143
EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L. TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan Oleh: Lukas Surya Wijaya NIM : 108114128 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L.

TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan Oleh:

Lukas Surya Wijaya

NIM : 108114128

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

i

EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L.

TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan Oleh:

Lukas Surya Wijaya

NIM : 108114128

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

iv

PERSEMBAHAN

“i know that i am intelligent, because i know

that i know nothing”

Socrates

“The root of education is bitter, but the fruit is sweet”

Aristoteles

Kupersembahkan skripsi ini untuk……

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjaga dan memberiku kekuatan, berkat dan

jalan keluar dari segala persoalan,

Papa Mamaku, dan keluarga besarku,

Sahabat-sahabat dan teman-temanku tersayang,

Almamaterku tercinta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Efek Antihepatotoksik Infusa Herba Mimosa pigra L. Terhadap Tikus Putih

Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida” ini dengan baik. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu

penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ipang Djunarko M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing skripsi ini

atas segala kesabaran untuk selalu membimbing, memberi motivasi, dan

memberi masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. Ibu Phebe Hendra, Ph.D., Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan

dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji skripsi atas

bantuan dan masukkan, kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

5. Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt., sebagai Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi terdahulu dan Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku

Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi saat ini yang telah memberi izin

dalam penggunaan fasilitas laboratorium Farmakologi-Toksikologi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

viii

Farmakognosi-Fitokimia dan Kimia Analisis demi terselesaikannya skripsi

ini.

6. Pak Supardjiman selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi,

Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika,

Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia, dan Pak Wagiran

selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, serta Pak Andri

selaku laboran di kebun obat, atas segala bantuan dan kerja sama selama di

laboratorium.

7. Kedua orang tua penulis yang mendanai sebagian besar penelitian untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Cornelia Melinda dan Kelvin Nugroho sebagai rekan tim Mimosa pigra

dalam menjalankan penelitian yang dengan rela membantu kegiatan

penelitian penulis.

9. Teman-teman penulis, Brigitta Lynda Rakasiwi, Juana Merianti, Maria

Malida Vernandes Sasadara, Hans Gani, Angelia Rosari, Trifonia Rosa

Kurniasih, Ibu Maria Dwibudi Djumpowati, S.Si., Bapak Yohanes

Dwiatmaka, M.Si., Mbak M.R. Biri Koni Tiala, S.Farm., dan Mas Ignatius

Kuncarli, S.Farm., teman-teman FKK B, dan teman-teman Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma 2010 yang selalu memberikan

dukungan dan masukan terhadap baik penelitian maupun penyusunan

skripsi kepada penulis.

10. Pihak-Pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat

disebutkan satu persatu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

ix

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan demi

kemajuan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat memiliki manfaat

sekecil apapun bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kefarmasian, serta semua pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, maupun

masyarakat.

Yogyakarta, 16 Oktober 2013

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

.....................................................................................................................

..................................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi

PRAKATA .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

INTISARI .................................................................................................... xix

ABSTRACT ................................................................................................ xx

BAB I. PENGANTAR ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

1. Perumusan masalah .................................................................... 4

2. Keaslian penelitian ..................................................................... 4

3. Manfaat penelitian ...................................................................... 5

B. Tujuan penelitian .......................................................................... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xi

1. Tujuan umum ......................................................................... 5

2. Tujuan khusus ........................................................................ 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................... 6

A. Tanaman Mimosa pigra L. (Putri Malu) ....................................... 6

1. Deskripsi tanaman ..................................................................... 6

2. Klasifikasi..... ............................................................................ 7

3. Nama lain... ............................................................................... 7

4. Nama daerah ............................................................................. 7

5. Kandungan Kimia ..................................................................... 7

6. Kegunaan .................................................................................. 9

B. Hati ................................................................................................ 10

1. Anatomi dan fisiologi hati ........................................................ 10

2. Kerusakan hati .......................................................................... 16

3. Perlemakan hati ......................................................................... 19

C. Hepatotoksin ................................................................................. 20

D. Karbon Tetraklorida ...................................................................... 21

E. Infusa ............................................................................................. 24

F. Pengukuran Alanine Transaminase dan Aspartate Transaminase 25

G. Silimarin........................................................................................ 27

H. Landasan Teori ............................................................................. 28

I. Hipotesis ........................................................................................ 29

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................. 30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xii

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 30

1. Variabel penelitian .................................................................... 30

2. Definisi operasional .................................................................. 31

C. Bahan Penelitian ........................................................................... 32

1. Bahan utama.............................................................................. 32

2. Bahan kimia .............................................................................. 32

D. Alat Penelitian............................................................................... 34

E. Tata Cara Penelitian ...................................................................... 34

1. Determinasi tanaman Mimosa pigra L. .................................... 34

2. Pengumpulan bahan .................................................................. 34

3. Pembuatan infusa herba Mimosa pigra L. ............................... 34

4. Penetapan dosis infusa herba Mimosa pigra L. ....................... 35

5. Pembuatan larutan karbon tetraklorida dalam minyak zaitun... 35

6. Pembuatan suspensi ekstrak silimarin ...................................... 35

7. Uji pendahuluan ........................................................................ 36

8. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji................................. 36

9. Penetapan aktivitas ALT dan AST serum ................................. 37

F. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................ 38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 40

A. Penyiapan Bahan ........................................................................... 40

1. Hasil determinasi tanaman ....................................................... 40

2. Pembuatan infusa herba Mimosa pigra L. ............................... 41

B. Uji Pendahuluan ............................................................................ 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xiii

1. Penetapan dosis hepatotoksin ................................................... 43

2. Penentuan dosis infusa herba Mimosa pigra L. ....................... 44

3. Penentuan dosis kontrol positif silimarin ................................. 44

4. Penentuan waktu pencuplikan darah ........................................ 45

C. Efek Antihepatotoksik Infusa Herba Mimosa pigra L Terhadap Tikus

Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida ................. 52

1. Kontrol negatif ......................................................................... 54

2. Kontrol hepatotoksin ................................................................ 56

3. Kontrol perlakuan (infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835

g/KgBB) .................................................................................

............................................................................................... 57

4. Hasil Perhitungan %antihepatotoksik dan daya antihepatotoksik serta

penentuan dosis optimum antihepatotoksik infusa herba Mimosa

pigra L. terhadap tikus putih jantan galur Wistar terinduksi karbon

tetraklorida .............................................................................

............................................................................................... 58

D. Rangkuman Pembahasan .............................................................. 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 77

A. Kesimpulan ................................................................................... 77

B. Saran ............................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 78

LAMPIRAN ................................................................................................ 83

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2

ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, 48, dan 72 jam ................... 46

Tabel II. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon

tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0,

24, 48, dan 72 .............................................................................

.................................................................................................... 48

Tabel III. Aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2

ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, 48, dan 72 jam ................... 49

Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon

tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0,

24, 48, dan 72 .............................................................................

.................................................................................................... 51

Tabel V. Efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis 1,26;

1,89; 2,835 g/KgBB terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada tikus

putih terinduksi karbon tetraklorida ........................................... 54

Tabel VI. Perbandingan aktivitas serum ALT jam ke-0 dengan perlakuan kontrol

negatif .........................................................................................

.................................................................................................... 55

Tabel VII. Perbandingan aktivitas serum AST jam ke-0 dengan perlakuan kontrol

negatif .........................................................................................

.................................................................................................... 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xv

Tabel VIII. Perbandingan hasil antara seluruh kelompok kontrol terhadap

perlakuan pemberian infusa herba Mimosa pigra L. berdasarkan serum

ALT pada variasi dosis tertentu .................................................. 62

Tabel IX. Perbandingan hasil antara seluruh kelompok kontrol terhadap perlakuan

pemberian infusa herba Mimosa pigra L. berdasarkan serum AST pada

variasi dosis tertentu ................................................................... 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Mimosa pigra L ......................................................... 6

Gambar 2. Struktur Kandungan Ekstrak Metanolik Mimosa pigra L. ....... 8

Gambar 3. Pembagian Zona Lobulus Hati .................................................. 11

Gambar 4. Penampang Sel Penyusun Lobulus Hati.................................... 12

Gambar 5. Proses Metabolisme Karbon Tetraklorida ................................. 22

Gambar 6. Mekanisme Pembentukan Radikal Lipid oleh Radikal CCl3 ....... 23

Gambar 7. Struktur Flavonolignan pada Silimarin ..................................... 27

Gambar 8. Diagram batang rata-tata aktivitas serum ALT sel hati tikus setelah

pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu 0,

24, 48, dan 72 jam ....................................................................

.................................................................................................. 47

Gambar 9. Diagram batang rata-tata aktivitas serum AST sel hati tikus setelah

pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu 0,

24, 48, dan 72 jam ....................................................................

.................................................................................................. 49

Gambar 10. Diagram batang rata-rata pengaruh pengaruh dosis pemberian infusa

herba Mimosa pigra L. terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida

dilihat dari aktivitas serum ALT ............................................ 61

Gambar 11. Diagram batang rata-rata pengaruh pengaruh dosis pemberian infusa

herba Mimosa pigra L. terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida

dilihat dari aktivitas serum AST ............................................ 62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xvii

Gambar 12. Diagram batang %antihepatotoksik antara kontrol minyak zaitun,

kontrol CCl4, kontrol silimarin, dan perlakuan berdasarkan aktivitas

serum ALT dan AST ..............................................................

............................................................................................... 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto infusa herba Mimosa pigra L. ........................................ 84

Lampiran 2. Foto suspensi silimarin dalam CMC-Na 1% .......................... 84

Lampiran 3. Surat determinasi tanaman Mimosa pigra L. ......................... 85

Lampiran 4. Surat ethical clearence ........................................................... 86

Lampiran 5. Certified of analysis silimarin ................................................ 87

Lampiran 6. Hasil analisis statistik data ALT dan AST pada uji pendahuluan

waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon

tetraklorida 2 mL/kgBB .........................................................

............................................................................................... 88

Lampiran 7. Hasil analisis statistik data ALT dan AST pada kelompok kontrol

olive oil dosis 2 mL/kgBB ..................................................... 95

Lampiran 8. Hasil analisis statistik data kontrol minyak zaitun, kontrol CCl4,

kontrol ekstrak, kontrol silimarin, dan perlakuan pemberian infusa

herba Mimosa pigra L. dosis 1,26; 1,89 ; dan 2,835 g/KgBB 98

Lampiran 9. Perhitungan %antihepatotoksik .............................................. 119

Lampiran 10. Perhitungan daya antihepatotoksik ....................................... 120

Lampiran 11. Perhitungan konversi dosis untuk manusia .......................... 120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xix

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. dan dosis optimumnya terhadap tikus putih jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan 35 tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, dan berat 120-200 gram. Kelompok I merupakan kontrol minyak zaitun dengan pemberian sebanyak 2,0 ml/kg BB secara intraperitoneal. Kelompok II merupakan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2,0 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III merupakan kontrol perlakuan yaitu pemberian infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/kg BB secara per oral. Kelompok IV merupakan kontrol positif silimarin dosis 25 mg/KgBB secara per oral. Kelompok V-VII merupakan kelompok perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. dengan dosis 1,26; 1,89; dan 2,835 g/KgBB melalui rute oral. Hewan uji diberikan induksi karbon tetraklorida 2 ml/KgBB i.p. terlebih dahulu, diikuti pemberian silimarin pada kelompok kontrol positif dan infusa herba Mimosa pigra L. 6 jam kemudian pada kelompok perlakuan. Pada jam ke-24 setelah pemberian CCl4, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis di mata tikus. Data ALT dan AST serum yang didapat, dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi datanya kemudian dilanjutkan analisis dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan aktivitas ALT dan AST serum antar kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan adanya efek antihepatotoksik dari infusa herba Mimosa pigra L. dengan %antihepatotoksik dari peringkat dosis 1 hingga 3 secara berurutan adalah 62,5; 71,7; dan 39,9% berdsarkan serum ALT, dan berdasarkan serum AST sebesar 97,6; 98,1; dan 35,7%. Dari data pengukuran aktivitas serum ALT dan AST yang diperoleh, dosis optimum infusa herba Mimosa pigra L. adalah 1,26 g/KgBB.

Kata kunci : Mimosa pigra L., antihepatotoksik, karbon tetraklorida, infusa, ALT,

AST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

xx

ABSTRACT

The aim of study research were to prove the antihepatotoxic effect of Mimosa pigra L. herb infusion and the optimum dose in male Wistar rats induced carbon tetrachloride.

This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research use 35 male Wistar rats, attain the age 2-3 month, and 120-200 gram weight. Group I was olive oil control by giving as much as 2 ml/KgBW intraperitoneally. Group II was carbon tetrachloride hepatotoxin control dose 2 ml/KgBW intraperitoneally. Group III was control treatment given 2.835 g/KgBW infusion of Mimosa pigra L. herb orally. Group IV was silimarin positive control given 25 mg/KgBW orally. Group V-VII were the treatment group for infusion of Mimosa pigra L. herb with dose 1.26; 1.89, and 2.835 g/KgBW orally. All animals were given carbon tetrachloride 2 ml/KgBW intraperitoneally first, followed by administration of the silymarin in the positive control group and Mimosa pigra L. herb infusion in the treatment group. At the 24th hour after administration of CCl4, all groups had blood drawn at the orbital sinus region. Data of ALT and AST serum which were obtained were analyzed using Kolmogorov-Smirnov test to look at the data distribution. After that, the data were analyzed using Mann-Whitney test to determine the differences in ALT activities and AST serum in each group.

The results showed there were antihepatotoxic effects of infusion of Mimosa pigra L. herb with %antihepatotoxic from smalest dose to largest dose was 62.5; 71.7, and 39.9% based from ALT serum and 97.6; 98.1, and 35.7% based from AST serum. From the data measurement of activities ALT and AST serum which were obtained, the most effective dose from infusion of Mimosa pigra L. herb was 1.26 g/KgBW.

Keywords : Mimosa pigra L., antihepatotoxic, carbon tetrachlorida, infusion,

ALT, AST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Hati atau hepar merupakan salah satu organ yang memiliki peranan

penting dalam mendukung kelangsungan hidup manusia. Hati yang merupakan

organ terbesar dari manusia memiliki fungsi untuk memetabolisme senyawa-

senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, hati juga memiliki kemampuan

mendetoksifikasi senyawa-senyawa racun yang masuk ke dalam tubuh. Akan

tetapi, saat ini banyak kelainan yang dapat mengganggu kerja hati. Salah satu

kelainan yang banyak dijumpai pada organ hati adalah perlemakan hati (steatosis).

Perlemakan hati merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

pada hati (Fransiskus, 2011). Perlemakan hati dibagi menjadi dua yaitu

perlemakan hati diperantarai alkohol dan perlemakan hati tidak diperantarai

alkohol. Perlemakan hati tidak diperantarai alkohol (NAFLD) merupakan kondisi

perlemakan hati yang banyak dijumpai di kalangan masyarakat pada negara maju.

Kondisi kronis dari NAFLD (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease) akan berujung

pada keadaan Non-Alcoholic Steato Hepatitis (NASH) (Chalrton, 2004). Data

epidemiologi menyatakan bahwa di negara bagian barat, prevalensi NAFLD

berkisar antara 15-20%, dan 20-30% di antaranya berada pada fase NASH. Pada

penderita obesitas di negara maju, didapatkan 60% mengalami perlemakan hati

sederhana, 20-25% mengalami NASH, dan 2-3% mengalami sirosis. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

2

penderita diabetes melitus tipe 2, terdapat 70% pasien mengalami NAFLD dan

60% mengalami NAFLD pada penderita dislipidemia. Di Indonesia sendiri,

prevalensi NAFLD mencapai 30,6% (Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari, 2009).

Dari penelitian tersebut terlihat bahwa angka prevalensi perlemakan hati

pada masyarakat dunia cukup tinggi, terutama pada penderita sindrom metabolit

seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dan obesitas. Pengobatan yang cukup

sering dilakukan adalah menggunakan obat-obatan herbal baik untuk mencegah

maupun menyembuhkan perlemakan hati tersebut. Data World Health

Organizaton (WHO) pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 80% penduduk Asia

dan Afrika kerap menggunakan tanaman sebagai obat herbal dalam mengatasi

berbagai macam penyakit.

Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai obat untuk kelainan

pada organ hati adalah Mimosa pigra L. Tanaman ini merupakan tanaman sejenis

putri malu yang tumbuh di beberapa tempat di Indonesia. Mimosa pigra L.

memiliki ciri khusus yaitu ukurannya yang lebih besar dari kerabatnya Mimosa

pudica L. Penelitan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa infusa herba

Mimosa pigra L. memiliki potensi sebagai hepatoprotektif pada tikus putih yang

terinduksi parasetamol (Apriyanto, Susanti, Wijayanti, Linawati, 2000). Selain itu,

telah dilakukan penelitian yang menyatakan bahwa ekstrak metanol daun Mimosa

pigra L. mengandung senyawa yang memiliki potensi sebagai antioksidan (Lee,

2004). Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun Mimosa

pigra L. memiliki kandungan flavonoid seperti quercetin dan myricitrin yang

mempunyai aktvitas antioksidan terhadap radikal Diphenyl Picrylhydrazyl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

3

(DPPH) dan Poly Aromatic Hydrocarbon (Rakotomalala, Agard, Tonnerre, Tesse,

Derbre, Michalet, et al., 2013). Senyawa antioksidan merupakan senyawa yang

dapat digunakan untuk menetralkan senyawa radikal yang merupakan penyebab

perlemakan hati.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Apriyanto, dkk

(2000), peneliti ingin melihat kemampuan infusa herba Mimosa pigra L. sebagai

hepatokuratif dengan model antihepatotoksik. Selain itu, peneliti juga ingin

melihat kemampuan infusa herba Mimosa pigra L. dalam menyembuhkan

perlemakan hati dengan senyawa model yang digunakan adalah karbon

tetraklorida. Senyawa karbon tetraklorida merupakan senyawa model yang biasa

digunakan untuk membentuk perlemakan hati sehingga hasil dari penelitian ini

dapat digunakan sebagai dasar pengobatan perlemakan hati yang terjadi pada

manusia dengan menggunakan infusa herba Mimosa pigra L. Karbon tetraklorida

akan membentuk senyawa CCl3 radikal yang dapat menginisiasi pembentukan

radikal lipid sehingga terjadi penimbunan lemak pada hati.

Pada penelitian ini digunakan bentuk ekstrak berupa infusa. Hal ini

didasarkan dari penggunaan pada masyarakat yang umumnya menggunakan

metode perebusan, sehingga digunakan metode ekstraksi yang paling mendekati

dengan metode perebusan yaitu metode infundasi. Selain itu, metode infundasi

digunakan dengan pertimbangan jenis senyawa yang dituju berupa senyawa

fenolik yaitu quercetin dan myricitrin. Senyawa tersebut dapat terekstrak dari

daun Mimosa pigra L. menggunakan pelarut metanol. Metode infundasi juga

dapat digunakan untuk mengekstrak senyawa fenolik tersebut dari herba Mimosa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

4

pigra L. karena senyawa fenolik juga dapat terlarut dalam air panas (Xu, Chen,

Xhang, Jiang,Ye, 2008).

1. Perumusan masalah

a. Apakah infusa herba Mimosa pigra L. memiliki efek antihepatotoksik

terhadap tikus putih jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida?

b. Berapakah dosis efektif infusa herba Mimosa pigra L. yang memberikan efek

paling optimum dalam menyembuhkan perlemakan hati pada tikus putih

jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida?

2. Keaslian penelitian

Penelitian menggunakan infusa herba Mimosa pigra L. pernah dilakukan

oleh Apriyanto, dkk. (2000) Hasil penelitian melaporkan bahwa infusa herba

Mimosa pigra L. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus putih jantan galur

Wistar terinduksi parasetamol. Selain itu, ekstrak metanol dari daun dan batang

Mimosa pigra L. memiliki potensi sebagai antihiperglikemi dan antinociceptive

(Toma, Rahman, Jahan, Haque, Agarwala, Shelley, et al., 2012). Kemampuan

antibakteri dari Mimosa pigra L. juga pernah diuji. Hasil dari penelitian

menyatakan bahwa terdapat aktivitas antibakteri dari tanaman tersebut (Mbatchou,

Ayebila, dan Apea, 2011). Ekstrak metanol daun Mimosa pigra L. pernah juga

pernah diteliti dan terbutkti memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, dan

antihipertensi pulmonar (Rakotomalala, et al., 2013).

Sepanjang penelusuran penulis, penelitian mengenai efek

antihepatotoksik Mimosa pigra L. pada tikus putih jantan terinduksi CCl4 belum

pernah dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

5

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat pada pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian mengenai potensi

antihepatotoksik dari infusa herba Mimosa pigra L.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan memberi informasi pada masyarakat mengenai dosis

optimum infusa herba Mimosa pigra L. dalam pengobatan perlemakan yang

terjadi pada hati.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi

antihepatotoksik dari infusa herba Mimosa pigra L. terhadap tikus putih jantan

terinduksi CCl4 berdasarkan aktivitas enzim ALT dan AST dalam darah.

