Upload
buibao
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
USAID PRIORITAS:Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa
Sebanyak 253 Fasilitator Daerah
dari 12 kabupaten dan kota di Sulawesi
Selatan segera menyebarluaskan
praktik pembelajaran dan manajemen
sekolah yang baik di tingkat sekolah
dan kabupaten. Mereka terdiri dari
123 pelatih untuk SD/MI dan 130
pelatih untuk SMP/MTs. Mereka
berasal dari guru, kepala sekolah,
pengawas, dosen dari LPTK mitra, dan
tenaga kependidikan di Dinas
Pendidikan (Diknas) dan Kemenag.
Mereka siap melatih seusai
mengikuti Training of Trainer (ToT)
tingkat Provinsi tentang Praktik
Pembelajaran dan Manajemen Berbasis
Sekolah yang baik yang dilaksanakan di
Parepare. Pelatihan masing-masing
dua angkatan untuk tingkat SD/MI dan
SMP/MTs, berlangsung sejak bulan
Maret hingga Juni. ToT Fasilitator
Daerah untuk SMP/MTs angkatan
pertama dan kedua dilaksanakan di
hotel Parewisata dan Delima Sari pada
tanggal 4-10 Maret dan 20-26 Mei.
Angkatan pertama diikuti oleh 130
peserta yang berasal dari Kabupaten
WARTA PRIORITASMedia Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan
EDISI 03/APRIL-JUNI 2013
Foto (1) dan (2): Praktik penerapan pembelajaran PAKEM di SDN Sudirman III Makassar dan di SDN 166 Mattirobulu
Pinrang, (3), (4), dan (5): Aktifitas kerja kelompok peserta TOT Fasda SMP/MTs di Parepare
3 4 5
Komitmen pemerintah kabupaten/kota eks program DBE-USAID untuk menigkatkan kualitas pendidikan dibuktikan melalui penyebarluasan pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan pembelajaran inovatif: PAKEM untuk SD/MI dan Contextual Teaching and Learning untuk SMP. Mereka melatih kepala sekolah, pengawas, komite, dan guru-guru yang belum terjangkau oleh pelatihan program DBE-USAID (2005-2011). Mereka sendiri yang membiayai pelatihannya dari sumber dana yang beragam meliputi: Dana APBD 2013, dana sekolah/madrasah, dan dana mandiri peserta.
Kabupaten Enrekang. Dikbud dan Kemenag telah melatih 247 guru, kepala sekolah, staf sekolah (bendahara), pengawas, dan komite sekolah tentang Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) serta Manajemen Berbasis Sekolah. Mereka berasal dari 23 SMP dan 12 MTs di Kecamatan Enrekang, Baraka, dan Alla. Enam (6) angkatan pelatihan, masing-masing 3 angkatan untuk pembelajaran dan MBS, berlangsung pada Periode Diseminasi 1: Mei-Juni 2013. Periode Diseminasi II akan dilanjutkan sesuai jadwal program Capacity Buiding guru dan sekolah oleh Diknas dan Kemenag tahun 2013-2014.
Kabupaten Pinrang. Dikbud dan Kemenag mengelola pelaksanaan 31 Angkatan pelatihan Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual untuk SMP/MTs, PAKEM untuk SD/MI, serta MBS dalam periode Mei-Desember 2013-2014. Hingga bulan Juni telah melatih 151 kepala sekolah, komite, bendahara sekolah, dan guru tentang MBS. Mereka berasal dari 28 MI, 22 MTs di sejumlah
kecamatan.
Kabupaten Soppeng. Dikbud dan Kemenag melatihkan Penguatan Peran Komite Sekolah untuk 60 ketua, sekretaris, dan bendahara komite sekolah (diseminasi modul USAID-DBE), serta 54 kepala sekolah, guru, dan komite tentang Manajemen Berbasis Sekolah. Pelatihan berlangsung dalam bulan Juni 2013.
Kota Makassar. Pelatihan mandiri yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 20 Makassar dengan melatihkan pembelajaran kontekstual untuk 53 orang guru untuk 5 Mapel target: Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Kabupaen Pangkep. Dikbud dan Kemenag mengagendakan 12 angkatan pelatihan dalam periode Agustus-Oktober. Terdiri dari 11 group pelatihan CTL untuk 27 SMP dan 17 MTs di Kec. Ma'rang, serta 1 group untuk MBS yang ada di Kec. Pangkajene, Bungoro, Ma'rang, Mandalle, Labakkang, dan Segeri.
Informasi lebih lanjut silakan klik: www.prioritaspendidikan.orgUSAID PRIORITAS:
Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities
for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students
12 DISEMINASI
USAID PRIORITAS Latih 253 Fasilitator Daerah(FASDA)
Terapkan Pembelajaran Aktif dan Manajemen Berbasis Sekolah
21
WARTA PRIORITASWARTA PRIORITASWARTA PRIORITAS
Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator)
Editor Hamsah (Communication Specialist)
Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangeng (TTO Primary), Fadiah Machmud (WHS), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist)
ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi SelatanTelp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected]
Foto (1) dan (2): Diseminasi MBS di Pinrang dan Enrekang, peserta tengah berdiskusi kelompok tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sekolah; (3): Diseminasi pembelajaran CTL di SMPN 20 Makassar, siswa usai presentasi hasil karya dan mendapat penguatan dari guru
1 2 3
District DBE Berpacu dalam Diseminasi
03UTAMA02 UTAMA EDISI 03, 2013 EDISI 03, 2013
Bantaeng, Maros, Wajo, Jeneponto, Pangkep,
Enrekang, dan Luwu. Mereka terdiri dari 60 guru
bidang studi IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika,
dan Bahasa Inggris, 20 kepala sekolah, 23 pengawas,
14 staf Diknas dan Kemenag, 12 dosen dari LPTK
mitra UIN dan UNM, serta 1 dari LPMP. Angkatan
kedua diikuti 74 peserta, berasal dari
kabupaten/kota Makassar, Pinrang, Sidrap, Soppeng,
dan Palopo. Mereka teridiri dari 45 guru bidang
studi yang sama, 4 kepala sekolah, 12 pengawas, 12
staf Diknas dan Kemenag serta 1 dari LPMP.
