Upload
ricko-handen-uria
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah blok 20 gnps
Infeksi Post Streptococcus Akut Glomerulonefritis pada Anak
Yuni Inri Yanti
102012146
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
PENDAHULUAN
Penyakit merupakan hal terburuk bagi tubuh kita. Kebanyakan dari kita menganggap
remeh sebuah gejala yang terjadi dalam tubuh dan di biarkan begitu saja. Padahal tanpa kita
sadari gejala tersebut akan berubah menjadi penyakit yang akan menggerogoti tubuh kita .
Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan kita akan gejala yang terjadi pada tubuh kita
sendiri. Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat
membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak
diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-
2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh
dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal
sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal akan menimbulkan berbagai penyakit.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai
ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan
oleh suatu mekanisme imunologis. Istilah akut (glomerulonefritis akut, GNA) mencerminkan
adanya korelasi kliniko-patologis selain menunjukan adanya gambaran tentang etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis.
Glomerulonefritis (GN) merupakan penyakit autoimun dimana terjadi proses inflamasi
dan proliferasi sel glomerulus dengan manifestasi klinis dan pola histopatologik yang
multiple.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan
tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini
adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus,
bukan pada struktur ginjal yang lain.
Skenario
1
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun baru kembali dari liburan di daerah pedesaan
bersama dengan neneknya. Menurut neneknya, anak selama berada disana bermain dengan
kotor sekali. Dua minggu yang lalu, anak mengalami infeksi pada infeksi pada luka bekas
gigitan nyamuk di daerah leher dan dagu, saat itu luka hanya diolesi salep herbal. Ibunya
membawa anak ke klinik dengan keluhan buang air kecil berwarna gelap, bengkak di kedua
mata, dan nafas pendek. Pada pemeriksaan awal didapati hipertensi, edema wajah dan kedua
tungkai.
PEMBAHASAN
Anamnesis1
Anamnesis yaitu tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pemeriksaan pasien, secara
langsung pada pasien atau secara tidak langsung melalui kelurga atau relasi terdekat bila
keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai, misalnya pasien dalam keadaan
gawat darurat, pasien dibawa dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tujuan anamnesis adalah
untuk mendapatkan informasi menyeluruh dari dari pasien yang bersangkutan.
Identitas : meliputi nama lengkap pasien, umur dan tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin,
nama orang tua/ istri/ suami/ penanggung jawab, status perkawinan, alamat tempat tinggal,
pendidikan terakhir, pekerjaan, suku bangsa, dan agama.
Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien tersebut pergi ke
dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan
indikator waktu atau berapa lama pasien mengalami hal tersebut.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas
mengenai kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.
Hal yang harus ditanyakan adalah:
- Apakah terdapat hematuria atau urin berwarna gelap seperti teh? Hal ini disebabkan
oleh hemolisis darah merah yang memasuki glomerulus membran basal dan melewati
sistem tubulus.
- Pola kencing adakah oligouria, poliuria, dysiuria atau anuria? Pada GNA post
streptococcus biasanya terjadi oliguria.
- Apakah terdapat edema periorbital yaitu edema diwajah dan kelopak mata terutama
setelah bangun tidur dan perlahan-lahan menghilang?
2
- Adanya periode laten, yaitu periode yang terjadi antara infeksi streptokokus dan
munculnya gejala akan GNPSA. Periode laten ini sekitar 1-2 minggu setelah infeksi
tenggorokan atau 3-6 minggu setelah infeksi kulit (pyoderma)?
- Apakah anak tampak lemah, lesu dan pucat?
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-
kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita oleh pasien dengan
penyakitnya sekarang.
Riwayat Keluarga : untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial, atau
penyakit infeksi.
Riwayat Pribadi dan Sosial : meliputi data-data lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan,
dan kebiasaan sehari-hari pasien.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum- Keadaaan Umum- Kesadaran- Tanda-tanda vital : Tekanan darah ↑, suhu badan ↑, denyut nadi, pernapasan
InspeksiPerhatikan ada atau tidak pembesaran pada daerah abdomen dan pinggang, jika
ditemui dapat didagnosa sebagai tumor. Perhatikan jika terdapat trauma seperti luka. Pada penderita GNAPS dapat ditemukan sembap atau udem pada daerah mata (preorbital) dan dapat juga anasarka.
PalpasiPemeriksaan dengan posisi baring, dapat dilakukan tes ballottement. Pada GNAPS
tes ballottement negative. Tiada nyeri tekan saat palpasi. Perkusi
Dilakukan tes shifting dullness. Pada GNAPS dengan udem atau asites pada daerah abdomen tes akan positif (+).
AuskultasiTerdengar suara bising yaitu systolic bruit pada stenosis atau aneurysma arteri
renalis dan pada GNAPS tes negatif (-).
Pemeriksaan Penunjang2
1. Urinalisis : Makroskopis hematuria (tea-cola coloured urine) Volume urin berkurang (oliguria) Berat jenis urin ↑ Proteinuria (<3gr/hari)
3
Ditemukan eritrosit (++), leukosit (+) dan sedimen silinder eritrosit, leukosit serta hialin.
2. Hematologi : Laju endap darah ↑ Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia Anemia Kadar albumin serum ↓ Rendahnya kadar komplemen merupakan indikasi adanya reaksi antigen-antibodi
pada GNPSA. Adanya penurunan kadar C3 dan C5 dan properdin. Peningkatan BUN dan kreatinin Pada pasien pasca-faringitis ditemukan peningkatan ASO (anti-streptolysin), Anti-
NAD, AHase, dan anti-DNAse B, sedangkan pada pasien pasca-infeksi kulit akan lebih sering ditemukan peningkatan kadar AHase dan anti-DNAse B. Sekarang sudah ada test streptozyme yang dapat digunakan untuk mengukur ASO, Anti-NAD, AHase, dan anti-DNAse B sekaligus.
3. Pemeriksaan patologi Secara makroskopis terjadi pembesaran ginjal secara simetris hingga 25-50% dari
normal. Permukaan pucat karena edema Dapat ditemukan bintik-bintik merah akibat perdarahan Hiperselularitas glomerulus secara difus Adanya leukosit PMN Dapat ditemukan bentuk crescent pada glomerulus.
Gambar 1 : Histopatologi Glomerulus pada GNAPS
Working Diagnosis
Post Streptococcus Akut Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akut post streptococcus menggambarkan inflamasi pada
glomerulus yang terjadi paska infeksi saluran pernafasan maupun infeksi kulit akibat
kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan gambaran klasik sindrom nefrotik
4
akut yaitu onset cepat dari hematuria, hipertensi dan insufisiensi ginjal. PSAGN paling
sering ditemukan pada anak usia 5-8 tahun, terutama pada anak laki-laki. Penyakit ini
merupakan salah satu penyebab utama hematuria pada anak.
Glomerulonefritis akut post streptococcus infeksi dapat diduga melalui urinalisis.
Urinalisis menunjukkan adanya hematuria dengan sel darah merah, proteinuria dan
polymorphonuclear leucocytes. Mild normochromic anemia dapat terjadi akibat
daripada hemodilution dan low-grade hemolisis. Selain itu kadar serum C3 akan
menurun pada fase akut dan kembali normal pada 6-8 minggu selepas onset.
Diagnosis dapat dikonfirmasikan dengan kultur streptococcus yang positif (+)
pada kultur tengorokkan. Disamping itu, peningkatan antibodi titer O dapat
mengkonfirmasi adanya infeksi streptococcus. Secara klinis anak yang diagnosis GNA
post streptococcus akan mengalami gejala syndrome nefritis akut, terdapat infeksi
streptococcus dan juga kadar C3 yang rendah.3
Differential Diagnosis
Syndrome Nefrotik
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan sekunder
akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung (connective tissue disease),
obat atau toksin, dan akibat penyakit sistemik. Klasifikasi dan penyebab sindrom
nefrotik didasarkan pada penyebab primer (gangguan glomerular karena umur), dan
sekunder (penyebab syndrome nefrotik). Penyakit ini jarang pada anak, hanya 10% dari
seluruh sindrom nefrotik.