2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis

antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. yang optimum dalam dalam

mengobati perlemakan hati yang terjadi pada tikus putih jantan galur Wistar

terinduksi CCl4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Mimosa pigra L. (Putri Malu)

1. Deskripsi tanaman

Gambar 1. Tanaman Mimosa pigra L.

Mimosa pigra L. (gambar 1) merupakan tanaman semak, dengan banyak

tangkai berduri, menyebar dengan ukuran dua hingga enam meter. Mimosa pigra

L. dapat hidup hingga lima tahun. Tanaman ini dapat hidup sepanjang musim dan

memiliki tipe percabangan bipinatus. Ciri khas dari Mimosa pigra L. adalah

memiliki daun yang sensitif. Ibu batang daun dapat tumbuh hingga 18 cm,

memiliki duri sepanjang 7 mm yang terletak di sisi bawah petioles dan batang.

Tanaman ini dapat berbunga hingga mencapai seratus buah. Bunga berbentuk

bulat dengan diameter 1 cm berwarna merah muda. Mimosa pigra L. merupakan

jenis androdioseus baik bunga jantan maupun hermaprodit delapan tangkai sari

panjang dan pendek. Polong dari Mimosa pigra L. memiliki panjang 15 cm,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

7

berbulu, dan berkerumun hingga 7 polong. Setiap polong berisi 8-24 biji. Biji

Mimosa pigra L. berukuran 5 x 2,4 mm dengan berat 0,09 mg. Buah masak dalam

kurun waktu 3 bulan (Binggeli, 2005).

2. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Filum / Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Eudicots

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pigra L.

(Chong, 2009).

3. Nama lain

Mimosa pigra var. pigra (A.Gray ex Torr.); B.L.Turner, Mimosa

asperata L., Mimosa asperata (Willd.) Humb. et Bonpl., Mimosa polyacantha

Willd., Mimosa hispida Willd., Mimosa pallida Humb. & Bonpl. ex Willd.

(Binggeli, 2005).

4. Nama daerah

Klampis air, Putri main hitam, Adiputri malu raksasa, Jerujut, Gehgeran,

Cucuk Buset, Rondo kaget, Pis kucing (Tjitrosoedirdjo, 1989).

5. Kandungan kimia

Kandungan Mimosa pigra L. yang telah diteliti antara lain alkaloid

(metode Wakama), asam amino, antrakinon (metode Bonstrater), flavonoid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

8

(metode Fehling), glikosida (metode Willistatter), saponin (uji busa), steroid

(metode Liebermann-Burchard), tanin (metode FeCl3), dan terpenoid (metode

Liebermann-Burchard) (Mbatchou, et al., 2011). Hasil ini hampir sama bila

dibandingkan dengan kerabat dekatnya Mimosa pudica L. Dalam sebuah

penelitian, skrining fitokimia dari Mimosa pudica L. menunjukkan kandungan

alkaloid dengan uji Mayer, Dragendroff, dan Wagner. Selain itu ada pula

kandungan saponin yang terdeteksi dengan uji busa. Menggunakan uji Salkowski

terlihat kandungan phytosterol, serta adanya kandungan flavonoid dengan uji

gelatin dan timbal asetat (Kaur, Kumar, Shivananda, dan Kaur, 2011).

Kandungan yang terdeteksi dari ekstrak metanolik Mimosa pigra L.

antara lain : triptophan, myricitrin, dan quercetin dengan 4 jenis substituen

sakarida (gambar 2) (Rakotomalala, et al., 2013).

Gambar 2. Struktur Kandungan Ekstrak Metanolik Mimosa pigra L. (1.

Triptofan, 2. Myricitrin, 3. Quercetin 3-O-hexosa, 4. Quercetin 3-O-hexosa, 5. Quercetin 3-O-pentosa, 6. Quercitrin, 7. Kampferol 3-O-deosxyhexosa)

(Rakotomalala, et al., 2013)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

9

6. Kegunaan

Belum banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai kegunaan

dari Mimosa pigra L. secara rasional. Apriyanto, dkk. (2000) pernah meneliti efek

hepatoprotektif dari infusa herba Mimosa pigra L. terhadap tikus terinduksi

parasetamol dan menyatakan adanya potensi hepatoprotektif. Secara empiris,

Mimosa pigra L. digunakan di Afrika sebagai tonik, untuk diare, gonorhea, dan

keracunan. Di Tanzania, serbuk daun dicampur air untuk meredakan bengkak.

Negara Zambia menggunakan abu dari akar Mimosa pigra L. untuk obat lepra,

selain itu rebusan akar dapat bermanfaat sebagai afrodisia serta penenang. Biji

Mimosa pigra L. dapat digunakan sebagai emetik dan ekspektoran serta masalah

pada gigi (World Agroforestry Centre, 2013). Selain itu beberapa penelitian

menyatakan bahwa ekstrak dari daun Mimosa pigra L. memiliki efek antomikroba

untuk beberapa bakteri patogen. Ekstrak metanol daun Mimosa pigra L. juga

memiliki potensi sebagai antioksidan berdasarkan penelitian yang pernah

dilakukan oleh Lee (2008). Ekstrak metanol daun Mimosa pigra L. juga memliki

aktivitas sebagai antihipertensi pulmonar, antiinflamasi, dan antioksidan

(Rakotomalala, et al., 2013).

Mimosa pigra L. memiliki kandungan antioksidan seperti kaempferol,

quercetin, dan myricitrin yang dapat menangkal radikal bebas. Penelitian terbaru

menyatakan, ekstrak metanol daun Mimosa pigra L. dapat menangkal radikal

Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang merupakan penyebab utama

hipoksia pada arteri pulmonaris. Selain itu, ekstrak metanol daun Mimosa pigra L.

memiliki kemampuan mengaktifasi NO sintetase yang berperan dalam dilatasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

10

pembuluh darah. Triptofan yang terkandung dalam ekstrak metanol daun Mimosa

pigra L. dapat meningkatkan proliferasi sel dari jaringan yang rusak akibat

inflamasi (Rakotomalala, et al., 2013).

B. Hati

1. Anatomi dan fisiologi hati

Hati atau hepar merupakan organ terbesar dan merupakan organ paling

serbaguna yang ada dalam tubuh manusia. Sebagian besar massanya terletak pada

daerah sebelah kanan hipokondriak dan epigastrik, tetapi juga meluas pada daerah

sebelah kiri hipokondriak dan umbilikus. Hati memiliki berat rata-rata 1,5 kg.

Organ yang besar dan berwarna kemerahan ini memiliki kemampuan dalam

memetabolisme zat asing dan mensintesis berbagai substansi dalam tubuh

(Martini, 2004).

Hati menerima hampir 25% curah jantung, sekitar 1500 ml darah per

menit melalui dua sumber yaitu aliran vena dari vena porta, yang sangat penting

bagi kinerja fungsi hati dalam tubuh, dan darah arteri dari arteri hepatika yang

penting untuk oksigenasi hati dan mensuplai darah pada sistem empedu.

Pembuluh-pembuluh ini menyatu dalam hati dan aliran darah gabungan keluar

melalui vena-vena sentral (vena terminal) yang bermuara ke dalam vena hepatika

dan akhirknya ke vena kava inferior. Vena porta kemudian membawa darah vena

dari usus halus yang kaya nutrien, serta obat dan racun langsung ke hati. Vena

porta membentuk jalinan kapiler khusus yang memungkinkan setiap hepatosit (sel

hati) dialiri oleh darah porta (McPhee, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

11

Gambar 3. Pembagian Zona Lobulus Hati (McPhee, 2010)

Hati terdiri dari empat lobus dan setiap lobus terdiri dari 100.000 lobulus,

yang merupakan dasar unit fungsional dari hati. Setiap lobulus memiliki diameter

kurang lebih 1 mm. Setiap lobulus dipisahkan oleh septum interlobuler. Setiap

lobulus tersusun atas hepatosit. Hepatosit tersusun seperti jari-jari pada roda

(Martini, 2004).

Secara fisiologis, lobulus hati terbagi menjadi tiga zona (gambar 3), yaitu

zona 1, zona 2 , dan zona 3. Pembagian zona ini berdasarkan dari urutan aliran

darah yang memasuki hepatosit pada zona tersebut. Darah yang memasuki

sinusoid dari venula porta, mula-mula melalui hepatosit yang terdekat dari

pembuluh tersebut (hepatosit zona 1) dan kemudian mengalir melalui hepatosit

zona 2. Pada zona 3, merupakan daerah dimana hepatosit tersebut mengalami

aliran darah terakhir sebelum memsuki vena sentral. Hepatosit pada zona 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

12

merupakan hepatosit dengan paparan oksigen terbanyak dari arteri porta sehingga

heptosit tersebut merupakan tempat dalam proses glukoneogenesis dan

metabolisme oksidatif yang lain. Sedangkan pada zona 3, hepatosit akan terpapar

sedikit oksigen sehingga mengalai perubahan fungsional dan efektif untuk proses

metabolisme seperti glikolisis dan lipogensis. Hepatosit pada zona 2 merupakan

zona peralihan dengan fungsi yang berada di antara zona 1 dan 3 (McPhee, 2010).

Gambar 4. Penampang Sel Penyusun Lobulus Hati (McPhee, 2010)

Substansi parenkim hati (gambar 4) tersusun membentuk lempeng-

lempeng hepatosit yang terletak dalam suatu kerangka sel penunjang yang

dinamai sel retikuloendotelial. Lempeng hepatosit tadi umumnya hanya memiliki

ketebalan satu sel, dan setiap sel dipisahkan satu sama lain oleh ruang vaskular

yang dinamai sinusoid. Daerah sinusioid ini merupakan daerah dimana darah dari

vena hepatika bercampur dengan darah dari vena-vena sentral. Pada jaringan sel

retikuloendotelial tempat hepatosit berada, terdapat berbagai macam sel dan yang

terpenting adalah sel endotel yang membentuk dinding sinusoid, sel kupfer yang

merupakan makrofag khusus dan melekat pada pada ruang sinusoid, dan sel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

13

stelata atau liposit yag berberan dalam penyimpanan lemak, metabolisme vitamin

A, terletak antara hepatosit dan sel endotel. Semua permukaan hepatosit tidaklah

sama. Salah satu sisi, permukaan apikal, membentuk dinding kanalikulis biliaris

sementra permukaan baslolateral berkontak dengan aliran darah melalui sinusoid.

Daerah antar hepatosit dipisahkan oleh tight junction yang berfungsi

mempertahankan pemisahan domain membran plasma apikal dan basolateral.

Proses-proses yang berkaitan dengan transpor dan ekskresi empedu bekerja di

membran plasma apikal. Penyerapan dan sekresi ke dalam aliran darah adalah

aktivitas yang berlangsung di membran basolateral (McPhee, 2010).

Hati memiliki kemampuan dalam mengembalikan keutuhan organya

setelah kehilangan jaringan hati yang bermakna akibat terjadi kerusakan hati.

Proses regenerasi hati akibat hepatektomi parsial memakan waktu kurang lebih 5

sampai 7 hari pada tikus. Selama regenerasi ini, hepatosit mengalami pembelahan

sebanyak satu atau dua kali, dan setelah tercapai ukuran dan volume hati

sebelumnya, hepatosit kembali kepada keadaan semula. Pembelahan sel hati ini

belum diketahui mekanismenya secara jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi

pembelahan sel hati antara lain hepatocyte growth factor, epidermal growth

factor, dan beberapa sitokin seperti tumor necrosis factor dan interleukin-6

(Guyton, 2008).

Hati memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh, antara lain :

a. Metabolisme karbohidrat

Hati akan menstabilkan kadar gula darah berkisar 90 mg/dl. Apabila terjadi

penurunan, maka hepatosit akan memecah glikogen hati dan melepaskanya dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

14

aliran darah. Hati juga mensintesis glukosa dari karbohidrat dan asam amino

(glukoneogensis). Apabila gula darah berlebih, hati akan mengubah gula tersebut

menjadi glikogen maupun lipid yang kemudian disimpan dalam sel (Martini,

2004).

b. Metabolisme lipid

Beberapa lipid yang dimetabolisme oleh hati adalah trigliserida, asam lemak, dan

kolesterol. Ketika kadar lipid dalam darah menurun, hati akan memecah lipid dari

tempat penyimpananya dan melepaskan produk pecahan lipid ke aliran darah.

Sedangkan ketika lipid dalam darah berlebih, lipid akan dibuang dari tempat

penyimpanan (Martini, 2004). Pada proses pengaturan kadar kolesterol dan

trigliserida pada tubuh, hati menyusun, mensekresikan, dan menyerap berbagai

partikel lipoprotein. Partikel VLDL (Very Low Density Lipoprotein) akan

mendistribusikan lipid ke jaringan adiposa untuk disimpan sebagai lemak atau ke

jaringan lain untuk langsung digunakan. Modifikasi terjadi pada VLDL melalui

pengurangan komponen lipid dan protein. Partikel low-density lipoproteins (LDL)

yang terbentuk kemudian dikembalikan ke sel hati akibat adanya afinitas dari

reseptor LDL. Partikel lipoprotein yang lain yaitu high-density lipoprotein (HDL)

dibentuk dan disekresikan dari hati. Partikel ini dapat membersihkan kelebihan

kolesterol dan trigliserida dari jaringan (McPhee, 2010).

c. Metabolisme asam amino

Hati dapat membuang kelebihan asam amino dari pembuluh darah. Asam amino

dapat diubah oleh hati menjadi glukosa, lipid, maupun protein (Martini, 2004).

Pada dasarnya 90% dari seluruh protein plasma, kecuali bagian dari gama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

15

globulin, dibentuk oleh sel hati. Hati dapat membentuk protein plasma dengan

kecepatan 15-50 gram/hari. Kehilangan banyak protein plasma dapat digantikan

dalam waktu 1 atau 2 minggu. Selain itu, hati dapat membentuk berbagai asam

amino tertentu yang secara umum disebut sebagai asam amino nonesensial.

Pemecahan protein menjadi asama amino juga dapat dilakukan oleh hati untuk

memenuhi kebutuhan energi. Proses pemecahan protein akan melewati

mekanisme deaminasi dimana terbentuk senyawa racun yaitu amonia. Hati

memiliki kemampuan mengubah amonia menjadi ureum yang kemudia

disekresikan lewat urin (Guyton, 2008).

d. Penyimpanan vitamin

Vitamin larut lemak seperti A, D, E, K, dan vitamin B12 yang diabsorbsi oleh

darah disimpan oleh hati. Ketika terjadi kekurangan vitamin-vitamin tersebut,

dilakukan pembongkaran tempat penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan

vitamin tersebut (Martini, 2004).

e. Penyimpanan mineral

Hati mengubah besi menjadi feritin kecuali besi dalam hemoglobin. Dalam organ

hati, terdapat protein yang disebut apoferitin yang dapat bergabung dengan besi

baik pada konsentrasi tinggi maupun rendah. Kompleks besi dengan apoferitin

inilah yang disebut dengan feritin. Apoferitin dapat menyangga jumlah besi dalam

darah dengan melakukan proses pemecahan maupun pembentukan kembali

(Guyton, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

16

f. Inaktivasi obat

Hati dapat membuang dan memecah molekul obat yang berada dalam sirkulasi

darah. Hal ini akan mengakibatkan perubahan efek dan durasi pada obat tersebut.

Hal ini menjadi pertimbangan penting dalam pemberian obat kepada pasien

(Martini, 2004). Dalam memetabolisme obat, hati akan memebentuk senyawa

lipofilik dari obat menjadi senyawa yang lebih hidrofilik agar mudah

diekskresikan. Metabolisme obat atau disebut biotransformasi ini umumnya terdiri

dari dua fase, yaitu reaksi fase I dan reaksi fase II. Reaksi fase I melibatkan

oksidasi-reduksi dengan penambahan gugus-gugus fungsional yang mengandung

oksigen pada substrat yang akan diekskresikan. Reaksi fase II biasanya berupa

konjugasi secara kovalen obat pada suatu molekul pembawa larut air seperti asam

glukouronat atau glutation (McPhee, 2010).

g. Membentuk faktor koagulasi

Proses pembekuan darah bergantung pada faktor-faktor koagulasi. Sebagian besar

dari faktor koagulasi tersebut disintesis oleh hati, antara lain : fibrinogen,

protrombin, globulin akselerator, faktor VII, dan beberapa faktor yang lain

(Guyton, 2008).

2. Kerusakan hati

Hati rentan terhdap berbagai gangguan metabolik, toksik, mikroba,

sirkulatorik, dan neoplastik. Penyakit primer utama pada hati adalah hepatitis

virus, penyakit hati alkoholik, dan karsinoma hepatoselular. Umumnya kerusakan

hati bersifat sekuder dari penyakit-penyakit yang umum terjadi pada manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

17

Namun besarnya cadangan hati dapat menutupi dampak klinis dari kerusakan hati

dini (Kumar, 2009).

Akibat yang ditimbulkan dari kerusakan hati dapat bersifat reversibel

maupun ireversibel. Penyebab yang berasal langsung dari kerusakan akut sel

fungsional hati, terutama hepatosit, tanpa gangguan kemampuan hati untuk

melakukan regenerasi umumnya reversibel. Hati memiliki kapasitas cadangan

untuk berbagai reaksi kimia yang terjadi di dalamnya serta memiliki kemampuan

dalam melakukan regenerasi dan deferensiasi sel. Sedangkan sirosis merupakan

kerusakan hati yang irreversibel (McPhee, 2010).

Terdapat lima respon umum yang terjadi pada cedera hati. Respon umum

tersebut antara lain :

a. Degenerasi dan Akumulasi Intraseluler

Kerusakan hati akibat suatu toksin maupun peristiwa imunologis dapat

menyebabkan terjadinya pembengkakan sel-sel hati. Pembengkakan pada derajad

sedang masih bersifat reversibel. Untuk kerusakan yang lebih parah atau disebut

degenerasi balon, sel-sel hati mulai membesar dan membentuk ruang-ruang jernih

disertai menggumpalnya sitoplasma. Berbagai macam hal yang menyebabkan

inflamasi hepatosit adalah penimunan besi dan tembaga pada sel hati, perlemakan

hati, dan hepatitis C.

b. Nekrosis dan Apoptosis

Nekrosis merupakan kerusakan sel hati yang lebih parah. Pada peristiwa nekrosis,

terlihat inti sel yang lisis. Berbeda halnya dengan apoptosis, peristiwa ini

meninggalkan bentuk sel yang menciut, piknotik, dan sangat eusinofilik dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

18

inti sel yang terfragmentasi. Nekrosis litik yang merupakan akhir dari degenerasi

balon memiliki ciri khas dimana terdapat debris sel pada daerah sekitar sel yang

rusak. Nekrosis sering terdistribusi pada daerah parenkim hati, yang mencolok

pada daerah sekitar vena hepatika terminal disebut nekrosis sentrilobulus.

Berdasarkan penyebarannya, nekrosis dibedakan menjadi dua yaitu nekrosis

submasif bila hanya terdapat seluruh sel pada lobulus hati yang mengalami

nekrosis dan nekrosis masif bila sebagian besar hati mengalami peristiwa

nekrosis.

c. Inflamasi

Kerusakan sel-sel hati dapat memicu peradangan dikarenakan adanya influks dari

sel-sel radang akut maupun kronis pada daerah tersebut hepatosit yang telah mati

tidak memicu peradangan, akan tetapi adanya sel kupfer yang menelan sel-sel

tersebut akan membentuk gumpalan sel radang.

d. Regenerasi

Hepatosit memiliki rentang usia yang panjang dan dapat berproliferasi sebagai

respon terhadapt reaksi jaringan atau kematian sel. Proliferasi sel hati ditandai

dengan menebalnya kordahepatosit dan juga disorganisasi struktur parenkim. Unit

kanalis Hering-duktulus empedu merupakan suatu kompartemen cadangan

pengganti pada cedera parenkim yang parah.

e. Fibrosis

Fibrosis merupakan peristiwa terbentuknya jaringan fibrosa akibat kerusakan

toksik langsung pada hati maupun akibat peristiwa peradangan yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

19

terbalikan. Dengan terbentuknya fibrosis hati akan terbagi-bagi menjadi nodul-

nodul hepatosit yang dikelilingi oleh jaringan parut.

(Kumar, 2009).

3. Perlemakan hati

Perlemakan hati menggambarkan ketidaknormalan penumpukan lipid

pada sel-sel hati, biasanya berupa trigliserida. Hal ini dikarenakan adanya

kelebihan senyawa tersebut dari asupan makanan sehingga terjadinya

ketidakseimbangan dalam proses katabolisme senyawa trigliserida. Beberapa

toksin juga dapat menyebabkan perlemakan hati dengan berbagai mekanise baik

ketika perombakanya maupun ketika terjadi sintesis lipid. Perlemakan hati

ditandai dengan meningkatnya enzim-enzim biokimia dalam darah seperti AST

(Aspartate Transaminase)dan ALT (Alanine Transaminase) (Hodgson, 2010).

