21
Nama mahasiswa : Jeffry Pembimbing : dr. Himawan 1

Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

  • Upload
    wil-nez

  • View
    97

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

appendix

Citation preview

Page 1: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

Nama mahasiswa : Jeffry

Pembimbing : dr. Himawan

Kepaniteraan Klinik Ilmu bedah

Bagian Bedah Rumah Sakit Husada

1

Page 2: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, Desember 2005

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Umur : 41 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Karyawan

Agama : Budha

Alamat : Diketahui

Tanggal masuk RS Husada : 9 Maret 2006, Pkl. 14.33 WIB

II. ANAMNESA

Autoanamnesa11 Maret 2006, Pkl. 11.30 WIB

Keluhan Utama : Sakit perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS

Keluhan Tambahan : Mual, muntah, perut tegang dan panas.

Riwayat penyakit sekarang :

Sejak 1 hari SMRS pasien mengeluh ulu hatinya terasa sakit, badannya

terasa demam dan keluar keringat Keesokkan harinya perut pasien tegang dan

pasien merasakan mual dan kemudian muntah sebanyak 3 kali. Muntah berisi

makanan, tidak ada darah. Perut pasien juga bertambah sakit di ulu hati dan terus

menerus, bertambah sakit bila pasien berjalan sehingga ia harus membungkukkan

badan untuk mengurangi rasa sakitnya. Rasa sakit tidak menjalar ke pinggang.

Menurut pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien lalu dibawa ke

UGD RS Husada dan dianjurkan untuk dirawat.

Riwayat BAK : Lancar, warna kuning jernih, nyeri tidak ada.

Riwayat BAB : Lancar, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan

Riwayat makan : Porsi cukup, 3x/hari

Riwayat penyakit dahulu :

2

Page 3: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

- Riwayat hipertensi dan jantung disangkal

- Riwayat DM disangkal

- Riwayat penyakit paru-paru disangkal

- Riwayat sakit maag diakuinya, namun pasien tidak mengingatnya sejak

kapan.

Riwayat penyakit keluarga :

- Riwayat hipertensi dan jantung disangkal

- Riwayat DM disangkal

- Riwayat penyakit paru-paru disangkal

- Riwayat Asma dan alergi disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

1. Keadaan Umum

Pasien tampak sakit sedang

2. Kesadaran

Compos mentis; GCS : E = 4, V = 5, M = 6 15

3. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 130/90mmHg Nadi : 85x/mnt

Suhu : 36,8 °C RR : 20x/mnt

4. Kepala

Bentuk normal, rambut berwarna hitam, terdistribusi merata, tidak mudah

dicabut, tidak teraba benjolan.]

5. Mata

Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebra sup et inf

tidak oedema, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik, kornea jernih, pupil

bulat, isokor, Ф 3mm, RC +/+.

6. Hidung

Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, sekret -/-.

7. Telinga

Bentuk normal, CAE lapang, sekret -/-, serumen -/-

3

Page 4: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

8. Mulut

Bentuk normal, perioral sianosis (-), bibir tidak kering, lidah tidak kotor,

faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.

9. Leher

Bentuk normal, KGB tidak teraba membesar.

10. Thorax

Paru :

(I) Bentuk normal, tampak simetris dalam statis dan dinamis, retraksi

suprasternal (-)

(Pa) Stem fremitus kanan kiri sama kuat

(Pe) Sonor pada kedua lapang paru

(A) Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung :

(I) Pulsasi ictus cordis tidak tampak

(Pa) Pulsasi ictus cordis teraba di i.c.s. V midclavicular line sinistra,

kuat angkat

(Pe) Redup pada ; batas atas : i.c.s. II parasternal line sinistra.

batas kanan : i c s. IV midsternal line

batas kiri : i.c.s. V midclavicular line sinistra.

(A) Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

11. Abdomen

Lihat status lokalis

12. Genitalia eksterna

Perempuan

13. Ekstremitas sup et inf

Bentuk normal, deformitas (-), oedema (-)

14. Kulit

Sawo matang, turgor baik

Status Lokalis Bedah Regio Abdomen

4

Page 5: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

(I) Datar, tidak tampak gambaran usus dan vena, tampak bekas luka

operasi yang ditutup kasa di daerah mcBurney.

(Pa) Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)

(Pe) Tymphani, meteorismus (-)

(Aus) Bising usus (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 09/03/2006

Darah :

- Hemoglobin : 13,7 gr/dl (13-16 gr/dl)

- Leukosit : 21.300 /UL (5.000-10.000/UL)

- Trombosit : 301.000/UL (250.000-350.000/UL)

- Hematokrit : 41 % (40-54%)

- Ureum : 38 mg/dl (10-50 mg/dl)

- Kreatinin : 2,2 mg/dl (0,5-0,8 mg/l)

- Kalium : 2,85 mEq/L (3,1-5,1 mEq/L)

- Natrium : 136 mEq/L (136-145 mEq/L)

- Klorida : 105 mEq/L (98-107 mEq/L)

- Bleeding time : 2’ (1’-6’)

- Clotting time : 8’ (6’-11’)

- Gula darah sewaktu : 131

Urine :

Sedimen Urin

- Lekosit : 3/LPB

- Eritrosit : 1/LPB

- Silinder : -

- Epitel : +

- Bakteri : -

- Kristal : -

5

Page 6: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

V. RESUME

Telah dioperiksa seorang laki-laki berusia 33 tahun dengan keluhan

sejak + 2 hari smrs pasien merasa sakit perut kanan bawah. Diawali nyeri

ulu hati, sakit perutnya terus-menerus, bertambah sakit bila berjalan sehingga

harus membungkukkan badan, disertai demam, mual, muntah, sakit tidak

menjalar sampai pinggang.

BAK dan BAB : dalam batas normal

RPD : sakit maag +

PEMERIKSAAN FISIK :

A. STATUS GENERALIS : dalam batas normal

B. STATUS LOKALIS BEDAH REGIO ABDOMEN

(I) Datar, tidak tampak gambaran usus dan vena, tampak bekas luka

operasi yang ditutup kasa di daerah mcBurney.

(Pa) Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)

(Pe) Tymphani, meteorismus (-)

(Aus) Bising usus (-)

V. DIAGNOSA KERJA

Post op. Appendictomi et causa appendisitis kronis eksaserbasi akut

VI. DIAGNOSA BANDING

Tidak ada

VI. PENATALAKSANAAN

- IVFD Asering 20 tts/menit

- Antibiotik

- Analgetik

- Operasi : appendictomi

6

Page 7: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

Laporan operasi

- Insisi Rocksy Davis

- Setelah peritoneum dibuka tampak appendix letak retrocaecal,

panjang 10 cm, ф 1 cm, hiperemis, oedematosus, pus (+)

- Dilakukan appendictomy dengan double ligasi

- Kontrol perdarahan

- Tutup luka operasi lapis demi lapis

IX. PROGNOSA

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sanationam : bonam

7

Page 8: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

PEMBAHASAN KHUSUS APPENDICITIS KRONIS DENGAN

EKSASERBASI AKUT NON PERFORASI.

Pada pasien Tn.K didiagnosa:

Appendicitis kronis karena pada anamnesa terdapat riwayat nyeri perut kanan

bawah sejak 2 minggu SMRS.

Dengan eksarsebasi akut karena, pada anamnesa dan pemeriksaan fisik

ditemukan tanda khas appendictis acuta dan diagnosa banding lainnya dapat

disingkirkan.

Non perforasi karena, pada anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan

tanda adanya perforasi.

Appendicitis terjadi karena adanya penyumbatan lumen appendiks oleh

hiperplasia kelenjar limfe, fekalit, benda asing atau tumor yang menyebabkan

mecus yang disekresi oleh mukosa menumpuk dan menimbulkan bendungan.

Adanya sekesi mucus yang terus menerus dari mukoa serta keterbatasan elastisias

dinding appendiks mengakibatkan peningkatan tekanan intralumen. Dengan

adanya tekanan yang tinggi, drainase saluran limfe terganggu sehingga terjadi

edema dan apabia disertai infeksi oleh kuman/bakteri akan menyebabkan ulserasi

mukosa appendiks, yang disebut fase Acute Appendicitis dengn gejala nyeri pada

ulu hatu yang disertai mual dan muntah.

Aabila sekresi mucus berlanjut dan tekanan intra lumen terus meningkat, dapat

erjadi sumbatan vena yang mengakibatkan terjadinya oedema,trombosisi dan

iskhemia serta bakeri akan menembus dinding appendiks.

8

Page 9: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

PEMBAHASAN UMUM

Pendahuluan

Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermivormis dan

merupakan kegawatdaruratan bedah abdomen yang paling sering ditemukan.

Dapat terjadi pada semua umur, hanya jarang dilaporkan pada anak berusia

kurang dari 1 tahun. Insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun terjadi pada laki-laki

dan perempuan sama banyak.

Anatomi dan Fisiologi

Appendiks merupakan organ berbentuk tabung dengan panjang kurang

lebih 10 cm (3-15 cm), berpangkal di caecum dan merupakan pertemuan ketiga

taenia coli. Letak appendiks dapat bermacam-macam, yaitu: iliacal, retrocaecal

intraperitoneal (65%) atau retroperitoneal dan antecaecal, pelvical.

Appendiks dipersarafi oleh persarafan parasimpatis yang berasal dari

cabang N. Vagus dan persarafan simpatis yang berasal dari N. Thoracalis X.

Perdarahan appendiks berasal dari A. Appendicularis yang merupakan arteri tanpa

kolateral, sehingga jika arteri ini tersumbat, appendiks akan mengalami ganggren.

Appendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 ml per hari. Lendir ini

normalnya dicurahkan ke dalam lumen lalu mengalir ke dalam caecum. Hambatan

aliran lendir di muara appendiks tampakya berperan dalam terjadinya

appendicitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated

Lymphoid Tissue) di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks adalah IgA,

yang berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi.

Etiologi

Sumbatan lumen appendiks.

Hiperplasia jaringan limfe.

9

Page 10: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

Fekolith.

Benda asing, misalnya cacing Askaris.

Tumor.

Erosi mukosa appendiks, misalnya oleh E. Hystolitica.

Kebasaan makan makanan yang rendah serat.

Striktur karena fibrosis akibat perdangan sebelumnya.

CARA PENJALARAN INFEKSI:

1. Melalui usus/Enterogenous

2. Melalui darah.

3. Dari sekitarnya

PEMBAGIAN APPENDICITIS:

1. Appendicitis acuta tanpa perforasi (Simple Appendicitis Acuta).

2. Appendicitis acuta dengan perforasi:

Lokal peritonitis.

Abses.

Pritonitis umum.

3. Appendicitis kronika.

PATOFISIOLGI dan GEJALA KLINIS

Simple Appendicitis Acuta terdiri dari dua macam yaitu Non Obstruktif dan

obstruktif.

Simple appendicitis acuta non obstruktif:

Biasanya yang mula-mula terserang oleh bakteri adalah mukosa (Catarrhal

Appendicitis) menyebar keluar dinding appendix menjadi udem dan

pembuluh darah vasodilatasi (merah) hemoragik infarks nekrosis kecil-kecil

(ganggren) ulkus kecil-kecil serosa terkena (serosa appendiks = serosa

peritoneum) memberikan reaksi untuk mengeluarkan fibrin eksudat yang putih

omentum begerak menuju appendix untuk melokalisir/radang (LOCALIZED

PERITONITIS).

10

Page 11: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

Jika sembuh, jaringan appendix diganti dengan jaringan ikat sehingga dapat

menimbulkan obstruksi. Ini akan menimbulkan CHRONIC APPENDICITIS

atau APPENDICITICIS ACUTA lagi.

Gejala-gejala:

Pada awalnya mengeluh tidak enak disekitar epigastrium umbilicus dan sering

disertai dengan enek, anorexia, malaise dan muntah (VISCERAL PAIN).

Nyeri menjalar ke kanan bawah disertai rasa sakit yang jelas. Rasa sakit di kanan

bawah disebabkan karena infeksi sudah menerobos peritonium visceral, kemudian

peritonium parietale (PARIETAL PAIN = nyeri karena terkena peritonium

parietale). Jika appendix RETRO-CAECAL/PELVINAL maka gejala-gejala

parietal pain terlambat.

Simple appendicitis acuta obstruktif:

Terjadi jika ada obstruksi, misalnya fekalit, pembelokan atau desakan dari luar.

Obstruktif di lumen appendix tetapi appendix tetap memproduksi mucous

tekanan intra luminal meningkat vaskularisasi dinding appendix terganggu

(mula-mula sistim vena terganggu karena tekanannya lebih rendah) vena

membengkak memperburuk sirkulasi sistem arteri terganggu dinding

mati gangren bakteri keluar PERITONITIS.

Meso Appendix adalah bagian yang paling mudah terkena karena bagian ini

paling sedikit mendapat pendarahan.

Gejala-gejala: mendadak dan bersifak kolik (hilang timbul).

Jika infeksi ringan dapat timbul MUCOCELE.

Jika infeksi berat dapat timbul PERFORASI.

Jika infeksi sangat hebat dapat terjadi PERFORASI (FULMINATING) dan

akhirnya timbul PERITONITIS GENERALISATA. Ini disebut

APPENDICITIS TIPE FULMINATING.

KALAU TERJADI PERFORASI DAPAT MENYEBABKAN:

1. Localized Peritonitis.

11

Page 12: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

Kalau terlokalisir sempurnya menjadi appendicitis infiltrat. Kalau tidak

terlokalisir sempurna menjadi appendicitis abses.

2. Generalized Peritonitis.

Gejala appendicitis acuta dengan peritonitis lokal:

Terjadi perforasi tetapi tubuh masih bisa melokalisir sehingga timbul peritonitis

lokal/abses.

Gejala-gejala lebih jelas, yaitu: pasien tampak toksis/lebih sakit, nadi cepat, panas

meningkat, nafas mulai berbau, lidah kotor.

Gejala appendicitis acuta dengan peritonitis generalisata:

Pasien tampak payah, sakit berat (toksis), perforasi menjalar ke seluruh abdomen,

perut nyeri dan tegang di seluruh abdomen walaupun punctum maximum mungki

di sebelah kanan, nyeri dan febris tinggi, kedaan umum jelek. Karena fungsiolesa

maka fungsi usus terhenti (tidak berkontraksi) sehingga terjadi pembentukkan gas

perut kembung paralitik ileus muntah-muntah (regurgitasi)

APPENDICITIS KRONIS

Gejala klinis:

1. Reccurent/Interval Appendicitis:

Penyakit sudah berulang – ulang dan ada interval bebas.

Biasanya pada anamnesa ada appendicitis acuta kemudian sembuh,

setelah beberapa lama kumat lagi tapi lebih ringan.

Gejala utama dari kumat I dan kumat II dst adalah gejala

DYSPEPSI (diare, mual-mual, enek, tidak enak makan).

Pemeriksaan klinis: Nyeri di titik Mc Burney’s tapi tidak ada

defence.

2. Reccurent Appendicular Colic:

Ada obstruksi pada lumen appendixnya.

Gejala utama: kolik, tetapi tidak ada panas. Kolik disekitar

umbilicus/ ke arah lateral/ epigastrium.

Pemeriksaan fisik: Nyeri tekan di Appendix

12

Page 13: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

DIAGNOSA APPENDICITIS ACUTA:

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi) dan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan penunjang lainnya adalah USG. Untuk appendicitis kronis dapat

dilakukan apendikogram.

DIAGNOSA BANDING APPENDICITIS ACUTA:

Gastroenteritis, urolitiasis pielum/ureter kanan, cholecystitis acuta, perforasi ulcus

pepticum, diverticulum meckeli, demam dengue, limfadenitis mesenterica.

Pada wanita: ruptured ovarian follicle, torsi kista ovarium kanan,

salphyngitis/adnexitis, kehamilan ektopik terganggu (KET), endometriosis.

Terapi

Tindakan yang paling tepat dan terbaik bila diagnosis klinis sudah jelas adalah

appendektomi, yag bisa dilakukan secara terbuka maupun dengan laparoskopi.

Indikasi untuk appendektomi adalah appendicitis acutam appendicitis infiltrat

dlam stadium tenang, appendicitis kronis dan appendicitis perforata.

Prognosa

Dengan diagnosis dan pembedahan yang cepat, tingkat mortalitas dan morbiditas

penyakit ini sangat kecil. Angka kematian lebih tinggi pada anak dan orang tua.

Apabila appendiks tidak diangkat, dapat terjadi serangan berulang.

13

Page 14: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

14

Page 15: Dr. Himawan - Appendisitis Kronik Eksaserbasi Akut

Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong: Usus halus, Apendiks, Kolon dan

Anorektum, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi : 865-875, 1997

2. McILRATH D. C: Kelainan Bedah Apendiks Vermiformis dan

Divertikulum Meckel, Buku Ajar Bedah D.C. Sabiston, Bag 2:1-12, 1994

3. Way L. W: Appendix, Current Surgical Diagnosis & Treatment, ed 2:

668-673, 2003

4. “Appendectomy” available from : http://www.emedicine.com/

15