100
PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN TEMATIK MINDFULNESS SEKOLAH MINGGU BUDDHA DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan Oleh: Partono 0101612024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2019

DISERTASI - lib.unnes.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    32

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN

PEMBELAJARAN TEMATIK MINDFULNESS

SEKOLAH MINGGU BUDDHA

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor Pendidikan

Oleh:

Partono 0101612024

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPENDIDIKAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2019

Page 2: DISERTASI - lib.unnes.ac.id
Page 3: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya

nama : Partono

mm : 0101612024

program studi : Manajemen Kependidikan S3

menyatakan bahwa yang tertulis dalam disertasi berjudul "Pengembangan Model

Manajemen Pembelajaran Tematik Mindfulness Sekolah Minggu Buddha" ini

benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku,

baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat

dalam disertasi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas

pernyataan ini saya secara pribadi siap menanggung resiko/sangsi hukum yang

dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya ini.

Semarang, 2019

Yang membuat pernyataan,

Partono

NIM.0101612024

111

Page 4: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

Sekolah Minggu Buddha merupakan pintu gerbang utama masuk agama Buddha.

Mindfulness adalah hidup saat ini dan di sini.

Persembahan:

Persembahan disertasi ini untuk almamater Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang dan Sekolah Tinggi Agama Buddha Smaratungga Boyolali.

iv

Page 5: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

ABSTRAK

Partono. 2019. “Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Tematik

Mindfulness Sekolah Minggu Buddha”. Disertasi. Program Studi

Manajemen Kependidikan. Program Pascasarjana. Universitas Negeri

Semarang. Promotor Prof. Dr. Dwi Yuwono Puji Sugiharto, M.Pd., Kons.,

Kopromotor Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd., Anggota Promotor Dr. Titi

Prihatin, M.Pd.

Kata kunci: Model Manajemen, Pembelajaran Tematik, Mindfulness, Sekolah

Minggu Buddha

Sekolah minggu Buddha (SMB) merupakan pelengkap atau bagian dari pendidikan

keagamaan pada satuan pendidikan nonformal yang diselenggarakan setiap hari

Minggu. Pendidikan nonformal SMB dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan

keagamaan Buddha layaknya pendidikan agama yang diberikan pada sekolah

formal. Keberadaan SMB dapat memfasilitasi anak-anak sekolah formal yang tidak

mendapatkan pelayanan pendidikan keagamaan Buddha dan budi pekerti di sekolah

formal. Saling ketergantungan antara pendidikan formal dan nonformal semakin

nyata dimana vihara-vihara membutuhkan pendidikan anak di sekolah dengan di

lingkungan rumah. Tujuan penelitian ini yaitu (1) menganalisis model manajemen

pembelajaran sekolah minggu Buddha yang ada saat ini, (2) menganalisis model

hipotetik manajemen pembelajaran tematik mindfulness sekolah minggu Buddha,

dan (3) menganalisis model layak manajemen pembelajaran tematik mindfulness

SMB.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan (research and

development) mengikuti pola tahapan penelitian oleh Borg & Gall (2003) yang diringkas menjadi

tiga tahap utama tahapan penelitian meliputi: tahap studi pendahuluan, pengembangan,

validasi. Subjek pendelitian adalah pengembang kurikulum dan guru SMB di Jawa

Tengah. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, angket,

dokumentasi, dan focus group discussion. Analisis data menggunakan analisis

kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian pengembangan diperoleh model faktual, model hipotetik, dan model

layak. Model layak adalah Model Manajemen Pembelajaran Tematik Mindfulness Sekolah

Minggu Buddha (MMPTM-SMB). Model ini dikembangakan berdasarkan pada fungsi

manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi) dan

pengembangan konten berdasarkan empat pengembangan (bhāvanā) yaitu

pengembangan fisik (kāya bhāvanā), pengembangan sosial atau moral (sīla-

bhāvanā), pengembangan mental (citta-bhāvanā) dan pengembangan pengetahuan

(paññā-bhāvanā). Model layak tersebut sudah divalidasi ahli, pakar, dan pengguna

sangat layak untuk diterapkan dan di implemtasikan menjadi MMPTM-SMB.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan guru dan lembaga

penyelenggara pendidikan SMB dapat menerapkan MMPTM-SMB, dan Dirjen

Bimas Buddha dapat memanfaatkan MMPTM-SMB untuk peningkatan SDM guru,

dan tenaga kependidikan di lingkungan SMB.

v

Page 6: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

ABSTRACT

Partono. 2019. “Development of A Management Model on Mindfulness Thematic

Learning of Buddhist Sunday School. Dissertation. Educational

Management Programme. Postgraduate of Universitas Negeri Semarang.

Promoter Prof. Dr. Dwi Yuwono Puji Sugiharto, M.Pd., Kons., Co-

promoter Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd., Promoter member Dr. Titi

Prihatin, M.Pd.

Keywords: Management Model, Thematic Learning, Mindfulness, Buddhist

Sunday School.

Buddhist Sunday School is a complement to or a part of religious education in non-

formal education units which is held every Sunday. The non-formal education of

the Buddhist Sunday School is used as a means of Buddhist religious education like

religious education provided at formal schools. The existence of the Buddhist

Sunday School could facilitate the formal school children who do not get Buddhist

educational service and character education at the formal schools. Interdependence

between formal and non-formal education is increasingly evident where the

monasteries need education for children at schools and home environment. The

aims of this research are: (1) to analyse a management model on Buddhist Sunday

School learning in the current situation; (2) to analyse a hypothetical model on

mindfulness thematic learning management of Buddhist Sunday School; and (3) to

analyse a feasible model on mindfulness thematic learning management of

Buddhist Sunday School.

This research uses research and development as its design following the

pattern of the research stages by Borg & Gall (2003) which are summarized into

three main stages, which are: preliminary study, development and validation.

Research subjects are curriculum developer and Buddhist Sunday School Teachers

in Central Java. Data collection technic uses interview, questionnaire,

documentation, and group focus discussion. Data analysing uses quantitative and

qualitative analysis.

The development of research results is factual model, hypothetic model and

feasible model. The feasible model is Management Model on Mindfulness

Thematic Learning of Buddhist Sunday School. This model is developed according

to a management function (planning, organizing, implementation, and assessment

or evaluation) and the content development is according to fourfold development

(bhāvanā), namely: physical development (kāya bhāvanā), social or morality

development (sīla bhāvanā), mental development (citta bhavanā), dan knowledge

development (paññā bhāvanā). This feasible model had been validitated by experts

and users; therefore this model could be considered as fit to be applied and

implemented as Management Model on Mindfulness Thematic Learning of

Buddhist Sunday School.

Based on the research result, it is suggested that teachers and the organizing

institutions of Buddhist Sunday Shcool could apply the Management Model on

vi

Page 7: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

Mindfulness Thematic Learning of Buddhist Sunday School, and the Directorate

General of Buddhist Religious Affairs could use this Management Model on

Mindfulness Thematic Learning of Buddhist Sunday School to develop human

resources of the teachers and educational staffs in the Buddhist Sunday School

environment.

vii

Page 8: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

PRAKATA

Bersyukur kepada Sanghyang Adi Buddha/Tuhan Yang Maha Esa, dan Tri

Ratna bahwa penulis telah menyelesaikan disertasi yang berjudul “Pengembangan

Model Manajemen Pembelajaran Tematik Mindfulness Sekolah Minggu Buddha”.

Disertasi ini tidak dapat terlepas dari kontribusi berbagai pihak secara moral

maupun material. Ucapan terima kasih peneliti haturkan pertama kali kepada

Promoto Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons. (Promotor), Prof. Dr. Tri Joko

Raharjo, M.Pd. (Kopromotor) dan Dr. Titi Prihatin, M.Pd. (Anggota Promotor).

Ucapan terima kasih peneliti haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang

telah memberikan dukungan dan penguatan kepada penulis.

2. Prof. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si. Direktur Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang, yang dengan penuh perhatian, memotivasi, dan memberikan

penguatan kepada penulis.

3. Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. Kaprodi, Sekretaris, dan semua dosen

Pengampu mata kuliah Program Studi Manajemen Kependidikan, terus-

menerus memotivasi, dan memberikan dukungan kepada penulis.

4. Prof. Dr. Widodo, S.E., M.Si. penguji I tertutup dan terbuka.

5. Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M.Pd. penguji II tertutup dan terbuka.

6. Tenaga kependidikan Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang

memberikan pelayanan dengan baik, penuh pengertian, dan perhatian kepada

penulis.

viii

Page 9: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

7. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga, teman-teman dosen

dan tenaga kependidikan yang telah memberikan perhatian kepada penulis.

8. Seluruh Pimpinan dan jajaran Sangha Agung Indonesia, serta Majelis

Buddhayana Indonesia dan badan otonom, yang memberikan dukungan kepada

penulis.

9. Keluarga Tongariodjo Angkasa dan keluarga yang memberikan hibah

perkuliahan.

10. Kepada teman-teman seangkatan yang memberikan dorongan kepada penulis.

11. Keluarga, teman-teman, komunitas umat Buddha di vihara, dan semua pihak

secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dan kontribusi

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih ada kekurangan baik isi

maupun tulisan, sehingga diharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca. Penulis mengharapkan apa yang telah dibahas dalam disertasi ini dapat

bermanfaat dan berguna untuk kemajuan dan pengembangan pendidikan Agama

Buddha secara berkesinambungan.

Semarang, 20 Agustus 2019

Partono.

ix

Page 10: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ..............................................................................................i

Persetujuan Pembimbing..............................................................................ii

Pernyataan Keaslian ....................................................................................iii

Moto dan Persembahan ...............................................................................iv

Abstrak ......................................................................................................... v

Abstract .......................................................................................................vi

Prakata.......................................................................................................viii

Daftar Isi....................................................................................................... x

Daftar Singkatan........................................................................................xiii

Daftar Tabel ..............................................................................................xiv

Daftar Bagan .............................................................................................. xv

Daftar Gambar...........................................................................................xvi

Daftar Lampiran ......................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 10

1.3 Cakupan Masalah ..................................................................... 11

1.4 Rumusan Masalah .................................................................... 11

1.5 Tujuan Penelitian...................................................................... 11

x

Page 11: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

1.6 Manfaat Penelitian.................................................................... 12

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan.................................. 13

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan................................ 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN

KERANGKA BERPIKIR ............................................................ 17

2.1 Kajian Pustaka ....................................................................... 17

2.2 Kerangka Teoretis .................................................................. 28

2.2.1 Konsep Model Manajemen Pembelajaran Tematik..... 28

2.2.2 Pembelajaran Tematik Mindfulness ............................. 47

2.3 Kerangka Berpikir.................................................................. 64

BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 66

3.1 Desain Penelitian ................................................................... 66

3.2 Prosedur Penelitian ................................................................ 67

3.3 Sumber Data dan Subyek Penelitian...................................... 70

3.4 Teknik dan Instumen Pengumpulan Data .............................. 71

3.5 Uji Keabsahan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas ............... 72

3.6 Teknik Analisis Data.............................................................. 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 75

4.1 Model Faktual Manajemen Pembelajaran

Sekolah Minggu Buddha........................................................ 75

xi

Page 12: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

4.1.1 Hasil Penelitian ........................................................... 75

4.1.2 Pembahasan ................................................................ 92

4.2 Model Hipotetik Manajemen Pembelajaran Tematik

Mindfulness Sekolah Minggu Buddha ................................. 96

4.2.1 Hasil Penelitian ............................................................ 96

4.2.2 Pembahasan ............................................................... 111

4.3 Model Layak Manajemen Pembelajaran Tematik

Mindfulness Sekolah Minggu Buddha ................................ 115

4.3.1 Hasil Penelitian ......................................................... 115

4.3.2 Pembahasan ............................................................... 121

BAB V PENUTUP................................................................................... 120

5.1 Simpulan .............................................................................. 120

5.2 Saran .................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 123

LAMPIRAN ............................................................................................. 134

xii

Page 13: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

DAFTAR SINGKATAN

A. = Angutara Nikaya

D. = Digha Nikaya

Dh. = Dhammapada

Dh.S = Dhammasangani

It = Itivutaka

J = Jataka

Kh = Khudaka pattha

M = Majjhima Nikaya

S = Samyuta Nikaya

Sn = Sutta Nipata

Ud = Udana

Vbh = Vibhanga

Ymk = Yamaka

Vism = Visuddhimagga

xiii

Page 14: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Reliabilitas ........................................................................................ 73

Tabel 4.1 Pelaksanaan Pembelajaran SMB Saat ini (Faktual) .......................... 94

Tabel 4.2 Kebutuhan Model Manajemen Pembelajaran tematik mindfulness

SMB................................................................................................ 110

Tabel 4.3 Daftar Nama Pakar pada Validasi Model ....................................... 115

Tabel 4.4 Daftar Nama Pakar agama Buddha pada Validasi Model............... 115

Tabel 4.5 Daftar Nama Praktisi pada Validasi Model .................................... 116

Tabel 4.6 Pengkategorian Kelayakan Model .................................................. 117

Tabel 4.7 Data Validasi MMPTM-SMB oleh ahli akademisi......................... 117

Tabel 4.8 Data Validasi MMPTM-SMB oleh ahli Agama Buddha ................ 118

Tabel 4.9 Data Validasi MMPTM-SMB oleh Praktisi.................................... 119

Tabel 4.10 Perbedaan Model Pada Setiap Tahapan Pengembangan............... 127

xiv

Page 15: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pendidikan Buddha Holistik ..........................................................62

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir..........................................................................65

Bagan 3.1 Langkah-langkah Kegiatan penelitian ...........................................68

Bagan 4.1 Model Faktual Manajemen Pembelajaran SMB ............................95

Bagan 4.2 Model Hipotetik Manajemen Pembelajaran Tematik Mindfulness

SMB (MHMPTM-SMB) ..............................................................114

Bagan 4.3 Model Layak Manajemen Pembelajaran Tematik Mindfulness

SMB (MMPTM-SMB) .................................................................120

Bagan 4.4 Perbedaan Pengembangan Konten Model Faktual, Hipotetik, dan

Layak ............................................................................................123

Bagan 4.5 Pengembangan fungsi Pengorganisasian dalam MMPTM-SMB 124

Bagan 4.6 Pengembangan Konten Pelaksanaan Pembelajaran MMPTM-

SMB ........................................................................................ 125

Bagan 4.6 Pengembangan Penilaian pembelajaran MMPTM-SMB.......... 126

xv

Page 16: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Proses Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Mindfulness ............57

Gambar 4.1 Komponen Indikator RPP ...........................................................77

Gambar 4.2. Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi ...........................77

Gambar 4.3 Komponen Indikator Tujuan Pembelajaran ................................78

Gambar 4.4 Komponen Indikator Materi Pembelajaran .................................79

Gambar 4.5 Komponen Indikator Sumber Belajar .........................................79

Gambar 4.6 Komponen Indikator Media Pembelajaran .................................80

Gambar 4.7 Komponen Indikator Kegiatan Pembelajaran .............................81

Gambar 4.8 Komponen Indikator Penilaian....................................................81

Gambar 4.9 Rekap Proses Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran SMB .....82

Gambar 4.10 Komponen Kegiatan Pendahuluan ............................................83

Gambar 4.11 Komponen Kegiatan Inti Menguasai Materi Pembelajaran ......84

Gambar 4.12 Komponen Menerapkan Strategi Pembelajaran yang

Mendidik. ...................................................................................85

Gambar 4.13 Komponen Penerapan Pendekatan Pembelajaran .....................85

Gambar 4.14 Komponen memanfaatkan sumber belajar/media dalam

pembelajaran ..............................................................................86

Gambar 4.15 Komponen Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran .........87

Gambar 4.16 Komponen Menggunakan Bahasa Yang Benar Tepat dalam

Pembelajaran..............................................................................87

Gambar 4.17 Komponen Penutupan Pembelajaran .......................................88

xvi

Page 17: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

Gambar 4.18 Rekap Proses Pelaksanaan Pembelajaran SMB ........................89

Gambar 4.19 Komponen Penilaian Oleh Guru ...............................................90

Gambar 4.20 Komponen Penilaian Pengetahuan ..........................................90

Gambar 4.21 Komponen Melakukan Penilaian Kompetensi Keterampilan ...91

Gambar 4.22. Rekapitulasi Penilaian Pembelajaran SMB..............................92

Gambar 4.23. Komponen Kebutuhan identitas perencanaan pembelajaran ...97

Gambar 4.24. Komponen indikator Pencapaian kompetensi ..........................98

Gambar 4.25. Komponen tujuan pembelajaran...............................................99

Gambar 4.26. Komponen tema pembelajaran ...............................................100

Gambar 4.27. Komponen perencanaan sumber belajar ................................101

Gambar 4.28. Komponen perencanaan media pembelajaran ........................101

Gambar 4.29. Komponen perencanaan kegiatan pembelajaran ....................102

Gambar 4.30. Rencana penilaian pembelajaran ............................................103

Gambar 4.31. Rencana pembelajaran tematik...............................................104

Gambar 4.32. Komponen pengorganisasian tema dan subtema ...................105

Gambar 4.33. Komponen pengorganisasian sarana dan prasarana ...............106

Gambar 4.34. Pengorganisasian Peserta didik ..............................................107

Gambar 4.35. Kebutuhan pelaksanaan pembelajaran ...................................109

Gambar 4.36. Hasil validasi MMPTM-SMB ................................................119

xvii

Page 18: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kisi-kisi perencanaan pembelajaran sekolah minggu Buddha (SMB) .... 134

2. Kisi-kisi pelaksanaan pembelajaran sekolah minggu Buddha (SMB) ..... 137

3. Kisi-kisi penilaian pembelajaran sekolah minggu Buddha (SMB) .......... 140

4. Kisi-kisi validasi kelayakan model manajemen pembelajaran tematik

mindfulness sekolah minggu Buddha (MMPTM-SMB) ......................... 142

5. Lembar validasi kelayakan model manajemen pembelajaran tematik

mindfulness sekolah minggu Buddha (MMPTM-SMB) .......................... 145

6. Instrumen perencana pelaksanaan pembelajaran sekolah minggu

Buddha (SMB) ......................................................................................... 149

7. Instrumen pelaksanaan pembelajaran sekolah minggu Buddha (SMB) .. 152

8. Instrumen penilaian pembelajaran sekolah minggu Buddha (SMB) ....... 154

9. Instrumen kebutuhan................................................................................ 156

10. Kisi-kisi panduan wawancara guru SMB (data faktual) .......................... 190

11. Pedoman wawancara guru SMB (data faktual)........................................ 191

12. Pedoman wawancara manajemen pembelajaran tematik mindfulness

SMB ......................................................................................................... 193

13. Verbatim hasil wawancara ...................................................................... 195

14. Hasil uji reliabilitas instrumen ................................................................. 208

15. Hasil uji validitas instrumen .................................................................... 209

16. Daftar hadir FGD ..................................................................................... 215

17. Surat ijin penelitian dari pascasarjana UNNES ....................................... 218

xviii

Page 19: DISERTASI - lib.unnes.ac.id
Page 20: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah minggu Buddha (SMB) merupakan pelengkap atau bagian dari

pendidikan keagamaan pada satuan pendidikan nonformal yang

diselenggarakan setiap hari minggu. Pendidikan nonformal sekolah minggu

Buddha dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan keagamaan Buddha layaknya

pendidikan agama yang diberikan pada sekolah formal. Keberadaan sekolah

minggu Buddha dapat memfasilitasi peserta didik sekolah formal yang tidak

mendapatkan pelayanan pendidikan agama Buddha dan budi pekerti di sekolah

formal. Saling ketergantungan antara pendidikan formal dan nonformal

semakin nyata dimana vihara-vihara membutuhkan pendidikan anak di sekolah

dengan di lingkungan rumah.

Jalur pendidikan nonformal, berfungsi sebagai pengganti, penambah,

dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka pendidikan seumur hidup,

berbasis kebutuhan/kepentingan masyarakat, terstruktur dan berjenjang.

Hasilnya dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal.

Penilaian penyetaraan oleh lembaga yang diakui pemerintah mengacu standar

nasional pendidikan.

Pendidikan keagamaan Buddha berdasarkan pada Peraturan Pemerintah

Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan

yaitu pendidikan pada jalur nonformal. Bentuk pendidikan keagamaan Buddha

1

Page 21: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

2

yang diselenggarakan oleh masyarakat pada jalur pendidikan nonformal adalah

program SMB, pabbajja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. SMB

merupakan kegiatan belajar mengajar nonformal yang dilaksanakan di vihara

atau cetiya setiap hari minggu secara rutin. SMB tidak hanya dijadikan sebagai

pelengkap atau bagian pendidikan agama tetapi juga dimanfaatkan sebagai

sarana pendidikan agama layaknya pendidikan agama yang diberikan pada

sekolah formal.

Pendidikan keagamaan Buddha nonformal (PKBNF) memiliki tugas

yaitu (1) PKBNF membantu menyiapkan anak-anak prasekolah, untuk

memasuki sekolah melalui Adi Sekha setara dengan PAUD atau TK; Culla

Sekha setara dengan sekolah dasar, Majjhima Sekha setara dengan sekolah

menengah pertama; dan Maha Sekha setara dengan sekolah menengah

atas/kejuruan, dan pusat pengasuhan, program pendidikan melalui media

elearning dan lain-lain; (2) PKBNF SMB bertugas melengkapi atau

complements pendidikan agama dan budi pekerti di sekolah formal dengan

memberi pengalaman tematik terintegrasi melalui non akademik di vihara

seperti olahraga, kegiatan seni dan budaya, organisasi remaja atau pemuda; (3)

PKBNF SMB menindaklanjuti berbagai program pendidikan keagamaan

Buddha berkelanjutan atau kesempatan pendidikan keterampilan dan

pembentukan karakter peserta didik.

PKBNF SMB menyiapkan soft skill yaitu nilai-nilai estetika (aesthetic

appreciation), berpikir analitik (analytic thinking), pembentukan sikap

(formation of attituate), pembentukan nilai-nilai dan aspirasi (formation of

Page 22: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

3

values and aspiration), asimilasi pengetahuan yang berguna (assimilation of

pertinent knowledge), dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan

(information of any sorts) (Marzuki 2010:137). Hasil penelitian Sulani

(2015:21) bahwa SMB merupakan program pendidikan keagamaan nonformal

yang berperan dalam pendidikan karakter. Implementasi pendidikan karakter

dapat dilakukan melalui pendekatan keteladanan, pembelajaran, pembiasaan,

dan penguatan dalam semua kegiatan SMB.

Penelitian yang dilakukan (Solaiman Girivirya 2016), tentang evaluasi

pelaksanaan SMB di Kota Tangerang. Kesimpulan hasil penelitian evaluasi

pelaksanaan program SMB di Kota Tangerang dengan model CIPPO (context,

input, process, product, dan outcome) dapat dijabarkan sebagai berikut secara

garis besar hasil evaluasi konteks menggambarkan sebesar 43% dengan

kategori cukup dan hanya satu vihara yang mendapatkan kategori baik.

Evaluasi komponen input ditemukan banyak kalimat bekerja sosial. Walaupun

bekerja di bidang sosial setidaknya memiliki unsur-unsur ingin menjadi ahli

dan mendedikasikan diri. Evaluasi proses menggambarkan sebesar 57%

dengan kategori cukup dan evaluasi produk SMB menggambarkan sebesar

69% dengan kategori baik. Dampak pelaksanaan SMB menekankan adanya

kesinambungan praktik ajaran Buddha oleh anak bersama orang tua di rumah

dan dilingkungannya. Keberadaan SMB cukup baik dimata orang tua siswa.

Dampak jangka panjang (longitudinal) peserta didik terjadi perubahan sikap

anak yang sesuai dengan ajaran Buddha.

Page 23: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

4

Penyelenggaraan satuan pendidikan keagamaan Buddha dalam hal ini

SMB membutuhkan persyaratan yang mencakup isi pendidikan atau

kurikulum, jumlah, kualifikasi pendidik, dan tenaga kependidikan, sarana dan

prasarana, sumber pembiayaan, sistem evaluasi, manajemen dan proses

pembelajaran. Kurikulum dimaksudkan sebagai seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang

digunakan atau pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan SMB. Terlaksananya pendidikan SMB

dibutuhkan kurikulum yang berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan.

Model kurikulum pendidikan SMB berdasarkan Peraturan Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Republik

Indonesia Nomor 63 Tahun 2017 berorientasi pada empat pengembangan fisik

(kāya bhāvanā), pengembangan sosial atau moralitas (sīla bhāvanā),

pengembangan mental (citta bhāvanā), dan pengembangan kebijaksanaan

(pañña bhāvanā) pengetahuan peserta didik yang berdasakan pada nilai dan

ajaran Buddha. Kurikulum yang berbasis pengembangan tersebut

dikembangkan dengan menyesuaikan kondisi sosial budaya masyarakat,

kearifan lokal setiap daerah dan keragaman serta kekhususan dari masing-

masing majelis agama Buddha Indonesia.

Memperhatikan karakteristik dan jenis PKBNF SMB, kurikulum SMB

menggunakan model tematik yang berorientasi pada praktik pembelajaran

sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pemilihan model tematik agar ajaran

agama Buddha sebagai sumber pembelajaran dapat diintegrasikan dalam

Page 24: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

5

rangka perkembangan sikap spiritual dan sosial peserta didik. Pengembangan

pembelajaran model tematik oleh guru pendidikan SMB mengandung

konsekuensi logis, membutuhkan penguasaan kompetensi profesional guru

untuk pembelajaran tematik. Model pembelajaran tematik terpadu yang

dikembangkan oleh Forgaty (2009:2), yaitu (1) model terpisah (the fragmented

model); (2) model terhubung (the connected model); (3) model tersarang (the

nested model); (4) model terurut (the sequenced model); (5) model terbagi (the

shared model); (6) model jaring laba-laba (the webbed model); (7) model

disusupkan (the threaded model); (8) model terpadu (the integrated model); (9)

model terbenam (the immersed model); (10) model jaringan (the networked

model).

Peningkatan sumber daya manusia (SDM) guru SMB sangat penting

dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas mutu guru.

Survai peneliti pada saat sosialisasi kurikulum SMB dan pelatihan guru SMB

di Indonesia berdasarkan data Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama

Republik Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan (1) guru SMB yang

berpendidikan tingkat sekolah dasar 0,78%, (2) Sekolah Menengah Pertama

4,28%; (3) Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan 66,2%,

(4) Sarjana (S1) 27,37%; dan Strata Magister (S2) 1,56% dari total SDM Guru

771 orang. Regulasi yang menjadi standar pendidikan di SMB mengikuti

regulasi dan peraturan yang berlaku. Undang-undang menjelaskan bahwa guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

Page 25: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

6

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah (UU No 14 Tahun 2005).

Masalah makro yang dihadapi oleh pengambil kebijakan dalam

pendidikan SMB dalam hal ini Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat

Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia. Beberapa regulasi berkaitan

dengan SMB yang telah ditetapkan kurikulum SMB dan model pembelajaran

tematik. Sementara kebijakan pengembangan pendidikan nonformal untuk

menyiapkan generasi muda emas cerdas berkarakter Dirjend Bimas Buddha

secara literal menghadapi banyak isu-isu krusial. Pertama, diperlukan ekstra

untuk peningkatan mutu pembelajaran tematik bagi guru SMB yang

profesional dalam jumlah yang cukup besar, sehingga pembelajaran di SMB

dapat berjalan dengan baik. Kedua, implementasi pemerataan SDM SMB

sampai ditingkat vihara atau cetiya. Ketiga, komitmen untuk mewujudkan hak

peserta didik SMB. Keempat, meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga

kependidikan lainnya.

Keberadaan guru pendidikan keagamaan sebagai tenaga profesional

memiliki peranan strategis dan menentukan keberhasilan pendidikan.

Penelitian Taridi (Taridi, Sopyan, & Dwijanto, 2012:62) mengupayakan

bagaimana pembelajaran agama Buddha di sekolah dapat disampaikan secara

menarik, menyenangkan dan kontekstual sehingga siswa dapat termotivasi dan

hasil belajar dapat meningkat. Keberhasilan pembaharuan pendidikan

keagamaan sangat dipengaruhi peran guru, karena guru menjadi pemimpin,

fasilitator, dan sekaligus inisiatif pembelajaran. Program mindfulness dapat

Page 26: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

7

mengubah "kebiasaan berpikir" guru, meningkatkan kesehatan, kesejahteraan,

dan kapasitas kerja untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang

mendukung kesejahteraan peserta didik, iklim kelas yang kondusif,

keterlibatan dan pembelajaran (Roeser et al. 2012:1; Flook et al. 2013:10;

Benn et al. 2012:1478).

Penelitian Integrating Mindfulness Training into K-12 Education:

Fostering the Resilience of Teachers and Students (Meiklejohn et al. 2012:291)

bahwa mindfulness dari 14 studi secara kolektif menunjukkan berbagai manfaat

kognitif, sosial, dan psikologis bagi peserta didik sekolah dasar (enam studi)

dan sekolah menengah (delapan studi). Peningkatan kerja memori, perhatian

penuh, keterampilan akademik, keterampilan sosial, pengaturan emosional,

harga diri, peningkatan suasana hati dan penurunan kecemasan, stres, dan

kelelahan. Penelitian tentang neurobiologi mindfulness pada orang dewasa

menunjukkan bahwa praktik mindfulness berkelanjutan dapat meningkatkan

atensi, pengaturan emosi, meningkatkan fleksibilitas, menunjukkan manfaat

potensial yang signifikan bagi guru dan peserta didik (Tim Mapel 2012:19).

Model manjemen pembelajaran tematik mindfulness SMB disemua

jenjang penting untuk dikembangkan, sehingga dapat menjadi landasan dalam

mengimplementasikan kurikulum pendidikan SMB. SMB dapat

menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter Buddhis melalui proses pendidikan

yang mengacu pada empat pengembangan yang dilaksanakan secara tematik

terpadu (holistic). Karakteristik pembelajaran tematik integratif atau holistik

merupakan pembelajaran (1) berpusat pada peserta didik, (2) menekankan

Page 27: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

8

pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, (3) belajar melalui pengalaman

langsung, (4) memperhatikan proses daripada hasil, (5) syarat dengan mutlak

keterkaitan (Sunhaji 2013:63). Kurikulum terpadu cenderung berdasarkan

pokok tema atau pokok bahasan harus integrated atau terpadu secara

menyeluruh (Jurotun, Samsudi 2015).

Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran di SMB menuntut

guru mampu mengubah pola pembelajaran berpusat pada guru menjadi

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, berlangsung secara aktif,

inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Paradigma pendidikan dalam

ajaran Buddha membelajarkan kebebasan berpikir, jangan lekas percaya

sebelum diselidiki sendiri kebenarannya (A.I.189), Dharma mengundang untuk

dibuktikan (ehipassiko) (A.III.285), mempertimbangkan kausalitas: melihat

sebab akibat sama dengan melihat Dharma (M.I.191), kepatuhan pada

moralitas dihubungkan dengan budaya tahu malu (hiri) dan takut akibat

perbuatan salah (ottappa).

Keprofesionalan guru SMB membutuhkan terobosan baru secara

eksplisit menyatukan berbagai cara belajar dan mengetahui pengalaman

manusia dari perspektif tradisi ilmiah, meditatif, dan filosofis. Pengalaman

positif dan pedagogik terkait dengan penanaman mindfulness dalam kelas.

Motivasi dan integritas dalam pembelajaran mindfulness adalah respons yang

baik dan tepat untuk pertumbuhan minat profesional terhadap mindfulness dan

penerapannya sesuai kebutuhan masyarakat yang lebih luas.

Page 28: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

9

Pada era destruktif dan sintesis saat ini pengelola SMB dituntut untuk

melakukan inovasi dan kreativitas masing-masing dalam mengelola dan

menyelenggarakan kegiatan SMB. Pengelolaan SMB di berbagai daerah yang

bervariatif, belum memiliki acuan dan sistem pendidikan keagamaan Buddha

yang jelas sehingga membutuhkan model manajemen pembelajaran tematik

mindfulness yang terstruktur.

Model manajemen pembelajaran tematik mindfulness SMB penting

untuk dikembangkan karena peningkatan SDM guru SMB telah banyak

dilakukan, namun masih bersifat sosialisasi, lebih kepada kegiatan-kegiatan

mendengarkan dan dilakukan dengan cara ceramah, serta masih berbasis

materi. Pembelajaran tematik mindfulness belum efektif dipergunakan secara

teringrasi dalam kontek pembelajaran sehingga model manajemen

pembelajaran tematik mindfulness SMB perlu dikembangkan.

Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan guru SMB khususnya

pembelajaran tematik mindfulness holistik, maka penting untuk dilakukan

penelitian yang mengacu pada pengembangan model manajemen pembelajaran

tematik mindfulness SMB. Mencermati persoalan-persoalan tersebut, peneliti

akan melakukan penelitian yang diformulasikan dan dikemas dengan judul

“Pengembangan model manajemen pembelajaran tematik mindfulness sekolah

minggu Buddha”.

Page 29: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

10

1.2 Identifikasi Masalah

Hasil temuan observasi dan wawancara dari guru, pengembang kurikulum

SMB diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran di SMB umumnya

masih menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru.

Permasalahan-permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1.2.1 Pembelajaran di SMB umumnya menggunakan model pembelajaran

yang berpusat pada guru, belum dikemas menjadi pembelajaran yang

menggembirakan (fun) sehingga potensi peserta didik kurang

berkembang secara optimal.

1.2.2 Perencanaan pembelajaran di SMB belum dilaksanakan secara

terprogram dalam bentuk rencana bulanan, semesteran, dan tahunan serta

belum adanya rencana program pembelajaran di SMB.

1.2.3 Aktivitas mindfulness dilaksanakan pada saat kegiatan ritual keagamaan

dalam bentuk meditasi, belum terintegrasi dalam aktivitas pembelajaran

secara baik, sehingga perlu penerapan model manajemen pembelajaran

tematik mindfulness.

1.2.4 Keberadaan guru SMB sebagian besar masih lulusan SMA sehingga

aktivitas pembelajaran kurang menarik, maka diperlukan model

pembelajaran yang dapat mengkondisikan terjadinya peran aktif dari

peserta didik agar pembelajaran lebih menarik, tidak membosankan,

menyenangkan dan bermakna.

1.2.5 Belum adanya manajemen pembelajaran yang tertata secara baik, kurang

memperhatikan komponen-komponen manajemen pembelajaran yaitu

Page 30: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

11

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian atau

evaluasi.

1.3 Cakupan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model manajeman pembelajaran

tematik mindfulness sekolah minggu Buddha.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan cakupan masalah di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana model faktual manajemen pembelajaran sekolah minggu

Buddha yang ada saat ini?

1.4.2 Bagaimana desain model hipotetik manajemen pembelajaran tematik

mindfulness sekolah minggu Buddha?

1.4.3 Bagaimana model layak manajemen pembelajaran tematik mindfulness

sekolah minggu Buddha?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model

manajemen pembelajaran tematik mindfulness sekolah minggu Buddha. Secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1.5.1 Menganalisis model manajemen pembelajaran sekolah minggu Buddha

yang ada saat ini.

Page 31: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

12

1.5.2 Menganalisis model hipotetik manajemen pembelajaran tematik

mindfulness sekolah minggu Buddha.

1.5.3 Menganalisis model layak manajemen pembelajaran tematik mindfulness

sekolah minggu Buddha.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun

praktis.

1.6.1 Manfaat Teoretis:

Guna teoretis pada perspektif akademis, penelitian ini akan

menghasilkan sintesis mengenai model manajemen pembelajaran

tematik mindfulness sekolah minggu Buddha sebagai sumbangan bagi

perkembangan ilmu manajemen kependidikan khususnya mengenai

penerapan teori manajemen pembelajaran tematik mindfulness.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi Lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan SMB dapat

menerapkan model manajemen pembelajaran tematik mindfulness

dalam menyelenggarakan pendidikan SMB.

