87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI POTENSI KEANEKARAGAMAN POHON DI PEKARANGAN PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN KARANGANYAR Oleh Ratna Setyaningsih Elmi Sujono H 0708038 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI

POTENSI KEANEKARAGAMAN POHON DI PEKARANGAN

PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN

KARANGANYAR

Oleh

Ratna Setyaningsih Elmi Sujono

H 0708038

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

POTENSI KEANEKARAGAMAN POHON DI PEKARANGAN PADA

BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Oleh

Ratna Setyaningsih Elmi Sujono

H 0708038

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI

POTENSI KEANEKARAGAMAN POHON DI PEKARANGAN PADA

BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

Ratna Setyaningsih Elmi Sujono

H 0708038

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Mth. Sri Budiastuti, MP Ir. Endang Setia Muliawati, MSi

NIP.19591205 198503 2 001 NIP. 19640713 198803 2 001

Surakarta, Maret 2013

Fakultas Pertanian UNS

DEKAN

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1 001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI

POTENSI KEANEKARAGAMAN POHON DI PEKARANGAN PADA

BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Ratna Setyaningsih Elmi Sujono

H 0708038

telah dipertahankan di depan Tm Penguji

pada tanggal: 26 Februari 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

untuk memperoleh gelar (derajat) Sarjana Pertanian

Program Studi Agroteknologi

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Mth. Sri Budiastuti, MP

NIP.19591205 198503 2 001

Anggota I Anggota II

Ir. Endang Setia Muliawati, MSi Prof. Dr. Ir. Purwanto, MS

NIP. NIP. 19640713 198803 2 001 NIP. 19520511 198203 1 002

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia,

nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Potensi Keanekaragaman Pohon di Pekarangan pada

Beberapa Ketinggian Tempat di Kabupaten Karanganyar”. Skripsi ini

disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan

dan dukungan berbagai pihak, sehingga penulis tak lupa mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

UNS.

2. Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi selaku Ketua Program Studi Agroteknologi.

3. Prof. Dr. Ir. Mth. Sri Budiastuti, MP selaku Pembimbing Utama.

4. Ir. Endang Setya Muliawati, MSi selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing Pendamping.

5. Prof. Dr. Ir. Purwanto, MS selaku Dosen Pembahas

6. Keluargaku tercinta dan tersayang: Papi, Bunda, dan Abang-Abang, Adik-

Adik, dan Mas Anwar selalu memberikan dukungan baik materi, semangat,

dan doa.

7. Sahabatku A5 dan A7, tim survei pekarangan, Mas Munawir, teman-teman

Solmated ’08, dan para laboran yang telah banyak membantu penulis selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini, yang tidak

bisa saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Surakarta, Maret 2013

Penulis

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x

RINGKASAN ........................................................................................ xii

SUMMARY ............................................................................................. xiii

I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 3

1. Tujuan Penelitian ....................................................... 3

2. Manfaat Penelitian ..................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

A. Pekarangan dan Pemanfaatannya ........................................ 5

B. Agrobiodiversitas Pohon ..................................................... 6

C. Fungsi Pohon di Pekarangan ............................................... 7

D. Keanekaragaman Jenis Pohon di Pekarangan ..................... 10

E. Produktivitas Tanaman Pohon di Pekarangan ..................... 15

III. METODE PENELITIAN ............................................................. 18

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 18

B. Alat dan Bahan .................................................................... 18

C. Cara Kerja Penelitian .......................................................... 18

1. Metode Penelitian ...................................................... 18

2. Pelaksanaan Penelitian ............................................... 19

3. Variabel Pengamatan dan Cara Pengambilan Data ... 20

4. Analisis Data .............................................................. 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 28

A. Lokasi Penelitian ................................................................. 28

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

1. Deskripsi Wilayah ..................................................... 28

2. Kondisi Lingkungan Pekarangan ............................... 30

B. Analisis Vegetasi ................................................................. 41

1. Kerapatan Pohon ........................................................ 42

2. Dominansi Pohon ....................................................... 44

3. Frekuensi Pohon ........................................................ 46

4. Kerapatan Relatif ....................................................... 49

5. Dominansi Relatif ...................................................... 50

6. Frekuensi Relatif ........................................................ 51

7. Indeks Nilai Penting .................................................. 52

8. Indeks Kelimpahan Spesies/Species Richness

(Margalef Index), Indeks keanekaragaman

jenis/Index of Diversity, Indeks kemerataan

jenis/Evenness index, dan Indeks Asosiasi dan

Indeks Kesamaan Komunitas/Association Index and

Index of Similarity ...................................................... 57

C. Pengelolaan Pekarangan ...................................................... 61

D. Analisis Produktivitas Tanaman Pohon .............................. 64

E. Pekarangan yang Ideal ........................................................ 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 72

A. Kesimpulan .......................................................................... 72

B. Saran .................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 75

LAMPIRAN ........................................................................................... 79

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Dalam Teks Halaman

1. Hasil analisis kimia tanah di pekarangan pada ketinggian < 300

m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl ....................................... 37

Dalam Lampiran

2. Kuesioner identitas pekarangan .................................................... 79

3. Kuesioner tindakan pengelolaan pekarangan ............................... 79

4. Borang peubah lingkungan ........................................................... 81

5. Borang biofisik Pekarangan .......................................................... 81

6. Borang peubah biologi (jenis pohon dan jumlah) ........................ 81

7. Borang peubah biologi (habitus dan produktivitas tanaman) ........ 82

8. Kriteria Analisis Kesuburan Tanah .............................................. 84

9. Kriteria Kemasaman Tanah .......................................................... 84

10. Data Monografi Desa/Kelurahan Jantiharjo, Kecamatan

Karanganyar .................................................................................. 86

11. Data Monografi Desa/Kelurahan Bolong, Kecamatan

Karanganyar .................................................................................. 87

12. Data Monografi Desa/Kelurahan Dawung, Kecamatan Matesih . 88

13. Data Monografi Desa/Kelurahan Plosorejo, Kecamatan Matesih 89

14. Data Monografi Desa/Kelurahan Karang Bangun, Kecamatan

Matesih ......................................................................................... 90

15. Data Monografi Desa/Kelurahan Koripan, Kecamatan Matesih .. 91

16. Data Monografi Desa/Kelurahan Bandar Dawung, Kecamatan

Tawangmangu ............................................................................... 92

17. Data responden pada sampel di ketinggian < 300 m dpl .............. 93 93

18. Data responden pada sampel di ketinggian 300-400 m dpl .......... 95

19. Data responden pada sampel di ketinggian > 400 m dpl ............... 97

20. Nilai Suhu (oC) dan Kelembaban Udara Relatif (%) di

Ketinggian < 300 m dpl ................................................................ 99

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

21. Nilai Suhu (oC) dan Kelembaban Udara Relatif (%) di

Ketinggian 300-400 m dpl ............................................................ 99

22. Nilai Suhu (oC) dan Kelembaban Udara Relatif (%) di

Ketinggian > 400 m dpl ................................................................ 100

23. Data Perhitungan Persentase Intersepsi Cahaya dalam

Pekarangan (%) ............................................................................. 101

24. Schmidt-Ferguson ......................................................................... 102

25. Curah hujan di Kecamatan Jumantono (ketinggian < 200 m dpl) 103

26. Curah hujan di Kecamatan Jumantono (ketinggian < 300 m dpl

dan 300- 400 m dpl) ...................................................................... 103

27. Analisis Vegetasi pada ketinggian < 300 m dpl ........................... 104

28. Analisis Vegetasi pada ketinggian 300-400 m dpl ....................... 105

29. Analisis Vegetasi pada ketinggian > 400 m dpl ........................... 107

30. Analisis Kelimpahan Spesies (Margalef Index), Keragaman

Jenis (Index of Diversity), dan Indeks Kemerataan Jenis (Pielou

Index) ............................................................................................ 108

31. Indeks Asosiasi dan Indeks Kesamaan Komunitas (Association

Index and Index of Similarity)/Sorenson’s Index of Similarity

(Cs) ............................................................................................... 108

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Dalam Teks Halaman

1. Suhu rerata harian di pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl ................................................... 31

2. Kelembaban rerata harian di pekarangan pada ketinggian < 300

m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl ....................................... 32

3. Persentase intersepsi cahaya matahari di dalam pekarangan pada

ketinggian < 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl ........... 33

4. Kerapatan pohon terbanyak di pekarangan pada ketinggian <

300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl ................................ 42

5. Dominansi pohon terbanyak di pekarangan pada ketinggian

< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl ............................. 44

6. Frekuensi pohon terbanyak di pekarangan pada masing-masing

ketinggian ..................................................................................... 47

7. Kerapatan relatif pohon terbanyak pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl .................................................. 49

8. Dominansi relatif pohon terbanyak pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl .................................................. 50

9. Frekuensi relatif pohon terbanyak pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl .................................................. 51

10. Indeks Nilai Penting (INP) pohon terbanyak pada ketinggian <

300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl ................................ 53

11. Indeks Kelimpahan Spesies/Species Richness (Margalef Index),

Indeks keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener Index) dan

indeks kemerataan jenis (Evenness Index) pada ketinggian < 300

m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl ....................................... 58

12. Perbandingan Indeks Asosiasi dan Indeks Kesamaan

Komunitas/Association Index and Index of Similarity pada

ketinggian antara < 300 dan 300-400 m dpl, < 300 dan >

400 m dpl, serta 300-400 dan > 400 m dpl ................................... 60

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

13. Persentase jumlah pemilik pekarangan pada ketinggian < 300 m

dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl dalam pengolahan lahan,

pemupukan, pemangkasan, pengairan, pengendalian hama dan

penyakit (PHT), dan penggunaan pemacu pembungaan .............. 62

14. Persentase jumlah pemilik pekarangan pada ketinggian < 300 m

dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl dalam kegiatan pra-panen,

panen, dan pasca panen ................................................................. 63

15. Produktivitas pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl, 300-400

m dpl, dan > 400 m dpl ................................................................. 64

16. Rerata Input (Rp) dan output (Rp) pekarangan per 100 m2 .......... 65

Dalam Lampiran

17. Teknik Pengukuran Tinggi Pohon dan Posisi Pengukur .............. 83

18. Segitiga Tekstur ............................................................................ 84

19. Peta Kabupaten Karanganyar ....................................................... 85

20. Segitiga klasifikasi tipe hujan Schmidt-Ferguson ........................ 102

21. Pengukuran tinggi pohon .............................................................. 109

22. Pengukuran DBH .......................................................................... 109

23. Contoh sampel pekarangan di ketinggian < 300 m dpl ................ 109

24. Contoh sampel pekarangan di ketinggian 300-400 m dpl ............ 110

25. Contoh sampel pekarangan pada ketinggian > 400 m dpl ............ 110

26. Analisis Kesuburan Tanah ............................................................ 111

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

RINGKASAN

POTENSI KEANEKARAGAMAN POHON DI PEKARANGAN PADA

BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN KARANGANYAR.

Skripsi: Ratna Setyaningsih Elmi Sujono (H0708038). Pembimbing: Mth. Sri

Budiastuti, Endang Setia Muliawati. Program Studi: Agroteknologi, Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Pemanfaatan pekarangan Di Kabupaten Karanganyar dengan tanaman pohon

produktif bukan merupakan hal asing. Pemanfaatan ini memunculkan

agrobiodiversitas yang berbeda pada suatu ketinggian tempat. Namun, informasi

mengenai hal tersebut belum memadai, sehingga perlu dilakukan penelitian. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman tanaman pohon di

pekarangan yang mengacu pada kondisi agroekosistem setempat dan membanding-

kan produktivitas pohon di pekarangan pada ketinggian tempat berbeda.

Penelitian menggunakan metode survei. Unit sampel diambil di sepanjang

aliran sungai Samin pada tiga tingkat ketinggian tempat, yaitu < 300 m dpl, 300-400

m dpl, dan > 400 m dpl dengan letak koordinat sampel pada tiap-tiap ketinggian

berturut-turut antara 7°37'09,2"7°38'12,3”LS dan 110°58'33,6" 110°59'37,3"BT;

7°37’50,99”7°38’58,81”LS dan 111°01’04,55”111°01’58,65” BT; dan

7°39’07,4”7°40’14,8”LS dan 111°03’27,9” 111°04’46,5”BT. Pengamatan meliputi

kondisi mikroklimat, tingkat kesuburan tanah, inventarisasi pohon, dan habitus pohon

(tinggi pohon, tinggi kanopi, luas kanopi, dan diameter batang). Analisis data

menggunakan analisis vegetasi, indeks kelimpahan jenis menggunakan Margalef

Index (DMg), indeks keanekaragaman jenis menggunakan Shannon-Wiener Index

(H’), indeks kemerataan jenis menggunakan Pielou Index (E), indeks asosiasi dan

indeks kesamaan komunitas menggunakan Sorenson’s Index of Similarity (Cs), dan

analisis produktivitas menggunakan model David J. Sumanth.

Jenis tanah pada semua ketinggian tempat adalah mediteran cokelat dengan

tingkat kesuburan tanah yang rendah. Tipe iklim di ketiga ketinggian adalah C (agak

basah). Suhu udara di ketinggian < 300 m dpl lebih tinggi dibandingkan dengan suhu

udara pada ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl. Kelembaban udara relatif

tertinggi terdapat di pekarangan pada ketinggian > 400 m dpl. INP tertinggi pada

ketinggian < 300 m dpl yaitu mangga (48,32), pada ketinggian 300-400 m dpl dan >

400 m dpl adalah kelapa (45,01) dan (46,65).

Keanekaragaman jenis di pekarangan pada semua ketinggian memiliki tingkat

sedang melimpah. Kemerataan jenis pada semua ke-tinggian berada pada tingkat

tinggi. Dan pekarangan pada ketinggian antara 300-400 m dpl dan > 400 m dpl

memiliki kesamaan yang lebih tinggi. Rasio produktivitas pekarangan tertinggi

terdapat di pekarangan pada ketinggian > 400 m dpl. Output per 100 m2 tertinggi

dihasilkan pada pekarangan di ketinggian 300-400 m dpl dan output terendah

dihasilkan pada pekarangan di ketinggian <300 m dpl. Input tertinggi diperoleh pada

pekarangan di ketinggian > 400 m dpl dan input terendah diperoleh pada pekarangan

di ketinggian 300-400 m dpl.

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SUMMARY

POTENTIAL OF TREES DIVERSITY IN HOMEGARDEN AT SOME

ALTITUDES IN KABUPATEN KARANGANYAR. Thesis-S1: Ratna

Setyaningsih Elmi Sujono (H0708038). Advisers: Mth. Sri Budiastuti, Endang Setia

Muliawati. Study Program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of

Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Utilization of homegarden to plant a productive tree is anusual thing,

especially in Karanganyar. This utilization shows different agrobiodiversity at an

altitude. However, information about it is not provided, so we need an observations.

This study aimed to identify trees in homegardens which refers to the agroecosystem,

as well as to compared the productivity of trees in homegarden at each altitude level.

This study used survey method. Sample unit taken along Samin river at three

altitude levels (< 300 m asl, 300-400 m asl, and > 400 m asl) and latitude position at

7°37'09,2"7°38'12,3”S and 110°58'33,6"110°59'37,3"E; 7°37’50,99”7°38’58,81”

S and 111°01’04,55”111°01’58,65”E; 7°39’07,4”7°40’14,8”S and 111°03’27,9”

111°04’46,5”E. The observations involved microclimate condition, soil fertility, tree

inventory, and measurement of habitus for each tree (tree height, trunk girth, canopy

height and canopy diameter). Data analysis using analysis of vegetation, species

Richness index using Margalef Index (DMg), species diversity index using Shannon-

Wiener Index (H’), evenness index using Pielou Index (E), association index and

index of similarity using Sorenson’s Index of Similarity (Cs) and productivity analysis

using David J. Sumanth model.

The soil type in all sites are inceptisol with low soil fertility level. The climate

type in all sites are C. The temperature in site < 300 m asl is higher than in site 300-

400 m asl and > 400 m asl. The highest relative humidity showed in site > 400 m asl.

Highest important value index in site < 300 m asl showed in mango (48,32), in site

300-400 m asl dan > 400 m asl showed in coconut (45,01) dan (46,65). Level of

species diversity in all sites are showed moderate abundantly. Species evenness in all

sites are showed high level. And homegarden between 300-400 m asl and > 400 m asl

have the highest similarity. The highest productivity ratio showed in site > 400 m asl.

The highest output per 100 m2 showed in site 300-400 m asl dan the lowest output

showed in site <300 m dpl. The highest input per 100 m2 showed in site > 400 m asl

and the lowest input showed in site 300-400 m asl.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah tinggal

dan jelas batasan-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman,

dan masih mempunyai hubungan pemilikan dengan rumah yang bersangkutan.

Pekarangan dari sudut ekologi merupakan lahan dengan sistem yang terintegrasi

dan mempunyai hubungan yang kuat antara manusia, tanaman, serta hewan.

Pekarangan sebagai habitat suatu keluarga dalam bentuk halaman atau taman

rumah memiliki fungsi multiguna antara lain: tempat diprakteknya sistem

agroforestri, konservasi sumberdaya genetik, konservasi tanah dan air, produksi

bahan pangan dari tumbuhan dan hewan, dan tempat terselenggaranya aktivitas

sosial dan budaya, terutama pekarangan yang berada di pedesaan. Oleh karena itu,

pekarangan merupakan salah satu model pemanfaatan lahan yang optimal dan

dapat berkelanjutan dengan menghasilkan produktivitas yang relatif tinggi di

daerah tropis (Arifin et al. 2008).

Pekarangan yang multiguna, dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk

berbagai kegiatan pertanian, aktivitas sosial, dan konservasi. Bagi masyarakat

Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Karanganyar, pemanfaatan pekarangan

dengan tanaman produktif dalam bentuk pohon (kayu, buah-buahan, dan

komoditas perkebunan/industri) bukan merupakan hal yang asing lagi.

Pemanfaatan pekarangan sebagai lahan pertanian, khususnya untuk budidaya jenis

pohon-pohonan, menampilkan suatu struktur agrobiodiversitas yang bervariasi

yang dipengaruhi kondisi agroekosistem setempat, dan dapat menjadi penciri khas

suatu daerah. Namun, informasi mengenai keanekaragaman tanaman pohon di

pekarangan saat ini belum memadai, sehingga perlu dilakukan pengamatan

tentang keanekaragaman tanaman pohon di pekarangan pada ketinggian tempat

yang berbeda.

Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi

bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan,

baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Di dalam

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan

hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini terjadi baik antar komponen

biotik maupun antara komponen biotik dengan komponen abiotik, sehingga

hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu

ekosistem (Jumin 2002). Biodiversitas lahan pertanian dikenal dengan istilah

agrobiodiversitas. Secara umum agrobiodiversitas merupakan semua komponen

yang terdapat di lahan pertanian termasuk di dalamnya adalah semua organisme

yang hidup di lahan pertanian dan memberikan fungsinya pada proses yang terjadi

di lahan pertanian tersebut (Jackson et al. 2007).

Molles (1999) menyatakan bahwa hampir semua tanaman pohon

terdistribusi secara merata pada tempat yang memiliki kelembaban yang tinggi.

Oleh karena itu, penentuan lokasi penelitian di DAS Samin ini diperlukan untuk

mengetahui perbedaan keanekaragaman jenis dan komposisi tanaman pohon serta

produktivitasnya pada ketiga ketinggian tempat yang berbeda.

Pada ketinggian tempat (altitude) yang berbeda, suhu udara pun akan

mengalami perbedaan. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu akan mengalami

penurunan, yang akibatnya kelembaban udara relatif juga akan berbeda-beda.

Kondisi lingkungan yang berbeda-beda ini menimbulkan perbedaan pada

keanekaragaman tanaman pohonnya. Molles (1999) menyatakan bahwa jumlah

spesies tanaman terbanyak ditemukan pada daerah dataran sedang dan dataran

tinggi, sedangkan pada dataran rendah jumlah spesies tanaman yang dapat

ditemukan lebih sedikit. Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim

pada suatu tempat. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan

temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran.

Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman pohon yang

menempati suatu daerah pada ketinggian tertentu. Dengan melihat keaneka-

ragaman tanaman pohon yang ada di pekarangan serta tingkat keanekaragaman

jenisnya, maka dapat dilihat pula potensi produksi (produktivitas) tanaman pohon

di pekarangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai keanekaragaman tanaman pohon di pekarangan, tingkat keragaman

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

jenisnya, dan potensi produksi tanaman pohon di pekarangan pada ketinggian

tempat yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

Kondisi lingkungan suatu daerah pada ketinggian tempat yang berbeda

akan memunculkan gambaran yang berbeda mengenai biodiversitas tanaman

pohon di pekarangan. Keanekaragaman jenis dan pola pengelolaan lahan

pekarangan dapat menunjukkan pula tingkat produktivitas tanaman pohon di

pekarangan pada masing-masing ketinggian tempat. Oleh karena itu, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kondisi keanekaragaman tanaman pohon di pekarangan pada

tiga rentang (range) ketinggian tempat yaitu < 300 m dpl (dataran rendah),

300-400 m dpl (dataran sedang-tinggi), dan > 400 m dpl (dataran tinggi)?

2. Berapa besar rasio produktivitas tanaman pohon di pekarangan pada tiga

ketinggian tempat (< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl) dan

berapa besar output yang dihasilkan per 100 m2 luas pekarangan dan input

yang dikeluarkan per 100 m2?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi tanaman pohon di pekarangan pada tiga lokasi

dengan ketinggian tempat yang berbeda (< 300 m dpl, 300-400 m dpl,

dan > 400 m dpl) dan mengacu pada kondisi lingkungan yang berbeda

pada ketiga ketinggian tempat.

b. Menentukan dan membandingkan potensi produksi tanaman

(produktivitas) pohon di pekarangan pada ketinggian tempat yang

berbeda serta menghitung output yang dihasilkan pekarangan per 100

m2 dan input yang dikeluarkan per 100 m

2.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini:

a. Memberikan informasi mengenai keanekaragaman jenis dan

komposisi tanaman pohon berdasarkan kondisi lingkungan lahan

pekarangan pada ketiga ketinggian tempat yang berbeda.

b. Memberikan informasi mengenai potensi tanaman pohon yang

berperan sebagai bahan pangan dan non pangan di pekarangan pada

ketiga ketinggian tempat yang berbeda.

c. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Karanganyar

tentang pemanfaatan pekarangan dengan tanaman pohon untuk

mendukung peningkatan pendapatan keluarga.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pekarangan dan Pemanfaatannya

Pekarangan adalah sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

yang di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal dan mempunyai hubungan

fungsional baik secara ekonomi, biofisik, maupun sosial budaya dengan

penghuninya (Rahayu dan Prawiroatmodjo 2005). Menurut Harjadi (1989)

Pekarangan disebut “Erfbouw” atau “Compound garden” atau “mixed garden”

oleh G.J.A. Terra (ahli pertanian Belanda) diberi definisi: sebidang tanah darat

(mencakup kolam) yang terletak langsung di sekeliling rumah, dengan batas-batas

yang jelas (boleh berpagar, boleh tidak berpagar), ditanami dengan berbagai jenis

tanaman.

Peranan dan pemanfaatan pekarangan bervariasi dari satu daerah dengan

daerah lainnya, tergantung pada tingkat kebutuhan rumah tangga atau keluarga

pemilik, sosial budaya, pendidikan masyarakat maupun faktor fisik dan ekologi

setempat. Di Indonesia, peranan pekarangan belum mendapat perhatian sepenuh-

nya, padahal jika dikelola dengan baik pekarangan dapat menambah pendapatan

keluarga (Rahayu dan Prawiroatmodjo 2005).

Pekarangan dapat diatur untuk tujuan komersial atau mata pencaharian,

dan dapat memproduksi lebih dari 100 produk pertanian atau bahkan sebaliknya,

menghasilkan kurang dari 10 produk pertanian (Kabir dan Webb 2009).

Sepanjang waktu, pemilik pekarangan berusaha membudidayakan dan menyeleksi

tanaman yang diinginkan untuk ditanam di pekarangannya, sehingga pekarangan

dapat berperan sebagai bank gen bagi sumber daya nabati potensial tertentu

(Molebatsi et al. 2010).

Di pedesaan, umumnya pekarangan ditanami dengan tanaman buah,

sayuran, tanaman obat tradisional, menambah nilai estetika rumah dengan

menanam tanaman hias atau dengan memberi sentuhan desain outdoor seperti

meja dan kursi taman, ayunan, kolam ikan, dan lain-lain, serta memiliki nilai

spiritual (Molebatsi et al. 2010, Rahayu dan Prawiroatmodjo 2005). Kabir dan

Webb (2009) juga menambahkan selain ditanami dengan tanaman obat

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tradisional, pekarangan juga dapat membantu finansial petani ketika mengalami

gagal panen, sehingga pekarangan memiliki fungsi sebagai penyelamat kesejah-

teraan kehidupan para petani.

B. Agrobiodiversitas Pohon

Biodiversitas lahan pertanian dikenal dengan istilah agrobiodiversitas.

Secara umum agrobiodiversitas merupakan semua komponen yang terdapat di

lahan pertanian termasuk di dalamnya adalah semua organisme yang hidup di

lahan pertanian dan memberikan fungsinya pada proses yang terjadi di lahan

pertanian tersebut (Jackson et al. 2007). Menurut Singh dan Varaprasad (2008)

agrobiodiversitas merupakan keanekaragaman yang terdapat pada suatu lahan

pertanian yang terkait dengan kondisi agroekosistem dan variasi yang ada dalam

suatu sistem pertanian (tanaman, hewan, hama, dan mikroba). Variasi ini

berkaitan dengan terciptanya rantai makanan yang memberikan manfaat secara

ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Meskipun agrobiodiversitas selalu dikaitkan dengan sistem produksi

pangan untuk manusia, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam agrobiodiversitas selalu

mengandung nilai kultural, spiritual, religi, dan estetika bagi kehidupan sosial

masyarakat. Nilai-nilai ini menjadi sangat penting dalam suatu agroekosistem,

karena sistem ini terbentuk tidak hanya oleh keberadaan tanaman, tetapi juga oleh

komponen abiotik dan manusia. Jadi, pengetahuan mengenai agrobiodiversitas

merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai kondisi ekosistem sebagai

acuan konservasi keanekaragaman tanaman (Jackson et al. 2007).

Pendekatan lain yang digunakan dalam konservasi agrobiodiversitas yaitu

secara ekologis dan sosioekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan mem-

prioritaskan perlindungan terhadap aset kunci dari agrobidiversitas yang di-

terapkan berdasarkan konsep ecoagriculture atau pertanian berbasis ekologi.

Penerapan beberapa pendekatan tersebut ditujukan untuk merealisasikan kegiatan

pertanian yang berkelanjutan (Jackson et al. 2007).

Derajat perkembangan jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan dalam

pekarangan sangat dipengaruhi oleh kondisi agroklimat dan agroekonomi.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Menurut kondisi agroklimat, agrobiodiversitas tanaman pekarangan di dataran

tinggi kurang berkembang dibanding di dataran rendah, demikian pula di daerah

beriklim kering keanekaragaman jenis tanaman pekarangan kurang dibanding

dengan daerah beriklim basah (Harjadi 1989). Faktor-faktor lingkungan sangat

mempengaruhi fungsi fisiologis dan morfologis tanaman. Respon tanaman

sebagai akibat faktor lingkungan terlihat pada habitus. Walaupun genotipnya

sama, dalam lingkungan yang berbeda, penampilan tanaman akan berbeda pula

(Jumin 2002).

Menurut Millang (2008), setiap jenis tanaman memiliki sifat silvik dan

penyebaran ekologis yang berbeda khususnya ketinggian tempat dari permukaan

laut. Namun, ia juga mengutarakan bahwa ketinggian tempat dari permukaan laut

tidak menjadi faktor pembatas pemilihan dan penyebaran jenis tumbuhan. Hal ini

bertentangan dengan teori bahwa semakin tinggi dari permukaan laut maka

semakin banyak tumbuhan yang sulit beradaptasi sehingga semakin sedikit jumlah

jenis tumbuhan yang dijumpai. Umumnya, jenis-jenis tanaman yang diusahakan

masyarakat relatif sama disebabkan oleh adanya kesamaan budaya, pengalaman,

dan tujuan. Hal ini mencerminkan bahwa yang paling berperan dalam penentuan

jumlah tanaman dan jenisnya adalah faktor kepentingan atau tujuan penanaman-

nya.

C. Fungsi Pohon di Pekarangan

Menurut Rahayu dan Rugayah (2007) masyarakat tradisional me-

ngelompokkan dunia tumbuhan menjadi dua kelompok yaitu tumbuhan berguna

dan tumbuhan tidak berguna. Tumbuhan berguna berdasarkan pemanfaatannya

dikelompokkan kembali menjadi beberapa kelompok seperti tumbuhan yang

berfungsi sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan dan kosmetika,

tali temali dan kerajinan, permainan anak-anak, upacara adat dan sebagainya.

Penggunaan pengobatan tradisional terutama oleh sebagian besar masyarakat yang

hidup di pedalaman bukan disebabkan kekurangan fasilitas kesehatan formal,

namun lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya pada masyarakat

tersebut.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Biodiversitas pohon di pekarangan tentunya sangat berperan dalam

mencukupi kebutuhan pangan manusia. Pangan merupakan semua bahan yang

dapat memberi asupan energi dan gizi. Jika pada suatu lahan pertanian dilakukan

monokultur, maka ketersediaan pangan untuk bahan yang lain akan mengalami

kekurangan (Harjadi 1989). Pekarangan merupakan suatu sistem lahan pertanian

yang terintegrasi dan ditanami dengan berbagai macam tanaman (Altieri dan

Hecth 1990), sehingga pekarangan memiliki nilai lebih dalam penyediaan pangan

untuk pemenuhan gizi. Rahayu dan Prawiroatmodjo (2005) mengemukakan

pekarangan juga disebut sebagai lumbung hidup atau warung hidup, karena

pekarangan diarahkan sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari.

Pekarangan berperan sebagai pendapatan alternatif apabila pada suatu

tempat terjadi krisis (misalnya gagal panen). Di Asia Selatan dan Asia Tenggara

6-54% pendapatan rumah tangga berasal dari pekarangan. Besarnya pendapatan

yang diperoleh dari pekarangan berdasarkan pada jenis tanaman yang

dibudidayakan di pekarangan, kegunaan tanaman, dan kondisi lingkungannya

(Kabir dan Webb 2009).

Berdasarkan penelitian Kabir dan Webb (2009) di Bangladesh bagian

Barat Daya dapat diketahui bahwa 99% dari total responden pemilik pekarangan

yang diobservasi menyatakan pekarangannya dapat memberikan penghasilan

tambahan sebesar 6% dari total penghasilan keluarga. Jumlah ini sangat

dipengaruhi oleh luas penguasaan lahan dan waktu yang dialokasikan oleh tenaga

kerja untuk pengelolaan pekarangan.

Ditinjau dari segi ekologinya, pekarangan merupakan habitat yang serasi

untuk berbagai jenis tanaman yang tumbuh secara beragregasi dan berasosiasi

dalam sistem berlapis-tingkat atau etagebouw atau multistoryed yang dapat

menunjukkan efisiensi penggunaan cahaya matahari tropik oleh berlapis daun

pohon-pohonan dan penekanan erosi tanah akibat benturan air hujan dan sengatan

cahaya matahari tidak langsung terkena tanah. Agroekosistem dengan jenis dan

jumlah pohon yang banyak dapat membantu konservasi air. Selain itu, sebagai

transisi dari alam hutan ke alam budidaya, pekarangan menjadi wilayah

konservasi plasma nutfah (germ plasm) tumbuhan liar asli. Tumbuhan liar asli ini

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dapat tumbuh sebagai pagar, tumbuhan merambat atau pohon pelindung yang

bernilai tinggi sebagai sumber bahan pemuliaan atau induk batang bawah, yang

umumnya tahan terhadap hama dan patogen penyebab penyakit setempat

(Harjadi 1989).

Terjadinya siklus tertutup pada pekarangan menunjukkan bahwa

pekarangan sebenarnya mampu memenuhi kebutuhannya sendiri yang ditunjuk-

kan oleh proses dekomposisi seresah-seresah yang dihasilkan tanaman di

pekarangan, sehingga pekarangan mampu mensuplai kebutuhan nutrisi tanaman

tanpa mengandalkan masukan dari luar. Menurut Harjadi (1989) pada prinsipnya

pengomposan di pekarangan dapat meniru apa yang terjadi di alam bebas. Dalam

alam, kematian suatu makhluk hidup memungkinkan kehadiran makhluk baru.

Tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang mati pada permukaan tanah di hutan,

melapuk menjadi kompos oleh pengaruh waktu, air, mikroorganisme, sinar

matahari dan udara, yang kemudian menghasilkan tanah berstruktur baik dan

lingkungan tumbuh yang baik serta kaya humus.

Penyebaran berbagai vegetasi dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta

daya adaptasi dari masing-masing spesies. Namun, sebenarnya tanaman memiliki

hubungan yang saling berpengaruh. Keberadaan vegetasi juga dapat mem-

pengaruhi iklim mikro di sekitarnya. Semakin besar total biomassa vegetasi yang

terlibat di dalamnya dan semakin ekstensif penyebarannnya, maka akan semakin

nyata pengaruhnya terhadap iklim mikro di wilayah tersebut (Lakitan 1994).

Selain itu, vegetasi juga dinilai dari kemampuannya dalam memperbaiki sifat

fisika, kimia, dan biologi tanah, serta mendukung siklus air tanah

(Yulistyarini dan Sofiah 2011).

Penutupan kanopi pohon yang sangat rapat, penguasaan daerah basal yang

besar, spesies bawah tegakan, dan lapisan seresah sangat membantu dalam

memelihara jumlah pori makro tanah, dan membantu infiltrasi air bawah tanah.

Pengaruh penutupan pohon dalam siklus air yaitu kaitannya dengan intersepsi air

hujan, melindungi agregat tanah dari titik air hujan, dan infiltrasi air. Vegetasi dan

lapisan seresah akan melindungi tanah dari titik air hujan yang menyebabkan

tanah menjadi padat, tanah yang padat memiliki pori makro yang sedikit sehingga

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menghambat infiltrasi air bawah tanah, akibatnya akan terjadi peningkatan

limpasan (runoff) permukaan tanah (Yulistyarini dan Sofiah 2011).

Pohon memegang peranan yang sangat penting sebagai penyangga

kehidupan, baik dalam mencegah erosi, siklus hidrologi, menjaga stabilitas iklim

global, dan sebagai penyimpan karbon. Perubahan iklim global yang terjadi akhir-

akhir ini dikarenakan ketidakseimbangan antara konsentrasi CO2 di atmosfer

dengan ketersediaan vegetasi tanaman, yang dalam hal ini adalah pohon

(Sujarwo dan Darma 2011).

Pohon juga memiliki fungsi sebagai penyedia cadangan karbon. Karbon

tersimpan merupakan karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan dalam bentuk

biomassa. Nilai karbon tersimpan ditentukan dengan pengukuran biomassa pohon

yang dinyatakan dalam berat kering. Jumlah emisi karbon yang semakin

meningkat saat ini perlu diimbangi dengan jumlah penyerapannya. Hal tersebut

perlu dilakukan untuk mengurangi dampak dari pemanasan global dengan cara

menanam pohon sebanyak-banyaknya, karena melalui proses fotosintesis dapat

mengubah CO2 menjadi O2 (Sujarwo dan Darma 2011).

D. Keanekaragaman Jenis Pohon di Pekarangan

Ekologi tanaman (agroekologi) mengandung dua pengertian, yaitu ekologi

sebagai ilmu dan tanaman sebagai objek. Tanaman sendiri mengandung arti

tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya

dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomis.

Secara etimologis, ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di rumah

(lingkungan) sendiri. Dengan demikian, ekologi tanaman dapat diberi batasan,

yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan timbal balik yang

terdapat antara tanaman dan lingkungannya serta antara kelompok-kelompok

tanaman. Tanaman saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan dengan

lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, faktor lingkungan juga mempengaruhi

kehidupan tanaman. Ekologi tanaman meliputi tiga aspek yaitu agronomi,

fisiologi, dan klimatologi pertanian yang saling berhubungan timbal balik. Faktor

fisik seperti sinar matahari, perubahan suhu, ketersediaan air dan faktor

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

meteorologi lain merupakan kajian klimatologi yang langsung berpengaruh

terhadap aspek fisiologi tanaman. Aspek-aspek fisiologi tanaman sebagai

pengaruh faktor lingkungan merupakan suatu pertimbangan untuk mengelola

tanaman agar diperoleh produksi yang maksimum (Jumin 2002).

Kabir dan Webb (2009) mengemukakan bahwa kekayaan spesies (species

richness) pada pekarangan sangat dipengaruhi oleh luas pekarangan dan jumlah

pekerja yang dikerahkan dalam pengelolaan pekarangan. Vlkova et al. (2011)

menambahkan ukuran luas pekarangan berkorelasi dengan kelimpahan spesies,

dan tidak berkorelasi dengan jumlah spesies. Ukuran pekarangan yang sempit

memiliki keanekaragaman spesies tanaman yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pekarangan yang memiliki ukuran luas. Sebaliknya, jumlah individu

tanaman akan semakin meningkat pada ukuran pekarangan yang makin luas.

Umur pekarangan tidak mempengaruhi keanekaragaman jenis tanaman pada suatu

pekarangan.

Pekarangan memiliki ritme musiman. Tanaman tahunan tumbuh sepanjang

tahun, tetapi pengairan sangat diperlukan ketika musim kemarau. Tanaman

tahunan (seperti kelapa, pisang, dan belimbing) dapat diusahakan untuk berbuah

sepanjang tahun selama tanaman tahunan lainnya diatur dan dibatasi musim

berbuahnya. Sebagai contoh, duku (Lansium domesticum) berbuah pada bulan

Desember-Januari, jambu Semarang (Syzygium javanicum) berbuah pada bulan

April-Juni, dan Mangga (Mangifera indica) berbuah pada bulan September-

November. Pola pemanenan seperti ini dapat mendukung ketersediaan pangan

khususnya buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan subsisten, mengurangi resiko

kegagalan, dan meningkatkan stabilitas finansial rumah tangga

(Altieri dan Hecht 1990).

Kabir dan Webb (2009) melakukan observasi tentang pekarangan di

Bangladesh bagian Barat Daya, dan menyatakan dari 420 pekarangan yang

observasi ditemukan 419 jenis tanaman pohon dan bawah tegakan pohon. Enam

jenis terbanyak yaitu Amomum aromaticum, Andrographis paniculata, Calamus

guruba, Mangifera sylvatica, Rauvolfia serpentia, dan Schleichera oleosa.

Banglades Barat Daya merupakan wilayah bagian dari Bangladesh yang berada

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pada ketinggian < 10 m dpl, memiliki daerah yang datar, dan tanahnya didominasi

jenis alluvial. Iklim Bangladesh adalah tropika Monsoon-sub tropik yang

memiliki 3 musim yaitu musim hujan, musim panas, dan musim dingin. Rata-rata

curah hujan tahunannya ± 268 mm/tahun, suhu rata-rata tahunan 26oC (mencapai

40oC pada musim panas, dan mencapai 7

oC pada musim dingin). Pertanian

merupakan mata pencaharian utama para warganya dengan komoditas utamanya

adalah beras, gandum, rami, tebu, pulses (buah-buahan sejenis kacang), dan

kentang. Wilayah ini juga menjadi wilayah yang penting untuk produksi beberapa

jenis sayur, rempah-rempah, buah-buahan, dan kacang-kacangan.

Observasi mengenai keanekaragaman jenis tanaman juga dilakukan oleh

Vlkova et al. (2010) di Phong My, Provinsi Thua Thien Hue, Vietnam Tengah.

Luas area Phong My mencapai 39.400 ha dengan jumlah kepala keluarga ± 1.200.

Phong My memiliki iklim tropika basah dan kering, dan memiliki variasi suhu

musim dingin, musim panas, dan monsoon tropika timur. Phong My terletak pada

dataran rendah di ketinggian ± 0-50 m dpl. Wilayah ini berbatasan dengan

pegunungan di bagian barat (ketinggian puncak tertinggi ± 1.500 m dpl). Curah

hujan rata-rata tahunan sebesar 2.500-3.000 mm. Curah hujan tertinggi pada bulan

September-Desember. Suhu rata-rata tahunan 25oC dengan kelembaban relatifnya

berkisar antara 85-88%. Phong My berjenis tanah alluvial dan tanah feralit merah

kuning yang terbentuk dari batuan sedimen.

Komoditas utama yang dibudidayakan di Phong My adalah Acacia spp.

dan Hevea brasiliensis. Sebanyak 70 spesies tanaman ditemukan di Phong My

(komoditas pohon dan bawah tegakan pohon), dengan frekuensi tertinggi pada

Areca catechu, Citrus grandis, dan Artocarpus heterophyllus. Jumlah ini sangat

kecil dibandingkan dengan vegetasi yang diobservasi di Bangladesh bagian Barat

Daya. Tanaman pohon yang ditemukan sebesar 49% dari total vegetasi yang

diobservasi, khususnya buah-buahan. Produksi pohon-pohonan ini mendukung

produksi tanaman bawah tegakan (Vlkova et al. 2010).

Pohon buah-buahan memiliki syarat tumbuh tertentu untuk dapat

berproduksi secara optimum, seperti kelapa, duku, durian, alpukat, nangka,

rambutan, dan mangga. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) tumbuh baik pada

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

daerah dengan curah hujan antara 1.300-2.300 mm/tahun, bahkan sampai 3.800

mm/tahun atau lebih, selama tanah mempunyai drainase yang baik. Kelapa sangat

peka pada suhu rendah dan tumbuh baik pada suhu 20-27oC dengan variasi suhu

harian 7oC. Suhu yang rendah (< 15

oC) akan mengakibatkan perubahan fisiologis

dan morfologis tanaman kelapa. Kelembaban rata-rata bulanan yang dibutuhkan

kelapa berkisar antara 70-80%. Tanaman kelapa dapat tumbuh pada ketinggian 0-

600 m dpl, tetapi ketinggian yang optimal untuk pertumbuhan kelapa adalah 0-

450 m dpl. Pada ketinggian 450-1.000 m dpl waktu berbuahnya akan menjadi

lambat, produksinya sedikit dan kadar minyaknya rendah (Suhardiono 1993).

Duku (Lansium domesticum Corr) umumnya dapat tumbuh di daerah yang

curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara

optimal di daerah dengan iklim basah sampai agak basah yang bercurah hujan

antara 1500-2500 mm/tahun. Tanaman duku dapat tumbuh subur jika ditanam di

daerah dengan suhu rata-rata 19°C. Kelembaban udara yang tinggi juga dapat

mempercepat pertumbuhan tanaman duku, sebaliknya jika kelembaban udara

rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku. Umumnya tanaman duku

menghendaki lahan yang memiliki ketinggian tidak lebih dari 650 m dpl

(BPPT 2000b).

Durian (Durio zibethinus Murr) dapat tumbuh optimum pada daerah

dengan curah hujan maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000

mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan

sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus. Intensitas cahaya

matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru

ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari di musim

kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi. Tanaman durian cocok pada

suhu rata-rata 20-30°C. Pada suhu 15oC durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan

tidak optimal. Bila suhu mencapai 35°C daun akan terbakar. Ketinggian tempat

untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl (BPPT 2000c).

Nangka (Artocarpus heterophyllus Merr) cocok tumbuh di daerah yang

memiliki curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm dan musim kemaraunya

tidak terlalu kering. Nangka dapat tumbuh di daerah kering yaitu di daerah-daerah

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

yang mempunyai bulan-bulan kering lebih dari 4 bulan. Sinar matahari sangat

diperlukan nangka untuk memacu fotosintesis dan pertumbuhan, karena pohon ini

termasuk intoleran terhadap naungan. Kekurangan sinar matahari dapat

menyebabkan terganggunya pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhannya.

Rata-rata suhu udara minimum 16-21°C dan suhu udara maksimum 31-31,5°C.

Kelembaban udara yang tinggi diperlukan untuk mengurangi penguapan. Pohon

nangka dapat tumbuh dari mulai dataran rendah sampai ketinggian tempat 1.300

m dpl. Namun ketinggian tempat yang terbaik untuk pertumbuhan nangka adalah

antara 0-800 m dpl (BPPT 2000e).

Rambutan (Nephelium lappacceum L) cocok ditanam pada daerah dengan

intensitas curah hujan antara 1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.

Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman dalam 1 hari

penuh, intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya dengan suhu lingkungan.

Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal

pada suhu sekitar 25°C yang diukur pada siang hari. Kekurangan sinar matahari

dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kempes).

Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena kebanyakan

tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban

yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Rambutan dapat tumbuh

subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30-500 m dpl. Pada

ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun hasilnya tidak begitu

baik (BPPT 2000f).

Alpukat (Persea Americana Mill) termasuk dalam marga Persea. Alpukat

dibagi ke dalam tiga tipe keturunan/ras yaitu Ras Meksiko, Ras Guatemala, dan

Ras Hindia Barat. Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses

penyerbukan. Namun, angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapat

mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak,

rapuh dan mudah patah. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan alpukat adalah

750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur

pada dataran rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk

daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering),

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.

Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80%. Untuk

ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering,

bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat. Suhu optimal untuk pertumbuhan

alpukat berkisar antara 12,8-28,3°C (BPPT 2000a)

Tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi,

yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang

memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko

dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 m

dpl, sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl. Mengingat

tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman

alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30oC atau lebih. Besarnya suhu

kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko

memiliki daya toleransi sampai –7oC, Guatemala sampai -4,5

oC, dan Hindia Barat

sampai 2oC (BPPT 2000

a).

Mangga (Mangifera indica L) cocok ditanam di daerah dengan musim

kering selama 3 bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga.

Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan

penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan. Tanaman

mangga dapat tumbuh hampir pada semua ketinggian tempat, tetapi mangga yang

ditanam didataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 m dpl

menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada di

dataran tinggi (BPPT 2000d).

E. Produktivitas Tanaman Pohon di Pekarangan

Pekarangan memberikan sumbangan pendapatan kepada keluarga pemilik

pekarangan. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa pendapatan yang diperoleh dari

pekarangan juga diperoleh dari sumbangan masukan (input) yang diberikan pada

pekarangan untuk produksi tanaman. Secara ekonomi, produktivitas diartikan

sebagai rasio antara output dan input yang telah dikuantifikasi. Dalam dunia

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pertanian, penghitungan nilai produktivitas bertujuan untuk meminimalkan input

dan memaksimalkan output (Theresia 2004).

Usahatani buah-buahan cukup menguntungkan secara ekonomi, terutama

buah-buahan tahunan yang umumnya tanpa biaya produksi. Pemeliharaannya

mudah dan petani tinggal memetik buah pada musimnya. Berbeda dengan buah-

buahan tertentu seperti pepaya dan jeruk yang pemeliharaannya lebih intensif dan

membutuhkan modal cukup besar mulai tahun pertama dan selama umur produktif

(Hosen 2010).

Permasalahan usahatani pada lahan pekarangan saat ini yaitu pemanfaatan

lahan belum optimal, produktivitas tanaman relatif rendah, dan belum berorientasi

ekonomi; penataan tanaman tidak teratur dan pemeliharaan belum optimal; mutu

hasil relatif rendah terutama komoditas buah-buahan; dan belum dilakukan peng-

olahan hasil buah-buahan tingkat rumah tangga untuk memperoleh nilai tambah.

Hal demikian terjadi karena lemahnya kelembagaan (permodalan dan pemasaran)

dan sistem alih teknologi serta pembinaan oleh instansi terkait. Karena itu,

pengembangan komoditas pada suatu kawasan yang didukung oleh inovasi

teknologi perlu mendapat perhatian (Hosen 2010).

Khususnya bagi masyarakat desa, peran pekarangan dalam menunjang

ekonomi rumah tangga tidak dapat diabaikan. Rushartati (1993) menyatakan

bahwa pekarangan dapat memberikan sumbangan sebesar dua puluh persen dari

seluruh pendapatan petani. Padahal untuk mengurus pekarangan tersebut hanya

dicurahkan delapan persen biaya dan tujuh persen tenaga kerja.

Berdasarkan observasi yang dilakukan Kabir dan Webb (2009) di

Bangladesh Barat Daya pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan

keluarga sebesar 2-49% dengan alokasi waktu untuk pengelolaan pekarangan < 5

jam per minggu. Karakteristik rumah tangga yang ada di Bangladesh Barat Daya

bukan merupakan patokan untuk memprediksi struktur vegetasi pada pekarangan.

Namun, jika dilihat dari segi tenaga kerja, maka alokasi waktu yang disediakan

oleh tenaga kerja yang dikerahkan pada pekarangan sangat mempengaruhi

komposisi jenis tanaman pada pekarangan, kualitas tenaga kerja juga memiliki

andil yang besar dalam penentuan komposisi jenis tanaman. Hal ini berarti

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

semakin tinggi waktu yang sediakan untuk pengelolaan pekarangan maka semakin

tinggi juga kekayaan jenis pada suatu pekarangan serta meningkatnya pendapatan

keluarga.

Pekarangan juga merupakan sumber investasi jangka panjang bagi

pemiliknya. Penanaman pohon kayu yang umumnya berumur lebih dari 15 tahun

menjadi tabungan bagi pemilik pekarangan untuk 15-20 tahun yang akan datang.

Tanaman kayu seperti sengon dan jati memiliki nilai jual yang tinggi. Sengon

termasuk kayu yang tahan terhadap rayap dan jamur pelapuk kayu

(Hidayat 2006). Penanaman komoditas pohon kayu juga dimanfaatkan secara

pribadi sebagai bahan bangunan. Masyarakat Wawonii di Sulawesi Tenggara

memanfaatkan pohon kayu yang ada di pekarangannya untuk membangun rumah.

Selain memberikan sumbangan dari segi ekonomi melalui produksi

tanaman, pekarangan juga memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan melalui

nilai gizi yang terkandung di dalam produk pertanian. Gizi dideskripsikan sebagai

pemenuh kebutuhan makhluk hidup yang berhubungan dengan makanan dan

berkaitan dengan kesehatan dan proses metabolisme tubuh untuk memelihara

kehidupan dan pertumbuhan serta memproduksi tenaga. Kecukupan kebutuhan

suplai zat gizi dari makanan dapat dipenuhi melalui budidaya tanaman di

pekarangan. Oleh karena itu, pemilihan jenis-jenis tanaman untuk pekarangan

harus sesuai dengan kebutuhan pemilik dan kondisi lingkungan pekarangan

(Harper et al. 1986).

Sumbangan nutrisi dari komoditas yang ditanam di pekarangan, khususnya

tanaman pohon, cukup membantu pemenuhan kecukupan gizi keluarga.

Komoditas yang ditanam di pekarangan dapat memenuhi asupan karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral. Tanaman nangka dan sukun mampu

memenuhi kebutuhan karbohidrat. Berbagai jenis jeruk, jambu, dan dapat

memenuhi kebutuhan vitamin C dan kalsium. Alpukat juga dapat memenuhi

kebutuhan karbohidrat dan vitamin B kompleks (Harper et al. 1986). Setiap 100 g

buah duku mengandung 63 kalori, 1 g protein, 0,20 g lemak, 16,10 g karbohidrat,

18 mg kalsium, 9 mg fosfor, 0,90 mg zat besi, 0,05 mg vitamin B1, 9 mg vitamin

C, dan 80 g air (Supriatna dan Suparwoto 2009).

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi dengan ketinggian tempat yang

berbeda di Kabupaten Karanganyar, yaitu di Kecamatan Karanganyar, Kecamatan

Matesih, dan Kecamatan Tawangmangu pada ketinggian antara < 300 m dpl

(Desa Jantiharjo dan Desa Bolong), 300-400 m dpl (Desa Dawung dan Desa

Plosorejo), dan > 400 m dpl (Desa Karang Bangun, Desa Koripan, dan Desa

Bandar Dawung). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012-

Januari 2013.

B. Alat dan Bahan

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan pekarangan

warga yang berada di tiga lokasi dengan ketinggian tempat berbeda. Alat-alat

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: GPS (Global Positioning

System), peta desa monografi desa pada masing-masing ketinggian tempat,

altimeter, termohigrometer, kompas, klinometer, lux meter, alat tulis, kamera

digital, roll meter, plastik, cetok, cangkul, dan tali.

C. Cara Kerja Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode survei yang berlokasi di tiga

ketinggian tempat yang berbeda. Unit sampel pekarangan dalam penelitian

ini diambil pada jalur di sepanjang aliran sungai Samin. Sampel untuk

ketinggian < 300 m dpl berada pada rentang ketinggian 219-272 m dpl

dengan koordinat titik antara 7°37'09,2"7°38'12,3” LS dan 110°58'33,6"

110°59'37,3" BT; untuk ketinggian 300-400 m dpl diambil pada rentang

ketinggian 364-376 m dpl dengan koordinat titik sampel berada antara

7°37’50,99”7°38’58,81” LS dan 111°01’04,55”111°01’58,65” BT; untuk

ketinggian > 400 m dpl diambil pada rentang ketinggian 515-673 m dpl

dengan koordinat titik sampel berada antara 7°39’07,4” 7°40’14,8” LS dan

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

111°03’27,9”111°04’46,5” BT. Satuan amatan dipilih secara acak berupa

lahan pekarangan tradisional dengan luasan ± 500-1.500 m2, berikut pohon

yang ada di pekarangan.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pendataan kepemilikan lahan

Pendataan dilakukan melalui Kepala Dusun untuk mengetahui

lokasi dan luas lahan pekarangan yang dimiliki oleh warga, serta

tinjauan lapang untuk melihat keragaan pekarangan yang akan

digunakan sebagai sampel.

b. Penetapan unit sampel lahan pekarangan

Penetapan sampel dilakukan dengan memilih secara acak

sampel yang telah didata sesuai dengan kriteria pekarangan yang

digunakan sebagai sampel. Masing-masing ambang (range) ke-

tinggian tempat (< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl)

diambil 30 unit lahan pekarangan, sehingga jumlah semua sampel

adalah 90 unit lahan pekarangan. Penetapan unit sampel berdasarkan

luas pekarangan, umur pekarangan, dan jumlah pohon. Unit sampel

pekarangan yang diambil tidak boleh berdampingan. Lahan

pekarangan yang sudah ditentukan sebagai sampel kemudian dicatat

letak lintang dan ketinggian tempatnya, kemudian diplot dalam peta

untuk memastikan bahwa unit sampel pekarangan yang diambil masih

berada dalam wilayah dengan jenis tanah yang sama.

c. Pengamatan dan wawancara

Pengamatan yang dilakukan pada masing-masing unit

pekarangan yaitu pengukuran luas total lahan pekarangan, pengukuran

luas pekarangan efektif, pengukuran kondisi fisik lahan pekarangan

(temperatur, kelembaban udara relatif, intensitas cahaya, ketinggian

tempat, dan kemiringan lahan), pengambilan sampel tanah di tiap-tiap

sampel pekarangan pada masing-masing ketinggian, inventarisasi

jenis tanaman pohon yang ada di pekarangan, pengukuran tinggi

pohon, pengukuran tebal kanopi, pengukuran lingkar batang,

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pengukuran diameter kanopi, dan wawancara kepada pemilik

pekarangan perihal pengelolaan lahan pekarangan, sosial ekonomi,

sosial budaya, dan persepsi pemilik lahan mengenai produktivitas

lahan pekarangan.

3. Variabel Pengamatan dan Cara Pengambilan Data

a. Variabel fisik

1) Tanah

a) Pengambilan sampel tanah dilakukan pada area dengan

jarak ± 0,5–1 m dari batang pohon dan tidak terkena sinar

matahari langsung. Sampel tanah diambil pada kedalaman

15–25 cm dari permukaan tanah. Kemudian, tanah

dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label

lokasi, nomor sampel pekarangan, dan jenis tegakan

dimana sampel tanah diambil.

b) Sampel tanah dikeringanginkan selama satu minggu,

kemudian dikompositkan. Sampel tanah yang

dikompositkan adalah sampel tanah yang ada pada

tegakan petai, melinjo, kelengkeng, dan mangga untuk

unit sampel pada ketinggian < 300 m dpl; untuk unit

sampel pada ketinggian 300-400 m dpl diambil pada

tegakan pohon duku, nangka, durian, dan rambutan;

sedangkan pada unit sampel pada ketinggian > 400 m dpl

diambil pada tegakan alpukat, durian, dan pundung.

c) Analisis tanah di lakukan di Laboratorium Kimia dan

Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Analisis tanah meliputi penentuan

tekstur, kadar lengas, pH, kejenuhan basa, dan kesuburan

tanah (kandungan N total, K, dan bahan organik).

Pengukuran tekstur tanah menggunakan metode

pemipetan. Kemasaman tanah (pH tanah) yang diukur

adalah pH H2O. Analisis tanah berdasarkan Buku Petunjuk

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk

yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanah, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen

Pertanian (2005).

2) Unsur iklim mikro pekarangan

Pengukuran suhu udara (OC) dan kelembaban udara

relatif (%) menggunakan termohigrometer. Suhu udara diukur di

dalam pekarangan (di bawah tegakan pohon). Pengukuran

intensitas cahaya menggunakan lux meter dan dinyatakan dalam

satuan foot candle (FC). Intensitas cahaya di luar pekarangan

dilakukan satu kali pada satu titik, sedangkan intensitas cahaya

di dalam pekarangan diambil pada tiga titik berbeda kemudian

dirata-rata dan dihitung persentase intersepsi cahaya matahari

yang dapat lolos ke dalam pekarangan.

3) Unsur iklim makro

Data iklim makro yang digunakan adalah data curah hujan

bulanan yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi, Pusat

Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Fakultas Pertanian,

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kecamatan Jumantono,

mewakili ketinggian tempat < 300 m dpl. Data curah hujan

bulanan yang digunakan untuk mewakili ketinggian 300-400 m

dpl dan > 400 m dpl diperoleh dari Balai Benih Padi Karang-

pandan, Kecamatan Tawang-mangu. Klasifikasi iklim meng-

gunakan metode Schmidt-Ferguson yaitu didasarkan pada per-

bandingan antara Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK)

(Lakitan 1994). Ketentuan penetapan BB dan BK mengikuti

aturan sebagai berikut:

a) Bulan Kering (BK): bulan dengan curah hujan kurang dari

60 mm.

b) Bulan Lembab (BL): bulan dengan curah hujan antara 60-

100 mm.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c) Bulan Basah (BB): bulan dengan curah hujan lebih dari

100 mm

Nilai Q dihitung dengan persamaan berikut:

Q =

x 100%

b. Variabel biologi

Variabel biologi yang diukur di sampel lahan pekarangan

meliputi: jenis tanaman pohon, jumlah tanaman pohon per jenis,

habitus tanaman pohon per jenis (tinggi tanaman, lingkar batang,

diameter kanopi, dan tinggi kanopi). Pengukuran tinggi pohon dan

tinggi/tebal kanopi pohon menggunakan klinometer dengan mengukur

persentase sudut elevasi antara mata pengamat dengan ujung pohon

teratas (lampiran 3). Pengukuran tebal kanopi juga dilakukan dengan

menggunakan klinometer, caranya dengan mengukur persentase sudut

elevasi antara mata pengamat dengan batas kanopi paling bawah dan

akan diperoleh tinggi batang di bawah kanopi, kemudian tinggi

keselurahan pohon dikurangi dengan tinggi batang di bawah kanopi,

sehingga diperoleh tebal kanopi (lampiran 3). Lingkar batang diukur

setinggi dada orang dewasa/Diameter Breast Height (± 1,3 m).

Diameter kanopi pohon diukur dengan mencari rata-rata dari jumlah

empat sisi jari-jari kanopi.

4. Analisis Data

a. Analisis vegetasi

Analisis vegetasi digunakan untuk menganalisis variabel

biologi. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis

(susunan) tumbuhan yang ada di wilayah yang dianalisis dengan

melakukan inventarisasi vegetasi pada tiap-tiap sampel pekarangan

(Fachrul 2007).

Analisis vegetasi yang dilakukan meliputi:

1) Kerapatan tanaman (K)

Kerapatan tanaman diketahui dengan menghitung

proporsi antara jumlah individu suatu jenis pohon (ni) pada satu

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

unit pekarangan yang mengandung jenis tersebut (A), kemudian

dibagi dengan jumlah sampel unit pekarangan dalam satu

ambang ketinggian tempat (30 unit sampel pekarangan). Jadi,

kerapatan yang disajikan adalah kerapatan per jenis tanaman

dalam 30 pekarangan.

Rumus yang digunakan: K = (

)/30 pekarangan

2) Dominansi (D)

Dominansi diketahui dengan menghitung luas kanopi

(m2) suatu jenis tumbuhan yang merupakan luas penguasaan

pada area tertentu oleh sejenis tumbuhan (ai) pada luas tertentu

(A) di suatu tempat.

Rumus yang digunakan: D = A

ai

3) Frekuensi (F)

Frekuensi diketahui dengan membagi jumlah petak

sampel yang mengandung suatu spesies ( Xni) dengan jumlah

seluruh petak sampel (X).

Rumus yang digunakan: F =

X

Xni

4) Kerapatan Relatif (KR)

Kerapatan relatif diketahui dengan membagi kerapatan

suatu spesies (Ki) dengan jumlah kerapatan seluruh spesies

( K) dikalikan 100%.

Rumus yang digunakan: KR = %100xK

Ki

5) Frekuensi Relatif (FR)

Frekuensi relatif diketahui dengan menghitung

persentase perbandingan antara frekuensi suatu spesies (Fi)

dengan jumlah frekuensi seluruh spesies ( F) dikalikan 100%.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Rumus yang digunakan: FR = %100xF

Fi

6) Dominansi Relatif (DR)

Dominansi relatif diketahui dengan menghitung

persentase perbandingan antara dominansi suatu spesies (Di)

dengan dominansi seluruh spesies ( D) dikalikan 100%.

Rumus yang digunakan: DR = %100xD

Di

7) Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) merupakan besaran yang

menunjukkan kedudukan suatu jenis terhadap jenis lain di dalam

suatu komunitas. Besaran INP diturunkan dari hasil

penjumlahan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan

dominasi relatif dari jenis-jenis yang menyusun tipe komunitas.

Semakin besar nilai indeks berarti jenis yang bersangkutan

semakin besar berperanan di dalam komunitas yang

bersangkutan (Prasetyo 2007).

Rumus yang digunakan: INP = KR+FR +DR

8) Indeks Kelimpahan Jenis/Species Richness (Margalef Index)

Kelimpahan spesies/species richness dihitung dengan

rumus Margalef Index (DMg) yaitu dengan membagi jumlah

spesies (S) dikurangi 1 dengan jumlah seluruh individu pada

sampel (N) (Magurran 1988).

Rumus yang digunakan: DMg =

9) Indeks Keanekaragaman Jenis/Index of Diversity

Keanekaragaman jenis yang terdapat dalam komunitas

dapat diketahui dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener

Index (H’) (Magurran 1988).

Rumus yang digunakan: H’ = -∑

(

)

ni = Jumlah individu dari suatu jenis i

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

N = Jumlah total individu seluruh jenis

10) Indeks kemerataan jenis (Equitability)/Evenness Index (Pielou

Index)

Indeks kemerataan jenis dihitung dengan menggunakan

rumus Pielou Index (Magurran 1988).

Rumus yang digunakan: E =

H’ = Indeks kemerataan jenis

S = Jumlah seluruh individu pada sampel

11) Indeks Asosiasi dan Indeks Kesamaan Komunitas (Association

Index and Index of Similarity)/Sorenson’s Index of Similarity

(Cs)

Indeks Asosiasi dan Indeks Kesamaan Komunitas

merupakan suatu koefisien untuk mengetahui kesamaan jenis

tumbuhan di dua daerah yang berbeda (Magurran 1988).

Rumus yang digunakan: Cs =

x 100%

a = Jumlah jenis tumbuhan daerah 1

b = Jumlah jenis tumbuhan daerah 2

j = Jumlah jenis tumbuhan yang sama di kedua daerah 1 dan 2

b. Pengharkatan

Pengharkatan dimaksudkan untuk mempermudah penjelasan

suatu indeks (yang dinyatakan dalam angka) dan dinyatakan dalam

suatu kriteria agar lebih mudah dipahami.

1) Karakteristik tanah

Pengharkatan karakterisik kesuburan tanah berdasarkan

Buku Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan

Pupuk yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanah, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian

(2005) (tabel 9 dalam lampiran 4).

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2) Indeks Keanekaragaman Jenis/Index of Diversity (Shannon-

Wiener Index)

Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut

Shannon-Wiener didefinisikan sebagai berikut:

a) Nilai H’ < 2,30 menunjukkan bahwa keanekaragaman

spesies pada suatu wilayah adalah sedikit atau rendah.

b) Nilai 2,30 ≤ H’ ≤ 3,45 menunjukkan bahwa keaneka-

ragaman spesies pada suatu wilayah adalah sedang

melimpah.

c) Nilai 3,46 ≤ H’ ≥ 5,75 menunjukkan bahwa keaneka-

ragaman spesies suatu wilayah adalah tinggi.

d) Nilai 5,76 ≤ H’ ≥ 6,90 menunjukkan bahwa

keanekaragaman spesies pada suatu wilayah adalah

melimpah tinggi.

(Mason 1981 cit. Saputro dan Edrus 2008).

3) Indeks kemerataan jenis (Equitability)/Evenness Index (Pielou

Index)

Besarnya indeks kemerataan jenis didefinisikan sebagai

berikut:

a) Nilai 0,6 < E < 1 menunjukkan kemerataan jenis spesies

yang tinggi

b) Nilai 0,4 < E < 0,6 menunjukkan kemerataan jenis spesies

sedang.

c) Nilai E < 0,4 menunjukkan kemerataan jenis spesies

rendah.

(Krebs 1989 cit. Saputro dan Edrus 2008).

4) Indeks Asosiasi dan Indeks Kesamaan Komunitas (Association

Index and Index of Similarity)/Sorenson’s Index of Similarity

(Cs)

Besarnya indeks asosiasi dan indeks kesamaan

komunitas didefinisikan sebagai berikut:

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

a) Nilai Cs ≈ 1 menunjukkan bahwa daerah a dan b memiliki

kemiripan yang sangat tinggi (complete similarity).

b) Nilai 0 < Cs > 1 menunjukkan bahwa daerah a dan b

memiliki kemiripan yang sedang.

c) Nilai Cs ≈ 0 menunjukkan bahwa daerah a dan b tidak

memiliki kemiripan sama sekali (dissimilar).

(Magurran 1988).

c. Analisis Produktivitas Tanaman Pohon

Produktivitas tanaman berkesesuaian dengan kapasitas

tanaman untuk menyerap input produksi dan menghasilkan output

dalam produksi pertanian. Penghitungan nilai produktivitas

menggunakan model David J. Sumanth (Theresia 2004), yaitu:

Produktivitas =

Output yang dimaksud adalah jumlah semua produk yang

dihasilkan, dan input semua sumber daya yang digunakan untuk

menghasilkan output. Total output dan semua input yang digunakan

dinyatakan dalam satuan yang sama. Satuan output dan input yang

digunakan adalah rupiah (Rp), dan satuan produktivitas dinyatakan

dalam rasio. Analisis produktivitas juga dilakukan dengan

membandingkan total input/100 m2 pekarangan dan output/ 100 m

2

pekarangan untuk mengetahui tingkat produktivitas pekarangan secara

utuh pada masing-masing ketinggian tempat.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Wilayah

a. Ketinggian < 300 m dpl

Pekarangan yang mewakili ketinggian tempat < 300 m dpl

terletak di Desa Jantiharjo dan Desa Bolong, Kecamatan Karanganyar,

berada pada ambang latitude (titik koordinat) 7°37’09,’’7°38’12,3”

LS dan 110°58’33,6”110°59’37,3” BT dengan rentang ketinggian

antara 219-272 m dpl.

Desa Jantiharjo memiliki luas wilayah ± 325 Ha. Desa

Jantiharjo berbatasan langsung dengan Kelurahan Tegal Gede di

sebelah utara, Kelurahan Bolong di sebelah selatan, Kelurahan Lalung

di sebelah barat, dan berbatasan dengan Desa Gantiwarno di sebelah

timur. Curah hujan di Desa Jantiharjo ± 1.500 mm/tahun dengan suhu

rerata harian 19-36oC. Berdasarkan aksesibilitasnya Desa Jantiharjo

berjarak 4 km dari kecamatan; 5 km dari ibukota kabupaten; dan 120

km dari ibukota provinsi (lampiran 6).

Desa Bolong memiliki luas wilayah ± 322,3965 Ha. Desa

Bolong berbatasan langsung dengan Kelurahan Jantiharjo di sebelah

utara, Kecamatan Jumantono di sebelah selatan, Kabupaten Sukoharjo

di sebelah barat, dan berbatasan dengan Kecamatan Matesih di

sebelah timur. Berdasarkan aksesibilitasnya Desa Bolong berjarak ± 6

km dari kecamatan; ± 6 km dari ibukota kabupaten; dan ± 125 km dari

ibukota provinsi (lampiran 7).

b. Ketinggian 300-400 m dpl

Sampel pekarangan untuk ketinggian 300-400 m dpl terletak di

Desa Dawung dan Desa Plosorejo. Kedua desa ini berada di wilayah

Kecamatan Matesih dan memiliki ketinggian ± 370 m dpl yang

termasuk dalam dataran tinggi. Posisi lintang dan bujur sampel unit

pekarangan yang berada di wilayah ini berada pada 7°37’50,99”

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

7°38’58,81” LS dan 111°01’04,55”111°01’58,65” BT dengan

rentang ketinggian antara 364-376 m dpl.

Desa Dawung memiliki luas wilayah ± 256,6040 Ha. Desa

Dawung berbatasan langsung dengan Desa Plosorejo di sebelah utara;

Desa Sringin, Kecamatan Jumantono di sebelah selatan; Desa

Ngadiluwih di sebelah barat; dan Desa Matesih di sebelah timur. Desa

yang tergolong dalam dataran tinggi ini memiliki curah hujan ± 2.000

mm/tahun dengan suhu rerata harian 20-30°C. Berdasarkan

aksesibilitasnya Desa Dawung berjarak ± 3 km dari kecamatan; ± 13

km dari ibukota kabupaten; dan ± 127 km dari ibukota provinsi

(lampiran 8).

Desa Plosorejo memiliki luas wilayah ± 326,818 Ha dengan

batas-batas wilayah yaitu Desa Ngemplak di sebelah utara, Desa

Matesih di sebelah selatan, Desa Gantiwarno di sebelah barat, dan

Desa Pablengan di sebelah timur. Desa Plosorejo berjarak ± 1 km dari

pusat pemerintahan kecamatan; ± 12 km dari ibukota kabupaten; dan

berjarak ± 127 km dari ibukota provinsi (lampiran 9).

c. Ketinggian > 400 m dpl

Lokasi sampel pekarangan untuk ketinggian > 400 m dpl

berada di tiga desa, yaitu Desa Karang Bangun, Desa Koripan, dan

Desa Bandar Dawung, dan ketiganya berada dalam kecamatan yang

berbeda. Sampel yang diambil pada ketinggian > 400 m dpl ini berada

pada koordinat 7°39’07,4”7°40’14,8”LS dan 111°03’27,9”

111°04’46,5”BT dengan rentang ketinggian antara 515-673 m dpl.

Desa Karang Bangun yang berada di Kecamatan Matesih

memiliki luas wilayah ± 271, 4220 Ha. Desa Karang Bangun

berbatasan langsung dengan Desa Pablengan di sebelah utara; Desa

Tunggulrejo, Kecamatan Jumantono di sebelah selatan; Desa Girilayu

di sebelah barat, dan Desa Matesih di sebelah timur. Berdasarkan

aksesibilitasnya Desa Karang Bangun berjarak 2,5 km dari kecamatan;

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

14 km dari ibukota kabupaten; dan 126 km dari ibukota provinsi

(lampiran 10).

Desa Koripan yang juga terletak di Kecamatan Matesih

memiliki luas wilayah ± 248, 0350 Ha dengan batas-batas wilayah

yaitu Desa Karang Bangun di sebelah utara; Kecamatan Jatiyoso di

sebelah selatan; Desa Karang Bangun di sebelah barat; dan Kecamatan

Tawangmangu di sebelah timur. Desa Koripan berjarak ± 2 km dari

kecamatan; ± 14 km dari ibukota kabupaten; dan berjarak ± 136 km

dari ibukota provinsi (lampiran 11).

Desa Bandar Dawung terletak di Kecamatan Tawangmangu

dengan ketinggian dengan luas wilayah ± 301,1640 Ha dengan batas-

batas wilayah di sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa

Karanglo; di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jatiyoso;

di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Matesih, dan di

sebelah timur berbatasan dengan Desa Sepanjang. Curah hujan rerata

di Desa Bandar Dawung ± 0,4915 mm/tahun dengan suhu rerata

harian ± 20°C. Jarak Desa Bandar Dawung dari ibukota kecamatan

± 8 km; dari ibukota kabupaten ± 20 km; dan dari ibukota provinsi

± 150 km (lampiran 12).

2. Kondisi Lingkungan Pekarangan

Suatu ekosistem alami maupun binaan selalu terdiri dari dua

komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau

komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang

menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar, dan

lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi

oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga

vegetasi yang tumbuh secara alami di wilayah tersebut sesungguhnya

merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan

dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh manusia

(Arrijani et al. 2006).

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

a. Iklim mikro

Iklim mikro merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan.

Unsur-unsur iklim seperti temperatur, curah hujan, kelembaban, dan

tekanan uap air berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon

(Indriyanto 2006).

Gambar 1. Suhu rerata harian di pekarangan pada ketinggian < 300 m

dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

Suhu merupakan ukuran relatif dari kondisi termal yang

dimiliki oleh suatu benda. Suhu udara mengalami fluktuasi selama

periode 24 jam (Lakitan 1994). Berdasarkan hasil pengamatan, suhu

rerata harian di pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl pagi hari

berkisar antara 26-27oC, pada siang hari berkisar antara 33-34

oC, dan

30-31oC pada sore hari. Pada ketinggian tempat antara 300-400 m dpl

suhu rerata harian di pekarangan pada pagi hari berkisar antara 25-

23oC, pada siang hari berkisar antara 31-32

oC, dan pada sore hari

mencapai 28-29oC. Suhu udara pada ketinggian > 400 m dpl memiliki

rerata yang cukup berbeda dengan kedua lokasi sampel pekarangan,

pada pagi hari suhu udaranya berkisar antara 23-24oC, pada siang hari

berkisar antara 30-31oC, dan pada sore hari mencapai 25-26

oC.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa lokasi sampel pekarangan pada ketinggian > 400 m dpl

0

10

20

30

40

pagi siang sore

suh

u (°C

)

periode waktu

< 300 m dpl

300-400 m dpl

> 400 m dpl

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

memiliki suhu udara lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara

pada lokasi sampel < 300 m dpl dan 300-400 m dpl. Menurut Lakitan

(1994) suhu maksimum akan mengalami penurunan sebesar 0,6oC

untuk setiap kenaikan elevasi setinggi 100 meter, sedangkan suhu

minimum menurun 0,5oC untuk kenaikan elevasi setinggi 100 meter.

Bakri (2009) juga menyatakan bahwa di tempat yang lebih tinggi,

sinar matahari lebih sedikit kehilangan energi karena melalui lapisan

udara yang tipis. Penyinaran pada permukaan tanah sangat intensif

sehingga suhu di dekat tanah jauh lebih tinggi daripada suhu udara di

sekelilingnya. Panas tanah ini cepat hilang karena radiasi di waktu

malam, dan kisaran suhu harian dapat mencapai 15-20°C di tempat-

tempat yang tinggi.

Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang

terkandung di dalam udara. Umumnya, kelembaban udara yang

digunakan adalah kelembaban relatif. Kelembaban relatif merupakan

perbandingan antara tekanan uap aktual (yang terukur) dengan

tekanan uap air pada kondisi jenuh.

Gambar 2. Kelembaban rerata harian di pekarangan pada ketinggian

< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di pekarangan

dapat diketahui kelembaban relatif udara di pekarangan pada

ketinggian < 300 m dpl pada pagi hari yaitu berkisar antara 66-67%,

pada siang hari berkisar antara 55-56%, dan pada sore hari berkisar

0

20

40

60

80

100

pagi siang sore

kel

emb

ab

an

(%

)

periode waktu

< 300 m dpl

300-400 m dpl

> 400 m dpl

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

antara 61-62%. Pada ketinggian 300-400 m dpl di pagi hari

kelembaban relatifnya berkisar antara 70-71%, pada siang hari

mengalami penurunan berkisar antara 56-57%, dan pada sore hari

meningkat lagi berkisar antara 60-61%. Pada lokasi sampel

pekarangan di ketinggian > 400 m dpl kelembaban relatif pada pagi

hari berkisar antara 81-82%, pada siang hari 65-66%, dan pada sore

hari 72-73%. Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban relatif sampel

pekarangan pada ketinggian > 400 m dpl memiliki nilai yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kedua lokasi sampel pekarangan, yaitu

< 300 m dpl dan 300-400 m dpl. Hal ini juga menunjukkan bahwa

kelembaban relatif mengalami fluktuasi berbanding terbalik mengikuti

fluktuasi suhu udara.

Gambar 3. Persentase intersepsi cahaya matahari di dalam pekarangan

pada ketinggian < 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m

dpl

Intersepsi cahaya matahari ke dalam pekarangan sangat

dipengaruhi oleh arsitektur tajuk pohon. Arsitektur tajuk pohon yaitu

bagian pohon yang berhubungan dengan bentuk tajuk, tinggi tajuk,

diameter tajuk, dan percabangan serta bentuk daun. Berdasarkan

perbedaan komponen arsitektur tajuk maka setiap jenis pohon

memiliki karakteristik kepadatan tajuk. Kepadatan tajuk lebih banyak

ditentukan oleh jumlah dan ukuran cabang serta didukung oleh tipe

daun. Tajuk padat digambarkan oleh jumlah cabang yang banyak dan

21.77

7.84

4.45

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

< 300 m dpl

300-400 m dpl

> 400 m dpl

intersepsi cahaya matahari dalam pekarangan (%)

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

berukuran kecil serta ditumbuhi daun berukuran relatif kecil

(Budiastuti dan Purnomo 2012). Jadi, intersepsi cahaya matahari ke

dalam pekarangan berhubungan dengan dominansi.

Intersepsi cahaya dalam pekarangan di lokasi penelitian pada

ketinggian < 300 m dpl memiliki rerata sebesar 21,77% dari total

intensitas cahaya matahari di luar pekarangan. Hal ini menunjukkan

bahwa tajuk-tajuk tanaman pohon di pekarangan kurang rapat

sehingga cahaya matahari yang dapat lolos ke dalam pekarangan

cukup tinggi. Pada ketinggian ini dominansi pohon tertinggi terdapat

pada pohon pohon mangga, jati, rambutan, melinjo, dan nangka.

Mangga, jati, dan rambutan memiliki kanopi yang luas tetapi tidak

rimbun, sehingga kemampuan meloloskan cahaya matahari sangat

tinggi; sedangkan melinjo dan nangka memiliki kanopi yang rimbun

tetapi tidak begitu luas, sehingga memungkinkan cahaya matahari

yang masuk ke dalam pekarangan cukup tinggi.

Pada ketinggian 300-400 m dpl, rerata intensitas cahaya di

dalam pekarangan sebesar 7,84%. Hal ini menunjukkan bahwa tajuk-

tajuk pohon yang menutupi pekarangan pada ketinggian 300-400 m

dpl memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl. Dan intersepsi cahaya dalam

pekarangan di lokasi sampel pada ketinggian > 400 m dpl memiliki

rerata sebesar 4,45%. Data ini menunjukkan bahwa kerapatan tajuk

tanaman yang ada di pekarangan pada ketinggian ini lebih tinggi

dibandingkan dengan sampel pekarangan yang ada di ketinggian

< 300 m dpl dan 300-400 m dpl. Pada ketinggian 300-400 m dpl dan

> 400 m dpl, pekarangan didominasi oleh jenis-jenis pohon yang

memiliki kanopi luas dan rimbun seperti kelapa, alpukat, duku, dan

durian, sehingga intersepsi cahaya matahari yang dapat lolos ke dalam

pekarangan relatif kecil.

Pekarangan yang sempit jika didominasi oleh tanaman pohon

dengan luas kanopi yang besar maka akan menunjukkan intersepsi

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

cahaya yang kecil. Selain berhubungan dengan dominansi pohon,

intersepsi cahaya juga dipengaruhi oleh jumlah pohon per pekarangan.

Pekarangan yang sempit namun memiliki jumlah tanaman yang

banyak dan rapat tentu memiliki intersepsi cahaya yang lebih kecil

dibandingkan dengan pekarangan yang luas namun memiliki jumlah

tanaman pohon yang lebih sedikit.

Gambar 3. Rerata intensitas curah hujan dalam 10 tahun terakhir

(2002-2012)

Hasil pengamatan curah hujan sepuluh tahun terakhir dapat

dilihat bahwa curah hujan tertinggi pada ketiga lokasi dengan

ketinggian berbeda terjadi pada bulan Februari dengan rerata 348,27

mm/bulan (ketinggian < 300 m dpl) dan 473,55 mm/bulan (ketinggian

300-400 m dpl dan > 400 m dpl), sedangkan curah hujan terendah

terjadi pada bulan Agustus dengan rerata 10,27 mm/bulan (ketinggian

< 300 m dpl) dan 7,55 mm/bulan (ketinggian 300-400 m dpl dan

> 400 m dpl). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa curah

hujan pada ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl lebih tinggi

dibandingkan dengan curah hujan pada ketinggian < 300 m dpl.

Bulan kering terjadi sekitar 4 bulan, bulan lembab terjadi

selama 1 bulan, dan bulan basah terjadi sekitar 7 bulan dalam satu

tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, hasil

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

450.00

500.00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

inte

nsi

tas

cura

h h

uja

n (

mm

/bu

lan

)

Desa Jantiharjo dan Desa Bolong (< 300 m dpl)

Desa Dawung dan Desa Plosorejo (300-400 m dpl); Desa Karang Bangun, Desa

Koripan, Desa Bandar Dawung (> 400 m dpl)

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

perhitungan nilai Q adalah 57,14%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

lokasi penelitian di ketiga ketinggian tempat memiliki tipe iklim C

(agak basah).

b. Karakteristik tanah

Tanah merupakan tubuh alam yang berasal dari berbagai

campuran hasil pelapukan oleh iklim dan terdiri atas komposisi bahan

organik dan anorganik yang menyelimuti bumi, sehingga mampu

menyediakan air, udara, dan hara bagi tumbuhan, serta sebagai tempat

berdiri tegaknya tumbuh-tumbuhan. Kesuburan tanah mempengaruhi

keadaan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Oleh karena itu,

tanah merupakan salah satu faktor pembatas alam yang mempengaruhi

pertumbuhan semua spesies tumbuhan, struktur, dan kompisisi

vegetasi (Indriyanto 2006).

Jenis tanah yang terdapat di pekarangan pada semua ketinggian

adalah mediteran cokelat kemerahan, menurut klasifikasi sistem Pusat

Penelitian Tanah (PPT). Berdasarkan taksonomi tanah USDA tanah

mediteran cokelat kemerahan memiliki nama inceptisol, sedangkan

menurut klasifikasi FAO/UNESCO tanah ini memiliki nama luvisol.

Sampel tanah yang dianalisis merupakan komposit dari masing-masing

sampel pekarangan pda tiap-tiap ketinggian tempat.

Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang.

Inceptisol banyak digunakan untuk pertanaman padi sawah dan pada

tanah berlereng sesuai untuk tanaman tahunan. Tanah inceptisol

memiliki kesuburan yang rendah (Munir, 1996). Hardjowigeno (2007)

menambahkan bahwa tanah inceptisol memiliki pH mendekati netral

sampai pH agak alkalis, dan jika pH tanah kurang dari 4 maka tanah

tersebut dikatakan tanah bermasalah. Lokasi penelitian merupakan

daerah berbukit-bukit serta berlereng dan pemanfaatan lahan

pekarangan dengan jenis tanaman pohon tahunan merupakan pilihan

yang tepat untuk menjaga kelestarian tanah.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 1. Hasil analisis kimia tanah di pekarangan pada ketinggian

< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

Parameter Tinggi tempat (m dpl)

< 300 300-400 >400

C-organik 0,63 0,72 0,69

Bahan organik (%) 1,09

(rendah)

1,25

(rendah)

1,19

(rendah)

N total (%) 0,13

(rendah)

0,17

(rendah)

0,11

(rendah)

K tersedia (Me%) 0,32

(sedang)

0,32

(sedang)

0,37

(sedang)

Kejenuhan basa (%) 17,57

(sangat rendah)

29,26

(rendah)

18,43

(sangat rendah)

pH 7,74

(agak alkalis)

7,33

(netral)

7,79

(agak alkalis)

Kadar lengas (%) 3,10 3,83 3,59

Tekstur tanah (%)

Pasir

Debu

Liat

69,02

11,99

19,00

(lom berpasir)

72,01

13,07

14,92

(lom berpasir)

65,40

19,64

14,96

(lom klei berpasir) Keterangan: Pengharkatan berdasarkan Balai Penelitian Tanah, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen

Pertanian (2005)

Berdasarkan hasil analisis kimia tanah, tanah sampel di

pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl memiliki kandungan C-

organik dan kadar bahan organik yang lebih kecil dibandingkan

dengan tanah sampel pekarangan ketinggian 300-400 m dpl dan > 400

m dpl. Kandungan karbon organik (C-organik) dalam tanah men-

cerminkan kandungan bahan organik dalam tanah yang merupakan

tolak ukur yang penting untuk pengelolaan tanah. Bahan organik

berperan dalam penyediaan unsur hara N, P, dan S yang dilepaskan

secara lambat, hanya saja kadarnya berbeda-beda tergantung dari

sumber bahan organiknya (Supriyadi 2008). Pada ketiga ketinggian

tempat, kadar bahan organik yang terukur menunjukkan nilai yang

rendah, sehingga perlu adanya penambahan jumlah sumber bahan

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

organik berupa pupuk kompos hijau maupun pupuk kompos dari

kotoran ternak pada pengolahan lahan pekarangan.

Pohon juga memberikan sumbangan seresah yang disebut

sebagai tutupan cokelat. Seresah merupakan bagian mati dari tanaman

berupa daun, cabang, ranting, bunga, dan buah yang gugur dan tinggal

di permukaan tanah baik dalam bentuk masih utuh atau yang sebagian

sudah mengalami pelapukan. Termasuk juga hasil pangkasan tanaman

atau sisa-sisa penyiangan gulma yang biasanya dikembalikan ke lahan

pertanian oleh pemiliknya. Manfaat seresah ini adalah untuk

mempertahankan kegemburan tanah melalui perlindungan permukaan

tanah dari pukulan langsung tetesan air hujan, sehingga agregat tidak

rusak dan pori makro tetap terjaga. Selain itu, seresah berfungsi untuk

menyediakan makanan bagi organisme tanah terutama makro-

organisme penggali tanah, seperti cacing. Dengan demikian, jumlah

pori makro tetap terjaga (Hairiah et al. 2004).

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang sangat

diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. N diserap oleh tanaman

dengan kuantitas terbanyak dibandingkan dengan unsur lain yang

didapatkan dari tanah. Sumber utama N tanah adalah bahan organik,

yang kemudian akan mengalami proses mineralisasi yaitu konversi

nitrogen oleh mikroorganisme dari nitrogen organik (protein dan

senyawa amina) menjadi bentuk anorganik (NH4+ dan NO3

-) sehingga

menjadi tersedia untuk diserap oleh tanaman. Konsentrasi dan

distribusi dari sub-fraksi dari N-organik selalu bervariasi, bergantung

pada faktor tanah, komponen yang ditambahkan, proses pengairan,

intensitas pengolahan, dan komponen mikrobiologi tanah

(Noorizqiyah 2009).

Kadar N total tanah pada ketiga ketinggian menunjukkan nilai

yang rendah. Hal ini bisa disebabkan karena sumber bahan organik

yang tersedia pada lahan pekarangan merupakan bahan-bahan organik

yang memang memiliki kandungan N yang rendah. Tingginya curah

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

hujan juga mempengaruhi kadar N total tanah, karena sifat N yang

mudah mengalami pelindian. Lokasi pada ketinggian > 400 m dpl

memiliki curah hujan lebih tinggi daripada lokasi di ketinggian < 300

m dpl dan hasil analisis tanah menunjukkan bahwa pada ketinggian

> 400 m dpl kadar N total tanah lebih rendah dibandingkan dengan

kadar N total pada tanah di ketinggian < 300 m dpl.

Sumbangan seresah dari vegetasi memberikan dua manfaat

sebagai mulsa dan memberikan sumbangan hara bagi tanah. Kecepatan

pelapukan dan kandungan N dalam seresah memiliki keterkaitan.

Seresah asal daun tanaman yang kandungan N-nya tinggi (>3%) akan

lebih cepat lapuk dan cocok untuk dipakai untuk pupuk N, contohnya

seresah dari family Leguminosae seperti lamtoro yang memiliki

kandungan N sebesar 3% pada seresahnya (Hairiah et al. 2004).

Tanaman pohon yang kecepatan pelapukannya tergolong

sedang dengan kandungan N yang tidak cukup tinggi yaitu alpukat

(1,58%) dan untuk tanaman jengkol seresahnya mengandung N yang

cukup tinggi yaitu sebesar 3,50% namun kecepatan pelapukannya

tergolong sedang. Tanaman pohon yang kecepatan pelapukannya

tergolong lama dan kandungan N-nya rendah antara lain, durian, kopi,

cokelat, cengkeh, nangka, melinjo, kelapa, aren, mangga, mahoni, dan

rambutan (Hairiah et al. 2004).

Hairiah et al. (2004) juga menambahkan tanaman yang

kandungan N-nya rendah justru akan menghambat pertumbuhan

tanaman. Hal tersebut dikarenakan tanaman membutuhkan unsur N

dalam jumlah banyak, tetapi seresah belum busuk atau lapuk. Namun

di sisi lain, seresah tanaman yang kandungan N-nya rendah kecepatan

pelapukannya lambat, sehingga permukaan tanah akan terlindung

dalam waktu cukup lama.

Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen

(H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H

+ di dalam tanah,

semakin masam tanah tersebut (Foth 1994). Tanah sampel pada

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

ketinggian < 300 m dpl dan > 400 m dpl memiliki pH tanah yang agak

alkalis, sedangkan tanah sampel yang berada pada ketinggian 300-400

m dpl memiliki pH tanah yang netral.

Kalium tersedia sebagai ion-ion yang dapat dipertukarkan pada

koloid tanah. Walaupun kalium sangatlah banyak dalam tanah-tanah

mineral, kelarutan yang rendah dari mineral-mineral primer

mengakibatkan ketersediaannya juga sedikit (Harjadi 1989). Pada

tanah di ketinggian < 300 sampai > 400 m dpl dapat diketahui bahwa

kadar K tersedia yang dapat diserap tanaman berada dalam kadar yang

sedang.

Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah

kation-kation basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan

kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah

maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya

nilai kapasitas pertukaran kation (KPK) pada tanah tersebut.

Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah. Jika pH tanah

rendah maka kejenuhan basanya juga rendah, sebaliknya jika pH tanah

tinggi maka kejenuhan basanya akan tinggi (Soewandita 2008).

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa kejenuhan basa pada

tanah di ketinggian 300-400 m dpl memiliki nilai yang rendah,

sedangkan pada tanah di ketinggian < 300 m dpl dan > 400 m dpl

kejenuhan basanya sangat rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

tanah pada ketiga ketinggian tempat memiliki kemampuan untuk

menjerap kation-kation yang dapat dipertukarkan yang rendah.

Kadar lengas tanah sampel pada ketinggian < 300 m dpl adalah

sebesar 3,10%; pada ketinggian 300-400 m dpl sebesar 3,83%; dan

pada ketinggian > 400 m dpl sebesar 3,59%. Hal ini menunjukkan

bahwa tanah tanah pada ketinggian 300-400 m dpl memiliki pori

mikro yang lebih besar dibandingkan dengan dua ketinggian yang lain,

artinya bahwa tanah ini mampu menyimpan air dalam jumlah yang

cukup tinggi. Tekstur tanah pada tanah sampel di ketinggian < 300 m

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dpl dan ketinggian 300-400 m dpl adalah lom berpasir, sedangkan

pada tanah sampel di ketinggian > 400 m dpl memiliki tekstur lom klei

berpasir. Munir (1996) mengemukakan bahwa tanah inceptisol mampu

menyediakan air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih

dari tiga bulan berturut-turut dalam musim kemarau.

Ditinjau dari sifat tanah inceptisol yang mampu menyimpan air

dalam waktu yang cukup lama dan kadar lengas tanah yang cukup

tinggi maka dapat disimpulkan bahwa pada ketiga ketinggian tempat

penelitian tidak ditemukan masalah air untuk tanaman jika kemarau

terjadi tidak lebih dari 6 bulan. Namun, jika musim kemarau terjadi

lebih dari 6 bulan maka pengairan menjadi faktor penting yang harus

diperhatikan.

B. Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi dalam ekologi tumbuhan adalah cara untuk mempelajari

struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuhan (Fachrul 2007, Bakri 2009).

Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (susunan)

tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang dianalisis.

Caranya adalah dengan melakukan deskripsi komunitas tumbuhan. Deskripsi

vegetasi adalah cara untuk mempelajari komposisi dan struktur vegetasi yang

disajikan secara kuantitatif dengan parameter kerapatan individu, dominansi jenis,

frekuensi, penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar, kekayaan jenis, dan

keanekaragaman jenis (Fachrul 2007, Ningsih 2009).

Deskripsi komunitas tumbuhan yang akan dibahas adalah pohon yang ada

di pekarangan. Secara umum, pohon didefinisikan sebagai tanaman berkayu yang

mempunyai tinggi 4-7 m atau lebih dengan ciri batang pokok yang tunggal dan

bukan batang yang banyak. Ciri-cirinya antara lain: bersifat vascular (memiliki

jaringan pengangkutan berupa xylem dan floem), berumur tahunan, mempunyai

batang di atas tanah yang hidup bertahun-tahun, dan mengalami pertumbuhan

sekunder yaitu berupa penambahan diameter batang (Sucipto, 2009).

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

1. Kerapatan pohon

Kerapatan atau densitas (density) merupakan jumlah individu dari

suatu jenis tumbuhan yang dinyatakan per satuan luas. Nilai kerapatan dapat

menggambarkan bahwa jenis dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola

penyesuaian yang besar (Fachrul 2007). Jumlah tanaman pohon yang

ditemukan pada masing-masing ketinggian dan luas total pekarangan yang

diamati menentukan nilai kerapatan pohon. Semakin tinggi nilai kerapatan

tanaman maka jumlah tanaman yang ditemukan pada suatu tempat juga

menunjukkan jumlah yang tinggi.

Gambar 4. Kerapatan pohon terbanyak di pekarangan pada ketinggian < 300

m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

Berdasarkan hasil analisis vegetasi dapat diketahui pada ketinggian

< 300 m dpl kerapatan pohon tertinggi untuk pohon buah yaitu mangga

(0,0082), rambutan (0,0032), dan nangka (0,0027). Komoditas kayu dengan

kerapatan tertinggi yaitu jati (0,006), johar (0,0022), dan randu (0,0014).

Komoditas industri dengan kerapatan tertinggi yaitu melinjo (0,0078).

Artinya dalam luasan 12807,92 m2 (30 pekarangan) dapat ditemukan 91

0.0000

0.0050

0.0100

0.0150

0.0200

0.0250

0.0300

0.0350

0.0400

buah kayu industri buah kayu industri buah kayu industri

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

kera

pa

tan

po

ho

n

alpukat rambutan durian duku mangga nangka

kelengkeng jambu biji mahoni jati waru kayu jabon

sengon johar randu trembesi turi kelapa

cengkeh melinjo kopi kakao jengkol

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pohon mangga, 38 pohon rambutan, 30 pohon nangka, 63 pohon jati, 22

pohon johar, 11 pohon randu, dan 72 pohon melinjo.

Pada ketinggian 300-400 m dpl komoditas pohon buah dengan

kerapatan tertinggi yaitu yang memiliki kerapatan tertinggi yaitu rambutan

(0,0126), duku (0,0115), dan nangka (0,0067). Komoditas pohon kayu

dengan kerapatan tertinggi yaitu mahoni (0,0091), jati (0,0050), dan turi

(0,0027). Komoditas pohon industri dengan kerapatan tertinggi yaitu kelapa

(0,011), melinjo (0,0094), dan kakao (0,0041). Artinya dalam luasan

17425,97 m2 (30 pekarangan) dapat ditemukan 175 pohon rambutan, 132

pohon duku, 82 pohon nangka, 107 pohon mahoni, 83 pohon jati, 96 pohon

turi, 137 pohon kelapa, 120 melinjo, dan 56 kakao.

Pada ketinggian > 400 m dpl komoditas pohon buah yang memiliki

kerapatan tertinggi yaitu alpukat (0,0060), rambutan (0,0047), dan durian

(0,004). Komoditas pohon kayu dengan kerapatan tertinggi yaitu mahoni

(0,00092), jati (0,00078), dan waru (0,00069). Komoditas pohon industri

dengan kerapatan tertinggi yaitu kelapa (0,0056), cengkeh (0,0032), dan

melinjo (0,0019). Artinya dalam luasan 20179,79 m2 (30 pekarangan) dapat

ditemukan 86 pohon alpukat, 61 pohon rambutan, 63 pohon durian, 17

pohon mahoni, 12 pohon jati, 7 pohon waru, 96 pohon kelapa, 51 pohon

cengkeh, dan 20 pohon melinjo.

Perbedaan nilai kerapatan pada masing-masing jenis dan pada tiap-

tiap ketinggian tempat disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan

reproduksi, penyebaran, dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Hal ini

didukung oleh Arrijani (2008) yang menyatakan bahwa kehadiran suatu

jenis pohon pada daerah tertentu menunjukkan kemampuan pohon tersebut

untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat, sehingga jenis yang

mendominasi suatu areal dapat dinyatakan sebagai jenis yang memiliki

kemampuan adaptasi dan toleransi yang lebar terhadap kondisi lingkungan.

Jadi, komoditas tanaman pohon yang telah disebutkan di atas merupakan

komoditas yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kondisi

lingkungan pada masing-masing ketinggian tempat.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Oleh karena nilai kerapatan suatu jenis menunjukkan jumlah

individu jenis bersangkutan pada satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan

merupakan gambaran mengenai jumlah jenis tersebut pada masing-masing

ketinggian tempat. Meskipun demikian nilai kerapatan belum dapat

memberikan gambaran distribusi dan pola penyebaran tumbuhan yang

bersangkutan pada lokasi penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa

komoditas-komoditas dengan kerapatan tertinggi merupakan komoditas

yang paling banyak dibudidayakan pada masing-masing ketinggian tempat.

2. Dominansi pohon

Dominansi merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh

spesies tumbuhan dengan luas total lahan. Dominansi digunakan sebagai

pengukuran suatu jenis tanaman utama yang mempengaruhi dan

melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah

jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan

(Fachrul 2007).

Gambar 5. Dominansi pohon terbanyak di pekarangan pada ketinggian

< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

buah kayu industri buah kayu industri buah kayu industri

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

dom

inan

si p

oh

on

mangga nangka rambutan kelengkeng jambu biji durian

sawo kecik asam sirsak alpukat duku jati

johar randu trembesi waru turi mahoni

sengon kayu jabon jengkol kelapa melinjo cengkeh

kelapa ijo mahkota dewa kakao

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui pada ketinggian < 300 m

dpl komoditas pohon buah yang memiliki dominansi tertinggi yaitu mangga

(0,10067), nangka (0,0462), dan rambutan (0,0400). Komoditas pohon kayu

dengan dominansi tertinggi yaitu jati (0,0308), johar (0,0300), dan randu

(0,0186). Komoditas pohon industri dengan dominansi tertinggi yaitu

jengkol (0,0709), kelapa (0,0157), dan melinjo (0,00039).

Pada ketinggian 300-400 m dpl dapat diketahui komoditas pohon

buah yang memiliki dominansi tertinggi yaitu durian (0,33), sawo kecik

(0,23), dan asam (0,09). Komoditas pohon kayu yang memiliki dominansi

tertinggi yaitu jati (0,07), turi (0,05), dan waru (0,01). Komoditas pohon

industri dengan dominansi tertinggi yaitu cengkeh (0,48), kelapa ijo (0,10),

dan melinjo (0,04).

Pada ketinggian > 400 m dpl dapat diketahui komoditas pohon buah

yang memiliki dominansi tertinggi yaitu alpukat (0,15), rambutan (0,14),

dan durian (0,11). Komoditas pohon kayu yang memiliki dominansi

tertinggi yaitu jati (0,016), mahoni (0,01), dan waru (0,009). Komoditas

pohon industri yang memiliki dominansi tertinggi yaitu kelapa (0,28),

melinjo (0,032), dan cengkeh (0,027).

Dominansi dapat juga dinyatakan sebagai luas penutupan suatu

spesies tumbuhan, karena parameter tersebut mampu memberikan gambaran

penguasaan suatu daerah vegetasi oleh setiap spesies tumbuhan. Apabila

dinyatakan dengan penutupan tajuk pohon/tumbuhan maka akan diperoleh

data kerimbunan (Agustina 2008). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

semakin luas penutupan tajuk/kanopi pohon, maka nilai dominansinya juga

semakin tinggi.

Agustina (2008) juga menyatakan bahwa suatu dominansi jenis

tumbuhan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada, faktor lingkungan

dipengaruhi oleh suatu kondisi minimum, maksimum, dan optimum. Jika

faktor lingkungan tidak mendukung, maka akan menghambat pertumbuhan

dan perkembangan suatu jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang men-

dominansi berarti memiliki kisaran lingkungan yang lebih luas dibanding-

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

kan dengan jenis yang lainnya, sehingga dengan kisaran toleransi yang luas

terhadap faktor lingkungan menyebabkan suatu jenis tumbuhan memiliki

sebaran yang luas.

Dominansi jenis tumbuhan ini berkaitan dengan manfaat pohon

sebagai tutupan hijau. Menurut Hairiah et al. (2004) tutupan hijau ini

berfungsi untuk menahan (mengintersepsi) air hujan yang jatuh ke

permukaan tanah. Intersepsi air hujan ini penting untuk mengurangi daya

pukul air terhadap permukaan tanah, menambah jumlah air hujan yang

masuk ke dalam tanah secara perlahan-lahan, dan mempertahankan

kelembaban udara melalui evaporasi yang terjadi pada lapisan air tipis

(waterfilm) yang tertinggal pada permukaan daun dan batang.

Budiastuti dan Purnomo (2012) menambahkan bahwa tajuk pohon

dengan sedikit celah-celah tajuk mencerminkan kepadatan tajuk yang tinggi

dan meningkatkan peluang bagi pengurangan kuantitas tetesan air hujan.

Selain itu, bentuk tajuk juga merupakan bagian yang tak terpisah dari

arsitektur tajuk. Arsitektur tajuk berbentuk bulat lonjong (tabung) dan padat

adalah arsitektur tajuk pohon yang diharapkan dapat mengurangi kuantitas

tetesan air hujan, karena terdiri dari lapisan-lapisan cabang ranting daun

yang cukup rapat. Namun, kerapatan bentuk tajuk pohon harus diperhatikan

berkaitan dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam pekarangan (intersepsi

cahaya dalam pekarangan).

3. Frekuensi pohon

Frekuensi merupakan suatu gambaran penyebaran populasi

tumbuhan di suatu kawasan. Frekuensi dapat diukur dengan mencatat ada

atau tidak suatu spesies dalam daerah sampel yang secara ideal tersebar

secara acak di seluruh sampel pekarangan yang diidentifikasi. Frekuensi

dapat dihitung dengan perbandingan antara jumlah sampel yang berisi suatu

spesies tertentu dengan jumlah total sampel.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 6. Frekuensi pohon terbanyak di pekarangan pada masing-masing

ketinggian

Frekuensi dipakai sebagai parameter vegetasi yang dapat

menunjukkan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau

memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Semakin tinggi frekuensi pohon,

maka menunjukkan bahwa tanaman pohon yang bersangkutan dapat

ditemukan pada hampir semua pekarangan yang diamati.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui pada ketinggian < 300 m

dpl komoditas pohon buah dengan frekuensi tertinggi yaitu mangga (0,90),

nangka (0,63), dan rambutan (0,50). Komoditas pohon kayu dengan

frekuensi tertinggi yaitu jati (0,67), johar (0,27), dan randu (0,20).

Komoditas pohon industri dengan frekuensi tertinggi yaitu melinjo (0,53),

kelapa (0,30), dan jengkol (0,03). Nilai frekuensi di atas menunjukkan

bahwa komoditas-komoditas pohon di atas merupakan komoditas yang

dapat ditemui hampir di setiap pekarangan yang diamati. Selain sesuai

dengan kondisi tempat tumbuh pohon, alasan ekonomi juga menjadi salah

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

buah kayu industri buah kayu industri buah kayu industri

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

frek

uen

si p

oh

on

mangga nangka rambutan jambu biji kelengkeng srikaya matoa

sirsak alpukat manggis durian jambu air jati johar

randu waru mahoni trembesi beringin bambu sengon

kayu jabon melinjo kelapa jengkol pinang kelapa ijo cengkeh

kanthil melinjo kopi

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

satu alasan pemilihan komoditas yang ditanam di pekarangan oleh pemilik

pekarangan. Sebagai contoh adalah tanaman mangga dan rambutan. Kedua

tanaman ini merupakan buah yang digemari masyarakat luas, dan dalam

aspek budidaya keduanya tidak memerlukan perlakuan yang khusus, dan

perawatannya mudah. Oleh karena itu, keduanya banyak ditanam oleh

pemilik pekarangan.

Pada ketinggian 300-400 m dpl komoditas pohon buah dengan

frekuensi tertinggi yaitu mangga (0,93), srikaya (0,93), dan matoa (0,87).

Komoditas pohon kayu dengan frekuensi tertinggi yaitu waru (0,63),

trembesi (0,60), dan beringin (0,23). Komoditas pohon industri dengan

frekuensi tertinggi yaitu pinang (0,83), kelapa ijo (0,40), dan cengkeh

(0,07). Ketenaran duku Matesih dan durian Matesih tidak perlu diragukan

lagi, dan ketenaran keduanya tidak kalah dengan duku Palembang maupun

durian Palembang. Duku dan durian merupakan buah dengan nilai ekonomi

yang tinggi. Keduanya memerlukan perlakuan khusus untuk mendapatkan

buah dengan kualitas yang baik, contohnya duku Matesih harus dibrongsong

jika ingin mendapatkan rasa buah duku yang manis. Kedua buah ini dapat

ditemukan dengan mudah pada ketinggian 300-400 dan > 400 m dpl, karena

sesuai dengan lingkungan tumbuhnya, sehingga alasan penanaman tanaman

duku dan durian karena memang keduanya merupakan tanaman lokal yang

perlu dilestarikan dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Pada ketinggian > 400 m dpl komoditas pohon buah dengan

frekuensi tertinggi yaitu alpukat (0,80), nangka (0,80), dan manggis (0,73).

Komoditas pohon kayu dengan frekuensi tertinggi yaitu jati (0,30), waru

(0,17), dan kayu jabon (0,17). Komoditas pohon industri dengan frekuensi

tertinggi yaitu jengkol (0,83), kelapa (0,57), dan kopi (0,43). Nilai frekuensi

suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh kerapatan (densitas) dan pola

distribusinya. Jadi, semakin tinggi kerapatan tanaman maka frekuensi

tanaman juga menunjukkan nilai yang tinggi (Arrijani 2008).

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

4. Kerapatan relatif

Gambar 7. Kerapatan relatif pohon terbanyak pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

Kerapatan relatif merupakan nilai perbandingan yang menunjukkan

kerapatan spesies tertentu terhadap kerapatan seluruh spesies dikalikan

100%. Kerapatan relatif dinyatakan dalam persen (%). Hasil analisis

vegetasi menunjukkan bahwa pada ketinggian < 300 m dpl komoditas

pohon buah dengan kerapatan relatif tertinggi yaitu mangga (17,45%),

rambutan (6,79%), dan nangka (5,67%). Kerapatan relatif tertinggi untuk

kategori komoditas pohon kayu dapat ditemukan pada pohon jati (12,70%),

johar (4,69%), dan randu (2,90%%). Komoditas pohon industri dengan

kerapatan relatif tertinggi yaitu melinjo (16,65%), kelapa (2,21%), dan

jengkol (0,25%).

Komoditas pohon buah dengan kerapatan relatif tertinggi pada

ketinggian 300-400 m dpl dapat ditemukan pada pohon rambutan (12,59%),

duku (11,50%), dan nangka (6,68%). Komoditas pohon kayu dengan

kerapatan relatif tertinggi yaitu mahoni (9,15%), jati (4,97%), dan turi

(2,74%). Kerapatan relatif tertinggi untuk komoditas pohon industri dapat

ditemukan pada pohon kelapa (11,10%), melinjo (9,38%), dan kakao

(4,14%).

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

buah kayu industri buah kayu industri buah kayu industri

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

ker

ap

ata

n r

ela

tif

(%)

mangga rambutan nangka kelengkeng jambu biji dukudurian alpukat jati johar randu warutrembesi turi mahoni kayu jabon sengon melinjokelapa jengkol kakao cengkeh kopi

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Pada ketinggian > 400 m dpl, kerapatan relatif tertinggi untuk

kategori pohon buah dapat ditemukan pada alpukat (14,28%), rambutan

(11,27%), dan durian (9,61%). Komoditas pohon kayu dengan kerapatan

relatif tertinggi yaitu mahoni (2,19%), jati (1,87%), dan waru (1,65%).

Komoditas pohon industri dengan kerapatan tertinggi yaitu kelapa

(13,39%), cengkeh (7,70%), dan melinjo (4,44%). Berdasarkan data di atas

dapat diketahui bahwa nilai kerapatan relatif berbanding lurus dengan nilai

kerapatan pohon, bila nilai kerapatannya tinggi maka nilai kerapatan

relatifnya juga tinggi.

5. Dominansi relatif

Nilai dominansi relatif menunjukkan proporsi antara luas tempat

yang tertutupi oleh pohon dengan luas total habitat menunjukkan jenis

tumbuhan yang dominan di dalam komunitas (Indriyanto 2006). Nilai

dominansi relatif diperoleh dari perbandingan antara dominansi suatu pohon

terhadap jumlah total dominansi semua pohon yang diamati. Nilai

dominansi relatif dinyatakan dalam persen (%). Dominansi relatif

berbanding lurus dengan dominansi tanaman pohon.

Gambar 8. Dominansi relatif pohon terbanyak pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa pada ketinggian

< 300 m dpl komoditas pohon buah dengan dominansi relatif tertinggi

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

buah kayu industri buah kayu industri buah kayu industri

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

dom

inan

si r

elati

f (%

)

mangga nangka rambutan kelengkeng jambu biji alpukatdurian duku jati johar randu trembesi

waru mahoni turi sengon kayu jabon melinjokelapa jengkol kakao kelapa ijo cengkeh

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

ditemukan pada pohon mangga (19,34%), nangka (8,88%), dan rambutan

(7,69%). Komoditas pohon kayu dengan dominansi relatif tertinggi dapat

ditemukan pada pohon jati (5,91%), johar (5,77%), dan randu (3,58%).

Komoditas pohon industri dengan dominansi relatif tertinggi yaitu melinjo

(13,61%), kelapa (3,02%), dan jengkol (0,07%).

Pada ketinggian 300-400 m dpl komoditas pohon buah dengan

dominansi relatif tertinggi yaitu duku (18,33%), rambutan (13,06%), dan

nangka (5,12%). Komoditas pohon kayu dengan dominansi relatif tertinggi

dapat ditemukan pada pohon jati (3,72%), mahoni (2,63%), dan turi

(0,70%). Dominansi relatif tertinggi untuk kategori pohon industri dapat

ditemukan pada pohon kelapa (27,10%), melinjo (5,72%), dan kakao

(2,01%).

Dominansi relatif tertinggi komoditas pohon buah pada ketinggian

> 400 m dpl dapat ditemukan pada pohon alpukat (12,95%), rambutan

(12,01%), dan durian (9,35%). Komoditas pohon kayu dengan dominansi

tertinggi yaitu jati (1,37%), mahoni (0,85%), dan waru (0,76%). Dominansi

relatif tertinggin untuk komoditas pohon industri dapat ditemukan pada

pohon kelapa (23,82%), melinjo (2,73%), dan cengkeh (2,35%).

6. Frekuensi relatif

Gambar 9. Frekuensi relatif pohon terbanyak pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

buah kayu industri buah kayu industri buah kayu industri

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

frek

uen

si r

elati

f (%

)

mangga nangka rambutan jambu biji kelengkeng dukudurian alpukat jati johar randu warutrembesi mahoni sengon kayu jabon melinjo kelapajengkol kakao cengkeh kelapa ijo

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Frekuensi relatif merupakan proporsi dari frekuensi suatu jenis

pohon dengan frekuensi total seluruh jenis pohon. Berdasarkan hasil analisis

dapat diketahui pada ketinggian < 300 m dpl komoditas pohon buah dengan

frekuensi relatif tertinggi yaitu mangga (11,54%), nangka (8,12%), dan

rambutan (6,41%). Komoditas pohon kayu dengan frekuensi relatif tertinggi

dapat ditemukan pada pohon jati (8,55%), johar (3,42%), dan randu

(2,56%). Frekuensi relatif tertinggi untuk komoditas pohon industri

ditemukan pada pohon melinjo (6,84%), kelapa (3,85%), dan jengkol

(0,43%).

Frekuensi relatif tertinggi untuk komoditas pohon buah pada

ketinggian 300-400 m dpl dapat ditemukan pada pohon duku (7,33%),

rambutan (7,33%), dan nangka (6,81%). Komoditas pohon kayu dengan

frekuensi relatif tertinggi yaitu kayu jati (4,97%), kayu mahoni (4,71%), dan

waru (1,83%). Frekuensi relatif tertinggi untuk komoditas pohon industri

dapat ditemukan pada pohon kelapa (6,81%), melinjo(6,54%), dan kakao

(3,14%).

Pada ketinggian > 400 m dpl, frekuensi relatif tertinggi untuk

komoditas pohon buah dapat ditemukan pada pohon alpukat (9,06%), durian

(9,06%), dan rambutan (8,30%). Frekuensi relatif tertinggi untuk komoditas

pohon kayu yaitu pada pohon jati (3,40%), mahoni (1,89%), dan waru

(1,89%). Komoditas pohon industri dengan frekuensi relatif tertinggi yaitu

kelapa (9,43%), cengkeh (6,42%), dan melinjo (4,91%). Frekuensi relatif

juga berbanding lurus dengan frekuensi pohon. Jadi, komoditas-komoditas

yang memiliki nilai frekuensi tertinggi tertinggi ini merupakan komoditas

yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan

pada masing-masing ketinggian tempat.

7. Indeks nilai penting (INP)

Indeks Nilai Penting atau Important Value Index merupakan indeks

kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis vegetasi

dalam ekosistemnya. Apabila INP suatu jenis bernilai tinggi, maka jenis

tersebut sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

(Agustina 2008). Bakri (2009) menyatakan INP menyatakan kepentingan

suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas,

dan nilai penting itu pada tingkatan pohon didapat dari hasil penjumlahan

kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR).

Gambar 10. Indeks Nilai Penting (INP) pohon terbanyak pada ketinggian

< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

INP merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan

gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya

atau pada lokasi penelitian (Arrijani 2008). Sampel pekarangan yang

terletak pada ketinggian tempat < 300 m dpl memiliki suhu rerata harian

sebesar 30oC dengan kelembaban udara relatif sebesar 60,8% serta rerata

curah hujan tahunan sebesar 181,96 mm/tahun. Pada kondisi lingkungan

yang demikian dapat diketahui bahwa pada ketinggian < 300 m dpl

komoditas pohon buah yang memiliki INP tertinggi yaitu mangga (48,32),

nangka (22,67), dan rambutan (20,89). Buah mangga, nangka, dan rambutan

memiliki INP tertinggi karena didukung oleh dominansi relatifnya yang

cukup tinggi (berturut-turut 19,34; 8,88; dan 7,69), hal ini menunjukkan

bahwa penguasaan penutupan lahannya (coverage) lebih luas dibandingkan

dengan tanaman lainnya.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

buah kayu industri buah kayu industri buah kayu industri

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

INP

mangga nangka rambutan kelengkeng jambu biji duku

durian alpukat jati johar randu waru

trembesi mahoni turi kayu jabon sengon melinjo

kelapa jengkol kakao cengkeh kelapa ijo kopi

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Komoditas pohon kayu dengan INP tertinggi pada ketinggian < 300

m dpl yaitu jati (27,16), johar (13,88), dan randu (9,04). Kayu jati memiliki

nilai kepentingan yang tinggi jika ditinjau dari nilai kerapatan relatif yang

tinggi (12,70), artinya bahwa nilai kepentingan kayu jati ditentukan oleh

jumlah pohon yang ditemukan pada area sampel. Kayu johar dan randu

memiliki nilai kepentingan yang tinggi dilihat dari nilai dominansi relatifnya

yang tinggi (berturut-turut 5,77 dan 3,58). Hal ini menunjukkan bahwa

kedua komoditas kayu ini menjadi penting karena penguasaan penutupan

lahannya (coverage) yang lebih luas dibandingkan komoditas kayu lainnya.

Komoditas pohon industri dengan INP tertinggi dapat ditemukan

pada pohon melinjo (37,10), kelapa (9,08), dan jengkol (0,75). Pohon

melinjo memiliki nilai kepentingan yang tinggi ditinjau dari aspek kerapatan

relatifnya yang tinggi (16,65), artinya melinjo menjadi penting karena

jumlahnya yang cukup banyak pada suatu area pengamatan. Kelapa dan

jengkol memiliki INP yang tinggi dilihat dari aspek frekuensi relatifnya

yang tinggi (3,85 dan 0,43), hal ini menunjukkan bahwa hampir setiap

pekarangan memiliki tanaman kelapa dan jengkol.

Sampel pekarangan pada ketinggian 300-400 m dpl memiliki suhu

rerata harian sebesar 28,7oC dan kelembaban udara relatif sebesar 62,47%

serta curah hujan rerata tahunan sebesar 232,42 mm/tahun, dengan kondisi

lingkungan yang demikian nilai INP tertinggi ditemukan pada pohon duku

(37,16), rambutan (32,98), dan nangka (18,61). Nilai kepentingan buah duku

dan rambutan disumbangkan oleh nilai dominansi relatif yang tinggi (18,33

dan 13,06), hal ini menggambarkan bahwa keberadaan buah duku dan

rambutan dianggap penting karena penguasaan penutupan lahannya

(coverage) yang lebih luas dibandingkan dengan tanaman buah lainnya.

Pohon nangka memiliki kepentingan yang cukup tinggi jika ditinjau dari

frekuensi relatifnya yang tinggi (6,81), artinya bahwa pohon nangka

menjadi penting karena memiliki nilai keseringan muncul yang tinggi pada

tiap pekarangan yang diamati.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

INP tertinggi untuk kategori komoditas pohon kayu dapat ditemukan

pada pohon mahoni (16,49), jati (13,67), dan turi (3,70). Kayu mahoni dan

turi memiliki nilai kepentingan yang tinggi ditinjau dari kerapatan relatifnya

(9,15 dan 2,74), jadi kedua komoditas ini penting karena jumlahnya yang

banyak pada area pekarangan yang diamati. Kayu jati menjadi penting

keberadaannya ditinjau dari kerapatan relatif (4,97) dan frekuensi relatifnya

(4,97), artinya bahwa kayu jati menjadi penting karena jumlahnya yang

banyak dan dapat ditemukan hampir pada semua pekarangan yang diamati.

Komoditas pohon industri dengan INP tertinggi pada ketinggian

300-400 m dpl dapat dilihat pada pohon kelapa (45,01), melinjo (21,65), dan

kakao (9,29). Kelapa memiliki INP tertinggi karena didukung oleh nilai

dominansi relatifnya yang tinggi (27,10), artinya bahwa keberadaan kelapa

menjadi penting karena penguasaan penutupan lahannya (coverage) yang

lebih luas dibandingkan dengan komoditas pohon industri lainnya. Melinjo

dan kakao memiliki kepentingan yang tinggi karena didukung oleh

kerapatan relatifnya yang tinggi (berturut-turut 9,38 dan 4,14), hal ini

menggambarkan bahwa keberadaan melinjo dan kakao juga penting karena

jumlahnya yang cukup banyak pada semua sampel pekarangan yang

diamati.

Kondisi lingkungan pada ketinggian > 400 m dpl menunjukkan suhu

rerata harian sebesar 26,23oC dan rerata kelembaban udara relatif sebesar

73,27% serta curah hujan rerata tahunan sebesar 232,42 mm/tahun, dengan

kondisi lingkungan yang demikian nilai INP tertinggi untu komoditas buah

dapat ditemukan pada pohon alpukat (36,29), rambutan (31,58), dan durian

(28,01). Buah alpukat dan durian memiliki nilai yang sangat penting untuk

kategori pohon buah ditinjau dari aspek kerapatan relatifnya (14,28 dan

9,61), artinya bahwa kedua pohon buah ini jumlahnya banyak dalam suatu

area yang diamati; sedangkan rambutan dinilai penting karena dominansi

relatifnya yang cukup tinggi (12,01), hal ini menunjukkan bahwa rambutan

memiliki penguasaan penutupan lahannya (coverage) yang cukup luas

disbanding tanaman pohon buah lainnya.

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Komoditas pohon kayu yang memiliki INP tertinggi dapat dilihat

pada jati (6,64), mahoni (4,92), dan waru (4,30). Jati dan waru memiliki

nilai penting yang tinggi ditinjau dari aspek frekuensi relatifnya yang tinggi

(berturut-turut 3,40 dan 1,89), artinya bahwa kedua pohon kayu ini memiliki

keseringan muncul yang tinggi pada setiap pekarangan yang diamati;

sedangkan mahoni dianggap penting karena kerapatannya yang tinggi

(2,19), artinya bahwa jumlah pohon mahoni ini cukup banyak dibandingkan

dengan komoditas pohon kayu lainnya pada area yang diamati.

Komoditas pohon industri dengan INP tertinggi dapat dilihat pada

pohon kelapa (46,65), cengkeh (16,47), dan melinjo (12,08). Kelapa dinilai

penting dilihat dari sumbangan dominansi relatifnya yang tinggi (23,82),

artinya bahwa penguasaan penutupan lahannya (coverage) lebih luas

dibandingkan komoditas pohon industri lainnya; sedangkan cengkeh

kepentingannya disumbang dari kerapatan relatifnya yang tinggi (7,70),

artinya bahwa cengkeh dianggap penting karena jumlahnya yang banyak

pada area pekarangan yang diamati; dan melinjo dianggap penting karena

sumbangan frekuensi relatifnya yang tinggi (4,91), artinya bahwa cengkeh

menjadi penting keberadaannya karena keseringan munculnya pada semua

pekarangan yang diamati cukup tinggi.

Spesies-spesies dengan INP tertinggi pada masing-masing

ketinggian tersebut merupakan spesies-spesies yang dominan pada masing-

masing ketinggian tempat. Menurut Sujarwo dan Darma (2011) jenis yang

dominan mempunyai produktivitas yang besar. Keberadaan jenis dominan

menjadi suatu indikator bahwa jenis tersebut berada pada habitat yang

sesuai dalam mendukung pertumbuhannya. Setiap ketinggian tempat

memiliki kondisi lingkungan yang berbeda-beda sehingga jenis tanaman

yang ada di pekarangan pada masing-masing ketinggian juga berbeda-beda.

Selain alasan lingkungan yang sesuai dengan faktor tumbuh tanaman pohon,

faktor ekonomi juga menjadi alasan pemilihan jenis tanaman pohon. Pada

ketinggian < 300 m dpl tanaman pohon didominasi oleh tanaman mangga,

nangka, dan rambutan. Berdasarkan wawancara dengan pemilik pekarangan,

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

selain kondisi lingkungan yang sesuai dengan faktor tumbuh tanaman,

alasan pemilihan tanaman mangga dan rambutan adalah karena sifatnya

yang mudah tumbuh tanpa input yang tinggi dan perawatan yang tidak sulit.

Kedua buah ini merupakan buah musiman yang digemari masyarakat,

sehingga dapat menambah pendapatan pemilik pekarangan. Pada ketinggian

< 300 m dpl juga ditemukan kayu jati dan johar. Pemilihan komoditas kayu

jati dan johar menurut pemilik pekarangan karena kedua kayu ini memiliki

jual yang cukup tinggi, walaupun hasilnya baru akan diterima 10-15 tahun

yang akan datang, selain itu perawatan kedua jenis kayu ini tidak

memerlukan banyak biaya.

Kecamatan Matesih merupakan sentra buah duku dan durian yang

sudah terkenal di Indonesia yang dikenal dengan duku dan durian Matesih.

Pada sampel di ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl yang terletak di

Kecamatan Matesih dan Kecamatan Tawangmangu, kondisi lingkungannya

sangat sesuai untuk pertumbuhan kedua jenis tanaman buah tersebut. Kedua

tanaman tersebut juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan

sifatnya musiman, selain harganya jualnya yang cukup tinggi, keduanya

merupakan buah yang digemari masyarakat luas.

8. Indeks Kelimpahan Spesies/Species Richness (Margalef Index), Indeks

keanekaragaman jenis/Index of Diversity, Indeks kemerataan

jenis/Evenness index, dan Indeks Asosiasi dan Indeks Kesamaan

Komunitas/Association Index and Index of Similarity

Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkat komunitas.

Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas

memiliki kompleksitas yang tinggi, karena dalam komunitas juga terjadi

interaksi spesies yang tinggi. Jadi dalam suatu komunitas yang mempunyai

keanekaragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi spesies yang

melibatkan transfer energi (jaring makanan), predasi, dan kompetisi. Konsep

keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk mengukur stabilitas

komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

stabil walaupun ada gangguan terhadap komponen-komponennya

(Soegianto 1994).

Gambar 11. Indeks Kelimpahan Spesies/Species Richness (Margalef

Index), Indeks keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener Index)

dan indeks kemerataan jenis (Evenness Index) pada ketinggian

< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl

Salah satu cara untuk mengetahui keanekaragaman jenis di suatu

lokasi penelitian adalah dengan menghitung kelimpahan spesies (species

richness). Berdasarkan hasil analisis vegetasi dapat diketahui bahwa sampel

pekarangan pada ketinggian 300-400 m dpl memiliki kelimpahan spesies

tertinggi (7,05) dibandingkan dengan sampel pekarangan pada ketinggian

< 300 m dpl (6,12) dan > 400 m dpl (5,45). Kabir dan Webb (2008)

menyatakan bahwa kelimpahan spesies di pekarangan sangat dipengaruhi

oleh jumlah tenaga kerja yang dikerahkan dan ukuran pekarangan.

Keanekaragaman tumbuhan dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener yang diperoleh

dengan parameter kekayaan jenis dan proporsi kelimpahan masing-masing

jenis di suatu habitat. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa

pekarangan pada ketinggian 300-400 m dpl memiliki nilai yang lebih tinggi

yaitu sebesar 3,00 dibandingkan dengan pekarangan yang berada pada

ketinggian < 300 m dpl (2,87) dan pada ketinggian > 400 m dpl (2,83).

Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang

tinggi jika komunitas itu tersusun oleh banyak jenis. Sebaliknya suatu

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

MARGALEF INDEX

(DMg)

SHANNON-WIENER

INDEX (H¹)

EVENNESS INDEX

(E)

6.12

2.87

0.78

7.05

3.00

0.76

5.45

2.83

0.79

nil

ai

ind

eks

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

komunitas dikatakan dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah

apabila komunitas tersebut tersusun oleh jenis yang sedikit (Agustina 2008).

Berdasarkan pengharkatan, dikatakan bahwa pekarangan pada semua

ambang ketinggian keanekaragamannya adalah sedang melimpah. Artinya

bahwa keanekaragaman jenis tanaman di ketiga ambang ketinggian tidak

terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu rendah.

Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan struktur

komunitas, mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu

komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan

terhadap lingkungannya. Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa

suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang

terjadi dalam komunitas juga tinggi. Apabila suatu komunitas dikatakan

memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi maka akan meningkatkan

stabilitas di dalam komunitas (Indriyanto 2006). Soegianto (1994)

menyatakan bahwa konsep keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk

mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk

menjaga dirinya tetap stabil walaupun ada gangguan terhadap komponen-

komponennya. Keanekaragaman jenis juga juga digunakan sebagai ukuran

kematangan suatu komunitas, dengan alasan bahwa komunitas menjadi

matang bila lebih kompleks dan lebih stabil.

Pada ketinggian < 300 m dpl ditemukan 39 jenis tanaman pohon

(tabel 27 dalam lampiran 21), pada ketinggian 300-400 m dpl ditemukan 52

jenis tanaman pohon (tabel 28 dalam lampiran 22), dan pada ketinggian >

400 m dpl ditemukan 36 jenis tanaman pohon (tabel 29 dalam lampiran 23).

Hasil ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pohon yang ada di

Karanganyar masih termasuk dalam kategori tinggi dibandingkan dengan

keanekaragaman jenis yang ada di Bangladesh Barat Daya, Phong My, dan

Afrika Selatan. Di Bangladesh Barat Daya ditemukan 419 jenis tanaman,

jumlah ini termasuk tanaman pohon dan bawah tegakan pohon

(Kabir dan Webb 2009). Di Phong My, Vietnam Tengah, hanya ditemukan

70 jenis tanaman pohon dan bawah tegakan pohon (Vlkova et al. 2010);

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

sedangkan di Provinsi Eastern Cape dan Provinsi Limpopo, Afrika Selatan,

hanya ditemukan 83 jenis tanaman pohon dan bawah tegakan pohon

(Shackleton et al. 2008). Keanekaragaman jenis tanaman yang masih

termasuk dalam kategori tinggi di Kabupaten Karanganyar ini seharusnya

justru menjadi fokus utama untuk pengembangan dan konservasi jenis

tanaman, terutama tanaman lokal yang berpotensi tinggi, dan mencegah

terjadinya penurunan tingkat keanekaragaman jenis di Kabupaten

Karanganyar.

Kemerataan jenis (evenness index) dinyatakan sebagai hubungan

keeratan antara serangkaian data kelimpahan spesies hasil observasi dengan

keanekaragaman maksimum yang mungkin dicapai. Berdasarkan hasil

analisis vegetasi dapat diketahui bahwa kemerataan jenis pada ketiga

ketinggian termasuk dalam kategori tinggi, artinya tanaman pohon yang ada

pada ketiga ketinggian melimpah dan memiliki keanekaragaman yang

tinggi. Pekarangan pada ketinggian > 400 m dpl memiliki nilai indeks

kemerataan jenis paling tinggi yaitu sebesar 0,79. Dan pada ketinggian

< 300 m dpl sebesar 0,78, sedangkan pada ketinggian 300-400 m dpl

sebesar 0,76. Gambar 11 dapat menunjukkan bahwa indeks kemerataan

jenis berbanding terbalik dengan indeks keanekaragaman jenis, yang berarti

bahwa tingkat keanekaragaman dan kelimpahan jenis yang tinggi tidak

menyebabkan tingkat kemerataan jenis yang tinggi.

Gambar 12. Perbandingan Indeks Asosiasi dan Indeks Kesamaan

Komunitas/Association Index and Index of Similarity pada

ketinggian antara < 300 dan 300-400 m dpl, < 300 dan

> 400 m dpl, serta 300-400 dan > 400 m dpl

0.66

0.63

0.67

0.60

0.62

0.64

0.66

0.68

nil

ai

ind

eks

< 300 dan 300-400 m dpl < 300 dan > 400 m dpl 300-400 dan > 400 m dpl

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Indeks asosiasi dan indeks kesamaan komunitas merupakan suatu

koefisien untuk mengetahui kesamaan jenis tumbuhan di dua daerah yang

berbeda yang dihitung dengan indeks kesamaan jenis Sorensen. Hasil dari

indeks ini berupa nilai dengan kisaran 0-1. Semakin sama tingkat kesamaan

dua komunitas maka nilainya akan mendekati nilai satu, begitu juga

sebaliknya nilai nol yang menyatakan bahwa dua komunitas berbeda

(Ningsih 2009). Parameter yang digunakan adalah kelimpahan jenis dan

kehadiran jenis yang sama. Berdasarkan hasil analisis vegetasi dapat

diketahui ketiga ketinggian tempat memiliki kemiripan dalam tingkat

sedang, artinya bahwa ketiga tempat tersebut memiliki vegetasi yang hampir

sama.

Berdasarkan gambar 12 dapat dilihat bahwa pekarangan pada

ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl memiliki kesamaan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl dan

ketinggian 300-400 m dpl maupun pada ketinggian < 300 m dpl dan > 400

m dpl. Ketinggian tempat 300-400 m dpl dan > 400 m dpl memiliki regim

suhu dan kelembaban relatif yang hampir sama, artinya kedua lokasi ini

memiliki selisih suhu udara dan kelembaban udara relatif yang tidak besar,

sehingga keragaan tanaman pohon di pekarangan pada kedua ketinggian ini

relatif sama. Selain itu, Bakri (2009) menyatakan pohon-pohon di

pegunungan memiliki kondisi yang khas seiring dengan naiknya ketinggian

tempat. Pekarangan pada ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl

termasuk ke dalam dataran tinggi yang memungkinkan keduanya memiliki

kesamaan jenis yang cukup tinggi.

C. Pengelolaan Pekarangan

Pemanfaatan pekarangan dapat mendukung penyediaan aneka ragam

kebutuhan pemilik pekarangan termasuk memberikan kontribusi bagi pendapatan

keluarga. Pengelolaan pekarangan dapat dilakukan dengan mudah, yaitu dengan

pemeliharaan yang dapat dilakukan setiap saat karena mudah dijangkau, dan

menghemat waktu. Pengelolaan lahan pekarangan meliputi pengolahan tanah,

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

pemupukan, pemangkasan, pengairan (khususnya pada musim kemarau),

pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), dan pemberian zat pemacu

pembungaan dan pembuahan.

Gambar 13. Persentase jumlah pemilik pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl dalam pengolahan lahan,

pemupukan, pemangkasan, pengairan, pengendalian hama dan

penyakit (PHT), dan penggunaan pemacu pembungaan

Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa sebanyak 70% atau 21

responden pada masing-masing ketinggian melakukan pengolahan tanah sebagai

perawatan tanaman pohon. Umumnya pengolahan tanah yang dilakukan adalah

dengan mencangkul tanah di sekitar pohon selebar kanopi pohon.

Sebanyak 80% atau 24 responden di lokasi penelitian dengan ketinggian

< 300 m dpl melakukan pemupukan terhadap tanaman pohonnya. Semakin naik

ketinggian tempat pemupukan semakin jarang dilakukan oleh pemilik pekarangan.

Hal ini disebabkan karena intensitas dan frekuensi curah hujan yang cukup tinggi

di lokasi penelitian pada ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl, sehingga

pemilik pekarangan merasa tidak perlu melakukan pemupukan, karena pupuk

akan hilang mengikuti aliran air. Pupuk yang digunakan oleh pemilik pekarangan

yaitu urea, TSP, dan pupuk kandang.

Pemangkasan jarang dilakukan oleh petani di pekarangan pada ketinggian

> 300 m dpl, karena para pemilik pekarangan beranggapan dengan memangkas

pohon-pohon yang ada di pekarangannya maka paparan sinar matahari

mengakibatkan suhu di lingkungan rumahnya meningkat, sehingga terasa panas.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

pengolahan

lahan

pemupukan pemangkasan pengairan PHT pemacu

pembungaan

(%)

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Responden pada ketinggian 300-400 m dpl memiliki alasan yang berbeda

mengapa pohon-pohon di pekarangannya tidak dipangkas, yaitu agar

pekarangannya tidak becek dan banjir saat hujan datang. Intersepsi air hujan yang

masuk pekarangan semakin kecil dengan adanya tajuk-tajuk pohon yang rimbun.

Pengendalian hama penyakit dan pemberian pemacu pembungaan juga

bukan menjadi perhatian utama bagi para pemilik lahan pekarangan. Umumnya

pemilih pekarangan tidak menggunakan pestisida untuk memberantas hama yang

menyerang tanaman pohon mereka. Pemberian pemacu pembungaan juga bukan

menjadi prioritas pemilik lahan untuk membantu tanaman pohon berbunga,

khususnya pohon buah-buahan.

Arrijani et al. (2006) menyatakan kehadiran vegetasi pada suatu landskap

akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang

lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan

pengaturan keseimbangan karbondioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan

sifat fisik, kimia, dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah, dan lain-lain.

Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak

positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi

vegetasi yang tumbuh pada daerah itu.

Gambar 14. Persentase jumlah pemilik pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl,

300-400 m dpl, dan > 400 m dpl dalam kegiatan pra-panen, panen,

dan pasca panen

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

pra panen panen pasca panen

(%)

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Kegiatan pra panen mayoritas dilakukan oleh pemilik lahan pekarangan

pada ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl. Kegiatan yang dilakukan dalam

pra panen yaitu melakukan pembungkusan buah duku yang sudah tua atau dalam

istilah lokal disebut pembrongsongan. Kegiatan panen dan pasca panen juga

jarang sekali dilakukan oleh semua pemilik pekarangan pada semua ketinggian

tempat. Hal ini disebabkan karena penjualan buah-buahan yang ada di pekarangan

dilakukan dengan sistem borongan, yaitu pembeli akan memanen sendiri buah-

buahan yang dibelinya dari pemilik pekarangan.

D. Analisis Produktivitas Tanaman Pohon

Produktivitas yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah produktivitas

dari segi finansial, yaitu pengukuran produktivitas atas input dan output yang

telah dikuantifikasi (Theresia 2004). Model pendekatan yang digunakan adalah

model David J. Sumanth yang mengukur produktivitas dengan memperhitungkan

faktor keluaran dan masukan dalam suatu produksi. Produktivitas berhubungan

dengan efisiensi penggunaan sumber daya seminimal mungkin untuk

mendapatkan keluaran yang maksimal. Tinggi rendahnya tingkat produksi hasil

pertanian ditentukan oleh tingkat penggunaan faktor produksi. Salah satu faktor

produksi yang turut menentukan tingkat produksi hasil pertanian adalah luas lahan

(Ekaputri 2008).

Gambar 15. Produktivitas pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl, 300-400 m

dpl, dan > 400 m dpl

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

rasi

o p

rod

uk

tiv

ita

s

ketinggian tempat

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Perhitungan produktivitas pekarangan berdasarkan pada tanaman pohon

yang sudah berproduksi, dalam hal ini produknya sudah bisa dijual dan

menguntungkan secara finansial dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan hasil

survei dapat diketahui produktivitas pekarangan pada masing-masing ketinggian

tempat. Produktivitas pekarangan tertinggi terdapat di pekarangan pada ketinggian

> 400 m dpl yaitu sebesar (0,20). Hal ini disebabkan karena pada ketinggian > 400

m dpl tanaman pohon buah-buahan lebih banyak dibandingkan dengan

pekarangan di ketinggian < 300 m dpl (0,12) dan ketinggian 300-400 m dpl

(0,17). Tanaman pohon yang mampu menghasilkan buahan-buahan dan dijual

akan membantu menyokong biaya perawatan tanaman pohon kayu dan

perkebunan yang baru bisa dijual setelah berumur minimal 20 tahun. Oleh sebab

itu, produktivitas yang dihasilkan oleh pekarangan dalam kurun waktu satu tahun

sangat kecil.

Gambar 16. Rerata Input (Rp) dan output (Rp) pekarangan per 100 m2

Input dihitung berdasarkan asumsi pemilik pekarangan terhadap besarnya

biaya produksi atau pengelolaan lahan dari semua komoditas pohon yang ada di

pekarangan dalam kurun waktu satu tahun. Dihitung dari input pekarangan per

100 m2 dapat diketahui bahwa pekarangan pada ketinggian > 400 m dpl memiliki

nilai terkecil (Rp 1.980,15) dibandingkan dengan pekarangan pada pekarangan di

ketinggian < 300 m dpl dan 300-400 m dpl. Pemupukan dan pengairan merupakan

input yang menyumbangkan nilai terbesar dalam pendekatan produktivitas

< 300 m dpl 300-400 m dpl > 400 m dpl

input/100 m² output/100 m²

Rp 250.000,00

Rp 200.000,00

Rp 150.000,00

Rp 100.000,00

Rp 50.000,00

Rp -

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

pekarangan. Jika dilihat dari pengelolaan yang dilakukan oleh pemilik

pekarangan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan frekuensi pemupukan,

jenis pupuk, dan jumlah penggunaan pupuk yang dilakukan oleh pemilik

pekarangan pada responden di ketinggian > 400 m dpl menunjukkan nilai yang

kecil. Artinya pemilik lahan pekarangan pada ketinggian > 400 m dpl tidak

menjadikan pemupukan sebagai prioritas utama dalam pengelolaan lahan

pekarangan. Input tertinggi ditunjukkan pada pekarangan 300-400 m dpl.

Sumbangan terbesarnya adalah dari pengolahan tanah, pemupukan, pengairan,

kegiatan pra-panen, dan kegiatan panen. Pemilik pekarangan pada ketinggian 300-

400 m dpl memberikan input berupa pupuk yang tinggi pada komoditas pohon

yang ada di pekarangannya. Penggunaan tenaga kerja luar (selain keluarga) juga

cukup banyak, terutama untuk pemanenan beberapa komoditas seperti kelapa dan

pengolahan tanah. Jumlah air yang digunakan untuk pengairan pun cukup tinggi

mengingat pada ketinggian ini buah duku dan durian yang menjadi tanaman

unggulan membutuhkan banyak air ketika musim kemarau.

Output dihitung berdasarkan asumsi pemilik pekarangan terhadap

besarnya hasil penjualan dari komoditas pohon yang sudah berproduksi dalam

kurun waktu satu tahun. Ditinjau dari output pekarangan per 100 m2 dapat dilihat

bahwa pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl memiliki nilai yang terkecil

dibandingkan dengan pekarangan pada ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m

dpl; dan nilai tertinggi berada pada pekarangan di ketinggian 300-400 m dpl. Pada

ketinggian < 300 m dpl komoditas yang sudah mampu berproduksi masih terlalu

sedikit dibandingkan dengan komoditas yang ada di pekarangan pada ketinggian

300-400 m dpl. Jenis pohon yang dominan pada masing-masing ketinggian juga

mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Pada ketinggian 300-400 m dpl

banyak ditemukan duku. Duku merupakan komoditas dengan nilai jual yang

cukup tinggi, dan nilai pemeliharaan yang cukup tinggi juga; di sisi lain kelapa

dan melinjo juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit, hal ini dapat dilihat

dari produksinya yang kontinyu dan frekuensi panen yang cukup tinggi.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

E. Pekarangan yang Ideal

Pekarangan adalah sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

yang di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal dan mempunyai hubungan

fungsional baik secara ekonomi, biofisik, maupun sosial budaya dengan

penghuninya (Rahayu dan Prawiroatmodjo 2005). Peranan dan pemanfaatan

pekarangan bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung pada

tingkat kebutuhan, sosial budaya, pendidikan masyarakat maupun faktor fisik dan

ekologi setempat.

Pekarangan dapat diatur untuk tujuan komersial atau mata pencaharian,

agroforestri, konservasi sumberdaya alam yang bersifat genetik, spesies, dan

ekosistem (tanah dan air), produksi pertanian, serta hubungan sosial budaya di

area pedesaan. Sepanjang waktu, pemilik pekarangan berusaha membudidayakan

dan menyeleksi tanaman yang diinginkan untuk ditanam di pekarangannya. Oleh

sebab itu, pekarangan berperan sebagai bank gen bagi sumber daya nabati

potensial tertentu (Molebatsi et al. 2010).

Pekarangan yang ideal adalah pekarangan yang dimanfaatkan secara

optimum dengan memadukan aspek nilai ekonomi dan stabilitas lingkungan.

Dalam hal ini pemanfaatan pekarangan ditujukan untuk menambah pendapatan

bagi pemilik pekarangan tanpa merusak lingkungan dan tetap menjaga kelestarian

lingkungan, serta meminimalkan input dari luar melalui jasa lingkungan. Jasa

lingkungan didefinisikan sebagai jasa yang diberikan oleh fungsi ekosistem alam

maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara langsung

maupun tidak langsung oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam

rangka membantu memelihara dan/atau meningkatkan kualitas lingkungan dan

kehidupan masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan ekosistem secara

berkelanjutan (Suprayitno 2008).

Komposisi pekarangan yang baik yaitu terdiri dari tanaman tahunan,

semusim, dan hewan ternak di sekeliling rumah. Pemilihan komoditas pohon

selain memiliki nilai ekonomi juga harus sesuai dengan kondisi lingkungan

tumbuh. Selain itu, pemilihan dan pengaturan komposisi pohon harus sedemikian

rupa agar tercipta kondisi pekarangan yang ideal untuk menjaga kestabilan

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

lingkungan. Sisa kotoran ternak pun bisa diolah sebagai tambahan bahan organik

bagi tanah. Kadar bahan organik dalam tanah mempengaruhi sifat kimia dan fisika

tanah yang efektivitasnya tergantung dari jumlahnya dalam tanah. Bahan organik

menyumbangkan kurang lebih 1/3 dari kapasitas pertukaran kation (KTK)

permukaan tanah dan berperan dalam peningkatan stabilitas agregat tanah

melebihi faktor-faktor lain. Sifat kimia dari bahan organik sangat dinamis dan

kompleks yang menyebabkan bahan organik menjadi sumber hara utama bagi

tanaman. Dekomposisi bahan organik akan menjadi sumber utama pemasok unsur

hara makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Sudarmo 2008).

Pekarangan yang ditanam dengan tanaman bernilai ekonomi tinggi

diharapkan dapat menambah pendapatan keluarga pemilik pekarangan. Tetapi

pemilihan komoditas harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan pekarangan,

agar tanaman dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang dikehendakinya.

Sebagai contoh, tanaman duku akan tumbuh secara optimal pada ketinggian antara

300-650 m dpl dengan suhu rerata harian sebesar 19oC dan intensitas curah hujan

tinggi. Jika ditanam pada kondisi yang sesuai maka tanaman duku akan mampu

berproduksi secara maksimal.

Berdasarkan penelitian Kabir dan Webb (2009) di Bangladesh bagian

Barat Daya dapat diketahui bahwa 99% dari total responden pemilik pekarangan

yang diobservasi menyatakan pekarangannya dapat memberikan penghasilan

tambahan sebesar 6% dari total penghasilan keluarga. Jadi, pekarangan berfungsi

sebagai pendukung kesejahteraan pemilik pekarangan melalui pendapatan

tambahan dari produksi tanaman di pekarangan. Penanaman pohon di pekarangan

dapat meningkatkan diversifikasi hasil melalui penanaman beraneka jenis pohon,

selain pohon buah juga dapat ditanami komoditas kayu maupun komoditas

industri.

Selain fungsi ekonomi, pemilihan komoditas pohon harus juga mem-

perhatikan kelestarian lingkungan, seperti pengendalian erosi, meningkatkan

kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan konservasi biodiversitas. Dalam

pengendalian erosi, vegetasi pohon berperan baik dari sisi hidrologi maupun dari

sisi mekanik. Dari sisi hidrologi mekanisme intersepsi dan transpirasi serta

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

keberadaan kanopi vegetasi memiliki nilai positif dalam pengendalian erosi

(Anonim 2009).

Dari sisi mekanik, peran dari vegetasi adalah dalam pengendalian erosi

yaitu melalui sumbangan seresah yang dihasilkan oleh pohon (Anonim 2009).

Lapisan seresah yang tebal pada suatu lahan dapat memberikan tutupan lahan

sehingga dapat melindungi agregat tanah dari pukulan air hujan. Selain sebagai

pelindung tanah, manfaat seresah ini adalah untuk menyediakan bahan organik

tanah dan menyediakan makanan bagi organisme tanah terutama makroorganisme

penggali tanah, seperti cacing. Dengan demikian, jumlah pori makro tetap terjaga.

Selain itu, peran seresah juga sebagai pengendali penguapan yang berlebihan pada

musim kemarau, sehingga tanah tetap lembab (Hairiah et al. 2004).

Oleh karena itu, pemilihan komoditas pohon pada suatu pekarangan harus

diperhatikan, yaitu mengkombinasikan tanaman pohon dengan berbagai macam

kecepatan pelapukan, sehingga kebutuhan untuk penyediaan hara dan mulsa dapat

dipenuhi. Beberapa contoh tanaman pohon yang kecepatan pelapukannya

tergolong cepat yaitu lamtoro dan petai. Tanaman pohon yang kecepatan

pelapukannya tergolong sedang yaitu alpukat dan jengkol. Dan tanaman pohon

yang kecepatan pelapukannya tergolong lama antara lain, durian, kopi, cokelat,

cengkeh, nangka, melinjo, kelapa, aren, mangga, mahoni, dan rambutan

(Hairiah et al. 2004).

Pohon dengan batang dan tajuk merupakan mediator yang penting bagi

perilaku air hujan dan mampu mengaturnya menjadi aliran air ke permukaan tanah

dan ke dalam tanah. Dalam kondisi intensitas hujan yang tinggi, butir air akan

mengalir melalui batang, menetes berupa tetesan tajuk dan bahkan menguap

dengan proporsi masing-masing tergantung pada percabangan, bentuk, dan ukuran

daun, sedangkan air yang tidak tertahan tajuk akan lolos melalui celah-celah tajuk

dan mencapai permukaan tanah dengan kekuatan tertentu (Budiastuti dan

Purnomo 2012).

Tajuk dengan bentuk globular dan memiliki tingkat multistrata tajuk yang

tinggi tentu akan menghasilkan lolos tajuk dengan kuantitas yang lebih rendah

daripada tajuk dengan bentuk kerucut dan tingkat multistrata yang rendah.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Sebagai contoh, tanaman pinus mampu mengintersepsi air hujan lebih baik

dibandingkan dengan jati dan mahoni karena pohon pinus memiliki kondisi tajuk

yang padat yang terbentuk akibat seluruh permukaan cabang tertutup daun dengan

bentuk tajuk (Budiastuti dan Purnomo 2012).

Pekarangan umumnya tidak hanya ditanami dengan komoditas pohon,

tetapi beberapa tanaman semusim juga diusahakan pada pekarangan. Semua

tanaman membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis menghasilkan

cadangan makanan. Pepohonan yang umumnya lebih tinggi dan luasan tajuknya

lebih besar daripada tanaman semusim akan memberikan efek naungan.

Penaungan ini menyebabkab jumlah cahaya matahari yang dapat ditangkap

tanaman semusim menjadi berkurang. Oleh karena itu, pemilihan pohon harus

memperhatikan sebaran dan bentuk tajuk, karena keduanya berhubungan dengan

besarnya intersepsi cahaya yang dapat lolos ke dalam pekarangan untuk dapat

dimanfaatkan oleh tanaman semusim yang dibudidayakan di bawah pepohonan.

Pohon yang tumbuh tidak terlalu tinggi dengan sebaran tajuk yang rapat

tetapi tidak terlalu lebar cocok digunakan sebagai tanaman pagar, sebagai contoh

adalah tanaman jengkol, jambu air, melinjo, jambu mete, nangka, mangga, dan

durian sedangkan contoh tanaman yang kurang cocok sebagai tanaman pagar

karena bentuk kanopinya yang menyebar dan lebar yaitu lamtoro, petai, sengon,

dan randu (Noordwijk, Mulia, dan Hairiah ?).

Akar pepohonan diketahui juga berperan dalam mengurangi kehilangan

akar, atau dikenal dengan istilah jaring penyelamat hara. Akar pohon menyerap

hara di lapisan atas dengan jalan berkompetisi dengan tanaman semusim, sehingga

mengurangi pencucian hara ke lapisan yang lebih dalam, namun pada batas

tertentu kompetisi ini akan merugikan tanaman semusim. Semakin dalam dan

berkembang perakaran pohon tersebut semakin banyak unsur hara yang dapat

diselamatkan, sehingga akar pepohonan ini menyerupai jaring yang akan

menangkap unsur hara yang mengalir ke lapisan bawah (Suprayogo et al. 2003).

Beberapa komoditas dengan perakaran dangkal yaitu lamtoro, jengkol, petai,

sengon, dan jambu air. Contoh komoditas dengan perakaran dalam antara lain

randu dan jambu mete, sedangkan komoditas yang memiliki perakaran sangat

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dalam antara lain nangka, mangga, dan durian. Selain itu, akar pohon juga

berperan untuk memperbaiki porositas tanah dan struktur tanah, misalnya akar

pohon yang mati akan meninggalkan lubang pori, sehingga menambah porositas

tanah (Noordwijk, Mulia, dan Hairiah ?).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pekarangan yang ideal adalah pekarangan

yang mampu menyediakan manfaat baik secara ekonomi maupun secara ekologi.

Secara ekonomi, pekarangan mampu meningkatkan pendapatan keluarga melalui

komoditas-komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, baik sayur, buah, kayu,

maupun komoditas industri. Namun di sisi lain, pemilihan komoditas bernilai

ekonomi tinggi ini harus pula memperhatikan aspek kelestarian lingkungan yaitu

seperti pengendalian limpasan permukaan, meningkatkan kesuburan tanah,

memperbaiki struktur tanah, dan konservasi biodiversitas, serta interaksi yang

ditimbulkan antara tanaman pohon dengan tanaman semusim yang dibudidayakan

di pekarangan, sehingga komposisi tanaman pada pekarangan dapat bersinergi

untuk memberi tambahan pendapatan keluarga dan turut serta dalam menjaga

kelestarian lingkungan.

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jenis tanah pada semua ketinggian tempat adalah mediteran cokelat dengan

tingkat kesuburan tanah yang rendah. Tipe iklim di ketiga ketinggian adalah

C (agak basah). Suhu udara di ketinggian < 300 m dpl lebih tinggi

dibandingkan dengan suhu udara pada ketinggian 300-400 m dpl dan > 400

m dpl. Kelembaban udara relatif tertinggi terdapat di pekarangan pada

ketinggian > 400 m dpl. Intersepsi cahaya matahari ke dalam pekarangan

terbesar berada di pekarangan pada ketinggian < 300 m dpl.

2. INP tertinggi pada ketinggian < 300 m dpl yaitu mangga (48,32), pada

ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl adalah kelapa (45,01) dan

(46,65). Keanekaragaman jenis di pekarangan pada semua ketinggian

memiliki tingkat sedang melimpah (2,83-3,00). Kemerataan jenis pada

semua ketinggian berada pada tingkat tinggi (0,76-0,79). Dan pekarangan

pada ketinggian antara 300-400 m dpl dan > 400 m dpl memiliki kesamaan

yang lebih tinggi (0,67).

3. Rasio produktivitas pekarangan tertinggi terdapat di pekarangan pada

ketinggian > 400 m dpl yaitu sebesar 0,20. Output per 100 m2 tertinggi

dihasilkan pada pekarangan di ketinggian 300-400 m dpl yaitu sebesar

Rp 242.856,45 dan output per 100 m2 terendah dihasilkan pada pekarangan

di ketinggian <300 m dpl sebesar Rp 119.286,69. Input per 100 m2 tertinggi

diperoleh pada pekarangan di ketinggian > 400 m dpl sebesar Rp 1.980,15

dan input per 100 m2 terendah diperoleh pada pekarangan di ketinggian 300-

400 m dpl sebesar Rp 37.792,54.

4. Fungsi pekarangan dalam pelayanan jasa lingkungan meliputi fungsi

perlindungan keanekaragaman hayati, konservasi tanah dan air (pelayanan

hidrologi dan stabilisasi tanah), jasa penyerapan karbon dan perbaikan

kehidupan biota. Fungsi pelayanan konservasi tanah, air, dan perbaikan

kehidupan biota tampak pada peran tajuk vegetasi untuk menyimpan air

sebagai air intersepsi; peran seresah dalam pengendalian erosi, meningkatan

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

jumlah pori makro dan kemantapan agregat, meningkatkan kapasitas

infiltrasi dan sifat aerasi tanah, dan menjaga kelembaban tanah yang

disumbangkan oleh komoditas pohon mahoni, mangga, rambutan, durian,

nangka, dan melinjo; jasa penyedia bahan organik tanah, menyediakan

makanan bagi organisme tanah terutama makroorganisme penggali tanah,

yang disumbangkan oleh lamtoro, petai, jengkol, dan alpukat.

B. Saran

1. Pada lokasi sampel penelitian perlu dilakukan penambahan sumber bahan

organik berupa pupuk kompos dan pupuk kandang. Penambahan sumber

bahan organik bisa dilakukan melalui pemilihan komoditas pohon yang

seresahnya memiliki kandungan hara tinggi dan kecepatan pelapukan yang

cepat seperti lamtoro, petai, jengkol, belimbing, johar, sengon, dan alpukat.

Selain untuk menyediakan bahan organik tanah, seresah-seresah tersebut

dapat menyediakan makanan bagi organisme tanah terutama makro-

organisme penggali tanah, seperti cacing. Dengan demikian, jumlah pori

makro tetap terjaga.

2. Pemilihan komoditas pohon untuk memenuhi fungsi sebagai pengendali

erosi yaitu pada tanaman-tanaman pohon yang kecepatan pelapukannya

lama seperti durian, kopi, cokelat, cengkeh, nangka, melinjo, kelapa, aren,

mangga, mahoni, dan rambutan. Selain mengendalikan erosi, komoditas-

komoditas tersebut juga mampu mengendalikan penguapan yang berlebihan

pada musim kemarau, sehingga tanah tetap lembab.

3. Pemilihan komoditas pohon juga harus memperhatikan kedalaman akar

sebagai fungsi jaring penyelamat hara. Semakin dalam dan berkembang

perakaran pohon tersebut semakin banyak unsur hara yang dapat

diselamatkan, contoh komoditas dengan perakaran dalam antara lain randu,

jambu mete, nangka, mangga, dan durian.

4. Pemilihan pohon juga harus memperhatikan sebaran dan bentuk tajuk,

karena keduanya berhubungan dengan besarnya intersepsi cahaya yang

dapat lolos ke dalam pekarangan untuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI/Potensi... · telah dipertahankan di depan Tm Penguji pada tanggal: 26 Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

semusim yang dibudidayakan di bawah pepohonan. Pohon yang tumbuh

tidak terlalu tinggi dengan sebaran tajuk yang rapat tetapi tidak terlalu lebar

cocok digunakan sebagai tanaman pagar, sebagai contoh adalah tanaman

jengkol, jambu air, melinjo, jambu mete, nangka, mangga, dan durian.

5. Pemilihan komoditas pohon yang akan ditanam di pekarangan harus

memperhatikan fungsi ekonomi. Komoditas-komoditas dengan nilai

ekonomi tinggi tidak harus komoditas yang memiliki harga jual tinggi,

tetapi juga memperhatikan permintaan pasar serta frekuensi panen.

Contohnya, penanaman pohon duku dan durian pada pekarangan yang

merupakan komoditas dengan harga jual tinggi, namun hanya hanya mampu

memproduksi buah satu tahun sekali dan membutuhkan input yang tinggi,

sedangkan penanaman rambutan dan mangga, walaupun harga jualnya tidak

terlalu tinggi tetapi, frekuensi pemanenannya mencapai dua sampai tiga kali

dalam setahun, selain itu, perawatan kedua komoditas ini mudah dan tidak

membutuhkan input yang tinggi.