TOT Fasilitator Daerah untuk SD/MI angkatan
pertama dan kedua dilaksanakan pada tanggal 17-
24 Maret dan 28 Mei-3 Juni dengan pembagian
kelompok kabupaten/kota yang sama pada TOT
SMP/MTs. Angkatan pertama diikuti oleh 123
peserta, terdiri dari 54 guru kelas awal dan kelas
lanjut, 22 kepala sekolah, 25 pengawas, 10 staf
Diknas dan Kemenag, dan 12 dosen dari LPTK
mitra. Sementara 79 peserta angkatan kedua
terdiri dari 29 guru, 22 kepala sekolah, 23
pengawas, dan 5 staf Diknas dan Kemenag.
Apa yang Dilatihkan?
Segenap Fasda yang berlati mengusung dua
aspek penting perubahan di sekolah, yaitu
Pembelajaran dan Manajemen Sekolah. Di bawah
adalah gambaran materi pelatihannya,
Tentang Pembelajaran di SD/MI:
• Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM)
• Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
• Persiapan dan Praktik Mengajar
• Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG)
• Menyusun Rencana Tindaklanjut Penerapan
PAKEM
Tentang Pembelajaran di SMP/MTs
• Pembelajaran Kontekstual
• Pembelajaran Kooperatif
• Merumuskan Pertanyaan yang Mendorong
Siswa Berpikir Tingkat Tinggi
• Menciptakan Linkungan Kelas yang Mendorong
Siswa Belajar
• Menulis Jurnal Reflektif
• Persiapan dan Praktik Mengajar
• Mengoptimalkan Kinerja Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP)
• Menyusun Rencana Tindak Lanjut Penerapan
Pembelajaran KontekstualFASDA Menjadi Agen Perubahan
Kehadiran FASDA sangat diapresiasi oleh
pemerintah kabupaten tempat mereka untuk
6
7
8
9
menyebarluaskan praktik yang baik dalam pendidikan melalui
pelatihan. Bupati Pinrang, Wajo, Maros, Pangkep, dan Soppeng
menyambut baik mereka sebagai asset pendidikan di
daerahnya. Karena itu, bupati tersebut mengukuhkan mereka
melalui SK Bupati sebagai narasumber penting di bidang
inovasi pendidikan. Bupati Wajo, Ir. A. Burhanuddin Unru, saat
memberikan sambutan pertemuan awal sekaligus
pengukuhan fasda (16/3) memandang peran fasilitator sangat
penting untuk perubahan. Menurutnya, fasilitator itu sebagai
agen perubahan. Mereka bertanggung jawab melakukan
perubahan di sekolahnya lalu menginisiasi perubahan di
sekolah lain.
Mereka akan melatihkan praktik yang baik dalam
pembelajaran PAKEM dan Contextual Teaching and Learning
(CTL) serta Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di tingkat
SD/MI dan SMP/MTs. Bagi dosen LPTK mitra akan
mengintegrasikannya ke dalam perkuliahan bersama dengan
mahasiswa calon guru. Selain itu, mereka akan melatihkannya
kepada dosen pembimbing PPL, PPG, PLPG, guru sekolah
binaan LPTK serta melatih dosen dari lima LPTK anggota
konsorsium.
Wujud Perubahan
Setelah mengikuti pelatihan, Fasda, dosen, guru, dan staf
kependidikan Diknas dan Kemenag melaksanakan
pembelajaran PAKEM dan CTL di tingkat SD/MI,
perkuliahan aktif dan menarik di LPTK, serta menerapkan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Mereka mengusung
peningkatan kualitas yang meliputi:
(1) Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah di mana
guru SD/MI dan SMP/MTs mengaktifkan murid /siswa dalam
pembelajaran. Mengembangkan keterampilan berpikir
peserta didik dengan pertanyaan yang mendorong siswa
berpikir tingkat tinggi, pertanyaan yang variatif sesuai
Taksonomi Bloom (mengingat ; lingkungan belajar yang
efektif dengan sumber belajar beragam, pemanfaatan sudut
baca, pengaturan tempat duduk, pengelolaan siswa dalam
pembelajaran aktif dan kontekstual, dan apresiasi karya siswa;
pemanfaatan media yang tepat sesuai tujuan pembelajaran,
dan menggunakan fenomena dan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar; menggunakan jurnal reflektif untuk
perbaikan mutu pembelajaran;
(2) Peningkatan kualitas pengelolaan sekolah yang
meliputi: kepala kekolah, komite, dan seluruh pemangku
kepentingan sekolah aktif membantu guru menerapkan
PAKEM/Pembelajaran Kontekstual di kelas; Sekolah terbuka
dan bertanggung jawab kepada masyarakat (stakeholder)
soal RKS/RKAS, keuangan, dan fasilitas sekolah. Demikian
pula dalam hal Proses Belajar Mengajar (PBM), hasil belajar
siswa, kinerja dan sikap guru; melibatkan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah;
sekolah dan komite (orang tua) lebih kreatif menghimpun
berbagai sumber daya dan dana untuk kemajuan sekolah.
(3) Di tingkat LPTK, fasilitator yang juga dosen,
menerapkan perkuliahan aktif dan kontekstual agar
mahasiswa calon guru terbiasa dan mereplikasinya saat
mengajar. Memperkaya mahasiswa PPL, peserta PPG dan
PLPG dengan model pembelajaran PAKEM dan CTL.
Membekali mahasiswa PPL tentang wawasan Manajemen
Berbasis Sekolah. Melatih dan menjadi mentor bagi dosen
tutor PPL, asesor PPG dan PLPG. Membantu guru di sekolah
binaan LPTK menerapkan pembelajaran inovatif.
Foto (6) dan (7): Praktik penerapan pembelajaran PAKEM oleh
peserta pelatihan TOT Fasda SD/MI di sejumlah sekolah di Pinrang;
(8) Apresiasi hasil karya siswa lewat display hasil karya; (9) Refleksi
siswa di akhir pembelajaran
10 11 3
13 14 15
Foto (10): Apresiasi DF sebagai Agen Perubahan: Bupati Wajo, Ir. H. A. Burhanuddin Unru, M.Si, menyalami DF seusai pengukuhan ;(11) dan (12):
Bupati Pinrang, A. Aslam Patonangi, dan KaDiknas Enrekang , Arfah Rauf, meminta Fasda berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan
Foto (13) dan (14) Praktik mengajar peserta TOT SD/MI dan SMP/MTs di Pinrang: murid SD dan SMP sedang kerja kelompok dalam pembelajaran
PAKEM dan Kontekstual; (15) Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Alauddin sedang praktik micro teaching dalam model pembelajaran PAKEM
1212
0504 EDISI 03, 2013 EDISI 03, 2013
“Kegiatan ini membawa kami ke sekolah dan kami
melihat langsung realitas pembelajaran di sekolah. Dengan
pengalaman ini kami ditantang untuk benar-benar
menyiapkan mahasiswa calon guru siap mengajar di
sekolah,” kata Prof. Dr. Nurhayati, M.Pd seusai melakukan
praktik mengajar di sekolah. Pelatihan yang diikuti Guru
Besar IPA Biologi UNM itu adalah Training Dosen
Pedagogi tingkat SMP/MTs bagi dosen (Training Pedagogy
Lecturer Secondary). Pelatihan yang digelar pada tanggal 3-5
Juni di Hotel La Macca Makassar itu dibuka oleh Prof. Dr.
Arismunandar, Rektor UNM. Dalam sambutannya, ia
menegaskan bahwa pelatihan itu sangat penting untuk
meningkatkan kompetensi pedagogi dosen.
Selama tiga hari pelatihan, 54 peserta yang berasal dari
UNM, UIN Alauddin, UNISMUH Makassar, UNISMUH
Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN
Watampone, dan STAIN Palopo mengembangkan praktik-
praktik yang baik dalam pembelajaran CTL di SMP/MTs
serta praktik yang baik tentang Manajemen Berbasis
Sekolah yang mendukung penerapan pembelajaran aktif
dan inovatif di sekolah.
Praktik mengajar pada hari kedua merupakan sesi yang
sangat bermakna bagi peserta. Mereka bertandang ke
sekolah: SMP YP-PGRI, MTsN Model Makassar, dan MTs
Alauddin, untuk berpraktik mengajar. Di sekolah itu
mereka berpraktik menerapkan pembelajaran aktif dan
kontekstual dengan menyajikan materi bidang studi
Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Selama dua jam pelajaran, dengan cara team teaching,
mereka memfasilitasi siswa kelas VII dan VIII belajar aktif
dalam kelompok, mengerjakan Lembar Kerja Siswa yang
memicu pikiran kritis, bereksperimen, menganalisis,
menemukan, presentasi, berdiskusi, berkarya, dan
mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran melalui Jurnal
Reflektif. “Kami merasakan kalau kami harus bekerja keras
untuk mengelola siswa di kelas. Khususnya membuat
mereka fokus dan aktif mengikuti semua proses
pembelajaran. Persiapan pembelajaran memang harus
matang untuk mengelola kelas,” ujar Pariabti Palloan,
Dosen Fisika UNM Makassar.
“Dosen terlalu kuat dalam teori, tapi pada saat
mempraktikkannya melalui pembelajaran di kelas banyak
yang canggung dan kewalahan, khususnya mengelola kelas
dengan pembelajaran aktif. Kami juga tidak mengenal
persis kondisi ril siswa dengan kondisi perkembangan
mereka. Karenanya, materi, bahan, dan pengalaman dari
pelatihan ini menjadi berharga bagi kami untuk dibagi
kepada mahasiswa. Termasuk model-model dalam
perkuliahan seharusnya dalam model workshop seperti
ini,” papar Dr. Asdar, M.Pd, dosen Fakultas MIPA UNM.
UTAMAUTAMA
Training Dosen Pedagogi
Dosen Ditantang Bantu Mahasiswa Siap Mengajar
Dosen Penting Terapkan Model Perkuliahan Baru
1 2
3(1) dan (2): Dosen peserta Training Pedagogi Lecturer Secondary sedang praktik mengajar di MTS Model Makassar; (3) Dosen peserta training MBS sedang kerja kelompok
Rektor UNM Jadi Peserta PelatihanArismunandar: MBS Tidak Diterapkan, Kepala Sekolah
Berhadapan dengan Hukum
Dua rektor LPTK mitra, Prof. Dr. H.
Abdul Kadir Gassing HT, MS dan Prof.
Dr. H. Arismunandar, M.Pd, Rektor
UIN dan UNM terlibat aktif dalam
Pelatihan Manajemen Berbasis
Sekolah bagi Dosen yang berlangsung
pada tanggal 20-22 Juni 2013 di Hotel
La Macca, Makassar. Kedua rektor
tersebut selalu tampil kompak dan
terkesan berbagi peran pada kegiatan
y a n g d i s e l e n g g a r a k a n a t a s
kemitraannya dengan USAID PRIORITAS. Mereka bergantian
membuka atau menutup kegiatan. Namun, dalam Training
Lecturers on School Management itu, Rektor UNM,
Arismunandar, memilih menjadi peserta setelah Rektor UIN,
Abdul Qadir Gassing, membuka acara.
Suasana pelatihan menjadi lebih hidup dan bersemangat
saat Arismunandar terlibat aktif dalam diskusi kelompok.
Peserta kian antusias mengelaborasi dan berbagi pengalaman
tentang manajemen sekolah. Sang rektor terus menguatkan
perhatian mereka dengan menegaskan “MBS harus
diterapkan secara professional. Jika tidak, maka kepala
sekolah harus berhadapan dengan hukum. Karena itu,
pelatihan ini memberikan pencerahan bagi dosen dan
praktisi pendidikan di level sekolah,” paparnya.
Saat membuka pelatihan, Abdul Kadir Gassing meminta
perhatian peserta untuk menerapkan pengetahuan dan
pengalamannya yang diperoleh selama pelatihan. Drs.
Nuryamin, M.Ag, Ketua Jurusan PA Fakultas Tarbiyah UIN,
menilai pelatihan itu sangat penting untuk management di
perguruan tinggi. Menurutnya, dosen dan managemen
perguruan tinggi harus lebih awal mencontohkan tradisi
transparansi dan akuntabilitas lalu menunjukkannya kepada
mahasiswa. Juga, seorang dosen UNM yang menegaskan
bahwa mahasiswa sebelum melaksanakan PPL, mereka kita
orientasi tentang managemen sekolah agar mereka dapat
bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melaksanakan
tugas-tugas pengajarannya dengan baik. Hadir dalam
pelatihan itu meliputi 30 orang peserta dari UNM dan UIN
Alauddin serta 5 universitas dan sekolah tinggi anggota
Konsorsium LPTK: UNISMUH Makassar, UNISMUH
Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN
Watampone, dan STAIN Palopo. Mereka terdiri dari dosen,
ketua jurusan, dan penanggung jawab program bidang studi
di universitas masing-masing.
Prof. Dr. H. Arismunandar, M.PdRektor UNM
Foto (1): Rektor UNM Makassar, Aris Munandar, sedang terlibat aktif dalam diskusi kelompok, sebagai peserta pelatihan MBS; (2) Dosen peserta MBS tengah melakukan simulasi peran komite sekolah
1
2
4
5
(4) dan (5): Dosen peserta Training Pedagogi tingkat SD sedang praktik
mengajar di SDN III Sudirman Makassar
07PRAKTIK YANG BAIK06 PRAKTIK YANG BAIK EDISI 03, 2013 EDISI 03, 2013
“Ini gambar kursi. Ini namanya, ada lima hurufnya,”jawab Syakira dengan semangat sambil menunjukkan gambar dan nama gambar kepada teman-temannya. Syakira bersama 27 orang temannya murid kelas I SDN 166 Mattirobulu Pinrang di pagi itu (22/5), belajar membaca dan menjumlahkan bilangan. Judul di atas adalah pertanyaan yang dilontarkan Hajrah Jafar, guru kelas I SD mitra USAID PRIOIRITAS itu untuk mengukur dengan sederhana kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik murid-muridnya. Melalui pembelajaran integratif Bahasa Indonesia dan Matematika dalam tema Lingkungan Sekitar, ia mengembangkan Kompetensi Dasar Matematika (4.4): Melakukan penjumlahan dan pe-ngurangan dua angka serta Bahasa Indonesia (5.1): Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar.
Hajrah Jafar mengelola waktu pembelajaran 2x30 menit secara efektif dengan mengembangkan model pembelajaran Kooperatif tipe Bermain dan Berlomba dalam Tim (Teams Games Tournament). Ia memilih model itu untuk membuat muridnya fokus, aktif, dan gembira selama belajar. Dirinya membagi muridnya ke dalam empat kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok yang ditindaklanjuti dengan tugas individu yakni, bermain dan berlomba antarkelompok mengambil gambar beserta namanya sebanyak-banyaknya dari dalam kotak yang terpisah, lalu menjodohkannya dengan menempelkan secara berpasangan (gambar-nama) di papan planel. Tugas kelompok berikutnya, meliputi: (1) mengamati dan menilai hasil kerja kelompok lain dengan menghitung
Pembelajaran di Kelas Awal
Ini Gambar Apa,
yang Mana Namanya dan
Berapa Jumlah Hurufnya?
berapa banyak gambar dan namanya yang dijodohkan dengan benar maupun yang salah. Nilai 1 diberikan untuk setiap penjodohan yang benar dan minus 1 untuk setiap yang salah; (2) mengamati dan menilai kerapian dan keindahan cara menempelkannya; (3) menjumlahkan dan mengurangkan skor setiap kelompok; dan (4) secara partisipatif menentukan juara atau pemenang lomba. Tugas individu anak adalah presentasi di depan kelas dengan menunjukkan gambar, mendeskripsi-kannya secara sederhana sesuai kemampuannya, membaca nama gambar, dan menghitung jumlah huruf dari nama gambar.
Selama pembelajaran berlangsung, suasana kelas begitu dinamis dan semangat. Murid-murid berkomunikasi aktif baik sesama anggota maupun antarkelompok. Riuh yel-yel “Ayo, ayo, ayo..Tempel..tempel..”oleh kelompok supporter menyatu dengan teriakan kritik polos, saling mengoreksi karena salah menjodohkan, salah baca, salah menjumlahkan dan tidak rapi menempel. Suasana itu membuat Hajrah yang dibantu Ibu Nurjannah semakin cermat memfasilitasi. Dirinya harus menginterupsi, mendiamkan sambil mengajak bernyanyi, lalu menguatkan indikator tujuan yang akan dicapai.
Indikator tujuan pembelajaran di ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang ditetapkan terbukti dicapai murid di akhir pembelajaran. Untuk mapel Matematika tujuan pembelajaran yang tercapai meliputi: menunjukkan cara yang benar serta menjumlahkan dua bilangan; menunjukkan kesungguhan bekerja sama dalam kelompok; menjumlahkan skor yang dikumpulkan. Untuk mapel Bahasa Indonesia adalah membaca nama gambar/benda yang dijodohkan; mengidentifikasi gambar yang dideskripsikan oleh guru; menerima koreksi bacaan nama gambar yang salah; membaca dengan benar; dan memasangkan nama benda sesuai dengan gambarnya.
“Pada setiap bagian dari proses pembelajaran, khususnya pada bagian yang bersinggungan dengan materi yang saya sajikan secara tematik, saya selalu mengingatkan murid-muridku makna yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran,”ujar Hajrah. Dirinya juga membiasakan murid-muridnya memiliki sifat dan berprilaku positif seperti sifat tertib dan disiplin. Ia rutin memeriksa kebersihan tangan, kuku dan pakaian muridnya pada saat mengatur barisan. Ia lalu meminta setiap muridnya membaca kata yang dituliskan di kertas metaplan sebelum melangkah ke bangku dan mejanya masing-masing. Kata Hajrah, itu dimaksudkan agar mereka rajin membaca kata yang dilihat sehingga cepat pintar membaca. Untuk membentuk prilaku hidup hemat, ia mengabsen kehadiran sekaligus memanggil muridnya untuk menyetor tabungan hariannya yang disisihkan dari uang jajannya.
Foto (1) dan (2): Hajrah Jafar dan Nurjannah guru Kelas Awal yang melakukan team teaching membimbing murid menjumlahkan dengan jari tangan sebagai media; (3)dan (4) Murid sedang presentasi; (5) Hajrah Jafar memberikan exercise membaca sebelum masuk kelas
3 4 5
1 2
Dosen Perkaya Kami Model Pembelajaran
PAKEM danCTL
MahasiswaPPG Prajabatan SM-3T UNM
sriyani Mappiwali, Samsuriah, Asrianto, dan M. Ilham AAli bergantian mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia kepada 30 orang siswa SMP Kelas IX.
Meskipun mereka melaksanakan praktik mengajar (micro teaching) di depan teman sendiri, namun mereka sudah mengajar sebagai guru yang profesional. Sangat lengkap mereka menyiapkan perangkat pembelajarannya. Mulai dari silabus, RPP, materi ajar (soft file dan hard copy), buku siswa, media, LKS, lembar penilaian, perangkat ICT, dan berbagai sumber belajar. Model dan metode pembelajarannya pun sangat efektik mengaktifkan siswa-siswanya selama belajar.
Keempat mahasiswa program prajabatan SM-3T (Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) UNM itu mengajarkan materi yang berbeda. Asriyani menyajikan materi Menyunting Karangan; Samsuriah, Bercerita Bersambung; Asrianto, Membaca Berita; dan Ilham Ali, Berwawancara. Mereka tampak piawai dan terampil sekali
memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dan semua berhasil membuat siswa aktif. Terdapat sejumlah komponen yang sama dari cara mereka mengelola dan mengaktifkan siswanya selama pembelajaran yaitu: (1) penyampaian tujuan pembelajaran dengan jelas; (2) appersepsi yang sangat segar sesuai kondisi kekinian siswa. Misalnya, Asrianto mencuplik video liputan demo BBM dari SCTV News.Com sebelum mengajarkan Membaca Berita; (3) media relevan dan sumber belajar kontekstual; (4) LKS dengan pertanyaan kritis, terukur, dan kontekstual; (5) fasilitasi/pendampingan kerja sama dan diskusi kelompok efektif; (5) teknik apresiasi hasil karya menarik dan memotivasi siswa; (6) penguatan indikator tujuan dan hasil belajar; (7) penilaian autentik dan komprehensif; dan (8) refleksi proses serta hasil pembelajaran yang partisipatif.
“Kami senang berada di sini. Kami betul-betul dilatih untuk jadi guru profesional. Dosen perkaya kami dengan pembelajaran inovatif. Berbagai model dan metode pembelajaran PAKEM dan CTL yang dicontohkan lalu kami praktikkan. Kami merasakan perkuliahan aktif dan kreatif dari dosen-dosen kami. Itu sebabnya kami mampu menerapkan pembelajaran aktif,” kata Asriyani yang pernah praktik mengajar (2012) di pedalaman Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT. Ilham Ali juga mengungkapkan pengalamannya. Menurutnya, selain dibekali dengan metode pembelajaran yang variatif, dosen mereka selalu mengingatkan kalau harus memilih media dan sumber belajar kontekstual. Demikian pula Asrianto yang telaten merancang pembelajaran
kontekstual yang berbasis IT. “Guru sekarang lebih professional jika kreatif memanfaatkan IT dalam pembelajaran,” ujarnya.
Dr. Sulastriningsih Djumingin, dosen Pendidikan Bahasa Indonesia yang juga Fasilitator Menajemen Berbasis Sekolah program USAID Prioritas mengaku kalau mahasiswa calon guru harus diberikan dukungan optimal agar mereka kelak menjadi guru profesional. “Salah satu upaya yang saya lakukan adalah memberikan perkulihan aktif. Mereka penting menguasai materi, merancang perangkat pembelajaran, dan diperkaya dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), tapi yang tidak kalah pentingnya adalah membiasakan mereka dengan perkuliahan aktif,” ungkapnya.
Karena Dosen Beri Kuliah dengan Pembelajaran Aktif
Foto (1) Asriyani bagi LKS dalam amplop, menarik siswa; (2) Kerja LKS dalam kelompok; (3) Sumber belajar kontekstual dengan wawancara staf security kampus; (4) Membaca berita dengan media video liputan berita SCTV; (5) Kegiatan Karya Kunjung didampingi oleh dosen Sulastriningsih; (6) Pembelajaran di luar kelas; (7) Fasilitasi Diskusi yang ceria; (8) Apresiasi hasil belajar dengan hadiah bagi kelompok juara
1 32 4
5 76 8
0908 FOKUS STAKEHOLDER EDISI 03, 2013 EDISI 03, 2013
Peserta Rapat Stakehoder Provinsi sedang memberikan tanggapan tentang program pendidikan dan USAID PRIORITAS. Dari kiri: (1) A. Irawan Bintang, Kabid Kelembagaan dan Pengembangan SDM BAPPEDA Sulsel; (2) Prof. Dr. H. Halide, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel; (3) Prof. Dr. Eko Hadi Sujiono, Pembantu Rektor IV UNM.
1
PRAKTIK YANG BAIK
Saran saya untuk BAPPEDA, “Diknas dan Kemenag agar berkoordinasi dengan baik untuk
meramu secara konkret hasil-hasil program yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan mutu pendidikan kita,” kata Prof. Dr. H. Halide, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel, saat meng ikut i Rapat S takeho lder Pendidikan Provinsi, 8 Mei 2013, di Hotel Swiss Bel-in Makassar.
Rapat itu sangat inspiring, demikian dikatakan Ketua LPMP Sulsel, Prof. Dr. A. Qashas Rahman, karena yang pertama kali mendudukkan secara bersama-sama segenap stakeholder kunci pendidikan di tingkat provinsi. Hadir dalam pertemuan itu adalah23 peserta sebagai focal point (tokoh kunci) dari Dinas Pendidikan, Kantor Kemenag, Bappeda, Biro Kerjasama, LPTK, Komisi E DPRD, LPMP, dan Dewan Pendidikan. USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan mengundang mereka ke pertemuan itu untuk bersama-sama mereview dan mengkritisi isu strategis tentang pendidikan di Sulsel, khususnya isu-isu yang bersinggungan langsung dengan program USAID PRIORITAS. Oleh karena itu, progress, capaian hasil, dampak,dan strategi penyebarluasan praktik-praktik baik dari program setelah setahun berjalan yang disajikan Jamaruddin, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS, menjadi referensi elaborasi kondisi terkini pendidikan di
Sulsel.
Peningkatan mutu pendidikan menjadi dasar kajian kritis peserta selama diskusi. Sejumlah peserta mengetengahkan masalah, informasi, dan fakta aktual yang beririsan langsung dengan cakupan program USAID PRIORITAS. Abd. Halim Muharram, Kabid Pemetaan LPMP, menyampaikan data hasil UKG yang masih di bawah 40%. “Lalu materi apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi guru?” tanya dia ke forum. Prof. Dr. Eko Hadi Sujiono, Pembantu Rektor IV UNM, menyoal distribusi guru yang belum tertata baik sebagai salah satu akar masalah. Dra. St.Syamsuduha, M.Pd, dosen UIN Alauddin menyelisik soal teacher supply di LPTK. Bagaimana melakukan pre-service di LPTK agar mahasiswa calon guru benar-benar siap terjun jadi guru berkualitas. A. Irawan Bintang,Kabid Kelembagaan dan Pengembangan SDM BAPPEDA, mewant i -want i D iknas untuk menyinkronkan program-programnya lewat Renstra hingga tercantum di dalam RPJMD. H. Muh. Rahmat Alim Bachrie, Kabid Kerja Sama Luar Negeri Biro Kerja Sama Provinsi, menyatakan kesiapannya terlibat bersama USAID PRIORITAS untuk pengayaan Pokja Kesra. Namun, dirinya menegaskan pentingnya kesepahaman tentang materi dan model replikasi yang akan dituangkan dalam Renstra.
Mencermati sejumlah isu penting dari pertemuan itu, A. Irawan Bintang menegaskan pentingnya follow up dari rapat itu. “Mohon USAID PRIORITAS dalam waktu tiga bulan kita duduk bersama untuk mengkaji dan mereview Renstra Pendidikan supaya bisa lebih jelas apa yang harus segera dikerja-kan,”ujarnya. Ia juga meminta agar Diknas konsen terhadap Renstra Pendidikan.Kesamaan pandangan dan komitmen untuk menangani secara bersama-sama masalah mutu guru, kualitas pembelajaran, menajemen dan tata kelola pendidikan, peran LPTK di area teacher supply, dan perbaikan sistem data pendidikan adalah hasil yang dicapai dalam rapat itu. Hasil itu kemudian menjadi rujukan rekomenda-si rapat yaitu: (1) Penguatan koordinasi dan kerjasama antar stakeholer pendidikan; (2) Diseminasi praktik baik di bidang pendidikan dituangkan dalam dokumen perencanaan-Renstra, RPJMD, dan Renja tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota, DPRD, LPTK serta RKS/RKT sekolah; (3) Pemetaan hasil intervensi program lembaga mitra di bidang pendidikan serta (4) Pertemuan berkala stakeholder pendidikan tingkat provinsi. Dan agenda kegiatan review Renstra Pendidikan yang akan didahului dengan pertemuan teknis antara Bappeda, Diknas, Kemenag, dan USAID PRIORITAS disepakati sebagai Rencana Tindak Lanjut dari pertemuan itu.
Rapat Stakeholder Provinsi
BAPPEDA Provinsi Minta USAID PRIORITAS
dan DIKNAS Segera Review Renstra Pendidikan
2 3
Mahasiswa Jadi Kreatif dan Manfaatkan
Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar“Saat mahasiswa berpraktik mengajar, mereka sebetulnya tidak semata belajar transfer pengetahuan, tapi mereka melakukan transfer pe-ngalaman pembelajaran dengan meniru model pembelajaran dosennya. Karena itu, jika kita ingin mereka menerapkan pembelajaran aktif, kita dosen penting membiasakan mereka dengan perkuliahan aktif,” kata Nursalam, dosen Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar. Itu alasan Fasilitator Pembelajaran Kontekstual USAID PRIORITAS itu selalu memberikan perkuliahan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenang-kan kepada mahasiswa. Seperti praktik di bawah saat mendampingi maha-siswanya semester VI Prodi Mate-matika.
Supaya kuliah dan praktik micro teaching menarik bagi mahasiswa, Nursalam memfasilitasi mereka menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual di dalam dan luar kelas. Dengan team teaching Fitriani dan Anita Purnama Putri, mahasiswa yang berperan guru MTs, menyajikan materi Himpunan untuk siswa kelas VII semester ganjil. Mereka nampak rileks dan tidak canggung lagi mengajar di depan kelas. Bahkan, persiapan perangkat pem-belajarannya lengkap. RPP dan LKS mereka rancang untuk pembelajaran aktif dan kontekstual.
Selama 2x45 menit Fitriani dan Anita mengelola pembelajarannya dengan model pembelajaran kooperatif di da-lam dan luar kelas. Tahapan pem-belajarannya meliputi: apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran, pembagian kelompok, pengerjaan LKS (observasi, kerja, dan diskusi kelompok di dalam dan luar kelas), presentasi hasil kerja kelompok, tanya jawab, penguatan hasil pembelajaran, dan refleksi proses dan konten pembelajaran.
Agar semua siswanya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, Fitri dan Anita menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kelas sebagai sumber belajar. Untuk itu,
mereka membagi siswanya ke dalam 6 kelompok heretogen. Masing-masing kelompok diberikan satu LKS yang berisi tugas (1) mengamati dan mencatat kumpulan-kumpulan benda yang ada di ruang kelas, di taman depan kelas, di samping kelas, di belakang kelas, dan di samping gedung serta di lapangan yang ada di sekitar kelas. Beragam benda-benda yang diamati sebagai sumber belajar seperti: kumpulan motor, pepohonan, batu-batuan, rerumputan, sampah plastik, dan dedaunan kering di halaman. Selama proses pengamatan ber-
langsung, Fitri dan Anita mengarahkan siswanya untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang kumpulan benda yang ditemukan, khususnya kesamaan dari benda-benda itu; (2) memberikan penamaan kumpulan-kumpulan benda yang dikumpulkan itu lalu memberikan nama himpunan untuk kumpulan-kumpulan tersebut. Dari kegiatan pembelajaran itu, siswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis benda yang dapat dikelompokkan ke dalam satu himpunan. Dan akhirnya dapat membuat simpulan sendiri tentang definisi himpunan.
Proses pembelajaran kemudian dilanjutkan di dalam kelas dengan kegiatan presentasi hasil belajar kelompok, diskusi, dan tanya jawab. Fitri dan Anita saling bergantian menjadi fasilitator diskusi. Di bagian akhir pembelajaran, Fitri menguatkan pemahaman siswanya dengan dua cara memberikan Kuis Tebak-Tebakan Himpunan dan Demonstrasi Ke-absahan Himpunan. Cara yang kedua itu, dirinya mengundang tiga orang teman perempuannya tampil di depan lalu bertanya “Apakah benar kalau mereka ini berada dalam himpunan perempuan cantik?” jawaban dan argumentasi beragam pun muncul. Fitri lalu menegaskan “Tidak benar kalau dikatakan himpunan perempuan cantik. Karena cantik tidak memiliki ciri dan persamaan yang mutlak,”ujarnya.
Di akhir pembelajaran, Fitri dan Anita melakukan refleksi pembelajaran. Mereka mengundang tanggapan teman-temannya tentang proses dan hasil pembelajaran yang dicapai. Fitri, Anita dan teman-temanya nampak begitu menikmati perkuliahan aktif itu. “Saya sangat suka dengan perkuliahan seperti ini. Sebelum praktik micro teaching, dosen menjelaskan tentang pembelajaran inovatif beserta model-modelnya. Kami deberikan kebebasan untuk merancang dan mengembang-kannya. Akhirnya kami tidak merasa kaku lagi untuk melakukan PPL,”papar Anita.
1
1
1
Dari atas: (1)mahasiswa (sebagai siswa) sedang belajar di luar kelas; (2) siswa sedang presentasi hasil kerja kelompok; (3) siswa sedang diskusi dan tanya jawab; (4) Fitri (guru) sedang menguatkan secara konkret tentang Keabasahan Himpunan
1
Kuliah Micro Teaching
idak kurang dari 15 kg sampah unorganik yang Tdikumpulkan siswa dalam setiap minggu. Sampah itu
sudah pasti akan mencemari lingkungan sekolah jika
tidak dikelola dengan baik. Itu baru sampah unorganik.
Sampah organik pun tak kala banyaknya, khususnya sisa-sisa
makanan yang harus dibuang oleh kantin sekolah setiap hari.
Semua limbah itu dapat dijadikan media dan sumber belajar
siswa. Demikian diutarakan Dra. H. Darmiati Siampa, M.Pd,
Kasek SMPN 1 Enrekang. Bahkan, ia lebih kritis melihat
kalau isu sampah dan minimnya kepedulian siswa terhadap
sanitasi lingkungan merupakan problema tersendiri di
kalangan siswa. “Oleh karena itu, saya berharap guru-guru
dapat lebih inovatif untuk menjadikan sampah dan sanitasi
lingkungan sebagai bahan pembelajaran konteks-
tual,”ujarnya.
Sebagai solusi untuk masalah tersebut, Darmiati bersama
timnya mengembangkan program yang disebut Bank
Sampah. Inisiatif yang diluncurkan di awal tahun 2012 itu
bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian siswanya
terhadap sampah dan sanitasi lingkungan. Ketua Bank
Sampah, Sri Astuti, S.Pd, mengelola program itu secara
cermat dan partisipatif dengan melibatkan siswa, OSIS, dan
masyarakat. Langkah-langkah yang dilakukan dimulai dengan
membentuk tim pengelola sampah di setiap kelas, terdiri dari
koordinator, sekretaris, dan bendahara. Tugas pokok tim itu
adalah menyadarkan teman-temannya untuk bekerja
bersama-sama (1) memilah dan membuang sampah ke
kaleng warna Hijau untuk sampah organik dan ke kaleng
warna Kuning untuk sampah unorganik. (2) membawa
Foto 1 dan 2:
siswa SMPN 1 Enrekang sedang mengumpulkan sampah dari kelasnya
masing-masing di penampungan akhir di sekolah.
Foto 3: Buku Pengelolaan dan Kas Sampah, dipegang oleh siswa dan
dikontrol oleh WaliKelas dan Ketua Program Bank Sampah.
1110 EDISI 03, 2013 EDISI 03, 2013PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK
SMP Negeri 1 Enrekang
Bank Sampah Bangun Karakter Siswa Pendapatan Asli Sekolah
“Kami mengelola dua kantin
sekolah yakni, Kantin Kejujuran dan
Kantin Sehat dan Bersih. Upaya
menumbuhkan perilaku hidup sehat
dalam lingkungan sekolah yang bersih
tetap menjadi motivasi kami,” papar
Darmiati. Kantin yang disebut terakhir
itu dikelola sebagai salah satu fund rising
( sumber pendanaan) sekolah .
Tujuannya utamanya adalah: (1)
menyediakan makanan, kue jajanan dan
minuman yang higenis tanpa bahan
pengawet, pemanis, dan pewarna
berbahaya; (2) menciptakan sumber
pendapatan asli sekolah dengan
pendekatan pemberdayaan sekolah
dan orang tua siswa. Sekolah
menyediakan bahan dan orang tua
siswa yang mengolahnya jadi makanan
siap dikonsumsi.
Dra. Nurlina, guru dan selaku
manager kantin, mengaku menjual
makanan dan minuman yang variatif
kepada lebih kurang 39 orang guru dan
700 siswa setiap hari. Harga per porsi
makanan juga sangat terjangkau oleh
siswa, mulai dari harga Rp. 3.500 hingga
Rp. 10.000, tergantung lauk pauk yang
dipilih.
Kantin yang didirikan pada tahun
2009 itu benar-benar menjadi sumber
pendapatan asli sekolah. “Setiap tahun
kami membukukan keuntungan bersih
sebanyak Rp.25.000.000. Namun, yang
sangat penting adalah transparansi
dan akuntabilitas pengelolaannya,”
k a t a D a r m i a t i . M e nu r u t ny a ,
sampah dari kelas masing-masing ke tempat pengumpulan
akhir di sekolah. (3) memisahkan sampah bekas gelas
minuman: sampah untuk bahan praktik mata pelajaran
keterampilan (KTK) dan sampah untuk dijual; (4)
menimbang sampah unorganik-khusus botol/gelas plastik
dari air kemasan, dll- lalu dijual ke pedagang pengumpul
sampah pada setiap hari Sabtu; (5) mengelola keuangan hasil
dari penjualan sampah; (6) memfasilitasi teman-temannya
untuk membuat pupuk dari limbah organik.
Sejak melaksanakan program itu tampak sekali
perubahan pada sikap dan prilaku siswa demikian pula
perubahan pada lingkungan sekolah. Darmiati, yang juga
pelatih Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) program USAID
PRIORITAS itu memaparkan kalau siswanya saat ini sangat
peduli akan kebersihan. Mereka lebih disiplin, lebih peduli,
dan bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan
sekolah. Mereka jujur mengelola uang hasil penjualan sampah
mereka. Setiap minggu mereka menjual rata-rata 15-18 kg
limbah gelas/botol minuman. Setiap kilogram sampah
mereka jual dengan harga Rp. 2.000. Hasil penjualan itu
dimasukkan ke kas kelas Rp. 1.500 dan ke kas OSIS Rp. 500.
Uang kas itu dialokasikan untuk pemeliharaan kebersihan
dan keindahan kelas serta untuk biaya kegiatan OSIS. Para
siswa menjadi lebih terampil dan kreatif membuat kerajinan
tangan dari limbah organik, s e p e r t i p o t
bunga, tirai jendela, dll. Selain itu,
juga mereka terampil membuat
pupuk organik yang d i p a k a i
u n t u k m e r a w a t tanaman
dan bunga di halaman sekolah.
12
4
Dra. Hj, Darmiati Siampa, M.Pd, Kasek SMPN 1 Enrekang
5
keuntungan yang diperoleh itu
dialokasikan untuk membiayai empat
kegiatan yakni: kegiatan penataan
taman sekolah, kebersihan lingkungan
sekolah, kegiatan kesiswaan, dan
kegiatan peningkatan kualitas guru.
Kegiatan peningkatan kualitas guru
meliputi penyediaan konsumsi guru
pada kegiatan Lesson Study di sekolah,
kegiatan MGMP, maupun kegiatan
lainnya. Sementara itu, alokasi untuk
kegiatan kesiswaan meliputi pramuka
dan pengembangan diri siswa.
Pendapatan asli sekolah baik hasil dari
Kantin Sehat maupun hasil dari Bank
Sampah itu telah memberi sumbangsih
nyata terhadap kebersihan dan
keindahan lingkungan sekolah.
“Melalui kedua program itu, Bank
Sampah dan Kantin Sehat Sekolah,
kami memotivasi anak-anak kami
untuk lebih peduli pada lingkungan dan
kebers ihan sekolah. Hasi lnya ,
A l h a m d u l i l l a h k a m i m e r a i h
penghargaan Adiwiyata, Juara I sekolah
peduli lingkungan tingkat Kabupaten
Enrekang,” ujar Darmiati, kepala
sekolah inisiator pembelajaran
sistem moving class di sekolahnya sejak
bermitra dengan DBE-USAID.
6
Dari kiri (4) Salah satu sisi Kantin Sehat Sekolah. Kantin yang menjadi fund rising (penghasil dana) sekolah SMPN 1 Enrekang (5) Papan RKAS Sekolah. Pendapatan Kantin dilaporkan (lihat poin dalam tanda merah)(6) Halaman asri setiap kelas dikelola dengan biaya dari uang sampah dan hasil keuntungan kantin sekolah
3