37
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Istilah eklamsia berasal dari bahsa Yunani yang artinya “halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala eklamsia muncul tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda lain. Pada wanita yang menderita eklamsia timbul serangan kejang yang diikuti koma (Saifuddin, A. 2002). Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis (Bobak, 2004). Berbagai tanda dan gejala eklamsia selain kejang meliputi hipertensi yang ekstrim, hiperfleksia, proteinuria +4, edema umum sampai hipertensi ringan tanpa edema. Insiden di Negara berkembang berkisar antara 0,3 %-0,7 % sedangkan di negara maju 0,05 %-0,1 %. Adapun tanda dan gejala eklamsia yaitu timbulnya gejala preeklamsi bertambah, kejang, mual, nyeri epigastrik, dan gangguan penglihatan. B. Tanda dan gejala Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre- eklamsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala

EKLAMSIA AZ

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKLAMSIA AZ

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Istilah eklamsia berasal dari bahsa Yunani yang artinya “halilintar”. Kata

tersebut dipakai karena seolah-olah gejala eklamsia muncul tiba-tiba tanpa

didahului tanda-tanda lain. Pada wanita yang menderita eklamsia timbul serangan

kejang yang diikuti koma (Saifuddin, A. 2002).

Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda

dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului

gangguan neurologis (Bobak, 2004). Berbagai tanda dan gejala eklamsia selain

kejang meliputi hipertensi yang ekstrim, hiperfleksia, proteinuria +4, edema

umum sampai hipertensi ringan tanpa edema. Insiden di Negara berkembang

berkisar antara 0,3 %-0,7 % sedangkan di negara maju 0,05 %-0,1 %. Adapun

tanda dan gejala eklamsia yaitu timbulnya gejala preeklamsi bertambah, kejang,

mual, nyeri epigastrik, dan gangguan penglihatan.

B. Tanda dan gejala

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre-eklamsia dan

terjadinya gejala-gejala nyeri kepala didaerah frontal, gangguan penglihatan, mual

keras, nyeri di epigastrium dan hiperfleksia.

Menurut Saifuddin (2002) konvulsi/kejang eklamsia dibagi 4 tingkat yaitu :

1. Tingkat 1 : Tingkat Awal (AURA)/Premonitary

Gejalanya dapat berupa :

a. Berlangsung 10 – 20 detik atau ± 30 detik

b. Otot – otot wajah dan tanga mulai berkedut

c. Mata penderita terbuka, tanpa melihat

d. Kelopak mata dan tangan bergetar

e. Dapat terjadi kehilangan kesadaran

2. Tingkat II : Tingkat Kejang Tonik

Gejalanya adalah sebagai berikut :

Page 2: EKLAMSIA AZ

a. Berlangsung 10 – 20 detik atau ± 30 detik

b. Seluruh otot menjadi tegang dan kaku

c. Wajah kaku

d. Diafragma spasme sehingga terjadi henti nafas

e. Tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam

f. Punggung melengkung

g. Muka sianosis( muka mulai menjadi sianosis)

h. Gigi mengatup, Lidah dapat tergigit

3. Tingkat III : Tingkat Kejang Klonik

Gejalanya adalah sebagai berikut :Kejang antara 1 – 2 menit

a. Spasmus tonik menghilang

b. Kontraksi yang keras dan relaksasi otot

c. Peningkatan sekresi mukosa sehingga mulut berbusa

d. Inhalasi mukus atau saliva

e. Wajah kongesti dan lidah tergigit

f. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dengan cepat

g. Kejang berhenti ditandai dengan penderita menarik nafas cepat dan

mendengkur

h. Dari mulut keluar ludah yang berbusa,muka menunjukan kongesti dan

sianosis

4. Tingkat IV : Tingkat Koma

Dapat berlangsung selama beberapa menit atau jam.

a. Terjadi ketidaksadaran pada tingkat yang dalam

b. Nafas berisik dan cepat

c. Sianosis menghilang tetapi wajah tetap kongesti dan membengkak

d. Kejang berikutnya dapat terjadi sebelum pasien memperoleh kembali

kesadarannya

Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama.secara perlahan-lahan

penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu

timbul serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma. Selama

serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai 40

Page 3: EKLAMSIA AZ

derajat celcius. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi – komplikasi

seperti lidah tergigit : fraktura dan perlukaan, gangguan pernafasan, solusio

plasenta dan pendarahan otak.

C. Faktor Resiko

Walupun eklamsia terjadi mendadak dan tanpa peringatan tatapi kejadian eklamsia

lebih beresiko pada:

1. Primigravida (remaja dan wanita > 35 tahun)

1. Wanita gemuk

2. Wanita dengan hipertensi esensial

3. Wanita yang mengalami penyakit ginjal, kehamilan ganda,

polihidramnion, diabetes, mola hidatiform

4. Wanita dengan riwayat pre eklamsia dan eklamsia pada kehamilan

sebelumnya

5. Riwayat eklamsia keluarga

D. Komplikasi Eklamsia

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah

melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklamsia dan eklamsia.

1. Solusia Placenta, terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih

sering terjadi pada pre eklamsia.

2. Hemolisis, penderita dengan pre eklamsia berat kadang- kadang menunjukan

gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.

3. Pendarahan otak yang merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita pre eklamsia

4. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung

sampai seminggu kemungkinan dapat terjadi

5. Edema paru-paru, terjadi pada pre eklamsia yang disebabkan karena payah

jantung

6. Nekrosis hati, merupakan akibat vasopasmus arteriol umum yang diduga khas

untuk eklamsia.

Page 4: EKLAMSIA AZ

7. Kelainan ginjal, berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan

sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.

8. Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

9. Komplikasi lain: lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat

kejang- kejang pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular

coogulation )

Efek Eklamsi bagi Ibu dan janin

1. Efek bagi Ibu

a) Pernafasan dapat terjadi asphiksia, aspirasi, muntah, edema paru,

bronko pneumonia

b) Gagal jantung

c) Efek pada Otak (trombosis, hemoragi, edema)

d) Gagal ginjal akut

e) Nekrosis hati

f) Sindrom HELLP (Hemolisis, elevated liver enzime, low platelet)

g) Hemoragi karena kelainan koagulasi (DIC) yang dikaitkan dengan

eklamsia

h) Gangguan penglihatan/kebutaan sementara akibat edema retina

i) Cedera (fraktur, lidah tergigit)

2. Efek bagi janin

Insufisiensi placenta mengakibatkan

a) Hipoksia dapat menyababkann cacat fisik dan retardasi mental

b) Retardasi pertumbuhan intra uterine (Intrauterine Growth

Retardation/IUGR)

c) Bayi kemungkinan lahir mati

E. Pemeriksaan diagnostik

Temuan laboratorium bervariasi. Hemokonsentrasi terbukti dengan adanya

peningkatan hematokrit. Asam urat, kreatinin dalam serum,tes fungsi hati, dan klirens

kreatinin urine meningkat.

Page 5: EKLAMSIA AZ

F. Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan eklamsia ialah menghentikan berulangnya serangan kejang

dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan

membaik. Selain itu tujuan pertama pengobatan eklamsia adalah menghentikan

kejangan mengurangi vasospasmus, dan meningkatkan diuresis.

Penatalaksanaan eklamsi berat meliputi 6 langkah:

1. Memastikan bahwa jalan nafas bebas

Dilakukan dengan memberikan posisi miring, membersihkan mulut dan lubang

hidung dari sekret dan saliva kalau perlu dengan menggunakan suction, memberikan

oksigen, dan mengawasi pasien untuk memastikan jalan nafas tetap bersih.

2. Mengendalikan kejang

Dapat digunakan Magnesium sulfat atau diazepam.

a. Magnesium sulftat

Untuk dosis pertama diberikan 4 g (20 ml dari 20%) secara perlahan, dengan

kecepatan 1 g setiap 5 menit untuk 20 menit, dan tidak boleh diberikan secara

bolus. Jika belum berpengalaman dapat diberikan melalui intramuskular, 5 g

disuntikkan pada setiap otot gluteus (10 ml dalam 50% larutan). Dosis dapat

diulang setiap 4 jam tetapi sebelumnya diperiksa bahwa:

1). Urine minimal 100 cc/4 jam

2). Ada refleks lutut

3). Frekuensi nafas sedikitnya 16 kali per menit (jika tidak dosis berikutnya harus

ditunda)

Dosis ulangan dapat berupa Magnesium sulfat 4 g melalui injeksi intravena

perlahan atau magnesium sulfat (8 ml dari 50% larutan) melalui injeksi IM dalam.

Kelebihan dari magnesium sulfat yaitu lebih efektif dari diazepam atau phenitoin

dalam mencegah kejang ulang, sedangkan kekurangannya adalah dapat

menyebabkan depresi pernafasan pada ibu dan janin

b. Diazepam

Diberikan dosisIV 10 mg diazepam kemudian dapat diulang 10 mg setiap 4 – 6

jam (maksimum 100 mg dalam 24 jam). Kelebihan diazepam adalah lebih banyak

tersedia daripada magnesium sulfat sedangkan kekurangannya adalah diazepam

Page 6: EKLAMSIA AZ

dapat menembus placenta dan menyebabkan janin mengalami masalah

pernafasab, kesulitan makan, dan masalah dalam mempertahankan suhu tubuh.

3. Mengendalikan tekanan darah

Dapat dilakukan pada eklamsia maupun preeklamsia berat. Dimulai saat

tekanan diastolik mencapai 110 mmHg atau lebih pada dua kali pemeriksaan untuk

mencegah hemoragi cerebral.

4. Mengendalikan keseimbangan cairan

Untuk memantau urine dapat dilakukan dengan memasang catheter, catat

haluaran urine setiap 4 jam dan catat asupan cairan. Kolaborasi untuk pemberian

cairan intravena dengan natrium laktat atau 5% dekstrosa dalam air dengan kecepatan

60 – 125 ml per jam kecuali jika terjadi kehilangan cairan melalui muntah, diare atau

perdarahan. Waspadai terjadinya gagal ginjal jika haluaran urine kurang dari 80 ml

per 4 jam dan total asupan cairan tidak boleh melebihi 500 ml per 24 jam ditambah

dengan jumlah urine yang keluar. Dan hindari penggunaan deuretik.

5. Melahirkan bayi

Dilakukan pertimbangan yang seksama untuk menentukan metode kelahiran.

a. Eklamsia sebelum persalinan atau

dalam fase laten

Persalinan akan diinduksi dengan pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin

jika:

1). Servik sudah sangat matang (pendataran hampir penuh, dilatasi 2 – 3 cm)

2). Janin normal atau ukuran kecil

3). Ukuran pelvis terlihat normal melalui pemeriksaan dalam

4). Tidak ada kontraindikasi untuk jalan keluar kelahiran pervaginam

Seksio sesar akan dilakukan jika:

1). Ada satu kontra indikasi untuk induksi

2). Persalinan aktif tidak berlangsung dalam 4 jam induksi

Page 7: EKLAMSIA AZ

b. Eklamsia pada fase aktif dalam kala

satu persalinan

Lakukan kelahiran pervaginam hanya jika:

1). Persalinan berlangsung dengan cepat (dalam garis waspada pada partograf

sebelah kiri)

2). Tidak ada kontra indikasi untuk kelahiran pervaginam

Kelahiran yang sulit harus dihindari, jika terdapat penundaan, seksio sesar

harus segera dilakukan.

c. Eklamsia pada kala dua persalinan

Lahirkan bayi dengan cara yang paling mudah dan cepat, hindari persalinan

operatif yang sulit.

6. Memantau dengan seksama untuk mencegah kejang

Usaha- usaha untuk menurunkan frekuensi eklamsia yaitu :

a. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar

semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda

b. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklamsia dan mengobatinya

segera

c. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas

apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklamsia tidak juga dapat dihilangkan.

G. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian dasar

1. Sirkulasi

a) Peningkatan tekanan darah menetap yang melebihi normal setelah

lebih kurang 20 minggu kehamlan

b) Riwayat HT yang kronis

c) Nadi yang mungkin menurun

d) Mungkin dijumpai hematom spontan, pendarahan yang lama,

epistaksis

2. Eliminasi :

Fungsi ginjal yang mungkin menurun ( kurang 400 ml / jam ) atau tidak ada

Page 8: EKLAMSIA AZ

3. Makanan dan cairan

a) mual dan muntah

b) berat badan menurun ( malnutrisi )

c) Masukan protein atau kalori yang menurun

d) Adanya edema ( ringan dan berat

4. Neurosensori

a) Pusing, sakit kepala,

b) Diplopia, penglihatan kabur

c) Hiperrefleksia

d) Penurunan kesadaran

e) Adanya edema

5. Nyeri atau ketidaknyamanan

Nyeri epigastrik

6. Pernafasan

a) Nafas mungkin menurun ( kurang dari 14 x / menit )

b) Adanya bunyi nafas krekels

10. Seksualitas

a) Primigravida, gestasi multipel, hidromion, molahidatidosa

b) Gerakan bayi mungkin menurun

b. Pemeriksaan Diagnostik

Hb, Ht

SGOT

BJ urine

Proteinemia

USG

c. Asuhan keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan protein plasma, penurunan

takanan osmotik koloid plasma

2. Penurunan curah jantung b/d Hypovolemia atau penurunan aliran balik

vena, peningkatan tahanan vaskular sistemik

Page 9: EKLAMSIA AZ

3. Perubahan perfusi jaringan b/d Hipovolemia ibu, interupsi aliran darah

4. Resti perubahan nutrisi berkurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan yang

tidak cukup

5. Berkurangnya pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis,

kebutuhan tindakan b/d dan berkurangnya terpajan informasi.

Intervensi Keperawatan:

Diagnosa keperawatan 1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan protein

plasma, penurunan tekanan osmotik plasma.

INTERVENSI RASIONAL

1. Bedakan edema kehamilan yang

patologis dengan fisiologis, pantau

lokasi dan derajat petting.

2. Perhatikan tanda-tanda eklamsia

seperti adanya kejang, edema

3. Pantau masukan dan haluaran,

perhatikan warna urine dan BJ nya

Adanya edema petting (ringan +1,

sedang +2, berat +3-4) pada wajah,

tangan, kaki, dinding abdomen, atau

edema yang tidak hilang 12 jam tirah

baring adalah bermakna

Untuk mengetahui keadaan ibu lebih

lanjut, konvulsi dan edema

merupakan manifestasi klinis dari

eklamsia yang harus segera mendapat

penanggulangan.

Haluaran urine adalah indikator

sensitif dari sirkulasi volume darah

oligouria menandakan hipovolemia

Diagnosa keperawatan 2: Risiko penurunan perfusi jaringan berhubungan

dengan vasospasme vaskuler

INTERVENSI RASIONAL

Page 10: EKLAMSIA AZ

Posisikan klien untuk :-Tirah baring dengan posisi miring

Observasi tanda-tanda vital

Kolaborasi- Terapi sesuai dengan program * MgSO4 40%

* Antihipertensi

Rangkaian kegiatan untuk mencegah

keadaan yang lebih berat dengan

observasi dan pengawasan ketat /

konservatif

baring posisi mering dapat

mengurangi penekanan pada aorta

dan vena pada uterus sehingga aliran

darah balik meningkat dan cardiac out

put meningkat pula

Pengobatan simptomatik untuk mengantisipasi masalah klinik, mencegah terjadinya kejang.

Untuk menurunkan kerja jantung dan

memperbaikai kardiak out put dan

menurunkan tahanan pembuluh darah

perifer

Diagnosa Keperawatan 3: Risiko terjadi cedera berhubungan dengan vasospasme

pada cerebral (kejang)

INTERVENSI RASIONAL

4. Anjurkan klien untuk tirah baring

posisi miring.

Observasi dan amati :- TTV- Intake dan out put , oliguria <

400 ml/24 jam- Gangguan serebral (pusing, mata

kabur )

Tirah baring posisi miring dapat

mengurangi penekanan pada aorta

dan vena uterus sehingaa aliran

darah balik meningkat dan spasme

pada cerebral menurun.

Semakin awal onset penyakit pada

kehamilan, semakin buruk

prognosisnya.Dan penatalksanaan

yang agresif pada penyakit yang

Page 11: EKLAMSIA AZ

-Tanda-tanda hemolisis-Sindroma HELLP

5. Kolaborasi pemberian terapi

MgSO4 20% IV 2gr pelan-pelan,

Antihipertensi, Deuritikum,

kardiotonika, AB, Antiperetik dan

antiedema otak

berat dapat memberikan hasil yang

baik.

Intervesi terapi konservatif adalah

ditujukan untuk mencegat terjadinya

kejang dan menjaga oksigenasi yang

adekuat

Diagnosa Keperawatan 4: Risiko injury janin berhubungan dengan penurunan perfusi

jairngan plasenta

INTERVENSI RASIONAL

1. posisikan klien

tirah baring dengan posisi miring

2. Observasi denyut jantung tiap 1 jam

3. Observasi perkembangan persalinan dan tanda-tanda kegawatan.

Posisi miring dapat mengurangi

penekanan pada aorta dan vena

uterus sehingga aliran darah balik

meningkat dan vaso spasme plasenta

menurun

Denyut jantung janin 120-160

kali/menit menunjukkan status

kesehatan dalam uterus normal.

Keterlambatan dalam mengetahui

kegawatan mempunyai risiko

terjadinya eksaserbasi atau

komplikasi seperti abraptio plasenta,

hipoksia janin akibat insufisiensi

plasenta

Page 12: EKLAMSIA AZ

4. Kolaborasia. Induksi persdalinan dengan

pervaginan,atau SC

b. Program terapi, antihipertensi

Induksi persalinan gagal, maka

pilihan dapat dilakukan dengan cara

SC setelah keadaan hipertensi

terkontrol

Sebelum induksi persalinan harus

diberikan terapi konservatif secara

dini untuk mengontrol hipertensi

sampai menjelang induksi persalinan

BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian

Ny. D berusia 42 tahun dirawat di ruangan VK IGD sejak tanggal 3

oktober 2012. Klien masuk jam 05.46 WIB rujukan dari Rumah Sakit Bengkalis

dengan keluhan eklamsia, klien sudah kejang sebanyak 3 kali. Kejang pertama

selama ± 20 menit, kejang ke 2 selama 5 menit dan kejang ketiga selama 7 menit.

Pada saat kejang mata klien mengarah keatas dan mengeluarkan saliva. Pada saat

pengkajian kesadaran klien somnolen. Klien masuk didampingi oleh suami (Tn.

H) berusia 45 tahun dan anaknya berusia 16 tahun. Dari hasil pengkajian

didapatkan BB sekarang 75 kg dan TB klien: 158 cm. Keluarga mengatakan pada

kehamilan sebelumnya klien juga menderita hipertensi namun tidak pernah

sampai kejang seperti keadaan sekarang. Dari hasil wawancara dengan keluarga

diketahui bahwa kehamilan sekarang tidak direncanakan. Status obstetrik klien

G5P4A0H4. Pada saat pengkajian terdengar bunyi ronkhi di saluran pernapasan

klien dan klien terpasang gudel untuk mencegah lidah tergigit pada saat kejang

terjadi. Pada bagian ekstremitas terdapat bengkak pada tungkai, kaki dan tangan

klien. Dari hasil pemeriksaaan urine didapatkan proteinuria + 3.

Page 13: EKLAMSIA AZ

Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya anak pertama berjenis

kelamin perempuan lahir secara normal/pervaginam dengan BB 3.000 gram

(berusia 16 tahun), anak kedua laki-laki lahir secara normal dengan BB 3.160

gram (berusia 8 tahun), anak ketiga laki- laki lahir secara normal dengan BB

3.500 gram (berusia 5 tahun), dan anak keempat laki- laki secara normal dengan

BB 2.900 gram (berusia 3 tahun). Keluarga klien mengatakan tidak menyangka

keadaan klien akan seperti ini. Keluarga juga mengatakan bahwa nenek klien juga

menderita penyakit hipertensi. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD:

180/110 mmHg, N: 108×/i, P: 30×/i, S: 36,50C , ditemukan masalah eklamsia.

Hasil pemeriksaan Leopold didapatkan TFU: 33 cm, bagian fundus adalah

bokong, bagian kiri teraba ekstremitas sedangkan kanan teraba punggung,

presentasi kepala, sudah masuk PAP sejajar.

Hasil pengkajian pada jam 06.40 WIB DJJ klien tidak terdengar lagi.

Kesadaran klien samnolen. Klien diberikan obat MgSo4 drip sebanyak 25 cc dan

valium 1 ampul. Pada jam 08.00 klien diberikan monitol 4 x 100 cc dengan jeda 15

menit serta injeksi lasix. Tanda- tanda vital klien pada jam 08.30 didapatkan

TD :140/100, n: 100 x/i, rr : 26 x/i, dan S : 36,5 0C. Keadaam klien masih tetap

samnolen dan terdengar bunyi ronkhi dari saluran nafas klien. Pada jam 10.00 WIB

klien dibawa keruang ICU.

PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN MATERNITAS

I. DATA UMUM

Inisial Klien : Ny. D (42 th)

Pekerjaan : IRT

Pendidikan Terakhir : SD

Agama : Islam

Suku Bangsa : Melayu

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Bengkalis

Inisial Suami : Tn. H (45 th)

Page 14: EKLAMSIA AZ

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SD

Agama : Islam

II. KELUHAN UTAMA

Klien dirujuk dari rumah sakit bengkalis pukul 05.46 WIB. Klien kejang sebanyak

3 kali, kejang pertama ± 20 menit, kejang kedua selama 5 menit dan kejang ketiga

selama 7 menit. Saat kejang mata keatas dan mengeluarkan saliva. Kesadaran klien

samnolen.

III. RIWAYAT KESEHATAN

A. KESEHATAN SEBELUMNYA

mata kabur, bengkak pada kaki dan tungkai . pada kehamilan sebelumnya

yaitu kehamilan keempat klien juga tekanan darahnya tinggi.

B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Anak klien mengatakan bahwa neneknya menderita hipertensi.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

TB / BB : 158 cm / 75 kg

Tanda – tanda vital :

TD : 180/ 110 mmHg

Suhu : 36,7 °C

N : 108 x/ i

Rr : 30 x/ i

Kepala :

1. Rambut : panjang, lepek, tidak ada masalah

keperawatan

Page 15: EKLAMSIA AZ

2. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, klien

mengalami gangguan penglihatan : kabur.

3. Wajah : pucat, tidak ada closmagravidarum.

4. Hidung : terpasang oksigen, tidak ada perdarahan.

Terdapat sekret disaluran pernafasan.

5. Mulut : terpasang gudel, bau, kotor, lidah tergigit akibat

kejang,

6. Gigi : tidak dapat dikaji karena terpasang gudel

7. Telinga : tidak ada perdarahan , tidak terpasang alat

bantu dengar, tidak ada masalah.

Masalah Keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif

Leher : tidak ada pembesaran KGB.

Dada :

Inspeksi : payudara simetris kiri dan kanan, hiperpigmentas areola, puting

susu menonjol

Palpasi : tidak teraba massa, teraba hangat, air susu sudah keluar,

Perkusi : tidak ada pembesaran jantung dan paru, jantung : dullnes, paru :

resonan

Auskultasi : terdapat bunyi ronkhi diparu, tidak ada bunyi mur- mur

dijantung.

Masalah Keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif

Abdomen :

Inspeksi : terdapat pembesaran abdomen, terdapat linea nigraa, tidak ada

bekas operasi

Palpasi :

Leopold I : TFU : 33 cm, teraba lunak dan bulat

Leopold II : teraba sebelah kanan kerasa dan panjang, sebelah kiri bagian

kecil- kecil

Lepold III : teraba kepala, ada tahanan

Leopold IV : sejajar

Kontraksi uterus : 2 x 35 dalam 10 menit

Page 16: EKLAMSIA AZ

Perkusi : redup

Auskultasi : DJJ : 100 x/i, irreguler, DJJ tidak terdengar lagi pukul 06.40

BU : 8 x/i

Genitalia :

Inspeksi : terdapat lendr, tidak ada infeksi dan perdarahan

Palpasi : tidak teraba massa.

Periksa dalam : tidak ada halangan jalan lahir, portio lunak tipis,

pembukaan 4, ketuban pecah

Anus : tidak ada hemoroid

Punggung : tidak ada masalah

Ekstremitas :

Tangan : capilarirefil 3 detik, dingin, edema

Kaki : dingin, edema pitting 2

V. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN DAHULU

Anak I : perempuan ditolong bidan

Anak II : laki- laki ditolong bidan

Anak III : laki- laki ditolong bidan

Anak IV : laki- laki ditong bidan.

VI. RIWAYAT OBSTETRIK DAN GINEKOLOGIK

Menarche : 14 tahun

Menstruasi : teratur, siklus 28 tahun, lama 7 hari, masalah menstruasi : tidak ada

Penyakit gnekologik : tidak ada

Riwayat kontrasepsi : suntik

Masalah : tidak ada.

VII. DATA PSIKOSOSIAL

Keluarga mengatakan cemas terhadap kondisi klien.

Page 17: EKLAMSIA AZ

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

Keperawatan

1 Subjektif :

Keluarga mengatakan kaki dan

tangan klien bengkak sejak hamil

besar

Objektif :

Klien tampak edema pada bagian

kaki, tangan dan wajah

Pitting edema derajat 3

Proteinuria +3

Oliguria : urine < 30 mL/ jam,

pekat, berwarna coklat

TD : 140/100 mmHg

N: 100 x/ i

Rr : 26 x/ i

Kelebihan

volume cairan

2 Subjektif :

Keluarga mengatakan klien

kejang sudah 3 kali

Keluarga juga mengatakan sejak 4

hari SMRS klien mengeluh sakit

kepala dan mata kabur.

Objektif :

Klien sudah kejang 3 kali

TD : 140/ 100

N : 100 x/ i

Rr : 26 x /i

S: 36,5C

Kesadaran : samnolen

Risiko terjadi

cedera

3 Subjektif : Bersihan jalan

Page 18: EKLAMSIA AZ

Keluarga mengatakan klien sudah

kejang 3 kali.

Objektif :

Klien tampak menggunakan gudel

Terdengar bunyi ronkhi saat klien

bernafas

TD : 140/ 100 mmHg

N : 100 x /i

Rr : 26 x / i

nafas tidak

efektif

4 Subjektif :

-

Objektif :

Klien kejang sudah 3 kali

Pukul 05.00 DJJ 124x

Pukul 6.40 DJJ tidak terdengar

lagi

Risiko injury

pada janin

C. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

aktifitas kejang

2. Kelebihan volum cairan berhubungan dengan

peningkatan reabsorbsi natrium dan retensi cairan

3. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan vasospasme

pada cerebral (kejang)

4. Risiko injury janin berhubungan dengan penurunan

perfusi jaringan plasenta

D. Rencana Keperawatan

Page 19: EKLAMSIA AZ

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

kejang

Tujuan : jalan nafas efektif

Intervensi Rasional

1. Letakkan klien pada posisi miring,

permukaan datar , miringkan kepala

selama kejang

2. Lepaskan pakaian daerah leher, atau

dada dan abdomen

3. Lakukan penghisapan sesuai indikasi

4. Berikan oksigen tambahan

1. Meningkatkan aliran sekret,

mencegah lidah jatuh dan menyumbat

jalan nafas

2. Untuk memfasilitasi usaha nafas dan

ekspansi paru maksimal

3. Menurunkan risiko aspiksia

4. Dapat menurunkan hipoksia

2. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan

dengan peningkatan reabsorbsi natrium dan retensi cairan.

Tujuan : volume cairaan kembali seimbang.

Intervensi Rasional

1. Pantau dan catat intake dan output.

2. Pantau tanda-tanda vital, catat waktu

pengisapan kapiler (capilery refill

time-CRT).

3. Memantau atau menimbang berat

badan ibu

4. Observasi keadaan edema

5. Dengan memantau intake dan output

diharapkan dapat diketahui adanya

keseimbanagan cairan dan dapat

diramalkan keadaan dan kerusakan

glomerulus.

6. Dengan memantau anda-tanda vital

dan pengisian kapiler dapat dijadikan

pedoman untuk penggantian cairan

atau menilai repon dari

kardiovaskuler.

7. Dengan memantau berat badan ibu

dapat diketahui berat badan yang

merupakan indikator yang tepat untuk

menentukan keseimbangan cairan.

8. keadaan edema merupakan indikator

Page 20: EKLAMSIA AZ

5. Berikan diet rendah garam sesuai

hasil kolaborasi dengan ahli gizi.

6. Kaji distensi vena jugularis dan

perifer.

7. Kaji dengan dokter dalam pemberian

diuretic

keadaan cairan dalam tubuh.

9. diet rendah garam akan mengurangi

terjadinya kelebihan cairan.

10. retensi cairan yang berlebihan bisa

dimanifestasikan dengna pelebaran

vena jugularis dan edema perifer.

11. diuretik dapat meningkatkan filtrasi

glumerulus dan menghambat

penyerapan sodium dan air dalam

tubulus ginjal

3. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan vasospasme

pada cerebral (kejang)

Tujuan : cedera tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk tirah baring

posisi miring.

2. Jelaskan pada klien tentang

program terapi dan efek yang

mungkin terjadi

3. Observasi dan amati :- TTV- Intake dan out put , oliguria <

400 ml/24 jam- Gangguan serebral (pusing, mata

kabur )-Tanda-tanda hemolisis-Sindroma HELLP

Tirah baring posisi miring dapat mengurangi

penekanan pada aorta dan vena uterus

sehingaa aliran darah balik meningkat dan

spasme pada cerebral menurun.

Gejala dan tanda klinis yang terjadi dari

penyakit dan pengobatan serta efeknya dapat

diketahui secara dini, sehingga dapat

dilakukan tindakan dengan cepat dan tepat

Semakin awal onset penyakit pada kehamilan,

semakin buruk prognosisnya.Dan

penatalksanaan yang agresif pada penyakit

yang berat dapat memberikan hasil yang baik.

Intervesi terapi konservatif adalah ditujukan

untuk mencegat terjadinya kejang dan menjaga

oksigenasi yang adekuat

Page 21: EKLAMSIA AZ

4. Kolaborasi pemberian terapi

MgSO4 20% IV 2gr pelan-pelan,

Antihipertensi, Deuritikum,

kardiotonika, AB, Antiperetik dan

antiedema otak

4. Risiko injury janin berhubungan dengan penurunan

perfusi jairngan plasenta

Tujuan : injury pada janin tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL

1. Anjurkan klien untuk tirah baring

dengan posisi miring

2. Observasi denyut jantung tiap 1 jam

3. Observasi perkembangan persalinan dan tanda-tanda kegawatan.

4. Kolaborasia. Induksi persdalinan dengan

pervaginan,atau SC

Posisi miring dapat mengurangi penekanan

pada aorta dan vena uterus sehingga aliran

darah balik meningkat dan vaso spasme

plasenta menurun

Denyut jantung janin 120-160 kali/menit

menunjukkan status kesehatan dalam uterus

normal.

Keterlambatan dalam mengetahui kegawatan

mempunyai risiko terjadinya eksaserbasi atau

komplikasi seperti abraptio plasenta, hipoksia

janin akibat insufisiensi plasenta

Induksi persalinan gagal, maka pilihan dapat

dilakukan dengan cara SC setelah keadaan

hipertensi terkontrol

Sebelum induksi persalinan harus diberikan

terapi konservatif secara dini untuk

mengontrol hipertensi sampai menjelang

Page 22: EKLAMSIA AZ

b. Program terapi, antihiperetensiinduksi persalinan

E. Implementasi Keperawatan

No waktu Diagnosa

keperawatan

Implementasi Evaluasi

1 08. 40 Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan kejang

1. Meletakkan klien pada posisi

miring.

2. Melepaskan pakaian daerah

dada dan abdomen untuk

meningkatkan ekspansi paru

3. Melakukan penghisapan atau

suction.

4. Memberikan oksigen

tambahan

Subjektif : -

Objektif :

TD : 130/ 100 mmHg

Rr : 24 x / i

N : 70 x / i

Bunyi nafas : ronkhi

Klien dilakukan suction

Klien terpasang O2

tambahan

Tampak adanya secret.

Analisa :

Masalah teratasi sebagian

Planning :

Lanjutkan intervensi

2 09.00 Kelebihan

volume cairan

interstisial yang

berhubungan

dengan

peningkatan

reabsorbsi

1. Memantau dan catat intake

dan output.

2. Memantau tanda-tanda vital,

catat waktu pengisapan kapiler

(capilery refill time-CRT).

3. Mengobservasi keadaan

edema

Subjektif :

-

Objektif :

CRT = 3 detik

TD : 130/ 100 mm Hg

N : 70 x /i

Rr : 24 x/ i

Page 23: EKLAMSIA AZ

natrium dan

retensi cairan.

4. Mengkaji distensi vena

jugularis dan perifer.

5. Kolaborasi dengan dokter

pemberian diuretic

Edema pitting 3

Klien mendapatkan lasix

Analisa :

Masalah teratasi sebagian

Planning :

Lanjutkan intervensi

3 09.105. Risiko terjadi

cedera

berhubungan

dengan

vasospasme

pada cerebral

(kejang)

1. Memberikan klien tirah baring

posisi miring.

2. mengobservasi dan mengamati

:

- TTV- Intake dan out put , oliguria

< 400 ml/24 jam- Gangguan serebral (pusing,

mata kabur )-Tanda-tanda hemolisis-Sindroma HELLP

3. Memberian terapi MgSO4 20% IV 2gr pelan-pelan, Antihipertensi, Deuritikum, kardiotonika, AB, Antiperetik dan antiedema otak

Subjektif :

-

Objektif :

Klien tirah baring dengan

posisi miring

Oliguria : urine < 30 mL /

jam

Klien diberikan MgSO4

TD : 140 / 100 mmHg

N: 74 x/ i

Rr : 24 x /i

4 09.30 Risiko injury

janin

berhubungan

dengan

penurunan

perfusi jairngan

plasenta

1. Memberikan klien tirah baring

dengan posisi miring

2. Mengobservasi denyut jantung tiap 1 jam

3. Mengobservasi perkembangan persalinan dan tanda-tanda kegawatan.

S : -

O :

DJJ melemah

DJJ tidak terdengat dengan

dopler

TD : 140/ 100

N ; 70 x /i

Rr : 24 x/i

A :

Masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

Page 24: EKLAMSIA AZ

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan

gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan

neurologis (Bobak, 2004). Berbagai tanda dan gejala eklamsia selain kejang meliputi

hipertensi yang ekstrim, hiperfleksia, proteinuria +4, edema umum sampai hipertensi

ringan tanpa edema.

Kejang/ konvulsi dibagi menjadi 4 tingkat yaitu tingkat awal (AURA), tingkat

kejang tonik, tingkat kejang klonik dan tingkat koma. Komplikasi eklamsia meliputi

Page 25: EKLAMSIA AZ

solusia placenta, hemolisis, pendarahan otak, kelainan mata, edema paru-paru,

nekrosis hati, kelainan ginjal, sindroma HELLP, lidah tergigit, trauma dan fraktura

karena jatuh akibat kejang- kejang pneumonia aspirasi dan DIC.

Penatalaksanaan eklamsi berat meliputi 6 langkah:

1. Memastikan bahwa jalan nafas bebas

2. Mengendalikan kejang : dapat digunakan Magnesium

sulfat atau diazepam.

3. Mengendalikan tekanan darah

4. Mengendalikan keseimbangan cairan

5. Melahirkan bayi

6. Memantau dengan seksama untuk mencegah kejang

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dimulai dari tahap pengkajian,

analisa data, menegakkan diagnosa keperawatan, merencanakan dan melaksanakan

tindakan keperawatan kemudian mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah

dilakukan.

B. Saran

Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk dapat melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien dengan eklamsia secara tepat dan komprehensif sehingga ibu

dan janin dapat terselamatkan.