Upload
vuduong
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Aktivitas Belajar Geografi
Belajar secara etimologis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau
ilmu. Menurut Ali belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan (2008: 14). Senada dengan pendapat
tersebut, Hilgrad dan Bower dalam Baharudin (2008: 13) mengungkapkan
pengertian belajar adalah 1). To gain knowledge comprehension, or mastery of
trough experienceor study; 2) To fix in the mind or memory; memorize; 3). To
acquire trough experience; and 4).To become in forme of to find out. Menurut
definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai, pengalaman,
dan mendapatkan informasi atau menemukan. Setelah memahami pengertian
belajar berikutnya yang penting diketahui adalah ciri-ciri belajar.
Ciri-ciri belajar menurut Baharudin (2008: 15) Ciri-ciri belajar yaitu : 1)
belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (Change Behavior). Ini
berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu
adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar; 2) perubahan perilaku relative
permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar
untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan
tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup; 3) perubahan tingkah
laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung,
perubahan tingkah laku tersebut bersifat potensial; 4) perubahan tingkah laku
merupakan hasil latihan atau pengalaman; dan 5) pengalaman atau latihan itu
dapat member penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan
semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. Seperti halnya Hansen
(2000: 23) yang mengemukakan learning is equated to a change in behavior,
yang artinya bahwa belajar memiliki kesamaan arti dengan adanya perubahan
tingkah laku.
Prinsip-prinsip belajar menurut Soekamto dan Winatapura dalam
Baharudin (2008: 16) adalah sebagai berikut: 1) Apa pun yang dipelajari siswa,
dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus
bertindak aktif; 2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya; 3)
Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar; 4) Penguasaan yang
sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar
lebih berarti; dan 5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Sedangkan proses belajar menurut Baharudin (2008: 16) proses belajar
adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf individu yang belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat
diamati. Dalam tabel proses belajar, ada beberapa tahap 1) tahap motivasi yaitu
saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit; 2)
tahap konsentrasi, yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada
pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang
dipelajari; 3) tahap mengolah yaitu siswa menahan informasi yang diterima dari
guru dalam Short Term Memory, atau tempat menyimpan ingatan jangka pendek,
kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna (meaning) berupa
sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing; dan 4) tahap menyimpan
yaitu siswa menyimpan symbol-simbol hasil olahan yang telah diberi makna ke
dalam Long Term Memory atau gudang ingatan jangka panjang.
Dalam kegiatan belajar mengajar, keaktivan pembelajaran siswa
merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga
kegiatan belajar mengajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang
optimal. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada
diri seseorang. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah
laku. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada
kegiatan atau aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas belajar siswa merupakan prinsip
atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.
Sedangkan mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk
membantu siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswa menjadi subjek, sebagai
pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku kegiatan belajar,
maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran yang menuntut siswa banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
melakukan aktivitas belajar sendiri atau mandiri. Hal ini bukan berarti membebani
siswa dengan banyak tugas, aktivitas atau paksaan-paksaan tetapi siswa belajar
mandiri dengan kompetensi dasar-kompetensi dasar yang telah diberikan. Ini
bertujuan agar siswa lebih berminat dalam belajar dan berkembang pikiranya.
Selain itu, tujuan ilmu yang didapat secara mandiri bermanfaat bagi masa depan
siswa. Dalam pelaksanaanya, kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa
bukan berarti guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas. Guru selalu memberi
petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan
mengadakan evaluasi (Sudjana dan Ibrahim, 2003: 27). Dengan demikian, dalam
suatu proses pembelajaran siswa yang harus aktif. Fungsi guru hanya sebatas
membantu sehingga proses kemandirian belajar dapat tercapai.
Dalam proses belajar mengajar, Slameto (2003: 36) berpendapat bahwa
guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.
Penerimaan pelajaran tidak hanya berupa aktivitas siswa sendiri. Siswa
dirangsang untuk bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi
dengan guru. Dalam berbuat, siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan
tugas, membuat grafik, diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru.
Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif maka siswa memiliki ilmu atau
pengetahuan dengan baik.
Aktivitas menurut Sardiman (2004: 95) merupakan prinsip atau asas yang
sangat penting dalam interaksi pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah
berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
Dalam kegiatan belajar, subjek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Dalam proses
kemandirian belajar siswa, diperlukan aktivitas. Siswa bukan hanya jadi objek tapi
merupakan subjek didik. Siswa harus aktif agar proses kemandirian dapat
tercapai.
