18
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Eka Susanti 1 , Yaspin Yolanda, M.Pd. 2 , Ahmad Amin, M.Si 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Metode penelitian ini adalah eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.3 SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes. Data tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada tingkat kesalahan α = 0,05 didapat t hitung = 7,793 dan t tabel = 1,703. Karena t hitung (7,793) > t tabel (1,703), maka dapat disimpulkan bahwa hasil siswa setelah menerapkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing secara signifikan efektif. Kata kunci: Efektivitas, Inkuiri Terbimbing A. Latar Belakang Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA

PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Eka Susanti1, Yaspin Yolanda, M.Pd.

2, Ahmad Amin, M.Si

3

1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,

Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika siswa. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan hasil belajar fisika siswa kelas X

SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Metode penelitian ini adalah eksperimen semu

yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Sampel dalam penelitian ini

adalah siswa kelas X.3 SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 yang

berjumlah 28 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes. Data tes

siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada

tingkat kesalahan α = 0,05 didapat thitung = 7,793 dan ttabel = 1,703. Karena thitung

(7,793) > ttabel (1,703), maka dapat disimpulkan bahwa hasil siswa setelah

menerapkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri

Terbimbing secara signifikan efektif.

Kata kunci: Efektivitas, Inkuiri Terbimbing

A. Latar Belakang

Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Pendidikan fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-

hari.

Pembelajaran fisika di sekolah menengah, umumnya guru hanya

menekankan pada pemberian informasi, yaitu menanamkan konsep-konsep fisika

secara informatif yang bersifat abstrak dan kompleks. Pembelajaran seperti itu

menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa dan rendahnya pemahaman siswa

mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang diperoleh.

Berdasarkan wawancara awal sebelum penelitian yang telah dilakukan di

SMA Negeri Purwodadi pada tanggal 29 Juli 2015, diketahui bahwa selama ini

dalam proses pembelajaran fisika masih bersifat klasik yang cenderung terpusat

pada guru. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang cenderung

bersifat informatif, sedangkan siswa sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba

menemukan sendiri pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan. Dominasi guru

dalam proses pembelajaran ini menjadikan siswa bersikap pasif sehingga siswa

lebih menunggu apa yang akan diberikan guru dari pada menemukan sendiri

pengetahuan atau keterampilan yang siswa butuhkan.

Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar ulangan harian siswa kelas X

SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2014/2015 di salah satu kelas pada

mata pelajaran fisika belum tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang ditetapkan disekolah tersebut yaitu 70. Dari 30 siswa hanya 10 siswa

(33,33%) siswa yang dinyatakan tuntas, sedangkan 20 siswa (66,67%) siswa

lainnya dinyatakan belum tuntas. Hal ini disebabkan karena siswa cenderung

bersifat pasif dan tidak bersemangat mengikuti pembelajaran. Sebenarnya siswa

memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi, tetapi kesempatan untuk memenuhi

rasa keingintahuan siswa belum dapat dipenuhi oleh guru. Siswa hanya

mendengar dan mencatat penjelasan guru.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas, penulis beranggapan perlu

adanya model pembelajaran yang tepat untuk mempengaruhi hasil belajar siswa.

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam

pembelajaran fisika adalah Inkuiri Terbimbing. Menurut Trianto (2009:114),

Inkuiri terbimbing merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan

sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan pembelajaran pada kegiatan

menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Dengan menerapkan model

pembelajaran Inkuiri terbimbing, diharapkan siswa mampu menguasai materi

pelajaran dengan baik karena siswa dapat melakukan percobaan untuk

membuktikan pendapat yang dikemukakan.

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri

Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran

inkuiri terbimbing secara signifikan efektif?”.

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui keefektifan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri

Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran

Inkuiri Terbimbing.

B. Landasan Teori

1) Efektivitas Pembelajaran

Menurut Sadiman (dalam Trianto, 2009:20), keefektifan adalah hasil

guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut

Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya

(dalam Trianto, 2009:20), keefektifan mengajar dalam proses interaksi

belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa

agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar,

dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi

berbagai aspek proses pengajaran (Trianto, 2009:20). Keefektifan

Page 4: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

pembelajaran dapat dilihat secara klasikal jika 85% siswa mencapai KKM,

dan jika siswa yang tuntas hanya mencapai 75% maka siswa akan diberikan

remidi, siswa mencapai ketuntasan 85% diberikan pengayaan dan jika 85%

secara individual siswa sudah tuntas diberikan izin akselerasi/percepatan.

2) Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Musfiqun (2012:2), bahwa belajar adalah suatu proses yang

kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya, sejak

dilahirkan hingga manusia mati. Proses belajar terjadi karena adanya

interaksi antara seseorang dan lingkungan sekitarnya. Salah satu pertanda

bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku

pada diri seseorang, yang disebabkan telah terjadi perubahan pada tingkat

pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses interaksi antara manusia dengan lingkungan yang dilakukan

secara terencana untuk mencapai pemahaman, keterampilan, dan sikap

yang diinginkan. Sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang dari hasil

belajar tersebut, yaitu kedewasaan diri. Pendek kata, seseorang yang telah

melakukan proses belajar pasti terjadi perubahan pada dirinya.

3) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Menurut Hamalik (2008:30), hasil belajar ialah terjadinya perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,

dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Jihad dan Haris (2008:14), hasil belajar merupakan

pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah

Page 5: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan

dalam waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah hasil perubahan tingkah laku siswa, perubahan tingkah

laku ini meliputi segenap ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotorik. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi

pada individu setelah mengalami pembelajaran.

Menurut Benjamin Bloom (dalam Yamin, 2012:41), hasil

belajar terbagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotorik.

Untuk hasil belajar ranah kognitif menurut Yamin (2012:41),

kawasan kognitif dan afektif adalah dua dari tiga ranah tujuan instruksional

yang memiliki klasifikasi atau rincian yang paling detail. Sehingga seolah-

olah merupakan suatu sistem tersendiri.

Sedangkan hasil belajar untuk ranah afektif adalah ranah yang

berhubungan dengan perasaan emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude)

yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu (Yamin,

2012:45).

Dan hasil belajar ranah psikomotorik adalah kawasan yang

berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan

anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara

syaraf dan otot (Yamin, 2012:49).

4) Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Trianto (2009:114), Pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,

tetapi hasil dari kegiatan menemukan sendiri. Menurut Hanafiah dan

Suhana (2009:77), Inkuiri terbimbing merupakan suatu rangkaian kegiatan

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga

Page 6: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan dengan keterarahan guru.

Guru memberikan fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran

sehingga siswa mampu melakukan kegiatan secara langsung. Guru

memimpin siswa untuk dapat menemukan fakta, konsep, prinsip dan

prosedur yang dipelajari sehingga memungkinkan siswa mengerjakan

kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan

pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah pembelajaran yang menekankan

pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan

dengan bimbingan guru.

Menurut Trianto (2009:114), model pembelajaran Inquiri

terbimbing ini memiliki lima siklus. Kelima siklus model

pembelajaran Inquiri terbimbing sebagai berikut: 1) Observasi

(Observation), 2) Bertanya (Questioning), 3) Mengajukan dugaan

(Hyphotesis), 4) Pengumpulan data (Data gathering) dan 4) Penyimpulan

(Conclussion).

Langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing menurut

Sanjaya (2010: 202-205) secara umum dapat mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau

iklim pembelajaran yang responsiv. Guru mengkoordinasikan agar

siswa siap melaksanakan proses pembelajaran sebagai langkah untuk

mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran. Keberhasilan

strategi pembelajaran ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk

beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Page 7: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah pembawa siswa pada

suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan

adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan

teka-teki itu.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada

dasarnya sudah dimiliki oleh setiap individu sejak lahir. Potensi berpikir

itu dimulai dari kemampuan menebak atau mengira-ira (berhipotesis)

dari suatu permasalahan.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data

merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan

intelektual. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini

adalah mengajukan pertannyaan-pertanyaan yang dapat mendorong

siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang telah diperoleh

berdasarkan penumpulan data. Mencari tingkat keyakinan siswa atas

jawaban yang diberikan sangat penting dalam langkah menguji

hipotesis.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan

yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan

kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sintaks

Page 8: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Eggen dan Kauchak dalam

Trianto (2010: 172) tersaji pada Tabel 2.1.

Tabel. 1

Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Fase Kegiatan Guru

Menyajikan

pertanyaan atau

masalah

Guru membagi siswa dalam kelompok. Guru

membimbing siswa mengidentifikasi masalah

dan masalah.

Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

bertukar pendapat untuk membentuk hipotesis.

Guru membimbing siswa dalam menentukan

hipotesis yang relevan dengan permasalahan

dan memprioritaskan hipotesis mana yang

menjadi prioritas penyelidikan.

Merancang

percobaan

Guru memberi kesempatan pada siswa untuk

menentukan langkah-langkah yang sesuai

dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru

membimbing siswa mengurutkan langkah-

langkah percobaan.

Melakukan

percobaan untuk

memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan.

Mengumpulkan dan

menganalisis data

Guru memberikan kesempatan pada tiap

kelompok untuk menyampaikan hasil

pengolahan data yang terkumpul.

Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:78), langkah-langkah dari model

pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa

b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari

c. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari

d. Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing siswa

e. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan

ditemukan

f. Mempersiapkan setting kelas

g. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

h. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan

dan penemuan

i. Menganalisis sendiri atas data temuan

j. Merangsang terjadinya dialog interaktif antar siswa

k. Memberi penguatan kepada siswa untuk giat dalam melakukan penemuan

l. Memfasilitasi siswa dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi

atas hasil temuannya.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Menyajikan pertanyaan atau masalah

b) Membuat hipotesis

c) Merancang dan melakukan percobaan

d) Mengumpulkan data

e) Membuat kesimpulan.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:77), perbedaan Inkuiri

Terbimbing terbimbing dengan Inkuiri bebas adalah:

1) Inkuiri terbimbing adalah pelaksanaan yang dilakukan atas petunjuk dari

guru. Keduanya, dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai

pertanyaan yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik

ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan

percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan.

2) Inkuiri bebas adalah peserta didik melakukan penyelidikan bebas

sebagaimana seorang ilmuan. Antara lain masalah dirumuskan sendiri,

penyelidikan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:79), selain langkah-langkah

dari model pembelajaran Inkuiri terbimbing, model ini juga memiliki

beberapa keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:

1) Keunggulan model inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:

(a) Membantu siswa untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan

keterampilan dalam proses kognitif.

(b) Siswa memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat

dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.

(c) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa agar belajar

lebih giat lagi.

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

(d) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai kemampuan

dan minat masing-masing.

(e) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan

proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada siswa

dengan peran guru yang sangat terbatas.

2) Kelemahan dari model Inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:

(a) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus

berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan

baik.

(b) Keadaan kelas kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka

maka model ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.

(c) Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar

mengajar dengan gaya lama maka model ini akan mengecewakan.

(d) Ada kritik, bahwa proses dalam model ini terlalu mementingkan proses

pengertian saja.

5) Tinjauan Materi Rangkaian Seri dan Paralel

a. Rangkaian Seri

Rangkaian listrik seri adalah rangkaian yang lampu atau baterai

disusun secara berurutan.

Untuk mengetahui hubungan antara besarnya masing-masing

hambatan dengan hambatan penggantinya dalam rangkaian tersebut dapat

menggunakan alat ukur voltmeter. Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut

:

VAD = VAB + VBC + VCD

I.RAD = I.R1 + I.R2 + I.R3

Rs = R1 + R2 + R3 (Kanginan, 2002:285)

Dengan : Rs = hambatan pengganti untuk susunan seri

R = resistor

b. Rangkaian listrik pararel

Rangkaian listrik pararel adalah rangkaian listrik yang lampu atau

baterainya disusun secara pararel atau sejajar. Biasanya pada rumah tangga

dipasang rangkaian listrik pararel karena bila salah satu sambungan listrik

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

terputus maka lampu pada sambungan listrik yang lain tidak akan ikut mati.

Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

V = VAB = VCD = VEF . (Kanginan, 2002:286)

Akibatnya persamaan di atas dapat ditulis:

(Kanginan, 2002:286)

Persamaan di atas dapat diperluas untuk mencari hambatan pengganti R1, R2,

R3, ..., Rn yang dirangkaikan paralel. Hambatan pengganti dapat diperoleh dari

persamaan berikut.

1

𝑅𝑃 =

1

𝑅1+

1

𝑅2 +

1

𝑅3+ …

1

𝑅𝑛 (Kanginan, 2002:286)

dengan Rp = hambatan pengganti paralel

c. Hukum Ohm

Bunyi hukum Ohm yaitu, besar kuat arus listrik yang mengalir pada suatu

penghantar berbanding lurus dengan beda potensial ujung-ujung penghantar

tersebut dan berbanding terbalik dengan hambatan penghantar.

Secara sistematis, hokum Ohm ditulis sebagai berikut:

𝑉

𝐼= 𝑅 atau V = I x R (Siswanto, 20009:170)

Keterangan :

V = beda potensial (tegangan listrik) (V)

I = Kuat arus listrik (A)

R = Hambatan penghantar (resistor) (ohm= Ω)

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan

metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design. Pada

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan

satu variabel terikat. Mode pembelajaran Inkuiri Terbimbing merupakan variabel

bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.

Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi

tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 201 siswa. Sampel penelitian terdiri

dari dua kelas yang dilakukan secara simple random sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes dan

observasi. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test)

dan tes kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari sampel

apakah sampel diterima atau ditolak. Data hasil pre-test selanjutnya dianalisis

dengan mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas, dan uji

hipotesis.

1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa

Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu pada

tanggal 2 Mei 2016 dan diikuti oleh 28 siswa pada kelas X.3 SMA Negeri

Purwodadi. Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan

awal yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum dipelajari.

Soal pre-test yang digunakan adalah berbentuk essay sebanyak lima soal.

Rekapitulasi hasil pre-test dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Rekapitulasi hasil pre-test

No Uraian Eksperimen

1 Jumlah Siswa 28

2 𝑥 rata-rata nilai 38,82

3 Nilai Terendah 30

4 Nilai Tertinggi 47

5 Rentang Nilai 17

6 Standar Deviasi 4,64

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai

lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70

dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai kurang dari

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

KKM adalah sebanyak 28 siswa (100%). Nilai tertinggi pada pre-test ini

adalah 47 dan yang terendah adalah 30. Rata-rata (𝑥 ) nilai secara keseluruhan

adalah 38,82.

2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa

Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2016 dan diikuti

oleh 28 siswa pada kelas X.3 SMA Negeri Purwodadi. Dari hasil perhitungan

dapat dikemukakan rekapitulasi hasil dari post-test dapat dilihat pada tabel 3,

sedangkan selisih hasil pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 3

Rekapitulasi hasil post-test

No Uraian Eksperimen

1 Jumlah Siswa 28

2 𝑥 rata-rata nilai 80,21

3 Nilai Terendah 61

4 Nilai Tertinggi 89

5 Rentang Nilai 28

6 Standar Deviasi 6,94

Tabel 4

Selisih Hasil Pre-test dan Post-test

No Uraian Eksperimen

1 𝑥 rata-rata nilai 41,39

2 Nilai Terendah 44

3 Nilai Tertinggi 42

4 Rentang Nilai 11

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa

adalah 87.18. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 atau di atas KKM

sebanyak 26 (92,28%) orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari

70 atau di bawah KKM adalah 2 (0,071%) orang.

Untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test, maka digunakan

uji normalitas dengan uji kecocokan 𝜒2 (Chi kuadrat). Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf signifikansi 𝛼 =

0,05, jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 , maka dinyatakan bahwa data berdistribusi normal

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

dan dalam hal lainnya tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5

Uji Normalitas Pre-test dan Post-test

Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 Kesimpulan

Awal 2,3723 5 11,070 Normal

Akhir 1,7521 5 11,070 Normal

Berdasarkan ketentuan pengujian uji normalitas dengan menggunakan

uji 𝜒2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing data baik tes

awal maupun tes akhir berdistribusi normal pada taraf signifikansi 𝛼 = 0,05

dengan derajat kebebasan (dk) = 5.

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menarik kesimpulan data hasil post-test, maka dilakukan pengujian

hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “hasil

belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran

2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

secara signifikan efektif”. Setelah diketahui data pre-test dan post-test

berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis dari

data pre-test dan post-test dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.

Uji Hipotesis

Tes thitung dk ttabel kesimpulan

Awal -35,83 27 1,703 Ho diterima

Akhir 7,793 27 1,703 Ha diterima

Adapun hipotesis statistik yang diujikan adalah:

Ha = Rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa secara klasikal kelas X

SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan

model pembelajaran Inkuiri Terbimbing secara signifikan efektif (µ0

≥70).

Ho = Rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa secara klasikal kelas X

SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan

Page 15: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

model pembelajaran Inkuiri terbimbing secara signifikan tidak efektif (µ0

<70)

Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan (dk)

= n-1 = 28 -1 = 27, 𝛼 = 5% diperoleh ttabel 1,703. Jika thitung ≥ ttabel berarti

Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian berdasarkan perhitungan

hasil belajar siswa, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran

2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

secara signifikan efektif.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa sebelum dilakukannya tindakan

menunjukkan bahwa aktivitas siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi masih

rendah. Permasalahan tersebut merupakan salah satu permasalahan yang peneliti

temukan pada saat observasi awal. Metode pembelajaran yang diterapkan masih

secara konvensional menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan

penugasan. Guru menyampaikan materi pelajaran fisika secara verbal.

Sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti memberikan pre-test untuk

mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian dilanjutkan pembelajaran dengan

pembelajaran inkuiri terbimbing. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan

perencanaan pembuatan perangkat penelitian yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen-instrumen penelitian yang

terdiri dari Lembar Kerja Siswa (LKS), dan tes kemampuan kognitif siswa

terhadap penggunaan pembelajaran inkuiri Terbimbing.

Pada awal proses pembelajaran sebagai tahap persiapan peneliti

mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa.

Selain itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada

pembelajaran materi rangkaian listrik seri dan paralel.

Page 16: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

Pada pertemuan pertama guru membimbing siswa dalam pembentukan

kelompok dan membagikan lembar kerja siswa materi rangkaian seri. Guru

menjelaskan ketentuan dalam pembelajaran. Siswa bekerjasama dalam kelompok

memahami LKS. Hasil kerja yang diperoleh pada masing-masing kelompok pada

kegiatan LKS pertemuan pertama adalah kelompok 1, mendapatkan nilai 89,

kelompok 2 bernilai 77, kelompok 3 bernilai 100, kelompok 4 bernilai 89 dan

kelompok 5 bernilai 77. Adapun kesimpulannya adalah terdapat kelompok yang

masih belum mampu membuat kesimpulan akhir pada LKS, ada kelompok yang

kurang teliti.

Selanjutnya pada pertemuan kedua langkah-langkah pembelajaran sama

seperti pada pertemuan pertama namun yang membedakan materi yang dibahas

adalah rangkaian paralel. Hasil kerja yang diperoleh pada masing-masing

kelompok pada kegiatan LKS pertemuan kedua adalah kelompok 1,

mendapatkan nilai 92, kelompok 2 bernilai 83, kelompok 3 bernilai 100,

kelompok 4 bernilai 89 dan kelompok 5 bernilai 92. Adapun kesimpulannya

adalah masing-masing kelompok sudah menunjukkan peningkatan dalam

pengisian LKS.

Hasil belajar mengenai materi rangkaian seri dan paralel mengalami

peningkatan yaitu dari rata – rata 38,82 pada pertemuan I menjadi 80,21 pada

pertemuan 2. Penguasaan materi memiliki peran yang penting dalam upaya

peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat

Mohammad Saroni (2011: 132) yang menyatakan bahwa peningkatan kualitas

pembelajaran sangat tergantung pada tingkat penguasaan materi pelajaran oleh

guru. Semakin tinggi penguasaan materi, semakin berkualitas proses

pembelajaran yang diselenggarakan. Hal tersebut menyebabkan keberhasilan

dalam penyelenggaraan proses belajar. Berdasarkan pembahasan tersebut

terbukti bahwa melalui model inkuiri terbimbing dapat mengefektifkan hasil

belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2015/2016.

Page 17: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 7,793 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,703) dengan rata-rata hasil belajar post-test

siswa sebesar 80,21 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar 38,82.

Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui bahwa

hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran

2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

secara signifikan efektif.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan

sebagai berikut:

a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing sebagai

salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika di kelas.

b. Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing, guru

hendaklah lebih kreatif berinovasi terhadap metode pembelajaran modern

yang ada.

c. Dalam menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dibutuhkan

perencanaan yang baik dengan pengelolaan waktu yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Giancoli, Dauglas. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hanafiah, Nanang dan Cucu suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:

PT Refika Aditama

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo

Kurniatin, Sri R. 2006. Fisika untuk SMA/MA kelas X. Bogor: CV Duta Grafika

Margono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Page 18: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal eka susanti.pdfEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA

Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Jakarta: Mizan Pustaka

Musfiqun. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT.

Prestasi Pustakaraya

Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan

Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT Fajar

Interpratama Mandiri

Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Ciputat

Mega Mall