Perlemakan hati dapat disebabkan oleh alkohol maupun bukan oleh

alkohol (Non-Alchoholic Fatty Liver Disease). Perlemakan hati tidak bergantung

alkohol (NAFLD) dapat disebabkan oleh berbagai macam hal salah satunya stres

oksidatif akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat membentuk senyawa oksigen

reaktif yang dapat merusak sel-sel hati. Senyawa oksigen reaktif (ROS) dapat

meningkatkan permeabilitas membran mitokondria sehingga terjadi kebocoran

dari organela tersebut. Selain itu, ROS dapat menyebabkan kerusakan DNA pada

sel hati. Pada kasus perlemakan hati, ROS maupun senyawa radikal bebas lain

dapat memicu peroksidasi asam lemak tak jenuh menghasilkan malonilaldehid

dan senyawa lain yang dapat menyebabkan penumpukan lipid pada hati. Selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

20

itu, senyawa tersebut dapat berperan sebagai chemoatractan sel-sel imun sehingga

memicu terjadinya inflamasi bahkan apoptosis (Chalrton, 2004).

Perlemakan hati dapat pula dikatakan sebagai penumpukan vesikel-

vesikel lemak pada sel-sel hati. Berdasarkan ukuran vesikelnya, perlemakan hati

dibedakan menjadi mikrovesikel dan makrovesikel (Kumar, 2009).

C. Hepatotoksin

Hepatotoksin dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hepatotoksin

teramalkan (intrinsik) dan tak teramalkan (idiosinkratik). Hepatotoksin teramalkan

merupakan senyawa toksik pada hati yang sudah jelas akan menyebabkan

kerusakan bila ada kondisi tertentu dalam penggunaanya. Kerusakan hati akibat

hepatotoksin teramalkan terjadi pada seluruh individu yang terpapar dan memiliki

hubungan dengan dosis pemberian. Pada setiap kasus keracunan senyawa

tersebut, pola yang ditemukan hampir sama pada tiap-tiap individu seperti pada

keracunan parasetamol (Hodgson, 2011).

Hepatotoksin tak teramalkan merupakan senyawa toksik pada hati yang

berdampak bagi sebagian kecil individu. Kejadian toksisitasnya tidak sama pada

tiap-tiap individu, selain itu tidak seperti hepatotoksin teramalkan, jenis ini tidak

dipengaruhi oleh dosis. Beberapa contoh senyawa hepatotoksin tak teramalkan

antara lain alopurinol, metildopa, dan fenitoin (Kaplowitz, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

21

D. Karbon Tetraklorida

Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang cukup sering digunakan

sebagai senyawa model untuk melakukan perusakan pada organ hati. Karbon

tetraklorida (CCl4) akan dimetabolisme oleh sitokrom P450 menjadi senyawa

toksik pada hati yaitu radikal bebas triklorometil (∙CCl3). Radikal bebas ini akan

bereaksi dengan gugus sulfohidril seperti glutation dan gugus tiol pada protein

yang kemudian akan mengawali peroksidasi lemak tak jenuh pada membran dan

mengasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang akan menyebabkan nekrosis

sel. Senyawa radikal bebas ini akan menyebabkan stres oksidatif yang akan

menurunkan jumlah enzim glutation S transferase (GST) dan enzim antioksidan

lainya. Hasil dari reaksi radikal bebas ini adalah penumpukan senyawa peroksida

lipid seperti hidroperoksida (LOOH) dan malonilaldehid. Senyawa intermediate

reaktif yang terbentuk selama proses metabolisme juga dapat berikatan secara

kovalen pada makromolekul jaringan sehingga menyebabkan kerusakan jaringan

tersebut (Bashandy dan AlWasel, 2011).

Karbon tetraklorida akan dimetabolisme menjadi senyawa radikal oleh

beberapa enzim sitokrom seperti CYP2E1, CYP2B1, atau CYP2B2 dan

kemungkinan CYP3A menjadi radikal triklorometil. Radikal ini dapat mengikat

molekul seluler seperti asam nukleat, protein, dan lipid. Pengikatan radikal

triklorometil dengan DNA akan mengawali terjadinya kanker hati. Radikal ini

dapat berekasi dengan oksigen membentuk radikal triklorometilperoksi (∙OOCCl3)

yang sangat reaktif. Radikal ini dapat mengawali reaksi peroksidasi lipid berantai,

dimana menyerang dan menghancurkan asam lemak tak jenuh membentuk radikal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

22

lipid (LO∙) yang akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hati. (Boll,

Lutz, Becker, Stampfl, 2001).

CClCl

Cl

Cl

CCl

Cl

Cl

COCl

Cl

Cl

O

Karbon tetra klorida Triklorometil radikal Triklorometil peroksi radikal

Cl-

e-

CYP2E1 O2

Protein atau lipid

Chloroform

Toksik

CHCl

Cl

Cl

RH

R

O2

Peroksidasi lipid

Toksik

GSH

GSSGCCl3OH

CO

Cl

Cl

Phosegene

Toksik Gambar 5. Proses Metabolisme Karbon Tetraklorida (Timbrell, 2008)

Segera setelah terpapar oleh tubuh, CCl4 akan termetabolisme (gambar 5)

dan metabolit radikalnya akan segera berikatan secara kovalen dengan jaringan

sekitar seperti pada jaringan lemak sampai pada protein subseluler. Ikatan yang

sering terjadi adalah dengan triasilgliserol dan fosfolipid khususnya dengan

bagian kepala berjenis kolin. Senyawa radikal ini kemudian dapat melakukan

peroksidasi pada lipid sehingga mengawali terjadinya steatosis. Beberapa

antioksidan seperti vitamin E dapat menghambat peroksidasi tersebut tetapi tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

23

dengan ikatan kovalen yang terjadi. Beberapa radical scavenger dapat

menginhibisi kedua mekanisme tersebut (Weber, Boll, Stampfl, 2003).

Karbon tetraklorida akan menyebabkan efek toksik dengan mekanisme

luka ekstraseluler. Pembentukan peroksida lipid terjadi dengan mekanisme

inisiasi, propagnasi, dan terminasi (gambar 6) sehingga menghasilkan radikal

asam lemak (Donatus, 2001).

LH CCl3 L CHCl3

L O2 LOO

LOOH LH

LL

LOO

LOO

LOO

L

Propagnasi

Inisiasi

Terminasi

LH = Lipid tidak jenuh

= Radikal lipidL Gambar 6. Mekanisme Pembentukan Radikal Lipid oleh Radikal CCl3

(Donatus, 2001)

Kerusakan hati dimulai antara enam jam setelah pemaparan CCl4 pada

dosis kecil. Nekrosis hati dengan sel-sel yang membengkak mulai terlihat. Pada

jam ke-6 ini sudah terjadi pula nekrosis sentrilobuler. Pada jam ke-6 ini pula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

24

mulai terjadi perlemakan hati (steatosis) dikarenakan pada jam ke-6 ini terjadi

penumpukan CCl4 pada lemak dengan konsentrasi paling tinggi. Kerusakan terus

berlanjut hingga jam ke-12, dan setelahnya, terjadi perbaikan sel-sel hati secara

progresif dikarenakan sudah adanya regenrasi sel-sel hati yang baru (Mumtaz,

2010).

Karbon tetraklorida dapat meningkatkan kerusakan hati dengan jenis

perlemakan hati. Kerusakan hati yang dikarenakan karbon tetraklorida dapat

dilihat dari kenaikan aktivitas serum ALT dan AST yang terukur. Karbon

tetraklorida dapat meningkatkan aktivitas serum ALT sebesar 3 kali normal dan

aktivitas serum AST sebesar 4 kali normal (Zimmerman, 1999).

E. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia

nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Pembuatan infusa dilakukan

dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci

dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit

terhitung mulai suhu 90oC sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas

melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga

volume infus yang dikehendaki (Departemen Kesehatan RI, 1995).

Secara umum, metode infundasi menggunakan air panas sebagai media

pengekstrak metabolit sekunder pada tanaman. Beberapa senyawa antioksidan

terutama senyawa polifenol dapat terekstrak menggunakan air panas. Kemampuan

air panas dalam mengekstraksi antioksidan terutama dengan komponen fenol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

25

hampir sama dengan kemampuan metanol. Selain antioksidan fenolik, beberapa

mineral juga dapat terekstrak dengan menggunakan air panas (Xu, et al., 2008).

F. Pengukuran Alanin Transaminase dan Aspartate Transaminase

Hati merupakan organ yang berperan dalam sintesis biokimia dan

ekskresi beberapa senyawa asing yang masuk dalam tubuh. Banyak senyawa-

senyawa kimia baik berupa enzim, protein, maupun pigmen disintesis oleh organ

ini. Senyawa-senyawa inilah yang kemudian banyak digunakan sebagai indikator

kondisi organ hati. Beberapa senyawa yang biasa digunakan adalah bilirubin,

SGOT (Serum Glutamate Oksaloacetate Transmaminase), SGPT (Serum

Glutamate Piruvate Transaminase), ALP (Alkaline Phosphatase), GGT (Gama-

Glutamil Transamidase), dan albumin (Thapa, 2007).

Kondisi stres oksidatif akibat radikal bebas akan meningkatkan

permeabilitas membran dan nekrosis sel hati (Pujar, Kashinakunti, Kalaganad,

Dambala, Doddamani, 2010). Keadaan ini akan menyebabkan enzim-enzim

intraseluler seperti SGOT dan SGPT dapat menembus membran plasma menuju

pembuluh darah dan masuk ke aliran darah. Hal ini akan menyebabkan kenaikan

jumlah enzim tersebut di dalam aliran darah sehingga dapat menandakan adanya

kerusakan pada sel-sel hati (Amacher, 1997).

Aminotransferase merupakan enzim yang paling sering digunakan

sebagai indikator spesifik kerusakan hati. Enzim ini terdiri dari dua jenis yaitu

Serum Glutamate Pyruvate Transaminase (SGPT / ALT) dan Serum Glutamate

OksaloacetateTtransaminase (SGOT / AST). Fungsi dari enzim-enzim ini adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

26

mengkatalisis pemindahan alanin dan aspartat menjadi bagian dari gugus keton

pada asam ketoglutarat kemudian membentuk piruvat dan oksaloasetat (Thapa

dan Walia, 2007).

Enzim ALT terdapat pada sitosol dan mitokondria dalam sel hati, ginjal,

otot rangka, dan otot jantung. Jumlah ALT pada mitokondria hanya memegang

peranan kecil dalam otot dan tidak muncul pada serum darah dalam keadaan

normal. Enzim ini terutama terletak dalam sitosol sel parekim hati. Dalam

laboratorium klinis, adanya ALT dalam serum menjadi penanda yang spesifik

adanya kerusakan pada sel hati. Enzim AST juga terdapat dalam sitosol dan

mitokondiria dari sel hati, akan tetapi jumlahnya juga tinggi pada sel-sel organ

lain seperti jantung, otot, ginjal, otak, dan pankreas (Amacher, 1997).

Pada kondisi normal, jumlah baik SGOT maupun SGPT dalam darah

kurang dari 30 U/L (tergantung jenis kelamin, usia, dan ras) (Fancher, 2007).

Kenaikan 1-3 kali batas normal terjadi akibat beberapa kondisi seperti sepsis

neonatal hepatitis, artesia ekstrahepatik bilier, perlemakan hati, sirosis, NASH,

keracunan obat, adanya gangguan pada otot. Kenaikan 3-20 kali batas normal

biasanya dikarenakan hepatitis akut, hepatitis kronik, hepatitis autoimun,

obstruksi empedu akut, dan penggunaan alkohol yang berlebihan. Sedangkan

kenaikan lebih dari 20 kali batas normal (1000 U/L) dapat dikarenakan oleh

kebanyakan hepatitis kronis, dan nekrosis hati kronis yang sudah menyebar

(Thapa dan Walia, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

27

G. Silimarin

Silybum marianum L. merupakan tanaman keluarga Asteraceae yang

sudah dikenal lama memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai kelainan hati

dan empedu seperti sirosis, hepatitis, jaundice, serta beberapa hepatotoksin.

Silimarin merupakan komponen aktif yang merupakan ekstrak terstandar terdiri

dari 70-80% silimarin flavonolignan (silybum A dan B, isosilibin A dan B,

silidianin, dan silichristin) serta flavonoid (taxifolin dan quercetin), dan 20-30%

sisanya adalah fraksi yang belum diketahui (Javed, Kohli, Ali, 2011).

Silimarin merupakan campuran dari 4 flavonolignan yaitu silibin,

isosilibin, silidianin, dan silichristin (gambar 7) dengan rumus empiris C23H22O10.

Struktur silimarin memiliki kemiripan dengan hormon steroid yang memiliki

kemampuan dalam memfasilitasi sintesis protein. Silimarin tersusun dari 60-70%

silibin, 20% silichristin, 10% silidianin, dan 5% isosilibin. Silimarin juga

mengandung silipide yang merupakan silibin terkonjugasi pospatidilkolin yang

diyakini meningkatkan ketersediaan hayati dari silibin (Pradhan, Girish, 2006).

Gambar 7. Struktur Flavonolignan pada Silimarin (Pradhan, 2006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

28

Silimarin memiliki aktifitas biologi dan farmakologi sebagai antioksidan,

regenerasi sel, dan antikanker. Silimarin juga memiliki aktifitas antidiabetik,

kardioprotektif, antiinflamasi, antifibrotik, hipolipidemia, neutropik,

neuroprotektif, dan imunomodulator. Dosis silimarin pada penggunaan orang

dewasa adalah 240 – 800 mg/hari dengan 3 dosis terbagi (Javed, et al., 2011).

H. Landasan Teori

Hati merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Hati

memiliki peran metabolisme dan netralisasi racun dalam tubuh. Akan tetapi hati

rentan terhadap berbagai gangguan metabolik, toksik, mikroba, sirkulatorik, dan

neoplastik (Kumar, 2009). Kerusakan yang biasa muncul ketika ada gangguan

pada hati adalah nekrosis sel-sel hati. Nekrosis ini menyebabkan permeabilitas

dinding sel menjadi berubah dan menyebabkan kebocoran enzim-enzim

transaminase menuju aliran darah (Amacher, 1997).

Infusa herba Mimosa pigra L. memiliki potensi hepatoprotektif pada

tikus putih terinduksi parasetamol (Apriyanto, dkk., 2000). Berdasarkan penelitian

tersebut, akan dilakukan penelitian hepatokuratif dengan model antihepatotoksik

dari infusa herba Mimosa pigra L. dengan senyawa model karbon tetraklorida.

Digunakan infusa karena metode infundasi mendekati metode yang sering

digunakan oleh masyarakat yaitu perebusan, selain itu senyawa fenolik yang

diduga sebagai senyawa antioksidan dalam herba Mimosa pigra L. juga dapat

larut dan terekstrak menggunakan air panas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

29

Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang cukup sering digunakan

sebagai senyawa model untuk melakukan perusakan pada organ hati. Karbon

tetraklorida (CCl4) akan dimetabolisme oleh sitokrom p450 menjadi senyawa

toksik pada hati yaitu radikal bebas triklorometil (∙CCl3). Senyawa radikal ini

kemudian dapat mengalami reaksi lebih lanjut dengan lipid pada hati

menyebabkan terbentuknya radikal lipid seperti malonilaldehid dan

hidroperoksida yang menumpuk pada sel hati dan menyebabkan kerusakan sel

tersebut (Bashandy, et al., 2011).

Pengobatan perlemakan hati akibat radikal bebas dapat dilakukan

menggunakan antioksidan. Ekstrak metanol daun Mimosa pigra L. memiliki

potensi sebagai antioksidan secara in vitro (Lee, 2008). Ekstrak metanol daun

Mimosa pigra L. juga memiliki aktivitas antihipertensi pulmonar, serta

mengandung berbagai macam flavonoid seperti quercetin dan myricitrin sebagai

senyawa antioksidan dan triptophan sebagai agen proliferasi sel (Rakotomalala,

et al., 2013).

Efek antihepatotoksik adalah efek dari suatu senyawa dalam

menyembuhkan dan mencegah kerusakan lebih lanjut dari organ hati yang sudah

terpapar senyawa radikal bebas dalam jangka waktu tertentu.

I. Hipotesis

Infusa herba Mimosa pigra L. memiliki potensi antihepatotoksik pada

tikus putih jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L.

terhadap tikus putih jantan galur Wistar merupakan jenis penelitian eksperimental

murni dengan diberikan pelakuan terhadap sejumlah variabel penelitian.

Rancangan penelitian ini termasuk rancangan acak lengkap dengan menggunakan

pola searah.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan pada percobaan ini ialah:

1. Variabel penelitian

a. Variabel utama.

1) Variabel bebas

Variasi dosis infusa herba Mimosa pigra. L.

2) Variabel tergantung

Efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. terhadap tikus putih

jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida dengan tolok ukur

kuantitatif berdasarkan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST (U/l)

dalam darah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

31

b. Variabel pengacau.

1) Variabel pengacau terkendali

Kondisi hewan uji yaitu tikus putih galur Wistar, jenis kelamin jantan, berat

badan 120-200 gram, dan usia 2-3 bulan. Pemberian infusa herba Mimosa

pigra L. dilakukan secara per oral. Bahan herba Mimosa pigra L. didapat dari

tanah lapang sekitar Dusun Krodan, Yogyakarta.

2) Variabel pengacau tidak terkendali

Kondisi patologis dan fisiologis hewan uji, kondisi herba Mimosa pigra L.

yang digunakan.

2. Definisi operasional

a. Herba Mimosa pigra L.

Herba Mimosa pigra L. adalah bagian tumbuhan di atas tanah, tidak termasuk

batang utama dan merupakan percabangan muda berwarna hijau pada

tanaman yang masih terdapat daun, polong, dan (atau) bunga.

b. Infusa herba Mimosa pigra L.

Infusa herba Mimosa pigra L. adalah infusa yang diperoleh dengan

mengekstraksi herba segar Mimosa pigra L. seberat 11,34 gram yang direbus

dalam 50 ml aquadest selama 15 menit pada suhu 90oC.

c. Efek antihepatotoksik

Efek antihepatotoksik adalah efek Infusa Herba Mimosa pigra L pada dosis

tertentu (dosis I : 1,26 g/KgBB, dosis II : 1,89 g/KgBB, dan dosis III : 2,835

g/KgBB) dalam menyembuhkan kerusakan sel-sel hati pada jangka waktu 6

jam setelah pemberian senyawa model karbon tetraklorida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

32

C. Bahan Penelitian

1. Bahan utama

a. Hewan uji

Hewan uji yang digunakan berupa tikus putih jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan

dengan berat badan berkisar antara 120-200 gram yang diperoleh dari

Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji

Bahan uji berupa infusa herba Mimosa pigra L. yang didapat di tanah lapang

sekitar Dusun Krodan, Yogyakarta yang diambil pada pagi hari sekitar pukul

07.00 WIB.

c. Silimarin (Naturex France, distributor PT Megasetia Agung Kimia) sebagai

kontrol positif

2. Bahan kimia

a. Aquades sebagai pelarut infusa diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan hepatotoksin yang digunakan yaitu karbon tetraklorida (Merck),

berupa cairan, tidak berwarna, berbau khas yang diperoleh dari Laboratorium

Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

c. Bahan pelarut karbon tetraklorida dan kontrol negatif adalah minyak zaitun

(Filippo Berio) yang berupa cairan yang dibeli dari swalayan (Indogrosir, Jalan

Parangtritis, Yogyakarta).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

33

d. CMC-Na sebagai pensuspensi silimarin, berupa serbuk berwarna putih yang

diperoleh dari laboratorium Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

e. Blangko pengujian ALT dan AST menggunakan aqua bidestilata (PT.

Ikapharmindo Putramas, Jakarta) yang diperoleh dari Laboratorium Kimia

Analisis Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma..

f. Bahan untuk mengukur aktivitas serum ALT dan AST berupa reagen ALT

dan AST merk DiaSys.

A. Serum ALT

Reagen serum yang digunakan adalah reagen serum ALT DiaSys.

Komposisi dan konsentrasi dari reagen serum ALT adalah sebagai

berikut:

R1: TRIS pH 7,15 140 mmol/L L-Alanine 700 mmol/L LDH (lactatedehydrogenase) 2300 U/L

R2: 2-Oxoglutarate 85 mmol/L NADH 1 mmol/L Pyridoxal-5-phosphate

FS: Good’s buffer pH 9,6 100 mmol/L Pyridoxal-5-phosphate 13 mmol/L

B. Serum AST

Reagen serum yang digunakan adalah reagen serum AST DiaSys.

Komposisi dan konsentrasi dari reagen serum AST adalah sebagai

berikut:

R1: TRIS pH 7,65 110 mmol/L L-Aspartate 320 mmol/L MDH(malatedehydrogenase) 800 U/L LDH(lactatedehydrogenase) 1200 U/L

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

34

R2: 2-Oxoglutarate 65 mmol/L NADH 1mmol/L Pyridoxal-5-phosphate

FS: Good’s buffer pH 9,6 100 mmol/L Pyridoxal-5-phosphate 13mmol/L

D. Alat Penelitian

Alat Infundasi yang digunakan adalah seperangkat alat gelas berupa

Beakker glass, gelas ukur, labu takar, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrek Iwaki

Glass), panci, termometer, gelas stainless steel dan timbangan analitik. Sedangkan

alat untuk uji antihepatotoksik adalah seperangkat alat gelas (Pyrex), tabung

Eppendorf, timbangan elektrik, sentrifuge, vortex, spuit peroral dan syringe 5 cc

(Terumo), pipa kapiler, dan vitalab mikro (Microlab 200, Merck).

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman Mimosa pigra L.

Determinasi tanaman Mimosa pigra L. dilakukan dengan mencocokan

ciri-ciri tanaman Mimosa pigra L. dengan buku acuan (Backer, 1963).

2. Pengumpulan bahan

Bahan uji yang digunakan adalah herba Mimosa pigra L. yang masih

segar dengan batang berwarna hijau dan terdapat daun, bunga, serta polong.

3. Pembuatan infusa herba Mimosa pigra L.

Sebanyak 11,34 gram herba Mimosa pigra L dibasahi dengan 50 ml

aquades di dalam gelas stainless steel. Kemudian gelas direndam dalam aqudes

pada panci dan dipanaskan hingga suhu 90oC. Pemanasan dilakukan selama 15

menit sesudah suhu infusa di dalam gelas mencapai 90 oC. Setelah 15 menit hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

35

rebusan disaring dengan kertas saring dan kemudian ditambahkan aquades panas

melalui ampas hingga 50 ml untuk mengganti pelarut yang hilang selama proses

infundasi.

4. Penetapan dosis infusa herba Mimosa pigra L.

Dasar penetapan peringkat dosis adalah bobot tertinggi tikus dan

pemberian cairan secara peroral separuh volume maksimum yaitu 2,5 ml.

Penetapan dosis tertinggi infusa herba Mimosa pigra L. adalah :

D x BB = C x V

D x BB tertinggi tikus ( KgBB) = C ekstrak (mg/ml) x 2,5 ml

D = (C ekstrak x 2,5 ml) / BB

Dosis yang didapat adalah dosis pemberian maksimum. Dua dosis

lainnya diperoleh dengan membagi 1,5 nilai dosis maksimum yang didapat

sebagai peringkat dosis II dan membagi 2,25 nilai dosis maksimum yang didapat

sebagai peringkat dosis I.

5. Pembuatan larutan karbon tetraklorida dalam minyak zaitun

Larutan karbon tetraklorida dalam minyak zaitun dibuat dengan cara

mengambil volume karbon tetraklorida secara seksama, kemudian dilarutkan

dengan minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 1.

6. Pembuatan suspensi ekstrak silimarin

Sebanyak 100 mg ekstrak kering silimarin disuspensikan dalam 50 ml

CMC-Na 1%. Suspensi serbuk silimarin kemudian digojok hingga terdispersi

sempurna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

36

7. Uji pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida.

Pemilihan dosis karbon tetraklorida dilakukan untuk mengetahui dosis karbon

tetraklorida yang mampu menyebabkan kerusakan hati tikus dengan indikasi

peningkatan aktivitas serum ALT dan AST paling tinggi tetapi tidak menimbulkan

kematian. Dosis hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2,0

ml/kg BB karbon tetraklorida dalam minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 1 dan

diberikan secara intraperitoneal (Murugesan, Sathiskumar, Jayabalan, Binupriya,

Swaminantan, dan Yun, 2009).

b. Penetapan waktu pencuplikan darah.

Aktivitas serum ALT dan AST tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2,0

ml/KgBB secara intraperitoneal diukur pada jam ke-0, 24, 48, dan 72 setelah

pemejanan kemudian ditetapkan kenaikan paling tinggi dari kedua serum tersebut.

Waktu peningkatan serum ALT dan AST yang paling tinggi akan dijadikan

sebagai waktu pencuplikan darah untuk penelitian antihepatotoksik.

c. Penetapan waktu pemberian infusa herba Mimosa pigra L.

Pemberian infusa herba Mimosa pigra L. dilakukan 6 jam setelah pemejanan

karbon tetraklorida. Kerusakan sel-sel hati akan terjadi setelah 6 jam terpapar

karbon tetraklorida (Mumtaz, 2010). Pengukuran aktivitas ALT dan AST

dilakukan berdasarkan waktu hasil orientasi.

8. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Hewan percobaan yang dibutuhkan sebanyak 35 ekor tikus putih jantan

galur Wistar dibagi secara acak dalam tujuh kelompok sama banyak. Kelompok I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

37

merupakan kontrol negatif yaitu pemberian minyak zaitun secara intraperitoneal.

Kelompok II merupakan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dengan dosis

2,0 ml/KgBB dalam minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 1 secara

intraperitoneal. Kelompok III merupakan kontrol perlakuan yaitu pemberian

infusa herba Mimosa pigra L. dosis tertinggi 2,835 g/kg BB secara per oral.

Kelompok IV adalah kelompok kontrol positif, dimana pemberian karbon

tetraklorida dosis 2,0 ml/KgBB secara intraperitoneal diikuti dengan suspensi

ekstrak silimarin dengan dosis 25 mg/KgBB setelah 6 jam. Kelompok V

merupakan perlakuan dosis I dengan pemberian karbon tetraklorida pada dosis 2,0

ml/KgBB secara intraperitoneal dan diikuti dengan pemberian infusa dosis 1,26

g/KgBB setelah 6 jam. Kelompok VI merupakan perlakuan dosis II dengan

pemberian karbon tetraklorida secara intraperitoneal pada dosis 2,0 ml/KgBB dan

diikuti dengan pemberian infusa dosis 1,89 g/KgBB setelah 6 jam. Kelompok VII

merupakan perlakuan dosis III dengan pemberian karbon tetraklorida secara

intraperitoneal pada dosis 2,0 ml/KgBB dan diikuti dengan pemberian infusa

dosis 2,835 g/KgBB setelah 6 jam. Pada jam ke-24 setelah diberi karbon

tetraklorida semua kelompok diambil darahnya pada daerah vena orbitalis,

kemudian ditampung dalam tabung Eppendorf untuk penetapan aktivitas serum

ALT dan AST. Darah disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 5000 rpm

dan bagian supernatannya diambil.

9. Penetapan aktivitas ALT-AST serum

Alat yang digunakan untuk menganalisis aktivitas ALT dan AST serum

adalah Mikro vitalab 200. Aktivitas enzim diukur pada panjang gelombang 340

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

38

nm, suhu 37oC, dengan faktor koreksi, dan dinyatakan dengan satuan U/L.

Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST dilakukan di Laboratorium Biokimia

Fisiologi Manusia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Analisis serum ALT dilakukan dengan cara mencampur 100 μL serum dengan

1000 μL reagen I, kemudian dicampurkan 250 μL reagen II dan dibaca resapan

setelah satu menit. Untuk analisis serum AST serum dilakukan dengan cara

mencampur 100 μL serum dengan 1000 μL reagen I, kemudian dicampurkan 250

μL reagen II dan dibaca serapan setelah satu menit.

Perhitungan % antihepatotoksik diperoleh dengan rumus:

�1 −(purataALTperlakuan − purataALTkontrolnegatif)

(purataALTkontrolhepatotoksin − purataALTkontrolnegatif)� × 100%

�1 −(purataASTperlakuan − purataASTkontrolnegatif)

(purataASTkontrolhepatotoksin − purataASTkontrolnegatif)� × 100%

(Wakchaure, Jain, Singhai, Somani, 2013).

Perhitungan daya antihepatotoksik terhadap kontrol positif silimarin

diperoleh dengan menggunakan rumus :

%antihepatotoksikALTperlakuan

%antihepatotoksikALTsilimarinx100%

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data aktivitas ALT-AST diuji dengan metode Kolmogorov-Smirnov

untuk mengetahui distribusi data dan analisis varian untuk melihat homogenitas

varian antar kelompoknya sabagai syarat analisis parametrik. Jika data

terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan analisis variansi pola searah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

39

(ANOVA one way) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan

masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk

melihat perbedaan antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau tidak

bermakna (tidak signifikan) (p>0,05). Tetapi bila distribusi tidak normal

dilakukan analisis dengan Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas

ALT-AST serum antar kelompok. Kemudian dilanjutkan uji dengan Mann-

Whitney untuk melihat perbedaan tiap kelompok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efek antihepatotoksik

dari infusa herba Mimosa pigra L. terhadap tikus putih jantan terinduksi karbon

tetraklorida (CCl4) berdasarkan aktivitas enzim ALT dan AST dalam darah.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang sudah

menguji mengenai efek hepatoprotektif herba Mimosa pigra L. terhadap tikus

putih jantan galur Wistar terinduksi parasetamol. Pada penelitian ini digunakan

indikator berupa aktivitas ALT dan AST pada serum darah tikus yang diamati

secara kuantitatif yang dapat menunjukkan kerusakan hati yang terjadi.

A. Penyiapan Bahan

1. Hasil determinasi tanaman

Penelitian mengenai efek antihepatotoksik ini menggunakan herba

Mimosa pigra L. sebagai tanaman yang diuji aktivitasnya. Herba Mimosa pigra L.

didapat dari tanah lapang sekitar dusun Krodan. Untuk menjamin kebenaran

tanaman yang digunakan, dilakukan determinasi tanaman Mimosa pigra L.

(lampiran 3).

Proses determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Determinasi tanaman

Mimosa pigra L. menggunakan buku acuan karangan Backer (1963). Bagian

tanaman yang dideterminasi antara lain batang, daun, polong, dan bunga. Proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

41

determinasi dilakukan hingga ke tingkat spesies. Dari hasil determinasi,

dipastikan bahwa batang, daun, polong, dan bunga adalah benar dari tanaman

Mimosa pigra L.

2. Pembuatan infusa herba Mimosa pigra L.

Pembuatan infusa herba Mimosa pigra L. dilakukan dengan metode

infundasi. Infundasi dilakukan dengan cara menimbang herba Mimosa pigra L.

sebanyak 11,34 gram kemudian dilakukan perajangan. Potongan herba Mimosa

pigra L. kemudian dimasukan ke dalam gelas stainless steel kemudian

ditambahkan 50 ml aquades. Harus dipastikan bahwa seluruh potongan herba

terendam dalam air supaya ketika proses pemanansan, molekul air dapat

mengekstrak senyawa-senyawa metabolit sekunder dari seluruh permukaan

potongan herba. Dalam proses infundasi, digunakan bahan stainless steel bukan

aluminium supaya kandungan Mimosa pigra L. terutama flavonoidnya tidak rusak

akibat bereaksi dengan logam aluminium. Peneliti menggunakan herba Mimosa

pigra L. segar sesuai dengan penelitian sebelumnya. Pemilihan bahan segar ini

juga dilandasi dengan kemudahan aplikasi pada masyarakat karena tidak perlu

melakukan pengeringan bahkan penyerbukan. Herba segar memiliki kandungan

metabolit sekunder yang masih utuh karena tidak mengalami proses pengeringan

yang dapat mendegradasi senyawa-senyawa tersebut. Bagian tanaman yang

digunakan berupa herba dikarenakan senyawa antioksidan yang dituju diharapkan

berasal dari seluruh bagian tanaman di atas tanah, bukan hanya dari daun, batang,

bunga, atau polong saja, sehingga senyawa antioksidan yang didapat menjadi

lebih banyak baik jenis maupun jumlahnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

42

Proses infundasi dilakukan selama 15 menit setelah suhu infusa tepat

menunjukkan 90oC. Setelah 15 menit, panci infusa diangkat dari penangas dan

kemudian gelas stainless steel ditiriskan. Air dalam gelas kemudian disaring

dengan kertas saring saat itu juga ke dalam labu takar 50 ml. Untuk mengganti

kehilangan air akibat penguapan, dilakukan penambahan air panas melalui ampas

herba Mimosa pigra L. dalam kertas saring hingga batas tanda. Hal ini bertujuan

agar air panas yang melewati ampas dapat mengekstrak kandungan dalam ampas

yang masih tersisa.

Dipilih metode infundasi dengan pertimbangan bahwa penelitian

sebelumnya juga menggunakan infusa herba Mimosa pigra L. sebagai agen

hepatoprotektif. Selain itu, infusa merupakan bentuk esktrak cair yang paling

mudah diaplikasikan oleh orang awam sekalipun. Infusa merupakan metode

ekstraksi yang biasa dilakukan oleh orang awam untuk membuat obat herbal.

Pemakaian secara empiris dari herba Mimosa pigra L. juga dengan cara direbus

sehingga dipilih metode infundasi sebagai metode yang palin mendekati dengan

perebusan. Selain itu, infusa menggunakan pelarut air juga sesuai dengan pelarut

senyawa sasaran pada herba Mimosa pigra L. yaitu flavonoid dan senyawa fenolik

lain. Senyawa-senyawa fenolik merupakan senyawa yang dapat larut dalam air

panas sehingga dapat terekstrak dengan metode infundasi (Xu, et al., 2008). Akan

tetapi, kekurangan dari metode ini adalah infusa yang didapat tidak bisa

digunakan lebih dari hari (24 jam), dikarenakan kandungan air yang cukup tinggi

dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme terutama kapang dan khamir. Oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

43

karena itu, setiap pemejanan infusa, peneliti selalu melakukan infundasi herba

Mimosa pigra L.

B. Uji Pendahuluan

1. Penetapan dosis hepatotoksin

Penelitian kali ini menggunakan senyawa model hepatotoksin berupa

karbon tetraklorida. Hepatotoksin karbon tetraklorida pada dosis tertentu dapat

menyababkan kerusakan hati berupa perlemakan hati. Terjadinya perlemakan hati

ini ditandai dengan kenaikan serum ALT dan AST sekitar 3-4 kali normal (Thapa

dan Walia, 2007). Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan

parasetamol sebagai hepatotoksin. Parasetamol dapat menyebabkan nekrosis hati

yang ditandai dengan kenaikan serum ALT dan AST mencapai 10-20 kali dari

normal.

Dosis karbon tetraklorida yang digunakan pada penelitian ini yaitu 2

ml/KgBB, dengan menggunakan pelarut minyak zaitun. Perbandingan yang

digunakan yaitu 1 : 1. Penetapan dosis ini dilakukan berdasarkan penelitian dari

Yadav, Pal, Shanker, Bawankule, Gupta, Darokar, et al., (2008) menggunakan

karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB dengan pemberian secara intraperitoneal.

Dengan pemberian secara intraperitoneal diharapkan hepatotoksin akan langsung

terlarut dalam cairan intraperitoneal dan terabsorbsi pada pembuluh darah di

dalam rongga perut, sehingga tidak melalui saluran pencernaan dan rusak akibat

enzim pencernaan. Dengan kondisi tersebut, diharapkan efek hepatotoksik dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

44

karbon tetraklorida dapat terjadi lebih cepat dan menimbulkan keparahan lebih

besar.

2. Penentuan dosis infusa herba Mimosa pigra L.

Dosis infusa herba Mimosa pigra L. yang digunakan didapat dari

penelitian Apriyanto, dkk (2000). Pada penelitian dari Apriyanto, dkk (2000),

digunakan infusa herba Mimosa pigra L. dengan 4 peringkat dosis. Dosis terkecil

yang digunakan adalah 0,84 g/KgBB dan dosis tertinggi yang digunakan adalah

2,835 g/KgBB dengan kelipatan 1,5 tiap peringkat dosisnya. Pada penelitian ini,

peneliti melakukan modifikasi peringkat dosis. Peneliti menggunakan 3 peringkat

dosis dengan mengeliminasi peringkat dosis pertama dari penelitian Apriyanto,

dkk (2000). Hal ini dikarenakan pada penelitian Apriyanto, dkk (2000)

menyatakan bahwa dosis 0,84 g/KgBB potensi aktivitas hepatoprotektifnya tidak

sebaik pada dosis 1,26 g/KgBB. Atas pertimbangan tersebut, peneliti

menggunakan 3 peringkat dosis dengan dosis rendah 1,26 g/KgBB, dosis tengah

1,89 g/KgBB, dan dosis tinggi 2,835 g/KgBB.

3. Penentuan dosis kontrol positif silimarin

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kontrol positif berupa silimarin

dengan kemurnian 80% produksi Naturex (lampiran 5). Pemilihan kontrol positif

silimarin ini didasari dari kemampuan silimarin dalam mengobati penyakit hati.

Silimarin memiliki kemampuan sebagai hepatoprotektor dan antioksidan dengan

kandungannya berupa senyawa flavonolignan seperti silidianin, silibin, isosilibin,

dan silichristin (Javed, et al., 2011). Tujuan penggunaan kontrol positif silimarin

ini adalah untuk membandingkan efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

45

pigra L. terhadap efek antihepatotoksik dari silimarin yang memang sudah

terbukti mampu menangkal radikal bebas penyebab penyakit pada hati.

Penelitian efek hepatokuratif dengan model antihepatotoksik memang

belum pernah dilakukan dengan menggunakan kontrol positif silimarin, sehingga

untuk penggunaan dosis silimarin dilakukan penyesuaian dengan dosis terapi

harian silimarin pada manusia. Dosis terapi harian silimarin pada manusia

berkisar antara 240-800 mg/hari (Javed, et al., 2011). Pada dosis 240 mg/hari

tersebut, dilakukan konversi dosis tikus dan didapatkan dosis pada tikus yaitu 21,6

mg/KgBB. Dari dosis tersebut, peneliti memilih dosis 25 mg/KgBB selain itu,

pemilihan dosis juga dilakukan dengan pendekatan dari penelitian yang dilakukan

Surendran, Eswaran, Vijayakumar, dan Rao (2011) mengenai efek hepatoprotektif

Cissampelos pariera melawan kerusakan hati terinduksi karbon tetraklorida

menggunakan silimarin dosis 25 mg/KgBB sebagai kontrol positif.

Pembuatan silimarin dilakukan menggunakan CMC-Na dengan

konsentrasi 1% sebagai pendispersinya. Hal ini dikarenakan silimarin sangat sulit

larut dalam air. Kelarutan silimarin hanya 0,04 mg/ml dalam air (Javed, et al.,

2011). Silimarin yang telah ditimbang kemudian didipesrsikan dalam sejumlah

CMC-Na 1% hingga terbentuk suspensi silimarin dengan konsentrasi konsentrasi

2 mg/ml.

4. Penentuan waktu pencuplikan darah

Pada penentuan dosis antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L.

dilakukan juga penentuan waktu pencuplikan darah pada rentang waktu tertentu,

yaitu 24, 48, dan 72 jam setelah pemejanan hepatotoksin. Tujuan pencuplikan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

46

adalah untuk melihat waktu ketika hepatotoksin karbon tetraklorida pada dosis 2

ml/KgBB memberikan kerusakan yang paling besar pada organ hati. Dari

pengujian ini kemudian didapat waktu terjadinyna peningkatan ALT dan AST

paling besar. Waktu inilah yang kemudian dijadikan pedoman pengambilan darah

tikus dalam melakukan penelitian lebih lanjut. Karbon tetraklorida dosis 2

ml/KgBB dipejankan pada tikus yang kemudian pada jam 24, 48, dan 72 diambil

darah untuk dilihat aktivitas ALT dan ASTnya. Sebelum dipejan karbon

tetraklorida, tikus diambil darah pada jam ke-0 untuk melihat aktivitas ALT dan

AST pada keadaan normal dan juga untuk melihat kenaikan aktivitas serum ALT

dan AST pada waktu pencuplikan yang sudah ditentukan.

Hasil pengujian aktivitas serum ALT dapat dilihat pada tabel I dan

gambar 8.

Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2

ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, 48, dan 72 jam Selang waktu (jam) Purata Aktivitas serum ALT ± SE (U/l)

0 43,8 ± 1,4

24 141,6 ± 12,4

48 56,0 ± 8,3

72 40,6 ± 5,1

Keterangan : SE = Standard Error

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

47

Gambar 8. Diagram batang rata-tata aktivitas serum ALT sel hati tikus

setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, 48, dan 72 jam

Dari tabel I dan gambar 8 tersebut, terlihat bahwa aktivitas serum ALT

yang paling besar terlihat pada jam ke-24 (141,6 ± 12,35 U/l). Dibandingkan

dengan jam ke-0 (43,8 ± 1,39 U/l), aktivitas serum ALT mengalami kenaikan 3-4

kali. Pada pencuplikan darah jam ke-48 (56,0 ± 8,26 U/l), aktivitas serum ALT

kembali normal (hampir sama dengan jam ke-0). Peneliti juga melakukan

pencuplikan darah pada jam ke-72 untuk memastikan aktivitas ALT benar-benar

dalam keadaan normal dan tidak ada kenaikan aktivitas lagi setelah lebih dari 24

jam pemejanan karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB. Pada jam ke-72 (40,6 ± 5,14

U/l) aktivitas serum ALT menunjukkan hasil yang juga mendekati jam ke-0. Hasil

uji statistik aktivitas serum ALT menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

48

bermakna antara aktivitas serum ALT pada jam ke-24 dengan jam ke-0, 48, dan

72 (p=0,009), akan tetapi terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara aktivitas

ALT pada jam ke-0 dengan jam ke-48 (p=0,295), dan jam ke-72 (p=0,116). Hal

ini menunjukkan bahwa pada jam ke-48 dan 72, aktivitas serum ALT sudah

normal kembali seperti pada aktivitas serum ALT jam ke-0. Dari hasil ini dapat

dinyatakan bahwa pada jam ke-24, karbon tetraklorida akan menyebabkan

kerusakan hati paling parah. Akan tetapi pada jam ke-48 dan jam ke-72, metabolit

karbon tetraklorida sudah mulai diekskresikan sehingga kerusakan yang

disebabkan oleh senyawa tersebut mulai terhenti. Selain itu hati mulai melakukan

regenerasi sel-sel hati yang merupakan mekanisme fisiologis hati untuk

menggantikan sel yang rusak sehingga kondisi organ hati kembali membaik dan

aktivitas serum ALT dapat kembali normal. Hasil uji statistik aktivitas serum ALT

pada berbagai jam pencuplikan dapat dilihat di tabel II.

Tabel II. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48, dan 72

Jam 0 Jam 24 Jam 48 Jam 72

Jam 0 BB TB TB

Jam 24 BB BB BB

Jam 48 TB BB TB

Jam 72 TB BB TB

BB = Berbeda bermakna (p<0,05) ; TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Sama halnya dengan aktivitas serum ALT, aktivitas serum AST juga

diukur pada waktu pencuplikan yang sudah ditentukan yaitu 24, 48, dan 72 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

49

setelah pemejanan hepatotoksin. Tujuan dari pencuplikan ini adalah untuk melihat

waktu ketika karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan hati yang ditandai

dengan kenaikan aktivitas serum AST palin tinggi. Hasil yang didapatkan dari

pengujian ini dapat dilihat dari tabel III dan gambar 9.

Tabel III. Aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis

2 ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, 48, dan 72 jam Selang waktu

(jam) Purata Aktivitas serum ALT ± SE (U/l)

0 116,2 ± 2,2

24 489,8 ± 41,2

48 179 ± 22,7

72 95,4 ± 3,8

Keterangan : SE = Standar Error

Gambar 9. Diagram batang rata-tata aktivitas serum AST sel hati tikus

setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada selang waktu 0, 24, 48, dan 72 jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

50

Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa kenaikan serum AST paling

tinggi terjadi pada jam ke-24 (489,8 ± 41,2 U/l). Sama seperti aktivitas serum

ALT, hal ini menunjukkan kerusakan hati paling parah terjadi pada jam ke-24.

Kenaikan aktivitas serum AST pada jam ke-24 dibandingkan jam ke-0 (116,2 ±

2,2 U/l) sebesar 4-5 kali lipat. Pada jam ke-48 (179 ± 22,7 U/l) dan jam ke-72

(95,4 ± 3,83 U/l), aktivitas serum AST sudah mulai mengalami penurunan. Secara

statistik, seluruh aktivitas serum AST pada pencuplikan ke-0, 48, dan 72 memiliki

perbedaan yang bermakna terhadap aktivitas serum AST pada pencuplikan jam

ke-24 (p=0,009), akan tetapi, pada jam ke-48 (p=0,016) dan jam ke-72 (p=0,009)

juga terdapat perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum AST jam ke-0. Hal ini

dikarenakan pada jam ke-48, aktivitas serum AST belum benar-benar berada

dalam kondisi normal (mendekati jam ke-0). Serum AST tidak hanya disekresikan

oleh sel-sel hati. Beberapa organ vital seperti otot rangka dan jantung juga dapat

mensekresikan enzim AST (Fancher, Kamboj, Onate, 2007). Apabila sel-sel dari

organ tersebut mengalami stres oksidatif, maka enzim AST dalam sel akan masuk

ke aliran darah dan meningkatkan aktivitas serum AST dalam darah (Amacher,

1998). Karbon tetraklorida yang dipejankan secara i.p. tidak hanya menyebabkan

stres oksidatif pada hati melainkan pada organ-organ yang lain karena terbawa

aliran sistemik, sehingga dimungkinkan kerusakan yang terjadi tidak hanya pada

hati namun juga terjadi cidera otot rangka maupun otot jantung. Oleh karena itu,

aktivitas serum AST akan kembali normal dengan proses yang lebih lama dari

serum ALT karena organ selain hati tidak memiliki kapasitas regenerasi secepat

hati, sehingga walaupun kondisi hati sudah normal, aktivitas serum AST tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

51

dalam kondisi di atas normal. Pada jam ke-72, aktivitas serum AST sudah kembali

dalam batas normal. Walaupun secara statistik dinyatakan berbeda bermakna

dengan aktivitas serum AST pada jam ke-0 (p=0,009), kondisi ini tetap dapat

menyatakan bahwa sudah tidak terjadi kenaikan aktivitas serum AST pada setelah

lebih dari 24 jam pemejanan karbon tetraklorida. Hasil pengujian statistik dapat

dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian

karbon tetraklorida dosis 2 ml/KgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24, 48, dan 72

Jam 0 Jam 24 Jam 48 Jam 72

Jam 0 BB BB BB

Jam 24 BB BB BB

Jam 48 BB BB BB

Jam 72 BB BB BB

BB = Berbeda bermakna (p<0,05) ; TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Dari data tersebut, terlihat bahwa aktivitas serum ALT dan AST

menunjukkan perbedaan yang bermakna pada pencuplikan darah ke-24 (p<0,05)

dibandingkan dengan pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 72 setelah

pemejanan hepatotoksin. Berdasarkan kondisi ini, pada penelitian efek

antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. dipilih waktu pencuplikan darah

hewan uji pada jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida dengan dosis 2

ml/KgBB secara intraperitoneal.

Pada penelitian ini, selain aktivitas serum ALT peneliti juga melihat

aktivitas serum AST walaupun aktivitas serum AST tidak spesifik terhadap

kerusakan hati. Hal ini dikarenakan enzim AST juga diproduksi di organ selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

52

hati terutama otot dan jantung, sehingga kenaikan aktivitas serum AST juga dapat

disebabkan kerusakan organ-organ tersebut. Akan tetapi, pengamatan terhadap

aktivitas serum AST juga dapat digunakan sebagai data pendukung adanya

kerusakan pada hati.

C. Efek Antihepatotoksik Infusa Herba Mimosa pigra L Terhadap Tikus

Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida

Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek antihepatotoksik dari infusa

herba Mimosa pigra L. pada 3 tingkatan dosis yang berbeda. Pemberian infusa

herba Mimosa pigra L. diberikan secara per oral dengan peringkat dosis terkecil

sebesar 1,26 g/KgBB, peringkat dosis tengah sebesar 1,89 g/KgBB, dan peringkat

dosis paling tinggi yaitu 2,835 g/KgBB. Perlakuan antihepatotoksik dilakukan

dengan pemberian infusa 6 jam setelah pemejanan hepatotoksin karbon

tetraklorida. Pada jam ke-6 setelah pemejanan karbon tetraklorida i.p.,

hepatotoksin ini akan mulai menyebabkan nekrosis sel-sel hati. Selain itu, pada

jam ke-6 karbon tetraklorida i.p. terjadi steatosis yang ditandai dengan

pembentukan sel-sel balon pada hati. Hal ini dikarenakan 6 jam setelah pemejanan

karbon tetraklorida, senyawa ini sudah dimetabolisme oleh enzim-enzim

mikrosomal hati membentuk radikal lipid peroksida. Sel-sel hati juga melakukan

regenerasi dan perbaikan struktur dimulai dari jam ke-6 setelah karbon

tetraklorida dipejankan secara intraperitoneal (Mumtaz, 2010). Pemberian infusa

herba Mimosa pigra L. pada jam ke-6 setelah pemejanan hepatotoksin dilakukan

untuk melihat kemampuan infusa herba Mimosa pigra L. dalam membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

53

pemulihan sel-sel hati akibat pemejanan karbon tetraklorida. Selain itu, dilihat

pula kemampuan infusa herba Mimosa pigra L. dalam melawan radikal-radikal

bebas (diakibatkan dari radika lipid dan radikal CCl3) yang telah lebih dulu berada

pada organ hati dan melakukan perusakan pada organ tersebut.

Pada penelitian ini hanya dilakukan pemberian infusa herba Mimosa

pigra L. satu kali. Hal ini dikarenakan pemulihan kerusakan hati akibat pemberian

CCl4 berlangsung cepat (kurang dari 48 jam) sehingga bila diberikan secara

berulang dalam beberapa hari, efek penyembuhan yang terjadi juga dapat

dipengaruhi oleh kapasitas regenerasi hati. Oleh karena itu dapat dilakukan

penggunaan hepatotoksin jenis lain seperti parasetamol dan galaktosamin yang

dapat menyebabkan nekrosis hati dengan kondisi kerusakan lebih lama dari CCl4

sehingga dapat dilakuakan penelitian efek antihepatotoksik dengan perlakuan

pemberian infusa herba Mimosa pigra L. secara berulang pada hari yang berbeda

serta untuk melihat penyembuhan sel-sel hati yang mengalami nekrosis.

Parasetamol akan dimetabolisme membentuk metabolit antara berupa N-acetyl-p-

benzo-quinone imine (NAPQI) yang dalam kondisi berlebih dapat menjenuhkan

glutation sehingga NAPQI yang tersisa pada hati dapat menyebabkan nekrosis

hepatosit (Olson, 2006). Selain itu, galaktosamin dapat membentuk metabolit

galaktosamin-1-pospat yang dapat menghambat pembentukan glikogen,

polisakarida, dan glukouronat sehingga dapat menyebabkan nekrosis hati

(Keppler dan Decker, 1969).

Pencuplikan darah dilakukan pada jam ke-24 setelah pemberian

hepatotoksin karbon tetraklorida. Hasil orientasi yang dilakukan peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

54

menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT dan AST akan mencapai keadaan

paling tinggi pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida.

Tabel V. Efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis 1,26; 1,89; 2,835 g/KgBB terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada tikus putih terinduksi karbon tetraklorida

Kelompok

Aktivitas serum ALT (U/l)

Aktivitas serum

AST (U/l)

%antihepatotoksik (serum ALT)

%antihepatotoksik (serum AST)

Daya antihepatotoksik

(ALT)

I 41,4 ± 3,0

113,0 ± 4,6

100% 100% -

II 141,6 ± 12,4BB

489,8 ± 41,2BB

0% 0% -

III 39,6 ± 3,3TB

105,8 ± 2,2TB

- - -

IV 82,8 ± 7,0BB

431,0 ± 27,3TB

58,7% 15,6% -

V 79,0 ± 5,7BB

122,2 ± 9,7TB

62,5% 97,6% 106,5%

VI 69,8 ± 4,3BB

120,0 ± 4,4TB

71,7% 98,1% 122,1%

VII 101,6 ± 5,4BB

355,2 ± 17,1BB

39,9% 35,7% 68,0%

BB : berbeda bermakna dibanding kontrol negatif (p<0,05) ; TB : Tidak berbeda bermakna dibanding kontrol negatif (p>0,05)

I : Kelompok kontrol negatif (minyak zaitun 2 ml/KgBB) II : Kelompok kontrol hepatotoksin CCl4 dosis 2 ml/Kg BB III : Kelompok kontrol perlakuan (infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB) IV : Kelompok kontrol positif silimarin 25 mg/KgBB + CCl4 2 ml /KgBB V : Kelompok perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. 1,26 g/kgBB + CCl4 2 ml /KgBB VI : Kelompok perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. 1,89 g/kgBB + CCl4 2 ml /KgBB VII : Kelompok perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. 2,835 g/kgBB + CCl4 2 ml /KgBB

1. Kontrol negatif

Pada penelitian ini digunakan kontrol negatif berupa minyak zaitun

dengan dosis 2 ml/KgBB seara intraperitoneal. Kontrol negatif merupakan kontrol

pelarut hepatotoksin karbon tetraklorida dengan dosis yang sama untuk melihat

pengaruh pelarut hepatotoksin tersebut terhadap kenaikan aktivitas serum ALT

dan AST pada jam ke-24 sesuai waktu pencuplikan darah tikus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

55

Hasil pengukuran aktivitas serum ALT kontrol negatif pada jam ke-24

yaitu 41,40 ± 3,0 U/l. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan kondisi awal tikus

sebelum menerima perlakuan apapun (pengambilan darah jam ke-0). Hasil

statistik dengan uji t berpasangan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

tidak bermakna dari aktivitas serum ALT perlakuan kontrol negatif jam ke-0 dan

jam ke-24 (p=0,312), seperti yang ditunjukkan gambar VI

Tabel VI. Perbandingan aktivitas serum ALT jam ke-0 dengan perlakuan

kontrol negatif Jam 0 Jam 24

Jam 0 TB

Jam 24 TB

BB = Berbeda bermakna (p<0,05) ; TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Hasil pengukuran aktivitas serum AST jam ke-24 pada kontrol negatif

sebesar 113 ± 4,6 U/l. Hasil ini juga dibandingkan dengan keadaan serum AST

hewan uji awal yaitu pada jam ke-0. Hasil statistik menggunakan uji t

berpasangan menyatakan pada tabel VII bahwa ada perbedaan yang tidak

bermakna antara aktivitas serum AST pada jam ke-0 dengan jam ke-24 (p=0,096).

Tabel VII. Perbandingan aktivitas serum AST jam ke-0 dengan perlakuan

kontrol negatif Jam 0 Jam 24

Jam 0 TB

Jam 24 TB

BB = Berbeda bermakna (p<0,05) ; TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

56

Dari hasil olah data statisik tersebut, dinyatakan bahwa ada perbedaan

yang tidak bermakna antara aktivitas serum ALT dan AST pada hewan uji

sebelum dan sesudah menerima pemejanan minyak zaitun dosis 2 ml/KgBB

secara intraperitoneal. Dari hasil ini pula disimpulkan bahwa minyak zaitun

sebagai pelarut hepatotoksin karbon tetraklorida tidak memberikan pengaruh

terhadap kenaikan serum ALT dan AST hewan uji.

2. Kontrol hepatotoksin

Kontrol hepatotoksin dilakukan untuk melihat kerusakan hati yang dapat

ditimbulkan oleh hepatotoksin karbon tetraklorida pada dosis 2 ml/KgBB yang

dipejankan secara intraperitoneal. Kerusakan hati yang diamati adalah kerusakan

hati yang terjadi pada jam ke-24 dengan indikasi aktivitas serum ALT dan AST.

Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST pada jam ke-24 setelah

pemejanan hepatotoksin sebesar 141,6 ± 12,4 U/l dan 489,8 ± 41,2 U/l. Dari hasil

ini terlihat bahwa terjadi kenaikan aktivitas serum ALT sebesar lebih dari 3 kali

dari kontrol negatif (41,4 ± 3,0 U/l) dan pada aktivitas serum AST sebesar lebih

dari 4 kali aktivitas serum AST pada kontrol negatif (113,0 ± 4,6 U/l).

Peningkatan aktivitas serum ALT dan AST sebesar 3 kali normal (kontrol negatif)

menunjukkan adanya kerusakan akut pada organ hati. Salah satu kerusakan hati

yang ditandai dengan kenaikan aktivitas serum ALT dan AST sebesar 3 kali dari

normal yaitu perlemakan hati (Thapa dan Walia, 2007). Hal ini sesuai dengan

mekanisme perusakan oleh karbon tetraklorida yaitu steatosis. Dari hasil ini

diindikasikan bahwa hewan uji pada jam ke-24 setelah pemejanan karbon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

57

tetraklorida 2 ml/KgBB secara intraperitoneal mengalami kerusakan hati akut

berupa perlemakan hati.

Hasil pengolahan statistik yang terlihat pada tabel VIII (ALT) dan IX

(AST) menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT dan AST kontrol hepatotoksin

berbeda signifikan dengan aktivitas ALT dan AST pada kontrol negatif (p=0,009)

dan kontrol ekstrak. Dari hasil ini, kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida

dengan dosis 2 ml/KgBB akan dijadikan sebagai dasar untuk melihat besarnya

efek antihepatotoksik yang dimiliki oleh infusa herba Mimosa pigra L. dengan

variasi 3 tingkatan dosis yang berbeda.

3. Kontrol perlakuan (infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB)

Kontrol perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. dilakukan untuk melihat

pengaruh infusa herba Mimosa pigra L. terhadap aktivitas serum ALT dan AST

pada jam ke-24. Dosis yang digunakan yaitu dosis 2,835 g/KgBB p.o. yang

merupakan peringkat dosis tertinggi dalam perlakuan. Dosis ini dipilih karena

dianggap mewakili efek yang ditimbulkan oleh infusa herba Mimosa pigra L.

pada peringkat dosis I dan II. Penggunaan dosis terbesar didasarkan karena bila

tidak terjadi kenaikan aktivitas serum ALT dan AST pada jam ke-24 maka pada

dosis I dan II juga tidak memberikan pengaruh terhadap kenaikan aktivitas serum

ALT dan AST. Akan tetapi bila digunakan dosis I atau II sebagai kontrol ekstrak

dan tidak terjadi kenaikan aktivitas serum ALT dan AST pada dosis tersebut,

tidak menjamin pada dosis III akan memberikan kondisi yang sama karena pada

dosis III kandungan senyawa dalam infusa yang diberikan pada hewan uji jelas

lebih banyak dari dosis I dan II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

58

Hasil pengukuran aktivitas serum ALT pada kontrol ekstrak sebesar 39,6

± 3,3 U/l. Secara statistik (tabel VIII) terdapat perbedaan yang tidak bermakna

antara aktivitas serum ALT pada kontrol ekstrak dan aktivitas ALT pada kontrol

minyak (p=0,675). Hasil pengukuran aktivitas serum AST pada kontrol infusa

sebesar 105,8 ± 2,2. Secara statistik (tabel IX) terdapat perbedaan yang tidak

bermakna antara aktivitas serum AST pada kontrol ekstrak dan AST pada kontrol

minyak (p=0,209).

Dari hasil tersebut menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara

aktivitas serum ALT dan AST pada kontrol infusa dengan kontrol negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis 2,835 g/KgBB p.o.

tidak memberikan efek peningkatan aktivitas serum baik ALT maupun AST pada

jam ke-24.

4. Hasil Perhitungan %antihepatotoksik dan daya antihepatotoksik

serta penentuan dosis optimum antihepatotoksik infusa herba

Mimosa pigra L. terhadap tikus putih jantan galur Wistar terinduksi

karbon tetraklorida

Perhitungan %antihepatotoksik yang dilakukan oleh peneliti dengan cara

menghitung %kerusakan dari hepatotoksin terlebih dahulu. Perhitungan

%kerusakan didapat dengan membandingkan hasil penurunan purata aktivitas

serum transaminase perlakuan terhadap kontrol negatif dengan penurunan

aktivitas serum transaminase kontrol hepatotoksin terhadap kontrol negatif.

Kemudian %antihepatotoksik didapat dengan mengurangkan 100% sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

59

representasi hati dalam kondisi sehat dengan %kerusakan yang terhitung. Secara

matematis dinyatakan sebagai berikut :

�1 −(purataALTperlakuan − purataALTkontrolnegatif)

(purataALTkontrolkarbontetraklorida − purataALTkontrolnegatif)� × 100%

�1 −(purataASTperlakuan − purataASTkontrolnegatif)

(purataASTkontrolkarbontetraklorida − purataASTkontrolnegatif)� × 100%

(Wakchaure, Jain, Singhai, Somani, 2013).

Pada formula tersebut, digunakan pengurang berupa aktivitas serum

transaminase tikus pada kontrol negatif. Penggunaan aktivitas serum transaminase

kontrol negatif sebagai pengurang dikarenakan aktivitas serum transaminase

kontrol negatif merupakan aktivitas normal pada kondisi normal. Pada hakikatnya

aktivitas serum transaminase kontrol negatif adalah aktivitas serum transaminase

pada tikus yang diberikan pelarut senyawa uji, sehingga pada penelitian ini

seharusnya kontrol negatif dari perlakuan silimarin adalah CMC-Na 1% pada

dosis yang sama (25 mg/KgBB) dan kontrol negatif perlakuan adalah aquades

dengan volume pemberian maksimum yaitu 2,5 ml. Akan tetapi pada penelitian

kali ini, peneliti tidak melakukan pengukuran aktivitas serum transaminase

dengan senyawa tersebut karena CMC-Na 1% dan aquades tidak memiliki potensi

meningkatkan aktivitas serum transaminase. Hal ini didukung dari penelitian

Surendran, Eswaran, Vijayakumar, Rao (2011) yang juga menggunakan CMC-Na

1% sebagai kontrol negatif dan memperlihatkan tidak adanya peningkatan

aktivitas serum transaminase pada tikus. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

60

Sujono dan Widiatmoko, 2012 juga menggunakan aquades sebagai kontrol negatif

dan menunjukkan tidak adanya kenaikan aktivitas serum transaminase pada tikus.

Dari penelitian-penelitian tersebut, lebih diyakini bahwa aktivitas serum

transaminase tidak mengalami peningkatan dengan pemberian CMC-Na 1% dan

aquades sehingga untuk menggantikan kedua kontrol tersebut, peneliti

menggunakan kontrol negatif dalam penelitian berupa kontrol minyak yang

merupakan pelarut karbon tetraklorida. Hasil pengolahan data secara statistik

menyatakan bahwa aktivitas serum transaminase kontrol negatif berupa minyak

zaitun juga tidak berbeda bermakna dengan aktivitas transaminase tikus pada jam

ke-0, sehingga bisa dikatakan bahwa aktivitas serum transaminase pada kontrol

negatif minyak zaitun merupakan aktivitas serum transaminase tikus normal dan

digunakan dalam perhitungan %antihepatotoksik baik perlakuan infusa herba

Mimosa pigra L. maupun kontrol positif silimarin.

Perhitungan daya antihepatotoksik dilakukan dengan menggunakan

rumus :

%antihepatotoksikALTperlakuan

%antihepatotoksikALTsilimarinx100%

Tujuan perhitungan daya antihepatotoksik adalah untuk melihat efek

antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. dibandingkan dengan efek

antihepatotoksik dari silimarin dosis 25 mg/KgBB.

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan efek antihepatotoksik dari infusa

herba Mimosa pigra L. dan juga dosis optimum dari efek antihepatotoksik

tersebut dalam mengobati perlemakan hati akibat karbon tetraklorida. Dosis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

61

diuji dibagi menjadi 3 peringkat dosis. Peringkat dosis paling rendah yaitu 1,26

g/KgBB, peringkat dosis kedua yaitu 1,89 g/KgBB, dan peringkat dosis tertinggi

sebesar 2,835 g/KgBB. Dosis ini didapat dari penelitian Apriyanto, dkk (2000)

yang juga menggunakan dosis yang sama untuk menguji efek hepatoprotektif

infusa herba Mimosa pigra L. terhadap tikus terinduksi parasetamol.

Hasil pengolahan data aktivitas serum ALT dan AST secara statistik

menggunakan analisis non-parametrik Mann-Whitney dapat dilihat dari tabel VIII

dan IX, serta perbandingan aktivitas serum masing-masing dapat dilihat pada

gambar 10 dan 11. Hasil perbandingan %antihepatotoksik antara kontrol positif

silimarin dan perlakuan pemberian infusa herba Mimosa pigra L. dapat dilihat

pada gambar 12.

Gambar 10. Diagram batang rata-rata pengaruh pengaruh dosis pemberian infusa herba Mimosa pigra L. terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida

dilihat dari aktivitas serum ALT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

62

Tabel VIII. Perbandingan hasil antara seluruh kelompok kontrol terhadap perlakuan pemberian infusa herba Mimosa pigra L. berdasarkan serum ALT pada variasi dosis tertentu

Kontrol minyak zaitun

Kontrol CCl4

Kontrol ekstrak

Kontrol silimarin

Dosis I (1,26 g/KgBB)

Dosis II (1,89

g/KgBB)

Dosis III (2,835

g/KgBB) Kontrol minyak zaitun

BB TB BB BB BB BB

Kontrol CCl4

BB BB BB BB BB BB

Kontrol ekstrak

TB BB BB BB BB BB

Kontrol Silimarin

BB BB BB TB TB TB

Dosis I (1,26

g/KgBB) BB BB BB TB TB BB

Dosis II (1,89

g/KgBB) BB BB BB TB TB BB

Dosis III (2,835

g/KgBB) BB BB BB TB BB BB

BB = Berbeda bermakna (p<0,05) ; TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Gambar 11. Diagram batang rata-rata pengaruh pengaruh dosis pemberian infusa herba Mimosa pigra L. terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida

dilihat dari aktivitas serum AST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

63

Tabel IX. Perbandingan hasil antara seluruh kelompok kontrol terhadap perlakuan pemberian infusa herba Mimosa pigra L. berdasarkan serum AST pada variasi dosis tertentu

Kontrol minyak zaitun

Kontrol CCl4

Kontrol ekstrak

Kontrol silimarin

Dosis I (1,26 g/KgBB)

Dosis II (1,89

g/KgBB)

Dosis III (2,835

g/KgBB)

Kontrol minyak zaitun

BB TB BB TB TB BB

Kontrol CCl4

BB BB TB BB BB BB

Kontrol ekstrak

TB BB BB TB BB BB

Kontrol Silimarin

BB TB BB BB BB TB

Dosis I (1,26

g/KgBB) TB BB TB BB TB BB

Dosis II (1,89

g/KgBB) TB BB BB BB TB BB

Dosis III (2,835

g/KgBB) BB BB BB TB BB BB

BB = Berbeda bermakna (p<0,05) ; TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Gambar 12. Diagram batang %antihepatotoksik antara kontrol minyak

zaitun, kontrol CCl4, kontrol silimarin, dan perlakuan berdasarkan aktivitas serum ALT dan AST

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Kontrol minyak zaitun

Kontrol CCl4

kontrol silimarin

dosis I (1,26

g/KgBB)

dosis II (1,89

g/KgBB)

dosis III (2,835

g/KgBB)

%an

thep

ato

toks

ik(%

)

%antihepatotoksik serum ALT

%antihepatotoksik serum AST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

64

Pada pemberian silimarin dosis 25 mg/KgBB, didapatkan aktivitas serum

ALT sebesar 82,8 ± 7,0 U/l dan akivitas serum AST sebesar 431,0 ± 27,3 U/l.

Dari hasil aktivitas serum ALT yang didapat, %antihepatotoksik yang terhitung

adalah 58,7%. Bila dibandingkan dengan kontrol CCl4, terlihat perbedaan yang

bermakna (p=0,009) sehingga dapat disimpulkan bahwa silimarin dosis 25

mg/KgBB dapat menurunkan aktivitas serum ALT. Bila dibandingkan dengan

kontrol minyak, aktivitas serum ALT pemberian silimarin juga memberikan hasil

yang berbeda bermakna (p=0,009) sehingga nilai aktivitas serum ALT belum

berada pada batas normal. Dari hasil ini disimpulkan bahwa silimarin dosis 25

mg/KgBB p.o. mampu menurukan aktivitas serum ALT namun belum dapat

menormalkan aktivitasnya pada perlakuan antihepatotoksik.

Aktivitas serum AST yang terukur pada pemberian silimarin dosis 25

mg/KgBB p.o. menunjukkan %antihepatotoksik sebesar 15,6%. Perbandingan

aktivitas serum AST pada pemberian silimarin dengan kontrol CCl4

meununjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p=0,251) sehingga dikatakan

bahwa silimarin dosis 25 mg/KgBB p.o. tidak mampu menurunkan aktivitas

serum AST pada perlakuan antihepatotoksik. Hal ini dikarenakan kenaikan

aktivitas serum AST tidak hanya disebabkan oleh kerusakan hati melainkan juga

akibat cidera otot, jantung, serta organ vital lain seperti paru-paru. Selain merusak

hati, karbon tetraklorida juga menyebabkan kerusakan pada organ-organ tersebut,

sedangkan kemampuan utama silimarin pada dosis 25 mg/KgBB spesifik pada

kerusakan hati bukan kerusakan organ yang lain. Hal ini menyebabkan tingginya

aktivitas serum AST walaupun dengan pemberian silimarin sekalipun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

65

Dari hasil yang didapat, ditemukan perbedaan dari penelitian yang

selama ini dilakukan menggunakan kontrol positif silimarin dengan dosis 25

mg/KgBB dimana kebanyakan menunjukkan penurunan aktivitas serum baik ALT

maupun AST. Penelitian yang dilakukan oleh Surendran, et al., 2011

menunjukkan bahwa pemberian silimarin dosis 25 mg/KgBB p.o. memberikan

aktivitas serum ALT dan AST yang mendekati dengan kontrol negatif, sedangkan

secara statistik, pemberian silimarin memberikan perbedaan yang signifikan pada

aktivitas serum ALT dan AST dibandingkan kontrol CCl4. Hal ini dikarenakan

pada penelitian Surendran, et al., 2011 digunakan model hepatoprotektif di mana

terjadi penambahan antioksidan terlebih dahulu sebelum terjadi perusakan hati

sehingga organ hati sudah terlindungi oleh antioksidan dari silimarin

(flavonolignan). Ketika ada radikal bebas yang masuk dan meracuni sel-sel hati,

hati sudah memiliki perlindungan ganda baik dari enzim antioksidan hati sendiri

serta dari antioksidan silimarin sehingga radikal bebas yang akan merusak hati

dapat dinetralkan terlebih dahulu dan kerusakan hati dapat diminimalisir. Selain

itu, antioksidan yang diberikan guna melindungi hati dari radikal bebas juga

memicu pembentukan enzim hati seperti NADPH-chytochrom c reductase dan

cytochrome b5. Antioksidan juga dapat mereduksi efek toksik dari senyawa

tergantung metabolisme seperti karbon tetraklorida dengan cara menghambat

aktivitas dari sitokrom P450. Karbon tetraklorida akan membentuk radikal bebas

setelah melalui metabolisme fase I oleh enzim sitokrom P450. Inhibisi enzim ini

oleh antioksidan dapat memperlambat metabolsime CCl4 dan mereduksi

pembentukan radikal bebas dari senyawa tersebut (Sheweita, El-Gabar, Bastawy,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

66

2001). Berbeda dengan perlakuan antihepatotoksik, hati yang belum mendapatkan

perlindungan apapun dipaparkan oleh radikal bebas dari karbon tetraklorida. Satu-

satunya perlindungan yang dimiliki oleh sel hati adalah dari enzim antioksidan

hati itu sendiri (peroksidase, katalase, dll.). Pada perlakuan antihepatotoksik, hati

dipaparkan dengan karbon tetraklorida terlebih dahulu sehingga terjadi perusakan

oleh radikal bebas akibat CCl4. Radikal bebas ini akan merusak hati terutama pada

zona III di mana terdapat paling banyak aktivitas enzim mikrosomal dan enzim

antioksidan (Bowman, Rand, 1980). Perusakan hati tersebut akan menyebabkan

penurunan aktivitas eznim antioksidan sebelum terjadinya regenerasi sel-sel hati,

sehingga antioksidan dari silimarin bekerja sendiri dalam menetralkan radikal

bebas tanpa bantuan enzim antioksidan hati.

Pada pemberian silimarin dosis 25 mg/KgBB ditemukan aktivitas

antihepatotoksik berdasarkan aktivitas serum ALT dengan %antihepatotoksik

sebesar 58,7%. Berdasarkan aktivitas serum ALT, silimarin pada dosis 25

mg/KgBB sudah memiliki kemampuan sebagai antihepatotoksik. Oleh karena itu

silimarin dosis 25 mg/KgBB dapat berpotensi sebagai kontrol positif dari

penelitian dan dapat dijadikan sebagai pembanding daya antihepatotoksik

terhadap perlakuan menggunakan infusa herba Mimosa pigra L. Perhitungan daya

antihepatotoksik pada penelitian ini hanya berdasarkan aktivitas serum ALT yang

merupakan indikator spesifik kerusakan hati. Hal ini dikarenakan perhitungan

daya antihepatotoksik diharapkan menunjukkan perbandingan kemampuan

antihepatotoksik yang spesifik dengan kontrol positif silimarin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

67

Pada pemberian dosis infusa herba Mimosa pigra L. sebesar 1,26

g/KgBB menunjukkan aktivitas serum ALT pada jam ke-24 sebesar 79,0 ± 5,7 U/l

dan aktivitas serum AST sebesar 122,2 ± 9,7 U/l. Dari aktivitas serum ALT,

didapatkan %antihepatotoksik sebesar 62,5%. Apabila dibandingkan dengan

kontrol CCl4, terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,009) sehingga infusa

herba Mimosa pigra L. dapat menurunkan aktivitas serum ALT, akan tetapi jika

dibandingkan dengan kontrol minyak, terlihat perbedaan yang bermakna

(p=0,009) juga sehingga penurunan aktivitas serum ALT yang terjadi belum

mencapai batas normal. Aktivitas serum ALT pada pemberian dosis 1,26 g/KgBB

juga memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p=0,834) dengan kontrol positif.

Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan aktivitas serum ALT, efek

antihepatotoksik dari infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB memiliki

efek antihepatotoksik yang sama dengan silimarin dosis 25 mg/KgBB. Dari hasil

perhitungan daya antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. menunjukkan

nilai sebesar 106,5%. Hal ini menunjukkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L.

dosis 1,26 g/KgBB memiliki efek antihepatotoksik yang lebih besar dari silimarin

akan tetapi secara statistik tidak signifikan perbedaannya.

Berdasarkan aktivitas serum AST pada jam ke-24, didapatkan

%antihepatotoksik sebesar 97,6%. Secara statistik, aktivitas serum AST pada

pemberian infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB memiliki perbedaan

yang bermakna (p=0,009) bila dibandingkan dengan kontrol CCl4 dan memiliki

perbedaan yang tidak bermakna (p=0,346) dibandingkan kontrol minyak. Dari

hasil ini dikatakan bahwa pemberian infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

68

1,26 g/KgBB secara oral dapat menurunkan aktivitas serum AST hingga batas

normal. Aktivitas serum AST pada perlakuan dosis infusa herba Mimosa pigra L.

sebesar 1,26 g/KgBB memberikan penurunan aktivitas serum AST yang lebih

besar serta memiliki perbedaan yang signifikan (p=0,009) dengan aktivitas serum

AST pada pemberian silimarin dosis 25 mg/KgBB.

Dari hasil yang didapat %antihepatotoksik serum ALT yang didapat

sebesar 62,5%, dinyatakan bahwa pada dosis 1,26 g/KgBB, infusa herba Mimosa

pigra L. memiliki aktivitas antihepatotoksik yang cukup besar. Prosentase

antihepatotoksik 62,5% ini menunjukkan bahwa dengan pemberian infusa herba

Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB sudah memiliki aktivitas antihepatotoksik.

Dari hasil %antihepatotoksik AST terhadap karbon tetraklorida yang

didapat sebesar 97,6%, dapat dinyatakan bahwa pada dosis 1,26 g/KgBB, infusa

herba Mimosa pigra L. memiliki kemampuan yang cukup besar dalam

menurunkan aktivitas AST. Akan tetapi penurunan yang terjadi dapat dikarenakan

adanya penyembuhan dari organ-organ lain selain hati yang juga rusak akibat

pemejanan karbon tetraklorida seperti otot, ginjal, jantung, dan paru-paru. Ekstrak

metanol daun Mimosa pigra L. memiliki kemampuan sebagai anti hipertensi

pulmonar. Selain itu, ekstrak metanol dari daun Mimosa pigra L. memiliki

aktivitas sebagai antiinflamasi (Rakotomalala, et al., 2013). Berdasarkan

penelitian ini dapat dimungkinkan infusa herba Mimosa pigra L. memiliki

aktivitas dalam membantu penyembuhan dari sel-sel otot rangka dan sel-sel otot

jantung yang rusak akibat karbon tetraklorida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

69

Pada pemberian dosis infusa herba Mimosa pigra L. sebesar 1,89

g/KgBB menunjukkan aktivitas serum ALT pada jam ke-24 sebesar 69,8 ± 4,3

U/l dan aktivitas serum AST sebesar 120,0 ± 4,4 U/l. Dari aktivitas serum ALT,

didapatkan %antihepatotoksik sebesar 71,7%. Apabila dibandingkan dengan

kontrol CCl4, terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,009) sehingga infusa

herba Mimosa pigra L. pada dosis 1,89 g/KgBB juga dapat menurunkan aktivitas

serum ALT, akan tetapi jika dibandingkan dengan kontrol minyak, terlihat

perbedaan yang bermakna (p=0,009) juga sehingga penurunan aktivitas serum

ALT yang terjadi belum mencapai batas normal. Aktivitas serum ALT pada

pemberian dosis 1,89 g/KgBB juga memiliki perbedaan yang tidak bermakna

(p=0,173) dengan kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan

aktivitas serum ALT, efek antihepatotoksik dari infusa herba Mimosa pigra L.

dosis 1,89 g/KgBB memiliki kesamaan dengan efek antihepatotoksik dari

silimarin dosis 25 mg/KgBB. Dilihat dari hasil perhitungan daya antihepatotoksik,

infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB memiliki daya antihepatotoksik

sebesar 122,1%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L.

dosis 1,89 g/KgBB memiliki efek antihepatotoksik yang lebih besar dari silimarin

akan tetapi memiliki perbedaan yang tidak signifikan secara statistik.

Ditinjau aktivitas serum AST pada jam ke-24, didapatkan

%antihepatotoksik sebesar 98,1%. Secara statistik, aktivitas serum AST pada

pemberian infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB memiliki perbedaan

yang bermakna (p=0,009) bila dibandingkan dengan kontrol CCl4 dan memiliki

perbedaan yang tidak bermakna (p=0,251) dibandingkan kontrol minyak. Dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

70

hasil ini dikatakan bahwa pemberian infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis

1,89 g/KgBB secara oral dapat menurunkan aktivitas serum AST hingga batas

normal. Aktivitas serum AST pada perlakuan dosis infusa herba Mimosa pigra L.

sebesar 1,89 g/KgBB menunjukkan penurunan yang lebih besar dan memiliki

perbedaan yang signifikan (p=0,009) dengan aktivitas serum AST pada pemberian

silimarin dosis 25 mg/KgBB.

Berdasarkan %antihepatotoksik ALT terhadap karbon tetraklorida yang

didapat sebesar 71,7%, dinyatakan bahwa pada dosis 1,89 g/KgBB, infusa herba

Mimosa pigra L. memiliki aktivitas antihepatotoksik yang cukup besar.

Berdasarkan %antihepatotoksik dari serum AST yang didapat sebesar 98,1%. Hal

ini dikarenakan adanya aktivitas penyembuhan pada organ lain yang lebih besar

daripada aktivitas penyembuhan pada hati. Hasil pengolahan data secara statistik

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas serum transaminase (ALT dan

AST) yang tidak bermakna antara pemberian infusa herba Mimosa pigra L. dosis

1,26 g/KgBB dengan 1,89 g/KgBB sehingga kedua dosis tersebut memiliki efek

antihepatotoksik yang sama.

Pada pemberian dosis infusa herba Mimosa pigra L. sebesar 2,835

g/KgBB menunjukkan aktivitas serum ALT pada jam ke-24 sebesar 101,60 ± 5,41

U/l dan aktivitas serum AST sebesar 355,2 ± 17,1 U/l. Dari aktivitas serum ALT,

didapatkan %antihepatotoksik sebesar 39,9%. Apabila dibandingkan dengan

kontrol CCl4, terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0,009) sehingga infusa

herba Mimosa pigra L. pada dosis 2,835 g/Kg BB dapat menurunkan aktivitas

serum ALT, akan tetapi jika dibandingkan dengan kontrol minyak, terlihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

71

perbedaan yang bermakna (p=0,009) juga sehingga penurunan aktivitas serum

ALT yang terjadi belum mencapai batas normal. Aktivitas serum ALT pada

pemberian dosis 2,835 g/KgBB juga memiliki perbedaan yang tidak bermakna

(p=0,075) dengan kontrol positif. Daya antihepatotoksik infusa herba Mimosa

pigra L. dosis 2,835 g/KgBB sebesar 68,0%. Hal ini menunjukkan bahwa

berdasarkan aktivitas serum ALT, efek antihepatotoksik dari infusa herba Mimosa

pigra L. dosis 2,835 g/KgBB tidak lebih besar dari silimarin dosis 25 mg/KgBB

akan tetapi berbeda tidak bermakna secara statistik. Berdasarkan hal ini, dikatakan

bahwa infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis 2,835 g/KgBB yang diberikan

secara oral mampu menurunkan aktivitas serum ALT pada tikus terinduksi karbon

tetraklorida namun belum bisa menormalkan aktivitas serum ALT tersebut.

Berdasarkan aktivitas serum AST pada jam ke-24, didapatkan

%antihepatotoksik sebesar 35,7%. Secara statistik, aktivitas serum AST pada

pemberian infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB memiliki perbedaan

yang bermakna (p=0,016) bila dibandingkan dengan kontrol CCl4 dan memiliki

perbedaan yang juga bermakna (p=0,009) dibandingkan kontrol minyak. Dari

hasil ini dikatakan bahwa pemberian infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis

2,836 g/KgBB secara oral dapat menurunkan aktivitas serum AST akan tetapi

tidak mencapai batas normal. Aktivitas serum AST pada perlakuan dosis infusa

herba Mimosa pigra L. sebesar 2,835 g/KgBB memiliki perbedaan yang tidak

bermakna (p=0,076) dengan aktivitas serum AST pada pemberian silimarin dosis

25 mg/KgBB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

72

Hasil perhitungan %antihepatotoksik baik dari aktivitas serum ALT

maupun AST menunjukkan bahwa pada dosis 2,835 g/KgBB infusa herba

Mimosa pigra L. mengalami penurunan. Secara statistik aktivitas serum

transaminase dosis 2,835 g/KgBB memiliki perbedaan yang bermakna dengan

dosis 1,26 g/KgBB dan 1,89 g/KgBB baik pada aktivitas serum ALT (p=0,028;

p=0,016) maupun aktivitas serum AST (p=0,009). Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan efek antihepatotoksik dari dosis 2,835 g/KgBB terhadap kedua

peringkat dosis yang lain. Hal ini diduga karena adanya kejenuhan aktivitas

antioksidan dalam menetralkan radikal bebas sehingga kecepatan reaksi

penetralan menjadi tetap dan bahkan melambat. Kerusakan hati akan

menyebabkan berkurangnya enzim glutation S-transferase (GSH) sebagai salah

satu enzim penetral senyawa radikal bebas dan senyawa kimia yang berlebih

termasuk antioksidan itu sendiri dengan menggunakan konjugasi glutation. Hal ini

akan berdampak pada kerusakan hati yang semakin parah karena

ketidakseimbangan dari mekanisme penetralan senyawa kimia yang memasuki

hati terhadap kecepatan senyawa tersebut meracuni hati, sehingga memicu

terjadinya stres oksidatif (Rang, Dale, Ritter, Moore, 2003). Kelebihan senyawa

antioksidan seperti senyawa fenolik juga dapat menyebabkan kerusakan pada sel.

Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa senyawa fenolik yang berlebih

pada kultur sel PC21 dan Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium (DMEM)

menunjukkan terjadinya proses oksidasi pada antioksidan itu sendiri. Proses self

oxidation ini menyebabkan terbentuknya hidrogen peroksida (H2O2), quinone dan

semiquinone yang dapat meracuni sel (Halliwell, 2006). Selain itu, dugaan lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

73

yang mungkin terjadi adalah kandungan senyawa alkaloid yang bersifat toksik

pada sel. Mimosa pigra L. merupakan tanaman genus Mimosa. Genus Mimosa

memiliki kandungan alkaloid yang bersifat toksik bernama mimosin. Mimosin

memiliki kemampuan menghambat pembelahan sel terutama pada fase S yaitu

fase sintesis DNA (Hughes dan Cook, 1996). Efek dari mimosin dapat

menyebabkan proses regenerasi sel-sel terutama sel hati yang mengalami

kerusakan menjadi lebih lama karena proses sintesis DNA menjadi terhambat

sehingga penyembuhan hati juga menjadi lebih lama. Untuk saran penelitian

selanjutnya, dapat digunakan ekstrak lain dari Mimosa pigra L. seperti ekstrak

metanol sehingga diharapkan alkaloid mimosin tidak ikut terekstrak.

Dari penelitian ini dinyatakan bahwa ditemukan efek antihepatotoksik

dari infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis 1,26 g/KgBB dan 1,89 g/KgBB

sedangkan pada dosis 2,835 g/KgBB terjadi penurunan efek antihepatotoksik.

Berdasarkan aktivitas serum ALT, didapatkan %antihepatotoksik berturut-turut

sebesar 62,5; 71,7; dan 39,9%. Berdasarkan aktivitas AST, didapatkan

%antihepatotoksik berturut-turut sebesar 97,6; 98,1; dan 35,7%. Dari hasil ini

dapat dinyatakan bahwa efek antihepatotoksik dari infusa herba Mimosa pigra L.

tidak tergantung dosis.

Bila dilihat lebih lanjut pada dosis 1,26 g/KgBB dan dosis 1,89 g/KgBB

memiliki efek antihepatotoksik yang berbeda tidak bermakna. Namun bila

dibandingkan dengan dosis 2,835 g/KgBB, aktivitas anthepatotoksinnya memiliki

perbedaan bermakna dan pada dosis 2,835 g/KgBB menunjukkan penurunan.

Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa pada dosis 1,26 g/KgBB dan dosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

74

1,89 g/KgBB, infusa herba Mimosa pigra L. memiliki efek antihepatotoksik

paling besar dengan dosis optimum 1,26 g/KgBB. Berdasarkan hal ini, perlu

dilakukan penelitian dengan peringkat dosis di bawah 1,26 g/KgBB untuk

mendapatkan dosis efektif yang lebih kecil dan digunakan untuk perhitungan

ED50.

Berdasarkan hasil yang didapat, hipotesis yang disusun oleh peneliti

diterima bahwa infusa herba Mimosa pigra L. memiliki efek antihepatotoksik. Hal

ini didukung dari temuan efek antihepatotoksik pada salah dosis yang sudah

ditetapkan yaitu 1,26; 1,89; dan 2,835 g/KgBB dengan dosis antihepatotoksik

optimum pada 1,26 g/KgBB.

Kemampuan antihepatotoksik ini diduga karena kandungan beberapa

senyawa yang ada pada infusa herba Mimosa pigra L. beberapa senyawa tersebut

antara lain quercetin dan myricitrin yang memiliki aktivitas antioksida.

Antioksidan dapat menghambat reaksi pembentukan radikal lipid dengan cara

mencegah propagnasi dan radical scavenging. Senyawa lain yang terlibat adalah

triptophan yang merupakan asam amino esensial untuk proses regenerasi sel.

Berdasarkan hal ini, dapat digunakan ekstrak lain dari Mimosa pigra L. seperti

ekstrak etanol dan metanol sehingga diharapkan senyawa antioksidan yang berupa

quercetin dan myricitrin serta asam amino triptophan yang terekstrak menjadi

lebih banyak dan tidak terkontaminasi metabolit sekunder yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

75

D. Rangkuman Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek antihepatotoksik infusa herba

Mimosa pigra L. terhadap tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbin

tetraklorida. Dosis infusa herba Mimosa pigra L. yang digunakan adalah 1,26;

1,89; dan 2,835 g/KgBB. Indikator kerusakan hati yang digunakan untuk

mengkaji efek antihepatotoksik adalah aktivitas serum ALT dengan data

pendukung menggunakan aktivitas serum AST yang diambil pada jam ke-24

setelah pemejanan hepatotoksin karbon tetraklorida.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian infusa herba Mimosa

pigra L. pada dosis 2,835 g/KgBB p.o. tanpa disertai pemberian hepatotoksin

tidak meningkatkan aktivitas serum ALT maupun AST. Dari hal ini dapat

dinyatakan bahwa kenaikan aktivitas serum ALT dan AST yang terukur

merupakan hasil dari kemampuan karbon tetraklorida merusak sel-sel hati dan

menyebabkan perlemakan hati. Begitu pula pada pemberian minyak zaitun i.p.

sebagai pelarut karbon tetraklorida menunjukkan kesamaan aktivitas serum ALT

dan AST pada tikus sebelum diberi perlakuan apapun (jam ke-0). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa minyak zaitun tidak memberikan efek apapun terhadap

aktiitas serum ALT dan AST.

Penggunaan silimarin dosis 25 mg/KgBB menunjukkan efek

antihepatotoksik yang cukup baik berdasarkan aktivitas serum ALT akan tetapi

tidak menurunkan aktivitas serum AST. Hasil perhitungan %antihepatotoksik

berdasarkan aktivitas serum ALT sebesar 58,7% dan %antihepatotoksik

berdasarkan aktivitas AST sebesar 15,6%. Berdasarkan nilai %antihepatotoksik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

76

dari aktivitas serum ALT dapat dinyatakan bahwa dosis 25 mg/KgBB sudah

memiliki efek antihepatotoksik sehingga bisa digunakan sebagai pembanding

untuk menghitung daya antihepatotoksik.

Berdasarkan analisis hasil secara statistik menunjukkan bahwa aktivitas

serum ALT pada perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26; 1,89; dan

2,835 g/KgBB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan aktivitas serum

ALT pada kontrol hepatotoksin namun juga menunjukkan perbedaan yang

signifikan dengan kontrol negatif, sehingga infusa herba Mimosa pigra L.

dikatakan mampu menurunkan aktivitas serum ALT namun belum sampai pada

batas normal.

Hasil pengukuran ALT dan AST setelah diberi perlakuan infusa herba

Mimosa pigra L. pada dosis 1,26; 1,89; dan 2,835 g/KgBB berdasarkan aktivitas

serum ALT, didapatkan %antihepatotoksik dan daya antihepatotoksik berturut-

turut sebesar 62,5; 71,7; 39,92% dan 106,5; 122,1; 68,0%. Berdasarkan aktivitas

AST, didapatkan %antihepatotoksik berturut-turut sebesar 97,6; 98,1; dan 35,7%

dan. Beberapa hal yang dimungkinkan menyebabkan penurunan efek

antihepatotoksik pada dosis 2,835 g/KgBB adalah berkurangnya enzim GST yang

dapat menetralkan senyawa yang memasuki hati, kejenuhan antioksidan yang

menyebabkan peristiwa self oxidation, dan adanya alkaloid mimosin yang bersifat

sitotoksik. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa efek antihepatotoksik dari infusa

herba Mimosa pigra L. tidak tergantung dosis. Hasil penelitian menyatakan

adanya efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. pada dosis optimum

sebesar 1,26 g/KgBB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan dan

analisis statistik yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Infusa herba Mimosa pigra L. memiliki efek antihepatotoksik pada tikus putih

jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

2. Dosis optimum antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. adalah 1,26

g/KgBB.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :

1. Efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. dengan senyawa model

yang dapat menimbulkan kerusakan hati lebih lama seperti parasetamol dan

galaktosamin sehingga dapat dilakukan pemberian ekstrak secara berulang.

2. Efek antihepatotoksik infusa herba Mimosa pigra L. dengan peringkat dosis di

bawah 1,26 g/KgBB untuk mengetahui dosis efektif antihepatotoksik terkecil.

3. Efek antihepatotoksik tanaman Mimosa pigra L. dengan jenis ekstrak yang

berbeda sehingga kandungan antioksidan yang terdapat pada ekstrak menjadi

lebih spesifik dan tidak terkontaminasi dengan senyawa lain seperti alkaloid

mimosin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

78

Daftar Pustaka

Amacher, D.E., 1997, Serum Transaminase Elevation as Indicators of Hepatic

Injury Following the Administration of Drugs, Regulatory Toxicology

and Pharmacology , 27, 119-130.

Apriyanto, A., Susanti, E., Wijayanti, I., Linawati, Y., 2000, Efek Hepatoprotektif

Rebusan Herba Putri Malu (Mimosa pigra L.) Pada Tikus Terangsang

Parasetamol, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta

Backer, C.A., 1963, Flora of Java, vol 1, N.V.P., Noordhoff, Groningen, the

Netherland, pp. 547-564.

Bashandy, S.A., Al Wasel, S.H., 2011, Carbon Tetrachloride-Induced

Hepatotoxicity and Nephrotoxicity in Rats : Protective Role of Vitamin

C, Journal of Pharmacology and Toxicology, 6 (3), 283-292.

Binggeli, P., P.,2005, Crop Protection Compendium–Mimosa pigra L.,

http://members.multimania.co.uk/woodyplantecology/docs/CPC-

Mimosa_pigra.pdf, diakses tanggal : 20 Februari 2013.

Boll, M., Lutz, W.D., Becker, E., Stampfl, A., 2001, Mechanism of Carbon

Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity. Hepatocelullar Damage by

Reactive Carbon Tetrachloride Metabolites, Journal of Bioscience, 56, 7-

8, 649-659.

Bowman, V.W.C., Rand, M.J., 1980, Textbook of Pharmacology, 2nd edition,

Blackwell Scientific Publication, Oxford University, Edinburgh, p. 26.35.

Chalrton, M., 2004, Nonalcoholic Fatty Hati Disease : A Review of Current

Understanding and Future, Clinical Gastroenterolgy and Hepatology, 2

(12), 1048-1058.

Chong, K.Y., 2009, A Checklist of the Total Vascular Plant Flora of Singapore:

Native, Naturalised and Cultivated Species, Raffles Museum of

Biodiversity Research, National University of Singapore, Singapore, p.

273.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

79

Keppler, D., Decker,K., 1969, Studies of the Mechanism of Galactosamine

Hepatitis : Accumulation of Galactosamine-1-Phosphate and its

Inhibition of UDP-Glucose Pyrophosporylase, European J. Biochem,

10(1969), 219-225.

Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, Jilid IV, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 6.

Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan

Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,

hal. 153.

Fancher, T.L., Kamboj, A., Onate, J., 2007, Interpreting Liver Function Tests,

Current Psychiatry, 6 (5), 61-68.

Fransiskus, A., 2011, Disease Progression : Steatosis, Hepatitis C Support

Project,version3,http://www.hcvadvocate.org/hepatitis/factsheets_pdf/ste

atosis.pdf, diakses tanggal : 15 Februari 2013.

Guyton, A.C., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit EGC, Jakarta, hal.

903-907.

Halliwell, B., 2006, Dietary Polyphenol : Good, Bad, or Indifferent for Your

Health?, Cardiovascular Research, 73 (2007), 341-347.

Hodgson, E., 2009, A Text Book of Modern Toxicology Method, John Wiley &

Sons, Canada, pp. 277-289.

Hughes, T.A., Cook, P.R., 1996, Mimosine Arrest the Cell Cycle After Cells

Enter S Phase, Experimnetal Cell Research, 222 (35), 275-280.

Javed, S., Kohli, K., Ali, M., 2011, Reassessing Bioavailability of Silymarin,

Alternative Medicine Review, 16 (3), 239-249.

Kaplowitz, N., 2005, Idiosyncratic Drug Hepatotoxicity, Nature Publishing

Group, 4, 489-499.

Kaur, P., Kumar, N., Shivananda, T.N., Kaur, G., 2011, Phytochemical Screening

and Antomicrobial Activity of The Plant Extract of Mimosa pudica L.

Againts Selected Micorba, Journal of Medicinal Plants Research, 5 (22),

5356-5359.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

80

Kumar, 2009, Dasar Patologi Penyakit, Penerbit EGC, Jakarta, hal. 902-938.

Lee, 2004, Bioactivity Guided Fractionation And Antioxidant Evaluation, School

of Biological Science, Research Report, Universitas Sains Malaysia,

Kuching, Sarawak

Martini, F.H., 2004, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 8th edition,

Pearson Education inc, San Fransisco, pp. 903-907.

Mbatchou, V.C., Ayebila, A.J., Apea, O.B., 2011, Antibacterial Activity of

Phytochemicals from Acacia nilotica, Entada africana, and Mimosa

pigra L. on Salmonella typhi, Journal of Animal & Plant Science, 10 (1),

1248-1258.

McPhee, S.J., 2010, Patofisiologi Penyakit, Pengantar Fungsi Kedokteran Klinis,

Penerbit EGC, Jakarta, hal. 419-461.

Mumtaz, 2010, Principle and Practice of Mixture Toxicology,WILEY-VCH

Verlag GmbH & Co. KgaA, Weinheim, pp. 41-47.

Murugesan, G.S., Sathiskumar, M., Jayabalan,R., Binupriya, A.R., Swaminantan,

K., Yun, S.E., 2009, Hepatoprotective and Curative Properties of

Kombucha Tea Against Carbon Tetrachloride-Induced Toxicity, J of

Microbiology and Biotechnology, 19 (4), 397-402.

Olson, K.R., 2006, Poisoning & Drug Overdose, 5th edition, McGraw Hill, San

Fransisco, California, p. 105.

Pradhan, S.C., Girish, C., 2006, Hepatoprotective Herbal Drug Silymarin from

Experimental Pharmacology to Clinical Medicine, Indian J Med Res,

124, 491-504.

Pujar,S., Kashinakunti, S.V., Kalaganad, G.S., Dambala, A., Doddamani, G.B.,

2010, Evaluation of Deritis In Alcoholic and Non-Alcoholic Hati

Disease- A Case Control Study, Journal of Clinical and Diagnostic

Research, (4), 2463-2466.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

81

Rakotomalala, G., Agard, C., Tonnerre, P., Tesse, A., Derbre, S,, Michalet, S.,

Hamzaoui, J., Rio, M., Cari-Toumaniantz, C., Richomme, P., Charreau,

B., Loirand, G., 2013, Extract from Mimosa pigra Attenuates Chronic

Experimental Pulmonary Hypertension, Journal of Ethnopharmacology,

148 (2013), 106-116.

Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th

edition, Churchill Livingstone, New York, p. 427.

Sheweita, S.A., El-Gabar, M.A., Bastwy, M., 2001, Carbon Tetrachloride

Changes the Activity of Cytochrome P450 System in the Liver of Male

Rats : Role of Antioxidant, Toxicology, 169 (2001), 83-92.

Sofia, N.A., Nurdjanah, S., Ratnasari, N., 2009, Kadar Leptin Pada Populasi non

Diabetes dengan dan tanpa Non-Alcoholic Fatty Hati, Berkala Kesehatan

Klinik, 15 (1), 49-55.

Sujono, T.A., Widiatmoko, Y.W., 2012, Infulence Dried Flower of Hibiscus

sabdariffa Linn. Infusion on Serum Glutamate Pyruvate Transaminase

(SGPT) Level Againts Paracetamol Induced Liver Injury in Rats,

Research and Application on Traditional Complementary and Alternative

Medicine in Health Care, International Conference, Surakarta, Indonesia.

Surendran, S., Eswaran, M.B., Vijayakumar, M., Rao, Ch.V., 2011, In vitro and In

vivo Hepatoprotective Activity of Cissampelos pariera Againts Carbon-

Tetrachlorida Induced Hepatic Damage, Idian Jurnal of Experimental

Biology, 49, 939-945.

Timbrell, A.J., 2008, Principles of Biochemcal Technology, Edisi 4, Informa

Healthcare, USA Inc, USA, p. 195.

Thapa, B.R., Walia, A., 2007, Hati Function Tests and Their Interpretation, Indian

Journal of Pediatrics, 74 (7), 663-671.

Tjitrosoedirdjo, 1989, The Distribution and Potential Problems of Mimosa pigra

L. In Indonesia, Biotroipia (2), 18-24.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

82

Toma, T.T., Rahman, S., Jahan, S., Haque, M., Agarwala, B., Shelley, M.R.,

Sophia, H., Mahal, M.J., Hossain, S., Rahmatullah, M., 2012,

Antihyperglycemic and Antinociceptive Activity of Fabaceae Family

Plants – an Evaluation of Mimosa pigra L. leaves, Advances in Natural

and Applied Sciences, 6 (8), 1552-1557.

Wakchaure, D., Jain, D., Singhai, A.K., Somani, R., 2013, Hepatoprotective

Activity of Symplocos racemosa Bark on Tetrachloride-Induced Hepatic

Damage in Rats, Journal of Ayurveda & Integrative Medicine, 2 (3), 137-

143.

Weber, L.W.D., Boll, M., Stampfl,A., 2003, Hepatotoxicity and Mechanism of

Action of Haloalkanes : Carbon Tetrachloride as a Toxicological Model,

Critical Reviews in Toxicology, 2 (33), 105-136.

World Agroforestry Centre, 2013, Mimosa pigra L,

http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/products/afdbases/af/asp/Spe

ciesInfasp?SpID=672#Uses, diakses tanggal : 20 Februari 2013.

Xu, G.H., Chen, D.H., Xhang, Y.H., Jiang, P., Ye, X.Q., 2008, Minerals, Phenolic

Compounds, and Antioxidant Capacity of Citrus Peel Extract by Hot

Water, Journal of Food Science, 73 (1), c11-c18.

Yadav, N.P., Pal, A., Shanker, K., Bawankule, D.U., Gupta, A.K., Darokar, M.P.,

Kanunja, S.P., 2008, Synergistic Effect of Silymarin and Standarized

Extract of Phyllanthus amarus Againts CCl4-Induced Hepatotoxicity in

Rattus norvegicus, Phytomedicine, 15 (2008), 1053-1061.

Zimmerman, H. J., 1999, Hepatotoxicity, Appleton Century Crofts, New York,

pp. 210.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

83

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

84

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto infusa herba Mimosa pigra L.

Lampiran 2. Foto suspensi silimarin dalam CMC-Na 1%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

85

Lampiran 3. Surat determinasi tanaman Mimosa pigra L.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

86

Lampiran 4. Surat ethical clearence

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

87

Lampiran 5. Certified of Analysis Silimarin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

88

Lampiran 6. Hasil analisis statistik data ALT dan AST pada uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida 2

mL/kgBB

Descriptives

Waktu Statistic Std. Error

aktivitas_SGPT 0 Mean 43.8000 1.39284

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 39.9329

Upper Bound 47.6671

5% Trimmed Mean 43.8889

Median 44.0000

Variance 9.700

Std. Deviation 3.11448

Minimum 39.00

Maximum 47.00

Range 8.00

Interquartile Range 5.50

Skewness -.933 .913

Kurtosis .762 2.000

24 Mean 1.4160E2 12.34747

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.0732E2

Upper Bound 1.7588E2

5% Trimmed Mean 1.4078E2

Median 1.2600E2

Variance 762.300

Std. Deviation 2.76098E1

Minimum 117.00

Maximum 181.00

Range 64.00

Interquartile Range 50.00

Skewness .856 .913

Kurtosis -1.448 2.000

48 Mean 56.0000 8.26438

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 33.0544

Upper Bound 78.9456

5% Trimmed Mean 55.6667

Median 51.0000

Variance 341.500

Std. Deviation 1.84797E1

Minimum 36.00

Maximum 82.00

Range 46.00

Interquartile Range 34.50

Skewness .598 .913

Kurtosis -1.001 2.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

89

72 Mean 40.6000 5.14393

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 26.3182

Upper Bound 54.8818

5% Trimmed Mean 39.8333

Median 35.0000

Variance 132.300

Std. Deviation 1.15022E1

Minimum 34.00

Maximum 61.00

Range 27.00

Interquartile Range 15.00

Skewness 2.145 .913

Kurtosis 4.648 2.000

Tests of Normality

waktu

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

aktivitas_SGPT 0 .199 5 .200* .941 5 .670

24 .314 5 .120 .861 5 .230

48 .207 5 .200* .955 5 .775

72 .389 5 .013 .659 5 .003

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Kruskal-Wallis Test Test Statisticsa,b

aktivitas_SGPT

Chi-Square 13.274

df 3

Asymp. Sig. .004

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: waktu

Mann-Whitney Test

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGPT 0 5 3.00 15.00

24 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

90

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGPT 0 5 4.50 22.50

48 5 6.50 32.50

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGPT

Mann-Whitney U 7.500

Wilcoxon W 22.500

Z -1.048

Asymp. Sig. (2-tailed) .295

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGPT 0 5 7.00 35.00

72 5 4.00 20.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGPT

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.571

Asymp. Sig. (2-tailed) .116

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGPT 24 5 8.00 40.00

48 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

91

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGPT 24 5 8.00 40.00

72 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGPT 48 5 7.20 36.00

72 5 3.80 19.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGPT

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.781

Asymp. Sig. (2-tailed) .075

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

92

Descriptives

waktu Statistic Std. Error

aktivitas_SGOT 0 Mean 1.1620E2 2.17715

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.1016E2

Upper Bound 1.2224E2

5% Trimmed Mean 1.1628E2

Median 1.1900E2

Variance 23.700

Std. Deviation 4.86826

Minimum 110.00

Maximum 121.00

Range 11.00

Interquartile Range 9.00

Skewness -.570 .913

Kurtosis -2.564 2.000

24 Mean 4.8980E2 41.19757

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 3.7542E2

Upper Bound 6.0418E2

5% Trimmed Mean 4.8683E2

Median 4.7000E2

Variance 8.486E3

Std. Deviation 9.21206E1

Minimum 400.00

Maximum 633.00

Range 233.00

Interquartile Range 163.50

Skewness 1.051 .913

Kurtosis .732 2.000

48 Mean 1.7900E2 22.71343

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.1594E2

Upper Bound 2.4206E2

5% Trimmed Mean 1.7861E2

Median 1.6000E2

Variance 2.580E3

Std. Deviation 5.07888E1

Minimum 120.00

Maximum 245.00

Range 125.00

Interquartile Range 94.50

Skewness .358 .913

Kurtosis -1.657 2.000

72 Mean 95.4000 3.82884

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 84.7694

Upper Bound 1.0603E2

5% Trimmed Mean 95.2778

Median 92.0000

Variance 73.300

Std. Deviation 8.56154

Minimum 87.00

Maximum 106.00

Range 19.00

Interquartile Range 16.50

Skewness .489 .913

Kurtosis -2.707 2.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

93

Kruskal-Wallis Test Test Statisticsa,b

aktivitas_SGOT

Chi-Square 17.596

df 3

Asymp. Sig. .001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: waktu

Mann-Whitney Test Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGOT 0 5 3.00 15.00

24 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGOT 0 5 3.20 16.00

48 5 7.80 39.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGOT

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 16.000

Z -2.410

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGOT 0 5 8.00 40.00

72 5 3.00 15.00

Total 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

94

Test Statisticsb

aktivitas_SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGOT 24 5 8.00 40.00

48 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGOT 24 5 8.00 40.00

72 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

aktivitas_SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Ranks

waktu N Mean Rank Sum of Ranks

aktivitas_SGOT 48 5 8.00 40.00

72 5 3.00 15.00

Total 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

95

Test Statisticsb

aktivitas_SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: waktu

Lampiran 7. Hasil analisis statistik data ALT dan AST pada kelompok kontrol olive oil dosis 2 mL/kgBB

Descriptives

Statistic Std. Error

SGPTminyak0 Mean 46.6000 1.96469

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 41.1452

Upper Bound 52.0548

5% Trimmed Mean 46.5000

Median 45.0000

Variance 19.300

Std. Deviation 4.39318

Minimum 42.00

Maximum 53.00

Range 11.00

Interquartile Range 8.00

Skewness .771 .913

Kurtosis -.581 2.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

96

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SGPTminyak0 .242 5 .200* .940 5 .665

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Descriptives

Statistic Std. Error

SGPTminyak24 Mean 41.4000 2.99333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 33.0892

Upper Bound 49.7108

5% Trimmed Mean 41.5000

Median 42.0000

Variance 44.800

Std. Deviation 6.69328

Minimum 32.00

Maximum 49.00

Range 17.00

Interquartile Range 12.50

Skewness -.463 .913

Kurtosis -.697 2.000

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SGPTminyak24 .154 5 .200* .977 5 .916

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 SGPTminyak0 46.6000 5 4.39318 1.96469

SGPTminyak24 41.4000 5 6.69328 2.99333

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 SGPTminyak0 & SGPTminyak24 5 -.631 .254

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 SGPTminyak0 - SGPTminyak24

5.20000 10.05982 4.49889 -7.29092 17.69092 1.156 4 .312

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

97

Descriptives

Statistic Std. Error

SGOTminyak0 Mean 1.3260E2 7.65898

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.1134E2

Upper Bound 1.5386E2

5% Trimmed Mean 1.3183E2

Median 1.2800E2

Variance 293.300

Std. Deviation 1.71260E1

Minimum 117.00

Maximum 162.00

Range 45.00

Interquartile Range 23.50

Skewness 1.767 .913

Kurtosis 3.740 2.000

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SGOTminyak0 .383 5 .016 .787 5 .064

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

SGOTminyak24 Mean 1.1300E2 4.63681

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.0013E2

Upper Bound 1.2587E2

5% Trimmed Mean 1.1261E2

Median 1.1100E2

Variance 107.500

Std. Deviation 1.03682E1

Minimum 103.00

Maximum 130.00

Range 27.00

Interquartile Range 17.00

Skewness 1.379 .913

Kurtosis 2.258 2.000

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SGOTminyak24 .262 5 .200* .897 5 .391

a. Lilliefors Significance Correction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

98

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SGOTminyak24 .262 5 .200* .897 5 .391

*. This is a lower bound of the true significance.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 SGOTminyak0 1.3260E2 5 17.12600 7.65898

SGOTminyak24 1.1300E2 5 10.36822 4.63681

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 SGOTminyak0 & SGOTminyak24 5 -.018 .977

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 SGOTminyak0 - SGOTminyak24

1.96000E1 20.18167 9.02552 -5.45886 44.65886 2.172 4 .096

Lampiran 8. Hasil analisis statistik data kontrol minyak zaitun, kontrol CCl4,

kontrol ekstrak, kontrol silimarin, dan perlakuan pemberian infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB; 1,89 g/KgBB; dan 2,835 g/KgBB

Descriptives

Kategori Statistic Std. Error

SGPT kontrol minyak Mean 41.4000 2.99333

95% Confidence Interval for Mean

Lower 33.0892

Upper 49.7108

5% Trimmed Mean 41.5000

Median 42.0000

Variance 44.800

Std. Deviation 6.69328

Minimum 32.00

Maximum 49.00

Range 17.00

Interquartile Range 12.50

Skewness -.463 .913

Kurtosis -.697 2.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

99

kontrol ccl4 Mean 1.4160E2 12.34747

95% Confidence Interval for Mean

Lower 1.0732E2

Upper 1.7588E2

5% Trimmed Mean 1.4078E2

Median 1.2600E2

Variance 762.300

Std. Deviation 2.76098E1

Minimum 117.00

Maximum 181.00

Range 64.00

Interquartile Range 50.00

Skewness .856 .913

Kurtosis -1.448 2.000

kontrol ekstrak Mean 39.6000 3.28024

95% Confidence Interval for Mean

Lower 30.4926

Upper 48.7074

5% Trimmed Mean 39.8333

Median 43.0000

Variance 53.800

Std. Deviation 7.33485

Minimum 29.00

Maximum 46.00

Range 17.00

Interquartile Range 13.50

Skewness -.876 .913

Kurtosis -1.205 2.000

kontrol silimarin Mean 82.8000 7.02424

95% Confidence Interval for Mean

Lower 63.2976

Upper 1.0230E2

5% Trimmed Mean 82.3333

Median 75.0000

Variance 246.700

Std. Deviation 1.57067E1

Minimum 70.00

Maximum 104.00

Range 34.00

Interquartile Range 29.50

Skewness .718 .913

Kurtosis -2.218 2.000

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) Mean 79.0000 5.74456

95% Confidence Interval for Mean

Lower 63.0505

Upper 94.9495

5% Trimmed Mean 79.0556

Median 76.0000

Variance 165.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

100

Std. Deviation 1.28452E1

Minimum 62.00

Maximum 95.00

Range 33.00

Interquartile Range 23.50

Skewness -.047 .913

Kurtosis -.823 2.000

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) Mean 69.8000 4.31741

95% Confidence Interval for Mean

Lower 57.8130

Upper 81.7870

5% Trimmed Mean 69.6111

Median 68.0000

Variance 93.200

Std. Deviation 9.65401

Minimum 60.00

Maximum 83.00

Range 23.00

Interquartile Range 18.50

Skewness .517 .913

Kurtosis -1.557 2.000

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

Mean 1.0160E2 5.40925

95% Confidence Interval for Mean

Lower 86.5815

Upper 1.1662E2

5% Trimmed Mean 1.0206E2

Median 1.0200E2

Variance 146.300

Std. Deviation 1.20955E1

Minimum 82.00

Maximum 113.00

Range 31.00

Interquartile Range 20.00

Skewness -1.285 .913

Kurtosis 1.896 2.000

Tests of Normality

Kategori

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SGPT kontrol minyak .154 5 .200* .977 5 .916

kontrol ccl4 .314 5 .120 .861 5 .230

kontrol ekstrak .279 5 .200* .874 5 .282

kontrol silimarin .290 5 .195 .831 5 .141

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) .192 5 .200* .971 5 .880

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) .190 5 .200* .935 5 .628

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

.280 5 .200* .886 5 .340

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

101

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

SGPT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.151 6 28 .001

ANOVA

SGPT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 37468.000 6 6244.667 28.909 .000

Within Groups 6048.400 28 216.014

Total 43516.400 34

Kruskal-Wallis Test

Test Statisticsa,b

SGPT

Chi-Square 29.716

df 6

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kategori

Mann-Whitney Test

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol minyak 5 3.00 15.00

kontrol ccl4 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol minyak 5 5.90 29.50

kontrol ekstrak 5 5.10 25.50

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U 10.500

Wilcoxon W 25.500

Z -.419

Asymp. Sig. (2-tailed) .675

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

102

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol minyak 5 3.00 15.00

kontrol silimarin 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol minyak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol minyak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

103

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol minyak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ccl4 5 8.00 40.00

kontrol ekstrak 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ccl4 5 8.00 40.00

kontrol silimarin 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ccl4 5 8.00 40.00

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 3.00 15.00

Total 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

104

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ccl4 5 8.00 40.00

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ccl4 5 8.00 40.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

105

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ekstrak 5 3.00 15.00

kontrol silimarin 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ekstrak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ekstrak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

106

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol ekstrak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol silimarin 5 5.70 28.50

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 5.30 26.50

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U 11.500

Wilcoxon W 26.500

Z -.210

Asymp. Sig. (2-tailed) .834

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol silimarin 5 6.80 34.00

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 4.20 21.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 21.000

Z -1.362

Asymp. Sig. (2-tailed) .173

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

107

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT kontrol silimarin 5 3.80 19.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 7.20 36.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.781

Asymp. Sig. (2-tailed) .075

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 6.60 33.00

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 4.40 22.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.156

Asymp. Sig. (2-tailed) .248

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 3.40 17.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 7.60 38.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U 2.000

Wilcoxon W 17.000

Z -2.193

Asymp. Sig. (2-tailed) .028

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

108

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 3.20 16.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 7.80 39.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 16.000

Z -2.402

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGPT perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 3.40 17.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 7.60 38.00

Total 10

Test Statisticsb

SGPT

Mann-Whitney U 2.000

Wilcoxon W 17.000

Z -2.193

Asymp. Sig. (2-tailed) .028

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

109

Descriptives

Kategori Statistic Std. Error

SGOT kontrol minyak Mean 1.1300E2 4.63681

95% Confidence Interval for Mean

Lower 1.0013E2

Upper 1.2587E2

5% Trimmed Mean 1.1261E2

Median 1.1100E2

Variance 107.500

Std. Deviation 1.03682E1

Minimum 103.00

Maximum 130.00

Range 27.00

Interquartile Range 17.00

Skewness 1.379 .913

Kurtosis 2.258 2.000

kontrol ccl4 Mean 4.8980E2 41.19757

95% Confidence Interval for Mean

Lower 3.7542E2

Upper 6.0418E2

5% Trimmed Mean 4.8683E2

Median 4.7000E2

Variance 8.486E3

Std. Deviation 9.21206E1

Minimum 400.00

Maximum 633.00

Range 233.00

Interquartile Range 163.50

Skewness 1.051 .913

Kurtosis .732 2.000

kontrol ekstrak Mean 1.0580E2 2.22261

95% Confidence Interval for Mean

Lower 99.6290

Upper 1.1197E2

5% Trimmed Mean 1.0594E2

Median 1.0600E2

Variance 24.700

Std. Deviation 4.96991

Minimum 98.00

Maximum 111.00

Range 13.00

Interquartile Range 8.50

Skewness -1.024 .913

Kurtosis 1.298 2.000

kontrol silimarin Mean 4.3100E2 27.25619

95% Confidence Interval for Mean

Lower 3.5532E2

Upper 5.0668E2

5% Trimmed Mean 4.3128E2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

110

Median 4.4300E2

Variance 3.714E3

Std. Deviation 6.09467E1

Minimum 351.00

Maximum 506.00

Range 155.00

Interquartile Range 114.00

Skewness -.214 .913

Kurtosis -1.081 2.000

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) Mean 1.2220E2 9.73345

95% Confidence Interval for Mean

Lower 95.1756

Upper 1.4922E2

5% Trimmed Mean 1.2272E2

Median 1.2900E2

Variance 473.700

Std. Deviation 2.17647E1

Minimum 88.00

Maximum 147.00

Range 59.00

Interquartile Range 35.00

Skewness -.978 .913

Kurtosis 1.754 2.000

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) Mean 1.2000E2 4.43847

95% Confidence Interval for Mean

Lower 1.0768E2

Upper 1.3232E2

5% Trimmed Mean 1.2011E2

Median 1.2200E2

Variance 98.500

Std. Deviation 9.92472

Minimum 106.00

Maximum 132.00

Range 26.00

Interquartile Range 18.00

Skewness -.430 .913

Kurtosis -.216 2.000

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

Mean 3.5520E2 17.05403

95% Confidence Interval for Mean

Lower 3.0785E2

Upper 4.0255E2

5% Trimmed Mean 3.5461E2

Median 3.5500E2

Variance 1.454E3

Std. Deviation 3.81340E1

Minimum 317.00

Maximum 404.00

Range 87.00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

111

Interquartile Range 74.50

Skewness .227 .913

Kurtosis -2.112 2.000

Tests of Normality

Kategori

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SGOT kontrol minyak .262 5 .200* .897 5 .391

kontrol ccl4 .185 5 .200* .929 5 .587

kontrol ekstrak .236 5 .200* .934 5 .623

kontrol silimarin .178 5 .200* .980 5 .932

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) .223 5 .200* .925 5 .564

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) .180 5 .200* .984 5 .957

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

.229 5 .200* .911 5 .473

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

SGOT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

5.515 6 28 .001

ANOVA

SGOT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 870517.086 6 145086.181 70.728 .000

Within Groups 57437.200 28 2051.329

Total 927954.286 34

Kruskal-Wallis Test

Test Statisticsa,b

SGOT

Chi-Square 28.146

df 6

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kategori

Mann-Whitney Test

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol minyak 5 3.00 15.00

kontrol ccl4 5 8.00 40.00

Total 10

\

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

112

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Mann-Whitney Test

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol minyak 5 3.00 15.00

kontrol ccl4 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol minyak 5 3.00 15.00

kontrol silimarin 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

113

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol minyak 5 4.60 23.00

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 6.40 32.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U 8.000

Wilcoxon W 23.000

Z -.943

Asymp. Sig. (2-tailed) .346

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol minyak 5 4.40 22.00

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 6.60 33.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.149

Asymp. Sig. (2-tailed) .251

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol minyak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

114

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol minyak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol ccl4 5 6.60 33.00

kontrol silimarin 5 4.40 22.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.149

Asymp. Sig. (2-tailed) .251

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol ccl4 5 8.00 40.00

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

115

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol ccl4 5 8.00 40.00

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol ccl4 5 7.80 39.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 3.20 16.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 16.000

Z -2.402

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol ekstrak 5 3.00 15.00

kontrol silimarin 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

116

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol ekstrak 5 4.00 20.00

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 7.00 35.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.571

Asymp. Sig. (2-tailed) .116

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol ekstrak 5 3.50 17.50

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 7.50 37.50

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U 2.500

Wilcoxon W 17.500

Z -2.095

Asymp. Sig. (2-tailed) .036

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol ekstrak 5 3.00 15.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

117

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol silimarin 5 8.00 40.00

perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol silimarin 5 8.00 40.00

perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol silimarin 5 7.20 36.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 3.80 19.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.776

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

118

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT kontrol silimarin 5 7.20 36.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 3.80 19.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.776

Asymp. Sig. (2-tailed) .076

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT perlakuan dosis I (1,26 g/KgBB) 5 3.00 15.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

Ranks

Kategori N Mean Rank Sum of Ranks

SGOT perlakuan dosis II (1,89 g/KgBB) 5 3.00 15.00

perlakuan dosis III (2,835 g/KgBB)

5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

SGOT

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

119

Lampiran 9. Perhitungan %antihepatotoksik

�1 −(purataALTperlakuan − purataALTkontrolnegatif)

(purataALTkontrolhepatotoksin − purataALTkontrolnegatif)� × 100%

Kelompok kontrol positif silimarin dosis 25 mg/KgBB

= �1 −(��,�����,��)

(���,�����,��)� × 100%

= 58,68% Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB

= �1 −(��,�����,��)

(���,�����,��)� × 100%

= 62,48% Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB

= �1 −(��,�����,��)

(���,�����,��)� × 100%

= 71,66% Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB

= �1 −(���,����,��)

(���,�����,��)� × 100%

= 39,92%

�1 −(purataASTperlakuan − purataASTkontrolnegatif)

(purataASTkontrolhepatotoksin − purataASTkontrolnegatif)� × 100%

Kelompok kontrol positif silimarin dosis 25 mg/KgBB

= �1 −(���,������,��)

(���,������,��)� × 100%

= 15,61% Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

120

= �1 −(���,������,��)

(���,������,��)� × 100%

= 97,56% Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB

= �1 −(���,������,��)

(���,������,��)� × 100%

= 98,14% Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB

= �1 −(���,������,��)

(���,������,��)� × 100%

= 35,72%

Lampiran 10. Perhitungan daya antihepatotoksik

%antihepatotoksikALTperlakuan

%antihepatotoksikALTsilimarinx100%

Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB

= ��,��%

��,��%x100%

= 106,48% Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB

= ��,��%

��,��%x100%

= 122,12% Kelompok infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB

= ��,��%

��,��%x100%

= 68,03%

Lampiran 11. Perhitungan konversi dosis untuk manusia

Nilai konversi tikus 200 g ke manusia = 56,0

Dosis untuk manusia = dosis untuk tikus 200 g x nilai konversi tikus 200 g ke

manusia

Maka dapat ditetapkan dosis infusa biji P. americana untuk manusia adalah

sebagai berikut :

Infusa herba Mimosa pigra L. 1,26 g/kgBB tikus

1,26 g/kgBB = 1,26 g/1000 gBB = 0,252g/200 gBB

0,252g/200 gBB x 56,0 = 14,112g/70 kgBB manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

121

Infusa herba Mimosa pigra L. 1,89 g/kgBB tikus

1,89 g/kgBB = 1,89 g/1000 gBB =0,378g/200 gBB

0,378g/200 gBB x 56,0 = 21,168g/70 kgBB manusia

Infusa herba Mimosa pigra L. 2,835 g/kgBB tikus

2,835 g/kgBB = 2,835 g/1000 gBB = 0,567g/200 gBB

0,567g/200 gBB x 56,0 = 31,752g/70 kgBB manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: EFEK ANTIHEPATOTOKSIK INFUSA HERBA Mimosa pigra L ... · Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia,

122

BIOGRAFI PENULIS

Penulis Skripsi dengan Judul “Efek Infusa Herba Mimosa

pigra L. Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar

Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan nama lengkap

Lukas Surya Wijaya, merupakan putra bungsu dari pasangan

Hartanto Wijaya dan Widyasari Wijaya. Penulis dilahirkan di

Sleman, pada tanggal 19 Oktober 1992. Pendidikan formal yang telah ditempuh

penulis yaitu TK Mater Dei (1996-1998), tingkat Sekolah Dasar di SD

Marsudirini Yogyakarta (1998-2004), tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP

Stella Duce I Yogyakarta (2004-2007), tingkat Sekolah Menengah Atas di Kolese

De Britto Yogyakarta (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis melanjutkan

pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Semasa menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan

seperti Pharmacy Performance and Event Cup 2010 sebagai seksi konsumsi,

Student Exchange Program sebagai divisi akomodasi, dan TITRASI 2012 sebagai

pendamping kelompok. Penulis juga pernah terlibat dalam kejuaraan kimia tingkat

DIY yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (2012) sebagai

juara I dan juga Program Kreativitas Mahasiswa yang dibiayai oleh Dinas

Pendidikan Tinggi (2013). Penulis juga aktif berperan sebagai asisten dosen di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada laboratorium kimia

dasar (2011,2012), Farmasi Fisika (2011), Kimia Organik (2011), Kimia Analisis

(2012, 2013), dan Biokimia (2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI