52
DIMENSI HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN (DIMENSI RESPONSIP DAN TINDAKAN) BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN Varcarolis dalam Intan (2005), menyebutkan pengertian dari hubungan yaitu : Relationship adalah proses interpersonal antara dua atau lebih orang. Pada keseluruhan kehidupan kita menemui orang dalam setting yang bervariasi dan membagi bermacam pengalaman. BENTUK HUBUNGAN TERAPEUTIK SECARA UMUM a. Hubungan sosial Hubungan sosial bertujuan untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau menyelesaikan tugas. Kebutuhan bersama terpenuhi selama hubungan sosial seperti berbagi ide, perasaan dan pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi memberikan nasihat dan kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam uang, dan membantu pekerjaan. b. Hubungan Intim Terjadi antara individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu terhadap yang lain. Dalam hubungan ini seringkali mereka peduli tentang kebutuhan untuk pertumbuhan dan kepuasan. c. Hubungan Terapeutik Hubungan terapeutik berbeda dari hubungan di atas perawat memaksimalkan keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan klien. Fokus hubungan adalah pada ide klien, pengalaman, dan perasaan klien. Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan evaluasi secara periodik terhadap tingkat perubahan

Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

DIMENSI HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN (DIMENSI RESPONSIP DAN TINDAKAN)

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

Varcarolis dalam Intan (2005), menyebutkan pengertian dari hubungan yaitu : Relationship

adalah proses interpersonal antara dua atau lebih orang. Pada keseluruhan kehidupan kita menemui

orang dalam setting yang bervariasi dan membagi bermacam pengalaman.

BENTUK HUBUNGAN TERAPEUTIK SECARA UMUM

a.       Hubungan sosial

Hubungan sosial bertujuan untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau menyelesaikan tugas.

Kebutuhan bersama terpenuhi selama hubungan sosial seperti berbagi ide, perasaan dan

pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi memberikan nasihat dan kadang-kadang memenuhi

kebutuhan dasar, seperti meminjam uang, dan membantu pekerjaan.

b.      Hubungan Intim

Terjadi antara individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu terhadap yang

lain. Dalam hubungan ini seringkali mereka peduli tentang kebutuhan untuk pertumbuhan dan

kepuasan.

c.       Hubungan Terapeutik

Hubungan terapeutik berbeda dari hubungan di atas perawat memaksimalkan keterampilan

komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan

pertumbuhan klien. Fokus hubungan adalah pada ide klien, pengalaman, dan perasaan klien.

Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan evaluasi secara

periodik terhadap tingkat perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap konsisten

berfokus pada masalah klien.

Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam

hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan pemeliharaan

hubungan, kebutuhan dari klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah

dibuat serta keterampilan koping baru mungkin dikembangkan. (King cit. Varcarolis (1990))

Empat tindakan yang harus diambil antara perawat dan klien :

1)            Tindakan diawali oleh perawat

2)            Respon reaksi dari klien

3)            Interaksi di mana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.

4)     Transaksi di mana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan

hubungan.

Tujuan Hubungan Terapeutik

Page 2: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang diarahkan kepada

pertumbuhan klien meliputi :

2. Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.

3. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.

4. Kemempuan membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.

5. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal

yang realistis.

Tahap-Tahap Hubungan Terapeutik, Dalam membina hubungan teraputik

(berinteraksi ), (Stuart dan Sundeen, dalam Christina dkk) :

1.              Fase PraInteraksi

a.       Evaluasi Diri

b.      Penetapan tahapan hubungan / interaksi

c.       Rencana tindakan

2.              Fase Perkenalan/Orientasi

a)      Memberi salam

b)      Memperkenalkan diri perawat

c)      Menannyakan nama klien

d)     Menyepakati pertemuan (kontrak)

e)      Menghadapi kontrak

f)       Memulai percakapan awal

g)      Menyepakati masalah awal

h)      Mengakhiri perkenalan

3.              Fase Orientasi

a.       Memberi salam

b.      Memvalidasi keadaan klien

c.       Mengingat kontrak

4.              Fase Kerja

a.       Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, perilakunya, perasaannya, pikirannya.

b.      Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

c.       Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan.

d.      Melaksanakan pendidikan kesehatan

e.       Melaksanakan kolaborasi.

f.       Melaksanakan observasi dan monitoring.

5.              Fase Terminasi

Terminasi Sementara

a.       Evaluasi hasil

Page 3: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

b.      Tindak lanjut

c.       Kontrak yang akan datang

Terminasi Akhir

a.       Evaluasi hasil

b.      Tindak lanjut

c.       Kontrakyang akan datang

DIMENSI RESPON

Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 :

1.    Kesejatian

Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang

sebenarnya. Kesejatian dipengaruhi oleh :

a. Kepercayaan diri

Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu menunjukkan kesejatiannya

pada pada saat keadaan yang tidak nyaman dimana kesejatian yang ditampilkan akan

mengakibatkan resiko yang tertentu.

b. Persepsi terhadap orang lain.

Apabila seorang melihat orang lain meempunyai kekuatan yang lebih besar dan menguasai kita

akan mempengaruhi bagaimana kita akan menampilkan seperti apa diri kita yang sebenarnya.

c. Lingkungan.

Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang berada dimuka publik

(auditorium, panggung, dan lain-lain) akan mengakibatkan seseorang merasa sulit untuk

menunjukkan seperti apa dirinya yang sebenarnya. Wakyu yang terbatas juga akan mengakibatkan

seseorangtidak mampu menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.

Contoh :

Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah bangsal. Dia menanyakan

nomor telepon anda, sering memandang anda dengan mesra, dan berusaha membuat kotak badan

yang sering. Dia bahkan akan mengundang anda untuk makan malam.

Sebagai perawat,

Pikiran anda                :  Saya harus memberikan pelayanan yang professional.

Perasaan anda        : Capek juga nih orang, sebenarnya saya juga suka, tapi …  (terdapat  

inkongruen antarapikiran dan perasaan).

Bagaimana anda menunjukkan kesejatian tanpa meninggalakan keprofesionalas sebagai perawat ?

Page 4: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Contoh respons :

“yah … mungkin saya akan pergi dengan anda, … kita lihat saja nanti.

(Respons ini kurang tepat karena tidak ada kejelasan didalamnya akan maksud dari perawat)

“Semua lelaki sama saja, … anda menangani perawat seperti bermain sesuatu. Diamlah tuan, …

saya punya pekerjaan”. (Respon ini menunjukkan keagresifan perawat)

“saya senang menerima undangan anda setelah anda pulang dari rumah sakit. Meskipun begitu, saat

anda disini saya ingin membuat hubungan dimana saya merasa member anda dank klien lain asuhan

keperawatan yang terbaik. Saya ingin menangani semua klien dengan sama karena saya piker

tidaklah adil untuk menunjukkan kefavoritan kepada anda. Dapatkah anda mengerti posisi saya ?”

(Respon kesejatian tanpa meninggalkan profesionalisme perawat)

2.    Empati

Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain, bahwa kita telah

memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut.

Beberapa aspek dari empati antara lain :

a.    Aspek Mental

Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunakanparadigma orang lain tersebut. Aspek

mental juga berarti memahami orang tersebut serta memahami orang tersebut secara emosional dan

intelektual.

b.    Verbal

Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan dan alasan reaksi emosi

klien. Aspek verbal dalam menunjukkan memerlukan hal-hal :

1. Kekuratan ;

Merupakan ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan atau masalah klien.

2. Kejelasan

Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yang dirasakan orang

yang kita beri empati.

3. Kealamiahan

Perawat menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain.

4. Mengecek

Fungsi dari mengecek adalah untuk mengetahui apakah response empatik yang kita lakukan

tersebut efektif.

c.    Aspek non verbal

Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan kehangatan dan

kesejatian.

Page 5: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

1.    Kehangatan;

Kehangatan yang ditunjukkan secara non verbal antara lain :

a.    Kondisi muka;

o Dahi : rileks, tidak ada kerutan.

o Mata : kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural.

o Mulut : rileks, tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum jika perlu, rahan rileks.

o Ekspresi : tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran, menunjukkan perhatian dan

ketertarikan.

b.    Kondisi postur/sikap.

o Tubuh               : Berhadapan, parallel dengan lawan bicara.

o Kepala             : Duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama, menganggukkan kepala jika

perlu.

o Bahu                : Mudah digerakkan dan tidak tegang.

o Lengan            : Mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau tembok.

o Tangan            : Tidak memegang atau menggenggam diantara keduanya, tidak mengetuk-

ngetuk pena/bermain dengan objek.

o Dada                           :  Napas biasa, tidak nampak menelan.

o Kaki                 : Tampak nyaman, tidak menendang.

o Telapak kaki    : Tidak mengetuk.

Hal-hal yang dapat merusak kehangatan :

  Melihat sekeliling pada sedang berkomunikasi dengan orang lain.

  Mengetuk dengan jari.

  Mundur tiba-tiba.

  Tidak tersenyum.

Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain :

       Terburu-buru.

       Emosi berlebihan.

       Shock/terkejut.

  Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita menjadi mengalihkan perhatian pada masalah

kita sendiri.

2.    Kesejatian

Page 6: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Kesejatian merupakan kesamaan respons non verbal dan respons verbal serta ketertarikan dan

perhatian dengan lawan bicara.

3.  Respek/Hormat

Respek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa suka, dan

menghargai klien,. Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa

syarat. (Stuart dan Sundeen, 1995).

Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk dipenuhi,

dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat.

Perilaku respek dapa ditunjukkan dengan (Smith, 1992)

o Melihat ke arah klien

o Memberikan perhatian yang tidak terbagi

o Memelihara kontak mata

o Senyum pada saat yang tidak tepat

o Bergerak kearah klien

o Menentukan sapaan yang disukai

o Jabat tangan atau sentuhan yang lembut

4. Konkret

Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan

dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya. Yang spesifik dan bukan

abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tindak lakunya.

Fungsi dari dimensi ini adalah daapt mempertahankan respons perawat terhadap perasaan klien,

penjelasan dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien dan memikirkan masalah yang

spesifik.

Contoh :

Klien             : “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak menggangguku.

Mereka          : “Membuat aku marah karena mereka tahu bahwa aku sangat berperasaan        

halus.”

Perawat         : “Siapa yang ingin membuat kamu marah ?”

Klien             : “Keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar merupakan berkah. Itu

adalah kutukan.”

Perawat     : “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang membuatku marah di

rumah?”

Page 7: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

DIMENSI TINDAKAN

1.      Konfrontasi

Pengertian konfrontasi : proses interpersonalyang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi,

memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain (Smith [1992] dikutip Intan [2005]).

Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah : agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaiaan

pada dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995)

Dua bagian konfrontasi (Smith [1992] dikutip Intan[2005])

Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/ merusak.

Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang     produktif dengan jelas dan

konstruktif.

Konfrontasi paling tepat dilakukan apabila :

Tingkah lakunya tidak produktif

Tingkah lakunya tidak merusak

Ketika mereka melanggar hak kita/ hak orang lain

Factor yang harus diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi menurut Stuart dan Laraia(2001)

adalah :

      Tingkat hubungan saling percaya

      Waktu

      Tingkat stress klien

      Kekuatan mekanisme pertahanan diri klien

      Pengamatan klien tentang perlunya jarak atau kedekatan

      Tingkat kemarahan klien dan tingkat toleransi klien untuk mendengarkan persepsi orang lain.

Kategori konfrontasi menurut Stuart dan Sundeen (1995) antara lain :

a.    Ketidaksesuaiaan antara ekspresi klien terhadap dirinya (konsep diri) dan apa yang dia

inginkan(ideal diri)

b.    Ketidaksesuaiaan antara ekspresi verbal dan perilaku

c.    Ketidaksesuaiaan antara ekspresi pengalaman klien tentang dirinya dan pengalaman perawat

tentang klien

Page 8: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Level konfrontasi dalam hubungan terapeutik

a.    Fase perkenalan        : rendah

b.    Fase kerja                  : tinggi

c.    Fase terminasi           : rendah

Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut :

a.    Clarify           : membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti

b.    Articulate      : dengan mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-kata yang jelas.

c.    Reques (permintaan)

d.   Encourage     : memberikan support, harapa, kepercayaan  

Contoh :

Rumah kost anda sangat berantakan. Teman sekamar anda meletakkan baju sembarangan, buku-

buku sering berserakan di lantai, meskipun teman anda biasanya  membersihkankamar setiap 2

minggu sekali dia kembali pada kebiasaannya diatas. Anda meras atidak nyaman dan bahkan ragu-

ragu untuk mengundang teman anda dating ketempat kost anda.

Bagaimana anda seharusnya melakukan konfrontasi terhadap teman anda?

“Kamu telah meletakkan baju di atas tempat tidur, dan semua buku-bukumu berserakan di lantai”.

(clarify)

“Saya merasa tidak nyaman dikarenakan kamu membuat kamar kitajadi berantakan tidak karuan”

(Articulate)

“Saya lebih suka kamu menyimpan barang pribadimu di tempatmu atau di lemari” (Request)

“Dengan jalan itu akan terdapat jalan yang luas untuk kita di kamar ini dan saya akan merasa bebas

untuk mengundang teman tanpa merasa khawatir karena kamar kita berantakan” (Encourage)

2.      Kesegeraan

Kesegaraan mempunyai konotasi sebagai sensivitas perawat pada perasaan klien dan kesediaan

untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya (Stuart dan Sundeen, 1995)

Berespon dengan kesegeraan berarti berespon pada apa yang terjadi antara perawat dan   klien

saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini mungkin melibatkan perasaan dari klien terhadap

perawat, kesegeraan ini dapat menjadi suatu hal yang sulit untuk dicapai (Wilson dan Kneisl, 1983).

Contoh :

Pasien                     : “Staf disini tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti anak-

anak dan buka orang dewasa”.

Perawat        : “Saya heran mengapa kamu merasa bahwa kami tidak memperdulikan atau mungkin

kami yang tidak mengerti pendapatmu?”.

3.      Membuka diri

Membuka diri adalah membuat orang lain tahutentang pikiran, perasaan, dan pengalaman

pribadi kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan :

Page 9: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

a.       Mendengar ; mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan mengerti dan bukan untuk menjawab

b.      Empati

c.       Membuka diri

d.      Mengecek

Contoh :

Seorang klien berkata, “ minggu lalu saya merasa sangat takut, ketika suami saya baru pulang dari

rumah sakit. Dia mulai batuk, dan wajahnya memerah. Kemudian dia mengalami nyeri dada. Saya

pikir dia akan meninggal. Untunglah saya melihat nitrogliserin di dalam lemari. Saya segera

memberikan kepadanya dan berangsur-angsur tenang. Nyerinya hilang. untunglah”.

Contoh membuka diri :

Wanita ini ingin mendengar pesan dari anda sehubungan dengan pengalamannya (mendengar).

“Saya dapat menduga betapa takutnya anda Karena serangan jantung tersebut. Bahkan mungkin

lebih menakutkan lagi karena anda dirumah tanpa alat-alat emergency. Betapa senangnya ketika

nitrogliserin itu bekerja (empati). …. Ayah saya mengalami nyeri yang sangat hebat juga. Saya juga

mengalami kecemasan yang sangat menakutkan. Ketika saya mengharapkan nitrogliserin akan

bekerja, saat itu saya merasa putus asa dan tak punya harapan (membuka diri). Apakah kamu

merasakan hal yang sama minggu lalu? (cek) ”.

4.      Emosional Katartis

Kegiatan terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakan hal- hal yang sangt

mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik (Stuart dan sundeen, 1995).

Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi panik

dimana klien bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme koping yang cukup. Di sini

perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien sulit

mengungkapkan perasaannya, perawat perlu membantu mengekspresikan perasaan klien. Misalnya

dengan cara : “hal itu membuatmu merasa bagaimana? ”

Contoh dialog :

Perawat     : “Apa yang dulu kamu rasakan saat bosmu mengoreksi di depan banyak orang?”

Klien         : “Ya, aku mengerti bahwa dia perlu meluruskanku, dan dia orang dengan tipe pemarah”

Perawat   : “Sepertinya kamu bertahan terhadap perilakunya, saya takjub dengan apa yang kamu

rasakan saat itu.”

Klien         : “Uh…sebel. Saya kira …. (diam)”

Perawat     : “Hal itu mebuatku marah jika trjadi padaku”

Klien         : “ Ya, saya juga. Tapi kamu tidak dapat membiarkan hal ini, kamu tahu. Kamu harus

merahasiakan semu ini karena ada orang banyak. Tapi dia dapat membiarkan ini terjadi. Oh, ….

Tentu dia dapat membicarakan aku semaunya, dan aku ingin dia tahu apa yang aku rasakan. ”      

Page 10: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

5.      Bermain peran

Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu untuk

meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan manusia dan memperdalam kemampuannya

untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga memperkenankan klien untuk mencobakan

situasi baru dalam lingkungan yang aman (Stuart dan Sundeen , 1995)

Bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan unpan balik konstruktif dengan

lingkungan yang mendukung dan tidak mengancam ( Schultz dan Videbeck , 1998)

Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen , 1995)

1.         Mendefenisikan masalah

2.         Menciptakan kesiapan untuk bermain peran

3.         Menciptakan situasi

4.         Membuat karakter

5.         Penjelasan dan pemanasan

6.         Pelaksan memerankan suatu peran

7.         Berhenti

8.         Analisis dan diskusi

9.         Evaluasi

KEBUNTUAN TERAPEUTIK

PENGERTIAN

Kebuntuan teraputik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat dan klien dimana

hambatan itu terjadi baik dari klien maupun dari perawat sendiri.

1. Resistens

Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena fase ini sangat banyak

berisi proses penyelesaian masalah (Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005) :

Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen, 1995).

a.       Supresi dan represi informasi yang terkait.

b.      Intensifikasi gejala

b.      Evaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan    tentang masa depan.

c.       Dorongan untuk sehat

Page 11: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

d.      Hambatan intelektual

e.       Pembicaraan yang bersifat permukaan/dangkal

f.       penghayatan intelektual

g.      muak terhadap normalitas

h.      reaksi tranference

i.        perilaku amuk atau tidak rasional

2. Transference

Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reaksi bermusuhan dan tergantung.

Reaksi transference Bermusuhan

Contoh :

Klien yang dirawat di rumah sakit karena dbd, tanpa sebab yang jelas klien marah-marah kepada

perawat, setelah dikaji ternyata perawat mirip dengan mantan pacarnya yang pernah menyakiti

hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada

dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.

Contoh reaksi transference : Tergantung

Seorang klien dirawat oleh seorang perawat, perawat itu mempunyai wajah dan suara mirip ibu

klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat

yang melakukannya.

3. Kontertransference

Kontertransference merupakan kebutuan terapeutik yang dibuat oleh perawat. Hal ini dapat

mempengaruhi hubungan perawat-klien.

Beberapa bentuk kontertransference (Stuart dan Sundeen, dalam Intan, 2005) :

1. Ketidakmampuan untuk berempati terhadap klien dalam area masalah tertentu.

2. Menekan perasaan selama / sesudah sesi.

3. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau

melampau waktu yang telah ditentukan.

4. Mengantuk selama sesi.

5. Perasaan marah/tidak sabar karena ketidakinginan klien untuk berubah.

6. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian / afeksi klien.

7. Berdebat dengan klien.

8. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal, tidak berhubungan dengan tujuan

keperawatan.

9. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat, personal dan sosial.

10. Melamunkan atau memikirkan klien.

11. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.

Page 12: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

12. Perasaan cemas, gelisah atau perasaan bersalah terhadap klien.

13. Kecenderungan untuk memusatkan secara berulang, hanya pada satu aspek.

14. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

Reaksi kontertransference :

1. Reaksi yangat mencintai “caring”

2. Reaksi sangat bermusuhan

3. Reaksi sangat cemas, seringkali digunakan sebagai resopons terhadap resistensi

5 cara mengidentifikasi terjadinya kontertransference  (Stuart G.W dalam Suryani, 2006).

1)      Perawat harus mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atas apa yang diharapkan

kepada kliennya.

2)      Perawat harus dapat menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama ketika klien

menentang/mengeritik.

3)      Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.

4)      Ketika kontertransference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk mengontrolnya.

5)      Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi kontertransference, pengawasan secara

inidividu maupun kelompok dapat lebih membantu.

4. Bondary Violation

Batas hubungan perawat klien adalah bahwa hubungan yang dibina adalah hubungan terapeutik,

dalam hubungan ini perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang ditolong.

Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006)

Beberapa batas hubunga perawat dengan klien :

a.         Batas peran

b.         Batas waktu

c.         Batas tempat dan ruang

d.        Batas uang

e.         Batas pemberian hadiah dan pelayanan

f.          Batas pakaian

g.         Batas bahasa

h.         Batas pengungkapan diri secara personal

i.           Batas kontak fisik

Contoh bentuk pelanggaran batas, yaitu :

a.    Klien mangajak perawat makan siang / malam diluar.

b.    Klien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya.

c.    Perawat menerima pemberian hadiah dari bisnis klien.

Page 13: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

d.   Perawat menghadiri acara-acara sosial.

e.    Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.

f.     Perawat menjalankan bisnis dari klien.

g.    Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada klien.

h.    Hubungan profesional berubah menjadi hubungan personal

5.      Mengatasi kebuntuan terapeutik

a. Perawat harus mengetahui pengetahuan tentang kebuntuan terapeutik dan mengenali

perilaku tersebut.

b. Klarifikasi dan refleksi perasaan

c. Gali latar belakang perawat – klien

d. Bertanggung jawab terhadap terapeutik dan dampak negatif proses terapeutik.

e. Tinjau kembali hubungan, area kebutuhan      dan masalah klien.

f. Bina kembali kerjasama Perawat-klien yang   konsisten. DAFTAR PUSTAKA

Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah . Jakarta: Pernerbit Salemba Medika.

Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan (terjemahan). Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan Motivasi Perawat Dalam

Menerapkan Komunikasi Terapeutik . Semarang.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta:Rineka Cipta.

Danim S. 2003. Riset Keperawatan ,Cetakan I. Jakarta:EGC.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Penerbit

Salemba Medika.

Diposkan oleh Dewii purwantii di 22.42 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH

HB (HEMOGLOBIN) Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut

oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh  kadar Hemoglobin.Nilai normal Hb :       

Wanita 12-16 gr/dLPria 14-18 gr/dLAnak 10-16 gr/dLBayi baru lahir 12-24gr/dL

Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).

Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan  Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi)  dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit

Page 14: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

                         TROMBOSIT (PLATELET)

Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.

Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan perm-  bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.

HEMATOKRIT (HMT) Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah

cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %.

Nilai normal HMT :  Anak 33 -38%Pria dewasa 40 – 48 %Wanita dewasa 37 – 43 %

Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).

Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.

LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH) Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk

membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.Nilai normal :  

Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3Bayi/anak 9000 – 12.000/mm3Dewasa 4000-10.000/mm3

Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.

Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).

Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count) Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit  yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.

Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.

Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.

Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain. EOSINOFIL Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama parasit)

dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai  normal dalam tubuh: 1 – 4% Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan

ovarium.  Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock,  stres, dan luka bakar. BASOFIL Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat

dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%

Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan LIMPOSIT Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20

– 35% dari seluruh leukosit. Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain. Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal ginjal, dan Iain-Iain.

Page 15: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

MONOSIT Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit

sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh leukosit.

Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain. Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik. ERITROSIT Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang

berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.

Nilai normal eritrosit : Pria 4,6 – 6,2 jt/mm3Wanita 4,2 – 5,4 jt/mm3

MASA PERDARAHAN Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi

(tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga. Nilai normal : 

dengan Metode Ivy 3-7 menitdengan Metode Duke 1-3 menit

Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dan Iain-Iain.

Masa Pembekuan Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan darah.

Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee White).            Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).            Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.

LAJU ENDAP DARAH  (LED) LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi

plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC.

Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti  aspirin, kortison, quinine, etambutol.

G6PD (GLUKOSA 6 PHOSFAT DEHIDROGENASE) Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan seseorang

terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita. Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatif          Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.

BMP (BONE MARROW PUNCTION) Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya

(pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita leukemia.       Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1

HEMOSIDERIN/FERITIN Hemosiderin adalah cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan zat besi dalam tubuh yang mengarah ke risiko menderita anemia.

Page 16: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

PEMERIKSAAN ALKOHOL DALAM PLASMA Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan untuk

kepentingan  medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).

PEMERIKSAAN TOLERANSI LAKTOSA Laktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa oleh

enzim  usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut), dan flatus (kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa.  dalam jumlah besar kemudian diperiksa kadar gula darah . Apabila nilai glukosa darah sewaktu >20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa atau toleransi laktosa, dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit membiasakan konsumsi produk susu.

Nilai normal : dalam plasma < 0,5 mg/dldalam urin 12-40 mg/dl

 LDH (LAKTAT DEHIDROGENASE)

Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.

Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3 minggu  kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L

SGoT (Serum Glutamik OksoloasetikTransaminase)

Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.

Nilai normal : Pria s.d.37 U/LWanita s.d. 31 U/L

Pemeriksan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi minum laktosaPeningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dan Iain-lain.            Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.            Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.

SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase) Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama

hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau  kerusakan hati. Nilai normal :

Pria  sampai dengan 42 U/LWanita sampai dengan 32 U/L

Peningkatan >20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis.Peningkatan 3 – 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan  jantung).Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.

ASAM URAT

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan,   kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada  input makanan yang mengandung asam urat.

Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam urat >8mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.

Nilai normal :Pria 3,4 – 8,5 mg/dl     (darah)

Page 17: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Wanita 2,8 – 7,3 mg/dl     (darah)Anak 2,5 – 5,5 mg/dl     (darah)Lansia 3,5 – 8,5 mg/dl     (darah)Dewasa 250 – 750 mg/24 jam (urin)

Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin C,aspirin jangka panjang,diuretik.

Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan Iain-Iain. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol,  probenesid, dan Iain-Iain.Kreatinin

Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.

Nilai normal dalam darah : Pria 0,6 – 1,3 mg/dlWanita 0,5 – 0,9 mg/dlAnak 0,4 -1,2 mg/dlBayi 0,7 -1,7 mg/dlBayi baru lahir 0,8 -1,4 mg/dl

Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker, konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin nyaitu vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin,aminoglikosid, dan Iain-Iain.

BUN (BLOOD UREA NITROGEN)

BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin. 

Nilai normal : Dewasa 5-25 mg/dlAnak 5-20 mg/dlBayi 5-15 mg/dl

Rasio nitrogen urea dan kreatinin = 12 :1 – 20 :1 

Pemeriksaan Trigliserida Merupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak

hewani.  Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit  penyumbatan arteri dibanding kolesterol.

Nilai normal :  Bayi  5-4o mg/dlAnak 10-135 mg/dlDewasa muda s/dl50 mg/dlTua (>50 tahun) s/d 190 mg/dl

Penurunan kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital (kelainan sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu asam askorbat (vitamin C), metformin (obata anti diabetik oral).

Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.

Pemeriksaan Hematologi Urinalysis

Page 18: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Hematologi Rutin Urine lengkapHematologi Lengkap Protein kuantitatifLED (Laju Endap Darah) Glukosa/ReduksiEosinofil total Mikroalbumin urineRetikulosit Protein Bence JonesGolongan darah ABO+ Rhesus Urea N urineMorfologi Darah Tepi Kreatinin urineLimfosit Plasma Biru Elektrolit (Na, K, Cl) urineSerum Iron  TIBC  Ferritin FesesTransferin Feses LengkapG6PD Darah SamarCoombs Test Direct  Coombs Test Indirect  Hb Elektroforesis  HbA2 Column  Vitamin B12  Asam Folat  Sel LE  Paket hapusan darah   Kimia ( Diabetes Melitus ) Imunoserologi ( Hepatitis )Glukosa darah puasa Anti HAV totalGlukosa darah 2 jam pp IgM Anti HAVGlukosa darah sewaktu HBsAgTes toleransi glukosa Anti HBsHbA1C Anti HBc totalC-peptide IgM Anti HBcInsulin HBeAg  Anti HBe  Anti HCV total  IgM Anti HCV

HematologiPanel Pemeriksaan Panel Uji Saring AnemiaJenis Pemeriksaan Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit, Nilai-nilai MC, Gambaran Darah Tepi, RetikulositManfaat Mendeteksi kemungkinan adanya penyakit kekurangan sel darah merah (anemia) yang dapat membahayakan tubuh.

Panel Pemeriksaan Panel Anemia DefisiensiJenis Pemeriksaan Hematologi Rutin, Besi, TIBC, Ferritin, Vitamin B12, Asam Folat, Gambaran Darah TepiManfaat Mendiagnosis penyakit anemia defisiensi akibat kekurangan produksi sel darah merah yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, dan asam folat serta kerusakan sumsum tulang; mengevaluasi derajat anemia.

Panel Pemeriksaan Panel Anemia HemolitikJenis Pemeriksaan Hematologi Rutin, Retikulosit, Bilirubin Total/ Direk, G6PD, Haptoglobin, Analisa Hb (HPLC), Coombs' Test, Gambaran Darah TepiManfaat Mendeteksi kemungkinan terjadinya proses hemolitik dan mendiagnosis penyakit anemia hemolitik yaitu penyakit anemia atau kekurangan sel darah merah akibat sel darah merah cepat rusak, lebih cepat dari kapasitas produksinya di sumsum tulang.

Panel Pemeriksaan Panel Anemia AplastikJenis Pemeriksaan Hematologi Rutin, Leukosit, Trombosit, Retikulosit, Gambaran Sumsum TulangManfaat Memastikan diagnosis penyakit anemia aplastik (hipoplastik) yaitu kekurangan sel darah merah karena kelainan sumsum tulang sehingga kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah terganggu atau berkurang. Kelainan sumsum tulang ini dapat terjadi karena faktor keturunan, radiasi,lingkungan dan lain-lain; mengevaluasi derajat anemia.

Page 19: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Panel Pemeriksaan Panel Uji Saring Faal HemostasisJenis Pemeriksaan Waktu Perdarahan, Waktu Pembekuan, Waktu Protrombin, APTT, Fibrinogen, Retraksi Bekuan, Rumpal LeedeManfaat Mendeteksi kemungkinan adanya gangguan proses hemostasis (mekanisme keseimbangan tubuh) yang berkaitan dengan peristiwa perdarahan dan pembekuan darah.

Panel Pemeriksaan Panel Risiko Trombosis (Genetik)Jenis Pemeriksaan Protein C, Protein S, AT III, Fibrinogen, Homocysteine, Lp(a)Manfaat Mendeteksi adanya kelainan herediter (genetik) yang dapat mengkibatkan gangguan atau meningkatkan risiko terjadinya gangguan pembekuan darah (=trombosis) yang merupakan faktor risiko perkembangan penyakit jantung dan pembuluh darah terutama pada orang yang pernah terkena Penyakit Jantung Koroner (PJK), stroke dan peningkatan lipid (lemak) dalam darah.

Panel Pemeriksaan Panel Risiko Trombosis (Dapatan)Jenis Pemeriksaan ACA (IgG, IgM), Homocysteine, Trigliserida, Cholesterol Total, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL DirekManfaat Mendeteksi beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah (=trombosis) yang dapat mengakibatkan bermacam-macam gangguan misalnya keguguran berulang, sindrom lupus, dll.

KimiaPanel Pemeriksaan Panel Pengelolaan Diabetes MellitusJenis Pemeriksaan Glukosa Puasa, Glukosa 2 jam pp, HbA1c, Albumin Urin Kuantitatif (Mikroalbumin Kuantitatif), Kreatinin, Albumin/Globulin, GPT, Kolesterol Total, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL Direk, Trigliserida, Urine Rutin, NT-proBNPManfaat Memantau kondisi individu penyandang diabetes mellitus (DM) terutama untuk melihat kepatuhan penderita DM dalam menjalankan terapi dan mendeteksi faktor risiko komplikasi yang mungkin terjadi.

Panel Pemeriksaan Panel LemakJenis Pemeriksaan Kolesterol Total, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL Direk, Trigliserida, Apo BManfaat Mendeteksi kemungkinan adanya kelainan lemak (dislipidemia) di dalam tubuh dan deteksi small dense LDL (LDL kecil padat, yaitu jenis kolesterol yang sangat berbahaya) yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah).

Panel Pemeriksaan Panel Risiko PJK/StrokeJenis Pemeriksaan Kolesterol Total, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL Direk, Trigliserida, Apo B, Lp(a), Insulin dan Glukosa Puasa, Glukosa 2 jam PP, Status Antioksidan Total, Fibrinogen, Adiponektin, ACA (IgG dan IgM), Homosistein, hsCRPManfaat Mendeteksi adanya berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko untuk terkena Penyakit Jantung Koroner dan/atau Stroke

ImunoserologiPanel Pemeriksaan Panel Uji Saring Vaksinasi Hepatitis B VirusJenis Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, Anti-HbcManfaat Mengetahui adanya infeksi dan status kekebalan terhadap virus Hepatitis B.

Panel Pemeriksaan Panel TORCHJenis Pemeriksaan Anti-Toxoplasma IgG & IgM, Anti-Rubella IgG & IgM, Anti-CMV IgG & IgM, Anti-HSV2 IgG & IgM.Manfaat Mengetahui adanya infeksi dan status kekebalan terhadap parasit Toxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus, dan virus Herpes tipe 2 yang dapat mempengaruhi kesehatan janin.

Panel Pemeriksaan Panel Penyakit Menular SeksualJenis Pemeriksaan VDRL/RPR, TPHA, GO, Chlamydia IgG & IgM, Anti-HSV2 IgM, HBsAg, Anti-HIVManfaat Mendeteksi kemungkinan adanya infeksi oleh penyakit Herpes, Klamidia, Gonore, Hepatitis atau Sifilis sehingga dapat dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat.

Panel Pemeriksaan Panel DemamJenis Pemeriksaan Hematologi Lengkap, Urin Rutin, Malaria, Widal, Gal Kultur, GOT, GPT, Anti-Dengue IgG & IgM, CRP Kuantitatif / hsCRPManfaat Memastikan diagnosis penyebab penyakit demam seperti demam berdarah, tifus, malaria, peradangan hati, dan penyakit infeksi lainnya sehingga penderita demam dapat memperoleh terapi yang lebih tepat.

Panel Pemeriksaan Panel Uji Saring RematikJenis Pemeriksaan ASTO, CRP, RF, Asam Urat, ANA, LE Test, C3 Komplemen, C4 Komplemen, (HLA-B27)Manfaat Untuk skrining, mendiagnosis, memantau aktivitas dan keberhasilan terapi, serta mengevaluasi penyakit rematik.

Page 20: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

EndokrinPanel Pemeriksaan Panel TiroidJenis Pemeriksaan TSHs, FT4Manfaat Mendiagnosis gangguan fungsi tiroid dan menentukan status tiroid (hipotiroid, eutiroid, atau hipertiroid)

Panel Pemeriksaan Panel Etiologi Gangguan Fungsi TiroidJenis Pemeriksaan Anti TPO, Tiroglobulin, TRAbManfaat Mendiagnosis kelainan tiroid seperti hiperfungsi tiroid dan goiter, inflamasi atau luka fisik pada tiroid, tumor tiroid, dan tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid) sub akut; indikator terapi T4.

Panel Pemeriksaan Panel AmmenorrheaJenis Pemeriksaan LH, FSH, Prolactin, EstradiolManfaat Memastikan penyebab infertilitas pada wanita dengan mendiagnosis, apakah berasal dari gangguan anatomi atau fisiologi sistem reproduksi; mendeteksi kelainan atau gangguan fungsi/fisiologi sistem reproduksi.

Panel Pemeriksaan Panel Kesuburan Laki-LakiJenis Pemeriksaan LH, FSH, Prolactin, Testosteron, Analisa Sperma, Fruktosa, Antibodi SpermaManfaat Memastikan penyebab infertilitas pada pria dengan mendiagnosis, apakah berasal dari gangguan anatomi atau fisiologi sistem reproduksi; mendeteksi kelainan atau gangguan fungsi/fisiologi sistem reproduksi.

OsteoporosisPanel Pemeriksaan Panel OsteoporosisJenis Pemeriksaan CTx (C-Telopeptide) dan N-Mid OsteocalcinManfaat Mendeteksi kemungkinan adanya risiko pengeroposan tulang atau osteoporosis secara dini, membantu memprediksi dan memantau respon individu terhadap terapi osteopororis terutama penggunaan obat antiresorpsi.

Penanda TumorPanel Pemeriksaan Panel Uji Saring TumorJenis Pemeriksaan AFP, Darah Samar (Hb Spesifik), Anti-EBV VCA IgA, Anti-EBV EA IgA, PSA (Laki-laki), dan Pap Smear (Perempuan)Manfaat Untuk memperkirakan risiko terjadinya penyakit kanker tertentu atau mendeteksi kemungkinan adanya kanker tertentu yaitu kanker hati, kanker usus besar dan anus (kolorektal), kanker nasofaring, kanker prostat (khusus pria) dan kanker leher rahim (khusus wanita)

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor KolorektalJenis Pemeriksaan Darah Samar(Hb Spesifik), CEA, CA 19-9Manfaat Menunjang diagnosis, memperkirakan prognosis (perkembangan penyakit) dan pemantauan terapi/pengobatan kanker kolorektal (usus besar dan anus).

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor HatiJenis Pemeriksaan AFP, CEAManfaat Mendiagnosis kanker hati Primer (KHP) dan metastatis hati (kanker hati akibat penyebaran sel kanker dari organ tubuh lain), menentukan risiko penyakit KHP, serta memantau penyakit kanker hati.

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor LambungJenis Pemeriksaan CEA, CA 72-4, CA 19-9Manfaat Mendeteksi kemungkinan adanya penyakit kanker lambung dan memperkirakan respon terapi penyakit kanker lambung (kemoterapi/radioterapi). Menunjang diagnosis dan pemantauan terapi kanker lambung

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor PankreasJenis Pemeriksaan CEA, CA 19-9Manfaat Menunjang diagnosis, memperkirakan prognosis (perkembangan kanker) dan pemantauan terapi kanker pankreas

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor TiroidJenis Pemeriksaan Tiroglobulin, CalcitoninManfaat 1. Mendeteksi dan memperkirakan prognosis penyakit kanker tiroid (jenis folikuler).2. Mendeteksi penyebaran tumor di kelenjar tiroid.3. Sebagai follow up bagi penderita tumor tiroid.4. Pemantauan terhadap terapi penyakit karsinoma tiroid yang terdiferensiasi.5. Memantau fungsi jaringan tiroid setelah pengangkatan kelenjar tiroid melalui pembedahan

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor OvariumJenis Pemeriksaan CEA, CA 125, CA 72-4

Page 21: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Manfaat Uji saring untuk deteksi dini kanker ovarium dan menunjang diagnosis, memantau dan meramalkan prognosis kanker ovarium, serta sebagai follow up bagi penderita kanker ovarium.

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor CervixJenis Pemeriksaan SCC, Pap SmearManfaat Menunjang diagnosis, pemantauan terapi dan deteksi kekambuhan penyakit kanker serviks (kanker leher rahim).ng

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor PayudaraJenis Pemeriksaan CEA, CA 15-3Manfaat Menunjang diagnosis, memantau terapi, memperkirakan prognosis, serta untuk follow up dan diagnosis kekambuhan kanker payudara.

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor ProstatJenis Pemeriksaan PSA, Free PSA, (Rasio Free PSA/PSA)Manfaat 1. Mengidentifikasi risiko terjadinya kanker prostat terutama bagi individuberisiko tinggi (terdapat riwayat keluarga yang memiliki penyakit kanker prostat)2. Mendeteksi kanker prostat pada stadium dini dan sebelum metastatis.3. Memantau terapi dan deteksi dini kekambuhan kanker prostat.

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor Paru-ParuJenis Pemeriksaan CEA, SCC, NSEManfaat Menunjang diagnosis, meramalkan prognosis dan memantau terapi penyakit kanker paru-paru, serta mendeteksi kemungkinan adanya kekambuhan.

Panel Pemeriksaan Panel Penanda Tumor NasofaringJenis Pemeriksaan Anti-EBV VCA IgA, Anti-EBV EA IgAManfaat Uji saring untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya karsinoma nasofaring, memantau perkembangan tumor nasofaring dan deteksi dini kekambuhan, serta meramalkan prognosis dan mendeteksi metastatis.

AlergiPanel Pemeriksaan Panel Uji Saring AlergiJenis Pemeriksaan IgE Total, Eosinofil (jumlah), Faeces RutinManfaat Uji saring untuk mendeteksi dan memastikan kemungkinan adanya reaksi alergi.

Panel Check-up KesehatanPanel Pemeriksaan Panel Check-Up PlusJenis Pemeriksaan Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, HBsAg, Anti-HCV, Kreatinin, Asam Urat, Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL Direk, Apo B, TSHs, AFP, PSA (laki-laki), Pap Smear (perempuan)Manfaat Mengetahui kualitas kesehatan secara umum, baik yang menyangkut fungsi organ maupun keadaan metabolisme tubuh dengan mendeteksi ada tidaknya kelainan atau penyakit yang sering dijumpai dan potensial membahayakan misalnya kelainan darah, gangguan metabolisme (pengolahan) lemak dan gula, gangguan fungsi hati dan ginjal, infeksi virus hepatitis, dll

Panel Pemeriksaan Panel Check-UpJenis Pemeriksaan Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, HBsAg, Anti-HCV, Kreatinin, Asam Urat, Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL Direk, Apo B, TSHsManfaat Mengetahui kualitas kesehatan secara umum, baik yang menyangkut fungsi organ maupun keadaan metabolisme tubuh dengan mendeteksi ada tidaknya kelainan atau penyakit yang sering dijumpai dan potensial membahayakan misalnya kelainan darah, gangguan metabolisme (pengolahan) lemak dan gula, gangguan fungsi hati dan ginjal, infeksi virus hepatitis, dll

Panel PemeriksaanPanel Pemeriksaan Panel PremaritalJenis Pemeriksaan Hematologi Rutin, Urine Rutin, Golongan Darah (A,B,O) dan Rhesus, Glukosa Puasa, HBsAg, VDRL/RPR, Gambaran Darah Tepi, Anti Rubella IgG, Anti Toxoplasma IgG, dan Anti CMV-IgGManfaat Memastikan status kesehatan kedua calon mempelai, terutama untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit menular, menahun, atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan janin seperti kelainan darah(thallasemia dan hemofilia), diabetes mellitus, hepatitis B, infeksi TORCH,dan penyakit sifilis.

Panel Pemeriksaan Panel Awal KehamilanJenis Pemeriksaan Hematologi Rutin, Urine Rutin, Golongan Darah (A,B,O) dan Rhesus, Glukosa Puasa, HBsAg, VDRL/RPR, Gambaran Darah Tepi, Anti Rubella IgG, Anti Toxoplasma IgG, dan Anti CMV-IgG (Perempuan)

Page 22: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Manfaat Mengetahui adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupun janinnya.

Panel Pemeriksaan Panel Uji Saring NeonatusJenis Pemeriksaan TSH Neonatus, G6PD NeonatusManfaat Pemeriksaan dan skrining pada bayi yang baru lahir terhadap beberapa keadaan atau penyakit penting yang potensial berbahaya akibat gangguan metabolisme herediter (bawaan)

Panel Pemeriksaan Panel Evaluasi Awal HipertensiJenis Pemeriksaan Hematologi Rutin, Urine Rutin, Glukosa Puasa, Glukosa 2 jam PP, Kolesterol Total, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL Direk, Trigliserida, Apo B, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Albumin Urin Kuantitatif (Mikroalbumin Kuantitatif), Natrium (Serum), Kalium (Serum), hsCRPManfaat Menilai pola hidup dan mengidentifikasi kemungkinan penyebab hipertensi, meramalkan prognosis hipertensi, mendeteksi kemungkinan adanya faktor risiko komplikasi dan kerusakan organ target akibat hipertensi serta penyakit lain yang menyertainya.

Panel Pemeriksaan Panel Pemantauan HipertensiJenis Pemeriksaan Urine Rutin, Glukosa Puasa, Glukosa 2 jam PP, Kolesterol Total, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL Direk, Trigliserida, Apo B, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Albumin Urine Kuantitatif (Mikroalbumin Kuantitatif), Natrium (Serum), Kalium (Serum)Manfaat Memantau kondisi dan keberhasilan terapi hipertensi, menilai risiko terjadinya komplikasi, dan mendeteksi efek samping pengobatan

Panel Pemeriksaan Panel Sindrom MetabolikJenis Pemeriksaan Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Trigliserida, Kolesterol HDL, Glukosa Puasa, Adiponektin, hsCRP, Apo B, SGPT, Glukosa Puasa 2 jam PP, HbA1c, NT-proBNP, Albumin Urine Kuantitatif (sewaktu), Collagen Type IV, Kolesterol LDL Direk, KreatininManfaat Mendiagnosis sindrom metabolik dan mendeteksi kemungkinan adanya risiko komplikasi akibat sindrom metabolik seperti PJK, stroke, diabetes mellitus, dan perlemakan hati.

Panel Pemeriksaan Panel Sindrom Down TM IJenis Pemeriksaan PAPP-A, Free ß hCGManfaat Sebagai uji saring Down Syndrome (trisomi 21) yang merupakan penyakit neurologis ditandai dengan adanya keterbelakangan mental dan aging yang dipercepat karena adanya kelainan genetik pada kromosom 21.

Panel Pemeriksaan Panel Sindrom Down TM II (Triple Screening)Jenis Pemeriksaan Ms AFP, Ue3, hCGManfaat Screening untuk memperkirakan risiko Down Syndrome(trisomi 21). Pemeriksaan triple skrining paling akurat apabila maternal serum diambil pada usia kehamilan antara 16-18 minggu, namun dapat juga dilakukan pada usia kehamilan 15-22 minggu.

Panel GeriatriPanel Pemeriksaan Panel Usila UmumJenis Pemeriksaan Hematologi rutin, Urine rutin, GOT, GPT, Glukosa Puasa, Asam Urat, Cystatin C, CTx (C-Telopeptide), Kolesterol Total, Kolesterol LDL Direk,Kolesterol HDL, Trigliserida, Apo B, hs-CRP, TSHs, Prealbumin, Homocysteine, PSA (pada Pria), Pap Smear (pada Wanita)Manfaat Mendeteksi berbagai gangguan yang sering ditemukan pada usila (usia lanjut) yaitu kelainan/penyakit darah, gangguan/infeksi saluran pencernaan, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi kelenjar tiroid, risiko penyakit kardiovaskular dan risiko demensia. Panel ini ditujukan untuk mereka yang berusia > 55 tahun yang belum diketahui adanya gangguan/penyakit tertentu (terutama penyakit degeneratif) pada waktu sebelumnya.

Panel Pemeriksaan Panel Sindrom Metabolik pada UsilaJenis Pemeriksaan Tekanan darah, Lingkar Pinggang, Cholesterol Total, Cholesterol LDL Direk, Trigliserida, Apo B, Adiponektin, Glukosa Puasa, hsCRPManfaat Untuk mendiagnosis sindrom metabolik pada usia lanjut serta mendeteksi dini komplikasi akibat kondisi sindrom metabolik tersebut.

Panel Pemeriksaan Panel Diabetes Melitus pada UsilaJenis Pemeriksaan Kolesterol Total, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL Direk, Trigliserida, Apo B, Glukosa Puasa, Glukosa 2 jam PP, HbA1c, hs-CRP, Tekanan Darah, Albumin Urin Kuantitatif (Mikroalbumin Kuantitatif), Status Antioksidan TotalManfaat Mendeteksi faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi Diabetes Melitus, agar dapat segera ditangani sehingga kualitas hidup pasien dapat dipertahankan.

Panel Pemeriksaan Panel Stroke pada UsilaJenis Pemeriksaan Tekanan darah, Kolesterol Total, Kolesterol LDL Direk, Kolesterol HDL, Trigliserida, Apo B, Lp(a), Glukosa Puasa, hs-CRP

Page 23: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Manfaat Memperkirakan kemungkinan terjadinya serangan stroke ulangan dan memantau perkembangan kondisi pasien setelah serangan.

Panel Pemeriksaan Panel Penyakit Kardiovaskular pada UsilaJenis Pemeriksaan Tekanan darah, Kolesterol Total, Kolesterol LDL Direk, Kolesterol HDL, Trigliserida, Apo B, Lp(a), hs-CRP, Homocysteine, NT-proBNPManfaat Memperkirakan kemungkinan berkembangnya penyakit kardiovaskular yang sudah ada sebelumnya.

Panel Pemeriksaan Panel Demensia pada UsilaJenis Pemeriksaan Kolesterol Total, Kolesterol LDL Direk, Kolesterol HDL, Trigliserida, Apo B, Lp (a), hs-CRP, Homosistein, NT-proBNP, Waktu Protrombin, APTT, INR, Fibrinogen, D-Dimer, Agregasi Trombosit, Asam Folat, Vitamin B12, Status Antioksidan TotalManfaat Untuk pengelolaan pasien dalam kondisi demensia, agar perkembangan penyakit dapat dihambat.

Panel Pemeriksaan Panel Tiroid Pada UsilaJenis Pemeriksaan TSHs, FT4Manfaat Pengelolaan/Pemantauan Penyakit Kelenjar TiroidMengenali Penyakit dengan Hasil Pemeriksaan Laboratorium          HB (HEMOGLOBIN)Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.Nilai normal Hb :Wanita 12-16 gr/dLPria 14-18 gr/dLAnak 10-16 gr/dLBayi baru lahir 12-24gr/dLPenurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat antiradang).Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit          TROMBOSIT (PLATELET)Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.          HEMATOKRIT (HMT)Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %.Nilai normal HMT :Anak 33 -38%Pria dewasa 40 – 48 % Wanita dewasa 37 – 43 %Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung).Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.      LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.Nilai normal :Bayi baru lahir 9000 -30.000 /mm3Bayi/anak 9000 – 12.000/mm3Dewasa 4000-10.000/mm3Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).      HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFERENTIAL COUNT)Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis

Page 24: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

leukosit dari seluruh jumlah leukosit.Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.       EOSINOFILEosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam tubuh: 1 – 4%Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.

      BASOFILBasofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi.Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan      LIMPOSITSalah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain.Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal injal, dan Iain-Iain.       MONOSITMonosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh leukosit.Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain.Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.       ERITROSITSel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.Nilai normal eritrosit :Pria 4,6 – 6,2 jt/mm3Wanita 4,2 – 5,4 jt/mm3       MASA PERDARAHANPemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga.Nilai normal :dengan Metode Ivy 3-7 menitdengan Metode Duke 1-3 menitWaktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dan Iain-Iain.       MASA PEMBEKUANMerupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee White).Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.         LAJU ENDAP DARAH (LED)LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC.Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.

Page 25: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

       G6PD (GLUKOSA 6 PHOSFAT DEHIDROGENASE)Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita. Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatifPenurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.       BMP (BONE MARROW PUNCTION)Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya (pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita leukemia.Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1       HEMOSIDERIN/FERITINHemosiderin adalah cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan zat besi dalam tubuh yang mengarah ke risiko menderita anemia.       PEMERIKSAAN ALKOHOL DALAM PLASMAPemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan untuk kepentingan medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).     PEMERIKSAAN TOLERANSI LAKTOSALaktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut), dan flatus (kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa. dalam jumlah besar kemudian diperiksa kadar gula darah . Apabila nilai glukosa darah sewaktu >20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa atau toleransi laktosa, dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit membiasakan konsumsi produk susu.Nilai normal :dalam plasma < 0,5 mg/dldalam urin 12-40 mg/dl      LDH (LAKTAT DEHIDROGENASE)Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3 minggu kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L      SGOT (SERUM GLUTAMIK OKSOLOASETIKNTRANSAMINASE)Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.             Nilai normal :Pria s.d.37 U/LWanita s.d. 31 U/LPemeriksan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi minum laktosaPeningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dan Iain-lain.Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.       SGPT (SERUM GLUTAMIK PYRUVIK TRANSAMINASE)Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.Nilai normal :Pria sampai dengan 42 U/LWanita sampai dengan 32 U/LPeningkatan >20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis.Peningkatan 3 – 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung).Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.        ASAM URATAsam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan, kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada input makanan yang mengandung asam urat.Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam urat >8mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.Nilai normal :Pria 3,4 – 8,5 mg/dl (darah)

Page 26: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Wanita 2,8 – 7,3 mg/dl (darah)Anak 2,5 – 5,5 mg/dl (darah)Lansia 3,5 – 8,5 mg/dl (darah)Dewasa 250 – 750 mg/24 jam (urin)Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin C,aspirin jangka panjang,diuretik.Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan Iain-Iain. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol, probenesid, dan Iain-Iain.        KREATININMerupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.Nilai normal dalam darah :Pria 0,6 – 1,3 mg/dlWanita 0,5 – 0,9 mg/dlAnak 0,4 -1,2 mg/dlBayi 0,7 -1,7 mg/dlBayi baru lahir 0,8 -1,4 mg/dlPeningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker, konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin nyaitu vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin,aminoglikosid, dan Iain-Iain.          BUN (BLOOD UREA NITROGEN)BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin.Nilai normal :Dewasa 5-25 mg/dlAnak 5-20 mg/dlBayi 5-15 mg/dlRasio nitrogen urea dan kreatinin = 12 :1 – 20 :1         PEMERIKSAAN TRIGLISERIDAMerupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri dibanding kolesterol.Nilai normal :Bayi 5-4o mg/dlAnak 10-135 mg/dlDewasa muda s/dl50 mg/dlTua (>50 tahun) s/d 190 mg/dlPenurunan kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital (kelainan sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu asam askorbat (vitamin C), metformin (obata anti diabetik oral).Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.

Deteksi Hepatitis” Gejala secara fisik seperti perubahan warna kulit dan kornea mata yang kekuningan masih berupa indikasi awal. Agar mendapat kepastian adanya penyakit hepatitis maka perlu uji laboratorium “.pengobatan hepatitis dapat dilakukan dengan tepat jika diagnosis yang dilakukan juga tepat. Dokter dapat menentukan diagnosis suatu penyakit berdasarkan beberapa aspek, seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti USG, sinar X, CT scan, atau MRI.Anamnesis merupakan wawancara terarah antara dokter dan pasien. Tujuan anamnesis adalah dokter dapat memperoleh informasi mengenai keluhan dan gejala penyakit yang dirasakan pasien, hal-hal yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit, dan hal-hal lain yang akan mempengaruhi perjalanan penyakit atau proses pengobatan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat dan menilai adanya kelainan atau gangguan pada tubuh pasien, baik terkait keluhannya ataupun tidak. Sering kali ditemukan gangguan atau kelainan pada saat pemeriksaan fisik yang pasien sendiri pun tidak merasa atau mengetahuinya. Pemeriksaan laboratorium berguna antara lain untuk membantu memastikan diagnosis karena beberapa penyakit dapat memberikan keluhan dan gejala yang sama serta menilai fungsi organ. Sementara pemeriksaan penunjang berguna antara lain untuk menentukan dengan tepat letak kelainan pada tubuh bagian dalam atau menilai derajat suatu penyakit.A. Pemeriksaan Laboratorium penyakit HepatitisPemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis, dan menilai fungsi hati. Secara garis besar, pemeriksaan laboratorium untuk hepatitis dibedakan atas dua macam, yaitu tes serologi dan biokimia hati.Tes serologi dilakukan dengan cara memeriksa kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab hepatitis. Tes ini bertujuan untuk memastikan diagnosis hepatitis serta mengetahui jenis virus penyebabnya. Sementara tes biokimia hati dilakukan dengan cara memeriksa sejumlah parameter zat-zat kimia maupun enzim yang dihasilkan atau diproses oleh jaringan hati. Tes biokimia hati dapat menggambarkan derajat keparahan atau kerusakan sel sehingga dapat

Page 27: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

menilai fungsi hati.Hati yang sehat memiliki fungsi yang sangat beragam. Demikian pula penyakit yang dapat mengganggu fungsi hati dan kelainan biokimia hati yang bervariasi pula. Pemeriksaan fungsi hati yang hanya menggunakan satu jenis parameter saja, misalnya aspartat aminotransferase (AST/SCOT), kurang dapat dipercaya untuk dijadikan acuan dalam menentukan fungsi hati. Penderita penyakit hati secara umum, termasuk hepatitis, akan diperiksa darahnya untuk beberapa jenis pemeriksaan parameter biokimia, seperti AST, ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfatase, bilirubin, albumin, dan juga waktu protrombin. Pemeriksaan laboratorium ini juga dapat dilakukan secara serial, yakni diulang beberapa kali setelah tenggang waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi perjalanan penyakit maupun perbaikan sel dan jaringan hati.Parameter biokimia hatiBeberapa parameter biokimia hati yang dapat dijadikan pertanda fungsi hati, antara lain sebagai berikut :a. Aminotransferase (transaminase) Parameter yang termasuk golongan enzim ini adalah aspartat aminotransferase (AST/SCOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT). Enzim-enzim ini merupakan indikator yang sensitif terhadap adanya kerusakan sel hati dan sangat membantu dalam mengenali adanya penyakit pada hati yang bersifat akut seperti hepatitis. Dengan demikian, peningkatan kadar enzim-enzim ini mencerminkan adanya kerusakan sel-sel hati. ALT merupakan enzim yang lebih dipercaya dalam menentukan adanya kerusakan sel hati dibandingkan AST.ALT ditemukan terutama di hati, sedangkan enzim AST dapat ditemukan pada hati, otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak paru, sel darah putih, dan sel darah merah. Dengan demikian, jika hanya terjadi peningkatan kadar AST maka bisa saja yang mengalami kerusakan adalah sel-sel organ lainnya yang mengandung AST. Pada sebagian besar penyakit hati yang akut, kadar ALT lebih tinggi atau sama dengan kadar AST. Pada saat terjadi kerusakan jaringan dan sel-sel hati, kadar AST meningkat 5 kali nilai normal. ALT meningkat 1-3 kali nilai normal pada perlemakan hati, 3-10 kali nilai normal pada hepatitis kronis aktif dan lebih dari 20 kali nilai normal pada hepatitis virus akut dan hepatitis toksik.b. Alkalin fosfatase (ALP)Enzim ini ditemukan pada sel-sel hati yang berada di dekat saluran empedu. Peningkatan kadar ALP merupakan salah satu petunjuk adanya sumbatan atau hambatan pada saluran empedu. Peningkatan ALP dapat disertai dengan gejala warna kuning pada kulit, kuku, atau bagian putih bola mata.c. Serum proteinSerum protein yang dihasilkan hati, antara lain albumin, globulin, dan faktor pembekuan darah. Pemeriksaan serum protein-protein tersebut dilakukan untuk mengetahui fungsi biosintesis hati. Penurunan kadar albumin menunjukan adanya gangguan fungsi sintesis hati. Namun karena usia albumin cukup panjang (15-20 hari), serum porotein ini kurang sensitif digunakan sebagai indikator kerusakan sel hati. Kadar albumin kurang dari 3 g/L menjadi petunjuk perkembangan penyakit menjadi kronis (menahun).Globulin merupakan protein yang membentuk gammaglobulin. Gammaglobulin meningkat pada penyakit hati kronik, seperti hepatitis kronis atau sirosis. Gammaglobulin mempunyai beberapa tipe, seperti lg G, lg M, serta lg A. Masing-masing tipe sangat membantu dalam mengenali penyakit hati kronis tertentu.Hampir semua faktor-faktor pembekuan darah disintesis di hati. Umur faktor-faktor pembekuan darah lebih singkat dibandingkan albumin, yaitu 5-6 hari sehingga pengukuran faktor-faktor pembekuan darah merupakan pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan albumin untuk menentukan fungsi sintesis hati. Terdapat lebih dari 13 jenis protein yang terlibat dalam pembekuan darah, salah satunya adalah protrombin. Adanya kelainan pada protein-protein pembekuan darah dapat dideteksi, terutama dengan menilai waktu protrombin. Waktu protrombin adalah ukuran kecepatan perubahan protrombin menjadi trombin. Waktu protrombin tergantung pada fungsi sintesis hati dan asupan vitamin K. Kerusakan sel-sel hati akan memperpanjang waktu protrombin karena adanya gangguan pada sintesis protein-protein pembekuan darah. Dengan demikian, pada hepatitis dan sirosis, waktu protrombin memanjang.d. BilirubinBilirubin merupakan pigmen kuning yang dihasilkan dari pemecahan hemoglobin (Hb) di hati. Bilirubin dikeluarkan lewat empedu dan di buang melalui feses. Bilirubin ditemukan di darah dalam dua bentuk, yaitu bilirubin direk dan bilirubin indirek. Bilirubin direk larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Sementara bilirubin indirek tidak larut dalam air dan terikat pada albumin. Bilirubin total merupakan penjumlahan bilirubin direk dan indirek. Peningkatan bilirubin indirek jarang terjadi pada penyakit hati. Sebaliknya, bilirubin direk yang meningkat hampir selalu menunjukkan adanya penyakit pada hati dan atau saluran empedu. Adapun nilai normal untuk masing-masing pemeriksaan laboratorium disajikan dalam Tabel 1.

2. Pemeriksaan serologiDiagnosis mengenai jenis hepatitis merupakan hal yang penting karena akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Salah satu pemeriksaan hepatitis adalah pemeriksaan serologi, dilakukan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.a. Diagnosis hepatitis ADiagnosis hepatitis A akut berdasarkan hasil laboratorium adalah tes serologi untuk imunoglobulin M (lgM) terhadap virus hepatitis A. lgM antivirus hepatitis A positif pada saat awal gejala dan biasanya disertai dengan peningkatan kadar serum alanin amintransferase (ALT/SGPT). Jika telah terjadi penyembuhan, antibodi lgM akan menghilang dan akan muncul antibodi lgG. Adanya antibodi lgG menunjukkan bahwa penderita pernah terkena hepatitis A. Jika seseorang terkena hepatitis A maka pada pemeriksaan laboratorium ditemukan beberapa diagnosis berikut.1) Serum lgM anti-VHA positif.2) Kadar serum bilirubin, gamma globulin, ALT, dan AST meningkat ringan.3) Kadar alkalin fosfatase, gamma glutamil transferase, dan total bilirubin meningkat pada penderita yang kuning.b. Diagnosis hepatitis B

Page 28: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

Adapun diagnosis pasti hepatitis B dapat diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium.1) HBsAg (antigen permukaan virus hepatitis B) merupakan material permukaan/kulit VHB, mengandung protein yang dibuat oleh sel hati yang terinfeksi VHB. Jika hasil tes HbsAg positif artinya individu tersebut terinfeksi VHB, menderita hepatitis B akut, karier. atau pun hepatitis B kronis. HbsAg positif setelah 6 minggu terinfeksi virus hepatitis B dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil menetap setelah lebih dari 6 bulan artinya hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau karier.2) Anti-HBsAg (antibodi terhadap HbsAg) merupakan antibodi terhadap HbsAg yang menunjukkan adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B. Jika tes antiHBsAg positif artinya individu itu telah mendapat vaksin VHB, atau pernah mendapat imunoglobulin, atau juga bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-HbsAg yang positif pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatitis B menunjukkan individu tersebut pernah terinfeksi VHB.3) HBeAg (antigen VHB) merupakan antigen e VHB yang berada di dalam darah. Bila positif menunjukkan virus sedang replikasi dan infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif menetap sampai 10 minggu akan berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang positif HbeAg dalam keadaan infeksius dan dapat menularkan penyakitnya baik terhadap orang lain, maupun ibu ke janinnya.4) Anti-HBe (antibodi HBeAg) merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang dibentuk oleh tubuh. Apabila anti-HBeAg positif artinya VHB dalam keadaan fase non-replikatif.5) HBcAg (antigen core VHB) merupakan antigen core (inti) VHB yang berupa protein dan dibuat dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HBcAg positif menunjukkan keberadaan potein dari inti VHB.6) Anti-HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B) merupakan antibodi terhadap HBcAg dan cenderung menetap sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Antibodi ini ada dua tipe yaitu IgM anti-HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti-HBc tinggi artinya infeksi akut, IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc yang negatif menunjukkan infeksi kronis atau pernah terinfeksi VHB.c. Diagnosis hepatitis CDiagnosis hepatitis C dapat ditentukan dengan pemeriksaan serologi untuk menilai antibodi dan pemeriksaan molekuler sehingga partikel virus dapat terlihat. Sekitar 30% pasien hepatitis C tidak dijumpai anti-HCV (antibodi terhadap VHC) yang positif pada 4 minggu pertama infeksi. Sementara sekitar 60% pasien positif anti-HCV setelah 5-8 minggu terinfeksi VHC dan beberapa individu bisa positif setelah 5-12 bulan. Sekitar 80% penderita hepatitis C menjadi kronis dan pada hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai enzim alanine aminotransferase (ALT) dan peningkatan aspartate aminotransferase (AST).Pemeriksaan molekuler merupakan pemeriksaan yang dapat mendeteksi RNA VHC. Tes ini terdiri atas dua jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Tes kualitatif menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) dan dapat mendeteksi RNA VHC kurang dari 100 kopi per mililiter darah. Tes kualitatif dilakukan untuk konfirmasi viremia (adanya VHC dalam darah) dan juga menilai respon terapi.Selain itu, tes ini juga berguna untuk pasien yang anti-HCV-nya negatif, tetapi dengan gejala klinis hepatitis C atau pasien hepatitis yang tidak teridentifikasi jenis virus penyebabnya. Adapun tes kuantitatif sendiri terbagi atas dua metode, yakni metode dengan teknik branched-chain DNA dan teknik reverse-transcription PCR. Tes kuantitatif berguna untuk menilai derajat perkembangan penyakit. Pada tes kuantitatif ini dapat diketahui derajat viremia. Biopsi (pengambilan sedikit jaringan suatu organ) dilakukan untuk mengetahui derajat dan tipe kerusakan sel-sel hati.B. Pemeriksaan Penunjang LainnyaPemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis hepatitis adalah USG (ultrasonografi). Fungsi USG adalah untuk mengetahui adanya kelainan pada organ dalam atau tidak. USG dilakukan terutama jika pemeriksaan fisik kurang mendukung diagnosis. Sementara keluhan klinis dari pasien dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda sebaliknya. Misalnya, seorang pasien datang dengan keluhan sakit kuning, mual, malas makan, dan badan terasa lemas. Pada pemeriksaan fisik, dokter hanya menemukan kelainan berupa warna kuning pada kulit, kuku dan bola mata bagian putih pasien, dan tidak teraba adanya suatu pembesaran pada hati. Kemudian, pemeriksaan laboratorium awal menunjukkan kadar ALT dan AST yang tinggi. Dengan demikian, pada pasien tersebut dapat dilakukan pemeriksaan USG agar dapat lebih memastikan diagnosis mengenai kelainan hatinya.Pemeriksaan USG pada kasus hepatitis dapat memberikan informasi mengenai pembesaran hati, gambaran jaringan hati secara umum, atau ada tidaknya sumbatan saluran empedu. Ukuran hati manusia bervariasi antara satu dengan lainnya sehingga terkadang dokter tidak menemukan adanya pembesaran hati. USG dapat membuktikan ada tidaknya pembesaran hati, yakni dari mengamatan tepi hati terlihat tumpul atau tidak. Tepi hati yang tumpul menunjukkan adanya pembesaran had. USG juga dapat melihat banyak tidaknya jaringan ikat (fibrosis). Selain itu, karena hepatitis merupakan proses peradangan maka pada USG densitas (kepadatan) hati terlihat lebih gelap jika dibandingkan dengan densitas ginjal yang terletak di bawahnya.Pada keadaan normal, had dan ginjal mempunyai densitas yang sama. USG hanya dapat melihat kelainan pada hepatitis kronis atau sirosis. Pemeriksaan USG untuk hepatitis akut tidak akurat karena pada hepatitis akut, proses penyakit masih awal sehingga belum terjadi kerusakan jaringan. Pemeriksaan USG pun dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding, yakni diagnosis lain yang mungkin terkait kelainan hati, misalnya tumor had, abses hati, radang empedu, atau amubiasis hati (komplikasi infeksi amuba ke dalam hati sehingga terjadi abses hati).PustakaCare Your self: Hepatitis Oleh dr. Wening Sari, M.Kes dkkMidwifery of Poltekkes Kemenkes Malang

Page 29: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA SPUTUM 05.01 |

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMenurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang

berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal.

Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan

Page 30: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita. Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina, dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.

Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.  Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.

Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang masyarakat indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan tes terhadap spesimen guna menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan menggunakan dahak atau sputum.

1.2  Rumusan masalah 1.    Apa pengertian sputum ?2.    Apa saja jenis pemeriksaan sputum ?3.    Bagaimana cara pemeriksaan sputum ?4.    Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum ?5.    Bagaimana interpretasi pemeriksaan sputum ?

1.3 Tujuan1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan sputum2.      Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan sputum3.      Mengetahui cara pemeriksaan sputum4.      Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum5.      Memahami interpretasi pemeriksaan sputum

Page 31: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

BAB IIPEMBAHASAN

2.1   Pengertian Sputum Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Biasanya

juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992).Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari tenggorokan, hidung

atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa.Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,

volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.

Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.

Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan.

2.2 Jenis Pemeriksaan Sputum 1.      Pewarna gram :

Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.

2.      Kultur Sputum :Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna

menegakkan diagnosis definitif.3.      Sensitifitas :

Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.

4.      Basil tahan asam (BTA) :Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa, yang

setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam5.      Sitologi :

Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.

6.      Tes Kuantitatif :Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus sering

dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan. Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.

2.3 Cara Pemeriksaan Sputum          Perlengkapan :

1. Wadah spesimen steril dengan penutup,

Page 32: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

2. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),3. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,4. Handuk kertas,5. Label yang berisi lengkap,6. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,7. Obat kumur.

         PersiapanTentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai.

         Pelaksanaan1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu

dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:

a.       Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan     spesimen sputum,

b.      Jangan menyentuh bagaian dalam wadah spesimen,c.       Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,d.      Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,e.       Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,f.       Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup    analisis),g.      Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.

     2. Berikan privasi klien.     3. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen :

a.       Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi paru yang maksimum.

b.      Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien.

c.       Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke dalam faring.

d.      Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.

e.       Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.f.       Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan mencegah

penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.g.      Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan disinfektan. Beberapa

institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas.

h.      Lepas dan buang sraung tangan.     4. Pastikan klien merasa nyaman :

a.       Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.b.      Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara maksimal, bila

diperlukan.     5. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.

a.       Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium. Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat membuat kesalahan diagnosis atau terapi.

Page 33: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

b.      Atur agar spesimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.     6. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.

Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien. Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer), adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien. 

2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeriksaan Sputum Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk

mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3 kali pengambilan sputum dalam

2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang; Sputum pagi (P), keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.

Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh  menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).

Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti : darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.

Teknik lain untuk mengeluarkan sputum bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:

a.       Aspirasi transtracheal (transtracheal aspirasi atau cuci transtracheal).Teknik untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk pemeriksaan histologis dan

mikrobiologi. Sebuah jarum dimasukkan melalui kulit di atasnya trakea dan melalui ligamentum krikotiroid. Sebuah kateter dimasukkan ke dalam trakea dan diteruskan ke tingkat bifurkasi trakea. Indikasi :        

Injeksi Transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring berulang untuk laringoskopi terjaga, serat optik dan  atau intubasi retrograd. Penghapusan tanggapan gag refleks atau hemodinamik untuk laringoskopi atau bronkoskopi. Digunakan untuk membantu menghindari Valsava seperti tegang yang dapat mengikuti yang lain "terjaga" intubasi (pasien dibius dan ventilasi spontan).

b.      Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)    Bronchoalveolar lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana bronkoskop dilewatkan

melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan cairan yang disemprotkan ke bagian kecil dari paru-paru. Biasanya dilakukan untuk mendiagnosa penyakit paru- paru. Secara khusus, umumnya digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada orang dengan masalah sistem kekebalan tubuh, pneumonia pada orang pada ventilator, beberapa jenis kanker paru-paru, dan jaringan parut pada paru-paru (penyakit paru interstitial). cara paling umum untuk sampel komponen cairan lapisan epitel (ELF) dan untuk menentukan komposisi protein saluran udara paru, dan sering digunakan

Page 34: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

dalam penelitian imunologi sebagai sarana sel sampling atau tingkat patogen di paru-paru. Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi virus influenza. 

c.       Lung biopsy        Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan paru-paru untuk

pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah mikroskop, dan dapat dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli patologi. Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati , dan paru- paru. 

2.5 Interpretasi Pemeriksaan Sputum Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,

volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri. 

Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :1.      Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus,

atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.2.      Sputum yg terbentuk perlahan & terus meningkat → tanda bronkhitis/ bronkhiektasis3.      Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.4.      Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase

yg dihasikan oleh PMN dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.

5.      Sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.6.      Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.7.      Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.

 Sedangkan bagi interpretasi untuk penyakit TBC, berdasar hasil pemeriksaan dahak  (BTA),

TB paru dibagi atas:1.      Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:a.       Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak  menunjukkan hasil BTA positifb.      Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak  menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik

menunjukkan gambaran tuberkulosis aktifc.       Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak  menunjukkan BTA positif dan biakan positif2.      Tuberkulosis paru BTA (-)a.       Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan

radiologik menunjukkan tuberkulosis aktifb.      Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif

Page 35: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanSputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Biasanya

juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.

Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri. 3.2 Saran

Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa dan untuk mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen yang telah diambil untuk sampel kemudian diperiksa di laboratorium secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, ataupun parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang dirasakan kurang baik pada saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan pengecekan untuk mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam saluran pernapasan.

Nilai Laboratorium

Posted on 03.42 by Elfani Febria    Pemeriksaan laboratorium seringkali kita jumpai pada pasien-pasien di rumah sakit. Pemeriksaan laboratorium ini dimaksudkan untuk menunjang pemeriksaan atau menambah data penegakkan suatu diagnosa. Hasil pemeriksaan laboratorium sedikit banyak akan memberikan gambaran mengenai beberapa fungsi kerja dari organ tubuh kita. Sebagai contoh pemeriksaan SGOT dan SGPT pada fungsi hati. Pada kasus tertentu seperti hepatitis maka sedikit banyak akan mengalami perubahan pada nilai normalnya. Berikut ini dipaparkan beberapa tabel nilai normal pemeriksaan laboratorium. 

Page 38: Dimensi Hubungan Terapeutik Perawat