya

Trinil S. Setyowati?

3. Bagaimanakah sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita

dalam masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dicapai dalam penelitian ini adalah menjabarkan

masalah yang telah dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan,

latar serta amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung.

2. Menjabarkan dan menganalisis citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge

Jagung karya Trinil S. Setyowati.

Page 22: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Mengungkap sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita

dalam masyarakat.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dicapai dari penelitian novel Sarunge Jagung karya Trinil S.

Setyowati terdiri dari dua hal, yaitu:

1. Secara Teoretis

Penelitian ini menggunakan kajian teori struktural, kritik sastra feminis, dan

teori-teori pendukung lainnya. Oleh karena itu secara teoretis penelitian ini

diharapkan akan dapat memberikan khasanah ilmu pegetahuan, khususnya

dalam bidang studi karya sastra melalui pendekatan kritik sastra feminis.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya, serta diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan

masyarakat dalam memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-

penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam

kaitannya dengan idealisme perjuangan wanita di dalam menghadapi problem

kehidupan dalam masyarakat, dan dapat dimanfaatkan oleh penelitian lain

yang mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan yang lain.

Page 23: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar penelitian terhadap novel Sarunge Jagung ini akan

dibahas dalam beberapa bab, adapun susunannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI, meliputi pendekatan struktural dan

pendekatan kritik sastra feminis,

BAB III : METODE PENELITIAN, meliputi metode dan bentuk penelitian,

sumber data dan data, teknik pengupulan data, teknik analisis data.

BAB IV : ANALISIS DATA, yang meliputi tinjauan pengarang, tinjauan

struktural novel Sarunge Jagung yang meliputi alur, tema, amanat,

serta penokohan, citra tokoh utama wanita dalam novel Sarunge

Jagung karya Trinil S. Setyowati, dan sikap pengarang dalam

memandang kedudukan, peran, dan fungsi wanita dalam masyarakat

BAB V : PENUTUP, yang meliputi Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam penelitian, suatu obyek penelitian diperlukan teori dan pendekatan

yang tepat agar sesuai dengan obyek kajian. Teori digunakan untuk membongkar

obyek penelitian, maka dalam penelitian dibutuhkan teori pendekatan yang sesuai

dengan obyek yang akan dikaji.

Keberadaan unsur di dalam karya sastra memang sangat mempengaruhi

totalitas bangunan cerita, maka peneliti akan menggunakan dua pendekatan, yaitu

(1) pendekatan struktural yang dibangun oleh unsur-unsur pendukungnya seperti

tema, plot/alur, seting, penokohan, amanat, dan hubungan antar unsur, (2)

pendekatan kritik sastra feminis tentang citra tokoh wanita.

A. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural dinamakan juga dengan pendekatan obyektif.

Analisis struktural karya sastra dalam hal ini adalah fiksi, dapat dilakukan dengan

cara mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar

unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 37). Teeuw

mengemukakan metode analisis struktural karya sastra bertujuan untuk

membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan semendalam

mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra yang secara

bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (dalam Sangidu, 2004: 17).

Diharapkan melalui analisis struktural dapat diketahui katerkaitan antar unsur

9

Page 25: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

intrinsik yang meliputi tema, alur penokohan, latar dan amanat yang membangun

sebuah karya sastra.

1. Tema

Definisi tema dalam kamus istilah sastra adalah sesuatu yang menjadi

dasar cerita, ia selalu berkaitan dengan pengalaman kehidupan, seperti risalah

cinta, kasih rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya, dalam hal tertentu tema

sering disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita (Laelasari dan Nurlailah,

2006 : 250). Unsur pembanguan sebuah karya sastra yang pertama adalah tema.

Stanton mengemukakan dalam menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel

ada beberapa cara seperti yang ditunjukkan berikut:

a. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita

yang menonjol.

b. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan

setiap detail cerita.

c. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-

bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam novel yang bersangkutan.

d. Penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti

yang Secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita (dalam

Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 87-88).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan tema dalam karya sastra adalah

gagasan yang melatarbelakangi penciptaan sebuah karya sastra sehingga tema

Page 26: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

menjadi dasar sebuah cerita dan bagian dari unsur intrinsik yang membangun

sebuah karya sastra.

2. Plot/ alur

Alur disebut juga dengan plot. Plot rnerupakan unsur fiksi yang penting di

dalam karya sastra yang berbentuk prosa. Tafsir mengemukakan tahapan plot

menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut.

a. Tahap situation: tahap situasi, tahap yang terutama berisi pelukisan dan

pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.

b. Tahap generating circumtances: tahap pemunculan konflik (masalah-masalah)

dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.

c. Tahap rising action: tahap peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan

pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar

intensitasnya.

d. Tahap climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan

yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita

mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh

(tokoh-tokoh) utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita

terjadinya konflik utama.

e. Tahap denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks

diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-

sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada juga diberi jalan keluar,

cerita diakhiri. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir di atas (Burhan

Nurgiyantoro, 2005 : 149-150).

Page 27: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Alur menunjukkan hubungan sebab akibat antara peristiwa di dalam cerita.

Sehingga dapat diambil kesimpulan alur merupakan rangkaian peristiwa di dalam

cerita yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat.

3. Penokohan

Penokohan sangat penting dalam struktur sebuah karya sastra berbentuk

cerita prosa. Menurut Jones penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas

tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita,

tentunya terdapat tokoh cerita. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh

ciptaan pengarang namun ia harus merupakan tokoh yang hidup secara wajar

dalam cerita dan mempunyai pikiran dan perasaan. Tokoh cerita dapat dipandang

sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat atau sesuatu yang sengaja ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca (Burhan Nurgiyantoro, 2005 : 165-167).

Tokoh merupakan perwujudan seseorang di dalam sebuah cerita yang dapat

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca melalui dialog-dialog tokoh

dalam cerita. Penampilan tokoh sangat penting karena tokoh juga adalah sebagai

pembawa cerita. Laelasari dan Nurlailah mengartikan tokoh cerita (character)

merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama,

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan (2006 : 255).

Penokohan dilihat dari segi peranannya atau tingkat pentingnya tokoh

dibagi menjadi 2 yaitu: (1) Tokoh utama (central character, main character)

adalah tokoh yang ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi

Page 28: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

sebagian besar cerita, (2) Tokoh tambahan (peripherial character) adalah tokoh-

tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itupun

dalam proses penceritaan yang relatif pendek (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 176).

Menurut Mochtar Lubis dalam melukiskan rupa, watak atau pribadi para

tokoh, pengarang menunjukkan sebagai berikut:

a. Pyisical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).

b. Portrayal of thought stream or concious thought (melukiskan jalan pikiran

pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya).

c. Reaction to event (melukiskan bagaimana rekasi pelakon terhadap kejadian-

kejadian).

d. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak

tokoh).

e. Discussion of enviroment (pengarang melukiskan keadaan watak tokoh.

Misalnya dengan melukiskan keadaan kamar pelakon pembaca akan mendapat

kesan apakah tokoh tersebut orang jorok, bersih, rajin, malas, dan sebagainya).

f. Reaction of others to character (pengarang melukiskan bagaimana

pandangan-pandangan tokoh lain dalam suatu cerita terhadap tokoh utama

itu).

g. Conversation of others about character (tokoh - tokoh dalam suatu cerita

memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka secara tidak

langsung pembaca mendapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai

tokoh utama itu (dalam Henry Tarigan, 1992: 133-134).

Page 29: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah

pelukisan mengenai sifat atau watak tokoh, perilaku, dan pandangan hidup yang

dicitrakan dalam sebuah cerita.

4. Latar/ setting

Latar merupakan keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana

terjadinya kejadian di dalam karya sastra (Laelasari dan Nurlailah, 2006: 147).

Unsur-unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu

dan sosial.

a. Latar tempat, latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.

c. Latar sosial, latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam

karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 227-233).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa latar/seting adalah

merupakan keterangan tempat kejadian peristiwa di mana para pelaku berada

dalam sebuah cerita yang mempunyai hubungan dengan keadaan sosial

masyarakatnya.

5. Amanat

Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk menawarkan model kehidupan

yang ideal. Burhan Nurgiyantoro mengemukakan fiksi mengandung penerapan

Page 30: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya

tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca

diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan,

yang diamanatkan (2005: 321). Dari suatu cerita dapat diambil suatu pesan atau

kesan yang disebut amanat. Dalam amanat dapat dilihat pandangan dari pengarang

mengenai kehidupan yang terdapat dalam karya sastranya. Agar makna dan tujuan

karya sastra dapat dipahami secara keseluruhan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat dalam karya

sastra adalah pesan atau ajaran moral yang ingin disampaikan kepada pembaca

oleh pengarang dalam karya sastra tentang pandangan hidupnya terhadap

masyarakat.

Pendekatan struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan

amanat merupakan satu langkah awal untuk melakukan penelitian karya sastra

sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Diharapkan melalui analisis

struktural dapat diketahui keterkaitan antar unsur intrinsik yang meliputi tema,

alur, penokohan, latar dan amanat yang membangun sebuah karya sastra sebagai

kesatuan yang utuh. Untuk itu dalam sebuah karya sastra diperlukan hubungan

antarunsur yang dapat menentukan makna dan nilai seni sebuah karya sastra.

B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis

Kritik sastra merupakan kegiatan atau perbuatan mencari dan menentukan

nilai karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik yang

dinyatakan dalam bentuk tertulis (Andre Hardjana, 1991: 25). Kritik sastra yang

Page 31: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dapat menjalankan fungsinya dengan baik adalah kritik sastra yang disusun atas

dasar keinginan untuk memperbaiki mutu karya sastra dan mutu khalayak

pembaca, kritik sastra yang disusun atas dasar pendekatan dan metode kerja yang

jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik sastra yang dilahirkan oleh

pengeritik yang mempunyai rasa tanggung jawab moral dan intelektual

disebabkan karena mereka mempunyai minat membaca dan menekuni sastra dan

ilmu sastra.

Karya sastra feminis merupakan karya sastra yang menyoroti kaum

perempuan tentang bagaimana kaum perempuan menghadapi permasalahan dalam

hidupnya. Kritik sastra feminis merupakan kritik sastra yang lebih rnenyorot

kepada tradisi sastra yaitu yang berkenaan dengan wanita, seperti pengalaman

wanita yang terangkap di dalamnya serta kemungkinan adanya cara penulisan

khas wanita (Laelasari dan Nurlaila, 2006: 145-146). Perempuan mempunyai cara

tersendiri untuk mengekspresikan diri yang berlawanan dengan cara bagaimana

kaum pria menggambarkan pandangan mereka melalui bahasa dan wacana

mereka. Partini Sardjono Pradotokusuma mengemukakan bahwa kritik feminis ini

adalah satu kritik (sastra) yang berusaha mendeskripsikan dan menafsirkan (serta

menafsirkan kembali) pengalaman perempuan dalam berbagai karya sastra

terutama dalam novel dan agak jarang dalam drama atau puisi (2005: 83). Kritik

sastra feminis memberikan penilaian mengenai bagaimana kaum perempuan

merasa, berpikir, dan bertindak serta bagaimana kaum perempuan pada umumnya

menanggapi kehidupan yang terdapat di dalam sebuah karya sastra.

Page 32: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Pada umumnya karya sastra menampilkan tokoh wanita yang berperan

sebagai tokoh utama maupun bawahan. Pandangan wanita antara penulis wanita

dan laki-lakipun berbeda-beda dan juga antara pembaca wanita dan laki-laki.

Semua itu masuk dalam hasrat yang ingin dicapai dalam pendeketan kritik sastra

feminis. Pertama teori feminis berhasrat untuk mengkaji penulis-penulis wanita di

masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita karya sastra penulis-penulis pria

yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang berbagai cara ditekan, disalah

tafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarki yang dominan. Dengan begitu

seorang wanita tidak mempunyai kedudukan di mata keluarganya. Kedua teori

feminis ini menimbulkan berbagai ragam cara mengkritik yang kadang-kadang

terpadu seperti kritik ragam ideologis, ginokritik, kritik sastra feminis sosialis,

kritik sastra feminis psikoanalitik, dan kritik sastra feminis-etnik.

Kritik sastra feminis terbagi dalam tiga aliran yaitu, aliran feminisme

sosialis, feminisme liberalis dan feminisme radikal. Kritik sastra feminis sosialis

yaitu aliran yang membagi kelas-kelas masyarakat. Pengkritik feminis mencoba

mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas

(Djajanegara, 2000: 32). Kritik sastra feminis liberalis yaitu mengkaji kreatifitas

penulis wanita. Profesi penulis wanita sebagai suatu perkumpulan dan

perkembangan peraturan tradisi menulis wanita dan tulisan laki-laki. Karena para

feminis percaya bahwa penulis wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya

dengan memperlakukan dirinya pada si tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita

tersebut pada umumnya merupakan cerminan penciptanya (Djajanegara, 2000:

33). Kritik sastra feminis radikal menganggap karya sastra sebagai ungkapan

Page 33: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

tentang cara hidup kita dulu dan sekarang. Tentang bagaimana kita harus

mengembangkan diri kita sendiri, bagaimana bahasa kita mengubah dan sekaligus

membebaskan kita, bagaimana pemberian julukan merupakan hak prerogative

kaum laki-laki sampai sekarang. Dan bagaimana kita sekarang dapat mulai sadar

dan mampu memberi julukan dan akhirnya dapat memberikan hidup baru lagi.

(Djajanegara, 2000: 30).

Pendekatan kritik sastra feminis mempunyai beberapa langkah dalam

penerapannya:

1. Mengidentifikasi satu tokoh wanita atau beberapa tokoh wanita di antaranya:

mencari kedudukan dalam masyarakat, mencari tujuan hidupnya, dan mencari

watak serta perilaku yang digambarkan.

2. Meneliti tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang berkaitan dengan tokoh

perempuan.

3. Mengamati sikap penulis karya yang sedang kita amati (Djajanegara, 2000:

51-53).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kritik sastra feminis

adalah kritik sastra yang lebih menyoroti pada tradisi sastra pada khususnya

terutama berkenaan dengan tokoh wanita, seperti pengalaman wanita yang

terungkap di dalamnya dan kemungkinan adanya penulisan khas wanita.

Page 34: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis

kualitalifinya (Sutopo, 2006: 48). Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan

perilaku yang dapat diamati (dalam Lexi J. Moleong, 2007: 3).

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel karya Trinil S.

Setyowati yang berjudul Sarunge Jagung yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita

Budaya Sragen bulan Mei 2005. Sumber data sekunder berasal dari informan

yaitu pengarang novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati, dan buku-buku

serta referensi yang dapat menunjang proses penelitian seperti yang tampak pada

daftar kepustakaan laporan penelitian ini.

2. Data

Data dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yang dimaksud data primer dalam penelitian ini adalah data teks

novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati atau data intrinsik meliputi

tema, alur, penokohan, latar/setting dan amanat.

19

Page 35: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b. Data sekunder, merupakan data penunjang yaitu informasi hasil wawancara

dengan pengarang yang digunakan sebagai data pendukung pelaksanaan

penelitian, serta berbagai keterangan yang berasal dari buku-buku referensi

yang berupa artikel-artikel, tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pengarang,

biografi pengarang dan berbagai hal yang dapat menunjang penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Analisis Struktur

Teknik analisis struktur dimanfaatkan untuk mengumpulkan data dasar,

yakni data literer (data intrinsik teks novel Sarunge Jagung). Data literer tersebut

dikelompokkan menjadi data kategoris yang berupa data mengenai tema, plot,

penokohan, latar/setting dan amanat.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pernyataan jawaban pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2007: 186). Dalam

penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengarang yang telah membuat novel

Sarunge Jagung yaitu Trinil S. Setyowati untuk memperoleh informasi yang

dapat mendukung penelitian ini yaitu hasil wawancara mengenai biografi

pengarang, hasil karya dan keterangan-keterangan lainnya.

Page 36: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

3. Teknik Kepustakaan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tinjauan pustaka (library research), data dari informasi dengan bantuan macam-

macam materi yang terdapat di ruang perpustakan, misalnya berupa buku-buku,

majalah, naskah, catatan sejarah, dan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah yang akan atau sedang

diteliti (Sangidu, 2004: 105).``

Teknik tersebut diatas digunakan untuk menemukan berbagai hal sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Dalam penelitian ini perlu disadari

bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen

atau arsip, tetapi juga maknanya yang tersirat. Maka dari itu, peneliti harus

bersikap kritis dan teliti (Sutopo, 2006: 81). Teknik ini juga sering pula disebut sebagai

analisis isi. Cara kerjanya adalah dengan memeriksa dan menampilkan berbagai

macam data yang bersumber dari artikel, beberapa makalah, makalah seminar atau

diskusi dan beberapa tulisan lain

Penggunaan teknik kepustakaan diikuti langkah lanjutan yang berupa

penyimakan, dan pencatatan terhadap (yang dianggap) data, untuk kemudian

diklasifikasi, dipilih, dan dipilah sebagai data. Dengan demikian wujud data yang

diperoleh berupa catatan-catatan dalam kartu data.

Page 37: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data (Lexy J, Moleong,

2007: 280). Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen yaitu

reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (Sutopo, 2006 : 94).

a. Reduksi data menerapkan proses penyederhanaan dengan membatasi

permasalahan penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan

penerapan reduksi data ini peneliti membuat catatan-catatan, menyusun

rumusan dan penyusunan sajian data.

b. Sajian data merupakan data yang terkumpul. Sumber data utama dicatat

melalui catatan-catatan tertulis kemudian dideskripsikan, diidentifikasikan dan

diklasifikasikan.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah didapatkan skema analisis

interaktif (Sutopo, 2006: 96). Setelah pengumpulan data penelitian mulai

melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan isi pada reduksi maupun

sajian datanya. Menurut Sutopo, proses ini disebut model analisis interaktif

(2006: 95).

Page 38: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambar Model analisis Interaktif

Pengumpulan

Data

Reduksi Data

Sajian Data

Penarikan Simpulan

Verifikasi

Page 39: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pengarang

Riwayat hidup pengarang dan karya-karyanya yang dihasilkan adalah hal

yang sangat penting untuk di ketahui, sebagai langkah awal penelitian. Upaya ini

dilakukan utuk memahami latar belakang karya sastra yang dijadikan objek

penelitian. Riwayat hidup pengarang dianggap penting dalam suatu penelitian

terhadap karya sastra, karena lahirnya karya sastra tidak lepas dari kondisi dan

latar belakang kehidupan pengarang selaku pencipta karya satra.

1. Riwayat Hidup Trinil S. Setyowati

Trinil S. Setyowati merupakan satu dari sekian pengarang sastra Jawa

modern yang telah memberikan kontribusinya kepada pembaca sebagai

pengarang yang mengangkat realita yang terjadi dalam masyarakat yang

dituangkan dalam karya sastranya. Dalam pembahasan ini akan diuraikan

mengenai biografi Trinil S. Setyowati sebagai pengarang novel Sarunge Jagung.

Pengarang novel Sarunge Jagung,Trinil S. Setyowati ini bernama asli Sri

Setyowati ini biasa dipanggil Trinil. Lahir di Surabaya pada tanggal 27 Juli 1965

putri pasangan Salam Partosoejidno dan Armunah. Menempuh pendidikan dasar

di SD Negeri 268 dan lulus tahun 1977. Setelah lulus dari pendidikan dasar

kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Surabaya

dan menamatkan sekolahnya pada tahun 1981. Sekolah Menengah Atas

Tritunggal 3 Surabaya jurusan Ilmu Pengetahuan Alam berhasil diselesaikan pada

24

Page 40: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

tahun 1984. Setelah menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas

Tritunggal 3 Surabaya lantas mengajar sebagai guru kelas IV SD Ronggolawe

merangkap guru seni tari dan musik Taman Kanak-kanak Margie komplek Darmo

Satelit Surabaya. Di Kota Surabaya Trinil S. Setyowati mengembangkan karirnya

sebagai pengajar dan pelatih tari. Kecintaannya terhadap seni tari membawa

Trinil S. Setyowati menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Kesenian

Wilwatikta Surabaya jurusan seni tari lulus tahun 1989 dengan gelar diploma.

Selama masa perkuliahan, Trinil S. Setyowati bekerja sebagai pengajar dan

pelatih tari di sekolah-sekolah dan sanggar. Trinil S. Setyowati yang berjiwa seni

ini lantas tidak berhenti menimba ilmu. Di sela-sela pekerjaannya mengajar, dia

melanjutkan pendidikan S2 di Pendidikan Tinggi Pasca Sarjana UNESA jurusan

manajemen pendidikan dan lulus tahun 2005 dengan gelar Magister Pendidikan.

Di tengah-tengah kesibukannya, Trinil S. Setyowati terus menimba ilmu dan

mengembangkan pendidikannya sampai tingkat Doktor dan lulus tahun 2008 di

Pendididkan Tinggi Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang jurusan manajemen

pendidikan. Trinil S. Setyowati sangat aktif dalam berbagai kegiatan. Banyak

sekali kegiatan akademik dan non akademik yang dia jalani. Sampai saat ini

Trinil S. Setyowati bekerja sebagai tenaga pengajar Universitas Negeri Surabaya

dan aktif di Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) dan menjabat

sebagai ketua I periode 2005-2009. Berikut ini merupakan pengalaman-

pengalaman Trinil S. Setyowati dalam bidang pendidikan, kesenian dan sastra:

Page 41: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

a. Penanggung Jawab Kurikulum Pembinaan Pelatihan Tari Sanggar Dikdaya

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur sejak tahun 1990

sampai sekarang.

b. Ketua I Lembaga Ekologi Budaya Jawa Timur Periode Tahun 1997-2000.

c. Korektor Redaksi Tabloid Wisata Budaya Jawa Timur Bromo tahun 1998-

1999.

d. Reporter Majalah Mingguan Berbahasa Jawa Jayabaya tahun 1998 sampai

sekarang merangkap responden sastra.

e. Reporter Majalah Triwulan Dewan Kesenian Jawa Timur Kidung tahun 1999-

2005.

f. Anggota Tim Pengamat Ujian Tari di Pusat Pembinaan dan Pendidikan Seni

Bina Tari Jawa Timur Taman Budaya Jawa Timur Tahun 1999-2008.

g. Bendahara I Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya Periode Tahun

2002-2005.

h. Dance Executive Dayaseni Art-Studio and Property Business, tahun 2003-

2008.

i. Ketua I Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya Periode tahun 2005-

2009.

j. Kepala Cabang Majalah Pendidikan Genta untuk Surabaya dan sekitarnya

tahun 2005-2008.

k. Responden Majalah Mingguan Berbahasa Jawa Panjebar Semangat tahun

2000 sampai sekarang.

Page 42: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

l. Anggota Tim Evaluasi Seni Siswa Dinas Pendidikan Kota Surabaya bekerja

sama dengan Taman Remaja Surabaya tahun 2002-2005.

m. Pengisi acara sastra Jawa di tahun 2005 Radio Republik Indonesia Surabaya

bersama Suharmono Kasiyun dari Paguyuban Pengarang Sastra Jawa

Surabaya sejak tahun 2002-2008.

n. Anggota Tim Konsultan Seni dan Bahasa dalam Audisi di Stasiun Televisi

Swasta Jawa Timur Jtv tahun 2005-2008.

o. Pengisi acara sebagai bintang tamu Bidang Sastra Jawa di Delta FM Radio

tahun 2005-2008.

2. Trinil S. Setyowati dalam Beberapa Karyanya

Trinil S. Setyowati seorang pengarang yang banyak menghasilkan karya

baik dalam bentuk novel, cerkak, geguritan, crita sambung, artikel, wacan bocah

yang dimuat di majalah Jayabaya, Tabloid Bromo, majalah Kidung, majalah

Panjebar Semangat dan lain-lain. Sejak SMP Trinil S. Setyowati telah

menunjukkan bakatnya sebagai penulis dengan menjadi Juara II Menulis Esai

Kepahlawanan antar siswa SMP se Kotamadya Surabaya Tahun 1980. Selain itu,

Trinil S Setyowati menjadi Juara II Lomba Baca Puisi tingkat SMA Swasta se

Kotamadya Surabaya Tahun 1984.

a. Kejuaraan seni yang diraih:

1. Juara I Lomba Tari Tunggal Gaya Surakarta antarsiswa SMA Yayasan

Tritunggal Surabaya tahun 1983.

2. Juara I Lomba folk-song tingkat SMA swasta Kotamadya Surabaya tahun

1984.

Page 43: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3. Juara II Lomba Drama 5 Kota se Jawa Timur di Surabaya tahun 1984.

4. Pemeran Utama Siwuk dalam Drama Teater berjudul Rumah Tak Beratap

pada Pekan Teater Nasional Jakarta Tahun 1986.

