Upload
kuda-laut
View
56
Download
1
Embed Size (px)
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak sungai yang umumnya dijumpai di beberapa
pulau besar. Secara intensif, ekosistem estuaria terbentuk di bagian hilir Daerah
Aliran Sungai (DAS), akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan luasnya
dataran yang landai di daerah pesisir, seperti di sumatra, kalimantan, jawa dan
irian jaya (Dahuri, 2003)
Melalui mekanisme pasang surut dan aliran sungai, terciptalah
percampuran kedua massa air tawar dan air lauts secara intensif di estuaria.
Selain itu , adanya hutan mangrove yang memiliki prodiktivitas primer tinggi di
sungai besar menyebabkan kandungan detritus organik yang tinggi, sehingga
produktivitas sekunder di estuaria menjadi tingi pula. Oleh karena itu, habitat
habitat estuaria menjadi sangat produktif, hingga dapat berfungsi sebagai daerah
pertumbuhan (nursery ground) bagi larva,post-larva dan juvenil dari berbagai
jenis ikan, udang, dan kerang-kerangan dan daerah penangkapan (fishing
ground). Tingginya kandungan nutrien di estuaria memberikan pengaruh
terhadap tingginya tingkat produktivitas primer di perairan terbuka (Dahuri, 2003).
Hal ini sangat perlu di ketahui oleh para praktikan untuk menambah ilmu
pengetahuan yang dimilikinya serta bisa menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari sebagi wujud evaluasi terhadap ilmu pengetahuan yang dimilikinya
masing masing yang berhubungan dengan mata kuliah Ekologi Perairan secara
umum dan lingkungan estuaria secara husus seperti yang telah dibahas dalam
penyajian laporan ini.
Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari diadakannya praktek lapang Ekologi perairan ini yaitu
antara lain :
a) Untuk mengetahui peranan dan fungsi organisme dalam suatu ekosistem.
b) Untuk mengetahui variabel dan komponen penyusun suatau ekosistem
baik biotik maupun abiotik.
c) Untuk mengetahui beberapa indeks seperti kepadatan, presentase,
indeks dominansi, frekuensi kemunculan organisme pada masing-masing
ekosistem, indeks morisitas (pola sebaran spesies).
d) Sebagai bahan perbandingan antara teori dan kenyataan.
e) Sebagai data base untuk penelitian berikutnya.
Sedangkan kegunaan dari praktek lapang ekologi perairan ini adalah
memberikan pemahaman dan pengertian kepada praktikan mengenai siklus
materi dan aliran energi dalam suatu ekosistem serta interaksi antara unsur biotik
dan unsur abiotik dalam suatu lingkungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Estuaria
Definisi
Ekosistem estuaria adalah suatu sistem atau hubungan timbal balik
mahluk hidup dan mahluk tak hidup yang berada dilingkungan perairan estuaria.
Hal ini berdasarkan atas jasad hidup dan lingkungan tak hidup saling terkait tak
terpisahkan dan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Setiap satuan yang
lain disebut organisme atau suatu komunitas dalam suatu area yang berinteraksi
dengan lingkungan fisiknya sehingga suatu aliran energi menciptakan bentuk
tropik yang jelas, keanekaragaman biotik dan daur material dalam suatu sistem
disebut dengan ekosistem (Romimohtarto dan jawana, 2001).
Estuaria juga dapat diartikan sebagai suatu perairan semi tertutup yang
berada di bagian hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga
memungkinkan terjadinya percampuran antara air tawar dan air laut (Dahuri,
2003).
Karakteristik
Bentuk estuaria bervariasi dan sangat tergantung pada besar kecilnya
aliran sungai , kisaran pasang surut dan bentuk garis pantai. Estuaria dari sungai
yang besar dapat memodifikasi garis pantai dan topografi sublittoral melalui
pengendapan dan erosi sedimen, sehingga garis pantai bergerak menjorok
beberapa kilomeer kearah laut (Meadows dan Campbell, 1998).
Klasifikasi
Menurut Nybakken (1992), sebagai akibat geomorfologi suatu estuaria,
sejarah geologi daerah tersebut dan keadaan yang menonjol, maka terdapat tipe
estuaria yang berbeda. Estuaria ini dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe
dasar antara lain :
1. Tipe yang paling umum adalah estuaria dataran pesisir. Estuaria dataran
pesisir terbentuk pada akhir zaman es yang penghabisan ketika
permukaan laut naik menggenangi lembah sungai dipantai yang rendah
letaknya.
