173
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DI DESA ADIMULYA KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Oleh : ADILAH MARGI Y.P G1D009034 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN ILMU KEPERAWATAN PURWOKERTO 2014PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya

Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teori Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Citation preview

Page 1: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS

SEHARI-HARI DI DESA ADIMULYA KECAMATAN WANAREJA

KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI

Oleh :

ADILAH MARGI Y.P

G1D009034

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2014PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan atau kesarjanaan

lain di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Page 2: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Purwokerto, Februari 2014

Adilah Margi Y.P

NIM G1D009034Persembahan

Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah langkah usai sudah

Satu cita telah saya gapai namun…

Itu bukan akhir dari perjalanan

Melainkan awal dari satu perjuangan

Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang Bapak dan ibuku

Setulus hatimu ibu, searif arahanmu bapak

Doamu hadirkan keridhaan untukku, Petuahmu tuntunkan jalanku

Pelukmu berkahi hidupku, diantara perjuangan dan tetesan doa malammu

Dan sebait doa telah merangkul diriku,

Menuju hari depan yang cerah

Untuk tulusnya persahabatan yang telah terjalin, buat

Sahabat-sahabatku, Diana, Eva, Prili, Tika,Rachel, Putri, Chandri, Vita, Pujo,

Sofyan, Didi, Sasongko, Hery dan semua sahabatku yang tidak bisa ku sebut

satu per satu Terima kasih….

semoga persahabatan kita menjadi persaudaraan yang abadi selamanya,

Bersama kalian warna indah dalam hidupku, suka dan duka berbaur dalam kasih.

Page 3: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Terima kasih tak lupa ku ucapkan kepada kedua kakak tercinta

Luthfia Yanari Putri dan Gilang Rahma Putra yang tak lelah memberi semangat

untuk menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang telah memberi bantuan,

motivasi serta do’a dari awal hingga akhir yang tidak mungkin disebutkan satu

persatu.Kesuksesan bukanlah suatu kesenangan, bukan juga suatu kebanggaan,

Hanya suatu perjuangan dalam menggapai sebutir mutiara keberhasilan…

Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya.

Kini diriku telah selesai dalam studiku.Dengan kerendahan hati yang tulus,

bersama keridhaan-Mu ya Allah, Kupersembahkan karya tulis ini untuk yang

termulia, Bapak,Ibu, Kakakku, teman-teman serta Almamaterku tercinta

Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adilah Margi Yulinar Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Gatot Subroto no. 226 RT.01/ RW.01 Adimulya

Cilacap

Tempat, tanggal lahir : Cilacap, 01 Juli 1991

Email : [email protected]

Agama : Islam

Page 4: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Pendidikan : 1. SD N 01 Adimulya lulus tahun 2003

2. MTs N Majenang lulus tahun 2006

3. SMA N 1 Banjar lulus tahun 2009

4. Mahasiswa Jurusan Keperawatan, FKIK UNSOEDPRAKATA

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian

yang berjudul “Hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja

Kabupaten Cilacap” yang penulis ajukan pada Komisi Skripsi Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Warsinah, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu

Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberi ijin

dilakuannya penelitian ini.

2. Dr. Saryono, M.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal

Soedirman.

3. Asep Iskandar, M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing I yang selalu

memberi arahan, pencerahan, dan bimbingan dalam penyusunan usulan

penelitian ini.

Page 5: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

4. Aswin, S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas kesediaan

waktunya dan bimbingan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

5. Rahmi Setiyani, MN selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan

pengarahan demi kesempurnaan penelitian ini.

6. Kedua orang tua tercinta, atas dorongan dan doa dalam penyusunan penelitian

ini.7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberiku semangat dalam penyusunan

penelitian ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas bantuan

moral maupun material dalam penulisan usulan penelitian ini.

9. Almamaterku, Universitas Jenderal Soedirman.

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan

usulan penelitian ilmiah ini, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi hasil yang lebih baik, semoga hasil penelitian ini mendapat ridho

dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua. Amin.

Purwokerto, Februari 2014

PenulisHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS

SEHARI-HARI DI DESA ADIMULYA KECAMATAN WANAREJA

KABUPATEN CILACAP

Page 6: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

ABSTRAK

Adilah Margi Yulinar Putri1

, Asep Iskandar2

, Aswin3

Latar belakang: Lansia mengalami berbagai macam perubahan diantaranya fisik dan

psikologis. Hal tersebut membuat lansia mengalami penurunan kemampuan

melakukan aktivitas sehari-hari sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan

lansia.

Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan dukungan

keluarga terhadap kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan

pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar

kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner kemandirian lansia (barthel indeks).

Analisis data yang digunakan adalah uji statistik non parametrik dengan uji chi

square.

Hasil: Rata-rata usia lansia adalah 69 tahun, usia responden 38 tahun, jenis kelamin

responden adalah perempuan (53,6%), pendidikan responden mayoritas SMA

(48,2%), pekerjaan responden adalah wiraswasta (51,8%), status hubungan responden

Page 7: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dengan lansia adalah anak kandung (71,4%), (51,8%) lansia mandiri dalam aktivitas

sehari-hari. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia P Value 0,021.

Kesimpulan: Ada hubungan dukungan keluarga yang bermakna terhadap

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Kata kunci: Dukungan keluarga, lansia, kemandirian, aktivitas sehari-hari.RELATIONSHIP

BETWEEN FAMILY SUPPORT ELDERLY IN

FULFILLMENT WITH INDEPENDENCE ACTIVITIES

DAILY IN THE VILLAGE DISTRICT ADIMULYA WANAREJA CILACAP

ABSTRACT

Adilah Margi Yulinar Putri1

, Asep Iskandar2

, Aswin3

Background : The Elderly undergo various changes including physical,

psychological. This makes the elderly experience a decreased ability to perform

activities of daily living so that family support is needed.

Objective : This research aimed at finding out if the relationship of family support to

the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities in the Village

District of Adimulya Wanareja Cilacap.

Page 8: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Methods : This research used an observational research design with cross sectional

approach . The research instrument used in the form of a questionnaire and a

questionnaire family support elderly independence (Barthel index ) . Analysis of the

data used is a non -parametric statistical test with chi square test .

Results : The average age was 69 years older , respondents 38 years of age , sex of

the respondents were female (53.6 %) , high school education the majority of

respondents (48.2 %) , the work is self-employed respondents (51.8 %) , the status of

her relationship with the elderly is the biological child (71.4 %) , (51.8 %)

independent elderly in daily activities . There is a significant association between

family support the independence of the elderly P Value 0.021 .

Conclusion : There is a significant relationship of family support to the independence

of the elderly in the fulfillment of daily activities .

Key words : Support families , the elderly , independence , daily activities .DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………............................ ii

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN………………………………….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………. v

PRAKATA...................................................................................................... vi

Page 9: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

ABSTRAK………………………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI................................................................................................... x

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian..................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori........................................................................................... 10

1. Lanjut usia…………………………………….....................................

a. Definisi lanjut usia.........................................................................

b. Batasan-batasan lanjut usia...........................................................

c. Teori-teori penuaan.......................................................................

d. Permasalahan lanjut usia...............................................................

e. Activity daily living.......................................................................

Page 10: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

f. Kemandirian .................................................................................

10

10

12

13

16

16

18

2. Keluarga…………………..................................................................

a. Definisi keluarga..........................................................................

b. Tipe keluarga................................................................................

20

20

21c. Fungsi keluarga............................................................................

d. Dukungan keluarga......................................................................

e. Jenis dukungan keluarga………………………………………..

f. Manfaat dukungan keluarga……………………………………

g. Sumber dukungan keluarga…………………………………….

h. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga……………….

Page 11: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

24

27

28

31

32

33

B. Kerangka Teori........................................................................................... 35

C. Kerangka Konsep....................................................................................... 36

D. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 36

BAB III. METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian....................................................................................... 37

B. Waktudan TempatPenelitian.................................................................. 37

C. Populasi dan Sampel.................................................................................. 37

D. VariabelPenelitian.................................................................................... 39

E. Definisi Operasional................................................................................... 40

F. Instrumen Penelitian................................................................................... 41

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.......................................................... 42

H. Langkah dan teknik penelitian................................................................... 44

I. Analisis Data............................................................................................. 45

Page 12: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

J. Etika Penelitian........................................................................................... 47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian...........................................................................................

1. Analisis Univariat.................................................................................

2. Analisis Bivariat……………………………………………………...

50

50

56

B. Pembahasan...............................................................................................

1. Analisis Unvariat...................................................................................

2. AnalisisBivariat……………………………………………………...

60

61

69

C. Keterbatasan Penelitian.............................................................................

D. Implikasi keperawatan...............................................................................

76

76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 13: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

A. Kesimpulan................................................................................................. 77B.

Saran........................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRANDAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi operasional variabel………………………………………... 40

4.1 Karakteristik usia lansia…..…………………………………………. 50

4.2 Karakteristik jenis kelamin anggota keluarga yang merawat lansia... 51

4.3 Karakteristik usia anggota keluarga yang merawat lansia…………… 51

4.4 Karakteristik pendidikan anggota keluarga yang merawat lansia…… 52

4.5 Karakteristik pekerjaan anggota keluarga yang merawat lansia…….. 52

4.6 Karakteristik status hubungan anggota keluarga yang merawat lansia

dengan lansia……………….

53

4.7 Frekuensi dukungan keluarga………………………………………... 54

4.8 Frekuensi kemandirian lansia……………………………………….. 55

4.9 Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia…………. 56

4.10 Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia………. 57

4.11 Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia…….. 58

Page 14: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

4.12 Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia…... 59

4.13 Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia………... 60DAFTAR

GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ……………………………………………………………. 35

2.2 Kerangka Konsep …………………………………………………………. 36DAFTAR

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cilacap.

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Cilacap.

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Desa Adimulya

Lampiran 4. Surat ijin penelitian/ survey dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Cilacap

Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 7. Lembar Kuesioner

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas

Lampiran 9. Hasil Analisis Univariat dan Bivariat

Page 15: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Lampiran 10. Blangko Konsul SkripsiBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan proporsi kelompok-kelompok umur di dalam

penduduk dapat terjadi antara lain sebagai akibat menurunnya tingkat

fertilitas dan mortalitas. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga berusia

lanjut yang tertinggi di dunia, yaitu 414%, hanya dalam waktu 35

tahun (1990-2025), sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah

penduduk lanjut usia akan mencapai 25,5 juta jiwa (Soejono, 2009).

Keberadaan lanjut usia ditandai dengan umur harapan hidup

yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut

membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam

rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan

produktif. Lanjut usia dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua

orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut

memerlukan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia

dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang

berguna dan bahagia (Maryam, 2008).

Page 16: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Menurut Kemendiknas (dalam Purnama, 2013) Secara umum,

populasi penduduk usia 60 tahun ke atas di negara maju pada tahun

2011 adalah 20% dari total jumlah penduduk dan diperkirakan meningkat menjadi 32% pada

tahun 2050. Sementara itu, di negara

berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun keatas pada tahun 2011

adalah 15% dari total jumlah penduduk dan diperkirakan meningkat

menjadi 20% antara tahun 2015–2050.

