84
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI DI BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2009 – 2010 TESIS Disusun untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan OLEH : SUMARMIN NIM S 850209122 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

  • Upload
    lamhanh

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X

SMA NEGERI DI BOJONEGORO

TAHUN PELAJARAN 2009 – 2010

TESIS Disusun untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

OLEH : SUMARMIN

NIM S 850209122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu dan teknologi dewasa ini sangatlah cepat dan pesat. Untuk

mengimbangi perkembangan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas

dan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas trsebut dibutuhkan

pendidikan yang berkualitas. Dengan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan

insan-insan yang mampu menjawab tantangan zaman yang serba mengglobal. Pendidikan

di Indonesia harus dilaksanakan secara sadar dan sungguh-sungguh akan pentingnya

Pendidikan. Ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan terubahan zaman.

Dari uaraian di atas menunjukkan bahwa pendidikan memegang peranan penting

untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Hal ini diperlukan

proses pembelajaran terencana dan terarah yang mampu mengembangkan potensi dirinya

dan memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya. Ini sesuai Undang-Undang Sisdiknas

Bab 1 Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

2

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan

mutu pendidikan yang erat kaitanya dengan proses pembelajaran. Khusunya pendidikan

matematika upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah antara lain perubahan

Kurikulum, melaksakan Penataran dan Diklat bagi guru matematika baik di tingkat

Nasional, propinsi bahkan sampai di daerah-daerah dilakukan musyawarah guru

matapelajaran matematika atau lebih dikenal dengan MGMP matematika. Dengan upaya

tersebut seharusnya berkorelasi positip terhadap pretasi pendidikan pada umumnya.

Matematika merupakan salah satu matapelajaran yang diajarkan di sekolah mulai

dari kanak-kanak sampai perguruan tinggi karena sangat penting dalam perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara disisi lain matematika masih banyak yang

memandang bahwa matematika sebagai matapelajaran yang menakutkan dan

membosankan dikalangan siswa sehingga suasana yang demikian ini mengakibatkann hasil

atau prestasi terhadap pelajaran matematika belum sesuai yang diharapkan. Hal ini sesuai

yang diungkapkan oleh Karnasih (1997 : 4) bahwa nilai rata-rata matematika siswa di

sekolah sangat rendah dibandingkan nilai matapelajaran lain, masih banyak siswa memilih

sifat tidak positif terhadap matematika. Data Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur

perolehan nilai untuk Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Persentase Nilai UN SMAN di Bojonegoro Tahun 2008-2009

Persentase Nilai

Page 4: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

3

≥ 9,0

8,00

s.d

8,99

7,00

s.d

7,99

6,00

s.d

6,99

5,50

s.d

5,99

4,25

s.d

5,49

3,00

s.d

4,24

2,00

s.d

2,99

IPA 18,19 31,40 25,44 18,89 2,88 2,84 0,23 0,04

IPS 24,62 35,82 23,17 11,61 2,85 1,58 0,27 0,14

Sumber Dinas Kabupaten Bojonegoro

Hal ini masih tergolong banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan jika melihat

ketuntasan minimum ideal adalah 75.

Berdasarkan pengalaman mengajar dan hasil diskusi dengan rekan-rekan guru baik

yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Sekolah

maupun MGMP Kabupaten Bojonegoro diperoleh keterangan bahwa dari topik yang

dipelajari pada kelas X, topik trigonometri menunjukkan hasil belajar yang kurang

memuaskan dibanding topik-topik yang lain. Bahkan sering terjadi pada ulangan harian

topik trigonometri ini rata-rata 50% siswa mengalami tidak tuntas.

Rendahnya hasil belajar matematika di atas dimungkinkan karena guru kurang

dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan menyenangkan peserta didik.

Model pembelajaran yang seharusnya merupakan interaksi guru dengan siswa, serta

interaksi antar siswa yang akan membentuk sinergi yang saling menguntungkan semua

anggota (Anita Lie , 2008 : 33). Supaya pembelajaran matematika dapat menghasilkan

yang optimal, hendaknya guru harus pandai memilih model pembelajaran yang mampu

melibatkan peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu

bagaimanapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin

akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan

Page 5: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

4

tersebut adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara

optimal.

Semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang

bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya dan

membuat diri mereka belajar sama baiknya. Oleh karena itu tugas-tugas yang diberikan

kepada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim, tetapi belajar sesuatu sebagai

sebuah tim (Slavin, 1995 :5).

Banyak model pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh guru dalam rangka

untuk meningkatkan peran aktif peserta didik. Model pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam

proses pembelajaran di kelas karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

pemahaman peserta didik terhadap pemahaman konsep dan juga dapat dapat

meningkatkan kepekaan dan empati di antara siswa. Alternatif model pembelajaran

kooperatif yang dipakai adalah model pembelajaran kooperatif Student Teams achievement

Divisions (STAD) dan model pembelajaran koperatif Team Assisted Individualization

(TAI). Alasan menggunakan dua model pembelajaran kooperatif ini karena STAD

merupakan model pembelajaran kooperatif yang aplikatif terhadap skala tingkat kelas dan

mata pelajaran, sedangkan TAI merupakan model pembelajaran kooperatif yang tidak

aplikatif terhadap skala tingkat kelas dan mata pelajaran. Selain itu sudah banyak

penelitian yang membandingkan antara model pembelajaran kooperatif dan model

pembelajaran konvensional, dan hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran

kooperatif lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu peniliti

Page 6: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

5

ingin melihat efektivitas antara model pembelajaran kooperatif dan model kooperatif yaitu

antara model pembelajaran STAD dan model pembelajaran TAI.

Penelitian tentang aplikasi pembelajaran kooperatif dalam kelas dimulai sejak

tahun1970-an dan hasilnya telah dapat dibaca di artikel-artikel (Slavin, 1995). Namun

demikian di Indonesia pembelajaran kooperatif merupakan model pemebelajaran yang

relative baru, yang perlu diterapkan dan diketahui efektivitasnya. Pembelajaran kooperatif

pada prinsipnya adalah pembentukan kelompok-kelompok kecil, yang didalamnya terdapat

kerjasama antar anggota kelompok dan diskusi dikelompoknya.

Disamping dimungkinkan karena kurang sesuainya penggunaan model

pembelajaran dalam proses pembelajaran, rendahnya hasil belajar matematika

dimungkinkan karena penguasaan konsep-konsep matematika yang pada topik-topik yang

dipelajari sebelumnya masih lemah, hal ini terlihat sangat terlihat saat ditanyakan konsep-

konsep dasar yang pernah diterima sebelumya hanya beberapa siswa saja yang menjawab

dengan benar. Padahal banyak materi-materi yang diajarkan sebelumnya menjadi bekal

atau prasyarat untuk memahami materi-materi baru yang akan diajarkan sehingga

kurangnya pemahaman materi sebelumya yang merupakan kemampuan awal siswa untuk

mempelajari materi berikutnya ini dimungkinkan menyebabkan kurang memuaskan hasil

belajar matematika.

Memperhatikan uraian di atas, perlu kiranya diadakan eksperimen tentang

efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas dan kemampuan awal yang

dimiliki siswa.

B. Identifikasi Masalah

Page 7: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

6

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Dalam pembelajaran matematika peran aktif siswa dalam proses pembelajaran

masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena siswa

kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Terkait dengan ini dapat

diteliti apakah peran aktif siswa diubah, hasil belajar matematika siswa menjadi

lebih baik.

2. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena semangat dan

motivasi belajar matematika siswa yang kurang. Oleh karena itu dapat diteliti

apakah semangat dan motivasi belajar matematika siswa tinggi hasil belajar

matematika tinggi.

3. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena kurang tepat

penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah model

pembelajaran diubah, hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik.

4. Mengingat penguasaan materi prasyarat (kemampuan awal) mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran, maka masih rendahnya hasil belajar

matematika dimungkinkan karena guru tidak mengetahui kemampuan awal siswa.

Di sisi lain menurut pengamatan peneliti sebagian besar guru matematika kurang

peduli dengan materi yang sudah pernah diterima oleh siswa untuk pembelajaran

berikutnya. Sehingga menarik untuk diteliti apakah benar jika penguasaan materi

yang diterima sebelumnya dikuasai dengan baik maka hasil belajar siswa menjadi

baik.

Page 8: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

7

5. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena kurang

tersedianya sarana prasarana belajar yang memadai. Terkait dengan ini, dapat

diteliti apakah sarana prasarana yang baik, hasil belajar matematika menjadi lebih

baik. Dapat juga diteliti apakah media pembelajaran yang lengkap, hasil belajar

matematika menjadi lebih baik.

C. Pembatasan Masalah

Dari Identifikasi masalah diatas karena keterbatsan waktu, tenaga dan dana

agar peneliti dapat mengkaji secara mendalam dan terarah maka diperlukan

pembatasan masalah sebagi berikut :

1. Hasil belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil ulangan harian

matematika pada topik Trigonometri Kelas X

2. Kemampuan awal peserta didik dibatasi pada nilai ulangan harian topik

sebelumnya yaitu topik logika.

3. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran

Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada kelompok eksperimen dan

model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) pada kelompok kontrol.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah

tersebut di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran

Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada siswa yang

diajar dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ?

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

8

2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih

tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih rendah ?

3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif TAI,

STAD dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar ?

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)

lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif Team Assisted Individualization (TAI).

2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai

kemampuan awal lebih tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai

kemampuan awal lebih rendah

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pengguanaan model

pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Assisted

Individualization (TAI) dan tingkat kemempuan awal siswa terhadap hasil belajar

matematika.

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses

pembelajaran matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran Kooperatif

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

9

Student Teams Achievement Divisions (STAD) , Team Assisted Individualization (TAI)

dan kemampuan awal siswa.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Siswa

Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memperluas wawasan tentang cara belajar

matematika terutama dalam mengembangkan belajar bekerjama dalam kelompok kecil

untuk memecahkan permasalahan maupun secara individu.

b. Bagi Guru

Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih dekat tentang model

pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Assisted

Individualization (TAI) dan kemampuan awal serta implementasinya terhadap hasil

belajar matematika.

c. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pemegang

otoritas di sekolah dapat memperoleh informasi sebagai masukan dalam menentukan

kebijaksanaan terkait dengan proses pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran kooperatif di kelas.

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar sebagai karakteristik yang membedakan antara manusia dengan makkluk

lain, merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari

tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang

dilakukan oleh pelajar. Belajar adalah proses mengasimilasikan dan menghubungkan

pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki

seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Paul Suparno, 2001 : 61)

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

11

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Olivier (1999) dalam Haris

Mudjiman (2008 : 25) bahwa belajar adalah proses menginternalisasi, membentuk

kembali atau membentuk pengetahuan baru. Pembentukan pengetahuan baru ini

dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan dan pengalaman

lama digunakan untuk mengintepretasikan informasi dan fakta baru dari luar, sehingga

tercipta pengetahuan baru. Sehingga belajar menekankan pada proses belajar tidak

semata-mata kepada hasil belajar.

Menurut Fosnot (1989) dalam Paul Suparno (2001 : 62) belajar adalah suatu

perkembangan pemikiran dengan memuat kerangka pengertian yang berbeda. Siswa

harus mempunyai pengalaman membuat hipotesis, mengetes hipotesis, mamanipulasi

obyek, memecahkan persoalan, menemukan jawaban, menggambarkan, meneliti,

berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pernyataan, mengekpresikan gagasan

dan lain-lain untuk membentuk pengetahuan baru.

Sedangkan Ormond dalam Elizabeth E Correiro, Leanne R Griffin, Peter E Hart

(2008) mendefinisikan berikut ini.

Learning is an active process emphasizing purposeful interaction and the use of knowledge in a meaningful environment. Scientific experiments are, by nature, inquiry-based activities; developing scientists must learn to propose hypotheses, design experiments, and select appropriate materials. Many cognitive psychologists have portrayed learning as a process of creating individual meaning and understanding from personal experiences, a perspective referred to as constructivism.

Mary kalantzis dan Bill Cope (2009) belajar adalah bagaimana seseorang atau

sekelompok untuk menjadi tahu dan mengetahui jenis-jenis tindakannya. Dalam

belajar, mengetahui posisi mereka dan melibatkan diri (misal mengalami, mengetahui

konsep, mengalisis atau menggunakan)

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

12

Vygotsky dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2008 : 124) belajar adalah

sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan

proses biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses

yang lebih tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Sehingga

lanjut Vygotsky, munculnya perilaku seseorang karena kedua elemen tersebut. Pada

saat seseorang mendapat stimulus dari lingkunganya, seseorang akan menggunakan

fisiknya berupa alat indera untuk menangkap atau menyerap stimulus tersebut,

kemudian menggunakan saraf otaknya, informasi yang diterima tersebut untuk diolah.

Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengolah

informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik-psikologi sebagi elemen dasar

belajar. Pengetahuan yang ada sebagai proses dasar ini akan berkembang ketika

mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya mereka.

Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis memperoleh kesimpulan bahwa

belajar adalah proses secara pembentukan pengetahuan baru dimana, pengetahuan baru

ini terbentuk karena adanya stimulus dari lingkungan yang diintepretasikan

pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Proses ini dapat dilakukan baik secara

kelompok maupun perorangan.

b. Hasil Belajar Matematika

Proses pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru,

siswa, bahan ajar dan lingkungan belajar yang berinteraksi satu sama lain dalam usaha

untuk mencapai tujuan. Tujuan dari pembelajaran ini merupakan hasil belajar. Hasil

belajar merupakan perubahan yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajar(Chatarina Tri Ani dkk, 2004 : 4). Sedangkan menurut Winkel dalam

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

13

Sukestiyarno dan Budi Waluyo (2006 : 6), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan

yang telah dicapai peserta didik atau siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat

menimbulkan suatu perubahan yang khas.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam

diri siswa (internal), dan faktor yang datang dari luar diri siswa (eksternal). Menurut

Slameto (2003 : 54 – 72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

(1) Faktor-faktor internal

- Jasmaniah ( kesehatan, cacat tubuh ).

- Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, kesiapan).

- Kelelahan.

(2) Faktor-faktor eksternal

- Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan).

- Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah,

standar pelajaran diatas ukuran, tugas rumah).

- Masyarakat (kegiatan siswa di masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk

kehidupan masyarakat ).

Menurut Caroll dalam R. Angkowo dan A. Kosasih (2007 : 51), bahwa hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu (1) bakat belajar, (2) waktu yang

tersedia untuk balajar, (3) kemampuan individu, (4) kualitas pengajaran, (5)

lingkungan.

Page 15: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

14

Gagne, Robert M dan Leslie J. Briggs (1978:49-55) menerangkan bahwa

hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah : (1) keterampilan

intelektual adalah kecakapan yang berkenan dengan pengetahuan prosedural yang

terdiri atas diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta prinsip, (2)

strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan

jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperlihatkan,

mengingat dan berfikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan

sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, (4)

keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan

gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan

internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak

berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut, Bloom (1976:201-207) membagi hasil

belajar menjadi kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif

berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta

keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan

nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang

memadai. Kawasan psikomotor adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan

mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan

intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling

sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah

kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah

kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan

menggunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapai situasi-situasi baru dan

Page 16: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

15

nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian

sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk

memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah

kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau

kriteria ekstern ataupun yang ditetapkan lebih dahulu.

Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan

tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses belajar

matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika

adalah mengatur jalan pikiran dalam memecahkan masalah bukan hanya menguasai

konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika adalah belajar

konsep struktur keterampilan menghitung dan menghubungkan konsep-konsep

tersebut. Andi Hakim Nasution (1982:12) mengemukakan bahwa dengan menguasai

matematika orang akan belajar menambah kepandaiannya.

Sementara itu Nana Sudjana (1995:22) mengemukakan bahwa hasil belajar

matematika adalah kemamapuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne (1997:47-48) mengelompokkan hasil

belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni keterampilan intelektual,

strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.

Hasil belajar dapat diamati dan diukur dengan penilaian. Penilaian hasil belajar

adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan

pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada

kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi

guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan

Page 17: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

16

mengajarnya, apakah dengan pembelajaran tertentu yang digunakan mampu membantu

siswa mencapai tujuan belajar yang ditetapkan (ketuntasan belajar).

Salah satu penilaian yang digunakan untuk melihat hasil belajar

dilakukanlah tes. Tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa dapat memberikan

informasi sejauh mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), Peraturanturan Pemerintah nomor 16 Tahun 2006 bahwa aspek penilaian

dalam mata pelajaran matematika terdiri dari dua aspek, yaitu aspek pengetahuan

(kognitif) dan Afektif (sikap).

Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut di atas maka

yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah

kemampuan dari seorang siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika

dalam aspek kognitif (pengetahuan) setelah mengikuti proses belajar mengajar

matematika yang diukur dengan melalui tes.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)

dan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)

a. Model Pembelajaran

Menurut Soekamto dan udin Saripudin W (1997:78) “Model diartikan sebagai

kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.

Menurut Joyce dan Weil (1992:4) model adalah suatu perencanaan atau suatu

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran

termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.

Page 18: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

17

Menurut Fontana (dalam Suherman 2003:3) “Model Pembelajaran diartikan

sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar

tumbuh dan berkembang secara optimal”. Selanjutnya Joyce, B dan Marsha Weil

mengatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan desain pembelajaran

untuk membentuk peserta didik sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai

(1992:4).

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi,

metode atau prosedur. Seperti yang digunakan di sini istilah model pembelajaran

mencakup suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya dalam

model pembelajaran berdasarkan masalah siswa seringkali menggunakan berbagai

keterampilan dan prosedural pemecahan masalah dan berpikir kritis.

Jadi berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi pengajar dalam melakukan aktivitas belajar mengajar.

b. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerjasama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 siswa yang bekerja

sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu

tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah

pembelajaran kooperatif jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok

kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan

Page 19: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

18

pekerjaaan seluruh kelompok. Hal ini senada dengan definisi Slavin (1983) dalam

M. Lee Manning dan Robert Lucking (1991 : 1) bahwa :

The cooperative learning process as a set of alternatives to traditional instruction systems, or, more specifically. Techniques in which students work in heterogeneous groups of four to six members and earn recognition, rewards, and sometimes grades based on the academic performance of their groups. Roger dan David Johson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok

dapat dianggap pembelajaran kooperatif (Anita Lie, 2008 : 31). Pembelajaran

kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar

sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas sebuah

masalah atau tugas.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok barasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements (1991:3) mengatakan bahwa :

Participation in cooperative learning experiences can enhance academic achievement and cognitive growth, motivation and positive attitudes toward learning, social competence, and interpersonal relations. Furthermore, cooperative learning has been used effectively across a wide range of conten areas, including mathematics, reading, language arts, social studies, and science.

Page 20: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

19

Erman Suherman, dkk (2001 : 265) menjelaskan bahwa Cooperative

Learning dalam matematika akan dapat membantu sikap positif para siswa

terhadap matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri

terhadap kemampuannya untuk memecahkan atau menyelesaikan permasalahan-

permasalahan matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa

cemas terhadap matematika yang banyak dialami oleh para siswa. Dengan lebih

menekankan proses interaksi individu dalam sebuah kelompok kecil, Cooperative

Learning dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan

latarbelakang yang berbeda bahkan siswa yang berkemampuan kurang dalam hal

akademiknya.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan model

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh R. Slavin dan teman-temannya

di Universitas John Hopkin. Model ini merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus bagi seorang guru

pemula untuk menggunakan pendekatan kooperatif. Model pembelajaran STAD

sering disebut model pembelajaran generik yaitu model pembelajaran kooperatif

yang aplikatif terhadap skala tingkat kelas, mata pelajaran, serta karakteristik

sekolah dan kelas yang luas. Model pembelajaran STAD adalah unik karena

melibatkan persaingan antar kelompok untuk mendapatkan penghargaan kelompok,

hal ini senada Nesbit, dkk (1997 : 5) mengatakan :

STAD unique in that involves competition among groups, bacause the teams compete against each other for rewards, and at the same time provides an equal opportunity for teams to succeed, because the team scores are based on students improvement over their past record.

Page 21: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

20

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

pembelajaran di mana siswa-siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok

yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang terdiri dari siswa dengan

kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian siswa dalam

kelompok mempertimbangkan kriteria akademik. Untuk menuntaskan pelajaran

setiap tim menggunakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, kemudian mereka

saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi

secara berkelompok. Setiap pertemuan siswa diberi kuis. Kuis diberi skor dan skor

kuis tersebut digunakan untuk menentukan skor perkembangan tiap individu.

Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi

berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu (skor

awal). Setiap pertemuan pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain,

diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan

tertinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang

seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar tersebut.

STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis,

skor perbaikan individual, dan penghargaan tim.

a) Presentasi kelas

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas.

Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa, di mana pada

presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit STAD. Dengan cara ini,

siswa menyadari bahwa masih harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi

Page 22: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

21

kelas tersebut, karena dengan begitu akan membuat mereka mengerjakan kuis

dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor timnya.

b) Kerja tim

Tim tersusun dari 4 sampai dengan 5 orang siswa yang mewakili heterogenitas

kelas dalam kinerja akademik, yang terdiri dari siswa dengan kemampuan tinggi

(pandai), sedang, dan rendah. Fungsi utama tim ini adalah memastikan bahwa

semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan

anggotanya agar berhasil menghadapi kuis dengan baik. Setelah guru

mempresentasikan bahan ajar, tim berkumpul dalam kelompok untuk mempelajari

tugas yang diberikan oleh guru. Sesama anggota tim membandingkan jawaban dan

mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila ada anggota tim ada yang

mengalami kesalahan karena semua anggota dalam tim bertanggung jawab untuk

memahami bahan ajar tersebut. Semua anggota tim dalam STAD melakukan yang

terbaik untuk tim, dan timpun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap

anggotanya.

c) Kuis

Setelah satu sampai dua periode presentasi guru, dan satu sampai dua periode

latihan tim, para siswa tersebut dikenai kuis individual. Siswa tidak dibenarkan

saling membantu selama kuis berlangsung, sehingga setiap siswa bertanggung

jawab secara individu untuk memahami kompetensi dasar yang dipelajari.

Langkah-langkah untuk menentukan skor perkembangan adalah sebagai berikut:

1) Setiap siswa diberi skor berdasarkan skor-skor kuis sebelumnya.

Page 23: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

22

2) Siswa memperoleh poin untuk kuis yang terkait dengan pelajaran yang

disampaikan pada saat itu.

3) Siswa mendapat poin perkembangan yang besarnya ditambah apabila skor kuis

mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.

d) Skor kemajuan individual

Skor kemajuan individual untuk memberikan kepada tiap siswa terhadap tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai apabila mereka giat dan memberikan kinerja yang

lebih baik daripada sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan poin

maksimum kepada timnya dalam sistem penskoran. Namun tidak seorang siswa

pun dapat menyumbangkan poin maksimum tanpa menunjukkan perbaikan atas

kinerja masa lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar yang dihitung dari

kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya dari materi yang didiskusikan

dalam kelompoknya untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan.

e) Penghargaan tim

Tim akan mendapat penghargaan setelah menyelesaikan kuis. Sesegera mungkin

setelah kuis terlaksana, guru seharusnya mengumumkan skor perbaikan individual

dan skor tim, serta menghadiahkan sertifikat atau penghargaan lain kepada siswa

yang memperoleh skor tertinggi.

1) Poin perbaikan

Siswa mendapat poin untuk tim mereka berdasarkan seberapa besar skor kuis

mereka melampaui skor dasar yang telah dimiliki. Poin tersebut dapat dihitung

dengan cara sebagai berikut:

Page 24: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

23

a) Apabila dalam suatu kuis atau nilai terkini, siswa memperoleh skor lebih

dari 10 poin di atas skor dasar (awal), maka siswa tersebut akan

memperoleh 30 poin perbaikan.

b) Skor kuis/terkini sama antara skor dasar (awal) sampai 10 poin di atas skor

dasar (awal), maka siswa tersebut akan memperoleh 20 poin perbaikan.

c) Skor kuis/terkini turun 1 sampai 10 poin di bawah skor dasar (awal), maka

siswa tersebut akan memperoleh 10 poin perbaikan.

d) Skor kuis/terkini turun lebih dari 10 poin di bawah skor dasar (awal), maka

siswa tersebut akan memperoleh 5 poin perbaikan.

(Universitas Negeri Surabaya. 2007 :9)

2) Skor tim

Untuk menghitung skor tim dapat dilakukan dengan memasukkan setiap poin

perbaikan siswa dalam lembar ikhtisar tim, kemudian dijumlahkan dan dibagi

sesuai dengan jumlah anggota tim. Skor rata-rata tim digunakan untuk

menentukan kriteria penghargaan untuk tim. Terdapat 4 tingkat penghargaan,

yaitu :

a) Kelompok dengan rata-rata kurang dari 15 poin, mendapatkan

penghargaan sebagai tim cukup

b) Kelompok dengan rata-rata poin dari 15 sampai kurang dari 20,

mendapatkan penghargaan sebagai tim atau kelompok baik (good team).

c) Kelompok dengan rata-rata 20 poin sampai kurang dari 25 poin,

mendapatkan penghargaan sebagai tim atau kelompok hebat (great team).

d) Kelompok dengan rata-rata 25 poin atau lebih, mendapatkan

Page 25: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

24

penghargaan sebagai tim atau kelompok super (super great team).

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1. Tahap penyajian materi

Pada tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai

kompetensi dasar yang ingin dicapai secara klasikal, dengan pembelajaran

langsung. Kegiatan pembelajran yang dilakukan guru pada tahap ini adalah:

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b. Memberi motivasi tentang perlunya mempelajari materi

c. Menyajikan materi pokok pelajaran

d. Memantau pemahaman tentang materi pokok yang diajarkan

e. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara individual

sehingga akan diperoleh skor awal

2) Kegiatan kelompok

Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang

siswa yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari tes awal atau kinerja

yang lalu. Siswa ditempatkan dalam tim oleh guru, bukan oleh siswa yang

memilih anggotanya sendiri, karena siswa akan cenderung memilih anggota

yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Untuk penyusunan tim dapat

mengikuti langkah-langkah berikut ini:

a) Buat salinan format lembar ikhtisar tim sebelum guru mulai menempatkan

siswa ke dalam tim, ia perlu menyiapkan lembar ikhtisar tim untuk tiap

siswa di dalam kelasnya.

b) Merangking siswa

Page 26: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

25

Pada selembar kertas, rangkinglah tes awal atau kinerja siswa yang lalu di

dalam kelas. Mulailah dari yang tertinggi sampai yang terendah.

c) Menetapkan jumlah anggota tim

Setiap tim seharusnya memiliki empat anggota bila mungkin. Untuk

menetapkan berapa banyak tim di kelas tersebut, bagilah jumlah siswa

didalam kelas itu dengan empat, hasil baginya merupakan jumlah tim

beranggotakan empat siswa di kelas itu.

d) Menempatkan siswa ke dalam tim

Pada saat menempatkan siswa ke dalam tim, seimbangkan tim-tim

tersebut sedemikian rupa sehingga setiap tim tersusun dari tingkat rata-

rata rendah sampai tinggi, dan tingkat kinerja rata-rata dari sebuah tim di

dalam kelas tersebut kurang lebih sama. Untuk menempatkan siswa ke

dalam tim, gunakan daftar siswa yang dirangking menurut tes awal atau

kinerjanya yang lalu.

Selama siswa berada dalam kegiatan kelompok, masing-masing anggota

kelompok bertugas mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan

membantu teman untuk menguasai materi tersebut. Guru membagi tugas yang

sudah disiapkan kemudian siswa mengerjakan secara mandiri dan selanjutnya

saling mencocokkan dengan teman sekelompoknya.

Guru harus menekankan bahwa tugas yang dikerjakan bukan untuk

dikumpulkan ke guru tetapi untuk didiskusikan dengan sesama anggota dalam

kelompoknya. Kegiatan guru dalam tahapan ini adalah :

1. Melatih kooperatif siswa

Page 27: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

26

2. Menugaskan setiap anggota kelompok untuk mendiskusikan tugas yang

telah diberikan

3. Memonitor pelaksanaan kegiatan kelompok

4. Memberi bantuan penjelasan kepada kelompok yang mengalami kesulitan,

memfasilitasi membuat rangkuman dan memberikan penegasan materi

yang dipelajari.

3) Pelaksanaan kuis individual

Pelaksanaan individual bertujuan untuk mengetahui perkembangan

siswa dan untuk mengetahui keberadaan siswa dalam kelompoknya serta

keberadaan kelompok dengan kelompok yang lainnya.

Penilaian kuis individual bertujuan untuk mengetahui kemajuan siswa

dan untuk memberikan hasil akhir siswa yang didasarkan pada skor awal atau

kinerja yang lalu. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Setiap siswa diberikan skor dasar (awal) atau kinerja yang lalu

b. Siwa memperoleh poin atas dasar skor awal dan skor kuis terkini dengan

ketentuan di atas.

4). Penghargaan kelompok

Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan

nilai peningkatan atau kemajuan hasil belajar individual dari skor dasar (awal)

ke skor kuis berikutnya (terkini). Adapun prosedur dan teknik penilaiannya

sudah ditetapkan diatas

d. Model Pembelajaran Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

Page 28: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

27

TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Team Assisted

Individualization (TAI) mengkombinasikan keunggulan kooperatif, pembelajaran

individual dan pengajaran langsung (artikel Slavin, Roberet E). Dasar

pemikirannya adalah mengadopsi pengajaran terhadap perbedaan individual

berkaitan dengan kemampuan siswa. Dasar pemikiran dibalik individualisasi

pengajaran pelajarann matematika adalah siswa memasuki kelas dengan

pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam, dimana

pembelajaran keberhasilannya sangat bergantung pada penguasaan kemampuan

yang dipersyaratkan. Model pembelajaran TAI diprakarsai sebagai usaha

merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-

masalah yang membuat model pembelajaran individual menjadi lebih efektif.

Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-

kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan

pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Sebelum

dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu

kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan

penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk

bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Masing-masing

anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran

kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai

ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya.

Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

Page 29: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

28

keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami

permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Menurut Slavin (1995:102) model pembelajaran TAI memiliki

komponen-komponen sebagai berikut :

1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6

siswa, seperti pada STAD

2. Placement test atau tes penempatan, yakni pemberian pretest kepada siswa atau

melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada

bidang tertentu,

3. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan kelompoknya,

4. Team study atau belajar kelompok, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus

dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual

kepada siswa yang membutuhkannya,

5. Team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja

kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang

dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas,

Dengan mengadopsi model pembelajaran TAI dalam mata pelajaran

matematika, menurut Kamuran Tarim and Fikri Akdeniz (2007:80) maka seorang

guru mata pelajaran matematika dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai

berikut :

Page 30: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

29

1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para

siswanya dengan mangadopsi model pembelajaran TAI,

2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model

pembelajaran TAI, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru

menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antar siswa dalam suatu

kelompok,

3. Guru memberikan tugas kepada siswa secara individual untuk mempelajari

materi pelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan,

4. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa tentang materi yang

dipelajari untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal,

5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota-anggota 4 – 6

siswa pada setiap kelompoknya seperti pada model pembelajaran STAD.

Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya (tinggi, sedang dan rendah)

dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang

berbeda serta kesetaraan jender,

6. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam

diskusi, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman dalam satu

kelompok dan mencocokkan dengan jawaban yang diperoleh dari guru. Jika

dalam kelompok tidak dapat menyelesaikan maka guru mengarahkan siswa

untuk menjawabnya, memfasilitasi dalam membuat rangkuman dan

memberikan penegasan kepada siswa tentang kompetensi dasar yang ingin

dicapai,

7. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa,

Page 31: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

30

8. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

kemajuan atau peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar (awal) ke

skor kuis berikutnya (terkini), seperti pada model pembelajaran kooperatif

STAD.

Dari uraian di atas jelas bahwa model pemebelajaran kooperatif STAD tidaklah

terlalu asing dan mudah bagi siswa yang baru memulai pemebelajaran kooperatif

karena masih menerima penjelasan dari guru di awal pembelajaran sehingga masih

memungkinkan siswa mempunyai kesempatan mengingat kembali kemampuan yang

dimiliki sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

Akan tetapi pada model pemebelajaran kooperatif TAI masih sangat tergantung dari

penguasaan materi sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk melanjutkan

pembelajaran berikutnya sehingga bagi siswa yang menguasai materi prasyarat

dimungkinkan akan lebih mudah menerima materi berikutnya.

3. Kemampuan Awal

Hasil belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal adalah kemampuan awal yaitu

suatu kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa sebelum proses pembelajaran. Menurut

Atwi Suparman (2001:120) kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang

telah dimiliki siswa sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik sedangkan

menurut Munandar (1985:50) Kemampuan awal adalah keterampilan yang harus

dikuasai siswa agar dapat belajar secara efisien seperti yang dimaksud dalam rumusan

tujuan akhir pengajaran. Pendapat lain tentang kemampuan awal (entry behaviour)

dinyatakan oleh Dick, Walter and Reiser (1989:32). Entry behaviour or prerequisites is

Page 32: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

31

very specific skills that students need to have before they begin instruction (merupakan

kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasai siswa sebelum proses pembelajaran

dimulai).

Menurut Teori Soekamto & Udin Saripudin Winataputra (1997:38)

kemampuan awal siswa adalah kemampuan awal yang telah dimiliki oleh siswa sebelum

melaksanakan pembelajaran. Sedangkan Muh Ali (1987:74) berpendapat “bahwa

seseorang dapat memiliki suatu kemampuan dengan baik bila sebelumnya telah memiliki

kemampuan yang lebih rendah daripadanya dalam bidang yang sama”. Pendapat senada

dikemukakan oleh Piaget (1970) dalam Paul Suparno (1997:20-21), bahwa setiap level

keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik

tolak bagi transformasi lain.

Ausuble dalam Driscoll (1994 : 143 – 144) menyatakan bahwa dengan

mengaktifkan kemampuan awal (prior knowledge) yang relevan merupakan hal yang

sangat penting untuk menghasilkan belajar yang bermakna. Dengan dimilikinya

kemampuan awal yang relevan akan merupakan penyediaan landasan atau dasar-dasar

dalam belajar hal-hal baru. Makin kuat landasan atau dasar-dasar yang dimiliki oleh

seseorang maka belajar mengenai hal-hal yang baru akan makin baik dan mudah

Dalam belajar matematika sering dijumpai kesulitan untuk memahami materi

matematika yang dialami oleh peserta didik karena kurang diperhatikannya secara

memadai kemampuan awal mereka. Padahal dengan memperhatikan kemampuan awal

peserta didik pembelajaran akan mampu memanfaatkan kemapuan awal tersebut sebagai

potensi yang harus didayagunakan dalam proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan

Page 33: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

32

potensi yang sudah dimiliki diharapkan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan

secara optimal

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

awal adalah suatu pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sebagai

prasyarat untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya. Kemampuan awal juga

menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang akan

diberikan oleh guru pada kelas yang lebih tinggi. Adapun dalam penelitian ini

kemampuan awal siswa (KAS) dikelompokkan dalam tiga katagori yaitu kemampuan

awal tinggi, kemampuan awal sedang dan kemampuan awal rendah

B. Penelitian yang relevan

Tidak ada model pembelajaran yang efektif untuk setiap orang dan efektif untuk

setiap topik maupun setiap mata pelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki

karakteristik tersendiri sebagai setiap guru juga memiliki gaya dan kemampuan tersendiri

dalam menerapkan model pembelajaran. Oleh karena itu perbedaan model pembelajaran

memungkinkan juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar. Telah

banyak penelitian yang dilakukan tentang efektivitas suatu model pembelajaran,

diantaranya:

1. Abu Syafik (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh model pembelajaran

Kooperatif Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika pokok bahasan geometri

ditinjau dari motivasi belajar siswa “ mengatakan bahwa kelompok siswa yang

pemebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik

Page 34: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

33

daripada siswa yang menngunakan model pembelajaran konvensional. Selain itu tidak

ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa.

2. Harminingsih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “ keefektifan pembelajaran

aktif pada kelompok kecil dan kelompok besar ditinjau dari kemampuan awal siswa

kelas X SMA Negeri di Surakarta tahun pelajaran 2007-2008 “ mengatakan bahwa

hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif pada

kelompok kecil lebih baik daripada siswa yang diajar strategi pembelajaran aktif pada

kelompok besar. Selain itu hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal

tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih rendah

3. Hendrijanto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “ Efektivitas model pembelajaran

kooperatif tipe Student teams Achievement Divisions (STAD) terhadap prestasi belajar

matematika pada pokok bahasan persamaan dan fungsi kuadrat di tinjau dari aktivitas

belajar siswa “ mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD lebih baik

daripada model pembelajaran konvensional. Selain itu prestasi belajar siswa dengan

aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang dan

prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa

dengan aktivitas rendah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti diatas terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peniliti saat ini.

Persamaannya adalah tujuan penelitian yang membandingkan antara dua model

pembelajaran. Perbedaannya adalah (1) kalau ketiga peniliti di atas membandingkan antara

model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensional tetapi peniliti saat

ini membandingkan antara dua model pembelajaran kooperatif yaitu antara model

Page 35: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

34

pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Assisted

Individualization (TAI), (2) subyek dan pokok bahasan yang diteliti.

C. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran kooperatif adalah model mengajar yang memungkinkan

menyenangkan sehingga memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif dan bekerja untuk

menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Di dalam kelompok

mereka saling membantu sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui diskusi

karena tim bertanggung jawab untuk memahami materi ajar tersebut. Model pembelajaran

kooperatif merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa saat menyelesaikan permasalahan

terutama masalah matematika sehingga tingkat pemahaman materi matematika siswa lebih

mendalam dan meningkat. Model pembelajaran kooperatif STAD adalah model

pembelajaran yang paling sederhana sehingga bagi siswa yang baru menggunakan model

pembelajaran kooperatif ini mudah untuk menyesuaikan. Selain itu STAD adalah model

pembelajaran yang pada tahap awal guru melakukan presentasi klasikal dahulu sehingga

siswa mempunyai kesempatan untuk menanyakan materi yang sedang diberikan. Topik

trigonometri adalah bahasan yang membutuhkan banyak materi prasyarat yang harus

dikuasai siswa sebelum materi ini diberikan, misalnya Dalil Phytagoras, letak sudut dalam

kuadran dan koordinat pada sebuah kuadran. Dengan model pembelajaran kooperatif

STAD, guru dalam presentasinya mempunyai kesempatan untuk menanyakan atau bahkan

mengulang materi yang sudah pernah diterima siswa yang menjadi prasyarat (kemampuan

awal) yang dibutuhkan untuk materi berikutnya. Sedangkan model pembelajaran

kooperatif (TAI) siswa belajar sendiri untuk memahami materi yang dipelajari sehingga

dalam memahami materi sangat tergantung penguasaan materi sebelumnya (kemampuan

Page 36: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

35

awal) yang dimiliki siswa, yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

Sehingga dimungkinkan hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran kooperatif

STAD lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAI

pada topic trigonometri.

Seorang siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran telah memiliki

pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari proses pembelajaran sebelumnya.

Pengetahuan dan keterampilan siswa yang dimiliki sebelum mengikuti proses

pembelajaran disebut dengan kemampuan awal. Kemampuan awal merupakan hal yang

sangat penting untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya. Seperti pada

matapelajaran matematika merupakan ilmu yang berkesinambungan memiliki struktur

perilaku yang bersifat hirarkis atau keterampilan yang satu merupakan prasyarat untuk

dapat belajar keterampilan berikutnya. Kemampuan awal ini sangat penting diketahui oleh

seorang guru sebelum memulai proses pembelajaran. Bagi siswa yang mempunyai

kemampuan awal baik akan dapat memahami dengan cepat materi-materi yang akan

dipelajari. Sebaliknya bagi siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah akan lambat

bahkan sulit untuk memahami materi-materi yang dipelajari karena tidak mempunyai

syarat yang cukup untuk memahaminya. Dengan demikian kemampuan awal sangat

menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran berikutnya.

Dari uraian di atas maka diduga terdapat interaksi antara model pembelajaran

kooperatif dan kemapuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika. Artinya siswa

yang memiliki kemampuan awal tinggi akan mudah menerima materi yang dipelajari tanpa

harus dijelaskan dahulu sehingga dimungkinkan hasil belajar matematika yang dicapai

siswa dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) lebih

Page 37: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

36

baik daripada hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams

Achievement Divisions (STAD) pada topic trigonometri. Lain halnya dengan siswa yang

mempunyai kemapuan awal sedang atau rendah dimungkinkan lebih banyak membutuhkan

waktu dalam berinteraksi dan berdiskusi dalam kelompoknya. Sehingga hasil belajar siswa

yang memiliki kemampuan awal sedang dang rendah dimungkinkan hasil belajar siswa

dengan model pembelajaran STAD lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran kooperatif TAI. Namun ada juga kemungkinan, siswa yang mempunyai

kemampuan awal sama, baik sedang maupun rendah akan merasa nyaman dan dapat

berinteraksi serta berdiskusi secara aktif sehingga proses pembelajaran akan berjalan

dengan baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Dari pemikiran di atas dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Penelitian

D. Hipotesis penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada hasil belajar siswa

yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization

(TAI) pada topik trigonometri.

Model Pembelajaran

Hasil Belajar

Kemampuan Awal Siswa

Page 38: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

37

2. Hasil belajar matematika pada siswa dengan kemampuan awal lebih tinggi lebih baik

daripada siswa yang memiliki kemampuan awal lebih rendah.

3. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) lebih

baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement Divisions (STAD. Sedangkan hasil belajar siswa yang

memiliki kemampuan awal sedang dan rendah siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD lebih baik

daripada hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran kooperatif Team

Assisted Individualization (TAI).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adalah cara-cara ilmiah

yang digunakan untuk mengumpulkan data yang kemudian di analisis. Sedangkan

metodologi tersebut diuraikan sebagai berikut.

A. Metode Penelitian

Page 39: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

38

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu yaitu penelitian yang

dilakukan dengan sengaja untuk mengusahakan variable-variabel bebas dalam hal ini

adalah model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Individualization, model

pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization dan kemampuan awal siswa.

Untuk selanjutnya dilihat pengaruhnya terhadap variabel lain yaitu hasil belajar

matematika siswa sebagai variabel terikat. Tujuan penelitian eksperimen semu adalah

untuk memperoleh semua informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat

diperoleh dengan menggunakan eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak

mungkin untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan

(Budiyono:83). Dalam penelitian ini ditentukan kelas-kelas yang dikenai perlakuan, oleh

karena itu dibuatlah kelas eksperimen dan kelas kontrol pada masing-masing sampel.

Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Student Team

Achievement Individualization sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan model

pemebelajaran kooperatif Team Assisted Individualization.

B. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri di Bojonegoro dengan subyek penelitian

siswa kelas X (sepuluh) tahun pelajaran 2009 - 2010. Penelitian dilaksanakan pada tahun

pelajaran 2009-2010 yaitu mulai bulan Maret 2010 sampai awal bulan Mei 2010 dengan

alasan materi trigonometri diberikan pada semester genap.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Page 40: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

39

Sugiyono (2009 : 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam hal ini populasinya

adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Se-Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2009-

2010.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2009 : 81). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

cara stratified Cluster random sampling. Tekniknya adalah (1) Populasi dibagi tiga

kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah menurut pretasi Ujian Nasional mata pelajaran

matematika SMA Negeri se-Bojonegoro pada tahun ajaran 2008 - 2009 (2) dari masing-

masing kelompok diambil secara acak satu Sekolah yang merupakan unit-unit populasi

(kluster-kluster), SMA Negeri 1 Bojonegoro mewakili kelompok tinggi, SMA Negeri 1

Sumberrejo mewakili kelompok sedang dan SMA Negeri 1 Dander Bojonegoro mewakili

kelompok rendah, (3) melakukan sampling random kluster lagi dari masing-masing kluster

yang ada yaitu mengambil secara acak masing-masing dua kelas, satu untuk kelas

eksperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol dengan perincian:

a. Diambil 2 kelas dari 7 kelas di SMA Negeri 1 Bojonegoro dengan cara acak dan

terpilih kelas X-1 sebagai kelas eksperimen sejumlah 32 siswa dan X-3 sebagai kelas

kontrol sejumlah 32 siswa

b. Diambil 2 kelas dari 8 kelas di SMA Negeri 1 Sumberrejo dengan cara acak dan terpilih

kelas X-4 sebagai kelas eksperimen sejumlah 40 siswa dan X-6 sebagai kelas kontrol

sejumlah 40 siswa

Page 41: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

40

c. Diambil 2 kelas dari 5 kelas di SMA Negeri 1 Dander Bojonegoro dengan cara acak dan

terpilih kelas X-3 sebagai kelas eksperimen sejumlah 33 siswa dan X-5 sebagai kelas

kontrol sejumlah 34 siswa

D. Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini variabelnya ada 2 (dua) yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif Student teams

Achievement Divisions (STAD), Team Assisted Individualization (TAI) dan kemampuan

awal, sedangkan variabel terikatnya hasil belajar matematika siswa.

1. Variabel Bebas

a) Model Pembelajaran

1) Definisi operasional

Model pembelajaran adalah suatu konsep atau cara yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pemebelajaran. Model

pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini ada 2 yaitu model pembelajaran

Student teams Achievement Divisions (STAD) pada eksperimen dan Team Assisted

Individualization (TAI) untuk kelompok kontrol

2) Indikator : berupa langkah-langkah dari masing-masing model pembelajaran

3) Skala pengukuran : skala nominal dengan dua kategori yaitu model pemebelajaran

kooperatif STAD dan model pembelajaran kooperatif TAI

4) Simbol : A

b). Kemampuan Awal

1) Definisi operasional

Page 42: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

41

Kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik sebelum proses

pembelajaran berlangsung.

2) Indikator

Nilai tes matematika pada topik logika semester genap tahun pelajaran 2009 –

2010.

3) Skala Pengukuran

Dari interval diubah menjadi ordinal yaitu tinggi, sedang dan rendah.

4) Simbol : B

2. Variabel Terikat

a. Hasil belajar matematika

Definisi operasional

Hasil belajar matematika yang dimaksud adalah skor yang diperoleh siswa dari

hasil tes matematika pada topik trigonometri.

b. Indikator

Nilai tes matematika pada topik trigonometri

c. Skala pengukuran

Skala pengukuran adalah interval

E . Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen

1. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui tes. Tes berbentuk

pilihan ganda dengan 5 pilihan dengan skor 1 jika siswa menjawab benar dan 0 jika

menjawab salah. Nilai yang diperoleh melalui tes dengan topik logika (selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 2) untuk mengetahui mengetahui kemapuan awal siswa dan

Page 43: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

42

dari masing-masing kelas sampel dikelompokkan menjadi kelompok tinggi, sedang dan

rendah (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15). Sedangkan nilai yang diperoleh

melalui tes dengan topik trigonometri (Lampiran 12) setelah siswa mengikuti model

pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran kooperatif TAI (selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 17).

2. Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes yang digunakan untuk mengukur

kemampuan awal dan hasil belajar matematika yang dilihat pada skor kemampuan siswa

pada mata pelajaran matematika setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada kelompok

eksperimen dan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)

pada kelompok kontrol.

3. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen tes digunakan untuk pengumpulan data hasil belajar siswa

dalam penelitian ini maka instrumen tes setelah tes dibuat selanjutnya dilakukan uji coba

pada siswa di luar sampel tetapi masih pada populasi . Dari uji coba kemudian dianalisa

untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Selanjutnya untuk uji

validitas dan reliabilitas dari soal tes digunakan rumus sebagai berikut :

a. Uji validitas isi

Page 44: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

43

Uji validitas isi menunjukkan ketepatan antara obyek yang diukur dengan alat ukur.

Agar tes mempunyai validitas isi, menurut Budiyono (2003:58) harus diperhatikan hal-

hal sebagi berikut :

1) Tes harus dapat mengukur sampai berapa jauh tujuan pembelajaran tercapai

ditinjau dari materi yang diajarkan.

2) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan materi materi yang

diajarkan.

3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk

menjawab soal-soal tes dengan benar.

Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan langkah-langkah sebagi berikut :

a) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi

yang diajarkan berdasarkan pedoman kurikulum yang berlaku, b) menyusun kisi-kisi

tes, c) menyusun butir soal tes sesaui dengan kisi-kisi yang dibuat, d) melakukan telaah

butir soal tes. Penelaahan butir soal tes dilakukan team MGMP matematika SMA

kabupaten Bojonegoro.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada keajegan hasil pengukuran. Dalam tes awal maupun

tes hasil belajar matematika, setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan salah diberi

skor 0 sehingga untuk menghitung tingkat reliabilitas digunakan Kuder Richardson

dengan KR- 20 yaitu :

÷÷ø

öççè

æ -÷øö

çèæ

-= å

2

2

11 1 t

iit

s

qps

nn

r

Page 45: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

44

Dengan :

11r : indeks reliabilitas instrumen

2ts : variansi total

n : banmyaknya butir instrumen

ip : proporsi subyek yang menjawab benar pada butir ke-i

iq = 1 - ip

Soal dikatakan reliabel jika 11r > 0,7 (Budiyono, 2003 : 70)

c. Daya Pembeda

Daya pembeda masing-masing butir soal dilihat dari korelasi antar skor butir soal

tersebut dengan skor totalnya. Daya pembeda menggunakan rumus:

N

BBBADP

)(2 -=

DP = daya pembeda soal

BA = jawaban benar kelompok atas

BB = jawaban benar kelompok bawah

N = jumlah peserta tes

Interpretasi atau penafsiran daya pembeda berdasarkan tabel berikut :

Tabel 3.1

Tabel Interpretasi Daya Beda

Daya pembeda (DP) Interpretasi atau penafsiran DP

DP < 0,20 Tidak dipakai

0,20 ≤ DP < 0,30 Diperbaiki

0,30 ≤ DP < 0,40 Diterima perlu perbaikan

Page 46: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

45

DP ≥ 0,40 Diterima

Butir soal yang digunakan apabila DP > 0,30

d. Tingkat kesukaran

Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus

TK = sJ

B

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran

B = banyaknya peserta tes yang menjawab benar

sJ = jumlah seluruh peserta tes

Interpretasi atau penafsiran daya pembeda berdasarkan tabel berikut :

Tabel 3.2 Tabel Interpretasi Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran (TK) Interpretasi atau penafsiran TK

TK < 0,30 Sukar

0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang

TK > 0,70 Mudah

Soal yang dipakai apabila 0,30 < TK < 0,70

( Safari, 2008 : 24 )

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok

(kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak

sebelum kedua kelompok mendapat perlakuan, statistik uji yang digunakan adalah uji – t

yaitu :

Page 47: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

46

1). Hipotesis

H0 : 21 mm = kedua kelompok dari dua populasi yang berkemampuan awal sama

H1 : 21 mm ¹ kedua kelompok tidak berasal dari dua populasi yang berkemampuan

sama

2). Taraf signifikansi : 5 %

3). Statistik uji

dengan 2

)1()1(

21

222

2112

-+-+-

=nn

snsns p

t = t hitung

1x = rata-rata tes mata pelajaran matematika pada kelompok eksperimen

2x = rata-rata tes mata pelajaran matematika pada kelompok kontrol

21s = variansi kelompok eksperimen

22s = variansi kelompok kontrol

n1 = jumlah peserta didik kelompok eksperimen

n2 = jumlah peserta didik kelompok kontrol

2ps = variansi gabungan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol

d0 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rataan)

4). Daerah kritik

þýü

îíì

>-<=22

/ aa ttatautttDK

5). Keputusan uji

)2(~11

)(21

21

021 -++

--= nnt

nns

dXXt

p

Page 48: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

47

H0 diterima jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritik

( Budiyono 2004 : 151 )

2. Uji Prasyarat

Uji prasyarat yang dipakai adalah uji normalitas dan uji homogenitas

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan uji Lilliefors, adapun prosedurnya sebagai berikut :

1). Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

2). Taraf signifikansi : 5 %

3). Statistik uji

L = Maks )()( ii zSzF - dengan

,s

XXz i

i

-= s standar deviasi

F(zi) = P(Z≤zi)

Z ~ N(0,1)

S(zi) = proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh z

4). Daerah kritik

DK = { L / L > nL ,a } dengan n adalah ukuran sampel

5). Keputusan uji

H0 diterima jika harga statistik uji L jatuh di luar daerah kritik

Page 49: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

48

( Budiyono, 2004 : 170 – 171 )

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi yang

homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas digunakan uji Bartlet dengan

statistik uji Chi Kuadrat sebagai berikut :

1). Hipotesis

H0 : ksss === .....21 ( populasi –populasi homogen )

H1 : tidak semua variansi sama

2). Taraf signifikansi 5%

3). Statistik uji

( )å-= jj sfRKGfc

loglog303,22c dengan )1(~ 22 -kcc

k = banyaknya sampel

f = derajat kebebasan untuk RKG = N - k

jf = derajat kebebasan untuk 2js = nj dangan j = 1,2,...k

N = banyaknya seluruh nilai ( ukuran )

jn = banyaknya nilai ( ukuran )sampel ke – j

c = 1 + ÷÷ø

öççè

æ-

- å ffk j

11)1(3

1

RKG = ( ) ( )å å

åå -=-= 2

2

2 1; jjj

jj

j

j snn

xxSS

f

SS

4). Daerah kritik

DK = { }21,

22 / -> kaccc

Page 50: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

49

5). Keputusan uji

H0 diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritik

(Budiyono, 2004 : 176-178)

3. Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel

tak sama dengan model sebagai berikut :

ijkijjiijkx eabbam ++++= )(

ijkx = data amatan ke k pada baris ke i dan kolom ke-j

m = rerata dari seluruh data amatan

ia = efek baris ke-i pada variabel terikat

jb = efek kolom ke-j pada variabel terikat

ij)(ab = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat

ijke = deviasi data amatan terhadap rataan populasi m yang berdistribusi normal dengan

rataan 0

i = 1,2 dengan 1 = pembelajaran kooperatif STAD

2 = pembelajaran kooperatif TAI

j = 1,2,3 dengan 1 = kemampuan awal tinggi

2 = kemampuan awal sedang

3 = kemapuan awal rendah

(Budiyono, 2004 : 228)

a. Hipotesis

Page 51: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

50

H0A : 0=ia untuk setiap i = 1,2 ( tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap

variabel terikat )

H1A : paling sedikit ada satu ia yang tidak nol ( ada perbedaan efek antar baris

terhadap variabel terikat )

H0B : 0=jb untuk setiap j = 1, 2, 3 ( tidak ada perbedaan efek antar

kolom terhadap variabel terikat )

H1B : Paling sedikit ada satu jb yang tidak nol ( ada perbedaan efek antar

kolom terhadap variabel terikat )

H0AB : 0=ijab untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1 , 2 , 3 ( tidak ada interaksi baris dan

kolom terhadap variabel terikat )

H1AB : Paling sedikit ada satu ijab yang tidak nol ( ada interaksi baris dan

kolom terhadap variabel terikat )

b. Komputasi

1. Tata letak data

Kemampuan awal ( B )

Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)

Model

Pembelajaran

kooperatif (A)

STAD (A1) A1B1 A1B2 A1B3

TAI (A2) A2B1 A2B2 A2B3

Page 52: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

51

2. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi

sebagai berikut:

nij = banyaknya data amatan pada sel ij

hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =

åij ijn

pq1

N = åij

ijn = banyaknya seluruh data amatan

÷÷÷

ø

ö

ççç

è

æ-=å

åijk

kijk

kijkij n

XXSS

2

2 = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

ijAB = rataan pada sel ij

å=j

iji ABA = jumlah rataan pada baris ke – i

å=j

ijj ABB = jumlah rataan pada kolom ke – j

å=ij

ijABG = jumlah rataan semua sel

3. Komputasi jumlah kuadrat

Didefinisikan

1 = N

G 2

2. = åij

ijSS

3. = åi

i

q

A2

4 =åj

j

p

B 2

5 = åij

ijAB2

4. Jumlah kuadrat (JK)

JKA = hn {(3)– (1)}

Page 53: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

52

JKB = hn { (4) – (1) }

JKAB = hn {(1) + (5) – (3) – (4) }

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

5. Derajat kebebasan (dk)

dkA = (p – 1)

dkB = (q – 1)

dkAB = (p-1)(q-1)

dkG = N - pq

dkT = N -1

6. Rataan kuadrat (RK)

RKA = dkAJKA

RKB = dkBJKB

RKAB = dkABJKAB

RKG = dkGJKG

c. Statistik Uji

Statistik Uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah :

1. Untuk H0A adalah Fa = RKGRKA

yang merupakan nilai dari variabel random yang

berdistribusi F dengan derajat kebebasan p -1 dan N - pq

2. Untuk H0B adalah Fb = RKGRKB

yang merupakan nilai dari variabel random yang

berdistribusi F dengan derajat kebebasan q -1 dan N - pq

3. Untuk H0A adalah Fab = RKGRKAB

yang merupakan nilai dari variabel random

Page 54: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

53

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p -1)(q – 1) dan N - pq

d. Daerah kritik

Untuk masing-masing nilai F diatas daerah kritiknya adalah :

1. Untuk Fa adalah DK = {F / F > pqNpF -- ,1,a }

2. Untuk Fb adalah DK = {F / F > pqNqF -- ,1,a }

3. Untuk Fab adalah DK = {F / F > pqNqpF --- ),1)(1(,a }

e. Keputusan Uji

H0 ditolak bila FobsÎDK

f. Rangkuman analisis variansi

Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber JK Dk RK Fobs aF P

Baris

Kolom

Interaksi

AB

Galat (G)

JKA

JKB

JKAB

JKG

p-1

q-1

(p-1)(q-1)

N-pq

RKA

RKB

RKAB

RKG

Fa

Fb

Fab

-

F*

F*

F*

Total JKT N-1

F* : adalah F tabel (Budiyono , 2004 : 213)

4. Uji Komparasi Ganda

Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang digunakan untuk

uji lanjut pasca anava adalah metode Scheffe. Langkah-langkah komparasi ganda sebagai

berikut :

Page 55: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

54

a. Komparasi rataan antar baris

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

..

2

....

11

ji

jiji

nnRKG

XXF

Dengan :

Fi.-j. = rataan Fobs pada perbandingan baris ke-i dan baris ke-j

.iX = rataan pada baris ke i

.jX = rataan pada baris ke-j

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis varian

ni. = ukuran baris ke –i

nj. = ukuran baris ke-j

Sedangkan daerah kritik untuk uji adalah DK = {F / F > (p-1) pqNpF -- ,1,a }

b. Komparasi rataan antar kolom

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

ji

jiji

nnRKG

XXF

..

2

....

11

Dengan :

F.i-.j = rataan Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j

iX . = rataan pada kolom ke i

jX . = rataan pada kolom ke-j

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis varian

Page 56: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

55

n.i = ukuran kolom ke –i

n.j = ukuran kolom ke-j

Sedangkan daerah kritik untuk uji adalah DK = {F / F > (q-1) pqNqF -- ,1,a }

c. Komparasi rataan atar sel pada kolom yang sama

Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

kjij

kjijkjij

nnRKG

XXF

11

2

Fij-kj = nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj

ijX = rataan pada sel ij

kjX = rataan pada sel kj

RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

nij = ukuran sel ij

nkj = ukuran sel kj

sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah :

DK = { }pqNpqkjijkjij FpqFF ---- -> ,1,)1(/ a

d. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

ikij

ikijikij

nnRKG

XXF

11

2

Fij-ik = Nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel ik

ijX = rataan pada sel ij

Page 57: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

56

ikX = rataan pada sel ik

RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

nij = ukuran sel ij

nik = ukuran sel ik

sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah :

DK = { }pqNpqkjijkjij FpqFF ---- -> ,1,)1(/ a

(Budiyono , 2004 : 213)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV ini akan dilaporkan hasil uji instrumen, hasil diskripsi data, hasil

analisis data, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian telah

dilaksanakan pada siswa-siswa kelas X SMA Negeri 1 Bojonegoro, SMA Negeri 1

Sumberejo dan SMA Negeri 1 Dander yang masing-masing sekolah diambil dua kelas

dengan rincian satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

Pembelajaran Kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams

Page 58: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

57

Achievement Divisions (STAD) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran kooperatif

Team Assisted Individualization (TAI). Adapun hasilnya diuraikan sebagai berikut.

A. Hasil Uji Instrumen

Sebelum instrumen tes hasil belajar matematika digunakan untuk pengambilan data

hasil belajar matematika, instrumen terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi kemudian

diujicobakan pada 78 siswa dari dua kelas X SMA Negeri 3 Bojonegoro yang merupakan

anggota populasi tetapi tidak termasuk anggota sampel yang selanjutnya akan dicari

reliabilitasnya dan akan dilakukan analisis butir soal.

1. Uji Validitas Isi

Instrumen penelitian yang berupa tes hasil belajar matematika, sebelum digunakan

untuk pengambilan data yaitu data hasil belajar matematika terlebih dahulu instrumen

dilakukan uji validitas isi. Validitas isi instrumen ini dilakukan oleh peserta MGMP di

Bojonegoro yaitu Dra. Umi Anifah, Dra. Endang Sriwigati dan Drs. Markasim yang

menyatakan bahwa butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara indikator di

kisi-kisi (Lampiran 7) dengan butir soal (Lampiran 8) yang dibuat. Sehingga dari 30 butir

soal yang dibuat dinyatakan valid yang hasil validitas isi selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 9.

2. Uji Reliabilitas

Untuk menentukan reliabilitas instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini

dilakukan dengan uji Kuder Richardson 20. Sebuah instrumen dikatakan reliabel jika nilai

indeks reliabilitasnya lebih dari 0,7. Dari hasil perhitungan diperoleh indeks reliabitasnya

Page 59: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

58

0,8739, sehingga instrumen tersebut dikatan reliabel. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat

pada Lampiran 11.

3. Analisi Butir Soal

Analisis butir soal untuk instrumen pada penelitian ini terdiri dari tingkat kesukaran

butir soal dan daya pembeda butir soal. Hasil perhitungan dari 30 butir soal yang dianalisis

terdapat 7 soal yang tidak terpakai (ditolak) yaitu nomor 8, 17, 20, 21, 24, 26 dan 29

sehingga terdapat 23 butir soal yang diterima, yang perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 11. Dari 23 butir soal yang diterima, dipilih 20 butir soal yang mewakili

semua indikator dalam kisi-kisi penyusunan soal kemudian digunakan untuk pengambilan

data hasil belajar matematika. Dua puluh soal yang dipilih tersebut selanjutnya dianalisis

kembali dan dihitung nilai reliabilitasnya, diperoleh indeks reliabitas 0,8616 sehingga

instrumen tersebut reliabel, yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.

B. Deskripsi Data

1. Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Data hasil belajar matematika siswa yang digunakan untuk menguji hipotesis pada

penelitian ini adalah data hasil belajar matematika siswa kelas X semester 2 yang diperoleh

dari tes setelah berakhirnya pelaksanaan eksperimen, baik untuk kelompok siswa yang

diajar dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions

(STAD) sebagai kelas eksperimen maupun kelompok siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif Teams Assisted Individualization (TAI) sebagai kelas kontrol.

Data-data tersebut dideskripsikan sebagai berikut .

Page 60: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

59

a. Data Hasil Belajar Topik Trigonometri untuk Siswa dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Student Teams Achievement Divisions

Pengambilan data hasil belajar matematika pada topik trigonometri dilakukan

dengan instrumen tes (Lampiran 13) setelah berakhirnya model pembelajaran

kooperatif Student Teams Achievement Division. Data hasil belajar matematika siswa

untuk kelas eksperimen terdiri dari 32 siswa kelas X-1 SMAN 1 Bojonegoro, 40 siswa

kelas X-5 SMAN1 Sumberrejo Bojonegoro dan 33 siswa kelas X-4 SMAN 1 Dander

Bojonegoro, masing-masing kelas terdiri siswa dengan kemapuan awal tinggi, sedang

dan rendah secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari data siswa yang

berjumlah 105 siswa tersebut diperoleh, mean 71,714, median 75, modus 85, nilai

maksimum 100, nilai minimum 30 dan standar deviasi 19,853. Dalam bentuk tabel

untuk masing-masing tingkat kemapuan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dengan Kemampuan Awal Tinggi,

Sedang dan Rendah

Tingkat Kemampuan

awal Mea

n

Med

ian

Mod

us

Mak

sim

um

Min

imum

Stad

.Dev

Tinggi 79,827 85 85 100 45 18,5397

Sedang 74,894 80 95 100 30 18,459

Rendah 58,448 60 40 95 30 17,531

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

Page 61: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

60

b. Data Hasil Belajar Topik Trigonometri untuk Siswa dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Team Assisted Individualization

Pengambilan data hasil belajar matematika pada topik trigonometri dilakukan

dengan instrumen tes setelah berahakirnya model pembelajaran kooperatif Team

Assisted Individualization. Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen

terdiri dari 32 siswa kelas X-3 SMAN 1 Bojonegoro, 40 siswa kelas X-6 SMAN1

Sumberejo Bojonegoro dan 34 siswa kelas X-5 SMAN 1 Dander Bojonegoro, masing-

masing kelas terdiri siswa dengan kemapuan awal tinggi, sedang dan rendah secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari data siswa yang berjumlah 106 siswa

tersebut diperoleh, mean 65,1887, median 65, modus ,60 nilai maksimum 100, nilai

minimum 30 dan standar deviasi 19,085. Dalam bentuk tabel untuk masing-masing

tingkat kemapuan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dengan Kemampuan Awal Tinggi,

Sedang dan Rendah

Tingkat Kemampuan

Awal

Mea

n

Med

ian

Mod

us

Mak

sim

um

Min

imum

Stad

.Dev

Tinggi 73,906 75 95 100 35 20,546

Sedang 65,000 65 60 95 35 16,167

Rendah 55,862 55 30 85 30 17,272

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

Page 62: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

61

2. Data Kemampuan Awal Siswa

Data kemampuan awal siswa adalah nilai hasil belajar matematika pada topik

sebelum topik trigonometri yaitu topik logika, yang diperoleh melalui tes.

a. Data Kemapuan Awal Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Koopreratif

Student Teams Achievement Division

Pengambilan data kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen yaitu yang

diajar dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division

dilakukan dengan tes (Lampiran 2). Data hasil tes untuk kelas eksperimen terdiri dari

32 siswa kelas X-1 SMAN 1 Bojonegoro, 40 siswa kelas X-5 SMAN1 Sumberejo

Bojonegoro dan 33 siswa kelas X-4 SMAN 1 Dander Bojonegoro, masing-masing

kelas terdiri siswa dengan kemapuan awal tinggi, sedang dan rendah secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari data siswa yang berjumlah 105 siswa tersebut

diperoleh, mean 67,381, median 70, modus 70, nilai maksimum 100, nilai minimum 35

dan standar deviasi 16,929. Dalam bentuk tabel untuk masing-masing tingkat

kemapuan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Kemampuan Awal SiswaTinggi, Sedang dan Rendah Kelas Eksperimen

Tingkat Kemampuan

Awal

Mea

n

Med

ian

Mod

us

Mak

sim

um

Min

imum

Stad

.Dev

Tinggi 88,793 90 90 100 80 6,360

Sedang 67,021 70 70 75 60 5,581

Page 63: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

62

Rendah 46,551 50 50 55 35 6,957

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.

b. Data Kemampuan Awal siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran

Koopreratif Team Assisted Individualization

Pengambilan data kemampuan awal siswa pada kelas kontrol yaitu yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization dilakukan

dengan tes (Lampiran 2). Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas kontrol

terdiri dari 32 siswa kelas X-3 SMAN 1 Bojonegoro, 40 siswa kelas X-6 SMAN1

Sumberejo Bojonegoro dan 34 siswa kelas X-5 SMAN 1 Dander Bojonegoro, masing-

masing kelas terdiri siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari data siswa yang berjumlah 105 siswa

tersebut diperoleh, mean 66,651; median 65, modus 65, nilai maksimum 100, nilai

minimum 30 dan standar deviasi 18,293. Dalam bentuk tabel untuk masing-masing

tingkat kemapuan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4

Kemampuan Awal Siswa Tinggi, Sedang dan Rendah Kelas Kontrol

Tingkat Kemampuan

Mea

n

Med

ian

Mod

us

Mak

sim

u

Min

imum

Stad

.Dev

Tinggi 87,656 85 80 100 80 7,723

Sedang 66,667 65 65 75 60 5,436

Page 64: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

63

Rendah 43,448 45 35 55 30 8,975

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.

C. Hasil Analisis Data

1. Uji Keseimbangan

Dalam uji keseimbangan data yang digunakan adalah data kemapuan awal yaitu data

hasil belajar matematika pada topik sebelumnaya yaitu topik logika pada semester 2 tahun

ajaran 2009/2010 baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kelas kontrol.

Sebelum dilakukan uji keseimbangan dilakukan uji normalitas masing-masing kelompok

dengan menggunakan uji Lilliefors. Di bawah ini rangkuman uji normalitas kemampuan

awal.

Tabel 4.5

Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal

No Kemampuan

awal

Lhitung N Ltabel Keputusan Ket.

1 Eksperimen 0,0781054 105 0,0864647 Diterima Normal

2 Kontrol 0,07141323 106 0,08605593 Diterima Normal

Sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21a dan Lampiran 21b.

Dari uji normalitas tersebut menghasilkan keputusan tidak ditolak yang berarti kedua

kelompok berasal dari populasi yang normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas

dengan menggunakan uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat anatara kelas eksperimen

Page 65: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

64

dan kelas kontrol diperoleh 2hitungc = 0,62391 dan 2

tabelc = 3,81 sehingga kedua kelompok

homogen (perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 21c). Setelah normal dan

homogen selanjutnya dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t, yang diperoleh hasil tobs =

0,327009243 dan ternyata – 1,960 ≤ tobs ≤ 1,960 sehingga kedua kelompok mempunyai

kemampuan awal seimbang (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20).

2. Uji Prasyarat

Uji prasyarat dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji

normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan

uji Bartlet.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas X semester 2 tahun pelajaran

2009/2010 mencakup normalitas untuk :

1. Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif Student teams achievement

divisions

2. Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted

Individualization

3. Kelompok siswa yang berkemampuan awal tinggi

4. Kelompok siswa yang berkemampuan awal sedang

5. Kelompok siswa yang berkemampuan awal rendah

Rangkuman hasil uji normalitas dari kelima kelompok tersebut disajikan dalam

table sebagai berikut :

Page 66: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

65

Tabel 4. 6

Rangkuman Uji Normalitas hasil belajar matematika siswa

No Nama Variabel Lhitung n Ltabel Keputusan Ket

1

Kelompok siswa

dengan model

STAD

0,0820 105 0,0865 Diterima Normal

2

Kelompok siswa

dengan model

pemebelajaran

kooperatif TAI

0,0858 106 0,0861 Diterima Normal

3

Kelompok siswa

dengan

kemampuan

awal tinggi

0,11202 61 0,1134 Diterima Normal

4

Kelompok siswa

dengan

kemampuan

awal sedang

0,070662 92 0,0924 Diterima Normal

5

Kelompok siswa

dengan

kemampuan

awal rendah

0,1152 58 0,1163 Diterima Normal

Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 22. Dari hasil uji normalitas

terbukti semua data masing-masing kelompok berasal dari populasi normal, hal ini

dapat dilihat dari harga L hitung < L tabel.

Page 67: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

66

b. Uji Homogenitas

Untuk uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlett dengan

statistik uji Chi Kuadrat untuk menunjukkan bahwa populasi-populasi dari sampel

penelitian ini bersifat homogen atau bervariansi sama. Uji homogenitas dengan Bartlett

disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.7

Rangkuman Uji Homogenitas

No. Sumber 2hitungc 2

tabelc Keputusan

1 Model Pembelajaran (A) 0,2237 3,841 Homogen

2 Kemampuan Awal (B) 0,81011 5,991 Homogen

Dari hasil uji homogenitas yang disajikan pada tabel di atas dapat disimpulkan

bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki variansi sama

(homogen). Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 23.

3. Uji Hipotesis

Setelah Uji Prasyarat Anava dilakukan dan terpenuhi maka dilakukan Uji Anava dua

jalan dengan sel tak sama dan taraf signifikansi =a 0,05 disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.8

Rangkuman Hasil Data Sel

Kemampuan Awal Tinggi Sedang Rendah

STAD

N 29 47 29 ∑X 2315 3520 1695

X 79,83 74,89 58,45 ∑X2 194375 279300 107675

Page 68: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

67

Pembelajaran kooperatif

C 184800,86 263625,53 99069,83 SS 9574,1379 15674,47 8605,17

TAI

N 32 45 29 ∑X 2365 2925 1620

X 73,91 65 55,86 ∑X2 187875 201625 98850

C 174788,28 190125 90496,55 SS 13086,719 11500 8353,448

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Rataan dan Jumlah Rataan

Kemampuan Awal Total Tinggi Sedang Rendah

Model Pembelajaran

STAD 79,83 74,89 58,45 213,17

TAI 73,91 65,00 55,86 194,77

Total 153,73 139,89 114,31 407,94

Tabel 4.10

Rangkuman Hasil Anilisis Variansi

Sumber Variansi

JK db RK F hit F tabel Keputusan Uji

Model Pembelajaran (A)

1900,16 1 1900,16 5,83185 3,84 ditolak

Tingkat Kemampuan Awal (B)

13469,73 2 6734,87 20,67025 3,00 ditolak

Interaksi antara Model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal (AB)

450,63 2 225,313 0,69152 3,00 diterima

Galat 66793,95 325,824 Total 82614,46

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

Berdasarkan hasil perhitungan yang terangkum pada Tabel 4.10 di atas jelas bahwa :

Page 69: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

68

a. Pada efek A ( model pembelajaran kooperartif ), nilai statistik uji FA = 5,83185 dan F

table = 3,84, tampak jelas bahwa FA > F table dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berati

bahwa terdapat perbedaan efektifitas model pembelajaran kooperatif Student Teams

Achievement Divisions dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted

Individualization terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 2 SMA

Negeri di Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010 pada topik trigonometri.

b. Pada efek utama B (tingkat kemampuan awal), nilai statistik uji FB = 20,67025 dan F

tabel = 3,00, tampak jelas bahwa FB > F tabel, sehingga H0B ditolak. Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan efektifitas antara tingkat kemampuan awal tinggi, sedang dan

tingkat kemampuan awal rendah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X

semester 2 SMA Negeri di Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010 pada topik

trigonometri.

c. Pada efek interaksi AB (model pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal),

harga statistik uji FAB = 0,69152 dan F tabel = 3,00, sangat jelas bahwa FAB < F tabel

sehingga F0AB diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas X semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 SMA Negeri di

Bojonegoro pada topik trigonometri.

4. Uji Komparasi Ganda

Melihat hasil dari uji hipotesis, ternyata dari ketiga hipotesis dua hipotesis yaitu H0A

dan H0B ditolak dan satu hipotesis yaitu H0AB diterima. Oleh karena itu perlu dilakukan uji

komparasi ganda pada rataan antar kolom sedangkan antar baris tidak perlu dilakukan uji

komparasi ganda karena hanya terdiri dua nilai. Sebelum melihat hasil komparasi rataan

Page 70: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

69

antar kolom, di bawah ini disajikan tabel rangkuman rataan antar sel lengkap dengan

rataan marginalnya.

Tabel 4.11 Rangkuman Rataan antar sel dan Rataan Marginal

Kemampuan Awal Siswa Rataan Marginal Tinggi Sedang Rendah

Model Pembelajaran

STAD 79,83 74,89 58,45 71,71429 TAI 73,91 65,00 55,86 65,1886792

Rataan Marginal

76,72 70,05 57,16

Rangkuman hasil uji komparasi ganda rataan antar kolom menggunakan metode

Scheffe disajikan pada Tabel 4.12. Perhitungan selengkapnya dapat dapat dilihat pada

Lampiran 25.

Tabel 4.12

Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rataan antar Kolom Komparasi F hitung F kritik Keputusan uji µ.1 = µ.2 21,56398 6,00 Ditolak µ.1 = µ.3 141,8201 6,00 Ditolak µ.2 = µ.3 71,45844 6,00 Ditolak

Dari rangkuman Tabel 4.12 di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. H0 ditolak karena F.1-.2 = 21,56398 > 6,00, ini berarti bahwa tingkat kemampuan awal

tinggi memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika dibandingkan

dengan tingkat kemampuan awal sedang.

b. H0 ditolak karena F.1-.3 = 141,8201 > 6,00 , ini berarti bahwa tingkat kemampuan awal

tinggi memberikan efek yang beda terhadap hasil belajar matematika dibandingkan

tingkat kemapuan awal rendah.

Page 71: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

70

c. H0 ditolak karena F.2-.3 = 71,45844 > 6,00, ini berarti bahwa tingkat kemapuan awal

sedang memberikan efek beda terhadap hasil belajar matematika dibandingkan tingkat

kemampuan awal rendah.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division dan Team

Assisted Individualization memberikan efek yang beda terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas X semester 2 SMA Negeri di Bojonegoro

Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama A

(model pembelajaran kooperatif), diperoleh FA = 5,83185 dan Ftabel = 3,84 sehingga FA

> Ftabel , ini berarti bahwa efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement Division dan model pembelajaran kooperatif Team

Assisted Individualization terdapat perbedaan terhadap hasil belajar matematika.

Demikian juga, jika diamati dari hasil rataan hasil belajar matematika pada tabel rataan

marginal (Tabel 4.11) menunjukkan bahwa hasil belajar matematika yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions yang

memperoleh 71,71429, lebih baik dibandingkan dengan rataan hasil belajar matematika

yang diajar model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization yang

hanya memperoleh 65,1886792. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar

matematika yang diajar model pembelajaran kooperatif Student teams Achievement

Divisions lebih baik daripada yang diajar model pembelajaran kooperatif Team

Assisted Individualization.

Page 72: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

71

Hal diatas sejalan dengan pendapat Slavin (1995:5) bahwa dalam STAD para

siswa dibagi dalam tim dan gurun menyampaikan pelajaran, lalu siswa dalam tim

mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Dalam

berdiskusi kelompok akan berjalan baik jika sebagian anggota kelompok mengerti

materi yang akan dibicarakan atau paling tidak ada yang memahami materi yang

dipelajari, dan dalam STAD dengan adanya presentasi guru sebelum mereka masuk

timnya maka siswa sudah mempunyai bekal untuk mendiskusikan materi dalam

kelompoknya.

STAD adalah model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa supaya dapat

saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang

diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin timnya mendapatkan penghargaan tim,

mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materi. Mereka harus

mendukung teman satu timnya untuk bias melakukan yang terbaik, menunjukkan

norma bahwa belajar penting, berharga dan menyenangkan.

2. Ada perbedaan antara tingkat kemapuan awal tinggi, sedang dan rendah

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X semester 2 SMA Negeri di

Bojonegoro

Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, pada efek B (tingkat

kemapuan awal), diperoleh FB = 20,67025 dan Ftabel = 3,00 sehingga FB > Ftabel. Ini

berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas X semester 2

SMA Negeri Bojonegoro sebagai akibat karena perbedaan tingkat kemampuan awal

siswa tersebut. Demikian juga dari hasil komparasi ganda antar kolom diperoleh F.1-.2 =

21,56398 > Fkritik = 6,00, F.1-..3=141,8201 dan F.2-.3 = 71,45844 > Fkritik = 6,00, artinya

Page 73: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

72

hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi berbeda dengan

siswa yang memiliki kemapuan awal sedang, hasil belajar matematika siswa yang

memiliki kemapuan awal sedang berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan

awal rendah dan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi

berbeda dengan hasil belajar matematika yang memiliki kemampuan awal rendah.

Demikian juga jika melihat rataan masing-masing tingkat kemampuan awal pada

rangkuman rataan antar sel (Tabel 4.11) diperoleh 76,72; 70,05 dan 57,16 maka

terdapat kecenderungan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memperoleh

hasil belajar matematika lebih baik. Hal ini berarti hasil belajar matematika siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar

matematika siswa kemampuan awal sedang, hasil belajar matematika siswa yang

memiliki kemampuan awal sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan

kemampuan awal sedang, demikian juga hasil belajar matematika siswa yang memiliki

kemampuan awal tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang

memiliki kemampuan awal rendah pada siswa kelas X semester 2 SMA Negeri

Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010 untuk topik trigonometri.

Memperhatikan hasil analisis variansi di atas serta mengingat karakteristik dari

matematika yang merupakan ilmu yang menganut hubungan bersifat hierakikal artinya

kemampuan yang satu menjadi prasyarat kemampuan berikutnya, dan dapat diambil

kesimpulan bahwa penelitian ini merupakan bukti kemampuan awal siswa merupakan

sesuatu yang sangat penting dalam proses pembelajaran berikutnya. Siswa yang

mempunyai kemampuan tinggi akan mudah mengikuti proses pembelajaran berikutnya.

Page 74: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

73

Hal ini senada dengan pendapat Herman Hudojo (2005:51) mengajar akan efektif

bila kemampuan berpikir anak diperhatikan dan karena itu perhatian ditujukan kepada

kesiapan struktur kognitif siswa. Adapun struktur mengacu kepada organisasi

pengetahuan/pengalaman yang telah dikuasai seseorang siswa yang memungkinkan

siswa itu dapat menangkap ide-ide/konsep-konsep baru. Sedangkan Piaget (1970)

dalam Paul Suparno (1997:21) bahwa setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai

akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain.

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan

awal siswa kelas X semester 2 SMA Negeri Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010

pada topik trigonometri

Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, pada interaksi AB

(model pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal) diperoleh FAB =

0,69152 dan Ftabel = 3,00 maka FAB < Ftabel, sehingga tidak terdapat interaksi antara

model pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal siswa. Ini berarti bahwa

hasil belajar matematika dari masing-masing tingkat kemampuan awal siswa konsisten

pada model pembelajaran dan hasil belajar matematika dari masing-masing model

pembelajaran konsisten pada tingkat kemapuan awal siswa. Artinya siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Ahievement Divisions (STAD)

lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Team

Assisted Individualization (TAI) baik secara umum maupun ditinjau dari masing-

masing tingkat kemampuan awal siswa.

Secara umum model pembelajaran kooperatif Student Teams Ahievement Divisions

(STAD) dan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)

Page 75: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

74

banyak persamaannya dan mudah untuk digunakan pada pembelajaran sehingga hasil

belajar matematika dipengaruhi kesiapan siswa untuk mempelajari berikutnya. Sesuai

yang diutarakan oleh Herman Hudojo (1979:93) bahwa di dalam matematika bila

konsep A dan konsep B mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin dipelajari

sebelum konsep A dan konsep B terlebih dahulu. Demikian pula konsep D baru dapat

dipelajari bila konsep konsep C sudah dipahami, demikian seterusnya.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini pastilah terdapat faktor –faktor yang tidak diperhitungkan

sehingga menjadi kendala dalam penelitian ini. Kendala atau fakor-faktor yang tidak

diperhitungkan ini merupakan keterbatasan pada penelitian ini. Keterbatasan dalam

penelitian ini dikemukakan dengan maksud agar tidak menyesatkan dalam memanfaatkan

hasil penelitian ini. Keterbatasan yang dimaksud adalah subyek penelitian, model

pembelajaran, materi pembelajaran, pelaksanaan eksperimen, instrumen tes dan

pengambilan data hasil belajar.

1. Penelitian ini hanya mengambil siswa kelas kelas X SMA Negeri se Bojonegoro dan

tidak melibatkan SMA swasta. Di samping itu pengambilan sampel juga dimungkinkan

masih kurang sehingga kurang dapat mewakili populasinya.

2. Cara penyajian materi pada penelitian ini terbatas pada penggunaan model

pembelajaran kooperatif Student teams Achievement Divisions (STAD) dan model

pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) sehingga mengabaikan

model pembelajaran yang lain yang mungkin lebih efektif untuk menigkatkan hasil

belajar matematika khususnya pada topik trigonometri.

Page 76: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

75

3. Pelaksanaan eksperimen pada penelitian ini peneliti tidaklah mungkin melalukan semua

eksperimen sendiri di tiga sekolah sampel, sehingga peneliti meminta bantuan rekan

guru yang mengajar di kelas pada sekolah yang diambil sebagai sampel. Peran peneliti

yang paling dominan adalah memberikan arahan tentang rencana pembelajaran

(Lampiran 3 dan 4) yang sudah peneliti rancang, sehingga peniliti tidaklah dapat

memantau atau mengamati langsung seluruhnya pelaksanaan pembelajaran di kelas,

tetapi diawal dan akhir penelitian peneliti langsung yang melakukan sendiri. Jadi perlu

adanya kehati-hatian dalam pemanfaatan hasil penelitian ini.

4. Pengambilan data hasil belajar matematika hanya dilakukan dengan pengumpulan data

hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda pada

akhir pembelajaran, sehingga merupakan keterbatasan sebuah evaluasi. Sebuah

evaluasi atau penilaian seharusnya dilakukan sepanjang proses pembelajaran, namun

hal ini sulit dilakukan oleh peniliti karena keterbatasn waktu dan tenaga.

5. Pengambilan data kemampuan awal siswa hanya didasarkan pada hasil tes topik logika

yang mungkin belum menggambarkan kemampuan awal siswa yang sesungguhnya.

Demikian juga kesungguhan siswa dalam mengerjakan tes untuk kemampuan awal ini.

6. Dalam menyelesaikan tes hasil belajar matematika kemungkinan masih ada siswa

bekerja sama, sehingga berakibat data hasil belajar matematika pada penelitian ini

menjadi kurang murni.

Page 77: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika pada topik trigonometri dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik

Page 78: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

77

dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Team Assisted

Individualization (TAI).

2. Tingkat kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada topik

trigonometri. Hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal sedang, hasil

belajar matematika pada siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal tinggi lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal rendah

dan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal sedang

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal

rendah.

3. Hasil belajar matematika siswa dari masing-masing model pembelajaran berlaku

konsisten (sama) pada masing-masing tingkat kemampuan awal siswa dan hasil belajar

matematika siswa dari masing-masing tingkat kemampuan awal siswa konsisten (sama)

pada masing-masing model pembelajaran.

B. Implikasi Hasil penelitian

1. Implikasi Teoritis

Dari kesimpulan di atas bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa

yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions

dan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization pada bahasan

dengan topik trigonometri. Hal ini menunjukkan secara teori hasil penenelitian ini

dapat digunakan sebagai rujukan untuk mengembangkan model pembelajaran pada

Page 79: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

78

pembelajaran matematika pada topik trigonometri dan juga bahasan-bahasan

matematika lain pada umumnya. Dengan kata lain hasil penelitian ini dapat juga

digunakan sebagai kajian untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang lain

disamping secara teori dapat digunakan untuk mempersiapkan pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran, bahan ajar atau materi, sarana pembelajaran dan

karakteristik siswa.

Dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada topik trigonometri, ternyata hasil

belajar siswa yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams

Achievement Divisions rata-rata hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization.

Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis bahwa model pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement Divisions lebih efektif dibandingkan dengan model

pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization.

Memperhatikan hasil penelitian, aspek kemampuan awal siswa dalam melakukan

proses pembelajaran menjadi sangat penting untuk diperhatikan, khususnya dalam

pembelajaran matematika. Hal ini berarti bahwa seorang siswa yang belajar pada topik

trigonometri sangat dipengaruhi oleh pemahaman topik sebelumnya atau kemampuan

awal siswa tersebut. Dari hasil penelitian ini kemampuan awal secara teoritis sangat

menentukan hasil belajar pada topik yang akan diajarkan, apalagi matematika

merupakan ilmu pengetahuan yang hierarkikal karena proses belajar selanjutnya akan

tergantung dari kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh

Herman Hudoyo (1979:93) bahwa di dalam matematika bila konsep A dan konsep B

mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin dipelajari sebelum konsep A dan

Page 80: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

79

B. Demikian pula konsep D baru dipelajari bila konsep C sudah dipahami dengan baik,

demikian seterusnya. Ini jelas bahwa pengalaman belajar yang lalu (kemampuan awal)

memegang peranan penting untuk mamahami atau mempelajari konsep-konsep baru.

2. Implikasi Praktis

Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan guru atau bahkan

acuan atau rujukan guru dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas proses belajar.

Guru hendaknya dapat menngunakan model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siwa dan topik yang akan diberikan sehingga proses pembelajaran akan

efektif dan efisien. Demikian juga dalam proses pembelajaran hendaknya guru

memperhatikan kesiapan atau kemampuan awal yang dimiliki siswa terlebih dahulu

sebelum melakukan proses belajar mengajar, sehingga tujuan yang ingin dicapai dari

proses pembelajaran tersebut dapat berhasil dengan memuaskan untuk semua pihak,

baik dipihak guru maupun siswa. Dan akhirnya akan diperoleh hasil belajar

matematika yang optimal.

C. Saran-saran

Memperhatikan hasil penelitian, kesimpulan penelitian dan implikasi hasil

penelitian secara teoritis maupun praktis, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai

berikut :

1. Saran bagi pemegang kebijaksanaan pendidikan

Seorang pemegang kebijaksanaan dalam pendidikan, diharapkan dapat lebih

intensif dalam memantau dan mengarahkan jajarannya teruma dalam pelaksanaan

pendidikan, terutama para guru diwilayah kerjanya karena sebagai ujung tombak

Page 81: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

80

keberhasilan pendidikan. Pemegang kebijaksanaan pendidikan berkewajiban untuk

memotivasi guru untuk selalu terpacu meningkat kompetensinya dalam melaksanakan

proses pembelajaran. Pemegang kebijaksanaan hendaknya memberikan fasilitas yang

seluas-luasnya para guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam

hal model-model pembelajaran sehingga guru mampu melakukan proses pembelajaran

yang selalu menyenangkan, akhirnya diperoleh hasil belajar yang memuaskan.

2. Saran bagi guru

a. Seorang guru diharapkan dapat selalu meningkatkan kompetensinya tentang model-

model pembelajaran, karena sebanyak mungkin menguasai model pembelajaran,

guru akan sangat paham menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa dan materi yang akan diajarkan.

b. Sebagai seorang guru hendaknya memperhatikan aspek-aspek yang dimiliki siswa

untuk meningkatkan hasil belajar mereka, salah satu aspek diantaranya adalah

kemampuan awal yang dimiliki siswanya. Alangkah baiknya guru sebelum proses

pembelajaran berlangsung melihat terlebih dahulu kemampuan awal siswa

dengan cara mengingatkan kembali materi yang menunjang dan sudah pernah

didapat sebelumnya.

c. Seorang guru diharapkan mempersiapkan dahulu rencana program pembelajaran

dengan baik sebelum ia melakukan proses pembelajaran sehingga proses

pembelajaran berlangsung secara terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Saran bagi para peneliti

Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan hasil penelitiannya dalam ruang

lingkup yang lebih luas. Penulis berharap bagi para peneliti atau calon peneliti tak

Page 82: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

81

henti-hentinya, dapat mengembangkan penelitian ini untuk variabel-variabel lain yang

sejenis secara kreatif sehingga menambah kesempurnaan penelitian yang sudah

dilakukan terdahulu maupun hasil penelitian ini. Dengan kesempurnaan hasil penelitian

ini akan menambah wawasan tentang model-model pembelajaran guna meningkatkan

kualitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, 2008. Menerapkan Cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta : PT Grasindo.

Andi Hakim Nasution, 1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata Karya Aksara. Atwi Suparman. 2001. Desain Instruksional. Jakarta : Depdikbud.

Bloom, Benyamin S. 1976. Human Characteristic and School Learning. New york: McGraw-Hill Book Company.

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press. ________. 2004. Statistik untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.

Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements. 1991. Research on Cooperative Learning : Implications for practice. School Psychology Review. Vol. 20. Issue 1.

Chatarina Tri Anni dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Dikti.

Dick, walter and Robert A. Reiser. 1989. Planning Effective Instruction. Boston : Allyn and Bacon.

Discroll, Marey P (1994). Psychology of Learning for Instruction. Boston : USA ALLYN

and BACON. Erman Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :

JICA Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI ). Elizabeth E Correiro, Leanne R Griffin, Peter E Hart. 2008. A Constructivist Approach to

Inquiry-Based Learning: A TUNEL Assay for the Detection of Apoptosis in

Page 83: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

82

Cheek Cells.The American Biology Teacher. Reston: Vol. 70, Iss. 8; pg(s). 457-460

Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs. 1978. Principles of Instructional Design. 2nd Ed.

New York : Holt Rinehart and Wistons. Gagne, Robert M. 1997. The Conditions of Learning. New York : Holt Rinehart and

Wistons. Haris Mudjiman. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta : LPP UNS dan UNS Press.

Herman Hudoyo. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika & Pelaksanaannya di depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.

_________. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang :

Universitas Negeri Malang. Joyce, B and Marsha Weil. 1992. Model of Teaching ( 4th. ED ). Allyn & Bacon Publisher.

Kamuran Tarim, Fikri Akdeniz. 2008. The effects of cooperative learning on Turkish elementary students’ mathematics achievement and attitude towards mathematics using TAI and STAD methods. Educational Studies in Mathematics. Vol. 67. Issue 1. p 77-91.

Karnasih, Ida. 1997. Optimalisasi Pendidikan Matematika Menuju abad XXI. Makalah

disampaikan pada Seminar Pendidikan IKIP Medan . Mary Kalantzis and Bill Cope. Learning about Learning : An Agenda for Inquiry. University of Illinois at Urbana-Champaign. USA/www.ijl.ccgpublisher.com Muh Ali. 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Munandar. 1985. Rancangan System Pengajaran. Jakarta : Depdikbud.

M. Lee Manning and Robert Lucking. 1991. The What, Why, and How of Cooperative Learning. The Clearing House. Vol. 64. No. 3. pp. 152-156.

Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya. Nesbit dkk. 1997. Using Cooperative Learning to Improvement Reading and Writing in

science. Reading & Writing Quarterly. Vol. 13. Issue 1. Paul Suparno. 2001. Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

Page 84: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF … · INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI

83

Safari. 2008. Analisis butir soal. Asosiasi pengawas Sekolah Indonesia, Departemen

Pendidikan Nasional. Jakarta : CV Purnama. Slamet. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Slavin, Robert E, 1995. Cooperative Learning : theory, research, and practice : Allyn and

Bacon. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suherman, H. Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. JakartaRineka

Cipta. Universitas Negeri Surabaya. 2007. Metode Pembelajaran Langsung dan Metode

Pembelajaran Kooperatif. Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru.