101
1 EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM MENGAPRESIASI SAJAK KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR SISWA KELAS X SMA NEGERI I TAKALAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh MUH. ILHAM SYAHRIL 10533 7003 12 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2016

EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

1

EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM MENGAPRESIASI

SAJAK KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR

SISWA KELAS X SMA NEGERI I TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

MUH. ILHAM SYAHRIL

10533 7003 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2016

Page 2: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

2

Pertanyaan yang mungkin muncul

1. Apa masalahnya,? Bincang-bincang saat pelaksanaan P2K dengan guru bahasa

Indonesia tentang quantum teacing, ada empat guru bahasa, mereka tidak memahami

model tersebut. Hal itu menyebabkan saya berpikir mengadakan penelitian di sekolah

SMA Negei 1 Takalar dan menerapkan metode quantum teacing.

Di samping itu, bahwa problema pembelajaran apresiasi sastra khusunya puisi pada

sekolah tersebut bertumpu pada, guru, siswa, kurikulum, Sampai saat ini tidak ada guru

sastra yang hanya mengajarkan sastra, tetapi pada umumnya guru sastra dirangkap secara

eksofisio oleh guru bahasa. Penyatuan materi pembelajaran sastra dengan materi

pembelajaran bahasa pada kurikulum yang mengimperasi pengampuannya. Sehingga

guru-guru yang tidak meminati sastra (karena suatu alasan) melewati saja materi/pokok

bahasan sastra. Tentu saja sebaliknya, guru-guru yang berminat ke sastra

menganaktirikan pokok bahasan kebahasaan. Oleh karena itu, terjadi perbedaan guru

yang mengampu mata pelajaran bahasa pada kelas paralel akan ditemui perbedaan

pembelajaran.

2. Mengapa memilih quantum teacing,

Quantum teacing adalah salah satu model efektif dalam pembelajaran, karena sasaran/

saya ingin mengetahui kemampuan siswa dalam mengapresiasi sajak kepada peminta-

minta karya chairil anwar. Maka saya pilih model tersebut, karena model ini adalah

mengajar secara menyenangkan, sementara sastra pun menyenangkan.

3. Rumusan masalah, Apakah efektif penerapan quantum teacing dalam mengapresiasi

sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas XSMA Negeri 1

Takalar?”

4. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keefektivan penerapan quantum

teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa

kelas X SMA Negeri 1 Takalar.

Page 3: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

3

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan pengetahuan

tentang apresiasi sastra khusunya apresiasi puisi yang tepat dengan menggunakan

metode quantum teaching

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru sebagai bahan evaluasi diri tentang kelebihan dan kelemahan dari

pembelajaran yang dilakukan agar dalam pembelajaran selanjutnya tidak terulang hal

yang sama.

b. Bagi murid dapat meningkatkan hasil belajar mengapresiasi sastra khusunya apresiasi

puisi yang menyenangkan

c. Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan

strategi belajar apresiasi sastra, khusunya apresiasi puisi melalui Quantum Teaching.

d. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam pengembangan

proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra dengan

menerapkan strategi belajar Quantum Teaching guna meningkatkan hasil belajar apresiasi

sastra siswa.

5. Pengertian puisi, secara etimologi dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis

’pembuatan’, dalam bahasa Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan ”membuat

atau pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia

tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun

batiniah (Wellek dan Warren, 1990: 90).

6. Apa bedanya puisi dan sajak?

Puisi maksudnya kumpulan atau antologi, sajak adalah individu dari antologi/kumpulan.

Jadi dapat dikatakan sajak kepada peminta-minta dalam puisi deru campur debu.

7. Hakikat puisi, adalah sebagai berikut

a. Fungsi estetik, mengapa karena puisi ditulis memperhatikan diksi yang cantik,

misalnya memilih kata angin, atau bayu; di samping itu puisi ditulis memperhatikan

irama, dan gaya bahasa.

Page 4: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

4

b. Kepadatan, Dalam menulis puisi tidak semua perisiwa diceritakan. Yang

dikemukakan hanyalah inti masalah, peristiwa, atau inti cerita. Karena puisi itu

mampat, padat, maka penyair memilih kata yang akurat. Untuk pemadatan, kadang-

kadang kata hanya diambil inti dasarnya. Imbuhan, awalan, dan akhiran sering

dihilangkan.

Aku berkaca

Ini muka penuh luka

Siapa punya?

Misalnya, Siapa punya? Kata memunyai dihilangkang awalan dan akhirannya

menjadi punya. Kata -kata yang tak perlu dihilangkan hanya secara sugesti saja

dikemukakan. Misalnya kudengar seru menderu. Mestinya: kudengar suara seru

menderu. Bahkan kalimat sering dihilangkan (aku berkaca ini muka penuh luka

siapa punya?).

c. Eksperesi yang tidak Langsung

1) Penggantian arti, disebabkan oleh metafora dan metonimi yang adalah salah

satu bahasa kiasan. Akan tetapi, yang dimaksudkan metafora di sini adalah bahasa

kiasan pada umumnya. Bahasa kiasan itu merupakan ucapan yang tidak langsung.

Bahasa kiasan terdiri atas: perumpamaan, metafora, personifikasi, antonimi,

sinekdoki, perumpamaan, alegori.

2) Penyimpangan arti, biasa pula disebut pemoncongan arti yang disebabkan oleh

ambiguitas, paradoks, ironi, dan nonsense. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

uraian berikut ini.

Ambiguitas adalah ketaksaan, yaitu kata yang punya arti lebih dari satu atau dapat

ditafsirkan artinya lebih dari satu atau banyak arti. Ambigu dapat berupa kata,

frase.

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing (Chairil Anwar).

Page 5: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

5

Hilang bentuk ini taksa (ambigu) berati banyak: sangat sedih, menderita, hidupnya tanpa

harapan, putus asa. Remuk hidup si aku hancur luluh, tidak tergambarkan lagi,

penderitaanya sampai ke puncak. Aku mengembara ke negeri asing artinya bingung

tidak tahu jalan. Paradoks, menyatakan sesuatu secara berlawanan, tampaknya

tidak benar tetapi bila dipikirkan sungguh-sungguh apa yang dinyatakan itu benar.

Misalnya awal dari akhir, akhir adalah awal .tampaknya mustahil bila dipikirkan memang

demikian; awal kehidupan yang baru itu merupakan akhir kehidupan lama.

3) Penciptaan Arti , . Penciptaan arti dalam puisi menimbulkan arti atau makna,

seperti: keindahan, penyangatan, pernyataan, atau makna yang lain.

8. Fungsi puisi, banyak terkait dengan isi kandungan puisi tersebut.

9. Pengertian quantum teacing, Quantum Teaching adalah metode pembelajaran yang

melibatkan seluruh unsur-unsur dalam tubuh siswa dalam pembelajaran yang meliputi

interaksi, antarasiswa dengan guru, menciptakan lingkungan yang efektif, merancang

kurikulum, penyampaian isi materi yang akan memudahkan proses pembelajaran, yang

melibatkan multi-sensori dan multi-kecerdasan sesuai dengan otak, sehingga

pelaksanaannya dapat melejitkan kecerdasan siswa, penggubah belajar yang meriah

dengan segala nuansanya, menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang

memaksimalkan momen belajar.

10. Ada lima prinsip yang dimiliki oleh quantum teaching antaranya berikut ini.

a. Segalanya berbicara. Dimaksudkan, segalanya dari lingkungan kelas sampai bahasa

tubuh, dan dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran mengirim pesan

tentang belajar. Yakni segala sesuatu dalam lingkungan kelas sampai sikap guru

menyampaikan pesan atau materi yang memacu semangat belajar.

b. Segalanya bertujuan. Maksudnya, semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai

tujuan, yakni semua kegiatan dalam proses belajar-mengajar mempunyai tujuan.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama. Maksudnya, otak berkembang pesat dengan

adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan ingin tahu. Oleh karena itu,

proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi

sebelum mereka memperoleh nama untuk apa dipelajari. Dengan demikian,

Page 6: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

6

pengalaman akan membangun keingintahuan siswa menciptakan pertanyaan dalam

benak mereka dan guru dapat memberi nama saat pelajaran berlangsung.

d. Akui setiap usaha. Maksudnya, belajar banyak mengandung resiko. Belajar berarti

keluar dari kenyamanan. Saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat

pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dirinya. Artinya, setiap usaha belajar

siswa bagaimanapun hasilya harus diakui.

e. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Maksudnya, perayaan memberikan

umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan

belajar, karena perayaan atau pujian akan mendapat dorongan siswa menuju

kesuksesan berikutnya.

11. Apa yang dimaksud apresiasi sajak.

Yang dimaksud apresiasi sajak kepada peminta-minta dalam penelitia ini, bahwa

diterapkannya model quantum teacing siswa SMA Negeri 1 Takalar, siswa tersebut

memahami unsure intrinsic sajak tersebut yang terdiri atas: makna, tema, persajakan,

tipografi, suasana, citraan, majas atau gaya bahasa, dan amanat

12. Hipotesis, adalah patokan duga, artinya kebenaran yang dirumuskan belum tentu benar,

karena memerlukan pembuktian.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Efektif penerapan quantum teaching dalam

mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas X SMA

Negeri 1 Takalar”.

13. Jenis penelitian ini, adalah eksprimen. Mengapa? Karena menurut pendapat Ali

(1993:135, dalam bukunya Strategi Penelitian Pendidikan) menyatakan bahwa percobaan

ini merupakan modifikasi yang dilakukan secara sengaja dan terkontrol dan menentukan

peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap pembaharuan yang terjadi pada

peristiwa itu sendiri

14. Desain penelitian ini didasarkan atas hubungan kausal antara variabel bebas (X) dan

variabel terikat (Y). Situasi (variabel bebas: quantum teacing) diasumsikan sebagai

Page 7: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

7

variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab munculnya gejala (variabel terikat:

sajak tersebut) sebagai variabel akibat.

Hal yang diperikan dalam penelitian ini meliputi (1) kemampuan menjawab soal-soal

apresiasi puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol pada tes awal; (2) kemampuan menjawab siswa kelompok eksperimen

setelah ada perlakuan dan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Untuk mencapai tujuan itu,

penelitian ini menggunakan desain atau rancangan yang polanya berbentuk:

O1---------- X --------- O2,

Simbol O1 merupakan observasi pertama berupa pretes dan O2 merupakan observasi

kedua berupa postes, sedangkan X merupakan simbol pengajaran.

15. Apa itu variable, adalah suatu yang bersikap berubah-ubah dan tidak tetap, atau nilai

yang memiliki banyak varian, intinya bernilai banyak.

16. Variable dalam penelitian ini ada dua, yaitu

a. Variabel bebas disebut variabel independen, (quantum teacing)

b. Variabe terikat disebut variabel dependen (kemapuan mengapresiasi sajak kepada

peminta-minta karya chairil anwar).

17. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah: arti operasional adalah

pedoman dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan penelitian.

a. Keefektifan penempatan quantum teacing adalah ketercapaian suatu tujuan, suatu

usaha yang dapat dikatakan efektif bila mencapai tujuan. Kreteria keefektifan dalam

penelitian ini adalah hasil pengetahuan mengapresiasi puisi yang dicapai peserta didik

yang diterapkan berdasarkan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang

dianjurkan oleh guru.

b. Apresiasi sajak adalah kemampuan siswa mengapresiasi dan dapat menentukan

makna, tema, persajakan, tifografi, suasana, nada, citraan, majas/gaya bahasa, dan

amanat pada sajak kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar.

Page 8: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

8

18. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dalam penelitian ini populasi ada 11 kelas

X SMA Negeri 1 Takalar berjumlah 377 siswa. (laki-laki 136, perempuan 241)

19. Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini sejumlah dua kelas

yaitu kelas X5 dan kelas X6, berjumlah 73 orang (laki-laki 23, perempuan 50).

Alasan pengambilan sampel mengacu pada pendapat, menurut Sudjana (2014:73)

dibedakan atas dua, yaitu cara peluang atau probability sampling di mana anggota

populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sedangkan non-

probability penarikan sampel dari populasi tidak menggunakan dasar peluang tetapi

ditentukan oleh peneliti berdasarkan kebutuhannya.

Berdasarkan pendapat Sudjana, maka pengambilan sampel yang tepat digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel peluang (probability sampling) karena anggota populasi

mempunyai peluang yang sama. Adapaun teknik pengambilan sampel adalah sampel

kelas (cluster sampling).

20. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjaring data digunakan instrument berupa tes. Tes yang diberikan berbentuk

subjektif pilihan ganda sebanyak 25 nomor yang mengacu padasajak Kepada Peminta-

minta karya Chairil Anwar. Adapaun bentuk soal menguraikan antaranya: makna, tema,

persajakan, tipografi, suasana, nada, citraan, majas atau gaya bahsa, dan amanat.

Bobot satu nomor soal adalah empat (4), sehingga apabila siswa menjawab keseluruhan

soal dengan benar, berhak memperoleh skor 100. Dengan demikian, bobot tertinggi yang

diperoleh siswa yaitu 100.

Sebagai sarana pengumpulan data, tes tersebut diberikan kepada kedua kelompok tes

(kelas X5 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X6 sebagai kelompok kontrol).

Page 9: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

9

21. Langkah –langkah atau proses pengumpulan data sebagai berikut:

a. Prestes diberikan pada kedua kelompok dengan tes yang sama untuk mengetahui

kemampuan awal siswa dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta Karya

Chairil Anwar.

b. Postes diberikan setelah beberapa kali pertemuan. Postes diberikan kepada kedua

kelompok tes untuk melihat kemampuan akhir sajak Kepada Peminta-minta Karya

Chairil Anwar. setelah ada perlakuan kepada kelompok eksperimen dan tidak ada

perlakuan kepada kelompok kontrol.

22. Teknik Analisis Data, Berdasarkan karakteristik penelitian dan rumusan hipotesis, data

yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode statistik inferensial, untuk

menguji perbedaan dua rata-rata baik kelompok eksperemen maupun kelompok kontrol.

Untuk pengujian dua rata-rata digunakan uji-t untuk melihat efektif atau tidak efektif

penerapan quantum teacing (signifikan pada taraf 5% dan 1%) dari dua variabel

yang diteliti.

