Upload
lydang
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN
LATIHAN BERBEBAN TERHADAP KEMAMPUAN
TENDANGAN MAE GERI KARATEKA PUTRA
FORKI KABUPATEN BATANG
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh
ADHI WIBISONO
K5608029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Adhi Wibisono
NIM : K5608029
Jurusan/Program Studi : JPOK/Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PERBEDAAN PENGARUH
LATIHAN PLIOMETRIK DAN LATIHAN BERBEBAN TERHADAP
KEMAMPUAN TENDANGAN MAE GERI KARATEKA PUTRA FORKI
KABUPATEN BATANG TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 2 Agustus 2012
Yang membuat pernyataan
Adhi Wibisono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN
LATIHAN BERBEBAN TERHADAP KEMAMPUAN
TENDANGAN MAE GERI KARATEKA PUTRA
FORKI KABUPATEN BATANG
TAHUN 2012
Oleh :
ADHI WIBISONO
K5608029
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 20 Agustus 2012
Pembimbing I Pembimbing II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 24 September 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Agustiyanto, M.Pd .......................
Sekretaris : Haris Nugroho, S.Pd, M.Or ......................
Anggota I : Drs. Sugiyoto, M.Pd .......................
Anggota II : Fadilah Umar, S. Pd., M.Or ......................
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
An. Dekan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Adhi Wibisono. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DANLATIHAN BERBEBAN TERHADAP KEMAMPUAN TENDANGAN MAEGERI KARATEKA PUTRA FORKI KABUPATEN BATANG TAHUN 2012.Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas MaretSurakarta. September 2012.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh antaralatihan pliometrik dan latihan berbeban terhadap kemampuan tendangan mae gerikarateka putra FORKI Kabupaten Batang Tahun 2012. (2) Latihan yang lebih baikpengaruhnya antara latihan pliometrik dan berbeban terhadap kemampuan tendanganmae geri karateka putra FORKI Kabupaten Batang Tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Subjek dalam penelitian iniadalah karateka putra FORKI Kabupaten Batang tahun 2012 yang tergabung daribeberapa dojo di Kabupaten Batang dan berjumlah 20 karateka. Dari jumlah 20orang dilakukan tes dan pengukuran kemampuan tendangan mae geri kemudian hasildari tes dirangking, setelah itu dipisahkan ke dalam kelompok 1 dan kelompok 2dengan cara ordinal pairing sehingga kedua kelompok mempunyai keterampilanyang merata. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran kemampuantendangan dalam pencak silat dari Johansyah Lubis (2003:98-99), penelitimenggunakan cara ini dikarenakan analisis gerakan tendangan dalam pencak silatsama dengan analisis gerakan tendangan dalam karate, selain itu cara pengukuran inisebelumnya telah digunakan dalam karate. Teknik analisis data yang digunakandengan uji t pada taraf signifikansi 5 %.
Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh nilai reliabilitas tes awalkemampuan tendangan mae geri karateka FORKI Kabupaten Batang tahun 2012adalah 0,952 dan nilai reliabilitas tes akhir kemampuan tendangan mae geri karatekaFORKI Kabupaten Batang tahun 2012 adalah 0,946. Dari uji normalitas diperolehnilai Lhitung pada tes awal kelompok 1 dan kelompok 2 dan nilai Lhitung pada tes akhirkelompok 1 dan kelompok 2 lebih kecil dari nilai Ltabel dengan taraf signifikansi 5%,sehingga disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir kelompok 1 dan kelompok 2berdistribusi normal. Dari uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung dari tes awal dan tesakhir lebih kecil dari Ftabel dengan taraf signifikansi 5%, sehingga disimpulkan bahwakelompok 1 dan kelompok 2 memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hasilpengujian perbedaan tes awal dengan t-test antara kelompok 1 dan kelompok 2diperoleh nilai thitung = 0,5571 dan ttabel = 2,228 (thitung < ttabel). Berdasarkan hasilpengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 1 antara tes awal dantes akhir diperoleh nilai thitung = 15,9217 dan ttabel = 2,228 (thitung < ttabel). Berdasarkanhasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 2 antara tes awaldan tes akhir diperoleh nilai thitung = 11,1291 dan ttabel = 2,228 (thitung < ttabel).Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test antarakelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitung = 3,2071 dan ttabel = 2,228 (thitung <ttabel). Berdasarkan hasil perhitungan persentase peningkatan kemampuan tendanganmae geri diketahui bahwa kelompok 1 memilki peningkatan sebesar 28,261% dankelompok 2 memiliki peningkatan 18,280%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Ada perbedaan pengaruh yangsignifikan antara latihan pliometrik dan latihan berbeban terhadap kemampuantendangan mae geri karateka putra FORKI Kabupaten Batang tahun 2012. (2)Latihan pliometrik lebih baik pengaruhnya dari pada latihan berbeban terhadappeningkatan kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI KabupatenBatang tahun 2012.Kata kunci : Tendangan mae geri, latihan pliometrik, latihan berbeban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Adhi Wibisono. THE DIFFERENCES EFFECT OF PLIOMETRIK ANDWEIGHT TRAINING TO THE MAE GERI KICK ABILITY OF MANKARATEKA FORKI BATANG OF 2012. Thesis, Faculty of Teacher Trainingand Education Sebelas Maret University of Surakarta. September 2012.
The purpose of this research to determine: (1) The difference effect betweenthe pliometrik and weight training to the mae geri kick ability of man karateka ofFORKI Batang in 2012. (2) What the pliometrik or weight training that has bettereffect to the mae geri kick ability of man karateka FORKI Batang of 2012.
This research uses experimental methods. The sample in this research wasthe man karateka of FORKI Batang district in 2012 from several dojo in Batang andabout 20 karateka. From the total of 20 people do the test and measurement kick maegeri capabilities then the results of the test are ranked, after it separated into group 1and group 2 by ordinal pairing so that both groups have equally skill. Data collectiontechniques by the test and measurement of kicks capabilities in martial arts fromJohansyah Lubis (2003: 98-99), researchers used this way because kick motionanalysis in martial arts same with kicks motion analysis in karate, in addition thismeasurement method has previously been used in karate. Data analysis techniquesused by t test at a significance level of 5%.
The results: The results obtained reliability values of initial test of mae gerikick ability of man karateka of FORKI Batang in 2012 was 0,952 and the reliabilityvalues offinal test mae geri kick ability of man karateka of FORKI Batang in 2012was 0,946. From normality test obtained Lcount values on the initial tests of group 1and group 2, and the Lcount value on the final test of group 1 and group 2 is smallerthan the Ltable value with a significance level of 5%, so it is concluded that the initialand final test data of group 1 and group 2 were normally distributed. From thehomogeneity tests obtained that Fcount from the initial tests and final tests is smallerthan Ftable with a significance level of 5%, so it was concluded that the group 1 andgroup 2 has a homogeneous variance. Based on the results of differences of initialtests with the t-test between group 1 and group 2 obtained tcount value = 0,5571 andttable = 2,228 (tcount < ttable). Based on the results of difference by t-test statisticalanalysis of group 1 between the initial test and final test obtained tcount = 15,9217 andttable = 2,228 (tcount < ttable). Based on the results of differences testing by t-teststatistical analysis between group 1 and group 2 obtained tcount = 3,2071 and ttable =2,228 (tcount < ttable). Based on the calculation result of the increase percentage in themae geri kick ability known that group 1 has increased by 28,261% and group 2 hasincrease of 18,280%.
The conclusion of this research were (1) There is significant differencebetween the pliometrik and weight training to the mae geri kick ability of mankarateka FORKI Batang in 2012. (2) The effect of pliometrik exercise better thanweight training to increased the mae geri kick ability of man karateka FORKI Batangin 2012.Key words: mae geri kick, pliometrik exercise, weight training.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga.
( HR. Muslim )
Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karsa, tut wuri handayani.
( Ki Hajar Dewantara )
Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak dan jarang
menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi.
( Jawaharlal Nehru )
Berjalan, berlari dan berjuang dengan tekat dan semangat untuk menggapai
puncak impian.
( Penulis )
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, dari kegagalan kita belajar dan dari
kegagalan pula kita akan mencapai keberhasilan.
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku atas segala nikmat dan karunia-Mu, kupersembahkan karya ini
untuk :
“Ibu dan Bapak”
Engkaulah motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah bosan mendoakan
dan menyayangiku serta tak pernah lelah mendidik dan mengajariku. Pengorbanan
dan kesabaran kalian mengantarkanku sampai kini.
Aku bangga memiliki kalian.
“Adinda Vanodya Asa Nagari”
Terimakasih atas cinta dan kasihsayangmu untukku, kau bagaikan bunga edelweiss
yang mampu tumbuh dan bertahan ditengah dahsyatnya terpaan badai, kau adalah
inspirasi bagiku, dan kau adalah semangatku,.
Terimakasih atas semua yang kau beri untukku, engkaulah anugrah terindah dalam
hidupku.
“Tegar Arya Putra Pratama keponakanku tersayang”
Semoga kau jadi anak yang tegar dalam menghadapi badai kehidupan, setegar
namamu. Bangun, kejar, dan raihlah kesuksesanmu. Ingat pesan om ya dek, jangan
nakal, belajar yang rajin.
“Sensei Henry Toriyanto yang telah dengan sabar melatih, mendidik dan
mengajariku sampai sekarang”
“Teman-teman RANDUBUTI”
Perjuangan, semangat, kerjakeras, pantang menyerah dan kebersamaan kalian
mengajarkanku arti dari persahabatan. Teruslah berjuang demi mencapai puncak –
puncak impian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
“Yulingga Nanda Hanief. S.Pd, Aditya Febri Kharisma. S.Pd, Aji Kurnia
Ramadhan, dan Mahendra Data,”
Trimakasih atas kerjasamanya ya kawan
“Teman – teman FORKI Kabupaten Batang”
“Almamater”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi
ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ”PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK
DAN LATIHAN BERBEBAN TERHADAP KEMAMPUAN TENDANGAN
MAE GERI KARATEKA PUTRA FORKI KABUPATEN BATANG TAHUN
2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga,
Jurusan Pendidikan olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, MM selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
3. Drs. Agustiyanto, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga,
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Sugiyoto, M.Pd. selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Fadilah Umar, S.Pd., M.Or. selaku pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sensei Henry Toriyanto selaku pelatih FORKI Kabupaten yang telah
memberikan ijin penelitian.
7. Rekan-rekan atlet FORKI Kabupaten Batang yang telah bersedia menjadi sampel
penelitian.
8. Rekan POK ”08 yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... x
KATA PENGANTAR. ....................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL............................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR . ........................................................................................ xxi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan ............................ 7
1. Karate .................................................................................... 7
a. Bentuk ............................................................................. 8
b. Tenaga dan kecepatan ..................................................... 8
c. Pemusatan dan pengendoran tenaga................................ 8
d. Memperkuat tenaga otot.................................................. 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
e. Irama dan tepat waktu ..................................................... 9
f. Pinggul ............................................................................ 9
g. Pernapasan....................................................................... 9
2. Unsur-unsur fisik dalam karate ............................................. 9
3. Teknik dasar karate ............................................................... 10
a. Teknik tangkisan (uke).................................................... 10
b. Teknik pukulan (tsuki) .................................................... 11
c. Teknik tendangan (geri) .................................................. 11
4. Teknik tendangan mae geri ................................................... 12
a. Aplikasi Biomekanika pada Tendangan mae geri ........... 13
b. Sistem Energi dalam Karate ............................................ 17
c. Tes dan Pengukuran dalam Karate .................................. 19
5. Latihan .................................................................................. 20
a. Pengertian Latihan ........................................................... 20
b. Prinsip Latihan ................................................................. 21
c. Dosis Latihan ................................................................... 22
6. Latihan Pliometrik ................................................................ 23
a. Prinsip Latihan Pliometrik ............................................... 24
b. Bentuk Latihan Pliometrik............................................... 26
7. Latihan Squat Jump .............................................................. 27
a. Pelaksanaan Latihan Squat Jump..................................... 27
b. Pengaruh Latihan Squat Jump ......................................... 28
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Squat Jump .............. 28
8. Latihan Knee Tuck Jump ...................................................... 29
a. Pelaksanaan Latihan Knee Tuck Jump ............................. 29
b. Pengaruh Latihan Knee Tuck Jump.................................. 30
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Knee Tuck Jump ...... 30
d. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan
Knee Tuck Jump .............................................................. 31
9. Latihan Berbeban.................................................................. 31
a. Pengertian Latihan Berbeban........................................... 31
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
b. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan
Berbeban .......................................................................... 33
c. Prinsip-Prinsip Latihan Berbeban .................................... 33
d. Penyusunan Program Latihan Berbeban.......................... 34
e. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Power
Otot Tungkai Dalam Karate............................................. 36
10. Latihan Leg Press ................................................................. 36
a. Pelaksanaan Latihan Leg Press........................................ 36
b. Kesalahan pada Latihan Leg Press .................................. 37
c. Pengaruh Latihan Leg Press ............................................ 38
11. Latihan Leg Extension .......................................................... 38
a. Pelaksanaan Latihan Leg Extension................................. 38
b. Pelaksanaan Latihan Leg Extension................................. 39
c. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan
Leg Extension................................................................... 40
12. Hasil Penelitian yang Relevan.............................................. 41
B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 42
1. Pengaruh Latihan Pliometrik dan Latihan Berbeban
Terhadap Kemampuan Tendangan Mae Geri ....................... 43
2. Latihan Pliometrik Lebih Baik Pengaruhnya dari pada Latihan
Berbeban terhadap Kemampuan Tendangan Mae Geri ........ 45
C. Hipotesis...................................................................................... 47
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 48
1. Tempat Penelitian ................................................................. 48
2. Waktu Penelitian................................................................... 48
B. Rancangan Penelitian .................................................................. 48
1. Metode Penelitian .................................................................. 48
2. Rancangan Penelitian............................................................. 49
C. Subjek Penelitian......................................................................... 50
D. Pengumpulan Data ...................................................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
E. Validasi Instrumen Penelitian ..................................................... 50
F. Analisis Data ............................................................................... 51
G. Uji Perbedaan .............................................................................. 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 54
A. Deskripsi Data ............................................................................. 54
B. Pengujian Persyaratan analisis .................................................... 55
C. Pengujian Hipotesis..................................................................... 57
D. Pembahasan Hasil Analisis Data................................................ 60
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN.......................................... 63
A. Simpulan...................................................................................... 63
B. Implikasi...................................................................................... 63
C. Saran............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65
LAMPIRAN ........................................................................................................ 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Macam Kemampuan Fisik Olahraga Karate dan Tes yang Digunakan ....... 20
Tabel 2 Deskripsi data hasil tes kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 1
dan kelompok 2 ............................................................................................ 54
Tabel 3 Range Kategori Reliabilitas.......................................................................... 55
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Tendangan mae geri ...................... 55
Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data....................................................... 56
Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data .................................................... 57
Tabel 7 Program Latihan Pliometrik Squat Jump ..................................................... 69
Tabel 8 Program Latihan Pliometrik Knee-Tuck Jump ............................................. 70
Tabel 9 Program Latihan Berbeban Leg Press .......................................................... 71
Tabel 10 Program Latihan Bayu Anggara A............................................................... 72
Tabel 11 Program Latihan Aldi Agustian ................................................................... 73
Tabel 12 Program Latihan Satria Endriana ................................................................. 74
Tabel 13 Program Latihan Satria Pamungkas ............................................................. 75
Tabel 14 Program Latihan Miftahul Choir .................................................................. 76
Tabel 15 Program Latihan M. Syah Elrico.................................................................. 77
Tabel 16 Program Latihan Sulung Anas A.................................................................. 78
Tabel 17 Program Latihan Dionius ............................................................................. 78
Tabel 18 Program Latihan Mahendra Defa ................................................................. 80
Tabel 19 Program Latihan Taufiqurohman ................................................................. 81
Tabel 20 Program Latihan Berbeban Leg Extension ................................................... 82
Tabel 21 Program Latihan Bayu Anggara A............................................................... 83
Tabel 22 Program Latihan Aldi Agustian ................................................................... 84
Tabel 23 Program Latihan Satria Endriana ................................................................. 85
Tabel 24 Program Latihan Satria Pamungkas ............................................................. 86
Tabel 25 Program Latihan Miftahul Choir .................................................................. 87
Tabel 26 Program Latihan M. Syah Elrico.................................................................. 88
Tabel 27 Program Latihan Sulung Anas A.................................................................. 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Tabel 28 Program Latihan Dionius ............................................................................. 90
Tabel 29 Program Latihan Mahendra Defa ................................................................. 91
Tabel 30 Program Latihan Taufiqurohman ................................................................. 92
Tabel 31 Data Hasil Tes Awal Kemampuanan Tendangan Mae Geri Karateka
Putra FORKI Kabupaten Batang Tahun 2012.............................................. 93
Tabel 32 Data Hasil Tes Akhir Kemampuan Tendangan Mae Geri Karateka Putra
FORKI Kabupaten Batang Tahun 2012 ....................................................... 94
Tabel 33 Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Tendangan
Mae Geri Karateka Putra FORKI Kabupaten Batang Tahun 2012............. 95
Tabel 34 Data Hasil Tes Awal Kemampuan Tendangan Mae Geri
Karateka Putra FORKI Kabupaten Batang Tahun 2012
Berdasarkan Urutan Rangking ..................................................................... 96
Tabel 35 Pengelompokan Sampel Sesuai Rangking
Hasil Tes Kemampuanan Tendangan Mae Geri .......................................... 97
Tabel 36 Pemasangan Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Tes Awal
Kemampuan Tendangan Mae Geri .............................................................. 98
Tabel 37 Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Tendangan Mae Geri pada Kelompok 1
( Kelompok Latihan Pliometrik ) ................................................................. 99
Tabel 38 Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Tendangan Mae Geri pada Kelompok 2 ( Kelompok Latihan Berbeban ) .. 100
Tabel 39 Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal
kemampuan tendangan mae geri .................................................................. 101
Tabel 40 Ringkasan anava untuk menghitung reliabilita ............................................ 103
Tabel 41 Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir
kemampuan tendangan mae geri.................................................................. 105
Tabel 42 Ringkasan anava untuk menghitung reliabilita ............................................ 107
Tabel 43 Tabel Uji Normalitas Data Tes Awal pada Kelompok 1.............................. 109
Tabel 44 Tabel Uji Normalitas data Tes Awal pada Kelompok 2............................... 110
Tabel 45 Tabel Uji Normalitas Data Tes Akhir pada Kelompok 1............................. 111
Tabel 46 Tabel Uji Normalitas Data Tes Akhir pada Kelompok 2 ............................ 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Tabel 47 Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas antara
Hasil Tes Awal Kemampuan Tendangan Mae Geri pada
Kelompok 1 dan Kelompok 2 ...................................................................... 113
Tabel 48 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal
kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 1 dan kelompok 2.......... 115
Tabel 49 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan
tes akhir kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 1...................... 117
Tabel 50 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan
tes akhir kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 2...................... 119
Tabel 51 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes akhir
kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 1 dan kelompok 2.......... 121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Zenkutzu dachi posisi awal untuk mae geri ............................................... 13
Gambar 2 Posisi tendangan mae geri.......................................................................... 13
Gambar 3 Urutan gerakan tendangan mae geri........................................................... 15
Gambar 4 Otot-otot yang berpengaruh pada tendangan mae geri .............................. 15
Gambar 5 Otot-otot yang terdapat pada tugkai atas, dilihat dari depan...................... 16
Gambar 6 Otot tungkai bawah dilihat dari bagian depan............................................ 16
Gambar 7 Otot tungkai bawah dilihat dari bagian belakang....................................... 16
Gambar 8 Sistem energi .............................................................................................. 17
Gambar 9 Latihan pliometrik squat jump ................................................................... 27
Gambar 10 Latihan pliometrik knee-tuch jump............................................................. 29
Gambar 11 Latihan leg press ........................................................................................ 37
Gambar 12 Latihan leg extension .................................................................................. 39
Gambar 19 Dokumentasi Penelitian.............................................................................. 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Tendangan Mae Geri............... 68
Lampiran 2 Program Latihan Pliometrik Squat Jump ................................................ 69
Lampiran 3 Program Latihan Pliometrik Knee-Tuck Jump ........................................ 70
Lampiran 4 Program Latihan Berbeban Leg Press .................................................... 71
Lampiran 5 Program Latihan Berbeban Leg Extension ............................................. 82
Lampiran 6 Data Hasil Tes Awal Kemampuanan Tendangan Mae Geri................... 93
Lampiran 7 Data Hasil Tes Akhir Kemampuanan Tendangan Mae Geri .................. 94
Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Tendangan
Mae Geri ................................................................................................. 95
Lampiran 9 Data Hasil Tes Awal Kemampuanan Tendangan Mae Geri ................... 96
Lampiran 10 Pengelompokan Sampel Sesuai Rangking Hasil Tes Kemampuan
Tendangan Mae Geri............................................................................... 97
Lampiran 11 Pemasangan Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Tes Awal
Kemampuan Tendangan Mae Geri .......................................................... 98
Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Tendangan
Mae Geri pada Kelompok 1 ................................................................... 99
Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Tendangan Mae Geri pada Kelompok 2 ................................................ 100
Lampiran 14 Uji Reliabilitas Tes Awal dengan Anava ................................................ 101
Lampiran 15 Uji Reliabilitas Tes Akhir dengan Anava ............................................... 105
Lampiran 16 Uji Normalitas Data dengan Metode Lilliefors....................................... 109
Lampiran 17 Uji Homogenitas...................................................................................... 113
Lampiran 18 Uji Perbedaan .......................................................................................... 115
Lampiran 19 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal
dan tes akhir kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 1.......... 117
Lampiran 20 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal
dan tes akhir kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 2.......... 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
Lampiran 21 Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes akhir
kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 1 dan kelompok 2..... 121
Lampiran 22 Menghitung nilai peningkatan kemampuan tendangan mae geri dalam
persen pada kelompok 1 dan kelompok 2................................................ 123
Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beladiri karate merupakan cabang olahraga yang berasal dari negeri Jepang.
Yang terdiri dari dua kata yaitu “kara” dan “te” artinya tangan kosong atau bersih.
Karate adalah cabang olahraga beladiri dimana bentuk aktivitas geraknya
mempergunakan kaki, tangan atau bahkan anggota tubuh lainnya yang
diperkenankan.
Karate merupakan cabang olahraga beladiri yang mempertandingkan dua
nomor yaitu nomor kata dan kumite. Nomor kata adalah jurus, mempertandingkan
kemampuan seseorang untuk mendemonstrasikan dalam penguasaan ilmu beladiri
karate tradisional dengan harmonisasi gerak yang mencerminkan kekuatan,
kecepatan dan keindahan. Sedangkan nomor kumite mempertandingkan kemampuan
seseorang dalam suatu pertarungan satu lawan satu sesuai dengan peraturan yang
berlaku baku berdasarkan badan karate dunia (WKF).
Pada nomor kumite, lamanya pertandingan untuk satu pertarungan yaitu tiga
menit. Karateka yang dapat mengumpulkan angka lebih banyak dari lawan
dinyatakan sebagai pemenang. Jika dalam satu pertarungan terjadi angka yang sama
maka diadakan perpanjangan waktu satu menit untuk menentukan pemenang.
Teknik dasar karate terdiri dari gerakan memukul, menendang, dan
menangkis dengan pusat perkenaan antara bagian tubuh dengan sasaran antara lain
yaitu kepalan tangan, sisi telapak tangan, ujung telapak kaki dan sisi telapak kaki.
Pada pertandingan karate menerapkan struktur teknik karate, ada 4 bagian struktur
teknik karate yaitu (1) sikap kuda-kuda, (2) gerakan langkah, (3) serangan dan
hindaran, (4) kembali sikap kuda-kuda. Keempat pola tersebut merupakan suatu pola
kesatuan gerak yang membentuk suatu rangkaian gerak sehingga menjadi pola gerak
tertentu. Serangan merupakan bagian yang sangat penting dalam pertandingan
beladiri karate. Komponen utama dalam serangan ini adalah “pukulan” (serangan
dengan menggunakan tangan) dan “tendangan” (serangan dengan menggunakan
kaki).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada cabang olahraga karate ada beberapa macam teknik tendangan, antara
lain adalah: mae geri, mawashi geri, usero geri, kansetsu geri dan masih banyak lagi.
Mae geri adalah teknik tendangan depan, tendangan ini mengandalkan sentakan lutut
kearah depan dengan menggunakan bantalan telapak kaki bagian depan. Teknik
tendangan ini akan dibantu dengan eksplosif (meledak dalam suatu gerakan) otot
tungkai dan pinggul. Teknik tendangan mae geri agar masuk dalam kriteria penilaian
dipertandingan harus dilakukan dengan kuat, cepat, dan tepat sasaran.
Latihan menendang merupakan bagian yang penting dari program latihan
pada cabang olahraga beladiri karate, karena dengan kemampuan menendang yang
baik dapat tepat pada sasaran. Untuk meningkatkan kemampuan menendang
diperlukan latihan yang dapat meningkatkan kemampuan tendangan. Pada dasarnya
kemampuan menendang merupakan kemampuan gerakan tendangan yang cepat,
kuat, dan tepat sasaran. Kemampuan menendang merupakan teknik karate yang
diperlukan disetiap pertandingan selain menggunakan teknik pukulan.
Komponen fisik yang diperlukan untuk mendukung prestasi dalam karate
diantaranya adalah daya tahan, kekuatan, kecepatan, fleksibilitas, kelincahan dan
koordinasi. Untuk melatih menendang mae geri agar tendangan menjadi baik harus
menyertakan pelatihan pada komponen tungkai dan togok dengan melalui latihan-
latihan penguatan, kelincahan, keseimbangan dan kecepatan, karena teknik ini sangat
erat kaitannya dengan power. Seperti yang dikemukakan oleh Yessis, Turbo (1988:
94) bahwa “untuk keberhasilan dalam prestasi olahraga, tidak hanya kekuatan yang
diperlukan tetapi perlu didukung kecepatan dan percepatan”. Ini berarti otot yang
bekerja harus dapat berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang sangat singkat.
Oleh karena itu pemberian latihan harus bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik
kondisi fisik yang akan dikembangkan.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik seorang atlet, dapat
dilakukan dengan menerapkan beberapa latihan yang berbeda sebagai upaya untuk
memberikan berbagai variasi latihan. Faktor utama dalam latihan untuk
meningkatkan daya ledak (explosive power) adalah mula-mula memusatkan pada
pembentukan kekuatan kemudian beralih pada beban lebih ringan dan gerakan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
cepat. Jenis latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai
diantaranya adalah latihan pliomerik dan latihan berbeban.
Berdasarkan bentuk latihan pliometrik anggota gerak bawah, latihan untuk
meningkatkan power otot tungkai dapat dilakukan dengan gerakan melompat-lompat,
baik tanpa alat maupun dengan alat. Hal ini dikarenakan, latihan pliometrik mengacu
pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai
respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang
terlibat. Radcliffe dan Farentinos (1985: 35) menyatakan “latihan pliometrik adalah
suatu latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang
merupakan respon dari pembebanan dinamik atau regangan yang cepat dari otot-otot
yang terlibat”.
Berkaitan dengan latihan berbeban Hadisasmita & Syarifuddin (1996: 109)
mengemukakan bahwa ”Latihan beban kalau dilaksanakan dengan benar, kecuali
dapat mempertinggi kesehatan fisik secara keseluruhan, akan dapat mengembangkan
kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan keuletan, yang merupakan faktor-faktor
penting bagi setiap atlet”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pliometrik dan
latihan berbeban merupakan bentuk tatihan yang dapat meningkatkan eksplosif otot
tungkai yang akan mengarah pada kemampuan teknik tendangan mae geri. Tetapi
dari kedua jenis latihan ini belum dapat diketahui latihan manakah yang paling baik
pengaruhnya untuk meningkatkan kemampuan tendangan mae geri.
Untuk mengetahui pengaruh latihan pliometrik dan latihan berbeban
terhadap kemampuan tendangan mae geri maka perlu diadakan sebuah penalitian
dimana sampel yang akan digunakan adalah karateka putra di FORKI Kabupaten
Batang. Dojo FORKI Kabupaten batang adalah tempat latihan dari team FORKI
Kabupaten Batang yang atletnya berasal dari beberapa dojo yang ada di Kabupaten
Batang. Alasan pengambilan sampel penelitian pada karateka di FORKI Kabupaten
Batang karena kurang maksimalnya penerapan bentuk latihan untuk meningkatkan
kemampuan tendangan mae geri di FORKI Kabupaten Batang.
Selain itu latihan untuk meningkatkan power otot tungkai yang diterapkan
pada saat latihan belum maksimal, khususnya latihan pliometrik dan latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
berbeban. Kebanyakan dalam latihan karateka di dojo FORKI Kabupaten Batang
hanya diarahkan pada penguasaan teknik saja, dan kurang memperhatikan latihan
fisik. Sehingga masih banyak yang kurang sesuai dengan apa yang diharapkan
pelatih. Rendahnya kemampuan otot tungkai menyebabkan hasil tendangan tidak
memiliki kekuatan dan kecepatan yang maksimal sehingga tendangan mudah
dibendung lawan atau bahkan tidak tepat sasaran.
Hal ini diantaranya dipengaruhi oleh tidak adanya program latihan yang
baik oleh pelatih untuk meningkatkan kualitas fisik karateka yang diperlukan dalam
olahraga beladiri karate itu sendiri. Hal itu berdampak pada prestasi yang masih jauh
dari harapan, sebagai contoh dalam setiap latihan yang dilakukan ataupun
pertandingan dalam kejuaraan yang diikuti, hasilnya belum maksimal. Dari observasi
yang dilakukan pada saat latihan dan pertandingan, banyak kerateka putra FORKI
Kabupaten Batang berkemampuan tendangan yang kurang baik karena tidak
memiliki power. Terbukti pada saat bertanding, dimana sebagian besar atlet masih
banyak yang belum meraih prestasi dalam setiap pertandingan. Salah satu faktornya
adalah teknik tendangan mae geri yang dipelajari atlet masih perlu ditingkatkan. Hal
ini nampak pada saat bertanding masih banyak tendangan yang tidak menghasilkan
nilai dan mudah ditangkis lawan. Kondisi tersebut akan merugikan atlet dan perlu
mendapatkan perhatian yang lebih khususnya peningkatan power otot tungkai yang
merujuk pada kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI Kabupaten
Batang.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini
mengambil judul “Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik dan Latihan Berbeban
Terhadap Kemampuan Tendangan Mae Geri Karateka Putra FORKI Kabupaten
Batang Tahun 2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Kemampuan fisik karateka putra FORKI Kabupaten Batang masih belum
memenuhi harapan.
2. Latihan untuk meningkatkan kemampuan tendangan mae geri pada karateka
putra FORKI Kabupaten Batang belum maksimal.
3. Belum diketahui pengaruh latihan pliometrik terhadap kemampuan tendangan
mae geri pada karateka putra FORKI Kabupaten Batang.
4. Belum diketahui pengaruh latihan berbeban terhadap kemampuan tendangan
mae geri pada karateka putra FORKI Kabupaten Batang.
5. Belum diketahui kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI
Kabupaten Batang.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah maka permasalahan dalam
penelitian ini perlu dibatasi, agar penelitian ini lebih mendalam pengkajiannya.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh latihan pliometrik terhadap kemampuan tendangan mae geri pada
karateka putra FORKI Kabupaten Batang.
2. Pengaruh latihan berbeban terhadap kemampuan tendangan mae geri pada
karateka putra FORKI Kabupaten Batang.
3. Kemampuan tendangan mae geri pada karateka putra FORKI Kabupaten
Batang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
dikemukakan, maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik dan latihan berbeban
terhadap kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI Kabupaten
Batang Tahun 2012?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan pliometrik dengan latihan
berbeban terhadap kemampuan tendangan mae geri pada karateka putra FORKI
Kabupaten Batang Tahun 2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik dan latihan berbeban terhadap
kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI Kabupaten Batang
Tahun 2012.
2. Latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan pliometrik dan berbeban
terhadap kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI Kabupaten
Batang Tahun 2012.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan
berguna dalam kepelatihan olahraga khususnya karate. Adapun manfaat yang
diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet karate khususnya
pada karateka FORKI Kabupaten Batang tahun 2012.
2. Untuk memberi informasi dan memperbanyak pengetahuan tentang pengaruh
latihan pliometrik dan berbeban terhadap kemampuan tendangan mae gari pada
karateka FORKI Kabupaten Batang tahun 2012.
3. Dapat digunakan sebagai bentuk latihan untuk meningkatkan power otot tungkai
dalam olahraga karate.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan
1. Karate
Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate
dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. “Karate berasal dari pengucapan bahasa
Okinawa “kara” berarti Cina dan “te” yang berarti tangan. Arti dari dua pengucapan
tersebut adalah ‘tangan Cina’, ‘teknik Cina’, atau ‘tinju Cina’”. (Ivan Yulivan, 2012:
13).
…Selanjutnya pada tahun 1931 Gichin Funakoshi yang dikenal sebagaibapak karate modern mengubah istilah karate dalam huruf kanji jepang yangterdengar lebih baik. Karate berasal dari dua kata dalam huruf kanji “kara” yangbermakna kosong dan “te” berarti tangan, sehingga makna keduanya “tangankosong”, Ivan Yulivan (2012: 13). Ini berarti karate adalah sebuah seni beladiri yangmemungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata.
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei / Japan Karatedo Federation (JKF)dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yangutama yaitu: Shotokan, Goju-Ryu, Shito-Ryu, Wado-Ryu, Keempat aliran tersebutdiakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKFdan WKF. Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya diatas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryutersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yangtermasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".(http://id.wikipedia.org/wiki/Karate, rabu, 23 Mei 2012. 20.08).
Latihan dasar karate terbagi tiga, seperti berikut: Kihon, yaitu latihan teknik-
teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis. ““Kata”
atau jurus, merupakan suatu bentuk latihan resmi dimana semua teknik mendasar:
tangkisan, tinjuan, sentakan atau hentakan dan tendangan, dirangkaikan sedemikian
rupa di dalam suatu kesatuan bentuk yang bulat sesuai dengan cara berpikir yang
masuk akal (logis)” (M. Nakayama 1980: 94).
Jurus (kata) dan pertarungan (kumite) adalah seperti dua roda pada satukereta. Latihan jurus dimaksudkan untuk mempelajari tehnik-tehnik, menyerang danmenangkis, serta gerakan tubuh pada umumnya; dalam bentuk latihan ini musuhhanya ada didalam khayalan. Didalam pertarungan (sebagai cara lain untuk berlatih),dua orang saling berhadapan dan menampilkan tehnik-tehnik. Hal ini merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
penerapan dari dasar-pokok yang terdapat dalam jurus, dan dapatlah dikatakanmerupakan sejenis pertandingan (M. Nakayama 1980: 112).
Teknik-teknik dasar berupa kepalan, teknik berdiri, tangkisan, tekniktinjuan, teknik sentakan, dan teknik pukulan serta tendangan adalah merupakan awaldan tujuan akhir dari latihan karatedo. Walaupun untuk mempelajarinya akan cukuphanya dalam waktu beberapa bulan saja, tetapi penguasaan secara sempurna mungkintidak akan dicapai melalui latihan seumur hidup. Latihan-latihan harus dilakukansecara teratur dan didalam melaksanakan setiap dan semua gerakan. Harus dilakukandengan penuh konsentrasi dan sepenuh kemampuan. Hal ini tidak akan cukup bilatidak disertai teknik yang ilmiah. Latihan sistematis dan atas dasar rencana (program)latihan yang tepat. Agar memberikan hasil seperti yang diharapkan, latihan harusdilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip dari ilmu alam dan ilmu faal. Prinsip-prinsipteknik karate menurut M. Nakayama (1980: 49-52) antara lain:a. Bentuk
Bentuk yang betul selalu erat hubungannya dengan prinsip-prinsip dari ilmualam dan ilmu faal… . Prasyarat dari bentuk yang betul, adalah keseimbangan yangbaik, tingkat kemantapan yang tinggi dan kewajaran dari setiap gerakan, oleh karenapergantian gerak harus dilakukan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat.b. Tenaga dan kecepatan
Kekuatan akan meningkat oleh bertambahnya kecepatan, seseorang tidakdapat mahir dalam seni perkasa maupun olahraga lainnya hanya dengan kekuatanotot saja. Tenaga “kime” (penentu) dalam tehnik dasar karate timbul dari pemusatankekuatan yang penuh pada saat benturan, dan banyak tergantung pada kecepatan daripukulan atau tendangan… . Walaupun kecepatan itu penting, tetapi tidak akan ampuhtanpa pengendalian yang tepat. Kecepatan dan tenaga akan bertambah sesuai dengandalil aksi dan reaksi.c. Pemusatan dan pengendoran tenaga
Kekuatan maksimum dicapai dengan pemusatan tenaga dari seluruh bagiantubuh pada sesuatu sasaran tertentu, jadi bukan hanya tenaga tangan dan kaki sajayang dipergunakan. Juga sama pentingnya mengendorkan tenaga yang tidakdiperlukan, sehingga dapat memperbesar tenaga pada waktu yang diperlukan. Padadasarnya tenaga mulai dari nol, kemudian tenaga dikerahkan secepat mungkin untukmencapai klimaks (seratus persen) pada saat benturan dan setelah itu kembalimenjadi nol. Mengendorkan tenaga tidak berarti mengendorkan kesiagaan.Seseorang harus selalu siaga dan siap untuk melakukan gerakan selanjutnya.d. Memperkuat tenaga otot
Pemahaman akan teori dan prinsip-prinsip saja tanpa dibekali otot yangkuat, terlatih, lentur, tidak akan ada gunanya. Untuk memperkuat otot perlu latihantertentu, otot apa yang dipakai pada sesuatu teknik tertentu, tentunya patut diketahui.Pengetahuan tentang otot itu perlu, dalam arti bahwa bila otot tertentu dipakai, makadapat diharapkan akan memberikan hasil yang lebih besar… . Otot yang bekerjapenuh dan serasi akan menghasilkan teknik yang kuat dan ampuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
e. Irama dan tepat waktuJenis olahraga apapun juga, sesuatu teknik yang diperagakan oleh atlet
andalan selalu tampak berirama. Ini juga berlaku dalam karate. “Tepat waktu” dariberbagai teknik tidak selalu dapat diungkapkan secara musik, namun tidakmengurangi artinya yang sangat penting. Tiga faktor yang merupakan prinsip dalamhal ini adalah: penggunaan tenaga secara betul, cepat dan lambat dalam melakukantehnik, pengencangan dan pengendoran otot-otot. Penampilan karateka yang aslitidak saja tampak bertenaga kuat akan tetapi sangat berirama dan indah. Meresapiirama dan tepat waktu, merupakan cara terbaik untuk dapat mencapai kemajuandalam seni ini.f. Pinggul
Pinggul terletak pada pusat tubuh manusia, dan gerakannya memegangperanan penting dalam pelaksanaan berbagai jenis teknik karate. Tenaga yangmeledak pada akhir pukulan bersumber pada bagian bawah perut, terutama putaranpinggul, menambah tenaga pada bagian atas tubuh. Disamping sebagai sumbertenaga, pinggul juga memberikan dasar untuk semangat yang mantap, bentuk-bentukyang betul dan mempertahankan keseimbangan yang baik. Didalam karate seringdiberikan nasihat “tinjulah dengan pinggulmu”, “tendanglah dengan pinggulmu”, dan“tangkislah dengan pinggulmu”.g. Pernapasan
Pengaturan napas disesuaikan dengan pelaksanaan teknik secara khususmenarik napas ketika melakukan penyelesaian tehnik, dan demikian juga menarikdan mengeluarkan napas berturut-turut dilakukan, ketika melakukan tehnik karate.Pengaturan napas seharusnya tidak seragam, selalu berubah sesuai dengan perubahankeadaan. Ketika menarik napas, isi penuh paru-paru, tetapi ketika mengeluarkannapas jangan semua dikeluarkan. Tinggalkan kira-kira 20 perseratus dalam paru-paru. Mengeluarkan napas seluruhnya akan melumpuhkan badan, sehingga seseorangtidak akan dapat menangkis pukulan yang lemah sekalipun, juga tidak akan dapatmempersiapkan diri untuk gerakan berikutnya.
2. Unsur-Unsur Fisik dalam Karate
Setiap nomor pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik yang
prima. Pentingnya kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik secara teoritis
maupun secara empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan
oleh Harsono (1988: 153) bahwa, “Sukses dalam olahraga sering menuntut
keterampilan yang sempurna dari kondisi fisik dalam meningkatkan prestasi atlet”.
Kondisi fisik dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet, karenatanpa dukungan kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi maksimal akansulit terwujud. Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan kompleks, makadibutuhkan beberapa komponen kondisi fisik. Komponen kondisi fisik yangdibutuhkan oleh seorang karateka saat bertanding adalah antara lain : (1) Kekuatan(strenght), kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bekerja. (2) Kecepatan (speed), kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakanberkesinambungan dalam bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-singkatnya. (3)Kelincahan (agility), Kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu. (4)Daya Tahan (endurance), Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistemjantung, paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untukmenjalankan kerja secara terus menerus. (5) Kelentukan (flexibility), efektifitasseseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuhyang luas. (6) Koordinasi (coordination), kemampuan seseorang mengintegrasikanberbagai gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. (7)Ketepatan (accuracy), kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerakbebas terhadap suatu sasaran. (8) Reaksi (reaction), kemampuan seseorang untuksegera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewatindera.(http://makalahpembinaankondisifisik.blogspot.com/2011/06/analisis-kondisi-fisik-dalam-cabang.html, rabu, 23 Mei 2012, 23.12)
Tujuan utama persiapan fisik menurut Bompa (1994: 50) adalah untuk
meningkatkan potensi fungsional dan mengembangkan kemampuan biomotor ke
standar yang paling tinggi.
Apabila kondisi fisik karateka sudah baik maka dalam penerapan teknik-
teknik karate akan dilakukan dengan reaksi cepat, lincah, bertenaga, serta dapat
dilakukan dalam tempo yang lama. Pada tes keterampilan karate komponen unsur-
unsur fisik yang terlibat adalah: power, kecepatan bergerak, daya tahan anaerobik,
keseimbangan, dan koordinasi gerak. Hal ini sesuai dengan karakteristik dan sifat
dalam pertandingan karate.
3. Teknik Dasar Karate
Dalam olahraga karate terdapat beberapa teknik dasar, yaitu tangkisan,
pukulan dan tendangan. Adapun macam-macam teknik dasar:
a. Teknik tangkisan (uke)
Dalam hal teknik membela diri, karate berbeda dengan tinju dan seni
perkelahian yang lainnya. Banyak terdapat teknik menangkis tendangan dengan
menggunakan lutut dan kaki, tangan dan lengan.
Semua tangkisan harus dilakukan pada saat lawan mulai menyerang. Hal ini
juga merupakan kekhasan karate. Oleh karena itu sangat perlu memperkirakan lebih
dahulu adanya serangan. Berikut adalah macam-macam teknik tangkisan dalam
karate (M. Nakayama, 1980: 56):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) Gedan Barai (tangkisan bawah)2) Jodan Age-uke (tangkisan atas)3) Soto Uke (tangkisan dari luar)4) Uchi Uke (tangkisan dari dalam)5) Shuto Uke (tangkisan tangan-pedang)
b. Teknik Pukulan (tsuki)
Pada umumnya istilah “tinjuan” dipergunakan untuk teknik tinjuan yang
lurus kedepan. Bila lawan berada langsung didepan, lengan disodok lurus kedepan
dan sasaran ditinju dengan dengan kepalan tangan. Pada waktu melepaskan tinjuan,
lengan yang meninju diputar kearah dalam.
Tergantung dari sasaran muka, ulu hati atau perut. Maka untuk tiap-tiap arah
sasaran itu dikenal beberapa teknik: tinjuan lurus ke atas (jodan choku zuki), tinjuan
lurus ke tengah (chudan choku zuki) dan tinjuan lurus kebawah (gedan choku zuki),
(M. Nakayama 1980:66).
c. Teknik Tendangan (geri)
Dalam karate, teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik pukulan,
bahkan sebenarnya tendangan mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pukulan
tangan. Tendangan harus dilakukan dengan kuat dan cepat agar lawan tidak bisa
mengelak attau menangkis sehingga tendangan dapat mengenai sasaran.
Menurut M. Nakayama (1980: 84) ketika menendang, harus dirasakanbahwa seluruh kekuatan tubuh disalurkan ke tendangan. Menggunakan pinggulsepenuhnya, tetapi segera tariklah kaki yang menendang dengan cepat danpersiapkan posisi untuk teknik berikutnya, bila tidak lawan akan dapat menangkisatau menangkapnya.
Panjang garis lengkung (seperti busur) yang dilalui kaki, kecepatan dan
tenaga lentingan lutut, sangat menentukan kekuatan dari tendangan. Penggunaan
kekuatan otot saat meluruskan lutut sangat penting.
Untuk mnguasai teknik tendangan, maka harus dipahami faktor-faktor
pokok berikut ini dan berlatihlah terus secara sistematis ( M. Nakayama 1980: 84):
1) Angkat lutut dari kaki yang akan menendang setinggi mungkin dan sedekatmungkin ke dada. Dalam keadaan ini lutut akan tertekuk penuh. Kemudianpindahkan berat kaki kepinggul. Penguasaan gerakan ini harus dilakukan dengancepat dan mulus, agar menghasilkan tendangan yang kuat dan tajam.2) Keatas kearah dada dan tekuk jari-jari kaki kebelakang, dengan tujuan kaki luruske arah bagian sasaran, karena tungkai bagian bawah terentang, lenturan pinggul kedepan dan ke atas yang mendorong. Tindakan ini harus mendorong ke luar ke depan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mengakibatkan kaki penopang sedikit berputar. Jangan sampai lutut pendukunglurus, jari-jari kaki ditekuk kebelakang dan pergelangan kaki dilenturkan sesaatsebelum mencapai bidang sasaran, sambil melontarkan kaki yang menendang kedepan. Lutut dari tungkai yang menendang harus dikunci di tulangnya. Saat sampaidipuncak gerakan, pinggul belakang santai dan ditarik kembali yang pada gilirannyamenarik kembali tungkai yang menendang dan pinggul. Jika seluruh gumpalan ototbermacam-macam digunakan secara benar hasilnya harus berupa tindakan yangmendera. Melalui teknik tersebut, kaki tersebut bergerak dalam suatu garis lurus daritanah ke sasaran dan kembali lagi ke posisi semula. Sangat penting mengalihkanberat badan pada tungkai penopang, keduanya menjaga keseimbangan danmengoptimalkan tendangan selanjutnya. Dalam tendangan mae geri, tungkaipenopang sangat berperan. Jika jari-jari kaki diputar keluar tetapi lutut penopangnyalurus, seluruh berat badan menekan secara tak wajar pada sendi lutut penopangnya.Sebagian besar dari tekanan tersebut dibebankan pada pusat ikatan sendi lutut yangmembuatnya melemah.
Daya pegas pinggul dan pergelangan kaki, di lain pihak kekuatan kaki itu
sendiri tidak cukup. Harus di perkuat dengan tenaga yang dihasilkan oleh daya pegas
dan lutut. Untuk tujuan ini, sendi-sendi sudah tentu harus diperkuat melalui latihan
pinggul tambahan. Adapun macam-macam teknik tendangan menurur M. Nakayama
(1980:86):
1) Mae geri (tendangan depan)2) Kekomi geri (tendangan menyodok)3) Yoko geri (tendangan samping)4) Mawashi geri (tendangan memutar)5) Ushiro kekomi (tendangan menyodok kebelakang)
4. Teknik Tendangan Mae Geri
Mae geri adalah teknik tendangan kedepan menggunakan sentakan kaki
kearah depan dan bantalan telapak kaki bagian depan. M. Nakayama (1980:86)
mengemukakan “Teknik ini dapat berupa tendangan angkat (melenting) atau
tendangan menyodok. Muka, dada, perut atau pangkal paha lawan diserang dengan
kaki-macan, ujung jari kaki atau punggung kaki. Dibawah ini adalah gambar teknik
tendangan mae geri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 1. Zenkutzu dachi posisi awal untuk mae geri (M. nakayama 1978: 67)
Gambar 2. Posisi tendangan mae geri (M. Nakayama: 1978: 67)
a. Aplikasi Biomekanika pada Tendangan Mae geri
Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga, harus melalui latihan
yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap ilmu-ilmu yang terkait dalam
olahraga dan kesehatan olahraga, menurut Nossek (1995: 1) antara lain adalah
fisiologi latihan, biomekanika olahraga, paedagogi dibidang olahraga, sosiologi
olahraga, psikologi olahraga, dan kesehatan olahraga.
Ilmu pengetahuan yang ikut berperan dalam usaha menjelaskan tentang
tendangan adalah biomekanika. Gerakan yang ditampilkan dalam hal ini adalah
gearakan yang memerlukan adanya keterampilan maupun penampilan gerak yang
baik.
Pada umumnya analisis dalam keterampilan gerak (olahraga) meliputi
pengertian tentang:
1) Maksud dan tujuan gerakan
2) Tipe atau jenis gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3) Kategori gerakan, yakni: mengenai besarnya, arahnya, titik tangkapnya,
dan interaksi gaya dan bidang tumpunya.
4) Uraian penampilan biomekanika, yakni: analisis makanik dan analisis
anatomois.
Keseimbangan mempunyai berbagai tingkat stabilitas yang bergantung pada
berbagai faktor yang di uraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Letaknya titik berat badan
Titik berat badan adalah posisi titik berat badan ditinjau dari jaraknya
terhadap dasar penumpu. Makin rendahnya letak titik berat, maka
makin stabil.
2) Luas besar penumpu
Luas dasar penumpu dalam hubungannya dengan titik berat. Kestabilan
hanya ada apabila garis tegak lurus yang melalui titik berat jatuh pada
bidang dasar penumpu. Makin luas dasar penumpu makin tabil.
3) Jalannya garis berat
Makin dekat kepusat dasar penumpu jatuhnya garis berat badan stabil.
Oleh sebab itu dalam mengangkat beban, badan diusahakan sedekat
mungkin dengan garis berat supaya titik berat tidak banyak bergeser.
Makin jauh beban itu diangkat kesamping, titik berat makin bergeser
kearah lateral.
4) Berat badan
Berat badan mempunyai peranan penting di dalam mempertahankan
keseimbangan, kalau ada kekuatan yang bekerja pada badan, makin
berat badan makin stabil.
5) Gaya gesekan
Untuk mempertahankan keseimbangan kita dapat menggunakan alat
misalnya sepatu sol yang diperlengkapi secara khusus untuk hal itu,
seperti spikes, sol karet yang berparit-parit.
6) Posisi segmen-segmen
Tiap segmen badan mempunai titik berat sendiri-sendiri sebaliknya titik
berat ini dikombinasikan sehingga titik berat badan tetap jtuh di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
bidang dasar penumpu. Meskipun letak titik berat bergeser, kepindahan
ini diimbangi dengan gerakan segmen badan yang lain. Badan yang
tersusun atas segmen-segmen itu baik sekali untuk mengatur garis berat
pada gangguan keseimbanga atau perubahan posisi pada umumnya.
Gerakan tendangan mae geri merupakan gerakan yang menggunakan
tungkai atas, tungkai bawah dan pergelangan telapak kaki. Dari posisi kuda-kuda
mengangkat tungkai atas, lutut sampai setinggi dada dengan gerakan fleksi, lalu
meluruskan tungkai bawah sehingga menjadi lurus dengan gerakan extensi arahnya
vertikal.
Gambar 3. Urutan gerakan tendangan mae geri
Otot-otot yang mempengaruhi tendangan mae geri yaitu rectus abdominis,
rectus femoris, hip adductors, sartorius, vastus medialis, vastus lateralis, tendon
patella, glutealis (hip extension), hamstring, gastocnemius, tendon achiles, soleus.
Gambar 4. Otot-otot yang berpengaruh pada tendangan mae geri (Frank W.DickO.B.E. 1989: 9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 5. otot-otot yang terdapat pada tugkai atas, dilihat dari depan (Evelyn C.Pearce, 1993:13)
Gambar 6. otot tungkai bawah dilihat dari bagian depan (Evelyn C. Pearce,1993:114-115)
Gambar 7. otot tungkai bawah dilihat dari bagian belakang (Evelyn C. Pearce,1993:114-115)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Sistem Energi dalam Karate
Agar proses latihan mencapai hasil yang optimal, maka perlu diketahui
sistem energi yang dominan yang digunakan selama dalam pertandingan, dengan
mengetahui sistem energi yang digunakan, akan mempermudah pelatih dalam
menyusun dan menentukan program latihan.
Menurut Sukadiyanto (2005: 33) ada dua macam sistem metabolisme energi
yang diperlukan dalam setiap aktivitas gerak manusia yaitu: (1) sistem energi
anaerob dan (2) sistem energi aerob. Kedua sistem tersebut tidak dapat dipisah-
pisahkan secara mutlak selama aktifitas kerja otot berlangsung. Karena sistem energi
merupakan serangkaian proses pemenuhan tenaga secara terus menerus,
berkesinambungan dan silih berganti.
Sebagai rangkuman untuk memperjelas pembagian tentang sistem energi,
dapat dilihat gambar sebagai berikut:
Alaktik ATP-PC
Anaerobik
Sistem energi Laktik LA+O2
Aerobik O2
Gambar 8. Sistem energi (Sukadiyanto, 2005: 33)
1) Sistem Energi Anaerobik
Sistem energi anaerobik adalah serentetan reaksi kimiawi yang tidak
memerlukan oksigen (O2), sistem anaerobik ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) sistem energi anaerobik alaktik (2) sistem energi anaerobik laktik. Sistem energi
anaerobik alaktik disediakan oleh sistem asam laktat (Bompa, 2000: 22-23). Selama
dalam proses pemenuhan kebutuhan energi, sistem energi anaerobik alaktik dan
sistem energi anaerobik laktik tidak memerlukan oksigen (O2).
Pada setiap awal kerja otot kebutuhan energi dipenuhi oleh persediaan ATP
yang terdapat didalam sel otot (Fox, dkk, 1988: 14). Artinya: semua energi yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP, yang hanya mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menopang kerja kira-kira 6 detik bila tidak ada sistem energi yang lain (Soekarman,
1991: 29). Jumlah ATP yang disimpan didalam sel otot sangat sedikit, sehingga
olahragawaan akan kehilangan energi dengan sangat cepat, apabila melakukan
latihan fisik dengan beban yang cukup berat. Dengan demikian sistem energi ATP
hanya dapat optimal untuk kerja jangka pendek. Untuk itu diperlukan sistem energi
yang lain agar kerja otot mampu lebih lama lagi.
Kerja otot dapat bekerja lebih lama lagi apabila sistem energi ATP ditopang
dengan sistem energi yang lain, yaitu pospho creatin (PC) yang tersimpan dalam
otot. Dengan menggunakan sumber energi pospho creatin dapat memperpanjang
kerja otot lebih lama lagi, hingga mencapai kira-kira 10 detik (Nossek, 1982: 71-72).
Namun apabila kerja otot harus berlangsung lebih lama lagi maka kebutuhan energi
yang diperlukan dipenuhi oleh sistem glikolisis anaerob yang mampu
memeperpanjang kerja otot kira-kira 10 detik (Mc. Ardle, dkk, 1986: 348).
Proses terjadinya pembentukan ATP adalah dengan pemecahan creatin dan
posphat. Proses tersebut akan menghasilkan energi yang dipakai untuk meresintesis
ADP+P menjadi ATP, dan selanjutnya akan dirubah lagi menjadi ADP+P yang
menyebabkan terjadinya pelepasan energi yang dibutuhkan untuk kontraksi otot.
Perubahan CP ke C+P tidak menghasilkan tenaga yang dapat dipakai langsung untuk
kontraksi otot melainkan dipakai untuk meresintesis ADP+P menjadi ATP.
2) Sistem Energi Aerobik
Aerobik berati ada bantuan oksigen (O2) sehingga metabolisme aerobik
adalah menyangkut serentetan reaksi kimiawi yang memerlukan adanya oksigen
sehingga memiliki pengaruh lebih lambat dan tidak dapat digunakan secara cepat
setelah proses pemenuhan energi berlangsung selama kira-kira 120 detik, maka asam
laktat sudah tidak dapat diresintesis lagi menjadi sumber energi. Untuk itu diperlukan
oksigen (O2) untuk membantu proses resintesis asam laktat menjadi sumber energi
kembali. Oksigen diperoleh melalui sistem pernafasan, yakni dengan cara menghirup
udara yang ada disekitar manusia.
Adapun ciri-ciri dari sistem energi aerobik menurut Sukadiyanto (2005: 37)
adalah: (1) intensitas kerja sedang (2) lama kerja lebih dari 3 menit (3) lama kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
lancar dan kontinyu (4) selama aktifitas menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air
(H2O).
Karateka yang memiliki kemampuan aerobik memadai akan mampu
menerima beban latihan dengan intensitas tinggi. Kebugaran aerobik diperlukan
dalam karate agar karateka mampu merekoveri dengan cepat dan mampu menerima
beban latihan lebih lama tanpa adanya kelelahan. Untuk itu sistem energi aerobik
perlu diberikan pada karateka sebagai landasan untuk melatih energi anaerobik.
c. Tes dan Pengukuran dalam Karate
Untuk mengumpulkan informasi tentang individu atau obyek-obyek dan
untuk menilai sesuatu yang sudah ditentukan perlu adanya tes dan pengukuran. Tes
adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang
individu atau obyek-obyek. Sedangkan pengukuran adalah suatu proses
pengumpulan informasi. Melalui pengukuran ditentukan tingkat pencapaian atau
status sekarang para peserta (Mulyono B, 2010: 2). Berikut adalah tes kondisi fisik
yang biasa digunakan dalam cabang olahraga karate:
Tabel 1. Macam Kemampuan Fisik Olahraga Karate dan Tes yang Digunakan (EriPratiknyo, 2010:65)
NO KOMPONEN KEMAMPUAN FISIK TES YANG DIGUNAKAN
1 Kekuatan:a. Otot lengan dan bahub. Otot tungkai
Hand dynamometerLeg dynamometer
2 Daya tahan otot:a. Otot lengan dan bahub. Otot perutc. Otot tungkai
Pull-upSit-upSquat jumps
3 Kelentukan Flexometer
4 Power:a. Otot lenganb. Otot tungkai
Medicine ballVertical jumps
5 Daya tahan umum (cardiovascular) Lari 15 menit / Balke / Lari 2,4km (Vo2 max) kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5. Latihan
a. Pengertian Latihan
Latihan memegang peranan penting dalam mengembangkan unsur-unsur
yang diperlukan dalam pencapaian prestasi. Menurut Bompa (1990:4) “latihan harus
menambah kapasitas kerja organisme cadangan ketrampilan, melakukan hal yang
sama dengan mengembangkan ciri kejiwaan yang kuat akan meningkatkan prestasi
seseorang”. Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) “latihan
adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang,
dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”.
Menurut Sajoto (1995:31) “latihan juga mengandung unsur peningkatan atau
penambahan beban kerja secara progresif. Peningkatan beban latihan dilakukan
secara periodik segera setelah tiba saat untuk ditambah bebannya”.
b. Prinsip Latihan
Prinsip latihan menurut M. Sajoto (1995: 30) adalah : “1)Prinsip bebanlebih (over load principles), (2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif, (3)Prinsip Pengaturan Latihan, (4) Prinsip Kekhususan Program Latihan ” Sedangkanprinsip latihan menurut Harsono (1998: 12) adalah “1)Prinsip Beban Lebih (overload principles), (2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh, (3) Prinsip Spesialisasi, (4)Prinsip Individualisasi”1) Prinsip Beban Lebih
Prinsip latihan ini merupakan latihan yang mendasar yang harus dipahamioleh pelatih dan atlet. Menurut Harsono (1998:103) “Beban latihan yang diberikankepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan berulang-ulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi”. Dengan melakukan latihan secaraperiodik dan sistematis, maka tubuh atlet akan mampu beradaptasi menerima bebanlatihan yang diberikan. Sehingga beban latihan akan dapat ditingkatkan pada tingkatyang maksimal terhadap latihan yang lebih berat.2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif
Peningkatan beban secara progresif merupakan peningkatan beban secarateratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Suharno HP (1993:14)“peningkatan beban jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dilakukan duaatau tiga kali latihan, bagi atlet masalah ini sangat penting karena ada kesempatanuntuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktupaling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi”. latihan Pada saatpermulaan latihan dengan beban latihan yang berat, atlet akan mengalami kesulitankarena tubuh belum mampu beradaptasi. Dengan melakukan latihan yang berulang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ulang, maka beban latihan yang dirasa berat semakin lama akan menjadi ringan. Padasaat beban latihan terasa ringan maka beban latihan harus ditambah. Hal yang harusdiperhatikan dalam hal ini adalah memberikan beban latihan yang berat denganmeningkatkan beban secara teratur. Dengan memberikan beban latihan yang terlaluberat mengakibatkan tubuh atlet tidak mampu beradaptasi sehingga prestasi tidakmungkin bisa diraih.3) Prinsip Pengaturan Latihan
Pemberian beban latihan harus dilakukan secara tersusun dan terprogramsehingga latihan tersebut dapat memberikan hasil yang nyata. Supaya latihan tersebutbisa tercapai hendaknya melakukan latihan pada otot yang ingin dilatih. M. Sajoto(1995:31) berpendapat “Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa sehinggakelompok otot – otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal inidilakukan agar kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan lebih dulu”.4) Prinsip Perkembangan Menyeluruh
Pada prinsip ini pelatih tidak harus membatasi atlet dengan latihan-latihanyang mengarah pada kekhususan. Dengan memberikan kebebasan pada atlet untukmelakukan aktivitas yang lain, diharapkan dapat memiliki dasar – dasar yang lebihkuat dalam menunjang keterampilan kekhususan. Dasar perkembangan menyeluruhmerupakan salah satu syarat untuk tercapainya perkembangan fisik khusus danpenguasaan keteramplilan yang sempurna dari cabang olahraga.5) Prinsip Spesialisasi
Prinsip spesialisasi merupakan pemusatan kemampuan pada satu cabangolahraga tertentu. Dengan melakukan hal itu seorang atlet akan mendapatkan prestasiyang tinggi dalam olahraga yang dipilihnya. Menurut Ozolin yang dikutip Bompa(1994:33) terdapat hal yang harus diperhatikan dalam spesialisasi yaitu “1) latihankhusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga, 2) latihan untukmengembangkan kemampuan biomotorik”. Supaya latihan dapat memberikan hasilyang nyata maka latihan harus diarahkan pada latihan yang lebih khusus. Dalampenerapan spesialisasi sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dengan memegangprinsip perkembangan menyeluruh sebagai dasar dari perkembangan spesialisasi.6) Prinsip Individualisasi
Setiap individu memiliki perbedaan baik secara fisiologis maupun secarapsikologis. Oleh sebab itu dalam berlatih beban latihan harus disesuaikan dengankemampuan dan karakteristik dari individu. Menurut Harsono (1998:112) “Faktor-faktor seperti umur, jenis, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan,lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmani, ciri psikologisnya, semua harus ikutdipertimbangkan dalam mendesain program latihan bagi atlet”. Latihan harusdirencanakan dan disesuiakan dengan setiap individu supaya memberikan hasil yangterbaik.
c. Dosis Latihan
Pemberian dosis latihan harus direncanakan, disusun dan diprogramkan
dengan baik sehingga tujuan yang direncanakan dapat tercapai. Menurut M. Sajoto
(1995: 33-55) dalam penyusunan program latihan harus memperhatikan, (a) jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
beban, (b) repetisi dan set, dan (c) frekuensi dan lama latihan.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan program latihan
antara lain intensitas, repetisi dan set, serta frekuensi dan lama latihan.
1) Intensitas Latihan
Intensitas latihan adalah suatu kesanggupan latihan yang harus dilakuakn
seorang atlet menurut program latihan yang ditentukan. Intensitas latihan merupakan
salah satu komponen kulitatif kerja yang dilakuakn dalam kurun waktu yang
diberikan. Menurut Bompa (1990: 58) menyatakan intensitas latihan adalah : “fungsi
dari kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan gerakannya, variasi
interval atau istirahat diantara tiap ulangannya”.
Sedangkan menurut M. Sajoto (1995: 5) bahwa, “intensitas latihan adalah
takaran kesungguhan pengeluaran tenaga atlet dalam melakukan aktivitas jasmani”.
Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan. Pelaksanaan yang cepat
dengan usaha yang maksimal sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dengan demikian latihan ini dilaksanakan dalam intensitas yang tinggi.
2) Repetisi dan Set
Menurut M. Sajoto (1995:34) bahwa, “repetisi adalah jumlah ulangan
mengangkat suatu beban, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari
repetisi”. Penentu jumlah repetisi dan set yang harus dilakukan dalam latihan
ditentukan dengan tepat.
3) Frekuensi dan Lama Latihan
Frekuensi latihan dalah jumlah ulangan latiahan yang dilakukan dalam
jangka satu minggu, atau berapa kali seseorang melakukan latihan yang cukup
intensitas dalam satu minggunya, dalam menentukan frekuensi latihan harus
memperhatikan batas kemampuan individu.
Fox (1988: 172-175) mengungkapakan frekuensi latihan yang menyatakan
bahawa : “latihan paling sedikit adalah 3 kali per minggu baik untuk olahraga
kesehatan maupun olahraga prestasi adapun lama latihan yang diperlukan 6 minggu
atau lebih”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian yang penulis lakukan
adalah menggunakan frekuensi latihan 3 kali perminggu yaitu setiap hari Kamis,
Sabtu dan Minggu selama 6 minggu.
6. Latihan Pliometrik
Plyometrics berasal dari bahasa latin “plyo” + “”metrics” yang berarti
“measurable increases” atau peningkatan yang terukur (Chu, 1992:1). Pengertian
pliometrik menurut Chu D. A. (1992:1) bahwa: “pliometrik adalah latihan yang
dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan
perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan”. Pliometrik adalah salah satu cara terbaik
untuk mengembangkan power eksplosif untuk berbagai cabang olahraga.
Latihan-latihan pliometrik diperkirakan menstimulasi berbagai perubahan
dalam sistem neuromuskuler, memperbesar kemampuan kelompok-kelompok otot
untuk memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan
yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan
pliometrik dampaknya adalah pengkondisian sistem neuromuskuler sehingga
memungkinkan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan lebih kuat,
misalnya dari gerakan turun naik pada lompat dan gerakan kaki arah anterior dan
kemudian arah posterior pada waktu lari.
Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam
kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk
meningkatkan power, baik siklik maupun asiklik.
Gerakan pliometrik menurut M. Furqon dan Muchsin Doewes (2001:12)
dirancang untuk menggerakkan otot pinggul dan tungkai, dan gerakan otot khusus
yang dipengaruhi oleh Bounding, Hopping, Jumping, Leapping, skipping, Ricochet.
a. Prinsip Latihan Pliometrik
Latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya
latihan fisik secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga
berlaku untuk latihan pliometrik. Selain mengikuti latihan olahraga secara umum,
latihan pliometrik juga mengikuti prinsip khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dalam pliometrik ada pedoman-pedoman khusus untuk melakukan latihan
yang tepat dan efektif yang harus diikuti sehingga latihan akan sesuai dengan yang
diinginkan, menurut JC. Radclife dan Robert C. Farentinos yang diterjemahkan oleh
M. Furqon H dan Muchsin Doewes menyebutkan pedoman pelaksanaan latihan
pliometrik antara lain :
Pedoman 1 : Pemanasan dan Pendinginan (warm Up dan Warm Down).
Pliometrik membutuhkan kelenturan dan kelincahan, maka semua latihan
harus diikuti dengan periode pemanasan dan pendinginan yang tepat dan memadai.
Jogging, lari, peregangan dan kalistenik sederhana merupakan aktifitas yang sangat
dianjurkan sebelum dan sesudah latihan untuk memperoleh efek latihan yang
optimal.
Pedoman 2 : Intensitas Tinggi
Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan pliometrik. Kecepatan
pelaksanaan dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek latihan
yang optimal. Kecepatan peregangan otot lebih penting dari pada besarnya
peregangan. Respons reflex yang dicapai makin besar jika otot diberi beban yang
cepat. Karena latihan-latihan harus delakukan dengan sungguh-sungguh (intensif),
maka penting untuk diberikan kesempatan beristirahat yang cukup di antara
serangkaian latihan yang terus menerus.
Pedoman 3 : Beban Lebih yang Progresif
Program latihan pliometrik harus diberikan beban lebih yang resistif,
temporal dan spatial. Beban lebih memaksa otot-otot bekerja pada intensitas yang
tinggi. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian turun atau
jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh. Beban leboh yang tidak
tepat dapat mengganggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan cedera. Jadi,
dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan lebih yang resistif dari
gerakan-gerakan pliometrik tertentu dapat meningkatkan kekuatan tetapi tidak
meningkatkan power eksplosive. Beban yang dapat digunakan seperti bola medicine,
dumbbell, atau sekedar berat tubuh.
Pedoman 4 : Memaksimalkan Gaya dan Meminimalkan Waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam pliometrik dalam
berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan dimana suatu aksi tertentu dapat
dilakukan. Misalnya dalam nomor tolak peluru, sasaran utama adalah menggunakan
gaya maksimum selama gerak menolak. Makin cepat rangkaian aksi yang dilakukan,
maka makin besar gaya yang dihasilkan dan makin jauh jarak yang dicapai.
Pedoman 5 : Lakukan sejumlah Ulangan
Banyaknya ulangan atau repetisi berkisar antara 8 sampai 10 kali dengan
semakin sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan
untuk latihan-latihan yang lebih ringan. Banyaknya ulangan tidak hanya ditentukan
oleh intensitas latihan, tetapi juga oleh kondisi atlet, pelaksanaan tiap ulangan dan
nilai hasil. Mengingat latihan tersebut untuk meningkatkan reaksi syaraf, otot,
keekplosifan, kecepatan dan kemampuan untuk membangkitkan gaya (tenaga) kea
rah tertentu.
Pedoman 6 : Istirahat yang Cukup
Periode istirahat 1 – 2 menit disela-sela set biasanya sudah memadai untuk
sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan pliometrik untuk pulih
kembali. Periode istirahat yang cukup juga penting untuk pulih kembali. Periode
yang cukup juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk otot, ligamen dan
tendon. Latihan pliometrik 2 – 3 hari perminggu tampaknya dapat memberikan hasil
yang optimal.
Pedoman 7 : Bangun Landasan yang Kuat Terlebih Dahulu
Karena landasan kekuatan penting dan bermanfaat dalam pliometrik, maka
suatu program latihan beban harus dirancang untuk mendukung dan bukannya
menghambat pengembangan power eksplosive.
Pedoman 8 : Program Latihan Individualisasi
Untuk menghasilkan hasil yang terbaik, program latihan pliometrik dapat
diindividualisasikan, sehingga kita harus tahu apa yang dapat dilakukan oleh tiap-tiap
atlet dan seberapa banyak latihan yang dapat membawa manfaat. Banyak pemuka
dibidang olahraga manyarankan adanya tes-tes yang sederhana guna dijadikan
landasan untuk mengindividualisasikan latihan tersebut, sekalipun misalnya tes
tersebut tidak berdasarkan temuan penelitian yang memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Bentuk Latihan Pliometrik
Dalam latihan power otot tungkai menggunakan pliometrik, ada beberapa hal
bentuk latihan yang dapat digunakan, ini disesuaikan power otot yang akan dilatih.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah untuk melatih power otot tungkai yang
berhubungan dengan tendangan mae geri dalam karate. Bentuk latihan pliometrik
untuk otot-otot tungkai ada beberapa macam, ini tergantung dari gerakan yang
dilakukan. Diantaranya yang sesuai dengan bentuk-bentuk gerakan menendang
dalam karate adalah latihan pliometrik squat jump dan knee tuck jump.
7. Latihan Squat Jump
a. Pelaksanaan Latihan Squat Jump
Latihan squat jump merupakan latihan meloncat ke atas setinggi mungkin
dengan mengunci jari-jari tangan di belakang kepala. Latihan squat jump merupakan
dasar untuk mengembangkan power otot-otot flexors, quadriceps, gastrocnemius,
hamstrings, dan glutels serta dapat diterapkan pada berbagai cabang olahraga.
Penekanan utama dalam latihan squat jump ini adalah untuk mencapai ketinggian
maksimum. Adapun teknik pelaksanaan bentuk latihan pliometrik squat jump adalah
sebagai berikut:
1) Posisi awal
Ambillah sikap berdiri yang relaks, dan kaki selebar bahu. Jari-jari tangan
saling mengunci dan tempatka telapak tangan dibelakang kepala. Hal ini akan
meminimalkan keterlibatan gerakan lengan, sehingga hanya melibatkan tungkai dan
pinggul.
2) Pelaksanaan
Mulailah dengan posisi half-squat, kemudian loncatlah keatas setinggi
mungkin. Setelah mendarat, segera ulangi gerakan ini. Kerjakan latihan ini setinggi
mungkin. Gerakan ini dilakukan mulai dari 2 set dengan jumlah ulangan 15-30 kali
dan waktu istirahat 2 menit antar set. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 9. Latihan pliometrik squat jump(M. Furqon H., Muchsin Doewes, 2002:41)
b. Pengaruh Latihan Squat Jump
Latihan squat jump merupakan bentuk meloncat ke atas setinggi mungkin
dengan mengunci jari-jari tangan di belakang kepala. Latihan squat jump merupakan
bentuk latihan yang meningkatkan kecepatan dan kekuatan otot tungkai yang akan
menghasilkan eksplosif power dengan gerakan meloncat-loncat ke atas dan ke depan
dengan ke dua kaki yang sama dan dilakukan secara berulang-ulang. Dari bentuk
latihan squat jump diyakini berdasarkan kontraksi reflekss serabut-serabut otot
sebagai akibat pembebanan yang cepat (serabut-serabut otot yang sama). Reseptor
sensori utama yang bertanggung jawab atas pemanjangan serabut-serabut otot yang
cepat ini adalah muscle spindle. Reseptor peregangan yang lain adalah organ tendon
golgi yang memberikan kontraksi yang kuat dan atau peregangan otot. Jadi dalam
gerakan squat jump memiliki kedua reseptor yang berfungsi untuk reflekss. Yang
memberikan peningkatan pada kecepatan dan kekuatan otot tungkai.
Dalam gerakan squat jump tersebut otot-otot tungkai dituntut bekerja untuk
mengangkat tubuh untuk mendarat selanjutnya melompat kembali, sehingga otot-otot
tungkai harus dikerahkan semaksimal mungkin baik kekuatan maupun kecepatannya.
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Squat Jump
Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan pliometrik heavy bag thrust memiliki
kelebihan dan kelemahan.
1) Kelebihan Latihan Squat Jump
a) Latihan squat jump dapat meningkatkan kecepatan dan kekuatan yang dapat
menghasilkan power otot tungkai yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b) Dengan latihan squat jump dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa
karena menuntut kerja jantung bekerja secara maksimal.
c) Dari latihan squat jump yang mengarah pada cabang olahraga karate maka
latihan ini dapat meningkatkan kemampuan dalam menendang terutama
kecepatan dan kekuatan. Sehingga menghasilkan power yang baik pula.
2) Kelemahan Latihan squat jump
a) Gerakan squat jump cukup berat, sehingga gerakan yang sempurna akan sulit
dicapai.
b) Siswa akan merasa cepat lelah karena gerakannya yang cukup berat, sehingga
hasilnya akan kurang optimal.
8. Latihan Knee Tuck Jump
a. Pelaksanaan Latihan Knee Tuck Jump
Latihan knee tuch jump merupakan salah satu jenis latihan dari pliometrik.
Latihan knee tuch jump ini merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke depan
dengan kedua kaki diangkat tinggi ke depan dada. Latihan ini dapat dilakukan
dilapangan berumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam satu bentuk
rangkaian loncatan exsplosif yang cepat. Tujuan dari latihan ini adalah untuk
mengembangkan dan meningkatkan power otot-otot tungkai. Pelaksanaan dari
latihan Knee Tuch Jump ini adalah sebagai berikut:
1) Posisi Awal
Ambil sikap berdiri tegak lurus kaki selebar bahu. Tempatkan kedua telapak
tangan menghadap kebawah setinggi dada.
2) Pelaksanaan
Mulai dengan posisi quater-squat, kemudian loncatlah keatas dengan cepat.
Gerakkan lutut ke atas ke arah dada dan usahakan menyentuh telapak tangan. Setelah
mendarat, segeralah mengurangi gerakan ini. Gerakan ini dilakukan mulai dari 3 set
dengan jumlah ulangan 8 kali dan waktu istirahat 3 menit antar set. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 10. Latihan pliometrik knee-tuch jump(M. Furqon H., Muchsin Doewes, 2002:41)
b. Pengaruh Latihan Knee Tuch Jump
Latihan knee tuch jump merupakan bentuk latihan meloncat ke atas depan
dengan kedua kaki di angkat tinggi ke depan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Dari bentuk latihan knee tuch jump diyakini berdasarkan kontraksi refleks serabut-
serabut otot sebagai akibat pembebanan yang cepat (serabut-serabut otot yang sama).
Reseptor sensori utama yang bertanggung jawab atas pemanjangan serabut-serabut
otot yang cepat ini adalah muscle spindle. Reseptor peregangan yang lain adalah
organ tendon golgi yang memberikan kontraksi yang kuat dan atau peregangan otot.
Jadi dalam gerakan knee tuch jump memiliki kedua reseptor yang berfungsi untuk
reflekss. Yang memberikan peningkatan pada kecepatan dan kekuatan otot tungkai.
Dalam gerakan knee tuch jump tersebut otot-otot tungkai dituntut bekerja
untuk mengangkat tubuh untuk mendarat selanjutnya melompat kembali, sehingga
otot-otot tungkai harus dikerahkan semaksimal mungkin baik kekuatan maupun
kecepatannya.
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Knee Tuck Jump
Berdasarkan bentuk gerakan latihan knee tuch jump dapat diidentifikasikan
kelebihan dan kelemahannya.
1) Kelebihan Latihan Knee Tuch Jump
a) Latihan knee tuch jump dapat meningkatkan kecepatan dan kekuatan yang
dapat menghasilkan power otot tungkai yang baik.
b) Dengan latihan knee tuch jump dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa
karena menuntut kerja jantung bekerja secara maksimal.
c) Dari latihan knee tuch jump yang mengarah pada cabang olahraga karate
maka latihan ini dapat meningkatkan kemampuan dalam menendang terutama
kecepatan dan kekuatan. Sehingga menghasilkan power yang baik pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Kelemahan Latihan Knee Tuch Jump
a) Gerakan knee tuch jump cukup berat, sehingga gerakan yang sempurna akan
sulit dicapai.
b) Siswa akan merasa cepat lelah karena gerakannya yang cukup berat, sehingga
hasilnya akan kurang optimal.
d. Hal-hal yang harus Diperhatikan dalam Latihan Knee Tuch Jump
Dalam melakukan latihan knee tuch jump harus memperhatikan beberapa
hal, walaupun gerakan dalam latihan knee tuch jump terlihat tidak begitu berbahaya.
Tapi dengan program latihan yang tidak benar dapat menyebabkan suatu yang
merugikan siswa yang melakukan latihan. Menurut Bompa (1990:43) dalam
melakukan latihan pliometrik harus memperhatikan beberapa faktor berikut, antara
lain:
1) Umur dan perkembangan fisik atlet.2) Keterampilan dan teknik yang dilibatkan dalam latihan
pliometrik.3) Faktor pencapaian dasar dalam olahraga.4) Energi yang dibutuhkan dalam olahraga5) Tahap latihan tertentu dari program tahunan.6) Sesuai kebutuhan yang bertujuan tahap latihan jangka
panjang.
Selain itu penentu keberhasilan latihan pliometrik harus melihat beban
latihan yang dilakukan siswa. Penentuan intensitas latihan didasarkan pendapat
Jossef Nosseck (1982:81) bahwa “beban latihan untuk latihan kekuatan eksplosif dan
kecepatan dengan intensitas 30-50%, set 4-6, dengan interval istirahat per set 2-5
menit, sedangkan irama yang dilakukan cepat.
9. Latihan Berbeban
a. Pengertian Latihan Berbeban
Latihan berbeban merupakan suatu latihan yang dilakukan secara sistematis
dan kontinyu yang menggunakan beban tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Berkaitan dengan latihan berbeban Harsono (1988: 185) menyatakan, “Latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
berbeban adalah latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat
untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu”. Menurut Sudjarwo
(1993: 35) bahwa “weight training merupakan latihan yang sistematis dengan
beban/tahanan yang berupa badan sendiri/lawan atau dengan alat seperti barbell,
katrol dan lain sebagainya”. Manurut M. Furqon H. (1996: 1) bahwa, “Latihan
berbeban adalah suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian tertentu secara
sistematis pada berbagai otot tubuh”.
Berdasarkan pengertian latihan berbeban yang dikemukakan para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa, latihan berbeban adalah suatu bentuk latihan yang
memberikan pembebanan pada tubuh baik dengan alat atau pun tanpa alat untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan digunakannya beban tersebut dapat merangsang
fisiologis otot untuk beradaptasi dalam meningkatkan kekuatan otot. O’shea yang
dikutip M. sajoto (1995: 30) menyatakan:
Latihan berbeban mempunyai dua dasar fisiologis untuk mengembangkankekuatan secara maksimum yaitu, “(1) semua program latihan harusberdasarkan SAID (Specific Adaptation to Imposed Demands), latihantersebut hendaknya khusus sesuai dengan sasaran yang diinginkan. (2)Latihan harus diberikan berdasarkan prinsip overload. Prinsip ini menjaminagar sistem dalam tubuh mendapat tekanan besarnya beban makinmeningkat yang diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam memberikan latihan berbeban
harus didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang akan dikembangkan.
Sebagai contoh untuk meningkatkan power otot tungkai dalam olahraga karate,
latihan berbeban yang relevan adalah latihan untuk meningkatkan kekuatan anggota
gerak bawah khususnya otot-otot tungkai. Dalam pemberian beban latihan harus
dilakukan secara berulang-ulang lebih memungkinkan tubuh untuk beradaptasi
terhadap beban yang diberikan. Bentuk beban latihan yang dapat dipergunakan
dalam latihan bermacam-macam. Harsono (1988: 178) menyatakan, “Latihan-latihan
yang cocok untuk perkembangan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance
exercise) yaitu kita harus mendorong atau menarik suatu beban. Beban itu bisa
anggota tubuh kita sendiri ataupun beban atau bobot dari luar (external resistance)”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam memberikan beban latihan
dapat dilakukan dari dalam dan dari luar. Beban latihan dari dalam dapat berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
berat badan sendiri, mendorong atau menarik. Sedangkan beban dari luar dapat
berupa alat atau benda seperti barbel dan dumbel.
b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan Berbeban
Latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang efektif untuk
meningkatkan kekuatan. Dalam pelaksanaan latihan berbeban harus diperhatikan
beberapa hal penting. Suharno HP, (1985: 16) menyatakan, sebelum dosis beban
latihan yang akan diberikan kepada atlet ditetapkan perlu diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
1) Fisik yang mencakup jenis kelamin, kesehatan total dan kesegaranjasmani.
2) Kemampuan gerak yang meliputi unsur-unsur gerak fisik, penguasaanteknik dan taktik.
3) Mental yang meliputi segi kejiwaan, kepribadian dan kematangan juara.4) Sosial ekonomi yang mempengaruhi atlet.
Faktor-faktor tersebut sangat penting diperhatikan dalam pelaksanaan
latihan agar pelatih dapat menentukan dosis latihan yang tepat kepada atletnya. Hal
yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis latihan yang harus didasarkan pada
prinsip individual. Hal ini karena setiap individu mempunyai kemampuan yang
berbeda. Jika dalam pemberian dosis latihan yang tepat dan didasarkan kemampuan
individu, maka dosis latihan dapat dilaksanakan dengan baik oleh para atletnya.
Lebih lanjut Suharno HP. (1985: 17) cara menentukan dosis beban latihan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu, “(1) dengan cara uji coba dan (2) penentuan
intensitas dengan MR (Maximum Repeatition)”.
c. Prinsip-Prinsip Latihan Berbeban
Beberapa prinsip dan syarat latihan berbeban yang penting diperhatikan
adalah:
1) Bentuk-bentuk latihan warm-up itu adalah misalnya lari ditempat (atau lari
keliling, loncat-loncat, squat-thrust, push-ups, pull-ups, sit-ups, bungkuk dan
tegakkan badan, putar-putar tubuh, dan sebagainya. Setelah pemanasan senam ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
agar tubuh tidak terlalu kaget nanti, maka sebagai tambahan, angkat besi beberapa
kali dengan menggunakan bobot yang ringan.
2) Prinsip overload harus ditetapkan, oleh karana perkembangan otot hanyalah
mungkin apabila otot-otot tersebut dibebani dengan tahanan yang kian bertambah
berat. Latihan dengan bobot atau tahanan yang ringan, artinya yang terlalu ringan
bagi yang bersangkutan, tidak akan memperkembang kekuatan, beberapa sering atau
lama pun, atau sampai bagaimana capek pun otot – otot itu dikerjakan. Sebagaimana
dikatakan oleh Jarver (1969) yang dikutip oleh Harsono (1988) “…even thousands of
repetitions would not increase the strength of the muscle when the resistanceis too
light”. Memang, faktor overload ini merupakan faktor yang paling dominan dan
merupakan kunci dalam memperkembang kekuatan.
3) Sebagai patokan dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 dan tidak
kurang dari 8 RM (repetisi maksimal) untuk setiap bentuk latihan (exercise). Artinya,
pada permulaan latihan tentukanlah suatu beban yang cukup berat sehingga 8 repetisi
merupakan jumlah yang maksimal dapat kita lakukan untuk mengangkat beban
tersebut. Perlu diperhatikan bahwa kedelapan ulangan angkatan tersebut haruslah
dilakukan tanpa ketegangan yang berlebihan. Penentuan 8 RM tersebut dilakukan
melalui proses trial and error (coba – coba). Akan tetapi untuk mempermudah
menentukan beban permulaan tersebut dapat dipakai patokan sebagai berikut:
a) Untuk bentuk-bentuk latihan seperti press, rowing, high pull dan
sebagainya mempergunakan beban yang beratnya kira-kira sepertiga dari
berat badan.
b) Untuk curls dan triceps stretch kira-kira seperempat berat badan.
c) Untuk bench press dapat dipergunakan beban 5 kg lebih berat dari
seperempat berat badan.
d) Bentuk-bentuk latihan untuk tungkai dan punggung dapat
mempergunakan beban patokan kira-kira setengah berat badan kita.
Dengan sendirinya beban-beban tersebut haruslah disesuaikan tentu akan
cocok bagi setiap individu atlet.
d. Penyusunan Program Latihan Berbeban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Untuk melaksanakan latihan berbeban sebaiknya disesuaikan dengan
program latihan yang telah disusun, supaya hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Menurut Sajoto (1995:33-55) hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan
latihan adalah : “ 1) Jumlah beban, 2) Repetisi dan set, 3) Frekuensi dan lama
latihan”.
1) Jumlah Beban
Beban latihan untuk meningkatkan kekuatan menurut Suharno yang dikutip
Andi Suhendro (2004:4.6) sebagai berikut :
Volume beban latihan 4-6 set/ satu unit latihan
Intensitas 40-60% dari kemampuan maksimal atau diambil 1 / 3 berat badan
atlet
Ulangan angkatan per set tidak boleh lebih dari 50% kemampuan maksimum
repetisi
Recovery antara set 2 - 3 menit
Tiap angkatan merupakan satu gerakan yang selaras dan utuh dengan gerakan
cepat
2) Repetisi dan Set
Repetisi adalah ulangan angkatan beban yang dilakukan. Set adalah suatu
rangkaian kegiatan dari satu repetisi”. Repetition maksimum (RM) adalah beban
maksimal yang dapat diangkat oleh otot atau kelompok otot beberapa kali sebelum
kelelahan. Latihan untuk meningkatkan power menurut Harsono (1998:191)
dilakukan antara “12-15 repetisi”. Sedangkan waktu istirahat tiap set menurut
Harsono (1998:189) “antara 3-5 menit”. Menurut Nosseck (1982:81) latihan untuk
meningkatkan power tungkai adalah “intensitas 30-50%, repetisi 6-12 antara 4-6 set,
interval istirahat 2-5 menit dengan irama latihan cepat dan eksplosif. Menurut
pendapat M. Sajoto (1995:34) latihan dengan beban dilakukan dengan “8-12 repetisi
untuk 3-5 set”.
3) Frekuensi dan Lama latihan
Menurut Harsono (1998:194) ”Weight training sebaiknya dilakukan 3 kali
dalam satu minggu dan diselingi dengan 1 hari istirahat untuk memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kesempatan otot unutk berkembang”. Lama latihan untuk weight training dilakukan
selama 6 minggu atau lebih dapat meningkatakan kekuatan secara signifikan.
e. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Power Otot Tungkai dalam
Karate
Pada olahraga karate terdapat power asiklik dan siklik. Berdasarkan hal itu
untuk menentukan latihan berbeban dengan tujuan meningkatkan kemampuan otot
tungkai menurut Bompa (1994:281) sebagai berikut:
Volume latihan dalam satu sesi 4 – 6 set Intensitas power siklik 30 – 50% Jumlah ulangan pada satu set 10 – 20 kali Recovery antar set 3 – 5 menit Irama yang digunakan mengangkat beban irama cepat
Berdasarkan pada prinsip beban lebih, maka intensitas beban pada tiap
minggu akan ditambah.
10. Latihan Leg Press
a. Pelaksanaan Latihan Leg Press
Latihan Leg Press merupakan salah satu jenis latihan weight machines atau
latihan berbeban yang menggunakan sebuah mesin. Latihan berbeban menggunakan
sebuah mesin merupakan latihan tahanan tetap yang sistematis dimana beban dipakai
sebagai alat untuk menahan kekuatan otot untuk mencapai tujuan tertentu. Pada
mesin dengan menggunakan sebuah roda atau cam membuat berfungsi sebagai
pengumpil yang bergerak. Ketika kabel atau rantai mencapai puncak dari cam, jarak
antara titik gerak pengumpil dan tumpukan beban berubah-ubah untuk menghasilkan
tegangan yang lebih konsisten pada otot.
Latihan Leg Press merupakan salah satu latihan berbeban untuk
mendapatkan kekuatan dan kecepatan pada otot tungkai. Latihan leg press
menggunakan mesin leg press jenis puli, pivot atau cam. Menurut Baechle
(1997:140):
Fase persiapan dimulai dengan mengatur tempat duduk menjadi 90 derajatatau kurang pada kedua lutut. Pelaksanaan fase gerakan kedepan dimulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dengan mendorong kedua kaki dan lutut terentang penuh denganmempertahankan posisi tegak, pelaksanaan gerakan mundur dengan menarikkaki kearah tubuh tanpa pantat terangkat.
Otot yang berfungsi pada latihan Leg Press adalah sebagai berikut :
Quadriceps
Hamstrings
Gluteus maximus
Calfs
Pelaksanaan latihan leg press adalah sebagai berikut :
1) Persiapan
Tubuh bagian atas tegak bersandar pada sandaran, kedua kaki tertekuk 90
derajat atau kurang, kedua kaki sejajar dan datar pada permukaan pedal, kedua
lengan lurus memegang handrail.
2) Gerakan ke depan
Mendorong pedal sampai kedua lutut lurus, tubuh bagian atas dijaga agar
tetap tegak, jangan mengunci kedua lutut, hindarkan tubuh berputar saat mendorong
keluar, keluarkan nafas saat mendorong ke depan.
3) Gerakan ke belakang
Dengan perlahan-lahan mengembalikan kaki pada posisi menekuk pada 90
derajat atau kurang, tubuh dijaga agar tetep tegak, menarik nafas pada saat lutut
mulai ditekuk.
Gambar 11. Latihan leg pressThomas R. Baechle., Barney R. Groves (2003: 141)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Kesalahan Pada Latihan Leg Press
Sebagian besar kesalahan yang diartikan dengan leg press termasuk
kecepatan saat mendorong dan menekuk serta mengunci kedua lutut. Ada
kecenderungan untuk mendorong terlalu cepat, menyebabkan kedua lutut
direntangkan secara berlebihan yang memungkinkan terjadinya cedera pada lutut.
Kesalahan umum lainnya dengan membiarkan beban jatuh bebas kembali ke posisi
semula. Untuk memperbaiki kesalahan adalah dengan perlahan-lahan meluruskan
lutut lalu menekuk kembali lutut secara perlahan-lahan dan terkendali sehingga
beban menyentuh bukan membentur pada tumpukan beban.
c. Pengaruh Latihan Leg Press
Dengan melakukan latihan leg press dengan kuat dan irama yang cepat
dapat meningkatkan kemampuan tendangan mae geri, karena otot-otot akan
mengalami hambatan yang lebih besar. Dengan hambatan yang besar akan
meningkatkan power otot tungkai. Dengan adanya power pada otot tungkai maka
akan meningkatkan kekuatan dan kecepatan pada otot tungkai, sehingga kemampuan
teknik menendang akan lebih baik.
11. Latihan Leg Extension
a. Pelaksanaan Latihan Leg Extension
Latihan leg extension merupakan salah satu jenis dari latihan berbeban atau
latihan beban. Latihan berbeban itu sendiri adalah latihan-latihan yang sistematis
dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna
mencapai tujuan tertentu, seperti memperbaiki kondisi fisik, kesehatan, kekuatan,
prestasi dalam suatu cabang olahraga. Sedangkan latihan leg extension adalah salah
satu latihan beban untuk mendapatkan kekuatan dan kecepatan terutama pada otot-
otot tungkai dan beban merupakan daftar pokok dalam latihan ini.
Latihan leg extension ini dilakukan dengan cara membebani organ tubuh
dengan suatu barbell yang intensitas, frekuensi dan lama latihan dapat menimbulkan
suatu efek latihan yaitu berupa peningkatan kekuatan dan kecepatan, terutama pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
otot-otot tungkai seperti: gluteus, maximus, bicep femoris, semitendinosus,
gastroonemius, soleus, quadriceps femoris.
Dengan latihan lex extension kemampuan dan kekuatan otot meningkat
sehingga kecepatan dapat meningkat pula. Adapun pelaksanaan latihan berbeban lex
extension sebagai berikut:
1) Posisi awal
Latihan ini dapat dilakukan dengan sebuah sepatu besi dan alat perentang
kaki. Posisi awal pada latihan ini adalah posisi dan lutut dilenturkan.
2) Gerakan
Rentangkan kaki panjang-panjang dan tahan posisi ini sampai hitungan 2
dan 3, kemudian kembali secara pelan-pelan seperti posisi awal. Rentangkan kaki
serta punggung, betul-betul diperhatikan untuk mencegah serta sebagai usaha untuk
menghindari kecelakaan lutut. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut:
Gambar 12. Latihan leg extensionM. Sajoto (1995: 110)
b. Pengaruh Latihan Leg Extension
Berdasarkan pelaksanaan dari latihan leg extension, latihan leg extension
dapat meningkatkan kemampuan menendang. Dengan cara melakukan gerakan
dengan kuat dan irama gerakan yang cepat, sehingga otot-otot akan mengalami
hambatan yang lebih besar. Dengan hambatan yang besar akan meningkatkan power
tungkai yang lebih baik juga, dengan adanya power tungkai maka akan
meningkatkannya kekuatan dan kecepatan pada tungkai pula. Karena menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pendapat dari Harsono (1982) bahwa power adalah hasil dari kekuatan (force/gaya)
dan velocity (kecepatan)”
Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan dengan latihan leg
extension akan meningkatkan kemampuan otot terutama kekuatan otot tungkai dan
kecepatan otot tungkai sehingga dengan latihan leg extension juga dapat
meningkatkan kecepatan dalam menendang. Selain itu juga ada kelebihan yang lain
dalam melakukan latihan leg extension yaitu meningkatkan kesegaran jasmani karena
menuntut kerja jantung bekerja secara optimal.
c. Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalam Latihan Leg Extension
Walaupun latihan leg extension merupakan latihan yang cukup sederhana
tetapi apa bila cara melakukannya tanpa sesuai dengan aturan maka yang akan
dicapai adalah cidera. Jadi seorang pelatih harus memperhatikan dengan cermat dan
seksama memperhitungkan dengan tepat beban yang harus dilakukan oleh atlet.
Suharno H.P. (1993:50) memberikan cara dalam menentukan besar beban/bahan
yang dilakukan dalam melakukan latihan leg extension yang bertujuan pada
peningkatan kecepatan otot yaitu: (1) volume beban latihan 4-6 set, (2) intensitas
beban latihan 40-60% dari kemampuan beban maksimal, (3) repetisi (ulangan) per
50% kebawah dari MR (Maksimum Repetisi) kemampuan atlet, (4) recovery 2-3
menit antar giliran satu dan yang lain.
Latihan leg extension rawan dengan cedera jika dilakukan dengan
sembarangan. Latihan kekuatan dengan beban harus dilakukan dengan hati-hati,
apalagi jika diberikan pada pemula atau atlet usia muda, mengingat sampel yang
dipakai adalah usia 15-19 tahun yang masih memiliki tulang yang lunak dan belum
sempurna perkembangannya dan juga sendi-sendi anak usia muda belum tumbuh
secara sempurna serta belum stabil. Harsono (1988:207) menerangkan bahwa latihan
beban cukup aman apabila dimulai umur 14 tahun”.
Harsono (1988: 195-196) memberikan petunjuk pengaman penggunaan
peralatan latihan berbeban sebagai berikut:
1) Barbel (bobot-bobot besi) harus diteliti sehingga tidak mungkin bergeser-geser,karena itu untuk kunci penahan harus kencang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Sikap permulaan adalah penting, perhatikan bahwa pada waktu mengangkatbeban dari lantai, kepala, bahu, pungung harus lurus dan pinggang rendah.
3) Tiap bentuk latihan harus dilakukan dengan gerakan benar.4) Atlet harus belajar untuk secara sadar merilekskan otot-otot yang tidak bekerja.5) Motivasi atlet merupakan faktor yang sangat penting.6) Konsentrasi adalah penting untuk mampu mengeluarkan tenaga maksimal.7) Gerakan harus smooth dan penuh tenaga, bukan mendadak atau kaku.8) Setelah setiap set, istirahat sebentar sambil meregangkan otot-otot yang baru
bekerja.9) Setiap berlatih catatlah jumlah beban yang diangkat dan repetisi yang telah
dilakukan.10) Setiap kali berlatih sebaiknya tidak lebih dari 12 bentuk latihan.11) Tidak perlu risau apabila dirasakan perkembangan latihan tidak lancar.12) Setiap session latihan sebaiknya diakhiri dengan latihan peregangan statis dan
latihan relaksasi.
Petunjuk tentang cara memberikan beban dan pelaksanaan latihan leg
extension tersebut penting untuk dipahami oleh seorang pelatih. Kesalahan dalam
pemberian beban latihan dan kurangnya pengetahuan keselamatan latihan leg
extension akan berdampak buruk pada atletnya. Oleh karena itu, petunjukpetunjuk
seperti yang diterangkan diatas harus diperhatikan lebih cermat dan seksama dalam
latihan leg extension.
12. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian ini adalah
penelitian:
1. Pramono (2005) dalam tesisnya yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Latihan
Pliometrik dan Kelincahan Terhadap Kecepatan Menendang pada Karateka
SLTP Al Islam 1 Surakarta”, menyimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan
pengaruh yang signifikan antara hasil plyometrics (skip jumps dan squat jumps)
terhadap kecepatan menendang mae geri cudan (Fo = 10,98831 > Ft = 4,11). (2)
Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara tinggi dan rendahnya kelincahan
terhadap kecepatan menendang mae geri cudan (Fo = 7,62712 > Ft = 4,11). (3)
Terdapat interaksi antaralatihan Plyometrics dengan tinggi rendahnya kelincahan
terhadap kecepatan menendang mae geri cudan . secara keseluruhan Metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
latihan skip jumps mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi
kecepatan menendang mae geri cudan (KF2 = 0,049 > KE1 = 0,037).
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Pramono dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian tersebut menggunakan latihan
pliometrik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kecepatan menendang mae geri.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Pramono dengan penetitian
yang peneliti lakukan adalah pada penelitian Pramono meneliti perbedaan pengaruh
antara latihan pliometrik dan kelincahan terhadap kecepatan menendang.
B. Kerangka Berpikir
Unsur kondisi fisik yang menunjang dalam olahraga karate seperti kekuatan
(strength), kecepatan (speed), daya ledak (power), daya tahan (endurance),
kelentukan (fleksibilitas), koordinasi (coordination). Untuk mampu melakukan
teknik yang baik agar keras dan cepat sehingga nantinya akan sulit dibendung oleh
lawan, dibutuhkan kondisi fisik yang baik juga. Salah satunya adalah power otot
tungkai untuk menunjang kualitas teknik tendangan dari karateka.
Pliometrik dan latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang berkaitan
dengan komponen fisik dalam olahraga karate, khususnya kekuatan otot tungkai.
Kemampuan tendangan adalah suatu teknik tendangan yang dilakukan dengan kuat
dan cepat pada sasaran atau target dengan tujuan untuk memperoleh nilai teknik yang
semnpurna. Sedangkan untuk melakukan teknik tendangan yang baik agar dapat
masuk pada kriteria pengambilan poin, maka teknik tendangan harus cepat, kuat dan
tepat sasaran.
Pelaksanaan kedua latihan ini apabila dilaksanakan dengan tepat dan benar
akan mempercepat peningkatan power otot tungkai pada karateka, karena latihan ini
telah memenuhi kriteria kekhususan latihan yang didasarkan pada cabor karate.
Selain itu gerakan-gerakan yang dilakukan dalam karate juga menggunakan sistem
energi anaerobik alaktik ATP-PC, sebab waktu kerja hanya memerlukan waktu
maksimal 10 detik. Hal ini sesuai dengan cirri-ciri sistem energi anaerobik alaktik
yaitu: (1) intensitas kerja maksimal, (2) lama kerja 10 detik, (3) irama kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
eksplosif, (4) aktifitas menghasilkan adenosine diposphat (ADP + energi)
(Sukadiyanto, 2005: 35).
Pada kenyataannya, karate memerlukan unsur kondisi fisik yang baik.
Seperti kelincahan, kecepatan, kekuatan, dan daya tahan. Semakin baik komponen
biomotor yang dimiliki seorang karateka semakin besar pula kemungkinan untuk
meraih poin dan memenangkan pertandingan. Jika seorang karateka tidak memiliki
komponen biomotor yang baik, maka berakibat pada teknik yang buruk dan kesulitan
untuk memperoleh poin. Seperti yang tercantum dalam peraturan pertandingan karate
WKF (2009: 10) “Satu teknik yang buruk tetap buruk, tanpa menghiraukan dimana
dan bagaimana teknik itu dilakukan. Teknik yang tidak efisien dalam bentuk yang
baik atau yang dilakukan dengan kurang tenaga akan tidak menghasilkan skor”.
Unsur kondisi fisik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
pencapaian prestasi cabang olahraga karate. Untuk itu diperlukan latihan secara
intensif dengan metode dan bentuk yang sesuai dengan karakteristik karate. Latihan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai dalam karate
diantaranya adalah dengan latihan fisik yang mendukung dalam teknik-teknik yang
menggunakan tungkai. Bentuk latihan tersebut diantaranya adalah latihan pliometrik
dan latihan berbeban.
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik dan Latihan Berbeban Terhadap
Kemampuan Tendangan Mae Geri
Latihan pliometrik dan latihan berbeban merupakan latihan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai. Dari kedua metode latihan
tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Pola gerakkan latihan pliometrik
sebagian besar mengikuti konsep power chain (rantai power) yang akan berlanjut
pada kecepatan dalam menendang, karena semakin besar powernya maka semakin
cepat menendang pula. Sedangkan latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang
memberikan pembebanan pada tubuh dengan menggunakan barbell yang bertujuan
meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan otot tungkai.
Perbedaan karakteristik dari metode latihan pliometrik dan latihan berbeban,
tentunya akan berdampak pada perubahan kemampuan otot anggota gerak bawah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sehingga akan berpengaruh pula pada kemampuan menendang terutama lebih
khususnya adalah dalam kemampuan tendangan mae geri.
Sedangkan latihan pliometrik itu sendiri adalah latihan-latihan atau ulangan
yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk
menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam
menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau latihan refleks regang
untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif.
Dalam gerakan latihan pliometrik tersebut otot-otot tungkai dituntut bekerja
untuk mengangkat tubuh untuk mendarat selanjutnya melompat kembali, sehingga
otot-otot tungkai harus dikerahkan semaksimal mungkin baik kekuatan maupun
kecepatannya.
Kelebihan latihan ini antara lain: dapat meningkatkan kecepatan dan
kekuatan yang dapat menghasilkan power otot tungkai yang baik, dengan latihan
dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa karena menuntut jantung untuk bekerja
secara maksimal, dari latihan yang mengarah pada cabang olahraga karate maka
latihan ini dapat meningkatkan kemampuan dalam menendang terutama kecepatan
dan kekuatan sehingga menghasilkan power yang baik pula.
Disamping kelebihan tersebut, latihan pliometrik juga memiliki kelemahan
sebagai berikut: gerakan pliometrik cukup berat, sehingga siswa akan merasa cepat
lelah.
Sedangkan latihan berbeban yang diterapkan dalam penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan tendangan mae geri. Pelaksanaan latihan berbeban
dalam penelitian ini dilakukan dengan irama cepat dan beban yang ringan.
Diharapkan dari latihan yang intensitas, frekuensi dan lama latihan dapat
menimbulkan suatu efek latihan yaitu berupa peningkatan kekuatan dan kecepatan,
terutama pada otot-otot tungkai. Dengan latihan-latihan berbeban kemampuan dan
kekuatan otot meningkat sehingga kemampuan menendang dapat meningkat pula.
Latihan berbeban mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu. Dengan cara
melakukan gerakan dengan kuat dan irama gerakan yang cepat, otot-otot akan
mengalami hambatan yang lebih besar. Dengan hambatan yang besar akan
meningkatkan power tungkai yang lebih baik juga, dengan adanya power tungkai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
maka akan meningkatkan kekuatan dan kecepatan pada tungkai pula. Selain itu dapat
meningkatkan kesegaran jasmani siswa, karena dalam melakukan latihan menuntut
kerja jantung.
Selain melihat beberapa kelebihan dari latihan berbeban, ada beberapa
kelemahan dari latihan berbeban antara lain: beban latihan akan dirasakan berat dan
dapat menimbulkan over training atau cidera dalam latihan. Siswa akan cepat lelah
dan gerakan tidak sempurna, sehingga power otot tungkai tidak akan berkembang
secara optimal dan juga kecepatan ototnya.
Dari kelebihan dan kelemahan latihan pliometrik dan latihan berbeban,
diduga akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap hasil penelitian.
2. Latihan yang Lebih Baik Pengaruhnya Antara Latihan Pliometrik dan
Latihan Berbeban Terhadap Kemampuan Tendangan Mae Geri
Latihan pliometrik memiliki kelebihan antara lain: dapat meningkatkan
kecepatan dan kekuatan yang dapat menghasilkan power otot tungkai yang baik,
dengan latihan dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa karena menuntut
jantung untuk bekerja secara maksimal, dari latihan yang mengarah pada cabang
olahraga karate maka latihan ini dapat meningkatkan kemampuan dalam menendang
terutama kecepatan dan kekuatan sehingga menghasilkan power yang baik pula,
kelemahan latihan ini adalah gerakan pliometrik cukup berat, sehingga siswa akan
merasa cepat lelah.
Latihan berbeban mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu. Dengan cara
melakukan gerakan dengan kuat dan irama gerakan yang cepat, otot-otot akan
mengalami hambatan yang lebih besar. Dengan hambatan yang besar akan
meningkatkan power tungkai yang lebih baik juga, dengan adanya power tungkai
maka akan meningkatkan kekuatan dan kecepatan pada tungkai pula. Selain itu dapat
meningkatkan kesegaran jasmani siswa, karena dalam melakukan latihan menuntut
kerja jantung.
Selain melihat beberapa kelebihan dari latihan berbeban, ada beberapa
kelemahan dari latihan berbeban antara lain: beban latihan akan dirasakan berat dan
dapat menimbulkan over training atau cidera dalam latihan. Siswa akan cepat lelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dan gerakan tidak sempurna, sehingga power otot tungkai tidak akan berkembang
secara optimal dan juga kecepatan ototnya.
Berdasarkian perbedaan kelebihan dan kelemahan latihan pliometrik dan
latihan berbeban menunjukkan bahwa latihan pliometrik lebih baik pengaruhnya
terhadap peningkatan power otot tungkai pada karateka, karena latihan pliometrik
dapat menghasilkan gerakan-gerakan yang eksplosif sehingga dapat meningkatkan
kecepatan dan kekuatan otot tungkai. Maka diduga latihan pliometrik lebih baik
pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan tendangan mae geri.
Latar Belakang
Karateka putra FORKIKabupaten Batang tahun 2012
Penerapan bentuk latihanuntuk meningkatkan
kemampuan tendangankurang maksimal
Kemampuantendangan karateka
masih rendah
latihan untukmeningkatkan
power otot tungkaiyang diterapkanbelum maksimal
Tendangan mudahditangkis lawan dan sering
tidak tepat sasaran
Meningkatkan kemampuantendangan
LatihanPliometrik
LatihanBerbeban
Latihan manakah yang lebih baikpengaruhnya untuk meningkatkan
kemampuan tndangan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Hipotesis
Berdasarkan tijauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan pliometrik dan latihan berbeban terhadap
kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI Kabupaten Batang tahun
2012.
2. Latihan pliometrik mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap terhadap
kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI Kabupaten Batang tahun
2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pengambilan tes awal, tes akhir dan latihan pliometrik dilaksanakan di dojo
(tempat latihan) FORKI Kabupaten Batang, Jalan Veteran No. 1. Sedangkan latihan
berbeban dilaksanakan di BENNO MUSCLE FITNESS & AEROBIK, Jalan
Yosudarso No. 10 Proyonanggan Utara Kabupaten Batang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2012, dengan
frekuensi latihan tiga kali latihan pliometrik dan tiga kali latihan berbeban seminggu,
yaitu latihan pliometrik dilaksanakan hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan latihan berbeban
hari Senin, Rabu dan Jum’at, selama enam minggu. Hal ini sesuai pendapat M.
Sajoto (1995: 35) bahwa, “Para pelatih dewasa ini setuju untuk menjalankan program
latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama
latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih”. Diawali dengan tes
awal taggal 17 Juni 2012, selanjutnya diberikan perlakuan (treatment) dari tanggal
19 Juni 2012 sampai dengan tanggal 29 Juli 2012, dan diakhiri dengan tes akhir
tanggal 31 Juli 2012. Jadi penelitian ini dilakukan dalam waktu 38 hari.
B. Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Tujuan penelitian
eksperimen adalah meneliti ada tidaknya hubungan sebab – akibat serta besarnya
hubungan tersebut dengan cara memberikan perlakuan terhadap kelompok
eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok yang diberi
perlakuan yang berbeda (Sugiyanto, 1994: 21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam peneltian ini adalah “Pretest-Posstest Design” secara
skematis gambar rancangan penelitian adalah sebagai berikut:
K 1 Treatment A Posstest
R Pretest MSOP
K 2 Treatment B Posstest
Keterangan:
R = Random
Pretest = Tes awal
MSOP = Matched Subjek Ordinal Pairing
K 1 = Kelompok 1
K 2 = Kelompok 2
Treatment A = Latihan pliometrik
Treatment B = Latihan berbeban
Posstest = Tes akhir
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kemampuan tendangan
mae geri yang diukur dengan cara tes dan pengukuran kemampuan tendangan dalam
pencak silat, peneliti menggunakan cara ini dikarenakan analisis gerakan tendangan
dalam pencak silat sama dengan analisis gerakan tendangan dalam karate, selain itu
cara pengukuran ini sebelumnya telah digunakan dalam karate. Petunjuk pelaksanaan
tes terlampir.
Setelah tes awal, kemudian hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang
memiliki kemampuan setara dipasang-pasangkan secara ordinal ke dalam kelompok
1 (K 1) dan kelompok 2 (K 2). Dengan demikian kedua kelompok yang diberi
perlakuan tersebut merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat
perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan.
Adapun teknik pembagian kelompok secara ordinal pairing menurut Sutrisno Hadi
(1989: 485) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10 dan seterusnya
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah karateka putra dojo FORKI Kabupaten
Batang tahun 2012 yang berjumlah 20 karateka.
D. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes
kemampuan tendangan mae geri dengan melakukan gerakan tendangan mae geri
sebanyak-banyaknya dan dalam waktu yang singkat, yaitu 10 detik. Pelaksanaannya
adalah atlet bersiap-siap berdiri dibelakang sandsak atau target (punch box) dengan
satu kaki tumpu berada dibelakang garis sejauh 60 cm, pada saat aba aba “ya”, atlet
melakukan tendangan dengan kaki kanan dan kiri kembali ke posisi awal dengan
menyentuh lantai yang berada dibelakang garis, secepat-cepatnya dan sebanyak-
banyaknya selama 10 detik. Pelaksanaannya dapat dilakukan tiga kali dan diambil
jumlah yang terbaik dengan ketinggian sandsak/target 100 cm. Petunjuk pelaksanaan
tes terlampir.
E. Validasi Instrumen Penelitian
Agar data yang digunakan menghasilkan data yang tepat dan teliti (valid),
maka dalam penelitian ini dipilih tes yang sudah baku. Tes kemampuan tendangan
yang digunakan dalam penelitian ini telah dibakukan oleh IPSI, dengan jenis
validitasnya validitas isi. Penulis menggunakan tes ini dikarenakan analisis gerakan
tendangan pencak silat sama dengan analisis gerakan tendangan dalam karate, karena
dalam karate sendiri belum ada tes untuk mengukur kemampuan tendangan dan
sebelumnya jg digunakan tes ini untuk mengukur kemampuan tendangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
F. Analisis Data
1. Mencari Reliabilitas
Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B. (2010:46-49)
sebagai berikut: R = −Keterangan:
R = Koefisien reliabilitas
MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSw = Jumlah rata-rata anta kelompok
2. Uji Prasarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat
tersebut sebagi berikut:
a. Uji Normalitas
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors
dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut:
1) Pengamatan x1, x2,.......xn dijadikan bilangan baku baku z1, z2,.....zn dengan
menggunakan rumus: Z =Keterangan:
x = Dari variabel masing-masing sampelx = Rata-rata
S = Simpangan baku
2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan data distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z≤zi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,……, zn yang lebih kecil atau sama dengan
zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi).
Maka S( ) = , ,…,5) Menghitung selisih F ( ) - S( ) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo. Rumusnya:Lo = F( ) − S( )Kriteria:
Lo ≤ Ltab = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Lo > Ltab = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang lebih
besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (1982: 386) rumusnya
adalah : F : = SD bsSD ktKeterangan:
Fdbvb:dbvk = derajat kebebasan KE1 dan KE2
SD2bs = standard deviasi KE1
SD2kt = standard deviasi KE2
G. Uji Perbedaan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Perbedaan dari
Sutrisno Hadi (1995 : 457) sebagai berikut:
t = M∑ dN(N − 1)Keterangan:
t = nilai uji perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Md = mean perbedaan dari pasangan∑ d = jumlah deviasi kuadrat tiap sampeldari mean perbedaan
N = jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut:M = |∑ |NKeterangan:
D = perbedaan masing-masing subyek
N = jumlah pasangan
Untuk menghitung presentase peningkatan kecepatan tendangan mae geri
antara latihan pliometrik dan latihan berbeban menggunakan rumus sebagai berikut:prosentase peningkatan = mean differentmean pretest × 100%mean different = mean posttest – pretest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IVHASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dilakukan tes kemampuan
tendangan mae geri. Data yang dikumpulkan terdiri dari tes awal secara keseluruhan,
kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok 1 dengan
perlakuan latihan pliometrik dan kelompok 2 dengan perlakuan latihan berbeban,
serta data tes akhir masing-masing kelompok. Data tersebut kemudian dianalisis
dengan statistic t-test seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data
secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Deskripsi data hasil tes kemampuan tendangan mae geri pada kelompok 1dan kelompok 2
Kelompok Tes NHasil
Terendah
Hasil
TertinggiMean SD
Kelompok 1Awal 10 7 13 9,200 1,619
Akhir 10 9 15 11,800 1,619
Kelompok 2Awal 10 8 12 9,300 1,252
Akhir 10 9 13 11,000 1,247
Untuk mengetahui tingkat keajekan hasil tes dilakukan uji reliabilitas. Tes
yang dilakukan terdiri dari tes awal dan tes akhir kemampuan tendangan mae geri.
Hasil uji reliabilitas data kemudian dikategorikan, dengan menggunakan pedoman
tabel koefisien korelasi dari Kirkendall D.R, Guber J .J Johnson R.E (1987 :61),
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Reliabilitas
Tinggi sekali 0.90 - 1.00
Tinggi 0.80 - 0.89
Cukup 0.60 - 0.79
Kurang 0.40 - 0.59
Tidak Signifikan 0.00 - 0.39
Adapun hasil uji reliabilitas data kemampuan tendangan mae geri pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Tendangan mae geri
Variabel Reliabilitas Kategori
a. Tes awal kemampuan
tendangan mae geri0.952 Tinggi Sekali
b. Tes akhir kemampuan
tendangan mae geri0.946 Tinggi Sekali
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan
uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data tes
awal kemampuan tendangan mae geri. Uji normalitas data dalam penelitian ini
digunakan liliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal
pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Tes Kelompok N Mean SD L hitung Ltabel 5%
Tes Awal Kelompok 1 10 9,200 1,619 0,2478 0.258
Tes Akhir Kelompok 2 10 11,000 1,247 0,1881 0.258
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 diperoleh
nilai Lhitung = 0,2478. Nilai tersebut lebih kecil dari angka penerimaan hipotesis nol
pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data pada kelompok 1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji
normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 diperoleh hilai Lhitung = 0,1881. Nilai
tersebut lebih kecil dari angka penerimaan hipotesis nol pada taraf signifikansi 5%
yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 2
termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari
kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka
apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbadaan, maka perbedaan tersebut
disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara
kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Kelompok N SD2 Fhitung Ftabel 5%
Kelompok 1 10 2,3600000,597 3,179
Kelompok 2 10 1,410000
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung=
0,597. Sedangkan db= 9 lawan 9, angka Ftabel= 3,179, ternyata nilai Fhitung= 0,597
lebih kecil dari Ftabel5%= 3,179. Karena Fhitung < Ftabel5%, maka hipotesis nol diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki
varians yang homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
C. Pengujian Hipotesis
1. Perbedaan pengaruh latihan pliometrik dan latihan berbeban terhadap
kemampuan tendangan mae geri.
Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan,
diperoleh nilai t antara tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 sebesar 0,5571
sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,228. Ternyata thitung lebih kecil
ttabel, yang berarti hipotesis diterima. Dengan demikian kelompok 1 dan kelompok 2
sebelum diberi perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan. Antara kelompok 1
dan kelompok 2 berangkat dari titik tolak kemampuan tendangan mae geri yang
sama.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 = 15,9217. Sedangkan
ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,228. Ternyata thitung > ttabel, yang berarti
hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1. Yang berarti
kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan tendangan mae geri yang disebabkan
oleh treatment (perlakuan) yang diberikan, yaitu latihan pliometrik. Dalam latihan ini
altet dituntut untuk melakukan latihan pliometrik secara berulang-ulang dengan
irama yang cepat karena akan menyebabkan peningkatan kemampuan tendangan mae
geri menjadi lebih baik.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 sebesar 11,1291.
Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,228. Ternyata thitung > ttabel, yang
berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. Yang
berarti kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan tendangan mae geri yang
disebabkan oleh treatment (perlakuan) yang diberikan, yaitu latihan berbeban. Dalam
latihan ini atlet dituntut melakukan latihan berbeban secara berulang-ulang dengan
irama yag cepat karena akan menyebabkan peningkatan kemampuan tendangan mae
geri.
Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap tes akhir pada kelompok 1
dan 2, diperoleh nilai thitung sebesar 3,2071. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
5% sebesar 2,228. Ternyata thitung > ttabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan selama 6 minggu,
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok
1 dan kelompok 2. karena sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok berangkat
dari titik tolak yang sama, maka perbedaan tersebut adalah karena pengaruh dari
perlakuan yang diberikan.
Dalam pelaksanaan latihan bahwa pengaruh perlakuan (latihan) adalah
bersifat khusus, sehingga perbedaan karakteristik perlakuan dapat menghasilkan
pengaruh yang berbeda pula. Perlakuan yang diberikan selama latihan merupakan
stimulus yang akan memperoleh respon dari pelaku. Dalam penelitian ini kelompok
1 dan kelompok 2 diberikan perlakuan (treatment) dengan bentuk latihan yang
berbeda. Perbedaan latihan yang diberikan selama proses latihan, akan mendapat
respon yang berbeda pula dari subyek, sehingga dapat memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pembentukan kemampuan pada subyek penelitian. Oleh karena itu,
kelompok yang diberikan perlakuan latihan pliometrik dan berbeban, memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kemampuan tendangan mae geri.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara
latihan pliometrik dan latihan berbeban terhadap kemampuan kemampuan tendangan
mae geri karateka putra FORKI Kabupaten Batang tahun 2012, dapat diterima
kebenarannya.
2. Latihan pliometrik lebih baik pengaruhnya terhadap terhadap kemampuan
tendangan mae geri.
Kelompok 1 memiliki nilai persentase peningkatan kemampuan tendangan
mae geri sebesar 28,261%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kecepatan
ap chagi sebesar 18,280%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1
memiliki persentase peningkatan kemampuan tendangan mae geri yang lebih besar
daripada kelompok 2.
Kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan latihan pliometrik,
ternyata memiliki peningkatan kemampuan tendangan mae geri yang lebih besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
daripada kelompok 2 ( kelompok yang mendapat perlakuan barbeban). Sedangkan
latihan pliometrik itu sendiri adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan
menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-
gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan
lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek regang untuk menghasilkan reaksi
yang eksplosif. Sehingga dalam melakukan latihan pliometrik dengan irama yang
cepat maka akan menghasilkan kecepatan dan kekuatan yang berdampak pada
peningkatan kemampuan tendangan mae geri. Peningkatan kemampuan mae geri
secara maksimal sangat berperan penting dalam karate.
Sedangkan latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang memberikan
pembebanan pada tubuh dengan menggunakan barbell yang bertujuan meningkatkan
kekuatan otot tungkai dan kecepatan otot tungkai. Latihan berbeban mempunyai
kelebihan-kelebihan tertentu. Dengan cara melakukan gerakan berbeban dengan kuat
dan irama gerakan yang cepat, otot-otot akan mengalami hambatan yang lebih besar.
Karena dengan beban yang terlalu berat itu maka beban latihan akan menimbulkan
overtraining atau cidera dalam latihan selain itu kurang dapat dicermati celah
pemisah antara kekuatan dan kecepatan karena latihan berbeban cenderung
merangsang kerja otot hanya untuk melawan beban. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa, Latihan pliometrik mempunyai pengaruh yang lebih baik
terhadap kemampuan tendangan mae geri karateka putra FORKI Kabupaten Batang
tahun 2012, dapat diterima kebenarannya.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji perbedaan nilai t antara tes
awal dan tes akhir pada kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan latihan
pliometrik) sebesar 15,9217, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar
2,228. Ternyata thitung > ttabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok
1. Kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan tendangan mae geri yang
disebabkan oleh treatment (perlakuan) yang diberikan, yaitu latihan pliometrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dalam latihan ini atlet dituntut melakukan latihan pliometrik sehingga menyebabkan
peningkatan kemampuan tendangan mae geri.
Pada analisa data yang didapat antara tes awal dan tes akhir pada kelompok
2 (kelompok yang mendapat perlakuan latihan berbeban) sebesar 11,1291, sedangkan
ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,228. Ternyata thitung > ttabel, yang berarti
hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. Yang berarti
kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan tendangan mae geri yang disebabkan
oleh treatment (perlakuan) yang diberikan, yaitu latihan berbeban. Dalam latihan ini
atlet dituntut melakukan latihan berbeban sehingga menyebabkan peningkatan
kemampuan tendangan mae geri.
Pada analisa data yang lain yaitu pada hasil uji perbedaan yang dilakukan
terhadap tes akhir pada kelompok 1 dan 2, diperoleh nilai thitung sebesar 3,2071,
sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,228. Ternyata Ternyata thitung >
ttabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan
perlakuan selama 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal
dan tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok 1 dan kelompok 2
diberikan perlakuan (treatment) dengan bentuk latihan yang berbeda. Perbedaan
latihan yang diberikan selama proses latihan, akan mendapat respon yang berbeda
pula dari subyek, sehingga dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pembentukan kemampuan pada subyek penelitian. Oleh karena itu, kelompok yang
diberikan perlakuan latihan Pliometrik dan latihan berbeban memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap peningkatan kemampuan tendangan mae geri.
Dengan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok
2 maka dilakukan penghitungan nilai perbedaan peningkatan kemampuan tendangan
mae geri dalam persen pada kelompok 1 dan kelompok2. Kelompok 1 memiliki nilai
persentase peningkatan kemampuan tendangan mae geri sebesar 28,261 %,
sedangkan kelompok 2 memiliki nilai persentase peningkatan kemampuan tendangan
mae geri sebesar 18,280 %. Hal ini menunjukkan kelompok 1 memiliki peningkatan
kemampuan tendangan mae geri yang lebih besar daripada kelompok 2. Hal ini
karena Latihan Pliometrik merupakan salah satu jenis dari latihan eksplosif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Sedangkan latihan pliometrik itu sendiri adalah latihan-latihan atau ulangan yang
bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan
gerakan-gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan
gerakan lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek regang untuk menghasilkan
reaksi yang eksplosif. Sehingga dalam melakukan Pliometrik dengan irama yang
cepat maka akan menghasilkan kecepatan dan kekuatan yang berdampak pada
peningkatan kemampuan tendangan mae geri. Peningkatan kemampuan tendangan
mae geri secara maksimal sangat berperan penting dalam karate, dengan kemampuan
tendangan mae geri maka prestasi akan lebih meningkat.
Sedangkan latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang memberikan
pembebanan pada tubuh dengan menggunakan barbell yang bertujuan meningkatkan
kekuatan otot tungkai dan kecepatan otot tungkai. Latihan berbeban mempunyai
kelebihan-kelebihan tertentu. Dengan cara melakukan gerakan berbeban dengan kuat
dan irama gerakan yang cepat, otot-otot akan mengalami hambatan yang lebih besar.
Karena dengan beban yang terlalu berat itu maka beban latihan akan menimbulkan
overtraining atau cidera dalam latihan, kurang dapat dicermati celah pemisah antara
kekuatan dan kecepatan karena latihan berbeban cenderung merangsang kerja otot
hanya untuk melawan beban dan pengaruh dalam kecepatan. Sehingga kemampuan
tendangan mae geri kurang berkembang dengan optimal.
Dari hasil analisis uji perbedaan, dapat diuraikan hal-hal pokok sebagai
hasil dari penelitian ini yaitu:1. Latihan pliometrik dan latihan berbeban berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan tendangan mae geri dalam karate.
2. Latihan pliometrik lebih baik pengaruhnya daripada latihan berbeban terhadap
peningkatan kemampuan tendangan mae geri dalam karate.
3. Latihan Pliometrik dan Latihan berbeban dapat di pilih pelatih sebagai latihan
dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan tendangan mae geri dalam karate.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pliometrik dan latihan
berbeban terhadap kemampuan tendangan mae geri dalam karate. Hal ini
dibuktikan dari hasil penghitungan analisis Uji T yaitu, thitung 3,2071 lebih besar
dari ttabel 2,228 dengan taraf signifikasi 5 %.
2. Latihan pliometrik lebih baik pengaruhnya dari pada latihan berbeban terhadap
peningkatan kemampuan tendangan mame geri dalam karate. Berdasarkan
persentase peningkatan kemampuan tendangann mae geri menunjukkan bahwa
kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan latihan pliometrik) adalah
28,261 % lebih besar dari pada kelompok 2 (kelompok yang mendapat
perlakuan latihan berbeban) adalah 18,280 %.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perlakuan dengan latihan
pliometrik memiliki hasil yang lebih baik dari pada perlakuan dengan latihan
berbeban terhadap peningkatan kemampuan tendangan mae geri dalam karete.
Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah, setiap jenis latihan
memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan tendangan mae
geri pada karateka. Oleh karena itu, dalam menerapkan metode latihan yang
bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tendangan mae
geri harus menggunakan metode latihan yang tepat dan sesuai dengan keadaan atlet.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih
dan menentukan metode latihan yang tepat, khususnya untuk meningkatkan
kemampuan tendangan mae geri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
C. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada para pelatih karate, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan tendangan mae geri, hendaknya
pelatih harus memiliki kreatifitas dan mampu menerapkan metode latihan yang
tepat untuk meningkatkan kemampuan tendangan mae geri agar diperoleh hasil
yang optimal.
2. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menentukan dan
memilih metode latihan untuk meningkatkan kemampuan tendangan mae geri
dalam karate.