Hamalik (2005: 175) menjelaskan nilai aktivitas dalam pembelajaran,
yaitu : a) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri;
b) Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral; c) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa; d) Para siswa
bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri; e) Memupuk disiplin kelas secara
wajar dan suasana belajar menjadi demokratis; f) Mempererat hubungan sekolah
dan masyarakat, dan hubungan orang tua dengan guru; g) Pembelajaran
dilaksanakan secara konkrit sehingga mengembangkan pemahaman berfikir kritis
serta menghindari verbalitas; dan h) Pembelajaran di sekolah menjadi hidup
sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
Aktivitas pembelajaran agar dapat berhasil memerlukan keaktifan siswa
dalam beraktivitas baik secara personal maupun secara kelompok. Selain itu,
dibutuhkan pula kedisiplinan, pemahaman berfikir kritis, minat dan kemampuan
sendiri. Dalam beraktivitas, pembelajaran juga memerlukan hubungan erat antara
sekolah dan masyarakat, orang tua dan guru. Diedrich (dalam Sardiman, 2004:
101) menyebutkan jenis-jenis aktivitas dalam belajar, yang dapat digolongkan
sebagai berikut : a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya memperhatikan
gambar, melakukan percobaan, menanggapi pekerjaan orang lain; b) Oral
activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi; c) Listening
activities, sebagai contoh: mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato; d) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin; e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat peta,
diagaram, grafik; f) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak; g) Mental activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, membuat hubungan, mengambil keputusan; dan h) Emotional
activities, misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, gugup.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat aktivitas
belajar adalah serangkaian kegiatan menuju perubahan tingkah laku siswa yang
merupakan asas yang sangat penting dalam interaksi pembelajaran.
Geografi menurut Sumaatmadja (1997: 12) adalah pengajaran tentang
aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala
alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Selanjutnya,
menurut Sumaatmadja (1997: 12) studi geografi berkenaan dengan a) permukaan
bumi (geosfer); b) alam lingkungan (atmosfer, hidrosfer, biosfer); c) umat
manusia dan kehidupannya (antroposfer); d) penyebaran keruangan gejala alam
dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan; dan e) analisis hubungan
gejala-gejala geografi di permukaan bumi. Geografi menurut pendapat
Abdurachman (1988: 3) berurusan dengan penataan dari benda-benda dan dengan
asosiasi dari benda-benda suatu daerah dari daerah yang lain, hubungan-hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dari gerakan-gerakan antara wilayah dengan wilayah. Sedangkan geografi
menurut E. Hutington (dalam Bisri, 2010: 201) adalah ilmu yang mempelajari
alam dan berbagai hubungan antara lingkungan fisis dan aktivitas serta
kemampuan manusia. Geografi meliputi geografi fisik, geografi manusia, dan
geografi teknik.
Geografi fisik mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang
meliputi tanah, air, udara dengan segala proses dan dinamikanya. Penekanan
geografi fisik adalah gejala alamiah permukaan bumi yang menjadi tempat hidup
manusia. Kajian geografi fisik ditunjang oleh kajian Geologi, Geomorfologi, Ilmu
Tanah, Meteorologi, Klimatologi dan Oseanografi.
Geografi manusia merupakan cabang geografi yang mempelajari tentang
aspek keruangan yang dijadikan sebagai tempat terjadinya aktivitas manusia.
Geografi manusia terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu geografi penduduk,
geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman, dan geografi sosial.
Geografi Teknik mempelajari cara-cara memvisualisasikan serta
menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara,
dan citra hasil penginderaan jauh. Cabang ilmu Geografi Teknik meliputi Cabang
geografi teknik antara penginderaan jauh, sistem informasi geografis, dan
kartografi.
Adapun sumber materi pembelajaran geografi menurut Sumaatmadja
(1997: 13) yaitu segala kenyataan yang ada dan terjadi di permukaan bumi, baik
yang berkenaan dengan kehidupan manusia maupun yang berkenaan dengan alam
lingkungan dan segala prosesnya, menjadi sumber pembelajaran geografi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Berdasarkan uraian mengenai aktivitas belajar geografi di atas, dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar geografi merupakan kegiatan pembelajaran
geografi yang berlangsung dalam interaksi atau hubungan dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan-pengetahuan,
keterampilan-keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat tetap dan berbekas.
Sebagai contoh, siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi
dengan guru. Apabila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu
atau pengetahuan itu dengan baik. Menurut pandangan para ahli bahwa dalam
kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat. Dengan pernyataan lain, dalam belajar
sangat diperlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung
dengan baik.
