109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI OLEH: ACHIRINA FATMAWATI K4306013 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA

KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

OLEH:

ACHIRINA FATMAWATI

K4306013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA

KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

OLEH:

ACHIRINA FATMAWATI

K4306013

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi Program

Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

untuk diujikan pada:

Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Muzayyinah, M.Si Drs. Slamet Santosa, M. Si

NIP. 19640406 199103 2 001 NIP. 19591220 198601 1 002

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk mamenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Bowo Sugiharto, S.Pd, M. ......................

Sekretaris : Dra. Sri Widoretno, M.Si ......................

Anggota I : Dra. Muzayyinah, M.Si ......................

Anggota II : Drs. Slamet Santosa, M. Si ......................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 196007271987021001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA

KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTATAHUN PELAJARAN 2010/2011

(Achirina Fatmawati, Muzayyinah, Slamet Santosa)

Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses melalui penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach). Penelitian ini mengacu pada model spiral dimana tindakan dilakukan dalam beberapa siklus sampai target yang telah dilakukan tercapai. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat berlangsungnya aktivitas pembelajaran. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi dan wawancara. Pemeriksaan validitas data dengan menggunakan teknik triangulasi sumber data. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran CTL disertai modul hasil penelitian pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan dapat meningkatkan keterampilan proses pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil angket keterampilan proses, lembar observasi keterampilan proses serta wawancara. Capaian rata-rata persentase angket masing-masing indikator keterampilan proses prasiklus sebesar 73,36%, capaian siklus I sebesar 73,10% dan siklus II sebesar 80,02%. Capaian rata-rata persentase hasil observasi masing-masing indikator keterampilan proses prasiklus sebesar 48,61% dan capaian siklus I sebesar 71,01% (terjadi kenaikan sebesar 22,4%). Capaian rata-rata observasi indikator keterampilan proses pada siklus II sebesar 81,25% (terjadi kenaikan sebesar 10,24%). Hasil wawancara terhadap siswa menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran CTL dapat menghilangkan kebosanan dalam kegiatan pembelajaran dan melatih keaktifan siswa.

Kata Kunci : Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning, Keterampilan Proses

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA

KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTATAHUN PELAJARAN 2010/2011

(Achirina Fatmawati, Muzayyinah, Slamet Santosa)Biology FKIP Sebelas March University

The purpose of this research was to increase in process skills through applying of Contextual Teaching and Learning at growth and development subject discussion at the students in grade VIII D of state junior secondary school 5 of Surakarta in the academic year 2010/2011.

This research used a classroom action research approach consisting of two cycles. Each cycle comprised four phases, namely: planning, action, observation, and reflection. The data of the research were gathered through observation, questionnaire, interview, and content analysis. Validate data by use of triangulation techic. The analyzed data by using a descriptive qualitative model of analysis.

The result of the research showed that the application of the CTL espoused by research module on growth and development subject discussion can increase process skills of the students in Grade VIII D of State Junior Secondary School 5 of Surakarta in the academic year 2010/2011. Averagely assesses percentage each indicator of students process skills based on questionnaire data for pre cycle was 73,36%, first cycle was 73,10% and second cycle was 80,02%.Meanwhile on a percentage point each indicator of students process skills based on observation data for pre cycle was 48,61% and first cycle was 71,01% (worked up 22,4%). Averagely assesses percentage each indicator of students processs skills based on observation data for second cycle was 81,25% (worked up 10,24%). The result of interview with student indicates that usage of Contextual Teaching and Learning can eliminate boredom of student at the time of study activity in class and makes student is more active.

Keywords : Contextual Teaching and Learning, Process Skills

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi

(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui,

sedang kamu tidak.

(Al Baqarah: 216)

Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang boleh direbut

oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.

(Ibu Kartini)

Jika ingin mencapai tempat yang jauh maka harus dimulai dari tempat terdekat.

Jika ingin mencapai titik tertinggi maka harus dimulai dari titik terendah.

(Penulis)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ibu, Ibu, dan Ibuku tersayang (Almarhumah), wanita terhebat di dunia

bagiku..terima kasih tiada terkira untukmu Ibu. Tak akan pernah terputus

doa kupanjatkan untukmu Ibu...

Bapak, atas nasihat dan segala pengertian Bapak…terima kasih sedalam-

dalamnya...

Kakak-kakakku tersayang (Anwar, Alhm. Heri, Sulthoni, Fitriana, dan

Lutfi), terimakasih untuk segalanya…

Bu Yayin dan Pak Slamet, terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya…

Ayu, Pipit, Umi, Singgih…our friendship will never die, lingkaran yang

kita buat tidak akan pernah ada ujungnya.

Hely dan Yunita, perjuangan kita sungguh indah...terimakasih untuk

semangat yang selalu diberikan...

Biologi 2006, terima kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang tak kan

terlupakan.

Para inspiratorku, yang selalu membantuku, yang selalu mendoakan

aku,,,terima kasih…

Almamater.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

”PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGAMATI OBJEK PERCOBAAN PADA SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui

berbagai hambatan namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak

akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk

bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Muzayyinah, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan.

5. Drs. Slamet Santosa, M. Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan.

6. Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk

mengadakan penelitian.

7. Banati Rahmawati, S.Pd selaku guru mata pelajaran biologi kelas VIII D yang

senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja samanya.

8. Siswa siswi kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan support baik moral

maupun spriritual.

10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah

membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

D. Perumusan Masalah ............................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 7

1. Koro Benguk (Mucuna pruriens) ................................. 7

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ........... 10

3. Keterampilan Proses ..................................................... 14

4. Pertumbuhan dan Perkembangan ................................. 18

B. Kerangka Berpikir . 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 32

1. Tempat Penelitian ........................................................ 32

2. Waktu Penelitian .......................................................... 32

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. 33

C. Sumber Data .......................................................................... 34

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 35

1. Observasi ...................................................................... 35

2. Wawancara ................................................................... 36

3. Angket .......................................................................... 36

E. Validitas Data ....................................................................... 37

F. Analisis Data ......................................................................... 38

G. Prosedur Penelitian ................................................................ 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 48

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Laboratorium ...................... 48

B. Deskripsi Hasil Penelitian pada Pembelajaran ...................... 54

1. Siklus I .......................................................................... 58

2. Siklus II ......................................................................... 68

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... 87

A. Simpulan ................................................................................ 87

B. Implikasi ................................................................................. 87

C. Saran ....................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 89

LAMPIRAN ................................................................................................ 93

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Protein Biji Benguk, Koro Putih,

Gude, dan Kedelai....................................................................... 10

Tabel 2. Aspek Keterampilan Proses yang Diterapkan dan Indikatornya 17

Tabel 3. Jadual Kegiatan Penelitian Laboratorium.................................. 33

Tabel 4. Jadual Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.............................. 33

Tabel 5. Pedoman Penskoran Angket..................................................... 37

Tabel 6. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian Laboratorium..... 46

Tabel 7. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian Kelas................. 46

Tabel 8. Hasil Perkecambahan Mucuna pruriens.................................. 48

Tabel 9. Hasil Perhitungan Anava........................................................ 51

Tabel 10. Persentase Keterampilan Proses Berdasarkan Data Angket

Pra Siklus................................................................................ 56

Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Keterampilan Proses

Siklus I................................................................................... 61

Tabel 12. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterampilan Proses

Siklus I..................................................................................... 62

Tabel 13. Persentase Capaian Setiap Keterampilan Proses Siklus II..... 72

Tabel 14. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterampilan Proses

Siklus II................................................................................. 73

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi Koro Benguk (Mucuna pruriens).......................... 8

Gambar 2. Struktur Hormon Giberelin.................................................... 23

Gambar 3. Mekanisme Pemecahan Glukosa........................................... 25

Gambar 4. Skema Kerangka Berfikir...................................................... 31

Gambar 5. Skema Pemeriksaan Validitas Sumber Data......................... 38

Gambar 6. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas.......................... 44

Gambar 7. Persentase Perkecambahan Biji antar Perlakuan.................... 49

Gambar 8. Laju Perkecambahan Biji antar Perlakuan............................. 50

Gambar 9. Mekanisme Masuknya Hormon dalam Sel............................. 53

Gambar 10. Diagram Batang Hasil Capaian Indikator pada Angket Keterampilan

Proses Siklus I....................................................................... 63

Gambar 11. Diagram Batang Hasil Capaian Indikator pada Observasi

Keterampilan Proses Siklus I................................................ 65

Gambar 12. Diagram Batang Hasil Capaian Indikator pada Angket Keterampilan

Proses Siklus II.................................................................. 74

Gambar 13. Diagram Batang Hasil Capaian Indikator pada Observasi

Keterampilan Proses Siklus II........................................... 74

Gambar 14. Diagram Batang Hasil Angket Keterampilan Proses Tiap Siklus. 76

Gambar 13. Diagram Batang Hasil Observasi Keterampilan Proses Tiap

Siklus.................................................................................. 77

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

a. Silabus Biologi SMP kelas VIII Materi Pertumbuhan dan Perkembangan 93

b. RPP Siklus I ................................................................................... 96

c. RPP Siklus II ................................................................................... 116

d. Kisi-kisi Angket Keterampilan Proses............................................. 129

e. Angket Keterampilan Proses........................................................... 130

f. Lembar Observasi Keterampilan Proses.......................................... 133

g. Pedoman Wawancara Guru Prasiklus ............................................. 139

h. Pedoman Wawancara Guru Pasca Siklus......................................... 140

i. Pedoman Wawancara Siswa Prasiklus.............................................. 142

j. Pedoman Wawancara Siswa Pasca Siklus ...................................... 143

k. Lembar Kerja dan diskusi siswa ..................................................... 146

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian

a. Daftar Nama Siswa .......................................................................... 148

b. Daftar Nama Kelompok ................................................................... 149

c. Data Induk Hasil Penelitian Percepatan Perkecambahan Mucuna pruriens

Melalui Perendaman GA3 .............................................................. 150

d. Hasil Wawancara Guru .................................................................. 159

e. Lembar Observasi Keterampilan Proses Prasiklus.......................... 165

f. Lembar Observasi Keterampilan Proses Siklus I ........................... 170

g. Lembar Observasi Keterampilan Proses Siklus II ......................... 175

h. Hasil Wawancara Siswa Prasiklus ................................................ 180

i. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ................................................... 181

j. Hasil Wawancara Siswa Siklus II .................................................. 184

k. Hasil Angket Keterampilan Proses Prasiklus.................................. 186

l. Hasil Angket Keterampilan Proses Siklus I .................................... 189

m. Hasil Angket Keterampilan Proses Siklus II ................................... 192

n. Hasil Laporan Praktikum Siswa Siklus I ........................................ 195

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

o. Hasil Laporan Praktikum Siswa Siklus II ........................................ 198

Lampiran 3. Dokumentasi

a. Dokumentasi Siklus I ..................................................................... 200

b. Dokumentasi Siklus II ..................................................................... 203

Lampiran 4. Perijinan

a. Surat Permohonan Observasi

b. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi

c. Surat Keputusan Ijin Penyusunan Skripsi

d. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out

e. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Surakarta

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur yang

sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Proses pembelajaran yang

dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam

kemampuan, sikap atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat

pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung

sekejap dan kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi

peristiwa pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang

guru adalah membuat proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif.

Keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan

siswa itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.

Keberhasilan siswa juga dipengaruhi kemampuan guru dalam menyampaikan

materi pelajaran. Ketepatan guru menggunakan pendekatan pembelajaran dapat

membangkitkan semangat belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Pembelajaran yang lebih dominan berpusat pada guru kurang

memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan

proses, akibatnya siswa tidak memiliki keterampilan proses yang memadai. Siswa

tidak terlatih untuk mengembangkan pola pikir secara kritis dan kreatif, serta

mencari makna atas apa yang dipelajarinya.

Melihat kenyataannya, dalam proses belajar mengajar tidak selamanya

dapat berjalan dengan baik, ada kalanya siswa menghadapi kesulitan belajar.

Kesulitan belajar siswa sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar. Penelitian

tindakan kelas bertujuan memecahkan masalah yang timbul dalam kelas dan

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas serta menitikberatkan terhadap

perbaikan proses belajar-mengajar yang terjadi dalam kelas.

Kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan sains masih

rendah. Terungkap dalam hasil studi The Third International Mathematics and

Science Study (TIMSS) tahun 2003 yang menyatakan bahwa kemampuan sains

siswa SMP Indonesia berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara (TIMSS, 2004).

Hal ini merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang kurang sesuai

dengan tuntutan dan kebutuhan siswa. Pola pengajaran yang terjadi selama ini

terlalu menekankan pada tuntutan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa

melihat bagaimana proses yang harus dijalani. Pembelajaran yang diharapkan

adalah pembelajaran yang inovatif, relevan dengan kebutuhan dan peran aktif

siswa dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang inovatif itu berpusat

pada siswa (student centered) dan terkait dengan permasalahan kehidupan sehari-

hari. Berkaitan dengan hal tersebut, saat belajar sains siswa harus secara aktif

mengamati, melakukan percobaan, terlibat diskusi dengan sesama teman atau

dengan guru yang dapat diartikan bahwa belajar dilakukan melalui aktivitas

pengetahuan (knowledge) dan kerja praktik. Salah satu pendekatan yang

mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran

kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks

bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang

sedang dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual

siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran kontekstual

menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, menganalisis

permasalahan, dan memecahkan permasalahan baik secara individual maupun

secara kelompok.

Hasil observasi awal terhadap proses belajar mengajar di kelas VIII D

SMP Negeri 5 Surakarta menunjukkan selama proses pembelajaran guru berperan

aktif dalam menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa cenderung pasif

dalam menerima pelajaran. Kegiatan pembelajaran memperlihatkan siswa lebih

banyak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru kemudian mencatat dan

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menghafalkannya. Pembelajaran yang berlangsung, masih menggunakan buku

ajar yang berisikan materi umum sedangkan LKS digunakan untuk berlatih soal-

soal evaluasi.

Hasil observasi awal ketika siswa melakukan praktikum menunjukkan

siswa dapat menentukan objek yang harus diamati sebesar 38,89% (14 siswa),

menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek percobaan

sebesar 47,22% (17 siswa), mengukur objek percobaan sebesar 45,14% (16

siswa), membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan

sebesar 47,22% (17 siswa), menjalankan prosedur praktikum sebesar 55,56% (20

siswa), mencatat setiap hasil pengamatan sebesar 62,5% (22 siswa),

mengkomunikasikan data hasil pengamatan sebesar 45,83% (16 siswa), dan

mengumpulkan fakta yang relevan serta memadai sebesar 46,53% (17 siswa).

Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan keterampilan proses pada

aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi siswa belum optimal. Terbukti

ketika siswa melakukan kegiatan praktikum, mereka belum memahami apa yang

harus diamati, bagaimana mengukurnya, dan bagaimana cara mengkomunikasikan

hasil pengamatanya.

Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara pada tanggal 2 Agustus 2010

dengan guru Biologi kelas VIII SMP Negeri 5 Surakarta, diketahui bahwa

sebagian besar siswa belum paham apa yang harus diamati, apa yang harus

dicatat, dan bagaimana menganalisis data hasil pengamatan. Hal ini disebabkan

karena siswa kurang dilatih untuk meningkatkan keterampilan proses yang telah

dimilikinya. Siswa kurang dilatih untuk terlibat secara langsung dalam

menemukan dan memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Siswa lebih

senang untuk menunggu perintah dari guru, sehingga keterampilan prosesnya

belum berkembang secara maksimal.

Berdasarkan permasalahan di atas, perbaikan keterampilan proses sains

dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan CTL yang disertai modul

pembelajaran. Sebelumnya dilakukan penelitian perendaman biji koro benguk

(Mucuna pruriens) dalam larutan hormon giberelin untuk mempercepat

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

perkecambahan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dijadikan dasar dalam

penyusunan modul sebagai sumber belajar bagi siswa selain buku paket. Modul

pembelajaran ini membahas materi khusus yaitu tentang pertumbuhan dan

perkembangan. Penerapan pendekatan CTL disertai modul pembelajaran

diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses serta membantu siswa untuk

belajar aktif dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran.

Kedelai (Glicyne max) merupakan bahan dasar pembuatan tahu dan

tempe, yang menjadi makanan utama masyarakat Indonesia namun sebagian besar

pemenuhan kebutuhan nasional kedelai diperoleh melalui impor. Indonesia

mengalami krisis ketahanan pangan pada akhir tahun 2007 akibat naiknya harga

kedelai. Keadaan ini menuntut dilakukan diversifikasi untuk mencari alternatif

pengganti kedelai. Masyarakat harus mulai mengangkat komoditas pangan lokal

yang memiliki kualitas gizi, rasa, dan citra yang tidak kalah dengan kedelai

(Haliza, et al. 2010). Salah satu komoditi lokal yang dapat menjadi pengganti

kedelai adalah koro benguk (Mucuna pruriens).

Tanaman koro benguk bermanfaat karena bijinya dapat digunakan

sebagai bahan pangan, sebagai tanaman penutup tanah dan pakan ternak, serta

digunakan sebagai tanaman perintis pada lahan-lahan tandus. Biji dapat digunakan

sebagai bahan obat karena mengandung L-Dopa sebagai obat penyakit parkinson.

Sebagai tanaman kacang-kacangan, koro benguk juga mampu menambat N2

bebas dari udara akibat bersimbiosis dengan rhizobium pada bintil akarnya, biji

koro benguk dapat dibuat tempe serta berbagai hasil olahan yang lain. Protein

yang terkandung penting untuk mencukupi kebutuhan bagi masyarakat di lahan

kering (Supriyono, 2007).

Giberelin sangat berperan penting pada perkecambahan biji. Sebagian

besar cadangan makanan pada biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan

bereaksi pada pada sel-sel yang mengelilingi endosperm, sehingga terbentuk

beberapa enzim hidrolase untuk mencerna cadangan makanan menjadi sumber

energi tinggi bagi perkecambahan. Penyerapan air oleh biji menyebabkan embrio

melepaskan GA3 sebagai sinyal yang akan diterima aleuron (selaput tipis

endosperm). Giberelin merangsang sel-sel pada lapisan aleuron untuk mensintesis

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

enzim α-amylase dan protease yang mengubah pati dan protein dalam endosperm

menjadi gula dan asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses

metabolisme dan dipecah menjadi energi dan senyawa penyusun tubuh. Asam-

asam amino akan dirangkai menjadi protein yang berfungsi menyusun struktur sel

dan enzim-enzim baru. Asam lemak terutama digunakan untuk menyusun

membran sel (Kimball,1994: 601-602).

Pokok bahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan merupakan

materi yang penting diantaranya membahas tentang perkecambahan. Beberapa

tanaman memiliki nilai gizi tinggi tetapi kurang populer dan mulai langka seperti

koro benguk (Mucuna pruriens). Siswa dilatih untuk peduli terhadap

permasalahan-permasalahan dan berpikir kritis serta kreatif sehingga siswa

memperoleh makna atas apa yang dipelajari.

Hasil observasi menunjukan bahwa sarana dan prasarana di sekolah

tersebut cukup memadai, terlihat dari tersedianya laboratorium biologi dengan

peralatan yang lengkap dan dapat mendukung kegiatan pembelajaran dengan

penerapan CTL yang disertai penggunaan modul pembelajaran.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah penerapan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) disertai modul

pembelajaran pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan dapat

meningkatkan keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,

menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi

dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2010/2011?

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan keterampilan proses pada aspek mengamati,

mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5

Surakarta melalui penerapan pembelajaran kontekstual (CTL) disertai

modul pembelajaran pada pokok bahasan pertumbuhan dan

perkembangan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi Guru:

a. Sebagai bahan masukan atau saran untuk memilih alternatif

pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses dalam

kegiatan kelompok.

b. Menambah wawasan tentang pendekatan pembelajaran yang

efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Bagi Siswa:

a. Memberi masukan bagi para siswa untuk berperan aktif dalam

pembelajaran.

b. Melatih keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran

kontekstual.

c. Memberikan suasana pembelajaran yang baru bagi siswa.

3. Bagi SMP Negeri 5 Surakarta:

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk penyusunan program

peningkatan keterampilan proses pembelajaran biologi pada tahap

selanjutnya.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Koro Benguk (Mucuna pruriens)

a. Klasifikasi dan Manfaat

Klasifikasi tumbuhan koro benguk menurut USDA Plant sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Sub Kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivision : Spematophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (berbunga)

Class : Dicotyledonae (berkeping dua)

Sub Class : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Mucuna

Spesies : Mucuna pruriens

Nama umum : Koro Benguk

Manfaat tumbuhan :

Tanaman koro benguk bermanfaat karena bijinya dapat digunakan

sebagai bahan pangan alternatif pengganti kedelai dengan kandungan protein yang

tidak jauh berbeda dengan kedelai, serta digunakan sebagai tanaman perintis pada

lahan-lahan tandus. Biji dapat digunakan sebagai bahan obat karena mengandung

L-Dopa sebagai obat penyakit parkinson. Sebagai tanaman kacang-kacangan, koro

benguk juga mampu menambat N2 bebas dari udara akibat bersimbiosis dengan

rhizobium pada bintil akarnya, biji koro benguk dapat dibuat tempe serta berbagai

hasil olahan yang lain. Protein yang terkandung penting untuk mencukupi

kebutuhan bagi masyarakat di lahan kering. Levodopa dapat diekstrak dari biji

kara benguk dan digunakan untuk mengendalikan gejala penyakit parkinson.

