Upload
ricko-handen-uria
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah kelompok 28
Perawat dengan Keluhan Low
Back PainDi susun oleh :
Marcella Oscar 102012003
Yunita Verayanti 102012056
Merissa Arviana 102012133
Jonathan Wiradinata 102012134
Uria Ricko Tanguhno Handen 102012199
Letidebora Enjuvina Tambawan 102012300
Chatarina Cindy 102012418
Fadlun Akbar Avisi 102012431
Imelda Trivintia 102012458
Kelompok D6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
1
Pendahuluan
Low back pain (LBP) merupakan gejala nyeri pada pungung bawah yang dapat menjalar
ke paha dan tungkai. Rasa nyeri bertempat pada daerah lumbal atau lumbalsakral secara akut,
menahun, atau intermiten dan umumnya tanpa kelainan radiologic maupun neurologic. Low back
pain dapat terjadi pada semua populasi masyarakat tidak dipengaruhi oleh faktor umur dan
pekerjaan, tetapi kasus yang tersering ditemukan adalah pekerja fisik berumur 35-40 tahun, dan
10 % dari tenaga kerja setiap tahun pernah mengalaminya. Low back pain sangat berpengaruh
pada produktivitas seseorang terutama daya kerja yang tentunya menurun. Dengan pengobatan
yang adekuat, umumnya keluhan akan hilang dalam 7 hari, dalam terapi perlunya tirah baring
yang tentunya akan absen dalam kerja, apabila dalam 7 hari tidak ada perkembangan makan
diperiksa lebih lanjut. Oleh karena dikarenakan masih banyak kasus tentang LBP dalam bidang
pekerjaan terutama pada profesi perawat, dalam makalah kali ini akan membahas LBP pada
perawat.
Pembahasan
Diagnosis Okupasi 7 Langkah
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah penting dalam evaluasi penderita nyeri pinggang.
Penderita dibiarkan menuturkan riwayat penyakitnya dengan kata-katanya sendiri sambil
dipandu ke arah yang memungkinkan munculnya informasi penting yang diperlukan untuk
diagnosis. 1
Anamnesis umum
1. Usia penderita dapat membantu dalam menentukan penyebab potensial nyeri pinggang
mereka. Beberapa penyebab timbul lebih sering pada usia muda (spondilitis ankilosa, sindrom
Reiter), sedangkan yang lain pada usia lebih tua (stenosis spinal, polimialgia reumatika).
2
2. Jenis kelamin juga dapat membantu. Beberapa penyakit lebih sering ditemukan pada pria
(spondiloartropati), yang lain lebih sering pada wanita (fibromialgia, osteoporosis). Ada pula
yang kekerapannya sama pada kedua jenis kelamin (inflammatory bowel disease). 1
Anamnesis Nyeri
Lokasi dan lamanya nyeri membantu menentukan pertanyaan berikutnya. Nyeri pinggang
mekanik mempunyai onset yang berhubungan dengan aktifitas fisik dan biasanya berlangsung
singkat (beberapa hari sampai beberapa minggu) sedangkan nyeri pinggang medik onsetnya
lambat tanpa faktor presipitasi yang jelas dan sering berlangsung lama (beberapa minggu sampai
beberapa bulan). 1
Kebanyakan nyeri pinggang terbatas pada daerah lumbosakral.
Nyeri radikuler ke paha atau lutut biasanya berhubungan dengan nyeri referral dari
unsur-unsur tulang belakang (otot ligamen atau sendi apofiseal). Nyeri yang menjalar dari
pinggang sampai ke bawah lutut biasanya neurogenik dan menunjukkan kemungkinan adanya
proses patologik yang mengenai radiks saraf spinal. 1
Nyeri rujukkan adalah nyeri yang diproyeksikan ke organ lain, misalnya nyeri pada sendi
posterior dirasakan penderita di daerah bokong, paha bagian belakang, lutut, sering sampai
tungkai bawah tetapi jarang sampai telapak kaki. Nyeri ini bertambah kalau tulang belakang
digerakkan, tetapi bisa juga terus menerus, adakalanya hanya dalam posisi tertentu nyeri
bertmabha hebat. 2
Nyeri radikuler terjaid karena tekanan pada satu canag saraf yang ditandai dengan
penurunan sensibilitas motorik dan reflex. Kedua nyeri tadi sangat mudah dibedakan dengan
melakukan bloking pada faset dimana spasme otot segmen didapat. Bila nyeri hilang berarti kita
berhadapan dengan nyeri rujukkan dan sebaliknya. 2
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebagian besar anamnesis digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
nyeri. Anamnesis diarahkan kepada pemahaman tentang perkembangan kronologis nyeri
pinggang, karakteristik dan responnya terhadap pengobatan.
Di samping menilai nyeri, menemukan faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan nyeri sangat membantu menentukan sumber keluhan.
