43
BAB I PEMERIKSAAN KUALITATIF PEMANIS MAKANAN/ MINUMAN (SAKARIN dan SIKLAMAT) A. Hari/ Tanggal : Rabu, 30 November 2011 B. Tujuan 1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Sakarin. 2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Siklamat. C. Dasar Teori Zat pemanis sintetik merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula. Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen pada tahun 1897. Zat pemanis sintetik yang kini banyak digunakan dalam makanan dan minuman adalah sakarin. Penggunaan sakarin tergantung dari intensitas kemanisan yang 1

Ekotok Isi Jadi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ekotok Isi Jadi

BAB I

PEMERIKSAAN KUALITATIF PEMANIS MAKANAN/ MINUMAN

(SAKARIN dan SIKLAMAT)

A. Hari/ Tanggal : Rabu, 30 November 2011

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Sakarin.

2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Siklamat.

C. Dasar Teori

Zat pemanis sintetik merupakan zat yang dapat menimbulkan

rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap

rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih

rendah daripada gula.

Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan

Remsen pada tahun 1897. Zat pemanis sintetik yang kini banyak

digunakan dalam makanan dan minuman adalah sakarin. Penggunaan

sakarin tergantung dari intensitas kemanisan yang dikehendaki. Pada

konsentrasi tinggi, sakarin akan menimbulkan rasa pahit- getir

(nimbrah). Kemanisan sakarin 400 kali lebih besar dari kemanisan

larutan sukrosa 10%.

Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja oleh

Michael Sveda pada tahun 1937. Dalam industri pangan, natrium

siklamat dipakai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-

nutritive) untuk pengganti sukrosa. Siklamat yang kemanisannya 30

1

Page 2: Ekotok Isi Jadi

kali kemanisan sukrosa digunakan sebagai pemanis. Kemudian

penggunaannya dilarang di Amerika Serikat karena diperkirakan

bersifat karsinogen.

D. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Corong pemisah 50 ml

2. Pipet ukur

3. Cawan porselin

4. Tabung reaksi

5. Kompor listrik

6. Gelas ukur 50 ml

7. Sendok penyu

8. Corong kaca

9. Pipet tetes

10.Pinset

b. Bahan

1. Eter

2. NaNO2

3. BaCl2

4. NaOH 10% atau 20%

5. Asam sulfat pekat

6. HCl 10%

7. Aquades

8. Kertas lakmus biru

9. Kertas saring

10.Sampel

2

Page 3: Ekotok Isi Jadi

E. Cara Kerja

1. Sakarin

a. Membuat Eksrak Eter

1) Memasukkan sampel 10 ml ke dalam corong pemisah.

2) Menambahkan HCl 10% ± 3 tetes (berlebih) sampai

asam. Untuk mengetahui tingkat keasaman cek dengan

kertas lakmus biru (biru menjadi merah).

3) Menambahkan eter 20ml kemudian digojok serta di

buang gasnya dengan cara:

Jika tidak terjadi kebocoran, membuang gas

melalui kran.

Jika terjadi kebocoran, maka gas dibuang melalui

tutup corong pemisah dengan cara menggojok

dan kemudian dibuka tutupnya. Hal itu dilakukan

seterusnya sampai gas habis (sampai terbentuk

dua warna, yaitu pink dan bening yang terpisah).

4) Membuang larutan warna pink dengan membuka

corong pemisah sampai larutan warna pink tersebut

habis. Kemudian untuk larutan yang bening di

pindahkan ke dalam 2 cawan porselen (1 cawan untuk

uji rasa dan 1 cawan untuk uji Resolcinol). Masing-

masing diuapkan pada suhu kamar hingga kering.

5) Untuk uji rasa, ekstrak yang sudah kering pada cawan

porselin dirasakan. Dengan cara ini 1 mg sakarin dalam

50 ml cairan masih memberikan rasa manis.

6) Untuk uji resorcinol, menambahkan ekstrak eter pada

cawan sisa uji rasa dengan sepucuk sendok kecil

resorcinol dan beberapa tetes asam sulfat pekat.

Kemudian mengaduk-aduk hingga semua ekstrak larut,

3

Page 4: Ekotok Isi Jadi

selanjutnya memanaskan diatas kompor atau dengan

api kecil sampai warna berubah menjadi kecoklatan

kemudian didinginkan. Memindahkan sebagian larutan

ke dalam tabung reaksi, selanjutnya menambahkan

beberapa ml aquades dan di basakan dengan NaOH

20% sedikit berlebih. Adanya warna berpendar hijau

menunjukkan adanya sakarin.

2. Siklamat

1) Memasukkan cairan sampel10 ml ke dalam tabung reaksi

kemudian di tambahkan sepucuk sendok kristal BaCl2

kemudian digojok,selanjutnya dibiarkan ± 5 menit kemudian

di saring dengan kertas saring dan corong kaca.

2) Kemudian membagi filtrat dalam 2 tabung reaksi, salah

satunya ditambah HCl 10% hingga asam dan

menambahkan sepucuk sendok kecil kristal NaNO2. Apabila

pada tabung yang di tambah reagen lebih keruh (adanya

endapan putih) daripada yang tidak ditambah reagen

menunjukkan adanya siklamat.

F. Hasil Pengamatan

1. Sakarin

a) Dalam uji rasa terdapat adanya rasa manis.

b) Dalam uji Resorcinol, hasil akhir sampel berwarna berpendar

hijau.

