Author
vocong
View
226
Download
0
Embed Size (px)
i
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA
SMP NEGERI KOTA SURAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister
Disusun Oleh:
LILIEK SRI WAHYUTI
S 850907113
Program Studi Pendidikan Matematika
Progran Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2009
ii
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA
SMP NEGERI KOTA SURAKARTA
Disusun oleh :
LILIEK SRI WAHYUTI NIM S850907113
Telah disetuji oleh tim PembimbingPada Tanggal : ..
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. Drs. Suyono, M.SiNIP. 130794455 NIP. 130529726
MengetahuiKetua Program Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.SiNIP. 132046017
iii
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA
SMP NEGERI KOTA SURAKARTA
Disusun oleh :
LILIEK SRI WAHYUTINIM S850907113
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal :
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua Dr. Mardiyana, M. Si ................................
Sekretaris Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D ...............................
Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc ..............................
2. Drs. Suyono, M.Si ...............................
.
Surakarta, Januari 2009
Mengetahui
Direktur PPs UNS Ketua Progdi Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M. Si
NIP: 131 472 192 NIP 132 046 017
iv
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya
Nama : Liliek Sri Wahyuti
NIM : S850907113
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EFEKTIVITAS
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA SMP
NEGERI KOTA SURAKARTA adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2009
Yang membuat pernyataan,
Liliek Sri Wahyuti
v
MOTTO
Di dalam kesulitan pasti ada kemudahan.
Pandanglah sesuatu dari kacamata orang
lain. Apabila hal itu menyakitimu,
sangatlah mungkin hal itu menyakiti
orang lain pula.
Lakukan sesuatu dengan ikhlas, yakinlah
kepadaNya maka kebahagiaan akan datang
dengan izinNya.
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kuhaturkan syukurku padaMu ya Allah penolong dan pelindungku yang abadi.
Karya Tesis ini aku persembahkan untuk:
Nafas yang memberiku Islam, yang selalu menjagaku dengan doa,
tauladan dan kasih sayang pengorbanan bapak ibu, hormat bakti dan
terima kasihku untukmu.
Hati yang selalu membuatku besar, adik-adikku.
Suamiku tercinta Edy Iskandar, kepekaan dan kekuatan cintanya telah
mengilhami diriku menjadi yang terbaik.
Ketiga buah hatiku, mbak Lina, mas Dani dan dik Fira.
Teman-temanku Sigit dan Yuzak Bersama kita bisa
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tesis ini. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Suranto, M.sc, Ph.D, Direktor Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini.
2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, selaku mantan Asisten Direktur I Program Pasca
Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
pengantar ijin penelitian sekaligus sebagai pembimbing I dalam penulisan
tesis ini.
3. Dr. Mardiyana, M.Si, selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan dorongan dalam penulisan tesis ini.
4. Drs. Suyono, M.Si. selaku pembimbing II yang penuh kearifan telah
bersedia memberikan bimbingan , arahan dan masukan dalam penulisan
tesis ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu
6. Drs. Joko Slameto, selaku kepala sekolah SMP Negeri 17 Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk tesis ini.
7. Hj. Endang Mangularsih, S.Pd, MM, M.Pd selaku Kepala sekolah SMP
Negeri 19 Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian pada tesis ini.
8. Drs. Joko Setyobudi Wibowo selaku Kepala sekolah SMP Negeri 23
Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian pada tesis ini.
9. Drs. F. Handoyo, MM, Selaku Kepala sekolah SMP 10 Surakarta yang telah
memberikan ijin try out instrumen penelitian pada tesis ini.
10. Iswita Mulyahati, S.Pd, yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulisan instrumen Aktivitas Belajar Siswa.
viii
11. Bapak dan Ibu guru matematika SMP Negeri 17, 19 dan 23 yang telah
membantu penyelesaian tesis ini.
12. Teman teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bantuan
dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
13. Berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini yang tidak
tersebutkan satu persatu.
Atas segala jasa dari semua pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan tesis ini, kiranya Allah memberikan limpahan pahala kepadanya.
Amin
Surakarta, Januari 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
PERNYATAAN
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DARTAR TABEL
DARTAR GAMBAR
DARTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pemilihan Masalah
D. Pembatasan Masalah
E. Rumusan Masalah
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar Mengajar
2. Matematika
3. Metode Pembelajaran
4. Aktivitas Belajar Siswa
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
xiii
xiv
xv
1
3
4
4
5
5
6
7
7
10
15
21
x
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kemampuan Awal
B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket
C. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi
D. Deskripsi Data Prestasi
E. Analisis Variansi
F. Uji Lanjut Pasca Anava
G. Pembahasan
H. Keterbatasan penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
25
27
30
31
31
33
34
42
54
54
55
57
57
60
61
63
64
65
67
69
71
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Rangkuman Analisis
Tabel 4.1 Discriptive Statistics Kemampuan Awal
Tabel 4.2 Discriptive Statistics Prestasi
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Prestasi
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Tabel 4.6 Rataan Masing-masing Sel dari Data Uji Hipotesis
Tabel 4.7 Rangkuman Komparasi Ganda antar Kolom
32
51
54
57
58
58
59
60
61
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data kemampuan awal
Lampiran 2 : Uji Keseimbangan
Lampiran 3 : Kisi-kisi Angket Aktifitas
Lampiran 4 : Uji Coba Angket Aktifitas
Lampiran 5 : Validasi Angket Aktifitas
Lampiran 6 : Uji Konsistensi Internal dan Reliabilitas Angket
Lampiran 7 : Kisi-kisi Soal Try Out Test Prestasi
Lampiran 8 : Soal Try Out Test Prestasi
Lampiran 9 : Kunci Jawaban Try Out
Lampiran 10 : Validasi Sola Test Prestasi
Lampiran 11 : Uji Reliabilitas Test Prestasi
Lampiran 12 : Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Test Prestasi
Lampiran 13 : Instrumen Angket Aktifitas
Lampiran 14 : Instrumen Test Prestasi
Lampiran 15 : Nilai Angket Aktifitas
Lampiran 16 : Desain Data Prestasi
Lampiran 17 : Discriptive Statistik Prestasi
Lampiran 18 : Uji Normalitas
Lampiran 19 : Uji Homogenitas
Lampiran 20 : Uji Analisis Variansi Prestasi
Lampiran 21 : Uji Lanjut Pasca Anava
Lampiran 22 : RPP Kelompok Eksperimen
Lampiran 23 : RPP Kelompok Kontrol
Lampiran 24 : L K S
Lampiran 25 : Daftar Peringkat SMPN Kota Surakarta
Lampiran 26 : Tabel Statistik
Lampiran 27 : Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian
71
75
77
78
86
88
91
93
97
98
100
102
104
110
114
126
127
128
146
150
152
154
160
166
172
173
179
xiv
ABSTRAK
Liliek Sri Wahyuti. S 850907113. Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Siswa SMP Negeri Kota Surakarta. Tesis: Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) mempunyai prestasi belajar lebih baik dari pembelajaran konvensional. (2) Apakah siswa dengan aktivitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dari siswa dengan aktivitas sedang, dan rendah. (3) Apakah perbedaan prestasi belajar bilangan bulat dari masing-masing pendekatan pembelajaran konsisten pada masing-masing kategori aktivitas siswa dan perbedaan prestasi belajar bilangan bulat dari masing-masing kategori aktivitas siswa konsisten pada masing-masing pendekatan pembelajaran.
Penelitian ini termasuk eksperimental semu yang dilakukan di SMPN KotaSurakarta, kelas VII semester pertama tahun pelajaran 2008/2009. Data penelitian ini berupa nilai UASBN SD untuk variabel kemampuan awal, skor angket untuk variabel aktivitas siswa terhadap matematika dan skor tes prestasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling random stratifikasi (stratified random sampling) dan sampling random kluster (cluster random sampling). Pengumpulan datanya dilakukan melalui dokumen sekolah, angket aktivitas dan tes prestasi. Sebelum angket aktivitas dan tes prestasi digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Pada uji coba tes prestasi belajar matematika diuji tentang konsistensi, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda. Sedangkan uji coba instrumen angket aktivitas siswa diuji tentang konsistensi dan reliabilitas.Hasil uji coba instrumen diperoleh nilai uji reliabilitas dengan model KR-20 pada tes prestasi belajar adalah 0,8628 dan nilai uji reliabilitas dengan model Alpha pada angket aktivitas adalah 0,8901. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan menggunakan uji rerata t untuk mengetahui bahwa kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama/seimbang. Hasil uji keseimbangan adalah antara siswa pada metodepembelajaran kooperatif STAD dan metode konvensional adalah seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan Anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dengan taraf signifikan 5%. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu: uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Hasil uji prasyarat adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal serta berdasarkan metode pembelajaran dan kategori aktivitas sampel berasal dari populasi-populasi yang mempunyai variansi homogen.
Dari hasil analisis disimpulkan : (1) siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. (2) Siswa dengan aktivitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dari siswa dengan
xv
aktivitas sedang, dan rendah. (3) Perbedaan prestasi belajar bilangan bulat dari masing-masing pendekatan pembelajaran konsisten pada masing-masing kategori aktivitas siswa dan perbedaan prestasi belajar bilangan bulat dari masing-masing kategori aktivitas siswa konsisten pada masing-masing pendekatan pembelajaran.
xvi
ABSTRACT
Liliek Sri Wahyuti. S850907113. The Effectiveness of Cooperative Learning with STAD (Student Teams Achievement Division) Method in the Improving on the Learning Achievement in Mathematics Viewed from the Students' Learning Activities of Junior Secondary Schools in Surakarta City. Thesis: The Master Program in Mathematics Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2009.
This research is aimed at finding out: (1) whether the students instructed with the cooperative learning with STAD method have a better achievement in Mathematics than those instructed with the conventional one; (2) whether the students with the high learning activities have a better achievement in Mathematics than those with the moderate and low learning activities; and (3) whether the difference of learning achievement in the topic of Integer Number of each of the learning methods is consistent with each category of the students' learning activities and that of learning achievement in the topic of Integer number of each category of the students' learning activities is consistent with each of the learning methods.
This research is a query experimental one. It was conducted at Junior Secondary Schools in Surakarta City. Its population was all of the students in Grade VII in the academic year of 2008/2009. Its samples were taken through a stratified random sampling technique and a cluster random sampling technique. They were then divided into two groups, experimental group and control group. In order to assure that both of the group had an equal/balanced initial ability, balance test was carried out by using / average test. The result of the test shows that the initial ability of the students instructed with the cooperative learning with STAD method and that of the students instructed with the conventional one were balanced. Data of the research were gathered through content analysis (schools' documents), questionnaire of learning activities, and test of achievement. Prior to their use, the questionnaire and test instruments were tested. The former was tested in terms of consistency and reliability, whereas the latter was tested in terms of consistency, reliability, difficulty index, and difference index. The value of the reliability of the test instrument which was tested by using KR-20 was 0.8628, and that of the reliability of the questionnaire which was tested by using Alpha model was 0.8901. The hypotheses proposed were tested by using a two-way Analysis of Variants (ANOVA) with an unequal cell frequency at the significance level of 5%. Beforehand, pre-requisite tests including normality test by using Liliefors test and homogeneity test by using Bartlett test were conducted. The results of the tests show that (1) the samples were derived from population with a normal distribution, and (2) based on the learning methods and category of learning activities, the samples were derived from population with homogenous variances.
Based on the results of the analysis, conclusions are drawn as follows: (1) the students instructed with the cooperative learning with the STAD method have a better learning achievement in Mathematics than those instructed with the conventional one; (2) the students with the high learning activities have a better achievement in Mathematics than those with the moderate and low learning
xvii
activities; and (3) the difference of learning achievement in the topic of Integer Number of each of the learning methods is consistent with each category of the students' activities, and that of learning achievement in the topic of Integer Number of each category of the students' learning activities is consistent with each of the learning methods.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi di Negara Republik Indonesia, Pendidikan
Nasional sedang membenahi diri untuk mengejar ketinggalan dengan
negara-negara tetangga. Berdasarkan data dari
(PISA) 2003, menyatakan bahwa peringkat prestasi
matematika Indonesia jauh dibawah prestasi matematika internasional dan
berada pada rangking 37 dari 41 negara.
Demikian pula data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Olah
Raga (Dispora) Kota Surakarta, menunjukkan bahwa nilai Ujian Nasional SMP
/ MTs tahun pelajaran 2007/2008 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia nilai
rata-rata 7,06; Bahasa Inggris nilai rata-rata 5,92; Matematika nilai rata-rata
5,09; dan IPA nilai rata-rata 5,92. Tampak jelas bahwa dari mata pelajaran
yang diujikan, matematika menduduki peringkat terakhir. Hal demikian
menjadi tantangan bagi kita sebagai warga negara dan sebagai tenaga pendidik
khususnya mata pelajaran matematika.
Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah perubahan kurikulum yang saat ini dinamakan dengan istilah
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dengan adanya
penyempurnaan kurikulum diharapkan mutu dan kualitas pendidikan di tanah
air menjadi lebih baik.
Matematika adalah ibu dari semua ilmu, akan tetapi anggapan siswa
1
Programme for International
Student Assessment
2
terhadap pelajaran matematika sebagai momok yang menakutkan masih belum
bisa hilang. Yansen Marpaung (2003) mengungkapkan "pada umumnya siswa
takut pada pelajaran matematika karena dianggap sulit, abstrak dan tak
bermakna, pelajaran matematika membuat siswa stress, bahan yang dipelajari
terlalu banyak, matematika penuh dengan rumus-rumus, guru matematika pada
umumnya galak-galak dan pembelajaran berlangsung serius dan kurang
manusiawi". Selanjutnya dampak pada siswa yaitu siswa dalam memahami,
menerima dan mempelajari matematika menjumpai banyak kesulitan maupun
kasalahan. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan peserta didik adalah
kesalahan dalam memahami konsep (miskonsepsi). Dalam matematika konsep
merupakan obyek utama yang dipelajari sebelum sampai pada penalaran dan
komunikasi serta pemecahan masalah.
Dengan mengetahui kesalahan peserta didik dalam memahami konsep
yang lebih sederhana kemudian melakukan perbaikan terhadap pemahaman
konsep tersebut, berarti memperkecil kemungkinan peserta didik mengalami
kesalahan dalam pemahaman konsep-konsep berikutnya dengan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi. Dengan demikian diharapkan siswa benar-benar
memahaminya, sehingga prestasi peserta didik dapat ditingkatkan secara
optimal.
Terdapat beberapa materi matematika di kelas VII SMP di antaranya
"Bilangan Bulat" untuk dapat menguasai pokok bahasan ini diperlukan
pemahaman konsep-konsep bilangan bulat. Terutama operasi hitung pada
bilangan bulat. Kesalahan siswa sering terjadi terutama pada operasi bilangan
3
bulat negatif sehingga kesalahan-kesalahan itu akan berlanjut pada pembahasan
pokok bahasan lainnya.
Dari latar belakang tersebut di atas, maka pada bagian ini penulis
mencoba mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Adanya kesalahan dalam memahami konsep (miskonsepsi) dalam operasi
hitung bilangan bulat, mungkin disebabkan oleh pendekatan pembelajaran
yang diberikan tidak sesuai. Terkait dengan ini perlu dilakukan penelitian
yang membandingkan pendekatan baru dengan pendekatan lama.
2. Adanya kesalahan dalam memahami konsep (miskonsepsi) dalam operasi
hitung bilangan bulat, mungkin disebabkan oleh sarana pembelajaran
yang diberikan tidak memadai. Terkait dengan ini perlu dilakukan
penelitian yang membandingkan antara penggunaan alat peraga dan
pembelajaran dengan media.
3. Adanya kesalahan dalam memahami konsep (miskonsepsi) dalam operasi
hitung bilangan bulat, mungkin disebabkan oleh metode pembelajaran
yang diberikan tidak sesuai. Terkait dengan ini pertu dilakukan penelitian
yang membandingkan antara metode STAD dengan metode konvensional.
4. Adanya kesalahan dalam memahami konsep (miskonsepsi) dalam operasi
hitung bilangan bulat, mungkin disebabkan karena para siswa tidak
mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk belajar. Penelitian
yang muncul dari hal ini adalah bagaimana merancang pembelajaran
menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan semangat dan motivasi
B. Identifikasi Masalah
4
dalam belajar matematika khususnya mengenai belajar operasi hitung
bilangan bulat.
5. Aktivitas belajar siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran operasi
hitung bilangan bulat. Akan tetapi tidak sedikit siswa yang belum
sepenuhnya ikut berperan aktif. Partisipasi aktif siswa yang masih kurang
inilah yang mungkin ikut mempengaruhi rendahnya prestasi belajar
matematika.
Karena keterbatasan waktu, maka hanya akan dicoba menyelesaikan
masalah penelitian yang ketiga dan kelima dari lima masalah yang telah
teridentifikasi di atas.
Agar dalam penelitian yang dilakukan penulis terarah maka perlu
adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dibandingkan adalah pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas
kontrol.
2. Prestasi belajar matematika siswa adalah hasil belajar siswa yang dicapai
melalui proses pembelajaran matematika pada akhir penelitian pokok
bahasan bilangan bulat untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
3. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian in i dibatasi pada aktivitas belajar
C. Pemilihan Masalah
D. Pembatasan Masalah.
5
matematika siswa , meliputi kegiatan bertanya, mencatat, mendengarkan,
mengerjakan soal, dan mempelajari catatan matematika yang telah
diajarkan. Dan aktivitas siswa ini dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu:
aktivitas tinggi, sedang dan rendah.
4. Penelitian dilakukan pada SMP Negeri kota Surakarta .
Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD ( ) mempunyai prestasi belajar
lebih baik dari pembelajaran konvensional ?
2. Apakah siswa dengan aktivitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih
baik dari siswa dengan aktivitas sedang, dan rendah ?
3. Apakah perbedaan prestasi belajar bilangan bulat dari masing-masing
pendekatan pembelajaran konsisten pada masing-masing kategori
aktivitas siswa dan perbedaan prestasi belajar bilangan bulat dari
masing-masing kategori aktivitas siswa konsisten pada masing-masing
pendekatan pembelajaran ?
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Membandingkan hasil penggunaan pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD ( ) dan pembelajaran
konvensional.
E. Rumusan Masalah
F. Tujuan Penelitian
Student Achievement Divisions
Student Teams Achievement Divisions
6
2. Membandingkan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
bilangan bulat, siswa dengan aktivitas tanggi lebih baik daripada siswa
dengan aktivitas sedang dan aktivitas rendah
3. Mengetahui perbedaan prestasi dari masing-masing kategori aktivitas dan
masing-masing metode pembelajaran.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu :
1. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu inovasi
dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran
maupun metode pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika.
b. Memberi motivasi kepada peserta didik agar lebih berprestasi dengan
meningkatkan aktivitas dan keterampilan berpikirnya dengan melakukan
penyelidikan dan mencari solusi terhadap masalah-masalah faktual.
2. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD terhadap prestasi belajar matematika kelas VII pada
materi pokok bilangan bulat.
b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan
serta mendukung teori-teori yang telah ada.
c. Untuk penelitian lanjutan di bidang yang sama atau yang ada kaitannya
dengan materi ini.
G. Manfaat Penelitian.
7
Belajar adalah merupakan sebuah proses yang terjadi pada setiap
individu. Banyak para ahli yang berpendapat tentang belajar,
perbedaan tersebut disebabkan oleh latar belakang dan sudut pandang yang
berbeda. Beberapa pendapat tentang belajar antara lain:
1) Belajar adalah suatu tahapan aktivitas yang menghasilkan perubahan
perilaku dan mental yang relatif tetap sebagai bentuk respons
terhadap suatu situasi atau sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan.
2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. (Slameto, 2003: 2)
Teori belajar berisi tentang kegiatan mental anak yang dapat ia lakukan
pada usia tertentu. Banyak para ahli yang berpendapat tentang teori belajar
salah satunya adalah Zolon P. Dienes (dalam Endang Sri Ningsih, 2001:10).
Dienes berpendapat ada 6 tahap dalam belajar dan mengajarkan matematika,
7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar Mengajar
a. Pengertian Belajar
b. Teori Belajar
8
yaitu: 1) Bermain bebas
Ada tahap permulaan anak-anak belajar matematika, anak bermain
dengan benda kongkrit model matematika, anak belajar konsep
matematika dengan manipulasi benda-benda kongkrit secara tidak
disengaja anak berkenalan dengan konsep matematika. Makin
banyak benda / model matematika akan lebih banyak pula
pengalaman yang diterima anak.
2) Permainan
Pada tahap ini anak mulai mengamati pola, sifat kesamaan /
ketidaksamaan, keteraturan / ketidakteraturan suatu konsep yang
diwakili oleh benda-benda kongkrit model matematika.
3) Penelaahan sifat bersama
Dalam permainan anak mungkin belum melihat sifat bersama dan
setiap konsep yang disajikan oleh benda kongkrit. Pada tahap ini
anak mulai menghayati yang akhirnya diharapkan dapat
menunjukkan contoh yang benar.
4) Representasi
Anak mulai belajar membuat pernyataan tentang sifat bersama yang
ditemukan, pernyataan dapat berupa diagram atau tulisan.
5) Penyimbolan
Anak mulai belajar simbol, pada permulaan anak diberi
kesempatan menentukan simbol sendiri, tetapi dari keragaman guru
harus menentukan simbol sesuai konversi yang berlaku.
9
6) Pemformulaan
Anak belajar mengorganisasikan konsep-konsep matematika
secara formal pada aksioma, dalil atau teori
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai atau
digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam penerapan suatu metode
pembelajaran yang harus diperhatikan adalah apakah dengan penerapan
metode itu pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Metode pembelajaran
yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika antara lain :
1) Metode Ceramah
Adalah cara menyampikan materi pembelajaran yang dilakukan
guru dengan penuturan lisan secara langsung kepada siswa.
2) Metode Tanya Jawab
Yaitu cara penyampaian materi dengan tanya jawab (materi
disampaikan dengan dialog pertanyaan)
3) Metode Permainan
Yang dimaksud permainan di sini adalah permainan
matematika yaitu penyampaian materi dengan permainan. Pada
umumnya siswa akan tertarik sehingga pembelajaran akan
menyenangkan (mudah dipahami siswa)
4) Metode Penemuan
Yaitu dengan mengatur pembelajaran sedemikian rupa
sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
c. Metode Pembelajaran
10
diketahui tanpa pemberitahuan, sebagaimana ditemukan oleh siswa.
5) Dengan Multimedia
Yang dimaksud multimedia di sini yaitu pembelajaran dengan
menggunakan komputer, sehingga pembelajaran akan bermakna
(menyenangkan dan tidak membosankan)
a. Hakekat Matematika
Matematik menurut Ebbut & Straker (Depdikbud. 2004 : 3) adalah :
1) Matematika sebagai kegiatan penulusuran pola dan hubungan.
2) Matematika sebagai kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan.
3) Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.
4) Matematika sebagai alat komunikasi.
Pada dasarnya obyek pembicaraan matematika adalah obyek
abstrak dan metodeloginya adalah deduktif. Ciri khas yang dapat dilihat dari
matematika (Sholeh M.2000 : 6) adalah:
1) Obyek pembicaraan abstrak.
2) Pembahasannya mengandalkan tata nalar.
3) Pengertian/konsep atau pernyataan/sifat jelas berjenjang dan terjaga
konsistensinya.
4) Melibatkan perhitungan atau pengerjaan/operasi.
5) Dapat dialih gunakan dalam berbagai aspek keilmuan maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Matematika
11
Sementara Robert M. Gagne (Suwarsono, 2002 : 17) menyatakan bahwa
ada dua macam obyek matematika, yaitu :
1) Obyek langsung yang meliputi:
a) Fakta-fakta matematika.
b) Konsep-konsep matematika
c) Prinsip-prinsip matematika
d) Ketrampilan-ketrampilan matematika
2) Obyek tak langsung yang meliputi kemampuan berpikir logis,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir analitis, sikap
positif terhadap matematika, ketelitian, ketekunan, kedisiplinan dan
hal-hal lain yang diperoleh jika siswa mempelajari matematika.
Jadi matematika sekolah adalah salah satu mata pelajaran dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia yang diajarkan mulai sekolah dasar, sekolah
menengah yang mempelajari bagian-bagian matematika yang telah dipilah
sesuai dengan perkembangan intelektual siswa atas pertimbangan pedagogik
sehingga memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda dengan matematika
murni sebagai ilmu pengetahuan.
Sebagai bagian dari kurikulum maka matematika sekolah turut
mengalami perubahan seiring dengan perubahan kurikulum. Pendidikan
matematika menekankan pada kemampuan kompetensi yang mana matematika
sekolah dikembangkan dari standar kompetensi menjadi kompetensi dasar.
Standar kompetensi matematika adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan
12
yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat. Standar kompetensi terdiri dari
beberapa kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku
secara nasional. Kompetensi dasar matematika merupakan sejumlah
kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran matematika
sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
Sistem penilaian yang dikembangkan dalam matematika adalah sistem
penilaian berbasis kompetensi yang memperhatikan ranah kognitif yaitu
berhubungan dengan ingatan, afektif adalah pemahaman pada materi
pembelajaran dan psikomotor adalah ketrampilan siswa dalam pemecahan
masalah. Adapun fungsi dari pembelajaran matematika adalah mengembangkan
kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan
rumus-rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui
materi pengukuran dan geometri, aljabar, trigonometri serta mengembangkan
kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model
matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika.
b. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Suaru proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila standar
kompetensi dan kompetensi dasarnya tercapai. Proses pembelajaran
menghasilkan perubahan pada siswa, dimana perubahan tersebut berupa
kemampuan di berbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa . Menurut
Gagne dan Winkel ( 1996:482 ), kemampuan-kemampuan itu digolongkan atas
kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan
13
kegiatan kognitif, kemampuan motorik, dan sikap. Kemampuan-kemampuan
tersebut merupakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu
prestasi.
Menurut Poerwadarminto (1997), "Prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilia tes atau angka yang diberikan guru".
Selain itu Sukardi dan Anton Sukarno ( 1995 : 14 ) mengemukakan
bahwa, hasil belajar dalam bentuk nilai atau indeks pretasi adalah merupakan
pertanda tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diikuti
selama proses belajar. Indeks prestasi akan membawa konsekuensi yang sangat
luas dalam perjalanan studi siswa.
Dari beberapa pendapat tentang prestai belajar, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa
selama proses pembelajaran, atau tingkat tingkat penguasaan yang dicapai siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan oleh guru.
c. Guru Matematika
Menurut UU Nomor 16 tahun 2007, guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih
dan menilai dan mengevaluasi peserta didik dan pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Profesi guru merupakan pekerjaan khusus yang dilaksanakan
14
berdasarkan prinsip sebagai berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia.
3) Memiliki kualif ikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan dan
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal- hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Kewajiban guru menurut UU Nomor 16 tahun 2007
1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualif ikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan seni.
3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras dan kondisi f isik tertentu, atau latar
belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
15
pembelajaran.
4) Menjunjung tinggi peraturan pendidikan perundang-undangan, hukum
dan kode etik guru, serta nilai - nilai agama dan etika dan
5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Hampir disetiap sekolah, sebagian besar dalam kegiatan pembelajaran,
guru masih menggunakan metode konvensional. Menurut Asep jihad (2008:24)
metode pembelajaran adalah cara menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa yang diajar.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1005:593) menyebutkan bahwa
konvensional adalah tradisional. Dalam pembelajaran matematika yang disebut
metode konvensional adalah metode ekspositori. Hal ini sesuai pendapat
Purwoto (2003:69), cara mengajar matetematika yang pada umumnya
digunakan para guru matematika adalah lebih tepat dikatakan metode
ekspositori daripada metode ceramah. Metode ekspositori tidak sama dengan
metode ceramah.
Pada metode ekspositore proses pembelajaran berpusat pada guru, guru
memberikan informasi menerangkan suatu konsep, memberikan kesempatan
peserta didik bertanya, guru memberikan contoh soal dan siswa diminta
mengerjakan soal secara individu maupun secara berkelompok. Sedangkan
metode ceramah, dominasi guru pada metode ekspositore banyak dikurangi.
Guru tidak banyak berbicara tetapi guru memberi informasi hanya pada saat
tertentu misalnya pada topik, pada waktu memberikan contoh soal atau pada
3. Metode Pembelajaran
a. Metode Konvensional
16
waktu permulaan pembelajaran.
Sedangkan kelebihan dan kekurangan metode konvensional menurut
Purwoto (2003: 67) adalah:
1) Dapat menampung kelas besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendengarkan, dan karenanya biaya yang diperlukan menjadi
relatif lebih murah.
2) Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru.
Konsep-konsep yang disajikan secara hirarki memberikan fasilitas belajar
kepada siswa.
3) Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting, hingga waktu
dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4) Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus
menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
5) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak
menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah.
1) Pelajaran berjalan membosankan murid dan murid menjadi pasif, karena
tidak punya kesempatan untuk menentukan sendiri konsep yang diajarkan.
Murid hanya aktif membuat catatan saja.
2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat murid tidak
mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3) Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.
Kelebihannya:
Kekurangannya:
17
4) Ceramah menyebabkan belajar murid menjadi belajar menghafal (rote
learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
Dalam metode pembelajaran ini, proses belajar mengajar lebih banyak
terpusat pada guru sehingga siswa akan merasa cepat jenuh.
1) Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif.
Manusia mempunyai derajat potensi, latar belakang histories, serta
harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat
saling asah, asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif
menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat
belajar ( ). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga
dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
2) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif
menurut Lie (Sugiyanto, 2007: 22) adalah :
a) Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran Kooperatif, guru menciptakan suasana yang
saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang
b. Pembelajaran Kooperatif
Learning community
18
dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan
dapat dicapai melalui: (1) saling ketergantungan mencapai tujuan, (2)
saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (3) saling ketergantungan
bahan atau sumber, (4) saling ketergantungan peran, (5) saling
ketergantungan hadiah;
b) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok, sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru. Interaksi sernacam ini sangat penting karena
siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga
mencerminkan konsep pembelajaran teman sebaya.
c) Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar
semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai
kelompok didasarkan atas nilai rata-rata hasil belajar semua
anggotanya, karena itu setiap anggota kelompok harus memberikan
sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang
didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara
individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual,
19
d) Ketrampilan menjalin hubungan antar
pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
mandiri, dan berbagiai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan antar pribadi ( ) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat
menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru,
juga dari sesama siswa.
Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2) Memungkinkan para siswa mengenal saling belajar mengenai
sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan
pandangan-pandangan
3) Memudahkn siswa melakukan penyesuaian sosial
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
8) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
interpersonal relationship
c. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
20
lebih baik.
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan kawan
dari universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan
paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru
menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkah-langkahnya:
1) Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap tim memiliki anggota
yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi,
sedang, rendah).
2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian
saling membantu untuk mengetahui bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota tim.
3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau dua minggu guru
mengevaluasi untuk merngetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar
dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau
meraih skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau
lebih semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu
kriteria atau standar tertentu.
d. Metode STAD ( )Student Teams Achievement Divisions
21
Dari uraian di atas dapat disebutkan keunggulan dari metode STAD yaitu:
1) Dapat memberi keuntungan baik pada siswa pandai maupun kurang pandai
dalam kemampuan akademiknya.
2) Siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain meskipun berbeda
latar belakangnya.
3) Mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
4) Materi yang dipelajri siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih
lama.
:
1) Membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkan pembelajaran.
2) Membutuhkan lebih banyak biaya.
3) Guru dan siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran kooperatif
STAD.
Aktivitas sangat diperlukan dalam belajar, karena pada dasarnya belajar
adalah berbuat sesuatu untuk mengubah tingkah laku. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (1996:17), aktivitas berarti keaktivan, kegiatan atau kesibukan. Dalam
kegiatan pembelajaran, aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental. Keduanya harus selalu terkait (Nasution, 1995:89).
Pendapat yang dikemukakan oleh Montessori dalam Sardiman A,M
(1994:95) menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang
sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan
mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya. Pernyataan Montessori
Sedangkan kelemahannya adalah
4. Aktivitas Belajar siswa
22
tersebut memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di
dalam pembentukan diri anak itu sendiri, sedang pendidik hanya memberikan
bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.
Pedapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M (1994:95)
memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,
dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
maupun teknis. Hal ini menunjukan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif
sendiri, tanpa andanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas
belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara mengamati
sendiri, pengalaman sendiri, menyelidiki sendiri, dan bekerja secara aktif dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri untuk berkembang sendiri dengan bimbingan dan
pengamatan dari guru.
Dalam mengajar guru hendaknya jangan aktif sendiri, tetapi guru harus
memberi kesempatan kepada siswa agar turut mengambil bagian yang aktif dalam
proses belajar mengajar. Guru harus berusaha membangkitkan aktivitas siswa
dalam menerima pelajaran baik aktivitas jasmani maupun rohani. Aktivitas jasmani
meliputi : melakukan percobaan, berkebun dan lain-lain, sedang aktivitas rohani
meliputi memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan lain-lain.
Untuk membangkitkan keaktivan rohani, guru perlu :
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membimbing diskusi kepada
murid-murid.
b. Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah, menganalisis,
23
mengambil keputusan dan sebagainya.
c. Menyelenggarakan berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan,
memberikan pendapat dan sebagainya.
Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, guru perlu :
a. Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan ketrampilan di laboratorium , dan
sebaginya.
b. Mengadakan pameran, karyawisata, dan sebagainya.
Berikut ini merupakan prinsip-prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang
ilmu jiwa yang dibagi menjadi dua pandangan, yaitu :
a. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama.
Dalam proses belajar mengajar, guru senantiasa mendominasi kegiatan.
Dimana guru aktif dan segala inisiatif dari guru, tetapi siswa terlalu pasif.
Aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat dan menjawab jika
ditanya guru. Dalam hal ini, siswa bekerja atas perintah guru dan berfikir
menurut yang digariskan oleh guru. Pada proses belajar mengajar semacam ini
tidak mendorong anak didik untuk berfikir dan beraktivitas, sehingga tidak
sesuai dengan hakekat pribadi anak didik sebagai subjek belajar.
b. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern.
Aliran jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa manusia
itu sebagai sesuatu yang dinamis, memilik i potensi dan energi sendiri, sehingga
secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan
dorongan oleh macam-macam kebutuhan. Anak didik dipandang mempunyai
potensi untuk berkembang. Tugas pendidik adalah membimbing dan
24
menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan
potensinya. Dalam hal ini anaklah yang beraktivitas, berbuat dan aktif sendiri.
Aktivitas belajar siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan
mencatat saja. Banyak jenis aktifitas yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Paul B. Diedrch dalam Sardiman A.M (1994 : 99) membuat suatu
daftar aktivitas belajar yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a. , yang termasuk didalamnya misalnya
membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan,
pekerjaan orang lain.
b. , seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
c. , sebagai conloh, mendengarkan : uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. , seperti misalnya : menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e. , misalnya : menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f. , termasuk di dalamnya antara lain : melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, berternak.
g. sebagai contoh misalnya : menaggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
Visual activities
Oral activities
Listening activities
Writing activities
Drawing activities
Motor activities yang
Mental activities,
25
keputusan.
h. , seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dengan klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan di atas,
menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah bermacam-macam. Kalau berbagai
macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah itu akan
lebih dinamis, dan menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.
Dalam penelitian ini, aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah
segala kegiatan fisik/jasmani maupun mental/rohani dari diri seseorang dalam
rangka mendapatkan pengetahuan agar tujuan belajarnya tercapai, khususnya
pada pelajaran matematika.
Pentatito Gunowibowo (2008) dalam penelitiannya yang berjudul
"Efektivitas Pendekatan Realistik Dalam Meningkatkan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita dan Sikap Terhadap Matematika Ditinjau Dari
Kemampuan Awal Siswa Kelas IV SD Kecamatan Purworejo Kabupaten
Purworejo" menyimpulkan sikap siswa dari pembelajaran pendekatan realistik
lebih baik secara umum maupun ditinjau dari masing-masing kemampuan awal.
Demikian pula untuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
Sikap terhadap matematika siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih baik
dengan siswa berkemampuan awal rendah dalam pembelajaran dengan
pendekatan realistik, Sikap terhadap matematika siswa dengan kemampuan
Emotional activities
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
26
awal tinggi lebih baik dengan siswa berkemampuan awal rendah dalam
pembelajaran dengan pendekatan mekanistik. Kemampuan menyelesaikan soal
cerita matematika dari siswa berkemampuan awal tinggi lebih baik dari siswa
berkemampuan awal rendah dengan pendekatan realistik dan pendekatan
mekanistik.
Ira Kurniawati (2003) dalam penelitiannya yang berjudul " Pengaruh
metode pembelajaran kooperatif jigsow terhadap prestasi belajar matematika
ditinjau dari aktifitas beiajar siswa ke!as II (kelas VIII) SLTP Negeri 5
Surakarta". Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan prestasi belajar
yang positif dan signifikan pada pokok bahasan bangun datar antara siswa yang
mempunyai aktivitas tinggi dibanding siswa yang mempunyai aktivitas rendah.
Hadi Wiyono (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Pada Pokok Bahasa Faktorisasi Suku Aljabar Ditinjau
Dari Partisipasi Orang Tua Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Se-Kabupaten
Ponorogo Tahun Pelajaran 2007 / 2008. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
bahwa siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai
mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa dengan
metode pembelajaran tradisional
Dari beberapa penelitian di atas, terdapat beberapa perbedaan utama
dengan penelitian ini, yaitu materi pembelajaran untuk memperoleh prestasi
sebagai variabel terikat.
Sedangkan kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang
dikemukakan sebelumnya adalah penggunaan pendekatan konvensional/
27
mekanistik untuk pengajaran kelas kontrol, dan pendekatan pembelajaran
kooperatif atau pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan) yaitu pembelajaran yang dirancang agar
mengaktifkan siswa dan dengan ide-idenya dapat mengembangkan
kreatifitasnya sehingga pembelajaran efektif namun tetap menyenangkan untuk
pengajaran kelas eksperimen.
Pengajaran dengan pendekatan kooperatif dengan metode STAD
adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat
makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu dengan bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Aktivitas siswa merupakan langkah untuk mengerti kondisi dasar siswa.
Aktivitas siswa ini dapat digolongkan dalam 3 kategori, yaitu ;
1. aktivitas tinggi
2. aktivitas sedang
3. aktivitas rendah
Dengan penggolongan tersebut nantinya akan terlihat pengaruh
masing-masing kategori terhadap prestasi matematika yaitu pada pokok
bahasan bilangan bulat.
Pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat adalah materi yang
C. Kerangka Berpikir
28
sangat penting di SMP karena banyak perhitungan pada pembelajaran mata
pelajaran lain yang merupakan terapan dari pembelajaran ini, baik secara teori
di kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang cocok dengan materi ajar
dianggap perlu untuk meningkatkan prestasi pembelajaran matematika.
Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD di
dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan dalam memahami
konsep-konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat dengan mudah
menyelesaikan permasalahan matematika yang dihadapinya dan nantinya
prestasi belajar meningkat.
Secara sederhana skema kerangka pemikiran dapat digambar sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Dengan demikian, nantinya penelitian ini dapat mengungkap
efektifitas pendekatan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD dan
aktivitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pokok bahasan bilangan bulat,
yang rinciannya sebagai berikut:
1. Kaitannya pendekatan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD
Metode Pembelajaran
Prestasi Belajar
Aktivitas Siswa
29
dan prestasi belajar bilangan bulat.
Bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD
akan memberikan prestasi belajar bilangan bulat yang lebih baik dari
pendekatan konvensional, karena pendekatan pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD memiliki karakteristik pembelajaran yang sangat kontras dengan
pendekatan konvensional. Dalam pendekatan pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD menempatkan kerja sama saling ketergantungan positif, saling
membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi positif antar
siswa dalam pembelajaran guna mencapai tujuan belajar, sedangkan dalam
pendekatan konvensional kerja individunya lebih kuat, bahkan ada siswa yang
mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Sehingga
berpengaruh pada prestasi belajar.
2. Kaitannya aktivitas siswa dengan prestasi belajar bilangan bulat
Setiap kategori dari aktivitas siswa akan menghasilkan prestasi belajar
bilangan bulat yang berbeda. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran
matematika, yang tersusun secara hirarkhis, bertahap tingkat kesulitannya dari
mudah sampai sukar, sedangkan perlakuannya sama maka konsekuensi
logisnya adalah
a) Secara umum aktivitas tinggi mempunyai prestasi lebih baik dari
aktivitas sedang dan aktivitas rendah.
b) Aktivitas sedang mempunyai prestasi lebih baik dari aktivitas
rendah.
3. Demikian pula kaitannya aktivitas siswa dan pendekatan konvensional
30
terhadap prestasi belajar bilangan bulat
Setiap kategori dari aktivitas siswa dan pembelajaran dengan
pendekatan konvensional akan mempengaruhi prestasi sesuai dengan
kategorinya dengan alasan yang sama dengan kerangka berpikir nomor 2 di
atas.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut:
1. Prestasi belajar bilangan bulat dengan pendekatan pembelajaran kooperatif
dengan metode STAD lebih baik dari prestasi belajar bilangan bulat
dengan pendekatan konvensional pada setiap kategori.
2. Prestasi belajar bilangan bulat siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik dari
pada siswa dengan aktivitas sedang dan aktivitas rendah, serta prestasi
belajar bilangan bulat siswa dengan aktivitas sedang lebih baik dari pada
siswa dengan aktivitas rendah.
3. Perbedaan prestasi belajar bilangan bulat dari masing-masing pendekatan
pembelajaran konsisten pada masing-masing kategori aktivitas siswa dan
perbedaan prestasi belajar bilangan bulat dari masing-masing kategori
aktivitas siswa konsisten pada masing-masing pendekatan pembelajaran.
D. Hipotesis Penelitian
31
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kota Surakarta. Subyek
penelitian adalah siswa kelas VII, semester gasal tahun pelajaran 2008/2009.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal, selama 3 bulan yaitu
pada bulan Juli sampai Oktober 2008.
Penelitian ini adalah merupakan penelitian eksperimental semu. Alasan
digunakan penelitian eksperimental semu adalah peneliti tidak mungkin
mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono
(2003:82), "Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi
yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan atau memanipulasi semua variable yang relevan". Langkah
dalam penelitian ini adalah dengan cara mengusahakan timbulnya
variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap
prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel bebas
yang dimaksud yaitu metode pembelajaran dan aktivitas siswa. Sebelum
memulai perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan dengan
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Jenis Penelitian
32
menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan
seimbang atau tidak. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan adalah
hasil UASBN SD.
Pada akhir eksperimen, kedua kelas tersebut diukur dengan
menggunakan alat ukur yang sama yaitu soal-soal tes prestasi belajar
matematika. Hasil pengukuran tersebut dianalisis dan dibandingkan dengan
tabel uji statistik yang digunakan.
1. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial 2 x 3. Rancangan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
BA
b1 b2 b3
a1 a1b1 a1b2 a1b3
a2 a2b1 a2b2 a2b3
A : Metode pembelajaran
a1 : metode pembelajaran STAD.
a2 : metode pembelajaran konvensional
B : Aktivitas
b1 : Aktivitas tinggi
b2 : Aktivitas sedang
b3: Aktivitas rendah
Keterangan :
33
2. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Urutan-urutan kegiatan yang akan dilakukan adalah
melakukan observasi yang meliputi observasi objek penelitian, pengajaran dan
fasilitas yang dimiliki.
a. Memilih kelas mana yang akan digunakan untuk penelitian dan kelas
untuk uji coba instumen.
b. Mengambil nilai kemampuan awal (UASBN SD) untuk uji keseimbangan.
c. Memberikah perlakuan berupa pengajaran dengan metode STAD dan
konvensional pada kelas yang telah dipilih.
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115), " Populasi adalah keseluruhan
subyek yang akan diteliti ". Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas VII SMP Negeri dikota Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.
2. Sampel
Suharsimi Arikunto (1998:115) mengemukakan bahwa, "Sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti". Dalam penelitian,
tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam populasi, karena selain
membutuhkan biaya yang besar juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu
dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau sering disebut dengan
pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat
menggambarkan populasi yang bersangkutan.
C. Populasi dan Sampel
34
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling random
stratifikasi ( ) dan sampling random kluster (
) dengan cara memandang populasi sebagai
kelompok-kelompok. Dalam hal ini, kita pisahkan sekolah-sekolah SMP
Negeri yang ada di kota Surakarta menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai Ujian
Nasional 2007/2008, yaitu kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok
rendah. Dari masing-masing kelompok diambil secara acak / diundi diambil 1
sekolah untuk dijadikan sekolah sampel. Untuk kelompok atas terpilih SMP
Negeri 9 Surakarta, kelompok sedang terpilih SMP Negeri 23 Surakarta dan
kelompok rendah terpilih SMP Negeri 17 Surakarta. Kemudian dari
masing-masing sekolah sampel yang terpilih, kelas yang ada di sekolah sampel
diambil secara acak / undi seperti pemilihan sampel sekolah, untuk
mendapatkan masing-masing 2 kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Sehingga akhirnya kita dapatkan 6 kelas, yaitu 3 kelas
eksperimen dan 3 kelas kontrol.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini pada awalnya dilakukan uji
keseimbangan uji beda rerata dengan menggunakan analisis uji-t. Kemudian
dilakukan uji prasarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel - variabel tersebut adalah sebagai berikut:
stratified random sampling cluster
random sampling
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
35
a) Definisi Operasional: metode pembelajaran adalah cara yang
dipakai dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa.
b) Indikator: pembelajaran dengan menggunakan metode STAD
pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas
kontrol.
c) Skala pengukuran: nominal dengan dua kategori yaitu
pembelajaran dengan metode STAD dan metode konvensional.
d) Simbol: a1 untuk pembelajaran dengan metode STAD dan a2
untuk pembelajaran konvensional.
a) Definisi Operasional : Aktivitas belajar matematika adalah
segala kegiatan fisik/jasmani maupun mental/rohani dari diri
seseorang dalam rangka mendapatkan pengetahuan agar tujuan
belajarnya tercapai, yang terdiri dari aktivitas tinggi, aktivitas
sedang dan aktivitas rendah yang ditunjukkan dari Angket
Aktivitas Belajar Matematika.
b) Indikator : Nilai angket aktivitas belajar matematika siswa.
c) Skala Pengukuran : skala interval yang diubah dalam skala
ordinal dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Skala interval yang diubah ke skala ordinal yang terdiri dari tiga
a. Variabel Bebas
1) Metode Pembelajaran
2) Aktivitas Siswa
36
kategori yaitu kelompok tinggi dengan skor > + s,
kelompok sedang dengan - s = skor = + s, sedangkan
kelompok rendah dengan skor < - s.
d) dari diri seseorang Simbol : b1 untuk aktivitas tinggi, b2 untuk
aktivitas sedang, dan b3 untuk aktivitas rendah.
1) Definisi Operasional : Prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh siswa sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti
kegiatan belajar mengajar matematika
2) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika.
3) Skala Pengukuran : Interval
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data
adalah sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:234), "...., metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya"
Fungsi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk
mendapatkan nilai ujian akhir SD tahun pelajaran 2007/2008 mata pelajaran
matematika yang digunakan untuk uji keseimbangan.
X
X X
X
b. Variabel Terikat Prestasi Belajar Siswa
Prestasi Belajar Siswa
2. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Dokumentasi
37
Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang
dilaksanakan dengan cara mengajukan sejumlah daftar pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden. Metode angket d igunakan untuk memperoleh
data ilmiah. Data yang diperoleh berupa skor hasil pengisian angket dari
responden. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen
tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untk
mengetahui kualitas item angket. Sedangkan untuk menguji butir
instrumen digunakan uji konsistensi internal,
a) Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat
memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek
yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha.
Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut:
dengan : 2
2
11 11
dengan :
r11 = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
si2 = variansi butir ke-i, i = 1, 2,, n
st2 = variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba
(Budiyono, 2003:70)
b. Metode Angket
1) Analisis Instrumen
= t
i
s
s
nn
r
38
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang
diperoleh melebihi 0,70 ( r11 > 0,7 )
b) Uji Validitas Isi
Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk
mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara individual dapat
pula ditampakkan pada keseluruhan ( ) situasi, maka uji validitas yang
dilakukan pada metode tes ini adalah uji validitas isi dengan langkah-langkah
seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60)
sebagai berikut :
(1) Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi
dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok
bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi).
(2)Membentuk sebuah panel yang ahli ( ) dalam
domain-domain tersebut.
(3) Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan
butir-butir soal dengan domain performans yang terkait.
(4) Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang
diperoleh dari proses pencocokan pada langkah diatas.
Dalam penelitian ini disebut valid jika tandanya ( ) lebih dari 3
Konsistensi Internal
universe
qualified
2) Analisis Butir Soal
39
Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus
korelasi momen produk Karl Pearson, yaitu:
2 22 2.
Keterangan :
: indeks daya pembeda untuk butir ke-i
: cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
: skor untuk butir ke-i
: skor total ( dari subyek uji coba)
(Budiyono, 2003: 65)
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang 0,3 maka butir
tersebut harus dibuang
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai prestasi belajar siswa. Tes yang digunakan berupa tes objektif
berbentuk pilihan ganda. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian,
instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas
untuk mengetahui kualitas item soal. Sedangkan untuk menguji butir instrumen
digunakan uji daya pembeda, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.
a) Uji Valid itas Isi
Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk
mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara individual dapat
( )( )( )( ) ( )( )
=
x y
n X Y X Yr
n X X n Y Y
xyr
n
X
Y
c. Metode Tes
1) Analisis Instrumen
40
pula ditampakkan pada keseluruhan ( ) situasi, maka uji validitas yang
dilakukan pada metode tes ini adalah uji validitas isi dengan langkah-langkah
seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60)
sebagai berikut :
(1) Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi
dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok
bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi).
(2) Membentuk sebuah panel yang ahli ( ) dalam
domain-domain tersebut.
(3) Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan
butir-butir soal dengan domain performans yang terkait.
(4) Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang
diperoleh dari proses pencocokan pada langkah diatas.
Dalam penelitian ini disebut valid jika tandanya ( ) lebih dari 3
b) Reliabilitas
Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang
dikemukakan oleh Kuder dan Richardson yang diberi nama KR-20 sebagai
berikut :2
2
11 1
dengan :
11 : indeks reliabilitas instrumen
: cacah butir instrumen
: proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
universe
qualified
t
iit
s
qps
n
nr
r
n
ip
=
41
: ,1,1 2, , n
2 : variansi total
(Budiyono, 2003:69)
Dalam penelitian ini d isebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh
melebihi 0,70 (r11>0,70)
a) Daya Pembeda
Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda, jika
kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok
siswa yang kurang pandai.
Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal di sini digunakan
rumus korelasi momen produk Karl Pearson yaitu:
2 22 2.
Keterangan :
: indeks daya pembeda untuk butir ke-i
: cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
: skor untuk butir ke-i
: skor total ( dari subyek uji coba)
(Budiyono, 2003: 65)
iq ip i
ts
x y
n X Y X Yr
n X X n Y Y
xyr
n
X
Y
=
( )( )( )( ) ( )( )
=
2) Analisis Butir Soal
42
Dalam penelitian ini butir soal tes yang digunakan jika daya
pembedanya > 0,3.
b) Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat
kesukaran memadai, artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan
rumus:
Keterangan :
: Indeks kesukaran
: Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
: Jumlah seluruh peserta tes
(Suharsimi Arikunto, 1998:212)
Dalam penelitian ini butir soal dianggap baik jika 0,30 < 0,70.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini pada awalnya dilakukan uji
keseimbangan dan uji beda rerata dengan menggunakan analisis uji-t.
Kemudian dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
Uji in i dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan,
bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang
rx y
S
BP
J
P
B
Js
P
=
E. Teknik Analis is Data
1. Uji Keseimbangan
43
(kesamaan rerata) antara kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua
kelompok sampel tersebut.
Langkah langkahnya sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : 21 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama)
H1 : 21 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf signifikansi a = 0,05
c. Statistik uji yang digunakan :
21p
21
n1
n1
s
XXt ~ t(n1+n2-2)
Keterangan :
X 1: mean dari sampel kelompok eksperimen
X 2: mean dari sampel kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontrol
:2 variansi gabungan
2
)1()1(
21
222
2112
d. Daerah Kritik
DK = { t|t < -ta /2; v atau t > ta /2; v }
e. Keputusan uji
H0 ditolak jika t DK
=
( )+
=
+
+=
ps
nn
snsns p
44
f. Kesimpulan
1) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.
2) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004: 151)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan
metode Lilliefors dengan prosedur :
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal
2) Statistik Uji
L = Maks |F(zi) S(zi)|
dengan :
F(zi): P(Z = zi) ; ~ N(0,1)
zi: skor standar
zi)( , s: standar deviasi
S(zi): proporsi cacah z = zi terhadap seluruh cacah zi
X i: skor item
3) Taraf signifikansi a = 0,05
4) Daerah Kritik (DK)
DK = { L| L L a ; n }
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Z
s
XX i =
>
45
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
diterima
a) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
ditolak
(Budiyono, 2004:171)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur
sebagai berikut :
1) Hipotesis
H0 : 22221 ... (variansi populasi homogen)
k = 2 untuk metode pembelajaran
k = 3 untuk kategori aktivitas
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2) Statistik Uji yang digunakan :
303,22 ( f log MSerror - log 2 )
dengan :
2
1;
2~
b. Uji Homogenitas Variansi
k
c jf jS
k
sss
c
cca
===
=
46
f
1
f
1
)1k(3
11c
j
;
j
j
f
SSRKG ;
j
2
j2jj n
XXSS
K= banyaknya populasi = banyaknya sampel
f : derajad kebebasan RKG = N k
N : cacah semua pengukuran
fj : derajad kebebasan untuk sj : nj 1
j : 1,2,,k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
3. Taraf signifikansi a = 0,05
4. Daerah Kritik (DK)
DK= 1:222 |
5. Keputusan uji
H0 ditolak jika 2 terletak di daerah kritik
6. Kesimpulan
Populasi-populasi mempunyai variansi homogen jika H0 diterima
Populasi-populasi mempunyai variansi tidak homogen jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004: 176-177)
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama, dengan model sebagai berikut :
)(X
+=
= ( ) =
{ }>
++++=
k
hitung
ijkijjiijk
accc
c
eabbam
2. Pengujian Hipotesis
47
dengan :
X : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
: rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
: efek baris ke-i pada variabel terikat
: efek baris ke-j pada variabel terikat
: kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
: deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ij yang
berdistribusi normal rataan 0 dan variansi 2
i : 1, 2 ;
1 = metode pembelajaran STAD
2 = metode pembelajaran konvensional
j : 1, 2, 3 ;
1= aktivitas tinggi
2= aktivitas sedang
3= aktivitas rendah
k : 1, 2, .....,n ij : n ij : cacah data amatan pada setiap sel ij
(Budiyono, 2003:228)
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan jalan sel tak sama, yaitu :
a. Hipotesis
H0A: a i = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antara baris
terhadap variabel terikat)
ijk
i
j
ij
ijk
a
b
ab
e
s
( )
( )
48
H1A: paling sedikit ada satu a i yang tidak nol (ada perbedaan efek antara
baris terhadap variabel terikat)
H0B: j = 0 untuk setiap j= 1, 2, 3, 4 (tidak ada perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikat)
H1B: paling sedikit ada satu j yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
H0AB: = 0 untuk setiap i =1, 2 dan j = 1, 2, 3, 4 (tidak ada interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB: paling sedikit ada satu yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat)
(Budiyono,2004:211)
b.Komputasi
1) Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan
notasi-notasi sebagai berikut:
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j)
= cacah data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
j,i ijn1
pq
j,iijnN = banyaknya seluruh data amatan
( )
( )
=
ij
ij
ab
ab
49
2
2 = jumlah kuadrat deviasi data amatan
pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij
i
iji ABA = jumlah rataan pada baris ke-i
j
ijj ABB = jumlah rataan pada baris ke-j
j,i
ijABG = jumlah rataan semua sel
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2),
(3), (4), dan (5) sebagai berikut:
pqG
12
;j,i
ijSS2 ;i
2i
qA
3 ;
j
2j
p
B4 ;
j,i
2
ijAB5
2) Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima
jumlah kuadrat, yaitu:
JKA = hn { (3) (1) } JKG = (2)
JKB = hn { (4) (1) }, JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
JKAB = hn { (1) + (5) (3) (4) }
dengan:
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
ij
kijk
kijkij n
X
XSS
=
=
=
=
( )= ( ) = ( ) =
( ) = ( ) ( )=
50
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
3) Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah
dkA = p 1 dkB = q 1
dkAb = (p 1) (q 1) dkG = N pq
dkT = N 1
4) Rataan kuadrat
dkAJKA
RKAdkABJKAB
RKAB
dkBJKB
RKBdkGJKG
RKG
5) Statistik Uji
(a). Untuk H0A adalah RKGRKA
Fa yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p 1 dan
N pq.
(b). Untuk H0B adalah RKGRKB
Fb yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q 1 dan
N pq.
(c). Untuk H0AB adalah RKG
RKABFab yang merupakan nilai dari
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p 1)
(q 1) dan N pq.
6) Taraf Signifikansi a = 0,05
= =
= =
=
=
=
51
7) Daerah Kritik
(a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { Fa | Fa > Fa ; p 1, N pq }
(b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { Fb | Fb > Fa ; q 1, N pq }
(c) Daerah kritik untuk Fab adalah DK = { Fab | Fab > Fa ; (p 1)(q 1) , N pq }
8) Keputusan Uji
H0 ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik.
9) Rangkuman Analisis
Sumber JK Dk RK Fhit Ftabel
Baris (A) JKA p 1 RKA Fa Ftabel
Kolom (B) JKB q 1 RKB Fb Ftabel
Interaksi (AB) JKAB (p 1) (q 1) RKAB Fab Ftabel
Galat (G) JKG N pq RKG - -
Total JKT N 1 - - -
(Budiyono, 2004: 229-233)
Pada praktiknya, peneliti menggunakan paket MINITAB untuk melakukan
analisis variansi.
Jika hasil analisis variansi menunjukkan H0 ditolak, maka selanjutnya
dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Sceffe yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap
pasangan kolom, dan setiap pasangan sel.
Langkah-langkah dalam menggunakan metode Sceffe adalah sebagai
berikut.
c. Uji Komparasi Ganda
52
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3) Menentukan taraf signifikansi a = 0,05
4) Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut.
a). Komparasi rataan antar baris
Tidak perlu karena hanya ada 2 metode / pendekatan.
b). Komparasi rataan antar kolom
Uji Sceffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
j.i.
2j.i.
j.i.
n
1
n
1RKG
XXF
dengan:
F .. = nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan klom ke-j
X . i = rataan pada kolom ke-i
X.j = rataan pada kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat, yang dipeoleh dari perhitungan Anava
n.i = ukuran sampel kolom ke-i
n.j = ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK ={ F.i-.j | F. i-.j > (q 1)Fa; q 1, N pq }
c). Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Uji Sceffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah sebagai berikut:
( )
+
=
ji
53
kjij
2kjij
kjij
n
1
n
1RKG
XXF
dengan :
kjijF = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
pada sel kj
ijX = rataan pada sel ij
kjX = rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
ijn = ukuran sel ij
kjn = ukuran sel kj
Daerah kritik