Kondisi fisik seseorang yang telah memasuki lanjut usia

mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan

penampilan pada wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam

tubuh seperti sistem saraf, perubahan panca indera seperti penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan perubahan motorik, antara lain

berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru.

Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada

kemunduran. Kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan

berpengaruh pada penurunan aktifitas kehidupan sehari-hari (Potter &

Perry, 2005).

Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia antara lain

perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi

Page 17: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

seperti penurunan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan seharihari.

Perubahan sosial seperti kesempatan yang sama untuk

memberikan masukan, kemudian merasa diasingkan. Perubahan

psikologis seperti takut menghadapi kematian dan masa kesepian.

Berbagai perubahan tersebut di atas sering membuat lansia mengalami

problem dalam menghadapi kehidupan sehingga dukungan keluarga

sangat dibutuhkan (Maryam, 2008).Berbagai proses dan fungsi keluarga mempengaruhi

psikodinamika interaksi keluarga pada semua usia. Kebutuhan

psikologi anggota keluarga oleh anggota keluarga yang lain. Pada

keluarga lansia, orang lain yang dekat sering kali mengisi fungsi

afektif tersebut, terutama jika anggota keluarga lansia tersebut tinggal

seorang diri. Bagian dari dukungan sosial adalah cinta dan kasih

sayang, harus dilihat secara terpisah sebagai bagian dari asuhan dan

perhatian dalam fungsi afektif keluarga (Stanley & Beare, 2006).

Hasil pengamatan dan wawancara di Desa Adimulya Kecamatan

Wanareja Kabupaten Cilacap didapatkan jumlah penduduk disana

sekitar 5.304 jiwa, dari data tersebut terdapat jumlah lansia sebanyak

593 jiwa. Sebagian besar keluarga dengan lansia menghabiskan

waktunya untuk bekerja di luar rumah sebagai pedagang atau

Page 18: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

berwiraswata. Mereka membiarkan lansia tinggal di rumah sendirian

sehingga membuat lansia harus tetap mandiri untuk melakukan

aktivitas sehari-harinya. Kondisi umum lansia yang tinggal bersama

keluarga menunjukkan keluarga memegang peranan penting pada

kehidupan orang lanjut usia. Dari fenomena tersebut diatas peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara

Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan

Aktivitas Sehari-hari di Desa Adimulya, Kecamatan Wanareja,

Kabupaten Cilacap”.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, diketahui semakin

bertambah tahun jumlah penduduk lansia semakin meningkat. Lansia

mengalami penurunan fungsi organ tubuh, fisik dan psikologisnya,

kondisi seperti ini perlu disikapi secara serius supaya lansia bisa

melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. Keluarga merupakan

orang yang terdekat bagi lansia. Dukungan keluarga merupakan salah

satu bentuk upaya untuk membantu lansia melakukan kegiatanya

secara mandiri. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat

dirumuskan, adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta jenis

Page 19: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dukungan keluarga apa yang tepat diberikan pada lansia di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas

sehari-hari.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik anggota keluarga yang merawat

lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten

Cilacap.b. Mendeskripsikan dukungan keluarga pada lansia di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.

c. Mendeskripsikan tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari pada

lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten

Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

keperawatan, khususnya keperawatan gerontik, keperawatan

Page 20: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

komunitas, dan keperawatan keluarga.

b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya ilmu

keperawatan dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan

terhadap lanjut usia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas kesehatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa memberikan acuan

kepada dinas kesehatan membuat program untuk lansia yang

melibatkan keluarga.

b. Bagi Puskesmas

Memberikan gambaran kepada puskesmas dalam menjalankan

tugas pokok puskesmas salah satunya peningkatan pelaksanaan

program tentang kemandirian lansia di dalam masyarakat.c. Bagi Keluarga lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

kepada keluarga untuk memberikan dukungan dan perhatian

kepada lansia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti dan hasil penelusuran jurnal maupun

laporan penelitian di internet, penelitian tentang hubungan antara

Page 21: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan

aktivitas sehari-hari belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian

yang terkait dengan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian

lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang berjudul “Hubungan antara gaya hidup dengan

tingkat ketergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

lansia di Kelurahan Kopen, Teras Boyolali” yang diteliti oleh

Arina (2006) menghasilkan penelitian sebagai berikut:

Terdapat hubungan antara tingkat gaya hidup dengan

ketergantungan dalam AKS (Aktifitas Kehidupan Sehari-hari)

pada lansia di Kelurahan Kopen, Teras, Boyolali. Penelitian

tersebut menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif

dengan rancangan cross sectional dengan variabel hubungan

antara gaya hidup dengan tingkat ketergantungan pada lansia

sedangkan penelitian yang akan saya lakukan adalah hubungan

dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Persamaan penelitian Husnawati

dengan penelitian saya adalah lokasi penelitian dan metode yang

digunakan dengan rancangan cross sectional.

Page 22: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rinajumita (2011) dengan judul

“Faktor–faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di

wilayah kerja Puskesmas Lampasi, Kecamatan Payakumbuh

Utara”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik

dengan rancangan crossectional. Penelitian ini menggunakan

sampel 90 orang lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Lampasi

yang diambil menggunakan 8 metode multi stage random

sampling. Analisa data menggunakan uji chi square, dengan

tingkat kepercayaan 95%. Penelitian tersebut memiliki

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti. Persamaan dengan penelitian tersebut yaitu pada

variabel kemandirian lansia dan analisa data dengan

menggunakan uji chi square. Sementara itu perbedaanya yaitu

pada variabel faktor-faktor yang berhubungan.

3. Penelitian yang berjudul “Hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di

wilayah kerja puskesmas Mojolangu Malang” yang diteliti oleh

Triswandari (2008) menghasilkan penelitian sebagai berikut:

dukungan keluarga pada lansia dengan tingkat kemandirian

Page 23: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

lansia di wilayah kerja Puskesmas Mojolangu Malang

mempunyai hubungan yang signifikan (bermakna). Persamaan penelitian Rini dengan

penelitian saya adalah variabel

menggunakan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian

lansia, serta analisis data menggunakan uji Chi-square.

Perbedaannya adalah lokasi penelitian.

Penelitian yang akan saya lakukan adalah hubungan antara

dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan

aktivitas sehari-hari yang akan dilakukan di wilayah kerja Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Dengan

tujuan ingin mengetahui seberapa jauh tingkat kemandirian pada

lanjut usia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten

Cilacap. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lanjut usia

a. Definisi lanjut usia

Menua atau lanjut usia di definisikan sebagai proses yang

mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang „frail’

Page 24: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

(lemah,rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai

penyakit dan kematian secara eksponensial. Menua juga

didefinisikan sebagai penurunan seiring waktu yang terjadi pada

sebagian besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan,

meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan perubahan

lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan

fisiologis yang terkait usia. Terdapat beberapa istilah yang

digunakan oleh gerontologis ketika membicarakan proses menua:

1) Aging (bertambahnya umur) menunjukan efek waktu, suatu

proses perubahan,biasanya bertahap dan spontan.

2) Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk

membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan

menyebabkan kematian)3) Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan

homeostatis yang terjadi selama penuaan pada setiap sistem

organ (Setiati dkk, 2009)

Menurut Fathi et al (2008), penuaan tidak bisa dihindari,

dimulai secara bertahap sebagai tahap terakhir dari perkembangan

yang menyebabkan perubahan dalam senyawa tubuh dan

Page 25: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

penurunan efisiensi organ dan mempengaruhi pada kemampuan

fisik pada tingkat yang berbeda. Menua atau menjadi tua adalah

suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses

menua merupakan proses sepanjang hidup,tidak hanya dimulai

sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini

berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia

tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik

yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi

mulai tanggal, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin

memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak

proposional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan

suatu proses berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang

kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir

dengan kematian. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun

1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur

60 tahun adalah usia permulaan tua

Page 26: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

(Nugroho, 2006).

b. Batasan-batasan Lansia

Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas.

Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998

tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2

(Nugroho, 2008).

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbedabeda,

umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat

para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut:

1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat

tahapan yaitu:

a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

2) Menurut Prof. DR. Ny Sumiati Ahmad Mohammad (Alm),

Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran,

periodisasi biologis perkembangan manusia dibagi menjadi:

a) Masa bayi (usia 0-1 tahun)

Page 27: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

b) Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)

c) Masa sekolah (usia 6-10 tahun)

d) Masa pubertas (usia 10-20 tahun)

e) Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)f) Masa lanjut usia, senium (usia > 65

tahun)

(Kushariyadi, 2010).

c. Teori-teori Penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses

penuaan,yaitu teori biologi, teori psikologis, dan teori spiritual.

1) Teori biologi

Teori bologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology

slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai

silang.

a) Teori genetik dan mutasi

Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram

secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua

terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada

saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas

Page 28: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan

kemampuan fungsi sel).

b) Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi

tidak efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus

ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ

tubuh.c) Teori stress

Teori stress mengungkapakan menua terjadi akibat

hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress

menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

d) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak

stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan

oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat

dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat

melakukan regenerasi.

e) Teori rantai silang

Page 29: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Pada teori rantai silang diungkapakan bahwa reaksi kimia

sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan

kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

2) Teori psikologis

Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring

dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi

dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan

keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang

terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi

karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan

seorang lansia mampu berinteraksi

dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan

status sosialnya.

3) Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan

persepsi individu tentang arti kehidupan. James Fowler

mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepercayaan.

Page 30: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan spiritual adalah

suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang.

Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu

bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan

akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena

timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang

dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta

kasih, dan harapan. Fowler juga berpendapat bahwa

perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap

penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam, 2008).

d. Permasalahan-permasalahan Lanjut Usia

Masalah-masalah kesehatan atau penyakit fisik dan atau

kesehatan jiwa yang sering timbul pada proses menua (lansia),

menurut (Setiati dkk, 2009) gangguan fisik yang terjadi pada lansia

diantaranya gangguan kardiovaskular, gangguan sistem endokrin,

gangguan fungsi pendengaran, dan gangguan penglihatan. Masalah sosial yang dihadapi

lanjut usia (lansia) adalah mendapatkan

kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit,

tidak diberi makan). Selain itu lansia juga mengalami masalah

Page 31: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

psikologis yang umum dialami seperti takut menghadapi kematian,

frustasi, kesepian, dan harus menentukan kondisi hidup yang

sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik

(Maryam, 2008). Sedangkan menurut Boedhi Darmodjo (dalam

Maryam, 2008) menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit,

tetapi suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau

batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering

dikenal dengan geriatric giant.

e. Activity Daily Living (ADL)

Menurut Wallace (dalam Triswandari, 2008 ) activity daily

living adalah fungsi dan aktivitas individu yang normalnya

dilakukan tanpa bantuan orang lain. Kegiatan ADL antara lain

mandi, continence, berpakaian, makan, toileting, dan berpindah

tempat dari atau ke tempat tidur atau kursi. Menurut Kingston et al

(2012) kegiatan yang diperlukan untuk berfungsi secara

independen dalam kehidupan sehari-hari disebut aktivitas hidup

sehari-hari/ADL.

Sedangkan Hardywinoto (dalam Silvia, 2011) faktor-faktor

yang mempengaruhi penurunan activity daily living antara lain

Page 32: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

yaitu persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu

bereaksi lanjut usia yang lambat, tidak stabil bila berjalan, keseimbangan tubuh yang jelek,

gangguan peredaran darah,

gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan

perabaan. Sedangkan teori lain menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi penurunan activity daily living antara lain: kondisi

fisik misalnya penyakit menahun , gangguan mata dan telinga,

kapasitas mental, status mental seperti kesedihan dan depresi,

penerimaan terhadap berfungsinya anggota tubuh dan dukungan

anggota keluarga.

Menurut Gallo (dalam Triswandari, 2008) proses aging dan

masalah kesehatan secara teratur yang menunjukkan penurunan

status fungsional pada lansia. Salah satu cara untuk mengevaluasi

status kesehatan pada lansia yaitu pengkajian fungsional sehingga

dapat memberikan data yang objektif dan dapat sebagai indikasi

intervensi selanjutnya untuk meningkatkan status kesehatan serta

mengijinkan perawat untuk memberikan intervensi secara tepat.

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai

adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang

Page 33: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

saling berinteraksi satu sama lain, sehingga dapat menyebabkan

ketergantungan pada orang lain. Secara individu, pengaruh proses

menua dapat menimbulkan masalah baik secara fisik, biologis,

mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, mereka akan

mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik

sehinggga mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal

mencukupi kebutuhan sehari-harinya (ADL) yang berakibat dapat meningkatkan

ketergantungan untuk memerlukan bantuan orang

lain (Nugroho, 2008).

f. Kemandirian

Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu

untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tidak tergantung pada

orang lain. Selain itu kemandirian diartikan sebagai suatu keadaan

dimana seseorang berupaya untuk memenuhi segala tuntutan

kebutuhan hidup dengan penuh tanggungjawab terhadap apa yang

dilakukannya. Kemandirian pada lansia menurut Heryanti (2011),

dapat dipegaruhi oleh pendidikan lansia, juga oleh gangguan

sensori khususnya penglihatan dan pendengaran, dipengaruhi pula

oleh penurunan dalam kemampuan fugsional, serta dipengaruhi

Page 34: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

pula oleh kemampuan fungsi kognitif lansia yang juga menurun.

Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi

maka seseorang akan mampu mempertahankan hidupnya lebih

lama dan bersamaan dengan itu dapat mempertahankan

kemampuan fungsional atau kemandiriannya juga lebih lama

karena cenderung melakukan pemeliharaan dan upaya pencegahan

pada kesehatannya.

Menurut Graf (2008) penyakit akut atau kondisi kronis

yang memburuk dapat mempercepat penurunan fungsional pada

orang dewasa yang lebih tua. Hal tersebut dapat menurunkan

kemampuan lansia untuk melakukan kegiatan penting untuk hidup

mandiri. Lansia berusia 60-74 tahun dimana pada usia ini lansia masih mampu mentoleransi

aktivitas sehari-hari yang bisa

dilakukan sendiri namun semakin tua maka lansia akan

membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

sehari–harinya. Penurunan kemampuan aktivitas sehari–hari

seiring dengan bertambahnya umur dan tidak ada perbedaan

kemandirian aktivitas sehari–hari pada lansia laki–laki dan wanita.

Masalah aktivitas sehari–hari yang dialami lansia akan semakin

Page 35: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

meningkat seiring bertambahnya usia dan khususnya pada orang

yang berumur diatas 85 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin

tidak memberi pengaruh yang nyata (Buwana dalam Triswandari,

2008).

2. Keluarga

a. Definisi keluarga

Friedman (2003) mendefinisikan bahwa keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut

Stuart (dalam Setiawati dan Dermawan, 2008), lima hal penting

yang ada pada definisi keluarga adalah:

1) Keluarga adalah suatu sistem atau unit.

2) Komitmen dan keterikatan antara anggota keluarga yang

meliputi kewajiban dimasa yang akan datang.3) Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan

meliputi

perlindungan, pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk

seluruh anggota keluarga.

4) Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan

Page 36: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada

hubungan dan tinggal terpisah.

5) Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

Berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) (dalam Setyowati dan Murwani, 2008),

keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari

suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya

atau ibu dan anaknya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa karakteristik keluarga adalah:

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan perkawinan atau adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika

terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.

3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masingmasing

mempunyai peran sosial baik suami, isteri, anak,

kakak, dan adik.

4) Mempunyai tujuan; (1) menciptakan dan mempertahankan

budaya, (2) meningkatkan perkembangan fisik, psikologis,

dan social anggota (Setyowati dan Murwani, 2008). b. Tipe Keluarga

Page 37: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga

menurut Setyowati dan Murwani (2008):

1) Tipe keluarga tradisional

a) Kelurga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami, istri, dan anak (kandung atau angkat).

b) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,

misalnya: kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.

c) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri

dari suami dan istri tanpa anak.

d) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat).

Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau

kematian.

e) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya

terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah

dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

2) Tipe keluarga non tradisional

a) The unmarried mother: Keluarga yang terdiri dari orang tua

Page 38: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b) The stepparent family: Keluarga dengan orang tua tiri.

c) Comune family: Beberapa pasangan keluarga (dengan

anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan

fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melalui

aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

d) The non marital heterosexual cohibiting family: Keluarga

yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan.

e) Gay and lesbian family: Seseorang yang mempunyai

persamaan seks hidup bersama sebagaimana suami-istri

(marital partners).

f) Cohibiting family: Orang dewasa yang hidup bersama di

luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

g) Group-marriage family: Beberapa orang dewasa

menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling

merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual

dan membesarkan anaknya.

Page 39: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

h) Group network family: Keluarga inti yang dibatasi set

aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu

sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang

rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab

membesarkan anaknya.

i) Foster family: Keluarga menerima anak yang tidak ada

hubungan keluarga atau saudara di dalam waktu sementara,

pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan

bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.j) Homeless family: Keluarga yang

terbentuk dan tidak

mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis

personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan

atau problem kesehatan mental.

k) Gang: Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orangorang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga

yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam

kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

c. Fungsi Keluarga

Friedman (2003) fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

Page 40: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

1) Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi

afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang

positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui

interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian,

keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh

anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah:a) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling

menerima, saling mendukung anggota keluarga,

mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota

yang lain. Kemampuannya untuk memberikan kasih

sayang akan meningkat, pada akhirnya tercipta

hubungan yang hangat dan saling mendukung.

Hubungan intim di dalam keluarga merupakan modal

Page 41: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dasar dalam memberi hubungan dengan orang di luar

keluarga atau masyarakat.

b) Saling menghargai

Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui

keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif

akan tercapai.

c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak

pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar

anggota keluarga dikembangkan melalui proses

identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek

kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus

mengembangkan proses identifikasi yang positif

sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang

positif dari kedua orangtuanya. Fungsi afektif

merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul

karena fungsi

afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.

Page 42: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai sejenak manusia lahir. Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,

misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan

orang-orang yang di sekitarnya. Kemudian beranjak balita dia

mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam

bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku

melalui hubungan dan interaksi keluarga.

3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan

biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga

adalah untuk meneruskan keturunan.

4) Fungsi ekonomi

Page 43: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk

memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti

memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang

kita lihat dengan

penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini

menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk

melaksanakan praktik asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah

terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota

keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan

asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas keluarga yang dilaksanakan. Keluarga

yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup

menyelesaikan masalah kesehatan.

d. Dukungan Keluarga

Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan untuk orang

lain meliputi moral dan material agar orang yang diberikan

Page 44: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dukungan menjadi termotivasi dalam melakukan kegiatan

(Sarwono, 2003).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2003).

Keluarga masih menyumbang sebagian besar dukungan yang

diterima oleh lansia (Okumagba, 2011). Kebanyakan lansia yang

membutuhkan bantuan tergantung pada keluarga dan kerabat

sebagai satu-satunya sumber bantuan (Reinhard et al, 2007). Keluarga memiliki fungsi

sebagai pendukung terhadap anggota

keluarga lain yang selalu siap memberikan bantuan pada saat

diperlukan. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan. Sifat, jenis dan sumber dukungan

berbeda–beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Misalnya,

jenis-jenis dan kuantitas dukungan sosial dalam fase perkawinan

(sebelum sebuah pasangan muda mendapat anak) sangat berbeda

dengan dukungan sosial yang dibutuhkan ketika keluarga sudah

berada dalam tahap/fase siklus kehidupan terakhir. Namun

demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial

keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

Page 45: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2003).

e. Jenis Dukungan Keluarga

Kaplan (dalam Friedman, 2003) menjelaskan bahwa

terdapat empat jenis dukungan yakni: dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan

emosional. Dukungan informasional merupakan dukungan yang

berfungsi sebagai pengumpul informasi tentang segala sesuatu

yang digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Jenis

dukungan ini sangat bermanfaat dalam menekan munculnya suatu

stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Secara garis besar terdiri

dari aspek nasehat, usulan, petunjuk, dan pemberian informasi.Dukungan informatif yang

tepat akan meningkatkan kemandirian

lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Lingkungan tempat

tinggal di daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki

lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai

perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran atau

majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet

Page 46: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan

(Soejono, 2002).

Dukungan penilaian menekankan pada keluarga sebagai

umpan balik membimbing, dan menangani masalah, serta sebagai

sumber dan validator identitas anggota (Friedman, 2003).

Dukungan penilaian dapat dilakukan diantaranya dengan

memberikan support, pengakuan, penghargaan, dan perhatian pada

anggota keluarga. Dukungan penilaian terjadi lewat ungkapan

hormat (penghargaan positif) atau pujian dan dorongan agar lansia

mandiri dalam aktivitas sehari-hari. Dukungan penghargaan

menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai

sehingga akan menaikkan harga diri (House & Smett dalam

Triswandari, 2008). Di Indonesia sudah menjadi budaya bahwa

orang tua merupakan tempat meminta saran dan pertimbangan

terhadap masalah yang terjadi di keluarga maupun di masyarakat.

Dalam keluarga, kakek dan nenek mempunyai peranan sangat

penting sebagai warga tertua yang penuh pengalaman dan

kebijakan, namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan berupa

penghargaan sangat penting bagi lansia

Page 47: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

(Murodion dalam Triswandari, 2008). Selanjutnya adalah

dukungan instrumental yaitu dukungan yang memfokuskan

keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit

berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti

materi, tenaga, dan sarana (Friedman, 2003). Manfaat dari

dukungan ini adalah mengembalikan energi atau stamina dan

semangat yang menurun dan memberikan rasa perhatian dan

kepedulian pada seseorang yang mengalami kesusahan atau

penderitaan. Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian

lansia dan lain-lain, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri

dengan disediakannya alat-alat tersebut, namun bagaimana

kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut.

Lansia mengalami banyak perubahan baik fisiologis

maupun psikologis. Adanya perubahan fisiologis menyebabkan

lansia membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan seharihari.

(Darmodjo dalam Triswandari, 2008). Terakhir adalah

dukungan emosional yaitu dukungan yang menempatkan keluarga

sebagai tempat aman dan damai untuk istirahat dan dapat

membantu penguasaan terhadap emosi (Friedman, 2003).

Page 48: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Dukungan emosional yang diberikan berupa kepedulian anggota

keluarga terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari.

Lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi

hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat mendukung lansia dalam

mempertahankan kemandiriannya.

Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga, bahwa

kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang

lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga

terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap

kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam

Triswandari, 2008). Dukungan emosional merupakan dukungan

keluarga yang paling banyak diterima lansia karena dukungan

emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting

yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya karena

merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat dan

memberikan ketenangan ( Purnama, 2013).

f. Manfaat Dukungan Keluarga

Menurut Johnson & Johnson (dalam Purnama, 2013) ada

empat manfaat dukungan sosial, yaitu dukungan sosial

Page 49: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas,

meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri

dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri,

menambah harga diri, dan mengurangi stres, meningkatkan dan

memelihara kesehatan fisik, serta pengelolaan terhadap stress dan

tekanan.

Wills (dalam Friedman, 2003) menyatakan bahwa

dukungan keluarga dapat menimbulkan efek penyangga, yaitu

dukungan keluarga menahan efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan dan efek utama,

yaitu dukungan keluarga yang secara

langsung mempengaruhi peningkatan kesehatan. Secara lebih

spesifik, keberadaan dukungan sosial keluarga yang adekuat

terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah

sembuh dari sakit dan di kalangan lansia dapat menjaga fungsi

kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.

g. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Rook dan Dooley (dalam Kuncoro, 2002) ada dua

sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber

artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang

Page 50: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan

dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota

keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi.

Dukungan keluarga ini bersifat non-formal. Sementara itu

dukungan keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang

dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang, misalnya

dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai

sumbangan sosial. Dengan demikian, sumber dukungan keluarga

natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan

dukungan keluarga artifisial. Perbedaan tersebut terletak pada

keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya

tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat

spontan. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama yang

berlaku tentang kapan sesuatu harus

diberikan dan berakar dari hubungan yang telah berakar lama.

h. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (dalam Setiadi, 2008), pemberian

dukungan oleh keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal yang keduanya saling berhubungan. Faktor

Page 51: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

internal berasal dari individu itu sendiri meliputi faktor tahap

perkembangan yaitu pemahaman dan respon terhadap perubahan

kesehatan yang berbeda–beda pada setiap rentang usia (bayi–

lansia). Selanjutnya adalah faktor pendidikan atau tingkat

pengetahuan. Dalam hal ini kemampuan kognitif yang membentuk

cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami

faktor–faktor yang berhubungan dengan penyakit dalam upaya

menjaga kesehatan dirinya. Kemudian, faktor emosi yang

mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara

melaksanakan sesuatu. Respon emosi yang baik akan memberikan

antisipasi penanganan yang baik terhadap berbagai tanda sakit

namun jika respon emosinya buruk kemungkinan besar akan

terjadi penyangkalan terhadap gejala penyakit yang ada.

Selanjutnya adalah faktor eksternal berasal dari luar individu itu

sendiri dan terdiri dari tiga hal. Pertama, praktik di keluarga yaitu

cara keluarga memberikan dukungan yang mempengaruhi

penderita dalam melaksanakan kesehatannya secara optimal.

Tindakan dapat berupa pencegahan yang dicontohkan keluarga kepada anggota keluarganya.

Kedua, yaitu faktor sosioekonomi.

Page 52: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Variabel faktor sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit, mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan serta

bereaksi terhadap penyakitnya.

Sementara itu faktor ekonomi menjelaskan bahwa semakin

tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat

tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan sehingga ia akan

segera mencari pertolongan ketika merasa adanya gangguan

kesehatan. Terakhir, faktor latar belakang budaya akan

mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu dalam

memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan

pribadi.B. Kerangka teori

Kerangka teori ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka yang

bersumber dari (Friedman,2003), Wallace (dalam Triswandari, 2008),

(Setiati dkk, 2009), dan (Heryanti, 2011).

Gambar 2.1

Lansia

Dukungan keluarga

1. Dukungan informasional

2. Dukungan penilaian

Page 53: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

3. Dukungan instrumental

4. Dukungan emosional

Activity Daily

Living/ADL:

Berkemih,

berpakaian, mandi,

makan, toileting,

berpindah tempat,

continence.

Kemandirian lansia

dipengaruhi oleh:

gangguan

sensori,gang-guan

fungsional,dan

gangguan kognitif.

Perubahan

yang

terjadi

Fisiologis

Page 54: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Psikologis

Sosial

Proses

menuaC. Kerangka Konsep

Keterangan :

Tidak diteliti:

Diteliti :

Gambar 2.2

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan hubungan yang diharapkan antar

variabel yang dipelajari (Saryono, 2011). Berdasarkan kerangka teori dan

kerangka konsep tersebut, maka peneliti menggunakan rumusan hipotesis

kerja (Ha) dalam penelitian yaitu: Adakah hubungan dukungan keluarga

dengan kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas sehari-hari di Desa

Adimulya, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap.

Variabel terikat

Kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktifitas seharihari

Variabel bebas

Page 55: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Dukungan keluarga:

1. Dukungan

informasional

2. Dukungan

penilaian

3. Dukungan

instrumental

4. Dukungan

emosional

faktor yang

mempengaruhi:

1. Kondisi sosial

2. Kondisi kesehatanBAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan, menggunakan desain penelitian observasional

dengan pendekatan Cross Sectional. Peneliti hanya melakukan observasi dan

pengukuran variabel pada saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas

harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap

Page 56: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

subjek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau

pengulangan pengukuran (Saryono, 2011).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013-Januari 2014 yang

bertempat di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.

C. Populasi dan Sampel

Saryono (2011) berpendapat bahwa populasi merupakan keseluruhan

sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data

dalam suatu penelitian sangatlah penting dan menentukan keakuratan hasil

penelitian. Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan lansia di Desa

Adimulya dengan jumlah 130 orang.Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan

cara tertentu

hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2010).

Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus sampel untuk populasi kecil

yang dikutip dari Santjaka (2009).

Page 57: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

( )

Keterangan :

n = besar sample minimal

N = jumlah populasi

Z = Standar Defiasi normal untuk 1,96 dengan Cl 95 %

p = proporsi target populasi adalah 0.5

q = proporsi tanpa atribut 1-p = 0.5

d = tingkat kepercayaan/tingkat ketepatan yang diinginkan 0.1

Maka sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

( )

( )

=55.7 = 56 orang

Page 58: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Jumlah sampel yang diperoleh dari perhitungan jumlah sampel minimal

adalah 55.7. Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian menjadi 56

orang.Sampel penelitian adalah anggota keluarga dengan lansia yang tinggal

satu rumah di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap, yang

memenuhi kriteria inklusi, yaitu:

1) bersedia menjadi responden

2) tinggal satu rumah dengan lansia 60-74 tahun (extended family)

Sedangkan kriteria eksklusinya yaitu:

1) responden mengalami gangguan komunikasi.

2) Lansia mengalami sakit.

D. Variabel Penelitian

Saryono (2011) berpendapat bahwa variabel adalah suatu yang bervariasi.

Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu variabel bebas (independent

variable) dan variabel terikat (dependent variable).

1. Variabel bebas (independent variable) adalah variable yang merangsang/

menstimulasi variabel target. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

dukungan keluarga terhadap lansia.

2. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang timbul akibat dari

efek penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemandirian lansia

Page 59: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dalam memenuhi aktifitas sehari-hari.E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Variable Definisi

Operasional

Cara Ukur Parameter Jenis

Data

1. Variable

bebas:

Dukungan

keluarga

Bantuan berupa

sikap, tindakan

dan penerimaan

yang diberikan

keluarga pada

lansia yang

terdiri dari

dukungan

penilaian,

Page 60: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

informasional,

instrumental, dan

emosional.

Kuesioner

dukungan

keluarga 28

pernyataan

Kuisioner

dukungan

keluarga terdiri

dari dukungan

emosional 7

pernyataan,dukungan

instrumental 7

pernyataan,dukungan

penilaian 7

pernyataan, dan

Page 61: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dukungan

informasional 7

pernyataan.

Skor dukungan

keluarga yaitu:

85-112=tinggi

57-84=sedang

28-56= rendah

Skor masingmasing

dukungan

keluarga

dinyatakan

dengan rentang

nilai yaitu:

22-28= tinggi

15-21= sedang

7-14= rendah

Ordinal

Page 62: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

2. Variable

terikat:

Kemandirian

lansia

Kemandirian

adalah

kemampuan

lansia dalam

melakukan

aktivitas seharihari

meliputi

mandi, makan,

berpindah,

toileting,

continensia,

berpakaian tanpa

bantuan orang

lain.

Barthel Indeks Skor

Page 63: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

kemandirian

lansia, skor:

Mandiri=20

Ketergantungan

ringan=12-19

Ketergantungan

sedang=9-11

Ketergantungan

berat=5-8

Ketergantungan

total=0-4

OrdinalF. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Saryono (2011) merupakan alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala/instrumen dukungan

keluarga dan skala/instrumen kemandirian lansia (barthel indeks). Kuesioner

dukungan keluarga menggunakan skala Likert dengan 4 item pilihan jawaban

sebagai berikut: 4= selalu, 3= sering, 2= jarang, 1= tidak pernah, untuk

penyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. Hasil pengukuran

Page 64: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

kemudian dikategorikan sebagaimana telah ditulis dalam definisi operasional

antara lain dukungan keluarga memiliki nilai rentang tinggi= 85-112, sedang=

57-84, rendah= 29-56 dan untuk masing-masing dukungan keluarga nilai rentang

yaitu tinggi= 22-28, sedang= 15-21, rendah= 7-14. Perhitungan rentang skor

didapat dari rumus sebagai berikut:

i = skor tertinggi- skor terendah

banyaknya kategori

keterangan:

skor tertinggi : banyaknya soal x skor kategori tertinggi

skor terendah : banyaknya soal x skor kategori terendah

banyaknya kategori : jumlah skor kategori

(Azwar, 2008).

Selanjutnya adalah instrumen kemandirian lansia dengan menggunakan

barthel indeks yang terdiri dari 10 pernyataan, dari masing-masing pernyataan

memiliki skor 0-3 dengan skor maksimal 20.Skor 20= mandiri, skor 12-19= ketergantungan

ringan, skor 9-11=

ketergantungan sedang, skor 5-8= ketergantungan berat, skor 0-4=

ketergantungan total.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Page 65: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

1. Validitas

Validitas merupakan indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benarbenar

mengukur apa yang diukur. Kuisioner sebagai alat ukur harus

mengukur apa yang diukur (Saryono, 2011). Peneliti menggunakan

kuesioner yang sebelumnya akan dilakukan uji validitas, terdiri dari

beberapa pernyataan. Dan untuk mengukur dukungan keluarga, peneliti

menggunakan kuesioner yang telah dibuat yang akan di uji validitas terlebih

dahulu di Desa Wanareja sebanyak 20 responden. Kuesioner dukungan

keluarga diuji coba kepada responden yang kemudian akan dihitung

korelasinya untuk mengetahui kuesioner tersebut valid atau tidak,

menggunakan rumus korelasi pearson product moment.

( ) ( )

(

) √

( )

Keterangan :

Page 66: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

r = korelasi Product Moment

N = jumlah sampel

X = skor variabel X

Y = skor variabel Y

XY = skor variabel X dikalikan skor variabel Y.Keputusan uji :

Bila r hitung lebih besar dari tabel maka Ho ditolak yang artinya

variabel tersebut valid, sedangkan jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka

Ho diterima yang artinya variabel tidak diterima (Riwidikdo, 2009). Hasil uji

validitas pada kuesioner dukungan keluarga yang terdiri dari kuesioner

dukungan emosional 8 pernyataan, diantara 8 pernyataan tersebut 1 tidak

valid dengan nilai r hitung < r tabel. Kuesioner dukungan instrumental 8

pernyataan valid semua dengan nilai r hitung > r tabel. Kuesioner dukungan

informasional 8 pernyataan, diantara 8 pernyataan tersebut 1 tidak valid

dengan nilai r hitung < r tabel, dan kuesioner dukungan penilaian 8

pernyataan valid semua dengan nilai r hitung > r tabel. Hasil uji valditas

kuesioner dukungan keluarga bisa dilihat dilampiran.

2. Reliabilitias

Menurut Notoadmodjo (2005) reliabilitas adalah suatu indeks yang

menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dpat

Page 67: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

diandalkan. Peneliti dalam penelitian ini melakukan uji reliabilitas

menggunakan Coefficient Alpha Cronbach (Sugiyono, 2005) :

(

)

Keterangan :

r = Koefisien reliabilitas yang dicari

k = jumlah butir pertanyaan

𝛔i

2

= Varians butir-butir pertanyaan

𝛔2 = Varians skor tesButir-butir pertanyaan kuesioner yang valid, selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach, dengan koefisien α yang

Page 68: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

angkanya berada dalam rentang 0-1,00, semakin tinggi koefisien realibilitas

mendekati angka 1,00 berarti semakin reliabel (Azwar, 2006). Hasil uji

reabilitas pada kuesioner dukungan keluarga yang terdiri dari kuesioner

dukungan emosional nilai α 0.179, kuesioner dukungan instrumental nilai α

0.698, kuesioner dukungan informasional nilai α 0.748, dan kuesioner

dukungan penilaian nilai α 0.719. Hasil uji reabilitas kuesioner dukungan

keluarga dapat dilihat di lampiran.

H. Langkah dan Teknik Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan melalui tahapan-tahapan penelitian sebagai

berikut:

a. Persiapan materi dan konsep yang mendukung jalannya penelitian.

b. Studi pendahuluan meminta data yang diperlukan dalam penelitian ke

Dinas Kesehatan Cilacap dan Balai Desa Adimulya.

c. Permohonan izin kepada Kepala Desa Adimulya dan RT/RW setempat.

d. Meminta data atau jumlah populasi lansia tahun terakhir.

e. Penyusunan proposal penelitian yang dilanjutkan dengan pengujian

proposal penelitian.

f. Melakukan uji validitas dan reliabilitas.

g. Mengajukan permohonan izin ke Kesbangpol kemudian Bappeda dan

Page 69: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dinas terkait setempat untuk melaksanakan penelitian.

h. Mengunjungi responden ke alamat rumah.i. Pelaksanaan penelitian terhadap lansia yang

memenuhi kriteria inklusi.

j. Mengumpulkan data primer dengan memberi kuesioner kepada keluarga

dengan lansia.

k. Data dikumpulkan kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat.

l. Penyusunan hasil dan pembahasan kedalam laporan hasil penelitian.

2. Teknik pengumpulan data

Data yang diperoleh terbagi atas 2 jenis data, yaitu :

a. Data primer, dengan pembagian kuisioner yang akan diisi oleh

responden yaitu lansia dan keluarganya.

b. Data sekunder, diperoleh dari pihak lain seperti data laporan yang

tersedia atau data dokumentasi untuk mendukung data primer.

I. Metode Analisis

Data akan dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat.

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskriptifkan karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti (Yenni, 2011). Setelah dilakukan editing, koding, dan

tabulasi kemudian karakteristik responden disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi. Karakteristik responden antara lain usia lansia, usia keluarga,

Page 70: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

pendidikan keluarga, pekerjaan keluarga dan lain-lain.

Selanjutnya pada tahap analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel (dependent dan independent). Jenis uji statistik

yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan jenis data. Pada penelitian

ini menggunakan uji statistik chi square karena variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal.

Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara

membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α=0,05 pada taraf kepercayaan

95% dan derajat kebebasan=1 dengan kaidah keputusan sebagai berikut: nilai p

value <0,05 maka Ha diterima, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara

variabel bebas dan variabel terikat dan apabila nilai p value > 0,05 maka Ha

ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan

variabel terikat.

Data yang telah terkumpul akan diolah dengan proses pengolahan data

sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh. Peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data,

kesalahan pengisian dan konsistensi dari jawaban sehingga apabila ada

kekurangan bisa segera dilengkapi atau jika ada data yang salah, maka

Page 71: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

data tersebut tidak dipakai.

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasi hasil observasi/pemeriksaan yang sudah ada

menurut jenisnya. Klasifikasi ini dilakukan dengan cara memberi tanda

pada masing-masing kolom dengan kode berupa angka/huruf/simbol

lainnya untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti kode tersebut

dan lebih mudah untuk membacanya.

3. Tabulasi/Entry data

Adalah suatu kegiatan memasukkan data dari hasil penelitian ke dalam

master tabel/database komputer berdasarkan kriteria yang telah ada.4. Pengolahan dan

Analisis Data

Pengolahan data menggunakan program statistik komputer dan dianalisis

dengan Uji korelasi chi square untuk menguji kemaknaan hubungan kedua

variabel.

J. Etika Penelitian

Etika adalah prinsip moral yang mempengaruhi tindakan. Dalam berbagai

disiplin ilmu, penelitian yang melibatkan manusia atau hewan, peneliti harus

mempertimbangkan isu etik (Saryono, 2011). Penelitian ini menjunjung tinggi

prinsip etika penelitian yang merupakan standar etika dalam melakukan

Page 72: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

penelitian yaitu :

1. Prinsip Manfaat

Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan

memaksimalkan manfaat. Penelitian terhadap manusia diharapkan dapat

memberikan manfaat untuk kepentingan manusia secara individu atau

masyarakat secara keseluruhan. Prinsip ini meliputi hak untuk

mendapatkan perlindungan dari penderitaan dan kegelisahan dan hak

untuk mendapat perlindungan dari eksploitasi.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignit )

a. Hak untuk ikut atau tidak untuk menjadi informan (right to selfdetermination).

Dalam hal ini keluarga memutuskan sendiri apakah

mereka mau atau tidak menjadi partisipan.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan.

Peneliti menjelaskan secara rinci tentang penelitian yang akan dilakukan dan bertanggung

jawab ketika melaksanakan penelitian

tersebut.

c. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

partisipan dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti

Page 73: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

memberikan informasi secara lengkap kepada partisipan tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan dan partisipan mempunyai hak

untuk bebas menerima atau menolak menjadi partisipan.

3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)

a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil

(right in fair treatment). Subyek harus diperlakukan secara adil selama

keikutsertannya dalam penelitian tanpa diskriminasi apabila mereka

tidak bersedia atau dropped out sebagai informan.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anominity (tanpa nama) dan

confidentially (rahasia). Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya (

Nursalam, 2003 & Hidayat, 2009 ).BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan tentang

hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas

sehari-hari di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.

A. Hasil Penelitian

Page 74: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

1. Karakteristik usia lansia

Karakteristik usia lansia disajikan dalam bentuk distribusi usia dari

usia minimal, usia maksimal, rerata dan standar deviasi. Karakteristik usia

lansia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi usia lansia di Desa Adimulya Kecamatan

Wanareja Kabupaten Cilacap.

Usia (tahun)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

56 62 74 69,4 2,8

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata usia lansia dalam

penelitian ini adalah 69,4 tahun, dengan usia minimum 62 tahun, usia

maksimum 74 tahun dan standar deviasi 2,8 dengan jumlah lansia 56 orang.2. Karakteristik

anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia

a. Karakteristik jenis kelamin anggota keluarga yang memberi perawatan

Hasil karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi jenis kelamin anggota keluarga yang

memberi perawatan pada lansia

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Laki

Page 75: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Perempuan

26

30

46,4

53,6

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar berjenis

kelamin perempuan sebanyak 30 orang (53,6%), sedangkan yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (46,4%).

b. Karakteristik usia anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia

Hasil karakteristik usia anggota keluarga yang memberi perawatan

pada lansia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi usia anggota keluarga yang memberi

perawatan pada lansia.

Usia (tahun)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

56 25 49 38,6 6,8

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata usia berusia 38

tahun, dengan usia minimum 25 tahun usia maximum 49 tahun dan

Page 76: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

standar deviasi 6,8.c. Karakteristik pendidikan anggota keluarga yang memberi perawatan

pada

lansia.

Hasil karakteristik pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

3

11

27

15

5,4

19,6

48,2

26,8

Total 56 100,0

Page 77: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar berlatar

belakang pendidikan SMA sebanyak 27 orang (48,2%), sisanya sebanyak

3 orang (5,4%) berlatar belakang pendidikan SD, 11 orang (19,6%) SMP

dan 15 orang (26,8%) berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi.d. Karakteristik

pekerjaan anggota keluarga yang memberi perawatan pada

lansia.

Hasil karakteristik pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

IRT

PNS

Wiraswasta

Karyawan

13

6

29

8

23,2

10,7

Page 78: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

51,8

14,3

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar bekerja

sebagai wiraswasta sebanyak 29 orang (51,8%), sisanya sebanyak 13

orang (23,2%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, 6 orang (10,7%) PNS

dan sebanyak 8 orang (14,3%) bekerja sebagai karyawan.

e. Karakteristik status hubungan anggota keluarga yang memberi perawatan

dengan lansia

Hasil karakteristik status hubungan dengan lansia dapat dilihat

pada tabel berikut :Tabel 4.6. Distribusi frekuensi status hubungan dengan lansia

Status hubungan Frekuensi Persentase (%)

Anak kandung

Menantu

40

16

71,4

28,6

Total 56 100,0

Page 79: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar berstatus

hubungan sebagai anak kandung sebanyak 40 orang (71,4%), sisanya

sebanyak 16 orang (28,6%) merupakan menantu dari lansia.

3. Dukungan keluarga

Hasil distribusi dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi dukungan keluarga

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Dukungan emosional

Tinggi

Sedang

Rendah

42

14

0

75,0

25,0

0

Total 56 100,0

Dukungan instrumental

Page 80: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Tinggi

Sedang

Rendah

34

22

0

60,7

39,3

0

Total 56 100,0Dukungan informasional

Tinggi

Sedang

Rendah

41

15

0

73,2

26,8

0

Page 81: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Total 56 100,0

Dukungan penilaian

Tinggi

Sedang

Rendah

38

18

0

67,9

32,1

0

Total 56 100,0

Dukungan keluarga

Tinggi

Sedang

Rendah

51

5

0

Page 82: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

91,1

8,9

0

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dukungan emosional

kategori tinggi mendapatkan frekuensi 42 orang dengan presentase

75,0%, sisanya sebanyak 14 orang (25,0 %) termasuk kategori sedang.

Dukungan instrumental kategori tinggi mendapatkan frekuensi 34 oarng

(60,7 %), sisanya sebanyak 22 orang (39,3 %) masuk dalam kategori

sedang. Dukungan informasional kategori tinggi mendapatkan frekuensi

41 orang dengan presentase 73,2 %, sisanya sebanyak 15 orang (26,8 %)

termasuk kategori sedang, dukungan penilaian kategori tinggi mendapatkan frekuensi 38

orang (67,9 %), sisanya sebanyak 18 orang

(32,1 %) masuk dalam kategori sedang, dan dukungan keluarga kategori

tinggi mendapatkan frekuensi 51 orang (91,1 %), sisanya sebanyak 5

orang (8,9 %) termasuk kategori sedang.

4. Kemandirian lansia

Tabel 4.8. Distribusi frekuensi kemandirian lansia

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Page 83: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Mandiri

Ketergantungan ringan

Ketergantungan sedang

Ketergantungan berat

Ketergantungan total

29

27

0

0

0

51,8%

48,2%

0

0

0

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa kemandirian lansia

kategori mandiri mendapatkan frekuensi 29 orang (51,8 %), sisanya

sebanyak 27 orang (48,2 %) masuk dalam kategori ketergantungan

Page 84: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

ringan.

5. Analisis Bivariat

Dalam analisis bivariat akan diuji dua hubungan yaitu dukungan

keluarga dengan kemandirian lansia kemudian dibagi menjadi empat

hubungan yaitu hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia,

hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia, hubungan dukungan

informasional dengan kemandirian lansia, dan hubungan dukungan

penilaian dengan kemandirian lansia.

a. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dilakukan

menggunakan uji Chi-Square. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.9. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia.

Dukungan

keluarga

Kemandirian lansia

Total

X

2 Mandiri P Value

Page 85: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

ketergantungan

ringan

n % n % n %

Tinggi 29 56,9 22 43,1 51 100,0

Sedang 0 0 5 100,0 5 100,0 5,897 0,021

Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa persentase lansia yang ada

dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan keluarga tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan keluarga sedang, yaitu 56,9% berbanding 0,0%. Hasil analisis

diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,897 dengan nilai p-value sebesar

0,021, atau hal ini berarti nilai P-value <α (0,05) sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.b. Hubungan dukungan emosional

dengan kemandirian lansia

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil

pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 86: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Tabel 4.10. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia.

Dukungan

emosional

Kemandirian lansia

Total

X

2 Mandiri P Value

ketergantungan

ringan

n % n % n %

Tinggi 27 64,3 15 35,7 42 100,0

Sedang 2 14,3 12 85,7 14 100,0 10,513 0,001

Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa persentase lansia yang ada

dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan emosional tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan emosional sedang, yaitu 64,3% berbanding 14,3%. Hasil

analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 10,513 dengan nilai p-value

sebesar 0,001, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho

Page 87: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik

terdapat hubungan antara dukungan emosional dengan kemandirian lansia

di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.c. Hubungan dukungan

instrumental dengan kemandirian lansia

Untuk mengetahui hubungan dukungan instrumental dengan

kemandirian lansia dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil

pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian

lansia.

Dukungan

instrumental

Kemandirian lansia

Total

X

2 Mandiri P Value

ketergantungan

ringan

n % n % n %

Tinggi 22 64,7 12 35,3 34 100,0

Page 88: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Sedang 7 31,8 15 68,2 22 100,0 5,786 0,016

Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa persentase lansia yang ada

dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan instrumental tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan instrumental sedang, yaitu 64,7% berbanding 31,8%. Hasil

analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,786 dengan nilai p-value

sebesar 0,016, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik

terdapat hubungan antara dukungan instrumental dengan kemandirian

lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.d. Hubungan dukungan

informasional dengan kemandirian lansia

Untuk mengetahui hubungan dukungan informasional dengan

kemandirian lansia dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil

pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian

lansia.

Dukungan

informasional

Page 89: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Kemandirian lansia

Total

X

2 Mandiri P Value

ketergantungan

ringan

n % n % n %

Tinggi 25 61,0 16 39,0 41 100,0

Sedang 4 26,7 11 73,3 15 100,0 5,177 0,023

Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa persentase lansia yang ada

dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan informasional tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan informasional sedang, yaitu 61,0% berbanding 26,7%. Hasil

analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,177 dengan nilai p-value

sebesar 0,023, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik

terdapat hubungan antara dukungan informasional dengan kemandirian

Page 90: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.e. Hubungan dukungan

penilaian dengan kemandirian lansia

Untuk mengetahui hubungan dukungan penilaian dengan

kemandirian lansia dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil

pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia.

Dukungan

penilaian

Kemandirian lansia

Total

X

2 Mandiri P Value

ketergantungan

ringan

n % n % n %

Tinggi 24 63,2 14 36,8 38 100,0

Sedang 5 27,8 13 72,2 18 100,0 6,124 0,013

Total 29 51,8 27 48,2 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa persentase lansia yang ada

Page 91: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dalam kategori kemandirian, mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan penilaian tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan penilaian sedang, yaitu 63,2% berbanding 27,8%. Hasil analisis

diperoleh nilai Chi-Square sebesar 6,124 dengan nilai p-value sebesar

0,013, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat

hubungan antara dukungan penilaian dengan kemandirian lansia di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.B. Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi

karakteristik responden yaitu anggota keluarga yang merawat/care giver lansia,

dukungan keluarga, kemandirian lansia dan hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia serta hubungan masing-masing dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

1. Karakteristik responden

a. Karakteristik anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia

1) Jenis kelamin

Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden

yaitu keluarga yang memiliki lansia berjenis kelamin perempuan (53,6

%), hal ini dikarenakan laki-laki lebih sering mengurus pekerjaan dan

Page 92: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

perempuan cenderung memiliki waktu lebih banyak di rumah

meskipun pada kenyataanya perempuan juga ikut serta membantu

bekerja. Hal serupa sesuai dengan penelitian (Novandhori, 2013) yang

menyatakan bahwa responden dalam penelitiannya adalah sebagian

besar perempuan, karena perempuan cenderung tinggal di rumah

sebagai ibu rumah tangga. Menurut Stuart & Sundenn (dalam

Patriyani, 2009) mengemukakan bahwa merawat dan berperilaku

caring tidak dapat diturunkan secara genetik, tetapi ditentukan oleh

aspek waktu, energi, keterampilan dan dapat ditingkatkan melalui

budaya, serta dengan mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan

kualitas hubungan interpersonal melalui peningkatan kemampuan dan keterbukaan. Dengan

demikian merawat lansia dapat dilakukan oleh

laki-laki maupun perempuan, karena hal tersebut dapat dipelajari.

2) Hubungan dengan lansia

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan mayoritas memiliki

hubungan sebagai anak kandung dari lansia (71,4%), menurut peneliti

hal ini menunjukkan kedekatan hubungan dengan lansia ikut

mendukung kemampuan keluarga memberikan dukungan yang tepat

kepada lansia sedangkan hubungan sebagai anak menantu dari lansia

Page 93: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

(28,6 %) kurang adanya ikatan hubungan yang tidak begitu dekat

seperti anak kandung. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan

(Novandhori, 2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar keluarga

yang tinggal dengan lansia adalah anak kandung. Menurut Stuart &

Sundenn (dalam Patriyani, 2009) mengemukakan bahwa merawat dan

berperilaku caring tidak dapat diturunkan secara genetik, tetapi

ditentukan oleh aspek waktu, energi, keterampilan dan dapat

ditingkatkan melalui budaya, serta dengan mengembangkan

pengetahuan dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal

melalui peningkatan kemampuan dan keterbukaan.

3) Usia anggota keluarga yang merawat lansia

Sebagian besar anggota keluarga yang merawat lansia berusia

rata-rata 38 tahun. Hasil serupa sesuai dengan penelitian (Novandhori,

2013) yang menyatakan bahwa keluarga yang merawat lansia lebih

banyak yang berumur 18-40 tahun. Menurut peneliti pada rentang

umur tersebut responden mempunyai pengalaman dalam merawat usia lanjut. Menurut

Purwaningsih (dalam Patriyani, 2009) merawat lansia

tidak ada hubungannya dengan umur yang merawat, akan tetapi

berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

Page 94: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

merawat.

4) Pekerjaan anggota keluarga yang merawat lansia

Sesuai dengan latar belakang bahwa sebagian besar keluarga

yang merawat lansia bekerja di luar rumah sebagai pedagang atau

wiraswasta. Pekerjaan responden sebagian besar adalah wiraswasta

sebanyak 51,8 %, hal ini terjadi karena daerah tempat penelitian

dilakukan berdekatan sekali dengan pasar induk Wanareja, sehingga

sebagian besar matapencaharian responden adalah berdagang atau

berwiraswasta. Menurut Boedhi, dkk (dalam Patriyani, 2009)

menyatakan bahwa sosial ekonomi keluarga yang memadai diharapkan

dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis, meningkatkan

semangat, dan memotivasi lansia untuk selalu bersikap dan berprilaku

sehat.

5) Pendidikan anggota keluarga yang merawat lansia

Pendidikan responden sebagian besar adalah SMA dengan

presentase 48,2 %, hal ini terjadi karena masyarakat desa Adimulya

beranggapan bahwa wajib belajar 12 tahun itu sudah cukup untuk

pendidikan mereka khususnya bagi mereka mayarakat kelas menengah

kebawah. Hasil serupa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Page 95: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

(Triswandari, 2008) yaitu pendidikan responden yang beraneka ragam

mulai dari SLTP sampai sarjana dengan pendidikan terbanyak adalah SLTA. Menurut

(Triswandari, 2008) hal ini menunjukkan semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat

pengetahuan yang dimiliki sehingga pengetahuan tentang kesehatan

dan dukungan kepada lansia juga semakin tinggi. Sedangkan menurut

Purnawan (dalam Setiadi, 2008) pendidikan atau tingkat pengetahuan

yang di dalamnya terdapat kemampuan kognitif yang membentuk cara

berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktorfaktor

yang berhubungan dengan penyakit dalam upaya menjaga

kesehatan.

b. Usia lansia

Usia lansia pada penelitian ini rata-rata 69 tahun dengan usia

min=62 tahun dan usia max=74 tahun, menurut Organisasi Kesehatan

Dunia WHO usia lansia dalam (dalam Kushariyadi, 2010) yaitu 60-74

tahun. Hasil serupa sesuai dengan penelitian (Pratikwo, 2006) bahwa umur

umur harapan hidup lansia terbanyak berkisar antara 60-74 tahun, dimana

pada usia rata-rata di atas lansia masih mampu mentoleransi aktivitas

sehari-hari yang bisa dilakukan. Lansia di desa Adimulya rata-rata masih

Page 96: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari mereka.2. Dukungan Keluarga

a. Dukungan emosional

Hasil penelitian menunjukkan 75,0 % memberikan dukungan

emosional. Jenis dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh

lansia di Desa Adimulya adalah dukungan emosional, hal ini terjadi karena

sebagian dari responden adalah anak kandung sehingga hubungan secara

emosionalnya baik. Hasil serupa sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Purnama, 2013) yaitu jenis dukungan keluarga yang paling banyak

diterima oleh lansia adalah dukungan emosional.

Dukungan emosional sedang dalam penelitian ini yaitu (25,0 %),

hal ini terjadi dikarenakan beberapa keluarga yang tinggal dengan lansia

ada yang teralalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga dukungan emosional

kurang diberikan untuk lansia, karena terlalu lelah dan bekerja hampir

seharian sehingga waktu untuk berbincang dengan lansia terbatas, namun

jika lansia mengalami sakit mereka memberikan perhatian penuh pada

lansia. Dukungan emosional yang diberikan berupa kepedulian anggota

keluarga terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari seperti

keluarga selalu memperhatikan setiap keluhan lansia, keluarga menunjukan

wajah yang menyenangkan ketika berbicara dengan lansia.

Page 97: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi

hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat mendukung lansia

dalam mempertahankan kemandiriannya. Dukungan emosional terutama

didapatkan dari keluarga, bahwa kasih sayang dari anggota keluarga

kepada anggota keluarga yang lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga

terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian

terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam

Triswandari, 2008).

b. Dukungan instrumental

Hasil penelitian menunjukkan 60,7 % keluarga memberikan

dukungan instrumental kepada lansia. Hasil serupa dengan penelitian

(Triswandari, 2008) bahwa 60% keluarga memberikan dukungan

instrumental kepada lansia. Keluarga menyediakan alat mandi, makan,

pakaian lansia dan lain-lain, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri

dengan disediakannya alat-alat tersebut, namun bagaimana kemandirian

lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut.

Lansia di desa Adimulya memang disediakan kebutuhannya oleh

keluarga tetapi mereka mampu mengguanakannya secara mandiri, seperti

memakai pakaian sendiri, menggunakan alat makan sendiri, sedangkan

Page 98: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dukungan instrumental sedang (39,3 %) terjadi karena beberapa lansia ada

yang kurang terpenuhi kebutuhannya seperti jarang dibelikan pakaian,

menyediakan kamar yang kurang nyaman.

Menurut (Friedman, 2003) dukungan instrumental adalah dukungan

yang memfokuskan keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis

dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti

materi, sarana, dan lain-lain.

c. Dukungan informasional

Hasil penelitian menunjukkan 67,9 % keluarga dengan lansia di

Desa Adimulya, seperti halnya penelitaian yang dilakukan oleh (Nurhidayati, 2013) bahwa

dukungan informasi yang diterima lansia

sebanyak (67,2%). Dukungan informasional yang diberikan keluarga di

desa Adimulya berupa informasi kegiatan yang dapat meningkatkan

kesehatan lansia seperti senam lansia yang diadakan di balai desa

Adimulya, keluarga memberitahu jadwal posyandu lansia agar lansia mau

mengecek kondisi kesehatannya.

Dukungan informasional sedang (26,8 %) terjadi karena beberapa

lansia mengetahui informasi tersebut melalui orang lain seperti temannya

atau tetangga. Menurut (Soejono, 2002) lingkungan tempat tinggal di

Page 99: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk

mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perubahan pada lansia

baik melalui media cetak seperti koran atau majalah maupun media

elektronik seperti televisi dan internet serta fasilitas kesehatan yang

lengkap di daerah perkotaan.

d. Dukungan penilaian

Hasil penelitian menunjukkan 67,9 % keluarga memberikan

dukungan penilaian. Penelitian (Triswandari, 2008) menunjukan keluarga

memberikan dukungan penilaian sebanyak 68,7 %. Dukungan penilaian

yang diberikan keluarga di desa Adimulya seperti melibatkan lansia dalam

musyawarah keluarga, dan keluarga selalu mendengarkan saran yang

diberikan lansia, sedangkan dukungan penilaian sedang yaitu (32,1 %) hal

ini terjadi karena beberapa lansia ada yang tidak mau diajak untuk

berekreasi karena lansia merasa lelah jika berpergian, hal ini dikarenakan kondisi lansia yang

menurun karena faktor usia. Dukungan penghargaan

menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai sehingga

akan menaikkan harga diri (House & Smett dalam Triswandari, 2008).

Menurut Murodion (dalam Triswandari, 2008) di Indonesia sudah

menjadi budaya bahwa orang tua merupakan tempat meminta saran dan

Page 100: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

pertimbangan terhadap masalah yang terjadi di keluarga maupun di

masyarakat. Dalam keluarga, kakek dan nenek mempunyai peranan sangat

penting sebagai warga tertua yang penuh pengalaman dan kebijakan,

namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan

berupa penghargaan sangat penting bagi lansia.

3. Kemandirian Lansia

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 51,8 % lansia mandiri

dalam aktivitasnya sehari-hari. Hasil penelitian serupa sama dengan penelitian

(Triswandari, 2008) yang menyatakan bahwa 64,1 % lansia mandiri dalam

aktivitas sehari-hari. Hal ini karena karakteristik responden lansia rata-rata

berusia 69 tahun dimana pada usia ini lansia masih mampu mentoleransi

aktivitas sehari-hari yang dilakukan sendiri seperti mandi, makan, berjalan,

memakai pakaian sendiri, dan lain-lain. Beberapa ada yang masuk dalam

ketergantungan ringan yaitu (48,2 %) hal ini dikarenakan lansia di desa

Adimulya ada yang mengalami gangguan fungsional seperti nyeri sendi,

sering merasa pegal-pegal, sehingga lansia mengalami ketergantungan ringan

seperti untuk naik turun tangga terkadang memerlukan bantuan. Menurut

Buwana (dalam Triswandari, 2008) masalah aktivitas sehari-hari yang dialami lansia akan

semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan khususnya

Page 101: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

pada orang yang berumur diatas 85 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin

tidak memberi pengaruh yang nyata.

4. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja

Kabupaten Cilacap.

Dari hasil penelitian didapatkan hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dan hubungan dari masing-masing dukungan keluarga

yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional,

dukungan penilaian dengan kemandirian lansia. Berikut akan dibahas

dukungan keluarga dengan kemandirian lansia terlebih dahulu kemudian

dilanjutkan dengan hubungan dari masing-masing dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia.

a. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

Dari hasil uji Chi-square diketahui bahwa persentase lansia yang

ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan keluarga tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan keluarga sedang, yaitu 56,9% berbanding 0,0%. Hasil analisis

diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,897 dengan nilai p-value sebesar

0,021, atau hal ini berarti nilai P-value <α (0,05) sehingga Ho ditolak dan

Page 102: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Hal ini terjadi karena dukungan keluarga

yang tinggi serta lansia di desa Adimulya tidak

mengalami banyak masalah gangguan pada sistem sensori, fungsional dan

kognitif, sehingga berpengaruh baik bagi kemandirian lansia untuk

melakukan aktivitas sehari-harinya seperti toileting, mandi, berpakaian,

dan lain-lain.

Penelitian serupa (Triswandari, 2008) menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakana antara dukungan keluarga dengan kemandirian

lansia, berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-Square untuk

mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia yaitu sebesar 11.272 yang lebih besar dari

2

tabel

dengan df=1, yaitu sebesar 3.841.

b. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia

Dari hasil pengujian dengan chi square persentase lansia yang ada

dalam kategori kemandirian, mandiri lebih tinggi pada lansia yang

Page 103: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

mendapat dukungan emosional tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan emosional sedang, yaitu 64,3% berbanding 14,3%. Hasil analisis

diperoleh nilai Chi-Square sebesar 10,513 dengan nilai p-value sebesar

0,001, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat

hubungan antara dukungan emosional dengan kemandirian lansia di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Dukungan emosional

merupakan dukungan keluarga yang paling banyak berkaitan dengan

kemandirian lansia karena dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling

penting yang seharusnya diberikan kepada anggota

keluarganya karena merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat

dan memberikan ketenangan (Purnama, 2013).

Dilihat dari karakteristik yang sebagian besar responden adalah

anak kandung dari lansia, menunjukan kedekatan secara emosional antara

anak kandung dengan lansia, dengan kedekatan anak kandung ini lansia

tidak mengalami cemas yang berlebihan ketika mengahadapi masalah yang

sedang dihadapi sehingga mempengaruhi aspek kognitifnya. Dengan aspek

kognitif yang baik diharapkan lansia mandiri dalam melakukan aktivitas

sehari-harinya. Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga,

Page 104: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang

lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama

berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan emosional

para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari, 2008).

b. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia

Dari hasil pengujian dengan chi square persentase lansia yang ada

dalam kategori kemandirian, mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan instrumental tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan instrumental sedang, yaitu 64,7% berbanding 31,8%. Hasil

analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,786 dengan nilai p-value

sebesar 0,016, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat hubungan

antara dukungan instrumental dengan kemandirian

lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.

Dukugan instrumental yang diberikan keluarga untuk lansia di desa

Adimulya seperti menyiapkan makan, alat mandi, dan membelikan

pakaian, dengan disediakannya alat-alat tersebut bukan berarti lansia

menjadi tidak mandiri tapi bagaimana lansia menggunakan alat-alat

tersebut, lansia di desa Adimulya mayoritas tidak memiliki gangguan

Page 105: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

fungsional, sehingga lansia mandiri dalam menggunakan alat-alat tersebut.

Menurut (Friedman, 2003) dukungan instrumental memfokuskan keluarga

sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung

dari orang yang diandalkan seperti materi, sarana. Keluarga menyediakan

alat mandi, makan, pakaian lansia dan lain-lain, bukan berarti lansia

menjadi tidak mandiri dengan disediakannya alat-alat tersebut, namun

bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut.

Darmodjo (dalam Triswandari, 2008).

c. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia

Dari hasil pengujian dengan chi square persentase lansia yang ada

dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan informasional tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan informasional sedang, yaitu 61,0% berbanding 26,7%. Hasil

analisis diperoleh nilai Chi-Square sebesar 5,177 dengan nilai p-value

sebesar 0,023, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik

terdapat hubungan antara dukungan informasional dengan kemandirian lansia di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Hasil

ini didapat karena keluarga di desa Adimulya memberikan informasi

Page 106: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

mengenai kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan lansia seperti

senam lansia, rutin pergi ke posyandu lansia, dan perkumpulan lansia.

Dengan mengikuti kegiatan tersebut diharapkan kesehatan lansia baik dari

aspek kognitif, fungsional, dan sensori dapat berfungsi dengan baik

sehingga membuat lansia menjadi lebih mandiri dalam melakukan aktivitas

sehari-harinya.

Kaplan (dalam Friedman, 2003) berpendapat bahwa jenis dukungan

informasional sangat bermanfaat dalam menekan munculnya suatu stressor

karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang

khusus bagi individu. Keluarga memberikan informasi dan saran

kemandirian pada lansia. Dukungan informatif yang tepat akan

meningkatkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan, memudahkan keluarga

yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya

mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran

atau majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet serta

fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan (Soejono, 2002).

d. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia

Dari hasil pengujian dengan chi square persentase lansia yang ada

Page 107: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

dalam kategori kemandirian, mandiri lebih tinggi pada lansia yang

mendapat dukungan penilaian tinggi dibanding lansia yang mendapat

dukungan penilaian sedang, yaitu 63,2% berbanding 27,8%. Hasil analisis diperoleh nilai

Chi-Square sebesar 6,124 dengan nilai p-value sebesar

0,013, atau hal ini berarti nilai P-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat

hubungan antara dukungan penilaian dengan kemandirian lansia di Desa

Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Hal ini terjadi karena

dukungan penilaian seperti keluarga selalu melibatkan lansia dalam

musyawarah keluarga serta keluarga selalu mendengarkan saran yang

diberikan lansia sehingga lansia merasa dirinya dianggap oleh keluarga, hal

ini memberikan dampak baik bagi aspek kognitifnya, karena lansia bisa

melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik.

Di Indonesia khususnya di desa Adimulya sudah menjadi budaya

orang tua merupakan tempat untuk meminta saran dan pertimbangan

terhadap masalah yang terjadi di keluarga sehingga lansia merasa dirinya

dianggap menjadi bagian keluarga. Dukungan penilaian menekankan pada

keluarga sebagai umpan balik membimbing, dan menangani masalah, serta

sebagai sumber dan validator identitas anggota (Friedman, 2003).

Page 108: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Untuk menjawab hipotesis penelitian apakah ada hubungan

dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas

sehari - hari dan jenis dukungan keluarga apa yang tepat diberikan kepada

lansia di Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap, dapat

dilihat di atas bahwa ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara

dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas

sehari-hari serta jenis dukungan yang tepat diberikan pada lansia adalah

dukungan emosional karena dari hasil uji statistik menujukan bahwa semakin tinggi

dukungan emosional diberikan lansia menjadi lebih

mandiri.

Kebanyakan lansia yang membutuhkan bantuan tergantung pada

keluarga dan kerabat sebagai satu-satunya sumber bantuan (Reinhard et al,

2007). Keluarga memiliki fungsi sebagai pendukung terhadap anggota

keluarga lain yang selalu siap memberikan bantuan pada saat diperlukan.

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan.

C. Keterbatasan penelitian

1. Karakteristik untuk lansia kurang lengkap

2. Anggota keluarga yang merawat lansia harus yang sudah lama

Page 109: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

3. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dimana hal ini sangat

memungkinkan responden untuk menjawab asal-asalan.

D. Implikasi keperawatan

1. Ilmu Keperawatan Keluarga

Pengetahuan baru untuk meningkatkan kesehatan pada lansia dengan

memberikan lingkungan rumah yang aman bagi lansia, meningkatkan

kepedulian terhadap lansia khususnya karena penurunan fisiknya, dan

pencegahan-pencegahan lainnya untuk mempertahankan kesehatan lansia.

2. Praktek Keperawatan

Dapat dijadikan bahan penyuluhan pada keluarga yang memiliki lansia

tentang pentingnya dukungan keluarga dan acuan dalam memberikan asuhan

keperawatan lansia baik di rumah maupun di rumah sakit.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan karakteristiknya, sebagian besar responden yaitu

orang yang merawat lansia/ care giver adalah perempuan (53,6

%), berusia rat-rata 38 tahun, dengan usia rata-rata lansia

Page 110: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

adalah 69 tahun, pendidikan terakhir care giver adalah SMA

(48,2 %), bekerja sebagai wiraswasta (51,8 %), memiliki

hubungan dengan lansia sebagai anak kandung (71,4 %).

2. Jenis dukungan keluarga yang paling banyak adalah dukungan

emosional (75,0 %), sebagian besar lansia yaitu sebanyak (51,8

%) adalah mandiri dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan dukungan

keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan

aktivitas sehari-hari. Dari keempat dukungan keluarga yaitu

dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

informasional, dan dukungan penilaian memiliki hubungan

yang bermakna terhadap kemandirian lansia.B. Saran

Saran-saran yang disampaikan berdasarkan penelitian yang

dilakukan adalah:

1. Bagi keluarga lansia

Keluarga perlu meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia

yaitu dukungan emosional, instrumental, penilaian maupun

informasional untuk menjaga atau mempertahankan

kemandirian lansia semaksimal mungkin, salah satu contohnya

Page 111: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

ajak lansia untuk jalan pagi agar lansia merasa lebih segar dan

sehat serta untuk mengurangi atau mencegah nyeri sendi, dan

pegal-pegal dengan seperti itu diharapkan lansia menjadi lebih

sehat dan mampu melakuakan aktivitas sehari-hari secara

mandiri.

2. Bagi lansia

Pertahankan untuk terus melakukan jalan pagi tanpa harus

diajak anggota keluarga atau kegiatan lain seperti mengikuti

senam lansia, mengikuti perkumpulan lansia, mengaji, serta

rutin mengunjungi posyandu lansia, dengan seperti itu

diharapkan lansia dapat menjalani hari tua dengan rasa aman,

nyaman, dan menyenangkan serta mandiri dalam melakaukan

aktivitas sehari-harinya.3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya, diharapkan menggali lebih dalam

mengenai faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari seperti kondisi sosial dan

kondisi kesehatannya. DAFTAR PUSTAKA

Arina, H. (2006). Hubungan antara gaya hidup dengan tingkat ketergantungan

dalam aktifitas kehidupan sehari-hari lansia di Kelurahan Kopen Teras

Page 112: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Boyolali. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, diakses dari

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-gunturpras-

65992.pdf

Azwar. (2008). Statistik terapan. Jakarta: Aneka Ilmu.

Azwar, S. (2006). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fathi, M., Yagmashi, F., & Shahsavari, S. (2008). Daily living activites of the elderly

in nursing homes. From www.journals.sbmu.ac.ir/jnm/article/view/898

Friedman, M. M. (2003). Keperawatan keluarga teori dan praktik edisi 3. Jakarta:

EGC.

Graf, C. (2008). The Lawton instrumental activities of daily living scale: AJN,

American journal of nursing. From

http://www.nursingcenter.com/inc/CEArticle?an=000004462008040000002

3& journal_

Heryanti, I. P. (2011). Hubungan kemandirian dan dukungan sosial dengan tingkat

stress lansia. Bogor: Jurusan Ekologi Manusia, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor, diakses dari

http://www.repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47379

Hidayat, A. A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.

Jakarta: Salemba Medika.

Page 113: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Kingston, A., Collerton, J., Davies, K., Bond, J., Robinson, L., & Jagger, C. (2012).

Losing the ability in activities of daily living in the oldest old: A Hierarchic

Disability Scale from the Newcastle 85+ Study. From

www.plosone.org/article/info/%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.003165

Kuncoro. (2002). Dukungan sosial pada lansia. Diakses dari

http://www.epsikologi.com/epsi/artikel/_detail.asp?id=179

Kusharyadi. (2010). Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta: Salemba

Medika.

Maryam, S. R, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan penangannya. Jakarta:

Salemba Medika.Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: P.T

Rineka Cipta,

EGC.

Novandhori, D.R. (2013). Hubungan peran keluarga dengan kualitas hidup lansia

yang mengalami gangguan fungsi kognitif di Desa Windunegara Kecamatan

Wangon Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Jurusan Ilmu Keperawatan,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman,

diakses dari http://www.repository.unsoed.ac.id/skripsi/pdf

Nugroho, (2006). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarata: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Page 114: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Nugroho, (2008). Keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta: EGC.

Nurhidayati, T. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dan kemandirian lansia

dengan konsep diri lansia di keluarahan bambankerep kecamatan ngaliyan

kota semarang. Semarang: Prodi S1 Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Semarang, diakses dari

http://www.repository.unimus.ac.id/skripsi/pdf

Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan:

pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

Okumagba, P.O. (2011). Family support for the elderly in Delta State of Nigeria:

Departement of Sociology and Psychology, Delta State University. From

www.krepublisher.com/02-journals/S-HCS/HCS-05-0-000-11

Patriyani, H.E. (2009). Perbedaan karakteristik lansia dan dukungan keluarga

terhadap tipe demensia pada lansia di wilayah kerja puskesmas Gatak

Sukoharjo. Depok: Prodi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,

diakses dari http://www.repository.ui.ac.id/skripsi/pdf

Potter, P.A.,& Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep,

proses, dan praktik. Edisi 4.Volume 1 dan 2. Alih Bahasa : Yasmin Asih,

dkk. Jakarta : EGC.

Page 115: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Pratikwo, S. (2006). Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian, Dan

DukunganKeluarga Terhadap Perilaku Sehat Lansia Di Kelurahan Medono

Kota Pekalongan. Diakses dari

ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/2822/2503

Purnama, F.T. (2013). Hubungan antara dukungan keluarga dengan succesful aging

pada lansia di desa windunegara, kecamatan wangon, kabupaten banyumas.

Purwokerto: Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, diakses dari

http://www.repository.unsoed.ac.id/skripsi/pdf Reinhard, S.C., Danso, A.B., & Kathleen, K.

(2007). State of the science:

professional partners supporting family caregiving. From

www.nursingcenter.com/inc/static?pageid=809507#contents

Rinajumita, (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di

wilayah kerja puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Padang:

Universitas Andalas Fakultas Kedokteran, diakses dari

http://repository.unand.ac.id/16884/1

Riwidikdo, H. (2009). Statistik kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Santjaka. (2009). Bio statistik. Purwokerto: Global Internusa Offset.

Saryono. (2010). Kumpulan instrumen penelitian kesehatan. Bantul: Mulia Medika.

Page 116: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

Saryono, (2011). Metodologi penelitian kesehatan: penuntun praktis bagi pemula.

Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Sarwono. (2003). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Gravido Persada.

Sastroasmoro, S, & Ismael, S. (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.

Jakarta: SagungSeto.

Setiadi. (2008). Keperawatan keluarga. Jakarta: EGC.

Setiati, S, dkk. (2009). Proses menua dan implikasi kliniknya. Jakarta: Internal

Publishing.

Setiawati, S dan Dermawan, C. A. (2008). Penuntun praktis asuhan keperawatan

keluarga edisi 2. Jakarta: Trans Info Media.

Setyowati, S dan Murwani, A. (2008). Asuhan keperawatan keluarga konsep dan

aplikasi kasus. Jogjakarta: Mitra Cendekia.

Silvia, A. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi pada

lansia di posyandu lansia rimbo kaduduk wilayah kerja puskesmas sintuk

padang pariaman. Padang pariaman: Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas

Kedokteran, Universitas Andalas, diakses dari

http://www.repository.unand.ac.id/skripsi/pdf

Soejono, H.C. (2002). Belum Memadai fasilitas bagi warga usia lanjut.

http://www.kompas.com/kompas cetak/0203/25/iptek/pert.10.htm. diakses

Page 117: Dukungan Keluarga Dengan kemandirian

28 Januari

Soejono, H.C. (2009). Pengkajian paripurna pada pasien geriatri. Jakarta: Internal

Publishing.

Sugiyono. (2005) Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabet.

Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta:

EGC.Triswandari, B.T. (2008). Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di wilayah kerja puskesmas

mojolangu malang. Malang: Universitas Brawijaya, diakses dari

http://www.repository.unbraw.ac.id

Yenni. (2011). Hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan

kejadian stroke pada lansia hipertensi di wilayah puskesmas perkotaan

bukittinggi. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia,

diakses dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282740-T%20Yenni.pdf