Levodopa juga dapat digunakan sebagai penolak insekta (Supriyono, 2007: 1).

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Koro benguk sebagian besar ditanam sebagai tanaman penutup dan pupuk

hijau dengan bantuan bakteri nitrogen untuk memperbaiki tanah. Biji ini di pulau

Jawa difermentasikan menjadi tempe benguk, dan diperkirakan dapat digunakan

sebagai bahan baku penghasil energi. Polongnya yang belum dewasa dan daun-

daun muda kadang-kadang direbus untuk dijadikan sayur-mayur. Getah dari

batang digunakan untuk menghentikan pendarahan dari luka kecil. Kemampuan

kacang benguk dapat menutup lahan dengan cepat adalah sangat produktif, tahan

pada kebanyakan penyakit dan hama, dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungan yang beragam.

b. Morfologi Tanaman

Gambar 1. Morfologi Koro Benguk (Dhale et al,2010)

Batang koro benguk menjalar atau merambat dengan panjang 3 hingga 18

m. Daun terdiri dari 3 helaian besar, oval dan lebih pendek dibanding tangkai.

Bunga tumbuh dalam 2 atau 3 rantai tandan, warna bervariasi dari putih hingga

ungu gelap dengan panjang bunga 2,5 hingga 3,2 cm. Polong berambut, memiliki

panjang dapat lebih dari 15 cm dan memiliki 3 hingga 6 biji per polong. Biji

sering belang-belang, kadang berwarna homogen putih, coklat atau hitam.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Panjang akar 7 hingga 10 m dengan bintil berlebih didekat permukaan tanah

(Supriyono, 2007: 14).

Biji koro Benguk mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri

dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling

luar, dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. Biji

legume memiliki kulit biji yang berubah menjadi impermeable karena sel-sel

mengkerut selama pengeringan sehingga pergerakan air terbatas yang

mengakibatkan pengerasan. Biji legume mempunyai struktur hilum yang

memudahkan air meninggalkan benih namun tidak dapat masuk kembali.

c. Budidaya Tanaman

Kara Benguk berasal dari Asia Tropika, sebagai makanan biji benguk ini

mempunyai protein dan Vitamin A sedangkan daunnya mengandung vitamin B.

Di pedesaan biji ini biasa digunakan sebagai tempe benguk. Biji benguk sebagian

besar beracun sehingga perlu dimasak 3-4 kali dan dicuci dengan air bersih

berulang-ulang. Tanaman benguk mampu hidup sampai berumur 3 tahun, tinggi

tanaman dapat mencapai 6 meter. Koro benguk tidak menyukai tempat yang

becek dan dapat hidup di tempat kering (Soedirdjoatmodjo, 1986:78).

Perbanyakan tanaman biasanya dengan biji. Benih yang disimpan di

tempat kering dan dingin akan tetap baik selama 2 tahun, tetapi benih yang

disimpan dalam suatu tabung yang tertutup rapat selama 3 bulan akan hilang

kemampuan viabilitasnya. Perkecambahan akan terjadi dalam 7-10 hari.

d. Kandungan Gizi Koro Benguk (Mucuna pruriens)

Koro benguk mulai diperhatikan dan dikenal para peneliti

sebagai sumber protein alternatif pengganti kedelai, karena kandungan

proteinnya yang tinggi. Tabel perbandingan kandungan

protein pada beberapa jenis legume dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Protein Biji Benguk,Koro Putih, Gude, dan Kedelai.

Sumber : (Rokhmah, 2008: 63)

Jika dibandingkan dengan kedelai, kadar protein dan lemak koro benguk

lebih rendah, sedangkan kadar karbohidratnya lebih tinggi, bahkan dua kali

kandungan karbohidrat kedelai. Kandungan karbohidrat yang tinggi ini

membedakan koro benguk dengan kacang-kacangan yang lain. Oleh karenanya,

produk olahan koro benguk mempunyai tekstur yang lebih kenyal. Komponen

utama karbohidrat dalam koro benguk adalah pati (Rokhmah, 2008: 63).

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan

siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional

tertentu (Sagala, 2009: 69). Menurut Muhibin Syah (2004: 139) pendekatan

pembelajaran didefinisikan sebagai segala cara atau seperangkat langkah

operasional yang direkayasa untuk memecahkan atau mencapai tujuan belajar

dalam menunjang efektifitas dan efisensi proses pembelajaran.

Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut juga pembelajaran

kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

No Zat Gizi Koro Benguk

Koro Putih Gude Kedelai

1 Protein (gr) 24 8,3 30,7 34,92 Lemak (gr) 3 0,7 1,4 18,13 Karbohidrat

(gr)55 22,1 62 34,8

4 Kalsium (mg) 130 17,8 125 227

5 Fosfor (mg) 200 12 275 585

6 Besi (mg) 2 2,7 4 8

7 Air (gr) 15 67,2 12,2 7

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mendorong siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008:

109).

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan

masyarakat (Wenno, 2008: 12).

Hanafiah dan Cucu S. (2009: 67) mendefinisikan CTL sebagai suatu

proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam

memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan

konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama,

sosial, ekonomi, maupun kultural.

Menurut Johnson (2007: 35) pembelajaran dan pengajaran kontekstual

melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mengaitkan

pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi

sehingga menemukan makna atas apa yang dipelajari.

Berdasarkan pengertian di atas, ada tiga konsep pembelajaran kontekstual.

Pertama, CTL menekankan pada keterlibatan siswa untuk mencari dan

menemukan materi melalui pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong

siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi

kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa menerapkan materi yang

dipelajari dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008: 109-110).

b. Karakteristik dalam CTL

CTL memiliki beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh guru

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008: 110)

terdapat lima karakteristik dalam CTL yaitu:

1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah

dimiliki oleh peserta didik. 2) Belajar dalam rangka memperoleh dam menambah

pengetahuan baru dengan cara deduktif yaitu pembelajaran dimulai dengan

mempelajari secara keseluruhan menuju ke bagian-bagian khusus. 3)

Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman siswa. 4) Pengetahuan dan

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan siswa. 5)

Adanya refleksi terhadap terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

c. Prinsip dalam CTL

Pembelajaran kontekstual memiliki 3 prinsip yang melandasi pelaksanaan

proses pembelajaran. Menurut Johnson (2007: 69-85) ketiga prinsip tersebut

antara lain kesaling-bergantungan/intedependensi (prinsip ini mengajak para

pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dan bekerja sama dengan pendidik

lain,peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya). Prinsip perbedaan/diferensiasi

(mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan).

Prinsip pengaturan diri (proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari

oleh peserta didik sendiri dalam rangka mengeluarkan seluruh potensinya).

d. Komponen dalam CTL

Menurut Sanjaya (2008: 118-123) pembelajaran CTL mempunyai tujuh

komponen yaitu: konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiri),

bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic

assesment).

1) Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa pengetahuan

dibangun siswa sedikit demi sedikit dari pengalaman-pengalaman baru yang

mereka alami. Siswa mengkonstruksi pengetahuan baru melalui penemuan dan

mentransformasikan informasi ke dalam situasi lain secara kontekstual. Bukan

sekedar menerima pengetahuan sebab siswa sebagai pusat dalam pembelajaran.

2) Menemukan (inquiri)

Inquiri berarti bahwa proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inquiri terdiri atas

merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji

hipotesis, dan membuat kesimpulan.

3) Bertanya (questioning)

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap

individu. Guru dalam pembelajaran CTL tidak menyampaikan informasi begitu

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

saja tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Kegiatan bertanya

akan sangat berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam

penguasaan materi, membangkitkan motivasi belajar, merangsang keingintahuan

siswa, memfokuskan siswa, dan membimbing siswa untuk menemukan dan

menyimpulkan materi.

4) Masyarakat belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu

dapat dilakukan dalam bentuk belajar kelompok baik formal maupun nonformal.

Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dan tukar pengalaman atau

informasi antar teman maupun antar kelompok.

5) Pemodelan (modeling)

Pemodelan dapat diartikan bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan

memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses

memperagakan tidak hanya terbatas pada guru saja tetapi juga dapat

memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Proses memperagakan

juga dapat dilakukan dengan cara mendatangkan nara sumber dari luar yang dapat

membantu memahamkan siswa.

6) Refleksi (reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari

yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa

pembelajaran yang telah dilalui. Refleksi dapat dilakukan dengan cara

memberikan kesempatan di akhir pembelajaran pada siswa untuk mengingat

kembali apa yang telah dipelajari kemudian siswa diberi kebebasan menafsirkan

dan menyimpulkan pengalamannya sendiri.

7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment)

Penilaian yang sebenarnya merupakan proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran

berlangsung sehingga penekanannya pada proses belajar bukan hasil belajar.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Peran guru dalam CTL adalah sebagai fasilitator untuk membantu siswa

menemukan makna (pengetahuan). Setiap siswa memiliki potensi keinginan untuk

menemukan makna segala sesuatu yang dipelajari. Tugas utama pendidik adalah

memberdayakan potensi kodrati siswa untuk menemukan makna dari materi yang

diajarkan. Setiap materi yang disajikan mempunyai makna dengan kualitas yang

beragam. Makna yang berkualitas adalah makna kontekstual yaitu dengan

menghubungkan materi ajar dengan lingkungan personal dan sosial (Johnson,

2007: 20).

2. Keterampilan Proses

a. Pengertian Keterampilan Proses

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan

perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk

kreativitas. Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks

yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan

konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus

dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian (Devi et al, 2011: 2).

Menurut Hamalik (2008: 149-150) keterampilan proses dalam ilmu

pengetahuan alam (sains) merupakan pengetahuan tentang konsep-konsep dan

prinsip-prinsip yang dapat diperoleh siswa bila dia memiliki kemampuan-

kemampuan dasar tertentu, yaitu keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk

menggunakan sains. Keterampilan proses dalam pembelajaran mengarah pada

pengembangan kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai pendorong

pengembangan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.

Keterampilan proses sejatinya melibatkan keterampilan-keterampilan

kognitif/intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual

terlibat karena dengan melakukan keterampilan siswa menggunakan pikirannya.

Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan

penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat.

Keterampilan sosial terbentuk dari interaksi antar siswa maupun siswa dengan

guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Nuryani R., 2005: 78).

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Arti Penting Penerapan Keterampilan Proses

Wenno (2008: 66-67) mengemukakan beberapa alasan perlunya penerapan

keterampilan proses dalam kegiatan belajar-mengajar yaitu perkembangan ilmu

pengetahuan berlangsung pesat sehingga tidak mungkin bagi guru mengajarkan

semua fakta dan konsep kepada siswa karena membutuhkan waktu yang lama,

secara psikologis siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan

abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkret, wajar dan sesuai dengan situasi

dan kondisi yang dihadapi, ilmu pengetahuan bersifat relatif artinya kebenaran

suatu teori tidak bersifat mutlak benar, proses belajar mengajar bertujuan

menghasilkan insan pemikir dan manusiawi yang selaras, serasi, dan seimbang

sehingga pengembangan ketrampilan proses harus menyatukan antara

pengembangan konsep, sikap, serta nilai.

c. Tujuan Ditingkatkannya Keterampilan Proses

Usman dan Setiawati (1993: 78) menyebutkan beberapa tujuan

pengembangan keterampilan proses antara lain memberikan motivasi belajar

kepada siswa karena siswa dipacu untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar,

untuk memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena

hakikatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut,

menerapkan pengetahuan teori ke dalam kehidupan nyata, serta mengembangkan

sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam

menghadapi permasalahan.

d. Jenis-Jenis Keterampilan Proses

Terdapat dua jenis keterampilan proses yang dikemukakan oleh Dimyati

dan Mudjiono (2006: 140) yaitu keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan

terintegrasi (integrated skill). Keterampilan dasar meliputi

mengobservasi/mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,

menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Keterampilan terintegrasi mencakup

mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk

grafik, menggambarkan keterhubungan antar variable, mengumpulkan dan

mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan

variable secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Jenis-jenis keterampilan menurut Nuryani R (2005: 86-87) antara lain:

mengamati, mengklasifikasikan (mengelompokkan), menafsirkan (interpretasi),

meramalkan (prediksi), melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan,

mengajukan hipotesis (berhipotesis), merencanakan percobaan/penelitian,

menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan konsep, melaksanakan

percobaan/penelitian.

a) Melakukan pengamatan (observasi)

Keterampilan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam

memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting

untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati

merupakan tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan

menggunakan pancaindera dan menggunakan fakta-fakta yang relevan dengan

hasil pengamatan.

b) Mengklasifikasikan

Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah

salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Mengklasifikasikan

merupakan keterampilan proses untuk memilahkan berbagai obyek peristiwa

berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok

sejenis dari obyek peristiwa yang dimaksud. Keterampilan mengamati meliputi:

mencatat setiap pengamatan secara terpisah, mencari perbedaan persamaan,

mengkontraskan ciri-ciri, membandingkan, mencari dasar pengelompokan.

c) Menggunakan alat dan bahan

Keterampilan menggunakan alat dan bahan sangat diperlukan dalam kerja

ilmiah. Siswa harus mengetahui cara menggunakan suatu alat untuk mengukur

atau melakukan kerja ilmiah. Pengenalan terhadap bahan juga penting diterapkan

dalam kerja ilmiah

d) Melakukan percobaan/bereksperimen

Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan

pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu

pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak

ide-ide tersebut.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

e) Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan adalah menyampaikan dan memperoleh fakta,

konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara

visual. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga

termasuk dalam berkomunikasi.

Aspek-aspek keterampilan proses yang akan diterapkan dan diukur dalam

penelitian ini dibatasi. Artinya, tidak semua aspek dalam keterampilan proses

diterapkan dalam penelitian ini. Keterampilan yang ingin diterapkan dalam

penelitian ini difokuskan pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,

menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi.

Aspek-aspek keterampilan proses yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas

ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Aspek Keterampilan Proses yang Diterapkan dan Indikatornya

Konsep Aspek Indikator

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif/intelektual, manual, dan sosial (Nuryani R., 2005: 78).

1) Mengamati atau observasi

1) Menggunakan inderapenglihatan dan peraba untuk mengamati.

2) Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai.

2) Mengelompokkan atau mengklasifikasikan

1) Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan.

2) Mencatat setiap hasil pengamatan.

3) Menggunakan alat/bahan

1) Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan.

4) Melaksanakan eksperimen

1) Mampu menentukan objek yang harus diamati.

2) Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar.

5) Berkomunikasi

(Nuryani R., 2005: 86-87)

1) Mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk tabel, grafik, atau histogram.

(Nuryani R., 2005: 86-87)

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

Penelitian ini menggunakan pokok bahasan mengenai pertumbuhan dan

perkembangan yang difokuskan pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Tumbuh dapat didefinisikan sebagai pertambahan volume/ukuran secara

irreversible yang diikuti oleh pembelahan sel, pembentangan sel, sintesis protein,

pembentukan organel dan lain-lain. Bersifat irreversible adalah tidak berubah

kembali ke asal karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk yang

terjadi saat proses pertumbuhan. Perkembangan dapat diartikan sebagai

penjumlahan seluruh perubahan yang secara progresif mencirikan tubuh

organisme (Campbell & Reece. 2003: 369-370).

Menurut Gardner (1991: 247-248) pertumbuhan dan perkembangan

tanaman merupakan proses yang sangat penting, sebab pertumbuhan dan

perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup yang

bergantung pada hasil fotosintesis, hormon, serta lingkungan yang mendukung.

Pertumbuhan dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai proses pembelahan sel

(terjadi peningkatan jumlah sel) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran sel).

Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan bersifat irreversible. Proses

diferensiasi (spesialisasi sel) sering dianggap sebagai bagian dari pertumbuhan

sedangkan perkembangan tanaman membutuhkan pertumbuhan dan diferensiasi.

Goldsworthy dan Fisher (1992: 156-157) mendefinisikan pertumbuhan

sebagai kenaikan bahan tanaman yaitu proses total yang mengubah bahan-bahan

mentah melalui proses kimia dan menjadikannya sebagai sumber energi untuk

pembelahan dan pembesaran sel-sel. Perkembangan didefinisikan sebagai

perubahan-perubahan kualitatif yang mempengaruhi bentuk tanaman. Menurut

Fitter dan Hay (1998: 12) menyatakan pertumbuhan tanaman merupakan jumlah

pertumbuhan masing-masing sel penyusunnya.

Menurut Sitompul dan Guritno (1995: 6) pertumbuhan merupakan konsep

universal dalam biologi dan merupakan hasil dari bersatunya berbagai reaksi

biokimia, proses biofisis, proses fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh tanaman

bersama dengan faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

faktor internal (genetik). Faktor eksternal meliputi iklim (cahaya, air, panjang

hari, angin, dan beberapa gas seperti CO2, O2, N2, SO2, O3), tanah (tekstur,

struktur, bahan organik, pH, kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrient), dan

biologis (gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, menatoda,

mikroorganisme tanah, herbivora, dan mikorhiza). Faktor internal meliputi

ketahanan terhadap tekanan alam, laju fotosintesis, respirasi, aktivitas enzim dan

hormon, serta diferensiasi.

Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman diawali dengan proses

perkecambahan. Perkecambahan merupakan proses kompleks perubahan dari biji

menjadi kecambah sebelum menjadi tanaman dewasa.

a. Perkecambahan

Gardner (1991: 291) menyatakan bahwa perkecambahan merupakan

permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit dan

munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa fisiologis dan morfologis

yaitu imbibisi dan absorpsi air, hidrasi jaringan, absorpsi oksigen, pengaktifan

enzim dan pencernaan, transpor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio,

peningkatan respirasi dan asimilasi, inisiasi pembelahan dan pembesaran sel, dan

munculnya embrio.

Menurut Kimball (1994: 352) perkecambahan merupakan permulaan

kembali pertumbuhan embrio di dalam biji. Perkecambahan memerlukan suhu

yang cocok, banyaknya air yang memadai, dan persediaan oksigen yang cukup.

Kuswanto (1996: 28) dalam bukunya menyebutkan bahwa benih dikatakan

berkecambah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu plumula

dan radikula dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Sutopo (2004: 21-22) terdapat 2 tipe pertumbuhan awal dari

suatu kecambah tanaman yaitu tipe Epigeal (munculnya radikel diikuti dengan

memanjangnya hipokotil dan membawa serta kotiledon dan plumula ke

permukaan tanah), tipe Hipogeal (munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan

plumula, hipokotil tidak memanjang ke permukaan tanah sedangkan kotiledon

tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah).

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Perkecambahan dan munculnya semai memerlukan suatu energi yang

tinggi lewat respirasi cadangan makanan biji. Energi dalam ikatan kimia pada

karbohirat, lemak, dan protein dilepaskan oleh pencernaan dan fosforilasi

oksidatif menghasilkan ATP berenergi tinggi. Hormon giberelin berperan penting

dalam hidrolisis cadangan makanan (Gardner, 1991: 293-294).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dibedakan menjadi

faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi tingkat kemasakan benih

(benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak

mempunyai viabilitas tinggi), ukuran benih (benih yang berukuran besar

mengandung cadangan makanan lebih banyak dan embrionya lebih besar,

sehingga tingkat perkecambahannya akan baik), dormansi (disebabkan oleh

berbagai faktor, tetapi dengan perlakuan khusus benih dapat dirangsang untuk

berkecambah), dan penghambat perkecambahan (larutan dengan tingkat osmotik

tinggi, herbisida, coumarin, auxin, sianida, fluorida). Faktor luar meliputi air,

temperatur (optimum untuk perkecambahan yaitu 26,5-350C), cahaya, dan media

perkecambahan (Sutopo, 2004: 25-38).

Benih yang baru saja dipanen sangat rentan terhadap kerusakan, karena

memiliki kadar air yang sangat tinggi. Kadar air tinggi merupakan lingkungan

ideal bagi pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga penanganan kadar air benih

dengan benar dapat membatasi terjadinya kerusakan.

b. Dormansi Benih

Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi

tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang yang secara umum

dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2004:

30). Dormansi yaitu suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan

istirahat, merupakan kondisi yang berlangsung selama suatu periode yang tidak

terbatas walaupun berada dalam keadaan yang mengguntungkan untuk

perkecambahan (Gardner, 1991: 304).

Dormansi pada benih dapat berlangsung beberapa periode tergantung pada

jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi sebelum

masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus. Dormansi

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pada benih dapat disebabkan keadaan fisik maupun keadaan fisiologis atau

kombinasi keduanya. Kulit biji yang impermeable terhadap air dan gas sering

dijumpai pada benih-benih leguminosae.

Tipe-Tipe Dormansi Benih

1) Mekanisme fisik meliputi:

a) Impermeabilitas kulit biji terhadap air yaitu benih-benih yang

termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai benih keras karena mempunyai

kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade

berdinding tebal terutama di permukaan paling luar, dan bagian dalamnya

mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. b) Resistensi mekanis kulit biji

terhadap pertumbuhan embrio yaitu kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi

pertumbuhan embrio, jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh

dengan segera. c) Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas,

perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di

sekitar benih ditambah. Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya

disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi mekanis (embrio tidak

berkembang karena dibatasi secara fisik), fisik (penyerapan air terganggu karena

kulit biji yang impermeabel), dan kimia (bagian biji/buah mengandung zat kimia

penghambat).

2) Mekanisme fisiologis

Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam

proses fisiologis; terbagi menjadi photodormancy (proses fisiologis dalam biji

terhambat oleh keberadaan cahaya), immature embryo (proses fisiologis dalam

biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang), dan

thermodormancy (proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu).

Cara Mematahkan Dormansi Benih

1) Perlakuan Mekanis

Perlakuan ini digunakan untuk memecahkan masa dormansi yang

disebabkan impermeabilitas kulit biji baik terhadap air maupun gas yaitu dengan

skarifikasi (mencakup cara seperti mengikir, menggosok kulit biji dengan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

ampelas,dan melubangi kulit biji) dan tekanan (memberikan tekanan hidraulik

terhadap biji).

2) Perlakuan Kimia

Perlakuan menggunakan bahan kimia bertujuan agar kulit biji menjadi

lebih mudah untuk air saat imbibisi.Larutan yang biasa digunakan adalah asam

sulfat dan asam nitrat. Perlakuan hormon seperti asam giberelat dan sitokinin

bertujuan untuk merangsang perkecambahan.

3) Perlakuan perendaman dengan air

Beberapa jenis benih diberi perlakuan perendaman dalam air panas

bertujuan memudahkan penyerapan air.

4) Perlakuan pemberian temperatur tertentu yaitu stratifikasi (memberikan

temperatur rendah pada keadaan lembab untuk menghilangkan bahan-bahan

penghambat pertumbuhan) serta perlakuan dengan temperatur rendah dan tinggi

(keadaan dormansi pada beberapa benih dapat diatasi dengan pemberian efek dari

temperatur rendah dan agak tinggi).

5) Perlakuan dengan cahaya

Pengaruh cahaya terhadap benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang

diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Penggunaan cahaya merah

lebih efektif dalam memecahkan masa dormansi.

Gardner (1991: 313) menyatakan bahwa perkecambahan dapat terjadi

melalui peningkatan bahan perangsang pertumbuhan maupun penurunan

penghambat pertumbuhan. Perlakuan dengan giberelin dapat menggantikan

kebutuhan akan cahaya pada biji fotoblastik dan mengganti kebutuhan akan suhu

dingin pada biji yang membutuhkan stratifikasi. Pengaruh giberelin dapat

menghilangkan dormansi.

Yucel dan Yilmaz (2009: 124-127) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa GA3 sangat efektif dalam menggantikan pengaruh pemanasan dan tekanan

salinitas pada perkecambahan biji selada dan barley. Perkecambahan pada biji

Salvia cyanescens, perkecambahan tertinggi pada pemberian 1 % GA3. Biji

Plantago lanceolata mengalami kenaikan persentase perkecambahan setelah

pemberian GA3 100-400 ppm. Plantago lanceolata dapat digunakan untuk

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membantu proses penyembuhan

emollient, expectorant, antimikroba, antitoxin, dan diuretik, untuk itu

lanceolata mulai dibudidayakan (

c. Giberelin

Salisbury dan Ross

adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan

dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu

menimbulkan respons fisiologis.

menempatkan zat itu sama dengan klorofil dan karoten. Macam

GA berbeda karena pergantian kelompok

kerangka giban dan karena adanya cincin

menyebabkan aktivitas biologis yang lebih besar seperti pada GA

(Gardner, 1991: 217). Struktur asam giberelat (GA

Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1930 dari kajian

terhadap tanaman padi yang sakit, yang tumbuh terlalu tinggi. Tanaman tersebut

tidak mampu menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati akibat kelemahan ini

dan parasit. Orang Jepang meny

cendawan Gibberella fujikuroi

memisahkan suatu senyawa aktif dari cendawan tersebut yang diberi nama

Giberelin (Salisbury dan

Giberelin sangat ber

hormon giberelin pada biji dapat mempercepat proses perkecambahan yang

diawali dengan penyerapan air (imbibisi) dan hormon. Penyerapan air

menyebabkan kulit biji menjadi lunak. Sebagian besar cadangan makana

biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan bereaksi pada pada sel

membantu proses penyembuhan tumor karena mengandung astrigent, demulcent,

emollient, expectorant, antimikroba, antitoxin, dan diuretik, untuk itu

mulai dibudidayakan (Sarihan, et al, 2005: 883-885).

Ross (1995: 33) menyatakan bahwa hormon tumbuhan

adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan

dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu

mbulkan respons fisiologis. Giberelin merupakan diterpenoid yang

menempatkan zat itu sama dengan klorofil dan karoten. Macam-macam bentuk

GA berbeda karena pergantian kelompok-kelompok hidroksil, metil atau etil pada

kerangka giban dan karena adanya cincin laktona. Adanya cincin lakton

menyebabkan aktivitas biologis yang lebih besar seperti pada GA3, GA

(Gardner, 1991: 217). Struktur asam giberelat (GA3) dapat dilihat pada Gambar

Gambar 2. Struktur GA3

Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1930 dari kajian

terhadap tanaman padi yang sakit, yang tumbuh terlalu tinggi. Tanaman tersebut

tidak mampu menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati akibat kelemahan ini

dan parasit. Orang Jepang menyebutnya penyakit Bakanae, yang disebabkan oleh

Gibberella fujikuroi. T Yabuta dan T Hayashi pada tahun 1930an

memisahkan suatu senyawa aktif dari cendawan tersebut yang diberi nama

Giberelin (Salisbury dan Ross, 1995: 51-52).

Giberelin sangat berperan penting pada perkecambahan biji. Pemberian

hormon giberelin pada biji dapat mempercepat proses perkecambahan yang

diawali dengan penyerapan air (imbibisi) dan hormon. Penyerapan air

menyebabkan kulit biji menjadi lunak. Sebagian besar cadangan makana

biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan bereaksi pada pada sel

23

umor karena mengandung astrigent, demulcent,

emollient, expectorant, antimikroba, antitoxin, dan diuretik, untuk itu Plantago

(1995: 33) menyatakan bahwa hormon tumbuhan

adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan

dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu

Giberelin merupakan diterpenoid yang

macam bentuk

kelompok hidroksil, metil atau etil pada

laktona. Adanya cincin lakton

, GA4, dan GA9

) dapat dilihat pada Gambar 2.

Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1930 dari kajian

terhadap tanaman padi yang sakit, yang tumbuh terlalu tinggi. Tanaman tersebut

tidak mampu menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati akibat kelemahan ini

ebutnya penyakit Bakanae, yang disebabkan oleh

pada tahun 1930an

memisahkan suatu senyawa aktif dari cendawan tersebut yang diberi nama

peran penting pada perkecambahan biji. Pemberian

hormon giberelin pada biji dapat mempercepat proses perkecambahan yang

diawali dengan penyerapan air (imbibisi) dan hormon. Penyerapan air

menyebabkan kulit biji menjadi lunak. Sebagian besar cadangan makanan pada

biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan bereaksi pada pada sel-sel yang

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mengelilingi endosperm, sehingga terbentuk beberapa enzim hidrolase untuk

mencerna cadangan makanan menjadi sumber energi tinggi bagi perkecambahan

(Kimball,1994: 601-602).

Tahun 1887 sachs memperlihatkan bahwa pencernaan endosperma tidak

dapat terjadi jika embrio dihilangkan dari biji. Pemberian giberelin ke seluruh

permukaan biji merangsang pembentukan α-amilase. Kesimpulan dari percobaan

tersebut bahwa efek embrio terhadap pembentukan α-amilase diperantarai oleh

giberelin. (Wilkins, 1989: 797). Bidwell (1979: 424) mengemukakan bahwa

giberelin bekerja dalam tingkat gen untuk membentuk α-amilase. Hal ini

menunjukkan bahwa embrio menghasilkan giberelin untuk menginisiasi

pengaktifan atau sintesis berbagai macam enzim yang dibutuhkan selama dan

sesudah perkecambahan.

Pengaruh giberelin telah berhasil dipelajari pada perkecambahan biji

barley. Biji barley dan serealia memiliki lapisan sel khusus pelindung biji yang

disebut aleuron yang mengandung protein. Biji yang mengalami imbibisi akan

mulai berkecambah, embrio mensintesis dan melepas giberelin. Giberelin

menstimulasi aleuron untuk menghasilkan enzim hidrolitik yang mencerna pati

dalam endosperm dan menghasilkan energi bagi perkecambahan. Auxin dan

sitokinin akan dilepas oleh endosperm sebagai akibat dari reaksi enzimatis.

Giberelin berperan sebagai pengatur pencernaan cadangan makanan dan pengatur

pelepasan hormon yang lain (Ebert et al, 1973: 321).

Menurut Hess (1975: 259) mengemukakan bahwa penetrasi air ke dalam

kulit biji yang permeabel menjadikan embrio aktif sehingga terjadi sintesis mRNA

dan asam giberelat bereaksi dengan aleuron mengakibatkan pembentukan enzim

hidrolase. Giberelin mendukung pertumbuhan benih sereal dengan cara

merangsang sintesis enzim α-amilase yang memobilisasi zat makanan yang

tersimpan. Sebelum pembentukan α-amilase, giberelin akan merangsang sintesis

mRNA yang mengkode sintesis α-amilase. Hal ini membuktikan bahwa hormon

dapat mengontrol perkembangan dengan cara mempengaruhi ekspresi gen

(Campbell & Reece. 2003: 386).

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Fosket (1994: 448) mengemukakan bahwa sekresi protein dari sel

melibatkan proses yang rumit dimana molekul mRNA yang spesifik

ditranslasikan pada ribosom yang terdapat di retikulum endoplasma. Sintesis

protein terakumulasi dalam lumen retikulum endoplasma yang akan diproses lebih

lanjut untuk pertumbuhan. Salah satu efek dari giberelin adalah mengubah

struktur lapisan aleuron secara cepat dengan memperluas pembentukan retikulum

endoplasma untuk melepaskan enzim hidrolitik.

Tahapan perkecambahan benih dimulai dari imbibisai air dan melunaknya

kulit biji. Tahap kedua diikuti dengan kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya

tingkat respirasi. Tahap ketiga terjadi penguraian karbohidrat, protein, dan lemak

menjadi bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap

keempat asimilasi bahan-bahan yang telah diuraikan menjadi energi pertumbuhan

sel. Tahap kelima terjadi proses pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel

pada titik tumbuh (Sutopo, 2004: 22).

Gambar 3. Mekanisme Pemecahan Glukosa/Glikolisis (Kebaikan dari

Opik and Rolfe).

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Pati dihidrolisis oleh α-amilase dan β-amilase yang diperantarai oleh

giberelin menjadi gula maltosa (disakarida) dan glukosa. Metabolisme glukosa

dilakukan dengan glikolisis yang membentuk dua molekul asam piruvat dan ATP.

Oksidasi lewat daur Krebs mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O, dan ATP.

(Gardner, 1991: 294).

Lemak dihidrolisis oleh lipase menjadi gliserol dan asam lemak. Asam

lemak didegradasi lebih lanjut oleh peroksidease dan aldehidrogenase dalam

oksidasi-α, yang memindahkan atom-atom karbon secara berturut-turut untuk

menghasilkan CO2 dan energi tersimpan (NADPH). Degradasi lemak yang lebih

umum adalah dengan oksidase-β yang memecah asam lemak menjadi satuan dua

karbon (asetil koenzim A) dan ATP. Asetil koenzim A masuk ke daur krebs untuk

mengalami oksidasi lebih lanjut dan menghasilkan ATP (Gardner, 1991: 294).

Asam lemak dan gliserol dipakai sebagai pembentuk glukosa, dimana glukosa

sebagai bahan bakar respirasi (Sutopo, 2004: 24)

Protease memecah ikatan peptida di dalam molekul protein yang

menghasilkan asam amino. Asam amino akan mengalami beberapa perubahan

sebagai berikut: disintesis kembali menjadi protein baru pada pertumbuhan,

pemindahan asam amino ke suatu asam organik (transaminasi), atau hidrolisis

asam amino menjadi asam organik dan amonia (deaminasi). Residu asam organik

akan masuk ke daur krebs untuk mengalami oksidasi lebih lanjut (Gardner, 1991:

294).

Perubahan struktur akan terjadi ketika biji menyerap air dan melepaskan

giberelin. Membran sitoplasma diperluas membentuk lapisan menyerupai

retikulum endoplasma dan akhirnya dinding sel akan terdegradasi. Sintesis α-

amilase terjadi antara 10-12 jam setelah inkubasi (Krishnamoorthy, 1975: 216).

Perlakuan dengan giberelin dapat menggantikan kebutuhan akan cahaya

pada biji fotoblastik dan mengganti kebutuhan akan suhu dingin pada biji yang

membutuhkan stratifikasi sehingga giberelin dapat menghilangkan dormansi pada

biji. Weaver pada tahun 1972 melakukan percobaan dengan penggunaan GA3

pada anggur sebesar 200 ppm pada waktu gugurnya kaliptra menghasilkan ukuran

buah anggur yang lebih besar dan kualitas rasa yang baik (Gardner, 1991: 224).

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Biosintesis giberelin berlangsung di dalam buah dan biji yang belum

masak, tunas, daun, dan akar. Umumnya terdapat tiga metabolit kimia yang

terlibat di biosintesis GA, yaitu: asam mevalonat yang bertindak sebagai pelopor

untuk pembentukan isoprena yaitu bagian dasar dalam karbon-19 dan karbon-20

kerangka giban, kaurena yang terbentuk dari isoprena, dan GA yang terbentuk

dari kaurena (Gardner, 1991: 219).

Asam giberelat adalah kelompok hormon tanaman yang ada secara alami.

Ia berperan dalam proses awal perkecambahan melalui aktivitas produksi enzim

dan pengangkutan cadangan makanan. Hubungannya dengan dormansi, GA

mengatur pengaruh zat-zat penghambat seperti coumarin, dormansi suhu,

dormansi cahaya, dan dormansi yang diakibatkan oleh zat penghambat.

Choe (1972) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa persentase

perkecambahan biji Pisum sativum meningkat 100 % setelah direndam dalam

larutan GA3 0.1, 1,dan 10 ppm selama 48 jam sedangkan pada konsetrasi GA3 100

ppm persentase perkecambahan mengalami penurunan. Vandelook et al, (2007: 5)

dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perendaman biji Chaerophyllum

temulum pada GA3 1000 ppm pada suhu 230C memberikan tingkat

perkecambahan maksimal. Bryan (1989: 6) dalam penelitiannya menyarankan

untuk menggunakan GA3 5-10 ppm untuk perlakuan terhadap umbi untuk

mempercepat pembentukan tunas.

B. Kerangka Berpikir

Belajar menjadi kegiatan aktif yang dilakukan oleh siswa untuk

memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Hakikat dari belajar adalah proses yang

harus dilewati oleh siswa untuk menemukan sendiri konsep dan pemahaman

untuk mencapai tujuan belajar. Siswa merupakan aktor utama dalam pembelajaran

sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan membimbing

siswa.

Salah satu komponen dalam proses belajar adalah sumber belajar. Sumber

belajar dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk memperoleh

pengetahuan, informasi, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Salah satu bentuk sumber belajar dapat berasal dari pemanfaatan hasil penelitian

biologi yang relevan sebagai acuan kegiatan pembelajaran. Khusus pada pokok

bahasan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, konsep hasil penelitian

pemberian hormon giberelin pada perkecambahan biji koro benguk (Mucuna

pruriens) yang disusun menjadi sebuah modul dapat digunakan sebagai salah satu

acuan sumber belajar.

Tanaman koro benguk memiliki banyak potensi yang bermanfaat karena

bijinya dapat digunakan sebagai bahan pangan, sebagai tanaman penutup tanah

dan pakan ternak, serta digunakan sebagai tanaman perintis pada lahan-lahan

tandus. Biji dapat digunakan sebagai bahan obat karena mengandung L-Dopa

sebagai obat penyakit parkinson. Sebagai tanaman kacang-kacangan, koro benguk

juga mampu menambat N2 bebas dari udara akibat bersimbiosis dengan

rhizobium pada bintil akarnya, biji koro benguk dapat dibuat tempe serta berbagai

hasil olahan yang lain. Protein yang terkandung penting untuk mencukupi

kebutuhan bagi masyarakat di lahan kering. Koro benguk belum mendapatkan

perhatian yang besar dari masyarakat karena waktu perkecambahan yang agak

lama. Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin (GA3) dapat mempercepat

waktu perkecambahan biji.

Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin mengakibatkan biji

mengalami imbibisi air dan hormon. Imbibisi air mengakibatkan kulit biji koro

benguk yang keras menjadi lunak. Penyerapan air oleh biji menyebabkan embrio

melepaskan GA3 sebagai sinyal yang akan diterima aleuron (selaput tipis

endosperm). Giberelin merangsang sel-sel pada lapisan aleuron untuk mensintesis

enzim α-amylase dan protease yang mengubah pati dan protein dalam endosperm

menjadi gula dan asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses

metabolisme dan dipecah menjadi energi dan senyawa penyusun tubuh. Asam-

asam amino akan dirangkai menjadi protein yang berfungsi menyusun struktur sel

dan enzim-enzim baru. Asam lemak terutama digunakan untuk menyusun

membran sel. Hidrolisis karbohidrat, protein, dan lemak dalam endosperm akan

menghasilkan energi bagi perkecambahan.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Pemahaman siswa terhadap materi tidak dapat dilakukan hanya dengan

menyampaikan materi tersebut di depan kelas tanpa memperhatikan potensi

individu untuk menggali pengetahuannya sendiri. Jika otak hanya belajar

mengutip, berlatih, belajar semalaman sebelum ujian, maka dalam waktu 14

sampai 18 jam otak akan melupakan sebagian besar informasi baru tersebut.

Setiap siswa memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya dengan cara

terlibat untuk menemukan makna materi melalui pengalaman-pengalaman yang

dialami secara langsung.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang berlangsung di SMP

Negeri 5 Surakarta, khususnya di kelas VIII D menunjukkan bahwa keterampilan

proses siswa masih belum optimal. Observasi kegiatan saat praktikum, siswa

hanya melakukan aktivitas yang diperintahkan oleh guru sehingga mereka tidak

benar-benar memahami apa yang sedang mereka lakukan, apa yang harus diamati,

dan bagaimana menganalisis data hasil pengamatannya. Hal ini disebabkan karena

kurangnya siswa dilatih untuk belajar terlibat langsung dalam menemukan dan

memahami konsep materi yang sedang dipelajari serta siswa kurang dilatih untuk

melakukan pengamatan secara langsung tanpa harus menunggu perintah dari guru

sehingga keterampilan proses siswa masih rendah.

Penguasaan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran erat kaitannya

dengan pendekatan yang digunakan guru. Penggunaan pendekatan yang tepat

mempermudah siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran.

Penggunaan pendekatan yang tepat dan efektif sangat penting untuk

meningkatakan keterampilan proses dalam pembelajaran biologi. Perlu dilakukan

inovasi dalam menerapkan pembelajaran yaitu penerapan pendekatan CTL yang

disertai dengan penggunaan modul untuk meningkatkan keterampilan proses

siswa.

Penerapan pendekatan CTL disertai dengan penggunaan modul diharapkan

mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa secara aktif serta meningkatkan

keterampilan proses karena siswa dilatih untuk mengalami sendiri dan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari.

Melalui penerapan CTL yang disertai penggunaan modul mampu melatih siswa

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

untuk dapat menjelaskan konsep yang telah dipelajarinya, dapat menerapkan

konsep yang diperolehnya, dapat menentukan objek yang harus diamati serta

mampu mengukurnya, dapat menghubungkan konsep dengan kegiatan praktikum,

dapat menganalisis dan menyimpulkannya, serta dapat menjelaskan kesimpulan

yang diperoleh.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Adapun paradigma urutan kegiatan pembelajaran dan kerangka pemikiran

dapat dilihat dalam Gambar 4.

Dapat

ditingkatkan

Analisis

Materi

Identifikasi Masalah- Keterampilan proses siswa masih rendah.- Siswa belum siap saat kegiatan

praktikum, sehingga siswa belum memahami apa yang sedang dipraktikumkan.

- Siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran.

- Siswa lebih suka menunggu perintah dari guru dan kurang inisiatif.

Penyebab - Siswa lebih suka menerima

informasi dari guru.- Siswa hanya bergantung pada apa

yang ada dalam buku pegangan.- Minat membaca/mencari referensi

sangat kurang.- Tidak mau mengembangkan pola

pikir.- Siswa lebih suka menggantungkkan

pada teman yang pandai saat praktikum.

SolusiPenerapan pendekatan CTL

Masalah UtamaKeterampilan proses siswa yang masih rendah.

Penelitian perkecambahan Koro Benguk (Mucuna pruriens) dengan pemberian GA3

- Modul- LKS/Petun -

juk praktikum

Penelitian Tindakan Kelas

Aplikasi Pembelajaran Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta

Belum Mencapai Target

Mencapai Target

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Gambar 4. Skema Kerangka BerfikirRefleksi

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII D semester gasal tahun

pelajaran 2009/2010 yang bertempat di SMP N 5 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010. Pelaksanaan rencana

kegiatan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai

berikut :

a. Bulan Maret-Juli 2010 : tahap persiapan meliputi kegiatan observasi di kelas,

pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, penelitian perkecambahan koro

benguk, seminar proposal, perijinan penelitian, serta konsultasi instrumen

penelitian.

b. Bulan Juli-September : tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang

dilaksanakan di lapangan yang meliputi uji instrumen penelitian dan

pengambilan data.

c. Bulan September-selesai : tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan

penyusunan laporan. Urutan waktu pelaksanaan kegiatan penelitian dapat

dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Perkecambahan Biji Koro Benguk (Mucuna pruriens) melalui Perendaman dalam Larutan Hormon Giberelin

No Kegiatan Maret-10 April-10 Mei-101 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan penelitian :a. Analisis kurikulum SMP kelas

VIIIx

b. Pengajuan judul penelitian x xc. Pembuatan Rancangan peneli-

tianx x

d. Pengajuan izin penelitian x2 Pelaksanaan

a. Persiapan alat dan bahan xb. Penelitian laboratorium x xc. Analisa data x

3 Penyusunan Modul Hasil Penelitian

x x

Tabel 4. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penerapan Pendekatan CTL NO

Rencana KegiatanJuni 2010 Juli 2010 Agustus 2010 Sept-2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1.

Persiapan

Observasi x x

Identifikasi Masalah x

Penentuan Tindakan x

Pengajuan Judul x

Penyusunan Proposal x x x x

Pembuatan Instrumen x x

Seminar Proposal x

Pengajuan Izin Penelitian x

2.

Pelaksanaan

a. Pengumpulan Data x x x x

b. Analisa Data x x

3.Penyelesaian

a. Penulisan laporan x

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan termasuk penelitian tindakan kelas (PTK)

atau Classroom Action Research yang berkolaborasi dengan guru bidang studi

biologi. Model penelitian tindakan kelas secara garis besar terdapat empat

tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Penelitian ini berkolaborasi dengan guru biologi kelas VIII D, mekanisme

kerja dalam penelitian adalah menyusun rencana kegiatan, mengobservasi

tindakan pembelajaran di kelas oleh guru terhadap siswa, dan akhirnya

melaporkan hasil penelitian secara deskriptif kualitatif sesuai dengan fakta dan

keadaan yang ada di sekolah.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keterampilan

proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dalam materi pertumbuhan dan

perkembangan. Penerapan pembelajaran tersebut berulang atau bersiklus hingga

tercapai target yang telah ditentukan. Apabila target yang telah ditentukan belum

tercapai, maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus II, dan seterusnya. Penerapan

CTL dilaksanakan pada siklus I dan siklus II. Tindak lanjut pada siklus II

dilakukan untuk diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penerapan CTL

untuk meningkatkan keterampilan proses pada aspek mengamati,

mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan

berkomunikasi.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

yang bertujuan untuk mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada sesuai

dengan kenyataan yang ada di lapangan yaitu pelaksanaan proses pembelajaran

biologi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan CTL.

C. Sumber Data

Data penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber, meliputi:

1. Informasi dari guru dan siswa yaitu guru mata pelajaran Biologi Kelas VIII

dan siswa kelas VIII D

2. Dokumentasi arsip yang meliputi silabus, rancangan pembelajaran, buku

penilaian, dan referensi mengajar.

3. Tempat berlangsungnya peristiwa dan aktivitas pembelajaran.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi

observasi/pengamatan, wawancara, dan angket yang masing-masing diuraikan

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan tindakan

sesuai dengan rencana yang telah disusun dan sasaran yang diharapkan. Observasi

dilakukan agar gejala ketidakberhasilan atau kesalahan dalam pemberian tindakan

dapat diketahui sedini mungkin sehingga dapat dilakukan perbaikan sebelum

dilakukan tindakan selanjutnya. Observasi dilakukan sesuai dengan indikator yang

telah ditentukan pada lembar observasi. Pengisian hasil observasi sebenarnya bisa

diisi secara bebas dalam bentuk uraian maupun dengan memberi tanda cek (√)

pada kolom jawaban yang telah disediakan.

Observasi ini dilakukan terhadap siswa dan guru. Observasi terhadap

siswa dititikberatkan pada keterampilan proses yang dibatasi. Pengamatan

terhadap pembatasan indikator keterampilan proses meliputi: dapat menentukan

objek yang harus diamati, menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk

mengamati objek, mampu menggunakan alat untuk mengukur, dapat

mengklasifikasikan, dapat menjalankan prosedur praktikum, mencatat data hasil

pengamatan, mengkomunikasikan hasil pengamatan,serta dapat menggumpulkan

fakta yang relevan dan memadai.

Observasi terhadap guru dititikberatkan pada keterlaksanaan sintaks

pembelajaran di kelas meliputi: kegiatan pendahuluan dan apersepsi,

penyampaian materi secara garis besar, memberikan soal pre-tes, pembagian

modul, menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran CTL,

membimbing siswa untuk melakukan percobaan yang ada pada modul,

membimbing siswa dalam melakukan kegiatan pengamatan, membimbing setiap

kelompok untuk membuat laporan hasil pengamatan, meminta siswa untuk

membuat laporan praktikum, mengevaluasi laporan praktikum, membimbing

siswa untuk dapat menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil percobaan, serta

memberikan soal-soal post-tes diakhir siklus.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2. Wawancara

Wawancara dilakukan setelah melakukan observasi awal dan setelah akhir

siklus untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran. Tahap sebelum melaksanakan wawancara perlu

dirancang pedoman wawancara sesuai dengan tujuan. Wawancara yang akan

dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru

dan beberapa siswa. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara formal

tetapi dilakukan pada saat yang tepat. Wawancara di akhir siklus dilakukan untuk

memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual (CTL).

Kegiatan wawancara dengan guru maupun wawancara dengan siswa

meliputi: pelaksanaan pembelajaran di kelas, permasalahan yang muncul di kelas,

serta kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran. Berdasarkan

kegiatan diskusi dan wawancara, peneliti dan guru bekerja sama dalam

mengambil tindakan.

3. Angket

Angket yang diberikan kepada siswa adalah angket keterampilan proses

yang dibatasi. Artinya, tidak semua aspek dalam keterampilan proses diterapkan

dalam penelitian ini. Aspek yang ingin diterapkan dalam penelitian ini meliputi

aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Butir-butir pertanyaan dalam

angket dikembangkan berdasarkan kisi-kisi angket yang telah disusun. Angket

digunakan untuk memperoleh data mengenai keterampilan proses yang berkaitan

dengan materi pertumbuhan dan perkembangan dan penerapan pembelajaran

kontekstual. Informasi yang diperoleh dari angket dapat digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan proses.

Penyusunan angket terlebih dahulu diawali dengan membuat kisi-kisi

angket. Kisi-kisi angket mencakup aspek dan indikator yang disesuaikan dengan

tujuan penelitian. Selanjutnya, indikator-indikator tersebut digunakan sebagai

pedoman dalam menyusun butir-butir soal angket. Pemberian nilai pada angket

untuk mempermudah analisa penelitian dibuat empat kolom yaitu Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), dan pedoman

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

penskoran angket dapat dilihat pada Tabel 5. Angket yang dibuat berbentuk

angket tertutup karena jawaban dari setiap pertanyaan telah disediakan antara

empat pilihan (Mardalis, 1990: 71).

Tabel 5. Pedoman Penskoran Angket

Skor untuk Aspek yang DinilaiSkor untuk Pernyataan

(+) (-)

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak setuju (TS)

Sangat tidak setuju (STS)

4

3

2

1

1

2

3

4

E. Validitas Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa

validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan

untuk menjaga validitas data dalam penelitian ini yaitu triangulasi metode.

Menurut Lexy J. Maleong (2005: 330) teknik triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding data. Triangulasi dalam

penelitian adalah triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan

mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kebenaran informasinya.

Adapun skema dari pemeriksaan validitas data menurut Sutopo (2002: 81)

yang digunakan dapat dilihat dalam Gambar 6.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Gambar 5. Skema Pemeriksaan Validitas Triangulasi Metode

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian dimulai sejak awal sampai pengumpulan

data. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara

kualitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif

kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Teknik

analisis deskriptif kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman

(1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data meliputi proses

penyeleksian, pemfokusan, dan penyederhanaan dari data lapangan yang

berlangsung sepanjang kegiatan pelaksanaan penelitian dengan menggunakan

salah satu data yang dianggap paling relevan dari beberapa sumber data yang

diperoleh. Penyajian data meliputi penyusunan informasi secara sistematis dari

hasil reduksi data yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram, maupun grafik

yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada

masing-masing siklus. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya

pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan

modul sebagai sumber atau bahan pembelajaran. Modul sebagai bahan

pembelajaran ini disusun dari hasil penelitian di laboratorium mengenai

perendaman biji koro benguk (Mucuna pruriens) dalam larutan asam

Observasi

Sumber DataData Wawancara

Angket

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

giberelat/hormon giberelin untuk mempercepat perkecambahan sebagai

pengembangan bahan ajar pada materi pertumbuhan dan perkembangan

khususnya pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.

1. Penelitian Laboratorium

Penelitian ini dimulai dengan pengambilan biji koro benguk yang sudah

tua dari buah polongnya. Biji yang sudah tua ditandai dengan warna biji yang

sudah abu-abu (kecoklatan). Biji-biji tersebut dikeringkan selama 2-3 hari. Pilih

biji yang mempunyai kualitas baik seperti biji yang padat, ukurannya besar, dan

tidak ada kerusakan fisik. Biji-biji tersebut kemudian direndam dalam larutan

hormon asam giberelat (GA3) untuk lima waktu perendaman yang berbeda yaitu

1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Tujuan perendaman dalam beberapa

interval waktu yang berbeda adalah untuk mengetahui waktu perendaman terbaik.

Konsentrasi hormon giberelin yang digunakan adalah 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm,

dan 20 ppm. Biji kemudian diangkat, ditiriskan dan dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan pada suhu ruangan. Setelah biji kering, biji kembali direndam

dalam laruatan fungisida selama 2-3 menit. Biji kembali diangkat dan diangin-

anginkan pada suhu ruang. Biji kemudian ditanam dalam media perkecambahan

dan diletakkan pada rumah kaca dengan paparan sinar matahari yang tidak terlalu

banyak. Perawatan dilakukan dengan penyiraman tanaman hingga akhir

perlakuan. Pengambilan data serta dokumentasi dilakukan setiap hari selama

perlakuan tergantung pada parameter yang akan diamati.

Penelitian ini meliputi berbagai tahap, yaitu:

a. Persiapan Biji

Biji yang digunakan adalah biji koro benguk yang sudah tua, yang ditandai

dengan warna biji abu-abu kecoklatan. Biji-biji tersebut dikeringkan selama 2-3

hari. Pilih biji yang mempunyai kualitas baik seperti biji yang padat, ukurannya

besar, dan tidak ada kerusakan fisik. Percobaan ini menggunakan biji yang berasal

dari kabupaten Purwodadi. Biji-biji yang besar memiliki embrio yang besar pula

sehingga memiliki tingkat perkecambahan yang baik.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

b. Pembuatan Larutan Hormon

Larutan hormon asam giberelat yang akan dibuat sebanyak 100 ml.

Larutan hormon tersebut dibuat dengan cara melarutkan hormon yang berbentuk

serbuk dengan menggunakan etanol dan aquadest. Etanol ini digunakan untuk

melarutkan serbuk hormon sebelum ditambahkan aquadest.

Pembuatan larutan hormon untuk masing-masing konsentrasi diperoleh

dengan perhitungan:

1) GA3 0 ppm

Tidak menggunakan hormon tapi hanya direndam dengan aquadest.

2) GA3 5 ppm

X5 ppm sebanyak 100 ml : =

X = 0,5 mg

Jadi 0,5 mg hormon giberelin dilarutkan dengan etanol sebanyak 1 ml, kemudian

dicampur dengan 100 ml aquadest.

3) GA3 10 ppm

10 X10 ppm sebanyak 100 ml : =

1000 100

X= 1 mg

Jadi 1 mg hormon giberelin dilarutkan dengan etanol sebanyak 1 ml, kemudian

dicampur dengan 100 ml aquadest.

4) GA3 15 ppm

15 X15 ppm sebanyak 100 ml: =

1000 100

X = 1,5 mg

Jadi 1,5 mg hormon giberelin dilarutkan dengan etanol sebanyak 1 ml, kemudian

dicampur dengan 100 ml aquadest.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

5) GA3 20 ppm

20 X20 ppm sebanyak 100 ml: =

1000 100

X = 2 mg

Jadi 2 mg hormon giberelin dilarutkan dengan etanol sebanyak 1 ml, kemudian

dicampur dengan 100 ml aquadest.

c. Perendaman Biji

Langkah berikutnya yaitu setelah biji siap maka dilanjutkan dengan

perendaman biji tersebut. Biji direndam dalam larutan hormon pada masing-

masing konsentrasi selama 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Hal ini

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hyung T. Choe (1972) pada biji

Pisum sativum yang mempunyai struktur biji hampir sama dengan Mucuna

preriens karena termasuk famili leguminosae.

d. Penyiapan Media

Media perkecambahan yang digunakan adalah arang sekam, tanah yang

sudah diayak, dan kompos dengan perbandingan 1: 1: 1. Bahan-bahan tersebut

dicampur sampai merata dan ditempatkan pada polibag sebanyak ½ bagian ( ± ½

kg/ polibag).

e. Penanaman Biji

Biji direndam dalam larutan hormon GA3 selama 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6

jam, dan 8 jam pada masing-masing konsentrasi, kemudian biji-biji tersebut

diangkat dan diangin-anginkan sampai kering. Setelah kering, biji-biji tersebut

direndam dalam larutan fungisida selama 2-3 menit untuk menghindari jamur

selama perkecambahan. Setiap polibag terdiri dari 5 biji yang ditanam dengan

jarak 3-4 cm. Biji yang sudah tertanam semua kemudian ditutup lagi dengan

media secara tipis, lalu disiram dengan air sebanyak ± 50 ml.

f. Pemeliharaan

Polibag-polibag yang sudah berisi biji-biji yang sudah ditanam kemudian

ditempatkan pada rumah kaca dengan paparan sinar matahari yang tidak terlalu

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

banyak. Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyiraman yang dilakukan sesuai

dengan kebutuhan tanaman tersebut. Media yang ada dalam polibag jika terlihat

tidak terlalu kering maka tidak dilakukan penyiraman karena jika terlalu basah

dikhawatirkan biji akan busuk. Media yang ditumbuhi gulma perlu dibersihkan.

g. Transplanting

Bibit yang sudah memiliki 2-3 helai daun, memiliki batang yang kokoh,

warna daunnya bagus, dan tidak terkena penyakit dapat segera dipindahkan ke

areal penanaman yang sesungguhnya.

h. Pengamatan Perkecambahan

Perkecambahan yang diamati meliputi :

1) Persentase Perkecambahan (Germination Percentage)

Jumlah kecambah normal yang dihasilkan

% Perkecambahan = X 100 %

Jumlah contoh benih yang diuji

2) Laju Perkecambahan (Germination Rate)

N1T1 + N2T2 + …………..N x T x

Rata-rata Hari =

Jumlah total benih yang berkecambah

Dimana:

N = Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu

T = Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan

akhir dari interval tertentu suatu pengamatan.

2. Penelitian Tindakan Kelas

Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan identifikasi masalah dari hasil observasi yang telah

dilakukan, peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan

pendekatan CTL yang disertai penggunaan modul untuk meningkatkan

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Tahap ini peneliti

menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan. Instrumen dalam penelitian

meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, soal pre-tes, soal post-tes,

penyusunan modul, LKS petunjuk praktikum, lembar observasi, angket, pedoman

wawancara, dan dokumentasi.

Modul hasil penelitian disusun berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

penelitian di laboratorium. Sebelum menyusun modul, peneliti terlebih dahulu

melakukan eksperimen di laboratorium. Penelitian yang dilakukan yaitu upaya

untuk mempercepat perkecambahan biji koro benguk (Mucuna pruriens) dengan

pemberian hormon asam giberelat (GA3). Selama eksperimen berlangsung,

peneliti memantau perkembangan perkecambahan setiap hari. Peneliti juga

mengambil dokumentasi dan data yang dibutuhkan setiap hari sampai batas

pengambilan data selesai. Data dan dokumentasi yang telah dikumpulkan

kemudian dianalisis dan dijadikan dasar dalam pembuatan modul sebagai sumber

belajar bagi siswa.

Susunan modul disesuaikan dengan kriteria penyusunan modul menurut

Mulyasa (2005: 150) yang terdiri atas pendahuluan, tujuan pembelajaran, tes

awal, pengalaman belajar, sumber belajar, dan tes akhir. Penyusunan modul

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan perkembangan kegiatan belajar

mengajar.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun

sebelumnya. Langkah-langkah pelaksanaan tindakan secara garis besar yaitu:

1) Siklus I

a). Pertemuan I

(1) Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi oleh guru secara

singkat.

(2) Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 6 orang.

(3) Siswa diberi soal-soal pre-tes untuk mengetahui kemampauan awal dan

kesiapan siswa.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

(4) LKS I dan modul 1 dibagikan kepada siswa dan meminta siswa untuk

mempelajarinya.

(5) Guru memberikan penjelasan kepada siswa untuk melaksanakan

praktikum.

(6) Guru memandu jalannya praktikum.

(7) Guru mengevaluasi kegiatan praktikum.

b). Pertemuan II

(1) Guru meminta siswa untuk menempatkan diri sesuai kelompoknya.

(2) Guru meminta siswa untuk mempelajari modul dan melakukan kegiatan

diskusi sesuai petunjuk modul.

(3) Guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk menyampaikan hasil

diskusinya.

2) Siklus II

a). Pertemuan I

(1) Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi oleh guru secara

singkat.

(2) Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok praktikum.

(3) Guru membagikan modul II dan LKS II kepada siswa dan meminta siswa

untuk mempelajarinya.

(4) Guru memberikan pengarahan untuk melaksanakan kegiatan praktikum.

(5) Guru mengevaluasi kegiatan praktikum.

b). Pertemuan II

(1) Guru meminta siswa untuk menempatkan diri sesuai kelompoknya.

(2) Guru meminta siswa untuk mempelajari modul dan melakukan kegiatan

diskusi sesuai petunjuk modul.

(3) Guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk menyampaikan hasil

diskusinya.

(4) Siswa diberi soal-soal post tes untuk mengetahui tingkat penguasaan

materi.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

c. Tahap Pengamatan

Pengamatan atau observasi terhadap keterampilan proses disesuaikan

dengan indikator yang telah disusun dengan menggunakan lembar observasi.

Kegiatan observasi ini meliputi pemantauan, pencatatan, dan dokumentasi segala

kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran. Fokus observasi ditujukan pada

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dengan

menggunakan pendekatan CTL yang disertai penggunaan modul pembelajaran.

Selain lembar observasi, digunakan angket dan wawancara sebagai data

pendukung. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui kekurangan dan

kelebihan dari tindakan yang dilakukan.

d. Tahap Refleksi

Tahap ini guru bersama peneliti melakukan analisis terhadap pelaksanaan

proses kegiatan pembelajaran dan keterampilan proses terhadap pembelajaran

yang dilakukan oleh guru. Hasil analisis dijadikan bahan refleksi untuk dilakukan

perbaikan pembelajaran apabila belum memenuhi target yang ditentukan.

Pengukuran keberhasilan tindakan, disesuaikan dengan perumusan

indikator-indikator pencapaian. Indikator keterampilan proses pada saat

pembelajaran meliputi dapat menentukan objek yang harus diamati, menggunakan

indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, mampu menggunakan alat

untuk mengukur, dapat mengklasifikasikan, dapat menjalankan prosedur

praktikum, mencatat data hasil pengamatan, mengkomunikasikan hasil

pengamatan,serta dapat menggumpulkan fakta yang relevan dan memadai.

Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 6. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian LaboratoriumKonsep Aspek Indikator Awal Cara

Pengukuran

Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Pertumbuhan adalah kesatuan berbagai reaksi biokimia, biofisis, dan fisiologis yang berinteraksi dengan faktor lingkungan (Sitompul dan Guritno, 1995: 6). Perkembangan adalah perubahan kualitatif yang mempengaruhi bentu tanaman (Goldsworthy&Fisher, 1992: 156-157).

Perkecambahan merupakan permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit dan munculnya semai (Gardner, 1991: 291).

a) Terjadi absorpsi dan imbibisi air.

b) Terjadi pembesaran biji.c) Terjadi diferensiasi sel.d) Munculnya plumule dan

radikula yang tumbuh secara normal.

e) Terjadi penambahan tinggi tanaman.(Gardner, 1991: 291).

0%

0%0%0%

0%

a) Kulit bijimelunak

b) Volume c) Terdapat

titik tumbuh calon akar dan batang

d) Pengukuran tinggi plumul dan radikul.

Tabel 7. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian Tindakan KelasKonsep Aspek Indikator Awal Target

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif/intelektual, manual, dan sosial (Nuryani R., 2005: 78).

1) Mengamati atau observasi

1) Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati.

2) Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

47,22%

46,53%

75%

75%2) Mengelompokkan

atau mengklasifikasikan

1) Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan.

2) Mencatat setiap hasil pengamatan.

47,22%

62,5%

75%

75%3) Menggunakan

alat/bahan1) Mampu menggunakan alat

untuk mengukur objek percobaan.

45,14% 75%

4) Melaksanakan eksperimen

1) Mampu menentukan objek yang harus diamati.

2) Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar.

38,89%

55,56%

75%

75%

5) Berkomunikasi

(Nuryani R., 2005: 86-87)

1) Mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk tabel, grafik, atau histogram.

(Nuryani R., 2005: 86-87)

45,83% 75%(berdasarkan panduan rubrik lembar observasi)

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Urutan prosedur penelitian dapat digambarkan dalam skema yang

diadaptasi dari skema Kemmis dan Mc Taggart dapat dilihat dalam Gambar 6.

Siklus I

Siklus II

Gambar 6. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

(Sukardi, 2004: 215)

PerencanaanPenyusunan instrument pembelajaran: angket keterampilan proses, silabus, RPP, modul untuk Siklus I, lembar obser-vasi, dan pedoman wawancara.

RefleksiMengemukakan dan menganalisis hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan per-baikan. Bila indikator belum tercapai, dilan-jutkan pada siklus II

PerencanaanRancangan perbaikan dari refleksi siklus IPenyusunan instrumen pembelajaran: rencana pengajaran dan media pembelajaran untuk siklus II.

PelaksanaanPenerapan CTL disertai modul pembelajaran.

RefleksiMengemukakan dan menganalisis hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan II yang memerlukan per-baikan serta melihat ketercapaian indikator

ObservasiPengamatan proses pembelajaran

PelaksanaanPenerapan pendekatan CTL disertai modul .

ObservasiPengamatan proses pembelajaran

Tindak LanjutPerbaikan pembelajaran oleh guru Biologi setelah pembelajaran

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Laboratorium

Penelitian perkecambahan biji Mucuna pruriens (koro benguk) dilakukan di

rumah kaca UPT laboratorium Pusat UNS. Data yang diperoleh berupa jumlah biji

yang berkecambah dan waktu yang dibutuhkan biji untuk berkecambah. Data

hasil penelitian perkecambahan biji koro benguk dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Perkecambahan Mucuna pruriensPerlakuan Jumlah Biji % Pkcmbhn Laju

Perkecambahan(ppm:jam) H-1 H-5 (%)Kontrol 0 0 0 05 : 1’ 0 5 100 0,018985 : 2’ 0 5 93,33 0,0154215 : 4’ 0 4 86,67 0,0231325 : 6’ 0 5 100 0,0154215 : 8' 0 5 100 0,016014

10 : 1’ 1 5 93,33 0,02075910 : 2’ 0 3 66,67 0,01245610 : 4’ 0 3 53,33 0,00889710 : 6’ 0 3 53,33 0,01008310 : 8’ 0 4 80 0,00889715 : 1’ 2 5 100 0,02728315 : 2’ 0 3 66,67 0,01245615 : 4’ 0 5 100 0,02253915 : 6’ 0 4 80 0,017215 : 8’ 0 5 93,33 0,01364220 : 1’ 0 5 93,33 0,02135220 : 2’ 0 5 100 0,02135220 : 4’ 0 4 73,33 0,01364220 : 6’ 0 4 86,67 0,02253920 : 8’ 0 4 73,33 0,011269

1. Persentase Perkecambahan (Germination Percentage)

Persentase perkecambahan biji koro benguk yang telah diberi perlakuan

perendaman biji dalam hormon giberelin menunjukkan kenaikan persentase

perkecambahan bila dibandingkan dengan kontrol yaitu biji yang tidak direndam

larutan hormon. Biji yang direndam dengan giberelin dalam 5 hari telah

menunjukkan % perkecambahan sebesar 84.67 % dari 4 konsentrasi yang

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dicobakan, artinya dalam 5 hari total biji yang berkecambah berjumlah 254 dari

300 biji yang ditanam. Biji yang tidak diberi perlakuan perendaman hormon

(kontrol) sampai hari k

perkecambahan biji koro benguk dengan

hormon giberelin dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7 . Persentase Perkecambahan Biji antar Perlakuan

Hasil perkecamba

larutan hormon giberelin baik dalam konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,15 ppm, atau 20

ppm memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan daya

kecambah pada biji koro benguk.

sebesar 100% pada hari ke 5 terjadi pada perlakuan

(5 ppm:8 jam), (15 ppm:1 jam), (15 ppm:4 jam), dan (20 ppm:2 jam).

perkecambahan terendah terjadi pada biji kontrol sebesar 0% karena sampai hari

ke 5 belum ada biji yang berkecambah.

Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin bertujuan agar terjadi

absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat. Setelah direndam dalam

variasi waktu yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak.

Kehadiran air di dalam sel

Asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin bertambah dan aktivitas

enzim meningkat. Enzim amilase akan memecah tepung menjadi maltosa,

kemudian maltosa dihrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Glukosa akan m

dalam metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan.

0102030405060708090

100

dicobakan, artinya dalam 5 hari total biji yang berkecambah berjumlah 254 dari

300 biji yang ditanam. Biji yang tidak diberi perlakuan perendaman hormon

kontrol) sampai hari ke 5 belum ada yang berkecambah.

ahan biji koro benguk dengan perlakuan perendaman biji dalam

dapat dilihat pada Gambar 7.

. Persentase Perkecambahan Biji antar Perlakuan

Hasil perkecambahan ini menunjukkan bahwa perendaman biji dalam

larutan hormon giberelin baik dalam konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,15 ppm, atau 20

ppm memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan daya

kecambah pada biji koro benguk. Persentase perkecambahan tertingg

sebesar 100% pada hari ke 5 terjadi pada perlakuan (5 ppm:1 jam), (5 ppm:6 jam),

(5 ppm:8 jam), (15 ppm:1 jam), (15 ppm:4 jam), dan (20 ppm:2 jam).

perkecambahan terendah terjadi pada biji kontrol sebesar 0% karena sampai hari

ada biji yang berkecambah.

Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin bertujuan agar terjadi

absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat. Setelah direndam dalam

variasi waktu yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak.

Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah hormon perkecambahan awal.

Asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin bertambah dan aktivitas

enzim meningkat. Enzim amilase akan memecah tepung menjadi maltosa,

kemudian maltosa dihrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Glukosa akan m

dalam metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan.

% Perkecambahan

49

dicobakan, artinya dalam 5 hari total biji yang berkecambah berjumlah 254 dari

300 biji yang ditanam. Biji yang tidak diberi perlakuan perendaman hormon

e 5 belum ada yang berkecambah. Persentase

perlakuan perendaman biji dalam

han ini menunjukkan bahwa perendaman biji dalam

larutan hormon giberelin baik dalam konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,15 ppm, atau 20

ppm memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan daya

Persentase perkecambahan tertinggi yaitu

(5 ppm:1 jam), (5 ppm:6 jam),

Persentase

perkecambahan terendah terjadi pada biji kontrol sebesar 0% karena sampai hari

Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin bertujuan agar terjadi

absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat. Setelah direndam dalam

variasi waktu yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak.

fkan sejumlah hormon perkecambahan awal.

Asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin bertambah dan aktivitas

enzim meningkat. Enzim amilase akan memecah tepung menjadi maltosa,

kemudian maltosa dihrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Glukosa akan masuk

dalam metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan.

% Perkecambahan

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bahan-bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut

ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan

komponen dan pertumbuha

differensiasi sel pada titik tumbuh. Setelah 2

plumule (calon batang) dan radikula (calon akar) pada biji. Tinggi plumula pada

hari ke lima rata-rata mencapai 4

hormon yang berhasil berkecambah mencapai 84,67%. Artinya, perendaman biji

koro benguk dalam larutan hormon giberelin dapat meningkatkan persentase

perkecambahan.

2. Laju Perkecambahan (Germination Rate)

Laju perkecambahan digu

biji untuk berkecambah dalam satuan waktu tertentu. Biji kontrol tidak mengalami

perubahan laju perkecambahan karena sampai hari ke 5 tidak terjadi tanda

munculnya perkecambahan. Beberapa biji bahkan mengala

terjadi karena imbibisi air

berakibat membusuknya biji. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 5 ppm

sebesar 0,088968. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 10 ppm sebesar

0,061091. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 15 ppm sebesar

Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 20 ppm sebesar

perkecambahan biji koro benguk dengan

hormon giberelin dapat dilihat pada Gamb

Gambar 8

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut

ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan

komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Kemudian terjadi pembesaran sel dan

differensiasi sel pada titik tumbuh. Setelah 2-3 hari masa penanaman muncul

plumule (calon batang) dan radikula (calon akar) pada biji. Tinggi plumula pada

rata mencapai 4-8 cm. Jumlah biji dengan perlakuan perendaman

hormon yang berhasil berkecambah mencapai 84,67%. Artinya, perendaman biji

koro benguk dalam larutan hormon giberelin dapat meningkatkan persentase

Laju Perkecambahan (Germination Rate)

Laju perkecambahan digunakan untuk mengetahui rata-rata kecepatan

biji untuk berkecambah dalam satuan waktu tertentu. Biji kontrol tidak mengalami

perubahan laju perkecambahan karena sampai hari ke 5 tidak terjadi tanda

munculnya perkecambahan. Beberapa biji bahkan mengalami kebusukan, hal ini

terjadi karena imbibisi air berlebihan yang menyebabkan kondisi anaerob yang

berakibat membusuknya biji. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 5 ppm

Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 10 ppm sebesar

Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 15 ppm sebesar

Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 20 ppm sebesar 0,090155.

ahan biji koro benguk dengan perlakuan perendaman biji dalam

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Laju Perkecambahan Biji antar Perlakuan

Laju Pkcmbhn

50

bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut

ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan

sel baru. Kemudian terjadi pembesaran sel dan

3 hari masa penanaman muncul

plumule (calon batang) dan radikula (calon akar) pada biji. Tinggi plumula pada

iji dengan perlakuan perendaman

hormon yang berhasil berkecambah mencapai 84,67%. Artinya, perendaman biji

koro benguk dalam larutan hormon giberelin dapat meningkatkan persentase

rata kecepatan

biji untuk berkecambah dalam satuan waktu tertentu. Biji kontrol tidak mengalami

perubahan laju perkecambahan karena sampai hari ke 5 tidak terjadi tanda-tanda

mi kebusukan, hal ini

berlebihan yang menyebabkan kondisi anaerob yang

berakibat membusuknya biji. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 5 ppm

Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 10 ppm sebesar

Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 15 ppm sebesar 0,09312.

0,090155. Laju

perlakuan perendaman biji dalam

Laju Pkcmbhn

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa perkecambahan biji

koro benguk tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dalam seperti umur biji, ukuran

embrio, maupun besarnya ukuran biji tetapi juga dipengaruhi faktor luar yaitu

hormon.

Hasil perhitungan anava dari penelitian laboratorium dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Anava SV JK db MK FO F5% F1%

Antar A 0,000401 3 0,000134 -2,46323 2,84 4,31Antar W 0,000588 4 0,000147 -2,70795

InteraksiAW 0,004355 12 0,000363 -6,68336Dalam d -0,00217 40 -5,4E-05

Total 0,003172 59

Keputusan uji :

F tab (0,05)(40,3) = 2,84

F tab (0,01)(40,3) = 4,31

Keputusan FH < Ftab, maka H0 diterima, tidak ada perbedaan rerata

yang sangat nyata dalam pengaruh perbedaan konsentrasi hormon giberelin dan

perbedaan waktu perendaman terhadap perkecambahan biji koro benguk. Artinya,

perendaman biji koro benguk dalam semua konsentrasi (5 ppm, 10 ppm, 15 ppm,

20 ppm) dan semua waktu perendaman (1, 2, 4, 6, 8 jam) mampu meningkatkan

daya kecambah biji koro benguk.

Gardner (1991: 291) menyatakan bahwa perkecambahan merupakan

permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit dan

munculnya semai. Proses perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian

kompleks dari perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.

Tahap pertama perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air

oleh biji dan melunaknya kulit biji. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan sel dan

enzim. Tahap ketiga merupakan penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat,

lemak dan protein menjadi bentuk melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh.

Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi ke

daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari

kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan differensiasi sel pada titik

tumbuh. Daun yang belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis maka

pertumbuhan kecambah sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada

dalam kotiledon (Gardner, 1991: 291).

Giberelin sangat berperan penting pada perkecambahan biji. Sebagian

besar cadangan makanan pada biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan

bereaksi pada pada sel-sel yang mengelilingi endosperm, sehingga terbentuk

beberapa enzim hidrolase untuk mencerna cadangan makanan menjadi sumber

energi tinggi bagi perkecambahan (Kimball,1994: 601-602).

Giberelin selain berasal dari luar juga terdapat dalam tumbuhan itu

sendiri (endogen). Peningkatan giberelin endogen dapat meningkatkan hidrolisis

karbohidrat menjadi molekul glukosa dan fruktosa. Glukosa memberikan energi

bagi respirasi. Penyerapan air oleh biji menyebabkan embrio melepaskan GA3

sebagai sinyal yang akan diterima aleuron (selaput tipis endosperm). Giberelin

merangsang sel-sel pada lapisan aleuron untuk mensintesis enzim α-amylase dan

protease yang mengubah pati dalam endosperm menjadi gula dan asam amino.

Senyawa glukosa masuk ke dalam proses metabolisme dan dipecah menjadi

energi dan senyawa penyusun tubuh. Asam-asam amino akan dirangkai menjadi

protein yang berfungsi menyusun struktur sel dan enzim-enzim baru. Asam lemak

terutama digunakan untuk menyusun membran sel (Kimball,1994: 601-602).

Mekanisme masuknya hormon ke dalam sel melalui dinding sel dapat dilihat pada

Gambar 9.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Gambar 9. Mekanisme Masuknya Hormon dalam Sel (Anonima, 2011)

Giberelin meningkatkan aktivitas tekanan atau pompa proton sehingga

dinding sel akan bersifat sangat asam. Keadaan pH yang sangat rendah akan

menyebabkan terpisahnya mikrofibril selulosa dari ikatan polisakarida dinding sel

yang akan menyebabkan ikatan polisakarida dinding sel terbuka. Ikatan

polisakarida yang terbuka akan memudahkan masuknya enzim-enzim melalui

dinding sel. Pembelahan enzimatik ikatan polisakarida menyebabkan mikrofibril

memanjang mengakibatkan perluasan dinding sel. Hilangnya mikrofibril selulosa

dari ikatan polisakarida akan melonggarkan dinding sel. Karena dinding sel lebih

plastis, sel bebas mengambil tambahan air melalui osmosis dan bertambah

panjang. Giberelin akan berikatan dengan GA reseptor dan sinyal tersebut

ditransduksikan menjadi pembawa pesan kedua dalam sel yang memicu respon.

Ion Ca2+ dapat berikatan dengan kalmodulin membentuk kompleks Ca-

kalmodulin yang mengaktifkan beberapa enzim. Pompa proton mengakibatkan

longgarnya dinding sel. Badan golgi dirangsang untuk membebaskan vesikula

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

yang mengandung α-Amilase untuk mencerna karbohidrat dalam endosperm

(Campbell & Reece,2003: 382-388).

Biji koro benguk yang telah direndam dalam larutan hormon giberelin

akan mengalami absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat akibat

potensial air yang rendah pada biji kering. Setelah direndam dalam variasi waktu

yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak. Kehadiran air di

dalam sel mengaktifkan embrio untuk melepaskan giberelin. Giberelin akan

merangsang lapisan luar endosperm untuk mensintesis dan melepaskan α-Amilase

yang akan mencerna pati dalam endosperm. Glukosa akan masuk dalam

metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan.

Bahan-bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut

ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan

komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Kemudian terjadi pembesaran sel dan

differensiasi sel pada titik tumbuh. Setelah 2-3 hari masa penanaman muncul

plumule (calon batang) dan radikula (calon akar) pada biji.

Hasil dari penelitian perkecambahan ini menunjukkan bahwa giberelin

(GA3) memberikan pengaruh yang signifikan dalam memacu perkecambahan biji

koro benguk (Mucuna pruriens) bila dibandingkan dengan biji yang tidak diberi

perlakuan perendaman larutan hormon giberelin.

B. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Pembelajaran

1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Keadaan pra siklus di kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta diketahui

melalui kegiatan observasi pada proses pembelajaran di kelas. Kegiatan observasi

ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam kegiatan

pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran

guru berperan aktif dalam menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa

cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Kegiatan pembelajaran

memperlihatkan bahwa siswa lebih banyak mendengarkan apa yang disampaikan

oleh guru kemudian mencatatnya. Kegiatan observasi pada saat siswa melakukan

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

praktikum dapat disimpulkan bahwa sebagian besar keterampilan proses siswa

belum optimal. Terbukti dari hasil observasi pada saat siswa melakukan kegiatan

praktikum, mereka masih belum memahami apa yang harus diamati, bagaimana

prosedur praktikum, bagaimana mengukurnya, dan bagaimana cara

mengkomunikasikan hasil pengamatannya. Penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan di SMP Negeri 5 Surakarta bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dengan penerapan

CTL yang disertai modul pembelajaran.

Hasil observasi keterampilan proses pada aspek mengamati,

mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan

berkomunikasi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta menunjukkan

bahwa kemampuan menentukan objek yang harus diamati hanya sebesar 38,89%,

menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek percobaan

sebesar 47,22%, kemampuan menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan

sebesar 45,14%, dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek

percobaan sebesar 47,22%, dapat menjalankan prosedur praktikum sebesar

55,56%, mencatat setiap hasil pengamatan sebesar 62,5%, mengkomunikasikan

data hasil pengamatan sebesar 45,83%, dan mengumpulkan fakta yang relevan

serta memadai sebesar 46,53%. Rata-rata persentase capaian indikator

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi siswa sebelum

diterapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning sebesar 48,61%.

Capaian rata-rata indikatornya masih tergolong rendah, untuk itu perlu

ditingkatkan agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.

Selain dengan observasi juga digunakan angket tertutup. Item-item

angket yang diberikan masing-masing mewakili indikator-indikator keterampilan

proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi yang akan diukur dan dilihat

perubahan dan perkembangannya pada setiap siklus. Rincian persentase hasil

capaian setiap indikator keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran (pra

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

siklus) yang diperoleh melalui angket keterampilan proses dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Keterampilan Proses Berdasarkan Data Angket Pra SiklusAspek No Indikator Capaian

Indikator %Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan

peraba untuk mengamati objek75,52%

2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

70,14%

Mengklasifikasi-kan

3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan

69,79%

4. Mencatat setiap hasil pengamatan 75,93%

Menggunakan alat dan bahan

5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan

72,05%

Melaksanakan eksperimen

6. Mampu menentukan objek yang harus diamati

89,93%

7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar

61,11%

Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan

72,40%

Rata-rata 73,36%

Data pada Tabel 10. menunjukkan nilai keterampilan proses pada aspek

mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi untuk setiap indikator yang diukur sebelum diberi

tindakan. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai indikator keterampilan

proses siswa berkisar antara 61,11%-89,93%, dengan nilai rata-rata sebesar

73,36%. Capaian rata-rata indikator masih tergolong rendah meskipun sudah

mendekati target minimal yaitu 75%, untuk itu perlu ditingkatkan agar kualitas

pembelajaran menjadi lebih baik. Nilai rata-rata indikator angket keterampilan

proses sudah mendekati target mungkin disebabkan karena siswa beranggapan

bahwa angket akan dinilai dan mempengaruhi nilai prestasi belajar, sehingga

siswa tidak menjawab dengan jujur.

Perbedaan hasil yang diperoleh pada hasil observasi dan angket pra

siklus bisa terjadi karena perbedaan sudut pandang dalam menilai keterampilan

proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Hasil lembar observasi

menunjukkan capaian rata-rata indikator keterampilan proses sebesar 48,61%

sedangkan hasil angket pra siklus menunjukkan capaian rata-rata keterampilan

proses sebesar 73,36%. Terdapat perbedaan atau selisih sebesar 24,75%. Kegiatan

observasi dilakukan secara objektif terhadap keterampilan proses pada aspek

mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi selama proses pembelajaran oleh observer,

sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui keterampilan proses

pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi yang diisi secara subjektif menurut

sudut pandang siswa sendiri.

Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan guru Biologi kelas VIII

D SMP Negeri 5 Surakarta, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa saat

praktikum belum paham apa yang harus diamati, apa yang harus dicatat, dan

bagaimana menganalisis data hasil pengamatan. Hal ini disebabkan karena siswa

kurang dilatih untuk meningkatkan keterampilan proses yang telah dimilikinya.

Siswa kurang dilatih untuk terlibat secara langsung dalam menemukan dan

memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Siswa lebih senang untuk

menunggu perintah dari guru sehingga keterampilan ilmiahnya belum

berkembang secara maksimal. Guru masih berorientasi untuk menghabiskan

materi yang sangat padat daripada pelaksanaan pembelajaran yang bermakna serta

tidak semua materi yang diajarkan dapat dipraktikumkan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara keadaan awal, maka

dilakukan tindakan perbaikan dalam rangka meningkatkan keterampilan proses

pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dengan penerapan pembelajaran

CTL disertai modul sebagai alternatif sumber belajar. Pembelajaran CTL

merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan proses. Hal ini

disebabkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran CTL banyak mengasah

keterampilan proses. Penerapan pembelajaran CTL diharapkan mampu

meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam mengumpulkan data, fakta,

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

atau informasi yang dibutuhkan melalui percobaan sehingga kegiatan belajar

mengajar menjadi lebih bermakna dan mengena pada diri siswa.

Penelitian di kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta ini terdiri atas 2 siklus

yang diterapkan untuk meningkatkan keterampilan proses pada aspek mengamati,

mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan

berkomunikasi. Setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan dimana setiap pertemuan

terdiri atas 2 x 40 menit. Masing-masing siklus diterapkan pembelajaran CTL

yang disertai modul pembelajaran. Cara mengetahui adanya perubahan dalam

setiap siklus yang dilakukan, maka evaluasi dilaksanakan melalui lembar

observasi keterampilan proses dan pengisian angket keterampilan proses siswa,

serta wawancara terhadap guru dan siswa.

2. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Tahap perencanaan yang dilakukan adalah menyusun beberapa instrumen

penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan penerapan pembelajaran

CTL. Perencanaan tindakan siklus I diawali dengan penyusunan silabus materi

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dengan menerapkan

pembelajaran CTL, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi pertumbuhan

dan perkembangan pada tumbuhan yang disusun dengan menerapkan CTL dalam

proses pembelajaran, menyusun modul hasil penelitian pemberian hormon

giberelin pada biji koro benguk (Mucuna pruriens) untuk mempercepat

perkecambahan biji yang berisi materi, pertanyaan diskusi, dan petunjuk kerja

berkaitan dengan materi yang akan dieksperimenkan, lembar observasi

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi, dan angket

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi, serta soal-soal

untuk kuis atau postest.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan siklus I merupakan implementasi dari perencanaan yang

telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan siklus I, guru menggunakan

pembelajaran CTL disertai modul pembelajaran pada pokok bahasan pertumbuhan

dan perkembangan tumbuhan yang terdiri atas 2 kali tatap muka masing-masing

dengan waktu 2 x 40 menit.

Pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi

dan motivasi oleh guru berupa tanya jawab yang bertujuan untuk mengantarkan

siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Pemberian umpan

balik melalui apersepsi dan motivasi yang berisi pertanyaan-pertanyaan,

kemudian dilanjutkan membagikan soal pre-test untuk mengetahui kesiapan

belajar siswa. Guru kemudian menyampaikan materi mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara singkat dengan

menggunakan powerpoint. Guru kemudian membagi kelas menjadi 6 kelompok,

tiap kelompok terdiri dari 6 anak secara heterogen. Guru memberikan pengarahan

tentang pelaksanaan pembelajaran CTL dan membimbing siswa untuk

melaksanakan kegiatan praktikum berdasarkan modul dan petunjuk praktikum

yang telah dibagikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru meminta

siswa untuk menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya. Guru menjelaskan

prinsip kerja dari kegiatan praktikum yang akan dilakukan. Selanjutnya siswa

menyiapkan semua alat dan bahan yang digunakan dan melaksanakan kegiatan

praktikum. Siswa membuat laporan hasil pengamatan dan dievaluasi oleh guru.

Pertemuan kedua, guru mengawali pembelajaran dengan memberikan

apersepsi dan motivasi yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang telah

dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Guru kemudian meminta siswa untuk

duduk dalam satu kelompok sesuai kelompok praktikum. Guru membimbing

siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok berdasarkan pertanyaan-

pertanyaan yang ada di modul terkait kegiatan praktikum yang telah dilakukan.

Guru membatasi kegiatan diskusi kelompok hanya 30 menit. Guru menunjuk

perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas

Setelah waktu diskusi yang telah ditentukan habis. Guru melemparkan pertanyaan

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

tersebut pada kelompok-kelompok lain untuk memperoleh variasi jawaban.

Berdasarkan variasi jawaban yang ada, guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan jawaban yang benar. Kemudian untuk pertanyaan yang

selanjutnya guru menunjuk kelompok lain untuk menyampaikan hasil diskusinya

ke depan kelas, begitu seterusnya sampai pertanyaan diskusi selesai dibahas

semua. Guru mengevaluasi jalannya diskusi dan memberikan penghargaan

terhadap kinerja kelompok yang terbaik. Pelaksanaan kegiatan siklus I diakhiri

dengan kuis atau postes untuk mengetahui tingkat penguasaan materi.

c. Observasi Tindakan Siklus 1

Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Siswa diberi angket yang bersifat tertutup pada akhir siklus, dalam hal

ini adalah angket keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,

menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi.

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar keterampilan proses pada aspek

mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi. Berdasarkan hasil observasi pada saat proses

pembelajaran dengan penerapan CTL disertai modul hasil penelitian dapat

diketahui hasil sebagai berikut:

1) Hasil Angket Keterampilan Proses

Angket keterampilan proses dibagikan kepada setiap siswa untuk diisi

sehingga dapat diketahui tingkat keterampilan proses menurut sudut pandang

siswa sendiri. Hasil pengisian angket keterampilan proses pada aspek mengamati,

mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan

berkomunikasi kemudian diolah sehingga didapatkan persentase angket

keterampilan proses siklus I. Hasil angket keterampilan proses pada setiap

indikator dalam proses pembelajaran biologi pada siklus I dapat dilihat pada Tabel

11.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Keterampilan Proses Siklus I

Aspek No Indikator Capaian Indikator %

Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek

77,09%

2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

75,35%

Mengklasifikasi-kan

3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan

77,95%

4. Mencatat setiap hasil pengamatan 78,36%

Menggunakan alat dan bahan

5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan

71,70%

Melaksanakan eksperimen

6. Mampu menentukan objek yang harus diamati

77,26%

7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar

77,60%

Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan

73,10%

Rata-rata 76,05%

2) Hasil Observasi Keterampilan Proses

Hasil observasi ini mengacu pada lembar observasi yang telah diisi oleh

peneliti. Berdasarkan lembar observasi tersebut akan diketahui banyaknya siswa

yang memenuhi tiap-tiap indikator, sehingga akan diketahui persentase capaian

setiap indikator observasi keterampilan proses pada aspek mengamati,

mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan

berkomunikasi. Hasil observasi terhadap keterampilan proses pada tiap

indikatorya dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 12. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterampilan Proses Siklus I

Aspek No Indikator Capaian Indikator %

Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek

72,92%

2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

67,36%

Mengklasifikasi-kan

3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan

70,14%

4. Mencatat setiap hasil pengamatan 69,44%

Menggunakan alat dan bahan

5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan

73,61%

Melaksanakan eksperimen

6. Mampu menentukan objek yang harusdiamati

72,22%

7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar

73,61%

Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan

68,75%

Rata-rata 71,01%

d. Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa indikator angket

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi berkisar antara

71,70% sampai 78,36% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76,05%. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata keterampilan proses sebesar

2,69% dari 73,36% pada pra siklus menjadi 76,05% pada akhir siklus I. Rata-rata

peningkatan keterampilan proses tersebut menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan persentase tiap indikator angket keterampilan proses pada aspek

mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi siswa.

Persentase hasil capaian indikator pada angket keterampilan proses siklus

I dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 10. Hasil Capaian In

Target penelitian pada siklus I

penelitian ini adalah rata

lebih dari atau sama dengan 75%. Secara umum, melalui tindakan yang diberikan

pada siklus 1 yakni penerapan

keterampilan proses pada

alat dan bahan, melaksanakan

Keterampilan proses

pembelajaran CTL disertai

mengasah keterampilan proses

permasalahan dalam proses pembelajaran.

dapat menjadi alternativ sumber belajar dan memberikan tambahan wawasan

maupun pengalaman di luar LKS atau buku paket

Permasalahan yang disajikan dalam modul

baru bagi siswa karena siswa dibimbing untuk melakukan eksperimen atau

praktikum yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Siswa berkesempatan

untuk membuktikan sendiri teori yang sudah ada sehingga pembelajaran menjad

lebih bermakna. Siswa tidak dapat melakukan semuanya secara individual,

masing-masing siswa harus berperan serta

masalah yang mereka hadapi, dalam ha

68

70

72

74

76

78

80

1 2

77.09

75.35

77.95Pr

esen

tase

(%)

. Hasil Capaian Indikator pada Angket Keterampilan Proses

Siklus I

penelitian pada siklus I telah tercapai, dimana target pada

penelitian ini adalah rata-rata capaian indikator keterampilan proses

lebih dari atau sama dengan 75%. Secara umum, melalui tindakan yang diberikan

pada siklus 1 yakni penerapan pembelajaran CTL mampu meningkatkan

pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi.

proses siswa dapat meningkat karena siswa menerapkan

disertai modul hasil penelitian yang menuntut siswa untuk

mengasah keterampilan proses, berdiskusi dan bekerjasama untuk menyelesaikan

lahan dalam proses pembelajaran. Modul hasil penelitian yang digunakan

menjadi alternativ sumber belajar dan memberikan tambahan wawasan

maupun pengalaman di luar LKS atau buku paket pada topik yang dipelajari.

Permasalahan yang disajikan dalam modul memberikan pengalaman ilmiah yang

baru bagi siswa karena siswa dibimbing untuk melakukan eksperimen atau

praktikum yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Siswa berkesempatan

untuk membuktikan sendiri teori yang sudah ada sehingga pembelajaran menjad

Siswa tidak dapat melakukan semuanya secara individual,

masing siswa harus berperan serta dan bekerjasama dalam memecahkan

masalah yang mereka hadapi, dalam hal ini adalah melakukan praktikum secara

3 4 5 6 7 8

77.95 78.36

71.7

77.26 77.6

73.1

Indikator

Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek 2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai 3. Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan4. Mencatat hasil pengamatan5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objek yang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum8. Mengkomunikasikan hasil pengamatan

63

Proses

tercapai, dimana target pada

proses mencapai

lebih dari atau sama dengan 75%. Secara umum, melalui tindakan yang diberikan

mampu meningkatkan

aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

siswa dapat meningkat karena siswa menerapkan

yang menuntut siswa untuk

, berdiskusi dan bekerjasama untuk menyelesaikan

yang digunakan

menjadi alternativ sumber belajar dan memberikan tambahan wawasan

pada topik yang dipelajari.

memberikan pengalaman ilmiah yang

baru bagi siswa karena siswa dibimbing untuk melakukan eksperimen atau

praktikum yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Siswa berkesempatan

untuk membuktikan sendiri teori yang sudah ada sehingga pembelajaran menjadi

Siswa tidak dapat melakukan semuanya secara individual,

dalam memecahkan

praktikum secara

Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek

Mengumpulkan fakta yang relevan dan

Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan

Mencatat hasil

menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan

yang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum

Mengkomunikasikan hasil pengamatan

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

langsung dan mendiskusikannya dengan anggota kelompok tentang permasalahan

yang harus dipecahkan secara bersama-sama.

Kegiatan pembelajaran pada siklus I berbeda dengan kegiatan

pembelajaran pada kondisi awal atau pra siklus sehingga memberikan pengalaman

baru pada siswa. Pembelajaran siklus I guru berusaha membuat siswa lebih aktif

dalam proses pembelajaran, misal dengan melatih kemandirian untuk mencari

literatur di perpustakaan atau internet dan untuk berperan aktif dalam kegiatan

praktikum maupun diskusi. Kenyataannya masih terdapat beberapa siswa yang

tidak ikut serta mengambil bagian pada saat kegiatan praktikum di laboratorium

maupun diskusi kelompok dan tidak mempelajari modul sebagai salah satu

sumber belajar. Tugas guru adalah sebagai fasilitator yang berkeliling kelas

menghampiri tiap kelompok dan mengawasi kegiatan praktikum dan diskusi agar

semua siswa ambil bagian dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa indikator observasi keterampilan

proses berkisar antara 67,36% sampai 73,61% dengan nilai rata-rata kelas sebesar

71,01%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata keterampilan

peoses sebesar 22,40% dari 48,61% pada pra siklus menjadi 71,01% pada akhir

siklus I. Rata-rata peningkatan keterampilan proses pada aspek mengamati,

mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan

berkomunikasi tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses pada saat proses

belajar mengajar mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum

diterapkan pembelajaran CTL disertai modul hasil penelitian meskipun tidak

terlalu signifikan.

Persentase hasil capaian indikator pada observasi keterampilan proses

siklus I dapat dilihat pada Gambar 11.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 11. Hasil Capaian Indikator pada

Siswa dalam proses pembelajaran masih belum berperan aktif secara

keseluruhan khususnya pada indikator

persentase sangat rendah.

kurang, hal ini terlihat pada saat

meninggalkan meja kelompok dan berjalan

observasi kegiatan pengamatan perkecambahan

mau mengukur dan mengamati pertumbuhan kecambah. Ban

mengandalkan siswa yang lain yang lebih pandai untuk mencatat dan

mengumpulkan data pengamatan. Hasil observasi

masih ada siswa yang bercanda dengan siswa la

presentator memaparkan di depan

persiapan untuk kelompoknya sendiri sehingga

disampaikan oleh temannya.

untuk menyampaikan hasil diskusi sehingga hanya siswa itu

untuk berpendapat. Banyak siswa yang tidak membaca modul sehingga lebih

memilih diam pada saat diskusi dan mengandalkan teman yang pandai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada siklus I menunjukkan

bahwa dengan penerapan

lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran

64

66

68

70

72

74

1 2

72.92

67.36

70.14Pe

rsen

tase

(%)

. Hasil Capaian Indikator pada Observasi Keterampilan Proses

Siklus I

Siswa dalam proses pembelajaran masih belum berperan aktif secara

keseluruhan khususnya pada indikator enam, tujuh dan delapan yang memiliki

persentase sangat rendah. Keterlibatan siswa dalam kegiatan proses belajar masih

terlihat pada saat kegiatan praktikum banyak siswa yang

meninggalkan meja kelompok dan berjalan-jalan ke kelompok lain. Hasil

egiatan pengamatan perkecambahan terlihat bahwa tidak semua siswa

mau mengukur dan mengamati pertumbuhan kecambah. Banyak siswa yang

mengandalkan siswa yang lain yang lebih pandai untuk mencatat dan

ulkan data pengamatan. Hasil observasi kegiatan diskusi kelompok

masih ada siswa yang bercanda dengan siswa lain. Terlihat saat kelompok

presentator memaparkan di depan, kelompok lain ada yang sibuk dengan

ompoknya sendiri sehingga tidak mengetahui apa yang

paikan oleh temannya. Banyak siswa yang mengandalkan siswa yang pandai

untuk menyampaikan hasil diskusi sehingga hanya siswa itu-itu saja yang

Banyak siswa yang tidak membaca modul sehingga lebih

memilih diam pada saat diskusi dan mengandalkan teman yang pandai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada siklus I menunjukkan

dengan penerapan pembelajaran CTL disertai modul hasil penelitian

lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran dan aktif terlibat dalam kegiatan

3 4 5 6 7 8

70.1469.44

73.61

72.22

73.61

68.75

Indikator

Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek 2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai 3. Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan4. Mencatat hasil pengamatan5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objek yang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum8. Mengkomunikasikan hasil pengamatan

65

Proses

Siswa dalam proses pembelajaran masih belum berperan aktif secara

yang memiliki

siswa dalam kegiatan proses belajar masih

kegiatan praktikum banyak siswa yang

ompok lain. Hasil

tidak semua siswa

yak siswa yang

mengandalkan siswa yang lain yang lebih pandai untuk mencatat dan

diskusi kelompok

saat kelompok

, kelompok lain ada yang sibuk dengan

mengetahui apa yang

mengandalkan siswa yang pandai

itu saja yang berani

Banyak siswa yang tidak membaca modul sehingga lebih

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada siklus I menunjukkan

ertai modul hasil penelitian siswa

dan aktif terlibat dalam kegiatan

Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek

Mengumpulkan fakta yang relevan dan

Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan

Mencatat hasil

menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan

yang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum

Mengkomunikasikan hasil pengamatan

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

praktikum. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa mereka menjadi

lebih aktif dan mempunyai ketertarikan dalam kegiatan praktikum tetapi masih

sedikit bingung dalam pelaksanaannya di laboratorium.

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus I, guru kurang

maksimal dalam menggunakan CTL karena kurangnya waktu yang tersedia.

Pembelajaran awal sebelum diterapkan CTL disertai modul guru lebih banyak

menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa lebih senang untuk

mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Akibatnya siswa menjadi

sangat tergantung pada informasi dan penjelasan dari guru. Siswa menjadi

terbiasa menunggu perintah dari guru untuk membaca, mendengarkan dan

mencatat penjelasan dari guru. Siswa kurang termotivasi untuk memiliki

kemandirian dalam belajar yang berakibat pada rendahnya keterampilan proses.

Penerapan pembelajaran CTL disertai modul hasil penelitian diharapkan dapat

memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa. Penerapan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning menjadikan guru tidak hanya berperan sebagai sumber

materi yang hanya mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa, tapi

guru juga bisa memaksimalkan perannya sebagai fasilitator dan moderator dalam

kegiatan pembelajaran khususnya pada saat kegiatan praktikum dan diskusi kelas.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian yang dilakukan selama

berlangsungnya siklus I, dapat diidentifikasi beberapa temuan yaitu:

a. Penjelasan guru tentang persiapan kegiatan praktikum kurang mendalam,

sehingga banyak siswa yang masih bingung saat melakukan kegiatan

praktikum.

b. Banyak siswa yang meninggalkan meja kelompok praktikum dan

mengganggu kelompok lain. Hal ini menunjukkan kurangnya rasa

tanggung jawab siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

c. Banyak siswa yang tidak melakukan kegiatan pengukuran dan pengamatan

pertumbuhan perkecambahan dan lebih mengandalkan teman yang lain

untuk mencatat data pengamatan. Hal ini menunjukkan siswa belum sadar

akan pentingnya kegiatan ilmiah.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

d. Banyak siswa yang malas membaca modul atau mencari literatur lain dari

buku karena mereka lebih suka mendengarkan penjelasan dari guru.

e. Siswa belum bisa bekerja sama secara optimal dengan temannya, sebagai

akibat dari pembentukan kelompok yang ditentukan oleh guru, bukan dari

keinginan siswa.

f. Respon yang diberikan siswa masih kurang pada saat guru memberi

kesempatan bertanya ataupun menanggapi pendapat.

g. Banyak siswa yang pasif dan saling mengandalkan teman yang lebih

pandai untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok.

Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka refleksi yang harus dilakukan

oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya adalah:

a. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, perlu disediakan waktu tersendiri

untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan

secara detail agar pada saat kegiatan praktikum siswa tidak bingung.

b. Guru harus lebih jeli dalam memantau setiap aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung. Perhatian guru hendaknya tidak hanya terfokus

pada penyampaian materi dan penayangan media di depan kelas,

adakalanya guru perlu mengelilingi kelas agar setiap kegiatan siswa dapat

terkontrol dengan baik.

c. Guru harus memberikan penekanan yang lebih keras pada siswa agar

mereka terlibat langsung dalam pengamatan pertumbuhan perkecambahan

agar dapat menganalisis hasil data pengamatan.

d. Gambar dan materi yang ada di modul harus dibuat lebih menarik agar

siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari modul sebagai salah satu

sumber belajar.

e. Guru lebih mengingatkan lagi tentang pentingnya kerja sama dalam

kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan

kelompok.

f. Guru harus memberikan motivasi agar siswa berani untuk berpendapat,

salah satunya adalah dengan memberikan nilai tambahan bagi siswa yang

mau bertanya maupun berpendapat. Selain itu, guru juga harus

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

memberikan penghargaan bagi siswa yang sudah berani untuk berpendapat

untuk menumbuhkan semangat siswa yang lain.

g. Guru mencoba membuat suasana menjadi lebih akrab dan komunikatif

pada sesi diskusi, serta memberikan motivasi dan penghargaan yang lebih

tinggi kepada siswa sehingga siswa tidak perlu merasa takut atau malu

untuk mengemukakan pendapatnya.

Hasil analisis setiap indikator dan rubrik indikator keterampilan proses

pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi, menunjukkan bahwa pada

masing-masing indikator tersebut pada siklus I belum sepenuhnya dapat mencapai

persentase capaian target yang telah ditentukan. Untuk mencapai persentase

capaian target yang telah ditentukan, maka dilakukan tindakan untuk siklus

berikutnya, dengan perbaikan sesuai yang dikemukakan pada refleksi tindakan

pada siklus I diharapkan keterampilan proses lebih maksimal.

3. Deskripsi Siklus II

Siklus II mempunyai tahapan-tahapan yang sama seperti pada siklus I.

Perbedaannya hanya terletak pada tahap perencanaan. Perencanaan pada siklus II

mengacu pada hasil refleksi siklus I.

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Proses kegiatan pembelajaran pada siklus II masih berpusat pada

aktivitas guru dan siswa. Materi siklus II yang diberikan adalah pertumbuhan dan

perkembangan pada manusia. Model pembelajaran yang digunakan masih sama

seperti pada siklus I, yaitu penerapan pembelajaran CTL disertai modul

pembelajaran. Perencanaan tindakan siklus II diawali dengan penyusunan silabus

materi pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dengan menerapkan

pembelajaran CTL, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi pertumbuhan

dan perkembangan pada manusia yang disusun dengan menerapkan CTL dalam

proses pembelajaran, menyusun modul pembelajaran yang berisi materi,

pertanyaan diskusi, dan petunjuk kerja berkaitan dengan materi yang akan

dipraktikumkan, lembar observasi dan angket keterampilan proses pada aspek

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi, serta soal-soal untuk kuis atau postest. Kegiatan

pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan (4 jam

pelajaran).

Perencanaan tindakan siklus II ini, guru mengadakan perbaikan yang

akan dilakukan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias

dalam kegiatan pembelajaran. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada

siklus II antara lain:

a. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, perlu disediakan waktu tersendiri

untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan

secara detail agar pada saat kegiatan praktikum siswa tidak bingung.

b. Guru harus lebih jeli dalam memantau setiap aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung. Perhatian guru hendaknya tidak hanya terfokus

pada penyampaian materi dan penayangan media di depan kelas,

adakalanya guru perlu mengelilingi kelas agar setiap kegiatan siswa dapat

terkontrol dengan baik.

c. Guru harus memberikan penekanan yang lebih keras pada siswa agar

mereka terlibat langsung dalam pengamatan pertumbuhan perkecambahan

agar dapat menganalisis hasil data pengamatan.

d. Gambar dan materi yang ada di modul harus dibuat lebih menarik agar

siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari modul sebagai salah satu

sumber belajar.

e. Guru lebih mengingatkan lagi tentang pentingnya kerja sama dalam

kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan

kelompok.

f. Guru harus memberikan motivasi agar siswa berani untuk berpendapat,

salah satunya adalah dengan memberikan nilai tambahan bagi siswa yang

mau bertanya maupun berpendapat. Selain itu, guru juga harus

memberikan penghargaan bagi siswa yang sudah berani untuk berpendapat

untuk menumbuhkan semangat siswa yang lain.

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

g. Guru mencoba membuat suasana menjadi lebih akrab dan komunikatif

pada sesi diskusi, serta memberikan motivasi dan penghargaan yang lebih

tinggi kepada siswa sehingga siswa tidak perlu merasa takut atau malu

untuk mengemukakan pendapatnya.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil

refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II

tidak jauh beda dengan siklus I. Metode dan langkah-langkah pembelajarannya

sama, hanya saja harus memperhatikan hasil refleksi pada siklus I yaitu dengan

memperhatikan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana dalam perencanaan

tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II, guru menggunakan

pembelajaran CTL disertai modul pembelajaran yang terdiri dari 2 kali tatap muka

dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 40 menit.

Pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi

dan motivasi oleh guru berupa tanya jawab yang bertujuan untuk mengantarkan

siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pemberian motivasi

diawali dengan pemutaran animasi flash fertilisasi sperma dan ovum sampai

terbentuknya bayi yang siap untuk dilahirkan. Setelah memberikan umpan balik

melalui apersepsi dan motivasi yang berisi pertanyaan-pertanyaan, guru

menyampaikan materi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan manusia secara singkat dengan menggunakan powerpoint.

Guru kemudian membagi kelas menjadi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6

anak secara heterogen. Guru memberikan pengarahan tentang pelaksanaan

pembelajaran CTL dan membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan

praktikum berdasarkan modul dan petunjuk praktikum yang telah dibagikan pada

pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menempatkan diri

sesuai dengan kelompoknya. Guru menjelaskan prinsip kerja dari kegiatan

praktikum yang akan dilakukan. Selanjutnya siswa menyiapkan semua alat dan

bahan yang digunakan dan melaksanakan kegiatan praktikum. Siswa membuat

laporan hasil pengamatan dan dievaluasi oleh guru.

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Pertemuan kedua, guru mengawali pembelajaran dengan memberikan

apersepsi dan motivasi yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang telah

dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk

duduk dalam satu kelompok sesuai kelompok praktikum. Guru membimbing

siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok berdasarkan pertanyaan-

pertanyaan yang ada di modul terkait kegiatan praktikum yang telah dilakukan.

Guru membatasi kegiatan diskusi kelompok hanya 30 menit. Setelah waktu

diskusi yang telah ditentukan habis, guru menunjuk perwakilan kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Guru melemparkan

pertanyaan tersebut pada kelompok-kelompok lain untuk memperoleh variasi

jawaban. Berdasarkan variasi jawaban yang ada, guru membimbing siswa untuk

menyimpulkan jawaban yang benar. Kemudian untuk pertanyaan yang

selanjutnya guru menunjuk kelompok lain untuk menyampaikan hasil diskusinya

ke depan kelas, begitu seterusnya sampai pertanyaan diskusi selesai dibahas

semua. Guru mengevaluasi jalannya diskusi dan memberikan penghargaan

terhadap kinerja kelompok yang terbaik. Pelaksanaan kegiatan siklus I diakhiri

dengan kuis atau postes untuk mengetahui tingkat penguasaan materi, selain itu

siswa juga diberi waktu untuk mengisi angket keterampilan mengamati objek

percobaan.

c. Observasi Tindakan Siklus II

Observasi dan evaluasi pada siklus II dilaksanakan dengan menggunakan

angket keterampilan proses dan lembar observasi keterampilan proses pada aspek

mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi. Observasi dan evaluasi pada siklus II ini

dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Tahapan ini

dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan proses di dalam kelas.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada saat proses pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran CTL disertai modul pembelajaran dapat diketahui

hasil sebagai berikut:

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

1). Hasil Angket Keterampilan Proses

Hasil angket keterampilan proses pada setiap indikator dalam proses

pembelajaran biologi pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Keterampilan Proses Siklus II

Aspek No Indikator Capaian Indikator %

Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek

81,42%

2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

82,29%

Mengklasifikasi-kan

3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan

77,95%

4. Mencatat setiap hasil pengamatan 82,52%

Menggunakan alat dan bahan

5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan

75,87%

Melaksanakan eksperimen

6. Mampu menentukan objek yang harus diamati

83,51%

7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar

81,25%

Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan

75,35%

Rata-rata 80,02%

2). Hasil Observasi Keterampilan Proses

Hasil observasi ini mengacu pada lembar observasi yang telah diisi oleh

peneliti. Hasil lembar observasi tersebut akan diketahui banyaknya siswa yang

memenuhi tiap-tiap indikator, sehingga akan diketahui persentase capaian setiap

indikator observasi keterampilan proses. Hasil observasi terhadap keterampilan

proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi pada tiap indikatornya dapat

dilihat pada Tabel 14.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 14. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterampilan Proses Siklus II

Aspek No Indikator Capaian Indikator %

Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek

79,86%

2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

81,25%

Mengklasifikasi-kan

3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan

77,78%

4. Mencatat setiap hasil pengamatan 81,94%

Menggunakan alat dan bahan

5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan

81,25%

Melaksanakan eksperimen

6. Mampu menentukan objek yang harus diamati

86,11%

7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar

83,33%

Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan

78,47%

Rata-rata 81,25%

d. Refleksi Tindakan Siklus II

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa indikator angket

keterampilan proses berkisar antara 75,35% sampai 83,51% dengan nilai rata-rata

kelas sebesar 80,02%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata

keterampilan proses sebesar 3,97% dari 76,05% pada siklus I menjadi 80,02%

pada akhir siklus II. Rata-rata peningkatan keterampilan proses tersebut

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase tiap indikator angket

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi siswa.

Persentase hasil capaian indikator pada angket keterampilan proses siklus

II dapat dilihat pada Gambar 12.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 12. Hasil Capaian Indikator pada Angket

Berdasarkan Tabel

proses berkisar antara 77,78

81,25%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata

proses sebesar 10,24% dari

siklus II. Rata-rata peningkatan

keterampilan proses pada

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi

mengajar mengalami peningkatan

Persentase hasil capaian indikator pada

siklus II dapat dilihat pada

Gambar 13. Hasil Capaian Indikator pada

70

72

74

76

78

80

82

84

1 2 3

81.4282.29

77.95Pe

rsen

tase

(%)

70

75

80

85

90

1 2 3

79.8681.25

77.78

Pers

enta

se (%

)

. Hasil Capaian Indikator pada Angket Keterampilan Proses

Siklus II

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa indikator observasi keterampilan

77,78% sampai 86,11% dengan nilai rata-rata kelas sebesar

%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata keterampilan

% dari 71,01% pada siklus I menjadi 81,25% pada akhir

rata peningkatan keterampilan proses tersebut menunjukkan bahwa

pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi saat proses belajar

mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I.

hasil capaian indikator pada observasi keterampilan

dapat dilihat pada Gambar 13.

. Hasil Capaian Indikator pada Observasi Keterampilan Proses

Siklus II

4 5 6 7 8

77.95

82.52

75.87

83.51

81.25

75.35

Indikator

Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek 2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai 3. Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan4. Mencatat hasil pengamatan5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objekyang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum8. Mengkomunikasikan hasil pengamatan

4 5 6 7 8

77.78

81.9481.25

86.1183.33

78.47

Indikator

Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek 2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai 3. Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan4. Mencatat hasil pengamatan5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objekyang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum8. Mengkomunikasikan hasil pengamatan

74

Proses

keterampilan

rata kelas sebesar

keterampilan

% pada akhir

unjukkan bahwa

aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

saat proses belajar

pelaksanaan siklus I.

observasi keterampilan proses

Proses

penglihatan dan peraba untuk

Mengumpulkan fakta yang

Dapat membedakan dan

Mencatat hasil pengamatanmenggunakan alat

6. Mampu menentukan objek

7. Dapat menjalankan prosedur

Mengkomunikasikan hasil

penglihatan dan peraba untuk

Mengumpulkan fakta yang

Dapat membedakan dan objek percobaan

Mencatat hasil pengamatanmenggunakan alat untuk

mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objek

7. Dapat menjalankan prosedur

Mengkomunikasikan hasil

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Keterampilan proses tersebut meningkat seiring dengan diterapkannya

pembelajaran CTL disertai modul yang menuntut siswa untuk menggunakan dan

meningkatkan keterampilan proses khususnya keterampilan proses pada aspek

mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi. Keterampilan proses tersebut diharapkan dapat

membantu siswa memiliki kompetensi dalam bidang sains yang sangat diperlukan

dalam jenjang pendidikan selanjutnya.

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus

II menunjukkan kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga memberikan

hasil yang positif dalam upaya meningkatkan keterampilan proses pada aspek

mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan

eksperimen, dan berkomunikasi. Kegiatan praktikum perlu diperbanyak agar

keterampilan sains siswa menjadi lebih maksimal. Inovasi pemanfaatan sumber

belajar seperti modul perlu ditingkatkan agar informasi yang diserap siswa tidak

hanya melalui buku paket atau LKS.

4. Deskripsi Antar Siklus

Uraian hasil deskripsi antara pra siklus, siklus I dan siklus II

menunjukkan adanya peningkatan yang berarti. Hal ini dapat dilihat pada saat

proses belajar mengajar, dilakukan observasi secara klasikal untuk mengetahui

tingkat keterampilan proses. Setiap akhir siklus, siswa juga dibagikan angket

untuk menggali informasi tentang keterampilan proses dari sudut pandang siswa.

Hasil observasi dan pengisian angket menunjukkan adanya peningkatan pada tiap

akhir siklus. Uraian hasil peningkatan keterampilan proses pada aspek mengamati,

mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan

berkomunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Hasil Angket Keterampilan

Perbandingan hasil persentase capaian angket

indikator pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar

Gambar 14. Hasil Angket

Keterampilan

menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan

menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya

peningkatan. Rata-rata persentase angket

73,36%, siklus I sebesar

persentase keterampilan

tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.

Peningkatan persentase capaian tiap indikator menandakan bahwa jumlah siswa

yang yang ikut terlibat dalam proses pembelajaran

ini menunjukkan bahwa

menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, kemampuan

menggunakan alat untuk

menggolongkan berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur

praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil

pengamatan, dan kemauan untuk mengumpulkan

mengalami peningkatan yang berarti.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pra siklus

persentase

Keterampilan Proses

Perbandingan hasil persentase capaian angket keterampilan proses pada setiap

pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 14.

. Hasil Angket Keterampilan Proses Tiap Siklus

Keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,

menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi

menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya

rata persentase angket keterampilan proses pra siklus sebesar

%, siklus I sebesar 76,05% dan siklus II sebesar 80,02%. Peningkatan

terampilan proses tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan

tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.

Peningkatan persentase capaian tiap indikator menandakan bahwa jumlah siswa

yang yang ikut terlibat dalam proses pembelajaran juga semakin bertambah. Hal

ini menunjukkan bahwa kemampuan menentukan objek yang harus diamati,

menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, kemampuan

menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan, dapat membedakan dan

berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur

praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil

pengamatan, dan kemauan untuk mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

mengalami peningkatan yang berarti.

Pra siklus Siklus I Siklus II

76

pada setiap

.

aspek mengamati, mengklasifikasikan,

berkomunikasi

menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya

pra siklus sebesar

%. Peningkatan

tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan

tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.

Peningkatan persentase capaian tiap indikator menandakan bahwa jumlah siswa

juga semakin bertambah. Hal

kemampuan menentukan objek yang harus diamati,

menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, kemampuan

mengukur objek percobaan, dapat membedakan dan

berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur

praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil

yang relevan dan memadai

1

2

3

4

5

6

7

8

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Hasil Observasi Keterampilan

Perbandingan hasil persentase capaian observasi

pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi

proses pembelajaran biolog

Gambar 15.

Gambar 15. Hasil

Hasil observasi

pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan.

Rata-rata persentase observasi

siklus I sebesar 71,01% dan siklus II sebesar

observasi keterampilan

siswa yang memenuhi indikator

ditunjukkan dengan kemampuan menentukan objek yang harus diamati,

menggunakan indera penglihatan dan perab

menggunakan alat untuk

menggolongkan berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur

praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil

pengamatan, dan kemauan untuk mengumpulkan fakta

menunjukkan kemajuan.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pra siklus

persentase

Keterampilan Proses

Perbandingan hasil persentase capaian observasi keterampilan

aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi untuk setiap indikator dalam

proses pembelajaran biologi pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada

. Hasil Observasi Keterampilan Proses Tiap Siklus

Hasil observasi keterampilan proses yang dilakukan selama proses

pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan.

rata persentase observasi keterampilan proses pra siklus sebesar

% dan siklus II sebesar 81,25%. Peningkatan pe

keterampilan proses tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak

siswa yang memenuhi indikator-indikator keterampilan proses. Hal ini

kemampuan menentukan objek yang harus diamati,

menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, kemampuan

menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan, dapat membedakan dan

menggolongkan berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur

praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil

uan untuk mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

menunjukkan kemajuan.

Pra siklus Siklus I Siklus II

77

keterampilan proses

aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

setiap indikator dalam

i pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada

Tiap Siklus

yang dilakukan selama proses

pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan.

pra siklus sebesar 48,61%,

%. Peningkatan persentase

tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak

. Hal ini

kemampuan menentukan objek yang harus diamati,

a untuk mengamati objek, kemampuan

mengukur objek percobaan, dapat membedakan dan

menggolongkan berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur

praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil

yang relevan dan memadai

1

2

3

4

5

6

7

8

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

5. Pembahasan

Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta

Tahun Ajaran 2010/2011 ini dilakukan karena menurut hasil observasi diketahui

bahwa tingkat keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,

menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi

siswa di kelas tersebut masih rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan

keterampilan proses siswa di kelas adalah dengan cara melakukan perbaikan

dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dan pengajar dituntut untuk

mengembangkan potensinya, salah satunya adalah dengan menerapkan

pembelajaran yang lebih inovatif sehingga keterampilan proses siswa dapat

meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran

CTL disertai modul dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dalam

pembelajaran biologi. Peningkatan keterampilan proses tersebut dapat dilihat

melalui pemberian angket, observasi serta wawancara dengan guru dan siswa

tentang keterampilan proses siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhir siklus I terdapat

peningkatan keterampilan proses dilihat dari hasil pengisian angket dan kegiatan

observasi. Rata-rata persentase angket keterampilan proses meningkat sebesar

2,69% dari pra siklus sebesar 73,36% menjadi 76,05% pada akhir siklus I.

Sedangkan rata-rata persentase observasi keterampilan proses meningkat sebesar

22,40% dari pra siklus sebesar 48,61% menjadi 71,01% pada akhir siklus I.

Peningkatan rata-rata persentase keterampilan proses tersebut menunjukkan

bahwa ada perubahan tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar

menjadi lebih baik.

Akhir siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan keterampilan

proses. Rata-rata persentase angket keterampilan proses meningkat sebesar 3,97%

dari akhir siklus I sebesar 76,05% menjadi 80,02% pada akhir siklus II. Rata-rata

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

persentase observasi keterampilan proses meningkat sebesar 10,24% dari akhir

siklus I sebesar 71,01% menjadi 81,25% pada akhir siklus II.

Analisis Tiap Indikator Keterampilan Proses

a. Mampu menentukan objek yang harus diamati

Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mampu menentukan

objek yang harus diamati adalah 89,93%. Capaian persentase angket siklus I

diperoleh 77,26% dan capaian persentase angket siklus II sebesar 83,51%.

Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mampu menentukan

objek yang harus diamati adalah 38,89%. Capaian persentase observasi siklus I

diperoleh 72,22% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 86,11%.

Ketercapaian tersebut ditandai dengan hasil observasi siklus I yang menunjukkan

siswa sudah dapat menentukan objek yang akan diamati adalah perkecambahan

biji kedelai. Hasil observasi siklus II menunjukkan siswa dapat menentukan objek

yang akan diamati tinggi dan berat badan siswa. Siswa juga aktif berdiskusi untuk

menentukan permasalahan yang akan dibahas seperti ciri-ciri biji yang

berkecambah serta ciri-ciri pertumbuhan manusia dari lahir sampai dewasa.

b. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati

objek

Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator menggunakan indera

penglihatan dan peraba untuk mengamati objek adalah 75,52%. Capaian

persentase angket siklus I diperoleh 77,09% dan capaian persentase angket siklus

II sebesar 81,42% .

Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator menggunakan indera

penglihatan dan peraba untuk mengamati objek adalah 47,22%. Capaian

persentase observasi siklus I diperoleh 72,92% dan capaian persentase observasi

siklus II sebesar 79,86%. Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa siswa

menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati dan mengukur

tinggi kecambah. Siswa terlihat antusias mengamati munculnya plumule dan

mengukur menggunakan penggaris untuk mengetahui pertambahan tinggi

kecambah pada setiap harinya. Hasil observasi siklus II menunjukkan bahwa

siswa terlihat antusias untuk mengukur tinggi dan berat badannya masing-masing

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

sebagai salah satu faktor pertumbuhan manusia. Siswa juga sangat teliti dalam

membaca hasil pengukuran dari timbangan berat badan dan mencatatnya dalam

laporan sementara.

c. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan

Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mampu mengukur objek

percobaan adalah 72,05%. Capaian persentase angket siklus I diperoleh 71,70%

dan capaian persentase angket siklus II sebesar 75,87% .

Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mampu mengukur

objek percobaan adalah 45,14% . Capaian persentase observasi siklus I diperoleh

73,61% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 81,25%. Hasil

observasi siklus I menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menentukan alat yang

digunakan untuk mengukur tinggi tanaman, dapat menggunakan dan teliti dalam

membaca hasil pengukuran tinggi tanaman. Hasil observasi siklus II siswa dapat

menggunakan timbangan sebagai alat untuk mengetahui berat badan, selain itu

siswa juga teliti dalam membaca hasil pengukurannya.

d. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek

percobaan

Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator dapat membedakan dan

menggolongkan berbagai macam objek percobaan adalah 69,79%. Capaian

persentase angket siklus I diperoleh 77,95% dan capaian persentase angket siklus

II sebesar 77,95%.

Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator dapat membedakan

dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan adalah 47,22%. Capaian

persentase observasi siklus I diperoleh 70,14% dan capaian persentase observasi

siklus II sebesar 77,78%. Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa

siswa sudah mampu membedakan dan menggolongkan bagian-bagian dari objek

yang harus diukur seperti tinggi tanaman, tinggi badan, dan berat badan serta

membandingkan hasil pengamatannya. Siswa juga sudah dapat membedakan alat

dan bahan yang digunakan dalam praktikum seperti gelas beker, pinset, gelas

ukur, kompos dan arang sekam.

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

e. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar

Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator dapat menjalankan

prosedur praktikum dengan benar adalah 61,11%. Capaian persentase angket

siklus I diperoleh 77,60% dan capaian persentase angket siklus II sebesar 81,25%.

Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator dapat menjalankan

prosedur praktikum dengan benar adalah 55,56%. Capaian persentase observasi

siklus I diperoleh 73,61% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar

83,33%. Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

sudah dapat menjalankan prosedur praktikum dengan baik meskipun ada beberapa

siswa yang terlihat bermain-main. Sebagian besar siswa telah membaca panduan

praktikum terlebih dahulu serta mendengarkan penjelasan dari guru, sehinnga saat

praktikum mereka langsung bekerja. Kerja sama antar siswa dalam satu kelompok

juga semakin meningkat, hal ini terlihat dari adanya pembagian kerja dari masing-

masing anggota kelompok.

f. Mencatat setiap hasil pengamatan

Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mencatat setiap hasil

pengamatan adalah 75,93%. Capaian persentase angket siklus I diperoleh 78,36%

dan capaian persentase angket siklus II sebesar 82,52%.

Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mencatat setiap hasil

pengamatan adalah 62,5%. Capaian persentase observasi siklus I diperoleh

69,44% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 81,94%. Hasil

observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa siswa sudah terampil dalam

membuat tabel pengamatan dan mencatat hasil pengamatan baik berupa tinggi

tanaman, tinggi badan, maupun berat badan.

g. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan

Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mengkomunikasikan data

hasil pengamatan adalah 72,40%. Capaian persentase angket siklus I diperoleh

73,10% dan capaian persentase angket siklus II sebesar 75,35%.

Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mengkomunikasikan

data hasil pengamatan adalah 45,83%. Capaian persentase observasi siklus I

diperoleh 68,75% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 78,47%.

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa sebagian siswa dapat

membaca arti data yang disajikan dalam tabel. Kemampuan siswa dalam

mengkomunikasikan pendapat atau menjawab pertanyaan pada siklus I belum

optimal, masih banyak siswa yang pasif saat kegiatan diskusi kelas. Siswa lebih

suka diam karena merasa takut atau malu untuk menjawab sehingga guru harus

memaksa siswa untuk berani menjawab pertanyaan dari guru. Hasil observasi

siklus II terlihat siswa yang berani menyampaikan pendapat sedikit meningkat

karena guru memberikan point tambahan bagi siswa yang berani menjawab

dengan benar.

h. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai

Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mengumpulkan fakta

yang relevan dan memadai adalah 70,14%. Capaian persentase angket siklus I

diperoleh 75,35% dan capaian persentase angket siklus II sebesar 82,29% .

Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mengumpulkan fakta

yang relevan dan memadai adalah 46,53%. Capaian persentase observasi siklus I

diperoleh 67,36% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 81,25%.

Hasil observasi pada siklus I terlihat hanya separuh dari siswa dalam satu kelas

yang mau mencari literatur yang mendukung. Hasil wawancara menunjukkan

bahwa siswa malas untuk membaca buku maupun modul pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan. Hasil siklus II menunjukkan terjadi kenaikan persentase

siswa untuk membaca referensi baik dari buku paket maupun modul pertumbuhan

dan perkembangan manusia. Kenaikan ini terjadi karena sudah dilakukan

perbaikan-perbaikan dalam modul agar terlihat lebih menarik.

Hasil analisis pada setiap indikator keterampilan proses dapat diketahui

bahwa pada masing-masing indikator dalam siklus II sudah sepenuhnya dapat

mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan. Hal ini didukung oleh

hasil lembar observasi, wawancara, dan angket keterampilan proses yang

menunjukkan hasil yang baik pula sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan lagi

untuk siklus selanjutnya.

Peningkatan capaian target dari hasil observasi secara langsung maupun

dari angket dan wawancara menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan berupa

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

penggunaan pembelajaran CTL disertai modul pembelajaran dapat meningkatkan

keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan

alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Hasil wawancara

dengan siswa menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran CTL dapat

menghilangkan kebosanan siswa pada saat kegiatan pembelajaran di kelas dan

membuat siswa lebih aktif. Melalui pembelajaran CTL, siswa dapat terlibat secara

penuh dalam kegiatan pembelajaran melalui kegiatan pengamatan langsung dan

melatih kerjasama antar kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Sriyati, et al

(2008: 9) bahwa cara kerja kelompok dalam melakukan praktikum juga dianggap

menyenangkan oleh hampir seluruh siswa, karena dapat melatih kerjasama, saling

membantu dengan teman kelompok, bisa diskusi dengan teman kelompok, dan

bagi-bagi tugas dengan teman kelompok.

Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa respon siswa

terhadap pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning

sangat bagus. Siswa tampak tertarik dalam pembelajaran dan terlihat sangat

antusias pada saat melakukan eksperimen. Hal ini menyebabkan keterampilan

proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dapat meningkat. Diharapkan

penerapan pembelajaran CTL lebih lanjut dapat meningkatkan keterampilan

proses secara menyeluruh sebagai bekal siswa untuk menyelesaikan permasalahan

dalam sains. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Hall dan Harrington

(2003: A1-A6) mengemukakan bahwa tujuan dari penerapan metode eksperimen

adalah untuk menumbuhkan keterampilan dasar dalam penelitian. Kegiatan

eksperimen membuat siswa percaya diri dalam mengumpulkan data,

menggabungkan beberapa data, menulis dan membuat grafik, menggunakan

statistik yang tepat, serta menulis dengan tepat dan membuat laporan ilmiah dalam

format jurnal. Keberhasilan penggunaan metode eksperimen sangat terlihat dalam

penulisan laporan tugas akhir yang menunjukkan bahwa metode eksperimen telah

berhasil dalam mengembangkan keterampilan menulis laporan ilmiah pada siswa.

Myers, et al (2004: 76) menyebutkan bahwa melatih siswa untuk lebih

sering menggunakan keterampilan proses dapat membantu menyiapkan siswa

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

untuk terampil dalam memecahkan masalah, mempelajari apa yang mereka

peroleh, dan menghargai sains. Naqbi dan Tairab (2005: 20) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa keterampilan proses ilmiah sama penting dan pembelajaran

ilmiah harus menitikberatkan pada pengembangan keterampilan langsung dengan

menggunakan keterampilan proses bereksperimen dalam pembelajaran sains.

Pembangunan konsep pembelajaran siswa diperoleh dari peran aktif siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Kegiatan eksperimen di sekolah diharapkan mampu

membekali siswa dengan kemampuan untuk membangun konsep berdasarkan

keterlibatan langsung siswa dalam merancang eksperimen, mengolah data,

mengobservasi objek, membuat inferensi, dan menghasilkan generalisasi.

Haryono (2006: 10) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa

penerapan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara riil

mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar sains siswa, terutama dalam hal

penguasaan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains jika diterima

dan diakui sebagai kemampuan dasar hidup siswa terutama dalam membangun

kemampuan belajar dan penciptaan diri, model pembelajaran yang dikembangkan

ini dapat menjadi salah satu media bagi pengembangannya. Melalui proses

pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam suatu

rangkaian proses pembelajaran, memungkinkan siswa memperoleh pengalaman

belajar yang beragam dan relatif lebih bermakna. Siswa melakukan proses sains

sebagaimana yang dilakukan oleh para saintis dalam penyelidikan ilmiahnya,

dapat mengembangkan berbagai aspek kemampuan untuk belajar lebih lanjut, di

samping mengembangkan berbagai sikap ilmiah yang standar.

Lumbantobing (2004: 35) dalam penelitiannya tentang perbandingan

penerapan keterampilan proses antara Jepang dan Indonesia memperlihatkan

terdapat perbedaan dalam penyusunan kurikulum pendidikan sekolah dasar antara

Jepang dengan Indonesia. Negara Jepang dalam menyusun kurikulum sekolah

dasar mengacu pada pemecahan masalah (problem solving) sehingga keterampilan

dasar sudah diterapkan pada tingkat 1 sampai 3, sedangkan keterampilan

terintegrasi telah diterapkan pada tingkat 4 sampai 6. Penyusunan kurikulum di

Indonesia masih menerapkan keterampilan dasar pada semua tingkatan kelas

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

sehingga keterampilan terintegrasi belum dikembangkan pada sekolah dasar.

Jepang telah berhasil mengembangkan keterampilan proses untuk memecahkan

masalah.

Salah satu kecenderungan pemikiran yang berkembang dewasa ini

berkaitan dengan proses belajar anak adalah bahwa anak akan belajar lebih baik

jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Menurut kecenderungan pemikiran ini,

belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya

bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi

terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Pembelajaran kontekstual menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas yang

mendorong siswa menerapkan dalam kehidupan nyata (Anonimb, 2010: 115).

Komponen yang ada dalam CTL yaitu konsruktivisme (constructivism),

bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment) memungkinkan siswa terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok

maupun diskusi. Selain itu, siswa juga dapat melakukan praktikum dengan alat

dan bahan yang sederhana yang dapat dijumpai di kehidupan sehari-hari. Dengan

praktikum ini diharapkan dapat menstimulir perasaan senang pada siswa

(Nugraheni, 2007: 53-54). Penerapan pembelajaran CTL akan melatih siswa

untuk belajar tingkat tinggi. siswa menjadi bekerja sama, termotivasi, dan

memusatkan perhatian pada kegiatan belajar mengajar jika guru melaksanakan

pembelajaran kontekstual (Shamsid & Smith, 2006: 24).

Konsep hasil penelitian pada percepatan perkecambahan biji koro benguk

yang diberi tambahan hormon giberelin digunakan sebagai salah satu acuan

sumber belajar. Proses, prosedur dan konsep hasil penelitiannya dijadikan sebagai

sumber belajar yang secara sengaja dipersiapkan sebagai sumber belajar yang

nyata dan dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Pemanfaatan hasil

penelitian sebagai acuan kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan pengetahuan,

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

aktivitas dan kreativitas guru maupun siswa dalam pembelajaran dan memberikan

nilai lebih bagi hasil penelitian yang bermanfaat dalam pembelajaran.

Tambahan sumber belajar yang dikemas dalam bentuk modul

pembelajaran dan didukung adanya LKS panduan praktikum sangat membantu

siswa dalam mengembangkan materi pelajaran yang sedang dipelajari serta dapat

mengembangkan kegiatan secara mandiri dengan panduan modul. Pengetahuan

siswa akan bertambah dan kreativitasnya juga berkembang, sehingga

perkembangan ranah kognitif, afektif dan psikomotornya dapat berjalan dengan

seimbang.

Pengembangan sumber belajar menjadi tanggung jawab guru sebagai

fasilitator dalam pembelajaran. Guru bertanggung jawab dalam memilih sumber

belajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan, keadaan, kemampuan,

kebutuhan dan minat siswa serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Guru

harus dapat mempersiapkan pembelajaran dengan memanfaatkan aneka sumber

belajar yang dapat mendukung dan memperluas meteri pelajaran yang diberikan

kepada siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

mengembangkan pengetahuannya itu dengan mempraktikkannya secara langsung

melalui kegiatan laboratorium maupun kegiatan di lapangan dengan kegiatan yang

terarah.

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada pokok bahasan

pertumbuhan dan perkembangan dapat meningkatkan keterampilan proses untuk

aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,

melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi pada siswa kelas VIII D SMP

Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

a. Sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis

lebih lanjut.

b. Sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi

metode pembelajaran.

c. Menambah wawasan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran,

khususnya mata pelajaran biologi.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran

biologi di SMP Negeri 5 Surakarta, yaitu keterampilan proses dapat ditingkatkan

dengan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning disertai

modul pembelajaran.

C. Saran

1. Bagi Guru

a. Pelaksanaan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

disertai modul pembelajaran membutuhkan instruksi yang jelas agar siswa

tidak mengalami kebingungan pada saat melaksanakan kegiatan

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

pembelajaran. Oleh sebab itu guru hendaknya memberikan instruksi dan

arahan yang jelas kepada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif.

b. Guru hendaknya lebih inovatif lagi pada saat memberikan apersepsi dan

motivasi kepada siswa, misalnya dengan menggunakan model atau alat bantu

dalam proses belajar mengajar. Sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik

untuk memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

c. Guru dapat memanfaatkan alternatif sumber belajar bagi siswa selain buku

paket dan LKS seperti modul pembelajaran hasil penelitian yang dapat

memperkaya pengetahuan siswa.

2. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru dengan

seksama agar dapat melaksanakan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning dengan baik.

b. Siswa hendaknya tidak hanya bergantung pada materi dan informasi yang

diberikan oleh guru, tetapi juga lebih aktif mencari informasi materi dari

sumber-sumber lain sehingga akan menambah wawasan siswa dalam

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

c. Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan praktikum, diskusi kelompok

maupun pada saat presentasi kelompok.

Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan

penelitian yang lebih mendalam serta dapat memberikan manfaat dan sumbangan

pemikiran bagi para pendidik.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2011. Gibberelin Signaling in Barley Aleurone Grain. https://www.

Qiagen.com/geneglobe/pathwayview.aspx. Diakses tanggal 11 maret 2011.

Anonimb. 2010. “Model Pembelajaran Efektif di Sekolah Dasar”. PLPG

Sertifikasi Guru Rayon 24: Universitas negeri Makassar.

Bidwell, R.G.S. 1979. Plant physiology. New york: collier macmillan publisher.

Bryan, J.E. 1989. “Breaking Dormancy of Potato Tubers”. Peru: CIP Research

Guide 16. International Potato Center.

Campbell, Neil A. & Jane B. Reece. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:

Erlangga.

Choe , H. T. 1972. “Effects of Presoaking Seed of Pisum sativum L in GA3, IAA,

and Kinetin Solution on Seedling Growth”. Jurnal Pertanian. Volume 7

(5): 476-478.

Devi, Poppy K., Renny Sofireni, Yayan Rosendi. 2011. Pendekatan Keterampilan

Proses pada Pembelajaran IPA. http://www.bpptkpu-jabar.com. Diakses

tanggal 11 Maret 2011.

Dhale,D.A., V.H. Panchal, S.K. Markandeya. 2010. “Pharmacognostic Evaluation

of Mucuna Pruriens”. International Journal of Pharma World Research

Vol 1(3): 2-11.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Ebert, James D., ariel G. Loewy, Richard S. Miller, & Howard A. Schneiderman.

1973.Biology: an Appreciation of Life. New York: Rinehart and Winston.

Inc.

Fitter. A.H & R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan Sri

Andani dan Purbayanti. Yogyakarta: UGM Press.

Fosket, Donald E. 1994. Plant Growth and Development (A Molecular

Approach). California: Academic Press.

Gardner, Franklin P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta. UI Perss.

Goldsworthy, P. R dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Dudidaya Tropik.

Terjemahan Tohari. Yogyakarta: UGM press.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Hall, A.C dan M.E. Harrington. 2003. “Experimental Methods in Neuroscience:

An Undergraduate Neuroscience Laboratory Course for Teaching Ethical

Issues, Laboratory Techniques, Experimental Design, and Analysis”. The

Journal of Undergraduate Neuroscience Education (JUNE), Volume 2(1):

A1-A7.

Haliza, Winda, Endang Y. Purwani, & Ridwan Thahir. 2010. “Pemanfaatan

Kacang-kacangan Lokal Mendukung Diversifikasi Pangan”. Jurnal

Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 3(3): 238-245.

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hanafiah dan Cucu S. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Haryono. 2006. “Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses

Sains”. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 7(1): 1-13.

Hess, Dieter. 1975. Plant Physiology. New York: Springer Verlag.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan

Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan

Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan Learning Center.

Kimball, J.W. 1994. Biologi Edisi Kelima (jilid 2). Terjemahan Siti soetarmi

Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri. Jakarta: Erlangga.

Lumbantobing, Riris. 2004. “Comparative Study on Process Skills in the

Elementary Science Curriculum and Textbooks between Indonesia and

Japan”. Journal of Education Vol 1(53): 31-38.

Krishnamoorthy, H.N. 1975. Gibberelin and Plant Growth. New York: John

Willey and Sons,inc.

Kuswanto, H. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih.

Yogyakarta: Andi Offset.

Mardalis. 1990. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi

Aksara.

Miles, M.B dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber

Tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi.

Jakarta: UI Press.

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhibin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Myers, Bryan E, Shannon G. Washburn, and James E. Dyer. 2004. “Assessing

Agriculture Teachers’ Capacity for Teaching Science Integrated Process

Skills”. Journal of Southern Agricultural Education Research Volume 54

(1): 74-85.

Naqbi, A.K dan H.H Tairab. 2005. “The Role of Laboratory Work in School

Science: Educators and Students Perspectives”. Journal of Faculty of

Education Volume18: 20- 35.

Nugraheni,Diah. 2007. “Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA) dengan

menggunakan Pendekatan Kontekstual (CTL) pada Pokok Bahasan

Cahaya Siswa Kelas V Semester II SDN kedungmundu 1 Semarang”.

Skripsi. Semarang: UNNES.

Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Opik, Helgi & Stephen Rolfe. 2005. The Physiology of Flowering Plants. United

Kingdom: Cambridge University press.

Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rokhmah, Laela Nur. 2008. “Kajian Asam Fitat dan Kadar Protein selama

Pembuatan Tempe Kara Benguk dengan Variasi Pengecilan Ukuran dan

Lama Fermentasi”. Skripsi. Surakarta: UNS.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Salisbury, F. B, dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan

Diah R. Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB Press.

Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/6297/1/211320411201101211.pdf · Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Sarihan, O., Ipek, A., Khawar, K.M., Atak, M. dan Gurbuz, B. 2005.“Role of

GA3 and KNO3 in Improving the Frequency of Seed Germination in

Plantago lanceolata L”. Jurnal Pertanian. Volume 37(4): 883-887.

Shamsid, Ifraj & Betty P. Smith.2006. “Contextual Teaching and Learning

Practise in the Family and Consumer Science Curriculum”. Journal of

Family and Consumer Sciences education Vol 24(1): 14-27.

Sitompul dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:

UGM Press.

Soedirdjoatmodjo, Soetomo. 1986. Bertanam Sayuran Buah. Jakarta : Karya Bani.

Sriyati, S, Yanti Rumbiyati, dan Rengky Meliani. 2008. Penerapan Pertanyaan

Produktif Dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Kemampuan

Kerja Ilmiah Dan Pemahaman Konsep Siswa Di SMA. Bandung: UPI.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Supriyono. 2007. “Kajian Biologi dan Agronomi Kara Benguk sebagai Tanaman

pangan dan Penutup Tanah”. Skripsi. Yogyakarta: UGM.

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Usman, Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar

Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Vandelook, F., Bolle, N. and Assche, J. A. V. 2007. “Seed Dormancy and

Germination of the European Chaerophyllum temulum (Apiaceae), a

Member of a Trans-Atlantic Genus”. Journal of Botany 1-7

Wenno I. H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual.

Yogyakarta: Inti Media.

Wilkins, Malcom B. 1989. Fisiologi tanaman. Jakarta: Bina aksara.

Yucel, E. dan G. Yilmaz. 2009.“Effects of Different Alkaline Metal Salt (NaCI,

KNO3), Acid Consentrations (H2SO4) and Growth Regulator (GA3) on the

Germination of Salvia cyanescens”. Journal of Sciense. 22(3): 123-127.