Eksistensi Transportasi Sungai (Ketek) Sebagai Sarana Alternatif di Kota Jambi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ABSTRAKHanif, Muhammad Abdul. Eksistensi Transportasi Sungai (Ketek) sebagai Sarana Alternatif di Kota Jambi. Skripsi, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing: (I) Drs. Sayuti, M. Pd. I (II) Mailinar, S. Sos, M. UdPenelitian ini dilatarbelakangi oleh pesatnya perkembangan alat transportasi yang modern dan canggih serta kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berupa pembangunan jembatan, dengan sendirinya akan mengancam keberadaan ketek sebagai transportasi sungai yang memiliki nilai dan muatan lokal. Hal ini dikhawatirkan akan mematikan jalur transportasi sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi. Ketek merupakan sarana yang sangat penting, karena merupakan satu-satunya jenis transportasi angkutan sungai yang berfungsi sebagai sarana transportasi penyeberangan sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana eksistensi transportasi sungai ketek, fungsi transportasi sungai ketek dan persepsi masyarakat tentang eksistensi transportasi sungai ketek sebagai sarana alternatif di Kota Jambi.Penelitian ini merupakan penelitian etnografi ala James P. Spradley dengan pendekatan emik dan perspekstif kualitatif-fenomenologi. Data diperoleh dari hasil pengamatan berperanserta (observation participant) dan wawancara mendalam (indept interview) dengan batasan wilayah di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi. Hasilnya adalah eksistensi transportasi sungai ketek di Kota Jambi saat ini berada pada tingkat keprihatinan karena mengalami kemunduran. Kemunduran dalam penurunan jumlah transportasi sungai ketek, sistem pelaksanaan (penempatan parkir.berlabuhnya ketek) yang tidak proporsional dan kemunduran dalam mempertahankan nilai budaya masa lalu. Fungsi transportasi sungai ketek di kota Jambi adalah sebagai sarana mata pencaharian hidup, sarana penyeberangan sungai Batang Hari serta sarana lomba dan rekreasi. Persepsi masyarakat tentang eksistensi transportasi sungai ketek di kota Jambi bahwa ketek merupakan urat nadi masyarakat lokal sebagai roda perekonomian dan sebuah tradisi yang sudah mendarah daging, sehingga keberadaan transportasi sungai ketek tetap dipertahankan oleh masyarakat Seberang Kota Jambi.Kata Kunci: Transportasi sungai ketek, eksistensi, fungsi dan persepsi

Citation preview

  • EKSISTENSI TRANSPORTASI SUNGAI (KETEK)

    SEBAGAI SARANA ALTERNATIF

    DI KOTA JAMBI

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

    Dalam Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam

    OLEH

    MUHAMMAD ABDUL HANIF

    NIM. AS.101055

    FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2013/2014

  • i

    NOTA DINAS

    Jambi, 12 Mei 2014

    Pembimbing I : Drs. Sayuti, M. Pd. I

    Pembimbing II : Mailinar, S. Sos, M. Ud

    Alamat : Fakultas Adab dan Humaniora

    Kepada Yth,

    Ibu Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

    IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    Di_

    Jambi

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, kami berpendapat bahwa

    skripsi saudara Muhammad Abdul Hanif yang berjudul Eksistensi Transportasi

    Sungai (Ketek) sebagai Sarana Alternatif di Kota Jambi telah dapat diajukan untuk

    dimunaqasahkan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat mencapai

    gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi. Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima

    dengan baik.

    Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan agama,

    nusa dan bangsa.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Dosen Pembimbing I

    Drs. Sayuti, M. Pd. I

    NIP. 19590902 199003 2 001

    Dosen Pembimbing II

    Mailinar, S. Sos, M. Ud

    NIP. 19770505 200501 2 007

  • ii

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

    PENGESAHAN

    Skripsi ini telah dimunaqasahkan oleh sidang Fakultas Adab dan Humaniora

    IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Selasa tanggal 20 Mei 2014 dan telah

    diterima sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh

    gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam.

    Jambi, 10 Juni 2014

    Dekan

    Fakultas Adab dan Humaniora

    Dr. Armida, M.Pd.I

    NIP. 19621223 199003 2 001

    Sekretaris Sidang

    Ulfati, M.Pd.I

    NIP. 19670525 199203 2 001

    Ketua Sidang

    Samsul Huda, M.Ag

    NIP. 19700703 200212 1 002

    Penguji I

    Prof. Dr. Adrianus Chatib, S.S, M.A

    NIP. 19550106 198203 1 001

    Pembimbing I

    Drs. Sayuti, M.Pd.I

    NIP.19590902 199003 2 001

    Penguji II

    M. Nur, S.Sos, M.Sy

    NIP. 19730423 200604 1 003

    Pembimbing II

    Mailinar, S.Sos, M.Ud

    NIP. 19770505 200501 2 007

  • iii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

    Nama : Muhammad Abdul Hanif

    NIM : AS.101055

    Pembimbing I : Drs. Sayuti, M. Pd. I

    Pembimbing II : Mailinar, S. Sos, M. Ud

    Fakultas : Adab dan Humaniora

    Jurusan : Sejarah Kebudayaan Islam

    Judul Skripsi : Eksistensi Transportasi Sungai (Ketek) sebagai Sarana

    Alternatif di Kota Jambi

    Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah asli bukan plagiasi serta

    telah diselesaikan dengan ketentuan ilmiah menurut peraturan yang berlaku.

    Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan

    apabila dikemudian hari, ternyata telah ditemukan sebuah pelanggaran plagiasi

    dalam karya ilmiah/skripsi ini, maka saya siap diproses berdasarkan peraturan dan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Jambi, 12 Mei 2014

    Muhammad Abdul Hanif

    NIM. AS.101055

    Materai 6000

  • iv

    MOTTO

    ( :176)

    Artinya: Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka

    berfikir.(QS. Al-Araf: 176)1

    1Departemen Agama RI Indonesia, Al-Quran danTerjemahnya, (Jakarta: Swakarya, 1989),

    hal. 251.

  • v

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini aku persembahkan kepada:

    Ayah dan Ibu

    Yang selalu menjadi cahaya kehidupan ku

    Menjadi Rembulan di saat datangnya malam

    Dan Matahari di saat siang

    Tak Lekang panas menyengat tubuhnya demi mencari kehidupan

    Tak peduli hujan membasahinya demi secerik penghasilan

    Tanpa pamrih berjuang

    Rela berkorban membanting tulang dengan ketulusan hati yang terdalam

    Mengasuh, membesarkan, mendidik, membina dan membimbing

    Sungguh perjuangan yang melelahkan

    Semoga ketulusan Ayah dan Ibu

    Diridhoi oleh Allah SWT

    Dengan balasan Surga-Nya

    Bapak dan Ibu Guru (Ustadz dan Ustadzah)

    Yang selalu menjadi inspirasi ku

    Memberi motivasi di saat aku terjatuh, menawarkan harapan di saat aku terbangun

    Mengingatkan di saat lupa, menasehati di saat salah

    dan mengapresiasi di saat benar

    Semoga jasa-jasa Bapak dan Ibu Guru

    Dibalas oleh Allah SWT

    Dengan keadaan husnul khatimah

    Kakak, Adik dan Sahabat-Sahabat Ku

    Eni Defiriani, M. Pd, Muhammad Munawar Holil, Qatrunnada Ramadhaniah

    Dewan Pembimbing (Demisioner)

    dan segenap pengurus Asrama Mahad Al-Jamiah

    yang selalu mewarnai kehidupanku

    Susah, senang dan sedih bersama

    Semoga kalian diberikan kebahagian

    Dunia dan Akhirat

    Amin Ya Rabbal Alamin

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis diberikan

    kekuatan dan ketegaran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul Eksistensi

    Transportasi Sungai (Ketek) sebagai Sarana Alternatif di Kota Jambi. Shalawat

    teriring salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para

    sahabat, keluarga dan umatnya sepanjang zaman. Amin ya rabbal alamin.

    Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan,

    dukungan dan masukan, baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak. Untuk itu,

    dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang teristimewa

    kepada Bapak Zainuddin dan Ibu Zuhriyah selaku orang tua penulis yang selalu

    memberikan cinta, doa dan motivasinya yang luar biasa. Selanjutnya, ucapan

    terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan terutama kepada Bapak Drs.

    Sayuti, M.Pd.I selaku Pembimbing Skripsi I dan Ibu Mailinar, S.Sos, M.Ud selaku

    Pembimbing Skripsi II yang selalu memberikan koreksi dan masukan demi

    kesempurnaannya skripsi ini, terima kasih luar biasa. Selanjutnya tak lupa pula penulis

    menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Armida, M.Pd

    selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak Samsul Huda, M.Ag selaku Wakil

    Dekan I, Bapak H. Mislan, M.Pd.I selaku Wakil Dekan II, Ibu Zarfina Yenti, M.Ag

    selaku Wakil Dekan III, Ibu Mailinar, S.Sos, M.Ud selaku Ketua Jurusan dan Bapak

  • vii

    Aliyas, M.Fil.I selaku Sekretaris Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan

    Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, serta para karyawan dan karyawati

    Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah

    bersusah payah memberikan pelayanan dan berbagi urusan bagi penulis dalam

    penyelesaian dan penyusunan skripsi.

    Kemudian, terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Umil Muhsinin,

    M.Pd (Menga) selaku bibi penulis yang selalu mendukung dan memberikan support

    serta bantuannya yang tak terhingga kepada penulis selama menempuh jenjang

    perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini, terima kasih yang luar biasa. Terima kasih

    juga penulis ucapkan kepada seluruh Civitas Akademik Mahad Al-Jamiah IAIN

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi atas bimbingannya selama ini terkhusus kepada Ust. H.

    Abu Mansur Al-Maturidi Lc., M.Hi dan Ummi Shinta Wati MF, M.Pd, terima kasih

    yang sedalam-dalamnya atas didikan mentalitasnya sehingga penulis bisa

    menyelesaikan skripsi ini dengan tegar. Dan juga kepada sahabat-sahabat perjuangan

    Dewan Pembimbing (Demisioner) Mahad Al-Jamiah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

    Jambi, Muhammad Ilham S.Ud, Ahmad Mustaniruddin, S.Ud, Suparno, S.Hum, Erick

    Pratama, S.Sos, Suprapno, S.Pd.I, Alif Rahman Hakim, S.Pd, Muhammad Halim, S.Ud,

    Libra Khusayaini, S.IP, Muhammad Amin, S.E.Sy dan Andes Saputra, S.E,Sy, terima

    kasih untuk sharing nya dan semangatnya selama ini serta tidak lupa untuk sahabat

    terbaik ku Ardiansah, S.Hum yang selama ini menjadi teman juang dan saing ku selama

    duduk di bangku perkuliahan, terima kasih atas motivasinya. Serta kepada semua pihak

  • viii

    yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan

    namanya satu persatu, terima kasih semuanya.

    Akhir kata, penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penyusunan

    Skripsi ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik di kemudian

    hari. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya rabbal alamin.

    Jambi, 12 Mei 2014

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    Hanif, Muhammad Abdul. Eksistensi Transportasi Sungai (Ketek) sebagai Sarana

    Alternatif di Kota Jambi. Skripsi, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas

    Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing: (I)

    Drs. Sayuti, M. Pd. I (II) Mailinar, S. Sos, M. Ud

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pesatnya perkembangan alat transportasi

    yang modern dan canggih serta kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

    berupa pembangunan jembatan, dengan sendirinya akan mengancam keberadaan

    ketek sebagai transportasi sungai yang memiliki nilai dan muatan lokal. Hal ini

    dikhawatirkan akan mematikan jalur transportasi sungai di DAS Batang Hari Kota

    Jambi. Ketek merupakan sarana yang sangat penting, karena merupakan satu-satunya

    jenis transportasi angkutan sungai yang berfungsi sebagai sarana transportasi

    penyeberangan sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi.

    Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana eksistensi transportasi

    sungai ketek, fungsi transportasi sungai ketek dan persepsi masyarakat tentang

    eksistensi transportasi sungai ketek sebagai sarana alternatif di Kota Jambi.

    Penelitian ini merupakan penelitian etnografi ala James P. Spradley dengan

    pendekatan emik dan perspekstif kualitatif-fenomenologi. Data diperoleh dari hasil

    pengamatan berperanserta (observation participant) dan wawancara mendalam

    (indept interview) dengan batasan wilayah di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota

    Jambi.

    Hasilnya adalah eksistensi transportasi sungai ketek di Kota Jambi saat ini

    berada pada tingkat keprihatinan karena mengalami kemunduran. Kemunduran dalam

    penurunan jumlah transportasi sungai ketek, sistem pelaksanaan (penempatan

    parkir.berlabuhnya ketek) yang tidak proporsional dan kemunduran dalam

    mempertahankan nilai budaya masa lalu. Fungsi transportasi sungai ketek di kota

    Jambi adalah sebagai sarana mata pencaharian hidup, sarana penyeberangan sungai

    Batang Hari serta sarana lomba dan rekreasi. Persepsi masyarakat tentang eksistensi

    transportasi sungai ketek di kota Jambi bahwa ketek merupakan urat nadi masyarakat

    lokal sebagai roda perekonomian dan sebuah tradisi yang sudah mendarah daging,

    sehingga keberadaan transportasi sungai ketek tetap dipertahankan oleh masyarakat

    Seberang Kota Jambi.

    Kata Kunci: Transportasi sungai ketek, eksistensi, fungsi dan persepsi

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    NOTA DINAS .................................................................................................... i

    PENGESAHAN ................................................................................................. ii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................... iii

    MOTTO .............................................................................................................. iv

    PERSEMBAHAN .............................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

    ABSTRAK .......................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................... 9

    C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9

    D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 10

    E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian ............................................. 11

    F. Metode Penelitian .................................................................................... 12

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 12

    2. Penentuan Lokasi Penelitian ................................................................ 14

    3. Penentuan Informan ............................................................................. 16

    4. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 17

    5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 19

    6. Teknik Analisis Data ........................................................................... 23

    7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 24

    8. Jadwal Penelitian ................................................................................. 27

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Pengertian Eksistensi ............................................................................... 28

    B. Transportasi .............................................................................................. 28

    1. Pengertian Transportasi ...................................................................... 28

    2. Unsur-unsur Transportasi .................................................................... 30

    3. Peranan Transportasi ........................................................................... 30

    4. Jenis-Jenis Transportasi ...................................................................... 31

    5. Konsep Dasar Transportasi ................................................................. 31

    C. Transportasi dan Kebudayaan .................................................................. 32

    D. Transportasi, Kearifan Lokal dan Modernisasi ........................................ 38

  • xi

    BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Kota Jambi ................................................................. 43

    1. Kondisi Wilayah Fisik ....................................................................... 43

    2. Batas Administrasi ............................................................................. 44

    3. Kependudukan ................................................................................... 45

    4. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................... 46

    B. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ..................................................... 47

    1. Monografi .......................................................................................... 47

    2. Pemerintahan ...................................................................................... 48

    3. Penduduk ............................................................................................ 50

    4. Sosial, Pendidikan dan Agama .......................................................... 53

    5. Perumahan dan Perhubungan ............................................................. 56

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Eksistensi Transportasi Sungai Ketek di Kota Jambi ............................... 59

    1. Sejarah Munculnya Transportasi Sungai ketek .................................. 59

    2. Macam-Macam Transportasi Sungai di Kota Jambi .......................... 63

    3. Istilah Lain Ketek sebagai Transportasi Sungai ................................. 69

    4. Proses Pembuatan Transportasi Sungai ketek .................................... 69

    5. Jumlah Transportasi Sungai Ketek ..................................................... 76

    6. Struktur dan Sistem Pelaksanaan Organisasi Ketek ........................... 79

    7. Fungsi Pelabuhan Masa Lalu dan Sekarang ...................................... 82

    8. Penumpang dan Aktivitas Transportasi Sungai Ketek ....................... 85

    B. Fungsi Transportasi Sungai ketek di Kota Jambi ..................................... 88

    1. Ketek sebagai Sarana Mata Pencaharian Hidup .................................. 88

    2. Ketek sebagai Sarana Penyeberangan Sungai ..................................... 93

    3. Ketek sebagai Sarana Lomba dan Rekreasi......................................... 94

    C. Persepsi Masyarakat Tentang Eksistensi Transportasi

    Sungai ketek di Kota jambi ...................................................................... 95

    1. Ketek sebagai Roda Perekonomian ..................................................... 95

    2. Ketek sebagai Tradisi Masyarakat Lokal ............................................ 97

    D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 99

    1. Pembahasan Eksistensi Transportasi Sungai Ketek

    di Kota Jambi ...................................................................................... 99

    2. Pembahasan Fungsi Transportasi Sungai Ketek

    di Kota Jambi ...................................................................................... 101

    3. Pembahasan Persepsi Masyarakat tentang Eksistensi

    Transportasi Sungai Ketek di Kota Jambi ........................................... 103

  • xii

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................................. 105

    B. Rekomendasi ............................................................................................ 105

    C. Kata Penutup ............................................................................................ 106

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    BAB I PENDAHULUAN

    Gambar 1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 13

    Gambar 2 Lokasi Penelitian ......................................................................... 15

    BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Gambar 1 Struktur Organisasi Kecamatan Pelayangan ............................... 49

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Gambar 1 Bentuk Struktur Perahu Mesin di Pulau Pandan ......................... 61

    Gambar 2 Bentuk Struktur Transportasi Sungai Ketek di Seberang

    Kota Jambi ................................................................................... 63

    Gambar 3 Bentuk Tajuk Ketek ..................................................................... 72

    Gambar 4 Bentuk Gading Ketek ................................................................... 73

    Gambar 5 Bentuk Mal Ketek ........................................................................ 74

    Gambar 6 Bentuk Pisang-pisang Ketek ........................................................ 74

    Gambar 7 Bentuk Haluan dan Tutup Jgong Ketek ....................................... 75

    Gambar 8 Bentuk Buritan dan Tutup Jgong Ketek ....................................... 75

    Gambar 9 Struktur Ketek dalam bentuk Kerangka ....................................... 76

    Gambar 10 Kondisi Tempat Parkir Roda Dua di Kelurahan

    Arab Melayu ................................................................................ 79

    Gambar 11 Kondisi Transportasi Sungai Ketek di Kelurahan

    Arab Melayu ................................................................................ 81

    Gambar 12 Kondisi Transportasi Sungai Ketek di Kelurahan

    Mudung Laut, Jelmu dan Tengah ................................................ 82

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    BAB I PENDAHULUAN

    Tabel 1 Jadwal Penelitian ................................................................................ 27

    BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Tabel 1 Luas Kecamatan, Kelurahan dan RT di Kota Jambi Tahun 2012 ....... 44

    Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

    di Kota Jambi Tahun 2012 .................................................................. 45

    Tabel 3 Distibusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto

    Kota Jambi Atas Dasar Berlaku Tahun 2010-2012 ............................ 46

    Tabel 4 Nama-Nama Pejabat Camat Pelayangan Sampai dengan 2012 .......... 48

    Tabel 5 Nama-Nama Pejabat Pemerintahan di Dinas Vertikal

    Kecamatan Pelayangan 2012 .............................................................. 48

    Tabel 6 Nama-Nama Pejabat Kelurahan dalam Kecamatan

    Pelayangan 2012 ................................................................................. 50

    Tabel 7 Banyaknya Rukun Tetangga, Rumah Tetangga, Penduduk

    dan Anggota Rumah Tangga Dirinci Per Kelurahan 2012 ................. 51

    Tabel 8 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci Per Kelurahan 2012 ......... 52

    Tabel 9 Rata-Rata Kepadatan Penduduk Per Km2 Dirinci Menurut

    Kelurahan 2012 ................................................................................... 52

    Tabel 10 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut

    Mata Pencaharian ................................................................................ 53

    Tabel 11 Banyaknya Karang Taruna, Unit Olahraga dan Lapangan

    di Kecamatan Pelayangan 2012 .......................................................... 54

    Tabel 12 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kecamatan

    Pelayangan 2012 ................................................................................. 55

    Tabel 13 Banyaknya Penduduk Menurut Agama Dirinci

    Per Kelurahan 2012 ............................................................................. 55

    Tabel 14 Banyaknya Sarana, Peribadatan Dirinci Menurut Jenisnya

    Per Kelurahan 2012 ............................................................................. 56

    Tabel 15 Banyaknya Perumahan Penduduk di Kecamatan

    Pelayangan Dirinci Per Kelurahan 2012 ............................................. 57

    Tabel 16 Persentase Pemakaian Alat Transportasi di Kecamatan

    Pelayangan 2012 ................................................................................. 57

    Tabel 17 Banyaknya Alat Transportasi Menurut Kelurahan

    di Kecamatan Pelayangan 2012 .......................................................... 58

  • xv

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Tabel 2 Banyaknya Transportasi Sungai Ketek Dirinci Per Kelurahan

    di Kecamatan Pelayangan 2014 .......................................................... 77

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu pulau

    sepanjang garis khatulistiwa yang menempati peringkat keempat dari 10 negara

    berpopulasi terbesar di dunia.1 Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan

    sulit untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.

    Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan yang sangat penting karena

    berkaitan dengan kebutuhan setiap orang. Kebutuhan ini misalnya kebutuhan untuk

    mencapai lokasi kerja, lokasi sekolah, mengunjungi tempat hiburan atau pelayanan,

    dan bahkan untuk bepergian ke luar kota. Transportasi tidak hanya mengangkut orang,

    tetapi juga untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain.2

    Pentingnya peranan transportasi tersebut akan tercermin pada penyelenggaraan

    dari peran dan fungsi transportasi itu sendiri yang mempengaruhi semua aspek

    kehidupan bangsa dan negara serta semakin meningkatnya kebutuhan jasa transportasi

    bagi mobilitas orang dan barang dalam negeri. Disamping itu, transportasi juga

    berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang

    memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang.

    1Lihat CIA World Factbook Tahun 2013 (ilmupengetahuanumum.com/10-negara-dengan-

    jumlah-penduduk-populasi-terbanyak-di-dunia/), tanggal akses 28 Februari 2013 pukul 10.00 WIB. 2Rizki Permata Sari, Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapura Kota

    Banjarmasin, Tesis, (Semarang, Undip, 2008), hal. 1.

  • 2

    Perkembangan transportasi memungkinkan berbagai kegiatan dapat diangkut

    melalui darat, udara ataupun laut dengan jenis angkut yang beragam. Namun yang

    perlu diingat, bahwa sebagai fasilitas pendukung kegiatan kehidupan, maka

    perkembangan transportasi harus diperhitungkan dengan tepat dan secermat mungkin

    agar dapat mendukung tujuan pembangunan secara umum dari satu dearah.3

    Transportasi sungai di Indonesia pada umumnya digunakan untuk melayani

    mobilitas barang dan penumpang, baik di sepanjang aliran sungai maupun

    penyeberangan sungai.4 Sistem perairan sungai yang dapat dilayari harus memenuhi

    persyaratan teknis, yakni: kedalaman, kelandaian, dan kecepatan arus tertentu,

    sehingga aman dan mudah dilayari. Angkutan sungai sangat menonjol di Kalimantan,

    Sumatera dan Papua. Di Kalimantan, angkutan sungai banyak digunakan untuk

    kebutuhan angkutan lokal dan perkotaan, terutama di wilayah yang belum tersedia

    prasarana transportasi jalan.5

    Dalam kacamata sejarah, transportasi/angkutan sungai itu sudah dikenal mulai

    zamannya nenek moyang kita selama sudah ribuan tahun yang lalu berprofesi sebagai

    pelaut. Sejak lama Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara perahu

    tersohor. Hal ini dapat dibuktikan pada gambar relief yang berupa perahu pada candi

    Borobudur, candi Perambanan dan beberapa candi yang lain.6

    3Fidel Miro, Perencanaan Transportasi, (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 2.

    4Rizki Permata Sari, Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapura Kota

    Banjarmasin, hal. 54. 5A. Taufik Mulyana, Transportasi Air. (Banjarmasin: Fakultas Teknik Universitas Lambung

    Mangkurat, 2005), hal. 5. 6Baca Lisbijanto, Kapal Pinisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 7.

  • 3

    Ada yang mengatakan pada awalnya nenek moyang kita membuat perahu

    dengan hanya kemampuan yang sederhana, yaitu mengaitkan beberapa batang bamboo

    menjadi satu, yang kemudian dikenal sebagai rakit atau gethek. Namun rakit ini hanya

    bisa digunakan untuk pelayaran jarak dekat dan hanya cocok untuk pelayaran di

    sungai yang tidak ada gelombang. Bentuk rakit merupakan bentuk perahu yang paling

    sederhana, tanpa kemudi dan layar. Kemungkinan lain nenek moyang kita jauh

    sebelum mengenal perahu masih menggunakan batang pohon pisang yang disatukan

    dengan tali atau batang dan digunakan untuk pelayaran yang jarak dekat serta daerah

    sungai yang tanpa gelombang. Kedua jenis perahu sederhana tersebut sampai sekarang

    masih digunakan oleh penduduk di pedesaan dan pedalaman.7

    Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki kebudayaan dan suku bangsa

    yang beragam, maka terdapat berbagai jenis perahu yang sesuai dengan adat dan

    tradisi masing-masing daerah. Jenis perahu yang dikenal di Indonesia, antara lain

    disebut sampan, biduk, bidar, kora-kora, klotok, ketingting, pancalang, lancing,

    kalulus, bahtera, tongkang, janggolan, jung, palari, sandek, paduakang, orembai,

    rorehe, sope, balaso-e, eretan, kano dan sekoci. Bentuk perahu-perahu tersebut juga

    beragam, ada yang polos, ada yang berwarna-warni dipenuhi hiasan atau ukiran dan

    ada yang memiliki ciri tertentu. Perahu-perahu tersebut mempunyai fungsi dan

    kegunaan yang bermacam-macam, misalnya perahu yang berfungsi untuk membawa

    7Lisbijanto, Kapal Pinisi, hal. 7.

  • 4

    hasil tangkapan, membawa barang dagangan, olahraga, transportasi, pesiar, menjaga

    keamanan, berperang dan kegunaan lainnya.8

    Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Jambi merupakan salah satu daerah yang

    memiliki sungai terpanjang di pulau Sumatera yaitu Sungai Batang Hari. Daerah

    Aliran Sungai (DAS) Batang Hari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia,

    mencakup luas areal tangkapan (catchment area) 4.9 juta Ha. Sekitar 76 % DAS

    Batang Hari berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada provinsi Sumatera

    Barat.9

    Sungai Batang Hari berasal dari Pegunungan Bukit Barisan dari 2 lokasi

    sebagai awalnya sungai yaitu Danau Kerinci (Jambi) dari arah selatan menuju ke

    utara-timur menjadi Sungai Batang Tembesi dan Danau Kembar dari arah utara

    (Sumbar) menuju selatan-timur yang menjadi Sungai Batanghari Hulu. Kedua sungai

    tersebut bertemu di Kota Muara Tembesi dan selanjutnya mengalir ke timur menuju

    ke timur bernama Sungai Batanghari melewati Kota Jambi menuju laut di Selat

    Berhala.10

    Keberadaan Sungai Batang Hari di Provinsi Jambi memberikan ruang lingkup

    yang luas terhadap perkembangan transportasi sungai di Kota Jambi. Salah satu jenis

    transportasi sungai yang berkembang di Kota Jambi yang sesuai dengan adat dan

    tradisi daerahnya adalah transportasi sungai ketek. Transportasi sungai ketek

    8Lisbijanto, Kapal Pinisi, hal. 8.

    9Lihat (http://id.wikipedia.org/wiki/Batang_Hari). Tanggal diakses Minggu, 11 Mei 2014

    pukul 14.45 WIB. 10

    Lihat(http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/profil%20balai/bws/profilebws%20sumatera%20

    VI.pdf).Tanggal diakses 11 Mei 2014 pukul 19.15 WIB.

  • 5

    merupakan sarana transportasi sungai utama masa lalu dan hingga saat ini masih

    dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat di Kota Jambi khususnya di Seberang Kota

    Jambi.

    Tata ruang kota Jambi memiliki keunikan dibandingkan dengan wilayah lain,

    karena dialiri Sungai Batang Hari yang berfungsi sebagai batas alami antara kota yang

    menjadi pusat pemerintahan dan cenderung modern dengan wilayah tradisional,

    maka dibutuhkan penanganan khusus dalam hal mobilitas penduduk. Terdapat dua

    alternatif penghubung, yaitu jalur darat yang melalui jembatan Aur Duri dan jalur

    sungai dengan menggunakan perahu kecil atau ketek.11

    Sebelum berkembangnya ketek, pada tahun 1960 transportasi sungai yang

    digunakan adalah berupa sampan atau perahu dayung yang terbuat dari kayu.12

    Kemudian perahu dayung tersebut berkembang menjadi perahu bermesin yang

    awalnya digunakan oleh orang Palembang yang tinggal di daerah Pulau Pandan bagian

    Selatan Sungai Batang Hari. Kemudian setelah orang-orang Palembang itu maju, baru

    selanjutnya diikuti oleh masyarakat seberang kota Jambi.13

    Saat itu lah, Istilah perahu

    bermesin berubah menjadi ketek. Namun, saat ini keberadaan transportasi sungai ketek

    di Kota Jambi sedang mengalami perkembangan yang diagresif sebagai akibat dari

    arus modernisasi yang berkepanjangan tanpa kendali. Hal ini dapat dibuktikan dengan

    11

    Bondan Seno Prasetyadi, dkk, Transportasi Sungai dan Masyarakat Melayu Jambi, ISSN :

    18582559 (Depok, Jurnal Universitas Gunadarma, 2005), hal. 12. 12

    Lihat Yosephine H. K., Djarot Sadharto W. 2013, Kajian Penggunaan Moda Transportasi

    Sungai Di Kota Jambi (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2013), hal. 309. 13

    Hasil wawancara dengan bapak Abdul Kadir. Salah satu tukang ketek di Kelurahan Tengah.

    Kamis, 22 November 2012 pukul 09.30 s/d 10.00 WIB di Rumah kediamannya.

  • 6

    berbagai ancaman yang datang silih berganti terhadap perkembangan transportasi

    sungai ketek yang dimulai pada tahun 1986.

    Pada tahun 1986an, Pemerintah Provinsi Jambi berhasil membangun jembatan

    Batang Hari I (Aurduri) di ujung barat Kota Jambi. Tujuan pembangunan jembatan ini

    adalah untuk memperlancar arus transportasi antar kota dan antar provinsi yang

    harapannya dapat berdampak positif pada perkembangan ekonomi daerah. Tetapi

    pembangunan jembatan ini berdampak negatif pada penggunaan transportasi sungai

    karena mereka beralih pada transportasi darat. Tetapi penurunan pengguna transportasi

    sungai ini tidak terlalu besar yaitu sebesar 5-15 %.14

    Berdasarkan hasil survey awal peneliti dari informasi di lapangan setelah

    dibangunnya Jembatan Batang Hari I (Aurduri) oleh pemerintah Provinsi Jambi,

    pendapatan tukang ketek mengalami penurunan.15

    Hal ini dikarenakan jasa transportasi

    sungai mulai ditinggalkan. Dengan kata lain, terdapat penurunan dari jumlah

    penumpang ketek. Hal ini menggambarkan bahwa terjadi peralihan dalam

    menggunakan jenis transportasi di kalangan masyarakat, dimana yang mulanya

    menggunakan transportasi sungai beralih menggunakan transportasi darat.

    Pada tahun 2010, pemerintah kembali berhasil membangun jembatan yang

    kedua yaitu Jembatan Batang Hari II yang berada di ujung timur Kota Jambi.

    Jembatan ini bertujuan melancarkan transportasi hasil perekonomian sebagai akses

    untuk mendukung ekspor-impor daerah menuju pasar global, melayani arus lalu lintas

    14

    Yosephine, Kajian Penggunaan Moda Transportasi Sungai di Kota Jambi, hal. 310. 15

    Hasil wawancara dengan Bapak Senang. Salah seorang tukang ketek di Kelurahan Tengah.

    Selasa, 11 Maret 2014. Pukul 10.00 s/d 10.05 WIB.

  • 7

    timur sumatera dan mempercepat pengembangan wilayah pedalaman pantai timur

    Provinsi Jambi dan sekitarnya. Pembangunan ini lagi-lagi memberikan dampak negatif

    pada transportasi sungai dimana 30-50% pengguna transportasi sungai beralih

    menggunakan transportasi darat.16

    Selain itu, hal ini juga mengakibatkan

    berkurangnya jumlah ketek yang ada di Kelurahan Tanjung johor dan Tahtul Yaman.

    Setelah dibangunnya Jembatan Batang Hari II jumlah ketek yang ada di Tanjung Johor

    hanya tersisa tinggal 8 buah dari 30 jumlah total ketek di Kelurahan Tanjung Johor.17

    Dan tidak ditemukan lagi keberadaan ketek di Kelurahan Tahtul Yaman.

    Pada tahun 2013, Pemerintah kembali membangun jembatan yang ketiga yaitu

    Jembatan Gantung yang dibangun oleh Pemerintah Daerah khusus untuk para pejalan

    kaki sebagai peningkatan mutu pariwisata Provinsi Jambi. Jembatan ini terletak di

    antara kawasan Tanggo Rajo (Ancol) Kecamatan Pasar dengan Kecamatan

    Pelayangan tepatnya di Kelurahan Arab Melayu Seberang Kota Jambi yang saat ini

    masih dalam tahap proses pembangunan. Dikhawatirkan, dengan adanya

    Pembangunan Jembatan Gantung ini akan kembali mengancam keberadaan

    transportasi sungai ketek di Kota Jambi, karena letaknya yang tepat berada di tengah-

    tengah kawasan sungai penyeberangan ketek.

    Dewasa ini, dengan semakin tingginya animo masyarakat seberang yang

    cenderung lebih tertarik menggunakan jenis transportasi darat yang lebih canggih dan

    berbasis teknologi daripada menggunakan jenis transportasi sungai. Hal ini membuat

    16

    Yosephine, Kajian Penggunaan Moda Transportasi Sungai di Kota Jambi, hal. 310. 17

    Hasil Wawancara dengan Bapak Ilyas. Salah satu tukang ketek yang ada di kelurahan

    Tanjung Johor. Selasa, 15 Maret 2014 pukul 20.15 s/d 20.45 WIB di Rumah kediamannya.

  • 8

    peran dan fungsi transportasi darat lebih banyak diminati oleh masyarakat Seberang

    Kota Jambi, sehingga transportasi sungai ketek mulai ditinggalkan dan berada pada

    level bawah.

    Kehadiran transportasi sungai ketek di Kota Jambi sangat penting. Karena

    ketek merupakan satu-satunya jenis transportasi angkutan sungai yang berfungsi

    sebagai sarana transportasi penyeberangan di DAS Batang Hari dari seberang kota

    menuju kota Jambi atau dari kota menuju Seberang Kota Jambi.

    Oleh karena itu, dengan perkembangan alat transportasi yang modern dan

    canggih serta kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berupa pembangunan

    jembatan, dengan sendirinya akan mengancam keberadaan ketek sebagai transportasi

    sungai yang memiliki nilai dan muatan lokal. Hal ini dikhawatirkan akan mematikan

    jalur transportasi sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi.

    Secara teori, dalam konsep modernisasi pada umumnya modernisasi membawa

    kepada perubahan sosial dan pembangunan yang berlangsung menuju ke arah

    kemajuan dan pembaruan yang bermakna dan bernilai positif.18

    Namun, dalam

    perakteknya mengapa modernisasi di Kota Jambi sendiri memberikan dampak negatif

    bagi perkembangan transportasi sungai ketek di Kota jambi dan mengapa alat

    transportasi sungai ketek di Kota Jambi mengalami kemunduran.

    Berangkat dari permasalah ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan

    sebuah kajian tentang keberadaan transportasi sungai ketek di Kota Jambi terkait

    18

    Nursid Sumaatmadja, Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup.

    (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 67.

  • 9

    dengan kelangsungan masa depan ketek tersebut sebagai ikon transportasi sungai di

    DAS Batang Hari. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba melihat

    bagaimana eksistensi transportasi sungai ketek di Kota Jambi, dengan spesifikasi judul

    penelitian yaitu EKSISTENSI TRANSPORTASI SUNGAI (KETEK) SEBAGAI

    SARANA ALTERNATIF DI KOTA JAMBI.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

    dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Bagaimana eksistensi transportasi sungai ketek di Kota Jambi?

    2. Bagaimana fungsi transportasi sungai ketek di Kota Jambi?

    3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap eksistensi transportasi sungai ketek di

    Kota Jambi?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Mendeskripsikan bagaimana eksistensi transportasi Sungai ketek di Kota Jambi.

    2. Mendeskripsikan bagaimana fungsi transportasi Sungai ketek di Kota Jambi.

    3. Mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat terhadap eksistensi

    transportasi sungai ketek di Kota Jambi.

  • 10

    D. Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:

    1. Bagi objek yang diteliti

    a. Diharapkan agar transportasi sungai ketek di kota Jambi mendapatkan

    perhatian dan kebijakan dari pemerintah kota maupun provinsi Jambi

    sehingga kelangsungan transportasi sungai ketek tersebut lebih menjanjikan

    ke depannya.

    b. Diharapkan agar transportasi sungai ketek di kota Jambi dikenal lebih luas

    oleh masyarakat dalam kota maupun luar kota dan menjadi ikon kota Jambi,

    sehingga bisa dikembangkan menjadi transportasi sungai pariwisata di DAS

    Batang Hari.

    2. Bagi almamater

    a. Bisa memberikan sumbangan analisis etnografi tentang transportasi sungai

    ketek di Kota Jambi.

    b. Bisa menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui perihal

    tentang transportasi sungai ketek di Kota Jambi.

    c. Bisa menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang tertarik untuk meneliti

    lebih jauh lagi tentang transportasi sungai masa lalu di Provinsi Jambi.

    3. Bagi penulis

    a. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang transportasi sungai

    ketek di Kota Jambi.

  • 11

    b. Sebagai bahan pembelajaran untuk mengasah daya berpikir kritis dan

    sistematis.

    c. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana (S.1) di

    Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab-Sastra dan Kebudayaan

    Islam IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Penelitian

    1. Ruang Lingkup Penelitian

    Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

    a. Subjek/informan dalam penelitian ini ialah pemilik budaya itu sendiri. Dalam

    hal ini tukang ketek dan penumpang ketek yang secara umum merupakan

    masyarakat Seberang Kota Jambi.

    b. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi.

    2. Pembatasan Penelitian

    Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah:

    a. Eksistensi transportasi sungai ketek sebagai sarana alternatif di kota Jambi.

    b. Fungsi transportasi sungai ketek sebagai sarana alternatif di kota Jambi.

    c. Persepsi masyarakat tentang eksistensi transportasi sungai ketek sebagai sarana

    alternatif di kota Jambi.

  • 12

    F. Metode Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada sub bab

    sebelumnya. maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan emik dengan

    perspektif kualitatif. Pendekatan emik adalah pengkategorian fenomena budaya

    menurut warga setempat (pemilik budaya).19

    Penelitian kualitatif adalah penelitian

    yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

    penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan

    dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

    yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.20

    Metode alamiah

    yang dimaksud adalah metode-metode yang biasanya dimanfaatkan oleh penelitian

    kualitatif seperti wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.

    Kemudian, penelitian ini juga menggunakan paradigma fenomenologi dengan

    jenis penelitian etnografi baru ala James P. Spradley. Paradigma fenomenologi adalah

    sebuah landasan berpikir yang berusaha untuk memahami budaya lewat pandangan

    pemiliki budaya atau pelakunya.21

    Berbeda dari etnografi modern yang dipelopori

    Radcliffe-Brown dan Malinowski yang memusatkan perhatiannya pada organisasi

    internal suatu masyarakat dan membanding-bandingkan sistem sosial dalam rangka

    untuk mendapatkan kaidah-kaidah umum tentang masyarakat, maka etnografi baru ini

    19

    Baca Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,

    Epistimologi, dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), hal. 55. 20

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2013), hal. 6. 21

    Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,

    dan Aplikasi, hal. 65.

  • 13

    memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat

    mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan Kemudian

    menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.22

    Untuk lebih jelasnya lihat Gambar

    1 Pendekatan dan Jenis Penelitian di bawah ini.

    PENELITIAN BUDAYA23

    Gambar 1

    Pendekatan dan Jenis Penelitian

    22

    James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal, xii. 23

    Penelitian budaya merupakan suatu upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu

    fenomena atau permasalahan dengan tujuan menemukan prinsip-prinsip umum. Yang dimaksud prinsip

    umum adalah berbagai hal yang didukung oleh sebagian informan budaya. Dalam kaitan ini, prinsip

    umum berupa kebenaran secara objektif dan logis melalui langkah-langkah matang, pengumpulan data,

    teknik analisis data, dan simpulan yang meyakinkan. Lihat Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik

    Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi, dan Aplikasi, hal, 74-75.

    Perspektif Kualitatif:

    Deskripsi dalam bentuk kata-

    kata dan bahasa secara

    holistik.

    Pendekatan Emik:

    Pengkategorian budaya

    menurut pemilik budaya.

    Jenis Penelitian Etnografi Baru ala James P. Spradley:

    Usaha untuk menemukan keunikan dari suatu

    masyarakat melalui persepsi dan organisasi

    pikiran dari masyarakat atas fenomena

    material yang ada disekelilingnya. Dalam hal

    ini peneliti berusaha untuk mengoreknya

    keluar dari pikiran mereka.

    Paradigma Fenomenologi:

    Usaha untuk memahami

    budaya lewat pandangan

    pemilik budaya.

  • 14

    2. Penentuan Lokasi Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini dilakukan di Kecamatan

    Pelayangan Kota Jambi. Kecamatan Pelayangan adalah salah satu kecamatan yang

    terletak di Seberang Kota Jambi setelah Kecamatan Danau Teluk. Tidak seperti

    kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Jambi, di kecamatan ini cukup banyak

    ditemukan transportasi sungai ketek. Hampir setiap kelurahan di kecamatan ini

    memiliki transportasi sungai ketek, mulai dari Kelurahan Tengah, Jelmu, Mudung

    Laut, Arab Melayu, Tahtul Yaman hingga Tanjung Johor. Berdasarkan hasil observasi

    awal bahwa kecamatan ini adalah tempat awal mulanya berkembang transportasi

    sungai ketek. Sehingga dipilihlah kecamatan ini sebagai lokasi penelitian.

    Setelah lokasi penelitian ditentukan, maka selanjutnya proses memasuki lokasi

    lapangan. Mula-mula peneliti akan mengunjungi setiap pelabuhan yang ada di

    Kecamatan Pelayangan ini satu-persatu dalam rangka untuk melihat secara garis besar

    situasi sosial dan budaya yang ada di setiap pelabuhan-pelabuhan tersebut. Kemudian

    peneliti akan mendata jumlah transportasi sungai ketek yang ada di pelabuhan-

    pelabuhan tersebut secara keseluruhan. Setelah itu, baru kemudian peneliti memilih

    beberapa tukang ketek yang berpengalaman untuk dijadikan sebagai informan utama.

    Sebagai catatan, ada 3 pelabuhan ketek yang terletak di Kecamatan Pasar Kota

    Jambi yang berfungsi sebagai tempat tujuan berlabuhnya transportasi sungai ketek

    yang ada di Seberang Kota Jambi. Pelabuhan-pelabuhan itu adalah Pelabuhan ketek di

    Pasar Angso Duo, Pelabuhan ketek di Ramayanan dan Pelabuhan ketek di Tanggo

  • 15

    Rajo. Tiga pelabuhan ini juga menjadi lokasi penelitian dalam penelitian ini. Untuk

    lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2 Lokasi Penelitian di bawah ini.

    Gambar 2

    Lokasi Penelitian

    Keterangan:

    1. = Jembatan Gantung

    2. = Menara (Gentala Arsy)

    SUNGAI BATANGHARI

    RUMAH GUBERNUR

    Kel.

    Kampung

    Tengah

    Kel.

    Jelmu

    Kel.

    Mudung

    Laut

    Kel. Arab Melayu

    Kel.

    Tahtul

    Yaman

    Kel.

    Tanjung

    Johor

    Kawasan

    Angso Duo

    Kawasan

    Ramayana

    Kawasan

    Tanggo Rajo

  • 16

    3. Penentuan Informan

    Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan model snowball

    sampling. Model snowball sampling adalah strategi yang dinilai tepat, karena

    menentukan jumlah dan sampel tidak semata-mata oleh peneliti. Peneliti bekerjasama

    dengan informan, menentukan sampel berikutnya yang dianggap penting.24

    Teknik Penyampelan seperti ini Menurut Frey ibarat bola salju yang

    menggelinding saja dalam menentukan subjek penelitian. Maksudnya, peneliti

    mencari relawan di lapangan, yaitu orang-orang yang mampu diajak berbicara dan dari

    mereka data akan diperoleh. Dari mereka pula akan ada penambahan sampel dan atau

    subjek, atas rekomendasinya itu, peneliti segera meneruskan ke subjek yang lain.

    Jumlah sampel tidak ada batas minimal atau maksimal, yang penting telah memadai

    dan mencapai data jenuh, yaitu tidak ditemukan informasi baru lagi dari subjek

    penelitian.25

    Adapun informan yang akan dijadikan sebagai sasaran dalam penelitian

    ini yaitu sebagai berikut:

    1. Tukang Ketek

    Tukang ketek yang akan dijadikan sebagai informan adalah tukang ketek yang

    berpengalaman, yang sudah lama berkecimpung di dalam dunia ketek, karena

    dianggap memiliki pengetahuan yang banyak tentang perkembangan transportasi

    sungai ketek. Dalam hal ini biasanya adalah tukang ketek yang sudah memiliki usia

    yang cukup tua. Tukang ketek yang berusia tua cenderung lebih berpengalaman

    24Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,

    dan Aplikasi, hal. 115. 25

    Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,

    dan Aplikasi, hal. 116.

  • 17

    daripada tukang ketek yang masih berusia muda. Sehingga diharapkan bisa

    memberikan informasi yang akurat terkait dengan masalah penelitian ini.

    2. Penumpang ketek

    Penumpang ketek yang akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini

    terdiri dari para pedagang, pemuda/pemudi, tuo tengganai, anak-anak sekolahan yang

    mayoritas adalah masyarakat di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi, dll.

    4. Jenis dan Sumber Data

    a. Data Primer

    Data Primer yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti

    dari sumber pertama/utama.26

    Menurut Lofland dan Lofland bahwa sumber data utama

    dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data

    tambahan seperti dokumen dan lain-lain.27

    Kata-kata dan tindakan yang dimaksud

    adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancari yang

    dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman video/audio tapes, pengambilan foto

    atau film.28

    Data primer tersebut merupakan data utama dari hasil pengamatan,

    wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti berkenaan dengan

    eksistensi, fungsi dan persepsi masyarakat terhadap transportasi sungai ketek yang ada

    di Kota Jambi.

    b. Data Sekunder

    26Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra

    dan Kebudayaan Islam, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2012), hal. 31. 27

    Lihat Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 157. 28

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 157.

  • 18

    Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak

    lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal29

    , dokumen (sumber tertulis),

    foto, data statistik. Data sekunder tersebut merupakan data tambahan yang diperoleh

    dalam bentuk tertulis yang berkenaan dengan sejarah, letak geografis, demografis, dan

    kehidupan sosial budaya (keagamaan, pendidikan, adat-istiadat, dan ekonomi)

    masyarakat Kota Jambi. Data sekunder seperti dokumen yang dimaksud tersebut

    berupa buku-buku ilmiah, tesis, skripsi, jurnal ilmiah, hasil penelitian lapangan dan

    lain sebagainya yang bisa diperoleh dari perpustakaan IAIN STS Jambi, perpustakaan

    wilayah kota Jambi, atau di tempat-tempat asrsip lainnya seperti Kantor Dinas

    Lembaga Adat Kota, Kantor Dinas BPCB (Badan Penelitian Cagar Budaya) Provinsi,

    kantor Camat dan Lurah Seberang Kota Jambi, atau bisa juga diperoleh dari hasil

    searching di internet, buku-buku pribadi, pinjaman, dan lain-lain. Bahkan sampai

    dokumen-dokumen pribadi subjek penelitian jika ada.

    Kemudian, data sekunder lainnya seperti foto, juga digunakan untuk keperluan

    penelitian ini. Ada dua kategori foto yang dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif,

    yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.30

    Kedua kategori foto tersebut juga akan dijadikan sebagai data tambahan. Sebagai

    catatan jika foto tersebut hendak dipublikasikan, maka peneliti akan meminta

    persetujuan terlebih dahulu dari pihak-pihak yang terkait. Dan data tambahan lainnya

    seperti data statistik juga digunakan sesuai dengan keperluan dalam penelitian ini.

    29

    Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra

    dan Kebudayaan Islam, hal. 31. 30

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 160.

  • 19

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini menggunakan teknik

    Observasi/pengamatan, wawancara dan dokumentasi, sebagaimana yang dijelaskan di

    bawah ini:

    a. Observasi/pengamatan

    Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, maka dalam penelitian

    ini, secara peranannya digunakan teknik participant observation (pengamatan

    berperanserta). Pengamatan berperanserta, berarti pengamat (peneliti) budaya ikut

    terlibat baik pasif ataupun aktif ke dalam tindakan budaya.31

    Pengamatan

    berperanserta akan lebih memungkinkan peneliti memasuki fenomena yang lebih

    dalam. Peneliti tidak hanya mengamati serampangan saja, melainkan ikut terlibat dan

    menghayati sebuah fenomena.32

    Dalam hal ini, peneliti akan melakukan pengamatan

    dengan langsung berperan sebagai penumpang ketek atau bisa jadi sebagai tukang

    ketek, sehingga bisa secara langsung melihat, mendengar dan menghayati bagaimana

    proses budaya terjadi.

    Dengan melakukan pengamatan, peneliti bisa melihat dunia sebagaimana dilihat

    oleh subjek penelitian dan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan

    dihayati oleh subjek penelitian, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber

    data. Teknik ini digunakan dengan maksud untuk membentuk pengetahuan yang

    diketahui bersama baik dari pihak peneliti maupun subjek penelitian. Walaupun tidak

    31Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,

    dan Aplikasi, hal. 136. 32

    Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,

    dan Aplikasi, hal. 136.

  • 20

    secara keseluruhan menyelami kehidupan subjek penelitian, setidaknya peneliti

    memiliki gambaran umum dari pengalaman pribadinya untuk membandingkannya

    dengan keterangan-keterangan yang didapatkan dari subjek penelitian ataupun

    informan.

    Adapun langkah-langkah dalam melakukan proses pengamatan dalam

    penelitian ini adalah dengan cara tidak terstruktur. Maksudnya peneliti bisa kapan saja

    turun ke lapangan untuk melakukan pengamatan. Dalam proses pengamatan, peneliti

    juga melakukan proses wawancara. Hal ini dilakukan ketika kondisinya

    memungkinkan. Jadi, antara pengamatan dan wawancara bisa dilakukan secara

    bersamaan.

    b. Wawancara

    Agar dalam proses melakukakan wawancara bisa berjalan dengan lancar,

    nyaman, informasi yang didapatkan akurat, dan tidak ada yang merasa tertekan antara

    pewawancara dengan terwawancara, maka digunakanlah teknik indepth interview

    (wawancara mendalam) atau wawancara tak berstruktur.

    Wawancara mendalam biasanya dinamakan wawancara baku etnografi atau

    wawancara kualitatif. Wawancara dilakukan dengan santai, informal, dan masing-

    masing pihak seakan-akan tidak ada beban psikologis. Wawancara mendalam akan

    memperoleh kedalalaman data secara menyeluruh.33

    33

    Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistimologi,

    dan Aplikasi, hal. 168.

  • 21

    Teknik pengumpulan data melalui wawancara yaitu teknik bagaimana peneliti

    memperoleh informasi secara langsung dari informan berupa keterangan-keterangan

    yang sesuai dengan tujuan wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan

    maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

    (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

    memberikan jawaban atas pertanyaan itu.34

    Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai langsung pihak-pihak yang terkait

    dengan masalah penelitian ini sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub bab

    sebelumnya yaitu tukang ketek dan penumpang ketek yang secara umum merupakan

    masyarakat di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi. Adapun langkah-langkah

    dalam melakukan proses wawancara ini, secara umum dijelaskan sebagai berikut:

    1) Peneliti akan menentukan siapa orang pertama (informan kunci) yang akan

    diwawancari terlebih dahulu.

    2) kemudian barulah peneliti menjajaki kepada informan-informan lainnya

    untuk diwawancarai dan seterusnya sampai informasi yang diperoleh utuh

    dan jelas.

    3) Proses wawancara berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak

    (pewawancara dan yang akan diwawancarai).

    4) Pertanyaan wawancara tidak dibuat secara terstruktur, namun hanya dalam

    bentuk gambaran umum saja.

    34

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 186.

  • 22

    5) Waktu wawancara tidak dibatasi dan dianggap selesai ketika tidak ada lagi

    informasi baru yang didapatkan dari seorang informan.

    6) Bahasa yang digunakan pada saat wawancara menggunakan bahasa sehari-

    sehari masyarakat setempat (bahasa melayu jambi). Jika kiranya diperlukan

    menggunakan bahasa Indonesia, maka peneliti menggunakan bahasa

    Indonesia.

    7) Suasana dalam proses wawancara pun akan dibuat senyaman-nyaman

    mungkin.

    8) Alat rekam yang digunakan dalam proses wawancara ini yaitu

    menggunakan hand phone tipe Nokia Asha 302.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah teknik terakhir yang digunakan untuk pengumpulan data

    dalam penelitian ini. Di dalam sebuah pendokumentasian, sering dikenal istilah

    dokumen, record35

    , foto, dan video/film. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang

    sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari

    seseorang yang berfungsi sebagai bukti bahwa hasil penelitian dari

    observasi/pengamatan dan wawancara mengandung nilai yang kredibel. Sebagai

    penunjang dalam pendokumentasian, maka akan diperlukan berbagai macam jenis

    koleksi foto dan video/film yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. untuk

    35Menurut Guba dan Lincoln, record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh

    seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau penyajian akunting. Dokumen

    ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya

    permintaan seorang penyidik. Lihat J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 216-

    217.

  • 23

    pengumpulan data melalui dokumentasi ini diperlukan alat/instrument yang membantu

    dalam pengambilan data-data seperti kamera/handycam.

    6. Teknik Analisis Data

    Setelah data-data diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

    terkumpulkan, maka tahap berikutnya adalah menganalisis data. Analisis Data adalah

    upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

    memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari

    dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

    memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.36

    Adapaun teknik analisis

    data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:37

    a. Analisis Domain

    Analisis domain dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan

    berperanserta/wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan

    lapangan. Pengamatan deskriptif berarti mengadakan pengamatan secara menyeluruh

    terhadap sesuatu yang ada dalam latar penelitian.

    b. Analisis Taksonomi

    Setelah selesai analisis domain, dilakukan pengamatan dan wawancara

    terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti. Oleh hasil

    pengamatan terpilih dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah ditemukan

    36

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 248. 37

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 149.

  • 24

    melalui pengajuan sejumlah pertanyaan struktural. Data hasil wawancara terpilih

    dimuat dalam catatan lapangan.

    c. Analisis Komponen

    Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih

    untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah

    pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan.

    d. Analisis Tema

    Analisis tema merupakan seperangkat prosedur untuk memahami secara

    holistic pemandangan yang sedang diteliti. Sebab setiap kebudayaan terintegrasi

    dalam beberap jenis pola yang lebih luas.

    7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

    Teknik pemeriksaan keabsahan data berfungsi sebagai salah satu usaha untuk

    menghasilkan nilai kredibilitas data yang baik. Pemeriksaan keabsahan data

    didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan

    (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria

    tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri.38

    Di dalam buku Lexy J. Moleong yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif:

    Edisi Revisi dijelaskan bahwa penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas)

    berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan

    penemuannya dapat dicapai. Selain itu, untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan

    38

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 344.

  • 25

    hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda

    yang sedang diteliti.39

    Dijelaskan kembali di dalam buku tersebut, untuk mendapatkan nilai

    kredibilitas (derajat kepercayaan) data yang baik, maka ada beberapa teknik

    pemeriksaan di dalamnya, yaitu:40

    (1) perpanjangan keikut-sertaan,

    (2) ketekunan pengamatan,

    (3) triangulasi, dan

    (4) pengecekan sejawat

    Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik

    pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

    untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut

    Denzin, ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang dimanfaatkan,

    yaitu (1) pemanfaatan penggunaan sumber, (2) pemanfaatan penggunaan metode, (3)

    pemanfaatan penggunaan penyidik, dan (4) pemanfaatan penggunaan teori.41

    Maka berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian ini digunakan teknik

    pemeriksaan keabsahan data melalui teknik triangulasi dengan pemanfaatan

    penggunaan sumber. Triangulasi dengan pemanfaatan penggunaan sumber berarti

    membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

    39

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 344. 40

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 327. 41

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 330.

  • 26

    diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu

    dapat dicapai dengan jalan:42

    a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

    b. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang

    dikatakannya secara pribadi.

    c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

    dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

    d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

    pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

    berpendidikan menengah, atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

    e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

    berkaitan.

    8. Jadwal Penelitian

    Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan mulai dari pembuatan proposal skripsi,

    pengajuan proposal skripsi dan penunjukkan Dosen Pembimbing. Setelah itu,

    konsultasi Dosen Pembimbing dan Seminar. Kemudian, dilanjutkan dengan perbaikan

    hasil seminar, pengesahan judul dan permohonan izin riset. Setelah itu, baru

    pengumpulan data, penyusan data, analisis data, penulisan draf skripsi, penyusunan

    dan penggandaan. Terakhir ujian skripsi. Lihat Jadwal Penelitian pada Tabel 1 pada

    halaman 27.

    42

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hal. 331.

  • 27

    Tabel 1

    JADWAL PENELITIAN

    NO TAHAP PENELITIAN

    BULAN DAN TAHUN

    Nov

    2013

    Des

    2013

    Jan

    2014

    Feb

    2014

    Mar

    2014

    Apr

    2014

    Mei

    2014

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Pembuatan Proposal Skripsi x x x x x x x x

    2 Pengajuan Proposal Skripsi x x

    3 Penunjukan Dosen Pembimbing x x

    4 Konsultasi Dosen Pembimbing x

    5 Seminar Proposal x

    6 Perbaikan Hasil Seminar x

    7 Pengesahan Judul x

    8 Permohonan Izin Riset x

    9 Pengumpulan Data x x x x x x x x x

    10 Penyusunan Data x

    11 Analisis Data x

    12 Penulisan Draf Skripsi x

    13 Penyusunan dan Penggandaan x

    14 Ujian Skripsi (munaqasah) x

  • 28

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Pengertian Eksistensi

    Secara bahasa, istilah eksistensi diartikan sebagai keberadaan atau

    adanya.1 Keberadaan atau adanya di sini dalam konteks merujuk kepada ada atau

    tidak adanya pengaruh dari keberadaan sesuatu tersebut terhadap sesuatu yang lain

    (benda/orang). Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa eksistensi adalah

    adanya kehidupan.2

    B. Transportasi

    1. Pengertian Transportasi

    Transportasi berasal dari Bahasa Latin yaitu transportare, dimana trans

    berarti seberang atau sebelah lain, dan portare berarti mengangkut atau

    membawa.3 Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,

    mengangkut atau mengalihkan obyek dari satu tempat ke tempat lain, sehingga

    obyek tersebut menjadi lebih bermanfaat atau berguna untuk tujuan tertentu.4 Alat

    pendukung yang dipakai untuk melakukan kegiatan tersebut bervariasi tergantung

    1Budiono M. A., Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: Karya Harapan, 2005),

    hal. 141. 2Tim Reality, Kamus Praktis Bahasa Indonesia: Edisi Terbaru, (Penerbit: Reality

    Publisher, 2008), hal. 156. 3Adib Kamaludin, Ekonomi Transportasi (Cetakan Pertama), (Jakarta: Ghalia Indonesia,

    1987), hal. 9. 4Fidel Miro, Perencanaan Transportasi, hal. 4.

  • 29

    dari bentuk obyek yang akan dipindahkan, jarak antara suatu tempat ketempat lain

    dan maksud obyek yang akan dipindahkan tersebut.5

    Secara konteks, transportasi mengandung makna/arti yang tidak jauh

    berbeda dengan makna/arti daripada angkutan, hanya saja terkadang antara

    tansportasi dan angkutan sering ditemukan dalam susunan kalimat-kalimat dengan

    kedudukan dan fungsi yang berbeda. Namun, secara makna memiliki maksud yang

    sama. Secara etimologi angkutan berasal dari kata angkut yang berarti

    mengangkat atau membawa, memuat dan membawa atau mengirim.6 Mengangkut

    berarti mengangkat dan membawa, memuat atau mengirim. Pengangkutan berarti

    pengangkatan atau pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman

    barang atau orang yang diangkut. Dengan demikian, angkutan dapat berarti suatu

    proses atau gerakan dari satu tempat ke tempat yang lain.7

    Berdasarkan ulasan tersebut dapat diartikan bahwa pengangkutan

    mengandung pengertian suatu kegiatan memuat barang atau mengangkut orang

    yang biasa disebut penumpang, membawa barang atau penumpang ke tempat yang

    lain. Bilamana dirumuskan dalam satu kalimat yang dimaksud angkutan adalah

    proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat tempat pemuatan ke

    tempat tujuan dan menurunkan penumpang/barang dari alat angkut ke tempat yang

    telah ditetapkan.8

    5Rizki Permata Sari, Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapura Kota

    Banjarmasin, hal. 34. 6Muhammad Abdulkadir, Hukum Pengangkatan, Darat, Laut dan Udara, (Bandung: Citra

    Aditya Bhakti, 1994), hal. 19. 7Martono Eka Budi Tjahjono, Transportasi di Perairan Berdasarkan Undang-undang

    Nomor 17 Tahun 2008. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 5-6. 8Martono Eka Budi Tjahjono, Transportasi di Perairan Berdasarkan Undang-undang

    Nomor 17 Tahun 2008. hal. 6.

  • 30

    2. Unsur-unsur Transportasi

    Transportasi memiliki lima unsur pokok di dalamnya, yaitu:9

    a. Ada manusia, sebagai yang membutuhkan transportasi

    b. Ada barang yang dibutuhkan manusia

    c. Ada kendaraan sebagai sarana/alat angkut

    d. Ada jalan sebagai prasarana, dan

    e. Organisasi sebagai pengelola transportasi.

    3. Peranan Transportasi

    Dalam peranannya, tansportasi mampu menciptakan dan meningkatkan

    aksebilitas (degree of accessibility) potensi-potensi sumber daya alam yang

    awalnya tidak termanfaatkan menjadi terjangkau dan dapat diolah. Kemajuan

    transportasi juga akan membawa pada peningkatan mobilitas manusia, dimana

    semakin tinggi mobilitas akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas. Dengan

    peningkatan produktivitas tersebut, maka akan membawa dampak pada kemajuan

    perekonomian.10

    Dalam aspek sosial budaya, transportasi menyebabkan terjadinya

    penyebaran penduduk.11

    Dan membuka peluang interaksi satu sama lain untuk

    saling mengenal dan menghormati budaya masing-masing.12

    Hal demikian, berarti

    9Ahmad Munawar, Dasar-dasar Teknik Transportasi, (Yogyakarta: Beta Offset, 2005),

    hal. 2. 10

    Nur Nasution, Manajemen Transportasi (Edisi Kedua), (Jakarta: Ghalia Indonesia,

    2004), hal. 14. 11

    Abbas Salim, Manajemen Transportasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hal. 11. 12

    Nur Nasution, Manajemen Transportasi (Edisi Kedua), hal. 17.

  • 31

    dapat menciptakan kehidupan bermasyarakat yang beranekaragam dan dituntut

    untuk saling bertoleransi satu sama lain.

    4. Jenis-jenis Transportasi

    Jenis transportasi yang umumnya dikenal dan dikelompokkan menjadi tiga,

    yaitu:13

    a. Udara, yaitu dengan moda pesawat dan prasarana bandara

    b. Air, yaitu dengan moda kapal dan prasarana dermaga atau pelabuhan

    c. Darat, yaitu: jalan raya (dengan moda berupa mobil, bus, sepeda motor), jalan

    rel (kereta api), dsb.

    5. Konsep Dasar Transportasi

    Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara tempat

    asal (origin) dan tujuan (destination). Dalam suatu perjalanan, ada perjalanan yang

    merupakan pergerakan yang diawali dari rumah (home based trip) dan ada juga

    perjalanan yang asal maupun tujuannya adalah bukan rumah (non-home based

    trip).14

    13

    Ahmad Munawar, Dasar-dasar Teknik Transportasi, hal. 2. 14

    Ofyar Tamin, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, (Bandung: Intitut Teknologi

    Bandung, 1997), hal. 94.

  • 32

    C. Transportasi dan Kebudayaan

    C. Kluckhohn dalam karangannya berjudul Universal Categories Of Culture

    (1953) dengan mengambil intisari dari berbagai kerangka yang ada mengenai

    unsur-unsur kebudayaan universal. Unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan

    pada semua bangsa di dunia berjumlah tujuh buah, yang dapat disebut sebagai isi

    pokok dari setiap kebudayaan, yaitu:15

    a. Bahasa

    b. System pengetahuan

    c. Organisasi social

    d. System peralatan hidup dan teknologi

    e. System mata pencaharian hidup

    f. System religi

    g. Kesenian.

    Dari ketujuh unsur yang disebutkan di atas, salah satunya adalah sistem

    mata pencaharian hidup. System mata pencaharian hidup dapat dirinci ke dalam

    sub-sub unsur sebagai berikut: perburuan, peladangan, perkebunan, pertanian,

    peternakan, perdagangan, industri kerajinan, industry pertambangan, industry jasa,

    industry manufaktur, dan lain-lain.16

    Secara fungsional, ketujuh unsur kebudayaan itu memiliki fungsi

    sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam karangan buku Malinowski tentang

    teori fungsionalisme yang berjudul A Scientific Theory of Culture and Other

    Essays (1944). Dalam buku itu Malinowski mengembangkan teori tentang fungsi

    15

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal 80. 16

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 83.

  • 33

    unsur-unsur kebudayaan yang sangat Komplex. Tetapi inti dari teori itu adalah

    pendirian bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud

    memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia

    yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.17

    Menurut Malinowski berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam suatu

    masyarakat gunanya untuk memuaskan sejumlah hasrat naluri manusia. Karena itu

    unsur kesenian, misalnya, berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri manusia

    akan keindahan; unsur system pengetahuan, berfungsi memuaskan hasrat untuk

    tahu.18

    Begitu juga dengan unsur system mata pencaharian hidup, berfungsi

    untuk memuaskan hasrat naluri manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.

    Jika berkiblat pada pandangan Vansina, yang mengatakan bahwa Seorang

    peneliti budaya perlu memaknai kebudayaan sebagai proses dan produk.

    Kebudayaan sebagai proses perlu dicermati terjadinya transmisi pesan budaya dari

    waktu ke waktu. Sedangkan kebudayaan sebagai produk merupakan warisan

    generasi masa lalu ke generasi sekarang.19 Untuk itu, terdapat dua sub

    pembahasan dalam memaknai sebuah kebudayaan. Maka dapat dihubungkan

    antara transportasi dengan kebudayaan sesuai dengan pandangan Vansina, sebagai

    berikut:

    a. Kebudayaan sebagai proses

    Apabila manusia menemukan suatu tindakan yang terbukti berdayaguna

    dalam menanggulangi suatu masalah hidup, maka tingkah laku itu tentu akan

    17

    Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi 1, (Jakarta: UI Press, 2009), hal. 171. 18

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal 88. 19

    Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,

    Epistimologi, dan Aplikasi, hal. 223.

  • 34

    diulanginya lagi tatkala masalah yang sama kembali dialaminya. Pola tingkah laku

    itu kemudian dikomunikasikan kepada individu-individu lain dalam kolektifnya,

    dan terutama kepada keturunannya sehingga menjadi mantap dan kemudian

    menjadi adat yang dijalankan warga kolektif tersebut. Dengan demikian berbagai

    pola tindakan manusia yang telah dibakukan menjadi adat-istiadat itu, telah

    menjadi bagian dari dirinya melalui proses belajar.20

    Dan apabila telah menjadi

    bagian dari dirinya tentu telah menjadi bagian dari hidupnya.

    Otak manusia telah berevolusi mengembangkan kemampuan akalnya,

    sehingga ia mampu membayangkan dirinya maupun peristiwa-peristiwa yang

    mungkin menimpanya, dan menentukan pilihannya di antara berbagai alternatif

    dalam tingkah lakunya untuk mencapai pendayagunaan yang optimal dalam

    mempertahankan hidupnya.21

    Transportasi sungai yang ada di Kota Jambi sebagai sarana utama dalam

    penyeberangan Sungai Batanghari merupakan salah satu tradisi yang telah lama

    berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat masyarakat Melayu Jambi sendiri.

    Mereka beranggapan bahwa cara transportasi sungai merupakan tradisi yang

    bersifat turun-temurun dan sudah menjadi identitas budaya mereka.22 Sehingga

    tradisi tersebut berkembang menjadi adat dan kemudian telah menjadi bagian

    dalam diri setiap orang yang berada di dalam komunitasnya. Berdasarkan

    penjelasan di atas, maka komunitas tersebut akan menentukan berbagai alternatif

    untuk mencapai pendayagunaan yang optimal dalam mempertahankan hidup

    20

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 116. 21

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 116. 22

    Bondan Seno Prasetyadi, dkk, Transportasi Sungai dan Masyarakat Melayu Jambi,

    ISSN: 18582559, hal. 12.

  • 35

    mereka. Karena transportasi sungai (ketek) tersebut telah menjadi bagian dari hidup

    mereka, sehingga mereka akan mempertahankannya.

    Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli psikologi tentang dorongan naluri

    yang terkandung dalam naluri manusia, mereka semua sependapat bahwa ada

    sedikitnya tujuh macam dorongan naluri, satu diantaranya yang akan disebutkan

    dalam bagian ini, yaitu: Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini

    merupakan suatu kegiatan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk

    dapat bertahan hidup.23

    b. Kebudayaan sebagai produk

    Menurut antropologi,kebudayaan adalah seluruh system gagasan dan rasa,

    tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat,

    yang dijadikan miliknya dengan belajar.24

    Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan,

    karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang

    tidak dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, reflex, atau tindakan-

    tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai tindakan

    membabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan

    nalurinya (misalnya makan, minum, dan berjalan) juga telah banyak dirombak oleh

    manusia sendiri sehingga menjadi tindakan berkebudayaan. Manusia makan pada

    waktu-waktu tertentu yang dianggap wajar dan pantas; ia makan dan minum

    dengan menggunakan alat-alat, cara-cara, serta sopan-santun atau protokol yang

    23

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 103-104. 24

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 72.

  • 36

    kadang-kadang sangat rumit, yang harus dipelajarinya dengan susah payah.

    Berjalan pun tidak dilakukannya lagi sesuai dengan wujud organismenya yang

    telah ditentukan oleh alam, karena gaya berjalan itu telah disesuaikan dengan

    berbagai gaya berjalan yang harus dipelajarinya terlebih dahulu, yaitu misalnya

    gaya berjalan seorang prajurit atau pragawati, atau gaya berjalan yang lemah-

    lembut.25

    Maka, berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa transportasi

    sungai yang ada di Kota Jambi (ketek) selain sebagai sarana utama dalam

    penyeberangan Sungai Batanghari, system mata pencaharian hidup, juga

    merupakan hasil produk dari sebuah kebudayaan masa lalu masyarakat setempat

    yang dulu hidup dan tinggal berdekatan di tepian Sungai Batanghari, sehingga

    mereka melahirkan ide/gagasan baru akibat rasa yang dialami dengan kondisi dan

    keadaan alam yang telah mereka pelajari pada masa lalu untuk kepentingan

    bersama (dari mereka, oleh mereka dan untuk mereka). kemudian hasil dari

    ide/gagasan itu dijadikan sebagai warisan budaya generasi sekarang.

    Hal ini memiliki relasi yang sepadan dengan pendapat Rafael R. M. di

    dalam bukunya Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar

    tentang cirri-ciri Kebudayaan, sebagai berikut:26

    1. kebudayaan adalah produk manusia. Artinya, kebudayaan adalah ciptaan

    manusia, bukan ciptaan Tuhan atau Dewa. Manusia adalah pelaku sejarah dan

    kebudayaannya.

    25

    Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hal. 72-73. 26

    Rafael Raga Maran, Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar,

    (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 49.

  • 37

    2. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah dihasilkan

    secara individual, melainkan oleh manusia secara bersama. Kebudayaan adalah

    suatu karya bersama, bukan karya perorangan.

    3. Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya, kebudayaan itu

    diwariskan dari generasi satu ke generasi lainnya melalui suatu proses belajar.

    Kebudayaan berkembang dari waktu ke waktu karena kemampuan belajar

    manusia. Tampak di sini bahwa kebudayaan itu selalu bersifat historis, artinya

    proses yang selalu berkembang.

    Sebagai produk manusia, kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia

    sebagai makhluk historis. Sebagai ekspresi eksistensi manusia, kebudayaan pun

    berwujud sesuai dengan corak dasar keberadaan manusia. Menurut

    koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, yakni wujud

    ideal, system social, dan kebudayaan fisik.27

    Transportasi sungai (ketek) yang ada di seberang kota jambi merupakan

    salah satu bentuk wujud kebudayaan yang ketiga sebagai objek fisik hasil karya

    manusia masa lalu. Walaupun bentuk dari transportasi sungai ketek tersebut telah

    mengalami perkembangan, Namun secara penampilannya ketek masih bisa

    mempertahankan identitas dirinya sebagai transportasi tradisional, dikatakan

    tradisional karena ketek tersebut masih terbuat dari bahan kayu dan diolah serta

    dibentuk secara manual tradisional oleh manusia.

    27

    Rafael Raga Maran, Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, hal.

    47.

  • 38

    D. Transportasi, Kearifan Lokal dan Modernisasi

    Dalam pengertian kebahasaan, kearifan lokal berarti kearifan setempat

    (local wisdom) yang dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan lokal yang bersifat

    bijaksana, penuh kearifan, bernilai yang tertanam dan diikuti oleh warga

    masyarakatnya. Dalam konsep antropologi, kearifan lokal dikenal pula sebagai

    pengetahuan setempat (indigenous or local knowledge), atau kecerdasan setempat

    (local genius), yang menjadi dasar identitas kebudayaan (cultural identity).28

    Kearifan lokal menurut I Ketut Gobyah adalah kebenaran yang telah

    mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Dengan kata lain, kearifan lokal

    merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan

    sebagai pegangan hidup bagi masyarakatnya.29

    Apabila produk budaya ini

    berusaha untuk dipertahankan secara terus menerus dari waktu ke waktu, dengan

    sendirinya akan menjadi sebuah tradisi sekaligus identitas budaya bagi masyarakat

    tersebut.

    Tradisi berarti traditum, segala sesuatu yang ditransmisikan, diwariskan

    oleh masa lalu ke masa sekarang, berupa pola-pola atau citra (image) dari tingkah

    laku termasuk di dalamnya kepercayaan, aturan, anjuran dan larangan untuk

    menjalankan kembali pola-pola tingkah laku yang terus menerus mengalami

    perubahan. Dalam prakteknya, tradisi berwujud pada suatu aktivitas yang

    dilakukan secara terus menerus dan berulang sebagai upaya peneguhan pola-pola

    28

    Tim Penyusun, Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi, (Jakarta: Kementerian

    Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, 2011), hal. ix. 29

    Baca Sartini, Menggali Kearifan Lokal, Jurnal Filsafat, Agustus 2004, Jilid 37, Nomor

    2, hal 112.

  • 39

    tingkah laku yang bersandar pada norma-norma bagi tindakan-tindakan di masa

    depan.30

    Berkaitan dengan hal tersebut, transportasi sungai ketek adalah salah satu

    produk budaya masa lalu yang sudah lama berkembang dan mentradisi dalam

    aktivitas masyarakat seberang di Kota Jambi. Tradisi ini telah dilakukan secara

    terus-menerus serta turun-temurun dari waktu ke waktu sebagai sarana

    penyeberangan sungai di DAS Batang Hari Kota Jambi. Hal ini menggambarkan

    bahwa transportasi sungai ketek di Kota Jambi merupakan salah satu bagian dari

    hasil kearifan lokal masyarakat setempat (masyarakat seberang).

    Sejatinya, kearifan lokal merupakan perwujudan dari daya tahan dan daya

    tumbuh yang dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan, dan

    pelbagai strategi kehidupan yang berupa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat

    lokal untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya,

    sekaligus memelihara kebudayaannya.31

    Untuk itu, kehadiran transportasi ketek di

    Kota Jambi sebagai hasil kearifan lokal masyarakat seberang yang tertanam nilai

    budaya di dalamnya adalah merupakan pengejawantahan dari budaya masa lalu

    untuk menjawab salah satu persoalan vital masyarakat seberang dalam pemenuhan

    kebutuhan hidup mereka sehari-hari, yaitu dalam hal penyeberangan sungai Batang

    Hari yang hingga saat ini masih menjadi dinamika sosial modernisasi.