Aktivitas belajar geografi dalam penelitian ini, yaitu adanya kegiatan-
kegiatan belajar yang melibatkan mental siswa secara optimal yang ditunjukkan
melalui kerjasama, keberanian berpendapat tanpa secara eksplisit diminta,
misalnya di dalam diskusi, tugas yang sedang dikerjakan, serta komitmen untuk
menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya secara tuntas. Selain itu,
muncul keinginan menguasai kompetensi dasar pelajaran, mengulang kembali
pelajaran yang telah disampaikan guru. Ini menunjukkan adanya kegiatan siswa
yang menimbulkan rasa tertarik dan perhatian siswa terhadap kegiatan belajar
Geografi, khususnya kompetensi dasar antroposfer. Siswa dapat belajar dengan
rasa senang, rasa tanggung jawab, dan ingin memahami pengetahuan. Aktivitas
tersebut menunjukkan bahwa di sekolah terdapat berbagai macam aktivitas yang
cukup kompleks dan bervariasi. Apabila aktivitas itu dapat diciptakan dengan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
di sekolah maka sekolah akan sangat dinamis, tidak membosankan, dan benar-
benar menjadi pusat aktivitas siswa yang maksimal.
2. Hakikat Hasil Belajar Geografi
Hasil belajar menurut Hamdani (2011: 138) adalah hasil pengukuran
terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan intrumen tes
yang relevan. Hasil belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian dari usaha
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Menurut Arikunto (1990: 110), hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar belajar adalah suatu hasil
usaha, kemampuan dan sikap siswa dalam menyelesaikan tugas dalam bidang
pendidikan yang ditetapkan dalam setiap jenjang studi, yang dinyatakan dengan
angka. Hasil belajar yang ditampakkan dalam bidang akademik dinyatakan
sebagai pengetahuan yang dicapai atau ketrampilan yang dikembangkan dalam
mata pelajaran tertentu di sekolah, yang biasanya ditetapkan atas dasar tes atau
ujian yang dilakukan oleh guru.
Hasil belajar menurut Sardiman (2004: 28-29) ialah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar.
Terdapat tiga macam hasil belajar, yaitu: a) hal ihwal keilmuan dan pengetahuan,
konsep atau fakta (kognitif); b) hal ihwal personal, kepribadian atau sikap
(afektif); dan c) hal ihwal kelakuan, ketrampilan atau penampilan (psikomotorik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum.
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan
sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama
guru dalam kegiatan ini ialah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan
data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Bertolak dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dapat
berupa perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan (skill), pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan dasar (psikomotor). Hasil belajar
adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar dalam waktu tertentu dan mempunyai peranan penting dalam suatu proses
pembelajaran. Hasil belajar dapat diukur melalui suatu proses yang disebut proses
penilaian hasil belajar. Penilaian terhadap hasil belajar berupa angka yang dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari
informasi tersebut guru dapat merencanakan, menyusun, mengevaluasi,
merefleksi, dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baiuk untuk
keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam
yaitu: (a) ketrampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; dan (c)
sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang
ada pada kurikulum sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Hamdani
(2011: 139) adalah : a) Faktor internal, faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri siswa seperti kecerdasan yaitu kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya, faktor
jasmaniah atau fisiologis yaitu kondisi jasmaniah atau fisiologis yang umumnya
sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajaar seseorang, sikap yaitu suatu
kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal dengan suka atau tidak suka,
minat yaitu suatu kecenderungan untuk memperhatikan dan mengingat sesuatu
secara terus menerus, bakat yaitu adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang, dan
motivasi yaitu segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu; dan b) Faktor eksternal meliputi keadaan keluraga, keadaan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Bloom (1956: 6) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. a) Ranah kognitif yaitu, ranah
yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
meliputi: 1) Pengetahuan (knowledge) tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif
tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil
belajar yang berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran.
Misalnya, hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan
rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat kalimat; 2)
Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu
masalah atau pertanyaan; 3) Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi
pengetahuan hafalan atau keterampilan; 4) Analisis adalah usaha memilih suatu
integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan
atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya; 5) Sintesis adalah
penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut
sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dengan cara menyatukan unsur-
unsur menjadi integritas; 6) Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai
sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan,
dan metode; b) Ranah afekif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan
hubungan social; dan c) Ranah psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu.
Secara etimologi asal kata antroposfer berasal dari dua kata, yaitu
antrophos yang berarti manusia dan sphere yang berarti lapisan. Antroposfer
diartikan sebagai lapisan di mana manusia hidup bertempat tinggal pada
permukaan bumi. Materi antroposfer secara mendalam dipelajari dalam ilmu
demografi.