2. Siklamat

Pada tabung yang ditambah reagen lebih keruh (adanya endapan

putih) daripada yanng tidak ditambah reagen.

G. Pembahasan

4

Page 5: Ekotok Isi Jadi

1. Sakarin

Sebelum pemeriksaan semua alat dicuci dan dibersihkan

dengan air 1 kali dan dibilas dengan aquades 3 kali. Kemudian

mengambil sampel sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam

corong pemisah. Setelah itu diasamkan dengan HCl 10 % dan di

ekstrasi dengan larutan eter sebanyak 20 ml. lalu digojok dan

dibuang gasnya sampai tidak tersisa gasnya, akan terbentuk dua

warna yaitu pink dan bening. Lapisan warna pink dibuang dengan

membuka kran dan lapisan bening dibagi dalam 2 cawan porselin

kemudian ditunggu hingga kering. Satu cawan digunakan untuk uji

rasa dan satu cawan lagi ditambah dengan sepucuk sendok

Resorcinol dan beberapa tetes asam sulfat pekat, dipanaskan

diatas kompor listrik sambil di aduk-aduk hingga berwarna

kecoklatan kemudian didinginkan.

Setelah dingin larutan dipindah kedalam tabung reaksi

selanjutnya ditambah beberapa tetes NaOH (berlebih) dan

beberapa ml aquades. Kemudian larutan akan berubah warna

menjadi hijau yang menunjukkan adanya sakarin.

2. Siklamat

Sebelum pemeriksaan semua alat dicuci dan di bersihkan

dengan air 1 kali dan dengan aquades 3 kali. Memasukkan 10 ml

sampel kedalam tabung reaksi lalu ditambah sepucuk sendok

kristal BaCl2 kemudian digojok dan dibiarkan selama ± 5 menit,

selanjutnya disaring menggunakan corong kaca dan kertasa saring

dan dibagi kedalam dua tabung reaksi. Pada tabung pertama

ditambah HCl 10% sampai asam dengan cara mencelupkan

kertas lakmus biru dan berubah menjadi warna merah. Selanjutnya

5

Page 6: Ekotok Isi Jadi

ditambah sepucuk sendok kristal NaNO2. Apabila tabung reaksi

berubah menjadi keruh (adanya endapan putih) daripada yang

tidak ditambah reagen menunjukkan adanya siklamat.

H. Kesimpulan.

Hasil pemeriksaan sakarin pada sampelmenunjukkan

warna hijau yang berarti sampel tersebut mengandung sakarin.

Selanjutnya pada pemeriksaansiklamat menunjukkan adanya endapan

putih dan berwarnakeruh yang berarti sampel tersebut mengandung

siklamat.

6

Page 7: Ekotok Isi Jadi

BAB II

PEMERIKSAAN KUALITATIF PENGAWET MAKANAN/ MINUMAN

(SALISILAT, BENZOAT dan BORAKS)

A. Hari, Tanggal : Rabu, 7 Desember 2011

B. Tujuan :

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Salisilat

2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaankualitatif Benzoat

3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif Boraks

C. Dasar Teori

Asam salisilat sering disebut aspirin. Pada aspirin ini adalah

analgetik dan anti inflamasi.Asam salisilat (ortho,hydroxy benzoik acyd)

dapat mencegah terjadinya penjamuran pada buah dan telah digunakan

pada pabrik cuka.Namun,penggunaan asam salisilat sebagai pengawet

makanan seperti yang di atur Pemerintah Amerika pada tahun 1904

disalahgunakan untuk pengawet makananpada produsen makanan

yang nakal.Asam Salisilat di larang di gunakan sebagai bahan

pengawet makanandi indonesia.Pasalnya asam salisilat memiliki iritan

kuat ketika terhirup atau tertekan.Bahkan ketika di tambah air, asam

salisilat telah memberikan gangguan kesehatan pada tubuh

karenadapat menyebabkan nyeri,mual,dan muntah jika tertelan.

Asam benzoat banyak di gunakan untuk pengawet sirup, sari

buah,jamu,selai,minuman ringan,saos tomat,margarin,anggur buah,dan

ekstrak kopi, biasa digunakan dalam bentuk garamNA –Benzoat.Asam

Benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas

penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang

7

Page 8: Ekotok Isi Jadi

asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan

bakteri Azam Benzoat efektif pada pH 2,5-4 karena kelarutan garamnya

lebih besar, maka biasanya digunakan dalam bentuk garam Na-

Benzoat.Sedangkan dalam bahan garam benzoat terurai menjadi

bentuk efektif,yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosi.Dalam

tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam

benzoat,sehingga tidak terjadi penumpukan asam benzoat.Asam

benzoat secara alami terdapat dalam rempah-rempah seperti cengkeh

dan kayu manis.Dosis asam benzoat yang di perbolehkan adalah

0,025% sampai 0,8%.

Boraks merupakan kristal lunak yang mengandung unsur

boron,berwarna dan mudah larut dalam air.Boraks merupakan asam

natrium Na2B4O710H2O yang banyak digunakan untuk industri

kertas,gelas,pengawet kayu,dan keramik.Boraks sejak lama telah

digunakanmasyarakat untuk pembuatan gendar nasi,kerupuk gendar

atau kerupuk puli.Disamping itu boraks digunakan untuk industri

makanan seperti dalam pembuatan mie

basah,lontong,ketupat,bakso,bahkan dalam pembuatan kecap.Boraks di

salahgunakan untuk pangan dengan tujuan memperbaiki

warna,tekstur,dan flavour.Boraks bersifat sangat beracun,sehingga

peraturan pangan tidak memperbolehkan boraks untuk di gunakan

dalam pangan.Boraks (Na2B4O7 10H2O) dan asam borat (H3BO3)

digunakan untuk detergen,mengurangi kesadahan dan antiseptik

lemah.Ketika asam borat masuk ke dalam tubuh, dapat menyebabkan

mual,muntah,diare,sakit perut,penyakit kulit,kerusakan ginjal,kegagalan

sistem sirkulasi akut,dan bahkan kematian.Jika tertelan 5-10 gram

boraks oleh anak-anak bisa menyebabkan shock dan kematian.

8

Page 9: Ekotok Isi Jadi

D. Alat dan Bahan:

a) Alat:

1. Corong pemisah 50 ml

2. Pipet ukur 1 ml,5 ml,10 ml

3. Cawan porselin

4. Tabung reaksi

5. Kompor listrik

6. Pipet tetes

7. Pengaduk

8. Erlenmeyer kecil

9. Spritus

b) Bahan:

1. H2SO4 4N

2. Eter

3. FeCl3 1 % atau 5

4. Aquabromata

5. HNO3 pekat

6. Almunium sulfide

7. Ca (OH)2 10 %

8. H2SO4 pekat

9. Ammonia pekat

10.Kertas Curcuma

11.Alkohol

12.KNO3 kristal

13.HCL 10%

14.Ethanol

15.Aquades

16.Kertas lakmus biru

9

Page 10: Ekotok Isi Jadi

E. Cara kerja

1. Salisilat dan Benzoat

a) Pembuatan Ekstrak Eter

1. Memasukkan 25 ml sampel cair ke dalam corong pemisah.

2. Menambahkan beberapa tetes H2SO4 4N hingga asam

(mengecek dengan lakmus biru).

3. Menambahkan 10-15 ml eter,di gojok (mengeluarkan gas

yang timbul pada gojokan berikutnya sampai gas habis

kemudian melakukan penggojokan cepat selama 30-60

detik).

4. Mendiamkan corong pemisah dalam keadaan tegak sampai

terlihat dua lapisan terpisah (lapisan atas adalah eter dan

lapisan bawah adalah cairan sampel).

5. Mengambil lapisan eter kemudian membagi dalam 3 cawan

porselin (1 cawan untukpemeriksaan salisilat,1 cawan untuk

pemeriksaan benzoat dan 1 cawan untuk pemeriksaan

boraks). Menguapkan eter pada masing-masing cawan pada

temperatur kamar sampai kering.

6. (Untuk sampel berupa padatan,melakukan ekstraksi dengan

labu erlenmeyer tutup asap,dan mengambil ekstrak eter

dengan jalan penuangan).

b) Identifikasi Salisilat

1. Menambahkan beberapa ml aquades pada ekstrak eterdi

salah satu cawanporselin.

2. Menambahkan 1-2 tetes Fe Cl3 1% pada tabung

reaksiTimbulnya warna ungu menunjukkan adanya salisilat.

3. Menambahkan beberapa tetes aquabromata. Timbulnya

kekeruhan/endapan putih menunjukkan adanya salisilat.

10

Page 11: Ekotok Isi Jadi

4. Menambahkan 1-2 ml H2SO4 pekat dan 2-4 ml etanol pada

tabung reaksi 3. Kemudian memanaskannya dengan api

kecil sampai mendidih.Mencium bau yang timbul. Adanya

bau harum (etil salisilat) menunjukkan adanya salisilat.

c) Identifikasi benzoat

1. Menambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat pada ekstrak

cawan 2,kemudian di aduk-aduk dengan batang pengaduk

kaca sampai ekstrak/residu larut.

2. Menuang larutan ke dalam tabung reaksi, selanjutnya

sepucuk sendok kecil kristal KNO3 dan 0,2 ml HNO3 pekat.

3. Memanaskan di atas api kecil pada lampu spritus sambil di

goyang-goyang hingga hilang uap coklat (±2-5 menit).

4. Menambahkan ± 5 ml aquades kemudian di gojok

selanjutnya menuangkan kedalam labu erlenmeyer kecil.

Menambahkan ammonia pekat sampai basa (memastikan

dengan kertas lakmus).

5. Memanaskan larutan sampai mendidih diatas kompor listrik,

selanjutnya didinginkan.

6. Menuangkan sebagian larutan ke dalam tabung

reaksi,selanjutnya menambahkan ammonium sulfida dengan

pelan-pelan melalui dinding hingga terbentuk 2 lapisan

(jangan sampai campur).Mendiamkan tabung dalam

keadaan tegak.Adanya cincin merah coklat diantara dua

lapisan menunjukkan adanya benzoat.

2. Boraks

Pada identifikasi boraks, sampel yang digunakan dapat berupa

ekstrak sampel sebagaimana tersebut di atas atau dapat berupa

sampel asli.

11

Page 12: Ekotok Isi Jadi

1. Membasakan sampel pada cawan porselin 3 dengan air kapur

(Ca (OH)2) 10 % (Mengecek dengan kertas lakmus).

2. Memanaskan diatas kompor listrik sampai kering.

3. Mengambil sebagian residu, kemudian memasukkan pada cawan

yang lain, selanjutnya mengasamkan dengan HCL 10%

(memastikan dengan kertas lakmus).

4. Menambahkan 5 tetes H2SO4 pekat dan 1 mletanol pada residu

sisa di cawan tersebut, selanjutnya dibakar dengan api. Apabila

nyala api terlihat hijau pupus pada beberapa bagian

menunjukkan adanya boraks.

F. Hasil Pengamatan

1. Salisilat

a) Pada percobaan tabung 1 dengan menambahkan FeCl3 1%,

timbul warna ungu.

b) Pada percobaan tabung 2 dengan menambahkan beberapa

tetes aquabromata timbul kekeruhan/ endapan putih.

c) Sedangkan pada tabung 3 dengan menambhakan 1 ml H2SO4

pekat dan 2 ml etanol, setelah dipanaskan tercium bau harum.

2. Benzoat

Pada cawan porselin yang ditambahkan beberapa tetes H2SO4

pekat dipisahkan dalam tabung reaksi, menambahkan sepucuk

sendok kecil kristal KNO3 , 0,2 ml HNO3 pekat kemudian

dipanaskan, tambah aquades dan amonia pekat, dididihkan

kembali kemudian diberi ammonium sulfida secara pelan-pelan

terbentuk cincin.

12

Page 13: Ekotok Isi Jadi

3. Boraks

Cawan porselin yang ditambah air kapur kemudian dipanaskan

ditambah 5 tetes H2SO4 pekat dan 1 ml etanol kemudian dibakar

dengan api spritus, terlihat warna hijau pupus sebentar.

G. Pembahasan

1. Membuat eter untuk pemeriksaan salisilat, benzoat dan boraks.

Sebelum pemeriksaan, semua alat di cuci dan

dibersihkan dengan air satu kali dan aquades 3 kali. Mengambil

sampel 25 ml dan memasukkannya ke dalam corong pemisah.

Menambahkan beberapa tetes H2SO4 4N hingga asam (di cek

dengan kertas lakmus) dan menambahkan 15 ml eter, kemudian di

gojok (gojokan pertama gas yang timbul di keluarkan melalui kran,

begitu pula pada gojokan berikutnya sampai gas habis) dengan

posisi corong horizontal, kemudian melakukan penggojokan cepat

selama 30-60 detik.Corong pemisah didiamkan dalam keadaan

tegak atau vertikal sampai terlihat dua lapisan terpisah berwarna

pink dan bening (lapisan atas adalah eter dan lapisan bawah

adalah cairan sampel), kemudian cairan sampel (pink) di buang.

Selanjutnya membagi lapisan eter ke dalam tiga cawan porselin (1

cawan untuk pemeriksaan salisilat, 1 cawan untukpemeriksaan

benzoat, dan 1 cawan untuk pemeriksaan boraks).Masing-masing

cawan yang telah berisi eter, di uapkan pada suhu kamar hingga

kering.

2. Identifikasi salisilat

Mengambil ekstrak eter pada cawan satu, kemudian

menambahkan 2 ml aquades di aduk-aduk, selanjutnya membagi

dalam 3 tabung reaksi. Menambahkan 1-2 tetes FeCl3 1% pada

tabung 1 kemudian timbul warna ungu yang menunjukkan adanya

13

Page 14: Ekotok Isi Jadi

salisilat. Selanjutnya menambahkan beberapa tetes aquabromata

pada tabung 2, timbul kekeruhan/ endapan putih yang berarti

menunjukkan adanya salisilat. Selanjutnya pada tabung terakhir

menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan 2 ml etanol kemudian ditutup

dengan kapas dan kemudian dipanaskan diatas api spritus dengan

api kecil sampai mendidih, sambil digerak-gerakkan membuka

kapas dan mencium baunya, kemudian menghasilkan bau harum

yang menunjukkan adanya salisilat.

3. Identifikasi Benzoat

Mengambil ekstrak eter pada cawan 2 kemudian

menambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat, lalu mengaduknya

dengan batang pengaduk kaca sampai ekstrak/ residu larut.

Selanjutnya menuangkan larutan tersebut kedalam tabung reaksi

kemudian menambahkan sepucuk sendok kecil kristal KNO3 dan

0,2 ml HNO3 pekat secara hati-hati. Selanjutnya memanaskannya

diatas api kecil sambil digoyang-goyang sampai hilang uap coklat

(bening- coklat- bening) ± 2,5 menit. Kemudian menambahkan ± 5

ml aquades lalu menggojoknya. Selanjutnya menuangkan larutan

kedalam labu erlenmeyer kecil, lalu menambahkan ammonia pekat

sampai basa (memastikan dengan kertas lakmus). Kemudian

memanaskan larutan diatas kompor listrik sampai mendidih dan

jangan sampai kering lalu didinginkan. Setelah dingin lalu

menuangkan sebagian larutan kedalam tabung reaksi dan

menambahkan ammonium sulfida secara pelan-pelan kedalam

tabung melalui dinding tabung hingga terbentuk dua lapisan (tidak

digojok dan tidak diperbolehkan sampai campur). Kemudian

mendiamkan tabung dalam keadaan tegak. Selanjutnya terbentuk

cincin atau lingkaran merah coklat diantara 2 lapisan yang berarti

larutan tersebut mengandung benzoat.

14

Page 15: Ekotok Isi Jadi

4. Identifikasi Boraks

Mengambil cawan ketiga yang terdapat ekstrak eter

kemudian membasakannya dengan air kapur [Ca(OH)2 ] 10%

(memastikan dengan kertas lakmus) kemudian memanaskanya

diatas kompor listrik sampai kering, selanjutnya residu pada cawan

ditambahkan 5 tetes H2SO4 pekat dan 1 ml etanol lalu dibakar

dengan api diatasnya (dalam cawan porselin). Terlihat warna hijau

pupus pada api (hanya sebentar) telah menunukkan adanya

boraks sedikit. Saat melakukan pembakaran, dijauhkan dari etanol

dan metanol, lebih baik didekatkan dengan sumber air.

H. Kesimpulan

1. Hasil pemeriksaan salisilat dengan menambahkan FeCl3 1 %

menunjukkan warna ungu yang berati larutan/ sampel mengandung

salisilat. Sedangkan dengan menambahkan aquabromata

menunjukkan endapan putih dan kekeruhan yang berarti juga

terdapat adanya salisilat.

2. Hasil pemeriksaan salisilat dilakukan denan 3 pengujian yaitu

pengujian 1 (pada tabung reaksi 1) dengan menambahkan FeCl3

1% menunjukkan warna ungu, pengujian 2 (tabung reaksi 2)

dengan menambahkan aquabromata muncul kekeruhan/ endapan

putih dan pengujian 3 (tabung reaksi 3) dengan menambahkan

H2SO4 pekat dan etanol kemudian dibakar dan tercium bau harum.

Dari ketiga pengujian diatas larutan mengandung salisilat.

3. Pada pengujian benzoat, adanya cincin/ lingkaran merah coklat

diantara dua lapisan menunjukkan sampel positif mengandung

benzoat.

15

Page 16: Ekotok Isi Jadi

4. Pada pengujian boraks terlihat warna hijau pada api diatas cawan

porselin yang hanya sebentar, menunjukkan bahwa sampel

mengandung boraks namun hanya dalam jumlah sedikit.

16

Page 17: Ekotok Isi Jadi

BAB III

PEMERIKSAA KUALITATIF ZAT WARNA BERBAHAYA

DALAM MAKANAN/ MINUMAN

A. Hari, Tanggal : Kamis, 15 Desember 2011

B. Tujuan

Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif zat warna

berbahaya dalam makanan/ minuman.

C. Dasar Teori

Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis

makanan, terutama berbagai produk jajan pasar serta berbagai produk

makanan olahan. Tidak semua pewarna sintesis baik untuk kesehatan

walaupun tidak semuanya pula berbahaya bagi kesehatan. Berbagai

jenis bahan makanan yang menggunakan pewarna sintesis berbahaya

diantaranya adalah jajanan anak sekolah, tahu, terasi, kerupuk, dan

sirup.

Beberapa pewarna sintesis yang dilarang telah digunakan di

Indonesia. Umumnya fungsi sebenarnya pewarna sintetis yang

digunakan adalah pewarna non makanan seperti pewarna tekstil dan

kertas. Dari berbagai jenis pewarna tekstil yang disalahgunakan

sebagai pewarna makanan yang paling banyak digunakan adalah

Rhodamin B dan Methanyl Yellow. Rhodamin ini sebenarnya adalah

pewarna untuk kertas, tekstil dan reagensia untuk pengujian antimon,

cobalt dan bismut. Sedangkan methanil Yellow umumnya digunakan

sebagai pewarna tekstil dan cat serta sebagai indikator reaksi

netralisasi asam basa. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya

17

Page 18: Ekotok Isi Jadi

melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang

seringkaili terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang

bersifat racun. Pewarnaan penggunaan warna sintetis dalam dosis

berlebih bisa menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paru-paru, mata,

tenggorokan dan usus.

D. Alat dan Bahan

a) Alat

1. Tabung Reaksi

2. Penjepit tabung reaksi

3. Kompor Listrik

4. Lampu Spritus

5. Cawan Porselin

6. Pipet Ukur 10ml

b) Bahan

1. NH4OH 10%

2. H2SO4 4N

3. Asam Stearat

4. Ureum

5. Benang Wool Putih (bebas lemak)

6. Asam asetat 10%

7. KHSO4 10%

8. Ammonia 1% dan Ammonia 10%

18

Page 19: Ekotok Isi Jadi

E. Cara Kerja

a. Reaksi Amyl alkohol

1. Suasana Asam

a) Dalam tabung reaksi 1-2 ml cairan sampel ditambah

beberapa tetes H2SO4 4N.

b) Ditambah 1ml amyl alkohol digojok kuat-kuat. Reaksi

dikatakan positif amyl alkohol (lapisan atas) mengambil

warna air sampel.

2. Suasana Basa

a) Dalam tabung reaksi 1-2 ml cairan sampel ditambah

beberapa tetes ammonia 10%

b) Ditambah 1 ml amyl alkohol digojok kuat-kuat. Reaksi

dikatakan positif apabila amyl alkohol (lapisan atas)

mengambil warna air sampel.

b. Reaksi Asam Stearat

1. Dalam tabung reaksi 1-3 ml cairan sampel ditambah sepucuk

sendok ureum dan sepucuk sendok asam stearat.

2. Dipanaskan hingga mendidih dan asam stearat mencair. Reaksi

positif apabila lapisan asam stearat mengambil warna dari

sampel air.

c. Reaksi Asam Stearat (Benang Wool)

1. Dalam labu erlenmeyer 100 ml (bisa juga menggunakan cawan

porselin) dimasukkan 10-25 ml cairan sampel, ditambah 10 ml

KHSO4 10 % dan 3-4 helai benang wool.

2. Dipanaskan selama 10 menit. Benang wool diambil dan dicuci

dengan air mengalir, selanjutnya dicuci dengan ammonia 1%.

Apabila dalam pencucian ini benang wool kembali menjadi putih

19

Page 20: Ekotok Isi Jadi

(warna luntur) menunjukkan reaksi negatif (tidak perlu

dilanjutkan).

3. Apabila dalam pencucian benang wool tetap berwarna, benang

selanjutnya dimasukkan kedalam labu erlenmeyer atau cawan

yang lain. Ditambah 10 ml ammonia 10% dipanaskan 10 menit

benang wool dibuang.

4. Kedalam labu erlenmeyer ditambahkan 10ml KHSO4 10%,

selanjutnya dimasukkan benang wool yang baru dipanaskan

selama 10 menit. Apabila benang wool terakhir mengambil

warna air sampel menunjukkan reaksi positif.

Sampel mengandung zat warna berbahaya jika 3 reaksi

menunjukkan hasil reaksi positif. Jika ada salah satu yang

menunjukkan hasil yang negatif maka disimpulkan bahwa zat

warna yang ada dalam sampel bukan termasuk zat yang

berbahaya.

F. Hasil Pengamatan

a. Reaksi Amyl Alkohol

1. Pada suasana asam reaksi menunjukkan hasil reaksi positif

karena amyl alkohol (lapisan atas) mengambil warna air sampel.

2. Pada suasana basa reaksi menunjukkan hasil reaksi positif

karena amyl alkohol mengambil warna air sampel.

b. Reaksi Asam Stearat

Pada reaksi ini menunjukkan hasil reaksi positif karena asam

stearat mengambil warna air sampel.

c. Reaksi Benang Wool

Pada reaksi ini menunjukkan hasil reaksi positif karena benang wool

terakhir mengambil warna air sampel.

20

Page 21: Ekotok Isi Jadi

G. Pembahasan

a. Reaksi Amyl Alkohol

1. Suasana Asam

Sebelum pemeriksaan 2 ml sampel dimasukkan kedalam tabung

reaksi yang sudah dicuci dan dibersihkan dengan air satu kali

dan dibilas dengan aquades tiga kali. Kemudian sampai diberi 3

tetes H2SO4 4N dan diberi 1 ml amyl alkohol. Lalu sampel digojok

kuat-kuat, reaksi dikatakan positif bila amyl alkohol mengambil

warna air sampel.

2. Suasana Basa

Sebelum pemeriksaan semua alat dicuci dan dibersihkan dengan

air satu kali dan dibilas dengan aquades tiga kali. Kemudian 2 ml

sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi. Lalu sampel diberi 3

tetes ammonia 10% dan 1 ml amyl alkohol. Sampel digojok kuat-

kuat dan reaksi positif apabila amyl alkohol mengambil warna air

sampel.

b. Reaksi Asam Stearat

Sebelum pemeriksaan semua alat dicuci dan dibersihkan dengan air

1 kali dan dibilas dengan aquades tiga kali. Kemudian 3 ml sampel

dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambah sepucuk sendok

kristal ureum dan asam stearat. Sampel dipanaskan dengan dengan

lampu spritus hingga mendidih dan asam stearat mencair

(berbentuk seperti gel). Reaksi positif apabila lapisan atas asam

stearat mengambil warna air sampel.

c. Reaksi Asam Stearat (benang wool)

Sebelum pemeriksaan semua alat dicuci dan dibersihkan dengan air

kran satu kali dan dibilas dengan aquades tiga kali. Kemudian 15 ml

sampel dimasukkan kedalam labu erlenmeyer ditambah 10 ml

KHSO4 10% dan 4 helai benang wool. Sampel dipanaskan selama

21

Page 22: Ekotok Isi Jadi

10 menit kemudian benang wool diambil dan dicuci dengan air lalu

dengan ammonia 1%. Benang wool dalam pencucian menjadi putih

menunjukkan reaksi negatif sehingga pemeriksaan tidak perlu

dilanjutkan. Apabila tetap berwarna, benang wool selanjutnya

dimasukkan kedalam labu erlenmeyer ditambah 10ml ammonia

10% , dipanaskan kembali selama 10 menit. Pemeriksaan positif

apabila benang wool yang baru mengambil warna air sampel.

H. Kesimpulan

Hasil pemeriksaan dari 3 reaksi tersebut menunjukan bahwa sampel

mengandung zat warna berbahaya.

22

Page 23: Ekotok Isi Jadi

BAB IV

PEMERIKSAAN KUALITATIF LOGAM BERAT

(Hg, Pb dan Cu)

A. Hari, Tanggal : Senin, 19 Desember 2011

B. Tujuan :

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif logam berat

Hg

2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif logam berat Pb

3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitatif logam berat

Cu

C. Dasar Teori

Logam berat adalah bahan- bahan alami yang berasal dan

termasuk bahan penyusun lapisan tanah bumi. Logam berat tidak

dapat diurai dan dimusnahkan. Logam berat dapat masuk kedalam

tubuh makhluk hidup melalui makanan, air minum dan udara. Laju

akumulasi logam-logam berat ini didalam tubuh lebih cepat dari

kemampuan tubuh untuk membuangnya.

Air sering tercemar oleh komponen- komponen anorganik

antara lain berbagai logam berat yang berbahaya. Logam tersebut

secara langsung dan tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan

apabila sudah melebihi batas yang ditentukan berbahaya bagi

kehidupan. Logam tersebut antara lain merkuri(Hg), timbal (Pb),

arsenik (As), kadmium (Cd).

23

Page 24: Ekotok Isi Jadi

Hg merupakan elemen alami yang sering mencemari

lingkungan. Kebanyakan merkuri terdapat dialam dalam bentuk

senyawa. Merkuri bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.

Sumber Hg dapat berasal dari alam melalui proses pelapukan batuan

dan peletusan gunung berapi. Dari kegiatan perindustrian seperti

pabrik cat, kertas, peralatan listrik. Dampak pencemarannya dapat

menyebabkan minamata dan kerusakan tubuh yang bersifat

permanen.

Timbal (Pb) mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan

bukan karena penggunaan terapinya melainkan karena sifat

toksisitasnya. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang

tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa,

testis, jantung dan otak. Pb dapat masuk ke badan perairan secara

alamiah melaui pengkristalan Pb di udara engan bantuan air hujan,

proses korosifikasi akibat hempasan gelombang dan angin juga.

Cu dialam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas akan

tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk senyawa padat dalam

bentuk mineral. Dalam keadaan normal, jumlah tembaga diperlukan

untuk proses enzimatik biasanya sangat sedikit. Jika kelebihan

tembaga dalam tubuh menyebabkan kerusakan jaringan. Sedangkan

jika kekurangan akan menyebabkan kelelahan, sindroma Menkes.

D. Alat dan Bahan

a) Alat

1. Rak tabung reaksi

2. Pipet tetes

3. Tabung reaksi

4. Mikroskop

5. Lampu Spritus

24

Page 25: Ekotok Isi Jadi

6. Obyek Glass

7. Pipet Ukur 10 ml

b) Bahan

1. Reagen Ditizon

2. HCl 10%

3. Kawat Fe

4. Lempeng Cu

5. Kertas saring

6. Reagen Ganassini

7. KI 20%

8. Ammonia Pekat

E. Cara Kerja

1. Uji Pendahuluan

Memasukkan sampel dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml

kemudian ditambah larutan Ditizon, digojok. Warna merah pada

larutan ditizon menunjukkan adanya logam berat.

2. Identifikasi spesifik Logam berat

a. Identifikasi Hg

1) Memasukkan sampel sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi,

ditambah beberapa tetes HCl 10% hingga asam.

2) Memasukkan 1 kawat atau lempeng Cu kedalam larutan

tersebut.

3) Menunggu beberapa menit, apabila lempeng Cu terlapisi

oleh lapisan berwarna putih mengkilat menunjukkan adanya

Hg dalam sampel. Untuk memastikan dapat dilanjutkan

reaksi sebagai berikut :

a) Diatas secarik kertas saring diolesi reagen Ganassini

25

Page 26: Ekotok Isi Jadi

b) Pada olesan tersebut diletakkan kawat Cu berwarna

putih mengkilat.

c) Menunggu beberapa menit, apabila terdapat noda

berwarna orange berarti Hg positif ada dalam sampel.

b. Identifikasi Pb

1) Memasukkan sampel 2 ml ke dalam tabung reaksi ditambah

beberapa tetes KI 20%. Apabila terdapat endapan kuning,

endapan dibagi dalam dua tabung.

2) Endapan kuning pada tabung satu ditambah beberapa tetes

KI 20%. Apabila endapan kuning larut menunjukkan adanya

Pb.

3) Endapan kuning pada tabung dua dipanaskan diatas api

kecil sampai mendidih kemudian didinginkan. Setelah dingin

diambil 1-2 tetes diletakkan diatas obyek glass, selanjutnya

diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah/

sedang. Adanya kristal segi enam berwarna kining emas

menunjukkan adanya Pb dalam sampel.

c. Identifikasi Cu

1) Memasukkan sampel 2 ml ke dalam tabung reaksi ditambah

dengan Hcl 10% hingga asam beberapa tetes.

2) Memasukkan kawat/ lempeng Fe kedalam larutan tersebut.

3) Menunggu beberapa menit sampai sampai beberapa jam.

Apabila lempeng Fe terlapisi oleh lapisan berwarna

kecoklatan dimungkinkan adanya Cu dalam sampel. Untuk

memastikan, kawat/ lempeng Fe berwarna kecoklatan

tersebut diambil dan di uap-uapkan diatas amoniak. Apabila

lempeng tersebut menjadi kebiruan berarti Cu positif ada

dalam sampel.

26

Page 27: Ekotok Isi Jadi

F. Hasil Pengamatan

1. Pada uji pendahuluan dilakukan pengambilan sampel secara acak

ditambah ditizon 3 tetes, terdapat gumpalan seperti batu berwarna

merah. Dinyatakan smapel tersebut mengandung logam berat.

2. Dalam identifikasi Hg didapat noda berwarna merah orange pada

kertas saring. Dinyatakan bahwa sampel tersebut positif

mengandung Hg.

3. Dalam identifikasi Pb

a) Tabung 1 yang ditambah 3 tetes KI 20% menunjukkan adanya

endapan kuning. Dapat dikatakan bahwa sampel tersebut

mengandung Pb positif.

b) Tabung 2 yang diperiksa dibawah mikroskop dengan

perbesaran sedang tidak menunujukkan adanya kristal

segienam berwarna kuning emas.

4. Identifikasi Cu

Dalam sampel yang dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 3

tetes HCl 10% kemudian dimasukkan lempeng Fe (isi steples).

Setelah ditunggu beberapa menit lempeng Fe tersebut berwarna

kecoklatan seperti berkarat, dimungkinkan terdapat positif Cu

dalam sampel. Kemudian untuk memastikan kawat Fe yang

berwarna kecoklatan di uap-uapkan diatas ammonia dan berubah

warna menjadi biru kehitam-hitaman. Berarti Cu positif

mengandung sampel.

G. Pembahasan

1. Uji Pendahuluan

27

Page 28: Ekotok Isi Jadi

Dalam uji pendahuluan pengambilan sampel dilakukan secara

acak. Sampel yang kami ambil dalam uji pendahuluan adalah

sampel yang mengandung Pb. Sampel 2 ml ditambah larutan

ditizon kemudian digojok dan menunggu beberapa menit terdapat

warna merah pada larutan ditizon, berarti sampel tersebut

mengandung logam berat.

2. Identifikasi Hg

Memasukkan sampel 2 ml ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambah 3 tetes HCl 10% hingga asam. Untuk mengetahui larutan

tersebut asam maka dapat dilakukan dengan uji kertas lakmus biru

menjadi merah. Setelah asam kemudian memasukkan lempeng Cu

berupa seng berukuran kecil berwarna coklat kedalam larutan

tersebut. Menunggu beberapa menit, lempeng Cu tersebut

berwarna putih mengkilat seperti perak. Lempeng Cu tersebut

diletakkan pada kertas saring yang sudah di olesi reagen

Ganassini. Terdapat noda warna merah orange pada kertas saring,

berarti sampel tersebut mengandung Hg positif.

3. Identifikasi Pb

Sampel 2 ml dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 3 tetes KI

20% terdapat endapan kuning. Endapan tersebut kemudian dibagi

dalam dua tabung.

a) Pada tabung 1 ditambah 3 tetes KI 20% dan terdapat endapan

kuning menunjukkan adanya Pb.

b) Pada tabung 2 dipanaskan diatas api kecil sampai mendidih

kemudian didinginkan. Mengambil 2 tetes diletakkan diatas

obyek glass, selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop

perbesaran sedang. Hasil yang kami terdapat ternyata negatif.

Karena pengamatan dilakukan hanya sebentar dimungkinkan

28

Page 29: Ekotok Isi Jadi

karena KI 20% tersebut konsentrasinya sudah berkurang jadi

mempengaruhi dalam proses pengamatan dibawah mikroskop.

4. Identifikasi Cu

Sampel 2 ml dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah HCl 10%

sebanyak 3 tetes. Memasukkan kawat/ lempeng Fe berupa isi

steples kedalam larutan tersebut. Menunggu beberapa menit,

lempeng Fe tersebut berwarna kecoklatan seperti berkarat

dimungkinkan terdapat Cu dalam sampel. Untuk memastikan,

lempeng Fe yang berwarna kecoklatan tersebut di uap-uapkan di

atas ammonia, warna berubah menjadi biru kehitam-hitaman

berarti Cu positif ada dalam sampel.

H. Kesimpulan

1. Sampel yang diambil secara acak dalam uji pendahuluan sebanyak

2 ml ditambah larutan ditizon ternyata menimbulkan warna merah

berarti sampel tersebut psitif menunjukkan adanya logam berat.

2. Sampel 2 ml diasamkan dengan HCl 10%, kemudian memasukkan

1 lempeng Cu yang berwarna coklat seperti senk setelah ditunggu

beberapa menit ternyata berubah warna menjadi putih mengkilat

seperti perak menunjukkan positif Hg dalam sampel. Untuk

memastikan reaksi dilanjutkan dengan kertas saring yang diolesi

reagen Ganassini kemudian lempeng Cu tersebut diletakkan

diatasnya. Ternyata terdapat noda merah orange pada kertas

saring berarti positif terdapat Hg dalam sampel.

3. Dalam identifikasi Pb, sampel 2 ml ditambah 3 tetes KI20%

terdapat endapan kuning. Endapan dibagi dalam 2 tabung.

a. Tabung 1 ditambah 3 tetes KI 20% terdapat endapan kuning

larut menunjukkan adanya positif Pb.

29

Page 30: Ekotok Isi Jadi

b. Tabung 2 yang diperiksa dibawah mikroskop dengan

perbesaran sedang ternyata mengalami kesulitan dalam

pengamatan karena dimungkinkan konsentrasi larutan KI 20%

yang sudah berkurang, sehingga hasil menunjukkan negatif

karena tidak terlihat adanya kristal segienam berwarna kuning

emas dalam sampel.

4. Sampel 2 ml yang diasamkan dengan HCl 10% setelah

dimasukkan lempeng Fe yang berupa isi steples ternyata setelah

beberapa menit berubah warna menjadi kecoklatan seperti

berkarat, dimungkinkan positif adanya Cu dalam sampel. Untuk

memastikan, lempeng Fe yang berwarna kecoklatan tersebut di

uap-uapkan diatas ammonia dan berwarna biru kehitam-hitaman,

berarti positif mengandung Cu dalam sampel.

30