41
Ekonomi mikro Jun Teori Tingkah laku konsumen: Teori nilai Guna (Utility) Posted Juni 20, 2010 by she2008 in Uncategorized . 3 Komentar Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan: Pendekatan Nilai guna (utiliti) cardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam pendekatan nilai guna cardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Dalam pendekatan nilai guna ordinal, Manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan Kurva kepuasan sama yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan) yang sama. Teori Nilai Guna (utility) Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya. Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu. Hipotesis Utama Teori Nilai Guna

Ekonomi mikro

Embed Size (px)

Citation preview

Ekonomi mikro

Jun

Teori Tingkah laku konsumen: Teori nilai Guna   (Utility)

Posted Juni 20, 2010 by she2008 in Uncategorized. 3 Komentar

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan: Pendekatan Nilai guna (utiliti) cardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam pendekatan nilai guna cardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Dalam pendekatan nilai guna ordinal, Manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan Kurva kepuasan sama yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan) yang sama.

Teori Nilai Guna (utility)

Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.

Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.

Hipotesis Utama Teori Nilai Guna

Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai Hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus-menerus dalam megkonsumsi suatu barang tidak secara terus-menerus menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya.

Cara Memaksimumkan Nilai Guna

Kerumitan yang ditimbulkan untuk menentukan susunan atau komposisi dan jumlah barang yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan harga-harga berbagai barang. Kalau harga barang adalah bersamaan, nilai guna akan mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai guna marjinal dari setiap barang adalah sama.

Syarat Pemaksimuman Nilai Guna

Dalam keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang adalah berbeda. Syarat yang harus dipenuhi agar barang-barang yang dikonsumsikan akan memberikan nilai guna yang maksimum adalah: Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya.

Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan

Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak permintaan ke atasnya. Ada 2 faktor yang menyebabkan permintaan keatas suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami perubahan: Efek penggantian dan Efek pendapatan.

Efek Penggantian

Perubahan suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marjinal per rupiah yang diwujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah. Misal, harga barang A bertambah tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang MU barang A/PA menjadi lebih kecil dari semula. Kalau harga barang-barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka perbandingan diantara nilai guna marjinal barang-barang itu dengan harganya (atau nilai guna marjinal per rupiah dan barang-barang itu) tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, untuk barang B misalnya, MU barang B/PB yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Berarti sesudah harga barang A naik, keadaan yang berikut berlaku:

Dalam keadan seperti diatas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka kepuasan konsumen akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih banyak barang B dan mengurangi pembelian barang A. kedaan diatas menunjukkan bahwa kalau harga naik, permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan harga tersebut akan menjadi semakin sedikit.

Dengan cara yang sama sekarang tidak susah untuk menunjukkan bahwa penurunan harga menyebabkan permintaan ke atas barang yang mengalami penurunan harga itu akan menjadi bertambah banyak. Penurunan harga menyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-barang lainnya yang tak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah rendah.

Efek Pendapatan

Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat dari perubahan harga kepada pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek panggantian didalam mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.

Surplus Konsumen

Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam analisis ekonomi, dikenal sebagai surplus konsumen. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang dibuat.

Contoh: Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga dan bertekad membeli satu buah yang cukup besar apabila harganya Rp.1500. Sesampainya dipasar ia mendapati bahwa mangga yang diinginkannya hanya berharga Rp.1000. jadi, ia dapat memperoleh mangga yang diinginkannya dengan harga Rp.500 lebih murah daripada harga yang bersedia dibayarkannya. Nilai Rp.500 ini dinamakan Surplus Konsumen.

Sumber :

Sukirno, Sadono. 2005.MikroEkonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Join Multiply to get updates from rama

rama's Site

Home Blog Photos

TEORI NILAI GUNA ( UTILITY )Dec 12, '08 10:04 PMfor everyone

A. PENDAHULUAN

Setiap individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai perkiraan tentang

berapa pendapatanya dalam suatu periode tertentu, misalkan satu tahun. Dan

mereka juga pasti mempunyai suatu gambaran tentang barang - barang atau

jasa - jasa apa saja yang akan mereka beli. Tugas setiap rumah tangga adalah

bagaimana mereka bisa memaksimalkan pendapatan mereka yang terbatas

untuk mendapatkan dan memenuhi semua kebutuhan sehingga bisa mencapai

kesejahteraan. Tapi ternyata hampir tidak satupun individu atau rumah

tangga yang berhasil dalam tugasnya tersebut. Sampai pada tingkat tertentu,

kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya keterangan - keterangan yang

tidak tepat dan ada juga alasan - alasan lain seperti pembelian - pembelian

secara impulsif.

Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan

pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen

terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan

permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa

asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi. Disini kita akan

mempelajari tentang teori nilai guna ( utility ).

Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu

dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-

ramaalessandro2

Photos of rama

Personal Message

RSS Feed [?]

Report Abuse

barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis

tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip

pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir

secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya. Disini kita

juga akan mempelajari bagaimana suatu barang bisa memmberikan

kenikmatan terhadap individu dan bagaimana barang itu akhirnya sama

sekali tidak bisa memberikan kenikmatan terhadap seseorang.

B. TEORI PERILAKU KONSUMEN

Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen

dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga

barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai

tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan

sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum

satisfaction). Dan,teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction

itu adalah tujuan akhir konsumen.

Sebelum kita mempelajari tentang tingkah laku konsumen lebih lanjut, ada

baiknya kita mengetahui beberapa anggapan - anggapan sederhana yang

biasa menjadi patokan untuk menganalisa pembentukan garis permintaan

dari suatu barang secara lebih tepat, tanpa menyimpang dari realitas

ekonomi.

1. Barang dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut komoditi. Komoditi

adalah sesuatu yang memberikan jasa konsumsi ( consumption services )

terhadap konsumen persatuanwaktu tertentu.

2. Setiap konsumen dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia di

pasar, kapasitasteknis masing - masing barang dan jasa dalam memenuhi

kebutuhan konsumen dan tingkat harga masing - masing.

3. Konsumen dianggap tahu secara pasti mengenai jumlah uang yang akan

dibelanjakanya selama periode perencanaan tertentu.

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan

yaitu:

1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal

2. Pendekatan nilai guna ordinal

1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori

nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang

konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana

keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi

berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan

untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan

nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan

konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.

Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran

kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa

untuk memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen

tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang

dikonsumsi. Sehingga dapat ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :

U = f ( X1, X2, X3………, Xn )

U : besar kecilnya kepuasan:

X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.

Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

2. Pendekatan nilai guna ordinal

Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva

indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan

barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.

Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada

pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak

memiliki kelebihan.

3. Persamaan kardinal dan ordinal

Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan

konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu

dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai

tujuannya (maximum utility) .

4. Perbedaan kardinal dan ordinal

nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat

dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya

utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.

Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal

utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan

analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .

C. TEORI NILAI GUNA ( UTILITY )

1. Pengertian Teori Nilai Guna ( utility )

Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan

atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan

barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai

guna atau utility-nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang

maka utilitynya semakin rendah pula.

Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian:

Marginal utility (kepuasan marginal). Yaitu pertambahan/pengurangan

kepuasan sebagai akibat adanya pertambahan/pengurangan penggunaan

satu unit barang tertentu.

Total utility (total utility). Yaitu keseluruhan kepuasan yang diperoleh

dari mengkonsumsi sejumlah barang-barang tertentu.

Sementara M Abraham Garcia-Torres dalam " Consumer Behaviour Theory :

Utility Maximization and the seek of Novelty " membagi nilai guna menjadi

dua. Berdasarkan dua tindakan ekonomi yang dilakukan konsumen, Dua

tindakan ini saling berhubungan :

1. " Nilai Guna Keputusan ( Decision Utility )" yang berhubungan dengan

Tindakan pembelian ( action of Purchasing ) ". Dalam tindakan pembelian

konsumen membeli beberapa barang pada waktu yang bersamaan. dan

sebelum melakukan pembelian konsumen harus memutuskan barang yang

mana yang akan dia beli.

2. " Nilai Guna Pengalaman (Experienced Utility ) " Yang berhubungan

Dengan Tindakan Konsumsi ( action of Consumption ) dengan kapasitas

pemenuhan kepuasan dari barang tersebut.

2. Marginal utility ( kepuasan marginal )

Yaitu pertambahan / pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya

pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertent

Secara matematis dapat dicari dengan rumus :

MUx =

MU = Marginal Utility

U = utility

X = barang yang dikonsumsi

Hukum marginal utility yang semakin menurun / Law of Diminishing

Marginal Utility :

“ apabila tambahan nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang dari

mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang

tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya

tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negative”

Konsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan kelemahan berupa paradok

antara kegunaan suatu barang dengan harganya. Seperti tentang durian,

dimana sampai titik tertentu Anda tidak mau lagi memakannya, bahkan

jika buah durian itu diberikan secara gratis. Hal ini menunjukkan bahwa

tambahan kepuasan yang diberikan dari tiap tambahan unit barang yang

dikonsumsi semakin berkurang. Inilah yang disebut Law of Diminishing

Marginal Utility.

Contoh ;

Surplus konsumen terjadi jika harga yang dibayarkan oleh konsumen

terhadap suatu barang lebih tinggi dari harga pasarnya. Surplus konsumen

akan terus naik jika konsumen terus membeli produk sampai unit tertentu dan

menghentikannya, karena jika diteruskan konsumen tidak akan mendapatkan

surplus lagi.

3. Pemaksimuman nilai guna

Setiap orang berusaha memperoleh dan untuk memaksimumkan kepuasan

dari barang yang dikonsumsinya. Jika hanya terdapat 1 jenis barang

pemaksimuman nilai guna tidaklah rumit dalam pengukurannya. Tetapi

pemaksimuman nilai guna akan rumit apabila lebih dari 1 jenis barng.

Kerumitan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan harga masing-masing

barang. Oleh karena itu syarat pemaksimuman nilai guna tidak lain adalah

setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai

jenis barang,harus memberikan nilai guna yang sama besarnya.

Contoh : ada 2 barang A dan B, barang A harganya 3x barang B sedangkan

nilai guna marginalnya sama antara nilai barang A dan B. Syarat lain dari

pemaksimuman nilai guna adalah apabila perbandingan harga dan nilai guna

masing-masing barang itu adalah sama. Misalnya makanan dan pakaian,1

unit makanan hargnya 500 dan 1 unit pakaian harganya 50.000 nilai guna

marginal keduanya untuk makanan adalah 10 dan unuk pakaian adalah

50.Andai kata konsumen tesebut mempunyai uang 50.000 kepada barang

apakah akan dibelanjakan?

MU.Barang A = MU Barang B

P.A = P.B

P= price

MU = marginal utility

4. Efek Penggantian

Perubahan harga suatu barang akan mengubah nilai marjinal utility/rupiah

dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut apabila harga suatu

barang makin naik maka nilai marginal rupiah akan semakin rendah dan

sebaliknya apabila suatu barang mengalami penurunan harga maka nilai

marginal utility/rupiah akan semakin tinggi.

Beberapa alasan yang menyebabkan suatu barang harganya menjadi mahal

adalah kelangkaan dan biaya produksi. Air jauh lebih mudah didapat dari

barang lain, intan misalnya. Sehingga wajar jika intan lebih mahal daripada

air karena intan jauh lebih langka. Demikian juga dengan biaya produksi

untuk mendapatkan air jauh lebih murah daripada biaya produksi intan.

5. Efek pendapatan

Efek pendapatan terjadi dari berubahnya harga suatu barang (naik atau

turun). Jika harga barang X naik, maka tambahan kepuasan dari

mengkonsumsi satu unit barang tersebut menjadi turun per harga barangnya.

Hal ini menyebabkan turunnya permintaan akan barang X. Sebaliknya jika

harga barang Y turun, maka tambahan kepuasan dari mengkonsumsi satu unit

barang tersebut menjadi naik per harganya, sehingga permintaan akan barang

Y naik.

Jika pendapatan tidak berubah (tetap) sedangkan harga barang mengalami

kenaikan maka pendapatan rillnya mengalami penurunan.

6. Keseimabngan konsumen

Seorang konsumen dikatakan dalam kondisi seimbang jika telah

mengalokasikan dananya yang terbatas diantara berbagai macam barang dan

jasa sedemikian rupa sehingga realokasi dana tidak akan menaikan total

utility yang diperolehnya dari konsumsi barang tersebut. Berarti dalam

konsdisi ini konsumen telah membelanjakan semua dananya dan kepuasan

yang diperoleh adalah maksimum.

M = Qx . Px + Qy . Py

=

U = f (Qx, Qy)

Q = jumlah barang yang dikonsumsi

P = harga barang

U = total Utility

M = Kepuasan Maksimal

Jadi bias dikatakan bahwa pada saat konsumen mencapai keseimbangan

semua dana telah dibelanjakan dan memberikan suatu tingkat kepuasan

maksimum, sehingga kepuasan yang didapat dari tiap rupiah terakhir yang

dibelanjakan pada berbagai komoditi adalah sama karena berlakunya hokum

Law of Diminishing Marginal Utility.

7. Menurunkan Fungsi Permintaan

Untuk dapat menurunkan fungsi permintaan linier suatu barang kita

memerlukan dua kondisi keseimbangan konsumen . dimana keseimbangan

berubah karena adanya perubahan harga barang tersebut cateris Paribus.

Kondisi Cateris Paribus diperlukan disini karena adanya fungsi permintaan

yang berubah hanya harga barang dan jumlah yang diminta dari barang

tersebut. Sedangkan variable – variable lain dianggap tetap.

Contoh :

QxMUx MUy

1

2

3

4

5

6

7

8

16

14

12

10

8

6

4

2

11

10

9

8

7

6

5

4

Kondisi 1

Px = Rp 2,00

Py = Rp 1,00

M = Rp 12,00

Kondisi keseimbangan :

=

=

M = Qx . Px + Qy . Py

= ( 2 x 3 ) + ( 1 x 6)

= 12

Pada kondisi pertama ini keseimabngan konsumen tercapai saat konsumen

membeli X = 3 dan Y = 6

Kondisi 2

Harga X turun namun variable yang lain tetap

Px = Rp 1,00

Py = Rp 1,00

M = Rp 12,00

Kondisi keseimbangan :

=

=

M = Qx . Px + Qy . Py

= ( 1 x 6 ) + ( 1 x 6)

= 12

Dari kedua kondisi ini kita dapat menurunkan kurva peermintaan barang X,

karena kalau kita perhatikan kondisi 1 dan 2 yang berbeda hanya harga X

sementara yang lain tetap. Pada kondisi 1 harga barang X adalah Rp 2,00 per

unit dan jumlah X yang dibeli adalah 3. pada kondisi kedua harga X turun

menjadi Rp. 1.00 dan jumlah X yang dibeli adalah 6 unit pada keseimbangan

konsumen . maka kalau kedua kondisi keseimbangn ini digambarkan , sbb :

Kurva permintaan suatu barang dapat diturunkan dengan mencari 2 titik keseimbangan konsumen dimana yang berubah hanya harga barang tersebut , sedangkan hal – hal yang lain tetap.

D. NILAI GUNA, BENTUK DAN BERHENTINYA KEBIASAAN.

Menurut M Abraham Garcia-Torres, Nilai Guna pada barang yang sama,

dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :

jangka waktu konsumsi barang yang sama.

daya ingat konsumen

kualitas barang

1. Jangka Waktu Konsumsi Barang

jika jangka waktu konsumsi cukup lama maka ingatan konsumen harus

bekerja lebih keras untuk membangkitkan pengalaman yang lalu. kemudian

konsumen akan dapat menikmati konsumsi berikutnya. karena jangka waktu

berkurang, konsumen akan merasakan kebosanan pada barang yang sama.

2. Daya Ingat Konsumen

Memori yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama diperlukan antara

konsumsi untuk barang yang sama. Pembuktian fakta ini, adalah bentuk

kebiasaan yang lebih kuat antara orang dewasa dan anak - anak. Dua

kelompok ini dapat mengkonsumsi barang yang sama , atau melakukan hal

yang sama tapi mengalami kebosanan setelah jangka waktu yang berbeda,

yaitu orang dewasa lebih cepat bosan daripada anak- anak.

3. Kualitas Barang

Peningkatan kualitas barang (ceteris paribus) akan menyebabkan peningkatan

nilai guna pengalaman.

Lalu bagaimana kebiasaan terbentuk ? Konsumen mempelajari seberapa lama

waktu yang dia perlukan antara konsumsi yang satu dengan berikutnya. jika

dia bisa mengkonsumsi barang tersebut selamaya.

Bagaimana dia bisa menghentikan kebiasaan tersebut? Jika dalam proses

perkembangan kebiasaan dia berbuat kesalahan dan menurunkan waktu

konsumsi barang , kemudian otaknya akan mengembangkan rasa bosan pada

barang tersebut. Rasa bosan tersebut mungkin semacam dia tidak ingin

mengkonsumsi barang itu lagi dalam jangka waktu yang lama dan selamanya.

Pada poin ini dia kan menghentikan kebiasaan . berdasarkan alasan ini kita

bisa mengelompokan kebiasaan konsumsi ini sebagai berikut :

1. Kecanduan : yaitu tindakan konsumsi barang dalam jangka waktu yang

lama dan tidak bisa dihindari. kecanduan biasanya terjadi pada Narkoba

dan berjudi. tapi beberapa masyarakat masih menerima beberapa

kecanduan seperti pada teh, kopi, rokok dan seterusya yang dianggap

sebagai kebiasaan.

2. Kebiasaan abadi : yaitu tindakan konsumsi barang dimana konsumen

belajar bagaimana untuk menghabiskanya. Ini berarti dia telah mencapai

jangka waktu yang tepat untuk mengkonsumsi barang tersebut tanpa

menjadi bosan.

3. kebiasaan sesaat : yaitu tindakan konsumsi terhadap suatu barang yang

akan memberikan nilai guna kepada konsumen hanya untuk sesekali.

setelah itu dia akan bosan pada barang tersebut. kalau sudah begitu dia

akan memiliki dua pilihan, tidak menggunakan barang itu lagi atau

mencoba untuk mencari barang sejenis dengan kualitas yang lebih baik

dan masih memberikan dia nilai guna.

4. Mencari kenikmatan baru : konsumen membeli hanya karena rasa ingin

tahu, dan akan menikmati sampai kesenanganya hilang.ketika

kesenanganya berlalu maka barang itu sudah tidak berguna lagi bagi dia.

Kebiasaan abadi bisa berubah menjadi kebiasaan sesaat jika dia melakukan

kesalahan dengan mengkonsumsi barang tersebut terlalu banyak dalam jangka

waktu yang singkat. begitu pula kebiasaan sesaat bisa menjadi Kebiasaan

abadi jika dia berusaha menggunakanya dengan semestinya . Dengan kata lain

klasifikasi mungkin saja berubah setiap saat . Tapi secara sederhan kita bisa

menyimpulkan bahwa jangka waktu antara konsumsi barang yang sama

adalah tetap. Dengan begitu kita bisa memahami dinamika Preferensi.

Konsumen Dan Kenikmatan Baru.

Bagaimana komoditas baru bisa meningkatkan nilai guna konsumsi? Dari

Sudut Pandang konsumen, ini merupakan rangsangan baru yang membuat

mereka ingin memiliki pengalaman lebih banyak dan membuat mereka

merasa nyaman.

Kebanyakan rangsangan ini kita dapatkan lebih dari satu hari. rangsangan ini

bukan berasal dari belanja tapi bisa jadi dari pekerjaan, kita sendiri, dari

teman keluarga dan lain-lain. Tapi untuk sekarang dan akan datang kita juga

mendapatkan rangsangan dari koran, buku baru, kaos baru dan sesuatu yang

kita beli.

Kenikmatan baru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Decision

Utility. kenikmatan baru membuat barang menjadi penting. tapi kenikmatan

tersebut akan hilang seiring pertamabahan waktu. Ada juga nilai intrinsik

yang ditawarkan oleh barang kepada konsumen dalam kapsitasnya

membangkitkan nilai hedonistik positif. Dalam hal ini barang sangat potensial

untuk menjadi kebiasaan. Pertama kali seseorang merokok, dia melakukanya

karena itu adalah hal yang baru bagi dia dan dia ingin mencoba. Tapi sekali

Kenikmatan itu hilang, kecanduan barang akan membuat konsumen terus

mengkonsumsi barang tersebut. Perokok biasa membeli rokok bukan karena

kesenangan tapi karena dia sudah tidak bias meninggalkanya.

]

Konsumsi dan Pembelian

Tidak ada yang abadi. Tidak ada sebuah barang didunia ini yang kekal.

Meskipun mungkin saja ada barang yang awet.. lalu apa saja yang membuat

nilai guna dari suatu barang berakhir ?

Secara Fisik habis karena dikonsumsi

Rusak

Kita bosan dengan barang tersebut.

Ada beberapa barang yang bisa dinikmati dalam waktu singkat. jika

konsumen suka maka dia akan membelinya lagi. Ada juga barang setengah

awet dan barang awet, nilai guna pengalaman akan meluas seiring

bertambahnya waktu. ketika konsumen membeli mobil, meja dan

menikmatinya selama bertahun - tahun. pada dasarnya barang-barang ini tidak

termasuk dalam daftar belanjaan biasa.

Nilai guna positif yang didapat dari barang setengah awet dan barang awet

berati bahwa konsumen memiliki kebiasaan abadi pada barang tersebut.

Sebagai contoh, Sebuah meja bisa meberikan nilai guna positif karena bisa

digunakan untuk duduk ketika sedang makan, membaca atau bekerja. jika

kemampuan meja tersebut untuk membangkitkan kebiasaan tersebut berakhir

karena rusak, berarti untuk memenuhi kebiasaan tersebut kita harus membeli

meja baru. Dengan kebutuhan untuk membeli meja baru tersebut seorang

konsumen mempengaruhi Ekonomi. Penyebab pembelian meja tersebut

adalah kebiasaan konsumen untuk mendapatkan nilai guna dari sebuah meja.

Seberapa cepat seorang konsumen menjadi bosan dengan barang memiliki

dampak langsung terhadap ekonomi. Penurunan secara terus menerus pada

jarak antar konsumsi menghasilkan peningkatan pengeluaran pada konsumsi

dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Berdasar tiga hal yang mempengaruhi kemampuan pemuasan dari suatu

barang, dua hal adalah bersifat fisik dan satunya tergantung otak konsumen.

Jadi disini ada poin penting, kecepatan dalam perubahan barang yang tidak

menjadi rusak. Dasar ini sangat penting dan mungkin terbukti ditentukan

secara sosial. kita juga bisa menyimpulkan bahwa dasar ini bisa

mempengaruhi pertumbuhan dalam ekonomi. Di negara berkembang sebuah

meja mungkin akan digunakan hingga rusak, sementara di negara maju meja

kan diganti ketika sudah ketinggalan jaman.

Daya tahan dan keawetan mungkin ditentukan sang produsen. ini juga

mempengaruhi pertumbuhan. Jadi cara untuk membuat Permintaan tetap,

bukan dengan membuat barang yang sangat awet. Kita mabil contoh

Handphone, beberapa orang sekarang mungkin membuktikan bahwa

permintaan telah terpenuhi. tapi berapa lama sih masa hidup sebuah HP ?

kebanyakan empat sampai 5 tahun. Masih menjadi misteri mengapa tidak ada

satu saja perusahaan yang membuat ponsel lebih tahan banting malah

kebanyakan membuat ponsel dengan menambahkan banyak fitur. Ini

membuktikan kalau pembuat ponsel mencoba menghindari berkurangnya

permintaan pasar terhadap ponsel karena ponsel terlalu awet.

Sekarang kita beralih dari satu orang konsumen kepada konsumsi sebuah

negara. Anggap saja konsumen selalu stabil dalam penggantian barang ( misal

, mereka mengganti meja tiap sepuluh taun atau berapapun tapi konstan pada

tiap konsumen). kita anggap juga daya tahan barang rata - rata sama., harga

barang sama dan pendapatan konsumen juga sama. konsumen hanya bisa

memutuskan berapa banyak mereka ingin beli dan berapa banyak mereka

ingin tabung. Jika kita bisa mendapatkan semua konsumen berada pada situasi

ini, Berarti tidak ada lagi kemungkinan pilihan lain selain peningkatan

pertumbuhan yang tidak berasal dari generasi dengan kebiasaan baru. Maka

produsen akan mencoba untuk menemukan sesuatu tanpa tujuan awal

produksi “ menghasilkan banyak dengan input seedikit”. Tapi dengan tujuan

meyakinkan konsumen yang benar-benar butuh barang baru. Hanya jika

konsumen mumutuskan untuk membeli lebih banyak barang, GDP akan

meningkat. Ini membuktikan bahwa perubahan kualitas barang juga akan

mempengaruhi peningkatan GDP, tapi jika peningkatan kualitas tanpa diikuti

peningkatan harga maka GDPnya akan sama.

E. TEORI PREFERENSI KONSUMEN

Ketika mengkonsumsi sejumlah komoditi dalam periode tertentu, Setiap

konsumen akan mendapatkan kepuasan ( satisfaction ) atau guna ( utiliTy ).

Setiap konsumen selalu berusaha untuk mendapatkan tingkat kepuasan

semaksimal mungkin dari sejumlah pengeluaran yang sudah mereka lakukan.

untuk keperluan tersebut setiap konsumen harus bisa membuat urutan (rank)

dari semua untaian komoditi yang ada. Mereka harus bisa menentukan untaian

komoditi mana yang lebih mereka pilih, mana yang tidak dan mana yang

relatif jika dibandingkan dengan yang lain.

Di dalam membuat Urutan preferensi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

:

Untuk setiap dua untai komoditi, misalkan A dan B, jika A memberi

kepuasan yang lebih besar Maka A yang harus dipilih dan bukan B, dan

sebaliknya. Bila A dan B memberikan kepuasan yang sama Maka

konsumen bisa memilih A atau B ( A dan B indiferen )

Bila A dipilih dan bukan B, sedangkan B harus dipilih dan bukan C,

maka A harus dipilih dan Bukan C. (berlaku hubungan yang bersifat

Transitif )

Bila untaian komoditi A terdiri dari unsur - unsur yang sama dengan B,

sedangkan untuk setiap unsurnya A lebih besar daripada B, maka A harus

dipilih dan bukan B. tapi bila sebagian unsur - unsur saja yang lebih besar

sedangkan unsur - unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka belum

tentu A harus dipilih jika dibandingkan B.

KESIMPULAN

1. Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan

yaitu:

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal

Pendekatan nilai guna ordinal

2. Teori Nilai Guna ( utility ) dibedakan menjadi dua yaitu :

Marginal Utility

Total Utility

3. Perubahan marginal utility suatu barang dipengaruhi oleh perubahan harga

barang dan perubahan pendapatan konsumen.

4. keseimbangan konsumen akan tercapai jika setiap tambahan dana yang

dikeluarkan konsumen untuk membeli barang, sudah tidak mampu lagi menaikan

total utility barang tersebut.

5. Nilai Guna pada barang yang sama, dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :

jangka waktu konsumsi barang yang sama.

daya ingat konsumen

kualitas barang

6. Kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi barang bisa dikelompokan

menjadi 4

Kecanduan

Kebiasaan abadi / kekal

Kebiasaan sesaat

Mencari kenikmatan baru

7. Nilai guna / manfaat dari suatu barang akan berakhir jika :

Secara Fisik habis karena dikonsumsi

Rusak

Kita bosan dengan barang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih Sri, “Ekonomi Mikro”, BPFE Yogyakarta 1999

Garcia-Torres M. abraham, “Consumer Behaviour Theory : utility Maximization

and The seek Of Novelty”, http:// garcia.unu-merit.nl 2004

Sudarman ari, Teori Ekonomi Mikro Buku 1, BPFE Yogyakarta. 1992

Teori Perilaku konsumen , http://matakuliah.wordpress.com

Teori Perilaku konsumen, http://mooott.wordpress.com

Winardi E.C, Teori Ekonomi Mikro, Tarsito bandung 1975

Prev: HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAMNext: ETIKA BISNIS dan tanggung jawab sosial bisnis

reply share

Sponsored Links

UNIVERSE MASTER (LAMPU PROYEKSI) - RESELLER WELCOMEUNIVERSE MASTER ini memancarkan proyeksi planet2 yang mengelilingi matahari, sangat indah ditambah bisa berotasi membuat kita serasa melihat perputaran tata surya....

READY STOCK BAGS (ALL UNDER 225 RB NIH ^O^)Take a look at our NEW READY STOCK album beib...U can find various type of PG bags ORIGINAL which is always super cool and stylish ^^ with an affordable price but with

1 Comment

reply

lumutsolo wrote on Jan 19

boleh download tulisannya mas

audio reply video reply

Add a Comment

Add a comment to this blog entry, for everyone

Send ramaalessandro2 a personal message

Quote original message

© 2011 Multiply · English · About · Blog · Terms · Privacy · Corporate · Advertise · Translate · API · Contact · Help

U2FsdGVkX1.AD reply 1

reply 2461:U2FsdGVkX

Re: TEORI N

Submit Preview

& Spell Check

submitted