120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar) SKRIPSI Oleh : SONNYA KURNIA ASMI K4408047 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

  • Upload
    ledieu

  • View
    240

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN

(Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar)

SKRIPSI

Oleh :

SONNYA KURNIA ASMI

K4408047

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN

(Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar)

Oleh:

SONNYA KURNIA ASMI

K4408047

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Juli 2012

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. A. Arif Musadad, M. Pd Dra. Sri Wahyuni, M.Pd

NIP.19670507 199203 1 002 NIP. 19541129 198601 2 001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : SelasaTanggal : 24 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ..........................

Sekretaris : Musa Pelu, S.Pd, M.Pd ..........................

Anggota I : Drs. A. Arif Musadad, M. Pd ..........................

Anggota II : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd ..........................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

a.n. Dekan

Pembantu Dekan I,

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si

NIP. 19660415 199103 1 002

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Sonnya Kurnia Asmi. TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar). Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang diadakannya tradisi bersih desa Dukutan, (2) prosesi tradisi bersih desa Dukutan,(3) nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan, (4) upaya pelestarian tradisi bersih desa Dukutan di tengah kebudayaan modern.

Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal yaitu sasaran yang akan diteliti sudah dibatasi dan ditentukan serta terpusat pada satu lokasi yang mempunyaikarakteristik tersendiri. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian, di mana peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) latar belakang diadakannya tradisi bresih desa Dukutan berdasarkan dua versi cerita mitos yang berkembang di masyarakat Nglurah yaitu versi Airlangga dan Watugunung; (2) prosesi tradisi bersih desa dukutan dimulai dari perencanaan musyawarah, gotong-royong membersihkan tempat ritual, pembuatan sesaji, pengumpulan sesaji, upacara sanggar, upacara Dukutan, tawuran, dan diakhiri dengan hiburan yaitu wayang;(3) terdapat banyak nilai-nilai yang terkandung dalam Dukutan, seperti nilai filosofis, nilai budaya, nilai spiritual, nilai karakter leluhur dan nilai dalam wayang; (4) kebudayaan modern banyak berpengaruh terhadap eksistensi kebudayaan asli. Masyarakat Nglurah banyak melakukan upaya agar tradisi bersih desa Dukutan tetap dilestarikan dengan mendapat bantuan dari pemerintah. Meskipun terdapat kendala-kendala yang dihadapi, tetapi masyarakat dan pemerintah memiliki cara untuk mengatasi kendala-kendala yang ada dalam pelestarian tardisi bersih desa Dukutan.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Sonnya Kurnia Asmi. BERSIH DESA DUKUTAN TRADITION (Cultural Studies of the Village Community Nglurah Tawangmangu DistrictKaranganyar District). Thesis. Surakarta: Teacher training and education faculty in Sebelas Maret University. July 2012.

The aim of this study is to determine: (1) background of the Dukutantradition held, (2) procession of Dukutan tradition, (3) the values that embodied in the Dukutan tradition, (4) the preservation of Dukutan tradition in the middle of modern culture.

The methodology of this research was qualitative descriptive. On this research used a single fixed case study which the object would be observed has limited and centralized on certain location which has special characteristics. The data sources used were the source object, places, events, informants and documents. The technique of collecting data used were observation, interviews, and documents analysis. The technique of sampling used was purposive sampling is getting sampling based on the purpose of the research, the place where the researcher choose informant who know the issues deeply and can be trusted. In this research used two triangulation techniques to find out the validity of the data namely triangulation data and triangulation method. Technique of analyzing data used was interactive analysis which the analysis process that moves between three components there was data reduction, data presentation and verification or inference which took place in a cycle.

Based on this research can be concluded that : (1) the background of the Dukutan tradition based on the two versions of the story based on myths that developed in the Nglurah community they are Airlangga and Watugunung version; (2) The proceesion of Dukutan tradition starts from planning, mutual helpto clean up the ritual place, provide the offerings, collect the offerings, tinonceremony, Dukutan ceremony, brawl, and ended with puppet entertainment; (3) there are a lot of the values contained in Dukutan tradition, such as the philosophical values, cultural values, spiritual values, the value of ancestral character and value that contained in the puppet; (4) modern culture much effect on the existence of indigenous cultures. Nglurah community efforts to clean the village tradition Dukutan still preserved with assistance from the government. Although there are many obstacles that they faced, but the people and the government has a way to overcome the constraints that exist in the preservation of clean tardisi Dukutan village.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Amemayu Hayuning Buwana, Ambrasta Dur Hangkara (Mpu Kanwa,

1032).

Wani ngalah luhur wekasane (tembang Mijil)

Kehilangan budaya sama dengan kehilangan jati diri (penulis).

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan kasih sayang untukku.

Terima kasih atas motivasi dan semangat yang selalu ku dapat dari segala

nasihat yang bapak dan ibu berikan.

Kakakku dan kedua ponakanku axel dan abyan tersayang.

Pandy Setiawan, terimakasih atas motivasi dan semangatnya.

Shelia, Arditya, Sofa, Riris, Cahyo, Arif, Octavi, Puji, terimakasih atas

bantuan dan persahabatan kita.

Sahabat dan keluargaku Pendidikan Sejarah ’08, terimakasih atas

kebersamaan dan keceriaan selama ini.

Almamater

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi

ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Tradisi Bersih Desa Dukutan (Studi Kebudayaan Masyarakat

Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui

atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan

dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs. A. Arif Musadad, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan

penjelasan dengan sabar hingga saya mengerti dan memahami semuanya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis

selama ini.

7. Drs. Sugiyarto, M.Hum Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi

ini.

8. Ismu Suprihatin, selaku Kasi Museum, Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai

Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Bapak Saerofi, S.Pd selaku Lurah Tawangmangu, yang telah memberikan ijin

dalam penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Siman selaku Koordinator Lingkungan Nglurah, yang membantu

kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh Warga Nglurah, yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK .......................................................................... v

ABSTRACT . ........................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO .............................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................. ix

DAFTAR ISI .............. .............................................................................. xi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 6

1. Kebudayaan Jawa ........................................................... 6

2. Mitos .............................................................................. 21

3. Tradisi ............................................................................ 24

4. Bersih desa ..................................................................... 28

5. Masyarakat desa ............................................................. 32

B. Kerangka Berpikir ............................................................... 37

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 39

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................ 40

C. Sumber Data ....................................................................... 42

D. Teknik Sampling ................................................................. 44

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 45

F. Validitas Data ................................................... .................. 50

G. Analisis Data ....................................................................... 52

H. Prosedur Penelitian ............................................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................ 57

1. Kondisi Geografis .......................................................... 57

2. Kondisi Demografi.......................................................... 59

3. Kondisi Sosial Masyarakat.............................................. 63

4. Potensi Desa Nglurah...................................................... 65

5. Situs Purbakala Menggung di Desa Nglurah .................. 68

B. Latar Belakang Tradisi Bersih Desa Dukutan di Desa Nglurah ................................................................................ 69

1. Tradisi Bersih Desa Dukutan ......................................... 69

2. Latar Belakang Diadakannya Tradisi Bersih Desa Dukutan ........................................................................... 70

C. Prosesi Tradisi Bersih Desa Dukutan .................................. 73

1. Persiapan Prosesi ............................................................ 73

2. Pelaksanaan Prosesi Ritual ............................................. 78

3. Hiburan ........................................................................... 81

D. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Bersih DesaDukutan ............................................................................... 81

1. Nilai Filosofis ................................................................. 81

2. Nilai Budaya ................................................................... 84

3. Nilai Spiritual ................................................................. 86

4. Nilai Karakter Leluhur .................................................. 87

5. Nilai dalam Wayang ....................................................... 87

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

E. Upaya Pelestarian Tradisi Bersih Desa Dukutan di tengah Kebudayaan Modern............................................................ 90

1. Masyarakat Nglurah ....................................................... 91

2. Pemerintah ...................................................................... 94

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................. 99

B. Implikasi ............................................................................. 101

C. Saran ................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 104

LAMPIRAN ....... ..................................................................................... 108

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Skema Kluckhonhn Lima Masalah Dasar yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia................................................. 18

Tabel 2: Waktu Penelitian......................................................................... 39

Tabel 3: Luas Wilayah Lingkungan Nglurah............................................ 59

Tabel 4: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Jenis Kelamin ................... 60

Tabel 5: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Usia .................................. 60

Tabel 6: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Tingkat Pendidikan........... 61

Tabel 7: Jumlah Penduduk Lingkungan Nglurah Menurut Pekerjaan ...... 62

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Kerangka Berpikir ................................................................. 37

Gambar 2: Analisis Data Menurut Milles dan Hubberman ..................... 53

Gambar 3: Prosedur Penelitian ................................................................ 55

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Peta Administrasi Kelurahan Tawangmangu ..................... 108

Lampiran 2: Daftar Informan .................................................................. 110

Lampiran 3: Hasil Wawancara ................................................................. 112

Lampiran 4: Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .......................... 129

Lampiran 5: Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan .......................................................................... 130

Lampiran 6: Surat Permohonan Ijin Research ......................................... 131

Lampiran 7: Surat Tidak Keberatan (STB) KESBANGPOLKabupaten Karanganyar ..................................................... 134

Lampiran 8: Surat Rekomendasi Research BAPEDA KabupatenKaranganyar ........................................................................ 135

Lampiran 9: Surat Keterangan Research DISPARBUD KabupatenKaranganyar ........................................................................ 136

Lampiran 10: Surat Keterangan Penelitian Kelurahan Tawangmangu..... 137

Lampiran 11: Foto Penelitian ................................................................... 138

Foto Gapura masuk Desa Nglurah...................................... 139

Foto Dwarapala dan tangga menuju Situs Menggung........ 139

Foto pelataran Situs Menggung.......................................... 140

Foto arca Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih .................. 140

Foto warga melakasanakan kerja bakti............................... 141

Foto sesaji yang dibuat warga ............................................ 141

Foto punar, tawonan, tumpeng ricik dan golong ................ 142

Foto nthek-enthek, bothok, bongko,pelas, pisangSonomni dan cngkaruk gimbal ........................................... 143

Foto tinon RW 10 / Nglurah Lor ....................................... 144

Foto tinon RW 11 / Nglurah Kidul..................................... 144

Foto warga bersiap melaksankan Dukutan......................... 145

Foto arak-arakan menuju Menggung brsama korlingdan sesepuh desa................................................................. 145

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Foto pemasangan iket pada arca Kyai menggung dan Nyi Rasa Putih .................................................................... 146

Foto sesepuh desa berdo’a didepan arca............................. 146

Foto Warga berdo’a dipimpin sesepuh desa....................... 147

Foto Para pemuda melempar sesaji dalam ritual tawuran .. 147

Foto pembagian air sumber kepada warga ......................... 148

Foto Situs kalijaro............................................................... 148

Foto wawancara dengan pemuka adat ................................ 149

Foto wawancara dengan pembuat sesaji............................. 149

Foto wawancara dengan Korling Nglurah.......................... 150

Foto wawancara dengan Disparbud Kabupaten Karanganyar........................................................................ 150

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari

beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil di sekitarnya. Oleh karena bentuk

negara kepulauan tersebut Indonesia memiliki keanekaragaman suku, ras,

keyakinan dan budaya. Hal inilah yang secara tidak langsung menjadi daya tarik

tersendiri bagi Indonesia. Keunikan dan ciri khas budaya yang berbeda-beda di

Indonesia merupakan kekayaan yang sangat berarti bagi negara ini. Banyak

wisatawan dari luar negeri yang datang ke Indonesia karena tertarik dan kagum

terhadap kebudayaaan indonesia yang sebagian besar masih dipertahankan dan

dilestarikan di tengah kebudayaan modern pada saat ini.

Kebudayaan adalah seluruh gagasan manusia yang harus dibiasakan

dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu

(Koentjaraningrat, 1974:9). Kebudayaan bersifat kompleks yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat-istiadat atau pola

perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota

suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan berguna bagi manusia yaitu untuk

melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia dan sebagai

wadah dari segenap perasaan manusia. Kebudayaan merupakan perilaku yang

hampir digerakkan oleh naluri. Semua manusia dilahirkan dengan tingkah laku

yang digerakkan dengan insting ( T.O Ihromi, 1990 : 18).

Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu

dengan lainnya, namun setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku

umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga (Soerjono Soekanto, 1990:199).

Tidak dapat dipungkiri, bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia selalu

mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan adanya perkembangan ilmu

pengetahuan, kemajuan teknologi dan pengaruh dari luar.

Masyarakat Jawa yang masih kental dengan budaya yang telah ada dari

jaman nenek moyang sadar akan adanya suatu keanearagaman yang sifatnya

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

regional (Koentjaraningrat, 1984:25). Masyarakat Jawa mempercayai adanya

kekuatan lain yang ada di alam sekitar tempat tinggal. Masyarakat Jawa juga

percaya bahwa roh-roh halus menempati sekitar tempat tinggal masyarakat.

Sebagai perwujudan anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap hal tersebut,

diwujudkan melalui tradisi dan adat istiadat yang diberlakukan di lingkungannya.

Dorongan untuk melakukan tradisi tersebut muncul karena adanya rasa takut dan

tidak tenteram serta penuh kekhawatiran dalam hidup, bila tidak melakukan apa

yang dilakukan oleh orang tua pada zaman dahulu, masyarakat takut terhadap

sanksi yang diduga muncul dari roh atau makhluk halus yang sering mengganggu

kehidupan manusia (Moertjipto, 1997:29).

Tradisi dan adat istiadat masyarakat Jawa tersebut juga berlaku pada

masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

Sebuah desa yang ada di kaki Gunung Lawu pada ketinggian ±1200 m di atas

permukaan laut ini memiliki tradisi turun temurun dari generasi ke generasi

samapai pada saat sekarang ini.

Di lingkungan Desa Nglurah masih melestarikan tradisi bersih desa yang

biasa disebut dengan tradisi Dukutan. Tradisi Dukutan sebagai media perwujudan

keyakinan masyarakat terhadap roh-roh dan kekuatan yang ada di alam sekitar

desa Nglurah. Tradisi ini telah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh

masyarakat setempat. Pada Dukutan tersebut tidak terlepas dari sikap dan

keyakinan bahwa keselarasan dan keteraturan hidup akan membawa dan

menuntun masyarakat kepada kesejahteraan hidup bersama. Bagi masyarakat

Jawa umumnya, dan masyarakat Desa Nglurah pada khususnya, yang memiliki

simbol budaya yang berupa slametan yaitu upaya untuk menghindari terjadinya

bahaya dari ancaman ghaib yang dianggap bisa membawa bahaya dalam hidup

semua masyarakat yang tinggal di desa tersebut.

Dukutan berasal dari kata Dukut, yang merupakan salah satu nama dari

wuku Jawa yang berjumlah 28. Tradisi ini dilaksanakan setiap 6 lapan ( 1 lapan

adalah 35 hari) atau 7 bulan sekali, pada hari Selasa kliwon wuku Dukut. Dan

dilaksanakan di Candi Menggung yang terdapat di Desa Nglurah. Ada dua versi

cerita yang melatarbelakangi diadakannya Tradisi ini, yaitu versi Watugunung

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

yang menceritakan bahwa Dewi Shinta yang menikah dengan anaknya sendiri

yaitu Watugunung, dan kemudian mempunyai anak yang salah satunya bernama

Dukut. Sedangkan yang kedua adalah versi Airlangga, Dukutan dilakukan untuk

memperingati hari pernikahan Kyai Menggung yang merupakan seorang pengikut

Airlangga yang ingin menetap di Nglurah dan seorang wanita bernama Nyi Rasa

Putih, yang jatuh pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut (Sari Hardiyanto,

http://harianjoglosemar.com/berita/upacara-dhukutan-59894.html, diakses pada

tanggal 12 Januari 2012).

Ritual bersih desa tersebut mengandung unsur-unsur simbolik yang

memiliki makna tersendiri. Di dalamnya termuat pesan-pesan tertentu yang

ditujukan kepada individu ataupun kelompok. Simbol-simbol tersebut secara tidak

langsung menghubungkan manusia dengan kekuatan yang ada di sekitarnya dan

Tuhan. Tindakan secara simbolik tersebut juga banyak dipengaruhi oleh adanya

paham mitologi, animisme, dan dinamisme yang dianut sejak jaman nenek

moyang. Mitos yang ada tetap melekat dalam diri pribadi-pribadi orang Jawa.

Meskipun pengaruh luar banyak yang masuk ke Lingkungan Nglurah,

namun mitos-mitos yang telah ada masih saja melekat kuat dan dipercaya oleh

masyarakat setempat. Misalnya dalam pembuatan sesaji, warga harus berhati-hati

dan mematuhi pantangan-pantangan dalam pembuatan sesaji tersebut. Karena

apabila dilanggar bisa menimbulkan bencana bagi dirinya sendiri, keluarganya

atau bahkan desanya. Sehingga warga sampai sekarang ini masih menganggapnya

sebagai sesuatu yang sakral. Tradisi Dukutan yang dilakukan warga Nglurah

sampai sekarang masih terus dilakukan meskipun ditengah kebudayaan modern

yang kian mendesak kebudayaan tradisional. Yang pada kenyataannya sekarang

ini kebudayaan modern telah mengikis beberapa mitos-mitos yang berkembang di

Indonesia. Namun yang menarik bahwa masyarakat desa nglurah sendiri tidak

menghilangkan budaya mereka, dan terus melaksanakan ritual bersih desa yang

tidak lain pelaksanaan tradisi ini adalah sebagai wujud rasa syukur warga atas

karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebagai suatu tradisi, Dukutan memiliki nilai yang cukup berpengaruh

dalam masyarakat Nglurah. Banyak nilai, filosofi dan makna yang terkandung

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dalam ritual tradisi ini. Nilai-nilai tersebut sampai saat ini masih dianggap penting

dan sakral oleh Masyarakat Nglurah. Setiap generasi memiliki kewajiban untuk

mengkomunikasikan ke generasi berikutnya melalui berbagai cara, akhirnya nilai-

nilai ini dapat di transfer.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

tertarik mengkaji dalam skripsi dengan judul : Tradisi Bersih Desa Dukutan

(Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar)

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan

penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1. Apa yang melatarbelakangi diadakannya tradisi bersih desa Dukutan?

2. Bagaimana prosesi tradisi bersih desa Dukutan?

3. Apa nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan ?

4. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bersih desa Dukutan di tengah

kebudayaan modern?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui :

1. Latar belakang diadakannya tradisi bersih desa Dukutan.

2. Prosesi tradisi bersih desa Dukutan .

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan.

4. Upaya melestarikan tradisi bersih desa Dukutan di tengah kebudayaan

modern.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya tentang tradisi Dukutan di Desa Nglurah

Tawangmangu.

b. Memberi sumbangan pemikiran bagi kebudayaan masyarakat Jawa

khususnya melalui Tradisi Dukutan.

c. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang tradisi bersih desa Dukutan

sebagai kebudayaan masyarakat desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar.

d. Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa program studi Pendidikan

Sejarah tentang jejak sejarah di situs Menggung dan budaya disekitarnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk memberikan bahan masukan dan sumbangan kepada pihak terkait

dalam mengembangkan Tradisi Dukutan di Desa Nglurah Tawangmangu.

c. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi koleksi penelitian ilmiah di

perpustakaan mengenai tradisi di Kabupaten Karanganyar.

d. Sebagi referensi bagi pemecahan permasalahan yang relevan dengan

penelitian ini.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebudayaan Jawa

a. Pengertian Kebudayaan

Pada masa sekarang ini masalah kebudayaan banyak diperbincangkan.

Kebudayaan masyarakat itu perlu dikembangkan dengan adanya masalah

pembangunan dan perkembangan zaman. Diperlukan adanya pemahaman tentang

konsep kebudayaan.

Dari segi istilah menurut Koentjaraningrat (1987:5) kata kebudayaan

berasal dari kata sansekerta “buddayah” yang merupakan bentuk jamak dari

“budhi” yang berarti budi atau akal manusia. Untuk itu kebudayaan dapat

diartikan semua hal yang bersangkutan dengan budi atau akal manusia. Dalam

pengertian kebudayaan sebagai suatu konsep Koentjaraningrat lebih lanjut

mengatakan bahwa kebudayaan berarti, keseluruhan gagasan dan karya manusia,

yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan

karyanya itu.

Selain Koentjaraningrat banyak para ahli yang memberikan definisi

mengenai masalah kebudayaan. Menurut Bakker dalam Usman Pelly (1994:22)

mengartikan secara singkat kebudayaan adalah sebagai berikut :

Kebudayaan sebagai penciptaan, penerbitan dan pengolahan nilai-nilai insani. Tercakup di dalamnya usaha membudayakan bahan alam mentah serta hasilnya. Di dalam bahan alam, alam diri dan alam lingkungannya baik phisik maupun sosial, nilai-nilai diidentifikasikan dan dikembangkan sehingga sempurna. Membudayaakan alam, memanusiakan manusia, menyempurnakan hubungan keinsanan merupakan kesatuan tak terpisahkan.

Menurut pendapat dua orang antropolog yaitu Melville J. Herskovits dan

Bronislaw Malinowski dalam Soerjono Soekanto (1975:54) mengemukakan

pengertian Cultural Determinism yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat

dalam masyarakat ditentukan dengan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang super-

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

organic atau berada diatas suatu badan, karena kebudayaan yang turun-temurun

dari generasi satu ke generasi selanjutnya dan akan tetap hidup meskipun orang-

orang yang menjadi anggota masyarakat silih berganti yang disebabkan oleh

kematian dan kelahiran.

Pengertian Kebudayaan juga dirumuskan oleh ahli antropologi, yang

pertama merumuskan pengertian kebudayaan secara sistemastis dan ilmiah adalah

E.B Taylor dalam Usman Pelly (1994:23), dikemukakan bahwa kebudayaan

adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan

serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Ahli antropologi lain yang merumuskan definisi kebudayaan yaitu Ralph

Linton dalam kajian Nurani Soyomukti (2010:428) yang memberikan definisi

kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan

sehari-hari. Definisi kebudayaan menurut Ralph Linton adalah:

Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak mengenai sebagian dari cara hidup itu, yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi ataulebih diinginkan. Dalam arti cara hidup seperti itu masyarakat kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya dengan main piano atau membaca karya sastra terkenal. Untuk seorang ahli ilmu sosial, kegiatan seperti main piano itu merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan kebudayaan kita. Keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan duniawi seperti mencuci piring atau menyetir mobil dan untuk tujuan mempelajari kebudayaan, hal ini sama derajatnya dengan “hal-hal yang lebih halus dalam kehidupan”. Karena itu, bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagamana pun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam suatu kebudayaan.

Pengkategorian tentang garis besar dari definisi kebudayaan adalah

sebagai berikut ( Usaman Pelly, 1994 : 21) :

1) Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan

kecakapan yang dimiliki manusia sebagai subyek masyarakat.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2) Ahli sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan dan

mendefinisikan sebagai warisan sosial dan tradisi.

3) Ahli filsafat menekankan pada aspek normatif, kaidah kebudayaan

dan realisasi cita-cita.

4) Antropologi melihat kebudayaan sebagai tata kehidupan, way of life,

dan tata tingkah laku.

5) Psikologi mendekati kebudayaan daari segi penyesuaian manusia

kepada alam sekelilingnya, kepada syarat-syarat hidup.

6) Ilmu bangsa-bangsa gaya lama dan petugas museum menaksir

kebudayaan atas hasil artifact dan kesenian.

7) Beberapa definisi lainnya yang agak istimewa dapat dikemukakan

sebagai berikut :a) Dialectic of challenge and respons (Toynbee); b)

Superstruktur ideologis yang mencerminkan pertentangan kelas

(K.Marx); c) Gaya hidup feodal aristokrat (Al Farabi); d) Kebudayaan

sebagai comfort (Mentagu).

Soerjanto Poespowardodjo dalam kajian Hans J. Daeng (2000:45)

mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan proses dan hasil

perkembangan manusia yang disalurkan dari generasi ke generasi untuk

kehidupan manusiawi yang lebih baik.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam kajian

Soerjono Soekanto (1975:55), merumuskan kebudayaan sebagai segala sesuatu

yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaaan jasmaniah

(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitar,

agar kekuatan dan hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

Sedangkan rasa meliputi jiwa manusia yang mewujudakan segala kaedah-kaedah

dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah

kemasyarakatan dalam arti luas. Cipta merupakan kemampuan mental,

kemampuan berpikir orang dalam kehidupan masyarakat dan yang menghasilkan

filsafat atau ilmu pengetahuan yang berwujud teori.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Kebudayaan merupakan kumpulan acuan dan pegangan manusia dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan, misalnya saja dengan menciptakan segala

sesuatu yang dapat membantu aktivitas manusia.

Menurut Ruth Benediet dalam Parsudi Suparlan, (1984: 84) yang

mengatakan bahwa “Kebudayaan adalah pengikat manusia bersama-sama.”

dengan kebudayaan, manusia menjadi terikat oleh suatu aturan dan merasa

menjadi satu ikatan sama yaitu kesamaan identitas.

Terdapat batasan-batasan yang jelas, sehingga suatu kebiasaan dapat

dikatakan sebagai kebudayaan. “Batasan-batasan kebudayaan tersebut terdiri dari

gagasan pokok yang mencakup perkembangan dan kemajuan masyarakat, hasil

bersama dan humanisasi” (Soerjanto Poespowardojo, 1989: 219-220). Batasan

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Kebudayaan mencakup segala perkembangan dan kemajuan

masyarakat

Kebudayaan mencakup bidang seni, sastra, ekonomi maupun

teknologi.

2) Kebudayaan adalah hasil bersama

Masyarakat terdiri dari sekelompok individu, yang menjadi

kesepakatan dalam suatu kelompok tersebut adalah kebudayaan.

