33
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki banyak sungai yang umumnya dijumpai di beberapa pulau besar. Secara intensif, ekosistem estuaria terbentuk di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS), akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan luasnya dataran yang landai di daerah pesisir, seperti di sumatra, kalimantan, jawa dan irian jaya (Dahuri, 2003) Melalui mekanisme pasang surut dan aliran sungai, terciptalah percampuran kedua massa air tawar dan air lauts secara intensif di estuaria. Selain itu , adanya hutan mangrove yang memiliki prodiktivitas primer tinggi di sungai besar menyebabkan kandungan detritus organik yang tinggi, sehingga produktivitas sekunder di estuaria menjadi tingi pula. Oleh karena itu, habitat habitat estuaria menjadi sangat produktif, hingga dapat berfungsi sebagai daerah pertumbuhan (nursery ground) bagi larva,post-larva dan juvenil dari berbagai jenis ikan, udang, dan kerang-kerangan dan daerah penangkapan (fishing ground). Tingginya kandungan nutrien di estuaria memberikan pengaruh terhadap tingginya

EKOPER DANAU

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKOPER DANAU

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak sungai yang umumnya dijumpai di beberapa

pulau besar. Secara intensif, ekosistem estuaria terbentuk di bagian hilir Daerah

Aliran Sungai (DAS), akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan luasnya

dataran yang landai di daerah pesisir, seperti di sumatra, kalimantan, jawa dan

irian jaya (Dahuri, 2003)

Melalui mekanisme pasang surut dan aliran sungai, terciptalah

percampuran kedua massa air tawar dan air lauts secara intensif di estuaria.

Selain itu , adanya hutan mangrove yang memiliki prodiktivitas primer tinggi di

sungai besar menyebabkan kandungan detritus organik yang tinggi, sehingga

produktivitas sekunder di estuaria menjadi tingi pula. Oleh karena itu, habitat

habitat estuaria menjadi sangat produktif, hingga dapat berfungsi sebagai daerah

pertumbuhan (nursery ground) bagi larva,post-larva dan juvenil dari berbagai

jenis ikan, udang, dan kerang-kerangan dan daerah penangkapan (fishing

ground). Tingginya kandungan nutrien di estuaria memberikan pengaruh

terhadap tingginya tingkat produktivitas primer di perairan terbuka (Dahuri, 2003).

Hal ini sangat perlu di ketahui oleh para praktikan untuk menambah ilmu

pengetahuan yang dimilikinya serta bisa menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari sebagi wujud evaluasi terhadap ilmu pengetahuan yang dimilikinya

masing masing yang berhubungan dengan mata kuliah Ekologi Perairan secara

umum dan lingkungan estuaria secara husus seperti yang telah dibahas dalam

penyajian laporan ini.

Page 2: EKOPER DANAU

Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari diadakannya praktek lapang Ekologi perairan ini yaitu

antara lain :

a) Untuk mengetahui peranan dan fungsi organisme dalam suatu ekosistem.

b) Untuk mengetahui variabel dan komponen penyusun suatau ekosistem

baik biotik maupun abiotik.

c) Untuk mengetahui beberapa indeks seperti kepadatan, presentase,

indeks dominansi, frekuensi kemunculan organisme pada masing-masing

ekosistem, indeks morisitas (pola sebaran spesies).

d) Sebagai bahan perbandingan antara teori dan kenyataan.

e) Sebagai data base untuk penelitian berikutnya.

Sedangkan kegunaan dari praktek lapang ekologi perairan ini adalah

memberikan pemahaman dan pengertian kepada praktikan mengenai siklus

materi dan aliran energi dalam suatu ekosistem serta interaksi antara unsur biotik

dan unsur abiotik dalam suatu lingkungan.

Page 3: EKOPER DANAU

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Estuaria

Definisi

Ekosistem estuaria adalah suatu sistem atau hubungan timbal balik

mahluk hidup dan mahluk tak hidup yang berada dilingkungan perairan estuaria.