5. Juara I mencipta Tari Musim Hujan untuk lomba tarianak TK se-Jawa

Timur yang diselenggarakan oleh Yayasan Taman Gembira tahun 1988.

6. Juara II Lomba Tari Remo Ikatan Guru-Guru TK se Jawa Timur tahun

1998.

7. Terpilih sebagai 5 Penari Topeng bersama Bina Tari Jatim dalam East

Java Musk Evening di Majapahit-Oriental Hotel Surabaya tahun 2000.

b. Karya-karya sastranya yang berupa artikel diantaranya:

1. Artikel Seni Pertura tentang ”Seniman Topeng Dalang Sumenep”,

Kepuasan Non Komersial Majalah Kidung Edisi V tahun 2000 Penerbit:

Dewan Kesenian Jawa Timur.

2. Artikel ”Pendidikan tentang ”Penbelajaran TK menurut DR. Karin

Villien”, seorang ahli TK dari Denmark, Metode Pendidikan Ing

Indonesia Isih Tradisonal Majalah Jayabaya edisi 43 tahun 2001 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

3. Artikel Pendidikan tentang ”Pembelajaran Musik Menurut M. Ikhsan”,

Bocah Aja Ditarget Mundhak Korslet Majalah Jayabaya Edisi 49 tahun

2001 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.

4. Artikel Budaya tentang ”Analisis Sejarah Tari dan Obsesi Konservatif”,

Bedhaya Ujung Galu” Majalah Jayabaya Edisi 13 tahun 2001 Penerbit:

Yayasan Djojoboyo- Surabaya.

Page 44: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

5. Artikel Pendidikan tentang ”Media Ajar PBS UNESA”, Wigatine Seni

Tumrap Transparansi Majalah Jayabaya Edisi 21 Tahun 2001 Penerbit:

Yayasan Djoyobojo-Surabaya.

6. Artikel Sastra tentang ”Gaya Kesastraan Taufik Ismail”, Taufik Ismail Isin

dadi Wong Indonesia Majalah Panjebar Semangat tahun 2002 Penerbit:

PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

7. Artikel Pendidikan tentang ”Kepemimpinan Wanita Menurut Hasniah

Aziz", Wanita Kudu Adil Lan Wicaksana Majalah Jayabaya Edisi 19

tahun 2002 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.

8. Artikel Pendidikan tentang ”Emansipasi menurut Ketua PSW UNESA”,

Antarane Patriarkhisme lan Feminisme Majalah Jayabaya Edisi 30 tahun

2002 Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.

9. Artikel Sastra mengenai ”Tinjauan Sastra Jawa menurut Suparto Brata”,

Sastra Jawa Ngenteni Dipernis Majalah Jayabaya Edisi 51 tahun 2003

Penerbit: Yayasan Djojobojo-Surabaya.

c. Karya –karya sastranya yang berupa buku di antaranya :

1. Buku ”Antologi Puisi Jawa”, Kabar Saka Bendul Merisi tahun 2001

Penerbit: Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya.

2. Buku ”Kumpulan Cerita Anak”, Kasih Sayang Yang Tak Padam tahun

2002 Penerbit: Pilar Bambu Kuning – Surabaya.

3. Buku ”Antologi Puisi Jawa” Sub dialek Surabaya-an, Donga Kembang

Waru tahun 2004 Penerbit Cantrik-Malang.

Page 45: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

4. Buku ”Kumpulan Puisi Penyair Indonesia”, Pesona Gemilang Musim

tahun 2004 Penerbit: Himpunan Perempuan Seni Budaya- Pekanbaru.

5. Buku ”Antologi Cerita Anak Berbahasa Jawa Baku”, Timbil tahun 2006

Penerbit: Forum Bersama Sastra-Balai Bahasa Surabaya.

6. ”Buku Ajar bagi Mata Kuliah Pendidikan Seni Tari dan Koreografi untuk

Anak Taman Kanak-Kanak Progam Pendidikan Guru Taman Kanak-

Kanak”.

7. Pendidikan Seni Tari dan Koreografi untuk Anak Taman Kanak-Kanak

tahun 2007 Penerbit: Unipres- Universitas Negeri Surabaya.

8. Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Timur, Cerita Rakyat Jember tahun 2007

Penerbit: Grasindo-Jakarta.

9. Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Timur, Cerita Rakyat Magetan tahun

2007 Penerbit: Grasindo-Jakarta.

10. Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Tengah, Putri Limaran tahun 2007

Penerbit Grasindo-Jakarta.

11. Buku Serial Cerita Rakyat Jawa Tengah, Ki Ageng Selo tahun 2007

Penerbit Grasindo-Jakarta.

12. Novel Berbahasa Jawa Sub-dialek Surabaya, Sarunge Jagung tahun 2005

Penerbit Yayasan Sasmita Budaya-Sragen Jawa Tengah.

d. Karya –karya sastranya yang berupa cerkak di antaranya :

1. Es Kuncritan dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1998 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

Page 46: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2. Timbil dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1998 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

3. Bule Kuwalat dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

4. Wedang Mandiri dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

5. Keket Diucuk Kaok dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

6. Wiring Kuning dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

7. Foto Grafer dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

8. Kadho dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

9. Enggar dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 1999 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

10. Limasan dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

11. Sepedhah lan Tamiya dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

12. Aku ilang dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

Page 47: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

13. Jeruk Saka Mbok Dhe dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000

Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

14. Ayamipun, Bu! dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

15. Nginang dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2000 Penerbit:

PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

16. Ari-Ari dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2000 Penerbit: PT

Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

17. Jubah Putih dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2001

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

18. Kalung Kembang Mlathi dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001

Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

19. Jawatan Mawut dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

20. Supinah dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

21. Bathik Prada dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2001 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

22. Gedhong Rancak dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2002 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

23. Dadi Sri Kandhi dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2002 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

Page 48: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

24. Kapster Saly dalam Majalah Kidung terbit tahun 2000 Penerbit: Dewan

Kesenian Jawa Timur.

25. Kidung Sumarah dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2001

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

26. Temen Tah Koenku Tik dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun

2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

27. Hera-Hera dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2006 Penerbit:

PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

28. Genta Sragen dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2005

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

29. Dosenku Matahari dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2006 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

30. Romy oh Romy dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

31. Surat Kembar dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

32. Ngandhuh dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2008 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

33. Kleleb dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2007 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

e. Karya –karya sastranya yang berupa geguritan di antaranya :

1. Sepahan Jambe dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000 Penerbit:

Yayasan Djojobojo- Surabaya.

Page 49: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Marang Panggurit Ole dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2000

Penerbit: Yayasan Djojobojo- Surabaya.

3. Modhol Morot S. J. dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

4. Donga Kembang Waru dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun

2002 Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

5. Ulang Tahun dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

6. Marang Pucuk Tebu dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

7. Cundhuk Kapuk dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

8. Ketanggor Carang dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2003

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

9. Ketan, Salak, Suket dalam News Surabaya Pos tahun 2003.

10. Ndika Iyup-iyupan Kula dalam News Surabaya Pos tahun 2003.

11. Getih Nang Treteg dalam News Surabaya Pos tahun 2003.

12. Bobur Watu dalam News Surabaya Pos tahun 2003.

13. Merak Alas dalam Buku Sastra Campur Sari Festifal Cak Darasin

Wayang.

14. Godhong Rancak dalam Buku ”Sastra Campur Sari” Festifal Cak Darasin

Wayang.

Page 50: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

15. Olah Opo Nanggap dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

16. Tangan Melok Sega dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2005

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

17. Pucuk Tebu Sidoarjo dalam Majalah Panjebar Semangat terbit tahun 2002

Penerbit: PT Pancaran Semangat Jaya-Surabaya.

18. Karuk Pelem dalam Buku ”Sastra Campur Sari” Festifal Cak Darasin

Wayang.

19. Lo Kok Koen Min? dalam Jawa Pos Tahun 2006.

20. Lepet 13 Iji dalam Majalah Jayabaya terbit tahun 2004 Penerbit: Yayasan

Djojobojo- Surabaya.

21. Sura Wanu Bayu Pati dalam News Surabaya Pos tahun 2004.

22. Wong-Wong Undhakan dalam News Surabaya Pos tahun 2004.

23. Dalan Karet dalam News Surabaya Pos tahun 2004.

24. Ngitung Dhuwik Nang Pinggir Kali dalam News Surabaya Pos tahun

2004.

25. Sipit Pinter Ubet dalam News Surabaya Pos tahun 2004.

Page 51: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Analisis Struktural Novel Sarunge Jagung

Karya Trinil S. Setyowati

Pengarang dalam membuat karya sastra berbentuk novel, harus

memperhatikan unsur-unsur yang membangun cerita di dalam karyanya itu.

Kesinambungan antar unsur-unsur cerita dalam karya sastra akan diperoleh

gambaran keseluruhan cerita secara utuh, dengan demikian pengarang

memerlukan kecermatan dalam memilih hal-hal yang bermanfaat dalam

panyampaian maksud dan tujuan cerita tersebut.

Analisis struktural tidak dapat ditinggalkan, karena tanpa struktural maka

keseluruhan dalam karya sastra tidak dapat terungkap, seperti penokohan, tema,

amanat, dan lain-lain. Analisis struktural dalam karya sastra digunakan untuk

membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti, dan mendetail bagaimana

keterkaitan dan keterjalinan unsur-unsur dan aspek-aspek sastra, yang sama-sama

menghasilkan makna menyeluruh.

Permasalahan dapat digaris bawahi bahwa struktural karya sastra meliputi

tema, amanat, alur, setting, dan penokohan, merupakan unsur yang padu dalam

karya sastra. Sebelum melangkah kepada pembahasan kritik sastra feminis sastra

penelitian ini lebih dahulu membahas struktural cerita novel Sarunge Jagung.

1. Tema

Setiap karya sastra yang diciptakan oleh pengarang pasti memiliki tema

tertentu sasuai dengan keinginan pengarangnya. Tema inilah yang akan menjadi

dasar cerita yang akhirnya dikembangkan menjadi sebuah karya sastra.

Page 52: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tema yang mendasari cerita novel Sarunge Jagung adalah feminis;

tentang perjuangan dan idealisme seorang wanita Jawa yang tidak kalah dalam

hal pendidikan dan pekerjaan dengan kaum lelaki walaupun dilanda permasalahan

dalam mencari pasangan hidup.

Tema tersebut disimpulkan dari beberapa pertimbangan antara lain

masalah-masalah tambahan yang muncul juga berkaitan dengan daya dongkrak

feminisme dalam masyarakat yaitu usaha-usaha Ratri sebagai seorang wanita

yang ingin diakui bahwa dia bukan wanita yang lemah. Selain itu juga

mempertimbangkan tentang klimaks dari novel Sarunge Jagung yang

menunjukkan usaha-usaha Ratri sebagai wanita Jawa yang pantang menyerah

menghadapi hidup. Dia ingin menunjukkan bahwa wanita juga dapat berkarya

tanpa bergantung kepada laki-laki.

2. Amanat

Setiap karya sastra pada dasarnya mengemban suatu misi dari pengarang

untuk pembacanya. Misi tersebut berupa suatu keadaan yang dicita-citakan pengarang

sebagai perwujudan suara batinnya yang berbicara kepada masyarakat sebagai

objek sasarannya.

Amanat yang dituangkan oleh pengarang dalam novel Sarunge Jagung

tidak hanya satu saja melainkan ada beberapa amanat yang akan ditengahkan

penulis adalah sebagai berikut ini.

Kerukunan merupakan suatu elemen yang terdapat di lingkungan sosial

masyarakat. Ratri seorang warga yang baik dia juga suka membantu terhadap

keluarganya sendiri, dia di kampungnya juga aktif dalam kepengurusan karang

Page 53: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

taruna sehingga para remaja karang taruna pada waktu pertunangan Ratri dengan

Bagus semua remaja karang taruna datang untuk membantu proses acara

pertunangan hingga selesai.

Kutipan:

“Kabeh wis dicepakna tharik-tharik ndhuk piring kertas gilap, ngombene ya

wis dicublesi sedhotan kabeh ambek paku, mergane tutupe kempyeng, nik gak

dibolongi nggae paku ya gak mangsa. Sing laden sik pernah dulur-dulur Ratri

dhewe, ya misanan ya mindhoan, ayu-ayu ya nggantheng-nggantheng. Arek

karang taruna ya tumplek bleg ndhuk omahe Ratri kabeh, melok tandang gae

kabeh, soale Ratri ndhuk kampung ya aktip ngurusi karang taruna.”(hal: 24)

Terjemahan:

Semua sudah disiapkan semua di atas piring kertas berkilau, minumnya juga

sudah dilubangi memakai paku, karena tutupnya memakai bahan logam, kalau

tidak dilubangi memakai paku sedotan tidak bisa masuk ke dalam minuman.

Yang membantu saudara-saudaranya Ratri sendiri, ada dari saudara jauh dan

keponakan, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak karang taruna semuanya

juga datang kerumah Ratri untuk membantu semuanya, karena Ratri di

kampung juga aktif dalam kepengurusan karang taruna.

Dari kutipan di atas kerukunan di dalam masyarakat sangat penting karena

hidup di dalam masyarakat kita tidak rukun dengan tetangga maka kita tidak akan

dibantu apabila mengalami kesusahan.

Dalam hubungan dengan seseorang kita harus bisa menjaga dengan baik,

tokoh Ratri memberi cerminan terhadap kita bahwa apabila kita suka terhadap

seseorang, tidak boleh terlalu berlebihan dan bisa mengendalikan diri agar tidak

terjadi celaka dikemudian hari.

Kutipan:

”Tapine gak Wid thok, Ratri ya ruh patrape wong nang kantor. Karo-karo

cepet badhare, eling kiwa tengene, rasa kangen dipangan sak cokupe, gak

diwaregi, angger wis ecip atine wis ayem.”

Page 54: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

”Semono uga nik nang omahe Wid. Ibarate wong mangan gak tau ditotug-

totugna. Ratri mesthi nguwisi dhisik sakdurunge kerasa wareg. Ratri getapan,

mulane pinter nggarahi ya pinter mungkasi”. (hal: 89)

Terjemahan:

”Ternyata tidak hanya Wid saja, Ratri juga tahu aturan apalagi di kantor.

Cepat-cepat ingat, tahu kanan kirinya, rasa kangen dimakan secukupnya, tidak

dikenyangi, yang penting sudah merasakan hati ini sudah senang.”

”Itu juga terjadi sewaktu di rumah Wid juga. Ibaratnya orang makan tidak

pernah sampai diselesaikan. Ratri mesti selesai terlebih dahulu sebelum

merasa kenyang. Ratri cekatan, makanya pintar memulai juga pintar

menyelesaikannya.”

Dari kutipan di atas terlihat bagaimana cerminan tokoh Ratri untuk kita,

apabila kita yang memulai dengan baik maka kita yang harus mengakhiri dengan

baik juga.

Berusaha sebaik mungkin dan bekerja keras dalam hidup dengan jalan

yang benar dengan disertai berdoa merupakan amanat yang baik karena dunia

merupakan tempat kita untuk belajar bagaimana untuk hidup yang baik dan kita

kehendaki.

Kutipan:

”Angger nggarap lomba tari sing digagasi ”Aku kudu isok, wong ilmu ketok!

Kenek digoleki, kenek disinaoni. Angger dalane bener, tepak, kersaning Allah

aku isoh oleh. Garapanku mesthi katut, kadhung orip aku kudu ngatog pisan,

cincang-cicing gak worung kebloh, aluwung dijeguri pisan niyat madhep

mantep”. Iku tekade Ratri.” (hal: 104)

Terjemahan:

”Setiap menggarap lomba tari yang ada di dalam pikiran ”Aku harus bisa,

ilmu itu kelihatan! Bisa dicari, bisa dipelajari. Yang penting jalannya benar,

untuk mencapainya dengan izin Tuhan maka aku bisa. Garapanku pasti ikut,

terlajur hidup aku harus bersungguh-sungguh sekalian, cuma bermain air

nantinya juga basah semua, mendingan mencebur sekalian saja sudah mantap

niatnya”. Itu tekad Ratri.”

Page 55: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Usaha dan tekad yang kuat adalah modal utama dalam mencari sebuah

kemenangan. Tokoh Ratri dalam kutipan di atas membarikan dorongan untuk kita

agar belajar lebih giat lagi dengan ilmu yang kita pelajari karena sudah terlanjur

kita mempelajarinya maka harus dengan sungguh-sungguh mempelajari dan

memanfaatkan ilmu yang kita miliki. Jadi, jika kita menginginkan hal yang

terbaik bagi diri kita, maka kita harus berusaha sebaik mungkin untuk

mendapatkannya.

Setiap bangsa mempunyai kebudayaan. Seperti halnya pada budaya Jawa

di Indonesia. Tokoh Ratri memberikan gambaran bahwa kita jangan melupakan

kebudayaan yang ada. Karena kebudayaan pun merupakan warisan dan jati diri

suatu bangsa.

Kutipan:

”Aku gelem nyindhen iku mergane aku isok, Gus, aku kepingin kabeh ngerti

nek aku generasi mudha sing piawai, serba bisa, siap tempur, masiya tah

duduk tentara. La sing paling penting aku iku generasi mudha sing bangga

nang budhaya teka tanah kelahiranku dhewe. Nik aku isin Gus, isok nyanyi

lagu Barat kok nembang Jawa gak isok, ngerep isok kok Jula-Juli gak ngerti.”

(hal: 5)

Terjemahan:

”Aku mau nyindhen itu karena aku bisa, Gus, aku ingin semua tahu kalau aku

generasi muda yang piawai, bisa, siap tempur walaupun bukan tentara. Yang

paling penting aku adalah generasi muda yang bangga dengan budaya dari

tanah kelahiranku sendiri. Kalau aku malu Gus, bisa menyanyi Barat tapi

nembang Jawa tidak bisa, ngerep bisa tapi Jula-Juli tidak tahu.” (hal: 5)

Amanat yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung ini memberikan

sebuah pesan yang diharapkan dapat mengena di seluruh lapisan masyarakat.

Saling bertenggang rasa dalam bermasyarakat, berusaha sebaik-baiknya dalam

Page 56: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

menggapai cita-cita disertai dengan tekad yang kuat dan doa serta kebudayaan

jangan ditinggalkan karena kebudayaan merupakan jati diri suatu bangsa.

3. Alur

Sebuah karya sastra dapat dipahami isinya karena adanya alur yang tersusun

dan merupakan kesatuan rangkaian jalan cerita yang memiliki keruntutan. Alur yang

baik adalah alur yang dapat membantu mengungkapkan tema dan amanat dari

peristiwa-peristiwa serta adanya hubungan kausalitas (sebab akibat) yang wajar

antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain

Alur atau plot merupakan struktur rangkaian kejadian atau peristiwa dalam

sebuah cerita yang disusun secara logis atau tidak terputus-putus, maka suatu

kejadian dalam cerita manjadi sebab atau akibat dari kejadian-kejadian lain. Alur

dibagi menjadi 5 bagian sebagai berikut:

a. Situation (tahap penggambaran suatu keadaan)

Dalam novel Sarunge Jagung membuka cerita dengan menceritakan

tentang kehidupan masa kecil Enggar Jemparing Kusumaratri tapi biasa dipanggil

Ratri pada waktu sekolah dasar, yang pandai menari, menyanyi, dan bermain

drama.

Kutipan:

”Kait cilik jik SD biyen pancen Ratri ya wis longguh-longguh ndhuk taman

iku, nek leren merga kesel latihan nari utawa rekaman lagu dolanane arek

cilik mbarek Pak Broto guru narine. Liyane pinter nari pancen swarane Ratri

ya enak barang, nik dijak maen drama Ratri ya mesthi oleh peran penting.”

(hal: 1)

Page 57: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Terjemahan:

Sudah dari kecil pada waktu sekolah SD Ratri sering duduk-duduk di taman

itu, biasanya kalau sehabis kecapekan latihan menari atau rekaman lagu

maianan untuk anak kecil dengan guru tari yang bernama Pak Broto. Selain

pintar menari Ratri mempunyai suara enak didengar, kalau diajak bermain

drama pasti Ratri mendapat peran penting.

Alur cerita selanjutnya ketika Ratri sudah bersekolah di perguruan tinggi

yang mempunyai kekasih yang bernama Bagus Rendra Pratama pekerjanya

sebagai tentara meskipun pangkat baru sersan sekaligus anak rektor kampus di

Surabaya tempat Ratri kuliah. Sebenarnya Ratri tidak terlalu suka dengan Bagus,

karena orang tua Ratri lebih setuju anak perempuannya mendapat jodoh seorang

yang mempunyai masa depan yang jelas serta Bagus ternyata juga tidak terlalu

suka dengan kemampuan Ratri yang bisa menari, bermain drama, dan baca puisi.

Kutipan:

”Asline Ratri gak pati ngesir, tapi wong ibu-bapake Ratri koyoke setuju, Ratri

malih mekir-mekir maneh, mergane angger didhayohi kanca lanang, ibuk-

bapake Ratri mesthi sengkot-sengkot gak setuju bareng iku anake wong

gedhe, kok ngekeki angin. Ratri malih eling omongane ibuke biyen.”

”Nik Bagus iku ya apik, Tri, mbok gae temenan. Anake wong genah, masa

depane ya jelas. Golek sing apa maneh koen iku? Salah-salah ketlenyok sing

bongkeng koen engkuk!”.

”Pas ngono iku Ratri ya pas nangis mergane bengung katene nampa

lamarane Bagus Rendra Pratama. Mangka Bagus iku kanca sekolahe SMA,

Ratri ngreti nek Bagus iku gak alirane wong seni. Gak tau ngreken masiya

Ratri menang lomba nari, lomba drama, lomba nyanyi utawa baca puisi. Nik

pethuk ya mek pelajaran sekolah thok sing diomongna. Paling-paling

dibumboni, ”Tri aku kangen mbek koen”. (hal: 3)

Terjemahan:

Sebenarnya Ratri tidak terlalu suka, tapi bagaimana lagi ibu dan bapaknya

sepertinya setuju, Ratri kemudian berpikir-pikir kembali, karena setiap

didatangi teman laki-laki, ibu dan bapak Ratri selalu cemberut tidak setuju

setelah tahu itu anaknya orang yang mempunyai derajat tinggi, malah diberi

kesempatan, Ratri kemudian ingat omongan ibunya dulu.”

Page 58: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

”Kalau Bagus itu juga baik, Tri, kalau bisa sungguh-sungguh. Anaknya orang

yang jelas, masa depannya juga jelas. Mencari yang mana lagi kamu itu?

Salah-salah dapat yang buruk nanti kamu sengsara!”.

”Pada waktu itu juga Ratri menangis karena bingung karena setelah menerima

lamaran dari Bagus Rendra Pratama itu adalah teman sekolah SMA, Ratri

tahu kalau Bagus itu tidak aliran orang seni. Tidak pernah mau tahu meskipun

Ratri menang lomba nari, lomba drama, lomba nyanyi utawa baca pusisi.

Kalau berjumpa pembicaraannya hanya tentang pelajaran sekolah saja.

Paling-paling dibumbui, ”Tri aku kangen sama kamu”.

Keputusan Ratri untuk membatalkan pernikahan meskipun sudah

bertunangan dikarenakan keluarga orang tua Bagus tidak suka apabila mendapat

menantu dari keluarga budaya Jawa, kecuali ayah Bagus yang mempunyai

pendidikan tinggi sehingga tahu dan mengerti akan budaya Jawa. Orang tua Ratri

yang tidak tahu duduk permasalahan, marah-marah terhadap Ratri karena

membatalkan perkawinan, tapi setelah diberitahu Ratri duduk permasalahannya,

akhirnya mereka mendukung keputusan Ratri untuk membatalkan perkawinan

anaknya.

Kutipan:

“Cangklongan tase didhukna teka pundhake, “Ngeten, lho, Pak. Kula niki

mboten tukaran kalih Bagus. Kula mek tangklet, umpama kula buyar kalih

Bagus ngoten yok napa?” Ratri ngomong kalem-kalem.”

“Bapake kokur-kokur dhiluk, ambegan landhung terus nyauri, “Paling-paling

ya isin ae mbek sesepuh kampung wong tukar cincine biyen ae Lurah sak RW-

RW ne teka, nyekseni kabeh kok gak sida iku lo…”

“Ratri langsung nyaut tase maneh karo ngadeg terus karo mbungkuk

nyidhekna nang kupinge bapake, “Nek ngoten niku mboten sepinten Pak. Sik

isin kula! Diremehna tiyang! Dupeh awak dhewe wong gak duwe pangkat

dhukur. Critane dawa, Pak. Pokoke intine mamine Bagus niku wong Jawa

ilang Jawane. Mboten seneng anake dipek wong Jawa kados awake dhewe

ngeten niki, dianggep tiyang kuna mawon, tiyang ndesit ketinggalan jaman.