3
Awalnya tanyakan kapan muncul nyeri ? apakah saat bekerja atau dalam kondisi lain ? 1
Tanyakan hubungan nyeri dengan posisi tubuh dan kegiatan fisik ; misal nya nyeri
rupture diskus intervertebralis lebih bertambah bila penderita membungkuk, bersin, atau batuk,
atau lebih nyeri pada posisi duduk bila dibandingkan dengan berdiri ; sedangkan nyeri dari tumor
“spinal cord” lebih nyeri pada saat berbaring daripada duduk 3
Yang bersifat khas, gangguan mekanik bertambah berat bila melakukan aktifitas,
termasuk duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama, serta membaik jika berbaring.
Peninggian tekanan cairan serebrospinal akibat batuk atau bersin mengakibatkan eksaserbasi
nyeri radikuler pada penderita dengan HNP. Gerakan yang tiba-tiba dapat menyebabkan
kontraksi refleks otot paraspinal tanpa penjalaran nyeri ke tungkai bawah.
Beratnya nyeri dapat diukur dengan berbagai cara. Penderita mungkin menceritakan
bagaimana rasa nyerinya telah mempengaruhi aktifitasnya sehari-hari. Contoh lain ialah dengan
rnenggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Ada yang rnenggunakan diagram nyeri; penderita
diminta mengisi diagram yang menggambarkan tempat, kualitas dan beratnya yang
menggambarkan tempat, kualitas dan beratnya nyeri. Diagram nyeri ini membantu pencatatan
luas daerah nyeri dan respon terhadap pengobatan. Bila nyeri muncul saat istirahat, pikirkan
kemungkinan tumor di daerah vertebra. 1
Riwayat Keluarga Dan Sosial
Sebagai tambahan terhadap riwayat penyakit sekarang, riwayat keluarga dan riwayat
sosial dapat membantu mengungkapkan kelainan yang merupakan dasar nyeri pinggang yang
diderita sekarang; mungkin terdapat faktor predisposisi familial. Salah satu contoh penting ialah
sekelompok penyakit yang menyebabkan spondiloartropati. Faktor etnispun dapat merupakan
predisposisi terhadap penyakit tertentu, misalnya wanita kulit putih dari Eropa Utara mempunyai
risiko besar menderita osteoporosis. Kelainan mekanik seperti HNP dan stenosis spinal mungkin
mempunyai predileksi keluarga.
Pekerjaan dan riwayat sosial penting untuk mengidentifikasi penderita-penderita yang
mempunyai risiko mengalami nyeri pinggang mekanik. Hubungan kerja dengan onset nyeri
penting dalam menentukan ganti rugi.
4
Kebiasaan sosial juga perlu diketahui, terutama yang berkaitan dengan rokok, alkohol
dan penggunaan obat-obat tertentu/terlarang. Merokok merupakan faktor risiko yang independen
pada nyeri pinggang. Penggunaan alkohol yang berlebihan berkaitan dengan osteoporosis,
sedangkan obat-obat tertentu dapat menyebabkan imunosupresi dan predisposisi terhadap
infeksi. 1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu dan anamnesis sistem perlu ditinjau secara singkat. Biasanya
tidak banyak informasi yang dapat membantu. Meskipun demikian, pada penderita nyeri
pinggang medik dapat diperoleh data yang berharga. Riwayat penyakit dahulu seperti keganasan,
artritis atau penyakit tulang metabolik sangat membantu. Data dari anamnesis sistem dapat
mengidentifikasi penderita yang mempunyai penyakit sistemik yang menyebabkan nyeri
pinggang sekarang, tetapi tidak menyadari hubungan antara keduanya (misalnya ruam kulit
dengan spondiloartropati). 1
Riwayat pekerjaan :
Perlu ditanyakan pekerjaan pasien. Apakah ada hubungan gejala dengan pekerjaan nya
sekarang Pekerjaan yang paling sering menimbulkan keluhan Low Back Pain : 4
1. Mengangkat dan atau memutar sambil memegang benda berat (misalnya, kotak, anak,
penduduk panti jompo
2. Operasi mesin yang bergetar
3. Duduk lama (misalnya, mengemudi truk jarak jauh , patroli polisi
4. Keterlibatan dalam tabrakan kendaraan bermotor
5. Riwayat jatuh
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
5
Perhatikan ekspresi wajah penderita apakah menderita karena penyakitnya, adanya
penurunan gerak, adanya gerak yang abnormal, adanya otot yang spasme, adanya kelainan
bentuk tulang belakang, adanya tanda-tanda radang, adanya atropi anggota gerak bawah, dll.2
Palpasi dan Perkusi
Pada palpasi diperhatikan mobilitas tulang belakang, spasme otot, nyeri ketok di daerah
tertentu dan lain-lain. Juga diperiksa reflex normal dan abnormal dan kekuatan tungkai.2
Di daerah lumbal bawah lakukan pemeriksaan yang cermat untuk mengecek setiap garis
vertebra yang tidak rata atau terputus (step offs) guna menentukan apakah terdapat salah satu
prosesus spinosus yang bergeser maju (atau mundur) secara abnormal terhadap tulang vertebra di
atasnya. Garis vertebra yang terputus( step off ) ditemukan pada spondilostesis atau pergeseran
salah satu vertebra ke depan yang dapat menekan medulla spinalis. Nyeri tekan pada vertebra
merupakan tanda kea rah kecurigaan fraktur atau infeksi.5
Lakukan palpasi pada artikulasio sakroiliaka yang sering dikenali melalui lekukan yang
di atas SIPS ( spina iliaka posterior superior ). Nyeri tekan pada artikulasio sakroiliaka
menunjukkan penyebab nyeri punggung bawah yang sering ditemukan. Spondilitis ankilosing
dapat menimbulkan nyeri tekan sakroiliaka.5
Lakukan perkusi pada vertebra untuk menemukan nyeri tekan dengan cara mengetuknya.
