97
E - 1 E - 1 RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH E.1 U M U M Maksud dan Tujuan dari pekerjaan Rencana Induk Pengembangan Air Bersih adalah mendata dan memetakan Pengembangan Air Bersih di Kabupaten Bekasi, serta untuk memperoleh gambaran terhadap kebutuhan air baku, sarana dan prasarana air bersih, kelembagaan, rencana pembiayaan dan rencana perlindungan air baku untuk jangka panjang. Sasaran dari kegiatan ini adalah; (1) Identifikasi kebutuhan air bersih (2) Identifikasi penyediaan air bersih eksisting (3) Identifikasi ketersediaan air baku (4) Identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan (5) Rencana pengembangan air bersih baik dengan sistem perpipaan ataupun non perpipaan (6) Kriteria dan Standar Pelayanan Air Bersih (7) Pengembangan kelembagaan pengelola air bersih (8) Kerangka program pengembangan air bersih (9) Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi Strategi perlindungan air baku untuk jangka panjang. E.2 PENDEKATAN TEKNIS E.2.1 Pendekatan Terhadap Lingkup Pekerjaan Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), lingkup pekerjaan Rencana Induk Pengembangan Air Bersih” meliputi kegiatan- kegiatan sebagai berikut : Dokumen Penawaran Teknis BAB E. PENDEKATAN METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 1

E - 1

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.1 U M U M

Maksud dan Tujuan dari pekerjaan Rencana Induk Pengembangan Air Bersih adalah mendata dan memetakan Pengembangan Air Bersih di Kabupaten Bekasi, serta untuk memperoleh gambaran terhadap kebutuhan air baku, sarana dan prasarana air bersih, kelembagaan, rencana pembiayaan dan rencana perlindungan air baku

untuk jangka panjang.

Sasaran dari kegiatan ini adalah; (1) Identifikasi kebutuhan air bersih (2) Identifikasi penyediaan air bersih eksisting (3) Identifikasi ketersediaan air baku (4) Identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan (5) Rencana pengembangan air bersih baik dengan sistem perpipaan ataupun non perpipaan (6) Kriteria dan Standar Pelayanan Air Bersih (7) Pengembangan kelembagaan pengelola air bersih (8) Kerangka program pengembangan air bersih (9) Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi Strategi perlindungan air baku untuk jangka panjang.

E.2 PENDEKATAN TEKNIS

E.2.1 Pendekatan Terhadap Lingkup Pekerjaan

Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), lingkup pekerjaan “Rencana Induk Pengembangan Air Bersih” meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1) Membuat Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Rencana Mutu Kontrak (RMK) harus disetujui dan diserahkan kepada

Dokumen Penawaran Teknis

BAB E.

PENDEKATAN METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

Page 2: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 2

E - 2

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

pihak Direksi Pekerjaan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sesudah terbitnya Surat Perintah Kerja (SPMK) untuk memperoleh persetujuan dari pihak Satker. Isi dari Rencana Mutu Kontrak harus mengacu kepada standar yang ditetapkan oleh Unit Jaminan Mutu Ditjen Sumber Daya Air. Dokumen RMK ini harus dipakai pada setiap pembahasan kemajuan pekerjaan.

2) Penyusunan Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan harus di presentasikan dengan pihak satuan kerja dengan mengundang pemangku kepentingan (Stake Horders) baik Provinsi maupun Kabupaten.

3) Pengumpulan dan lndentifikasi Data

Klarifikasi situasi sekarang pada lokasi studi dan identifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul pada sektor pengembangan air bersih.

Berikut ini Inventarisasi data existing yang akan dikumpulkan dan dianalisis adalah sebagai berikut :

a. Data Kondisi fisik dasar kawasan pesisir (topografi, hidrologi, klimatologi, morfologi, dsb).

b. Pemanfaatan Tata Ruang / RTRW.

c. Data Sosio-ekonomi dan budaya masyarakat / Demografi.

d. Sarana dan Prasarana penyediaan air bersih eksisting baik sistem perpipaan ataupun non perpipaan.

e. Tata Guna Lahan / Land use

f.Sistem Tata air yang ada (Bangunan air, tanggul dan saluran)

g. Peraturan perundangan dan kebijakan tentang SDA (yang berkaitan dengann sistem pengembangan air bersih).

h. Hasil studi terdahulu.

4) Analisis terhadap Data Yang diperoleh

Analisis harus mengevaluasi data-data yang diperoleh, adapun analisis kegiatan dilakukan dengan cara:

Proyeksi Kebutuhan air bersih

Analisis Kualitatif, terhadap data yang dikumpulkan

Analisis Kuantitatif, terhadap data yang dikumpulkan.

5) Identifikasi stakeholder dan mengkaji berbagai kepentingan stakeholder dalam pengembangan air bersih

Dokumen Penawaran Teknis

Page 3: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 3

E - 3

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

6) Evaluasi Studi

Usulan Penyusunan Studi / Rencana Pengembangan Air Bersih Kabupaten Bekasi harus dievaluasi terhadap faktor-faktor ekonomi, keuangan, sosial, lingkungan dan teknis.

7) Penyusunan rencana Induk Pengembangan Air Bersih

Penyusunan Penyusunan rencana induk pengembangan air bersih, pengembangan kelembagaan pengelola air bersih, kerangka program, Rencana pendanaan dan pola investasi untuk pengembangan air bersih.

Menyusun kerangka pengembangan air bersih jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang menjadi pedoman bagi stakeholder dalam pengembangan air bersih secara komprehensif.

Analisa tingkat partisipasi dan peran serta pihak-pihak yang terkena dampak langsung dan tidak langsung dari pengembangan air bersih, terutama masyarakat berdasarkan pengaruh dan kepentingannya dalam pemenuhan kebutuhan air bersih dengan mengoptimalkan pemanfaatan prasarana struktural melalui diseminasi dan diskusi sehingga memungkinkan masyarakat mendapatkan akan air bersih secara optimal dan komprehensih.

Menyusun rekomendasi kebijakan dan rencana penanganan masalah berdasarkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pemenuhan akan air bersih.

Tahapan pelaksanaan semua kegiatan tersebut di atas telah kami sajikan dalam bentuk diagram alir yaitu Bagan Alir Pelaksanaan pekerjaan “Rencana Induk Pengembangan Air Bersih” disajikan pada Gambar E.21.

E.2.2 Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan Rencana Pengembangan Air bersih

Hasil penyusunan pekerjaan Rencana Pengembangan Air bersih akan sangat dipengaruhi dan tergantung dari data dan informasi yang dikumpulkan, sehingga metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah metode analisa, evaluasi dan penyusunan usulan pengembangan berdasarkan data-data dan informasi yang berhasil dikumpulkan.

Pengumpulan dan verifikasi data yang dilanjutkan dengan analisa dan evaluasi serta kajian menyeluruh dalam rangka penyusunan pekerjaan ini akan dilakukan dengan tahap demi tahap sedemikian rupa akan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 4: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 4

E - 4

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

diperoleh hasil pekerjaan yang optimal dan dapat memenuhi keinginan semua pihak.

Sesuai pemahaman konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja, maka perlu dilakukan langkah-langkah pendekatan mengenai teknis pekerjaan untuk mendapatkan suatu pola pelaksanaan secara detail dan merupakan satu kesatuan kerja yang utuh dan efektif, sehingga akan diperoleh suatu hasil kerja yang sesuai dengan syarat-syarat yang diinginkan oleh Pengguna Jasa.

Dalam upaya agar pelaksanaan pekerjaan “Rencana Induk Pengembangan Air Bersih”, dapat mencapai sasaran, maka dengan ini Konsultan menyusun suatu Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan “ Rencana Induk Pengembangan Air Bersih” disajikan pada Gambar E.1 sebagai berikut.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 5: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 5

E - 5

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

1. INPUT 2. PROSES 3. OUTPUT

Gambar E.1 Rencana Induk Pengembangan Air Bersih.

E.3 METODOLOGI

Sesuai pemahaman konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka dalam melaksanakan pekerjaan ini perlu ditunjang oleh metodologi pelaksanaan secara rinci dan sistematis guna memperoleh hasil pekerjaan yang memenuhi sasaran sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan pihak Pengguna Jasa.

Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka

Pendekatan dalam penelitian ini bersifat:

Normatif: menguraikan suatu kondisi yang seharusnya menurut pedoman ideal serta norma-norma tertentu. Acuan dari

Dokumen Penawaran Teknis

Rujukan :Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

(RKS)Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Proses Implementasi :Pengumpulan dataIdentifikasi serta

pengkajian data-data, Identifikasi

permasalahan,Identifikasi Struktur

Pengembangan Air bersih Eksisting

Studi Hidrologi, topografi, klimatologi, morfologi dsb.

Studi Penyediaan Air bersih eksisting

Studi Tata Ruang Analisa dan pemodelan

tata air Menyusun Peningkatan,

Rehabiltasi dan O&P Bangunan

Perumusan Rencana Penanganan,

Analisa Proyeksi Kebutuhan air bersih

Penyusunan Laporan dan Peta Informasi

1. Dasar Kebijakan :UU No.7/2004 tentang UU SDA,

pengganti UU No.11/1974 tentang Pengairan.

PP tentang Pengelolaan SDAPPNo.16 tentang Kualitas Air

Bersih/Minum.pengganti UU No.5/1991 tentang

Sumber daya Air, setiap warga wajib mendapatkan jaminan dari pemerintah pada kebutuhan air bersih

UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang

UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

PP No.77/2001, tentang Pembangunan SDA

2. Referensi Pendukung:Buku Pedoman Perencanaan

Pengembangan Air BersihBuku Pedoman Perencanaan

Pengembangan Wilayah Daerah

Hasil Keluaran : Rencana

Pengembangan Air bersih

Peta-peta informasi

Data pendukung untuk pedoman Pekerjaan Perencanaan (Kerangka Program).

Page 6: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 6

E - 6

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

norma/pedoman berupa standarstandar, landasan hukum, serta batasan-batasan yang dikeluarkan oleh suatu instansi. Dalam penelitian ini norma/pedoman yang digunakan untuk menilai kinerja pelayanan air bersih di kabupaten Bekasi adalah adalah Kepmendagri No. 47/1999.

Komparatif: membandingkan antara berbagai permasalahan serta keadaan dilapangan dengan menemukan karakteristik utama dalam permasalahan kinerja pelayanan air bersih. Dalam penelitian ini akan dibandingkan antara penilaian menurut norma/pedoman (Kepmendagri No. 47/1999 dengan penilaian menurut persepsi masyarakat.

Deskriptif eksploratif: memberikan gambaran, penjelasan yang disertai dengan penggalian secara luas tentang pengertian atau makna keadaan atau kondisi pelayanan air bersih di wilayah Kab. Bekasi.

Setelah mengenal dan memahami secara teori mengenai pekerjaan seperti diuraikan pada Bab-D, maka untuk mencapai sasaran pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka Metodologi pelaksanaan dari pekerjaan ini akan kami susun berdasarkan jenis-jenis kegiatan sebagai berikut :

Penjelasan metodologi pelaksanaan yang akan dilakukan dari masing-masing kegiatan tersebut diatas disampaikan pada uraian berikutnya.

E.3.1 Pekerjaan Persiapan

Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan semua komponen (personil, peralatan, ruang kerja dan administrasi) yang diperlukan untuk memperlancar atau mendukung pekerjaan, sehingga pekerjaan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah disepakati bersama dengan Direksi Pekerjaan.

Lingkup kegiatan yang akan dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut :

E.3.1.1 Persiapan Administrasi, Personil, Peralatan dan Data Awal

a. Persiapan Personil

Penyusunan Tim didasarkan pada persyaratan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), yaitu meliputi kualifikasi dan jumlah tenaga.

b. Persiapan Peralatan (Perlengkapan)

Segera setelah diterimanya SPMK dan selesainya pengurusan surat-surat pengantar dan izin survey, maka Konsultan akan memobilisasi personil pelaksana dan mempersiapkan peralatan/perlengkapan yang

Dokumen Penawaran Teknis

Page 7: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 7

E - 7

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

diperlukan dalam pekerjaan ini. Pengadaan peralatan akan dilakukan dengan cara menyewa, semua peralatan sebelum digunakan akan dilakukan pengecekan kondisi/kalibrasi dan kelengkapannya.

Persiapan peralatan/perlengkapan meliputi :

Komputer, alat ini akan digunakan untuk pengetikan, input dan pengolahan data.

Printer, alat ini akan digunakan untuk prin-out data, hasil hitungan & laporan.

Plotter, alat ini digunakan untuk print-out peta digital dan gambar-gambar typical desain.

Digitizer, alat ini digunakan untuk pembuatan peta-peta digital berdasarkan peta-peta yang telag ada.

Camera Digital, alat ini akan di gunakan di lapangan untuk merekam data-data (foto) aktual kegiatan survey lapangan, foto-foto kondisi fisik lapangan dan foto-foto kegiatan-kegiatan usaha tani, sosial dan kemasyarakatan serta fofo-foto kondisi fisik lingkungan (sarana & prarana umum) yang akan menjadi data penunjang dalam pekerjaan studi ini.

GPS, alat ini akan digunakan untuk menentukan koordinat (x, y, z) titik-titik (lokasi) di lapangan.

Kendaraan Roda-4 dan Roda-2, alat ini akan digunakan sebagai alat penunjang operasional kantor dan lapangan.

Kantor, merupakan fasilitas yang sangat diperlukan untuk tempat melaksanakan koordinasi dan pelaksanaan pekerjaan pengolahan data dan penyusunan laporan-laporan.

Folmulir-folmulir isian (kuesioner), sebagai sarana untuk melaksanakan wawancara kepada masyarakat/petani penerima manfaat dan key persons lainnya yang terkait dengan studi ini.

Peralatan tulis kantor dan lapangan.

c. Persiapan Administrasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan segera setelah pihak Konsultan menerima SPMK, kegiatan ini antara lain meliputi pengurusan Surat Pengantar/Tugas dari Satuan Kerja Dinas kab Bekasi, Surat Jalan dari Konsultan untuk melaksanakan survey lapangan dan pencarian data di tingkat pusat dan daerah serta persiapan perjalanan. Surat pengantar ini dibuat oleh pihak Pengguna Jasa yang ditujukan kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten serta Instansi Terkait Lainnya di tingkat Provinsi dan Kabupaten.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 8: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 8

E - 8

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

d. Pengumpulan Data Awal

Kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh data-data awal yang diperlukan dalam rangka penyusunan program kerja dan pelaksanaan survey lapangan. Data yang dikumpulkan meliputi :

Peta-Peta Informasi Digital Wilayah Kabupaten Bekasi.

Peta Tata-Guna Lahan, Peta Rupa Bumi, Peta Hutan, Peta Geologi, dan Peta Hidrologi.

Laporan Studi-studi yang telah dilakukan terdahulu.

Laporan-laporan yang berkaitan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Data Demografi Kabupaten.

Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten.

Peta-peta dan skema Tata Air Kawasan.

Buku-buku referensi, dll.

E.3.1.2 Desk Study dan Penyusunan Program Kerja

a. Desk Study

Studi meja (desk study) akan dilakukan terhadap data sekunder (data awal) yang telah dikumpulkan. Dalam tahapan ini dipelajari laporan studi terdahulu dan studi lainnya yang tujuannya adalah untuk memantapkan penyusunan rencana/program kerja dan metode pelaksanaan yang akan digunakan untuk menangani pekerjaan ini, terutama untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

b. Penyusunan Program Kerja

Desk Study akan dilakukan berdasarkan data-data awal yang berhasil dikumpulkan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui (mengenalisa) dan memahami sejarah pekerjaan, proses persiapan pekerjaan dan cakupan pekerjaan yang merupakan tahap awal dalam rangka penyusunan konsep dan program pelaksanaan (rencana kerja) untuk menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan dari awal hingga selesai.

Hal-hal penting yang akan dibahas pada tahapan ini adalah studi literatur, penyusunan metodologi dan penyusunan rencana kerja serta pembagian dan pengarahan tugas. Pada kegiatan ini disamping melakukan kajian terhadap data-data awal, dilakukan juga penyusunan/pembuatan daftar isian (kuesioner) serta tabel-tabel isian yang mencakup aspek teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek O&P yang akan digunakan pada waktu survey lapangan.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 9: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 9

E - 9

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Jadi setelah Tim Pelaksana terbentuk dimana data-data awal telah terkumpul dan studi literatur telah dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah menyusun program kerja dan jadwal pelaksanaan berdasarkan alokasi waktu yang telah ditentukan, baik global maupun per-item pekerjaan yang nantinya akan dituangkan dalam Laporan Pendahuluan.

E.3.2 Identifikasi Kondisi Eksisting Penyediaan Air Bersih

Akibat terjadinya perkembangan penduduk dan pertumbuhan kota kecamatan berbagai pusat pertumbuhan, maka meningkat pula kebutuhan air bersih. Di sisi lain ketersediaan sumber daya air secara keseluruhan tidak bertambah bahkan mempunyai kecenderungan berkurang kuantitas dankualitasnya. Upaya penyediaan air minum dan air bersih sangat perlu ditingkatkan pelayanan dan penyediaannya sehingga dapat memenuhi kriteria dari segi kuantitas, kualitas, dan kontinuitasnya. Penyediaan air bersih dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti mata air, sumur bor (artesis), waduk/dam, sumur pompa, sumur gali dan pengolahan dari air sungai.

Untuk mengestimasi berapa jumlah penduduk yang telah memiliki akses terhadap air bersih didapat dengan membandingkan jumlah kebutuhan air bersih tiap kabupaten/kota (dalam l/detik) dengan ketersediaan air baku (dalam l/detik).

Langkah selanjutnya yaitu membandingkan jumlah kebutuhan air bersih tersebut dengan ketersedian air bersih yang ada (eksisting). Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi eksisting penyediaan air bersih maka perlu adanya survey identifikasi kelapangan.

E.3.3 Identifikasi Ketersediaan Air Bersih.

Ketersediaan Air yang dapat digunakan sebagai Air Bersih adalah sebagai berikut:

A. Air Permukaan

Metode yang paling ideal untuk memperkirakan potensi air permukaan adalah dengan melakukan kajian berdasarkan data catatan debit sungai yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung di titik yang ditinjau untuk durasi pengukuran yang lama (tahunan). Namun kondisi ini sangat sulit dilaksanakan mengingat luasnya wilayah kajian dan ketersediaan dana pekerjaan.

Alternatif lain adalah melakukan prediksi kuantitas berdasarkan data sekunder yang ada, dengan durasi yang lama. Data sekunder yang dimaksud adalah data klimatologi. Salah satu metode untuk memperkirakan limpasan (aliran permukaan/ runoff) adalah dengan menggunakan metode Mock. Agar hasil kajian dengan metode ini dapat

Dokumen Penawaran Teknis

Page 10: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 10

E - 10

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

diandalkan, data hasil survei lapangan sangat perlu untuk digunakan sebagai acuan dalam menentukan “orde” besaran debit yang diperkirakan.

Pada bagian berikut ini disajikan perhitungan ketersediaan air di sungai dengan menggunakan metode Mock. Selain data klimatologi, informasi lain yang diperlukan untuk analisis ini adalah data kondisi fisik lokasi kajian (Daerah Aliran Sungai), seperti jenis tanah, tumbuhan penutup permukaan, kondisi topografi, luas DAS, dan lain-lain.

Pengambilan air baku yang paling mudah dilakukan adalah di sungai karena langsung mendapatkan debit. Debit sungai berasal dari aliran limpasan hujan (direct run off) dan aliran air tanah (mata air).

Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan atau dengan terputus-putus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya yang tertentu, dimana semua ini merupakan bagian dari sistem sungai yang menyeluruh. Ilustrasi dari proses terbentuknya aliran permukaan disajikan pada Gambar E.2.

Yang paling berperan dalam studi penyediaan air baku adalah data rekaman debit aliran sungai. Rekaman tersebut harus berkesinambungan dalam periode waktu yang dapat digunakan untuk pelaksanaan proyek penyediaan air baku. Apabila penyadapan air baku akan dilakukan dari sungai yang masih alami, maka diperlukan rekaman data dari periode-periode aliran rendah yang kristis yang cukup panjang, sehingga keandalan pasok air dapat diketahui.

Sungai Rawa

Muka Air Tanah

Danau

Aliran Air Tanah

Gambar E.1 Ilustrasi Aliran Permukaan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 11: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 11

E - 11

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Jika tidak ada data rekaman debit sungai yang ada di wilayah kajian, maka untuk mengetahui besarnya potensi air permukaan (air sungai) akan dilakukan dengan cara simulasi hujan-limpasan sehingga diperoleh besar-nya debit sintetik.

Hasil penaksiran atau perkiraan debit limpasan (run off) tidak bisa meng-gantikan dokumentasi data aliran sungai. Namun dalam hal dimana sangat dibutuhkan tersedianya data tersebut, maka diperlukan adanya penaksiran atau perkiraan.

Banyak metode untuk menaksir debit limpasan. Akurasi dari masing-masing metode tersebut bergantung pada keseragaman dan keandalan data yang tersedia. Salah satu metode tersebut adalah Metode Mock.

Metode Mock adalah suatu metode untuk memperkirakan keberadaan air berdasarkan konsep water balance. Keberadaan air yang dimaksud di sini adalah besarnya debit suatu daerah aliran sungai. Data yang digunakan untuk memperkirakan debit ini berupa data klimatologi dan karakteristik daerah aliran sungai.

Metode Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock berdasarkan atas daur hidrologi. Metode Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metode yang menjelaskan hubungan rainfall-runoff. Metode Mock dikembangkan untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan debit dengan Metode Mock ini adalah data klimatologi, luas, dan penggunaan lahan dari catchment area.

Pada prinsipnya, Metode Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar, dan yang disimpan dalam tanah (soil storage). Volume air yang masuk adalah hujan.

Air yang keluar adalah infiltrasi, perkolasi, dan yang dominan adalah akibat evapotranspirasi. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan Metode Penmann. Sementara soil storage adalah volume air yang disimpan dalam pori-pori tanah, hingga kondisi tanah menjadi jenuh. Secara keseluruhan perhitungan debit dengan Metode Mock ini mengacu pada water balance, dimana volume air total yang ada di bumi adalah tetap, hanya sirkulasi, dan distribusinya yang bervariasi.

Proses perhitungan yang dilakukan dalam Metode Mock dijelaskan dalam Gambar E.3.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 12: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 12

E - 12

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Gambar E.2 Bagan Alir Perhitungan debit metode Mock

B. Water Balance

Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu perioda tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air (water balance). Hubungan-hubungan ini lebih jelas ditunjukan oleh Gambar E.4.

Bentuk umum persamaan water balance adalah:

dimana :

P = presipitasi.

Ea = evapotranspirasi.

ΔGS = perubahan groundwater storage.

TRO = total run off.

Water balance merupakan siklus tertutup yang terjadi untuk suatu kurun waktu pengamatan tahunan tertentu, dimana tidak terjadi perubahan groundwater storage atau ΔGS = 0. Artinya awal penentuan groundwater storage adalah berdasarkan bulan terakhir dalam tinjauan kurun waktu tahunan tersebut. Sehingga persamaan water balance menjadi:

P = Ea + TRO

Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan Metode Mock sehubungan dengan water balance untuk kurun waktu

Dokumen Penawaran Teknis

Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (Metode

Penman)

Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (Metode

Penman)

Perhitungan Evapotranspirasi

Aktual

Perhitungan Evapotranspirasi

Aktual

Perhitungan Water Surplus

Perhitungan Water Surplus

Perhitungan Base FlowDirect Run Off danStrom Run Off

Perhitungan Base FlowDirect Run Off danStrom Run Off

Page 13: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 13

E - 13

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

tertentu adalah:

a) Dalam satu tahun, perubahan groundwater storage (GS) harus sama dengan nol.

b) Jumlah total evapotranspirasi dan total run off selama satu tahun harus sama dengan total presipitasi yang terjadi dalam tahun itu.

Dengan tetap memperhatikan kondisi-kondisi batas water balance di atas, maka prediksi debit dengan Metode Mock akan akurat.

Gambar E.3 Sirkulasi Air

C. Data Iklim

Data iklim yang digunakan dalam Metode Mock adalah presipitasi, temperatur, penyinaran matahari, kelembaban relatif dan data kecepatan angin. Secara umum data-data ini digunakan untuk menghitung evapotransprasi. Dalam Metode Mock, data-data iklim yang dipakai adalah data bulanan rata-rata, kecuali untuk presipitasi yang digunakan adalah jumlah data dalam satu bulan.

Notasi dan satuan yang dipakai untuk data iklim ditabelkan pada. Tabel E.1.

Dokumen Penawaran Teknis

Air PermukaanAir Permukaan

Kelembaban Tanah dan Air

Tanah

Kelembaban Tanah dan Air

Tanah

Curah HujanCurah Hujan

Uap AirUap Air

Evaporasi

Evaporasi

Limpasan

Perkolasi

Presipitasi

Presipitasi

Presipitasi

Page 14: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 14

E - 14

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.1. Notasi dan Satuan Parameter Iklim

Data Meteorologi Notasi Satuan

Presipitasi P Milimeter (mm)

Temperatur T Derajat Celcius (0C)

Penyinaran Matahari S Persen (%)

Kelembaban Relatif H Persen (%)

Kecepatan Angin W Mile per hari (mile/hr)

D. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi debit dari data curah hujan dan klimatologi dengan Metode Mock. Alasannya adalah karena evapotranspirasi ini memberikan nilai yang besar untuk terjadinya debit dari suatu daerah pengaliran sungai. Evapotranspirasi diartikan sebagai kehilangan air dari lahan dan permukaan air dari suatu daerah pengaliran sungai akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi. Evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual diuraikan di bawah ini.

a. Evapotranspirasi Potensial

Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang cukup banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan akan relatif lebih besar dibandingkan apabila tersedia-nya air di bawah keperluan. Beberapa rumus empiris untuk menghitung evapotranspirasi potensial adalah: rumus empiris dari Thornthwaite, Blaney-Criddle, Penman dan Turc-Langbein-Wundt. Dari rumus-rumus empiris di atas, Metode Mock menggunakan rumus empiris dari Penman. Rumus empiris Penman memperhitungkan banyak data klimatologi yaitu temperatur, radiasi matahari, kelembaban, dan kecepatan angin sehingga hasilnya relatif lebih akurat. Perhitungan evaporasi potensial Penman didasarkan pada keadaan bahwa agar terjadi evaporasi diperlukan panas.

Menurut Penman besarnya evapotranspirasi potensial diformulasikan sebagai berikut:

Dokumen Penawaran Teknis

Page 15: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 15

E - 15

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

dimana :

H = energy budget,

=

D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi, dan

= 0,35 (ea – ed) (k + 0,01w)

A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmHg/oF.

B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mmH2O/hari.

ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperatur rata-rata (mmHg).

Besarnya A, B dan ea tergantung pada temperatur rata-rata. Hubungan temperatur rata-rata dengan parameter evapotranspirasi ini ditabelkan pada Tabel E.2.

Tabel E.2. Hubungan Temperatur Rata-rata vs Parameter Evapotranspirasi A, B dan ea

Temperatur

(0C)8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

A

(mmHg/0F)0.304 0.342 0.385 0.432 0.484 0.541 0.603 0.671 0.746 0.828 0.917 1.013

B

(mmH2O/hari)12.60 12.90 13.30 13.70 14.80 14.50 14.90 15.40 15.80 16.20 16.70 17.10

ea

(mmHg)8.05 9.21 10.50 12.00 13.60 15.50 17.50 19.80 22.40 25.20 28.30 31.80

Sumber: Sudirman (2002).

R = radiasi matahari, dalam mm/hari.

Besarnya tergantung letak lintang. Besarnya radiasi matahari ini berubah-ubah menurut bulan, seperti Tabel E.3 berikut ini.

Tabel E.3. Nilai Radiasi Matahari Pada Permukaan Horizontal Luar Atmosfir (mm/hari)

Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun

Dokumen Penawaran Teknis

Page 16: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 16

E - 16

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

50 LU 13.7 14.5 15.0 15.0 14.5 14.1 14.2 14.6 14.9 14.6 13.9 13.4 14.39

00 14.5 15.0 15.2 14.7 13.9 13.4 13.5 14.2 14.9 15.0 14.6 14.3 14.45

50 LS 15.2 15.4 15.2 14.3 13.2 12.5 12.7 13.6 14.7 15.2 15.2 15.1 14.33

100 LS 15.8 15.7 15.1 13.8 12.4 11.6 11.9 13.0 14.4 15.3 15.7 15.8 14.21

Sumber: Sudirman (2002).

r = koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara radiasi elektromag-netik (dalam sembarang rentang nilai panjang gelombang yang ditentukan) yang dipantulkan oleh suatu benda dengan jumlah radiasi yang terjadi, dan dinyatakan dalam persentasi.

Koefisien Refleksi sangat berpengaruh pada evapotranspirasi. Tabel E.4 adalah nilai koefisien refleksi yang digunakan dalam Metode Mock.

Tabel E.4. Koefisien Refleksi, r

No. PermukaanKoefisien

Refleksi [r]

Dokumen Penawaran Teknis

Page 17: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 17

E - 17

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

1 Rata-rata permukaan bumi 40 %2 Cairan salju yang jatuh diakhir musim –

masih segar40 – 85 %

3 Spesies tumbuhan padang pasir dengan daun berbulu

30 – 40 %

4 Rumput, tinggi dan kering 31 – 33 %

5 Permukaan padang pasir 24 – 28 %

6 Tumbuhan hijau yang membayangi seluruh tanah

24 – 27 %

7 Tumbuhan muda yang membayangi sebagian tanah

15 – 24 %

8 Hutan musiman 15 – 20 %

9 Hutan yang menghasilkan buah 10 – 15 %

10 Tanah gundul kering 12 – 16 %

11 Tanah gundul lembab 10 – 12 %

12 Tanah gundul basah 8 – 10 %

13 Pasir, basah – kering 9 – 18 %

14 Air bersih, elevasi matahari 450 5 %

15 Air bersih, elevasi matahari 200 14 %

Sumber: Sudirman (2002).

S = rata-rata persentasi penyinaran matahari bulanan, dalam persen (%).

ed = tekanan uap air sebenarnya (actual vapour pressure), dalam mmHg.

= ea x h.

h = kelembaban relatif rata-rata bulanan, dalam persen (%).

k = koefisien kekasaran permukaan evaporasi (evaporating surface).

Untuk permukaan air nilai k = 0,50 dan permukaan vegetasi nilai k = 1,0.

w = kecepatan angin rata-rata bulanan, dalam mile/hari.

Substitusi persamaan-persamaan di atas menghasilkan:

dalam bentuk lain:

jika:

Dokumen Penawaran Teknis

Page 18: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 18

E - 18

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

maka:

E = F1 x R(1 - r) - F2 x (0,1 + 0,9S) + F3 x (k + 0,01w)

dan jika:

E1 = F1 x R(1 - r)

E2 = F2 x (0,1 + 0,9S)

E3 = F3 x (k + 0,01w)

maka bentuk yang sederhana dari persamaan evapotranspirasi potensial menurut Penman adalah:

E = E1 - E2 + E3

Formulasi inilah yang dipakai dalam Metode Mock untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dari data-data klimatologi yang lengkap (temperatur, lama penyinaran matahari, kelembaban relatif, dan kecepatan angin). Besarnya evapotrans-pirasi potensial ini dinyata-kan dalam mm/hari. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dalam 1 bulan maka kalikan dengan jumlah hari dalam bulan itu.

b. Evapotranspirasi Aktual

Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau.

Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-beda. F.J. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga daerah dengan masing-masing nilai exposed surface ditampilkan pada Tabel E.5.

Tabel E.5. Exposed Surface, m

Dokumen Penawaran Teknis

Page 19: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 19

E - 19

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

No. Exposed Surface (m) Daerah

1 0 % Hutan primer, sekunder

2 10 – 40 % Daerah tererosi

3 30 – 50 % Daerah ladang pertanian

Sumber: Sudirman (2002).

Selain exposed surface evapotranspirasi aktual juga dipengaruhi oleh jumlah hari hujan (n) dalam bulan yang bersangkutan.

Menurut Mock rasio antara selisih evapotranspirasi potensial dan evapo-transpirasi aktual dengan evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh exposed surface (m) dan jumlah hari hujan (n), seperti ditunjukan dalam formulasi sebagai berikut.

Sehingga:

.

Dari formulasi diatas dapat dianalisis bahwa evapotranspirasi potensial akan sama dengan evapotranspirasi aktual (atau ΔE = 0) jika:

a) Evapotranspirasi terjadi pada hutan primer atau hutan sekunder. Dimana daerah ini memiliki harga exposed surface (m) sama dengan nol.

b) Banyaknya hari hujan dalam bulan yang diamati pada daerah itu sama dengan 18 hari.

Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi potensial yang memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari hujan dalam bulan yang bersangkutan.

Sehingga evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi atau actual evapotranspiration, dihitung sebagai berikut:

E. Water Surplus

Water surplus didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil storage, disingkat SS). Water surplus ini berpengaruh langsung pada infiltrasi atau

Dokumen Penawaran Teknis

Page 20: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 20

E - 20

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

perkolasi dan total run off yang merupakan komponen debit. Persamaan water surplus (disingkat WS) adalah sebagai berikut:

WS = (P – Ea) + SS

Dengan memperhatikan Gambar 4.7, maka water surplus merupakan air limpasan permukaan ditambah dengan air yang mengalami infiltrasi.

Tampungan kelembaban tanah (soil moisture storage, disingkat SMS) terdiri dari kapasitas kelembaban tanah (soil moisture capacity, disingkat SMC), zona infiltrasi, limpasan permukaan tanah dan tampungan tanah (soil storage, disingkat SS). Besarnya soil moisture capacity (SMC) tiap daerah tergantung dari tipe tanaman penutup lahan (land covery) dan tipe tanahnya, seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.7.

Dalam studi yang dilakukan Mock di daerah aliran sungai di Bogor, ditetapkan besarnya kapasitas kelembaban tanah maksimum adalah 200 mm/bulan. Dalam Metode Mock, tampungan kelembaban tanah dihitung sebagai berikut:

SMS = ISMS + (P – Ea)

dimana :

ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah awal), merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya.

P–Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi.

Asumsi yang dipakai oleh Dr. F.J. Mock adalah air akan memenuhi SMC terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi dan perkolasi yang lebih dalam atau melimpas langsung (direct run off). Ada dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu:

a. SMC = 200 mm/bulan, jika P – Ea < 0.

Artinya soil moisture storage (tampungan tanah lembab) sudah mencapai kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air tidak disimpan dalam tanah lembab. Ini berarti soil storage (SS) sama dengan nol dan besarnya water surplus sama dengan P - Ea.

b. SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Ea), jika P – Ea < 0.

Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab (soil moisture storage) belum mencapai kapasitas maksimum, sehingga ada air yang disimpan dalam tanah lembab. Besarnya air yang disimpan ini adalah P – Ea. Karena air berusaha untuk mengisi kapasitas maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada water surplus (WS = 0).

Selanjutnya WS ini akan mengalami infiltrasi dan melimpas di permukaan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 21: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 21

E - 21

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

(run off). Besarnya infiltrasi ini tergantung pada koefisien infiltrasi.

Gambar E.4 Water surplus merupakan presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi atau limpasan yang ditambah

infiltrasi.

Tabel E.6. Nilai Soil Moisture Capacity Untuk Berbagai Tipe Tanaman dan Tipe Tanah

Tipe Tanaman Tipe Tanah Zone Akar

(dalam m)

Soil Moisture

Capacity

(dalam mm)

Tanaman

Berakar Pendek

Pasir Halus 0.50 50

Pasir Halus dan

Loam0.50 75

Lanau dan Loam 0.62 125

Lempung dan Loam 0.40 100

Lempung 0.25 75

Tanaman

Berakar Sedang

Pasir Halus 0.75 75

Pasir Halus dan

Loam1.00 150

Lanau dan Loam 1.00 200

Lempung dan Loam 0.80 200

Lempung 0.50 150

Tanaman Pasir Halus 1.00 100

Dokumen Penawaran Teknis

Kapasitas Kelembaban Tanah

Zona Infiltrasi

Limpasan Permukaan

PRESIPITASI

EVAPOTRANSPIRASI

TAM

PUNG

AN K

ELEM

BABA

N TA

NAH

Page 22: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 22

E - 22

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tipe Tanaman Tipe Tanah Zone Akar

(dalam m)

Soil Moisture

Capacity

(dalam mm)

Berakar Dalam

Pasir Halus dan

Loam1.00 150

Lanau dan Loam 1.25 250

Lempung dan Loam 1.00 250

Lempung 0.67 200

Tanaman Palm

Pasir Halus 1.50 150

Pasir Halus dan

Loam1.67 250

Lanau dan Loam 1.50 300

Lempung dan Loam 1.00 250

Lempung 0.67 200

Mendekati

Hutan Alam

Pasir Halus 2.50 250

Pasir Halus dan

Loam2.00 300

Lanau dan Loam 2.00 400

Lempung dan Loam 1.60 400

Lempung 1.17 350

Sumber: Sudirman (2002).

F. Limpasan Total

Air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan dalam tanah lembab selanjutnya akan melimpas di permukaan (surface run off) dan mengalami perkolasi. Berikutnya, menurut Mock besarnya infiltrasi adalah water surplus (WS) dikalikan dengan koefisien Infiltrasi (if), atau:

Infiltrasi (i) = WS x if

Koefisien infiltrasi ditentukan oleh kondisi porositas dan kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang bersifat poros umumnya memiliki koefisien yang cenderung besar. Namun jika kemiringan tanahnya terjal dimana air tidak sempat mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah, maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil.

Infiltrasi terus terjadi sampai mencapai zona tampungan air tanah (ground-water storage, disingkat GS). Keadaan perjalanan air di permukaan tanah dan di dalam tanah diperlihatkan dalam Gambar E.6.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 23: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 23

E - 23

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

SRO

Ea

DRO

Percolasi

BF

TRO Channel

P

SROS

GS

Gambar E.5 Perjalanan air hujan sampai terbentuk debit.

Dalam Metode ini, besarnya groundwater storage (GS) dipengaruhi oleh:

a. Infiltrasi (i).

Semakin besar infiltrasi maka groundwater storage semakin besar pula, dan begitu pula sebaliknya.

b. Konstanta resesi aliran bulanan.

Konstanta resesi aliran bulanan (monthly flow recession constan) disimbolkan dengan K adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang. Nilai K ini cenderung lebih besar pada bulan basah.

c. Groundwater storage bulan sebelumnya (GSom).

Nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama rentang waktu menerus tahunan tertentu. Dengan demikian maka nilai asumsi awal bulan pertama tahun pertama harus dibuat sama dengan nilai bulan terakhir tahun terakhir.

Dari ketiga faktor di atas, Mock merumuskan sebagai berikut:

GS = { 0,5 x (1 + K) x i } + { K x GSom }

Seperti telah dijelaskan, metode Mock adalah metoda untuk memprediksi debit yang didasarkan pada water balance. Oleh sebab itu, batasan-batasan water balance ini harus dipenuhi.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 24: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 24

E - 24

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Salah satunya adalah bahwa perubahan groundwater storage (GS) selama rentang waktu tahunan tertentu adalah nol, atau (misalnya untuk 1 tahun):

0 GSΔ 12kebulan

1kebulan i

Perubahan groundwater storage (ΔGS) adalah selisih antara ground water storage bulan yang ditinjau dengan groundwater storage bulan sebelumnya. Perubahan groundwater storage ini penting bagi terben-tuknya aliran dasar sungai (base flow, disingkat BF). Dalam hal ini base flow merupakan selisih antara infiltrasi dengan perubahan groundwater storage, dalam bentuk persamaan:

BF = i - GS

Jika pada suatu bulan ΔGS bernilai negatif (terjadi karena GS bulan yang ditinjau lebih kecil dari bulan sebelumnya), maka base flow akan lebih besar dari nilai Infiltrasinya. Karena water balance merupakan siklus tertutup dengan perioda tahunan tertentu (misalnya 1 tahun) maka perubahan groundwater storage (ΔGS) selama 1 tahun adalah nol.

