Upload
duongthuan
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI TERHADAP
SIKAP DEMOKRASI SISWA KELAS XI SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI I GEMOLONG
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh :
JASMINA NOOR JANNAH
K 6406041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI TERHADAP
SIKAP DEMOKRASI SISWA KELAS XI SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI 1 GEMOLONG
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
JASMINA NOOR JANNAH
K 6406041
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi. Demokrasi yang
dimaksud adalah negara yang memiliki pemerintahan yang demokratis.
Pemerintahan yang demokratis yaitu pemerintahan yang menekankan pentingnya
membangun proses pengambilan keputusan publik berdasarkan suara-suara
mayoritas. Artinya, proses pengambilan keputusan dengan andil seluruh individu,
kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam demokrasi. Untuk
dapat mewujudkan masyarakat yang dapat berperan aktif dalam pemerintahan
yang demokratis maka diperlukan adanya pendidikan.
Pendidikan bukan sesuatu yang diperoleh secara instan, tetapi merupakan
suatu proses, artinya suatu proses untuk menanamkan dan mengembangkan pada
diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup, nilai-nilai
kehidupan, dan ketrampilan untuk hidup sehingga kehadirannya ditengah-tengah
masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.
Pendapat yang di ungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane Berge (2005:
3) yaitu ”Education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect
changes in knowledge, skill, and attitute of individuals, groups, and
communities”. Artinya bahwa pendidikan itu dapat didefinisikan sebagai kegiatan
yang dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap dari individu, kelompok, dan komunitas.
Sebagai suatu proses, pendidikan perlu diorganisir dan dikelola secara
efektif dan efisien sehingga dapat terwujud tujuan yang telah ditetapkan. Selain
itu pendidikan juga merupakan sarana bagi tumbuh dan berkembangnya sikap
demokrasi. Dengan demikian, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
penyelenggaraan negara yang demokratis.
Penyelenggaraan negara yang demokratis, akan memunculkan masyarakat
yang demokratis. Karena penyelenggaraan yang demokratis akan bersandar pada
kekuasaan yang bersumberkan kemampuan dan pengetahuan warga
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
masyarakatnya. Dengan demikian, pemerintahan demokratis akan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi warganya untuk memperoleh pendidikan.
Oleh karena itu, secara substantif jangka panjang untuk mendidik warga negara
yang baik guna menjamin terwujudnya masyarakat demokratis, pendidikan
demokrasi mutlak diberikan.
Pendidikan demokrasi sebagai upaya sadar untuk membentuk kemampuan
warga negara berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Kemampuan dalam berpartisipasi ini sangat diperlukan agar
pemerintahan yang mereka jalankan bisa berkembang secara maksimal.
Tingginya partisipasi rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
dapat mendorong pada terwujudnya pemerintah yang transparan dan akuntabel.
Pemerintahan yang demikian merupakan pemerintahan yang demokratis, dekat
dengan rakyat sehingga menjadi perekat bangsa. Sedangkan
dalam pendidikan demokrasi dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung di
dalam demokrasi. Nilai-nilai tersebut untuk mewujudkan pemerintahan yang
demokratis sekaligus dapat dipercaya akan membawa kehidupan berbangsa dan
bernegara yang lebih baik.
Pendidikan demokrasi tampak ada tuntutan kepada sekolah untuk
mentransfer pengajaran yang bersifat akademis ke dalam realitas kehidupan yang
luas di masyarakat. Dengan kata lain, praktek pembelajaran dilakukan dengan
materi yang substansial (konsep teori yang sangat selektif) tetapi kaya dalam
implementasi. Di sisi lain, pendidikan demokrasi akan berdampak pula pada aspek
kurikulum. Kurikulum tersebut sangat penting bagi semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan dan besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar di sekolah,
yang merupakan jembatan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan nasional.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan
budaya. Perkembangan dan perubahan yang secara terus menerus menuntut
perlunya Sistem Pendidikan Nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk
mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perubahan zaman tersebut. Penyempurnaan kurikulum tersebut mengacu pada
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Anonim, 2006: 3). Menurut Dwi Sukarno (2006: 116) Pendidikan kewarganegaraan sebagai
pendidikan demokrasi mengemban tugas agar peserta didik menjadi warga negara
yang demokratis untuk mendukung tegaknya negara demokrasi. Untuk
mewujudkannya, maka di dalam materi pendidikan kewarganegaraan ditekankan
hal-hal mengenai demokrasi. Hal tersebut dilihat dalam aspek-aspek ruang
lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Pengertian pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran
berdasarkan jurnal internasional menurut pendapat Mr. Larry Bimi yang dikutip
dari Journal Internasional of Definition Civic Education as Subject, http:// www.
Wikipedia. Com // 07/ 07/ 2009 wiki / Civic Education menyatakan, “Said that
postings to there was the need for what he described as socio cultural revolution
to beef up the democratic gains. We can only do this bey a systematic and
strategic teaching of children to acquire civic respon capability valves as they are
growing”.
Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demokrasi
yang menjadi strategi dan mutlak bagi perwujudan masyarakat dan negara
demokrasi. Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila
dijaga oleh warga negara yang demokratis.
Warga negara yang demokratis bukan hanya dapat menikmati hak
kebebasan individu, tetapi juga harus memikul tanggung jawab secara bersama-
sama dengan orang lain untuk membentuk masa depan yang cerah. Dengan
adanya materi demokrasi dalam pendidikan kewarganegaraan dapat
membelajarkan anak mengenai perkembangan konsep demokrasi dari konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
awal sampai sekarang menjadi konsep global. Harapan kedepannya yaitu
membangkitkan kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi serta memahami
tantangan demokrasi yang muncul di masa depan sehingga perilaku warga
mencerminkan perilaku demokrasi. Kenyataan ini sesuai dengan misi pendidikan
kewarganegaraan. Adapun misi pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai mata
pelajaran yang membentuk warga negara agar memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Artinya, pembelajaran demokrasi dalam
Pendidikan Kewarganegaraan berguna untuk mengubah pola-pola perilaku siswa
dalam kepentingannya untuk mempergunakan hak-haknya sesuai dengan aturan
hukum sehingga tidak merugikan hak orang lain.
Meskipun demikian, tidak jarang siswa kurang menyadari arti penting atau
tujuan pembelajaran demokrasi dalam pendidikan kewarganegaraan. Hal tersebut
tampak dari kurang dipelajarinya materi demokrasi sebagai realisasi dari tujuan
pembelajaran tersebut tidak diimplementasikan oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini adalah perilaku siswa yang belum mencerminkan sikap
demokrasi pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong terhadap
materi yang diberikan di sekolah khususnya Pendidikan Kewarganegaraan
diantaranya adalah rendahnya tingkat partisipasi siswa dalam pemilihan ketua
OSIS, ketua kelas, maupun kegiatan yang lain yang relevan, rendahnya minat
siswa dalam mengikuti kegiatan organisasi di sekolah, dalam menyelesaikan
masalah siswa yang cenderung menggunakan kekerasan daripada musyawarah,
serta siswa canggung dan takut mengemukakan pendapat untuk menyampaikan
kritik dan saran kepada guru yang bersikap otoriter. Dengan demikian, kurang
tercerminnya perilaku siswa menunjukkan rendahnya sikap demokrasi siswa
terhadap penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi.
Dari uraian di atas, maka timbul ketertarikan penulis untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Penguasaan Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Pengertian dan Prinsip-Prinsip Demokrasi terhadap Sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Demokrasi pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong
Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
muncul berbagai permasalahan yang perlu diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi dengan sikap
demokrasi pada setiap harinya.
2. Penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip
demokrasi belum dapat menunjukkan sikap demokrasi pada diri siswa.
3. Sikap demokrasi siswa rendah.
C. Pembatasan Masalah
Suatu penelitian akan lebih jelas dan spesifik apabila dibatasi ruang
lingkupnya, sehingga masalah dapat dikaji dan dijawab secara mendalam serta
tidak terlalu luas. Dari sekian banyak permasalahan yang ada, maka penulis
membatasi masalah mengenai pengaruh penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi belum dapat
menunjukkan sikap demokrasi pada diri siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
”Adakah pengaruh penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan
pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi pada siswa
kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong Tahun Ajaran 2010/2011” ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
E. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai,
dengan tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah dalam melakukan
penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Ada tidaknya
pengaruh penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi pada siswa kelas XI Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Gemolong Tahun Ajaran 2010/2011”.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi masyarakat
pada umumnya mengenai pengaruh penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap
demokrasi.
b. Menambah pengetahuan khususnya mengenai penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi dengan sikap
demokrasi siswa.
c. Menjadi pedoman dan bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya yang
relevan.
2. Manfaat Praktis
Memberi informasi tentang pentingnya penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi siswa sebagai generasi
muda bangsa agar dapat berpikir secara ktitis dan bertindak secara demokratis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Penguasaan Kompetensi Dasar Mendeskripsikan
Pengertian dan Prinsip-Prinsip Demokrasi terhadap
Sikap Demokrasi
a. Pengertian Penguasaan Kompetensi Dasar
Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
pasal 35 dan 36 menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan
sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdapat dalam
pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia, pasal 1 ayat 13 bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu, pasal 1 ayat 15 bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan, pasal 1 ayat 22 bahwa Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah badan mandiri dan independent yang
bertugas mengembangkan, memantau, pelaksanaan, dan mengevaluasi standar
nasional pendidikan. Selanjutnya pasal 3 menyatakan bahwa Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Selain itu, terdapat dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 bahwa standar isi
mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu dan standar isi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka dasar dan struktur
kurikulum beban belajar, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kalender pendidikan atau akademik. Serta terdapat dalam pasal 8 ayat 1, 2, dan 3
bahwa kedalaman materi kurikulum pada setiap pendidikan dituangkan dalam
kompetensi pada setiap tingkat dan atau semester sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan. Kompetensi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Serta ketentuan mengenai kedalaman
muatan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
Mc. Ahsan dalam Mulyasa (2002: 97) mengemukakan bahwa ”Kompetensi
yang dimaksud adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya”.
Sementara itu, Mulyasa (2002: 16) mengemukakan bahwa kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi, yakni perilaku yang dapat diukur dan dapat di observasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
Kompetensi dasar juga merupakan penjabaran standar kompetensi peserta
didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi
peserta didik. Selain itu, kompetensi juga diartikan sebagai penguasaan terhadap
suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas,
keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Dalam kurikulum, kompetensi juga diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar
dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan
dengan penuh tanggung jawab.
Berdasarkan pengertian di atas, kompetensi dasar diartikan sebagai
kemampuan siswa dalam :
1) Kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. 2) Spesifikasi indikator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
4) Melaksanakan tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
(Mulyasa, 2002: 16)
Sedangkan menurut Hasan Alwi (2005: 604) bahwa “Penguasaan adalah
pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian dan
sebagainya”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi
dasar adalah kesanggupan untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan berkaitan
dengan mata pelajaran tertentu, sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi, yakni perilaku yang dapat diukur dan dapat di observasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran.
Sedangkan penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan
prinsip-prinsip demokrasi adalah kesanggupan untuk melakukan suatu tugas atau
pekerjaan sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi, yakni perilaku yang
dapat diukur dan dapat di observasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi
dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
Dalam kompetensi dasar harus ada perincian atau penjabaran yang lebih
lanjut. Kompetensi dasar merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari
standar kompetensi. Dan dalam kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan
prinsip-prinsip demokrasi kelas XI SMA Negeri 1 Gemolong mempunyai dua
kompetensi dasar yang harus dikuasai, yakni sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi
Dengan indikator yang harus dikuasai :
a) Menjelaskan perbedaan antara demokrasi liberal, komunis, dan demokrasi
pancasila.
b) Mendeskripsikan prinsip-prinsip demokrasi.
c) Menjelaskan makna budaya demokrasi.
d) Menjelaskan tentang prinsip budaya politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Menampilkan perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari
a) Menunjukkan perilaku budaya demokrasi dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
b. Materi Pokok Pengertian dan Prinsip-Prinsip Demokrasi
Materi pokok pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terdiri atas subpokok
materi sebagai berikut :
1) Pengertian Demokrasi
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (etimologis) dan
istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata
yang terdiri dari bahasa yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat dan
“cratein” atau “cratos” yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi secara
bahasa demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Sementera itu menurut istilah, terdapat beberapa pendapat tentang
pengertian demokrasi. Menurut Joseph A. Schumpeter dalam Azyumardi
Azra (2000: 111) “demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk
mencapai keputusan politik di mana individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat”.
Menurut Henry B. Mayo dalam Miriam Budiardjo (1997: 61) demokrasi adalah suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip persamaan politik yang diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Sedangkan menurut Philippe C.Schmitter dan Terry Lynn Karl dalam Eep
Saifulloh Fatah (1994: 7) menyatakan “demokrasi sebagai suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan
mereka diwilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak
langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang
telah terpilih”. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
hakikat demokrasi adalah sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara
dimana pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di
tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat mengandung tiga hal
yaitu : Pertama, pemerintahan dari rakyat (goverment of the people)
mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang sah
dan diakui, berarti suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan
dukungan yang diberikan oleh rakyat sedangkan pemerintahan yang tidak sah
dan tidak diakui di mata rakyat berarti mengandung arti suatu pemerintahan
yang tidak mendapat pengakuan dan dukungan yang diberikan oleh rakyat.
Kedua, pemerintahan oleh rakyat (goverment by the people) mengandung
pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintahan berada
dalam pengawasan rakyatnya. Ketiga, pemerintahan untuk rakyat (goverment
for the people) mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh
rakyat kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat.
Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena itu
demokrasi memerlukan usaha yang nyata setiap warga dan perangkat
pendukungnya yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari suatu
mind set (kerangka berpikir) dan setting social (rancangan masyarakat).
Bentuk konkrit dari manifestasi tersebut adalah dijadikannya demokrasi
sebagai way of live (pandangan hidup) dalam seluk beluk sendi kehidupan
bernegara baik oleh rakyat (masyarakat) maupun oleh pemerintah.
Menurut Nurcholish Madjid dalam Tim ICCE UIN Jakarta (2003: 98),
“demokrasi bukanlah kata benda, merupakan proses yang dinamis. Karena itu
demokrasi harus diupayakan. Demokrasi dalam kerangka di atas, berarti
sebuah proses melaksanakan nilai-nilai civility (keadaban) dalam bernegara
dan bermasyarakat”. Demokrasi adalah proses menuju dan menjaga civil
society yang menghormati dan berupaya merealisasikan nilai-nilai demokrasi.
Menurut Nurcholish Madjid ada tujuh norma yang menjadi pandangan hidup
demokratis, yaitu sebagai berikut :
a) Pentingnya kesadaran akan pluralisme.
b) Musyawarah.
c) Pertimbangan moral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d) Pemufakatan yang jujur dan sehat.
e) Pemenuhan segi-segi ekonomi.
f) Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai iktikad baik
masing-masing.
g) Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan
sistem pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan “dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Serta kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada
ditangan rakyat. Dalam pelaksanaannya rakyat akan mewakilkan kepada
wakil-wakil rakyat yang duduk dilembaga perwakilan rakyat. Para wakil
rakyat mempunyai kewajiban untuk menyalurkan keinginan atau aspirasi
rakyat dalam pemerintahan. Dengan demikian, pemerintahan hendaknya
dilaksanakan sesuai dengan aspirasi rakyat.
2) Nilai (Kultur) Demokrasi
Secara etimologis nilai disamakan dengan value dalam bahasa inggris dan
valere dalam bahasa latin, yang artinya berguna atau sesuatu yang berguna.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan harga atau hal-hal yang
penting bagi manusia. Pengertian nilai berkembang dan meluas, seperti yang
disampaikan oleh beberapa ahli berikut ini.
Moedjanto berpendapat, “Nilai tidak hanya tampak sebagai nilai seseorang
saja, melainkan bagi segala umat manusia. Nilai tampil sebagai sesuatu yang
patut dan dikejar dan dilaksanakan bagi semua orang. Oleh karena itu, nilai
dapat dikomunikasikan kepada orang lain”. (Paulus Wahana, 1993: 67).
Suyitno dalam Paulus Wahana (1993: 66) mengemukakan nilai kita alami sebagai ajakan dan panggilan yang kita hadapi : nilai mau dilaksanakan dan mendorong kita untuk bertindak. Nilai mengarahkan perhatian serta minat kita, menarik kita keluar dari diri kita sendiri ke arah apa yang bernilai. Nilai berseru kepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah
tidak hanya tampak sebagai nilai seseorang saja, melainkan bagi segala umat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
manusia tetapi juga nilai mau dilaksanakan dan mendorong untuk bertindak
sehingga nilai berseru kepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita.
Hakikat demokrasi adalah suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan
rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Demokrasi
tidak akan datang, tumbuh, dan berkembang dengan sendirinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Demokrasi perlu di
tanamkan dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu
diperlukan adanya nilai-nilai demokrasi yang merupakan nilai yang diperlukan
untuk mengembangkan pemerintahan yang demokratis. Nilai-nilai yang
dikembangkan dan dibiasakan dalam kehidupan warga akan menjadi budaya
(kultur) demokrasi. Nilai atau kultur demokrasi penting untuk tegaknya
demokrasi di suatu negara. Atas dasar itu, maka demokrasi didasari oleh
beberapa nilai (value) sebagai berikut:
Ada beberapa pandangan tentang pembagian atau jenis nilai. Henry B.
Mayo dalam Miriam Budiarjo (1997: 62-63) menyebutkan adanya enam nilai
demokrasi, yaitu “Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela,
menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
selalu berubah, pergantian penguasa dengan teratur, penggunaan paksaan
sedikit mungkin, pengakuan dan penghormatan terhadap nilai
keanekaragaman, dan menegakkan keadilan”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela. Dalam setiap
masyarakat terdapat perselisihan pendapat serta kepentingan dianggap
wajar untuk diperjuangkan dalam alam demokrasi. Perselisihan tersebut
harus dapat diselesaikan melalui perundingan serta dialog yang terbuka
dalam usaha untuk mencapai kompromi, konsensus atau mufakat.
(2) Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang selalu berubah. Dalam setiap masyarakat yang modern akan terjadi
perubahan sosial, yang disebabkan oleh faktor-faktor perkembangan
teknologi, perubahan pola kepadatan penduduk, pola perdagangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
sebagainya. Pemerintah harus dapat mengambil suatu kebijakan kepada
perubahan tersebut.
(3) Pergantian penguasa dengan teratur.
Pergantian atas dasar keturunan, pengangkatan diri sendiri, dan perebutan
kekuasaan (coup d’etat) dianggap tidak wajar dalam demokrasi.
(4) Penggunaan paksaan sedikit mungkin.
Golongan-golongan minoritas, yang sedikit banyak akan terkena paksaan,
akan lebih menerima bila diberi kesempatan untuk turut serta dalam
diskusi-diskusi yang terbuka dan kreatif.
(5) Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman.
Mengakui keanekaragaman secara wajar, untuk itu perlu terciptanya
masyarakat yang terbuka, kebebasan politik, dan tersedianya berbagai
alternatif dalam tindakan politik. Namun demikian, keanekaragaman itu
tetap berada dalam kerangka persatuan bangsa dan negara.
(6) Menegakkan keadilan. Dalam suatu negara demokrasi seharusnya tidak
terjadi pelanggaran terhadap keadilan, dimana golongan mayoritas tidak
diperlakukan dengan adil.
Adapun menurut Zamroni (2001 : 31-32) menyebutkan adanya kultur
atau nilai demokrasi antara lain ”toleransi, kebebasan mengemukakan
pendapat, menghormati perbedaan pendapat, memahami keanekaragaman
dalam masyarakat, terbuka dan komunikasi, menjunjung nilai dan martabat
kemanusiaan, percaya diri atau tidak menggantungkan pada orang lain, saling
menghargai, mampu mengekang diri, kebersamaan, dan keseimbangan”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Toleransi. Suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari
aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan
yang orang lain lakukan.
(2) Kebebasan mengemukakan pendapat. Segala ide, pikiran atau pendapat
yang dapat dikemukakan secara bebas tanpa tekanan dari siapa pun yang
dilandasi akal sehat, niat baik dan norma-norma yang berlaku serta
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(3) Menghormati perbedaan pendapat.
Dalam setiap masyarakat terdapat perbedaan pendapat dianggap wajar
dalam alam demokrasi. Perbedaan tersebut harus dihargai dan dihormati
dalam usaha untuk mencapai konsensus atau mufakat.
(4) Memahami keanekaragaman dalam masyarakat.
Suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan
dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, ideologi,
maupun budaya.
(5) Terbuka dan komunikasi.
Suatu keadaan yang memungkinkan ketersediaan informasi yang didapat
oleh masyarakat luas. Keterbukan juga merupakan kondisi yang
memungkinkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara.
(6) Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan.
Kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu
hal sebagaimana mestinya.
(7) Percaya diri atau tidak menggantungkan pada orang lain.
Suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan
menyadari kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara tepat.
(8) Saling menghargai. Sikap toleransi sesama umat manusia, menerima
perbedaan antara setiap manusia sebagai hal yg wajar, dan tidak
melanggar hak asasi manusia lain.
(9) Mampu mengekang diri.
Suatu aturan yang ditetapkan oleh diri sendiri dan dipatuhi pula oleh diri
sendiri, sehingga dapat mendukung munculnya kekuatan pemikiran,
sikap, tindakan, dan kekuatan perilaku yang ada pada orang tersebut.
(10) Kebersamaan.
Suatu kumpulan orang yang melakukan aktifitas secara bersamaan
dengan maksud dan tujuan yang sama.
(11) Keseimbangan. Keseimbangan adalah setara, tidak berat sebelah dan
memiliki kekuatan yang sama dalam melakukan sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian nilai
(kultur) demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang menekankan
kekuasaan berada ditangan rakyat untuk bertindak serta mengembangkan
pemerintahan yang demokratis.
3) Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut (fluktuasi)
dari masa kemerdekaan sampai saat ini. Menurut Miriam Budiardjo (1997: 69-
72) perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga periode
yaitu “Demokrasi periode 1945-1959, demokrasi periode 1959-1965 dan
demokrasi periode 1965-1998”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Demokrasi pada periode 1945-1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.
Sistem parlementer yang mulai berlaku yang diproklamirkan dan kemudian
diperkuat dalam Undang-undang Dasar 1945 dan 1950, ternyata kurang cocok
untuk Indonesia. Persatuan yang digalang selama menghadapi musuh bersama
dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan yang konstruktif sesudah
kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi sistem
parlementer menjadi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat. Undang-undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya
sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai
kepala negara konstitusional beserta menteri-menterinya yang mempunyai
tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai politik usia kabinet
pada masa ini jarang dapat bertahan cukup lama. Koalisi yang dibangun
dengan sangat gampang pecah. Hal ini mengakibatkan destabilisasi nasional.
Faktor-faktor semacam inilah, ditambah dengan tidak mampunya anggota-
anggota partai yang tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsensus
mengenai dasar negara untuk Undang-undang Dasar baru, mendorong Ir.
Soekarno sebagai presiden untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli yang
menentukan kembali Undang-undang Dasar 1945.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b) Demokrasi pada periode 1959-1965
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin.
Dalam demokrasi terpimpin ditandai oleh tindakan yang menyimpang dari
atau menyeleweng terhadap ketentuan Undang-undang Dasar. Dan di dalam
demokrasi terpimpin terdapat ciri-ciri yaitu adanya dominasi dari presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli
dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari
kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Misalnya
berdasarkan ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno
sebagai presiden seumur hidup. Selain itu, terjadi penyelewengan dibidang
perundang-undangan dimana pelbagai tindakan pemerintah dilaksanakan
melalui Penetapan Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai
sumber hukum, dan sebagainya.
c) Demokrasi pada periode 1965-1998
Demokrasi pada masa ini dinamakan demokrasi pancasila. Landasan
formil dari periode ini adalah pancasila, Undang-undang Dasar 1945, serta
ketetapan MPRS. Yaitu untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap
Undang-undang Dasar yang telah terjadi dalam masa demokrasi terpimpin.
Ketetapan MPRS No. XIX/1966 telah menentukan ditinjaunya kembali
produk-produk legislatif dari masa demokrasi terpimpin dan atas dasar itu
Undang-undang No. 19/1964 telah diganti dengan suatu Undang-undang yang
baru (No. 14/1970) yang menetapkan kembali asas ”kebebasan badan-badan
pengadilan”. Dewan Perwakilan Rakyat gotong royong diberi beberapa hak
kontrol, disamping ia tetap mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah.
Pimpinannya tidak lagi mempunyai status menteri.
Begitu pula tata tertib DPR-Gotong royong yang baru telah meniadakan
pasal yang memberi wewenang kepada presiden untuk memutuskan
permasalahan yang tidak dapat dicapai mufakat antara badan legislatif.
Golongan Karya, dimana anggota ABRI memainkan peran penting, diberi
landasan konstitusionil yang lebih formil. Selain dari itu beberapa hak asasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
diusahakan supaya diselenggarakan secara lebih penuh dengan memberi
kebebasan lebih luas kepada pers untuk menyatakan pendapat, dan kepada
partai-partai politik untuk bergerak dan menyusun kekuatannya, terutama
menjelang pemilihan umum 1971. Dengan demikian diharapkan terbinanya
partisipasi golongan-golongan dalam masyarakat disamping diadakan
pembangunan ekonomi secara teratur serta terancana. Dengan demikian secara
umum dapat dijelaskan bahwa watak demokrasi pancasila tidak berbeda
dengan demokrasi pada umumnya. Karena demokrasi pancasila memandang
kedaulatan rakyat sebagai inti dari sistem demokrasi.
4) Ciri-ciri Pokok Demokrasi
Beberapa ciri pokok demokrasi menurut Syahrial Sarbini (2006: 122)
antara lain :
a) Keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat. b) Kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama, kepentingan
bersama lebih penting daripada kepentingan individu atau golongan. c) Kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan
pemerintah adalah untuk kepentingan rakyat. d) Kedaulatan ada ditangan rakyat, lembaga perwakilan rakyat mempunyai
kedudukan penting dalam sistem kekuasaan negara.
5) Jenis-jenis Demokrasi
Secara umum jenis-jenis demokrasi dapat dikelompokkan menjadi empat
macam, yaitu “berdasarkan cara menyampaikan pendapat, titik perhatiannya,
dan prinsip ideologi” (Syahrial Sarbini, 2006: 119-120).
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat terbagi ke dalam :
(1) Demokrasi langsung.
Dalam demokrasi langsung rakyat diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintah.
(2) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan.
Dalam demokrasi ini dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang
dipilihnya melalui Pemilu.
(3) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat.
Demokrasi ini merupakan campuran antara demokrasi langsung dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakilnya untuk duduk di dalam
lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan
tugasnya diawasi rakyat melalui referendum dan inisiatif rakyat.
b) Demokrasi berdasarkan titik perhatiannya terdiri dari :
(1) Demokrasi formal.
Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang dalam
kedudukan yang sama dalam bidang politik, tanpa mengurangi
kesenjangan ekonomi.
(2) Demokrasi material.
Demokrasi material memandang manusia mempunyai kesamaan dalam
bidang sosial dan ekonomi, sehingga persamaan politik tidak menjadi
prioritas.
(3) Demokrasi campuran.
Demokrasi ini merupakan campuran dari kedua demokrasi tersebut di
atas. Demokrasi ini berupaya menempatkan persamaan kesejahteraan
seluruh rakyat dengan menempatkan persamaan derajat dan hak setiap
orang.
c) Berdasarkan prinsip ideologi, demokrasi dibagi dalam :
(1) Demokrasi liberal.
Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas kepada individu dan
pemerintah tidak boleh ikut campur didalamnya.
(2) Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar.
Demokrasi ini bertujuan untuk mensejahterakan rakyat. Negara yang
dibentuk mengenal kelas dan semua warga negara mempunyai
persamaan dalam politik dan hukum.
d) Berdasarkan wewenang dan hubungan antar alat perlengkapan negara
(1) Demokrasi sistem parlementer.
Demokrasi dimana sistem pemerintahannya berdasarkan parlemen.
(2) Demokrasi sistem pemisahan/ pembagian kekuasaan (presidensial).
Demokrasi yang sistem pemerintahannya dikepalai oleh seorang
presiden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
6) Prinsip-Prinsip Demokrasi
Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme
pemerintahan mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Ada beberapa
pandangan tentang pembagian mengenai prinsip-prinsip demokrasi.
Menurut Sukarna ada beberapa prinsip dari demokrasi, yaitu “Pembagian
kekuasaan; kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif berada pada badan
yang berbeda, pemerintahan konstitusional, pemerintahan berdasarkan hukum
(Rule of Law), pemerintahan mayoritas, pemerintahan dengan diskusi,
pemilihan umum yang bebas, partai politik lebih dari satu dan mampu
melaksanakan fungsinya, manajemen yang terbuka, pers yang bebas,
pengakuan terhadap hak-hak minoritas, pengakuan terhadap hak asasi manusia,
peradilan yang bebas dan tidak memihak, pengawasan terhadap administrasi
negara, mekanisme politik yang berubah antara kehidupan politik masyarakat
dengan kehidupan politik pemerintah, kebijaksanaan pemerintah dibuat oleh
badan perwakilan rakyat tanpa paksaan dari lembaga mana pun, penempatan
pejabat pemerintahan merit system bukan spoil system, penyelesaian secara
damai bukan dengan kompromi, jaminan terhadap kebebasan individu dalam
batas-batas tertentu, dan konstitusi/ UUD yang demokratis ” (Sukarna, 1981:
39-42).
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pembagian kekuasaan; kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif berada
pada badan yang berbeda. Merupakan institusi yang bertanggung jawab
atas berbagai upaya pembangunan untuk meningkatkan derajat
kemakmuran dan kesejehteraan rakyat.
b) Pemerintahan konstitusional. Pemerintahan yang berdasarkan pada
konstitusi (hukum dasar) dimana rakyat harus menaati dan melaksanakan
aturan tersebut dengan baik.
c) Pemerintahan berdasarkan hukum (Rule of Law). Pemerintahan yang
didasarkan pada hukum yang berlaku yaitu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan berlaku untuk seluruh warga tanpa membedakan latar
belakang apa pun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d) Pemerintahan mayoritas.
Pemerintahan untuk semua rakyat, baik golongan mayoritas maupun
minoritas tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
e) Pemerintahan dengan diskusi.
Perbedaan pendapat dan kepentingan dalam demokrasi merupakan hal yang
wajar, dimana dalam menyelesaikan masalah tersebut dilakukan dengan
kompromi, diskusi, dan mufakat.
f) Pemilihan umum yang bebas.
Rakyat dapat dengan bebas mengemukakan atau memberikan suaranya
sebagai hak politiknya sesuai dengan hati nuraninya tanpa ada ancaman dan
paksaan dari siapapun dalam menetapkan pilihannya.
g) Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya. Suatu
kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai, serta cita-cita yang sama, sehingga memungkinkan adanya
pemilihan yang selektif tergantung kepada prestasi kerjanya untuk rakyat.
h) Manajemen yang terbuka. Dalam demokrasi antara rakyat dan pemerintah
harus saling terbuka satu sama lain sehingga dalam pemerintahannya dapat
dilaksanakan dengan baik.
i) Pers yang bebas.
Merupakan cerminan kebebasan berpendapat pada warga negara yang dapat
membina opini masyarakat dan sosial kontrol.
j) Pengakuan terhadap hak-hak minoritas. Suatu pemerintahan demokrasi
yang mengakui dan melindungi golongan minoritas serta tidak
membedakan golongan yang satu dengan yang lainnya.
k) Perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Tanggung jawab negara, terutama pemerintah untuk melindungi warganya
(rakyat) terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
l) Peradilan yang bebas dan tidak memihak. Dalam pelaksanaannya bebas
dari pengaruh dan campur tangan oleh badan-badan yang lain, sehingga
betul-betul merdeka dalam memberikan keputusannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
m) Pengawasan terhadap administrasi negara.
Salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi masyarakat
terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem
pengawasan yang efektif.
n) Mekanisme politik yang berubah antara kehidupan politik masyarakat
dengan kehidupan politik pemerintah. Perubahan mekanisme politik dapat
menimbulkan perubahan dasar negara, bentuk pemerintahan dan sistemnya,
sehingga negara dalam keadaan tidak tertib, karena timbulnya perpecahan
disebabkan ideologi yang tertutup.
o) Kebijaksanaan pemerintah dibuat oleh badan perwakilan rakyat tanpa
paksaan dari lembaga mana pun. Keputusan pemerintah dalam membuat
peraturan yang dibuat oleh badan perwakilan rakyat tanpa adanya paksaan
dari pihak mana pun dalam rangka untuk mensejahterakan rakyat.
p) Penempatan pejabat pemerintahan merit system bukan spoil system.
Paradigma yang didasarkan pada stabilitas daripada produktivitas, sehingga
faktor kompetensi dan profesionalisme bukan merupakan parameter utama
penataan birokrasi.
q) Penyelesaian secara damai bukan dengan kompromi.
Perbedaan pendapat dan kepentingan dalam demokrasi merupakan hal yang
wajar, dimana dalam menyelesaikan masalah tersebut dilakukan secara
damai bukan sebaliknya dilakukan dengan kekerasan.
r) Jaminan terhadap kebebasan individu dalam batas-batas tertentu.
Jaminan terhadap kebebasan individu baik kebebasan berbicara, kebebasan
beragama, kebebasan dari rasa takut, dan kebebasan dari pada kebutuhan
dihindarkan dari diskriminasi dalam kehidupan hukum dan pemerintahan.
s) Konstitusi/ UUD yang demokratis.
Aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut
sehingga melahirkan kekuasaan atau pemerintahan yang demokratis pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sementara itu, Maskuri Abdillah dalam Azyumardi Azra (1999: 122)
menyebutkan adanya prinsip-prinsip demokrasi, antara lain :
“ a) Persamaan
b) Kebebasan, dan
c) Pluralisme”.
Selanjutnya Robert A. Dahl menyebutkan ada enam prinsip yang harus ada
dalam sistem demokrasi, yaitu:
a) Kontrol atas keputusan pemerintah. b) Pemilihan yang teliti dan jujur. c) Hak memilih dan dipilih. d) Kebebasan menyatatakan pendapat tanpa ancaman. e) Kebebasan mengakses informasi. f) Kebebasan berserikat. (Azyumardi Azra, 2000: 122)
Jadi, dengan demikian suatu negara baru dapat dikatakan telah
melaksanakan sistem demokrasi secara sempurna apabila syarat-syarat tersebut
dapat ditumbuhkembangkan dalam pelaksanaan pemerintahan negara tersebut.
Akan tetapi, tidak akan terjelma demokrasi itu secara sempurna dan murni
manakala salah satu syarat-syarat tersebut ditinggalkan dalam pelaksanaannya,
karena antara yang satu dengan lainnya saling kait mengkait dan berhubungan.
Menurut Amien Rais untuk mengukur suatu negara atau pemerintah dalam
menjalankan tata pemerintahannya dikatakan demokratis dapat dilihat dari
sepuluh aspek :
a) Partisipasi dalam pembuatan keputusan. b) Persamaan didepan hukum. c) Distribusi pendapatan secara adil. d) Kesempatan pendidikan yang sama. e) Empat kebebasan: kebebasan mengeluarkan pendapat, persuratkabaran,
berkumpul dan beragama. f) Ketersediaan dan keterbukaan informasi. g) Mengindahkan tata krama politik. h) Kebebasan individu. i) Semangat kerjasama. j) Hak untuk protes. (Eep Saifulloh Fatah, 1994: 8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Tinjauan Tentang Sikap Demokrasi
a. Pengertian Sikap
Koentjaraningrat (1994: 26) menyatakan ”Sikap adalah suatu disposisi atau
keadaan mental di dalam jiwa dan diri seseorang individu untuk bereaksi terhadap
lingkungannya, baik lingkungan masyarakat, alamiah, maupun fisiknya”.
Sikap itu biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang senantiasa terarah
pada suatu hal yang obyek. Yang dimaksud obyek di sini meliputi benda-benda,
orang, pandangan-pandangan, lembaga-lembaga, norma-norma, nilai-nilai dan
sebagainya.
Menurut Berkowitz “sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)
pada obyek tersebut”. (Saifuddin Azwar, 2000: 5).
Sikap mempunyai beberapa ciri seperti yang diungkapkan oleh W.A Gerungan
(1996: 151-152) adalah sebagai berikut :
“1) Sesuatu yang dapat dibentuk karena adanya interaksi dengan
lingkungannya.
2) Dapat berubah-ubah.
3) Selalu terkait dengan obyek tertentu.
4) Sikap berobyekan satu obyek atau sederetan obyek.
5) Meliputi faktor motivasi dan perasaan”.
Secord dan Backman mendefinisikan “sikap sebagai keteraturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan
(konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya”. (Saifuddin
Azwar, 2000: 5)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap suatu obyek yang dipengaruhi
oleh pengetahuan, perasaan, pengalaman, keyakinan, dorongan, dan penilaian
seseorang dalam menanggapi suatu obyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Faktor -faktor Pembentuk Sikap
Menurut Saifuddin Azwar (2000: 30) menyatakan bahwa “Faktor yang
mempengaruhi perkembangan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi, serta faktor emosi dalam
diri individu”. Berikut ini penjelasan dari beberapa faktor tersebut :
1) Pengalaman pribadi
Apa yang sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu
terbentuknya sikap.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau
seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita.
4) Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, dan koran mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
6) Pengaruh faktor emosional
Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dari beberapa faktor pembentuk sikap di atas, maka sikap demokrasi termasuk
dalam faktor lembaga pendidikan karena meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, serta pemisah antara
sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Hal tersebut diperoleh dari
pendidikan.
c. Pengukuran Sikap
Saifuddin Azwar, (2000: 87) menyatakan, ”Sesungguhnya sikap dapat
dipahami lebih daripada sekedar beberapa favorabel atau seberapa tidak
favorabelnya perasaan seseorang, lebih daripada sekedar seberapa positif atau
negatifnya. Sikap dapat diungkap dan dipahami dari dimensinya yang lain”.
Adapun metode pengukuran sikap adalah observasi perilaku, penanyaan langsung,
pengungkapan langsung, skala sikap, serta pengukuran terselubung. Berikut ini
penjelasan dari beberapa metode pengukuran sikap tersebut :
1) Observasi perilaku
Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan
perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.
Dengan demikian, perilaku yang kita amati mungkin saja dapat menjadi indikator
sikap dalam konteks situasional tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus sangat
berhati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang
ditampakkan oleh seseorang.
2) Penanyaan langsung
Asumsi yang mendasari penanyaan langsung guna mengungkapkan sikap,
pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu
mengenai dirinya sendiri, dan kedua adalah asumsi keterusterangan secara terbuka
apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini jawaban yang diberikan
oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka.
3) Pengungkapan langsung
Metode mengungkapkan langsung adalah pengungkapan langsung secara
tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item atau dengan
menggunakan item ganda. Prosedur pengungkapan langsung dengan item tunggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
sangat sederhana. Responden diminta menjawab langsung suatu pertanyaan sikap
tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.
4) Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini
dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut skala sikap.
5) Pengukuran terselubung
Metode pengukuran terselubung sebenarnya berorientasi kembali ke metode
observasi perilaku, akan tetapi sebagai obyek pengamatan bukan perilaku tampak
yang disadari atau disengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi
fisiologis yang terjadi lebih di luar kendali orang yang bersangkutan.
Berdasarkan pembahasan mengenai sikap demokrasi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak
suatu obyek. Sikap perlu dinampakkan dalam bentuk perilaku, baik lisan maupun
perbuatan. Adapun hal yang perlu disikapi dalam penelitian ini adalah sikap
demokrasi.
d. Pengertian Sikap Demokrasi
Perkembangan baru menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya dipahami
sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik, tetapi demokrasi dipahami
sebagai sikap hidup atau pandangan hidup demokratis. Sistem politik demokrasi
suatu negara berkaitan dengan dua hal yaitu institusi (struktur) demokrasi dengan
perilaku (kultur) demokrasi.
Pemerintahan atau sistem politik demokrasi tidak datang, tumbuh, dan
berkembang dengan sendirinya. Demokrasi bukanlah sesuatu yang taken for
granted. Demokrasi membutuhkan usaha yang nyata dari setiap warga maupun
penyelenggara negara untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga mendukung
pemerintahan atau sistem politik demokrasi.
Sikap demokrasi terkait dengan nilai-nilai demokrasi di masyarakat.
Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang perilaku hidup baik
keseharian dan kenegaraannya dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Mengutip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pendapatnya Henry B. Mayo dalam Miriam Budiardjo (1997: 62-63) “Nilai-nilai
demokrasi meliputi : damai dan sukarela, adil, menghargai perbedaan, teratur,
paksaan yang minimal, dan memahami keanekaragaman”.
Dalam membangun kultur demokrasi jauh lebih sulit daripada membangun
struktur demokrasi. Indonesia sendiri secara struktur dapat dikatakan sebagai
negara demokrasi terbukti dengan telah adanya lembaga-lembaga politik
demokrasi. Akan tetapi demokrasi sekarang ini cenderung pada sikap kebebasan
yang semakin liar, kekerasan, bentrokan fisik, konflik antar ras dan agama,
brutalitas, ancaman bom, teror, rasa tidak aman, dan sebagainya. Hal ini
disebabkan karena kultur demokrasi belum tegak dimasyarakat. Boleh jadi negara
yang memiliki institusi demokrasi sedangkan masyarakat belum sepenuhnya
bersikap demokratis.
Jadi, demokrasi tidak hanya memerlukan institusi, hukum, aturan, ataupun
lembaga-lembaga negara lainnya. Melainkan juga memerlukan sikap demokratis.
Selain itu, demokrasi juga memerlukan warga negara yang memiliki dan
menegakkan nilai-nilai demokrasi sehingga terbentuklah sikap yang demokratis.
Berdasarkan pembahasan mengenai sikap dan demokrasi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak
suatu obyek. Sikap perlu ditampakkan dalam bentuk perilaku, baik lisan maupun
perbuatan. Adapun hal yang perlu disikapi dalam penelitian ini adalah sikap
demokrasi.
Jadi sikap demokrasi adalah kecenderungan untuk bertindak dalam
berperilaku sedemikian rupa sehingga mendukung pemerintahan atau sistem
politik demokrasi dan menegakkan nilai-nilai demokrasi.
3. Tinjauan Tentang Pengaruh Penguasaan Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Pengertian dan Prinsip-Prinsip Demokrasi
terhadap Sikap Demokrasi
Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Sedangkan di dalam pengertian demokrasi terdapat prinsip-prinsip demokrasi
yang didalamnya mengandung nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai demokrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
tersebut apabila diwujudkan dengan baik maka dapat terbentuk pemerintahan
yang demokratis. Siswa yang memiliki konsep demokrasi dengan baik yang
mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari maka tindakannya akan mencerminkan sikap demokrasi yang baik
dalam berinteraksi baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dengan adanya pendidikan di sekolah khususnya pendidikan
kewarganegaraan dengan materi pokok demokrasi, dapat membelajarkan anak
mengenai perkembangan konsep demokrasi dari konsep awal sampai sekarang
menjadi konsep global. Harapan kedepannya yaitu membangkitkan kesadaran
anak mengenai pentingnya demokrasi serta memahami tantangan demokrasi yang
muncul di masa depan sehingga perilaku warga mencerminkan sikap demokrasi.
4. Teori Demokrasi
Teori mengenai pendidikan demokrasi yang kemudian dianalogkan ke
dalam konsep perilaku demokrasi dikemukakan oleh Zamroni (2001: 17).
“Pendidikan demokrasi pada dasarnya bertujuan mempersiapkan warga
masyarakat untuk berpikir kritis dan bertindak demokratis, dengan jalan melalui
aktivitas menanamkan pada generasi baru pengetahuan dan kesadaran terhadap
warga masyarakat”. Dan pendidikan demokrasi sejatinya adalah pendidikan yang
mampu mensosialisasikan kultur demokrasi atau perilaku demokrasi.
Dalam asumsi Zamroni bahwa jika warga belajar dengan sadar memegang
teguh nilai-nilai demokrasi, maka diharapkan mereka akan bertindak dan
berperilaku demokratis. Dalam analog tersebut dapat diambil pengertian bahwa
pendidikan demokrasi pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan warga
masyarakat untuk berpikir kritis dan bertindak demokratis dengan jalan melalui
aktivitas menanamkan pada generasi baru pengetahuan dan kesadaran terhadap
warga masyarakat yang mempunyai tujuan yang pada akhirnya dapat membentuk
perilaku yang demokratis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan penalaran untuk dapat
sampai pada pemberian jawaban sementara yang telah dirumuskan, mengacu pada
permasalahan dan kajian teori di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian
ini sebagai berikut :
Demokrasi merupakan usaha yang nyata setiap warga dan perangkat
pendukungnya untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis. Di dalam
demokrasi terkandung nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan masyarakat. nilai-
nilai demokrasi yang dimaksud adalah untuk mengembangkan pemerintahan yang
demokratis. Nilai-nilai yang dikembangkan dan dibiasakan dalam kehidupan
warga akan menjadi budaya demokrasi. Demokrasi tidak akan datang, tumbuh,
dan berkembang dengan sendirinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara melainkan demokrasi perlu ditanamkan dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai demokrasi yang mendukung dalam kehidupan masyarakat
diperoleh sosialisasi nilai-nilai demokrasi yang dilakukan secara terencana,
terprogram, terorganisasi, secara baik khususnya melalui pendidikan formal.
Pendidikan formal dalam hal ini sekolah, berperan penting dalam melaksanakan
pendidikan demokrasi kepada generasi muda. Sistem persekolahan memiliki
peran penting khususnya untuk kelangsungan sistem politik demokrasi melalui
penanaman pengetahuan, kesadaran, dan nilai-nilai demokrasi. Dengan adanya
penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip
demokrasi akan menjadikan siswa dapat membentuk dan bersikap secara
demokratis.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penguasaan
kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi
mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap demokrasi. Oleh karena itu
siswa yang memiliki penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian
dan prinsip-prinsip demokrasi yang tinggi, berarti tinggi pula kesadarannya dalam
upaya membentuk dan bersikap secara demokratis. Dari uraian di atas, kerangka
berpikir dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir
Keterangan :
X : Variabel independen
Y : Variabel dependen
C. Hipotesis
Menurut Riduwan (2004: 35) “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang
dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori yang masih harus diuji
kebenaranya”. Dalam penelitian penulis merumuskan hipotesis yaitu hipotesis
kerja (Ha) adalah sebagai berikut:
“Adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara penguasaan
kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi
terhadap sikap demokrasi siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Gemolong Tahun Ajaran 2010/2011”.
Penguasaan Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Pengertian dan
Prinsip-prinsip Demokrasi
(X)
Sikap Demokrasi
(Y)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan
dari masalah yang akan diteliti. Dalam melakukan penelitian ini, penulis
mengambil lokasi penelitian di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong yang
terletak di Kabupaten Sragen. Alasan penulis memilih lokasi ini dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Ada masalah yang diteliti serta tersedianya data yang berhubungan dengan
obyek penulisan.
b. Lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga akan
mempermudah dalam memperoleh data.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari pengajuan judul
sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian dilakukan mulai dari bulan
Oktober 2010 sampai Agustus 2011. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan
sampai penyusunan laporan penelitian, yang selanjutnya dapat diperlihatkan pada
tabel berikut:
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan 2010 2011
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Ijin Penelitian
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan Laporan
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu memerlukan metode atau cara agar penelitian
dapat berhasil. Suatu penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan yang tepat
apabila menggunakan metode yang tepat dan benar. Berkaitan hal tersebut, maka
seorang peneliti harus mampu menentukan metode penelitian yang sesuai dengan
masalah yang akan diteliti.
Menurut Winarno Surakhmad (1998: 131) “Metode adalah cara utama
yang digunakan untuk mencapai tujuan misalnya menguji serangkaian hipotesa
dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”, sedangkan menurut Sutrisno
Hadi (1987: 4) “penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana
dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah”. Dengan demikian,
metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang disusun secara
terencana dan sistematis untuk mencapai tujuan agar suatu permasalahan dapat
dipecahkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif yang bersifat korelasional. Metode deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan masalah dengan jalan
mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisa dan
menginterpretasikan data berupa angka dan skor. Bersifat korelasional maksudnya
adalah untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam
suatu populasi. Disini, peneliti berusaha meneliti hubungan antara dua variabel.
Kemudian dilanjutkan untuk mencari pengaruh antara kedua variabel tersebut.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor, berpengaruh terhadap variasi yang satu atau lebih faktor lain
berdasarkan koefisien determinasinya. Dengan kata lain penelitian ini bermaksud
mengungkapkan ada tidaknya pengaruh antara variabel yang diselidiki yaitu
pengaruh penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Suharsimi Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan
adalah keseluruhan siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong
tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 280 siswa.
2. Sampel Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002: 109) mengemukakan bahwa “Sampel adalah
bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel
penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi”. Sugiyono dalam Riduwan (2003: 10)
memberikan pengertian bahwa “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah
bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan
diteliti. Mengingat jumlah populasi ada 280 orang, maka peneliti hanya akan
mengambil sebagian dari jumlah populasi yang digunakan sebagai sampel.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 112) untuk menentukan besarnya sampel
adalah sebagai berikut :
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari : a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data. c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar hasilnya akan lebih baik.
Berdasarkan pada pendapat di atas, maka peneliti mengambil sampel 20%
dari populasi sebesar 280 siswa, sehingga jumlah keseluruhan sampel dalam
penelitian ini berjumlah 56 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau dengan kata lain, sampel harus
representatif. Riduwan (2003: 11) mengatakan bahwa “teknik pengambilan
sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang
representatif dari populasi”. Menurut Abu Achmadi dan Cholid Narbuko (2004:
110) ada dua macam teknik sampling yaitu “Teknik random sampling dan teknik
non random sampling”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Teknik Random Sampling
1) Cara undian, yaitu pengambilan sampel secara undian.
2) Cara ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan
tertentu.
3) Cara randomisasi dari tabel bilangan random.
b. Teknik Non-Random Sampling meliputi :
1) Proportional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub
populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi.
2) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi
terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat.
3) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri
atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
4) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada
quantum.
5) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang
mengusahakan adanya sampel kembar.
6) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan
cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area.
7) Teknik cluster sampling yaitu pembagian sampel berdasarkan atas
kelompok yang ada pada populasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengambil sampel
adalah teknik Proportional Random Sampling. Teknik sampling ini dilakukan
dengan mendasarkan pada sub-sub atau bagian-bagian yang ada dalam populasi
tersebut. Dalam pengambilan sampel secara random sebesar 20% dari jumlah
siswa sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 40 siswa. Adapun pengambilan
sampel dengan penghitungan sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Sampel Setiap Kelas
No. Kelas Sampel 1. XI IPA 1 40 × 56 = 7,97 dibulatkan menjadi 8
280 2. XI IPA 2 40 × 56 = 7,97 dibulatkan menjadi 8
280 3. XI IPA 3 40 × 56 = 7,97 dibulatkan menjadi 8
280 4. XI IPS 1 40 × 56 = 7,97 dibulatkan menjadi 8
280 5. XI IPS 2 40 × 56 = 7,97 dibulatkan menjadi 8
280 6. XI IPS 3 40 × 56 = 7,97 dibulatkan menjadi 8
280 7. XI IPS 4 40 × 56 = 7,97 dibulatkan menjadi 8
280 Total 55,79 dibulatkan menjadi 56
Jadi, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 56 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat dua variabel.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut variabel
penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi (X).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1) Definisi variabel
Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi adalah
menjelaskan makna demokrasi dan prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri.
Adapun pengertian demokrasi secara sederhana adalah pemerintahan rakyat
atau kekuasaan rakyat. Sedangkan prinsip-prinsip demokrasi adalah dasar
pembentukan demokrasi itu sendiri.
2) Indikator dari pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi antara lain, a)
adanya perlindungan hak asasi manusia, b) penyelesaian secara damai tanpa
kekerasan, c) peradilan yang bebas dan tidak memihak, d) pengakuan
terhadap hak minoritas dan e) pemerintahan mayoritas.
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebut variabel
tergantung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap demokrasi (Y).
1) Definisi variabel
Sikap demokrasi adalah kecenderungan untuk bertindak dalam berperilaku
sedemikian rupa sehingga mendukung pemerintahan atau sistem politik
demokrasi dan menegakkan nilai-nilai demokrasi.
2) Indikator sikap demokrasi antara lain, a) kesadaran akan pluralisme, b)
sikap dengan jujur dan pikiran sehat, c) demokrasi membutuhkan kerjasama
antar warga masyarakat, d) pemufakatan yang jujur dan sehat dan e)
kerjasama antar warga masyarakat.
2. Penyusunan Instrumen
Teknik penyusunan instrumen untuk memperoleh data dapat dilakukan
dengan :
a. Tes
1) Pengertian Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 53), “Tes adalah alat ukur atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara-cara yang sudah ditentukan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2) Bentuk-bentuk Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 162) “Bentuk tes ada 2 yaitu, tes
subyektif dan tes obyektif.” Adapun penjelasan dari kedua bentuk tes tersebut
sebagai berikut :
a) Tes subyektif pada umumnya berbentuk essay atau uraian. Tes subyektif ini
untuk mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata.
b) Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
obyektif. Tes obyektif terdiri dari tes benar salah (true-false), tes pilihan
ganda (multiple choice test), tes menjodohkan (matching tet) dan tes isian
(completion test).
Berdasarkan bentuk-bentuk tes maka yang dapat digunakan penulis untuk
mengukur penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan
prinsip-prinsip demokrasi dalam penelitian adalah tes objektif dalam bentuk
multiple choice atau pilihan ganda. Alasan digunakannya tes obyektif dengan
tipe item pilihan ganda adalah “item pilihan ganda yang disusun berdasarkan
isi tes yang sesuai dengan tujuan ukur mempunyai tingkat kompetensi yang
tinggi sehingga tidak dapat dijawab oleh siswa yang mempunyai kompetensi
taraf rendah dan pemahaman terbatas serta tidak mempunyai kemampuan
berpikir kompleks”. (Saifuddin Azwar, 1996: 74-75).
Dengan demikian tes obyektif dalam bentuk pilihan ganda atau multiple
choice ini dapat digunakan untuk mengukur pemahaman yang merupakan salah
satu tingkatan dari tujuan kognitif dalam Taksonomi Bloom yang berupa
kemampuan menangkap arti tentang isi pelajaran yang dipelajarinya.
Pemberian skor tiap butir soal yaitu 1 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban
salah. Hal ini dikarenakan dalam soal tes dengan tipe pilihan ganda
menghasilkan jawaban berupa dikotomi yaitu salah dan benar.
Dalam hubungannnya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang
peranan paling penting. Yang menjadi tujuan pengajaran pada umumnya adalah
peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Tingkatan pemahaman
merupakan salah satu tingkatan dalam ranah kognitif yang terdiri dari enam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tingkatan mulai dari yang hanya bersifat mengingat yaitu mengambil informasi
yang relevan sampai kepada proses menciptakan yaitu membuat judgement dan
dan menyatukan berbagai elemen untuk membentuk sebuah pola atau struktur
baru. Menurut Taksonomi Bloom dalam Richard I. Arends (2008: 117)
mengatakan bahwa ”Aspek kognitif dibedakan atas enam jenis perilaku yaitu
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, dan menciptakan”.
Adapun masing-masing tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Mengingat (remember), berarti mengambil informasi yang relevan dari
ingatan jangka panjang.
b) Memahami (understand), berarti mengkonstuksikan makna dari berbagai
pesan instruksional.
c) Menerapkan (apply), berarti melaksanakan atau menggunakan prosedur.
d) Menganalisis (analyze), berarti menguraikan materi menjadi bagian-bagian
kostituen dan menentukan bagaimana hubungan bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya.
e) Mengevaluasi (evaluate), termasuk proses kognitif memeriksa, mengkritik
dan berhubungan dengan kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
f) Menciptakan (created), berarti membuat judgement berdasarkan kriteria
dan menyatukan berbagai elemen untuk membentuk sebuah pola atau
struktur baru.
Dengan demikian, seorang siswa dalam ranah kognitifnya dikatakan tingkat
pemahamannya baik apabila siswa dapat menangkap arti dari materi yang telah
ia terima.
b. Angket
1) Pengertian Angket
Riduwan (2003: 52-53) “angket (questionnaire) adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain, bersedia memberikan respon (responden)
sesuai dengan permintaan pengguna”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:
151) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui”. Dengan demikian, angket merupakan daftar
pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan data kepada responden sesuai
dengan permintaan pengguna.
2) Macam-macam angket
Macam-macam angket dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu “dipandang
dari cara menjawab, dipandang dari jawaban yang diberikan, dan dipandang
dari bentuknya” (Suharsimi Arikunto, 2006: 152).
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Dipandang dari cara menjawab, maka ada :
(1) Kuesioner terbuka yaitu kuesioner yang memberi kesempatan
kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
(2) Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
b) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada :
(1) Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya.
(2) Kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang
orang lain.
c) Dipandang dari bentuknya, maka ada :
(1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan
kuesioner tertutup.
(2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
(3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check (√) pada kolom yang sesuai.
(4) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya
mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dengan
bentuk rating scale (skala bertingkat). Siswa diberi 30 pernyataan dengan
jawaban yang sudah peneliti sediakan, selanjutnya siswa tinggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
membubuhkan tanda check (√) pada jawaban yang yang sesuai dengan
pilihannya.
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :
a) Menentukan konsep variabel penelitian.
b) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari variabel
penelitian.
c) Menyusun kisi-kisi angket.
d) Menyusun butir-butir pertanyaan.
e) Melakukan uji coba angket.
Adapun pengukurannya dilakukan melalui tes sikap atau yang sering juga
disebut dengan istilah skala sikap (attitude scale). Hal ini dilakukan untuk
mengadakan pengukuran terhadap sikap seseorang sehingga dapat diketahui
seberapa tinggi atau rendahnya sikap seseorang terhadap materi yang telah
diberikan.
Adapun cara pengukuran angket dalam penelitian ini menggunakan skala
likert yaitu setiap item pertanyaan diberi alternatif 5 jawaban, sehingga siswa
dapat memilih satu diantara lima alternatif jawaban tersebut dapat memberi
(√).
a) Untuk pernyataan positif, yaitu :
(1) Alternatif jawaban SS skor 4
(2) Alternatif jawaban S skor 3
(3) Alternatif jawaban TS skor 2
(4) Alternatif jawaban STS skor 1
b) Untuk pernyataan negatif, yaitu :
(1) Alternatif jawaban SS skor 1
(2) Alternatif jawaban S skor 2
(3) Alternatif jawaban TS skor 3
(4) Alternatif jawaban STS skor 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c. Uji Coba Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang akan diujicobakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan
prinsip-prinsip demokrasi dan angket sikap demokrasi. Uji coba instrumen ini
diberikan kepada siswa di luar populasi yang telah ditentukan sebanyak 30
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gemolong dengan maksud untuk mengetahui
apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat validitas dan
reabilitas. Adapun daftar siswa yang digunakan dalam uji coba atau try out
dapat dilihat pada lampiran 1. Uji coba atau try out instrumen dijabarkan
sebagai berikut:
1) Uji Coba Tes
Sebelum data dianalisis, instrumen dievaluasi terlebih dahulu untuk
mengetahui bahwa tes yang akan digunakan dalam penelitian ini valid dan
reliabel atau tidak. “Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan
yaitu valid dan reliabel” (Suharsimi Arikunto, 2002: 144).
a) Uji Validitas Tes
Validitas tes digunakan validitas isi (content validity) yaitu dengan cara
menyusun tes berdasarkan kisi-kisi tentang penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi (dapat dilihat pada
lampiran 2). Kisi-kisi tes disusun berdasarkan standar isi yang kemudian
dijabarkan dalam indikator-indikator. Sedangkan lembar soal uji coba tes
sendiri dapat dilihat pada lampiran 3. Pengujian validitas empiris
menggunakan uji validitas item dengan teknik analisis butir-butir soal yaitu
langkah-langkahnya sebagai berikut:
(1) Menghitung besarnya korelasi
Dalam pengujian validitas yang digunakan adalah Formula korelasi
point biserial (Rpb). Penggunaan rumus ini karena variabelnya dikotomi,
yaitu hanya memiliki dua macam angka saja, seperti tes ini yang
menjawab benar diberi angka 1 dan yang menjawab salah diberi angka 0.
Rumus Korelasi Point Biserial adalah :
( )[ ][ ]QPStMMr tipb Ι−=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Keterangan :
M : Mean skor variabel interval subjek yang mendapat skor satu pada
variabel dikotomi.
Mt : Mean skor variabel interval bagi seluruh subjek.
St : Deviasi standart variabel interval bagi seluruh subjek.
P : Banyaknya skor satu pada variabel dikotomi dibagi n.
Q : 1-P
Kriteria nilai rpbi adalah sebagai berikut :
Item tersebut valid jika harga tabelpbi r ≥r
Item tersebut tidak valid jika harga tabelpbi r ≤r
Artinya dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan harga r. Jika rpbi > rtabel, maka korelasi tersebut
signifikan, berarti item soal tersebut adalah valid. Apabila harga rpbi< rtabel,
berarti korelasi tersebut tidak signifikan maka item soal tersebut dikatakan
tidak valid.
(2) Pernyataan valid
Suatu butir tes dinyatakan valid jika memiliki harga positif dan
koefisien mendekati angka satu (rxy=1,00). Berdasarkan hasil uji validitas
dapat menggunakan rumus point biserial yang dibantu dengan
menggunakan program statistik SPSS. Dari perhitungan yang telah
dilakukan dan kemudian dikonsultasikan dengan rtabel yang mempunyai
taraf signifikansi 5% dan N=40 maka jika rhitung > 0,361 berarti butir
pertanyaan tersebut valid. Dan jika rhitung < 0,361 berarti butir pertanyaan
tersebut tidak valid.
Hasil uji coba dari item penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan
pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi dapat dilihat pada lampiran 4,
diketahui bahwa dari 40 item tes tersebut ada 34 item yang valid,
sedangkan 6 item lainnya dinyatakan tidak valid. Item yang tidak valid
adalah item nomor 6, 7, 10, 17, 21 dan 30. Selanjutnya dalam penelitian
untuk item yang tidak valid dibuang. Untuk kisi-kisi tes penelitian dapat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
lihat pada lampiran 5, sedangkan lembar penelitian dapat dilihat pada
lampiran 6. Contoh perhitungan uji validitas tes salah satu item disajikan
dalam lampiran 7.
b) Uji Reliabilitas Tes
Untuk menguji reliabilitas tes digunakan rumus :
(1) Rumus Belahan Dua
r xy = ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−
})(}{)({
))((2222 YYNXXN
YXXYN
(Saifuddin Azwar, 2002: 48)
(2) Dilanjutkan dengan Formula Sperman-Brown
r11 = 2 r ½ ½ 1 + r ½ ½
(Suharsimi Arikunto, 2006: 108).
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen.
r ½ ½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen.
Kesimpulan :
Dan hasil perbandingan antara r11 dan rtab kemudian diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Jika r11 > rtab, maka soal tes yang diuji cobakan reliabel.
Jika r11 < rtab, maka soal tes yang diuji cobakan tidak reliabel.
Untuk menentukan kriteria reliabel tes perlu dilakukan konsultasi
dengan kriteria koefisien reliabilitas angket seperti dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto (2006: 75) sebagai berikut:
(1) 0,800 – 1,000 = reliabilitas sangat tinggi
(2) 0,600 – 1,799 = reliabilitas tinggi
(3) 0,400 – 0,599 = reliabilitas cukup
(4) 0,200 – 0,199 = reliabilitas sangat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Dari item yang valid dan telah dilakukan uji reliabilitas maka diperoleh
11r = 0,814 yang berarti memiliki koefisien reliabilitas sangat tinggi
dapat dilihat pada lampiran 8.
c) Uji analisis item soal
(1) Daya Beda (D)
Untuk mengetahui daya beda dari suatu item tes, terlebih dahulu
dihitung besarnya proporsi penjawab dengan benar antara kelompok tinggi
dan kelompok rendah Formulasi daya diskriminasi item adalah sebagai
berikut :
R
iR
T
iT
N
n
N
nd −=
(Saifuddin Azwar, 2002: 138).
Keterangan :
iTn : banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok tinggi
TN : banyaknya penjawab item dari kelompok tinggi
iRn : banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok rendah
RN : banyaknya penjawab item dari kelompok rendah
Kriteria :
D = 0,00 – 0,2 : Jelek
D = 0,2 – 0,4 : Sedang
D = 0,4 – 0,7 : Baik
D = 0,7– 1,0 : Baik Sekali
D = negatif : Semuanya tidak baik
Dari 40 soal yang diujicobakan dapat diketahui soal dengan kriteria
cukup ada 24 soal dan kriteria jelek ada 6 soal. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9.
(2) Derajat Kesukaran (P)
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Untuk menentukan derajat kesukaran digunakan rumus :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
N
nP i=
(Saifuddin Azwar, 2002: 134)
Keterangan :
in : Banyaknya siswa yang menjawab item dengan benar
N : Banyaknya siswa yang menjawab item
Kriteria harga P adalah :
0,0 ≤ P < 0,3 = sukar
0,3 ≤ P < 0,7 = sedang
0,7 ≤ P < 1,0 = mudah
Dari 40 soal yang diuji cobakan, berdasarkan hasil perhitungan P
terdapat 39 soal dengan kriteria mudah dan 1 soal dengan kriteria
sedang. Perhitungan lebih lanjut pada lampiran 10.
2) Uji Coba Angket Sikap Demokrasi
a) Uji Validitas Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 67-69) macam-macam validitas
adalah sebagai berikut “Validitas isi (content validity), validitas kontruksi
(construct validity), validitas “ada sekarang” (concurrent validity) dan
validitas prediksi (predictive validity)”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Validitas isi (content validity) sebuah tes dikatakan memenuhi validitas
isi apabila menyangkut tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materi pelajaran yang diartikan. Oleh karena itu yang dianjurkan
tertera dalam kurikulum maka, validitas isi ini juga sering disebut
validitas kurikuler.
(2) Validitas kontruksi (construct validity) sebuah tes dikatakan memiliki
validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang tersebut dalam
TIK atau konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(3) Validitas ”ada sekarang” (concurrent validity) validitas ini lebih umum
dikenal dengan validitas empiris, sebuah tes dikatakan memiliki
validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman.
(4) Validitas prediksi (predictive validity) memprediksi artinya meramal
selalu mengenai hal yang artinya akan datang, jadi sekarang belum
terjadi, sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas
ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang
akan terjadi pada masa yang akan datang.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis validitas konstruksi
karena menggunakan angket yang terdiri dari beberapa indikator untuk
mengukur setiap aspek berfikir seperti yang tersebut dalam konsep yaitu
sikap demokrasi siswa SMA Negeri 1 Gemolong. Dari indikator tersebut
kemudian disusun butir angket berdasarkan kisi-kisi uji coba angket sikap
demokrasi dapat dilihat pada lampiran 11, sedangkan lembar uji coba
angket sikap demokrasi dapat dilihat pada lampiran 12.
Untuk menguji valid tidaknya butir angket maka diuji dengan rumus
product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut :
(Suharsimi Arikunto, 2006: 170)
Keterangan :
n : Banyaknya subyek
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x : Skor yang diperoleh subyek dalam tiap item
y : Skor yang diperoleh subyek seluruh item
∑ :x Jumlah skor dalam distribusi x
∑ :y Jumlah skor dalam distribusi y
∑ :xy Jumlah perkalian x dan y
Selanjutnya untuk mengukur taraf validitas tiap butir (item) dalam
angket tersebut maka hasil perhitungannya dikonsultasikan dengan tabel r
( ){ } ( ){ }2222xy
YYnXXn
YX..-XYnr
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣΣ=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
product moment dalam taraf signifikansi 5%. Bila rhitung > rtabel berarti valid
dan rhitung < rtabel berarti tidak valid. Dari perhitungan yang telah dilakukan
dan kemudian dikonsultasikan dengan rtabel yang mempunyai taraf
signifikansi 5% dan N=30 maka jika rhitung > 0,361 berarti butir pertanyaan
tersebut valid. Dan jika rhitung < 0,361 berarti butir pertanyaan tersebut
tidak valid.
Hasil uji coba dari item angket sikap demokrasi dapat dilihat pada
lampiran 13. Diketahui bahwa dari 30 item angket tersebut ada 27 item
yang valid, sedangkan 3 item lainnya dinyatakan tidak valid. Item yang
tidak valid adalah item nomor 4, 15, dan 17. Selanjutnya dalam penelitian
untuk item yang tidak valid dibuang. Untuk kisi-kisi penelitian angket
dapat dilihat pada lampiran 14, sedangkan lembar penelitian angket dapat
dilihat pada lampiran 15. Contoh perhitungan uji validitas angket salah
satu item disajikan dalam lampiran 16.
b) Uji Reliabilitas Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154) “Reliabilitas adalah
ketepatan suatu tes apabila diteskan subyek yang sama”. Dengan kata lain
reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua
kali atau lebih. Adapun mencari reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto
(2002: 156) adalah (1) rumus Spearman Brown, (2) rumus Flanagan, (3)
rumus Rulon, (4) rumus K-R.20, (5) rumus K-R.21, (6) rumus Hoyt, (7)
dan rumus Alpha. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas
angket. Reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach oleh Suharsimi Arikunto (2006: 196) sebagai berikut :
r11 =
−
−− ∑
δδ
2
2
1
1
t
b
k
k
Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
k = Banyaknya butir soal
∑δ 2
b = Jumlah varians butir
δ 2
t = Varian total
Untuk mengetahui reliabel tidaknya alat ukur tersebut, maka hasil r11
dikonsultasikan dengan rtabel. Jika 11r > rtabel maka item soal dikatakan
reliabel, sebaliknya jika 11r < r tabel maka item soal tidak reliabel.
Berdasarkan perhitungan diperoleh reliabilitas sebesar 0,947. Hasil
tersebut kemudian dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikasi 5%
dengan N=30 dan diperoleh nilai kritis sebesar 0,361. Karena r11 > rtabel
atau 0,947 > 0,361 maka item pernyataan angket tersebut reliabel dapat
dilihat pada lampiran 17.
Hasil analisis reliabilitas kemudian dikonsultasikan dengan koefisien
reliabilitas. Adapun mengenai interpretasi besarnya koefisien korelasi
dapat menggunakan ketentuan sebagai berikut :
0.800 – 1.000 = reliabilitas sangat tinggi
0.600 – 0.800 = reliabilitas tinggi
0.400 – 0.600 = reliabilitas cukup
0.200 – 0.400 = reliabilitas rendah
0.000 – 0.200 = reliabilitas sangat rendah
(Suharsimi Arikunto, 2006: 276)
Apabila dilihat dengan ketentuan koefisien korelasi maka angket tersebut
dikatakan reliabilitasnya sangat tinggi dikarenakan berada pada
interpretasi 0,800- 1,000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengolah data hasil penelitian. Ada dua teknik analisis data dalam suatu
penelitian, yaitu teknik statistik dan non statistik. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik statistik karena data diambil merupakan data kuantitatif.
Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini :
1. Uji prasyarat analisis
2. Pengujian hipotesis
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari
distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji Liliefors dengan
cara menggunakan penafsir rata-rata (X) dan simpangan baku. Adapun langkah-
langkah dalam uji Liliefors adalah sebagai berikut :
1) ( )
S
XXizi
−=
zi = Angka baku
X = Rata-rata
N
X i∑
S = Simpangan baku
( )( )
( )1
22
−−
= ∑ ∑NN
XiXN i
2) Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung
peluang : )()( zizPziF ≤=
3) N
ziyangzzBanyaknyazziS ni ≤= ,....,
)( 2
4) Hitung selisih ( ) ( )ziSziF − tentukan harga mutlaknya
5) Cari nilai yang terbesar dari selisih ( ) ( )ziSziF − jadikan Lhitung atau Lhit
6) Kesimpulannya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
a) Jika Lhit ≥ Ltabel atau Lkritis tolak hipotesis statistik, jadi tidak normal
b) Jika Lhit < Ltabel, terima hipotesis statistik, jadi normal.
(Hassan Suryono, 2005: 79)
b. Uji Linieritas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan
variabel terikat terdapat hubungan yang linier atau tidak. Jika Fhitung<Ftabel maka
terima H0 berarti korelasinya linier, tetapi apabila Fhitung>Ftabel maka tolak H0
berarti korelasinya tidak linier. Pengujian linieritas dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
∑= 2)( YTJK
( )n
YaJK
2
)( ∑=
( )( )
−= ∑ ∑∑n
YXXYbabJK )/(
( )( )
( )∑ ∑∑ ∑∑
−
−= 22 XXn
YXXYn
)/()()()( abJKaJKTJKSJK −−=
( )∑ ∑ ∑
−=iX in
YYGJK
2
2)(
)()()( GJKSJKTCJK −=
Keterangan :
JK : Jumlah kuadrat-kuadrat
JK(T) : Jumlah kuadrat total
JK(a) : Jumlah kuadrat koefisien
JK(b/a) : Jumlah kuadrat regresi
JK(S) : Jumlah kuadrat siswa
JK(TC) : Jumlah kuadrat tuna cocok
JK(G) : Jumlah kuadrat galat
(Sudjana, 2001: 15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
c) Uji Independen
Uji ini memberi informasi apakah kriterium benar-benar tergantung pada
prediktor atau tidak. Hasil pengujian meyakinkan jika Y dependen pada X,
demikian sebaliknya.
Maka langkah-langkah yang harus dikerjakan antara lain:
1) Menghitung
a) JKT = ΣY i2
b) JKreg�a� ∑���� �
c) JKreg�b/a� �∑���� �∑����∑���
� � d) JKreg = JKT – JKreg(a) – Jkreg (b/a)
Catatan : � ∑������∑����∑����∑����∑���
2) Menghitung
a) dFreg (a) = banyak prediktor = 1
b) dFreg (b/a) = banyak prediktor = 1
c) dFreg = N – (dFreg (a) + dFreg (b/a))
3) Menghitung
a) RJKreg�a� �������� !������
b) RJKreg�b/a� ������"/�� !����"/��
c) RJKreg �������� !���
d) RJKreg ������"/��#�����
4) Ftabel (1-α)(1.N-2)
a) Jika Fhit ≥ Ftabel H0 ditolak.
Berarti Y tidak independen atau dependen pada X.
Jadi X dapat memprediksi Y.
b) Jika Fhit < Ftabel H0 diterima.
Berarti yang independen pada X.
Jadi X tidak dapat memprediksi Y.
(Hassan Suryono, 2005: 83)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Uji Hipotesis
Teknik analisis korelasi sederhana dilaksanakan untuk menguji hipotesis
yang diajukan. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
a. Mencari koefisien korelasi antara prediktor (X) dan kriterium (Y).
r xy = ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−2222 )(}{)({
))((
YYNXXN
YXXYN
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
∑X = Skor masing-masing item
∑Y = Skor total
∑XY = Jumlah perkalian X dan Y
∑X2 = Jumlah kuadrat dari X
∑Y2 = Jumlah kuadrat dari Y
N = Jumlah subjek
(Algifari, 2003: 202)
Keterangan :
r = koefisien korelasi
Jika rhitung ≤ rtabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya variabel X tidak
berpengaruh terhadap variabel Y. Namun jika rhitung ≥ rtabel maka H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya variabel X berpengaruh terhadap variabel Y.
b. Koefisien Determinasi.
Iqbal Hasan (2003: 247) ”Koefisien determinasi adalah penyebab
perubahan pada variabel Y yang datang dari variabel X, sebesar kuadrat
koefisien korelasinya”. Koefisien penentu ini menjelaskan besarnya pengaruh
nilai suatu variabel (variabel X) terhadap naik/ turunnya nilai variabel lainnya
(variabel Y).
Koefisien determinasi dirumuskan : ” %1002 ×r ” (J. Supranto, 1995: 146)
c. Mencari persamaan garis regresi.
Menurut Sugiyono (2010: 261) bahwa ”Persamaan regresi dapat digunakan
untuk melakukan prediksi seberapa tinggi variabel dependen bila nilai variabel
independen dimanipulasi (dirubah-rubah)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
bXaY +=ˆ
( )( ) ( )( )( )∑ ∑
∑∑∑∑−
−=
22
2
XXn
XYXXYa
( )( )( )∑ ∑
∑ ∑∑−
−=
22 XXn
YXXYnb
Jika terlebih dahulu dihitung koefisien b maka koefisien a dapat ditentukan
dengan rumus : XbYa −=
Keterangan :
Y = Nilai yang diukur atau dihitung pada variabel tidak bebas
a = Pintasan ( nilai Y bila X= 0)
X = Nilai tertentu dari variabel bebas
b = Kemiringan dari garis regresi (kenaikan atau penurunan Y untuk setiap
perubahan satu-satuan X) atau koefisien regresi, mengukur besarnya
pengaruh X terhadap Y kalau X naik satu unit.
(J. Supranto, 1995: 171)
d. Uji koefisien regresi
Hipotesis:
H0: penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap
demokrasi.
H1: penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi berpengaruh signifikan terhadap sikap demokrasi.
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak
Terlihat bahwa pada kolom signifikan adalah 0.012, atau probabilitas
dibawah 0.050, maka H0 ditolak, atau koefisien regresi signifikan, atau
penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi berpengaruh terhadap sikap demokrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1.Gambaran Umum SMAN1 Gemolong
a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Gemolong
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong yang berada di Jln. Citrosancakan
Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen yang usianya memasuki ke-26 tahun
telah melalui perjalanan yang cukup panjang. Dan didirikan pada tanggal 14 juli
1981. Berdasarkan SK Mendikbud No. 02019/0/1981 sebagai pijakan yuridis
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong mulai menerima siswa baru untuk
tahun pelajaran 1981/1982 atau angkatan pertama. Seiring dengan perkembangan
dan kebijaksanaan pemerintah, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong
berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No: 20 tahun 2003, mendapat sebutan
nama SMA Negeri 1 Gemolong pada 08 Juli 2003 sampai sekarang. Selanjutnya
pada tahun 2008 s/d tahun 2010 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong
memiliki siswa sebanyak 755 orang, yang masing-masing terdiri atas 7 kelas
dengan perincian untuk kelas X sebanyak 249 orang, kelas XI sebanyak 280
orang, dan kelas XII sebanyak 226 orang. Selain itu juga mempunyai sejumlah
guru dan karyawan yang terdiri dari 59 Guru tetap, 12 Guru Tidak Tetap (GTT),
dan 7 Pegawai Tidak Tetap (PTT).
b. Lingkungan Sekolah Pada Umumnya
Sekolah SMA Negeri 1 Gemolong berlokasi di suatu area yang cukup strategis
dan representatif, karena daerah tersebut lokasinya mudah dijangkau,
transportasinya mudah. Selain itu dekat dengan pasar maupun rumah sakit. Dan
areanya berada di pinggiran Kota Kecamatan Gemolong, Desa Tegaldowo,
kurang lebih berjarak 11km dari pusat Kota dan mempunyai keliling tanah
seluruhnya 1.006 m dan menempati areal tanah seluas kurang lebih 4 hektar.
Lingkungan belajar siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong sangat
kondusif. Hal ini nampak pada ruangan kelas yang nyaman, pengajar-pengajar
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang baik dan berkompeten, teman-teman yang baik, serta fasilitas pengajaran
yang lengkap dan mendukung, sehingga akan mampu berpikir secara produktif,
bekerja sama dengan teman-temannya, dan mampu menyerap informasi yang
disampaikan. Selain itu, dalam menciptakan lingkungan yang kondusif guru
hendaknya menggunakan strategi menggunakan dialog interaktif dengan berbagai
metode mengajar yang dapat menciptakan siswa mengembangkan sikap
demokratis. Dengan adanya hal tersebut dapat membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini nampak pada sarana dan prasarana
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong sudah cukup memadai. Bangunan
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong merupakan bangunan satu lantai
yang terdiri atas 21 ruang kelas, 5 ruang laboratorium (kimia, fisika, biologi,
komputer, dan bahasa), aula, ruang perpustakaan, ruang TU, ruang guru, ruang
BK, ruang kopsis, ruang UKS. Selain itu terdapat lapangan basket dan dua
lapangan voli, serta masjid yang cukup luas dan representatif untuk melaksanakan
sholat berjamaah.
Sarana dan prasarana tersebut digunakan siswa dan guru untuk menunjang
proses kegiatan belajar mengajar agar prestasi siswa dapat menjadi lebih baik.
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong merupakan salah satu sekolah favorit
di Kabupaten Sragen dan mempunyai mutu atau kualitas yang bagus. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang pernah diraih oleh peserta didik
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong yang selalu menduduki peringkat 3
(tiga) besar. Prestasi yang pernah diraih adalah prestasi dibidang akademik
maupun non akademik. Dibidang akademik dalam lima tahun terakhir peserta
didik Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong pernah memperoleh prestasi
diantaranya adalah Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Pelajar SMA Se-
Solo Raya Tingkat Kabupaten tahun 2010, juara harapan I lomba essay Tingkat
SMA sederajat Se-Eks Karisidenan Surakarta tahun 2011, juara II Lomba Karya
Tulis Al-Qur’an Se-Eks Karisidenan Surakarta tahun 2011, dan juara III Lomba
Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Pelajar SMA Se-Solo Raya Tingkat Kabupaten tahun
2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c. Visi dan Misi serta Struktur Pimpinan SMA Negeri 1 Gemolong
Visi : “Luhur Budi Pekerti, Unggul dalam Prestasi”.
Misi : 1) Menanamkan budi pekerti luhur dan melaksanakan syariat
sesuai dengan agama yang dianutnya.
2) Meningkatkan kualitas sumber daya pendidik dan tenaga
kependidikan dalam melaksanakan pembelajaran.
3) Memotivasi siswa siap berkompetisi masuk perguruan tinggi.
4) Membekali siswa untuk menguasai bahasa nasional maupun
internasional.
5) Menyalurkan bakat dan minat siswa melalui ekstrakurikuler.
6) Membekali siswa siap berkompetisi di era globalilasi.
d. Struktur Pimpinan SMA Negeri 1 Gemolong tahun 2008 s.d 2013 adalah
sebagai berikut:
Kepala Sekolah : Drs. Moh. Amir Zubaidi M.Pd
Wakasek Kurikulum : Ngatijo S.Pd
Wakasek Kesiswaan : Parmono S.Pd
Wakasek Humas : Sumanti S.Pd M.Pd
Wakasek Sarana dan Prasarana : Drs. Slamet
Bendahara : Sri Hartati
Kepala Tata Usaha : Waris
e. Data subyek penelitian
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan adalah 56 siswa. Berikut
adalah daftar nama siswa yang tampak pada tabel dibawah ini. Dapat dilihat pada
lampiran 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 3. Daftar nama siswa penelitian kelas XI SMA Negeri 1 Gemolong Tahun
Ajaran 2010/2011.
No. Nama Kelas L/P 1 Dimas Aditya Pamungkas XI. 1PA 1 L 2 Dita Hardja Kusuma XI. 1PA 1 P 3 Diyah Tri Utami XI. 1PA 1 P 4 Dwi Prasetyo XI. 1PA 1 L 5 Elysa Windi H XI. 1PA 1 P 6 Erni Setyawati XI. 1PA 1 P 7 Fahrudin Rifa’i XI. 1PA 1 L 8 Fajar Renawati XI. 1PA 1 P 9 Fandi Kurniawan XI. 1PA 2 L 10 Fendi Setiawan XI. 1PA 2 L 11 Flara Sitha Febriany XI. 1PA 2 P 12 Ginanjar Ganda Gumilang XI. 1PA 2 L 13 Hamas Abdurrahman S XI. 1PA 2 L 14 Handito XI. 1PA 2 L 15 Hanif Prasetyo XI. 1PA 2 L 16 Hayu Safitri XI. 1PA 2 P 17 Hesti Kusdianingrum XI. 1PA 3 P 18 Hevi Dekaningtyas XI. 1PA 3 P 19 Himawan Sutanto XI. 1PA 3 L 20 Ikhsan Budi Utomo XI. 1PA 3 L 21 Imannda Kusuma Putra XI. 1PA 3 L 22 Iwan Adi Kusuma XI. 1PA 3 L 23 Jayanti Tri Utami XI. 1PA 3 P 24 Johan Dwi Armada XI. 1PA 3 L 25 Joni XI. 1PS 1 L 26 Kusnul Yuli Maulana XI. 1PS 1 L 27 Lia Permatasari XI. 1PS 1 P 28 Listya Buana Putra XI. 1PS 1 P 29 Lusiana Ayu M XI. 1PS 1 P 30 Megariana Sari XI. 1PS 1 P 31 Rio Bima Pamungkas XI. 1PS 1 L 32 Riska Anggraini S XI. 1PS 1 P 33 Riski Dhani Nirmala XI. 1PS 2 L 34 Ristia Widyaningrum XI. 1PS 2 P 35 Rizki Aditya N XI. 1PS 2 L 36 Rochmad Choirul M XI. 1PS 2 L 37 Rochmadi Prakoso XI. 1PS 2 L 38 Rofiq Hambali XI. 1PS 2 L 39 Septian Dwi Cahyo XI. 1PS 2 L 40 Septina Fidy Aningtyas XI. 1PS 2 P 41 Setiyawati XI. 1PS 3 P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
42 Setyo Kusrini XI. 1PS 3 P 43 Shinta Dewi Yuliati XI. 1PS 3 P 44 Siti Nugraheni XI. 1PS 3 P 45 Tutik Handayani XI. 1PS 3 P 46 Utari Citra K XI. 1PS 3 P 47 Viki Gilang Ramadhan XI. 1PS 3 L 48 Wahyu Kurniawati XI. 1PS 3 P 49 Widy Seto Utomo XI. 1PS 4 L 50 Winda Astuti XI. 1PS 4 P 51 Wiwik Ekowati XI. 1PS 4 P 52 Yoni Faizal Maulana XI. 1PS 4 L 53 Yuni Purwanti XI. 1PS 4 P 54 Yusrina Ana K XI. 1PS 4 P 55 Muh. Zaenal Abidin XI. 1PS 4 L 56 Gholibah At-thohiroh Abbas XI. 1PS 4 P
2. Penguasaan Kompetensi Dasar Mendeskripsikan
Pengertian dan Prinsip-Prinsip Demokrasi
Dari hasil pengumpulan data tentang penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi dapat diketahui jumlah
responden (N) = 56, skor tertinggi 29, skor terendah 16. Untuk mendapatkan kelas
interval terlebih dahulu dicari (R) diperoleh dari perhitungan R = data max - data
min yaitu 29-16 = 13. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat diperoleh dengan
rumus K = 1 + 3,322 Log 56 = 6,807 dibulatkan menjadi 7. Keputusan interval
kelas diperoleh dengan rumus I = R/K yaitu 13/7 = 1,857 dibulatkan menjadi 2.
Data tersebut akan tampak dalam distribusi frekuensi pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.Distribusi frekuensi data Penguasaan Kompetensi Dasar Mendeskripsikan
Pengertian dan Prinsip-Prinsip Demokrasi tahun 2010/2011.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif
16-17 16,5 2 2 18-19 18,5 3 5 20-21 20,5 12 17 22-23 22,5 11 28 24-25 24,5 16 44 26-27 26,5 8 52 28-29 28,5 4 56
Jumlah 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dari distribusi frekuensi tersebut diperoleh Mean (x ) = 23,285, Median
(Me) = 22,54, Modus (Mo) = 21,500 dan simpangan baku = 2,871. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.
Distribusi frekuensi di atas dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
Gambar 1. Histogram Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pengertian dan
Prinsip-Prinsip Demokrasi tahun 2010/2011.
3. Deskripsi Data Sikap Demokrasi
Dari hasil pengumpulan data tentang sikap demokrasi dapat diketahui
jumlah responden (N) = 56, skor tertinggi 116, skor terendah 89. Untuk
mendapatkan kelas interval terlebih dahulu dicari (R) diperoleh dari perhitungan
R = data max - data min yaitu 116-89 = 27. Untuk menghitung banyaknya kelas
dapat diperoleh dengan rumus K = 1 + 3,322 Log 56 = 6,807 dibulatkan menjadi
7. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I = R/K yaitu 28/7 = 4. Data
tersebut akan tampak dalam distribusi frekuensi pada tabel dibawah ini :
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
16-17 18-19 20-21 22-23 24-25 26-27 28-29
Fre
ku
en
si
Interval
frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 5. Distribusi frekuensi data Sikap Demokrasi tahun 2010/2011.
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Kumulatif
89-92 90,5 10 10 93-96 94,5 4 14 97-100 98,5 11 25 101-104 102,5 13 38 105-108 106,5 9 47 109-112 110,5 7 54 113-116 114,5 2 56 Jumlah 56
Dari distribusi frekuensi tersebut diperoleh Mean (x ) = 101,071, Median
(Me) = 101,577, Modus (Mo) = 101,833 dan simpangan baku = 6,925.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20.
Distribusi frekuensi di atas dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
Gambar 2. Histogram Sikap Demokrasi tahun 2010/2011.
B. Uji Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari
distribusi normal atau tidak. Sampel ini diambil secara random. Uji normalitas ini
menggunakan uji Liliefors dengan cara menggunakan penafsir rata-rata (X) dan
simpangan baku.
0
2
4
6
8
10
12
14
89-92 93-96 97-100 101-104105-108109-112113-116
Fre
ku
en
si
Interval
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Data dikatakan normal apabila nilai Lhitung < Ltabel. Hasil perhitungan
kemudian dikonsultasikan (N=56) untuk taraf signifikansi 5% diperoleh 0,118.
Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 21.
Dari uji Liliefors didapat nilai Lhitung sebagai berikut :
Tabel 6. Tabel nilai Liliefors
No. Variabel Lhitung Ltabel Keterangan
1.
2.
X
Y
0,077
0,034
0,118
0,118
Normal
Normal
a. Uji Normalitas Variabel X
Dari uji normalitas data tentang penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi yang telah
dilakukan diperoleh Lhitung = 0,077 dan pada taraf signifikansi 5%, Ltabel =
0,118. Karena Lhitung 0,077 < 0,118 maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut normal. Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 22.
b. Uji Normalitas Sikap Demokrasi
Dari uji normalitas data tentang sikap demokrasi yang telah dilakukan
diperoleh Lhitung = 0,034 dan pada taraf signifikansi 5%, Ltabel = 0,118. Karena
Lhitung 0,034 < 0,118 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal.
Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 23.
2. Uji Linieritas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan
varibel terikat terdapat hubungan yang linier atau tidak. Jika Fhitung < Ftabel berarti
korelasinya linier, tetapi apabila Fhitung > Ftabel berarti korelasinya tidak linier.
Pengujian linieritas penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian
dan prinsip-prinsip demokrasi dengan sikap demokrasi mengunakan SPSS 13
didapat nilai Fhitung = 1,318 dan Ftabel = 1,967 untuk taraf signifikansi 5%.
Dikarenakan Fhitung < Ftabel dengan nilai 1,381 < 1,967 maka data tersebut sudah
memenuhi asumsi linieritas. Perhitungan SPSS 13 dapat dilihat pada lampiran 24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3. Uji Independen
Uji independen dilakukan untuk membuktikan, bahwa antar variabel bebas
tidak berpengaruh atau independen. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa nilai Fhitung = 6,48 (Lampiran 25). Hasil tersebut
kemudian dikonsultasikan dengan nilai Ftabel dengan N = 56 dan taraf signifikansi
sebesar 5% diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,58. Karena Fhitung > Ftabel atau 6,48 >
3,58 maka dapat dikatakan bahwa X dependen terhadap Y, jadi X dapat
memprediksi Y. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji apakah pernyataan yang
dikemukan dapat diterima bila fakta-fakta yang ada dapat mendukung pernyataan
dalam hipotesis, sebaliknya hipotesis ditolak apabila fakta-fakta empiris tidak
dapat mendukung pernyataan hipotesis.
1. Analisis Data
a. Koefisien Korelasi antara Prediktor (X) dan Kriterium (Y)
Hipotesis :
Ho : penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi tidak berpengaruh terhadap sikap demokrasi.
Ha : penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi berpengaruh terhadap sikap demokrasi.
Ketentuan :
Jika rhitung ≥ rtabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika rhitung ≤ rtabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penghitungan statistik dengan menggunakan SPSS 13
diperoleh rhitung = 0,335 dengan rtabel = 0,263 dari 56 responden. Karena rhitung =
0,335 ≥ rtabel = 0,263 maka ada pengaruh antara penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap
demokrasi. Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 27.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b. Koefisien Determinasi ( )2R .
Koefisien determinasi adalah “Penyebab perubahan pada variabel Y yang
datang dari variabel X, sebesar kuadrat koefisien korelasinya”. Koefisien penentu
ini menjelaskan besarnya pengaruh nilai suatu variabel (variabel X) terhadap naik/
turunnya nilai variabel lainnya (variabel Y). Besarnya koefisien determinasi
adalah kuadrat koefisien korelasinya dan selanjutnya dikalikan 100%. Dari
penghitungan statistik dengan mengunakan SPSS 13 maka didapat nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,112. R square ini merupakan indeks determinasi,
yakni prosentase yang menyumbangkan pengaruh penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap
demokrasi. Ini berarti bahwa variabel penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi mempengaruhi sikap
demokrasi sebesar 0,112 x 100% = 11,2% dan sisanya 100% - 11,2% = 88,8%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
c. Persamaan Garis Regresi
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi
variabel dependen mempengaruhi variabel independen. Berdasarkan pengolahan
data diperoleh nilai a = 84,080 dan b = 0,727. Maka persamaan garis regresi
penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip
demokrasi mempengaruhi sikap demokrasi dapat disusun sebagai berikut:
Y = a + b X
Y = 84,080 + 0,727 X
Y = penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi.
X = sikap demokrasi.
Ini berarti :
- Konstanta sebesar 84,080 menyatakan, bahwa jika tidak ada variabel bebas
yang diteliti tersebut, maka besarnya sikap demokrasi adalah sebesar 84,040.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
- Harga 0,727 merupakan koefisien regresi X yang menyatakan bahwa setiap
adanya peningkatan (karena tanda positif) penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi sebesar 1 akan
menyebabkan sikap demokrasi akan meningkat sebesar 0,727. Perhitungannya
dapat dilihat pada lampiran 28.
d. Uji Koefisien Regresi
Hipotesis:
H0: penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap demokrasi.
H1: penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi berpengaruh signifikan terhadap sikap demokrasi.
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak
Terlihat bahwa pada kolom signifikan adalah 0.012, atau probabilitas
dibawah 0.050, maka H0 ditolak, atau koefisien regresi signifikan, atau
penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip
demokrasi berpengaruh terhadap sikap demokrasi.
2. Penafsiran Hipotesis
Hipotesis:
H0 : r = 0 Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
Ha : ≠r 0 Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
Kriteria pengujian:
H0 diterima dan Ha ditolak bila nilai rhitung ≤ rtabel
H0 ditolak dan Ha diterima bila nilai rhitung ≥ rtabel
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil penghitungan statistik dengan menggunakan SPSS 13
diperoleh rhitung = 0,335 dengan rtabel = 0,263 dari 56 responden. Karena rhitung =
0,335 > rtabel = 0,263 maka ada pengaruh antara penguasaan kompetensi dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi dengan sikap
demokrasi. Besarnya pengaruh penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan
pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi sebesar 0,112
x 100% = 11,2% dan sisanya 100% - 11,2% = 88,8% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain diluar model.
3. Kesimpulan Hipotesis
Hipotesis yang menyatakan penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan
pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi berpengaruh terhadap sikap demokrasi
siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong tahun ajaran
2010/2011 dapat diterima kebenarannya.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah melakukan pengujian hipotesis maka langkah selanjutnya
melakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan analisis data adalah
sebagai berikut:
Bahwa penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan
prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi merupakan salah satu hal
yang berbeda baik dalam makna dan hal yang lain. Adapun makna penguasaan
kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi
merupakan menjelaskan makna demokrasi dan prinsip-prinsip demokrasi itu
sendiri, adapun pengertian demokrasi secara sederhana adalah pemerintahan
rakyat atau kekuasaan rakyat, dan prinsip-prinsip demokrasi adalah dasar
pembentukan demokrasi itu sendiri. Sedangkan sikap demokrasi adalah
kecenderungan untuk bertindak dalam berperilaku sedemikian rupa sehingga
mendukung pemerintahan atau sistem politik demokrasi dan menegakkan nilai-
nilai demokrasi. Namun kedua hal tersebut dapat juga saling berpengaruh, hal
tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dengan mengambil sampel pada
siswa kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong tahun ajaran
2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi sebenarnya menyangkut perilaku
manusia, baik secara individual maupun kelompok. Dalam kedudukannya sebagai
warga atau pejabat yang diberi kewenangan. Sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak dalam berperilaku sedemikian rupa sehingga mendukung pemerintahan
atau sistem politik demokrasi dan menegakkan nilai-nilai demokrasi.
Kecenderungan untuk bertindak dan berperilaku tersebut berlangsung
sepanjang kehidupan manusia dengan lingkungannya, mulai dari lingkungan
keluarga, lingkungan bermain, lingkungan sekolah sampai lingkungan masyarakat
yang lebih luas. Nilai-nilai yang berkembang dalam lingkungan masyarakat itulah
yang mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan. Nilai-nilai itu beraneka ragam
termasuk didalamnya nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai demokrasi itulah yang
membentuk sikap demokratiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
demokrasi beraneka ragam diantaranya adalah kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara dan kepercayaan kepada pemerintah. Selain itu faktor-faktor
lainnya adalah status sosial, status ekonomi, afiliasi politik orang tua dan
pengalaman organisasi. (http://www.unp.ac.id).
Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada uji hipotesis yang menyatakan
“ada pengaruh yang signifikan penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan
pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi siswa kelas XI
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong tahun ajaran 2010/2011” dapat
diterima. Adanya pengaruh berarti antara penguasaan kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap
demokrasi siswa diketahui dari besarnya harga koefisien korelasi yang dihasilkan
sebesar rxy = 0,335.
Berdasarkan hal tersebut, berarti tinggi rendahnya penguasaan kompetensi
dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi berpengaruh
dengan tinggi rendahnya sikap sosial siswa. Semakin tinggi penguasaan
kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi
maka akan membentuk sikap demokrasi siswa tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara penguasaan kompetensi
dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap
demokrasi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong terbukti dengan
hasil penghitungan statistik dengan menggunakan SPSS 13 diperoleh rhitung =
0,335 dengan rtabel = 0,361 dari 56 responden. Karena rhitung = 0,335 ≥ rtabel = 0,263
maka ada pengaruh antara penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan
pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi dengan sikap demokrasi. Besarnya
pengaruh penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi sebesar 0,112 x 100% = 11,2% dan
sisanya 100%-11,2% = 88,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
Adapun faktor lainnya yaitu dalam lingkungan keluarga, merupakan lingkungan
pertama untuk mengenal nilai-nilai, terutama nilai demokrasi. Adapun contohnya
adalah hak untuk berpendapat, partisipasi dalam mengambil keputusan dalam
keluarga, dan musyawarah dalam keluarga. Lingkungan sekolah merupakan
tempat untuk berlatih dan mengembangkan nilai-nilai demokrasi. Contohnya
adalah pemilihan ketua OSIS, dan dalam proses pembelajaran selalu
mengedepankan proses belajar yang demokratis dan adanya wadah kegiatan
ekstakurikuler seperti Pramuka, PMR, KIR dan lain-lain yang memungkinkan
siswa untuk mengembangkan budaya demokrasi. Serta lingkungan masyarakat,
bangsa, dan negara dapat tercermin dari pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga perwakilan rakyat dan lembaga yang berwenang lainnya.
Serta untuk melakukan prediksi seberapa tinggi variabel dependen mempengaruhi
variabel independen maka dapat mengunakan persamaan Y = 84,080 + 0,727 X.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya.
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan implikasi
sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang
positif dan signifikan antara penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan
pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi. Semakin baik
ketrampilan siswa pada penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian
dan prinsip-prinsip demokrasi berarti semakin meningkat pula sikap demokrasi
siswa, jika dibanding dengan siswa yang ketrampilannya kurang dalam
penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip
demokrasi.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang positif dan
signifikan antara penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan
prinsip-prinsip demokrasi terhadap sikap demokrasi. Karena penguasaan
kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi
dapat mengembangkan sikap demokrasi siswa, maka siswa diharapkan mampu
menguasai penguasaan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-
prinsip demokrasi dengan baik sehingga dengan adanya penguasaan kompetensi
dasar tersebut dapat membentuk sikap demokrasi siswa.
C. Saran
1. Bagi Siswa
Seorang siswa dituntut untuk menguasai kompetensi dasar dalam suatu
kurikulum, tidak terkecuali dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Siswa diharapkan agar menguasai kompetensi dasar salah satunya menguasai
kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi.
penguasaan kompetensi dasar yang baik akan membentuk sikap demokrasi siswa
yang baik pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. Bagi Guru
Hendaknya guru dalam memberikan materi kompetensi dasar
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi kepada siswa harus
secara jelas dan menyeluruh, sehinggga siswa benar-benar menguasai kompetensi
dasar mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip demokrasi tersebut dengan
baik. Selain itu, guru dalam menerapkan materi prinsip-prinsip demokrasi harus
secara teratur menggunakan berbagai strategi dialog interaktif dengan berbagai
metode mengajar yang dapat menciptakan siswa mengembangkan sikap
demokratisnya.
3. Bagi Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya perlu mengupayakan
penerapan iklim belajar yang tepat bagi para siswa, agar dapat menanamkan
sendi-sendi yang bisa membangun karakter bagaimana hidup berdemokrasi
terhadap para siswa dan untuk menyikapi tumbuhnya semangat demokrasi
secara positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi & Cholid Narbuko. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Anonim. 2006. Undang-Undang No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Wipress.
Anonim. 2007. Pendidikan dan Demokrasi. http://www.unpad.ac.id. Diunduh hari Selasa, tanggal 12 April 2011 jam 14.00 WIB.
Algifari. 2003. Statistik Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis (Edisi II). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Azyumardi Azra. 2000. Demokrasi, HAM, Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada
Media. Dwi Sukarno. 2006. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta: Bumi
Aksara. Eep Saefulloh Fatah. 1994. Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Gerungan. W.A. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Hasan Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hassan Suryono. 2005. Statistik: Pedoman, Teori dan Aplikasi. Surakarta: UNS Press.
Iqbal, Hasan. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif) Edisi
Kedua. Jakarta: Sinar Grafika Offset. J. Supranto. 1995. Statistik Teori dan Aplikasi (edisi kelima). Jakarta: Erlangga. Kevin Carmody and Zane Berge. 2005. “Elemenal Analysis Of The Online
Learning Experience”. International Journal of Education and Development Using ICT. Vol 1 No 3.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Larry Bimi. 2009. Journal Internasional of Definition Civic Education as Subject,
http://www.wikipedia.com // wiki / Civic Education. Diakses tanggal 07 Juli 2009 jam 14.15 WIB.
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Miriam Budiarjo. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Paulus Wahana. 1993. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: paradigma. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan:
Lampiran Negara Republik Indonesia. Richard I. Arends. 2008. Learning to Teach (belajar untuk mengajar).
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. . 2004. Metode dan Teknik Analisis Menyusun Tesis. Bandung:
Alfabeta CV. Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saifuddin Azwar. 2000. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Belajar. . 2002. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.
________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Cetakan Ke 13. Jakarta: Bina Aksara. Sukarna. 1981. Sistem Politik. Bandung: Alumni. Sutrisno Hadi. 1987. Statistik Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Syahrial Syarbini.Dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tim ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media. Edisi Revisi.
Winarno Surakhmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Zamroni, MA. 2001. Pendidikan untuk Demokrasi: Tantangan Menuju Civil
Society. Yogyakarta: Bigraf Publishing.