3) Kebudayaan pada hakekatnya adalah humanisasi

Nilai-nilai manusiawi menjadi dasar dan ukuran langkah-langkah

pembangunan dan modernisasi. Nilai-nilai etis merupakan petunjuk

dan pedoman bagi norma-norma masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kebudayaan merupakan hasil yang diciptakan dari pikiran, karya, dan hasil karya

sekelompok manusia yang berasal dari proses belajar selanjutnya menjadi suatu

kebiasaan dan pada akhirnya membentuk suatu peradaban. Kebudayaan tersebut

nantinya akan menjadi warisan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan akan

terus mengalami perkembangan. Pada dasarnya kebudayaan diciptakan agar

manusia mempunyai gambaran untuk melangsungkan hidupnya terutama dalam

kehidupan bermasyarakat.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b. Sifat dan Hakikat Kebudayaan

Kebudayaan selalu melekat erat pada kehidupan sehari-hari manusia.

Sifat-sifat kebudayaan dapat dirasakan dalam kehidupan. Sifat-sifat tersebut

dijelaskan oleh Nurani Soyomukti (2010:441-443) antara lain :

1) Kebudayaan diperoleh dari belajar

Kebudayaan manusia tidak diturunkan atau diwariskan secara biologis

atau genetis, tetapi melalui proses sosialisasi dan internalisasi yang

diperoleh karena bergaul dan berinteraksi dengan manusia lain dalam

suatu kelompok. Artinya, perilaku manusia lebih banyak digerakkan

leh kebudayaan dibanding dengan perilaku makhluk lain yang tingkah

lakunya digerakkan oleh naluri atau isnting.

2) Kebudayaan milik bersama

Dikatakan bahwa kebudayaan adalah milik bersama karena hal

tersebut adalah milik bersama para anggota masyarakat yang memiliki

kebudayaan tersebut. Semua anggota harus mematuhinya dan

mengikuti karena diikat oleh konvensi, nilai-nilai, dan norma atau

bahkan aturan. Suatu kelompok memiliki kebudayaan apabila para

warganya memiliki secara bersama sejumlah pola-pola berpikir dan

berkelakuan yang sama yang didapat melalui proses belajar.

3) Kebudayaan sebagai pola

Pola-pola seperti tingkah laku terjadi karena dalam kebudayaan ada

nilai atau batasan yang mengatur cara hidup dan tingkah laku

masyarakat. Pola ideal adalah apa yang secara nilai diakui bersama

oleh para anggotanya. Pola-pola ini yang sering disebut dengan

norma.

4) Kebudayaan bersifat dinamis dan adaptif

Kebudayaan mempunyai sifat dapat diubah, baik secara perlahan

maupun secara cepat, tergantung pada perubahan material yang

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dihadapi dan menjadi penyangga dalam hubungan antara sesama

manusia.

c. Wujud Kebudayaan

Kebudayaan tidak hanya segala sesuatu yang dapat dilihat secara kasat

mata, tetapi nilai, gagasan dan ide juga merupakan wujud dari kebudayaan.

Koentjaraningrat (1983: 189-190) menyatakan bahwa ada tiga wujud kebudayaan

yaitu:

1) Sebagai suatu tindakan kompleks dari ide-ide, gagasan, norma-norma,

peraturan dan sebagainya.

Wujud pertama dari kebudayaan ini sifatnya abstrak, tidak dapat

diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala atau dengan

perkataan lain dalam alam pikiran dari warga masyarakat dimana

kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Pada masa sekarang ini

wujud kebudayaannya banyak disimpan dalam disk, arsip, koleksi

micro film, kartu computer, dll. Ada pula yang menyebut wujud

kebudayaan yang pertama ini dengan adat istiadat.

2) Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang berpola dari

manusia dalam masyarakat.

Wujud kedua dari kebudayaan ini biasa disebut sistem sosial.yang

termasuk dalam sistem sosial ini misalnya, aktivitas-aktivitas manusia

yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain,

yang dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun

selalu mengikuti pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata

kelakuan. System social itu bersifat konkret, nyata sehingga dapat

dilkukan observasi, diamati dan difoto.

3) Sebagai wujud benda-benda hasil karya manusia.

Wujud yang ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan yang

merupakan keseluruhan dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan

karya semua manusia dalam masyarakat maka sifatnya paling konkret

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan

difoto.

Ketiga wujud kebudyaan di atas dalam kehidupan masyarakat tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kebudayaan yang ideal dan adat-istiadat

mengatur dan mengarah pada tindakan dan perilaku manusia. Sedangkan

kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang

mempengaruhi pola perbuatan dan cara berpikir.

d. Unsur Kebudayaan

Kebudayaan suatu bangsa atau masyarakat, terdiri darui unsur-unsur

yang besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu keutuhan

yang bersifat kesatuan. Menurut R. Linton dalam Usman Pelly (1994:23)

kebudayaan merupakan konfigurasi dari tingkah laku yang unsur-unsur

pembentukknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.

Beberapa ahli merumuskan unsur-unsur kebudayaan. Menurut Melville J.

Herskovits dalam kajian Soejono Soekanto (1975:57) mengajukan unsur

kebudayaan ada empat yaitu : 1) alat-alat teknologi, 2) sistem ekonomi, 3)

keluarga, 4) kekuasaan politik. Sedangkan menurut Bronislaw Maliowski dalam

Soerjono Soekanto (1975:57) menyebutkan bahwa unsur-unsur pokok

kebudayaaan adalah : 1) sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para

anggota masyarakat agar menguasai alam sekelilingnya, 2) organisasi ekonomi,

3) alat-alat dan lembaga atau petugas untuk pendidikan, 4) organisasi kekuatan.

Koentjaraningrat (1990: 203-04) berpendapat bahwa terdapat 7 unsur

kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur universal itu yang sekalian

merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini adalah: 1) bahasa; 2)

sistem pengetahuan; 3) organisasi sosial; 4) sistem peralatan hidup dan teknologi;

5) sistem mata pencaharian hidup; 6) sistem religi, dan 7) kesenian.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Nurani Soyomukti, (2010:447) merinci unsur-unsur kebudayaan sebagai

berikut:

1) Sistem religi yang terdiri dari : a) Sistem kepercayaan; b) Sistem nilai

dan pandangan hidup; c) Komunikasi keagamaan; d) Upacara

keagamaan.

2) Sistem kemasyarakatan : a)Kekerabatan; b) Asosiasi dan perkumpilan;

c) Sistem kenegaraan; d) Sistem kesatuan hidup; e) Perkumpulan.

3) Sistem pengetahuan, meliputi pengetahuan tentang : a) Flora dan

fauna; b) Waktu, ruang, dan bilangan; c) Tubuh manusia dan perilaku

antar-sesama manusia.

4) Bahasa, yaitu alat komunikasi berbentuk: a) Lisan; b) Tulisan.

5) Kesenian : a) Seni patung/pahat; b) Relief; c) Lukis dan gambar; d)

Rias; e) Vokal; f) Musik; g) Bangunan; h) Kesusastraan; i) Drama.

6) Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi: a) Berburu dan

mengumpulkan makanan; b) Bercocok tanam; c) Peternakan;

d)Perikanan; e) Perdagangan.

7) Sistem peralatan hidup atau teknologi: a) Produksi, distribusi, dan

transportasi; b) Peralatan komunikasi; c) Peralatan konsumsi dalam

bentuk wadah; d) Pakaian dan perhiasan; e) Tempat berlindung dan

perumahan; f) Senjata.

Setiap unsur kebudayaan universal juga mempunyai tiga wujud, yaitu

wujud sistem budaya, wujud sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik. Sehingga

perlu dilakukan pemerincian kebudayaan dalam unsur-unsur yang khusus.

Fungsi unsur kebudayaan menurut pendapat Malinowski dala kajian

Koentjaraningrat (1990:215) yaitu berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam

masyarakat manusia berfungsi untuk memuaskan suatu rangkaian hasrat naluri

akan kebutuhan hidup manusia (basic human needs).

e. Fungsi Kebudayaan

Manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga manusia

akan merasa puas apabila kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dan tidak puas

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

apabila sebaliknya. Menurut Soerjono Soekanto (1975:58-59), kebudayaan

mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.

Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-

anggota masyarakat, seperti misalnya kekuatan alam di mana masyarakat tersebut

tinggal, maupun kekuatan lain dari masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat

tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada

masyarakat itu sendiri. Dikatakan bahwa sebagian besar kemampuan masyarakat

itu terbatas dan dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil

ciptaan juga terbatas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat dalam kajian Soerjono Soekanto (1975:59),

hasil karya manusia atau masyarakat menimbulkan teknolgi atau kebudayaan

kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat

terhadap lingkungan alamnya. Teknologi pada hakekatnya meliputi tujuh unsur

yaitu : 1) alat-alat produktif, 2) senjata, 3) wadah, 4) makana dan minuman, 5)

pakaian dan perhiasan, 6) tempat berlindung dan perumahan, 7) alat-alat

transportasi.

Sosiolog besar Indonesia Selo Soemardjan dalam Nurani Soyomukti

(2010:426) mengatakan bahwa kebudayaan masyarakat pada intinya berfungsi

menghubungkan manusia dengan alam sekitarnya dan dengan masyarakat tempat

manusia tersebut menjadi warga.

Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat

mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap

kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.

Median Kurniawan (dalam http://indobudaya.blogspot.com/2007/11/ilmu-budaya-

dasar.html,diunduh pada tanggal 20 Januari 2012) menyebutkan fungsi

kebudayaan adalah sebagai berikut: 1) Suatu hubungan pedoman antar manusia

atau kelompok; 2) Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan

lainnya; 3) Pembimbing kehidupan manusia; 4) Pembeda antar manusia dan

binatang.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Kebudayaan berfungsi memenuhi kebutuhan hidup manusia mulai dari

kebutuhan biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologis. Dengan

kebudayaan, manusia dapat menciptakan teknologi dan diwujudkan dengan

benda. Dengan kebudayaan pula, manusia bisa menghasilkan aturan dan nilai

yang dianggap benar, sehingga dapat mengatur pergaulan kehidupan dalam

bermasyarakat. Kebudayaan mengajarkan manusia untuk bertindak sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan, yang bersifat memaksa karena dilengkapi dengan

sanksi apabila melanggarnya.

f. Nilai budaya

1) Definisi Nilai Budaya

Menurut pendapat Theodorson dalam kajian Soerjono Soekanto

(1975:101) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak,

yang dijadikan pedoman serta prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku.

Keterkaitan orang maupun kelompok terhadap nilai relatif kuat dan bersifat

emosional. Oleh karena itu nilai dapat dilihat sebagai pedoman bertindak dan

sekaligus sebagai tujuan manusia itu sendiri.

Definisi nilai budaya juga dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1987:85)

yaitu bahwa nilai budaya terdiri dari konsepsi yang hidup di alam pikiran sebagian

masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap mulia. Sistem nilai yang ada

dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak.

Menurut Munandar Sulaiman (1998: 22), “nilai dalam masyarakat

tercakup dalam adat kebiasaan dan tradisi yang secara tidak sadar diterima dan

dilaksanakan oleh anggota masyarakat”. Merupakan sesuatu yang berharga,

bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai

berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Untuk

menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas

harus melalui proses membandingkan dan menilai. Hal ini tentu sangat

dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara

masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam

dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang

mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan

karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan

perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai

budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu

yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.

Dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi

umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara

individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk,

benar salah, patut atau tidak patut.

2) Sistem Nilai Budaya

Suatu sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi

kelakuan manusia (Koentjaraningrat, 1981:124). Sistem nilai budaya itu demikian

kuatnya meresap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit diganti atau

diubah dalam waktu yang singkat. Sistem nilai budaya di dalam masyarakat

menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia.

Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem budaya, yaitu aspek

dari sistem gagasan. Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting,

maka pemahaman tentang sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat

penting dalam konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat dan sistem

pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan sisitem perilaku dan produk

budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.

Dalam kaitan tersebut sistem nilai budaya merupakan sejumlah

pandangan mengenai soal-soal yang paling berharga dan bernilai dalam hidup,

sehingga disebut dengan sistem nilai. Sebagai inti dari suatu sistem kebudayaan,

sistem nilai budaya akan menjiwai semua pedoman yang mengatur tingkah laku

masyarakat yang bersangkutan. Pedoman tingkah laku tersbut antara lain adalah

adat-istiadat, sistem norma, aturan etika, aturan moral, aturan sopan santun,

pandangan hidup dan ideologi (Hans J. Daeng, 2000:46).

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud yang

konsepsional dari kebudayaan, yang seolah-olah berada di luar dan di atas para

individu yang menjadi warga masyarakat tersebut (Usman Pelly, 1994:102).

Haryati Soebadio,(dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/sistem-nilai-

budaya-ibd/, diunduh pada 15 November 2011), memberikan deskripsi kerja

tentang sistem nilai budaya sebagai nilai gagasan utama. Lebih lanjut Haryati

Soebadio mengatakan bahwa sistem nilai dan gagasan itu dihayati benar-benar

oleh pendukukung budaya bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Akibatnya,

sistem nilai dan gagasan itu dapat mendominasi keseluruhan kehidupan para

pendukungnya. Dalam arti mengarahkan tingkah laku di dalam kehidupan

masyarakat. Sistem nilai dan gagasan utama itu memberi pola untuk bertingkah

laku dalam masyarakatnya, atau dengan kata lain memberikan seperangkat model

untuk bertingkah laku.

G.Wira Saputra, (http://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai-

budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/, diunduh 28 Maret 2012)

mengatakan bahwa sistem nilai budaya merupakan rangkaian dari konsep-konsep

abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan

berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga

dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadi pedoman dan pendorong perilaku

manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata

kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk

abstrak tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam

bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.

3) Orientasi Nilai Budaya

Hans J. Daeng (2000 : 46-47) menyebutkan bahwa ada lima masalah

soal yang menjadi isi dalam sistem nilai budaya, yaitu : a) soal makna hidup

manusia; b) soal makna pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia; c) persepsi

manusia mengenai waktu; d) soal hubungan manusia dengan alam sekitarnya; e)

soal hubungan manusia dengan sesama manusia. Persepsi dan konsepsi mengenai

kelima maslah tersebut dapat berbeda-beda dalam berbagai kebudayaan.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Menurut Kluckhohn dalam Usman Pelly (1994 : 104) kelima masalah

universal kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan dijelaskan dalam tabel

berikut ini :

Tabel 1. Skema Kluckhonhn Lima Masalah Dasar yang Menentukan Orientasi

Nilai Budaya Manusia

Masalah dasar dalam hidup

Orientasi Nilai Budayakonsenvatif Transisi Progresif

Hakikat hidup

Hakikat Kerja/Karya

Hubungan mansuia dengan waktu

Hubungan manusia dengan alam

Hubungan manusia dengan sesamanya

Hidup itu buruk

Kelangsungan hidup

Orientasi ke masa lalu

Tunduk kepada alam

Vertikal

Hidup itu baik

Kedudukan dan kehormatan / prestise

Orientasi ke masa kini

Selaras dengan alam

Horizontal/kolekial

Hidup itu sukar, tetapi harus diperjuangkan

Mempertinggi prestise

Orientasi ke masa depan

Mengusai alam

Individual/mandiri

(sumber : Usman Pelly, 1994 : 104)

Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah orientasi nilai budaya

dengan berbagai variasi yang berbeda-beda. Variasi orientasi nilai budaya

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya pada kelompok-

kelompok masyarakat.

g. Kebudayaan Jawa

Masyarakat Jawa mempunyai banyak informasi budaya untuk dapat

digali seiring dengan perkembangan waktu. Keseimbangan, keselarasan, dan

keserasian harus hidup berdampingan dengan tujuan untuk menghasilkan

keharmonisan dalam hidup yang merupakan falsafah dari kebudayaan Jawa.

Karena adanya tiga aspek penting tersebut membuat budaya Jawa bersifat elastis,

sehingga mudah menyatu dengan agama yang muncul. Tumpuan dari budaya

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Jawa adalah kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat Jawa percaya

bahwa ada kekuatan gaib yang dapat diminta pertolongan dalam masalah duniawi

dan rohani kehidupan masyarakat (Ahira, http://www.anneahira.com/kebudayaan-

jawa.htm, diunduh pada 15 Maret 2012).

Daerah kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah

dan timur dari pulau Jawa. Meskipun demikian ada daerah-daerah yang kolektif

sering disebut dengan daerah Kejawen. Kebudayaan Jawa mempunyai banyak

variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lokal dalam beberapa unsur-unsur

kebudayaan. Tetepi variasi-variasi tersebut tidak banyak berbeda karena masih

menunjukkan satu pola atau sistem kebudayaan Jawa. (Kodiran dalam

Koentjaraningrat, 2010:329)

Unsur kebudayaan yang menonjol pada setiap daerah akan membentuk

identitas pada daerah tersebut. Identitas dari kebudayaan Jawa dapat dilihat dari

beberapa unsur yang menonjol yaitu, bahasa dan komunikasi, kesenian, dan

kesusastraan, keyakinan keagamaan, ritus, ilmu gaib, dan beberapa pranata dalam

organisasi sosial (Koentjaraningrat, 1978: 11-12).

Dikaji dari unsur bahasa, dalam masyarakat bahasa merupakan sarana

interaksi sosial, dengan tujuan untuk penyampaian amanat dari seseorang kepada

orang lain. Masyarakat Jawa menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-

hari. Pada waktu menggunakan bahasa Jawa seseorang harus memperhatikan dan

membeda-bedakan keadan orang yang diajak berbicara atau yang dibicarakan,

berdasarkan status sosial dan usia. Bahasa Jawa ditinjau dari kriteria tingkatannya

ada dua yaitu, bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Ngoko dipakai untuk

orang yang sudah dikenal akrab, dan terhadap orang yang lebih muda usianya.

Sedangkan bahasa Jawa Krama digunakan untuk berbicara dengan yang belum

dikenal akrab, tetapi sebaya dalam umur maupun derajat, dan terhadap orang yang

lebih tinggi derajat,umur, serta status sosialnya (Koentjaraningrat, 2010:329-330).

Yang paling menonjol dari kebudayaan Jawa adalah sistem kepercayaan

yang berkembang dalam masyarakatnya. Termasuk di dalamnya adalah keyakinan

agama, ritus dan ilmu gaib. Masyarakat Jawa percaya kepada suatu kekuatan yang

melebihi segala kekuatan di mana saja, yang dikenal dengan sebutan kesakten.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Masyarakat Jawa meyakini bahwa arwah leluhur dan makhluk-makhluk halus

seperti misalnya memedi, lelembut, demit serta jin dan lainnya menempati sekitar

tempat masyarakat tinggal. Apabila seseorang ingin hidup tanpa gangguan harus

berbuat sesuatu untuk mempengaruhi alam semesta dengan berprihatin, berpuasa,

berpantang melakukan perbuatan serta makanan tertentu, berselamatan, dan

bersesaji. Selamatan dan bersesaji sering kali dijalankan oleh masyarakat Jawa di

desa-desa di waktu-waktu tertentu dalam peristiwa kehidupan sehari-hari

(Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:346-347).

Kepercayaan masyarakat Jawa pada kekuatan sakti atau kesakten tersebut

banyak pula yang ditujukan kepada benda-benda pusaka, keris, dan alat-alat seni

suara Jawa yaitu gamelan. Karena sikap dan pembawaan masyarakat Jawa

mengadakan orientasi tersebut muncul beberapa aliran kebatinan, misalnya: 1)

gerakan atau aliran kebatinan keuniyahan yaitu percaya adanya anasir-anasir roh

halus serta jin-jin; 2) aliran yang ke-Islam-Islaman, dengan ajaran-ajaran yang

banyak mengambil unsur keimanan agama Islam dengan syarat-syarat yang

dibedakan dengan syariat agama Islam; 3) aliran kehindu-Jawian, di mana

pengikutnya percaya kepada dewa-dewa Hindu; 4) aliran bersifat mistik, dengan

usaha manusia untuk mencapai kesatuan Tuhan (Kodiran dalam Koentjaraningrat,

2010:349-350).

Konsep harmonisasi sosial dalam budaya Jawa adalah bagian dari konsep

harmonitas total menurut pandangan hidup Jawa. Pandangan hidup yang sesuai

dengan sari pati jalanan hidup orang Jawa sepanjang masa, sedemikian rupa

sehingga orang Jawa menjadi Jawa. Jadi identitas ke-“Jawa”-an tadi merupakan

hasil suatu proses yang panjang, melalui seleksi kualitatif, dan berhubungan

dengan nilai-nilai kehidupan. Konsep harmonitas tersebut terungkap dalam

pernyataan seperti, Sangkan Paraning Dumadi, pamoring Kawula Gusti.

Pandangan hidup Jawa mengisyaratkan suatu filosofi proses, yaitu Tuhan sebagai

Pandoming Dumadi (Purwadi, 2005:122).

Kebudayaan Jawa juga mendapat gelar adiluhung, sehingga sangat

berpengaruh di seluruh pelosok nusantara. Penyebaran orang Jawa diberbagai

daerah pasti akan membawa tradisi dan adat istiadatnya. Oleh karena itu

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kebudayaan Jawa secara aktif dapat menyesuaikan diri dengan arus globalisasi

(Ageng Pangestu, 2007:7).

2. Mitos

Kebudayaan manusia yang paling sulit didekati dengan analisis logis

adalaha mitos dan religi. Kebanyakan kelompok etnis yang ada di Indonesia

memiliki mitologi yang mengisahkan suatu peristiwa yang menyangkut hidup

masyarakat. Atas dasar mitologi yang berkembang dalam masyarakat ini, orang

mengatur sikap dan tingkah lakunya sejalan dan atas dasar mitologi yang

membenarkan atau menyalahkan sikapnya.

a. Definisi Mitos

Mitos didefinisikan dalam pengertian yang berbeda-beda. Aris Zardens

(http://filsafat.kompasiana.com/2012/02/04/membongkar-mitos-mitos-budaya-

massa/, diunduh pada 2 Maret 2012) menjelaskan pengertian mitos adalah

sebagai berikut :

Kata mitos berasal dari bahasa Yunani muthos, yang secara harafiah berari sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang, dalam pengertian yang lebih luas bisa berarti suatu pernyataan, sebuah cerita. Mitos bukan sekedar cerita seperti dongeng atau legenda yang sering diceritakan oleh orang-orang tua. Mitos memiliki keunikan dan perbedaan yang sangat mendasar dengan cerita-cerita rakyat. Didalam mitos terkandung makna-makna yang dihadirkan lewat simbol-simbol, yang mengungkap asal-usul masyarakat. Biasanya mitos berisikan cerita-cerita sakral yang mengandung ajaran-ajaran atau pesan untuk generasi saat ini yang bersifat kolektif. Mitos bukanlah cerita historis, sehingga ia tidak memiliki ruang dan waktu tertentu. Cerita itu lahir begitu saja sebagai sebuah kisah yang hidup dan berkembang di masyarakat secara turun temurun.

Oleh J.Van Baal dalam kajian Hans J. Daeng (2000:81) mitos dikatakan

sebagai cerita dalam kerangka sistem suatu religi yang dimasa lalu atau kini telah

atau sedang berlaku sebagai kebenaran keagamaan.

Menurut C.A. van Peursen (1988:57) mitos adalah sebuah cerita yang

memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok oranng. Cerita

tersebut dapat dituturkan tetapi juga dapat diungkapkan melalui tari-tarian atau

pementasan wayang. Inti dari cerita-cerita tersebut adalah lambang-lambang yang

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mencetuskan pengalaman manusia purba, lambang kebaikan dan kejahatan, hidup

dan kematian, dosa dan penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan

akherat.

Syukur Dister dalam Hans J. Daeng (2000:81) berpendapat mitologi

menyediakan suatu kerangka acuan yang memungkinkan manusia memberi kesan

dan pengalaman selama hidup. Berkat kerangka acuan tersebut manusia dapat

berorientasi dalam kehidupan, mitos juga dianggap sebagai pegangan hidup.

Dunia mitos adalah dunia dramatis, dunia tindakan, dunia daya-daya,

dunia kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan. Dalam setiap gejala alamiah

tampak benturan antara kekeuatan-kekuatan itu. Persepsi mistis selalu sarat

dengan ciri-ciri emosional tersebut. Mitos bukan sebuah sistem keyakinan

dogmatis. Mitos lebih sering terjelma dalam tindakan, dari pada dalam pikiran

atau khayalan (Ernst Cassier, 1987:116-119). Mitos dianggap memiliki tiga ciri

yaitu kebenaran, kredibilitas dan kekuasaan. Yaitu selain dipercaya benar-benar

terjadi juga mempunyai pengaruh kuat dan kekuasaan untuk memaksa masyarakat

maupun seseorang melakukan sesuatu untuk mewujudkan kepercayaan tersebut

(Nugraheni Eko, 2007:7).

Pandangan tentang Mitos juga dikemukan oleh Bascom dalam James

Dananjaya (1997:51) yang mengatakan bahwa mitos adalah cerita prosa rakyat

yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita.

Mitos pada umumnya mengisahkan kejadian alam semesta, dunia, manusia

pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan

sebagainya. Mite atau mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah

percintaan para dewa, hubungan kekerabatan para dewa, kisah perang dsb.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mitos

merupakan cerita yang diyakini masyarakat yang di dalamnya mengandung unsur

yang dianggap magis dan penting bagi masyarakat. Mitos berisi tentang petuah

atau petunjuk manusia dalam kehidupannya.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Fungsi Mitos

Fungsi mitos menurut C.A Van Peursen (1988:38-41) dijabarkan sebagai

berikut :

1) Menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos

tidak memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan

tersebut, tetapi membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya

itu sebagai suatu kekuatan yang dipengaruhi dan menguasai alam dan

kehidupan suku/masyarakat.

2) Mitos memberi jaminan bagi masa kini. Fungsi yang kedua ini dengan

banyak contoh. Pada musim semi misalnya jika ladang-ladang mulai

digarap, diceritakan dongeng-dongeng, tetapi dapat juga diperagakan,

misalnya dengan sebuah tarian, bagaimana pada jaman purbakala para

dewa juga mulai menggarap sawahnya dan memperoleh hasil yang

melimpah-limpah. Cerita tersebut seolah-olah mementaskan atau

menghadirkan kembali suatu peristiwa yang dulu pernah terjadi,

dengan demikian dijamin keberhasilan usaha serupa dewasa ini.

3) Mitos memberikan pengetahuan tentang dunia. Lewat mitos manusia

primitif memperoleh keterangan-keterangan. Mitos memberikan

keterangan tentang terjadinya dunia, hubungan antara dewa-dewa, asal

mula kejahatan.

Gagasan Mircea Eliade dalam Hans J. Daeng (2000:16) mengemukakan

tentang struktur dan fungsi mitos sebagai berikut :

Mitos bukan merupakan pemikiran intelektual dan bukan pula hasil logika, melainkan lebih merupakan orientasi spiritual dan mental untuk berhubungan dengan Yang Ilahi. Bagi masyarakat arkais tradisional, mitos berarti sesuatu cerita yang benar, dan cerita ini menjadi milik mereka yang paling berharga, karena merupakan sesuatu yang suci, bermakna, menjadi contoh model bagi manusia dalam berindak, yang memberi makna dan nilai pada kehidupan ini. Mitos menceritakan suatu sejarah kudus yang terjadi pada waktu primordial, pada awal mula. Mitos menceritakan bagaimana suatu realitas mulai bereksistensi melalui tindakan makhluk supra-natural. Mitos selalu menyangkut suatu penciptaan yang dianggap sebagai jaminan eksistensi dunia dan manusia.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Berikut ini adalah fungsi mitos menurut pendapat dari Sri Iswidayanti

(http://journal.unnes.ac.id/index.php/harmonia/article/view/790,diunduh 22 Maret

2012) antara lain: 1) untuk mengembangkan simbol-simbol yang penuh makna

serta menjelaskan fenomena lingkungan yang harus masyarakat hadapi; 2) sebagai

pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk membina kesetiakawanan sosial

di antara para anggota agar dapat saling membedakan antara komunitas yang satu

dan yang lain ; dan 3) sebagai sarana pendidikan yang paling efektif terutama

untuk mengukuhkan dan menanamkan nilai-nilai budaya,norma-norma sosial dan

keyakinan tertentu.

Pada umumnya mitos-mitos dikembangkan untuk menanamkan dan

mengukuhkan nilai-nilai budaya, pemikiranmaupun pengetahuan tertentu, yang

berfungsi untuk merangsang perkembangan kreativitas dalam berpikir. Tujuan

pokok dari mitos sebenarnya mempunyai fungsi yang sama yaitu cerita yang ada

dalam mitos sebagai petunjuk manusia dalam kehidupan, batasan-batasan yang

dijadikan pedoman dalama kehidupan bermasyarakat.

3. Tradisi

a. Definisi Tradisi

Suatu kebiasaan yang biasa dilakukan oleh sekelompok manusia atau

masyarakat yang dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi

selanjutnya biasa disebut dengan tradisi. Tradisi merupakan gambaran sikap dan

perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara

turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk

berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan (Mulfi dalam

http://mulfiblog.wordpress.com/2009/10/20/pengertian-tradisi/, diunduh 17 Maret

2012).

Tradisi dalam bahasa Latin : traditio, yang artinya adalah diteruskan atau

kebiasaan. Asal kata tradisi adalah trader yang berarti memindahkan atau

memberikan sesuatu kepada orang lain untuk disimpan. Dalam pengertian yang

paling sederhana, tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan

menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama (Jalius H.R,

http://jalius12.wordpress.com/2009/10/06/tradisional/, diunduh 12 Februari 2012).

Menurut Van Peursen (1988:11) tradisi merupakan sebuah kebudayaan.

Tradisi dapat diterjemahkan dengan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat-

istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. Tetapi tradisi tersebut bukanlah sesuatu yang

tak dapat diubah, tradisi dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan

diangkat dalam keseluruhannya.

Menurut pendapat Shils dalam kajian yang ditulis Piotr Sztompka (2008:

65) Setiap masyarakat tentunya memiliki masa lalu. Untuk menghubungkan

antara masyarakat dulu dan kini adalah sesuatu yang dihargai, dilestarikan dan

dijaga oleh masyarakat pada masa sekarang ini, karena dengan hal itu akan tetap

masyarakat ada. Tradisi merupakan sesuatu yang dinamis, di mana tradisi ini

berguna untuk mengkaji manusia itu sendiri dan juga untuk mengembangkannya.

Sebagaimana yang dinyatakan bahwa, kaitan masyarakat dengan masa lalunya tak

pernah mati sama sekali. Kaitannya itu melekat dalam sifat masyarakat itu.

Masyarakat takkan pernah menjadi masyarakat bila kaitan dengan masa lalunya

tak ada.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi merupakan

hasil masyarakat pada masa lalu yang dianggap menarik dan baik untuk

diwariskan kepada generasi penerusnya sebagai suatu kebiasaan yang dianggap

baik dan bermanfaat dalam kehidupan.

b. Kemunculan Tradisi

Tradisi lahir disaat tertentu ketika orang menetapkan fragmen tertentu

dari warisan masa lalu sebagai tradisi. Menurut Piotr Sztompka (2008:71-72) ada

dua cara lahirnya tradisi, yaitu : 1) muncul dari bawah melalui mekanisme

kemunculan secara spontan dan tak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak.

Karena satu alasan, individu tertentu menemukan warisan historis yang menarik.

Kekaguman dan tindakan individual menjadi milik bersama dan menjadi fakta

sosial; 2) muncul dari atas melalui mekanisme paksa. Sesuatu yang dianggap

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau paksaan oleh individu yang

berpengaruh dan berkuasa.

Tradisi dapat muncul dan berkembang apabila dilakukan pewarisan

terhadap generasi yang lebih muda. Menurut Wayan Badrika (2006:29-31) pada

zaman prasejarah atau masa di mana manusia belum mengenal tulisan manusia

mewariskan atau menurunkan tradisi kepada generasi penerusnya melalui lisan

dengan dua cara, yaitu:

1) Melalui keluarga, keluarga merupakan dunia sosial yang pertama dan

saling berkesinambungan antara anggota yang satu dengan yang lain.

Sehingga komunikasi akan terjalin sebagai media pewarisan tradisi

budaya suatu masyarakat. Ada dua cara sosialisasi yang dilakukan

yaitu dengan: a) adat istiadat atau kebiasaan keluarga ; dan b) melalui

dongeng, dalam cerita dongeng selalu disisipkan pesan-pesan

mengenai sesuatu yang dianggap baik atau sesuatu yang dianggap

tidak baik untuk dilakukan.

2) Melalui masyarakat: secara langsung dan tidak langsung masyarakat

berperan dalam pewarisan tradisi yang dimiliki pada masa lalu, yaitu

melalui: a) adat istiadat, misalnya dalam pewarisan tradisi gotong

royong dalam kehidupan masyarakat; b) pertunjukan hiburan,

misalnya dengan pertunjukan wayang disamping sebagai hiburan

cerita yang dibaawakan dalam pertunjukkannya mengandung pesan

filosofi hidup; c) kepercayaan masyarakat, pada zaman dahulu

masyarakat menganggap suatu tempat atau benda-benda tertentu

mengandung suatu yang mistik dan gaib, secara turun-temurun

masyarakat selalu menjaga kekeramatan tempat atau benda-benda

yang dianggap keramat.

Dijelaskan pula oleh Wayan Badrika (2006:47-48) masyarakat sejarah

atau masa setelah mengenal tulisan mempunyai cara sendiri dalam mewariskan

tradisinya yaitu dengan melalui: 1) tulisan, prasasti yang ditinggalkan dengan

huruf pallawa dan bahasa Sansekerta; 2) seni bangunan, candi dibangun sepeeri

punden berundak yang berfungsi untuk pemujaan roh yang dianggap suci oleh

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

masyarakat; 3) kesusastraan, banyak cerita yang ditulisan dalam zaman sejarah,

hal ini dapt dijadikan pewarisan tradisi atau kebudayaan masyarakat kepada

generasi penerusnya.

Penyebaran tradisi melalui lisan jauh lebih terbatas dibandingkan dengan

melalui tulisan. Penyebaran tradisi lisan, selain sangat terbatas cakupan

penerimannya, juga terbatas jangka waktunya.

c. Fungsi Tradisi

Tradisi sebagai nilai adalah sesuatu yang telah teruji kebenarannya,

dengan kata lain bahwa tradisi adalah sesuatu yang dianggap paling benar oleh

para pelakunya. Tradisi harus mempunyai orientasi dasar untuk legitimasi

tindakan manusia, yang artinya bahwa, tradisi mengajarkan kepada manusia

tindakan yang benar dan tindakan yang salah. Tradisi merupakan keseluruhan

benda material dan abstraksi manusia yang berasal dari masa lalu namun benar-

benar masih ada sampai kini, belum dihilangkan, dirusak, dibuang, atau

dilupakan. Jadi tradisi itu merupakan yang benar-benar terjadi masa lalu dan

masih dilakukan sampai saat ini.

Tradisi diciptakan dan dijalankan oleh manusia. Segala sesuatu yang

diciptakan manusia pasti mempunyai fungsi bagi kehidupan manusia itu sendiri,

begitupun juga dengan tradisi. Fungsi dari tradisi menurut Piotr Sztompika

(2008:74-76) adalah sebagai berikut :

1) Tradisi merupakan kebijakan turun-temurun. Tempatnya dalam

kesadaran, keyakinan, norma dan nilai yang dianut dalam sesuatu

yang diciptakan di masa lalu. Tradisi menjadi gagasan dan material

yang digunakan orang dalam tindakan kini dan untuk membangun

masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu.

2) Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan,

pranata, dan aturan yang sudah ada. Semuanya memerlukan

pembenaran agar dapat mengikat anggotanya dan salah satu sumber

legitimasinya adalah terdapat dalam tradisi.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3) Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat

loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.

4) Membantu menyediakan tempat pelarian dan keluhan, ketidakpuasan,

dan kekecewaan dalam kehidupan modern.

Seiring perkembangan jaman juga dapat memengaruhi proses

mentransfer tradisi yang telah ada. Pada saat penerimaan tradisi tersebut, sering

kali generasi penerus hanya melaksanakan tanpa mengerti arti yang ada di balik

tradisi tersebut. Masyarakat dituntut untuk patuh dan taat terhadap tradisi, karena

masyarakat telah menerima bahwa tidak ada tradisi yang salah dan sudah

dianggap benar oleh masyarakat. Untuk mengukuhkan aturan yang dibuat oleh

tradisi, maka dimasukkan ke dalam aturan lembaga yang telah diakui

keberadaannya, misalnya desa, mulai dari norma, nilai dan adat-istiadat.

4. Bersih Desa

Masyarakat Jawa terutama yang tinggal di pedalaman mempercayai

adanya kekuatan alam yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia.

Sebagai ungkapan kepercayaan asli masyarakat, kekuatan tesebut diwujudkan

dalam roh yang tinggal dalam tempat-tempat tertentu. Hal ini diwujudkan melalui

tradisi adat istiadat. Tradisi ini selalu dihubungkan dengan roh halus yang

dianggap sebagai nenek moyang. Masyarakat Jawa percaya kepada suatu

kekuatan yang melebihi segala kekuatan di mana saja yang dikenal, yaitu

kesakten. Masyarakat percaya bahwa roh-roh halus menempati sekitar tempat

tinggal (Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:347).

Masyarakat Jawa mempunyai kepercayaan terhadap ilmu gaib yang

tidak dapat diukur dengan nalar. Ilmu gaib yang dipercaya sebagai suatu kekuatan

di luar batas kemampuan manusia pada umumnya. “Empat macam upacara ilmu

gaib, yaitu : a). Ilmu gaib produktif; b). Ilmu gaib protektif; c). ilmu gaib

destruktif; d). Ilmu gaib meramal.” (Koentjaraningrat, 1994: 356).

Menurut kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat yang

berhubungan dengan kepercayaannya terhadap kekuatan lain dan roh halus yang

tinggal disekitar tempat tinggal masyarakat. Sehingga masyarakat sering

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mengadakan upacara selamatan. Menurut Kodiran dalam Koentjaraningrat

(2010:347-348) upacara selamatan dapat digolongkan menjadi empat macam

sesuai dengan peristiwa atau kejadian sehari-hari yaitu sebagai berikut:

(1) Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang seperti hamil tujuh bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara menyentuh tanah pertama kali, upacara menusuk telinga, sunat, kematian, serta saat-saat setelah kematian; (2) Selamatan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian, dan setelah panen padi; (3) Selamatan berhubung dengan hari-hari serta bulan-bulan besar Islam dan; (4) Selamatan pada saat-saat yang tidak tertentu, berkenaan dengan kejadian-kejadian, seperti membuat perjalanan jauh, menempati rumah kediaman baru, menolak bahaya (ngruwat), janji kalau sembuh dari sakit (kaul) dan lain-lain.

Sebenarnya pelaksanaan upacara tradisi erat kaitannya dengan dorongan

emosi keagamaan pada suatu masyarakat. Dorongan muncul karena rasa takut dan

tidak tenteram serta penuh kekhawatiran dalam hidup, bila tidak melakukan apa

yang dilakukan oleh orang tua pada zaman dahulu, masyarakat takut terhadap

sanksi yang diduga muncul dari roh atau makhluk halus yang sering mengganggu

kehidupan manusia. Untuk mengatasi rasa takut tersebut manusia mengadakan

hubungan dengan jalan melakukan upacara atau selamatan (Moertjipto, 1997:29).

a. Konsep Bersih Desa

Bersih desa merupakan salah satu wujud dari unsur kebudayaan

khususnya di kalangan masyarakat agraris atau petani. Tradisi ini

menyelenggarakan upacara setelah petani memanen hasil pertaniannya. Kegiatan

bersih desa banyak dilakukan oleh desa di Jawa, dengan nama dan cara yang tidak

selalu sama (Suwardi Endrasawara, 2006:39).

Tradisi bersih desa yang mempunyai beberapa tujuan yaitu, di mana

masyarakat bersyukur dan meminta bantuan untuk memberi rezeki yang

melimpah dibandingkan dengan tahun lalu. Pada intinya, tradisi dilakukan untuk

menambah segala sesuatu dari yang dimiliki. Tujuan yang kedua adalah tujuan

untuk melindungi manusia atau komunitas dari segala sesuatu marabahaya, yang

biasa disebut dengan bala. Sehingga masyarakat menyiapkan upacara yang sudah

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menjadi tradisi turun-temurun untuk memberikan sesaji atau persembahan kepada

roh yang dipercaya telah melindungi masyarakat.

Tradisi bersih desa merupakan wujud rasa syukur sekelompok manusia

yang ditujukan kepada segala sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan lebih

daripada manusia, misalnya saja Tuhan Yang Maha Esa, Dewi Sri yaitu dewi

kesuburan menurut kepercayaan masyarakat Jawa, dan juga ditujukan kepada roh-

roh halus atau dhanyang yang dipercaya sebagai “pembuka / pendiri” desa dan

memberikan perlindungan terhadap masyarakat desa dari roh-roh jahat. Tradisi

bersih desa tidak hanya dilakukan oleh perorangan, karena terdapat kesamaan

kepentingan dengan lebih dari satu orang. Oleh karena itu, pelaksanaan dari

tradisi dilakukan secara bersama-sama oleh anggota masyarakat. Sudah jelas dari

namanya seluruh masyarakat yang ada di desa tersebut ikut terlibat. Tradisi

ditujukan kepada leluhur yang dipercaya menempati tempat-tempat tertentu dan

telah disakralkan oleh masyarakat sekitar, yang dirawat dan dilestarikan bersama-

sama oleh warga masyarakat disertai dengan ritual. Acara yang diselenggarakan

bukan hanya sekedar acara rutin di setiap tahunnya saja, tetapi di balik setiap

ritual yang dilakukan oleh warga masyarakat adalah makna simbolis. Masyarakat

berharap leluhur atau nenek moyang mereka melindungi setiap anak-cucu dan

generasi selanjutnya, karena masyarakat telah menempatkan leluhur sebagai roh

yang melindungi kehidupan.

Kegiatan yang berhubungan dengan bersih desa biasanya berlangsung

dsuatu tempat dekat makam pendiri desa (dhanyang) atau rumah kepala desa,

seorang kepala desa biasanya memiliki rumah dengan pendapa yang luas

(Koentjaraningrat, 1984:357). Atau biasa juga dilakukan di pundhen yaitu tempat

sakral yang biasanya terdapat pohon besar yang dpercaya disitulah tempat tinggal

roh leluhur mereka. Tempat lain yang biasa diletakkna sesajen seperti dibawah

tiang penyangga rumah, di persimpangan jalan, dikolong jembatan, tepi sungai

dan tempat-tempat lain yang dianggap keramat dan mengandung bahaya gaib

(angker). Bersih desa tidak lepas pula dengan hubungannya dengan sesajen.

Sesajen berisi seperangkat seperti bunga (kembang telon), kemenyan, uang

recehan, kue apem dan lain-lain. Sesajen ditujukan sebagai persembahan kepada

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

roh nenek moyang yang biasanya diletakkan pada tempat yang telah disebutkan

sebelumnya. (Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:348-349).

Sebelum pelaksanaan upacara bersih desa dilakukan biasanya didahului

dengan serangkaian aktivitas warga masyarakat setempat, misalnya gotong

royong atau kerja bakti. Pelaksanaan bersih desa dilakukan oleh masyarakat tanpa

memandang kedudukan atau status seseorang (Moertjipto, 1997:74).

Menurut masyarakat Jawa, alam merupakan sesuatu yang sangat

berharga bagi kehidupan manusia. Apabila menginginkan kehidupan yang

seimbang, maka manusia haruslah merawat alam di sekitarnya. Hal itu merupakan

cara manusia menyeimbangkan diri dengan alam di sekitarnya. Karena manusia

hidup dengan alam, dan dengan alamlah manusia hidup.

b. Tujuan dan Fungsi Bersih Desa

Setiap upacara yang dilakukan oleh suatu masyarakat pasti mempunyai

maksud dan tujuan tertentu. Upacara tersebut dilakukan oleh masyarakat karena

yakin dan percaya kepada nenek moyang dan bersedia melaksanakan warisan

nenek moyang. Masyarakat yakin bahwa warisan tersebut apabila dilaksanakan

akan membawa kebaikan dan membawa keburukan apabila tidak dilaksanakan.

Adapun maksud dan tujuan diadakannya bersih desa menurut Moertjipto, (1997:

94-95) yaitu antara lain :

1) Melestarikan tradisi peninggalan para leluhur yang diturunkan kepada

generasi muda, karena upacara bersih dea mengandung nilai-nilai

yang bisa dijadikan landasan hidup bagi masyarakat pendukungnya.

2) Upacara bersih desa mengandung arti sebagai ungkapan syukur

kepada Tuhan yang telah memberikan keselamatan, sehingga

masyarakat masih diberikan untuk menikmati hidup. Dan tidak lupa

terhadap leluhurnya yang dianggap dapat memberikan perlindungan

dan ketentraman sehingga masyarakat dapat melakukan tugas dengan

baik.

3) Mohon pengampunan dosa karena telah banyak melakukan kesalahan

baik yang disengaja maupun tidak.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Disebutkan pula oleh Moertjipto (1997:98-99) bahwa fungsi upacara

bersih desa antara lain:

1) Sebagai pengokohan norma-norma dan nilai-nilai budaya yang

berlaku turun temurun. Karena apabila dicermati upacara bersih desa

dapat digunakan sebagai pembinaan sosial budaya masyarakat yang

bersangkutan.

2) Dalam pembangunan dewasa ini upacara tradisional berfungsi sebagai

pemrsatu masyarakat dan menumbuhkan kegotong royongan serta

solidaritas antar sesama warga sebagai ikatan persaudaraan antar

masyarakat sehingga tercipta ketentraman dalam kehidupan.

3) Perlengkapan yang digunakan dalan upacara bersih desa berfungsi

sebagai penolak bala dan permohonan keselamatan.

Setiap prosesi kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pada intinya

adalah mengajarkan kebaikan. Setiap ajaran mengandung filosofi kehidupan,

sehingga berfungsi sebagai pedoman masyarakat untuk melangsungkan hidup.

Filosofi kehidupan yang diajarkan mengandung nilai-nilai yang dianggap benar

karena sesuai dengan masyarakat, sehingga dilakukan terus-menerus dari satu

generasi ke generasi selanjutnya. Selain itu, upacara yang dilakukan adalah suatu

manifestasi wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan keselamatan dan kenikmatan hidup.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Upacara tradisi bersih desa merupakan

upacara yang berfungsi sebagai ilmu gaib produktif yang diadakan dalam rangka

upacara religiomagis yang sifatnya komunitas, yang berkaitan dengan panen hasil

bumi masyarakat sekitar, ungkapan syukur dan dihindarkan dan dilindung dar

mara bahaya. Pelasanaan Upacara bersih desa ini berbeda-beda di setiap desanya.

5. Masyarakat desa

a. Pengertian Masyarakat

Sifat manusia sebagai makhluk sosial budaya membentuk terciptanya

berbagai wujud kolektif manusia yang berbeda-beda cirinya, sehingga terdapat

pula perbedaan dalam penyebutannya. Istilah yang paling sering digunakan untuk

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menyebut kelompok manusia adalah masyarakat. Masyarakat menurut

Koentjaraningrat (1983 : 149) adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi

menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang

terikat oleh rasa identitas bersama. Suatu Negara adalah komunitas masyarakat

yang paling besar. Kemudiaan diikuti dengan pemerintahan yang lebih rendah.

Berikut ini merupakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian masyarakat

dalam kajian Usman Pelly (1994:28-29) :

1) Linton mengemukakan bahwa masyarakat adalah sekelompok

manusia yang telah cukup lama bekerja sama, sehingga dapat

mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan

batas-batas tertentu.

2) Herskovit mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu

yang diorganisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu.

3) Gillin dan Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok

manusia yang besar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan

persaan persatuan yang sama.

4) Steinmentz memberikan batasan bahwa masyarakat adalah sebagai

kelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompokan-

pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan

erat dan teratur.

Ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Soekanto dalam Nurani

Soyomukti (2010:63-64) adalah :1) Masyarakat merupakan sekumpulan manusai

yang hidup bersama; 2) Hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Dalam

hidup bersama tersebut akan terjadi interaksi dan melahirkan peraturan-peraturan

yang mengatur hubungan antar manusia; 3) Sadar bahwa sekelompok manusia

tersebut merupakan satu kesatuan; 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup

bersama yang menimbulkan kebudayaan.

Berdasarkan pengertian masyarakat diatas dapat disimpulkan bahwa

masyarakat adalah sekelompok manusia yang berdiam pada suatu wilayah tertentu

dengan waktu yang cukup lama, mempunyai aturan, adat dan kebiaan yang khas

dari sekelompok manusia tersebut. Memiliki struktur organisasi untuk mengatur

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

kehidupan antar manusia dalam suatu kelompok tersebut. Setiap masyarakat akan

membentuk kebudayaan yang berbeda-beda.

b. Masyarakat Desa

Desa adalah suatu wilayah hukum yang sekaligus menjadi pusat

pemerintahan tingkat daerah paling rendah. Secara administratif desa langsung

berada dibawah kekuasaan pemerintah kecamatan dan terdiri dari dukuh-dukuh.

Di desa banyak dijumpai perumahan penduduk beserta tanah-tanah pekarangan

yang satu sama lainnya dipisah-pisah dengan pagar bambu atau tumbuh-tumbuhan

(Kodiran dalam Koentjaraningrat, 2010:331).

Masyarakat yang mendiami desa biasa disebut dengan masyarakat desa,

di mana sebagian besar bermatapencaharian petani. “masyarakat desa merupakan

suatu komunitas pertanian yang kecil” (Soerjono Soekanto, 1985: 538). Jumlah

masyarakat desa relatif kecil apabila dibandingkan dengan masyarakat kota. Jenis

pekerjaan masyarakat desa tidak banyak, misalnya petani, guru dan buruh.

Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan tradisi yang dimiliki.

Masyarakat desa tidak dapat dipisahkan dari lingkungan dan kepercayaan atau

adat-istiadat, yang mengajarkan tentang bagaimana manusia berhubungan dengan

alam secara langsung dan terikat dengan alam semesta serta kekuatannya.

Manusia menguasai alam, tetapi dalam hal-hal tertentu manusia masih percaya

akan kekuatan yang sangat kuat di luar dirinya.

Dalam sebuah desa terdapat pelapisan sosial yang antara lain, lapisan

yang tertinggi dalam desa adalah wong baku. Lapisan ini terdiri dariketurunan

orang-orang yang dahulunya menetep pertama kali di desa. Bisanya memiliki

sawah-sawah, rumah dengan tanah pekarangannya. Lapisan kedua dalam sistem

pelapisan sosial di desa adalah lapisan kuli gondok atau lindung. Yaitu orang-

orang lelaki yang telah menikah akan tetapi tidak mempunyai tempat tinggal

sendiri, sehingga menetap di tempat kediaman mertuanya. Tetapi bukan berarti

mereka tidak memiliki tanah pertanian, masyarakat ini memilikinya dengan

diperoleh dari warisan atau membeli. Lapisan yang ketiga adalah lapisan joko,

sinoman atau bujangan yaitu orang-orang yang belum menikah dan masih tinggal

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dengan orang tua sendiri. Sedangkan orang-orang tani didesa-desa menurut

pelapisan sosial termasuk dalam golongan wong cilik (Kodiran dalam

Koentjaraningrat, 2010:345).

Penerimaan informasi dan perubahan dalam masyarakat desa terjadi lebih

lambat jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Perubahan yang muncul

di tengah masyarakat desa sangat sulit untuk diterima, karena terdapat aturan-

aturan sangat ketat yang mengatur kehidupan masyarakat. Sifat masyarakat desa

yang kolot membuat perubahan yang terjadi terkesan sulit diterima oleh

masyarakat. Sebagaimana dikatakan oleh ahli, “Masyarakat tradisional sangat

lambat perubahannya jika diukur menurut standar masyarakat Barat kini.” (Piotr

Sztompka, 2008: 49). Artinya bahwa masyarakat tradisional sebagai suatu

komunitas yang stabil, dengan tidak banyak perubahan yang dilakukan dengan

kehidupan yang dimiliki. Mereka seakan-akan diibaratkan sebagai suatu

kelompok manusia yang tidak dinamis dalam pergerakan hidupnya. Baik jaman

dulu ataupun sekarang, segala sesuatu yang ada di dalam masyarakat tersebut

adalah hampir atau memang sama.

Menurut Koentjaraningrat (1994:163-164),“Masyarakat desa adalah

suatu komunitas kecil yang merasa terikat oleh jiwa dan semangat kebersamaan

dalam kehidupannya. Jiwa dan semangat kebersamaan yang dimaksud

adalah:solidaritas, gotong-royong dan musyawarah.”. Hal ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Solidaritas

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari

ketergantungan terhadap sesama. Perasaan kasihan terhadap

penderitaan orang lain, dapat membangkitkan naluri untuk menolong

sesama. Solidaritas diartikan sebagai rasa bersatu antara warga

masyarakat dalam hal pendapat, perhatian dan tujuan.

2) Gotong-Royong

Sistem tolong-menolong dalam masyarakat Indonesia sering disebut

gotong-royong. Bentuk gotong royongnya tidak hanya menyangkut

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dalam hal bercocok tanam saja tetapi juga menyangkut kehidupan

sosial masyarakat seperti:

a) Dalam hal kematian, sakit, atau kecelakaan, dimana keluarga

yang sedang menderita itu mendapat pertolongan berupa tenaga

dan benda dari tetangga-tetangganyadan orang-orang sedesa

lain;

b) Dalam hal pekerjaan disekitar rumah tangga, misalnya

memperbaiki atap rumah, mengganti dinding rumah,

membersihkan rumah dari hama tikus, menggali sumur, dsb.

Pemilik rumah dapat meminta bantuan tetangga-tetangganya

yang dekat, dengan memberi jamuan makanan;

c) Dalam hal pesta, misalnya acara pernikahan, bantuan tidak

hanya dari kerabat tetapi juga dari tetangganya, untuk

mempersiapkan dan menyelenggarakan pesta;

d) Dalam mengerjakan pekerjaan yang berguna bagi

kepentingan umum dalam masyarakat desa misalnya

memperbaiki jalan, jembatan, bendungan irigasi, bangunan

umum, dsb. Penduduk desa dapat bekerja bakti atas perintah

dari kepala desa (Koentjaraningrat: 1984:7)

3) Musyawarah

Musyawarah adalah suatu unsur sosial yang ada dalam banyak

masyarakat pedesaan di dunia dan juga di Indonesia. Artinya bahwa

keputusan yang diambil dalam rapat, tidak berdasarkan suatu

mayoritet yang menganut suatu pendirian tertentu, melainkan oleh

seluruh rapat, seolah-olah sebagai suatu badan.

Jadi yang disebut dengan masyarakat desa adalah sekumpulan manusia

yang sangat menjunjung tinggi adat, tradisi dan juga kepercayaan yang diyakini

benar adanya. Dalam masyarakat desa juga masih berlaku mitos-mitos yang

berkembang dalam masyarakat dan masih diyakini dan sakral sampai saat ini.

Semua itu didapat dari nenek-moyang baik secara lisan maupun tindakan.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Masyarakat dalam kehidupan harus senantiasa tolong-menolong antar sesama.

Dengan begitu akan tercipta suasana kekeluargaan, meskipun mereka bukan

keluarga sebenarnya. Tolong-menolong terlihat dalam kehidupan masyarakat

desa, karena masyarakat desa menganut gotong-royong. Gotong-royong ini

dilakukan, apabila ada seorang anggota masyarakat membutuhkan bantuan.

Dalam masyarakat desa di jawa sistem gotong royong yang ada dalam masyarakat

sering disebut dengan Sambatan. Sebagian besar masyarakat desa berprofesi

sebagai petani, sehingga tidak jarang gotong-royong terlihat di pertanian.

Misalnya saja gotong-royong dalam hal menanam padi secara bergantian,

mengairi sawah secara berurutan, dan saling membantu menjaga padi dari

serangan hama. Tetapi masyarakat desa juga selalu bergotong royong dalam hal

lain yaitu dalam hal kematian, perbaikan infrastruktur desa, pesta pernikahan dll.

Masyarakat desa masih terikat dengan alam, dan rasa membutuhkan satu

dengan yang lain masih besar, begitupun juga dengan rasa kebersamaan yang

dimiliki, hal ini didorong oleh keterikatan emosional antara satu dengan lainnya.

B. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Tradisi Bersih Desa Dukutan

Mitos

Masyarakat Desa Nglurah

Kebudayaan Jawa

Upaya pelestarian Tradisi Dukutan

Fungsi Bentuk Nilai

Pemerintah

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Keterangan :

Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu merupakan

masyarakat Jawa yang memiliki suatu kepercayaan berdasarkan mitos yang

berkembang di lingkungan masyarakat. Mitos tersebut melatarbelakangi adanya

tradisi yang dilakukan secara turun-temurun. Tradisi itu biasa disebut dengan

tradisi bersih desa Dukutan. Mitos dan tradisi bersih desa Dukutan merupakan

bagian dari Masyarakat desa Nglurah yang tidak dapat dipisahkan.

Tradisi Bersih Desa Dukutan ini merupakan ungkapan syukur dari

masyarakat kepada nenek moyang mereka. Tradisi ini selalu dilakukan oleh

masyarakat Nglurah dilakukan setiap tahun dan turun temurun dari satu generasi

ke generasi yang lain sehingga secara langsung membentuk sebuah kebudayaan,

dan rangkaian tradisi Dukutan termasuk dalam Kebudayaan Jawa.

Tradisi bersih desa Dukutan mempunyai fungsi, bentuk penyajian atau

prosesi serta nilai yang tersirat maupun tersurat dalam ritualnya. Seiring dengan

perkembangan zaman dan kebudayaan modern menuntut masyarakat desa

Nglurah dalam upaya pelestarian budaya tradisi bersih desa Dukutan ini agar tidak

hilang dan tetap bisa dilakasanakan serta diwariskan kepada generasi penerusnya.

Selain itu juga diperlukan peran pemerintah dalam upaya pelestarian tradisi bersih

desa Dukutan ini.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Nglurah, Kecamatan Tawangmangu,

kabupaten Karanganyar yaitu dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut

merupakan desa yang memliki sebuah tradisi masyarakat, yaitu tradisi bersih desa

Dukutan yang dijadikan sebagai objek penelitian sesuai dengan judul penelitian

penulis. Pertimbangan yang lain adalah masyarakat setempat bersedia untuk

dijadikan sebagai tempat penelitian serta bersedia memberikan data maupun

informasi secara lengkap yang dibutuhkan guna menyusun penelitian ini.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan waktu yang peneliti gunakan untuk

keperluan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan setelah disetujuinya judul skripsi

ini yaitu bulan Februari 2012 dan akan berakhir sampai terselesaikannya

penulisan penelitian ini yakni Juli 2012.

Tabel 2. Waktu Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1. Pengajuan judul

2. Penyusunan Proposal

3. Permohonan izin

4. Persiapan penelitian

5. Pengumpulan data

6. Analisis data

7. Penyusunan laporan

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

B. Bentuk Dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan

bersiat deskriptif. Alasan yang mendasarinya adalah karena dalam penelitian ini

mengambil masalah tentang tradisi bersih desa Dukutan yang merupakan suatu

kebudayaan dari masyarakat Nglurah, yang disajikan secara deskriptif, bukan

merupakan pernyataan jumlah dan tidak dalam bentuk angka-angka. Hal ini

didasari dengan pernyataan “Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada

sekedar angka atau frekuensi” (H.B. Sutopo, 2002: 35). Sedangkan menurut

Nawawi dan Martini (1994:174) penelitian kaulitatif adalah “penelitian yang

bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan

sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting), dengan tidak dirubah

dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan”. Di dalam penelitian kualitatif,

peneliti menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya untuk

mendukung penyajian data. Jadi dalam mencari pemahaman, peneliti berusaha

menganalisis data berupa kata-kata dan gambar yang memiliki nilai lebih daripada

angka.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah

yang diteliti, dengan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang muncul sebagaimana adanya. Metode deskriptif

memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (Fact finding) keadaan

sebenarnya tanpa dibuat-buat (Nawawi dan Martini, 1994:115). Sebagaimana

dikatakan oleh Koentjaraningrat (1983:30):

Penelitian yang bersifat deskriptif, memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, ada kalanya tidak. Sering kali juga arah penelitiannya dibantu oleh adanya hasil penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, sehingga akhirnya dapat membentu dalam pembentukan teori baru atau memperkuat teori lama.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian dengan mengambil

masalah-masalah dengan memusatkan makna dan kualitas data yang ada pada

masa sekarang dengan menggambarkan obyek yang menjadi pokok

permasalahannya dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi,

menganalisa, dan menginterpretasikan.

2. Strategi Penelitian

Strategi merupakan salah satu unsur metodologi penelitian yang

menetapkan cara yang tepat dalam mengumpulkan data dan mengkaji suatu

masalah sehingga menghasilkan pemecahan yang juga tepat. Sebagaimana

dikatakan “Strategi adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan

menganalisis data” (H.B Sutopo, 2002: 123).

Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus tunggal terpancang. Studi kasus tunggal terpancang adalah studi kasus yang

menyajikan suatu kasus yang unik atau ekstrem dan mencakup lebih dari satu unit

analisis. H. B. Sutopo (2002:112) menyatakan bahwa dalam perkembangan

penelitian kualitatif juga menyajikan bentuk yang tidak sepenuhnya holistik,

tetapi dengan kegiatan pengumpulan data terarah, bertujuan dan pertanyaan-

pertanyaan riset yang terlebih dahulu sering disebut dalam proposalnya. Penelitian

tersebut lebih sering disebut sebagai riset terpancang (embedded gualitation

research), yang lebih populer dengan penelitian studi kasus.

Definisi studi kasus juga didefinisikan oleh Yin (2006:18) yaitu “Studi

kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks

kehidupan nyata bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak

dengan tegas dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkan”.

Dalam penelitian ini dikatakan dengan studi kasus terpancang tunggal, di

mana studi kasus memusatkan diri secara intensif terhadap satu obyek tertentu

mengenai pribadi, keluarga, kelompok sosial, kelompok masyarakat atau lembaga

sosial. Dikatakan terpancang karena dalam penelitian ini sasaran dan tujuan serta

masalah yang disebut ditetapkan sebelum terjun ke lapangan dengan hanya

meneliti tentang tradisi bersih desa Dukutan di dalam masyarakat desa Nglurah

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tawangmangu. Tunggal, karena obyek penelitian hanya terfokus pada Desa

Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

C. Sumber Data

Dalam suatu penelitian data harus dikumpulkan dari jenis sumber data

yang relevan, di mana bersifat tidak kaku, bukan di dalam wilayah yang

terkontrol, dan menggunakan ketepatan kepustakaan atau keterbatasan kuesioner.

Dalam penelitian kualitatif, sumber datanya dapat berupa manusia, pertanyaan dan

tingkah laku, dokumen dan arsip atau benda lain (Sutopo, 2002:49). Sedangkan

menurut Lofland dalam Moleong (2001:112) “Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen”. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Informan

Informan merupakan individu yang dapat memberikan data untuk

keperluan penelitian. Peneliti dan informan di sini memiliki posisi yang sama, dan

informan bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi

informan bisa lebih memiliki arah dan selera dalam menyajikan informasi yang

dimiliki. Karena posisi ini, sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian

kualitatif lebih tepat disebut sebagai informan daripada sebagai responden

(Sutopo, 2002:50). Sebagaimana dikatakan oleh ahli, “Informan adalah orang

yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

belakang penelitian.” (Lexy J. Moleong, 2001:45). Informan merupakan sumber

data yang bersifat lisan, kemudian ditransfer secara tertulis dalam bentuk catatan.

Informan yang dipilih dalam penelitian ini mempunyai kriteria sebagai berikut : a)

Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan

permasalahan yang diteliti; b) Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani;

c) Orang yang bersangkutan terlibat langsung dengan kegiatan yang berhubungan

dengan penelitian.. Menurut Burhan Bungin (2003 : 220), informan kunci yaitu

orang atau warga desa yang menurut pertimbangan usia mengetahui peristiwa di

masa lalu. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemuka adat.

Sedangkan informan lainnya antara lain panitia acara tradisi bersih desa, tokoh

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

masyarakat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, serta

beberapa warga Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa dapat dijadikan sebagai sumber informasi karena

dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteks dan situasi sosial yang

selalu melibatkan pelaku, tempat dan aktivitas. Tempat dan peristiwa

dimaksudkan untuk memperkuat keterangan yang diberikan oleh informan.

Tempat yang menjadi observasi penelitian adalah daerah desa Nglurah

Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Dari tempat ini akan

didapatkan berbagai fenomena dan data yang sangat diperlukan dalam penelitian,

sehingga data memperkuat keterangan yang diberikan oleh informan dan dapat

digunakan sebagai bukti nyata. Sedangkan peristiwa yang dijadikan sebagai

sumber data adalah proses pelaksanaan tradisi bersih desa Dukutan di desa

Nglurah. Mulai dari perencanaan atau persiapan sampai dengan prosesi

dilakukannya tradisi bersih desa.

3. Dokumen dan Arsip

Dokumen dan arsip merupakan sumber data di luar manusia, yang

mempunyai kegunaan sama besar dengan sumber data lainnya. “Keduanya dapat

dinyatakan sebagai rekaman atau sesuatu yang berkaitan dengan suatu peristiwa

tertentu, dan dapat dimanfaatkan secara baik sebagai sumber data dalam

penelitian.” (HB.Sutopo, 2002:54). Melalui dokumen dan arsip, peneliti mencatat,

menggali dan menangkap makna yang tersirat. Dokumen dapat berupa surat,

catatan rapat, laporan penelitian, foto dan lain-lainya. Sedangkan arsip berupa

data, catatan kegiatan, catatan organisasi, peta dan daftar karakteristik geografi

suatu tempat, data survey dan lain-lain.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa dokumen

dan arsip yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, monografi dari

Kelurahan Tawangmangu, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

diperoleh dari perpustakaan, dokumen-dokumen yang terdapat di Desa Nglurah.

Sedangkan gambar yang dijadikan sumber data adalah berupa peta kelurahan

Tawangmangu dan foto-foto kegiatan tradisi bersih desa Dukutan di Nglurah

Kecamatan Tawangmangu.

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan data yang lengkap

digunakan teknik sampling (cuplikan). Cuplikan berkaitan dengan pembatasan

jumlah dan jenis dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian.

Pemikiran mengenai cuplikan ini hampir tidak bisa dihindari oleh peneliti dalam

pelaksanaan penelitiannya, mengingat selalu adanya beragam keterbatasan yang

dihadapi peneliti. Dalam hal menentukan sumber data, peneliti harus memutuskan

siapa dan berapa jumlah narasumber yang diperlukan, apa dan di mana aktivitas

serta dokumen apa saja yang akan dikaji sebagai sumber informasi utama.

Keputusan ini didasarkan teknik sampling yang dipandang sesuai dengan kondisi

pada saat penelitian. Sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang ahli, bahwa :

“Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan

atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi“ (HB. Sutopo, 2002:

55).

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya

sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya,

dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel

yang representatif atau benar-benar mewakili populasi (Hadari Nawawi,

1995:152). Cuplikan diambil untuk mewakili informasi, dengan kelengkapan dan

kedalaman yang tidak bergantung seberapa besar jumlah informan. Karena

dengan jumlah informan sedikit terkadang sudah bisa memberikan informasi yang

lebih lengkap dan dalam bila dibandingkan jumlah informan banyak dengan

pendapat yang berbeda-beda.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini bersifat purposive

sampling atau sampling bertujuan. Dalam hal ini peneliti memilih informan yang

dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang memiliki

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

kebenaran dan pengetahuan yang mendalam. Namun demikian, informan yang

dipilih dapat menunjukkan informan lain yang dipandang lebih tahu. Maka pilihan

informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti

dalam memperoleh data (Sutopo, 2002:56). Teknik purposive sampling juga

digunakan atas dasar teknik ini dipandang mampu menangkap kedalaman data

dalam menghadapi realitas jamak dan tidak dimaksudkan untuk membuat

generalisasi tetapi untuk kedalaman penelitian dalam konteks tertentu. Oleh

karena itu, penentuan sampel dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

terlibat langsung maupun tidak langsung dalam Tradisi Bersih desa Dukutan di

Desa Nglurah Tawangmangu.

Selain Purposive Sampling juga digunakan Snowball Sampling yaitu

teknik sampling diibaratkan bola salju yang menggelinding dalam menentukan

subyek penelitian (Frey dalam Suwardi Endraswara, 2006:116). Teknik

pengambilan sampel data, pada awal jumlahnnya sedikit, lama kelamaan menjadi

banyak, sebagai informan awal dipilih secara purposive yang menguasai

permasalahan yang diteliti (key informan). Informasi selanjutnya diminta kepada

informan awal untuk menunjukan orang lain yang dapat memberikan informasi,

kemudian informan ini diminta pula untuk menunjukan orang lain yang dapat

memberikan informasi dan seterusnya. Maksudnya adalah peneliti mencari

informan sehingga mendapatkan data yang diperlukan, dan dari informan inilah

peneliti akan mendapatkan penambahan informan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk

memperoleh data yang diperlukan sehingga data yang diperoleh menjadi

sempurna dan dapat dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data yang

digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu interaksi dan komunikasi. Interaksi yaitu

antara peneliti dengan informan. Wawancara ini dilakukan secara mendalam

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

bersifat terarah dan tidak terarah. Untuk wawancara terarah dilakukan secara

sistematis dan berencana dalam bentuk pertanyaan tercatat kepada informan.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancara yang memberikan jawaban. Wawancara bertujuan untuk

mendapatkan keterangan dan meminta pendapat dari pihak yang dijadikan

sebagai informan, serta untuk lebih memahami obyek penelitian secara cermat dan

akurat, sehingga diperoleh kesempurnaan data dan hasil penelitian yang bersifat

obyektif (Koentjaraningrat, 1983: 129).

Sebelum seorang peneliti dapat memulai wawancara, artinya sebelum

peneliti berhadapan muka dengan seseorang dan mendapat keterangan lisan, maka

ada beberapa soal mengenai persipan untuk wawancara yang harus dipecahan

terlebih dahulu. Soal itu mengenai: a) seleksi individu untuk diwawancara, b)

pendekatan orang yang telah diseleksi untuk diwawancara, c) pengembangan

suasana lancar dalam wawancara, serta usaha untuk menimbulkan pengertian dan

bantuan sepenuhnya dari orang yang diwawancara (Koentjraningrat, 1983:130).

Dalam melaksanakan wawancara, melibatkan beberapa tahapan yang

tidak harus bersifat linear, tetapi memerlukan perhatian karena tidak jarang hal itu

perlu dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan kebutuhan perlengkapan dan

pendalaman data yang diperoleh (Sutopo, 2002:60). Tahapan tersebut meliputi:

a. Penentuan siapa yang akan diwawancarai

Peneliti harus bisa mewawancarai informan yang memang memiliki

informasi yang benar, lengkap, dan mendalam. Oleh karena itu sejak awal

peneliti perlu memilih dan menentukan informan yang dianggap tepat, dan

menentukan kapan, serta dimana wawancara akan dilakukan.

b. Persiapan wawancara

Persiapan wawancara ini merupakan pekerjaan rumah peneliti yang

kenyataannya sering dilupakan karena tidak dianggap penting. Selain itu

peneliti juga perlu membuat rencana mengenai jenis informasi apa saja

yang akan digali. Beragam informasi yang akan digali dalam menghadapi

seseorang yang akan diwawancarai, perlu disiapkan dalam bentuk tertulis.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Langkah awal

Pada saat pertemuan dengan informan, peneliti perlu benar-benar

memahami konteksnya agar suasana wawancara bisa berjalan lancar. Oleh

karena itu peneliti perlu menjalin keakraban dengan informan yang

dihadapinya, dan memberikan kesempatan pada informan untuk

mengorganisasikan apa yang ada dalam pikirannya, sehingga benar-benar

terjadi suasana yang santai.

d. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif

Irama wawancara perlu dijaga supaya tetap santai tetap lancar. Peneliti

jangan banyak memotong pembicaraan, dan berusaha menjadi pendengar

yang baik tetapi kritis. Peneliti jangan banyak bicara supaya bisa belajar

lebih banyak dalam kelancaran prosesnya. Disini peneliti tetap menjaga

pembicaraan agar semakin terfokus dan mendalam, dan mampu

mengungkap hal-hal yang agak berulang demi pendalamannya, selama

tidak mengganggu kelancaran pembicaraan informannya.

e. Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan

Peneliti perlu memahami kondisi pelaksanaan wawancara dengan

produktivitasnya.

Terdapat pembagian wawancara, sebagaimana yang dinyatakan oleh

seorang ahli, yaitu: “Secara garis besar, ada dua macam teknik wawancara, yaitu :

wawancara tidak terstruktur dan wawancara terstruktur” (HB. Sutopo, 2002: 58).

Kedua macam teknik wawancara dapat dijabarkan sebagai berikut : Pertama yaitu

wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak hanya memuat garis

besar yang akan ditanyakan. Kreativitas dari peneliti sangat diperlukan dalam

teknik ini, bahkan hasil wawancara dengan jenis teknik ini lebih banyak

tergantung dari peneliti. Wawancara ini dilakukan dengan cara tanya-jawab

sambil bertatap-muka antara pewawancara dan informan, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat

dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Kedua yaitu wawancara terstruktur

yaitu wawancara yang disusun secara terperinci sehingga peneliti hanya

membubuhkan tanda check pada nomor yang sesuai. Masalah ditentukan oleh

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

peneliti, di mana pertanyaan telah disusun sedemikian rupa dan responden

diharapkan menjawab dalam bentuk informasi yang sesuai dengan kerangka kerja

peneliti. Jenis wawancara terstruktur dilakukan dam waktu yang relatif singkat

apabila dibandingkan dengan wawancara tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti

adalah wawancara terbuka, wawancara terstruktur dan wawancara berencana dan

tidak berencana. Wawancara terbuka karena dalam wawancara tersebut para

subyeknya mengetahui maksud dan tujuan dari wawancara yang dilakukan oleh

peneliti. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara

berencana dilakukan terhadap informan yang diseleksi, sedangkan wawancara

tidak berencana dilakukan dengan orang yang peneliti jumpai secara kebetulan.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang sangat penting

dalam suatu penelitian. Karena data yang diperoleh dari observasi merupakan

hasil pengamatan/penyelidikan yang dilakukan secara sistematis baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi khusus terhadap kegiatan yang

terjadi. Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data-data dari sumber

data berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda, dan rekaman gambar.

Sebagaimana dikatakan oleh seorang ahli, bahwa “Observasi atau pengamatan

adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil

kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya” (Burhan

Bungin, 2008: 115). Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber

data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar.

Observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut

Spardley dalam Sutopo (2002:65) “Observasi dapat dibagi menjadi observasi tak

berperan dan observasi berperan yang terdiri dari berperan pasif, berperan aktif

dan berperan penuh”. Agar lebih terperinci, maka akan dijelaskan sebagai berikut:

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

a. Observasi tak berperan

Dalam observasi ini, peran peneliti tidak diketahui oleh subyek yang

diteliti. Observasi ini dapat dilakukan dengan jarak jauh untuk mengamati

perilaku seseorang atau sekelompok orang di suatu lokasi tertentu dengan

memilih tempat khusus yang berada di lokasi tetapi di luar perhatian

kelompok yang diamati.

b. Observasi berperan

Dalam observasi ini, peneliti mendatangi lokasi yang digunakan sebagai

obyek penelitian sehingga kehadirannya diketahui oleh pihak yang

diamati.

1) Observasi berperan pasif

Observasi ini dalam penelitian kualitatif juga disebut dengan

observasi langsung. Observasi ini akan dilaksanakan secara formal

maupun informal, untuk mengamati berbagai kegiatan dan

peristiwa yang terjadi di tempat penelitian.

2) Observasi berperan aktif

Peneliti memainkan berbagai peran yang memungkinkan berada

dalam situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peneliti tidak

hanya berperan dalam bentuk dialog yang mengarah pada

pendalaman dan kelengkapan data tetapi juga dapat mengarahkan

peristiwa yang sedang dipelajari demi kemantapan data.

3) Observasi berperan penuh

Peneliti memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-

benar terlibat dalam suatu kegiatan yang ditelitinya dan peran

peneliti tidak bersifat sementara sehingga peneliti tidak hanya

mengamati tetapi bisa berbuat sesuatu dan berbicara.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi langsung atau

observasi berperan pasif dengan mendatangi lokasi yang menjadi obyek penelitian

yaitu di Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu untuk melihat dan mengamati

situasi dan kondisi yang ada sehingga mendapatkan kebenaran dan melihat

kenyataan yang terjadi.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

3. Analisis Dokumen

Analisis dokumen adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi

yang terdapat dalam arsip dan dokumen. Dokumen sangat berguna untuk

memahami aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok manusia tertentu, yang

faktanya tersimpan di dalam berbagai dokumen tersebut. Dokumen digunakan

peneliti sebagai salah satu sumber data karena dokumen sebagai data dapat

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan suatu

keadaan. Sebagaimana dinyatakan oleh ahli: “ pada intinya metode dokumenter

adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.” (Burhan Bungin,

2008: 121).

Menurut Yin dalam H.B Sutopo (2002;70) analisis dokumen disebut

sebagai content analysis, yaitu bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting

yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga maknanya yang tersirat.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah menganalisis

dokumen dan arsip tentang tradisi bersih desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar, dengan cara mengamati, mencatat dan menyimpulkan

dari apa yang tersirat dan tersurat dalam setiap dokumen serta arsip yang menjadi

sumber data. Informasi dari metode ini dapat ditemui buku, dokumen pemerintah

maupun swasta, dan data-data dari arsip tertulisa yang relevan dengan Tradisi

bersih desa Dukutan.

F. Validitas Data

Apabila data telah terkumpul dan tercatat, peneliti harus menguji

kebenaran dari setiap data yang didapat, yang biasa disebut dengan validitas data.

Validitas data digunakan sebagai dasar analisis data sebagai hasil penelitian.

Untuk melakukan validitas data, peneliti harus mempunyai cara-cara yang tepat.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan teknik trianggulasi. Seorang

ahli menyatakan bahwa Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Lexy J. Moleong,

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2001:178). Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan, untuk memperoleh data yang

dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka data tersebut

haruslah dibandingkan satu dengan lainnya, sehingga diperoleh kesamaan.

Terdapat empat macam teknik trianggulasi, yaitu : 1. Trianggulasi data

(data triangulation), 2. Trianggulasi peneliti (investigator triangulation), 3.

Trianggulasi metodologis (methodological triangulation), 4. Trianggulasi teoritis

(theoretical triangulation) (Patton dalam HB. Sutopo, 2002). Keempat macam

teknik dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Trianggulasi data, dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data

untuk mengumpulkan data yang sama

2. Trianggulasi peneliti, yakni pengumpulan data yang semacam, dilakukan

oleh beberapa peneliti

3. Trianggulasi metode, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan metode yang berbeda atau dengan mengumpulkan data

sejenis tetapi menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda

4. Trianggulasi teori, yaitu melaksanakan penelitian tentang topik yang sama

dan datanya dianalisis dengan menggunkan beberapa perspektif teoritis

yang berbeda.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik trianggulasi, yaitu

trianggulasi data dan trianggulasi metode. Ttrianggulasi data atau sumber

merupakan penggunaan beragam sumber data dalam suatu kajian, sebagai contoh,

mewawancarai orang pada posisi status yang berbeda atau dengan titik pandang

yang berebeda. Artinya, data yang sama atau sejenis, secara kelompok berasal dari

sumber sejenis atau pun berbeda jenis. Menggunakan trianggulasi data

dikarenakan dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dari berbagai

sumber, baik dari masyarakat di Desa Nglurah maupun pejabat terkait di

lingkungan Desa Nglurah, kemudian informasi dari narasumber yang lain,

sehingga data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya.

Trianggulasi yang kedua adalah trianggulasi metode. Trianggulasi

metodologis adalah penggunaan metode ganda untuk mengkaji masalah atau

program tunggal, seperti wawancara, pengamatan, daftar pertanyaan terstruktur

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dan dokumen. Menggunakan tringgulasi metode, karena dalam penelitian ini

pengumpulan data dilakukan dengan metode-metode yang berbeda-beda, yaitu

dengan menggunakan metode wawancara, observasi, maupun metode analisis

dokumen.

G. Analisis Data

Menurut pendapat Lexy J. Moleong (2001:103) analisis data adalah

proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, katagori dan satuan

uraian dasar sehingga ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja

seperti yang disarankan oleh data yang didapat.

Analisis data memuat empat komponen, yaitu : “Pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data atau display, penarikan kesimpulan atau conclution

drawing.” (Miles dan Huberman, 1992:20). Keempat tahapan akan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber

antara lain informan, dokumen, peristiwa dan buku-buku yang relevan.

Teknik yang dianggap relevan untuk penelitian ini adalah observasi

langsung, wawancara mendalam dan analisis dokumen.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan

abstraksi data dari fieldnote (catatan lapangan). Proses ini berlangsung

terus sepanjang penelitian sampai laporan akhir untuk mempertegas,

mempermudah dan membuat fokus, membuang hal yang tidak penting,

serta mengatur data sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

3. Penyajian data atau display

Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan dengan melihat

penyajian data, dapat dipahami berbagai hal yang terjadi dan

memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan

lain berdasarkan pemahaman penyajian data yang dapat meliputi berbagai

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

matriks, gambar, skema dan tabel. Semuanya dirancang guna merakit

informasi secara teratur agar mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk

yang kompak.

4. Penarikan kesimpulan atau conclution drawing

Penarikan kesimpulan merupakan kesimpulan dari apa yang telah diteliti

dari awal hingga akhir. Penarikan kesimpulan hanyalah merupakan

sebagian dari satu kegiatan dari kofigurasi yang utuh. Kesimpulan akhir

ditentukan sampai proses pengumpulan data berakhir. Dalam melakukan

penarikan kesimpulan peneliti bersikap terbuka artinya apabila pada akhir

penelitian menemukan data yang kurang akurat, peneliti tidak segan-segan

untuk mengadakan penyimpulan ulang.

Adapun model teknik analisanya dapat digambarkan dalam bentuk skema

sebagai berikut :

Gambar 2. Teknik Analisa Data

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Kesimpulan/ Penarikan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Keterangan :

Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang dianggap membantu

dalam membantu memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

Kemudian data-data tersebut direduksi dengan melakukan proses seleksi,

pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote (catatan lapangan).

Proses ini berlangsung terus sepanjang penelitian sampai laporan akhir untuk

mempertegas, mempermudah dan membuat fokus, membuang hal yang tidak

penting, serta mengatur data sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Lalu

setelah reduksi data peneliti menyajikan data yaitu merakit informasi secara

teratur agar mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang kompak. Setelah

data tersajikan, maka penulis menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh

dari awal higga akhir pencarian. Dalam melakukan penarikan kesimpulan peneliti

bersikap terbuka artinya apabila pada akhir penelitian menemukan data yang

kurang akurat, peneliti tidak segan-segan untuk mengadakan penyimpulan ulang.

H. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini diawali dengan kegiatan persiapan yang

dilanjutkan dengan pengumpulan data. Tahap persiapan akan didapat kerangka

berfikir yang akan digunakan dasar dalam penulisan proposal. Setelah itu

dilanjutkan dengan pengumpulan data-data yang dianggap relevan dengan

penelitian, kemudian dianalisis dan apabila dirasa data yang diperlukan belum

mencukupi akan dilakukan studi kasus kembali. Setelah dianalisis, data-data yang

terkumpul diverifikasi sehingga menghasilkan simpulan akhir yang dilanjutkan

dengan penyusunan laporan penelitian

Bagan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Gambar 3. Prosedur Penelitian

Dari skema di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Penulisan proposal dan persiapan pelaksanaan penelitian

Prosedur penelitian yang paling awal dilakukan adalah penulisan

proposal. Pada tahap ini berisi garis-garis besar penelitian yang akan

dilaksanakan yang meliputi perumusan masalah, penyusunan kerangka

berfikir, dan pemilihan lokasi penelitian. Langkah selanjutnya

mengadakan persiapan pelaksanaan, yaitu mengurus perizinan skripsi.

Perizinan yang dimaksud adalah perizinan mengadakan penelitian ke

lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan.

2. Pengumpulan data dan analisis data awal

Pengumpulan data dilakukan di lapangan penelitian termasuk di

dalamnya mengadakan wawancara dengan para informan dan

mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Selain itu diadakan

studi pustaka terhadap sumber-sumber tertulis yang mempunyai kaitan

dengan penelitian sebagai data. Data yang terkumpul kemudian di

klasifikasikan, dianalisis, dan diinterprestasikan serta menjawab

perumusan masalah data yang sudah terjaring diadakan analisis awal.

Penulisan Proposal

Persiapan pelaksanaan penelitian

Pengumpulan data

Dan Analisis Awal

Analisis akhir dan penarikan kesimpulan

Penulisan Laporan

Perbanyak laporan

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

3. Analisis akhir dan penarikan kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti menganalisis lagi data yang telah didapat dengan

teliti, jika kurang sesuai diadakan perbaikan, kemudian data tersebut

dikelompokkan sesuai dengan masalah penelitian. Data yang sudah

disusun rapi yang merupakan bagian dari analisis awal, maka kegiata

selanjutnya diadakan analisis akhir dengan mengorganisirkan dan

mengurutkan data dalam pola dan uraian dasar, sehingga dapat ditarik

suatu kesimpulan.

4. Penulisan laporan dan memperbanyak laporan

Data-data yang sudah dikumpulkan disusun dengan rapi berdasarkan

pada pedoman penelitian kualitatif, maka akan dapat sebuah laporan

penelitian sebagai bentuk karya ilmiah. Agar dapat dibaca oleh

masyarakat umum yang ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan,

maka di perbanyaklah hasil laporan ini.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu wilayah di Propisi Jawa

Tengah bagian timur, tepatnya di sebelah barat lereng Gunung Lawu. Secara

astronomis Kabupaten Karanganyar terletak pada garis lintang 7˚,28” sampai

7˚.46” Lintang Selatan dan 110˚.40” sampai 110˚.70” Bujur Timur. Dengan luas

wilayah 77.378,6 hektar, Kabupaten Karanganyar terbagi menjadi 17 wilayah

kecamatan. Dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan

Kabupaten Wonogiri.

b. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten

Boyolali.

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Magetan Jawa Timur.

d. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen.

Secara geografis Kabupaten Karanganyar terdiri dari daerah datar dan

pegunungan, tepatnya di lereng Gunung Lawu beriklim tropis dengan suhu rata-

rata 22˚C-31˚C dan pada ketinggian 511m di atas permukaan laut (Profil Potensi

Budaya Karanganyar:2010).

Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 wilayah kecamatan antara lain :

Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Jaten, Kecamatan

Colomadu, Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan Kebakramat, Kecamatan

Mojogedang, Kecamatan Kerjo, Kecamatan Jenawi, Kecamatan Ngargoyoso,

Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan

Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Matesih dan Kecamatan

Tawangmangu.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Kecamatan Tawangmangu merupakan wilayah paling timur di

Kabupaten Karanganyar. Yang berbatasan langsung dengan kabupaten Magetan

propinsi Jawa Timur. Kecamatan Tawangmangu memiliki tiga kelurahan dan 7

desa yaitu Kelurahan Tawangmangu, Blumbang, Kalisoro dan Desa

Bandardawung, Karanglo, Sepanjang, Tengklik, Gondosuli, Nglebak, Plumbon.

Kelurahan Tawangmangu sendiri dibagi dalam 4 dusun atau lingkungan

yaitu Lingkungan Nglurah, Lingkungan Nano, Lingkungan Beji dan Lingkungan

Tawangmangu. Yang terdiri dari 12 RW dan 51 RT.

Tradisi bersih desa Dukutan merupakan sebuah tradisi yang berkembang

di Kecamatan Tawangmangu, tepatnya berkembang di Lingkungan Nglurah

kelurahan Tawangmangu. Berikut ini merupakan kondisi geografis Lingkungan

Nglurah:

a. Keadaan Alam

Desa Nglurah merupakan sebuah lingkungan di Kelurahan

Tawangmangu Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa

Tengah. Letak Nglurah yang berada di Lereng Gunung Lawu membuat wilayah

ini berhawa dingin. Nglurah berada sekitar 2,5 km ke arah timur dari pusat kota

Tawangmangu.

Di daerah ini curah hujan cukup tinggi sehingga tidak banyak tanaman

yang bisa tumbuh di Lingkungan Nglurah ini. Penghasilan utama warga Nglurah

dari sektor pertanian dan perkebunan antara lain berupa sayuran seperti wortel,

kol, sawi, jagung, dan cengkeh. Selain itu yang menarik dari daerah ini adalah

menjadi sentra tanaman hias yang ada di Kecamatan Tawangmangu. Sebagian

besar warga Nglurah membudidayakan tanaman hias untuk kemudian dijual dan

hasilnya sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari. Tanaman yang biasa

dibudidayakan antara lain seperti bunga mawar, macam-macam tanaman

antorium, dan tanaman-tanaman yang lain.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

b. Luas Wilayah

Luas keseluruhan lingkungan Nglurah kurang lebih adalah 183 Ha. Luas

tersebut hanya 15% dari luas keseluruhan Kelurahan Tawangmangu yang

memiliki luas 3.373.880 ha. Secara rinci luas wilayah Lingkungan Nglurah

Kelurahan Tawangmangu dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Luas Wilayah Lingkungan Nglurah Kelurahan Tawangmangu

No Keterangan Luas (ha)

1. Tanah Kering

a) Pekarangan/ bangunan 17

b) Tegal / Kebun 24

2. Hutan Negara 140

3. Sungai, jalan, punden/candi, kuburan dan lain-lain 2

Jumlah 183

Sumber: Data Korling Nglurah, 2012

Secara administratif luas wilayah Nglurah 183 ha tersebut dibagi menjadi

empat dukuh, yaitu: 1) Nglurah Lor, yang terdiri dari 5 RT; 2) Nglurah Kidul,

yang terdiri dari 4 RT; 3) Ngledok Sari, terdiri dari 4 RT; 4) Tegal Sari yang

terdiri 1 RT. Sedangkan batas-batas lingkungan Nglurah adalah sebelah utara

adalah lingkungan Nano dan Beji, sebelah timur adalah Kelurahan Kalisoro,

sebelah selatan adalah Kecamatan Jatiyoso dan sebelah barat daya adalah Desa

Sepanjang.

2. Kondisi Demografi

a. Jumlah Penduduk

1) Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin

Dari jumlah keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Tawangmangu

yang memiliki jumlah penduduk 10.222 jiwa yang terdiri dari 5.059 penduduk

laki-laki dan 5.163 penduduk perempuan ,desa Nglurah memiliki jumlah

penduduk yaitu 1.635 jiwa dengan perincian sebagai berikut :

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4. Jumlah Penduduk Lingkungan Nglurah Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 832

2. Perempuan 803

Jumlah 1.635

Sumber : Monografi Kelurahan Tawangmangu dan Data Korling Nglurah 2012

2) Jumlah Penduduk Menurut Usia

Pengklasifikasian jumlah penduduk menurut usia digunakan untuk

mengetahui misalnya jumlah anak usia sekolah, usia produktif dan lansia.

Biasanya digunakan untuk perencanaan wajib belajar pada anak usia sekolah,

banyaknya usia produktif yang berhubungan dengan lapangan pekerjaan, dll.

Jumlah penduduk Lingkungan Nglurah menurut usia adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Usia

No Usia Jumlah1. 0 - 4 64

2. 5 - 9 97

3. 10 - 14 147

4. 15 - 19 226

5. 20 - 24 165

6. 25 - 29 202

7. 30 - 39 281

9. 40 - 49 187

10. 50 - 59 195

11. 60 keatas 71

Jumlah 1.635

Sumber : Monografi Kelurahan Tawangmangu dan Data Korling Nglurah 2012

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3) Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Dengan komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat diketahui

jumlah penduduk yang pernah sekolah, tidak sekolah, tidak pernah sekolah dan

penduduk yang belum sekolah. Usia anak sekolah mulai adalah 5 tahun (Taman

kanak-kanak). Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan Lingkungan Nglurah

antara lain :

Tabel 6. Jumlah Penduduk Lingkungan Nglurah Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah

1. Lulus S1 / S2 / S 3 7

2. Lulus D1 / D2 / D3 17

3. Lulus SLTA 196

4. Lulus SLTP 302

5. Lulus SD 709

7. Belum Lulus SD 208

8. Tidak Tamat SD 79

8. Taman Kanak-kanak 32

9. Tidak Sekolah 21

10. Belum Sekolah 64

Jumlah 1.635

Sumber : Data Korling Nglurah, 2012

Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah penduduk Nglurah yang tidak

sekolah, tidak tamat, belum lulus, lulus dari beberapa jenjang pendidikan dan

yang belum sekolah. Yang belum sekolah merupakan anak yang masih berumur

0-4 tahun yang berjumlah 64 orang.

4) Jumlah Penduduk Menurut Agama

Dilhat dari segi agama yang dianut oleh masyarakat, penduduk Nglurah

hampir semua menganut agama Islam. Apabila ditinjau dari jumlah penduduk

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kelurahan Tawangmangu mayoritas adalah penganut agama Islam (Monografi

Kelurahan Tawangmangu, 2011-2012).

b. Mata Pencaharian Penduduk

Tabel 7. Jumlah Penduduk Lingkungan Nglurah Menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

1. Pegawai Negeri Sipil 15

2. Pegawai Swasta 34

2. Wiraswasta / pedagang 76

3. Petani sendiri 124

4. Buruh tani 97

5. Buruh industri 83

6. Pensiunan 20

7. Angkutan 6

8. Buruh Bangunan 112

9. Pengusaha 8

10. Lainnya 379

Sumber : Data Korling Nglurah, 2012

Sebagian besar penduduk Nglurah bermata pencaharian petani untuk

sebagian besar masyarakat yang memiliki ladang atau lahan pertanian, juga

sebagai petani bunga yang membudidayakan tanaman hias dan bunga-bungaan.

Sedangkan bagi penduduk atau masyarakat yang tidak memiliki ladang biasanya

bekerja sebagai buruh tani, buruh industri, pedagang, pegawai swasta, pegawai

negeri, bidan dan lain sebagainya.

Bagi yang tidak menekuni pekerjaan di sektor pertanian banyak diantara

masyarakat Nglurah yang merantau ke luar kota ataupun ke luar Jawa. Selain itu

banyak penduduk Nglurah yang mempunyai pekerjaan tetap sebagai pegawai

tetapi juga mempunyai ladang, biasanya pagi sampai siang bekerja sebagai

pegawai dan disore harinya baru berladang. Bisa juga ladangnya digarap oleh para

buruh tani. Buruh tani merupakan orang-orang yang sehari-harinya menjual jasa

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

tenaganya untuk menanam dan memelihara tanaman diladang milik orang lain

dengan mendapatkan upah atau paron. Memang dari sektor pertanian sampai saat

ini masih menjadi sumber penghasilan untuk sebagian besar penduduk Nglurah.

3. Kondisi Sosial Masyarakat

a. Sistem kepercayaan

Sebagian besar masyarakat Nglurah menganut agama Islam. Tetapi

masyarakat Nglurah juga masih percaya dengan hal-hal yang menjadi

kepercayaan nenek moyang. Misalnya adalah kepercayaan terhadap roh-roh halus

yang hidup disekitar kehidupan. Masyarakat Nglurah juga masih mempercayai

mitos-mitos yang berkembang. Masyarakat Nglurah pada khususnya dan

masyarakat Jawa pada umumnya mempercayai adanya roh pelindung atau yang

biasa disebut dengan yang Bahureksa atau danyang. Untuk itu perlu dilakukan

persembahan kepada danyang agar selalu melindungi masyarakat dan Desa

Nglurah. Persembahan itu misalnya berupa sesaji yang terdiri berbagai jenis

makanan dan bunga tertentu, sesuai dengan yang diyakini sebagai kesukaan

danyang.

b. Sistem Kemasyarakatan

Dalam kehidupan bermasyarakat tentu saja memiliki hubungan-

hubungan antar warga masyarakat. Seperti pada kehidupan masyarakat desa tidak

lepas dari kehidupan gotong royong dan semua pekerjaan atau apapun selalu di-

sengkuyung bersama. Orang Jawa mempunyai sikap gotong royong yang dilandasi

pemikiran filosofis “sepi ing pamrih, rame ing gawe”. Kegiatan kemasyarakatan

yang ada dalam kehidupan masyarakat Nglurah antara lain ;

1) Gotong royong

a) Sambatan (gotong royong dalam memperbaiki rumah)

Masyarakat Jawa mengenal kegiatan gotong-royong dengan

menyebutnya sambatan. Yang berarti bersama-sama secara gotong

royong membantu tetangga yang membangun rumah. Hampir semua

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

warga ketika mendirikan atau memperbaiki rumah akan mengundang

orang lain atau tetangga untuk membantu.

Dalam kegiatan ini yang banyak berpartisipasi adalah orang

laiki-laki. Karena dalam membangun rumah pada umumnya

memerlukan tenaga kerja laki-laki. Sedangkan untuk yang

perempuan ikut membantu memasak dan menyiapkan makan dan

minum untuk warga yang turut membantu.

b) Gotong royong di bidang ekonomi

Warga Nglurah memiliki perkumpulan dari bapak-bapak,

ibu-ibu PKK dan karangtaruna. Perkumpulan ini selain untuk

mengumpulkan warga tetapi juga untuk mengumpulkan biaya yang

dijadikan sebagai uang kas. Apabila salah satu warga tertimpa

musibah, warga yang lainnya dapat membantu. Dengan uang kas

tersebut diharapkan dapat membantu meringankan warga yang

terkena musibah.

c) Gotong royong pada upacara berkaitan dengan lingkaran hidup

Upacara yang berkaitan dengan siklus hidup antara lain

mitoni, dilanjutkan dengan upacara setelah bayi lahir, diberi nama,

selapanan, pernikahan, hingga seseorang meninggal dunia. Dalam

kegiatan tersebut para tetangga akan datang dengan sukarela untuk

membantu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk

upacara-upacara tersebut.

d) Gotong royong dalam tradisi Dukutan

Dalam tradisi bersih desa Dukutan diperlukan beberapa

persiapan. Persiapan yang menunjukkan kegotongroyongan

masyarakat Nglurah adalah ketika membersihkan desa dan tempat

diadakannya ritual Dukutan yaitu di situs Menggung. Warga

membersihkan, memasang tarub di gedung serba guna milik

Lingkungan Nglurah, dan memasak janur-janur kuning di tempat

yang akan dilakukan ritual.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2) Lembaga Sosial Masyarakat

a) Perkumpulan RT dan RW

Perkumpulan yang terdiri dari laki-laki yang sudah

berkeluarga atau bapak-bapak ini juga mempunyai pertemuan rutin

untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan desa

Nglurah.

b) Perkumpulan Ibu-ibu PKK

Dalam perkumpulan ini diadakan arisan PKK, dilakukan

secara rutin. Dalam perkumpulan ini juga mengumpulkan dana yang

bisa digunakan untuk membantu warga yang terkena musibah

c) Perkumpulan Karangtaruna

Perkumpulan karangtaruna atau perkumpulan muda-mudi ini

bertujuan mempereerat tali persaudaraan dan persahabatan antar para

pemuda dan pemudi desa Nglurah. Dalam perkumpulan ini biasa

diisi dengan kegiatan positif kepemudaan untuk menjalin kerukunan

dan kerjasama antar pemuda Nglurah.

d) Paguyuban Tani

Tujuan dari paguyupan tani adalah meningkatkan kualitas

dan kuantitas kerja masyarakat, khususnya adalah petani, serta

mempererat tali persaudaraan antarwarga.

4. Potensi Desa Nglurah

a. Potensi Alam

Berdasarkan pembagian wilayah secara admininistratif wilayah

lingkungan Nglurah terletak di Kecamatan Tawangmangu yang berada di lereng

Gunung Lawu. Curah hujan yang berkisar antara 50-110 mm/ tahun, menjadikan

pertanahan di wilayah Tawangmangu mudah ditanami beberapa tumbuhan.

Demikian juga dengan wilayah desa Nglurah. Nglurah merupakan sentra tanaman

hias yang ada di Tawangmangu. Masyarakat sekitar banyak yang

membudidayakan tanaman hias dan aneka bunga-bungaan. Mata pencaharian

warga Nglurah yang sebagian besar petani, tanaman-tanaman hias tersebut

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

menjadi aset pendapatan warga Nglurah. Tanaman-tanaman tersebut antara lain

seperti bunga mawar, cemara, anggrek, aneka antorium, dll. Sehingga desa

Nglurah sendiri telah dikenal oleh masyarakat dari luar Tawangmangu sebagai

sentra bunga dan tanaman hias. Banyak para pecinta tanaman hias yang singgah

ke desa Nglurah untuk membeli bebrapa tanaman. Selain tanaman hias dan bunga-

bungaan, warga juga menanam sayur-sayuran seperti wortel, sawi, kol, jagung,

dll.

b. Potensi Pariwisata

Tawangmangu notabenya merupakan kawasan wisata yang menarik.

Wisata alam yang patut dibanggakan, pemandangan alam yang indah. Hamparan

hijau pohon-pohon juga selalu mengelilingi wilayah Tawangmangu dan iklim

yang sejuk menambah daya tarik wisatawan. Objek-objek wisata yang ada di

Tawangmangu tidak jauh dari wilayah Lingkungan Nglurah. Objek wisata

tersebut antara lain, Air terjun Grojogan Sewu, Taman Balekambang dan puncak

Gunung Lawu, dll.

Daya tarik wisata tersebut didukung dengan sarana transportasi yang

memadahi. Jalur-jalur menuju obyek wisata dapat dilalui baik dengan

menggunakan kendaraan kecil maupun besar seperti bus. Nglurah yang

merupakan sentra tanaman hias di Tawangmangu juga dapat menarik wisatawan

untuk berkunjung.

c. Potensi Budaya

1) Tradisi Bersih Desa

Tawangmangu merupakan salah satu kecamatan yang masih gencar

untuk nguri-uri kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang. Banyak desa-

desa yang ada di wilayah Tawangmangu yang mempunyai tradisi-tradisi

kebudayaan yang unik yang masih tetap dilaksanakan sampai saat ini. Mesikpun

masih dalam satu lingkup Kecamatan namun tradisi dari desa-desa tersebut

mempunyai keunikan masing-masing.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Di wilayah Kecamatan Tawangmangu tradisi atau upacara adat yang

masih diselenggarakan antara lain :

a) Upacara adat Julungan yang merupakan upacara bersih desa yang

dilaksanakan setiap Selasa Kliwon pada Wuku Julungwangi. Upacara

Julungan ini dilaksanakan di desa Kalisoro Kecamatan Tawangmangu.

b) Upacara adat atau tradisi Mondosiyo. Upacara tradisi ini bertujuan

untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar warga selalu

diberi keselamatan lahir batin, dijauhkan dari segala bencana dan

selalu diberi berkah dan keberhasilan. Upacara tradisi Mondosiyo

dilaksanakan setiap hari Selasa Kliwon Wuku Mondosiyo. Upacara

tradisi ini dilaksanakan di desa Pancot Blumbang Kecamatan

Tawangmangu.

c) Tradisi Ruwahan yang dilaksanakan di desa Nano dan Beji kecamatan

Tawangmangu. Kegiatan biasanya dengan mengunjungi makam atau

punden leluhur masyarakat setempat.

d) Tradisi Dukutan. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur

masyarakat dan sebagai media permohonan agar masyarakat sehat,

desa diberi keselamatan dan rejeki masyarakat melimpah. Tradisi

Dukutan yang diselenggarakan di desa Nglurah ini dilakukan setiap

hari Selasa Kliwon Wuku Dukut yang dilaksanakan setiap 6 lapan

atau tujuh bulan sekali.

Masyarakat di Desa Nglurah pada khususnya yang mempunyai tradisi

Dukutan, menganggap bahwa tradisi warisan dari nenek moyang harus tetap

dilestarikan. Karena Dukutan merupakan sebuah kebudayaan yang dilakukan

secara turun temurun tersebut merupakan aset yang berharga bagi masyarakat

sekitar. Banyak nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi tersebut baik nilai

filosofi, nilai budaya dan nilai religi yang dianggap penting bagi masyarakat

sekitar (Profil Potensi Budaya Karanganyar,Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kab. Karanganyar 2010).

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2) Kelompok Ketroprak di Desa Nglurah

Desa Nglurah memiliki masyarakat yang sadar akan pentingnya

melestarikan suatu budaya. Ketropak merupakan sebuah budaya Jawa yang kini

sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Namun di desa Nglurah mempunyai

sebuah kelompok ketoprak dengan nama Wagu Budoyo. Yang menarik kelompok

ini banyak diikuti oleh kaum muda. Para pemuda dari desa Nglurah ini

mempunyai kesadaran bahwa budaya itu harus dilestarikan. Kelompok ketoprak

ini pernah tampil di taman Balekambang di Surakarta.

5. Situs Purbakala Menggung di Desa Nglurah

Menggung merupakan situs purbakala yang berada di Nglurah

Kecamatan Tawangmangu. Situs ini mempunyai umur yang sudah tua. Situs

Menggung berasal dari zaman Hindu. Menurut cerita dari masyarakat sekitar Desa

Nglurah Menggung merupakan tempat persembunyian Airlangga. Apabila dilihat

secara geografis letak Menggung yang berada di balikgunung tersebut mempunyai

kelebihan apabila dilihat dari segi keamanan dan kenyamanan. Wilayah gunung

yang berbukit-bukit tertutup hutan belantara dan semak belukar menyediakan

kebutuhan air besrsih dan tumbuhan yang beraneka ragam juga menjadi alasan

mengapa Airlangga mendirikan tempat tersebut sebagai persembunyian atau

peristirahatan.

Situs Menggung sampai sekarang masih ramai didatangi pada hari-hari

tertentu. Disekeliling situs ini merupakan penyemaian tanaman hias yang menjadi

usaha masyarakat Nglurah. Di situs ini ada loketnya tapi tidak ada penjaganya.

Tetapi situs Menggung ini berada dalam perlindungan Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.

Terdapat empat dwarapala yang menjaga tangga pintu masuk menuju

petilasan, yaitu dua disisi kanan dan dua disisi kiri. Dua di kanan memegang gada

dan dua di kiri sudah tidak jelas lagi bentuknya. Anak tangga menuju ke puncak

situs ini jumlahnya 20-an. Setelah mencapai titik ujung tangga paling atas

terpampang area datar yang berukuran 10 x 15 meter yang merupakan teras kedua,

sedangkan teras pertama adalah tempat sebelum naik tangga. Terdapat enam

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

pohon tua dengan diameter 1 hingga 1,5 meter di teras yang kedua. Setelah itu

terdapat sepasang dwarapala yang menghantar ke teras yang ketiga.

Pada teras yang ketiga terdapat pohon yang terbesar dan tertinggi yang

berada tidak jauh dari dwarapala yang memiliki diameter 3 meter. Pohon yang

mirip dengan beringin tersebut berada di dekat tinon, yaitu tembok dengan ukuran

3x 5 meter mengelilingi dua arca yang dikeramatkan. Terdapat sebuah arca yang

berada diantara cekungan pohon besar tersebut. Arca-arca yang ada di situs

Menggung ini unik, karena berukuran mini atau kecil. Dwarapala hanya setinggi

80 cm sedangkan arca yang berada di cekungan pohon hanya setinggi 50 cm.

Hanya ada dua arca yang berada dalam tinon yang terbilang tinggi yaitu 1,5 meter.

Sepasang arca ini yang menjadi pusat Menggung. Kedua arca ini dikenal oleh

masyarakat dengan sebutan Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih. kedua tokoh

tersebut yang menjadi alasan masyarakat ke Menggung pada malam Selasa

kliwon dan Jumat Kliwon yang jatuh setiap enam bulan sekali. Tidak hanya dari

masyarakat Nglurah tetapi juga rombongan-rombongan dari luar kota. Selain itu

tradisi Dukutan yang dilaksankan setiap Selasa Kliwon wuku Dukut juga

digunakan sebagai ungkapan syukur terhadap pepunden masyarakat Nglurah yaitu

Kyai Menggung yang diyakini merupakan julukan dari Narotama yang

merupakan pengikut Airlangga. Sedangkan Nyi Rasa Putih merupakan musuh dari

Kyai Menggung yang akhirnya menikah pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut.

Sehingga masyarakat meyakini ahri tersebut untuk melaksanakan tradisi Dukutan.

Tidak ada candra sangkala yang menunjukkan kapan didirikan peltilasan ini.

Tetapi apabila benar Kyai Menggung adalah Narotama, artinya tempat tersebut

sudah berusia 10 abad atau seribu tahun, karena Narotama hidup pada abad ke-11

(Profil Potensi Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar:2010).

B. Latar Belakang Tradisi Bersih Desa Dukutan di Desa Nglurah

1. Tradisi Bersih Desa Dukutan

Tradisi bersih desa Dukutan adalah sebuah tradisi unik yang telah

dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang sampai sekarang, yang

dilakukan oleh seluruh masyarakat desa Nglurah. Tradisi ini dilakukan rutin setiap

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

6 lapan atau tujuh bulan sekali. Tepatnya pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut.

Disebut dengan Dukutan karena dilaksanakan setiap wuku Dukut.

Tradisi bersih desa Dukutan dilakukan dengan tujuan selamatan sebagai

ungkapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa agar masyarakat Nglurah

terhindar dari marabahaya, sehat dan rejeki lancar (wawancara dengan Bapak

Ridin, 8 Mei 2012).

2. Latar Belakang Diadakannya Tradisi Bersih Desa Dukutan

Tradisi Dukutan yang rutin dilakukan oleh masyarakat Nglurah

mempunyai cerita dibalik tradisi tersebut. Ada beberapa versi cerita yang menjadi

latar belakang diadakannya tradisi bersih desa Dukutan. Dua versi cerita tersebut

antara lain adalah versi Airlangga dan versi Watugunung. Kedua versi cerita

tersebut mempunyai perbedaan cerita dan tokoh pelaku dalam cerita tersebut.

Berikut ini penjabaran cerita kedua versi tersebut, yaitu:

a. Versi Airlangga

Cerita versi ini dimulai pada saat perjalanan Airlangga dari Kediri

beserta pengikutnya. Airlangga diserang oleh Kerajaan Sriwijaya dan

melarikan diri ke Wonogiri. Punden berundak Menggung (situs Menggung)

merupakan tempat persembunyian Airlangga dan pengikutnya yaitu Narotama.

Kemudian Airlangga kembali ke Kediri bersama dengan pengikutnya kecuali

Narotama yang tetap ingin tinggal di desa Nglurah. Narotama yang menempati

Menggung mendapat gelar Kyai Menggung. Selama tinggal di tempat tersebut

Kyai Menggung mempunyai seorang musuh bebuyutan yaitu seorang wanita

yang beranama Nyi Rasa Putih. Nyi Rasa putih mempunyai perwatakan yang

usil, nakal dan suka berulah. Berbeda sekali dengan pewatakan dari Kyai

Menggung yang mempunyai sifat baik, santun, bijaksana dan berwibawa.

Akhir cerita Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih ini menikah.

Pernikahan keduanya berlangsung pada hari Selasa Kliwon Wuku Dukut,

sehingga untuk memeperingatinya warga melaksanakan tradisi Dukutan

(Sumber : Dokumen Desa Nglurah).

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

b. Versi Watugunung

Versi kedua ini terdapat dua tokoh yaitu Dewi Sinta dan Watugunung.

Awal cerita bermula ketika Raja Ayorda memperistri seorang wanita cantik

yang bernama Dewi Sinta. Ketika Dewi Sinta hamil tiga bulan, raja Ayorda

meninggal dunia. Oleh karena itu Dewi Sinta harus meninggalkan istana dan

tinggal di hutan. Setelah anak yang dikandung Dewi Sinta lahir kemudian

diberi nama Prabangkat. Saat usia 5 tahun Prabangkat mulai menunjukkan

perilaku yang nakal dan suka mengganggu ibunya.

Pada suatu hari Dewi Sinta yang sedang sibuk menanak nasi,

Prabangkat mengganggu ibunya. Kemudian Dewi Sinta marah besar sampai

memukul kepala Prabangkat dengan centhong (sendok kayu) hingga berdarah.

Karena kesal Prabangkat lari meninggalkan Dewi Sinta.

Prabangkat mengembara, setelah beberapa lama sampailah di sebuah

kerajaan yaitu kerajaan Giriwesi. Kemudian Prabangkat diangkat sebagai

putera raja Giriwesi, dan diberi gelar Watugunung. Setelah dewasa

Watugunung menjadi raja di Kerajaan Giriwesi. Suatu hari Watugunung

mendengar sebuah kabar ada seorang janda cantik yang tidak mau dinikahi

oleh seorang raja yang kejam dari Blambangan. Wanita tersebut sebenarnya

adalah Dewi Sinta yang tidak lain merupakan ibu dari Watugunung sendiri.

Setelah itu wanita tersebut membuat sayembara bahwa siapa saja yang dapat

mengalahkan raja Blambangan, apabila seorang perempuan akan diangkat

sebagi saudara dan apabila seorang laki-laki bersedia untuk diperistri. Ternyata

Watugunung berhasil mengalahkan raja Blambangan, dan berhak memperoleh

istri wanita cantik tersebut. Watugunung dan Dewi Sinta belum mengetahui

bahwa mereka adalah ibu dan anak

Keduanya menikah dan kemudian dikaruniai 28 anak. Nama anak-

anak Watugunung dan Dewi Sinta adalah sebagai berikut: 1. Landep; 2. Wakir;

3. Kanthil; 4. Tolu; 5. Gumbret; 6. Rigo; 7. Ringan; 8. Julung; 9. Sungsang; 10.

Galungan; 11. Kuningan; 12. Langkir; 13. Mandasia; 14. Julung pugut; 15.

Pahang; 16. Guru Welut; 17. Marakeh; 18. Tambir; 19. Mamdangkungan; 20.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Matal; 21. Wuye; 22. Manahil; 23. Prabangkat; 24. Bala; 25. Wugu; 26.

Wayang; 27. Kalawu; 28. Dukut.

Keduapuluh delapan nama anak dari Watugunung dan Dewi Sinta ini

apabila dicermati merupakan nama-nama wuku dalam kalender Jawa. Setelah

mempunyai anak yang ke-8, Watugunung sering menyuruh istrinya untuk

mencarikan uban di kepalanya. Dewi Sinta sangat terkejut setelah melihat

bekas luka dikepala suaminya. Dewi Sinta teringat dengan anaknya yang

pernah dipukul dengan centhong (sendok kayu) dikepalanya. Karena panasaran

Dewi Sinta bertanya tentang luka yang terdapat dikepala Watugunung. dan

Watugunung menceritakan perihal luka dikepalanya tersebut. Setelah

mengetahui bahwa Watugunung adalah anaknya kemudian Dewi Sinta

menyuruh Watugunung untuk mencari maru atau selir bidadari. Watugunung

menyetujui permintaan itu, kemudian pergi ke khayangan untuk meminta maru

bidadari kepada Dewa Wisnu. Akan tetapi Dewa Wisnu tidak memperbolehkan

dan terjadi pertempuran antara Watugunung dan Dewa Wisnu. Dalam

pertempuran tersebut tidak ada yang kalah dan menang. Kemudian

Watugunung pulang dan menceritakan hal tersebut kepada istrinya bahwa

Watugunung harus bertarung dengan Dewa Wisnu, tetapi keduanya tidak dapat

saling mengalahkan. Dewi Sinta bertanya kepada Watugunung mengenai

kesaktian yang dimilikinya dan apa yang bisa mengalahkannya. Watugunung

menceritakan bahwa Watugunung dapat mati hanya pada hari Selasa Kliwon

wuku Dukut. Ternyata Dewa Wisnu mendengar percakapan antara

Watugunung dan Dewi Sinta dan akan berusaha membunuh Watugunung pada

waktu tersebut.

Pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut, Dewa Wisnu yang menajelama

menajdi ular menyerang watugunung secara tiba-tiba. Watugunung akhirnya

kalah dan dapat terbunuh oleh Dewa Wisnu. Anak-anaknya juga dibunuh

Dewa Wisnu. Hanya Dewi Sinta yang masih hidup, kemudian Dewi Sinta

mengajukan sebuah permintaan kepada Dewa Wisnu, bahwa dirinya ingin mati

tetapi juga ingin anak-anaknya masuk surga. Dewa Wisnu mengabulkan

permintaan Dewi Sinta tersebut dan kemudian Dewi Sinta meninggal.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Masyarakat Nglurah mempercayai bahawa anak Watugunung yang

bernama Dukut, dikuburkan di desa Nglurah. Kematiannya diperingati setiap

hari Selasa Kliwon wuku Dukut, sehingga disebut dengan Dukutan (Sumber :

Dokumen Desa Nglurah).

Berdasarkan dari kedua cerita di atas, masyarakat Nglurah banyak

yang mempercayai cerita versi Airlangga. Masyarakat meyakini bahwa punden

atau situs Menggung yang berada di desa Nglurah tersebut merupakan tempat

persembunyian Airlangga. Apabila ditilik dari segi kondisi geografisnya daerah

ini memang dikelilingi oleh lereng-lereng yang menyerupai benteng, sehingga

seakan-akan daerah ini memisahkan diri dari daerah lain. selain itu jika melihat

situs Menggung terdapat arca yang diyakini bahwa arca-arca tersebut adalah

perwujudan dari Kyai Menggung yang merupakan pengikut Airlangga dan Nyi

Rasa Putih. Dalam upacara Dukutan warga membuat segala piranti untuk

persembahan nenek moyang yang semuanya terbuat dari jagung. Karena sifat

Kyai Menggung yang sederhana memerintahkan agar menanam Palawija dan

jagung. Untuk itu warga tidak berani menanam tanaman selain jagung dan

palawija, karena dianggap melanggar perintah dari Kyai Menggung dan apabila

melanggar ditakutkan akan terjadi musibah yang akan menimpa Desa Nglurah.

Sedangkan tawuran yang menjadi acara inti dari Dukutan merupakan lambang

perseteruan antara Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih. Berdasarkan alasan

rasional tersebutlah masyarakat setempat banyak yang percaya terhadap versi

Airlangga.

C. Prosesi Tradisi Bersih Desa Dukutan

1. Persiapan Prosesi

Tradisi bersih desa Dukutan merupakan kegiatan yang dilakukan

bersama-sama oleh seluruh warga masyarakat lingkungan Nglurah. Dalam

persiapan sebelum prosesi bersih desa Dukutan, ada beberapa kegiatan yang harus

dilakukan oleh masyarakat, antara lain :

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

a. Mengadakan musyawarah

Dalam mengadakan musyawarah panitia yang terdiri dari Koling, ketua

RW, ketua RT dan tokoh masyarakat. Musyawarah yang dilakukan antara lain

adalah :

1) Musyawarah untuk merinci dan menetapkan penarikan dana untuk

setiap rumah. Dana yang diperlukan untuk bersih desa Dukutan

sebagian bersal dari swadaya masyarakat. Beberapa tahun terakhir

dana yang harus dikeluarkan setiap rumah untuk keperluan bersih desa

Dukutan ini sebesar Rp. 40.000,00.

2) Setelah menetapkan besarnya iuran dana. Panitia mengumpulkan dana

dari iuran warga masyarakat. Selain itu dana didapat dari kas RT dan

RW, atau juga berasal dari pemerintah daerah setempat melalui lurah,

camat bahkan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten

Karanganyar. Untuk menutup kekurangan pembiayaan Dukutan,

panitia mengadakan simpan pinjam uang kas kepada masyarakat

dengan jangka waktu tujuh bulan dan harus mengembalikan jumlah

uang yang dipinjam dan bunga yang disepakati menjelang Dukutan.

3) Panitia mengumpulkan kembali masyarakat untuk mengadakan

musyawarah kembali untuk membahas acara bersih desa Dukutan dan

merinci daftar pengeluaran (wawancara dengan Bapak Ridin, 8 Mei

2012).

b. Gotong royong / kerja bakti

Sebelum tradisi bersih desa Dukutan dilaksanakan pada hari Minggu

masyarakat desa Nglurah bergotong-royong membersihkan tempat untuk

melakukan ritual bersih desa Dukutan yaitu di situs Menggung. Di sekitarnya

dipasang dengan janur-janur kuning, memasang kajang di gedung serba guna

milik desa Nglurah (wawancara dengan Bapak Siman, 8 Mei 2012).

c. Membuat sesaji

Sesaji merupakan kelengkapan yang diperlukan dalam ritual atau upacara

Dukutan. Pembuatan sesaji biasanya dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan

Dukutan. Dalam memperisapkan sesaji untuk ritual Dukutan masyarakat harus

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sesaji. Bahan utama yang digunakan

dalam pembuatan sesaji adalah jagung dan bahan-bahan dari palawija.

Dalam pembuatan sesaji masyarakat juga harus menaati peraturan dan

pantangan, karena diyakini apabila tidak ditaati akan merugikan masyarakat

Nglurah sendiri. Peraturan-peraturan atau pantangan tersebut antara lain:

1) Orang yang membuat sesaji adalah wanita yang sudah dewasa atau

yang sudah menikah.

2) Sebelum memasak orang tersebut harus dalam keadaan suci dan harus

mensucikan diri dengan mandi besar dan tidak boleh seorang wanita

yang sedang menstruasi.

3) Peralatan dan segala sesuatu yang digunakan untuk memasak harus

dalam keadaan bersih

4) Dalam membuat makanan untuk sesaji tidak boleh dicicipi atau

dicium karena dianggap memberi makanan sisa kepada danyang.

5) Kayu yang digunakan untuk memasak tidak boleh dilangkahi dan

tidak boleh tersampar. Pada saat memasukan juga tidak diperbolehkan

menggunakan kaki. Memasukkan kayu bakar kedalam tungku juga

harus menggunakan tangan kanan

6) Bahan yang digunakan harus dari jagung. Tidak boleh dari beras, tidak

boleh digoreng dengan minyak. Semua makanan hanya boleh dibakar

dan direbus.

Seluruh pantangan diatas tidak boleh dilanggar. Menurut cerita dari

pemuka adat desa Nglurah “...dulu ada orang yang mencoba mengincipi menjadi

perot, maka dari pada itu harus berhati-hati selama menyiapkan bahan-bahan

untuk sesaji...” (wawancara dengan Bapak Ridin, 8 Mei 2012).

Setiap keluarga diwajibakan membuat seperangkat sesaji yang terdiri dari

dua encek. Sedangkan untuk 2 sesepuh desa dari Nglurah Lor dan Nglurah Kidul

membuat perangakat sesaji yang berbeda dengan yang dibuat oleh masyarakat dan

lebih banyak jenisnya. Waktu yang diperlukan untuk membuat sesaji adalah dua

hari untuk membuatnya. Karena bahan utamanya adalah dari jagung. Untuk

membuat jagung menjadi tepung, setelah jagung dibersihkan direndam selama dua

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

hari. Kemudian di kecrok (ditumbuk), tetapi ada zaman sekarang ini masyarakat

Nglurah lebih sering menggunakan alat selep, karena dianggap lebih praktis.

Setelah menjadi tepung jagung, sebagian digunakan untuk tumpeng dan sebagian

digunakan sebagai pelengkap tumpeng tersebut (wawancara dengan Bapak Ridin,

8 Mei 2012).

Setiap rumah diwajibkan untuk membuat seperangkat sesaji yang terdiri

dari dua encek. Encek adalah tempat yang dibuat khusus yang digunakan untuk

tempat sesaji yang terbuat dari bambu yang dianyam berbentuk segi emat dan

bagian tepinya diberi pelepah daun pisang. Isi sesaji itu antara lain:

1) Encek pertama

a) Tumpeng dari nasi jagung ditutup dengan daun pisang.

b) Bakar tempe yang ditusukkan diatas tumpeng

c) Lauk pauk yang terdiri dari bongko, pelas, bothok, sayur ares,

gudangan.

2) Encek kedua

a) Dua sisir pisang

b) Punar

c) Gandik (gandik merah, gandik putih, gandik kuning, dan gandik

hitam), catut, untir, lumpangan, alu yang merupakan makanan dari

jagung dengan bentuk yang berbeda-beda

d) Reca yang juga terbuat dari jagung yang dibentuk menyerupai arca-

arca yang ada di situs Menggung (wawancara dengan Ibu Parto

Sentono, 9 Mei 2012).

Sesaji yang dibuat oleh sesepuh desa dan tidak dibuat oleh masyarakat

yang nantinya disimpan dalam tinon. Tinon maksudnya niti-niti yang masih muda,

dalam hal ini adalah sesaji yang belum pernah diicipi yang nantinya akan

dipersembahkan kepada Danyang. Yang membuat sesaji ini biasanya adalah

orang yang benar-benar memahami dan mengerti apa saja yang harus

dipersiapkan dan biasanya apabila yang membuat sudah meninggal yang

meneruskan adalah keturunannya (wawancara dengan Bapak Wagimin, 3 Juni

2012).

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Sesaji yang dibuat oleh sesepuh desa tersebut adalah :

1) Punar

Punar merupakan makanan dari jagung yang diberi warna kuning. Warna

merah berasal dari kunyit.

2) Tawonan

Hampir sama dengan punar,tetapi tawonan berwarna merah yang berasal

dari gula merah.

3) Golong

Golong adalah nasi jagung yang dibentuk bulat.

4) Pisang sonomeni

Pisang ini telah dikeluarkan isinya, yang dipergunakan adalah kulit

pisangnya. Di dalamnya diisi dengan parutan kelapa yang dicampur

dengan gula merah, kemudian direbus.

5) Cengkaruk gimbal

Cengkaruk merupakan ketan dengan campuran gula merah.

6) Tumpeng Ricik

Tumpeng ricik yaitu tumpeng nasi jagung dengan ukuran yang kecil,

berjumlah 5.

7) Bothok, bongko, pelas

Bothok adalah terbuat dari campuran daun bawang dengan parutan

kelapa dan diberi bumbu kemudian dibungkus dengan daun pisang.

Sedangkan bongko terbuat dari kacang kedelai hitam yang dibumbui

kemudian dibungkus dengan daun pisang. Pelas terbuat dari kacang cina

dibungkus dengan daun pisang.

8) Enthek-enthek yang berupa : Gandik (gandik merah, gandik putih, dandik

kuning dan gandik hitam) catut, untir,

Makanan yang terbuat dari jagung.

9) Palawija

Berupa jagung bakar, talas bakar, ketela bakar, dll.

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

10) Tumpeng gudangan

Tumpeng nasi jagung dengan ukuran lebih besar dari tumpeng ricik. Dan

dilengkapi dengan gudangan yang terdiri dari sayur-sayuran dan

dicampur dengan sambel yang terbuat dari parutan kelapa dan cabai.

11) Sayur ares

Sayur ares merupakan sayur yang terbuat dari batang pisang yang paling

dalam.

12) Jajan pasar

Jajan pasar ini tidak semua orang menyediakan. Yang dimaksud dengan

jajan pasra adalah bermacam-macam jajanan yang dibeli dari pasar.

13) Pisang, semua jenis pisang kecuali jenis pisang byok.

Dan beberapa perlengkapan yang digunakan untuk ritual antara lain :

kemenyan, lampu jawa, tikar pandan, iket yang diambil dari tinon, air kendi dari

sumber, bunga-bungaan.

Semua sesaji yang dibuat oleh sesepuh desa tersebut terdiri dari 12

encek. Sesaji yang dibuat tersebut disimpan dalam tinon dan baru dikeluarkan

kembali setelah 5 hari atau sepasar (wawancara dengan Ibu Parto Sentono, 4 Juni

2012).

2. Pelaksanaan Prosesi Ritual

a. Pengumpulan Sesaji

Setelah sesaji selesai dibuat, sesaji-sesaji tersebut dikumpulkan pada hari

Senin Wage sebelum pukul 13.00. Sesaji-sesaji tersebut diletakkan di Tinon-tinon

dahulu sesaji ditempatkan di rumah Kaling. Setelah ada gedung serba guna milik

masyarakat desa Nglurah tinon sesaji berada di gedung tersebut. Tetapi

peletakkannya tetap berbeda antara sesaji dari Nglurah Lor dan Nglurah Kidul.

Terdapat dua buah ruangan yang berfungsi sebagai tinon. Dan untuk peletakan

sesaji-sesaji yang dibuat oleh masyarakat juga dipisahkan antara Nglurah Lor dan

Nglurah Kidul. Pada saat perjalanan dari rumah menuju tempat diletakkannya

sesaji apabila terjadi sesuatu hal misalnya sesaji yang dibawa jatuh, maka sesaji

tersebut tidak boleh dipungut kembali karena menurut kepercayaan masyarakat

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

bahwa sesaji tersebut sudah diminta oleh Dahyang (Wawancara dengan Bapak

Ridin, 8 Mei 2012).

b. Upacara Sanggar atau Tinon

Setelah sesaji terkumpul, kemudian didoakan oleh sesepuh desa dan

dimasukkan kedalam Tinon atau sanggar. Pada malam harinya diadakan acara lek-

lekan (tidak tidur untuk menjaga dan menunggu sesaji) yang diikuti oleh seluruh

penduduk laki-laki yang sudah dewasa. Acara kenduri ini dimulai setelah pukul

23.00, dan hanya sebagian sesaji yang dibuka untuk dimakan warga masyarakat

yang mengikuti kenduri pada saat itu (Wawancara dengan Bapak Wagimin, 3 Juni

2012).

c. Upacara Dukutan

Pada pagi harinya yaitu pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut, semua

masyarakat Nglurah sudah berkumpul di sekitar Punden. Sertelah pukul 07.00

diadakan persiapan upacara persembahan danyang, sambil menunggu ketua

korling. Setelah semua siap kemudian sesaji menuju ke Punden atau situs

Menggung. Sesaji dibawa oleh beberapa laki-laki yang sudah dewasa yang

menggunakan pakaian serba hitam. Koordinator Lingkungan atau korling dan

sesepuh desa masing RW memimpin arak-arakan tersebut. Ada dua arak-arakan

sesaji yaitu dari Nglurah lor dan Nglurah Kidul, keduanya masuk melalui dua

pintu yang berbeda. Untuk Nglurah Lor melalui pintu sebelah barat dan Nglurah

Kidul masuk melalui pintu selatan. Rombongan pembawa sesaji diikuti oleh

warga masing-masing RW. Kedua rombongan tersebut masuk ke punden sambil

meneriakkan seruan “hore-hore” dengan semangat. Setelah rombongan masuk di

pelataran Punden / Situs Menggung, sesaji yang dibawa diletakkan siatas tikar

pandan yang juga telah disimpan dalam tinon sebelumnya. Kemudian sesaji

didoakan oleh sesepuh desa (Wawancara dengan Bapak Ridin, 8 Mei 2012).

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Rangakaian acara pada tradisi Dukutan antara lain :

1) Pembakaran dupa

2) Pengikatan patung-patung dengan iket pada kepalanya oleh korling

Nglurah. Patung tersebut merupakan patung Kyai Menggung dan Nyai

Rasa Putih. iket yang digunakan sebelumnya disimpan dalam tinon.

3) Pembacaan atau Ikar do’a yang dipimpin oleh sesepuh desa. “...di situ

diikrarkan dengan ikrar semua masyarakat dua RW pada hari selasa

Kliwon dengan tujuan mohon doa restu pada Allah agar hidup

masyarakat sejahtera, sehat dan rejeki semulur...”. (Wawancara

dengan Bapak Ridin, 8 Mei 2012).

4) Pembagian air sumber kepada masyarakat

5) Tawuran

Ritual inti atau utama dari tradisi Dukutan merupakan

tawuran. Sebelum memulai Tawuran, sesaji yang telah didoakan

dicampur menjadi satu dan tiletakkan ke sebuah wadah yang disebut

dengan pincuk yang terbuat dari daun pisang satu ujung. Setiap RW

diwakili oleh tiga orang lelaki. Pincuk tersebut kemudian dibawa

mengelilingi candi sebanyak tiga kali sambil melempar makanan ke

arah luar dan berteriak “hore-hore”. Setelah putaran ketiga dan berada

di titik awal, para pembawa pincuk tersebut saling melempar sesaji

bahkan bersama dengan pincuknya. Sehingga banyak masyarakat

yang terkena sasaji tersebut.

Selanjutnya setelah prosesi tawuran selesai warga masyarakat

kembali ke RW masing dan meneruskan ritual ke tempat yang

berbeda. Karena di daerah tersebut terdapat tempat-tempat yang juga

harus diperhatikan dan dikunjungi sebagai rangkaian tradisi bersih

desa Dukutan tersebut. Untuk Nglurah Lor melanjutkan upacara ke

situs kali Jaro. Situs Kali Jaro merupakan situs yang berupa lubang

tanah seluas 2m. Untuk Nglurah kidul adalah situs Watulawang.

Dalam ritual ke kedua situs ini juga diadakan acara tawuran, tetapi

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

hanya sesama masyarakat satu RW (wawancara dengan Bapak Ridin,

8 Mei 2012).

3. Hiburan

Hiburan dilakukan setelah prosesi Dukutan selesai. Dahulu hiburan yang

dipertunjukan setelah Dukutan adalah Wayang kulit. Setelah itu dilakukan dengan

seadanya misalnya seperti ande-ande lumt, ketoprak, wayang, dan kesenagan dari

nenek moyang atau Dahnyang di Nglurah adalah tari Pendet yang berasal dari

Bali. Sekarang ini lebih sering diadakan wayang. Pernah dimusyawarahkan

mengingat kondisi perekonomian masyarakat yang berbeda-beda, untuk hiburan

wayang sebaiknya hanya dilakukan setahun sekali, tetapi hal ini banyak ditentang

oleh masyarakat karena masyarakat takut apabila tidak melakukan atau

melaksanakan wayangan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap

masyarakat dan desa Nglurah sendiri. Jadi sampai sekarang wayangan tetap

dilakukan selama 6 lapan atau selama Dukutan, tetapi secara sederhana saja.

Wayang dilaksanakan pada malam Rabu Legi semalam suntuk. Hiburan ini tidak

boleh dilakukan di dalam situs Menggung. Dahulu pernah dilakukan di dalam

pelataran situs Menggung, tetapi sehabis itu desa Nglurah terjadi pageblug

(wabah penyakit) dan mengakibatkan 19 anak meninggal dunia, maka dari pada

itu hiburan dilakukan di luar punden. Sekarang dilakukan di gedung serba guna

milik Desa Nglurah (Wawancara dengan Bapak Ridin, 8 Mei 2012)

D. Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Bersih Desa Dukutan

1. Nilai Filosofis

a. Nilai Filososis dan makna sesaji :

1) Tumpeng nasi jagung.

Tumpeng dibuat berbentuk mengerucut keatas, yang mempunyai arti

bahwa segala permohonan ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa

agar yang dimohon dan diharapkan oleh masyarakat dapat dikabulkan

oleh Tuhan.

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

2) Nasi Golong

Mempunyai arti yang melambangkan menyatunya seluruh warga

masyarakat dua RW di Nglurah dengan satu tujuan yang sama yaitu

meminta kesejahteraan kepada Yang Maha Kuasa.

3) Punar

Terbuat dari jagung dan diberi warna kuning yang berasal dari kunyit.

Warna kuning melambangkan kesejahteraan. Masyarakat Nglurah

dengan Dukutan mengharapkan kesejahteraan dari Tuhan Yang Maha

Esa.

4) Tawonan

Dalam Dukutan Punar dibuat dari jagung yang dicampur dengan gula

merah. Warna merah melambangkan suatu daya yang kuat dan penuh

energi.

5) Gudangan / Urap

Gudangan atau urap terdiri dari beberapa macam sayur yang dicampur

dengan sambal yang terbuat dari parutan kelapa dan cabai. Maknanya

adalah masyarakat yang banyak dan dari bermacam-macam golongan

diibaratkan dengan sayur-sayuran yang bermacam-macam. Diharapkan

tercipta kerukunan dan kesatuan antar masyarakat yang berbeda

tersebut dengan adanya Dukutan.

6) Jajan pasar

Mewujudkan rasa syukur dengan menyajikan hasil bumi pemberian

karunia dari Tuhan.

7) Pisang Sonomeni

Pisang sonomeni, merupakan pisang yang isinya telah dikeluarkan dan

di dalamnya diganti dengan parutan kelapa dan gula merah. Kelapa dan

gula merah disini melambangkan kekuatan. Kelapa merupakan bahan

dasar pembuatan gula merah yang memiliki rasa manis. Kedua saling

melengkapi dan memiliki kekuatan. Rasa manis melambangkan

perjalanan kehidupan yang ada suka dan duka.

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

8) Pisang

Manusia diharapkan seperti pisang. Sebelum meninggal dapat

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sebelum mati.

9) Enthek-enthek (catut, untir, lumpang, alu)

Makanan yang terbuat dari jagung ini menggambarkan bentuk-bentuk

peralatan yang digunakan sebagai alat memesak sesaji. Karena terbuat

dari jagung yang melalui proses ditumbuk dengan lumpang dan alu

dibuat menyerupai bentuk peralatan tersebut. Untuk memanen jagung

menggunakan catut dan untir-untiran. Gandik yang diberi 4 warna

yaitu merah, hitam, kuning dan putih yang melambangkan empat unsur

yaitu api, tanah, angin dan air.

10) Reca

Makanan yang juga terbuat dari jagung. arca atau patung yang dibuat

ini merupakan lambang dari leluhur masyarakat desa Nglurah yang

dianggap sebagai pelindung desa yaitu Kyai Menggung dan Nyi Rasa

Putih

11) Perlengkapan sesaji

Adanya beberapa perlengkapan sesaji misalnya menyan, yang

bermakna bahwa apabila dibakar asapnya akan membumbung tinggi

kelangit, di harapkan asap tersebut dapat membawa doa-doa

masyarakat. Sedangkan lampu jawa memunyai makna agar selalu diberi

keterangan dalam perjalanan hidup. Bunga bermakna filosofis agar kita

dan keluarga senantiasa mendapatkan “keharuman” dari para leluhur.

Keharuman merupakan kiasan dari berkah-safa’at yang berlimpah dari

para leluhur, dapat mengalir (sumrambah) kepada anak turunnya

(Wawancara dengan Bapak Ridin 9 Juni 2012).

Secara umum fungsi sesaji sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan

atas segala kenikaman dan menjadi sarana pendekatan dari warga setempat.

Secara khusus sesaji-sesaji yang dibuat oleh masyarakat desa Nglurah merupakan

bentuk penghormatan kepada arwah nenek moyang yaitu Kyai Menggung dan Nyi

Rasa Putih.

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

b. Nilai Filosofis dan Makna dalam prosesi tradisi bersih desa Dukutan

Dalam setiap melakukan semua kegiatan dalam tradisi bersih desa

Dukutan, mulai dari persiapan, acara kenduri sesaji, dan ritual Dukutannya

terdapat pantangan dan aturan yang harus ditaati oleh warga masyarakat.

Sebenarnya dibalik hal tersebut menyimpan suatu falsafah kehidupan yang baik

untuk diikuti oleh masyarakat.

1) Dalam membuat sesaji tidak boleh diincipi

Membuat sesaji tidak boleh diincipi, karena dianggap

memberi makanan sisa kepada Dahnyang. Menurut orang Jawa

memberi sisa terhadap orang yang lebih tua merupakan tindakan yang

tidak sopan dan tidak etis untuk dilakukan. Terdapat Nilai positif yang

diajarkan melalui pantangan ini, bahwa orang yang lebih muda harus

lebih menghormati dan sopan terhadap orang yang lebih tua

(Wawancara dengan Bapak Wagimin, 3 Juni 2012)

2) Dalam ritual Tawuran

Tawuran dalam Dukutan menggambarkan perseteruan yang

terjadi antara Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih. Tawuran yang

dilakukan dengan saling melempar makanan sesaji ini mengandung

arti memerangi kejahatan dan marabahaya yang masuk ke desa

Nglurah. Sehingga dalam pelaksanaa tawuran makanan sesaji tersebut

dilakukan dengan cara melempar karena adanya maksud tersebut.

3) Hiburan

Menggambarkan wujud ungkapan rasa syukur, kegembiraan

dan kebersamaan masyarakat desa Nglurah (Wawancara dengan

Bapak Ridin 9 Juni 2012).

2. Nilai budaya

Sitem nilai budaya masyarakat desa Nglurah dipengaruhi adat istiadat

atau tradisi. Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan

tertanam dalam suatu masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan,

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan

satu dan lainnya sebagai acuan berperilaku.

Wujud konsepsional warga masyarakat Nglurah atas kebudayaan yang

dimiliki berwujud perilaku yang sangat dihargai oleh masyarakat nilai-nilai

tersebut dianggap bermanfaat bagi masyarakat. Tradisi bersih desa Dukutan

mengajarkan masyarakat terutama tentang nilai-nilai budaya Jawa. Dalam

Dukutan masyarakat diajarkan hidup selalu eling (ingat) kepada yang memberi

kehidupan yaitu Tuhan, hidup sederhana dan nrimo, menghormati leluhur, rukun

antar warga masyarakat, taat terhadap aturan dan pantangan yang dianggap baik

dan buruk oleh masyarakat, serta sikap pelestarian terhadap alam dan peninggalan

kuno.

Yang pertama adalah sikap eling yaitu selalu ingat kepada yang telah

memberinya hidup yaitu Tuhan. Masyarakat diharapkan mawas diri dan selalu

beryukur terhadap Tuhan. Masyarakat juga diajarkan hidup sederhana dan nrimo

seperti yang terdapat dalam cerita tradisi yang berkembang di masyarakat desa

Nglurah, bahwa leluhur memerintahkan untuk hidup sederhana dengan menanam

palawija serta hidup bersahaja apa adanya. Masyarakat juga perlu menghormati

leluhur atau nenek moyang, ungakapan rasa hormat terhadap rasa hormat

amsyarakat terhadpa leluhur dengan memberikan sesaji disetiap tradisi bersih desa

Dukutan. Kerukunan antar warga masyarakat juga diajarkan melalui tradisi bersih

desa Dukutan. Kerukunan yang dimaksud adalah keadaan yang selaras, tenang,

tentram tanpa perselisihan, tercermin dalam kebersamaan masyarakat Nglurah

dalam tradisi bersih desa Dukutan mulai dari persiapan sampai proses ritualnya

selesai. Sedangkan makna rukun antara Kyai Menggung dan Nyi Roso Putih

disimbolkan pada kebersamaan warga dalam menciptakan desa yang tata tentram

kerta raharja. Dalam tardisi bersih desa Dukutan juga mengajarkan mana yang

baik untuk dilakukan dan yang buruk yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat.

Misalnya masyarakat harus selalu bersikap sopan di di Situs Menggung yang

dikeramatkan oleh masyarakat desa Nglurah sebagai perwujudan rasa hormat

terhadap leluhur, dan masyarakat percaya apabila dilanggar akan terjadi kejadian

buruk yang menimpa masyarakat yang berbuat kurang baik ditempat tersebut.

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Dalam Dukutan juga diajarkan untuk selalu melestarikan alam dan peninggalan

kuno yang terdapat di desa Nglurah.

Pada umumnya nilai-nilai yang ada dalam tradsi bersih desa Dukutan

tidak hanya dilakukan pada saat prosesi ritual saja, tetapi juga diaktualisasikan

dalam kehidupan sehari-hari, menjadi arah dan orientasi masyarakat dalam

berperilaku. Meskipun masyarakat juga telah mengembangkan nilai-nilai baru

yang bersumber pada ajaran agama.

3. Nilai Spiritual

Istilah spiritual atau spiritualitas berasal dari kata dasar spirit yang dapat

berarti semangat, dorongan jiwa, dorongan ruh, daya kehidupan, dorongan energi,

kekuatan energi, kekuatan ruh (roh), kekuatan semangat, dan lain sebagainya.

Kata dasar “spirit” kemudian digabungkan dengan “ual” menjadi “spiritual” akan

mengandung makna yang lebih ekslusif dan biasanya sangat berhubungan dengan

keyakinan tertentu seperti keyakinan akan suatu agama, keyakinan jiwa,

keyakinan tentang ruhaniyyah (roh), keyakinan suatu ritual, keyakinan (Kharisma

Madani, http://kharismamdanai1.blogspot.com/2010/08/pengertian-spiritual.html

diakses pada tanggal 8 Juni 2012).

Masyarakat Nglurah meyakini adanya kekuatan diluar kekuatan manusia

yang hidup disekitar kehidupan masyarakat. Kepercayaan terhadap roh-roh nenek

moyang serta mitos-mitos yang ada sangat dihargai di antara masyarakat desa

Nglurah. Keyakinan bahwa leluhur akan melindungi desa dan seluruh masyarakat

Nglurah, adalah yang mendasari suatu interaksi antara masyarakat dengan yang

dianggap sebagai leluhur. Menurut pandangan masyarakat Nglurah apabila

masyarakat percaya dengan adanya roh nenek moyang, menyadari keberadaannya,

serta menghormati leluhurnya dengan melakukan ritual tertentu para nenek

moyang akan memberikan perlindungan terhadap desa dan masyarakat.

Masyarakat Nglurah yang sebagian besar beragama islam juga menjalankan

syariat ajaran agama yang ada dalam islam. Masyarakat selalu membedakan

antara sebuah tradisi ritual dengan agama. Karena agama mrupakan suatu yang

hakiki yang berhubungan langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

tradisi ritual hanya merupakan ungkapan penghormatan yang dilakukan

masyarakat terhadap nenek moyang yang telah dilakukan secara turun-temurun

(wawancara dengan Bapak Siman, 8 Mei 2012)

4. Nilai Karakter Leluhur

Diketahui bahwa yang menjadi latar belakang diadakannya tardisi bersih

desa Dukutan adalah Eyang Menggung dan Nyi Rasa Putih. keduanya mempunyai

karakter yang berbeda. Terdapat nilai yang mendidik yang dapat diambil dari

kedua tokoh ini. Kyai Menggung yang mempunyai karakter sederhana, bersahaja,

baik, santun dan berwibawa. Dilihat dari karakter eyang Menggung tersebut dapat

mengajarkan sifat baik yang dimiliki Kyai Menggung terhadap masyarakat.

Sedangkan Nyi Rasa putih yang memiliki perwatakan usil, nakal dan suka

berulah, memperlihatkan dan mengajarkan kepada masyarakat bahwa sikap-sikap

tersebut tidak baik untuk diikuti (wawancara dengan Bapak Wagimin, 3 Juni

2012).

5. Nilai Dalam Wayang

Secara etimologis wayang berarti bayangan.pengertian ini mendasar dari

kepercayaan asli suku Jawa, khususnya dalam tradisi pemujaan roh nenek

moyang. Roh-roh tersebut dapat secara simbolis diwujudkan sebagai bayang-

bayang yang digerakkan oleh sinar lampu blencong pada layar putih yang disebut

kelir. Ini merupakan prototype dari perwujudan wayang yang masih sampai

sekarang. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian wayang memiliki arti

kulturil istimewa, yaitu sebagai suatu pementasan atau performance menyangkut

banyak segi seni, filosofi dan religio mistika (Moertjipto, 1997:100).

Walaupun ceita wayang berasal dari India, namun terdapat perbedaan

yang hakiki dalam perwujudannya. Di Indonesia isi cerita wayang benar-benar

terjadi dalam jalur mitos dan merupakan legenda dan sejarah, di dalam

masyarakat Jawa ceritanya menyimbolkan perilaku dan watak manusia dalam

mencapai tujuan hidup, baik lahir maupun batin (Maria A. Sardjono, 1992:23).

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Wayang mempunyai nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bagiannya

yang dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu :

1) Nilai hiburan

Sebagai hasil kebudayaan wayang mempunyai nilai hiburan yang

mengandung cerita yang baku, baik untuk tontonan maupun

tuntunan.

2) Nilai pendidikan

Penyampaian dalam wayang, ceritanya selalu diselingi dengan

pesan-pesan yang menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga

mempunyai nilai pendidikan. Cerita-cerita dalam wayang dapat

mengajarkan manusia untuk mecapai hidup yang selaras, harmonis

dan bahagia. Dalam wayang ditampilkan contoh-contoh perilaku

baik dan jahat, tetapi pada akhir cerita perilaku yang jahat akan

dikalahkan oleh kebaikan. Dalam cerita wayang dapat membentuk

kepercayaan, moralitas dan tingkah-laku dari genarsi ke generasi.

Banyak pendidikan moral yang dapat dinikamti oleh penontonnya

terkait lakon hidup dala cerita wayang

3) Nilai Karakter

Hastha brata dalam pewayangan yaitu pedoman atau tuntunan laku

yang dimiliki seorang kesatria yang terpilih untuk menjadi seorang

pemimpin. Hastha berarti delapan, dan brata adalah watak atau sifat

yang diambil dari sifat alam. Jadi hasta brata adalah delapan laku,

watak, atau sifat yang harus dipegang teguh oleh seorang yang

menjadi pemimpin. Delapan sifat tersebut antara lain :

a) Mempunyai watak seperti bumi. Bumi merupakan tempat

kehidupan dari segala umat Allah. Dalam pewayangan Bathara

Wisnu merupakan simbol bumi yang selalu memberikan

kesejahteraan. Dengan demikian seorang pemimpin seharusnya

bersifat tosa, suci hati, pemurah serta selalu berusaha

memperjuangkan kehidupan rakyat yang tergambar dalam tutur

kata, tindakan serta tingkah laku.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

b) Mempunyai watak seperti angin yang disimbolkan Bathara Bayu

yang berarti kekuatan. Sebagaimana angin, seorang pemimpin

seharusnya bersifat teguh dan bersahaja, selalu dapat mencermati

permasalahan.

c) Mempunyai watak seperti air yang disimbolkan oleh Dewa

Baruna. Sebagaimana samudra, seorang pemimpin hendaknya

luas hati dan kesabarannya. Tidak mudah tersinggung, tidak

terlena oleh sanjungan dan mampu menampung aspirasi rakyat.

d) Mempunyai sifat seperti bulan yang disimbolkan oleh Dewi

Ratih. Rembulan bertugasmenerangi dunia bersama bintang,

memberikan kesejukan pada malam hari. Sifat bulan adalah selalu

lembut, ramah dan sabar. Sebagaimana bulan pemimpin

hendaknya selalu rendah hati, berbudi luhur, menebarkan

ketentraman pada rakyat.

e) Mempunyai sifat seperti Matahari yang disimbolkan Bathara

Surya. Sebagimana matahari seorang pemimpin harus bisa

memberikan pencerahan kepada rakyat, berhati-hati dalam

bertindak seperti jalanya matahari yang tidak tergesa-gesa tetapi

dalam memberikan cahaya kepada semua makhluk tidak pilih

kasih.

f) Mempunyai sifat seperti angkasa yang disimbolkan oleh Bathara

Indra yang mengusai langit, hujan dan petir. Sifat langit kadang

sangat indah, kadang memankutkan tetapi jika sudah berubah

menjadi hujan merupakan berkah serta sumber kehidupan. Seperti

langit, seorang pemimpin harus berwibawa dan menakutkan bagi

siapa saj yang berbuat salah dan melanggar aturan, tetapi juga

selalu berusaha memberi kesejahteraan.

g) Mempunyai sifat seperti api yang disimbolkan oleh Bathara

Brahma. Sebagaimana api seorang pemimpin harus berani

menindak siapappun yang bersalah tanpa pilih kasih dengan

berpijak kepada kebenaran dan keadilan.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

h) Mempunyai watak seperti bintang yang disimbolkan oleh Bathara

Kartika atau Sang Hyang Ismaya yang artinya adalah kesucian

yang bersinar. Sifat bintang adalah menyinari langit dimalam hari,

menjadi kiblat dan sumber ilmu perbintangan. Sebagaimana

bintang pemimpin harus bisa menjadi kiblat kesusilaan, budaya

dan tingkah laku. Mempunyai cita-cita yang tinggi (Kementrian

Komunikasi dan Informatika RI direktorat Jenderal Informasi dan

Komunikasi Publik : 2011).

E. Upaya Pelestarian Tradisi Bersih Desa Dukutan di tengah Kebudayaan

Modern

Kebudayaan modern yang berkembang pada zaman sekarang ini. Akan

banyak mengikis kebudayaan asli Indonesia. Budaya atau pengaruh luar yang

masuk harus diseleksi agar tidak budaya baru tidak terlalu menghilangkan budaya

lama. Masyarakat modern dikuasi oleh teknologi, terutama komunikasi massa.

Masyarakat harus semakin bijak menghadapi kehidupan di zaman modern yang

berbasis teknologi yang modern.

Multimedia, komputer dengan internet merupakan perangkat teknologi

yang memiliki kemungkinan menyebarluaskan informasi dan menciptakan

komunikasi sedemikian cepat dan luas. Teknologi komunikasi modern ternyata

menjauhkan hubungan antarpribadi dan menghambat proses kebudayaan yang

berlangsung bertahun-tahun. Teknologi memiliki kecenderungan menciptakan

aliansi pengasingan, sikap individual dan cenderung merusak kebudayaan yang

hakiki (Fred Wibowo, 2007:24).

Kebudayaan merupakan suatu corak hidup dari dauatu lingkungan

masyarakat yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spiritual dan tata nilai

yang disepakati oleh suatu lingkungan masyarakat tersebut. Tetapi fakta yang

dapat dilihat sekarang ini di Indonesia ini memiliki situasi kebudayaan yang yang

sangat spesifik. Sebagian masyarakat sudah sampai pada tingkat orientasi

teknologi tinggi, meski mentalitasnya masih banyak yang tinggal dalam

kebudayaan agraris. Sebagian telah terkontaminasi dengan pengaruh-pengaruh

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

modern yang mulai menghilangkan nilai-nilai, norma, dan etika. Tentu saja hal

tersebut akan melunturkan budaya yang berkembang dalam masyarakat sejak

dahulu.

Budaya desa yang masih kental dengan tradisi budaya, kesenian, tata cara

hidup di amsyarakat, dan adat istiadat merupakan suatu identitas kepribadian dari

suatu masyarakat. Seperti budaya yang ada di Desa Nglurah yaitu tradisi bersih

desa Dukutan. Masyarakat sekitar masih melaksanakan tradisi tersebut meskipun

tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kebudayaan yang modern perlahan mulai

mengikis kesadaran masyarakat dalam partisipasi terhadap tradisi bersih desa

Dukutan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk menyelamatkan dan

melestarikan kebudayaan yang menjadi identitas masyarakat. Pelestarian

dilakukan oleh masyarakat desa Nglurah sendiri, tetapi peran dari pemerintah juga

sangat diperlukan dengan adanya upaya pelestarian tersebut. Meskipun dalam

perjalanannya terdapat kendala-kendala yang mempengaruhi proses pelestarian

tradisi tersebut. Upaya pelestarian tradisi bersih desa Dukutan di desa Nglurah

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Masyarakat Nglurah

Tradisi bersih desa Dukutan merupakan suatu upacara adat yang

dilakukan untuk mewujudkan ungkapan rasa syukur masyarakat desa Nglurah atas

kesejahteraan yang dilimpahkan oleh Tuhan yang Maha Esa. Upacara adat seperti

itu selain merupakan sebuah ekspresi spiritualitas juga mengandung suatu bentuk

strategi kebudayaan dalam rangka mengarahkan mayarakat terhadap kepedulian,

pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan. Sebenarnya tata cara dalam tradisi

dukutan ini merupakan aturan sosial dan perilaku masyarakat Nglurah dalam

kehidupan. Secara tidak langsung aturan sosial dan perilaku tersebut

mencerminkan kebudayaan dari masyarakat desa Nglurah. Alasan masyarakat

desa Nglurah melestarikan tradisi bersih desa Dukutan anatar lain :

a. Melanjutkan tradisi yang telah ada pada zaman nenek moyang,

sehingga generasi yang sekarang ini wajib melanjutkannya.

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

b. Merupakan wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas keselamatan, kesehatan dan rejeki yang dilimpahkan kepada

masyarakat.

c. Sebagai pengharapan agar kehidupan masyarakat jauh lebih baik

dengan berkah yang telah diterima sebelumnya.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut perlu diadakan upaya dalam

pelestarian budaya tersebut. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat Nglurah yang

disampaikan oleh Bapak Siman, Bapak Wagimin dan Bapak Priyanto dalam

pelestarian tradisi bersih desa Dukutan antara lain :

a. Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Melestarikan Tradisi Bersih Desa

Dukutan

Pelestrian budaya sangat diperlukan dalam menunjukkan karakter

suatu daerah. Dengan budaya pula kehidupan masyarakat terdapat aturan-

aturan yang membatasi kehidupan masyarakat, agar terhindar dari segala sesatu

yang bersifat buruk dan selalu pada jalan yang baik. Untuk itu tradisi budaya

yang telah ada jaman nenek moyang itu harus senantiasa dilestarikan. Usaha

yang dilakukan masyarakat desa Nglurah dalam pelestarian tradisi bersih desa

Dukutan adalah :

1) Masyarakat selalu disadarkan untuk melestarikan tradisi bersih

desa Dukutan.

2) Selalu melaksanakan tradisi bersih desa Dukutan setiap 6 lapan

atau tuhuh bulan sekali.

3) Masyarakat disadarkan bahwa tradisi bersih desa Dukutan bukan

merupakan suatu kegiatan yang musyrik tetapi merupakan suatu

budaya yang perlu dilestarikan.

4) Melakuakan iuran rutin dalam setiap pertemuan RT, dana tersebut

dikumpulkan agar tradisi bersih desa Dukutan rutin dilakukan

setiap 7 bulannya.

5) Masyarakat sadar bahwa kebudayaan kuno atau jaman dahulu

meerupakan suatu kebudayaan yang antik, apalagi ditengah

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

kebudayaan modern seperti pada saat ini. Jadi kebudayaan antik

tersebut harus selalu dikembangkan.

6) Masyarakat selalu melanjutkan apa yang telah menjadi warisan

nenek moyang. Maskdunya adalah tidak mengubah apa yang telah

terjadi pada zaman dahulu. Sebagai contoh sesaji harus terbuat dari

jagung, agar aturan tersebut tetap lestari masyarakat harus

membuat sesaji dari jagung sampai generasi-generasi yang akan

datang.

7) Mengembangkan tradisi bersih desa Dukutan menjadi daya tarik

wisata di desa Nglurah.

b. Kendala-kendala dalam pelstarian tradisi bersih desa Dukutan

Upaya pelestarian tersebut diharapkan mampu menjaga agar tradisi

bersih desa Dukutan tidak hilang untuk tahun-tahun kedepannya. Walaupun

dalam perjalanan melestarikan tradisi tersebut selalu terdapat kendala-kendala

dari berbagai faktor. Kendala-kendala dalam upaya pelestarian tradisi bersih

desa Dukutan :

a) Adannya pengaruh kebudayaan modern menciptakan golongan-

golongan penentang tradisi kebudayaan lama dari nenek moyang

dalam masyarakat. Ada sebagian masyarakat Nglurah yang mulai

meninggalkan dan tidak lagi turut serta dalam tradisi bersih desa

Dukutan. Pada dasaranya ini merupakan faktor keyakinan yang

dianut dan dipercayai masyarakat, sehingga membuat orang

mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap tradisi ini.

b) Faktor ekonomi yaitu keadaan ekonomi masyarakat Nglurah yang

berbeda, sedikit menghambat dalam persoalan dana untuk

melaksanakan tradisi bersih desa Dukutan (wawancara dengan

Bapak Ridin, 8 Mei 2012)

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

c. Cara menanggulangi kendala-kendala dalam upaya pelestarian tradsi bersih

desa Dukutan

Cara menanggulangi kendala-kendala tersebut :

1) Meskipun ada sekelompok masyarakat yang sudah mulai

meninggalkan tradisi bersih desa Dukutan, tetapi masyarakat yang

lain tidak pernah memaksa harus mengikuti. Tetapi diharapkan bisa

saling menghormati.

2) Panitia dukutan melakukan usaha simpan pinjam dari uang kas

yang ada, apabila pada saat tradisi Dukutan kekurangan dana,

panitia dapat menggunakan uang tersebut sebagai tambahan dana.

3) Adanya bantuan dari pemerintah terutama dari Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar (wawancara dengan

Bapak Ridin, 8 Mei 2012)

Apabila dicermati sebenarnya warga masyarakat Ngurah sendiri tingkat

antusiasmenya dalam kegiatan Dukutan ini masing tinggi. Sebagian besar warga

masih membuat sesaji, mengikuti prosesi, dan berperan aktif dalam kegiatan ini.

Pada saat prosesi tradisi bersih desa Dukutan berlangsung hampir seluruh warga

masyarakat mengikutinya, bahkan yang bekerja diluar kota pun disempatkan

untuk pulang dan mengikuti Dukutan ini. Antusiasme para pemuda-pemudi desa

Nglurah juga terlihat sekali, walaupun notebenya masih muda dan hidup dalam

kehidupan yang lebih modern pada kenyataannya para pemuda-pemudi ini juga

bersemangat dalam mengikuti kegiatan prosesi tradisi bersih desa Dukutan. Ini

menjadi nilai positif dalam upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh

masyarakat desa Nglurah. Diharapkan para pemuda-pemudi ini untuk beberapa

tahun kedepan dapat mewarisakan tradisi ini kepada generasinya, agar tradisi ini

tidak akan putus dan hilang untuk beberapa tahun kedepan dengan budaya modern

yang semakin maju.

2. Pemerintah

Kabupaten Karanganyar yang memiliki bermacam-macam tradisi

kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat. Terutama didaerah

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Tawangmangu yang memiliki beranekaragam tradisi kebudayaan. Tradisi-tradisi

tersebut apabila dikembangkan memiliki potensi yang cukup menjanjikan dalam

bidang wisata budaya di Kabupaten Karanganyar. Tradisi Bersih desa Dukutan

yang dilaksanakan di desa Nglurah juga berada dibawah pengawasan dari Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar.

Menurut ibu Ismu Suprihatin (Wawancara, 29 Mei 2012), Tanggapan

pemerintah Daerah yang diwakili oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,

terhadap tradisi yang dilakukan oleh masyarakat desa Nglurah mendukung sekali,

karena dengan secara tidak langsung warga masyarakat ikut nguri-uri atau

melestarikan adat tradisi yang telah ada dari nenek moyang.

Dinas Pariwisata melihat potensi yang baik dalam tradisi bersih desa

Dukutan, hal ini dapat dilihat dari kebersamaan masyarakat dalam pelaksanaan

tradisi Dukutan, meskipun diketahui sebagian kecil masyarakat telah

meninggalkan tradisi tersebut. Pemerintah juga sangat berperan agar tradisi

tersebut tetap lestari dan dilaksanakan. Tradisi bersih desa Dukutan yang berada

dibawah perlindungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar yang berperan dalam pelestarian tradisi tersebut.

a. Upaya pelestarian yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Karanganyar terhadap tradisi bersih desa Dukutan, antara lain :

1) Memfasilitasi agar tradisi bersih desa Dukutan dapat terlaksana

dengan baik.

2) Melakukan sarasehan pelestarian adat budaya yang diikuti dari unsur :

assisten, badan, dinas, kantor, budayawan, tokoh agama dan

masyarakat umum.

3) Memberikan pengawasan agar tradisi bersih desa Dukutan tidak

terjadi bentrokan-bentrokan

4) Melaksanakan pemasaran wisata dan kebudayaan, seperti yang

menjadi tugas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar.

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

5) Memberikan bantuan stimulan atau kontribusi dana dalam

pelaksanaan tradisi bersih desa Dukutan (wawancara dengan Ibu

Ismu, 29 Mei 2012).

b. Kendala-kendala dalam upaya pelestarian tradisi bersih desa Dukutan :

1) Banyaknya tradisi-tradisi yang berkembang di Kabupaten

Karanganyar dan wilayah Kecamatan Tawangmangu pada khususnya,

DISPARBUD Kabupaten Karanganyar tidak hanya terfokus pada satu

tradisi saja. DISPARBUD Kabupaten Karanganyar juga harus

memperhatikan tradisi-tradisi yang dikembangkan oleh masyarakat

yang berkembang selain tradisi bersih Desa di Nglurah.

2) Adanya bentrokan antara agama dan tradisi setempat. Pada zaman

sekarang ini banyak kelompok-kelompok atau golongan masyarakat

menganggap bahwa tradisi tersebut merupakan kegiatan yang

musyrik.

3) Keterbatasan bantuan stimulan yang diberikan. Mengingat banyaknya

tradisi-tradisi yang dikembangkan oleh masyarakat Kabupaten

Karanganyar (wawancara dengan Ibu Ismu, 29 Mei 2012).

c. Cara menaggulangi kendala-kendala dalam upaya pelestarian tradisi bersih

desa Dukutan :

1) Kabupaten Karanganyar telah membentuk tim kelompok kerja yaitu

kelompok kerja pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai

sosial budaya masyarakat Kabupaten Karanganyar.

2) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar

bekerjasama dengan Kementrian Agama dan Kejaksaan dalam

melakukan pembinaan agar dalam masyarakat tidak terjadi bentrokan-

bentrokan antar golongan atau secara agama.

3) Memberikan pengertian kepada masyarakat dengan sosialisasi baik

secara langsung maupun tidak langsung. Yaitu dengan memberi

pengarahan dan ikut membantu menyatakan bahwa adat tradisi ini

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

hanya merupakan pelestarian dari adat nenek. Dan bukan merupakan

suatu kegiatan yang musyrik. Karena budaya yang telah ada wajib

dilestarikan sebagai identitas suatu daerah.

4) Mengawasi kegiatan tradisi yang berkembang, agar tidak melenceng

dari aturan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat (wawancara

dengan Ibu Ismu, 29 Mei 2012).

d. Rencana pengembangan tradisi bersih desa Dukutan :

Rencana Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk jangka waktu

kedepan tidak hanya tradisi bersih desa Dukutan, tetapi terhadap tradisi-tradisi

yang ada di lingkup Kabupaten Karanganyar. Dinas pariwisata dan

Kebudayaan Karanganyar akan melakukan beberapa tindakan, antara lain :

a) Melakukan inventarisasi terhadap tradisi-tradisi yang masih benar-

benar dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Karanganyar.

Pendataan tersebut sangat penting dilakukan agar tidak ada tradisi

yang luput dari pengawasan dan perlindungan dari pemerintah.

b) Tradisi-tradisi yang telah terinventarisasi, menggali potensi yang

ada dalam masyarakat dan dikembangkan dengan INTANPARI,

yaitu bagaimana dibidang kepariwisataan bisa muncul dan

terangkat.

c) Melakukan penggalian dan pengemangan budaya tidak hanya

Dukutan tetapi semua budaya yang ada di Kabupaten Karanganyar

dan mengemas tradisi-tradisi tersebut menjadi dalam program

wisata budaya yang baik. Sehingga akan mengubah masyarakat

sekitar dalam hal perekonomiannya karena program pariwisata

tersebut.

d) Mengembangkan tradisi tersebut, misalnya dengan kesenian. Tetapi

pokok-pokok dari upacara tradisi tersebut tetap dapat dilaksanakan.

Dengan demikian tradisi-tradisi yang ada di Kabupaten

Karanganyar akan tetap bisa dilestarikan (wawancara dengan

Bapak Sukarno dan Ibu Ismu, 26 dan 29 Mei 2012).

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Situs Menggung yang menjadi tempat dilakasankannya upacara tardisi

bersih desa Dukutan ini merupakan situs yang berada dibawah perlindungan

Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Memang tidak ada

peran yang signifikan terhadap tradisi bersih desa Dukutan yang dilakukan oleh

BP3 Jawa tengah. Perannya hanya dalam hal perlindungan terhadap situs

Menggung ynag merupakan temapat ritual tradisi tersebut (wawancara dengan

Bapak Priyanto, 5 Juni 2012).

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Upacara bersih desa Dukutan merupakan suatu tradisi yang masih dilaksanakan

di Desa Nglurah Kelurahan Tawangmangu Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar. Desa Nglurah berada sekitar 2,5 km ke arah timur

dari pusat kota Tawangmangu. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tidak

banyak tanaman yang bisa ditanam di daerah ini. Budidaya tanaman hias di

daerah ini menjadikan Nglurah sebagai agro wisata di Tawangmangu. Desa

Nglurah hanya 15 % dari luas keseluruhan Kelurahan Tawangmangu yaitu 183

Ha. Desa Nglurah memiliki penduduk 1635 jiwa dengan perincian 832

penduduk laki-laki dan 806 penduduk perempuan.

2. Adanya tradisi bersih desa Dukutan yang berkembang pada masyarakat

Nglurah terdapat mitos yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Mitos atau

cerita yang melatarbelakangi bersih desa Dukutan terdapat dua versi yang

berbeda yaitu :

a. Versi Arlangga

Menceritakan dua tokoh yaitu Kyai Menggung seorang pengikut

Airlangga dan musuhnya Nyi Rasa Putih. Pada akhir cerita keduanya

menikah pada hari Selasa Kliwon Wuku Dukut. Karena itu diadakan

tradisi Dukutan di desa Nglurah.

b. Versi Watugunung

Menceritakan Dewi Sinta yang tidak tahu menikah dengan anaknya

sendiri Watugunung dan dikaruniai 28 anak. Watugunung terlibat perang

dengan Dewa Wisnu. Dewa Wisnu berhasil membunuh Watugunung

pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut. Dewi Sinta ingin mati dan

meminta kepada Dewa Wisnu agar Dewi Sinta dan anak-anaknya mati

dan masuk surga. Dipercaya bahwa salah satu anak Watugunung

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

dikuburkan di desa Nglurah. Untuk memperingatinya warga

memperingati dengan Dukutan

Berdasarkan kedua versi tersebut masyarakat Nglurah lebih banyak

yang mempercayai versi Airlangga, karena kedua arca yang ada di Situs

Menggung dipercaya merupakan perwujudan dari Kyai Menggung dan Nyi

Rasa Putih.

3. Dalam prosesi tradisi bersih desa Dukutan diperlukan beberapa persiapan yang

dilakukan sebelum prosesi dimulai yaitu mengadakan musyarawarah perihal

penetapan besarnya dana, perincian dana dan penarikan dana. Kemudian

melakukan kerja bakti di tempat ritual yaitu situs Menggung. Setiap rumah

diwajibkan membuat seperangkat sesaji berbahan dasar dari jagung, yang

dalam pembuatanya harus memperhatikan pantangan-pantangan yang berlaku.

Dua sesepuh desa dari Nglurah Lor dan Nglurah Kidul masing-masing juga

membuat seperangkat sesaji yang berbeda dengan warga yang lain. pada hari

Senin Wage seluruh sesaji yang dibuat warga maupun sesepuh desa disimpan

dalam tinon yang dipisahkan antara Nglurah Lor dan Nglurah Kidul. Sesaji-

sesaji tersebut ditunggui oleh para lelaki. Upacara Dukutan dilaksanakan tepat

pada pukul 07.00 hari Selasa Kliwon Wuku Dukut. Sesaji dibawa masuk ke

punden oleh beberapa orang laki-laki dengan pintu yang berbeda antara

Nglurah Lor dan Nglurah kidul. Setelah kedua rombongan sampai dilakuakn

beberapa kegiatan seperti, pembakaran dupa, pengikatan patung-patung dengan

iket dari tinon, pembacaan do’a oleh sesepuh desa, pembagian air sumber, dan

acara inti yaitu tawuran. Setelah acara tawuran selesai prosesi dilanjutkan ke

situs Kalijaro untuk Nglurah Lor, dan Watulawang untuk Nglurah Kidul. Dan

pada malam harinya dilaksanakan hiburan wayang.

4. Terdapat banyak nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan

mulai dari uborampe sesaji yang mempunyai banyak jenis dan memiliki nilai

filosofis dan makna yang berbeda-beda. Dalam setiap ritual juga mempunyai

makana filosofis yang mempunyai arti bagi masyarakat desa Nglurah. Selain

itu nilai-nilai budaya dari kepercayaan yang diyakini masyarakat tersebut akan

memberikan acuan masyarakat Nglurah dalam berperilaku, yang semuanya

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

diajarkan dalam tradisi bersih desa Dukutan. Dilihat dari nilai spiritual adanya

kepercayaan masyarakat terhadap nenek moyang yang melindungi desa mereka

menjadikan tradisi bersih desa Dukutan sebagai media interaksi dalam

menghormati roh nenek moyang dan memberikan ketenangan jiwa karena

masyarakat percaya nenek moyang akan melindungi desa mereka. Sedangkan

hiburan yang dipilih masyarakat Nglurah adalah wayang yang mempunyai

nilai-nilai seperti nilai hiburan, nilai pendidikan, dan nilai karakter dalam

wayang.

5. Berkembangnya pengaruh kebudayaan modern yang masuk di Indonesia pada

umumnya dan desa Nglurah pada khususnya perlu adanya sikap pelestraian

terhadap suatu budaya asli masyarakat. Dalam upaya pelestarian tradisi bersih

desa Dukutan di tengah kebudayaan modern yang berkembang, perlu adanya

sikap kesadaran dalam pelestarian budaya tersebut. Selain kesadaran perlu

adanya pengembangan sehingga dapat menjadi daya tarik wisata. Usaha

masyarakat dalam pelestarian budaya perlu dukungan dari pemrintah. Dalam

hal ini pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar telah melakukan upaya-upaya pelestarian terhadap tradisi

Dukutan, misalnya dengan memberikan bantuan stimulan, melakukan

pengawasan, memfasilitasi, dan memberikan pengarahan terhadap masyarakat.

Meskipun dalam upaya pelestarian tersebut terdapat kendala-kendala. Kendala

yang dihadapi oleh masyarakat Desa Nglurah dan Dinas Pariwisata dan

Kebudyaan yang paling utama adalah permasalahan dana dan sebagian

golongan yang mulai meninggalkan tradisi bersih desa Dukutan dengan

berbagai alasan. Sehingga perlu dilakukan beberapa cara untuk menaggulangi

kendala-kendala tersebut.

B. Implikasi

1. Teoritis

Dalam kebudayaan Jawa masyarakat percaya bahwa ada kekuatan gaib

yang dapat diminta pertolongan dalam masalah duniawi dan rohani kehidupan

masyarakat. Agar masyarakat diberi keselamatan oleh roh leluhur, masyarakat

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Jawa bisanya melakukan selamatan dan bersesaji. Selamatan dan bersesaji sering

kali dijalankan oleh masyarakat Jawa di desa-desa di waktu-waktu tertentu dalam

peristiwa kehidupan sehari-hari Seperti masyarakat Nglurah yang percaya bahwa

di desa Nglurah terdapat roh leluhur yang melindungi desa yaitu Kyai Menggung

dan Nyi Rasa Putih. Masyarakat melakukan sebuah tradisi bersih desa yang

dilakukan setiap hari Selasa Kliwon wuku Dukut yang disebut dengan Dukutan.

Tradisi bersih desa mempunyai beberapa fungsi antara lain : a) Sebagai

pengokohan norma-norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku turun temurun.

Seperti pada bersih desa Dukutan dalam setiap perlengkapan dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan Dukutan memiliki nilai-nilai dan norma yang dijunjung

tinggi oleh masyarakat Nglurah; b) sebagai pemersatu masyarakat dan

menumbuhkan kegotong royongan serta solidaritas antar sesama warga sebagai

ikatan persaudaraan antar masyarakat sehingga tercipta ketentraman dalam

kehidupan. Dalam tradisi Dukutan yang melibatkan dua RW ini digunakan

sebagai media pemersatu dan menciptakan kerukunan antar masyarakat; c)

Perlengkapan yang digunakan dalan upacara bersih desa berfungsi sebagai

penolak bala dan permohonan keselamatan. Perlengkapan berupa sesaji yang

dibuat masyarakat Nglurah yang terbuat dari jagung merupakan wujud

persembahan masyarakat terhdap roh leluhur agar senantiasa memberikan

keselamatan bagi masyarakat.

2. Praktis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang tradisi bersih desa

Dukutan dan upaya pelestariannya. Sikap pelestarian masyarakat desa Nglurah

terhadap tradisi bersih desa Dukutan perlu mendapat dukungan dari pemerintah.

Sikap tersebut dapat menjadi contoh untuk daerah lain yang memiliki budaya

serupa mengenai pentingnya upaya pelestarian terhadap tradisi budaya yang

berkembang di daerah lain. Sehingga masyarakat dan pemerintah dapat

memanfaatkan potensi budaya tersebut dalam pengembangan wisata budaya

daerah lain.

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRADISI BERSIH DESA …/Tradisi... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

C. Saran

Penulis memberikan saran-saran setelah mengadakan penelitian dan

pengkajian tentang “Tradisi Bersih Desa Dukutan (Studi Kebudayaan Masyarakat

Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)”, saran-saran

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepala bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karangayar diharapkan lebih

banyak memberikan pengarahan dan pembinaan terhadap masyarakat dalam

pelestarian tradisi bersih desa Dukutan dan tradisi lain yang berkembang di

wilayah Kabupaten Karanganyar. Selain itu perlu dilakukan promosi yang

lebih intensif agar dapat merealisasikan tradisi-tradisi budaya tersebut menjadi

daya tarik wisata budaya di Kabupaten Karanganyar tetapi dalam

pengembangannya diharapkan tidak menghilangkan adat nilai-nilai yang ada

dalam tradisi tersebut.

2. Mayarakat Desa Nglurah

Masyarakat Nglurah diharapkan bersikap selektif dalam menerima kebudayaan

dari luar daerah, karena dikhawatirkan budaya baru yang masuk ke dalam

lingkungan Nglurah akan merusak tradisi dari nenek moyang mereka.

Masyarakat Nglurah hendaknya juga turut berperan aktif dalam upaya

pemrintah untuk mempromosikan tradisi Dukutan sebagai daya tarik wisata

budaya di Kabupaten Karanganyar.

3. Peneliti Mendatang

Diharapkan kepada peneliti mendatang yang akan meneliti permasalahan yang

sama yaitu tradisi bersih desa Dukutan dapat membantu melengkapi

kekurangan dalam penelitian ini. Selain itu diharapkan dapat mengembangkan

penulisan penlitian yang dihasilkan agar mudah dan menarik untuk dipelajari.