Kula mboten katene nerusaken orip kalih Bagus. Suwe-suwe kula niki dikira

ngiler barek kamulyane Bagus. Niki kula, sori mawon, Pak! Masiya awake

dhewe wong gak duwe motor muluk, tapi duwe kehormatan”.

Page 59: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Terjemahan:

“Tas diturunkan dari pundak Ratri, “Begini, lo, Pak. Saya itu tidak bertengkar

dengan Bagus. Saya hanya mau bertanya, seumpama saya tidak jadi menikah

dengan Bagus bagaimana?” Ratri berbicara dengan nada pelan.”

“Si bapak menggaruk-garuk sebentar, bernafas panjang terus berbicara,

“Paling-paling ya malu saja terhadap sesepuh kampung, karena pada waktu

tukar cincin dulu Lurah dan RW-RW juga datang, semua menjadi saksi kok

akhirnya tidak jadi begitu…”.

“Ratri langsung mengambil tasnya lagi sambil berdiri terus sambil

membungkuk berbicara dekat telinga bapaknya, “Kalau begitu tidak

sebanding Pak. Masih malu saya! Diremehkan orang! Karena kita orang yang

tidak mempunyai pangkat tinggi. Ceritanya panjang, Pak. Pokoknya intinya

maminya Bagus itu orang Jawa yang hilang Jawanya. Tidak suka kalau

anaknya menjadi suami orang Jawa seperti kita ini, dianggap orang kuna saja,

orang ndeso yang ketinggalan jaman. Saya tidak mau meneruskan hidup

dengan Bagus. Lama-lama saya itu dikira ngiler terhadap kekayaannya Bagus.

Kalau saya, sori aja, Pak! Meskipun kita orang tidak mempunyai kendaraan

yang bagus-bagus, tapi kita punya kehormatan”.

Dari keputusan tersebut membuat Ratri menjadi lebih dewasa dalam

menentukan keputusan bahwa wanita tidak hanya sebagai kaum yang selalu kalah

dari kaum laki-laki, peristiwa ini merupakan tahap pembukaan cerita menuju ke

cerita yang lebih kompleks. Cerita berikutnya akan lebih rumit dengan adanya

konflik-konflik dalam kehidupan.

b. Generating Circums tances (tahap pemunculan konflik)

Pengarang melanjutkan suatu pristiwa menuju permasalahan yang lebih

kompleks. Pengarang menggambarkan cerita ke bagian yang lebih rumit. Ketika

Ratri putus hubungan dengan Bagus, Ratri seakan-akan lepas dari semua beban

yang dideritanya. Kemudian Ratri bertemu dengan Waskito seorang dosen swasta

di tempat Ratri kuliah, sebenarnya Waskito suka dengan Ratri tetapi Waskito

menganggap Ratri sebagai anaknya demikian juga dengan Ratri menganggap

Waskito sebagai seorang bapak.

Page 60: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Peristiwa dalam cerita ini menarik ketika pembicaraan Waskito dan orang

tua Ratri saat menghadiri acara wisuda Ratri, Waskito ditanya oleh orang tua

Ratri tentang kehidupannya kalau Waskito itu seorang duda beranak satu yang

istrinya meninggal ketika melahirkan dan disuruh untuk menikah lagi. Dari

pembicaraan antara Waskito dan orang tua Ratri, kelihatan bahwa kalau

sebenarnya Waskito agak malu untuk menjawab tetapi dengan spontan Waskito

berbicara kalau sebenarnya ingin mempersunting Ratri sebagai istrinya dengan

menggunakan bahasa kias.

Kutipan:

“Nuwun sewu, lo, Pak. Ibuke Ratri niku wonten-wonten mawon ingkang

dipuntangkletaken. Tamtunipun Pak Waskito rak nggih sampun kagungan

calon, ta, nggih, Pak?”

”Waskito durung kober nyauri, ibuke Ratri wis takon maneh.”

”Lare Mediun, ta Pak?”

”Estunipun dereng gadhah, kok, Pak, Bu. Menawi wonten idzining Allah,

kepareng kula ngentosi prawan etan kali kemawon”. Bapak ibuke Ratri rada

kaget, delok-delokan, mbedhek-mbedhek, apa prawan etan kali iku Ratri, sing

dikarepna? (hal: 74)

Terjemahan:

”Maaf, lo, pak. Ibunya Ratri itu ada-ada saja yang ditanyakan. Tentunya Pak

Waskito sudah punya calon kan, Pak?”

”Waskito belum sempat menjawab, ibunya Ratri sudah bertanya lagi.”

”Sebenarnya saya belum punya calon, kok, Pak, Bu. Tetapi kalau ada izin dari

Allah, bolehkah saya menunggu gadis perawan timur sungai saja”. Bapak

ibuke Ratri agak kaget, saling lihat-lihatan, mengira-ira, apa perawan timur

sungai itu Ratri, yang diingingkan Waskito?

Dan setelah selesai dari acara wisuda Ratri dan kedua orang tuanya pergi

untuk merayakannya ke sebuah warung makan bakso dengan mengendarai mobil,

tiba-tiba sopir tidak bisa ikut dikarenakan istrinya sedang melahirkan, tidak

disangka Waskito datang kemudian menawarkan bantuan untuk Waskito saja

Page 61: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

yang menyetir, karena bapaknya Ratri belum pandai mengendarai mobil. Sewaktu

ke empat orang tersebut di dalam mobil semuanya tampak senang itu terlihat dari

raut muka yang selalu senyam-senyum entah apa yang membuat orang-orang

yang berada di dalam mobil itu merasa senang mungkin sesuai dengan apa yang

diinginkan. Dari peristiwa itu, alur selanjutnya dalam cerita ini agak meloncat

tokoh Waskito seolah-olah sudah tidak ada lagi ini semakin membuat ceritanya

lebih menarik dan membuat pembaca bertanya-tanya bagaimana selanjutnya

cerita ini.

c. Rising Action (konflik mulai berkembang)

Kondisi mencapai puncak sebagai klimaks dalam novel Sarunge Jagung

terjadi ketika Ratri disuruh menari oleh Lurah Jemur untuk mengisi acara

penerimaan penghargaan dari kotamadya karena telah menang juara satu lomba

penghijauan. Setelah acara selesai Ratri bertemu dengan seorang laki-laki yang

bernama Wid yang sebenaranya Wid itu adalah anak Lurah Jemur dan sebentar

lagi menggantikan bapaknya. Dari pertemuan itu Ratri jatuh cinta dengan Wid

juga sebaliknya Wid juga suka dengan Ratri, kemudian mereka berpacaran

selama satu setengah tahun.

Selama berpacaran selama satu setengah tahun Ratri dan Wid berjalan

dengan lancar tapi kemudian Ratri memutuskan untuk tidak lagi berhubungan

dengan Wid, karena Ratri dan Wid sama sibuk dengan aktivitas masing-masing,

Ratri yang sibuk pentas menari apalagi Wid mempunyai grup musik orkes

Melayu kalau setiap pentas Wid selalu ditemani oleh penyanyi wanita sehingga

Page 62: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

membuat Ratri cemburu. Keputusan ini malah membuat Ratri semakin tersiksa

karena sebenarnya Ratri sangat suka dengan Wid.

Kutipan:

”Rasa tresna? Ratri gragapan maneh, ”Oh, Gusti, apa iki rasane aku

nduweni rasa tresna nang wong lanang?” batine Rtari. Tapi apa gak kasep?

Wong Ratri wis kadung medhotna sesambungan? Lo lo lo lo lo...bok bok

bok......! Getun keduwung apa tambane, Rat? Lagek sakiki Ratri krasa sepi,

gak onok seng ngalem, gak onok sing nggandheng, gak onok sing nggregetna

atine Ratri, gak onok sing digodhani.”(hal: 98)

Terjemahan:

”Rasa suka? Ratri kembai terbangun kembali, ”Oh, Tuhan, apa ini rasanya

aku mempunyai rasa suka dengan seorang lelaki?” batinnya Ratri. Tapi apa

tidak terlanjur? Kalau Ratri sudah terlanjur memutuskan hubungan? Lo lo lo

lo lo...bok bok bok bok......! Sudah terlajur kecewa apa obatnya, Rat? Baru

sekarang ini Ratri merasa kesepian, tidak ada yang memuji, tidak ada yang

menggandeng, tidak ada yang bisa membuat greget hati Ratri, tidak ada yang

digoda.”

Ratri semakin tersiksa setelah dia memutuskan hubungan dengan Wid,

sebenarnya di dalam hati Ratri yang paling dalam dia ingin kembali merakit

hubungan dengan Wid tetapi nasi sudah menjadi bubur dan tidak bisa dulang

kembali.

Kutipan:

”Eh! Gendheng, bekne! Ratri nglabrak awake dhewe. Wong wis dibuwak kok

diarep-arep balike maneh, ya tangeh lamun, Rat! Gak! Ratri gak oleh ngarep-

arep sing enggak-enggak! Uwong sing digugu apane? Lak ya cangkeme, se?

Mangkene tah, nik wis pedhot, ya pedhot, gak usah didondomi maneh.

Salahmu dhewe, gak usah digetuni maneh. Batine Ratri umeg.” (hal: 98-99)

Terjemahan:

”Eh! Gila, ternyata! Ratri memarahi dirinya sendiri. Kalau sudah dibuang kok

diharap-harap kembali lagi, ya tidak bakal bisa, Rat! Gak! Ratri tidak boleh

mengharap-harap yang tidak-tidak! Orang itu yang dipercaya apanya? Ya

bibirnya (ucapannya), kan? Makanya, kalau sudah putus, ya putus, tidak usah

Page 63: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dirajut kembali. Salahmu sendiri, tidak usah kecewa lagi. Dalam batin Ratri

berkecamuk.

d. Climax (mencapai titik puncak)

Pengarang mengambarkan titik puncak dari peristiwa dan masalah yang

terjadi. Ratri sangat sedih sekali karena telah memutuskan hubungan dengan Wid

sampai Ratri jatuh sakit dan mengharap Wid datang untuk menjenguk dan

meminta Ratri kembali menjadi pacaranya.

Hal ini memuncak ketika Wid datang kerumah Ratri untuk meminta Ratri

menari di acara pernikahan Wid. Hati Ratri hancur dan sedih sekali karena

mendengar langsung dari Wid, tetapi malah seolah-olah Ratri bersikap tenang.

Kutipan:

“Aku pingin awakmu nari karonsih kanggo mantenanku. Dadi kades teladhan

diobrak-obrak wong ae dikongkon ndang rabi, he? Ya wis tak lakkoni ae,

mompung onok sing gelem, kathik kabeh wis disiyapna kana, hare?”

“Ratri koyok disamber bledheg rasane, awake lemes, kringete ambrol! Tapi

akinge digawe tenang, koyok gak ngreken ae.” (hal: 100)

Terjemahan:

“Aku mau kamu menari untuk acara pernikahanku. Menjadi kades teladan

diobrak-obrak banyak orang untuk disuruh menikah, ha? Ya sudah aku

jalankan saja, mumpung ada yang mau, apalagi semua sudah dipersiapkan

semua, hayo?”

“Ratri seperti disambar petir hatinya, badannya lemas, keringatnya keluar!

Tetapi aktingnya dibuat tenang, seperti tidak memperhatikan saja.”

Pada saat pernikahan Wid, Ratri datang untuk menari tapi pada saat

memasukkan kalung melati pada leher Wid, Ratri jatuh pingsan, kemudian

dibawa oleh temannya. Setelah sadar Ratri langsung pulang tanpa berpamitan,

Page 64: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

pada saat di jalan Ratri malah ngebut karena dia ingin lepas dari bayang-bayang

Wid.

Kutipan:

”Ratri gak ngreken, gase dipol sak kuwate apa maneh iku jam sepoluh bengi

dalan A. Yani wis rodok sepi. Ratri kepingin mecah bengi iku, mecah atine,

ngorahi jiwane teka lelangenane ambek Wid. Ratri kepingin ngguwak kabeh

perih atine, resik gasik uripe teka pengangen-angene arek lanang sing

jenenge Merak Badra Waharuyung sing diceluki Mas Wad-Mas Wid iku.”

(hal: 102)

Terjemahan:

”Ratri tidak menggubris, gas ditancap sekuatnya apalagi jam sepuluh malam

jalan A. Yani sudah agak sepi. Ratri ingin memecah malam itu, mecah

hatinya, membersihkan jiwanya dari pikirannya dengan Wid. Ratri

berkeinginan membuang semua pedih hatinya, bersih hidupnya dari pikiran-

pikiran anak lelaki yang bernama Merak Badra Waharuyung yang dipanggil

Mas Wad-Mas Wid itu.”

e. Denoument (tahap penyelesaian)

Pengarang memberikan pemecahan dari semua pristiwa, masalah-masalah

dalam cerita menuju penyelesaian. Penyelesaian masalah yang terdapat dalam

novel Sarunge Jagung adalah pada akhirnya Ratri menikah dengan Waskito.

Pertemuan mereka berdua secara tidak sengaja di SMA swasta Kristen. Ketika itu

Ratri sedang melamar pekerjaan sebagai guru tari dengan berbagai macam tes

Ratri lulus, kemudian Ratri disuruh menghadap kepala sekolah untuk tes

wawancara pada saat tes wawancara ternyata ada pembicaraan bahwa yang

mengajar musik karawitan adalah Pak Waskito, Ratri bertanya-tanya dalam hati

apakah itu dosennya dulu yang sudah dianggap seperti bapaknya sendiri.

Page 65: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Kutipan:

“Karawitane sinten, Pak, ingkang nyepeng?”

”Anu, Pak Waskito. Nanging mboten tamtu, amargi Pak Waskito asring

tindak luar negri”. ”Mucal dhateng perguruan tinggi napa, kok”. Ratri rodok

gojag-gajeg, apa Pak Waskito sing wis dianggep koyok Bapake iku? Batine

Ratri.” (hal: 107)

Terjemahan:

”Yang mengajar musik karawitan siapa Pak?”

”Itu, Pak Waskito, tapi belum tentu, karena Pak Waskito sering pergi keluar

negri”. ”mengajar di Perguruan Tinggi apa, kok”. Ratri agak bertanya-tanya,

apakah Pak Waskito yang sudah dianggap seperti bapaknya itu? Dalam

batinnya Ratri.”

Ternyata benar apa yang ada dalam benak Ratri, Pak Waskito yang sudah

dianggap seperti bapaknya sendiri sedang latihan musik karawitan, kemudian

Ratri datang menghampiri. Waskito merasa gembira sekali karena sudah lama

tidak bertemu, tetapi rasa gembira itu ditahan karena banyak orang, tatapan

matanya biasa saja seperti guru dengan muridnya.

Kutipan:

”Oh, ya ketepakan. La iki ya pas latihan ngene. Ya wis, gek ndhang garapen,

wong lehku mulang tari-tari dadi kok, ora garapan. Gawe judhul apa, ta?”

Waskito sajakne ya rodok kemesar dhadhane wong wis suwe gak kepethuk.

Saking diempet ae wong onok wong akeh. Polatane digawe biyasa, koyok

saklumrahe murid karo gurune.” (hal: 108)

Terjemahan:

”Oh, ya pas sekali. Ini juga sedang latihan. Ya sudah, cepat latihan, aku di sini

mengajar tari-tarian yang sudah jadi bukan garapan. Buat judul apa, ta?”

Waskito sepetinya agak berdebar dadanya karena sudah lama tidak bertemu.

Ditahan saja rasa kangennya karena banyak orang banyak. Tatapan matanya

dibuat biasa, seperti sewajarnya antara guru dengan muridnya.”

Cerita ini diakhiri dengan Waskito melamar Ratri, Ratri menyetujui

lamaran tersebut, akhirnya Waskito pulang setelah empat bulan mengajar di luar

Page 66: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

negeri, Ratri dan Waskito menikah. Baru dua tahun menikah sudah dikaruniai

satu anak laki-laki, ternyata Ratri sudah mengandung lagi. Ratri menyuruh

Waskito untuk mengambil mangga yang belum matang ada di pohon depan

rumah. Sewaktu mengambil mangga Waskito mengeluarkan air mata teringat

akan masa lalunya ketika dia sedang jatuh cinta dengan Ratri yang penuh

perjuangan dan beratnya untuk mendapatkan cinta dari Ratri, ternyata Ratri yang

berada disampingnya juga ikut mengeluarkan air mata.

Kutipan:

”Waskito mbrebes mili eling ”Peleme selak dipangan codhot” biyen, tresnane

nang Ratri olehe ngempet patang taun, disidhem-sidhem, disingit-singitna.

Abot-abote nyengitna tresna, “Sarunge Jagung” arane klobot, tresna pancen

abot, mlaku sleyat-sleyot, nyabrang kali ditemah nguwot, mbelani peleme

selak dipangan codhot.”

”Lakok saiki wis mbobot maneh. Ratri dirangkul, dikekep, digothekna pelem

enom, ditumpangna nang wetenge Ratri.”

”E, dadakna Ratri ya mbrebes mili.”(hal: 117)

Terjemahan:

”Waskito menangis teringat ”manganya keburu dimakan burung codot” dulu,

menahan rasa cinta terhadap Ratri selama empat tahun, disimpan-simpan,

dijauh-jauhkan. Berat-beratnya menjauhkan rasa cinta, kulit pembungkus

jagung namanya klobot, jatuh cinta itu berat, berjalan tak menentu,

menyebrang sungai melewati jembatan kecil, memperjuangkan mangganya

keburu dimakan burung codot.”

”Sekarang sudah mengandung lagi. Ratri dirangkul, didekap, diambilkan

mangga yang belum matang, ditaruh di atas perutnya Ratri.”

”E, ternyata Ratri juga ikut menangis.”

Penjabaran alur dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati

tersebut dapat dilihat alur yang digunakan meliputi, alur lurus dan sorot balik.

Dalam penyusunan rentetan alur cerita, tidak semua mengunakan alur lurus atau

mundur. Secara garis besar, alur cerita terlihat lurus tetapi didalamnya terlihat

kilas balik. Alur dalam novel Sarunge Jagung menurut saya sangat baik, karena alur

Page 67: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

yang dimunculkan sangat mendukung dalam proses pengungkapan tema dan amanat

dari peristewa-peristiwa di dalam cerita dan ada hubungan sebab akibat yang jelas

antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.

4. Penokohan

Sebuah cerita pasti ada pelaku yang bertugas membawa tema cerita ke

suatu sasaran tertentu. Watak tokoh dapat diketahui dengan mengunakan teknik

pengembangan rupa pribadi atau watak diri pribadi. Pengarang dalam melukiskan

tokoh dengan mengunakan beberapa cara, tapi tidak semua perwatakan diterapkan

dalam analisis ini, melainkan hanya bagian-bagian tertentu yang terlihat dominan

mengambarkan sikap dan watak para tokohnya.

a. Ratri (Enggar Jemparing Kusumaratri)

1. Pyisical Description (bentuk lahir), Ratri merupakan wanita yang cantik jelita,

itu terlihat banyak laki-laki yang suka. Lihat kutipan berikut.

Kutipan:

“Angger arek lanang nom nyawang Ratri mesthi nontok. Paling thithik

nglerik pokoke. La yok apa, wong ancene Ratri iku suwejuk, lencir,

koning, rambute lurus ireng, didawakna, diore koyok sponsor shampo

ndhuk tipi-tipi ngono iku, lo. Salah matane sipit, irunge cilik tapi mbangir,

lincip, praene lancap. Koyok topeng Sekartaji ae. Mbahdok Ratri nik

ngarani koyok wayang golek Srikandhi.” (hal: 49)

Terjemahan:

“Setiap lelaki muda melihat Ratri pasti terkesima. Paling sedikit melirik

pokoknya. La bagaimana, memang Ratri itu enak dilihat, langsing,

kuning, rambutnya lurus hitam, panjang, diurai seperti iklan shampo di

televise. Matanya sipit, hidungnya kecil tapi mancung, raut mukanya

tegas. Seperti topeng Sekartaji saja. Neneknya kalau melihat Ratri seperti

wayang golek Srikandi.”

Page 68: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Terlihat jelas sekali bahwa tokoh Ratri digambarkan oleh pengarang

seorang wanita mempunyai tubuh yang proposional dan cantik jelita sampai-

sampai para anak-anak muda apabila melihat Ratri tergoda untuk

memilikinya.

2. Direct author analysis (watak tokoh), tokoh Ratri mempunyai watak yang

keras dalam artian berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan dengan jalan

bekerja keras dan berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan agar apa yang

diinginkan sesuai dengan yang diharapkan oleh Ratri.

Kutipan:

“Sakwise melok tes macem-macem nang kantor Dikbud, Ratri karek

negnteni pengumuman terkahir. Pas wulan pasa Ratri tambah sengkud

sujude nang Gustine, meh ben bengi sembayang jam rolas pas, persasat

gak tau turu. Ibuk-bapake Ratri ngantek ngrasani, “Arek iku nik kadhung

niyat tirakat masakalah, biyen ika mosok ngrowot ae setaun luwih”. jare

ibuke. “Ya wis ben, ta, Buk. Wong gak lara ae, kok. Jarna sak kuwate,

wong ngono iku mesthi nemu riyaya, kok”. (hal:110)

Terjemahan:

“Setelah ikut bermacam-macam tes di kantor Dikbud, Ratri tinggal

menunggu pengumuman terakhir. Tepat bulan puasa Ratri semakin giat

berdoa kepada Tuhan, hampir setiap malam sembahyang jam dua belas

tepat, terlihat malahan tidak pernah tidur. Dalam hati Ibu-bapak Ratri

berkata, “Anak itu kalau sudah niat berpuasa masya’allah, dulu itu

berpuasa senin Kamis sampai setahun lebih”. Jare ibuke. “Ya biarkan saja

Bu. Dia juga tidak sakit kok. Biarkan sekuatnya, kalau dia melakukan

seperti itu pasti akan menemukan kebahagiaan, kok”

Dari kutipan di atas semakin jelas bahwa watak Ratri dilukiskan

sebagai orang yang teguh pendirian. Untuk mencapai sesuatu yang diinginkan

harus berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh.

Page 69: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

3. Reaction to event (bagaimana reaksi pelaku terhadap peristiwa yang

dihadapi), ketika Ratri dan Bagus bertamu di rumah makdhek (sebutan kata

tante untuk daerah Makasar), dia disindir oleh makdhek tentang seniman

dalam adegan di televisi perempuan dan lelaki saling bermesraan padahal itu

bukan suami istri.

Kutipan:

“Ngono iku lo seniman iku ya? Bojone yok apa ya?” mara-mara Makdhek

wis ndhuk mburine Ratri ambek ngomentari adegan ndhuk tivi, Ayu Ashari

rangkulan ambek Jeremy Thomas.”

“Ya cikna dijawab sing seniman iku lo?! Bagus nyaut omongane Madhek

teka njero kamar samba maen play-station. Ratri nata emosine dhisik

lagek nyauri, “Ya biyasa Makdhek, suaminya ya sudah ngreti, nggak ada

masalah…” tapine Makdhek balik takon maneh, “Dosa tah gak ngono iku

ya?”.

“Ratri mek ngguyu ambek nguwat-nguwatna atine sing asline kudu natar

Makdhek prekara dosa, prekara seniman, ya prekara sindhirian nang

Ratri koyok ngono iku barang. Pancen repot ngomong mongsuh wong

malang kadhak ngono iku (hal: 14)

Terjemahan:

”Apa seniman seperti itu ya? Perasaan suaminya seperti apa ya?” tiba-tiba

Makdhek sudah ada di belakang Ratri sambil mengomentari adegan di

televisi, Ayu Ashari berpelukan dengan dengan Jeremy Thomas.”

“Ya biar dijawab yang jadi seniman itu lho?!” Bagus menyahut bicara

Makdhek dari dalam kamar sambil bermain play-station. Ratri menata

emosinya dulu baru menjawab, “Ya biasa Makdhek, suaminya ya sudah

mengerti, nggak ada masalah…” tapi Makdhek kembali bertanya lagi,

“Berdosa apa tidak ya seperti itu?”

“Ratri hanya tertawa saja sambil menguatkan batinnya yang sebenarnya

ingin berdebat dengan Makdhek tentang dosa, tentang seniman, ya semua

tentang sindiran kepada Ratri seperti itu. Memang repot berbicara kalau

musuh dengan orang sombong dan tidak tahu apa-apa seperti itu.”

Dari kutipan di atas Ratri adalah sosok yang pintar dalam menghadapi

situasi meskipun disindir oleh tantenya Bagus permasalahan dosa dan

Page 70: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

seniman, padahal itu sangat menyakitkan buat Ratri, tetapi Ratri masih bisa

menjaga emosi hanya disimpan dalam hati saja.

b. Bagus Rendra Pratama (Bagus)

1. Phisical Description (bentuk lahir pelaku), tokoh Bagus bentuk lahir yang

digambarkan oleh pengarang tidak detail.

Kutipan:

“Biyen latihan nari, ngenteni dipapag cacake, ya nang kono. Sakiki duduk

cacake tapu ngenteni papagane pacare! Gak gemen-gemen, rek, pacar ae

iku, anake pimpinan universitas dhewe, hare. Ya iku sing nggarahi Ratri

sering meneng, nglamun. Sakbenere areke iku gak pateka nggantheng,

cumak potih gedhe dhukur kathik wis dadi tentara pisan masiya tah

pangkate jik sersan.” (hal: 2)

Terjemahan:

“Dulu latihan menari, menunggu dijemput kakanya, ya di situ. Sekarang

tidak kakaknya tetapi menunggu jemputan dari pacarnya! Tidak tanggung-

tanggung, pacarnya itu anaknya seorang pimpinan universitas sendiri.

Itulah yang membuat Ratri sering berdiam, melamun. Sebenarnya

pacarnya itu tidak terlalu ganteng, hanya putih berperawakan tinggi

malahan sudah bekerja menjadi tentara meskipun pangkatnya masih

sersan.”.

Dari kutipan di atas terlihat bentuk lahir dari tokoh Bagus, sebagai

lelaki yang tidak terlalu ganteng tapi dari keadaan pelaku Bagus seorang yang

sudah mapan dalam hidupnya.

2. Portrayal of thought stream or of concious thought (pengarang melukiskan

jalan pikiran pelaku atau yang melintas dalam pikirannya. Dengan jalan lain,

pembaca akan dapat mengetahui watak pelaku)

Kutipan:

Page 71: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

“Ratri mekir, engkuk ndang mek pas pacaran thok ngejarana aku umeg

ndhuk ndhonyane kesenian, engkuk nik wis dadi bojone pas gak oleh, lak

yok apa aku?wong seni iku jiwaku, katene diowahi yok apa maneh? Kathik

aku wis kadhung kuliah ndhuk jurusan seni tari ngene he?.” (hal: 3)

Terjemahan:

“Ratri berpikir, nanti hanya pada waktu pacaran saja aku dibiarkan

berkecimpung di dunia kesenian, nanti kalau sudah menjadi istrinya tidak

boleh berkecimpung lagi di kesenian, apa jadinya aku? Padahal seni itu

jiwaku, apabila diubah menjadi apalagi? Padahal aku sudah terlanjur

kuliah di jurusan seni tari begini?.”

Kutipan tersebut terlihat jalan pikiran Bagus, bahwa pada saat masih

berpacaran Ratri masih dibiarkan saja berkecimpung dikesenian tapi kalau

sudah menjadi suami istri maka Ratri harus berhenti berkesenian.

3. Direct autor analysis (pengarang menganalisis watak tokoh) pengarang

menggambarkan watak tokoh Bagus adalah tidak mempunyai pendirian yang

teguh dan anak yang terlalu patuh dengan ibunya.

Kutipan:

”Bagus tambah mbideg ae gak lapo-lapo, mangka penggaweyane nang

ketentaraane ndhuk Malang iku dadi guru militer (gumil) Sekolah Calon

Bintara ndhuk kursus kejuruan (susujur) lo, mesthine lak ya tanggap,

tangguh tur tanggon, eruh onok sing butuh pengayoman ya langsung

nindakna, cik rupa omongan tah, cik ujud tingkah laku sing ngelingna

sing keladuk guneme tah? Iku gak i, tambah ndhempet ae ning mamine,

nggarai Ratri gak geduga nang Bagus.” (hal: 18)

Terjemahan:

”Bagus semakin diam saja tidak berbuat apa-apa, padahal pekerjaanya di

ketentaraan Malang itu menjadi guru militer Sekolah Calon Bintara kursus

kejuruan lo, mestinya ya setidaknya tanggap, tangguh juga tahu situasi,

tahu ada yang sedang butuh pengayoman ya langsung bertindak, meskipun

hanya berupa omongan saja, hanya berwujud tingkah laku yang

mengingatkan siapa yang lagi terdesak? Itu tidak, tambah menempel saja

dengan maminya, membuat Ratri tidak suka dengan Bagus.”

Page 72: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Dari kutipan di atas terlihat bahwa watak Bagus dilukiskan sebagai

orang yang kurang tegas dan tidak berani mengambil sikap. Untuk melakukan

sesuatu bagus harus menunggu perintah dari maminya.

c. Wid (Merak Badra Waharuyung)

1. Phisical Description (pengarang secara langsung memberikan bentuk lahir

pelaku), tokoh Wid digambarkan bentuk fisik oleh pengarang sebagai lelaki

yang tampan.

Kutipan:

“Atine Ratri tratapan bareng sadhar nek arek jas ireng iku nggantheng.

Kulite resik, lemune pas, raine resik, mripate bunder, lambene sigar

jambe, alise kandel. Upama ngremo wis gak kathik macaki maneh. Irunge

mbangir pisan, mbok! Anake sapa, iku, rek?.” (hal: 79)

Terjemahan:

“Hati Ratri bergetar ketika sadar kalau pemuda yang memakai jas hitam

itu tampan. Kulitnya bersih, bentuk badannya ideal, wajahnya bersih,

matanya bundar, bibirnya belah dua, alisnya tebal. Seumpama menari

remo tidak usah berdandan lagi. Hidungnya juga mancung, mbok!

Anaknya siapa itu?”.

Gambaran tokoh Wid di atas sudah jelas bahwa Wid seorang lelaki

yang tampan kulitnya bersih, bentuk badannya ideal, wajahnya bersih,

matanya bundar, bibirnya belah dua, alisnya tebal, dan hidungnya mancung

sampai bisa membuat Ratri jatuh cinta.

Page 73: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2. Discussion of enviroment, (Melukiskan keadaan pelaku)

Kutipan:

”Pacaran setaun setengah lagek pindho Wid ngeterna Ratri pentas. Wid

dhewe ya duwe orkes Melayu dhewe, dhasare Wid ya jiwa seni, pinter

elektunan, pinter nabuh gamelan, pinter ngendhang, la yok apa wong

bapake biyen duwe alat-alat band, orkes Melayu, ya duwe gamelan pepeg.

Jare iku kabeh gawe anake sing ragil nggantheng dhewe iku, tibake

tambah akeh olehe, ya peralatan iku kabeh kathik omah sitok dikuwasani

dhekne, sik diimbuhi kelungguhan kepilih dadi kades.” (hal: 95)

Terjemahan:

”Pacaran setahun setengah baru dua kali Wid mengantar Ratri pentas. Wid

sendiri ya juga mempunyai grup orkes melayu sendiri, dasarnya Wid juga

mempunyai jiwa seni, pintar bermain elektun, pintar bermain gamelan,

pintar bermain kendang, semua itu karena bapaknya dulu punya alat-alat

band, orkes melayu, ya juga punya seperangkat alat musik gamelan

lengkap. Katanya itu semua untuk anaknya yang paling terakhir ngganteng

sendiri itu, ternyata tambah banyak penghasilannya, ya peralatannya itu

semua malah rumah satu itu dikuasai Wid semua, juga dapat kehormatan

terpilih menjadi kepala desa.”

Keadaan yang tampak dalam kutipan tersebut adalah kehidupan Wid

seorang lelaki yang mempunyai pekerjaan mapan menjadi pemimpin desa atau

kepala desa, selain itu dia juga bekerja di bidang kesenian.

3. Portrayal of thought stream or of concious thought (pengarang melukiskan

jalan pikiran pelaku atau yang melintas dalam pikirannya. Dengan jalan lain,

pembaca akan dapat mengetahui watak pelaku)

Kutipan:

“Tapine suwe-suwe, ganep patang wulan, Wid wis numpak sedhan dhewe,

plat ireng tapi nomer polisine kok H. Nik ngono ya gak teka Surabaya.

Ditakoni Ratri jarene montore kancane, weke bapake kancane, lakok ben

dina digawe Wid? Ratri mekir paling-paling Wid tuku dhewe tapine gak

Page 74: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

ngaku, wedi nik diarani sombong, wong lagek ae dadi kades kok wis tuku

sedhan anyar? Ngono batine Ratri, terus gak mekir maneh.” (hal: 84)

Terjemahan:

“Lama-lama, sudah empat bulan, Wid sudah mempunyai mobil sedan

sendiri, plat hitam tapi nomor polisi kok H. kalau begitu mobil itu tidak

dari wilayah Surabaya. Ditanya Ratri katanya mobil milik temannya, milik

teman bapaknya, tapi setiap hari dibawa Wid bekerja? Ratri berpikir

paling-paling Wid beli sendiri tapi tidak pernah mengaku, takut kalau

dibilang sombong, padahal jadi kades baru saja kok sudah membeli mobil

sedan baru? Begitu batinnya Ratri, lalu tidak memikirkan lagi.”

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Wid digambarkan oleh

pengarang mempunyai watak tidak sombong.

d. Waskito

1. Discussion of enviroment (melukiskan keadaan pelaku), tokoh Waskito

digambarkan bentuk fisik oleh pengarang adalah mempunyai wajah dan

perawakan mirip dengan orang dari negara India.

Kutipan:

“Wong iku memper wong India, lambene ndomble nyigar jambe, godhege

dawa teka wange, alise kandel, mripat bawang sebungkul, dhasare gagah

gedhe dhukur, gak patek omong, nek mlaku gak tau kesusu. Nik nyawang

tajem, melenge gedhe bunder mentheleng.” (hal: 51)

Tejemahan:

“Orang itu mirip dengan orang dari negara India, bibirnya memble belah

dua, bulu rambut pipinya panjang sampai dagu, alisnya tebal, matanya

besar, badannya gagah besar dan tinggi, jarang berbicara, kalau berjalan

tidak pernah tergesa-gesa. Pandangan matanya tajam kalau sedang

memandang.”

Gambaran tokoh Waskito di atas sudah jelas bahwa dia seorang lelaki

yang mirip dengan orang dari negara India, bibirnya memble belah dua, bulu

Page 75: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

rambut pipinya panjang sampai dagu, alisnya tebal, matanya besar, badannya

gagah besar dan tinggi, jarang berbicara, kalau berjalan tidak pernah tergesa-

gesa. Pandangan matanya tajam kalau sedang memandang.

2. Portrayal of thought stream or of concious thought (pengarang melukiskan

jalan pikiran pelaku atau yang melintas dalam pikirannya. Dengan jalan lain,

pembaca akan dapat mengetahui watak pelaku)

Kutipan:

”Sakjane Waskito iku ya gak patek nggantheng, tapine kok gagah,

nglanangi, koyok wong Indhia. La wong ya kabare wis duwe anak siji

wedok tapi anake wong liya jarene. Masiya ngono ya kemanthil nang

Waskito mergane kait ibuke mati nglairna arek iku dimong Waskito,

dadine ya nyeluk – Pak, nang Waskito.”

”La iya, wong critane koyok ngono ae, lo, kok akeh arek wedok sing

ngesir nang Waskito? Ojok maneh sing prawan, la wong sing wis duwe

bojo ae ya akeh sing nakok-nakokna, kok. Ratri ya gelek ditakoni wong

wedok, apamaneh nik pas Waskito pas ngendhang, nggawe iket, sila

ndhuk ngarep dhewe pancer tengah ngono ika, koyok-koyok sak gedhong

horeg katut keplokane Waskito sing lulangan kendhang muni santak

ngobong jiwa.” (hal: 60)

Terjemahan:

”Sebenarnya Waskito itu tidak ganteng, tapi gagah, seperti lelaki sejati,

seperti orang India. La kabarnya sudah punya anak satu perempuan tapi

anaknya orang lain katanya. Meskipun begitu anak itu ikut Waskito

karena pada saat melahirkan ibunya meninggal anak itu diasuh Waskito,

jadinya memanggilnya pak Waskito.”

”La iya, ceritanya seperti itu saja, lo, kok banyak anak perempuan yang

suka terhadap Waskito? Apalagi yang masih perawan, yang sudah punya

suami saja banyak yang menanyakan, kok. Ratri ya sering ditanya oleh

banyak perempuan, apalagi kalau Waskito sewaktu memainkan kendang,

memakai ikat kepala, bersila di depan sendiri di tengah seperti itu, seperti

dalam satu gedung berguncang mengikuti tamparan Waskito ketika

membunyikan kendang yang membakar jiwa.”

Dari kutipan di atas Waskito merupakan sosok lelaki mempunyai

watak welas asih, sehingga banyak perempuan yang belum punya istri bahkan

Page 76: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

yang sudah punya suami suka terhadap Waskito meskipun dia seorang duda

beranak satu, sebenarnya Waskito hanya mengasuh saja karena ayah dari anak

itu tidak mau bertanggung jawab.

e. Sunartiko

1. Portrayal of thought stream or of concious thought (pengarang melukiskan

jalan pikiran pelaku atau yang melintas dalam pikirannya. Dengan jalan lain,

pembaca akan dapat mengetahui watak pelaku).

Kutipan:

“…Pas salaman ambek Rektore, ya calon maratuwa worung sing jenenge

Sunartiko iku Ratri ya biyasa ae, gak onok dheg-dhegane blas. Merga kait

biyen Sunartiko iku wong biyasa, akor ambek sapa ae, gak sombung,

gawene nek mbek sapa ae omongane enak, gak tau atos. Pancen wong

pinter temenan, wawasane luwas, sipat managerial apik, pokoke gak salah

Sunartiko iku dadi pimpinan. Gak koyok wedokane, malang kadhak gak

ruh Jawane, rupane thok sing ayu kinyis-kinyis koyok nyonyah Landa.”

(hal: 73)

Terjemahan:

“….Pada waktu bersalaman dengan Rektor, ya calon mertua yang tidak

jadi namanya Sunartiko itu Ratri ya biasa aja, tidak ada rasa deg-degan

sama sekali. Karena sejak dari dulu Sunartiko itu orang biasa, akur dengan

siapa saja, tidak sombong, setiap berbicara dengan siapa saja enak, tidak

pernah keras. Memang orang pintar beneran, berwawasan luas, sifat

sosialisanya bagus, pokoknya tidak salah kalau Sunartiko itu menjadi

pimpinan. Tidak seperti istrinya, sombong tidak tahu kelakuan, wajahnya

saja yang begitu cantik menawan seperti nyonya orang Belanda”.

Kutipan di atas terlihat jelas bahwa Sunartiko itu adalah seorang yang

ramah terhadap semua orang, bicaranya sopan, tidak sombong, dan berwawasan

luas sehingga Sunartiko memang layak menjadi sosok seorang pemimpin.

f. Istri Sunartiko

Page 77: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

1. Pysical Description, (pengarang secara langsung memberikan bentuk lahir

pelaku) dan Portrayal of thought stream or of concious thought (pengarang

melukiskan jalan pikiran pelaku atau yang melintas dalam pikirannya. Dengan

jalan lain, pembaca akan dapat mengetahui watak pelaku).

Kutipan:

“Maklum! Uwong iku nik duwe dhuwik tapi gak gak ruh Jawane, gak

melok sara, ya ngono iku, gak pokroh! Senengane tuku panganan mateng,

saba restoran, gak jegos masak dhewe, ngalor ngidul tumpakane montor,

gak tahu weruh sarane wong mancal becak, utawa ngelake wong bengok-

bengok golek penumpang.”

“Kupinge gak tau ngrungokna swarane wong sara. Gak isok Bahasa

Inggris ae koleksi kasete lagu Barat kabeh, koyok Sariman, lagune No

Koes ae, gak isok nolis ae kok ngalor ngidul ngesaki potelot pitu. Apa

yaiku sing jenenge jaman edan? Wis babahna tahlah. Slamete rupane kok

ayu. Upama elek ngono bekna ya gak beja dirabi wong pinter koyok

Sunartiko.” (hal: 47)

Terjemahan:

“Maklum! Orang itu apabila mempunyai uang banyak tapi tidak tahu

aturan, tidak ikut merasakan susah, ya seperti itu kelakuaannya, tidak

terpuji! Kesukaannnya membeli makanan yang siap saji, makan di

restoran, tidak bisa memasak sendiri, kesana kemari naik kendaraan

bermotor, tidak pernah mau tahu kesengsaraan para tukang becak, atau

hausnya kernet berteriak-teriak mencari penumpang.”

“Telinganya tidak pernah mau mendengar suaranya orang yang kesusahan.

Tidak bisa berbahasa Inggris saja koleksi kasetnya lagu Barat semua.

Seperti Sariman, lagune No Koes saja, tidak bisa menulis saja kok kesana

kemari dalam saku ada tujuh batang pensil. Apa itu yang dinamakan jaman

edan? Sudah tidak usah dipikir. Untungnya wajahnya kok cantik.

Seumpama jelek pasti tidak beruntung diperistri orang pintar seperti

Sunartiko itu.’

Kutipan di atas mengambarkan bahwa istri dari Sunartiko sekaligus

sebagai ibunya Bagus itu adalah orang yang sombong tidak pernah tahu akan

kesusahan orang lain hanya mementingkan dirinya sendiri. Memang dari segi

fisiknya mempunyai wajah yang cantik tapi dia hanya beruntung saja karena

Page 78: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

mempunyai wajah yang cantik kalau tidak mana mungkin dia diperistri oleh

Sunartiko.

g. Tante Yani

1. Pysical Description (bentuk lahir),

Kutipan:

“Teka Asem Jajar menggok mlebu gang. Mandheg cit...! Ndhuk omah

nomer 10. Onok wong wedok ayu potih gedhe dhokur koyok Landa, metu

teka omah iku.” (hal: 49)

Terjemahan:

“Setelah datang di Asem Jajar berbelok masuk gang. Berhenti cit...! di

rumah nomer 10. Ada orang perempuan cantik putih kulitnya besar tinggi

seperti orang Belanda, keluar dari rumah itu.”

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tante Yani merupakan wanita yang

cantik. Itu terlihat dari kulitnya yang putih dan tinggi badannya seperti orang

Belanda.

h. Makdhek

1. Portrayal of thought stream or of concious thought (pengarang melukiskan

jalan pikiran pelaku atau yang melintas dalam pikirannya. Dengan jalan lain,

pembaca akan dapat mengetahui watak pelaku)

Kutipan:

“Ini, lho, Rat, Tante Yani mau ngasih kadho buat kalian”. Yani muni.

“He, nggak Tante Yani thok itu, urunan sama Mak Dhek barang, lo, Rat!”

Mak Dhek protes.”

“Makasih, Mak Dhek, makasih Tante Yan?!” Ratri nampani.” (hal: 27)

Terjemahan:

“Ini, lho, Rat, tante Yani mau ngasih kado buat kalian”.

“He, nggak tante Yani saja itu, patungan sama Mak Dhek juga, lho, Rat!”

Mak Dhek protes.”

Page 79: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

“Makasih, Mak Dhek, makasih tante Yan?!” Ratri menerima kado itu.”

Dari kutipan percakapan terlihat bahwa Mak Dhek mempunyai sifat

ingin menyombongkan diri sendiri.

i. Pak Parto (ayah Ratri)

1. Portrayal of thought stream or of concious thought (pengarang melukiskan

jalan pikiran pelaku atau yang melintas dalam pikirannya. Dengan jalan lain,

pembaca akan dapat mengetahui watak pelaku)

Kutipan:

“Cangklongan tase didhukna teka pundhake, “Ngeten, lo, Pak. Kula niku

mboten tukaran kalih Bagus. Kula mek tanglet, umpama kula buyar kalih

Bagus ngoten yok napa?” Ratri ngomong kalem-kalem.”

“Bapake kokar-kokur dhiluk, ambegan landhung terus nyauri, “Paling-

paling ya isin ae mbek sesepuh kampung, wong tukar cincine biyen ae

Lurah sak RW-RW ne teka, nyekseni kabeh kok gak sida iku lo…” (hal:

43)

Terjemahan:

“Tas diturunkan dari pundak Ratri, “Begini, lo, Pak. Saya itu tidak

bertengkar dengan Bagus. Saya hanya mau bertanya, seumpama saya

tidak jadi menikah dengan Bagus bagaimana?” Ratri berbicara dengan

nada pelan.”

“Si bapak menggaruk-garuk sebentar, bernafas panjang terus berbicara,

“Paling-paling ya malu saja terhadap sesepuh kampung, karena pada

waktu tukar cincin dulu Lurah dan RW-RW juga datang, semua menjadi

saksi kok akhirnya tidak jadi begitu…”.

Dari kutipan di atas terlihat bahwa ayah dari Ratri adalah seorang yang

tidak kaku wataknya dalam artian tidak suka memaksakan kehendak meskipun

Ratri membatalkan pernikahan dengan Bagus padahal sewaktu tukar cincin

para sesepuh desa dan para ketua RW datang menyaksikan acara pertunangan

Page 80: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

itu. Kejadian seperti bisa membuat malu nama keluarga tetapi ayah Ratri bisa

menerima itu karena dari keluarga Bagus tidak cocok dengan Ratri.

Di samping tokoh pembantu di atas, masih ada tokoh pembantu lain

yang oleh pengarang tidak dijelaskan bentuk lahir dan wataknya secara jelas.

Diantaranya sebagai berikut: ibu Ratri, Djoko (adik dari Ratri), Ipung (adik

dari Bagus), Ayu Ashari dan Jeremy Thomas (tokoh sinetron dalam televisi),

Didik Agung Jaka Guritna (kakak kelas Ratri), Yustin (teman sewaktu SMA

Ratri), Bambang Lukito (teman sewaktu SMA Ratri), Lik Suci (sepupu Ratri),

Tuti Adhitama dan Ari Purnomo Adjie (penyiar dalam acara di televisi),

Hardjito (seorang pembuat undangan), mbahe wedhok (nenek Ratri), Mak Jah

(ibu kantin di kampus Ratri), Pak Tugas Kumoro (teman Waskito), Pak Sigit

dan Pak Narto (teman sekantor Waskito), Satim Meduro (teman Ratri di

kampus), Ribut Winarni (teman Ratri di kampus), Andayani (teman Ratri di

kampus), Sumarno (sopir ayah Ratri), Sutinah (pembantu rumahtangga Ratri),

Bu Carik, Pak Lurah So (lurah desa Jemur), Yono (teman menari Ratri di

tempat Wid), orangtua Waskito.

Berdasarkan analisis penokohan dalam novel Sarunge Jagung, maka

dapat diketahui bentuk lahir dan sifat batin dari para pelaku, baik tokoh utama

atau tokoh pembantu dalam novel tersebut.

5. Latar

Latar (setting) adalah salah satu sarana cerita yang ikut memegang peranan

penting dalam sebuah cerita. Adanya latar cerita menjadi lebih hidup dan jelas

karena dapat diketahui kapan, di mana, dan bagaimana suatu peristiwa dalam cerita

Page 81: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

tersebut berlangsung. Menurut Atar Semi (1990: 46) menjelaskan bahwa latar atau

landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.

Termasuk di dalam latar ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati, seperti

di kampus, dan lain sebagainya. Termasuk di dalam unsur latar atau landas tumpu

adalah waktu, hari, tahun, musim atau periode sejarah. Pengertian latar tersebut

merupakan tempat terjadinya peristiwa dalam suatu cerita atau lingkungan yang

mengelilingi pelaku, yang berfungsi untuk menghidupkan cerita sehingga dengan

demikian segala peristiwa, keadaan, dan suasana yang dialami pelaku dapat dirasakan

oleh pembaca.

Pendapat lain yang masih berkisar pada latar menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat, dan ruang dalam

suatu cerita (Henry Guntur Tarigan, 1984: 157).

Pengertian di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa latar adalah latar

belakang yang dapat dilihat seperti tempat, waktu, iklim, dan periode sejarah. Latar

dapat dikategorikan latar menjadi latar sosial, latar tempat atau geografis, dan latar

waktu historis. Latar sosial adalah segala keterangan yang menunjukkan status

tokoh di dalam kehidupan sosialnya yang banyak ditentukan oleh jabatan atau

profesi tokoh dalam masyarakat. Latar tempat adalah segala keterangan yang

menunjukkan tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. Sedangkan latar waktu

yaitu keterangan yang menunjukkan saat berlangsungnya cerita.

a. Latar Sosial

Page 82: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Novel Sarunge Jagung menampilkan latar di luar rumah maupun di dalam

rumah. Latar sosial tidak hanya kelas sosial dari masyarakat seperti pedagang,

petani, intelektual, dan lain-lain.

Kutipan:

“Bojone Sunartiko gak jarikan tapi nggawe longdress ireng belekan kiwa

meh sak pupu. Sunartikone nggawe jas bathik pradhan, Bagus nggae setelan

jas polos biru nom. Sing keri dhewe metu arek cilik wedok loro ayu menik-

menik nggawa pitik-pitikan potih anggrem nang baki cilik. Nang silite pitik

iku onok ali-aline ring loro, sitoke cilik, sitoke gedhe, onok plipite permata

mubeng.”(hal: 25-26)

“Ratri rumangsa ajur atine merga rumangsa isin. Nyatane budaya

keluwargane Bagus wis blas ilang Jawane. Kabeh teka nggae klambi gaya

Eropah. Sing nom-nom pernah misan mindhoane Bagus ya padha pating

cekikik ngenyek krungu musik sing mapag tekane tamu iku. Wong-wong

nganggep pahargyan koyok ngono iku ndesit, ketinggalan jaman.”(hal:26)

Terjemahan:

Istrinya Sunartiko tidak memakai jarik tetapi memakai gaun hitam memakai

belahan di sebelah kiri hampir sepaha. Sunartiko memakai jas bathik, Bagus

memakai setelan jas polos warna biru muda. Yang terakhir keluar dua anak

kecil perempuan cantik menggemaskan membawa ayam-ayaman berwarna

putih yang sedang mengerami diletakkan di wadah baki berukuran kecil. Di

pantat ayam tadi ada dua cincin, yang satu kecil, satunya berukuran besar,

berpelipit permata melingkari cincin.

Ratri merasa hancur hatinya karena malu. Ternyata budaya Jawa dari

keluarga Bagus sudah hilang sama sekali. Semua datang memakai baju

bergaya Eropa. Yang muda-muda saudara sepupu Bagus mengejek sambil

tertawa mendengarkan iringan musik ketika menjemput tau datang. Orang-

orang menganggap penghargaan seperti itu ndeso, ketinggalan jaman.

Dari kutipan di atas terlihat perbedaan latar sosial masyarakat kota dengan

masyarakat pinggiran kota atau bisa disebut pedesaan. Masyarakat pedesaan lebih

menjunjung tinggi adat istiadat daripada masyarakat perkotaan itu dapat dilihat

dari cara berpakaian dan cara menghargai sesama makhluk hidup.

Page 83: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Latar sosial berhubungan erat dengan masyarakat di mana peristiwa itu

terjadi. Kehidupan masyarakat pinggiran kota sangat dominan dalam cerita ini,

tercermin dari kehidupan masyarakat pinggiran kota, hubungan masyarakat masih

terjalin dengan erat antara individu satu dengan yang lain.

Kutipan:

“Kabeh wis dicepakna tharik-tharik ndhuk piring kertas gilap, ngombene ya

wis dicublesi sedhotan kabeh ambek paku, mergane tutupe kempyeng, nik gak

dibolongi nggae paku ya gak mangsa. Sing laden sik pernah dulur-dulur Ratri

dhewe, ya misanan ya mindhoan, ayu-ayu ya nggantheng-nggantheng. Arek

karang taruna ya tumplek bleg ndhuk omahe Ratri kabeh, melok tandang gae

kabeh, soale Ratri ndhuk kampung ya aktip ngurusi karang taruna.”(hal: 24)

Terjemahan:

Semua sudah disiapkan semua di atas piring kertas berkilau, minumnya juga

sudah dilubangi memakai paku, karena tutupnya memakai bahan logam, kalau

tidak dilobangi memakai paku sedotan tidak bisa masuk ke dalam minuman.

Yang membantu saudara-saudaranya Ratri sendiri, ada dari saudara jauh dan

keponakan, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak karang taruna semuanya

juga datang kerumah Ratri untuk membantu semuanya, karena Ratri di

kampung juga aktif dalam kepengurusan karang taruna.

Latar sosial yang dimunculkan dalam novel Sarunge Jagung merupakan

gambaran yang wajar dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa. Latar sosial yang

cukup kental dengan budaya Jawa dimunculkan dalam berbagai aktivitas dan

tingkah laku para pelaku dalam novel Sarunge Jagung. Seperti misalnya

kebiasaan para penduduk kampung yang masih banyak menunjukkan sikap

tenggang rasa dengan warga lainnya dan juga dalam kegiatan-kegiatan kampung

yang masih erat dengan kebiasaan saling tolong-menolong dan saling

bekerjasama dalam berbagai kegiatan kampung, yang untuk sekarang ini untuk

daerah perkotaan mulai luntur.

Page 84: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

b. Latar Tempat

Latar tempat merupakan lokasi kejadian cerita. Pada novel Sarunge

Jagung tempat-tempat yang digunakan pengarang antara lain: kampung Simo

Magerejo, Surabaya, Studio Hardjito, Perak, Asem Jajar, Jemur, Jagir-Rungkut,

Pasarturi, Jalan A. Yani, Juanda. Guna memperjelas tentang latar tempat dari

novel Sarunge Jagung , maka dalam novel ini akan dijelaskan satu-persatu.

1. Kampung Simo Magerejo

Tempat Ratri tinggal beserta kedua orang tuanya dan adik laki-laki, ketika

itu sedang berlangsungnya acara pertunangan Ratri dan Bagus di rumah Ratri.

Kutipan:

”Mari ngancani Ratri sakcukupe kanca-kanca SMAne Ratri arek lima iku

pamit molih kabeh. Ratri langsung methuki karang taruna. “Wis Rek, ayo

mangan sik, nik gak dikoberna ya gak kober. Ayo! Arek parker celukana, cik

mangan dhisik!” Ratri ngomando kanca-kancane sak kampung iku, kampung

Simo Magerejo.”(hal: 28)

Terjemahan:

Setelah menemani ratri secukupnya teman-teman SMA Ratri yang berjumlah

lima orang pamit pulang semuanya. Ratri kemudian langsung mengampiri

anak-anak karang taruna. “Sudahlah, ayo makan dulu, kalau tidak sempat

harus disempat-sempatkan. Ayo! Anak-anak yang tunggu di parkiran

dipanggil, suruh makan dulu!” Ratri memberi perintah teman-temannya satu

kampung itu, kampung Simo Magerejo.

2. Surabaya

Kota di mana Ratri tinggal dan tumbuh dewasa, yang membuat Ratri

menjadi wanita berpandangan maju dan optimis dalam menghadapi segala

pekerjaan apapun.

Kutipan:

Page 85: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

”Pas Ratri mangan ditunggoki Bagus iku adhike Ratri hasik ngadhep

komputer, jarene nggarap skripsine kakak kelase. Ya lumayan oleh tambahan

sangu thithik-thithik. Urip ndhuk Surabaya gak ulet ya kere temen. Njagakna

kek-kekan wongtuwa ya gak maen! Nik wayahe kuliah ya kudu belajar

temenan, gak mek nampa materi kuliah thok tapi ya kudu belajar urip sak

sembarangane, termasuk srawung nang wong akeh, macem-macem karaktere.

Nik gak ngono, metu teka perguruan tinggi dadi sarjana mendelik tapi pah-

poh gak ruh lor kidul.” (hal: 34)

Terjemahan:

”Sewaktu Ratri makan ditunggu oleh Bagus itu adiknya sedang di depan

komputer, katanya mengerjakan skripsi kakak tingkat. Ya lumayan dapat

tambahan uang saku sedikit-sedikit. Hidup di Surabaya kalau tidak ulet ya

menjadi kere beneran. Mengandalkan orang tua ya tidak cukup! Kalau pada

waktu kuliah ya harus belajar rajin, tidak hanya menerima materi kuliah saja

tapi ya harus belajar hidup di mana saja, termasuk berteman dengan orang

banyak, yang bermacam-macam karakternya. Kalau tidak begitu, keluar dari

perguruan tinggi menjadi sarjana yang pintar tapi tidak bisa apa-apa dan tidak

tahu bagaimana kehidupan di luar.”

Page 86: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

3. Studio Hardjito

Tempat pemesanan undangan ketika kurang tiga hari menuju pernikahan

Ratri dengan Bagus.

Kutipan:

”Telung dina engkas pesenan undangan ndhuk Hardjito balik diinguk maneh

ambek Ratri. Ketepakan dina Minggu, Bagus prei. Mari ngeterna Ratri

mulang nari terus nang Hardjito. Tibakna ndhuk studione Hardjito lagek

discene. Dorung diprint-out. Bagus njaluk supaya dicetak ndhuk kertas abang

jambu cikna ketok nyolok. Ambek hurufe sing warna emas.”(hal: 38)

Terjemahan:

Tiga hari lagi pesanan undangan di tempat Hardjito kembali dilihat lagi oleh

Ratri. Pas sekali hari minggu, Bagus sedang libur. Setelah mengantar Ratri

dari mengajar tari langsung menuju Hardjito. Ternyata di studio Hardjito

undangan baru discene. Belum diprint-out. Bagus memainta agar dicetak di

kertas berwarna merah jambu supaya kelihatan mencolok. Dan hurufnya

berwarna emas.

4. Perak

Ratri dan Bagus bergoncengan memakai kendaraan sepeda motor setelah

pulang dari rumah orang tua Bagus di Perumahan Angkatan laut Perak.

Kutipan:

“Hawane dalan Perak pancen nik awan panase nemen, angine ngobong kulit,

masiya ta akeh wit-witan tetep ae krasa kebrangas. Kathik omah perumahan

Angkatan Laut, sik sepadhamontoran gak oleh jaketan, gak oleh kacamatan

ireng, gak oleh mbrongkos cangkem. Tambah komplit koyok didangae.” (hal:

40)

Terjemahan:

Udara di jalan Perak memang panas sekali ketika siang hari, anginnya terasa

mau membakar kulit, meskipun banyak pohon-pohon tetap saja terasa

terbakar. Apalagi di perumahan Angkatan Laut, kalau memakai kendaraan

sepeda motor tidak boleh memakai jaket, tidak boleh memakai kacamata

Page 87: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

berwarna hitam, tidak boleh menutupi bibir. Tambah komplit seperti dimasak

saja.

5. Asem Jajar

Tempat tinggal Tante Yani ketika Ratri meyampaikan kalau Ratri tidak

akan menikah dengan Bagus.

Kutipan:

“Teka Asem Jajar menggok mlebu gang. Mandheg cit...! Ndhuk omah nomer

10. Onok wong wedok ayu potih gedhe dhokur koyok landa, metu teka omah

iku.” (hal: 49)

Terjemahan:

Setelah datang di Asem Jajar berbelok masuk gang. Berhenti cit...! di rumah

nomer 10. Ada orang perempuan cantik putih kulitnya besar tinggi seperti

orang Belanda, keluar dari rumah itu.

6. Jemursari

Tempat Ratri pentas menari dan awal betemunya dengan Wid, yang

kemudian Ratri jatuh cinta dengan Wid.

Kutipan:

“Batine Ratri ya kudu ngguyu, ya gumun, ya seneng. Tapi sing nyleneh iku

atine Ratri, la olah apa wong wis sampek teka omah, sampek sakmingguan

kok jik kepingin kepethuk maneh Wid iku, pikirane mblayang nang Jemursari

ae. Iling-ilingen arek nggantheng sing jenenge Wid, sing wis tau nggandheng

tangane iku”. (hal: 81)

Terjemahan:

“Di dalam batinnya Ratri ya agak tertawa, ya heran, ya gembira. Tapi yang

aneh itu hatinya Ratri, la bagaimana lagi sudah sampai rumah, sudah satu

minggu lebih kok masih ingin bertemu lagi dengan Wid, pikirannya

mengembara di Jemursari saja. Teringat-ingat anak lelaki ganteng yang

bernama Wid, yang pernah menggandeng tangannya itu”

Page 88: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

7. Jagir-Rungkut

Tempat Ratri mengajar menari di sanggar milik pemerintah, semua

muridnya di sana tidak dipungut biaya.

Kutipan:

“Sanggar sitoke sing klebu kegiatane kantor pemerintah iku nggone nang

Jagir. Sing mbayari duduk siswane tapi pemerintah. Mulane masiya adoh

dilakoni ae, sepedha motor diselang adhike sing jik kuliah, Ratri ya ngalahi

numpak bemo teka treteg bongkuk nang Joyoboyo, terus oper len U jurusan

Jagir - Rungkut.” (hal: 86)

Terjemahan:

”Sanggar satunya yang masih milik kegiatannya kantor pemerintah itu berada

di Jagir. Yang membayar bukan para siswa tapi pemerintah. Makanya

meskipun jauh dilakukan saja, sepeda motor dipinjam adiknya yang masih

kuliah, Ratri ya mengalah naik bemo samapi jembatan di Joyoboyo, terus

berganti len U jurusan Jagir – Rungkut.”

8. Pasar Turi

Tempat Ratri membeli mainan perahu untuk kado ultah Wid yang kurang

dari dua bulan, dan Wid juga masih suka mainan meskipun sudah menjadi

pemimpin di desanya.

Kutipan:

”Umure riwayat ketemune Ratri mbek Wid wis ganep setaun, rong wulan

ngkas genti ulang taune Wid. Ratri bengung mbales ngadho apa enake nang

ganthilane atine iku. Suwe-suwe pas mlaku-mlaku nang Pasar Turi kok weruh

dulinan kapal-kapalan, mula atine mak klepat, eling Wid sik seneng dulinan

masiya wis dadi pimpinan desane.” (hal: 90)

Terjemahan:

”Sudah setahun genap Ratri dan Wid bertemu, dua bulan lagi ulang tahun

Wid. Ratri bingung mau mengado apa enaknya untuk tambatan hatinya itu.

Lama-lama pada waktu jalan-jalan di Pasar Turi kok melihat mainan kapal-

Page 89: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kapalan, tiba-tiba hatinya teringat Wid yang masih suka dengan mainan

meskipun sudah jadi pimpinan di desanya.”

9. Jalan A. Yani

Ketika Ratri meluapkan emosinya setelah pentas menari pada malam hari

di acara pernikahan Wid dengan cara mengebut dengan mengendarai sepeda

motor.

Kutipan:

”Ratri gak ngreken, gase dipol sak kuwate apamaneh iku jam sepoluh bengi

dalan A. Yani wis rodok sepi. Ratri kepingin mecah bengi iku, mecah atine,

ngorahi jiwane teka lelangenane ambek Wid. Ratri kepingin ngguwak kabeh

perih atine, resik gasik uripe teka pengangen-angene arek lanang sing

jenenge Merak Badra Waharuyung sing diceluki Mas Wad-Mas Wid iku.”

(hal: 102)

Terjemahan:

”Ratri tidak menggubris, gas ditancap sekuatnya apalagi jam sepuluh malam

jalan A. Yani sudah agak sepi. Ratri ingin memecah malam itu, mecah

hatinya, membersihkan jiwanya dari pikirannya dengan Wid. Ratri

berkeinginan membuang semua pedih hatinya, bersih hidupnya dari pikiran-

pikiran anak lelaki yang bernama Merak Badra Waharuyung yang dipanggil

Mas Wad-Mas Wid itu.”

10. Bandara Juanda

Ketika Waskito akan berangkat mengajar ke Fremantle Austalia Utara

diantar oleh kedua orang tuanya beserta Ratri dan kedua orang tua Ratri.

Kutipan:

“Nang Juanda ngeterna Waskito kate budhal nang Fremantle, sak montor isi

wong papat, Ratri, ibuke, bapake, Cak No sopir. Mlebu nang ruwang transit,

Cak No gak melok. Keri nang lawang parkiran ae, senengane!.”(hal: 114)

Terjemahan:

Page 90: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

“Di Bandara Juanda mengantar Waskito akan berangkat ke Fremantle, satu

mobil berisi orang empat, Ratri, ibu, bapak, Cak No sopir. Masuk di dalam

ruang transit, Cak No tidak ikut. Tinggal di depan pintu parkir saja.”

c. Latar Waktu

Dalam karya sastra, latar waktu ada yang dapat dipaparkan secara jelas,

tetapi adapula yang dipaparkan secara tidak jelas dan pembaca dibiarkan

memperkirakan sendiri berdasar peristiwa-peristiwa dan situasi yang telah

digambarkan pengarang.

Dalam novel Sarunge Jagung pengarang tidak mengambarkan secara jelas

waktu dan peristiwa terjadi, namun penulis dapat memperkirakan bahwa cerita itu

terjadi ketika Ratri berumur 20-25 tahunan. Novel Sarunge Jagung memiliki

banyak pesan yang dapat dipetik, salah satunya bahwa kehidupan memanglah

tidak selalu bersifat normatif, terkadang ada hal yang menyimpang dari pikiran

manusia, hidup adalah sesuatu yang nyata. Dalam penggambaran tokoh dan

kisah hidupnya ditampilkan oleh pengarang terkesan sangat relevan jika benar-

benar terjadi di masyarakat, sehingga ini akan sangat menarik. Pengarang dalam

menggambarkan tokoh-tokohnya terkesan sangat paham terhadap karakter dan

konflik. Para tokoh tersebut telihat wajar jika itu benar-benar tejadi di

masyarakat, tetapi berpulang pada pengarang yang memang dituntut untuk

mampu menjalin sebuah imajinasi dalam karyanya yang melukiskan peristiwa,

tokoh-tokoh sampai pada hal sekecil-kecilnya menyebabkan pembaca merasa

sebagai sesuatu yang nyata dan sungguh-sungguh terjadi.

Novel Sarunge Jagung mengungkapkan persoalan yang dialami tokoh

utama wanita dalam lingkungan keluarga dan masyarakat di Jawa dalam

Page 91: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

memperjuangkan pandangan hidupnya sebagai wanita yang mandiri, kuat dan

tidak menyerah dalam menghadapi persoalan hidup. Dalam rangkaian cerita

Sarunge Jagung, bertema tentang perjuangan seorang wanita dalam menghadapi

problema kehidupan yang tidak pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan

yang ada. Amanat yang dapat disampaikan kepada pembaca sebagai pelajaran

bahwa dalam kehidupan bermasyarakat hendaknya saling bertenggang rasa, selalu

bersemangat dan berusaha dengan tekad yang kuat dalam mencapai apa yang

dicita-citakan. Alur yang terjadi pada novel Sarunge Jagung memiliki alur yang

jelas. Penceritaannya digambarkan secara baik dari tahapan perkenalan tokoh

utama yaitu Enggar Jemparing Kusumaratri kemudian ditampilkan konflik

permasalahan yang terjadi pada tokoh utama, hingga tahapan klimaks saat tokoh

utama mengalami kejadian terburuk,ditinggal menikah oleh pria yang dicintainya.

Akhir dari cerita ini dikisahkan tokoh utama dapat menikah dan hidup berumah

tangga dengan bahagia. Setting cerita berlatar di daerah perkotaan menyorot

kehidupan masyarakat Jawa yang masih menunjukkan tenggang rasa meskipun

dalam perkotaan sudah tidak begitu terlihat. Secara keseluruhan novel Sarunge

Jagung bagus, peristiwa-peristiwa yang diceritakan didalamnya wajar dan

realistis dalam kehidupan yang ada dalam masyarakat. Novel Sarunge Jagung

memiliki penceritaan yang memuat tema, alur, penokohan dan latar yang

diceritakan di dalam novel Permasalahan yang ditampilkan oleh pengarang dalam

novel Sarunge Jagung secara simbolik memang merupakan kondisi atau

permasalahan yang umum banyak terjadi di masyarakat sekarang, dan jalinan

cerita yang ditampilkan oleh pengarang yang diwakili oleh tokoh-tokohnya

Page 92: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

terkesan rasional, sehingga hal itu memiliki daya tarik dan nilai tambah dari karya

itu sendiri. Penelitian karya sastra dengan pendekatan feminis akan dapat

mengungkapkan segi-segi kejiwaan dan karakter tokoh-tokoh wanita melalui

hukum-hukum feminis yang secara tidak sadar sering digunakan oleh pengarang,

sehingga dapat membantu dalam menganalisis karya sastra yang mungkin besifat

nyata dan akhirnya membantu pembaca memahami karya-karya semacam itu.

Pada akhirnya akan dapat terungkap dan tertangkap makna yang terkandung. Di

dalam penelitian feminisme, peneliti juga dapat memaparkan fakta-fakta empiris

yaitu yang menyangkut perilaku yang tercermin dari ucapan dan perbuatan tokoh-

tokoh dalam cerita yang ada.

C. Citra Tokoh Utama Wanita dalam Novel Sarunge Jagung

Karya Trinil S. Setyowati

Novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati merupakan cerita yang

menampilkan permasalahan perempuan yang mencari pasangan hidup yang sesuai

dengan keinginan. Permasalahan yang terungkap di dalam novel Sarunge Jagung

karya Trinil S. Setyowati merupakan gambaran kaum perempuan harus mandiri,

bahwa dalam hal pendidikan, pekerjaan, asmara, dan kehidupan rumah tangga

sebenarnya kaum perempuan itu tidak kalah dengan kaum laki-laki.

Pendekatan kritik sastra feminis merupakan pendekatan untuk mengkritisi

bagaimana Trinil S. Setyowati dalam menampilkan sosok tokoh perempuan dari

pinggiran kota Surabaya yang berbudaya Jawa juga teguh pendiriannya dan

mempunyai harga diri yang tinggi serta dalam mencari pasangan hidupnya

Page 93: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

banyak rintangan berkaitan dengan permasalahan kaum perempuan yang selalu

dianggap rendah oleh kaum laki-laki. Dengan menggunakan pendekatan kritik

sastra feminis akan terungkap bagaimana sosok tokoh perempuan yang bernama

Ratri (Enggar Jemparing Kusumaratri).

Ratri digambarkan oleh pengarang sebagai tokoh utama dalam novel

Sarunge Jagung. Dia adalah gadis yang memiliki daya dongkrak yang tinggi

terhadap pandangan orang kepada wanita. Kedudukannya dalam masyarakat

adalah sebagai gadis muda yang memiliki berbagai keahlian. Dia berorientasi

pada budaya Jawa. Di dalam dirinya melekat jiwa seni yang tinggi, dan dia kuliah

di sebuah Universitas di Malang, mengambil jurusan Seni Tari. Melihat dari

tindakan-tindakan yang dilakukan Ratri, menunjukkan bentuk apresiasi wanita

yang selalu tegar menjalani hidup. Sebagai seorang wanita berbudaya Jawa, Ratri

tidak ingin dipandang sebagi wanita yang menempati kedudukan inferior atau

lebih rendah daripada laki-laki. Ratri ingin menunjukkan bahwa seorang wanita

juga dapat melakukan sesuatu hal agar dapat dipandang sejajar dengan kaum laki-

laki. Meskipun tradisi menghendaki Ratri sebagai wanita harus berperan sebagai

orang yang bertanggung jawab mengurus keperluan rumah tangga, dan tidak

layak mencari nafkah seperti para lelaki, tetapi dia berusaha merubah pandangan

seperti itu dari masyarakat.

Rasa cinta Ratri dengan dunia tari dan kepiawaiannya dalam menari

merupakan dorongan kuat yang membuat Ratri tidak mau lepas dari dunia tari.

Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Ratri mekir, engkuk ndang mek pas pacaran thok ngejarana aku umeg nduk

donyane kesenian, engkuk nik wis dadi bojone pas gak oleh, lak ya yok apa

Page 94: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

aku? Wong seni iku jiwaku, katene diowahi yok apa meneh? Kathik aku wis

kadhung kuliah ndhuk jurusan seni tari ngene he? (hal: 3)

Terjemahan:

Ratri berpikir, nanti kalau hanya sewaktu pacaran saja memperbolehkan aku

berada di dunia kesenian, nanti kalau sudah menjadi istrinya pasti tidak boleh,

nanti bagaimana aku ini? Padahal kesenian itu adalah jiwaku, kalau diubah

seperti apa nantinya? Dan aku sudah terlanjur kuliah di jurusan seni tari begini

lagi?

Dari kutipan di atas menunjukkan betapa kokohnya pendirian Ratri di

dalam menjalani hari-harinya sebagai seniman. Dia ingin menunjukkan bahwa

wanita tidak hanya sebagai makhluk yang lemah. Dia tidak ingin hidupnya kelak

hanya bergantung kepada penghasilan suami saja. Ratri adalah wanita yang tidak

suka dengan rumah tangga yang konservatif, yaitu suami adalah pencari nafkah

tunggal. Sebagai orang yang memiliki dan menguasai uang, suamilah yang

memegang kekuasaan, dan hidup seorang istri menjadi tergantung kepada

suaminya. Ratri adalah gadis yang cantik dan lincah. Pacarnya adalah putra dari

pemilik Universitas tempat dia kuliah dan sudah bekerja sebagai tentara.

Ratri merupakan gadis yang sangat rajin, dan menjadi teladan bagi teman-

temannya. Banyak yang suka dengan kepribadian Ratri yang seperti itu. Separti

tampak dalam kutipan berikut:

Diomeli koyok ngono Ratri sakjane ya gak keduga tapi diempet ae sikepe.

Dianget-angetna engseme, eling-eling wong tuwane wis setuju kabeh. ”Ya

gak ngono se, rek. La yo apa wong arane aku iki aktivitas kampus, duwe

peran dhuk senat mahasiswa, ya gak oleh methel, kudu isok nyontoni kancaku

nek mahasiswa iku kudu siap pakek, selalu tampil di dhepan, gak mlempem!

mumpung jik enom kok, la nek wis jompo ya kudu leren, Rek....” (hal: 4)

Terjemahan:

Dimarahi seperti itu sebenarnya tidak pernah terpikirkan oleh Ratri tetapi

ditahan saja sikapnya. Dimanis-maniskan senyumnya, mengingat orang

Page 95: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

tuanya sudah setuju semua. ”Ya tidak seperti itu sih, Rek. Saya itu kan aktivis

kampus, Punya peran didalam senat mahasiswa, ya tidak boleh malas, harus

dapat memberi contoh terhadap teman saya kalau mahasiswa itu harus siap

guna, selalu tampil di depan, tidak boleh mlempem! mumpung masih muda

kan, kecuali kalau sudah lanjut usia ya harus berhenti, Rek......”

Keberadaannya di kampus sudah memiliki peran yang penting, dan dia

merupakan gadis yang rajin dan selalu menjadi terdepan dalam prestasi, diantara

teman-teman kampusnya. Ratri ingin mengembangkan dirinya menjadi orang

yang mandiri, secara jasmani maupun intelaktual. Usaha yang dilakukan Ratri ini

akan mengangkat kedudukan dan harkatnya sebagai wanita menjadi setingkat

dengan laki-laki, baik di lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat.

Tokoh Ratri juga digambarkan oleh pengarang sebagai perempuan yang

lemah lembut dan pandai menjaga diri, seta mau berusaha keras untuk meraih

masadepan yang dia harapkan. Pengarang juga melukiskan tokoh Ratri sebagai

pribadi yang haus akan pendidikan atau pengetahuan, yang rajin berkarya diluar

lingkungan rumah. Terutama untuk menambah penghaislan keluarga dan untuk

membiayai kuliahnya. Dia ingin dipandang sebagai sosok yang memiliki jati diri

sendiri tanpa dikaitkan dengan kedudukan lelaki. Seperti tampak dalam kutipan

berikut:

”Aku gelem nyindhen iku mergane aku isok, Gus, aku kepengin kabeh ngerti

nek aku iki generasi mudha sing piawai, serba bisa, siap tempur, masiya tah

duduk tentara. La sing paling penting aku iku generasi mudha sing bangga

nang budhaya teka tanah klairanku dhewe. Nik aku isin, Gus, Isok nyanyi

lagu barat kok nembang Jawa gak isok, ngerep isok Jula-Juli gak ngerti?!”

(hal: 5)

Terjemahan:

”Saya mau nyindhen itu karena saya bisa, Gus, saya ingin semua tahu kalau

saya ini generasi muda yang piawai, serba bisa, siap tempur, meskipun bukan

tentara. Dan yang paling penting saya itu generasi muda yang bangga

Page 96: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

terhadap budaya dari tanah air kelahiran. Kalau saya malu, Gus, dapat

menyanyikan lagu barat tetapi nembang Jawa tidak bisa, ngerep saja bisa Jula-

Juli tidak tahu?!”

Jika kita perhatikan pendirian dan ucapan Ratri, kita akan tahu apa yang

dipikirkan dan yang ingin dilakukannya. Dari perkataannya dapat memberi

keterangan yang jelas bahwa dia adalah seorang wanita yang supel, ulet, rajin dan

pantang menyerah. Hal-hal yang selalu dilakukan Ratri merupakan wujud

tindakan yang merupakan tujuan hidup yang selalu diperjuangkan gerakan

feminisme. Kaum feminisme berusaha untuk menggali, mengkaji, dan menilai

bahwa usaha wanita pantas mendapat penghargaan sebagai kaum yang sejajar

dengan kaum laki-laki.

Ratri memiliki watak yang sangat keras dan mudah tersinggung. Akan

tetapi dia adalah sosok yang tegar dan penuh percaya diri. Meskipun begitu dia

tidak melepaskan kodratnya sebagai seorang wanita yaitu dengan tetap

membutuhkan perhatian dari kekasihnya. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

“Koen lak ya molih, se? Mosok gak ndelok aku nari?” Ratri nyobak ngalem

mergane angger dhekne pentas nari sing teka ndelok mesthi pepine Bagus

thok. Lawong ya pimpinan kampus, ya mesthi ae diundang nek dhosene duwe

gawe. Mangkane Ratri ya sungkan methuki, wong lamaran ae dorung kok.

Liya nen ambek bagus, sowan wong loro sakwise nari, gak papa. (hal: 9)

Terjemahan:

”Dirimu pulang juga kan? Masa tidak menyaksikan saya menari?” Ratri

mencoba mengajak karena setiap dia pentas nari yang datang menyaksikan

pasti papinya Bagus saja. Karena dia adalah pimpinan kampus, ya pasti

diundang kalau dosennya punya hajat. Makanya Ratri tidak enak

menemuinya, karena dia belum dilamar. Beda kalau bersama Bagus, menemui

berdua setelah menari tidak apa-apa.

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Ratri adalah juga merupakan

wanita biasa, naluri kewanitaannya masih berfungsi layaknya wanita lain yang

Page 97: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

ingin merasakan kebahagiaan di hati yang ditunjukkan oleh kekasihnya. Karena

perhatian dari seorang kekasih merupakan salah satu pendukung sebuah

hubungan dapat terus terjaga. Di dalam diri Ratri memiliki jiwa sosial yang

tinggi. Dia adalah orang yang perduli dengan orang lain. Seperti tampak dalam

kutipan berikut:

Pas bagus mbayari tukone nang bakule, Ratri duwe karep nggawakna apa tah

apa gawe sing kate didhayohi. ”Arek-arek gak digawakna sate kerang, tah,

Gus?” olehe takon Ratri koyok ngelingna nek rencanane dolin iku pancen

kate andhok terus nang omahe mbakyune Bagus sing omahe nduk etan kantor

koramil Bunduran. (hal: 10)

Terjemahan:

Pada saat Bagus membayar jajanan kepada penjual, Ratri memiliki keinginan

membawakan apa saja kepada teman yang akan didatangi. ”Anak-anak tidak

dibawakan sate kerang ya, Gus?” ketika bertanya Ratri seakan mengingatkan

kalau rencana bermainnya itu memang agak jauh kemudian kerumah

kakaknya Bagus yang rumahnya sebelah timur kantor koramil Bunduran.

Di dalam pikiran Ratri ada usaha membuat orang lain menjadi ikut senang

seiring kesenangan yang dia rasakan, seperti yang ditunjukkan dalam kutipan di

atas, yaitu dia ingin membawakan sesuatu ketika akan datang berkunjung ke

tempat orang lain. Jiwa Ratri yang seperti itu menunjukkan sebuah tindakan yang

patut kita contoh. Meskipun dia seorang wanita tetapi dia memiliki jiwa sosial

yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa wanita juga memiliki pola pikir yang

tidak kalah dengan laki-laki. Semua hal yang dilakukan Ratri tidak lepas dari latar

belakang lingkungannya sejak dari kecil yang memang selalu ditanamkan oleh

orang tuanya untuk menjadi orang yang memiliki sikap sosial yang tinggi

terhadap orang lain. Dan di dalam hidup orang harus dapat mandiri tanpa

membedakan jenis kelamin. Di masa muda adalah masa yang paling rawan

terhadap perkembangan jiwa seseorang. Apalagi bagi seorang gadis, sangat

Page 98: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

rentan. Terutama perubahan keadaan sosial disekitar sangat mudah untuk

mengusik kestabilan jiwa seseorang. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Arek omur sak Ratri iku pancen panas-panase aten. Emosine gampang

morub. Pas Ratri mungkug kudu mutah merga stress mekir yok apa mbesuke

nik dadi mbek Bagus wong budayane gak dicocogi Ratri, dadakna Makdhek

takon karo guyon, ”Hayo Rat, diapain kamu sama Bagus, kok udah hoek-

hoek?” mulakna Ratri gak nyauri tapi langsung mlayu mlebu kamar mandhi,

tapi tambah nemen olehe mungkug-mungkug merga nang jedhing kono onok

sandhangan njerone wong wedok pating slengkrah kotor, kathik andhuk-

andhuk apik tapi apek ting crentel nduk njero kabeh. (hal: 12)

Terjemahan:

Orang seumuran Ratri itu memang mudah marah. Emosinya mudah terbakar.

Pada saat Ratri mau muntah karena stres memikirkan tentang bagaimana

nantinya kalau jadi istrinya Bagus yang budayanya tidak sesuai dengan Ratri,

apalagi Makdhek bertanya asal saja, ”Hayo Rat, diapakan saja kamu oleh

Bagus, kok sudah muntah-muntah?” makanya Ratri tidak berbicara apa-apa

tetapi langsung lari masuk kamar mandi, tetapi dia justru bertambah semakin

tidak tahan ingin muntah karena dikamar mandi ada pakaian dalam wanita

yang berserakan kotor semua, terlihat handuk bagus-bagus tetapi apek

tergantung di dalam kamar mandi.

Ratri yang terbiasa hidup bersih, meskipun dia adalah anak dari keluarga

sederhana, ketika datang kerumah saudara bagus dia merasa tidak kuat melihat

suasana rumah yang kumuh, sehingga membuatnya ingin muntah karena tidak

tahan dengan bau dan barang-barang yang berserakan di mana-mana. Ketika Ratri

merasa mual-mual justru tanggapan dari keluarga Bagus seakan memojokkan

Ratri bahwa sebagai seorang penari dia dipandang gadis murahan. Tanggapan

dari keluarga Bagus tersebut membuat Ratri semakin kesal dan emosinya

memuncak. Meskipun begitu dia berusaha tetap berusaha menjaga perasaan orang

lain dengan tidak marah ketika dikatakan sebagai gadis murahan. Ratri sendiri

merupakan gadis yang mudah bergaul. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Page 99: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Kanca-kancane ya seneng kabeh, gak onok sing gak krasan gombul Ratri.

(hal: 16)

Terjemahan:

Teman-temannya juga suka semua, tidak ada yang tidak betah bersama Ratri.

Di lingkungan kampus memang Ratri merupakan wanita yang pandai, dan

selalu berusaha sebaik mungkin dalam segala hal. terutama dalam hal tugas

kuliah. Di kelas dia adalah murid pandai, dia selalu menunjukkan kemampuan

terbaiknya dalam urusan pelajaran. Tindakan Ratri yang seperti itu jika dapat

dilakukan oleh semua wanita pasti akan dapat menghapus teori tentang gender.

Meskipun begitu bagaimanapun wanita memang harus tetap pada kodratnya

untuk tetap menjadi wanita seutuhnya.

Ratri merupakan sosok tokoh yang tegar, mandiri serta penuh rasa percaya

diri, tetapi dia tetap menjaga tradisi yang diwariskan oleh orang tuanya.

Kegigihan dan semangat seperti yang dimiliki Ratri adalah hal yang selalu

didukung oleh para feminis.

Pekerjaan Ratri sebagai penari memang tidak jarang menimbulkan

pandangan yang negatif dari masyarakat. Tetapi bagi orang-orang yang mau

berpikir lebih jauh maka akan dapat memahami peranan sebuah seni dan budaya

yang harus dijaga yang ada di dalam tarian. Bagi Ratri menari adalah sebuah

keinginan. Di dalam sebuah tarian pada dasarnya ada pesan-pesan yang ingin

disampaikan tetapi hanya disamarkan yang diwujudkan dalam gerakan-

gerakannya. Tetapi pada kenyataannya di dalam sebuah kelompok masyarakat

masih ada yang tidak dapat menerima hal tersebut. Seperti tampak dalam kutipan

berikut:

Page 100: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

”Ya apik ae se, tapine aku kok isin se nik calon mantuku dipangku-pangku

wong lanang liya!” mamine Bagus sing nyauri karo ganti ngomong nyengos

atine Ratri. (hal: 17)

Terjemahan:

”Ya bagus saja sih, tetapi saya sepertinya malu ya kalau calon mantu saya

dipangku lelaki lain!” maminya Bagus yang menjawab sambil bicara

menjengkelkan kepada Ratri.

Maminya Bagus memang orang Jawa yang sudah kehilangan tradisinya.

Dia adalah orang yang tidak suka dengan hal-hal yang menurut pandangannya

sudah ketinggalan jaman termasuk para penari atau pesindhen, dia anggap hal-hal

semacam itu kuno dan ketinggalan, karena tidak mau ikut berubah seiring

perkembangan jaman. Maminya Bagus adalah wanita Jawa yang selalu bercermin

dari tindakan yang dilakukan orang luar negeri. Meskipun Ratri dicemoohi

tentang pekerjaan yang dia jalani, tetapi dia tetap berusaha menahan rasa

emosinya karena dia sadar kalau orang yang sedang dia hadapi adalah ibunya

Bagus, kekasihnya. Tindakan Ratri adalah salah satu contoh usaha membebaskan

pandangan wanita dari peran domestisitas. Walaupun hanya ditunjukkan dengan

cara diam, karena jika dia melawan maka akan menimbulkan suatu keributan.

Karena dengan Ratri diam saja tidak akan merendahkan derajat kaum perempuan.

Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Akhire temenan, Ratri sida numpak montore Sunartiko, longguh ijen ndhuk

mburi. Montore sedhan abang mereke BMW, ambune wangi jeruk,

ACne....mbok! Adheme koyok ndhuk Puncak Jaya. Yaiku sing nggarahi Ratri

tambah masuk angin. Irunge langsung bindheng. Kudu nguyuh, kathik sing

disetel duduk langgam Jawa, tapine ”Slow Rock lagune Scorpion” sing

judule” Still Loving You”. Ratri dadi rodok minder tapine gengsine diatasi

dhewe, ”durung karuan mami luwih dhukur derajatetimbang aku.” batine

Ratri rodok ekstrim tapi bener. (hal: 19)

Page 101: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Terjemahan:

Akhirnya memang benar, Ratri jadi naik mobil Sunartiko, duduk sendiri

dibelakang. Mobilnya sedan merah merak BMW, baunya harum jeruk,

Acnya...mak! Dinginnya seperti sedang berada di Puncak Jaya. Ya itulah yang

membuat Ratri semakin masuk angin. Hidungnya langsung mampet. Harus

kencing, dan yang didengarkan bukan langgam Jawa, tetapi Slow Rock

lagunya Scorpion yang berjudul Still Loving You. Ratri menjadi minder tetapi

rasa malunya itu dapat diatasi sendiri, ”belum tentu mami lebih tinggi

derajatnya dibandingkan saya.” Batin Ratri agak ekstrim tetapi memang

benar.

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Ratri memang merasa tidak

cocok dengan keluarga Bagus. Meskipun derajatnya lebih rendah dari segi

ekonomi debandingkan dengan keluarga Bagus, dan meskipun dia merasa minder

ketika berada ditengah-tengah keluarga Bagus, Ratri tetap berusaha tegar dan

berusaha mengatasi perasaannya itu. Ketegaran Ratri dalam menghadapi segala

gonjingan dalam jiwanya menunjukkan betapa kuatnya Ratri mengendalikan

emosinya. Itulah yang membuat Ratri masih mampu mempertahankan

hubungannya dengan Bagus. Dan akhirnya Ratri dilamar Bagus. Seperti tampak

dalam kutipan berikut:

Kabeh wis dicepakna tharik-tharik ndhuk piring kertas gilap, ngombene ya

wis dicublesi sedhotan kabeh ambek paku, mergane tutupe kempyeng, nik gak

dibolongi nggae paku ya gak mangsa. Sing laden sik pernah dulur-dulur Ratri

dhewe, ya misanan ya mindhoan, ayu-ayu ya nggantheng-nggantheng. Arek

karang taruna ya tumplek bleg ndhuk omahe Ratri kabeh, melok tandang gae

kabeh, soale Ratri ndhuk kampung ya aktip ngurusi karang taruna. (hal: 24)

Terjemahan:

Semua sudah disiapkan semua di atas piring kertas berkilau, minumnya juga

sudah dilubangi memakai paku, karena tutupnya memakai bahan logam, kalau

tidak dilubangi memakai paku sedotan tidak bisa masuk ke dalam minuman.

Yang membantu saudara-saudaranya Ratri sendiri, ada dari saudara jauh dan

keponakan, cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Anak karang taruna semuanya

Page 102: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

juga datang kerumah Ratri untuk membantu semuanya, karena Ratri di

kampung juga aktif dalam kepengurusan karang taruna.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa semua pemuda ikut andil

membantu memperlancar jalannya prosesi pertunangan Ratri dengan bagus.

Orang di lingkungan pedesaan mudah diketahui jika seseorang mengadakan

hajatan atau keperluan lain dan banyak orang yang datang membantu itu berarti

orang tersebut di lingkungan memang baik karakternya. Dan keluarga Ratri

memang termasuk orang yang suka membantu sesama, maka pada saat dia ada

acara di rumah banyak anggota karang taruna yang ikut membantu. Ratri adalah

sosok orang yang baik di kampungnya, dan dia merupakan ketua karang taruna

yang selalu aktif dalam berbagai kegiatan. Peranan Ratri dalam masyarakat

memang termasuk penting, Ratri sendiri ingin menunjukkan bahwa tidak hanya

lelaki yang harus selalu di depan. Seorang wanita jika memang berminat dan

dirasa mampu juga pantas menempati posisi layaknya laki-laki. Ratri adalah

orang yang selalu berpikir kedepan dan melakukan hal-hal yang besar layaknya

laki-laki.

Pada saat acara lamaran tersebut Ratri dipandang rendah oleh keluarga

Bagus. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Ratri rumangsa ajur atine merga rumangsa isin. Nyatane budaya keluwarga

Bagus wis blas ilang Jawane. Kabeh teka mggae klambi gaya Eropah. Sing

nom-nom pernah misah mindhoane Bagus ya padha pating cekikik ngenyek

krungu musik sing mapak tekane tamu iku. Wong-wong iku nganggep

pahargyan koyok ngono iku ndhesit, ketinggalan jaman. (hal: 26)

Terjemahan:

Ratri merasa hancur hatinya karena merasa malu. Ternyata budaya keluarga

Bagus sama sekali sudah hilang Jawanya. Semua datang memakai pakaian

gaya Eropa. Para pemuda saudara sepupu Bagus juga tertawa mengejek

Page 103: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

mendengar musik yang menyambut datangnya tamu tersebut. Orang-orang itu

menganggap acara seperti itu ndesa, ketinggalan jaman.

Keluarga Bagus merupakan kalangan keluarga kaya dan terpandang.

Mereka sudah mulai meninggalkan tradisi Jawa dan mengikuti gaya Eropa. ketika

tiba dirumah Ratri, para rombongan dari keluarga Bagus tidak ada yang memakai

pakaian tradisional. Bahkan ketika masuk ke rumah Ratri dan disambut dengan

aluman suara gamelan mereka justru menertawakannya. Ratri yang merupakan

tuan rumah merasa kecewa terhadap rombongan keluarga Bagus yang tidak dapat

menghargai tradisi budaya Jawa.

Ratri sendiri adalah orang yang ingin menjaga tradisi Jawa agar tidak

hilang karena adanya budaya luar negeri yang semakin banyak masuk. Sehingga

dia kuliah mengambil kejurusan seni tari. Dia ingin menunjukkan kepada dunia

bahwa orang Jawa memiliki tradisi sendiri yang pantas dibanggakan. Ratri tidak

suka melihat orang Jawa mampu menyanyikan lagu Rok atau Jazz tetapi tidak

mampu melantunkan tembang –tembang Jawa. Dalam keadaan sesulit apapun

Ratri mampu menguasai dirinya dengan baik.. Seperti tampak dalam kutipan

berikut:

Wong SMAne biyen ae tau digodho arek lanang papat diladeni mbek Ratri,

kalah kabeh kok. Sampek arek lanange njaluk sepura nang Ratri, soale arek

lanang sitok ditawan mbek Ratri, dicegurna got taek thok teka ndhokur buk.

Langsung sing telu wedi, kapok-kapok. Mangka Ratri iku ya gak lemu, ceking

koning tapi jejeg awake. Kathik ndhu kampuse dhekne onok mata kuliah

pilihan bela diri, gurune Kak Parso Adianto teka medura. Mulane ya paling

apik bijine wongket SMP Ratri wis melok Pencak Silat ndhuk kampunge, sing

mulangi arek kembar teka nggentheng kali. Bareng ndhuk SMAne, tambah

Ratri sing ngasisteni gurune teka Setia Hati wong telu gentenan tekane. (hal:

32)

Terjemahan:

Page 104: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Pada waktu SMA dulu saja pernah digoda empat lelaki dilawan oleh Ratri,

kalah semua kok. Sampai para lelaki minta maaf kepada Ratri, karena salah

satu dari laki-laki itu ditawan oleh Ratri, dan dijatuhkan ke selokan yang

penuh kotoran dari atas. Kemudian yang tiga takut, dan kapok. Padahal Ratri

itu ya tidak gemuk, kurus kuning tetapi badannya tegar. Apalagi dikampus dia

ada mata kuliah pilihan bela diri, gurunya Kak Parso Adianto dari medura.

Makanya nilainya paling bagus karena sejak SMP Ratri sudah ikut Pencak

Silat di kampungnya, yang mengajar orang kembar dari sebrang sungai.

Setelah di SMA, Ratri yang mewakili gurunya dari Setia Hati tiga orang

saling bergantian datangnya. (hal: 32)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Ratri bukan wanita lemah. dia aktif

dalam kegiatan bela diri, bahkan dia adalah asisten pencak silat, karena Ratri

merupakan murid berbakat dalam kegiatan itu. Ratri ingin menunjukkan kepada

semua orang bahwa wanita juga dapat melakukan apapun yang dilakukan para

laki-laki. Usahanya agar wanita mendapat pengakuan kesetaraan dengan laki-laki

memang cukup banyak. Dia tidak ingin melihat wanita selalu diperlakukan seperti

boneka oleh para laki-laki. Ratri selalu berusaha mencari kesempatan untuk terus

mengembangkan diri sebagai wanita yang kuat lahir dan batin.

Ratri tidak ingin dipandang sebelah mata oleh orang hanya karena terlahir

sebagai seorang wanita. Dia tidak mau main-main dengan kesucian dirinya. Dia

sesalu menjaga harga dirinya sebaik mungkin dari kemungkinan-kemungkinan

yang tidak diinginkan. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Jam sewelas bengi Bagus gak gelem metu teka kamare Ratri, nunggoni

tunangane iku karo klemahan ndhuk turone Ratri. Sing ditunggoni gak turu-

turu, tambah onok ae sing digarap, sing maca buku, sing nata isine meja

belajar, nata isine lemari, ngresiki rai. Sampek ahire bapake Ratri mbejegus

ndhuk ngarep lawang. (hal: 35-36)

Terjemahan:

Jam sebelas malam Bagus tidak mau keluar dari kamar Ratri, menunggu

tunangannya itu dengan tiduran di ranjang Ratri. Yang ditunggui tidak tidur-

Page 105: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

tidur, semakin ada aja yang dikerjakan, dengan membaca buku, menata isi

meja belajar, menata isi almari, membersihkan muka. Sampai akhirnya ayah

Ratri tiba-tiba di depan pintu.

Bagus yang sudah merasa melaksanakan tunangan dengan Ratri

bertandang ke rumah Ratri sampai larut malam. Dia selalu berusaha merayu Ratri

agar mau diajak berhubungan intim. Tetapi selalu ditolak Ratri, karena Ratri

memiliki komitmen yang selalu dipegang, yaitu sebelum sampai di ujung

pernikahan dia tidak mau melakukan hubungan yang tidak pantas. Tindakan yang

dilakukan Ratri seiring dengan gerakan para feminis yang menganjurkan kepada

perempuan untuk mengembangkan diri. Terutama di masa sebelum menikah,

merupakan masa yang paling produktif dalam melakukan berbagai aktivitas

karena belum banyak dibebani kewajiban yang menyangkut keperluan rumah

tangga yang memang identik dengan tanggung jawab penuh seorang wanita yang

sudah berumah tangga.

Dalam pandangan orang tua Bagus, Ratri dianggap seperti wanita

murahan yang mau diajak melakukan apa saja. Seperti tampak dalam kutipan

berikut:

Lagek enak-enak ngonceki pencit dadakna mamine Bagus mecungul nonton

Ratri terus cloluk karo mengkerik, ”Lo, mangkane kok ngebut ae kate kawin,

lawong wis nyidam! He, Gus, Ratri ngrujak pencit iki, lo. Mbok kapakna ae

arek iki , Gus?? Mangkane ditakoni gak ngaku, lah apa kesusu-susu pesen

undhangan kawin iku? Sakjane sing ngethek iku sapa, se? Koen, ya Rat?

He?” Mbuhiku guyon, mbuh embuh. Pokoke Bagus langsung mara nyekseni

Ratri sing atine gampang keslomot iku ngguwak lading mbek pencit sing

dicekel, langsung mlesat metu. Gak omong, gak nyauri, gak ceguk, gak

barang. (hal: 39)

Terjemahan:

Baru menikmati mengupas mangga muda kemudian maminya Bagus datang

melihat Ratri kemudian bilang dengan jijik, ”Lo, makanya kok ribut saja ingin

Page 106: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

menikah, lha sudah ngidam! He, Gus, Ratri membuat rujak mangga muda ini,

lo. Sudah kamu apakan saja anak ini, Gus?? Makanya ditanyai tidak mengaku,

kenapa buru-buru pesan undangan menikah itu? sebenarnya yang berharap itu

siapa sih? kamu ya Rat? He?” Entah itu hanya bercanda, entah tidak, pastinya

Bagus langsung datang menyaksikan Ratri yang hatinya mudah terbakar itu

membuang pisau dan mangga muda yang dipegang, langsung lari keluar, tidak

bicara, tidak menjawab, tidak pakai berpamitan.

Ratri yang merasa dipermalukan oleh orang tua Bagus menjadi semakin

emosi dan berpikir kalau hubungannya dengan Bagus tidak pantas untuk

dipertahankan. Jika dia terus berada dilingkungan keluarga yang semacam itu

pasti Ratri tidak akan tahan. Ratri yang membuat rujak dianggap sudah hamil dan

ingin makan makanan yang asam-asam. Keputusan Ratri untuk meninggalkan

Bagus semakin kuat. Dia merasa tidak sesuai hidup didalam keluarga dengan

kondisi dan pola pikir semacam itu. Tindakan yang dilakukan Ratri merupakan

bentuk keputusan yang tegas yang banyak didukung oleh kaum feminis yang

tidak mau wanita selalu dipandang rendah. Ratri menunjukkan bahwa wanita juga

dapat mengambil keputusan yang tegas dan tidak akan pernah menyesalinya.

Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Ratri gelem balik pamitan, tapi emosine tambah nemen, ”Mi, saya pulang

duli, Bagus mau tugas ke Banyuwangi. Sekarang saya mau membatalkan

undangan dulu, biar Mami tahu bahwa saya tidak berambisi jadi mantunya

Mami, kok.” Terus gak ngenteni saurane mamine Bagus, langsung mengkur

plas!! Tanpa wekas. (hal 40)

Terjemahan:

Ratri mau kembali berpamitan, tetapi emosinya bertambah besar, ”Mi, saya

mau membatalkan undangan dulu, agar Mami tahu bahwa saya tidak

berambisi menjadi menantunya Mami, kok.” Kemudian tidak menunggu

jawaban maminya Bagus, langsung kembali saja!! tanpa pesan.

Di dalam kondisi jiwa Ratri yang terguncang dia tetap berusaha

menunjukkan rasa hormatnya kepada orang yang lebih tua dengan tetap

Page 107: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

berperilaku sopan dan mau berpamitan kepada maminya Bagus, meskipun dia

sudah membuat Ratri merasa sangat jengkel. Ratri memutuskan untuk berpisah

dengan Bagus. Meskipun sudah terlanjur memesan undangan pernikahan, Ratri

tetap mau membatalkan hubungan itu. Ratri tidak mau dipandang sebagai wanita

yang hanya mengandalkan kecantikan untuk memperoleh laki-laki yang kaya

harta. Meski bagaimanapun Ratri mementingkan kehormatan dirinya. Seperti

tampak dalam kutipan berikut:

Ratri langsung nyaut tase maneh karo ngadeg terus karo mbongkuk

nyidhekna cangkeme nang kupinge bapake, ”Nek ngoten niku mboten

sepinten Pak. Sik isinan kula! Diremehna tiyang! Dupeh awak dhewe wong

gak duwe pangkat dhukur. Critane dawa, Pak pokoke intine mamine Bagus

niku wong Jawa ilang Jawane. Mboten seneng nik anake dipek wong Jawa

kados awake dhewe ngeten niki, dianggep tiyang kuna mawon, tiyang ndhesit

ketinggalan jaman, Kula mboten katene nerusaken orip kalih Bagus. Suwe-

suwe kula niki dikira ngiler barek kamulyane Bagus. Nik kula, sori mawon,

Pak! Masiya awake dhewe wong gak duwe montor muluk, tapi duwe

kehormatan.” (hal: 43)

Terjemahan:

Ratri langsung mengambil tasnya lagi sambil berdiri kemudian agak bungkuk

sedikit mendekatkan mulutnya ke telinga ayahnya, ”Kalau segitu tidak

seberapa Pak. Masih malu saya! Diremehkan Orang! Karena kita ini orang

tidak punya pangkat tinggi. Ceritanya panjang, Pak intinya maminya Bagus

itu orang Jawa yang hilang Jawanya. Tidak suka kalau anaknya diambil orang

Jawa seperti kita ini, dianggap orang kuno saja, orang desa ketinggalan jaman,

Saya tidak akan meneruskan hidup dengan Bagus. Lama-lama saya ini dikira

hanya menginginkan kekayaannya Bagus. Kalau saya, Maaf saja, Pak!

Meskipun kita ini orang tidak punya mobil mewah, tetapi punya kehormatan.

Ratri merasa berat untuk memutuskan hubungannya dengan Bagus, karena

sebenarnya Ratri sudah mencintainya, tetapi dia tetap berpegang kepada

pendiriannya yang tidak ingin dipandang sebagai wanita yang hanya mengincar

harta kekayaan. Meskipun tindakannya itu akan membuat Ratri dan keluarganya

malu, tetapi seandainya hubungan itu diteruskan maka akan membuat harga diri

Page 108: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Ratri semakin diinjak-injak. Ratri tidak ingin selalu menjalani hidup dalam

keadaan yang semacam itu.

Ratri ingin menunjukkan bahwa dia akan berusaha menjadi wanita paling

terhormat dalam keluarganya dengan caranya sendiri. Dia ingin menjadi orang

yang hebat melebihi laki-laki. Dia tidak mau menjadi wanita hebat karena

menjadi istri orang yang hebat. Yang dia inginkan adalah menjadi orang yang

hebat karena usahanya sendiri. Karena hal semacan itu akan dipandang lebih

terhormat oleh masyarakat.

Ratri merupakan sosok wanita yang ingin memperoleh ilmu setinggi

mungkin agar hidupnya dapat menjadi lebih mandiri tanpa harus

menggantungkan hidupnya kepada orang lain, dan berusaha mencapai kedudukan

yang setingkat dengan kedudukan laki-laki dalam masyarakat. Seperti tampak

dalam kutipan berikut:

Ratri ngadeg nggejejer nata atine sing umeb. Mari ambegan digetna terus

ngomong notup rembug, ”Sing penting bapak mboten getun, mboten usah

isin, percados mawon teng kula, Pak. Kula mboten katene dados anak sing

ngisin-ngisini, tapi suwalike, Pak. Kula badhe sumpah ajeng dados tiyang

paling terhormat antarane sak keluwargane awak dhewe kabeh, Mboten rabi

mboten napa-napa, Pak! Wong jaman sakniki niku, wong wedok dados tiyang

hebat ngluwihi tiyang jaler, nggih sak thekruk, kok. Nik kula kok kepingin

dados bojone tiyang hebat, tapi pancen awak kula dhewe sing hebat. Niku lak

nggih tambah kehormatan sing asli, tah?” (hal: 44)

Terjemahan:

Ratri berdiri tegak menata hatinya yang sedang panas. Setelah menarik napas

dikagetkan kemudian menutup percakapan. ”Yang penting bapak tidak usah

menyesal, tidak usah malu, percaya saja sama saya, Pak. Saya tidak akan

menjadi anak yang membuat malu, tetapi sebaliknya, Pak. Saya akan

bersumpah akan menjadi orang yang paling terhormat diantara keluarga kita,

Tidak menikah tidak apa-apa, Pak! Orang di jaman sekarang itu, perempuan

menjadi orang hebat melebihi laki-laki, juga banyak, kok. Kalau saya ingin

Page 109: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

menjadi istrinya orang hebat, tetapi memang saya sendiri yang hebat. Itukan

semakin terhormat, kan?”

Banyak sekali hal yang dilakukan Ratri untuk menunjukkan

kemampuannya yang memang pantas untuk dicontoh. Seperti berbagai kegiatan

diikuti, dan berbagai macam perlombaan selalu dia menangkan. Itu semua

merupakan wujud usaha Ratri agar sebagai seorang wanita dia tidak kalah dengan

laki-laki. Bahkan tidak jarang Ratri melampaui batas-batas kemampuan laki-laki.

Ketangguhan dan keunggulannya itu merupakan nilai tambah yang dapat

mengubah pandangan kita terhadap wanita. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

”Ajeng ngeposna surat niki lo, melok lomba gambar teng yogja, lo, Buk?”

Ratri ales. Padahal kate nang dolure Bagus, sing omahe cidhek kantor pos

besar jalan Demak iku. Ibuke percaya ae, pancen gaene Ratri melok lomba

apa ae, sampek SMAne biyen ae oleh beasiswa merga mesthi menangan nang

lomba apa ae. (hal: 49)

Terjemahan:

Akan mengeposkan surat ini lho, ikut lomba gambar di jogja, lo. Buk?” Ratri

beralasan. Padahal akan ke rumah saudaranya Bagus, yang rumahnya dekat

kantor pos Jalan Raya Demak itu. Ibunya percaya saja, memang biasanya

Ratri ikut lomba apa saja, sampai SMAnya dulu saja mendapat beasiswa

karena pasti menang di lomba apa saja.

Berbagai usaha Ratri itu menunjukkan kedudukan wanita dalam

pandangan masyarakat memang harus mulai diubah. Ratri tidak suka dengan

kekuasaan mutlak didalam keluarga ada ditangan suami. Yang ingin dia

tunjukkan adalah pengakuan kesejajaran antara laki-laki dengan perempuan.

Ratri yang sering mendapat berbagai sindiran dan cemoohan dari

masyarakat ingin menunjukkan bahwa sebagai seorang perempuan yang memiliki

pemikiran luas. Karena Ratri sadar bahwa sebagai manusia dia memiliki hak dan

kewajiban yang sama dengan laki-laki untuk mengatur dan bertanggung jawab

Page 110: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

terhadap hidupnya, maka dari itu dia selalu berpikir luas dan terus menuntut ilmu

demi masa depannya.

Ratri adalah gadis yang mandiri, dia sanggup melakukan apapun dengan

usahanya sendiri, dia tidak terbiasa hidup bergantung pada orang lain. Seperti

tampak dalam kutipan berikut:

Bis Kalisari tlusur-tlusur mlebu penirate kampus. Ketoke sepi tapine tibake

bareng arek-arek kampus iku bayar padha anjlog teka bis, akeh lampu-

lampune sepedhah montor morub, suara urung-urung ya warane sepedhah

montor distarter. Iku mau tibakna para cacak, para bapak, para adhik utawa

para calon bojo sing mapagi tekane mahaisiswa teka pentas nang Trowulan

iku. Pancen biyasane nik molih bengi nemen arak-arek iku njaluk dipapag.

Seje ambek Ratri....... (hal: 62)

Terjemahan:

Bus Kalisari berjalan masuk gerbang kampus. Kelihatannya sepi tetapi setelah

anak-anak kampus itu turun dari bus, banyak lampu sepeda motor hidup,

suara knalpot sepeda motor di nyalakan. Itu tadi ternyata para saudara, para

bapak, para adhik atau para calon suami yang menjemput mahasiswa setelah

pentas dari Trowulan itu. Menang biasanya kalau pulang agak malam anak-

anak itu minta dijemput. Beda dengan Ratri........

Tidak seperti teman-teman lainnya yang meminta dijemput ketika ada

urusan yang harus selesai sampai larut malam, Ratri selalu pulang sendiri dan

dapat menikmati hidupnya. Sebagai wanita dia memiliki cita-cita yang ingin

diraih sehingga itu mendorong Ratri selalu kuat menjalani hari-harinya. Meskipun

banyak tugas yang selalu membebaninya, dia selalu terlihat santai dalam

menjalani hidupnya. Justru tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya selalu

mendorong Ratri untuk menjadi wanita yang mandiri.

Ratri adalah gadis yang jujur dan bertanggung jawab terhadap segala hal

yang menjadi kewajibannya. Dia adalah gadis yang selalu tampil apa adanya,

Page 111: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

sehingga dia banyak disukai sejumlah lelaki yang ada disekelilingnya. Perilaku

dan tindakan Ratri menunjukkan bahwa dia adalah gadis yang pandai bergaul

dengan siapapun. Ratri dalam menjalin hubungan dengan laki-laki sangat cerdas

dan mandiri. Dalam setiap mengambil keputusan dia sering implusif dan keras

kepala. Seperti ketika dia mengambil keputusan untuk membatalkan

pertunangannya dengan Bagus. Keputusannya susah untuk diubah, jika

hubungannya itu diteruskan pasti Ratri yang tidak akan tahan dengan situasi di

keluarga Bagus.

Dari uraian di atas dapat digambarkan tentang watak, perilaku, dan tujuan

hidup Ratri. Jika dihubungkan dengan perjuangan gerakan feminisme, tindakan

Ratri tersebut sejalan. Didalam gerakan feminisme menganjurkan kemandirian

berpikir, bahkan sikap keras kepala agar perempuan mampu menempati

kedudukan yang sama dengan kedudukan laki-laki, bukan untuk menarik

perhatian laki-laki kemudian melangsungkan pernikahan. Para feminisme

menganggap bahwa pernikahan atau domestisitas menghambat perkembangan

potensi perempuan. apalagi bagi Ratri yang masih berumur muda, dan masih

duduk di bangku kuliah, yang memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya.

Terutama daya pikirnya supaya tidak terbatas pada urusan keluarga atau rumah

tangga saja.

Bagus yang sempat melamar Ratri merupakan suatu usaha untuk

mengurung Ratri ke lingkungan keluarga dan rumah tangga atau domestisitas,

yang berpeluang mematahkan kemampuan Ratri untuk mengembangkan dirinya.

Segala hal yang membuat Ratri drop mulai disingkirkan dari pikiran dan

Page 112: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

kehidupannya. Dia selalu berusaha mengisi hari-harinya dengan berbagi hal yang

positif. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Ratri gak, jik pepek neng omahe dhewe, nang lemarine dhewe, nang kamare

dhewe sing biyen tau diambah wong langang sepisan ya Bagus iku. Tapine

wis dibusek kabeh mbek Ratri teka angen-angene. Lara getih senine sing aji

iku, dianggep asor kabeh wong seni iku, digebyah uyah regane awake

minangkan wong wedok. Enake?! Ojok dipadhakna, ya?! Batine Ratri eling

sing wis-uwis. (hal: 66)

Terjemahan:

Ratri tidak, masih tetap dirumahnya sendiri, di almarinya sendiri, di kamarnya

sendiri yang dulu pernah ditempati laki-laki sekali ya Bagus itu. Tetapi sudah

dihapus semua oleh Ratri dari angan-angannya. Luka jiwa seninya yang

berharga itu, dianggap rendah semua orang seni itu, disama ratakan harganya

dirinya karena seorang wanita, Enaknya?! Jangan disamakan, Ya?! Batinnya

Ratri ingat yang sudah-sudah.

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa Ratri tidak ingin dipandang

dengan sebelah mata. Dia tidak suka dengan orang yang memandang bahwa

semua wanita itu rendah. Karena pekerjaan Ratri adalah sebagai penari dan

pekerjaan menari sering dianggap sebagai pekerjaan wanita rendahan. Ratri tidak

mau harga dirinya diinjak-injak. Meskipun dalam budaya Jawa sindhen itu identik

dengan asumsi yang rendah, tetapi Ratri ingin menunjukkan bahwa pemikiran

semacam itu tidak selamanya harus dianggap benar. Wanita juga memiliki potensi

yang besar yang pantas untuk ditunjukkan dan terus dikembangkan, maka Ratri

selalu berusaha menuntut ilmu setinggi mungkin.

Berbagai pekerjaan dijalani Ratri untuk menunjukkan bahwa wanita juga

memiliki semangat yang besar seperti layaknya laki-laki. Dia menunjukkan

kepada dunia bahwa wanita bukanlah orang yang rendah. Seperti tampak dalam

kutipan berikut:

Page 113: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Saiki penggaweyane Ratri tambah. Nik isuk mulang nari nang sekolahan TK,

nyekel 6 sekolahan, sanggar loro. Sing sanggar rodok awan budhale. Nik

SDne jam nem isuk wis budhal. Sanggar sitoke sing klebu kegiatane kantor

pemerintah iku nggone nang lagir, sanggar duwekke pemerintah. Sing

mbayari duduk siswane tapi pemerintah . Mulane masiya adoh dilakoni ae,

sepedha montor diselang adhike sing jik kuliah, Ratri ya ngalahi numpak

bemo teka treteg bongkuk nang Jayabaya, terus oper len U jurusan Jagir-

Rungkut. (hal: 86)

Terjemahan:

Sekarang pekerjaan Ratri bertambah. Kalau pagi mengajar nari di sekolah TK,

memegang 6 sekolahan, sanggar dua. Yang sanggar agak siang berangkatnya.

Kalau SD jam enam pagi sudah berangkat. Sanggar satunya yang termasuk

kegiatan kantor pemerintah itu tempatnya di Lagir, sanggar milik pemerintah.

Yang membiayai bukan siswanya tetapi pemerintah. Makanya meskipun jauh

dijalani saja, sepeda motor dipinjam adiknya yang masih kuliah, Ratri

memilih mengalah naik bemo sampai jembatan bongkok di Joyoboyo,

kemudian oper len U jurusan Jagir-Rungkut.

Ratri selalu mengantisipasi rasa malu dan takut dalam dirinya. Kenyataan-

kenyataan hidup yang pahit dan harus dia jalani mendorong kepercayaan dirinya

semakin turun. Jika dia terus berada dalam keadaan dan sutuasi yang seperti itu

akan membuatnya terisolasi dari masyarakat. Ratri mulai berusaha membuka diri

dengan masyarakat dengan cara memanfaatkan bakatnya untuk menjadi guru tari.

Meskipun hari-harinya terasa sangat berat, dia tetap berusaha tegar. dengan

usahanya seperti itu menunjukkan bahwa dia ingin terus mengembangkan

kemampuan menarinya dan ingin memperluas pandangannya dengan dunia luar.

Ratri yang telah putus dengan Bagus akhirnya mulai berkenalan dengan

seorang pemuda yang bermana Wid. Mereka berkenalan ketika Ratri sedang

nyindhen di daerah Surabaya. Wid adalah pemuda yang pandai dan tampan, dia

juga menjabat sebagai Kepala Desa. Perhatian Wid yang sering ditunjukkan

kepada Ratri membuat gadis itu jatuh cinta kepadanya. Seiring perjalanan waktu

Page 114: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

hubungan mereka semakin dekat dan akhirnya mereka sepakat untuk berpacaran.

Hari-hari Ratri selalu dilalui dengan bahagia ketika menjalani hubungan dengan

Wid.

Perhatian Wid yang diberikan kepada Ratri tersebut tidak membuat gadis

itu menjadi lupa dengan cita-citanya. Sambil menjalani hubungan dengan Wid,

Ratri tetap menjalani hari-harinya dengan terus bekerja. Perhatian wid selalu

diungkapkan dengan rayuan-rayuan manis kepada Ratri, sehingga membuat Ratri

semakin jatuh cinta kepada Wid. Karena rasa cinta Ratri yang besar kepada Wid,

ketika dia memiliki waktu luang dia menyempatkan diri datang ke rumah Wid

untuk melepaskan kerinduan.

Wid adalah orang yang sibuk, oleh karena itu dia tidak memiliki banyak

waktu untuk datang ke rumah Ratri, hanya beberapa kali dalam sebulan saja Wid

dapat datang ke rumah Ratri. Sedangkan Ratri lebih sering datang ke rumah Wid.

Di antara mereka memang sudah merasa saling cocok dan saling mengerti atas

kesibukan masing-masing. Maka Ratri yang memiliki lebih banyak waktu luang

lebih sering datang ke rumah Wid. Bahkan ketika bersama, di antara mereka

hampir terjadi hal yang kurang pantas dilakukan. Seperti tampak dalam kutipan

berikut:

Wis gak kenek dicatur maneh, arane wong enom padha karepe, kekepan

padha mari aduse, ambune padha wangine, nang njero omah muk wong loro

thok gak onok wong liyane, katene lapo maneh? Meh ae Wid worung ngantor

merga awake krasan ongkep, kancinge klambi sing ndokur dhewe wis

dibukak. Tapine Ratri tanggap, langsung cepet-cepet notupna kancing iku

maneh. (hal: 92)

Terjemahan:

Page 115: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Sudah tidak dapat diberitahu lagi, namanya anak muda sama keinginannya,

berpelukan sama-sama sudah mandi, baunya harum, di dalam rumah hanya

berdua saja tidak ada orang lain, mau ngapain lagi? Hampir saja Wid tidak

jadi berangkat ke kantor karena dia nyaman berpelukan, kancing bajunya

yang paling atas sudah dibuka. Tetapi Ratri langsung mengerti, langsung saja

menutup kembali kancing baju itu.

Dari kutipan di atas digambarkan bahwa Ratri lebih mampu menahan diri

untuk tidak melakukan hal yang tidak pantas diluar nikah. Ratri memiliki

kemampuan mengendalikan diri dengan baik. Meskipun di antara Wid dan Ratri

sudah saling mencintai tetapi Ratri masih dapat berpikir jernih di dalam situasi

yang tidak pernah dia bayangkan sekalipun. Ratri mampu membuktikan bahwa

wanita pantas dihargai.

Wanita seperti Ratri ini merupakan sosok yang banyak disukai

masyarakat, karena dia wanita yang cantik, baik, pandai dan juga rajin.

Kelincahan dan keindahan yang ada didalam dirinya di manfaatkan untuk

meningkatkan pandangan wanita di mata masyarakat. Daya dongkrak yang

dilakukan Ratri memang pantas untuk diacungi jempol, karena memang banyak

sekali tindakannya yang pantas diterapkan didalam masyarakat.

Ratri adalah gadis yang rajin dan supel maka dia sering mendapat tawaran

pekerjaan untuk menari dan nyindhen. Semakin lama Ratri semakin banyak

tawaran pekerjaan yang datang, dan dia semakin jarang memiliki waktu untuk

bertemu dengan Wid. Wid sendiri adalah seorang kepala desa, jadi dia jarang

memiliki waktu luang untuk menemui Ratri. Setiap hari minggu Wid memiliki

waktu libur, tetapi lain dengan Ratri, justru setiap ada hari minggu Ratri semakin

jarang memiliki waktu untuk libur dari pekerjaannya. Kebanyakan orang memang

Page 116: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

memilih hari minggu untuk mengadakan acara-acara hajatan. Karena intensitas

bertemu mereka semakin jarang maka hubungan mereka semakin renggang.

Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Suwe-suwe kumat judhese Ratri. Gak gelem maneh nang omahe Wid. Wid ya

mek ping telu nang omahe Ratri. Sakteruse mek hubungan liwat kabel terus.

Mesthi Ratri sik sing nelpun, mbuh nang omah, nang kantor, utawa nang

handphone. Apamaneh tanggapane Ratri tambah kelarisen dadi tambah akeh

kenalane, koyok asu ocul teka rantene. Ratri rumangsa bebas gak onok sing

nyandheti lakune.

Ratri lali onok sing luwih penting digatekna timbang mek popularitas thok.

Mesthine Ratri gak oleh lali karo masa dhepan, uripe mbesuk. Ratri wis lali

karo Waskito, dhosene sing gemati biyen, Ratri wis lali ambek weling-welinge

Wid prekara srawung karo wong akeh. Apa maneh Ratri iku wedok, cidhek

blahine, merga Ratri rumangsa wis ngerti wates-watese, weruh apa sing kudu

dilakoni gawe nylametna aji dhirine. Sampek teka titi wancine, Ratri

menhatna sesambungan karo Wid. (hal:95-96)

Terjemahan:

Lama-lama kambuh judesnya Ratri. Tidak mau kerumahnya Wid. Wid juga

hanya tiga kali kerumahnya Ratri. Selanjutnya hanya hubungan melalui kabel

terus. Pasti Ratri duluan yang menghubungi, entah ke rumah, ke kantor, atau

ke handphone. Apalagi tanggapannya Ratri tambah banyak jadi semakin

banyak kenalannya, seperti anjing lepas dari rantainya. Ratri merasa bebas

tidak ada yang melarang jalannya.

Ratri lupa bahwa ada yang lebih penting diperhatikan daripada hanya

popularitas saja. Seharusnya Ratri tidak boleh lupa dengan masa depan,

hidupnya kelak. Ratri sudah lupa dengan Waskito, dosen yang dahulu sangat

perhatian kepadanya, Ratri sudah lupa pesan-pesannya Wid tentang pergaulan

dengan orang banyak. Apalagi Ratri itu perempuan, dekat dengan bahaya,

karena Ratri merasa sudah tahu batas-batasnya, tahu apa yang harus dilakukan

untuk menjaga harga dirinya. Sampai tiba waktunya, Ratri memutuskan

hubungan dengan Wid.

Jam kerja Ratri semakin padat, oleh karena itu dia menjadi semakin

populer. Disaat Ratri menikmati masa kepopulerannya, dia menjadi lupa dengan

segala hal. Bahkan dia sampai lupa bahwa pada dasarnya wanita itu makhluk

yang sangat sensitif, dan sangat dekat dengan ancaman bahaya. Karena Ratri

Page 117: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

merasa sebagai orang yang berpendidikan tinggi maka dia merasa sudah tahu

batas-batas tindakannya. Popularitas memang sering membuat orang lupa diri, hal

itu tidak hanya akan menimpa seorang wanita seperti Ratri, bahkan setiap orang

kalau sedang berada di puncak kejayaan karirnya akan sering lupa diri. Hal itu

membuat Ratri menjadi kurang peduli dengan hal-hal yang penting, yang

seharusnya selalu dia ingat, seperti usaha mempertahankan hubungannya dengan

Wid. Bahkan popularitas membuat Ratri tidak mau berpikir panjang, dia

memutuskan hubungannya dengan Wid. Keputusan itu diambil hanya karena

Ratri dan Wid mulai kurang intensitas komunikasi dan masing-masing terlalu

disibukkan oleh pekerjaan.

Tindakan memutuskan hubungan dengan Wid mulai disesali oleh Ratri.

Setelah mereka benar-benar berpisah Ratri mulai teringat kepada Wid dan

semakin susah melupakann wajah Wid dari bayangannya. Memang di dalam

hidup, sewaktu kita memiliki sesuatu kita kurang tahu arti keberadaannya, dan

ketika kita sudah benar-benar kehilangan baru kita sadar begitu berartinya hal

yang hilang tersebut. Jika manusia kurang dapat menghargai tentang apa yang

dimiliki memang seringkali akan datang penyesalan ketika kita membutuhkannya

tetapi kita tidak dapat menemukannya kembali. Sebenarnya Ratri masih mencintai

Wid dan masih mengharap cinta Wid datang kembali, tetapi itu tidak mungkin

karena Ratri sudah terlanjur memutuskannya. Seperti tampak dalam kutipan

berikut:

Eh! Gendheng, bekne! Ratri nglabrak awake dhewe. Wong wis dibuwak kok

diarep-arep balike maneh, ya tangeh lamun, Rat! Gak! Ratri gak oleh ngarep-

arep sing enggak-enggak! Uwong iku sing digugu apane? Lak ya cangkeme,

Page 118: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

se? Mangkane tah, nik wis pedhot, ya pedhot, gak usah didondomi maneh.

Salahmu dhewe, gak usah digetuni maneh, Batine Ratri umeg. (hal: 98-99)

Terjemahan:

Eh! Gendheng, ternyata! Ratri marah kapada dirinya sendiri. Yang sudah

dibuang kok diharap-harap kembali lagi, ya tidak mungkin, Ratri! Tidak!

Ratri tidak boleh mengharap-harap yang tidak-tidak! Orang itu yang

dipercaya apanya? Mulutnya kan? Makanya, kalau sudah putus, ya putus,

tidak usah disambung lagi. Salah kamu sendiri, tidak usah disesali lagi,

Batinnya Ratri bicara.

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ratri menyesal dengan keputusannya.

Dia hanya dapat berkhayal hal-hal baik selalu datang kepadanya. Sikap tegas

yang diambil Ratri tersebut ternyata membuatnya semakin depresi dan akhirnya

dia menjadi jatuh sakit. Ketika kondisi Ratri yang sedang sakit Wid datang dan

meminta Ratri menari diacaranya. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

”Aku pingin awakmu nari karonsih kanggo mantenanku. Dadi kades teladhan

diobrak-obrak wong ae dikongkon ndang rabi, he? Yawis tak lakoni ae,

momopung onok sing gelem, kathik kabeh wis disiyapna kana, here?” (hal:

100)

Terjemahan:

”Aku ingin kamu menari untuk pernikahanku. Jadi kades teladan disuruh-

suruh orang saja agar cepat menikah? Ya sudah saya jalani saja, mumpung

ada yang mau, dan semua sudah disiapkan semua?”

Kedatangan Wid tersebut membuat Ratri semakin depresi. Tetapi karena

dia diundang sendiri oleh Wid untuk menjadi penari di acara pernikahan Wid,

Ratri terpaksa menerimanya. Bagi Ratri itu adalah kabar buruk, karena

sebenarnya Ratri masih sangat mencintai Wid. Akan tetapi nasi sudah menjadi

bubur, tidak mungkin dapat diubah menjadi nasi lagi. Menyesal pun tidak ada

Page 119: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

gunanya. Akhirnya Ratri hanya dapat menikmati apa yang dia miliki saja

sekarang, dan tidak dapat berbuat apapun untuk mengubahnya.

Ketika Ratri datang ke acara pernikahan Wid dan menampilkan tarian, dia

tidak kuasa menahan sakit hatinya, melihat orang yang dia cintai menikah dengan

orang lain. Dan di dalam acara tersebut, ketika Ratri selesai menari dia jatuh

pingsan. Ratri merasa kehilangan hidupnya, tetapi di dalam dirinya masih

berkobar semangat yang tinggi untuk terus maju dan tetap berusaha bertahan

dengan apa pun yang dia miliki. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Sak marine Wid dadi manten, Ratri malih seneng ngebut nang dalan.

Ndilalah kok ya gak tau tubrukan. Angger lomba tari ya mesthi menang,

koyok-koyok atine kebrongot, nyawang sembarang kalir diematna temenan.

Nik wis ngono terus cangkeme umik-umik: ”Aku kudu isok! Apa ae sing tak

lakoni kudu onok asile, aku gak oleh gagal maneh. Gak!” (hal: 103)

Terjemahan:

Setelah Wid menikah, Ratri menjadi suka ngebut dijalan. Untungnya tidak

tabrakan. Kalau lomba tari ya pasti menang, seperti hatinya terbakar, melihat

apapun selalu dilihat dengan sungguh-sungguh. Kalau sudah begitu mulutnya

bicara terus: ”Saya harus bisa! Apa saja yang saya jalani harus ada hasilnya,

saya tidak boleh gagal lagi. Tidak.”

Ratri memulai lagi hidupnya dengan semangat yang tinggi, yaitu dengan

keyakinan dan bakat yang dia miliki, dia percaya suatu saat dia akan

mendapatkan pekerjaan yang layak dan seuai dengan kemampuannya. Ratri mulai

menentukan tujuan hidupnya dengan mencari pekerjaan. Dengan gelar sarjana

yang dia miliki dia ingin memanfaatkannya dan tidak mau kalah bersaing dengan

sarjana-sarjana lain. Dia tidak mau menyesal lagi diakhir keputusannya. Seperti

tampak dalam kutipan berikut:

Page 120: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Angger nggarap lomba tari sing digagasi ”Aku kudu isok, wong ilmu ketok!

kenek digoleki, kenek disinaoni, angger dalane bener, tepak, kersaning Allah

aku isok oleh. Garapanku mesthi katut, kadhung orip aku kudu ngatog pisan,

cincang-cincing gak worung kebloh, aluwung dijeguri pisan niyat madhep

mantep.” Iku tekade Ratri. (hal 104)

Terjemahan:

Kalau saya ikut lomba tari yang diingat ”Saya harus bisa, itu ilmu yang nyata!

dapat dicari. dapat dipelajari, kalau jalannya benar, tepat, dengan kuasa Allah

saya pasti bisa. Pekerjaan saya pasti masuk, terlanjur hidup saya harus

memuas-muaskan sekalian, kalau mundur akan kalah, lebih baik dilakukan

dengan yakin.” Itu tekatnya Ratri.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ratri mulai berusaha ikut ujian

Nasional untuk menjadi tenaga pendidik. Keyakinan kuat yang dimiliki Ratri

berasal dari watak Ratri yang sangat keras, jadi setiap kali dia memutuskan

sesuatu tidak ada orang yang berani dan mampu untuk merubahnya. Setiap

keputusan yang dia ambil memang susah dirubah karena setiap keputusan yang

dia buat selalu didasari dengan keyakinan dan alasan yang matang.

Dan kemudian Ratri diterima mengajar di sebuah sekolah. Di sekolah itu

dia bertemu dengan Waskito yang dahulu ketika Ratri kuliah dia merupakan

dosen mata kuliah menarinya, dan sekarang mereka bertemu di satu sekolahan.

Disana Waskito adalah guru seni musik dan Ratri menjadi guru menari. Karena

Waskito dan Ratri pernah mengalami latar belakang di kampus yang cukup akrab

dan sekarang mereka dipertemukan di satu sekolah yang sama sebagai pengajar,

maka mereka semakin akrab. Selain itu intensitas bertemu diantara mereka

semakin banyak. Itulah yang menyebabkan hubungan mereka semakin dekat.

Akhirnya Waskito langsung memutuskan melamar Ratri tanpa melalui proses

berpacaran. Ketika dilamar dia tidak begitu perduli dan memberikan keputusan

Page 121: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

lamaran itu kepada orang tuanya. Tetapi orang tua Ratri tidak berani

memutuskan, karena yang akan menjalani rumah tangga adalah Ratri sendiri.

Orang tua Ratri hanya dapat memberi saran yang terbaik kepada anaknya, dan

tidak pernah mengatur atau memaksakan keinginan Ratri. Seperti tampak dalam

kutipan berikut:

”Ya ojok ngono. La nik tak tampa, ya koen kudu tanggung jawab dadi bojone

uwong. Tingkahmu sing kekanakan ya kudu mbok mareni! Wong omurmu wis

selawe, lo!” Bapake negesna. (hal: 113)

Terjemahan:

”Ya jangan begitu. Kalau kamu terima, kamu harus bertanggung jawab

menjadi istrinya orang. Tingkah kamu yang kekanak-kanakan ya harus kamu

hilangkan! karena usiamu juga sudah dua puluh lima, lo!” Bapaknya

menegaskan.

Ratri yang memang sudah tidak memikirkan tentang masa muda, akhirnya

memutuskan menerima lamaran Waskito, apalagi usia Ratri sudah mulai

menunjukkan masa senja untuk ukuran seorang gadis. Memang usia gadis seperti

Ratri jika tidak segera menikah memang akan banyak menimbulkan fitnah.

Sejak kecil Ratri dididik dan diarahkan untuk menjadi wanita yang

mandiri dan tidak pernah melarang melakukan apapun oleh orang tuanya. Orang

tua Ratri sudah sangat paham tentang tabiat dan sifat Ratri, bahkan jalan pikiran

Ratri selalu didukung, karena mereka percaya anaknya pasti hanya melakukan hal

yang terbaik untuk diri dan keluarganya. Kecuali kalau memang saatnya Ratri

meminta kepada pihak keluarga untuk mencarikan jalan terbaik yang harus Ratri

ambil, baru mereka mulai berbicara untuk memberi masukan dan arahan saja.

Sehingga Ratri dapat menjadi orang yang mandiri.

Page 122: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Tokoh Ratri diceritakan oleh pengarang sebagai gadis desa yang cantik,

lincah dan memiliki daya tarik yang kuat terhadap para lelaki, baik muda maupun

tua. Kecantikan parasnya membuat para lelaki terpesona. Di dalam novel ini Ratri

dikisahkan mengalami kisah cinta yang pahit. Hal tersebet memiliki sebuah nilai

filosofi bahwa seorang wanita belum tentu dapat ditaklukkan lawan jenis

meskipun dihadapkan dengan jaminan hidup yang enak jika berhadapan dengan

masalah cinta. Sering kali kita jumpai, cinta banyak membuat hidup manusia

menjadi rapuh. Ratri dikisahkan mengalami liku-liku cinta yang rumit. Meskipun

demikian Ratri merupakan seorang wanita yang tegar dalam menjalani hidup.

Ratri selalu berusaha agar wanita tidak dipandang lebih rendah dari laki-laki. Dia

adalah sosok yang memiliki semangat yang besar dalam meraih cita-citanya.

Selain itu Ratri juga digambarkan sebagai wanita yang memiliki kemampuan dan

hak yang sama dengan laki-laki. Dan jika mau berusaha lebih keras bahkan tidak

menutup kemungkinan wanita memiliki kemampuan di atas laki-laki. Meskipun

demikian Ratri tidak lepas dari kodratnya, yaitu tetap menjadi seorang gadis yang

lembut dan berhati baik.

D. Sikap Trinil S. Setyowati dalam Memandang

Kedudukan Wanita dalam Masyarakat

Dalam kedudukannya wanita sebagai subyek pembangunan, wanita sangat

berperan aktif. Dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati

digambarkan tokoh wanita yang sangat gigih dalam meraih dan memperjuangkan

masa depannya. Didalam novel tersebut tokoh digambarkan sebagai sosok yang

Page 123: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

rajin dan tidak mau menjadi wanita yang lemah. Trinil S. Setyowati tidak suka

dengan sistem keluarga patrilinear, yang diungkapkan dengan cerita dalam

novelnya yang berjudul Sarunge Jagung yang menceritakan wanita yang ingin

dipandang sejajar dengan kaum laki-laki. Trinil S. Setyowati ingin menunjukkan

wanita harus mandiri dalam hidupnya. Wanita juga berhak untuk menuntut ilmu

setinggi-tingginya demi jaminan masa depan yang lebih baik.

Di kalangan masyarakat wanita sering dipandang sebagai orang yang

lemah, tetapi Trinil S. Setyowati berusaha mengubah pandangan tersebut.

Menurut dia wanita tidak kalah dengan kemampuan yang dimiliki laki-laki. Trinil

S. Setyowati juga telah menunjukkan kepada masyarakat bahwa wanita juga

mempunyai potensi yang besar yang perlu dikembangkan seperti dirinya dengan

menjadi pengarang wanita.

Trinil S. Setyowati berharap melalui novelnya antara pria dan wanita

tidak ada perbedaan dalam hal status sosial. Lebih baik secara bersama-sama

berusaha memajukan negara dengan memberi sumbangan yang positif untuk

negara sehingga dapat memajukan bangsa dari berbagai aspek. Dan diharapkan

nantinya dapat meningkatkan perekonomian negara. Meskipun dalam intensitas

yang kecil, wanita ikut berperan aktif dalam memajukan bangsa. Selain itu wanita

juga harus dapat menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak diharapkan.

Di dalam karyanya yang berjudul Sarunge Jagung Trinil S. Setyowati

menunjukkan peran wanita yang sangat aktif dalam proses pembangunan negara

yang selalu dewujudkan dengan terus menjaga kelestarian budaya Jawa tidak

hanya melalui dunia tari tetapi harus dilakukan dalam jenis seni dan budaya yang

Page 124: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

lain. Selain itu dalam novel Sarunge Jagung wanita digambarkan sebagai sosok

orang tegar yang mampu menghadapi hitam putihnya dunia dengan tegar. Dan

Trinil S. Setyowati sendiri telah menunjukkan peranannya dalam proses

pembangunan negara dengan menjadi pengarang aktif untuk menjaga dan

menyebarkan budaya dan tradisi Jawa. Dia terus menuangkan imajinasinya dalam

karya-karyanya. Trinil S. Setyowati menunjukkan pesan-pesan terselubung

melalui tulisannya, karena menjadi pengarang sudah menjadi hobbinya. Sebagai

seorang wanita dia menunjukkan bakatnya yang tidak kalah dengan laki-laki. Di

dalam karyanya yang berjudul Sarunge Jagung Trinil S. Setyowati menampilkan

sosok wanita yang berusaha mengangkat citra wanita di dalam masyarakat,

karena memang dia memandang wanita sekarang memiliki jarak status sosial

yang besar dengan laki-laki.

Antara laki-laki dan perempuan memiliki peranan yang sama dalam

menikmati hasil pembangunan. karena memang tidak hanya laki-laki yang ikut

andil didalam proses pembangunan. Munculnya tokoh Ratri menggambarkan

sebuah usaha wanita yang selalu mengutamakan pendidikan dan karir wanita di

dalam masyarakat. Itu merupakan gambaran bagi kita bahwa wanita memang

harus terus mencari ilmu setinggi langit untuk bekal didalam hidup. selain itu

wanita juga harus terus berkarya jangan sampai tertinggal dengan laki-laki.

Karena Trinil S. Setyowati memandang orang Jawa sekarang sudah banyak yang

melupakan tradisinya, maka melalui novel Sarunge Jagung Trinil S. Setyowati

mencoba untuk mengatakan dan mengkritik terhadap orang-orang yang mulai

melupakan kebudayaan dan tidak menghargai kebudayaan. Kebudayaan Jawa

Page 125: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

merupakan jati diri dari masyarakat Jawa, tidaklah pantas suatu kebudayaan

dihina dan ditinggalkan. Kebudayaan termasuk warisan dari nenek moyang dan

menjadi sebuah jati diri suatu bangsa. Melalui karya novel Sarunge Jagung, Trinil

S. Setyowati ingin mengungkapkan bahwa kepeduliannya terhadap budaya Jawa,

dituangkan melalui karya-karyanya.

Didalam memandang perjodohan sebenarnya Trinil S. Setyowati

menggambarkan di dalam karyanya yang berjudul Sarunge Jagung bahwa kita

tidak usah ragu tentang apa yang sudah menjadi takdir Tuhan. Segala sesuatu

sudah diatur oleh Tuhan. Juga termasuk rejeki dan kejayaan seseorang. Yang

pasti sebagai manusia kita harus terus berusaha yang terbaik. Laki-laki dan wanita

diciptakan untuk saling melengkapi. Walaupun mengalami kejadian yang tidak

berkenan di hati mengenai problema dalam percintaan, hendaknya tidak putus asa

dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Berusaha bangkit dan tidak terpuruk

dalam kesedihan. Menyibukkan diri dalam berbagai kegiatan, memperluas

pergaulan tetapi tetap berorientasi pada norma-norma yang ada.

Didalam mencari nafkah untuk keluarga Trinil S. Setyowati

menggambarkan bahwa sebaiknya wanita juga berperan aktif didalamnya. agar

wanita tidak terinjak-injak dan menjadi tergantung kepada laki-laki. Dengan

begitu, kedudukan wanita di dalam rumah tangga akan lebih terhormat. Wanita

seperti halnya laki-laki, wanita bisa dan mampu mengambil keputusan dan

menentukan tujuan hidupnya. Wanita juga tidak kalah dalam hal pendidikan dan

pekerjaan dengan laki-laki. Akan tetapi Trinil S. Setyowati juga memaparkan

dalam novel Sarunge Jagung bahwa wanita tidak boleh mengindahkan kodrat

Page 126: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

wanita sebagai istri dan ibu rumah tangga. Wanita membutuhkan pendamping

hidup. Walaupun wanita memiliki karir dan rumah tangga, wanita diharapkan bisa

mengatur antara kehidupan karir dan kehidupan berkeluarga agar bisa berjalan

dengan seimbang. Berkarir tidak mengorbankan keluarga,begitu pula sebaliknya.

Wanita hendaknya mengembangkan kemampuan dan keahliannya agar tidak

dipandang sebelah mata dan dipandang rendah. Wanita memiliki hak yang sama

dengan laki-laki.

Page 127: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan tentang novel berbahasa Jawa Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati,

yaitu sebagai berikut:

1. Struktur yang terdapat dalam novel Sarunge Jagung menunjukan kesatuan yang utuh

dan hidup dengan adanya timbal balik dengan unsur-unsurnya, seperti tema, alur,

penokohan, latar dan amanat. Tema cerita menampilkan feminisme tentang

kehidupan seorang kaum wanita Jawa yang tidak kalah dalam hal pendidikan

dan pekerjaan dengan kaum lelaki walaupun dilanda permasalahan yang

cukup berat dalam mencari pasangan hidup. Alur ceritanya mengunakan alur

lurus tetapi didalamnya terlihat kilas balik. Pengarang secara detail melukiskan

perwatakan tokoh-tokohnya, sehingga tokoh yang ada terkesan hidup. Masing-

masing tokoh mampu menjiwai wataknya, hal ini turut membentuk isi cerita. Latar

yang digunakan meliputi latar tempat kota Surabaya dan sekitarnya. Latar waktu

yang digunakan secara abstrak tidak dijelaskan secara pasti, sedangkan latar sosial

mengambil kelas sosial menengah kebawah. Amanatnya adalah kerukunan; manusia

adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain maka harus saling

rukun dalam bermasyarakat, pengendalian diri; kita harus bisa mengendalikan diri

kita agar tidak menyesal dikemudian hari, berusaha dan berdoa dalam meraih cita-

cita serta janganlah melupakan kebudayaan, karena budaya merupakan cerminan jati

112

Page 128: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

diri suatu bangsa. Kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian tidak lupa

berdoa kepada Tuhan agar apa yang kita inginkan dapat tercapai. Secara keseluruhan

unsur-unsur yang membangun novel Sarunge Jagung saling terkait, sehingga

memiliki bobot nilai sastra yang tinggi.

2. Dalam kritik sastra feminis bermaksud untuk mengungkapkan tentang citra wanita

dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati. Citra wanita yang

ditunjukkan tentang sosok wanita cerdas, pandai bergaul, disiplin, pantang menyerah,

beriman dan mempunyai perilaku yang baik. Kaum perempuan itu harus mandiri,

bahwa dalam hal pendidikan, pekerjaan, asmara, dan kehidupan rumah tangga

sebenarnya kaum perempuan itu tidak kalah dengan kaum laki-laki. Dan citra

tokoh laki-laki dalam novel Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati ini

adalah laki-laki sebagai makhluk yang superior dalam hubungan dengan tokoh

wanita. Seperti halnya sebagai pemimpin ruang domestik dan sebagai

penguasa ruang publik. Laki-laki sebagai makhluk superior pastilah

mempunyai sisi yang sama dengan perempuan yaitu citra laki-laki yang bersisi

buruk dan bersisi baik.

3. Sikap pengarang dalam memandang kedudukan wanita di masyarakat yaitu, pria

dan wanita mempunyai peranan yang sama dalam menikmati hasil

pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak pria dan

wanita mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai

pada jenjang yang lebih tinggi. Selanjutnya, kewajiban yang sama untuk

mancari nafkah dengan suaminya dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan

rumah tangga. Dan wanita juga mempunyai potensi yang besar yang perlu

Page 129: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

dikembangkan. Dengan begitu, kedudukan wanita dalam masyarakat tidak lagi

monoton, dan wanita di dalam rumah tangga akan lebih terhormat.

B. Saran-Saran

Bertolak dari kesimpulan di atas, maka selanjutnya disampaikan beberapa

saran mengenai novel berbahasa Jawa Sarunge Jagung karya Trinil S. Setyowati

sebagai berikut:

1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan kepada

penikmat atau pembaca dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam

kehidupan dan harus dipahami dengan lebih arif dan bijaksana untuk

kedepannya. Walaupun dalam kehidupan penuh dengan rintangan kita harus

terus bekerja keras dan mau berkorban untuk menemukan kebahagiaan.

2. Pendekatan yang dipakai dalam analisis terhadap novel Sarunge Jagung adalah

pendekatan kritik sastra feminis. Peneliti berharap agar nantinya ada penelitian

lain yang dapat terus dilakukan yang mampu meneliti novel Sarunge Jagung

dengan pendekatan yang berbeda dan sudut pandang yang lebih menarik

mengenai aspek-aspek penting lainnya.

Page 130: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. semarang:

IKIP Semarang Press.

Andre Hardjana. 1991. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Atarsemi. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Bagaswara. 2009. Pepak Basa Jawa. Solo: CV Beringin

Burhan Nurgihantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Edi Subroto, D. (2007). Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS, dan UPT

Penerbitan dan Percetakan UNS.

Gorys Keraf. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

H.B. Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Teori dan

terapannya dalam penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Henry Guntur Tarigan. 1992. Menulis. Bandung: Angkasa Raya.

Imam Sutardjo. 2006. Mutiara Budaya Jawa. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Laelasari & Nurlailah, 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.

Page 131: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lexy. J. Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Maria. A. Sardjono 2005. Paham Jawa Menguak Falsafah Hidup Wanita Jawa

Lewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Melani Budianta, 2006. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk

Perguruan Tinggi). Magelang: Indonesia Tera.

Panuti Sudjiman. 1984. Petunjuk Penelitian Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok AA

Pengajar Bahasa Indonesia.

Partini Sardjono Pradotokusuma. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Rene Wellek dan Austin Warren. 1993. Teori Kasusastraan (Terjemahan oleh

Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan

Kiat.Yogyakarta : Unit Penerbitan Asia Barat.

Soenardjati Djajanegara. 2000. Kritik Sastra Feminis; Sebuah Pengantar. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Suroso Ari Wibowo. 2005. Metode Belajar Efekttf Basa Jawa. Surakarta: Media

Karya Putra.

Sutopo. H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Teori dan

terapannya dalam penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Page 132: eksistensi wanita jawa dalam novel sarunge jagung karya trinil s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Suwardi Endraswara. 2008, Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

..................... 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori,

dan Aplikasi.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press.

Teeuw. A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra . Jakarta: Gramedia

Trinil S. Setyowati.2005. Sarunge Jagung. Sragen: Yayasan Sasmita Budaya.

Zainuddin Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University

Press.