131
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh: Khairatunnisa NIM: 1113111000015 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN

PARIWISATA PANTAI PADANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

Khairatunnisa

NIM: 1113111000015

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN

PARIWISATA PANTAI PADANG

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2018

Khairatunnisa

Page 3: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Khairatunnisa

Nim : 1113111000015

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA

PANTAI PADANG

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 11 Januari 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing,

Dr. Cucu Nurhayati, M Si Dr. Joharatul Jamilah, M Si

Nip. 197609182003122003 Nip. 196808161997032002

Page 4: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN

PARIWISATA PANTAI PADANG

Oleh:

Khairatunnisa

1113111000015

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11

Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M Si Dr. Joharatul Jamilah, M Si

NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Dra. Ida Rosyidah, MA Muhammad Ismail, M Si

NIP. 196306161990032003 NIP. 196803081997031002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 11 Januari 2018

Ketua Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M Si

Nip. 197609182003122003

Page 5: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

v

Abstrak

Skripsi ini meneliti tentang perubahan sosial pasca pembangunan

pariwisata pantai Padang terhadap struktur mata pencaharian, kultur dan interaksi

masyarakat. Pantai Padang yang tepatnya terletak di kelurahan Purus yang

memiliki potensi dalam pariwisata. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode studi lapangan dan jenis penelitian deskriptif, sumber penelitian

berupa data primer yang didapat langsung dari lapangan melalui wawancara

dengan informan dari masyarakat pantai Padang, sedangkan data sekunder didapat

melalui jurnal bacaan dan website instansi pemerintahan terkait. Teori yang

digunakan dalam skripsi adalah dimensi perubahan sosial Himes dan Moore

mengenai struktur, kultur dan interaksi.

Masalah yang dikaji pada skripsi adalah perubahan struktur mata

pencaharian yakni pengklasifikasian lahan usaha yang berimplikasi pada peralihan

profesi dalam mata pencaharian penduduk, lalu kultur yang meneliti tentang

perubahan pada bahasa dan kebiasaan (habit), serta perubahan dalam interaksi.

Hasil dari penelitian terhadap perubahan struktur mata pencaharian adalah adanya

alih profesi yang dilakukan masyarakat kelurahan Purus, selanjutnya kultur di

kalangan remaja dan anak-anak yang terjadi pada bahasa sehari-hari dari bahasa

daerah menjadi bahasa setengah daerah dan setengah Indonesia, terakhir pada

interaksi yang mengalami perubahan karena sosial media dan teknologi yang

semakin berkembang menyebabkan remaja dan anak-anak lebih „candu‟ dengan

gadget dan juga pengaruh dari wisatawan luar yang datang berkunjung. Dari

penelitian dapat dilihat bahwa terjadi perubahan terhadap masyarakat pasca

pembangunan pariwisata pantai.

Kata kuci : perubahan sosial, pembangunan, pariwisata.

Page 6: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang elah memberikan

nikmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

shalawat dan salam juga dihaturkan pada Rasulullah Muhammad SAW.

Tiada kata selain syukurr yang dapat penulis ucapkan karena akhirnya

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi ini. Dalam penyelesaian

skripsi ini, penulis sering mendaptkan kendala serta hambatan sehingga

membutuhkan bantuan serta dukungan dari segala pihak baik secara moril, arah

maupun bimbingan. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis ingin

menyampakan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tersayang yang sudah mendukung dengan segenap tenaga

terutama Ayah saya Mukhtar R, S.Ag dan Bunda saya Fitri M, S.Pd.

Mereka yang sudah memberikan semangat baik moril maupun materil

untuk saya serta tiga adik saya „Afifah „Aini, Mizana Adillah dan

Azizil Hakim.

2. Dosen Pembimbing, Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si yang sudah

bersedia membimbing serta memberikan arahan agar penulisan skripsi

berjalan dengan baik dan benar.

3. Dosen Bapak Kasyfiyullah, M.Si yang sudah bersedia pula

memberikan masukan baik ide, gagasan dalam penyusunan skripsi.

Page 7: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

vii

4. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan FISIP dan Dosen Pembimbing

Akademik penulis, beliau telah memberikan ilmu bermanfaat dan

memberikan saran yang sangat baik dalam pengambilan mata kuliah.

5. Dr. Cucu Nurhayati, M Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi yang

selalu memberikan semangat serta bersedia memberikan bimbingannya

6. Segenap Dosen Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis serta digunakan kelak di masa depan

7. Para informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi

pengalaman terhadap saya meskipun dalam kesempatan ini tidak dapat

saya sebutkan namanya.

8. Bapak Kepala Dinas Pariwisata Medi Iswandi yang sudah meluangkan

waktu serta mendukung penulis dengan memberikan masukan baik

saat penelitian lapangan.

9. Sanak-sanak seperantauan yang tergabung dalam organisasi Keluarga

Mahasiswa Minangkabau Ciputat dan teman-teman Sanggar

Rangkiang yang sudah bersedia memberikan canda tawa dan semangat

saat pengerjaan skripsi yang ngandat.

10. Teman-teman KKN SAGA4 team acuh di awal kompak di akhir dan

sampai sekarang, tak lupa juga untuk Sosiologenk kelas A yang sudah

menemani selama 4 tahun di masa kuliah yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Page 8: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

viii

11. Uda-uda dan Uni-uni serta dunsanak Avakiners Minang yang memberikan

canda tawa dan nasehat serta semangat kepada penulis, tidak hanya di

game online, semoga kita bisa bertemu di real life.

Pada akhirnya, penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, sehingga saran dan masukan sangat penulis harapkan agar

nantinya tulisan ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi

pengetahuan dibidang sosial.

Page 9: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………………..v

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ……. vi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………x

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………..xi

BAB I……………………………………………………………………………………...1

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1

A. Pernyataan Masalah……………………………………………… …….. 1

B. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………….4

D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………5

E. Kerangka Teoritis………………………………………………………13

G. Definisi Konsep ………………………………………………………...16

F. Metode Penelitian………………………………………………………18

G. Sistematika Penulisan…………………………………………………..22

BAB II……………………………………………………………………………………23

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN………………………………………….23

A. Gambaran Umum Kota Padang………………………………………….. …….23

1. Sejarah Kota Padang………………………………………………………….23

2. Demografi dan Kondisi Umum Kota Padang………………………………...24

3. Demografi dan Kondisi Sosial Kelurahan Purus……………………………..26

4. Sejarah Pembangunan dan Tata Penggunaan Lahan………………………….35

B. Data Pendukung Pembangunan Pariwisata……………………………………..37

1. Indeks Wisata Progresif Pantai Padang…..…………………………………..37

2. Data Wisatawan per Tahun…………………………………………………...40

Page 10: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

x

BAB III…………………………………………………………………………………..42

TEMUAN DAN ANALISIS…………………………………………………………….42

A. Latar Belakang Pemerintah Mengadakan Pembangunan………………42

B. Alih Fungsi Lahan Pembangunan Infrastruktur Pariwisata…………….45

1. Kawasan Kota Tua Padang Batang Arau ……………………...45

2. Kawasan Pantai Padang Sektor 1……………………………...50

3. Kawasan Pantai Padang Sektor 4……………………………..53

4. Kawasan Pantai Padang Sektor 5 dan 6………………..……..54

5. Kawasan Pemukiman Penduduk Sektor 5………………...…...57

C. Perubahan Sosial Pasca Pembangunan Pariwisata…………………..…59

1. Perubahan Struktural…………………………………………..60

2. Perubahan Kultural…………………………………………….64

3. Perubahan Interaksi……………………………………………71

D. Tanggapan Masyarakat Terhadap Perubahan Pembangunan Pariwisata….75

BAB IV…………………………………………………………………………………..78

PENUTUP……………………………………………………………………………….78

A. Kesimpulan……………………………………………………………..78

B. Saran……………………………………………………………………79

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………80

LAMPIRAN……………………………………………………………………………..xii

Page 11: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Tinjauan Pustaka……………………………………………………….10

Tabel II.3.b Ketinggian Kecamatan di Kota Padang…………………….……….26

Tabel II.4.b Jumlah Penduduk Kelurahan Purus 2012-2016…………………….28

Tabel II.4.e Penduduk Berdasarkan Umur dan Gender………………………….31

Tabel II.4.f Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan……………………...32

Tabel II.4.g Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2012-2014…………………….34

Tabel II.B.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Tiga Objek Wisata……………...41

Tabel III.C.1 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Purus 2012-2016………..60

Page 12: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.4.a Peta Administratif Kecamatan Padang Barat……………………..27

Gambar II.4.b Peta Kelurahan Purus Berdasarkan RW………………………….28

Gambar II.5 Kondisi Tata Guna Lahan Sebelum Pembangunan………………...37

Gambar III.B.1 Bangunan Tua Sepanjang Kota Tua Padang……………………46

Gambar III.B.1.a Karambia Café dan Hangout………………………………….48

Gambar III.B.1.b Weekend Café…………………………………………………49

Gambar III.B.2 Pantai Muaro Gunung Padang………………………………….51

Gambar III.B.3 Sektor 4 Kios Pedagang Ikan dan Nelayan…………………….54

Gambar III.B.4.a Sektor 5 Pantai Padang (Taman IORA)………………………55

Gambar III.B.4.b Sektor 6 Pantai Padang (Taman Muaro Lasak)………………56

Page 13: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman,

pengembangan pariwisata semakin diperbaiki, yang bertujuan untuk

mengetengahkan berbagai kegiatan strategis dan berbagai perubahan

sosial. Adanya industri pariwisata di tengah-tengah masyarakat, secara

langsung membawa pengaruh terhadap kehidupan, dimana pariwisata

selalu mempertemukan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda, oleh

karenanya terjadi perubahan, baik perubahan sosial masyarakat dalam

nilai, sikap, dan perilaku disebabkan karena proses adaptasi terhadap

tuntutan kondisi lingkungan yang ada, serta hubungan sosial, lembaga dan

struktur sosial pada waktu tertentu.

Pada skripsi penulis membahas tentang perubahan sosial

masyarakat tahun 2014 hingga 2017 pasca pembangunan pariwisata Pantai

Padang karena objek wisata tersebut sebelumnya merupakan kawasan

pemukiman penduduk, yang memiliki potensi dan peluang untuk dijadikan

destinasi wisata. Kota Padang sendiri mempunyai ciri khas dalam budaya

dan sejarah. Idealnya pembangunan seharusnya mengalami perubahan ke

arah yang lebih baik, dalam struktur, kultur masyarakat maupun interaksi,

namun fakta di lapangan membuktikan bahwa pasca pembangunan

pariwisata menyebabkan kemajuan dalam hal infrastruktur namun dalam

Page 14: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

2

struktur terjadi pengklasifikasian lahan usaha menurut sektor wisata yang

menyebabkan masyarakat beralih profesi pada mata pencaharian,

perubahan bahasa sehari-hari pada dimensi kultural dan kurangnya

kepedulian terhadap lingkungan sosial pada dimensi interaksi yang dialami

oleh kalangan remaja dan anak-anak. Serta karena pada bulan September

2009 mengalami kerusakan akibat gempa sehingga pemerintah

mengadakan pembangunan pantai sebagai salah satu upaya preventif

penanganan bencana gempa dan tsunami. Pada tahun 2010 , pantai Padang

memiliki destinasi wisata alam dan bahari, namun masih minim akan

fasilitas rekreasi dan infrastruktur wisata. Pada awal Juni 2011

perencanaan pembangunan mulai diadakan, baik pembangunan

infrastruktur, tata kota dan konsep pariwisata. (Data Status Lingkungan

Hidup Kota Padang, 2010).

Pembangunan Kawasan Pantai Padang sepanjang 4 Km, dalam

perencanaan Penataannya dibagi atas beberapa Sektor dari Selatan ke

Utara di antaranya Pantai Muara (Depan LP Muara mulai dari mesjid Al

Munawarah – Simpang Nipah), Pantai Jalan Samudera (Simpang Nipah –

Simpang Hang Tuah), Pantai Olo Ladang (Simpang Hang Tuah – Simpang

Olo Ladang) , Pantai Purus (simpang olo ladang – depan rusunawa),

Pantai Cimpago (IORA – Jembatan Purus), Pantai Muara Lasak dari

Jembatan Purus – Jalan Layang. (Dokumen Kadis Pariwisata Kota

Padang, 2016). Sama seperti pembahasan lingkungan pantai Padang,

lahan yang tadinya kosong di pesisir pantai Purus sudah dijadikan area

Page 15: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

3

pedestrian, café dan tempat hangout. Penambahan pasir pantai untuk

menambah unsur landai dan tempat duduk ditata sedemikian rupa.

Perubahan yang terjadi pasca pembangunan pariwisata adalah

munculnya kelas-kelas sosial baru dalam mata pencaharian, sebelumnya

masyarakat kelurahan Purus bekerja sebagai nelayan dan pedagang ikan,

pasca pembangunan pariwisata pantai pekerjaan penduduk sebagian mulai

beralih menjadi pedagang café dan restoran juga jasa penyewaan karena

adanya pengelompokan dalam lahan usaha, seperti pemindahan lahan usaha

masyarakat ke beberapa sektor wisata, selain itu kultur masyarakat mulai

memudar terutama pada kalangan remaja dalam hal penggunaan bahasa dan

interaksi sehari-hari yang kini lebih candu dengan sosial media. Lantas apa

saja yang menjadi latar belakang pemerintah dalam pembangunan

pariwisata, lalu bagaimana tanggapan masyarakat mengenai alih fungsi

lahan pemukiman menjadi objek wisata, oleh karena itu penulis ingin

melihat, mendeskripsikan serta menganalisa perubahan sosial pada

struktural, kultural dan interaksi masyarakat pasca pembangunan pariwisata

menggunakan teori Himes dan Moore.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari pernyataan masalah tersebut, maka penulis

merumuskan pertanyaan penelitian, Perubahan sosial terjadi pada tempat

rekreasi masyarakat kota Padang merupakan transformasi dalam lingkungan

Page 16: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

4

masyarakat. Atas latar belakang penelitian itulah peneliti tertarik untuk

meneliti tentang

1. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sebelum dan

sesudah pembangunan pariwisata pantai?

2. Bagaimana perubahan sosial mata pencaharian, kultur bahasa dan

norma serta interaksi sosial masyarakat pasca pembangunan pariwisata

pantai Padang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dalam penulisan yang mengacu dari

pertanyaan penelitian di atas, tujuan yang ingin diharapkan penulis yaitu:

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sebelum dan

sesudah terjadinya proses pembangunan pantai Padang.

2. Mengetahui perubahan sosial struktural, kultural dan interaksi

masyarakat pasca pembangunan pariwisata pantai Padang.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah untuk:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah literatur

bidang sosiologi yang berkaitan dengan perubahan sosial dan berfokus

pada perubahan pasca pembangunan pariwisata bagi masyarakat.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi yang positif, serta menjadi bahan informasi bagi penulis lain

Page 17: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

5

yang akan meneliti masalah yang sama atau yang berkaitan dengan

penelitian ini.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah membaca beberapa referensi

yang terkait dengan masalah masyarakat dan lingkungan hidup oleh I

Wayan Tagel Sidarta dengan judul tesis yakni Dampak Perkembangan

Pariwisata Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial dan Ekonomi

Masyarakat, menganalisis teori perencanaan pembangunan dari Boothroyd

yakni perencanaan bukan sesuatu yang terpisah dari bentuk tindakan sosial

tetapi merupakan proses yang terkait di dalam evolusi yang terus menerus

dari gagasan melalui tindakan. Pembahasan tesisnya mengenai dampak

yang timbul karena perkembangan pariwisata di kawasan pantai Sanur

dimana memberikan pengaruh terhadap jenis pekerjaan masyarakat,

sebelum pariwisata berkembang, masyarakat mayoritas bekerja sebagai

nelayan dan petani, kini perkembangannya bekerja sebagai karyawan dan

wiraswasta. Selain memiliki pekerjaan pokok, umumnya memiliki

pekerjaan sampingan di bidang jasa pariwisata yang dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat.

Selain dampak di atas, efek yang timbul karena perkembangan

pariwisata adalah perubahan tata guna lahan yang berimplikasi pada

lingkungan, sebelumnya lahan di dominasi oleh sawah, pemukiman dan

perkebunan. Sementara itu setelah perkembangan pariwisata terjadi

perubahan menjadi penginapan, restoran, dan fasilitas penunjang

Page 18: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

6

ekowisata lainnya yang merubah fungsi ekologis menjadi aktivitas

ekonomi.

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa perkembangan pariwisata

berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, perubahan

pekerjaan masyarakat dari jenis pekerjaan non pariwisata ke pekerjaan

yang berhubungan dengan pariwisata, pola pembagian kerja dalam

mencari nafkah, mengelola usaha, mengurus rumah tangga, dan

keterlibatan dalam kegiatan adat. Kesempatan kerja dan berusaha, dimana

kesempatan kerja yang paling banyak adalah menyerap tenaga kerja

adalah hotel-hotel, losmen atau wisma, penginapan sederhana, dan yang

lainnya. Berdasarkan hal tersebut, dampak yang ditimbulkan bertujuan

untuk memelihara dan menjaga daya tarik dan objek wisata. Selain itu

untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia secara kualitas

dalam rangka peningkatan dan profesionalisme.

Penelitian kedua yaitu mengenai perubahan sosial terhadap

perkembangan pariwisata, salah satunya adalah jurnal dari Hilman

Nugraha,dkk seorang mahasiswa program Magister Pendidikan Sosiologi,

Pascasarjana UPI yang berjudul Perubahan Sosial Dalam Perkembangan

Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang, menggunakan rujukan

dari Suwantoro tentang dasar-dasar pariwisata yakni manfaat

pembangunan pariwisata, jurnal penelitian ini membahas mengenai respon

positif dan negatif masyarakat desa terhadap perkembangan pariwisata

dimana perkembangan pariwisata diterima baik oleh warga masyarakat di

Page 19: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

7

Desa Cibodas. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial yaitu

adanya penerimaan terhadap unsur-unsur yang baru, menerima adanya

akulturasi, adanya migrasi, menerima adanya perubahan kebiasaan hidup

dari tradisional ke semi modern,adanya sikap menghargai hasil karya

orang lain dan keinginan untuk maju. Sementara respon negatifnya yaitu

dari prilaku masyarakat menjadi konsumtif, munculnya sikap

individualistis, gotong royong warga masyarakatnya yang telah berubah,

terjadinya stratifikasi dan kesenjangan sosial dan melemahnya nilai-nilai

sosial.

Temuan ketiga merupakan tesis mengenai dampak sosial terhadap

pembangunan infrastruktur dari Dwi Septianingsih mahasiswa Magister

Manajemen Pembangunan Sosial Departemen Sosiologi FISIP Universitas

Indonesia tahun 2012 yang berjudul Dampak Sosial Pembebasan Tanah

Proyek Pembangunan Infrastruktur Untuk Kepentingan Umum.Teori

kapital Marx yakni konflik karena persoalan kepemilikan tanah dengan

orang-orang yang tidak memiliki 'kuasa' tanah.Tesis ini lebih merujuk

pada dampak negatif yang ditimbulkan karena pembangunan infrastruktur,

yaitu terjadinya penggusuran warga karena tidak teraturnya kepemilikan

tanah yang dikuasai oleh segelintir orang yang menyebabkan terjadi

konflik antar warga Pondok Bambu.

Tinjauan selanjutnya pada jurnal penelitian dari pusat penelitian

informasi geospasial terhadap perubahan sosial masyarakat Bajo yang

memfokuskan kajian pada faktor pendorong terjadinya perubahan pola

Page 20: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

8

pemukiman oleh Ellen Suryanegara dkk tahun 2015 dengan judul

Perubahan Sosial Pada Suku Bajo (Studi Kasus di Kepulauan Wakatobi

Sulawesi Tenggara). Konsep ini merupakan usaha untuk menjustifikasi

kehidupan laut dan darat melalui suatu perspektif adaptasi dengan

menempatkan perubahan budaya sebagai bagian dari usahanya untuk

beradaptasi terhadap lingkungannya dalam rujukan Suyuti (2011)

mengenai pranata sosial masyarakat pantai, Jurnal penelitian tersebut

membahas tentang faktor yang mendorong suku Bajo untuk menetap di

Kepulauan Wakatobi antara lain penurunan potensi sumber daya alam

untuk memenuhi kebutuhan hidup, persediaan kayu untuk perahu yang

semakin langka, didorong dengan adanya program pemerintah, serta

adanya pengaruh kebudayaan dari masyarakat daratan.

Referensi kelima yaitu jurnal penelitian dan pengabdian

masyarakat yang berfokus pada kebijakan pemerintah terhadap perubahan

sosial dengan judul Dampak Kebijakan Pembangunan Kota Baru

Lampung Terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat oleh Maulana

Mukhlis dan Denden Kurnia Drajat, dosen jurusan Ilmu Pemerintahan

FISIP Universitas Lampung tahun 2012, temuannya tentang implikasi

kebijakan pemerintah dalam perubahan lapangan pekerjaan, pembangun

keterkaitan kota- desa, kualitas pendidikan dan kesehatan kondisi sosial

kemasyarakatan, perilaku dan pola hubungan masyarakat pemenuhan

permukiman penduduk, dan perpindahan pekerja. Menggunakan

metodologi kebijakan publik mengenai suatu masalah sosial mendasar

Page 21: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

9

guna membantu pembuat kebijakan dengan cara menyajikan rekomendasi

yang bersifat pragmatis, berorientasi pada aksi untuk mengatasi masalah

tersebut.

Terakhir adalah rujukan dari Febrian Fatma Melati, mahasiswa

Antropologi FISIP Universitas Airlangga dengan judul Dinamika

Perubahan Sosial Dan Budaya di Desa Kendalsari, Kecamatan Sumobito,

Kabupaten Jombang tahun 2013 menggunakan teori perubahan sosial dari

Fatchan dimana Perubahan sosial dan sistem nilai budaya juga diartikan

sebagai suatu perubahan penting dalam struktur sosial, pola-pola perilaku

dan sistem interaksi sosial, termasuk di dalamnya perubahan norma, nilai,

dan fenomena kultural yang memfokuskan pada perubahan sosial

masyarakat dan perindustrian, membahas persoalan faktor eksternal,

setelah industri aluminium terbesar di desa Kendalsari yaitu “Berdikari”

membuka lapangan pekerjaan terutama bagi warga sekitar, yang kemudian

bedampak terhadap budaya yang ada di desa Kendalsari, baik dalam hal

mata-pencaharian, gaya hidup, keadaan ekonomi rumah tangga, pola pikir,

pandangan hidup, serta solidaritas antar tetangga atau antar manusia.

Untuk memudahkan pemetaan tinjauan pustaka, berikut disajikan

tabel yang memuat ringkasan keseluruhannya:

Page 22: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

10

Tabel I. 1 Tinjauan Pustaka

No Data Penulis Teori Temuan/Hasil Persamaan Perbedaan

1. Penulis : I

Wayan Tagel

Sidarta

Judul :

Dampak

Perkembangan

Pariwisata

Terhadap

Kondisi

Lingkungan,

Sosial dan

Ekonomi

Masyarakat

Metode:

Kuantitatif

dikombinasi

dengan

kualitatif dalam

bentuk

deskriptif

analistis

Teori

Perencanaan

Pembanguna

n Boothroyd.

Adanya perubahan

tata guna lahan

yang berimplikasi

pada lingkungan.

Setelah

perkembangan

pariwisata terjadi

perubahan

menjadi

penginapan,

restoran, dan

fasilitas penunjang

ekowisata lainnya

yang merubah

fungsi ekologis

menjadi aktivitas

ekonomi.

