46
DIKTAT TEORI PASAR I : PASAR MONOPOLI DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2006 Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

DIKTAT

TEORI PASAR I : PASAR MONOPOLI

DISUSUN :

SATIA NEGARA LUBIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2006

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 2: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................ ii BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1. Pengertian Pasar Monopoli ....................................................................... 1 2. Ciri-ciri Pasar Monopoli ............................................................................. 4 3. Faktor-faktor yang menimbulkan monopoli ............................................... 6

BAB II. KURVA PERMINTAAN DAN PENAWARAN PASAR MONOPOLI ....... 8

1. Kurva permintaan Monopoli ....................................................... 10 2. Kurva penawaran Monopoli ....................................................... 11 3. Posisi Keseimbangan ................................................................ 12

BAB III. PENDAPATAN MARJINAL DAN HARGA.......................................... 12

1. Pendapatan Rata-rata dan Pendapatan Marjinal....................... 15 2. Ekuilibrium Monopoli Jangka Pendek ........................................ 17 3. Ekuilibrium Monopoli Jangka Panjang ....................................... 17 4. Pemaksimalan Keuntungan dalam Monopoli..............................19

BAB IV. DISKRIMINASI HARGA...................................................................... 24

1. Mengapa Diskriminasi Harga Menguntungkan................................ 24 2. Konsikuensi-konsikuensi Diskriminasi Harga.................................. 25 3. Syarat-syarat Diskriminasi Harga.................................................... 26

BAB V. DAMPAK MONOPOLI.......................................................................... 30 1. Pengaruh Monopoli dan Peran Pemerintah ............................................ 32 2. Monopoli dan Kesejahteraan Masyarakat ............................................... 32 3. Monopoli Tidak Selalu Buruk................................................................... 33 4. Anti Monopoli .......................................................................................... 35 5. Perkembangan Teknologi dan Inovasi Dalam Pasar Monopoli ............... 37

BAB VI. PENGENDALIAN MONOPOLI............................................................ 38 DAFTAR PUSTAKA

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 3: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

I. PASAR MONOPOLI

1. Pengertian

Monopoli adalah suatu keadaan dimana didalam pasar hanya ada satu

penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Ini adalah kasus

monopoli murni atau pure monopoly. Dalam kenyataan sulit untuk mendapatkan

suatu perusahaan yang memberi contoh monopoli murni. Dimana tidak ada

unsur persaingan dari perusahaan yang lain. Karena seandainya pun hanya ada

satu penjual dipasar, sehingga tidak ada persaingan langsung dari perusahaan

lain, kemungkinan masih ada perusahaan yang tidak langsung, misalnya dari

produk atau barang-barang dari perusahaan lain yang bias sebagia substitusi

(meski substitusi tidak sempurna) untuk barang-barang yang dihasilkan

perusahaan monopoli.

Misalnya, PLN mendapat persaingan dari perusahaan yang menjual

genset. Macam persaingan yang tidak langsung adalah kemungkinan-

kemingkinan adanya perusahaan-perusahaan baru yang masuk ke dalam pasar

(sering disebut “persaingan potensial”). Karena adanya persaingan potensial ini,

prilaku seorang produsen monopoli tidak sebebas apa yang digambarkan dalam

kasus monopoli murni. Demikin pula campur tangan Pemerintah bias merupakan

faktor pembatas bagi”kekuasaan monopoli” suatu perusahaan.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 4: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Secara umum perusahaan monopoli menyandang predikat jelek karena

dikonotasikan dengan perolehan keuntungan yang melebihi normal dan supply

komoditas yang lebih sedikit bagi masyarakat , meskipun dalam prakteknya tidak

selalu demikian. Sebagai contoh beberapa perusahaan di Indonesia dijalankan

secara monopoli dengan alasan untuk melindungi kepentingan rakyat banyak,

seperti halnya Pertamina dan PAM.

Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan

penawaran di mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan

banyak pembeli atau konsumen. Contoh : perusahaan televisi kabel local yang

terdapat di kota – kota besar dapat dipandang sebagai seorang monopoli.

Dalam ilmu ekonomi dikatakan ada monopoli jika seluruh hasil industri

diproduksi dan dijual oleh satu perusahaan yang disebut monopolis atau

perusahaan monopoli.

Monopoli murni terdapat dalam situasi pasar di mana hanya ada satu

penjual yang memperdagangkan produk tunggal yang tidak dapat diganti dan

disubstitusikan dengan produk lain. Penjual tunggal ini tidak dipengaruh dan

tidak mempengauhi harga serta output dari produk-produk lain yang dijual dalam

perekonomian. Sekali lagi bentuk pasar ini merupakan bentuk yang sangat

idealistic, karena sulit membayangkan bahwa didalam system perekonomian

yang saling tergantung ini, ada seseorang yang dapat menjual suatu produk

yang tidak ada substitusinya.

Contohnya ada seseorang yang menguasai satu-satunya sarana

transportasi dari Los Angles ke Hawaii. Asumsikan juga bahwa tidak ada jalan

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 5: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

lain menuju Hjawaii kecuali melalui Los Angles. Bila orang ingin berlibur ke

Hawaii, maka ia harus berhadapan dengan seorang monopolis murni, seperti

yang didefenisikan di atas. Tetpi jelas ada tempat lain untuk berlibur, misalnya

pergi ke Meksiko. Tentu saja pengganti ini bukan merupakan pengganti yang

mirip. Jadi sebaiknya kita mengganti defenisi kita semula tentang monopoli murni

dengan membacanya sebagai tidaka ada pengganti yang mirip, ketimbang tidak

ada penggantinya, Tanpa berhayal terlalu jauh, kita selalu dapat menemukan

pengganti bagi suatu barang dan jasa.

Kondisi monopoli murni jarang sekali terdapat, walaupun bentuk pasar

yang mendekati defenisi kita pernah ada dalam sejarah. Perusahaan pos dan

Perusahaan angkatan udara merupakan beberapa contoh monopoli murni yang

pernah terwujud pada waktu yang lalu. Sekarang pertambangan timah dan

perusahaan listrik dapat dipandang sebagai monopolis

Monopoli mengharuskan adanya suatu cara untuk menyingkirkan para

pesaing dari arena sebuah industri tertentu. Memang terdapat kendala (barriers)

untuk memasuki monopoli murni, dan sebagian besar kendala tersebut terdapat

juga dalam bentuk pasar yang lain, seperti oligopoli. Diantara beberapa jenis

kendala yang ada, terdapat kendala yang berbentuk paten dan lisensi yang

dikeluarkan oleh pemerintah, pengendalian bahan baku, penggunaan merek

dagang, kebijaksanaan harga yang dimaksudkan untuk menegah para pesaing

agar tetap berada di luar arena, besarnya modal investasi yang diperlukan untuk

memasuki sebuah industri, dan luasnya pasar. Penjelasan tentang semua hal

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 6: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

tersebut di atas akan memperlihatkan bahwa sesungguhnya memang terdapat

kendala untuk memasuki industri tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui bentuk pasar monopoli,

yaitu situasi pasar dimana hanya ada ada satu penjual produk, dan produk

tersebut tidak ada penggantinya (no substitutes). Oleh karena itu, prilaku dalam

pengambilan keputusan di pasar agak berbeda dengan pasar persaingan

sempurna. Pemahaman prilaku monopoli sangat penting bagi para pengambil

kebijakan dalam rangka mengendalikan perekonomian yang sesuai dengan

keinginan masyarakatnya.

Agar ada monopoli, harus ada sesuatu cara agar para pesaing tidak dapat

memasuki industri tersebut. Memang ada rintangan (barriers) untuk memasuki

monopoli murni itu, dan sebagian besar rintangan itu terdapat juga dalam bentuk

pasar yang lain seperti oligopoly. Diantara rintangan itu termasuk paten dan

lisensi yang diberikan oleh pemerintah, pengendalian (control) bahan baku,

penggunaan nama merk, kebijakan harga yang dirancang untuk menahan

pesaing di luar industri, investasi modal besar yang diperlukan untuk memasuki

industri, dan luasnya pasar. Hala-hal tersebut di atas memang merupakan

rintangan untuk memasuki industri.

Yang berbeda antara perusahaan monopoli dan perusahaan dalam

struktur pasar lain adalah kurva permintaan yang dihadapi perusahaan. Karena

perusahaan monopoli adalah satu-satunya produsen bagi suatu produk tertentu,

maka kurva permintaannya adalah sama dengan kurva permintaan pasar bagi

produknya.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 7: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Bentuk pasar monopoli dibedakan menjadi :

• Pasar monopoli murni yaitu bentuk pasar yang ekstrim, contohnya PLN,

PAM, PT. Kereta Api dll.

• Pasar yang mendekati monopoli (near monopoly) yaitu pasar yang hanya

terdiri dari satu orang pengusaha (single producer). Sebagai contoh

adalah penjual sate di suatu daerah tertentu merupakan monopoli murni

untuk daerah tersebut, tetapi ia disebut near monopoly karena diluar

daerah tersebut juga ada penjual sate yang sama.

2. CIRI-CIRI PASAR MONOPOLI

Adapun yang menjadi ciri-ciri dari pasar monopoli adalah :

1. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan

Dari defenisi monopoli telah diketahui bahwa hanya ada satu saja

perusahaan dalam industri tersebut. Dengan demikian barang atau jasa yang

dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak

mempunyai pilihan lain, kalau mereka menginginkan barang tersebut maka

mereka harus membeli dari perusahaan monopoli tersebut. Syarat-syarat

penjualan sepenuhnya ditentukan oleh monopoli itu, dan para pembeli tidak

dapat berbuat suatu apapun didalam menentukan syarat jual beli.

2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip

Barang yang dihasilkan perusahaan monopoli dapat digantikan oleh barang

lain yang ada dalam pasar. Barang tersebut merupakan satu-satunya jenis

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 8: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

barang yang seperti itu dan tidak terdapat barang mirip (close subtitute) yang

dapat menggantikan barang tersebut.

3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri

Sifat ini merupakan sebab utama yang menimbulkan perusahaan yang

mempunyai kekuasaan monopoli. Keuntungan perusahaan monopoli tidak

akan menyebabkan perusahaan-perusahaan lain memasuki industri tersebut.

Adanya hambatan kemasukan yang sangat tangguh menghindarkan

berlakunya keadaan yang seperti itu. Ada beberapa bentuk hambatan

kemasukan ke dalam pasar monopoli. Ada yang bersifat legal, yaitu dibatasi

oleh undang-undang. Ada yang bersifat teknologi, yaitu teknologi yang

digunakan sangat canggih dan tidak mudah dicontoh. Dan ada pula yang

bersifat keuangan, yaitu modal yang diperlukan sanagt besar.

4. Dapat mempengaruhi penentuan harga

Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual di dalam

pasar, maka penentuan harga dapat dikuasainya. Oleh sebab itu perusahaan

monopoli dipandang sebagai penentu harga atau price setter.

5. Promosi iklan kurang diperlukan

Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satunya perusahaan di dalam

industri, ia tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan

iklan. Pembeli yang memerlukan barang yang diproduksikannya terpaksa

membeli daripadanya. Walau bagaimanapun perusahaan monopoli sering

membuat iklan. Iklan tersebut bukanlah bertujuan untuk menarik pembeli,

tetapi untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 9: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Ciri – ciri pasar monopoli yang lain adalah :

1. Hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran

2. Penampilan baik dalam bentuk lokasi penjualan maupun service

merupakan upaya mendapatkan laba maximum.

3. Penjual tunggal ini tidak dipengaruhi dan tidak mempengaruhi harga serta

output dari produk-produk lain yang dijual dalam perekonomian.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN MONOPOLI

Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan terwujudnya pasar

monopoli. Ketiga faktor tersebut adalah :

1. Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang

unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain.

Salah satu sumber penting dari adanya monopoli adalah pemilikan suatu

sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh orang atau

perusahaan lain. Di dalam suatu perekonomian, monopoli jga dapat berlaku

apabila sesuatu perusahaan menguasai seluruh atau sebagian besar bahan

mentah yang tersedia.

2. Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi

(economics of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi.

Suatu perusahaan baru menikmati skala ekonomi yang maksimum apabila

tingkat produksinya adalah sangat besar jumlahnya. Pada waktu perusahaan

mencapai keadaan dimana biaya produksi mencapai minimum, jumlah

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 10: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

produksi adalah hampir menyamai jumlah permintaan yang wujud di pasar.

Dengan demikian, sebagai akibat dari skala ekonomi yang demikian sifatnya,

perusahaan dapat menurunkan harga barangnya apabila produksi semakin

tinggi. Pada tingkat produksi yang sangat tinggi, harga adalah sedemikian

rendahnya sehingga perusahaan perusahaan baru tidak akan sanggup

bersaing dengan perusahaan yang terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini

mewujudkan pasar monopoli.

3. Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang, yaitu

pemerintah memberi hak monopoli kepada perusahaan tersebut.

Peraturan-peraturan yang mewujudkan kekuasaan monopoli adalah :

1. Peraturan patent dan hak cipta.

Hak cipta atau hak paten adalah suatu jaminan hukum untuk menghindari

penjiplakan. Agar usaha mengembangkan teknologi dengan tujuan untuk

menciptakan barang baru akan memberi keuntungan kepada perusahaan,

haruslah pemerintah melarang dan menghukum kegiatan menjiplak

tersebut.

2. Hak usaha eksklusif

Tanpa adanya hak eksklusif untuk berusaha sebagai perusahaan

monopoli akan timbul halangan untuk menikmati skala ekonomi secara

maksimum.Sebagai akibatnya setiap perusahaan akan menetapkan

harga/tarif yang tinggi ke atas barang/jasa yang dihasilkannya.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 11: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Beberapa faktor lainnya yang menyebabkan timbulnya pasar monopoli,

diantaranya:

1. Ukuran pasar yang sangat kecil sehingga dengan satu produsen saja

sudah dapat mencukupi permintaan pasar

2. Produsen menerapkan kebijaksanaan penetapan harga (limit pricing

policy), yaitu penetapan harga yang sangat rendah sehingga produsen

baru tidak ikut masuk pasar.

3. Adanya penguasaan bahan mentah. Misalnya perusahaan listrik negara

(PLN). Karena listrik merupakan kebutuhan vital masyarakat banyak ,

maka penguasaan dan pengelolaannya ditangani oleh pemerintah seperti

yang tercantum dalam UUD 1945.

4. Adanya penguasaan teknik produksi tertentu. Misalnya penguasaan teknik

foto, dulu hanya ada pada “Kodak”, sehingga sampai sekarang orang

sering menyebut tustel dengan sebutan Kodak. Demikian pula dengan

IBM, untuk menyebut komputer.

5. Adanya lisensi. Hal ini bisa terjadi karena diperoleh secara institusional.

Misalnya monopoli yang dipegang oleh ASTRA Internasional, yaitu

monopoli untuk perakitan dan penjualan mobil baru merk TOYOTA.

6. Adanya monopoli yang diperoleh secara alamiah (tidak perlu adanya

patent atau lisensi). Misalnya karena faktor luas pasar yang tidak terlalu

besar sehingga tidak memungkinkan untuk dilayani oleh lebih dari satu

penjual. Masuknya perusahaan baru biasanya tidak akan

menguntungkan, karena perusahaan lama telah lama memegang

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 12: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

monopoli, sudah mempunyai pengalaman yang lebih luas dan mempunyai

kekayaan non material atau Goodwill dari masyarakat.

7. Hasil pembinaan mutu dan spesifikasi yang tidak dimiliki oleh perusahaan

lain, sehingga lama kelamaan timbul kepercayaan masyarakat untuk

selalu menggunakan produk tersebut.

8. Modal yang besar, berarti mendukung suaut perusahaan untuk lebih

mengembangkan dan penguasaan suatu bidang usaha.

II. KURVA PERMINTAAN DAN PENAWARAN PASAR MONOPOLI

1. KURVA PERMINTAAN MONOPOLI

Kurva permintaan bagi komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan

monopoli, menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Dalam hal ini monopolis akan

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 13: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

memperoleh harga jual yang tinggi bila produksinya sedikit, dan harga yang

semakin rendah bila produksinya semakin banyak.

Price

D = AR

MR

0 Output

Gambar 1. kurva permintaan monopoli

Sifat permintaan yang dihadapi oleh monopolis sangat berbeda dengan yang

dihadapi oleh perusahaan–perusahaan dalam pasar persaingan sempurna.

Perbedaan ini juga menyebabkan perbedaan hubungan antara harga dengan

marginal revenue pasar monopoli, harga selalu lebih tinggi dari marginal

revenue, kecuali untuk unit penjualan yang pertama.

Dalam hal ini berlaku :

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 14: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Total revenue akan bertambah, tetapi besar pertambahannya semakin

berkurang dengan meningkatnya produksi

Nilai Marginal revenue lebih rendah daripada harga yang berlaku pada tingkat

produksi yang terkait (kecuali pada waktu produksi mencapai satu unit,

marginal revenue = harga)

2. KURVA PENAWARAN MONOPOLI

Pada pasar monopoli, kurva marginal cost tidak menunjukkan sifat kurva

penawaran. Misalnya pada mulanya permintaan adalah DoDo, marginal revenue

adalah Mro, sedangkan marginal cost adalah MC. Keuntungan maksimum akan

diapai bila perusahaan berproduksi sebanyak Q. pada tingkat produksi ini, harga

mencapai Po. Selanjutnya, misalkan permintaan berubah menjadi D1D1 dan

marginal revenue adalah MR1. biaya produksi tidak berbah, berarti biaya

marginal adalah tetapseperti yang ditunjukkan olah MC. Dalam keadaan yang

baru ini, unutk memaksimumkan keuntungan, perusahaan akan memproduksi

sebanyak Q, tetapi sekarang tingkat harga mencapai P1. dengan demikian,

didapati adanya dua tingkat harga (Po dan P1), tetapi hanya satu jumlah

produksi (Q). keadaan ini menyebabkan kita tidaka dapat menunjukan kurva

penawaran untuk perusahaan monopoli karena tidak terdapat hubungan yang

tetap antara harga dan jumlah yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.

Harga dan Biaya

D1

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 15: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

P1 Do

Po

D1

Do

MRo

MR1

O Q Jumlah Komoditas

Gambar 2. Kurva Penawaran Monopoli

3. POSISI KESEIMBANGAN

Karena seorang produsen monopoli adalah satu-satunya produsen

didalam pasar, maka kurva permintaan yang dihadapinya adalah juga kurva

permintaan pasar. Kurva permintaan pasar biasanya menurun dari kiri atas kek

kanan bawah, yang bebrarti bahwa produsen yang mempengaruhi harga pasar

dengan jalan menjual lebih sedikit atau lebih banyak barang produksinya.

Dengan demikian, kalau diperbandingkan dengan perusahaan dipasar

persaingan sempurna, perusahaaan monopoli harus menentukan bukan hanya

output yang harus dijual, tetapi juga (dan ini tidak berlaku pada pasar persaingan

sempurna) menentukan berapa harga jual yang bias menghasilkan keuntungan

maksimal naginya. Perbedaan lain dengan persaingan sempurna adalah bahwa

dalam monopoli, equilibrium perusahaan adalah juga equilibrium pasar.

Rp

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 16: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Q*

MR

D

AC MC

C

0

P*

Q

Gambar 3 Kurva keseimbangan pasar monopoli

Keuntungan maksimum tercapai pada tingkat output Q* dan harga P*,

yaitu dimana MR = MC. Jumlah keuntungan total yang diterima perusahaan

tersebut adalah area garis putus-putus, (P* - C dikalikan dengan jumlah input

0Q*).yang perlu diperhatikan disini adalah equilibrium seperti ini(yaitu dimana

ada keuntungan lebih “excess profit) bias berlaku bagi jangka panjang maupun

jangka pendek. Sebabnya adalah dalam jangka panjangpun kasus monopoli

menganggap bahwa tidak ada perusahaan baru masuk ( atau biasa masuk).

Keuntungan lebih atau excess profit atau sering disebut dengan istilah

“keuntungan monopoli” (0Q* x P*C) masih tetap bias dinikmati produsen dalam

jangka panjang. Memeang ada kemungkinan bahwa

dalam jangka panjang perusahaan monopoli hanya memperoleh keuntungan

normal ( yang sudah diperhitungkan dalam kurva Average Cost), seperti gambar

berikut dibawah ini :

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 17: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

AC

Rp

0

P*

Q

MC

D MR

Q*

Gambar 4. Keuntungan normal pada pasar monopoli

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 18: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

III. PENDAPATAN MARJINAL DAN HARGA

Jika pada persaingan sempurna, harga barang sama dengan pendapatan

marjinal karena perusahaan menerima harga yang ditentukan oleh pasar.

Sekarang, kurva permintaan yang dihadapi oleh monopoli merupakan kurva

permintaan industri.

Gambar Kurva Permintaan Industri Monopoli :

P1

P

A B C

E

MR D

Q10 Q

Gambar 5 Kurva Permintaan Industri Monopoli

Hubungan antara pendapatan rata-rata dan pendapatan marjinal dilukiskan,

MR=AR/e. Misalnya penjualan sama dengan 0Q, maka besarnya e yaitu:

111

1 00 AP

ACPDC

QDQe ===

Karena CE

CQAP

A 1

1

0= maka

CECQe 1=

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 19: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Jika e > 1 sementara harga diturunkan, maka pendapatan total akan

bertambah. Oleh karena penerimaan marjinal adalah tambahan dari penerimaan

total, maka penerimaan marjinal harus positif. Dan sebaliknya, jika harga

diturunkan maka penerimaan total turun, jika e < 1 maka penerimaan marjinal

harus negatif. Dan akhirnya jika e = 1 maka bila harga diturunkan, penerimaan

total tidak berubah. Jadi penerimaan marjinal harus sama dengan nol. Atau

dapat dikatakan bahwa, jika MR > 0, maka e > 1; jika MR=0, maka e = 1; dan jika

MR <0, maka e < 1.

Keterangan ini dapat dilihat pada gambar berikut.

P

A

B

MR D

e < 1

e > 1

e = 1

0 Q

Gambar 6 Elastisitas Permintaan Monopoli

Elastisitas permintaan disepanjang A-B adalah > 1 dan pada titik B

elastisitasnya = 1 dan disepanjang B-D adalah < 1. Dengan melihat hubungan

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 20: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

antara penerimaan marjinal dan penerimaan rata-rata dan hubungan antara

penerimaan marjinal dan elastisitas harga, maka dapat dianalisis pengambilan

keputusan dari seorang mengenai penentuan harga dan output.

1. PENDAPATAN (REVENUE) RATA-RATA DAN PENDAPATAN MARJINAL

Average dan marginal revenue (AR dan MR) perusahaan monopoli dapat

diperoleh dari (derived from) kurva permintaan pasar. Jika perusahaan monopoli

menarik harga yang sama untuk semua unit yang dijualnya, maka AR per unit

adalah identik dengan harga. Jadi kurva permintaan pasar juga merupakan AR

perusahaan.

Karena kurva permintaan (D curve) ‘slope’nya negatif, maka perusahaan

monopoli harus menurunkan harga untuk semua unit untuk dapat menjual unit

tambahan (an extra unit). Berarti bahwa tambahan pada penerimaannya

(revenue-nya) karena penjualan satu tambahan ekstra adalah kurang dari harga

yang dia terima untuk unit tersebut (berkurang dengan jumlah yang hilang

sebagai akibat dari pemotongan harga pada semua unit yang ia jual).

2. EKUILIBRIUM MONOPOLI JANGKA PENDEK

Untuk menunjukkan posisi monopolis dengan keuntungan yang maksimal,

kita harus menyatukan keterangan tentang penerimaan (revenue) dan biaya

(costs) bagi monopolis dan menerapkan dua peraturan (rules) yang dibicarakan

sebelum ini adalah :

a.perusahaan sebaiknya tidak beroperasi, kecuali jika harga paling sedikit

sama dengan AVC-nya, dan

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 21: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

b.jika perusahaan berproduksi, output-nya harus tetap diterapkan pada titik di

mana MC = MR.

Jika perusahaan memproduksi dengan MC = MR, ia mencapai ekuilibrium

karena bagi perusahaan monopoli MR lebih kecil dari pada harga, maka jika

MR = MC, keduanya lebih kecil dari pada harga.

Hubungan antara elastisitas dan penerimaan (revenue) mempunyai implikasi

yang menarik bagi ekuilibrium perusahaan monopol. Karena MC selalu lebih

besar dari pada nol, maka monopolis yang memaksimumkan keuntungan

(yang beroperasi dengan MR = MC) akan selalu memproduksi dimana MR

adalah positif, artinya, dimana permintaan adalah elastis. Jika perusahaan

beroperasi bila permintaan adalah inelastis, dia dapat menurunkan outputnya,

dengan demikian menaikkan TR-nya dan menurunkan TC-nya. Jadi

monopolis yang memaksimumkan keuntungan tidak akan mendorong (push)

penjualan kedalam ‘range’ dimana kurva permintaan adalah inelastic.

Output yang memaksimumkan keuntungan (profit maximizing output) adalah

qo, dimana MR =MC, harga = p0, yang lebih besar dari pada MC pada output

tersebut. peratran bagi memaksimumkan keuntungan menghendaki MR =

MC, dan p lebih besar dari pada AVC . adanya keuntungan ditentukan oleh

kedudukan kurva ATC.

3. EKUILIBRIUM MONOPOLI JANGKA PANJANG

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 22: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Jika perusahaan monopoli menanggung rugi dalam jangka pendek, ia akn

terus beroprasi selama ia dapat menutup biaya variabelnya. Tetapi dalam

jangka panjang ia akan meninggalkan industri (akan tutup usaha ) kecuali jika

ia dapat menemukan skala operasi (a scale of operation) yang dapat

menutup seluruh ‘oportunity cost’nya.

Jika perusahaan monopoli mendapat keuntngan, perusahaan-perusahaan

lain ingin masuk industri tersebut, dan perusahaan yang ada berhenti menjadi

monopolis.

4. PEMAKSIMUMAN KEUNTUNGAN DALAM MONOPOLI

Sifat umum dari permintaan barang-barang yaitu ; makin tinggi harga

sesuatu barang, makin sedikit jumlah yang diminta. Permintaan ke atas produksi

monopoli tidak menyimpang dari sifat umum ini. Permintaan yang dihadapi oleh

monopoli adalah berbeda dengan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam

persaingan sempurna. Sebagai akibatnya dalam monopoli, harga selalu lebih

tinggi dan hasil penjualan marginal.

Kesimpulan yang dapat diambil, apabila harga barang menjadi semakin

menurun pada waktu jumlah produksi semakin meningkat, maka:

• Hasil penjualan total akan mengalami pertambahan, tetapi pertambahan

itu semakin berkurang apabila poduksi bertambah banyak. Setelah

mencapai satu tingkat produksi tertentu pertambahannya akan menjadi

negatif.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 23: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

• Pada umumnya hasil penjualan marginal nilainya adalah lebih rendah

daripada harga. Hanya pada waktu produksi mencapai satu unit hasil

penjualan marginal = harga.

Jumlah output yang ditawarkan oleh pengusaha tergantung dari titik

optimum usahanya. Keputusan untuk menetapkan output dan harga pada pasar

monopoli padda dasarnya sama seperti pada pasar persaingan sempurna. Kurva

penerimaan total (TR) pada monopoli berbentuk U terbalik. Hal ini disebabkan

oleh sifat permintaan yang dihadapi oleh monopoli, yaitu jika harga diturunkan

maka permintaan akan naik, dan sebaliknya jika harga dinaikkan maka

permintaan akan turun.

Maksimum laba dicapai pada saat kemiringan kurva TR sama dengan

kemiringan kurva biaya total jangka pendek (SRTC). Padahal, kemiringan TR

berarti MR dan kemiringan TC jangka pendek berarti SRMC (short run marjinal

cost). Sehingga laba maksimum dicapai jika MR=SRMC.

P

SRTC

TR

R

0 Q1 Q

Gambar 7 Maksimisasi Laba Monopoli

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 24: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Pada saat laba maksimum, maka output sebanyak Q1 dan harga

ekuilibrium tentunya ditentukan dari kurva permintaannya. Output sebanyak Q1

tersebut ditentukan oleh titik potomg antara kurva marjinal Revenue (MR) dan

kurva short run marjinal cost (SRMC).

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 25: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

SRMC SRAC

P

A

C B

D MR0 Q1 Q

P1

Gambar 8 Penentuan Output dan Harga

Pada gambar diatas, besnya laba adalah selisih antara penerimaan total

(TR) dengan biaya total (TC), yaitu:

TR = P x Q

TR = 0P1 x 0Q1 = 0P1AQ1

TC = AC x Q

TC = 0C x 0Q1 = 0CBQ1

Jadi, laba bersih sebesar 0P1AQ1 dikurangi 0CBQ1 = CP1AB. Atau sama

dengan laba per unit (CP1) kali jumlah output (0Q1) = CP1AB.

Dengan memahami analisis yang sudah ada, maka dimungkinkan sekali

orang mempunyai pandangan yang salah mengenai tingkah laku monopolis,

yaitu:

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 26: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Pertama, bahwa monopolis selalu memperoleh keuntungan dengan

adanya kenaikan harga. Seorang monopolis, paling sedikit harus memperoleh

hasil investasi yang normal (normal return on investment) dalam jangka panjang.

Tetapi dalam jangka pendek ia pasti dapat menderita kerugian asal saja ia dapat

menutup biaya variabel maka ia dapat melanjutkan usahanya.

Kedua, bahwa kenaikan harga akan selalu menguntungkan monopoli.

Kita asumsikan bahwa monopolis berusaha memaksimumkan laba. Oleh sebab

itu, jika monopolis menaikkan harga maka penerimaan totalnya akan menurun.

Hal ini terjadi karena untuk memaksimumkan laba, maka MR harus sama

dengan MC. Biaya marjinal (MC) harus selalu positif, sebab biaya marjinal itu

merupakan perubahan dalam biaya total, dan biaya total akan selalu naik jika

output diperluas. Penerimaan marjinal yang positif berarti menunjukkan bahwa

permintaannya bersifat elastis, maka kenaikan harga akan menyebabkan

turunnya penerimaan total. Pandangan yang salah bahwa kenaikan harga selalu

menguntungkan monopolis adalah jika permintaan yang dihadapi monopolis

bersifat inelastis sempurna.

Ketiga, pandangan yang salah mengenai monopolis adalah bahwa ia

akan memproduksi pada tingkat output yang optimum dsan dalam ukuran pabrik

yang optimum. Dalam jangka panjang, monopolis tidak perlu mendapat laba

murni, tetapi hanya hasil investasi normal (normal return on investment). Agar

monopolis mencapai laba maksimum dalam jangka panjang, maka ia harus

memproduksi output dengan menyamakan antara MR dan LRMC, kemudian ia

menyesuaikan ukuran pabriknya. Maka harga jual di pasar dapat ditentukan.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 27: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Keputusan mengenai harga dan output dalam monopoli murni diambil

dengan cara yang sama seperti dalam persaingan murni. Yakni monopolis ingin

memaksimumkan perbedaan antara pendaoatan total dan biaya total dalam

jangka panjang, asal saja perbedaan itu lebih besar dari atau sama dengan nol.

Dalam jangka pendek para monopolis sekali lagi ingin memaksimumkan

perbedaan antara pendapatan total dan biaya total, asal saja biaya variabel

dapat ditutup.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 28: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 29: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

IV. DISKRIMINASI HARGA

Hal penting menyangkut kepentingan pasar biasanya berupa kuantitas

barang yang akan diproduksi dan dijual, serta yang akan dikenakan pada

pembelinya. Pada pasar persaingan sempurna, produsen hanya mampu

mengambil keputusan tentang besarnya kuantitas produksi saja, sedangkan

produsen yang memegang kekuasaan monopoli dapat mengambil keputusan

baik harga maupun kuantitas.

Diskriminasi harga (price discrimination) merupakan kebijakan monopolis

mengenai harga yang pada dasarnya menetapkan harga yang berbeda kepada

konsumen yang berbeda. Tujuan pokok dari kebijakan diskriminasi harga adalah

untuk menaikkan jumlah keuntungan optimal. Jadi meskipun monopolis mungkin

tidak mendapatkan keuntungan dari adanya kenaikan harga, maka ia akan

memproleh keuntungan dengan menetapkan berbagai tingkat harga pada produk

yang sama untuk konsumen yang berbeda.

Diskriminasi harga terjadi jika produsen menetapkan harga-harga yang

berbeda untuk unit-unit yang berbeda dari komoditi yang sama, berdasarkan

alas an-alasan yang tidak ada hubungannya dengan perbedaan dengan

biaya. Tidak semua perbedaan harga (price differences) menggambarkan

Diskriminasi harga (price discrimination)

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 30: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan diskriminasi

dapat dilaksanakan, diantaranya :

1. Jika monopolis mampu memisah-misahkan pasar. Jika monopolis tidak

mampu memisah-misahkan pasar, maka para konsumen akan membeli di

pasar yang memiliki harga yang lebih rendah, yang lama-kelamaan akan

menaikkan harga dan menjualnya ke pasar yang memiliki harga yang

tinggi, yang selanjutnya akan menurunka harga. Sehingga harga pada

kedua pasar tersebut sama.

2. Elastisitas permintaaan pada setiap tingkat harga harus berbeda diantara

kedua pasar supaya diskriminasi harga tersebut menguntungkan.

1. MENGAPA DISKRIMINASI HARGA MENGUNTUNGKAN

Diskriminasi harga yang terus berlaku adalah menguntungkan adalah

karena :

1. pembeli yang berbeda mau membayar jumlah-jumlah yang berbeda utuk

komoditi yang sama atau karena

2. seorang pembeli mau membayar jumlah yang berbeda untuk unit-unit

yang berbeda dari komoditi yang sama.

Hal yang mendasar dari diskriminasi harga adalah bahwa dalam keadaan-

keadaan tersebut pera penjual dapat menangkap atau memperoleh sebagian

dari surplus konsumen yang sesungguhnya akan diperoleh pembeli.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 31: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Diskriminasi harga yang sempurna (perfec price discrimination) terjadi jika

seluruh surplus konsumen dicapai perusahaan. Untuk setiap unit dijual

dangan harga yang berbeda. Kemampuan untuk menentukan berbagai harga

memberikan kesempatan pada penjual untuk memperoleh sebagian (atau

dalam kasus yang ekstrim, semua) surplus konsumen. Dalam praktek hal ini

jarang terjadi.

2. KONSEKUENSI-KONSEKUENSI DISKRIMINASI HARGA

Pernyataan 1. untuk suatu tingkat pernyataan output tertentu

sistemdiskriminasi harga yang paling menguntungkan akan memberi ‘total

revenue’ (TR) yang lebih tinggi kepada perusahaan dari pada satu harga

yang memaksimumkan keuntungan.

Pernyataan 2. output dengan diskriminasi harga pada umumnya akan

lebih besar dari pada monopoli dengan satu harga.

3. SYARAT-SYARAT DISKRIMINASI HARGA

Syarat-syarat yang menyebabkan Diskriminasi Harga adalah :

1. Barang tidak dapat dipindahkan dari satu pasar ke pasar lain.

2. Sifat barang atau jasa itu memungkinkan dilakukan diskriminasi harga.

3. Sifat permintaan dan elastisitas permintaan di masing-masing pasar

haruslah sangat berbeda.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 32: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

4. Kebijakan diskriminasi harga tidak memerlukan biaya yang melebihi

tambahan keuntungan dari kebijakan tersebut.

5. Produsen dapat mengeksploiter beberapa sikap tidak rasional konsumen.

6. Elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus berbeda diantara

kedua pasar supaya diskriminasi harga tersebut menguntungkan.

Diskriminasi harga dapat dibedakan menjadi tiga:

1. Diskriminasi harga derajat ketiga (third degree price discrimination). Yaitu

jika monopolist menetapkan adanya 2 harga yang berbeda pada 2

segmen pasar yang berbeda.

P

0

P1

a

P0

Q D

Gambar 9 Diskriminasi Harga Drajat ketiga

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 33: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

2. Diskriminasi harga derajat kedua (second degree price discrimination),

yaitu jika monopolist menetapkan lebih dari 2 macam harga untuk lebih

dari 2 segmen pasarnya.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 34: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

D

P1

P0

P2

P3

P

Q a 0

Gambar 10 Diskriminasi Harga Drajat kedua

3. Diskriminasi harga derajat pertama (first degree price discrimination), yaitu

jika monopolist berhasil menetapkan harga yang berbeda untuk setiap

pembelinya.

Gambar Diskriminasi Harga Derajat Pertama

0 a Q

P

P0

D

Gambar 11 Diskriminasi Harga Drajat pertama

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 35: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Meskipun monopolis mungkin tidak memperoleh keuntungan dari adanya

kenaikan harga, ia dapat memperoleh keuntungan dengan mempraktekkan

diskriminasi harga. Monopolis menganggap praktek semacam itu mungkin

dilaksanakan dan dapat menghasilkan laba. Tipe yang paling umum dari

diskriminasi harga adalah diskriminasi “derajat-ketiga” (third degree

discrimination). Diskriminasi semacam itu dipraktekkan apabila monopolis

berpendapat bahwa ia dapat memasang harga yang berbeda-beda dalam pasar

yang berbeda-beda (kita mengasumsikan dua pasar) bagi dua produk yang

sama, dengan syarat harga yang berbeda-beda itu tidak dibenarkan dari segi

biaya. Diskriminasi harga hanya dapat dilaksanakan, jika monopolis mampu

memisah-misahkan pasar. Jika ia tidak dapat berbuat demikian, maka konsumen

akan membeli di pasar dengan harga tinggi, yang akan menurunkan harga. Jadi

harga kedua dalam pasar itu akan menjadi sama. Selanjtunya, elastisitas

permintaan di setiap tingkat harga harus berbeda di antara kedua pasar itu,

sebelum diskriminasi harga dapat menguntungkan.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 36: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

V. DAMPAK MONOPOLI

1. PENGARUH MONOPOLI DAN PERAN PEMERINTAH

Karena dalam monopoli kekuasaan pengusaha tunggal pada suatu pasar

dapat menjadi amat besar, maka biasanya pemerintah ikut campur tangan dalam

sektor yang dikuasai oleh monopolis tersebut untuk mencegah jangan sampai

besarnya kekuasaan tersebuut disalahgunakan. Ada beberapa cara bentuk

campur tangan pemerintah tersebut, diantaranya:

Pertama, pemerintah dapat membuat undang-undang yang melarang

adanya monopoli dan atau kolusi diantara para pengusaha yang mempunyai

akibat yang sama dengan monopoli.

Kedua, pemerintah dapat mengusahakan sendiri bidang usaha ini.

Misalnya pos, telepon, air, listrik dan sebagainya ditempatkan dalam perusahaan

pemerintah, agar kepentingan masyarakat banyak selalu diperhatikan.

Ketiga, pemerintah dapat menerapkan pajak progresif atas dasar besar

kecilnya pangsa pasar yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Seorang monopolist

murni akan mendapat beban tertinggi karena pangsa pasar yang dikuasainya

adalah seratus persen.

Keempat, yaitu dengan menetapkan harga tertinggi (ceiling price).

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 37: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

P

0

PM P1 P2

MC

AC

QM Q2 Q1

MR D Q

Gambar 12 Pengaruh Penetapan Harga Pemerintah Thdp Monopoli

Monopolist akan menetapkan harga sebesar PM dsan menjual outputnya

sebanyak QM, maka pemerintah dapat menetapkan harga tertinggi sebesar P1

(sama dengan biaya marjinal), dan monopolist masih mendapat untung sebesar

diatas normal. Dengan demikian harga menjadi lebih rendah dan kuantitas

menjadi lebih banyak, yaitu Q1. Konsumen pada keadaan demikian akan

mendapatkan kesejahteraan yang semakin besar dengan semakin besarnya

surplus konsumen dan semakin besarnya kebutuhan yang dapat dipenuhi

karena persediaan barang di pasar yang mampu di belinya semakin besar.

Disamping itu, perluasan produksi akan menyebabkan perluasan kesempatan

kerja.

Jika usaha ini dikuasai oleh pemerintah, pemerintah mungkin akan

menetapkan harga patokan setinggi P2 atau sama dengan biaya rata-rata. Pada

harga P2 harga menjadi lebih rendah sehingga akan menaikkan taraf kehidupan

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 38: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

masyarakat. Kesempatan kerja juga semakin meluas dengan semakin luasnya

jumlah produksi.

2. MONOPOLI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kalau pasar persaingan sempurna bisa menjamin apa yang disebut

“welfare optimum” bagaimanakah halnya dengan pasar monopoli ?

Implikasi terhadap kesejahteraan masyarakat perlu diperhatikan adalah bahwa

dalam pasar monopoli :

a. Ada kemungkinan keuntungan monopoli tetap bias dinikmati produsen

monopoli dalam jangka panjang. Keuntungan monopoli adalah

keuntungan yang lenbih diangggap dari keuntungna normsl. Jadi, dari

segi distribusi penghasilan antar warga masyarakat, pasar monopoli bisa

menciptakan ketidakadilan (yaitu : mengapa produsen monopoli

menerima keuntungan yang lebih besar dari perusahaan lain?). Dalam

kasus dimana LAC perusahaan monopoli bersinggungan dengan kurva

permintaan, maka masalah ketidakaadilan ini tidak timbul, karena

perusahaan tersebut (dalam kasusu ini) hanya menerima keuntungan

“normal(seperti pengusaha-pengusaha lain) tetapi, kasusu ini biasanya

hanya kebetulan saja.

b. Volume produksi lebih kecil dari volume output optimum. Yaitu volume

produksi perusahaan monopoli lebih rendah dari volume output yang

dihasilkan dengan Average cost yang mionimum (dimana hal ini terjadi

persaingan persaingan sempurna dalam jangka panjang). Ini berarti

bahwa dalam pasar monopoli ada ketidak efisienan dalam produksi,

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 39: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

karena perusahaan monopoli tidak memanfaatkan secara penuh adanya

economies of scale. Dari segi masyarakat, ini adalah suat “pemborosan”

(perhatikan bahwa selam kurva permintaan menurun, maka perusahaan

akan selalu memilih tingkat output dimana Average Costnya menurun.

Dan ini berlaku baik bagi kasus dimana ada keuntungan monopoli

ataupun dalam kasus perusahaan monopoli hanya menerima keuntungan

normal).

c. Ada unsure” exploitasi” oleh perusahaan-perusahaan monopoli terhadap :

1. Konsumen, dengan ditetapkan harga jual (= P) diatas ongkos

produksi dari unit terakhir outputnya (= MC).

2. pemilik factor-faktor produksi yang digunakan oleh produsen

monopoli tersebut, dengan dibayarnya factor produksi dengan

harga (=MC) yang lebih rendah dari niolai pasar dari output yang

dihasilakan (=P). misalnya bagi pemilik factor produksi tenaga

kerja, yaitu buruh dibayarkan upah yang lebih rendah daripada

sumbangan ( dalam bentuk ouytput) dari tenaga kerja tersebut bila

dinilai dengan harha pasar yang berlaku bagi output . Exploitasi

menjadi ganda apabila simonopolis juga menguasai pasar input.

3. MONOPOLI TIDAK SELALU BURUK

Dari apa yang dibahas diatas kita lihat bahwa kerugian masyarakat dari

adanya monopoli bukan hanya timbul karena perusahaan monopoli bisa

menikmati keuntungan diatas keuntungan yang wajar tetapi ada bentuk-bentuk

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 40: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

kerugian-kerugian lain. Jadi, meskipun seandainya keuntungan monopoli yang

mula-mula dinikmati oleh perusahaan tersebut dikenakan pajak sampai habis

dan tinggal keuntungan “normal”, bentuk pasar monopoli mempunyai efek-efek

negative berupa efisiensi produksi yang dibawah optimum dan “exploitasi”

konsumen dan buruh. Tetapi monopoli tidakl selalu lebih buruk dari pasar

persaingan sempurna, yaitu bila kita lihat dari segi-segi lain :

a. “sejarah menunjukkan”, kata ahli ekonomi Joseph Schumpetter, “bahwa

industri yang bersifat monopolis tislah yang ternyata menunjukkan suatu

dinamika yang berkembang lebih besar”. Sebabnya adalah bagi industri-

industris monopolistis yang besa, keuntungan monopoli mereka bisa

diguankan untuk tujuan-tujuan penelitian dan pengembangan yang

kemudian diikuti dengan inovasi-inovasi dalam teknologi. Pengalaman

menunjukkan bahwa justru pada industri-industri yang bersifat

monopolilah kita jumpai kemajuan-kemajuan teknologi yang cepat.

b. Dalam kasus decreasing Cost diamana luas pasar terbatas daqn factor

“economies of scale” besar tidaklah mungkin diharapkan adanya suatu

bentuk industri persaingan sempurna yang efisien. Kalau bentuk

persaingan sempurna (diaman kita mempunyai perusahaan-perusahaan

yang kecil-kecila dan banyak didalam industri tersebutr) dipaksakan pada

kasus depressing cost maka hasilnya adalah timbulnya perusahaan-

perusahaan “gurem” (kecil-kecil) yang massing-masing bekerja pada LAC

yang jauh dari posisi minimumnya karena perusahan-perusahaan “gurem”

ini tidak bisa memanfaatkan ecomonies of scale yang tersedia. Kata

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 41: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

Samuelson : “seandainya baja bisa diproduksikan denagn “skala” sekecil

untuk berproduksi beras, maka dengan sendirinya akan timbul ribuan-

ribuan produsaen baja disuatu Negara.

Perhatiakan bahwa kedua kasusu ini tidak meniaadakan efek-efek

negative yang timbul dari bentuk pasar monopoli, seperti yang diuraikan

sebelumnya. Kedua kasus tersebut hanya menyatakan bahwa mungkin ada

efek-efek positif dari monopoli yang perlu dipertimbangkan. Tugas ahli ekonomi

adalah menimbang efek negative dengan efek positifnya bagi masing-masing

kasus monopoli dan kemudian menentukan langkah-langkah apa yanmg perlu

doiambil. Namun adanya monopoli itu sendiri, wajib dicurigai dan diteliti.

4. ANTI MONOPOLI

Di dalam pasal 1 angka 1 UU Antimonopoli, monopoli didefiniskan "suatu

penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas

penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku

usaha". Dapat diartikan bahwa monopoli ada jika satu pelaku usaha atau satu

kelompok pelaku usaha menguasai suatu produksi atau pemasaran barang atau

penggunaan jasa tertentu. Dengan kata lain, monopoli ada jika hanya ada satu

pelaku usaha yang memproduksi atau menjual suatu barang tertentu pada pasar

yang bersangkutan.

Monopoli sebenarnya tidak dilarang sepanjang hal itu atas hasil usaha

pelaku yang bersangkutan secara fair. Misalnya jika suatu pelaku usaha A

menghasilkan (memproduksi) suatu produk baru di pasar, otomatis pelaku usaha

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 42: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

tersebut sebagai monopolis. Yang dilarang oleh UU Antimonopoli adalah praktek

monopoli yang mengakibatkan persaingan menjadi tidak sehat pada pasar yang

bersangkutan.

Misalnya, pelaku usaha B ingin memproduksi barang seperti yang

diproduksi pelaku usaha A, maka pelaku usaha A tidak boleh melakukan

hambatan (entry barrier) supaya pelaku usaha B tidak dapat memproduksi

barang yang sama tersebut. Selain itu, pelaku usaha A ada kemungkinan bisa

melakukan hambatan masuk pasar, seperti jika pelaku usaha A mematenkan

produk temuannya kepada dirjen paten dan pelaku usaha A mempunyai hak

monopoli (biasanya) selama 20 tahun. Dan setelah itu, setiap orang boleh

memproduksi barang yang sama. Itu pun harus mendapat lisensi dari pemegang

hak paten tersebut.

Dari penjelasan singkat tersebut, kita sudah berbicara masalah hubungan

antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha yang lain pada pasar yang

bersangkutan. Hubungan yang normal di antara pelaku usaha, berperilaku

secara wajar tidak melanggar ketentuan undang-undang yang berlaku, maka

terjadilah apa yang kita sebut dengan persaingan usaha yang sehat. Memang,

definisi persaingan usaha yang sehat belum ada secara mutlak.

Di antara para ahli hukum persaingan, juga tidak ada kesepakatan

pendapat mengenai definisi persaingan usaha yang sehat. Paraahli hukum

persaingan mempunyai persepsi masing-masing jika memberikan definisi hukum

persaingan yang sehat. Tetapi jika terjadi hubungan yang tidak wajar antara

pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha lain melalui perilaku usahanya,

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 43: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

dan hal ini menjadikan pasar menjadi terdistorsi, maka Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) harus memulihkan pasar yang terdistorsi tersebut

menjadi sehat.

Pasar yang terdistorsi tersebut adalah suatu persaingan usaha tidak

sehat. Oleh karena itu, di pasal 1 angka 6 dalam UU Antimonopoli didefinisikan

persaingan usaha tidak sehat. Menurut pasal 1 angka 6 tersebut, persaingan

usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan

dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan

usaha.

Dari ketentuan pasal 1 angka 6 tersebut, dapat kita simpulkan bahwa di

dalam pasal 1 angka 6 diatur secara bersamaan masalah persaingan usaha

tidak sehat yang dilakukan secara tidak jujur (curang) dan melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha. Sementara di dalam UU Antimonopoli itu sendiri

tidak mengatur masalah persaingan usaha yang tidak secara tidak jujur (curang).

5. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INOVASI DALAM PASAR

MONOPOLI

Pandangan I : Monopoli Tidak Merangsang Inovasi

Golongan ini berpandangan bahwa ketiadaan persaingan menimbulkan

keengganan kepada monopoli untuk melakukan perubahan. Tanpa adanya

persaingan monopoli tidak perlu gelisah akan kehilangan pasar dan mengalami

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 44: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

kerugian karena perusahaan lain tidak akan masuk ke dalam industri tersebut.

Maka selama ia tidak diperlukan, perubahan dalam teknologi dan inovasi tidak

akan dilakukan oleh monopoli.

Pandangan II : Monopoli Merangsang Inovasi

Golongan ini berpendapat bahwa monopoli akan mendorong

perkembangan teknologi dan inovasi didasarkan kepada dua alas an berikut :

• Perkembangan teknologi dan inovasi adalah suatu cara untuk mengurangi

biaya per unit dan meninggikan keuntungan.

• Memiliki teknologi yang lebih baik dari perusahaan lain adakalanya

merupakan sumber dari terwujudnya monopoli.

VI. PENGENDALIAN MONOPOLI

Sampai sekarang ini, mungkin orang memperoleh kesan bahwa monopoli

itu “sesuatu yang jelek”. Oleh karena itu banyak orang menasihatkan untuk

mengendalikan monopoli. Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara

yaitu: metode pengendalian harga dan perpajakan. Hal yang menarik adalah

beberapa metode pengendalian ini semuanya mempunyai hasil yang agak

berbeda. Pengendalian harga menhasilkan output yang bersaing murni dan laba

yang lebih rendah, sedangkan metode pajak semuanya menghasilkan laba murni

yang lebih rendah tetapi tidak akan menaikkan output. Sebenarnya, pajak per

unit menyebabkan output yang lebih rendah. Maka, dari segi pandangan

masyarakat, pengendalian harga merupakan metode yang paling

menguntungkan, karena output yang dijual di pasar lebih banyak dan dengan

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 45: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

harga yang lebih rendah. Perlu diketahui bahwa pajak persentase dan pajak

tetap tidak diteruskan atau dibebankan kepada konsumen, sedangkan sebagian

dari pajak per unit menjadi beban konsumen. Tetapi semua pengendalian ini

mengurangi laba murni monopoli dan dengan demikian merubah distribusi

pendapatan.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007

Page 46: DISUSUN : SATIA NEGARA LUBIS

DAFTAR PUSTAKA

Bilas, R.A., 1986. Teori Mikroekonomi. Terjemahan: G. Hutauruk, MBA.

Erlangga, Jakarta.

Boediono,1992, Ekonomi Mikro, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Business News, tanggal 15 September 1997.

Ida, Nuraini, 2005. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah

Malang Press, Malang.

Kadariah.1994. Teori Ekonomi Mikro. Fe-UI. Jakarta.

Nasution. S.H dan Tarmizi, H.B, 1996. Ekonomi mikro. USU Press, medan.

Nuraini, I. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang,

Malang.

Pindyck, R.S., Daniel L.R.,2003. Mikro Ekonomi. PT. Indeks, Jakarta.

Sudarman, Ari dan Algifari, 1992. Ekonomi Mikro-Makro (Teori, Soal, dan

Jawaban): Edisi II. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Sugiarto, Tedy Herlambang, Brastoro, Rachmat Sudjana, dan Said Kelana,

2005. Ekonomi Makro; Sebuah kajian Komprehensif. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006 USU Repository © 2007