Upload
others
View
16
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA
PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Eka Susanti1, Yaspin Yolanda, M.Pd.
2, Ahmad Amin, M.Si
3
1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,
Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika siswa. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan hasil belajar fisika siswa kelas X
SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Metode penelitian ini adalah eksperimen semu
yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X.3 SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 yang
berjumlah 28 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes. Data tes
siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada
tingkat kesalahan α = 0,05 didapat thitung = 7,793 dan ttabel = 1,703. Karena thitung
(7,793) > ttabel (1,703), maka dapat disimpulkan bahwa hasil siswa setelah
menerapkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing secara signifikan efektif.
Kata kunci: Efektivitas, Inkuiri Terbimbing
A. Latar Belakang
Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-
hari.
Pembelajaran fisika di sekolah menengah, umumnya guru hanya
menekankan pada pemberian informasi, yaitu menanamkan konsep-konsep fisika
secara informatif yang bersifat abstrak dan kompleks. Pembelajaran seperti itu
menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa dan rendahnya pemahaman siswa
mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika yang diperoleh.
Berdasarkan wawancara awal sebelum penelitian yang telah dilakukan di
SMA Negeri Purwodadi pada tanggal 29 Juli 2015, diketahui bahwa selama ini
dalam proses pembelajaran fisika masih bersifat klasik yang cenderung terpusat
pada guru. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang cenderung
bersifat informatif, sedangkan siswa sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba
menemukan sendiri pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan. Dominasi guru
dalam proses pembelajaran ini menjadikan siswa bersikap pasif sehingga siswa
lebih menunggu apa yang akan diberikan guru dari pada menemukan sendiri
pengetahuan atau keterampilan yang siswa butuhkan.
Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar ulangan harian siswa kelas X
SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2014/2015 di salah satu kelas pada
mata pelajaran fisika belum tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan disekolah tersebut yaitu 70. Dari 30 siswa hanya 10 siswa
(33,33%) siswa yang dinyatakan tuntas, sedangkan 20 siswa (66,67%) siswa
lainnya dinyatakan belum tuntas. Hal ini disebabkan karena siswa cenderung
bersifat pasif dan tidak bersemangat mengikuti pembelajaran. Sebenarnya siswa
memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi, tetapi kesempatan untuk memenuhi
rasa keingintahuan siswa belum dapat dipenuhi oleh guru. Siswa hanya
mendengar dan mencatat penjelasan guru.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas, penulis beranggapan perlu
adanya model pembelajaran yang tepat untuk mempengaruhi hasil belajar siswa.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam
pembelajaran fisika adalah Inkuiri Terbimbing. Menurut Trianto (2009:114),
Inkuiri terbimbing merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan pembelajaran pada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Dengan menerapkan model
pembelajaran Inkuiri terbimbing, diharapkan siswa mampu menguasai materi
pelajaran dengan baik karena siswa dapat melakukan percobaan untuk
membuktikan pendapat yang dikemukakan.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri
Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran
inkuiri terbimbing secara signifikan efektif?”.
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui keefektifan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri
Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing.
B. Landasan Teori
1) Efektivitas Pembelajaran
Menurut Sadiman (dalam Trianto, 2009:20), keefektifan adalah hasil
guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut
Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya
(dalam Trianto, 2009:20), keefektifan mengajar dalam proses interaksi
belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa
agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar,
dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi
berbagai aspek proses pengajaran (Trianto, 2009:20). Keefektifan
pembelajaran dapat dilihat secara klasikal jika 85% siswa mencapai KKM,
dan jika siswa yang tuntas hanya mencapai 75% maka siswa akan diberikan
remidi, siswa mencapai ketuntasan 85% diberikan pengayaan dan jika 85%
secara individual siswa sudah tuntas diberikan izin akselerasi/percepatan.
2) Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2003:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Musfiqun (2012:2), bahwa belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya, sejak
dilahirkan hingga manusia mati. Proses belajar terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dan lingkungan sekitarnya. Salah satu pertanda
bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
pada diri seseorang, yang disebabkan telah terjadi perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses interaksi antara manusia dengan lingkungan yang dilakukan
secara terencana untuk mencapai pemahaman, keterampilan, dan sikap
yang diinginkan. Sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang dari hasil
belajar tersebut, yaitu kedewasaan diri. Pendek kata, seseorang yang telah
melakukan proses belajar pasti terjadi perubahan pada dirinya.
3) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.
Menurut Hamalik (2008:30), hasil belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Jihad dan Haris (2008:14), hasil belajar merupakan
pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan
dalam waktu tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah hasil perubahan tingkah laku siswa, perubahan tingkah
laku ini meliputi segenap ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi
pada individu setelah mengalami pembelajaran.
Menurut Benjamin Bloom (dalam Yamin, 2012:41), hasil
belajar terbagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik.
Untuk hasil belajar ranah kognitif menurut Yamin (2012:41),
kawasan kognitif dan afektif adalah dua dari tiga ranah tujuan instruksional
yang memiliki klasifikasi atau rincian yang paling detail. Sehingga seolah-
olah merupakan suatu sistem tersendiri.
Sedangkan hasil belajar untuk ranah afektif adalah ranah yang
berhubungan dengan perasaan emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude)
yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu (Yamin,
2012:45).
Dan hasil belajar ranah psikomotorik adalah kawasan yang
berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara
syaraf dan otot (Yamin, 2012:49).
4) Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Trianto (2009:114), Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari kegiatan menemukan sendiri. Menurut Hanafiah dan
Suhana (2009:77), Inkuiri terbimbing merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga
mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan dengan keterarahan guru.
Guru memberikan fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran
sehingga siswa mampu melakukan kegiatan secara langsung. Guru
memimpin siswa untuk dapat menemukan fakta, konsep, prinsip dan
prosedur yang dipelajari sehingga memungkinkan siswa mengerjakan
kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan
pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah pembelajaran yang menekankan
pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan
dengan bimbingan guru.
Menurut Trianto (2009:114), model pembelajaran Inquiri
terbimbing ini memiliki lima siklus. Kelima siklus model
pembelajaran Inquiri terbimbing sebagai berikut: 1) Observasi
(Observation), 2) Bertanya (Questioning), 3) Mengajukan dugaan
(Hyphotesis), 4) Pengumpulan data (Data gathering) dan 4) Penyimpulan
(Conclussion).
Langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing menurut
Sanjaya (2010: 202-205) secara umum dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsiv. Guru mengkoordinasikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran sebagai langkah untuk
mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran. Keberhasilan
strategi pembelajaran ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah pembawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki oleh setiap individu sejak lahir. Potensi berpikir
itu dimulai dari kemampuan menebak atau mengira-ira (berhipotesis)
dari suatu permasalahan.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini
adalah mengajukan pertannyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang telah diperoleh
berdasarkan penumpulan data. Mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan sangat penting dalam langkah menguji
hipotesis.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sintaks
pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Eggen dan Kauchak dalam
Trianto (2010: 172) tersaji pada Tabel 2.1.
Tabel. 1
Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Fase Kegiatan Guru
Menyajikan
pertanyaan atau
masalah
Guru membagi siswa dalam kelompok. Guru
membimbing siswa mengidentifikasi masalah
dan masalah.
Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
bertukar pendapat untuk membentuk hipotesis.
Guru membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang relevan dengan permasalahan
dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
Merancang
percobaan
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru
membimbing siswa mengurutkan langkah-
langkah percobaan.
Melakukan
percobaan untuk
memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan.
Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberikan kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul.
Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:78), langkah-langkah dari model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa
b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari
c. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari
d. Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing siswa
e. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan
ditemukan
f. Mempersiapkan setting kelas
g. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan
h. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan
dan penemuan
i. Menganalisis sendiri atas data temuan
j. Merangsang terjadinya dialog interaktif antar siswa
k. Memberi penguatan kepada siswa untuk giat dalam melakukan penemuan
l. Memfasilitasi siswa dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi
atas hasil temuannya.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Menyajikan pertanyaan atau masalah
b) Membuat hipotesis
c) Merancang dan melakukan percobaan
d) Mengumpulkan data
e) Membuat kesimpulan.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:77), perbedaan Inkuiri
Terbimbing terbimbing dengan Inkuiri bebas adalah:
1) Inkuiri terbimbing adalah pelaksanaan yang dilakukan atas petunjuk dari
guru. Keduanya, dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai
pertanyaan yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik
ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan.
2) Inkuiri bebas adalah peserta didik melakukan penyelidikan bebas
sebagaimana seorang ilmuan. Antara lain masalah dirumuskan sendiri,
penyelidikan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:79), selain langkah-langkah
dari model pembelajaran Inkuiri terbimbing, model ini juga memiliki
beberapa keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:
1) Keunggulan model inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
(a) Membantu siswa untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif.
(b) Siswa memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
(c) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa agar belajar
lebih giat lagi.
(d) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai kemampuan
dan minat masing-masing.
(e) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada siswa
dengan peran guru yang sangat terbatas.
2) Kelemahan dari model Inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
(a) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus
berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan
baik.
(b) Keadaan kelas kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka
maka model ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
(c) Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar
mengajar dengan gaya lama maka model ini akan mengecewakan.
(d) Ada kritik, bahwa proses dalam model ini terlalu mementingkan proses
pengertian saja.
5) Tinjauan Materi Rangkaian Seri dan Paralel
a. Rangkaian Seri
Rangkaian listrik seri adalah rangkaian yang lampu atau baterai
disusun secara berurutan.
Untuk mengetahui hubungan antara besarnya masing-masing
hambatan dengan hambatan penggantinya dalam rangkaian tersebut dapat
menggunakan alat ukur voltmeter. Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
:
VAD = VAB + VBC + VCD
I.RAD = I.R1 + I.R2 + I.R3
Rs = R1 + R2 + R3 (Kanginan, 2002:285)
Dengan : Rs = hambatan pengganti untuk susunan seri
R = resistor
b. Rangkaian listrik pararel
Rangkaian listrik pararel adalah rangkaian listrik yang lampu atau
baterainya disusun secara pararel atau sejajar. Biasanya pada rumah tangga
dipasang rangkaian listrik pararel karena bila salah satu sambungan listrik
terputus maka lampu pada sambungan listrik yang lain tidak akan ikut mati.
Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
V = VAB = VCD = VEF . (Kanginan, 2002:286)
Akibatnya persamaan di atas dapat ditulis:
(Kanginan, 2002:286)
Persamaan di atas dapat diperluas untuk mencari hambatan pengganti R1, R2,
R3, ..., Rn yang dirangkaikan paralel. Hambatan pengganti dapat diperoleh dari
persamaan berikut.
1
𝑅𝑃 =
1
𝑅1+
1
𝑅2 +
1
𝑅3+ …
1
𝑅𝑛 (Kanginan, 2002:286)
dengan Rp = hambatan pengganti paralel
c. Hukum Ohm
Bunyi hukum Ohm yaitu, besar kuat arus listrik yang mengalir pada suatu
penghantar berbanding lurus dengan beda potensial ujung-ujung penghantar
tersebut dan berbanding terbalik dengan hambatan penghantar.
Secara sistematis, hokum Ohm ditulis sebagai berikut:
𝑉
𝐼= 𝑅 atau V = I x R (Siswanto, 20009:170)
Keterangan :
V = beda potensial (tegangan listrik) (V)
I = Kuat arus listrik (A)
R = Hambatan penghantar (resistor) (ohm= Ω)
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan
metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design. Pada
penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan
satu variabel terikat. Mode pembelajaran Inkuiri Terbimbing merupakan variabel
bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.
Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi
tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 201 siswa. Sampel penelitian terdiri
dari dua kelas yang dilakukan secara simple random sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes dan
observasi. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test)
dan tes kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari sampel
apakah sampel diterima atau ditolak. Data hasil pre-test selanjutnya dianalisis
dengan mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas, dan uji
hipotesis.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa
Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu pada
tanggal 2 Mei 2016 dan diikuti oleh 28 siswa pada kelas X.3 SMA Negeri
Purwodadi. Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum dipelajari.
Soal pre-test yang digunakan adalah berbentuk essay sebanyak lima soal.
Rekapitulasi hasil pre-test dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Rekapitulasi hasil pre-test
No Uraian Eksperimen
1 Jumlah Siswa 28
2 𝑥 rata-rata nilai 38,82
3 Nilai Terendah 30
4 Nilai Tertinggi 47
5 Rentang Nilai 17
6 Standar Deviasi 4,64
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai
lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70
dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai kurang dari
KKM adalah sebanyak 28 siswa (100%). Nilai tertinggi pada pre-test ini
adalah 47 dan yang terendah adalah 30. Rata-rata (𝑥 ) nilai secara keseluruhan
adalah 38,82.
2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa
Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2016 dan diikuti
oleh 28 siswa pada kelas X.3 SMA Negeri Purwodadi. Dari hasil perhitungan
dapat dikemukakan rekapitulasi hasil dari post-test dapat dilihat pada tabel 3,
sedangkan selisih hasil pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 3
Rekapitulasi hasil post-test
No Uraian Eksperimen
1 Jumlah Siswa 28
2 𝑥 rata-rata nilai 80,21
3 Nilai Terendah 61
4 Nilai Tertinggi 89
5 Rentang Nilai 28
6 Standar Deviasi 6,94
Tabel 4
Selisih Hasil Pre-test dan Post-test
No Uraian Eksperimen
1 𝑥 rata-rata nilai 41,39
2 Nilai Terendah 44
3 Nilai Tertinggi 42
4 Rentang Nilai 11
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 87.18. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 atau di atas KKM
sebanyak 26 (92,28%) orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari
70 atau di bawah KKM adalah 2 (0,071%) orang.
Untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test, maka digunakan
uji normalitas dengan uji kecocokan 𝜒2 (Chi kuadrat). Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf signifikansi 𝛼 =
0,05, jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 , maka dinyatakan bahwa data berdistribusi normal
dan dalam hal lainnya tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5
Uji Normalitas Pre-test dan Post-test
Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Kesimpulan
Awal 2,3723 5 11,070 Normal
Akhir 1,7521 5 11,070 Normal
Berdasarkan ketentuan pengujian uji normalitas dengan menggunakan
uji 𝜒2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing data baik tes
awal maupun tes akhir berdistribusi normal pada taraf signifikansi 𝛼 = 0,05
dengan derajat kebebasan (dk) = 5.
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menarik kesimpulan data hasil post-test, maka dilakukan pengujian
hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “hasil
belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran
2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
secara signifikan efektif”. Setelah diketahui data pre-test dan post-test
berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis dari
data pre-test dan post-test dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Uji Hipotesis
Tes thitung dk ttabel kesimpulan
Awal -35,83 27 1,703 Ho diterima
Akhir 7,793 27 1,703 Ha diterima
Adapun hipotesis statistik yang diujikan adalah:
Ha = Rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa secara klasikal kelas X
SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan
model pembelajaran Inkuiri Terbimbing secara signifikan efektif (µ0
≥70).
Ho = Rata-rata hasil belajar kognitif fisika siswa secara klasikal kelas X
SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan
model pembelajaran Inkuiri terbimbing secara signifikan tidak efektif (µ0
<70)
Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan (dk)
= n-1 = 28 -1 = 27, 𝛼 = 5% diperoleh ttabel 1,703. Jika thitung ≥ ttabel berarti
Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian berdasarkan perhitungan
hasil belajar siswa, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran
2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
secara signifikan efektif.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa sebelum dilakukannya tindakan
menunjukkan bahwa aktivitas siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi masih
rendah. Permasalahan tersebut merupakan salah satu permasalahan yang peneliti
temukan pada saat observasi awal. Metode pembelajaran yang diterapkan masih
secara konvensional menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan
penugasan. Guru menyampaikan materi pelajaran fisika secara verbal.
Sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti memberikan pre-test untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian dilanjutkan pembelajaran dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan
perencanaan pembuatan perangkat penelitian yang terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen-instrumen penelitian yang
terdiri dari Lembar Kerja Siswa (LKS), dan tes kemampuan kognitif siswa
terhadap penggunaan pembelajaran inkuiri Terbimbing.
Pada awal proses pembelajaran sebagai tahap persiapan peneliti
mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa.
Selain itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada
pembelajaran materi rangkaian listrik seri dan paralel.
Pada pertemuan pertama guru membimbing siswa dalam pembentukan
kelompok dan membagikan lembar kerja siswa materi rangkaian seri. Guru
menjelaskan ketentuan dalam pembelajaran. Siswa bekerjasama dalam kelompok
memahami LKS. Hasil kerja yang diperoleh pada masing-masing kelompok pada
kegiatan LKS pertemuan pertama adalah kelompok 1, mendapatkan nilai 89,
kelompok 2 bernilai 77, kelompok 3 bernilai 100, kelompok 4 bernilai 89 dan
kelompok 5 bernilai 77. Adapun kesimpulannya adalah terdapat kelompok yang
masih belum mampu membuat kesimpulan akhir pada LKS, ada kelompok yang
kurang teliti.
Selanjutnya pada pertemuan kedua langkah-langkah pembelajaran sama
seperti pada pertemuan pertama namun yang membedakan materi yang dibahas
adalah rangkaian paralel. Hasil kerja yang diperoleh pada masing-masing
kelompok pada kegiatan LKS pertemuan kedua adalah kelompok 1,
mendapatkan nilai 92, kelompok 2 bernilai 83, kelompok 3 bernilai 100,
kelompok 4 bernilai 89 dan kelompok 5 bernilai 92. Adapun kesimpulannya
adalah masing-masing kelompok sudah menunjukkan peningkatan dalam
pengisian LKS.
Hasil belajar mengenai materi rangkaian seri dan paralel mengalami
peningkatan yaitu dari rata – rata 38,82 pada pertemuan I menjadi 80,21 pada
pertemuan 2. Penguasaan materi memiliki peran yang penting dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat
Mohammad Saroni (2011: 132) yang menyatakan bahwa peningkatan kualitas
pembelajaran sangat tergantung pada tingkat penguasaan materi pelajaran oleh
guru. Semakin tinggi penguasaan materi, semakin berkualitas proses
pembelajaran yang diselenggarakan. Hal tersebut menyebabkan keberhasilan
dalam penyelenggaraan proses belajar. Berdasarkan pembahasan tersebut
terbukti bahwa melalui model inkuiri terbimbing dapat mengefektifkan hasil
belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2015/2016.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 7,793 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,703) dengan rata-rata hasil belajar post-test
siswa sebesar 80,21 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar 38,82.
Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui bahwa
hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran
2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
secara signifikan efektif.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan
sebagai berikut:
a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing sebagai
salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika di kelas.
b. Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing, guru
hendaklah lebih kreatif berinovasi terhadap metode pembelajaran modern
yang ada.
c. Dalam menggunakan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dibutuhkan
perencanaan yang baik dengan pengelolaan waktu yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Giancoli, Dauglas. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hanafiah, Nanang dan Cucu suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
PT Refika Aditama
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo
Kurniatin, Sri R. 2006. Fisika untuk SMA/MA kelas X. Bogor: CV Duta Grafika
Margono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Jakarta: Mizan Pustaka
Musfiqun. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya
Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT Fajar
Interpratama Mandiri
Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Ciputat
Mega Mall