109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGGUNAAN TEKNIK UPPER HAND LOWER HAND DAN TRAILING UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNANETRA KELAS I DALAM BELAJAR MENGENAL LINGKUNGAN SEKOLAH DI SDLB N CANGAKAN KARANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi Oleh : Ika Restiana Setyo Rini K 5106021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGGUNAAN TEKNIK UPPER HAND LOWER HAND DAN TRAILING UNTUK

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNANETRA KELAS I

DALAM BELAJAR MENGENAL LINGKUNGAN SEKOLAH

DI SDLB N CANGAKAN KARANYAR

TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh :

Ika Restiana Setyo Rini

K 5106021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGGUNAAN TEKNIK UPPER HAND LOWER HAND DAN TRAILING UNTUK

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNANETRA KELAS I

DALAM BELAJAR MENGENAL LINGKUNGAN SEKOLAH

DI SDLB N CANGAKAN KARANYAR

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

Ika Restiana Setyo Rini

K 5106021

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2011

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Ika Restiana Setyo Rini. PENGGUNAAN TEKNIK UPPER HAND LOWERHAND DAN TRAILING UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAKTUNANETRA KELAS I DALAM BELAJAR MENGENAL LINGKUNGANSEKOLAH DI SDLAB N CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari, 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemandirianberorientasi dan mobilitas dalam belajar mengenal lingkungan sekolah melaluipenggunaan teknik upper hand, lower hand dan trailing pada anak tunanetra kelasISDLB N Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011.

Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research/Penelitian TindakanKelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa.Sumber data penelitian ini adalah peristiwa proses pembelajaran orientasi danmobilitas yang berlangsung di kelas dengan informan (guru dan siswa), sertadokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi,wawancara dan analisis dokumen. Untuk menguji validitas data penulismenggunakan triangulasi teknik dan review informan. Teknis analisis yangdigunakan adalah dengan analisis kritis dan analisis deskriptif komparatif. Datakualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis sedangkan data yang berupa tesdiklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptifkomparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikatorpencapaian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaanteknik upper hand, lower hand dan trailing dalam pembelajaran Orientasi danMobilitas dapat meningkatkan kemandirian dalam belajar mengenal lingkungansekolah pada anak tunanetra kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar tahun ajaran2010/2011.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Ika Restiana Setyo Rini. THE USE UPPER HAND, LOWER HAND ANDTRAILING TECHNIQUES FOR IMPROVING THE FIRST GRADER OFBLIND CHILDREN’S INDEPENDENCY IN LEARNIG TO ACQUAINT THESCHOOL ENVIRONMENT IN SDLB N CANGAKAN KARANGANYAR INTHE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis: Teacher Training and EducationFaculty. Surakarta Sebelas Maret University, January,2011.

The objective of research is to improve the orienting independency andmobility in learning to acquaint the school environtment using upper hand, lowerhand and trailing in the First Grader of Blind Children in SDLB N CangakanKaranganyar in the School Year of 2010/2011.

This study belongs to a Clasroom Action Research involving anobservation on the learning activity in the form of an action generated andoccurring deliberately in a class collectively. This research is a collaboration orcooperation between the researcher, teacher, and student. The data source ofresearch was the event of orientation and mobility learning process proceeding inthe classroom with the informants (teacher and student), aswell as document.Techniques of collecting data used were observation, interview,and descriptivecomparative analyses. The qualitative data was analyzed using critical analyzeddescriptively and comparatively, by comparing the inter-cycles test values and theindicator of achievement.

Considering the result of research, it can be concluded that the use ofupper hand, lower hand and trailing techniques can improve the first grader ofblind children’s independency in learning to acquaint the school environment inSDLB N Cangakan Karanganyar in the school year of 2010/2011.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Encourage him, but don’t rush him. Help him, but don’t hinder him (Berilah

dorongan, tetapi jangan memaksa. Bantulah, tetapi jangan menghalangi

perkembangan kemandiriannya.

(Elizabeth.G.Hainstock 1971 dalam Anak yangBermain, Anak yang Cerdas)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan

Kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta, Suparti dan Mukidi

atas pancaran doa dan kasih sayangnya.

2. Adik-adikku, Gandis Putri Mahanani atas

segala bantuan serta motivasi dalam

menyelesaikan skripsi, dan Bagas Ahimsa

yang selalu memberikan semangat.

3. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah

banyak memberikan ilmu.

4. Almamater.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan

dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

ucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian;

2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan

izin dalam melakukan penelitian;

3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin

dalam melakukan penelitian;

4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;

5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.

Abdul Salim Choiri, M.Kes;

6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Bapak Drs. Maryadi, M.Ag dan sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan skripsi;

7. Bapak Priyono, S. Pd, M. Si selaku Pembimbing Akademis dan juga Pembimbing

II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi;

8. Bapak Darya Sunaryo, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SDLB N Cangakan

Karanganyar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian;

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Bapak Sihna, selaku guru kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar,yang telah

banyak membantu, memberikan masukan serta kerjasama dalam bentuk

kolaborasi dengan penulis dalam penelitian;

10. Seluruh bapak dan ibu guru SDLB N Cangakan Karanganyar yang telah ikut

memberikan semangat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian;

11. Siswa kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar yang telah membantu pelaksanaan

penelitian;

12. Sahabat-sahabatku (Mbak Anita, Mbak Heni, Mbak Nurul, Drajat, Mbak Tias,

mas Vian), terimakasih banyak untuk persaudaraan yang indah ini, terimakasih

untuk semua nasehat-nasehat,dukungan dan semangatnya aku banyak belajar dari

kalian semua;

13. Teman-teman PLB 2006 (Ajeng, Mbak Eva, Hastati, Selvy Dwi, Susi, Aman,

Mbak Nita, Basten, Drajat, Endah, Fitri, Hamid, Helga, Ika T, Inay, Lativa,

Nita S, Nurul, Reni P,Rika, Natan, Selviana, Reni Retno, Ifah,Dian, Wahyu,

Pras, Anita C, Sasi, Titus, Tunang,Yonas, Heni) atas semangat dan dukungan;

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv

HALAMAN ABSTRAK............................................................................... v

HALAMAN MOTTO................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ............................................................. 5

C. Perumusan Masalah .............................................................. 6

D. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 8

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 8

1. Kajian Tentang Orientasi dan Mobilitas......................................... 8

Pengertian Orientasi dan Mobilitas ................................................ 8

a. Prinsip-Prinsip Dasar Orientasi dan Mobilitas......................... 9

b. Tujuan Orientasi dan Mobilitas................................................ 10

d.Teknik-Teknik dalam Orientasi dan Mobilitas......................... 11

2. Kajian Tentang Kemandirian……………....................................... 28

a. Pengertian kemandirian............................................................. 28

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian.................. 29

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

c. Pendidikan dan latihan bagi Kemandirian Tunanetra .......... 29

3. Kajian Tentang Tunanetra......................................................... 31

a. Pengertian Anak Tunanetra………….................................. 31

b. Faktor-Faktor Penyebab Ketunanetraan .............................. 32

c. Karakteristik Anak Tunanetra.............................................. 34

d. Klasifikasi Tunanetra............................................................ 35

e. Dampak Ketunanetraan………............................................ 37

4. Kajian Tentang Belajar Mengenal Lingkungan Sekolah........... 38

a. Pengertian Belajar……….................................................... 38

b. Ciri-Ciri Belajar.................................................................... 39

c. Kajian Tentang Mengenal Lingkungan Sekolah................... 40

C. Kerangka Berfikir............................................................................ 42

D. Hipotesis Tindakan......................................................................... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................. 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 44

B. Pendekatan penelitian ................................................................. 45

C. Subjek Penelitian.......................................................................... 46

D. Sumber Data Penelitian................................................................. 46

E. Teknik-Teknik Pengumpulan Data................................................. 47

F. Uji Validitas Data........................................................................... 56

G. Teknik Analisis Data...................................................................... 57

H. Indikator Ketercapaian.................................................................... 58

I. Prosedur Penelitian.......................................................................... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………. 61

A. Deskripsi Kondisi Awal………………………………………… 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………. 63

1. Siklus Pertama……………………………………………….. 63

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

a. Perencanaan Tindakan ……………………………………. 63

b. Tindakan I............................................................................ 65

c. Pengamatan.......................................................................... 68

d. Refleksi ............................................................................... 71

2. Siklus Kedua .............................................................................. 72

a. Perencanaan Tindakan II ......................................... 72

b. Tindakan II.............................................................. 74

c. Pengamatan............................................................. 74

d. Refleksi................................................................... 77

C. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................ 78

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...................................... 87

A. Simpulan ............................................................................... 87

B. Saran ..................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 89

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Hasil Observasi Awal Kemandirian Siswa Dalam Mengenal

Lingkungan Sekolah .................................................................. 4

Tabel 2.1 : Klasifikasi Tunanetra Berdasarkan Hasil

Tes Snellen ................................................................................ 12

Tabel 3.1 : Rincian Waktu dan Jenis kegiatan Penelitian ............................. 44

Tabel 3.2 : Format (Pedoman) Observasi untuk Kemampuan Guru

Dalam Mengelola kelas ............................................................. 51

Tabel 3.3 : Format (Pedoman) Observasi untuk Kemampuan Guru

dalam Menjelaskan .................................................................... 51

Tabel 3.4 : Format (Pedoman) Observasi Keaktifan Siswa .......................... 52

Tabel3.5 : Format (Pedoman) Observasi Hasil Belajar Siswa

dalam Pembelajaran Orientasi dan mobilitas.............................. 53

Tabel 3.6 : Pedoman wawancara Untuk Orangtua Siswa ............................. 55

Tabel 3.7 : Pedoman Wawancara Untuk Guru Kelas ................................... 56

Tabel 3.8 : Indikator Ketercapaian............................................................... 58

Tabel 4.1 : Kemampuan Awal Orientasi dan Mobilitas Siswa

Kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar

Tahun ajaran 2010/2011 ............................................................ 61

Tabel 4.2 : Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa......................... 62

Tabel 4.3 : Hasil Pengamatan Kemandirian Orientasi dan

Mobilitas Menggunakan teknik Upper hand,

Lower hand dan

Trailing...................................................................................... 69

Tabel 4.4 : Hasil Keaktifan Siswa Siklus 1 .................................................. 70

Tabel 4.5 : Hasil Tes Pengamatan Kemandirian Orientasi dan

Mobilitas Menggunakan Teknik Upper hand,

Lower hand dan Trailing Siklus 2 ............................................. 76

Tabel 4.6 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa siklus 2 .................................. 77

4

36

44

51

51

52

53

55

56

58

61

62

75

69

70

7677

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Tabel 4.7 : Hasil tes Pengamatan Kemandirian Orientasi dan

mobilitas menggunakan teknik Upper hand,

Lower hand dan Trailing Tiap siklus......................................... 80

Tabel 4.8 : Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas I SDLB N

Cangakan karanganyar Tahun ajaran 2010/2011

tiap siklus .................................................................................. 82

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Teknik Memegang Pendamping Awas ................................... 12

Gambar 2.2 : Memegang Pendamping Awas............................................... 13

Gambar 2.3 : Memegang Pendamping Awas untuk Anak Kecil................... 13

Gambar 2.4 : Teknik Upper Hand ............................................................... 18

Gambar 2.5 : Teknik Lower Hand............................................................... 20

Gambar 2.6 : Teknik Trailing ..................................................................... 22

Gambar 2.7 : Teknik Transfering Open Doorway........................................ 24

Gambar 2.8 : Kerangka Berfikir.................................................................. 43

Gambar 3.1 : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas....................................... 46

Gambar 3.2 : Triangulasi Teknik................................................................. 57

Gambar 4.1 : Tabulasi nilai kemandirian siswa dalam belajar

Mengenal Lingkungan Sekolah dengan

Menggunakan Teknik Upper hand,

Lower hand dan trailing ......................................................... 81

Gambar 4.2 : Tabulasi nilai Keaktifan siswa ............................................... 83

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Lembar Pengamatan Kemandirian Siswa Dalam

Belajar Mengenal Lingkungan Sekolah Dengan

Teknik Upper hand, Lower hand dan Trailing ....................... 92

Lampiran 2 : Lembar Pengamtan Keaktifan Siswa Dalam

Proses Pembelajaran Orientasi dan Mobilitas ........................ 93

Lampiran 3 : Hasil Pengamatan Kondisi Awal Kemandirian Siswa

dalam Belajar Mengenal Lingkungan Sekolah

Dengan Teknik Upper hand, Lower hand dan

Trailing pada Siklus 1 ........................................................... 94

Lampiran 4 : Hasil Pengamatan Kondisi Awal keaktifan siswa

dalam Proses Pembelajaran Orientasi dan Mobilitas

Pada Siklus 1 ........................................................................ 96

Lampiran 5 : Hasil Pengamatan kemandirian Siswa Dalam

Belajar Mengenal Lingkungan Sekolah

Dengan Teknik Upper hand, Lower hand dan

Trailing pada siklus 1............................................................. 98

Lampiran 6 : Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Proses

Pembelajaran Orientasi dan Mobilitas Pada siklus 1 .............. 100

Lampiran 7 : Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Proses

Pembelajaran Orientasi dan Mobilitas Pada siklus 2 .............. 102

Lampiran 8 : Hasil Pengamatan Kektifan Siswa dalam Proses

Pembelajaran orientasi dan Mobilitas Pada siklus 2 .............. 104

Lampiran 9 : Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Menjelaskan .... 106

Lampiran 10 : Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Menjelaskan

Pada Siklus 1 ........................................................................ 107

Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Menjelaskan

Pada Siklus 2............................................................................. 108

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Lampiran 11 : Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam

Mengelola Kelas .................................................................... 109

Lampiran 12 : Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas

Pada Siklus 1 ......................................................................... 110

Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas

Pada Siklus 2 ........................................................................... 111

Lampiran 13 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ....................... 112

Lampiran 14 : Rencana Pelaksanaan pembelajaran Siklus 2 ....................... 119

Lampiran 15 : Foto Kegiatan Siklus 1 ........................................................ 126

Lampiran 16 : Foto Kegiatan Silus 2 .......................................................... 130

Lampiran 17 : Surat Ijin Penyusunan Skripsi ................................................. 138

Lampiran 18 : Surat Keterangan Pelaksanaan Research ................................ 140

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi yang vital bagi

manusia. Tidak berlebihan apabila dikemukakan bahwa sebagian besar informasi

yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatan, sedangkan selebihnya

berasal dari panca indera yang lain. Sebagai konsekuensinya, bila seseorang

mengalami gangguan indera penglihatan, maka kemampuan aktivitas yang

bersangkutan akan terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jauh berkurang

dibandingkan mereka yang berpenglihatan normal. Oleh sebab itu, apabila tidak

mendapat penanganan atau rehabilitasi khusus, hal ini akan mengakibatkan timbulnya

berbagai kendala psikologis, seperti misalnya perasaan inferior, depresi, atau

hilangnya makna hidup dan sebagainya.

Anak tunanetra sebagai salah satu anak berkebutuhan khusus memiliki

berbagai kebutuhan yang khusus pula. Kebutuhan dasar bagi anak tunanetra adalah

kemampuan untuk bergerak dan berorientasi baik dirumah maupun di sekolah. Tanpa

kemampuan tersebut anak tunanetra akan merasakan kesulitan untuk memperoleh

pengalaman dalam lingkungan sekitar. Seperti telah diketahui bahwa kebutuhan

bergerak dan berorientasi bagi setiap manusia sudah dimulai sejak kecil, terutama

sejak mereka dapat berjalan. Bahkan bayi yang berumur beberapa minggu

saja sudah berusaha mengadakan orientasi seperti ketika mendengarkan suara ibunya,

ia akan berusaha mencari arah suara tersebut berasal. Usaha untuk mengenal sumber

suara ini merupakan salah satu bagian dari prinsip orientasi.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Jay Gense dan Marilyn Gense dalam Importance of Orientation AndMobility Skills for Students who are Deaf-Blind 2004(http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.) mengungkapkan alasan seorang anak deaf-blind mengalami hambatanmotivasi untuk bergerak :

A child who is deafblind must learn to understand his or her environment withminimal or distorted visual and auditory information. Limited sight and/orhearing may inhibit natural curiosity and the motivation to move about. Somemay feel insecure or frightened when moving about in an environment they canneither see nor hear clearly. Others may run on the track team or use motorizedwheelchairs. Some communicate with speech or sign language, while othersmay not have had enough experiences in the environment to understand evenbasic concepts about that environment or about objects found in it. It isessential that children who are deaf-blind receive learning opportunities andinstruction that facilitate purposeful movement.

Seorang anak yang deafblind harus belajar untuk memahami lingkungan-

nya secara minimal atau dengan informasi visual dan pendengaran yang terdistorsi.

Keterbatasan melihat dan/atau mendengar dapat menghambat rasa ingin tahu alami

dan motivasi untuk bergerak. Beberapa orang mungkin merasa tidak aman atau

ketakutan ketika bergerak dalam suatu lingkungan dimana mereka tidak dapat melihat

atau mendengar dengan jelas. Orang lain mungkin berlari dengan tim atau

menggunakan kursi roda bermotor. Beberapa berbicara atau berkomunikasi dengan

bahasa isyarat, sementara yang lain mungkin tidak punya cukup pengalaman di

lingkungan bahkan untuk memahami konsep dasar tentang lingkungan atau tentang

obyek yang ditemukan di dalamnya.

Demikian pula halnya dengan tunanetra, baik inisiatif sendiri maupun

bantuan dari orang lain, mereka harus belajar bergerak,beorientasi sesuai dengan

kondisi dan kemampuan yang mereka miliki. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan

bila kita melihat seorang tunanetra sanggup bergerak dan berorientasi dengan cekatan

walaupun tidak seperti anak-anak yang berpenglihatan normal, hal ini dikarenakan

adanya kesempatan pembelajaran yang memfasilitasi tujuan gerak mereka.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Selama periode awal setelah kehilangan penglihatan, meskipun orang-orang

disekitarnya akan selalu mencoba untuk memberikan perhatian dan membantu, akan

datang saatnya bagi para tunanetra untuk mandiri ketika ia berada dalam kondisi

sendiri. Tunanetra harus belajar menghadapi sendiri apapun yang terjadi di

sekitarnya. Disamping itu, ketika seseorang memiliki aktivitas yang terkonsentrasi di

suatu ruangan pada saat-saat awal kehilangan penglihatan, mereka diharapkan secara

bertahap dapat bergerak keluar dari ruangannya, misalnya ke kamar mandi, ke

dapur,ke ruang makan dan seterusnya. Mereka harus belajar untuk mampu melakukan

perjalanan secara mandiri dan aman secara perlahan-lahan.