Nyeri pada perkusi dapat terjadi karena osteoporosis, infeksi, atau malignasi. 5
Lakukan inspeksi dan palpasi pada otot paravertebralis untuk menemukan nyeri tekan
dan spasme. Otot yang spasme akan teraba keras serta seperti menyimpul dan mungkin dapat
dilihat. Spasme terjadi pada proses degenerative dan inflamatorik otot.5
Gerak
Penderita disuruh berjalan dengan ujung jari kaki dan berjalan dengan tumit kemudian
berjalan biasa.2
Tanda-tanda perangsangan meningeal :3
Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau
S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di
panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan
ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri
6
akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat
tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda
laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque
yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi
diskus.
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque
kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang
terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada
hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui
bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita
yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang
sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons
yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
Walaupun rontgen vertebra lumbosakral biasanya dilakukan pada nyeri punggung bawah,
ditemukan hasil normal pada sebagian besar kasus. Dilaporkan bahwa abnormalitas struktur
hanya terjadi pada 3% pasien dan angka maksimum ditemukannya kelainan pada pemeriksaan
radiologis berkaitan dengan nyeri punggung adalah 10%. Pemeriksaan rontgen yang segera
dilakukan pada pasien dengan nyeri punggung akut biasanya tidak menolong dan tentunya
membuang uang. Sebagian besar nyeri punggung sembuh dalam waktu singkat dan rontgen
dibuat jika gejala menetap atau bila ditemukan kelainan fisik abnormal. Bukti radiologis adanya
penyakit degeneratif lebih banyak ditemukan pada orang yang lebih tua. Perlu ditekankan bahwa
degenerasi diskus dapat timbul tanpa menimbulkan gejala bermakna. Rontgen vertebra potongan
lateral dalam posisi fleksi dan ekstensi dapat menunkjukkan mobilitas segmen tulang belakang
7
yang tidak biasa yang berhungan dengan ketidakstabilan. Selain itu, rontgen potongan miring
membantu menunjukkan dan mengonfirmasi adanya spondilosis. Cara pencitraan yang lebih
baru, seperti megnetic resonace imaging menambah dimensi bari diagnosis lesi tulang belakang,
khususnya penyakit diskus degeneratif. Namun, biaya pemeriksaan ini tinggi dan penggunaan
secara rutin untuk menilai nyeri punggung bagian bawah dan cedera pada saat sekarang
membuang uang. Penelitian lain seperti hitung darah lengkap, termasuk laju endap darah dan
pemindaian tulang sesuai petunjuk evaluasi klinis, atau bila ada kebutuhan menyisihkan
peradangan, infeks, atau neoplastik sebagai penyebab nyeri punggung.4,5
2. Pajanan yang di Alami
Pajanan yang di alami oleh suster dapat dilihat dari 5 faktor yaitu Biologi, fisika, kimia,
ergonomi, dan psikologis.
Jenis Pekerjaan
Bertambahnya jumlah absen karena nyeri akibat gejala punggung bagian bawah
ditemukan pada pekerjaan dengan tuntutan fisik tinggi, pekerjaan dengan sikap badan
statis dalam waktu lama, pekerjaan yang terutama membutuhkan posisi sikap badan
bungkuk, dan pekerjaan mendadak tak terduga menerima beban kerja fisik berat
(Andersson, 1979). Pekerjaan tertentu, terutama sopir truk, perawat, dan pekerjaan yang
menangani material menunjukkan adanya tingkat ketidakmampuan yang tinggi. Pekerja
yang bekerja pada pemerintah dan bagian finansial memiliki kemungkinan terkecil
untuk terpengaruh.6
Mengangkat dan memutar adalah gerakan spesifik yang paling berhubungan
dengan nyeri punggung. Bigos dkk., menemukan penanganan material dengan cara
yang paling umum dan cara mengangkat yang tidak tepat merupakan penyebab cedera
tersering di perusahaan Boeing (Bigos, 1986a). Terjatuh hanya meliputi 10% cedera
punggung dalam penelitian ini dan pembagiannya mencerminkan dasar manufaktur
perusahaan. Klein dkk., (1984) dengan menggunakan data kompensasi pekerja
menemukan bahwa "penggunaan tenaga yang berlebihan" termasuk mengangkat
barang, menarik, dan melempar menghasilkan 72% klaim kompensasi (Klein dkk.,
1984). Sering mengangkat benda dengan berat lebih dari 10 kg, mengerahkan tenaga
maksimal secara mendadak dan tidak terduga, mengangkat benda berat jauh di atas
badan, dan gagal membengkokkan lutut sewaktu mengangkat benda adalah gerakan
8
spesifik lain yang dihubungkan dengan bertambahnya risiko nyeri punggung bawah.6
Faktor pekerjaan selain beban mekanis tulang belakang juga penting. Ketegangan
fisik yang lebih ringan tapi membosankan dan repetitif (pekerjaan ban berjalan) dan
pekerjaan yang melibatkan getaran (mengendarai kendaraan dan mengoperasikan alat
bertenaga) dikaitkan dengan meningkatnya pelaporan nyeri punggung. Suatu penelitian
terhadap 672 pekerja operator wanita penuh waktu pada tiga organisasi besar di
Singapura menunjukkan 54% pekerja mengalami nyeri punggung bawah dan 60%
mengalami kekakuan dan rasa tidak enak pada leher (Jeyaratnam, 1989). Bertumpuknya
pajanan pengangkatan berulang-ulang. Pemakaian alat pelubang beton, gergaji rantai,
atau mesin pengolah tanah berputar juga dilaporkan berhubungan dengan angka
kejadian nyeri punggung bawah yang lebih tinggi (Frymoyer, 1987).6
Kepuasan Kerja
Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaan sekarang, tempat bekerja, atau situasi
sosial mempunyai angka kejadian nyeri punggung bawah yang lebih tinggi (Magora,
1973; Bergenudd dan Nilsson, 1988). Pada penelitian prospektif longitudinal terhadap
3.020 pegawai pesawat terbang, faktor yang paling dapat diramalkan yang didapatkan
dari laporan mengenai masalah punggung adalah pemahaman pekerjaan, reaksi psikososial
tertentu yang ditemukan pada MMPI. Pekerja yang menyatakan bahwa mereka "nyaris
tidak pernah" menikmati tugas pekerjaan mereka 2/5 kali lebih mungkin melaporkan
cedera punggung daripada pekerja yang "hampir selalu" menikmati tugas pekerjaan
mereka. Bigos dkk., (1986) melaporkan satu korelasi yang menarik antara cedera pung-
gung dan pemberian nilai pengkajian pegawai setiap enam bulan sekali (Bigos/ 1986b).
Pegawai dengan hasil evaluasi buruk dari atasan langsung tampak mempunyai risiko lebih
besar terhadap cedera punggung dengan biaya tinggi.7
3. Hubungan Pajanan dengan Gejala Klinis
Berdasarkan teori di atas dan kondisi pasien sekarang yang bekerja sebagai perawat,
maka dapat disimpulkan adanya pajanan berupa. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tinggi badan dengan NPB. Tinggi badan sebagai faktor
risiko NPB memang masih diperdebatkan. Penelitian Palmer KT dan kawan-kawan (2002)
memperlihatkan lebih besarnya prevalensi NPB pada orang yang lebih tinggi. Berat badan yang
9
berlebih menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan
terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis akan bertambah yang kemudian
menimbulkan kelelahan pada otot paravertebra, hal ini merupakan risiko terjadinya NPB.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa 12,1% perawat memiliki masa kerja >5 tahun
pada pekerja perusahaan kayu dan furniture, menunjukkan bahwa NPB berhubungan dengan
umur dan masa kerja yang lebih lama. Sikap tubuh dengan mengukur sudut lengkung punggung
perawat pada waktu membuka kunci kursi roda dalam proses mengangkat dan memindahkan
pasien dari kursi roda ke tempat tidur, ternyata berhubungan bermakna dengan NPB. Hal ini
berarti perawat yang melakukan pekerjaan dengan membungkuk dengan sudut lengkung
punggung >45° mempunyai risiko 4,5 kali untuk terjadinya NPB dibandingkan dengan perawat
yang membungkuk dengan sudut lengkung punggung <45°.8
4. Besar atau Jumlah Pajanan
Patofisiologi
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.6
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.6
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,
penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana
10
terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.6
Gambaran Klinis
Timbul nyeri punggung bawah dapat terjadi mendadak atau perlahan-lahan. Awitan
mendadak dapat muncul setelah mengangkat atau menarik dan rasa nyeri dialami segera, sering
bertambah berat setelah beberapa jam. Pasien mengeluh tidak mampu meluruskan punggung dan
mungkin menyadari bahwa tubuhnya mering ke sati sisi. Nyeri lebih sering muncul perlahan
tanpa ada riwayat terjadi cidera. Nyeri punggung secara khas muncul saat seseorang duduk atau
berdiri selama beberapa waktu, saat ia mengangkat atau menarik, atau saat mengambil posisi
tertentu yang tidak lazim pada pekerjaannya, misalnya memebungkukkan badan dan berjongkok
saat mengelas. Gejala berkurang atau hilang dengan istirahat. Sering ada riwayat masalah
punggunng bagian bawah yang hilang timbul.
Nyeri punggung dapat berkaitan dengan penjalaran ke bawah pada satu atau dua tungkai.
Nyeri tersebut dapat merupakan nyeri alih yang berasal dari diskus intervertebralis satu dari
daerah datar sendi tulang belakang, atau “radikular” akibat terkenanya akar saraf tulang belakang
oleh diskus intervertebralis yang mengalami prolaps. Nyeri alih secara khas menjalar dari bagian
belakang paha ke bagian belakang lutut sedangkan gejala radikular terasa pada daerah dermatom
akar saraf yang terkena, menjalar melampaui lutut ke kaki dan dapat terjadi bersamaan dengan
parestesia pada daerah dermatom akar saraf yang terkena. Penting untuk menanyakan
pengendalian kandung kencing untuk menyingkirkan adanya tekanan pada kauda ekuina akibat
prolaps diskus sentralis yang masif.
Saat terdapat keluhan nyeri di daerah spinal, pada pemeriksaan fisik umumnya diperiksa
adanya spasme otot paraspinal, kemiringan batang tubuh, keterbatasan drajat, dan arah gerakan
tulang belakang, namun hal ini tidak spesifik untuk diagnosis tertentu. Adanya deformitas tulang
belakanng dicatat. Ketegangan akar saraf tulang belakang diperiksa dengan tes mengangkat
tungkai yang diliruskan. Lakukan pemeriksaan neurologis yang lengkap pada tungkai bawah
termasuk pemeriksaan sensorik daerah spinal. Sendi paha dan sakroiliaka rutin diperiksa pada
pemeriksaan tulang belakang. Sakrolitis dan osteoartritis paha, dan kondisi patologis sendi lain
sering disalah artikan sebagai nyeri tulang belakang. Pemeriksaan gerakan tulang belakang dan
11
tes mengangkat tungkai yang diluruskan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien yang
mengalami nyeri punggung akut. Bila pasien tidak bisa bekerja sama dalam pemeriksaan lengkap
tulang belakang pada tahap ini, maka ia diperbolehkan istirahat dan pemeriksaan dilakukan
kembali bila nyeri membaik.4,7
5. Faktor Individu
Usia
Terdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan
bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun, masalah punggung
mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan di satu pabrik industri yang besar di Amerika
Serikat, Bigos dkk., (1986a) menemukan risiko cedera punggung yang lebih tinggi
secara bermakna pada pegawai yang berusia kurang dari 25 tahun. Hal ini
mencerminkan waktu dan pengalaman yang diperlukan untuk mempelajari metode
penggunaan punggung yang aman dan efisien. Walaupun angka cedera lebih tinggi
pada kelompok usia muda, biaya klaim cenderung lebih rendah yang mungkin
mencerminkan potensi pegawai usia muda untuk mengalami pemulihan gejala yang
lebih cepat. Data mereka juga menunjukkan bahwa kelompok yang rentan terhadap
cedera punggung dengan biaya tinggi cenderung pada kelompok usia 31-40, penemuan
yang sarna pada penelitian nyeri punggung bawah lain (Rowe, 1969; Snook, 1978).6
Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sarna banyak (Andersson, 1979; Nachemson, 1976). Berdasarkan
data kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua klaim
kompensasi punggung (Klein dkk., 1984; Snook, 1978). Secara keseluruhan, wanita
lebih sedikit mengalami cedera dibandingkan pria tapi wanita cenderung mempunyai
peluang yang bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih kompensasi
cedera yang mahal (Bigos, 1986b).6
Kebugaran Jasmani
12
Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin berisiko mengalami cedera
punggung. Cady dkk., (1979) dalarn sebuah penelitian prospektif terhadap 1.652
pemadam kebakaran melaporkan frekuensi cedera yang dialami kelompok pekerja
yang kurang bugar sebanyak sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok
pekerja yang sebagian paling bugar. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kebugaran
jasmani dan penyesuaian berperan dalam mencegah terjadinya cedera punggung.
Tinggi dan berat badan mungkin tidak penting (Andersson, 1979; Bigos, 1986)
walaupun ada laporan penelitian yang menyatakan bahwa bertambahnya tinggi badan
dan berat badan yang berlebih membuat seseorang menjadi lebih rentan pada gejala
punggung (Kelsey 1988). 6
Status Antopometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang
lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior
maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.3
Abnormalitas Struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lorodosis, maupun
kifosis, merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB. Kondisi menjadikan beban yang
ditumpu oleh tulang belakang jatuh tidak pada tempatnya, sehingga memudahkan timbulnya
berbagai gangguan pada struktur tulang belakang.3
Faktor Psikososial
Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor
prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Korelasi ini kuat hanya untuk
kaum pria. Penjelasan yang diberikan mengenai hal ioni adalah pria yang memiliki tingkat
pendidikan yang terbatas dan pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih memungkinkan
melakukan pekerjaan berat atau pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban lain terhadap
tulang belakang.faktor psikologi lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan pekerjaan,
13
ketidakmampuan membangun kontak emosi, masalah keluarga, dan riwayat operasi
punggung.4
6. Faktor Lain di Luar Pekerjaan
Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor
prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Korelasi ini kuat hanya untuk kaum
pria. Penjelasan yang diberikan mengenai hal ini adalah pria yang memiliki tingkat pendidikan yang
terbatas dan pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih mungkin melakukan pekerjaan berat
atau pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban lain terhadap tulang belakang. Dalam satu
penelitian mengenai prevalensi nyeri punggung terhadap 575 sampel penduduk di Malmo berusia
paruh baya, individu dengan nyeri punggung kurang berhasil saat melakukan tes inteligensia
pada masa kanak-kanak, memiliki jangka waktu pendidikan lebih pendek, dan mengerjakan
pekerjaan fisik yang berat. Faktor psikososial lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri
punggung meliputi depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan pekerjaan,
ketidakmampuan membangun kontak emosi, masalah keluarga, riwayat operasi punggung, dan
angka Minnesota Multi-phasic Personality Inventory (MMPI) tidak normal. Namun, hal yang
tetap ditanyakan apakah faktor psikososial ini dapat meramalkan timbulnya cedera dalam industri
atau apakah faktor ini justru muncul akibat cedera yang terjadi.6
7. Diagnosis Okupasi
Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit yang dapat di alami oleh setiap
pekerja, terutama pekerja fisik yang berat. Tetapi dalam skenario yang di dapat yaitu perempuan
usia 50thn bekerja sebagai perawat sudah 25 thn dan 3 tahun lalu muncul nyeri paha kanan
sampai kaki kanan, sudah berobat 5 kali tapi tidak kunnjung sembuh, oleh karena itu pasien
menderita Low back pain karena diperberat oleh pekerjaan sebagai perawat. Pada pasien, yang
merupakan perawat, sering kerja berat secara fisik yaitu harus mengangkat dan memindahkan
pasien. Dikemukakan bahwa dalam hubungan dengan berat ringannya kerja secara fisik ternyata
64% dari pekerja yang bekerja berat pernah atau sering mengeluh nyeri punggung bawah,
sedangkan diantara karyawan yang kerja ringan hanya 53%. Hal ini terjadi karena nyeri
punggung bawah tidak hanya disebabkan oleh masalah beratnya pekerjaan secara fisik, tetapi
juga oleh masalah ergonomi, meliputi rancangan sistem kerja, keadaan tempat kerja dan sikap
badan waktu kerja. Selain itu, stres psikososial di pekerjaan yang dialami setiap pekerja, dapat
14
mempengaruhi tonus otot dan dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Hal lain yang
mungkin mempengaruhi adalah aktivitas pribadi karyawan di luar jam kerja.5,6
Penatalaksanaan
Nyeri dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan modalitas. Penjelasan
singkat penatalaksanaan perlu diberikan dan hindari penggunaan istilah yang tidak banyak
dimengerti oleh awam atau dapat menimbulkan rasa takut seperti kata nyeri skiatik, artritis,
spasme, penyakit diskogenik dan sebagainya.8
Pemberian obat anti radang nonsteroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu pendek
disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak dianjurkan
penggunaan muscle relaxant karena memiliki efek depresan. Pada tahap awal, apabila didapati
pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat akibat rasa nyeri, pemberian anti
depresan dianjurkan.6
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada alas
yang keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Pada episode akut
ini diperlukan 3-5 hari tirah baring, kecuali pada keadaan skoliosis disertai nyeri radikular hebat
atau hemiasi diskus akut yang memerlukan istirahat lebih lama lagi sampai 5 minggu. Posisi
tidur disesuaikan terhadap rasa nyaman yang dirasakan pasien. Beberapa pasien merasa lebih
enak pada posisi terlentang dengan ekstensi penuh, beberapa dengan posisi semi Fowler atau
bahkan dalam curled up fetal position. Istirahat pada nyeri pinggang bawah ini tidak hanya
diartikan tidur, tetapi perlu dijelaskan lebih rinci pada pasien antara lain posisi istirahat tidak
dengan duduk tegak lurus, mengubah posisi tidur miring ke arah berlawanan dikerjakan dengan
panggul dan lutut dalam fleksi, pinggang harus dalam posisi sedikit fleksi pada keseluruhan
pergerakan tersebut, tidak membuat lordosis berlebihan selama berdiri dan menjaga berat tubuh
berada di tengah kedua kaki.8,9
Latihan mulai diberikan pada hari ketiga, keempat, dengan memberikan fleksi ringan.
Dilanjutkan dengan pemberian modalitas lainnya. Modalitas yang diberikan sangat beragam.
Bila disertai suatu protective spasm pemberian kompres es atau semprotan etil klorida,
fluorimetan dapat membantu mengatasi nyeri. Latihan dengan memberikan tarikan (stretching)
dapat dilakukan melalui beberapa cam antara lain dengan latihan posisi knee chest dan fleksi
15
lateral. Traksi dianjurkan bila terdapat hemiasi diskus lumbal. Tarikan ini lebih ditujukan untuk
mengurangi lordosis dan menjauhkan facet joint serta membuka foramen.8
Nyeri tidak selalu dapat diatasi dengan cara-cara di atas. Terkadang diperlukan tindakan
injeksi anestetik atau anti inflamasi steroid pada tempat-tempat tertentu seperti injeksi pada facet,
sekitar radiks saraf, epidural, intradural. Keterampilan sangat menentukan dalam tindakan
penyuntikan tersebut, karena sangat bergantung dari lokasi jaringan sebagai sumber nyeri.8
Preventif
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah olahraga dengan
teratur. Dua jenis olahraga-olahraga aerobic dan olahraga meregangkan dan mengencangkan
otot-sangat membantu.8
Olahraga aerobik, seperti berenang dan berjalan, memperbaiki kesehatan umum,
mengurangi kegemukan, dan umumnya menguatkan otot. Olahraga khusus untuk menguatkan
dan meregangkan otot pada perut, bokong, dan punggung bisa menyeimbangkan tulang belakang
dan mengurangi ketegangan pada piringan yang melindungi tulang belakang dan ligamen yang
menopang nya pada tempatnya.8
Latihan memperkuat otot termasuk memiringkan panggul dan melengkungkang perut.
latihan meregangkan termasuk duduk meregangkan kaki, lutut sampai dada meregang, dan
pinggul dan quadriceps. Latihan peregangan bisa meningkatkan nyeri punggung pada beberapa
orang dan oleh karena itu harus dilakukan dengan hati-hati. Sebagai aturan umum, setiap latihan
yang menyebabkan atau meningkatkan nyeri punggung harus dihentikan. Latihan harus diulangi
sampai otot terasa ringan tetapi tidak sepenuhnya lemah. Bernafas selama setiap latihan adalah
penting. Ketika mengangkat berat, menggunakan sabuk pengangkat berat bisa membantu
mencegah luka kembali. Orang yang mengalami nyeri punggung harus berkonsultasi dengan
dokter sebelum mulai berolah raga.8
Olahraga bisa juga membantu orang memelihara kepadatan tulang dan berat yang
diinginkan. Dengan demikian, olahraga bisa mengurangi resiko berkembangnya dua kondisi
yang bisa menyebabkan nyeri punggung bawah-tulang keropos dan kegemukan. 8
Menjaga sikap tubuh yang vaik ketika berdiri dan duduk mengurangi tekanan pada
punggung; bermalas-malasan harus dihindari. Tempat duduk kursi bisa disesuaikan yang
membuat kaki datar diatas lantai, dengan lutut sedikit ditekuk dan punggung bawah datar
16
berlawanan dengan belakang bangku. Jika kursi tidak mendukung punggung bawah, bantal bisa
digunakan dibelakang punggung bawah. Duduk dengan kaki pada lantai dibandingkan dengan
kaki melintang dianjurkan. Orang harus menghindari berdiri atau duduk untuk waktu yang lama.
Jika berdiri lama atau duduk tidak bisa dihindari, merubah posisi dengan sering bisa mengurangi
tekanan pada punggung.8
Tidur dalam posisi yang nyaman pada kasur yang keras dianjurkan. Bantal dibawah
pinggang dan kepala bisa digunakan untuk menahan orang yang tidur pada sisi mereka, dan
bantal dibawah lutut bisa digunakan oleh mereka yang tidur pada punggung mereka. Bantal
dibawah kepala harus tidak menekan lehek untuk menekuk terlalu banyak.8
Belajar untuk mengangkat dengan semestinya membantu mencegah luka kembali. Lutut
harus cukup ditekuk dimana lengan setingkat dengan benda yang diangkat. Kaki, bukan
punggung, harus digunakan untuk mengangkat. Mengangkat benda melebihi kepala
meningkatkan resiko luka kembali. Menggunakan ganjalan yang kuat membuat beberapa
angkatan tidak diperlukan. Benda berat harus dibawa dekat dengan tubuh. berhenti merokok juga
dianjurkan.8
Epidemiologi
Nyeri punggung bagian bawah adalah kondisi medis yang paling sering diiumpai.
dialami harmpir 85% orang pada satu waktu tertentu selama hidupnya (Beals dan
Hickman, 1972; HuIt, 1954; Spengler, 1986). Angka prevalensi yang sebenarnya
mengenai nyeri punggung bawah dalam dunia industri tidak diketahui. Dari dua penelitian
terpisah yang dilakukan terhadap sejumlah besar pekerja di Swedia dan Amerika, Hult
(1954) dan Rowe (1969, 1971,1982) menemukan bahwa 60% dan 56% pegawai menderita
nyeri punggung pada satu waktu tertentu selama bekerja yang membutuhkan penanganan
medis (Hult, 1954; Rowe 1969). Diperkirakan bahwa 2% tenaga kerja di Amerika Serikat
menderita cedera punggung berhubungan dengan industri setiap tahun (Bond dkk., 1986;
Leavitt dkk., 1971; Spengler, 1986). Dampak nyeri punggung bagian bawah dalam industri
cukup berat. Di Amerika Serikat, nyeri punggung bagian bawah menduduki peringkat
kedua setelah penyakit saluran napas bagian atas yang mengakibatkan kerugian waktu
akibat sakit.6
Cedera punggung mencakup sekitar 19% hingga 25% klaim kompensasi seluruh
17
pekerja (Klein dkk., 1984; Yu dkk., 1984) dengan biaya sekitar USD 14 miliar yang
digunakan pada tahun 1976 untuk pengobatan dan kompensasi penderita nyeri punggung
bagian bawah. Diperkirakan bahwa dampak kompensasi nyeri punggung bagian bawah
terhadap finansial akan melampaui USD 25 miliar dalam pengeluaran tahunan pada akhir
tahun 1990-an (Akeson dan Murphy, 1977; Snook, 1988).6,9
Prognosis
Kelainan nyeri punggung bawah ini prognosisnya baik, umumnya sembuh dalam
beberapa minggu jika dilakukan tindakan terapi secara dini (R.B. Wirawan, 2004). Strain otot
membaik dengan mengendalikan aktifitas fisik. Tirah Baring sedikitnya 2 hari menunjukkan
efektifitas dalam mengurangi nyeri punggung. Ketika nyeri berkurang, pasien dianjurkan untuk
melakukan aktifitas fisik ringan, dan aktifitas mulai ditingkatkan setelah beberapa hari selama
nyeri tidak bertambah (Mirawati, 2006).
Kesimpulan
Diagnosis okupasi perawat yang menderita LBP adalah diperberat oleh pekerjaan.
Dikarenakan LBP dapat di alami oleh setiap populasi pekerja tidak perduli jenis pekerjaan
tesebut, dan perawat sudah berobat 5 kali tapi tidak sembuh dikarenakan aktivitas pekerjaan yang
berat.
18
Daftar Pustaka
1. Sistematika Pendekatan pada Nyeri Pinggang .Oleh Albar Zuljasri. Dalam : Cermin Dunia
Kedokteran. Diunduh dari www.kalbe.co.id. Diunduh tanggal 12 Oktober 2015
2. Low Back Pain Dalam Bidang Neurologi. Oleh : Suryoatmodjo Saleh, Sudjono
Martoatmodjo. Dalam : Kumpulan Naskah Ilmiah Penanganan Low Back Pain. Jakarta :
RSPP ; 1987. p. 32-6
3. Mechanical Low Back Pain. Oleh : Everett C Hills. 12 May 2011. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/310353-clinical. . Diunduh tanggal 12 Oktober 2015
4. Pemeriksaan Fisik Tulang Belakang. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar Pemeriksaan
Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h.511-6
5. Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ; alih bahasa,
Suryadi ; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria Sihombing, Palupi Widyastuti. –
Jakarta : EGC, 2009. 206 – 14
6. Laju Endap Darah. Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.
Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2008. h. 175
7. Nyeri Punggung Bawah. Diunduh dari
http://medicastore.com/penyakit/3228/Nyeri_Punggung_Bawah.html. 2015
8. Peranan Neurologi Dalam Masalah Nyeri Punggung Bawah. Oleh : Arif Judana dan Sumargo
Sastrowirjo. Dalam : S.Markam, S.Lazuardi, dkk. Penuntun Neurologi. Edisi 2. Jakarta :
Binarupa Aksara ; 2002. h.270-2
9. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
19