35
Kejang dan Hipertensi pada Primigravida Nilasari Wulandari 10 2011 367 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat (021) 5694-2061 Pendahuluan Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal, janin dan neonatus. Hal ini tidak hanya terjadi pada negara berkembang, tetapi juga Negara maju. Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai resiko tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abortion plasenta, penyakit serebrovaskular, gagal organ koagulasi intravascular. Pada janin Hipertensi menagkibatkan retardasi perkembangan intrauterine, prematuritas dan kematian intruterin. 1 Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain etiologi tidak jelas, juga perawatan dalam persalinan masih ditangi petugas non medik dan sistem rujukan belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik dipusat maupun daerah. 2 Skenario 1

Eklamsia Nila

Embed Size (px)

DESCRIPTION

n

Citation preview

Page 1: Eklamsia Nila

Kejang dan Hipertensi pada PrimigravidaNilasari Wulandari

10 2011 367

[email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat (021) 5694-2061

Pendahuluan

Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan

mortalitas maternal, janin dan neonatus. Hal ini tidak hanya terjadi pada negara berkembang,

tetapi juga Negara maju. Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai resiko tinggi untuk

komplikasi yang berat seperti abortion plasenta, penyakit serebrovaskular, gagal organ

koagulasi intravascular. Pada janin Hipertensi menagkibatkan retardasi perkembangan

intrauterine, prematuritas dan kematian intruterin.1

Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup

tinggi. Hal ini disebabkan selain etiologi tidak jelas, juga perawatan dalam persalinan masih

ditangi petugas non medik dan sistem rujukan belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan

dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan

hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik

dipusat maupun daerah. 2

Skenario

Ny. SP 18 tahun, primigravida dibawa secara tergesa-gesa oleh suaminya ke UGD karena

kejang-kejang. Haid terakhir tanggal 25 September 2008. Selama hamil tidak pernah memeriksaakan

diri ke bidan maupun ke dokter. Pasien tidak sadar. T 180/120 mm Hg, N 72/menit, bengkak pada

daerah kaki, tangan, perut dan muka. Fundus uteri setinggi 3 jari di proc. Xyphoideus, anak letak

kepala, puki. Denyut jantung anak 132/m teratur. Pada pemeriksaan urin didapat protein +++.

Anamnesis

Tujuan dari anamnesis pada ibu hamil adalah untuk mengetahui keadaan ibu dan

bayinya beserta faktor resiko yang dimilikinya.

1. Identitas meliputi: Nama, umur, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan,

suku/bangsa, alamat lengkap.

1

Page 2: Eklamsia Nila

2. Keluhan utama

Apakah ibu datang untuk pemeriksaan kehamilan rutin?

Keluhan ibu yang berkaitan dengan kehamilan?

Keluhan lebih sering dirasakan pagi siang sore atau malam hari ? sepanjang

hari?

Berlangsung sejak kapan?

3. Riwayat menstruasi 3

Menarche, siklus teratur / tidak, lamanya, banyaknya darah, warna, bau,

keluhan nyeri.

Kapan hari pertama haid terakhir ?

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas terdahulu 3

Apakah pernah hamil sebelumnya? Berapa kali? Apakah ada penyulit dalam

kehamilan sebelumnya?

Apakah pernah melahirkan sebelumnya? Berapa kali? Bagaimana cara

melahirkan Spontan/buatan? Aterm/Premature ? Ditolong siapa ? apakah ada

penyulit selama persalinan sebelumnya?

Apakah pernah mengalami abortus sebelumnya? Berapa kali? Mengapa?

Bagaimana terjadinya abortus?

Kondisi anak yang pernah dilahirkan, berat badan bayi saat lahir, umur bayi

saat dilahirkan, keadaan bayi saat dilahirkan, keadaan anak sekarang.

Riwayat Nifas : Adakah masalah pada masa nifas? Infeksi? Perdarahan?

Apakah menggunakan alat kontrasepsi?

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

Umur kehamilan?

Sudah pernah periksa rutin kandungan/belum? Jika sudah berapa kali?

Dimana?

Adakah keluhan? Adakah penanganan khusus keluhan tersebut?

Sudah terasa gerakan janin/belum?

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan pertama kali dirasakan atau sudah terjadi sebelumnya?

Mendadak atau hilang timbul?

Riwayat demam?

Riwayat Trauma? Atau Luka?

Faktor yang memperberat/ memperingan keluhan?

2

Page 3: Eklamsia Nila

Apakah ada penyulit selama kehamilan, seperti apakah pernah perdarahan,

adakah anemia, diabetes, hipertensi, infeksi saluran kemih, penyakit jantung,

dan penyulit lainnya?

Gejala apa yang menyertai kehamilan pasien, misalnya mual, muntah, nyeri

tekan payudara, frekuensi berkemih?

BAB dan BAK (frekuensi, warna, bau, konsistensi, keluhan) ?

Apakah ibu dalam masa pengobatan?

7. Riwayat penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi, penyakit jantung, Diabetes Mellitus, Asma

Riwayat alergi makanan / obat tertentu dan sebagainya.

Riwayat operasi umum / lainnya maupun operasi kandungan (miomektomi,

sectio cesarea dan sebagainya).

8. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit sistemik, metabolik, genetik

Penyakit menular +/- misal: (TBC).

Tanyakan juga riwayat keturunan kembar

9. Riwayat Kebiasaan

Nutrisi (frekuensi makan, porsi, pantangan) ?

Personal hygiene (mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian) ?

Istirahat/tidur (tidur siang, tidur malam, keluhan) ?

Pola aktivitas (aktivitas yang dilakukan sehari-hari)

Kebiasaan merokok, minum jamu atau minum minuman beralkohol, minum

obat-obatan.

10. Riwayat Psikososial

Bagaimana kondisi psikologis ibu menghadapi kehamilan?

Dukungan keluarga? aktifitas/ kegiatan ibu diluar rumah?

Persiapan persalinan? Pengetahuan ibu tentang kehamilan?

11. Pertanyaan untuk menyingkirkan penyebab lain:1

Apakah pasien memiliki riwayat epilepsi

Apakah pasein pernah mengalami trauma kepala

Apakah pasien memiliki riwayat tumor serebri atau meningitis maupun ensefalitis

Pemeriksaan fisik

3

Page 4: Eklamsia Nila

Dalam pemeriksaan umum dapat dilakukan penilaian dan memeriksa keadaan umum,

kesadaan dan tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, frekuensi napas, nadi, suhu tubuh),

konjungtiva mata untuk mengetahui apakah pasien anemis atau tidak, dan pemeriksaan

lainnya seperti mulut, THT, paru, jantung, abdomen dan melihat apakah pasien ada edema

atau tidak. Selanjutnya melakukan pemeriksaan obstetric karena pasien datang dalam

keadaan hamil.

1. Inspeksi

Menilai bentuk abdomen adakah pembesaran/ cekungan, perubahan warna

kulit, adakah lesi (striae gravidarum, benjolan, pigmentasi, gambaran vena, jaringan

perut, bekas luka / operasi), edema pada tungkai.3

2. Palpasi

Sebelum melakukan pemeriksaan diyakini terlebih dahulu pasien

mengosongkan kandung kemih agar memudahkan pemeriksaan. Dilakukan perabaan

diseluruh perut pelan-pelan dengan telapak tangan dan jar adakah benjolan maupun

nyeri tekan, memeriksa adakah pitting edema pada kaki pasien, pemeriksaan leopold

I-IV untuk mengetahui presentasi (kedudukan) bagian tubuh janin dalam uterus

(rahim).3

Leopold I : Bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk

mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut

ibu).Teknik pemeriksaan, pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan

ujung jari kedua tangan untuk meraba fundus. Apabila kepala janin teraba di

bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan melenting (seperti

mudah digerakkan). Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan

terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting. Fundus kosong

apabila posisi janin melintang pada rahim.

Menentukan usia kehamilan

i. Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas

simpisis. 

ii. Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis

dan pusat.

4

Page 5: Eklamsia Nila

iii. Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah

pusat. 

iv. Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.

v. Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas

pusat.

vi. Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan

antara prosesus xipoideus dan pusat.

vii. Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah

prosesus xipoideus.

viii. Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan

antara prosesus xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan

wawancara dengan pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan

32 minggu).

Leopold II: Bertujuan untuk menentukan di mana letak punggung ataupun 

kaki janin pada kedua sisi perut ibu. Teknik pemeriksaan, menghadap ke

kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi perut ibu, raba (palpasi)

kedua bagian sisi perut ibu. Menentukan di mana letak punggung ataupun 

kaki janin pada kedua sisi perut ibu. Hasil pemeriksaan bagian punggung akan

teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan. Punggung anak akan

memberikan tahanan terbesar.

Leopold III: Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau

bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin

tersebut sudah menyentuh pintu atas panggul. Teknik pemeriksaan, pemeriksa

hanya menggunakan satu tangan. Hasilnya bagian yang teraba, bisa kepala,

bisa juga bokong. Cobalah apakah bagian yang teraba itu masih dapat

digerakkan atau tidak. Apabila tidak dapat digoyangkan, maka janin sudah

menyentuh pintu atas panggul.

Leopold IV: Bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang

terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh

bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul. Teknik pemeriksaan,

pemeriksa menghadap kaki pasien dengan kedua tangan ditentukan bagian

janin apa (bokong atau kepala) yang terletak di bagian bawah perut ibu.

Mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas

5

Page 6: Eklamsia Nila

panggul Apabila konvergen (jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru

sedikit janin memasuki pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara

kedua jari pemeriksa jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu

atas panggul).

3. Auskultasi

Dilakukan umumnya dengan fetalphone untuk mendengarkan denjut jantung

janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim, bunyi aorta, serta bising usus.

Bunyi jantung janin dapat di dengar pada akhir bulan ke 5, walaupun dengan

ultrasonografi dapat di ketahui pada akhir bulan ke 3. Bunyi  jantung janin dapat

terdengar di kiri dan kanan di bawah tali pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar

setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah bokong. Bila terdengar pada pihak

berlawanan dengan bagian kecil, maka janin fleksi dan bila sepihak maka defleksi.

Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-160 kali per menit. Bunyi  jantung

dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang dari 120 kali

per menit atau lebih dari 160 per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat

janin. Selain bunyi jantung janin, dapat di dengar kan bising tali pusat seperti meniup.

Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu,

bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya

tidak  teratur.

Pemeriksaan Penunjang

1. Peningkatan Hemoglobin dan hematokrit

- Adanya hemokonsentrasi yang mendukung diagnosis PE

- Menggambarkan beratnya hipovolemia

- Nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis

2. Morfologi sel darah merah pada apusan darah tepi

- Adanya mikroangiopatik hemolitik anemia

- Morfologi abnormal eritrosit : schizocytosis dan spherocytosis5

3. Trombosit

- Trombositopenia menggambarkan Preeklampsia berat <100.000/Ul 2,4,5

4. Peningkatan Kreatinin serum, Asam Urat serum ,Nitrogen Urea Darah (BUN)

menggambarkan:2

- ≥ 5mg/cc asam urat serum

6

Page 7: Eklamsia Nila

- 1 mg/cc kreatinin serum

- Beratnya hipovolemia

- Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal

- Tanda Pre eklampsia berat

5. Transaminase serum

- Peningkatan Transaminase serum 2x dari normal, menggambarkan gangguan

fungsi hepar/ Tanda nekrosis hepatoselular

6. Lactic Acid Dehidrogenase (LDH)

- Peningkatan menggambarkan adanya hemolysis dan disfungsi sel hepatosit hepar2

7. Albumin serum dan faktor koagulasi

- Menggambarkan kebocoran endotel dan kemungkinan koagulopati

8. Pemeriksaan urinalisis

- Protein urine kuantitatif > 300 mg/24 jam dan carik celup urine 1+,

menggambarkan kerusakan sel gromerulus sehingga dapat menegakan diagnosa

eklamsia-preeklmasia2,5

9. Pemeriksaan transabdominal USG ;

- Untuk memperkirakan umur kehamilan

- Melihat keadaan umum janin

- Melihat pertumbuhan janin, normal atau adakah kelainan, terutama plasenta

abruption yang dapat mempersulit eklampsia, oligohidramnion, atau pertumbuhan

janin terhambat (PJT).

10. Pemeriksaan CT scan kepala

- untuk menyingkirkan penyebab lain dari kejang pada pasien, misal menilai

pendarahan intrakranial, perdarahan subarachnoid, atau kecelakaan

serebrovaskular.

11. Pemeriksaan Ekokardiografi

- Ditemukan cardiomegali pada hipertensi kronik

12. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

- Ditemukan bacterial meningitis pada kultur CSS maupun pewarnaan gram,

Analisa CSS hitung PMN meningkat

Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan

7

Page 8: Eklamsia Nila

Tabel 1 menunjukkan kategori klasifikasi pada penyakit hipertensi. Pada perempuan

dengan pre-hipertensi, diagnosa awal sangat diperlukan karena dapat meningkatkan risiko

berkembangnya penyakit hipertensi pada masa depan.

Tabel 1. Klasifikasi penyakit hipertensi.1

Klasifikasi SBP (mmHg) DBP (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-90

Hipertensi grade I 140-159 90-99

Hipertensi grade II ≥ 160 ≥ 100

American Congress Of Obstetricians dan Gynecologist (AOCG) pada tahun 2013

mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan menjadi : 4

1. Pre-eklamsia-eklamsia: Pre-eklamsia yakni hipertensi dan proteinuria yang

terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu pada perempuan yang sebelumnya

normotensi. Eklamasia adalah Timbulnya kejang Grand-mal pada perempuan

dengan pre-eklamsia. Eklamsia dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah

masa kehamilan. 4

a. Pre-eklamsia tanpa tanda bahaya dan

b. Pre-eklamsia dengan tanda bahaya, apabila ditemukan salah satu

gejala//tanda berikut:

1. TD Sistol ≥ 16- mmHg atau TD Diastol ≥ 110mmHg pada dua

pengukuran dengan selang waktu 4 jam saat pasien berada

dalam tirah baring;

2. Trombosit<100.000/Ul

3. Gangguan fungsi hati yang ditandai dengan meningkatnya

transaminase dua kali dari nilai normal, nyeri perut kanan atas

peresisten yang berat atau nyeri epigastrium yang tidak

membaik dengan pengobatan

8

Page 9: Eklamsia Nila

4. Insufisiensi renal yang progesif (konsentrasi kreatinin serum >

1,1 mg/dL atau konsentrasi kreatinin serum naik dua kali lipat

apabila tidak terdapat penyakit ginjal

5. Edema Paru

6. Gangguan serebral atau penglihatan

2. Hipertensi Kronis: Hipertensi yang telah ada sebelum masa kehamilan,

pertama kali didiagnosis saat masa kehamilan 2 minggu dan hipertensi

menetap sampai pasca 12 minggu persalinan.2

3. Hipertensi kronik dengan superimposed pre-eklamsia : pre-eklamsia yang

terjadi pada perempuan hamil dengan hipertensi kronik

4. Hipertensi gestasional: peningkatan tekanan darah setelah usia kehamilan

lebih dari 20 minggu tanpa adanya proteinuria atau kelainan sistemik.

