Upload
doantram
View
226
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
DIVISI PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI DEPARTEMEN
PENYAKIT DALAM FK USU / RS H ADAM MALIK
TETANUS adalah
Gangguan neurologis yang ditandai dengan Gangguan neurologis yang ditandai dengan
meningkatnya tonus otot dan spasme yang
disebabkan oleh tetano spasmin, suatu toksin B
yang kuat, yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani
CLOSTRIDIUM TETANI
Bakteri gram (+)
AnaerobAnaerob
Bentuk Batang
Bergerak dan menghasilkan spora berbentuk oval menyerupai raket tenis
Tahan bertahun-tahun ada lingkungan tertentu dan tahan terhadap sinar matahari
Tetanus terjadi secara sporadis menimpa individu (Non imun, dengan imunitas parsial, imunitas penuh yang kemudian gagal imunitas penuh yang kemudian gagal mempertahankan imunitas secara adekuat)
Tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama negara beriklim tropis dan negara sedang berkembang
Umumnya terjadi :
Daerah pertanianDaerah pertanian
Daerah pedesaan
Daerah iklim hangat
Selama musim panas
Penduduk pria
Pada negara tanpa program imunisasi, terutama terjadi pada neonatus dan anak
Pada negara dengan program imunisasi baik, jarang terjadi tetanus pada neonatus, lebih sering terjadi pada orang usia tuasering terjadi pada orang usia tua
Terjadi setelah trauma akut, laserasi, abrasi. Trauma dapat terjadi di dalam/luar rumah, luka besar ataupun kecil. Beberapa kasus tidak terdapat luka.
Dapat pula merupakan komplikasi penyakit kronis seperti abses, gangren, ulkus maupun luka bakar, infeksi telinga tengah, aborsi dan persalinan
Mechanism of Action of TetanusToxin
Kontaminasi luka dengan spora C. Tetanus
Germinasi spora dan sel vegetatif bertumbuh
menghasilkan toksin (dalam keadaan anaerob)
Toksin :
1. Tetanolisin secara lokal merusak jaringan
sekitar infeksi
2. Tetanospasmin yang menyebabkan gejala
klinis Tetanus.
Tetanospasmin
Peripheral Motor Neuron Terminal
Axon
Nerve cell body pada Brain Stem & Spinal Cord secara retrograde intraneural transport
Toxin bergerak melewati synaps ke presynaps terminal
Menghambat pelepasan inhibitory glycin dan GABA
Menyebabkan rigiditas.Menyebabkan rigiditas.
Diasumsikan waktu transport intraneural sama pada semua serabut syaraf pendek, yaitu lebih dahulu terpengaruh daripada serabut syaraf panjang.
Ini menjelaskan urutan keterlibatan syaraf di kepala, tubuh dan ekstremisitas secara berturut pada tetanus generalisata
1. TETANUS GENERALISATA
Bentuk yang paling sering terjadi
Karakteristik : Tonus otot meningkat, kejang umum
Median onset setelah trauma 7 hari
Tanda khas pertama
� Trismus (Lock Jaw) akibat peningkatan tonus M Masseter diikuti dysphagia, kekakuan dan nyeri otot leher, bahu dan punggung yang menyebabkan opistotonus.
� Kontraksi otot wajah menghasilkan ekspresi yang khas �Risus Sardonicus.
� Kemudian terlibat otot abdomen dan proksimal.
� Anggota gerak bawah, tangan dan kaki relatif jarang terlibat.
Risus Sardonicus
Opistotonus
Beberapa pasien berkembang menjadi berat �Kejang yang berulang sehingga terjadi Laryngospasm, Apnu, Sianose, dan gangguan ventilasi. Kejang dapat terjadi spontan/dipresipitasi � suara, cahaya, sentuhan.
Kadang pasien demam (60%), kesadaran baik, refleks tendon meningkat.refleks tendon meningkat.
Keterlibatan syaraf autonom : aritmia, fluktuasi TD yang ekstrim, diaporesis, hiper/hipotermia, retensi urine. Kadang terjadi cardiac arrest.
Komplikasi : aspirasi pneumoni, fraktur, ruptur otot, DVT, emboli paru, dekubitus, rabdomiolisis.
2. TETANUS NEONATORUM
Bentuk generalisata, FATAL
Terjadi pada bayi dari ibu yang imunisasinya tidak adekuat, perawatan tali pusat tidak steril
Onset : 2 minggu pertama kehidupan
Khas : Rigiditas, sulit menelan, iritabilitas, kejang
3. TETANUS LOKAL
Jarang
Rigiditas otot sekitar luka
Kebanyakan berkembang menjadi generalisata
4. TETANUS SEFALIK
Jarang
Terjadi akibat trauma kepala atau OMP
Gejala : Trismus, tamda keterlibatan satu atau lebih syaraf kranial
Diagnosa Klinis :
Riwayat luka
Gejala tetanus
Kadang tidak ditemui port d’entreKadang tidak ditemui port d’entre
Isolasi kuman dari luka bukan merupakan
diagnosa tanpa klinis yg khas.
Lab: Bisa leukositosis,CSF normal.enzim otot
meningkat.
EMG : impuls unit motorik kontinu tanpa atau
dengan pemendekan interval tenang.
1. Abses di rongga mulut.
2. Keracunan striknin.
3. Reaksi obat : - Fenotiazin
- Metoklopramid.
4. Meningitis/Ensefalitis.
5. Rabies.
6. Hipokalsemik tetanus.
7. Kelainan intra adominal akut � rigid abdomen
Penatalaksanan umum
Ruangan : tenang,gelap � mengurangi rangsang kejang
Pemberian cairan yang cukup
Tidak dapat menelan �pasang NGT.Tidak dapat menelan �pasang NGT.
Luka dibersihkan dg hati hati,debridemen secara
menyeluruh
Netralisasi toksin
- Pemberian HumanTetanus immunoglobulin(TIG) � 3000-6000 u/IM dosis terbagi
- ATS (equine) � 10.000 unit IM dosis tunggal ( ATS terapeutik) di AS tidak dipakai lagi. Di tempat lain masih di gunakan, sering menyebabkan reaksi hipersensitivitas.
Pemberian Antibiotik
Obat Pilihan :
Mertonidazol 500 mg/6 jam atau 1 g/12 jam.
Obat alternatif :
Penisilin HCl 10-12 jt u/h./ infus � diberikan 10 hari.Penisilin HCl 10-12 jt u/h./ infus � diberikan 10 hari.
Alternatif antibiotik lain :
Klindamisin,Eritromisin,Tetrasiklin,Klorampenikol
Penatalaksanaan kejang dan rigiditas
Benzodiazepin:
� Diazepam � d/100-200 mg/hr oral /IV.
� Midazolam� Midazolam
� Lorazepam
Barbiturat,klorpromazin �merupakan obat
pilihan ke dua.
Paralisis Terapi dan Ventilasi Mekanik
dilakukan bila kejang tidak respons terhadap obat
obatan
Paralisis terapi : Vekuronium,
cisatrakuriumcisatrakurium
merupakan pilihan krn efek kardiovaskular
minimal
• Obat lain : propofol, dantrolen, baklofen
intratekal, suksinil, kolin,magnesium sulfas
dapat dipakai.
Penatalaksanaan Pernafasan
Intubasi atau Trakeostomi bila :
� Laringospasme.
� Hipoventilasi krn oversedasi.
� Pengeluaran sekret yg banyak � mencegah aspirasi
Penatalaksanaan disfungsi otonomikPenatalaksanaan disfungsi otonomik
Manifestasi tersering takikardi & hipertensi :
� Terapi lini pertama : Morpin d/20-180 mg/h IV/IM �
menghambat efek simpatis thd vasokonstriksi dan
menginduksi vasodilatasi arteri perifer.
� B bloker short ating : esmolol berhasil baik.
� Hipotensi : Kepala direndahkan, pemberian obat inotropik.
� Brady arythmia ���� beri atropin.
Imunisasi Aktif
Dewasa : 3 dosis
0, 4-8 mggu, 6-12 bln0, 4-8 mggu, 6-12 bln
I II III
Booster setiap 10 tahun, tidak perlu lebih 5x
Ibu hamil : vaksinasi minimal 2x pd
kehamilan (pd ibu yang belum pernah
vaksinasi) Setelah itu : setiap 5 tahun.
Anak/bayiWHO : 5 dosis
� 0 bulan
� 3 bulan
� 9 bulan� 9 bulan
� 4-7 thn
� 12-17 thn
Dewasa : booster pada hamil I atau pelayanan
militer
Penatalaksanaan LukaLuka bersih kecil, tetanus toxoid >= 3x � tak perlu
imunisasi ,Toxoid < 3x � pasif (-) aktif (+)
Luka kotor besar, toxoid >= 3x � tak perlu imunisasiLuka kotor besar, toxoid >= 3x � tak perlu imunisasi
Toxoid < 3x � pasif (+) aktif (+)
Imunisasi pasif proteksi : 4-6 mggu
Dosis : TIG : 250 unit High risk : 500 unit
ATS : 1500 unit