50
LBM 4 STEP 1 - Murphy’s sign : pemeriksaan untuk menentukan adanya kolelitiasis dan kolesistitis dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk yang diletakkan di tepi kanan dari m.rectus abdominis dan arcus costa setelah itu pasien disuruh bernapas dan apabila nyeri berarti positif STEP 2 1. Mengapa nyeri di kanan atas menjalar sampai ke bahu atas? 2. Apa hubungan konsumsi pil KB dengan penyakit yang diderita? 3. Apa hubungannya dengan BB berlebih? 4. Mengapa nyeri dirasakan terus-menerus selama kurang lebih 1 jam? 5. Apa hubungannya dengan kolesterol darah yang meningkat? 6. DD? 7. Faktor resiko? 8. Pemeriksaan penunjang 9. Komplikasi STEP 3 1. Mengapa nyeri di kanan atas menjalar sampai ke bahu atas? - Persarafannya sama, ada saraf Cervikal 3,4,5 yang ada di perut kanan atas (di bawah diafragma, di peritoneum bagian parietal namanya n.phrenicus yg merupakan cabang dr C3,C4,C5 sama dg yang di supra clavicularis yg jg cabang dari C3,C4). - Disitu ada peradangan yang merangsang n.phrenicus 2. Apa hubungan konsumsi pil KB dengan penyakit yang diderita? - Pil KB mengandung hormon esterogen esterogen meningkat menyebabkan saturasi cairan empedu meningkat dan menurunkan kadar chenodeoxicolat (fungsinya untuk menurunkan kadar saturasi cairan empedu) pengendapan - Segitiga admiral (ada keseimbangan antara kolesterol, fosfolipid dan lecitin), esterogen berlebihan menyebabkan segitiga admiral tidak seimbang kolesterol jenuh harus diemulsi jadi batu mengkristal mengendap - Ada hormon Progesteron juga di pil KB menghambat kolesterol menjadi kolesterol ester

Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

LBM 4

STEP 1

- Murphy’s sign : pemeriksaan untuk menentukan adanya kolelitiasis dan kolesistitis dengan menggunakan ibu jari atau telunjuk yang diletakkan di tepi kanan dari m.rectus abdominis dan arcus costa setelah itu pasien disuruh bernapas dan apabila nyeri berarti positif

STEP 2

1. Mengapa nyeri di kanan atas menjalar sampai ke bahu atas?2. Apa hubungan konsumsi pil KB dengan penyakit yang diderita?3. Apa hubungannya dengan BB berlebih?4. Mengapa nyeri dirasakan terus-menerus selama kurang lebih 1 jam?5. Apa hubungannya dengan kolesterol darah yang meningkat?6. DD?7. Faktor resiko?8. Pemeriksaan penunjang9. Komplikasi

STEP 3

1. Mengapa nyeri di kanan atas menjalar sampai ke bahu atas?- Persarafannya sama, ada saraf Cervikal 3,4,5 yang ada di perut kanan atas (di bawah

diafragma, di peritoneum bagian parietal namanya n.phrenicus yg merupakan cabang dr C3,C4,C5 sama dg yang di supra clavicularis yg jg cabang dari C3,C4).

- Disitu ada peradangan yang merangsang n.phrenicus

2. Apa hubungan konsumsi pil KB dengan penyakit yang diderita?- Pil KB mengandung hormon esterogen esterogen meningkat menyebabkan saturasi

cairan empedu meningkat dan menurunkan kadar chenodeoxicolat (fungsinya untuk menurunkan kadar saturasi cairan empedu) pengendapan

- Segitiga admiral (ada keseimbangan antara kolesterol, fosfolipid dan lecitin), esterogen berlebihan menyebabkan segitiga admiral tidak seimbang kolesterol jenuh harus diemulsi jadi batu mengkristal mengendap

- Ada hormon Progesteron juga di pil KB menghambat kolesterol menjadi kolesterol esterSyarat terjadinya batu empedu :

o Supersaturasio Nukleasio Disfungsi kantung empedu

3. Apa hubungannya dengan BB berlebih?- Obesitas lemak dalam tubuh meningkat hiperlipoproteinemia peningkatan sintesis

kolesterol kolesterol meningkat sekresi kolesterol oleh asam empedu meningkat- Misel (agregasi dari 2 atau lebih molekul asam empedu, yang mengikat kolesterol)

kolesterol masuk ke dalam misel (bagian dalam hidrofobik bagian luarnya hidrofilik) misel kewalahan mengangkut kolesterol menyebabkan pengkristalan terjadi batu empedu

Page 2: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

- Rasio normal antara asam empedu dg lecitin jika rasionya lebih besar, maka akan terjadi batu empedu karena terjadi saturasi

4. Mengapa nyeri dirasakan terus-menerus selama kurang lebih 1 jam?- Termasuk nyeri alih dilihat dari masa embriologinya (persarafannya)

Persarafan masa embriologi (C3-C5)- Nyeri dikarenakan batu empedu yang bisa berjalan nyeri dirangsang oleh makanan yang

berlemak gesekan antara makanan dengan batu empedu tersebut yang menyebabkan nyeri kurang lebih 1 jam

5. Apa hubungannya dengan kolesterol darah yang meningkat?- Normalnya kadarnya kolesterol dalam hepar sama dengan kolesterol dalam darah