5. Sindrom HELLP (Hemolysis Elevated Liver Enzym Low platelets Count)

Keterlibatan hematologis dan hepatic pada pasien dengan pre-eklampsia berat

yang menyebabkan hemolisis, peningkatan enzim hati dan hitung trombosit

yang rendah

Tabel. 2. Diagnosa penyakit hipertensi sebgai penyulit kehamilan 5

Hipertensi Gestasional:

TD Sistolik≥ 140 atau TD Diastolik ≥ 90 mmHg pertama kali sewaktu hamil

Tidak ada proteinuria

TD kembali normal sebelum 12 mg pascapartum

Mungkin memiliki tanda pre-eklamsia misalnya dyspepsia dan trombositopenia

Pre-eklamsia

Kriteria minimum:

- TD ≥ 140/90mmHg terjadi setelah kehamilan 2 minggu pada dua kali pengukuran

- Proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam atau ≥ 1+ pada pemeriksaan carik celup

Kemungkinan pre-eklamsia meningkat:

- TD ≥160/110mmHg

- Proteinuria 2,0 g/24 jam atau ≥ 2 + pada pemeriksaan carik celup (dipstick)

- Kreatinum serum > 1,2 mg/dL, Kecuali memang sebelumnya diketahui meningkat

- Oliguria, produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam

- Trombosit <100.000/uL

- Hemolisis mikroangiopati-peningkatan LDH

- Peningkatan kadar transaminase serum-ALT atau AST

- Nyeri kepala yang presisten atau gangguan serebral atau visual lainnya

- Nyeri epigastrk presisten

9

Page 10: Eklamsia Nila

Eklamsia:

- Kejang yang tidak disebabkan penyebab lain pada perempuan pre-eklamsia

Pre-eklamsia yang tumpang tindih dengan hipertensi kronik:

- Proteinuria dengan awitan baru ≥ 300 mg/ 24 jam pada perempuan hipertensi, tetapi tidak ditemukan

proteinuria sebelum kehamilan 2 mg

- Peningkatan mendadak proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit < 100.000/uL pada

perempuan yang mengalami hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.

Hipertensi Kronik:

- TD ≥ 140/90mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosa sebelum kehamilan 20 minggu, tidak

disebabkan penyakit tropoblastik gestasional atau

- Hipertensi pertama kali didiagnosa setelah kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu

pasca partum

Faktor Resiko

Terdapat banyak factor resiko untuk terjadinya pre-eklmasia:4

1. Primigravida

2. Riwayat kehamilan dengan pre-eklamsia/eklamsia

3. Hipertensi kronis atau penyakit ginjal kronis sebelumnya

4. Kehamilan multifetus

5. Fertilisasi in-vitro

6. Riwayat pre-eklmasia dikeluarga

7. Mola haditiosa

8. Diabetes Militus tipe I dan II

9. Obesesitas

10. Lupus eritematosus sistemik

11. Usia ibu hamil tua (lebih dari 40 tahun)

Manifestasi Klinik4

- Nyeri kepala

- Gangguan penglihatan: kabur dan skotoma timbul akibat hiperfusi serebrovaskular

yang memiliki predileksi pada lobus oksipitalis.

- Kebutaan merupakan komplikasi pada kejang eklamtik

- Bengkak/edema dapat terjadi pada kedua kaki maupun wajah

- Nyeri perut kuadaran kanan atas atau epigastrium

10

Page 11: Eklamsia Nila

- Kelemahan atau malaise merupakan manifestasi dari anemia hemolitik

- Edema paru

- Kejang Eklamsia

Diagnosis Kerja

Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan

kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Eklampsia

postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pada

penderita eklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau tanda-tanda

yang khas , yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang.2

Gambaran klinis dari Kejang Eklamsia:6

- Fase pramonitoris : kedutan-kedutan padaotot kecil, otot wajah dan

memutarnya bola mata.

- Fase tonik: otot-otot sadar masuk ke dalam keadaan kontraksi tetanik termasuk

otot-otot interkostal dan diafragma dengan pernafasan yang tidak memadai

serta sianosis.

- Fase klonik : otot secara kuat berkontraksi dan berelaksasi. Kontraksi dapat

bertahan selama satu menit. Bersifat kuat dan lidah dapat tergigit jika tidak

dilindungi.

- Koma: terjadi bersamaan dengan respirasi dangkal yang cepat dan kelelahan

yang jelas.

- Setelah koma : pasien dapat mengalami kejang lain atau tersadar kembali.3

Epidemiologi

Eklampsia umumnya terjadi pada wanita kulit berwarna, nulipara, dan golongan sosial

ekonomi rendah. Insiden tertinggi pada usia remaja atau awal 20-an, tetapi prevalensinya

meningkat pada wanita diatas 35 tahun. Eklampsia jarang terjadi pada usia kehamilan

dibawah 20 minggu, dapat meningkat pada kehamilan mola atau sindroma antifosfolipid.

Insiden eklampsia secara keseluruhan relatif stabil, 4-5 kasus /10.000 kelahiran hidup di

negara maju. Di negara berkembang, insiden bervariasi luas antara 6-100/10.000 kelahiran

hidup. Insidens eklampsia sudah semakin berkurang dengan adanya program ANC yang

adekuat.