Perubahan

sosial pada

lingkungan

pariwisata

Implikasi alih

fungsi lahan

pada

persawahan,

pemukiman dan

perkebunan

masyarakat

pantai Sanur,

Bali

2. Penulis : Hilman

Nugraha, dkk

Judul :

Perubahan

Sosial dalam

Perkembangan

Pariwisata Desa

Cibodas

Metode:

Pendekatan

Kualitatif

metode studi

kasus

Tidak

Dicantumkan

Teori

Adanya

penerimaan unsur

baru, akulturasi,

migrasi, dan

kebiasaan hidup

dari tradisional ke

semi modern,

berubahnya

perilaku

masyarakat

menjadi

konsumtif,

individualis, dan

melemahnya nilai-

nilai sosial

Adanya unsur

baru yang

mempengaruhi

perubahan

sosial

Perubahan

sosial desa yang

terjadi karena

adanya

akulturasi, dan

pola kehidupan

3. Penulis : Dwi

Septianingsih

Teori Kapital

Marx

Dampak sosial

terhadap

Pembangunan

infrastruktur

Terjadinya

konflik antara

Page 23: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

11

Judul :

Dampak Sosial

Pembebasan

Tanah Proyek

Pembangunan

Infrastruktur

Untuk

Kepentingan

Umum

Metode:

Kualitatif

induktif metode

studi kasus

pembebasan tanah

proyek untuk

insrastruktur,

persoalan

kepemilikan tanah

dengan orang-

orang yang tidak

memiliki 'kuasa'

tanah.

untuk

kepentingan

umum

pemilik tanah

dengan yang

tidak memiliki

kuasa tanah

yang

menginginkan

pembebasan

terhadap tanah

proyek untuk

pembangunan

infrastruktur

4. Penulis : Ellen

Suryanegara,

dkk

Judul :

Perubahan

Sosial Pada

Suku Bajo

(Studi Kasus di

Kepulauan

Wakatobi

Sulawesi

Tenggara)

Metode:

kualitatif

Tidak

Dicantumkan

Teori

Terjadinya

penurunan potensi

sumber daya alam

untuk memenuhi

kebutuhan hidup,

persediaan kayu

untuk perahu yang

semakin langka

Perubahan

sosial pada

masyarakat

yang memiliki

tradisi

Adaptasi

masyarakat

Bajo dalam

mengahadapi

perubahan

sosial di pulau

5. Penulis :

Maulana

Mukhlis dan

Denden Kurnia

Drajat

Judul :

Dampak

Kebijakan

Pembangunan

Kota Baru

Lampung

Terhadap

Perubahan

Sosial Budaya

Masyarakat

Metode:

Tidak

Dicantumkan

Teori

Adanya kebijakan

pemerintah

menyebabkan

perubahan

lapangan

pekerjaan,

pembangun

keterkaitan kota-

desa, kualitas

pendidikan dan

kesehatan kondisi

sosial

kemasyarakatan,

perilaku dan pola

hubungan

masyarakat

pemenuhan

Perubahan

sosial pada

pembangunan

wilayah

Dampak

kebijakan

pemerintah

dalam

pembangunan

terhadap

perubahan

sosial

Page 24: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

12

Kebijakan

publik

permukiman

penduduk, dan

perpindahan

pekerja

6. Penulis :

Febrian Fatma

Melati

Judul :

Dinamika

Perubahan

Sosial Dan

Budaya di Desa

Kendalsari,

Kecamatan

Sumobito,

Kabupaten

Jombang

Metode :

Kualitatif tipe

deskriptif

Teori

Perubahan

Sosial dari

Fatchan

Perubahan sosial

yang terjadi pada

masyarakat karena

sektor industri

yakni adanya

lapangan kerja

baru bagi

masyarakat,

perubahan gaya

hidup, pola pikir

serta solidaritas

masyarakat.

Perubahan

sosial, budaya

dan interaksi

masyarakat

Perubahan

sosial

masyarakat dan

industri

Dari berbagai penelitian tersebut, beberapa penelitian memiliki

kesamaan dengan tema dan judul penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Keenam penelitian tersebut membahas perubahan sosial pada masalah

yang bebeda. Persamaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis yaitu membahas tentang perubahan sosial, faktor penyebab serta

kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.

Penelitian penulis lebih dekat pada penelitian pertama dan keenam

yaitu memposisikan penelitian membahas perubahan sosial budaya yang

memfokuskan pada mata pencaharian, kultural masyarakat melalui

inovasi, difusi dan integrasi, serta interaksi masyarakat pasca

pembangunan pariwisata.

Page 25: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

13

Penelitian pertama yang lebih menitikberatkan pada perubahan tata

guna lahan sedangkan penelitian keenam lebih mentikberatkan pada

masyarakat dan industri. Namun yang membedakan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh penulis yaitu, penulis ingin menjelaskan

bagaimana perubahan sosial pada mata pencaharian masyarakat, tradisi

masyarakat, serta interaksi antar masyarakat di sekitar Pantai Padang

E. Kerangka Teoritis

1. Dimensi Perubahan Sosial Himes dan Moore

Menurut Sztompka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan

di semua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis,

perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan

kata lain, perubahan tidak terjadi secara linear. Perubahan sosial secara

umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya

struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih

inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan

yang lebih bermartabat. Pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi,

politik, sedangkan ditingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas,

dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan

perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kekuatan fisik (entity),

tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda (Sztompka,

2004).

Page 26: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

14

Mengenai perubahan sosial dalam kajian lingkungan di daerah

wisata pantai kota Padang, terjadi secara bertahap. Proses ini diketahui

dari survey awal yang penulis lakukan sebelum penelitian ini ditetapkan,

setiap bulan ada renovasi dan pembangunan infrastruktur serta fasilitas

yang menunjang wisata oleh pemerintah Kota Padang, lahan yang awalnya

hanya tepian luas sekarang menjadi objek rekreasi tempat hang out

sepanjang area pantai. Dampaknya tentu menimbulkan hal positif ataupun

negatif, selain alih fungsi lahan yang bermanfaat untuk perekonomian,

apakah mensejahterakan atau malah menjadikan kerusakan pada

lingkungan. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui bagaimana kondisi

sosial sebelum dan sesudah adanya perubahan.

Menurut Himes dan Moore, perubahan sosial mempunyai tiga

dimensi yaitu: dimensi struktural, kultural dan interaksional.

a. Dimensi Struktural, mengacu pada perubahan-perubahan dalam

bentuk struktur masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan,

munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur kelas sosial, dan

perubahan dalam lembaga sosial. Pada penelitian ini penulis ingin

memfokuskan kajian pada apakah setelah adanya pembangunan beberapa

infrastruktur penunjang pariwisata terjadi perubahan struktural yakni pada

mata pencaharian penduduk.

b. Dimensi Kultural, mengacu pada perubahan kebudayaan dalam

masyarakat, apakah pembangunan sektor pariwisata juga merubah budaya

masyarakat terutama perilaku dan nilai-nilai tradisi masyarakat yang mana

Page 27: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

15

kota Padang memegang prinsip “Adat Bersendikan Syariat, Syariat

Bersendikan Al-Quran” yang artinya segala tingkah laku dalam

kebudayaan masyarakat Minangkabau harus berpedoman pada syariat.

Apakah budaya tersebut mengalami difusi, inovasi dan integrasi.

c. Dimesi Interaksional, mengacu pada adanya perubahan

hubungan sosial dalam masyarakat. Apakah interaksi antar masyarakat di

sekitar pantai menjadi berkurang atau semakin erat, baik masyarakat yang

tinggal disekitar pantai, pengunjung maupun petugas penanggung jawab

objek wisata.

Pada pariwisata pantai kota Padang, peneliti ingin melihat

bagaimana dan apa saja perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah

pembangunan. Melalui tiga dimensi perubahan sosial, yakni struktural

apakah terjadi perubahan dalam struktur dan lembaga sosial, kultural serta

interaksional dalam masyarakat.

F. Definisi Konsep

Pada judul penulisan ini beberapa kata yang harus diperjelas

maksudnya adalah dimensi perubahan sosial, pembangunan, serta

pariwisata.

1. Dimensi menurut Kementrian Negara dan Lingkungan Hidup, 2002

adalah suatu hak yang mempengaruhi kehidupan mencakup budaya,

politik, pendidikan dan ekonomi. Adanya perubahan sosial pasti yang

ada dibenak seseorang adalah sesuatu yang terjadi setelah jangka

Page 28: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

16

waktu tertentu dan ada perbedaan dari sebelumnya bicara mengenai

kata sebelumnya, pasti ada kata setelahnya. Untuk itu terdapat tiga

konsep dalam perubahan sosial, yang pertama studi mengenai

perbedaan. Kedua, studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda.

Dan yang ketiga, pengamatan pada sistem sosial yang sama. Itu berarti

untuk dapat melakukan penelitian perubahan sosial, harus melihat

adanya perbedaan atau perubahan kondisi objek yang menjadi fokus

studi. Kemudian harus dilihat dalam konteks waktu yang berbeda,

maka dalam hal ini menggunakan studi dalam dimensi waktu yang

berbeda. Dan setelah itu objek yang menjadi fokus studi komparasi

harus merupakan objek yang sama. Jadi dalam perubahan sosial

mengandung adanya unsur dimensi ruang dan waktu. (Martono, 2012).

Perubahan sosial memiliki tiga dimensi, yaitu struktural,

kultural dan interaksi. Perubahan struktural mangacu pada struktur

dalam masyarakat, baik vertikal maupun horizontal. Pada penelitian ini

penulis memfokuskan pada struktur mata pencaharian penduduk di

Pantai Padang. Pada dimensi kultural penulis memfokuskan pada

budaya yang mengalami perubahan yakni bahasa dan kebiasaan

(habit), sedangkan pada interaksi yakni hubungan antar masyarakat.

2. Pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus untuk

menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu.

Menurut (Riyadi dan Bratakusumah, 2003) pembangunan adalah

Page 29: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

17

semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara

sadar dan terencana Pembangunan yang penulis maksud pada

penelitian adalah infrastruktur yang direncanakan oleh pemerintah,

secara sederhana infrastruktur dapat dikatakan sebagai fasilitas fisik

serta sistem layanannya.

Sistem tersebut berfungsi sebagai petunjuk dan aturan agar

fasilitas menjadi berguna secara optimal dan bermanfaat bagi

masyarakat. Infrastruktur dan pelayanannya dalam pembangunan

diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat (Usman, 2015).

Sebagai fasilitas pendukung lebih memberikan tekanan pada peran

infrastruktur untuk kontribusi dalam mencapai tujuan. Pemerintah

membangun infrastruktur penunjang pariwisata, dibantu dengan

masyarakat sebagai sistem layanannya yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan yakni pariwisata di Pantai Padang.

3. Pariwisata merupakan salah satu industri besar yang dapat menampung

banyak tenaga kerja dan mampu menghasilkan devisa yang sangat

besar kepada negara. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang

dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari

suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan

suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau

mencari nafkah di tempat yang dikunjungi (Marpaung dan Bahar,

2000). Menurut Norval dalam Spillane (1987), seorang ahli ekonomi

berkebangsaan Inggris memaparkan bahwa pariwisata selain

Page 30: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

18

bermanfaat bagi pendidikan, kebudayaan dan sosial juga mempunyai

arti yang lebih penting dari segi pembelajaran.

Dalam penelitian penulis memfokuskan pada pariwisata Pantai.

Pantai merupakan objek wisata terbuka bagi masyarakat. Pantai juga

menjadi aset utama dalam indutri pariwisata di kota Padang karena

Kota Padang terletak di kawasan pesisir barat Sumatera yang memiliki

kuliner dan tradisi khas, sehingga memunculkan inovasi-inovasi baru

dari berbagai elemen untuk membangun pantai menjadi objek

pariwisata.

G. Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis akan menjelaskan secara sistematis metode

yang penulis pergunakan dalam penelitian ini, maka penulis akan uraikan

sebagai berikut:

1. Pendekataan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif yakni menggambarkan

permasalahan yang dikemukakan mengenai proses perubahan setelah

adanya pembangunan di area pantai Padang. Karena penelitian deskriptif

menggambarkan karakteristik kegiatan yang terjadi selama penelitian dan

menggambarkan keadaan lingkungan tempat penelitian berlangsung.

(Usman dan Akbar, 2008)

Page 31: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

19

Seperti yang dijelaskan oleh (Creswell, 1994) pendekatan kualitatif

fokus pada proses dalam tahap penelitian dan membuat peneliti

memahami mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. Berikut penjelasan

Creswell mengenai pendekatan kualitatif:

“Qualitative research focuses on the process that is occurring as

well as the product or outcome. Researchers are particulars

interested in understanding how things occurs”.

Tipe pendekatan studi kasus sengaja dipilih karena tipe inilah yang

paling memungkinkan peneliti untuk fokus pada satu kasus.

2. Subjek penelitian

Ada dua belas informan yang penulis ambil, sesuai dengan kriteria-

kriteria yang telah diuraikan dalam pendekatan penelitian. Informan utama

diperoleh dari masyarakat yang tinggal disekitar objek wisata seperti

pedagang café, pedagang ikan, nelayan, penduduk yang tinggal di kawasan

sekitar maupun wisatawan. Penentuan narasumber utama di atas adalah

bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar tempat objek wisata lebih

mengetahui bagaimana kondisi tempat wisata tersebut narasumber

pendukung yakni instansi pemerintahan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Padang. Selain itu penulis juga mengambil data dari jurnal, artikel,

berita, dan dokumen mengenai pembangunan periwisata pantai Padang.

3. Teknik pengumpulan dan analisis data

Teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam

penelitian ini yaitu wawancara dan observasi lapangan. Wawancara adalah

bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan satu orang yang ingin

Page 32: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

20

memperoleh informasi dari satu orang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur yang

sering kali disebut dengan wawancara mendalam, wawancara kualitatif

dan wawancara terbuka (openended interview).

Wawancara tidak terstruktur juga dilakukan layaknya percakapan

informal dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Wawancara juga

dilakukan melalui via sosial media dan telepon mengingat kerterbatasan

jangkauan dan kesediaan informan untuk menjawab pertanyaan. Selain itu

penulis juga melakukan observasi lapangan dengan mengunjungi café

pinggir pantai, pasar ikan sekitar pantai dan bangunan cagar budaya.

Disini penulis melakukan observasi sebagai metode pengumpulan data

dengan melihat langsung kegiatan (activity) dari masyarakat dan

pengunjung.

Ada beberapa alasan observasi atau pengamatan dijadikan sebagai

cara utama pengumpulan data yaitu : (1) didasarkan atas pengamatan

langsung, (2) memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian

mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi sebenarnya, (3)

bisa menghindari kekeliruan karena kurang mampu mengingat data hasil

wawancara, (4) memungkinkan penulis mampu memahami situasi-situasi

yang rumit. (5) dalam kondisi tertentu di mana teknik lain tidak

memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat

Page 33: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

21

(Tohirin, 2012). Dalam penelitian penulis menggunakan observasi

partisipasi dimana penulis juga ikut terlibat dalam objek kajian.

Analisis sebelum turun lapangan penulis lakukan dengan survey

awal dan membaca beberapa hasil studi terdahulu tentang perubahan sosial

terkhusus yang membahas struktur, kultur dan interaksi. Deskripsi dan

analisis data dalam penelitian ini dilakukan mengikuti rumusan Miles dan

Huberman yang dilakukan melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data (1992). Reduksi data

dalam penelitian ini meliputi aktivitas penyederhanaan dan klasifikasi data

yang dilakukan sejak dan setelah penelitian berlangsung.

4. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi wisata dan tempat hang out

yang ada di Kota Padang terutama daerah Pantai Padang, dan dilaksanakan

dalam kurun waktu satu sampai empat bulan karena tempat wisata di

Padang memiliki potensi dalam hal sejarah, legenda, dan cagar budaya

yang lebih dibanding tempat wisata lainnya di Sumatera Barat, seperti

Pariaman, Solok, Pasaman dan Padang Panjang. Dalam waktu tersebut

akan dilakukan proses wawancara dengan narasumber utama yaitu

masyarakat dan narasumber pendukung yakni petugas serta penanggung

jawab objek wisata serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang

mengenai pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata.

Page 34: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

22

H. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisikan pernyataan penelitian,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teori, defenisi konsep, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II Gambaran Umum. Dalam bab ini berisi tentang gambaran

umum seperti memuat informasi objek penelitian, sejarah kota dan profil

kelurahan purus, tabel kondisi penduduk ,data pendukung mengenai

pembangunan pariwisata pantai kota Padang.

Bab III Temuan dan Analisa. Dalam bab ini berisi tentang hasil dari

temuan-temuan yang diperoleh di lapangan seperti, faktor-faktor

pendorong alih fungsi lahan pantai, tanggapan masyarakat, perubahan

struktural, budaya yang dimiliki masyarakat pantai, serta interaksi antar

masyarakat, pengunjung dan pemerintah.

Bab IV Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari

penulisan ini dengan menjelaskan hasil-hasil lapangan yang didapat.

Page 35: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

23

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Padang

1. Sejarah Kota Padang

Kota Padang adalah salah satu kota tertua di pantai barat Sumatera

Lautan Hindia. Menurut sumber sejarah pada awalnya (sebelum abad ke-

17) Kota Padang dihuni oleh para nelayan, petani garam dan pedagang.

Ketika itu Padang belum begitu penting karena arus perdagangan orang

Minang mengarah ke pantai timur melalui sungai-sungai besar. Namun

sejak Selat Malaka tidak lagi aman dari persaingan dagang yang keras oleh

bangsa asing serta banyaknya peperangan dan pembajakan, maka arus

perdagangan berpindah ke pantai barat Pulau Sumatera yaitu kawasan

Batang Arau yaitu sektor 1 Pantai Padang. (Bappeda Kota Padang, 2012)

Belanda datang mengincar Padang karena muaranya yang bagus

dan cukup besar serta strategis dan Belanda berhasil menguasainya pada

tahun 1660 melalui perjanjian dengan raja-raja muda wakil dari

Pagaruyung. Tahun 1667, Belanda membuat Loji yang berfungsi sebagai

gudang sekaligus tangsi dan daerah sekitarnya dikuasai pula demi alasan

keamanan. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1784 Belanda menetapkan

Padang sebagai pusat kedudukan dan perdagangannya di Sumatera Barat.

Kota Padang menjadi lebih ramai setelah adanya Pelabuhan Teluk Bayur,

Semen Padang dan Tambang Batubara (di Sawahlunto), serta Jalur Kereta

Page 36: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

24

Api. Namun tanggal 7 Agustus 1669 terjadi penyerbuan besar-besaran

terhadap Loji Belanda di Kepalo Koto Batang Arau dan saat itulah

ditetapkan sebagai hari jadi Kota Padang. (Padang Heritage,2017)

2. Demografi dan Kondisi Umum Kota Padang

a. Luas dan Batas Wilayah Kota Padang

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional telah ditetapkan

kota Padang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Berdasarkan PP No

17 tahun 1980, luas wilayah kota Padang secara administratif adalah

165,35 km. Menurut Perda No. 10 Tahun 2005 tentang luas kota Padang

diketahui terjadi penambahan luas administrasi menjadi 1.414,96 km2,

dimana penambahan wilayah lautan atau perairan seluas 720,00 km2.

Secara geografis, kota Padang yang membujur dari Utara ke Selatan

memiliki pantai sepanjang 68,126 km dan terdapat deretan Bukit Barisan,

dengan panjang daerah bukit (termasuk sungai) 486,209 km2. Batas-batas

wilayah Kota Padang sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Padang Pariaman

Sebelah Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan

Sebelah Timur : Kabupaten Solok

Sebelah Barat : Samudera Hindia

b. Iklim

Kota Padang mempunyai iklim tropis dimana hujan turun hampir

sepanjang tahun. Tingkat curah hujan di kota Padang mencapai rata-rata

336,25 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 16 hari per bulan (Profil

Page 37: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

25

Kota Padang, 2015). Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

Maret sebesar 585,4 mm dan sering terjadi hujan sepanjang bulan, yakni

dengan banyaknya hari hujan terjadi selama 16 hari sedangkan terendah

terjadi pada bulan Juli sebesar 194,9 mm yang terjadi hujan selama 16

hari. Hari hujan terlama dan sering terjadi hujan sepanjang bulan adalah

pada bulan November, yakni selama 27 hari dengan curah hujan sebesar

575 mm dan hari hujan tersingkat bahkan jarang terjadi hujan yakni pada

bulan Januari, Mei dan Juni yang hanya terjadi selama 10 hari dengan

curah hujan masing-masing sebesar 216 mm, 214,9 mm dan 244,9 mm.

c. Topografi

Wilayah kota Padang yang berada dipantai barat pulau Sumatera

mempunyai topografi bervariasi perpaduan dataran rendah, perbukitan dan

daerah aliran sungai. Bagian utara kota Padang merupakan daerah pantai,

perbukitan dan sebagian daratan tinggi. Bagian barat kota Padang terdiri

dari daratan rendah yang landai dengan ketinggian rata-rata 0 25 meter di

atas permukaan laut. Kearah timur dan selatan topografi wilayah kota

Padang merupakan daerah perbukitan, bergelombang dan curam dengan

ketinggian yang bervariasi, yang tertinggi mencapai 1.800 meter di atas

permukaan laut pada kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Solok.

Page 38: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

26

Tabel II.3.c Ketinggian Kecamatan di Kota Padang

Sumber : Badan Pertanahan Kota Padang 2015-2016

Dari tabel tersebut, kecamatan Padang Barat merupakan dataran

rendah memiliki ketinggian 0-8 m karena wilayahnya terletak di kawasan

pesisir pantai, sementara dataran tinggi di kota Padang yaitu kecamatan

Lubuk Kilangan, yang kawasannya terdiri dari perbukitan. Penelitian ini

penulis mengkhususkan pada objek Pantai Padang yang terletak di

Kecamatan Padang Barat, tepatnya Kelurahan Purus.

3. Demografi dan Kondisi Sosial Kelurahan Purus

a. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kelurahan Purus

Secara umum Kelurahan Purus memiliki luas 0,68 ha dengan

batas-batas wilayah utara berbatasan dengan kelurahan Rimbo Kaluang,

selatan dengan Kelurahan Olo, barat dengan Samudera Hindia dan sebelah

timur Kelurahan Padang Pasir

Page 39: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

27

Gambar II.4.a Peta Administratif Kecamatan Padang Barat

Sumber: Arsip Kecamatan Padang Barat, 2016

Pada peta dapat kita lihat bahwa kelurahan Purus berada di

kawasan pesisir pantai yang memiliki ketinggian tanah dari permukaan

laut yaitu 5 M, sementara suhu udara rata-rata adalah 30 C. Selain itu jarak

dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 1.00 km, dari pusat

pemerintahan kota yaitu 13.70 km dan dari pusat pemerintahan propinsi

adalah 1.00 km.

b. Kependudukan Kelurahan Purus

Kependudukan kelurahan Purus dicatat berdasarkan RW,

kelurahan terbaik pertama (Profil Kelurahan Purus) dari seluruh kelurahan

di kecamatan Padang barat ini memiliki delapan RW yang tersebar dari

beberapa sektor Pantai Padang, masing –masing RW memiliki jumlah

penduduk, tingkat dan sarana pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat

kesejahteraan yang berbeda.

Page 40: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

28

Gambar II.4.b Peta Kelurahan Purus Berdasarkan RW

Sumber : Google Maps dipaparkan Staff Kelurahan

Menurut pemaparan salah satu staff kelurahan Purus berinisial EL,

garis putus-putus pada perbatasan RW VIII dan RW VII menunjukan

bahwa pada peta administratif jumlah penduduk hanya ada VII RW di

kelurahan Purus, namun dalam segi mata pencaharian lahan usaha

penduduk dikelompokan menurut sektor objek wisata per RW tersebut.