6. DD?- Kolelitiasis

DefinisiSuatu keadaan dimana pada vesica fellea terdapat batu empedu. Batu empedu memiliki ukuran yang berbeda. Batu empedu komposisinya berbeda juga.Batu empedu ada 2 jenis :

o Batu pigmen : berasal dari garam kalsium bilirubin Batu pigmen hitam : kecil, banyak, radioopak Batu pigmen coklat : terjadi karena infeksi, sedikit, radiolusen

o Batu kolesterol : berasal dari asam empedu

Etiologi- Peningkatan kolesterol

Faktor resiko- Usia (>40th)- Jenis kelamin (wanita)- Obesitas- Genetik- Etnik (batu kolesterol lebih meningkat di Eropa)- Kehamilan- Nutrisi parenteral total- Anemia hemolitik

Batu kolesterolo Di eropao Kelainan herediter metabolisme asam empeduo Syndrome hiperlipidemia

Batu pigmeno Di asiao Karena syndrome hemolitik kronis

Page 3: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

o Penyakit saluran cerna

Patogenesiso Supersaturasi : asam empedu, kolesterol, lecytin (kolesterol terlalu banyak, segitiga

admiral tidak seimbang menyebabkan kolesterol mengendap kemudian terjadi pengkristalan dan terjadilah batu empedu)

o Nukleasi : kristal2 menjadi agregasi sendiri yang dibantu oleh alfa 1-acid glycoprotein, alfa 1 antichymotripsin dan fosfolipase C (yang membantu untuk nukleasi kantung empedunya tersebut)

o Disfungsi kantung empedu : penurunan kontraktilitas dari kantung empedu sehingga tidak bisa mengeluarkan isinya

o Epitel kantung empedu terganggu karena pengkristalan kurang peka dengan hormon CCK Dari segi letak batu empedu :

Kolesistolitiasis : di kantung empedunya (ductus cysticus) Koledocholitiasis : di saluran empedunya (ductus choledochus)

BATU PIGMEN

o Anemia hemolitik kadar B1 meningkat berikatan dengan kalsium sehingga batu pigmennya isinya kalsium bilirubinat masuk ke empedu warna pada batu (hitam)

o Bakteri infeksi memberi warna batu (coklat dari fosfolipase bakteri dimana fosfolipase dimana fosfolipase mengikat asam palmitat dan stearat dari pemecahan lecytin)

Manifestasi Klinis :

o nyeri di perut kanan atas yang dijalarkan ke bahuo suhu badan meningkato asimtomatik

Px :

o Murphy’s sign : +o Tanda vitalo USG : tampak gambaran hiperekoik dengan acoustic shadowo ERCP (endoscopy retrograde cholangio pancreatography) : bisa melihat saluran

empeduo ALP 1 alfa 1, GGT : meningkato Kolesterol darah : meningkat

Komplikasi o Kolesistitiso pancreatitis

Page 4: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Penatalaksanaano ingesti garam empeduo obat-obatan oral untuk menghancurkan batu empedunyao Antibiotiko bedah : cholesistectomi laparoscopy

- Kolesistitis

Definisi : radang kandung empedu yang disertai dengan batu empedu

Klasifikasi

Ada 3 :

o Mild : terbatas pada vesica fellea dan tidak terjadi disfungsi organo Moderate : luas pada vesica fellea tanpa disfungsi organo Severe : ada disfungsi organ

Etiologi :

Kolelitiasis (90-95%)

Manifestasi klinis :

o Nyeri perut kanan atas

Px :

o Abdomen : nyeri tekan kanan atas dan murphy’s sign positifo Lab : leukositosiso USG : double wall dengan acoustic shadow, cairan sekelilingo CT scano MRCP

Penatalaksaan :

o Cholesistectomi Open Laparoscopy

Metabolisme garam empedu

Empiema di vesica fellea

hydrops

Page 5: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

STEP 4

Faktor resiko: wanita, >40th, BB tinggi, pil KB

Esterogen menigkat

Kolesterol meningkat

Keseimbangan kolesterol terganggu

endapan

kolesterol

pigmen

Kolelitiasis dan kolesistitis

Page 6: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

STEP 7

Metabolisme garam empedu

Vesica fellea berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml.

Vesica fellea mempunya kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk membantu proses ini,

mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan.

Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel- sel thorak yang membatasinya juga

mempunyai banyak mikrovilli.

Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian

disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini

kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya

membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat

cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.

Gambar 3: Posisi anatomis dari vesica fellea dan organ sekitarnya.

Pengosongan Kandung Empedu

Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung empedu.

Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak kedalam duodenum.

Lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum,

hormon kemudian masuk kedalam darah, menyebabkan kandung empedu

Page 7: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus

coledokus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang

kental ke dalam duodenum. Garam – garam empedu dalam cairan empedu penting

untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi

lemak. Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu:

a) Hormonal: Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan

merangsang mukosa sehingga hormon Cholecystokinin akan terlepas. Hormon ini

yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung empedu.

b) Neurogen:

Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi cairan

lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan menyebabkan kontraksi

dari kandung empedu.

Rangsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke duodenum dan

mengenai Sphincter Oddi. Sehingga pada keadaan dimana kandung empedu

lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar walaupun sedikit.

Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan neurologis maupun hormonal

memegang peran penting dalam perkembangan inti batu.

Komposisi Cairan Empedu

Komponen Dari Hati Dari Kandung Empedu

Air 97,5 gm % 95 gm %

Garam Empedu 1,1 gm % 6 gm %

Bilirubin 0,04 gm % 0,3 gm %

Kolesterol 0,1 gm % 0,3 – 0,9 gm %

Asam Lemak 0,12 gm % 0,3 – 1,2 gm %

Lecithin 0,04 gm % 0,3 gm %

Elektrolit -   -  

a. Garam Empedu

Page 8: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua macam

yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.

Fungsi garam empedu adalah:

o Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat dalam

makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah menjadi partikel-

partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.

o Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin yang

larut dalam lemak.

Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman usus

dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %) garam

empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan

sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi

garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga bila ada

gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi maka

absorbsi garam empedu akan terganggu.

b. Bilirubin

Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan globin.

Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi bilverdin yang

segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat erat oleh

albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi) yaitu 80% oleh

glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah berlebihan misalnya pada

malaria maka bilirubin yang terbentuk sangat banyak.

Empiema di vesica fellea

hydrops

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:

a. Asimtomatik

b. Obstruksi duktus sistikus

c. Kolik bilier

d. Kolesistitis akut

Empiema

Perikolesistitis

Perforasi

Page 9: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

e. Kolesistitis kronis

Hidrop kandung empedu

Empiema kandung empedu

Fistel kolesistoenterik

Ileus batu empedu (gallstone ileus)

Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan

mengakibatkan/ menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam

kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat menetap ataupun

dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara menetap maka mungkin akan

dapat terjadi mukokel (hydrops), bila terjadi infeksi maka mukokel dapat menjadi suatu

empiema, biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon,

omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus

sistikus dapat juga berakibat terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat

mengakibatkan nekrosis sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat

membentuk suatu fistel kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu

yang berakibat terjadinya peritonitis generalisata.

Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat kontraksi

dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokus kemudian menetap

asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus

koledokus juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan

pankretitis.

Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui terbentuknya fistel

kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat menyumbat pad bagian tersempit

saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.

Komplikasi dari kolelitiasis diantaranya adalah :

a. Empiema kandung empedu, terjadi akibat perkembangan kolesistitis akut dengan

sumbatan duktus sistikus persisten menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat

disertai kuman kuman pembentuk pus.

b. Hidrops atau mukokel kandung empedu terjadi akibat sumbatan berkepanjangan

duktus sitikus.

c. Gangren, gangrene kandung empedu menimbulkan iskemia dinding dan nekrosis

jaringan berbercak atau total.

Page 10: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

d. Perforasi : Perforasi lokal biasanya tertahan oleh adhesi yang ditimbulkan oleh

peradangan berulang kandung empedu. Perforasi bebas lebih jarang terjadi tetapi

mengakibatkan kematian sekitar 30%.

e. Pembentukan fistula

f. Ileus batu empedu : obstruksi intestinal mekanik yang diakibatkan oleh lintasan batu

empedu yang besar kedalam lumen usus.

g. Empedu limau (susu kalsium) dan kandung empedu porcelain.

1. Mengapa nyeri di kanan atas menjalar sampai ke bahu atas?

Pengertian Nyeri

Suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu pengalaman emosional yang disertai kerusakan jaringan secara actual/potensial. (Medical Surgical Nursing )

Suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus spesifik mekanis, kimia, elektrik pada ujung -ujung syaraf serta tidak dapat diserahterimakan kepada orang lain.

Sebagai keadaan penderitaan seseorang yang menderita nyeri atau kehilangan, suatau keadaan distres berat yang mengancam keutuhan seseorang ( Rodger dan cowles cit Mander R 2003)

Mekanisme nyeri

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.

Pengertian Nyeri Alih

Nyeri Alih terjadi ketika serabut saraf dari daerah input sensoris tinggi (seperti kulit) dan serabut saraf dari daerah-daerah sensorik biasanya rendah input (seperti organ-organ internal) terjadi untuk bertemu pada tingkat yang sama dari sumsum tulang belakang .

Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Dan otak lebih merespon daerah input sensoris tinggi dibanding dengan daerah asal nyeri. Misalnya, pada kolesistitis akut, nyeri dirasakan di daerah ujung belikat. Pada abses di bawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat mengakibatkan nyeri di bahu.

Page 11: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Nyeri perut kanan atas :Nyeri kolik (otot di VF mengalami kontraksi untuk mengeluarkan cairan empedu, karena ada batu empedu kontaksi berlebihan. Nyeri dikirim ke saraf aferen dari plexus coeliacus (dermatom/persarafan yang sama : thoracal VII, VIII, IX) menyebabkan nyeri di kuadran kanan atas.Nyeri dijalarkan ke bahu kanan :Peradangan di vesica fellea dijalarkan ke peritoneum parietal yang subdiafragma (di innervasi oleh : n. spinalis C 3, 4, 5) dermatom sama untuk dibawahnya, scapula (segmen C 3, 4. N.supraclavicularis)Sumber : Ilmu Penyakit Hati

2. Apa hubungan konsumsi pil KB dengan penyakit yang diderita?

Kontrasepsi oral mengandung kombinasi antara esterogen dan progesterone sintetik. Fungsi estrogen adalah menekan FSH, mencegah perkembangan folikel dominan, menstabilisasi bagian dasar endometrium dan memperkuat kerja progesterone.

Page 12: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Progesterone menekan LH sehingga mencegah ovulasi. Progesterone juga menyebabkan penebalan mukus leher rahim dan atrofi endometrium.Dosis rendah kombinasi kontrasepsi oral mengandung sekitar sepertiga sampai seperempat dosis esterogen dan sepersepuluh dosis progesterone dari pil yang sebelumnya.Estrogen dan progesteron merupakan hormon steroid, dimana hormon tersebut pembentuk dasarnya adalah kolesterol. Estrogen menghambat konversi enzematik dari kolesterol jadi asam empedu sehingga menambah saturasi kolesterol dari cairan empedu.Sedangkan progesteron meningkatkan nafsu makan sehingga meningkatkan BB dan bisa menurunkan kerja kandung empedu dan saluran kemih.

Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi kolesterol meningkat dan kadar

chenodeoxycholat rendah, padahal chenodeoxycholat efeknya melarutkan

batu kolesterol dan menurunkan saturasi kolesterol. Penelitian lain

menyatakan bahwa tablet KB pengaruhnya hanya sampai tiga tahun.

Sumber : Fang H, Tong W, Shi L, Blair R, Perkins R, Branham W, Hass B, Xie Q, Dial S, Moland C, Sheehan D (2001). "Structure-activity relationships for a large diverse set of natural, synthetic, and environmental estrogens3. Apa hubungannya dengan BB berlebih?

Berat badan berlebih sering dikaitkan dengan peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh terutama kandung empedu yang berhubungan dengan sintesis kolesterol. Ini karenakan dengan tingginya BB maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi

Page 13: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

kontraksi/ pengosongan kandung empedu sehingga mudah menimbulkan sumbatan atau pengendapan.Sumber : Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.hal: 570-579Kolesterol merupakan komponen utama dalam batu kolesterol.

Pada metabolisme kolesterol yang normal, kolesterol yang

disekresi ke dalam empedu akan terlarut oleh komponen empedu

yang memiliki aktivitas detergenik seperti garam empedu dan

fosfolipid (khususnya lesitin). Konformasi kolesterol dalam empedu

dapat berbentuk misel, vesikel, campuran misel dan vesikel atau

kristal.

Umumnya pada keadaan normal dengan saturasi kolesterol yang

rendah, kolesterol wujud dalam bentuk misel yaitu agregasi lipid

dengan komponen berpolar lipid seperti senyawa fosfat dan

hidroksil terarah keluar dari inti misel dan tersusun berbatasan

dengan fase berair sementara komponen rantaian hidrofobik

bertumpuk di bagian dalam misel.

Semakin meningkat saturasi kolesterol, maka bentuk

komposisi kolesterol yang akan ditemukan terdiri atas campuran

dua fase yaitu misel dan vesikel. Vesikel kolesterol dianggarkan

sekitar 10 kali lipat lebih besar daripada misel dan memiliki

fosfolipid dwilapisan tanpa mengandung garam empedu.

Seperti misel, komponen berpolar vesikel turut diatur

mengarah ke luar vesikel dan berbatasan dengan fase berair

ekstenal sementara rantaian hidrokarbon yang hidrofobik

membentuk bagian dalam dari lipid dwilapis. Diduga <30%

kolesterol bilier diangkut dalam bentuk misel, yang mana

selebihnya berada dalam bentuk vesikel. Umumnya, konformasi

vesikel berpredisposisi terhadap pembentukan batu empedu karena

lebih cenderung untuk beragregasi dan bernukleasi untuk

membentuk konformasi kristal.

Page 14: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

http://ilmubedah.info/cholelithiasis-patofisiologi-pembentukan-batu-empedu-

20110216.html 

4. Mengapa nyeri dirasakan terus-menerus selama kurang lebih 1 jam?

Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut bermigrasi

menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaran klinisnya bervariasi

dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat karena adanya komplikasi.

Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadang-kadang disertai kolik

bilier yang timbul menetap/konstan. Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sampai di daerah

subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-lain. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat teraba pembesaran kandung empedu

dan tanda Murphy positif. Dapat juga timbul ikterus. Ikterus dijumpai pada 20 % kasus,

umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu

dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepatic.

Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri

viseral ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh batu.

Dengan istilah kolik bilier tersirat pengertian bahwa mukosa kandung empedu tidak

memperlihatkan inflamasi akut.

Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara

30 – 60 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium. Nyeri dapat

menjalar ke abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat

menyerupai angina pektoris. Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala dispepsia yang

merupakan gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis.

Schwartz S, Shires G, Spencer F. 2000. Prinsip-prinsip ilmu bedah (principles of surgery). Edisi 6. Jakarta: EGC.

5. Apa hubungannya dengan kolesterol darah yang meningkat?

Kolesterol merupakan komponen utama dalam batu kolesterol.

Pada metabolisme kolesterol yang normal, kolesterol yang

disekresi ke dalam empedu akan terlarut oleh komponen empedu

yang memiliki aktivitas detergenik seperti garam empedu dan

fosfolipid (khususnya lesitin). Konformasi kolesterol dalam empedu

Page 15: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

dapat berbentuk misel, vesikel, campuran misel dan vesikel atau

kristal.

Umumnya pada keadaan normal dengan saturasi kolesterol yang

rendah, kolesterol wujud dalam bentuk misel yaitu agregasi lipid

dengan komponen berpolar lipid seperti senyawa fosfat dan

hidroksil terarah keluar dari inti misel dan tersusun berbatasan

dengan fase berair sementara komponen rantaian hidrofobik

bertumpuk di bagian dalam misel.

Semakin meningkat saturasi kolesterol, maka bentuk

komposisi kolesterol yang akan ditemukan terdiri atas campuran

dua fase yaitu misel dan vesikel. Vesikel kolesterol dianggarkan

sekitar 10 kali lipat lebih besar daripada misel dan memiliki

fosfolipid dwilapisan tanpa mengandung garam empedu.

Seperti misel, komponen berpolar vesikel turut diatur

mengarah ke luar vesikel dan berbatasan dengan fase berair

ekstenal sementara rantaian hidrokarbon yang hidrofobik

membentuk bagian dalam dari lipid dwilapis. Diduga <30%

kolesterol bilier diangkut dalam bentuk misel, yang mana

selebihnya berada dalam bentuk vesikel. Umumnya, konformasi

vesikel berpredisposisi terhadap pembentukan batu empedu karena

lebih cenderung untuk beragregasi dan bernukleasi untuk

membentuk konformasi kristal.

http://ilmubedah.info/cholelithiasis-patofisiologi-pembentukan-batu-empedu-

20110216.html 

6. DD?

Cholelithiasis

2.1 Defenisi

Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin

terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus

(choledocholithiasis).

Page 16: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana

terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki

ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada

individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor

resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.

Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis

dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu

merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang

terbentuk di dalam kandung empedu.

Gambar 1: Batu dalam kandung empedu.

2.4 Klasifikasi

Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di

golongkankan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:

a) Batu kolesterol

Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%

kolesterol.

b) Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)

Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung

kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.

Page 17: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

c) Batu pigmen hitam

Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya

akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.

2.5 Epidemiologi

Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang orang dewasa

dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak berbeda jauh dengan angka di

negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu 1980-an agaknya berkaitan erat dengan cara

diagnosis dengan ultrasonografi.

2.6 Etiologi/Faktor Resiko

Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun,

semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk

terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain:

a. Jenis Kelamin

Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan

pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan

eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar

esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi

dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu

dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.

b. Usia

Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang

dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan

dengan orang degan usia yang lebih muda.

c. Berat badan (BMI)

Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk

terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam

kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi

kontraksi/ pengosongan kandung empedu.

d. Makanan

Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi

gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat

menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

Page 18: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

e. Riwayat keluarga

Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingn

dengan tanpa riwayat keluarga.

f. Aktifitas fisik

Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis.

Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.

g. Penyakit usus halus

Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease,

diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.

h. Nutrisi intravena jangka lama

Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi

untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal.

Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.

2.7 Manifestasi Klinis

Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut bermigrasi

menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaran klinisnya bervariasi

dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat karena adanya komplikasi.

Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadang-kadang disertai kolik

bilier yang timbul menetap/konstan. Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sampai di daerah

subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-lain. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat teraba pembesaran kandung empedu

dan tanda Murphy positif. Dapat juga timbul ikterus. Ikterus dijumpai pada 20 % kasus,

umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu

dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepatic.

Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri viseral ini

berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh batu. Dengan istilah

kolik bilier tersirat pengertian bahwa mukosa kandung empedu tidak memperlihatkan

inflamasi akut.

Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara 30 –

60 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium. Nyeri dapat menjalar ke

abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat menyerupai angina

pektoris. Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala dispepsia yang merupakan gejala umum

pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis.

Page 19: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi

yang berat. Komplikasi dari batu kandung empedu antara lain kolesistitis akut, kolesistitis

kronis, koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis, sirosis bilier sekunder, ileus batu empedu,

abses hepatik dan peritonitis karena perforasi kandung empedu. Komplikasi tersebut akan

mempersulit penanganannya dan dapat berakibat fatal.

Sebagian besar (90 – 95 %) kasus kolesititis akut disertai kolelitiasis dan keadaan ini

timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang menyebabkan peradangan organ tersebut. 

Pasien dengan kolesistitis kronik biasanya mempunyai kolelitiasis dan telah sering

mengalami serangan kolik bilier atau kolesistitis akut. Keadaan ini menyebabkan penebalan

dan fibrosis kandung empedu dan pada 15 % pasien disertai penyakit lain seperti koledo

kolitiasis, panleneatitis dan kolongitis. 

Batu kandung empedu dapat migrasi masuk ke duktus koledokus melalui duktus

sistikus (koledokolitiasis sekunder) atau batu empedu dapat juga terbentuk di dalam saluran

empedu (koledokolitiasis primer). Perjalanan penyakit koledokolitiasis sangat bervariasi dan

sulit diramalkan yaitu mulai dari tanpa gejala sampai dengan timbulnya ikterus obstruktif

yang nyata. 

Batu saluran empedu (BSE) kecil dapat masuk ke duodenum spontan tanpa

menimbulkan gejala atau menyebabkan obstruksi temporer di ampula vateri sehingga timbul

pankreatitis akut dan lalu masuk ke duodenum (gallstone pancreatitis). BSE yang tidak keluar

spontan akan tetap berada dalam saluran empedu dan dapat membesar. Gambaran klinis

koledokolitiasis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstruktif, kolangitis dan pankreatitis.

Gambar 4: Manifestasi klinis yang umum terjadi

Page 20: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

2.8 Patofisiologi

2.8.1 Patogenesis Bentukan Batu Empedu

Avni Sali tahun 1984 membagi batu empedu berdasarkan komponen yang terbesar

yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pembagian dari Tetsuo Maki tahun 1995

sebagai berikut:

a) Batu kolesterol dimana paling sedikit 50 % adalah kolesterol. Ini bisa berupa

sebagai:

Batu Kolesterol Murni

Batu Kombinasi

Batu Campuran (Mixed Stone)

b) Batu bilirubin dimana garam bilirubin kadarnya paling banyak, kadar kolesterolnya

paling banyak 25 %. Bisa berupa sebagai:

Batu Ca bilirubinat atau batu pigmen calcium

Batu pigmen murni

c) Batu empedu lain yang jarang

Sebagian ahli lain membagi batu empedu menjadi:

Batu Kolesterol

Batu Campuran (Mixed Stone)

Batu Pigmen.

Batu Kolesterol

Pembentukan batu Kolesterol melalui tiga fase:

a. Fase Supersaturasi

Kolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu adalah komponen yang

tak larut dalam air. Ketiga zat ini dalam perbandingan tertentu membentuk

micelle yang mudah larut. Di dalam kandung empedu ketiganya

dikonsentrasikan menjadi lima sampai tujuh kali lipat. Pelarutan kolesterol

tergantung dari rasio kolesterol terhadap lecithin dan garam empedu, dalam

keadaan normal antara 1 : 20 sampai 1 : 30. Pada keadaan supersaturasi

dimana kolesterol akan relatif tinggi rasio ini bisa mencapai 1 : 13. Pada rasio

seperti ini kolesterol akan mengendap.

Kadar kolesterol akan relatif tinggi pada keadaan sebagai berikut:

Page 21: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam empedu dan

lecithin jauh lebih banyak.

Orang-orang gemuk dimana sekresi kolesterol lebih tinggi sehingga

terjadi supersaturasi.

Diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol (western diet).

Pemakaian obat anti kolesterol sehingga mobilitas kolesterol jaringan

tinggi.

Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya pada

gangguan ileum terminale akibat peradangan atau reseksi (gangguan

sirkulasi enterohepatik).

Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi kolesterol meningkat dan kadar

chenodeoxycholat rendah, padahal chenodeoxycholat efeknya melarutkan

batu kolesterol dan menurunkan saturasi kolesterol. Penelitian lain

menyatakan bahwa tablet KB pengaruhnya hanya sampai tiga tahun.

b. Fase Pembentukan inti batu

Inti batu yang terjadi pada fase II bisa homogen atau heterogen. Inti batu

heterogen bisa berasal dari garam empedu, calcium bilirubinat atau sel-sel

yang lepas pada peradangan. Inti batu yang homogen berasal dari kristal

kolesterol sendiri yang menghadap karena perubahan rasio dengan asam

empedu.

c. Fase Pertumbuhan batu menjadi besar

Untuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus cukup waktu untuk

bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimana kontraksi

kandung empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu normal, inti batu yang

sudah terbentuk akan dipompa keluar ke dalam usus halus. Bila konstruksi

kandung empedu lemah, kristal kolesterol yang terjadi akibat supersaturasi

akan melekat pada inti batu tersebut. Hal ini mudah terjadi pada penderita

Diabetes Mellitus, kehamilan, pada pemberian total parental nutrisi yang

lama, setelah operasi trunkal vagotomi, karena pada keadaan tersebut

kontraksi kandung empedu kurang baik. Sekresi mucus yang berlebihan dari

mukosa kandung empedu akan mengikat kristal kolesterol dan sukar dipompa

keluar. 

Page 22: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Batu bilirubin/Batu pigmen

Batu bilirubin dibagi menjadi dua kelompok:

a. Batu Calcium bilirubinat (batu infeksi).

b. Batu pigmen murni (batu non infeksi).

Pembentukan batu bilirubin terdiri dari 2 fase:

a. Saturasi bilirubin

Pada keadaan non infeksi, saturasi bilirubin terjadi karena pemecahan eritrosit

yang berlebihan, misalnya pada malaria dan penyakit Sicklecell. Pada

keadaan infeksi saturasi bilirubin terjadi karena konversi konjugasi bilirubin

menjadi unkonjugasi yang sukar larut. Konversi terjadi karena adanya enzim

b glukuronidase yang dihasilkan oleh Escherichia Coli. Pada keadaan normal

cairan empedu mengandung glokaro 1,4 lakton yang menghambat kerja

glukuronidase.

b. Pembentukan inti batu

Pembentukan inti batu selain oleh garam-garam calcium dan sel bisa juga

oleh bakteri, bagian dari parasit dan telur cacing. Tatsuo Maki melaporkan

bahwa 55 % batu pigmen dengan inti telur atau bagian badan dari cacing

ascaris lumbricoides. Sedangkan Tung dari Vietnam mendapatkan 70 % inti

batu adalah dari cacing tambang.

2.8.2 Patofisiologi Umum

Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan

bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan batu campuran. Lebih dari

90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu

campuran (batu yang mengandung 20-50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis

pigmen, yang mana mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan

batu antara lain adalah keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang

tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.

Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di

dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid

Page 23: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi

(supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan

berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang yang terbentuk

terbak dalam kandung empedu, kemuadian lama-kelamaan kristal tersubut bertambah

ukuran,beragregasi, melebur dan membetuk batu. Faktor motilitas kandung empedu, biliary

stasis, dan kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukan batu empedu empedu.

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:

f. Asimtomatik

g. Obstruksi duktus sistikus

h. Kolik bilier

i. Kolesistitis akut

Empiema

Perikolesistitis

Perforasi

j. Kolesistitis kronis

Hidrop kandung empedu

Empiema kandung empedu

Fistel kolesistoenterik

Ileus batu empedu (gallstone ileus)

Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan

mengakibatkan/ menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam

kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat menetap ataupun

dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara menetap maka mungkin akan

dapat terjadi mukokel (hydrops), bila terjadi infeksi maka mukokel dapat menjadi suatu

empiema, biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon,

omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus

sistikus dapat juga berakibat terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat

mengakibatkan nekrosis sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat

membentuk suatu fistel kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu

yang berakibat terjadinya peritonitis generalisata.

Page 24: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat kontraksi

dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokus kemudian menetap

asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus

koledokus juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan

pankretitis.

Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui terbentuknya fistel

kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat menyumbat pad bagian tersempit

saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.

Komplikasi dari kolelitiasis diantaranya adalah :

h. Empiema kandung empedu, terjadi akibat perkembangan kolesistitis akut dengan

sumbatan duktus sistikus persisten menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat

disertai kuman kuman pembentuk pus.

i. Hidrops atau mukokel kandung empedu terjadi akibat sumbatan berkepanjangan

duktus sitikus.

j. Gangren, gangrene kandung empedu menimbulkan iskemia dinding dan nekrosis

jaringan berbercak atau total.

k. Perforasi : Perforasi lokal biasanya tertahan oleh adhesi yang ditimbulkan oleh

peradangan berulang kandung empedu. Perforasi bebas lebih jarang terjadi tetapi

mengakibatkan kematian sekitar 30%.

l. Pembentukan fistula

m. Ileus batu empedu : obstruksi intestinal mekanik yang diakibatkan oleh lintasan batu

empedu yang besar kedalam lumen usus.

n. Empedu limau (susu kalsium) dan kandung empedu porcelain.

2.10 Diagnosis

2.10.1 Anamnesis

Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asintomatis. Keluhan yang

mungkin timbul adalah dispepdia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak.

Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas

atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih

dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri

kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.

Page 25: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu,

disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri

berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap

dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.

2.10.2 Pemeriksaan Fisik

Batu kandung empedu

Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi, seperti

kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung empedu,

empiema kandung empedu, atau pangkretitis. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri

tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu.

Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik

nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan

pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas.

Batu saluran empedu

Baru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang. Kadang teraba

hatidan sklera ikterik. Perlu diktahui bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari

3 mg/dl, gejal ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran empedu bertambah

berat, akan timbul ikterus klinis.

2.10.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan

pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi

leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan

bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin

serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus.

Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya

meningkat sedang setiap setiap kali terjadi serangan akut.

b. Pemeriksaan radiologis

Foto polos Abdomen

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena

hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang

Page 26: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi

dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu

yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa

jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus

besar, di fleksura hepatica.

Gambar 5: Foto rongent pada kolelitiasis

Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk

mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik

maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung

empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh

peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal

kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG

punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih

jelas daripada dengan palpasi biasa.

Page 27: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Gambar 6: Hasil USG pada kolelitiasis

Kolesistografi

Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif

murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga

dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada

keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi

pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat

mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian

fungsi kandung empedu.

Gambar 7: Hasil kolesistografi pada kolelitiasis

2.11 Penatalaksanaan

Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang

hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan

berlemak. Pilihan penatalaksanaak antara lain:

a) Kolesistektomi terbuka

Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis

simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera

duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan

Page 28: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi

adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.

b) Kolesistektomi laparaskopi

Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis

akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah mulai

melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan batu

duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini dibandingkan prosedur

konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang

dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan

kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalah kemanan dari prosedur ini,

berhubungan dengan insiden komplikasi 6r seperti cedera duktus biliaris yang

mungkin dapat terjadi lebih sering selama kolesistektomi laparaskopi.

Gambar 8: Tindakan kolesistektomi

c) Disolusi medis

Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan adalah angka

kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi hanya

memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis kolesterol. Penelitian prospektif

acak dari asam xenodeoksikolat telah mengindikasikan bahwa disolusi dan

hilangnnya batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan,

kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien.

d) Disolusi kontak

Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten (metil-ter-

butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter yang diletakkan per

kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien tertentu.

Page 29: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi

(50% dalam 5 tahun).

e) Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)

Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pad saat

ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-

benar dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.

f) Kolesistotomi

Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di samping tempat

tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang bermanfaat, terutama untuk pasien

yang sakitnya kritis.

2.12 Terapi

Ranitidin

Komposisi: Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50 mg/ml

injeksi.

Indikasi: Ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap simetidina,

ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung (Dalam kasus kolelitiasis ranitidin

dapat mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik).

Perhatian: Pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma

lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.

Buscopan (analgetik /anti nyeri)

Komposisi: Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi.

Indikasi: Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih wanita.

Kontraindikasi: Glaukoma hipertrofiprostat.

Buscopan Plus

Komposisi: Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg.

Indikasi: Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik

pada saluran uriner, bilier, dan organ genital wanita.

NaCl

NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida yang dimana kandungan

osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh.

Page 30: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

NaCl 3 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida tetapi kandungan

osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma

tubuh.

2.13 Penatalaksanaan Diet

Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah lemak

yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme lemak, sehingga

klien dianjurkan/dibatasi dengan makanan cair rendah lemak. Menghindari kolesterol yang

tinggi terutama yang berasal dari lemak hewani. Suplemen bubuk tinggi protein dan

karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun makanan tambahan seperti: buah

yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang tidak membentuk gas, roti,

kopi/teh.

CHOLECYSTITIS

1. Kolesistitis Akut

A. Pengertian

Radang kandung empedu (Kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut dinding

kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam.

B. Etiologi dan Patogenesis

Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah statis cairan

empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis

akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang

menyebabkan statis cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya

batu empedu (kolesistitis akut akalkulus). Bagaimana statis di duktus sistikus dapat

menyebabkan kolesistitis akut, masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang

berpengaruh, seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin

yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan

supurasi.

Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan

mendapat nutrisi secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu

Page 31: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

di saluran empedu, atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam

tifoid dan diabetes melitus.

C. Gejala Klinis

Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di

sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang

rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit

tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan

inflamasi ringan sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu. Penderita kadang

mengalami demam, mual, dan muntah, Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak

begitu nyata dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas.

D. Pemeriksaan Fisik

Teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal

(tanda Murphy).

E. Laboratorium

Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin <4,0 mg/dl).

Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran

empedu ekstrahepatik.

Leukositosis

Peningkatan enzim-enzim hati (SGOT, SGPT, alkali fosfatase, dan bilirubin)

Peninggian transaminase dan fosfatase alkali

F. Radiologi

Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut. Hanya

pada 15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang

(radioopak) oleh karena mengandung kalsium cukup banyak.

Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada

obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat

bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung

Page 32: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

empedu, batu dan saluran empedu ekstrahepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan

USG mencapai 90-95%.

Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA atau 99nTc6

Iminodiacetic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini

tidak mudah. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran

kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat

menyokong kolesistitis akut.

CT Scan abdomen kurang sensitif dan mahal tapi mampu memperlihatkan adanya

abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan

USG.

Kolangiografi transhepatik perkutaneous: Pembedahan gambaran dengan

fluoroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker pankreas (bila ikterik

ada).

MRI

G. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan tertentu.

Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu dalam kandung

empedu dan bisa menunjukkan penebalan pada dinding kandung empedu, dan cairan

peradangan disekitar empedu. ERCP (endoscopic retrograd cholangiopancreatography)

juga dapat dilakukan untuk melihat anatomi saluran empedu, sekaligus untuk mengangkat

batu apabila memungkinkan.

Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi hepatobilier,

yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu, kandung empedu dan bagian atas

usus halus.

H. Penatalaksanaan

Penderita dengan kolesistitis akut pada umumnya dirawat di rumah sakit, diberikan

cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan maupun minum. Mungkin

akan dipasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar lambung tetap kosong sehingga

mengurangi rangsangan terhadap kandung empedu. Antibiotik diberikan sesegera mungkin

jika dicurigai kolesistitis akut.

Page 33: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan pembedahan

untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama atau kedua. Jika penderita memiliki

penyakit lainnya yang meningkatkan resiko pembedahan, operasi ditunda dan dilakukan

pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangannya mereda, kandung empedu bisa

diangkat 6 minggu kemudian atau lebih. Jika terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren

atau perforasi kandung empedu), diperlukan pembedahan segera.

Sebagian kecil penderita akan merasakan episode nyeri yang baru atau berulang,

yang menyerupai serangan kandung empedu, meskipun sudah tidak memiliki kandung

empedu. Penyebab terjadinya episode ini tidak diketahui, tetapi mungkin merupakan akibat

dari fungsi sfingter Oddi yang abnormal. Sfingter Oddi adalah lubang yang mengatur

pengaliran empedu ke dalam usus halus. Rasa nyeri ini mungkin terjadi akibat peningkatan

tekanan di dalam saluran yang disebabkan oleh penahanan aliran empedu atau sekresi

pankreas.

Untuk melebarkan sfingter Oddi bisa digunakan endoskopi. Hal ini biasanya akan

mengurangi gejala pada penderita yang memiliki kelainan sfingter, tetapi tidak akan

membantu penderita yang hanya memiliki nyeri tanpa disertai kelainan pada sfingter.

I. Prognosis

Penyembuhan spontan didapatkan 85% kasus, sekalipun kandung empedu menjadi

tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi kolesistitis

rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi gangren,

empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum. Hal ini

dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan. Tindakan

bedah akut pada pasien tua (>75th) mempunyai prognosis jelek di samping kemungkinan

banyak timbul komplikasi pasca bedah.

2. Kolesistitis Kronik

Kolesistitis kronik lebih sering dijumpai di klinis, dan sangat erat hubungannya

dengan litiasis dan lebih sering timbulnya perlahan-lahan.

A. Pengertian

Page 34: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu, yang

ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.

B. Etiologi

Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut, yang

menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan kandung

empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu.

Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada

usia diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat

kolesistitis akut sebelumnya.

C. Gejala Klinis

Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejalanya sangat

minimal dan tidak menonjol, seperti dispepsia, rasa penuh di epigastrium, dan nausea

khususnya setelah makan makanan berlemak tinggi, yang kadang-kadang hilang setelah

bersendawa.

D. Radiologi

Kolesistografi oral, ultrasonografi, dan kolangiografi dapat memperlihatkan

kolelitiasis dan afungsi kandung empedu. Pada USG, dinding menjadi sangat tebal

dan eko cairan lebih terlihat hiperekoik. Sering terdapat pada kolesistitis kronik

lanjut dimana kandung empedu sudah mengisut. Kadang-kadang hanya eko batunya

saja yang terlihat.

Endoscopic retrograde choledochopancreaticography (ERCP) sangat bermanfaat

untuk memperlihatkan adanya batu di kandung empedu dan duktus koledokus.

Kolesistogram (untuk kolesistitis kronik): Menyatakan batu pada sistem empedu.

CT Scan: Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu, dan

membedakan antara ikterik obstruksi /non obstruksi.

MRI

E. Diagnosis

Page 35: Dovi Lbm 4 Enterohepatik

Diagnosis kolesistitis kronik sering sulit ditegakkan. Riwayat penyakit batu

kandung empedu di keluarga, ikterus dan kolik berulang, nyeri lokal di daerah kandung

empedu disertai tanda Murphy positif dapat menyokong menegakkan diagnosis.

F. Penatalaksanaan

Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan. Kolesistektomi bisa

dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi. Penderita yang memiliki

resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk menjalani diet

rendah lemak dan menurunkan berat badan. Bisa diberikan antasid dan obat-obat

antikolinergik.

G. Pencegahan

Seseorang yang pernah mengalami serangan kolesistitis akut dan kandung

empedunya belum diangkat, sebaiknya mengurangi asupan lemak dan menurunkan berat

badannya.