Untuk dapat melakukan hal itu, dapat dimulai dengan ruangan yang familiar

bagi tunanetra. Seorang tunanetra harus mengingat rute yang akan dilalui dengan

jelas termasuk titik permulaan dan tujuan yang akan dituju. Tunanetra juga harus

belajar melakukan perjalanan dengan berusaha mengenali lingkungan di sekitarnya

dengan cara menyentuh, mendengar, mencium untuk membantu menggantikan

informasi yang tidak diperoleh karena indera penglihatannya yang tidak berfungsi.

Menentukan arah langkah juga merupakan hal yang penting, karena berdasarkan hal

itu mereka dapat berjalan secara aman di sepanjang dinding, furniture atau benda lain

yang dapat dijadikan sebagai pedoman. Mengingat arah yang benar ketika berjalan,

bersikap waspada terhadap barang-barang yang ada di sekitarnya akan mengurangi

rintangan yang akan dilaluinya.

Agar aktivitas bermobilitas penyandang tunanetra dapat berjalan dengan

baik dan aman,pemberian pelatihan teknik-teknik untuk berjalan mandiri

(Independent Travel) sangat diperlukan. Teknik independent travel ini dapat

membantu para tunanetra untuk bisa lebih mandiri dalam hal berorientasi dan

bermobilitas, karena teknik ini tidak memerlukan alat bantu dan bisa dilakukan

sendiri oleh para tunanetra. Teknik independent travel meliputi upper hand, lower

hand, trailing dan sebagainya.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Akan tetapi ada berbagai faktor yang mempengaruhi diri anak tunanetra

untuk mandiri khususnya dalam hal berorientasi. Faktor-faktor tersebut dapat

dikelompokkan menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan

faktor yang berasal dari luar individu. Faktor dari dalam diri individu dapat berupa

penyimpangan atau kelainan pada diri anak seperti takut, merasa tergantung pada

orang lain dan sebagainya. Sedangkan faktor dari luar dapat disebabkan oleh

lingkungan yang kurang mendukung seperti lingkungan keluarga atau masyarakat

yang terus memanjakan anak tunanetra sehingga mereka enggan mencoba untuk

mandiri. Apapun faktor yang terjadi hal ini akan menghambat proses belajar bagi

anak tunanetra.

Masalah kemandirian dalam orientasi dan mobilitas juga dialami oleh siswa

tunanetra kelas I di SDLB N Cangakan Karanganyar. Hal tersebut dapat dilihat dari

hasil observasi awal yang dilakukan peneliti berkaitan dengan kemampuan siswa

untuk berorientasi dan bermobilitas dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel.1.1 Hasil Observasi Awal Kemandirian Siswa dalam Mengenal Lingkungan

Sekolah

No. Nama Siswa Nilai

1 R K 24

2 U 26

Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa memperoleh nilai 25

yang berarti kurang dari indikator ketuntasan yang seharusnya mencapai nilai 45-60.

Hal ini dapat menggambarkan bahwa kemandirian siswa tunanetra di SDLB N

Cangakan Karanganyar masih kurang baik atau bisa dikatakan masih belum mandiri.

Berpijak pada masalah diatas dapat di katakan bahwa pengajaran teknik

Independent Travel memiliki andil yang sangat besar untuk membantu meningkatkan

kemandirian tunanetra khususnya dalam hal berorientasi dan bermobilitas.

Berdasarkan uraian tersebut penulis dalam penelitian ini mengambil judul

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

:“Penggunaan Teknik Upper Hand,Lower hand,dan Trailling Untuk Meningkatkan

Kemandirian Anak Tunanetra Kelas I Dalam Belajar Mengenal Lingkungan Sekolah

di SDLB N Cangakan Karanganyar”

B. Pembatasan Masalah

Kualitas penelitian terletak pada kedalaman pemecahan masalah. Agar

masalah yang muncul dapat dijawab dan dikaji secara mendalam,maka diperlukan

adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah disini adalah sebagai

berikut :

1. Teknik Independent Travel dengan cara melakukan teknik perlindungan tubuh

bagian atas (upper hand), melakukan teknik perlindungan bagian bawah (lower

hand), dan juga dengan melakukan teknik meraba (trailing) untuk

meningkatkan kemandirian anak tunanetra dalam berorientasi dan bermobilitas.

2. Anak tunanetra adalah anak yang mengalami kecacatan atau kelainan

penglihatan yang sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat memfungsikan

matanya secara normal.

3. Kemandirian dalam berorientasi dan bermobilitas yang dimaksud peneliti

dalam penelitian ini adalah kemandirian anak tunanetra Kelas I di SDLB N

Cangakan Karanganyar dalam belajar mengenal lingkungan sekolah yang masih

mengalami hambatan.

4. Subjek penelitian : Siswa tunanetra Kelas I di SDLB N Cangakan Karanganyar.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang penulis

angkat dan mempermudah pembahasan agar lebih terarah dan mendalam sesuai

sasaran yang telah ditentukan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah teknik Upper hand, Lower hand, dan Trailling dapat meningkatkan

kemandirian berorientasi dan bermobilitas bagi anak tunanetra Kelas I di SDLB N

Cangakan Karanganyar dalam mengenal lingkungan sekolah?

D. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian pastilah ada tujuan yang hendak dicapai peneliti.

Tujuan tersebut akan dapat mengarahkan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.

Adapun tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah :

Untuk meningkatkan kemandirian berorientasi dan bermobilitas anak

tunanetra dalam belajar mengenal lingkungan sekolah pada siswa tunanetra Kelas I di

SDLB N Cangakan Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 melalui teknik upper

hand, lower hand dan trailling.

E. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai tujuan, penelitian ini juga memiliki manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Menelaah konsep yang berkaitan dengan teknik Independent Travel

(teknik upper hand, lower hand, dan trailing).

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Menemukan jawaban secara teoritis tentang efektifitas teknik upper hand,

lower hand, dan trailing bagi anak tunantra Kelas I di SDLB N Cangakan

Karanganyar.

2. Manfaat Praktis

a.Dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai kemampuan

Orientasi dan Mobilitas anak tunanetra.

b.Secara khusus kita dapat melihat kemampuan anak tunanetra dalam

menggunakan teknik independent travel (upper hand, lower hand, dan

trailing).

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Tentang Orientasi dan Mobilitas

a. Pengertian Orientasi dan Mobilitas

Orientasi dan Mobilitas merupakan sebuah program yang integral

dalam pendidikan dan rehabilitasi bagi tunaetra, sehingga dapat dikatakan

bahwa pendidikan dan rehabilitasi tanpa program orientasi dan mobilitas di

dalamnya maka program tersebut bukanlah program pendidikan dan latihan bagi

tunanetra. Berikut akan diulas beberapa pengertian dari Orientasi dan Mobilitas.

Dalam usaha meningkatkan keberhasilan belajar anak-anak tunanetradisekolah luar biasa, disekolah terpadu, maupun disekolah dasarterpadu diperlukan faktor-faktor pendukung antara lain sarana danprasarana yang memadai, serta kebutuhan-kebutuhan dasar (basicneeds) dari anak-anak tunanetra. Salah satu kebutuhan dasar tersebutadalah kemampuan bergerak dan berorientasi”. Sebagaimana kitaketahui bersama bahwa latihan bergerak dan berorientasi begi setiapmanusia sudah dimulai sejak kecil, terutama sejak ia bisa berjalan.Makin meningkat usia seseorang makin bertambah pula kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka ia harus makin mampu bergerak danberorientasi. Achmad Ali (1984:7).

Batasan singkat tentang pengertian Orientasi dan Mobilitas bagi

tunanetra adalah:

1. Orientasi yaitu proses penggunaan indera-indera yang masih berfungsi di

dalam menetapkan posisi diri serta hubungan hubungan dengan semua

objek penting yang ada di dalam lingkungannya.

2. Adalah penghimpunan serta pengorganisasian informasi mengenai

lingkungannya dan hubungan dirinya dengan semua itu.

Adapun mobilitas adalah kemampuan atau kesanggupan untuk

bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Jadi Orientasi dan Mobilitas adalah

kesanggupan untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain yang diinginkan

dengan tepat, cepat dan aman (Marika Soebrata,1995:5).

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Menurut D. Jay Gense Marilyn Gense, dalam Importance ofOrientation And Mobility Skills for Students who are Deaf-Blind 2004(http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.) “Orientation skills allow us to know where we are, where weare going, and how to think about and plan strategies for getting to adestination. Mobility involves the actual movement from place to place”.

Maksudnya adalah Orientasi merupakan keterampilan yang

memungkinkan kita untuk mengetahui dimana kita berada, kemana kita akan

pergi, dan bagaimana memikirkan rencana dan strategi untuk dapat mencapai

tujuan yang diinginkan. Sedangkan mobilitas melibatkan gerakan yang

sebenarnya dai satu tempat ke tempat yang lain.

Djadja Rahardja (2004:2) mengungkapkan Orientasi adalah proses

penggunaan indera-indera yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi diri

dan hubungannya dengan objek-objek yang ada dalam lingkungannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orientasi dan mobilitas adalah

pengajaran konsep,keterampilan dan teknik yang diperlukan bagi orang yang

mengalami gangguan penglihatan atau tunaentra untuk bisa memahami dimana

dia berada, kemana dia mau pergi dan yang pasti bisa memiliki rencana atau

strategi untuk bisa mencapai tujuan dengan aman, efisien dan percaya diri melalui

lingkungan apapun dan di bawah semua kondisi lingkungan dan situasi.

b. Prinsip-prinsip Dasar Orientasi dan Mobilitas

Karena anak tunanetra memiliki kekurangan dalam hal penglihatan,

maka ia harus belajar memanfaatkan inderanya yang masih normal untuk

mengambil alih fungsi matanya untuk mencapai tujuannya. Misalnya dengan

melalui indera pendengaran, bagaimana ia memanfaatkan suara atau sound

clue untuk berorientasi. Sehingga ia bisa menerka atau melokalisir dimana

sumber suara tersebut. Melalui indera penciuman ia bisa membedakan jenis

benda yang ada di sekitarnya, serta letak dari benda tadi, dengan membedakan

ketajaman daya rangsang yang ditimbulkan sumber bau tadi. Dengan perasaan

yang peka ia bisa membada-bedakan permukaan lantai atau tanah yang ia

injak. Sehingga ia akan mengetahui dimana ia berada dan sebagainya.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Bila kemampuan berorientasi telah dimiliki, dan ia bisa mengetahui

posisi dirinya, maka kemampuan selanjutnya yang harus ia miliki yaitu

bagaimana menuju/memperoleh sesuatu yang diingininya. Ini memerlukan

kemampuan bergerak yang baik. Hal ini perlu didukung oleh sikap tubuh

(posture) yang baik, gaya langkah (gait) yang baik, serta keseimbangan

(balance) dan sebagainya.

Djadja Rahardja (2004:3) mengungkapkan kemampuan orientasi

seseorang, banyak berhubungan erat dengan kesiapan mental dan fisiknya.

Tingkat kemampuan mental seorang tunanetra akan berakibat pada proses

kognitifnya. Orientasi merupakan proses berfikir dan mengolah informasi yang

mengandung tiga pertanyaan pokok/prinsip, yaitu:

1.Where am I (dimana saya?)

2.Where is my objective (dimana tujuan saya?)

3.How do I get there (bagaimana untuk sampai ke tujuan tersebut?)

c. Tujuan Orientasi dan Mobilitas

Dalam orientasi dan mobilitas yang merupakan suatu bentuk layanan

bagi tunanetra juga perlu untuk ditetapkan tujuan untuk dapat mengontrol,

mengarahkan dan melihat tingkat ketercapaian proses yang dilakukan siswa

terhadap pendidikan dan pelatihan orientasi dan mobilitas. Berikut adalah

tujuan dari orientasi dan mobilitas:

Menurut Irham Hosni(tt:59) ada beberapa tujuan Orientasi dan

Mobilitas, antara lain :

1. Bergerak dan bepergian dengan selamat

Artinya Orientasi dan Mobilitas memberikan keterampilan bagaimana

tunanetra dapat mengatasi rintangan dan bahaya. Tunanetra mampu

menjadikan rintangan dan bahaya yang dihadapi tersebut menjadi sesuatu

yang dapat membantu dirinya menuju tujuan.

2. Bergerak dan bepergian secara mandiri

Artinya keterampilan Orientasi dan Mobilitas memberikan pengetahuan

dan keterampilan pada tunanetra dalam bergerak dan bepergian tidak

banyak tergantung dan meminta bantuan orang lain.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

3. Bergerak dan bepergian dengan efektif

Artinya tunanetra dalam bergerak dan bepergian tidak mendasarkan pada

coba-coba tetapi gerakannya terarah kepada tujuan yang akan dicapai. Ia

akan menggunakan jarak dan waktu yang paling pendek dan sedikit

dalam bergerak.

4. Bergerak dan bepergian dengan baik

Artinya orang tunanetra dalam melakukan bepergian dan bergerak

mengandung unsur artistik. Artinya dalam membawa dirinya,posturnya

kelihatan luwes tanpa ada kekakuan, badan tegap, tidak bungkuk,

langkahnya tidak diseret dan sebagainya. Bepergian yang baik juga

menyangkut kostum atau pakaian yang dikenakan. Tunanetra harus

mengerti bentuk warna, bahan yang sesuai dengan dirinya, lingkungan

dan situasinya.

Sedangkan menurut Djaja Rahardja dalam (2004:7) Tujuan akhir

dari orientasi dan mobilitas adalah agar tunanetra dapat memasuki setiap

lingkungan, baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal dengan

aman, efisien, luwes dan mandiri dengan menggabungkan kedua

keterampilan orientasi dan mobilitas yang dimiliki.

Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan

orientasi dan mobilitas adalah agar seorang tunanetra dapat memasuki dan

melalui setiap lingkungan yang mana terdapat halangan dan rintangan

bagi tunaentra di dalamnya dengan aman dan selamat tanpa harus

mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan seperti jatuh ataupun

terbentur. Selain itu diharapkan juga dengan adanya pelatihan orientasi

dan mobilitas bagi tunanetra dia tidak akan melakukan gerakan yang

berlebihan atau dengan kata lain tunanetra bisa lebih efisien dalam

melakukan gerakan. Dan yang paling penting dari tujuan orientasi dan

mobilitas adalah agar tunanetra dapat mandiri dan tidak terus bergantung

pada orang lain.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

d. Teknik-teknik dalam Orientasi dan Mobilitas

Di dalam melakukan Orientasi dan Mobilitas tunanetra menggunakan

teknik. Teknik merupakan sesuatu yang dapat mempermudah. Dengan

demikian teknik Orientasi dan Mobilitas merupakan suatu cara yang

digunakan tunanetra untuk mempermudah dirinya dalam melakukan

perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini dikenal ada dua

cara,yaitu teknik yang menggunakan alat bantu manusia disebut “pendamping

awas”dan teknik tanpa menggunakan alat bantu disebut perjalanan mandiri

(Independent Travel).

1) Teknik Pendamping Awas

Teknik dasar dalam pendamping awas, menurut Achmad Ali (1984:22-

32) antara lain :

a) Membuat kontakUntuk membuat kontak dengan seorang tunanetra

(mengajak siswa), pendamping menyentuhkan punggung tanganyakepada siswa atau siswa mengajak kepada pendamping baik dengansentuhan tangan atau dengan lisan.

b) Memegang pendamping awasSiswa memegang dengan “erat” lengan pendamping di atas

sikut. Ibu jari siswa berada di sebelah luar lengan pendamping danjari-jari yang lain di sebelah dalam. Lengan siswa lentur pada sikut,sedangkan lengan atas siswa tetap rapat pada badannya.

Gambar.2.1.Teknik Memegang Pendamping Awas(D. Jay Gense, Ed.S. dan Marilyn Gense, MA

http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.)

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Gambar.2.2. Memegang Pendamping Awas(D. Jay Gense, Ed.S. dan Marilyn Gense, MA

http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.)

Gambar .2. 3. Memegang Pendamping Awas untuk Anak Kecil(D. Jay Gense, Ed.S. dan Marilyn Gense, MA

http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.)

c) Posisi dengan pendampingSiswa harus berposisi setengah langkah dibelakang

pendamping dan berada di samping pendamping, dengan bahu lurussejajar di belakang bahu pendamping.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

d) Melewati jalan sempitPendamping menarik lengan yang dipegang siswa ke

belakang dan ke sebelah dalam.1. Siswa memberi respon dengan meluruskan tangannya,

sehingga posisi dadan siswa berada tepat di belakangpendamping dengan jarak satu langkah penuh.

2. Apabila pendamping kembali pada posisi yang normal, yaitumengembalikan lengannya seperti biasa, maka siswakembali pada posisi semula.

e) Tekik melewati pintu tertutupUntuk melewati pintu tertutup dengan tipe pintu yang

bervariasi, mempunyai cara tersendiri seperti pintu yang :1. Membuka menjauh dari kita ke sebelah kanan2. Membuka ke arah kita ke sebelah kanan3. Membuka menjau dari kita ke sebelah kiri4. Membuka ke arah kita ke sebelah kiri

Bagi siswa baru, proses ini sangat kompleks, akan tetapi

yang harus diperhatikan dalam hal melewati pintu dan membuka

serta menutupnya. Ada 2 kemungkinan dalam melewati pintu

tertutup hubungannya dengan posisi dan kedudukan siswa dengan

pendampingnya:

(1) Siswa berada di samping pendamping dan searah dengan

membukanya.

(2) Siswa berada di samping pendamping tidak searah dengan

arah membukanya pintu (siswa berada di kanan pintu

membuka ke kiri atau sebaliknya).

f) Menaiki dan menuruni tangga(1) cara menaiki tangga

(a) Pendamping mendekati pinggiran tangga dan berhentiketika ia sampai pada pinggiran tangga.

(b) Pendamping melangkah naik, siswa maju setengahlangkah untuk menemukan tangga dan kemudianmelangkah naik.

(c) Berat badan siswa harus bertumpu pada ujung kaki.(d) Siswa tetap berada satu tangga di belakang pendamping

selama menaiki tangga tersebut.(e) Setelah sampai di tempat datar, pendamping mengambil

mengambil berada langkah ke depan kemudian berhentisebentar menerangkan pada siswa bahwa sudah sampai dipuncak tangga, hal ini menjaga agar jangan terjadi salahlangkah dari siswa tersebut.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(2) cara menuruni tangga(a) Pendamping mendekati tangga dan berhenti ketika

kakinya sampai pada sisi tangga, siswa tetap beradasetengah langkah di belakang pendamping.

(b) Sewaktu penamping bergerak menuruni tangga siswatetap berada setengah langkah di belakang pendampingsampai ia merasakan gerakan turun dari lenganpendamping sambil merasakan tepi tangga itu.

(c) Siswa tetap berada satu tangga di belakang pendampingsewaktu mereka dalam proses berjalan turun tangga.

(d) Siswa harus menjaga posisi tegak, dengan titik pusatberat badan jatuh di tumitnya, ini terutama untuk menjagakeseimbangan badannya.

g) Teknik dudukHal yang penting mengenai duduk adalah meyakinkan

bentuk ukuran dan kondisi kursi, apakah kursi itu kosong, cukupkuat, ada benda di atasnya atau tidak dan sebagainya. Ada tiga carauntuk melakukan teknik duduk, yaitu dari depan kursi, daribelakang kursi, dan duduk di kursi yang bermeja.

h) Teknik masuk mobilcaranya :(1) setelah sampai di depan pintu mobil, pendamping menjelaskan

bagaimana posisi pintu, membukanya pintu ke sebelah kiri atauke kanan.

(2) tangan siswa ditunjukkan ke pegangan pintu mobil danmemegangnya, setelah itu barulah pintu dibuka.

(3) setelah pintu terbuka, langsung meraba tempat duduk.(4) setelah itu barulah masuk dengan tidak melepaskan kontak

tangan dengan tempat duduk tersebut.i) Memindahkan pegangan tangan

Bila siswa merasa lelah berpegangan atau oleh karenakehendak dari pendamping, posisi pegangan dapat dipindah.Caranya :(1) tangan siswa yang bebas memegang lengan pendamping.(2) tangan yang pertama kali memegang dilepaskan sambil

menggeser posisi badan, dan tangan pertama siswa memeganglengan yang bebas dari pendamping.

(3) tangan pemegang yang kedua dipindahkan ke lenganpendamping yang dipegang pertama.

(4) setelah itu tangan siswa yang pertama dilepaskan hingga tanganpemegang yang kedua berada atau memegang tanganpendamping kedua.

j) Teknik berbalik arahTeknik ini dilakukan bila menemui jalan buntu baik

kehendak siswa ataupun pendamping. Caranya :

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

(1) pendamping berhenti sebentar,kemudian berputar 45o dariposisi semula, dan diikuti oleh siswa sehingga posisi keduanyaberhadapan.

(2) tangan siswa yang bebas memegang tangan pendamping yangbebas.

(3) sambil pendamping berjalan ke arah yang berlawanan denganarah semula, siswa melepaskan tangan yang pertama kalimemegang tangan pendamping

(4) setelah itu berjalan seperti biasa.k) Teknik menerima dan menolak ajakan untuk mendampingi

2) Teknik Independent Travel (Berjalan Mandiri)

a) Pengenalan Ruang dan Objek

Seseorang tunanetra yang kehilangan penglihatan pertama-

tama harus belajar berjalan mandiri, misalnya dimulai dari sekitar

tempat tidurnya, kemudian di seluruh ruangan dan di luar ruangan. Ia

dapat berkeliling dengan menggunakan peta mental yang dibentuknya

berdasarkan informasi yang di berikan kepadanya atau diperoleh

melalui eksplorasi yang dilakukannya sendiri. Tujuannya untuk

menentukan atau menetapkan titik tolak atau vocal point. Titik tolak

yang dianggap paling tepat (urgent) dalam sebuah ruangan adalah

pintu (hal ini di karenakan pintu tidak akan berubah tempa). Dalam

tahap pengenalan ruang yang dilakukan anak sebaiknya dibantu dulu

oleh seorang pendamping awas dalam hal menjelaskan landmark atau

ciri medan. Landmark yang harus diberitahukan oleh pendamping

awas kepada seorang tunanetra meliputi setiap benda, suara, bau, suhu,

atau peyunjuk taktual yang sudah dikenal, mudah ditemukan,

menetap,dan telah diketahui sebelumnya, serta memiliki lokasi yang

permanen di suatu lingkungan.

b) Teknik-Teknik Independent Travel

(1) Squaring Off

Berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang benda-

benda di sekitarnya. Sikap berdiri lurus (sesempurna mungkin),

menggerakkan tangan ke samping menjauhi tubuh hingga bagian

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

belakang tangan menyentuh tembok atau daun pintu. Kemudian

pembimbing harus menerangkan ruangan sebagai berikut :

(a) Jenis ruangan secara berurutan dan terangkan land mark

yang ada di setiap ruangan dengan mengacu pada vocal

point (pintu).

(b) Landmark adalah segala sesuatu yang bisa dijadikan tanda

atau patokan yang bersifat permanen.

(2) Upper Hand dan Fore Arm (tangan menyilang badan sejajar

pundak)

Teknik ini memberikan perlindungan pada bagian dada

dan kepala tunanetra dari benturan-benturan benda atau dari

rintangan-rintangan yang ada di depannya. Teknik ini

sebagaimana tenik lainnya hanya dapat berfungsi efektif

ditempat yang sudah dikenal. Jika diperlukan teknik ini dapat

dikombinasikan dengan teknik berjalan lainnya.

Menurut Irham Hosni (tt:217) Pelaksanaan teknik

Upper hand adalah sebagai berikut :

Tangan kanan atau tangan kiri di angkat ke depan setinggi bahumenyilang badan, siku membentuk sudut 120o dan telapaktangan menghadap ke depan, dengan ujung jari berlawanandengan bahu dan melindungi seluruh lebar bahu. Sikap kepalatetap tegak, tidak menunduk.

Menurut Marika Subroto dan Maryadi (1987:34)Upper hand fore Arm dapat dilakukan dengan cara sebagaiberikut:Tangan kanan atau tangan kiri diangkat ke depan setinggi bahuatau dada menyilang badan, sikut membentuk sudut kira-kira 120derajat telapak tangan menghadap ke depan ujung-ujung jariberlawanan dengan bahu dan gerakannya bervariasi vertikal (keatas dan ke bawah).

Sedangkan menurut Helen Keller Internasionalbekerja sama dengan Depdikbud (1986:27). Tata cara melakukanteknik Upper hand fore arm adalah sebagai berikut:

1. Tangan kanan atau kiri diangkat kedepan setinggi bahu,menyilang tubuh.

2. Siku membentuk sudut kira-kira 120 derajat

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3. Telapak tangan menghadap ke depan dan ujung-ujungjari berlawanan dengan bahu.

4. Ingatlah agar selalu menjaga siku membentuk sudut120 derajat. Kalau tungkai menekuk kurang dari itumaka siku akan menonjol dan apabila membentur suatubenda, sikulah yang akan kena terlebih dahulu dan tentusaja sakit.

Gambar.2.4. Teknik Upper Hand(D. Jay Gense, Ed.S. dan Marilyn Gense, MA

http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.)

Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan cara

melakukan teknik Upper hand dan fore arm adalah tangan kanan

atau tangan kiri diangkat ke depan badan menyilang setinggi

kepala atau bahu. Posisi tangan yang diangkat haruslah

membentuk sudut 120 derajat dengan telapak tangan menghadap

ke depan, dan tetap dijaga agar siku membentuk sudut 120

derajat, bila siku menekkuk dan membentuk sudut kurang dari

itu siku akan menonjol dan mudah terbentur benda. Variasi

gerakan dari tangan yang diangkat adalah vertikal atau bergerak

ke atas dan ke bawah hal ini untuk melindungi kepala dan bahu

atau anggota tubuh bagian atas dari benturan benda.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

(3) Lower Hand dan Fore Arm (tangan menyilang badan ke arah

depan bawah)

Teknik ini memberikan perlindungan pada badan bagian

bawah terutama bagian perut dan selangkangan dari

kemungkinan benturan dengan objek atau rintangan dan

halangan yang berada di depannya dan berukuran setinggi perut.

Teknik ini juga hanya dapat berfungsi dengan baik jika

tunanetra berada di lingkungan yang sudah dikenal,dengan

demikian posisi rintangan, halangan dan objek sudah diketahui

oleh tunanetra. Pada tempat yang belum dikenal tunanetra,

teknik ini juga dapat digunakan akan tetapi kurang efektif dan

hanya bersifat untung-untungan.

Menurut Irham Hosni (tt:218) pelaksanaan tekniklengan dan tangan menyilang ke bawah adalah sebagai berikut:

1) Lengan kanan atau kiri diluruskan ke bawah.2) Sentuhkan telapak tangan ke paha yang berlawanan dengan

tangan. Misalnya tangan kanan menyentuh paha kiri atausebalikya.

3) Angkat tangan tersebut dari paha (menjauhi paha) kuranglebih 10-15 centimeter.

4) Ujung jari sampai pada pergelangan tangan harus dalamposisi rilek atau lentur (tidak tegang).

5) Telapak tangan menghadap ke badan.

Menurut Helen Keller Internasional bekerja samadengan Depdikbud (1986:27) teknik Lower hand dan fore armdapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Tangan kanan atau tangan kiri disilangkan di depantubuh mengarah ke bawah (selangkangan) dengantelapak tangan menghadap ke badan serta jari-jarimenghadap ke bawah.

2. Jarak tangan yang disilangkan kira-kira 20 derajatdengan paha.

Sedangkan menurut Marika Subroto dan Mariyadi(1987: 35) teknik Lower hand dan fore arm dapat dilakukandengan cara sebagai berikut:

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tangan kanan atau tangan kiri disilangkan di muka badanbagian bawah (selangkangan) dengan telapak tangan menghadapke badan, dan dengan variasi gerakan vertikal.

Gambar.2.5. Teknik Lower Hand(D. Jay Gense, Ed.S. dan Marilyn Gense, MA

http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.)

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

teknik Lower hand dan fore arm dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

Tangan kanan atau tangan kiri disilangkan secara diagonal

atau menyilang ke depan badan sejajar dengan paha dengan

telapak tangan menghadap ke badan. Tangan yang disilangkan

diangkat hingga membentuk jarak kurang lebih 10-15 cm dari

paha. Sudut antara paha dan tang yang menyilang kira-kira

sebesar 45 derajat. Variasi dari gerakan tangan yang menyilang

adalah gerak vertikal dari perut hingga kaki. Gerakan ini

dilakukan untuk melindungi anggota tubuh bagian bawah dari

benturan dengan sebuah benda.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

(4) Trailling (teknik merambat/menelusuri)

Teknik merambat/menelusuri ini digunakan oleh

tunanetra jika ia akan berjalan dan terdapat media atau sarana

yang dapat ditelusuri,misalnya:dinding,meja dan objek-objek

lain.

Tujuan penggunaan teknik merambat/menelusuri adalah

untuk mendapatkan garis lurus atau garis pengarah di dalam

menuju sasaran atau tempat yang akan dituju.

Cara dari pelaksanaan teknik merambat/menelusuri ini

adalah sebagai berikut :

Lengan kanan atau kiri diluruskan mendekati tembokdan jari-jari dibengkokkan lemas dan jari kelingkingserta jari manis menempel pada tembok atau dinding.Sudut lengan dan badan kurang lebih 60o dan jarakbadan dengan objek kurang lebih 10 centimeter (IrhamHosni,tt: 220).

Menurut Helen Keller Internasional bekerjasamadengan Depdikbud (1986:26) cara melakukan teknik Trailingadalah sebagai berikut:

1. Tunanetra berdiri disebelah benda yang akan diikutisecara paralel.

2. Dengan tangan kanan atau tangan kiri yangdirentangkan sedemikian rupa sehingga tangan ituberada dimukanya, kemudian punggung jari tanganmenyentuh benda yang akan diikutinya.

3. Jari-jari agak sedikit ditekuk. Adalah penting untukmenyentuh obyek yang diikuti dengan punggung jarikarena bagian ini sangat halus dan terasa sakit apabilamembentur sesuatu.

4. Pada saat tunanera berjalan maju dia harus berhati-hati agar supaya tungkai dan jari-jarinya tidak terlalurapat dengan badan. Apabila terlalu rapat makatunanetra tidak sempat berhenti kalau terbentur padasesuatu.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Gambar.2.6. Teknik Trailling(D. Jay Gense, Ed.S. dan Marilyn Gense, MA

http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.)

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan teknik

Trailing dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Siswa

tunanetra berdiri didekat benda yang akan diikuti secara paralel.

Jarak siswa dari benda yang akan diikuti kurang lebih 10

centimeter. Kemudian tangan kanan atau tangan kiri diregangkan

atau di angkat ke samping kira-kira setinggi paha atau pinggang

dengan punggung jari menempel pada benda yang akan diikuti.

Punggung jari meraba lurus benda yang akan diikuti dengan

lembut atau tidak dengan tekanan penuh pada ujung jari. Jari

yang digunakan untuk menyentuh benda adalah jari manis dan

jari kelingking.

Trailling juga dapat mengajarkan siswa untuk

menjaga keselarasan seperti menjaga jarak antara tangan yang

meraba benda dengan tubuh agar tidak terlalu dekat, hal ini

dikarenakan bila jarak tangan dan tubuh terlalu dekat maka saat

ada benturan di depannya ia akan terlambat untuk menghindar

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

mundur. Didalam melakukan teknik trailing arah gerakan

dilakukan searah jarum jam.

Teknik-teknik diatas dapat dikombinasikan antara satu

dengan yang lainnya, sehingga bisa di dapat teknik-teknik yang

lain dalam teknik Independent Travel. Teknik-teknik tersebut

adalah sebagai berikut :

1) Transfering Open Doorway (melalui pintu terbuka)

Teknik berjalan melalui pintu terbuka, agar

berjalan tetap pada arah yang benar dan kepala terlindung

dari kemungkinan terbentur pada daun pintu.

Caranya adalah salah satu lengan tetap melakukan

cara berjalan dengan trailling sedangkan tangan yang

lainnya bisa menggunakan teknik upper hand dan fore

arm.(Marika Soebrata,1995:30).

Selain itu Marika Subroto dan Maryadi (1987:35)

juga berpendapat sama tentang cara pelaksanaan teknik

transfering open doorway yaitu dengan cara sebagai

berikut salah satu tangan tetap melakukan tetap melakukan

cara berjalan dengan trailing, sedangkan tangan yang

lainnya melakukan cara upper hand dan fore arm.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Gambar.2.7. Teknik Transfering Open Doorway(D. Jay Gense, Ed.S. dan Marilyn Gense, MA

http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html.)

Dari kedua pandangan tersebut dapat disimpulkan

bahwa cara melakukan teknik transfering open doorway

adalah sebagai berikut salah satu tangan melakukan teknik

upper han dan fore arm dengan cara tangan diangkat

menyilang badan sejajar dengan bahu atau kepala sambil

bergerak secara vertikal ke atas dan ke bawah untuk

melindungi anggota tubuh bagian atas, sedangkan tangan

yang lain melakukan teknik trailing dengan meraba benda

yang akan digunakan sebagai pedoman agar bisa berjalan

lurus tanpa merasa khawatir bila nanti kepala atau bahunya

akan terbentur oleh benda yang menghalangi. Teknik

semacam ini dapat digunakan oleh seorang tunanetra untuk

memperoleh informasi tentang keadaan lingkungan

sekaligus merasa aman.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Direction Taking (menggunakan garis pengarah)

Teknik ini digunakan untuk menuju suatu sasaran

dengan memanfaatkan atau menggunakan garis pengarah

yang ada, misalnya sisi pinggir meja, sisi pinggir tempat

tidur dan sebagainya.

Agar sampai di tempat tujuan dengan tepat,

sedangkan cara yang digunakan disesuaikan dengan

keadaan, bisa dengan trailling, upper hand/lower hand dan

fore arm, atau bahkan dengan cara mengkombinasikan

cara-cara tersebut.

Cara melakukan direction taking adalah dengan

berdiri sejajar dengan garis pengarah yang menuju ke

tempat yang akan kita tuju, kemudian dengan trailling dan

upper hand/lower hand berjalan sepanjang garis pengarah

yang menuju tempat yang dimaksud (Marika Soebrata,

1995:30).

Cara yang hampir sama juga di terangkan oleh

Marika Subroto dan Maryadi (1987:36) yakni sebagai

berikut: Kita merapat ke dinding, sehingga kaki dan

lengannya menyentuh dinding. Untuk mengetahui

posisinya, tangan yang dekat ke dinding dapat diayun

kedepan dan kebelakang. Kemudian kita dapat menjauh

dari dinding dan terus berjalan menuju ke tempat tujuan

sepanjang garis pengarah.

Sedangkan menurut Helen Keller Internasional

bekerja sama dengan Depdikbud (1986:29) cara melakukan

direction taking adalah sebagai berikut:

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

a. Tunanetra berdiri di depan obyek sedemikian rupa,

sehingga bagian belakang kakinya atau pundaknya

menyentuh objek dengan rata.

b. Tunanetra sekarang dapat berjalan maju ke depan

dalam satu garis lurus.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan

cara melakukan direction taking adalah sebagai berikut:

tunanetra berdiri di depan obyek dan merapatkan kaki

bagian belakang atau pundak pada obyek hingga

tunanetra yakin posisinya sudah tegak lurus dengan

objek. Kemudian jika tunanetra sudah yakin dengan

posisinya dia dapat berjalan lurus kedepan untuk

mencapai tujuan yang akan dicapainya. Dan bila

tunanetra ingin merasa aman maka dia bisa

menggunakan teknik seperti upper hand dan fore arm,

lower hand dan fore arm ataupun trailling bersamaan

dengan teknik direction taking ini.

3) Search Patterns (pengenalan ruangan)

(a) parimeter method (mengelilingi ruangan)

Untuk mengetahui berapa kira-kira luas sebuah

ruangan, caranya adalah pertama kita tentukan dulu

titik tolak, misalnya: pintu, sehingga setiap gerakan

bertitik tolak pada pintu. Dan selanjutnya dengan

trailling kita mengelilingi ruangan mengikuti arah

jarum jam sampai kembali lagi ke vokal poin (Marika

Soebrata,1995:31).

(b) grid system (menjelajahi ruangan)

Tujuannya agar dapat mengetahui keadaan ruangan

tersebut secara menyeluruh. Caranya adalah:

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1. Kita berjalan dari sudut menyilang ke sudut yang

lain.

2. Berjalan menyebrang dari dinding yang satu ke

dinding yang lain, sehingga seluruh ruangan bisa

di jelajahi. Teknik berjalan bisa menggunakan

upper hand/lower hand atau dengan

mengkombinaska keduanya.

3. Bila ruangan yang kita jelajahi itu luas, maka bisa

kita lakukan sebagian-sebagian (Marika Subroto

dan Maryadi,1987:36)

4) Dropped Obyek (mengambil benda jatuh).

Sebelum melakukan pencarían benda yang jatuh,

tunanetra harus mendengarkan terlebih dahulu suara benda

yang jatuh tersebut sampai suara terakhir. Setelah itu

tunanetra menghadapkan badannya ke arah suara terakhir

dari benda jatuh tersebut. Tunanetra harus melangkahkan

kaki mendekati suara terahir dari benda yang jatuh,dan

berjongkok untuk memulai mencari benda yang jatuh.

Dalam teknik mencari hendaknya tangan meraba

permukaan lantai yang dimulai dari dekat kaki sampai

melebar ke sekitar kaki. Apabila belum ketemu hendaknya

tunanetra melangkah satu langkah ke depan dan mulai

mencari kembali. Untuk menghindari benturan kepala

dengan objek sewaktu jongkok, maka ada dua cara dalam

berjongkok, yaitu :

a) Pertama dengan jalan membungkukkan badan ke

arah benda dengan sikap tangan upper hand

(melindungi bagian atas tubuh) yang di sesuaikan

dengan keadaan, sedangkan tangan yang lain

meraba-raba ke tempat benda yang jatuh tersebut.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

b) cara yang lain dengan jongkok, kepala dan badan

tegak lurus dengan salah satu tangan melakukan

teknik upper hand atau perlindungan tubuh bagian

atas dan tangan yang lain meraba untuk mencari

benda yang jatuh (Helen Keller Internasional

bekerjasama dengan Depdikbud,1986:28).

2. Kajian Tentang Kemandirian

a. Pengertian Kemandirian

Pengertian kemandirian menurut Dimyati dan Moedjiono (2002 : 10),

“mandiri berarti berdiri sendiri atas modal kepercayaan pada diri sendiri dan

bukan atas dasar modal yang telah ditemukan dengan tidak terlalu

menggantungkan pada pihak lain tetapi lebih tergantung pada diri sendiri”.

Selanjutnya Hadari Nawawi (1991:57) memberikan pengertian

“kemandirian adalah kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik manusia

untuk ditampilkan di dalam sikap dan perilaku yang tipe berdasarkan situasi

dan kondisi yang di hadapi oleh seorang individu”.

Di dalam Kamus Besar Indonesia Depdikbud balai Pustaka

(Poerwodarminto,1995:625) “mandiri di artikan keadaan dapat berdiri sendiri,

tidak tergantung pada orang lain sejak kecil ia sudah terbiasa sehingga dari

ketergantungan pada orang lain. Kemandirian adalah hal atas keadaan dapat

berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian adalah upaya yang dilakukan individu agar dapat berdiri sendiri

dengan modal kepercayaan pada diri sendiri dan bukan atas dasar modal yang

telah ditentukan oleh orang lain sehingga tidak bergantung pada orang lain

akan tetapi lebih tergantung pada kemampuan diri sendiri.

Sedangkan dalam hal berorientasi dan bermobilitas kemandirian yang

dimaksud adalah keadaan dimana seorang individu dapat melakukan teknik-

teknik orientasi dan mobilitas khususnya teknik-teknik dasar seperti teknik

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Independent Travel yang meliputi teknik upper hand, lower hand dan trailing

tanpa harus sering tergantung kepada orang lain.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemandirian

Tingkat kemandirian yang dimilki oleh setiap orang mungkin

bebeda-beda untuk setiap orangnya. Perbedaan-perbedaan tersebut pasti

disebabkan oleh adanya faktor-faktor tertentu. Berikut adalah faktor-faktor

yang mempengaruhi kemandirian seseorang.

Menurut Abdul Gafur (2003:32) bahwa faktor yang mempengaruhi

kemandirian di bagi menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari dalam individu

dan faktor yang berasal dari luar individu.

1) Faktor dari dalam individuFaktor dari alam individu terdiri dari kondisi individu tersebut berupakondisi fisik dan psikis.a) Kondisi Fisik

Kondisi fisik yaitu kondisi jasmaniah dari individu.b) Kondisi Psikis

Kondisi psikis adalah kondisi kejiwaan dari individu. Kondisikejiwaan yang mempengaruhi kemandirian adalah intelegensi,motivasi dan sikap.

2) Faktor dari luar individuFaktor dari luar individu meliputi faktor sosial dan non sosial yaitu :a) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor yang berasal dari manusia. Yang berartiada hubungan secara langsung dengan manusia, misalnya seoranganak berada dalam asuhan pendidik atau keluarga yang otoriter.

b) Faktor non sosialYaitu selain adanya hubungan secara langsung dengan manusia ataufaktor-faktor-faktor dari situasi dan kondisi di lingkungan anak.Yang dimaksud adalah misalnya situasi politik, ekonomi dankebudayaan.

c. Pendidikan dan latihan yang tepat sebagai kunci keberhasilan

kemandirian individu tunanetra.

Didi Tarsidi dalam blognya ggal 20 juli 2007 mengemukakan “The real

problema of blindness is not the lack of eyesight. The real problema is the

misundestanding and lack of information which exist. If a blind person has

proper training and opportunity, blindness is only a physical nuisance”.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Teks diatas menyuratkan bahwa masalah sesungguhnya yang

diakibatkan oleh ketunanetraan itu bukanlah hilangnya penglihatan itu sendiri,

melainkan kesalahfahaman dan kurangnya informasi mengenai ketunanetraan.

Jika seorang tunanetra memperoleh pendidikan dan latihan yang tepat serta diberi

kesempatan, ketunanetraan tidak lebih dari sekedar gangguan fisik. Hal ini

menyiratkan bahwa dengan pendidikan dan latihan yang tepat serta kesamaan

kesempatan, orang tunanetra pada umumnya akan dapat melakukan pekerjaan

pada umumnya di tempat kerja pada umumnya, dan akan dapat melakukannya

sebaik tetangganya yang awas.

Omvig (1999) mengemukakan tiga “resep” dasar yang dibutuhkan oleh

setiap orang tunanetra agar dapat mencapai tujuan kemandirian sejati dan

swasembada, seperti halnya yang dikutip oleh Didi Tarsidi dalam blognya. Dan

Didi Tarsidi menambahkan resep yang ke empat. Dan karena keempat resep ini

dibutuhkan oleh setiap orang tunanetra untuk dapat benar-benar mandiri, maka

sekolah pusat rehabilitasi bagi tunanetra harus berusaha memasukkan keempat

resep ini sebagai bagian yang integral dari program pendidikan/latihannya.

Keempat resep tersebut adalah :

1) Orang tunanetra harus menyadari, baik secara intelektual maupun emosional,

bahwa dia benar-benar dapat mabdiri dan swasembada.

2) Teknik Alternatif

Sering kali, untuk dapat melakukan kegiatan kehidupannya sehari-hari

secara mandiri, orang tunanetra harus menggunakan teknik alternatif, yaitu

teknik yang memanfaatkan indera-indera lain untuk menggantikan fungsi

indera penglihatan.

3) Mengatasi Sikap Negatif Masyarakat mengenai Ketunanetraan

Karena kurangnya informasi yang tepat mengenai ketunanetraan dan

karena mispersepsi masyarakat umum tentang orang tunanetra, maka sikap

negatif terhadap ketunanetraan sering ditunjukkan masyarakat umum,

sehingga komentar yang tidak tepat atau perlakuan yang ganjil akan dialami

oleh orang tunanetra setiap hari.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Bila siswa/klien telah memperoleh pengetahuan tentang sikap

masyarakat mengenai ketunanetraan, dan bila mereka sudah mulai mampu

memiliki pemahaman emosional bahwa kemandirian swasembada benar-

benar memungkinkan untuk dicapainya, maka akan semakin mudah baginya

untuk mengatasi masalah ini. Lambat laun mereka akan belajar untuk

menghadapi perlakuan masyarakat yang ganjil itu dengan senyuman, dan

bahkan dengan percakapan yang bersahabat dan konstruktif bagi kedua belah

pihak.

4) Penampilan Sosial

Penampilan sosial seseorang sangat menentukan apakah dia dapat

diterima dengan baik di dalam lingkungan sosialnya. Yang dimaksud dengan

penampilan sosial di sini adalah cara orang berperilaku, yang dapat dilihat

dari gerakan fisiknya, tutur katanya, caranya berpakaian, dan caranya

melakukan interaksi sosial secara keseluruhan. Banyak perilaku yang

ditampilkan oleh individu itu dipelajari atau dimodifikasinya dengan

memperhatikan dan meniru model melakukan tindakan-tindakannya.

Jadi, deskripsi verbal dari model mengenai suatu perilaku,yang

disertai bimbingan fisik, merupakan cara terbaik untuk memberikan persepsi

tentang perilaku kepada anak tunanetra agar dia dapat menirunya, perolehan

perilaku fisik oleh individu tunanetra itu harus lebih banyak dilakukan dalam

setting pembelajaran. Harus termasuk ke dalam proses pembelajaran

perilaku ini adalah penghilangan perilaku kebiasaan yang berupa gerakan

fisik yang tidak normal (seperti bergoyang-goyang atau menusuk-nusuk

mata), yang dikenal dengan istilah blindism atau stereotypic behavior, yang

sering dapat diamati pada individu tunanetra tertentu.

3. Kajian Tentang Tunanetra

a. Pengertian Anak Tuna Netra

Menentukan pengertian tentang tunanetra sering menjadi masalah

yang komplek, karena pada kenyataanya bahwa sebagian orang akan cenderung

untuk berfikir bahwa semua orang yang tunanetra sama sekali tidak mempunyai

penglihatan. Namun pada faktanya tidak demikian. Ada beberapa yang masih

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

memiliki sedikit sisa penglihatan tetapi tidak dapat dipergunakan untuk membaca

atau menulis huruf sebagaimana anak normal. Untuk memperjelas tentang batasan

pengertian tunanetra, penulis uraikan beberapa pengertian tunanetra sebagai

berikut:

Dalam bidang pendidikan luar biasa dikenal istilah Tunanetra yangmana Menurut Puwaka Hadi (2007:8) istilah tunanetra secara harafiah berasaldari dua kata,yaitu: a. Tuna (tuno:Jawa) yang berarti rugi yang kemudiandiidentikkan dengan rusak, hilang, terhambat, terganggu, tidak memiliki danb. Netra (netro:Jawa) yang berarti mata. Namun demikian, kata tunanetraadalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang berarti adanya kerugianyang disebabkan oleh kerusakan atau terganggunya organ mata, baik anatomismaupun fisiologis.

Menurut Pertuni dalam situs http://kontunet.blogspot.com pengertiantunanetra bahwa,“tunanetra ialah mereka yang berindera penglihatan lemahpada kedua matanya sedemikian rupa sehingga tidak memiliki kemampuanmembaca tulisan atau huruf cetak ukuran normal (ukuran huruf ketik pika)pada keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata, sampaidengan mereka buta total”.

Sedangkan T.Sutjihati Somantri (2006:65) mengemukakan bahwa,

“pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya

(kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam

kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas”.

Dari Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan tunanetra tidak

hanya seorang individu yang mengalami kebutaan akan tetapi juga individu

yang mengalami gangguan melihat, baik yang sebagian ataupun yang total

sehingga mengalami hambatan dalam proses belajar yang mereka lakukan.

b. Faktor-faktor Penyebab Ketunanetraan

Setiap orang yang mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan yang tidak normal bila dibandingkan dengan teman sebaya

dapat dipastikan ada faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor-faktor

tersebut secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Heather Mason dalam Purwaka hadi(2007:12) menyebutkan penyebabtunanetra adalah:1. Faktor genetik atau herediter: beberapa kelainan penglihatan bisa didapat

akibat diturunkan dari orangtua misalnya buta warna, albinism, retinitispigmentosa.

2. Perkawinan sedarah: banyak ditemukan ketunanetraan pada anak hasilperkawinan dekat,misalnya keluarga dekat (incest). Pola ini menyebebkansecara genetis rentan untuk menurunkan sifat, termasuk penyakit ataukelainan.

3. Proses kelahiran: mengalami trauma pada saat proses kelahiran, lahirpremature, berat lahir kurang dari 1300 gram, kekurangan oksigen akibatlamanya proses kelahiran, anak dilahirkan dengan menggunakan alatbantu.

4. Penyakit anak-anak yang akut sehingga berkomplikasi pada organ mata,infeksi virus yang menyerang syaraf dan anatomi mata, tumor otak yangmenyerang pusat syaraf organ penglihatan.

5. Kecelakaan: tabrakan yang mengenai mata, benturan, terjatuh, dan traumalian yang scera landsung atau tidak langsung mengenai organ mata;tersetrum aliran listrik, kena zat kimia, terkena cahaya tajam.

6. Perlakuan kontinyu dengan obat-obatan: beberapa obat untukpenyembuhan suatu penyakit tetrtentu ada yang berefek negatif terhadapkesehatan mata, demikian juga penggunaan obat yang overdosis sangatberbahaya terhadap organ-organ lunak seperti mata.

7. Infeksi oleh binatang juga dapat merusak organ-organ selaput mata yangtipis, bahkan dapat menyebabkan penyakit bergulma atau borok.

8. Beberapa kondisi kota dengan suhu panas, menyebabkan udara mudahbergerak dan dan membawa bibit penyakit kering yang masuk ke mata,pada daerah kering bisa ditemukan penyakit trachoma.

Berhubungan dengan uraian diatas C Mpyet dan AW Solomondalam Br J Ophthalmol. Br J Ophthalmol. 2005 April; 89(4):417-419mengungkapkan hal sebagai berikut “ Cataract was the commonest cause ofblindness. Other major causes were non-trachomatous corneal opacity andtrachoma. Blindness and low vision are highly prevalent among leprosypatients in this setting. Blindness and low vision are highly prevalent amongleprosy patients in this setting.

.Maksudnya adalah Katarak merupakan penyebab paling umum

kebutaan. Penyebab utama lainnya adalah opasitas kornea non-trachomatous

dan trachoma. Kebutaan dan low vision sangat lazim di antara pasien kusta

dalam pengaturan ini. Hanya sepertiga dari beban patologi mata berhubungan

dengan efek langsung dari kusta.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Ketunanetraan juga dapat disebabkan oleh penyakit akut antara lain

sebagai berikut:

1. Diabetes Melitus

2. Hipertensi

3. Opthalmopati Endokrin

4. Infeksi Sistemik

5. Kekurangan Vitamin A

6. Trauma

a. Trauma tumpul

b. Trauma tajam

c. Trauma kimia

d. Trauma sinar

e. Trauma listrik

f. Adanya benda asing yang masuk ke dalam mata,termasuk didalamnya

debu, bakteri penyakit, sengatan binatang.

c. Karakteristik Anak Tunanetra

Tingkah laku anak tunanetra sering menunjukkan perbedaan dengan

anak awas, hal ini tentunya disebabkan oleh ketidakmampuannya menerima

rangsang akibat dari ketidakfungsian indera penglihatannya. Dengan hanya

melihat tingkah laku anak tunanetra sudah terlihat jelas perbedaan yang

mencolok antara anak tunanetra dengan anak awas.

Jamila K. A Muhammad (2008:80-81), gejala yang biasa terjadi pada

anak-anak yang mungkin mengalami masalah penglihatan dapat dilihat

dengan tiga aspek, yaitu:

1) Pertanda fisik:

a) Bola mata selalu berputar-putar

b) Mata selalu bergerak-gerak

c) Tidak merepon terhadap cahaya yang terang

d) Terdapat bintik-bintik putih pada pupil

e) Bagian tepi mata berwarna merah

f) Mata selalu berair

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

g) Mata terlalu sensitif terhadap cahaya

2) Tingkah laku:

a) Selalu memajukan kepalanya ke depan, misalnya untuk melihat papan

tulis atau objek tertentu

b) Selalu memicingkan kepala

c) Sering mengedipkan mata

d) Sering mengusap-usap mata

e) Sering menutup sebelah matanya

f) Sering menabrak benda

g) Sering salah dalam mengenali huruf

h) Selalu menonton televisi atau membaca buku dengan jarak yang

sangat dekat

i) Sering memegangi kepala dengan cara yang aneh

j) Sering mengeluarkan air mata

k) Memegang buku atau bacaan yang terlalu dekat dengan wajahnya

l) Sering mencari-cari baris kalimat yang dibaca

m) Sering mencontek pekerjaan teman

n) Sering tidak membuat tugas yang diberikan

o) Selalu menghindar untuk membuat setiap tugas yang diberikan

3) Keluhan:

a) Selalu mengeluh sakit kepala, mual, dan pening

b) Penglihatan kabur

c) Penglihatan berbayang-bayang

d) Penglihatan kabur setelah melakukan pekerjaan dengan konsentrasi

tinggi

e) Sensitive terhadap cahaya

f) Mata selalu gatal

d. Klasifikasi Tunanetra

Untuk dapat memberikan pendidikan dan pelayanan yang sesuai bagi

seorang tunanetra, tunanetra harus di kelompokkan atau dibagi kedalam

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

beberapa kelompok, karena dengan berada dalam suatu kelompok dengan

gejala yang sama tunanetra akan lebih mudah untuk di beri pendidikan dan

juga layanan yang sesuai. Berikut adalah beberapa pengklasifisian tunanetra:

Berdasarkan klasifkasi dari WHO, menurut Hosni dalam Yosfan

Azwandi(2007:110) berdasarkan hasil pengukuran tes Snellen ketajaman

seseorang dihubungkan dihubungkan dengan tingkat efisiensi yang tersisa,

yang mana dapat dilukiskan dalam tabel berikut.

Tabel. 2.1. Klasifikasi Tunanetra Berdasarkan Hasil Tes Snellen

NO Ketajaman Tingkat Efisiensi Keterangan

1 20/20 f Efisiensi = 100 % Kategori Normal

2 20/35 f Efisiensi = 87,5 %

3 20/70 f Efisiensi = 64,5 % Low Vision

(Keterbatasan

Penglihatan)

4 20/100 f Efisiensi = 48,9 %

5 20/200 f Efisiensi = 20,0 %

6 >20/200 f Efisiensi = >20,0 % Keterbatasan Berat

7 0 f Efisiensi = 0 % Buta Total

Berdasarkan saat terjadinya kebutaan dalam Anastasia Widdjajantin danImanuel Hitipeuw(tt:7),Tunanetra dapat diklsifikaskan menjadi:

1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir2. Tunanetra Batita3. Tunanetra Balita4. Tunanetra Pada Usia Sekolah5. Tunanetra Remaja6. Tunanetra Dewasa

Berdasarkan tingkan kelemahan visual dalam Anastasia Widdjajantindan Imanuel Hitipeuw(tt:9), tunanetra dapat di klasifikaskan menjadi:

1. Tidak ada kelemahan visual (normal)2. Kelemahan visual ringan3. Kelemahan visual sedang4. Kelemahan visual parah5. Kelemahan visual sangat parah6. Kelemahan Visual yang mendekati buta total7. Kelemahan visual total

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Meninjau dari pendapat tentang tingkat ketunanetraan di atas, penulis

membuat kesimpulan, bahwa katunanetraan memang dapat diklasifikasikan

berdasarkan taraf kehilangan penglihatan dan waktu terjadinya ketunanetraan.

Dasar klasifikasi ini adalah yang paling berguna dalam pemberian tindak

lanjut dalam pemberian layanan maupun pendidikan bagi anak tunanetra.

Dengan mengetahui tingkat kehilangan penglihatan anak, maka baik orangtua

maupun guru di sekolah dapat menyesuaikan segala bentuk cara untuk

mengajarkan kemampuan-kemampuan aktivitas sehari-hari termasuk juga

dalam mengajarkan kemampuan orientasi dan mobilitas kepada anak dengan

lebih efektif.

e. Dampak Ketunanetraan

Ketunanetraan dapat terjadi sejak lahir (prenatal), pada saat proses

kelahiran (natal), maupun setelah lahir (post natal). Akibat dari ketunanetraan

bisa menyebabkan penyandang kurang atau kehilangan kemampuan.

Purwaka Hadi menyatakan ada beberapa dampak yang akan muncul

akibat dari ketunaan yang dimiliki oleh seorang inidividu, yang antara lain:

a) Dampak personal atau individu

Yaitu dampak ketunanetraan yang langsung dialami oleh

penderitanya. Tingkatan-tingkatan reaksi tersebut sangat

bervariasi, misalnya: tidak dapat melihat dengan baik, muncul

hambatan-hambatan dala hidupnya, memnculkan reaksi emotional

pada penyandangnya, terpengaruhnya perkembangan pdibadi

individu.

b) Dampak pada perkembangan sosial dan emosional

Tunanetra walaupun mengalami kekurangan pada masalah

penglihatan, namun tetap mempunyai keinginan untuk

berpartisipasi dengan mewujudkan dalam peran sosial (social

role) di lingkungan masyarakatnya. Akibat terjadinya kecacatan

atau kelainan penglihatan dalam lingkup kehidupan yang

luas,biasanya akan menimbulkan pandangan atau reaksi yang

beragam pada masyarakat, baik yang bersifat negatif seperti masa

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

bodoh(Apriori), menganggap tunanetra selalu bergantug pada

oranglain, dan sebagainya ataupun yang bersifat positif.

c) Dampak pada perkembangan bahasa dan komunikasi

Dampak ketunanetraan seseorang dapat berpengaruh pada

perkembangan bahasa. Hal ini dikarenakan seorang tunanetra

mengalami hambatan dalam mengamati kejadian visual dan juga

bila memiliki konsekuensi kehilangan pendengaran, maka ia akan

kesulitan untuk berkomunikasi, sebab perbendaharaan kata dan

bahasa yang dimiliki sangatlah terbatas.

d) Dampak pada perkembangan kognitif

Dampak ketunanetraan pada perkembangan kognitif adalah

ketunanetraan dapat menimbulkan masalah atau gangguan dalam

hal tingkat dan macam pengalaman yang dimiliki, dalam hal

kecakapan atau kesanggupan untuk berbuat, dan dalam hal

berinteraksi dengan lingkungannya.

e) Dampak pada perkembangan gerak serta orientasi dan mobilitas

Individu yang mengalami ketunanetraan baik ringan maupun berat

yang memiliki berbagai tingkat ketakutan akan tidak mendapatkan

kesempatan yang baik untuk belajar bergerak, karena hal ini

terjadi tunanetra tidak memperoleh pengalaman untuk membuat

peta atau konsep mental tentang lingkungannya sehingga

tunanetra seringkali terlambat dalam perkembangan gerak

motoriknya.

4. Kajian Tentang Belajar Mengenal Lingkungan Sekolah

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan tugas utama dari seorang pelajar. Belajar

merupakan kegiatan pikiran seseorang yang yang dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan. Belajar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

individu, bahkan ada yang menyebutkan bahwa sebagian terbesar

perkembangan individu berlangsung melalui proses belajar, untuk memahami

pengertian dari belajar berikut penulis uraikan beberapa pengertian dari

belajar.

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2007:17)

Menurut James O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri, 1999)

“Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman”.

Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990 : 29) dalam buku: PengantarPsikologi Pendidikan, mendefinisikan bahwa: “Belajar adalah suatu prosesperubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melaluiprosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatuyang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dandipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalaniproses belajar itu.”

Dari beberapa pengertian belajar diatas penulis dapat menyimpulkan

belajar adalah suatu proses yang harus dilakukan secara berulang-ulang dan

menggunakan usaha dan hasil dari belajar itu mengakibatkan suatu perubahan

dari orang tersebut dan performence atau penampilan orang tersebut lebih

meningkat dari sebelumnya. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah

pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan,

sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri.

b. Ciri-ciri Belajar

Belajar sebagai sebuah proses memiliki ciri-ciri yang dapat

menyatakan jika seseorang sudah melakukan proses belajar. Ciri-ciri belajar

dalam http://joegolan.wordpress.com/ 2009/04/13/ pengertian_belajar adalah

sebagai berikut:

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun

nilai dan sikap (afektif).

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau

dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-

obatan.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki

keinginan untuk belajar:

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu

2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.

3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa “segala aktivitas

manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan

biologis sampai aktualisasi diri”.

4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.

5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.

7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

8. Untuk mengisi waktu luang.

c. Kajian tentang Mengenal Lingkungan Sekolah

Meskipun lingkungan tidak bertanggungjawab terhadap kedewasaan

anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya

yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam

lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada

dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya,

liangkungan sosial.

Dalam meningkatkan kemandirian orientasi dan mobilitas anak

tunanetra dalam mengenal lingkungan sekolah, maka seorang anak tunanetra

dituntut untuk mengenal terlebih dahulu seperti apa lingkungan sekitarnya.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Untuk membantu pemahaman berikut penulis uraikan sedikit tentang pengertian

mengenal lingkungan sekolah.

“Mengenal berdasar dari kata kenal yang artinya 1. tahu atau teringat

kembali,2. tahu,3. pernah tahu,4. mengerti. Sedangkan mengenal adalah

mengetahui atau kenal akan atau tahu akan sesuatu dengan dengan mengetahui

cirri-ciri yang ada”. (Poerwodarminto dalam Kamus Bahasa Indonesia edisi ke

tiga 2007:541).

Menurut Semiawan “lingkungan adalah segala sesuatu di luar diri

individu (eksternal) dan merupakan sumber informasi yang diperolehnya melalui

panca inderanya. Salah satu lingkungan yang terbukti sangat berperan dalam

pembentukan kepribadian murid adalah sekolah” (Semiawan,1999: 127).

Menurut Soedijarto (2000: 46),“sekolah sebagai pusat pembelajaran

yang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan,

nilai, sikap, watak, dan perilaku hanya dapat terjadi dengan kondisi infrastruktur,

tenaga kependidikan, sistem kurikulum, dan lingkungan yang sesuai”.

Pendapat lain dari Semiawan (1999: 22) menyatakan “sekolah sebagai

sarana pendidikan berfungsi juga sebagai lembaga untuk menyeleksi dan

memilih manusia yang berbakat,terampil dan mampu, sehingga masyarakat

berkembang ke arah kondisi yang bermanfaat (meritocracy), dan dapat

memenuhi kondisi masyarakat yang dipersiapkan untuk masa depan”.

Dari berbagai pendapat dan teori di atas, disimpulkan lingkungan

sekolah adalah suatu tempat dengan iklim yang dikondisikan untuk belajar dan

mempersiapkan murid memenuhi perannya di masa sekarang dan masa

mendatang.

Jadi mengenal lingkungan sekolah merupakan sebuah proses yang

dilakukan oleh siswa dalam rangka lebih mengetahui lingkungan sekolah yang

terdiri dari lingkungan biotik maupun abiotik.

B. Kerangka Berpikir

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Anak tunanetra memiliki berbagai keterbatasan dalam segala kehidupannya.

Keterbatasan tersebut antara lain dalam bidang akademik, sosial, dan dalam bidang

komunikasi ataupun juga dalam bidang komunikasi.

Dengan andanya segala keterbatasan tersebut berakibat anak tunanetra

mengalami kesulitan untuk hidup mandiri. Kemandirian merupakan bagian terpenting

dalam kehidupan manusia. Dengan adanya kemandirian, manusia tidak harus terus

bergantung pada orang lain dalam hidupnya. Kemandirian yang menjadi masalah bagi

anak tunanetra tidak hanya kemandirian dalam hal aktivitas sehari-hari, akan tetapi

anak tunanetra juga harus dididik dan diajari kemandirian dalam hal bermobilitas

sehingga diharapkan anak tunanetra tidak akan terus tergantung pada orang lian untuk

bermobilitas.

Untuk membimbing kemandirian anak tunanetra dalam hal bermobilitas

salah satu pembelajaran yang dapat diberikan adalah pengajaran teknik-teknik

Orientasi dan Mobilitas yang berupa teknik-teknik Independent Ttravel (berjalan

Mandiri). Pembelajaran teknik-teknik Independent Travel dalam Orientasi dan

Mobilitas merupakan salah satu pembinaan yang pokok bagi tunanetra. Dengan

pembelajaran teknik-teknik Orientasi dan Mobilitas tersebut diharapkan anak

tunanetra dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat mandiri dalam

hidupnya.

Bertolak dari uraian di atas, dapat dibuat bagan sebagai berikut:

Kemampuan awal anak Tuna Netra kurang dapat mandiri sebelumditerapkan teknik Upper hand,Lower hand dan Trailling

Guru memberikan pembelajaran teknik upperhand, Lower hand danTrailling pada Anak Tuna netra

Guru memberikan pembelajaran teknik Upper hand,Lower hand danTrailling pada Anak Tuna netra

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Skema 2.8. Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan tafsiran sementara yang masih perlu diuji

kebenarannya, mengenai bukti-bukti secara ilmiah. Hipotesis tindakan yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Teknik Upper hand, Lower hand, dan

Trailling dapat meningkatkan kemandirian dalam mengenal lingkungan sekolah pada

siswa Tunanetra Kelas I SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran

2010/2011.”

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SDLB N Cangakan Karanganyar yang

beralamat di Komplek Perkantoran Kabupaten Karanganyar. Sekolah ini dibangun

di atas area seluas 6.000 m2. Sekolah ini memiliki ruang kelas yang digunakan

untuk proses belajar mengajar, yang terdiri dari kelas tingkat paud, dan tingkat

sekolah dasar yang meliputi dari kelas I, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V, dan

kelas VI. Penelitian ini akan dilakukan di tingkat kelas I.

2. Waktu Penelitian

Rencananya tahap persiapan hingga tahap pelepasan membutuhkan

waktu kurang lebih lima bulan, tehitung sejak Juli 2010. Berikut rincian jadwal

kegiatan penelitian :

Tabel.3.1. Tabel Jadwal Kegiatan

NO KEGIATAN BULAN

JULI AGUST SEPT OKT NOV

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Penyusunan

Proposal

2 Perijinan

3 Penyusunan

Instrumen

4 Pelaksanaan

Penelitian

5 Analisis

Data

6 Penyusunan

Laporan

44

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Penelitian

Tindakan Kelas (classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto

(2008:2) pengertian PTK yaitu:

1) Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek denganmenggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh dataatau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yangmenarik minat dan penting bagi peneliti.

2) Tindakan – menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukandengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian sikluskegiatan untuk siswa.

3) Kelas – dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapidalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenaldalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilahkelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerimapelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini, segera dapat

disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas merupakan suatu siklus yang

terdiri adanya masalah, rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Hal

ini disebabkan masalah yang dihadapi tidak langsung dapat diselesaikan dalam

suatu tindakan, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan lanjutan terhadap

masalah yang belum terselesaikan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan kelas

cenderung dilakukan lebih dari satu kali.

Prosedur penelitian tindakan kelas mencakup langkah-langkah:(1)

persiapan,(2) studi/survey awal,(3) pelaksanaan siklus,dan(4) penyusunan laporan.

Prosedur penelitian tindakan kelas secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Skema 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2006: 74)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa Kelas I di SDLB N Cangakan Karanganyar

sejumlah 2 siswa yang terdiri dari 2 orang siswi. Selain siswi, subjek penelitian ini

adalah guru kelas dan orangtua siswa.

D. Sumber Data Penelitian

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemandirian

siswa dalam melakukan kegiatan sehari-hari khususnya dalam mengenal

lingkungan sekolah. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang

meliputi:

Permasalahan

Permasalahanbaru hasilrefleksi

Apabilapermasalahan

belumterselesaikan

Perencanaantindakan I

Perencanaantindakan II

Refleksi I

Refleksi II

Dilanjutkan kesiklus berikutnya

Pelaksanaantindakan I

Pengamatan/mengumpulkan data

I

pelaksanaantindakan II

Pengamatan/mengumpulkan

data II

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

1. Informan.

Informan dalam penelitian ini adalah guru kelas dan orangtua siswa.

2. Dokumen.Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, hasil pengamatan kegiatan siswa, foto kegiatan

orientasi dan mobilitas, dan hasil wawancara yang dilakukan dengan

siswa, guru kelas ataupun orangtua siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

observasi, wawancara dan tes yang masing-masing secara singkat diuraikan

berikut ini:

1. Observasi

a. Pengertian Observasi

Observasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

memperoleh data. Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2008:203)

mengemukakan bahwa “Observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan

dan ingatan”.

Sugiyono (2008:203) mengemukakan bahwa, “Observasi sebagaiteknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkandengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalauwawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, makaobservasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yanglain”.

Suharsimi Arikunto (2003: 51) menjelaskan bahwa: Observasi atau

yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba, dan pengecap.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

b. Macam-Macam Observasi

Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing

umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu ( Tarmudi juli 2007

dalam http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-

observasi.html) yaitu:

1. Observasi Partisipan

Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang

rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam

perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya

digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk

menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku

bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti

dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer,

sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail

terhadap hal-hal yang akan diteliti.

Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai

pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan

dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan diri

sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana

mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah

laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat

bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti,

ataupun terbuka yakni diketahui oleh subjek yang diteliti.

2. Observasi Sistematik

Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau

structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka

yang memuat faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih

dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori

itu.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

3. Observasi Eksperimental

Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun

dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer

rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-

perilaku observee dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau

perilaku murni tanpa adanya usaha untuk mengontrol.

Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang

relatif murni, untuk menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu

terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang

mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-

cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana

pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.

Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai

berikut:

1. Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat

seseragam mungkin untuk semua observee.

2. Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi

timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee.

3. Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu

maksud yang sebenannya dan observasi.

4. Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti

mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya

jumlah aksi reaksi semata.

c. Observasi yang digunakan

Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta

secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses

belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan

belajar mengajar metode Orientasi dan Mobilitas pada siswa.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengambil tempat satu

ruangan dengan siswa. Dalam posisi itu, peneliti dapat secara lebih leluasa

melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar mengajar siswa dan guru

di kelas. Pengumpulan data ini dilakukan dengan format observasi yang

telah disusun sebelumnya, observasi dilakukan kepada guru dan siswa.

Skala yang dipakai untuk lembar observasi ini adalah skala penilaian.

Menurut Nana Sudjana (2007:77), “Skala penilaian merupakan alat untuk

mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seesorang melalui

pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau suatu kategori

yang bermakna nilai”. “Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk

mengukur proses mengajar guru, proses belajar siswa, atau hasil belajar

dalam bentuk perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial siswa, dan

cara memecahkan masalah” (Nana Sudjana, 2007:79).

Pengamatan terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam

mengajarkan teknik upper hand, lower hand dan trailling pada siswa.

Pengamatan terhadap kinerja guru, juga diarahkan pada kegiatan guru

dalam menjelaskan teori sebelum memberikan praktek, memotivasi siswa,

mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, memberikan

umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Sementara itu, pengamatan pada siswa difokuskan pada hasil belajar

siswa, keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan siswa dalam

bertanya, dan sebagainya.

Dalam pedoman atau format observasi untuk kemampuan guru

dalam mengelola kelas, aspek yang akan diamati ada 7 (tujuh) aspek yang

dapat digambarkan pada tabel berikut:

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tabel 3.2. Format (Pedoman) Observasi untuk Kemampauan Guru dalam

Mengelola Kelas

NO Aspek Yang Diamati Nomor ItemKriteria penilaian

1 2 3 4

1 Bersikap tanggap 1, 2, dan 3

2 Membagi perhatian 4 dan 5

3Memusatkan perhatian

kelompok

6, 7, dan 8

4 Petunjuk yang jelas 9 dan 10

5 Memberikan teguran 11, 12, 13, 14, dan 15

6 Memberikan penguatan 16, 17, dan 18

7 Menuntut tanggung jawab 19 dan 20

Dengan menggunakan 4 skala penilaian sebagai berikut;1: tidak

pernah, 2: pernah, 3: kadang-kadang dan 4: sering. Dimana pedoman

penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut: Total nilai 60-80 = baik,

40-59 = cukup, dan kurang dari 40 = kurang.

Dalam pedoman atau format observasi untuk kemampuan guru

dalam menjelaskan ada 5 aspek yang akan diamati, yang dapat digambarkan

pada tabel berikut :

Tabel.3.3. Format (pedoman) Observasi Untuk Kemampuan Guru Dalam

Menjelaskan

NO Aspek Yang Diamati Nomor ItemKriteria Penilaian

1 2 3 4

1 Kejelasan 1 dan 2

2 Penggunaan contoh/ilustrasi 3, 4 dan 5

3 Pengorgasasian 6 dan 7

4 Penekanan pada yang penting 8, 9 dan 10

5 Balikan 11 dan 12

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Dengan skala penilaian sebagai berikut: 1: tidak pernah, 2: pernah, 3:

kadang-kadang dan 4: sering. Adapun pedoman penilaian yang digunakan adalah

sebagai berikut: total nilai 45-60 = baik, 31-44 = cukup, dan kurang dari 30 =

kurang.

Tabel.3.4. Format (Pedoman) Observasi Keaktifan Siswa

NO Aspek Yang Diamati Nomor ItemKriteria penilaian

1 2 3 4

1Siswa memperhatikan guru dari

awal pelajaran dibuka

1

2 Siswa tidak sibuk dengan hal lain 2

3Siswa menanyakan hal-hal yang

dianggap sulit dari penjelasan guru

3

4Siswa mampu menjawab pertanyaan

guru secara lisan

4

5Siswa terlihat aktif berdiskusi

dengan teman

5

6Siswa dapat menceritakan

pengalamannya dalam berorientasi

6

7

Siswa mau mencoba latihan dengan

teknik Upper hand, Lower hand dan

trailing

7

8Siswa mau membantu teman yang

belum bisa

8

9Siswa mau mencatat penjelasan dari

guru

9

10Siswa memberikan masukan kepada

guru

10

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Dengan skala penilaian sebagai berikut: 1: tidak pernah, 2: pernah, 3:

kadang-kadang dan 4: sering. Adapun pedoman penilaian yang digunakan

adalah sebagai berikut: total nilai 31-40 = baik, 20-30 = cukup dan kurang

dari 20 = kurang.

Tabel.3.5. Format (Pedoman) Observasi Hasil Belajar Siswa

NO Aspek Yang Diamati Nomor ItemKriteria penilaian

1 2 3 4

1 Siswa mampu masuk ke dalam kelas 1

2 Siswa mampu keluar kelas 2

3Siswa mampu mencari tempat

duduknya sendiri di dalam kelas

3

4Siswa mampu mencari tempat duduk

guru di dalam kelas

4

5Siswa mampu mencari tempat duduk

teman dalam kelas

5

6Siswa mampu mencari tempat alat-alat

belajar di dalam kelas

6

7 Siswa mampu pergi ke toilet 7

8 Siswa mampu pergi ke dapur 8

9Siswa mampu pergi ke kantor/ruang

guru

9

10 Siswa mampu pergi ke kelas lain 10

11Siswa mampu pergi ke mushola/tempat

ibadah

11

12 Siswa mampu pergi ke perpustakaan 12

13 Siswa mampu pergi ke ruang olahraga 13

14Siswa mampu pergi ke lapangan

tempat upacara bendera

14

15 Siswa mampu pergi ke kantin sekolah 15

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Dengan skala penilaian yang digunakan sebagai berikut: 1: tidak

bisa, 2: bisa dengan bantuan penuh, 3: bisa dengan bantuan tidak penuh, dan

4: bisa mandiri. Adapun pedoman penilaian yang digunakan adalah sebagai

berikut: total nilai 45-60 = baik, 31-40 = cukup dan kurang dari 30 = kurang.

2. Wawancara

a. Pengertian Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada siswa yang menjadi

subyek penelitian, orang tua, teman dekat siswa dan guru yang mengajar di

kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar . Suharsimi Arikunto (2002: 132)

menjelaskan bahwa “wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (interviewee).” Wawancara digunakan oleh peneliti untuk

mengetahui sebab-sebab mengapa siswa mengalami kesulitan dalam

melakukan orientasi dan mobilitas dengan teknik Upper hand, Lower hand

dan Trailing.

b. Jenis-jenis wawancara

Dalam proses pengumpulan data teknik wawancara ada beberapa jenis,

(Andai Yani 2008 dalam http://id.shvoong.com/humanities/theory-

criticism/2035973-pengertian-wawancara-dan-teknik-wawancara/)antara lain:

1) Wawancara berstruktur adalah wawancara secara terencana yangberpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkansebelumnya.

2) Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedomanpada daftar pertanyaan

c. Teknik wawancara yang digunakan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancra

terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan

sebelumnya. Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil

pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara dilakukan

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

antara peneliti dan guru, siswa, dan orangtua siswa. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang

berkaitan dengan peningkatan kemandirian siswa terkait dengan sebelum

dan sesudah diajarkannya teknik Upper hand, Lower hand dan Trailling

pada siswa.

Dari wawancara serta kegiatan pengamatan dan kajian dokumen yang

telah dilakukan, kemudian diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang

ada berkenaan dengan pengajaran teknik Upper hand, Lower Hand dan

Trailling dan faktor-faktor penghambatnya.

Adapun garis besar pedoman wawancara yang akan digunakan

adalah sebagai berikut, seperti yang tergambar dalam tabel berikut:

Tabel.3.6. Pedoman Wawancara Untuk Orangtua Siswa

NO Pertanyaan1 Bagaimana riwayat kehamilan Ibu ?

2 Bagaimana riwayat kesehatan anak anda?

3 Sejak kapan anda mengetahui anak anda teridentifikasi tunanetra?

4 Setelah mengetahui kondisi anak anda, apa pelatihan pertama yang andaajarkan pada anak anda?

5 Apakah yang anda ajarkan dirumah sudah sesuai dengan yang diajarkan disekolah?

6 Seperti apa kebiasaan anak anda jika berada dirumah ?

7 Seperti apa kemandirian anak anda jika dirumah ?

8 Dalam melakukan aktivitas berorientasi dan bermobilitas di rumah,masihkah anak anda di bantu?

9 Sejauh mana kemampuan Oreintasi dan Mobilitas yang dikuasai anakanda?

10 Apakah dalam berotientasi dan bermobilitas dirumah anak andamenggunakan teknik-teknik yang dijarkan di sekolah ?

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel.3.7. Pedoman Wawancara untuk Guru Kelas

NO Pertanyaan1 Seperti apa kemampuan awal Siswa anda ?

2 Seberapa mandiri siswa anda dalam hal orientasi dan Mobilitas ?

3 Teknik-teknik Orientasi dan Mobilitas apa saja yang anda ajarkan padasiswa anda?

4 Apakah ada kendala/kesulitan dalam mengajarkan teknik-teknik Oerientasidan Mobilitas tersebut pada siswa anda?

5 Teknik-teknik Orientasi dan mobilitas apa saja yang sudah dikuasai siswaanda ?

6 Apakah siswa anda menggunakan teknik-teknik yang anda diajarkan dalamberorientasi dan bermobilitas di sekolah ?

3. Analisis Dokumen

Data berupa hasil observasi diklasifisikan sebagai data kuantitatif.

Data tersebut dianalisis secara desktiprif, yakni dengan membandingkan skor

kemandirian atarsiklus. Yang dianalisis adalah skor kemandirian siswa

sebelum menggunakan teknik Upper hand, Lower hand dan Trailling; dan

skor kemandirian siswa setelah menggunakan teknik Upper hand, Lower

hand dan Trailling; sebanyak dua siklus. Kemudian, data yang berupa skor

kemandirian antarsiklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat

mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan.

F. Uji Validitas Data

Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa teknik triangulasi,

yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber

mencakup data-data tentang kesulitan-kesulitan guru dalam mengajarkan materi

Orientasi dan Mobilitas (Teknik upper hand, lower hand dan trailing) dan

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kesulitan-kesulitan dalam menumbuhkan kemandirian siswa dalam pembelajaran

Orientasi dan Mobilitas di kelas, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran.

Triangulasi metode mencakup data tentang tingkat kemandirian siswa

selama mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar siswa untuk mata

pelajaran orientasi dan mobilitas. Selain itu data juga diperoleh melalui observasi

(pengamatan) langsung terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran. Dan

juga diperoleh dari hasil analisis dokumen berupa cacatan kemampuan orientasi

dan mobilitas siswa.

Skema 3.2. Triangulasi teknik

(Sugiyono, 2008 : 331)

G. Teknik Analisis Data

Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, langkah selanjutnya adalah

melakukan analisis data. Sarwiji Suwandi (2008 : 70) mengemukakan bahwa ,”

Teknik Analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah

berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriftif komparatif (Statistic

Deskriptif Komparatif) dan teknik analisis kritis”.

Teknik statistik deskriptif komparatif untuk menganalisis data kuatitatif,

misalnya hasil tes siswa tiap siklus kemudian dilakukan perbandingan. Statistik

deskriptif dapat digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan

dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mencari persentase, dan

menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berfikirnya (grafik,

tabel, chart).

Observasipartisipatif

Wawancaramendalam

Dokumentasi

Sumberdata sama

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Teknik Analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif, misal

dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis kritis

mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa

dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang

dihasilkan dari kegiatan teoritis maupun dari kegiatan yang ada.

H. Indikator Ketercapaian

Pada siklus terakhir sekurang-kurangnya siswa Kelas I di SDLB N

Cangakan Karanganyar tahun ajaran 2009 / 2010 dapat mencapai :

Tabel.3.8. Tabel Indikator Ketercapaian

Variabel Indikator Keterangan

Ketuntasan belajar siswa

dalam pembelajaran

teknik upper hand, lower

hand, dan trailling

Semua siswa

mendapatkan nlai

dengan kriteria

baik.

Skor 45-60

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan suatu rangkaian tahap-tahap penelitian

dari awal sampai akhir. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

meningkatkan kemandirian anak tunanetra dalam mengenal lingkungan sekolah

di SDLB N Cangakan Karanganyar dengan menerapkan teknik-teknik Orientasi

dan Mobilitas seperti Upper hand, Lower hand, dan Trailling. Penelitian ini

merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang

dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto (2006:92). Prosedur ini mencakup tahap-

tahap : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan

(observing), (4) refleksi (reflecting).

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti berkunjung ke SDLB N Cangakan

Karangayar dan menemui kepala sekolah. Peneliti meminta ijin kepada

kepala sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau ampu.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Peneliti meminta ijin dengan disertai surat ijin penelitian/ research dari

Dekan FKIP UNS dilampiri proposal penelitian. Pada tahap ini peneliti juga

menemui guru kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar untuk

mempersiapkan kegiatan survei awal.

2. Studi/Survei Awal

Pada tahap ini peneliti melakukan survei awal pada siswa kelas I

untuk mengenal kemampuan siswa dalam proses pembelajaran teknik upper

hand, lower hand dan trailling. Survei ini dilakukan dengan mengamati

proses pembelajaran teknik upper hand, lower hand dan trailling dan

memeriksa hasil tes sebelum dilakukan tindakan.

3. Pelaksanaan Siklus

Pelaksanaan penelitian ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam

bentuk siklus, yang setiap siklus mencakup empat kegiatan, yaitu a)

perencanaan, b) pelaksanaan, c) observasi , dan d) analisis dan refleksi.

Adapun secara rinci empat tahap pelaksanaan diuraikan sebagai berikut:

a) Perencanaan meliputi kegiatan meninjau silabus dan membuat

rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk mengajarkan teknik

upper hand,lower hand dan trailling. Selain itu peneliti juga

menyiapkan berbagai sarana yang diperlukan selama pembelajaran

berlangsung.

b) Pelaksanaan, dilakukan dengan menerapkan teknik upper hand, lower

hand dan trailling dalam pelajaran orientasi dan mobilitas yang telah

disepakati antara peneliti dengan guru. Peneliti melaksanakan rencana

pelaksanan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya dengan

sistematis.

Adapun skenario pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Peneliti mengajarkan teori dari teknik-teknik upper hand, lower

hand dan trailling pada siswa.

2) Peneliti mengajarkan cara-cara melakukan teknik upper hand,

lower hand dan trailling dengan perlahan-lahan kepada siswa.

3) Siswa memprhatikan penjelasan guru.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

4) Peneliti meminta siswa untuk mencoba mempraktikkan teknik

upper hand, lower hand dan trailling yang telah diajarkan

sebelumnya di dalam ruang kelas, mulai dari mencari tempat

duduk sampai mengitari ruang kelas secara bersama-sama dan

kemudian siswa diminta untuk melakukan praktek secara

individual.

5) Peneliti meminta siswa untuk mempraktekkan teknik-teknik

yang sudah diajarkan untuk mengenali lingkungan di luar ruang

kelas secara bersama-sama dan kemundian secara individual.

c) Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran

(aktivitas guru dan siswa). Kegiatan ini diarahkan pada pokok-pokok

penting yang telah ditetapkan pada pedoman observasi. Selain itu,

peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa agar data

lebih lengkap dan akurat.

d) Analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara

menganalisis hasil observasi, hasil tes, serta hasil wawancara. Dengan

demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran

yang dilakukan.

4. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada proses

pembelajaran di setiap siklus yang diterapkan oleh guru. Peneliti mengamati

guru dan siswa saat pembelajaran teknik upper hand,lower hand dan

trailling berlangsung.

5. Tahap Pelaporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang

telah dilakukan selama penelitan.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 61

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal siswa diperoleh pada saat peneliti melakukan kegiatan

survey awal, yang dilakukan untuk mengetahui keadan nyata yang ada di

lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 5 Nopember

2010.

Kondisi awal siswa kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar yang

akan dideskripsikan adalah pada kemampuan melakukan orientasi dan

mobilitas secara mandiri dengan menggunakan teknik upper hand, lower hand

dan trailing pada Kompetensi Dasar menjawab pertanyaan tentang isi cerita.

Dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen yang berupa nilai

praktek harian orientasi dan mobilitas dalam aspek kemandirian dengan

menggunakan teknik-teknik antara lain upper hand, lower hand dan trailing,

terlihat bahwa siswa kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar belum cukup

mampu untuk menggunakan teknik-teknik upper hand, lower hand dan

trailing untuk berorientasi dan bermobilitas secara mandiri.

Hasil pretes yang diperoleh peneliti pada saat observasi awal adalah

sebagai berikut:

Tabel. 4.1 Kemampuan Awal Orientasi dan Mobilitas Siswa Kelas I

SDLB N Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011 Semester Ganjil.

No. Nama Siswa Nilai

1 R K 24

2 U 26

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Dari tabel 4.1 tersebut, terlihat bahwa kedua siswa mendapat nilai 24

atau 40% dan 26 atau 43,3% dengan rata-rata hasil 25 atau 41.66%. Bila

dianalisis dengan meninjau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah

ditetapkan untuk Orientasi dan Mobilitas berdasarkan data observasi yaitu ≥

45, belum ada dari siswa tersebut yang mencapai ketuntasan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik-teknik

orientasi dan mobilitas yang meliputi teknik upper hand, lower hand dan

trailing 41,66%.

Observasi awal penelitian ini selain meninjau nilai siswa, peneliti juga

melakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Dalam tahap observasi ini,

peneliti menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlibat

secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa

mungkin untuk tidak mempengaruhi proses alami dari kegiatan belajar

mengajar pada hari itu. Adapun hasil observasi terhadap keaktifan siswa

seperti tertuang dalam tabel berikut:

Tabel.4.2 Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa

Dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran

Orientasi dan Mobilitas pada tanggal 5 Nopember 2010, kedua siswa

memperoleh hasil 19 atau 47,5% dan 21 atau 52,5% dan menunjukkan rata-

rata keaktifan siswa adalah 20 atau 50%. Adapun aspek observasi terhadap

keaktifan siswa tersebut, secara garis besar mencakup perhatian terhadap

Nama Kondisi

awal

Kategori

RK 19 Kurang

aktif

U 21 Cukup aktif

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

penjelasan dan perintah guru serta keberanian untuk mencoba menggunakan

teknik-teknik orientasi dan mobilitas yang diajarkan.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-

masing silkus terdiri atas 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan

tindakan; (3) pengamatan/Observasi; (4) analisis dan refleksi.

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 12

Nopember 2010. Peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas terkait

dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian yang akan

dilakukan di kelas Guru tersebut. Diskusi ini merupakan tindak lanjut dari

diskusi sebelumnya yang dilakukan peneliti dengan guru kelas saat peneliti

dalam masa melakukan penelitian awal di sekolah yang sama.

Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang

akan dilakukan dalam proses penelitian. Dari hasil identifikasi dan

penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi alternatif untuk

meningkatkan kemandirian anak tunanetra dalam hal berorientasi dan

bermobilitas khususnya dalam belajar mengenal lingkungan sekolah.

Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

untuk proses mengajar Orientasi dan Mobilitas.

2) Peneliti mempersiapkan butir-butir penilian yang telah disepakati

bersama dengan guru yang akan digunakan dalam menilai kemampuan

Orientasi dan Mobilitas siswa.

3) Peneliti memberikan deskripsi tentang teknik-teknik Orientasi dan

Mobilitas yang akan diberikan kepada siswa agar bisa terjalin sebuah

kesamaan presepsi yang akan membantu kerjasama antara peneliti dan

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

guru. Kemudian menyepakati skenario pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada tahap tindakan I.

a) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan pertama:

(1) Peneliti menjelaskan tentang teknik-teknik Orientasi dan

Mobilitas (meliputi teknik upper hand dan trailling) yang akan

diajarkan kepada siswa.

(2) Siswa memperhatikan penjelasan tentang teknik-teknik

orientasi dan Mobilitas yang diajarkan oleh peneliti.

(3) Peneliti mengulang penjelasan tentang teknik-teknik orientasi

dan mobilitas sekali lagi. Pada tahap ini, terjadi komunikasi

antara peneliti dengan siswa. Peneliti bertanya kepada siswa

apakah ada hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa, dan

peneliti akan menjelaskannya lagi.

(4) Peneliti memberikan pertanyaan lisan kepada siswa. Pertanyaan

lisan ini dilakukan peneliti untuk mengetahui secara cepat

bagaimana pemahaman siswa pasca memperoleh tindakan.

Dengan pertanyaan lisan diharapkan akan memperkecil

kemungkinan siswa bertanya kepada teman dalam menjawab

pertanyaan.

(5) Peneliti meminta siswa untuk mencoba mempraktekkan teknik-

teknik yang telah diajarkan bersama-sama dengan peneliti.

(6) Peneliti memberikan pengarahan yang benar terhadap cara

penggunaan teknik-teknik orientasi dan mobilitas yang telah

diajarkan sebelumnya oleh peneliti.

b) Langkah-langkah (skenario) pertemuan kedua:

(1) Peneliti menjelaskan sekali lagi tentang teknik-teknik orientasi

dan mobilitas yang berupa teknik upper hand dan trailling yang

telah diajarkan sebelumnya.

(2) Siswa memperhatikan penjelasan ulang dari peneliti.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

(3) Peneliti mengajarkan teknik orientasi dan mobilitas yang lain

yang merupakan teknik perlindungan bawah (lower hand) dan

trailing.

(4) Peneliti meminta siswa untuk mencoba mempraktekkan teknik-

teknik yang telah dipelajari sebelumnya yang meliputi teknik

lower hand dan trailing secara bergantian dengan pengamatan dari

peneliti dan guru.

(5) Peneliti dan guru mengamati siswa-siswa yang melakukan

praktek dan membenarkan jika ditemukan kesalahan posisi

maupun gerakan yang dilakukan siswa.

c) Langkah-langkah (skenario) pertemuan ketiga

(1) Peneliti mengulang penjelasan tentang teknik-teknik orientasi

yang diajarkan pada siswa sebelumnya yang meliputi teknik

upper hand, lower hand dan trailing.

(2) Peneliti meminta siswa untuk mencoba menggunakan teknik

upper hand, lower hand an trailing secara bergantian.

(3) Peneliti dan guru mengawasi kegiatan siswa dan

membenarkan jika ditemukan kesalahan atau kekeliruan dalam

gerakan yang dilakukan siswa.

d) Langkah-langkah (skenario) pertemuan keempat

(1) Peneliti meminta siswa untuk melakukan teknik-teknik

orientasi yang telah diajarkan sebelumnya yang meliputi

teknik upper hand, lower hand dan trailing.

(2) Peneliti dan guru melakukan pengamatan atau observasi

dengan menggunakan lembar observasi pada siklus I.

b. Tindakan

Siklus I terdiri dari empat pertemuan, yaitu pada hari senin, 15

Nopember 2010; Selasa, 16 Nopember 2010; Kamis, 18 Nopember 2010

dan Jum’at, 19 nopember 2010. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

1) Pertemuan pertama

Pelaksanaan pertemuan pertama adalah pada Senin tanggal 15

Nopember 2010. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pelaksanakan pembelajaran orientasi dan mobilitas dengan menggunakan

teknik upper hand dan trailling. Peneliti berkolaborasi dengan guru,

sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing.

Peneliti melaksanakan pembelajaran orientasi dan mobilitas dengan

menggunakan teknik upper hand dan trailing di kelas. Peneliti juga

melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran

berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap

kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

Pada tahap pertama peneliti menayangkan tentang kemampuan

orientasi dan mobilitas siswa.Kemudian peneliti mengajarkan materi

tentang teknik-teknik orientasi dan mobilitas yang meliputi teknik upper

hand dan trailing pada siswa dan siswa memperhatikan apa yang

diajarkan peneliti. Peneliti juga mengajarkan contoh gerakan yang

terdapat dalam teknik-teknik upper hand dan trailing.

Peneliti meminta siswa untuk mencoba mempraktekkan teknik-

teknik orientasi dan mobilitas yang meliputi teknik upper hand dan

trailing yang telah diajarkan oleh peneliti. Peneliti bersama dengan guru

kelas melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa, dan memberikan

pengarahan dan perbaikan jika ditemukan kesalahan atau kekeliruan

dalam gerakan-gerakan yang dilakukan oleh siswa.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16

Nopember 2010. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan

pertama. Fokus dalam pertemuan ini adalah latihan penggunaan teknik

upper hand dan trailing yang telah diajarkan pada pertemuan pertama dan

ditambah dengan teknik orientasi dan mobilitas yang baru yaitu teknik

lower hand dan trailing.

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Sesuai dengan RPP yang telah dibuat, awalnya peneliti

menerangkan kembali tentang teknik upper hand dan trailing yang telah

diterangkan sebelumnya. Siswa mendengarkan dan mempraktekkan

teknik-teknik tersebut secara bergantian. Kemudian peneliti menerangkan

materi tambahan yaitu teknik lower hand dan trailing. Peneliti juga

mengajarkan contoh gerakan teknik lower hand dan trailing. Siswa

memperhatikan dan mencatat materi yang diajarkan oleh peneliti.

Selanjutnya peneliti menjelaskan kembali tentang materi teknik

lower hand dan trailing yang baru saja diajarkan. Peneliti memulai untuk

memberikan pertanyaan lisan sederhana untuk mengetahui seberapa

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh peneliti.

Kemudian peneliti meminta siswa untuk mempraktekkan teknik lower

hand dan trailing secara bergantian. Peneliti dan guru mengamati dengan

seksama dan melakukan pembenaran dan perbaikan apabila ditemukan

kekeliruan yang dilakukan siswa dalam praktek menggunakan teknik.

Siswa memperhatikan penjelasan dari peneliti di saat peneliti

membenarkan kekeliruan yang dilakukan siswa. Peneliti mengulang

kembali teknik-teknik yang telah diajarkan yaitu upper hand, lower hand

dan trailing.

3) Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga pada silkus 1 dilakukan pada Kamis tanggal 18

Nopember 2010. Pada tahap ini peneliti memfokuskan pada latihan

penggunaan teknik upper hand, lower hand dan trailing. Peneliti

meminta siswa mencoba menggunakan teknik tersebut secara bergantian.

Pada pertemuan ketiga ini peneliti bersama dengan guru juga

mengoreksi gerakan-gerakan yang keliru atau yang kurang tepat yang

dilakukan oleh siswa.

4) Pertemuan keempat

Pertemuan keempat pada siklus 1 dilakukan pada tanggal 19

Nopember 2010. Pada pertemuan ini peneliti memfokuskan untuk

melakukan observasi dan pengamatan terhadap kemandirian siswa dalam

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

menggunakan teknik-teknik orientasi dan mobilitas yang meliputi teknik

upper hand, lower hand dan trailing dalam belejer mengenal lingkungan

sekolah.

Peneliti meminta siswa melakukan teknik-teknik orientasi dan mobilitas

yang meliputi teknik upper hand, lower hand dan trailing secara

bergantian. Peneliti melakukan penilaian terhadap kegiatan siswa

berdasarkan pedoman observasi yang telah disetujui bersama antara

peneliti dan guru sebelumnya. Peneliti mencatat hasil pengamatan pada

siklus 1.

c. Pengamatan

Tahap pengamatan siklus I dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan yaitu pada tanggal 15 s/d 19 Nopember 2010. Pada

saat pembelajaran Orientasi dan Mobilitas berlangsung peneliti sebagai

partisipan aktif. Mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal sampai

akhir dan mencatat hasil siklus I di dalam kelas. Dikatakan partisipasi

aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh

anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru. Pertemuan pertama

dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Nopember 2010, pertemuan

kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Nopember 2010,

pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis 18 nopember 2010

sedangkan pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 19

Nopember 2010 dan dengan waktu pembelajaran selama 2x35 menit.

Peneliti mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi terhadap

siswa, mengabsen siswa, dan memberikan pertanyaan pancingan yang

mengarah ke pelajaran.

Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan

guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran

orientasi dan mobilitas dengan menggunakan teknik upper hand, lower

hand dan trailing. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan

siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola

kelas.

Dari hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran Orientasi

dan Mobilitas dengan menggunakan teknik upper hand, lower hand dan

trailing pada siklus 1, hasil yang dapat diungkap adalah hasil kemandiriran

siswa dan juga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran orientasi dan

mobilitas.

Dari tes yang mengungkap kemandirian orientasi dan mobilitas

menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing, hasilnya

tertuang dalam table 4.3 berikut:

Tabel. 4.3 Hasil Pengamatan Kemandirian Orientasi dan Mobilitas

Menggunakan Teknik Upper hand, Lower hand dan Trailing Siklus 1

Pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa kedua siswa berada

dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai 34,5 atau 57,5%. Jika

meninjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), belum ada siswa

yang mencapai nilai ≥ 45. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada

pelaksanaan tindakan siklus 1 ini, sudah terjadi peningkatan

kemandirian siswa dari kondisi awal yaitu sebesar 15,85%, tetapi

masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal.

Nama Hasil pengamatan

kemandirian siswa

Kategori Kriteria

Ketuntasan

Minimal (KKM)

RK 32 Cukup Belum Tuntas

U 37 Cukup Belum Tuntas

Rata-rata ketuntasan 57,5%

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus

1, dengan pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran

orientasi dan Mobilitas melalui lembar observasi diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel. 4.4 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1

Pada tabel 4.4 di atas, menunjukkan bahwa kedua siswa berada

pada kategori cukup aktif dengan rata-rata nilai yang di peroleh 22

atau 55%. Sehingga dapat dilihat mulai ada peningkatan keaktifan

pada pelaksanaan tindakan pada siklus 1 ini jika dibandingkan dengan

kondisi awal yang baru mencapai angka rata-rata 20 atau 50%. Jadi

ada peningkatan sebesar 5% jika dibandingkan dari kondisi awal.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar

mengajar Orientasi dan Mobilitas tindakan 1, diperoleh hasil sebagai

berikut:

a) Kedua siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung

termasuk dalam kategori cukup aktif.

b) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat

kategori baik dengan skor 38 dari skor maksimal 48.

c) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas

mendapat kategori baik dengan skor 76 dari skor maksimal 80.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemandirian siswa

dalam menggunakan teknik upper hand, lower hnd dan trailing pada

siklus 1, belum ada siswa yang dapat mencapai ketuntasan minimal.

Nama Hasil

Pengamatan

Keaktifan

Kategori

RK 20 Cukup aktif

U 23 Cukup aktif

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan

yaitu kedua siswa memperoleh nilai ≥ 45 dan kedua siswa termasuk

dalam kategori aktif dalam pembelajaran, dengan kata lain indikator

ketercapaian belum bisa dicapai pada silkus 1, sehingga akan diadakan

siklus 2.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi ini diawali dengan poses analisis terlebih

dahulu, peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait

pelaksanaan tindakan 1. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil

observasi, serta hasil pekerjaan siswa. Secara umum terdapat beberapa

kelemahan yang terjadi saat proses belajar mengajar yaitu:

1) Peneliti dalam menjelaskan kurang begitu percaya diri dan masih

sedikit ragu, sehingga ditakutkan penerimaan siswa terhadap

materi yang diajarkan tidak maksimal.

2) Teknik-teknik yang diajarkan masih bersifat baru bagi siswa

sehingga siswa masih sedikit kesulitan dalam hal pemahaman

materi, dan proses pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup

lama.

3) Siswa sangat jarang menerapkan teknik-teknik yang diajarkan pada

kegiatan sehai-hari,sehingga menyebabkan siswa terlihat sedikit

kaku dan takut untuk mencoba menggunakan teknik-teknik yang

diajarkan.

Bertolak dari hasil analisis tersebut, maka guru dan peneliti

merumuskan refleksi sebagai berikut:

1) Agar siswa lebih antusias, aktif dan sungguh-sungguh dalam

mengikuti pembelajaran, sebaiknya dalam menyampaikan meteri

tentang teknik-teknik orientasi dan mobilitas yang meliputi teknik

upper hand, lower hand dan trailing jangan menggunakan kalimat

yang terlalu panjang, supaya tujuan dari pembelajaran itu sendiri

dapat tercapai.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

2) Membantu siswa dalam pemahaman materi dengan menggunakan

porsi pratek atau latihan yang lebih banyak atau dengan

memberikan materi di tengah-tengah praktek, sehingga membantu

siswa lebih mudah memahami karena teori langsung diterapkan

dalam kegiatan.

3) Membantu siswa untuk terbiasa menggunakan teknik-teknik yang

diajarkan dalam kegiatan sehari-hari dan meyakinkan siswa dengan

menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing akan

menambah keamanan diri bagi siswa sehingga siswa tidak perlu

merasa takut dalam menggunakan teknik upper hand, lower hand

dan trailing setiap hari.

2. Siklus 2

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini dimulai pada hari Sabtu, 20 Nopember

2010. Perencanan ini berdasar pada refleksi dari siklus 1, sehingga

diharapkan segala kekurangan yang terjadi pada siklus 1 dapat dihindari

dalam pelaksanaan siklus 2 ini dan indikator ketercapaian akan

terpenuhi. Adapun kegiatan perencanaan adalah mencakup langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) untuk proses mengajar Orientasi dan Mobilitas.

2) Peneliti mempersiapkan butir-butir penilaian yang telah disepakati

bersama dengan guru yang akan digunakan dalam menilai

kemampuan Orientasi dan Mobilitas siswa.

3) Peneliti memberikan deskripsi tentang teknik-teknik Orientasi dan

Mobilitas yang akan diberikan kepada siswa agar bisa terjalin

sebuah kesamaan presepsi yang akan membantu kerjasama antara

peneliti dan guru. Kemudian menyepakati skenario pembelajaran

yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan 2.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

a. Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan pertama:

(1) Peneliti menjelaskan kembali tentang teknik-teknik Orientasi

dan Mobilitas (meliputi teknik upper hand, lower hand dan

trailling) yang akan diajarkan kepada siswa.

(2) Siswa memperhatikan penjelasan tentang teknik-teknik

orientasi dan Mobilitas yang diajarkan oleh peneliti.

(3) Peneliti memberikan contoh dari gerakan-gerakan upper hand,

lower hand dan trailing.

(4) Peneliti meminta siswa untuk mencoba mempraktekkan

teknik-teknik yang telah diajarkan bersama-sama dengan

peneliti.

(5) Peneliti memberikan pengarahan yang benar terhadap cara

penggunaan teknik-teknik orientasi dan mobilitas yang telah

diajarkan sebelumnya oleh peneliti.

b. Langkah-langkah (skenario) pertemuan kedua:

(1) Peneliti meminta siswa untuk mencoba menggunakan teknik-

teknik yang sudah diajarkan di lingkungan sekitar sekolah

seperti ruang guru/ kantor, perpustakaan, dapur, kamar mandi,

mushola dan tempat-tempat lain yang berada di lingkungan

sekolah.

(2) Siswa melaksanakan perintah guru.

(3) Peneliti melakukan perbaikan dan pembenaran jika peneliti dan

guru masih menemukan kekeliruan yang dilakukan oleh siswa

pada saat praktek melakukan gerakan-gerakan teknik upper

hand, lower hand dan trailing.

c. Langkah-langkah (skenario) pertemuan ketiga:

(1) Peneliti melakukan pengamatan atau observasi terhadap

kemandirian siswa dalam melakukan orientasi dan mobilitas

dengan menggunakan teknik upper hand, lower hand dan

trailing dan juga keaktifan siswa.

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

(2) Peneliti mencacat hasil pengamatan dan melakukan analisis dan

juga refleksi terhadap hasil yang telah diperoleh.

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus 2 adalah pada hari Selasa tanggal 23

Nopember 2010 untuk pertemuan pertama, pertemuan kedua dilaksanakan

pada hari Rabu tanggal 24 Nopember 2010 dan untuk pertemuan terakhir

di siklus kedua dilaksanakan pada hai Kamis tanggal 25 Nopember 2010.

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan

pembelajaran orientasi dan mobilitas dengan menggunakan teknik upper

hand, lower hand dan trailing dalam belajar mengenal lingkungan sekolah.

Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru

memiliki tugas masing-masing.

Peneliti melaksanakan pembelajaran orientasi dan mobilitas dengan

menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing dikelas. Peneliti

juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran

berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap

kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

Pada tahap pertama peneliti mengajarkan teknik-teknik orientasi

dan mobilitas yang terdiri dari teknik upper hand, lower hand dan trailing.

Pada langkah berikutnya peneliti memperbanyak waktu untuk latihan atau

praktek menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing dan

sesekali diselingi dengan materi yang terkait dengan teknik yang

diajarkan. Kemudian peneliti meminta siswa untuk mempraktekkan

teknik yang diajarkan secara individu dan bergantian, sementara peneliti

dan guru melakukan pengamatan terhadap hasil belajar siswa.

c. Pengamatan

Tahap pengamatan siklus 2 dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan yaitu pada tanggal 23 sampai dengan 25 Nopember

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

2010. Pada saat pembelajaran Orientasi dan Mobilitas berlangsung peneliti

sebagai partisipan aktif. Mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal

sampai akhir dan mencatat hasil siklus 2 di dalam kelas. Dikatakan

partisipasi aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang

dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru.

Pertemuan siklus 2 ini dilaksanakan pada hari Selasa,Rabu dan

Kamis tanggal 22-24 Nopember 2010 dan berlangsung selama 2x35 menit.

Peneliti mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi terhadap

siswa, mengabsen siswa, dan memberikan pertanyaan pancingan yang

mengarah ke pelajaran.

Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan

guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran

orientasi dan mobilitas dengan menggunakan teknik upper hand, lower

hand dan trailing dalam belajar mengenal lingkungan sekolah di dalam

kelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat

pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi

terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

Dari hasil pengamatan pada siklus 2 tentang kemandirian

berorientsi dan mobilitas dengan menggunakan teknik upper hand,lower

hand dan trailing dalam belajar mengenal lingkungan sekolah, hasilnya

tertuang dalam tabel 4.5 berikut:

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel. 4.5 Hasil Tes Pengamatan Kemandirian Orientasi dan Mobilitas

Menggunakan Teknik Upper hand,Lower hand dan Trailing Siklus 2

Pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa kedua siswa berada

dalam kategori baik dalam hal kemandirian berorientasi dan mobilitas

dengan menggunakan teknik upper hand,lower hand dan trailing dalam

belajar mengenal lingkungan sekolah dengan rata-rata nilai 51 atau

85%. Jika meninjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), kedua

siswa telah mencapai nilai ≥ 45, yang berarti kedua siswa telah berhasil

mencapai indikator keetuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada

pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, terjadi peningkatan kemandirian

siswa dalam berorientasi dan mobilitas menggunakan teknik upper

hand,lower hand dan trailing dari siklus 1 yaitu sebesar 27.5%.

Sedangkan hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam

pembelajaran orientasi dan mobilitas pada siklus 2 diperoleh hasil

sebagai berikut :

Nama Hasil

Pengamatan

Kemandirian

siswa

Kategori Kriteria

Ketuntasan

Minimal

(KKM)

RK 50 Baik Tuntas

U 52 Baik Tuntas

Rata-rata ketuntasan 85%

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel. 4.6. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2

Pada tabel 4.6 di atas, menunjukkan bahwa kedua siswa sudah

berada dalam kategori aktif dengan perolehan nilai rata-rata 31,5 atau

78,75%. Terlihat lagi adanya peningkatan keaktifan pada pelaksanaan

tindakan pada siklus 2 ini jika dibandingkan dengan siklus 1. Jadi pada

siklus 2 ini terjadi peningkatan keaktifan siswa sebesar 23,75%

dibandingkan dari siklus 1.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar

Orientasi dan Mobilitas pada tindakan 2, diperoleh hasil sebagai berikut:

a) Kedua siswa sudah berada dalam kategori aktif.

b) Kedua siswa telah berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

c) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat

kategori baik dengan skor 46 dari skor maksimal 48.

d) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat

kategori baik dengan skor 79 dari skor maksimal 80.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemandirian berorientasi dan

mobilitas menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing kedua

siswa sudah dapat mencapai indicator ketercapaian dengan rata-rata

ketercapian 51 atau 85%.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi ini, peneliti bersama dengan guru kelas

mengadakan diskusi terkait pelaksanaan tindakan 2 untuk melakukan

proses analisis. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi,

Nama Hasil pengamatan

keaktifan siswa

Kategori

RK 31 Aktif

U 32 Aktif

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

serta hasil pekerjaan siswa. Menurut pendapat guru, kekurangan pada 1

siklus sebelumnya sudah tidak terjadi pada siklus ke 2. Terbukti juga

dengan adanya peningkatan pada semua aspek penilaian.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan dalam skripsi ini meliputi penjabaran mengenai

peningkatan kemandirian dan keaktifan siswa dalam pembelajaran

Orientasi dan Mobilitas pada siswa kelas I di SDLB N Cangakan

Karanganyar tahun ajaran 2010/2011. Melalui penguraian lebih lanjut

berdasarkan data hasil penelitian yang dikuatkan dengan teori yang

relevan. Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus 1 dan 2 dapat

dinyatakan bahwa terjadi peningkatan pembelajaran (baik proses maupun

hasil) dalam pembelajaran Orientasi dan Mobilitas dengan menggunakan

teknik upper hand, lower hand dan trailing.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap

siklus dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu: (1) perencanaan; (2)

pelaksanaan; (3) pengamatan dan (4) analisis.

Sebelum melakukan siklus 1, peneliti melakukan survei awal untuk

mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil survei,

peneliti menemukan bahwa pembelajaran Orientasi dan Mobilitas di kelas

I belum begitu berhasil. Selanjutnya peneliti menyusun rencana untuk

melakukan siklus 1 dan setelah siklus 1 dilakukan dan ditemukan

kekurangan-kekurangan maka diadakan siklus 2 yang mana merupakan

pemantapan dari siklus 1 agar tujuan yang diinginkan bias tercapai.

Dalam pencapaian tujuan penelitian ada berbagai indikator yang

digunakan sebagai acuan dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan

pembelajaran, indikator yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

1. Untuk menilai kemandirian siswa dalam melakukan orientasi dan

mobilitas dengan menggunakan teknik upper hand, lower hand dan

trailing adalah nilai yang di capai siswa ≥ 45 diantara 3 kategori

yaitu: nilai < 30 = kurang, nilai 31-44 = cukup, dan nilai 45-60 baik,

dengan menggunakan empat kategori penilaian yaitu: (1) tidak mampu

melakukan; (2) mampu melakukan dengan bantuan penuh; (3) mampu

melakukan dengan bantuan tidak penuh dan (4) mampu melakukan

secara mendiri.

2. Untuk menilai keaktifan siswa selama proses pembelajaran orientasi

dan mobilitas adalah siswa bisa mencapai nilai ≥ 30 diantara 3

kategori yaitu: nilai < 20 = kurang, nilai 20-30 = cukup dan nilai 31-40

= baik, dengan menggunakan 4 kriteria penilaian sebagai berikut: (1)

tidak pernah; (2) kadang-kadang ; (3) jarang dan (4) sering.

Berdasarkan indikator diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa

kemandirian melakukan orientasi dan mobilitas di kelas I saat

pembelajaran orientasi dan mobilitas mengalami peingkatan setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik upper hand, lower

hand dan trailing.

Penyajian data hasil penelitian akan lebih jelas peningkatannya bila

menampilkan hasil tes dan observasi pada tiap siklusnya baik dalam bentuk tabel

maupun grafik . Peningkatan kemandirian siswa dalam melakukan orientasi dan

mobilitas dengan menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing pada

tiap siklusnya dapat dilihat pada tabel 4.7 dan disajikan dalam bentuk grafik 4.1

berikut ini:

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel .4.7. Hasil Tes Pengamatan Kemandirian Orientasi dan Mobilitas

Menggunakan Teknik Upper hand,Lower hand dan Trailing Tiap Siklus

Data pada tabel 4.7 di atas merupakan rekapitulasi hasil pengamatan

kemandirian berorientasi dan bermobilitas dengan teknik upper hand, lower

hand dan trailing dimulai dari kemampuan awal siswa, siklus 1 dan siklus 2.

Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak diadakan siklus 1 dan

siklus 2. Dari daftar nilai guru yang digunakan sebagai acuan dalam

penentuan kemampuan awal, terlihat bahwa dari semua siswa belum ada yang

mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru mencapai 41,66%. Pada hasil tes

siklus 1, persentase tuntas mencapai 57,5%, atau terjadi peningkatan sebesar

15,84% bila dibandingkan dengan kemampuan awal. Pada hasil tes siklus 2,

persentase tuntas sebesar 85%, atau terjadi peningkatan sebesar 27,5% bila

dibandingkan dengan hasil tes siklus 1.

Grafik 4.1 berikut juga akan menggambarkan adanya peningkatan

nilai kemandirian siswa dalam berorientasi dan mobilitas dengan menggunakan

teknik upper hand, lower hand dan trailing dalam belajar mengenal lingkungan

sekolah pada siswa kelas I sebagai berikut :

Nama Kemampuan

awal

Siklus

1

Siklus

2

Keterangan

RK 24 32 50 Meningkat

U 26 37 52 Meningkat

%

Tuntas

41,66% 57,5% 85% Meningkat

% Peningkatan 15,84% 27,5%

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Grafik .4.1. Tabulasi Nilai Kemandirian Siswa dalam Belajar Mengenal

Lingkungan Sekolah dengan Menggunakan Teknik Upper Hand, Lower Hand dan

Trailing

Grafik 4.1 di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 4.7.

Hanya saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil pengamtatan tentang

kemandirian siswa dapat terlihat secara jelas. Pada hasil pengamatan

kemampuan awal, persentase tuntas mencapai 41,66%. Pada hasil tes siklus 1,

persentase tuntas sebesar 57,5%. Pada hasil tes siklus 2, persentase tuntas

adalah sebesar 85%.

Peningkatan keaktifan siswa saat pembelajaran Orientasi dan

Mobilitas dengan menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing

dapat dilihat pada tabel 4.8 dan disajikan dalam bentuk grafik 4.2 berikut ini:

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Tabel.4.8. Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas I SDLB N Cangakan

Karanganyar Tahun Ajaran 2009/2010 Tiap Siklus

Data pada tabel 4.8 di atas merupakan rekapitulasi observasi keaktifan

siswa saat pembelajaran Orientasi dan Mobilitas, dimulai dari kemampuan

awal siswa, siklus 1 dan siklus 2. Pada tabel tersebut terlihat adanya

peningkatan sejak diadakan siklus 1 dan siklus 2 . Pada hasil observasi kondisi

awal, persentase keaktifan adalah sebesar 50%. Pada hasil observasi siklus 1,

persentase keaktifan mencapai 55%, atau terjadi peningkatan 5% bila

dibandingkan dengan kondisi awal. Pada hasil observasi siklus 2, persentase

keaktifan sebesar 78,75%, atau terjadi peningkatan 25% bila dibandingkan

dengan hasil observasi siklus 1. Bila membandingkan hasil observasi siklus 2

dengan kemampuan awal, maka peningkatan hasil adalah sebesar 28,75%.

Grafik 4.2 berikut juga akan menggambarkan adanya peningkatan

keaktifan siswa dalam pengamatan kemandirian siswa dalam belajar mengenal

lingkungan sekolah dengan menggunakan teknik upper hand, lower hand dan

trailing:

Nama Kondisi

Awal

Siklus

1

Siklus

2

Keterangan

RK 19 20 31 Meningkat

U 21 23 32 Meningkat

% Aktif 50% 55% 78,75% Meningkat

% Peningkatan 5% 25%

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

kemampuan…

siklus 1

siklus 2

0

5

10

15

20

25

30

35

RK U

1921

2023

31 32

nilai per siklus

siklus

kemampuan awal

siklus 1

siklus 2

Grafik 2. Tabulasi Keaktifan Siswa

Grafik 4.2 di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 4.8.

Hanya saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil observasi dapat

terlihat secara jelas. Pada kondisi awal, tercatat persentase siswa yang aktif

sebesar 50%. Pada hasil observasi siklus 1, persentase keaktifan mencapai

53,75%. Pada hasil observasi siklus 2, persentase keaktifan sebesar 78,75%.

Bila ditinjau dari hasil observasi terhadap kemampuan peneliti

sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan dalam siklus 1 mendapat

kategori baik dengan skor 38 dari skor maksimal 48. Peneliti sebagai guru

dalam kemampuan mengelola kelas pada siklus 1 mendapat kategori baik

dengan skor 76 dari skor maksimal 80. Pada siklus 2 peneliti sebagai guru

dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori baik dengan skor 46 dari

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

skor maksimal 48. Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas

mendapat kategori baik dengan skor 79 dari skor maksimal 80.

Dari table dan grafik di atas, merupakan bukti konkret adanya

peningkatan kemandirian siswa kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar

dalam belajar mengenal lingkungan sekolah dengan menggunakan teknik

upper hand, lower hand dan trailing. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

dalam pembelajaran Orientasi dan Mobilitas ada beberapa unsur penting.

Seperti yang diungkapkan oleh Irham Hosni (tt:53) bahwa “Dalam layanan

Orientasi dan Mobilitas ada 4 (empat) unsur penting yaitu tujuan, materi

program, system penyampaian dan anak tunanetra”.

Beberapa unsur tersebut telah berhasil penulis terapkan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini tujuan pembelajran Orientasi dan

Mobilitas yang ditetapkan oleh peneliti adalah untuk meningkatkan

kemandirian siswa kelas I dalam belajar mengenal lingkungan sekolah.

Materi program yang peneliti gunakan, mengacu pada apa yang

dikemukakan oleh Bimo Walgito (1986:124) bahwa bahan atau materi yang

dipelajari anak sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Anak

yang mempelajari pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan belajar sehingga hasil

belajar yang dicapai rendah. Oleh karena itu peneliti menggunankan materi

yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa yaitu teknik

Independent Travel yang meliputi teknik upper hand, lower hand dan trailing.

Sedangkan sistem penyampaian yang digunakan peneliti adalah

dengan cara memberikan banyak contoh gerakan teknik-teknik upper hand,

lower hand dan trailing. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Irham

Hosni (tt:86) bahwa dalam proses mengajar siswa tunanetra guru bias

menggunakan cara demonstrasi bagaimana penggunaan teknik-teknik dan

keterampilan yang akan digunakan, atau dengan memberikan petunjuk fisik

kepada siswa dengan cara memberikan petunjuk langsung pada siswa

tunanetra. Peneliti atau instruktur menyentuh langsung fisik siswa dan

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

mencontohkannya secara langsung pada siswa tunanera. Sehingga proses

pembelajaran Orientasi dan Mobilitas di kelas I ini bisa berjalan efektif.

Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, terlihat bahwa nilai

pengamatan kemandirian siswa dalam berorientasi dan mobilitas dengan

menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing dari kondisi awal,

kemudian dalam pelaksanaan tiap-tiap siklus mangalami peningkatan. Begitu

pula dengan keaktifan siswa, terlihat pula adanya peningkatan dari kondisi

awal sampai pelaksanaan siklus 2. Peran guru dalam keterampilan mengelola

kelas dan menjelaskan juga sangat membantu tercapainya peningkatan

kemampuan membaca pemahaman siswa. Dari beberapa pernyataan tersebut,

dapat disimpulkan bahwa, “ Penggunaan teknik upper hand, lower hand dan

trailing dalam orientasi dan mobilitas dapat meningkatkan kemandirian siswa

kelas I dalam belajar mengenal lingkungan sekolah di SDLB N Cangakan

Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas I saat

pembelajaran Orientasi dan Mobilitas mengalami peningkatan setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik upper hand, lower hand

dan trailling.

3. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Peningkatan Kemandirian Berorientasi

dan Bermobilitas dengan Menggunakan Teknik Upper hand, Lower hand dan

Trailing

Dalam proses belajar mengajar sering terjadi kendala yang dapat

menghambat berjalannya proses dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Kendala ini bisa bersumber dari guru, siswa, maupun faktor-faktor lain yang

tentu saja berbeda antara sekolah satu dengan sekolah yang lain. Adapun

kendala yang dihadapi peneliti dalam peningkatan kemandirian siswa dalam

berorientasi dan bermobilitas denga menggunakan teknik upper hand, lower

hand dan trailing di kelas I SDLB N Cangakan Karanganyar antara lain:

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

a. Faktor lingkungan kelas yang cukup ramai karena SDLB N Cangakan

Karanganyar merupakan sekolah dengan banyak kelas dari berbagai

tingkat kelainan siswa, hal ini dapat mengganggu saat siswa dari kelas

yang dipegang peneliti akan melakukan praktek menggunakan teknik-

teknik orientasi dan mobilitas.

b. Guru dan siswa belum terbiasa menggunakan dan menerapkan teknik-

teknik dasar Orientasi dan mobilitas (khususnya teknik upper hand,lower

hand dan traiing) di dalam kegiatan sehari-hari,sehingga disaat praktek

masih terlihat sedikit kaku. Jadi dalam pelaksanaannya, peneliti harus

memberikan pengarahan dan penyamaan konsep dan presepsi terlebih

dahulu kepada guru tentang penggunaan teknik tersebut agar menjadi

alternatif pemecahan masalah yaitu kurangnya kemandirian siswa dalam

melakukan orientasi dan mobilitas.

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 87

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa,

penggunaan teknik upper hand, lower hand dan trailing dalam pembelajaran

Orientasi dan Mobilitas dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar

mengenal lingkungan sekolah pada siswa tunanetra kelas I SDLB N Cangakan

Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.

B. Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan

saran-saran sebagai berikut :

1. Saran kepada Kepala Sekolah:

Dalam upaya pengembangan kemandirian siswa tunanetra khususnya

dalam hal orientasi dan mobilitas, hendaknya diadakan fasilitas-fasilitas

yang bersifat penunjang dan dapat membantu siswa untuk belajar mandiri.

2. Saran kepada Guru:

a. Guru dalam mengajar orientasi dan mobilitas sebaiknya lebih berusaha

menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menarik

sehingga siswa merasa nyaman dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Untuk lebih mengefektifkan pembelajaran Orientasi dan Mobilitas, guru

hendaknya bisa mengajarkan dan membiasakan siswa untuk menerapkan

teknik-teknik orientasi dan mobilitas yang benar pada aktifitas sehari-hari.

c. Guru sebaiknya senantiasa berupaya mengoptimalkan kemandirian siswa

dalam menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing dengan

tidak terlalu sering memberikan bantuan kepada siswa pada saat

melakukan latihan orientasi dan mobilitas.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

3. Saran kepada siswa:

a. Siswa yang belum optimal kemandiriannya dalam melakukan orientasi

dan mobilitas perlu meningkatkan latihan-latihan dengan menggunakan

teknik upper hand, lower hand dan trailing untuk meningkatkan

kemandirian berorientasi dan bermomilitasnya.

b. Siswa yang sudah cukup mandiri perlu mempertahankan kemampuannya

dalam menggunakan teknik upper hand, lower hand dan trailing agar

kemampuannya bisa lebih bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

c. Siswa sebaiknya tidak takut dalam mencoba atau mempraktekkan teknik-

teknik orientasi dan mobilitas yang sudah diajarkan dalam kegitan sehari-

hari, karena rasa takut akan mencegah seorang tunanetra untuk belajar

mandiri.

4. Saran kepada Peneliti selanjutnya:

Diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang teknik-teknik

Orientasi dan Mobilitas yang lebih mendalam yang berkaitan dengan

kemandirian tunanetra dalam melakukan orientasi dan mobilitas di sekolah-

sekolah yang berbeda.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gafur. 2003. Kecakapan Hidup (Life skill).Kajian Tentang rasional Cakupan,dan Strategi Pembelajarannya Makalah. Yogyakarta: FIS UNY

Achmad Ali. 1984.Pedoman Pelaksanaan Orientasi dan Mobilitas. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan

Anastasia Widdjajantin dan Imanuel Hitipeuw. Tt. Orthopedagogik Tunanetra I.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Andaiyani . 2008. Pengertian wawancara dan Teknik Wawancara dalamhttp://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2035973-pengertian-wawancara-dan-teknik-wawancara/. Diakses tanggal 27 September 2010 15:48

Azhar Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Bimo Walgito.1986. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Yogyakarta.UniversitasGajah Mada

C.Mpyet and Solomon. 2005. Prevalence and causes of blindness and low vision inleprosy villages of north eastern Nigeria. Br J Ophthalmol. Br J Ophthalmol.2005 April; 89(4):417-419. www.ophthalmol-jurnal.com Diakses 23 Agustus2010 17:00

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1986. Kamus Bahasa Indonesia. BalaiPustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. BalaiPustaka

Didi Tarsidi. 20 juli 2007. Kemandirian Tunanetra. http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/07/kemandiriantunanetra.html.Diakses 22 Maret2009

Dimyati dan Moedjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka cipta

Djaja Raharja. 2004. Orientasi dan Mobilitas Sebagai Salah Satu KeterampilanKompensatoris Bagi Tunanetra. Departemen Pendidikan Nasional

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Djamarah Syaiful Bahri. 1999. Pengantar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Gense,D Jay and Gense Marilyn. Importance of orientation And Mobility Skill ForStudent Who Are Deaf-blind.http//www.perkins.org./resources/scouf/Orientasion_And_Mobility/Multiple.disabilities.html. diakses tanggal 23 Agustus 2010 16:50

Hadari Nawawi. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM

Helen Keller Internasional bekerja sama dengan Departemen Pendidikan danKebudayaan. 1986. Pendidikan Non Formal bagi Tunanetra. Dewan NasionalIndonesia untuk Kesejahteraan Sosial.

http :// www.joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertianbelajar diakses tanggal13 April 2009 ,16:54

Irham Hosni. Buku Ajar orientasi dan Mobilitas. Tt. Departemen Pendidikan danKebudayan

Jamila K. A Muhammad. 2008. Special Aducation for Special Children. Jakarta:Hikmah

Mahfud Shalahuddin.1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Jakarta. BumiAksara.dalam http://spesialis-torch.com/content/view/120/29/ diakses tanggal 28Mei 2009; 17:53

Marika Soebrata.1995. Orientasi dan Mobilitas. Departemen pendidikan danKebudayaan: UNS

Marika Subroto dan Maryadi. 1987. Orientasi dan Mobilitas. Departemen Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia

Mas Tarmudi.2008. Pengertian Observasi.dalam http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-observasi.html diakses tanggal 1Juli 2010

Nana Sudjana.2007. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5441/1/213391511201106551.pdf · 2013-07-18 · Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana ... atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Pertuni.2009. Pengertian Tunanetra.dalam http://kontunet.blogspot.com. Diaksestanggal 22 Maret 2009; 18:49

Poerwodarminto.1995. Kamus Umum Bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Purwaka Hadi.2007. Komunikasi Aktif bagi Tunanetra. Jakarta : Depdiknas DirjenDikti

Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan kayaIlmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Semiawan,C.1999. Lingkungan Belajar yang Mengundang suatu Pendekatanbermakna dalam Meningkatkan perkembangan Anak retardasi mental.Disertasi.Jakarta;Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan.(http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/308/jiptummpp-gdl-jou-2009-drveragint-15373-Hal.17-3-5D.pdf. diakses tanggal 22 Maret 2009: 09:18)

Soedijarto.2000. Pendidikan Nasional sebagai Wahana Mencerdaskan KehidupanBangsa dan membangun Peradaban negara-bangsa (sebuah usaha memahamimakna UUD 1945). Jakarta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

________________. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

________________. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik (edisirevisi VI). Jakarta: PT Asdi Mahasatya

________________. 2008. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan, Jakarta: RinekaCipta

Sutjihati Somantri. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Dirjen DIKTI

Yosfan Azwandi. 2007. Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional