96
EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM Oleh AKHMAD JIHAD NIM: 106011000066 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN

SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM

Oleh

AKHMAD JIHAD

NIM: 106011000066

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI

DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

AKHMAD JIHAD

106011000066

Dosen Pembimbing

Yudhi Munadi, MA.

NIP. 19701203 199803 1 003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 3: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Efektifitas Hukuman Terhadap Kedisiplinan Santri di Pondok

Pesantren Daar el-Qolam” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam sidang Ujian

Munaqasah pada tanggal 2 Maret 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu,

penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan

Agama Islam.

Jakarta, 2 Maret 2011

Panitia Sidang Munaqosah

Ketua Panitia Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag_________ …………… …...………

NIP. 1968030.199803.1.002

Sekretaris

Drs. Sapiudin Shidhiq, M.Ag …………… ……………

NIP. 19670328.200003.1.001

Penguji I

Dra.Hj. Elo Albugis, M.Ag …………… …………….

NIP. 19560119.199403.2.001

Penguji II

Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M.Ag ……………. ……………..

NIP. 19580918.198701.2.001

Mengetahui :

Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

NIP. 19571005.198703.1.003

Page 4: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Akhmad Jihad

Nim : 106011000066

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : “Efektifitas Hukuman Terhadap Kedisiplinan Santri di Pondok

Pesantren Daar el-Qolam”.

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Februari 2011

(Akhmad Jihad)

Page 5: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Alhamdulillâhi al-ladzî nawwaranâ bi al-’ilmi wa al-’aqli. Segenap puja

dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah

melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan lahir batin kepada diri penulis,

sehingga penelitian hasil dari sebuah usaha ilmiah yang sederhana ini guna

menyelesaikan tugas akhir kesarjanaan terselesaikan dengan sebagaimana

mestinya, setelah menjalani proses akademik yang cukup panjang. Sholawat dan

salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW, sosok historis yang membawa proses transformasi dari masa

”uncivilized” yang gelap gulita ke arah alam yang sangat terang benderang dan

berperadaban ini, juga kepada para keluarga, sahabat serta semua pengikutnya

yang setia disepanjang zaman.

Penelitian yang berjudul EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP

KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM ini

pada dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karenanya hal ini merupakan kulminasi-formal

akademik yang sudah barang tentu tetap disertai akuntabilitas akademik juga,

penelitian ini sebenarnya juga merupakan sebuah karya ilmiah perdana penulis di

bidang kependidikan, jadi sebenarnya tulisan ini bukan hanya untuk memenuhi

kewajiban akademik (scholar duty) saja tapi juga merupakan sebuah bentuk dari

buah pikiran dan kerja keras penulis dalam menyusunnya.

Cukup terharu rasanya ketika penulis telah menyelesaikan proses

akademik dan penyusunan skripsi ini. Karena dengan media ini penulis telah

banyak belajar, berfikir, berimajinasi, mencurahkan segenap kemampuan dalam

hal pemikiran, kreativitas dan ketelitian untuk memenuhi kebutuhan kurioritas

(rasa ingin tahu) penulis dalam masalah pendidikan. Dan penulis sadar akan

berbagai kelemahan, kebodohan dan keterbatasan yang ada dalam diri penulis

Page 6: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

vi

yang terdapat di dalam tulisan ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah

semata.”wamâ ûtîtum min al’ilmi illa qalîlan”.

Dalam proses penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkan

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah yang

membantu penulis sehingga karya sederhana ini bisa menjadi kenyataan, bukan

hanya angan dan keinginan semata. Mereka adalah:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Yudhi Munadi, MA., selaku dosen pembimbing yang telah dengan

tekun dan sabar serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan

memberikan kritik konstruktif dalam proses penyusunan penelitian ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan

pencerahan untuk selalu berpikir kritis-edukatif-transformatif-inovatif

menggali ayat-ayat qauliyyah dan kauniyyah selama berada di lingkungan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. K. H. Ahmad Syahiduddin dan Ustadzah Dra. Hj. Enah Huwaenah selaku

pimpinan Pondok Pesantren Daar el-Qolam dan semua ustadz dan

ustadzah yang telah mendidik dan memberikanku bekal ilmu dunia

maupun akhirat ketika menjadi santri.

6. Ustadz Umar yang merupakan wali kelasku ketika kelas enam di Pondok

Pesantren Daar el-Qolam dan banyak memberikan masukan dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Teman seperjuanganku Novri Haryono yang sedang mengabdi di

almamater tercinta Pondok Pesantren Daar el-Qolam yang telah banyak

membantu ketika pengumpulan data untuk skripsi ini.

8. Santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Daar el-Qolam yang menjadi

responden untuk penelitian ini. Hikmah Qolbi, Fitri al-Maghfirah, Caesar

Page 7: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

vii

Pamungkas, dan Mulya Fatwa. Terima kasih atas partisipasi kalian ketika

memberikan data dalam wawancara.

9. Almarhum Ayahanda tercinta (Alm. Fadillah) yang selalu ada dihati dan

sanubari, yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi indahku. Kasih sayangmu

akan selalu abadi dihati keluarga ini. Kenangan indah bersamamu akan

terus menyemangati kami dalam mengarungi lautan kehidupan yang fana.

Do’a kami akan terus mengalir untuk ketenanganmu di alam sana.

10. Ibuku tercinta (Yusniati) yang senantiasa memeras keringat menitikkan air

mata untuk keluarga, mendo'akan dan memberikan perhatian, motivasi

serta kasih sayang yang tiada tara sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dengan baik.

11. Kakakku (Rezha Fahlevi) yang meneruskan perjuangan ayahanda, menjadi

bapak bagi adik-adiknya yang selalu memberikan motivasi serta kritik

yang konstruktif untukku.

12. Adik-adikku tersayang (Hikmah Qolbi, Risky) yang selalu ada dalam suka

maupun duka dikeluarga, yang motivasiku untuk bisa hidup dalam

kesederhanaan dan sayang kepada saudara.

13. Ivana Megawati yang selalu menemaniku dalam penyusunan skripsi ini

dengan tawa dan air mata, yang menginspirasiku dengan cinta dan kasih

sayang untuk semangat dalam berusaha. Banyak pengorbanan yang sudah

kita lalui dalam suka maupun duka. Kamu adalah bukti dari idiom Arab

yang berbunyi: ”Alhayâtu bighoiri habîbah kahayâti al-ghorîbah”.

Kaulah hal terindah dalam hidup ini yang membuatku sadar akan adanya

harapan dan masa depan. Mudah-mudahan Allah menyatukan kita dalam

ikatan suci yang takkan putus sampai ajal tiba.

14. Abi Sudirman Ketua Yayasan Panti Asuhan Darussalam Annur yang telah

membimbing dan mengajarkan aku akan sedekah yang edukatif dalam

memberikan perhatian mendalam kepada anak yatim dan dhu’afa dan telah

menjadi bapak wawasan bagiku selama menjadi pengurus di sana, dan

semua teman-teman pengurus di Yayasan Panti Asuhan Darussalam

Annur, yaitu: Wahyu, Muhasan, Wawan, Tias, Wati. Dan adik-adikku di

Page 8: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

viii

yayasan: Rian, Dimas, Fahri, Aklis, Jajat, Azis, Vicky, Yusuf, Dedet, Abi

(Ebreng), Indra, Akbar, Widi, Bayu, Jaya, Nandu, Dewi, Desi, indri. Dan

semua orang yang ada di yayasan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

15. Ustadz Zunni Nurrochim, M. Ag. dan Ustad Sofyan yang memberikan

masukan dan do’a seorang ulama, yang sangat membantu dalam

kelancaran penulis dalam menyusun skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan dalam perjalanan panjang yang melelahkan, di

FITK Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2006 kelas C, dan

teman-teman di BEM-J PAI angkatan 2008-2009 terima kasih atas

bantuan dan kerja samanya yang tak akan dilupakan.

17. Teman-teman kuliah; Iqbal Razi, Arip Wicaksono, Ina, Ephee, Apit,

Maria, Jimi, Agus, Ali, Encung, Juned, Dayat, Ikeng, Isma, Puji, Munzir,

Mui, dan semua teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan

satu persatu.

18. Teman-teman PPKT; Jojo, Mahmud, Ayu Arsyi, Ayudia, Ade, Ufi yang

menemani saat praktek mengajar di SMA 87 dan semua siswa SMA 87

yang telah membantu meringankan beban ketika praktek mengajar.

19. Ustadz Sohib, teman-teman remaja masjid An-nur Poris Gaga Baru dan

teman-teman CAME (Comunity Anak Majlis El-faurisy); Bari, Dian, Ina,

Aris, Baynur, Dukut, Eman, Ratu, Jahro dan semuanya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan.

20. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tak

terlupakan bantuannya yang turut dalam penyelesaian penelitian ini.

Page 9: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

ix

Akhirnya, semoga segala bantuannya yang tidak ternilai ini mendapatkan

balasan dari Allah SWT dengan balasan yang sepantasnya, dan semoga penelitian

ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri.

Tangerang, 16 Februari 2011

Penulis

Akhmad Jihad

Page 10: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

ABSTRAK ...................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 5

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Hukuman .................................................................................... 7

1. Pengertian Efektifitas dan Hukuman .......................... 7

2. Syarat-syarat Hukuman ................................................ 12

3. Macam-macam Hukuman ............................................. 17

4. Tujuan Hukuman ........................................................... 18

5. Prinsip-prinsip Hukuman ............................................. 20

B. Kedisiplinan ................................................................................ 21

1. Pengertian Kedisiplinan ................................................ 21

2. Tujuan Disiplin ............................................................... 24

3. Bentuk-bentuk Disiplin .................................................. 25

C. Kerangka Konsep dan Definisi Operasional ........................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Disain Penelitian ......................................................................... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 33

C. Pengumpulan Data ..................................................................... 33

Page 11: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

xi

a. Sumber Data ................................................................... 33

b. Jenis Data ........................................................................ 34

c. Cara dan Alat Bantu Pengumpulan Data .................... 35

D. Validitas Data ............................................................................. 35

E. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 37

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren

Daar el-Qolam Gintung Jayanti Tangerang ................ 37

2. Landasan Filosofis Pondok Pesantren Daar el-Qolam 40

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daar el-Qolam ........ 41

4. Panca Jiwa dan Motto Pondok ..................................... 42

5. Fasilitas ........................................................................... 44

6. Jenjang Pendidikan ........................................................ 46

7. Kurikulum ...................................................................... 47

B. Penyajian Data .......................................................................... 48

1. Proses Wawancara ......................................................... 48

2. Hasil Penelitian ............................................................... 49

1) Efektifitas Hukuman Terhadap

Kedisiplinan Santri ....................................................... 49

a. Disiplin Waktu ....................................................... 49

b. Disiplin Belajar ....................................................... 55

c. Disiplin Bertingkah Laku ...................................... 59

C. Interpretasi Hasil Penelitian Tentang Efektifitas Hukuman

Terhadap Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Daar

el-Qolam ..................................................................................... 63

a. Efektifitas Disiplin Waktu ..................................... 64

b. Efektifitas Disiplin Belajar .................................... 66

c. Efektifitas Disiplin Bertingkah Laku ................... 69

Page 12: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 75

B. Saran ............................................................................................ 76

DAFTAR KEPUSTAKAAN ......................................................................... 78

LAMPIRAN

Page 13: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kalender Penelitian ....................................................................... 33

Tabel 2: Profil Informan .............................................................................. 34

Tabel 3: Hasil Penelitian Tentang Efektifitas Hukuman Terhadap

Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Daar el-Qolam ......... 73

Page 14: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara

2. Pedoman Wawancara

3. Hasil Wawancara

4. Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Santri Tahun Ajaran 2010-2011

5. Surat Keterangan Penelitian

6. Lembar Pengajuan Proposal Judul Skripsi

7. Surat Bimbingan Skripsi

8. Surat Permohonan Izin Penelitian

9. Surat Permohonan Izin Observasi

10. Surat Permohonan Riset/Wawancara

Page 15: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

xv

ABSTRAK

AKHMAD JIHAD (NIM: 106011000011). Efektifitas Hukuman Terhadap

Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Skripsi. Jakarta: Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta. 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pemberian hukuman

(punishment) menurut teori pendidikan; (2) disiplin di Pondok Pesantren Daar el-

Qolam; (3) efektifitas hukuman dalam mendisiplinkan peserta didik di Pondok

Pesantren Daar el-Qolam.

Pembahasan skripsi ini berdasarkan penelitian lapangan (field research)

yang bertujuan untuk mendapatkan data atau informasi, baik berupa hasil

wawancara dan dokumen-dokumen pesantren yang berkaitan dengan variabel

penelitian. Field Research dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan

demi memperoleh data yang valid agar kebenarannya dapat dipertanggung

jawabkan. Dalam riset ini data yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam

dan telaah dokumen akan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Data

yang terkumpul disusun dan kemudian baru dianalisis. Analisa ini berguna bagi

penulis sebagai upaya penggalian lebih lanjut mengenai masalah efektifitas

hukuman dalam mendisiplinkan santri. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1)

Hukuman yang dijatuhkan kepada anak yang bersalah mempunyai syarat dan

macamnya, karena hukuman yang baik itu bukanlah yang bersifat memojokkan

tetapi menyadarkan dan mendidik. Jika terpaksa harus mendidik dengan hukuman,

sebaiknya diberi peringatan dan ancaman lebih dulu. Jangan menindak anak

dengan kekerasan, tetapi dengan kehalusan hati, lalu diberi motivasi dan persuasi

dan kadang-kadang dengan muka masam atau dengan cara agar ia kembali kepada

perbuatan baik, atau kadang-kadang dipuji, didorong keberaniannya untuk berbuat

baik. Perbuatan demikian merupakan perilaku yang mendahului tindakan khusus.

(2) Pondok Pesantren Daar el-Qolam merupakan salah satu pesantren modern di

Indonesia yang mengintegrasikan antara pendidikan tradisional yaitu pelajaran

kitab kuning dan pendidikan modern yaitu yang mengacu kepada kurikulum

nasional dipadu dengan bilingual dalam penyampaiannya di kelas dan disiplin

berbahasa Inggris dan Arab di luar kelas. Dalam penelitian ini dibahas beberapa

disiplin yang diterapkan di pondok pesantren tersebut, yaitu antara lain: disiplin

waktu, disiplin belajar, dan disiplin bertingkah laku. (3) hukuman merupakan

konsekuensi yang akan didapatkan bagi pelanggar disiplin di Pondok Pesantren

Daar el-Qolam setelah sebelumnya diberikan peringatan dan ancaman sebagai

penunjang disiplin agar tetap berjalan dengan baik. Hukuman yang diberikan

memang terbukti efektif dalam membuat santri berdisiplin, apabila pemberian

hukuman tersebut mengacu kepada pedoman dalam memberikan hukuman dan

kebijakan pondok pesantren. Tetapi kadang hukuman akan berdampak pada

perasaan benci anak didik apabila menyakiti fisik dan tidak mengandung unsur

edukatif.

Page 16: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedisiplinan selalu menjadi hal yang banyak dibicarakan oleh banyak orang,

baik itu disiplin dalam keluarga, masyarakat maupun sekolah. Terutama sekali

disiplin yang ada di dalam suatu sekolah, karena di sekolah jelas sekali ada

peraturan yang dimuat untuk mendisiplinkan anak didik di sekolah itu. Hal ini

tentu saja tidak lepas dari seorang anak didik dan pendidiknya, terutama para

pendidik, sebab disiplin sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam

mendidik, dengan mendidik dapat menjadikan seorang anak lebih bertanggung

jawab atas segala tindakannya yang menyimpang dan dapat membuat anak didik

lebih menghargai waktu dengan baik, sehingga tujuan pendidik didalam

membentuk pribadi baik pada anak dapat tercapai. Seperti telah dikatakan diatas,

bahwasanya disiplin tidak hanya kita temukan di sekolah atau lembaga-lembaga

lain yang memberlakukan disiplin saja, akan tetapi disiplin yang kita temukan

untuk pertama kali adalah di rumah, dengan peranan utama orang tua dalam

mendidik kedisiplinan, sebab disiplin akan menjadi tanggung jawab orang tua

murid jika keberadaan anak murid di rumah, begitu juga sebaliknya, disiplin akan

menjadi tanggung jawab pihak sekolah (guru) jika keberadaan murid di sekolah.

Menurut pendapat Thomas Gordon bahwa, “Disiplin (peraturan) ini

dilakukan, karena semua orang tua dan guru mengakui akan pentingnya bahwa di

Page 17: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

2

dalam tumbuh kembangnya anak membutuhkan batasan-batasan tertentu”.1

Batasan itulah nantinya yang akan membawa anak kepada kedisiplinan dalam

sesuatu, dengan batasan itu seorang anak di didik untuk meninggalkan apa-apa

yang dilarang oleh orang tua ataupun gurunya, ketika seorang anak sudah biasa

meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh orang tua ataupun gurunya, maka ia

akan dengan mudah tanpa paksaan lagi bisa menjalani peraturan ataupun disipilin

dengan baik. Untuk itu semua yang paling penting adalah bagaimana batasan-

batasan tersebut dibangun, dan yang menjadi pokok persoalannya adalah

bagaimana cara menentukan alat yang digunakan untuk disiplin agar lebih efektif.

Karena dalam permasalahan ini para orang tua dan guru biasanya merasa tidak

tahu bagaimana mereka harus bertindak, harus bertindak lunak atau keras,

menjadi orang yang memberlakukan disiplin dengan keras (otoritas) atau menjadi

seorang yang permisif.

Keduanya mempunyai kelemahan masing-masing, lebih lanjut Thomas

Gordon menjelaskan, “Bagi orang yang memberlakukan disiplin dengan ketat,

mereka dapat dikatakan sebagai otoriter, sebab pengawasan terhadap disiplin

dipegang sepenuhnya oleh orang tua dan guru atau pada orang yang lebih dewasa,

sedangkan yang bersikap permisif, ini lebih bersikap toleran”.2 Maksud dari sikap

toleran ini adalah anak-anak diizinkan mengawasi dan mengatur, namun jumlah

guru permisif seperti ini lebih sedikit dibandingkan sikap guru yang otoriter.

Selain dari itu itu ada juga yang menggunakan alternatif lain, yaitu dengan

menggabungkan keduanya, menggunakan cara otoriter dan permisif. Dalam hal

ini seorang pendidik dituntut untuk bisa menjadi seorang yang “keras” pada saat

tertentu, dan menjadi seorang yang “lembut” pada saat yang lain. Dengan kata

lain seorang pendidik harus bisa melihat kondisi dan situasi sebelum ia bertindak

dalam mendisiplinkan anak didik, yaitu dengan cara memilih cara mana yang

harus digunakan, kapan harus menjadi seseorang yang otoriter dan kapan harus

menjadi seorang yang permisif. Jika seseorang pendidik yang menerapkan otoritas

1 Thomas Gordon, Mengajar Anak Berdisiplin Diri, di rumah dan di Sekolah, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 10. 2 Thomas Gordon, Mengajar Anak..., h. 12.

Page 18: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

3

berdasarkan kekuasaan harus diingatkan secara khusus bahwa otoritas yang

diterapkan haruslah berdasarkan rasa kasih sayang atau penuh kebajikan.

Pada dasarnya otoritas itu sangat dibutuhkan dalam memberlakukan disiplin,

seperti pendapat Emile Durkheim, yang menyatakan bahwa: “Agar siswa mentaati

kaidah peraturan, ia (siswa) harus merasakan adanya sesuatu yang berharga dan

patut dihormati yaitu otoritas moral di mana kaidah itu ditanamkan”.3

Kedisiplinan juga membutuhkan penopang agar bisa tetap survive, sesuatu

yang bisa menjadikan kedisiplinan bisa dijalani dengan sebaik-baiknya oleh anak

didik, yaitu yang disebut dengan alat kedisiplinan, salah satunya adalah hukuman,

yaitu suatu alat yang menjadi alternatif terakhir setelah alat pendidikan lain tidak

efektif digunakan. Secara umum hukuman ini ditujukan untuk memperbaiki

tingkah laku yang buruk menjadi baik, setelah anak menyadari dan menyesali

perbuatan salah yang telah dilakukannya. Thomas Gordon mengatakan: “Selain

itu juga hukuman dapat mencegah timbulnya beberapa prilaku anak yang tidak

dapat diterima atau mengacaukan”.4

Hukuman selalu mengandung rasa tidak enak pada anak, oleh karena itu di

dalam memberikan hukuman pendidik harus mempertimbangkan hukuman yang

akan diberikan sesuai dengan kesalahan yang diperbuatnya. Dalam memberikan

hukuman pendidik harus dengan sebaik mungkin menghindari hukuman fisik dan

hukuman yang keras berdasarkan kekuasaan, sebab cara itu akan memupuk agresi

dan kekerasan pula pada anak. Anak akan menjadi frustasi dan reaksinya akan

menimbulkan agresi dan rasa dendam, dan hukuman yang seharusnya menjadi alat

kedisiplinan agar anak lebih teratur dan terarah menjadi tidak efektif lagi, sebab

hukuman fisik ini mengandung rasa dendam.

Jadi hukuman fisik ini pada dasarnya hanya mengajari anak untuk

menggunakan kekerasan itu sendiri, karena mereka akan menganggap bahwa

kekerasan itu diperbolehkan. Jadi hukuman fisik yang kita bicarakan tadi tidak

pantas diterapkan di sekolah, karena lebih banyak bernilai negatif, sedangkan

hukuman yang dapat bernilai positif adalah hukuman yang bermakna mendidik

3 Emile Durkheim, Pendidikan Moral, Suatu Teori Dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan,

(Penerbit: Erlangga, 1990), h. 144. 4 Thomas Gordon, Mengajar Anak..., h. 86.

Page 19: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

4

untuk mencapai kearah kedewasaan dan dapat dipertanggung-jawabkan, seperti

pendapat Langeveld berikut ini: “Supaya suatu hukuman dapat dipertanggung-

jawabkan dan penderitaan yang ditimbulkan mempunyai nilai paedagogies, maka

hukuman itu harus membantu anak menjadi dewasa dan dapat berdiri sendiri”.5

Melihat betapa pentingnya seorang pendidik dalam mengefektifkan hukuman

terhadap kedisiplinan santri atau siswa, maka penulis tertarik meneliti masalah

tersebut dengan judul: “EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP

KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM”.

Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Di setiap pondok pesantren memiliki disiplin pondok yang harus

dilaksanakan oleh santri dan disiplin ini tidak akan berjalan tanpa

adanya sanksi bagi santri yang melanggar, dengan demikian hukuman

diberlakukan untuk meningkatkan kedisiplinan santri dalam

melaksanakan peraturan pesantren.

2. Daar el-Qolam adalah pondok pesantren modern yang mempunyai

sistem pengajaran yang menerapkan disiplin 24 jam, mulai dari santri

bangun tidur sampai santri tidur kembali.

3. Penulis ingin mengetahui apakah hukuman yang diberlakukan di

pondok pesantren tersebut efektif dalam mendisiplinkan santri.

4. Judul tersebut juga dipilih untuk memudahkan penelitian, karena

penulis merupakan alumni dari pondok pesantren tersebut.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

i. Efektifitas hukuman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

efektifitas hukuman yang diberikan oleh sistem pengajaran pesantren

yang dalam hal ini dilaksanakan oleh guru (ustadz) ataupun pengurus

(mudabbir) yang terkait kepada santri yang melanggar sebagai alat

pendidikan.

55

M. J. Langeveld, diterjemahkan oleh I. P. Simanjuntak, Beknopte Theoritische

Paedagogiek, (Jakarta: Aksara baru, 1984), h. 156.

Page 20: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

5

ii. Disiplin yang dimaksud di sini adalah disiplin santri dalam

mematuhi peraturan dan tata tertib yang dibagi menjadi tiga, yaitu:

Disiplin waktu, disiplin belajar, dan disiplin bertingkah laku.

b. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka

penelitian ini dirumuskan dalam dua rumusan besar, yaitu rumusan

masalah umum (Major Research Question), yaitu:

- “Hukuman apakah yang diberikan kepada santri yang

melanggar peraturan di Pondok Pesantren Daar el-Qolam”.

- “Apakah hukuman yang diberikan kepada santri yang

melanggar peraturan di Pondok Pesantren Daar el-Qolam

efektif dalam mendisiplinkan santri”.

Dan rumusan masalah khusus (Minor Research Question), yaitu:

- “Apakah hukuman yang diberikan kepada santri yang

melanggar peraturan di pondok pesantren Daar el-Qolam

efektif dalam mendisiplinkan waktu santri”.

- “Apakah hukuman yang diberikan kepada santri yang

melanggar peraturan di pondok pesantren Daar el-Qolam

efektif dalam mendisiplinkan belajar santri”.

- “Apakah hukuman yang diberikan kepada santri yang

melanggar peraturan di pondok pesantren Daar el-Qolam

efektif dalam mendisiplinkan tingkah laku (akhlak) santri”.

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah keefektifan hukuman terhadap

kedisiplinan santri di pondok pesantren Daar el-Qolam Gintung Jayanti

Tangerang.

2. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian yang menjadi salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan

Page 21: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

6

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penelitian ini akan berguna untuk:

a. Pondok Pesantren Daar el-Qolam, dalam mengetahui efektifitas hukuman

terhadap kedisiplinan santri.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam

menerapkan kedisiplinan santri di pondok pesantren.

Page 22: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Hukuman

1. Pengertian Efektifitas dan Hukuman

Secara etimologi, efektifitas merupakan kata serapan berasal dari bahasa

Inggris, yaitu effective menjadi efektif, lalu berubah menjadi efektifitas.

Sedangkan menurut terminologi efektifitas berarti: “Dapat membawa hasil”.1

Sedangkan dalam kamus Ensiklopedia Indonesia, Efektifitas secara terminologi

berarti, “menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan”.2 Jadi suatu usaha akan

dapat dikatakan efektif kalau usahanya itu mencapai tujuannya.

Hukuman sebagai salah satu alat pendidikan mendapat perhatian besar dari

para filosof dan ahli pendidik muslim seperti: Ibnu Sina, al-Ghozali, al-Abdari,

Ibnu Khaldun, dan Muhammad Athiyyah al-Abrasyi. Mereka sepakat berpegang

pada prinsip yang menyatakan:

ز من العالج الىقات خ

“Menjaga (tindakan preventif) lebih baik ketimbang mengobati (tindakan

kuratif)”.3

Tindakan kuratif dikatakan metode yang buruk dibandingkan dengan

tindakan preventif karena tindakan mencegah adalah lebih baik daripada

1 G. B Yuwono, Pedoman Umum Ejaan Indonesia, yang telah disempurnakan. (Surabaya:

Indah, 1987), cet, ke-1, h. 39. 2 Hasan Shadili, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, t. th), h. 883.

3 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Logos, 1999), h, 200.

Page 23: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

8

mengobati, apabila seorang anak sudah mencoba sesuatu yang buruk dan sudah

tercebur ke dalamnya maka akan lebih sulit lagi untuk mengajaknya untuk

meninggalkan perbuatan buruk itu. Jadi hukuman yang berupa metode kuratif itu

merupakan metode terburuk atau bisa dikatakan sebagai metode terakhir setelah

metode lain tidak efektif digunakan.

Adapun diantara para ahli pendidikan yang mengemukakan pendapatnya

tentang pengertian hukuman diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menurut KH. R. Zainuddin Fananie.

“Pembalasan atas kerja yang tidak baik, yang merugikan bagi yang bersama,

atau bagi dirinya anak didikan sendiri, supaya berhenti dan bertaubat dari

kerjanya, dan menjadi cermin bagi lain-lainnya itulah yang disebut

hukuman”.4

b. Menurut Amier Daien Indrakusuma.

“Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan

sengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak

akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak

mengulanginya”.5

Kata “nestapa” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sedih

sekali atau susah hati, sedangkan “kenestapaan” berarti kesusahan hati atau

kesedihan.

c. Menurut M. Ngalim Purwanto.

“Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan

sengaja oleh seseorang (orang tua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi

pelanggaran, kejahatan, atau kelemahan”.6

d. Menurut Drs. Suwarno.

“Hukuman adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan

dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud

4 KH. R. Zainuddin Fananie, Pedoman pendidikan Modern, (Jakarta, Fananie Center, 2010),

Cet. ke-1, h. 108. 5 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973),

h. 150. 6 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1995), ed. Ke-2, Cet ke-8, h. 186.

Page 24: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

9

agar penderitaannya itu betul-betul dirasakannya untuk menuju kearah

perbaikan”.

e. Menurut A. Mursal Hadi yang dikutip dari buku karangan Dr. Zaenuddin,

dkk.

“Hukuman adalah suatu perbuatan dimana seseorang sadar dan sengaja

menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan untuk memperbaiki

atau melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmani dan rohani

sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran”.7

Dari semua pendapat yang telah dikemukakan diatas maka penulis dapat

mengambil sebuah pemahaman bahwa hukuman adalah sesuatu yang diberikan

kepada anak yang dapat membuatnya menderita dengan maksud agar

penderitaannya itu dapat merubahnya ke arah yang lebih baik lagi.

Selain pendapat beberapa ahli pendidikan yang mengemukakan pengertian

tentang hukuman secara umum, sedangkan dalam syariat Islam telah diterangkan

oleh sebuah ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa kita diperbolehkan

memberikan hukuman kepada orang yang telah melakukan kesalahan, ayat

tersebut berbunyi:

{٣٤: النساء}

7 Zaenuddin et. All. Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

Cet ke-1, h. 86.

Page 25: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

10

Artinya:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah

telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

myaratereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah

lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah

memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka

nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan

pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi

lagi Maha besar”. (Q. S. An-Nisa‟ 4: 34).8

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kasus yang dialami oleh Sa„id bin

Rabi„ yang telah menampar istrinya yaitu Habibah binti Zaid bin Abi Hurairah,

karena telah melakukan nusyûz (pembangkangan). Habibah sendiri kemudian

datang kepada Rasul s.a.w. dan mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasul.

Rasul kemudian memutuskan untuk menjatuhkan qishâs kepada Sa„id. Akan

tetapi, Malaikat Jibril kemudian datang dan menyampaikan wahyu surat an-Nisa„

ayat 34 ini. Rasulullah s.a.w. pun lalu bersabda (yang artinya), “Aku menghendaki

satu perkara, sementara Allah menghendaki perkara yang lain. Yang dikehendaki

Allah adalah lebih baik.” Setelah itu, dicabutlah qishâs tersebut.9

Dalam riwayat yang lain, sebagaimana secara berturut-turut dituturkan oleh

al-Farabi, „Abd bin Hamid, Ibn Jarir, Ibn Mundzir, Ibn Abi Hatim, Ibn

Murdawiyah, dan Jarir bin Jazim dari Hasan. Disebutkan bahwa seorang lelaki

Anshar telah menampar istrinya. Istrinya kemudian datang kepada Rasul

mengadukan permasalahannya. Rasul memutuskan qishâsh di antara keduanya.

Akan tetapi kemudian, turunlah ayat berikut:

8 Tim Depag, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), ed.

Revisi, h. 123. 9 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munîr, juz V, hlm. 53-54.

Page 26: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

11

Artinya:

“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu

tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya

kepadamu[946], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu

pengetahuan.” (QS Thaha [20]: 114).

Rasul pun diam. Setelah itu, turunlah surat an-Nisa‟ ayat 34 di atas hingga

akhir ayat.10

Hukuman yang dilakukan oleh Sa‟id bin Rabi‟ kepada istrinya bukan semata-

mata karena dia dendam kepada istrinya, melainkan karena ada sebab yang

memaksa dia melakukan itu yaitu kesalahan (pembangkangan) yang dilakukan

oleh istrinya. Dan ketika Rasulullah ingin memberikan qishash kepada Sa‟id

karena perlakuannya kepada istrinya tersebut turunlah surat An-nisa ayat 34 yang

membolehkan pemberian hukuman kepada istri karena pembangkangannya.

Selain ayat tersebut terdapat sebuah hadits yang juga berkaitan dengan

pembahasan hukuman, yaitu:

ع بن سبزة ز بن الزب بن حجز أخبزنا حزملت بن عبد العز حدثنا عل

و عن جده قال ع سبزث عن أب عن عمو عبد الملك بن الزب قال : الجهن

ن.: م. رسىل اهلل ص الصالة إذا بلغ سبع سن واضزبىه , علمىا الصب

ها إذا بلغ عشزة عل

.{رواه الخزمذي}

10

Abdur Rahman ibn al-Kamal Jalaluddin as-Suyuthi, Dâr al-Mansyûr fî at-Tafsîr al-

Ma’tsûr, juz III, hlm. 512-513. Beirut: Darul Fikr.

Page 27: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

12

Artinya:

“Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Harmalah bin Abdul Aziz Ar Rabi’

bin Sabrah Al Juhani memberitahukan kepada kami dari pamannya yaitu Abdul

Malik bin Ar Rabi bin Sabrah dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah

SAW bersabda: “Ajarkanlah anak kecil melakukan shalat ketika berumur tujuh

tahun dan pukullah dia karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh

tahun”. (H. R. Tirmidzi).11

Dari kedua dalil naqli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukuman boleh

dilakukan dan bahkan harus dilakukan kepada orang-orang yang telah melakukan

suatu kesalahan atau pelanggaran dan sebelumnya ia telah tahu bahwa hal tersebut

tidak boleh dilakukan atau dilanggar. Hukuman ini bermaksud untuk memberi

peringatan atau teguran.

2. Syarat-syarat hukuman

Dalam lingkungan sekolah selalu saja ada anak yang melakukan pelanggaran

terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah dan konsekuensi dari pelanggaran

tersebut adalah hukuman. Hukuman diberlakukan jika alat pendidikan yang lain

seperti peringatan atau teguran sudah tidak efektif lagi digunakan, maka hukuman

sebagai alternatif terakhir yang dapat digunakan oleh pendidik. Hukuman ini

mempunyai tujuan umum yaitu untuk memberikan kesadaran kepada pelanggar

bahwa perbuatannya itu salah. Karena menurut Stern, kesadaran dapat terjadi

karena adanya konflik.12

Dalam hal ini juga, seorang pemikir Islam yaitu Al-Ghozali, tidak sependapat

kepada orang tua dan pendidik yang dengan cepat-cepat dan sekaligus memberi

hukuman terhadap anak-anak yang berlaku salah dan melanggar peraturan.

Hukuman adalah jalan yang paling akhir apabila teguran, peringatan dan nasihat-

nasihat belum bisa mencegah anak melakukan pelanggaran.13

11

H. Moh. Zuhri, dkk. Terjemahan sunan At-Tirmidzi, (Semarang: CV. As Syifah, 1992),

Cet ke-1, jilid 1, h. 504-505. 12

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. Ke-1, h. 241. 13

Zaenuddin et. All. Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

Cet ke-1, h. 86.

Page 28: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

13

Hendaknya para pendidik atau guru mempergunakan cara-cara yang dapat

menjauhkan anak melakukan perbuatan tidak baik yang dilakukan dalam bentuk

persuatif dan kekeluargaan. Bila guru ingin mencegah anak berbuat buruk lebih

baik menggunakan cara-cara yang membiarkan mereka seolah-olah tidak

diperhatikan (metode حعزض), bukan cara langsung menegurnya dengan keras

atau kasar (metode خ ,Bahkan mereka diperlakukan dengan kasih sayang .(حسز

karena dengan demikian, anak tidak akan selalu berperilaku buruk. Dalam sebuah

Hadits disebutkan: “Cintailah anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila

menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui

hanya kamulah yang memberi mereka rezeki. (HR. Ath-Thahawi).

Berkaitan dengan hal ini Al-Ghozali mengatakan: “Karena dengan menegur

secara kasar/keras akan menyingkapkan rasa takut dan menimbulkan keberanian

menyerang orang lain, dan mendorong timbulnya keinginan untuk melakukan

pelanggaran, sedang cara yang mendorong ke arah pengertian (metode حعزض)

atau cara persuatif, membuat anak cenderung ke arah mencintai kebaikan, dan

berpikir kreatif dalam memahami suatu kejadian oleh karena itu dengan cara ini

anak akan dapat mengambil faedah dari kegemaran berpikir kritis terhadap suatu

makna dalam setiap kejadian bahkan senantiasa mereka mencintai ilmu beserta

sebab-sebab timbulnya ilmu itu”.

Menurut Ibnu Sina: “Suatu kewajiban pertama ialah mendidik anak dengan

sopan santun, membiasakannya dengan perbuatan yang terpuji sejak mulai

disapih, sebelum kebiasaan jelek mempengaruhinya”.

Jika terpaksa harus mendidik dengan hukuman, sebaiknya diberi peringatan

dan ancaman lebih dulu. Jangan menindak anak dengan kekerasan, tetapi dengan

kehalusan hati, lalu diberi motivasi dan persuasi dan kadang-kadang dengan muka

masam atau dengan cara agar ia kembali kepada perbuatan baik, atau kadang-

kadang dipuji, didorong keberaniannya untuk berbuat baik. Perbuatan demikian

merupakan perilaku yang mendahului tindakan khusus.

Tetapi jika sudah terpaksa memukul, cukuplah pukulan sekali yang

menimbulkan rasa sakit, karena pukulan yang cukup banyak menyebabkan anak

Page 29: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

14

merasa ringan, dan memandang hukuman itu sebagai suatu yang remeh.

Menghukum dengan pukulan dilakukan setelah diberi peringatan keras

(ultimatum) dan menjadikan sebagai alat penolong untuk menimbulkan pengaruh

yang positif dalam jiwa anak.

Hukuman yang dijatuhkan kepada anak yang bersalah mempunyai syarat dan

macamnya, karena hukuman yang baik itu bukanlah yang bersifat memojokkan

tetapi menyadarkan dan mendidik. Ada beberapa ahli yang mengemukakan

syarat-syarat hukuman yang mendidik.

KH. R. Zainuddin Fananie dalam bukunya mengatakan bahwa syarat-syarat

diberikannya hukuman adalah sebagai berikut:

1. Agar hukuman itu menimbulkan rasa dan pengakuan salah, dan ingin

bertaubat. Anak yang dihukum dengan tidak mengetahui atau merasa

kesalahannya, memandang hukuman yang diberikan kepadanya itu

semata-mata hanya merupakan tindakan dari kebencian orang yang

menghukumnya (pendidik) saja.

2. Hendaklah hukuman itu seimbang dengan kesalahan.

3. Hukuman itu harus membuat (anak yang bersalah) merasa sakit dan

merasakan kepahitan.

4. Supaya hukuman tadi membawa penyesalan, perasaan pedih dalam

hatinya. Maka dari itu hendaknya jangan ada yang merasa sayang dan

kasihan ketika mendapat hukuman itu.

5. Supaya anak didik itu paham bahwa hukuman adalah hasil (resiko) atau

buah dari tiap-tiap kesalahan yang lazim diberikan.

6. Keadilan.

Jangan sekali-kali hukuman itu diberikan melainkan kepada anak yang

jelas melakukan kesalahan, dan perbuatan salah itu memang sengaja

dilakukan.

Page 30: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

15

7. Hukuman diberikan bervariatif berlainan menurut umur, karakter atau

tabi‟at, sebagaimana juga hukuman diberikan bervariatif menurut

kesalahan yang dilakukannya.14

Selain dari itu ada juga ahli pendidikan yang berpendapat bahwa syarat-syarat

pemberian hukuman harus berfifat mendidik, yaitu antara lain:

a. Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggung-jawabkan. Ini berarti

bahwa hukuman itu tidak boleh dilakukan sewenang-wenang.

b. Hukuman harus bersifat memperbaiki.

c. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang

bersifat perseorangan.

d. Jangan menghukum ketika sedang marah.

e. Hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah diperhitungkan atau

dipertimbangkan sebelumnya.

f. Bagi anak, hukuman itu hendaklah dapat dirasakannya sendiri sebagai

kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya.

g. Jangan melakukan hukuman badan/fisik.

h. Hukuman tidak boleh merusakkan hubungan baik antara pendidik dengan

anak didik.

i. Sehubungan dengan butir hukuman di atas, maka perlu adanya

kesanggupan memberi maaf oleh pendidik.15

Dari syarat-syarat di atas, jelaslah terlihat dan dapat dimaklumi bahwa di

dalam memberikan hukuman harus bersifat mendidik dan harus disertai dengan

pertimbangan apakah hukuman yang akan dijatuhkan itu sesuai dengan

kesalahannya, sehingga dalam hal ini seorang pendidik tidak boleh berbuat

seenaknya dalam menjatuhkan hukuman. Menurut Al-Gazhali, “Sebelum

memberikan hukuman, pendidik harus menyelidiki latar belakang yang

menyebabkan ia berbuat kesalahan serta mengenai umur yang membuat kesalahan

tersebut harus dibedakan antara yang kecil dan yang besar dalam menjatuhkan

14

KH. R. Zainuddin Fananie, Pedoman Pendidikan Modern, (Jakarta: Fananie Center,

2010), Cet. Ke-1, hal. 113. 15

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan..., h. 192.

Page 31: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

16

hukuman dan memberi pendidikan”.16

Pendidik yang baik tidak boleh

memberikan hukuman dengan perasaan dendam, karena alasan rasa dendam di

dalam memberikan hukuman itu sangat tidak baik dampaknya, dan hukuman yang

telah dijatuhkan harus dapat dipertanggung-jawabkan.

Pada dasarnya hukuman yang diinginkan disini adalah hukuman yang bersifat

mendidik, jadi pendidik diharapkan jangan menjatuhkan hukuman yang dapat

menyakiti badan/fisik, sebab itu akan mmeberikan pengaruh buruk terhadap

perkembangan jiwa anak, dan kemungkinan besar yang timbul bukannya rasa

sesal si anak tetapi malah menimbulkan rasa kesal pada anak, dan mungkin

bahkan anak akan merasa dendam terhadap guru yang menjatuhkan hukuman

tersebut. Dan pada akhirnya itu akan membuat hubungan baik antara guru dengan

murid menjadi renggang, dan jika hukuman yang dijatuhkan efektif, maksudnya

dapat membuat anak menyesal maka sebaiknya pendidik jangan bersikap

memojokkan atau mengungkit-ungkit kesalahannya dahulu, sebab itu akan

membuat si ank menjadi rendah diri dan sulit untuk bergaul kembali. Jadi, yang

terpenting hendaklah guru dapat bersikap lebih bijaksana dalam memberikan

hukuman serta dapat memberi maaf kepada siswa yang telah menyesali

kesalahannya untuk kemudian tidak berbuat kesalahan untuk yang kesekian

kalinya.

Oleh karena itu setelah pendidik menjatuhkan hukuman baiknya pendidik

perlu melihat reaksi atau tanggapan anak yang muncul. Untuk itu ada pendapat

beberapa ahli yang mengemukakan teorti tentang reksi yang mungkin timbul.

Menurut pendapat Prof. Gunning, Khonstamm, dan Scheller, yaitu: “Hukuman itu

tiada lain pengasahan kata hati atau mengbangkitkan kata hati”. Maksud dari

hukuman membangkitkan kata hati disini adalah hukuman yang bernilai positif

yaitu hukuman yang dapat membuat anak menyesal dan kemudian berusaha

memperbaikinya, sedangkan hukuman yang bernilainegatif adalah hukuman yang

dapat menimbulkan reaksi buruk yang tidak diinginkan seperti mendendam atau

menentang, dikarenakan hukuman yang diberikan tidak seimbang dengan apa

16

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1990), Cet. Ke-6, h. 155.

Page 32: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

17

yang diperbuatnya dan ini menimbulkan reaksi negative dari anak. Menurut Agus

Sujanto, bahwa: “Anak akan bersikap menentang, apabila tuntutan yang diterima

terlalu berat”.17

3. Macam-macam Hukuman

Ada yang berpendapat bahwa hukuman itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Hukuman preventif yaitu, hukuman yang dilakukan dengan maksud agar

tidak atau jangan terjadi pelanggaran, sehingga hal itu dilakukannya

sebelum pelanggaran dilakukan.

2. Hukuman corektif yaitu, hukuman yang dilakukan oleh karena adanya

pelanggaran, oleh adanya kesalahan yang telah dilakukannya. Jadi,

hukuman ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran.

Selain macam-macam hukuman yang terdapat di atas ada pula beberapa ahli

yang mengemukakan tentang macam-macam hukuman ini, antara lain adalah:

a. Hukuman Asosiatif

Umumnya orang yang mengasosiasikan antara hukuman dan kejahatan atau

pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman dengan

perbuatan pelanggaran yang dilakukan. Untuk menyingkirkan perasaan yang tidak

enak (hukuman) itu, biasanya anak akan menjauhi perbuatan yang baik atau yang

dilarang.

b. Hukuman Praktis

Hukuman ini diberikan kepada anak yang agak besar, yang telah mengerti

bahwa itu adalah akibat yang logis dari perbuatannya yang tidak baik. Anak

mengerti bahwa ia mendapat hukuman akibat dari kesalahan yang dia perbuat.

c. Hukuman Normatif

Hukuman ini bermaksud untuk memperbaiki moral anak-anak, hukuman ini

dilakukan terhadap pelanggaran-pelanggaran mengenai norma-norma etika. Jadi

hukuman normatif sangat erat hubungannya dengan pembentukan watak anak-

anak, dengan hukuman ini pendidik berusaha mempengaruhi kata hati anak,

17

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), h. 241.

Page 33: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

18

menginsafkan anak itu terhadap perbuatannya yang salah dan memperkuat

kemauan untuk berbuat baik dan menghindari kejahatan.

Menurut pendapat Suwarno, hukuman dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Hukuman yang bersifat menjerakan, dengan tujuan agar setelah anak

melakukan pelanggaran dan mendapat hukuman, kemudahan ia merasa

jera dan akhirnya tidak mengulanginya lagi.

b. Bentuk tujuan menakut-nakuti. Teori ini bertujuan untuk menimbulkan

rasa takut pada orang yang belum pernah melakukan pelanggaran, sifat

hukuman ini semakin lama semakin berat.

c. Bentuk hukuman pembalasan, bertujuan untuk mengembalikan atau

membalas dengan apa yang pernah dirusak anak.

d. Hukuman membetulkan, teori ini bertujuan untuk memperbaiki anak

kepada hal-hal yang positif dan memperbaiki hubungan antara anak didik

dengan pendidik.18

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

hukuman yang akan dijatuhkan oleh pendidik harus disesuaikan dengan kesalahan

yang telah diperbuat. Jadi seorang pendidik harus hati-hati dan teliti dalam

memberikan hukuman, agar tidak terjadi kesalah pahaman antar guru, anak didik

serta orang tua yang anak didik tersebut. Hukuman akan menjadi efektif apabila

seorang anak memandang hukuman yang telah diberikan itu sesuai dan logis

untuknya. Apalagi jika ia menerima hukman tersebut karena ia memandang yang

memberikan hukuman tersebut memang patut disegani, bukan karena rasa takut

tetapi karena kewibawannya. Oleh karena itu wibawa sangat dibutuhkan sekali

oleh seorang pendidik.

4. Tujuan Hukuman

Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang maksud atau tujuan dari pada

hukuman, dan salah diantaranya yaitu Ngalim Purwanto yang menyatakan bahwa

maksud atau tujuan orang dalam memberikan hukuman itu sangat berkaitan

dengan pendapat orang-orang mengenai teori hukuman, seperti:

a. Teori Pembalasan

18

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta, Aksara Baru, 1982), Cet ke-1, h. 118.

Page 34: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

19

Menurut teori ini hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap

kesalahan dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang, tentu saja teori ini

tidak boleh dipakai dalam pendidikan sekolah.

b. Teori Perbaikan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Jadi

maksud hukuman ini ialah untuk memperbaiki pelanggar agar jangan berbuat

kesalahan semacam itu lagi. Teori inilah yang bersifat paedagogies, karena

bermaksud memperbaiki pelanggar baik lahiriyah maupun batiniyah.

c. Teori Perlindungan

Menurut teori ini hukuman diadakan untuk menlindungi masyarakat dari

perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini masyarakat

dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan.

d. Teori Ganti Rugi

Menurut teori ini hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian

yang telah diderita akibat dari kejahatan atau pelanggaran itu. Hukuman ini

banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintah. Dalam proses pendidikan,

teori ini tidak cocok karena dengan menerima hukuman semacam ini anak jadi

merasa tidak bersalah karena kesalahannya telah terbayar dengan hukuman.

e. Teori Menakut-nakuti

Menurut teori ini hukman diadakan untuk menimbulkan rasa takut kepada si

pelanggar akibat perbuatannya yang melanggar itu sehingga ia akan selalu takut

untuk melakukan perbuatan tersebut dan mau meninggalkannya. Teori ini juga

membutuhkan teori perbaikan, sebab dengan teori ini besar kemungkinan anak

meninggalkan suatu perbuatan itu hanya karena rasa takut bukan karena kesadaran

bahwa perbuatannya bahwa perbuatannya memang salah dan tidak baik, dalam hal

ini anak tidak terketuk kata hatinya.19

Selain menurut Drs. Ngalim Purwanto di atas sedangkan pendapat Charles

Schaefer mengenai tujuan hukman tersebut bahwa: “Tujuan jangka pendek dari

hukuman itu adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, sedangkan

tujuan jangka panjang panjangnya ialah untuk mengajar dan mendorong anak-

19

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan..., h. 188.

Page 35: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

20

anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah, agar anak dapat

mengarahkan dirinya sendiri. Anak-anak ingin dikoreksi, tetapi mereka

menghendaki koreksi yang bersifat mengasuh dan mendorong mereka”.

Dari pendapat diatas, maka dapat dikemukakan, bahwa tujuan atau maksud

dari hukuman adalah mencegah, mengoreksi, dan memberi kesadaran kepada anak

agar anak memahami kesalahannya sekaligus memperbaikinya dan tidak lagi

mengulanginya dikemudian hari serta agar membuat anak berpikir lebih dewasa

lagi.

5. Prinsip-prinsip Hukuman

a. Prinsip Psikologi (kejiwaan)

Pada dasarnya setiap anak memiliki banyak perbedaan baik dari segi fisik

maupun psikis. Perbedaan inilah yang menjadi problem bagi guru didalam

menentukan sikap maupun menjatuhkan hukuman kepada anak didiknya yang

melakukan pelanggaran. Oleh karena itu seorang guru harus mengetahui dan

memahami benar, bagaimana tabi‟at, kesenangan, pembawaan, ataupun

akhlaknya. Untuk itu semua seorang guru dituntut mengenal muridnya dari dekat.

Agar ia selalu mempertimbangkan langkahnya ketika ia menghadapi seorang

murid yang bermasalah. Suatu hukuman mungkin akan cocok untuk seorang anak,

tetapi belum tentu cocok juga bagi anak yang lainnya. Sebagaimana ungkapan Al-

Gozhali yang berbunyi: “Bila dokter mengobati seluruh pasiennya dengan satu

macam obat saja, tentu banyak dari mereka yang akan mati”.20

Dari ungkapan di

atas dapat dinyatakan bahwa seorang guru harus mempunyai berbagai macam

metode dalam menghadapi anak muridnya.

b. Prinsip keadilan

Yang dimaksud prinsip keadilan disini adalah prinsip untuk menyesuaikan

antara bentuk pelanggaran serta siapa yang melakukannya. Menurut Charles

Schaefer: “Untuk kepentingan keadilan tetaplah ingat untuk mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut: Pelanggaran yang pertama atau sudah beberapa kali,

20

Nasharuddin Thaha, Tokoh-tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya, (Jakarta: Mutiara,

1997), h. 43.

Page 36: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

21

pelanggaran atau perbuatan karena dorongan yang tiba-tiba, sifat dan tingkah laku

yang umum dan setiap perbuatan karena tertekan atau situasi.”

c. Prinsip kasih sayang

Salah satu syarat hukuman yang bersifat paedagogies adalah hukuman yang

dapat diberikan atas dasar cinta kasih, ini berarti anak dihukum bukan karena

benci atau karena pendidik ingin balas dendam dengan menyakiti anak didik.

Tetapi pendidik ingin menghukum demi kebaikan anak, demi kepentingan dan

masa depan anak. Oleh karena itu setelah hukuman diberikan jangan sampai

berakibat putusnya hubungan kasih sayang antara pendidik dan anak didik.

d. Prinsip keharusan atau keterpaksaan

Hukuman bukanlah satu-satuya alat dalam mendidik dan bukan pula pilihan

pertama yang harus dijatuhkan kepada anak didik yang melakukan pelanggaran.

Hukuman ini dijatuhkan jika keadaan memaksa, karena alternatif lain sudah

digunakan namun kurang efektif.

B. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat di berbagai instansi

pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu

lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Masalah disiplin yang

dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskan mengenai disiplin belajar, disiplin

waktu dan disiplin bertingkah laku. Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati

dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada

keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah

sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Qur‟an dan Hadist yang

memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan,

antara lain surat An Nisa ayat 59:

Page 37: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

22

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan

ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),

jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian

itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S. An-nisa: 59 )

Sebagai kata benda disiplin biasanya dipahami sebagai prilaku dan tata tertib

yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan. Kata disiplin menurut Thomas

Gordon berasal dari bahasa asing, yaitu: “Dicipline, yang artinya tertib atau

ketertiban. Disiplin juga mempunyai dua arti yang berbeda, yang pertama seperti

yang telah disebutkan di atas yaitu disiplin yang bertujuan untuk mengawasi,

sedangkan yang kedua disiplin yang berkaitan dengan tindakan memberi instruksi,

mengajar, dan mendidik”.21

Menurut W.J.S. Poerwadarminta disiplin adalah: “Latihan batin dan watak

dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib dan

peraturan”.22

Sedangkan menurut Amatembun disiplin adalah: “Suatu keadaan tertib

dimana para pengikut itu tunduk dengan senang hati pada ajaran-ajaran

pemimpin atau suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung

dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan rasa

senang hati”.23

21

Thomas Gordon, Mengajar Anak Berdisiplin Diri, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

1996), h. 5. 22

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h.

245. 23

Amatembun, Management Kelas, (Bandung, IKIP, 1981), Cet ke-1. H. 8.

Page 38: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

23

Sedangkan menurut Oemar Hamalik disiplin yaitu: “Mengikuti atau belajar

dibawah seorang pemimpin”.24

Menurut purbawakaca: “Disiplin adalah proses pengamalan atau pengabdian

kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan keagamaan, keinginan

atau kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai

efek yang lebih besar”.25

Sedangkan menurut Soejardo, disiplin adalah: “Kemampuan untuk

mengendalikan diri dalam bentuk tidak sesuai dan bertentangan dengan

sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan

melindungi sesuatu yang telah ditetapkan”.26

Dewa Ketut Sukardiv dalam bukunya Bimbingan dan Konseling

mendefinisikan disiplin sebagai berikut: “Disiplin memberikan dua arti yang

berbeda, tetapi keduanya mempunyai hubungan yang erat. Disiplin dibedakan

arti positif dan negatif, arti positif adalah, suatu rentetan aktivitas atau latihan

yang berencana yang dianggap perlu atau penting mencapai suatu tujuan

tertentu. Arti negatif disiplin adalah hukuman terhadap prilaku yang dianggap

tidak diinginkan karena telah melanggar peraturan atau tata tertib”.

Dalam random house dictionary-nya Dr. Thomas Gordon kata kerja to

disciplin (mendisiplin) didefinisikan sebagai “Menciptakan keadaan tertib dan

patuh dengan pelatihan” dan “Pengawasan dan menghukum demi kebaikan”.27

Pendapat para ahli diatas mengindikasikan bahwa kedisiplinan itu berupa

peraturan atau tata tertib, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang harus

dipatuhi oleh semua orang yang berada dalam lingkup kedisiplinan, dan dalam hal

ini pada hakekatnya semua orang adalah termasuk kedalam lingkup kedisiplinan,

baik dalam lingkungan keluarga, lngkungan sekolah, maupun lingkungan

masyarakat, yang mana disiplin itu sendiri dilaksanakan agar tujuan yang

24

Oemar Hmalik, Mengajar, Azas, Metodik, (Bandung, Pustaka Mardiana, 1981), Cet ke-2,

h. 210. 25

Soegarda Purbawakaca, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1997), h. 81. 26

Soedijarto, Pendidikan Sebagai Sarana Reformasi Mental Dalam Upaya Pembangunan

Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka 1999), h. 51. 27

Thomas Gordon, Mengajar anak..., h. 119.

Page 39: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

24

diinginkan tercapai. Dan agar kedisiplinan tersebut berjalan lancar maka dalam

hal ini dibutuhkan hukuman dan ganjaran sebagai alat pendukung.

Kemudian yang terpenting dalam hal ini adalah seorang siswa perlu memiliki

sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk

selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang

timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dan tahan lama,

dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari

orang lain. Seorang siswa yang bertindak disiplin karena ada pengawasan ia akan

bertindak semaunya dalam proses belajarnya apabila tidak ada pengawas. Karena

itu perlu ditegakkan di sekolah berupa koreksi dan sanksi. Apabila melanggar

dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu koreksi untuk memperbaiki kesalahan

dan berupa sanksi. Keduanya harus dilaksanakan secara konsisten untuk

mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma dan kaidah

yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan mengingat orang cenderung

berperilaku sesuka hati. Begitu pula di lingkungan keluarga. Disiplin perlu

diajarkan kepada anak sejak kecil oleh orang tuanya. Anak yang dididik disiplin,

perlu mendapatkan perlakuan yang sesuai/sepatutnya bagi orang yang belajar.

Apabila anak telah mengetahui kegunaan dari disiplin, maka siswa sebagai

manifestasi dari tindakan disiplin akan timbul dari kesadarannya sendiri, bukan

merupakan suatu keterpaksaan atau paksaan dari orang lain. Sehingga siswa akan

berlaku tertib dan teratur dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah. Dan

akan menghasilkan suatu sistem aturan tata laku. Dimana siswa selalu terikat

kepada berbagai peraturan yang mengatur hubungan dengan lingkungan

sekolahnya dan lingkungan keluarganya.

2. Tujuan Disiplin

Dalam hidup kita sebagai manusia harus menciptakan kedisiplinan agar hidup

yang kita jalani ini serba teratur, dan agar tidak ada kekacauan, kesulitan dan

ketidak berhasilan. Adapun pendapat para ahli mengenai tujuan daripada disiplin

ini antara lain adalah: Menurut Hasan Langgulung bahwa tujuan disiplin adalah:

“Menjadikan peserta didik dalam hidupnya mempunyai keteraturan sehingga

Page 40: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

25

terarah berjalan menuju jalan yang dituju”.28

Sedangkan Menurut Alex Sobur,

tujuan berdisiplin adalah: “Menjadikan peserta didik mempunyai pengendalian

diri dengan mudah yaitu menghormati dan mematuhi peraturan-peraturan dan

mempunyai ketegasan terhadap hal-hal yang boleh dilakukan dan yang

dilarang”.29

Dari kedua pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semua

ahli sepakat bahwasanya disiplin bertujuan untuk menjadikan peserta didik

mempunyai tingkah laku yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada demi

kebaikan dirinya dan kebaikan bersama, dan dengan adanya disiplin tersebut akan

membentuk manusia yang lebih bertanggung jawab dan tepat waktu, sehinga

kehidupan akan lebih teratur dan terarah.

3. Bentuk-bentuk Disiplin

Karena banyaknya bentuk-bentuk disiplin yang diterapkan, maka penulis

hanya mambahas tiga bentuk disiplin saja, karena menurut penulis ketiga bentuk

disiplin ini mempunyai peranan yang sangat signifikan bagi peserta didik atau

santri. Disiplin yang ada didalam diri tidaklah terbentuk dengan sendirinya, akan

tetapi melalui proses, yaitu dengan melakukan suatu kegiatan (disiplin) secara

berulang-ulang sehingga yang melakukan menjadi terbiasa melakukannya

sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pada akhirnya menjadi suatu sifat atau

kepribadian.

a. Disiplin Waktu

Seperti yang telah dikatakan di atas, bahwasanya hal yang paling mendasar

daripada bentuk kedisiplinan yang pertama adalah disiplin waktu, dan sebagai

contoh dari disiplin waktu ini dapat ditemukan pada kegiatan kita sehari-hari,

seperti halnya shalat tepat pada waktunya, itu dapat membentuk kedisiplinan

anak. Dan untuk membiasakan hal itu harus dilatih sejak kecil. Kewajiban shalat

yang harus dikerjakan lima kali dalam sehari itu harus dirasakan oleh seorang

anak sebagai suatu tanggung jawab yang harus dikerjakan, sehingga jika tidak

dikerjakan maka akan menjadi suatu beban, karena didalam menerapkan disiplin

28

Hasan Langgulung, Manusia dan pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Al Husna, 1989), Cet

ke-I, h. 400.

Page 41: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

26

ada suatu alat yang digunakan agar berjalannya disiplin tersebut, dan alat tersebut

adalah hukuman dan ganjaran. Sehingga bagi orang yang melanggar disiplin

tersebut akan diberikan sangsi, seperti hukuman. Dan pada akhirnya mau tidak

mau orang yang menjalaninya akan berpikir banyak jika mau melanggar.

Dari kegiatan (shalat) yang pada awalnya dilakukan karena takut akan sangsi

atau hukuman, tetapi karena sudah terbiasa pada akhirnya akan menjadi suatu

kebiasaan bahkan menjadi suatu kebutuhan, karena ia akan merasakan ada sesuatu

yang hilang jika tidak dikerjakan.

b. Disiplin Belajar

Pada dasarnya belajar atau menuntut ilmu sangat penting bagi umat manusia

umumnya dan juga menjadi wajib bagi umat Islam khususnya, meskipun kita

berada dalam keadaan perang. Ini berarti kedudukan ilmu sangat penting bagi

manusia. Dan menuntut ilmu itu juga salah satu cara lain untuk berjihad selain

pergi ke medan perang. Agar dalam belajar atau menuntut ilmu berjalan dengan

baik, teratur dan terarah, maka disiplin belajar dibutuhkan. Sehingga kita dapat

belajar semaksimal mungkin. Dengan disiplin belajar akan menimbulkan

kesadaran diri untuk belajar tanpa didorong oleh other-imposed atau faktor dari

luar. Meskipun kita pada awalnya belajar bedasarkan dorongan dari luar, namun

pada akhirnya keinginan belajar akan timbul dari dirinya sendiri. Karena jika ia

tidak melaksanakan disiplin belajar itu, ia akan merasa rugi karena kehilangan

waktu yang ia buang. Sehingga dia dapat mengatakan bahwa waktu adalah

belajar.

Menurut The Liang Gie, bahwa: “Berdisiplin dalam belajar selain akan

membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga

merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik sehingga akan tercipta

suatu pribadi yang luhur”.30

Jadi memang pada dasarnya disiplin belajar itu selain dapat membentuk etos

belajar yang baik juga dapat membentuk kepribadian yang baik pula. Dan salah

satu lembaga pendidikan yang menerapkan disiplin belajar secara intensif itu

30

The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, 1985),

Cet ke-5, h. 59.

Page 42: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

27

adalah pondok pesantren. Karena segala aktivitas disana selalu dimotori, dan jika

ada yang melanggar disiplin akan diberikan sangsi. Selain disiplin waktu disiplin

belajar juga menjadi hal yang utama di sana.

c. Disiplin Bertingkah Laku

Selain dua disiplin yang sudah dibahas di atas, sekarang disiplin bertingkah

laku yang akan penulis bahas. Yang dimaksud disiplin bertingkah laku disini

adalah disiplin dalam bersikap, dalam perkataan maupun perbuatan yang

disesuaikan dengan ajaran agama Islam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW

bersabda:

ثما كنج واحبع الس ث الحسنت حمحها وخالق الناس بخلق حسنئاحق اهلل ح

(رواه الطبزانى أب ذر)

Artinya:

“Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana saja, iringilah kejahatan dengan

kebaikan, maka terhapuslah kejahatan itu dan pergaulilah manusia dengan budi

pekerti yang baik.” (H. R. Thabrani dari Abi Zarr).

Maksud dari hadits tersebut adalah agar santri tidak salah memilih dalam

bergaul, santri dengan yang lainnya, sehingga akan terjalin hubungan yang baik di

dalam maupun di luar lingkungan pondok pesantren.

Dari uraian di atas, yaitu mengenai disiplin waktu, disiplin belajar, dan

disiplin bertingkah laku dapat dilakukan dengan baik dan secara kontinu, maka

ketiga disiplin itu akan menjadi suatu bagian dari dirinya, sehingga jika ia

melanggar salah satu disiplin tersebut ia akan merasa rugi, karena ketiga disiplin

tersebut telah menjadi suatu kebutuhan.

C. Karangka Konsep dan Definisi Operasional

Kerangka konsep dalam penelitian disamping berfungsi sebagai pedoman

yang memperjelas jalan, arah dan tujuan penelitian juga akan membantu

pemilihan konsep-konsep yang diperlukan guna pembentukan hipotesis. Dalam

penelitian ini, kerangka konsep akan menjadi landasan untuk menjelaskan

bagaimana efektifitas hukuman mempengaruhi disiplin belajar, disiplin waktu,

Page 43: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

28

dan disiplin bertingkah laku santri di pondok pesantren Daar el-Qolam. Untuk itu

akan dijelaskan bagaimana rasionalisasi kerangka konsep sebagai berikut:

Bahwasanya efektifitas hukuman itu, jika penggunaannya dapat

mendisiplinkan santri, yaitu bilamana hukuman tersebut mengandung nilai

paedagogis bukan bersifat agresi ataupun kekerasan.

Jadi hukuman yang diinginkan bukan hanya sekedar membuat siswa jera saja,

tetapi membuat sadar siswa bahwa hukuman yang telah dijatuhkan itu adalah

bukan karena rasa dendam guru, akan tetapi karena rasa sayang guru terhadap

siswa, karena tidak ingin anak muridnya melakukan kesalahan. Oleh karena itu

hukuman yang diberikan harus bersifat mendidik.

Meskipun hukuman di sini sebagai alternatif terakhir yang digunakan guru

(usstadz) untuk membuat jera santri yang berbuat salah, namun hukuman ini besar

sekali pengaruhnya terhadap kedisiplinan santri. Sebab dengan hukuman ini santri

akan merasakan penderitaan, dan jika ia mengulangi kesalahan yang sama, maka

ia akan merasakan penderitaan yang sama bahkan lebih menderita, karena jika

kesalahan yang sama dilakukan secara berulang-ulang, maka hukuman yang

diberikan akan lebih berat dari kesalahan yang pertama. Namun hukuman yang

diberikan tetap harus bersifat edukatif, sehingga kedisiplinan terhadap santripun

bertambah. Dengan demikian, maka dapat diduga terdapat hubungan positif antara

efektifitas hukuman dengan kedisiplinan santri.

Masalah disiplin didalam sistem pendidikan bukanlah masalah yang berdiri

sendiri, namun memiliki keterkaitan dengan komponen-komponen lain, karena

pendidikan, pembelajaran, maupun pelatihan merupakan sebuah sistem. Oleh

karena itu, kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan sistem yang terdiri atas input, process, dan output. Komponen input

terdiri atas kebijakan pondok pesantren, sumber daya organisasi meliputi SDM

(Sumber Daya Manusia) pondok pesantren, yaitu antara lain; Dewan

Guru/Ri‟ayah, Pengurus ISMI yang terkait, dan santri yang bersangkutan.

Komponen process terdiri atas pelaksanaan penegakan disiplin, monitoring dan

evaluasi. Komponen output meliputi keefektifitasan hukuman dalam merubah

Page 44: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

29

sikap santri dalam berdisiplin, yaitu meliputi: pemanfaatan waktu, disiplin belajar

dan bertingkah laku dalam berinteraksi.

Kerangka konsep penelitian ini dapat diskemakan sebagai berikut:

Masukan (input) Proses (process) Luaran (Output)

Kebijakan pelaksanaan

Pondok penegakan

Pesantren disiplin di

Sumber Daya Pondok Pesantren

Organisasi: Daar el-Qolam

SDM, yaitu

antara lain;

Dewan perencanaan

Guru/Ri‟ayah,

Pengurus ISMI

yang terkait, pengawasan dan

dan santri yang evaluasi

bersangkutan.

Dampak

Antara

(Outcome)

Meningkatnya

kedisiplinan

santri di

Pondok

Pesantren Daar

el-Qolam

Dampak Jangka

Panjang (Impact)

Terbentuknya

kepribadian yang

sempurna (Insan

Kamil) yang bisa

me-manage

hidupnya dengan

baik, baik dalam

berinteraksi

dengan Tuhannya

maupun dengan

sesama manusia.

Keterangan:

- - - - - - = variable yang dikaji dalam penelitian

Untuk memperoleh pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di

dalam kerangka konsep di atas di bawah ini dijelaskan definisi operasionalnya.

Keefektifitasan

hukuman dalam

merubah sikap

santri dalam

berdisiplin:

1. Berdisiplin

dalam

memanfaatkan

waktu dengan

baik

2. Berdisiplin

dalam belajar

3. Berdisiplin

dalam

bertingkah laku

dalam

berinteraksi.

Page 45: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

30

1. Input

a. Kebijakan adalah ketetapan yang dibuat oleh pondok pesantren

terkait dengan disiplin dan hukuman bagi yang melanggar disiplin.

Teknik Pengumpulan Data (TPD) : wawancara mendalam, telaah

dokumen

Alat Pengumpulan Data (APD) : pedoman wawancara,

dokumen bagian pengasuhan

b. SDM adalah dewan guru/ri‟ayah, pengurus ISMI (Ikatan Santri

Madrasatul Mu‟allimin al-Islamiyah) yang terkait dan santri yang

bersangkutan.

TPD : wawancara mendalam, telaah dokumen

APD : pedoman wawancara, dokumen daftar pelanggaran santri

bagian keamanan, ibadah dan bagian bahasa.

2. Process

a. Perencanaan adalah tahapan kegiatan yang dilakukan oleh pengurus

ISMI yang terkait dalam merancang program kerja masing-masing

bagian.

TPD : wawancara mendalam, telaah dokumen

APD : pedoman wawancara, dokumen rancangan program kerja

pengurus ISMI

b. Pengawasan dan evaluasi adalah proses pemantauan dan

pengendalian yang dilakukan pada setiap proses pelaksanaan

penegakan disiplin dalam setiap aktifitas sehari-hari di pesantren.

Dan di evaluasi berkala dalam tingkat yang berbeda, yaitu sebulan

sekali, dua bulan sekali, dst.

TPD : wawancara mendalam, telaah dokumen

APD : pedoman wawancara, dokumen evaluasi daftar

pelanggaran santri

3. Output

a. Berdisiplin dalam memanfaatkan waktu dengan baik adalah sebuah

kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang santri.

Page 46: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

31

TPD : wawancara mendalam

APD : pedoman wawancara

b. Berdisiplin dalam belajar adalah sebuah kepribadian yang harus

dimiliki oleh seorang santri.

TPD : wawancara mendalam

APD : pedoman wawancara

c. Berdisiplin dalam bertingkah laku dalam berinteraksi adalah sebuah

kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang santri.

TPD : wawancara mendalam

APD : pedoman wawancara

Page 47: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Penelitian mengenai gambaran efektifitas hukuman terhadap kedisiplinan

santri di pondok pesantren Daar el-Qolam ini adalah suatu penelitan kualitatif,

yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena

objek yang diteliti dan dibandingkan dengan teori yang sesuai dengan masalah

penelitian. Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati. Moleong (2005) menyimpulkan penelitian kualitatif sebagai

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-

lain, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

Pembahasan skripsi ini berdasarkan penelitian lapangan (field research) yang

bertujuan untuk mendapatkan data atau informasi, baik berupa hasil wawancara,

observasi dan telaah dokumen-dokumen pesantren yang berkaitan dengan variabel

penelitian.

Page 48: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Gintung,

Jayanti, Tangerang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas beberapa

pertimbangan akademis, yakni Pondok Pesantren Daar el-Qolam adalah salah satu

lembaga yang menerapkan kedisiplinan melalui media hukuman. Disamping itu

Daar el-Qolam termasuk Pondok Pesantren yang telah memiliki ribuan alumni

yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, yang berarti pesantren ini harus selalu

melakukan peningkatan mutu alumninya.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Desember

2010 dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 1

Kalender Penelitian

NO KEGIATAN PENELITIAN

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Oktober November Desember Ket.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan BAB I 23 Okt. s/d 5 Nov.

2. Penyusunan Kerangka Teori BAB II 6 s/d 13 November

3. Perumusan dan Penetapan Metode Penelitian 14 s/d 17 November

4. Perumusan dan Penyusunan Alat Pengumpulan Data 18 s/d 20 November

5. Penelitian Lapangan 21 s/d 27 November

6. Pengolahan Data 28 Nov. s/d 4 Des.

7. Penyusunan Hasil Penelitian 5 s/d 11 Desember

C. Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Informan dari responden dipilih secara purposive yaitu orang yang memiliki

pengetahuan terhadap masalah yang sedang diteliti dan mempunyai peranan baik

dalam hubungannya dengan efektifitas hukuman terhadap kedisiplinan santri, baik

yang melanggar disiplin, yang memberikan hukuman kepada yang melanggar,

maupun yang memberikan kebijakan terhadap hukuman apa yang harus diberikan

kepada yang melanggar disiplin. Dengan kata lain informan dipilih dengan

menggunakan prinsip kesesuaian dan kecukupan.

Page 49: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

34

Kesesuaian berarti informan dipilih berdasarkan keterkaitan dengan topik

penelitian, yakni meliputi dewan guru (bagian ri’ayah), pengurus (mudabbir)

ISMI (Ikatan Santri Madrasatul Mu’allimin al-Islamiyah) Daar el-Qolam, dan

santri yang belum pernah menjadi pengurus.

Sedangkan kecukupan berarti data yang diperoleh harus dapat

menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam

penelitian. Jumlah informan dalam penelitian kualitatif bukanlah penentu utama

penelitian ini, tetapi yang penting adalah kelengkapan data yang diperoleh.

Untuk lebih jelasnya tentang informan-informan yang terpilih dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 2

Profil Informan

No. Nama Status Keterangan

1. H. Soleh Umar Harahap, S.Ag., Guru Ketua 1 bagian ri’ayah

2. Caesar Pamungkas Santri Pengurus bagian keamanan

3. Hikmah Qolbi Santri Pengurus bagian bahasa

4. Mulya Fatwa Santri Anggota

5. Fitri Al-Maghfirah Santri Anggota

Sumber: Hasil Wawancara (diolah)

b. Jenis Data

Data penelitian dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni data primer dan data

sekunder. Pertama, data primer yakni data yang diperoleh melalui wawancara

mendalam (indepth interview) yakni untuk memperoleh informasi sejelas

mungkin tentang hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kedua, data

sekunder yakni data yang digunakan untuk melengkapi dan mendukung data

primer. Data sekunder ini diperoleh melalui dokumentasi yang tersedia di lokasi

penelitian. Selain itu, data sekunder dapat juga diperoleh melalui literature, hasil

penelitian yang terkait dengan masalah yang diteliti.

Page 50: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

35

c. Cara dan Alat Bantu Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu wawancara mendalam (indepth interview),

observasi, dan telaah dokumen. Metode wawancara mendalam digunakan untuk

mengumpulkan data dari semua informan yang telah disebut diatas. Sedangkan

alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah panduan/pedoman

wawancara mendalam (indepth interview guidelines), alat pencatat, alat perekam

suara (tape recorder), catatan/hasil observasi di lapangan.

D. Validitas Data

Penelitian kualitatif dilakukan secara purposive sehingga agar validitas data

tetap terjaga perlu dilakukan beberapa strategi, uji validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah triangulasi yang terdiri atas triangulasi metode dan

triangulasi sumber. Pertama, triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode dalam pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara

mendalam kepada informan, observasi, dan telaah dokumen. Kedua, triangulasi

sumber dilakukan dengan menggunakan sejumlah informan yang berbeda.

Diambil dari beberapa pihak, seperti satpam, ibu dapur, dan penjaga koperasi

pelajar (KOPEL) Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Triangulasi sumber dilakukan

untuk melakukan cross check data dengan fakta dari sumber lain yang diperoleh

dari informan yang berbeda.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat dari wawancara dikumpulkan untuk verifikasi, yakni untuk

memeriksa kembali akurasi dan kelengkapan data. Dari hasil verifikasi tersebut,

temuan dan data yang diperoleh dapat dianalisis untuk mengetahui kecenderungan

yang terjadi dari obyek penelitian sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara manual

dengan langkah-langkah berikut:

a. Pengumpulan data melalui wawancara, telaah dokumen, dan observasi.

b. Membuat transkrip data hasil wawancara dengan mengubah rekaman

(audio) hasil penelitian setiap informan menjadi bentuk tulisan (laporan

hasil wawancara).

c. Penandaan pada data atau informasi yang mempunyai pola yang sama.

Page 51: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

36

d. Mengelompokkan informasi-informasi yang terdapat pada transkrip

masing-masing informan ke variabel-variabel yang telah ditentukan.

e. Penyajian ringkasan data dalam bentuk tabel sehingga memberikan

gambaran yang lebih jelas.

f. Analisis terhadap tabel data yang sudah dikategorikan berdasarkan

sumber informasinya sesuai tujuan penelitian dengan menggunakan

teknik analisis tema (thematic analysis) yakni sebuah metode analisis

kualitatif yang mengidentifikasi, menganalisis, dan melaporkan pola-

pola (tema) dalam data. Dengan kata lain, analisis tema adalah teknik

analisis yang membahas data hasil penelitian yang dilihat sebagai tema

untuk dicari kesenjangan datanya. Pada teknik ini dilakukan

pengkodean informasi sehingga menghasilkan daftar tema.

Page 52: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Daar el-Qolam Gintung Jayanti

Tangerang

Pondok Pesantren Daar el-Qolam tidak berdiri langsung dengan kemegahan dan

fasilitas yang kita saksikan pada hari ini. Daar el-Qolam tumbuh dan berkembang

selaras dengan perjuangan yang tidak kenal lelah, perjuangan yang didasarkan atas

niat ibadah untuk mencerdaskan kehidupan manusia, manusia yang memiliki

kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Beberapa

tahun setelah kemerdekaan Republik Indonesia, H. Qasad Mansyur mendirikan

sebuah lembaga pendidikan dasar yang diberi nama Madrasah Masyarikul Anwar.

Dalam perjalanan berikutnya, beliau berkeinginan agar alumninya dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Untuk merealisasikan cita-cita luhur

tersebut, H.Qasad Mansyur bermaksud menyekolahkan putra pertamanya Ahmad

Rifa’i Arif di Pondok Modern Gontor. Meski keinginan tersebut banyak mendapat

tantangan, agar Rifa’i Arif tidak perlu pergi jauh menuntut ilmu, tetapi dengan azam

yang kuat, dan pertimbangan yang matang beliau tetap istiqomah dengan niatnya,

karena itu pada tahun 1958, Ahmad Rifa’i Arif diberangkatkan ke Pondok Modern

Darussalam Gontor, agar kelak ia bisa membuka lembaga pendidikan lebih tinggi dari

yang didirikan ayahnya.

Page 53: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

38

Ahmad Rifa’i Arief lahir di Gintung, 30 Desember 1942, anak pertama dari 12

bersaudara dari pasangan H. Qasad Mansyur dan Hj. Mastufah. Sejak kecil beliau

ingin menjadi kyai, karenanya ia tekun belajar kepada sang ayah, kemudian

memasuki sekolah rakyat pada tahun 1952 di Sumur Bandung sampai kelas 3. Pada

tahun 1954, melanjutkan pendidikan dasarnya di Caringin Labuan, dan belajar

mengaji kepada K.H. Sihabudin Makmun, juga di Madrasah Masyarikul Anwar

(MMA).

Di Gontor Ahmad Rifa’i Arif dikenal sebagai murid yang cerdas dan pandai

berpidato. Pernah menjadi ketua umum Pelajar Islam Indonesia cabang Pondok

Modern Gontor pada tahun 1963-1964, sampai beliau menamatkan pendidikannya di

Gontor pada tahun 1964. Karena kecakapannya, beliau diminta mengajar di

almamaternya dan menjadi sekretaris pribadi gurunya K.H. Imam Zarkasyi selama 2

tahun.

Bermula dari sebuah dapur tua dan 1 hektar tanah daratan pemberian Hj. Pengki

kepada H. Qasad Mansyur, K.H. Ahmad Rifa’i Arief memulai kiprahnya dalam

lembaga pendidikan pondok pesantren yang bernama Madrasatul Mualimin Al-

Islamiyah (MMI) Daar el-Qolam. Dengan 22 anak didik yang tidak lain adalah adik-

adiknya, saudara-saudaranya dan masyarakat sekitar Desa Pasir Gintung. Daar el-

Qolam berdiri pada tanggal 27 Rhamadan 1388 H, sementara awal dimulainya

pendidikan pada tanggal 20 Januari 1968 M.

Didasarkan atas keinginan untuk mencetak kader pemimpin umat yang mu'min,

muttaqin dan rasikhina fil ilmi, dunia pendidikan yang bernafaskan Islam ini terus

berpacu dan berkembang seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan

kemajuan ilmu pengetahuan. Selaras dengan eksistensinya sebagai lembaga tafaquh

fi din, lembaga yang berdiri di atas dan untuk semua golongan. Merayap penuh

keyakinan, diiringi ketekunan dan kesabaran, Ahmad Rifa’i Arief terus berjuang

menghadap tantangan, menghalau cobaan yang datang. Tidak sedikit tekanan fisik ia

dapatkan, maupun beban perasaan yang ia rasakan. Bendera telah ia tancapkan, layar

telah ia kembangkan, pantang baginya mundur surut ke belakang.

Page 54: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

39

Beragam peristiwa dengan selaksa keprihatinan ia rasakan, bermandi peluh dan

tetesan air mata. Bermodal keyakinan akan kekuasaan Tuhan, bersandarkan idealisme

akan kekayaaan Tuhan, ia terus berjalan menatap masa depan.

Perkembangan yang cepat mulai terlihat pada tahun 1982, ketika Daar el-Qolam

mendapat bantuan dana sebesar Rp.64.000.000,- dari Kerajaan Saudi Arabia, berkat

bantuan K.H. Muhamad Natsir tokoh Masyumi yang sangat disegani. Bantuan

tersebut dipergunakan untuk membangun asrama putra yang kemudian diberi nama

gedung Saudi.

Kepedulian Ahmad Rifa’i Arief terhadap dunia pendidikan tidak hanya terbatas

pada Pondok Pesantren Daar el-Qolam saja. Pada tahun 1989 dicanangkan berdirinya

Pondok Pesantren La Tansa Mashira yang proses pendidikannya dimulai pada tahun

1991. Seiring dengan tuntutan zaman, Daar el-Qolam kembali melebarkan sayapnya

dengan mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

La Tansa Mashira di Rangkasbitung. Dan juga mendirikan Pondok Pesantren Wisata

Sakinah La Lahwa di Pantai Kemuning, Labuan, Banten yang pembangunan fisiknya

dimulai pada tahun 1996.

Setelah Daar el-Qolam berkembang sesuai dengan cita-cita luhur H.Qasad

Mansyur dan putra pertamanya, Madrasah Masyarikul Anwar yang menjadi cikal

bakal Daar el-Qolam, diserahkan pengelolaanya kepada Drs. K.H. Ahmad Syanwani.

Allah SWT mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh.

Suami tercinta dari Hj. Nenah Hasanah ini dipanggil menghadap keharibaan-Nya

dalam usia 55 tahun, pada hari Ahad 10 Safar 1418 H bertepatan dengan tanggal 15

Juni 1997 M. Meninggalkan 3 orang putra, 3 orang putri dan seorang cucu.

Kepergiannya dirasakan terlalu cepat bagi orang-orang yang ditinggalkannya. Yang

masih mengharap sentuhan lembutnya, yang masih merindukan petuahnya yang

menyejukan. Takdir tak dapat ditolak, ia pergi meninggalkan nama besar dengan

segala keharumannya.

Pada hari Senin, 16 Juni 1997 diadakan rapat keluarga yang disaksikan oleh KH.

Abdullah Syukri Zarkasyi pimpinan Pondok Modern Gontor, untuk menentukan

Page 55: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

40

pengganti beliau, berdasarkan amanah yang almarhum sampaikan kepada Kyai

Syukri semasa hidupnya, maka pada hari Selasa 17 Juni 1997 disertai derasnya hujan

dan gemuruh petir yang menggelegar, dinobatkan Drs. K.H. Ahmad Syahiduddin,

Dra. Hj. Enah Huwaenah keduanya adalah adik sekaligus murid almarhum serta

putranya K.H. Adrian Mafatihullah Karim sebagai pimpinan selanjutnya. Mereka

bertiga mengemban amanat besar dan tanggung jawab untuk mempertahankan dan

mengembangkan karya besar beliau. Di samping merealisasikan cita-cita almarhum

yang berkeinginan memiliki 4 buah pesantren.

Kini pada usianya yang ke 43 Daar el-Qolam sudah berkembang pesat, berdiri di

atas 31 hektar tanah dengan sarana dan fasilitas yang ada di dalamnya dengan santri

yang kurang lebih 4500 santri. Perkembangan yang pesat ini tidak lain atas

perjuangan almarhum yang meninggalkan sistem disertai dengan kebersamaan, dan

komitmen berlandaskan amanat yang diembankan kepada komponen yang ada di

dalamnya. Daar el-Qolam tidak boleh terkenal karena kyainya, Daar el-Qolam harus

terkenal karena sistem yang ada di dalamnya. Begitulah pesan almarhum yang sering

ia ungkapkan semasa hidupnya.

Semuanya tidak terlepas dari anugerah, karunia, dan barakah Allah SWT.

"Jangan mencari banyak, tetapi carilah barakah Allah”. Demikian pula Ahmad

Rifa’i Arif berpesan semasa hidupnya. Setelah 6 tahun ditinggalkan pendirinya, Daar

el-Qolam dan yang lainnya tetap eksis mengemban misinya, Daar el-Qolam terus

berpacu dengan waktu membawa amanat dan kepercayaan umat. 44 tahun silam

menjadi refleksi perjalanan panjang Daar el-Qolam, perjalanan yang dibalut suka dan

duka yang menjadi cerita manis yang tetap terpatri di kedalaman hati, perjalanan yang

tetap terkenang selama hayat dikandung badan.

2. Landasan Filosofis Pondok Pesantren Daar El-Qolam

a. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang mencipta. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang

Termulia. Yang mengajar manusia dengan perantaraan pena (qalam). (QS.

Al-Alaq: 1-4).

Page 56: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

41

b. “Sedangkan orang-orang yang dalam ilmunya (rasikhun fi al-Ilmi), mereka

berkata kami beriman pada al-Qur’an (ayat-ayat yang mutasyabihat),

semuanya dari sisi Tuhan kami, tidaklah dapat mengambil pelajaran (dari

padanya) melainkan orang-orang yang berfikir (ulul albab). (QS. Ali

Imran: 7).

c. Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke

medan juang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka

beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama

dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah

kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah:

122).

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daar El Qolam

a. Visi

Mendidik dan mengajar masyarakat dengan qalam dan cahaya ilmu untuk

membentuk komunitas berperadaban dan memindahkan kehidupan kota

yang maju ke desa yang selalu tertinggal. Artinya membentuk kota dalam

desa.

b. Misi Pondok Pesantren Daar El-Qolam

1. Mempersiapkan kader-kader muslim masa depan yang rasikhun fil-ilmi,

mempunyai jiwa perjuangan, iman dan ketaqwaan.

2. Menggabungkan kurikulum pondok modern dengan kurikulum

Pemerintah (Departemen Agama) dalam rangka memberi kesempatan

santri untuk dapat berkiprah lebih luas.

3. Memperluas medan juang santri meliputi seluruh aspek kehidupan

dengan bekal Iman, Islam, dan Ikhsan.

4. Meningkatkan kemampuan tenaga pendidikan (guru-guru), secara

metodik dan didaktik, serta penguasaan disiplin ilmu sesuai bidangnya.

Page 57: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

42

5. Mengutamakan pndidikan mental di atas hal yang bersifat kognitif dan

psikomotorik.1

4. Panca Jiwa dan Motto Pondok

Pondok pesantren Daar el-Qolam (dan beberapa pesantren alumni Pondok

Modern Daarussalam Gontor serta alumni Daar el-Qolam sendiri) mengusung lima

dan empat falsafah yang disebut dengan "Panca Jiwa dan Motto Pondok". Panca jiwa

adalah lima prinsip dasar yang mesti tertanam dalam jiwa siapapun yang menjadi

penghuni pondok, entah itu kiyai, guru ataupun santri.

Panca jiwa pondok itu adalah sebagai berikut :

1. Keikhlasan.

Jiwa ikhlas ialah perkara yang utama dan pertama yang mesti ada dalam diri

manusia. Ikhlas mempunyai makna yang sangat dalam, yaitu membuang

unsur-unsur yang mengarah kepada kepentingan pribadi yang dapat mengotori

tujuan hidup, serta juga tujuan pendidikan dan pengajaran. Sebagai contoh

dalam proses pendidikan dan pengajaran, guru mesti ikhlas dalam

memberikan ilmu sebagai wujud syukur dan diniatkan ibadah kepada Allah

sebagai pemilik ilmu. Manakala santri, mesti ikhlas dididik dan diajarkan

dengan tujuan untuk memahami hakekat dirinya sebagai awal langkah untuk

beribadah kepada Allah.

2. Kesederhanaan.

Maksudnya adalah melakukan sesuatu berdasarkan keperluan bukan

keinginan. Dengan demikian kesederhanan adalah sebuah sikap yang tidak

diukur oleh kuantitas, besar atau kecil, banyak atau sedikit, murah atau mahal,

tetapi karena ia diperlukan. Kesederhanaan juga berasaskan kepada

kemampuan bukan kemauan.

1 Soleh Rosyad, Kiprah Kiyai Entrepreneur, (Banten: LPPM La-Tansa Mashiro, 2005), h. 73-82.

Page 58: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

43

3. Berdikari.

Sifat ini menunjukan kebebasan seseorang dalam menentukan sikap.

Berdikari juga bermakna berusaha dengan kemampuan dirinya sendiri tanpa

menggantungkan diri kepada orang lain. Sifat ini juga sangat penting untuk

melahirkan jiwa-jiwa militan yang siap berjuang dan berbakti kepada

masyarakat. Pondoknya pun demikian tidak menggantungkan kepada bantuan

orang lain.

4. Ukhuwah Islamiyah.

Maksud dari prinsip keempat ini adalah menjalin hubungan sesama manusia

yang berasaskan kepada prinsip dari ajaran Islam yang damai dan toleran.

Ukhuwah dalam Islam adalah nilai persaudaran dengan semangat tolong

menolong yang tidak melihat batas-batas tertentu, seperti golongan, etnik

bahkan agama atau keyakinan orang lain. Islam menyuruh umatnya untuk

menghormati siapapun, bekerjasama dan bergaul tanpa memandang status

sosial bahkan keyakinannya. Hal ini tentunya sangat selaras dengan ajaran

Islam sebagai agama yang menyebarkan kedamaian universal atau rahmatan

lil âlamîn.

5. Kebebasan.

Sikap bebas berarti melepaskan diri dari pengaruh orang lain baik pikiran

ataupun tindakan. Kebebasan bukan dimaksudkan berbuat sesuka hati, tetapi

kebebasan dalam menentukan sikap dan pendapat yang tidak bertentangan

dengan nilai-nilai dasar ajaran Islam. Kebebasan juga bersikap moderat tanpa

memihak, yang dibelanya adalah kebenaran sesuai dengan ajaran agama.

Berikut ini adalah Motto Pondok:

1. Berbudi luhur.

Ini adalah sifat yang harus ada dalam diri manusia terutama generasi muda.

Sifat ini sangat penting dan haruslah berada pada tingkat pertama sebelum

sifat-sifat lain yang akan dimiliki.

Page 59: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

44

2. Berbadan Sehat.

Sebagai calon pemimpin masyarakat, kualitas fisik yang sehat dan kuat juga

sangat penting. Akhlak yang mulia, ditambah dengan fisik yang prima akan

melahirkan insan tangguh dalam menghadapi setiap tantangan dan cobaan.

3. Berpengetahuan Luas.

Syarat ini tentunya tidak diragukan lagi. Ia juga syarat utama yang mesti

dimiliki oleh calon pemimpin masa depan. Kesempurnaan seorang pemimpin

dapat diketahui melalui budi pekerti, badan yang sehat serta pengetahuannya

yang luas.

4. Berpikir Bebas.

Kepribadian yang dibalut dengan akhlak, fisik yang sehat, ilmu yang luas

harus mampu menempatkan dirinya pada tempat yang bebas, tidak terikat

kepada siapapun. Yang dibelanya hanyalah kebenaran untuk kemaslahatan

umat.

5. Fasilitas

Kompleks Pondok Pesantren Daar El-Qolam terdiri atas:

Masjid (dengan nama Masjid as-Syifa untuk santriwan dan Masjid ar-Rahmah

untuk santriwati),

Aula tempat pertemuan (tiga unit). Dua unit ditempatkan di Program

Excellent Class sebagai gedung serba guna dan mushalla dengan nama "Ulul

`Irfan" dan "Ulul `Izzah".

Lapangan olah raga

Gedung satu/dua/tiga lantai yang digunakan sebagai asrama untuk tinggal atau

kelas untuk sekolah.

o Asrama putra:

Gedung Saudi (مبنى السعودي)

Gedung Indonesia

Gedung Ibn Rusyd (مبنى ابن الرشد)

Gedung Ibn Sina (مبنى ابن سينا)

Page 60: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

45

Gedung al-Jamarat (مبنى الجمرات)

Gedung al-Fatah (مبنى الفتاح)

Gedung an-Najah (مبنى النجاح)

Gedung Bait al-Arqam (مبنى بيت األرقام)

Gedung Bait al-Ridha (مبنى بيث الرضى)

Gedung Ashab al-Kahfi (مبنى أصحاب الكهف)

Gedung H. Muhammad Natsir

Gedung Ulul Abrar

Gedung Ulul Albab

Gedung al-Manaf

o Asrama putri:

Gedung an-Nashr

Gedung Masyithah I

Gedung Masyithah II

Gedung Masyithah III

Gedung Fatimah

Gedung Rifa`i I

Gedung Rifa`i II

Gedung Rifa`i III

Gedung Rifa`i IV

Gedung Rifa`i V

Gedung al-Farabi

Gedung Habibah

Gedung Mastufah I

Gedung Mastufah II

Gedung Ummul-Mu'minin

Gedung Khadijah

Gedung Rabiatul Adawiyah

Gedung Ulul Izzah

Page 61: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

46

Gedung ISMI Putri

o Asrama Guru/Asatidz:

Gedung as-Syahid

Gedung as-Shafa

Gedung al-Marwah

Gedung Perumahan Guru blok I

Gedung Perumahan Guru blok II

Gedung Perumahan Guru blok III

Gedung Perumahan Guru blok IV

o Asrama lain-lain:

Wisma wali santriwan (terdapat 16 ruangan)

Wisma wali santriwati (terdapat 8 ruangan)

Ruang-ruang praktikum (praktikum IPA dan komputer)

Perpustakaan

Koperasi pelajar putra

Koperasi pelajar putri

Laboratorium computer

6. Jenjang pendidikan

Pondok Pesantren Daar el-Qolam terdiri atas tiga buah jenjang pendidikan formal

(menurut pada Depag dan Depdiknas), yakni:

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Daar el-Qolam

Madrasah Aliyah (MA) Daar el-Qolam

Sekolah Menengah Umum (SMU) Daar el-Qolam

Ada dua jenjang yang bisa ditempuh oleh para santri yang mengikuti pendidikan

di Daar el-Qolam:

Jenjang 6 tahun (untuk lulusan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah)

Adapun para santri yang mengikuti jenjang 6 tahun ini harus melewati

pendidikan 6 tahun di pesantren: 3 tahun di pendidikan menengah pertama

ditambah 3 tahun di pendidikan menengah atas (MA/SMU).

Page 62: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

47

Jenjang 4 tahun (untuk lulusan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah)

Adapun santri yang mengikuti jenjang pendidikan 4 tahun harus melewati 4

tahun di pesantren: 1 tahun untuk memperdalam ilmu agama, dan 3 tahun di

pendidikan menengah atas (SMU/MA), mengingat mereka telah lulus

pendidikan menengah tingkat pertama. Setelah satu tahun mereka mengikuti

pendidikan agama, pada tahun kedua hingga tahun keempat, mereka akan

bergabung dengan para santri yang mengikuti jenjang pendidikan 6 tahun di

SMU/MA. Kelas jenjang 4 tahun ini disebut pula dengan Extension Class

atau Experimental Class (tidak sama dengan Program Excellent Class) yang

ditranslasikan dalam bahasa arab sebagai "Tajriibiyah".

7. Kurikulum

Adapun kurikulum yang diterapkan dalam Pondok Pesantren Daar el-Qolam

mencakup pelajaran agama dan pelajaran umum yang terintegrasi. Setiap hari santri

mendapatkan pelajaran 7 jam pelajaran, yang masing-masing berdurasi 45 menit,

diselai oleh 25 menit istirahat, yang berkisar dari pukul 7:00 waktu setempat hingga

pukul 15:00 waktu setempat. Di luar jam formal tersebut, santri juga mendapatkan

pengajaran al-Quran, kitab kuning, dan kursus-kursus yang bisa diikuti sesuai dengan

minat dan kemampuan santri itu sendiri, seperti kursus Bahasa Inggris, kursus Bahasa

Arab, kursus komputer, kursus bela diri, dan lain sebagainya.

Integrasi sistem itu juga memudahkan para santri untuk melanjutkan

pendidikannya pada tingkat pendidikan tinggi, khususnya ke Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) yang memang diperuntukkan untuk para lulusan madrasah dan

pesantren. Bekal bahasa Arab dan Inggris yang telah diberikan semasa belajar di

pondok, memudahkan para santri untuk memahami kurikulum pada IAIN. Beberapa

santri Daar el-Qolam yang menjadi mahasiswa berprestasi di IAIN antara lain Ihsan

Ali Fauzi, Muhammad Wahyuni Nafis, Nanang Tahqiq, Ismatu Rofi, dan Siti

Nafsiah, yang menjadi mahasiswa unggulan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Page 63: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

48

Selain itu pula, banyak pula santri yang melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah

seperti Mesir, Makkah dan Madinah.

Karena memang di dalam kelas mereka juga belajar pelajaran ilmu umum, maka

para santri juga akan dibimbing pelajaran umum dengan komposisi yang sama

dengan pelajaran ilmu agama. Hal ini dilakukan agar para santri nanti setelah keluar

dari pondok dapat melanjutkan ke lembaga pendidikan tinggi umum seperti

kedokteran, teknologi dan lain sebagainya. Tujuan ini bermisi agar umat Islam

nantinya dapat mengisi ruang-ruang sosial yang lebih beragam, tidak hanya dalam

bidang kegamaan saja.

Mulai tahun ajaran 2007/2008, Pondok Daar el-Qolam mencanangkan program

kelas unggulan, yang disebut dengan Program Excellent Class. Di dalam program itu,

semua siswa yang telah lolos kualifikasi dari segi nilai rata-rata saat kenaikan

(minimal 6.25) dan kelakukan bisa merasakan pengalaman yang sedikit berbeda

dengan kelas biasa (reguler). Di masing-masing kelas, yang terdapat 25 kelas itu,

terdapat proyektor berteknologi Digital Light Processing (DLP) dan juga

diizinkannya mereka untuk membawa dan menggunakan Internet melalui komputer

atau notebook di luar jam pelajaran formal (seperti istirahat dan malam hari), tentu

saja untuk menunjang pembelajaran.

B. Penyajian Data

1. Proses Pengumpulan Data

Kegiatan wawancara untuk memperoleh data dalam penelitian kualitatif ini

dilakukan di dalam lingkungan pondok pesantren Daar el-Qolam. Wawancara

pertama dilakukan dengan fitri al maghfiroh santiwati kelas 4B, wawancara dilakukan

pada tanggal 21 November 2010 pada jam 16.00 di saung sekitar lingkungan pondok

pesantren. Wawancara kedua dilakukan dengan Hikmah Qolbi santriwati kelas 6 IPS

A pada tanggal 21 November 2010 pada jam 17.00 dan wawancara dilakukan masih

di tempat yang sama yaitu di saung sekitar lingkungan pondok pesantren.

Wawancara ketiga dilakukan dengan Mulya Fatwa santri kelas 4 A pada tanggal

22 November 2010 pada jam 16.00 dan wawancara dilakukan di masjid putra pondok

Page 64: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

49

pesantren Daar el-Qolam. Wawancara keempat dilakukan dengan Caesar Pamungkas

santri kelas 6 IPS B pada tanggal 22 November 2010 pada jam 17.00 dan dilakukan

di masjid putra pondok pesantren Daar el-Qolam. Wawancara kelima dilakukan

dengan salah seorang pengajar (ustadz) di pondok pesantren Daar el-Qolam yang

bernama ustadz H. Soleh Umar Harahap, S.Ag., beliau adalah ketua 1 bagian

pengasuhan putra, wawancara dilakukan pada tanggal 23 November, wawancara

dilakukan di kediaman beliau.

2. Hasil Penelitian

Untuk mengetahui hasil dari penelitian ini, berkenaan dengan efektifitas

hukuman terhadap kedisiplinan santri di pondok pesantren Daar el-Qolam, maka

penulis terjun ke lapangan dan kemudian mengolah data yang diperoleh tersebut

dengan teknik yang telah ditentukan, kemudian menyajikan data sesuai dengan

masalah yang ingin disajikan. Dalam penyajian data ini penulis menyajikan dalam

bentuk uraian dan disajikan dengan permasalahan yang meliputi elemen-elemen dari

Minor Research Question penelitian ini yaitu: disiplin waktu, disiplin belajar dan

disiplin bertingkah laku. Dan setelah melakukan analisis terhadap hasil wawancara,

observasi dan telaah dokumen penulis menemukan satu elemen baru yang terkait

dengan penelitian ini yaitu elemen pengendalian diri yang merupakan bagian dari

disiplin bertingkah laku. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka

didapat data sebagai berikut:

1) Pelaksanaan Hukuman Terhadap Kedisiplinan Santri

a. Disiplin Waktu

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para pengurus Pondok

Pesantren Daar el-Qolam yaitu Caesar Pamungkas (CP) selaku pengurus bagian

keamanan dan Hikmah Qolbi (HQ) selaku pengurus bagian bahasa, maka diperoleh

berbagai pernyataan yang terkait dengan efektifitas hukuman terhadap kedisiplinan

santri. Para pengurus ini mempunyai berbagai pendapat yang berbeda dalam tiga

disiplin terkait yaitu disiplin waktu, disiplin belajar dan disiplin tingkah laku dan juga

dalam satu elemen hasil temuan baru yaitu pengendalian diri yang merupakan bagian

Page 65: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

50

dari disiplin tingkah laku. Dari segi disiplin waktu sebagai pengurus mereka sama-

sama sering tidak mengambil jatah makan pada waktunya yaitu pada jam setengah 7

pagi, tetapi mereka sering mengambil jatah makan pada jam istirahat pertama. HQ

menjelaskan bahwa penyebab dia tidak sempat untuk mengambil jatah makan pada

waktunya adalah karena padatnya kegiatan di pagi hari khususnya pada hari sabtu, dia

menerangkan bahwa pada hari tersebut santri di wajibkan untuk mengikuti upacara

bendera, biasanya menurut HQ, setiap upacara pasti memakan waktu yang lama yang

membuatnya tidak sempat untuk mengambil jatah makan pada waktunya dan

solusinya adalah mengambil jatah makan pada jam istirahat kedua. Sebagaimana

pernyataannya dalam wawancara sebagai berikut

“Iya sering,,, seringnya itu pas hari sabtu pas upacara, karena biasanya

upacara itu memakan waktu yang lama sampai saya tidak sempat untuk

makan pagi, dan banyak juga teman teman yang tidak sempat, nah solusinya

ya ngambil jatah di waktu istirahat pertama.”2

Lain halnya dengan Caesar Pamungkas, CP menerangkan bahwasanya dia tidak

sempat untuk mengambil jatah makan pada waktunya adalah karena biasanya

persiapan CP untuk berangkat ke kelas yang memakan waktu yang lama, yang

membuatnya tidak sempat untuk mengambil jatah makan pada waktunya, diantaranya

adalah waktu mandi dan menyiapkan buku yang akan di bawa ke kelas. Bahkan untuk

hal mandi sebenarnya kadang-kadang dia tidak mengantri, CP menerangkan

bahwasanya dia sering tidak mengantri mandi jika dia terburu-buru untuk berangkat

ke masjid karena dia ingin berangkat ke masjid lebih awal, itupun apabila yang

sedang mandi adalah temannya sesama kelas 6. Sebagaimana pernyataannya dalam

hasil wawancara sebagai berikut

2 Wawancara dengan Hikmah Qolbi, santriwati kelas 6 IPS A selaku pengurus bagian bahasa,

wawancara dilakukan di saung sekitar Pondok Pesantren pada tanggal 21 November 2010, jam 17.00

WIB.

Page 66: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

51

“waktu itu saya buru-buru karena ingin berangkat ke masjid lebih awal dari

biasanya... tapi saya tidak mengantri ketika yang mengantri itu teman teman

saya semua dari kelas 6,,,.”3

Sedangkan dalam hal disiplin waktu yang berkaitan dengan berangkat ke kelas

mereka berdua sama-sama pernah terlambat berangkat ke kelas, alasan yang mereka

tuturkan pun hampir senada, CP menerangkan bahwasanya keterlambatannya

berangkat ke kelas disebabkan karena tanggung jawabnya sebagai bagian keamanan,

tanggung jawabnya adalah mengawasi santri di setiap rayon untuk tidak tidur lagi

setelah shalat subuh dan mengawasi dapur para anggota untuk selanjutnya dia harus

bersiap-siap berangkat ke kelas, hal ini yang menyita waktunya untuk bersiap

berangkat ke kelas. HQ pun menerangkan bahwasanya keterlambatannya berangkat

ke kelas adalah karena tanggung jawabnya sebagai pengurus bagian bahasa yang

mengharuskannya mengawasi disiplin bahasa para santri sebelum akhirnya HQ

bersiap untuk berangkat ke kelas, dan dia menyebutkan bahwa sebenarnya pengurus

di berikan dispensasi waktu 5 menit dari waktu yang sudah ditentukan untuk masuk

ke kelas yaitu jam 07.00 WIB. Konsekuensi dari pelanggaran adalah hukuman, begitu

menurut mereka, ketika mereka terlambat untuk masuk kelas hukumannya adalah di

jewer, dan mereka mengaku jera dengan hukuman yang diberikan, sebagaimana

penuturan HQ sebagai berikut

“Iya,,, hukumannya biasanya oleh guru yang bersangkutan yang sedang

mengajar di kelas, hukumannya paling cuma dijewer trus setelah itu boleh

duduk, tapi sebenarnya bukan di jewernya yang saya tidak mau tapi malunya,

malu sama teman teman yang melihat saya sedang di jewer.”

Dan dia menyebutkan bahwasanya sudah menjadi hal yang wajar jika seorang

santri sesekali melanggar suatu disiplin, dalam hal ini yaitu terlambat ke kelas.

Sebagaimana pernyataannya dalam wawancara sebagai berikut

3 Wawancara dengan Caesar Pamungkas, santriwan kelas 6 IPS B selaku pengurus bagian

keamanan, wawancara dilakukan di masjid putra Pondok Pesantren Daar el-Qolam pada tanggal 22

November 2010, jam 17.00 WIB.

Page 67: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

52

“... kalau menurut saya wajar kalau masih jadi seorang santri terlambat

ataupun sesekali melanggar, engga afdhol kalau belum melanggar.”4

Kedua responden yang merupakan pengurus ini pun sama-sama mengikuti salah

satu ekstrakurikurer yang di laksanakan di dalam lingkungan pondok, CP mengikuti

ekskul karate, dia mengatakan bahwasanya ketertarikannya pada karate memang

sudah ada bahkan sebelum dia masuk Pondok Pesantren. Sedangkan HQ mengikuti

ekskul JMQ (Jam’iyyatul Qurro’), yaitu salah satu ekskul unggulan di Pondok

Pesantren Daar el-Qolam yang mengajarkan kepada santrinya untuk lebih fokus lagi

dalam mempelajari al-Qur’an, selain mempelajari baca tulis al-Qur’an juga

mempelajari Qira’ah Sab’ah dalam membaca al-Qur’an dan perbacaan tartil al-

Qur’an, maupun seni membaca al-Qur’an dengan mujawwaz. HQ mengatakan

bahwasanya jadwal latian JMQ itu sama dengan jadwal mengaji para santri yang lain

yaitu setelah shalat maghrib sampai dengan adzan untuk shalat isya, jadi kegiatannya

tidak mengganggu jadwal mengaji yang lain, dan HQ menerangkan bahwasanya dia

tidak pernah terlambat untuk shalat berjamaah karena mengikuti ekskul ini.

Walaupun mereka berdua adalah pengurus tetapi ada yang mengawasi disiplin

ibadah mereka yaitu ustadz bagian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an

(LPTQ) pusat, lebih lanjut CP menuturkan bahwasanya ada hukuman bagi pengurus

yang terlambat untuk berangkat shalat berjamaah yaitu dipukul pahanya,

sebagaimana pernyataannya sebagai berikut

“... biasanya kalau sudah “hatta khomsah”, kita langsung kocar kacir dah

buru-buru berangkat, nah kalau sudah sampai hitungan ke-5 hukumannya

dipukul pahanya sekali, kalau sudah sampai kelima untuk yang kedua kalinya

hukumannya di pukul dua kali,,, begitu seterusnya.”5

4 Wawancara dengan Hikmah Qolbi, santriwati kelas 6 IPS A selaku pengurus bagian bahasa,

wawancara dilakukan di saung sekitar Pondok Pesantren pada tanggal 21 November 2010, jam 17.00

WIB. 5 Wawancara dengan Caesar Pamungkas, santriwan kelas 6 IPS B selaku pengurus bagian

keamanan, wawancara dilakukan di masjid putra Pondok Pesantren Daar el-Qolam pada tanggal 22

November 2010, jam 17.00 WIB.

Page 68: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

53

Kedua responden lainnya yaitu Mulya Fatwa (MF) dan Fitri Al-Maghfirah (FA)

yang merupakan perwakilan dari salah satu dari a’dho (anggota) santri Pondok

Pesantren Daar el-Qolam, mempunyai pengalaman yang berbeda yang berkaitan

dengan disiplin waktu, dari hasil wawancara penulis dengan MF dia menyebutkan

bahwa dia selalu tepat waktu untuk mengambil jatah makan di pagi hari, dia

menyebutkan bahwa penyebabnya adalah karena uang jajan yang minim yang dia

terima per-bulan dari orangtuanya yang menyebabkannya jarang membeli makanan di

kantin, sebagaimana dalam pernyataannya sebagai berikut

“... karena kalau untuk makan biasanya saya tepat waktu karena hehe..,

maklum lah uang jajan saya minim saya tidak bisa jajan seperti teman teman

saya yang di kasih uang jajan yang banyak, oleh karena itu biasanya saya

selalu awal waktu untuk makan di dapur walaupun kadang kadang saya

kurang sreg sama lauknya yang seadanya.”6

Lain halnya dengan FA, dia menerangkan bahwa dia jarang mengambil jatah

makan pada pagi hari, disamping kadang dari lauknya yang dia tidak suka di dapur,

juga menurutnya kegiatan di pagi harinya yang membuatnya tidak sempat untuk

mengambil jatah makan dipagi hari. Menurutnya dia memang sering tidak makan

pagi karena dia tidak suka dengan lauk pada pagi hari, terlebih lagi pada hari sabtu

hari upacara bendera yang memakan waktu lama sampai para santri banyak yang

tidak bisa mengambil jatah makan pada waktunya. Pernyataannya adalah sebagai

berikut

“Iya pernah... malahan sering sekali karena tidak sempat makan kalau pagi-

pagi, dan biasanya seringnya itu pada hari sabtu, karena pada hari sabtu itu

kan upacara dan kita disuruh masuk itu lebih awal sekitar jam 7 kurang 15,

6 Wawancara dengan Mulya Fatwa, santriwan kelas 4 A, wawancara dilakukan di masjid putra

Pondok Pesantren Daar el-Qolam pada tanggal 22 November 2010, jam 16.00 WIB.

Page 69: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

54

dan kadang-kadang ustadnya juga lama bicaranya ketika upacara, yang lama

tuh biasanya ustad hamdan, ustad odi.”7

Persamaan dari kedua responden ini adalah sama-sama mengikuti salah satu

ekskul yang diadakan pondok, MF mengatakan bahwa dia mengikuti ekskul marawis

yang sudah menjadi hobinya sebelum masuk Pondok Pesantren, sedangkan FA

mengatakan bahwasanya dia mengikuti ekskul pramuka, dan mereka berdua

menerangkan kadang-kadang karena mengikuti ekskul tersebut mereka sering

terlambat untuk berangkat shalat berjamaah khususnya shalat maghrib, karena

biasanya untuk ekskul disediakan waktu setelah shalat ashar sampai jaros (bel) untuk

makan sore yaitu sekitar jam setengah 5. Berkaitan dengan disiplin waktu masuk

kelas FA menuturkan bahwasanya dia belum pernah sama sekali terlambat untuk

berangkat ke kelas. Karena menurutnya dia akan rugi jika dia terlambat masuk kelas,

pelajaran di Pondok Pesantren sangat banyak dibandingkan dengan pelajaran di

sekolah luar, oleh karena itu seorang santri biasanya akan terlambat untuk bisa

mengikuti pelajaran selanjutnya apabila ia tidak masuk pada pertemuan sebelumnya.

Banyak hal yang menjadi alasan terlambatnya santri ketika masuk kelas, MF

mengungkapkan pernyataan yang berbeda yaitu penyebab keterlambatannya masuk

kelas adalah karena biasanya santri ini tidur kembali setelah selesai shalat subuh dan

melaksanakan kegiatan setelah shalat subuh seperti belajar kitab kuning dan ilqoul

lughoh (penyampaian kosakata), ini terlihat dari hasil wawancaranya sebagai berikut

“Yang membuat saya terlambat itu karena biasanya saya setelah shalat subuh

tidur lagi sebentar di kamar hehe.., nah kadang kadang teman saya tidak

ngebangunin saya ya udah deh saya jadi terlambat, tega banget.”8

Santri ini juga mengungkapkan bahwasanya setiap dari pelanggaran pasti ada

hukumannya, dalam hal ini yaitu berhubungan dengan bagian pengajaran.

Hukumannya bagi yang pertama kali terlambat adalah piket, yaitu membersihkan

7 Wawancara dengan Fitri al-Maghfirah, santriwati kelas 4 B, wawancara dilakukan di saung

sekitar lingkungan Pondok Pesantren pada tanggal 21 November, jam 16.00 WIB. 8 Wawancara dengan Mulya Fatwa, santriwan kelas 4 A, wawancara dilakukan di masjid putra

Pondok Pesantren Daar el-Qolam pada tanggal 22 November 2010, jam 16.00 WIB.

Page 70: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

55

kelas di gedung sekitar lingkungan Pondok Pesantren dan ditugaskan untuk mencari

pelanggar disiplin yang lain kemudian menulisnya di kertas jasus.

b. Disiplin Belajar

Dalam hal disiplin belajar semua santri yang menjadi responden baik dari

perwakilan mudabbir (pengurus) maupun perwakilan a’dho (anggota) mempunyai

banyak pernyataan yang senada, dalam hal ini penulis mendahulukan penyajian data

kedua responden dari perwakilan pengurus, yaitu sebagai berikut:

Kedua reponden ini mempunyai persamaan yaitu kadang-kadang mengantuk di

kelas, mereka menyebutkan bahwa penyebab rasa kantuk yang meraka rasakan adalah

karena padatnya kegiatan yang ada di Pondok, dari bangun tidur sampai tidur kembali

ditambah tanggung jawab mereka sebagai pengurus yang harus mengatur

kedisiplininan santri dalam berbagai hal, dan kurangnya istirahat adalah penyebab

utamanya. Dalam hal ini mereka sependapat untuk membawa makanan ke kelas

walaupun mereka tahu dan mengerti disiplin kelas yang melarang mereka untuk

membawa makanan ke dalam kelas. Mereka menyebutkan bahwa makanan yang

mereka bawa ke kelas adalah sebagai solusi untuk menghilangkan rasa kantuk yang

kadang mereka rasakan dalam kelas. Bahkan CP menuturkan bahwasanya dia pernah

dihukum karena ketahuan sedang makan permen saat guru sedang menerangkan

pelajaran, dan CP diberi hukuman oleh guru yang bersangkutan yaitu untuk

membawa permen untuk diberikan kepada seluruh teman sekelasnya. Bahkan karena

seringnya dia mengantuk sampai-sampai dia dijuluki abu naum (tukang tidur) oleh

teman-temannya. Sebagaimana penuturannya dalam wawancara sebagai berikut

“Ngga boleh,,, tapi ada aja sih yang bawa makanan, seringnya sih bawa

permen kopi gitu, ya kalo engga kopiko ya palingan permen kiss..., ... Saya

pernah sekali ketahuan membawa permen kekelas trus saya disuruh bawa

permen buat satu kelas..., ... malah sering sekali saya ngantuk di kelas, sampai

Page 71: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

56

sampai saya punya julukan “abu naum”, teman-teman saya memanggil

begitu.”9

Selanjutnya CP mengaku walaupun sudah diberi hukuman seperti itu dia masih

tetap mengulangi perbuatannya yaitu membawa makanan ke kelas, karena

menurutnya itu adalah solusi untuk menghilangkan rasa kantuknya di kelas,

sebagaimana pernyataannya sebagai berikut

“Engga,,, besokannya saya masih bawa permen juga, soalnya bagaimana ya...

ya kalau tidak bawa permen nanti saya ngantuk di kelas.”10

Ketika waktu senggang saat pergantian pelajaran mereka berdua mengaku

menggunakannya sekedar untuk menghilangkan rasa kantuk yang mereka rasakan

saat pembelajaran, CP menerangkan bahwa biasanya dia pergi ke kamar mandi untuk

sekedar cuci muka untuk menghilangkan kantuknya, lain halnya dengan HQ yang

mengaku justru dia malah memilih untuk tidur sebentar untuk menghilangkan rasa

kantuk yang dia rasakan.

Dalam hal belajar berbahasa wajib, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris kedua

responden ini mengaku bahwa mereka pun tetap harus menaati disiplin bahasa

walaupun mereka sudah menjadi pengurus, terlebih lagi HQ yang merupakan

pengurus bagian bahasa, HQ menerangkan bahwasanya berat sekali untuk menjadi

bagian bahasa, karena bahasa merupakan taajul ma’had (mahkota pondok) yang

harus dijaga dengan baik dan sungguh-sungguh. Walaupun sudah menjadi pengurus

tapi tetap ada yang mengawasi disiplin bahasa kelas 6 yaitu Central Language

Improvement (CLI) yang merupakan pusat pengembangan bahasa di Pondok

Pesantren Daar el-Qolam. Walaupun pengurus bagian bahasa sebenarnya tidak akan

masuk persidangan bagian CLI, tetapi menurut HQ pernah ada bagian bahasa yang

masuk CLI terlebih lagi yang masuk adalah ketua bagian itu sendiri. Sebagaimana

pernyataan HQ dalam wawancara sebagai berikut

9 Wawancara dengan Mulya Fatwa, santriwan kelas 4 A, wawancara dilakukan di masjid putra

Pondok Pesantren Daar el-Qolam pada tanggal 22 November 2010, jam 16.00 WIB. 10

Wawancara dengan Mulya Fatwa, santriwan kelas 4 A, wawancara dilakukan di masjid putra

Pondok Pesantren Daar el-Qolam pada tanggal 22 November 2010, jam 16.00 WIB.

Page 72: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

57

“Kalau pengurus bagian bahasa tidak masuk bagian CLI, tapi pernah ada

kejadian pengurus bagian bahasa tepatnya yaitu ketua bagian bahasanya

sendiri, dipanggil ke CLI dikarenakan dia berbicara dengan batavia, tetapi

pada saat itu dia tidak berbicara di asrama melainkan dia berbicara ketika

sedang dijenguk oleh keluarganya bersama teman-temannya, yang namanya...

ngobrol sama teman kita diluar pondok pasti kita ngomong batavia kan,,,?!

mungkin disitu ada anggota yang mendengar lalu melaporkannya ke CLI

akhirnya si ketua ini di panggil ke CLI.”11

Lain halnya dengan CP yang mengaku bahwa dia pernah masuk CLI karena

sedikit berbahasa Indonesia, itu pun menurutnya, karena solidaritasnya kepada teman,

dia menerangkan bahwa ketika kelas 6 mendapatkan kertas jasus CLI maka teman-

teman kelas 6 yang lain harus bersedia untuk di tulis namanya di kertas jasus tersebut

jika dia belum pernah masuk persidangan CLI, ataupun baru sekali masuk

persidangan. Dalam kebanyakan disiplin di Pondok Pesantren Daar el-Qolam

menggunakan sistem jasus, yaitu menggunakan mata-mata untuk mencari pelanggar

disiplin, dan menuliskan nama si-pelanggar tersebut di kertas jasus untuk kemudian

diserahkan kepada pengurus terkait.

Wajib belajar malam yang dimulai ba’da shalat isya yaitu sekitar jam 17.30 WIB

sampai jam 10.00 WIB menurut salah satu responden yang merupakan bagian

keamanan ini justru tidak bisa dia gunakan dengan baik, karena tanggung jawab

seorang pengurus bagian keamanan adalah untuk selalu mengawasi disiplin santri

yang berhubungan dengan bagian keamanan dan membantu bagian pengajaran untuk

mendisipkan belajar malam santri.

Berkaitan dengan disiplin belajar anggota pun sebenarnya tidak jauh berbeda,

kedua responden ini menerangkan mereka sering mengantuk di kelas, penyebabnya

pun berbeda, MF mengatakan bahwa penyebab dari kantuknya adalah karena

11

Wawancara dengan Hikmah Qolbi, santriwati kelas 6 IPS A selaku pengurus bagian bahasa,

wawancara dilakukan di saung sekitar Pondok Pesantren pada tanggal 21 November 2010, jam 17.00

WIB

Page 73: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

58

padatnya kegiatan pondok yang membuatnya lelah ketika di kelas, dan juga karena

malamnya dia kurang tidur. Berbeda dengan MF, FA menerangkan bahwa

penyebabnya adalah metode ceramah yang dipakai guru dalam mengajar yang

membuatnya jenuh dan mengantuk. Bahkan FA mengatakan dia sering membawa

makanan ke dalam kelas, walaupun dia tahu dan mengerti disiplin kelas yang

melarangnya untuk tidak membawa makanan ke dalam kelas. Untuk menghilangkan

kantuknya kadang FA makan permen, atau cuci muka ke kamar mandi, bahkan

bercanda dengan temannya untuk mengisi waktu senggang saat pergantian pelajaran.

Dalam kaitannya dengan disiplin belajar berbahasa wajib yaitu bahasa Arab dan

bahasa Inggris, kedua responden ini mempunyai cerita yang menarik untuk diteliti.

Yang pertama adalah dari Mulya Fatwa, MF mengaku bahwa dia kesulitan untuk

berbahasa wajib karena dia kurang lancar untuk berbahasa wajib, bahkan dia

mengaku kadang-kadang dia tidak berbahasa wajib jika tidak ada pengurus, itu pun

jika teman yang dia ajak ngobrol adalah teman dekatnya yang bukan jasus, dia pun

menerangkan kadang-kadang ada juga teman dekatnya yang tetap saja menuliskan

namanya di kertas jasus. Santri ini mengaku tahun ini dia sudah tiga kali masuk

persidangan bagian bahasa, dan hukuman yang dia terima ketika masuk persidangan

bagian bahasa untuk yang ketiga kalinya adalah menulis vocabularies (kosakata)

sebanyak 60 dan dihafalkan kemudian dibuat di satu kalimat, ditambah lagi diberikan

tiga kertas jasus.

Masih berhubungan dengan pelanggaran disiplin bahasa, kedua responden ini

pun mengatakan sering melihat contoh tidak baik dari kakak kelas, MF mengatakan

dia sering melihat kakak kelas yang seenaknya berbahasa indonesia, begitu juga

dengan FA, santri ini menerangkan sebagai berikut

Page 74: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

59

“... berbicara tidak memakai bahasa wajib di depan anggota, kalau kita masih

jadi anggota kan kita pasti takut untuk tidak berbahasa tapi kalau meraka kan

sudah jadi kelas tinggi jadi merasa bebas gitu,,,.”12

Dia menerangkan bahwa kakak kelas yang dia kenal banyak yang mencontohkan

perlakuan buruk yang tidak layak mereka contohkan di depan anggota mereka,

selanjutnya FA menerangkan bahwa mungkin mereka berani untuk berbuat seperti itu

karena mereka sudah menjadi kelas yang tertinggi.

c. Disiplin Bertingkah Laku

Dalam penyajian datanya, disiplin bertingkah laku terbagi menjadi dua bagian

pembahasan, yaitu:

1) Hubungan dengan orang lain

Dalam hal yang berhubungan dengan disiplin tingkah laku sebagai seorang

pengurus CP dan HQ banyak dikenal oleh adik kelas, mereka menerangkan bahwa

mereka banyak dikenal oleh adik kelas karena mereka merupakan pengurus yang

menggerakkan disiplin yang berhadapan dengan adik kelas ataupun anggota setiap

hari. CP mengatakan, ada adik kelas yang akrab dengan dia, tapi tidak sedikit juga

adik kelas yang membenci dia, hal ini disebabkan karena CP adalah pengurus bagian

keamanan yang mengharuskannnya untuk selalu menjaga wibawa dan bersikap tegas

kepada anggota, khususnya kepada anggota yang melanggar, dia tidak pilih kasih

dalam memberikan hukuman. Lain halnya dengan HQ, dia menerangkan bahwa

banyak sekali adik kelas yang dekat dengan dia, khususnya adik kelas yang di JMQ,

banyak adik kelas yang sering datang kepada dia untuk menanyakan suatu pelajaran.

Hubungan kedua responden ini dengan sesama pengurus pun cukup baik, mereka

mengenal semua pengurus, CP mengatakan bahwa dia mengenal baik semua

pengurus putra tapi tidak mengenal keseluruhan dari pengurus putrinya, begitupun

sebaliknya dengan HQ, dia mengenal semua pengurus yang putri tapi tidak dengan

pengurus putra. Hubungan kedua responden ini dengan guru sama-sama kurang baik,

12

Wawancara dengan Fitri al-Maghfirah, santriwati kelas 4 B, wawancara dilakukan di saung

sekitar lingkungan Pondok Pesantren pada tanggal 21 November, jam 16.00 WIB.

Page 75: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

60

ini terlihat dari kedekatan mereka yang hanya kepada wali kelasnya saja, dan

memang sudah menjadi tanggung jawab seorang wali kelas untuk bisa menjadi bapak

bagi anak-anak kelasnya, dan kedua responden ini sama-sama tidak mengenal semua

guru-guru yang mengajar di Pondok Pesantren Daar el-Qolam, dari hasil pernyataan

wawancara mereka mengaku sama-sama hanya mengenal guru yang pernah mengajar

mereka saja.

Dalam hal yang berhubungan dengan disiplin tingkah laku responden yang

merupakan a’dho (anggota) MF dan FA mengatakan, mereka sering mengadakan

kegiatan belajar kelompok yang merupakan inisiatif dari mereka sendiri dan teman

teman, ini menunjukkan bahwasanya mereka mempunyai pergaulan yang positif

dengan teman-teman mereka, dan mereka pun mempunyai persamaan dalam

pernyataan mereka yang berkaitan dengan hubungan baik mereka dengan teman-

teman mereka, MF menerangkan bahwasanya dia hanya mengenal baik dengan

semua teman-temannya yang putra saja, begitupun sebaliknya dengan FA, dia

mengatakan bahwa dia hanya hafal dengan teman-temannya yang putri saja tapi tidak

mengenal semua teman-teman putra yang se-angkatan dengannya. Hubungan mereka

dengan pengurus pun bisa dikatakan cukup baik, ini terlihat dari pernyataan MF

mengatakan dia dekat sekali dengan salah satu pengurus bagian ibadah, dan FA pun

demikian, FA mengatakan dia dekat dengan salah satu pengurus, yaitu tepatnya

pengurus bagian bahasa, dia sering sekali menanyakan pelajaran yang dia anggap

sulit kepada pengurus tersebut, ini menunjukkan terbangunnya sebuah hubungan

yang positif diantara mereka antara anggota dengan pengurus. Sedangkan berkaitan

dengan hubungan mereka dengan adik kelas, mereka mempunyai pernyataan yang

berbeda satu sama lain. MF mengatakan dia banyak mengenal adik kelas karena

menurutnya dia adalah orang yang gampang bergaul dengan orang lain, lain halnya

dengan FA, dia menerangkan bahwa dia kurang bisa bergaul dengan adik kelas. Yang

menjadi persamaan dari kedua responden ini selanjutnya adalah sama-sama tidak

mengenal semua guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam, mereka mengatakan

apabila bertemu dengan guru, mereka hanya memberi salam kepada guru yang

Page 76: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

61

mereka kenal saja yaitu yang pernah mengajar di kelas mereka, tapi tidak kepada

guru yang tidak mereka kenal.

2) Pengendalian diri

Pengendalian diri disini merupakan satu elemen temuan baru yang ditemukan

penulis dari hasil pengolahan data melalui wawancara mendalam, observasi dan

telaah dokumen. Pengendalian diri adalah temuan baru yang dianggap perlu untuk di

teliti lebih lanjut yang merupakan bagian dari disiplin bertingkah laku, khususnya

dalam hal kaitannya dengan pembahasan penelitian ini yaitu efektifitas hukuman

terhadap kedisiplinan santri.

Pembahasan yang pertama adalah penyajian data hasil wawancara penulis

dengan pengurus, yaitu sebagai berikut:

Dalam hal pengendalian diri, banyak pernyataan dari CP yang berhubungan

dengan elemen ini, itu disebabkan karena memang CP adalah salah satu orang yang

menggerakkan disiplin keamanan, CP menerangkan bahwasanya masih banyak

kesulitan yang dia hadapi sebagai pengurus bagian keamanan, diantaranya adalah dia

masih menemukan santri yang banyak melanggar yang dia temukan diluar

persidangan, walaupun menurutnya pelanggaran yang dilakukan adalah pelanggaran

kecil, seperti makan dan minum berdiri atau tidur tidak pada waktunya. Bahkan CP

pernah membotak santri yang ketahuan sedang merokok di kamar mandi, menurut CP

itu adalah hukuman terberat yang akan diterima santri apabila merokok. Lebih dari itu

kabur dari pondok misalnya, atau mengintimidasi santri, maka santri tersebut akan

langsung diserahkan kepada bagian pengasuhan pusat (ri’ayah). Disamping itu tutur

CP, banyak dari teman-temannya yang tidak bisa mengendalikan diri yang melanggar

disiplin tetapi tidak pernah ketahuan oleh ri’ayah, karena menurut CP mereka sesama

kelas 6 tidak akan melaporkan temannya yang melanggar, santri ini tidak bisa

mengatakan apakah ini bentuk dari solidaritasnya kepada sesama teman atau bahkan

tindakan salah yang membiarkan pelanggaran terjadi. Banyak sekali teman yang

melanggar, bahkan menurut CP ada temannya yang sampai dikeluarkan dari pondok

karena ketahuan kabur dari pondok.

Page 77: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

62

Lain halnya dengan HQ, dalam elemen ini yaitu yang berkaitan dengan

pengendalian diri hanya sedikit pernyataan HQ yang berhubungan, diantaranya

adalah pernyataan HQ yang menerangkan bahwasanya HQ kadang-kadang pada jam

wajib belajar malam yaitu setelah shalat isya sampai jam 10 waktu setempat tidak

belajar, HQ malah lebih memilih untuk mengobrol dengan teman-temannya,

sebagaimana pernyataannya dalam wawancara sebagai berikut

“... karena setiap malam semua santri diwajibkan untuk keluar kamar sampai

jam 10, diwajibkan untuk keluar adalah untuk belajar. Tetapi kadang kadang

ya saya bukannya belajar malah ngobrol sama teman teman.”13

Pembahasan yang kedua adalah penyajian data hasil wawancara penulis dengan

santri Daar el-Qolam yang merupakan a’dho (anggota), yaitu sebagai berikut:

Disiplin keamanan Pondok Pesantren Daar el-Qolam yang lebih terkait dengan

pengendalian diri santri, dirasakan ketat sekali oleh santri yang masih menjadi

anggota, hal ini karena santri yang masih menjadi anggota pengawasan keamanannya

berasal dari dua pihak, yaitu pengurus bagian keamanan itu sendiri dan bagian

pengasuhan pusat (ri’ayah), dari wawancara penulis dengan responden yang terpilih

mereka menyatakan bahwa mereka pernah melanggar disiplin keamanan, seperti tidur

tidak pada waktunya ataupun makan dan minum dengan berdiri, padahal hal ini

dilarang untuk dilakukan di lingkungan Pondok Pesantren, tetapi mereka mengaku

tidak pernah melanggar pelanggaran yang berat, seperti merokok, berkelahi ataupun

kabur dari pondok. Dan mereka menerangkan bahwa sebenarnya mereka justru lebih

sering menemukan banyak contoh yang tidak baik dari kakak kelas yang tidak bisa

mengendalikan dirinya dengan baik dan secara tidak langsung telah mencontohkan

prilaku buruk kepada santri lain, FA mengatakan bahwa dia sering menemukan kakak

kelas yang makan dan minum dengan berdiri, bahkan dia menambahkan bahwa dia

13

Wawancara dengan Hikmah Qolbi, santriwati kelas 6 IPS A selaku pengurus bagian bahasa,

wawancara dilakukan di saung sekitar Pondok Pesantren pada tanggal 21 November 2010, jam 17.00

WIB.

Page 78: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

63

pernah menemukan kakak kelas yang berkata dengan teriak-teriak, lebih jelasnya FA

mengatakan

“... kadang ada yang berkata dengan teriak teriak, padahal kan tidak boleh,

suaranya wanita kan aurat jadi tidak layak bagi seorang wanita untuk bicara

dengan teriak-teriak.”14

Sama halnya dengan FA, MF pun mengatakan demikian, sebagaimana dalam

pernyataannya

“... ada juga salah satu kakak kelas yang merupakan salah satu pengurus juga

yang kalau memarahi santri yang melanggar dia berkata kasar, seperti anjing,

babi, ya gitu dah nama nama kebun binatang kayanya dia keluarin semua tuh.

Padahal kan harusnya kakak kelas mencontohkan yang baik kepada adik

kelasnya.”15

Dalam pernyataannya, salah satu responden yang masih merupakan anggota ini

merasa bahwa pengurus sudah berbuat dzolim kepada anggota, walaupun sebenarnya

dia sedang menjalani tanggung jawabnya untuk menggerakkan disiplin, tetapi kata-

kata yang dia keluarkan tidak layak bagi seorang santri. Dan juga MF sering

menemukan kakak kelas yang makan dan minum berdiri tanpa ada yang berani untuk

menegurnya, hal ini menurut MF tidak selayaknya untuk dilakukan oleh seorang

kakak kelas yang sudah besar dah lebih mengerti tentang disiplin.

C. Interpretasi Hasil Penelitian Tentang Efektifitas Hukuman Terhadap Kedisiplinan

Santri di Pondok Pesantren Daar el-Qolam

Pada penelitian ini diperoleh fakta bahwa efektifitas hukuman terhadap

kedisiplinan santri bervariasi diantara para santri, faktor kelas pun turut serta dalam

mempengaruhi efektifitas hukuman, faktanya adalah santri yang sudah kelas 6 justru

lebih banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran berat seperti berkelahi, kabur dan

merokok. Untuk lebih jelasnya fakta ini terlihat dari tabel Daftar Rekapitulasi

14

Wawancara dengan Fitri al-Maghfirah, santriwati kelas 4 B, wawancara dilakukan di saung

sekitar lingkungan Pondok Pesantren pada tanggal 21 November, jam 16.00 WIB. 15

Wawancara dengan Mulya Fatwa, santriwan kelas 4 A, wawancara dilakukan di masjid putra

Pondok Pesantren Daar el-Qolam pada tanggal 22 November 2010, jam 16.00 WIB.

Page 79: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

64

Pelanggaran Santri Putra tahun ajaran 2010-2011 yang ditunjukkan dalam lampiran.

Faktor kelas memang berperan besar dalam pelanggaran santri, karena seorang

pengurus mempunyai waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan anggota

yang berpotensi untuk melanggar suatu disiplin. Hal ini pun senada dengan penuturan

dari salah satu responden yang merupakan pengurus yang mengatakan bahwa disiplin

bagi seorang pengurus ataupun kelas tinggi pada umumnya kembali kepada dirinya

masing-masing lagi, karena banyaknya potensi untuk melakukan pelanggaran jadi

mereka harus mempunyai dhomir (hati kecil) yang baik untuk bisa menaati disiplin

walaupun tidak ada bagian ri’ayah yang melihat.

a. Efektifitas Disiplin Waktu

Dari pernyataan hasil wawancara mendalam kepada semua responden yang

berhubungan dengan disiplin waktu, semua responden mengatakan bahwa mereka

semua pernah terlambat berangkat ke kelas, hal yang menyebabkannya pun berbeda

dari semua responden, kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa yang

menyebabkan keterlambatan mereka adalah karena padatnya kegiatan pada pagi hari

setelah shalat subuh, para pengurus yang sibuk mengawasi disiplin anggota dan

anggota yang diwajibkan untuk selalu tepat waktu dalam segala hal khususnya untuk

berangkat ke kelas, hukuman yang diberikan dikelas oleh guru yang bersangkutan

cukup efektif dalam membuat santri jera untuk tidak melakukan kesalahan yang

sama, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh salah satu responden yang

merupakan salah satu pengurus yang mengatakan bahwa hukuman berupa jeweran

cukup memebuatnya jera untuk tidak akan terlambat lagi masuk kelas.

Berkaitan dengan disiplin waktu mandi, terlihat bahwa yang menjadi

permasalahan bagi santri adalah santri putra yang diharuskan untuk mandi di luar

kamar, berbeda dengan santri putri yang mempunyai kamar mandi di dalam

kamarnya. Hal ini menyebabkan banyaknya pelanggaran yang terjadi ketika mandi,

salah satunya adalah santri yang mandi lebih dari seorang dalam satu kamar mandi,

sebenarnya hal itu merupakan pelanggaran disiplin tetapi tetap saja masih banyak

santri yang melakukannya, bahkan mandi bersama sudah menjadi sebuah kebiasaan

Page 80: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

65

bagi sebagian santri. Dalam kaitannya dengan waktu makan santri, semua responden

mengatakan sering tidak sempat makan pagi karena padatnya kegiatan pada pagi hari,

kecuali salah satu responden yang mengatakan bahwasanya dia selalu tepat waktu

ketika akan mengambil jatah makan pada pagi hari karena dia tidak mempunyai uang

jajan yang lebih untuk membeli makanan ke kantin seperti kebanyakan santri lainnya.

Faktor lauk-pauk yang disediakan di dapur pun mempengaruhi keinginan santri untuk

makan di pagi hari bahkan santri lebih memilih untuk tidak makan karena lauknya

yang kurang enak menurut dia. Hari sabtu yang merupakan hari upacara pun menjadi

kendala bagi sebagian santri untuk bisa mengambil jatah makan pada waktunya,

penyebabnya adalah dipercepatnya waktu masuk kelas santri 15 menit lebih awal dari

sebelumnya. Hal yang berkaitan dengan waktu shalat berjamaah kebanyakan

responden tidak ada masalah dengan itu, hal ini menunjukkan bahwa disiplin shalat

berjamaah santri sudah relatif bagus, dan menurut salah satu responden bahwa

biasanya semua santri tepat datang ke masjid pada waktunya untuk melaksanakan

shalat berjamaah walaupun kadang masih banyak yang masbuq, dan yang

mendapatkan hukuman adalah santri yang telat untuk datang ke masjid, bukan yang

masbuq, penyebabnya adalah karena wudhunya yang mengantri, untuk itulah

pengurus bagian ibadah selalu mengawasi saat santri sedang berwudhu, dan akan

menghitung santri yang sedang wudhu jika shalat akan segera dimulai. Hukuman

yang diberikan kepada santri yang masih berwudhu setelah diberi hitungan oleh

pengurus adalah di pukul tangannya, dan hukuman tersebut efektif dalam

mendisiplinkan santri untuk bersegera dalam berwudhu.

Semua responden yang merupakan santri mengaku mengikuti salah satu

ekstrakurikurer di pondok dan ternyata ada ekskul yang kadang membuat santri

menjadi melanggar salah satu disiplin yang lain, untuk shalat maghrib berjamaah

misalnya, keterlambatan yang disebabkan oleh ekskul untuk shalat maghrib

berjamaah karena biasanya waktu latian ekskul adalah setelah shalat ashar sampai

jaros makan sore, dan terkadang santri melebihi waktu yang sudah ditentukan untuk

ekskul. Hal tersebut tersebut memakan waktu yang lama lebih daripada waktu yang

Page 81: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

66

sudah ditentukan. Akibatnya santri telat untuk mandi dan makan sore, terlebih lagi

untuk berangkat shalat maghrib berjamaah. Lebih lanjut lagi salah satu responden

yang merupakan ketua 1 bagian ri’ayah putra yaitu H. Soleh Umar Harahap, S.Ag.

mengatakan bahwasanya faktor yang paling berpengaruh dalam mendisiplinkan

waktu santri adalah yang berwenang dalam menegakkan disiplin tersebut, dalam hal

ini yaitu pengurus yang bersangkutan, beliau mengatakan

“...faktor yang paling berpengaruh adalah yang berwenang dalam menegakkan

disiplin tersebut, penegak disiplin mempunyai tanggung jawab besar terhadap

bagian yang dia pegang, dan juga mempunyai wewenang terhadap punishment

apa yang diberikan kepada santri yang melanggar dan reward apa yang akan

diberikan kepada santri yang taat disiplin.”16

Hal ini juga terlihat dari kebijakan dewan guru yang mempercayakan pengurus

yang terkait untuk merumuskan sendiri hukuman apa yang akan mereka berikan

kepada santri yang melanggar disiplin, dan mengkonsultasikannya dahulu kepada

bagian pusat sebelum akhirnya diterapkan. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada

pengurus yang memberikan hukuman non-prosuderal kepada pelanggar disiplin.

b. Efektifitas Disiplin Belajar

Berkaitan dengan disiplin belajar semua responden mengatakan bahwasanya

mereka pernah mengantuk di kelas saat pembelajaran sedang berlangsung,

penyebabnya adalah karena padatnya kegiatan di pondok mulai dari bangun tidur

sampai tidur kembali. Terlebih lagi karena metode pembelajaran yang dipakai oleh

guru yang mengajar yang kurang bervariatif yang hanya memakai metode ceramah

kadang membuat siswa jenuh dan mengantuk di kelas. Dan mereka semua mengaku

pernah membawa makanan ke dalam kelas, gunanya adalah agar ketika mereka

mengantuk mereka bisa menghilangkan kantuknya dengan makan, tetapi justru

mereka akan dihukum apabila ketahuan makan saat belajar, sampai-sampai salah satu

16

Wawancara dengan H. Soleh Umar Harahap, S.Ag., wawancara dilakukan di kediaman beliau

pada tanggal 23 November 2010, pukul 16.30.

Page 82: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

67

responden mengatakan bahwa dia pernah di hukum membawa permen untuk se-kelas

karena ketahuan makan permen saat pembelajaran, tetapi hukuman itu tidak

membuatnya jera dan dia masih saja membawa permen setelah itu. Saat senggang

ketika pergantian pelajaran pun para responden mengatakan bahwasanya mereka

mengisinya yaitu dengan bercanda dengan teman, mengobrol untuk sekedar

menghilangkan kantuk, cuci muka ke kamar mandi bahkan ada yang malah justru

tidur sebentar untuk menghilangkan kantuknya.

Dalam hal belajar berbahasa wajib yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris semua

responden mengatakan pernah masuk pesidangan bahasa karena melanggar, dan

semua mengatakan bahwasanya hukuman yang diberikan dalam persidangan cukup

efektif dalam membuat mereka berdisiplin bahasa. Di Pondok Pesantren Daar el-

Qolam bahasa Arab dan bahasa Inggris merupakan salah satu keunggulan dari

Pondok ini, bahkan sampai saat ini kemampuan berbahasa santri Daar el-Qolam bisa

diacungkan jempol karena sering memenangkan lomba-lomba yang berhubungan

dengan bahasa, seperti lomba pidato bahasa Arab misalnya, debating dengan bahasa

Inggris, dsb. Bahasa Arab dan bahasa Inggris merupakan mahkota Pondok yang harus

dijaga oleh setiap individu dari santri Daar el-Qolam. Salah satu responden

mengatakan bahwa setelah dia menjadi pengurus bagian bahasa dia sudah tidak lagi

masuk bagian bahasa pusat (CLI), hal ini sebenarnya menjadikan suatu perasaan iri

dari teman-temannya yang lain selain pengurus bagian bahasa yang terkesan

diistimewakan oleh CLI, tetapi pengurus bagian bahasa pun akan tetap masuk

persidangan bagian bahasa pusat apabila berbahasa dengan batavia, sebagaimana

kasus yang pernah terjadi, yaitu salah satu pengurus bagian bahasa tepatnya ketua

bagian bahasa yang masuk persidangan bagian bahasa pusat (CLI) karena di laporkan

oleh salah satu santri yang melihatnya berbicara batavia (gue, loe), ini merupakan

bentuk perlawanan santri terhadap pengurus yang menggerakkan disiplin tapi justru

mereka sendiri tidak menjalankannya.

Semua responden yang merupakan santri mengatakan bahwa jam wajib belajar

pada malam hari yaitu setelah shalat isya sampai jam 10 malam, responden yang

Page 83: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

68

merupakan salah satu pengurus bagian keamanan mengatakan bahwasanya dia

mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi disiplin belajar santri bekerjasama

dengan bagian pengajaran, yaitu mendisiplin waktu tidur santri pada jam 10 malam

setelah belajar wajib malam hari. Semua responden mengaku selalu mengikuti

muwajahah pada malam hari, muwajahah adalah belajar malam yang di adakan oleh

wali kelas untuk menunjang pembejalaran santri dalam kelas yang membahas tentang

pelajaran-pelajaran yang dianggap sulit oleh santri. Sebagian dari responden

menerangkan bahwa mereka mengikuti muwajahah karena karena sebentar lagi akan

menghadapi ujian yang memerlukan banyak persiapan pembelajaran, maka mereka

harus giat belajar, sedangkan sebagian yang lain mengatakan bahwasanya mereka

mengikuti muwajahah karena takut dihukum, karena akan ada sanksi bagi siapa saja

yang tidak mengikuti muwajahah, hal ini menunjukkan bahwa hukuman yang

diberikan bagi siapa yang tidak mengikuti muwajahah pada malam hari cukup efektif

dalam mendisiplinkan santri untuk belajar. Walaupun pada awalnya santri merasa

terpaksa untuk melakukannya. Kebijakan ri’ayah pun ikut andil dalam

mendisiplinkan belajar santri, karena akan ada hukuman yang tegas bagi santri yang

tidak mau belajar pada malam hari, lebih jelasnya H. Soleh Umar Harahap, S.Ag.

menuturkan

“...dan memberikan teguran yang tegas kepada mereka yang mangkir belajar,

kita ingin menciptakan suasana di kota santri yang giat belajar,....”17

Bahkan lebih lanjut lagi beliau menerangkan bahwa walaupun dia adalah kelas 6

yang merupakan pengurus bagian, tetap akan diberi hukuman yang setimpal dengan

perbuatannya, untuk dijadikan pelajaran bagi santri lain, khususnya kepada pengurus

bagian yang lain untuk tidak menganggap remeh disiplin walaupun sudah menjadi

pengurus.

17

Wawancara dengan H. Soleh Umar Harahap, S.Ag., wawancara dilakukan di kediaman beliau

pada tanggal 23 November 2010, pukul 16.30.

Page 84: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

69

c. Efektifitas Disiplin Bertingkah Laku

Sebagaimana telah diterangkan di atas dalam penyajian data, dalam interpretasi

datanya pun penulis membagi disiplin bertingkah laku menjadi dua bagian bahasan,

yaitu hubungan dengan orang lain yang merupakan indikator dasar dari disiplin

bertingkah laku, dan pengendalian diri yang merupakan temuan baru dari hasil

pengolahan data. Interpretasi datanya adalah sebagai berikut:

1) Hubungan dengan orang lain

Berdasarkan dari hasil wawancara mendalam dengan para responden yang

merupakan santri diketahui bahwasanya semuanya bergaul baik dengan teman

seangkatan mereka, banyak dari teman-teman yang mempunyai tabi’at yang kurang

baik dengan terus-terusan melanggar berbagai macam disiplin walaupun hukuman

sudah mereka dapatkan. Tetapi ada pula hubungan positif yang terjalin diantara

teman, seperti yang dipaparkan responden yang menyatakan bahwa mereka sering

mengadakan belajar kelompok bersama dengan teman-teman seangkatan. Mereka pun

berhubungan baik dengan pengurus, hal ini ditunjukkan dari kedekatan mereka

dengan salah satu pengurus bagian. MF mengatakan bahwa dia dekat dengan

pengurus bagian ibadah, sedangkan FA mengatakan dia dekat dengan pengurus

bagian bahasa. Kedekatan mereka membawa kepada hal yang positif yang

ditunjukkan dengan kebersamaan mereka dalam belajar dan berangkat shalat

berjamaah. Lain halnya dengan MF dan FA, CP dan HQ yang merupakan pengurus

bagian mengatakan bahwasanya banyak adik kelas yang dekat dengan mereka tetapi

banyak juga yang membenci, khususnya CP, sebagaimana yang telah diterangkan

oleh CP bahwasanya bagian keamanan merupakan bagian yang banyak dibenci oleh

para anggota, ini disebabkan tanggung jawab seorang pengurus bagian keamanan

yang mengharuskan bersikap tegas dan adil dalam menghukum santri.

Terkait hubungan santri dengan guru, santri terlihat kurang bisa bergaul dengan

guru-guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam, ini terlihat pernyataan santri yang

mengaku hanya mengenal guru-guru yang pernah mengajar mereka saja. Mereka

hanya dekat dengan wali kelas mereka masing-masing, hal ini merupakan suatu

Page 85: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

70

kekurangan dalam berdisiplin tingkah laku, karena sudah seharusnya seorang murid

untuk mengenal gurunya walaupun guru yang belum pernah mengajar sama sekali.

Pancajiwa pondok dan motto pondok menjadi sorotan penulis dalam kaitannya

dengan disiplin bertingkah laku, ukhuwah islamiyah khususnya, semua santri

diharapkan bisa mengaplikasikan jiwa ukhuwah islamiyah dalam kehidupan sehari-

harinya, yaitu jiwa persaudaraan atas nama Islam yang mengedepankan nilai-nilai

moral yang baik, saling tolong menolong dalam kebaikan, mengajak kepada yang

ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar. Dalam hal ini H. Soleh Umar Harahap,

S.Ag selaku ketua 1 bagian pangasuhan putra menyatakan sebagai berikut

“... yang paling penting adalah ukhuwah islamiyah yaitu mengajarkan santri

untuk selalu menjaga hubungan baiknya dengan sesama teman, dengan kakak

kelas dan juga dengan guru-gurunya pada khususnya... yaitu didalam

lingkungan pondok, dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat di tempat

mereka tinggal.”18

Ukhuwah islamiyah adalah salah satu Pancajiwa Pondok Pesantren Daar el-

Qolam. Pancajiwa adalah lima prinsip dasar yang harus tertanam dalam jiwa siapapun

yang menjadi penghuni pondok, entah itu kiyai, guru ataupun santri. Maksud dari

ukhuwah islamiyah adalah menjalin hubungan sesama manusia yang berasaskan

kepada prinsip dari ajaran Islam yang damai dan toleran. Ukhuwah dalam Islam

adalah nilai persaudaran dengan semangat tolong menolong yang tidak melihat batas-

batas tertentu, seperti golongan, etnik bahkan agama atau keyakinan orang lain. Islam

menyuruh umatnya untuk menghormati siapapun, bekerjasama dan bergaul tanpa

memandang status sosial bahkan keyakinannya. Sudah sewajarnya ukhuwah

islamiyah menjadi sorotan bagi beliau, karena hubungan seseorang dengan orang lain

bisa mempengaruhi akhlak orang tersebut, oleh karena itu seorang santri harus

memilih dalam bergaul.

18

Wawancara dengan H. Soleh Umar Harahap, S.Ag., wawancara dilakukan di kediaman beliau

pada tanggal 23 November 2010, pukul 16.30.

Page 86: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

71

2) Pengendalian diri

Dari elemen baru yang ditemukan oleh penulis hasil pengolahan data wawancara

dan observasi adalah pengendalian diri, elemen ini merupakan bagian dari elemen

disiplin bertingkah laku, ini ditambahkan karena pada kenyataannya banyak dari

pernyataan santri dan tingkah lakunya yang berhubungan dengan elemen ini.

Interpretasi hasil datanya adalah sebgaai berikut:

Para responden yang merupakan anggota mengatakan bahwa mereka sering

melihat kakak kelas yang tidak bisa mengendalikan dirinya dengan baik, seperti

makan dan minum berdiri, kemudian ditambahkan juga bahwa kadang ada kakak

kelas yang berbicara dengan teriak-teriak, yang seharusnya tidak layak untuk

dilakukan oleh kakak kelas yang seharusnya mencontohkan yang baik kepada adik

kelasnya. Bahkan terkadang ada pengurus yang memarahi santri dengan kata-kata

kotor yang tidak seharusnya keluar dari mulut seorang santri, apalagi hal tersebut

bertentangan dengan teori pendidikan. Dan pada faktanya, hukuman yang diberikan

oleh pengurus yang nakal yang memberikan hukuman non-prosuderal pun menjadi

salah satu kasus yang ditemui penulis saat wawancara dan telaah dokumen, salah satu

santri kelas 6 yang merupakan pengurus bagian dibotak karena ketahuan memberikan

hukuman di luar dari kebijakan Pondok Pesantren. Hal ini tidak seharusnya

dilakukan, karena akan menimbulkan perasaan benci anggota kepada pengurus,

walaupun memang terbukti hukuman seperti itu akan sangat efektif dalam membuat

santri jera.

Salah satu responden yang merupakan bagian keamanan pun menuturkan bahwa

banyak kesulitan yang dia hadapi selaku bagian keamanan, diantaranya adalah santri

yang tetap saja melanggar walaupun setelah diberi hukuman, tetapi biasanya hanya

sekedar pelanggaran kecil seperti makan ataupun minum dengan berdiri dan tidur

tidak pada waktunya. Dan santri akan jera untuk tidak melakukan pelanggaran berat

lagi apabila telah dihukum, seperti yang dikatakannya bahwa dia pernah menjundi

santri yang ketahuan onani, dan membotak santri yang ketahuan merokok. Hal ini

terbukti tidak hanya efektif dalam mendisiplinkan si pelanggar disiplin, tetapi juga

Page 87: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

72

efektif untuk teman-temannya yang melihatnya telah dihukum untuk tidak mengikuti

perbuatannya. Sedangkan jika pelanggarannya sangat berat seperti berkelahi dan

keluar dari pondok tanpa izin (kabur) maka santri tersebut langsung diserahkan

kepada ri’ayah untuk selanjutnya diberikan hukuman berat, yaitu dikeluarkan dari

Pondok Pesantren, karena pengurus bagian dari santri kelas enam tidak mempunyai

hak untuk memberikan hukuman seperti itu. Dari tabel rekapitulasi pelanggaran santri

menunjukkan bahwa santri yang melakukan pelanggaran berat dan mendapatkan

hukuman sampai dikeluarkan dari pondok merupakan santri kelas tinggi yaitu kelas

lima dan enam. Hukuman yang diberikan kepada santri yang melanggar pada

dasarnya merupakan suatu pendidikan yang harusnya menjadi pelajaran bukan hanya

bagi pelanggar disiplin tapi juga santri yang belum melanggar agar mengurungkan

niatnya untuk melanggar.

Hukuman yang diberikan kepada pelanggar disiplin sudah sewajarnya diterima,

karena konsekuensi dari ketaatan adalah hadiah dan pelanggaran adalah hukuman,

sedangkan tujuan dari hukuman itu sendiri merupakan penunjang untuk berjalannya

sistem di suatu lembaga pendidikan, sebagaimana ketua 1 bagian ri’ayah putra

menerangkan

“Tujuannya adalah menjaga disiplin agar tetap bisa berjalan dengan baik,

karena sudah sewajarnya di suatu lembaga pendidikan ada disiplin, sedangkan

disiplin tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya hukuman bagi yang

melanggar disiplin itu sendiri.”19

Disamping itu, hukuman yang diberikan juga harus bertahap dan klasikal. Yang

berarti bahwa hukuman harus disesuaikan dengan seberapa berat tingkat pelanggaran

yang dilakukan, dan berasal dari kelas berapa orang yang melakukan pelanggaran

tersebut.

19

Wawancara dengan H. Soleh Umar Harahap, S.Ag., wawancara dilakukan di kediaman beliau

pada tanggal 23 November 2010, pukul 16.30.

Page 88: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

73

Tabel 3

Hasil Penelitian Tentang Efektifitas Hukuman Terhadap Kedisiplinan Santri di

Pondok Pesantren Daar el-Qolam

NO. NAMA SANTRI PELANGGARAN HUKUMAN PRILAKU SANTRI

PASCA HUKUMAN

1. Caesar Pamungkas

Berbicara dengan bahasa

indonesia

Menghafal

vocabularies Jera

Terlambat masuk kelas Di jewer Jera

Mengantuk di kelas Di kagetkan

sampai bangun Tidak jera

Membawa makanan ke kelas

Membawa

permen untuk

dibagikan

sekelas

Tidak jera

2. Hikmah Qolbi

Tidur larut malam Ditegur Tidak jera

Terlambat shalat berjamaah Dijewer Jera

Terlambat masuk kelas Dijewer Jera

Mengantuk di kelas Dibangunkan Tidak jera

Membawa makanan ke kelas Ditegur Tidak jera

3. Mulya Fatwa

Terlambat datang ke masjid

Dijewer/jalan

jongkok sampai

tempat wudhu

Jera

Melanggar disiplin bahasa

Menulis

vocabularies

sebanyak 60 dan

dihafalkan

kemudian dibuat

di satu kalimat

Jera

Tidur setelah shalat subuh Ditegur Tidak jera

Tidur di atas jam 10

Dijemur pada

jam istirahat

kedua

Jera

Page 89: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

74

Mengantuk di kelas Ditegur Tidak jera

Membawa makanan ke kelas

Berdiri di depan

kelas dan

membawa

permen untuk

semua teman

satu kelas

Tidak jera

4. Fitri Al-Maghfirah

Terlambat shalat berjamaah Dipukul

tangannya Jera

Mengantuk di kelas Ditegur Tidak jera

Membawa makanan ke kelas

Membawa

makanan untuk

dibagikan

kepada semua

teman satu

kelas/berdiri di

depan kelas

Tidak jera

Satu kali Melanggar disiplin

bahasa

Menulis 200

vocabularies

tanpa

menghafalnya

Jera

Sumber: Hasil wawancara (diolah)

Page 90: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan telaah atas pemasalahan penelitian ini melalui

pembahasan-pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat dirumuskan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Disiplin di Pondok Pesantren Daar el-Qolam dirumuskan sedemikian rupa

agar santri terbiasa berdisiplin dalam kehidupan sehari-harinya.

Berdisiplin dalam hubungannya dengan orang lain, yaitu: dalam keluarga,

masyarakat dan negara. Dan terlebih lagi yaitu berdisiplin diri dalam

berhubungan dengan Tuhannya. Untuk menjadi insan kamil yang mampu

menyelaraskan antara hablun min Allah dan hablun min an-nas.

2. Pemberian hukuman kepada santri yang melanggar disiplin di Pondok

Pesantren Daar el-Qolam mengedepankan kepada unsur edukatif tanpa

kekerasan fisik, hukuman yang diberikan bertahap dan jenis hukumannya

pun berbeda tergantung dari tingkat pelanggarannya dan santri yang

melanggarnya. Tetapi masih ada segelintir orang yang masih memberikan

Page 91: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

76

hukuman yang menyakiti fisik dan di luar dari kebijakan dalam

memberikan hukuman. Adapun segelintir orang yang memberikan

hukuman dengan kekerasan fisik atau hukuman yang non-prosuderal

hanyalah oknum yang tidak bertanggung jawab yang tidak

mengaplikasikan teori pendidikan dalam pemberian hukuman. Hukuman

yang diberikan kepada pelanggar disiplin diharapkan agar santri merasa

jera untuk tidak mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya.

3. Balasan dari ketaatan adalah hadiah dan pujian, begitupun sebaliknya

yaitu konsekuensi dari pelanggaran adalah hukuman. Hukuman yang

diberikan kepada pelanggar disiplin di Pondok Pesantren Daar el -Qolam

terbukti efektif dalam mendisiplinkan santri agar tidak mengulangi

kesalahannya untuk yang kedua kalinya. Lebih lanjut lagi hukuman

tersebut dirasakan pula efeknya pada santri yang akan melakukan

pelanggaran agar mengurungkan niatnya untuk melakukan pelanggaran

disiplin.

B. Saran

1. Untuk dewan guru yang termasuk ke dalam penggerak disiplin pusat dari

semua bagian, agar meninjau ulang kebijakan-kebijakan yang telah

diberlakukan kepada santri untuk ditingkatkan kembali. Dengan cara

menjaga kebijakan-kebijakan lama yang masih terbukti efektif dalam

mendisiplinkan santri dan merumuskan kebijakan-kebijakan baru yang

lebih efektif dalam mendisiplinkan santri Pondok Pesantren Daar el-

Qolam.

2. Untuk santri yang merupakan pengurus bagian (mudabbir/mudabbirah)

Pondok Pesantren Daar el-Qolam, agar selalu sabar dalam mengurusi dan

menggerakkan disiplin santri yang masih menjadi anggota untuk tidak

memberikan hukuman di luar dari kebijakan Pondok Pesantren, karena

pemberian hukuman non-prosuderal yang mengarah kepada kekerasan

Page 92: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

77

fisik akan menimbulkan perasaan benci dan keterpaksaan dalam

menjalankan disiplin.

3. Untuk semua santri Pondok Pesantren Daar el-Qolam baik itu pengurus

maupun anggota, agar senantiasa ikhlas dalam menjalankan disiplin yang

diberlakukan di Pondok Pesantren, karena setiap disiplin yang

diberlakukan oleh Pondok pasti ada manfaatnya untuk diri sendiri yang

akan dirasakan nanti setelah menjadi alumni, yaitu akan bisa berdisiplin

dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak ada yang mengawasi. Dan

juga setiap santri agar memahami bahwa di setiap lembaga pendidikan

pasti terdapat disiplin yang menjadi rambu-rambu dalam menciptakan

suatu sistem pendidikan yang tertata rapi.

4. Penulis berharap, sekecil dan sesederhana apapun kajian ini dapat

bermanfaat bagi para pemerhati dan praktisi pendidikan, khususnya

pendidikan Islam di negeri ini.

Page 93: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

78

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, Cet. Ke-1.

Amatembun, Management Kelas, Bandung, IKIP, 1981, Cet ke-1.

Daien Indrakusuma, Amir, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha

Nasional, 1973.

Durkheim, Emile, Pendidikan Moral, Suatu Teori Dan Aplikasi Sosiologi

Pendidikan, Penerbit: Erlangga, 1990.

Fananie, Zainuddin, Pedoman pendidikan Modern, Jakarta, Fananie Center, 2010,

Cet. ke-1.

Gordon, Thomas, Mengajar Anak Berdisiplin Diri, di rumah dan di Sekolah,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Hmalik, Oemar, Mengajar, Azas, Metodik, Bandung, Pustaka Mardiana, 1981, Cet

ke-2.

Jalaluddin as-Suyuthi, Abdur Rahman ibn al-Kamal, Dâr al-Mansyûr fî at-Tafsîr

al-Ma’tsûr, juz III, Beirut: Darul Fikr.

Langeveld, M. J., diterjemahkan oleh I. P. Simanjuntak, Beknopte Theoritische

Paedagogiek, Jakarta: Aksara baru, 1984.

Langgulung, Hasan, Manusia dan pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Al Husna,

1989, Cet ke-I.

M. Athiyah, Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan

Bintang, 1990, Cet. Ke-6.

Noer Aly, Hery, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Logos, 1999.

Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1985.

Purbawakaca, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1997.

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1995, ed. Ke-2, Cet ke-8.

Rosyad, Soleh, Kiprah Kiyai Entrepreneur, Banten: LPPM La-Tansa Mashiro,

2005.

Page 94: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

79

Shadili, Hasan, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, t. Th.

Soedijarto, Pendidikan Sebagai Sarana Reformasi Mental Dalam Upaya

Pembangunan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka 1999.

Sujanto, Agus, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Aksara Baru, 1984.

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta, Aksara Baru, 1982, Cet ke-1.

Thaha, Nasharuddin, Tokoh-tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya, Jakarta:

Mutiara, 1997.

The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi,

1985, Cet ke-5.

Tim Depag, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1992,

ed. Revisi.

Yuwono, G. B, Pedoman Umum Ejaan Indonesia, yang telah disempurnakan.

Surabaya: Indah, 1987, cet, ke-1.

Zaenuddin et. All. Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi

Aksara, 1991, Cet ke-1.

Zaenuddin et. All. Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi

Aksara, 1991, Cet ke-1.

Zuhaili, Dr. Wahbah, Tafsir al-Munîr, juz V.

Zuhri, H. Moh., dkk. Terjemahan sunan At-Tirmidzi, Semarang: CV. As Syifah,

1992, Cet ke-1, jilid 1.

Page 95: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

MOTTO

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).

Kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling

sempurna.” (Q.S. Al-Najm/53: 39-41)

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya

kamu berharap.” (Q.S. Alam Nasyrah/94: 7-8)

”Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah

meninggalkan sesuatu yang tidak berguna bagi dirinya”. (Al-Hadits)

”Kemajuan yang kau dapatkan tidaklah terukur dengan keberhasilanmu

memperbaiki segala apa yang telah terjadi, melainkan bagaimana kau merengkuh

segala apa yang akan terjadi di masa depan........” (Kahlil Gibran)

Page 96: EFEKTIFITAS HUKUMAN TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI DI PONDOK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1439/1/100887... · SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAAR EL-QOLAM. Oleh

PERSEMBAHAN

Dengan tidak mengurangi rasa syukurku kepada Allah SWT, Tuhan sumber

segala ”muara” esensi.

Kupersembahkan totalitas usaha, karya, dan buah pikiran, Skripsi ini untuk:

Almarhum ayahanda tercinta,

wahai ayah.. kenangan indah bersamamu membuatku semangat untuk

menghadapi kerasnya hidup, akan kuteruskan perjuanganmu menjadi bapak untuk

adik-adikku.

Ibuku tercinta,

yang banyak menitikkan air mata dan memeras keringat untuk keluarga, yang

selalu memberikan kasih sayang, semangat, pengertian dan do’a yang tak

terputus-putus untuk keberhasilanku.

Kakakku tersayang,

yang selama ini menjadi bapak bagi adik-adiknya untuk meneruskan perjuangan

yang dititipkan ayah, dan selalu mengorbankan kepentingannya untuk keluarga,

aku bangga punya kakak sepertimu.

Adik-adikku tersayang,

yang selalu mengalah dan “dikorbankan” untuk mendahulukan cita-cita ayah yang

dititipkan kepadaku.

Ivana Megawati,

yang selalu menemani dan membantu dalam penyusunan skripsi ini dengan tawa

dan air mata, I love you so much...