Tabel.II.4.b Jumlah Penduduk Kelurahan Purus 2012-2016

Tahun Penduduk

Jumlah Jiwa Laki-laki Perempuan

2012 3432 3418 6850

2013 3415 3365 6780

2014 3794 3891 7685

2015 3994 3894 7888

2016 4094 3989 8083 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Padang

Berdasarkan tabel, Kelurahan Purus mengalami peningkatan

jumlah penduduk setiap tahunnya terutama tahun 2014 sebagai titik awal

pembangunan pariwisata pantai yakni 7685 jiwa. Tahun 2012 ke tahun

2013 mengalami penurunan dikarenakan pasca pemindahan penduduk

yang bermukim di pinggir pantai, menyebabkan sebagian penduduk

Page 41: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

29

pindah ke kecamatan lain. Seiring berkembangnya pariwisata, penduduk

semakin bertambah, dikarenakan banyak nya peluang usaha lain yang bisa

mengayomi kebutuhan penduduk yang mata pencaharian pokok adalah

melaut. Pada tabel jumlah penduduk Kelurahan Purus yang tercantum

merupakan jumlah keseluruhan yang di dalamnya termasuk penduduk

produktif dan penduduk tidak produktif. Tahun 2016 menjadi puncak

pembangunan dalam hal infrastruktur yang ditandai dengan meningkatnya

jumlah penduduk yakni 8083 jiwa, yang didalam nya terdapat penduduk

luar yang ikut menetap di Kelurahan Purus.

c. Sarana Pendidikan Kelurahan Purus 2012-2016

1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

PAUD Miftahul Ilmi

PAUD Citra Almadina

PAUD Pelangi Musa

2. Taman Kanak-Kanak (TK)

TK YAPI

TK Nurul Anhar

TK Citra Almadina

3. Sekolah Dasar (SD)

SDN 03, SDN 04, SDN 13, SDN 21, SDN 25, SDN 28,

SDN 29

SD YAPI, SD Citra Almadina

4. Sekolah Menengah Pertama (SMP / dimulai 2015)

Page 42: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

30

SMPN 39

5. Sekolah Menengah Atas (SMA)

SMA YAPI

6. Sekolah Non Formal (dimulai 2015)

Ruang Baca dan Kreativitas „Tanah Ombak‟

Kelompok Belajar Masyarakat „Suka Maju Sejahtera‟

Pada daftar sarana pendidikan yang tertera merupakan sarana yang

sudah ada sebelum tahun 2016, menurut penuturan EL bahwa sebelum

tahun 2014 sarana pendidikan di kelurahan Purus bisa dikatakan cukup

pada sarana sekolah dasar mengingat masih banyak anak usia sekolah

dasar yang mengenyam pendidikan di kelurahan tersebut, pada tahun 2015

penambahan sarana pendidikan baru yakni pada sekolah non formal, hal

itu karena anak usia sekolah masih membutuhkan pembelajaran diluar

sekolah untuk meningkatkan kreativitas dan sosial mereka, apalagi

kelurahan Purus merupakan kawasan objek wisata yang banyak didatangi

wisatawan. Maka dari itu pendidikan akademik dan non akademik harus

diberikan.

d. Penduduk Berdasarkan Tingkat Lulusan Pendidikan

Pendidikan Umum Jumlah Pendidikan Khusus Jumlah

1. Belum Sekolah 325 Pesantren 4

2. SD 150 Madrasah 3

3. SMP 476 SLB 5

4. SMA 2810

5. DIII – S2 507

Page 43: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

31

Menurut daftar tabel dan penuturan EL, lulusan tingkat pendidikan

SMA lebih banyak yakni 2810 orang, hal itu disebabkan karena beberapa

dari penduduk memutuskan untuk bekerja setelah lulus sekolah,

mengingat banyaknya peluang di bidang perdagangan terutama daerah

objek wisata, jika dilihat dari sarana pendidikan untuk universitas belum

ada dan biaya pendidikan juga mahal. Oleh karena itu penduduk kelurahan

Purus lebih banyak lulusan SMA ketimbang lulusan sarjana.

e. Kondisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Gender

Penduduk kelurahan Purus semakin meningkat, apalagi usia 15-65

tahun, penduduk laki-laki dan perempuan mengalami kenaikan namun

tidak terlalu signifikan.

Tabel II.4.e Penduduk Berdasarkan Umur dan Gender

No. Indikator Sub Indikator

Jumlah

2014 2015

1 Penduduk berdasarkan umur 0 – 12 bulan 176 153

1 - 5 tahun 660 491

5 – 7 tahun 270 694

7 – 15 tahun 891 765

15 – 56 tahun 4821 5091

>56 tahun 867 334

2 Penduduk berdasarkan gender Total Penduduk 7685 7888

Penduduk Laki-laki 3794 3994

Penduduk Perempuan 3891 3894

Jumlah Kepala Keluarga 1781 1803

Sumber : Arsip Kelurahan Purus 2014-2015

Page 44: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

32

Tabel penduduk berdasarkan umur dan gender menunjukan bahwa

sebelum pembangunan yakni tahun 2014 kelurahan Purus didominasi oleh

usia produktif yakni usia 15-56 tahun berjumlah 4812 jiwa, dan setelah

pembangunan tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 5091 jiwa.

Begitu pula dengan total penduduk berdasarkan gender, tahun 2014

berjumlah 7685 jiwa dan tahun 2015 bertambah menjadi 7888 jiwa.

f. Kondisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

Tebel II.4.f Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

No Indikator Jumlah

2014 2015

1 Jumlah Seluruh Keluarga 1781 1803

2 Jumlah Keluarga Prasejahtera 86 85

3 Jumlah Keluarga Sejahtera 1 255 265

4 Jumlah Keluarga Sejahtera 2 - -

5 Jumlah Keluarga Sejahtera 3 1440 1653

6 Jumlah Keluarga Sejahtera 3+ - -

Sumber: Arsip Kelurahan Purus 2014-2015

Beberapa tabel menunjukan kondisi penduduk di kelurahan Purus

pada tahun 2014-2015 yaitu sebelum dan sesudah pembangunan

pariwisata pantai Padang. Berdasarkan deskripsi tabel menunjukan

kemajuan dan peningkatan yang dialami Kelurahan Purus pasca

pembangunan pariwisata pantai Padang, dapat dilihat dari tabel tingkat

kesejahteraan penduduk dari tahun 2014 hingga 2015, tingkat

kesejahteraan keluarga sudah meningkat. Saat ini kelurahan Purus lebih

Page 45: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

33

banyak pada posisi keluarga sejahtera 3. Menurut BkkbN keluarga

sejahtera 3 yakni keluarga yang mampu memenuhi enam indikator tahapan

keluarga sejahtera 1 (makan dua kali sehari, memiliki pakaian yang

berbeda untuk di rumah maupun bepergian, memiliki rumah layak, jika

ada keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan, bila pasangan usia subur

ingin ber KB pergi ke sarana kontrasepsi dan anak umur 7-15 tahun di

keluarga dalam usia sekolah) , delapan indikator keluarga sejahtera 2

(melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan, paling kurang sekali seminggu

anggota keluarga makan daging atau telur, anggota keluarga memperoleh

satu pakaian baru dalam setahun, luas lantai rumah paling kurang 8m2, tiga

bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, ada satu atau lebih anggota

keluarga yang bekerja, umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin, pasangan

usia subur menggunakan kontrasepsi) dan lima indikator keluarga

sejahtera 3 (kaluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama,

penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang, keluarga

makan bersama sekali seminggu, keluarga berpartisipasi dalam lingkungan

masyarakat, dan keluarga memperoleh informasi dari internet serta surat

kabar) tetapi tidak memenuhi salah satu dari dua indikator keluarga

sejahtera 3+ (aktualisasi diri). dan meningkat pula setelah pembangunan

pariwisata tahun 2015.

g. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Purus

Penduduk Kelurahan Purus berada di pusat Kota, terbilang ramai

sehingga kondisi perekonomian lebih terlihat, hal ini dikarenakan adanya

Page 46: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

34

lapangan pekerjaan seperti PNS, Swasta, Nelayan, Buruh, Pedagang, dan

lain-lain.

Tabel II.4.g Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2012-2014

Mata Pencaharian Tahun

2012 2013 2014

PNS 274 277 281

Swasta 584 661 694

Nelayan 681 623 355

Buruh 757 762 795

Pedagang 1735 1880 2053

Pensiun 182 185 185

Dll 193 198 296 Sumber: Arsip Kelurahan Purus 2012-2014

Berdasarkan tabel kondisi penduduk kelurahan Purus menurut

mata pencaharian, dapat dilihat bahwa pekerjaan utama masyarakat pantai

Padang sebagai Nelayan mengalami penurunan per tahun yakni 681 jiwa

menjadi 355, penurunan drastis tahun 2014 disebabkan karena sudah

dibentuknya perencanaan pembangunan serta pihak pemerintah mulai

merelokasi lahan nelayan ke beberapa sektor di Pantai Padang, sedangkan

mata pencaharian yang mengalami kenaikan yaitu terjadi pada Buruh,

Swasta dan Pedagang yang pada tahun tersebut belum ada perencanaan

untuk relokasi lapak pedagang.

Tertera 1735 jumlah pedagang di dominasi oleh pedagang ikan

tahun 2012, namun di tahun 2014 sebagian penduduk beralih menjadi

pedagang café dan restoran di sekitar objek wisata, pada kolom dan lain-

lain berisi mata pencaharian seperti tur guide, photographer, dan

pelayanan jasa sewa di kelurahan Purus, ujar EL

Page 47: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

35

5. Sejarah Terjadinya Pembangunan dan Tata Penggunaan Lahan

Pariwisata Pantai

Karena letak kota Padang yang berada di antara pertemuan dua

lempeng Esia dan lempeng Eurasia bisa menimbulkan gempa besar dan

dapat diikuti oleh tsunami. Akibat gempa yang dilanda Kota Padang tahun

2009 lalu penggunaan lahan di Kota Padang, terutama kelurahan purus

terjadi sedikit pergeseran yakni dari lahan perikanan ke perumahan

masyarakat yaitu dari zona merah (tepi pantai) ke zona hijau (daerah by

pass) dimana masih banyaknya masyarakat Kota Padang yang bermukim

di zona merah.

Perpindahan dilakukan untuk meminimalisir dampak yang akan

timbul dari bahaya gempa dan tsunami yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Namun, masih ada penduduk kekeuh ingin bermukim zona merah dengan

alasan mata pencaharian, hal itu dibenarkan pemerintah dan pada 2014

dibangunlah Rumah Susun Sewa (rusunawa) untuk penduduk yang kurang

mampu dan rumahnya rusak akibat gempa. Sementara itu, lahan kosong

pada kawasan pantai sebelum 2015 digunakan oleh penduduk untuk

mendirikan tenda-tenda café sebagai sumber mata pencaharian.

Menurut Kajian Perencanaan Penataan Kawasan Wisata Terpadu

Pantai Padang tahun 2009, dengan menjadikan pantai Padang sebagai

Kawasan Padang Bay City sudah merupakan agenda besar pemerintah

kota Padang sejak 2007 namun dalam perjalanannya perencanaan belum

Page 48: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

36

sesuai dengan pelaksanaannya, karena mendapat respon kurang baik.

Mereka menilai proyek perencanaan akan menimbulkan bencana bagi

lingkungan yang ada di sekitar kawasan selain itu masih belum ada

investor yang benar-benar mau untuk menginvestasikan dananya guna

membangun kawasan tersebut. Dan oleh karena itu, pemerintah membuat

beberapa rancangan terkait isu penataan kawasan wisata terpadu pantai

padang dengan misi tentang perlunya mengembangkan potensi sumber

daya alam yang dimiliki secara optimal.

Dengan rancangan jangka panjang dan jangka menengah yang

dibuat oleh pemerintah, pada tahun 2006 gagasan mengenai penataan

wilayah akhirnya direspon oleh beberapa mitra swasta. Teknis lapangan

dilakukan mulai tahun 2010 mengingat tahun 2009 terjadi gempa yang

menyebabkan bangunan rusak, sejak itulah investor mulai banyak dan

tahun 2011 satu per satu kawasaan pantai ditata, tahun 2014 pembangunan

infrastruktur terlaksana kembali hingga puncaknya di tahun 2016.

Gambar II.5 Kondisi Tata Guna Lahan Sebelum Pembangunan Pariwisata

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011 Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2013

Tahun 2011 seperti pada foto yang penulis ambil ketika adanya

pembangunan rusun, serta pinggir pantai yang banyak didirikan „tenda

ceper‟, yaitu tenda warna-warni yang didirikan sepanjang pinggiran pantai

Page 49: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

37

untuk berwirausaha berukuran „ceper‟ dan menjorok ke tepi pantai yang

membuat area pinggir pantai menjadi kumuh dan tidak tertata. Selain itu

tenda tersebut juga mengganggu pemandangan wisatawan yang ingin

melihat pantai. Karena kalau ingin melihat pantai harus membeli makanan

atau minuman di tenda-tenda tersebut. Kerap dijadikan tempat mojok pada

malam minggu oleh pengunjung sehingga pada tahun 2011 beberapa

tempat tersebut digusur oleh Walikota sebelumnya.

B. Data Pendukung Pembangunan Pariwisata

1. Indeks Wisata Progresif Pantai Padang

a. Wisata Alam dan Sejarah

Gunung Padang

Terdapat di wilayah Barat kota Padang, tepatnya di Muaro, Batang

Arau sektor 1 Pantai Padang, akses menuju Gunung Padang adalah

melewati Jembatan Siti Nurbaya, untuk menuju puncak Gunung Padang

yang memiliki cerita legenda Siti Nurbaya ini, wisatawan dikenakan biaya

masuk berkisar Rp.3000 - Rp.5000 per orang (Penanggung Jawab Objek

Wisata) lalu menaiki ratusan anak tangga, di puncak Gunung Padang

terdapat taman, benteng, dan kuburan Siti Nurbaya. Pada benteng kita

dapat melihat sebuah meriam berukuran besar bekas penjajahan Belanda

ketika masih menduduki kota Padang, di luar benteng terdapat taman

tempat bermain Siti Nurbaya, Samsul Bahri, Zainal Arifin dan Bakhtiar

ketika masih remaja dan taman itu pula yang menjadi saksi kisah antara

Page 50: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

38

Siti Nurbaya dan Samsul Bahri ketika Samsul akan pergi merantau ke

Jakarta (Rusli, 1920). Dari taman di atas puncak gunung Padang kita dapat

menikmati pemandangan samudera hindia, kota Padang, dan pulau-pulau

kecil disekitarnya. Dan terakhir, adalah ada salah satu kuburan tanpa nama

pada nisan nya yang ditutupi kain biru dan diklaim oleh masyarakat sekitar

merupakan kuburan Siti Nurbaya.

Pantai Padang

Selain gunung Padang yang memiliki cerita legenda tersendiri juga

terdapat wisata alam pantai sebagai rekreasi keluarga, tempat yang

dijadikan icon wisata halal kota Padang yang menjadi pusat objek wisata

ini berada pada wilayah barat kota Padang. Aktivitas menikmati keindahan

laut, sunset, kuliner khas dan arena bermain dan dilengkapi dengan turap-

turap atau batu beronjong sebagai tempat memancing bagi wisatawan.

Akses menuju pantai Padang bisa ditempuh menggunkan angkutan pribadi

atau umum dari Bandara, berkisar 20 km.

Kota Tua Padang

Karena menjelajah tak melulu ke alam, Kota Tua Padang yang

terdapat di kawasan Batang Arau menawarkan wisatawan dengan

keunikan khas bangunan tua pendudukan VOC di Padang, mulai dari

kantor pusat kota, bank kota, gedung ekspor impor, klenteng, masjid,

stasiun, dermaga dan rumah penduduk yang berumur ratusan tahun dan

masih berdiri meskipun beberapa bagian bangunannya ada yang sudah

Page 51: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

39

rusak akibat gempa tahun 2009, kawasan ini menjadi saksi sejarah bahwa

kota Padang pernah menjadi pusat perdagangan di wilayah pesisir

Sumatera. Dan dalam hal ini untuk menjaga kelestariannya beberapa

bangunan tua peninggalan Belanda tersebut sudah ada yang beralih fungsi

menjadi café dan tempat hangout yang berstatus menjadi cagar budaya

oleh Dinas Priwisata Kota Padang.

b. Wisata Budaya

Elo Pukek

„Pukek‟ atau pukat adalah cara menjala ikan tradisional pesisir

pantai Padang. Masih dijaga kelestarian nya oleh penduduk pantai.

Caranya adalah dengan membawa pukat ke laut yang dalam dengan

perahu dan kemudian kembali ke pantai dengan membawa tali panjang

yang terhubung dengan pukat tersebut. Para nelayan menunggu dari subuh

hingga pukul sembilan pagi sampai ikan masuk ke dalam pukat, dan

kemudian di tarik ke daratan secara bersama-sama. “Biasanya ditarik oleh

lima atau delapan sampai sepuluh orang tergantung beratnya beban

pukat” (Wawancara S, 12 Juli 2017). Dan pihak Dinas Pariwisata

menjadikan „elo pukek‟ ke dalam destinasi wisata budaya di pantai Padang

untuk menarik wisatawan yang berkunjung (gambar terlampir)

2. Data Wisatawan Per Tahun

Wisatawan merupakan orang yang berkunjung ke satu tempat

dengan tujuan untuk berwisata baik alam maupun bangunan. Pada pantai

Page 52: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

40

Padang Data jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan manca negara

pada objek wisata terus meningkat, hal ini diungkapkan oleh salah satu

staf Dinas Pariwisata, FM “perkiraan lebih kurang 1000 wisatawan per

hari untuk pantai Padang”. Dan diperjelas oleh JP

“kalau jumlah wisatawan belum bisa diprediksi karena tidak

memakai sistem seperti pantai Air Manis yang memberlakukan

karcis masuk, kan tempat wisata umum, mungkin nanti akan kita

berlakukan kembali” (Kasi Data dan Perencanaan, 25 Mei 2017)

Pada tabel terdapat tiga objek wisata utama di kota Padang, salah

satunya Gunung Padang yang terletak di sektor 1 pantai Padang,

mengalami peningkatan, mengapa hanya gunung Padang? hal ini karena

objek wisata di sektor 1 memiliki sistem karcis masuk pada tempat

wisatanya, berbeda dengan sektor 5 dan 6 pantai Padang yang menjadi

pusat pembangunan pariwisata pantai karena kawasan wisata umum, jadi

jumlah kunjungan wisatawan belum bisa dihitung.

Singkatnya, jumlah kunjungan wisatawan di pantai Padang

mengalami peningkatan per tahun, dan jika terus meningkat seiring

terselesaikannya tahap demi tahan pembangunan pariwisata pantai Padang,

Dinas Priwisata mencoba memberlakukan kembali sistem karcis masuk

pada objek wisata pantai seperti yang tertera pada tabel.

Page 53: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

41

Tabel II.b.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Tiga Objek Wisata Utama

No. Tahun Nama Objek Wisata Jumlah

Wisatawan

Total

1 2014 a. Gunung

Padang

b. Pantai Air

Manis

c. Taman Hutan

Rakyat

a. 17.300

b. 24.560

c. 1.546

2 2015 a. Gunung

Padang

b. Pantai Air

Manis

c. Taman Hutan

Rakyat

a. 25.100

b. 14.067

c. 1.755

3 2016 a. Gunung

Padang

b. Pantai Air

Manis

c. Taman Hutan

Rakyat

a. 25.400

b. 48.400

c. 12.158

Sumber : Data Dinas Pariwisata Kota Padang, 2016

Page 54: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

42

BAB III

Temuan dan Analisis

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang gambaran umum

wilayah yang meliputi beberapa aspek seperti tingkat kesejahteraan

penduduk, mata pencaharian, penduduk berdasarkan umur dan gender,

sarana pendidikan, serta data pendukung dan jumlah wisatawan yang

berkunjung. Pada bab ini penulis paparkan temuan mengenai latar

belakang pemerintah dalam mengadakan pembangunan pariwisata, selain

itu penulis juga mendeskripsikan mengenai alih fungsi lahan

pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata yang di kembangkan

oleh masyarakat sekitar, dimensi perubahan sosial dari konsep Himes dan

Moore serta tanggapan masyarakat terhadap perubahan pembangunan

pariwisata pantai.

A. Latar Belakang Pemerintah Mengadakan Pembangunan

Perubahan sosial ditentukan oleh beberapa faktor yang melekat

padanya terutama pembangunan pariwisata, Proses pembangunan yang

dilaksanakan guna mendapatkan bentuk perubahan sosial yang tepat

adalah suatu upaya yang menentukan konsep penentuan nasib suatu

daerah. Masyarakat dengan pembangunan butuh penentuan nasib sendiri,

kebutuhan dasar manusia, kelangsungan hidup dan pembangunan

berdasarkan pertimbangan lain yang bersifat lokal. Pembangunan haruslah

Page 55: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

43

merupakan proses yang didalamnya mencakup suatu proses yang memiliki

kesamaan tertentu. (Salim, 2002)

Faktor yang melatarbelakangi adanya pembangunan pariwisata

tentu tidak lepas dari faktor internal dan faktor eksternal, pada faktor

internal perubahan digawangi oleh pemerintah, dalam mengadakan

pembangunan pariwisata pantai Padang terdapat pada visi Walikota

sendiri, yakni mewujudkan kota Padang sebagai kota pendidikan,

perdagangan, dan pariwisata yang sejahtera, religius dan berbudaya.

Seperti yang diungkapkan ED,

“faktor nya ya kita ingin pantai Padang menjadi objek wisata

seperti pantai-pantai yang bagus di pulau, tentunya dinas

berusaha membangun objek wisata yang banyak diminati tidak

hanya dari alam tapi juga budaya nya” (Wawancara ED, 19 Juli

2017)

Selain mewujudkan visi dan misi, selanjutnya menurut Kajian

Perencanaan Kawasan Wisata Terpadu Pantai Padang tahun 2006 adalah :

1. Untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan sarana dan

prasarana, mengingat kawasan pantai Padang merupakan objek wisata,

namun minim akan infrastruktur dan fasilitas umum menggerakkan

pemerintah untuk segera merencanakan penataan kawasan terpadu wisata

pantai, beberapa kawasan pemukiman warga yang berada dipinggir pantai

digusur untuk pelebaran jalan dan untuk mengantisipasi terjadinya pasang

naik pada malam hari warga di pindahkan pada rumah susun yang sudah

dibangun oleh pemerintah yang masih berada di kawasan pantai pula.

Page 56: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

44

2. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang ditunjang

sektor investasi swasta, karena sebagian mata pencaharian penduduk

adalah berdagang dan nelayan maka dari itu pemerintah menata kembali

tempat berdagang dan kawasan nelayan agar, dengan mendirikan beberapa

café, fasilitas olahraga, penginapan dan fasilitas umum lain sebagai

penunjang pariwisata, sehingga nantinya akan meningkatkan

perekonomian warga sekitar.

3. Mengingat kota Padang sebagai kota pesisir yang mempunyai potensi

pengembangan pariwisata bahari sebagai unggulan, pembangunan tersebut

dapat dipadukan dengan pengembangan kota tua padang yang menyimpan

sejarah permulaan kota Padang. Selain wisata alam, wisatawan juga dapat

mengetahui sejarah dan kebudayaan yang dimiliki kawasan tersebut.

Sedangkan faktor yang berasal dari luar yaitu

1. Terjadinya bencana alam atau yang mempengaruhi kondisi lingkungan

fisik. Kondisi ini kadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk

mengungsi. Bencana gempa bumi 7,9 SR yang dipaparkan Badan

Penanggulangan Bencana Daerah terjadi pada tahun 2009 lalu

menyebabkan banyak kerusakan terutama daerah sepanjang pantai dan

muara Batang Arau. Bangunan sejarah yang dijadikan cagar budaya

mengalami kerusakan parah bahkan hancur, yang pada saat ini hanya

tersisa 18 bagunan yang masih bisa diperbaiki. Beberapa tahun pasca

gempa keadaan berangsur pulih namun belum tertata rapi dan belum

bersih.

Page 57: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

45

2. Faktor kedua yakni abrasi pantai, kawasan pantai Padang termasuk

landai, oleh karena nya pemerintah mengusulkan mengadakan

pelebaran pinggir pantai dengan memperbanyak timbunan pasir dan

batu (sea wall) yang menjorok ke laut guna mengurangi pengikisan di

pinggir pantai. (Dokumen Kadis Pariwisata, 2016)

B. Alih Fungsi Lahan Pembangunan Infrastruktur Pariwisata

Pada pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata tentunya

ada renovasi dan relokasi yang dicanangkan oleh pemerintah, selain untuk

menata ruang wisata juga untuk menambah pemasukan bagi daerah, alih

fungsi lahan pada insfrastruktur pariwisata di kawasan pantai Padang tidak

hanya digagas oleh pemerintah saja, ada pula dari sebagian masyarakat

yang memiliki ide kreatif untuk menjadikan beberapa lahan yang tidak

terpakai menjadi bermanfaat kembali. Di sektor wisata pantai Padang, ada

beberapa kawasan yang mengalami alih fungsi lahan (gambar terlampir),

di antaranya adalah

1. Kawasan Kota Tua Padang Batang Arau

Padang Kota Lama adalah sebutan bagi kawasan pinggiran Sungai

Batang Arau dan kawasan Muaro. Merupakan wisata sejarah di kota

Padang. Lebih dari tiga abad kawasan tersebut menjadi pusat kegiatan

ekonomi perdagangan, aktifitas politik dan pemerintahan kolonial

Belanda. Bahkan kawasan tersebut juga menjadi bagian dari perjuangan

pergerakan untuk kemerdekaan Indonesia. Pengamatan penulis di dua

Page 58: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

46

lokasi, yakni sepanjang jalan Batang Arau dan Pasar Lama cukup banyak

dijumpai bangunan ruko khas gaya zaman dulu, yakni bangunan kayu

bertingkat dua dengan bagian bawah berupa ruang lepas terbuka untuk

area berdagang dan bagian atas sebagai tempat tinggal masih banyak

dijumpai. Hanya saja bangunan tersebut banyak yang dibiarkan tak terawat

oleh pemiliknya.

Umumnya bangunan ruko tua itu hanya dijadikan sebagai gudang

tempat menumpuk barang seperti untuk tumpukan semen sebelum

didistribusikan ke wilayah luar kota Padang.

Gambar III.B.1 Bangunan Tua Sepanjang Kota Tua Padang

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

Menjadi gudang untuk menumpukkan hasil bumi seperti rempah-

rempah dan gambir atau bahkan karena sudah tak layak pakai lagi

dibiarkan saja terbengkalai.. Seperti yang diungkapkan salah seorang

penduduk yang berjualan disekitar saat dimintai keterangannya soal

bangunan ruko lama yang dibiarkan terbengkalai. ”Pemilik bangunan itu

sudah meninggal dan anaknya yang mewarisi bangunan itu merantau ke

Jakarta”

Page 59: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

47

Begitu banyak bangunan tua di kawasan Kota Padang Lama yang

menjadi kosong dan oleh Dinas Pariwisata, delapan belas dari bangunan

tua tersebut didedikasikan untuk menjadi bangunan cagar budaya yang

memiliki sejarah tersendiri pada masanya. Di antaranya adalah gedung

PT. Karunia Jagad Abadi, gedung NV Internatio, gedung Eks. PT Buana

Andalas, Kantor PT. Hiswana, gedung PT Dharma Niaga, gedung De

Jasche Bank, gedung Geo Wehry & co, gedung en Lauzada (Karambia

Café), gedung eks. PT Surya Sakti, gedung Detasemen TNI AD, gedung

Nederlansch Indesche Escompto Maatschappij, gedung Padangsche

Spaarbank, dan masih ada lagi. Tapi yang menjadi ketertarikan penulis

adalah ketika menjumpai bangunan tua yang tidak terpakai yang di alih

fungsikan menjadi sebuah café. Yaitu Karambia Café, Bat and Arrow dan

Weekend Café

Masih terlihat sisa-sisa peninggalan sejarah pada masa Belanda di

Kota Tua Padang, bangunan Karambia Café atau gedung en Lauzada yang

dahulunya adalah gudang milik PT. Pataka Karya dan PT. Amindo Corp,

saat ini digunakan menjadi café dan tempat hangout. Pada dinding pintu

depan kiri kanan terdapat inkripsi berbahasa Belanda yang menerangkan

bahwa bangunan ini dibangun oleh Bouwk Bureau (biro) bernama Sisten

en Lauzada. Dibangun tahun 1933 seperti tulisan inkripsi, De Eeerste

Steen Geleid op 14 agustus 1933 door Tilly Hazevoet.

Page 60: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

48

Gambar III.B.1.a Karambia Café and Hangout

Sebelum Sesudah

Sumber : ARTalentalle Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

Seperti yang diungkapkan oleh kasirnya, café ini sudah ada sejak

tahun 2006. Perubahan bangunan tua menjadi café ini timbul bukan dari

pemerintah tapi dari ide pemiliknya, dengan alasan karena letak yang

strategis untuk menambah pemasukan dan sekalian berwisata kuliner.

“iya, maka ide dari bos dari daya tarik bangunan itulah konsumen

jadi ingin tahu, “oh itu bangunan lama loh”. Nah, itu belum

makanan, yang penting mereka tertarik dilihat dari luar. Karena

apa? Ini kan depan nya pinggir jalan, strategis lalu lalang

wisatawan dari pelabuhan, dan orang dulunya tau kalau bangunan

ini gudang dan tidak pernah dihuni, orang bilang angker segala

macam. Dan dari situlah bos tertarik mendirikan”(Wawancara

SA, 12 Juli 2017)

Selain letak yang strategis dan tidak dihuni, gedung yang berada di

kawasan Batang Arau tersebut memiliki arsitektur bangunan bergaya art

deco yang membuat daya tarik tersendiri. Seperti yang dilansir Padang

Heritage melalui postingan instagram yang memaparkan bahwa bangunan

cagar budaya tersebut memiliki panjang 18m dan lebar 12m. “Tampilan

bagian depan yang didominasi pola lengkung yang dibatasi garis

Page 61: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

49

horizontal, dan atapnya berbentuk datar seperti piramida terpancung

yang bertumpuk menjadi dua”

Hal ini tentu menjadi perhatian lebih bagai pemerintah terutama

Dinas Pariwisata Kota Padang dan merekomendasikan status gedung ini

menjadi salah satu cagar budaya yang harus dijaga.

Selanjutnya Weekend Café, juga dialih fungsikan menjadi tempat

hangout yang berkonsep traditional heritage mixed industrial chic. Ide

dari pembangunan nya pun sama dengan Karambia Café, dari pemilik

sendiri.

”dari awal kita ngga pernah ada kepikiran buat ngubah design

luar bangunannya (dalam arti design uar tetap seperti asli di

awal) karena konsep design kita perpaduan antara traditional

heritage mixed industrial chic.Dan untuk nge-match mural

designnya kita tambah dengan floathies yang bisa dibilang

matching dengan konsep café kita” (Wawancara KH, 4 Mei 2017)

Hanya saja bedanya, Karambia Café sudah berstatus bangunan

cagar budaya oleh Dinas Pariwisata, sementara Weekend tidak, meskipun

bentuk bangunannya bisa dikategorikan bangunan cagar budaya.

Gambar III.B.1.b Weekend Café

Sebelum Sesudah

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011 Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

Page 62: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

50

Pada gambar terdapat Bangunan Neo Klasik peninggalan Belanda

yang penulis potret tahun 2011 ketika mendapat tugas sekolah untuk

memotret bangunan sejarah di kawasan Kota Tua Padang. Bangunan

tersebut berubah fungsi menjadi sebuah tempat usaha dan wisata kuliner.

Dari pemaparan mengenai cagar budaya yang tidak dihuni dan dulunya

adalah gudang dapat kita simpulkan, bahwa alih fungsi lahan yang

terlaksana berasal dari ide pribadi pemiliknya, yang ingin mengubah

bentuk bangunan dimana orang banyak berspekulasi bahwa gedung itu

tidak ada fungsinya, melalui konsep kreatif dari owner nya lah bangunan

tua itu dialih fungsikan menjadi bangunan bermanfaat dan menambah

pemasukan. Selain itu agar lebih banyak lagi orang-orang terinspirasi

untuk mengembangkan usahanya kecilnya.

“…. soalnya dilihat lagi tidak banyak bangunan tua di Padang

yang terawat dan mungkin dengan bukanya Weekend Café bisa

menginspirasi orang-orang di Padang untuk mengembangkan

bangunan tua jadi tempat wisata tanpa harus mengubah bangunan

aslinya” (Wawancara KH, 4 Mei 2017)

“Menurut aku sih ngga apa-apa, karena di tempat wisata kan juga

butuh tempat break, juga bagus sama kreatif juga ide dari

masyarakat setempat dalam bidang perekonomian, karena

mengingat lagi tujuan pariwisata itu sendiri kan meningkatkan

perekonomian masyarakat daerah, apalagi d dukung sama tempat

itu dijadikan cagar budaya” (Wawancara FS, 28 Juli 2017)

2. Kawasan Pantai Padang Sektor 1 (Pantai Muaro Gunung Padang)

Sepanjang kawasan Muaro yaitu dari depan LP Muaro hingga

Simpang Nipah, sedang dilaksanakan pembangunan pelebaran pinggir

Page 63: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

51

pantai dan masjid terapung sebagai icon wisata halal Pantai Padang,

dinamakan daerah palambaiyan oleh penduduk karena pantainya yang

landai dan banyak pohon kelapa disekitar pantai. Sebelum bulan Mei 2016

kawasan Muaro padat dengan pedagang kaki lima dan gerobak-gerobak

dagang, dilihat dari dokumentasi pribadi Kepala Dinas Pariwisata Kota

Padang, Medi Iswandi.

Gambar III.B.2 Pantai Muaro Gunung Padang

Sebelum Pembangunan

Sumber : Dokumen Kadis Pariwisata, 2016

Gambar III.B.2 menunjukan keadaan Pantai Muaro yang terletak di

dekat kawasan Gunung Padang pada bulan Mei tahun 2016, gubuk-gubuk

pedagang kaki lima berjejeran sepanjang trotoar, sehingga lahan untuk

pejalan kaki sangat kurang. Dalam dokumen Kadis Pariwisata juga

dijelaskan beberapa masalah sosial proses pembangunan sektor 1 ini,

diantaranya perlu lahan relokasi untuk PKL, belum ada seawall untuk

mengurangi abrasi, dan masalah sampah yang jika hujan sering menumpuk

di mulut pantai sebelah Timur.

Seiring perencanaan tersebut, penulis dapat melihat beberapa

perubahan yang dialami pada sektor 1, gubuk PKL sudah tidak ada lagi

dan rencananya dipindahkan ke sektor 2 bekas kantor dinas pariwisata

Page 64: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

52

yang akan dijadikan pujasera, keadaan pantai sudah mulai bersih dan

tertata rapi sebagai pendukung pembangunan icon wisata halal yang

dicanangkan oleh pemerintah kota.

Saat ini

Sumber : Dokumen Kadis Pariwisata, 2017

Di sektor 1 akan didirikan masjid terapung, dan sedang dalam

proses pengerjaan, selain itu pada sektor 1 juga termasuk di dalamnya

Gunung Padang, yang telah menjadi objek wisata dengan legenda kisah

Siti Nurbaya. Rencananya akan dibangun diorama di kaki gunung Padang

tersebut, menurut yang penulis baca untuk disain sudah ada sementara

menunggu perencanaan teknis lapangannya dalam dokumen Before-After

dan Problem Future Pantai Padang yang dimiliki oleh Kepala Dinas

Pariwisata Kota Padang, Medi Iswandi. Seperti yang terlihat pada gambar

perencanaan sektor 1 Pantai Padang di bawah.

Perencanaan Sektor 1 Pantai Padang

Pantai Muaro (Pedestrian) Diorama Gunung Padang

Page 65: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

53

Menyoal alih fungsi lahan yang terjadi di sektor 1, tidak lepas dari

kesadaran masyarakat kota Padang untuk tetap menjaga kebersihan dan

keindahan pantai, terutama lokasi yang dijadikan objek wisata. Lahan

padat pedagang kaki lima dijadikan wisata rohani dan edukasi bagi

pengunjung yang berwisata di pantai Padang, seperti yang dilansir dalam

berita Sumbar Antara News yakni kota Padang fokus pada penguatan

sumber daya dan pembangunan masjid yang representatif salah satunya

masjid di pantai sebagai identitas wisata, dan dipertegas lagi oleh

Infosumbar.net, memaparkan bahwa Walikota Padang, Mahyeldi

mengungkapkan “tentang pelaksanaan pekerjaan sedang melakukan

pematangan lahan untuk pondasi masjid, dan diharapkan citra pantai

Padang sebagai wisata keluarga yang halal akan semakin kuat. Pantai

Padang yang dulunya terkesan kumuh akan hilang seiring dengan

berdirinya masjid ini”. (Humas Kota Padang, Infosumbar.net, 2017)

Secara garis besar alih fungsi lahan yang dilakukan pemerintah

kota untuk menunjang pariwisata berjalan baik secara perlahan, hal ini

dibuktikan dengan beberapa gambar perencanaan kawasan pantai yang

dibangun secara bertahap, dimulai dari sektor 6.

3. Kawasan Pantai Padang Sektor 4 (Kios Pedagang Ikan dan Nelayan)

Sejak terlaksananya pembangunan pariwisata tahun 2014,

pemerintah merelokasi pedagang ikan dan nelayan yang sebelumnya

tersebar di sepanjang pantai ke sektor 4, hal itu bertujuan agar objek

wisata menjadi tertata rapi, karena akses menuju sektor 4 masih satu jalur,

Page 66: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

54

maka memudahkan pengunjung untuk membeli hasil tangkapan, hal ini

dibuktikan dengan sudah adanya kios pedagang ikan di sektor 4 dan

karena sektor 4 memiliki arus laut yang cocok untuk nelayan mencari ikan.

Gambar III.B.3 Kios Nelayan dan Pedagang Ikan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

4. Kawasan Pantai Padang Sektor 5 (Taman IORA) dan Sektor 6

(Taman Muaro Lasak)

Dari enam sektor yang dimiliki oleh pantai Padang, sektor 5 dan

sektor 6 lah yang paling tampak perubahan alih fungsi lahannya, selain itu

sektor tersebut juga banyak diminati oleh wisatawan dalam maupun luar

kota. Sebelum pembangunan, tenda warna-warni atau istilahnya “tenda

ceper” yang tersebar sepanjang pinggiran pantai untuk disewakan kepada

wisatawan yang ingin menikmati pantai, masyarakat sekitar berjualan

tidak teratur hingga menimbulkan sampah di bibir pantai pada sektor 5,

karena sektor tersebut terdapat pertemuan antara batang sungai dengan

laut, otomatis sampah daratan terbawa arus ke laut. Sektor 6 adalah sektor

pertama yang mengalami pembangunan dan perbaikan sebelumnya adalah

Page 67: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

55

tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan dan tempat surfing seperti

yang diutarakan SA

: “itu dulu tempat surfing disana ada juga perahu nelayan soalnya

disitu kampung nelayan, olahraga ramai pagi-sore, anak pulang

sekolah main surfing disana, sekarang ombak tidak ada lagi. Itu

contoh ya” (Wawancara SA, 12 Juli 2017)

Kini dijadikan tempat berdagang oleh masyarakat, pemerintah

merelokasi nelayan dan kegiatannya di sektor 4, sehingga sektor 5 kini

didirikan beberapa fasilitas penunjang wisata, bibir pantai yang tadinya

curam di buat menjadi landai dengan penambahan pasir dan sea wall.

Gambar III.B.4.a Sektor 5 Pantai Padang (Taman IORA)

Sebelum 2016 (Dokumen Kadis Pariwisata 2016)

Sesudah

Setelah pembangunan, sektor 5 menjadi pusat pariwisata pantai,

yang ditandai dengan adanya sign yang dibangun atas kerja sama

pemerintah dengan Indian Ocean Rim Association (IORA).

Page 68: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

56

Rencana

Sumber : Dokumen Kadis Pariwisata, 2016

Rencana pembangunan pariwisata pantai Padang mendapat

apresiasi oleh salah satu Uni Duta Wisata Kota Padang yang mana tugas

dari Duta Wisata Kota Padang sendiri adalah berperan aktif dalam

menyebarkan dan mempromosikan pariwisata yang ada di suatu daerah

dan sebagai representatif daerah itu sendiri.

“Ya semoga saja pantai padang makin bagus, kaya maket perencanaan

yang dibuat sama pemerintah, semoga sekeren itu nantinya, tapi ya balik

lagi ke kita nya, kalau mau sesuai harapan jaga pantai kita sebaik

mungkin, karena pemerintah udah mencoba memberi fasilitas”

(Wawancara FS,28 Juli 2017)

Gambar III.B.4.b Sektor 6 Pantai Padang (Taman Muaro Lasak)

Sebelum

Page 69: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

57

Sesudah

Sumber : Dokumen Kadis Pariswisata, 2016

Setelah pengalihan fungsi pada lahan pemerintah melengkapi

dengan sarana berjualan bagi pedagang yang di relokasi, pada sektor 5

pedagang yang berasal dari tenda di bibir pantai di relokasi ke Lapau

Panjang Cimpago yang berada di seberang jalan dan menghadap ke pantai,

sedangkan di sektor 6 diberikan fasilitas berupa gerobak jualan dan di tata

rapi.

5. Kawasan Pemukiman Warga di Sektor 5

Sejak perencanaan pembangunan pariwisata, ada sebagian

pemukiman warga yang digusur untuk pelebaran jalan, dan karena posisi

pemukiman tersebut terlalu dekat pada pesisir pantai, pemerintah

mengantisipasinya dengan merelokasi warga ke rumah susun sewa yang

letaknya tidak jauh dari lahan mata pencaharian penduduk, relokasi ini

dilakukan untuk berjaga-jaga akan terjadinya pasang naik ke rumah

penduduk. Di antara rumah susun (rusun) dan pemukiman warga yang

tidak digusur, ada bangunan yang dialih fungsikan menjadi tempat belajar

bagi masyarakat sekitar, yang dijadikan sarana pendidikan diluar sekolah

Page 70: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

58

untuk umum dan khususnya anak-anak nelayan yang tinggal di

perkampungan nelayan tersebut.

Didirikan tahun 2015 yakni sebuah kegiatan belajar masyarakat,

masyarakat Purus menyebutnya Ruang Baca Tanah Ombak yang didirikan

oleh Henry Pong dan Yusrizal KW. Ruang baca tersebut terbuka untuk

umum namun lebih memfokuskan pada anak-anak usia sekolah dasar.

Berawal dari tahun 2014 yang lokasi nya bukan di Purus dan hanya

sebatas ruang teater dan tahun 2015 dipindahkan di Purus lalu

dikembangkan dengan program literasi.

“….Nah ketika ada festival teater anak di Jakarta, ayah mengajak

beberapa teman salah satunya Pak Yusrizal KW tahun 2015.

Karena beliau juga berperan aktif dalam bidang naskah. Lalu

beliau mengusulkan „bagaimana kalau ini dikembangkan jadi

sarana literasi?‟. Ayah setuju, tidak masalah, tapi ayah kan tidak

pengalaman disitu, nah dibantu pak KW ini lah kita bekerja sama,

pak KW lebih ke program literasi dan ayah lebih ke seni

pertunjukan” (Wawancara HP, 25 Mei 2017)

Hal tersebut menjadi salah satu model pembelajaran baru dalam

sistem pendidikan nonformal, ruang baca yang merupakan wadah untuk

anak-anak dan wisatawan umum menjadi ruang belajar mengembangkan

kretivitas. Tidak hanya literasi dan seni, Tanah Ombak berperan aktif

dalam pengetahuan sosial dan agama, membuat syarat kepada anak-anak

yang berminat teater dengan membaca terlebih dahulu akan menimbulkan

kebiasaan positif bagi anak-anak, setelah itu barulah mereka diajarkan seni

pertunjukan. Lalu pengetahuan sosial ketika anak-anak diajarkan belajar

dalam bentuk kelompok dan menanamkan nilai-nilai yang ada dalam diri,

Page 71: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

59

karena kehidupan mereka yang bisa dibilang keras, tinggal di

perkampungan nelayan, bahasa yang mereka gunakan tidak baik, hal itu

menjadi dasar bagi Hendry Pong untuk mendirikan model belajar baru di

Tanah Ombak tersebut, tidak lupa pengetahuan agama, mengajak sholat

maghrib berjamaah dan setiap membaca AlQuran. Pasca pembangunan

pariwisata pantai Padang, Tanah Ombak mulai booming ditandai dengan

beberapa program yang mereka adakan yakni teater „hantu buku‟, vespa

pustaka, kegiatan mendongeng dan menulis kreatif.

C. Perubahan Sosial Pasca Pembangunan Pariwisata Pantai

Masyarakat selalu berada dalam perubahan, bisa ke arah yang lebih

baik maupun sebaliknya, dengan kata lain perubahan sosial merupakan

gejala yang ada di kehidupan masyarakat. Perubahan sosial dapat

diketahui dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada waktu

tertentu dengan masa lampau, perubahan pun bisa juga menimbulkan

ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di masyarakat sehingga

akan mengubah struktur dan fungsi dalam masyarakat (Martono, 2012).

Pada penelitian ini penulis mendeskripsikan serta menganalisa mengenai

perubahan sosial menggunakan teori Himes dan Moore yang memiliki

pandangan bahwa ada tiga dimensi perubahan sosial, di antaranya dimensi

struktural, kultural dan interaksi.

Page 72: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

60

1. Perubahan Struktural

Dimensi pertama perubahan sosial menurut Himes dan Moore,

adalah perubahan struktural yang mengacu pada perubahan dalam struktur

masyarakat, menyangkut perubahan peranan, munculnya peranan baru,

perubahan dalam struktur kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga

sosial. Pada penelitian ini penulis fokus mata pencaharian penduduk,

masyarakat pantai Padang. Mata pencaharian masyarakat kelurahan purus

setelah pembangunan di dominasi oleh swasta dan wiraswasta yang

semakin meningkat diantaranya beralih menjadi pedagang, penyewaan

jasa mainan, jasa penginapan, jasa fotografi, guide dan sebagainya. Mata

pencaharian penduduk Kelurahan Purus yang sebelumnya adalah nelayan

yang puncaknya di tahun 2013 dan sebagian mulai beralih ketika

pembangunan tahun 2014. Apalagi sejak pemerintah merelokasikan lahan

usaha penduduk menjadi berkelompok sesuai sektor wisata yaitu sektor 3

dan 4 yang dikhususkan untuk Nelayan dan Pedagang Ikan. (gambar

terlampir)

Tabel III.C.1 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Purus

Mata Pencaharian Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

PNS 274 277 281 323 323

Swasta 584 661 694 699 703

Nelayan 681 623 355 304 286

Buruh 757 762 795 801 730

Pedagang 1735 1880 2053 2492 2702

Pensiun 182 185 185 194 211

Dll 193 198 296 285 165 Sumber: Arsip Kelurahan Purus 2012-2016

Page 73: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

61

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa terjadiya perubahan pada

mata pencaharian penduduk, terdapat penurunan pada nelayan dan buruh

serta kenaikan pada pedagang dan swasta. Masyarakat pantai Padang yang

mayoritas bekerja sebagai nelayan dan buruh pasca pembangunan

pariwista perlahan beralih dan mata pencaharian penduduk yang melaut

semakin berkurang. Hal itu dikarenakan adanya pengklasifikasian pada

lahan usaha ketika pembangunan pariwisata pantai yang sudah dimulai

tahun 2013. Yang mana pengklasifikasin tersebut bertujuan untuk menata

sektor-sektor objek wisata agar terlihat rapi, pembedaan tempat tersebut

berimplikasi pada alih profesi penduduk kelurahan Purus hingga tahun

2016 banyak yang berjualan ketimbang mata pencaharian pokok sebagai

nelayan. Seperti yang dipaparkan salah seorang Nelayan sekaligus

pedagang ikan di kawasan sektor 4 Pantai Padang

“saya disini sudah 20 tahun nak, dan bekerja sebagai nelayan

selama 10 tahun, sejak tempat perahu kami dipindahkan ke sektor 4,

beberapa teman ada yang berhenti melaut, karena belum terbiasa dengan

sektor baru itu” (Wawancara AD, 23 April 2017)

“…iya, dulu banyak sekali nelayan disini, rata-rata melaut tiap

RW, sebelum ada pemindahan ini saya dengan teman-teman biasanya

menarik pukat di sektor 5 sana karena landai, jadi banyak yang membantu

menarik pukat ke darat, tapi sekarang sudah mulai berkurang yang

membantu, paling ya pengunjung yang mau membeli ikan hasil tangkapan

dari pukat ini” (Wawancara AD, 23 April 2017)

Karena peralihan lahan, beberapa nelayan mencari alternatif lain

untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan berdagang di sektor yang

paling banyak dikunjungi, yakni sektor 5 dan 6. Seperti yang diutarakan S

Page 74: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

62

“kalau soal rezeki sudah ada yang atur ya, Nak. Jadi kemanapun

dipindahkan akan ada hasilnya juga, jadi saya coba ajak istri saya

berdagang lauk-pauk untuk makan di sektor 6 sana, saya yang melaut,

istri saya berdagang, untuk nambah penghasilan juga kan tidak mungkin

kita kerjanya itu-itu saja, kalau jualan bisa menguntungkan kenapa

tidak”(Wawancara S, 12 Juli 2017)

Sejak itu muncullah kelompok-kelompok dalam mata pencaharian

penduduk serta status sosial yang meningkat untuk masyarakat kelurahan

Purus sendiri, yang semula bermata pencaharian melaut kini masyarakat

menjalani kebutuhan hidup yang beragam, penduduk yang bekerja sebagai

pedagang merupakan penduduk asli dan penduduk pendatang yang

menetap di kelurahan Purus. Penulis melakukan wawancara terhadap

masyarakat sekitar dan mendapatkan adanya perubahan sosial yakni status

sosial masyarakat. Seperti yang di ungkapkan ZF perihal mengapa beralih

menjadi pedagang café

“iya nak, jadi ada dua pekerjaan sekarang, kerja diluar jadi guru

honor dan mengurusi café ini bantu-bantu Bunda juga, kan kalau

malam minggu atau hari libur biasanya ramai otomatis nambah

penghasilan” (Wawancara ZF, 18 Juli 2017)

Sedangkan menurut MY, penataan menurut kelompok mata

pencaharian pada pariwisata pantai membuat mata pencaharian

masyarakat yang menganggur menjadi hidup, beberapa dari mereka ada

yang bekerja sebagai pramusaji di café tenda yang disediakan pemerintah

di sektor 6

“Pokoknya sejak tertata seperti ini, mata pencaharian pedagang

jadi hidup, karena mengingat dulu pedagang disini bekerja

sebagai buruh cuci rata-rata, mudah-mudahan semakin tertata

lagi lah tempat berdagang jadi pengunjung nyaman disini”

(Wawancara MY, 23 April 2017)

Page 75: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

63

“macam-macam, Dik. Tapi disekitar sini (sektor 5) rata-rata orang

kerjanya swasta, ada juga yang serabutan, macam tante dulu jadi

tukang cuci ada, nganggur ada juga ibu rumah tangga, kalau

nelayan itu yang di kawasan sana (sektor 4)” (Wawancara YN, 18

Juli 2017)

Penataan kawasan objek wisata sangat bermanfaat bagi masyarakat

di sekitar pantai, bagi mereka beruntung pemerintah mengadakan

pembangunan dan menata kawasan sehingga dapat menambah penghasilan

sehari-hari, beberapa dari mereka masih ada yang bekerja sebagai nelayan

dan untuk menambah penghasilan juga anggota keluarga mereka ikut

berdagang di lokasi wisata.

“duitnya langsung jelas dapat, apalagi kalau menyewakan banyak

mainan, kita taruh saja harganya per 30 menit, Rp. 10.000 untuk

mainan skuter, kalau mobil Rp.20.000, layangan begitu juga.

Makin nambah kan? Itu baru satu mainan, mmakanya kita taruh

beberapa mainan disini biar banyak yang sewa” (Wawancara YN,

18 Juli, 2017)

Selanjutnya penuturan dari penyedia jasa surfing yang awalnya

hanya sekedar hobi menjadi mata pencaharian sendiri di lokasi wisata

tersebut.

”oo iya harus, ini untuk seru-seruan pemuda-pemuda disini saja

Dik, dari pada tidak ada kegiatan sore-sore pulang kerja, main

selancar. Kadang ada juga yang minta diajarkan main selancar,

menyewa, ya untung-untung dapat tambahan jajan” (Wawancara

RT, 17 Juli 2017)

“ya kalau soal pendapatan Alhamdulillah ya, kalau hari libur

ramai dan pendapatan bertambah, tapi kalau tidak ya kita juga

tidak bisa mengeluh kan, udah dikasih rezki kalau kita mmengeluh

terus apa jadinya. Karena sudah rapi begini orang ramai jadi

Page 76: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

64

datangnya, bisa milih café mana yang mau diduduki” (Wawancara

ZF, 18 Juli 2017)

Penataan dalam bentuk pengklasifikasian lahan usaha yang

dilakukan pemerintah berimplikasi pada mata pencaharian penduduk yakni

bertambahnya tenaga kerja dan peluang usaha, karena adanya

pembangunan pariwisata di pantai Padang masyarakat mulai berwirausaha

dengan berdagang, menjual jasa sewa mainan, jasa foto, jasa parkir

pelayan café dan masih banyak lagi.

2. Perubahan Kultural

Pantai padang memiliki kultur yang sudah ada sejak lama, kuliner

khas pantai Padang, kultur non material cerita rakyat, simbol adat dan

tradisi, hingga tahun 2016 muncul tradisi baru di pantai Padang yang tidak

lepas dari adanya inovasi, difusi dan integrasi dari setiap elemen

masyarakat. Pertama kuliner khas pantai Padang yakni Langkitang dan

Pensi, sejenis kerang laut yang di rebus dengan rempah dan bumbu, yang

kedua ada karupuak kuah, kerupuk lebar yang di atasnya diberi bihun,

kuah kacang dan kuah sate. Selain itu pantai Padang memiliki tradisi elo

pukek yaitu menarik pukat ke daratan secara bersama-sama untuk

mendapatkan hasil laut bagi para nelayan, cerita rakyat yakni Legenda Siti

Nurbaya yang berada di gunung Padang, simbol adat berupa bendera

Marawa, dan setiap gedung pemerintahan harus beratapkan gonjong.

Page 77: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

65

Dengan adanya pembangunan pariwisata pantai, beberapa elemen

masyarakat seperti Dinas Periwisata, Asosiasi Duta Wisata Indonesia Kota

Padang (ADWINDO), dan Komunitas Padang Heritage yang melakukan

penyebaran ide baru untuk menunjang pariwisata. ADWINDO misalnya

dengan memunculkan kembali tradisi permainan anak nagari yang sudah

mulai hilang, seperti sepak takraw, kuciang-kuciang, tangkelek, sepatu

batok, sipak rago, cakbur (gambar terlampir) dengan menggunakan sosial

media sebagai alat dan pantai Padang sektor 6 sebagai tempatnya

penyebarannya, karena saat ini pantai Padang sangat diminati pengunjung.

Tradisi ini dilaksanakan tahun 2016 pasca pembangunan pariwisata

dan diangkat menjadi sebuah event bulanan ADWINDO yang tujuannya

untuk melestarikan kembali tradisi yang mulai hilang.

“Baru tahun 2016, proker bulanan dimana kita disana

melestarikan permainan anak nagari, yang perlahan mulai hilang

kita booming lagi, sehari dua jam sore nya, mainan kita pas masa

kecil dulu, kan anak kecil sekarang udah punya gadjet gitu kan

jadi kita hidupin lagi tradisi permainan kita waktu kecil dulu”

(Wawancara FS, 28 Juli 2017)

Selanjutnya dari Komunitas Padang Heritage yang melaksanakan

acara sekali dalam dua bulan yaitu Padang Heritage Walk, yakni

memperkenalkan bangunan cagar budaya yang sebelumnya menjadi

gedung pusat pemerintahan dan perekonomian di kota Padang, bangunan

cagar budaya terletak di sepanjang jalan Batang Arau tepatnya sektor 1

pantai Padang, sebelum pembangunan pariwisata, pemerintah memusatkan

Page 78: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

66

pembangunan pada sektor 5 dan 6, dan setelah itu pembangunan bertahap

hingga sektor 1 di Pantai Muaro, Komunitas Padang Heritage bersama

Dinas Pariwisata berkompromi perihal bangunan bersejarah kota yang ada

di sektor 1, dan akhirnya delapan belas bangunan yang masih berdiri

kokoh dijadikan cagar budaya untuk wisata sejarah bagi wisatawan.

Padang Heritage Walk ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali,

sejarah dan makna bangunan yang ada di Kota Tua Padang, meskipun

beberapa bangunan sudah di alih fungsikan menjadi tempat hangout dan

rumah namun tidak menghilangkan bentuk aslinya.

“kalau saya sih impressive ya, dinas pariwisata sudah mulai

memperhatikan dan menjaga bangunan-bangunan historical di

Padang, soalnya dilihat lagi tidak banyak bangunan tua di Padang

yang terawat dan mungkin dengan bukanya Weekend Café bisa

menginspirasi orang-orang di Padang untuk mengembangkan

bangunan tua jadi tempat wisata tanpa harus mengubah makna

bangunan aslinya”(Wawancara KH, 4 Mei 2017)

Lain halnya dengan Dinas Pariwisata, yang memiliki program

yakni ide baru untuk melestarikan budaya dan kesenian daerah, dengan

mengadakan Festival Siti Nurbaya, serta Tradisi Perahu Naga. Festival Siti

Nurbaya merupakan atraksi seni dan budaya daerah yang dimiliki oleh

beberapa elemen yang sudah terlatih di bidangnya, dengan adanya festival

tersebut, pemuda dan pemudi di kota Padang lebih giat pada kegiatan

bakat dan minat, hal tersebut juga sebagai media difusi budaya daerah

kepada masyarakat luar yang berkunjung ke kota Padang, tempat

pelaksanaannya di Sektor 2 pantai Padang karena disana pantai Padang

Page 79: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

67

memiliki Teater Taman Budaya. Seperti yang diutarakan Kadis Pariwisata

kepada Sumbar News

“ajang ini dijadikan tradisi setiap tahunnya, yang diisi dengan

beragam kegiatan ada lomba malamang, baju kuruang basiba,

membuat the talua, hampir semua kegiatan bertemakan budaya

Minang, pesertanya pemuda dari organisasi, komunitas dan

mahasiswa di kota Padang, dan dilaksanakan di pantai Padang”

(Antara Sumbar, 2017)

Dinas Pariwisata juga mengangkat tradisi yang menciptakan

integrasi di kota Padang yakni tradisi perahu naga, yang pesertanya terdiri

dari berbagai suku, bangsa dan negara. Tradisi tersebut memang sudah ada

di beberapa negara, namun pemerintah ingin mengakulturasikan budaya

asli Minang dengan Tiongkok, para peserta dari berbagai ras berlomba

dalam olahraga air, hal tersebut tentunya menjadi salah satu proses

bersatunya budaya luar tanpa menghilangkan budaya asli, karena

penduduk kota Padang tidak hanya terdiri dari suku Minang saja juga

terdiri dari suku Tiongkok dan Tamil (suku muslim India).

Beragam tradisi masih bertahan di kota Padang terutama pasca

pembangungan, namun yang menjadi fokus penulis adalah perubahan

kultural pada bahasa dan norma, kita tahu bahwa kota Padang

menggunakan bahasa Minang sebagai bahasa sehari-hari, namun seiring

berkembangnya tempat wisata, masyarakat sekitar juga mengalami

akulturasi bahasa terutama kalangan remaja yang menggunakan bahasa

Page 80: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

68

Indomi (setengah Indonesia setengah Minang) seperti yang diutarakan HP

dan ZF

“…soalnya dilihat anak-anak itu kalau ngomong kotor hal yang

lumrah, ngomong kasar hal yang biasa, apalagi sejak disini jadi

tempat wisata kan banyak yang datang”. (Wawancara HP, 25 Mei

2017)

“Tapi satu yang buat ayah risih kalau jualan, anak-anak remaja

Purus disini bahasanya kurang bagus, orang kan kita memakai

bahasa Minang, tidak dicampur dengan bahasa gaul lalu disingkat

kata mereka itu kadang Ayah tidak paham jadi suka bingung, juga

kurang sopan dalam berbicara, ya mungkin pengaruh pengunjung

luar juga atau online juga” (Wawancara ZF, 18 Juli 2017).

Penggunaan bahasa Indomi seperti kalimat “Kama lu pai main?

Gua ndak lu ajak do yo?” (kemana kamu pergi main? Aku tidak kamu

ajak ya?” atau kalimat singkat-singkat seperti “Kuy nongski? Bia gua nan

bayian lu” (yuk nongkrong? Biar aku yang traktir kamu)

Diperkuat dengan ungkapan SA dan RT yang menyatakan bahwa

beberapa dari pengunjungnya mengeluh namun menggunakan bahasa yang

tidak dimengerti dalam berbicara dan tutur kata yang kurang sopan.

“………..,mau bagaimana lagi. cara penyampaian mereka ke kita

itu kesannya kurang, pakai bahasa gaul „gue-elu‟ gitulah tapi

masih logat Minang” (Wawancara SA, 12 Juli 2017)

“……perangainya ada juga yang berubah, apalagi anak kecil

disini, manggil yang lebih tua pakai „oi‟ padahal mereka ada juga

yang ikut main selancar, kaya sama besar saja sama kita”.

(Wawancara RT, 17 Juli 2017)

Terjadi perubahan dalam penggunaan bahasa sehari-hari, yang

sebelumnya menggunakan bahasa Minang halus dan memiliki tata cara

berbahasa sesuai nilai-nilai tradisi Minangkabau yakni Kato Nan Ampek

Page 81: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

69

yaitu tata bahasa budaya Minang yang digunakan untuk yang lebih tua

(kato mandaki), lebih muda (kato manurun), yang disegani (kato

malereang) dan yang sama besar (kato mandata). Selanjutnya perubahan

norma, kota Padang yang masih berpedoman pada prinsip Adat

Bersendikan Syariat, Syariat Bersendikan Alquran yakni segala tingkah

laku dan perangai harus bersendikan syariat dan agama Islam, sejak

adanya pembangunan pariwisata terjadi perubahan pada kebiasaan

masyarakat terutama remaja perempuan, yakni kebiasaan keluyuran

malam (Padusi Anai-anai) ke pantai Padang hingga larut. Penulis sempat

menanyakan pada salah satu tokoh agama di kelurahan Purus dan beberapa

remaja usia belasan ketika mengunjungi pantai Padang pada malam hari,

tokoh agama tersebut mengungkapkan

“ondeeh, ramai kalau itu anak-anak gadis tanggung,tiap saya

pulang Isya banyak saya lihat, saya heran juga sudah malam

belum pulang, apa orang tuanya tidak mencari atau khawatir anak

gadisnya belum pulang. Kita di ranah minang kan harus menjaga

perilaku juga. Kalau sudah lewat Isya perempuan tidak boleh

keluyuran kecuali ada perlu atau ada sanak saudara yang antar.

Tidak enak dilihat kalau perempuan keluyuran malam-malam” (12

Juli 2017)

Rata-rata menjawab hal yang sama seperti yang diungkapkan

berinisial UM, dia mengatakan bahwa alasan keluar malam karena ingin

menikmati suasana wisata pantai pada malam hari. Sementara CR,

beranggapan bahwa keluar malam adalah hal yang biasa apalagi tempat

yang dikunjungi malam hari terbilang ramai jadi tidak masalah bagi

mereka.

Page 82: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

70

Hal itu tak lain disebabkan karena adanya inovasi, difusi dan

integrasi yang ada di masyarakat, apalagi kawasan tersebut merupakan

objek wisata. Menuru Everett Roger, inovasi merupakan salah satu wujud

munculnya suatu ide atau penemuan baru, sementara difusi menurut

Kroeber adalah penyebaran yang akan selalu menimbulkan perubahan bagi

kebudayaan yang menerima unsur kebudayaan lain yang menyebar lalu

menyatu dengan masyarakat. Sama hal nya dengan perubahan kebiasaan

yang di alami oleh kalangan remaja di kawasan pantai Padang, pengaruh

luar yang mendatangkan kebiasaan tidak baik, penggunaan bahasa dengan

istilah kekinian menjadi hal baru bagi mereka, yang dibawa juga pada

pergaulan mereka disekolah yang menggunakan bahasa Indonesia dan

menyatu dengan bahasa sehari-hari serta kebiasaan mereka saat ini

sehingga dalam bertutur kata kepada yang lebih tua, lebih muda menjadi

sama saja dan penggunaan Kato nan Ampek pun berkurang.

3. Perubahan Interaksi dan Pola Komunikasi

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antar orang per orang, antar kelompok manusia

serta antar orang dengan kelompok manusia dalam hidup bermasyarakat

(Soekanto, 2012). Dengan demikian dapat diartikan bahwa masyarakat

merupakan jaringan relasi yang timbal balik.

Pada penelitian, penulis menemukan perubahan interaksi

masyarakat, jika pada masyarakat dan pemerintah interaksi sudah baik

Page 83: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

71

seperti sebelum pembangunan pariwisata misalnya saat tenda ceper di

bibir pantai masih berdiri, banyak yang di gusur karena diklaim sebagai

tempat maksiat (Ranah Berita, 2015) pengunjung enggan untuk datang ke

pantai, tenda ceper banyak diisi oleh remaja-remaja apalagi ketika malam

minggu. Namun sejak tahun 2015, tenda ceper di relokasikan ke Lapau

Panjang Cimpago, pihak Dinas Pariwisata datang dan mengajak pemilik

café bermusyawarah untuk merelokasi lahan, seperti yang diungkapkan

ED

“….Menertibkan pedagang-pedagang café dulu di pinggiran pantai,

kompromi ya semacamnyalah di sana agar mau bekerja sama untuk

wisata pantai” (Wawancara ED, 19 Juli 2017)

Komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat di pantai Padang

meningkat dengan adanya sistem musyawarah dan turun langsung ke

lapangan, hal tersebut dibuktikan ketika Dinas ingin menertibkan

pedagang café. Dan jawaban dari masyarakatpun positif, karena

pemerintah tetap menjaga hubungan baik dengan pedagang, masyarakat,

dan pengunjung, selain menjaga komunikasi juga pemerintah memberikan

fasilitas untuk masing-masing elemen yang membutuhkan seperti yang

dituturkan ZF

“…..oh yang dibangun ini? Sudah, kan dikasih tau sama pihak

pengelola sebelumnya kalau ini mau dibuat apa, kalau yang sekarang

ini rencananya dibangun pentas untuk acara, untuk band, orang

nyanyi”

Page 84: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

72

Begitu pula sebaliknya, karena sudah dari atas berusaha

menjaga hubungan dan komunikasi dengan pedagang, masyarakat pun

merespon dengan menuruti aturan yang dibuat oleh pemerintah.

Seperti yang dikatakan oleh MY

“alhamdulillah tidak ada, kita disini menurut saja karena menurut

kami apa yang disuruh pemerintah pasti baik untuk kami, makanya

tertata seperti sekarang ini” (Wawancara MY, 23 April 2017)

Sangat disayangkan ada sebagian pedagang tidak mengindahkan

ajakan yang dibuat pemerintah dan masih kekeuh berjualan disekitar

pedestrian, ED menuturkan pemerintah sudah mencoba berbicara dengan

pedagang asongan namun mereka tetap kekeuh berjualan di area tersebut

“Pedagang asongan susah untuk diberi tahu apalagi yang jual

jasa sewa mainan itu sebenarnya kan dilarang, mereka berjualan

di area pedestrian, jadi menghambat yang jalan kaki, kadang

pedagang yang di LPC komplain juga karena tidak rapi dan

seenaknya itu, dan waktu itu sudah pernah bertanya alasan mereka

itu hanya mainan untuk fasilitas anak-anak bermain di pedestrian,

dan hanya sementara” (Wawancara ED, 19 Juli 2017)

Jika dalam hal infrastruktur, komunikasi antara pihak pemerintah

dengan sebagian pedagang terbilang cukup baik, hanya pedagang asongan

saja yang masih bersikekeuh untuk berjualan padahal sudah diberitahu

oleh pihak penanggung jawab, namun komunikasi sangat kurang untuk

kalangan remaja yang tinggal disekitar lokasi wisata, dari segi kultur

bahasa saja mereka menggunakan bahasa kekinian yang orang tua nya

tidak mengerti, apalagi interaksi, sudah jarang terlihat masyarakat

Page 85: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

73

terutama kalangan remaja bercengkrama dengan sesama mereka maupun

pengunjung yang datang ataupun sekedar basa basi.

“nggak pernah. Kecuali kalau iseng, kadang kan kita kepo ya,

nanya ke tukang parkir atau penjualnya itu ada apa disana, kalau

sama pengunjung lain juga gitu, misal mereka mau foto terus ngga

ada yang motoin ya kita menawarkan tapi nanti gantian gitu”

(Wawancara V, 29 Mei 2017)

“ya kaya biasanya yang dilakuin, kalau di café ya makan, di

pantai ya foto-foto kadang ngobrol, tapi kalau diliat-liat sih kak

kita ngobrol pasti ada aja yang nunduk megang hp masing-

masing, yaudah dari pada kita dikacangin ya kita juga main hp,

paling ngomongnya pas mau foto bareng kalau pulang doang”

(Wawancara A, 29 Mei 2017)

Penulis melakukan wawancara intens dengan dua orang remaja

yang sedang bersantai di lokasi wisata, dan ketika ditanya perihal interaksi

mereka menjawab hal yang serupa, yakni sudah jarang berinteraksi untuk

sekedar mengobrol jika hp sudah ada ditangan mereka

“ya gitudeh kak kalau udah ada hp di tangan bawaannya gak mau

lepas, update terus, kadang saking fokusnya ke hp kita jadi ga

nyambung gitu kak haha” (Wawancara V, 29 Mei 2017)

Diperkuat dengan jawaban A,

“jarang kak, kita kalau udah asik sama hp gak mau tau sama

sekitar, ya aneh juga sih pengaruh nya, sibuk pamerin tempat

wisata yang lagi kita kunjungi, bikin video gitu kak terus upload di

youtube. Beda kalau dulu, tempat wisata kan gak banget buat di

pamerin jadi ya kita paling ngumpul buat ngobrol sebentar, main

air di pantai ya paling itu-itu aja” (Wawancara A, 29 Mei 2017)

Ditambah lagi dengan jawaban salah satu pihak keamanan objek

wisata yang merasa terganggu dengan ketidak pedulian remaja terhadap

lingkungan sekitar, bahwa disana dilarang untuk berfoto karena zona

berbahaya dan mobil proyek sering keluar masuk.

Page 86: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

74

“kadang saya suka kesal, apalagi ketika maghrib datang seluruh

satuan kemanan mulai berpencar untuk mengajak masyarakat agar tidak

melakukan kegiatan lagi dipinggir pantai karena pasang sudah mulai

naik, tapi ini anak-anak muda nya mash saja berfoto-foto kadang tidak

mendengar karena sibuk dengan gadget mereka pemberitahuan padahal

sudah menggunakan toa”

Diperkuat lagi dengan pengakuan salah satu orang tua yang tinggal

lama di daerah pantai tersebut dan bekerja sebagai penyedia jasa sewa

mainan.

“itu agak susah ya, apalagi sekarang era globalisasi. Sudah jadi

permainan sehari-harilah itu, hp, tab, warnet dimana-mana juga

kan. Dalam membaca kadang mereka suka main hp, main game,

ayah memperagakan karakter ini sambil bicara tapi mereka asik

saja sama hp” (Wawancara HP, 25 Mei 2017)

“iya anak saya sajalah contohnya, asal disuruh ambil kerupuk di

rumah untuk jualan ini, dipanggil tiga kali baru bilang iya, main

hp terus rasanya mau saya jual saja itu hp dia, nunduk saja

kerjanya liat hp, orang mau beli dia acuh” (Wawancara Y, 18 Juli

2017)

Begitu kuat pengaruh gadget kalangan anak-anak dan remaja, yang

menyebabkan perubahan dalam interaksi dan perilaku mereka ketika

berkunjung ke tempat wisata, niat ingin berkumpul dan berinteraksi

berkurang karena ketika berkumpul sudah sibuk dengan gadget masing-

masing, alasannya untuk mengupdate tempat wisata dan memamerkannya

di sosial media, panggilan dan perintah orang tua dihiraukan, dan bisa

menyebabkan ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar.

Kultur bahasa dan Interaksi sangat erat kaitannya. Penggunaan

bahasa Indonesia-Minang pada kalangan remaja dan anak-anak menyebar

Page 87: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

75

begitu cepat. Selain teknologi, sekolah juga mempengaruhi interaksi dan

bahasa sehari-hari anak-anak karena di sekolah diajarkan berbahasa

Indonesia yang baik, sementara pada lingkungan mereka berbahasa

Minang, sementara teknologi mengubah perilaku mereka yang kurang

peka terhadap lingkungan sekitar

Untuk memperpudah pengelompokan perubahan sosial, penulis

membuat tabel berikut

Perubahan Sosial Masyarakat

Sebelum Sesudah

Struktural Kultural Interaksi Struktural Kultural Interaksi

Mata

Pencaharian

Penduduk

adalah

Nelayan dan

Buruh

Bahasa

yang

digunakan

sehari-hari

adalah

bahasa

Minang

halus

Memperha

-tikan

lawan

bicara

ketika

sedang

berinter-

Aksi

Mata

pencaharian

penduduk

sebagian

beralih ke

pedagang

dan

wiraswasta

Bahasa yang

digunakan

adalah

bahasa

campuran

Indonesia-

Minang

Berkurangn

ya

kepedulian

untuk

menatap

lawan bicara

jika sudah

memegang

gadget

Nilai

tradisi

dalam

berbahasa

menggunak

an Kato

Nan Ampek

Pengguna-

an Kato Nan

Ampek

mulai

berkurang

dikalangan

remaja dan

anak-anak

Norma

tidak boleh

keluar

malam hari

Munculnya

kebiasaan

keluar

malam pada

Page 88: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

76

pada

remaja

perempuan

remaja

perempuan

D. Tanggapan Masyarakat Terhadap Perubahan Pembangunan

Pariwisata

Berbagai tanggapan baik positif maupun negatif dilontarkan

terhadap pembangunan pariwisata pantai, mulai dari pengunjung,

masyarakat sekitar, pedagang, dan elemen lain. Hal ini tentu tidak lepas

dari peran pemerintah sebagai fasilitator dan kerjasama masyarakat

sebagai sistem pelayanan pariwisata, pembangunan secara bertahap di

beberapa sektor oleh pemerintah dan dilengkapi dengan inovasi dari

masyarakat yang membuat daya tarik tersendiri bagi objek wisata pantai

Padang.

“Ibu merasa beruntung, Nak. Sebab saat ini lowongan usaha

susah, nah sekarang sudah dapat lowongan usaha. Bisa kita

berjualan, cari duit, biaya hidup naik” (Wawancara MY, 23 April

2017)

“keren, tambah rapi. Meskipun bosan pantai melulu tapi kalau

kesini ya tetap seru soalnya ada saja yang ditambah fasilitasnya.

Tinggal keamnan sama harga makanan aja yang perlu diperbaiki

hehe” (Wawancara V, 29 Mei 2017)

“iya, terus buat mainan sewa-sewa dipinggir trotoar ini kalau bisa

disediain tempatnya biar ngga ganggu yang joging disini”

(Wawancara A, 29 Mei 2017).

Selain respon positif dari berbagai kalangan masyarakat, Adapula

tanggapan yang mengkritik pemerintah dalam pembangunan pariwisata,

Page 89: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

77

seperti yang diutarakan SA, dia mengganggap pemerintah masih lalai

dalam hal pembangunan.

“dalam artian bukan dari karambia ini ya, diluar itu banyak

pembangunan di kota Padang ini sangat lelet, contoh bangunan

Masjid Raya Sumatera Barat itu, finishingnya berubah, saya lihat

dulu dekor awalnya tidak seperti itu, dan itu sangat lambat

dibangunnya, itu juga pembangunan Taman Budaya itu, saya rasa

sepuluh tahun lagi baru selesai, selalu begitu. Lalu bangunan di

belakang Gedung Djoang‟45 yang roboh karena gempa tahun

2009 kenapa belum dibenahi? Kenapa harus bangun yang baru”

(Wawancara SA, 12 Juli 2017)

Terakhir adalah harapan bagaimana pariwisata pantai Padang ke

depannya yang sempat penulis tanyakan, yakni tentang kebersihan

pantainya, dengan mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan

saat berkunjung ke pantai. Selain itu masyarakat juga harus ikut

berkontribusi dalam keamanan agar berkurangnya pungutan liar di area

parkir serta sadar wisata dan mengikuti aturan dalam berdagang.

“untuk pungutan liar jangan sampai ada lagi, soalnya pemerintah

udah bikin parking meter tapi ya masih ada aja pungli, kalau bisa

ngga cuma pemerintah tapi masyarakat lain juga berkontribusi

menjaga kebersihan dan keamanan pantai” (Wawancara FS,28

Juli 2017).

“harapannya, masyarakat ini harus sadar wisata, sama-sama

menjaga kebersihan, aturan, jangan sembarangan berdagang,

kalau memang tempatnya tidak cocok dengan aturan jangan

dipaksakan untu tetap berdagang. Kami sebenarnya ingin tegas,

dan ingin melakukan pembinaan. Tapi kalau tidak bisa dibina ya

pakai tindakan. Itu yang belum disadari sama masyarakat, kalau

masyarakat sadar pasti pengunjung pun senang untuk berbelanja

karena rapi” (Wawancara ED, 19 Juli 2017)

“oh tentu kita ingin kedepannya yang positif ya, ini kan tempat

wisata, nah kalau bisa tetap menjadi wisata keluarga, bukan

Page 90: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

78

wisata cinta, kaya yang suka mojok-mojok. Harapannya ya ini

menjadi wisata keluarga yang mendapatkan ridho Allah”

(Wawancara ZF, 18 Juli 2017)

Pariwisata pantai merupakan objek wisata terbuka bagi wisatawan,

selain pemerintah sebagai fasilitator, kontribusi dari masyarakatlah yang

dibutuhkan untuk menjaga kenyamanan tempat tersebut, sehingga

kawasan wisata pantai Padang sesuai dengan apa yang direncanakan

kedepannya.

Page 91: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

79

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mewujudkan kota Padang sebagai kota pendidikan, perdagangan,

dan pariwisata yang sejahtera, religius dan berbudaya, merupakan salah

satu hal yang melatar belakangi pemerintah melakukan pembangunan

pariwisata, selain itu faktor eksternal seperti bencana alam yakni gempa

pada 30 September 2009 yang menyebabkan bangunan cagar budaya dan

beberapa objek wisata rusak.. Pembangunan tidak hanya dicanangkan oleh

pemerintah saja, masyarakat pun mulai mengembangkan ide kreatif

dengan menyulap bangunan tua yang tidak terpakai namun memiliki cerita

sejarah tersendiri menjadi tempat hangout untuk menambah pemasukan

ekonomi, sehingga menjadikan objek wisata tidak monoton.

Pada perubahan struktural dalam masyarakat, yakni memfokuskan

pada perubahan dalam mata pencaharian yang disebabkan pengelompokan

dalam lahan usaha menurut sektor dan berimplikasi pada alih profesi

penduduk dan meningkatnya status sosial masyarakat. Pada perubahan

kultural, penulis menemukan beberapa kebudayaan yang semakin

berkurang yakni bahasa sehari-hari dan kebiasaan di kalangan remaja.

Sedangkan pada interaksional, penulis mendapatkan informasi bahwa

komunikasi berubah ke arah yang kurang baik terutama terjadi pada

kalangan remaja yang disebabkan oleh pengaruh wisatawan luar dan

Page 92: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

80

gadget. Melihat permasalahan yang terjadi, penulis menyimpulkan bahwa

terjadi perubahan sosial pada masyarakat pantai Padang pasca

pembangunan pariwisata dimana yang berubah adalah masyarakatnya

bukan kota nya.

B. Saran

Penelitian yang penulis lakukan tidak lepas dari tantangan dan

hambatan, mengingat tema yang penulis angkat adalah perubahan sosial

pasca pembangunan pariwisata, maka penulis harus mengulik lagi

bagaimana lokasi tersebut saat satu hingga dua tahun kebelakang. Masih

terdapat beberapa tempat yang musti diperhatikan pembangunannya, saran

penulis adalah pemerintah harus lebih memperhatikan lagi bangunan yang

sudah ada yang bisa dijadikan tempat berdaya guna, sebelum membangun

tempat baru yang dijadikan objek wisata, fasilitas-fasilitas pelayanan

umum disebar ke beberapa titik agar wisatawan dapat leluasa

menggunakan jika dalam keadaan darurat seperti toilet umum dan

musholla. Untuk wisatawan yang berkunjung, jagalah keamanan dan

kebersihan ketika berkunjung, kepada elemen masyarakat seperti keluarga,

guru di sekolah dan tokoh masyarakat penulis menyarankan agar tetap

menjaga tata bahasa dan pergaulan dalam berkomunikasi terutama remaja

yang sangat gampang terpengaruh yang menyebabkan norma kurang

diterapkan, karena bagaimanapun kita tetap harus memegang teguh prinsip

Adat Bersendikan Syarak, Syarak bersendikan Alquran.

Page 93: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

81

Daftar Pustaka

Buku

Creswell, John. W. 1994. Research Design: Quantitative and Qualitative Design. Sage

Publication.

Judistira. 1992. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung. Padjajaran.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Newman, Laurence. 2013. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Ed. 7. University of Wisconsin, Whitewater. Jakarta: PT. Indeks

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2010. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi

Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:

Kreasi Wacana.

Salim, Agus. Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi kasus Indonesia.

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002)

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Rajawali Press

Usman, Husnaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2008. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta. PT. Bumi Aksara

Usman, Sunyoto. 2015. Esai-esai Perubahan Sosial. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Wirotomo, Paulus, dkk. 2012. Sisem Sosial di Indonesia. Depok: UI Press.

Tesis

Melati, Febrian Fatma. 2013. Tesis: Dinamika Perubahan Sosial Dan Budaya di Desa

Kendalsari, Kecamatan Sumobito, Kabupaten

Jombang.AntroUnairDotNet,Vol.2/No.1. Antropologi FISIP Universitas

Airlangga. Malang. Diunduh pada 6 April 2017 pukul 13.12 dari

http://repository.unair.ac.id/16199

Septianingsih, Dwi. 2012. Tesis : Dampak Sosial Pembebasan Tanah Proyek

Pembangunan Infrastruktur Untuk Kepentingan Umum.Magister Manajemen

Pembangunan Sosial, FISIP Universitas Indonesia. Depok. Diunduh pada 6 April

2017 pukul 13.17 dari

http://lib.ui.ac.id/uibo/detail.jsp?id=20298393&lokasi=lokal Sidharta, I Wayan Tagel. 2002. Tesis: Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap

Kondisi Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Pantai Sanur. Universitas

Diponegoro. Semarang. Diunduh pada 6 April 2017 pukul 13.20 dari

www.eprints.undip.ac.id/10986

Page 94: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

82

Jurnal

Kuntoro, dkk. 2010. Jurnal: DIKLUS Pendidikan Luar Sekolah. Yogyakarta. Vol 14,

Nomor 1. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, UNY. Diunduh pada 16 Mei 2017

pukul 09.08 WIB dari www.eprints.uny.ac.id

Mukhlis dan Drajat. 2012. Jurnal: Dampak Kebijakan Pembangunan Kota Baru Lampung

Terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat. FISIP Universitas Lampung. Diunduh

6 April 2017 pukul 13.25 dari

www.publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/prosem/article/view/2

Nugraha, Hilman. 2015. Jurnal: Perubahan Sosial Dalam Perkembangan Pariwisata

Desa Cibodas Kecamatan Lembang.Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 1. Pendidikan

Sosiologi, Sekolah Pascasarjana UPI. Bandung. Diunduh pada 6 April 2017

pukul 13.28 dari

www.ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/1517

Suryanegara, dkk. 2015. Jurnal: Perubahan Sosial Pada Suku Bajo (Studi Kasus di

Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara. Majalah Globe Volume 17 No. 1, Juni

2015: 067 – 078. Bogor. Diunduh pada 6 April 2017 pukul 13.33 dari

www.jurnal.big.go.id

Jurnal Perubahan Sosial, di akses pada 6 April 2017 pukul 14.00 dari

www.ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/download/130/117

Book Review Cultural Change H.G Barnett di unduh pada 6 April 2017 pukul 14.30 dari

www.rxiv.org/14050301v1.pdf

Website

Badan Pusat Statistik Kota Padang di akses 3 Mei 2017 pukul 10.19 dari

https://padangkota.bps.go.id

Bencana Gempa Bumi Kota Padang di akses pada

3 April 2017 pukul 16.24 WIB dari

www.sumbarprov.go.id/details/news/5571

Berita Wisata Halal Pantai Padang di akses pada

4 April 2017 pukul 13.35 WIB dari

www.sumbar.antaranews.com/berita/195246/masjid-di-pantai-padang-identitas-

wisata-halal.html

7 Juni 2017 pukul 16.09 WIB dari

https://www.infosumbar.net/berita/berita-sumbar/kota-padang-segera-bangun-

ikon-wisata-halal/

Berita Pantai Padang di akses pada

24 Juni 2017 pukul 18.32 WIB dari

Page 95: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

83

www.news.ranahweb.com/news.php?id_news=402/Berita/view/ironi-payung-

ceper-di-pantai-padang

Berita Wisatawan Pantai Padang di akses pada

5 April 2017 dari

www.aktual.com/dinas-pariwisata-kota-padang-targetkan-4-juta-wisatawan-tahun-

ini/

Berita Festival Siti Nurbaya di akses pada

27 April 2017 dari

www.antarasumbar.com/berita/200789/melestarikan-budaya-minang-melalui-

festival-siti-nurbaya.html

BkkbN di akses pada

2 Oktober 2017 dari

www.aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/batasanmdk.aspx

Data Status Lingkungan Hidup Kota Padang di akses pada 28 Maret 2017 pukul 13.10

dari

http://datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Kota-padang-SLHD-buku-

data-web.pdf

Filosofi Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah karya Masoed Abidin di akses

pada

28 Maret 2017 pukul 13.27 dari

www.masoedabidin.com/?p=1289

Perempuan Minang Dalam Kaba Cindua Mato karya Syamsuddin St. Rajo Endah di akses

pada

28 Maret 2017 pukul 14.22 dari

www.journals.ums.ac.id

Profil Kota Padang di akses pada 1 April 2017 pukul 16.34 dari

http://bappeda.padang.go.id/profil-daerah.

Rencana Strategis Pariwisata Kota Padang 2014 di akses 1 April 2017 puku 17.00 dari

http://bappeda.padang.go.id/up/download/09012015120924renstra-pariwisata-

2014-2019.pdf

Rencana Penataan Kawasan Wisata Terpadu Pantai Padang di akses pada

2 Oktober 2017 dari

www.repository.unand.ac.id/721/1/artikel_dipa_irawati_2009.doc

Website Kelurahan Purus di akses 3 Mei 2017 pukul 10.30 dari

www.kelpuruspadang.go.id

Dokumen & Foto

Dokumen Personal Kadis Pariwisata

Page 96: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

84

Dokumen Kelurahan Purus

Dokumen Padang Heritage

Wawancara

Wawancara dengan Maryeni. Minggu, 23 April 2017 / 17.49 WIB

Wawacara dengan Dani. Minggu, 23 April 2017 / 16.54 WIB

Wawancara dengan Kelly Huang. Kamis, 4 Mei 2017 / 09.45 WIB

Wawancara dengan Hendry Pong. Kamis, 25 Mei 2017 / 17.27 WIB

Wawancara dengan Viani dan Anne. Senin, 29 Mei 2017 / 19.13 WIB

Wawancara dengan Salman. Rabu, 12 Juli 2017 / 09.49

Wawancara dengan Sigit Atmaja. Rabu, 12 Juli 2017 / 20.07 WIB

Wawancara dengan Rifdo Tofano. Selasa 17 Juli 2017 / 19.46 WIB

Wawancara dengan Zulfetri. Selasa, 18 Juli 2017 / 16.22 WIB

Wawancara dengan Yusmaini. Selasa, 18 Juli 2017 / 17.38 WIB

Wawancara dengan Edral. Rabu, 19 Juli 2017 / 10.13 WIB

Wawancara dengan Fitria Sarah. Jumat, 28 Juli 2017 / 08.11 WIB

Page 97: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

ix

Lampiran

Matriks Pertanyaan Informan

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Alamat :

No Premis Teori

Perubahan Sosial

Himes dan Moore

Pertanyaan-Pertanyaan: Jawaban

1. Struktural mencakup

perubahan struktur

dalam masyarakat ,

munculnya peran baru

dalam masyarakat.

1. Sejak Kapan Anda bekerja sebagai

pedagang? Boleh sedikit diceritakan?

2. Apakah Anda tahu tentang perencanaan

pembangunan pariwisata pantai?

3. Bagaimana Anda menyikapi hal tersebut?

4. Apakah pembangunan tersebut terhadap

mata pencaharian?

5. Bagaimana dengan penataan yang

dilakukan pemerintah terhadap lahan

usaha Anda?

6. Adakah terjadi peningkatan atau

berkurangnya pendapatan?

(Dinas) 7. Bagaimana konsep pembangunan

infrastruktur menurut Anda?

8. Apakah ada perusahaan yang menaungi

tempat yang dijadikan kawasan hangout?

9. Sejauh mana peran pemerintah dalam

menangani infrastruktur kawasan

pariwisata?

10. Apakah alih fungsi lahan meningkatkan

atau mengurangi pengunjung?

Page 98: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

x

2. Kultural yang mengacu

pada

perubahan kebudayaan

dalam masyarakat.

Meliputi inovasi,

difusi, integrasi

1. Sejak adanya pembangunan pariwisata,

menurut Anda apa saja yang berubah

selain insfrastruktur?

2. Bagaimanakah tanggapan Anda?

3. Apakah sebelumnya kawasan pantai

memiliki tradisi?

4. Apakah ada pengaruh luar yang masuk?

5. Apa saja tradisi yang masih bertahan dan

yang sudah berkurang pasca

pembangunan pariwisata?

3. Interaksional mengacu

pada adanya perubahan

hubungan sosial dalam

masyarakat

1. Biasanya apa saja kegiatan yang Anda

lakukan ketika berwisata?

2. Apakah Anda pernah berinteraksi dengan

pengunjung lain atau pihak pengelola?

3. Apakah Anda aktif di sosial media?

4. Bagaimana penggunaan sosial media

dalam kehidupan Anda?

5. Bagaimana tanggapan Anda dengan

perubahan interaksi pada perilaku

masyarakat pantai yang candu sosial

media saat ini?

Page 99: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xi

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Maryeni (ibu Yen)

Usia : 48 tahun

Pekerjaan : Pedagang Langkitang (Makanan Khas Pantai Padang)

Tanggal : Minggu, 23 April 2017 / 17.49 WIB

Tempat : Pantai Padang Sektor 6 (Pantai Muaro Lasak)

P : Ibu, disini sudah berapa lama?

I : oh ibu belum lama disini

P : kira-kira sudah berapa tahun berjualan, bu?

I : tahun 2008, dulu berjualan bukan daerah sini tapi di jembatan, tahun 2008 baru

pindah kesini

P : oo begitu ya bu, boleh tau nama ibu siapa?

I : bu Yen, kebetulan ibuk yang pertama kali menjual Langkitang ini di Muaro

Lasak

P : bagaimana tanggapan ibu tentang pembangunan pariwisata pantai ini?

I : Ibu merasa beruntung, Nak. Sebab saat ini lowongan usaha susah, nah sekarang

sudah dapat lowongan usaha. Bisa kita berjualan, cari duit, biaya hidup naik.

P : disini menjual makanan khas?

I : iya Langkitang itu makanan khas pantai,kerang-kerang laut yang seperti

bekicot.

P : kalau boleh tau sebelumnya ibu bekerja sebagai apa?

I : ibuk dulu catering

P : o dulu catering ya bu? Lalu alasan beralih ke pedagang langkitang?

I : kita kan tidak tau, Nak. Barang tidak selamanya, anggaplah gaji nya besar tapi

kan tidak selamanya, lagi pula ibu juga sertifikasi dan dapat hasil cuma dua kali

setahun. Alhamdulillah gerobak jualan ini dibantu sama dinas pariwisata.

Page 100: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xii

P : oh begitu ya bu, saya kira pribadi

I : tidak, ini dibantu. Beruntung bagi anak-anak yang pengangguran dan tidak

bersekolah bisa bekerja juga, sebagai tukang parkir, pelayan café, pencuci piring.

P : hmm iya juga ya bu, nah soal konflik bagaimana bu? Ada tidak pedagang

disini yang membantah aturan dari pemerintah?

I : alhamdulillah tidak ada, kita disini menurut saja karena menurut kami apa yang

disuruh pemerintah pasti baik untuk kami, makanya tertata seperti sekarang ini

P : wah berarti hubungan pedagang café gerobak disini dengan pemerintah

baik ya bu?

I : iya, mereka memberi gerobak disini, tuh lihat warna nya seragam jadi enak

dipandang, penghasilan alhamdulillah meningkat yang awalnya hanya kisaran

100.000an sehari sekarang bisa 500.000an apalagi hari libur, ya tergantung

banyak pengunjung juga.

P : wah alhamdulillah kalau begitu ya bu, terakhir ni bu, apa harapan ibu

kedepannya untuk pembangunan pariwisata pantai ini?

I : Pokoknya sejak tertata seperti ini, mata pencaharian pedagang jadi hidup,

karena mengingat dulu pedagang disini bekerja sebagai buruh cuci rata-rata,

mudah-mudahan semakin tertata lagi lah tempat berdagang jadi pengunjung

nyaman disini

Page 101: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xiii

Nama : Angku Dani

Usia : 55 tahun

Pekerjaan : Pedagang Ikan

Tanggal : Minggu, 23 April 2017 / 16.54

Tempat : Pantai Padang Sektor 4 (Pasar Ikan Pantai Purus)

P : Sejak kapan angku berprofesi sebagai pedagang ikan?

I : saya sudah bekerja 20 tahun disini. 10 tahun sebagai nelayan dan dagang ikan.

P : lama juga ya ngku, berarti sebelum ada perpindahan kios-kios pedagang

ini?

I : ya begitulah, Nak. Dulu banyak sekali nelayan disini, rata-rata melaut tiap RW,

sebelum ada pemindahan ini saya dengan teman-teman biasanya menarik pukat

di sektor 5 sana karena landai, jadi banyak yang membantu menarik pukat ke

darat, tapi sekarang sudah mulai berkurang yang membantu, paling ya

pengunjung yang mau membeli ikan hasil tangkapan dari pukat ini

P : sebelumnya angku bekerja sebagai apa?

I : wah kalau itu saya bukan pedagang, dulu saya bekerja di kapal-kapal pesiar

orang bule, kalau diceritakan semuanya bahasa inggris

P : oalah begitu ya ngku, nah kalau saya lihat disini sudah ada pembangunan

pariwisata pantai kan, angku tahu soal ini?

I : sudah lama, sejak 2014 barangkali. Saya tidak terlalu mengikuti yang jelas saya

berdagang ikan saja. Bagus juga untuk menambah tempat wisata, agar banyak

yang datang kesini.

P : kalau boleh tau, penghasilan angku per bulan berapa dari hasil berdagang

ikan?

Page 102: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xiv

I : kalau penghasilan tidak menentu, kadang ya banyak kalau musimnya kadang ya

sedikit, kami sudah biasa „dilamun ombak‟ (hidup susah), tapi ya kita tetap usaha

saja, kalau musimnya datang pasti banyak yang beli.

P : sekarang ada berapa nelayan yang masih bekerja Ngku?

I : sudah berkurang nelayannya karena ada sebagian yang kerja sambilan, jadi

pedagang, dulu sampai tujuh ratusan kalau kita perkirakan dari Muaro sana

sampai Sektor 6 yang jadi tempat wisata sekarang.

Page 103: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xv

Nama : Pak Hendry Pong

Usia : 53 tahun

Pekerjaan : Penanggung Jawab Kelompok Belajar „Tanah Ombak‟

Tanggal : Kamis, 25 Mei 2017 / 17.27 WIB

Tempat : Taman Baca „Tanah Ombak‟

P : taman baca ini didirikan tahun berapa, Yah?

I : oh ini tahun 2014 didirikan, cuma mulai kegiatan dan booming nya akhir tahun

2015, dan puncak eksisnya tahun 2016.

P : boleh diceritakan bagaimana awalnya ‘tanah ombak’ ini , yah?

I : dulu itu bukan taman baca, tapi teater. Jadi kelompok Ayah ini dulu namanya

teater Noktah, kita sebelumnya bukan disini, tapi di Ulak Karang tempatnya,

teman-teman Ayah dulu punya pustaka juga, isinya buku-buku seni pertunjukan

dan cakupannya dulu sebatas untuk kawan-kawan seniman saja, soalnya lebih

konsen ke teater secara khususnya. Tapi disana tidak terlalu antusias

masyarakatnya. Tidak banyak yang datang, jadinya latihan hanya sebatas itu-itu

saja. Lalu pindah ke Purus ini, lihat anak-anak nya banyak disini yang masih usia

sekolah, tapi yang menjadi dasar kita mendirikan ini adalah menanamkan nilai-

nilai dalam diri itu, soalnya dilihat anak-anak itu kalau ngomong kotor hal yang

lumrah, ngomong kasar hal yang biasa, apalagi sejak disini jadi tempat wisata

kan banyak yang datang. Jadilah ayah buat disini ya sebelumya juga ayah pernah

tinggal disini, jadi sudah mengenal „medan‟ ini istilahnya, pas membangun ini

ditanya sama warga disini sama anak-anak disini juga dan mereka tidak masalah.

Ketika hari pertama kita mencoba mengumpulkan anak-anak itu kita awali sama

latihan teater juga, mengeluarkan karakter dalam diri mereka. Nah ketika ada

festival teater anak di Jakarta, ayah mengajak beberapa teman salah satunya Pak

Yusrizal KW tahun 2015. Karena beliau juga berperan aktif dalam bidang

naskah. Lalu beliau mengusulkan „bagaimana kalau ini dikembangkan jadi sarana

literasi?‟. Ayah setuju, tidak masalah, tapi ayah kan tidak pengalaman disitu, nah

dibantu pak KW ini lah kita bekerja sama, pak KW lebih ke program literasi dan

ayah lebih ke seni pertunjukan.

Page 104: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xvi

P : wah jadi ini ide dari kelompok ayah terus bekerja sama dengan bidang

literasi ya

I : iya, justru dengan bekerja sama itulah tempat ini jadi booming. Kalau sebatas

membaca saja kan anak-anak kan tidak tetap. Jadi kita kembalikan lagi minat

baca anak-anak juga kreativitas yang ada dalam diri mereka dengan kerja sama

ini.

P : Nah, ayah kan sebagai orang tua sekaligus founder ya istilahnya di ruang

baca ini, bagaimana pendapat ayah mengenai anak-anak yang masih candu

sama gadget?

I : itu agak susah ya, apalagi sekarang era globalisasi. Sudah jadi permainan sehari-

harilah itu, hp, tab, wrnet dimana-mana juga kan. Dalam membaca kadang

mereka suka main hp, main game, ayah memperagakan karakter ini sambil bicara

tapi mereka asik saja sama hp, jadi ayah buat aturan saja kalau dalam membaca

dilarang bawa hp.

P : belajar sambil bermain ya yah biar tidak bosan?

I : iya itu dia, jadi anak-anak tertarik, cuma kita buat persyaratan kalau mereka

mau ikut teater mereka kita suruh baca buku dulu selama 15 menit, baru boleh

ikut teater.

P : oh iya kalau belajar bareng itu kan seru

I : nah itu yang kita tanamkan ke mereka, jadi disini mereka berbeda cara

belajarnya, kalau disekolah kan belajarnya dikelas mungkin, kadang mereka

bosan, atau apa. Disini kita kasih cara pembelajaran yang beda, yang kaya tadi

itu, baca 15 menit, yang ada tugas kerjakan tugasnya, setelah itu kita latihan

teater.

P : sistem belajar baru ya yah, nah kalau tim pengajar sama buku-buku disini

dari mana, Yah?

Page 105: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xvii

I : iya kita menciptakan sistem belajar yang kereatif dan menyenangkan, tapi kita

bukan sekolah loh ya, kita ini non formal dan alhamdulillah kita punya beberapa

tim pengajar yang sukarela membantu anak-anak disini, ayah di teater, nanti pak

KW dengan menggambar dan literasi nya, ada juga mendongeng, lalu menulis,

kita juga kedatangan tim dari universitas lain untuk mengajar mata pelajaran

sekolah anak-anak. Kalau buku-buku itu dikasih, sama Gramedia, ada juga

sukarelawan, toko buku.

P : wah jadi banyak partisipan ya yah?

I : betul, jadi setiap hari anak-anak ketemu sama orang baru, jadi minat belajarnya

bertambah, karena kita mendirikan ini bukan untuk anak-anak sekitar sini saja.

Tapi seluruh anak-anak yang ingin membaca

P : iya benar, kira-kira sudah sejauh mana peran ‘tanah ombak’ dalam

sistem pendidikan ini, yah?

I : kalau peran ya kita sudah menciptakan model belajar baru buat anak-anak,

disini kita ingin memperbaiki mentalitas masyarakat terutama anak-anak disini,

dengan membaca kita tahu banyak. Kita mengajak mereka disini membaca itu fun

jadi membaca dengan riang tidak dengan beban. Maghrib nya kita punya program

mengaji bersama, juga sholat berjamaah bersama. Setiap Senin malam mereka

baca Qur‟an sama-sama disini. Ada nilai sosial dan agama nya, jadi suasana

ruang ini hidup. Kita ajarkan lagi lagu nasional, daerah, budaya kita, pokoknya

kita menanamkan ke masyarakat kalau setiap keagiatan anak-anak disini berpusat

dari membaca. Ini yang tanaman hidroponik ini, pohon disini kan kerjasama kita

sama anak-anak yang belajar disini, ada pengetahuan alam juga yang diajarkan,

memperkenalkan lingkungan secara sederhana, kita juga ada pustaka berjalan,

namanya Vespa Pustaka, itu vespa membawa buku-buku setiap Sabtu dan

Minggu sore ke pelosok pesisir pantai Padang yang belum terjamah sama pustaka

daerah, jadi anak-anak disana ataupun wisatawan bisa membaca juga. Kita yang

membawa buku kesana, Batang Arau yang di ujung juga. Karena mengingat

mobil pustaka daerah itu SOP nya dari atasannya kan, kalau vespa ini kita ada

relawannya yang penting semua punya kesempatan membaca. Dan alhamdulillah

ternyata banyak yang berminat.

Page 106: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xviii

Nama : Bapak Salman

Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Nelayan

Tanggal : Rabu, 12 Juli 2017 / 09.49 WIB

Tempat : Pantai Padang Sektor 5 (Pantai Cimpago, Depan Lapau Panjang Cimpago)

P : ini pukat apa pak?

I : ini pukat besar namanya,

P : kalau pukat harimau beda lagi ya pak?

I : ya, pukat harimau itu kecil-kecil jaring nya, bibit ikan bisa terbawa.

P : setahu saya pak disini dulu ada tradisi elo pukek (tarik pukat) ya pak?

I : ya ini seperti yang dilakukan saat ini, kita ramai-ramai menarik pukat, sebagai

bentuk kerja sama hidup gotong royang nelayan disini.

P : sejak kapan munculnya tradisi ini pak?

I : sudah lama sekali nak, tidak terhitung tahun, sebelum pantai bagus seperti ini

sampai sekarang bapak masih „mamukek‟

P : masih bertahan ya pak tradisinya? Atau sudah mulai hilang?

I : gimana tidak bertahan nak, ini juga mata pencaharian bapak juga karena selalu

turun temurun, sejak kakek bapak juga sudah ada tradisi ini. Tapi sekarang tidak

seberapa yang memukat karena lihat situasi laut juga.

P : jadi sudah menjadi mata pencaharian juga ya Pak, apa bapak juga

berdagang di lapak-lapak di sektor 6 untuk nambah penghasilan?

Page 107: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xix

I : kalau soal rezeki sudah ada yang atur ya, Nak. Jadi kemanapun dipindahkan

akan ada hasilnya juga, ia Nak, jadi saya coba ajak istri saya berdagang lauk-

pauk untuk makan di sektor 6 sana, saya yang melaut dan memukat disini , istri

saya berdagang, untuk nambah penghasilan kan tidak mungkin kita kerjanya itu-

itu saja, kalau jualan bisa menguntungkan kenapa tidak.

P : kira-kira berapa pendapatannya kalau mamukek ini pak? Dan mulai

‘maelo’ biasanya kapan Pak?

I : kadang kecil kadang besar ya tergantung berapa dapat ikan ini, namanya juga

rizki bukan kita yang atur kan nak, kalau itu biasanya pukul 9-11 pagi, ketika

ombak lagi kecil nak dan ketika orang melaut sudah pulang berlayar, nah nanti

ada pengunjung datang biasanya lari pagi mereka juga ikut membantu menarik

pukat ini.

P : kalau satu pukat, biasanya berapa orang yang menariknya pak?

P : delapan sampai sepuluh orang tergantung banyaknya ikan, kalau pukat berat

kadang pengunjung membantu menariknya ke daratan. Kadang, ada juga

sebagian menonton saja ada juga yang membantu sekaligus membeli hasil

tangkapan kan ikan baru ditangkap segar-segar.

I : ooo, nah apa harapan bapak kedepannya untuk tradisi ini disaat

maraknya pembangunan pariwisata pantai?

P : semoga tetap bertahan terus kalau perlu dijadikan salah satu daya tarik untuk

pengunjung berwisata disini, justru karena pembangunan ini, maka makin banyak

pengunjung dan makin semangatlah kita terutama bapak untuk mamukek.

Page 108: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xx

Nama : Kelly Huang

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Owner Weekend Cafe

Tanggal : Kamis, 4 Mei 2017 / 09.47 WIB

Tempat : via Email

P : kak, kalau boleh tahu ide menyulap bangunan tua jadi weekend café

bagaimana ceritanya? Soalnya unik gitu kak

I : oke, dari awal kita ngga pernah ada kepikiran buat ngubah design luar

bangunannya (dalam arti design uar tetap seperti asli di awal) karena konsep

design kita perpaduan antara traditional heritage mixed industrial chic. Mengenai

design dalam interiornya, awalnya kita juga belum yakin mau seperti apa, idenya

spontan saja milih mural tropical biar nyesuain dengan tempat lokasinya. Dan

untuk nge-match mural designnya kita tambah dengan floathies yang bisa

dibilang matching dengan konsep café kita.

P : dari segi makanan bagaimana? Apakah ada makanan atau minuman khas

yang disuguhkan?

I : menu kita bukan makanan khas Minang tapi perpaduan antara western dan

eastern food karena mencocokan dengan konsep cafe

P : bagaimana tanggapan kakak, tentang beberapa bangunan tua termasuk

Weekend Café yang direkomendasikan sebagai bangunan cagar budaya?

I : kalau saya sih impressive ya, dinas pariwisata sudah mulai memperhatikan dan

menjaga bangunan-bangunan historical di Padang, soalnya dilihat lagi tidak

banyak bangunan tua di Padang yang terawat dan mungkin dengan bukanya

Weekend Café bisa menginspirasi orang-orang di Padang untuk mengembangkan

bangunan tua jadi tempat wisata tanpa harus mengubah bangunan aslinya.

Page 109: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxi

P : sejak kapan weekend resmi didirikan?

I : proses renovasinya dari bulan Juni dan grand openingnya di Desember 2016

P : terima kasih atas jawabannya kak, boleh izin save gambar Weekend yang

di akun Instagram? have a good day!

I : iya sama-sama, silahkan.

Page 110: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxii

Nama : Fitria Sarah

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Uni Duta Wisata Kota Padang 2017

Tanggal : Jumat, 28 Juli 2017/ 08.11

Tempat : via Telepon

P : Apakah ADWINDO Padang itu dan berdiri sejak kapan?

I : ADWINDO itu singkatan dari Asosiasi Duta Wisata Indonesia Kota Padang,

sebuah organisasi yang beranggotakan duta wisata itu sendiri, dimana disini

tujuannya untuk mensupport pemerintah di bagian pariwisata, mempromosikan

budaya kota padang, juga sebagai representatif kota Padang itu sendiri.

Berdirinya tahun 2015

P : Apakah Festival Anak Nagari itu? Sejak kapan awal mulanya?

I : Baru tahun 2016, proker bulanan dimana kita disana melestarikan permainan

anak nagari, yang perlahan mulai hilang kita booming lagi, sehari dua jam sore

nya, mainan kita pas masa kecil dulu, kan anak kecil sekarang udah punya gadjet

gitu kan jadi kita hidupin lagi tradisi permainan kita waktu kecil dulu

P : Apa saja kegiatan ADWINDO yang bergerak di bidang pariwisata?

I : Festival Aanak Nagari, promosi pariwisata kota via medsos, pergi ke daerah

pelosok membagikan brosur pariwisata, smart tourism (memberikan edukasi

kepada wisatawan kalau tempat wisata tersebut ada potensi), misal duta

lingkungan kita ngadain pelepasan pukek, bersih-bersih pantai bareng masyarakat

sekitar.

Page 111: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxiii

P : Bagaimana respon masyarakat/pengunjung terhadap kegiatan tersebut?

I : Bagus-bagus responnya, ngga cuma anak-anak malah ibu-ibu juga ikutan main,

jadi respon positif banyak dikasih mengingat masa kecil mereka dulu kan

P : Dimana biasanya Festival Anak Nagari dilaksanakan? Tujuannya

dilaksanakan di tempat tersebut?

I : Di tempat wisata di kota Padang sekalian mempromosikan tempat wisatanya

sama pengunjung, tujuannya kalau dari segi massa pantai Padang kan ramai dan

banyak anak-anak yang main disana juga karena sasaran kita anak-anak makanya

kita adakan di pantai Padang itu. Sebenarnya beda proker ya antara pemerintah

dan ADWINDO cuma karena dua tahun terakhir ini tempatnya bagus untuk

melaksanakan proker kita jadi kita laksanakan di pantai Padang dekat Tugu

Merpati Perdamaian sama Taman Muaro Lasak

P : Bagaimana tanggapan Dinas Pariwisata mengenai festival anak nagari?

I : Sangat excited sama support banget sama festival tersebut, mereka datang ke

pantai padang terus juga ikut main sepak takraw sama masyarakat sama duta

wisata, so far mereka senang tradisi permainan ini dijadikan event buat promosi

budaya juga

P : Apakah ada budaya luar yang berasimilasi atau berakulturasi di kota

Padang pasca pembangunan pariwisata pantai? Jika ada, Bagaimana

tanggapan Uda/Uni Duta Wisata Kota Padang mengenai hal tersebut?

I : Ngga ada ya kalau asimilasi, karena kita cukup memegang teguh budaya alam

minangkabu, kita melestarikan budaya kita, kalaupun ada yang bercampur pasti

ngga akan hilang budaya kita, tetap bertahan apalagi pasca pembangunan

Page 112: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxiv

pariwisata, kita makin giat mempromosikan budaya yang dimiliki. Kalau

akulturasi ada kaya tradisi perahu naga itu kan dari Tiongkok

P : Bagaimana pendapat Uda/Uni Duta Wisata dengan adanya bangunan

cagar budaya di Batang Arau yang dijadikan café/tempat hangout? Seperti

Karambia Café, Weekend, dan Bat and Arrow Café

I : Menurut aku sih ngga apa-apa, karena di tempat wisata kan juga butuh tempat

break, juga bagus sama kreatif juga ide dari masyarakat setempat dalam bidang

perekonomian, karena mengingat lagi tujuan pariwisata itu sendiri kan

meningkatkan perekonomian masyarakat daerah, apalagi d dukung sama tempat

itu dijadikan cagar budaya.

P : Apa harapan ADWINDO untuk ke depannya tentang pembangunan

pariwisata pantai padang ke depannya?

I : Highline itu tentang kebersihan pantainya, kita ngajakin masyarakat untuk tetap

menjaga kebersihan kalau visit di pantai, terus buat pungli jangan sampai ada lagi

lah, soalnya pemerintah udah bikin parking meter tapi ya masih ada aja pungli,

kalau bisa ngga cuma pemerintah tapi masyarakat lain juga berkontribusi

menjaga kebersihan dan keamanan pantai. Ya semoga saja pantai padang makin

bagus, kaya maket perencanaan yang dibuat sama pemerintah, semoga sekeren

itu nantinya, tapi ya balik lagi ke kita nya, kalau mau sesuai harapan jaga pantai

kita sebaik mungkin, karena pemerintah udah mencoba memberi fasilitas

Page 113: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxv

Nama : Sigit Atmaja

Umur : 28 tahun

Pekerjaan : Supervisor Karambia Café and Hangout

Tanggal : Rabu, 12 Juli 2017 / 20.07 WIB

Tempat : Karambia Café and Hangout

P : Menurut, dinas pariwisata bangunan ini merupakan cagar budaya, nah

tanggapan abang mengenai hal tersebut bagaimana?

I : kalau asal usulnya dulu gudang, lalu diklaim oleh pemerintah jadi cagar budaya.

Jadi kita pernah sempat disegel karena mungkin tipikal yang saya tau pribadi,

dimana bangunannya sudah komersil pasti selalu disorot, dari dulu tidak

digunakan, diabaikan. Setelah diubah, dengan status kita saat ini sewa, “wah ini

ada apa ini? Bagaimana ini?” barulah tersorot. Ya bagaimanapun kita tinggal di

Indonesia prosedur itu memang harus dijalankan, ngurus ini itu, lapor ini itu,

dalam artian bayar ini itu pasti ada. Jadi kita disegel, karena mungkin salah

penggunaan ini segala macam, statusnya begitu, ya mau tidak mau harus diurus.

Kalau tanggapan aku pribadi sih ya, untuk pemerintah gunakanlah fasilitas yang

memang dianggap cagar budaya itu ya dimanfaatkan bukan ditunggu dulu udah

bagus baru dimanfaatkan. Banyak sih disini terjadi.

P : hmm jadi awalnya disegel ya bang, lalu segala diurus dan jadi seperti

sekarang?

I : iya, bukan Cuma bangunan cagar budaya juga ya, contoh lain nya itu yang di

Pantai Muaro Lasak, dulu ada tempat surfing. Ya saya dulu kan hobi main

surfing juga, itu pantai sangat bagus untuk pariwisata, tempat ngumpul anak-anak

muda, dan kegiatan negatif anak-anak muda juga berkurang saat adanya tempat

surfing itu. Tiba-tiba bangunan dibikin. Bangunan jembatan, jadi semua aset

untuk surfing hilang. Itu dulu ombaknya bagus untuk selancar air

P : oh tempat surfing ya, setahu saya disitu ada nelayan dulunya.

Page 114: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxvi

I : itu dulu tempat surfing disana ada juga perahu nelayan soalnya disitu kampung

nelayan, olahraga ramai pagi-sore, anak pulang sekolah main surfing disana,

sekarang ombak tidak ada lagi. Itu contoh ya.

P : iya bang, sejak kapan karambia café ini berdiri?

I : ini tahun 2006

P : nah terus ide mengubah bangunan ini jadi café dan tempat hangout

barangkali bisa diceritakan?

I : kalau itu konsep memang dari bos kita, tapi yang saya pribadi tahu pernah

bertanya-tanya pada bos ya, dan saya lihat-lihat dari beberapa cabang, memang

bangunan-bangunan seperti ini yang dicari.

P : iya, unik kan ya ini bangunannya lama

I : iya, maka ide dari bos dari daya tarik bangunan itulah konsumen jadi ingin tahu,

“oh itu bangunan lama loh”. Nah, itu belum makanan, yang penting mereka

tertarik dilihat dari luar. Karena apa? Ini kan depan nya pinggir jalan, strategis

lalu lalang wisatawan dari pelabuhan, dan orang dulunya tau kalau bangunan ini

gudang dan tidak pernah dihuni, orang bilang angker segala macam. Dan dari

situlah bos tertarik mendirikan

P : jadi membuat orang tertarik ya untuk datang, terus untuk tipikal

pengunjungnya bagaimana bang?

I : dibilang tertarik tidak juga, jadi untuk orang Padang khususnya mereka punya

tipikal kebiasaan yang berbeda, misalnya begini “eh café itu baru tuh, bisa foto

disana”. Lalu pesan makanan sedikit, belum order menu, sudah nanya password

Wifi. Mau bagaimana lagi. Kadang saya heran juga sama obrolan mereka yang

kesannya kurang Minangnya, pakai bahasa gaul „gue-elu‟ gitulah tapi masih logat

Minang. Kan lucu di dengar padahl orang Minang”

P : jadi ini ide sendiri berarti ya bang??

Page 115: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxvii

I : iya ini ide sendiri, cerita idenya kurang lebih bagitu.

P : ooo, nah apa harapan abang kedepannya untuk bangunan cagar budaya

khususnya karambia ini gimana?

I : ya saling menjaga saja tentunya, karena inikan bangunan lama ya. Dan kalaupun

kita ada salah, di makanan atau rasanya ya kita minta kritik dan saran, tapi kalau

untuk bangunan ya kita pasti jaga

P : iya bangunannya tua banget, ini direnovasi ulang apa bagaimana bang?

I : lihatkan itu atapnya besi semua kan, direnov ulang tidak tapi ditambah tanpa

merubah bangunan aslinya, ini seperti jendela ini, kata orang ini kenapa kotor

sekali, padahal memang sudah susah membersihkannya, kalau kita ganti

jendelanya berarti tidak asli lagi dong. Kata orang juga disini banyak nyamuk,

padahal segala obat macam obat nyamuk nya sudah kita coba, tapi nyamuknya

tetap ada, mau bagaimana lagi. Cara penyampaian mereka ke kita itu kesannya

gak suka, pakai bahasa kiasan gitulah saya gak ngerti

P : iya juga ya bang, kalau soal makanan? Disini menawarkan menu khas

Minang juga apa tidak?

I : kalau menu, ada. Kita ada rendang, ayam bakar kampung khas Minang, cuma

bahasa nya saja yang di modernkan atau di Inggriskan saja.

P : ada yang ingin abang sampaikan, saran atau kritikan untuk pemerintah

dan masyarakat lain mengenai pembangunan pariwisata ini?

I : dalam artian bukan dari karambia ini ya, diluar itu banyak pembangunan di kota

Padang ini sangat lelet, contoh bangunan Masjid Raya Sumatera Barat itu,

finishingnya berubah, saya lihat dulu dekor awalnya tidak seperti itu, dan itu

sangat lambat dibangunnya, itu juga pembangunan Taman Budaya itu, saya rasa

sepuluh tahun lagi baru selesai, selalu begitu. Lalu bangunan di belakang Gedung

Djoang‟45 yang roboh karena gempa tahun 2009 kenapa belum dibenahi?

Kenapa harus bangun yang baru. Terus untuk anak-anak muda yang datang

Page 116: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxviii

berkunjung tolonglah jaga perkataan, jangan gunakan bahasa yang tidak

dimengerti sama orang banyak.

P : hmm begitu…jadi bagaimana kesan abang dengan pembangunan di kota

ini terutama pantainya?

I : sebenarnya saya malas tinggal di Padang ini, serius mbak,saya orang Jawa cuma

dari lahir disini, keturunan Jawa, awalnya saya kerja di Karambia Café cabang

Batam lalu dipindahkan ke Padang. Sangat berbeda, iya itu keluhan saya mbak,

banyak mbak. Sebenarnya saya awalnya seorang pemusik.

P : oke baik bang, saran nya ditampung ya

I : oh iya ada lagi, itu jembatan siti nurbaya kalau bisa di cat ulang biar bagus,

pedagang jagung itu dipindahkan dan dibuat lapak sendiri. Terus disekitaran

pantai itu bikin pasar unik dengan warna warni grafiti dari komunitas kreatif,

buat lapaknya biar tambah menarik wisatawan. Ya kalau gak kita yang komen

siapa lagi kan?

Page 117: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxix

Nama : Zulfetri (Ayah)

Umur : 44 tahun

Pekerjaan : Pedagang Café „Lapau Panjang Cimpago‟

Tanggal : Selasa, 18 Juli 2017 / 16.22 WIB

Tempat : Café Bunda (Lapau Panjang Cimpago), Pantai Padang

P : Ayah sudah berapa lama kerja sebagai pedagang? Boleh sedikit

diceritakan?

I : sejak tahun 2008, ya waktu itu masih ditepi pantai letak café nya yang ada

tenda-tenda banyak itu, tapi sejak 2015 dipindah ke lapau ini

P : oh jadi dipinggiran pantai ya Yah

I : iya, orang dinas pariwisata yang memindahkan

P : kalau Ayah, tinggal disini sudah berapa lama?

I : sudah lama, sejak lahir sudah disini tahun 1973 sampai sudah berumah tangga

juga

P : nah, dulu Ayah memang sudah bekerja sebagai pedagang juga?

I : tidak, dulu Ayah mengajar di beberapa tempat, bekerja sebagai guru SMP, guru

les kadang

P : lalu kenapa bisa beralih jadi pedagang, Yah?

I : iya nak, jadi ada dua pekerjaan sekarang, kerja diluar dan mengurusi café ini

bantu-bantu Bunda juga, kan kalau malam minggu atau hari libur ramai

P : kalau pendapatan Ayah?

Page 118: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxx

I : ya kalau soal pendapatan Alhamdulillah ya, kalau hari libur ramai dan

pendapatan bertambah, tapi kalau tidak ya kita juga tidak bisa mengeluh kan,

udah dikasih rezki kalau kita mmengeluh terus apa jadinya. Karena sudah rapi

begini orang jadi datang, bisa milih café mana yang mau diduduki

P : iya juga ya Yah, kalau yang di sebelah sana (Taman Muaro Lasak) itu

gimana?

I : barangkali itu programnya lain, jadi lagi job nya sama pemerintah, tapi tetap

sama-sama tempat wisata juga

P : oh jadi begitu, soal pembangunan pantai ini Ayah sudah tau sebelumnya?

I : oh yang dibangun ini? Sudah, kan dikasih tau sama pihak pengelola kalau ini

mau dibuat apa, kalau yang sekarang ini rencananya dibangun pentas untuk

acara, untuk band, orang nyanyi

P : nah, bagaimana tanggapan Ayah sama pembangunan pantai khususnya

café-café yang sudah dipindahkan tersebut

I : kita kan nurut peraturan pemerintah saja, kalau seandainya kita menentang pula

sementara ini job pemerintah kan jadinya tidak seimbang, kita cuma mengikuti

saja

P : ada kritik, saran atau harapan yang ingin Ayah sampaikan gimana

kedepannya pariwisata pantai ini?

I : oh tentu kita ingin kedepannya yang positif ya, ini kan tempat wisata, nah kalau

bisa tetap menjadi wisata keluarga, bukan wisata cinta, kaya yang suka mojok-

mojok. Harapannya ya ini menjadi wisata keluarga yang mendapatkan ridho

Allah.

P : oh iya Yah, Ayah kan sudah lama tinggal disini, apa saja yang berubah

dari pantai Padang ini, mungkin dari pemabngunan atau perilaku

masyarakat?

Page 119: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxi

P : hanya tata letak sama infrastruktur, lebih rapi, tempat wisata nya sudah mulai

dibenahi, fasilitasnya sudah memadai, ya berangsur-angsur pembangunannya

jadi, yang awalnya masih belum beraturan sekarang sudak enak mata

memandang. Lebih bersih lah. Tapi satu yang buat ayah risih kalau jualan, anak-

anak remaja Purus disini bahasanya kurang bagus, orang kan kita memakai

bahasa Minang, tidak dicampur dengan bahasa gaul lalu disingkat kata mereka itu

kadang Ayah tidak paham jadi suka bingung, juga kurang sopan dalam berbicara,

ya mungkin pengaruh pengunjung luar juga atau media online juga.

I : berarti tata krama nya ya Yah? Memang dulu bagaimana Yah?

P : iya itu juga, kalau dulu itu ketika tempat ini masih belum ada belum banyak

pengunjung itu anak-anak disini sopan ya, suka menyapa pedagang disini ramah,

bahasanya santun bahasa Minang, senang mendengarnya, sekarang ya anak-anak

nya sudah pada besar dan sudah jarang lagi kesini

I : ooo begitu yah cukup disayangkan juga, nah kalau soal café ini gimana yah

pembangunan nya?

P : ada anggaran dari pemerintah juga, ya istilahnya mambangun nagari itulah,

pengusaha-pengusaha Minang yang di rantau membantu pembangunan kampung

halaman. Kalaupun pihak dinas berkunjung kesini, mereka ngomong baik-baik,

kita dikumpulkan disini untuk memberi tahu kita kalau disini mau dibangun ini,

perbaiki ini, ya masih kompromi lah.

Page 120: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxii

Nama : Yusmaini

Umur : 36 tahun

Pekerjaan : Jasa Sewa Mainan

Tanggal : Selasa, 18 Juli 2017 / 17.38 WIB

Tempat : Area Pedestrian Pantai Padang

P : tante, disini dulu tempat surfing kan ya?

I : iya sekarang sudah dilebarkan pinggir pantainya, tapi masih ada juga yang

surfing disini sore-sore anak sini juga

P : ooo ini tante nyewain semuanya (jasa sewa miniscooter, layangan, mobil-

mobilan)?

I : iya nambah penghasilan, Dik. Namanya juga mata pencaharian kita kan ya

P : banyak juga ya tan, memang dulu tante bekerja sebagai apa?

I : dulu tukang cuci, kadang jualan juga didepan rumah jual sembako, kadang

bantu suami juga jemur ikan

P : lalu kenapa bisa beralih jadi jasa sewa?

I : duitnya langsung jelas dapat, apalagi kalau menyewakan banyak mainan, kita

taruh saja harganya per 30 menit, Rp. 10.000 untuk mainan skuter, kalau mobil

Rp.20.000, layangan begitu juga. Makin nambah kan? Itu baru satu mainan,

mmakanya kita taruh beberapa mainan disini biar banyak yang sewa.

P : wah iya ya, oh ini katanya mau dibangun pentas ya tan?

I : oo iya, mau dibagusin pantainya katanya kan, habis itu kita yang digusurnya

gimana tidak, tante kan ini tempatnya tidak tetap, cuma dipinggiran trotoar ini

biar kalau ada yang jalan kaki, anaknya mau main skuter langsung sewa

ditempat. Kalau digusur ya kita mau buka di mana

Page 121: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxiii

P : lalu gimana nanti tante menyikapinya? Kan ini ladang usaha kan ya buat

tante?

I : ya mau tidak mau kita „ber iya-iya‟ saja dengan pihak yang menggusur, soalnya

kan ini kerjaan kita, paling tidak mengikuti dulu aturannya, bisa jadi nanti setelah

pentas dibangun ada lapak kosong disediakan

P : pas ya sama-sama ingin rapi juga kan ya tante?

I : iya, kan kalau pantai rapi orang banyak yang datang, banyak juga yang nyewa,

yang main kesini, ya bisa dapat untung besar juga lah.

P : tante, kalau boleh tau rata-rata yang berdagang disini dulunya nelayan apa

bukan?

I : macam-macam, Dik. Tapi disekitar sini (sektor 5) rata-rata orang kerjanya

swasta, ada juga yang serabutan, macam tante dulu jadi tukang cuci ada,

nganggur ada juga ibu rumah tangga, kalau nelayan itu yang di kawasan sana

(sektor 4)

P : oh jadi sudah dibagi-bagi gitu ya tante?

I : biar tidak bingung, disini untuk jasa sewa, disini café, disini pantainya, tempat

duduk-duduk nya, disana pasar ikan sama restoran ikan bakarnya. Ya gitulah.

P : kalau soal pengunjung yang datang, bagaimana tanggapan tante dengan

perilakunya saat berkunjung atau berbelanja disini?

I : kalau itu saya tidak terlalu memperhatikan semua ya, cuma yang saya lihat

selama berdagang disini, rata-rata tiap orang pasti sibuk sama hp.

P : berarti hp berpengaruh ya tan?

I : iya anak saya sajalah contohnya, asal disuruh ambil kerupuk di rumah untuk

jualan ini, dipanggil tiga kali baru bilang iya, main hp terus rasanya mau saya jual

saja itu hp dia, nunduk saja kerjanya liat hp, orang mau beli dia acuh.

Page 122: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxiv

Nama : Rifdo Tofano

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Surfer

Tanggal : Senin, 17 Juli 2016 / 19.46 WIB

Tempat : Sea Wall, Sektor 5 Pantai Padang

P : bang, tadi saya lihat ada surfer lagi bermain disana

I : iya itu kita yang main, dik tiap sore

P : ooo ini komunitas bang? Sejak kapan?

I : iya komunitas surfing, kita bescamp nya disini juga. Mau belajar surfing juga?

Cobalah! bagus olahraga air itu sejak 2008 cuma berselancarnya di Pantai Air

Manis

P : berarti baru sekarang berselancar disini?

I : tidak juga, Dik, dulu juga pernah selancar disini tahun 2012-2014 lah tapi

karena pantai sedang dalam pembangunan waktu itu dibuat Taman Muaro Lasak,

jadi kita fakum dulu berselancar disini, pindah ke Pantai Air Manis (Malin

Kundang), kadang ke Pantai Gandoriah (Pariaman).

P : oo begitu bang, jadi memang sudah ada dari dulu juga ya?

I : oo iya harus, ini untuk seru-seruan pemuda-pemuda disini saja Dik, dari pada

tidak ada kegiatan sore-sore pulang kerja, main selancar. Kadang ada juga yang

minta diajarkan main selancar, menyewa, ya untung-untung dapat tambahan

jajan.

P : lah? Jadi mata pencaharian juga bang?

Page 123: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxv

I : iya kadang kalau ada wisatawan yang datang, terus mau ikut main ya kita

sewakan. Kalau ada yang minta diajarai main selancar ya kita ajar juga untuk

pengisi waktu luang. Ombak disini rata-rata bagus untuk selancar.

P : jadi interaksi nya masih ada ya bang, jadi daya tarik juga sama wisatawan

I : iya betul harus dijaga biar pengunjung sering kesini, namanya juga olahraga air,

siapa yang tidak tertarik, dik. Apalagi kalau ada bule-bule yang datang kesini.

Kadang mereka join sampai senja. Bertukar pengalaman juga sama mereka. Biar

banyak juga pengunjung yang senang lihat atraksi kita di air.

P : cocok ya bang sama-sama surfer juga

I : iya, kan kalau kita punya ide terus kita minta saran bule itu nanti kan bisa jadi

pelajaran juga sama kita. Kalau berminat datang saja sore-sore kesini. Yang

perempuan juga ada yang ikut.

P : oh iya bang, siap. Jadi pendapat abang mengenai pembangunan yang

sekarang bagaimana?

I : bagus, sudah berubah mulai tertata. Makanya kita main disini biar banyak yang

datang.

P : kalau orang asli disini atau pengunjungnya bang, ada yang berubah?

I : kalau orang asli sini ada dari mata pencahariannya meningkat, perangainya ada

juga yang berubah, apalagi anak kecil disini, manggil yang lebih tua pakai „oi‟

padahal mereka ada juga yang ikut main selancar, kaya sama besar sama kita.

Page 124: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxvi

Nama : Bapak Edral

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : Kepala LPC, Dinas Pariwisata Kota Padang

Tanggal : Rabu, 19 Juli 2017 / 10.13 WIB

Tempat : Kantor Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Padang

P : Bagaimana konsep pembangunan pariwisata pantai Padang, pak?

I : kalau soal konsep ya bagaimana pantai padang itu nyaman untuk pengunjung,

menjadi fasilitas umum yang bisa dinikmati semua orang, dan pembangunan

plaza saat ini itu untuk keperluan juga, adanya wadah untuk menampilkan

pagelaran seni dan budaya dari berbagai macam elemen.

P : elemen seperti duta wisata gitu ya pak?

I : iya kan kegiatan merka ada juga menyangkut seni dan budaya, kalau dinas bikin

acara juga kaya Festival Siti Nurbaya seperti tahun 2016 kemarin pembukaannya,

Festival Perahu Naga juga bawa „marawa‟ buat tanda kita ada acara besar. Ya

pokoknya penunjang promosi pariwisata pantai Padang

P : oo jadi strategi promosi juga ya pak, lalu faktor apa saja yang mendorong

dinas untuk melakukan pembangunan pak?

I : iya benar, nah itu balik lagi ke kita nya, tentunya dinas berusahakan

membangun objek wisata yang banyak diminati tidak hanya dari alam tapi juga

budaya nya, juga ingin memperbaiki fasilitas yang kurang, dan rusak karena

gempa 2009. Kita juga akan mengawasi agar objek tetap bersih dan tertib.

P : pembangunan nya ada stokeholder juga pak?

I : tidak, itu anggaran APBD semua, dan ada juga kerja sama dari perusahaan di

Padang. Bank, hotel, asuransi, instanssi kesehatan. Ya bentuk CSR nya lah

Page 125: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxvii

P : oo kerja sama, kira-kira sudah sejauh mana peran dinas terhadap alih

fungsi lahan di pantai itu, Pak?

I : kalau yang untuk memindahkan pedagang dari tenda-tenda pinggir pantai sudah

selesai, malah sejak dipindahkan ke Lapau Panjang Cimpago (LPC) jadi sudah

terdata sama dinas, jadi kalau ada apa-apa dinas bertanggung jawab atas itu.

Pedagang asongan susah untuk diberi tahu apalagi yang jual jasa sewa mainan

itu sebenarnya kan dilarang, mereka berjualan di area pedestrian, jadi

menghambat yang jalan kaki, kadang pedagang yang di LPC komplain juga

karena tidak rapi dan seenaknya itu, dan waktu itu sudah pernah bertanya alasan

mereka itu hanya mainan untuk fasilitas anak-anak bermain di pedestrian, dan

hanya sementara. Kita juga akan mengusahakan arena bermain itu kedepannya.

Bertahap kita membangun fasilitas untuk pariwisata.

P : iya biar tertata ya pak, memang pembangunan ini sejak kapan

dimulainya?

I : mulainya tahun 2015 dan 2016, 2015 kita di sektor 6 dulu. 2016 baru di sektor

5. Menertibkan pedagang-pedagang café di pinggiran pantai, kompromi ya

semacamnyalah agar mau bekerja sama untuk wisata pantai.

P : lalu bagaimana dengan pedagang ikan yang lapaknya masih belum tertata

pak?

I : kalau itu sedang dalam pembahasan, dan kita udah buat lapak khusus pedagang

ikan di area sea wall sektor 4 itu, kan bisa dilihat sudah ada bangunan seperti

toko-toko sepanjang bebatuan itu.

P : oh jadi bangunan itu mau dijadikan lapak

I : iya khusus pasar ikan disana, jadi tertata per sektor ada tempat khususnya.

P : nah, kalau tidak salah di sektor 4 itu ada tradisi ‘elo pukek’ kan ya pak?

I : iya itu masih ada sampai sekarang dan itu akan dilestarikan juga dijadikan

destinasi wisata, sebelumnya itu hanya sebagai alat pencari ikan oleh nelayan

Page 126: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxviii

disana. Tapi dilihat dari banyaknya pengunjung yang kadang juga ikut membantu

menariknya. Kita berinisiatif untuk menjadikan itu sebagai salah satu destinasi

wisata budaya di pantai Padang. Sekaligus melestarikan tradisi kan.

P : hmm jadi inisiatif dari dinas ya pak. Nah harapan bapak kedepannya

untuk pembangunan pariwisata pantai apa pak?

I : harapannya, masyarakat ini harus sadar wisata, sama-sama menjaga kebersihan,

aturan, jangan sembarangan berdagang, kalau memang tempatnya tidak cocok

dengan aturan jangan dipaksakan untu tetap berdagang. Kami sebenarnya ingin

tegas, dan ingin melakukan pembinaan. Tapi kalau tidak bisa dibina ya pakai

tindakan. Itu yang belum disadari sama masyarakat, kalau masyarakat sadar pasti

pengunjung pun senang untuk berbelanja karena rapi.

I : okee pak, terimakasih atas waktunya ya pak.

P : baik, sama-sama, saya ke dalam duluan.

Page 127: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xxxix

Nama : Anne dan Viani

Umur : 15 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal : Senin, 29 Mei 2017 / 19.13 WIB

Tempat : Sea Wall, Sektor 5 Pantai Padang

P : Apakah teman-teman sering mengunjungi pantai ini?

V : lumayan, kalau gabut di rumah ya kesini, kan dekat.

P : oh dekat ya, terus biasanya apa saja kegiatan yang kalian lakukan ketika

berkunjung kesini?

A : ya kaya gini deh. Foto-foto, upload sosmed kadang makan ke café disana, atau

main air di pantai

V : pokoknya kegiatan yang bikin plong lah

P : refreshing ya, Apa teman-teman pernah ngobrol dengan pengunjung lain

atau pedagang sekitar sini?

V : nggak pernah. Kecuali kalau iseng, kadang kan kita kepo ya, nanya ke tukang

parkir atau penjualnya itu ada apa disana, kalau sama pengunjung lain juga gitu,

misal mereka mau foto terus ngga ada yang motoin ya kita menawarkan tapi

nanti gantian gitu

P : lebih suka mana nih? Mantengin hp apa ngobrol?

V : dua-duanya sih kak, Cuma ya sekarang kalau ga ada hp tuh gimana gitu, kan

kita musti update juga, apalagi instagram udah addict kak, tiap hari harus cek

pokoknya

P : Seberapa sering mengupdate? Kan ngobrol lebih seru

Page 128: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xl

A : sering banget kalau itu, biar tahu tempat wisata mana saja yang bagus dan lagi

hits. Asal tempat wisatanya punya background foto yang bagus. Kalau ada waktu

kita kesana, terus gampang aksesnya ada maps juga. Lah kalau ngobrol kan

kadang suka lupa. Ya gak V?

V : iya, kadang kuota kita jadi kurang gara-gara update mulu.

P : kan biar hits hehe, kalau boleh tahu dimana saja kawasan pantai ini yang

sering kalian kunjungi? Terus waktu mengunjunginya sampai larut apa

gimana?

V : Taman Muaro Lasak (Sektor 6), Pantai Cimpago (Sektor 5), Gunung Padang

(Sektor 1) soalnya tiga itu yang tempatnya rapi sama banyak tempat foto nya, iya

suka sampe malam kak soalnya masih ramai

A : kalau buat makanan di Taman Muaro Lasak, soalnya ada kuliner khas pantai,

paling pulang jam 9 atau 10an lah.

P : jam 10? Kalian cewek loh, gak takut apa main sampe malem?

A : iya kak, kan masih ramai sama pengunjung jadi kita santai aja, udah biasa juga

kita sama temen-temen lain nongkrong disini sampai malem.

P : hmm begitu, nah kalau nongkrong nih, biasanya kalian ngapain aja sampe

pulang larut begitu?

A : ya kaya biasanya yang dilakuin, kalau di café ya makan, di pantai ya foto-foto

kadang ngobrol, tapi kalau diliat-liat sih kak kita ngobrol pasti ada aja yang

nunduk megang hp masing-masing, yaudah dari pada kita dikacangin ya kita juga

main hp, paling ngomongnya pas mau foto bareng kalau pulang doang.

P : waduh sayang banget ya waktunya cuma buat hp padahal lagi ngumpul?

V : ya gitudeh kak kalau udah ada hp di tangan bawaannya gak mau lepas, update

terus, kadang saking fokusnya ke hp kita jadi ga nyambung gitu kak haha

Page 129: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xli

P : jadi udah jarang ngobrol dong kalau ketemu? Apa semua temen nya rata-

rata begitu?

A : jarang kak, kita kalau udah asik sama hp gak mau tau sama sekitar, ya aneh juga

sih pengaruh nya hp ini, sibuk pamerin tempat wisata yang lagi kita kunjungi,

bikin video gitu kak terus upload di youtube. Beda kalau dulu, tempat wisata kan

gak banget buat di pamerin jadi ya kita paling ngumpul buat ngobrol sebentar,

main air di pantai ya paling itu-itu aja”

Page 130: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xlii

Proses Penelitian

a. Tahap Pertama

Pada tahap awal penelitian ini, penulis mencari beberapa nama penting seperti

Kepala Dinas Pariwisata, Owner Café dan Founder Komunitas Cagar Budaya (Padang

Heritage). Penulis mencari kontak menggunakan akun sosial media instagram, website

instansi dan dari dosen yang memiliki kontak dengan informan penting. Setelah itu

penulis menghubungi satu persatu nama penting untuk melanjutkan penelitian.

b. Tahap Kedua

Setelah mendapatkan informasi dari beberapa kontak informan penting, penulis

mendapatkan ketersediaan untuk mendapatkan informasi pustaka perihal penelitian dan

mulai membuat serta mengelompokkan daftar pertanyaan untuk melakukan wawancara

setiba di lokasi penelitian. Pada tahan kedua ini penulis mendapatkan data rencana

pembangunan pariwisata kota padang, masalah yang di timbulkan, sejarah kota dan

pantai padang, serta profil pariwisata pantai padang.

c. Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga, penulis mengurus birokrasi dan prosedur penelitian di lokasi,

mulai dari kesbangpol provinsi, kota, kecamatan, dan kelurahan, setelah mendapatkan

rekomendasi dan perizinan peneliti sudah turun lapangan mulai melakukan wawancara

dengan berperan sebagai pengunjung pantai, pembeli ikan, pelanggan café dan ikut

komunitas cagar budaya, dan sebagai peneliti.

Page 131: DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/...DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL PASCA PEMBANGUNAN PARIWISATA PANTAI PADANG Oleh: Khairatunnisa

xliii

d. Tahap Keempat

Perlahan penulis tahu beberapa bangunan cagar budaya yang dijadikan café oleh

owner-nya serta cerita, kegiatan dan beberapa dokumentasi dari komunitas cagar budaya.

Selain itu penulis juga mengetahui apa saja faktor dan tanggapan mengenai pembangunan

pariwisata, mata pencaharian penduduk karena alih fungsi lahan, perubahan mata

pencaharian, kultur bahasa yang sudah berubah dan interaksi antar masyarakat dengan

pemerintah setelah penulis mendapatkan informasi mengenai penelitian, dari dinas

pariwisata, duta wisata, nelayan, tokoh agam, pedagang ikan, wisatawan, penduduk yang

tinggal di kawasan pantai, anggota komunitas dan pemilik café,

e. Tahap Kelima

Pada tahap terakhir, penulis mulai mengunjungi pantai untuk mendokumentasikan

beberapa pembangunan pariwisata yang sudah ada, sedang dibangun dan yang sudah

selesai pengerjaannya. Selanjutnya penulis mulai mengolah data dan menganalisa data

yang ada.