2. Estuaria tektonik. Pada kias ini laut menggenangi kembali daratan
karena turunnya permukaan daratan bukan akibat naiknya permukaan
laut.
3. Estuaria teluk semi tertutup atau gobah. Dalam hal ini beting pasir
terbentuk sejajar dengan garis pantai dan sebagian memisahkan
perairan yang terdapat dibelakangnya dari laut.
4. Estuaria fjord. Fjord adalah merupakan lembah yang telah diperdalam
oleh kegiatan glaiser dan kemudian digenangi air laut.
5. Estuaria positif. Pada titik tertentu dimana saja di estuaria suatu kolom
vertikal akan mempunyai salinitas yang tertinggi pada atau dekat dasar
dan salinitas terendah pada atau dekat permukaan.
6. Estuaria negatif. Pada iklim gurun pasir dimana jumlah masukan air
tawar kedalam estuaria sedikit dan kecepatan penguatan yang
menyebabkna terbentuknya estuaria negatif.
Komposisi Biota
Terdapat tiga komponen fauna di estuaria yaitu lautan, air tawar dan air
payau. Komponen fauna lautan ini merupakan yang terbesar dalam jumlah
spesies dan terdiri dari dua sub kelompok. Binatang laut stenolalin merupakan
tipe yang tidak mampu atau tipe yang mempunyai kemampuan yang terbatas
dalam mentolerir perubahan salinitas. Bintang laut eurihalin adalah binatang laut
yang mempunyai memtolerir sebagai penurunan salinitas. Beberapa jenis tiram,
udang, ikan salem dan belut, serta abiotiknya terdiri dari lumpur serasah dan
bebatuan (Nybakken, 1992).
Adaptasi
Beberapa adaptasi morfologis dapat dikenal diantara organisme yang
mendiami lumpur seperti kepiting biasanya memiliki rumbai-rumbai halus yang
mejaga ruangan pernafasan tidak tersumbat. Umumnya ikan yang hidup disini
ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan kerabatnya dan jumlah ruas tulang
punggungnya berkurang. Organisme mampu melakukan osmosis dengan baik
sedangkan adaptasi tingkah laku meliputi organisme mengubah posisi substrat
dengan cara bergerak ke hulu atau ke hilir estuaria (Nybakken, 1992).
Faktor Pembatas
Gambaran dominasi lingkungan estuaria adalah berfluktuasinya salinitas.
Secara definitif , suatu gradien salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu,
tetapi pola gradien bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang
surut, dan jumlah air tawar. Terjadinya perubahan salinitas yang tak menentu
pada ekosistem ini membuat organisme air tawar tidak mampu mentolerir
penurunan salinitas dan sebaliknya organisme air laut tidak mampu mentolerir
penurunan salinitas sehingga membuat salinitas ini menjadi salah satu faktor
pembatas. Tingginya tingkat pemanfaatan di daerah estuaria juga merupakan
faktor pembatas yang mengakibatkan berbagai dampak lingkungan seperti
hilangnya sumber daya estuaria itu sendiri. Selain itu yang merupakan fektor
pembatas lain adalah pembuangan limbah yang secara terus menerus didaerah
estuaria sehingga menyebabkan terjadinya kematian ikan-ikan secara tiba-tiba
dan berbagai efek dramatis lainya seperti hilangnya ikan-ikan penghuni daerah
estuaria dan hilangnya kerang-kerang serta menurunya daya dukung dari
ekosistem estuaria itu sendiri (Rais, 2001).
Fungsi Ekologis
Ekosistem estuaria memiliki kemampuan pemeliharaan dan pemulihan
secara alami yang luar biasa setelah mengalami gangguan, bila karakter dasar
habitat yang menyokong formasi ekosistem tersebut terpelihara. Namun
demikian, ekosistem estuaruia dihadapkan pada kondisi yang cukup riskan oleh
faktor-faktor secara permanen yang mempengaruhinya seperti salinitas, suhu
dan siklus nutrien. Konservasi terhadap ekosistem tersebut dan sumber daya
yang ada didalamnya dapat dicapai dengan mencegah terjadinya perubahan-
perubahan yang mencolok pada faktor-faktor yang telah disebutkan. Hal yang
paling penting untuk diketahui adalah adanya kekuatan lain diluar ekosistem
estuaria yang dapat mempengaruhi faktor-faktor tersebut seperti kegiatan-
kegiatan pertanian dilahan atas dan perubahan aliran sungai (Rais, 2001).
Fungsi Ekonomis
Umumnya perairan ini mempunyai potensi yang sangat besar bagi
pengusaha tambak udang, kepiting, dan ikan bandeng. Karena lingkungan yang
seperti ini banyak produktivitas primer didalamnya. Estuaria bertindak sebagai
penimbunan bahan-bahan organik yang dibawa oleh sungai atau dibawa masuk
dari laut. Banyak bahan organik ini kemudian menjadi bahan makanan dari
beberapa hewan tambak (Nybakken, 1992).
III. METODOLOGI
Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktek lapang ekologi perairan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 23
april 2006, pada pukul 08-00 sampai dengan pukul 12-00 wita, bertempat di
muara sungai tallo.
Alat Dan Bahan
Tabel 1, alat yang digunakan dalam praktek lapang ekologi perairan yaitu No Nama alat Jumlah Fungsi1 Transek kuadran 1 buah Membatasi ekosistem dalam pengambilan
data2 Alat dasar selam 2 set Membantu dalam pengambilan sampel3 Tali rafia 20 mtr Mengukur stasiun dalam pengambilan
sampel4 Alat tulis menulis 1/ orang Mencatat organisme atau sampel dalam
transek5 plastik 5 lembar Mengambil sampel6 Patok kayu 9 buah Membatasi tiap-tiap stasiun7 Ember 1 buah Menyimpan alat dan bahan8 Kantong sampel 6 buah Menyimpan organisme atau sampel
Tabel 2, bahan yang digunakan dalam praktek lapang ekologi perairan yaitu:No Nama alat Jumlah Fungsi1 Alkohol 100 ml Mengawetkan organisme yang diteliti2 Formalin 70% Mengawetkan organisme yang diteliti
Prosedur Kerja
1. Memilih tempat yang akan diteliti organismenya.
2. Memasang patok disekitar transek kuadran dengan jarak kira-kira ± 100
meter.
3. Menempatkan transek kuadran masing-masing di tiga plot dalam dua
stasiun.
4. Mengamati organsime yang ada dalam transek kuadran tersebut.
5. Mencatat organisme dalam tabel pengamatan.
6. Mengulangi cara kerja diatas masing-masing sebanyak tiga kali dalam
dua stasiun.
Analisis Data
Lampiran 1, Tabel Hasil Perhitungan Ekosistem Estuaria Stasiun 1
Tabel 3, perhitungan ekosistem estusaria stasiun 1
No Nama spesies Plot Total Komponen Abiotik 1 2 3
123
Siput Kerang Kepiting
500
000
055
555
Daun, lumpur, batu, kulit cangkang, kulit kerangJumlah 5 0 10 15
Tabel 4, kemunculan organisme ekosistem estuaria stasiun 1
No Nama spesies Plot Total Komponen Abiotik 1 2 3
123
Siput Kerang Kepiting
100
000
011
111
Daun, lumpur, batu, kulit cangkang, kulit kerangJumlah 1 0 2 3
Ket : 0 = tidak ada, 1 = ada.
Tabel 5, nilai indeks morisistas ekosistem estuaria stasiun 1
No Nama spesies Indeks morisistas Keterangan
123
Siput Kerang Kepiting
333
Bergerombol Bergerombol Bergerombol
Jumlah 9
Tabel 6, hasil perhitungan kepadatan organisme ekosistem estuaria
No Nama spesies Plot Rata-rata
Kepadatan organisme1 2 3
123
Siput Kerang Kepiting
500
000
055
1,671,671,67
555
Jumlah 5 0 10 5 15
Taebl 7, perhitungan komposisi jenis ekosistem estuaria stasiun 1
No Nama spesies Plot Rata-rata Komposisi jenis 1 2 3
123
Siput Kerang Kepiting
500
000
055
1,671,671,67
33,4%33,4%33,4%
Jumlah 5 0 10 5 100.2%
Tabel 8, perhitungan frekuensi kemunculan organisme ekosistem estuaria stasiun 1
No Nama spesies Plot Frekuensi kemunculan 1 2 3
123
Siput Kerang Kepiting
100
000
011
33,33%33,33%33,33%
Jumlah 1 0 2 99,99%Ket : 0 = tidak ada, 1 = ada
Tabel 9, perhitungan ID ekosistem estuaria stasiun 1
No Nama spesies Plot Rata-rata Indeks Dominansi 1 2 3
123
Siput Kerang Kepiting
500
000
055
1,671,671,67
0,3340,3340,334
Jumlah 5 0 10 5 1,002
Lampiran 2, Tabel Hasil Perhitungan Ekosistem Estuaria Stasiun 2
Tabel 10, perhitungan ekosistem estuaria stasiun 2No. Nama spesies Plot Total Komponen Abiotik
1 2 31 Bekicot 0 5 0 5 Lumpur, kulit cangkang,
kulit keongJumlah 0 5 0 5
Tabel 11, perhitungan kemunculan organisme ekosistem estuaria stasiun 2
No. Nama spesies Plot Total Komponen Abiotik1 2 31 Bekicot 0 1 0 1 Lumpur, kulit cangkang,
kulit keongJumlah 0 1 0 1Ket : 0 = tidak ada, 1 = ada
Tabel 12, perhitungan indeks morisitas ekosistem estuaria stasiun 2
No Nama spesies Indeks morisitas Keterangan
1 Bekicot 1 Bergerombol Jumlah 1
Tabel 13, hasil perhitungan kepadatan organisme ekosistem estuaria stasiun 2
No. Nama spesies Plot Rata-rata
Kepadatan organisme1 2 3
1 Bekicot 0 5 0 1.67 5Jumlah 0 5 0 1,67 5
Tabel 14, hasil perhitungan komposisi jenis ekosistem estuaria stasiun 2
No. Nama spesies Plot Rata-rata
Komposisi jenis1 2 3
1 Bekicot 0 5 0 1.67 100%Jumlah 0 5 0 1,67 100%
Tabel 15, hasil perhitungan frekuensi kemunculan ekosistem estuaria stasiun 2
No. Nama spesies Plot Frekuensi kemunculan1 2 3
1 Bekicot 0 1 0 100%Jumlah 0 1 0 100%
Tabel 16, hasil perhitungan Indeks Dominansi ekoistem estuaria stasiun 2
No. Nama spesies Plot Rata-rata
Indeks Dominansi1 2 3
1 Bekicot 0 5 0 1.67 1Jumlah 0 5 0 1,67 1
Lampiran 3, Perhitungan Ekosistem Estuaria Stasiun 1
Siput : plot 1 = 1 x 5 = 5
: plot 2 = 0 x 5 = 0
: plot 3 = 0 x 5 = 0
Kerang : plot 1 = 0 x 5 = 0
: plot 2 = 0 x 5 = 0
: plot 3 = 1 x 5 = 5
Kepiting : plot 1 = 0 x 5 = 0
: plot 2 = 0 x 5 = 0
: plot 3 = 1 x 5 = 5
Perhitungan Indeks Morisitas Ekosistem Estuaria Stasiun 1
ID Siput = n ( x² ) – x 3 (25 + 0 + 0) - 5 x ( - 1) (5) x (4)
= 3 20 = 3 20
ID Kerang = n ( x² ) – x 3 (0 + 0 + 25) - 5 x ( - 1) (5) x (4)
= 3 20 = 3 20
ID Kepiting = n ( x² ) – x 3 (0 + 0 + 25) - 5 x ( - 1) (5) x (4)
= 3 20 = 3 20
Perhitungan Kepadatan Organisme Ekosistem Estuaria Stasiun 1
Kep. Siput = N 5 = 5 ind/m²1
Kep. Kerang = N 5 = 5 ind/m²1
Kep. Kepiting = N 5 = 5 ind/m²1
Perhitungan Komposisi Jenis Ekosistem Estuaria Stasiun
P Siput = ni x 100% = 1,67 x 100% = 33,4% N 5
P Kerang = ni x 100% = 1,67 x 100% = 33,4% N 5
P Kepiting = ni x 100% = 1,67 x 100% = 33,4% N 5
Perhitungan Frekuensi Kemunculan Ekosistem Estuaria Stasiun 1
F Siput = fi x 100% = 1 x 100% = 33,33% F 3
F Kerang = fi x 100% = 1 x 100% = 33,33% F 3
F Kepiting = fi x 100% = 1 x 100% = 33,33% F 3
Perhitungan Indeks Dominansi Ekosistem Estuaria Stasiun 1
ID Siput = ni = 1,67 = [0,334]² = 0,111 N 5
ID Kerang = ni = 1,67 ² = [0,334]² = 0,111 N 5
ID Kepiting = ni = 1,67 ² = [0,334]² = 0,111 N 5
Lampiran 4, Perhitungan Ekosistem Estuaria Stasiun 2
Siput : plot 1 = 0 x 5 = 0
: plot 2 = 1 x 5 = 5
: plot 3 = 0 x 5 = 0
Perhitungan Indeks Morisitas Ekosistem Estuaria Stasiun 2
ID Bekicot = n ( x² ) – x 3 (0 + 25 + 0) - 5
x ( - 1) (5) x (4)
= 3 20 = 3 20
Perhitungan Kepadatan Organisme Ekosistem Estuaria Stasiun 2
Kep. Bekicot = N 5 = 5 ind/m²1
Perhitungan Komposisi Jenis Ekosistem Estuaria Stasiun 2
K Bekicot = ni x 100% = 1 x 100% = 100% N 1
Perhitungan Frekuensi Kemunculan Ekosistem Estuaria Stasiun 2
F Bekicot = fi x 100% = 1 x 100% = 100% F 1
Perhitungan Indeks Dominansi Ekosistem Estuaria Stasiun 2
ID Bekicot = ni ² = 1 ² = [1]² =1 N 1
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Lokasi Praktek
Praktek lapang ekologi perairan pada ekosistem estuaria ini yang
dilaksanakan dimuara sungai tallo terletak sekitar ± 2 kilo meter dari kampus
Universitas Hasanuddin Makassar dan mempunyai kedalaman sekitar 2 sampai
3 meter.
Hasil
Hasil perhitungan ekosistem estuaria stasiun 1 dapat disajikan dengan
tabel dibawah ini.
No
Nama Sp.
Kemunculan organisme
Nilai I. Mor.
Kep. organisme
Komp. jenis
Frekuensi kemunculan
Nilai ID
1 Siput
1 3 5 33,34% 33,33% 0,34
2 Kera-ng
1 3 5 33,34% 33,33% 0,34
3 Kepi-ting
1 3 5 33,34% 33,33% 0,34
Hasil perhitungan ekosistem estuaria stasiun 2 dapat disajikan dengan
tabel dibawah ini.
No
Nama Sp.
Kemunculan organisme
Nilai I. Mor.
Kep. Individu.
Komp. jenis
Frekuensi kemunculan
Nilai ID
1 Belalang
1 1 5 100% 100% 1
Pembahasan
Pada ekosistem estuaria stasiun 1, organisme yang terdapat umumnya
berpola sebaran bergerombol, kemunculan organismenya cenderung sama. Hal
ini disebakan oleh faktor lingkungan yang kurang baik karena air dari lingkungan
tersebut sudah bercampur dengan pembuangan limbah dari pabrik-pabrik yang
berada disekitar lingkungan tersebut sehingga organisme lain sulit untuk ditemui.
Selain itu, indeks morisitas, kepadatan organisme, frekuensi kemunculan, dan
nilai indeks dominansi dari ketiga organisme tersebut juga sama besarnya hal ini
disebabkan karena di masing-masing plot dalam stasiun satu ini, hanya terdapat
satu jenis organisme saja.
Pada ekosistem estuaria stasiun 2 ini tidak jauh berbeda dengan stasiun
pertama yaitu berpola sebaran bergerombol, selain itu kemunculan organisme,
indeks morisitas, kepadatan organisme, frekuensi kemunculan dan indeks
dominansinya mempunyai jumlah yang sama karena dalam stasiun ini hanya
terdapat satu jenis organisme. Hal ini juga disebabkan oleh faktor lingkungan
tersebut yang kurang baik yaitu dari kondisi airnya yang sudah bercampur
dengan limbah dari pabrik-pabrik yang terdapat disekitar estuaria tersebut
sehingga organisme yang lain agak sulit untuk ditemui.
Dari hasil pengamatan kita juga dapat membandingkan bahwa jumlah
total kepadatan individu atau organisme pada stasiun I lebih sedikit jika
dibandingkan dengan stasiun II, ini kita dapat buktikan dengan melihat tabel yang
ada. Jumlah total kepadatan organisme pada stasiun I sebanyak 20 sedangkan
pada stasiun II sebanyak 40 pada stasiun I dan stasiun II, organisme yang
kepadatanya tinggi yaitu organisme keong. Karena organisme keong mampu
bertahan dan beradaptasi dengan cara menelan lumpur-lumpur permukaan
untuk menyerap partikel-partikel organik yang ada didalamnya.
Adapun organisme yang kepadatanya rendah yaitu siput pada stasiun I
dengan dengan kepadatan sebanyak 5. sedangkan pada stasiun II kepiting
memiliki organisme terendah dengan kepadatan 5. hal ini disebabkan karena
pada stasiun I siput sulit untuk beradaptasi dan pada stasiun II kepiting memiliki
kepadatan terendah karena kepiting tidak mempunyai kemampuan pengaturan
osmosis. Sehingga banyak kepiting yang bergerak dari estuaria ke laut yang
berdekatan untuk keperluan musim pemijahan
Persentase jenis pada stasiun I dan II memiliki jumlah total persentase
jenis yang sama yaitu 99,99%, hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan pada
ekosistem estuaria yang dangkal, sehingga organisme-organisme tersebut
mudah berkembang biak, dan mampu beradaptasi dengan lingkunganya.
Total frekuensi kemunculan pada stasiun I sebanyak 99.99% lebih rendah
dibandingkan dengan stasiun II dengan frekuensi kemunculan sebanyak
199,98%. Hal ini disebabkan karena pada stasiun I jenis organismenya sedikit
dan jarang ditemukan pada tiap plot, misalnya siput, organisme ini hanya
ditemukan pada plot I, sehingga frekuensi kemunculanya hanya 33,33%,
sedangkan pada stasiun II jenis organismenya lebih banyak. Hal ini terjadi
karena frekuensi kemunculan organisme pada saat itu dipengaruhi oleh suhu
dan salinitasnya.
Total jumlah indeks dominansi pada stasiun I sebanyak 0,62, sedangkan
pada stasiun II sebanyak 0,27, meskipun jumlah indeks dominansi stasiun I dan
stasiun II berbeda akan tetapi ekosistem estuaria ini sama-sama didominasi oleh
organisme keong, yang membedakan nilai indeks dominansinya. Pada stasiun I
indeks dominansi keong sebanyak 0,56, sedangkan pada stasiun II indeks
dominansi keong sebanyak 0,14, hal ini terjadi karena kondisi lingkungan pada
stasiun I cocok untuk adaptasi keong.
Sebaran organisme pada stasiun I rata-rata bergerombol sama halnya
dengan stasiun II, akan tetapi nilai sebenarnya berbeda, total sebaran organisme
pada stasiun I sebanyak 4,57 sedangkan pada stasiun II sebanyak 8,90,
penyebaran ini terjadi karena adanya pembagian daerah pada daerah perairan,
yaitu daerah fotik dan afotik, daerah fotik adalah daerah yang dapat ditembus
cahaya matahari sedangkan afotik adalah daerah yang tidak dapat ditembus
cahaya. Selain itu, sebaran organisme juga dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan
kekeruhan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan praktek lapang ekologi perairan yang kedua pada
ekosistem estuaria dalam dua stasiun, maka saya dapat mengambil kesimpulan
antara lain :
1. Pada ekosistem estuaria stasiun 1 dan 2, pola sebarannya cenderung
bergerombol, hal ini disebabkan substrat dan nutrient
2. Pada ekosistem estuaria stasiun 1 dan 2, jumlah 0rganismenya masing-
masing 20 dan 40, kemunculan organismenya masing-masing 3 dan 6,
indeks dominansi rata-ratanya 6,66 dan 13,32, kepadatan organismenya
masing-masing 6,66 dan 13,32, frekuensi kemunculanya 99,99% dan
199,98%.
3. Setelah dibandingkan antara penjelasan tentang teori yang didapati dalam
perkuliahan dan praktek lapang ternyata hasilnya tidak terlalu jauh berbeda.
Sebagai contoh menurut teori yang diajarkan bahwa didalam alam, terutama
pada suatu organisme pada umumnya berpola sebaran bergerombol dan hal
ini juga sesuai dengan praktek yang dilaksanakan di ekositem estuaria yaitu
pada umumnya para praktikan mendapatkan suatu organisme berpola
sebaran bergerombol.
Saran
Saran saya pada asisten yaitu pada saat pelaksanaan praktek
berlangsung harap asisten juga bisa turun ditempat tersebut dan meninjau
secara langsung dalam proses pengambilan data.
Gambar Lokasi Praktek Ekosistem Estuaria Di Muara Sungai Tallo
Jln Raya
Lokasi Penelitian
Kantor
SPBU
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, Rokhmin. 2003. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Pramita : Jakarta.
Meadows dan Campbel. 1998.
Nyabakken, James. 1992. Biologi Laut.
Rais, Jakub. 2001. Pengeloloaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Pramita : Jakarta.
Romimohtarto dan Jawana. 2001.