Ekowisata Taman Nasional Tanjung Puting Sebagai Wujud Pembangunan Alternatif Di Bidang Pariwisata Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekowisata

Citation preview

Ekowisata Taman Nasional Tanjung Puting sebagai Wujud Pembangunan Alternatif di Bidang Pariwisata IndonesiaTaman Nasional Tanjung PutingPANGKALAN BUN, KOMPAS.com- Ekowisata pusat rehabilitasi Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah makin "diserbu" turis asing, terutama asal Amerika, Eropa dan Jepang."Jumlah kunjungan wisatawan di Tanjung Puting tahun 2013 sekitar 13.000 orang, terdiri dari 8.500 turis asing, dan 4.500 turis domestik. Jadi turis asing lebih banyak datang ke ekowisata pusat rehabilitasi orangutan," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu yang didampingi Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar dan Prof Birute Galdakis, di Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu (16/2/2014).Menurut Mari, jumlah kunjungan turis meningkat lebih dari 100 persen jika dibandingkan tahun 2010 di mana jumlah turis yang datang hanya sekitar 5.820 orang. "Dalam waktu tiga tahun sudah meningkat menjadi 13.000 orang lebih," kata Mari.Dalam kunjungan tersebut, Menparekraf minta kepada Bupati Ujang Iskandar agar terus meningkatkan tujuan wisata lain dan mengembangkan produk dan kualitas barang-barang suvenir dan kuliner di Tanjung Puting agar lebih banyak turis yang datang dan tinggal lebih lama lagi serta menghabiskan uang lebih besar di sana."Daya dukung ekowisata di Tanjung Puting masih memadai tapi untuk periode Juli - September merupakan waktu terpadat di mana kamar hotel penuh dan penyewaan klotok juga sering penuh," katanya.Bagi wisatawan, kunjungan ke TN Tanjung Puting selain melihat dan memberikan makan orangutan juga dapat melakukan trekking ke dalam hutan, melihat satwa lainnya seperti babi hutan, bekantan, owa-owa dan beruang madu serta 200 jenis burung satwa liar lainnya.Selain itu, di sana ada hotel di tengah hutan yakni Rimba Orangutan Lodge dan para turis bisa menikmati panorama hutan rimba dengan kapal klotok sambil menyusuri Sungai Sekonyer. Para turis dapat makan, minum teh dan kopi serta pisang goreng di kapal klotok itu. Bahkan tidur malam di kapal klotok di pinggir Sungai Sekonyer."Selain Tanjung Puting merupakan pusat rehabilitasi dan riset orangutan, kami kembangkan ekowisata di sini agar masyarakat ikut terlibat dan mendapat banyak keuntungan dan pendapatan sehingga mereka merasa perlu ikut menjaga dan melestarikan hutan lindung dan taman nasional sebagai habitat yang nyaman bagi orangutan," kata Prof Birute Galdikas, peneliti orangutan asal Kanada yang kini sudah menjadi WNI.Tanjung Puting merupakan taman nasional yang memiliki jumlah orangutan terbesar di dunia, di mana sekitar 6.000 lebih orangutan hidup di sana. Selain itu, di seluruh Sumatera hidup sekitar 7.000 orangutan. Hanya dua negara yang memiliki orangutan yakni Indonesia dan Malaysia.Taman Nasional Tanjung Puting telah memiliki popularitas sebagai sebuah tujuan minat khusus yang mendunia dan dapat menjadi contoh bagi pengembangan destinasi lain yang serupa di Indonesia. Secara akumulatif jumlah wisatawan di TNTP terus meningkat terutama internasional, yaitu terhitung 2006 hingga 2012 mencapai 38.739 dengan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 24.037 wisatawan dan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 14.702 wisatawan.Cerita dan perjalanan hidup serta perjuangan Birute menyelamatkan orangutang di Tanjung Puting telah menjadi cerita popular yang menyentuh hati dalam dunia ilmiah. Bahkan, artis Hollywood Julia Roberts pernah melakukan pembuatan film dokumenternya di Tanjung Puting yaitu,"The Wild": Orangutans and Julia Roberts. Film tersebut tanpa diduga kemudian berhasil mempopularkan wisata menyusuri Sungai Sekonyer dengan perahu klotok dari Pelabuhan Kumai di Pangkalan Bun ke Camp Leakey di Taman Nasional Tanjung Puting.Bukan saja menjadi ibu kota orangutan dunia, Tanjung Puting juga terus mengembangkan diri menjadi pusat ekowisata terbesar di dunia. Sejak diarahkan menjadi taman nasional sejak 1933 TNTP kini seakan tidak ingin kehilangan jati dirinya sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati terbesar meski telah dikunjungi belasan ribu wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Tanjung Puting sejauh ini berhasil menggembangkan ekowisata yang berkelanjutan dan berdampak langsung kepada masyarakat lokal setiap generasi. Saat ini masyarakat sekitar Tanjung Puting menjadi penerima terbesar dari kegiatan pariwisata kawasan tersebut selain melibatkan berbagai pihak, yaitu Balai Taman Nasional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah, PHRI, HPI, dan lainnya.

Pembangunan Alternatif Bidang Pariwisata IndonesiaPengertian alternatif wisata merupakan kecendrungan baru dari bentuk pariwisata yang dikembangkan selama ini, yang memperhatikan kualitas pengalaman yang diperoleh wisatawan, kualitas lingkungan,dan kualitas sosial budaya masyarakat setempat serta kualitas lingkungan, dan kualitas pengalaman yang dikembangkan selama ini, yang memperhatikankualitas sosial budaya masyarakat setempat serta kualitas hidup masyarakat lokal. Smith (2001) pariwisata alternatif merupakan suatu kegiatan kepariwisataan yang tidak merusak lingkungan, berpihakpada ekologi dan menghindari dari dampak negatif dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya. Berdasarkan pnegertian diatas maka pariwisata alternatif yaitu suatu obyek wisata pilihan lain yang akan dikunjungi wisatawan yang cenderung melihat pada kualitas lingkungan dan menjaga obyek wisata dengan menghindari dampak negatif dari suatu obyek.

Ekowisata sebagai bagian dari sustainable tourism merupakan sektor ekonomi yang lebih luas yang secara spesifik memuat upaya-upaya kontribusi aktif dalam konservasi alam dan budaya yang melibatkan penduduk lokal dalam perencanaan pembangunan dan pengelolaannya serta ikut membina kesejahteraan dalam rangka mengurangi kemiskinan. Di samping itu, ekowisata juga merupakan aktivitas wisata yang peduli dan menghargai lingkungan. Oleh karena itu, ekowisata harus dikelola secara professional mencakup masalah manajemen pengelolaannya dan penataannya sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Dalam ekowisata ada studi tentang pariwisata, studi tentang lingkungan, flora fauna, budaya dan keunikan daerah setempat. Keterkaitan semua aspek tersebut harus mendukung kesinambungan pariwisata.