1.6.2.2 Bagi guru SMB dapat memberikan informasi guna menciptakan

meningkatkan kemampuan pembelajaran yang mindfulness dan

menggembirakan.

1.6.2.3 Bagi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha

Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai sumber implikasi

Page 32: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

13

lembih lanjut dalam memberikan informasi guna menciptakan

peningkatan kemampuan manajerial SMB yang mengarah pada

kondisi efektif dan efisien.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1.7.1 Model manajemen pembelajaran tematik mindfulness sekolah minggu

Buddha.

1.7.2 Panduan model manajemen pembelajaran tematik mindfulness sekolah

minggu Buddha yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan penilaian/evaluasi pembelajaran yang mengacu pada

kurikulum SMB serta Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007

tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Produk yang dikembangkan adalah model manajemen pembelajaran

tematik mindfulnes SMB. Model ini dikembangkan berdasarkan rancangan

model Borg and Gall. Produk berbentuk buku panduan model manajemen

pembelajaran tematik mindfulness guru SMB menjelaskan: (1) perencanaan

pembelajaran tematik mindfulness; (2) pengorganisasian pembelajaran tematik

mindfulness; (3) pelaksanaan pembelajaran tematik mindfulness; (4) penilaian

atau evaluasi pembelajaran tematik mindfulness SMB.

Kerangka model terdiri atas: (1) rasional, tujuan, ruang lingkup,

pengertian konsep, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

Page 33: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

14

penilaian/evaluasi. (4) Perencanaan pembelajaran yang meliputi analisis KI-

KD, tema dan sub-tema, rumusan tujuan, struktur program; silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran, materi, metode, media, buku panduan dan

pegangan; (6) pengorganisasian pembelajaran meliputi jenis kegiatan

pengorganisasian materi, peserta didik, media, jadwal, tempat, sarana

prasarana; (7) pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti,

dan penutup; (8) penilaian/evaluasi pembelajaran meliputi penilaian program

proses, penilaian berkaitan dengan pengembangan sosial atau moral,

pengembangan mental, pengembangan pengetahuan, dan pengembangan fisik

(keterampilan fisik).

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1.8.1 Asumsi Pengembangan

Pengembangan model ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut:

Pertama, paradigma baru manajemen pendidikan SMB memberikan

kewenangan kepada lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan

nonformal SMB agar melaksanakan pembelajaran efektif dan efisien.

Kompitmen penyelenggara pendidikan SMB fokus terhadap

pengembangan pendidikan SMB dengan memperhatikan tingkat

kompetensi gurunya.

Kedua kewenangan guru SMB mampu memberdayakan

lingkungan pendidikan SMB untuk pendukung peningkatan kualitas

pendidikan secara berkelanjutan, dengan memperhatikan prinsip-prinsip

Page 34: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

15

sebagai berikut: (1) peserta didik akan belajar lebih semangat dan giat

apabila kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan, (2) tujuan

pembelajaran disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta

didik sehingga mengetahui tujuan SMB, pesertra didik juga terlibat

lansung dalam proses pembelajaran; (3) mengusahakan untuk memenuhi

kebutuhan sesuai perkembangan peserta didik SMB.

Ketiga, salah satu indikator guru SMB yang profesional adalah

mampu mengukur karakteristik peserta didik, menggambarkan

kebutuhan dan potensi individu, mengidentifikasi perbedaan individu,

merekam dan mendiseminasikan data yang dihasilkan. Keempat,

peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan melalui pengembangan

SDM. Sebuah program pengembangan SDM akan berhasil apabila ada

kejelasan sasaran. Kompetensi guru SMB merupakan sasaran

pengembangan SDM agar kompetensinya meningkat sehingga dapat

bekerja secara profesional.

Kelima, pembelajaran tematik mindfulness merupakan upaya

untuk melakukan perubahan pada individu untuk, pengembangan fisik

(kāya bhāvanā), pengembangan sosial atau moral (sīla bhāvanā),

pengembangan mental (citta bhāvanā) dan pengembangan pengetahuan

(paññā bhāvanā).

Page 35: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

16

1.8.2 Keterbatasan Pengembangan

Keterbatasan pengembangan model manajemen pembelajaran tematik

mindfulness SMB adalah sebagai berikut: (1) Pengembangan model

manajemen pembelajaran tematik mindfulness ini terbatas pada lingkup

pembelajaran SMB. Sehingga hasil pengembangan ini tidak secara

otomatis dapat mengatasi masalah-masalah kurangnya penguasaan pada

kompetensi guru SMB. (2) Pengujian model ini hanya dilakukan pada

praktisi, ahli SMB, akademisi, sehingga membutuhkan uji yang lebih

luas. (3) Pengembangan model ini mengikuti langkah-langkah penelitian

dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall, namun dalam

penelitian ini tidak mengikuti 10 langkah penelitian Borg and Gall, tetapi

hanya 5 langkah yang digunakan, yaitu: (1) melakukan studi pustaka dan

studi pendahuluan, (2) menyusun desain model, (3) validasi ahli; (4)

revisi, (5) menghasilkan model layak. Belum dilakukan ujicoba diperluas

dan diseminasi serta implementasi produk.

Page 36: DISERTASI - lib.unnes.ac.id
Page 37: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS,

DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian manajemen pembelajaran

tematik mindfulness sekolah minggu Buddha (SMB) masih terbatas jumlahnya.

Namun secara terpisah ditemukan beberapa penelitian yang relevan dan

mendukung penelitian ini. Penelitian manajemen pembelajaran tematik yang

dilakukan oleh Amanaturrakhmah (2017:159; Puspita 2016:884; Syaifuddin

2017:139; Syaifudin 2017:3) untuk melakukan analisa perencanaan,

pelaksanaan, penilaian, dan hubungan antara perencanaan dengan pelaksanaan

dan penilaian menunjukan hasil perencanaan (60%), pelaksanaan (49%), dan

penilaian (64%) pembelajaran dalam kategori baik. Hubungan antara

perencanaan dan pelaksanaan dalam berkorelasi signifikan (0,906) dan

perencanaan dengan penilaian juga berkorelasi signifikan (0,889). Terdapat

perbedaan yang signifikan penggunaan pembelajaran tematik dengan

pembelajaran konvensional (Nurlaela et al. 2018:7) hasil belajar tematik lebih

tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Implementasi

pembelajaran tematik (Pratiwi & Widagdo 2017:277) terdiri dari 4 aspek yaitu

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan hambatan diperoleh persentase

63,54% dalam kategori baik (Utomo, Supriyanto, & Rohmah 2017:115). Hasil

17

Page 38: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

18

penelitian ini mendukung penelitian tentang analisis manajemen pembelajaran

tematik mindfulness.

Perencanaan pembelajaran tematik, guru melakukan berbagai persiapan

dengan cara membreakdown dari kurikulum, kemudian menyusun program

tahunan, program semester, silabus, dan rencana program pembelajaran (RPP)

(Utami 2018:191; Suwakul 2014:81; Upayanto 2017:22; Fu’adi 2014:24).

Perencanaan pembelajaran tematik sebagai prinsip dasar mengacu pada silabus

yang disediakan oleh pihak sekolah (Amakae 2016:479; Haenilah 2017:81;

Natajaya 2015:599) guru memahami perencanaan dengan baik (Apriyanti

2017:117). Penelitian ini memberikan dukungan implementasi model

manajemen pembelajaran tematik mindfulness SMB, dalam fungsi

perencanaan proses pembelajaran tematik mindfulness (holistik) SMB.

Hasil eksperimen pelaksanaan pendekatan proses terhadap

pembelajaran tematik di sekolah menunjukkan perbedaan yang signifikan

antara pre-test dan post-test dengan hasil yang cukup tinggi. Terdapat pengaruh

hasil belajar antara kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan proses

dengan kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional (Sari 2017:111),

guru memiliki kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik (Wangid

2013:175; Masdiana 2013:190). Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu

telah memunculkan karakteristik pembelajaran yang menggunakan panduan

pembelajaran, kompetensi dasar (KD) memiliki materi tersendiri (Puspita

2016:884). Pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menerapkan indikator

Page 39: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

19

context, input, process dan product (Abduh, Nugroho, and Siskandar 2014:6;

Erni 2006:263).

Temuan Min (2012:273) guru yang menggunakan pendekatan tematik

dalam pembelajaran keterampilan hidup terpadu menunjukkan hubungan yang

signifikan antara tingkat pemahaman guru terhadap pendekatan tematik dan

praktik secara konstan. Pengalaman guru dalam pembelajaran tidak jauh

berbeda dengan praktik pendekatan tematik. Pendekatan tematik berimplikasi

positif bagi siswa terutama untuk menciptakan pemikiran kreatif, kritis, dan

inovatif (Winarsih 2017:34). Pembelajaran tematik memberikan banyak

peluang untuk mengeksplorasi dan eksperimen, dimana fenomena dan

hubungan baru dapat dilihat dan dipelajari peserta didik (Björklund and

Ahlskog-Björkman 2017:12). Pembelajaran tematik terintegrasi membuat

proses pembelajaran sangat menyenangkan bagi guru dan peserta didik

(Syaifudin et al. 2017:1). Pendekatan Tematik memberikan kesempatan yang

luas untuk mengekspresikan diri sesuai dengan perkembangan (Varun A

2014:51). Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyful

learning) (Christie 2015:60; Amanaturrakhmah 2017:160; Hapidin 2018:65;

Viantari 2015:77) pengetahuan yang holistik (tematik), memberikan

pengalaman langsung (direct experiences) kepada peserta didik (Rahayu

2014:65; Fatchurrohman 2015:332; Murfiah 2017:60). Guru dapat mengelola

pembelajaran yang aktif, kreatif, dan bermakna (Pujiastuti 2017:197).

Beberapa hasil penelitian ini mendukung pembelajaran tematik mindfulness

SMB.

Page 40: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

20

Pembelajaran tematik membantu guru lebih kreatif (Khofiatun, Akbar,

& Ramli 2016:987; Nurkhayati & Santi 2017:93; Putinella 2017:19),

berpengaruh terhadap kreativitas guru sebesar 77,3% sisanya 22,7% kreativitas

guru dipengaruhi oleh faktor lain. Peran kompetensi pedagogik guru dalam

proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil pembelajaran tematik

dikelasnya. Peran guru dalam mengelola pembelajaran tematik membutuhkan

kreativitas yang tinggi (Khofiatun 2016:987; Indriani 2015:93; Batubara

2017:57). Penelitian ini mendukung pelaksanaan proses pembelajaran tematik

mindfulness terpadu (holistik) SMB. Kesiapan kompetensi guru SMB dalam

menerapkan model manajemen pembelajaran tematik mindfulness.

Model pembelajaran tematik integrative untuk membentuk karakter

anak sudah diuji kelayakan dan keefektifannya bahwa pembelajaran tematik

dapat meningkatkan keaktifan (Ananda and Fadhilaturrahmi 2018:20; Amry

and Badriah 2018:255; Abduh, Nugroho, and Siskandar 2014:1) mendorong

partisipasi aktif (Nurmin and Kartowagiran 2013:188), peserta didik pada

kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tematik terintegrasi membuat

pembelajaran sangat menyenangkan bagi guru dan peserta didik. Pendekatan

tematik memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk

mengekspresikan diri sesuai dengan usia perkembangannya (Varun A 2014:51)

implementasi pendekatan pembelajaran tematik relatif efektif di sekolah

(Abduh et al. 2014:1).

Penelitian mindfulness mengambil peran utama dalam sistem

pendidikan saat ini. Hasil penelitian Albrecht (2018:1) Teaching Mindfulness

Page 41: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

21

with Children: Being a Mindful Role Model menemukan bahwa peserta didik

merasa terhubung dengan praktik mindfulness. Mereka merasakan menjadi

pondasi untuk menjadi role model mindfulness dan pembelajaran mindfulness

pada peserta didik. Penelitian ini dapat dijadikan dasar pijakan untuk

mengembangkan model manajemen pembelajaran tematik mindfulness di

SMB yang berhubungan dengan pengembangan mental (citta bhāvanā).

Penelitian ilmiah membuktikan bahwa mindfulness dapat mengembangkan

keterampilan hidup bagi peserta didik (Ager, Albrecht, and Cohen 2015:896).

Teknik mindfulness membantu memusatkan perhatian dan memiliki potensi

untuk meningkatkan kesejahteraan peserta didik. Praktik mindfulness berpusat

pada kesadaran, pikiran, tubuh, emosi, dan pengembangan pribadi.

Mindfulness (Lau and Hue 2011:317) memberikan dukungan dan

mendorong efektivitas dalam meningkatkan potensi dan kondisi psikososial

remaja, penurunan gejala depresi dan peningkatan pertumbuhan yang

signifikan, serta kesejahteraan pribadi. Mengurangi stres, gejala depresi (Ager

2015:912; Raes et al. 2013:1), mengatasi kemarahan (Albrecht 2018b:1)

peningkatan dimensi kebahagiaan dan kesejahteraan peserta didik.

Mendukung pengembangan karakter seperti empati, kesadaran diri, dan

kepedulian lingkungan. Meningkatkan kesehatan mental (Foody and Samara

2018:7; Kuyken et al. 2017:1) yang lebih tinggi, memusatkan perhatian pada

tubuh atau fisik, pikiran, emosi, membantu penyelesaian konflik dan tekanan

(Hartel, Nguyen, and Guzik 2019:114).

Page 42: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

22

Intervensi mindfulness kepada remaja dapat meningkatkan

kesejahteraan emosional, mencegah perilaku bermasalah, dan mencegah

timbulnya tantangan seumur hidup (Bluth et al. 2015:1). Memiliki efek

pencegahan utama pada stres (Britton et al. 2014:13), kesejahteraan, dan

perilaku pada peserta didik (Van de Weijer-Bergsma et al. 2014:238). Gejala

depresi menurun pada awal moderasi, baik tindakan impulsive, maupun respon

stress. Intervensi mindfulness pada remaja dilaporkan dapat menurunkan

tingkat yang lebih rendah dari gejala depresi awal, sehingga dapat

meningkatkan kontrol diri remaja (Gould et al. 2010:968).

Mindfulness dapat meningkatkan keterampilan pengaturan perhatian

penuh pada peserta didik (Carboni, Roach, and Fredrick 2013:248), maka

sistem dan manajemen mindfulness dapat dipertimbangkan (Jarutawai et al.

2014:126) untuk mendukung manajemen sistem informasi kinerja kolektif

(Khan, Lederer, and Mirchandani 2013:95). Pelatihan mindfulness secara

online dapat membantu mengembangkan pengambilan keputusan yang

bijaksana sebagai keterampilan guru dalam membantu manajemen kelas dan

pemecahan masalah sosial (Boulware et al. 2019:8; Schonert-Reichl and

Lawlor 2010:237).

Penelitian tentang pengalaman hidup menggunakan mindfulness dapat

meningkatkan kesejahteraan pribadi, stres berkurang, dan memusatkan

perhatian peserta didik yang lebih besar pada pelajaran (Bernay 2014:58).

Pelatihan mindfulness pada guru, dapat meningkatkan kesejahteraan guru

pemula dan meningkatkan retensi pekerjaan. Terbukti menjadi komponen yang

Page 43: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

23

berpotensi dan berharga bagi program pendidikan guru. Pelatihan guru berbasis

ilustratif menunjukkan bahwa pelatihan pribadi tentang keterampilan

mindfulness dapat meningkatkan kesejahteraan guru dan mengajarkan self-

efficacy, serta kemampuan untuk mengelola kelas, membangun dan

mempertahankan dukungan terhadap peserta didik (Meiklejohn et al.

2012:291). Peningkatan dalam memori kerja, perhatian, keterampilan

akademik (Bernay 2014:1), keterampilan sosial, emosional, harga diri,

peningkatan suasana hati, menurunkan kecemasan, stres, dan kelelahan (Burke

2010).

Mindfulness dapat meningkatkan perilaku positif guru, yang memiliki

implikasi praktik terhadap peningkatan manajemen kelas, lingkungan belajar

untuk peserta didik (Black and Fernando 2014:1242). Para guru dapat

mengembangkan pengelolaan diri untuk memenuhi tuntutan kognitif, sosial,

dan emosional. Menumbuhkan kesadaran dan ketahanan dalam pendidikan

(CARE) adalah program pengembangan profesional yang dirancang untuk

mengurangi stres dan meningkatkan kinerja guru (Benn et al. 2012:1476).

Mindfulness juga dapat membantu guru untuk melestarikan sumber daya

motivasi dan pengaturan diri yang berharga untuk investasi dalam berhubungan

dengan peserta didik serta proses pembelajaran di kelas.

Program mindfulness training (MT) untuk guru, dapat menumbuhkan

mindfulness dan aplikasi untuk manajemen stress, tuntutan sosial-emosional

pembelajaran, sebagai bentuk pengembangan keprofesian guru yang bertujuan

untuk meningkatkan pembelajaran di sekolah umum. Mindfulness training

Page 44: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

24

dihipotesiskan untuk mempromosikan "kebiasaan berpikir" guru, dan

kesehatan, kesejahteraan, kapasitas kerja untuk menciptakan serta

mempertahankan hubungan yang mendukung peserta didik, iklim kelas yang

kondusif, keterlibatan dan pembelajaran (Roeser et al. 2012:1). Guru

diharapkan untuk memberikan dukungan responsif secara emosional kepada

semua peserta didik, menumbuhkan lingkungan kelas yang hangat dan

memelihara model regulasi emosi yang patut dicontoh, melatih siswa melewati

situasi konflik dengan perhatian dan kepekaan, mengelola perilaku menantang

dari meningkatnya jumlah siswa yang terganggu, dan menangani

meningkatnya tuntutan standar test (Jennings 2011:133).

Beberapa penelitian terkait dengan pengembangan model manajemen

pembelajaran tematik mindfulness SMB belum banyak, bahkan sangat minim.

Namun secara parsial dapat dibangun dari beberapa penelitian terkait sebagai

dasar pengembangan awal model ini. Penelitian yang dilakukan Duffy (2016)

tentang Contemplating Mindfulness at Work: An Integrative Review

menunjukan hasil bahwa aktivitas mindfulness secara mendasar berhubungan

dengan banyak aspek fungsi di tempat kerja, dan berkembang ke dalam

kerangka kerja manajemen. Penelitian ini mengidentifikasi bagaimana

mindfulness mempengaruhi efek domain fungsional kognisi, emosi, perilaku,

dan fisiologi. Hasil Penelitiannya berdampak di tempat kerja pada kinerja,

hubungan, dan kesejahteraan. Mindfulness juga dapat mempengaruhi praktik

manajemen melalui strategi seleksi, pelatihan, dan desain. Mindfulness

meningkatkan kualitas psikososial positif, menjadi alat penilaian yang menarik

Page 45: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

25

untuk keputusan personil, seleksi pekerjaan, perhatian terfokus, pengaturan

diri, dan sensitivitas antarpribadi.

Program mindfulness banyak dipergunakan sehubungan dengan

pengaturan pekerjaan. Program yang divalidasi dengan baik, dapat diadaptasi

tanpa menggunakan pengetahuan khusus tentang bagaimana dan mengapa

program bekerja. Penelitian terapan di masa depan adalah menemukan cara

merancang dan menargetkan mindfulness secara optimal di tempat kerja

dengan tepat dan keberlanjutan. Mindfulness memiliki banyak aspek,

pengalaman praktik, instruksi didaktik, dan dukungan sosial.

Mindfulness, didefinisikan dalam istilah dasar sebagai perhatian dan

kesadaran saat ini meningkat (Brown and Ryan 2003). Organisasi seperti

Google, Aetna, Mayo Clinic, dan Angkatan Darat (AD) menggunakan

mindfulness untuk meningkatkan fungsi di tempat kerja (Jha et al. 2015).

Alasan sederhana dan menarik mindfulness memiliki dampak positif secara

luas pada fungsi manusia (Brown, Ryan, and Creswell 2007). Penelitian dalam

disiplin ilmu seperti psikologi, ilmu saraf, dan kedokteran memberikan banyak

bukti bahwa mindfulness mempengaruhi perhatian, kognisi, emosi, perilaku,

dan fisiologi dengan cara yang positif. Literatur mindfulness berkembang

dengan cepat, menyebar ke berbagai disiplin ilmu dan jurnal, secara teknis

kompleks, dan cenderung berorientasi ke arah efek positif, semuanya merujuk

pada pentingnya tinjauan kritis dan sistematis dari mindfulness dan dampak

potensial pada bidang manajemen.

Page 46: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

26

Penelitian Karen Ager (2015) Mindfulness in Schools Research Project:

Exploring Students Perspectives of Mindfulness menjelaskan bahwa penerapan

mindfulness menjadi bagian umum dari kurikulum di ruang kelas di seluruh

dunia. Survei terbaru menunjukkan bahwa hampir 50% guru berbagi

mindfulness dengan anak-anak. Analisis tematik digunakan untuk memahami

dan menafsirkan 38 jurnal mindfulness peserta didik sekolah dasar. Temuan

menunjukkan bahwa mindfulness meningkatkan wellbeing peserta didik dan

membantu mengembangkan kesadaran penuh terhadap tubuh, pikiran, dan

emosi. Rekomendasi penelitian lanjut diperlukan untuk menentukan

bagaimana praktik mindfulness dapat meningkatkan, mempertahankan

wellbeing peserta didik dalam pembelajaran.

Studi penelitian kualitatif menggunakan pendekatan grounded theory

untuk menjelaskan nilai tambah dari mindfulness-based wellness education

(MBWE) dalam tiga bidang utama pendidikan guru: pengembangan disposisi,

pengetahuan konten, dan inventaris instruksional. Hasil wawancara

pengembangan program menuangkan lima tema utama: (1) identitas pribadi

dan profesional, praktisi reflektif, (3) pembelajaran konstruktivisme dan visi

pengajaran holistik, (4) sosial dan kompetensi emosional dalam praktikum, dan

(5) keterlibatan dalam pendidikan guru. Temuan tambahan menguraikan

komponen kunci kurikuler dan pedagogis dari program MBWE yang

memfasilitasi pembelajaran calon guru. Akhirnya, model holistik kesejahteraan

pedagogis menghadirkan jalan untuk memahami integrasi kesejahteraan yang

penuh perhatian ke dalam pendidikan guru (Soloway 2011:ii).

Page 47: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

27

Penelitian Slutsky (2019) tentang Mindfulness Training Improves

Employee Well-Being: A Randomized Controlled Trial. Tujuan penelitian ini

adalah intervensi perilaku untuk meningkatkan kesejahteraan dan kinerja

karyawan. Mindfulness telah disarankan sebagai salah satu jenis intervensi

yang dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut, uji coba dengan kelompok kontrol

secara acak terhadap karyawan (n = 60) untuk membandingkan efek dari

program pelatihan mindfulness 6 minggu dengan program pelatihan

mindfulness setengah hari untuk kesejahteraan karyawan. Meskipun kedua

kelompok meningkat secara sebanding pada produktivitas pekerjaan,

kelompok pelatihan mindfulness 6 minggu memiliki peningkatan yang lebih

besar fokus perhatian di tempat kerja dan berkurangnya konflik dalam

pekerjaan, serta peningkatan kepuasan kerja dibandingkan dengan pelatihan

kelompok setengah hari. Temuan ini menunjukkan bahwa pelatihan

mindfulness mendorong peningkatan persepsi produktivitas kerja, program

pelatihan mindfulness jangka panjang diperlukan untuk meningkatkan fokus,

kepuasan kerja, dan hubungan positif dalam bekerja. Secara umum, pendekatan

holistik untuk mindfulenss dapat fleksibel, kreatif, dan memenuhi kebutuhan

dan tujuan spesifik orang (Gause and Coholic 2010:1)

Hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat dijadikan dasar pijakan

untuk melakukan pengembangan model pembelajaran tematik mindfulness

mindfulness. Model pengembangan fisik, sosial/moral, mental dan

pengetahuan (kebijkasanaan). Posisi penelitian ini adalah penelitian awal dari

pengembangan model manajemen pembelajaran tematik mindfulness SMB.

Page 48: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

28

2.2 Kerangka Teoretis

2.2.1 Konsep Model Manajemen Pembelajaran Tematik

Manajemen merupakan proses pelaksanaan manajerial untuk mengatur

serangkaian aktivitas agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Manajemen

pembelajaran merupakan segala usaha pengaturan proses perancanaan,

pelaksanaan, penilaian atau evaluasi, dan pengawasan proses pembelajaran.

Menurut Richard (2010:6) menjelaskan menajemen adalah pencapaian tujuan-

tujuan organisasi secara efektif dan efisien melalui perencanaan (design),

pengelolaan, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi.

Pembelajaran menurut Schunk (2012:3) learning is an enduring change in

behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results from

practice or other forms of experience. Pembelajaran merupakan perubahan

yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan

cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman

lainnya. Pembelajaran dalam konsep ini mengandung tiga kreteria (1)

pembelajaran melibatkan perubahan, (2) pembelajaran bertahan lama seiring

dengan waktu, (3) pembelajaran terjadi melalui pengalaman.

A model of teaching is a way of building a nurturant and stimulating

ecosystem within which the students learn by interacting with its components.

Various models pull students into particular types of content (knowledge,

values, skills) and increase their competence to grow in the personal, social,

and academic domains (Joyce, Weill, and Calhoun 2015:5).

Page 49: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

29

Model pembelajaran adalah cara membangun asuhan dan menstimulasi

ekosistem di mana di dalamnya para peserta didik belajar dengan berinteraksi

dengan komponen-komponennya. Berbagai model menarik para peserta didik

ke dalam tipe-tipe konten tertentu (pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-

keterampilan) dan meningkatkan kompetensinya agar tumbuh dalam tataran

kepribadian, sosial, dan akademis.

Model pembelajaran adalah pendekatan yang spesifik dalam mengajar

yang memiliki tiga ciri yaitu tujuan, fase, dan fondasi (Eggen and Kauchak

2016:7). Tujuan dimaksudkan bahwa model pembelajaran dirancang untuk

membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

memperoleh pembahaman mendalam tentang bentuk sepesifik materi. Fase

merupakan model pembelajaran mencakup serangkaian langkah-langkah yang

bertujuan membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang

spesifik. Fondasi adalah model pembelajaran didukung teori dan penelitian

tentang pembelajaran dan motivasi.

Model pembelajaran adalah cara membangun asuhan dan menstimulasi

ekosistem di mana para peserta didik belajar dengan berinteraksi dengan

komponen-komponennya. Berbagai model menarik para peserta didik ke

dalam tipe-tipe konten tertentu (pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-

keterampilan) dan meningkatkan kompetensinya agar tumbuh dalam tataran

kepribadian, sosial, dan akademis (Joyce, Weill, and Calhoun 2015:5).

Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang

pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema

Page 50: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

30

atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan

dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait

(Fogarty, 2009:54). Model pembelajaran tematik mindfulness merupakan

pembelajaran tematik yang memadukan empat pengembangan yaitu

pengembangan fisik, pengembangan sosial atau moral, pengembangan mental

(batin), dan pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan. Penentuan tema

dapat dilakukan oleh guru melalui tema kontektual yang telah tersusun dalam

kurikulum. Karakteristik pembelajaran temakik mindfulness berbasis

pembelajaran holistik (terpadu), pembelajaran ini menitikberatkan dalam

pembahasan temanya mengaitkan empat pengembangan menjadi satu kesatuan

atau terpadu.

Proses belajar melihat perubahan, seiring dengan waktu, dan dapat

bertahan malalui pengalaman. Pembelajaran disarikan dari kitab Majjhima

Nikāya (M.II.170) menghasilkan pengalaman dan pengetahuan berdasarkan

pada keyakinan (saddhā), persetujuan (ruci), tradisi lisan (anussava),

penalaran (ākāparivitakka), dan penerimaan pandangan melalui perenungan

(diṭṭhinijjhānakkhanti). Tidaklah tepat bagi seseorang yang cerdas, melindungi

kebenaran, mengambil kesimpulan secara kategoris bahwa hanya inilah yang

benar, dan semua yang lainnya keliru…. Jika seseorang telah mendengar,

kemudian mengatakan inilah yang telah aku dengar, ia melindungi kebenaran,

secara kategori mengambil kesimpulan bahwa hanyalah ini yang benar, dan

semua yang lainnya keliru.

Page 51: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

31

Pembelajaran melibatkan perubahan dalam perilaku atau dalam

kapasitas berperilaku. Perubahan cara pandang terhadap dirinya sendiri,

dikatakan belajar ketika mampu melakukan suatu hal dengan cara yang

berbeda. Sementara harus ingat bahwa pembelajaran itu berkenaan dengan

penarikan kesimpulan bahwa keniscayaan hukum perubahan memungkinkan

peserta didik bisa maju dan perkembangan. Pembelajaran dinilai berdasarkan

apa yang diucapkan, dituliskan, dan dilakukan. Akan tetapi perlu dipahami

bahwa pembelajaran melibatkan berubahnya kapasitas untuk berperilaku

dengan cara tertentu karena tidak biasa mempelajari suatu keterampilan,

pengetahuan, keyakinan, atau perilaku tanpa mempraktikkannya pada saat

pembelajaran sedang berlangsung.

Pencerahan terhadap perubahan dalam kitab Dighā Nikāya (D.II.100)

dapat dilakukan dengan pelatihan pengembangan kesadaran penuh

(mindfulness) pada tubuh, perasaan, pikiran, serta berbagai fenomena.

Pemahaman atau pengertian baru terhadap realitas fisik dan mental hanya dapat

dicapai dengan pengamatan atau perhatian langsung. Perhatian langsung

adalah sesuatu yang nyata dan tertuju pada akar masalah sehingga

menghasilkan pandangan yang sangat berguna. Perhatian yang ditingkatkan

akan membawa pada pemahaman dan pemecahan masalah secara tuntas.

Pembelajaran bertahan lama seiring dengan waktu, dimaksudkan bahwa

perubahan perilaku membutuhkan proses waktu secara berkesinambungan dan

konsisten. Contoh sikap kritis yang sama dipakai oleh Buddha menghadapi

teori kaum rasionalis. Buddha mengemukakan bahwa jika seorang guru yang

Page 52: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

32

mengajarkan kebenaran tergantung pada laporan, wahyu, tradisi, otoritas kitab

suci, orang bisa ingat sebagian dan lupa sebagian lagi, dapat benar, dapat juga

keliru. Jika guru itu seorang pemikir dan peneliti, ia mengajarkan hasil dari

pemikiran dan spekulasi, mungkin ada yang benar, mungkin juga ada yang

keliru di kutik dari kitab Majjhima Nikāya Sandaka Sutta (M.I.520). Benar atau

salahnya suatu teori mengenai realitas tidak dapat diputuskan oleh konsistensi

pikiran. Kadangkala suatu teori yang telah dipikirkan dengan baik dapat keliru

setelah dibandingkan terhadap kesatuan kenyataan dan teori yang dipikirkan

tidak baik dapat benar. Ada perbedaan pendapat tentang berapa lama

perubahan harus bertahan untuk dapat disebut sebagai hasil pembelajaran,

tetapi kebanyakan orang sepakat bahwa perubahan yang durasinya singkat

(misalnya: terjadi beberapa detik) tidak dapat dikualifikasikan sebagai

pembelajaran.

Pembelajaran terjadi melalui pengalaman, kriteria ini tidak mencakup

perubahan perilaku terutama terbentuk karena faktor keturunan seperti

kematangan pada anak-anak (misalnya: merangkak, berdiri). Meski demikian,

perbedaan antara proses kematangan dan pembelajaran sering tidak bisa

dipastikan secara jelas. Orang bisa saja memiliki bawaan lahir untuk

melakukan bentuk-bentuk perilaku tertentu, tetapi perkembangan sebenarnya

dari perilaku tertentu tergantung pada lingkungan. Proses perhatian

berkesinambungan bidang pendidikan mempunyai karakter fungsional dalam

latihan atau instruksi, pencapaian atau praktek dan kemajuan secara bertahap

(anupubbasikkhā anupubbakiriyā anupubbapatipadā) (M.II.134; D.I.63).

Page 53: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

33

Memberikan yang benar kepada peserta didik, petunjuk awal yang mulia dalam

berbagai lapisan hidup dan pengertian mendalam ke dalam usaha, mengajarkan

bagaimana cara berbuat yang benar, hidup sukses, bahagia, dan membimbing

ke arah kemajuan yang menguasai semuanya, sejahtera dan makmur (Kp.134),

mengembangan kepribadian yang baik dengan perilaku dan pengetahuan

sempurna (D.I.124), dan mengakhiri penderitaan, serta selamat (It.40,53,104;

A.I.231).

Objektivitas diperlukan tidak hanya dalam fakta yang dianggap sebagai

kebenaran, namun juga dalam sikap dari orang yang mencarinya. Kebenaran

sejati adalah objektif dan seseorang dapat mendekatinya hanya dengan sikap

batin yang objektif. Kepada Ananda Buddha menyatakan bahwa pengetahuan

yang objektif atau pengetahuan tentang sesuatu seperti apa adanya, adalah

pengetahuan yang tertinggi (A.V. 37).

Ada enam kualitas yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang

lain, yaitu (1) memiliki pemahaman cepat sehubungan dengan ajaran-ajaran

yang bermanfaat; (2) mampu mengingat ajaran-ajaran yang telah dipelajari; (3)

menyelidiki makna dari ajaran-ajaran yang telah diingat; (4) memahami makna

dan berlatih sesuai Dhamma; (5) pembabar yang baik dengan penyampaian

yang baik, memiliki ucapan yang dipoles, jernih, jelas, ekspresif dalam makna;

(6) ia adalah seorang yang mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan

menggembirakan teman-temannya (A.IV. 297).

Pembelajaran (Johnson 2014:18) mengandung dua definisi pertama,

belajar menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang relatif permanen.

Page 54: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

34

Artinya, peran penggiat pendidikan-khususnya guru dan dosen adalah sebagai

pelaku perubahan (agent of change). Kedua, peserta didik memiliki potensi,

dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan

tanpa henti. Proses pembelajaran mengoptimalisasi potensi diri peserta didik

sehingga tercapailah kualitas yang ideal, apabila tidak dikatakan sempurna, dan

relatif permanen.

Pembelajaran merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi

didesain secara khusus demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal. Kegiatan

pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Penggunaan istilah

pembelajaran mempunyai dasar yang kuat, menyangkut perubahan filosofi

pendidikan. Pendidikan merupakan arti dan nilai kemanusiaan, hubungan antar

umat manusia, juga hubungan manusia dengan alam semesta. Buddhisme

adalah sistem pendidikan Buddha, tujuan pendidikan Buddhis adalah mencapai

kebijaksanaan yang sering disebut anuttara samyak sambodhi. Pendidikan

disini dimaksud untuk mengarahkan peserta didik Buddhis agar hidup selaras

dengan menjiwai Buddha Dharma.

Budaya pembelajaran adalah mempromosikan belajar, karena manajer

manajemen proses penting organisasi berkomitmen dan terlibat terus menerus.

Reynolds (2004 dalam Armstrong 2017:287) describes a learning culture as a

‘growth medium’, which will ‘encourage employees to commit to a range of

positive discretionary behaviours, including learning’ and which has the

following characteristics: empowerment not supervision, self-managed

learning not instruction, long-term capacity building not short-term fixes.

Page 55: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

35

Menggambarkan budaya belajar sebagai pertumbuhan medium, yang akan

mendorong karyawan untuk berkomitmen sebagai perilaku diskresi positif,

termasuk belajar dan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

pemberdayaan bukan supervisi, swakelola belajar bukan instruksi, peningkatan

kapasitas jangka panjang bukan perbaikan jangka pendek.

Penerapan fungsi menajemen pembelajaran sebagai bagian dari

managemen sumber daya manusia seperti halnya menajemen umum yaitu (1)

fungsi perencanaan, (2) pengorganisasian (3) pelaksanaan (4) penilaian.

Identifikasi berhubungan dengan proses manajemen model pembelajaran

tematik mindfulness sekolah minggu Buddha meliputi: (1) perencanaan proses

pembelajaran tematik mindfulness SMB, (2) pelaksanaan proses pembelajaran

tematik mindfulness SMB, (3) pengorganisasian tema, materi, media, sarana

dan prasaranan, peserta didik dalam pembelajaran tematik mindfulness SMB,

(4) penilaian/evaluasi proses dan hasil pembelajaran tematik mindfulness

SMB.

2.2.1.1 Perencanaan Pembelajaran Tematik Mindfulness SMB

Perencanaan merupakan proses memerinci tujuan-tujuan yang akan dicapai

dan memutuskan di awal tindakan-tindakan tepat yang diperlukan untuk

mencapai tujuan (Bateman and Snell 2009:21; Daft 2017:7). Perencanaan

adalah proses penentuan tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan

pelatihan tenaga kerja adalah proses inti dari manajemen sumber daya manusia

yang direncanakan sebagai strategi organisasi dan memastikan jumlah SDM

Page 56: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

36

dengan keterampilan, tempat, waktu yang tepat (link and match) untuk tujuan

organisasi jangka pendek dan jangka panjang (Armstong and Stephen

2014:216).

Perencanaan pembelajaran merupakan "gambaran besar" perencanaan

yang akan berlangsung dan didesain khusus untuk pelatihan. Sebagai contoh,

kebutuhan kompetensi yang berubah dari waktu ke waktu, kemampuan

beradaptasi, penyelesaian masalah, dan profesionalisme. Rencana

memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi kinerja sebelum kegiatan

dimulai sehingga kesesuaian ada kesesuaian dengan isu-isu strategis (Mathis

and Jackson 2011:257; Daft 2017:21).. Fungsi perencanaan manajemen SDM

adalah membantu pimpinan organisasi untuk memberi informasi yang lengkap

dan bentuk nasihat atau saran-saran yang berkaitan dengan pegawai.

Perencanaan strategis dapat memprediksi dan mengendalikan proses

perencanaan, utamanya yang bersifat inkremental dan linier. Strategi yang di

rekomendasikan adalah: (1) strategi jangka menengah hingga jangka panjang,

(2) strategi berkaitan dengan masalah-masalah mendasar atau penting, (3)

strategi berkaitan dengan data, (4) strategi sebagai templat yang menjadi tolak

ukur aktivitas sekarang. Jenis perencanaan meliputi (1) prosedur (procedure),

(2) metode (method), (3) standar (standard), (4) anggaran (budget), (5)

program (program), dan (6) faktor teknik (techno factor) (Terry 2012:218).

Pengorganisasian merupakan pengumpulan dan pengorganisasian

manusia, keuangan, hal-hal fisik, yang bersifat informasi, dan sumber daya

lainnya yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi (Bateman and Snell

Page 57: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

37

2009:21). Pengorganisasian merupakan proses menyusun struktur organisasi

dan bagaimana hubungan antara satu unit dengan unit lainnya. Jika organisasi

telah membentuk organisasi yang telah dilengkapi dengan fasilitas tertentu

untuk dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Pengorganisasian pembelajaran secara fisik yaitu pengorganisasian tema dan

sub tema, materi pembelajaran, ruang dan sarana, media pembelajaran, dan

pengorganisasian peserta didik.

Pengorganisasian dalam fungsi manajemen melibatkan pembagian

kerja di antara orang-orang yang usahanya harus dikoordinasikan untuk

mencapai tujuan tertentu dan menerapkan strategi yang telah ditentukan.

Organisasi adalah fondasi seluruh struktur manajemen yang menjadi tulang

punggung manajemen. Setelah tujuan ditentukan dan rencana disiapkan,

langkah selanjutnya dalam proses manajemen adalah mengatur kegiatan untuk

melaksanakan rencana dan mencapai tujuan.

Jadi proses pengorganisasian ialah membentuk organisasi, kemudian

membaginya dalam unit-unit yang sesuai dengan fungsi-fungsi yang telah

ditentukan, dan dilengkapi dengan pegawai serta ditambah dengan fasilitas-

fasilitas tertentu. Pengorganisasian ini juga akan ditemukan adanya fungsi-

fungsi yang berbeda pada unit-unit organisasi, tetapi mempunyai tujuan yang

sama, karena rumitnya hubungan antara unit-unit organisasi serta antara

jabatan-jabatan yang ada, maka pimpinan tertinggi (top manager)

mengharapkan agar pimpinan kepegawaian dapat memberi nasihat atau saran

organisasi secara keseluruhan.

Page 58: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

38

Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen

dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan

termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses

(Terry 2016:9). Pengorganisasian adalah proses menetapkan hubungan formal

diantara orang-orang dan sumbersumber ke arah mencapai tujuan.

Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan menyusun semua sumber

daya manusia yang direncanakan, sehingga kegiatan pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.

Pengorganisasian secara umum dilakukan dengan memilah-milah dan merinci

kegiatan ke dalam tugas-tugas pekerjaan yang sederhana, dilakukan

berulangkali.

Pengorganisasian merupakan proses menjalin hubungan di antara para

guru dan peserta didik dalam manajemen pendidikan SMB. Hubungan tersebut

dibuat dalam otoritas dan tanggung jawab. Mengorganisir berarti

menyelaraskan, mengoordinasikan atau mengatur secara logis dan teratur.

Setiap anggota dalam organisasi SMB adalah diberikan tanggung jawab atau

tugas tertentu untuk melakukan dan diberikan kewenangan yang sesuai dalam

melakukan tugasnya. Fungsi manajerial pengorganisasian terdiri dalam

membuat divisi yang rasional tentang pekerjaan ke dalam kelompok kegiatan

dan mengikat bersama posisi yang mewakili pengelompokan kegiatan untuk

mencapai struktur yang rasional, terkoordinasi dengan baik dan tertib dalam

pemenuhan pekerjaan. Langkah-langkah pengorganisasian meliputi penentuan

Page 59: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

39

tujuan, pencacahan tujuan, klasifikasi kegiatan, penugasan, dan delegasi

kewenangan.

Pengorganisasian tema dan sub tema pada dasarnya adalah

mengorganisasi materi yang berhubungan dengan tema dan subtema.

Pengorganisasian tema dengan mengorganisasi materi mencakup memilih

materi dan menyusun materi. Memilih materi, pemilihan materi bukan hal yang

mudah. Sering kali guru kesulitan dalam memilih materi yang relevan dengan

tujuan pembelajaran. Kesulitan ini disebabkan oleh banyak sedikitnya materi

yang tersedia, Perubahan ilmu pengetahuan yang cepat, sehingga materi

pembelajaran berubah setiap saaat. Kemudian perbedaan kemampuan dan

karakteristik peserta didik.

Pengorganisasian dalam memilih materi pembelajaran dilakukan

dengan cara (1) mengidentifikasi dan menentukan pokok bahasa yang relevan

dengan tujuan pembelajaran. (2) Memerinci tema tersebut menjadi sub tema.

(3) Menyiapkan berbagai sumber untuk mendapatkan materi yang relevan

dengan materi masing-masing tema dan subtema. (4) Mengidentifikasi dan

menentukan materi yang benar-benar relevan dengan masing-masing tema dan

subtema.

Setelah materi dipilih, selanjutnya materi tersebut disusun sebagai satu-

kesatuan yang utuh dengan urutan yang logis. Oleh sebab itu dalam

penyusunan materi pembelajaran disusun dari materi yang sederhana kemateri

yang kompleks. Materi pembelajaran disusun dari materi yang mudah yang

materi yang sulit.

Page 60: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

40

Fungsi menggerakan (actuating) merupakan usaha untuk menggerakan

anggota-anggota kelompok sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk

mencapai sasaran-sasaran lembaga yang bersangkutan untuk mencapai tujuan

(Terry 2012:313). Penggerakan atau pengarahan berarti memberi petunjuk dan

mengajak para pegawai agar mereka berkemauan secara sadar untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang telah ditentukan organisasi.

Pengarahan ini juga sering disebut dengan istilah lain, misalnya penggerakan

(actuating), motivasi (motivating), pemberian perintah (commanding). Jadi

yang ditekankan dalam pengarahan ini adalah agar pegawai bekerja sukarela

tanpa merasa dirinya dipaksa dan mau bekerjasama dengan pegawai lainnya

dalam organisasi.

Pengawasan berarti determinasi apa yang telah dilaksanakan,

maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan

tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan

perencanaan (Terry 2012:395). Pengawasan berarti melihat, mengamati dan

menilai tindakan atau pekerjaan pegawai, apakah mereka benar- benar

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana. Pengendalian

membandingkan hasil yang dicapai pegawai dengan hasil atau target

direncanakan. Kalau terjadi penyimpangan dari rencana semula perlu

diperbaiki dengan memberi petunjuk-petunjuk kepada pegawai.

2.2.1.2 Pengorganisasian Pembelajaran Tematik Mindfulness SMB

Pengorganisasian terdiri dari pengorgansisasian tema dan subtema, sarana dan

Page 61: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

41

presarana, media pembelajaran, peserta didik. Pengorganisasian tema dan sub

tema pada dasarnya adalah mengorganisasi materi yang berhubungan dengan

tema dan subtema. Pengorganisasian tema dengan mengorganisasi materi

mencakup memilih materi dan menyusun materi.

Memilih materi, pemilihan materi bukan hal yang mudah. Sering kali

guru kesulitan dalam memilih materi yang relevan dengan tujuan

pembelajaran. Kesulitan ini disebabkan oleh banyak sedikitnya materi yang

tersedia, Perubahan ilmu pengetahuan yang cepat, sehingga materi

pembelajaran berubah setiap saaat. Kemudian perbedaan kemampuan dan

karakteristik peserta didik.

Pengorganisasian dalam memilih materi pembelajaran dilakukan

dengan cara (1) mengidentifikasi dan menentukan pokok bahasa yang relevan

dengan tujuan pembelajaran. (2) Memerinci tema tersebut menjadi sub tema.

(3) Menyiapkan berbagai sumber untuk mendapatkan materi yang relevan

dengan materi masing-masing tema dan subtema. (4) Mengidentifikasi dan

menentukan materi yang benar-benar relevan dengan masing-masing tema dan

subtema.

Setelah materi dipilih, selanjutnya materi tersebut disusun sebagai satu-

kesatuan yang utuh dengan urutan yang logis. Oleh sebab itu dalam

penyusunan materi pembelajaran disusun dari materi yang sederhana kemateri

yang kompleks. Materi pembelajaran disusun dari materi yang mudah yang

materi yang sulit.

Page 62: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

42

Pengorganisasian sumber belajar berupa segala sesuatu yang dapat

dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mempelajari bahan dan pengalaman

belajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sumber belajar yang

mendukung terjadinya proses pembelajaran, termasuk sistem pelayanan,

bahan pembelajaran, dan lingkungan.

Pengorganisasian Sarana dan Presarana yaitu Ruang kelas dengan

fungsi ruang untuk tempat kegiatan pembelajaran, praktek yang tidak

memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah

dihadirkan. Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan

yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar

ruangan. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan

guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan

baik saat tidak digunakan. Ruang kelas dilengkapi sarana antara lain meja dan

kursi guru, meja dan kursi siswa, almari, papan tulis, tempat sampah, jam

dinding, soket listrik, dan sarana lain yang menunjang pembelajaran.

Pengaturan ruang kelas: penataan ruang perlu disesuaikan dengan tema

yang sedang dilaksanakan; susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah

disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung; peserta

didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet; dinding

kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan

dimanfaatkan sebagai sumber belajar; alat, sarana, dan sumber belajar

hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan

dan menyimpannya kembali.

Page 63: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

43

Pengorganisasian sarana dan prasarana dengan (1) menetapkan

kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.

(2) Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana

dan Prasarana dalam hal: merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan

sarana dan prasarana pendidikan; mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan

sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan;

melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di SMB;

pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan

kesehatan dan keamanan lingkungan.

Pengorganisasian Media Pembelajaran, berhubungan dengan

kepiawaian Buddha dalam pengorganisasian media dapat membantu para para

siswa mencapai kemajuan batin yang cepat. Contoh media yang dipergunakan

oleh Buddha dalam proses pembelajaran adalah manusia, materi, simbul,

lingkungan alam atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

peserta didik mampu memperoleh kebijaksanaan (paññā) atau pengetahuan,

keterampilan (pengembangan fisik), atau sikap (pengembangan sosial dan

mental).

Buddha menggunakan media visual dan audio kepada bhikkhu

Culapanthaka dengan membawanya dan menyuruhnya duduk di depan

Gandhakuti. Kemudian Beliau memberikan selembar kain bersih kepada

Culapanthaka, dan menyuruhnya untuk duduk menghadap ke Timur dan

menggosok-gosok kain itu. Pada waktu bersamaan, dia harus mengulang kata

Rajoharanam, yang berarti membersihkan kekotoran (taking on impurity).

Page 64: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

44

Dalam waktu yang singkat mata batinnya terbuka, dan ia mencapai tingkat

kesucian arahat, bersamaan dengan memiliki pandangan terang analitis

(DhA.25).

Pengorganisasian peserta didik SMB dimulai dari menyusun dan

menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan

peserta didik yang meliputi (1) kriteria calon peserta didik Adi Sekha, Culla

Sekha, Majjhima Sekha, dan Maha Sekha.

Penerimaan peserta didik SMB dilakukan (1) secara obyektif,

transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan SMB; (2) tanpa

diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, etnis, status sosial, kemampuan

ekonomi, (30 sesuai dengan daya tampung SMB, (3) Orientasi peserta didik

baru yang berupa pengenalan lingkungan dan aturan-aturan SMB. Sekolah

Minggu Buddha memberikan bimbingan dan layanan (1) konseling kepada

peserta didik; (2) melakukan pembinaan prestasi unggulan; (3) pengembangan

bakat dan minat.

2.2.1.3 Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Mindfulness SMB

Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan proses pembelajaran sebagai

unsur inti dari aktivitas pembelajaran tematik mindfulness yang dalam

pelaksanaannya menyesuaikan dengan perencanaan. Secara prosedural terdiri

dari langkah-langkah kegiatan awal, inti, dan penutup. Kegiatan awal

merupakan proses menarik perhatian peserta didik.

Page 65: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

45

Pertama, pada kontek empat pengembangan (fisik, sosial, mental, dan

kebijaksanaan) dengan mengkondisikan peserta didik melakukan doa dan

mindfulness. Implikasi dalam pengembangan fisik, guru mengoptimalkan

fungsi panca indera saat mengamati, mendengar, berucap/berkata, bertindak,

dilakukan dengan sepenuh hati (sīla) dengan penuh perhatian (mindfulness).

Mengkonfirmasi kesiapan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.

Meyakinkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan

interaksi yang menyenangkan dan menggembirakan.

Kedua, menumbuhkan motivasi peserta didik dengan membangun

suasana akrab, misalnya menyapa dengan hangat (kekeluargaan),

menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi. Mengaitkan pengalaman belajar

yang telah dialami dengan rencana kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Ketiga, memberikan rambu-rambu atau acuan tentang kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan, mengemukakan tujuan dan indikator

pencapaian pembelajaran dengan tetap menjada kondisi peserta didik

mindfulness.

Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok pembelajaran, yaitu

pembahasan tema dan subtema melalui berbagai kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan beberapa strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan media

pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman bermakna atau

pencerahan belajar (pengembangan kebijaksanaan).

Guru SMB menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran untuk

menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, peserta didik dapat

Page 66: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

46

belajar aktif tentang tema-tema dan subtema. Selama proses pembelajaran,

peserta didik dapat mengamati obyek nyata berupa benda nyata atau

lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan,

berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya

dan menjawab, dan bermain peran. Selama proses pembelajaran guru

memberikan umpan agar peserta didik berusaha mencari jawaban dari

permasalahan yang dipelajari.

2.2.1.4 Penilaian/Evaluasi Pembelajaran Tematik Mindfulness SMB

Kualitas pendidikan dapat diketahui melalui kualitas proses pembelajaran dan

kualitas system penilaian pendidikan nonformal SMB (PPNF-SMB). Kualitas

sistem penilaian PPNF-SMB yang baik akan mendorong pendidik untuk

menentukan strategi pembelajaran yang baik dalam memotivasi peserta didik.

Upaya peningkatan pendidikan nonformal SMB dibutuhkan adanya kualitas

sistem penilaian sebagai amanat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Tahun 2003 pasal 58 ayat (1) yang menyatakan bahwa evaluasi hasil

belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,

kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Melalui model pengembangan pembelajaran tematik mindfulness ini

untuk menjelaskan dan memandu pendidik dan peserta didik dalam melakukan

penilaian baik oleh pendidik maupu oleh peserta didik sendiri. Tujuan

pengembangan model penilaian ini untuk merencanakan, mengembangkan

instrumen, dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Menganalisis dan

Page 67: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

47

menyusun laporan, termasuk mengisi rapor serta memanfaatkan hasil

penilaian. Ruang lingkup model penilaian ini mencakup konsep penilaian,

penilaian oleh pendidik meliputi aspek pengembangan fisik, pengembangan

sosial, pengembangan mental, dan pengembangan pengetahuan atau

kebijaksanaan. Sasaran pengguna model ini adalah pendidik pendidikan SMB

dalam merencanakan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian. Pihak-

pihak lain yang terkait dengan penilaian pencapaian empat pengembangan.

Penilaian hasil belajar meliputi penilaian hasil belajar oleh pendidik dan

penilaian hasil belajar oleh pendidikan nonformal SMB. Penilaian hasil belajar

oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian

pembelajaran peserta didik dalam aspek pengembangan fisik, sosial, mental,

pengetahuan atau kebijaksanaan, dan keterampilan yang dilakukan secara

terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan

belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil

belajar.

2.2.2 Pembelajaran Tematik Mindfulness

2.2.2.1 Rasional Pembelajaran Tematik Mindfulness

Rasional pembelajaran di sekolah minggu Buddha berdasarkan pada sistem

pendidikan Buddha. Pendidikan Buddha berasal dari terminologi bahasa Pali

yaitu 'sikkha', dimaksudkan pendidikan adalah proses belajar, pelatihan,

mempelajari, pengembangan, dan pencapaian pencerahan

(Vin.IV.23). Pelatihan sosial/moral (sīla), konsentrasi (samādhi), dan

Page 68: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

48

kebijaksanaan atau pengetahuan (paññā) (A.I.231). Kata 'pada' dalam

'sikkhapada,' merupakan sistem pendidikan, yaitu pelatihan bagi

pelajar (M.I.354). Proses perhatian berkesinambungan bidang pendidikan

mempunyai karakter fungsional dalam pelatihan atau instruksi, pencapaian

atau praktek, dan perkembagnan bertahap (anupubbasikkhā anupubbakiriyā

anupubbapaṭipadā) (M.I.478, 480134; D.I.63). Melatih peserta didik dalam

berbagai lini kehidupan sehingga memiliki pengertian mendalam,

pengetahuan, dan keterampilan. Peserta didik dapat merefleksikan diri cara

berbuat yang benar, hidup sukses, bahagia, makmur, dan sejahtera

(Kp.134), mengembangkan kepribadian yang baik dengan perilaku dan

pengetahuan sempurna (D.I.124), dan mengakhiri penderitaan (It.40,53,104;

A.I.231).

Pendidikan dalam Buddhisme berarti membawa pengetahuan dan

keterampilan, memungkinkan untuk menerjemahkan seperti pengetahuan dan

keterampilan sesuai situasi dalam hidup akhirnya, mengembangkan disiplin,

wawasan dan kebijaksanaan. Buddha telah memberikan berbagai contoh

tentang bagaimana pendidikan ini dapat dicapai. Arah pendidikan terpadu telah

dirancang dan akan dijadikan pedoman penyelenggaraan pendidikan secara

menyeluruh. Sehingga setiap satuan pendidikan formal dan nonformal dapat

menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan

sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan

intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik (Partono 2005:1).

Page 69: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

49

Sistem pendidikan Buddhis membentuk keseluruhan hidup yang

behubungan dengan gerakan Buddha dan mencerminkan karakter tujuan

berkaitan dengan moral, intelektual, dan spriritual. Mengarahkan tujuan secara

bertahap dan progresif dalam hidup ini. Awalnya sebagai sistem pelatihan

untuk para bhikkhu, berkembang dan berfungsi dalam komunitas vihara dan

memperluas ruang lingkup, tujuan pada minat nilai dan budaya, sehingga

vihara tidak hanya menjadi tempat untuk meditasi saja, namun menjadi tempat

belajar dan budaya.

Pendidikan dan pelatihan dalam literasi Buddha berkaitan dengan

kematangan dan suksesnya tiga model komplementer, yaitu: (1) belajar untuk

memperoleh pengetahuan (learning to know/bahasa Pali pariyatti) belajar

pengetahuan literasi Buddha atau ajaran Buddha; (2) belajar praktik dan

bertidak dari yang dipelajari, meletakkan ajaran ke dalam praktek kehidupan

sehari-hari (learning to do/bahasa Pali patipatti), dalam bentuk soft skill dan

hard skill; dan (3) belajar menjadi terampil bentuk penguasaan pengetahuan

dan keterampilan (soft skill dan hard skill) yaitu proses menjadi diri sendiri dan

mewujudkan kebenaran (learning to be dalam bahasa Pali pativedha) (DhA.31;

Vin.II.285; A.I.22, 44, 69; A.III.86; A.V.127; D.III.253).

Tiga sumber tersebut akan dijelaskan dalam sudut pandang: (1)

membelajarkan agar peserta didik belajar menjadi baik, memahami,

menyimpan, mengingat, memecahkan, membiasakan diri, mempertimbangkan

dalam pikiran dan merealisir teori (ditthiya) ajaran Buddha yang

menyenangkan pada awal, tengah, dan akhir yaitu belajar sepanjang hayat

Page 70: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

50

(M.I.213, 216; A.IV.151). (2) Ia memeriksa dan meneliti arti dari pelajaran

yang diajar dan diingat; kemudian berhubungan dengan diri sendiri dan

diharapkan untuk ditumbuhkan dalam dirinya. Kemudian melakukan,

menumbuhkan dalam aktivitas, berusaha keras; mengujinya, mencoba, dan

akhirnya dapat merealisir sendiri dengan panca indera menembus kebenaran

secara komprehensip (M.II.173). (3) Peserta didik, setelah diajar dengan baik

dan dipandu dengan baik, mengenali teks menyangkut doktrin dengan maksud

dan tujuan, menerapkan apa yang didengar dan dipelajari (yathasutāṁ

yathāpariyattaṁ), melaksanakan meditasi (mindfulness) secara bertahap dan

terbiasa kontemplasi dalam pikiran, menyerap obyek konsentrasi, pemusatan

pikiran dengan baik, secara penuh memusatkan pikiran dan menembusnya

dengan kebijaksanaan (D.III.242).

Perjuangan Buddha Sakyamuni selama enam tahun merupakan upaya

untuk mencerahkan (insight) diri dari proses alami kehidupan. Catatan hirstoris

Buddha telah membuktikan bahwa empat puluh lima tahun mengajarkan

pengalaman hidup sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Tujuan utama

Buddha dalam pencarianNya adalah untuk mencari pemecahan dari sebuah

persoalan utama semua makhluk: penderitaan, sebab, lenyap, dan jalan menuju

lenyapnya. Konsekuensinya mempelajari saja tanpa mempraktekkan dengan

nyata dalam kehidupan sesungguhnya sia-sia belaka, dan belajar ajaran

(Dharma) tanpa praktek laksana bunga yang berwarna-warni, namun tanpa

harum.

Page 71: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

51

Perjalanan Buddha pembelajaran menyiratkan kepada masyarakat masa

kini untuk menentukan arah dan perhatinnya pada proses, dan bukan hanya

berorientasi hasil. Buddha tidak menghendaki pendidikan yang menghasilkan

sebarisan orang buta yang saling menuntun (M.II.170). Kepada suku Kalama,

Buddha menganjurkan agar tidak segera percaya terhadap suatu ajaran, apakah

itu berupa tradisi hingga yang tertulis dalam kitab suci sekalipun, sebelum

diselidiki sendiri benar (A.I.191). Buddha sangat menghargai kebebasan

berpikir. Pendidikan dalam perspektif Buddha tidak bersifat otoriter,

melainkan bersifat demokratis. Buddha tidak menginginkan adanya keter-

gantungan kepada diri-Nya, dan tidak menunjuk pengganti sebagai pemegang

otoritas setelah Ia parinibbana (D.II.100).

2.2.2.2 Konsep Pembelajaran Tematik Mindfulness

Pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

secara sengaja mengkaitkan beberapa aspek baik dalam infra pelajaran maupun

antar mata pelajaran. Pembelajaran tematik integratif atau holistik merupakan

model pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja dalam aspek mata

pelajaran yang diintegrasikan (Robin Forgaty 2009:92) sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran

tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated

instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan

menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,

dan otentik (Majid 2017:80).

Page 72: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

52

Tematik atau tema merupakan konsep atau prinsip yang menjadi fokus

pengikat untuk mempersatukan bahasan dari beberapa mata pelajaran.

Fungsinya bagi peserta didik adalah untuk pemusatkan perhatian, holistik, dan

kebermakna (Kurniawan 2014:101). Tingkat keterlibatan dalam belajar sangat

tergantung pada seberapa relevan, bermakna, dan menarik dalam menemukan

konten yang dipelajari. Bahkan pada tingkat intuitif, masuk akal, terutama

ketika menyangkut konsep-konsep abstrak yang pada awalnya tidak ada

hubungannya dengan kehidupan sehari-hari (J. Marzano 2005:59). Kegiatan

tersebut harus bermakna dan terkait dengan tujuan pembelajaran khusus untuk

peserta didik. Interpretasi yang menggembirakan cenderung meringankan

suasana hati. Penafsiran "praktis" dalam bentuk penyajian kembali fakta; dan

interpretasi "tercerahkan" (yang mungkin lebih berwawasan ke depan)

mencerminkan makna yang lebih dalam dan mendorong menemukan yang

positif tentang situasi tersebut.

Mindfulness means paying attention in a particular way: on purpose, in

the present moment, and nonjudgmentally (Kabat-Zinn 2005). Mindfulness

berarti memperhatikan dengan cara tertentu; dengan sengaja, pada saat ini, dan

tanpa menghakimi. Memberi perhatian, dengan sengaja maksudnya belajar

memberikan perhatian yang disengaja dan fokus terarah dengan apa yang

sendang diperhatikan. Pada saat ini dimaksudkan mindfulness adalah

melakukan investasi yang terarah pada apa pun yang terjadi saat ini, karena

saat ini adalah satu-satunya hal yang nyata dan yang dapat dikontrol. Berada di

masa kini berarti tidak memikirkan masa lalu dan tidak berada di masa depan,

Page 73: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

53

juga tidak secara mental berada di tempat lain atau sibuk dengan pembicaraan

sendiri. Tanpa menghakimi, manusia memiliki kecenderungan untuk menilai.

Menilai diri sendiri dengan niat sendiri dan orang lain dengan tindakannya.

Menilai pikiran sendiri ketika berbagai objek masuk ke kepala kita, dan

menebak pikiran orang lain dalam narasi internal sendiri. Membuka

pengalaman saat ke saat, waktu berubah seiring bertambahnya usia. Satu tahun

untuk seorang anak adalah waktu yang lama, sebagian karena segala sesuatu

dalam hidup ini sangat baru.

Ketika melakukan penilaian yang fokus pada diri sendiri dapat

menyebabkan peningkatan kesadaran diri, kecemasan, dan stres. Penilaian

dapat mengubah komentar menjadi kritik dan memungkinkan pujian dari

melihat diri sendiri secara akurat. Menjadi sadar berarti mengesampingkan

penilaian dan mengambil momen saat ini. Kemudian menganggap segala

sesuatu sebagaimana adanya, tidak lebih dan tidak kurang, seakurat dan

serealistis mungkin. Mindfulness menghilangkan gangguan pikiran yang tidak

berhubungan langsung dengan momen saat ini, membebaskan perhatian diri

sendiri.

Sikap yang sering dikaitkan dengan mindfulness meliputi: (1) sabar:

pengertian bahwa banyak hal dalam hidup terungkap oleh diri sendiri; (2)

Memiliki pikiran pemula: keengganan untuk beroperasi dalam mode pilot

otomatis, terlepas dari pengetahuan atau keahlian sebelumnya dengan

pengalaman terkait; (3) Memupuk kepercayaan: dalam kebijaksanaan dan

keahlian orang lain; (4) Menjadi tidak menghakimi diri sendiri dan orang lain:

Page 74: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

54

pikiran menghakimi mungkin menjadi gangguan dari pengalaman saat ini; (5)

tanpa memaksakan: mewakili pergeseran fokus dari mencapai tujuan dan

memenuhi harapan untuk apa yang terjadi di masa kini sehingga pengalaman

masa kini tidak dirusak oleh tujuan masa depan; (6) Penerimaan: kesediaan

untuk melihat situasi seseorang sebagaimana adanya daripada berfokus pada

bagaimana seseorang menginginkannya; (7) Melepaskan: membiarkan pikiran,

perasaan, dan pengalaman datang dan pergi, tanpa membiarkannya

mengalihkan perhatian seseorang.

Sikap mindfulness dapat dilihat dengan cara: (1) amati yaitu tetap hadir

dengan persepsi, sensasi, pikiran, atau perasaan, bahkan ketika tidak

menyenangkan atau menyakitkan; tidak mengganggu diri sendiri. (2) Jelaskan

yaitu mampu menggambarkan atau memberi label dengan kata-kata keyakinan,

opini, emosi, harapan. (3) Bertindak dengan sadar yaitu tetap hadir dengan

tindakan sendiri, tanpa gangguan. (4) Tidak menghakimi yaitu tidak

menghakimi pengalaman sendiri. (5) Non-reaktivitas yaitu mampu memahami

emosi tanpa bereaksi terhadapnya, tanpa menjadi tidak teratur.

Mindfulness merupakan proses peningkatan kualitas kesadaran diri

(consciousness), yang mencakup keadaan sadar terjaga (awareness) dan

perhatian (attention) serta harus dibedakan dari proses mental seperti kognisi

(perencanaan-pengawasan), motivasi, dan keadaan emosi (Brown & Ryan,

2003). Pendekatan mindfulness melibatkan bagaimana cara melihat,

merasakan, mengetahui disaat ini dan memfasilitasi terpusatnya kesadaran

yang lebih besar (Kabat-Zinn, 2007). Pendekatan ini melibatkan perhatian di

Page 75: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

55

sini dan sekarang serta sikap tidak menghakimi yang menggunakan niat

(intensi), perhatian (atensi) dan sikap (attitude). Mindfulness terbuka dan

menerima pengalamannya saat ini, mengembangkan toleransi terhadap

perasaan sulit yang diekspresikan dalam dirinya dan oleh orang lain.

Pendekatan mindfulness mudah, jujur, terus terang (straight forward),

berbasis fisiologis dan kognitif memfokuskan pada pikiran-pikiran, peristiwa-

peristiwa, dan perilaku serta sikap peserta didik saat ini dan bukan pada sifat,

latar belakang sosial budaya atau keyakinan kultural (Erford 2017:144). Hal-

hal yang ditumbuhkan melalui mindfulness adalah atensi dan kesadaran atas

pikiran, emosi dan sensasi tubuh. Hasil penelitian Collard, Avny, dan Boniwell

(2009:323) menjelaskan bahwa praktik mindfulness yang dilakukan dengan

intensitas lebih lama, ditemukan berkorelasi. Kesimpulan pertama, mindfulness

menjadi intervensi psikologis dalam psikologi positif. Kedua, dapat

meningkatkan motivasi dan keterampilan hidup sehari-hari, terbukti

berkorelasi signifikan lebih tinggi pada akhir program. Brown dan Ryan

(2003:822) menjelaskan peran mindfulness dapat meningkatkan kesejahteraan.

Mindfulness dapat diintegrasikan sebagai sebuah konsep dan intervensi

terapeutik, ke dalam bidang psikologi positif.

Penelitian mendukung memberikan bukti praktik mindfulness yang

memengaruhi: kontrol penghambatan pada remaja awal di kelas empat dan

lima (Oberle et al. 2012:565), pengaturan mandiri pada anak usia dini (Zelazo

and Lyons 2012:154), fungsi eksekutif di kelas tiga (Flook et al. 2010:70),

penurunan gejala perhatian, perilaku, dan kecemasan pada anak-anak berusia

Page 76: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

56

9-13 tahun (Semple et al. 2010:218), dan pengurangan kecemasan, peningkatan

keterampilan sosial, dan peningkatan kinerja akademik pada remaja yang

didiagnosis dengan ketidakmampuan belajar (Beauchemin, Hutchins, and

Patterson 2008:34). Peningkatan kewaspadaan yang tenang dan kapasitas yang

lebih besar untuk refleksi diri, kontrol diri, dan fleksibilitas serta peningkatan

kinerja akademik pada siswa kelas tujuh (Rosaen and Benn 2006:422),

perhatian pada siswa kelas satu, dua, dan tiga (Napoli et al. 2005:99),

peningkatan prestasi akademik, kapasitas perhatian, keterlibatan akademis,

keterkaitan sosial, kemanjuran diri guru, dan penurunan masalah perilaku.

Pembelajaran tematik mindfulness merupakan pembelajaran

terintegrasi dengan menggunakan tema sebagai tempat atau wadah untuk

membelajarkan berbagai konsep secara utuh dari teks ke konteks kekinian

secara natural. Penggunaan tematik mindfulness dimaksudkan agar peserta

didik mampu mengenal berbagai konsep (kebenaran alamiah) dengan mudah,

jelas, dan menyenangkan (fun). Setiap tema dibelajarkan agar peserta didik

mencapai empat kompetensi pengembangan yang meliputi pengembangan

fisik, sosial, mental, dan kebijaksanaan. Model pengembangan ini dalam

Sekolah Minggu Buddha disebut model pengembangan tematik holistik.

Secara umum, pendekatan holistik untuk mindfulenss dapat fleksibel, kreatif,

dan memenuhi kebutuhan dan tujuan spesifik peserta didik (Maynard et al.

2015:1).

Pelaksanaan proses pembelajaran tematik mindfulness SMB adalah

kegiatan dimana guru SMB berintegrasi dengan peserta didik dalam upaya

Page 77: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

57

melaksanaakan pembelajaran dengan tema sebagai media terjadinya proses

pengembangan (bhāvanā). Proses ini akan berjalan dengan baik apabila guru

SMB dalam mengelola suasana belajar aktif, interaktif dan menyenangkan,

sehingga siswa memiliki kasih sayang diri, tanpa menghakimi, ceria/gembira,

penerimaan, keterbukaan, pikiran pemula, rasa ingin tahu, kesabaran, rasa

bersyukur, kepercayaan pemaafan, dan tanpa paksaan.

Gambar 2.1 Proses Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Mindfulness

Pengaruh filosofis pembelajaran tematik adalah tiga aliran filsafat yaitu:

progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme

memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan

kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan

memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat

pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam

pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau

Page 78: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

58

bentukan manusia. Manusia mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi

dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Pengetahuan tidak

dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus

diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan

sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-

menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat

berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanistik melihat

siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang

dimilikinya (Majid 2017:87).

Pembelajaran tematik mindfulness erat hubungannya dengan

pembelajaran Buddha terpadu. Potensi dasar manusia seperti: potensi

intelektual, emosional, dan fisik merupakan anugerah yang perlu ditumbuhkan,

dikembangkan, dibina, dan diarahkan dengan baik, benar dan seimbang.

Program pembelajaran tematik mindfulness merupakan proses pembelajaran

secara terpadu yang menjadi salah satu sarana untuk menumbuhkan,

mengembangkan, membina, dan mengarahkan potensi-potensi dasar yang

dimiliki peserta didik.

Education for balanced development (pengembangan pendidikan

keseimbangan) dalam perspektif Buddha berasal dari terminologi Pali yaitu

"bhāvanā" diterjemahkan secara umum sebagai pengembangan (Nyanatiloka,

1980:36). Keseimbangan Pendidikan Buddha terpadu ke arah memadukan

teknologi dan pengembangan spiritual. Ada empat macam pengembangan,

dimana pengembangan spiritual dan teknologi terpadu. Pengembangan yang

Page 79: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

59

dimaksudkan adalah (A.III.106) (1) Pengembangan fisik (kāya-bhāvanā)

adalah pengembangan badan seperti halnya lingkungan fisik atau materialnya.

(2) Pengembangan sosial (sīla-bhāvanā) yaitu pengembangan moral dan

hubungan ramah dengan orang lain agar masyarakat diinginkan dengan suatu

lingkungan sosial baik. (3) Pengembangan mental (citta-bhāvanā) yaitu

pengembangan mental seperti cinta kasih, rasa kasihan, kegembiraan simpatik,

ketenangan hati, perhatian, dan konsentrasi. (4) Pengembangan

kebijakasanaan/intelektual (paññā-bhāvanā) yaitu pengembangan

kebijaksanaan pengetahuan segala sesuatu.

Empat macam pengembangan menunjukkan bahwa individu

mengembangkan fisik (kāya), sosial (sīla), mental (citta), dan kebijaksanaan

(paññā). Dengan kata lain, individu mempunyai keseimbangan fisik dan batin.

Sebab dua hal pertama sebagai langkah-langkah awal pengembangan, yaitu

pembangunan sosial dan fisik, mempunyai kaitan dengan fisik sedangkan

langkah ketiga dan keempat, yaitu pengembangan mental dan intelektual,

berkaitan dengan spiritual. Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai suatu

peran besar untuk pengembangan sosial dan fisik. Tidak berasumsi bahwa

hanya ilmu pengetahuan dan teknologi saja sudah cukup untuk pengembangan

manusia, itu akan mengakibatkan tidak berkembangnya pikiran. Agama dapat

membuat kontribusi utama kearah pengembangan mental dan intelektual.

Buddha mengajarkan bagaimana menghindari dua ekstrim kesenangan

material dan penyiksaan diri dengan jalan tengah.

Page 80: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

60

Pengembangan fisik (kāya-bhāvanā) tubuh fisik terintegrasi bersama

lingkungan yang digunakan untuk pengembangan kebijaksanaan.

Pengembangan fisik dapat dilaksanakan melalui aktivitas jasmani; seperti

siswa belajar tentang tubuh, dan bagaimana mengurus, menjaga dan merawat.

Belajar pentingnya nutrisi, olah raga dan bagaimana menangani kebutuhan

fisik dan bijaksana menggunakan indranya melalui melihat, mendengar,

mencium, merasakan, dan menyentuh, sehingga peserta didik memahami

aktifitas yang dilakukan dan dapat mengembangkan kebijaksanaannya.

Pengembangan sosial atau moralitas (sīla-bhāvanā) merupakan

pemahaman sosial ditekankan pada hidup wajar, adil, peduli, dan tanpa

merugikan yang lain dengan mengembangkan kemoralan. Peserta didik dalam

menjalin hubungan yang seimbang dengan lingkungan sekitar dan wajib

mempelajari dasar-dasar moralitas Buddhis sebagai pedoman untuk hidup

bersama penuh keyakinan dan integritas, kemampuan komunikasi, ketrampilan

berbahasa, sosiologi, sejarah pelayanan, masyarakat, dan kepedulian sosial.

Pengembangan mental (citta-bhāvanā) pengembangan mental

merupakan aktivitas pikiran, perasaan, pencerapan dan kesadaran.

Pengembangan mental menekankan pada perkembangan emosi positif dan

mengurangi emosi negatif. Aktivitas ini merupakan upaya penguatan

kemampuan dalam menahan dorongan negatif, menumbuhkan keinginan sehat,

mencapai kebenaran, kebaikan, kesabaran, ketahanan dan humoris. Kegiatan

bermeditasi adalah salah satu kegiatan pengembangan mental. Kondisi

meditatif itulah yang menghasilkan tindakan aktivitas sadar sepenuhnya,

Page 81: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

61

kedamaian batin dan kejernihan pikiran. Dengan demikian berdampak pada

tindakan yang berlandaskan cinta kasih dan kasih sayang.

Pengembangan pengetahuan (paññā-bhāvanā), pengembangan

pengetahuan merupakan aktivitas berpikir kreatif, konstruktif, dan kemampuan

merefleksikan atau memaknai pengalaman belajar. Hasil pengembangan dari

kaya bhavana, sila bhavana dan citta bhavana yang dimiliki peserta didik

melalui pengembangan kebijaksanaan termasuk kemampuan berpikir kreatif,

konstruktif, dan kemampuan merefleksikan/memaknai pengalaman belajar dan

kemampuan untuk melihat secara langsung dan apa adanya, termasuk dapat

membedakan baik buruk suatu masalah.

Untuk mencapai perkembangan keseimbangan fisik dan mental, peserta

didik menerima tiga tahap pelatihan (tisikkhā) dalam Buddhism (D.III.220;

A.I.229) (1) Pelatihan moral tinggi (adhisīla-sikkhā) mengarahkan ke

pengembangan sosial dan fisik. (2) Pelatihan konsentrasi tinggi (adhicitta-

sikkhā) mengarahkan ke pengembangan mental. (3) Pelatihan kebijaksanaan

tinggi (adhipaññā-sikkhā) mengarahkan ke pengembangan intelektual. Belajar

adalah proses evolusi, karena perubahan perilaku memerlukan waktu,

kesabaran dan ketekunan. Buddha menjelaskan “Aku tidak mengatakan bahwa

pencapaian pengetahuan yang mendalam datang dengan segera; sebaliknya, hal

itu datang melalui suatu latihan yang bertahap, suatu pelaksanaan yang

bertahap. suatu jalan yang bertahap” (M.I.479). Kemajuan bertahap ini

dilukiskan bagai lautan luas yang sedikit demi sedikit menjadi semakin dalam

(Ud. 54). Jika diibaratkan sebagai petani yang harus bekerja keras dengan

Page 82: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

62

A Sīla

Sīla Kaya

External - Suporting

faktor (Parataghosa)

Good Friend

1

Internal-External factor

2

Tisikkha

3

Bhavana

4

sebaik-baiknya, mengolah tanah, menabur benih, menyiram dan sebagainya,

tanamannya tentu memerlukan waktu untuk bersemi, tumbuh bertahap hingga

akhirnya berbuah (A.I.229). Pelatihan pertama melibatkan pengamatan aturan,

melakukan praktek ajaran dan aturan moral. Pelatihan yang kedua melibatkan

suatu praktek meditasi disebut samatha-bhāvanā sedangkan pelatihan yang

ketiga melibatkan meditasi praktek meditasi penuh perhatian disebut

vipassanā-bhāvanā (D.III.273; A.I.60).

Bagan 2.1 Pendidikan Buddha Holistik

Kalyana Mitta

(good friend)

D

Intenal- Learning

faktor

(yonosomanasikara)

Saddha

B

Paññā

Samadhi

Effecting Outcome

Paññā

Samadhi C

Inisiator

A = Pariyatti (learning to know)

B = Patipatti (learning to do)

Prepering - Processing - Progressing Output

C = Pativedha (learning to be)

D = Communitas learning to live together

Standar adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi dan menjadi acuan

untuk menentukan sesuatu. Kualifikasi akademik guru adalah tingkat

pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan

dengan ijazah sebagai bukti kemampuan dan kewenangan akademik yang

diperoleh melalui pendidikan tinggi terakreditasi. Kualifikasi akademik

Page 83: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

63

didasarkan atas penguasaan standar kompetensi. Kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh pendidik.

Standar kompetensi guru pendidikan khusus dikembangkan secara utuh

dari empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat

kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru pendidikan khusus.

Standar kompetensi guru pendidikan khusus mencakup kompetensi inti guru

yang dikembangkan menjadi kompetensi guru.

Berbasis kompetensi adalah Kompetensi kepribadian (1) bertindak

sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia, (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,

dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. (3) Menampilkan diri sebagai

pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. (4) Menunjukkan

etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa

percaya diri. (5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Kompetensi sosial yaitu (1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta

tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi

fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. (2) Berkomunikasi

secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua, dan masyarakat. (3) Beradaptasi di tempat bertugas

di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial

Page 84: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

64

budaya. (4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

2.3 Kerangka Berpikir

Penerapan model manajemen pembelajaran tematik mindfulness SMB

(MMPTM-SMB) dilakukan dengan perencanaan (planning),

pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi. Untuk iru

dibutuhkan guru SMB dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik

dan profesional apabila guru tersebut memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan. Diantara kompetensi yang harus dikuasai oleh guru SMB

adalah kompetensi pedagogik dan profesional.

Kompetesni pedagogik (1) menguasai karakteristik pesertta didik dari

aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual (2) menguasai

teori belajar dan prinsip-prinsi pembelajaran, (3) mengembangkan kurikulum

yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang di ampu, (4)

menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (6) menfasilitasi

pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimiliki, (7) berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun

dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan

hasil belajar (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran, (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

Page 85: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI TEORETIS, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan hasilnya dapat disimpulkan

sebagai berikut.

5.1.1 Manajemen pembelajaran sekolah minggu Buddha saat ini masih kurang

baik. Hasil penelitian pembelajaran saat ini (1) perencanaan

pembelajaran rata-rata kurang baik. Komponen perencanaan penyiapan

materi pembelajaran baik, komponen perencanaan media dan kegiatan

pembelajaran dalam kategori cukup. (2) pelaksanaan pembelajaran SMB

saai ini rata-rata cukup baik, komonen yang kurang adalah penguasaan

materi pembelajaran, penerapan pendekatan pembelajaran dan

penutupan pembelajaran. Komponen pelaksanaan pembelajaran yang

baik sekali adalah pelibatan peserta didik dalam pembalajaran. (3)

penilaian atau evaluasi secara keseluruhan kuirang baik, yaitu dalam

melakukan penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menfasilitasi penilaian oleh peserta didik.

5.1.2 Model hipotetik manajemen pembelajaran tematik mindfulness SMB

yang dikembangkan sesuai analisis kebutuhan dari model manajemen

pembelajaran tematik mindfulness SMB adalah sangat dibutuhkan

adanya: (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pelaksanaan, (4)

penilaian/evaluasi.

129

Page 86: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

130

5.1.3 Model layak manajemen pembelajaran tematik mindfulness sekolah

minggu Buddha berdasarkan hasil validasi ahli pendidikan, ahli agama

Buddha, dan praktisi adalah sangat layak untuk diterapkan atau

diimplementasikan. Pengembangan model terjadi pada pengembangan

fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan dan pengembangan kontren.

Pengembangan konten MMTM-SMB didasarkan pada pembelajaran

tematik mindfulness berpedoman pada empat pengembangan yaitu

pengembangan fisik Pengembangan fisik (kāya-bhāvanā),

pengembangan sosial atau moralitas (sīla-bhāvanā), pengembangan

mental (citta-bhāvanā), dan pengembangan pengetahuan atau

kebijaksanaan (paññā-bhāvanā). Dengan menggunakan fungsi dan

langkah-langkah manajemen yaitu (1) perencanaan, (2)

pengorganisasian, (3) pelaksanaan, (4) penilaian/evaluasi. Mindfulness

diintegrasikan secara holistik mulai dari proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan penliaian atau evaluasi.

5.2 Implikasi Teoretis

Manajemen pembelajaran tematik mindfulness SMB yang dikembangkan secara

teoritis berimplikasi pada pelaksanaan pembelajaran SMB yang dilakukan oleh

guru SMB yaitu: (1) penerapan fungsi manajemen yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian/evluasi pembelajaran. (2)

Pengembangan konten yaitu menggunakan model manajemen pembelajaran

tematik mindfulness terintegrasi kedalam fungsi menejemen. (3) perubahan

Page 87: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

131

fungsi manajemen terjadi dari semula tiga fungsi (perencanaan, pelaksanaan,

penilaian/evaluasi) menjadi empat fungsi (perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan penilaian/evaluasi.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, implikasi dan keterbatasan penelitian

penulis mengajukan saran sebagai berikut :

5.3.1 Saran untuk Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha

Kementerian Agama RI

Dapat dipergunakan untuk peningkatan manajemen dan kompetensi guru

SMB dengan menggunakan model manajemen pembelajaran tematik

mindfulness SMB.

5.3.2 Saran Untuk Lembaga Penyelenggara dan Guru Pendidikan SMB

Lembaga penyelenggara dan guru pendidikan SMB diharapkan

mempelajari, memanfaatkan, mendukung dan menerapkan model

manajemen pembelajaran tematik mindfulness SMB dengan berpedoman

pada buku panduan model manajemen pembelajaran tematik mindfulness

SMB.

5.3.3 Saran untuk Peneliti Lain

Dalam rangka pengembangan lebih lanjut, disarankan untuk peneliti lain

agar melakukan implementasi model manajemen pembelajaran tematik

mindfulness SMB.

Page 88: DISERTASI - lib.unnes.ac.id
Page 89: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Aṅguttara Nikāya ( The Book Of The Gradual Saying) Vol. I. Translated Davids,

Rhys.1989, Oxford: The Pali Text Society.

Aṅguttara Nikāya ( The Book Of The Gradual Saying) Vol. III. Translated Davids,

Rhys.1989, Oxford: The Pali Text Society.

Aṅguttara Nikāya ( The Book Of The Gradual Saying) Vol. IV. Translated Davids,

Rhys.1989, Oxford: The Pali Text Society.

Aṅguttara Nikāya ( The Book Of The Gradual Saying) Vol. V. Translated Davids,

Rhys.1989, Oxford: The Pali Text Society.

Abduh, Muhammad, Nugroho, and Siskandar. 2014. “Evaluasi Pembelajaran

Tematik Dilihat Dari Hasil Belajar Siswa.” Indonesian Journal of

Curriculum and Educational Technology Studies 1(1):1–9.

Ager, Karen, Nicole J. Albrecht, and Prof. Marc Cohen. 2015. “Mindfulness in

Schools Research Project: Exploring Students’ Perspectives of

Mindfulness—What Are Students’ Perspectives of Learning Mindfulness

Practices at School?” Psychology 06(07):896–914.

Albrecht, Nicole J. 2018a. “Teaching Mindfulness with Children: Being a Mindful

Role Model.” Australian Journal of Teacher Education 43(10):1–23. Albrecht,

Nicole J. 2018b. “Teaching Mindfulness with Children: Being a Mindful Role

Model.” Australian Journal of Teacher Education 43(10):1–23.

Amakae, Indah Haryati. 2016. “Analisis Proses Perencanaan Pembelajaran

Tematik Menggunakan Pendekatan Saintifik Di Sdn Monggang.” Jurnal

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 6(5):479–86.

Amanaturrakhmah, Isna and Achmad Rifai Rc. 2017. “Manajemen Pembelajaran

Tematik Di Kelas Tinggi SD Percontohan Kabupaten Indramayu.” Journal

of Primary Education 6(17):159–65.

Amry, Zainul and Laelatul Badriah. 2018. “Pembelajaran Tematik Sebagai Upaya

Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik.” Elementary: Islamic Teacher

Journal 6(2):254–70.

Ananda, Rizki and Fadhilaturrahmi. 2018. “Analisis Kemampuan Guru Sekolah

132

Page 90: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

133

Dasar Dalam Implementasi Pembelajaran Tematik Di SD.” Jurnal Basicedu

Volume 2(2):11–21.

Apriyanti, Helly. 2017. “Pemahaman Guru Pendidikan Anak Usia Dini Terhadap

Perencanaan.” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1(2):111–17.

Armstong, Micheal and Taylor Stephen. 2014. Handbook of Human Resource

Management Practice.

Armstrong, Michael. 2017. Armstrong’s Handbook of Resource Human Strategic

Management. Vol. 91. Hong Kong: Michael Armstrong.

Bateman, Thomas S. and Scott A. Snell. 2009. Manajemen Kepemimpinan Dan

Kolaborasi Dakam Dunia Yang Kompetitif. Jakarta: Salemba Empat.

Batubara, Delila Sari. 2017. “Studi Kasus Tentang Kreativitas Guru Pada

Pembelajaran Tematik Integratif Di Sd Anak Saleh Malang.” Muallimuna :

Jurnal Madrasah Ibtidaiyah 4(1):148–61.

Benn, Rita, Tom Akiva, Sari Arel, and Robert W. Roeser. 2012. “Mindfulness

Training Effects for Parents and Educators of Children with Special Needs.”

Developmental Psychology 48(5):1476–87.

Bernay, Ross S. 2014. “Mindfulness and the Beginning Teacher.” Australian

Journal of Teacher Education 39(7):57–69.

Björklund, Camilla and Eva Ahlskog-Björkman. 2017. “Approaches to Teaching

in Thematic Work: Early Childhood Teachers’ Integration of Mathematics

and Art.” International Journal of Early Years Education 25(2):98–111.

Black, David S. and Randima Fernando. 2014. “Mindfulness Training and

Classroom Behavior Among Lower-Income and Ethnic Minority

Elementary School Children.” Journal of Child and Family Studies

23(7):1242–46.

Bluth, Karen, Rebecca a Campo, Sarah Pruteanu-malinici, Amanda Reams,

Michael Mullarkey, and Patricia C. Broderick. 2015. “A School-Based

Mindfulness Pilot Study for Ethnically Diverse At-Risk Adolescents.”

Mindfulness 1(4):1–15.

Boulware, Jean Ngoc, Brenda Huskey, Heather Harden Mangelsdorf, and Howard

C. Nusbaum. 2019. “The Effects of Mindfulness Training on Wisdom in

Page 91: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

134

Elementary School Teachers.” Journal of Education, Society and

Behavioural Science 30(3):1–10.

Britton, Willoughby B., Nathaniel E. Lepp, Halsey F. Niles, Tomas Rocha, Nathan

E. Fisher, and Jonathan S. Gold. 2014. “A Randomized Controlled Pilot

Trial of Classroom-Based Mindfulness Meditation Compared to an Active

Control Condition in Sixth-Grade Children.” Journal of School Psychology

52(3):1–16.

Brown, Kirk Warren and Richard M. Ryan. 2003. “The Benefits of Being Present:

Mindfulness and Its Role in Psychological Well-Being.” Journal of

Personality and Social Psychology 84(4):822–48.

Brown, Kirk Warren, Richard M. Ryan, and J. David Creswell. 2007.

“Mindfulness: Theoretical Foundations and Evidence for Its Salutary

Effects.” Psychological Inquiry 18(4):211–37.

Burke, Christine a. 2010. “Mindfulness-Based Approaches with Children and

Adolescents: A Preliminary Review of Current Research in an Emergent

Field.” Journal of Child and Family Studies 19(2):133–44.

Carboni, Jessica A., Andrew T. Roach, and Laura D. Fredrick. 2013. “Impact of

Mindfulness Training on the Behavior of Elementary Students With

Attention-Deficit/Hyperactive Disorder.” Research in Human Development

10(3):234–51.

Christie, Oktavia. 2015. “Keefektifan Pendekatan Pembelajaran Tematik Terpadu

Di Sekolah Dasar.” Indonesian Journal of Curriculum and Educational

Technology Studies 3(1):56–64.

Collard, Patrizia, Nadav Avny, and Ilona Boniwell. 2009. “Teaching Mindfulness

Based Cognitive Therapy ( MBCT ) to Students : The Effects of MBCT on

the Levels of Mindfulness and Subjective Well-Being.” Counselling

Psychology Quarterly 21(4):323–36.

Dāgha Nikāya (The Long Discourses of the Buddha) Translate by Maurice Walshe.

1995. Boston: Wisdom Publication.

Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Daft, Richard L. 2017. Era Baru Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Page 92: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

135

Duffy, Michelle K., Joyce E. Bono, Kirk Warren Brown, Judson A. Brewer, Darren

J. Good, Ruth A. Baer, Sara W. Lazar, Theresa M. Glomb, and Christopher

J. Lyddy. 2016. “Contemplating Mindfulness at Work.” Journal of

Management 42(1):114–42.

Eggen, Paul and Don Kauchak. 2016. Strategi Dan Model Pembelajaran:

Mengajar Konten Dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.

Erford, Bradley T. 2017. 40 Teknik Yang Harus Dikuasai Stiap Konselor. Vol. 1.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Erni. 2006. “Evaluasi Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar Negeri 158

Watallipu Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng.” Prosiding

Seminar Nasional 02(1):257–64.

Fatchurrohman, Fatchurrohman. 2015. “Pengembangan Model Pembelajaran

Tematik Integratif Eksternal Dan Internal Di Madrasah Ibtidaiyah.”

Inferensi 9(2):329.

Flook, Lisa, Simon B. Goldberg, Laura Pinger, and and Richard J. Davidson

Katherine Bonus. 2013. “Mindfulness for Teachers: A Pilot Study to Assess

Effects on Stress, Burnout and Teaching Efficacy.” Manuscript 7(3):2–5.

Foody, Mairéad and Muthanna Samara. 2018. “Considering Mindfulness

Techniques in School-Based Anti-Bullying Programmes.” Ournal Of New

Approaches In Educational Research 7(1):3–9.

Fu’adi, Athok. 2014. “Evaluasi Program Pembelajaran Tematik Di Mi Mitra Pgmi

Stain Ponorogo.” Madrasah 7(1):1–26.

Gall, Meredith D. Gall, Joyce P. and Walter R. Borg. 2003. “Educational Research

(Seventh Edition).” Educational Research: An Introduction.

Gould, Laura Feagans, Jacinda K. Dariotis, Tamar Mendelson, and Mark. T.

Greenberg. 2010. “Violence Exposure and Depressive Symptoms among

Adolescents and Young Adults Disconnected from School and Work.”

Journal of Community Psychology 38(5):968–81.

Haenilah, Een Y. 2017. “Berbasis Core Content Di Sekolah Dasar.” Sekolah Dasar

26(1):39–48.

Hapidin, Nurjannah, and Sofia Hartati. 2018. “Pengembangan Model Pembelajaran

Page 93: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

136

Tematik Integratif Berbasis Proyek Dalam Menerapkan Pendidikan

Kelatutan Pada Anak Di Kepulauan Seribu.” Jurnal Pendidikan Usia Dini

12(1):52–65.

Hartel, Jenna, Anh Thu Nguyen, and Elysia Guzik. 2019. “Mindfulness Meditation

in the Classroom.” Journal of Education for Library and Information

Science 58(2):112–15.

Indah Haryati Amakae. 2016. “Analisis Proses Perencanaan Pembelajaran Tematik

Menggunakan Pendekatan Saintifik Di SDN Monggang.” Jurnal

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6(5):479–86.

Indriani, Fitri. 2015. “Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Dalam Mengelola

Pembelajaran Tematik Integratif Kurikulum 2013 Pada.” Junal Profesi

Pendidikan Dasar 2(2):87–94.

J.Marzano, Robert, Brbara B. Gaddy, Maria C. Foseid, Mark P. Foseid, and Jana

S. Marzano. 2005. A Handbook for Classroom Management That Works.

USA: ASCD.

Jarutawai, Nichawan, Asama Lowsuwansiri, Poranut Taechamaneesathid, Nattana

Tangsangob, and Yau Yan Wong. 2014. “Mindfulness Training at Schools

in Thailand : An Experimental Approach.” International Journal of

Information and Education Technology 4(1):123–26.

Jha, Amishi P., Alexandra B. Morrison, Justin Dainer-Best, Suzanne Parker, Nina

Rostrup, and Elizabeth A. Stanley. 2015. “Minds "at Attention ":

Mindfulness Training Curbs Attentional Lapses in Military Cohorts.” PLoS

ONE 10(2):1–19.

Johnson, Elaine B. 2014. Contextual Teaching and Leaning. Bandung: Mizan

Media Utama.

Joyce, Bruce, Marsha Weill, and Emily Calhoun. 2015. Model of Teaching.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurotun, Samsudi, Titi Prihatin. 2015. “Model Supervisi Akademik Terpadu

Berbasis.” Penelitian Tindakan Sekolah Dan Kepengawasan 2(1):27–34.

Kabat-Zinn, Jon. 2005. Wherever You Go, There You Are: Mindfulness Meditation

in Everyday Life. Vol. 33. Hyperion.

Page 94: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

137

Kabat-Zinn, Jon. 2007. Wherever You Go, There You Are. Jakarta: Karaniya.

Khan, Shaji a, Albert L. Lederer, and Dinesh a Mirchandani. 2013. “Top

Management Support, Collective Mindfulness, and Information Systems

Performance.” Journal of International Technology & Information

Management 22(1):95–122.

Khofiatun, Sa’dun Akbar, and M. Ramli. 2016. “Peran Kompetensi Pedagogik

Guru Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan

1(5):984–88.

Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, Dan

Penilaian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Kuyken, Willem, Elizabeth Nuthal, Sarah Byford, Catherine Crane, Tim Dalgleish,

Tamsin Ford, Mark T. Greenberg, Obioha C. Ukoumunne, Russell M.

Viner, and J. Mark G. Williams. 2017. “The Effectiveness and Cost-

Effectiveness of a Mindfulness Training Programme in Schools Compared

with Normal School Provision ( MYRIAD ): Study Protocol for a

Randomised Controlled Trial.” Kuyken Ed Al. Trials 18(194):1–17.

Lau, Ngar-sze and Ming-tak Hue. 2011. “Preliminary Outcomes of a Mindfulness-

Based Programme for Hong Kong Adolescents in Schools: Well-Being,

Stress and Depressive Symptoms.” International Journal of Children’s

Spirituality 16(4):315–30.

Majjhima Nikāya (The Middle Length Discourses Of The Buddha) Translate by

Bhikkhu Nanamoli and Bhikkhu Bodhi. 1995. Boston: Wisdom Publications.

Majid, Abdul. 2017. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja

Rusdakarya.

Marzuki, Saleh. 2010. Pendidikan Non Formal: Dimensi Dalam Keaksaraan

Fungsional, Pelatihan, Dan Andragogi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Masdiana, I. Made Budiarsa, and Hendrik Arung. 2013. “Penerapan Pembelajaran

Tematik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Pada Lingkungan

Siswa Kelas I SDN 018 Letawa Kecamatan Sarjo Kabupaten Mamuju

Utara.” Jurnal Kreatif Tadulako Online 3(2):190–204.

Maskiah and Muhammad Qasim. 2016. “Perencanaan Pengajaran Dalam Kegiatan

Page 95: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

138

Pembelajaan.” Jurnal Diskursus Islam 04(3):484–92.

Mathis, Robert L. and John H. Jackson. 2011. Human Resource Management. Us:

Joseph Sabatino.

Meiklejohn, John, Catherine Phillips, M. Lee Freedman, Mary Lee Griffin, Gina

Biegel, Andy Roach, Jenny Frank, Christine Burke, Laura Pinger, Geoff

Soloway, Roberta Isberg, Erica Sibinga, Laurie Grossman, and Amy

Saltzman. 2012. “Integrating Mindfulness Training into K-12 Education:

Fostering the Resilience of Teachers and Students.” Mindfulness 3(4):291–

307.

Min, Kon Chon, Abdullah Mat Rashid, and Mohd Ibrahim Nazri. 2012. “Teachers

’ Understanding and Practice towards Thematic Approach in Teaching

Integrated Living Skills ( ILS ) in Malaysia.” International Journal of

Humanities and Social Science 2(23):273–81.

Murfiah. 2017. “Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar Uum Murfiah

(Dosen Prodi PGSD FKIP Universitas Pasundan Bandung).” JURNAL

PESONA DASAR 1(5):57–69.

Natajaya, I. Nyoman and Nyoman Dantes. 2015. “Perancangan Model

Transpormasi Pendidikan Teknohumanistik Yang Terintegrasi Dengan

Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar 1,2.” Jurnal Pendidikan

Indonesia| 4(1):599–611.

Nurkhayati and April Utami Parta Santi. 2017. “Pengaruh Model Tematik

Terhadap Kreativitas Guru Dalam Mengajar Di Sekolah Dasar Negeri

Jagakarsa 09 Pagi.” Holistik Jurnal Ilmiah PGSD 1(2):87–94.

Nurlaela, L., M. Samani, I. G. P. Asto, and S. C. Wibawa. 2018. “The Effect of

Thematic Learning Model, Learning Style, and Reading Ability on the

Students’ Learning Outcomes.” The Consortium of Asia-Pasific Education

Universities (CAPEU) 296(1):1–8.

Nurmin and Badrun Kartowagiran. 2013. “Evaluasi Kemampuan Guru Dalam

Mengimplementasi Pembelajaran Tematik Di Sd Kecamatan Salahutu

Kabupaten Maluku Tengah.” Jurnal Prima Edukasia I(2):184–94.

Partono Nyanasuryanadi. 2005. “Pendidikan Buddhis Terpadu.” Materi Penataran

Page 96: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

139

Guru Agama Buddha Provinsi Yogyakarta (5):1–6.

Pratiwi, Rokhimah Kusuma and Arif Widagdo. 2017. “Implementasi Pembelajaran

Tematik Pada Kelas Awal Di Sekolah Dasar.” Joyful Learning Journal

6(4):277–84.

Pujiastuti, Pratiwi, Sekar Purbarini Kawuryan, and Unik Ambarwati. 2017.

“Evaluasi Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar.” Jurnal Kependidikan

1(2):187–99.

Puspita, Hendra Jati. 2016. “Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu Pada

Kelas Vb Sd Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta.” Jurnal Pendidikan Guru

Sekolah Dasar 5(9):884–93.

Putinella, Diana Peggy. 2017. “Meningkatkan Hasil Pembelajaran Tematik Kelas I

B Sd Negeri Jetis I Melalui Picture And Picture.” Jurnal Ilmiah Guru

“COPE” 1(21):12–20.

Raes, Filip, James W. Griffith, Katleen Van der Gucht, and J. Mark G. Williams.

2013. “School-Based Prevetnion and Reduction of Depression in

Adolescents: A Cluster-Randomized Controlled Trial of a Mindfulness

Group Program.” Mindfulness 1(1):1–10.

Rahayu, Tandiyo, Taufik Hidayah, and Info Artikel. 2014. “Pengembangan Materi

Pembelajaran Penjasorkes Tematik Untuk Kelas 1 Sekolah Dasar Di

Kabupaten Purworejo.” Journal Of Physical Education And Sports 3(2):61–

66.

Robin Forgaty. 2009. How to Integrate the Curricula. California: Sage Publication.

Roeser, Robert W., Ellen Skinner, Jeffry Beers, and Patricia A. Jennings. 2012.

“Mindfulness Training and Teachers’ Professional Development: An

Emerging Area of Research and Practice.” Child Development Perspectives

6(2):167–73.

Rusman. 2016. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktil Dan Penilaian.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2015. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Sari, Pratiwi Kartika, Syifa Khaerani, and Mega Achdisty Noordyana. 2017.

Page 97: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

140

“Penerapan Pendekatan Proses Pada Pembelajaran Tematik Siswa Sekolah

Dasar.” HOLISTIKA Jurnal Ilmiah PGSD 1(2):109–12.

Schonert-Reichl, Kimberly a. and Molly Stewart Lawlor. 2010. “The Effects of a

Mindfulness-Based Education Program on Pre- and Early Adolescents’

Well-Being and Social and Emotional Competence.” Mindfulness 1(3):137–

51.

Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories and Educational Perspekctive. Boston:

Pearson Education, Inc.

Setiadi, Hari. 2016. “Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013.” Jurnal

Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan 20(2):166–78.

Slutsky, Jeremiah, Brian Chin, Julianna Raye, and John David Creswell. 2019.

“Mindfulness Training Improves Employee Well-Being: A Randomized

Controlled Trial.” Journal of Occupational Health Psychology 24(1):139–

49.

Solaiman Girivirya. 2016. Evaluasi Penyelenggaraan Program Sekolah Minggu

Buddhis (SMB) Di Kabupaten Tangerang. Jakarta: Disertasi Tidak

Diterbitkan Universitas Negeri Jakarta.

Sulani, Puji. 2015. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Minggu

Buddha.” Jurnal Vijjacariya 1(1):21–35.

Sunhaji. 2013. Pembelajaran Tematik Integratif. Purwokerto: STAIN Press.

Suwakul, Nurhayati and Suwarjo. 2014. “Pengelolaan Pembelajaran Tematik Di

Sekolah Dasar Negeri.” Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan

2(1):81–92.

Syaifuddin, Mohammad. 2017. “Implementasi Pembelajaran Tematik Di Kelas 2

SD Negeri Demangan Yogyakarta.” Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu

Tarbiyah 2(2):139.

Syaifudin, Ahmad, Fathur Rokhman, and Ida Zulaeha. 2017. “Pengembangan

Strategi Pembelajaran Tematik Integratif Pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Jenjang Pendidikan Dasar.” Jurnal Inovasi Pembelajaran

Karakter (JIPK) 2(2):1–6.

Taridi, Ahmad Sopyan, and Dwijanto. 2012. “Pembelajaran Agama Buddha

Page 98: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

141

Dengan Metode Modeling The Way Berbantuan Multimedia

Untukmeningkatkan Motivasi.” Innovative Journal of Curikulum and

Education Technology 1(2):62–65.

Terry, George R. 2012. Asas-Asas Manajemen. Bandung: PT Alumni.

Tim Mapel. 2012. “Mindfulness and Education: Students’ Experience of Learning

Mindfulness in a Tertiary Classroom.” New Zealand Journal of Educational

Studies 47(1):19–32.

Upayanto, Imam Dwi. 2017. “Pelaksanaan Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

Sd Negeri 4 Krandegan.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1(6):40–

52.

Utami, Ima Wahyu Putri and Beti Istanti Suwandayani. 2018. “Perencanaan

Pembelajaran Tematik Berbasis Kearifan Lokal Di Sd Muhammadiyah I

Malang.” Jurnal Taman Cendekia 02(01):185–91.

Utomo, Budi, Eko Supriyanto, and Wafrotur Rohmah. 2017. “Pengelolaan

Pembelajaran Tematik Di Sd Kemasan I NO. 64 SURAKARTA.” Jurnal

Managemen Pendidikan 12(2):115–27.

Varun A. 2014. “Thematic Approach for Effective Communication in Early

Childhood Education Thematic Approach for Effective Communication in

ECCE.” International Journal of Education and Psychological Research

(IJEPR) 3(3):49–51.

Viantari, Resmitha Nidya. 2015. “Pemahaman Guru Mengenai Pembelajaran

Tematik Integratif Berpendekatan Saintifik Di Sekolah Dasa.” Indonesian

Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3(1):71–78.

Wangid, Muhammad Nur, Ali Mustadi, Vera Yuli Erviana, Slamet Arifin,

Universitas Negeri Yogyakarta, and Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.

“Implementing Thematic-Integrative Teaching And Learning In.” Jurnal

Prima Edukasia 2(2):175–82.

van de Weijer-Bergsma, Eva, George Langenberg, Rob Brandsma, Frans J. Oort,

and Susan M. Bögels. 2014. “The Effectiveness of a School-Based

Mindfulness Training as a Program to Prevent Stress in Elementary School

Children.” Mindfulness 5(3):238–48.

Page 99: DISERTASI - lib.unnes.ac.id

142

Winarsih, Amsri. 2017. “Penerapan Model Pembelajaran Tematik Dan Metode

Bermain Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Pada

Materi Ajar ‘Perkalian Bilangan Dua Angka’ Siswa Kelas II SDN

Dukuhmencek 03 Kabupaten Jember.” Jurnal Edukasi 4(1):34.

Page 100: DISERTASI - lib.unnes.ac.id