Hal ini berdasarkan atas jasad hidup dan lingkungan tak hidup saling terkait tak

terpisahkan dan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Setiap satuan yang

lain disebut organisme atau suatu komunitas dalam suatu area yang berinteraksi

dengan lingkungan fisiknya sehingga suatu aliran energi menciptakan bentuk

tropik yang jelas, keanekaragaman biotik dan daur material dalam suatu sistem

disebut dengan ekosistem (Romimohtarto dan jawana, 2001).

Estuaria juga dapat diartikan sebagai suatu perairan semi tertutup yang

berada di bagian hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga

memungkinkan terjadinya percampuran antara air tawar dan air laut (Dahuri,

2003).

Karakteristik

Bentuk estuaria bervariasi dan sangat tergantung pada besar kecilnya

aliran sungai , kisaran pasang surut dan bentuk garis pantai. Estuaria dari sungai

yang besar dapat memodifikasi garis pantai dan topografi sublittoral melalui

pengendapan dan erosi sedimen, sehingga garis pantai bergerak menjorok

beberapa kilomeer kearah laut (Meadows dan Campbell, 1998).

Page 4: EKOPER DANAU

Klasifikasi

Menurut Nybakken (1992), sebagai akibat geomorfologi suatu estuaria,

sejarah geologi daerah tersebut dan keadaan yang menonjol, maka terdapat tipe

estuaria yang berbeda. Estuaria ini dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe

dasar antara lain :

1. Tipe yang paling umum adalah estuaria dataran pesisir. Estuaria dataran

pesisir terbentuk pada akhir zaman es yang penghabisan ketika

permukaan laut naik menggenangi lembah sungai dipantai yang rendah

letaknya.

2. Estuaria tektonik. Pada kias ini laut menggenangi kembali daratan

karena turunnya permukaan daratan bukan akibat naiknya permukaan

laut.

3. Estuaria teluk semi tertutup atau gobah. Dalam hal ini beting pasir

terbentuk sejajar dengan garis pantai dan sebagian memisahkan

perairan yang terdapat dibelakangnya dari laut.

4. Estuaria fjord. Fjord adalah merupakan lembah yang telah diperdalam

oleh kegiatan glaiser dan kemudian digenangi air laut.

5. Estuaria positif. Pada titik tertentu dimana saja di estuaria suatu kolom

vertikal akan mempunyai salinitas yang tertinggi pada atau dekat dasar

dan salinitas terendah pada atau dekat permukaan.

6. Estuaria negatif. Pada iklim gurun pasir dimana jumlah masukan air

tawar kedalam estuaria sedikit dan kecepatan penguatan yang

menyebabkna terbentuknya estuaria negatif.

Page 5: EKOPER DANAU

Komposisi Biota

Terdapat tiga komponen fauna di estuaria yaitu lautan, air tawar dan air

payau. Komponen fauna lautan ini merupakan yang terbesar dalam jumlah

spesies dan terdiri dari dua sub kelompok. Binatang laut stenolalin merupakan

tipe yang tidak mampu atau tipe yang mempunyai kemampuan yang terbatas

dalam mentolerir perubahan salinitas. Bintang laut eurihalin adalah binatang laut

yang mempunyai memtolerir sebagai penurunan salinitas. Beberapa jenis tiram,

udang, ikan salem dan belut, serta abiotiknya terdiri dari lumpur serasah dan

bebatuan (Nybakken, 1992).

Adaptasi

Beberapa adaptasi morfologis dapat dikenal diantara organisme yang

mendiami lumpur seperti kepiting biasanya memiliki rumbai-rumbai halus yang

mejaga ruangan pernafasan tidak tersumbat. Umumnya ikan yang hidup disini

ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan kerabatnya dan jumlah ruas tulang

punggungnya berkurang. Organisme mampu melakukan osmosis dengan baik

sedangkan adaptasi tingkah laku meliputi organisme mengubah posisi substrat

dengan cara bergerak ke hulu atau ke hilir estuaria (Nybakken, 1992).

Faktor Pembatas

Gambaran dominasi lingkungan estuaria adalah berfluktuasinya salinitas.

Secara definitif , suatu gradien salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu,

tetapi pola gradien bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang

surut, dan jumlah air tawar. Terjadinya perubahan salinitas yang tak menentu

pada ekosistem ini membuat organisme air tawar tidak mampu mentolerir

penurunan salinitas dan sebaliknya organisme air laut tidak mampu mentolerir

penurunan salinitas sehingga membuat salinitas ini menjadi salah satu faktor

Page 6: EKOPER DANAU

pembatas. Tingginya tingkat pemanfaatan di daerah estuaria juga merupakan

faktor pembatas yang mengakibatkan berbagai dampak lingkungan seperti

hilangnya sumber daya estuaria itu sendiri. Selain itu yang merupakan fektor

pembatas lain adalah pembuangan limbah yang secara terus menerus didaerah

estuaria sehingga menyebabkan terjadinya kematian ikan-ikan secara tiba-tiba

dan berbagai efek dramatis lainya seperti hilangnya ikan-ikan penghuni daerah

estuaria dan hilangnya kerang-kerang serta menurunya daya dukung dari

ekosistem estuaria itu sendiri (Rais, 2001).

Fungsi Ekologis

Ekosistem estuaria memiliki kemampuan pemeliharaan dan pemulihan

secara alami yang luar biasa setelah mengalami gangguan, bila karakter dasar

habitat yang menyokong formasi ekosistem tersebut terpelihara. Namun

demikian, ekosistem estuaruia dihadapkan pada kondisi yang cukup riskan oleh

faktor-faktor secara permanen yang mempengaruhinya seperti salinitas, suhu

dan siklus nutrien. Konservasi terhadap ekosistem tersebut dan sumber daya

yang ada didalamnya dapat dicapai dengan mencegah terjadinya perubahan-

perubahan yang mencolok pada faktor-faktor yang telah disebutkan. Hal yang

paling penting untuk diketahui adalah adanya kekuatan lain diluar ekosistem

estuaria yang dapat mempengaruhi faktor-faktor tersebut seperti kegiatan-

kegiatan pertanian dilahan atas dan perubahan aliran sungai (Rais, 2001).

Fungsi Ekonomis

Umumnya perairan ini mempunyai potensi yang sangat besar bagi

pengusaha tambak udang, kepiting, dan ikan bandeng. Karena lingkungan yang

seperti ini banyak produktivitas primer didalamnya. Estuaria bertindak sebagai

penimbunan bahan-bahan organik yang dibawa oleh sungai atau dibawa masuk

Page 7: EKOPER DANAU

dari laut. Banyak bahan organik ini kemudian menjadi bahan makanan dari

beberapa hewan tambak (Nybakken, 1992).

Page 8: EKOPER DANAU

III. METODOLOGI

Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Praktek lapang ekologi perairan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 23

april 2006, pada pukul 08-00 sampai dengan pukul 12-00 wita, bertempat di

muara sungai tallo.

Alat Dan Bahan

Tabel 1, alat yang digunakan dalam praktek lapang ekologi perairan yaitu No Nama alat Jumlah Fungsi1 Transek kuadran 1 buah Membatasi ekosistem dalam pengambilan

data2 Alat dasar selam 2 set Membantu dalam pengambilan sampel3 Tali rafia 20 mtr Mengukur stasiun dalam pengambilan

sampel4 Alat tulis menulis 1/ orang Mencatat organisme atau sampel dalam

transek5 plastik 5 lembar Mengambil sampel6 Patok kayu 9 buah Membatasi tiap-tiap stasiun7 Ember 1 buah Menyimpan alat dan bahan8 Kantong sampel 6 buah Menyimpan organisme atau sampel

Tabel 2, bahan yang digunakan dalam praktek lapang ekologi perairan yaitu:No Nama alat Jumlah Fungsi1 Alkohol 100 ml Mengawetkan organisme yang diteliti2 Formalin 70% Mengawetkan organisme yang diteliti

Prosedur Kerja

1. Memilih tempat yang akan diteliti organismenya.

2. Memasang patok disekitar transek kuadran dengan jarak kira-kira ± 100

meter.

3. Menempatkan transek kuadran masing-masing di tiga plot dalam dua

stasiun.

4. Mengamati organsime yang ada dalam transek kuadran tersebut.

Page 9: EKOPER DANAU

5. Mencatat organisme dalam tabel pengamatan.

6. Mengulangi cara kerja diatas masing-masing sebanyak tiga kali dalam

dua stasiun.

Page 10: EKOPER DANAU

Analisis Data

Lampiran 1, Tabel Hasil Perhitungan Ekosistem Estuaria Stasiun 1

Tabel 3, perhitungan ekosistem estusaria stasiun 1

No Nama spesies Plot Total Komponen Abiotik 1 2 3

123

Siput Kerang Kepiting

500

000

055

555

Daun, lumpur, batu, kulit cangkang, kulit kerangJumlah 5 0 10 15

Tabel 4, kemunculan organisme ekosistem estuaria stasiun 1

No Nama spesies Plot Total Komponen Abiotik 1 2 3

123

Siput Kerang Kepiting

100

000

011

111

Daun, lumpur, batu, kulit cangkang, kulit kerangJumlah 1 0 2 3

Ket : 0 = tidak ada, 1 = ada.

Tabel 5, nilai indeks morisistas ekosistem estuaria stasiun 1

No Nama spesies Indeks morisistas Keterangan

123

Siput Kerang Kepiting

333

Bergerombol Bergerombol Bergerombol

Jumlah 9

Tabel 6, hasil perhitungan kepadatan organisme ekosistem estuaria

No Nama spesies Plot Rata-rata

Kepadatan organisme1 2 3

123

Siput Kerang Kepiting

500

000

055

1,671,671,67

555

Jumlah 5 0 10 5 15

Taebl 7, perhitungan komposisi jenis ekosistem estuaria stasiun 1

No Nama spesies Plot Rata-rata Komposisi jenis 1 2 3

123

Siput Kerang Kepiting

500

000

055

1,671,671,67

33,4%33,4%33,4%

Jumlah 5 0 10 5 100.2%

Tabel 8, perhitungan frekuensi kemunculan organisme ekosistem estuaria stasiun 1

Page 11: EKOPER DANAU

No Nama spesies Plot Frekuensi kemunculan 1 2 3

123

Siput Kerang Kepiting

100

000

011

33,33%33,33%33,33%

Jumlah 1 0 2 99,99%Ket : 0 = tidak ada, 1 = ada

Tabel 9, perhitungan ID ekosistem estuaria stasiun 1

No Nama spesies Plot Rata-rata Indeks Dominansi 1 2 3

123

Siput Kerang Kepiting

500

000

055

1,671,671,67

0,3340,3340,334

Jumlah 5 0 10 5 1,002

Lampiran 2, Tabel Hasil Perhitungan Ekosistem Estuaria Stasiun 2

Tabel 10, perhitungan ekosistem estuaria stasiun 2No. Nama spesies Plot Total Komponen Abiotik

Page 12: EKOPER DANAU

1 2 31 Bekicot 0 5 0 5 Lumpur, kulit cangkang,

kulit keongJumlah 0 5 0 5

Tabel 11, perhitungan kemunculan organisme ekosistem estuaria stasiun 2

No. Nama spesies Plot Total Komponen Abiotik1 2 31 Bekicot 0 1 0 1 Lumpur, kulit cangkang,

kulit keongJumlah 0 1 0 1Ket : 0 = tidak ada, 1 = ada

Tabel 12, perhitungan indeks morisitas ekosistem estuaria stasiun 2

No Nama spesies Indeks morisitas Keterangan

1 Bekicot 1 Bergerombol Jumlah 1

Tabel 13, hasil perhitungan kepadatan organisme ekosistem estuaria stasiun 2

No. Nama spesies Plot Rata-rata

Kepadatan organisme1 2 3

1 Bekicot 0 5 0 1.67 5Jumlah 0 5 0 1,67 5

Tabel 14, hasil perhitungan komposisi jenis ekosistem estuaria stasiun 2

No. Nama spesies Plot Rata-rata

Komposisi jenis1 2 3

1 Bekicot 0 5 0 1.67 100%Jumlah 0 5 0 1,67 100%

Tabel 15, hasil perhitungan frekuensi kemunculan ekosistem estuaria stasiun 2

No. Nama spesies Plot Frekuensi kemunculan1 2 3

1 Bekicot 0 1 0 100%Jumlah 0 1 0 100%

Tabel 16, hasil perhitungan Indeks Dominansi ekoistem estuaria stasiun 2

No. Nama spesies Plot Rata-rata

Indeks Dominansi1 2 3

1 Bekicot 0 5 0 1.67 1Jumlah 0 5 0 1,67 1

Lampiran 3, Perhitungan Ekosistem Estuaria Stasiun 1

Siput : plot 1 = 1 x 5 = 5

: plot 2 = 0 x 5 = 0

Page 13: EKOPER DANAU

: plot 3 = 0 x 5 = 0

Kerang : plot 1 = 0 x 5 = 0

: plot 2 = 0 x 5 = 0

: plot 3 = 1 x 5 = 5

Kepiting : plot 1 = 0 x 5 = 0

: plot 2 = 0 x 5 = 0

: plot 3 = 1 x 5 = 5

Perhitungan Indeks Morisitas Ekosistem Estuaria Stasiun 1

ID Siput = n ( x² ) – x 3 (25 + 0 + 0) - 5 x ( - 1) (5) x (4)

= 3 20 = 3 20

ID Kerang = n ( x² ) – x 3 (0 + 0 + 25) - 5 x ( - 1) (5) x (4)

= 3 20 = 3 20

ID Kepiting = n ( x² ) – x 3 (0 + 0 + 25) - 5 x ( - 1) (5) x (4)

= 3 20 = 3 20

Perhitungan Kepadatan Organisme Ekosistem Estuaria Stasiun 1

Kep. Siput = N 5 = 5 ind/m²1

Kep. Kerang = N 5 = 5 ind/m²1

Page 14: EKOPER DANAU

Kep. Kepiting = N 5 = 5 ind/m²1

Perhitungan Komposisi Jenis Ekosistem Estuaria Stasiun

P Siput = ni x 100% = 1,67 x 100% = 33,4% N 5

P Kerang = ni x 100% = 1,67 x 100% = 33,4% N 5

P Kepiting = ni x 100% = 1,67 x 100% = 33,4% N 5

Perhitungan Frekuensi Kemunculan Ekosistem Estuaria Stasiun 1

F Siput = fi x 100% = 1 x 100% = 33,33% F 3

F Kerang = fi x 100% = 1 x 100% = 33,33% F 3

F Kepiting = fi x 100% = 1 x 100% = 33,33% F 3

Perhitungan Indeks Dominansi Ekosistem Estuaria Stasiun 1

ID Siput = ni = 1,67 = [0,334]² = 0,111 N 5

ID Kerang = ni = 1,67 ² = [0,334]² = 0,111 N 5

ID Kepiting = ni = 1,67 ² = [0,334]² = 0,111 N 5

Lampiran 4, Perhitungan Ekosistem Estuaria Stasiun 2

Siput : plot 1 = 0 x 5 = 0

: plot 2 = 1 x 5 = 5

: plot 3 = 0 x 5 = 0

Perhitungan Indeks Morisitas Ekosistem Estuaria Stasiun 2

ID Bekicot = n ( x² ) – x 3 (0 + 25 + 0) - 5

Page 15: EKOPER DANAU

x ( - 1) (5) x (4)

= 3 20 = 3 20

Perhitungan Kepadatan Organisme Ekosistem Estuaria Stasiun 2

Kep. Bekicot = N 5 = 5 ind/m²1

Perhitungan Komposisi Jenis Ekosistem Estuaria Stasiun 2

K Bekicot = ni x 100% = 1 x 100% = 100% N 1

Perhitungan Frekuensi Kemunculan Ekosistem Estuaria Stasiun 2

F Bekicot = fi x 100% = 1 x 100% = 100% F 1

Perhitungan Indeks Dominansi Ekosistem Estuaria Stasiun 2

ID Bekicot = ni ² = 1 ² = [1]² =1 N 1

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Praktek

Praktek lapang ekologi perairan pada ekosistem estuaria ini yang

dilaksanakan dimuara sungai tallo terletak sekitar ± 2 kilo meter dari kampus

Universitas Hasanuddin Makassar dan mempunyai kedalaman sekitar 2 sampai

3 meter.

Hasil

Page 16: EKOPER DANAU

Hasil perhitungan ekosistem estuaria stasiun 1 dapat disajikan dengan

tabel dibawah ini.

No

Nama Sp.

Kemunculan organisme

Nilai I. Mor.

Kep. organisme

Komp. jenis

Frekuensi kemunculan

Nilai ID

1 Siput

1 3 5 33,34% 33,33% 0,34

2 Kera-ng

1 3 5 33,34% 33,33% 0,34

3 Kepi-ting

1 3 5 33,34% 33,33% 0,34

Hasil perhitungan ekosistem estuaria stasiun 2 dapat disajikan dengan

tabel dibawah ini.

No

Nama Sp.

Kemunculan organisme

Nilai I. Mor.

Kep. Individu.

Komp. jenis

Frekuensi kemunculan

Nilai ID

1 Belalang

1 1 5 100% 100% 1

Page 17: EKOPER DANAU
Page 18: EKOPER DANAU

Pembahasan

Pada ekosistem estuaria stasiun 1, organisme yang terdapat umumnya

berpola sebaran bergerombol, kemunculan organismenya cenderung sama. Hal

ini disebakan oleh faktor lingkungan yang kurang baik karena air dari lingkungan

tersebut sudah bercampur dengan pembuangan limbah dari pabrik-pabrik yang

berada disekitar lingkungan tersebut sehingga organisme lain sulit untuk ditemui.

Selain itu, indeks morisitas, kepadatan organisme, frekuensi kemunculan, dan

nilai indeks dominansi dari ketiga organisme tersebut juga sama besarnya hal ini

disebabkan karena di masing-masing plot dalam stasiun satu ini, hanya terdapat

satu jenis organisme saja.

Pada ekosistem estuaria stasiun 2 ini tidak jauh berbeda dengan stasiun

pertama yaitu berpola sebaran bergerombol, selain itu kemunculan organisme,

indeks morisitas, kepadatan organisme, frekuensi kemunculan dan indeks

dominansinya mempunyai jumlah yang sama karena dalam stasiun ini hanya

terdapat satu jenis organisme. Hal ini juga disebabkan oleh faktor lingkungan

tersebut yang kurang baik yaitu dari kondisi airnya yang sudah bercampur

dengan limbah dari pabrik-pabrik yang terdapat disekitar estuaria tersebut

sehingga organisme yang lain agak sulit untuk ditemui.

Dari hasil pengamatan kita juga dapat membandingkan bahwa jumlah

total kepadatan individu atau organisme pada stasiun I lebih sedikit jika

dibandingkan dengan stasiun II, ini kita dapat buktikan dengan melihat tabel yang

ada. Jumlah total kepadatan organisme pada stasiun I sebanyak 20 sedangkan

pada stasiun II sebanyak 40 pada stasiun I dan stasiun II, organisme yang

kepadatanya tinggi yaitu organisme keong. Karena organisme keong mampu

bertahan dan beradaptasi dengan cara menelan lumpur-lumpur permukaan

untuk menyerap partikel-partikel organik yang ada didalamnya.

Page 19: EKOPER DANAU

Adapun organisme yang kepadatanya rendah yaitu siput pada stasiun I

dengan dengan kepadatan sebanyak 5. sedangkan pada stasiun II kepiting

memiliki organisme terendah dengan kepadatan 5. hal ini disebabkan karena

pada stasiun I siput sulit untuk beradaptasi dan pada stasiun II kepiting memiliki

kepadatan terendah karena kepiting tidak mempunyai kemampuan pengaturan

osmosis. Sehingga banyak kepiting yang bergerak dari estuaria ke laut yang

berdekatan untuk keperluan musim pemijahan

Persentase jenis pada stasiun I dan II memiliki jumlah total persentase

jenis yang sama yaitu 99,99%, hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan pada

ekosistem estuaria yang dangkal, sehingga organisme-organisme tersebut

mudah berkembang biak, dan mampu beradaptasi dengan lingkunganya.

Total frekuensi kemunculan pada stasiun I sebanyak 99.99% lebih rendah

dibandingkan dengan stasiun II dengan frekuensi kemunculan sebanyak

199,98%. Hal ini disebabkan karena pada stasiun I jenis organismenya sedikit

dan jarang ditemukan pada tiap plot, misalnya siput, organisme ini hanya

ditemukan pada plot I, sehingga frekuensi kemunculanya hanya 33,33%,

sedangkan pada stasiun II jenis organismenya lebih banyak. Hal ini terjadi

karena frekuensi kemunculan organisme pada saat itu dipengaruhi oleh suhu

dan salinitasnya.

Total jumlah indeks dominansi pada stasiun I sebanyak 0,62, sedangkan

pada stasiun II sebanyak 0,27, meskipun jumlah indeks dominansi stasiun I dan

stasiun II berbeda akan tetapi ekosistem estuaria ini sama-sama didominasi oleh

organisme keong, yang membedakan nilai indeks dominansinya. Pada stasiun I

indeks dominansi keong sebanyak 0,56, sedangkan pada stasiun II indeks

dominansi keong sebanyak 0,14, hal ini terjadi karena kondisi lingkungan pada

stasiun I cocok untuk adaptasi keong.

Page 20: EKOPER DANAU

Sebaran organisme pada stasiun I rata-rata bergerombol sama halnya

dengan stasiun II, akan tetapi nilai sebenarnya berbeda, total sebaran organisme

pada stasiun I sebanyak 4,57 sedangkan pada stasiun II sebanyak 8,90,

penyebaran ini terjadi karena adanya pembagian daerah pada daerah perairan,

yaitu daerah fotik dan afotik, daerah fotik adalah daerah yang dapat ditembus

cahaya matahari sedangkan afotik adalah daerah yang tidak dapat ditembus

cahaya. Selain itu, sebaran organisme juga dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan

kekeruhan.

Page 21: EKOPER DANAU
Page 22: EKOPER DANAU

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah melakukan praktek lapang ekologi perairan yang kedua pada

ekosistem estuaria dalam dua stasiun, maka saya dapat mengambil kesimpulan

antara lain :

1. Pada ekosistem estuaria stasiun 1 dan 2, pola sebarannya cenderung

bergerombol, hal ini disebabkan substrat dan nutrient

2. Pada ekosistem estuaria stasiun 1 dan 2, jumlah 0rganismenya masing-

masing 20 dan 40, kemunculan organismenya masing-masing 3 dan 6,

indeks dominansi rata-ratanya 6,66 dan 13,32, kepadatan organismenya

masing-masing 6,66 dan 13,32, frekuensi kemunculanya 99,99% dan

199,98%.

3. Setelah dibandingkan antara penjelasan tentang teori yang didapati dalam

perkuliahan dan praktek lapang ternyata hasilnya tidak terlalu jauh berbeda.

Sebagai contoh menurut teori yang diajarkan bahwa didalam alam, terutama

pada suatu organisme pada umumnya berpola sebaran bergerombol dan hal

ini juga sesuai dengan praktek yang dilaksanakan di ekositem estuaria yaitu

pada umumnya para praktikan mendapatkan suatu organisme berpola

sebaran bergerombol.

Saran

Saran saya pada asisten yaitu pada saat pelaksanaan praktek

berlangsung harap asisten juga bisa turun ditempat tersebut dan meninjau

secara langsung dalam proses pengambilan data.

Page 23: EKOPER DANAU

Gambar Lokasi Praktek Ekosistem Estuaria Di Muara Sungai Tallo

Jln Raya

Lokasi Penelitian

Kantor

SPBU

Page 24: EKOPER DANAU

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, Rokhmin. 2003. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Pramita : Jakarta.

Meadows dan Campbel. 1998.

Nyabakken, James. 1992. Biologi Laut.

Rais, Jakub. 2001. Pengeloloaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Pramita : Jakarta.

Romimohtarto dan Jawana. 2001.