11

Page 12: Eklamsia Nila

Etiologi

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.

Banyak teori-teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi

tidak ada satu pun teori tersebut dianggap mutlak benar.

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Tidak terjadinya invasi sel trofoblas pada sel otot arteri sehingga lapisan otot arteri

tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri tidak mengalami vasodilatasi, akhirnya

arteri relative mengalami vasokontriksi sehingga aliran darah uteroplasenta menurun

dan terjadilah iskemia dan hipoksia plasenta.1

2. Teori iskemia plasenta

Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan oksidan yang menyebabkan

toksis dengan merusak membrane sel endotel pembuluh darah. (ex: hidroksil)

3. Disfungsi endotel

Kerusakan membrane sel mengakibatkan disfungsi endotel. Akibat disfungsi endotel

maka akan terjadi:

- Gangguan metabolism prostaglandin, yaitu menurunnya protasiklin yang

merupakan suatu vasodilator kuat.

- Terjadi agregasi trombosit yang akan menutupi kerusakan sel endotel,

agregasi trombosit memproduksi tromboksan yang merupakan

vasokontriktor kuat.

- Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus.

- Peningkatan permeabilitas kapiler.

- Peningkatan produksi vasopressor, yaitu endotelin. Kadar NO

(vasodilatator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor)

meningkat.

- Peningkatan factor koagulasi.

4. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya ‘hasil konsepsi’

yang bersifat asing. Hal ini karena adanya HLA-G, yang berperan pada modulasi

respon imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasendta). HLA-G pada

plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu.

Pada hipertensi terjadi penurunan HLA-G sehingga menghambat invasi trofoblast ke

12

Page 13: Eklamsia Nila

dalam desidua, karena trofoblast berfungsi melunakan jaringan desidua memudahkan

dilatasi arteri spiralis.2

5. Teori adaptasi kardiovaskular

Pada hamil normal, pembuluh darah tidak peka terhadap bahan-bahan vasopresor atau

dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon

vasokonstriksi, hal ini adalah akibat dilindungi oleh sintesis prostaglandin pada sel

endotel pembuluh darah. Namun, pada kehamilan dengan hipertensi, terjadi

peningkatan kepekaan pembuluh darah terhadap bahan-bahan vasopressor.

6. Teori genetik

Ibu yang mengalami preeklamsia, 26% anak perempuannya akan mengalami

preeklamsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantunya mengalami pre-eklampsia.

7. Teori defisiensi gizi

Mengkonsumsi minyak ikan (banyak mengandung asam lemak tidak jenuh) dapat

menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit dan mencegah

vasokonstriksi pembuluh darah. Beberapa penelitian menunjukkan defisiensi kalsium

pada wanita hamil mengakibatkan risiko pre-eklampsia/eklampsia.

8. Teori stimulus inflamasi

Pada hipertensi terjadi peningkatan oksidatif, sehingga debris trofoblast dan nekrotik

trofoblas juga meningkat, hal ini menyebabkan terjadi reaksi inflamasi yang

berlebihan yang menimbulkan gejala preeklamsia pada ibu.2

Patofisiologi

Pada tubuh perempuan yang hamil dengan pre-eklamsia, terjadi beberapa perubahan

patofisiologfis pada beberapa system organ yang bermanisfestasi pada tampilan klinis. 4

- Sistem kardiovaskular: Hipertensi, pada pre-eklamsia, endotel mengeluarkan

vasoaktif yang didominasi oleh vaskontriktor, seperti endotilen dan tromboksan A2.

Selain itu, terjadi penurunan renin, angiotensin I dan angiotensin II dibandingkan

kehamilan normal.

- Sistem pendarahan dan koagulasi: Pada perempuan dengan pre-eklamsia terjadi

trombositopenia, penurunan kadar faktor pembekuan, dan eritrosit dapat memiliki

bentuk yang tidak normal sehingga mudah mengalami hemolisis. Jejas pada endotel

dapat menyebabkan peningkatan agregesi trombosit, menurunkan lama hidupnya,

serta menekan kadar antitrombin III.

13

Page 14: Eklamsia Nila

- Homeostasis cairan tubuh: Pada pre-eklamsia terjadi resistensi natrium karena

meningkatnya sekresi deoksikortikosteron yang merupakan hasil konversi

progesterone

- Ginjal: selama masa kehamilan normal terjadi penurunan filtrasi aliran darah ke

ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Pada pre-eklamsia terjadi perubahan seperti

peningkatan resistensi arteri aferen ginjal dan perubahan bentuk endotel glomerulus.

Filtrasi yang semakin menurun menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat.

- Hepar: pada pre-eklamsia ditemukan infark hepar dan nekrosis. Infark hepar dapat

berlanjut menjadi pendarahan sampai hematom. Apabila hematot luas, dapat terjadi

rupture subkapsular. Nyeri perut kuadaran kanan atas atau nyeri epigastrium

disebabkan tegangnya kapsul glisson.