Dari persaman di atas maka dalam 1 tahun jumlah base flow akan sama dengan jumlah infiltrasi. Selain base flow, komponen debit yang lain adalah direct run off (limpasan langsung) atau surface run off (limpasan permukaan). Limpasan permukaan berasal dari water surplus yang telah mengalami infiltrasi. Jadi direct run off dihitung dengan persamaan:

DRO = WS - i

Setelah base flow dan direct run off komponen pembentuk debit yang lain adalah storm run off, yaitu limpasan langsung ke sungai yang terjadi selama hujan deras. Storm run off ini hanya beberapa persen saja dari hujan. Storm run off hanya dimasukkan ke dalam total run off, bila presipitasi kurang dari nilai maksimum soil moisture capacity. Menurut Mock storm run off dipengaruhi oleh percentage factor, disimbolkan dengan PF. Percentage factor adalah persen hujan yang menjadi limpasan. Besarnya PF oleh Mock disarankan 5% - 10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak beraturan hingga mencapai 37,3%.

Dalam perhitungan debit ini, Mock menetapkan, bahwa:

a. Jika presipitasi (P) > maksimum soil moisture capacity, nilai storm run off = 0.

b. Jika P < maksimum soil moisture capacity maka storm run off adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang bersangkutan dikali percentage factor, atau:

SRO = P x PF

Dokumen Penawaran Teknis

Page 25: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 25

E - 25

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Dengan demikian maka total run off (TRO) yang merupakan komponen-komponen pembentuk debit sungai (stream flow) adalah jumlah antara base flow, direct run off dan storm run off, atau:

TRO = BF + DRO + SRO

Total run off ini dinyatakan dalam mm/bulan. Maka jika TRO ini dikalikan dengan catchment area (luas daerah tangkapan air) dalam km2 dengan suatu angka konversi tertentu akan didapatkan besaran debit dalam m3/det.

G. Parameter Mock

Secara umum, parameter-parameter yang akan dijelaskan ini mempenga-ruhi besarnya evapotranspirasi, Infiltrasi, groundwater storage dan storm run off.

a. Koefisien refleksi (r), yaitu perbandingan antara jumlah radiasi matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan dengan jumlah radiasi yang terjadi, yang dinyatakan dalam persen. Koefisien refleksi ini berbeda-be-da untuk tiap permukaan bumi. Menurut Mock, rata-rata permukaan bumi mempunyai harga koefisien refleksi sebesar 40%. Mock telah meng-klasifikasikan tiap permukaan bumi dengan nilai koefisien refleksinya masing-masing. Koefisien refleksi untuk masing-masing permukaan bumi seperti telah ditabelkan dalam Tabel 6.5.

b. Exposed surface (m), yaitu asumsi proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau pada musim kering dan dinyatakan dalam persen. Besarnya harga m ini, tergantung daerah yang diamati. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga bagian daerah, yaitu hutan primer atau sekunder, daerah tererosi dan daerah ladang pertanian. Besarnya harga exposed surface ini berkisar antara 0% sampai 50% dan sama untuk tiap bulan. Harga m untuk ketiga klasifikasi daerah ini telah ditabelkan dalam Tabel 6.6 di atas.

c. Koefisien Infiltrasi (if), adalah koefisien yang didasarkan pada kondisi po-rositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Koefisien Infiltrasi mem-punyai nilai yang besar jika tanah bersifat porous, sifat bulan kering dan kemiringan lahanya tidak terjal.

Karena dipengaruhi sifat bulan maka if ini bisa berbeda-beda untuk tiap bulan. Harga minimum koefisien infiltrasi bisa dicapai karena kondisi lahan yang terjal dan air tidak sempat mengalami infiltrasi.

d. Konstanta resesi aliran (K), yaitu proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang. Pada bulan hujan Nilai K cenderung lebih besar, ini berarti tiap bulan nilai K ini berbeda-beda. Harga K suatu bulan relatif lebih besar jika bulan sebelumnya merupakan bulan basah.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 26: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 26

E - 26

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

e. Percentage factor (PF), merupakan persentase hujan yang menjadi limpasan. Digunakan dalam perhitunga n storm run off pada total run off. Storm run off hanya dimasukkan kedalam total run off, bila P lebih kecil dari nilai maksimum soil moisture capacity. Besarnya PF oleh Mock disarankan berkisar 5%-10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat sampai harga 37,3%.

H. Data Kalibrasi

Kalibrasi terhadap parameter Mock yang digunakan perlu dilakukan agar hasil perhitungan debit dengan metoda ini dapat mewakili kondisi aktual seperti di lapangan (dibandingkan dengan debit hasil survei hidrometri).

Dalam perhitungan debit limpasan dengan menggunakan metode Mock tersebut, akan digunakan data debit hasil survei hidrometri untuk kalibrasi yang dilakukan pada beberapa sungai di wilayah kajian.

I. Kuantifikasi Potensi Air Permukaan

a. Ketersediaan Data

Data iklim yang akan digunakan dalam perhitungan simulasi hujan-limpasan menggunakan metode Mock adalah data iklim selama minimal 10 tahun yang diperoleh dari stasiun klimatologi yang terdekat dengan dan dapat dianggap mewakili lokasi kajian.

b. Jumlah Sungai

Langkah kuantifikasi air permukaan adalah melacak DAS dan meng-hitung luas catchment area pada peta hasil survei topografi. Penelusuran didasarkan pada muara aliran di sepanjang garis pantai. Dari sekitar sungai dan alur yang terdapat di wilayah kajian, tidak semua akan dihitung besar debit sintetiknya. Dilakukan pemilihan dan pemilahan terhadap sungai-sungai yang dianggap mempunyai potensi dimanfaat-kan sebagai sumber air baku, ditinjau dari aspek kuantitasnya.

c. Titik Perhitungan

Besar ketersediaan air baku di sungai dihitung berdasarkan curah hujan di DAS (hujan bulanan), luas DAS dan koefisien pengaliran. Dengan demi-kian ketersediaan air baku adalah besar debit di suatu titik pengeluaran (outlet) pada suatu waktu tertentu. Debit yang dihitung adalah debit pada tiap outlet yang dipilih:

Di titik yang merupakan lokasi pencatatan debit, yang berfungsi sebagai kalibrasi perhitungan debit dengan model mock.

Di titik muara sungai, dimana dapat diketahui besarnya potensi debit untuk keseluruhan luas DAS.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 27: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 27

E - 27

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Gambar E.6 Titik perhitungan debit Mock dilakukan di beberapa titik sesuai kebutuhan.

J. Mata Air

Potensi sumber daya mata air di lokasi studi diinventarisir, dihitung potensinya dan pemanfaatan mata air.

K. Danau

Potensi sumber daya Danau di lokasi studi diinventarisir, dihitung potensinya dan pemanfaatan danau.

E.3.4 Identifikasi Kebutuhan Air Bersih.

Untuk melaksanakan pemanfaatan air secara efisien dan efektif terlebih dahulu harus diteliti sektor sektor mana yang merupakan urutan prioritas sesuai dengan kebutuhannya.

A. Kuantitas Air

Jumlah air yang dibutuhkan tiap orang perhari ditentukan oleh beberapa faktor. Tubuh manusia memerlukan antara 3 – 10 liter air per hari pada kondisi normal, tergantung cuaca dan aktifitas yang dilakukannya. Sebagian dari jumlah air ini didapat dari makanan. Faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah air yang digunakan : Faktor kebudayaan, status sosial – ekonomi dan standar hidup, kesadaran terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, biaya yang dikeluarkan untuk air bersih dan kualitas air. Kebutuhan air penduduk tergantung dari cuaca, standar hidup, ketersediaan dan metode distribusi air. Gambaran pemakaian air domestik per kapita dengan berbagai penggunaannya dapat dilihat pada tabel 1.

Untuk memperoleh estimasi kebutuhan air dalam suatu wilayah, lebih mudah untuk mensurvey jumlah rumah tangga daripada harus

Dokumen Penawaran Teknis

Outlet 1

Outlet 2

Page 28: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 28

E - 28

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

melakukan sensus dari rumah ke rumah. Penggunaan air domestik (rumah tangga) dapat dihitung dengan mengasumsikan rata-rata jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tangga. Untuk Indonesia rata-rata jumlah anggota keluarga digunakan 5 orang penduduk dalam satu keluarga. Adanya sekolah, rumah sakit, hotel, tempat peribadatan dan fasilitas umum lainnya dalam wilayah yang kita tinjau juga harus dihitung penggunaan airnya. Dibawah ini dalam tabel 2 merupakan gambaran penggunaan air untuk fasilitas umum di Indonesia. Berdasarkan kompomen pengembangan sumber daya air, jenis kebutuhan air dapat diuraikan sebagai berikut :

B. Rumah Tangga dan Perkotaan

Diperkirakan rata-rata penggunaan air untuk fasilitas umum sekitar 10% - 15% dari penggunaan air untuk satu rumah tangga. Estimasi ini hanya dapat digunakan untuk preliminary design dan merupakan estimasi secara kasar. Untuk perencanaan lebih lanjut (final design) perhitungannya harus memakai data yang lebih lengkap dengan memperhatikan kondisi lokal (Smet Jo, 2002).

Kebutuhan air bersih domestik merupakan jumlah dari kebutuhan air rumah tangga penduduk, kebutuhan air untuk fasilitas umum, hidrant, dan kebocoran. Untuk mendapatkan kebutuhan air rumah tangga penduduk, dipakai perhitungan sebagai berikut :

Kebutuhan air rumah tangga = 300 liter/rumah tangga/hari

Diasumsikan dalam satu rumah tangga terdiri dari 5 (lima) anggota, sehingga kebutuhan air rumah tangga

= 300 / 5 = 60 liter/kapita/hari.

= jml penduduk * 60/liter/kapita/hari

= debit (l/hari)

Kebutuhan air untuk fasilitas umum:

= 10% x kebutuhan air rumah tangga

= debit (l/hari)

Kebutuhan air untuk kebocoran:

= 1,5% x kebutuhan air rumah tangga

= debit (l/hari)

Kebutuhan air untuk hidran

= 20% x kebutuhan air rumah tangga

= debit (l/hari)

Kebutuhan air Total

Dokumen Penawaran Teknis

Page 29: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 29

E - 29

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

= Kebutuhan air rumah tangga + fasilitas umum + kebocoran + hidran

= debit (l/hari)

Kebutuhan air bersih

= Kebutuhan air Total / (60 x 60 x 24)

= debit (l/detik

Tabel E.7. Pemakaian Air Domestik Untuk Negara-Negara di Asia Tenggara

Tabel E.8. Tipikal Unit Konsumsi Untuk Fasilitas Umum

Dokumen Penawaran Teknis

Page 30: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 30

E - 30

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Besar kebutuhan air bergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi yang sejalan dengan naiknya tingkat kesejahteraan serta ukuran besarnya kota. Sebagai pegangan standard Direktorat Air Bersih dan IWACO, kebutuhan air dibedakan antara kebutuhan air diwilayah perkotaan dan pedesaan:

Perkotaan (> 1.0 jt jiwa): domestik + kehilangan = 186 l/org/hr

Non domestik+kehilangan = 64 l/org/hr

Total = 250 l/org/hr

Pedesaaan : domestik + non domestik +kehilangan air= 60 l/org/hr

Nilai ini akan disesuaikan apabila ada standar baru yang sudah berlaku.

C. Ternak

Berdasarkan standard FIDP (Formulation of Integrated Development Program) yang dibedakan menjadi sebagai berikut :

- Ternak besar (sapi, kerbau,kuda) 40 l/ekor/hari

- Ternak kecil (kambing) 5 l/ekor/hari

- Ternak kecil (babi) 6 l/ekor/hari

- Unggas 0,60 l/ekor/hari

Dokumen Penawaran Teknis

Page 31: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 31

E - 31

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

D. Kebun atau ladang, jika ada diperhitungkan.

Kebutuhan air untuk kebun mengacu pada International Decade For Water adalah sebagai berikut :

- musim kemarau 35.000 l/ha/hari

- musim hujan 17.000 l/ha/hari

E. Industri.

Kebutuhan air industri umumnya relatif konstan terhadap musim atau bulan. Dengan meningkatnya industri, maka terdapat kecenderungan peningkatan jumlah kebutuhan air industri.

Survey kebutuhan air industri diperlukan untuk menentukan rata rata penggunaan air pada berbagai jenis industri tertentu. Angka indek ini kemudian dapat dikaitkan dengan ukuran besarnya industri tersebut misalnya melalui banyaknya produk yang di hasilkan, atau banyaknya tenaga kerja.

Untuk industri yang terletak pada suatu kawasan industri, maka dari Departemen Perindustrian telah diberikan perkiraan kebutuhan air per hektarnya yaitu sekitar 0.5 sampai 2 liter per detik atau (0.5 -2.0) L/dt/ha.

F. Tambak atau Kolam Ikan.

Besarnya kebutuhan air untuk kolam ikan adalah untuk pengaliran atau pembilasan, menurut FIDP untuk kolam dengan kedalaman 70 cm dibutuhkan 35 sampai 40 mm/ha/hari, karena air tidak langsung dibuang maka ditetapkan kebutuhannya adalah sebesar 7 mm/hari/ha.

G. Listrik Tenaga Air

Listrik tenaga air (LTA) menggunakan air secara non konsumtif. Listrik dari tenaga air ini dapat berupa run-of-the-river, waduk, tampungan yang dipompa, dan pasang surut. Sedangkan menurut kapasitasnya dapat dibagi atas:

- Mikrohidro (kecil dari 100 Kw)

- Minihidro (antara 100 Kw dan 1 Mw)

- Kecil (antara 1 Mw dan 15 Mw), dan

- Besar (diatas 15 Mw)

H. Kebutuhan Irigasi

Faktor yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan irigasi ada-lah:

Evapotranspirasi

Kebutuhan air di sawah

a. Evapotranspirasi

Dokumen Penawaran Teknis

Page 32: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 32

E - 32

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Besaran evapotranspirasi tergantung dari kondisi iklim (suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, lama penyinaran dan radiasi matahari) seperti terlihat pada perhitungan berikutnya.

b. Kebutuhan air di sawah dipengaruhi oleh:

- Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PWR)

Faktor penting yang menentukan kebutuhan air untuk penyiapan lahan padi adalah :

Lamanya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Biasanya tergantung dari kondisi sosial budaya masyarakatnya, untuk pedoman diambil 45 hari, apabila digunakan mesin diperlukan waktu 30 hari.

- Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

Untuk tanah bertekstur berat, tanpa retak-retak kebutuhan diambil 200 mm ditambah 50 mm setelah transplantasi.

Lahan dibiarkan bera jangka waktu lebih dari 2,5 bulan atau lebih kebutuhan diambil 300 mm termasuk 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi.

Untuk lahan bertekstur ringan dengan laju perkolasi tinggi sebaiknya diambil lebih tinggi dari 250 mm.

Penyiapan lahan untuk tanaman ladang dianjurkan 50 - 100 mm, sedang untuk tanaman tebu 100 - 120 mm.

- Penggunaan konsumtif (ETc)

Penggunaan konsumtif digunakan persamaan sebagai berikut :

ETc = kc x ETo

dimana:

Etc = evapotranspirasi tanaman, mm/hari

Kc = koefisien tanaman,

ETo = evapotranspirasi tanaman acuan

Penggunaan konsumtif tanaman ladang, diasumsikan harga - harga berikut ini :

Evaporasi harian 5 mm

Kecepatan angin antara 0 - 5 m/dt

Kelembaban relatif minimum 70 %

Frekwensi irigasi/curah hujan per 7 hari.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 33: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 33

E - 33

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

- Perkolasi atau Rembesan (P)

Laju perkolasi tergantung sifat tanah. Untuk tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi diperkirakan 1~3 mm/hari, sedang untuk tanah yang ringan laju perko-lasi dapat lebih tinggi. Penentuan perkolasi untuk analisa yang digunakan adalah hasil dari penelitian, jika ada.

- Pergantian lapisan air (WLR)

Penggantian air dilakukan dua kali, masing 50 mm (3,3 mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

c. Hujan efektif (Re)

- Kehilangan pada jaringan irigasi

Untuk menentukan besarnya debit penyadapan yang berguna untuk merencanakan bangunan pengambilan, maka kebutuhan air irigasi harus ditambah dengan kehilangan pada jaringan tersier, sekunder dan primer. Kehilangan tersebut dinyatakan dalam efisiensi, dimana besarnya adalah:

Jaringan tersier = 80 %

Jaringan sekunder = 90 %

Jaringan primer = 90 %

Total efisiensi (e) untuk tanaman padi adalah 65 %

Efisiensi untuk tanaman ladang dianjurkan memakai harga-harga sebagai berikut :

Jaringan irigasi utama, awal 0,75 % peningkatan 0.80 %

Petak tersier awal 0,65 % peningkatan 0,75 %

Keseluruhan awal 0,50 % peningkatan 0,60 %

Untuk studi efisiensi untuk tanaman palawija digunakan 50 %.

- Kebutuhan air irigasi

Perhitungan kebutuhan air irigasi termasuk dengan adanya debit penyadapan per-ha dihitung dengan persamaan :

NFR = PWR + P + WLR – R , DR = NFR/e

E.3.5 Studi Hidrologi

Pada bagian ini akan dibahas bagaimana proses analisa hujan, intensitas hujan serta analisa debit banjir.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 34: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 34

E - 34

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Data yang diperlukan untuk keperluan Analisis hidrologi merupakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara memfotocopi dan atau membeli pada Instansi – instansi terkait. Data data sekunder yang diperlukan antara lain :

Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal di Bogor tujuannnya adalah untuk mengetahui luas daerah aliran sungai disamping untuk mengetahui secara umum penggunaan lahannya.

Data Hujan dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika atau Dinas Pertanian dan Puslitbang Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum. Data hujan yang diperlukan adalah data hujan harian dan data hujan jam-jaman. Data yang diperlukan minimal 10 tahun terakhir. Kegunaan dari data hujan ini adalah untuk menganalisis debit banjir.

Data Iklim dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika. Data yang diperlukan minimal 5 tahun terakhir. Kegunaan data ini adalah untuk keperluan Analisis Evapotranspirasi serta analisa aliran rendah.

Data Debit jika ada di lokasi studi, tujuannya adalah untuk mengetahui debit sungai, bila data cukup dapat langsung dijadikan acuan untuk mengetahui debit, namun bila tidak cukup dapat dijadikan pembanding dengan hasil Analisis curah hujan, Apabila tidak ada data dapat diambil dari data sungai terdekat tujuannya adalah untuk melakukan regional Analisis. Data dapat diperoleh dari instansi yang memasangnya, contoh Pos Duga Muka Air lihat Gambar berikut :

Contoh gambar Pos Hujan dan Pos duga Muka Air

Pengumpulan data informasi debit

Informasi mengenai banjir dilakukan dengan cara wawancara yang ditulis dalam lembaran quesioner.

Data data primer dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran dan pengambilan sampel di lapangan.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 35: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 35

E - 35

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

1. Pengukuran Aliran Sungai

Tujuan pengukuran aliran adalah untuk mendapatkan gambaran perilaku fisik sungai termasuk di antaranya adalah besar aliran (discharge ). Banyak cara melakukan pengukuran aliran sungai, yaitu:

a. Pengukuran aliran dengan alat ukur arus

Pengukuran aliran dengan alat ukur arus dilakukan dengan menggunakan alat current meter. Contoh pengukuran aliran sungai sebagaimana Gambar berikut :

Contoh Pengukuran Aliran Sungai

Yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pengukuran arus harus diikuti dengan :

Pendugaan kedalaman alat yang digunakan tergantung dari kedalaman muka air, alat duga air dengan batang duga digunakan untuk kedalaman air kurang dari 3 meter, untuk yang lebih dari 3 meter digunakan alat lain yang sesuai.

Pengukuran jarak dan lebar aliran dapat dilakukan dengan teodolit apabila di lokasi pengukuran tidak ada jembatan atau kabel gantung, apabila ada dapat dilakukan dengan pita ukur.

Lokasi pengukuran akan lebih baik apabila dekat dengan pos duga air. Syarat lokasi pengukuran :

Palung sungai sedapat mungkin lurus dengan arah arus, kecepatan sejajar satu dengan yang lainnya.

Dasar sungai sedapat mungkin tidak berubah-ubah, bebas dari batu besar, tumbuhan air, dan bangunan air yang dapat menyebabkan jalur kecepatan tidak sejajar dengan yang lain.

Dasar penampang sungai sedapat mungkin rata supaya pada waktu menghitung penampang basah hasilnya mendekati yang sebenarnya.

Hal-hal yang harus dicatat dalam kartu pengukuran antara lain :

Dokumen Penawaran Teknis

Page 36: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 36

E - 36

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Nama sungai dan lokasi pos duga air

Tanggal dan nama pengukur

Jenis alat, nomor alat dan rumus alat

Waktu mulai melaksanakan pengukuran

Arah dimulainya pengukuran

Tinggi muka air pada waktu pengukuran

Menentukan tinggi aliran nol

Keterangan lain seperti : cuaca, perkiraan jenis aliran, material dasar sungai.

Kegiatan pengukuran dimulai dengan tahap sebagai berikut :

Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur kecepatannya kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran (0,2;0,8 atau 0,2;0,6;0,8 atau 0,6 saja)

Mengukur jarak dari tepi permukaan sungai kesetiap garis pengukuran vertical, kegiatan berulang untuk setiap perpindahan jalur vertical, kemudian hasilnya dicatat dalam kartu pengukuran.

Mencatat jumlah putaran yang terjadi pada setiap titik pengukuran.

Menghitung kecepatan dari pada setiap titik pengukuran berdasarkan jumlah putaran yang diperoleh dan selanjutnya merata-ratakannya.

Menghitung luas bagian penampang melintang untuk setiap jalur vertical.

Menghitung besar aliran untuk setiap bagian jalur penampang melintang dengan menggunakan rumus Q = VA.

Kegiatan terus diulang untuk setiap jalur garis vertical pada penampang melintang.

Besar aliran untuk seluruh penampang basah adalah jumlah komulatif seluruh besar aliran bagian dari seluruh vertical. Rata-rata kecepatan aliran penampang basah diperoleh dengan membagi besar aliran seluruh penampang dengan luas seluruh penampang melintang.

Beberapa cara pengukuran arus :

Merawas untuk sungai yang tidak dalam

Dokumen Penawaran Teknis

Page 37: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 37

E - 37

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Dari perahu, dilakukan apabila tidak ada jembatan dan kabel gantung. Pendugaan kedlaaman air untuk sungai yang lebar dan dalam digunakan alat duga sonic.

Dari kabel gantung melintang, apabila kabel gantung sudah tersedia ditempat

Dari jembatan, perlu dicek dulu kondisi jembatan, pengukuran dilakukan pada bagian hilir jembatan.

Besarnya aliran pengukuran ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

Q = A V

V = aN + b

dimana :

Q = besar aliran ( m )

A = luas penampang basah ( m2 )

V = Kecepatan aliran ( m/dt )

A = koefisien diameter gerak laju baling-baling sebenarnya dari alat.

N = jumlah putaran kincir/balingbaling per detik

B = koefisien kecepatan awal

b. Pengukuran aliran dengan cara tidak langsung

Pengukuran aliran untuk kondisi banjir, karena :

Banjir terjadi malam hari, sulit dilakukan.

Saat banjir tidak bisa diperkirakan kapan tibanya.

Tidak tersediannya sarana pengukuran banjir

Membahayakan timpengukur arus dan alat

Ada 2 metode, yaitu :

Metode Slope Area, persamaan yang digunakan adalah persamaan Manning, yaitu sebagai berikut :

2/13/2 ..1

SRAn

Q

dimana :

Q = besar aliran ( m3/dt )

A = luas penampang basah ( m2 )

R = jari –jari hidrolis, A/O ( m )

Dokumen Penawaran Teknis

Page 38: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 38

E - 38

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

O = keliling basah ( m )

S = kemiringan muka air

n = koefisien kekasaran Manning

Metode IOH, sesuai dengan alur yang mempunyai kemiringan tajam dan materi dasarnya berbatu-batu.

2/1.SfKQ

2/1

2/1 8...

fRgAK

dimana :

Q = besar aliran ( m3/dt )

K = konveyence

Sf = friction slope

R = jari –jari hidrolis, A/O ( m )

O = keliling basah ( m )

g = percepatan grafitasi

f = koefisien kekasaran Darcy -Weibach

c. Pengukuran aliran dengan alat pelampung

Apabila tidak memungkinkan diukur dengan alat ukur arus.

d. Pengukuran aliran dengan cara volumetrik

Digunakan apabila tidak dapat dilakukan pengukuran dengan alat ukur arus standar maupun alat ukur pigmy. Pengukuran dapat dilakukan dengan dua keadaan, yaitu :

Apabila aliran sungai memusat dalam satu titik sehingga seluruh aliran dapat dimasukkan dalam tempat ukur. Pengukuran dilakukan dengan bantuan sekat ukur V-notch.

Apabila air sungai mengalir pada pelimpah atau bendung kecil namun tidak terpusat maka pengukuran dilakukan dengan cara sampel.

e. Sekat ukur

Cara ini dilakukan apabila pengukuran aliran tidak dapat dilakukan, biasanya dilakukan untuk alur-alur sungai yang kecil, dangkal dan arus lambat.Pengukuran aliran dengan metode ini dilakukan dengan menggunakan sekat ukur (weir plate). Sekat ukur yang cocok adalah V-notch 900 sekat ini dibuat dari besi.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 39: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 39

E - 39

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Untuk mencegah kebocoran dipasang bahan kedap atau bahan yang dapat menutup kebocoran yang terjadi yang diletakkan disisi depan dan belakang. Papan ini ditempatkan pada lokasi yang tidak terpengaruh oleh peristiwa pasang surut air akibat back water. Persamaan untuk menghitung aliran di atas sekat ukur berbentuk segitiga, bersisi tajam dan bersudut 900 adalah :

Q = C.h3/2

Dimana :

Q = besarnya aliran

h = tinggi statis

C = koefisien besarnya aliran, biasanya nilai C adalah sebesar 2,47

Contoh Gambar Alat ukur Sekat Ukur

f. Cara lain namun tidak dianjurkan misalnya :

cara zat warna,

garam,

isotop, dan lain-lain.

E.3.5.1 Analisis Curah Hujan

Analisis curah hujan rencana mengikuti bagan alir pada Gambar E.2 Berdasarkan bagan alir tersebut di atas maka tahapan Analisis curah hujan adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data sebagaimana diuraikan pada sub sebelumnya.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 40: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 40

E - 40

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

2. Uji Konsistensi Data

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan data yang diketahui dari ketidak konsistenan datanya. Metode yang digunakan adalah "Double Mass Curve". Dimana ploting komulatif data curah hujan dari stasiun penakar hujan dengan komulatif data stasiun curah hujan lainnnya, sehingga diperoleh hubungan berupa garis lurus.

3. Hujan Titik

Hujan titik merupakan data yang sudah diperbaiki termasuk data yang hilang untuk Analisis selanjutnya. Pengisian data hilang dilakukan karena adanya data yang tidak lengkap yang disebabkan karena tidak tercatatnya data hujan oleh petugas, alat penakar rusak dan sebab lain. Hal tersebut biasa ditandai dengan kosongnya data dalam daftar.

n

i

iR

xR

rnx

r1

1

dimana :

r x = Curah hujan yang diisi.

Rx = Curah hujan rata-rata setahun ditempat pengamatan yang datanya harus dilengkapi.

Ri = Curah hujan rata-rata setahun di pos hujan pembandingnya.

ri = Curah hujan dipos hujan pembandingnya.

n = Banyaknya pos hujan pembanding.

Pemeriksanaan hujan abnormal untuk mengetahui data-data yang abnormal sehingga dalam Analisis selanjutnya tidak diikutkan. Metode yang digunakan adalah "Iwai Kadoya".

4. Hujan Rerata

Hujan rerata merupakan wilayah yang dihitung dari hujan titik dari beberapa stasiun penakar hujan yang berpengaruh terhadap daerah aliran sungai. Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung hujan wilayah/daerah adalah metode Thiesen. Cara diperoleh dengan cara membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis hubung dua pos penakar hujan, persamaannya adalah sebagai berikut :

Dokumen Penawaran Teknis

Page 41: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 41

E - 41

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

n

RiA

iA

RAVG

1

RAVG = Curah hujan rata-rata ( mm )

Ai = Luas pengaruh stasiun ke i dari 1 sampai n ( km2 )

A = Luas daerah aliran sungai ( km2 )

Ri = Curah hujan pada stasiun ke-I dari 1 sampai n ( mm )

5. Analisis Sebaran Cs dan Ck

Sebelum menentukan metode yang sesuai untuk Analisis hujan rancangan terlebih dahulu ditentukan besarnya nilai sebaran Cs dan Ck, lihat bagan alir pada berikutnya.

Persamaan Cs dan Ck adalah sebagai berikut :

3

1

32 )(

)2)(1( nS

XXi

nn

nCs

ni

i

4

1

33 )(

)3)(2)(1( nS

XXi

nnnn

Ck

ni

i

dimana :

S = Standar Deviasi

n = Banyaknya data

Xi = Data

i = Urutan data mulai dari yang terbesar

X = Hujan rata-rata

Cs = Koefisien Skew

Ck = Koefisien kurtosis

Dokumen Penawaran Teknis

Page 42: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 42

E - 42

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Gambar E.1 Bagan Alir Analisis Curah Hujan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 43: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 43

E - 43

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Gambar E.2 Bagan Alir Uji Kesesuaian Distribusi.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 44: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 44

E - 44

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.3.5.2 Pengambilan Contoh Air

Sample air akan diambil sample pada rencana lokasi pengambilan air baku, untuk diuji kualitas air. Contoh air yang diambil dimasukkan kedalam botol dan ditutup rapat agar tidak terpengaruh oleh kondisi luar dan akan diuji di laboratorium untuk mengetahui kondisi fisik , kimia dan bakteriologi.

Pemilihan sumber air ditentukan atas dasar kecukupan, keandalan dan kualitas. Kualitas air baku akan menentukan pengolahan yang dibutuhkan yang berpengaruh pula pada biaya operasional yang pada gilirannya akan menentukan tarif air.

Jika memungkinkan sumber air baku dengan kualitas terbaik yang tersedia harus dipilih agar dapat memberikan air ke penduduk dengan kapasitas yang mencukupi dan berkesinambungan sepanjang tahun. Pemilihan sumber air dilakukan setelah mempelajari dengan seksama didasarkan pada perlindungn terhadap sumber air tersebut yang merupakan hal penting untuk mencegah penyebaran penyakit menular melalui air.

Tabel E.9. Kualitas dari Sumber AirPencemar Baik Sekali Baik Jelek Ditolak

BOD rata-rata (5 hari)

(mg/l)

0.75 ~ 1.5 1.5 ~ 2.5 2.5 ~ 1 > 1

Coliform rata-rata MPN per

100 ml

50 ~ 100 100 ~ 5000 5000 ~ 20000 > 20000

pH 6 ~ 8.5 5 ~ 8

8.5 ~ 9

3.8 ~ 5

9 ~ 10.3

< 3.8

> 10.3

Chlorida (mg/l) < 50 50 ~ 250 250 ~ 600 > 600

Clorida (mg/l) < 1.5 1.3 ~ 3 > 3

Sumber : ASCE, 1969

E.3.5.3 Analisa Kualitas Air

Analisa kualitas air ini adalah dengan melakukan pengambilan sampel air dari sumber air di lokasi yang telah teridentifikasi, kemudian sampel air tersebut diuji di Laboratorium untuk memperoleh data PH dan bahan sulfatnya. Dari hasil uji ini akan terlihat kelayakan dari air tersebut.

Parameter-parameter penting yang perlu dipantau guna mengetahui kualitas sumber air antara lain adalah :

Jumlah Zat Padat Tersuspensi (TSS)

TSS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TSS bertambah maka kesadahan akan naik.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 45: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 45

E - 45

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Selanjutnya, efek TSS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.

Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman dan hewan. Buangan industri terutama industri pertanian, perkebunan dan pertambangan (rakyat) juga merupakan sumber kekeruhan di Sungai Kapuas dan Pawan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K yang berasal dari pupuk tanaman yang ikut air limpasan ke sungai akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut.

Rasa dan Bau

Air yang baik adalah air yang tidak berasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam/amis, pahit, asin dan sebagainya. Efeknya tergantung pula pada penyebab timbulnya rasa tersebut.

Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas agar tidak terjadi pelarutan zat kimia dan menghambat reaksi-reaksi biokimia dalam air dan mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak.

Warna

Warna dapat disebabkan adanya tannin yang berasal dari zat kayu misalnya di lokasi-lokasi HPH atau industri-industri kayu olahan dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa dan gambut.

pH

pH air yang digunakan sebagai peruntukan air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 46: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 46

E - 46

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Mercury (Hg)

Saat ini potensi cemaran air raksa/mercury di SWS Kapuas dan Pawan diduga sebagian besar dihasilkan oleh kegiatan industri pertambangan (pertambangan rakyat/PETI), dalam jumlah yang lebih kecil oleh industri plastik dan berasal obat-obatan pembasmi hama dari kegiatan pertanian/perkebunan seperti, fungisida, bakterisida dan lain-lain.

Arsen

Arsen sudah sejak lama sering digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan racun tikus yang banyak digunakan di dalam kegiatan pertanian.

Zat organik

Zat organik merupakan indikator umum bagi pencemaran. Apabila zat organik yang dapat dioksidasi (BOD/COD) besar, maka ia menunjukkan adanya pencemaran. Kondisi sebaliknya terjadi pada oksigen terlarut (DO).

Ammonia

Ammonia banyak berasal dari kegiatan domestik dan pertanian. Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor.

Kesadahan

Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa bila air tersebut digunakan sebagai bahan baku air minum komunal (PDAM). Kesadahan yang tinggi disebabkan sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat tidak suka memanfaatkan sumber air tersebut.

Besi

Di alam didapat sebagai hematite. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), kekeruhan pertumbuhan bakteri besi dan pengendapan pada dinding pipa bila air tersebut digunakan sebagai bahan baku air minum komunal (PDAM).

Cadmium

Kehadiran Cadmium di lokasi-lokasi pertanian/perkebunan diduga berasal dari pestisida yang digunakan dalam jumlah yang besar dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 47: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 47

E - 47

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Timbal

Timbal atau plumbum (Pb) adalah metal kehitaman, yang banyak digunakan dalam bahan bakar kendaraan dan industri. Dalam hal ini terutama adalah kendaraan-kendaraan air dan industri-industri kayu.

Chlorida

Chlorida adalah senyawa halogen chlor (Cl). Toksisitasnya tergantung gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil chlorida sangat beracun. Kandungan NaCl saat ini cukup tinggi hingga Sadap Penepat Sungai Kapuas, yang menunjukkan telah terjadi intrusi air laut yang semakin jauh ke hulu.

Nitrat, Nitrit

Nitrat, nitrit banyak dijumpai pada perairan yang melalui tata guna lahan perkebunan, khususnya perkebunan kelapa sawit yang memiliki pabrik pengolahan CPO yang limbah organiknya dibuang ke badan air (tidak menggunakan land application). Nitrat, nitrit berasal dari dekomposisi organik kompleks menjadi organik yang lebih sederhana.

Sulfat

Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastro-intestinal, bila bercampur dengan magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4 yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan diare. Sulfat pada boilers menimbulkan endapan (hard scales), demikian pula pada heat exchangers.

Seng

Potensi cemaran seng (Zn) di SWS Kapuas dan Pawan berasal dari industri karet dan industri seng itu sendiri. Toxisitas Zn pada hakekatnya rendah. Di dalam air minum Zn akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Seng menyebabkan air menjadi berwarna, dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir.

Detergen

Detergen ada yang bersifat cationic, anionic, maupun nonionic. Kesemuanya membuat zat lipofilik mudah larut dan menyebar di perairan.

Parameter mikrobiologis

Parameter mikrobiologis yang umum digunakan adalah koliform tinja dan total koliform. Kedua macam parameter ini hanya

Dokumen Penawaran Teknis

Page 48: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 48

E - 48

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

merupakan indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit, bakteri patogen dan virus.

JPT Coli/100 cc air

Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) bakteri Coliform/100 cc air digunakan sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Air yang mengandung Coliform menunjukkan bahwa air tersebut tercemar oleh tinja.

Biota Perairan

Dengan demikian maka kualitas air yang diteliti meliputi kualitas sifat fisik, kualitas sifat kimia dan biologi. Parameter sifat fisik meliputi: TSS, kekeruhan, suhu, dan warna. Parameter sifat kimia: pH, Hg, Ar, BOD, COD, DO, Amonia, kesadahan, Fe, Cd, Pb, Cl, Nitrat-Nitrit, Sulfat, Zn, dan Deterjen. Sedangkan parameter sifat biologi meliputi: parameter mikrobiologis, JPT coli dan biota perairan (plankton, benthos dan nekton). Analisis kualitas air untuk parameter fisik-kimia, kandungan mikrobiologis akan dianalisis di laboratorium kualitas air.

Pengukuran parameter fisik-kimia kualitas air dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengukuran di lapangan meliputi parameter: suhu, warna, pH, DO. Alat yang dipakai adalah thermometer, pH-meter dan DO-meter. Untuk keperluan analisis laboratorium, maka diambil contoh air pada masing-masing titik pengamatan dengan menggunakan jerigen ukuran 2,5 liter berwarna gelap. Pada setiap titik pengamatan diambil 3 contoh air secara komposit, baik komposit kedalaman maupun komposit lokasi. Satu contoh untuk analisis BOD, sisa contoh untuk analisis parameter yang lain. Pada setiap contoh tersebut dilakukan perlakuan pengawetan. Sedangkan pengambilan contoh biota perairan dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh kualitas air. Dengan demikian, dapat dilakukan analisis dan perbandingan kondisi biota perairan dengan kondisi kualitas airnya.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 49: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 49

E - 49

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.10. Standar Baku Mutu

E.3.6 Studi Sosial dan Ekonomi

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui dan menginventarisasi kondisi sosek dan demografi di wilayah studi dan mengetahui segala permasalahannya berkaitan dengan penyusunan pengembangan air bersih di kab Bekasi.

Data yang diperlukan untuk studi ini berupa data sekunder dan data primer, data sekunder diperoleh dengan cara mencopy yang bersumber dari berbagai instansi pemerintahan, sedangkan data primer diperoleh dengan pengamatan/pencatatan langsung di lapangan. Adapun data-data tersebut antara lain berupa :

Dokumen Penawaran Teknis

NoParameter Analisis Satuan

Baku Mutu*

Fisika1 Bau - -2 J umlah zat pada terlarut mg/l 10003 Kekeruhan NTU 54 Rasa - -

5 Temperatur oCU 3o

6 Warna TCU 157 Daya Hantar Listrik uS/Cm

Kimia Anorganik1 Besi (Fe mg/l 0.32 Fluorida (F) mg/l 1.5

3 Kesadahan (CaCO3) mg/ l 500

4 Klorida (Cl) mg/ l 2505 Natrium (Na) mg/l 0.16 mangan (Mn) mg/l 200

7 Nitrat (Sebagai NO3) mg/ l 50

8 Nitrit (Sebagai NO2) mg/ l 3

9 pH 6.5-8.5

10 Sulfat (SO4) mg/ l 250

11 Kalium (K) mg/l -

12 karbondioksida (CO2) Agresif mg/ l -

13 Keasaman pp (Asiditas) mg/l -14 Kelindian Mo (Alkalinitas) mg/l -15 Daya pengikat Chlor mg/l -

Kimia Organik1 Zat Organik (KMnO4) mg/l -

* mengacu pada baku mutu air minum No 907/Menkes/VII/2002

Page 50: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 50

E - 50

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

(1) Data Demografi

a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan dan agama.

b. Tingkat kepadatan penduduk.

c. Pertumbuhan penduduk

d. Tenaga kerja

(2) Data Ekonomi

a. Ekonomi rumah tangga (pendapatan, pola nafkah ganda)

b. Ekonomi sumber daya alam

c. Perekonomian lokal dan regional

(3) Data Budaya

a. Kebudayaan (adat istiadat, nilai dan norma budaya).

b. Proses sosial.

c. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat dibidang ekonomi.

d. Warisan budaya.

e. Pelapisan sosial berdasarkan pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan kekuasaan.

f. Kekuasaan dan kewenangan.

g. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan.

h. Adaptasi ekologis.

