119
DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROPODA DAN ASOSIASINYA DENGAN HABITAT LAMUN DI PESISIR MANOKWARI PAPUA BARAT SIMON PETRUS OKTOVIANUS LEATEMIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROPODA DAN ASOSIASINYA DENGAN HABITAT LAMUN DI PESISIR

MANOKWARI PAPUA BARAT

SIMON PETRUS OKTOVIANUS LEATEMIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 2: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Distribusi spasial komunitas gastropoda dan asosiasinya dengan habitat lamun di pesisir Manokwari Papua Barat” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2010

Simon Petrus Oktovianus Leatemia NRP C252080404

Page 3: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

ABSTRACT

SIMON PETRUS OKTOVIANUS LEATEMIA Spatial Distribution of Gastropod Community and it’s Association with Seagrass Habitat in Manokwari Coastal West Papua. Under direction of ISDRAJAD SETYOBUDIANDI and ETTY RIANI

Seagrass vegetation in Manokwari coastal waters was classified as mixed vegetation and gastropods featured as one major animal in the seagrass ecosystem. The purpose of this study were (1) to know and analyze the influence of physical-chemical water and substrat texture on the species competition, frequency, percent cover and density of seagrass, and (2) to determine and assess the effect of seagrass habitat complexity on the density, diversity, eveness and distribution of gastropods species. From four observation sites (Rendani, Wosi, Briosi, and Padarni), eight seagrass species were identified, i.e: Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule pinifolia H. uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, and Thalassia hemprichii, while Enhalus acoroides were founded at outside of quadrant at Rendani, Wosi and Padarni. Frequency, cover and density of individuals of each seagrass species showed a high value for C. rotundata, T. hemprichii in Rendani , Briosi, Padarni and H. uninervis, H. pinifolia in Wosi. A total of 229 gastropods species were observed, with Padarni as site with the highest gastropod abundance. Briosi featured the highest diversity of gastropod species, whilst Padarni the lowest, and gastropod community were generally in stable condition. Several species of gastropod showed clustered distribution, but most of species showed uniform

distribution. The analysis result of Correspondent Analysis (CA) showed correspondence between Nerita chameleon and Clithon oualaniensis with H. ovalis in Rendani and with C.rotundata and C.serrulata in Briosi. In Wosi, showing Hastula acumen corresponds to H. uninervis and H. pinifolia, while Nassarius (Plicarcularia) globosus dominant in Padarni corresponds to H. pinifolia on sandy mud substrates, which are influenced by high temperature and high organic materials.

Key words: gastropods, seagrass, physical-chemical parameters and substrate texture, diversity and abundance, distribution pattern.

Page 4: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

RINGKASAN

SIMON PETRUS OKTOVIANUS LEATEMIA. Distribusi Spasial Komunitas Gastropoda dan Asosiasinya dengan Habitat Lamun di Pesisir Manokwari Papua Barat. Dibimbing oleh ISDRAJAD SETYOBUDIANDI dan ETTY RIANI

Ekosistem lamun yang ada di perairan pesisir pada daerah yang dangkal

merupakan ekosistem yang kompleks dan memiliki fungsi yang penting bagi berbagai organisme yang berasosiasi. Salah satu organisme yang berasosiasi dan dominan ditemukan dalam ekosistem lamun adalah gastropoda, yang sangat berperan dalam rantai makanan.

Saat ini keberadaan habitat lamun dan gastropoda di Perairan Pesisir Manokwari terancam karena degradasi lingkungan dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Hal tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini, yang dilaksanakan pada empat lokasi yakni Pesisir Rendani, Pesisir Wosi, Pesisir Briosi dan Pesisir Padarni. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui dan menganalisis pengaruh parameter fisika-kimia perairan dan tekstur substrat terhadap komposisi spesies, frekuensi, persen tutupan dan kerapatan lamun, (2) Mengetahui dan mengkaji pengaruh kompleksitas habitat padang lamun terhadap kepadatan, keanekaragaman dan keseragaman serta distribusi spesies gastopoda.

Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD5

Karakteristik substrat pada lokasi Wosi adalah lumpur berpasir karena merupakan daerah muara dari Sungai Wosi. Lokasi Padarni didominasi substrat lumpur berpasir pada zona bagian tengah intertidal sedangkan zona bagian atas dan bagian bawah terdiri atas substrat berpasir. Lokasi Rendani dan Briosi memiliki tekstur substrat yang sama yaitu pasir berlumpur.

dan TOM pada keempat lokasi masih berada dalam kisaran nilai yang baik (KEPMEN Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004), bagi proses fotosintesis serta pertumbuhan dan perkembangan lamun maupun kelangsungan hidup gastropoda yang berasosiasi. Namun unsur nitrat, fosfat dan ammonia, menunjukkan kisaran nilai rata-rata yang lebih tinggi. Peningkatan ketiga unsur tersebut di lokasi Wosi disebabkan oleh limbah antropogenik dari pemukiman penduduk dan pasar Wosi.

Ekosistem lamun di perairan Pesisir Manokwari tergolong vegetasi campuran (mixed vegetation) yang terdiri atas 8 spesies yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii. dan Enhalus acoroides yang ditemukan di luar kuadrat pada lokasi Rendani, Wosi dan Padarni. Total frekuensi spesies paling tinggi terdapat di lokasi Rendani, dengan frekuensi C. rotundata dan T. hemprichii yang tinggi, sedangkan lokasi Padarni memiliki frekuensi spesies terendah dan didominasi oleh T. hemprichii dan S. isoetifolium. Kerapatan yang tinggi terdapat di lokasi Wosi, yang didominasi oleh H. uninervis dan H. pinifolia, sedangkan lokasi yang memiliki kerapatan spesies terendah terdapat di Padarni. Penutupan spesies paling tinggi ditemukan di Briosi, dengan tutupan paling tinggi dari C. rotundata dan T. hemprichii dan terendah ditemukan di Padarni..Nilai INP menunjukkan spesies C. rotundata dan T. hemprichii memiliki peranan yang lebih penting dibandingkan spesies lainnya pada lokasi

Page 5: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

Rendani, Briosi dan Padarni (untuk T. hemprichii), sedangkan pada lokasi Wosi H. uninervis dan H. pinifoliai memiliki peranan yang lebih penting.

Komposisi spesies gastropoda pada keempat lokasi penelitian terdiri atas 93 famili, 170 genera dan 229 spesies, dengan total individu sebanyak 1.166 individu. Sebagian besar gastropoda yang ditemukan memiliki ukuran cangkang lebih kecil dari 1 cm, yang menunjukkan bahwa habitat lamun merupakan daerah asuhan (nursery ground) dalam daur hidup gastropoda.

Pola sebaran gastropoda terdiri atas pola sebaran mengelompok dan pola sebaran seragam. Spesies dengan pola sebaran mengelompok memiliki jumlah individu yang banyak, dan hanya ada 4 spesies yaitu Clithon oualaniensis (75 ind.) dan Nerita chamaeleon 63 ind.) yang ditemukan di Rendani, Hastula acumen (36 ind.) di Wosi, dan Nassarius (Plicarcularia) globosus (131 ind.) di Padarni. Spesies yang lain memiliki pola sebaran seragam atau terdistribusi secara merata, dengan jumlah individu yang relatif lebih sedikit.

Kelimpahan gastropoda paling tinggi terdapat di lokasi Padarni (302 ind.), yang ditandai dengan melimpahnya spesies Nassarius (Plicarcularia) globosus (131 ind.). Kelimpahan spesies terendah terdapat di lokasi Wosi, yang menandakan bahwa lokasi ini memiliki habitat yang kurang mendukung bagi kehidupan gastropoda, berkaitan dengan fluktuasi salinitas dan sedimentasi yang tinggi. Sehingga hanya spesies tertentu yang ditemukan dapat berasosiasi dengan baik di lokasi ini seperti kelompok spesies dari famili Terebridae, Costelariidae, Olividae dan Nassariidae yang memiliki jumlah spesies yang dominan.

Kisaran nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi spesies menunjukkan bahwa komunitas gastropoda yang ada pada keempat lokasi masih berada dalam kondisi yang stabil. Kestabilan spesies dalam suatu komunitas terjadi jika nilai keanekaragaman spesies, dan keseragaman spesies tinggi (mendekati 1) serta dominansi spesies rendah (mendekati 0).

Sebaran karakteristik fisika-kima air dan tekstur sedimen dijelaskan menggunakan analisis komponen utama. Hasil analisis menunjukkan adanya pengelompokkan lokasi penelitian berdasarkan parameter fisika-kimia air dan tipe substrat. Lokasi Padarni pada sumbu utama 1 sangat dipengaruhi oleh kandungan total organic matter (TOM), Ammonia (NH3), pH, salinitas, suhu dan substrat debu yang tinggi, sebaliknya nitrat (NO5), kadar oksigen terlarut (DO) dan biochemical oxygen demand5 (BOD5) yang rendah. Kondisi yang sama ditemukan di Briosi. Sebaliknya pada lokasi Rendani, dan Wosi yang membentuk sumbu utama 2, tingkat kekeruhan, fosfat (PO4) dan substrat liat, mencirikan lokasi Wosi karena ketiga parameter tersebut memiliki nilai yang tinggi pada lokasi tersebut, sedangkan pada lokasi Rendani, parameter fisika-kimia air yang mencirikan lokasi ini adalah nitrat, BOD5

Sebaran spasial gastropoda berdasarkan sebaran lamun lamun dan habitat dianalisis menggunakan analisis faktorial koresponden. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada sumbu utama 1 dan 2 terbentuk 4 kelompok yang dicirikan oleh jenis lamun dan gastropoda tertentu. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara karakteristik habitat lamun dengan spesies gastropoda tertentu yang berasosiasi.

dan DO yang tinggi dan tipe substrat pasir,.

Kata kunci: gastropoda, lamun, fisika-kimia air dan tekstur substrat, keanekaragaman

Page 6: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

dan kelimpahan, pola distribusi.

Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber acuan. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya

tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 7: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROPODA DAN ASOSIASINYA DENGAN HABITAT LAMUN DI PESISIR

MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

SIMON PETRUS OKTOVIANUS LEATEMIA

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 8: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

Dosen Penguji Luar: Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc

Page 9: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

Judul Tesis : Distribusi Spasial Komunitas Gastropoda dan Asosiasinya dengan Habitat Lamun di Pesisir Manokwari Papua Barat

Nama Mahasiswa : Simon Petrus Oktovianus Leatemia Nomor Pokok : C252080404 Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lauta

n

Disetujui: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Isdrajad Setyobudiandi, M.Sc Ketua Anggota

Dr. Ir. Etty Riani, M.S

Diketahui:

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian: 21 September 2010 Tanggal Lulus:

Page 10: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

penyertaan dan perlindungan-Nya sehingga laporan penelitian yang berjudul “Distribusi Spasial Komunitas Gastropoda dan Asosiasinya dengan Habitat Lamun di Pesisir Manokwari Papua Barat” dapat diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui dan menganalisis pengaruh parameter fisika-kimia perairan dan tekstur substrat terhadap komposisi spesies, frekuensi, persen tutupan dan kerapatan lamun, (2) Mengetahui dan mengkaji pengaruh kompleksitas habitat padang lamun terhadap kepadatan, keanekaragaman dan keseragaman serta distribusi spesies gastopoda. Hasil penelitian ini dapat mengungkap informasi tentang keberadaan ekologis gastropoda di padang lamun pada Perairan Pesisir Manokwari, sehingga khasanah pengetahuan ini dapat bermanfaat dalam pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc dan Dr. Ir. Etty Riani, M.S selaku komisi pembimbing yang dengan kesabaran dan ketulusan hati telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini.

Dalam studi dan penyusunan serta penyelesaian tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu: - Rektor Universitas Negeri Papua (UNIPA) dan Dekan Fakultas Peternakan,

Perikanan dan Ilmu Kelautan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana IPB.

- Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL) Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA beserta staf Pak Zaenal, Pak Ndindin, Ibu Ola dan Mas Adjie atas kesempatan, ilmu dan pelayanan yang tulus selama penulis mengikuti studi di IPB.

- Rektor Universität Bremen dan Pimpinan Leibniz Zentrum fûr Marine Tropenõkologie (ZMT) Prof. Dr. Venugopalan Ittekkot beserta staf, khususnya Dr. Claudia Schultz atas kerjasama dan pelayanan yang baik selama menempuh studi di Bremen.

- Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku koordinator program sandwich yang telah mengantar kami ke Bremen, terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang baik. Selain itu selaku penguji luar komisi pada ujian tesis, yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

- Coral Reef Rehabilitation and Management Program II (COREMAP II) World Bank atas bantuan beasiswa.

- Istriku tercinta Astriet Y. Manangkoda atas cinta kasih, doa, kerjasama dan dorongan semangat yang luar biasa kepada penulis selama menempuh pendidikan dan menyelesaikan penyusunan tesis ini.

- Orang tuaku tercinta Papa Unu (Alm) dan Mama Ann yang selalu mendoakan dan memberikan semangat dan dorongan bagi penulis. Saudara-saudaraku tercintta Ona dan Asep, Emil dan Lona, Keci dan Valen, Meksen dan Cenny, Leo dan Yula, Valy dan Atha, Lisa dan keponakan-keponakanku atas doa dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat waktu.

Page 11: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

- Mertua yang terkasih Papi Frits (Alm) Mami Josphin dan saudara iparku Bu Yoppie, Abe dan Nancy yang selalu mendoakan dan memberikan semangat bagi penulis selama menempuh pendidikan.

- Bapak Prof. Dr. Ir. G.A. Wattimena, M.Sc (Om Olop), Ibu M.F.H. Wattimene-Alfons (Mami Ice), Bapak Marthin Wattimena (Om Ateng), Bapak Melkias L. Luhukay (Om Luky) dan Ibu Paulina Luhukay-Wattimena (Tante Pau), selaku keluarga dan orang tua, yang telah membantu dan mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB.

- Teman-teman S-2 SPL Sandwich COREMAP II-WB angkatan 2008 atas semangat, kerjasama, kekompakkan dan kebersamaan yang indah selama studi, khususnya Ralph, Herry, Adi, Barnabas, Imel dan Ivon.

- Teman-teman yang telah membantu kegiatan di lapangan maupun selama penulisan tesis ini, yaitu Emmanuel Manangkalangi, S.Pi, M.Si, Paskalina Lefaan, S.Si, M.Si, Rina Mogea, S.Ik, M.Si, Selvi Tebay, S.Pi, M.Si, Anggiat Sinaga S.Pi, Novi Lowoluntu, S.Pi, Agustinus Lebang, S.Pi, Frangkly Lahumeten S.Pi, Abram Rumfabe, S.Pi, Sem Marin, S.Pi, Rangga Namserna, S.Ik dan Mihel Aibekop atas segala bantuan dan kerjasama yang baik.

- Teman-teman persekutuan Oikumene IPB dan Saudara-saudari dari Full Time Trainer Indonesia (FTTI) Bogor yang selalu menguatkan dan mendukung dalam doa.

Akhir kata, penulis merasa tesis ini masih jauh dari sempurna, tapi ada seberkas harapan bahwa informasi yang ada dalam tesis ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir.

Bogor, September 2010

Simon Petrus Oktovianus Leatemia

Page 12: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 4 Novenber 1974 dari Ayah

Junus Leatemia (Alm) dan Ibu Elisabeth Anna Lawalata. Penulis merupakan putra kelima dari tujuh bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Manado dan selesai pada tahun 2002. Semenjak Tahun 2005 Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan, Perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Negeri Papua (UNIPA) Manokwari. Pada tahun 2008 penulis diberi kesempatan mengikuti program Magister Sains Sandwich Program di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Leibniz Zentrum fûr Marine Tropenõkologie (ZMT) Universität Bremen, yang didanai oleh COREMAP II-World Bank.

Page 13: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

xix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...……………………………………………………… xxi DAFTAR GAMBAR ...…………………………………………………... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ...………………………………………………… xxv 1. PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1 1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………. 3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………… 3 1.4. Konsep Pemecahan Masalah ........................................................... 4 1.5. Hipotesis ………………………………………………………….. 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………... 7 2.1. Fungsi Padang Lamun ..................................................................... 7 2.2. Habitat dan Sebaran Lamun ............................................................ 8 2.3. Parameter Fisika-Kimia Perairan ..................................................... 9 2.4. Asosiasi Gastropoda dan Organisme Lain di Dalam Ekosistem Lamun ............................................................................ 9 2.4.1. Asosiasi Gastropoda dengan Lamun .................................... 11 2.4.2. Asosiasi Organisme Lain dengan Padang Lamun ............... 12

3. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………... 15 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….. 15 3.2. Alat dan Bahan ................................................................................ 15 3.3. Metode Pengambilan Data .............................................................. 17 3.3.1. Pengambilan Contoh Lamun dan Gastropoda ……………. 18 3.3.2. Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Air dan Pengambilan Tekstur Substrat ............................................. 18 3.4. Analisis Data ……………………………………………………... 19 3.4.1. Tekstur Substrat .................. ………………………………. 19 3.4.2. Frekuensi, Kerapatan, Penutupan Spesies dan Indeks Nilai Penting Lamun ................................................ 19 3.4.3. Pola Penyebaran Lamun ...................................................... 22 3.4.4. Komposisi Spesies dan Kepadatan Gastropoda .................. 22 3.4.5. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda .......................................................................... 23 3.4.6. Indeks Kesamaan Komunitas .............................................. 24 3.4.7. Karakteristik Habitat Berdasarkan Parameter Fisika-

Kimia Air dan Tekstur Substrat .......................................... 25 3.4.8. Pola Penyebaran dan Sebaran Spasial Gastropoda serta Asosiasinya dengan Karakteristik Habitat ........................... 27 3.4.9. Asosiasi Gastropoda dengan Lamun Berdasarkan Karakteristik Habitat ........................................................... 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………… 29 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 29

Page 14: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

xx

4.1.1. Rendani ................................................................................ 29 4.1.2. Wosi ..................................................................................... 29 4.1.3. Briosi ................................................................................... 30 4.1.4. Padarni ................................................................................. 30 4.2. Struktur Komunitas Lamun ............................................................. 31 4.2.1. Komposisi Spesies dan Pola Penyebaran Lamun ................ 31 4.2.2. Frekuensi, Kerapatan, Penutupan dan Nilai Penting Spesies Lamun .................................................................... 33 4.3. Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Tekstur Substrat ..................... 38 4.3.1. Suhu ..................................................……………………… 40 4.3.2. Salinitas ............. ………………………………………….. 40 4.3.3. Kecepatan Arus ............................………………………… 41 4.3.4. Kekeruhan ................……………………………………… 42 4.3.5. Derajat Keasaman (pH) ....................................................... 42 4.3.6. Oksigen Terlarut (Dissolved oxygen) .................................. 43 4.3.7. Ammonia, Nitrat dan Fosfat ............................................... 44 4.3.8. Biochemical Oxygen Demand 5 (BOD5) ............................. 45 4.3.9. Total organic Matter (TOM) ................................................ 46 4.3.10. Karakteristik Substrat dasar ................................................. 46 4.4. Struktur Komunitas Gastropoda …………………………………. 47 4.4.1. Komposisi Spesies dan Sebaran Gastropoda ....................... 47 4.4.2. Kelimpahan Gastropoda ...................................................... 50 4.4.3. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda ........................................................................... 51 4.4.4. Indeks Kesamaan Komunitas …………………………….. 52 4.4.5. Sebaran Spasial Karakteristik Fisika-Kimia Perairan dan Tekstur Sedimen ………………………………………...... 54 4.5. Distribusi Spasial Lamun dan Gastropoda ……………………….. 56 4.5.1. Distribusi Spasial Lamun Berdasarkan Karakteristik Habitat ……………………………………………………. 56 4.5.2. Distribusi Spasial Lamun dan Gastropoda Berdasarkan Karakteristik Habitat………………………………………. 57 4.6. Pemanfaatan Gastropoda dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Manokwari ................................................................................... 60

4.6.1. Pemanfaatan Gastropoda oleh Masyarakat Lokal ............... 60 4.6.2. Pengelolaan Wilayah Pesisir Manokwari ............................ 63

5. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 67 5.1. Kesimpulan ……………………………………………………….. 67 5.2. Saran ……………………………………………………………… 67

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 68 LAMPIRAN ………………………………………………………………... 75

Page 15: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

xxi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Parameter yang diukur serta alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ……………………………………………………… 17

2 Komposisi spesies lamun pada lokasi penelitian ……………………….. 31

3 Pola sebaran lamun berdasarkan indeks Morisita (Id)…………………. 33 4 Frekuensi (Fi) dan frekuensi relatif (FRi) spesies lamun pada lokasi penelitian ................................................................................ 34 5 Kerapatan dan kerapatan relatif spesies lamun pada lokasi penelitian… 36 6 Penutupan spesies dan penutupan relatif spesies lamun pada lokasi penelitian ................................................................................................ 36 7 Nilai rata-rata parameter fisika-kimia air pada keempat lokasi penelitian........................................................................... …………… 39 8 Nilai Persentase tekstur substrat pada lokasi pengamatan...…………… 47 9 Pola sebaran gastropoda berdasarkan Indeks Morisita .......................... 49 10 Nilai indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C) spesies gastropoda .................................................. 52 11 Matriks nilai kesamaan (similarity value) komunitas gastropoda pada keempat lokasi penelitian berdasarkan indeks Sorenson (%)…………… 52 12.a Beberapa spesies gastropoda yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada beberapa kampong di Kepulauan Kofiau Kabupaten Raja Ampat .......................................................................................... 61 12.b Informasi tambahan gastropoda yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Raja Ampat.................................................. 62

Page 16: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

xxii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagan alir konsep pendekatan masalah.………………………………... 5

2 Organisme yang umum ditemukan berasosiasi dengan lamun maupun habitat lamun (Keough & Jenkins 1995)........................................... 10

3 Rantai makanan dalam ekosistem lamun (Fortes 1990), dimodifikasi in Rohmimohtarto & Juwana 2001.......................................................................... 13

4 Peta lokasi penelitian..................................................…………………… 16

5 Indeks nilai penting (INP) tiap spesies lamun pada lokasi penelitian ...... 38 6 Komposisi spesies dan jumlah individu pada tiap lokasi penelitian......... 48

7 Kelimpahan gastropoda pada keempat lokasi penelitian ........................ 51 8 Dendogram tingkat kesamaan komunitas berdasarkan kehadiran spesies gastropoda pada keempat lokasi penelitian …………………… 53 9 Analisis komponen utama antar lokasi penelitian dan parameter Fisika-Kimia perairan pada sumbu 1 dan 2. (a) antar lokasi penelitian (b) antar parameter fisika-kimia perairan (c) antara lokasi dan Parameter fisika-kimia perairan ……………………………………… 55 10 Diagram PCA biplot berbagai faktor fisika-kimia perairan (suhu, Kekeruhan, pH, DO, salinitas, ammonia (NH3), Nitrat (NO3), Fosfat (PO4), BOD5

, TOM, tekstur substrat pasir, lumpur (liat) dan debu dengan tutupan lamun (C. rotundata, C. serrulata, H. pinifolia, H. Uninervis, H. Ovalis, S. isoetifolium, T, hemprichii) dan lokasi penelitian (Rendani, Wosi, Briosi dan Padarni) ……………………….. 57 11 Diagram analisis koresponden antara spesies lamun dengan gastropoda dan keterkaitannya dengan habitat lamun pada sumbu utama 1 dan sumbu utama 2........................................................................................... 60

Page 17: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Foto lokasi penelitian………….............……………………………… 77

2 Parameter fisika-kimia perairan yang diukur dan dianalisis .................... 79 3 Komposisi spesies gastropoda pada keempat lokasi penelitian…………. 80

4 Matriks korelasi (Pearson (n) antar faktor fisika-kimia perairan ………. 96 5 (a) Tabel data parameter fisika-kimia perairan dan tekstur substrat (b) Eigenvalues (c) Korelasi antara variabel dengan faktor, (d) Nilai kontribusi variabel (%), (e) Dendogram kesamaan lokasi berdasarkan parameter fisika-kimia perairan dan lokasi penelitian ………………….. 97 6 (a) Eigenvalues, (b) korelasi antara variabel dengan factor (c) Nilai kontribusi variabel (%) …………………………………………………. 99 7 Hasil analisis factorial koresponden; (a) Eigenvalue dan kumulatif (%) (b) Kualitas representasi, kosinus kuadrat (kolom) ……………………. 101 8 Foto beberapa spesies gastropoda yang ditemukan pada keempat lokasi penelitian ........................................................................................ 103

Page 18: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padang lamun merupakan sebuah ekosistem di wilayah pesisir yang

memiliki peran penting dalam menyokong kehidupan berbagai organisme yang

hidup dan berasosiasi dalam ekosistem ini. Peranan lamun itu sendiri telah

dirasakan oleh manusia, terutama dalam bidang ekonomi. Lamun dimanfaatkan

sebagai bahan makanan, bahan obat, bahan untuk pabrik kertas, bahan baku

kompos dan pupuk, pakan ternak, bahan kerajinan dan sebagai sumber bahan

kimia penting dalam bidang pengobatan (Phillip & Menez 1998). Di sisi lain,

padang lamun juga memiliki fungsi secara ekologis, sehingga dikatakan sebagai

ekosistem yang memiliki produktivitas yang tinggi. Fortes (1990); Tomascik et al.

(1997), menyatakan bahwa ekosistem lamun memiliki fungsi sebagai sumber

makanan dan tempat mencari makan (foods source and feeding ground), tempat

memijah (spawning ground), tempat asuhan (nursery ground), dan tempat ruaya

berbagai jenis ikan dan organisme laut.

Dalam ekosistem lamun, komposisi spesies dan kompleksitas habitat

sangat berpengaruh terhadap struktur dan komposisi fauna akuatik yang

berasosiasi, karena lamun berfungsi sebagai stabilisator substrat dan menghasilkan

sedimen yang membuat ekosistem lamun cocok bagi kehidupan fauna akuatik dan

sangat produktif (Scootfin 1970 in Creed 2000). Selain itu lamun juga berfungsi

sebagai sumber bahan organik bagi organisme (Parrish 1989 in Creed 2000).

Sumber bahan organik yang ada di habitat padang lamun berasal dari serasah yang

dihasilkan dan mengendap di substrat dasar perairan. Bahan organik ini

selanjutnya akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme dan membentuk rantai

makanan pada tingkatan yang lebih tinggi.

Salah satu organisme yang sangat berperan dalam rantai makanan di

ekosistem lamun adalah gastropoda (Bostrõm & Bonsdorff 1997 in Hemminga &

Duarte 2000; Hily et al. 2004). Gastropoda yang hidup dalam ekosistem lamun

biasanya ditemukan menempel di daun lamun maupun berada di substrat dasar

perairan yang kaya bahan organik. Gastropoda (keong) adalah salah satu kelas

dari moluska yang diketahui berasosiasi dengan baik dalam habitat lamun

Page 19: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

2

(Underwood & Chapman 1995). Klump et al. (1992) menyatakan bahwa 20-60%

dari biomassa epifit yang ditemukan menempel di daun lamun di perairan

Pilliphina adalah gastropoda. Selain itu, gastropoda juga merupakan hewan dasar

pemakan detritus (detritivore) dan serasah dari daun lamun yang terendap dan

mensirkulasi bahan-bahan organik yang tersuspensi dalam kolom air guna

mendapatkan makanannya.

Gastropoda dapat ditemukan di seluruh perairan pesisir Indonesia, pada

karakteristik dasar perairan yang berbeda seperti berbatu, berpasir, maupun

berlumpur. Demikian halnya dengan perairan pesisir Manokwari yang merupakan

teluk semi terbuka dengan perairan yang relatif tenang dan terdapat dua pulau

kecil yaitu Pulau Mansinam dan Pulau Lemon (Gambar 2). Dasar perairan teluk

ini tidak terlalu curam dan merupakan tempat bermuaranya beberapa sungai besar

dan kecil. Pada beberapa lokasi dengan dasar perairan yang landai dapat

ditemukan hamparan lamun yang terdiri dari beberapa spesies dalam area yang

tidak terlalu luasdan tidak membentuk padang lamun. Umumnya hamparan lamun

yang ada berasosiasi pada rataan terumbu, dengan substrat dasar perairan berpasir,

pasir berlumpur, maupun pasir bercampur pecahan karang.

Saat ini aktivitas pembangunan dan pengembangan wilayah Manokwari

lebih mengarah ke wilayah pesisir, yang tentunya akan berdampak terhadap

ekosistem pesisir yang ada. Dampak pembangunan dan aktivitas manusia telah

terlihat pada keberadaan habitat lamun dan gastropoda di Perairan Pesisir

Manokwari. Kenyataan ini telah diungkapkan oleh Lefaan (2008) bahwa beberapa

lokasi habitat lamun seperti di wilayah Pesisir Andai, Pesisir Wosi dan Pesisir

Biriosi telah mengalami degradasi lingkungan akibat aktivitas manusia, seperti

penambangan pasir di Sungai Andai serta buangan limbah pasar dan rumah tangga

di pesisir Wosi dan Briosi. Dampak aktivitas manusia tersebut menyebabkan

degradasi habitat lamun yang terlihat dari penurunan frekuensi, kerapatan dan

persen tutupan (percent cover) lamun, yang selanjutnya akan memberikan dampak

yang besar pula bagi kehidupan organisme yang berasosiasi, termasuk gastropoda.

Mengingat begitu pentingnya habitat lamun bagi kelangsungan hidup berbagai

organisme yang berasosiasi maupun bagi produktivitas perairan dan keragaman

ekosistem di wilayah Perairan Pesisir Manokwari.

Page 20: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

3

Berdasarkan gambaran tentang kondisi komunitas lamun di atas, maka

perlu dilakukan penelitian tentang keberadaan gastropoda yang diduga merupakan

kelompok moluska yang dominan berasosiasi dengan lamun di Perairan Pesisir

Manokwari. Asosiasi yang terjadi antar gastropoda dengan lamun maupun dengan

organisme lain dalam ekosistem lamun dapat memberikan gambaran betapa

pentingnya peranan ekosistem ini bagi kelangsungan hidup berbagai organisme di

wilayah pesisir, yang perlu dijaga kelestariannya.

` 1.2 Perumusan Masalah

Adanya degradasi lingkungan yang menyebabkan penurunan kualitas air

maupun gangguan terhadap substrat dasar perairan, akan berdampak pula terhadap

berkurangnya frekuensi, kerapatan dan tutupan lamun di Pesisir Manokwari.

Akibatnya keberadaan organisme penghuni padang lamun terutama gastropoda

akan terancam dan dapat menurunkan keanekaragaman spesies dan kelimpahan

gastropoda.

Menurut Lefaan 2008, Perairan Pesisir Wosi dan Briosi tergolong tercemar

berat, sedangkan Perairan Pesisir Rendani tergolong tercemar sedang.

Penggolongan ini didasarkan pada hasil pengukuran fisika-kimia air yang

dibandingkan dengan Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN Lingkungan

Hidup no 51 tahun 2004) dan dianalisis dengan metode STORET. Gambaran

permasalahan tersebut menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian tentang

distribusi spasial komunitas gastropoda dan asosiasinya dengan habitat lamun di

Perairan Pesisir Manokwari Papua Barat. Selain itu, penelitian tentang distribusi

gastropoda di padang lamun khususnya di Perairan Pesisir Manokwari belum

pernah dilakukan sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh parameter fisika-kimia perairan dan

tekstur substrat terhadap komposisi spesies, frekuensi, persen tutupan dan

kerapatan lamun.

2. Mengetahui dan mengkaji pengaruh kompleksitas habitat padang lamun

terhadap kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan distribusi spesies

gastropoda.

Page 21: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

4

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk lebih memahami fungsi

dan peranan ekologis padang lamun yang merupakan habitat gastropoda.

Disamping itu juga diharapkan untuk mengungkap informasi tentang

keberadaan ekologis gastropoda di padang lamun pada perairan pesisir

Manokwari, sehingga khasanah pengetahuan ini dapat bermanfaat dalam

pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

1.4 Konsep Pemecahan Masalah

Semakin meningkatnya aktivitas manusia di wilayah Pesisir Perairan

Manokwari tidak terelakkan lagi, yang berdampak pada berkurangnya

frekuensi, kerapatan, tutupan dan luasan habitat lamun serta degradasi

populasi gastropoda. Pemanfaatan dan pengambilan gastropoda yang

dilakukan oleh masyarakat, sebagian besar dijadikan sebagai hiasan maupun

asesoris yang digunakan saat acara-acara adat masyarakat setempat Hal ini

merupakan masalah yang terjadi saat ini dan perlu suatu bentuk pengelolaan

untuk mengurangi kerusakan ekosistem di wilayah pesisir, khususnya

ekosistem lamun.

Langkah awal untuk melakukan pengelolaan lingkungan adalah

perencanaan. Dalam perencanaan diperlukan data dan informasi yang akurat

dan terbaru untuk mengetahui kondisi lingkungan, sehingga diperlukan suatu

penelitian. Berdasarkan pernyataan ini maka penulis mencoba untuk

mendekati permasalahan di atas dengan mengetahui keberadaan spesies

lamun berdasarkan frekuensi ditemukannya spesies lamun, persen tutupan

lamun, kerapatan tiap tegakan lamun dan pola sebaran tiap spesies lamun.

Sebaran dan kelimpahan spesies lamun sangat dipengaruhi oleh tekstur

substrat dasar, faktor fisika-kimia air dan aktivitas manusia, sehingga sangat

perlu mengetahui faktor-faktor tersebut. Keberadaan gastropoda yang

berasosiasi dengan lamun dapat ditelusuri dengan mengetahui komposisi

spesies, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi spesies dan

pola sebaran gastropoda. Dalam pembahasan, akan dibandingkan kondisi

komunitas lamun pada tiap lokasi penelitian sehingga dapat diketahui lokasi

mana yang memiliki kondisi ekosistem lamun yang masih baik dan lokasi

mana yang telah mengalami degradasi.

Page 22: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

5

Gambar 1. Bagan alir pemecahan .masalah.

Berdasarkan pada permasalahan yang ada, penulis membuat suatu

skema pendekatan masalah, sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian

dan pengelolaan ekosistem lamun. Pendekatan masalah tersebut, secara

ringkas digambarkan dalam bagan alir pemecahan masalah pada Gambar 1.

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu

Keterangan:

. = Hubungan balik = Hubungan saling mempengaruhi

1.5 Hipotesa

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah parameter fisika-kimia air dan tekstur substrat mempengaruhi

komposisi, frekuensi, persen tutupan dan kerapatan spesies lamun.

2. Apakah kompleksitas habitat lamun, parameter fisika-kimia air dan

tekstur substrat mempengaruhi keanekaragamann dan kelimpahan spesies

gastropoda.

Komunitas gastropoda: - Komposisi spesies - Kelimpahan - Keanekaragaman - Dominansi - Sebaran spasial

gastropoda

Parameter fisika dan kimia lingkungan perairan

Komunitas lamun: - Frekuensi - Penutupan - Kerapatan - Pola Sebaran

lamun

Ekosistem Lamun

Tekstur substrat dasar perairan

Antropogenik (limbah rumah tangga dan pasar)

dan Aktivitas Manusia (Pemanfaatan gastropoda)

Page 23: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi Padang Lamun

Padang lamun memiliki fungsi sebagai suatu komunitas yang terdiri atas

tumbuhan dan hewan serta unsur abiotik yang saling berinteraksi. Interaksi yang

terjadi antara tumbuhan dan hewan merupakan interaksi tunggal dan dikendalikan

oleh berbagai faktor fisika-kimia perairan (Rohmimohtarto & Juwana 2001).

Gambaran tentang fungsi padang lamun sebagai ekosistem, dijabarkan oleh Wood

(1969) in Phillips & Menez (1988); Wood et al. (1969) in Ongkers (1990),

sebagai berikut :

1. Akar dan rhizome lamun melekat kuat pada substrat dasar sehingga dapat

menstabilkan dan menahan sedimen serta dapat mengurangi kuatnya hempasan

ombak saat badai.

2. Daun-daun lamun dapat memperlambat kecepatan arus, yang menyebabkan

terjadinya sedimentasi bahan-bahan organik dan mencegah resuspensi dari

bahan-bahan organik dan anorganik. Selain itu daun lamun yang cukup besar

(seperti Enhalus acoroides) dapat dimanfaatkan oleh organisme epifit sebagai

tempat hidup.

3. Lamun berperan sebagai naungan bagi ikan-ikan yang menetap dan ikan-ikan

yang hanya sementara (beruaya) berada dalam habitat lamun, baik pada stadia

dewasa maupun pada stadia juvenil.

4. Padang lamun berfungsi sebagai tempat mencari makan, berupa detritus dan

epifit yang menempel di daun lamun, maupun organisme avertebrata kecil

seperti moluska, krustasea maupun ekinodermata.

5. Tumbuhan lamun yang mati selanjutnya didekomposisi oleh bakteri menjadi

serasah dan dapat berfungsi sebagai bahan-bahan organik yang dimanfaatkan

oleh organisme sebagai bahan makanan.

Fortes (1990) menyatakan bahwa di lingkungan laut dangkal lamun dapat

berperan paling tidak sebagai produsen primer, habitat biota, perangkap sedimen

dan pendaur zat hara. Dalam ekosistem lamun, proses dekomposisi merupakan hal

yang penting. Proses ini menghasilkan material yang langsung dapat dikonsumsi

oleh fauna bentik, sedangkan partikel-partikel serasah dalam air merupakan

Page 24: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

8

makanan hewan avertebrata dengan tipe pemakan penyaring. Pada gilirannya

nanti hewan-hewan tersebut akan menjadi mangsa dari tipe pemakan karnivora

yang terdiri dari berbagai jenis ikan dan hewan avertebrata lainnya. Selain itu

ekosistem lamun merupakan tempat asuhan, perlindungan dari predator dan

sumber pakan bagi ikan, hewan avertebrata dan dugong.

2.2 Habitat dan Sebaran Lamun

Dinamika perairan seperti pasang surut, kedalaman air, dan tekstur substrat

sangat mempengaruhi zonasi sebaran spesies lamun dan bentuk pertumbuhannya.

Spesies lamun yang sama dapat tumbuh pada habitat yang berbeda dengan bentuk

pertumbuhan yang berbeda pula. Selain itu spesies lamun juga dapat membentuk

zonasi vegetasi, yang terdiri atas satu jenis maupun berasosiasi dengan jenis

lainnya (Erina 2006).

Lamun memerlukan tekstur substrat dasar yang cocok agar dapat tumbuh

dengan baik. Tekstur substrat dasar perairan yang dijumpai pada padang lamun

adalah tipe dasar perairan yang terdiri atas lumpur, pasir, maupun pasir yang

bercampur dengan pecahan karang, yang mudah ditembusi oleh akar dan rimpang

lamun guna menyokong tegakannya (Kirkman 1990).

Secara umum vegetasi lamun yang berada di perairan tropis terdiri atas

tiga tipe vegetasi (Tomascik et al. 1997), yaitu (1) padang lamun dengan tipe

vegetasi tunggal (monospecific seagrass beds), yaitu padang lamun yang terdiri

atas satu spesies lamun, (2) padang lamun dengan tipe campuran, namun hanya

terdiri atas dua atau tiga spesies lamun, (3) padang lamun dengan tipe vegetasi

campuran (mixing seagrass beds), yang umumnya terdiri atas spesies lamun

seperti Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, C.

rotundata, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, dan Halophila ovalis.

Tipe vegetasi lamun yang ketiga ini merupakan tipe vegetasi yang umum di

temukan di perairan Indonesia (Nienhuis et al. 1989). Hampir di seluruh perairan

di Indonesia dapat dijumpai lamun, terutama pada tipe substrat dasar perairan

seperti telah disebutkan di atas, dan berdasarkan beberapa kajian (Fortes 1990;

Cappenberg 1996; Tomascik et al. 1997), padang lamun di Indonesia terdapat di

Selat Flores, Teluk Kotania, Teluk Jakarta, Lombok, Selat Sunda, Kepulauan

Seribu, Teluk Banten dan Kepulauan Riau. Spesies lamun yang berasosiasi yaitu:

Page 25: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

9

Halodule pinifolia, H. uninervis, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata,

C. rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, dan Enhalus acoroides.

2.3 Parameter Fisika-Kimia Perairan

Distribusi spasial dan pertumbuhan lamun ditentukan oleh berbagai

parameter fisika-kimia air seperti suhu, salinitas, kekeruhan, kecepatan arus, nilai

pH, kandungan oksigen terlarut, unsur hara, sedimen dasar, cahaya dan kedalaman

perairan (Abal & Dennison 1996; Lefaan 2008). Bagi gastropoda yang hidup di

padang lamun, faktor fisika-kimia perairan yang sangat berperan bagi

kelangsungan hidup adalah suhu dan kekeringan (Nybakken 1997). Kedua faktor

ini sangat berpengaruh ketika air surut dan padang lamun terpapar karena kering,

maka suhu akan meningkat secara drastis. Pengaruh kedua faktor ini secara

bersamaan dapat mematikan gastropoda maupun lamun (Manginsela 1998).

2.4 Asosiasi Gastropoda dan Organisme Lain Dalam Ekosistem Lamun Organisme yang berasosiasi dengan padang lamun memiliki

keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi dibandingkan dengan habitat yang

tidak ditutupi lamun (Kikuchi & Peres 1977; Keough & Jenkins 1995). Habitat

lamun tergolong habitat yang sangat produktif, selain itu habitat lamun juga

memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai jenis hewan dan

tumnuh-tumbuhan (mikroalga). Habitat lamun juga berfungsi sebagai daerah

asuhan dan mencari makan berbagai jenis ikan herbivora (herbivory fishes),

dugong, penyu (Valentine & Heck Jr. 1999) dan ikan-ikan karang (coral fishes)

(Kikuchi & Peres 1977; Keough & Jenkins 1995). Berbagai asosiasi yang terjadi

antara hewan dan tumbuhan dengan lamun maupun habitat lamun dapat

dikategorikan dalam beberapa kelompok ekologi (sebagian asosiasi tersebut

ditunjukkan pada Gambar 2) (Howard et al. in Keough & Jenkins 1995), sebagai

berikut:

a. Perifiton, yaitu lapisan tebal mikroorganisme yang berukuran mikroskopis

seperti bakteri dan tumbuhan satu sel, yang dengan cepat menkolonisasi setiap

area yang terbuka dari lamun.

b. Epifit, yaitu sekumpulan mikroalga yang tumbuh pada permukaan daun.

c. Infauna, yaitu hewan yang hidup dalam sedimen, di antara rhizome lamun.

Page 26: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

10

d. Epifauna yang bergerak bebas (mobile epifauna), yaitu hewan berukuran kecil

yang dapat bergerak bebas dan berasosiasi pada bagian permukaan sedimen.

Kelompok fauna ini selalu ditemukan berada di antara tegakan lamun atau pada

daun maupun akar lamun.

e. Epifauna yang menetap (sessile epifauna), yaitu hewan yang secara permanen

menempel pada akar atau daun lamun.

f. Fauna epibenthic, yaitu hewan berukuran besar, bergerak bebas, yang

berasosiasi secara bebas dengan habitat lamun daripada secara langsung

dengan lamun.

Gambar 2 Organisme yang umum ditemukan berasosiasi dengan lamun maupun habitat lamun (Keough & Jenkins 1995).

Ketertarikan berbagai hewan maupun tumbuhan untuk berasosiasi dengan

habitat lamun maupun lamun itu sendiri disebabkan karena banyak tersedia

makanan, selain itu sangat baik sebagai tempat berlindung dan sebagai daerah

asuhan dalam siklus hidup kelompok hewan maupun tumbuhan tersebut

(Tomascik et al. 1997).

Page 27: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

11

2.4.1 Asosiasi Gastropoda Dengan Lamun

Moluska merupakan salah satu kelompok hewan yang diketahui

berasosiasi dengan baik dengan lamun di perairan Indonesia (Tomascik et al.

1997). Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa moluska merupakan

komponen yang sangat penting dalam habitat lamun, baik yang berhubungan

dengan biomassa maupun peranannya di dalam aliran energi. Sebanyak 20-60%

biomassa epifit padang lamun di Philipina dimanfaatkan oleh epifauna yang

didominasi oleh gastropoda (Klumpp et al. 1992). Umumnya moluska di padang

lamun bersifat pemakan detritus (detritivore) dan sangat sedikit yang langsung

memakan bagian tubuh lamun. Seperti halnya ekosistem terumbu karang, di

dalam ekosistem lamun terjadi siklus makan dan dimakan sehingga menjadikan

padang lamun sebagai sumber plasma nutfah yang sangat potensial (Mann 1972 in

Mudjiono & Sudjoko 1994).

Penelitian untuk mengetahui berapa banyak tegakan lamun yang hilang

akibat dimanfaatkan oleh organisme pemakan tumbuhan (herbivory) telah

dilakukan oleh Cebrian et al. (1996). Mereka menyatakan bahwa lamun jenis

Cymodocea nodosa (Ucria) secara nyata berperan sebagai sumber makanan bagi

organisme herbivory di daerah littoral, Laut Tengah. Para peneliti ini juga

memperkirakan densitas tegakan lamun yang hilang karena aktivitas organisme

herbivory berkisar 30 gr berat kering/m3

Menurut Peristiwady (1994), pada penelitiannya di Pesisir Lombok Selatan

menemukan sedikitnya 4.99 % dari seluruh jenis makrofauna yang berasosiasi

dengan padang lamun adalah moluska. Pada tiga Teluk yang ada di Pantai Selatan

Lombok, ditemukan sebanyak 70 spesies moluska yang berasosiasi dengan

padang lamun dan beberapa diantaranya bernilai ekonomis penting (Mudjiono &

Sudjoko 1994). Dikatakan pula bahwa spesies gastropoda yang memiliki

kelimpahan yang tinggi adalah Pyrene versicolor, Strombus labiatus, S. luhuanus

dan Cymbiola vespertilio.

/tahun. Menurut Aziz (1994), aktivitas

pemangsaan (grazing) lamun oleh bulu babi jenis Tripneustes gratilla, sekitar

1.01 gr berat kering/individu/hari di Teluk Aan Lombok Selatan, sedangkan di

Teluk Kuta Lombok Selatan berkisar 1.33 gr berat kering /individu/hari.

Page 28: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

12

Penelitian Aswandy dan Hutomo (1984), menemukan ada 10 jenis

moluska yang hidup berasosiasi dcngan padang lamun di Teluk Banten, dan

komunitas tersebut didominasi oleh gastropoda spesies Columbella sp. Selain itu

Cappenberg (1996), dari hasil penelitiannya di Teluk Kotania Seram Barat

menemukan 26 famili yang termasuk dalam Kelas Gastropoda, dan Famili

Cerithiidae, Pyrenidae dan Strombidae merupakan kelompok Famili yang

dominan ditemukan.

2.4.2 Asosiasi Organisme Lain dengan Padang Lamun

Di padang lamun, asosiasi antara lamun dengan organisme lain yang

menghuni padang lamun terjadi dalam beberapa bentuk yang umum (Nakaoka

2005). Sebagai contoh, lamun menyokong kelimpahan dan kekayaan spesies

organisme melalui karakteristik fisik habitatnya yang menunjang kehidupan

kelompok fauna bentik (Orth et al. 1984; Hemminga & Duarte 2000). Selain itu

bagi kelompok organisme pemakan tumbuhan (herbivory) sangat jarang yang

makan lamun, melainkan memakan epifit (mikroalga) sebagai sumber makanan

pengganti (Kikuchi & Peres 1977; Klumpp et al. 1989; Brawley 1992 dan

Jernakoff et al. 1996 in Nakaoka 2005). Sehingga dapat dikatakan padang lamun

merupakan habitat yang baik dan nyaman bagi berbagai organisme seperti

komunitas mikroba, mikro alga, makro alga, serta hewan avertebrata berukuran

kecil sampai vertebrata yang berukuran besar. Kelompok organisme ini sangat

beragam dalam menempati padang lamun, beberapa jenis alga dan hewan

menempati permukaan daun lamun (epiflora dan epifauna) atau pada bagian

permukaan substrat dasar (organisme epibenthic) atau tinggal dalam sedimen

(infauna), nekton serta plankton.

Menurut Keough dan Jenkins (1995), tumbuhan lamun secara khusus

menyokong kekayaan berbagai perifiton, epifit dan epifauna yang sifatnya

menetap (sessile). Epifit dan perifiton yang merupakan kelompok mikro alga juga

melakukan fotosintesis dan memberikan kontribusi yang signifikan seperti lamun

pada keseluruhan produksi primer dalam komunitas lamun (Pollard & Morriatty

1991). Daun lamun merupakan habitat yang nyaman bagi perifiton, epifit dan

larva infauna yang sessile, dimana daun muda dengan segera akan dikolonisasi

oleh bakteri dan alga mikroskopis, yang selanjutnya diikuti oleh spora epifit dan

Page 29: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

13

larva dari epifauna yang sessile, yang terbawa arus air ke daun lamun. Secara

khusus perifiton dan epifit yang menempati daun lamun yang muda, akan menetap

sampai daun tersebut tua dan luruh. Selengkapnya asosiasi yang terjadi antara

lamun dengan organisme lain dan membentuk rantai makanan dalam ekosistem

lamun, ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Rantai makanan dalam ekosistem lamun (Fortes 1990), dimodifikasi in Rohmimohtarto & Juwana 2001.

1. Akar mengikat sedimen 14. Juvenil udang dan ikan 2. Detritus 15. Bulu babi 3. Teripang 16. Ikan buntal 4. Kepiting 17. Penyu laut 5. Infauna penyaring deposit 18. Dugong 6. Partikel bahan organik 19. Ikan beronang 7. Rumput laut 20. Menyimpan dan mengeluarkan 8. Menyimpan dan mengeluarkan 21. Tenggelam dan membusuk 9. Bahan organik terlarut 22. Potongan-potongan daun 10. Fitoplankton 23. Burung pantai 11. Zooplankton 24. Pupuk untuk tanah pertanian 12. Epizoon penyaring bahan terlarut 25. Terumbu karang, mangrove 13. Produksi primer tinggi dan tumbuh

Page 30: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

13

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di perairan Pesisir Manokwari Provinsi Papua

Barat, pada empat lokasi yaitu Pesisir Perairan Rendani, Wosi, Briosi dan Padarni

(Gambar 4). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010 (2 bulan),

yang meliputi kegiatan pengambilan data lapangan serta pengolahan data.

Pengambilan data lapangan hanya dilakukan satu kali pada tiap lokasi.

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu

Pesisir Perairan Rendani merupakan lokasi dengan kondisi lingkungan yang

masih alami karena cukup jauh dari pemukiman penduduk dan berada dalam area

Bandar Udara Rendani. Lokasi Wosi merupakan lokasi dengan tingkat gangguan

yang tinggi (Lefaan 2008), karena tingginya sedimentasi, adanya masukkan

limbah antropogenik yang berasal dari pemukiman penduduk yang cukup padat

dan Pasar Wosi, serta salinitas yang berfluktuasi karena merupakan daerah muara

Sungai Wosi. Lokasi Briosi merupakan daerah dengan tingkat gangguan yang

sedang, karena dekat dengan Pasar Sanggeng dan berhadapan dengan Pelabuhan

Manokwari serta pemukiman yang cukup padat. Lokasi Padarni merupakan

daerah dengan tingkat gangguan yang sedang karena gangguan berasal dari

limbah antropogenik rumah tangga dan aktivitas manusia.

3.2 Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan yakni

kegiatan di lapangan yang meliputi pengambilan contoh lamun dan

gastropoda, pengukuran beberapa parameter fisika-kimia air secara in situ

dan pengambilan contoh substrat. Kegiatan selanjutnua dilaksanakan di

laboratorium meliputi identifikasi lamun dan gastropoda, analisis fisika-

kimia air dan analisis tekstur substrat. Kegiatan analisis laboratorium

dilakukan di Laboratorium Perikanan dan Laboratorium Kimia UNIPA serta

Laboratorium Produktivitas Lingkungan IPB. Adapun parameter fisika-kimia

air yang diukur dan dianalisis serta alat atau bahan yang digunakan seperti

ditunjukkan dalam Tabel 1.

Page 31: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

16

Gambar 4 Peta lokasi penelitian

Page 32: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

17

Tabel 1 Parameter yang diukur serta alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Parameter Satuan Alat/bahan Keterangan

Fisika

Suhu o Termometer C In situ Kekeruhan NTU Turbidity meter Laboratorium Kecepatan arus m/detik Current meter In situ Tekstur Substrat mm Ayakan

bertingkat Laboratorium

Kimia

pH air pH meter In situ Salinitas ‰ Refraktometer In situ Nitrat mg/ l Spektrofotometer Laboratorium Ammonia mg/ l Spektrofotometer Laboratorium Fosfat mg/ l Spektrofotometer Laboratorium Oksigen Terlarut (DO)

mg/l DO meter In situ

Biochemical Oxygen Demand 5 (BOD5

mg/l )

Spektrofotometer Laboratorium

Total Organic Matter (TOM)

mg/l Spektrofotometer Laboratorium

Biologi Gastropoda ind/cm Kuadrat 50 x 50 cm dan roll meter

2 In situ Lamun ind/cm In situ 2

Data pendukung

Kedalaman air saat sampling

cm Tongkat berskala In situ

Posisi lokasi sampling Derajat (o

Global Positioning System (GPS)

) In situ

3.3 Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan contoh lamun dan gastropoda mrnggunakan

metode transek garis. Pada tiap lokasi pengamatan terdiri atas 3 garis transek

dengan jarak antara garis transek satu dengan yang lain 50 m dan panjang

garis transek disesuaikan dengan luasan padang lamun ke arah laut di lokasi

pengambilan data. Garis transek diletakkan tegak lurus dengan garis pantai,

Dalam satu garis transek terdiri atas 10 kuadrat dengan jarak setiap kuadrat

tergantung dari panjang garis transek, dengan perhitungan panjang garis

transek/9, sehingga diperoleh jarak antar kuadrat. Pengambilan contoh

dimulai dari kuadrat dekat garis pantai ke arah laut yang ditumbuhi lamun.

Kuadrat pertama dan kuadrat terakhir ditandai dengan GPS untuk

memudahkan jika akan dilakukan pengecekan kembali.

Page 33: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

18

Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah metode rancagan

acak berlapis, dengan garis transek sebagai ulangan. Metode ini digunakan

berdasarkan asumsi bahwa padang lamun yang diamati tergolong vegetasi

campuran, yang terdiri atas lebih dari satu jenis lamun.

3.3.1 Pengambilan Contoh Lamun dan Gastropoda

Pengambilan contoh lamun dan gastropoda dilakukan pada tiap kuadrat

dari setiap garis transek, sehingga jumlah kuadrat yang diamati sebanyak 30

kuadrat pada masing-masing lokasi (Dennison 1990; English et al. 1997).

Setelah meletakkan kuadrat, dilakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap

gastropoda yang berada di daun lamun maupun di substrat. Jika ditemukan,

gastropoda tersebut langsung dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diberi

keterangan. Kemudian dihitung persen tutupan tiap spesies lamun. Selanjutnya

dilakukan pengerukan substrat sedalam ± 5 cm dengan asumsi bahwa terdapat

spesies gastropoda yang membenamkan diri dalam substrat (bersifat infauna)

untuk menghindari kekeringan, mengingat pengambilan sampel dilakukan saat

surut terendah. Kemudian lamun dan gastropoda dipisahkan dari substrat,

dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diberi keterangan.

Contoh lamun dan gastropoda selanjutnya dibawa ke laboratorium

untuk diidentifikasi. Lamun diidentifikasi berdasarkan acuan dari Phillips &

Menez (1998), McKenzie et al. (2003) dan Lanyon (1986). Gastropoda

diidentifikasi berdasarkan buku karangan Habe (1964); Dharma (1988;

1992; 2005); Lindner (2000); Oliver (2004) dan Kusnaedi et al. (2008).