Rumusnya adalah

Page 10: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

10

SDbM

MyMxtestt

Langkah-langkah

Mencari mean kelompok X dankelompok Y, denganrumus:

N

XM

a. Mencaristandardeviasidarikeduakelompok, denganrumus:

22 MN

XSD

b. Mencari standar deviasi mean kuadrat dari kedua kelompok, dengan rumus:

1

22

N

SDSD

c. Mencari nilai t, dengan rumus:

MySDMxSDSDbM

22

d. Mecari nilai “t” , dengan rumus:

bMSD

MyMxt

e. Menghitung derajat bebas, dengan rumus:

2 NyNxdb

Sujana (2014: 40)

Page 11: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

11

Baca yang di bawah ini, anak ku

Terjemahnya: Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku.

Maksuda ayat tersebut: Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar dadanya

dilapangkan untuk menghadapi Fir'aun yang terkenal sebagai seorang raja yang kejam.

Terjemahannya: dan mudahkanlah untukku urusanku,

Page 12: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

12

Terjemahan : dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,

Terjemahannya : supaya mereka mengerti perkataanku,

Page 13: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

ii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan Quantum Teacing dalam Mengapresiasi

Sajak Kepada Pminta-minta Karya Chairil Anwar Siswa

Kelas X SMA Negeri I Takalar

Nama : Muh. Ilham Syahril

NIM : 10533 7003 12

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Setelah diperiksa skripsi ini telah dinyatakan memenuhi persyaratan untuk

dipertahankan di depan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2016

Disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sitti Aida Azis., M.Pd. Haslinda, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Unismuh Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dr.Munirah, M.Pd

NBM. 858 625 NBM. 951 576

Page 14: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

iii

Page 15: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin Tlp : (0411) 860132 Makassar 90221

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ridha Tuljannah

NIM : 10533 6944 12

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Hipogram Novel dan Transformasi Film “Tenggelanya Kapal Van

Der Wijck” Karya Hamka

Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan

dan layak untuk diujikan.

Makassar, Agustus 2016

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd Haslinda, S.Pd., M.Pd

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Unismuh Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Dr.Munirah, M.Pd

NBM. 858 625 NBM. 951 576

Page 16: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : MUH. ILHAM SYAHRIL

NIM : 10533 700312

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Program Studi : Strata Satu

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul skripsi : Efektivitas Penerapan Quantum Teaching dalam

Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya Chairil

Anwar Siswa Kelas X SMA Negeri I Takalar

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah asli hasil karya saya

sendiri. Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya

bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2016

Yang membuat pernyataan

MUH. ILHAM SYAHRIL

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd Haslinda, S.Pd., M.Pd.

Page 17: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

v

Page 18: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MUH. ILHAM SYAHRIL

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai, saya akan menyusun skripsi

sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar pada perjanjian pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini kami buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2016

Yang Membuat Pernyataan

MUH. ILHAM SYAHRIL

Page 19: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah

memberikan Hidayah, rahmat dan nikmat kepada penulis sehingga penyusunan

skripsi selesai, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Shalawat serta salam

penulis sampaikan ke hadirat Nabi Muhammad SAW., yang telah membawa umat

manusia ke jalan yang telah diridhai-Nya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin diwujudkan

tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak

terhingga terutama kepada Ayahanda tercinta Syahril Sunarkan dan Ibunda

tersayang Sitti Zaenab Abdi yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,

membesarkan, mendidik, serta nasehat yang tiada henti, ketulusan cinta, kasih

sayang dan didikan serta setia mengiringi Ananda dalam meniti jembatan

kehidupan sehingga dapat menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan pula kepada,

Pembimbing I., Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd.,; Pembimbing II Haslinda, S.Pd.,

Page 20: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

vii

M.Pd., yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal

penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sama disampaikan pula kepada. H. Abd.

Rahman Rahim, S.E., M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,

semoga Unismuh lebih jaya dan lebih bermartabat di tahun-tahun mendatang

dalam kepemimpinan Beliau; Kepada Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum.,

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; Dr. Munirah, M.Pd., Ketua

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan kepada seluruh Dosen dan

Staf FKIP Unismuh, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada

penulis mulai pertama perkuliahan sampai terakhir penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada Pimpinan

SMA Negeri 1 Takalar, Guru-guru dan Staf Tata Usaha, serta Siswa- Siswa yang

telah menerima penulis mulai dari P2K, kemudian mengadakan penelitian.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapakan kepada teman

seperjuangan yang telah menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabat serta

seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2012

terlebih khusus kelas B atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuan

kepada penulis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritik

tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa satu persoalan tidak

akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

Page 21: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

viii

bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin Ya

Rabbal Alamin….

.

Makassar, Agustus 2016

Penulis,

Page 22: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

v

ABSTRAK

Muh. Ilham Syahril 2016. “Efektivitas Penerapan Quantum Teacing dalam

Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Siswa Kelas X

SMA Negeri 1 Takalar”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dibimbing Sitti Aida Azis., Haslinda.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk One Group

Pre Test Post Test Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya

hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas

pembanding (kelas kontrol) untuk mengetahui ke-efektivitas penerapan quantum

teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar

siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar”.. tahun ajaran 2016. Satuan eksperimen

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X7 sebanyak 32 orang. Penelitian

dilaksanakan selama 3 kali pertemuan.

Hasil analisis data setelah pre-tes ada peningkatan mengapresiasi sajak

Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Takalar”. Hal ini terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas

setelah pre-tes ada 31 orang atau ketuntasan 96, 875 % (pos-tes). Sementara hasil

nilai rata-rata pre-tes sejumlah 26 orang dengan ketuntasan 81.25 %.

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji t,

berdasarkan tabel distribusi t dengan taraf signifikan

= 32 – 1 = 31 maka diperoleh t 0,05 = 2,021. Setelah diperoleh t Hitung= 7,712dan

tTabel = 2,021 maka diperoleh tHitung > tTabel atau 7,712> 2,021. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa efektif model

quantum teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya

Chairil Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar.

Kata kunci: efektivitas, quantum, teaching, mengapresiasi

Page 23: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN……………………………………..ii

HALAMAN KONTROL BIMBINGAN…………………………………………..iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1

A. Latar Belakang……………………………………………………………..5

B. Rumusan Masalah………………………………………………………….5

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………..5

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………....7

1. Penelitian yang Rlevan…………………………………………………7

2. Pengertian Puisi………………………………………………………...8

3. Hakikat Puisi…………………………………………………………...10

4. Fungsi Puisi…………………………………………………………….14

5. Pengertian Quantum Teacing…………………………………………..17

6. Pembelajaran Quantum………………………………………………...21

B. Kerangka Pikir……………………………………………………………...24

C. Hipotesis……………………………………………………………………26

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………28

A. Desain Penelitian…………………………………………………….……...28

B. Variabel Penelitian………………………………………………………….28

C. Definisi Operasional Variabel………………………………………………29

D. Populasi dan Sampel………………………………………………………..29

E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………….31

F. Pengumpulan Anaisis Data…………………………………………………32

G. Teknik Analisis Data………………………………………………………..35

DAFTAR PUSTAKA 38

Page 24: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Isi Halaman

1. Keadaan Populasi 47

2. Nilai Pre-tes Apesiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya

Chairil Anwar Siswa Kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar 51

3. Perhitungan untuk Mencari Mean (Rata – rata ) Nilai Pre-test 52

4. Tingkat Hasil Belajar Pre-test 53

5. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar SMA Negeri 1 Takalar 54

6. .Nilai Pre-tes Apesiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya

Chairil Anwar Siswa Kelas X7

SMA Negeri 1 Takalar 55

7. Perhitungan untuk Mencari Mean (Rata – rata )

Nilai Pre-test 55

8. Tingkat Hasil Belajar Pos-test 56

9. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar SMA Negeri 1 Takalar 57

10. Analisis Nilai Pre-tes dan Pos-tes 58

Page 25: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai institusi formal merupakan lingkungan yang kondusif

dalam menumbuh-kembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi

yang demikian, pelaksanaan proses belajar-mengajar sedapat mungkin dipusatkan

pada aktivitas belajar siswa yang secara langsung mengalami keterlibatan internal

dan emosional dalam proses belajar-mengajar.

Pengajaran sastra berusaha mendekatkan siswa kepada sastra, berusaha

menumbuhkan rasa peka dan rasa cinta kepada sastra sebagai suatu cipta seni.

Dengan usaha ini, diharapkan pengajaran sastra dapat membantu menumbuhkan

keseimbangan antara perkembangan kejiwaan anak, sehingga terbentuk suatu

kebulatan pribadi yang utuh. Rahmanto yang dikutip oleh Azis, mengemukakan

bahwa “Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila

cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan membaca,

meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta

menunjang pembentukan watak”. (2014:16).

Sastra Indonesia diciptakan oleh para intelektual yang memiliki latar

belakang yang berbeda-beda (plural), suku bangsa, agama, aliran, maupun

idiologi. Itulah sebabnya pembelajaran apresiasi sastra dapat dipandang sebagai

media pendidikan muti-culture yang berorentasi pada pengenalan berbagai budaya

yang ada di Nusantara (Sudikan, 2007:143).

Page 26: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

2

Puisi, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan sastra lainnya

yaitu untuk memberikan nilai keindahan dan nilai moral bagi kehidupan manusia.

Puisi lahir melalui renungan berdasarkan pengamatan terhadap realita kehidupan.

Sementara itu, puisi pun mengandung ketidakpastian. Oleh karena itu, pembaca

berada dalam tanggapan antara ketidakpastian dan kepastian, antara mengerti dan

tidak mengerti. Di sinilah letak seni suatu puisi, karena nilai suatu puisi terletak

pada maknanya, maka setiap kali dibaca mengandung pemikiran atau inspirasi

baru.

Untuk memahami puisi secara utuh perlu diketahui dan dimengerti bahwa

puisi itu adalah karya bernilai estetis yang punya arti, bukan hanya sesuatu yang

kosong tanpa makna. Dengan begitu, sebelum pengkajian aspek-aspek lain, perlu

puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna atau bernilai estetis. (Azis,

2013:1).

Chairil Anwar, salah satu penyair Angkatan 45, memiliki pengaruh besar

terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna

(2009:353) keberhasilan Chairil dipengaruhi oleh faktor (1) representasi visual

melalui komposisi susunan baris dan bait, (2) efesiensi bahasa, penggunaan kata-

kata secara singkat, sederhana, tetapi penuh energi, (3) pembawa aliran baru,

sebagai eksprisionisme, (4) kebaruan isi, yaitu nasionalisme, (5) keberhasilannya

dalam menggugah emosi pembaca. Dengan begitu, keindahan puisi pada dasarnya

membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan

karya sastra.

Page 27: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

3

Salah satu sajak Chairil Anwar yang terkenal adalah Kepada Peminta-

Minta. Sajak tersebut mengisahkan seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si

pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku

terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh si pengemis. Sebenarnya

tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan

jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi. Pun tokoh aku selalu

kepikiran dengan sikap si pengemis. Membuatnya berpikir tentang kehidupan

yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu

mengganjal pikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik

daripada meminta-minta.

Memaknai uraian tersebut, bahwa dalam membelajarkan apresiasi sastra

khusunya apresiasi puisi perlu memperhatikan model yang inovatif. Karena

dipahami bahwa pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah merupakan

salah satu masalah yang cukup mendapat perhatian di antara para pakar

pendidikan. Sebab dalam proses belajar-mengajar, guru di samping sebagai

pengajar bahasa Indonesia, juga dituntut mampu mengajarkan sastra (puisi, prosa,

dan drama) seperti yang tercantum dalam kurikulum yaitu untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Di samping itu, tujuan

pembelajaran sastra untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

mengapresiasi karya sastra. Di dalamnya terkandung maksud agar peserta didik

dapat menghargai kesusatraan bangsa sendiri serta dapat menghayati sebagai

produk secara langsung terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra

yang dipilih. Dengan begitu, pembelajaran sastra harus diikuti dengan

Page 28: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

4

mewajibkan peserta didik untuk membaca karya-karya sastra terpilih. Tambahan

lagi, sebaiknya peserta didik diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan

terhadap karya sastra yang dinikmati baik secara individu atau secara kelompok.

Berangkat dari uraian tersebut, penulis terpanggil untuk mengemukakan

bagaimana wujud pembelajaran apresiasi sastra (puisi/saja) dengan model

quantum teaching dalam roh TANDUR yang ditopang dengan pembelajaran

kontekstual diselaraskan dengan keberadaan pengarang sebagai stimulus untuk

memberikan motivasi kepada siswa. Untuk itulah, dalam penelitian, penulis

mengangkat tema kreativitas guru melalui model TANDUR yang disejajarkan

dengan pembelajaran kontekstual. Selain itu, kajian ini dimaksudkan untuk

menemukan formulasi pengajaran sastra khususnya reproduksi sastra secara

empiric dan menyenangkan. Sebagaimana yang diamanatkan dalam quantum

teaching bahwa siswa belajar tidak merasa terpaksa mengikuti pembelajaran dan

secara empatik terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran.

Model quantum teaching akan diterapkan pada siswa SMA Negeri 1

Takalar kelas X. Hal ini didasarkan pada refleksi pengamatan penulis bahwa

problema pembelajaran apresiasi sastra khusunya puisi pada sekolah tersebut

bertumpu pada, guru, siswa, kurikulum, Sampai saat ini tidak ada guru sastra yang

hanya mengajarkan sastra, tetapi pada umumnya guru sastra dirangkap secara

eksofisio oleh guru bahasa. Penyatuan materi pembelajaran sastra dengan materi

pembelajaran bahasa pada kurikulum yang mengimperasi pengampuannya.

Sehingga guru-guru yang tidak meminati sastra (karena suatu alasan) melewati

saja materi/pokok bahasan sastra. Tentu saja sebaliknya, guru-guru yang berminat

Page 29: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

5

ke sastra menganaktirikan pokok bahasan kebahasaan. Oleh karena itu, terjadi

perbedaan guru yang mengampu mata pelajaran bahasa pada kelas paralel akan

ditemui perbedaan pembelajaran.

Di samping itu, problematika pembelajaran sastra yang bertumpu pada

siswa meliputi kebutuhan siswa, perkembangan peserta didik, kekurang-minatan,

karya sastra kurang dihargai oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini kurang

terpenuhi. Pemerintah pun berupaya untuk mengubah dan memperbaiki

kurikulum, tidak pernah tersusun kurikulum yang sempurna tampa masalah.

Kendatipun kurikulum dilakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman.

Pemebelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan hidup masa kini dan

masa yang akan datang. Jika hal itu terabaikan bangsa ini akan terancam menjadi

bangsa yang terkebelakang di antara bangsa-bangsa lain.

Dengan demikian, ditetapkan judul dalam penelitian ini ”Penerapan

Quantum Teaching dalam Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-Minta Karya

Chairil Anwar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Takalar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini,

“Apakah efektif penerapan quantum teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada

Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas XSMA Negeri 1 Takalar?”

C. Tujuan Penelitian

Page 30: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

6

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan keefektivan penerapan quantum teaching dalam mengapresiasi

sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas X SMA Negeri 1

Takalar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengembangan

pengetahuan tentang apresiasi sastra khusunya apresiasi puisi yang tepat dengan

menggunakan metode quantum teaching

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru sebagai bahan evaluasi diri tentang kelebihan dan kelemahan

dari pembelajaran yang dilakukan agar dalam pembelajaran selanjutnya

tidak terulang hal yang sama.

b. Bagi murid dapat meningkatkan hasil belajar mengapresiasi sastra

khusunya apresiasi puisi yang menyenangkan

c. Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam

menerapkan strategi belajar apresiasi sastra, khusunya apresiasi puisi

melalui quantum teaching.

d. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam

pengembangan proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran

Bahasa dan Sastra dengan menerapkan strategi belajar quantum teaching

guna meningkatkan hasil belajar apresiasi sastra siswa.

Page 31: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

7

Page 32: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Peneliti yang pernah melakukan penelitian dengan menerapkan quantum

teching, antara lain: pertama, Nurcahyo, Doni Eko (2014) dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Menggunakan Model Quantum

Teaching Siswa Kelas V SD Negeri Iroyudan Panjangan”. Hasil yang diperoleh

bahwa, “Pembelajaran menyimak cerita menggunakan model quantum teaching

dapat meningkatkan aktivitas dan perhatian siswa. Terbukti dari rerata partisipasi

siklus 147,33% meningkat 25,8 % menjadi 73, 13% pada siklus dua. Kedua,

Budiarti. 2012. “Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Menggunakan

Model Quantum Teaching Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Karangpawita

Kabupaten Garut”. Hasil yang diproleh Budiarti adalah terdapat perbedaan rata-

rata hasil pembelajaran membaca pemahaman sebelum dan sesudah menggunakan

model quantum teaching adalah 4,96 dan rata-rata pembelajaran membaca

pemahaman sesudah menggunakan quantum teaching adalah 7, 76. Pengujian

statiktik, membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran sebelum dan

sesudah menggunakan quantum teaching. Bukti tersebut adalah t.hitung (19, 928)

> t.tabel (1, 684). Ketiga, Kurnia, Dani. (2012). “Penerapan Model Tandur

Berbasis Inkuiri dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII

Page 33: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

8

SMP Muhammadiyah Karangpawitan Kabupaten Garut”. Hasil yang diperoleh

Kurnia menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi

sebelum diberi perlakuan Tandur berbasis inkuiri, secara keseluruhan

dikategorikan baik. Hal ini berdasarkan perhitungan skor rata-rata postes yang

dihasilkan kelompok eksprimen sebesar 72, sedangkan kelompok perbandingan

sebesar 50,8 berdasarkan pengolahan data, pada uji signifikan diperoleh nilai

t.hitung = 4,39, dan t.tabel = 2,16 sehingga t.hitung = 4,39 > t.tabe = 2,16 pada

taraf kepercayaan 95% dengan dk = 38. Maka hipotesis kerja (H1), yaitu terdapat

perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis

karangan narasi sebelum dan sesudah diberi perlakuan model TANDUR berbasis

inkuiri, dapat diterima.

Dari beberapa penelitian menggunakan model quantum teaching, terbukti

dapat meningkatkan hasil belajar. Maka dari itu, penulis bermaksud menggunakan

model tersebut dalam pembelajaran apresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya

Chairil Anwar siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar. Perbedaan yang dapat dilihat

secara langsung antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya terletak pada jenis

penelitian yang telah dikerjakan oleh Nurcahyo termasuk Penelitian Tindakan

Kelas, subjek yang diamati adalah kelas V SD dengan tema menyimak cerita.

Sementara Budiarta dan Kurnia mengerjakan penelitian yang bersifat eksprimen

dengan pengujian statiktik dari dua variabel. Dalam penelitian ini selain

menggunakan model dan musik serta metode pembelajaran yang dapat menarik

siswa untuk memperhatikan dan terlibat dalam segala kegiatan pembelajaran

apresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anawar.

Page 34: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

9

2. Pengertian Puisi

Buku Apresiasi Puisi yang disusun oleh Azis (2013: 11-15)

menguraikan bahwa A. Teeuw dan Culler, banyak ahli sastra dan sastrawan,

khususnya penyair romantik Inggris, yang berusaha memberikan definisi. Berikut

ini adalah beberapa definisi atau pendapat.

Altenbernd (1970), mendefinisikan puisi sebagai the interpretive

dramatization of experience in metrical language (pendramaan pengalaman yang

bersifat penafsiran dalam bahasa bermetrum). Meskipun mengandung kebenaran,

namun definisi tersebut tak bisa sepenuhnya diterapkan di Indonesia karena pada

umumnya puisi Indonesia tidak memakai metrum sebagai dasar. Jika yang

dimaksud metrical adalah ‘berirama’, maka definisi Altenbernd memang bisa

diterima, tetapi memiliki kelemahan karena prosa pun ada yang berirama. Sebut

misalnya cerpen-cerpen Danarto yang menggunakan kekuatan irama untuk

menambah keindahan karyanya.

Samuel Taylor Coleridge berpendapat bahwa puisi adalah kata-kata

terindah dalam susunan yang terindah, sehingga tampak seimbang, simetris, dan

memiliki hubungan yang erat antara satu unsur dengan unsur lainnya. Carlyle

mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya

disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu

seperti musik.

Wordsworth memberi pernyataan bahwa puisi adalah ungkapan perasaan

yang imajinatif atau perasaan yang diangankan. Dunton berpendapat bahwa puisi

merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik (selaras, simetris,

Page 35: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

10

pilihan kata tepat), bahasanya penuh perasaan dan berirama seperti musik

(pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).

Shelley mengatakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang

paling indah dalam hidup manusia, misalnya hal-hal yang mengesankan dan

menimbulkan keharuan, kebahagiaan, kegembiraan, kesedihan dan lain-lain.

Di samping pengertian puisi di atas, secara etimologi istilah puisi berasal

dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ’pembuatan’, dalam bahasa

Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan ”membuat atau pembuatan”

karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia

tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik

maupun batiniah (Wellek dan Warren, 1990: 90)

Sudjiman (1986: 5), mengemukakan bahwa puisi adalah ragam sastra

yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Pradopo (1990:23) memadukan pendapat tersebut, sehingga tercipta pengertian

puisi yaitu emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra,

susunan kata, kata-kata kias, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka untuk menyampaikan gagasan

penyair menggunakan bahasa sebagai medium. Puisi adalah sistem tanda tingkat

kedua yang mempergunakan sistem tanda tingkat pertama yang berupa bahasa

tertentu. Sistem tanda tingkat pertama itu, diorganisasikan sesuai dengan

konvensi-konvensi tambahan yang memberi arti-arti dan efek-efek yang lain dari

yang dimiliki prosa biasa. Menurut Jakobson, studi terhadap seni dapat

digambarkan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan tanda dan informasi.

Page 36: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

11

3. Hakikat Puisi

Hakikat puisi bukan terletak pada bentuk formalnya, meskipun itu

penting, tetapi hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut

puisi. Hakikat puisi menurut Pradopo (2005) terdiri atas (a) fungsi estetis, (b)

kepadatan, dan (c) ekspresi tidak langsung. Berikut akan diuraikan masing-

masing hakikat tersebut

a. Fungsi Estetik

Puisi adalah karya seni sastra. Rene Wellek mengemukakan bahwa paling

baik kita memandang keseusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi

estetiknya dominan, tanpa fungsi itu karya tidak dapat disebut karya (seni) sastra.

Unsur keindahan itu merupakan unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi,

irama, dan gaya bahasa.

Gaya bahasa merupakan semua pengguna bahasa secara khusus untuk

mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetiknya atau aspek kepuitisannya. Jenis-

jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan

wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu.

Contoh fungsi estetik

Terima Salamku

Terima salammu, o tuan, yang mengeluh

Di bawah beban penderitaan

Yang dirawan percintaan

Tidak ‘da badai yang tidak akhirnya teduh

Page 37: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

12

Terima cintaku, o tuan, yang mencari

Bahagian dengan mengembara

Di dunia sebatang kara

Tidak ‘da malam yang tidak diganti hari

(Sanusi Pane).

Fungsi estetik sajak di atas adalah aspek gaya bunyinya, yaitu kombinasi

aliterasi, asonansi, dan sajak akhir. Penggunaan aspek gaya bunyi menimbulkan

kemerduan dan irama, yang menyebabkan sajak liris, yaitu menimbulkan

ekspresivitas berupa cirahan perasaan.

Perhatikan bait pertama, baris kedua dan ketiga ada asonansi: a

dikombinasi aliterasi n (di bawah beban pendeeritaan/yang dirawan

percintaan,) pola sajak akhirnya: a-b-b-a: mengeluh-penderitaan-percintaan-teduh

dan c-d-d-c: mencari-mengembara- kara-hari

Perulangan kalimat, baris pertama dan keempat bait pertama yang

merupakan paralelisme dengan baris pertama dan keempat bait kedua, dengan arti

yang sama, bentuk bervariasi.

Terima salamku, o tuan, yang mengeluh

Tidak /da badai yang tidak akhirnya teduh

Terima cintaku o tuan, yang mencari

Tidak ‘da malam yang tidak diganti hari.

Page 38: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

13

b. Kepadatan

Dalam menulis puisi tidak semua perisiwa diceritakan. Yang dikemukakan

hanyalah inti masalah, peristiwa, atau inti cerita. Karena puisi itu mampat, padat,

maka penyair memilih kata yang akurat. Untuk pemadatan, kadang-kadang kata

hanya diambil inti dasarnya. Imbuhan, awalan, dan akhiran sering dihilangkan.

Diperhatikan contoh berikut:

Selamat Tinggal

Aku berkaca

Ini muka penuh luka

Siapa punya?

Kudengar seru menderu

-dalam hatiku?-

Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pula

Menggelepar tengah malam buta

Ah ….!!

Segala menebal segala mengental

Segala tak kukenal….!!

Selamat tinggal….!! (Chairil Anwar).

Sajak tersebut hanya dikemukakan inti masalahnya, hanya esensi

masalahnya. Dengan demikian hubungan antar-kalimatnya bersifat implisit, tidak

dinyatakan secara jelas dan merenik. Siapa punya? Kata memunyai

dihilangkang awalan dan akhirannya menjadi punya. Kata -kata yang tak perlu

dihilangkan hanya secara sugesti saja dikemukakan. Misalnya kudengar seru

menderu. Mestinya: kudengar suara seru menderu. Bahkan kalimat sering

dihilangkan (aku berkaca ini muka penuh luka siapa punya?)

Page 39: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

14

Si aku yang tidak pernah berkaca, bercermin, ketika berkaca terkejut

melihat mukanya sendiri penuh luka. Hubungannya implisit dan ada kalimat yang

dihilangkan. Kalau puisi tersebut dieksplisitnya, akan tampak, Aku berkaca

(sesudah itu aku terkejut dan bertanya) siapakah yang mempunyai muka yang

penuh luka ini? Dengan ekplisitnya itu menjadi jelas tetapi hilang kepuitisannya,

hilang kepadatannya, hilang iramanya.

Berkaca arti kiasannya berintrospeksi, melihat keadaan dirinya sendiri.

Luka adalah kiasan untuk cacat. Kalau dieksplisitkan, sajak itu dapat

diparafrasekan akan tampak, aku berkaca (setelah itu aku terkejuit dan bertanya)

siapakah yang mempunyai muka yang penuh luka ini? (Kemudian) aku

mendengar (suara) yang seru menderu (apakah suara itu dari) dalam hatiku?

Apakah hanya (suara) angin lalu (saja)? (Kemudian aku mendengar) lagu lain

pula (yang) menggelepar (di) tengah malam buta (mendengar semua suara dan

lagu itu, aku hanya bisa mengeluh) ah ….!! (kemudian) segala (suara itu)

menebal, segala (lagu itu) mengental! Segala (nya) tak kukenal! (Oleh karena itu,

aku hanya bisa mengucap) selamat tinggal…..!

c. Eksperesi yang tidak Langsung

Ekspresi yang tidak langsun ditandai oleh penggantian arti, penyimpangan

atau pemencongan arti, dan penciptaan arti. Untuk lebih jelasnya uraian

diperhatikan berikut ini

1) Penggantian arti

Page 40: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

15

Penggantian arti, disebabkan oleh metafora dan metonimi yang adalah

salah satu bahasa kiasan. Akan tetapi, yang dimaksudkan metafora di sini adalah

bahasa kiasan pada umumnya. Bahasa kiasan itu merupakan ucapan yang tidak

langsung. Bahasa kiasan terdiri atas: perumpamaan, metafora, personifikasi,

antonimi, sinekdoki, perumpamaan, alegori.

Perumpamaan mengiaskan sesuatu dengan kata pembanding, seperti

sebagai, bak, seumpama. Bahasa kias dipergunakan untuk membuat gambaran

menjadi jelas.

Contoh Perumpamaan

Betsyku bersih dan putih sekali

Lunak dan halus bagaikan karet busa

Rambutnya merah tergerai

Bagai berkas benang-benang rayon warna emas

Dan kakinya sempurna

Singsat dan licin

Bagaikan ikan salmon (Rendra, 1976).

Metafora, adalah bahasa kiasan yang menyamakan sesuatu dengan

sesuatu yang lain tanpa kata pembanding. Dengan demikian, yang dibandingkan

dengan pembandingnya sudah menjadi satu seperti dalam sajak berikut.

Aku boneka engkau boneka

Penghibur dalang pengatur tembang

Di layar kembang bertukar pandang

Hanya selagu, sepanjang dendang

Golek gemilang ditukarnya pula

Aku engkau ditukarnya pula

Page 41: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

16

Aku boneka engkau boneka

Penyenag dalang mengarah sajak (Amir Hamzah).

Boneka adalah betul-betul boneka untuk menghibur dalang, jadi mereka

tidak dipersamakan atau dibandingkan saja. Yang dimaksud dalang adalah Tuhan

yang mengatur hidup manusia. Aku boneka disebut metafora eksplisit sedangkan

dalang disebut implisit. Dalam metafora eskplisit pembanding dengan yang

dibandingkan disebutkan. Metafora implisit hanya membandingkan saja yang

disebutkan

Metonimi (kiasan pengganti nama) sebagaimana contoh puisi berikut ini.

Satu kekasihku

Aku manusia

Rindu rasa

Rindu rupa

Di mana engkau

Rupa tiada suara sayup

Hanya kata merangkai hati (Amir Hamzah)

Aduh kekasihku

Padaku semua tiada berguna

Hanya satu kutunggu hasrat

Merasa dikau dekat rapat

Serupa musa di puncak tursina (Amir Hamzah).

Amir Hamzah menyebut Tuhan atau mengganti nama Tuhan dengan kekasih

untuk merasakan kedekatannya dengan Tuhan yang disamakan dengan manusia

(kekasih).

Page 42: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

17

2) Penyimpangan Arti

Penyimpangan arti, biasa pula disebut pemoncongan arti yang disebabkan

oleh ambiguitas, paradoks, ironi, dan nonsense. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

uraian berikut ini.

Ambiguitas adalah ketaksaan, yaitu kata yang punya arti lebih dari satu

atau dapat ditafsirkan artinya lebih dari satu atau banyak arti. Ambigu dapat

berupa kata, frase, misalnya puisi berikut ini

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing (Chairil Anwar).

Hilang bentuk ini taksa (ambigu) berati banyak: sangat sedih, menderita,

hidupnya tanpa harapan, putus asa. Remuk hidup si aku hancur luluh, tidak

tergambarkan lagi, penderitaanya sampai ke puncak. Aku mengembara ke

negeri asing artinya bingung tidak tahu jalan.

Page 43: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

18

Paradoks, menyatakan sesuatu secara berlawanan, tampaknya tidak benar

tetapi bila dipikirkan sungguh-sungguh apa yang dinyatakan itu benar. Misalnya

awal dari akhir, akhir adalah awal .tampaknya mustahil bila dipikirkan memang

demikian; awal kehidupan yang baru itu merupakan akhir kehidupan lama.

Diperhatikan berikut ini.

Pusat

Serasa apa hidup yang terbaring mati

Memandang musim yang mengandung luka

Serasa apa kisah sebuah dunia terhenti

Padaku tanpa bicara (Bactiar, 1962).

Hidup tetapi terbaring mati adalah paradoks. Tampaknya mustahil tetapi

bila dipikirkan memang benar, yaitu hidup yang tanpa ada kemajuan, penuh

pendereritaan penuh kekurangan, tanpa kemajuan, tanpa kebahagiaan dari dahulu

hingga sekarang itu adalah hidup yang terbaring mati. Paradoks gunanya untuk

membuat pembaca berpikir, supaya memikirirkan hidup yang berlawanan.

Ironi, adalah menyatakan sesuatu secara berbalikan artinya, gunanya untuk

menyindir, Sebuah Kamar

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini

pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam

mau lebih banyak tahu

“Sudah lima anak bernyawa di sini,

aku salah satu”!

Ibuku tertidur dalam tersedu,

Keramaian penjara sepi selalu

Bapakku sendiri terbaring jemu

Matanya menatap orang terselip di batu!

Page 44: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

19

Sekeliling dunia bunuh diri!

Aku minta adik lagi pada

Ibu bapakku, karena mereka berada di luar hitungan: kamar begini,

3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! (Chairil Anwar).

Sajak itu mnggambarkan keadaan yang ironis, yaitu keluarga si aku yang

hidup menderita, hidup dalam kamar sempit 3 x 4 m, hal ini menandakan

kemiskinan si aku. Kamar sempit dihuni oleh tujuh orang: ayah, ibu dan lima anak

(bait 1). Akan tetapi, dalam keadaan menderita itu si aku minta adik lagi karena

mereka tidak memerhitungkan kamar itu. Itulah keadaan ironis di Indonesia,

penduduknya sudah padat, tetapi penduduknya makin bertambah tanpa KB

(ditulis tahun 47 KB baru ada di Indonesia 70).

Kamar si aku dikiaskan sebagai penjara yang ramai banyak penghuninya,

tetapi sepi selalu karena tidak ada apa-apanya sebab terlalu miskinnya keluarga si

aku. Ayah si aku hanya bisa merenung nasibnya, tidak bisa berbuat apa-apa,

seperti orang yang terselip di batu.

Nonsense, adalah kata-lata yang tidak memiliki arti dalam kamus, tetapi

ada makna dalam puisi. Gunanya untuk menciptakan suasana yang magis, untuk

memengaruhi dunia gaib atau tujuan lain misalnya untuk humor.

Berikut penggalan sajak amuk nonsense dimaksudkan untuk mendekatkan

diri atau menyatakan diri dengan Tuhan.

pot pot pot

pot pot pot

kalu pot tak mau pot

biar pot semua pot

mencari pot

pot

Page 45: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

20

hei Kau dengar manteraku

kau dengar kucing memanggilMu

izukalizu

mapakazaba itasatali

tutulita

papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu

tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco

zukusangga zegezegeze zukusang

ga zegezegeze zukusangga zegezegeze zu

kusangga zegezegeze aahh….!

nama nama kalian bebas

carilah tuhan semaumu (Bachri, 1981).

3) Penciptaan Arti

Penciptaan arti, adalah pengorganisasin ruang teks untuk menciptakan arti.

Secara linguitik itu tidak ada artinya, seperti: sajak akhir, enyambemen, tifografi

homologue. Penciptaan arti dalam puisi menimbulkan arti atau makna, seperti:

keindahan, penyangatan, pernyataan, atau makna yang lain.

Enyambemen itu perloncatan baris, baris kalimat yang belum selesai

diputus, gunanya untuk memberi perhatian atau ketegangan kata akhir dalam baris

itu atau kata pertama dalam baris berikutnya.

Tipografi, tata huruf dibuat berliku-liku, kelok-kelok jalan yang

berbahaya, seperti puisi Sutardji berikut ini

Tragedi Winka & Sihka

kawin

kawin

kawin

kawin

kawin

ka

win

ka

win

ka

win

ka

winka, . . . dst

Page 46: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

21

Puisi di atas, pada dasarnya tidak memiliki makna, namun disugestikan

oleh tifografinya, Pradopo (2005: 67), misalnya menafsirkan makna puisi tersebut

sebagai gambaran sebuah kehidupan perkawinan (rumah tangga) yang mengalami

liku-liku, dan pada akhirnya berakhir tragis pada perpisahan.

Sajak tersebut hanya terdiri dari dua kata ‘kawin’ dan ‘kasih’ yang

dipotong-potong menjadi suku kata-suku kata, juga dibalik menjadi ‘winka’ dan

‘sihka’. Pada awalnya kata kawin masih penuh. Kawin memberi konotasi begitu

indahnya perkawinan. Orang yang hendak kawin pasti berangan-angan yang

indah bahwa sesudah kawin akan hidup bahagia, ada suami atau ada istri, dan

kemudian akan ada anak, hidup akan bahagia dengan kasih sayang, anak, istri,

suami. Tetapi, melalui perjalanan waktu kata kawin terpotong menjadi ka dan

win, artinya tidak penuh lagi.

Dalam perkawinan harus ada nafkah, ada kewajiban, ada anak yang harus

dibiayai, bahkan sering terjadi pertengkaran suami-istri, harus membiayai makan,

pakaian, dan sekolah anak- anak. Ternyata perkawinan itu tidak seperti yang

diharapkan penuh dengan kebahagiaan, segala berjalan lancar, tetapi penuh

kesukaran. Terbalik artinya, kawin jadi winka, kasih pun terpotong-potong

menjadi ka dan sih, yang kehilangan artinya menjadi ; sih- sih- sih- sih- sih saja,

bahkan mungkin istri atau suami menyeleweng, terjadilah tragedi winka & sihka,

pembalikan dari angan-angan kawin dan kasih, yang pada mulanya diangankan

akan penuh kebahagiaan.

Page 47: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

22

Homologue , adakah persajakan baris-baris, mengisyaratkan arti yang

sejajar.

Contoh berakit-rakit ke hulu

berenang-renang ke tepian

bersakit-sakit dahulu

bersenang-senang ke tepian

Baris pertama berhomologue dengan baris ketiga baris kedua

berhomologue dengan baris keempat. Sampiran tersebut (1-2) menyatakan makna

isinya (3-4).

4. Fungsi Puisi

Fungsi yang dimaksud adalah fungsinya bagi kehidupan. Bukan fungsi

fraktis yang langsung dapat dipergunakan dalam kehidupan fisik atau material

meskipun puisi sebagai karya sastra dapat dijual (misalnya buku puisi dapat

dijual, deklamasi puisi dapat mendatangkan uang).

Puisi merupakan karya sastra yang bermakna. Makna yang terdapa dalam

puisi memiliki nilai dalam kehidupan manusia. Nilai merupakan konstruk yang

disimpulkan atau sesuatu yang dianut masyarakat secara kolektif dan pribadi-

pribadi. Menurut Berry (1999) yang dikutip oleh Azis (2013, 22-23) nilai

mengarah pada suatu konsep yang dikukuhkan individu atau anggota suatu

kelompok secara kolektif mengenai sesuatu yang diharapkan, dan berpengaruh

terhadap pemilihan cara maupun tujuan tindakan dari beberapa alternatif.

Selanjutnya, dikemukakan bahwa nilai melibatkan keyakinan umum tentang cara

Page 48: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

23

bertingkah laku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan dan tujuan atau

keadaan akhir yang diinginkan atau yang tidak diinginkan

Nilai menduduki posisi di tengah-tengah, di antara kebudayaan sebagai

antenseden dan perilaku manusia sebagai konsekuensi. Karena posisinya yang

sentral, maka nilai dapat dilihat sebagai variabel bebas dan variabel terikat

(Hartoko, 2006: 1-2)). Sebagai variabel bebas terhadap perilaku manusia, nilai

sama fungsi psikisnya seperti sikap, kebutuhan-kebutuhan dan sebagainya yang

memiliki dampak luas terhadap hampir semua aspek perilaku manusia dalam

konteks sosial. Sebagai variabel terikat terhadap pengaruh-pengaruh sosial budaya

dari masyarakat yang dihuni merupakan hasil pembentukan dan faktor-faktor

kebudayaan, pranata, dan pribadi-pribadi dalam masyarakat tersebut selama

hidupnya.

Tarigan (1984) menguraikan bahwa karya sastra mengandung (1) nilai

hedonik, yakni sesuatu yang memberikan kesenagan secara langsung, (2) nilai

artistik, yakni suatu nilai keindahan sebagai manifestasi keterampilan sastra, (3)

nilai etis, moral-relegius, filosofis, yakni ajaran yang ada sangkut-pautnya dengan

etika, moral, agama, dan filsafat, dan (4) nilai praktis, yakni hal-hal praktis yang

dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai berfungsi sebagai standar, yaitu standar yang menunjukkan tingkah

laku dari berbagai cara, yaitu (1) membawa individu untuk mengambil posisi

khusus dalam masalah sosial, (2) mempengaruhi individu dalam memilih idiologi

politik atau agama, (3) menunjukkan gambaran-gambaran self terhadap orang lain,

(4) menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri atau orang

Page 49: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

24

lain, (5) merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses perbandingan untuk

menentukan individu bermoral atau tidak, (6) nilai digunakan untuk memengaruhi

orang lain atau mengubahnya, (7) nilai sebagai standar dalam proses rasionalisasi,

yang dapat terjadi pada setiap tindakan yang kurang dapat diterima oleh pribadi

atau masyarakat dan meningkatkan self-esteem (Dayakisni, 2004: 27).

Kebudayaan yang berupa nilai-nilai yang membimbing manusia untuk

mencapai kesempurnaan batin itu biasanya berupa pikiran dan budi manusia yang

baik. Pikiran dan budi manusia yang baik itu selanjutnya menjadi prinsip yang

melandasi tindak hidup manusia, sehingga manusia dewasa bersifat luhur. Nilai

yang berharga yang berkaitan dengan pikiran dan budi baik manusia menjadi

prinsip dan melandasi tindak hidup manusia sehingga menjadi manusia dewasa

dan bersifat luhur.disebut nilai kultur edukatif (Hartoko, 2006: 108).

Keberagaman nilai yang ada dalam budaya atau kultur manusia

berdasarkan arah tujuan dan fungsi nilai bagi kehidupan manusia terdiri atas tiga

jenis nialai, Yaitu: (1) nilai hidup ketuhanan manusia, (2) nilai kehidupan sosial

manusia, dan (3) nilai kehidupan pribadi manusia. Sementara itu, nilai-nilai

budaya itu secara konseptual dijadikan sebagai penggerak tindakan, perilaku, dan

perbuatan manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, dan hubungan dengan Tuhan.

Selain memiliki nilai keindahan, sastra juga memiliki nilai ajaran yang

bermanfaat bagi pembacanya. Terdapatnya keindahan, dalam karya sastra sebagai

kreasi seni akan memberi kesenangan kepada pembaca. Sementara nilai

kemanfaatan merujuk pada pemahaman ajaran nilai-nilai kehidupan. Kualitas nilai

Page 50: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

25

kesenangan dan ajaran tersebut ditentukan oleh terdapatnya harmoni dari unsur-

unsur pembentuk karya sastra itu sendiri.

Kekuatan nilai ajaran dalam karya sastra ditentukan oleh (1) kedalaman

gagasan yang dikemukakan oleh penyairnya, (2) efeknya bagi pembaca dalam

membangkitkan daya inspirasi dan mendorong bangkitnya daya vitalitas, dan (3)

kekuatan bahasa yang digunakan sebagaimana tertampil lewat pilihan kata,

ungkapan, maupun penggunaan gaya bahasa pada umumnya. Sebagai karya

kreatif, kehadiran karya sastra akhirnya ditentukan bukan keterampilan teknis

semata-mata tetapi juga oleh terdapatnya pencerahan batin dan daya spiritual

pengarangnya.

Wellek dan Warren (1990: 105-107) menguraikan bahwa nilai yang

dibahas dalam sastra meliputi (1) masalah keagamaan, berupa interpretasi tentang

indah, dosa, dan keselamatan; (2) masalah nasib manusia yang berhubungan

dengan kebebasan, keterpaksaan, dan semangat manusia; (3) masalah alam, mitos

dan alam gaib; (4) masalah manusia yang berupa konsep manusia, hubungan

manusia dengan konsep kematian dan cinta; dan (5) masalah masyarakat,

keluarga, dan negara.

Lanjut, dikemukakan bahwa fungsi sastra termasuk puisi manis dan

berguna. Puisi itu menyenangkan karena pengekspresiannya yang indah dan

berguna karena isinya, apa yang diekspresikan itu berupa pikiran, ajaran, ataupun

gagasan yang bagus untuk kehidupan manusia. Sementara itu sastra merangsang

hati terhadap kemanusiaan, kehidupan bahkan terhadap alam sekeliling,

merangsang untuk lebih memahami dan menghayati kehidupan. Kemudian,

Page 51: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

26

dikemukakan pula bahwa di tengah gemuruhnya teknologi, puisi berusaha

mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang terkikis habis oleh teknologi, puisi

berusaha mengembalikan stabilitas, mengembalikan keselarasan, dan keutuhan

dalam diri manusia.

Keagamaan memperlihatkan nafas intensitas jiwa, yaitu cita rasa yang

merupakan kesatuan rasio dan rasa manusiawi ke dalam pribadi manusia.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa nilai keagamaan adalah nilai

yang mendasari dan menuntun tindak hidup ke-Tuhanan manusia dengan cara

dan tujuan yang benar.

Kata berelegi, berarti menyerahkan diri, tunduk, taat. Pengertian itu

positif, karena penyerahan diri atau ketaatan dikaitkan dengan kebahagiaan

seseorang. Kebahagian itu merupakan dunia baru penuh kemuliaan yang

dirasakan seseorang, sehingga perasaan seseorang terhadap agamanya semakin

baik. Perasaan keagamaan sendiri adalah segala perasaan batin yang ada

hubungannya dengan Tuhan, misalnya perasaan dosa, perasaan takut, dan

kebesaran Tuhan

Menurut Mangunwijaya (1988: 87) relegius, realisasinya berupa

kekuasaan, daya kekuatan, sumber hidup dalam kesucian baik dalam realita hidup

maupun dalam alam pikiran manusia. Sedangkan agama lebih mengacu pada

pengertian yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya.

Cakupan pengertian agama biasanya mencakup juga segi kemasyarakatan.

Menurut Buseri (2004) ya g dikutip oleh Azis, (2013: 27-28) istilah nilai

relegius sama dengan istilah ’nilai ilahiah’. Nilai-nilai ilahia dalam Islam

Page 52: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

27

ditawarkan secara terbuka dan bisa dicari hikmahnya yang tertinggi melalui

proses pemaknaan atau verstehen. Ada tiga jenis nilai ilahiah, yaitu: (a) nilai

imaniah, (b) nilai ubudiah, dan (c) nilai muamalah. Sementara itu, kaum Romantik

menganggap nilai relegius dalam sastra sama derajatnya dengan karya pendeta

atau nabi, dalam anggapan ini tercakup juga pendirian bahwa sastra harus

berfungsi sebagai pembaharu dan pemberontak.

Manusia sebagai makhluk Tuhan, baik secara sadar maupun tidak,

merasakan adanya getar-getar tertentu dalam qalbunya yang mengisyaratkan

adanya keinsyafan bahwa di luar diri manusia ada kekuatan dahsyat yang

berpengaruh terhadap kehidupannya. Kesadaran ini disebut kesadaran relegius

(Hartoko, 2006: 98).

Ekspansi getaran-getaran keagamaan, sejalan dengan pikiran masyarakat.

Kesadaran relegius ini mampu memberikan implikasi adanya perasaan khas

manusia yang mampu menggerakkan dan mengerahkan tingkah laku manusia.

Puisi yang mengandung nilai relegius dapat dilihat berikut ini.

Peraduan Menanti

Kubalut sepi ini

Kugenggam dengan tasbih

Kurajut dengan zikir

Kumunajab pada Illah ku

Perempatan malam menjemput

Perkutuk bertasbih

Dedaunan merunduk

Sahutan kokok ayam dengan tasbihnya

Ya Karimullah

Page 53: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

28

Bayu semilir

Kubermunajab pada Illah ku

Takbir, tahmid, zikir enggang usai

Di perempatan malam kudendangkan

Asa ini setia menanti uluran

Karena ia kan ujud

Bagia...

Cinta…

Sayang...

Di peraduan . . . (Cici, 2010).

Gagasan yang ingin disampaikan penulis dalam puisi Peraduan Menanti,

seseorang yang bermunajab di pertengahan malam (shalat tahajut). Bagi si aku

menuju keperaduan yang membuahkan cinta, bahagia, dan sayang dilakukan

dengan munajab di setiap perempatan malam. sementara keheningan sepi, yang

terdengar hanya kokok ayam, semilir angin sepoi-sepoi, si aku melantunkan

Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Yang seakan-akan berlanjut tiada

hentinya.

Puisi dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Pencipta, Yang Maha

Rahman seperti sajak relegius berikut ini.

Aku cukup dengan Engkau Saja

aku cukup dengan Engkau saja

dalam nikmat zikir dan sujud jiwa

aku cukup bersama-Mu saja

aku cukup dengan Engkau saja

walau orang-orang itu

mencari kesenangan di diskotik-diskotik

panti-panti pijat, hotel dan pelacuran

aku cukup di rumah-Mu saja

Page 54: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

29

dalam nikmat zikir dan sujud jiwa

bukan lantaran takut aids dan raja singa

jika kujauhi pelacuran dan sauna

tetapi memang cukup bagiku

bahagia dalam cinta-Mu saja

aku cukup dengan Engkau saja

walau kursi dan mobil dinas menjauhiku

walau dasi dan gaji besar berpaling dariku

walau ormas dan orpol mencibir padaku

aku cukup didekat-Mu saja, bahagia

dalam nikmat zikir dan sujud jiwa (Herfanda, 1996).

Sajak tersebut membawa pembaca dekat kepada Tuhan. Untuk dekat

kepada Tuhan si aku menjauhi perbuatan maksiat yang dilarang oleh Tuhan. Si

aku cukup berbahagia dalam cinta Tuhan saja.

Puisi dapat pula berintrospeksi kepada diri sendiri. Dengan introspeksi

manusia dapat melihat kekurangan dirinya untuk memperbaiki dan menyadari

siapa diri sesungguhnya. Hal ini tampak dalam sajak M. Taslim apa hakikat

manusia sesungguhnya.

Aku dan Debu

Aku jelajah ini kota

Simpang siur jalannya

Tampak tangis darah dan daging

Mengeluh jatuh ke debu

Bertemu debu dan debu

Aku jelajah gunung dan lembah

Page 55: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

30

Debu ngebul dari kakiku

Mulut bedil dan mortir

Rahang meriam, ngebulkan debu

Debu dan debu

Aku jelajah gelap dan caya

Aku debu

Seperti tangis darah dan daging

Seperti debu, keluh kakiku

Debu takdir, bedil, dan mortir

Pada akhir jalanku

Kembali pada debu

Dari Gelap dan Caya

Di mana aku lupakan debu (Taslim Ali, dalam Jassin).

Sajak tersebut si aku merenungin dirinya, diri manusia, pada hakikatnya

adalah debu atau tanah yang pada akhirnya kembali ke debu, tanah. Juga semua

yang di dunia akan kembali ke debu, dan tanah. Oleh sebab itu sosok manusia

harus menyadari dirinya senantiasa menyerahkan diri kepada Tuhan, mengabdi

kepada-Nya. Interokspeksi atau renungan itu menyadari siapa manusia

sesungguhnya yang tidak lain adalah debu. Dan yang kuasa menciptakan debu

adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Sajak juga dapat membangkitkan cinta tanah air dan perjuangan untuk

kemerdekaan. Dalam sajak Tanah Bahagia Sanusi Pane, si aku ingin menuju ke

tanah bahagia yaitu tanah Indonesia yang merdeka. Pada waktu itu Indonesia

masih dijajah oleh Belanda. Oleh karena itu si aku selalu bersedih hati sengsara

setiap hari. Si aku merindukan tanah bahagia yang bersinar emas permata. Secara

Page 56: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

31

tidak langsung si aku mengiaskan bangsa Indonesia yang menginginkan

kemerdekaan seperti berikut ini.

Tanah Bahagia

Bawa aku ke negara sana tempat bah’gia

Ke tanah yang subur, dipanasi kasih cinta

Di langit biru yang suci, harapan cita

Dikelilingi pegunungan damai mulia

Bawa aku ke benua termenung berangan

Ke tanah tasik ke sucian memerak silau

Tersilang sungai kekuatan kilau kemilau

Dibujuk angin membisikkan kenang-kenangan

Ingin jiwa pergi ke sana tidak terkata

Hatiku dibelah sengsara setiap hari

Keluh kesah tidak berhenti sebentar jua

O, tanah bah’gia bersinar emas permata

Dalam duka-cita engkau mematahari

Pabila gerang tiba waktu bersua? (Sanusi Pane).

Puisi yang membangkitkan cinta kepada manusia kepada orang-orang

sebangsa yang menderita. Puisi mengajak mengentas kemiskinan orang-orang

yang lemah. Sajak Buat Saudara Kandung menyebut kaum sebangsa sebagai

saudara kandung. Mereka adalah rakyat kecil yang hidup menderita yang harus

dientas dari penderitaan dan kemiskinan. Meskipun sudah lama merdeka tetapi

masih hidup dalam penderitaan.

Page 57: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

32

Buat Saudara Kandung

Ke manakah engkau saudara

Orang-orang lemah dan ladang-ladang tidak berbunga

Dan anjing, yang menangis siang hari

Malam-malam menangis panjang sekali

Lenguh lembu dikejauhan

Menyebar kabar kemuraman

Sebuah dusun yang tenggelam

Kampung merana kekeringan

Cinta. Wajah-wajah menadah rawan;

Kami kehilangan

Dan kota mengepul debu

Di dadanya oto dan radio menderu

Seperti biasa

Ke sana kita, saudara

Sudah sekian ketika

Ladang-ladang tidak berbunga

Orang-orang lemah dan mereka

Hanya bisa berkata lewat caya mata

Ke manakah engkau, saudara

Jalan sudah begini jauhnya (Andangdjaja, 1973).

Puisi merangsang untuk mencintai kebudayaan sendiri. Sering kita lupa

padahal bangsa asing sering dan ingin memelajarinya dan memiliki barang

kebudayaan. Ajip Rosadi berikut mengajak kita untuk memelihara kehidupan dan

kesenian kita seperti berikut ini.

Terkenang Topeng Cirebon

Di atas gunung batu manusia membangun tugu

Kota yang gelisah mencari, Seoul yang baru perkasa

Dengan etalase kaca, lampu-lampu berwarna, jiwanya ragu

Page 58: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

33

Tak acuh tahu, menggapai-gapai dalam udara hampa

Kulihat bangsa yang terumbang-ambing antara dua dunia

Bagaikan cermin diriku sendiri di sana

Mengejar-ngejar gairah bayangan esok

Memimpikan masa silam yang terasa kian lama kian elok!

Waktu menonton tari topeng di Istana Musimpanas

Aku terkenang betapa indah topeng Cirebon dari Kalianyar!

Dan waktu kusimak. Tang’ak tubuhku tersandar lemas

Betapa indah gamelan Bali dan degung Sunda

Bagaikan terdengar

Kian jauh aku pergi, kian banyak yang kulihat

Kian tinggi kuhargai milik sendiri yang tersia-sia

Tak dirawat (Rosidi, 1993).

Sajak yang mengajak untuk mencari dan mengejar kemajuan seperti

seorang pencari kebenaran dan kemajuan harus berani menghadapi kesukaran

bukan berani menetang maut.

Menurut Teeuw (1980: 85-89), karya sasra lahir tidak dalam kekosongan

budaya, tetapi sastra lahir dalam konteks sejarah dan sosial budaya suatu bangsa,

di dalamnya sastrawan merupakan salah seorang anggota masyarakat bangsanya.

Sastra merupakan interaksi yang menjadi fakta mentalis, fakta sosial dari

masyarakat yang menghasilkannya. Keberadaan ini membuat tidak pernah

terlepas atau tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks dan proses dialektika

budaya. Misalnya saja puisi-puisi Chairil pada masa revolusi menanamkan

semangat patriotisme kepada pembacanya, sementara Taufik Ismail dan kawan-

Page 59: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

34

kawan yang tergabung dalam Angkatan 66 dengan puisi demonstrasinya

membangkitkan semangat untuk berjuang membela kebenaran.

Fungsi membaca karya sastra khususnya puisi adalah: (a) memberikan

informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kependidikan dalam

kehidupan, (b) memerkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu

unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai

kehidupan manusia itu sendiri, (c) pembaca dapat memeroleh dan memahami

nilai-nilai budaya dari setiap zaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri, (d)

mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembanban

zamannya (Wellk & Warren, 1990: 123; Sumardjo dan Saini, 1991: 57; Semi,

1988: 69).

Sastrawan menulis karyanya tidak asal menuangkan ide dan gagasannya.

Lingkungan sekitar sangat mempengaruhi dan menjadi objek tuangan gagasan

penyair.

5. Pengertian Quantum Teaching

De Porter (2001:5) mengemukakan bahwa quantum adalah interaksi

yang mengubah energe menjadi cahaya, semua kehidupan adalah energi, rumus

terkenal dalam fisika masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi.

Oleh karena itu, harus banyak menghasilkan cahaya dalam belajar dengan cara

mengadakan interaksi, hubungan, inspirasi antara guru dengan siswa. Teaching

adalah interaksi yang terjadi dalam proses belajar-mengajar antara siswa dan guru.

Page 60: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

35

Quantum Teaching adalah metode pembelajaran yang melibatkan seluruh

unsur-unsur dalam tubuh siswa dalam pembelajaran yang meliputi interaksi,

antarasiswa dengan guru, menciptakan lingkungan yang efektif, merancang

kurikulum, penyampaian isi materi yang akan memudahkan proses pembelajaran,

yang melibatkan multi-sensori dan multi-kecerdasan sesuai dengan otak, sehingga

pelaksanaannya dapat melejitkan kecerdasan siswa, penggubah belajar yang

meriah dengan segala nuansanya, menyertakan segala kaitan, interaksi, dan

perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.

Menurut De Porter (2001: 6) quantum teaching memiliki asas utama iaitu

bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka. Asas

ini menekankan pada pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama

dalam pembelajaran. Tindakan ini akan memberi kesempatan kepada guru untuk

memimpin, membimbing, dan memudahkan siswa menuju kesadaran dalam

memperoleh ilmu yang lebih luas.

Penerapan quantum teaching dilakukan dengan mengaitkan apa yang

diajrakan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari

kehidupan siswa ke dunia guru dan memberinya suatu pemahaman baru, yang

pada akhirnya siswa dapat membawa pemahaman baru tersebut ke dunia mereka

dan menerapkan pada situasi baru.

Ada lima prinsip yang dimiliki oleh quantum teaching antaranya berikut

ini.

1. Segalanya berbicara. Dimaksudkan, segalanya dari lingkungan kelas

sampai bahasa tubuh, dan dari kertas yang dibagikan hingga rancangan

Page 61: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

36

pelajaran mengirim pesan tentang belajar. Yakni segala sesuatu dalam

lingkungan kelas sampai sikap guru menyampaikan pesan atau materi

yang memacu semangat belajar.

2. Segalanya bertujuan. Maksudnya, semua yang terjadi dalam pengubahan

mempunyai tujuan, yakni semua kegiatan dalam proses belajar-mengajar

mempunyai tujuan.

3. Pengalaman sebelum pemberian nama. Maksudnya, otak berkembang

pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan ingin

tahu. Oleh karena itu, proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa

telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa

dipelajari. Dengan demikian, pengalaman akan membangun keingintahuan

siswa menciptakan pertanyaan dalam benak mereka dan guru dapat

memberi nama saat pelajaran berlangsung.

4. Akui setiap usaha. Maksudnya, belajar banyak mengandung resiko.

Belajar berarti keluar dari kenyamanan. Saat siswa mengambil langkah ini,

mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan

dirinya. Artinya, setiap usaha belajar siswa bagaimanapun hasilya harus

diakui.

5. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Maksudnya, perayaan

memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi

emosi positif dengan belajar, karena perayaan atau pujian akan mendapat

dorongan siswa menuju kesuksesan berikutnya.

Page 62: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

37

Di samping itu, ada delapan prinsip keunggulan yang diyakini dalam

pembelajaran quantum iaitu:

a. Integritas

Dalam pembelajaran bersikaplah apa adanya, tulus dan menyeluruh yang

lahir ketika nilai-nilai dan perilaku menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi

belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain, integritas

dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak.

b. Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan

Dalam pembelajaran harus dimengerti dan diakui bahwa kesalahan atau

kegagalan dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut

sehingga berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus-menerus dan diberi

hukuman karena kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang telah belajar.

c. Berbicaralah dengan niat baik

Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam

arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat

baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar

pembelajar.

d. Hidup di saat ini

Pusatkan perhatian pada saat sekarang dan manfaatkan waktu yang sebaik-

baiknya, kerjakan tugas sebaik mungkin.

Page 63: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

38

e. Tegaskanlah komitmen

Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti

visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka

perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sinilah perlu

dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memang harus

saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.

f. Jadilah pemilik

Dalam pembelajaran, harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab

tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu,

pengajar dan pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas

mereka. Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang

yang bertanggung jawab.

g. Tetaplah lentur

Dalam pembelajaran pertahankanlah kemampuan untuk mengubah yang

sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-

lebih pengajar, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana bilamana

diperlukan. Misalnya, di kelas guru dapat saja mengubah rencana pembelajaran

bilama diperlukan demi keberhasilan siswanya, jangan mempertahankan rencana

pembelajaran yang telah dibuat.

h. Pertahankanlah keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahankanlah jiwa, tubuh, emosi, dan semangat

dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif

Page 64: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

39

dan optimal. Tetap dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang

membutuhkan penyesuaian terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan

cermat dari pembelajar dan pengajar.

6. Pembelajaran Quantum

Pembelajaran quantum sesungguhnya merupakan rakitan dari berbagai

teori. Tetapi pada akhirnya DePorter (2001:4) menyimpulkan pembelajaran

quantum adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya,

menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemanduan

unsur seni dan pencaian yang terarah. Intinya pembelajaran quantum harus

mampu membiasakan belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga siswa

berhasil dalam belajar dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.

Puncak dari keterampilan pengajaran yang menerapkan quantum teaching

adalah terciptanya keterampilan hidup siswa. Dan puncak quantum teaching

dengan model TANDUR sangat relevan dengan kurikulum berbasis kompetensi

yang sedang dicanangkan, karena kurikulum itu, juga menekankan pada basis

kemampuan hidup dalam proses pembelajaran di kelas. Sebuah keterampilan

hidup yang ditandai dengan (a) pentingnya hidup di atas garis tanggung jawab, (b)

adanya komunikasi yang jernih, baik eksplisit maupun implisit, dan adanya

hubungan pertalian yang baik.

Puncak quantum teaching yang diharapkan mampu melahirkan

keterampilan hidup yang ditandai dengan gaya hidup di atas garis tanggung

jawab; aktivitas hidip macam membiasakan diri untuk bertanggung jawab,

mencari pilihan, menentukan solusi hidup, berkebebasan, dan berkemauan untuk

Page 65: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

40

melakukan sesuatu. Bukan sebaliknya, menyalahkan, menyerahkan,

membenarkan, berdalih, dan mengingkari sesuatu. Komunikasi yang jernih

mengedepankan pentingnya kekomunikasian antara guru dan siswa, dan siswa

dengan siswa di dalam kelas. Sedangkan hubungan pertalian mengedepankan

pentingnya ’kedekatan’ guru dengan siswa dalam pengajaran di kelas. Ujungnya,

pertalian ini akan dapat membuka pintu ke arah pengakuan yang akan

meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri siswa.

Selanjutnya, DePorte (2000:14) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip

penerapan model TANDUR dalam pembelajaran di kelas iaitu:

Pertama, Tumbuhkan, guru dalam mengawali kegiatan belajarnya harus

mampu (i) membangkitkan motivasi anak dalam belajar, (ii) menyertakan

keterlibatan emosi dan pikiran anak, (iii) memikat perhatian anak, dan (iv)

memuaskan kemanfaatan materi pelajaran bagi anak yang sering disingkat dengan

AMBAK (apa manfaat bagiku). Hal ini akan lebih baik jika guru juga menyimpan

berjuta-juta teknik untuk memancing siswa.

Strategi yang dapat dipergunakan dilakukan dengan jalan menyertakan

pertanyaan-pertanyaan perangsang (menarik) kemudian mengiringinya dengan

teknik pantomin, lakon pendek, dan lucu, drama, vidio, dan cerita.

Kedua, guru membimbing siswa agar mampu (i) memberikan kepada

mereka pengalaman belajar, dan (ii) menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui

terhadap materi pelajaran. Guru menunjukkan ’contoh’ materi sebagai ’data’ dan

melibatkan pada pembelajaran melalui pengalaman pada saat motivasi dan minat

anak memuncak.

Page 66: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

41

Pada tahap ini, pengalaman menciptakan ikatan emosional yang

memberikan peluang untuk pemberian makna (penamaan) di satu sisi, dan dapat

menciptakan pertanyaan mental yang harus dijawab pada sisi yang lain.

Pertanytaan tersebut mencakup mengapa? Bagaimana? Apa?. Dengan kata lain,

pengalaman akan membangun keingintahuan siswa, menciptakan pertanyaan-

pertanyaan yang membangun tersebut ke dalam benak siswa, membuat mereka

penasaran, kemudian menganjurkan anak memberi nama.

Strategi yang dapat dipergunakan ialah permainan dan simulasi dalam

kelompok. Memerankan pelajaran unsur baru dalam permainan sandiwara.

Pemberian tugas kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka

miliki.

Ketiga, Namai, pada tahap ini, ketika konsentrasi dan minat memuncak,

penamaan dapat memusatkan hasrat alami otak untuk memberikan identitas,

mengurutkan, dan mendefinisikan. Di sinilah guru harus mampu membangun

penamaan yang dilakukan anak berdasarkan pengetahuan dan kingintahuan siswa

saat berlangsung pembelajaran tertentu. Penamaan ini, saatnya untuk mengajarkan

konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar.

Strategi yang digunakan dapat berupa susunan gambar, warna, alat bantu,

kertas tulis, dan poster dinding. Guru dapat menggunakan teknik metafor.

Keempat, Demonstrasikan. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka

menghayati dan membuatnya menjadi pengalaman pribadi. Strategi yang dapat

Page 67: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

42

dipergunakan mencakup: sandiwara, vidio, permainan, lagu, penjabaran dalam

grafik.

Pada saat pengalaman dan nama bersatu, belajar pun meledak dalam

peragaan asyik! Pengalaman dan penamaan itu terpatri dalam memori otok dan

perlu direkatkan ke dalam pembelajaran yang terjadi.

Kelima, Ulangi, tahap ini guru membimbing anak untuk merekatkan

gambaran secara keseluruhan. Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan

menumbuhkan rasa Aku tahu bahwa Aku tahu . Pengulangan dilakukan secara

multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda

dengan asalnya semisal permainan, pertunjukkan, drama, dan sebagainya.

Strategin yang dapat dilakukan mempergunakan daftar isian aku tahu

kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada

orang lain atau menirukan orang-orang lain yang terkenal seperti guru, ahli, dan

tokoh.

Keenam, Rayakan, tahap ini guru memotivasi siswa dengan memberikan

menuntun untuk melakukan perayaan. Bentuk-bentuk perayaan dapat bermacam-

macam, dari pemberian hadiah, tepuk tangan, bernyanyi bersama, pamer pada

pengunjung, ucapan selamat, dan memujinya.

B. Kerangka Pikir

Puisi adaah salah satu bentuk sastra, merupakan pancaran susila dan

gejolak kejiwaan yang timbul dalam batin penyair. Pancaran kehidupan tersebut

timbul akibat adanya interaksi langsung maupun tidak langsung, secara sadar

Page 68: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

43

maupu tidak sadar, dalam suatu keadaan yang dialaminya yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan, ditata sedemikian rupa dengan menggunakan kata-kata

singkat dan padat.

Terkait dengan hal tersebut, dalam penelitian ini, akan diterapkan model

quantum teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya

Chairil Anwar siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar. Quantum teaching yang

diharapkan dalam peneitian ini mampu melahirkan keterampilan hidup yang

ditandai dengan gaya hidup di atas garis tanggung jawab; aktivitas hidup macam

membiasakan diri untuk bertanggung jawab, mencari pilihan, menentukan solusi

hidup, berkebebasan, dan berkemauan untuk melakukan sesuatu. Komunikasi

yang jernih mengedepankan pentingnya kekomunikasian antara guru dan siswa,

dan siswa dengan siswa di dalam kelas. Sedangkan hubungan pertalian

mengedepankan pentingnya ’kedekatan’ guru dengan siswa dalam pengajaran di

kelas. Ujungnya, pertalian ini akan dapat membuka pintu ke arah pengakuan yang

akan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri siswa.

Setelah diterapkan quantum teaching dalam pembelajaran apresiasi puisi,

seanjutnya dilaksanakan pengumpulan data dengan membagikan soal/tes kepada

siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar sebagai data untuk menjawab apakah

dengan diterapkannya quantum teaching apresiasi puisi siswa meningkat?

Selanjutnya ditarik simpulan, dan untuk jelasnya alur penelitian ini dapat dilihat

kerangka pikir berikut ini.

Page 69: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

44

Pembelajaran Apresiasi Puisi

Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Takalar

Sajak Kepada Peminta-minta

Karya Chairl Anwar

Quantum Teacing

Makna

makna

tema

persajakan

tifografi

suasan

a

nada

makna

citraan

majas/

gaya

bahasa

amanat

makna

Page 70: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

45

Gambar 1. Bagan Kerang Pikir

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Efektif penerapan quantum

teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar

siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar”.

Efektif Pembelajaran

Apresiasi Puisi

Tidak Efektif

Pembelajaran Apresiasi

Puisi

Page 71: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

27

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian dan Paradigma Penelitian

1. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena data

berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu, karena metode yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) terhadap yang lain dalam kondisi yang

dikendalikan (Sugiyono, 2011:72). Perlakuan (treatment) yang dimaksud adalah mengukur

kemampuan siswa dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairl Anwar.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pretest posttest control group design

(Arikunto, 2006:86). Desain tersebut digambarkan sebagai berikut.

Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Posttes

Eksprimen

(E)

Kontrol (K)

O1

O2

X

-

O2

O4

Keterangan: E : kelompok eksperimen

K : kelompok control

O1 : pretest kelompok eksperimen

O2 : posttest kelompok eksperimen

O3 : pretest kelompok kontrol

O4 : posttest kelompok kontrol

X : Penerapan quantum teacing

Page 72: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

28

28

2. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel

yang akan diteliti (Sugiyono, 2008:42). Paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

a. Paradigma Kelompok Eksprimen

Gambar 2: Bagan Paradigma Kelompok Eksperimen

b. Paradigma Kelompok Kontrol

Gambar 3: Bagan Paradigma Kelompok Kontrol

Variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk dikenai prauji dengan pengukuran

penggunaan pretest. Manipulasi perlakuan eksperimen menggunakan quantum teacing dalam

mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar, dan tidak menggunakan

quantum teacing untuk kelompok kontrol. Kemudian, kedua kelompok tersebut dikenai

Kelompok

Eksprimen

Pembelajaran apresiasi

sajaki Kepada Peminta-

minta karya Chairil

Anwar

Treatment quantum

teacing

Mampu

Mengapresiasi

sajak

Kelompok

Eksprimen

Pembelajaran apresiasi

sajak Kepada Peminta-

minta karya Chairil

Anwar

Non -Treatment quantum

teacing

Mampu

Mengapresiasi

sajak

Page 73: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

29

29

pengukuran dengan menggunakan posttest mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya

Chairil Anwar.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel dibedakan menjadi dua macam, yaitu variabel bebas

(independen variable) dan variabel terikat (dependen variable). Variabel independen merupakan

variabel yang bebas dari pengaruh variabel yang lain. Variabel dependen merupakan variabel

yang dipengaruhi oleh variabel yang lain.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas (independen variable) dalam penelitian ini adalah model quantum teacing

Model ini akan dijadikan perlakuan (treatment) bagi kelompok eksperimen, sementara pada

kelompok kontrol pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan model quantum teacing.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependen variable) dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa

mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairi Anwar setelah diberi perlakuan yang

berupa penggunaan model quantum teacing.

C. Popuasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini seluruh kelas X SMA Negeri 1 Takalar yang berjumlah

377 orang terdiri atas 136 laki-laki dan 241 perempuan. Untuk lebih jelasnya diperhatikan

keadaan populasi berikut ini.

Page 74: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

30

30

Tabel 2. Keadaan Populasi

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X9

X10

X11

16

14

11

10

8

15

14

15

13

11

9

20

21

20

21

29

21

18

20

21

23

27

36

35

31

31

37

36

32

36

34

33

36

Jumlah 136 241 377

Sumber Data: Tata Usaha SMA Negeri 1 Takalar Tahun Ajaran 2015-2016

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perporsif sampling, yaitu pengambilan sampel secara

sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan sebagai secara sengaja mengambil

sampel tertentu. Atau sesuai persyaratan sampel (mencerminkan popuasi). Dengan demikian,

sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel 3. Keadaan Sampel

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1.

2. X 5

X 6

8

15

29

21

37

36

Jumla 23 50 73

Page 75: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

31

31

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengukuran Sebelum Eksperimen

Sebelum eksperimen, dilakukan pretest berupa tes mengapresiasi puisi Kepada Peminta-

minta karya Chairl Anwar baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tujuan

diadakannya pretest yaitu untuk mengetahui kemampuan mengapresiasi siswa di awal yang

dimiliki oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan untuk menyamakan kondisi

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian dianalisis menggunakan rumus

Uji-t. Uji-t data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan untuk mengetahui

berhasil tidaknya quantum teacing di awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dengan demikian, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari titik tolak

yang sama.

2. Pelaksanaan Eksperimen

Setelah kedua kelompok diberi pretest dan terbukti memiliki kemampuan yang sama,

sedangkan kepada kelas eksperimen diberikan treatment (perlakuan) untuk mengetahui

peningkatan kemampuan apresiasi sajak tersebut. Perlakuan melibatkan unsur pokok, yaitu

model quantum teacing, guru, peneliti, dan siswa. Peneliti bertindak sebagai manipulasi

proses belajar mengajar. Manipulasi yang dimaksud adalah memberikan perlakuan dengan

menggunakan model quantuk teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya

Chairil Anwar di kelas eksperimen. Siswa bertindak sebagai unsur yang menjadi sasaran

manipulasi. Perlakuan hanya diberikan pada kelas eksperimen, sedangkan pembelajaran apresiasi

Page 76: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

32

32

di kelas kontrol dilaksanakan tanpa menggunakan quantum teacing. Adapun tahap pelaksanaan

penelitian adalah sebagai berikut.

a. Kelompok Eksperimen

Langkah-langkah eksperimen quantum teacing mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta

karya Chairil Anwar dalam setiap perlakuan.

Kegiatan ini, yakni pembelajaran apresiasi puisi dengan memanfaatkan model TANDUR.

Sajak yang disuguhkan kepada siswa berjudul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar dari

Deru Campur Debu sebagaimana kegiatan berikut ini.

Tumbuhkan. Kegiatan ini, guru menggiring siswa keluar kelas untuk mengikuti pembelajaran

di taman dengan membentuk lingkaran besar, guru berada pada salah satu sisi. Kegiatan belajar-

mengajar yang terjadi adalah: Guru memberikan pertanyaan yang memancing minat, motivasi,

dan kejutan sehingga menarik minat siswa terhadap apresiasi sajak, seperti:

“Pernahkah kalian melihat peminta-minta? Bagaimana keadaannya? Anak-anak peminta-minta

yang ada dalam puisi tidak lain adalah ”si aku merasa terkejar-kejar oleh rasa dosa karena ada

seorang ‘peminta-minta’ yang selalu memandangnya, nah anak-anak siapakah itu si aku?

Mengapa si aku merasa terkejar-kejar? Apakah dosa si aku?

Selanjutnya, guru menyampaikan secara singkat apa isi puisi, sebagaimana berikut ini.

Si aku merasakan dosanya itu begitu mencekam. Maka dia memohon kepada peminta-

minta jangan bercerita tentang dosa-dosa manusia, rasanya dosa si aku itu sudah

tercermin dalam muka si peminta-minta seperti kena cacar dan bernanah, selalu meleleh,

dan selalu diusap oleh si peminta-minta sambil berjalan. Seolah-olah si peminta-minta itu

selalu mengingatkan rasa dosa si aku di mana pun ia berada.

Dalam hal ini guru tidak melupakan menyampaikan kepada siswa bagaimana keadaan

peminta-minta dalam puisi dengan peminta-minta yang sesungguhnya di alam nyata.

Page 77: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

33

33

Alami. Siswa ditunjukkan sajak tersebut, siswa diminta untuk memperhatikan tema, pilihan kata

(diksi), penggunaan gaya bahasa, bait, irama, rima, dan pengimajian. Guru memutar VCD atau

rekaman keadaan peminta-minta .

Namai. Guru mempersilakan siswa memilih tempat belajar sesuai dengan keinginannya (taman,

perpustakaan, kafe, di kelas, dan sebagainya). Siswa diminta memperhatikan kembali sajak yang

disuguhkan,

Demonstrasikan. Setelah beberapa saat berada pada tempat belajarnya, siswa kembali ke kelas,

menyempurnakan jawabannya atas bantuan guru. Merefleksikan pengetahuan kreatif dan

mewujudkan jawabannya sesuai dengan pengalaman dan pemaknaannya saat membaca. Karena

itu, kemungkinan yang terjadi pemaknaan yang berbeda-beda dari sajak Kepada Peminta-minta,

ada siswamemaknakan berangkat dari pengalamannya, ada yang dilihat di jalan-jalan, toko-toko,

dan supermaket, dan mungkin ada yang memaknakan berangkat dari ilusi masa depannya.

Terakhir guru dapat mendemonstrasikan bagaimana membaca sajak berdasarkan pengalaman

rasa

Ulangi. Guru memberi kesempatan untuk mengulangi kegiatan sesuai dengan keberhasilan

kepengarangan, sehingga siswa memiliki pengalaman termasuk kesulitan yang berbeda-beda.

Dengan variasi konteks lingkungan siswa, pengalaman, peragaan, dan permaian yang berbeda,

siswa akan memperoleh pengulangan pemahaman atas pengetahuan dan pengalaman

mengapresiasi sastra (puisi) yang telah dipelajarinya

Rayakan. Pada tahap ini, guru diharapkan tidak hemat ujian, tidak pelik sanjungan, dan murah

pada hadiah atas prestasi belajar siswanya. Oleh karena itu, guru di akhir pelajaran diminta untuk

menyiapkan kejutan pada siswa yang akan mengabdikan pengalaman dan pengetahuan barunya.

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru mencakup antara lain: mengucapkan selamat atas

Page 78: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

34

34

jawaban siswa; memberikan pujian dan membenarkan; menyediakan hadiah gratis berupa buku

puisi dari karangan guru sendiri atau dari pengarang terkenal kepada siswa yang paling bagus

karyanya.

b. Kelompok Kontrol

Pada kelompok kontrol ini, tidak dikenai perlakuan dengan menggunakan model

pengalaman berbahasa terkonsentrasi. Berikut langkah-langkah kontrol tanpa menggunakan

quantum teacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.

1) Guru menjelaskan tentang kompetensi dasar.

2) Guru mengawali pelajaran dengan memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab

dengan siswa.

3) Setelah guru selesai memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab, tiap siswa

diberi sebuah teks sajak.

4) Siswa diberi tugas untuk memahami sajak dengan memperhatikan unsur instrinsik

5) Guru dan siswa diskusi bersama terkait dengan hasil tugas dan analisisnya.

6) Guru melakukan evaluasi.

3. Pengukuran Sesudah Eksperimen

Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan, langkah selanjutnya yaitu memberikan

posttest yang bentuknya sama dengan pretest kepada kedua kelompok. Pemberian posttest

bertujuan untuk melihat pencapaian setelah diberi perlakuan. Setelah itu, posttest dibandingkan

skor yang ingin dicapai pada saat pretest dan posttest. Hasil posttest sebagai pembanding dengan

hasil yang dicapai saat pretest, apakah hasilnya meningkat, sama, atau justru menurun.

Page 79: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

35

35

E. Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes mengapresiasi sajak Kepada

Peminta-minta karya Chair Anwar. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes objektif dengan

empat alternatif jawaban. Siswa yang menjawab benar mendapat skor 4, sedangkan siswa yang

menjawab salah mendapat skor 0.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk menguji normal atau tidaknya sebaran data

penelitian. Pengujian ini menggunakan teknik statistik Kolmogorov Smirnov. Pada penelitian ini,

uji normalitas sebaran dilakukan terhadap skor pretest dan post-test kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Proses perhitungan dalam penelitian ini dibantu dengan komputer program

SPSS 15.00 (Statistical Product And Service Solution). Interpretasi hasil uji normalitas dengan

melihat nilai sig (2-tailed). Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut.

1) Jika nilai kesalahan atau nilai probabilitas > 0,05, dapat disimpulkan bahwa data

berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi normal.

2) Jika nilai kesalahan atau nilai probabilitas < 0,05, dapat disimpulkan bahwa data

berasal dari populasi yang sebarannya tidak normal atau menyimpang.

Page 80: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

36

36

b. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dipakai pada

penelitian ini diperoleh dari populasi yang bervarian homogen atau tidak. Uji homogenitas yang

dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS 15,00 (Statistical

Product And Service Solution) dengan uji statistik (test of varians) Test. Uji (test of varians) Test

digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (independent) mempunyai varians dengan

variabel terikat (dependent). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas, yaitu model pengalaman

berbahasa terkonsentrasi dan variabel terikat yaitu hasil tes membaca pemahaman karya prosa.

Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut.

1) Jika nilai kesalahan atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-

populasi yang mempunyai varian tidak sama (tidak homogen).

2) Jika nilai kesalahan atau nilai probabilitas > 0,05 maka data berasal dari populasi-

populasi yang mempunyai varian yang sama (homogen).

2. Penerapan Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji-t. Penggunaaan teknik

analisis ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hitung yang ingin diuji, yaitu apakah

berbeda secara siginifikan atau tidak berasal dari distribusi sampel yang berbeda (sampel bebas).

Uji-t digunakan untuk menguji perbedaan mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya

Chairil Anwar antara kelompok.

Seluruh proses perhitungan selengkapnya dibantu dengan program SPSS 15,00

(Statistical Product And Service Solution). Hasil penghitungan dinyatakan signifikan atau dapat

membuktikan hipotesis alternatif, jika t hitung dengan sig (2-tailed) 0,000 lebih kecil dari taraf

Page 81: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

37

37

kesalahan 0,05 (5%). Nilai t tabel dapat dicari dengan rumus interpolasi karena derajat

kebebasan dalam penelitian sebesar 72, di mana df tersebut tidak tertera dalam tabel.

Interpolasi merupakan sebuah cara menentukan nilai pada tabel (baik itu dalam tabel t, F atau

pun r) di mana nilai derajat kebebasan df (degree of freedom) tidak tertera secara tertulis dalam

tabel yang dimaksudkan.

Page 82: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Pre-tes Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-minta

Karya Chairil Anwar Kelas X 7 SMA Negeri 1 Takalar Sebelum

Diterapkan Model Quantum Teacing

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri

1 Takalar, maka diperoleh data melalui instrumen tes sehingga dapat diketahui

tingkat apresiasi siswa berupa nilai dari Kelas X 7. Untuk lebih jelasnya

diperhatikan table berikut ini.

Tabel 3. Nilai Pre-tes Apesiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya Chairil

Anwar

Siswa Kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar

No Kode Nilai No Kode Nilai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

KS 1

KS 2

KS 3

KS 4

KS 5

KS 6

KS 7

KS 8

KS 9

90

87

75

72

82

72

67

90

60

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

KA 17

KS 18

KS 19

KS 20

KS 21

KS 22

KS 23

KS 24

KS 25

65

87

60

80

90

80

90

87

72

Page 83: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

50

10.

.

KS 10

75

26.

.

KS 26

80

Sambungan tabel 3

No Kode Nilai No Kode Nilai

11.

12.

13.

14.

15.

16.

KS 11

KS 12

KS 13

KS 14

KS 15

KS 16

80

75

90

75

82

90

27

28

29

30

31

32

KS 27

KS 28

KS 29

KS 30

KS 31

KS 32

87

80

82

80

87

82

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pre-test dari siswa kelas X7 SMA

Negeri 1 Takalar dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4. Perhitungan untuk Mencari Mean (Rata – rata )

Nilai Pre-test

No X F XF

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

6.0

65

67

72

7.5

80

82

87

90

2

1

1

2

5

6

4

5

6

120

6.5

6.7

144

375

480

328

435

540

Jumlah

-

32 2554

Page 84: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

51

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 2554, sedangkan

nilai dari N sendiri adalah 32. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata

(mean) sebagai berikut:

=

= 79.81

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari apresiasi

sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwa Siswa kelas X7 SMA Negeri 1

Takalar, yaitu 79.81. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen

pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan siswa dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 5. Tingkat Hasil Belajar Pre-test

No Interval Frekuensi Persentase

(%)

Kategori

1.

2.

3.

4.

5.

0 –

34

35 -

54

55-

65

65-

0,00

0,00

3

0,00 %

0,00 %

10 %

56 %

34 %

Sangat

rendah

rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Page 85: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

52

84

85 – 100

18

11

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan

apresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7

pada tahap pre-test dengan menggunakan instrumen test, kategori sangat rendah

tidak satu pun siswa yang memperoleh, sama halnya dengan kategori rendah.

Kategori sedang diperoleh tiga orang (10 %), kategori tinggi 18 orang (56 %),

dan sangat tingggi diperoleh 11 orang (34 %). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tingkat apresiasi siswa relatif tinggi atau baik. Dengan

demikian, hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa kemampuan

mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7

belum tuntas sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel 6. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar SMA Negeri 1 Takalar

Skor Kategorisasi Frekuensi %

0 ≤ × < 75 Tidak tuntas 6 18,75 %

75 ≤ × ≤ 100 Tuntas 26 81.25 %

Jumlah 32 100 %

Tabel tersebut menjelaskan bahwa masih ada enam (6) orang atau 18, 75

% siswa yang belum tuntas, sehingga perlu diadakan remedial karena ketuntasan

menurut Kurikulum 2013 siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas adalah 100%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi sajak Kepada

Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar

Page 86: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

53

belum memenuhi kreteria ketuntasan karena siswa yang memperoleh nilai 75 ke

atas 26 siswa atau 81, 25 %.

2. Deskripsi Hasil Pos-tes Mengapresiasi Sajak Kepada Peminta-minta

Karya Chairil Anwar Kelas X 7 SMA Negeri 1 Takalar Sesudah

Diterapkan Model Quantum Teacing

Selama penelitian berlangsung dan menggunakan model quantum

teacing, terlihat ada perubahan yang signifikan perolehan nilai siswa setelah

mengerjakan soal. Untuk lebih jelasnya diperhatikan tabel berikut.

Tabel 7. Nilai Pre-tes Apesiasi Sajak Kepada Peminta-minta Karya

Chairil Anwar

Siswa Kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar

No Kode Nilai No Kode Nilai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

KS 1

KS 2

KS 3

KS 4

KS 5

KS 6

KS 7

KS 8

KS 9

KS 10

KS 11

KS 12

KS 13

KS 14

KS 15

KS 16

92

88

84

80

96

84

88

76

84

68

92

88

84

96

80

72

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

KA 17

KS 18

KS 19

KS 20

KS 21

KS 22

KS 23

KS 24

KS 25

KS 26

KS 27

KS 28

KS 29

KS 30

KS 31

KS 32

96

76

88

76

88

76

96

84

96

80

92

76

96

64

92

96

Page 87: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

54

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pre-test dari siswa kelas X7 SMA

Negeri 1 Takalar dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 8. Perhitungan untuk Mencari Mean (Rata – rata )

Nilai Pre-test

No X F XF

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

64

68

72

76

80

84

88

92

97

1

1

1

5

3

5

5

4

7

64

68

72

380

240

420

440

368

679

Jumlah

32 2731

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 2731, sedangkan

nilai dari N sendiri adalah 32. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata

(mean) sebagai berikut:

=

= 85,344

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari apresiasi

sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar Siswa kelas X7 SMA Negeri 1

Page 88: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

55

Takalar, yaitu 85,344. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen

pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan siswa dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 9. Tingkat Hasil Belajar Pos-test

No Interval Frekuensi Persentase

(%)

Kategori

1.

2.

3.

4.

5.

0 –

34

35 -

54

55-

65

65-

84

85 – 100

0,00

0,00

1

15

16

0,00 %

0,00 %

3, 125 %

46, 875 %

50 %

Sangat

rendah

rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan

apresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7

pada tahap pre-test dengan menggunakan instrumen test, kategori sangat rendah

tidak satu pun siswa yang memperoleh, sama halnya dengan kategori rendah.

Kategori sedang diperoleh satu (1) orang (3, 125 %), kategori tinggi 15 orang

(46, 875 %), dan sangat tingggi diperoleh 16 orang (50 %). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi siswa relatif sangat tinggi, tetapi

belum tuntas sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel 10. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar SMA Negeri 1 Takalar

Page 89: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

56

Skor Kategorisasi Frekuensi %

0 ≤ × < 75 Tidak tuntas 1 3, 125 %

75 ≤ × ≤ 100 tuntas 31 96, 875 %

Jumlah 32 100 %

Tabel tersebut menjelaskan bahwa masih ada satu (1) orang atau 3,125 %

siswa yang belum tuntas, sehingga perlu diadakan remedial karena ketuntasan

menurut Kurikulum 2013 siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas adalah 100%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi sajak Kepada

Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7 belum memenuhi kreteria

ketuntasan karena siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas 31 siswa atau 96, 825

%.

3. Efektivitas Penerapan Quantum Teacing dalam Mengapresiasi Sajak

Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Siswa Kelas X SMA Negeri

1 Takalar

Sesuai hipotesias dalam penelitian ini bahwa “Efektif penerapan quantum

teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar

siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar”, maka teknik yang digunakan untuk

menguji hipotesis adalah teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.

Tabel 11. Analisis Nilai Pre-tes dan Pos-tes

Page 90: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

57

No X1 (Pre-tes) X2 (Pos-tes) d = X2-X1 d2

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31

32.

90

87

75

72

82

72

67

90

60

75

80

75

90

75

82

90

65

87

60

80

90

80

90

87

72

80

87

80

82

80

87

82

92

88

84

80

96

84

88

76

84

68

92

88

84

96

80

72

96

6

88

76

88

76

96

84

96

80

92

76

96

64

92

96

2

1

9

8

14

12

21

-14

24

-7

12

13

-6

21

-2

-18

31

-11

20

-4

-2

-4

6

-3

24

0

5

-4

14

-16

5

14

4

1

81

64

96

144

441

196

576

49

144

169

36

441

4

324

961

121

400

16

4

16

36

9

576

0

25

16

196

256

25

196

Jumlah 347 5723

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

Page 91: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

58

Md =

= 10,844

2. Mencari harga “ ” dengan menggunakan rumus:

=

=

= 1960,1

3. Menentukan harga t Hitung

t =

t =

t =

t =

t =

t = 7,712

4. Menentukan harga t Tabel

Page 92: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

59

Untuk mencari t Tabel. Peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan

taraf signifikan = 32 – 1 = 31 maka diperoleh t 0,05 =

2,021.

Setelah diperoleh tHitung= 7,712dan tTabel = 2,021 maka diperoleh tHitung

> tTabel atau 7,712> 2,021. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima. Ini berarti bahwa efektif model quantum tacing dalam mengapresiasi

sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1

Takalar

B. Pembahasan

Bagian ini akan diuraikan pembahasan setelah analisis data. Pembahasan

yang dimaksud adalah setelah data dianalisis tergambar hasil pre-tes

menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan mengapresiasi sajak Kepada Peminta-

minta karya Chairil Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar 79, 81. Dengan

rincian, tidak satu pun siswa yang memperoleh nilai dengan rentang 0 – 34

sebagai kategori sangat rendah, demikian pula rentang nilai 35 – 54 sebagai

kategori rendah. Sementara Kategori sedang diperoleh tiga orang (10 %),

kategori tinggi 18 orang (56 %), dan sangat tingggi diperoleh 11 orang (34 %).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi siswa relatif tinggi

atau baik. Dengan demikian, hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa

kemampuan mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar

siswa kelas X7 belum tuntas sebagaimana tabel berikut ini.

Page 93: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

60

Walaupun simpulan apresiasi siswa adalah relatif tinggi atau baik karena

jumlah siswa yang tuntas mengerjakan tes instrument ada 26 orang atau 81, 25 %,

belum sesuai standar kategori yang diacu SMA Negeri 1 Takalar. Hal ini

disebabkan dikatakan tuntas apabila jumlah seluruh siswa memperoleh nilai 75

berjumlah 100 %, sementara siswa tersebut hanya 81, 25 %.

Demikian pula, setelah siswa mengerjakan tes instrument pada pos-tes,

terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sejumlah 85,344. Dengan

rincian kategori sangat rendah dan rendah tidak ada satu pun siswa yang

memperoleh. Kategori sedang diperoleh satu (1) orang (3, 125 %), kategori

tinggi 15 orang (46, 875 %), dan sangat tingggi diperoleh 16 orang (50 %).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat apresiasi siswa relatif sangat

tinggi, tetapi belum tuntas, karena siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas elum

berjumlah 100, tetapi 96, 875 %. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

kemampuan mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwa

siswa kelas X7 SMA Negeri 1Takalar sesuai kreteria yang diacu Kurikulum 2013

yaitu dikatakan tuntas apabila jumlah kelasikal siswa memperoleh nilai 75 ke atas

sejumlah 100 %. Sementara hasil analisis belum menunjukkan 100 %, jadi

kemampuan siswa belum tuntas.

Hasil analisis data setelah siswa mengerjakan tes instrumental pada pre-tes

dan postes telah berada dalam kategori baik, karena siswa yang meperoleh nilai 75

ke atas pada pre-tes sejumlah 26 orang atau 81.25 %. Demikian pula hasi pos-tes

jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas sejumlah 31 orang atau 96, 875

Page 94: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

61

%. Hal ini berarti baik hasil pre-tes maupun pos-tes belum mencapai 100 % siswa

yang memperoleh nilai 75 ke atas.

Memahami nilai tersebut, apabila ada siswa yang belum memperoleh nilai

75 itu artinya perlu pengayaan untuk mencapai target kurikulum bahwa dikatakan

tuntas apabila seluruh jumlah siswa memperoleh nilai 75 ke atas 100%.

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji t,

berdasarkan tabel distribusi t dengan taraf signifikan

= 32 – 1 = 31 maka diperoleh t 0,05 = 2,021. Setelah diperoleh t Hitung= 7,712dan

tTabel = 2,021 maka diperoleh tHitung > tTabel atau 7,712> 2,021. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa efektif model

quantum tacing dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta karya Chairil

Anwar siswa kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar.

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah adalah “Efektif

penerapan quantum teaching dalam mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta

karya Chairil Anwar siswa kelas X SMA Negeri 1 Takalar”. Diterima.

Page 95: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

62

Page 96: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

ASimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Hasil analisis pre-tes kemampuan siswa mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta

karya Chairil Anwar kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar menunjukkan nilai rata-rata

79.81, atau 26 orang siswa dengan ketuntasan 81.25 %.

2. Hasil analisis pos-tes kemampuan siswa mengapresiasi sajak Kepada Peminta-minta

karya Chairil Anwar kelas X7 SMA Negeri 1 Takalar menunjukkan nilai rata-rata

85,344 , atau 31 orang siswa dengan ketuntasan 96, 875 %

3. Hipotesis dalam penelitian ini adalah“Efektif penerapan quantum teaching dalam

mengapresiasi sajak Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar siswa kelas X SMA

Negeri 1 Takalar”. Diterima.

B. Saran

Saran dalam peelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kepada para guru terkhusus guru Bahasa dan Sastra Indonesia sebaiknya menggunakan

model mengajar yang efektif, misalnya quantum teacing karena model ini dapat

membangkitkan dan memotivasi siswa untuk belajar karena dilaksanakan dengan

menyenangkan dan pun, tidak seharusnya di dalam kelas.

Page 97: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

2. Kepada Peneliti, diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran efektif

khususnya quantum teacing dengan menerapkan pokok bahasan lain untuk mengetahui

apakah pada pokok bahasan tersebut cocok dengan strategi pembelajaran ini demi

tercapainya tujuan yang diharapkan.

3. Kepada calon Peneliti, diharapkan dapat mengembangkan dan memperkuat model

quantum teacing serta memperkuat hasil penelitian ini dengan cara mengkaji terlebih

dahulu dan mampu mengadakan penelitian yang lebih sukses.

Page 98: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

61

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Amaluddin. 2009. Bentuk, Fungsi, Nilai, dan Strategi Pemerintahan Tradisi Lisan

Nyanyian Rakyat Bugis. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang

Program Pascasarjana.

Amirin, Tatang M. 2014. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azis, Sitti Aida. 2013. Apresiasi Puisi. Surabaya: Putra Media Nusantara.

Azis, Sitti Aida. 2014. Pembelajaran Sastra. Surabaya: Putra Media Nusantara.

Budiarti, Sri. 2012. “Mode Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan

Menggunakan Model Quantum Teaching Siswa Kelas VIII SMP

MUhammadiyah Karangpawita Kabupaten Garut”. Skripsi. Bandung:

STKIP Siliwangi Bandung.

Darma, Budi. 2011. Teori Kesusastraan. Surabaya: Unesa University Press.

Dayakisni, Tri dan Yuniardi, Salis. 2004. Psikologis Lintas-Buaya. Malang:

UMM Press.

De Potter, Bobbi & Mark Readon & Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum

Teaching :Memperaktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.

Bandung: Kaifa.

Depdiknas. (2002). Pendekatan Konstektual (Contextual Teaching and Learning).

Jakarta : Depdiknas.

De Potter, Bobbi & Mike Hernacki. 2001. Quantum Teaching :Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogjakarta:

Kanisius.

Kurnia, Dani. 2012. “Penerapan Model Tandur Berbasis Inkuiri dalam

PEmbelajaran Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP

Muhammadiyah Karangpawitan Kabupaten Garut”. Skripsi. Bandung:

STKIP Siliwangi Bandung.

Mangunwijaya. Y.B. 1988. Sastra dan Religuisitas. Yogyakarta: Kanisius.

Page 99: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

62

Nadya, Nyalu Lulu.2012. “Pendekatan, Metode, Strategi, Model Pembelajaran

Sastra”. Selasa 2 Februari 2016 dalam

www.nyayululunadya.blogspot.co.id

Nurcahyo, Doni Eko (2014) “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita

Menggunakan Model Quantum Teaching Siswa Kelas V SD Negeri

Iroyudan Panjangan. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa dan Budaya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, M.A. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya Padang.

Somarjo, J. Dan Saini, K.M. 1986. Apresiasi Kusastraan. Jakarta: P.T. Gramedia.

Sudjana. 2014. Metode Statiktik. Bandung: Tarsito.

Sudjiman, P, Zoest. A. V. 1992. Serba-serbi Semiotik. Jakarta: Gramedia.

Sudikan, Setya Yuwana. 2007. Pendekatan Kontektual dalam Pembelajaran

Apresiasi Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama. Surabaya:

Lembaga Penerbit Fakultas Bahasa dan Seni Unesa.

Tarigan, H.G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Teeuw. A.G.1980. Tergantung pada Kata. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wellek, Rene and Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan

dalam Bahasa Indonesia oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Page 100: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

127

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Muh. Ilham Syahril, dilahirkan pada tanggal 24 Maret 1990

di Jl. Tentara Pelajar, Makassar, Sulawesi Selatan. Anak

kedua dari empat bersaudara, buah kasih sayang dari pasangan

Ayahanda Syahril Sunarkan dan Ibunda Sitti Zaenab Abdi.

Jenjang Pendidikan :

1. Tahun 2002 menamatkan pendidikan di SD Negeri IV Sungguminasa

2. Tahun 2005 menamatkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sungguminasa

3. Tahun 2008 menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu

4. Tahun 2012 terdaftar sebagai Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur Regular

pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia S-1 dan menyelesaikan studi di

tahun 2016 dengan judul Skripsi : Efektivitas penerapan Quantum

Teaching mengapresiasi sajak kepada peminta-minta Karya Chairil Anwar

kelas X SMA Negeri 1 Takalar.

Page 101: EFEKTIVITAS PENERAPAN QUANTUM TEACING DALAM …

128

RIWAYAT HIDUP

Muh. Ilham Syahril, lahir di Ujung pandang, pada tanggal 24

Maret 1990, dari buah hati pasangan Ayahanda tercinta Syahril

Sunarkan dan ibunda tersayang Sitti Zaenab Abdi. Penulis

merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis mulai memasuki pendidikan formal pada tahun 1996 di SD Negeri

IV Sungguminasa dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sungguminasa dan tamat pada tahun

2005. Kemudian, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA

Negeri 1 Bontomarannu dan tamat pada tahun 2008.

Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi

dengan memberanikan diri mendaftar di perguruan tinggi tepatnya di Universitas

Muhammadiyah Makassar pada Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia (S1). Pada

tahun 2016, penulis berhasil menyusun judul skripsi yaitu: “Efektivitas penerapan

Quantum Teaching mengapresiasi sajak kepada peminta-minta Karya Chairil

Anwar kelas X SMA Negeri 1 Takalar”.