55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBANDINGAN EFEK ANTIMALARIA EKSTRAK KULIT BATANG CEMPEDAK (Artocarpus champeden) DENGAN KLOROKUIN PADA MENCIT STRAIN SWISS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GALIH HERLAMBANG G0007075 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBANDINGAN EFEK ANTIMALARIA EKSTRAK KULIT

BATANG CEMPEDAK (Artocarpus champeden) DENGAN

KLOROKUIN PADA MENCIT STRAIN SWISS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

GALIH HERLAMBANG

G0007075

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERBANDINGAN EFEK ANTIMALARIA EKSTRAK KULIT

BATANG CEMPEDAK (Artocarpus champeden) DENGAN

KLOROKUIN PADA MENCIT STRAIN SWISS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

GALIH HERLAMBANG

G0007075

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbandingan Efek Antimalaria Ekstrak Kulit

Batang Cempedak (Artocarpus champeden) dengan Klorokuin pada

Mencit Strain Swiss

Galih Herlambang, NIM : G0007075, Tahun : 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Selasa, tanggal 21 Desember 2010

Pembimbing Utama

Nama : Endang Ediningsih, dr., MKK.NIP : 19530805 198702 2 001 (..............................................)

Pembimbing Pendamping

Nama : Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si.NIP : 19640220 199003 2 001 (..............................................)

Penguji Utama

Nama : Nur Hafidha H, dr., M. Clin.Epid.NIP : 19761225 200501 2 001 (..............................................)

Penguji Pendamping

Nama : Vitri Widyaningsih, dr.NIP : 19820423 200801 2 001 (..............................................)

Surakarta,………………………………

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M. Kes. Prof. Dr. AA. Subijanto, dr., MS.NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Desember 2010

Galih Herlambang

NIM. G0007075

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria Ekstrak Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden) dengan Klorokuin pada Mencit Strain Swiss. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk membandingkan efek antimalaria ekstrak kulit batang cempedak (Artocarpus champeden) dengan klorokuin pada mencit jantan strain Swis.

Metode : Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan post test only with control group design, menggunakan mencit strain Swiss yang diinfeksi Plasmodium berghei sebanyak 25 ekor dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok I (kontrol positif), kelompok II (terapi klorokuin), kelompok III (terapi ekstrak kulit batang Cempedak dosis 75 mg/kg BB), kelompok IV (terapi ekstrak kulit batang Cempedak dosis 100 mg/kg BB), dan kelompok V (terapi ekstrak kulit batang Cempedak dosis 125 mg/kg BB). Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive random sampling. Perlakuan diberikan selama 8 hari. Data derajat parasitemia yang diukur selama 8 hari dianalisis dengan uji Paired T-test dengan derajat kemaknaan α = 0,05.

Hasil : Dari seratus sampel mencit menunjukkan hampir seluruh individu mencit pada kelompok I dibandingkan kelompok II, III, IV, dan V terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p < 0.05. Perbandingan mencit kelompok II dengan kelompok III, IV, dan V secara umum juga terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0.05). Kelompok ekstrak kulit batang Cempedak dosis 100mg/kgBB (kelompok IV) memiliki penurunan derajat parasitemia paling baik karena memiliki nilai persentase hasil tidak signifikan terkecil perbandingan individu mencit dengan kelompok II yaitu sebesar 12%.

Simpulan : Efek antimalaria ekstrak kulit batang cempedak memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0.05) dibandingkan klorokuin serta ekstrak batang Cempedak dosis 100 mg/kg BB (kelompok IV) memiliki efek menurunkan derajat parasitemia paling baik di antara kelompok lainnya karena secara statistik memiliki nilai persentase hasil tidak signifikan yang terkecil dibandingkan individu mencit dengan terapi klorokuin (kelompok II).

Kata kunci : ekstrak Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden), antimalaria, derajat parasitemia, mencit jantan strain Swiss.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Galih Herlambang, G0007075, 2010. Comparison of Antimalaria Effect Artocarpus champeden Stem Bark Extracts with Chloroquine in Strain Swiss’Mice. Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta

Objective : This study is aims to to compare the effect of antimalarial Artocapus champeden stem bark extracts with chloroquine in Strain Swiss’mice.

Methods : The study was an experimental laboratoric, with the post test only control group design using mice of strain Swiss is infected by 25 Plasmodium bergheis which is divided into five groups, group I (positive control), group II (chloroquine therapy), group III (Artocapus champeden stem bark extracts dose of 75 mg/kg BB), group IV (Artocapus champeden stem bark extracts dose of 100mg/kg BB), group V (Artocapus champeden stem bark extracts dose of 125 mg/kg BB). This research uses purposive random sampling. Its treatment is treated in 8 days. Data is parasitemia degree which is measured in 8 days by using PairedT-test with a level α = 0,05.

Result : There are significant differences (p < 0.05) among 100 samples of mice which shows of almost all individual mice in group I that is compared with group II, III, IV, and V. There is also significant difference (p < 0.05) between group II with group III, IV, and V. The group of Artocarpus champeden stem bark extract, doses 100 mg/kg BB (Group IV) has a good decreasing level best because it has the smallest percentage of insignificant results of individual comparisons of mice with group II that is equal to 12%.

Conclusion : From the research result, it can be concluded that antimalaria effect of Artocarpus champeden stem bark has significant difference (p < 0.05) than chloroquine and Artocarpus champeden stem bark doses 100 mg/kg BB (group IV) which ) had the effect of lowering the degree of parasitemia best among the other groups because statistically has a value of percentage that’s not significant compared to the smallest individual mice with chloroquine therapy (group II).

Keywords : Artocarpus champeden stem bark extracts, antimalaria, parasitemia degree, Strain Swiss’mice

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Atas ijin Allah azza wa jalla, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Efek Antimalaria Ekstrak Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden) dengan Klorokuin Pada Mencit Strain Swiss”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan, petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. AA. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Endang Ediningsih, dr., MKK., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Diffah Hanim, Dra., MSi., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan masukan berharga dalam skripsi.

4. Nur Hafidha Hikmayani, dr., M. Clin.Epid., selaku Penguji Utama yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Vitri Widyaningsih, dr., selaku Penguji Pendamping. Terima kasih atas saran dan petunjuk yang diberikan dalam pembuatan skripsi ini.

6. Kedua orang tua, Abdullah Iman dan Waryunah, yang telah mendoakan dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Sukidi, Bapak Trisna, Ibu Hartini, yang telah membantu jalannya penelitian.

8. Teman-teman atas motivasi, bantuan dan dorongannya dalam jalannya penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kedokteran umumnya dan pembaca khususnya.

Surakarta, Desember 2010Galih Herlambang

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 6

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 6

1. Malaria ................................................................................ 6

2. Klorokuin ............................................................................ 9

3. Plasmodium berghei ............................................................ 12

4. Cempedak (Artocarpus champeden) .................................... 14

5. Ekstraksi............................................................................... 18

6. Mencit strain Swiss............................................................... 20

B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 22

C. Hipotesis .................................................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 24

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 24

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

B. Lokasi Penelitian...................................................................... 24

C. Waktu Penelitian ..................................................................... 24

D. Subjek Penelitian .................................................................... 24

E. Teknik Sampling ..................................................................... 25

F. Identifikasi Variabel ............................................................... 25

G. Definisi Operasional Variabel ................................................. 26

H. Alur Penelitian ........................................................................ 29

I. Instrumentasi Penelitian ............................................................ 30

J. Cara Kerja ................................................................................ 31

K. Pengambilan Data ................................................................... 34

L. Analisis Data ........................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 36

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 38

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 44

A.Simpulan .................................................................................. 44

B.Saran ........................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 45

LAMPIRAN

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Komposisi Gizi Nangka (Artocarpus integra) dan

Cempedak (Artocarpus champeden) per 100 gram

Tabel 4.1 Persentase Hasil Perbandingan Individu Mencit Kelompok II dengan

Kelompok III, IV dan V

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup Plasmodium

Gambar 2.2 Pohon dan Buah Artocarpus champeden (Dokumentasi pribadi)

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Gambar 3.2 Proses Pembuatan Ekstraksi Kulit Batang Cempedak (Artocarpus

champeden)

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2. Surat Hasil Permohonan Determinasi

Lampiran 3. Lembar Kerja Kompilasi Data

Lampiran 4. Dokumentasi Alat, Bahan, dan Proses Penelitian

Lampiran 5. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Lampiran 6. Uji Paired Correlations T-test Mencit Kelompok I (Kontrol) dengan

Kelompok Lainnya

Lampiran 7. Uji Paired T-test Mencit Kelompok I (Kontrol) dengan Kelompok

Perlakuan (Kelompok II, III, IV dan V)

Lampiran 8. Uji Paired Correlations T-test Mencit Kelompok II (Klorokuin)

dengan Kelompok Ekstrak Kulit Batang Cempedak

Lampiran 9. Uji Paired T-test Mencit Kelompok II dengan Kelompok Ekstrak

Kulit Batang Cempedak

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Malaria merupakan satu dari tiga penyakit infeksi di dunia yang

menyebabkan kematian manusia di samping Acquired Immunodeficiency

Syndrome (AIDS) dan tuberkulosis (Lewison dan Srivastava, 2008).

Penyebaran malaria di dunia sangat luas yakni antara garis bujur 60° di utara

dan 40° di selatan yang meliputi lebih dari 108 negara yang beriklim tropis

dan subtropis (WHO, 2009). Penduduk yang berisiko terkena malaria sekitar

2,3 miliar atau 41 % dari penduduk dunia (WHO, 2000). Di Indonesia,

menurut data dari fasilitas kesehatan pada 2001, diperkirakan prevalensi

malaria adalah 850,2 per 100.000 penduduk dengan angka yang tertinggi 20%

di Gorontalo, 13% di NTT dan 10% di Papua. Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 2001 memperkirakan angka kematian spesifik akibat

malaria di Indonesia adalah 11 per 100.000 untuk laki-laki dan 8 per 100.000

untuk perempuan (Depkes, 1998; Depkes, 2003; Depkes, 2004). Di Indonesia,

lebih dari 90 juta orang tinggal di daerah endemik malaria (Depkes, 2003).

Upaya penanggulangan terhadap penyakit malaria telah banyak

dilakukan dan dikembangkan, namun angka mortalitas dan morbiditas malaria

di beberapa negara masih tetap tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor, misalnya mobilitas manusia yang tinggi, perubahan iklim dan

lingkungan, sistem pelayanan kesehatan yang kurang baik, serta banyaknya

1

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

galur parasit malaria yang resisten terhadap pengobatan dan galur nyamuk

Anopheles sebagai vektor parasit yang resisten terhadap insektisida.

Salah satu obat antimalaria adalah klorokuin. Obat ini merupakan

turunan 4-aminokuinolin yang masih efektif untuk semua jenis Plasmodium

dan sensitif terhadap P. falciparum (Harijanto, 2006; Syarif dan Zunilda,

2007). Klorokuin memiliki sifat skizontosida darah untuk semua jenis

Plasmodium manusia dan gametosida P. vivax dan P. malariae (Dewi, 2004).

Obat ini merupakan obat antimalaria standar untuk pengobatan profilaksis,

pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi

dalam program pemberantasan malaria. Keuntungan penggunaan klorokuin

sebagai obat Antimalaria (OAM) adalah tidak menyebabkan hipoglikemia dan

tidak mengganggu kehamilan (Harijanto, 2006).

Di sisi lain, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati di antaranya

tumbuh-tumbuhan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan sekitar

30.000 jenis tumbuhan serta biota lautnya. Dari sebagian besar jumlah

tersebut, baru sekitar 940 spesies yang diteliti memiliki khasiat sebagai obat

dan hanya sekitar 180 spesies yang telah dimanfaatkan oleh industri obat

tradisional Indonesia (Depkes, 2000a). Masyarakat Indonesia sudah banyak

mengenal dan menggunakan jenis tumbuhan tertentu sebagai upaya

penangggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya sebelum menerima

pelayanan kesehatan dengan obat-obat modern (Handayani, 2001). Selain itu,

dibanding obat-obat modern, tanaman obat dan obat tradisional memiliki

kelebihan antara lain efek samping relatif kecil, komponen dalam satu bahan

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

memiliki efek saling mendukung, dan pada satu tanaman obat memiliki

beberapa efek farmakologi (Katno, 2008).

Salah satu tanaman yang sering digunakan masyarakat Indonesia

adalah Cempedak (Artocarpus champeden Spreng). Cempedak adalah

tanaman famili Moraceae yang banyak ditemukan di Indonesia dan digunakan

sebagai bahan pangan, bahan bangunan dan bahan ramuan obat tradisional.

Penggunaan Cempedak sebagai obat tradisional dapat bermanfaat sebagai obat

antimalaria, disentri, dan penyakit kulit (Heyne, 1987; Hakim et al., 2006). Di

Papua, secara empiris, kulit batang Cempedak digunakan untuk mengobati

penyakit malaria (Nindatu et al., 2009; Utomo, 2003). Beberapa pustaka

menyebutkan bahwa Cempedak mengandung senyawa flavonoid yang mana

menghambat pembentukan hemin di vakuola makanan parasit pada proses

degradasi hemoglobin dan detoksifikasi heme parasit malaria (Nindatu et al.,

2009).

Pengujian efek ekstrak kulit batang Cempedak sebagai antimalaria

banyak dikembangkan. Pada sebuah penelitian in vivo didapatkan hasil

senyawa flavonoid dapat menghambat proses detoksifikasi heme parasit

malaria (Nindatu et al., 2009). Penelitian Widyawaruyanti (2007) menemukan

senyawa turunan flavonoid dari ekstrak kulit batang Cempedak yang

berpotensi menghambat aktivitas pertumbuhan Plasmodium falciparum.

Senyawa flavonoid tersebut adalah artonin A, sikloheteropilin,

artoindonesianin E, artoindonesianin R, heteropilin, heteroflavanon C, dan

artoindonesianin A-2 serta mengandung dua senyawa prenil flavon baru yaitu

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

artocorpone A dan B (Widyawaruyanti et al., 2007). Penelitian lain, ekstrak

metanol kulit batang Cempedak terbukti memiliki potensi antimalaria terhadap

P. berghei in vivo pada mencit (Sari, 2007). Hal ini menunjukkan potensi

ekstrak kulit batang Cempedak sebagai alternatif obat antimalaria selain dari

obat-obatan yang ada saat ini seperti klorokuin, artemisin, dan sebagainya.

Berdasarkan hal di atas, penulis mencoba melakukan penelitian dengan

membandingkan efek ekstrak kulit batang Cempedak dengan klorokuin dosis

terapi pada mencit sebagai obat antimalaria. Penelitian ini diharapkan dapat

mengetahui efek antimalaria dari ekstrak kulit batang Cempedak dibandingkan

klorokuin sehingga nantinya digunakan sebagai studi lanjutan efek esktrak

kulit batang Cempedak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian ini

adalah ”Apakah terdapat perbedaan efek antimalaria ekstrak kulit batang

Cempedak (Artocarpus champeden) dengan klorokuin pada mencit jantan

strain Swiss?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membandingkan efek

antimalaria ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus champeden) dengan

klorokuin pada mencit jantan strain Swiss. Secara khusus bertujuan untuk :

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

1. Mengamati efek dosis ekstrak kulit batang Cempedak sebagai

antimalaria pada mencit jantan strain Swiss yang telah diinokulasi

dengan Plasmodium berghei.

2. Menganalisis derajat parasitemia mulai hari pertama pasca infeksi

sampai hari ke-8 pada mencit jantan strain Swiss yang telah

diinokulasi dengan Plasmodium berghei.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

perbandingan efek antimalaria ekstrak kulit batang Cempedak

(Artocarpus champeden) dengan klorokuin.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk studi

lanjutan mengenai terapi efek antimalaria dari ekstrak kulit batang

Cempedak (Artocarpus champeden).

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh genus

Plasmodium, dapat bersifat akut maupun kronik, menyerang eritrosit dan

ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah (Harijanto,

2006). Gejala yang muncul berupa demam, menggigil, anemia dan

splenomegali (Mansjoer et al., 2000; Harijanto, 2006; Gandahusada et al.,

1998).

Plasmodium yang ditemukan di Indonesia sebagai penyebab

malaria adalah Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium

malariae, dan Plasmodium ovale. Spesies yang sering dijumpai adalah P.

falciparum dan P. vivax, namun yang paling mematikan adalah P.

falciparum (Depkes, 2004). Plasmodium ini pada manusia (hospes definitif)

menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati

(praeritrosit) dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh hospes

perantara yaitu nyamuk Anopheles betina.

Untuk menjaga hidupnya, parasit malaria mengalami 2 siklus, yaitu

siklus aseksual (skizogoni) yang berlangsung di tubuh hospes vertebra

termasuk manusia (hospes definitif) dan siklus seksual (sporogoni) yang

6

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

berlangsung di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina (hospes perantara)

(Boesri et al., 2006). Siklus aseksual terdiri atas fase jaringan dan fase

eritrosit. Pada fase jaringan, sporozoit yang dilepaskan oleh gigitan nyamuk

terinfeksi akan melalui jaringan subkutan daan masuk dalam aliran darah ke

sel hati (Manjsoer et al., 2000; Wheatherall et al., 2002). Parasit tersebut

sebagian besar menuju ke hati dalam waktu 45 menit dan sebagian kecil

sisanya akan mati di dalam darah (Harijanto, 2006). Kemudian sporozoit di

hati berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan

merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Pada akhir fase, skizon

pecah dan merozoit keluar serta masuk aliran darah yang disebut proses

sporulasi. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian sporozoit membentuk

hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang

dan rekurens. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel

Reticuloendothelial System (RES) di limpa dan mengalami fagositosis serta

filtrasi. Merozoit yang lolos dari fagositosis dan filtrasi di limpa akan

menginvasi eritrosit. Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah

menyerang eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi

trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian

merozoit berubah bentuk menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan

infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa

prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya

sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam

(Mansjoer et al., 2000).

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Gambar 2.1 Siklus Hidup Plasmodium

(http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Malaria.htm)

Sumber energi parasit dalam eritrosit (PE) adalah hemoglobin yang

berasal dari sel eritrosit. Hemoglobin dalam sitosol eritrosit akan diambil

menuju vakuola makanan parasit. Kemudian parasit akan mendegradasi

hemoglobin menjadi heme dan globin. Heme bebas (ferro-protoporfirin IX,

Fe2+

-PPIX) bersifat toksik bagi parasit, kemudian akan didetoksifikasi oleh

parasit menjadi bentuk yang tidak toksik, dimulai dengan oksidasi heme

bebas menjadi bentuk kristal yang tidak larut disebut hemozoin (Nindatu et

al., 2009; Parroche et al., 2006). Selanjutnya terjadi proses biokristalisasi

hemin ( -hematin). Sedangkan, -hematin adalah hemozoin sintetik yang

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

terbuat dari ekstrak darah yang mengandung hemin dan dibentuk secara

cepat pada suhu 600C dalam larutan buffer asetat (Parroche et al., 2007).

2. Klorokuin

Klorokuin adalah obat antimalaria turunan 4-aminokuikolin. Obat

ini merupakan obat antimalaria standar untuk pengobatan profilaksis,

pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa

komplikasi. Selain sebagai antimalaria, klorokuin juga memperlihatkan

efek antiradang, namun dibutuhkan dosis yang jauh lebih tinggi. Klorokuin

hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit dan gametosit. Klorokuin

bersifat skizontosida darah terhadap P. vivax, P. malariae, P. ovale dan

terhadap strain P. falciparum yang sensitif klorokuin. Selain itu, klorokuin

juga efektif terhadap ketiga gamet Plasmodium tersebut, kecuali terhadap

P. falciparum (Syarif dan Zunilda, 2007).

Absorbsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi relatif lengkap

dan cepat dapat mencapai 100%. Konsentrasi puncak di dalam plasma

dicapai dalam 2-3 jam, sedangkan pada pemakaian intramuskuler dicapai

dalam 15 menit (Dewi, 2004). Waktu paruh klorokuin adalah 1-2 bulan

tetapi waktu paruh yang sebenarnya untuk pengobatan adalah 6-10 hari

(Frisk cit Tjitra et al., 1997). Terdapat perbedaan kadar klorokuin dalam

berbagai elemen darah. Kadar klorokuin pada eritrosit yang tidak terinfeksi

rata-rata 4-5 kali kadar plasma, sedangkan pada eritrosit yang terinfeksi

malaria sensitif adalah sekitar 500 kali kadar plasma. Kadar klorokuin

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dalam darah yang lebih dari konsentrasi efektif minimum mampu

mengeliminasi parasit sensitif, termasuk parasit yang berasal dari reinfeksi.

Kadar tersebut berada dalam darah setidaknya 28 hari sejak pemberian

dosis pertama klorokuin standar. Bila rekrurensi terjadi dalam kurun waktu

28 hari, kemungkinan disebabkan oleh parasit yang sudah resisten.

Mekanisme kerja klorokuin terhadap Plasmodium belum jelas,

diduga aktivitas klorokuin terjadi di vakuola makanan. Terdapat suatu

kesamaan persepsi bahwa klorokuin berperan menghambat proses

degradasi hemoglobin, suatu proses yang sangat penting bagi kelangsungan

hidup parasit di dalam tubuh manusia. Berdasarkan beberapa penelitian

ada 3 hipotesis yang berkembang yaitu (Dewi, 2004) :

a. Hipotesis basa lemah

Vakuola makanan parasit bersifat asam, dengan masuknya

klorokuin yang bersifat basa akan meningkatkan pH organel tersebut

sehingga mengganggu sistem metabolisme parasit tersebut dan

menyebabkan kematian parasit.

b. Hipotesis ikatan dengan DNA parasit.

Klorokuin mempunyai kemampuan untuk menghalangi sintesis

enzim parasit pada pembentukan DNA dan RNA. Klorokuin diduga

berinterkalasi ke dalam double stranded DNA dan menghambat sintesa

protein. Klorokuin mempunyai afinitas tinggi pada bagian tertentu dari

genom (poli G dan C). Akumulasi secara selektif pada gen spesifik

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

menyebabkan klorokuin toksik terhadap parasit. Di samping itu

interkalasi menyebabkan struktur tiga dimensi dari DNA berubah.

c. Hipotesis feriprotoporfirin IX.

Sumber energi parasit berasal dari hemoglobin sel eritrosit yang

dihancurkan di vakuola makanan. Hemoglobin di dalam vakuola

makanan mengalami degradasi menjadi heme yang mengandung

feriprotoporfirin IX yang bersifat toksik. Heme mengalami polimerasi

oleh malarial cystein proteinase enzyme menjadi hemozoin yang

bersifat non toksik. Klorokuin dalam vakuola makanan akan

menghambat proses degradasi hemoglobin atau polimerasi heme

sehingga heme tidak mengalami detoksifikasi. Gabungan

ferriprotoporfirin IX dengan klorokuin membentuk suatu kompleks

yang bersifat toksik terhadap sel dan pada konsentrasi tertentu

melisiskan parasit. Hal ini disebabkan kompleks klorokuin-

ferriprotoporfirin IX mengganggu permeabilitas membran. Selain itu

klorokuin sendiri ataupun kompleks klorokuin-ferriprotoporfirin IX

meningkatkan pH dalam vakuola makanan, menyebabkan gangguan

metabolisme dalam vakuola makanan sehingga parasit mati (Nindatu et

al., 2009).

Klorokuin yang digunakan dengan dosis yang tepat sangat aman.

Efek samping yang mungkin ditemukan pada pemberian klorokuin adalah

sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan

gatal-gatal. Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadangkala

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

menimbulkan sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit

likenoid dan rambut putih (Syarif dan Zunilda, 2007). Klorokuin

dikontraindikasikan pada penyakit hepar, dan penggunaannya harus hati-

hati pada gangguan gastrointestinal, gangguan darah dan gangguan

neurologik yang berat, atau harus dihentikan penggunaannya apabila

menimbulkan kelainan-kelainan tersebut (Sukarban dan Bustami, 2005).

Untuk pengobatan malaria, dosis awal klorokuin sebesar 10 mg

basa/kg BB, dilanjutkan dengan dosis 5 mg basa/kgBB pada 6, 12, 24, dan

36 jam berikutnya sehingga tercapai dosis total 30 mg basa/kgBB dalam 2

hari. Untuk malaria yang terinfeksi dengan P. vivax atau P.ovale, dosis 5

mg basa/kg BB diulang pemberiannya pada hari ke-7 dan hari ke-14.

Pemberian secara intravena (iv) dilakukan dengan kecepatan tetap tidak

melebihi 0,83 mg basa/kg BB per jam atau dengan injeksi subkutan atau

intramuskuler berulang dengan dosis tidak melebihi 3,5 mg basa/kg BB

sampai tercapai dosis total 25 mg basa/kg BB (Syarif dan Zunida, 2007).

3. Plasmodium berghei

Plasmodium berghei adalah suatu protozoa darah yang dapat

menyebabkan penyakit malaria pada rodensia, terutama rodensia kecil

(Sundari et al., 2005). Penelitian aspek perkembangan biologi dari parasit

malaria, hubungan host-parasit, pengembangan vaksin malaria, dan

pengembangan obat banyak menggunakan model malaria pada roden yaitu

P. berghei dan mencit sebagai induk semangnya. Hal tersebut didasarkan

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pada kemiripan aspek biologi dasar dari P. berghei dan P. falciparum pada

manusia setelah dianalisis secara molekuler. Pada pemeriksaan DNA,

P.berghei memiliki organela menyerupai plastida (plastid like organelle)

yang mengandung ekstra kromosom genom 30.7-kb dengan bentuk sirkuler

yang 70-95% homolog dengan plastid like organelle 35-kb pada P.

falciparum (Janse dan Waters, 2004). Penelitian lain secara pulsed-field gel

electrophoresis menunjukkan bahwa ukuran genom P. berghei diperkirakan

mendekati genom P. falciparum pada sekuen 25-30 Mb. Pada genom

tersebut perbandingan Adenin/Timin P. berghei adalah 80% jika

dibandingkan dengan Adenin/Timin P. falciparum (Anonim , 2000).

Selain itu pada infeksi P. berghei pada roden, fase skizon

menghilang dari peredaran darah dan tersekuestrasi di kapiler organ dalam

misalnya limpa, paru dan hepar sehingga terjadi komplikasi pada organ

dalam tersebut karena gangguan peredaran darah. Hal ini serupa dengan

mekanisme cytoadherence dan rosetting pada infeksi P. falciparum

sehingga menunjukkan gejala yang mirip (Janse et al., 2004).

Untuk memelihara kelangsungan hidup Plasmodium berghei di

laboratorium dilakukan dengan 2 cara, yaitu 1) memelihara parasit dalam

makhluk hidup (mencit); untuk itu setiap minggu beberapa ekor mencit

sehat diinokulasi dengan darah yang mengandung 2% sporozoit sehingga

pemindahan parasit (pasase) ini perlu dilakukan karena mencit yang telah

terinfeksi akan mati bila tidak diobati, 2) darah yang telah terinfeksi

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dimasukkan ke dalam larutan gliserin kemudian disimpan dalam temperatur

-700C atau disimpan dalam tabung nitrogen cair (Sundari et al., 2005).

4. Cempedak (Artocarpus champeden)

Taksonomi Cempedak (Verheij dan Coronel, 1997) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus champeden

Gambar 2.2 Pohon dan Buah Artocarpus champeden (Dokumentasi pribadi)

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Cempedak (Artocarpus champeden) adalah tanaman buah-buahan

tropis yang banyak tumbuh di Indonesia dari famili Moraceae. Cempedak

memiliki kerabat dekat dengan nangka, keluwih dan sukun. Tanaman ini

berasal dari Asia Tenggara dan tersebar luas pada Semenanjung Malaya

termasuk Thailand, sebagian kepulauan Indonesia termasuk di Jawa

terutama bagian barat. Cempedak memiliki beberapa nama lokal seperti

bangkong (Malaysia), baroh (Kepulauan Linggar dan Johor), nangka beurit

(Sunda), nongko cino (Jawa), tiwadak (Banjar), dan lain-lain (Verheij dan

Coronel, 1997).

Cempedak berbuah saat musim hujan. Tinggi pohon Cempedak

dapat mencapai 15 m. Kayu dari tanaman ini baik untuk bahan bangunan

rumah, mebel, dan perahu. Kulit pohon dapat digunakan untuk tambang

dan getahnya dapat diolah menjadi lem burung. Buah Cempedak berbentuk

panjang seperti silinder, hampir licin, lebih harum baunya daripada buah

nangka. Buah ini sangat digemari dan digunakan untuk bahan pangan.

Cempedak merupakan buah dengan banyak manfaat. Cempedak

memiliki banyak berbagai kandungan gizi seperti vitamin A, vitamin B1,

vitamin C, energi, kalsium, fosfor, zat besi, dan air. Daging buah

Cempedak dimanfaatkan sebagai makanan. Kulit dan bijinya pun dapat

dimakan. Masyarakat mengkonsumsi cempedak dengan cara menggoreng

bijinya dan menganggapnya lebih enak daripada biji nangka (Heyne, 1987).

Di Indonesia, cempedak secara tradisional digunakan untuk pengobatan

demam, diare dan malaria (Widyawaruyanti et al., 2007). Cempedak

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

memiliki kadar energi, protein, karbohidrat dan vitamin A lebih tinggi

dibandingkan nangka (Artocarpus integra). Pada Tabel 2.1 terdapat

perbandingan komposisi gizi Cempedak (Artocarpus champeden) dan

Nangka (Artocarpus integra).

Tabel 2.1 Perbandingan Komposisi Gizi Nangka (Artocarpus integra)

dan Cempedak (Artocarpus champeden) per 100 gram

Zat gizi Nangka masak Nangka muda Cempedak

Energi (kkal) 106 51 116

Protein (g) 1,2 2,0 3,0

Lemak (g) 0,3 0,4 0,4

Karbohidrat (g) 27,6 11,3 28,6

Kalsium (mg) 20 45 20

Fosfor (mg) 19 29 30

Zat besi (mg) 0,9 0,5 1,5

Vitamin A (SI) 330 25 200

Vitamin B1 (mg) 0,007 0,007 0

Vitamin C (mg) 7 9 15

Air (g) 70,0 85,4 67,0

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1992)

Penelitian senyawa flavonoid pada Cempedak terus berkembang.

Suyatno (2000) melaporkan tiga senyawa polar golongan flavonoid antara

lain senyawa pentametoksi dihidrocalkon, trihidoksi-triisoprenil flavon, dan

trihidroksi-monometoksi-monoisoprenil flavon dari kulit batang Cempedak.

Hakim et al. (1999) berhasil menemukan dua senyawa baru flavon

terprenilasi, yaitu artoindonesianin A dan artoindonesianin B yang dapat

menghambat aktivitas sel leukemia (P-388). Isolat senyawa flavonoid

berupa senyawa morakhalkon A dan isolat ME2 memiliki mekanisme aksi

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

sebagai inhibitor proses detoksifikasi heme parasit malaria (Nindatu et al.,

2009). Selain itu, kulit batang Cempedak mengandung flavonoid seperti

artonin A, sikloheteropilin, artoindonesianin E, artoindonesianin R,

heteropilin, heteroflavanon C, dan artoindonesianin A-2 serta dua senyawa

prenil flavon baru, artocarpone A dan B (Widyawaruyanti, 2007). Dalam

uji in vitro senyawa aktif itu terbukti meningkatkan kekebalan tubuh

sehingga mampu menjinakkan P. falciparum (Widyawaruyanti et al.,

2007). Pada kayu batang Cempedak berhasil ditemukan senyawa artokarpin

beserta turunannya, antara lain caplasin, artoindonesianin B dan

sikloartokarpin (Sukandar, 2008).

Mekanisme kerja Cempedak sebagai anti malaria diperankan oleh

senyawa flavonoid dan turunannya. Senyawa tersebut adalah morakhalkon

A, isolat ME2, sikoheterofilin, artoindonesianin A-2 dan R, artocarpone A

dan B, artonin A, artoindonesianin E, heteropilin, dan heteroflavanon C

(Nindatu et al., 2009; Widyawaruyanti, 2007). Senyawa-senyawa tersebut

pada umumnya menghambat parasit malaria melalui penghambatan

detoksifikasi heme yang toksik baginya. Senyawa morakhalkon dan isolat

A dapat menghambat pembentukan hematin melalui pengikatan senyawa

tersebut dengan heme bebas (ferro-protoporfirin IX) sehingga terjadi

akumulasi heme pada vakuola makanan parasit (Nindatu et al., 2009).

Senyawa artocarpone A dan B mampu menghambat pertumbuhan P.

falciparum melalui mekanisme yang belum diketahui (Widyawaruyanti,

2007).

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair

(Depkes, 2000b). Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak. Ekstrak tidak hanya

mengandung satu unsur saja tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada

pelarut yang digunakan dan kondisi dari ekstraksi. Penggolongan ekstrak

berdasarkan sifatnya, antara lain :

a. Ekstrak encer: Sediaan ini mempunyai konsistensi seperti madu.

b. Ekstrak kental: Sediaan ini liat pada kondisi dingin dan tidak dapat

dituang, kandungan air sekitar 30%.

c. Ekstrak kering: Sediaan ini mempunyai konsistensi kering dan mudah

digosongkan. Kandungan air tidak lebih dari 5%.

Terdapat tiga jenis metode ekstraksi yang sering digunakan pada

pembuatan ekstrak. Pertama, esktraksi dengan menggunakan pelarut.

Metode ekstraksi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Cara dingin

1) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan.

b. Cara panas

1) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2) Soxhlet

Soxhlet adalah ekstrak menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

terus menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

3) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan terus menerus)

pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar).

4) Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas

air (benjana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 960-98

0C) selama waktu tertentu.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

5) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (0C) dan

temperatur sampai titik didih air.

Kedua, metode ekstraksi dengan destilasi uap. Metode ini

merupakan ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari

bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan

parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara

terus menerus sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap

campuran menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah

sempurna atau sebagian. Metode ekstraksi lain yang dapat digunakan

adalah esktraksi berkesinambungan, superkritikal karbondiaoksida,

ekstraksi ultrasonik dan ekstraksi energi listrik (Depkes, 2000b).

Metode ekstraksi yang digunakan pada kulit batang Cempedak

adalah maserasi. Metode ini dimulai dengan penyediaan serbuk kulit

batang Cempedak tersebut. Serbuk selanjutnya dimaserasi dengan n-

heksana selama 24 jam selama tiga kali (Hakim et al., 2006).

6. Mencit strain Swiss

Menurut Suwarni et al. (1994), mencit strain Swiss yang diinfeksi

P. berghei memiliki ketahanan lebih tinggi dibanding strain lain walaupun

tidak diobati. Selain itu, sensitifitas terhadap infeksi dan reaksi

pengobatannya cukup baik. Wijayanti et al. (2003) menggunakan mencit

Swiss untuk mengetahui mekanisme infeksi, pengaruh imunisasi, dan

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sekresi Reactive Oxygen Intermediate (ROI) pada infeksi Plasmodium

berghei. Akrom et al. (2005) juga menggunakan mencit Swiss sebagai

hewan coba untuk mengetahui pengaruh ekstrak meniran terhadap infeksi

P. berghei. Selain terbukti memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi

dibanding strain lain. Berdasarkan bukti di atas, mencit strain Swiss cukup

representatif sebagai hewan coba pada infeksi Plasmodium berghei.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

B. Kerangka Pikir

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: merangsang/memacu

: menghambat

Klorokuin difosfatEkstrak kulit batang

Cempedak

(Artocarpus champeden)

Klorokuin-feriprotoporfirin IX

Mencit strain Swiss

Plasmodium berghei

Sporozoit dalam eritrosit

Pengambilan Hb dari sitosol ke

dalam vakuola makanan parasit

Degradasi Hb menjadi heme

bebas dan globin

Senyawa flavonoid

Heme bebas (ferro-protoprofirin IX)

Toksik terhadap parasit

malaria-hematin -hematin

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

Ho : Terdapat perbedaan ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus

champeden Spreng) dengan obat klorokuin sebagai antimalaria.

H1 : Tidak terdapat perbedaan ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus

champeden Spreng) dengan obat klorokuin sebagai antimalaria.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

rancangan the post test only with control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap persiapan

dimulai 20 Agustus 2010 – 20 Oktober 2010. Pada tanggal 30 Agustus 2010,

semua mencit jantan diinokulasi Plasmodium berghei dengan konsentrasi

parasitemia 107/200 µl. Kemudian tanggal 31 Agustus 2010 (saat semua

parasit telah menginvasi dan berkembang di dalam eritrosit mencit) dimulai

pengukuran derajat parasitemia selama 8 hari.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mencit jantan strain Swiss yang diinfeksi

Plasmodium berghei sebanyak 25 ekor. Hasil tersebut didapat dari rumus

Federer (n-1) (k-1) 15, dengan n adalah jumlah sampel minimal dalam tiap

24

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kelompok dan k adalah jumlah kelompok perlakuan (Arkeman dan David,

2006). Mencit jantan didapatkan dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan

(UPHP) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan criteria :

1. Jenis mencit : Mencit strain Swiss

2. Umur Mencit : 12 minggu

3. Berat badan mencit : 20-30 gram

4. Jenis kelamin : jantan

E. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah Random Purposive Sampling.

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus

champeden Spreng) dan klorokuin

2. Variabel terikat : derajat parasitemia

3. Variabel luar :

a. Dapat dikendalikan : spesies mencit, umur mencit, berat badan mencit,

jenis kelamin, makanan dan minuman mencit, suhu ruangan, infeksi

sekunder dan stres mencit.

b. Tidak dapat dikendalikan : penyakit, kelainan kongenital, kondisi

psikologis.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel yang dapat dikendalikan

a. Ekstrak Kulit Batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng)

Metode ekstraksi kulit batang Cempedak adalah metode maserasi

(Hakim et al., 2006). Proses ekstraksi dilakukan di Laboratorium

Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Dosis ekstrak kulit

batang Cempedak sebesar 100 mg/kg BB mencit. Hal ini berdasarkan

penelitian terdahulu di mana ekstrak kulit batang Cempedak diberikan

pada mencit yang diinduksi Plasmodium falciparum. Dari hasil

tersebut, didapatkan dosis hambatan maksimal pertumbuhan P.

falciparum sebesar 100 mg/kg BB mencit (Widyawaruyanti, 2007).

Skala variabel : ordinal.

b. Klorokuin

Klorokuin tablet diberikan pada manusia dengan dosis 5 mg/kg

BB. Pada penelitian ini digunakan bentuk garam dari klorokuin, yaitu

klorokuin difosfat yang bersifat lebih mudah larut dalam air. Serbuk

klorokuin difosfat ditimbang sesuai dengan berat badan mencit sekitar

20 gram, sehingga didapatkan dosis 0,1 mg klorokuin difosfat yang

dilarutkan dalam 0,1 ml aquades. Klorokuin difosfat dengan dosis 0,1

ml/20 gram BB mencit diberikan per oral dengan sonde (Wijayanti, et

al., 2003). Skala variabel : nominal.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c. Derajat Parasitemia

Derajat parasitemia merupakan perbandingan antara eritrosit yang

terinfeksi parasit dengan jumlah keseluruhan eritrosit dalam lapang

pandang mikroskopis. Derajat parasitemia dihitung dalam bentuk

persentase.

Skala variabel : rasio.

2. Variabel Luar Dapat Dikendalikan

a. Jenis mencit : mencit strain Swiss

Skala variabel : nominal

b. Umur mencit : 12 minggu

Skala variabel : interval

c. Jenis kelamin : jantan, hal tersebut dikarenakan pada mencit betina

terjadi siklus estrus, dimana dalam siklus tersebut terjadi fluktuasi suhu

tubuh dan hormon yang diperkirakan akan mengganggu jalannya

penelitian serta data yang dihasilkan. Ketiga pengendalian tersebut

dilakukan secara restriksi selama pengambilan sampel.

d. Makanan dan minuman

Variabel ini dikendalikan dengan memberikan makanan dan minuman

yang sama untuk seluruh mencit yang digunakan dalam percobaan ini.

e. Suhu ruangan

Suhu ruangan dikendalikan dengan menyimpan mencit pada satu

tempat sehingga memiliki suhu ruangan yang sama.

Skala variabel: interval.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

f. Stres

Stres diatasi dengan adaptasi mencit dalam lingkungan penelitian satu

minggu sebelum dilakukan perlakuan.

g. Infeksi sekunder

Infeksi sekunder yang dimaksud adalah infeksi selain P. Berghei,

misalnya infeksi karena tindakan tidak steril saat percobaan. Infeksi ini

dikendalikan dengan tindakan aseptik sebelum percobaan.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

H. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Keterangan

Kelompok I : tanpa terapi

Kelompok II : terapi klorokuin dosis 0,1 ml/20 gr BB mencit

Kelompok III : terapi ekstrak kulit batang Cempedak dosis 75 mg/kg

BB mencit

Kelompok IV : terapi ekstrak kulit batang Cempedak dosis 100 mg/kg

BB mencit

P. berghei diinokulasikan ke

Mencit Swiss

I II

Diamati derajat parasitemia

Data ditabulasi, dibuat grafik, dan dianalis

P. berghei dalam darah mencit donor

P. berghei diperbanyak dalam 5 ekor mencit donor

IV V

diubah bentuk persen (%)

III

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Kelompok V : terapi ekstrak kulit batang Cempedak dosis 125 mg/kg

BB mencit

I. Instrumentasi Penelitian

1. Alat di Laboratorium

a. Pemeliharaan mencit : kandang mencit, ram kawat, alas kandang,

tempat makanan, tempat minuman, sikat.

b. Perlakuan pada mencit : gunting tajam, gelas objek, spuit 3 ml dan 1

ml, jarum suntik ukuran G23 dan G26, mikroskop binokuler, minyak

emersi, pipet tetes, kanula/sonde, styrofoam, timbangan digital

Ohauss, gelas beker, tabung flacon, porselen penggerus obat, label,

tisu, lap.

c. Pengambilan data : silinder tertutup tembus pandang, sarung tangan,

gunting tajam, alumunium foil, pinset, pins fiksasi spuit 3 ml dan

jarum suntik ukuran G23.

2. Bahan

a. Plasmodium berghei

b. Serbuk klorokuin difosfat

c. Ekstrak kulit batang cempedak

d. Pakan mencit

e. RPMI 1640 (zat pengencer)

f. Eter

g. Heparin

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

h. Cat Giemsa

i. Minyak emersi

j. Kloroform

k. Alkohol 70%

l. Antikoagulan EDTA

m. Air mineral kemasan

J. Cara Kerja

1. Cara pembuatan ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus champeden)

Kulit batang Cempedak didapatkan dari tanaman milik warga di

Bogor, Jawa Barat dan dilakukan determinasi dengan nama botani

Artocarpus champeden (Lour.) Stokes di Balai Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan Bogor. Simplisia kering kulit batang Cempedak

dipotong kecil-kecil dan digiling sehingga diperoleh serbuk halus. Proses

ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Kehutanan IPB. Kemudian,

simplisia dilakukan proses ektraksi di Laboratorium Penelitian dan

Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Adapun langkah pembuatan ekstraksi

sebagai berikut :

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Gambar 3.2 Proses Pembuatan Ekstraksi Kulit Batang Cempedak

(Artocarpus champeden)

2. Kultur Plasmodium berghei in vivo (perbanyakan parasit)

a. Darah donor sebanyak ±1 ml (dari seekor mencit donor) yang

mengandung ±107parasit diinokulasikan terhadap 5 ekor mencit donor,

masing-masing 0,2 ml secara intra peritoneal.

b. Diamati derajat parasitemia mulai hari ke-4 pasca infeksi. Darah yang

diambil dengan memotong ujung ekor mencit.

c. Setelah derajat parasitemia mencapai 30-40% (6-7 hari pasca infeksi),

mencit dimatikan dengan inhalasi eter.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

d. Mencit diletakkan pada styrofoam, kemudian dibuka kulitnya, dibuka

diafragma, perhatikan jantung yang masih berdenyut.

e. Dilakukan cardiac puncture terhadap ventrikel sinister dengan spuit

3mL dan needle ukuran 22.

f. Didapatkan masing-masing 1,2-1,5 ml darah mencit donor yang

mengandung P. berghei, kemudian dimasukkan ke tabung reaksi

dengan heparin. Perbandingan darah dan heparin adalah 90%:10%.

g. Semua darah dicampur untuk homogenisasi jumlah parasit.

3. Perlakuan terhadap Mencit

a. Mencit uji diinokulasi darah 0.2 ml yang dicampur dengan RPMI 1640

untuk pengenceran (mengandung ±107 P. berghei stadium eritrositik).

Inokulasi dilakukan secara intra peritoneal menggunakan spuit 1 ml

dan needle ukuran 22.

b. Pemberian perlakuan berbeda-beda sesuai kelompok

Kelompok I : tanpa terapi

Kelompok II : terapi dengan klorokuin per oral dosis

menggunakan sonde, dosis 0,1 ml/20 gr BB mencit.

Kelompok III : diterapi dengan ekstrak kulit batang Cempedak

per oral menggunakan sonde, dosis 75 mg/kg BB

mencit.

Kelompok III : diterapi dengan ekstrak kulit batang Cempedak

per oral menggunakan sonde, dosis 100 mg/kg BB

mencit.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Kelompok IV : diterapi dengan ekstrak kulit batang Cempedak

per oral menggunakan sonde, dosis 125 mg/kg BB

mencit.

K. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan satu parameter berupa derajat

parasitemia mulai hari pertama pasca infeksi.

1. Derajat parasitemia

Diperiksa dengan membuat sediaan apus darah tipis dari ujung

ekor setiap hari dari hari pertama sampai hari ke-8. Caranya :

a. Darah diambil dari ujung ekor mencit.

b. Teteskan pada gelas objek, apus dengan gelas objek yang lain,

keringkan pada suhu kamar.

c. Genangi Giemsa ± 45 menit, cuci pada air mengalir, keringkan pada

suhu kamar.

d. Apusan darah diamati di bawah mikroskop perbesaran 1000x dengan

minyak emersi. Dilakukan pemeriksaan pada tiga lapang pandang yang

mengandung ± 200 eritrosit, dengan susunan tidak menumpuk,

dihitung eritrosit terinfeksi parasit per 1000 eritrosit.

Derajat parasitemia = pRBC X 100%

(pRBC + RBC normal)

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Keterangan :

RBC : Red Blood Cell

pRBC : parasite in Red Blood Cell

e. Kemudian diubah menjadi persentase, ditabulasi, dibuat grafik, dan

diolah dengan statistik. Mencit yang mati selama pengamatan diberi

nilai derajat parasitemia 100%.

L. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil perlakuan dilakukan uji Kolmogorov-

Smirnov untuk melihat normalitas distribusi data. Apabila data terdistribusi

normal dan varians data normal kemudian data dianalisis dengan

menggunakan uji parametrik, yaitu uji Paired T-test dengan derajat

kemaknaan = 0,05. Pemilihan uji tersebut didasarkan pada pertimbangan

bahwa hipotesis yang digunakan adalah hipotesis komparatif dengan

membandingkan setiap perlakuan pada masing-masing individu mencit, data

tidak berpasangan dan variabel berupa derajat parasitemia (skala pengukuran

numerik).

Apabila syarat uji parametrik tidak terpenuhi, maka data dianalisis

dengan uji non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis. Apabila pada uji tersebut

menghasilkan nilai p < 0,05, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis post

hoc yaitu uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok

(Dahlan, 2004). Data diolah dengan program Statistical Product and Services

Solution (SPSS) 17.0 for Windows.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Seluruh data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan

menggunakan program SPSS 17.0 for Windows. Sebelum dilakukan uji

parametrik, peneliti melakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menilai distribusi

data normal atau tidak sebagai syarat berlakunya uji parametrik. Syarat data

memiliki distribusi normal, apabila pada uji Kolmogorov-Smirnov terdapat nilai p

> 0,05 sehingga selanjutnya data tersebut dapat dilakukan uji statistik parametrik

yaitu uji Paired T-test untuk membandingkan pengaruh tiap perlakuan pada

masing-masing sampel mencit. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada semua data

menunjukkan distribusi data adalah normal (Lampiran 5).

Pada uji Paired T-test dari seratus sampel mencit menunjukkan bahwa

perbandingan individu pada kelompok I (kontrol positif) yang dibandingkan

dengan kelompok II (terapi klorokuin), kelompok III (terapi ekstrak kulit batang

Cempedak dosis 75 mg/kg BB), kelompok IV (terapi ekstrak kulit batang

Cempedak dosis 100 mg/kg BB), dan kelompok V (terapi ekstrak kulit batang

Cempedak dosis 125 mg/kg BB) pada umumnya menunjukkan hasil yang

signifikan. Mencit pada kelompok I yang dibandingkan dengan kelompok II

terdapat hasil yang tidak signifikan sebesar 36% yaitu 5 dari 25 sampel mencit

(Lampiran 7). Mencit pada kelompok I yang dibandingkan dengan kelompok III

terdapat hasil tidak signifikan sebesar 8% yaitu 2 dari 25 sampel mencit

(Lampiran 7). Seluruh individu mencit pada kelompok I yang dibandingkan

36

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dengan kelompok IV terdapat hasil yang signifikan. Sedangkan, individu mencit

pada kelompok I yang dibandingkan dengan kelompok V terdapat hasil tidak

signifikan sebesar 12% yaitu 3 dari 25 sampel mencit (Lampiran 7).

Hasil uji Paired T-test pada perbandingan individu mencit pada kelompok

II dengan kelompok III, IV, dan V pada umumnya terdapat hasil yang signifikan

dengan nilai p < 0.05 (Lampiran 9). Persentasi hasil tidak signifikan mencit

kelompok II dengan kelompok III sebesar 20%, kelompok II dengan kelompok

IV adalah 12%, dan kelompok II dengan kelompok V sebesar 24% (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Persentase Hasil Perbandingan Individu Mencit Kelompok II dengan

Kelompok III, IV dan V

No Kelompok perbandingan Persentase hasil

tidak signifikan

Keterangan

1 Kelompok II - Kelompok III 20 % 5 dari 25 sampel

mencit

2 Kelompok II - Kelompok IV 12 % 3 dari 25 sampel

mencit

3 Kelompok II - Kelompok V 24 % 6 dari 25 sampel

mencit

Sumber : Data Primer 2010

Pada hasil uji korelasi antar individu secara statistik juga menunjukkan

bahwa ada beberapa individu mencit dari setiap kelompok perlakuan yang tidak

nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (infeksi P. berghei).

Adapun hasil uji korelasi semua individu mencit kelompok perlakuan dengan

kelompok kontrol positif dapat dilihat pada Lampiran 6.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis uji Paired T-test dapat diketahui bahwa individu pada

kelompok I (kontrol positif) yang dibandingkan dengan kelompok II (terapi

klorokuin) menunjukkan 64% hasil yang signifikan dengan nilai p < 0.05, namun

terdapat hasil yang tidak signifikan sebesar 36% (Lampiran 7). Hal ini bisa

dijelaskan dari derajat parasitemia pada kelompok II mengalami penurunan

setelah diberikan klorokuin dibandingkan kelompok I. Kematian mencit pada

kelompok I sebanyak 5 ekor dan mencit mati pertama kali pada hari kedua dari

delapan hari perlakuan. Besar persentase kematian mencit pada kelompok I

sebesar 20%, lebih besar dibandingkan kelompok II sebesar 8% (jumlah mencit

mati 2 ekor).

Jika diamati pada masing-masing individu maka kelompok I (kontrol

positif) yang terinfeksi P. berghei tanpa terapi memiliki derajat parasitemia

tertinggi diantara kelompok lainnya. Derajat parasitemia yang tinggi

menunjukkan luasnya infeksi malaria ke dalam eritrosit. Eritrosit yang rusak

menyebabkan timbulnya banyak komplikasi pada malaria, seperti anemia berat,

blackwater fever, dan serebral malaria. Komplikasi ini akan mempercepat

kematian mencit yang menderita malaria. Hal ini ditunjukkan dengan mencit pada

kelompok tersebut semua mati dalam 8 hari perlakuan.

Menurut Emiliana, 2008; Syarif dan Zunida, 2007 bahwa klorokuin

efektif untuk membunuh parasit eritrosit aseksual dan bekerja pada fase eritrosit

38

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Sampai saat ini, mekanisme kerja klorokuin terhadap Plasmodium masih belum

jelas. Selama ini terdapat tiga hipotesis yang berkembang tentang mekanisme

kerja klorokuin, yaitu : hipotesis basa lemah, hipotesis ikatan dengan DNA

parasit, dan hipotesis ferriprotoporfirin IX (Dewi, 2004). Hipotesis basa lemah

adalah klorokuin yang bersifat basa akan mengganggu metabolisme parasit

Plasmodium dimana vakuola makanannya bersifat asam. Hipotesis ikatan dengan

DNA parasit adalah klorokuin memiliki kemampuan untuk menghambat sintesis

enzim pada parasit dalam pembentukan DNA dan RNA. Hipotesis terakhir

merupakan kondisi klorokuin berikatan dengan ferriprotoporfirin akan bersifat

toksik terhadap sel parasit dan dapat melisiskan parasit. Berdasarkan beberapa

hipotesis tersebut maka dalam penelitian ini telah disusun hipotesis yang

mengatakan terdapat perbedaan ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus

champeden) dengan obat klorokuin sebagai anti malaria. Hipotesis ini terbukti

secara statistik bermakna terhadap hampir semua mencit yang diberi perlakuan

(Ho diterima).

Pada kelompok III hampir semua mencit secara individu yang diberi

terapi ekstrak kulit batang Cempedak dosis 75 mg/kg BB (dosis rendah) memiliki

penurunan derajat parasitemia lebih besar dibandingkan kelompok II (terapi

klorokuin). Kematian mencit pada kelompok III sebanyak dua ekor dan mulai

mati ketika hari ke-6 dari 8 hari perlakuan. Persentase kematian mencit pada

kelompok III sebesar 8%. Hal ini menunjukkan persentase yang sama antara

kelompok II dan kelompok III, namun terdapat perbedaan awal kematian pada

hari perlakuan dimana kematian mencit pada kelompok II mulai hari ke-4

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

perlakuan sedangkan kelompok III mulai hari ke-6 perlakuan. Terdapat lima

individu mencit pada kelompok II yang dibandingkan dengan kelompok III

memiliki perbedaan tidak bermakna (p > 0.05). Hal ini bisa disebabkan oleh dosis

ekstrak kulit batang yang diberikan belum mencapai dosis efektif atau dosis yang

kurang, sedangkan seluruh mencit antara kelompok I dan kelompok III terdapat

perbedaan yang secara statistik bermakna (p < 0.05).

Pada seluruh mencit kelompok IV (terapi ekstrak kulit batang Cempedak

dosis 100 mg/kg BB) memiliki penurunan derajat parasitemia paling baik di

antara kelompok lainnya. Kematian mencit pada kelompok IV sebanyak satu ekor

dan mati pada hari ke-8 perlakuan. Persentase kematian mencit pada kelompok

IV merupakan persentase terkceil di antara kelompok perlakuan yaitu sebesar 4%.

Semua individu mencit pada kelompok I yang dibandingkan kelompok IV

terdapat hasil yang signifikan (p < 0.05). Mencit pada kelompok II yang

dibandingkan dengan kelompok IV terdapat hasil yang tidak signifikan sebesar

12% yaitu 3 dari 25 sampel mencit. Hal ini menunjukkan bahwa persentase

tersebut merupakan persentase terkecil di antara individu mencit pada kelompok

III dan kelompok V yang dibandingkan kelompok II.

Mekanisme kerja ekstrak kulit batang Cempedak pada parasit malaria

terjadi melalui penghambatan detoksifikasi heme yang toksik baginya. Sumber

energi parasit dalam eritrosit adalah hemoglobin yang berasal dari sel eritrosit.

Hemoglobin dalam sitosol eritrosit akan diambil menuju vakuola makanan

parasit. Kemudian parasit akan mendegradasi hemoglobin menjadi heme dan

globin. Heme bebas (ferro-protoporfirin IX, Fe2+

-PPIX) bersifat toksik bagi

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

parasit, kemudian akan didetoksifikasi oleh parasit menjadi bentuk yang tidak

toksik, dimulai dengan oksidasi heme bebas menjadi bentuk kristal yang tidak

larut disebut hemozoin (Nindatu et al., 2009; Parroche et al., 2006). Selanjutnya

terjadi proses biokristalisasi hemin ( -hematin). Selain itu, parasit memiliki

malarial cystein proteinase enzyme dimana heme akan mengalami polimerisasi

oleh enzim tersebut sehingga menjadi nontoksik. Senyawa ekstrak kulit batang

Cempedak pada umumnya menghambat parasit malaria melalui penghambatan

detoksifikasi heme melalui pengikatan senyawa tersebut dengan heme bebas

(ferroprotoporfirin IX) sehingga terjadi akumulasi heme pada vakuola makanan

parasit (Nindatu et al., 2009). Keadaan ini menyebabkan toksik dan kematian

pada parasit malaria tersebut.

Jumlah mencit pada kelompok V (terapi ekstrak kulit batang Cempedak

dosis 125 mg/kg BB) yang mengalami kematian sebanyak 2 ekor (8%) dan mati

pada hari ke-6 perlakuan. Pada kelompok V terjadi peningkatan rata-rata derajat

parasitemia dibanding kelompok IV. Hal ini disebabkan oleh pemberian ekstrak

kulit batang Cempedak sudah melampaui dosis efektif dan optimal. Jika diamati

hasil analisis korelasi derajat parasitemia dengan kemampuan koreksi ekstrak

kulit batang Cempedak dosis 125 mg/kg BB (Lampiran 6) ternyata ada 44%

mencit yang tidak terkoreksi sehingga mati pada hari ke-8.

Pada penelitian lain, pada uji in vitro senyawa aktif flavonoid pada kulit

batang Cempedak terbukti meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mampu

menjinakkan Plasmodium falciparum (Widyawaruyanti et al., 2007). Boonlaksiri

(1999) melaporkan adanya aktivitas antimalaria secara in vitro pada tumbuhan

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

marga Artocarpus yang lain seperti Artocarpus integer yang telah terbukti

mempunyai aktivitas untuk menghambat pertumbuhan parasit malaria. Hal ini

menunjukkan adanya potensi ekstrak kulit batang Cempedak dapat memberikan

efek yang baik dalam pengobatan malaria dengan menghambat pertumbuhan

parasit dan peningkatan sistem imunitas tubuh.

Pada variabel perancu seperti umur, jenis kelamin dan suhu lingkungan

dari tikus percobaan masih perlu ditertimbangkan pada penggunaan lethal dose

cempedak. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut mengingat faktor lingkungan dan

kematangan semua organ dalam menanggapi setiap infeksi dari Plasmodium akan

berpengaruh pada derajat parasitemia.

Berdasarkan hasil analisis data ternyata dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus champeden Spreng)

dengan obat klorokuin sebagai antimalaria yang dibuktikan dengan penurunan

derajat parasitemia pada kelompok pemberian ekstrak kulit batang Cempedak

(kelompok III, IV, dan V) lebih rendah dibandingkan kelompok klorokuin

(kelompok II). Mencit pada kelompok II dibandingkan kelompok ekstrak kulit

batang cempedak (kelompok III, IV dan V) sebagian besar menunjukkan

perbedaan yang bermakna ( p < 0.05) sehingga Ho diterima (Lampiran 9).

Individu mencit pada kelompok II dibandingkan dengan kelompok IV memiliki

persentase perbedaan tidak bermakna paling sedikit yaitu sebesar 12% (Lampiran

9).

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Perbandingan-efek...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv ABSTRAK Galih Herlambang, G0007075, 2010. Perbandingan Efek Antimalaria

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terapi ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus champeden)

menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menurunkan derajat parasitemia

pada mencit jantan strain Swiss yang diinfeksi Plasmodium berghei

dibanding terapi klorokuin (p<0.05).

2. Pemberian ekstrak kulit batang Cempedak dosis 100 mg/kg BB (dosis

sedang) memiliki efek menurunkan derajat parasitemia yang paling baik

dibandingkan dengan dosis ringan (75 mg/kg BB) maupun dosis tinggi

(125 mg/kg BB) berdasarkan penurunan derajat parasitemia dan

persentase hasil tidak signifikan perbandingan individu mencit kelompok

terapi klorokuin dengan kelompok terapi ekstrak kulit batang Cempedak.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh

pemberian ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus champeden)

terhadap live survival rate, disamping untuk mengetahui pengaruh terapi

kombinasi ekstrak kulit batang cempedak (Artocarpus champeden)

terhadap derajat parasitemia dan live survival rate.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan uji klinis untuk mengetahui efek

antimalaria ekstrak kulit batang Cempedak (Artocarpus champeden)

terhadap manusia.

43