3.3.2 Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Air dan Pengambilan Tekstur

Substrat

Parameter fisika-kimia air diambil dengan alat dan metode seperti

yang tertera dalam Tabel 1. Pengukuran parameter fisika-kimia air menurut

Fonseca (1990), meliputi: suhu, kecepatan arus, pH air, salinitas dan oksigen

terlarut (DO), yang dilakukan secara in situ. Sedangkan kekeruhan,

ammonia, nitrat, fosfat, biochemical oxygen demand 5 (BOD5), total

organic matter (TOM) dan tekstur substrat analisisnya dilakukan di

Laboratorium.

Page 34: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

19

Pengambilan contoh substrat dasar untuk analisis tekstur, diambil

sebanyak 100 gr contoh sedimen. Pengambilan hanya dilakukan pada

kuadrat pertama, kuadrat kelima dan kuadrat ke sepuluh pada masing-

masing garis transek. Sampel sedimen selanjutnya dibawa ke laboratorium,

dibilas dengan air tawar untuk mengeluarkan serasah maupun kotoran yang

dapat membuat bias data yang diperoleh.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Tekstur Substrat

Sampel substrat yang telah dicuci selanjutnya dikeringkan di bawah

terik matahari selama ± 3-4 hari (sinar matahari penuh) sampai kering dan

beratnya konstan. Cara lain, sampel dapat dikeringkan dalam oven pada

suhu 105 o

3.4.2 Frekuensi, Kerapatan, Penutupan Spesies dan Indeks Nilai Penting Lamun

C selama 24 jam sampai beratnya konstan. Selanjutnya sedimen

diayak berdasarkan ukuran mesh size ayakan. Pengolahan contoh sedimen

ini menggunakan metode kering (Holme & McIntyre 1984). Hasil

penyaringan berdasarkan mesh size ayakan (ayakan bertingkat), kemudian

ditimbang dan dicatat hasilnya dalam tabel dan selanjutnya dihitung persen

kumulatif dari setiap mesh size ayakan. Hasil perhitungan persen kumulatif

ini selanjutnya disesuaikan dengan nilai phi (Ø) menurut skala Wenworth.

Sebaran butiran tekstur substrat (%) dapat diketahui berdasarkan hasil

analisis ini (Holme & McIntyre 1984).

Frekuensi Spesies Lamun

Frekuensi spesies lamun yaitu peluang ditemukannya lamun spesies

ke-i dalam suatu petak contoh yang dibatasi dan dibandingkan dengan jumlah

petak contoh yang diamati. Perhitungan spesies lamun dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut (Brower et al. 1990):

Page 35: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

20

Keterangan: Fi = frekuensi spesies ke-i PijP = jumlah total kuadrat contoh

= jumlah kuadrat contoh ke-j ditemukan spesies ke-i

Frekuensi Relatif Lamun

Frekuensi relatif lamun (FRi), yaitu perbandingan antara frekuensi

spesies-i (Fi

) dengan jumlah total frekuensi seluruh spesies. Perhitungan

frekuensi relatif lamun dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

(Brower et al. 1990):

Keterangan: FRi = frekuensi relatif spesies ke-i Fi = frekuensi spesies ke-i

F = jumlah frekuensi untuk seluruh spesies i=1

Kerapatan Mutlak Lamun

Kerapatan mutlak lamun adalah jumlah total individu lamun dalam

suatu unit area yang diukur. Kerapatan mutlak lamun dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut (Brower et al. 1990):

Keterangan: Ki n

= kerapatan mutlak spesies ke-i ij

A = luas total area pengambilan contoh (m = jumlah total individu dari spesies ke-i di unit area ke-j

2

)

Kerapatan Relatif Lamun

Kerapatan relatif lamun merupakan perbandingan antara jumlah

individu spesies lamun dan jumlah total individu seluruh spesies lamun.

Kerapatan relatif lamun dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

(Brower et al. 1990) :

Page 36: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

21

Keterangan: KRin

= kerapatan relatif spesies ke-i i

n = jumlah individu tiap spesies ij

Penutupan Spesies Lamun

= jumlah total individu seluruh spesies

Penutupan spesies lamun yaitu luas area yang di tutupi oleh

lamun dalam setiap kuadrat (Saito & Atobe 1990 in English et al. 1997).

Persen tutupan spesies lamun tertentu dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Keterangan: PiM

= penutupan spesies lamun ke-i i

f = frekuensi (jumlah sub kuadrat yang memiliki nilai tengah yang sama) = nilai tengah persen dari kelas ke-i

Penutupan Relatif Lamun

Penutupan relatif lamun yaitu perbandingan antar tutupan individu

spesies ke-i dengan total jumlah tutupan seluruh spesies. Perhitungan

penutupan relatif lamun dihitung dengan menggunakan rumus (Brower et al.

1990), sebagai beriku:

Keterangan: PRiP

= penutupan relatif spesies lamun ke-i i

P = penutupan spesies ke-i

ij

= total jumlah penutupan seluruh spesies

Indeks Nilai Penting

Indeks nilai penting (INP), dlgunakan untuk menghitung dan menduga

keseluruhan dari peranan satu spesies di dalam satu komunitas. Semakin tinggi

nilai INP suatu spesies, relatif terhadap spesies lainnva maka semakin tinggi

peranan spesies tersebut dalam komunitas. Rumus yang digunakan untuk

menghitung INP (Brower et al. 1990), sebagai berikut:

Page 37: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

22

INPi = KRi + FRi + PR

Keterangan:

i

INPiKR

= indeks nilai penting spesies ke-i i

FR = kerapatan Relatif spesies ke-i

iPR

= frekuensi Relatif spesies ke-i i

= penutupan Relatif spesies ke-i

3.4.3 Pola Penyebaran Lamun

Pola penvebaran individu lamun, dapat dihitung dengan menggunakan

analisis Indeks Morisita. Perhitungan pola penyebaran lamun dihitung

dengan menggunakan rumus (Brower et al. 1990), sebagai berikut:

Keterangan: Id = indeks Morisita n = jumlah kuadrat pengambilan contoh N = jumlah individu dalam n kuadrat xi

Indeks Morisita (Id) memiliki kriteria penilaian sebagai berikut:

= Jumlah individu spesies ke-i pada setiap kuadrat

Id = 1, pola penyebaran merata Id < 1, pola penyebaran seragam Id > 1, pola penyebaran mengelompok

Kebenaran nilai indeks di atas, dapat diuji menggunakan sebaran Chi-

kuadrat dengan persamaan (Brower et al. 1990), sebagai berikut:

Nilai Chi-kuadrat dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai

Chi-kuadrat tabel dengan selang kepercayaan 95 % (α = 0,05). Jika nilai X2

hitung lebih kecil dari nilai X2

3.4.4 Komposisi Spesies dan Kelimpahan Gastropoda

tabel berarti tidak ada perbedaan yang nyata

dengan penyebaran acak.

Komposisi spesies gastropoda diperoleh dengan mencatat setiap

spesies yang ditemukan dalam setiap kuadrat berdasarkan stasiun pengamatan

dan diidentifiasi. Selanjutnya tiap individu gastropoda disusun berdasarkan

Page 38: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

23

famili, genera dan spesies yang ditemukan dalam tiap kuadrat contoh, ke

dalam tabel. Agar mempermudah dalam penelusuran spesies, maka nama

famili, genera dan spesies diurutkan menurut abjad. Kemudian masing-

masing famili, genera dan spesies dijumlah sesuai dengan banyaknya individu

spesies tersebut.

Kelimpahan spesies (A) didefinisikan sebagai jumlah individu per satuan

luas atau volume (Brower et al. 1990), yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan: Ain

= kelimpahan spesies i ij

A = luas total area pengambilan contoh = jumlah total individu dari spesies i di unit area ke-j

3.4.5 Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda

Keanekaragaman spesies gastropoda diartikan sebagai banyaknya spesies

gastropoda yang ditemukan dalam tiap kuadrat pada setiap garis transek.

indeks keanekaragaman yang digunakan untuk menentukan keanekaragaman

spesies gastropoda adalah indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H') (Cox

2002), dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: H' = indeks keanekaragaman jenis pi = ni/N sebagai proporsi spesies ke-i ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah total individu spesies ke-i

Indeks keseragaman (equitability) adalah rasio antara indeks

keanekaragaman terhadap keanekaragaman maksimumnya. Indeks ini digunakan

untuk menggambarkan keseimbangan penyebaran spesies dalam suatu komunitas.

Indeks keseragaman yang digunakan menurut Krebs (1989), sebagai berikut:

Page 39: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

24

Keterangan E = indeks keseragaman H’ = indek Keanekaragam Shannon-Wiener H’maks = 3,322 log2

Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1 (Setyobudiandi et al.

2009). Jika nilai indeks keseragaman mendekati 0, menunjukkan adanya

konsentrasi jumlah individu pada spesies tertentu, atau terdapat spesies

tertentu yang memiliki jumlah individu relatif banyak. Sebaliknya jika nilai

indeks keseragaman mendekati 1, menunjukkan jumlah individu di setiap

spesies hampir sama atau merata.

S (S= jumlah spesies)

Dominansi spesies merupakan suatu gambaran bahwa jumlah suatu

spesies lebih banyak/dominan terhadap spesies yang lain dalam suatu

komunitas. Dominansi spesies dinyatakan dalam indeks dominansi Simpson

(Brower et al. 1990), sebagai berikut :

Keterangan: D = indeks dominansi Simpson ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah total individu dari selruh spesies

3.4.6 Indeks Kesamaan Komunitas

Indeks kesamaan komunitas digunakan untuk mengetahui tingkat

kesamaan komunitas berdasarkan kesamaan spesies gastropoda antar lokasi

penelitian. Indeks kesamaan komunitas yang digunakan adalah indeks Sorenson

(Maguran 1988), sebagai berikut:

Keterangan: CSj = jumlah spesies yang ditemukan dalam plot kuadrat di dua lokasi penelitian

= indeks Sorenson

a = jumlah spesies yang ditemukan di lokasi A b = jumlah spesies yang ditemukan di lokasi B

Page 40: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

25

3.4.7 Karakteristik Habitat Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia air dan Tekstur Substrat

Penilaian terhadap parameter fisika-kimia perairan disesuaikan

dengan standar baku mutu air laut berdasarkan KEPMEN Lingkungan

Hidup No 51 tahun 2004, pada lampiran II (baku mutu air laut untuk biota

laut). Karakteristik lokasi penelitian dapat dinilai berdasarkan parameter

fisika-kimia perairan yang telah diukur melalui pendekatan analisis statistik

multivariate. yaitu analisis komponen utama (principal component

analysis, PCA) (Legendre & Legendre 1983).

Analisis komponen utama bertujuan untuk mempresentasi-kan

beberapa variabel dalam suatu matriks data. Matriks data yang dimaksud

terdiri atas lokasi penelitian sebagai individu (baris) dan variabel peubah

habitat kuantitatif (kolom). Data karakteristik habitat (parameter fisika-

kimia perairan dan tekstur substrat), tidak memiliki satuan ukuran dan

ragam yang sama dari data, sehingga sebelum melakukan analisis

komponen utama data-data ini harus dinormalisasikan lebih dahulu melalui

pemusatan dan pereduksian (Setyobudiandi et al. 2009). Dengan demikian

nilai-nilai analisis komponen utama tidak direalisasikan dari nilai-nilai

parameter inisial, tetapi dari indeks simetrik yang diperoleh dari kombinasi

linier nilai-nilai parameter inisial (Legendre & Legendre 1983).

Pemusatan adalah selisih antara nilai parameter dengan nilai rataan

parameter, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: C = nilai pusat

Pereduksian adalah hasil bagi antara nilai parameter yang telah

dipusatkan dengan nilai simpangan baku parameter tersebut.

Page 41: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

26

Keterangan: R = nilai reduksi C = nilai pusat Sd = nilai simpangan baku karakteristik habitat

Langkah selanjutnya adalah menentukan hubungan antara dua

peubah. Pendekatan yang digunakan adalah matriks korelasi yang dihitung

dari indeks sintetik (Ludwig & Reynolds 1988), dengan rumus sebagai

berikut:

Keterangan:

= matriks korelasi r = matriks indeks sintetik a

ij

= matriks transpose Aij

Korelasi linier antara dua parameter yang dihitung dari indeks sintetik

adalah peragam dari kedua parameter tersebut yang telah dinormalisasikan.

sxn

Di antara semua indeks sintetik yang mungkin, analisis komponen

utama mencari terlebih dahulu mencari indeks yang menunjukkan ragam

yang maksimum dari lokasi penelitian. Indeks ini merupakan komponen

utama pertama yang merupakan sumbu utama 1 (F1). Suatu proporsi

tertentu dari ragam total lokasi penelitian dijelaskan oleh komponen utama

ini. Selanjutnya dicari komponen utama kedua (F2) yang memiliki korelasi

nihil dengan komponen utama pertama. Proses ini berlanjut terus hingga

memperoleh komponen utama ke-p, yang merupakan bagian informasi

yang paling kecil (Setyobudiandi et al. 2009).

Pada prinsipnya analisis komponen utama menggunakan jarak

Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan karakteristik fisika-kimia perairan

dan tekstur sedimen antar lokasi penelitian yang berkoresponden) pada

data. Jarak Euclidean didasarkan pada rumus sebagai berikut:

Keterangan:

j = indeks pada kolom (bervariasi dari 1 hingga p)

Page 42: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

27

Semakin kecil jarak Euclidean antar 2 lokasi, maka semakin mirip

karakteristik fisika-kimia perairan antar kedua lokasi tersebut. Demikian

pula sebaliknya, semakin besar nilai Euclidean antar dua lokasi, maka

semakin berbeda karakteristik fisika-kimia perairan antar dua lokasi

tersebut (Legendre & Legendre 1983).

3.4.8 Pola Penyebaran dan Sebaran Spasial Gastropoda serta Asosiasinya dengan Karakteristik Habitat

Dalam menentukan pola penyebaran gastropoda pada tiap transek

pengamatan, dapat dianalisis dengan menggunakan indeks penyebaran

Morisita (Id) dengan rumus sebagai berikut (Brower et al. 1990) :

Keterangan: Id = Indeks Morisita n = Jumlah kuadrat pengambilan contoh N = Jumlah individu dalam n kuadrat xi

= Jumlah individu pada setiap kuadrat

Pola penyebaran gastropoda ditentukan berdasarkan kriteria dari

Indeks Morisita (Id) dengan penilaian sebagai berikut:

Id = 1, pola penyebaran acak Id < 1, pola penyebaran seragam/merata Id > 1, pola penyebaran mengelompok

Kebenaran nilai indeks Morisita (Id) dapat diuji menggunakan sebaran Chi-

kuadrat (x2

) (Brower et al. 1983) dengan persamaan:

Nilai Chi-kuadrat dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai

Chi-kuadrat tabel, dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika nilai x2

hitung lebih kecil dari nilai x2

tabel maka tidak ada perbedaan vang nyata

dengan penyebaran acak.

Page 43: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

28

3.4.9 Asosiasi Gastropoda dengan Lamun Berdasarkan Karakteristik Habitat

Asosiasi gastropoda dengan karakteristik habitat dapat dijelaskan

menggunakan analisis faktoriai korespondens (Correspondence Analysis,

CA) (Legendre & Legendre 1983). Analisis ini didasarkan pada matriks data I

baris (gastropoda) dan J kolom (lokasi pengamatan atau karakteristik habitat),

dimana ditemukan pada baris ke i dan kolom ke j kelimpahan organisme pada

lokasi pengamatan atau modalitas karakteristik habitat ke j untuk organisme ke

i. Matriks data ini merupakan tabel kontigensi organisme X lokasi pengamatan

atau spesies organisme modalitas karakteristik habitat tersebut.

Peranan i dan j dalam tabel kontigensi yaitu membandingkan unsur-

unsur I (untuk tiap J), sama dengan membandingkan hukum probabilitas

bersyarat. Pengukuran kemiripan antar 2 unsur yaitu unsur I1 dan unsur I2

Keterangan:

dari

I dilakukan melalui pengukuran jarak chi-kuadrat dengan rumus sebagai

berikut:

D2

x = jarak chi-kuadrat

iX

= jumlah baris i untuk semua kolom j

= jumlah kolom j untuk semua baris

Pengolahan data correspondence analysis (CA) untuk mengetahui sebaran

spasial gastropoda, menggunakan program XLSTAT versi 1.02. 2009.

Page 44: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

29

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Wilayah pesisir Manokwari merupakan wilayah perairan semi tertutup,

yang terdiri atas teluk-teluk kecil, dan salah satunya adalah Teluk Doreri (Gambar

4). Wilayah pesisir perairan ini memiliki tiga ekosistem yang penting, yaitu

ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang, dengan

berbagai organisme yang berasosiasi. Di lain sisi penduduk Manokwari sangat

dominan menempati wilayah pesisir yang relatif landai sebagai pemukiman,

pasar, pusat perbelanjaan dan perekonomian serta hotel daripada wilayah daratan

yang memiliki lahan yang berbukit.

4.1.1 Rendani

Wilayah pesisir Rendani terdiri atas ekosistem mangrove, ekosistem lamun

dan ekosistem terumbu karang. Di lokasi ini juga terdapat sungai mati yang

ditumbuhi pohon mangrove. Tipe substrat dasar perairan pesisir Rendani

merupakan tipe carbonat, yang terdiri atas pasir dan pecahan karang.

Lokasi pengambilan contoh di Rendani relatif jauh dari pemukiman

penduduk karena masih berada dalam wilayah Bandar Udara Rendani. Di sekitar

titik pengambilan contoh ditumbuhi oleh pohon magrove dengan tegakan yang

tidak terlalu rapat dan hanya terdiri atas beberapa jenis mangrove. Padang lamun

yang ada di perairan ini tidak terlalu luas ke arah laut, namun memanjang secara

horizontal searah garis pantai. Sisi luar dari padang lamun berbatasan dengan

terumbu karang yang membentuk barrier, yang menjadikan daerah ini dangkal.

Gambar lokasi dapat dilihat pada Lampiran 1a.

4.1.2 Wosi

Profil lokasi pengambilan contoh di Wosi dicirikan oleh daerah yang

landai karena terletak di muara Sungai Wosi. Tipe substrat dasar perairan di lokasi

ini tergolong tipe terrigenous yang terdiri atas pasir dan lumpur. Selain itu di

lokasi ini juga terdapat Pasar Wosi dan pemukiman penduduk yang padat.

Masyarakat setempat juga memanfaatkan daerah pesisir pantai sebagai tempat

membuang sampah, karena terdapat tumpukan sampah dekat titik sampling.

Page 45: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

30

Hamparan lamun yang ada di lokasi Wosi cukup luas dibandingkan ketiga

lokasi lainnya dan agak jauh dari bibir pantai. Saat air surut, dasar perairan yang

kering cukup luas karena dasar perairannya landai. Kondisi perairan di lokasi ini

selalu keruh karena pengaruh sedimen yang terbawa oleh aliran Sungai Wosi dan

terendap di wilayah ini. Gambar lokasi Wosi dapat dilihat dalam Lampiran 1b.

4.1.3 Briosi

Pesisir Perairan Briosi merupakan daerah yang cukup dekat dengan pasar

Sanggeng dan berhadapan dengan pemukiman penduduk dan pelabuhan kapal

penumpang maupun kapal barang. Lokasi pengambilan data terletak di mulut

Teluk Doreri. Kondisi perairan di lokasi ini tidak terlalu jernih karena ada

masukan sedimen yang berasal dari aliran sungai kecil yang ada di bagian dalam

teluk dan buangan dari pasar Sanggeng.

Tipe substrat yang ada di lokasi ini merupakan tipe carbonat yang terdiri

atas pasir dan pecahan karang. Padang lamun yang ada di lokasi ini tidak terlalu

luas, dan saat surut terendah, bagian lamun yang berada pada zona bagian bawah

intertidal akan terdedah karena kering. Sisi bagian luar ke arah laut dari padang

lamun berbatasan dengan terumbu karang. Gambar lokasi Briosi dapat dilihat

dalam Lampiran 1c.

4.1.4 Padarni

Pesisir Perairan Padarni merupakan lokasi yang cukup padat penduduk. Di

pesisir perairan ini masyarakat setempat banyak memelihara ternak babi dengan

kandang sistem gantung (berada di atas air). Kondisi perairan di lokasi tidak

terlalu jernih. Hal ini disebabkan oleh sedimen lumpur berpasir yang terdapat

pada zona bagian tengah intertidal. Hamparan lamun yang terdapat di lokasi ini

tidak terlalu luas dibandingkan dengan tiga lokasi lainnya, dengan vegetasi yang

berasosiasi dengan makroalga Halimeda sp dan Padina sp.

Tipe subatrat dasar perairan pada zona intertidal bagian bawah didominasi

oleh tipe substrat carbonat yang terdiri atas pasir bercampur dengan pecahan

karang, sedangkan pada zona bagian atas intertidal didominasi oleh substrat pasir.

Pada zona bagian tengah intertidal memiliki tipe substrat lumpur berpasir. Lebih

jelas gambaran lokasi Padarni ditunjukkan dalam Lampiran 1d.

Page 46: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

31

4.2 Struktur Komunitas Lamun

4.2.1 Komposisi Spesies dan Pola Penyebaran Lamun

Vegetasi lamun yang ada di empat lokasi penelitian termasuk dalam

vegetasi campuran (mixed vegetation), yang terdiri atas lebih dari satu spesies

lamun. Komposisi lamun yang teridentifikasi pada keempat lokasi, terbagi dalam

dua famili yaitu Cymodoceaceae dan Hydrocharitaceae, yang terdiri atas 8

spesies, yaitu Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule pinifolia, H.

uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan

Enhalus acoroides. Spesies E. acoroides. teridentifikasi di lokasi Rendani, Wosi

dan Padarni, tapi tidak ditemukan dalam kuadrat. Komposisi lamun yang

ditemukan memiliki kesamaan dengan komposisi lamun yang ditemukan Lefaan

(2008), kecuali H. pinifolia dan S. isoetifolium yang tidak ditemukan di Rendani.

Komposisi spesies lamun pada tiap lokasi penelitian ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tipe vegetasi yang ditemukan pada keempat lokasi penelitian sangat

umum ditemukan di perairan tropis, termasuk di Indonesia (Kiswara 1994a in

Erina 2006). Umumnya komposisi spesies lamun yang terbentuk terdiri dari

empat sampai tujuh spesies, seperti Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule

uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan

Enhalus acoroides. Biasanya padang lamun tersebut didominasi oleh E. acoroides

dan T. hemprichii (Nienhuis et al. 1989).

Tabel 2 Komposisi spesies lamun pada lokasi penelitian

Takson Lokasi Rendani Wosi Briosi Padarni

Cymodoceaceae Cymodocea rotundata + + + - Cymodocea serrulata + + + + Halodule pinifolia (-)* + + + Halodule uninervis + + + + Syringodium isoetifolium + - (-)* +

Hydrocharitaceae

Enhalus acoroides (+) (+) - (+) Halophila ovalis + + + + Thalassia hemprichii + - + +

Keterangan = Tanda - = Tidak ditemukan dalam kuadrat. + = Ditemukan dalam kuadrat. (+) = Ditemukan di luar kuadrat.

* = Ditemukan berdasarkan laporan Lefaan (2008)

Page 47: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

32

Pola sebaran lamun pada tiap lokasi penelitian berdasarkan hasil

perhitungan indeks Morisita dan diuji menggunakan uji chi-kuadrat, dengan

selang kepercayaan 95%, membentuk dua pola sebaran yaitu mengelompok dan

seragam. Spesies C. rotundata dan T. hemprichii terlihat mengelompok di lokasi

Rendani dan Briosi, serta Padarni (untuk T. hemprichii). Pola sebaran

mengelompok yang ditunjukkan oleh kedua spesies ini disebabkan oleh jumlah

tegakan yang banyak (dominan). Pada lokasi Rendani dan Briosi tipe substrat

pasir yang bercampur pecahan karang serta berada pada rataan terumbu,

merupakan tipe substrat yang cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan kedua

jenis lamun tersebut. Di Padarni T. hemprichii ditemukan dominan pada zona

intertidal bagian bawah, dengan tipe substrat yang sama yaitu pasir bercampur

puing karang mati. Menurut Kiswara (1992), dalam penelitiannya di Pulau Pari

menemukan spesies C. rotundata tumbuh di dekat pantai yang terbuka dan jauh

dari genangan air saat surut, pada substrat pasir dan tumbuh bersama T.

hemprichii. Sebaran C. rotundata juga dapat ditemukan pada substrat pasir

berlumpur pada daerah yang terlindung seperti teluk, goba, muara sungai dan

terumbu karang, yang berasosiasi dengan H. ovalis, H. uninervis, H. pinifolia, S.

isoetifolium, C. serrulata, E. acoroides (Den Hartog 1970 in Kiswara 1992).

Penyataan ini juga sekaligus menjawab mengapa C. rotundata dapat tumbuh di

lokasi Wosi dengan substrat lumpur berpasir dan merupakan daerah muara sungai.

Spesies T. hemprichii merupakan spesies yang ditemukan dominan pada

substrat pasir bercampur puing karang mati. Hal ini terlihat pada lokasi Rendani,

Briosi dan Padarni, dimana T. hemprichii ditemukan berada pada zona intertidal

bagian bawah dan berada pada rataan terumbu dengan tipe substrat yang sama.

Pada tipe substrat demikian, T. hemprichii dapat tumbuh dominan dan berasosiasi

dengan H. ovalis, H. uninervis, dan C. serrulata (Kiswara 1992).

Pada lokasi Wosi spesies H. uninervis dan H. pinifolia terlihat

mengelompok dengan jumlah tegakan yang lebih dominan dibandingkan dengan

spesies lainnya yang memiliki pola sebaran seragam (Tabel 3). Kedua spesies ini

merupakan spesies pioneer yang mampu tumbuh dengan baik pada substrat yang

tidak stabil atau selalu teraduk. Hal ini berkaitan dengan kemampuan adaptasi

kedua spesies tersebut pada kondisi substrat atau lingkungan yang terganggu

(Phillips & Menez 1988).

Page 48: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

33

Tabel 3 Pola sebaran lamun berdasarkan indeks Morisita (Id)

Lokasi Spesies Id X Pola sebaran 2

Rendani

C. rotundata 7.361 44149.791 Mengelompok C. serrulata 0.004 -6880.797 Seragam H. ovalis 0.028 -6716.115 Seragam H. uninervis 0.365 -4372.923 Seragam S. isoetifolium 0.010 -6837.084 Seragam T. hemprichii 3.119 14723.562 Mengelompok

Wosi

C. rotundata 0.382 -8372.683 Seragam C. serrulata 0.017 -13340.503 Seragam H. pinifolia 1.976 13305.143 Mengelompok H. uninervis 10.450 128567.494 Mengelompok H. ovalis 0.004 -13518.278 Seragam

Briosi

C. rotundata 12.752 72670.933 Mengelompok C. serrulata -0.004 -6179.651 Seragam H. ovalis 0.023 -6012.302 Seragam H. uninervis 0.087 -5614.397 Seragam H. pinifolia 0.072 -5709.609 Seragam T. hemprichii 2.005 6241.164 Mengelompok

Padarni

C. serrulata 0.000 -5112.091 Seragam H. ovalis -0.001 -5116.074 Seragam H. uninervis -0.002 -5120.854 Seragam H. pinifolia 4.015 15448.364 Mengelompok S. isoetifolium 2.623 8322.333 Mengelompok T. hemprichii 3.150 11018.789 Mengelompok

Keterangan: X2

4.2.2 Frekuensi, Kerapatan, Penutupan dan Nilai Penting Spesies Lamun

tabel = 42.557

Frekuensi kehadiran spesies lamun pada keempat lokasi memiliki kisaran

nilai yang berbeda. Hal ini berarti bahwa jika nilai frekuensi baik nilai frekuensi

mutlak maupun frekuensi relatif rendah, maka spesies tersebut tidak ditemukan

pada setiap kuadrat. Sebaliknya jika nilai frekuensi mutlak maupun frekuensi

relatif tinggi, maka spesies tersebut ditemukan pada hampir setiap kuadrat. Pada

Tabel 4, T. hemprichii menunjukkan nilai frekuensi yang tinggi, namun spesies ini

tidak ditemukan di lokasi Wosi. Spesies T. hemprichii menyukai perairan dengan

tipe substrat carbonat (yang terdiri atas pasir dan pecahan karang) dan dapat

tumbuh dominan, seperti tipe substrat yang terdapat pada lokasi Rendani, Briosi

dan Padarni. Pada lokasi Wosi yang memiliki tipe substrat terrigenous (yang

terdiri atas lumpur dan pasir), tidak cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan

T. hemprichii, sehingga tidak ditemukan spesies ini di lokasi Wosi.

Page 49: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

34

Tabel 4 Frekuensi dan frekuensi relatif tiap spesies lamun pada lokasi penelitian

Spesies Lamun

Lokasi Rendani Wosi Briosi Padarni

Fi Fri Fi FRi Fi FRi Fi FRi

C. rotundata 0.700 31.343 0.367 18.966 0.733 32.353 - - C. serrulata 0.133 5.970 0.200 10.345 0.033 1.471 0.067 4.255 H. pinifolia - - 0.467 24.138 0.300 13.235 0.233 14.894 H. uninervis 0.367 16.418 0.733 37.931 0.333 14.706 0.033 2.128

H. ovalis 0.233 10.448 0.167 8.621 0.200 8.824 0.100 6.383 S. isoetifolium 0.067 2.985 - - - - 0.300 19.149

T. hemprichii 0.733 32.836 - - 0.667 29.412 0.833 53.191 Total 2.233 100 1.933 100 2.267 100 1.567 100

Keterangan: Fi FR

= Frekuensi spesies ke-i i

= Frekuensi relatif spesies ke-i

Spesies H. ovalis, C. serrulata, H. uninervis yang ditemukan pada keempat

lokasi penelitian, namun nilai frekuensinya rendah. Hal ini diduga karena ketiga

spesies tersebut memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada kondisi lingkungan

yang berbeda, namun tidak dapat tumbuh dominan. Kemampuan adaptasi lamun

terhadap kondisi lingkungan sangat berbeda antara satu spesies dengan spesies

lainnya (Keough & Jenkins 1995). Berdasarkan pada kemampuan tersebut maka

lamun dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu spesies climax dan spesies

pioneer. Spesies climax merupakan spesies dengan morfologi tubuh yang besar,

pertumbuhan lambat dan berumur panjang, contohnya spesies E. acoroides dan

T. hemprichii (Short et al. 2001). Spesies pioneer memiliki bentuk tubuh yang

relatif lebih kecil, pertumbuhan cepat dan berumur pendek, contohnya spesies H.

ovalis, H. uninervis, H. pinifolia.

Frekuensi kehadiran spesies lamun pada lokasi Rendani, Wosi dan Briosi

yang ditunjukkan pada Tabel 4, memiliki nilai frekuensi spesies yang tidak

berbeda jauh dengan hasil perhitungan frekuensi spesies lamun yang dilakukan

oleh Lefaan (2008) pada lokasi yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak

terjadi penurunan frekuensi tiap spesies lamun yang ditemukan. Satu hal yang

berbeda adalah spesies C. serrulata ditemukan pada semua lokasi penelitian,

sedangkan Lefaan (2008) hanya menemukan C. serrulata di lokasi Rendani

dengan frekuensi kehadiran yang sangat rendah (0.030).

Page 50: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

35

Kehadiran lamun di suatu lokasi sangat berkaitan dengan ruang dan tipe

substrat dasar (Hemminga & Duarte 2000). Jika tipe substrat cocok untuk

pertumbuhan lamun, maka populasi lamun dapat berkembang dengan baik.

Kebanyakan spesies lamun sangat cocok dengan tipe substrat berpasir sampai

berlumpur, namun ada beberapa spesies yang mampu tumbuh di atas karang

seperti Phyllospadix spp, Thalassodendron spp dan Posidonia oceanica (Den

Hartog 1970 in Hemminga & Duarte 2000). Spesies-spesies ini mampu tumbuh di

atas karang karena memiliki akar yang dapat menembus masuk ke lapisan dalam

karang. Spesies T. hemprichii yang teramati di lokasi penelitian, juga ditemukan

tumbuh pada rataan terumbu yang terdiri atas pasir dan patahan karang, yang

berbatasan dengan terumbu karang. Menurut Short et al. (2001), T. hemprichii

seringkali berasosiasi dengan terumbu karang dan umumnya pada rataan terumbu

karang yang dapat membentuk hamparan yang padat. Spesies ini juga dapat

ditemukan membentuk koloni pada substrat berlumpur, pada zona yang dangkal

dalam kolom air saat surut.

Kerapatan spesies lamun yang ada di lokasi penelitian memiliki kisaran

nilai yang bervariasi, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Kerapatan spesies

tertinggi terdapat di lokasi Wosi, yaitu spesies H. uninervis (1070.533 tegakan/m2)

selanjutnya H. pinifolia (465.733 tegakan/m2

Nilai kerapatan dari C. rotundata paling tinggi terdapat di lokasi Briosi

yaitu 537.467 tegakan/m

). Nilai kerapatan spesies yang tinggi

pada lokasi Wosi sangat berkaitan dengan tekstur substrat yang cocok bagi

pertumbuhan dan penyebaran dari kedua spesies ini, yaitu tekstur substrat pasir

berlumpur (Tabel 5). Selain itu kedua spesies ini merupakan spesies pioneer yang

memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang selalu

terganggu (Phillips & Menez 1988).

2, selanjutnya pada lokasi Rendani 458.267 tegakan/m2,

dan yang terendah ditemukan pada lokasi Wosi 204.533 tegakan/m2. Kerapatan

spesies C. rotundata umumnya ditemukan dominan pada lokasi dengan tipe

substrat carbonat yang terdiri atas pasir dan pecahan karang. Namun spesies ini

juga mampu hidup pada tipe substrat terigenous atau tipe substrat berlumpur

tetapi tidak membentuk hamparan dengan kerapatan yang tinggi (Kiswara, 1992),

seperti ditunjukkan dalam Tabel 5.

Page 51: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

36

Tabel 5 Kerapatan dan kerapatan relatif tiap spesies lamun pada lokasi penelitian

Spesies Lamun

Lokasi Rendani Wosi Briosi Padarni

Ki Kri Ki KRi Ki KRi Ki KRi C. rotundata 458.267 56.123 204.533 11.1556 537.467 62.073 - - C. serrulata 14.133 1.731 46.000 2.5089 2.933 0.339 5.200 0.761 H. pinifolia - - 465.733 25.4018 41.600 4.804 249.867 36.587 H. uninervis 102.667 12.573 1070.533 58.3885 45.600 5.266 0.667 0.098 H. ovalis 30.133 3.690 46.667 2.5453 24.933 2.880 3.867 0.566 S. isoetifolium 20.267 2.482 - - - - 202.000 29.578 T. hemprichii 191.067 23.400 - - 213.333 24.638 221.333 32.409

Total 816.533 100 1833.467 100 865.867 100 682.933 100

Keterangan: Ki KR

= Kerapatan spesies ke-i i

= Kerapatan relatif spesies ke-i

Penilaian terhadap tutupan spesies lamun bertujuan untuk mengetahui

berapa besar spesies lamun menempati ruang yang tersedia dalam hamparan

lamun. Diharapkan nilai penutupan tiap jenis yang diperoleh dapat memberikan

gambaran tentang berapa luasan yang ditutupi oleh tiap spesies lamun dalam tiap

kuadrat (English et al. 1997). Nilai penutupan masing-masing spesies lamun

sangat berkaitan dengan ukuran morfologi dan jumlah tegakan masing-masing

spesies tersebut. Tabel 6 Penutupan spesies dan penutupan relatif tiap spesies lamun pada lokasi

penelitian

Spesies Lamun

Rendani Wosi Briosi Padarni Pi PRi Pi PRi Pi PRi Pi PRi

C. rotundata 11.882 0.260 8.049 0.239 22.735 0.483 C. serrulata 2.569 0.056 5.270 0.156 0.368 0.008 1.790 0.062

H. pinifolia - - 6.410 0.190 1.667 0.035 6.162 0.214 H. uninervis 2.948 0.065 12.837 0.380 1.773 0.038 0.274 0.010 H. ovalis 3.859 0.085 1.179 0.035 1.545 0.033 0.434 0.015 S. isoetifolium 3.527 0.077 - -

8.516 0.296

T. hemprichii 20.853 0.457

19.023 0.404 11.618 0.403 Total 45.638 1 33.744 1 47.111 1 28.794 1

Keterangan : Pi ```` PR

= Penutupan spesies lamun (%) i = Penutupan relatif spesies lamun

Page 52: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

37

Hasil perhitungan penutupan lamun yang ditunjukkan pada Tabel 6,

terlihat bahwa T. hemprichii dan C. rotundata memiliki nilai tutupan yang relatif

lebih tinggi pada hampir seluruh lokasi penelitian. Kecuali pada lokasi Wosi,

spesies H. uninervis memiliki nilai tutupan yang lebih tinggi yang diikuti oleh H.

pinifolia. Tutupan lamun yang tinggi dari T. hemprichii dan C. rotundata.

disebabkan karena kedua spesies ini memiliki morfologi yang lebih besar

dibandingkan dengan spesies yang lain. Apabila nilai total pentupan pada tiap

lokasi disesuaikan dengan kriteria status padang lamun berdasarkan KEPMEN

Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004, lokasi Wosi, Rendani dan Briosi

tergolong padang lamun yang kurang kaya atau kurang sehat, dan lokasi Padarni

tergolong padang lamun yang miskin.

Dalam pengamatan lamun, perlu juga mengetahui seberapa penting spesies

lamun tertentu terhadap komunitas lamun, yang dapat diketahui berdasarkan

indeks nilai penting (INP) tiap spesies lamun. Semakin besar INP suatu spesies

berarti semakin besar pula peranan spesies tersebut dalam komunitasnya.

Berdasarkan hasil perhitungan INP yang ditunjukkan pada Tabel 8, secara

keseluruhn C. rotundata dan T. hemprichii memiliki nilai INP yang relatif tinggi

di semua lokasi, kecuali pada lokasi Wosi. Nilai INP yang rendah dari C.

rotundata dan tidak ditemukannya T. hemprichii di Wosi berkaitan dengan tekstur

sedimen dan tingginya sedimentasi yang terjadi di lokasi tersebut. Menurut

Kiswara (1992) kedua spesies ini sangat dominan pada lokasi dengan tekstur

sedimen pasir yang bercampur dengan pecahan karang, atau pada daerah rataan

terumbu karang, Spesies C. rotundata yang ditemukan di pulau Pari, sangat

dominan terdapat pada substrat pasir, dan pada lokasi berlumpur tidak ditemukan.

C. rotundata juga dilaporkan berasosiasi dengan T. hemprichii dan membentuk

hamparan yang dominan.

Spesies H. uninervis yang memiliki nilai penting paling tinggi

dibandingkan spesies lainnya dan diikuti H. pinifolia pada lokasi Wosi,

menunjukkan bahwa kedua spesies ini sangat cocok hidup pada daerah dengan

tipe sedimen lumpur berpasir (liat). kedua spesies ini tergolong spesies pioneer

yang mampu mentolerir kondisi lingkungan yang selalu terganggu seperti

tingginya sedimentasi, yang ditunjukkan oleh nilai kekeruhan yang tinggi serta

Page 53: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

38

suhu yang tinggi ketika terkspose saat air surut (Tabel 7). Kondisi tekstur substrat

yang sama juga ditemukan di zona bagian tengah intertidal pada lokasi Padarni,

sehingga nilai penting spesies H. pinifolia cukup tinggi di lokasi ini.

Gambar 5 Indeks nilai penting (INP) tiap spesies lamun pada lokasi penelitian.

4.3 Karakteristik Fisika-Kimia Air dan Tekstur Substrat

Pertumbuhan, kelimpahan, bentuk morfologi dan kemampuan reproduksi

lamun sangat tergantung pada ketersediaan nutrien dalam lingkungannya

(Short et al. 2001). Sumber nutrien yang terdapat dalam ruang antara butiran

sedimen dan yang larut dalam kolom air merupakan penyokong utama bagi

peningkatan produksi primer lamun. Namun jika suatu perairan memiliki

kandungan unsur nutrien yang melimpah, dapat memberikan pengaruh pada

bloom mikroalga sehingga dapat mengurangi penetrasi cahaya sampai ke lamun.

Dampak yang akan terjadi pada lamun adalah pertumbuhan terhambat,

penyebaran sangat dibatasi oleh kedalaman air dan ketidakmampuan untuk

bertahan hidup (Short et al. 2001; Bach et al. 1998).

87,727

7,75729,056

14,223

5,924

56,313

Rendani

C. rotundataC. serrulataH. uninervisH. ovalisS. isoetifoliumT. hemprichii

94,908

1,81718,075

20,010

11,736

29,412

25,042

Briosi

C. rotundataC. serrulataH. pinifoliaH. uninervisH. ovalisS. isoetifolimT. hemprichii

30,36013,010

49,73096,700

11,166

Wosi

C. rotundataC. serrulataH. pinifoliaH. uninervisH. ovalis

5,07951,695

2,235

6,964

49,023

86,004

Padarni

C. rotundataC. serrulataH. pinifoliaH. uninervisH. ovalisS. isoetifolimT. hemprichii

Page 54: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

39

Tabel 7 Nilai rata-rata dan standar deviasi parameter fisika-kimia air pada keempat lokasi penelitian

Keterangan: STDV = Standar deviasi

Parameter Kualitas Air Rendani Wosi Briosi Padarni Rata-Rata STDV Rata-Rata STDV Rata-Rata STDV Rata-Rata STDV

Fisika

suhu (o 31.10 C) 0.30 30.47 1.38 31.80 0.00 33.53 0.32 Kekeruhan (NTU) 4.67 0.02 5.97 0.39 4.25 0.12 3.59 0.49 Kecep Arus (m/s) 0.10 0.00 0.10 0.00 0.10 0.00 0.10 0.00

Kimia

pH air 7.81 0.07 7.83 0.13 7.91 0.00 7.94 0.01 Oksigen Terlarut (mg/l) 7.26 0.06 7.02 0.36 5.67 0.42 5.35 0.14 Salinitas (‰) 29.33 1.15 29.33 1.53 35.00 0.00 35.00 0.00 Nitrat (NO3 0.63 ) (mg/l) 0.06 0.50 0.10 0.27 0.06 0.13 0.06 Ammonia(NH3 0.45 -N) (mg/l) 0.02 0.66 0.01 0.46 0.05 1.06 0.03 Phosphat (PO4 0.26 ) (mg/l) 0.04 0.64 0.05 0.28 0.01 0.28 0.04 BOD5 12.35 (mg/l) 0.53 11.39 0.52 9.39 0.39 6.17 0.41 TOM (mgKMnO4 14.57 /l) 0.25 12.77 0.40 13.53 0.28 15.57 0.25

Page 55: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

40

4.3.1 Suhu

Kisaran suhu air permukaan selama pengambilan sampel tergolong tinggi

dan berada di atas kisaran suhu optimum yang dibutuhkan oleh lamun, yaitu 28–

30oC (Dahuri 2003; KEPMEN Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004). Suhu

rata-rata air permukaan yang terukur berkisar antara 30.47–33.53 o

Berdasarkan nilai rata-rata suhu air permukaan dalam Tabel 7,

menunjukkan bahwa fluktuasi suhu berada dalam kondisi normal tidak dalam

kisaran suhu yang lebar. Hal ini berarti fluktuasi suhu yang ada tidak

menimbulkan pengaruh yang besar terhadap proses pertumbuhan lamun maupun

proses reproduksi gastropoda. Menurut Berwick (1983), kisaran optimum bagi

fotosintesis lamun berkisar antara 25-35

C (Tabel 7).

Suhu air permukaan yang rendah terdapat di Wosi dan yang tinggi terdapat di

Padarni. Kisaran suhu air permukaan yang tinggi ini disebabkan karena panas

yang berasal dari cahaya matahari yang menerpa permukaan perairan saat

pengukuran (terutama pada lokasi Briosi dan Padarni), mengingat pengambilan

data dilakukan pada jam 11.00-15.30 WIT. Selain itu pengukuran dilakukan pada

kedalaman air berkisar 0.50-1.00 m, sehingga pada kondisi demikian maka suhu

permukaan air berada pada level yang tinggi.

0

C pada saat cahaya matahari penuh,

sehingga kisaran suhu di Perairan Pesisir Manokwari berada dalam kisaran suhu

yang optimum bagi proses fotosintesis dan pertumbuhan lamun. Bagi gastropoda,

bentuk adaptasi untuk menghindari peningkatan suhu yang ekstrim adalah dengan

membenamkan diri ke dalam substrat, atau berlindung di bawah rebahan daun

lamun (Nybakken 1997).

4.3.2 Salinitas

Penyebaran lamun dan gastropoda di perairan intertidal sangat dipengaruhi

oleh sebaran salinitas. Daerah intertidal memiliki kisaran salinitas yang cepat

berubah, yang dipengaruhi oleh aliran air tawar yang berasal dari sungai maupun

air hujan. Kondisi ini membuat lamun maupun gastropoda harus mampu

beradaptasi dengan menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuh dengan

tekanan osmotik lingkungannya (Nybakken 1997).

Pada keempat lokasi penelitian, salinitas berkisar antara 29.3-35‰

(Lampiran 3), kisaran terendah terdapat di Rendani dan Wosi sedangkan tertinggi

Page 56: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

41

terdapat di Briosi dan Padarni. Salinitas yang rendah di Rendani disebabkan

adanya hujan saat pengambilan data, sedangkan salinitas yang rendah di Wosi

disebabkan adanya masukan air tawar yang berasal dari Sungai Wosi dekat lokasi

pengambilan data serta turun hujan saat pengambilan data. Sebaliknya salinitas

yang tinggi di Briosi dan Padarni disebabkan oleh teriknya cahaya matahari yang

menerpa permukaan air saat pengambilan data dilakukan dan kurangnya curah

hujan, serta kedua lokasi ini jauh dari aliran sungai.

Kisaran salinitas pada seluruh lokasi pengambilan data masih tergolong

dalam kisaran optimum bagi pertumbuhan lamun dan gastropoda. Dahuri (2003)

mengemukakan bahwa spesies lamun memiliki kemampuan mentolerir salinitas

yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki kemampuan mentolerir

kisaran salinitas yang lebar yaitu antara 10-40 ‰.

4.3.3 Kecepatan Arus

Kecepatan arus memiliki peran yang sangat penting bagi biota yang

menghuni daerah intertidal. Dahuri (2003) mengemukakan bahwa produktivitas

padang lamun sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan, yang berkaitan

dengan kecepatan pengendapan bahan-bahan tersuspensi (Oleson 1996) dan

ukuran butiran sedimen (Morrisey 1995). Nilai kecepatan arus pada lokasi

penelitian menunjukkan nilai yang sama, yaitu 0.10 m/det (Tabel 7), yang

tergolong dalam kategori arus sangat lambat. Kecepatan arus ini tidak jauh

berbeda dengan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Lefaan (2008) yang

berkisar antara 0.10-0.50 m/det pada lokasi yang sama.

Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin yang dapat

menggerakkan permukaan air. Saat pengambilan data angin yang berhembus tidak

kencang sehingga menyebabkan kondisi permukaan air diam (stagnant). Selain

itu, arus yang lambat ini umumnya mencirikan arus yang terdapat dalam teluk,

karena keempat lokasi penelitian ini masih berada dalam teluk Manokwari yang

merupakan teluk semi tertutup (semi-enclosed coastal seas). Pada perairan yang

dangkal dan terdapat hamparan lamun, memiliki pengaruh dalam memperlambat

gerak arus. Menurut Ackerman (1983); Madsen & Warnke (1983); Carter et al.

(1988); Gambi et al. (1990); Rybicki et al. (1997) in Koch (2001), kecepatan arus

dalam hamparan lamun dapat berkurang 2 sampai 10 kali dibandingkan dengan

Page 57: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

42

daerah yang tidak tertutupi lamun, karena lamun terbukti berperan dalam

memperlambat kecepatan arus.

4.3.4 Kekeruhan

Kekeruhan (turbidity) merupakan gambaran sifat optik dari suatu perairan

yang ditentukan berdasarkan banyaknya sinar (cahaya) yang dipancarkan dan

diserap oleh partikel-partikel yang ada dalam kolom air (APHA 1989). Padatan

terlarut dan tersuspensi dalam kolom air mempengaruhi tingkat kekeruhan suatu

perairan. Sumber padatan terlarut yang ada di ekosistem lamun berasal dari

serasah lamun yang terurai, plankton dan organisme mikroskopis lainnya, maupun

dari lumpur, pasir dan material anorganik yang terbawa aliran sungai. Bagi lamun

tingkat kekeruhan sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis, dimana

kekeruhan yang tinggi akan meningkatkan kelimpahan plankton dan epifit, dan

menghalangi penetrasi cahaya matahari sampai ke lamun (Sand-Jansen & Borum

1991 in Oleson 1996). Kekeruhan sangat berpengaruh pula terhadap distribusi

lamun secara vertikal (berdasarkan kedalaman), berkaitan dengan rata-rata

intensitas cahaya yang dimanfaatkan oleh lamun untuk berfotosintesis (Duarte

1991).

Hasil pengukuran kekeruhan menunjukkan nilai rata-rata kekeruhan

berkisar antara 3.59-5.97 NTU (Tabel 7). Tingkat kekeruhan paling rendah

terdapat di Rendani dan paling tinggi terdapat di Wosi. Tingkat kekeruhan sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti masukkan material tersuspensi yang

berasal dari sungai ke perairan pesisir (merupakan penyebab kekeruhan terbesar

seperti di Wosi), dan kecepatan angin yang bertiup untuk meningkatkan kekuatan

velocity arus di perairan dangkal yang berada di bawah level kritis yang

mengangkat sedimen dari dasar perairan berlumpur (Oleson 1996). Tingkat

kekeruhan pun akan meningkat saat musim hujan dan berkurang pada musim

kemarau (Nakaoka et al. 2003).

4.3.5 Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH sangat ditentukan oleh konsentrasi ion H+ dalam kolom air. pH

air sangat berperan dalam mempengaruhi aktivitas biokimia dan perubahan dalam

sifat kimia alami perairan. Hasil pengukuran pH menunjukkan variasi nilai rata-

Page 58: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

43

rata pH berada pada kisaran nilai pH yang tidak terlalu berbeda yaitu 7.81-7.94

(Tabel 7). Kisaran nilai pH ini tidak terlalu berbeda antara satu lokasi dengan

lokasi lainnya.

Mengacu pada nilai pH baku mutu air KEPMEN Lingkungan Hidup No.

51 Tahun 2004 (Lampiran 2), kisaran nilai pH pada lokasi penelitian masih

berada pada kisaran nilai yang optimal bagi perkembangan lamun maupun

kehidupan gastropoda. Pescod 1973, menyatakan bahwa toleransi organisme

perairan terhadap pH air bervariasi tergantung pada banyaknya faktor lain yang

mempengaruhi yaitu suhu, kadar oksigen terlarut,alkalinitas dan siklus dari

organism tersebut. Selain itu, sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap

perubahan pH dan menyukai nilai pH pada kisaran 7-8.5. Nilai pH ini sangat

berkaitan dengan proses biokimiawi perairan misalnya proses nitrifikasi, yang

akan terhenti jika nilai pH rendah. Bagi gastropoda, bivalvia dan hewan karang

serta organisme lain yang memiliki cangkang atau tubuhnya terdiri atas calcium

carbonat (CaCO3

), penurunan pH membuat kondisi perairan menjadi sangat asam

(acidification), sehingga dapat mengakibatkan hancurnya cangkang.

4.3.6 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut (DO) berperan sangat penting bagi kehidupan biota di

perairan. Sumber oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari hasil fotosintesis

tumbuhan maupun tumbuhan air, difusi dari udara (proses aerasi) dan oksidasi

limbah (APHA 1989).

Nilai kandungan rata-rata oksugen terlarut berdasarkan hasil pengukuran

berkisar antara 5.35-7.26 mg/l (Tabel 7). Kisaran nilai oksigen terlarut ini sesuai

dengan nilai oksigen terlarut baku mutu air untuk biota (KEPMEN Lingkungan

Hidup No. 51 Tahun 2004, pada Lampiran 2) yaitu >5 mg/l. Nilai rata-rata

oksigen terlarut paling tinggi terdapat di Rendani (7.26 mg/l) dan terendah di

Padarni (5.35 mg/l). Penyebab rendahnya nilai oksigen terlarut di Perairan Pesisir

Padarni disebabkan oleh suhu air permukaan dan kadar salinitas yang tinggi. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Chester (1990) bahwa semakin tinggi suhu

permukaan air laut dan salinitas maka semakin rendah kelarutan oksigen di

perairan. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen

sekitar 10% (Brown 1987). Selain itu dekomposisi bahan organik yang dilakukan

Page 59: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

44

oleh bakteri dan oksidasi bahan anorganik juga dapat mengurangi kadar oksigen

terlarut hingga mencapai titik nol (anaerob). Faktor lain yang dapat menyebabkan

rendahnya nilai oksigen terlarut adalah adanya respirasi oleh tumbuhan maupun

hewan akuatik dan oksidasi yang dilakukan oleh mikroba untuk mengoksidasi

bahan organik seperti serasah lamun (Nakaoka 2005).

4.3.7 Ammonia, Nitrat dan Fosfat

Hasil pengukuran terhadap unsur ammonia (NH3-N), nitrat (NO3-N) dan

fosfat (PO4-

Di perairan laut, unsur ammonia (NH

P) dalam air pada lokasi penelitian memiliki nilai rata-rata yaitu nitrat

0.13-0.63 mg/l, fosfat 0.26-0.64 mg/l dan ammonia 0.45-1.06 mg/l (Tabel 7).

Kisaran nilai nitrat, fosfat dan ammonia secara keseluruhan pada keempat lokasi

penelitian berada di atas baku mutu air untuk biota berdasarkan KEPMEN

Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 (Lampiran 2).

3-N) merupakan senyawa inorganik

esensial terlarut yang berperan dalam fungsi metabolik biota laut, terutama untuk

kehidupan dan pertumbuhan fitoplankton yang berperan dalam produkktivitas

primer di perairan laut. Kandungan ammonia yang tinggi pada lokasi Padarni

diduga karena masukan bahan pencemar organik yang berasal dari limbah

domestik dan banyak babi yang dipelihara dengan kandang sistem gantung dan

faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan pH air. Menurut Sanusi (2006),

peningkatan suhu, salinitas dan pH air akan meningkatkan persentase ammonia

yang tidak mengalami ionisasi (unionized ammonium) membentuk NH4+ dan OH-.

Nitrat (NO

Ammonia yang tinggi di Wosi, diduga terjadi karena masukan bahan pencemar

yang bersumber dari limbah domestik dan limbah pasar yang masuk ke perairan

pesisir melalui aliran Sungai Wosi.

3-N) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan lamun dan alga. Senyawa nitrat

dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Sanusi

2006). Kadar nitrat yang tinggi di Rendani dan Wosi diduga disebabkan oleh

kondisi lingkungan. Seperti di Rendani, saat air surut terjadi pencucuian (flushing)

bahan-bahan organik yang berada di ekosistem mangrove ke hamparan lamun

karena terbawa air dan diendapkan. Kondisi demikian diduga sebagai penyebab

Page 60: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

45

tingginya nitrat. Di Wosi sumber nitrat berasal dari buangan antropogenik dari

aktivitas manusia dan tinja hewan yang dipelihara di sepanjang sungai Wosi.

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan

(Riley & Chester 1971). Kandungan fosfat di perairan alami biasanya relatif

sedikit, dengan kadar yang lebih sedikit dari kadar nitrogen karena sumber fosfat

lebih sedikit dibandingkan sumber nitrogen di perairan. Sumber fosfat di perairan

alami adalah pelapukan batuan mineral di daratan dan dekomposisi bahan

organik, sedangkan sumber fosfat yang berasal dari antropogenik adalah limbah

industri dan limbah domestik (rumah tangga). Nilai fosfat yang tinggi di lokasi

Wosi diduga berasal dari limbah antropogenik rumah tangga dan pasar, serta

tempat pemotongan hewan yang limbahnya masuk ke sungai. Pada lokasi Briosi

dan Padarni di duga berasal dari limbah antropogenik, sedangkan pada lokasi

Rendani yang masih relatif alami, nilai fosfat yang tinggi diduga berasal dari

batuan mineral karena dasar perairannya terdiri atas tipe carbonat.

Nilai yang tinggi dari ammonia, nitrat dan fosfat di perairan dapat

menyebabkan ledakan pertumbuhan epifit (Keough & Jenkins 1995; Sand-Jensen

& Borum 1991, Duarte 1995 in Bach et al. 1998), yang pada akhirnya akan

berdampak pada kecepatan pertumbuhan lamun serta menurunnya penetrasi dan

pemencaran cahaya dalam kolom air (Kirk 1983, Onuf 1994 in Bach et al. 1998).

4.3.8 Biochemical Oxygen Demand (BOD5

Biochemical oxygen demand 5 (BOD

)

5) adalah ukuran banyaknya oksigen

terlarut yang digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan

organik secara kimiawi dalam waktu 5 hari (APHA 1989). Nilai BOD5

Nilai rata-rata BOD

merupakan petunjuk menurunnya kadar oksigen terlarut yang disebabkan oleh

banyaknya limbah bahan organik yang masuk ke perairan dan mudah terurai.

5 yang terukur pada lokasi penelitian adalah 6.17-12.35

mg/l (Tabel 7). Nilai ini masih berada di bawah nilai baku mutu air untuk biota

dalam KEPMEN Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, yaitu 20 mg/l.

Rendahnya nilai BOD5 di lokasi penelitian diduga disebabkan oleh rendahnya

konsumsi oksigen oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi.

Hutagalung et al. (1997), mengemukakan bahwa banyaknya oksigen terlarut

Page 61: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

46

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme sangat tergantung pada jumlah dan

jenis bahan organik yang masuk ke perairan. Hal ini disebabkan karena bahan-

bahan organik yang dikonsumsi oleh mikroorganisme selama lima (5) hari

masa inkubasi merupakan bahan-bahan organik yang mudah terurai,

sedangkan bahan-bahan organik yang tidak mudah terurai memerlukan waktu

penguraian yang lebih lama.

4.3.9 Total Organic Matter (TOM)

Berdasarkan hasil pengukuran TOM pada Tabel 7, menunjukkan nilai rata-

rata paling tinggi terdapat di Padarni (15.57 mg/l) dan terendah di Wosi (12.77

mg/l). TOM dalam perairan laut sangat kompleks dan umumnya mudah terurai

(bersifat stabil) dan dimanfaatkan secara biologis (Chester 1990). Kelompok

organik terlarut ini penting secara biokimia terutama sangat penting sebagai

energi bagi mikroorganisme dan regenerasi nutrien.

Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis parameter fisika-kimia air pada

keempat lokasi penelitian, menunjukkan bahwa Perairan Pesisir Manokwari masih

tergolong baik untuk kehidupan lamun maupun gastropoda. Kondisi ini perlu

dipertahankan agar keberadaan lamun dan gastropoda serta organisme lain yang

berasosiasi dalam habitat lamun tetap ada dan lestari (sustainable).

4.3.10 Karakteristik Substrat Dasar

Hasil analisis tekstur substrat menggunakan ayakan bertingkat, dengan

mesh size ayakan terdiri atas bukaan 2 mm, 1 mm, 0.5 mm, 0.25 mm, 0.125 mm,

0.063 mm, dan 0.038 mm, menunjukkan persentase dan kriteria substrat pada tiap

lokasi pengamatan (Tabel 8). Data tersebut menunjukkan bahwa fraksi pasir

sampai fraksi lumpur merupakan tipe substrat yang lebih dominan pada keempat

lokasi penelitian.

Tekstur substrat sangat berkaitan dengan sebaran spesies lamun maupun

gastropoda (Kiswara 1992; Puturuhu 2004). Menurut Pearson et al. (1977),

tekstur substrat merupakan perbandingan antara pasir, lumpur (liat) dan debu.

Selain itu tekstur substrat sangat menentukan kadar kandungan bahan organik

dalam sedimen, sehingga secara tidak langsung tekstur substrat sangat

menentukan komposisi, kelimpahan dan keanekaragaman gastropoda. Berkaitan

Page 62: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

47

dengan tipe memakan, gastropoda yang bersifat pemakan deposit (detritivore),

menyukai tipe substrat pasir berlumpur karena kaya akan kandungan bahan

organik (Barnes 1987).

Tekstur substrat dasar juga sangat berkaitan dengan kandungan oksigen

dan ketersediaan nutrien dalam substrat. Jenis substrat berpasir, memiliki

kandungan oksigen relatif tinggi daripada jenis substrat yang lebih halus (lumpur,

maupun lempung atau debu). Pada substrat berpasir, terdapat rongga di antara

butiran yang memungkinkan terjadinya percampuran dengan air di atasnya,

namun sebaliknya kandungan nutrien tidak banyak. Pada substrat bertekstur

lumpur tidak memiliki rongga dan memiliki hambatan permukaan yang besar

sehingga mampu menahan air dan menyediakan unsur hara, tetapi kandungan

oksigen rendah (Hardjowigeno 1987 in Rangan 1996).

Tabel 8 Nilai persentase tekstur substrat pada lokasi pengamatan

Fraksi Butiran

Pasir Lumpur (Liat) Debu Tekstur Substrat 0.25 - 2

(mm) 0.063 - 0.125

(mm) < 0.038 - 0.038

(mm) Lokasi

Rendani 59.04 40.54 0.43 Pasir berlumpur Wosi 37.86 59.61 2.54 Lumpur berpasir Briosi 50.03 48.55 1.42 Pasir berlumpur Padarni 48.76 50.66 0.58 Lumpur berpasir

4.4 Struktur Komunitas Gastropoda

4.4.1 Komposisi Spesies dan Sebaran Gastropoda

Komposisi spesies gastropoda yang ditemukan pada keempat lokasi

penelitian terdiri atas 93 famili, 170 genera dan 229 spesies. Jumlah total individu

yang ditemukan pada keempat lokasi sebanyak 1.166 individu. Spesies gastropoda

sangat beragam, dengan jumlah spesies paling banyak ditemukan di Briosi (104

spesies) dan paling sedikit ditemukan di Wosi (66 spesies). Jumlah spesies yang

banyak di Briosi tidak menunjukkan jumlah individu yang banyak pula, karena

jumlah individu paling banyak ditemukan di Padarni (363 individu) dan jumlah

individu paling sedikit ditemukan di Wosi (206 individu). Jumlah spesies dan

jumlah individu pada masing-masing lokasi ditunjukkan pada Gambar 6.

Page 63: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

48

Gambar 6 Komposisi spesies (sp) dan jumlah individu (ind) pada masing-masing lokasi penelitian.

Komposisi spesies gastropoda sangat dipengaruhi oleh kondisi fisika-

kimia perairan pada habitat lamun, seperti suhu, salinitas, tingkat kekeruhan,

kandungan oksigen terlarut, pergerakan arus dan tekstur substrat (Keough &

Jenskins 1995). Kondisi fisika lingkungan habitat lamun lebih berpengaruh

terhadap kelimpahan epifauna (gastropoda) dibandingkan pengaruh spesies lamun

dimana organisme tersebut ditemukan. Sehingga gastropoda yang berasosiasi

dengan spesies lamun yang berbeda pada tipe habitat yang sama, seringkali

ditemukan spesies gastropoda yang sama daripada gastropoda yang berasosiasi

dengan spesies lamun yang sama pada pada tipe habitat yang berbeda (Edgar

1990). Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan

komposisi spesies gastropoda yang ditemukan pada keempat lokasi penelitian

memiliki komposisi spesies yang bervariasi, namun komposisi spesies lamun yang

sama. Keseluruhan komposisi spesies gastropoda beserta ukuran cangkang

ditunjukkan pada Lampiran 3.

Pola sebaran gastropoda yang ada pada tiap lokasi penelitian dapat dilihat

pada Tabel 9. Sebaran gastropoda ini diketahui berdasarkan perhitungan Indeks

Morisita (Id), dan selanjutnya diuji dengan uji chi-kuadrat (X2) dan hasilnya

dibandingankan dengan nilai tabel chi kuadrat pada selang kepercayaan 95% (α =

0,05). Data gastropoda yang diambil merupakan data dari 10 spesies dengan

jumlah individu paling banyak (dominan) pada tiap lokasi. Hasil perhitungan

menunjukkan pola sebaran gastropoda terjadi secara mengelompok dan seragam.

95 sp,209 ind

66 sp,206 ind

104 sp,302 ind.

84 sp,363 ind

RendaniWosiBriosiPadarni

Page 64: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

49

Tabel 9 Pola sebaran gastropoda berdasarkan Indeks Morisita dan uji chi kuadrat pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05)

Lokasi Spesies Pola Sebaran

Rendani

Clithon oualaniensis Mengelompok Nerita chamaeleon Mengelompok Bulla vernicossa Seragam Vexillium (Costellaria) virgo Seragam Strombus marginatus Seragam Melampus castaneus Seragam Famili Muricidae sp 2 Seragam Strombus (Canarium) urceus urceus Seragam Vexillum (Costellaria) exasperatum Seragam Nassarius (Telasco) reeveanus Seragam

Wosi

Hastula acumen Mengelompok Nassarius (Telasco) reeveanus Seragam Duplicaria duplicata Seragam Polinices tumidus Seragam Oliva (Oliva) caribaeensis Seragam Vexillum rugosum Seragam Architectonica perspectiva Seragam Nassarius coronatus Seragam Nassarius (Telasco) luridus Seragam Rhinoclavis aspera Seragam

Briosi

Vexillum (Costellaria) virgo Seragam Strombus (Canarium) ochroglottis betuleti Seragam Nerita chamaeleon Seragam Bulla vernicossa Seragam Strombus urceus Seragam Vexillum plicardium Seragam Conus monachus Seragam Conus sp 1 Seragam Hebra corticata Seragam Natica fasciata Seragam

Padarni

Nassarius (Plicarcularia) globosus Mengelompok Famili Muricidae sp 1 Seragam Strombus (Canarium) ochroglottis betuleti Seragam Famili Muricidae sp 2 Seragam Strombus marginatus Seragam Conus (Virroconus) coronatus Seragam Hebra corticata Seragam Trivia sp 1 Seragam Fulgoraria (Fulgoraria) hamillei Seragam Nassarius (Telasco) reeveanus Seragam

Page 65: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

50

Spesies gastropoda dengan pola sebaran mengelompok, memiliki jumlah

individu yang banyak, seperti Clithon oualaniensis dan Nerita chamaeleon yang

ditemukan di Rendani. Kedua spesies ini masih tergolong stadia juvenile, dengan

ukuran cangkang relatif kecil 0.25-0.47 cm dan 0.19-0.88 cm. C. oualaniensis dan

N. chamaeleon yang ditemukan sebagian besar tersebar di substrat pasir dan

sebagian lagi menempel pada daun lamun C. rotundata serta patahan karang mati.

Spesies lainnya yaitu Hastula acumen yang ditemukan di Wosi, mengelompok

pada substrat lumpur berpasir. Spesies ini juga ditemukan di Padarni dan Rendani

pada tipe substrat pasir, namun dalam jumlah sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa

H. acumen lebih menyukai tipe substrat lumpur berpasir, dan spesies ini memiliki

kemampuan beradaptasi pada tipe substrat yang berbeda. Spesies lain yang

ditemukan mengelompok adalah Nassarius (Plicarcularia) globosus yang

ditemukan dominan pada lokasi Padarni, berasosiasi dengan lamun Halodule

pinifolia.. N. (Plicarcularia) globosus menyukai tipe substrat lumpur berpasir

(liat) yang terdapat pada zona bagian tengah daerah intertidal di Padarni. Menurut

Puturuhu (2004), N. (Plicarcularia) globosus merupakan spesies gastropoda

dengan pola sebaran mengelompok dan dominan ditemukan pada tipe substrat

pasir sampai pasir berlumpur pada daerah intartidal.

4.4.2 Kelimpahan Gastropoda

Kelimpahan spesies gastropoda yang ditemukan pada keempat lokasi

penelitian ditunjukkan pada Gambar 7. Nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada

lokasi Padarni yaitu: 55.733 individu/m 2 dan terendah terdapat pada lokasi Wosi

yaitu: 26.133 individu/m2. Tingginya kepadatan gastropoda pada lokasi Padarni,

diduga karena beberapar faktor, seperti tekstur substrat yang cocok bagi

kehidupan gastropoda dan sumber makanan dalam bentuk bahan-bahan organik

yang melimpah. Habitat lamun menyokong kelimpahan dan kekayaan hewan yang

berasosiasi dengan memberikan struktur habitat secara fisik (Orth et al. 1984;

Hemminga & Duarte 2000) dan sebagian besar hewan avertebrata dengan tipe

memakan herbivora jarang mengkonsumsi lamun, dan sebagai pengganti,

kelompok organisme tersebut memanfaatkan alga epifit sebagai sumber makanan

utama (Kikuchi & Perez 1977; Klumpp et al. 1989; Brawley 1992, Jernakoff et al.

1996 in Nakaoka 2005).

Page 66: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

51

Gambar 7 Kelimpahan gastropoda pada keempat lokasi penelitian.

Kelimpahan N. (Plicarcularia) globosus yang tinggi di Padarni berkaitan

juga dengan gradien daerah intertidal sebagai habitat lamun. Puturuhu (2004)

mengemukakan bahwa N. (Plicarcularia) globosus yang ditemukan di Arakan,

Sulawesi Utara memiliki kelimpahan paling tinggi pada zona bagian tengah dan

atas intertidal dengan ukuran cangkang (tubuh) dan biomassa yang lebih besar

dibandingkan yang ditemukan pada zona bagian bawah. Hal serupa ditemukan di

Padarni, N. (Plicarcularia) globosus dominan ditemukan pada zona bagian tengah

intertidal dengan tekstur subtrat lumpur berpasir. Saat sampling, gastropoda ini

terlihat menghindari kekeringan dengan masuk dalam genangan air dan

membungkus cangkangnya dengan lumpur untuk menghindar dari suhu yang

tinggi saat air surut. Diduga pula spesies ini mampu mentolerir kisaran suhu yang

lebar, mengingat di zona ini saat surut terendah kering dan terdapat kolam-kolam

kecil yang tergenang air dengan suhu yang tinggi. Selain N. (Plicarcularia)

globosus, juga terdapat gastropoda dari Famili Muricidae sp1 dan sp2 yang

ditemukan cukup melimpah di lokasi ini. Keberadaan kedua spesies gastropoda

ini disebabkan oleh tekstur substrat yang ada terutama pada zona bagian bawah,

yang bercampur dengan pecahan karang merupakan habitat utama kedua spesies

gastropoda tersebut.

4.4.3 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda

Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan

dominansi spesies dapat dilihat pada Tabel 10. Nilai keanekaragaman (H’) paling

tinggi terdapat di Briosi (6.14), dan terendah di Padarni (4.77). Secara

keseluruhan, kisaran nilai keanekaragaman pada keempat lokasi tergolong tinggi.

0,000

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Rendani Wosi Briosi Padarni

Page 67: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

52

Sebaliknya indeks dominansi (C) menunjukkan nilai yang rendah (tidak

mendekati angka 1 pada keempat lokasi. Nilai indeks keseragaman (E) yang

tinggi terdapat di Briosi (0.91) dan yang terendah terdapat di Padarni (0.74),

kisaran nilai indeks keseragaman tergolong tinggi jika mendekati angka 1.

Tabel 10 Nilai indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C)

spesies gastropoda

Kisaran nilai ketiga indeks menunjukkan bahwa komunitas gastropoda

yang ada pada keempat lokasi penelitian masih berada dalam kondisi yang stabil.

Kestabilan spesies dalam suatu komunitas terjadi jika nilai keanekaragaman

spesies tinggi, dominansi spesies rendah dan keseragaman spesies tinggi. Dadget

(1976) in Cappenberg (1996) menyatakan bahwa pada umumnya jika nilai

keseragaman mendekati 0.8, dapat dikatakan bahwa komunitas dari ekosistem

tersebut mendekati suatu keadaan yang stabil, yang mengindikasikan tekanan

yang rendah terhadap kestabilan komunitas (Nakaoka 2005).

4.4.4 Indeks Kesamaan Komunitas

Hasil perhitungan indeks kesamaan komunitas Sorenson (CS

) yang

didasarkan pada kesamaan spesies gastropoda (kesamaan kuantitatif) di empat

komunitas padang lamun, menunjukkan bahwa nilai indeks berada di bawah 75 %

(Tabel 11). Berarti bahwa spesies gastropoda yang ditemukan pada keempat

lokasi memiliki tingkat kesamaan yang rendah.

Tabel 11 Matriks nilai kesamaan (similarity value) komunitas gastropoda pada keempat lokasi penelitian berdasarkan indeks Sorenson (%)

Lokasi Rendani Wosi Briosi Padarni Rendani 1.0

Wosi 54.9 1.0

Briosi 50.4 38.4 1.0

Padarni 62.4 51.5 40.6 1.0

Indeks Lokasi

Rendani Wosi Biriosi Padarni Keanekaragaman 5.10 5.07 6.14 4.77

Keseragaman 0.78 0.84 0.91 0.74 Dominansi 0.07 0.06 0.02 0.11

60 – 79 %

40 – 59 %

< 40 %

Page 68: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

53

Berdasarkan nilai kesamaan komunitas dalam Tabel 11, maka keempat

lokasi penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok komunitas. Lokasi

Briosi, Wosi dan Padarni merupakan satu kelompok komunitas dan lokasi

Rendani merupakan kelompok komunitas yang terpisah (Gambar 8).

Gambar 8 Dendogram tingkat kesamaan komunitas berdasarkan kehadiran spesies gastropoda pada keempat lokasi penelitian.

Kesamaan lokasi Briosi, Wosi, dan Padarni ditandai dengan kehadiran

spesies Fulgoraria sp1 pada ketiga lokasi ini. Selain itu juga terdapat beberapa

spesies yang ditemukan pada keempat lokasi ini, yaitu Fulgoraria (Fulgoraria)

hamilei, Vexillum (Costellaria) exasperatum, Vexillium (Costellaria) virgo,

Rhinoclavis aspera, Certhium rostratum, Nassarius (Niotha) albescens

gemmuliferus, Nassarius (Plicarcularia) globosus, Nassarius (Telasco) luridus,

Nassarius (Telasco) reeveanus, Nassarius (Niotha) sp1, Hastula acumen, Conus

(Chelyconus) monachus, Conus (Virroconus) musicus dan Conus coronatus.

Kelompok gastropoda ini diduga memiliki kemampuan beradaptasi pada habitat

lamun dengan tekstur substrat maupun fisika-kimia perairan yang berbeda.

Ren

dani

Pada

rni

Wos

i

Brio

si

-0,515

-0,315

-0,115

0,085

0,285

0,485

0,685

0,885

Kes

amaa

n K

omun

itas

Page 69: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

54

4.4.5 Sebaran Spasial Karakteristik Fisika-Kimia Perairan dan Tekstur Substrat

Sebaran karakteristik fisika-kima perairan dan tekstur seubstrat dapat

dijelaskan dengan menggunakan analisis komponen utama atau principal

component analysis (PCA), yang ditunjukkan pada Gambar 9. Parameter fisika-

kimia perairan yang digunakan sebagai data input adalah suhu, kekeruhan, pH,

salinitas, ammonia, nitrar, fosfat, oksigen terlarut (DO), biochemical oksigen

demand 5 (BOD5

Beberapa parameter fisika-kimia perairan yang berperan membentuk

sumbu utama 1 adalah BOD

), total organic matter (TOM), dan tekstur substrat yang terdiri

atas persen pasir, persen lumpur (liat) dan persen debu (Lampiran 6a). Matriks

korelasi yang terbentuk memberikan gambaran hubungan antar parameter fisika-

kimia perairan sebagai variabel dengan titik atau lokasi penelitian sebagai faktor,

yang terpusat pada komponen utama (sumbu utama). Matriks data dapat dilihat

dalam Lampiran 4. Komponen utama dari parameter fisika-kimia perairan

menunjukkan adanya pemusatan pada sumbu utama, dimana masing-masing

parameter memberikan kontribusi sebesar 89.779 % dari ragam total, dimana pada

sumbu F1 = 67.998 % dan F2 = 21.781 % (Lampiran 5b).

5 (0.999), NO3 (0.961), DO (0.935), substrat pasir

(0.802), pH (-0.961), suhu (-0.952), substrat liat (-0,897), TOM (0.894). dan

salinitas (-0.872). Pada sumbu utama 2, parameter fifika-kimia perairan yang

berperan yaitu kekeruhan (0.974), PO4

Hasil analisis komponen utama menunjukkan adanya pengelompokkan

lokasi penelitian berdasarkan parameter fisika-kimia perairan antar lokasi

penelitian. Pengelompokkan ini disebabkan oleh parameter fisika-kimia perairan

yang membentuk sumbu utama 1 pada lokasi Padarni memiliki kandungan TOM,

ammonia (NH

(0.900) dan substrat debu (0.718). Data

selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 5c. Berdasarkan penyebaran lokasi

penelitian pada sumbu 1 (F1) dan sumbu 2 (F2) yang ditunjukkan pada Gambar

9b, terlihat bahwa lokasi Rendani Briosi dan Wosi membentuk satu kelompok

sedangkan lokasi Padarni membentuk kelompok sendiri. Selanjutnya hasil analisis

komponen utama dikonfirmasikan dengan dendogram klasifikasi hirarki

menggunakan cluster analysis (CA) untuk melihat kesamaan lokasi berdasarkan

parameter fisika-kimia perairan (Lampiran 5e).

3), pH, salinitas, suhu, substrat debu yang tinggi, sebaliknya nitrat

Page 70: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

55

(NO3), kadar oksigen terlarut (DO) dan BOD5 yang rendah. Kondisi yang hampir

sama juga ditemukan di Briosi. Kondisi ini berbanding terbalik dengan lokasi

Rendani, dan Wosi yang membentuk sumbu utama 2, kekeruhan, fosfat (PO4) dan

substrat liat, mencirikan lokasi Wosi karena ketiga parameter fisika kimia perairan

ini memiliki nilai yang tinggi. Pada lokasi Rendani, parameter fisika-kimia

perairan yang mencirikan lokasi ini adalah substrat berpasir, nitrat, BOD5

dan

oksigen terlarut (DO). Korelasi antara parameter fisika-kimia perairan dan lokasi

penelitian ditunjukkan pada Gambar 9c.

Gambar 9 Analisis komponen utama antar lokasi penelitian dan parameter fisika-

kimia perairan pada sumbu 1 dan 2. (a) antar parameter fisika-kimia perairan; (b) antara lokasi penelitian; (c) antara parameter fisika kimia perairan dan lokasi penelitian.

Suhu

Kekeruhan

pH DO

Salinitas NO3

NH3

PO4

BOD5

TOM

Pasir

Liat

Debu

-1

-0,75

-0,5

-0,25

0

0,25

0,5

0,75

1

-1 -0,75 -0,5 -0,25 0 0,25 0,5 0,75 1

F2 (2

1.78

%)

F1 (68.00 %)

Variables (axes F1 and F2: 89.78 %)

Rendani

Wosi

BriosiPadarni

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

F2 (2

1.78

%)

F1 (68.00 %)

Observations (axes F1 and F2: 89.78 %)

Rendani

Wosi

BriosiPadarni Sh

Kkr

pH DOSal NO3

NH3

PO4

BOD5

TOM

Ps

La

Db

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

F2 (2

1.78

%)

F1 (68.00 %)

Biplot (axes F1 and F2: 89.78 %)

(a) (b)

(c)

Page 71: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

56

4.5 Distribusi Spasial Lamun dan Gastropoda

4.5.1 Distribusi Spasial Lamun Berdasarkan Karakteristik Habitat

Distribusi spasial lamun sangat dipengaruhi oleh parameter fisika-kimia

perairan, sehingga sangat penting untuk menjabarkan komponen parameter fisika-

kimia perairan tertentu yang memberikan pengaruh sangat besar terhadap

distribusi spasial lamun dalam habitatnya. Dalam menjabarkan keterkaitan antara

spesies lamun dengan beberapa parameter fisika-kimia perairan, digunakan

analisis komponen utama (principal component analysis), dimana data yang

dianalisis disusun menurut baris dan kolom. Baris merupakan lokasi penelitian

dan kolom merupakan parameter fisika-kimia perairan.

Komponen data parameter fisika-kimia perairan yang digunakan terdiri

atas suhu, kekeruhan, pH, DO, salinitas, ammonia (NH3), nitrat (NO3), fosfat

PO4), BOD5

Lokasi Rendani dicirikan oleh tingginya ammonia (NO

, TOM, tekstur substrat pasir, lumpur (liat) dan debu. Komponen data

lamun terdiri atas spesies C. rotundata, C. serrulata, H. pinifolia, H. uninervis, H.

ovalis, S. isoetifolium, T. hemprichii. Hasil analisis komponen utama

menunjukkan bahwa keempat lokasi tidak membentuk satu kelompok, namun

terpisah (Gambar 10). Hal ini berarti bahwa hampir di setiap lokasi dapat

ditemukan tiap spesies lamun, namun dengan nilai frekuensi kehadiran, kerapatan

dan tutupan yang berbeda-beda.

3, BOD5 dan

oksigen terlarut (DO), dengan tekstur substrat yang dominan adalah pasir, yang

memberikan pengaruh pada tingginya tutupan lamun C. rotundata T. hemprichii

dan H. ovalis. Lokasi Wosi dicirikan oleh tingginya unsur fosfat (PO4) dan

kekeruhan, dengan tekstur sedimen yang dominan adalah lumpur berpasir (liat),

yang memberikan pengaruh pada tutupan spesies lamun H. uninervis, H. pinifolia

dan C. serrulata yang tinggi. Lokasi Briosi dicirikan oleh suhu, salinitas dan pH

yang tinggi, dengan tekstur substrat yang dominan adalah pasir berlumpur, dengan

tutupan spesies lamun yang dominan adalah C. rotundata, T. hemprichii, dan H.

ovalis. Tutupan spesies lamun C. rotundata paling tinggi ditemukan di lokasi

Briosi dibandingkan lokasi lainnya, sedangkan T. hemprichii dan H. ovalis

memiliki tutupan yang paling tinggi pada lokasi Rendani. Pada lokasi Padarni,

dicirikan oleh tingginya pH air, suhu, salinitas, ammonia (NH3), dan total ogranic

Page 72: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

57

matter (TOM), dengan tekstur substrat yang dominan adalah lumpur berpasir

bercampur dengan pecahan karang (coral rubber), yang memberikan pengaruh

pada tingginya tutupan lamun T. hemprichii, S. isoetifolium dan H. pinifolia. Pada

lokasi Padarni, S. isoetifolium memiliki frekuensi, tutupan dan krapatan yang

tinggi dibandingkan dengan lokasi yang lain, dan ditemukan pada substrat pasir

bercampur pecahan karang. Di lokasi ini tidak ditemukan spesies C. rotundata.

Gambar 10 Diagram PCA biplot parameter fisika-kimia perairan yang terdiri atas

suhu, kekeruhan, pH, DO, salinitas, ammonia (NH3), nitrat (NO3), fosfat (PO4), BOD5

, TOM, substrat pasir, substrat lumpur (liat) dan substrat debu, serta tutupan lamun (C. rotundata, C. serrulata, H. pinifolia, H. uninervis, H. ovalis, S. isoetifolium, T. hemprichii) dengan lokasi penelitian (Rendani, Wosi, Briosi dan Padarni).

4.5.2 Distribusi Spasial Lamun dan Gastropoda Berdasarkan Karakteristik

Habitat

Sebaran spasial lamun dengan gastropoda pada habitatnya ditunjukkan

pada Gambar 11. Data yang digunakan untuk analisis koresponden (Corresponden

Analysis) adalah penutupan spesies lamun dan kelimpahan spesies gastropoda.

Rendani

Wosi

Briosi

Padarni

Suhu

Kekeruhan

pHDO

Salinitas Nitrat

Ammonia

Fosfat

BOD5

TOM

Pasir

Liat

Debu

Cr

CsHp

Hu

HoTh

Si

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

F2 (3

0.91

%)

F1 (52.75 %)

Biplot (axes F1 and F2: 83.67 %)

Page 73: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

58

Perhitungan analisis ini dilakukan terhadap 6 jenis lamun dan 30 spesies

gastropoda yang ditemukan dominan pada masing-masing lokasi penelitian. Hasil

analisis koresponden yang diperoleh menunjukkan bahwa sebaran spasial

gastropoda dan lamun terpusat pada sumbu utama 1 dan 2, dimana masing-masing

sumbu faktorial menjelaskan 36.918 % dan 33.050%.

Pada Gambar 11, terlihat pada sumbu utama 1 dan 2 terbentuk 4 kelompok

yang dicirikan oleh jenis lamun dan gastropoda tertentu. Hal ini menunjukkan

bahwa ada keterkaitan yang erat antara habitat lamun dengan karakteristik tertentu

dengan spesies gastropoda tertentu.

Kelompok pertama pada lokasi Wosi, dicirikan oleh lamun jenis H.

uninervis, H. pinifolia dan C. serrulata, dan spesies gastropoda yang berasosiasi

dan menjadi penciri di lokasi ini adalah Architectonica perspective. Duplicaria

duplicate dan Oliva caribaensis. Ketiga gastropoda ini hanya ditemukan di lokasi

Wosi dan tidak ditemukan pada lokasi lainnya. Diduga spesies ini sangat

menyukai habitat dengan tipe substrat lumpur berpasir dan biasanya ditemukan

pada daerah muara sungai. Spesies Nassarius reeveanus dan Hastula acumen

merupakan spesies yang ditemukan dengan jumlah individu yang cukup banyak di

lokasi Wosi.

Kelompok kedua pada lokasi Padarni, dicirikan oleh spesies Nassarius

(Plicarcularia) globosus, Muricidae sp1, Conus coronatus, Trivia sp 1, Strombus

ochroglottis betuleti, Fulgoraria hamilei, Hebra corticata, Muricidae sp2, dan

Strombus marginatus. Pada lokasi Padarni spesies yang menjadi penciri di lokasi

ini atau spesies yang hanya ditemukan pada lokasi ini tidak dimasukkan sebagai

data dalam analisis karena jumlah individunya sedikit (Lampiran 3.4).

Kelompok ketiga pada lokasi Briosi, dicirikan oleh spesies lamun

Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata. Spesies gastropoda yang

menjadi penciri lokasi ini adalah Vexillum virgo, Strombus ochroglotis betuleti,

Nassarius chamaeleon, Bulla vermicosa, Strombus urceus, Vexillum plicardium,

Conus sp1, Conus monachus, Natica fasciata.

Kelompok keempat pada lokasi Rendani, dicirikan oleh lamun

Syringodium isoetifolium dan Halophila ovalis. Spesies gastropoda yang menjadi

penciri pada lokasi ini adalah Clithon oualaniensis dengan jumlah 75 individu

Page 74: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

59

dalam satu kuadrat pada line transek 1 (Lampiran 3.1). C. oualaniensis yang

ditemukan membentuk kelompok, dan beberapa individu menempel pada daun C.

rotundata karena berukuran kecil (0,25–0,47 cm), dan sebagian menempel pada

permukaan pecahan karang (rubble). Hal ini menunjukkan bahwa spesies

gastropoda ini mamanfaatkan habitat lamun sebagai tempat memijah dan daerah

asuhan. Selain C.oualaniensis, terdapat beberapa spesies gastropoda yang

ditemukan di Rendani seperti Bulla vernicossa, Vexillum exasperatum, Nerita

chamaeleon, Vexillum virgo, Strombus urceus urceus, Melampus castaneum

dengan jumlah individu yang dominan.

Asosiasi gastropoda dengan lamun yang terlihat dalam Gambar 11

menunjukkan bahwa karakteristik habitat pada masing-masing lokasi penelitian

memberikan pengaruh terhadap kehadiran spesies gastropoda. Spesies Nassarius

(Plicarcularia) globosus yang ditemukan melimpah pada substrat lumpur berpasir

di zona bagian tengah intertidal dan berasosiasi dengan H. pinifolia di lokasi

Padarni, tetapi tidak ditemukan sama sekali di lokasi Wosi yang memiliki tipe

substrat dan spesies lamun yang sama. Menurut Puturuhu (2004), N.

(Plicarcularia) globosus tidak ditemukan pada lokasi penelitiannya di Likupang

yang berada di muara kali mati, sehingga diduga keberadaan N. (Plicarcularia)

globosus sangat berkaitan dengan fluktuasi salinitas. Spesies ini tidak mampu

mentolerir fluktuasi salinitas yang lebar.

Spesies N. (Plicarcularia) globosus tidak menempel di daun lamun,

namun melimpah pada substrat dasar lumpur berpasir, karena daun H. Pinifolia

tidak dapat menahan berat tubuh gastropoda ini. N. (Plicarcularia) globosus

memanfaatkan habitat padang lamun sebagai habitat utamanya. Hal ini sangat

berkaitan dengan sumber makanan yang tersedia dan spesies ini memiliki tipe

memakan scavenger yang memakan material yang membusuk seperti daun lamun

maupun mikroorganisme lainnya yang melimpah pada substrat lumpur berpasir.

Selain sebagai tempat mencari makan, habitat lamun merupakan daerah asuhan

bagi N. (Plicarcularia) globosus dalam siklus hidunya, hal ini dibuktikan dengan

ukuran cangkang yang relatif kecil (0.51-1.27 cm) serta jumlah individu yang

dominan dan memiliki ukuran yang hampir sama.

Page 75: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

60

Keterangan: Cr = Cymodocea rotundata, Cs = C. serrulata, Hp = Halodule pinifolia, Hu = Halodule uninervis, Ho = Halophila ovalis, Si = Syringodium isoetifolium, Th = Thalassia hempricii, Cou = Clithon oualaniensis, Nch = Nerita chamaeleon, Bve = Bulla vernicossa, Vvi = Vexillum virgo, Sma = Strombus marginatus, Mca = Melampus castaneus, Ms2 = Muricidae sp 2, Suu = Strombus urceus, Vex = Vexillum exasperatum, Nre = Nassarius reeveanus, Hac = Hastula acumen, Ddu = Duplicaria duplicate, Ptu = Polinices tumidus, Oca = Oliva caribaensis, Vru = Vexillum rugosum, Ape = Architectonica perspectiva, Nco = Nassarius coronatus, Nlu = Nassarius luridus, Ras = Rhinoclavis aspera, Vvi = Vexillum virgo, Soc = Strombus orchroglottis betuleti, Nch = Nerita chamaeleon, Sur = Strombus urceus, Vpl = Vexillum plicardium, Cmo = Conus monachus, Cs1 = Conus sp 1, Hco = Hebra corticata, Nfa = Natica fasciata, Ngl = Nassarius globosus, Ms1 = Muricidae sp 1, Soc = Strombus orchroglotti betuleti, Cco = Conus coronatus, Ts1 = Trivia sp 1, Fha = Fulgoraria hamilei. Gambar 11 Diagram analisis koresponden antara spesies lamun dengan

gastropoda dan keterkaitannya dengan habitat lamun pada sumbu utama 1 dan sumbu utama 2.

4.5 Pemanfaatan Gastropoda dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Manokwari

4.5.1 Pemanfaatan Gastropoda Oleh Masyarakat Lokal

Masyarakat Manokwari secara khusus dan Papua secara umum telah

memanfaatkan gastropoda. Daging gastropoda dimanfaatkan sebagai bahan

makanan dan cangkangnya digunakan untuk membuat asesoris seperti mata

kalung, gelang, tusuk konde, tirai atau gorden, hiasan rumah, asbak dan guci serta

digunakan dalam upacara adat masyarakat setempat seperti di Kepulauan Kofiau

Kabupaten Raja Ampat (Tabel 12.a dan 12.b).

Cr

Cs

Hp

Hu

Ho

Si

Th

Cou

Nch

Bve

Vvi

Sma

Mca

Ms2

Suu Vex

Nre

HacDdu PtuOca

VruApe

NcoNlu

Ras

VviSob NchSur

Vpl

CmoCs1

Hco

Nfa

NglMs1

Sob

CcoTs1 Fha

Rendani

Wosi

Briosi

Padarni

-1,5

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

-2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

F2 (3

3.05

%)

F1 (36.92 %)

Plot Simetris(axis F1 dan F2: 69.97 %)

Columns Rows

Page 76: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

61

Tabel 12. a Beberapa spesies gastropoda yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada beberapa kampong di Kepulauan Kofiau Kabupaten Raja Ampat

Gastropoda Nama Lokal

Kampung (Desa) Bentuk Pemanfaatan Persentase Pemanfaatan Famili Spesies Deer Tolobi Dibalal Kofiau Bahan makanan

(daging) Lainnya

(Cangkang) Assimibidae Assiminaea brevicula Bia + + + + + 3 % Cassidae Cassis cornuta Bia + + + + + 3 % Chimatidae Charonia tritonis Triton + + + + + Upacara adat 3 %

Columbellidae Columbella scripta Bia + - - + Asbak & guci 6 % Pyrene ocelata Bia + - - + Asbak & guci

Cypraeidae Cypraea eburnea Bia + - - + Mata kalung 3 % Cypraea annulus Bia + - - + Tusuk rambut Ellobiidae Cassdula sp Bia + + + + + 3 % Haliotidae Hallotis sp Bia + + + + + 3 % Littorinidae Littoraria scabra Bia + + + + + 3 % Modulidae Modulus candidus Bia + - - + + 3 % Muricidae Thais echinulata Bia + - - + 3 % Nassaridae Nassarius sp Bia + - - + + 3 % Naticidae Natica trigina Bia + - - - Asbak & guci 3 %

Neritidae Clithon oualaniensis Bia + + + + + 6 % Nerita sp Bia + + + + + Noutilidae Nautilus pompilius Bia + + + + Hiasan rumah 3 % Natica trigina Bia + + + + +

Olividae

Oliva sp 1 Bia + + + + - Tirai (gorden)

11 % Oliva sp 2 Bia + - - + - Oliva sp 3 Bia + - - + - Anting-anting Oliva sp 4 Bia + - - + -

Planaxidae Planaxis sp Bia + - - + + 3 % Potamidae Telescopium telescopium Bia + - - + + 3 %

Page 77: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

62

Keterangan : - Persentase pemanfaatan berdasarkan famili gastropoda + = dimanfaatkan

- = Tidak dimanfaatkan Sumber: Tebay (2007) Tabel 12b. Informasi tambahan gastropoda yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Raja Ampat

Famili Spesies Nama Lokal Pemanfaatan Cangkang Cassidae Casis cornuta Bia Pemberat jaring

Cypraeidae Cypraea clandestina Bia Gelang Cypraea sp Bia Tirai (gorden)

Terebriidae Conus consors Bia Tirai (gorden) Columbellidae Pyrene punctata Bia Tusuk Rambut

Gastropoda Nama Lokal

Kampung (Desa) Bentuk Pemanfaatan Prosentase

Pemanfaatan Famili Spesies Deer Tolobi Dibalal Kofiau Bahan makanan (daging

Lainnya (Cangkang)

Strombidae Lambis lambis Bia + + + + +

8% Strombus marginatus Bia + + + + + Strombus urceus Bia + + + + +

Terebriidae

Conus consors Bia + - - + Tirai (gorden)

14 % Conus eburneus Bia + + + + + Conus ebraeus Bia + - - + + Conus eximius Bia + - - + + Conus marmorius Bia + - - + +

Turbinidae Turbo burneus Birtoten + + + + + 3 %

Trochidae Monodonta labio Bia + - - + + 6 % Trochus maculates Kaduor + + + + + Tonnidae Tonna sulkosa Bia + + + + + 3 %

Volutidae Cymbius mello Bia + + + + + 6 % Melocornata umbilicatus Bia + + + + +

Page 78: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

63

Pemanfaatan gastropoda yang dilakukan oleh masyarakat di Kepulaun

Kofiau, yang terdiri atas 4 Kampung yaitu Kampung Deer, Kampung Tolobi,

Kampung Tabalal dan Kampung Kofiau, masih dilakukan secara tradisional.

Menurut Tebay (2007), sebagai bahan makanan, masyarakat hanya mengambil

gastropoda seperlunya saja atau untuk dikonsumsi dalam sehari, tidak dilakukan

pengambilan dalam jumlah banyak. Gastropoda yang dimanfaatkan sebagai

asesoris, pembuatannya masih tergantung pesanan, tidak diproduksi secara massal

dan masih tergolong usaha sampingan yang dilakukan saat tidak ada pekerjaan

(Tebay 2007).

Pengelolaan terhadap sumberdaya gastropoda telah dilakukan oleh

masyarakat di Kepulauan Kofiau, yang dikenal dengan sistem sasi, dan

dilaksanakan berdasarkan musim (Tebay 2007). Sasi yang dilaksanakan di

Kepulauan Kofiau meliputi sasi laut dan sasi darat. Pada saat sasi laut

diberlakukan maka seluruh kegiatan di laut dihentikan. Sasi laut berkaitan dengan

musim, biasanya diberlakukan saat musim angin selatan yang terjadi pada bulan

Juli sampai Desember. Pada musim angin selatan dengan cuaca yang buruk

membuat perairan di kepulauan Kofiau bergelombang dan masyarakat tidak

berani melaut. Bagi masyarakat yang melanggar dikenakan denda, yaitu harus

membayar sejumlah uang kepada pihak Gereja apabila ia beragama Kristen dan

pihak Mesjid apabila ia beragama Islam.

Sistem pengelolaan ini merupakan kearifan lokal masyarakat di Kepulauan

Kofiau yang diterapkan untuk melindungi sumberdaya gastropoda maupun

sumberdaya perairan lainnya. Di Manokwari pengelolaan sumberdaya alam

berdasarkan kearifan lokal masyarakat seperti sasi tidak diterapkan sehingga

diharapkan dapat dilakukan suatu bentuk pengelolaan terhadap sumberdaya

pesisir yang sesuai dengan kearifan lokal masyarakat setempat.

4.5.2 Pengelolaan Ekosistem di Wilayah Pesisir Manokwari

Secara geografis wilayah pesisir adalah wilayah yang unik, karena dalam

konteks bentang alam, wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan

lautan. Lebih jauh, wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau dari

berbagai sudut pandang perencanaan dan pengelolaan. Transisi antara daratan dan

lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat

Page 79: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

64

produktif, yang memberikan nilai ekonomi bagi manusia. Sejalan dengan

pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi,

menyebabkan "nilai" wilayah pesisir terus bertambah. Implikasi dari peningkatan

aktivitas manusia adalah terjadinya over exploitation terhadap sumberdaya

tersebut yang berujung pada degradasi lingkungan pesisir.

Saat ini degradasi lingkungan yang menyebabkan hilangnya ekosiatam

lamun di beberapa tempat seperti di bagian Barat Australia, khususnya di

Cockburn Sound sampai area dekat Sydney (Shepard et al. 1989 in Keough &

Jenkins (1995). Kecepatan Penurunan dan berkurangnya padang lamun bervariasi

pada beberapa lokasi dan tidak diketahui penyebab hilangnya padang lamun pada

beberapa lokasi tersebut. Namun pada daerah Adeleide di bagian Selatan

Australia, lamun yang berada dekat dengan pembuangan sampah mengalami

penurunan dan akhirnya hilang setelah 20 tahun. Penyebanya adalah nutrien yang

berasal dari sampah meningkatkan pertumbuhan epifit pada daun lamun dan

menghalangi cahaya matahari sehingga proses fotosintesis terhenti.

Contoh kasus seperti yang terjadi di Australia, dapat pula terjadi pada

beberapa habitat lamun yang berada di Pesisir Perairan Manokwari pada masa

mendatang. Mengingat tekanan lingkungan yang terjadi saat ini seiring dengan

perkembangan pembangunan Kota Manokwari yang lebih ditekankan pada

wilayah pesisir sehingga perlu dilakukan pengelolaan ekosistem lamun di wilayah

Pesisir Perairan Manokwari. Hal yang harus dilakukan dalam rangka pengelolaan

wilayah pesisir adalah membuat perencanaan dan pengelolaan lingkungan pesisir

secara terpadu, yang lebih memberikan kewenangan dan tanggung-jawab kepada

masyarakat dalam pengelolaannya

Salah satu konsep pengelolaan yang telah berkembang saat ini adalah

pengelolaan berbasis masyarakat (PBM) atau community based management

(CBM) (Nikijuluw 2002). Konsep PBM, merupakan suatu bentuk pengelolaan

sumberdaya alam dimana masyarakat memegang wewenang dan tanggung-jawab

untuk mengelola sumberdaya alam di kawasan tertentu. Dalam PBM peranan

masyarakat lebih dominan karena masyarakat yang berada paling dekat dengan

sumberdaya alam tersebut dan kelangsungan hajat hidupnya tergantung pada

kelestarian sumberdaya alam tersebut.

Page 80: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

65

Pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir berbasis

masyarakat dapat didahului dengan melakukan studi awal mengenai kondisi

ekologis dan sosio-ekonomi di wilayah pesisir perairan Manokwari oleh fasilitator

yang terdiri atas para peneliti dari perguruan tinggi setempat dan fasilitator dari

lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berkepentingan. Studi awal ini

bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan ekologis maupun

ekonomi yang terjadi di wilayah pesisir. Hasil kajian ini selanjutnya di

sosialisasikan atau diinformasikan kepada masyarakat setempat maupun

pemerintah, khususnya dinas kelautan dan perikanan, yang memiliki tanggung-

jawab terhadap pengelolaan wilayah pesisir dan aparat terkait pada tingkat

Provinsi, Kabupaten sampai Desa. Selanjutnya para fasilitator bersama

pemerintah menyelenggarakan pelatihan-pelatihan ketrampilan, yang meliput i

pelatihan fasilitasi (untuk memperkenalkan konsep partisipasi publik dalam

mengambil keputusan), penilaian (assessment) dan pemantauan (monitoring)

sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir (termasuk ekosistem lamun dan

gastropoda serta organisme lain yang berasosiasi), serta pengembangan kapasitas

kelembagaan di tingkat desa. Para fasilitator lapangan juga menmfasilitasi

koordinasi pengelolaan sumberdaya yang ada di wilayah pesisir antara masyarakat

desa dan aparat terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten.

Salah satu kunci sukses pengembangan pengelolaan sumberdaya wilayah

pesisir berbasis masyarakat setempat adalah pengembangan komunikasi dan

pertukaran informasi antara para pemangku kepentingan (stakeholder), baik

secara horizontal maupun secara intensif (Nikijuluw 2002). Adanya komunikasi

dan saling tukar informasi sangat penting dalam menyatukan visi dan misi dalam

pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir. Kegiatan-kegiatan lain yang

dilakukan di wilayah pesisir, yang dibuat oleh para aparat desa termasuk

memberikan bantuan dana kepada masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan

seperti penyusunan profil sumberdaya wilayah pesisir desa, penyusunan rencana

pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir desa dan membuat daerah perlindungan

laut desa serta penyusunan peraturan desa.

Page 81: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan:

1. Komposisi spesies, frekuensi ditemukannya spesies, kerapatan tegakan dan

penutupan lamun sangat dipengaruhi oleh tekstur substrat dasar perairan dan

parameter fisika-kimia air yang meliputi kekeruhan, suhu, kecepatan arus dan

salinitas.

2. Kompleksitas habitat lamun memberikan pengaruh terhadap komposisi

spesies, keanekaragaman dan keseragaman serta kelimpahan individu dan

spesies gatropoda.

3. Pengelolaan lingkungan Perairan Pesisir Manokwari dapat dilakukan

berdasarkan konsep pengelolaan berbasis masyarakat (PBM) yang lebih

memberikan wewenang dan tanggung-jawab kepada masyarakat dalam

pengelolaannya, mengingat fokus pembangunan wilayah Manokwari lebih

mengarah ke wilayah pesisir.

5.2 Saran

Beberapa hal yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah:

(1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap asosiasi

gastropoda dengan jenis lamun dan tekstur substrat tertentu dengan waktu

pengamatan yang lebih lama dan dilakukan dalam laboratorium, sehingga

dapat diamati pengaruh tipe substrat terhadap spesies lamun dan gastropoda

tertentu.

(2) Perlu dilakukan monitoring secara berkala terhadap ekosistem lamun untuk

mengetahui kondisi ekosistem lamun dan keberadaan organisme yang

berasosiasi termasuk gastropoda, sehingga dapat diketahui dampak

antropogenik maupun aktivitas manusia terhadap ekosistem lamun dan

berbagai organisme yang berasosiasi.

(3) Perlu dilakukan pengelolaan terhadap sumberdaya pesisir di Perairan Pesisir

Manokwari termasuk di dalamnya ekosistem lamun dan gastropoda yang

berasosiasi serta tingkat pemanfaatan gastropoda oleh masyarakat setempat.

Page 82: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

69

DAFTAR PUSTAKA Abal EG, Dennison WC. 1996. Seagrass Depth Range and Water Quality in

Southern Moreton Bay, Quensland, Australia. Marine and Freshwater research 47 (6): 763-771.

[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup 2004. Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, Lampiran III Tentang Baku Mutu Air untuk Biota Laut. Jakarta: KLH.

[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004, Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Jakarta: KLH.

[APHA] American Public Health Association 1989. Standart Method for the

Examination of Water and Wastewater. 17 ed. Washington DC: APHA, AWWA.

Aswandv I, Hutomo M. 1984. Komurutas Fauna Bentik pada Padang Lamun

(seagrass Beds) di Teluk Banten. in: Moosa MK, Praseno DP, Sukarno. (editor). Perairan Indonesia: Biologi Budidava, Kualitas Perairan dan Oseanografi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan lndonesia (LIPI).

Aziz A. 1994. Aktivitas "Grazing" Bulu Babi Jenis Tripneustes gratilla pada

Padang Lamun di Pantai Lombok Selatan. In: Kiswara W, Moosa MK, Hutomo M. (editor). Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun Di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanology, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Bach SS, Borum J, Fortes MD, Duarte CM. 1998. Species Composition and Plant

Performance of Mixed Seagrass Beds along a Siltation Gradient at Cape Bolinao, the Philippines. Marine Ecology Progress Series 174: 147-156.

Barnes RD. 1987. Invertebrate Zoology. Ed ke-5. Philadelphia, London: WB

Saunders Company. Bostrijm C, Bonsdorff F. 1996. Community Structure and Spatial Variation of

Benthic Invertebrates Associated with Zostera marina (L.) Beds in the Northern Baltic Sea. Journal of Sea Research 37: 153-166.

Brower JE, Zar JH, Von Ende. 1990. General Ecologv, Field and Laboratory

Methods for General Ecology. Ed ke-3. Iowa: America WM. C. Brown Companv publisher Dubugue.

Cappenberg HAW. 1996. Komunitas Moluska di Padang Lamun Teluk Kotania

Seram Barat. Perairan Maluku dan Sekitarnya 11:19-33.

Page 83: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

70

Cebrian J, Duarte CM, Marba N. 1996. Herbivory on the Seagrass Cymodocea nodosa (ucria) Arscherson in Contrasting Spanish Mediterranean Habitats. Experimental Marine Biology and Ecology 204:103-111.

Chester R. 1990. Marine Geochemistry. London: Unwin Hyman. Creed JC. 2000. Ephibiosis on Cerith Sheels in the Seagrass Bed: Correlation of

the Cells Occupant with Epizoite Distribution and Abundance. Marine Biology 137: 775-782.

Cox GW. 2002. General Ecology Laboratory Manual, Ed ke-8. New York: Mc

Graw-Hill Higher Education. Dharma B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I (Indonesian Shells). Jakarta: PT

Sarana Graha. Dharma B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells II). Wiesbaden:

Verlag Christa Hemmen. Dharma B. 2005. Recent and Fossil Indonesian Shells. Hackenheim:

Coonchbooks. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut, Aset pembangunan Berkelanjutan

Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Duarte CM. 1991. Seagrass Depht Limits. Aquatic Botany 40: 363-377. Edgar GJ. 1992. The Influence of Plant Structure on the Species Richness,

Biomass and Secondary Production of Macrofaunal Assemblages Associated with Western Australian Seagrass Beds. Experimental Marine Biology Ecology 137: 215-240.

English S, Wilkinson C, Baker V (editor). 1997. Survey Manual for Tropical

Marine Resources. Ed ke-2. Townsville: Australian Institute of Marine Science.

Erina Y. 2006. Keterkaitan Antara Komposisi Perifiton pada Lamun Enhalus

acoroides (Linn. F) Royle dengan Tipe Substrat Lumpur dan Pasir di Teluk Banten. [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Fonseca MS. 1990. Phvsical Measurements. in Phillips RC, McRoy CP (editor).

Seagrass Research Methods. France: UNESCO. Fortes MD. 1990. Seagrass: A Resources Unknown in the ASEAN Region

ICLRAM Association of Southeast Asia Nations. Phillipines: United States Coastal Resources Management Project.

Page 84: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

71

Hemminga MA, Duarte CM. 2000. Seagrass Ecology. Cambridge: Cambridge University Press.

Hily C, Connan S, Raffin C, Wyllie-Echeverria S. 2004. In Vitro Experimental

Assessment of The Grazing Pressure of Two Gastropods on Zostera Marina L. Ephiphytic Algae. Aquatic Botany 78: 183-195.

Holme NA, McIntyre AD. 1984. Methods For the Study of Marine Benthos. IBP

Handbook No. 16. Ed ke-2. Oxford: Blackwell Scientific Publication. Hutagalung HP. 1988. Pengaruh Suhu Air Terhadap Organisme Laut. Oseana 13:

153-164. Kirkman H. 1990. Seagrass Distribution and Mapping. In: Phillips RC, McRoy CP (editor), Seagrass Research Methods. France: UNESCO. Kiswara W. 1992. Vegetasi Lamun (Seagrass) di Rataan Terumbu Pulau Pari,

Pulau-Pulau Seribu, Jakarta. Oseanology di Indonesia 25: 31-49. Klumpp DW, Salita-Espinosa JS, Fortes MD. 1992. The Role of Epiphytic,

Periphyton and Macroinvertebrate Grazeers in the Trophic Flux of a Tropical Seagrass Community. Aquatic Botany 43: 327-349.

Keough MJ, Jenkins GP. 1995. Seagrass Meadowns and Their Inhabitants. in:

Underwood AJ, Chapman MG (editor). Coastal Marine Ecology of Temperate Australia. Sydney: University of New South Walles Press LTD.

Kikuchi T, Perez JM. 1997. Faunal Relationship in Seagrass Beds. in: McRoy CP,

McMilan C (editor). Seagrass Ecosystem: A Scientific Perspective. Vol. 4. New York: Marine Science, Marcel Dekker Inc.

Koch EW. 2001. Beyond light: Physical, Geological, and Geochemical

Parameters as Possible Submersed Aquatic Vegetation Habitat Requirements. Estuaries 24:1-17.

Krebs CJ. 1989. Ecology Metodology. New York: Harper and Rows Publisher. Kusnaedi A, Hermawan UE, Triandiza T. 2008. Moluska Padang Lamun

Kepulauan Kei Kecil. Jakarta: LIPI Press. Lefaan PT. 2008, Kajian Komunitas Lamun di Pesisir Manokwari. [tesis]. Bogor:

Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Legendre L, Legendre P. 1998. Numerical ecology. New Jersey: Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs.

Lindner G. 2000. Guide des Coquillages Marins. Paris: Delachaux et Niestle.

Page 85: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

72

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology, A Primer on Methods and Computing. New York: A Willey-Interscience, John Willey and Sons.

Manginsela FB. 1998. Ekostruktur dan Sebaran Spasial Komunitas Gastropoda di

Kawasan Pasang Surut di Teluk Manado Sulawesi Utara. [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

McKenzie LJ, Campbell SJ, Roder CA. 2003. Seagrass-Watch, Manual for

Mapping Research. Queensland: The State of Queensland, Departement of Primary Industries.

Morrisey D. 1995. Estuaries. in: Underwood AJ, Chapman MG (editor). Coastal

Marine Ecology of Temperate Australia. Sydney: University of New South Walles Press LTD.

Mudjiono, Sudjoko B. 1994. Fauna Moluska Padang Lamun di Pantai Selatan

Lombok. In: Kiswara W, Moosa MK, Hutomo M (editor). Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanology, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Nakaoka M, Aioi K, Kouchi M, Omori Y, Tanaka N, Tatsukawa K. 2003.

Distribution, Productivity, Life History and Biodiversity of Seagrass Community along Sanriku Coast: A Review. Otsuchi Marine Science 28{ 31-38.

Nakaoka M. 2005. Plant-Animals Interaction in Seagrass Beds: ongoing and

Future Challenges for Understanding Population and Community Dynamics [revieuw]. Society of Population Ecology and Springer-Verlag 47: 167-177.

Nienhuis P, Coosen J, Kiswara W. 1989. Community Structure and Biomass

Distribution of Seagrass and Macrofauna in the Flores Sea, Indonesia. Netherlands Journal of Sea Research 23: 197-214.

Nikijuluw VPH. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta:

Diterbitkan atas kerjasama P3R dengan PT. Pustaka Cidesindo. Nybakken JW. 1997. Marine Biology; An Ecologycal Approach. Ed ke-4.

California: Addison-Wesley Education Publishers Inc. Oleson B. 1996. Regulation of Light Attenuation and Eelgrass Zostera marina

Depth Distribution in a Danish Embayment. Marine Ecology Progress Series 134: 187-194.

Oliver APH. 2004. Guide to Seashells of the World. London: Philip’s.

Page 86: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

73

Ongkers TS. 1994. Studi Kelimpahan Ikan di Padang Lamun Tanjung Tiram Teluk Ambon Bagian Dalam. [tesis]. Fakultas Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Orth RJ, Kenneth L. Heck, Jr., Van Monfrans J. 1984. Faunal Communities in

Seagrass Bed; A Review of the influence of Plant Structure and Prey Charactheristic on Preadator-Prey Relationships. Estuaries 7: 339-350.

Pearson TR, Takashi M, Hargrave B. 1977. Biological Oceanographic Process.

Ed ke-2. Germany: Pergamon Press. Peristiwady T. 1994. Makanan Ikan-ikan Utama di Padang Lamun Lombok

Selatan. In: Kiswara, W., Moosa, MK. dan Hutomo M. (editor). Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Phillips CR, Menez EG. 1998. Seagrasses. Smithsonian Contributon to the

Marine Sciences. Number 34. Washington DC: Smithsonian Press.

Pollar PC, Morriarty DJW. 1991. Organic Carbon Decomposition, Primary and Bacterial Productivity, and Sulphate Reduction, in Tropical Seagrass Beds of the Gulf of Carpentaria, Australia. Marine Ecology Progress Series 69: 149-159.

Puturuhu L. 2004. Ecological Studies On Intertidal Dog Whelks (Gastropoda :

Nassariidae) of Northern Minahasa, Sulawesi, Indonesia. [disertasi]. Kiel: der Christian-Albrechts-Universität zu Kiel.

Rangan JK. 1996. Struktur dan Tipologi Komunitas Gastropoda pada Zona Hutan Mangrove Perairan Kulu Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Riley JP, Chester R. 1971. Introduction to Marine Chemistry. London: Academic Press. Rohmimohtarto K, Juwana S. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan dan Biota

Laut. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Sanusi HS. 2006. Kimia laut; Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan

Lingkungan. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F, Kusmana C, Hariyadi S, DamarA,

Sembiring A, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan, Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut. Bogor: Makaira-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Page 87: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

74

Short FT, Coles RG, Short CA (editor). 2001. Global Seagrass Research Methods. Ed ke- 1. Amsterdam; Elsevier Science BV.

Tomaschik T, Mah AJ, Nontji A, Moosa MK. 1997. The Ecology of the

Indonesian Seas. Part 2. Ecology Indonesia Series 8. VI. Singapore: Periplus Edition (HK) Ltd.

Valentine JF, Heck Jr, KL.1999. Seagrass Herbivory: Evidence for the Continued Grazing of Marine Grasses [Reviuw]. Marine Ecology Progress Series, 176: 291-302. Visser EP, Wolcott TG, Wolcott DL. 1996. Nursery Role of Seagrass Beds;

Enrichment Growth of Juvenile Blue Crab (Callinectess sapidus Rathbun). Experimental Marine Biology and Ecology 18: 155-173.

Page 88: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

75

LAMPIRAN

Page 89: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

76

Page 90: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

77

Lampiran 1 Foto lokasi penelitian

(a) Lokasi pengambilan sampel di Rendani.

(b) Lokasi pengambilan sampel di Wosi.

Page 91: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

78

Lampiran 1 (lanjutan)

(c) Lokasi pengambilan sampel di Briosi.

(d) Lokasi pengambilan sampel di Padarni.

Page 92: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

79

Lampiran 2 Parameter fisika-kimia perairan yang diukur masing-masing sebanyak tiga kali dan dianalisis

Parameter Kualitas Air Rendani Wosi Briosi Padarni Baku mutu L1 L2 L3 L1 L2 L3 L1 L2 L3 L1 L2 L3

Fisika air

suhu (o 30.8 C ) 31.4 31.1 31 31.5 28.9 31.8 31.8 31.8 33.9 33.3 33.4 28-30 Kekeruhan (NTU) 4.59 4.65 4.68 5.72 5.78 6.42 4.37 4.14 4.25 4.08 3.11 3.57 < 5 Kecep Arus (m/s) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 -

Kimia air

pH air 7.74 7.82 7.87 7.88 7.93 7.69 7.91 7.91 7.91 7.94 7.95 7.94 7-8.5 Oksigen Terlarut (DO) (mg/l) 7.2 7.3 7.29 6.86 6.77 7.44 5.2 5.78 6.02 5.48 5.2 5.36 > 5 Salinitas (‰) 28 30 30 31 29 28 35 35 35 35 35 35 33-34 Nitrat (NO3 0.6 ) (mg/l) 0.7 0.6 0.5 0.4 0.6 0.3 0.3 0.2 0.1 0.2 0.1 0.008 Ammonia(NH3 0.47 -N) (mg/l) 0.43 0.45 0.67 0.64 0.66 0.52 0.42 0.44 1.05 1.03 1.08 0.3 Phosphat (PO4 0.31 ) (mg/l) 0.25 0.23 0.6 0.62 0.69 0.29 0.28 0.28 0.27 0.32 0.24 0.015 BOD5 12.94 (mg/l) 12.19 11.92 11.48 11.86 10.83 9.07 9.28 9.82 6.58 5.76 6.17 20 TOM (mgKMnO4 14.75 /l) 1,54 14.39 13.21 12.64 12.45 13.82 13.27 13.51 15.3 15.8 15.6 -

Keterangan : - Baku mutu berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004, dalam lampiran III baku mutu air untuk biota laut. - (-) = tidak tercantum dalam lampiran III baku mutu air untuk biota

Page 93: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

80

Lampiran 3 Komposisi spesies gastropoda pada keempat lokasi penelitian 1.1 Komposisi gastropoda yang ditemukan di Rendani

Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3 Jumlah Ukuran

Cangkang (cm) Achitectonicidae Milda ventricosa (Guerin, 1831) 1 1 1.2 Buccinidae Engine concinna (Reeve, 1846) 1 1 0.58 Buccinidae Euplica varians (Sowerby, 1830) 1 3 4 0.72-0.9 Bullidae Bulla vernicossa (Gould, 1859) 20 1 21 0.96-1.62 Cerithiidae Cerithium kobelti (Dunker,1877) 1 1 2.28 Cerithiidae Certhium rostratum (Sowerby, 1855) 1 1 1.27 Cerithiidae Clypeomorus zonata (Wood, 1828) 4 4 0.54-0.76 Cerithiidae Rhinoclavis aspera (Linnaeus, 1758) 1 2 3 0.20-0.85 Cerithiidae Rhinoclavis sinensis (Gmelin, 1791) 2 2 0.77 ; 1.25 Cerithiidae Clypeomorus pellucida (Hombron & Jacquinot, 1852) 1 1 1.48 Cerithiopsidae Ataxocerithium abnormale (Sowerby, 1903) 6 6 0.86-1.14 Cirridae Trochus stellatus (Gmelin, 1791) 1 1 1.12 Columbelldae Pyrene sp1 1 1 1.91 Columbellidae Pyrene testudinaria (Link. 1807) 1 1 0.9 Costellariidae Vexillum curviliratum (Sowerby, 1874) 1 1 0.75 Costellariidae Vexillum (Costellaria) exasperatum (Gmelin, 1791) 5 6 11 0.80-2.13 Costellariidae Vexillum (Pusia) leucodesmum (Reeve, 1845) 1 1 1.2 Costellariidae Vexillum (Pusia) patriarchalis (Gmelin, 1791) 1 1 1.10 Costellariidae Vexillum plicarium (Linnaeus, 1758) 1 4 5 0.50-1.47 Costellariidae Vexillum rugosum (Gmelin, 1791) 1 2 1 4 0.67-0.91 Costellariidae Vexillium (Costellaria) virgo (Linnaeus, 1769) 10 5 15 0.84-1.83 Cypraeidae Cypraea (Erosaria) annulus (Linnaeus, 1758) 3 1 4 0.73-1.85 Cypraeidae Cypraea (palmadusta) asselus (Linnaeus, 1758) 1 1 1.45 Cypraeidae Cypraea eburnea (Barnes, 1824) 3 3 0.57-0.78

Page 94: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

81

Lampiran 3.1 (lanjutan) Famili Genera Spesies GT.

1 GT.

2 GT.

3 Jumlah Ukuran Cangkang (cm)

Cypraeidea Cypraea microdon (Gray, 1828) 1 1 1.94 Cypraeidae Cypraea sp1 1 1 1.85 Drillidae Clavus bilineatus (Reeve, 1845) 4 4 0.74-1.23 Ellobiidae Cassidula nucleus (Gmelin, 1791) 1 1 1.10 Ellobiidae Melampus castaneus (Von Muhlfeld, 1816) 12 12 0.55-1.33 Ellobiidae Melampus flavus (Gmelin, 1791) 1 1 1.38 Fasciolariidae Hemipoligona armata (A. Adams, 1854 ) 1 1 1.00 Haminoeidae Aliculastrum cylindricus (Hebling, 1779) 1 1 0.80 Littorinidae

sp1 1 1 0.76

Littorinidae Tectarius grandinatus (Gmelin, 1791) 1 1 2.07 Littorinidae Littoraria (Littorinopsis) intermedia (Philippi, 1846) 1 1 1.06 Littorinidae Littoraria (Littorinopsis) scabra (Linnaeus, 1758) 1 1 1 3 0.82-1.36 Mitridae Fulgoraria (Fulgoraria) hamillei (Crosse, 1869) 6 1 7 0.93-1.28 Mitridae Mitra (Nebularia) aurantia aurantia (Gmelin, 1791) 1 1 0.50 Mitridae Mitra (Strigatella) paupecula (Linnaeus, 1758) 2 2 1.04-1.49 Mitridae Mitra (Nebularia) tabanula (Lamarck, 1811) 1 1 1.44 Mitridae Mitra (Nebularia) turgida (Reeve, 1844) 1 1 0.6 Mitridae Mitra (Nebularia) vexillum (Reeve, 1844) 1 1 1.7 Mitridae Imbricaria punctata (Swainson, 1821) 1 1 0.99 Mitridae Neocancilla papilio papilio (Link,1807) 1 1 2 0.73 ; 1.07 Mitridae

sp1 1 1 2 1.12

Mitridae

sp2 3 1 4 0.24-1.07 Muricidae Morula musiva (Kiener, 1836) 1 1 0.77 Muricidae

sp1 4 1 2 7 0.09-1.65

Muricidae

sp2 7 3 1 11 0.50-1.27 Nassariidae Hebra corticata (A. Adams, 1852) 1 1 0.76

Page 95: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

82

Lampiran 3.1 (lanjutan) Famili Genera Spesies GT.

1 GT.

2 GT.

3 Jumlah Ukuran Cangkang (cm)

Nassaridae Hebra subspinosa (Lamarck, 1822) 1 1 1.16 Nassaridae Nassarius (Niotha) albescens gemmuliferus (A.Adams, 1852) 2 2 0.53-0.74 Nassaridae Nassarius globosus (Quoy & Gaimard, 1833) 1 1 0.93

Nassariidae Nassarius (Telasco) luridus (Gould, 1850) 2 2 4 1.57-2.01 Nassariidae Nassarius (Telasco) reeveanus (Dunker, 1847) 8 2 10 0.60-1.85 Nassariidae Nassarius (Niotha) sp1 2 2 1.07 ; 1.15 Naticidae Polinices tumidus (Swainson, 1840) 7 1 8 0.31-1.49 Naticidae Polinices (Neverita) powisianus (Recluz, 1844) 1 1 1.01 Naticidae Polinices melanostomus (Gmelin, 1791) 1 1 1.01 Naticidae Natica sp1 3 2 5 0.62 - 0.84 Naticidae Natica vitellus (Linnaeus, 1758) 1 1 0.57-1.00 Naticidae Polinices sebae (Recluz, 1844) 2 2 1.03 ; 1.24 Neritidae Puperita siquijorensis (Recluz, 1814) 1 1 0.59 Neritidae Clithon oualaniensis (Lesson, 1831) 75 75 0.25-0.47 Neritidae Clithon sp1 2 2 0.45 ; 0.72 Neritidae Nerita albicilla (Linne, 1758) 1 1 0.30 Neritidae Nerita chamaeleon (Linnaeus, 1758) 64 64 0.19 - 0.88 Neritidae Clithon oualaniensis (Lesson, 1831) 1 1 0.54 Neritidae Neritopsis radula (Linnaeus, 1758) 1 1 1.46 Pyramidellidae Pyramidella sulcata (A.Adams, 1854) 1 1 1.16 Pyramidellidae Pyramidella acus (Gmelin, 1791) 1 1 1,02 Ranellidae Gyrineum cuspidatum (Reeve, 1844) 1 1 0.65 Ranellidae Gyrineum gyrinum (Linnaeus, 1758) 1 1 1.35 Strombidae Strombus (Canarium) urceus urceus (Linnaeus, 1758) 3 8 11 2.14-3.74 Strombidae Strombus (Canarium) labiatus labiatus (Roding, 1798) 4 4 2.74-3.73 Strombidae Strombus marginatus (Linnaeus, 1758) 2 10 2 14 0.66-2.48

Page 96: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

83

Lampiran 3.1 (lanjutan)

Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3 Jumlah Ukuran

Cangkang (cm) Strombidae Strombus (Canarium) mutabilis (Swainson, 1821) 1 1 2 2.48 ; 2.73 Strombidae Strombus (Canarium) ochroglottis betuleti (Kronenberg, 1991) 1 1 1.49 Terebriidae Conus eburneus (Hwass,1792) 3 3 2.40-3.87 Terebriidae Conus (Virroconus) coronatus (Gmelin, 1791) 4 2 1 7 1.07-1.65 Terebridae Conus (Pionoconus) magus (Linnaeus, 1758) 1 1 4.98 Terebriidae Conus (Virroconus) musicus (Hwass in Bruguiere, 1792) 2 2 0.92 ; 1.04 Terebriidae Conus (Rhizoconus) rattus (Hwass in Bruguiere, 1792) 1 1 1.09 Terebriidae Conus (Dauciconus) striatellus (Link 1807) 2 2 0.56-0.59 Terebriidae Conus (Lividoconus) sanguinoientus (Quoy & Gaimard, 1834) 1 1 1.10 Terebriidae Conus (Virroconus) sponsalis (Hwass in Bruguiere, 1791) 1 1 0.73 Terebriidae Conus sp1 1 1 0.57 Terebriidae Hastula acumen (Deshayes, 1859) 3 2 5 0.65-1.75 Terebriidae Terebra kilburni (Burch, 1965) 1 1 1.50 Turridae Lovellona atramentosa (Reeve, 1849) 1 1 0.84 famili = 26 Genera = 48 Spesies = 92 227 47 21 295

Keterangan: GT = Garis Transek

Page 97: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

84

1.2 Komposisi gastropoda yang ditemukan di Wosi

Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3 Jumlah Ukuran

Cangkang (cm) Architectonicidae Architectonica perspectiva (Linnaeus, 1758) 2 3 5 0.11-1.47 Bullidae Bulla vernicossa (Gould, 1859) 2 2 0.68 ; 0.80 Cerithiidae Ataxocerithium abnormale (Sowerby, 1903) 1 1 0.78 Cerithiidae Rhinoclavis aspera (Linnaeus, 1758) 3 2 5 0.34-1.10 Cerithiidae Cerithium rostratum (Sowerby, 1855) 1 1 1.49 Coralliophilidae Peristenia incarnata (Kiener, 1840) 1 1 2.98 Costelariidae Vexillum balteolatum ( Reeve, 1844) 1 1 1.45 Costelariidae Vexillum (Costellaria) exasperatum (Gmelin, 1791) 2 2 1.42 ; 1.42 Costelariidae Vexillum (Costellaria) funereum (Reeve, 1845) 1 1 1.05 Costellariidae Vexillum (Costellaria) michaul (Crosce & Fishcer, 1864) 2 2 1.00-1.10 Costellariidae Vexillum (Costellaria) mirabile (A. Adams, 1853) 1 1 1.71 Costelariidae Vexillum rugosum (Gmelin, 1791) 6 6 0.88-1.13 Costelariidae Vexillum curviliratum (Sowerby, 1874) 3 3 0.80-1.26 Costelariidae Vexillum sp1 1 1 1.02 Costellariidae Vexillum (Costellaria) virgo (Linnaeus, 1758) 2 2 4 0.53-1.48 Cymatiidae Cymatium (Monoplex) nicobaricum (Roding, 1798) 1 1 4.00 Driliidae Ptychobela suturalis (Gray, 1878) 1 1 1.58 Epitoniidae Epitonium lamellosa (Lamarck, 1822) 1 1 0.51 Haeminoeidae Aliculastrum cylindricus (Helbling, 1779) 3 3 0.64-0.88 Harpidae Harpa amouretta (Roding, 1798) 1 1 2.87 Hipponicidae Gyroscala lamellosa (Lamarck, 1822) 1 1 0.6 Mitridae Fulgoraria sp1 2 2 0.83-1.02 Mitridae Fulgoraria (Fulgoraria) hamillei (Crosse, 1869) 1 1 0.76 Mitridae Domiporta praestanttisima (Roding, 1798) 1 1 0.84 Mitridae Ziba bacillum (Lamarck, 1811) 1 1 1.25

Page 98: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

85

Lampiran 3.2 (lanjutan) Famili Genera Spesies GT.

1 GT.

2 GT.

3 Jumlah Ukuran Cangkang (cm)

Muricidae Chicoreus brunneus (Linnaeus, 1807) 1 6.42 Muricidae sp 2 sp2 2 1 3 0.78-1.00 Nassariidae Hebra corticata (A. Adams, 1852) 1 1 0.5 Nassariidae Nassarius (Niotha) acuticostus (Montrouzier in sowerby &

Mountrouzier, 1864) 1 1 1.10 Nassariidae Nassarius (Niotha) albescens gemmuliferus (A. Adams, 1852) 1 1 0.66 Nassariidae Nassarius coronatus (Bruguiere, 1792) 5 5 1.75-1.92 Nassariidae Nassarius (Telasco) luridus (Gould, 1850) 4 1 5 1.37-1.65 Nassariidae Nassarius (Zeuxis) margaritiferus (Dunker, 1847) 1 1 0.75 Nassariidae Nassarius (Telasco) reeveanus (Dunker, 1847) 3 8 13 24 0.48-1.45 Nassariidae Nassarius sp1 1 2 2 0.71-0.75 Naticidae Natica arachnoidea (Gmelin, 1791) 1 1 0.7 Naticidae Natica vitellus (Linnaeus, 1758) 1 1 2 0.87 ; 1.13 Naticidae Natica fasciata (Roding, 1798) 1 1 1.66 Naticidae Natica sp1 1 1 0.34 Neritidae Nerita chamaeleon (Linnaeus, 1758) 2 2 4 0.50-2.51 Naticidae Polinices tumidus (Swainson, 1840) 1 1 7 9 0.46-1.81 Olividae Anazola nebulosa (Lamarck, 1811) 2 2 1.05-1.65 Olividae Oliva (Oliva) caribaeensis (Dall & Simpson, 1901) 7 1 8 1.13-2.23 Olividae Oliva oliva formstellata (Duclos, 1835) 1 1 1.27 Olividae Oliva (Miniaceoliva) irisans (Lamarck, 1811) 1 1 2.1 Olividae Oliva oliva oliva (Linnaeus, 1758) 3 2 5 1.30-2.09 Olividae Oliva oliva taeniata (Link, 1807) 1 1 2.23 Olividae Oliva tigridella (Duclos, 1835) 1 3 4 1.89-1.94 Olividae Oliva (Galeola) todosina (Duclos, 1840) 2 2 0.62-0.70 Olividae Oliva (Viduoliva) vidua (Roding, 1798) 2 2 0.70-2.68

Page 99: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

86

Lampiran 3.2 (lanjutan)

Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3 Jumlah Ukuran

Cangkang (cm) Strombidae Strombus marginatus (Linnaeus, 1758) 4 4 0.66-1.34 Strombidae Strombus (Canarium) ochroglotis betuleti (Konenberg, 1991) 2 2 1.28 ; 1.98 Strombidae Strombus sp1 1 1 1.78 Terebridae Conus (Pioconus) magus (Linnaeus, 1758)

1

1 1.47

Terebridae Conus (Rhizoconus) mustelinus (Hwass in Bruguiere, 1792) 1 1 0.95 Terebridae Conus monacus (Linnaeus, 1758) 1 1 2 0.81-1.29 Terebridae Conus (Dauciconus) muriculatus (Sowerby, 1833) 1 1 1.47 Terebridae Conus (Virroconus) musicus (Hwass in Bruguiere, 1792) 2 2 0.69 ; 0.69 Terebridae Conus (Virroconus) sponsalis (Hwass in Bruguiere, 1792) 1 1 0.99 Terebridae Conus sp1 1 1 2 0.54 ; 0.75 Terebridae Conus sp3 1 1 0.85 Terebridae Duplicaria duplicata (Linnaeus, 1758) 6 10 16 1.21-3.35 Terebridae Hastula acumen (Deshayes, 1859) 8 19 9 36 032-1.33 Terebridae Terebra jenningsi (R.D. Burch, 1965) 1 1 1.45 Triviidae Trivia sp1 1 1 0.76 Famili = 19 Genera = 32 Spesies = 67 43 93 70 206

Keterangan: GT = Garis Transek

Page 100: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

87

1.3 Komposisi gastropoda yang ditemukan di Briosi

Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3

Jumlah Total

Ukuran Cangkang (cm)

Buccinidae Cantharus (Pollia) Dorbignyi (Payraudeau, 1826) 2 2 1.95 ; 2.33 Buccinidae Cantharus(Pollia) undusus (Linnaeus, 1758) 2 2 1.61 ; 2.40 Buccinidae Phos senticosus (Linnaeus, 1758) 1 1 1.33 Buccinidae Phos (Strongylocera) textilis (A. Adams, 1851) 1 1 0.93 Bullidae Bulla ampula (Linnaeus, 1758) 2 2 4 1.10 ; 1.74 Bullidae Bulla sp1 5 5 0.14-0.30 Bullidae Bulla vernicossa (Gould,1859) 1 10 11 0.70-2.34 Cerihiidae Cerithium aluco (Linnaeus, 1758) 1 1 1.30 Cerithiidae Ischinocerithium rostratum (Sowerby, 1855) 2 4 6 0.64 ; 3.33 Cerihiidae sp1 1 1 1.45 Cerihiidae Cerithium kobelti (Dunker, 1877) 1 1 1.39 Cerithiidae Cerithium columnum (Sowerby, 1834) 2 2 0.72 ; 1.38 Cerithiidae Pseudovertagus (Cerithidea) aluco (Linnaeus, 1758) 1 5 6 4.07-5.58 Cerithiidae Rhinoclavis aspera (Linnaeus, 1758) 1 3 2 6 1.06-2.61 Columbellidae Pyrene ocellata (Link, 1807) 2 2 1.20 ; 1.67 Columbellidae Pyrene sp1 1 1 1.65 Columbellidae Pyrene testudinaria (Link. 1807) 1 1 1.02 Columbellidae sp1 1 1 1.80 Costellariidae Hebra corticata (A. Adams, 1852) 1 7 8 0.80-1.10 Costellariidae Thala mirifica (Reeve, 1845) 1 1 1.90 Costellariidae Vexillum (Costellaria) exasperatum (Gmelin, 1791) 1 1 2 0.96 ; 1.71 Costellariidae Vexillum plicardium (Linnaeus, 1758) 1 5 3 9 0.79 - 3.22 Costellariidae sp1 2 1 3 0.60 ; 1.31 Costellariidae Vexillum (Costellaria) virgo (Linnaeus, 1767)

2 13 15 0.80-1.61

Coralliophilidae sp1

1 1 1.05

Page 101: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

88

Lampiran 3.3 (lanjutan) Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3

Jumlah Total

Ukuran Cangkang (cm)

Cypraeidae Cypraea cameola (Linnaeus, 1758) 1 1 2.10 Cypraeidae Cypraea cylindrica (Born, 1778) 1 1 1.10 Cypraeidae Cypraea eburnea (Barnes, 1824) 2 2 0.81; 0.72 Cypraeidae Cypraea eglantina (Duclos, 1833) 1 1 2.30 Cypraeidae Cypraea pallida (Gray, 1824) 1 1 2.18 Cypraeidae Cypraea punctata (Linne, 1771) 1 1 1.03 Cypraeidae Cypraea quadrimaculata (Gray, 1824) 2 2 0.74 ; 0.90 Cypraeidae Cypraea sp1 1 1 2.05 Cypraeidae sp1 3 3 0.77-0.83 Cypraeidae Erosaria eburnea (Barnes, 1824) 1 1 0.65 Eulimidae Melanella grandis (A. Adams, 1854) 1 1 1.25 Fasciolariidae Peristernis nassatula (Lamarck, 1822) 2 2 0.80-1.00 Littorinidae Littorina scabra (Linne, 1758) 1 1 0.82 Littorinidae Tectarius tectumpersicum (Linnaeus, 1758) 1 1 1.89 Marginellidae Marginella maginelloides (Reeve, 1848) 1 1 0.92 Mitridae Fulgoraria (Fulgoraria) hamilei (Crosse, 1869) 1 2 3 1.06-1.66 Mitridae Fulgoraria sp1 2 2 4 1.07-1.97 Mitridae Mitra (Nebularia) rosacea (Reeve, 1845) 1 1 1.20 Mitridae Mitra (Nebularis) tabanula (Lamarck, 1811) 1 1 0.67 Mitridae Mitra sp1 1 1 1.60 Muricidae Drupella rugosa (Born, 1778) 1 1 2.07 Muricidae Lataxiena fimbriata (Hinds, 1844) 1 1 2 1.06 ; 1.52 Muricidae Morula purpureocincta (Preston, 1909) 1 1 1.30 Muricidae Morula biconica (Blainville, 1832) 1 1 1.06 Muricidae sp2 1 1 0.94 Muricidae sp2 3 3 0.39-1.16

Page 102: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

89

Lampiran 3.3 (lanjutan) Famili Genera Spesies GT.

1 GT.

2 GT.

3 Jumlah Total

Ukuran Cangkang (cm)

Naticidae Natica fasciata (Roding, 1798) 2

6 8 0.10-0.65 Naticidae Natica vitellus (Linne,1758) 6 1 7 0.66-1.49 Naticidae Polinices aurantius (Roding, 1798) 1 1 0.94 Naticidae Polinices didyma (Roding, 1798) 1 1 1.32 Naticidae Polinices (Mammilla) sp 1 1 1 2 0.66 ; 0.95 Naticidae Polinices melanostomus (Gmelin, 1791) 1 1 1.10 Naticidae Polinices sebae (Recluz, 1844) 2 2 1.33 ; 1.37 Naticidae Polinices sp 1 3 3 0.70-0.75 Naticidae Polinices tumidus (Swainson, 1840) 4 1 5 0.39-1.24 Nassariidae Nassarius albescens (Dunker, 1847) 1 1 1.17 Nassariidae Nassarius callopsira (Linnaeus, 1758) 1 1 1.10 Nassariidae Nassarius (Plicarccularia) globosus (Quoy & Gaimard, 1833) 3 4 7 0.85-1.25 Nassariidae Nassarius (Telasco) limnaeformis (Dunker, 1847) 1 1 1.84 Nassariidae Nassarius (Telasco) luridus (Gould, 1850) 3 3 1.07-1.81 Nassariidae Nassarius (Telasco) reeveanus (Dunker, 1847) 4 3 7 0.60-1.22 Nassariidae Nasarius sp 1 7 7 0.60-1.01 Neritidae Nerita albicilla (linnaeus, 1758) 3 3 0.40-0.70 Neritidae Nerita chamaeleon (linne, 1758) 12 12 0.30-0.67 Neritidae Nerita sp 1 2 2 0.25-0.30 Neritidae Neritopsis radula (Linnaeus, 1758) 1 1 1.14 Olividae Oliva annulata (Gmelin, 1791) 1 1 3.00 Olividae Oliva oliva (Linne, 1758) 1 1 2.62 Olividae Oliva sp 1 1 1 0.45 Pyramidellidae Pyramidella acus (Gmelin, 1791) 1 1 1.17 Pyramidellidae Pyramidella sulcata (A. Adams, 1854) 1 1 1.15 Strombidae Strombus (Canarium) eryhtrinus (Drilwyn, 1817) 3 3 2.55-2.83

Page 103: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

90

Lampiran 3.3 (lanjutan) Famili Genera Spesies GT.

1 GT.

2 GT.

3 Jumlah Total

Ukuran Cangkang (cm)

Strombidae Strombus gibberulus gibbosus (Roding, 1798)

1 1 3.83 Strombidae Strombus minimus (Linnaeus, 1758)

1 1 0.94

Strombidae Strombus (Canarium) mutabilis (Swainson, 1821) 1 1 2.40 Strombidae Strombus (Canarium) ochroglottis betuleti (Konenberg, 1991) 2 11 13 1.21-2.59 Strombidae Strombus urceus (Linne, 1758) 4 5 9 1.62-3.50 Strombidae Strombus variab (Swainson,1870) 1 1 1.25 Strombidae Strombus (Doxander) vittatus vitattatus (Linn,1758) 1 1 2 2.49 ; 2.50 Terebriidae Hastula acumen (Deshayes, 1859) 2 2 0.60 ; 0.60 Terebriidae Conus cerus (Hwass in Bruguiere, 1792) 1 1 2.30 Terebridae Conus (Virroconus) coronatus (Gmelin, 1791) 3 1 2 6 0.63-1.60 Terebridae Conus distance (Hwass, 1792) 1 6 7 0.67-1.42 Terebriidae Conus eburneus (Hwass, 1792) 1 1 2.30 Terebridae Conus imperialis (Linnaeus, 1758) 1 1 1.14 Terebriidae Conus magus (Linnaeus, 1758) 1 1 1.17 Terebridae Conus miles (Linnaeus, 1758) 1 1 1.72 Terebriidae Conus monachus (Linne, 1758) 8 8 0.90-1.03 Terebriidae Conus planorbis (Born, 1778) 1 1 1.10 Terebridae Conus sp1 2 3 3 8 0.72-1.97 Terebridae Conus sp2 1 2 3 0.54-0.8 Terebriidae Conus sp3 3 3 0.90-1.02 Terebriidae Conus sugillatus (Reeve, 1844) 3 3 0.50-1.05 Terebridae Conus terebra (Born, 1778) 2 2 4 0.56-1.54 Triviidae Trivia sp1 1 1 2 0.74 ; 0.79 Turbinidae Astralium calcar (Linnaeus, 1758) 1 1 2.48 Turridae Pseudovertagus sp1 1 1 1.77 Turridae sp1 1 1 2 1.44 ; 1.70

Page 104: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

91

Lampiran 3.3 (lanjutan)

Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3

Jumlah Total

Ukuran Cangkang (cm)

Turridae Turricula nelliae spurius (Hedley, 1922)

1

1 2.21 Turridae Turris babylonia (Linnaeus, 1758) 1 1 2.90 Vasidae Vasum ceramicum (Linnaeus, 1758) 1 1 2.57 Famili = 25 Genera = 46 Spesies = 106 47 77 178 302

Keterangan: GT = Garis Transek

Page 105: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

92

1.4 Komposisi gastropoda yang ditemukan di Padarni

Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3 Jumlah Ukuran

Cangkang (cm) Buccinidae Bursa tuberosisa sixa (Reeve, 1844) 1 1 3.03 Buccinidae Engina zonalis (Lamarck, 1822) 1 1 1.12 Buccinidae Euplica turturina (Lamarck, 1822) 3 1 4 0.96-1.15 Cerithiidae Cerithium columnum (Sowerby, 1834) 1 1 1.24 Cerithiidae Cerithium rostratum (Sowerby, 1855) 1 2 3 1.39-2.25 Cerithiidae Rhinoclavis aspera (Linnaeus, 1758) 1 1 2 0.99-2.70 Cerithiidae Rhinoclavis sp 1 1 1 2.14 Cirridae Trochus sp 1 1 1 2.71 Columbellidae Pyrene sp 1 1 2 3 0.73-0,93 Costellariidae Vexillum (Pusia) caveum (Reeve, 1844) 1 1 1.08 Costellariidae Vexillum (Costeltaria) exasperatum (Gmelin, 1971) 1 1 2 4 0.90-1.34 Costellariidae Vexillum (Costellaria) michaul (Crosse & Fischer, 1864) 2 2 0,54-1,00 Costellariidae Vexillum plicarium (Linnaeus, 1758) 1 2 3 3.1-4.07 Costellariidae Vexillum sp 2 1 1 1.10 Costellariidae Vexillum (Costeltaria) virgo (Linnaeus, 1767) 2 6 8 0.92-1.63 Cypraeidae Cypraea cylindrica (Born, 1778) 1 1 2.02 Cypraeidae Cypraea (Erosaria) annulus (Linnaeus, 1758) 1 1 1.02 Cypraeidae Cypraea (Palmadusta) asellus (Linnaeus, 1758) 1 1 1.02 Cypraeidae Cypraea lynx (Linnaeus, 1758) 1 1 3.45 Cymatiidae Gyrineum cuspidatum (Reeve, 1844) 4 4 0.90-1.05 Drilliidae Clavus sp 1 1 1 1.31 Drilliidae Clavus bilineatus (Reeve, 1845) 1 1 1.26 Ellobiidae Melampus castaneus (Von Muhlfeld, 1816) 1 1 1.15

Page 106: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

93

Lampiran 3.4 (lanjutan) Famili Genera Spesies GT.

1 GT.

2 GT.

3 Jumlah Ukuran Cangkang (cm)

Fasciolariidae Colubraria souverbii (Reeve, 1844)

1 1 1.04 Harpidae Harpa amouretta (Roding, 1798) 1 1 2 2.70 ; 2.93 Littorinidae Nodilittorina vidua (Gould, 1859) 1 1 1.33 Mitridae Fulgoraria (Fulgoraria) hamillei (Crosse, 1869) 2 6 8 0.84-1.57 Mitridae Fulgoraria sp 1 1 1 1.61 Mitridae "Ziba" insculpta (A. Adams, 1853) 1 1 1.00 Mitridae Mitra (Nebularia) aurantia aurantia (Gmelin, 1791) 2 2 1.34 ; 1.95 Mitridae Mitra (Nebularia) tabanula (Lamarck, 1811) 1 1 1.10 Mitridae Imbricaria conularis (Lamarck, 1811) 1 1 0.95 Muricidae Drupa ricinus (Linnaeus, 1758) 1 1 1.66 Muricidae sp 1 sp 1 5 12 5 22 0.34-1.70 Muricidae sp 2 sp 2 6 2 10 18 0.54-1.48 Muricidae sp 3 sp 3 2 2 1.29-1.52 Muricidae Maculotriton serriale (Deshayes, 1834) 1 2 3 1.02-1.17 Muricidae Lataxiena fimbriata (Hinds, 1844) 2 2 1.17 ; 1.80 Muricidae Morulina fusca (Kustler, ) 3 3 1.59-2.65 Muricidae Orania walkeri (Sowerby, 1903) 1 1 2.10 Modulidae Modulus tectus (Gmelin, 1791) 1 1 1.26 Nassariidae Hebra corticata (A. Adams, 1852) 2 10 12 0.70-1.13 Nassariidae Nassarius albescens (Dunker, 1847) 3 3 1.02-1.35 Nassariidae Nassarius (Niotha) acuticostrus (Montrouzier in Sowerby &

Montrouzier, 1864) 1 1 1.48

Nassariidae Nassarius coronatus (Bruguire, 1792) 2 2 1.95 ; 2.17 Nassariidae Nassarius (Plicarcularia) globosus (Quoy & Gaimard 1833) 20 111 131 0.51-1.27

Page 107: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

94

Lampiran 3.4 (lanjutan) Famili Genera Spesies GT.

1 GT.

2 GT.

3 Jumlah Ukuran Cangkang (cm)

Nassariidae Nassarius (Telasco) luridus (Gould, 1850) 2 2 1.38-1.90 Nassariidae Nassarius (Niotha) sp 1

1 1 1.34

Nassariidae Nassarius (Zeuxis) olivaceus (Bruguiere, 1782) 4 4 1.40-1.52 Nassariidae Nassarius pullus (Linne, 1758) 1 1 1.8 Nassariidae Nassarius (Telasco) reeveanus (Dunker, 1847) 2 1 5 8 0.57-1.13 Naticidae Natica sp1 2 2 0.53-1.00 Naticidae Polinices tumidus (Swainson, 1840) 2 2 1.05 ; 1.14 Ovulidae Margovula tinctilis (Cate, 1973) 1 1 0.76 Ovulidae Capurnus verrucossus (Linn, 1758) 1 1 1.38 Pyramidellidae Milda ventricosa (Guirin, 1831) 1 2 3 1.91-2.00 Pyramidellidae Otopleura auriscati (Holten, 1802) 1 1 1.66 Pyramidellidae Pyramidella sulcata (A. Adams, 1854) 3 1 4 1.14-1.47 Ranellidae Cymatium (Ranularia) armatum (Sowerby, 1897) 5 5 0.85-1.02 Ranellidae Cymatium lotorium (Linnaeus, 1758) 2 2 0.85-1.87 Ranellidae Cymatium (Reticutriton) pfeifferianum (Reeve, 1844) 1 1 2.74 Ranellidae Gyrineum gyrinenum (Linnaeus, 1758) 1 1 2.67 Ranellidae Gyrineum lacunatum (Mighels, 1845) 1 1 0.77 Ranellidae Gyrineum narrator (Roding, 1798) 1 1 2.25 Strombidae Strombus (Gibberolus) giberullus gibbosus (Roding,1798) 5 5 2.34-4.15 Strombidae Strombus marginatus (Linneaeus, 1758) 5 7 7 17 0.80-3.03 Strombidae Strombus (Canarium) labiatus labiatus (Roding, 1798) 1 1 2 2.66 ; 2.96 Strombidae Strombus (Canarium) ochroglottis betuleti (Konenberg, 1991) 22 22 0.52-2.34 Strombidae Strombus (Canarium) urceus urceus (Linn, 1753) 2 2 1 5 2.04-3.33 Terebridae Conus (Strioconus) aurisiacus (Linnaeus, 1758) 1 1 0.74

Page 108: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

95

Lampiran 3.4 (lanjutan)

Famili Genera Spesies GT. 1

GT. 2

GT. 3 Jumlah Ukuran

Cangkang (cm) Terebridae Conus (Virroconus) coronatus (Gmelin, 1791) 9 1 2 12 0.78-1.59 Terebridae Conus (Lividoconus) lividus (Hwass in Bruguiere, 1792) 2 2 0.63-1.27 Terebridae Conus monacus (Linnaeus, 1758)

1 1 0.76

Terebridae Conus (Dauciconus) muriculatus (Sowerby, 1833) 1 1 2 1.00 ; 1.26 Terebridae Conus (Virroconus) musicus (Hwass in Bruguiere, 1792) 4 4 0.73-1.10 Terebridae Conus (Rhizoconus) mustelinus (Hwass in Bruguiere, 1792) 2 2 0.84-0.87 Terebridae Conus nocturnus (Lightfoot, 1786) 1 1 1.69 Terebridae Conus (Virroconus) sponsalis (Hwass in Bruguiera, 1792) 1 1 1.64 Terebridae Conus sp1 6 1 6 0.65-1.69 Terebridae Conus sp2 3 1 2 6 0.60-1.10 Terebridae Hastula acumen (Deshayes, 1859) 1 1 0.65 Triviidae Trivia sp1 6 1 5 12 0.50-0.90 Turbinidae Astralium rhodustomum (Lamarck, 1822) 1 1 2.60 Turridae Ina Visitor intertincta (E.A. Smith, 1877) 1 1 2.61 Famili = 25 Genera = 44 Spesies = 84 55 107 201 363

Keterangan: GT = Garis Transek

Page 109: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

96

Lampiran 4 Matriks korelasi Pearson (n) antar faktor fisika-kimia perairan dan tipe substrat

Variables Suhu Kekeruhan Kec.arus pH DO Salinitas NO NH3 PO3 BOD4 TOM 5 Pasir Debu Liat

Suhu 1 -0.232 0.884 0.879 -0.863 0.822 -0.855 0.741 -0.617 -0.940 0.730 -0.667 -0.830 0.897

Kekeruhan -0.232 1 -0.488 0.166 -0.130 0.050 -0.250 0.188 0.805 -0.113 0.495 -0.419 0.719 -0.033

Kec. arus 0.884 -0.488 1 0.772 -0.801 0.843 -0.710 0.342 -0.888 -0.737 0.459 -0.251 -0.841 0.592

pH 0.879 0.166 0.772 1 -0.995 0.964 -0.995 0.630 -0.398 -0.960 0.911 -0.678 -0.485 0.740

DO -0.863 -0.130 -0.801 -0.995 1 -0.985 0.984 -0.555 0.450 0.932 -0.875 0.604 0.482 -0.684

Salinitas 0.822 0.050 0.843 0.964 -0.985 1 -0.940 0.413 -0.541 -0.865 0.787 -0.460 -0.479 0.575

NO -0.855 3 -0.250 -0.710 -0.995 0.984 -0.940 1 -0.668 0.309 0.964 -0.946 0.731 0.428 -0.752

NH 0.741 3 0.188 0.342 0.630 -0.555 0.413 -0.668 1 0.015 -0.814 0.773 -0.968 -0.491 0.958

PO -0.617 4 0.805 -0.888 -0.398 0.450 -0.541 0.309 0.015 1 0.355 0.000 -0.169 0.828 -0.272

BOD -0.940 5 -0.113 -0.737 -0.960 0.932 -0.865 0.964 -0.814 0.355 1 -0.919 0.821 0.594 -0.898

TOM 0.730 0.495 0.459 0.911 -0.875 0.787 -0.946 0.773 0.000 -0.919 1 -0.872 -0.231 0.763

Pasir -0.667 -0.419 -0.251 -0.678 0.604 -0.460 0.731 -0.968 -0.169 0.821 -0.872 1 0.296 -0.889

Debu -0.830 0.719 -0.841 -0.485 0.482 -0.479 0.428 -0.491 0.828 0.594 -0.231 0.296 1 -0.701

Liat 0.897 -0.033 0.592 0.740 -0.684 0.575 -0.752 0.958 -0.272 -0.898 0.763 -0.889 -0.701 1

Values in bold are different from 0 with a significance level alpha=0.05

Page 110: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

97

Lampiran 5 (a) Tabel data parameter fisika-kimia perairan dan tekstur substrat (b) Eigenvalues, (c) Korelasi antara variabel dengan faktor, (d) nilai kontribusi variabel (%), (e) Dendogram kesamaan lokasi berdasarkan parameter fisika-kimia perairan dan lokasi penelitian

(a) Tabel data parameter fisika-kimia perairan dan tekstur substrat

Parameter Fisika-Kimia

Satuan Pengukuran Rendani Wosi Briosi Padarni

Suhu o31.10 C 30.47 31.80 33.53

Kekeruhan NTU 1.55 5.97 4.25 3.59 pH 7.81 7.83 7.91 7.94 DO air (mg/l) 7.26 7.02 5.67 5.35 Salinitas ‰ 29.33 29.33 35.00 35.00 NO3 air (mg/l) 0.63 0.50 0.27 0.13 NH3 air (mg/l) 0,45 0.66 0.46 1.06 PO4 air (mg/l) 0.26 0.64 0.28 0.28 BOD5 (mg/l) 12.35 11.39 9.39 6.17 TOM air (mgKMnO4 9.71 /l) 12.77 13.53 15.57 Pasir % 59.04 37.86 50.03 19.85 Liat % 40.54 59.61 48.55 32.17 Debu % 0.43 2.54 1.42 29.68

(a) Eigenvalues

F1 F2 F3 Eigenvalue 8.840 2.832 1.329 Variability (%) 67.998 21.781 10.221 Cumulative % 67.998 89.779 100.000

(c) Tabel korelasi antara variabel (parameter fisika-kimia perairan) dengan

faktor (lokasi penelitian) Variabel F1 F2 F3 Suhu -0.952 -0.292 0.092 Kekeruhan -0.077 0.974 -0.214 pH -0.961 0.034 -0.276 DO 0.935 0.018 0.353 Salinitas -0.872 -0.122 -0.474 NO 0.961 3 -0.126 0.248 NH -0.803 3 0.249 0.542 PO 0.391 4 0.900 0.192 BOD 0.999 5 -0.039 -0.005 TOM -0.904 0.415 -0.104 Pasir 0.802 -0.452 -0.390 Debu 0.621 0.718 -0.315 Liat -0.897 -0.007 0.441

Page 111: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

98

Lampiran 5 (lanjutan)

(d) Tabel Nilai kontribusi variabel (%) Variabel F1 F2 F3 Suhu 10.249 3.020 0.642 Kekeruhan 0.067 33.487 3.455 pH 10.438 0.040 5.729 DO 9.896 0.011 9.397 Salinitas 8.606 0.522 16.894 NO 10.439 3 0.563 4.613 NH 7.289 3 2.190 22.104 PO 1.727 4 28.619 2.786 BOD 11.295 5 0.053 0.002 TOM 9.244 6.078 0.808 Pasir 7.278 7.230 11.434 Debu 4.362 18.184 7.487 Liat 9.110 0.002 14.648

(e) Dendogram kesamaan lokasi berdasarkan parameter fisika-kimia perairan

dan lokasi penelitian

Pada

rni

Wos

i

Rend

ani

Brio

si

0,693694

0,743694

0,793694

0,843694

0,893694

0,943694

0,993694

Sim

ilari

ty

Dendrogram

Page 112: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

99

Lampiran 6 (a) Eigenvalues, (b) Tabel korelasi antara variabel dengan faktor, (c) Tabel nilai kontribusi variabel (%) (a) Eigenvalue

(b) Tabel korelasi antara variabel (parameter fisika-kimia perairan) dengan faktor (spesies lamun)

Variabel F1 F2 F3 C. rotundata 0.465 3.817 29.946 C. serrulata 4.228 10.098 2.550 H. pinifolia 1.580 14.667 2.016 H. uninervis 4.073 10.891 1.362 H. ovalis 2.617 13.575 0.688 S. isoetifolim 1.739 6.412 19.639 T. hemprichii 6.427 3.677 8.780 Suhu 9.100 0.694 5.728 Kkr 0.191 13.726 9.095 pH 11.074 0.001 0.146 DO 10.899 0.081 0.597 Sal 10.128 0.764 1.872 NO3 10.953 0.194 0.154 NH3 4.906 3.600 14.429 PO4 1.920 14.459 1.253 BOD5 10.535 0.171 1.713 TOM 9.165 3.172 0.031

F1 F2 F3 Eigenvalue 8.997 5.505 2.498 Variability (%) 52.923 32.384 14.694 Cumulative % 52.923 85.306 100.000

Page 113: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

100

Lampran 6 (lanjutan)

(c) Tabel nilai kontribusi variabel (%)

Variabel F1 F2 F3 C. rotundata 0.042 0.210 0.748 C. serrulata 0.380 0.556 0.064 H. pinifolia 0.142 0.807 0.050 H. uninervis 0.366 0.600 0.034 H. ovalis 0.235 0.747 0.017 S. isoetifolim 0.156 0.353 0.491 T. hemprichii 0.578 0.202 0.219 Suhu 0.819 0.038 0.143 Kekeruhan 0.017 0.756 0.227 pH 0.996 0.000 0.004 DO 0.981 0.004 0.015 Salinitas 0.911 0.042 0.047 NO 0.985 3 0.011 0.004 NH 0.441 3 0.198 0.360 PO 0.173 4 0.796 0.031 BOD 0.948 5 0.009 0.043 TOM 0.825 0.175 0.001

Page 114: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

101

Lampiran 7 Hasil analisis faktorial koresponden; (a) Eigen value dan kumulatif (%), (b) Kualitas representasi, kosinus kuadrat (kolom)

a. Eigenvalue dan kumulatif (%)

F1 F2 F3 Eigenvalue 0.554 0.496 0.451 Inertia (%) 36.918 33.050 30.032 Cumulative % 36.918 69.968 100.000

b. Kualitas representasi, kosinus kuadrat (kolom) F1 F2 F3

Cr = C. rotundata 0.118 0.266 0.616 Cs = C. serrulata 0.643 0.119 0.238 Hp = H. pinifolia 0.124 0.863 0.013 Hu = H. uninervis 0.901 0.060 0.039 Ho = H. ovalis 0.082 0.898 0.020 Si = S. isoetifolium 0.205 0.241 0.554 Th = T. hemprichii 0.220 0.009 0.771 Cou = Clithon oualaniensis 0.025 0.654 0.321 Nch = Nerita chamaeleon 0.025 0.654 0.321 Be = Bulla vernicossa 0.028 0.970 0.002 Vvi = Vexillum virgo 0.025 0.654 0.321 Sma = Strombus marginatus 0.629 0.024 0.347 Mca = Melampus castaneus 0.025 0.654 0.321 Ms2 = Muricidae sp 2 0.641 0.104 0.256 Suu = Strombus urceus 0.025 0.654 0.321 Vex = Vexillum exasperatum 0.025 0.654 0.321 Nre = Nassarius reeveanus 0.601 0.151 0.248 Hac = Hastula acumen 0.819 0.141 0.040 Ddu = Duplicaria duplicata 0.819 0.141 0.040 Ptu = Polinices tumidus 0.819 0.141 0.040 Oca = Oliva caribaensis 0.819 0.141 0.040 Vru = Vexillum rugosum 0.819 0.141 0.040 Ape = Architectonica perspectiva 0.819 0.141 0.040 Nco = Nassarius coronatus 0.819 0.141 0.040 Nlu = Nassarius luridus 0.819 0.141 0.040 Ras = Rhinoclavis aspera 0.819 0.141 0.040 Vvi = Vexillum virgo 0.000 0.048 0.952 Soc = Strombus orchroglottis betuleti 0.000 0.048 0.952 Nch = Nerita chamaeleon 0.000 0.048 0.952 Sur = Strombus urceus 0.000 0.048 0.952 Vpl = Vexillum plicardium 0.000 0.048 0.952 Cmo = Conus monachus 0.000 0.048 0.952

Page 115: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

102

Lampiran 7 (lanjutan)

Cs1 = Conus sp 1 0.000 0.048 0.952 Hco = Hebra corticata 0.430 0.325 0.244 Nfa = Natica fasciata 0.000 0.048 0.952 Ngl = Nassarius globosus 0.439 0.532 0.029 Ms1 = Muricidae sp 1 0.439 0.532 0.029 Soc = Strombus orchroglottis betuleti 0.439 0.532 0.029 Cco = Conus coronatus 0.439 0.532 0.029 Ts1 = Trivia sp 1 0.439 0.532 0.029 Fha = Fulgoraria hamilei 0.439 0.532 0.029

Page 116: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

104

Lampiran 8 Foto beberapa spesies gastropoda yang ditemukan pada keempat lokasi penelitian

a. Beberapa spesies gastropoda yang ditemukan di Rendani

Melampus fasciatus (1.20 cm)

Cypraea (Palmadusta) asselus (1.45 cm)

Cypraea (Erosaria) annulus (1.24 cm)

Conus eburneus (3.61 (cm)

Conus (Pionoconus) magus (4.47 cm)

Polinices tumidus (0.49 cm)

Mitra (Nebularia) tabanula (1.44 cm)

Mitra (Strigatella) paupecula (1.49 cm)

Muricidae sp 1 (1.12 cm)

Strombus (Canarium) mutabilis (2.48 cm)

Page 117: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

105

Lampiran 8 (lanjutan)

b. Beberapa spesies gastropoda yang ditemukan di Wosi

Architectonica perspectiva (1.47 cm)

Harpa amoureta (2.87 cm)

Nassarius reeveanus (1.76 cm)

Chicoreus bruneus (6.42 cm) Duplicaria duplicata

(3.02 cm)

Natica fasciata (1.66 cm)

Oliva (Miniaceoliva) irisans (2.1 cm)

Vexillum (Costellaria) mirabile (1.71 cm)

Nassarius coronatus (1.75 cm)

Oliva olive formasella (1.27 cm)

Oliva vidua (2.68 cm)

Oliva trigidella (1.89 cm)

Page 118: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

106

Lampiran 8 (lanjutan)

c. Beberapa spesies gastropoda yang ditemukan di Briosi

Conus coronatus (1.60 cm)

Fulgoraria hamilei (1.23 cm)

Nassarius Telasco) luridus (1.64 cm)

Pyrene ocellata (1.28 cm) Vexillum virgo (1.96 cm)

Nassarius (Plicaccularia) globosus (1.10 cm)

Oliva coronatus (1.10 cm)

Cantharus (Pollici) undusus (2.40 cm)

Strombus marginatus (2.20 cm)

Bulla vermicosa (2.87 cm)

Pseudovertagus aluco (4.07 cm)

Conus cerus (2.30 cm)

Page 119: DISTRIBUSI SPASIAL KOMUNITAS GASTROP ODA DAN … · Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan nilai rata-rata suhu, kekeruhan, kecepatan arus, pH, DO, salinitas, BOD

107

Lampiran 8 (lampiran)

d. Beberapa spesies gastropoda yang ditemukan di Padarni

Cypraea lynx (3.25 cm)

Gyrineum narrator (2.25 cm)

Gyrineum gyrinenum (2.67 cm)

Nassarius coronatus (1.95 cm) Strombus gibberulus

gibbosus (2.96 cm)

Strombus ochroglottis betuleti (1.76 cm)

Trochus sp (2.71 cm)

Strombus (Canarium) urceus urceus (3.00 cm)

Nassarius (Zeuxis) olivaceus (1.50 cm)

Gyrineum cuspidatum (1.05 cm)

Milda ventricosa (1.91 cm)

Otopleura auricati (1.60 cm)

Drupa ricinus (1.66 cm)