(4) Data Pertahanan/keamanan

Konflik kepentingan pertahanan dan keamanan dengan rencana pembangunan kegiatan.

(5) Data Kesehatan Masyarakat

a. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.

b. Proses dan potensi terjadinya pemajanan.

c. Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit.

d. Karakteristik spesifik penduduk yang beresiko.

e. Sumber daya kesehatan.

f. Kondisi sanitasi lingkungan.

g. Status gizi masyarakat.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 51: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 51

E - 51

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

h. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran penyakit.

(6) Data Sarana dan Prasarana Umum

E.3.6.1 Kajian Sosial Ekonomi

Analisa sosial ekonomi meliputi terutama perkiraan pertumbuhan penduduk di dalam wilayah studi, Perkembangan penduduk dihitung dengan metode yang biasa berlaku, misalnya metode aritmatika atau metode geometri.

Pekerjaan penduduk berdasarkan program skala prioritas penanganan untuk 25 tahun kedepan.

Disamping kajian tentang perkembangan penduduk maka diinformasikan juga tentang perekonomian masyarakat dan perkiraan perkembangannya dimasa yang akan datang sesuai dengan pekerjaan di atas.

Secara garis besar kajian masalah sosial-ekonomi antara lain mencakup :

Menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mencakup antara lain macam pekerjaan yang ada, baik sektor pertanian maupun non pertanian, rata-rata pendapatan keluarga dari setiap pekerjaan tersebut dan rata-rata pengeluaran dari setiap keluarga.

Jumlah penduduk yang ada di daerah layanan (daerah pengembangan) dan prediksi perkembangannya.

Indikator ekonomi, pertanian, demografi dan kondisi sosial.

Menentukan kebutuhan pemukiman serta sarana dan prasarana umum.

Keinginan masyarakat mengenai pengembangan potensi sumber daya air.

Permasalahan sosial yang dominan di masyarakat serta bagaimana penanggulangannya.

Memberikan gambaran umum tentang tingkat kesehatan masyarakat perdesaan dilokasi pekerjaan yang dapat dicerminkan dengan tipikal dari keadaan rumah di pedesaan yang memenuhi persyaratan kesehatan.

Menggambarkan prasarana dan sarana umum yang telah dibangun dan kemungkinan akan dibangun dilokasi pekerjaan.

E.3.6.2 Kajian Budaya

Secara garis besar kajian masalah budaya di wilayah studi terutama yang terkait dengan masalah pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air

Dokumen Penawaran Teknis

Page 52: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 52

E - 52

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

antara lain misalnya :

Ritual kematian dimana sungai dianggap sebagai jalan roh ke akhirat

Sungai sebagai pedoman orientasi

Sungai sebagai media tolak bala

Tata cara penggunaan sumber air

Usaha masyarakat dalam mengelola sumber air

Sungai sebagai sumber daya

Sungai hubungannya dengan pemukiman

Sungai sebagai sarana transportasi

Sejarah masyarakat yang tinggal di daerah Sungai

Disamping kajian tersebut di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada dalam wilayah studi.

E.3.7 Studi Penataan Ruang

E.3.7.1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

Pendekatan yang akan dituangkan dalam 4 (empat) pendekatan pokok yaitu :

(a) Pendekatan Konsepsional

Pendekatan konsepsional meliputi yaitu :

(i) Pendekatan dari atas ke bawah, yang berupa penterjemahan lebih lanjut rencana-rencana dan kebijaksanaan ruang yang ada berupa :

Pokok- Pokok Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah Propinsi Jawa barat.

Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Terpadu.

Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Bekasi.

Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan .

Rencana lainnya yang relevan dengan pekerjaan ini.

(ii) Pendekatan dari bawah, bertolak dari karakteristik wilayah studi yang pengenalannya diperoleh melalui pengumpulan data langsung dari wilayah studi. Karakteristik wilayah studi ini diutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan potensi, permasalahan dan batasan-batasan bagi pengembangan selanjutnya. Dengan demikian dalam penganalisaan, penyusunan alternatif-alternatif rencana dan usulan bentuk rencana

Dokumen Penawaran Teknis

Page 53: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 53

E - 53

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

haruslah dapat merangkum kedua titik tolak utama di atas. Selain itu perlu juga menjadi masukan untuk perumusan studi ini dari instansi-instansi sektoral dan studi-studi yang berkaitan dengan pekerjaan.

(b) Pendekatan Teoritis

Secara garis besar metode pendekatan ini akan menghasilkan penilaian-penilaian sebagai barikut :

(i) Penentuan fungsi dan peran Sumber Air Bersih.

(ii) Penentuan struktur pemanfaatan lahan, di Wilayah Sumber Air yang merupakan usaha optimal penetapan model-model konsep bentuk pemanfaatan lahan.

(iii) Identifikasi jenis dan intensitas excisting pemanfaatan lahan.

Didalam penilaian-penilaian tersebut digunakan beberapa metode analisis, baik kuantitatif maupun kualitatif, yang penggunaannya disesuaikan dengan ketersediaan data dan informasi. Hasil yang diharapkan dan tujuan studi secara keseluruhan (dalam penggunaan/pemilihan model-model analisis harus betul-betul disesuaikan dengan karakteristik daya dukung lingkungan yang bersangkutan).

(c) Pendekatan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan

Pendekatan teknis pekerjaan ini akan diuraikan sesuai dengan tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, yaitu :

(i) Persiapan

Titik berat pekerjaan dalam tahap persiapan ini adalah melaksanakan survey dan penelitian lapangan, jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan dalam hal ini antara lain :

Penelaahan terhadap materi yang ada serta rencana-rencana sektoral, studi-studi dan peraturan-peraturan pengembangan ruang yang berkaitan dengan identifikasi air bersih eksisting dan yang baru.

Penyiapan program kerja lapangan khususnya survey dan penelitian lapangan

Pengalokasian tenaga dan job survey dan penelitian lapangan

Penyiapan peta-peta dasar dan blok-blok area survey

Penyiapan blangko-blangko survey/work sheet

Dokumen Penawaran Teknis

Page 54: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 54

E - 54

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Penyiapan peralatan survey

Penyiapan admnistrasi penunjang untuk survey

(ii) Menyusun Quetioner dan Interview

Menyusun questioner untuk wawancara sebagai bagian dari maksud untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan para pelaku dalam kawasan yang akan direncanakan, baik permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi maupun aspirasi dan persepsinya. Melakukan Interview banyak dipengaruhi oleh:

Tingkatan responden (dari segi kemampuan dan peran),

Pendekatan terhadap responden,

Suasana dalam melaksanakan interview, dan

Bentuk quetioner yang di lakukan (tertutup atau terbuka) atau focused interview / free interview.

(iii) Survey Lapangan dan Instansi

Survey lapangan terdiri dari pengumpulan data/bahan dokumentasi yang telah di terbitkan dan observasi lapangan (termasuk interview).

Dalam survey dan penelitian lapangan ini tercakup pengumpulan data primer maupun data sekunder, secara garis besar meliputi :

Identifikasi Penyediaan Air Bersih Eksisting.

Identifikasi Struktur Wilayah, dengan penekanan pada hal-hal yang berkaitan dengan Penyusunan Rencana Induk.

Identifikasi fisik (baik fisik dasar maupun fisik buatan manusia)

Identifikasi sosial (kependudukan), ekonomi

Identifikasi kondisi lingkungan.

Identifikasi struktur pemanfaatan lahan, pola umum pemanfaatan lahan dan orientasi lingkungan harus menampakkan tingkat hirarkinya.

Identifikasi Fisik Dasar.

Identifikasi Penggunaan Lahan,

Rincian jenis penggunaan ruang/lahan

Struktur dan kualitas bangunan untuk masing-masing jenis penggunaan lahan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 55: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 55

E - 55

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Kedudukan/peran/estetika bangunan pada lingkungan yang bersangkutan

Identifikasi Sarana dan Prasarana,

Sistem distribusi dan kapasitas sumber air bersih/minum

Sistem distribusi saluran dan bangunan pengelola air bersih

Sistem pendistribusia air bersih dengan sistem perpipaan dan non perpipaan

Identifikasi Sosial Ekonomi

Identifikasi Sosial Kependudukan, meliputi

Identifikasi Ekonomi, meliputi

Keseluruhan identifikasi tersebut harus dapat tampak secara jelas dan baik, serta terekam dalam peta dan dalam penggambaran serta mudah terbaca sehingga dapat dijadikan landasan bagi pekerjaan.

E.3.7.2 Kajian dan Metode Analisa

Kajian yang dilakukan meliputi :

(a) Analisa Tata Ruang

Analisis Tata Ruang bertujuan untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk pemanfaatan ruang, yang mengambarkan ukuran fungsi dan karakteristik kegiatan masyarakat, serta mengantisipasi perubahan perkembangan bentuk pemanfaatan lahan. Analisis ini dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap :

Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan penggunaan lahan, distribusi penggunaan lahan serta interst/kecenderungan swasta dan masyarakat dalam penguasaan /kepemilikan lahan.

Bentuk-bentuk pengguasaan, pemanfaatan dan penggunaan lahan yang dilakukan masyarakat dan swasta, dapat dicermati dari luas kepemilikan, luas penguasaan dan pengunaan serta status lahan.

Analisa tata ruang berupa (Indeks Planologi) adalah angka yang menunjukkan besaran keplanologian suatu kawasan, yang merupakan penjumlahan nilai variabel planologi dengan rumusan:

Dimana :

Dokumen Penawaran Teknis

Page 56: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 56

E - 56

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

IP = Indek Planologi

V = Nilai Variabel (1-100)

N = Jumlah Variabel

(b) Analisa Kecenderungan Perkembangan Penggunaan Lahan

Perhitungan kecenderungan perkembangan pemanfaatan lahan lebih diperhitungkan terhadap koefisien spesialisasi dari kegiatan yang dilaksanakan secara keseluruhan, dengan rumusan matematik sebagai berikut.

D = K Ai z

Dimana :

D = Development Ratio

K = Konstanta

Ai = Tingkat Aksesibilitas

Z = Eksponen/Pangkat

Sedangkan untuk menghitung indeks pertumbuhan masing-masing kegiatan pemanfaatan lahan dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Gi = Di - Oi

Di Oi

Dimana :

Gi = Indeks Pertumbuhan.

Di = Development Ratio pada lokasi i

Oi = Indeks Ketersediaan Lahan pada lokasi I

(c) Analisa Sosial Kependudukan

Analisa ini juga dimasukkan dalam bagian Sosial Ekonomi, Model pekerjaansi penduduk, mobilitas penduduk. ekstrapolasi secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk persamaan matemaika :

P t+ = Pt + F ()

Dimana :

P t+ = Jumlah Penduduk pada tahun t + 0

P t = Jumlah Penduduk pada tahun dasar t

= Selisih tahun dari tahun dasar t ke tahun dasar t + 0

Dokumen Penawaran Teknis

Page 57: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 57

E - 57

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

f = Fungsi perkembangan penduduk yang mencerminkan faktor biologi, sosial, ekonomi dan politik.

Metode Analisis Regresi Linier, dengan rumus matematis :

Pt = a + b (x)

Dimana :

Pt = Jumlah Penduduk pada tahun ( t )

x = Nilai yang diambil dari variable bebas

a, b = Konstanta, dimana

PX2 - PX.P N PX - X. P

a = ------------------------ ; b = ---------------------- N X2 - ( X )2 N 2 - ( X )2

(d) Analisa Pergerakan Penduduk (Makro Analisa)

Pola dan itensitas pergerakan digunakan model analisa grafik Analisa ini melihat kecenderungan dan tarik penduduk untuk memanfaatkan lahan, dengan rumusan;

Dimana:

Gi - j = Besaran pergeseran relatif

K = Konstanta grafikasi

Di = Dimensi aktivitas zone I

Dij = Jarak antara I - j

X = Konstanta Jarak

E.3.8 Studi dan Evaluasi Bangunan Air Bersih Eksisting

E.3.8.1 Inventarisasi bangunan

Kegiatan Studi dan Evaluasi Bangunan Pengendali Banjir Eksisting diawali dengan melakukan penelusuran bangunan dan kelengkapannya, dimaksudkan untuk mengetahaui kondisi fisik dan fungsi bangunan pada setiap daerah pada saat ini, serta permasalahan-permasalahan yang terjadi selama beroperasinya saluran dan bangunan. Kondisi fisik saluran dan bangunan didata jenis kerusakannya seperti longsoran, bocoran, retakan, endapan, dan erosi dan hasilnya direkam dengan foto digital. Pengambilan foto akan dilakukan pada seluruh bangunan dan secara sampling pada ruas-ruas saluran serta saluran-saluran yang kondisinya rusak ringan/berat.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 58: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 58

E - 58

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan inventarisasi, pihak pelaksanaan Konsultan akan selalu berkoordinasi dengan pihak Proyek dan instansi terkait, dan akan melibatkan beberapa staf dari instansi tersebut yang mengetahui situasi dan kondisi lapangan sehingga kegiatan ini akan dapat lebih efektif dan efisien. Sebagai panduan pelaksanaan juga akan menggunakan beberapa peta seperti: peta situasi Daerah skala 1 : 2000 /1 : 5000.

Hasil dari kegiatan ini mencakup:

a) Kondisi fisik bangunan saat ini.

b) Dimensi bangunan dan kelengkapannya

c) Data-data disertai dengan foto-foto kerusakan

d) Gambar sketsa bangunan, dan

e) Permasalahan-permasalahan, yang akan menjadi bahan dalam penyusunan rekomendasi tindak lanjut apa yang diperlukan dalam rangka menjaga agar kondisi dan fungsi bangunan dan kelengkapannya tersebut tetap baik.

Inventarisasi kondisi fisik bangunan serta sarana penunjangnya saat ini juga mencakup fungsi dari bangunan dan semua bagian pelengkapnya serta semua permasalahan yang terjadi selama beroperasinya bangunan tersebut. Kegiatan ini ditujukan untuk menghimpun data dalam rangka melakukan evaluasi kemampuan pengaliran air sehingga akan diperoleh rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan untuk menjaga agar kondisi dan fungsinya tetap baik.

Inventarisasi bangunan yang ada mencakup:

Kondsi fisik bangunan dan kelengkapannya saat ini (fungsional dan operasional)

Luas layanan

Permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan

Kesesuaian tata letak infrastruktur yang ada

Dimensi bangunan dan kelengkapannya

Data-data dan foto-foto kerusakan

E.3.8.2 Evaluasi Bangunan Eksisting

Secara garis besar, evaluasi kinerja system bangunan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan fungsi dari system pada saat ini. Evaluasi kondisi dan fungsi sistem bangunan akan di lakukan berdasarkan data-data yang berhasil dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Evaluasi

Dokumen Penawaran Teknis

Page 59: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 59

E - 59

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

yang akan dilakukan terhadap kondisi dan fungsi saluran dan bangunan dilakukan dalam dua tahap yaitu:

Tahap Pertama melakukan evaluasi “tingkat pelayanan” yang mencakup “indikator kapasitas kemampuan sistem bangunan,”. Dalam evaluasi ini juga ditinjau perihal pemanfaatan.

Tahap Kedua melakukan evaluasi keadaan kerusakan bangunan yang merupakan indikator pemeliharaan meliputi kondisi dan fungsi dari morfologi sumber air, saluran dan bangunan dan bangunan pelengkap.

Dalam melakukan evaluasi terhadap tingkat pelayanan kerusakan bangunan juga akan dilakukan evaluasi terhadap sejarah saluran dan bangunan dan permasalahan-permasalahan yang ada. Dalam sejarah saluran dan bangunan akan diuraikan pemanfaatan saluran dan bangunan yang ada.

(a) Evaluasi Tahap Pertama “Tingkat Pelayanan”

Evaluasi tingkat pelayanan dengan membuat grafik tingkat pelayanan masing-masing sistem bangunan dimulai dari tahun pertama. Grafik tingkat pelayanan saluran dan bangunan yang masih baru dimulai dari saat saluran dan bangunan yang bersangkutan difungsikan, sedangkan bagi saluran dan bangunan yang telah direhabilitasi dimulai saat rehabilitasi saluran dan bangunan bersangkutan dinyatakan selesai.

Indikator Kapasitas Kemampuan sistem bangunan Air Bersih menunjukkan debit kemampuan saluran dan bangunan (Q) untuk mengalirkan air bersih. Pada awal pengoperasian saluran dan bangunan Q akan sama dengan debit desain (Qd). Karena tujuan rehabilitasi saluran dan bangunan adalah untuk

Dokumen Penawaran Teknis

EvaluasiJaringan sumber

Air Bersih

Tahap IEvaluasi Tingkat

Pelayanan

Tahap IIEvaluasi Kerusakan

Bangunan

Sosial

Pemeliharaana

EvaluasiGabungan

KapasitasKemampuan

Jaringan

Page 60: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 60

E - 60

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

mengembalikan fungsi saluran dan bangunan ke fungsi semula. Evaluasi Tahap Kedua “Tingkat Kerusakan Bangunan”

Evaluasi tingkat kerusakan bangunan yang merupakan indikator pemeliharaan dilakukan terhadap kondisi bangunan air bersih secara menyeluruh. Semua informasi mengenai kondisi fisik saluran dan bangunan dijelaskan jenis kerusakan seperti longsoran, bocoran, retakan, endapan, erosi, dsb. Daftar seluruh bangunan di sepanjang saluran, bentuk kerusakan, permasalahan dan cara penanggulangan. Nilai evaluasi keadaan kerusakan dari setiap bangunan dibagi dalam tiga katagori kondisi kerusakan yaitu:

Kondisi a (baik, kondisi 80%),

Kondisi b (rusak ringan, kondisi 50% - 79%), dan

Kondisi c (rusak berat, kondisi < 50%)

Setelah dievaluasi kondisi kerusakan maka dilakukan evaluasi menyeluruh dari setiap bangunan dengan katagori A, B dan C.

(b) Evaluasi Menyeluruh Kondisi dan Fungsi bangunan air bersih

Evaluasi menyeluruh merupakan gabungan dari evaluasi tahap pertama (tingkat pelayanan) dan evaluasi tahap kedua (kedua kerusakan bangunan).

Indikator Kapasitas Kemampuan Saluran dan bangunan (IKJ), nilai bobot (W) = 25 %

Indikator Sosial (ISO), nilai bobot (W) = 15%

Indikator Pemeliharaan (IPE), nilai bobot (W) = 35%

Dokumen Penawaran Teknis

Page 61: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 61

E - 61

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.11. Evaluasi Tata Air untuk Usulan di Rehabilitasi

No Indikator

Nilai

KeteranganBobot

(W)Faktor (F)

I.

Indikator Kapasitas

Kemampuan

bangunan air

bersih &

Kelengkapannya

(IKJ)

45%

> 70% =1,0 Baik = 1

Cukup = 0,8

Buruk = 0,5(50-70)% =0,8

< 50% =0,5

II.Indikator Sosial

(ISO)20%

(70-100)% FS

=

1,0

(50-69)% =0,8

< 50% =0,5

III.Indikator

Pemeliharaan (IPE)35%

A 80% = 1

B (50-79) = 0,8

C < 50% = 0,5

Jumlah I – III 100%

VI. Indikator Biaya (IB)

Sebagai bahan

pertimbangan

saja

Tabel E.12. Prioritas Tata Air untuk Usulan di Rehabilitasi

NoNama Sub

Daerah

Indikator Nilai

Gabungan

(NG) *)

BiayaIKJ ISO IPE

1. 1 …… …… …… …… ……

2. 2 …… …… …… …… ……

3. 3 …… …… …… …… ……

4. 4 …… …… …… …… ……

5. 5 …… …… …… …… ……

*) Tiap daerah Irigasi dihitung nilai gabungan kemudian diranking untuk memilih prioritasnya.

Nilai NG terkecil akan mendapat prioritas pertama untuk direhabilitasi.

E.4 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH

Secara Umum Langkah Strategis Sistem Penyediaan Air Bersih adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan air tahun perencanaan

2. Identifikasi sumber-sumber air yang potensial

3. Identifikasi system pengolahan dan distribusi air minum

Dokumen Penawaran Teknis

Page 62: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 62

E - 62

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Pembangunan sektor air bersih berhadapan dengan aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor air bersih dituntut menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah ekonomi dalam rangka memandu alokasi sumberdaya air dan mendorong terselenggaranya sektor usaha selayaknya corporate yang profesional, berperilaku efisien, dan menghasilkan manfaat bagi sektor ekonomi lainnya. Dalam aspek sosial, sektor air bersih berhadapan dengan nilai-nilai sosial yang harus diaspirasikan di dalam pembangunan serta kedudukannya sebagai sektor publik yang paling mendasar. Muncul kesadaran yang sama yakni sasaran menyediakan sarana dan air bersih bagi sebanyak-banyaknya penduduk. Sedangkan dalam aspek lingkungan, sektor air bersih berhadapan dengan implikasi yang bernuansa sosial dan mempengaruhi alokasi sumberdaya air. Sinergi antara aspek lingkungan dan sosial dapat menentukan perilaku pengelolaan sumberdaya air dan permintaan air bersih. Secara keseluruhan, kebijaksanaan sektor air bersih sejalan dengan pencapaian manfaat setinggi-tingginya dari pembangunan dan konservasi sumberdaya air antara lain (United Nations, 1979): (1) meningkatkan pendapatan regional atau nasional, (2) meredistribusikan pendapatan di antara wilayah, (3) meredistribusikan pendapatan di antara berbagai kelompok masyarakat, (4) memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat, dan (5) memperbaiki kualitas lingkungan.

Rumusan strategi pengembangan sektor air bersih dispesifikkan ke dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal tersebut diharapkan akan menghasilkan dampak positif dalam masing-masing aspek secara proporsional, berkelanjutan, dan membawa peningkatan kesejahteraan (social benefit). Rumusan pada dasarnya mendeskripsikan strategi pengelolaan sumberdaya air dari Le Moigne et al. (1994), yang terdiri dua kegiatan penting yakni analisis sumberdaya air, yaitu mengkaji aspek fisik dan faktor-faktor yang mempengaruhi sumberdaya air, dan pendefinisian strategi, yaitu proses penetapan bentuk-bentuk pengelolaan sumberdaya air. Secara garis besar, rumusan strategi tersebut disajikan dalam Tabel 3.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 63: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 63

E - 63

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.13. Strategi, Sasaran dan Langkah Operasional

dalam Pengembangan Sektor Air Bersih

- Pembangunan wilayah kota terintegrasi

- Program-program pengamanan sosial (social safety net ) yang terkait dengan sektor air bersih

- Pengembangan wilayah pemukiman

- Pembangunan wilayah industri

- Pembangunan hidran umum

- Membantu wilayah yang mengalami krisis air

- Membentuk jaringan komunikasi antar stakeholder dalam pembangunan sektor air bersih

- Melakukan analisis tentang konsumsi air bersih secara periodik

- Merumuskan hubungan kelembagaan yang kondusif bagi pengembangan sektor air bersih

- Pengelolaan terpadu, sharing , atau merger

.-kemandirian dan otoritas Pengelola air bersih.

Memperkuat kemandirian dan otoritas Pengelola air bersih- Perumusan standar evaluasi kinerja PDAM yang mempertimbangkan aspek lingkungan Mengevaluasi kinerja Pengelola air bersih

c. Mengembangkan kelembagaan hukum sektor air bersih

- Membangun mekanisme insentif reward dan punishment

b. Pemanfaatan air bersih bagi kepentingan sosial

a. Membangun partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor air bersih

a. Peningkatan pelayanan hingga 80 persen penduduk wilayah kota dan 60 persen penduduk kabupaten

1. Peningkatan tingkat pelayanan

penduduk

b. Mengembangkan kelembagaan ekonomi sektor air bersih yang efisien dan berkelanjutan

2. Pengembangan kelembagaan sektor

bersih

Strategi Sasaran Langkah Operasional

I . Aspek Sosial

Dokumen Penawaran Teknis

Page 64: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 64

E - 64

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Strategi Sasaran Langkah Operasional

- Kebijakan harga yang optimal - Peningkatan tarif (harga) air

- Penetapan harga (price discrimination ) di antara dan di dalam kelompok konsumen

- Perbaikan dan pemeliharaan sistem distribusi - Pendidikan dan ketrampilan SDM (human capital ) sektor air bersih- Perbaikan manajemen dan mutu pelayanan

- Peningkatan pertumbuhan permintaan air bersih- Peningkatan investasi

- Peningkatan aktifitas ekonomi ke belakang

- Peningkatan aktifitas ekonomi ke depan

- Pembangunan infrastruktur publik telepon

- Pembangunan di bidang hukum dan pertanahan- Pembangunan ekonomi sektor maufaktur/ jasa

I I . Aspek Ekonomi

1. Peningkatan kinerja Pengelola

Air Bersih

2. Peningkatan share dan

dampak ekonomi wilayah

b. Peningkatan aktifitas ekonomi wilayah yang terkait dengan sektor air bersih

b. Peningkatan efisiensi dan keuntungan PDAM

a. Peningkatan pendapatan Pengelola Air Bersih

a. Mempertahankan share sektor air bersih di atas 0.17 persen

Strategi Sasaran Langkah Operasional

- Investasi pengembangan sumber air baku

- Eksplorasi air baku

- Evaluasi kualitas air baku dan air bersih

- Sistem monitoring dini kualitas air

- Penerapan teknologi pengolahan air baku

- Analisis potensi dan panenan sumber daya air- Konservasi sumberdaya hutan, tanah dan air- Penerapan baku mutu lingkungan

- Pembinaan dan penyuluhan lingkungan

- Memperkuat mekanisme pengawasan dan penerapan hukum

I I . Aspek Lingkungan

b. Pemeliharaan kualitas air baku

1. Peningkatan kuantitas dan

kualitas air bersih

2. Peningkatan daya dukung lingkungan

sumberdaya air

a. Pengembangan sumber- sumber air baku

a. Perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan sumberdaya air

b. Pengendalian alokasi air baku

Dokumen Penawaran Teknis

Page 65: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 65

E - 65

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

A. Aspek Sosial

Strategi dalam aspek sosial bertujuan meletakkan landasan kelembagaan bagi berfungsinya penyelenggaraan pelayanan air bersih seoptimal mungkin. Strategi dinyatakan dalam dua hal yakni peningkatan tingkat pelayanan air bersih dan pengembangan kelembagaan sektor bersih. Strategi pertama dilatar belakangi oleh keadaan bahwa tingkat akses atau pelayanan air bersih baru mencapai 19 persen rumah tangga (Susenas, 1999). Sebagian besar penduduk, atau sekitar 50 persen masih mengandalkan air bersih dari sumur.

Dengan strategi ini diharapkan semakin banyak penduduk mengakses air yang memenuhi syarat kesehatan dan memperoleh social benefit lain dari konsumsi air bersih.

Strategi peningkatan tingkat pelayanan penduduk mempunyai dua sasaran. Pertama, pelayanan hingga 80 persen penduduk wilayah kota dan 60 persen penduduk kabupaten. Langkah operasional untuk mencapai sasaran dapat mencakup program-program pembangunan terintegrasi, misalnya pembangunan perkotaan atau pengentasan kemiskinan maupun pembangunan sektoral, misalnya pengembangan wilayah pemukiman dan wilayah industri. Sedangkan program pembangunan sektoral, sekalipun lebih sering berorientasi jangka pendek, nampaknya cukup efektif meningkatkan jumlah sambungan air bersih.

Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya wilayah-wilayah pemukiman atau industri baru, dimana saluran air bersih menjadi salah satu insentif yang ditawarkan oleh pengembang. Kedua, sasaran pemanfaatan air bersih untuk kepentingan sosial secara selektif.

Strategi kedua dalam aspek sosial adalah pengembangan kelembagaan sektor air bersih. Strategi ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kelembagaan sektor air bersih, terkait dengan Pengelola Air maupun eksternal dengan pihak lain, belum berjalan optimal menyelenggarakan pelayanan air bersih. Hal tersebut secara tidak langsung menempatkan sektor air bersih berjalan sendiri (status quo) dalam pembangunan sektor air bersih. Implikasinya, upaya-upaya menemukan struktur kelembagaan baru yang diyakini lebih efektif dan efisien tidak dapat direalisasi, dan senantiasa dapat melahirkan kebocoran (externality) yang merugikan salah satu pihak. Dengan strategi ini semua pihak (stakeholder) diharapkan dapat melihat secara obyektif faktor atau variabel yang mempengaruhi tingkat akses air bersih dan menemukan rumusan lembaga pengelolaan sektor air bersih yang lebih efisien dan sustainable.

Strategi pengembangan kelembagaan sektor air bersih mempunyai tiga sasaran.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 66: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 66

E - 66

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

(1) Pertama, membangun partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor air bersih. Hubungan antara Pengelola Air sebagai produsen dan pelanggan sebagai konsumen belum cukup untuk menggali potensi keuntungan-keuntungan dalam pembangunan sektor air bersih. Partisipasi masyarakat harusnya menyentuh sisi ilmiah dan akademis sehingga dapat mengidentifikasi karakteristik air bersih dari segala sudut pandang, dan melibatkan sektor-sektor yang profesional dibidangnya. Langkah operasional sasaran pertama ini diprioritaskan kepada pembentukan jaringan komunikasi antar stakeholder yang terlibat dalam pembangunan sektor air bersih, terutama dari unsur pemerintah, sektor swasta, masyarakat konsumen, lembaga swadaya masyarakat dan para peneliti. Jaringan tidak cukup hanya memfasilitasi pemecahan masalah, tetapi juga menjalankan komunikasi berkadar ilmiah tinggi yang kaya insentif bagi penemuan teknologi baru. Jaringan di tingkat internasional yang menangani sumberdaya air dan termasuk sektor air bersih adalah Global Water Parnership.

Langkah berikutnya dapat melakukan berbagai kajian sehubungan perilaku konsumsi air bersih dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berbagai kaijian (World Bank, 1993; Jordan and Elnagheeb; 1993) memperlihatkan masyarakat dapat menampilkan tanggapan dan partisipasinya (willingness to pay) terhadap kemungkinan-kemungkinan perbaikan pelayanan maupun kualitas air bersih.

(2) Kedua, sasaran mengembangkan kelembagaan ekonomi sektor air bersih yang efisien dan berkelanjutan. Seperti diketahui, keberadaan Pengelola air bersih sebagai lembaga ekonomi pelaku air bersih sepenuhnya terkait dengan pemerintah kota atau kabupaten. Keadaan seperti ini dalam banyak hal berlawanan dengan economic of scale maupun efisiensi alokasi sumber-sumber air baku sehingga potensi benefit tidak terealisasi akibat dari struktur kelembagaan saat ini. Langkah operasional yang disarankan adalah merumuskan hubungan kelembagaan antar Pengelola air bersih, dengan pemerintah dan sektor swasta yang menjamin efisiensi alokasi air baku dan operasi pelayanan pelanggan. Selanjutnya dapat ditetapkan pilihan-pilihan pengelolaan yang paling menguntungkan.

Langkah operasional berikutnya adalah membangun mekanisme kelembagaan yang mendukung otoritas dan kemandirian Pengelola Air Bersih terhadap pembinaan berlebihan secara fungsional oleh Pemda/Pemkab.

(3) Ketiga, mengembangkan kelembagaan hukum sektor air bersih. Perangkat hukum sektor air bersih tidak harus eksklusif tetapi dapat melekat dengan aturan hukum lingkungan, pidana atau perdata. Insentif berupa penghargaan perlu diberikan kepada stakeholder yang berjasa mengembangkan atau mendukung pembangunan sektor air bersih, dan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 67: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 67

E - 67

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

sebaliknya sangsi diberikan kepada yang melanggar atau kontra-produktif dengan upaya-upaya peningkatan pelayanan air bersih.

B. Aspek Ekonomi

Strategi dalam aspek ekonomi bertujuan membentuk lembaga ekonomi sektor air bersih yang sehat dan meningkatkan peran dan dampak sektor air bersih terhadap perekonomian wilayah. Strategi dinyatakan dalam dua hal yakni (i) peningkatan kinerja keuangan dan operasional dan (ii) peningkatan share dan dampak sektor air bersih dalam ekonomi wilayah. sehingga dapat menghasilkan surplus usaha, dan menempatkannya sebagai sektor usaha yang dapat menarik investasi, sehingga dapat mempercepat pencapaian tingkat pelayanan.

Strategi peningkatan kinerja keuangan dan operasional memuat dua sasaran. 1) Pertama, peningkatan pendapatan. Output yang dihasilkan oleh sektor air bersih dapat dipisahkan dalam pendapatan air dan bersih.

Kedua, meningkatkan efisiensi dan keuntungan. Langkah operasional yang mendesak adalah memperbaiki sistem distribusi untuk menekan kebocoran air tersebut. Investasi dalam kegiatan tersebut mutlak dilakukan setiap periode untuk memelihara hubungan dengan atau menambah konsumen. Langkah operasional lainnya adalah investasi dalam sumberdaya manusia sektor air bersih dan meningkatkan kinerja mutu dan pelayanan.

Strategi 2) kedua dalam aspek ekonomi adalah peningkatan share dan dampak sektor air bersih.

Strategi secara keseluruhan memuat dua sasaran. Pertama, mempertahankan dan meningkatkan share relatif sektor air bersih di atas 0.17 persen. Sasaran ini memuat komitmen kuat di dalam rangka pembangunan sektor air bersih secara berkesinambungan. Tujuannya bukan untuk mencapai angka share setinggi-tingginya, tetapi memandu seluruh stakeholder untuk konsisten dan bertahap memperoleh kemajuan disesuaikan dengan karakteristik pelayanan air bersih wilayah. Langkah operasional mencapai sasaran tersebut pada dasarnya adalah meningkatkan permintaan air bersih pada tingkat pertumbuhan yang signifikan. Hal ini dapat diintegrasikan di dalam pembangunan perkotaan atau sektoral seperti diuraikan sebelumnya. Permintaan akhir terhadap sektor air bersih dapat ditingkatkan oleh komponen investasi, khususnya yang ditanamkan untuk memperoleh economic of scale perusahaan. Kedua, meningkatkan aktifitas ekonomi wilayah yang terkait dengan sektor air bersih. Sasaran ini dapat dicapai dengan peningkatan akitifitas ekonomi dalam kaitan ke belakang, ke depan, dan pembangunan sektor lain yang relevan. Aktifitas ekonomi dalam kaitan ke belakang meliputi seluruh sektor yang menyediakan bahan baku dan berperan dalam produksi air bersih, misalnya mencari sumber-sumber air baku dan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 68: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 68

E - 68

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

pemeliharaan kualitas dan kuantitas air baku. Aktifitas ekonomi dalam kaitan ke depan meliputi seluruh sektor yang menggunakan air bersih dan output lain sektor air bersih—khususnya sektor jasa. Salah satu langkah yang disarankan adalah perbaikan manajemen pemasaran agar menjadi lebih agresif menjual output air dan non air di dalam sektor air bersih. Sementara itu langkah operasional yang relevan adalah peningkatan pembangunan infrastruktur. Menurut Bank Dunia (1993), infrastruktur listrik sangat signifikan mendorong pengembangan sektor air bersih. Lebih jauh, kemajuan pembangunan secara umum, atau dinyatakan dengan peningkatan pendapatan secara signifikan meningkatkan peluang memilih sumber air bersih.

C. Aspek Lingkungan

Strategi dalam aspek lingkungan bertujuan mendukung terselenggaranya alokasi air baku dan pelayanan air bersih yang optimal dan memenuhi kaidah-kaidah konservasi dan daya dukung lingkungan. Strategi dinyatakan dalam dua hal yakni (i) peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih dan (ii) peningkatan daya dukung lingkungan sumberdaya air. Strategi pertama dilatar belakangi oleh keadaan bahwa secara umum tingkat konsumsi air bersih per kapita (rumah tangga) belum memenuhi standar kuantitas WHO sebesar 150 liter per hari, yakni mencapai 37.1 m3 per orang atau setara dengan 101.64 liter per hari. Demikian pula ditemukan gejala atau kecenderungan penurunan kuantitas air bersih. Di sisi lain sebagian besar, atau 50 persen penduduk mengkonsumsi air bersih dari sumur yang diragukan terjamin kualitasnya. Dengan strategi ini diharapkan pelayanan air bersih yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kuantitasnya bagi sebanyak-banyaknya penduduk dapat segera direalisasikan, dan sekaligus mencerminkan alokasi air baku (air sumur atau sumber lain) secara terukur dan bertanggungjawab.

Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih memiliki dua sasaran. Pertama, pengembangan sumber-sumber air baku baru. Secara umum kapasitas produksi air bersih berdasarkan sumber-sumber air baku yang ada tidak akan cukup memenuhi permintaan air bersih pada masa mendatang.

Kedua, pemeliharaan kualitas air baku. Penggunakan air baku dari sumur dalam atau mata air relatif tidak bermasalah dalam memelihara kualitas air, yakni cukup dengan sistem injeksi desinfektan kaporit sejumlah 0.2 hingga 0.4 mg per liter di dalam sistem pengolahan air yang relatif sederhana. Sedangkan Penggunakan bahan baku air permukaan, oleh karena keadaannya relatif terbuka terhadap gangguan sifat-sifat kimia, fisika dan biologi air, memerlukan proses pengolahan yang canggih dan rumit—meliputi sedimentasi awal, aerator (proses oksidasi), flokulasi, sedimentasi akhir, dan penyaringan—untuk memperbaiki kualitas air. Langkah operasional yang perlu segera diberlakukan adalah menerapkan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 69: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 69

E - 69

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

sistem monitoring dini kualitas air. Hal ini relevan karena relatif sering menghadapi penurunan kualitas air bersih yang tidak terduga pada musim kemarau. Di sisi lain, perbaikan teknologi pengolahan perlu diupayakan terus menerus selain alasan efisiensi.

Strategi kedua dalam aspek lingkungan adalah peningkatan daya dukung lingkungan sumberdaya air. Strategi ini sekalipun tidak di bawah wewenang sektor air bersih namun menjadi relevan dikemukakan karena alasan keterkaitan ekologis dan dampak-dampaknya. Sumberdaya air adalah bagian dari sumberdaya alam dan lingkungan yang harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat mengalirkan manfaat sebagai air baku secara optimal dan berkelanjutan. Sejauh ini yang terkait dalam arti luas dengan pengelolaan air baku meliputi sektor-sektor kehutanan, pertambangan atau geologi, pekerjaan umum dan pemerintah daerah. Sektor kehutanan berwenang dalam perlindungan wilayah hutan serta sumberdaya tanah dan air di dalamnya, Direktorat Geologi memiliki otoritas dalam eksplorasi air bawah tanah, dan departemen PU berwenang mengelola air permukaan. Sementara itu, pengelolaan air permukaan di wilayah DAS Terkait. Sedangkan pemerintah daerah bergerak menjalankan kebijakan sektoral dan menerima umpan balik hasil pengelolaan air. Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa mekanisme pengelolaan air baku relatif rumit dan berpeluang menimbulkan pelanggaran dalam alokasinya. Dengan melihat keadaan obyektif tersebut, strategi peningkatan daya dukung lingkungan sumberdaya air diharapkan dapat terkoordinasi sekaligus terfokus untuk menghasilkan keluaran air baku bagi kepentingan air bersih tanpa dikendalai penurunan daya dukung lingkungan.

Strategi peningkatan daya dukung lingkungan memiliki dua sasaran. Pertama, perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan sumberdaya air. Langkah operasional terpenting adalah menganalisis potensi dan panenan aktual air baku pada masing-masing wilayah. Sehingga dapat menggunakan hasil-hasil analisis yang terkait dengan neraca air dari berbagai sumber atau berinisiatif untuk hal tersebut. Upaya selanjutnya adalah mengkoordinasikan seluruh stakeholder dalam wadah seperti diuraikan dalam strategi aspek sosial, untuk merumuskan plihan-pilihan perlindungan sumberdaya hutan, tanah dan air atau ekosistem yang terkait. Langkah lainnya adalah pendekatan material balance dengan menerapkan instrumen baku mutu lingkungan sumberdaya air. Kedua, mengendalikan alokasi air baku. Alokasi air baku yang tidak terukur dilakukan oleh rumah tangga dan jasa atau industri dalam bentuk air sumur, mata air, sumur dalam, atau air permukaan. Langkah operasional untuk sasaran ini adalah melakukan pembinaan dan penyuluhan lingkungan kepada masyarakat. Langkah berikutnya adalah

Dokumen Penawaran Teknis

Page 70: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 70

E - 70

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

menerapkan mekanisme hukum dengan insentif penghargaan atau sangsi bagi penyelamat atau pelanggar kaidah-kaidah lingkungan.

E.4.1 Kriteria dan Standar Pelayanan Air Bersih

Kriteria dan Standar Pelayanan Air Bersih adalah sebagai berikut:

A. Landasan Hukum

UU No. 7 Tahun 2007 tentang Sumber Daya Air;

PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

Kepmen KIMPRASWIL No. 534 Tahun 2001 tentang Pedoman Penentuan SPAM Bidang Penataan Ruang dan Permukiman, Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Kimpraswil;

Kepmendagri No. 47 Tahun 1994 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM;

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

B. Kebijakan Pembangunan Bidang Air Minum

Khususnya dalam konteks pelayanan bidang permukiman, antara lain :

1). Millenium Development Goals

MDG’s merupakan hasil kesepakatan KTT BUMI di Johanesburg tahun 2002 yang mana telah disepakati secara umum sasaran sampai tahun 2015 adalah secara kuantitas meningkatkan pelayanan sebesar 50% dari jumlah penduduk yang belum memiliki akses pada pelayanan public, secara kualitas meningkatkan pelayanan yang lebih berwawasan lingkungan.

2). Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Pedoman SPM ini berdasarkan Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 534 tahun 2001 berisi tentang standar pelayanan minimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat pada bidang perumahan dan permukiman yang diantaranya pada air bersih.

3). Kota Ekologis – Kemen LH

Meningkatkan kapasitas penyediaan air bersih melalui jaringan air pipa (PAM). Pemakaian air pipa lebih terkontrol dalam hal jumlah dan kebersihan, sedangkan pemakaian air sumur atau air tanah dangkal mempunyai resiko air terpolusi, dan tidak terkontrol pengambilan air tanah dalam dengan sumur bor, yang dapat menurunkan muka air tanah. Begitu juga dengan pemakaian air sungai secara langsung dapat berbahaya bagi kesehatan akibat banyaknya polutan didalam air tersebut.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 71: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 71

E - 71

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.5 PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN AIR BERSIH

A. Perencanaan yang Komprehensif

Suatu perencanaan yang komprehensif (comprehensive planning) terhadap penyediaan air bersih merupakan solusi dari permasalahan dalam pelayanan air bersih terhadap masyarakat. Perencanaan yang komprehensif meliputi aspek peran serta masyarakat, aspek teknis, aspek finansial, aspek kelembagaan dan lingkungan.

Sumber: Small Comm. Water Supplies, IRC Technical Paper Series, 2002)

Gambar E.1 Perencanaan yang konfrenhensif.

1). Aspek peran serta masyarakat terdiri atas komponen sebagai berikut :

Kebutuhan untuk peningkatan penyediaan air bersih

Persepsi tentang hubungan antara manfaat dan peningkatan penyediaan air bersih, rasa tanggung jawab dan memiliki (ownership), kebudayaan, kebiasaan dan kepercayaan yg berhubungan dengan air bersih

2). Aspek Teknis antara lain terdiri dari komponen berikut :

Kebutuhan air saat ini dan masa datang, pengolahan air bersih

Standar teknis, prosedur O&M, kualitas air

3). Aspek Lingkungan mencakup kualitas dan kuantitas sumber air baku, dan Perlindungan sumber air baku.

4). Aspek keuangan meliputi : analisis cost – benefit, kemampuan dan kemauan untuk membayar; serta struktur tarif.

5). Aspek kelembagaan yakni strategi ditingkat nasional dan kebijakan/landasan hukum.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 72: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 72

E - 72

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

B. Aspek-Aspek Dalam Pengelolaan Air Bersih

Rendahnya peningkatan persentase cakupan pelayanan di Indonesia sampai saat ini (khususnya sistem perpipaan) harus dipandang sebagai bentuk kualitas dari aspek-aspek yang melingkupi pengelolaan air bersih itu sendiri, yang terdiri dari :

1). Aspek teknis

Dari sudut aspek teknis, kendala yang dihadapi antara lain rendahnya cakupan pelayanan dipengaruhi oleh operasi dan pemeliharaan sarana prasarana air bersih yang tidak sesuai standard, sumber air baku yang mulai terbatas, jam operasi yang terbatas, dan tingkat kehilangan air yang masih tinggi (di atas 30%).

2). Aspek keuangan

Dari sudut aspek keuangan, kendala yang dihadapi antara lain tarif yang berlaku belum mencapai cost recovery, bahkan untuk mengcover biaya operasi dan pemeliharaan yang sesuai kebutuhan/standard saja, mengalami kesulitan.

3). Aspek kelembagaan

Dari aspek kelembagaan, kendala yang dihadapi antara lain rendahnya kualitas dan kapabilitas manajemen dan SDM pengelola. penduduk perkotaan yang mendapat pelayanan baru mencapai 39% (Penyediaan Air Bersih di Indonesia, Dirjen Kodes, dalam Memorandum Nasional Action Plan, Kimpraswil 2004) sedang untuk penduduk perdesaan baru mencapai 8%. (Survey Ekonomi Nasional Depkes 2001, dalam Memorandum Nasional Action Plan, Kimpraswil 2004).

4). Aspek legal dan peran serta masyarakat/swasta

Kendala yang dihadapi pada aspek legal dan peran serta masyarakat saling berkaitan yaitu masih lemahnya kebijakan yang mampu mendukung pengelolaan air bersih yang partisipatif dan berkesinambungan dan masih banyaknya masyarakat yang mengunakan air bersih.

E.5.2 Rencana Pengembangan Air Bersih Sistem Perpipaan dan Non Perpipaan

Sistem penyediaan air di wilayah Kota/desa terbagi atas dua jenis yaitu penyediaan air bersih non-perpipaan dan penyediaan air bersih sistem perpipaan.

A. Air bersih non-perpipaan

Penggunaan air bersih non-perpipaan masih sangat dominan bagi masyarakat. Hal ini didukung oleh tersedianya air baku terutama air

Dokumen Penawaran Teknis

Page 73: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 73

E - 73

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

bawah tanah yang relatif mudah didapat/diperoleh. ditunjukkan bahwa banyaknya unit sumur gali yang digunakan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-hari penduduk.

B. Air bersih perpipaan

1). Sumber air

Penyediaan air bersih sistem perpipaan bagi masyarakat di wilayah Kota dan desa dapat bersumber dari sumur dalam, sedang sisanya adalah berupa sumur dangkal, mata air (dan air permukaan/pengolahan.

2). Pekerjaan Instalasi Sistem Perpipaan Air Bersih

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan sebagai berikut:

Pedoman Plambing Indonesia.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 05/MEN/1982.

Keputusan Menteri P.U. No. 02/KPTS.1985.

Standar SNI dan SII.

Rencana Dan Persyaratan-Persyaratan

A. Gambar - Gambar

1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.

2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service maintenance jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.

B. Pelaksanaan Pemasangan

Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas peralatan yang akan dipasang. Adapun kriteria pekerjaan yang harus dilakukan adalah:

Testing Dan Commissioning

Sebelum Testing dan Commisioning dilaksanakan harus mengajukan terlebih dahulu program Testing dan Commisioning.

Instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang dianggap perlu dan atau yang diminta oleh stakeholder, apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 74: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 74

E - 74

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

C. Persyaratan Teknis Umum

1). Semua pekerjaan instalasi sistem perpipaan air bersih tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan uraian teknisnya dan memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan oleh instansi yang berwenang, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum setempat

2). Pemasangan instalasi sistem perpipaan air bersih harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan semua peraturan yang berlaku di Indonesia.

3). Kontraktor harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat mengetahui hal yang akan mengganggu / mempengaruhi pekerjaan lainnya. Dan apabila timbul persoalan, pemborong wajib mengajukan saran penyelesaiannya paling lambat 1 minggu sebelum bagian pekerjaan ini diselesaikan.

4). Persyaratan teknis dan gambar-gambar yang menyertainya dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan tentang segala pekerjaan, bahan-bahan, peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan, pengujian dan penyetelan (adjusting) dari seluruh sistem, agar lengkap dan siap untuk bekerja dengan baik.

5). Pemborong harus mempunyai tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi sistem perpipaan air bersih beserta pengadaan peralatan-peralatan yang akan digunakan.

6). Semua pekerjaan instalasi sistem perpipaan air bersih tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknisnya, serta memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan oleh instansi yang berwenang.

7). Pengadaan dan pemasangan perlengkapan-perlengkapan lainnya agar sistem bekerja dengan baik, benar, aman walaupun pada gambar dan spesifikasi tekniknya tidak dicantumkan/disebutkan secara jelas; misalnya fitting-fitting dan accessoriesnya.

8). Pemborong wajib mengirimkan contoh bahan atau brosur dari alat- alat tersebut dan menunggu persetujuan pengawas sebelum bahan atau alat tersebut dipasang.

9). Penawaran peralatan/material harus disertakan dengan brosur lengkap dan pemilihan ditandai dengan jelas.

10). Sebelum pekerjaan dilaksanakan, pelaksana wajib menunjukan gambar-gambar rencana (shop drawing) kepada Direksi / Konsultan Pengawas.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 75: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 75

E - 75

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

11). Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh pelaksana.

D. Persyaratan Teknis Khusus

1). Perpipaan dan Aksesoris

Semua pekerjaan pemipaan harus dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan seperti di bawah ini:

Pipa-pipa air harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak ada hawa busuk yang keluar dari pipa tersebut, tidak ada rongga-rongga udara, letaknya lurus dan rata.

Pipa-pipa panjang tak bersambung harus dipakai pada konstruksi saluran-saluran pipa (sesuai dengan panjang pipa normalisasi), kecuali jika panjang yang dibutuhkan tidak membutuhkan seluruh panjang.

Pipa-pipa harus dipasang sedemikian rupa hingga tidak banyak dilakukan tekanan-tekanan.

Sambungan-sambungan harus halus dan di dalamnya tidak tersumbat apapun. Pemotongan pipa dilakukan dengan alat cutter khusus pipa untuk menghasilkan pemasangan yang rapi.

Di tempat-tempat dimana pipa menembus tembok beton / perkerasan jalan harus dilengkapi dengan pembungkus (sleeve) dari pipa besi yang mempunyai diameter lebih besar daripada pipa yang dibungkus / dilindungi.

Pipa harus bertumpu pada penyangga (support) untuk mencegah timbulnya getaran; dimana jarak penyangga yang satu dengan yang lainya disesuaikan agar memudahkan pemasangan dan pembongkaran serta disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Saluran pipa dan sambungan-sambungan harus dibuat dengan cermat hingga menjamin bahwa air mengalir denganlancardanmemungkinkanpengontrolan sistemnya.

Ujung-ujung pipa dan lubang-lubang harus ditutup selama pemasangan, untuk mencegah kotoran memasuki pipa.

2). Pengujian pekerjaan instalasi seperti diuraikan dalam ayat- ayat berikut harus dilaksanakan sebelum pekerjaan finishing dimulai :

Pengujian dalam hal ini berlaku untuk keseluruhan instalasi sistem perpipaan.

Pengujian jaringan instalasi :

Semua pipa-pipa serta saluran-saluran utama harus diuji

Dokumen Penawaran Teknis

Page 76: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 76

E - 76

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

hingga tekanan hidroliknya 7 kg/cm2 atau sekurang-kurangnya 2 kali tekanan biasa untuk pipa air bersih tanpa mengalami kebocoran. Air harus dipaksa memasuki saluran-saluran utama dengan pompa dan dibiarkan mengalir dengan tekanan yang ditentukan selama (empat) jam tanpa mengalami perubahan tekanan. Pada prinsipnya pengujian dilakukan bagian demi bagian dari panjang maksimum 100 m. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah tanggung jawab pemborong / kontraktor.

Tidak boleh menutup bagian pipa atau fittingnya sebelum disetujui oleh pengawas.

Pengujian dilakukan dengan menjalankan seluruh sistem atau peralatan yang dipakai dalam sistem yang dimaksud.

Pemborong / kontraktor harus membuat berita acara pengujian.

Segala cacat yang ada harus diperbaiki oleh pemborong atas biaya sendiri, sampai disetujui pemberi tugas / pengawas. Peralatan dan fasilitas untuk pengujian harus disediakan oleh pelaksana.

3). Agar fitting-fitting tidak bergerak jika diberikan beban tekanan, maka pipa disekitar fitting harus dipasang bertumpu pada penyangga dari beton, khususnya pada tempat-tempat belokan pipa.

4). Penyambungan pipa

Penyambungan pipa PVC menggunakan system rubber ring joint. Bagian yang akan disambung harus dibersihkan lebih dahulu dan dan dipasang / disambung secara benar dan rapi.

Penyambungan pipa Galvanized bias dilakukan dengan sistem pengelasan atau flange sesuai dengan gambar.

5). Desinfektan

Kontraktor harus melaksanakan pembilasan desinfektan dari seluruh instalasi air sebelum diserahkan kepada pemberi tugas.

Desinfektan dilakukan dengan memasukkan larutan chlorine sekurang-kurangnya 50 mg/ltr ke dalam sistem pipa, dengan cara / metode yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setelah 24 jam, sisa chlorine diperiksa kembali untuk kemudian dilakukan pembilasan sistem pipa dengan air bersih.

Semua katup dalam sistem pipa yang sedang mengalami proses desinfektan tersebut harus dibuka dan ditutup beberapa kali selama

Dokumen Penawaran Teknis

Page 77: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 77

E - 77

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

jangka waktu 24 jam tersebut di atas. Selama pelaksanaan instalasi ini berjalan, kontraktor

6). Jenis dan kualitas bahan

Pipa-Pipa PVC :

Menggunakan pipa PVC – RRJ dan produksi atau merk yang sudah mendapat klasifikasi SNI / SII.

fitting-fittingnya harus standart, dikeluarkan oleh pabrikan yang disetujui dan sama dengan yang memproduksi pipa serta harus disambungkan dengan memakai rubber ring joint sesuai instruksi pabrikan.

Valve-valve Untuk instalasi air bersih berlaku ketentuan sebagai berikut:

Water valve dengan diameter sampai dengan 2” adalah jenis screw bronze body.

Water valve dengan diameter antara 2” - 3” adalah jenis flange bronze body.

Water valve dengan diameter lebih besar dari 3” adalah jenis flange steel body

Tekanan kerja dari valve-valve harus disesuaikan dengan fungsinya.

Adapun Langkah yang perlu segera dilaksanakan dalam usaha meningkatkan pelayanan air bersih bagi penduduk adalah:

1). Mengurangi kebocoran yang terjadi hingga seminimal mungkin,

2). Memperbaiki dan menyempurnakan sistem manajemen pengelolaan air bersih menjadi lebih profesional,

3). Memperluas jangkauan jaringan pelayanan air bersih, khusus di dalam wilayah kota yang padat penduduknya,

4). Memperbaiki dan meningkatkan kualitas air bersih yang diproduksi,

5). Memaksimalkan kapasitas produksi yang masih tersedia

6). Pemerintah Daerah setempat harus mampu menyediakan dana untuk pengembangan pelayanan air bersih bagi penduduk.

E.6 REKOMENDASI KEBIJAKAN

Pendekatan kebijakan penyediaan air dapat dipisahkan menjadi dua, yakni sosial (worst first) dan ekonomi (growth point). Pendekatan sosial atau non ekonomi memfokuskan penyediaan air pada wilayah yang secara alami kekurangan air akibat pengaruh atau gangguan iklim. Penyediaan air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 78: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 78

E - 78

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

ternak didasari alasan kemanusiaan dan kesehatan masyarakat (humanitarian schemes). Di perdesaan, pendekatan ini sangat baik dan prioritas penyediaannya dianggap lebih penting dibanding kualitas airnya. Pendekatan ekonomi difokuskan kepada wilayah yang potensinya tinggi untuk dikembangkan secara ekonomi. Penyediaan air ditujukan untuk memancing aktifitas ekonomi ke arah pencapaian kualitas hidup yang tinggi dengan menerapkan fasilitas dan teknologi modern (economic schemes). Pendekatan ini menuntut investasi yang intensif untuk menghasilkan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan.

Pendekatan investasi dalam pembangunan sektor air bersih dipengaruhi oleh tiga faktor:

(a) karakteristik air baku, yang memperhatikan jenis sumber air, kuantitas dan kualitas, serta debit andalan;

(b) kebijakan pemerintah, yang memfokuskan kepada penataan ruang, pertumbuhan ekonomi dan investasi, dan demografi; dan

(c) Teknologi produksi, yang mempertimbangkan efisiensi ekonomi, distribusi, dan cakupan pelayanan. Faktor-faktor tersebut merupakan kerangka (kebijakan) baku dalam implementasi pembangunan sektor air bersih.

Secara ringkas, terdapat tiga hal utama yang menjadi kunci Dialog Kebijakan ini. Ketiga hal tersebut

adalah:

1. Permasalah umum yangterjadi di wilayah ini;

2. Penyediaan air yang dilakukan oleh komunitas

3. Implikasi kebijakan/input.

Kesimpulan yang dapat diambil dalam policy dialog dirangkum dalam tiga bagian, yaitu Permasalahan yang dapat dipetik dari demonstration project, dan Implikasi Kebijakan. Masing-masing bagian dijabarkan dalam butir-butir berikut ini:

A. Permasalahan Terkait dengan Air

Permasalahan mengenai keterbatasan air dan persediaan air;

Permasalahan mengenai konsevasi dan pengelolaan air secara umum;

Konflik terhadap air meningkat, baik secara vertikal dan horizontal;

Permasalahan utama; hak dan keadilan terhadap air – MDGs;

Celah antara tugas negara dan kemampuan pemerintah dalam penyediaan air dalam kemampuan masyarakat;

Dokumen Penawaran Teknis

Page 79: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 79

E - 79

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Alasan yang kuat dalam penyediaan air oleh komunitas.

B. Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Demonstration Project

Permasalahan umum di dalam program pembangunan masyarakat adalah keberlanjutan, pemberdayaan, dan replikasi;

Faktor utama: kesadaran masyarakat, inisiatif masyarakat, dan keterlibatan – isu mengenai kepemilikan;

Sumberdaya masyarakat terbatas – ada kebutuhan terhadap agen intermediari

Teknik dan metode di dalam program pembangunan masyarakat – memahami struktur masyarakat merupakan hal yang krusial , demikian pula dengan peran pemimpin masyarakat

Adanya kebutuhan terhadap teknologi yang tepat dan inovatif.

C. Implikasi Kebijakan

Adanya kebutuhan terhadap kemauan politik yang kuat dan konsisten untuk meyakinkan terwujudnya air untuk semua dan MDGs 2015;

Adanya kebutuhan terhadap perencanaan komprehensif mengenai pengelolaan air untuk seluruh wilayah – kolaborasi antara kabupaten dan kota sangat perlu;

“Intervensi’ pemerintah secara lebih efektif – peraturan yang lebih baik, monitoring;

Kuncinya adalah terdapatnya keseimbangan antara “efisiensi” dan “ keadilan”

Kebutuhan terhadap strategi inovatif untuk pembiayaan penyediaan air;

Advokasi masyarakat dua tingkat: tingkatan akar rumput dan tingkat sistem

Para stakeholder yang andil dalam kegiatan ini merupakan pula pengguna dan pemelihara pelayanan air, sehingga hal ini akan menentukan keberhasilan kegiatan tersebut.

E.7 MEMBANGUN INFRASTRUKTUR DAN MENGELOLA PERMINTAAN: SOLUSI JANGKA PANJANG PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SANITASI

Membangun Infrastruktur dan Mengelola Permintaan: Solusi Jangka Panjang Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi di Wilayah Kab. Bekasi.

Kesulitan air bersih bukan masalah baru bagi sebagian besar penduduk Jakarta saat ini. Bagi penduduk yang berlangganan air minum perpipaan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 80: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 80

E - 80

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

(PAM), air menyala tidak setiap waktu. Sementara pengguna non-perpipaan membeli air bersih atau mengombinasikannya dengan air sumur. Air sumur masih menjadi sumber yang paling banyak digunakan oleh sebagian besar penduduk, walaupun air sumur terasa asin akibat adanya intrusi air laut ke dalam akuifer.

Pertumbuhan penduduk sangat tinggi tidak hanya karena pertumbuhan alami namun juga migrasi yang sangat besar dari kota dan desa (Firman, 2002). Saat ini, penduduk telah mencapai lebih dari juta jiwa (BPS, 2010) dan akan bertambah banyak jika ditambah dengan penglaju yang bekerja di Jakarta pada pagi hingga sore hari. Mereka tidak hanya tinggal di kawasan sekitar Jakarta tetapi beberapa diantaranya tinggal di Bandung dan Serang. Adanya Jaringan Jalan Tol dari Merak – Bandung – Cikampek – Bogor telah mendorong mereka untuk tinggal di luar kota. Tetapi, apakah infrastruktur telah siap melayani mereka, penduduk maupun penglaju.

Secara Umum, salah satu permasalahan penyediaan air bersih di Jakarta lebih dikarenakan tidak seimbangnya penyediaan (supply) dan permintaan (demand). Sejak Kolonioal Belanda, pembangunan infrastruktur penyediaan air bersih telah mempertimbangkan pertumbuhan penduduk (Kooy, 2008) dengan menyediakan air baku dari berbagai macam sumber mata air dan air permukaan di sekitar Jakarta. Sejak awal, Pemerintah Belanda menyadari bahwa air baku yang ada di Jakarta tidak cukup untuk memenuhi warganya terutama Warga Belanda yang butuh air dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik. Berbagai proyek pembangunan jaringan air bersih maupun sumber air baku dibangun termasuk membangun jaringan pipa dari mata air Ciburial hingga instalasi pengolahan air di Pejompongan. Itu semua dilakukan untuk menyediakan air bersih bagi warga Belanda dan penduduk Jakarta.

Tingginya pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan perluasan jaringan infrastruktur air bersih apalagi sanitasi perkotaan yang baik. Sejak kemerdekaan, pemerintah Indonesia banyak mengandalkan pinjaman dan hibah luar negeri untuk membangun infrastruktur penyediaan air bersih dan sanitasi. Namun, pembangunan infrastruktur secara masif terhenti sejak diterapkan model Kerjasama Pemerintah Swasta dengan pola konsesi dalam pembangunan infrastruktur di awal 1998. Pembangunan infrastruktur yang secara signifikan meningkatkan penyediaan air bersih tidak dilakukan seperti penambahan jumlah air baku karena kendala pengelolaan. Dengan konsep ini, masing-masing rantai bisnis, seperti penyedia air baku, dikelola oleh institusi bisnis lain. Dari sisi penyediaan air bersih, tidak adanya penambahan infrastruktur penyedia air baku dan buruknya kualitas air baku yang diterima dijadikan alasan perusahaan air untuk menaikkan tarif air dan cenderung melepaskan tanggungjawab ini ke Pemerintah daerah maupun Pusat.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 81: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 81

E - 81

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Sementara itu, Pemerintah dan masyarakat lupa bahwa permintaan air bersih dapat dikelola dan dikendalikan dengan berbagai instrumen baik lunak maupun keras. Instrumen ini dapat diterapkan kepada pelanggan air dan bersifat mengikat (wajib) sehingga semua langkah menuju pengelolaan air bersih yang berkelanjutan dapat terwujud dan krisis air bersih dapat teratasi di masa yang akan datang.

Instrumen tarif air, kebijakan disinsentif pengambilan air tanah dalam, kebijakan penghematan air, pajak peralatan sanitasi serta yang terpenting terintegrasinya sistem penyediaan air bersih dengan rencana penggunaan lahan dalam rencana tata ruang wilayah menjadi satu kunci yang sangat penting. Saat ini, pemerintah daerah hanya menetapkan kebijakan tarif air perpipaan bukan non-perpipaan. Sementara itu, buruknya suplai mendorong pelanggan air cenderung memenuhi kebutuhannya dengan mengonsumsi air non-perpipaan, terutama penduduk miskin. Banyak penduduk yang mengombinasikan pemakaian dengan air sumur dan air isi ulang yang penjualannya semakin meningkat. Bagi penduduk yang mampu, mereka lebih leluasa memilih untuk menggunakan sumber perpipaan yang terbaik, sebaliknya penduduk miskin cenderung menyesuaikan konsumsi air bersih dengan merubah pola pemakaian dan melakukan penghematan.

Kebijakan penghematan pemakaian air belum menjadi salah satu kebijakan utama dalam mengatasi krisis air bersih. Faktanya, penghematan pemakaian air telah dilakukan oleh penduduk miskin yang membeli air bersih non-perpipaan khususnya yang tinggal di permukiman ilegal dan kumuh. Karena keterbatasan penghasilan, penduduk miskin melakukan penghematan dengan sukarela dan dengan cara konvensional. Ini merupakan potensi yang besar, di satu sisi instrumen tarif dapat merubah pola konsumsi air dan di lain pihak kebijakan tarif harus didukung oleh kebijakan penghematan secara luas. Negara Singapura memberlakukan pajak progresif pada peralatan sanitasi yang dipasang, sementara pemerintah menyediakan infrastruktur air bersih sesuai dengan kebutuhan penduduk. Di sisi ini, terlihat peran perencanaan penyediaan air bersih sangat serius. Rantai pengelolaan dalam penyediaan air bersih diperhatikan dengan baik dan dipadukan dengan kebijakan pengelolaan permintaan.

E.7.1 Rencana Tindak (Action Plan )

Secara garis besar rencana tindak (action plan) mencakup:

kesepakatan para stakeholders atas sasaran yang akan dicapai dan sasaran yang dicapai. Deskripsi action plan bidang air bersih untuk perkotaan di atas dibagi dalam tiga tahapan, peningkatan yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Adapun uraian mengenai sasaran masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:

Dokumen Penawaran Teknis

Page 82: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 82

E - 82

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

a. Sasaran Jangka Pendek

Komponen sasaran yang ingin dicapai meliputi :

Total tingkat pelayanan (perpipaan dan non perpipaan terlindungi) mencapai 90% (49% perpipaan dan 41% non perpipaan terlindungi) dari jumlah penduduk perkotaan. Memberi bantuan teknis, penetapan Norma, Standard, Pedoman, dan Manual (NSPM) mengenai teknik pembangunan sistem perpipaan maupun pemanfaatan sumur secara perorangan, yang disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing. Integrasi proses mulai dari perencanaan program sampai dengan pembangunan/implementasi program. Program pengembangan pelayanan air bersih berdasarkan kondisi dari masing-masing institusi pengelola :

1). Program peningkatan cakupan pelayanan untuk institusi yang sehat

2). Program penguatan/optimalisasi untuk institusi yang kurang sehat

3). Program penyehatan untuk institusi yang kurang sehat/krisis

b. Sasaran jangka menengah

Komponen sasaran yang ingin dicapai meliputi :

Total tingkat pelayanan (perpipaan dan non perpipaan terlindungi) mencapai 92% (59% perpipaan dan 33% non perpipaan terlindungi), memberi bantuan teknis. Penerapan profesionalisme dalam pengelolaan dan pelayanan, baik dalam kemampuan operasional maupun dalam menanggapi keluhan konsumen. Untuk dapat mengetahui progress dari masing-masing daerah terhadap pencapaian MDG, pemerintah pusat juga perlu menetapkan sistem monitoring. Program pengembangan pelayanan air bersih berdasarkan kondisi dari masing-masing institusi pengelola :

1). Program peningkatan cakupan pelayanan untuk institusi yang sehat

2). Program penguatan/optimalisasi untuk institusi yang kurang sehat (diasumsikan institusi yang tidak sehat/kritis sudah naik kondisinya ke kurang sehat atau ke kategori sehat).

c. Sasaran jangka panjang

Komponen sasaran yang ingin dicapai meliputi :

Total tingkat pelayanan (perpipaan dan non perpipaan terlindungi) mencapai 94% (69% perpipaan dan 25% non perpipaan terlindungi) Memberi bantuan teknis, bantuan teknis yang dimaksud disini dapat berupa bantuan konsultasi untuk perencanaan, perancangan, DED (Detail Engineering Design) sistem penyediaan air bersih sesuai dengan kondisi daerah dan aspirasi masyarakat setempat. Untuk dapat mengetahui progres dari masing-masing daerah terhadap pencapaian MDG, pemerintah pusat juga perlu menetapkan sistem monitoring.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 83: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 83

E - 83

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Pengembangan usaha/pelayanan dengan mengupayakan pendanaan dengan kemampuan sendiri/mandiri.

Peningkatan profesionalisme dalam pengelolaan dan pelayanan air bersih antara lain dengan peningkatan kinerja :

1). Dari aspek teknis : penurunan tingkat kehilangan air sampai 20-25%; kontinuitas pelayanan 24 jam sehari; kualitas air yang memenuhi standar.

2). Dari aspek keuangan : rasio pendapatan terhadap biaya operasional >1 yang berarti tarif telah mampu menutupi biaya marjinal dan mulai mengarah kepada full cost recovery, peningkatan efisiensi penagihan.

E.7.2 Penyusunan Skala Prioritas

Berdasarkan hasil identifikasi serta evaluasi seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab di atas kemudian disusun rencana penanganan serta skala prioritas penanganan. Penyusunan skala prioritas penanganan dapat juga berupa penyusunan rencana penanganan baik jangka pendek, menengah maupun panjang.

Tingkat kedalaman studi ini tentunya belum cukup memadai secara langsung dipergunakan sebagai acuan fisik. Oleh sebab itu direkomendasikan perlu dilakukan kajian studi lebih lanjut/detail desain guna memperoleh informasi lebih detail, sehingga akan diperoleh hasil perencanaan yang lebih akurat, sebagai acuan pelaksanaan fisik.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 84: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 84

E - 84

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.8 PROGRAM KERJA

Dokumen Penawaran Teknis

12

Persiapan Administrasi, Personil dan Peralatan

Mobilisasi Personil dan Peralatan Pengumpulan Data Awal dan Desk

Study

TidakDiskusi/PresentasiDiskusi/

Presentasi

Pekerjaan Survey & Inventarisasi Koordinasi & Sosialisasi Inventarisasi Data Tata Ruang Inventarisasi Data Sosial Ekonomi-Lingkungan Inventarisasi Peraturan Perundangan & Stakeholder Inventarisasi dan Identifikasi Bangunan Eksisting Survey Hidrologi & Hidrometri

Penyusunan Program Kerja & Draft Lap. Pendahuluan

Pekerjaan Persiapan

Final Laporan PendahuluanFinal Laporan Pendahuluan

1

Ya

Tidak

Analisis dan Evaluasi Data

Analisa & Evaluasi Data Tata Ruang Analisa & Evaluasi Data Sosial Ekonomi Analisa & Evaluasi Bangunan Eksisting Analisa Data Hidrologi & Hidrometri Analisa & Evaluasi Data Lingkungan

Penyusunan Laporan Fakta &

AsistensiAsistens

i

Final Laporan Fakta & AnalisaFinal Laporan Fakta & Analisa

YaBulan ke-1

Bulan ke-1

Ya

Bulan ke-2Bulan ke-2

2

Mulai

Page 85: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 85

E - 85

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Gambar E.1 Bagan Alir Pelaksanaan

E.9 KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah

Dokumen Penawaran Teknis

Keterangan :

Pek.Kantor(Persiapan, Analisis dan Evaluasi, Perumusan, Penyusunan Laporan )

Pek. Lapangan (Survey, Identifikasi & Inventarisasi)

Asistensi/Diskusi/Presentasi/PKM

Tidak

Tidak

Penyusunan Laporan Penunjang :

Peta-Peta Informasi

Perumusan dan Penyusunan Rencana Pengembangan Air Bersih Perumusan Kebijakan Terkait dgn Sistem SDA Pengembangan Kelembagaan Pengelola air

bersih Perumusan Usulan Kegiatan Prioritas Perumusan Kerangka Program Pembuatan Peta-Peta Infomasi

Laporan AkhirAlbum PetaLaporan Akhir

Album Peta

Penyusunan Laporan Akhir Sementara

Ya

Diskusi Akhir

Diskusi Akhir

Penyusunan Laporan Akhir Penyusunan Laporan

Asistensi

Asistensi

Ya

Selesai

Bulan ke-3Bulan ke-3

Bulan ke-4Bulan ke-4

Page 86: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 86

E - 86

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

1. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Air Bersih selain sebagai informasi/data mengenai kondisi jaringan air bersih di Kabupaten Bekasi beserta dengan kelengkapannya.

2. Media untuk dokumentasi pada proyek ini dibuat dalam format softcopy dan hordcopy. Format yang digunakan dalam dokumentasi dalam bentuk softcopy adalah menggunakan standar format Windows Office, Auto Cod, PDF, JPG, SIG Dokumen yang diserahkan tersebut harus merupakan versi final dari analisa yang telah dikembangkan/direncanakan melalui tahapan kegiatan.

E.10 LAPORAN

Laporan-laporan harus disusun dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta harus memuat/ menguraikan hal-hal sebagai berikut :

(a) Rencana Mutu Kontrak (RMK)

RMK berisi uraian prosedur pelaksanaan pekerjaan yang penyusunannya mengacu pada standar pembuatan RMK dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air serta harus dikonsultasikan dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). RMK harus diserahkan selambat-lambatnya 2 minggu setelah tanggal penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

(b) Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan sekurang-kurangnya berisi :

Persepsi terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK);

Rencana penugasan tenaga ahli;

Rencana pelaksanaan pengumpulan data clan pekerjaan lainnya yang berkaitan pekerjaan yang dilakukan;

Menyampaikan metoda pengumpulan data, metoda analisis data, dan penyusunan laporan ;

Dalam hal metoda pengumpulan data, penyedia jasa diwajibkan untuk dapat menyampaikan usulan model pengumpulan data sesuai dengan analisis data yang digunakan, seperti model kuesioner, wawancara maupun model lainnya sesuai dengan kaidah akademis.

Pada metoda analisis data, penyedia jasa harus dapat menyampaikan penggunaan metoda yang digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan ini yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dengan mempertimbankan kesesuaian judul kajian dengan keluaran yang diharapkan.

Dalam laporan pendahuluan ini dilampirkan format isian

Dokumen Penawaran Teknis

Page 87: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 87

E - 87

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

pengumpulan data.

Pengumpulan data awal (data sekunder);

Laporan ini dibuat untuk dibahas oleh tim teknis dalam tahap

awal kegiatan, sebagai tindak lanjut untuk kegiatan selanjutnya.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 (tiga puluh) hari kerja sejak SPMK diterbitkan sebanyak 15 (lima belas) buku laporan.

Laporan pendahuluan harus dibuat Draft Laporan Pendahuluan terlebih dahulu untuk didiskusikan/diasistensikan dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan pihak terkait lainnya.

(c) Laporan Fakta dan Analisa

Laporan ini memuat hasil pengumpulan data primer dan pengolahan data serta analisis data sesuai dengan metoda yang telah di sepakati dalam laporan pendahuluan. Dalam laporan ini juga lampirkan juga bukti seluruh isian pengumpulan clan analisis data.

Laporan diserahkan selambat-lambatnya: 90 (sembilan puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 15 (lima belas) buku laporan

(d) Laporan Akhir

Laporan memuat hasil perbaikan laporan fakta clan analisa serta konsep pengembangan. Penyajian laporan dibuat secara utuh. Laporan diserahkan selambat-lambatnya: 120 (seratus duo puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 20 (dua puluh) buku laporan.

Selain laporan yang harus diserahkan seperti diuraikan tersebut, konsultan juga harus menyerahkan CD laporan hasil pekerjaan sebanyak 10 (sepuluh) buah yang memuat:

• Uraian dengan menggunakan microsoft word.

• Data-data dalam bentuk tabel dengan menggunakan microsoft excel.

(e) Album Peta

Merupakan peta-peta terkait dengan kegiatan yang diserahkan bersamaan dengan laporan akhir sebanyak 3 (tiga) buku.

(f) Laporan maupun gambar-gambar agar diserahkan juga dalam bentuk CD.

Dokumen Penawaran Teknis

Page 88: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 88

E - 88

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Berikut dibawah ini adalah jadwal penyerahan laporan pada Tabel E.14.

Tabel E.14. Daftar Penggunaan Peralatan

B U L A N

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

2

3

4

5

6

1

2

Laporan Fakta dan Analisa

Laporan maupun gambar-gambar dalam bentuk CD

Laporan Akhir

Laporan Pendahuluan

A. J adwal Penyerahan Laporan

NO. URAIAN PEKERJ AAN

Laporan Rencana Mutu Kontrak

KE -4KE - 3KE - 1 KE - 2

Album Peta

Lap. Pendahuluan

Lap. Draft Akhir

B. J adwal Pelaksanaan Diskusi / Asistensi

E.11 FASILITAS PENGGUNAAN ALAT YANG DIGUNAKAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini tentunya perlu adanya peralatan pendukung guna terselesaikannya pekerjaan ini. Daftar Fasilitas pendukung terdapat pada Tabel E.15 sedangkan Jadwal Penggunaan Fasilitas pendukung tersebut disampaikan dalam Tabel E.16.

Tabel E.15. Daftar Penggunaan Peralatan

Dokumen Penawaran Teknis

Page 89: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 89

E - 89

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

1 Sewa Kantor 120 M2 Sewa

2 Komputer + Printer 3 Unit Sewa

3 Bahan Kantor/ ATK - Ls Sewa

1 Telepon + HP 1 Unit Sewa

2 Surat menyurat/Faximile 1 Unit Sewa

1 GPS 1 Unit Sewa

2 Kendaraan Roda 4 untuk Survei 1 Unit Sewa

KETERANGAN

III. PERALATAN & BAHAN SURVEI

SATUAN

I. PERLENGKAPAN / BAHAN KANTOR

II. KOMUNIKASI SURAT MENYURAT

NO. JENIS PERALATAN VOLUME

Dokumen Penawaran Teknis

Page 90: E Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja1

E - 90

E - 90

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Dokumen Penawaran Teknis

Tab

el E

.16

Jadw

al Pe

ng

gu

naan

Pera

lata

n