Penyebab primer, umumnya tidak diketahui kasusnya dan terdiri atas syndrome
nefrotik idiopatik (SNI) atau yang sering disebut juga SN primer yang bila berdasarkan
gambaran dari histopatologinya, dapat terbagi menjadi (1) Sindrom nefrotik kelainan
minimal, (2) Nefropati membranosa, (3) Glomerulonefhritis proliferative membranosa,
(4) Glomerulonephritis stadium lanjut. Penyebab sekunder, infeksi, keganasan, jaringan
penghubung, metabolik, efek obat dan toksin, dan berdasarkan respon steroid.
Patofisiologi Syndrome Nefrotik
a. Proteinuria disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein
akibat kerusakan glomerulus (kebocoran glomerulus) dan hanya sebagian kecil
5
berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Perubahan integritas membran
basalis glomerulus menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap
protein plasma dan protein utama yang dieksresikan dalam urin adalah albumin.
b. Hipoalbuminemia disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan
peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Peningkatan permeabilitas glomerulus
menyebabkan albuminuria dan hipoalbuminemia. Sebagai akibatnya
hipoalbuminemia menurunkan tekanan onkotik plasma koloid, meyebabkan
peningkatan filtrasi transkapiler cairan keluar tubuh dan menigkatkan edema.
c. Hiperlipidemia kolesterol serum, VLDL (very low density lipoprotein), LDL
(low density lipoprotein), trigliserida meningkat sedangkan HDL (high density
lipoprotein) dapat meningkat, normal atau meningkat. Hal ini disebabkan sintesis
hipoprotein lipid disintesis oleh penurunan katabolisme di perifer. Peningkatan
albumin serum dan penurunan tekanan onkotik.
d. Hiperkoagulabilitas keadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT)
III, protein S, C, dan plasminogen activating factor dalam urin dan meningkatnya
factor V, VII, VIII, X, trombosit, fibrinogen, peningkatan agregasi trombosit,
perubahan fungsi sel endotel serta menurunnya faktor zymogen.
e. Edema hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma
sehingga cairan bergeser dari intravascular ke jaringan interstisium dan terjadi
edema. Oleh karena itu, ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan
retensi natrium dan air. Mekanisme kompensasi ini akan memperbaiki volume
intravascular tetapi juga akan mengeksaserbasi terjadinya hipoalbuminemia
sehingga edema semakin berat.
Manifestasi utama dari syndrome nefrotik adalah edema, tanda yang ditemukan
pada sekitar 95% anak. Edema pada saat onset sering kali tersembunyi sehingga
keluarga mungkin mengira bahwa anak mereka hanya sekedar tumbuh dengan cepat,
pada banyak anak edema bersifat intermiten. Edema biasanya mula-mula tampak
diperiorbital, skrotum serta daerah labia tetapi akhirnya menyeluruh dan dapat masif.
Edema pada sindrom nefrotik biasanya bersifat dependen dan pitting (membentuk
cekungan).4
IgA Nefropati
6
Penderita dengan kelainan ini menderita glomerulonefritis dengan IgA sebagai
imunglobulin yang menonjol dalam endapan mesangium pada tidak adanya penyakit
sistematik apapun seperti lupus eritematosus sistemik atau purpura anaflaktoid.
Patogenesis IgA nefropati dengan mikrosop cahaya, kebanyakan biopsi ginjal
menunjukkan proliferasi setempat dan segmental serta penambahan matriks. Beberapa
menunjukkan proliferasi mesangium menyeluruh, kadang – kadang disertai dengan
pembentukan bulan sabit dan jaringan parut. IgA merupakan immunoglobulin utama
yang diendapkan pada mesangium, tetapi IgG, IgM, C3, dan properdin dalam jumlah
yang lebih sedikit lazim dijumpai. Penemuan ini diperkuat dengan pemeriksaan
mikroskop elektron.
Sebagian besar bukti mengarah pada nefropati IgA yang disebabkan oleh
kompleks imun. Jika penderita nefropati IgA menjalani transplantasi ginjal, nefropati
biasanya terjadi lagi pada ginjal yang ditransplantasikan, menunjukkan bahwa
gangguan ini bersifat sistematik
Manifestasi klinis dan laboratorium Nefropati IgA lebih lazim terjadi pada
anak laki-laki dari pada wanita (2:1). Penderita datang dengan episode hematuria
makroskopis atau ditemukan menderita hematuria mikroskopis berakhir, fungsi
ginjalnya biasanya relatif tetap normal dan proteinuria minimal (<1 g/24 Jam). Kadar
C3 serum yang normal pada nefropati IgA membantu membedakan gangguan ini dari
glomerulonefritis pasca streptococcus.4
Epidemiologi
Pada penelitian insidensi di Amerika, GNPSA ditemukan pada 10% anak dengan
faringitis dan 25% anak dengan impetigo. Salah satu studi menemukan bahwa faktor
predominan untuk GNPSA pada anak adalah faringitis. Penyakit ini paling sering menyerang
anak dalam rentang umur 2-12 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa 5% anak yang terkena
berusia di bawah 2 tahun dan 10% adalah orang dewasa dengan usia di atas 40 tahun. Anak
laki-laki memiliki resiko dua kali lebih besar untuk terkena GNPSA dibanding anak
perempuan. Tidak ada predileksi ras dan genetik tapi, kemungkinan prevalensi meningkat
pada anak yang sosial ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak
sehat.5
Etiologi
7
Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3-7 tahun dan sering lebih mengenai
anak pria dibanding anak wanita. Timbulnya GNA post streptococcus didahulu oleh infeksi
ekstra renal terutama ditraktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus
beta haemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. Periode antara infeksi saluran nafas
atau kulit dengan gambaran klinis dari kerusakan glomerulus dinamakan periode laten.
Periode laten ini biasanya antara 1-2 minggu, merupakan ciri khusus dari penyakit ini
sehingga dapat dibedakan dengan sindrom nefrotik akut karena sebab lainnya. Periode laten
dari infeksi kulit (impetigo) biasanya antara 8-21 hari.6
Streptococcus ini dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan
alasan bahwa :
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum pen n umum dan faktor alergi
mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman derita.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaa Streptococcus. Ada beberapa penyebab
glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari
streptococcus, penyebab lain diantaranya :
1. Bakteri Streptococcus grup C, meningococcus, Streptococcus viridans, Gonococcus,
Leptospira, Mycoplasma pneumoniae, Staphylococcus albus, Salmonella typhi, dll.
2. Virus Hepatitis B, Varicella, Vaccinia, Echovirus, Parvovirus, Influenza, Parotitis
epidemika, dll.
3. Parasit malaria dan toksoplasma
Patofisiologi
Glomerulonefritis akut post streptococcus infeksi merupakan penyakit prototipe dari
glomerulonefritis akut akibat infeksi. Adanya periode laten antara infeksi streptococcus
dengan gambaran klinis dari kerusakan glomerulus menunjukkan bahwa proses imunologi
memegang peranan penting dalam patogenesis glomerulonefritis. Glomerulonefritis akut post
streptococcus merupakan salah satu contoh dari penyakit kompleks imun.
Diduga respons yang berlebihan dari sistem imun penderita akibat stimulus antigen
dengan produksi antibodi yang berlebihan menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-
8
antibodi. Kompleks imun ini kemudian akan beredar dalam darah dan mengendap pada
membran basal glomerulus. Yang kemudian akan mengaktivasi sistim komplemen yang
melepaskan susbtansi yang akan menarik neutrophil yang kemudian melepaskan enzim
lisosom sebagai faktor responsif yang dapat merusakkan glomerulus.
Streptokinase yang merupakan sekret protein, diduga juga berperan pada terjadinya
GNAPS. Sreptokinase mempunyai kemampuan merubah plaminogen menjadi plasmin.
Plasmin ini diduga dapat mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadi cascade dari
sistem komplemen. Pada pemeriksaan imunofluoresen dapat ditemukan endapan dari C3
pada glomerulus, sedang protein M yang terdapat pada permukaan molekul, dapat menahan
terjadinya proses fagosistosis dan meningkatkan virulensi kuman. Protein M terikat pada
antigen yang terdapat pada basal membran dan IgG antibodi yang terdapat dalam sirkulasi.
Pada GNAPS, sistem imunitas humoral diduga berperan dengan ditemukannya endapan
C3 dan IgG pada subepitelial basal membran. Rendahnya komplemen C3 dan C5, serta
normalnya komplemen pada jalur klasik merupakan indikator bahwa aktifasi komplemen
melalui jalur alternatif. Komplemen C3 yang aktif akan menarik dan mengaktifkan monosit
dan neutrofil, dan menghasilkan infiltrat akibat adanya proses inflamasi dan selanjutnya
terbentuk eksudat. Pada proses inflamasi ini juga dihasilkan sitokin oleh sel glomerulus yang
mengalami injury dan proliferasi dari sel mesangial.4,5
Mekanisme patofisiologi GNAPS ini masih belum diketahui dengan pasti tapi dapat
disimpulkan GNAPS terjadi akibat :
1. Terbentuknya kompleks antigen-antibody yang melekat pada membrane basalis
glomerulus dan kemudian merusaknya.
2. Proses auto-imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan
badan autoimun yang merusak glomerulus.
3. Streptococcus nefritogen dan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen
antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane
basalis glomerulus.
Akibat daripada mendapnya komplek imun :
1. Kelainan urinalisis proteinuria dan hematuria
9
Kerusakan dinding kapiler glomerulus lebih permeabel dan porotis terhadap protein
dan sel-sel eritrosit, sehingga terjadi proteinuria dan hematuria.
2. Oedema
Mekanisme retensi natrium Na+ dan oedema pada glomerulonefritis tanpa penurunan
tekanan onkotik plasma. Hal ini berbeda dengan mekanisme oedem pada sindrom
nefrotik.
Penurunan faal ginjal LFG tidak diketahui sebabnya, mungkin akibat kelainan
histopatologis (pembengkakan sel-sel endotel, proliferasi sel mesangium, oklusi
kapiler-kaliper) glomeruli. Penurunan faal ginjal LFG ini menyebabkan penurunan
ekskresi natrium Na+ (natriuresis), akhirnya terjadi retensi natrium Na+. Keadaan retensi
natrium Na+ ini diperberat oleh pemasukan garam natrium dari diet. Retensi natrium
Na+ disertai air menyebabkan dilusi plasma, kenaikan volume plasma, ekspansi volume
cairan ekstraseluler, dan akhirnya terjadi oedema.
3. Hipertensi
a. Gangguan keseimbangan natrium (sodium homeostasis) Gangguan
keseimbangan natrium ini memegang peranan dalam genesis hipertensi ringan dan
sedang.
b. Peranan sistem renin-angiotensin-aldosteron biasanya pada hipertensi berat
Hipertensi dapat dikendalikan dengan obat-obatan yang dapat menurunkan
konsentrasi renin atau tindakan nefrektomi.
c. Substansi renal medullary hypotensive factors, diduga prostaglandin Penurunan
konsentrasi dari zat ini menyebabkan hipertensi.
Manifestasi Klinis
Post streptococcus glomerulonephritis sering terjadi pada anak usia 5-12 tahun dan
sangat jarang pada usia dibawah 3 tahun. Gejala klinis pada GNAPS dapat bermacam-macam
dan sering asimptomatik. Secara tipikalnya diawali dengan gejala infeksi saluran pernafasan
dengan nyeri tenggorokan sebelum timbulnya sembab atau edema.6
Sindrom nefritis akut gejala yang sering ditemukan yaitu hematuria dimana urin
berwarna gelap kerana mengandung darah. Kelainan pada urin dapat menetap selama 1
tahun walupun anak sudah dari infeksi.
10
Terjadi edema ringan yang terbatas disekitar mata, wajah sembab atau dapat terjadi
pada seluruh tubuh.
Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan glomerulonefritis akut pada hari
pertama, kemudian pada akhir minggu pertama menjadi normal kembali. Hipertensi
timbul karena vasospasme atau iskemia ginjal. Hipertensi sistolik atau diastolik sering
ditemukan hampir pada semua pasien. Hipertensi biasanya ringan atau sedang, dan
kembali normotensi setelah terdapat diuresis tanpa pemberian obat-obatan
antihipertensi. Hipertensi berat dengan atau tanpa esefalopati hanya dijumpai pada kira-
kira 5-10% dari semua pasien.
Terjadi insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia dan asidosis metabolik
pada masa akut arteriola glomerulus yang mengakibatkan tekanan filtrasi menjadi
kurang akibat berkurangnya Glomerulus Filtration Rate (GFR). Ini akan filtrasi garam,
ureum dan zat lain berkurang dan sebagai akibat kadar ureum, kreatinin darah
meningkat.
Oliguria dan dapat juga terjadi anuria. GFR yang berkurang, menyebabkan natrium ion
dan air direabsorpsi sehingga diuresis air berkurang.
Gejala- gejala tidak spesifik seperti malaise, letargi, nyeri perut atau pinggang.
Mual, muntah, tidak nafsu makan, konstipasi dan diare tidak jarang pada anak dengan
GNAPS.
Suhu badan tidak tinggi, tetapi dapat tinggi sekali pada hari pertama.
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang khusus dalam penyembuhan kelainan glomerulonefritis
akut post streptococcus.2
Medikamentosa
Pemberian antibiotik seperti penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotik ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya
infeksi streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan
hanya 10 hari, sedangkan pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya
sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karenan imunitas yang menetap.
Secara teoritisnya seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain
tapi kemungkinan ini kecil. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan
eritromisin 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
11
Pengobatan terhadap hipertensi :
Pemberian cairan biasanya dikurangi dan diberikan pemberian sedatif untuk
menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat.
- Pada hipertensi ringan (130/80mmHg) tidak diberikan anti hipertensi.
- Hipertensi sedang (140/100mmHg) diberi hidralazin dengan dosis 0.1-0.2
mg/kgBB/kali IM atau 0.75 mg/kgBB/ hari(4 dosis) secara peroral. Atau nifedipin
sublingual 0.25-0.5 mg/kgBB (kemasan 5mg dan 10 mg).
- Hipertensi berat diberi klonidin drip dengan dosis 0.002mg/kgBB/8jam ditambah
dengan 100ml dextrose 5% atau nifedipin sublingual.
- Hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula
diberikan reserpin secara intramuscular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian
lanjutkan dengan reserpin pemberian oral dengan dosis 0.03mg/kgBB/hari.
- Diuretik dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut tetapi akhir-akhir ini
pemberian furosemid (lasix) secara IV dengan dosis 1mg/kgBB/kali dalam masa
5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi
glomerulus.
- Bila anuria berlangsung selama 5-7 hari maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah dengan seberapa cepat dengan cara dialisis peritoneum atau
hemodialisis.
- Bila timbul gagal jantung dapat diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.
Non Medikamentosa
Istirahat mutlak atau tirah baring selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat
mutlak selama 6-8 minggu untuk memberikan kesempatan kepada ginjal untuk
menyembuh. Tetapi penyelidikan terbaru menunjukkan bahwa memobilisasi
penderita selama 3-4 minggu dari mulai timbul gejala tidak berakibat buruk pada
perjalanan penyakit
Diet :
Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1g/kgBB/hari) dan rendah
garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan
makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka
diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi
pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi
seperti gagal jantung, edema, hipertensi, dan oligouria maka jumlah cairan yang
diberikan harus dibatasi.
12
Komplikasi
Glomerulonefritis kronik sebagai kelanjutan dari glomerulonefritis akut yag tidak
mendapat pengobatan secara tuntas.
Oligouria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari sebagai akibatnya filtrasi
glomerulus. Gambaran seperti gagal ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia dan
hiperfosfatemia.
Peritoneum dialisis jika oliguria atau anuria untuk tempo waktu yang lama tetapi
jarang terjadi pada anak.
Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat
gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan
spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.
Gangguan sirkulasi berupa dispnoe, ortopne, terdapat ronki basah, pembesaran jantung
dan meningginya tekanan darah yang bukan disebabkan oleh bertambahnya volume
plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan di miokardium.
Pencegahan
Terapi antibiotik sistemik pada awal infeksi streptococcus tenggorokan dan kulit tidak
akan menghilangkan risiko glomerulonefritis. Anggota keluarga penderita dengan
glomerulonefritis akut harus dilakukan ujian biakkan untuk streptococcus beta haemolitikus
grup A dan diobati jika biakan positif (+).2,5
Prognosis
Gejala menghilang dalam minggu ke 2 atau ke 3 dan tekanan darah umumnya menurun
dalam waktu 1 minggu. Kimia darah menjadi normal pada minggu ke 2. Hematuria
mikroskopis dan makroskopis atau gross hematuria dapat menetap selama 4-6 minggu, serta
LED dapat meningkat terus sampai kira-kira 3 bulan. Protein sedikit dalam urin dan dapat
menetap untuk beberapa bulan.
Penyembuhan sempurna terjadi lebih dari 95% anak dengan glomerulonefritis akut post
streptococcus. Insiden gangguan fungsi ginjal berkisar 1-30%. Kemungkinan GNAPS
menjadi kronik 2%, sekitar 0,5-2% kasus menunjukkan penurunan fungsi ginjal cepat dan
progresif dan dalam beberapa minggu atau bulan jatuh ke fase gagal ginjal terminal. Tanda-
tanda prognosis memburuk bila terjadi oliguria atau anuria berlangsung beberapa minggu,
13
penurunan GFR, hipokomplemenemia menetap, kenaikkan circulating fibrinogen-fibrin
complexes dan kenaikkan konsentrasi fibrin degradation product dalam urin. Namun jarang
fase akut dapat menjadi sengat berat dan menimbulkan hialinisasi glomerulus dan
insuffisiensi ginjal kronis. Mortalitas pada fase akut dapat dihindari dengan manajemen yang
tepat pada gagal ginjal atau gagal jantung akut. Kekambuhan sangat jarang terjadi.2,6
PENUTUPAN
Kesimpulan
Glomerulonefritis akut adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau
virus tertentu, yang bersifat akut spesifik dan sembuh sendiri. Timbul akibat susulan dari
infeksi faring atau kulit oleh strain nefritogenik streptococcus hemolitikus grup A tipe 12, 4,
16, 25 dan 49. Sindrom ini ditandai dengan timbulnya edema yang timbul mendadak,
hipertensi, hematuri, oliguri, LFG menurun, insuffisiensi ginjal. Glomerulunefritis akut post
streptococcus dimulai dengan infeksi pada faringitis atau kulit pada anak-anak.
Kebersihan diri dan juga kebersihan lingkungan menentukan anak-anak kecil mudah
terkena infeksi saluran pernafasan dan kulit. Kejadian GNAPS sudah mulai menurun pada
Negara maju namun masih terus berlanjut pada Negara yang berkembang. Dengan menjaga
kebersihan diri dan menjalani gaya hidup sehat, dapat menurunkan prevalensi
glomerulonefritis akut post streptococcus pada anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.h.181-3.
2. Mansjoer dkk. Kapita selekta kedokteran. Jilid ke-2. Jakarta: Penerbit FKUI; 2000.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid ke-2.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2007.h.832-9.
4. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson textbook of
paediatrics. Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Saunders Elsevier; 2007.h.2173-5.
14
5. Kumar V, Robbins SL. Robbins basic pathology. Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Saunders
Elsevier; 2007.h.542-59.
6. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h.192-3.
15