- Edema: dapat terjadi normal pada kehamilan. Namun, 60% edema banyak dijumpai

pada kehamilan dengan hipertensi dan 80 % edema dijumpai pada hipertensi dengan

proteinuria. Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau keruskan endotel kapiler.2

- Serebrovaskular dan gangguan neurologis lain, seperti nyeri kepala disebabkan

hiperperfusi dan gangguan penglihatan dapat disebabkan akibat spasme arteri spasme

retina dan edema retina. Kejang diperkirakan terjadi akibat vasospasme serebral,

edema dan kemungkinan hipertensi menganggu autoregulasi serta sawar darah otak.

- Mata dapat terjadi vasospasme retina, edema retina , ablasi retina sampai kebutaan

pada pre-eklamsia.2,4

- Edema paru: dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan endotel pada

pembuluh darah kapiler paru dan menurunya diuresis.

Diagnose banding

Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kejang akibat penyakit lain. Diagnosis

banding amat penting, misalnya pendarahan otak, hipertensi, tetanus, meningitis, epilepsy

iatrogenic, gangguan elektrolit hipokalsemia. Eklampsia selalu didahului dengan pre-

eklampsia.2

1. Epilepsi

Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang

muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat lepas

muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara paroksismal

dengan berbagai macam etiologi.7

14

Page 15: Eklamsia Nila

Manisfestasi Klinik :7

- Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau

gangguan penginderaan.

- Kelainan gambaran EEG

- Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik

(aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan

tidak enak, mendengar suara gemuru, mengecap sesuatu, sakit kepala, dan

sebagainya)

- Napas terlihat sesak dan jantung berdebar.

- Raut muka pucat

- Badannya berlumuran keringat.

- Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik

khusus atau somatosensorik seperti : mengalami sinar, bunyi, bau, atau rasa

yang tidak normal seperti pada keadaan normal.

- Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang

individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epilektikus tersebut

lewat.

- Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara

secara tiba-tiba.

- Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang-

menendang.

- Gigi geliginya terkancing.

- Hitam bola matanya berputar-putar.

- Terkadang keluar busa dari liang mulut dan di ikuti dengan buang air kecil.

2. Preeklampsia

Pre-eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi

ante, intra dan postpartum. Secara teoritik urutan gejal yang timbul pada pre-

eklampsia ialah edema, hipertensi dan proteinuria. Dari ketiga gejala ini, timbulnya

hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Apabila penderita

sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri

epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.2

15

Page 16: Eklamsia Nila

Manisfestasi Klinis:2

a. Kriteria minimum:

- TD ≥ 140/90mmHg terjadi setelah kehamilan 2 minggu pada dua kali

pengukuran

- Proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam atau ≥ 1+ pada pemeriksaan carik celup

b. Kemungkinan pre-eklamsia meningkat:

- TD ≥160/110mmHg

- Proteinuria 2,0 g/24 jam atau ≥ 2 + pada pemeriksaan carik celup

(dipstick)

- Kreatinum serum > 1,2 mg/dL

- Oliguria, produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam

- Trombosit <100.000/uL

- Hemolisis mikroangiopati-peningkatan LDH

- Peningkatan kadar transaminase serum-ALT atau AST

- Nyeri kepala yang presisten

- gangguan serebral atau visual lainnya

- Nyeri epigastrk presisten

3. Hipertensi kronik

Hipertensi kronik dalam kehamilan ialah hipertensi yang didapatkan sebelum

timbulnya kehamilan. Apabila tidak diketahui adanya hipertensi sebelum kehamilan,

maka hipertensi kronik didefinisikan bila didapatkan tekanan darah sistolik 140

mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg sebelum umur kehamilan 20 minggu.2

Diagnosis hipertensi kronik ialah bila didapatkan hipertensi yang telah timbul

sebelum kehamilan, atau timbul hipertensi < 20 minggu umur kehamilan.2

Ciri-ciri hipertensi kronik:2

- umur ibu relatif tua di atas 35 tahun

- tekanan darah sangat tinggi

- umumnya multipara

- umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal, dan diabetes mellitus

- obesitas

- penggunaan obat-obat antihipertensi sebelum kehamilan

- hipertensi yang menetap pascapersalinan

16

Page 17: Eklamsia Nila

4. Meningitis

Meningitis adalah inflamasi selaput otak yakni arachnoid, piamater, maupun

yang melibatkan cairan cerebrospinal. Meningitis disebabkan oleh infeksi bakteri,

virus, jamur dan parasit. 8

Manifestasi klinis berupa demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, penurunan

kesadaran , letargi hingga koma. Keluhan penyerta lain mual, muntah, fotofobia.

Keluhan kejang merupakan tanda awal 20-40% kasus . Disertai peningkatan tekanan

intrakranial.8

Penegakan diagnosis berdasarakan pemeriksaan analisis CSS dari lumbal,

pungsipemeriksaan CT-Scan maupun MRI.

Penatalaksanaan

a. Perawatan Prehospital

Dilakukan oleh petugas kedaruratan medis saat diperjalanan: membebaskan

jalan nafas dan pemberian oksigen bila diperlukan, melakukan pemantauan jantung

dan transportasi pasien pada posisi lateral dekubitus kiri untuk mencegah muntah dan

aspirasi paru.9

b. Perawatan di Rumah Sakit

Perawatan dasar eklamsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi

fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC),

mengatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah

trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, melahirkan

janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.2

c. Medikamentosa

1. Rawat inap

2. Tirah baring kiri secara intermiten

3. Infus ringer laktat atau dektrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan

infuse Ringer Laktat (60-125 cc/jam) 500cc2

4. Foley catheter

17

Page 18: Eklamsia Nila

untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi urin < 30

cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.2

5. Antasida

untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat

menghindari resiko aspirasi asam lambung.2

6. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

7. Anti konvulsi

a) Magnesium sulfat

Beberapa studi telah mengungkapkan bahwa magnesium sulfat

merupakan obat pilihan untuk mengobati kejang eklampsia.

Magnesium sulfat berhasil dalam mengendalikan kejang di > 95%

kasus. Obat ini memiliki keuntungan fisiologis untuk janin dengan

meningkatkan aliran darah uterus. Alternatif lain maka diberikan salah

satu obat berikut : thiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam,

atau fenitoin.

b) Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit. Bila kejang

berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr IV, diberikan sekurang -

kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir.2.4 Bila setelah

diberikan dosis tambahan masih tetap kejang dapat diberikan Sodium

Amobarbital 3-5 mg/ kg BB IV perlahan-lahan.

c) Mantenance dose diberikan 4 gram i.m tiap 4-6 jam

d) Syarat-Syarat pemberian MgSO4:2

Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu

kalsium glukonas 10% = 1 gram (10% dalam 1 cc) diberikan iv

3 menit.

Refleks patella (+) kuat

Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda

distress napas

Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg

BB/ jam ). Pemberian Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak

perlu mempertimbangkan diurese

e) Magnesium Sulfat dihentikan bila:

Ada tanda-tanda intoksikasi

18

Page 19: Eklamsia Nila

Setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang

terakhir.

8. Diuretikum

Tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah jantung

kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah Furosemid.

Pemberian diuretikum dapat merugikan, yaitu memperberat hipovolemia,

memperburuk perfusi uteroplasenta, meningkatkan hemokonsentrasi,

menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat janin.2

9. Anti Hipertensi

a) Antihipertensi lini pertama

Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik> 110 mmHg.

Dapat diberikan nifedipin dengan dosis 10-20 mg/oral, diulang selang

30 menit bila perlu sesuai kebutuhan, maksimum 120 mg dalam 24

jam. Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Nifedipin

tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat,

sehingga hanya boleh diberikan peroral.2 Penggunaan nifedipine sangat

dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat dan mudah

pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.9

b) Antihipertensi lini kedua

Sodium nitropusside: 0,25 µg iv/kg/menit, infuse ditingkatkan 0,25 µg

iv/kg/5 menit. 2

c) Metildopa

Mekanisme metildopa menurunkan resistensi vascular tanpa banyak

mempenaruhi frekuensi dan curah jantung. Efek maksimal tecapai 6-8

jam setelah pemberian oral atau IV. Obat ini masih merupakan pilihan

utama pada hipertensi dalam kehamilan karena terbukti aman untuk

janin. Dosis 500-2000mg dibagi dalam 2-4 dosisi. Efek samping yang

paling sering adalah sedasi, hipotensi postural.4

10. Glukokortikoid

Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak

merugikan ibu. Di berikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini

juga diberikan pada sindrom HELLP.2

d. Perawatan pada serangan kejang :2,9

19

Page 20: Eklamsia Nila

- Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang.

- Kepala direndahkan , lendir diisap dari daerah orofarynx.

- Fiksasi badan pada tempat tidur harus aman namun cukup longgar guna

menghindari fraktur.

- Pemberian oksigen.

- Dipasang kateter menetap ( foley kateter ).

e. Perawatan koma

Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan

diri terhadap suhu yang ekstrem, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi,

karena hilangnya refleks muntah. Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma

adalah tertutup jalan napas atas. Setiap penderita eklamsia yang jatuh dalam koma

harus dianggap bahwa jalan napas tertutup, kecuali dibuktikan lain. Oleh karena itu

tindakan pertama ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap

terbuka. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan manuver head tilt-neck lift,

yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head tilt-

chin lift, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-thrust, yaitu

mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sambil mengangkat kepala ke belakang.

Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngeal airway.2

Pada perawatan koma yang panjang perlu diperhatikan pencegahan dekubitus

dan makanan panderita. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin diberi

secara oral, dapat diberikan melalui Naso Gastric Tube (NGT).2

f. Pengobatan obstetric

Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklamsia harus

diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri

(terminasi) bila ibu sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan

metabolisme ibu yaitu 4-8 jam setelah - pemberian antikonvulasi kejang terakhir,

pemberian antihipertensi terakhir, penderita mulai sadar.2

Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam

maka dilakukan seksio sesarea. Pelaksanaan seksio sesarea harus memperhatikan:

tidak terdapat koagulopati, anestesi yang aman/ terpilih adalah anestesi umum. Jika

anestesi umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan persalinan

20

Page 21: Eklamsia Nila

pervaginam. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500

ml dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

Perawatan postpartum: antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum;

antihipertensi diteruskan jika tekanan diastolik masih > 110 mmHg; dan pantau

volume urine.

Komplikasi

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan

bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi di bawah ini

biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi

akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo

15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.

2. Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsia berat ditemukan 23% hipofibrinogenemia,

maka dari itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fibrinogen secara berkala.5

3. Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini

merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal

hati yang sering ditemukan pada penderita autopsi penderita eklampsia dapat

menerangkan ikterus tersebut.5

4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklampsia.

5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara bisa terjadi selama

seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda

gawat akan terjadinya apopleksia serebri.5

6. Edema paru-paru. Ditemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini

disebabkan karena payah jantung.

7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan

akibat vasopasme arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi

ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui

dengan dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.5

21

Page 22: Eklamsia Nila

8. Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet .

Diawali gejala tidak khas nyeri kepala, mual, malaise, tanda-tanda hemolysis,

disfungsi sel hepatosit hepar, trombositopenia.2

9. Prematuritas

Pencegahan

Upaya prevensi eklampsia, terutama dianjurkan untuk wanita hamil dengan resiko

terhadap preeklampsia-eklampsia:

1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda

sedinimungkin (Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya

penyakit tidak menjadi lebih berat2

2. Perubahan gaya hidup

Tirah baring atau pembatasan aktivitas fisik lain tidak disarankan sebagai

pencegahan primer pre-eklamsia dan komplikasinya4

Untuk hipertensi gestasional tirah baring dirumah sakit terbukti dapat

menurunkan hipertensi berat dibandingkan aktivitas biasa di rumah. Di

Indonesia tirah baring masih diperlukan pada wanita resiko tinggi,walaupun

belum terbukti dalam mencegah terjadinya eklampsia.2

3. Olah raga : Penelitian observasional mengasosiasikan olahraga dengan penurunan

resiko dari eklampsia. Mekanisme potensialnya meliputi penurunan tekanan

darah,kadar lipid darah, dan sitokin proinflamasi. Dengan ini, olahraga tidak secara

khusus menurunkan risiko eklampsia.

4. Pemberian vitamin C dan E untuk mencegah pre-eklamsia tidak direkomendasikan4

5. Obat-obatan anti platelet, terutama aspirin dosis 60-80mg/hari dimulai dari trimester

pertama disarankan pada perempuan dengan riwayat eklamsia dan kelahiran pre-term

kurang dari 34-7 minggu atau preeklamsia pada lebih dari satu kehamilan

sebelumnya. 4

Prognosis

Bila penderita tidak terlambat dalam pengobatan, maka gejala perbaikan akan tampak

jelas setelah kehamilan diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir, perubahan patofisiologik

akan mengalami perbaikan. Diuresis terjadi setelah 12 jam kemudian setelah persalinan. Hal

ini merupakan tanda prognosis yang baik. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa

jam kemudian. 2

22

Page 23: Eklamsia Nila

Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu

dengan hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia adalah buruk. Seringkali

janin mati intrauterine atau mati pada fase neonatal. 2

Kesimpulan

Eklampsia adalah kejang yang dialami wanita hamil atau post partum disertai dengan

hipertensi dan protenuria.. Eklamsia lebih sering terjadi pada primigravida di usia <17 tahun

dan primigravida >35 tahun dari pada multipara. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, penunjang dan riwayat kejang. Penatalaksanaan yang cepat dan tepat

memberikan prognosis yang baik bagi pasien.

Daftar pustaka

1. Suhardjono. Hipertensi kehamilan. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata MK, Setiati S, editor. Ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jilid I. Jakarta:

Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2009. h.1100-1.

2. Angsar MD. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Abdul BS, Trijatmo R, Gulardi H.

Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi ke- 4 cetakan 3. Jakarta: PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2013.h.530-60.

3. Mose JC, Alamsyah M, Hudono ST, Handaya. Pemeriksaan ginekologi. Dalam :

Anwar M, Baziad A, Prabowo R. Ilmu kandungan. Edisi ke-3 cetakan 1. Jakarta: PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.h.112-7.

4. Tanto C, Kayika IP. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Tanto C, Liwang F,

Hanifati S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke- 4 jilid I. Jakarta: Media

Aesculapius; 2014.h.416-20.

5. Cunningham FG, Gant FG, Leveno KJ, Gillstrap L, Hauth JC, Wenstrom D. Obstetri

Williams. Volume 2. Edisi 23. Jakarta : EGC; 2012. H.740-80.

6. Gulardi W. Asuhan obstetri essensial. Jakarta: Ikata Dokter Anak

Indonesia;2008.h.187-99

7 . Tjahjad P, Dikot Y, Gunawan D. Gambaran umum mengenai epilepsi.

Dalam: Kapita selekta neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press;

2005.h.119-127.

23

Page 24: Eklamsia Nila

8 . Liwang F, Estiasari R. Infeksi sistem saraf pusat. Dalam: Tanto C, Liwang F, Hanifati

S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4 jilid II. Jakarta: Media

Aesculapius;2014.h.993-4.

9. Sudhaberata K. Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia. Cermin dunia

kedokteran;2001.h.26-30.

24