Demografi menurut Multilingual Demographic Dictionary dalam Mantra
(2003: 1) adalah demography is the scientific study of human populations in
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
primarily with the respect to their size, their structure (composition) and their
development (change). Dalam terjemahan bahasa Indonesia kurang lebih sebagai
berikut: demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai
jumlah, stuktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).
Sedangkan Demografi menurut Hauser dan Duncan dalam Mantra (2003:
2) adalah Demography is the study of the size, territorial distribution and
composition of population, changes there in and components of such changes
which maybe identified as natality,territorial movement (migration), and social
mobility (changes of states). Demografi memelajari jumlah, persebaran, territorial,
dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab
perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak
territorial (migrasi), dan mobilitas sosial (perubahan status).
Berdasarkan uraian beberapa definisi di atas, antroposfer atau demografi
pada dasarnya memelajari stuktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur
penduduk meliputi: jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur
penduduk ini selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena
proses demografi, yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi
penduduk.
Bertolak dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
kompetensi dasar antroposfer adalah sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, berupa
perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan (skill), pengetahuan (kognitif),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sikap (afektif), dan ketrampilan dasar (psikomotor) setelah menerima
pembelajaran kompetensi dasar antroposfer.
3. Hakikat Model Pembelajaran Mind Mapping
Model pembelajaran menurut Soekamto dan Winaputra (1996: 78) adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajaran
dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Menurut
Depdiknas (2002: II), model pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran serta mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran.
Model pembelajaran Mind Mapping merupakan temuan Tony Buzan.
Buzan yang ahli dalam mengekksplorasi otak, menemukan model Mind Mapping
pada tahun 1970-an. Sejak 1975, bersama Micahel J. Gelb, Buzan
mengembangkan Mind Mapping.
Model pembelajaran Mind Mapping menurut Buzan (2005: 12) adalah
sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk
perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang
menakjubkan. Buzan juga berpendapat bahwa Mind Mapping (2005: 4) adalah
cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil
informasi ke luar dari otak. Senada dengan pendapat tersebut, Edward (2009: 64)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mengungkapkan bahwa Mind Mapping adalah cara paling efektif dan efisien
untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari atau ke otak.
Adapun Mind mapping atau pemetaan pikiran menurut pendapat Sidh dan Saleem
(2013: 10) adalah model pembelajaran dengan cara membuat catatan tangan
pendek dalam bentuk grafis yang bisa membantu meringkas dalam mengingat
konsep-konsep penting lebih cepat.
Lebih lanjut menurut Buzan, dalam Mind Mapping sistem kerja otak
diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir
manusia. Mind Mapping membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik dan
bekerja sesuai dengan fungsinya. Otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak
kiri. Dalam Mind Mapping, kedua otak sistem otak diaktifkan sesuai dengan
porsinya masing-masing sehingga informasi dari Mind Mapping mudah untuk
diingat.
Model pembelajaran Mind Mapping merupakan cara mencatat yang kreatif
dan efektif yang memudahkan ingatan. Ini berarti bahwa mengingat informasi
akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik
mencatat tradisional.
Terdapat beberapa petunjuk dan langkah-langkah dalam membuat model
pembelajaran Mind Mapping. Sebelum membuat sebuah peta imajinasi pikiran,
diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris dan pena. Langkah-
langkah model pembelajaran Mind Mapping menurut Nanang dan Suhana (2010:
45) meliputi: a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; b) Guru
mengemukakan permasalahan yang akan ditanggapi peserta didik dan sebaiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban; c) Membentuk kelompok yang
anggotanya masing-masing 2-3 orang; d) Setiap kelompok menginventarisasi dan
mencatat alternatif jawaban hasil diskusi; e) Setiap kelompok atau secara acak
kelompok tertentu membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru; dan f) Dari data-data di papan, peserta
didik diminta membuat kesimpulan atau guru membuat bandingan sesuai konsep
yang disediakan guru.
Terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses Mind Mapping
menurut pendapat Buzan, meliputi: a) overview: tinjauan menyeluruh terhadap
suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Ini bertujuan memberi
gambaran umum kepada siswa tentang topic yang akan dipelajari; b) Preview:
tinjauan awal yang merupakan lanjutan dari overview. Gambaran umum yang
diberikan setingkat lebih detail daripada overview; c) Inview: tinjauan mendalam
yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran. Topik dibahas secara detail,
terperinci, dan mendalam. Selama inview, siswa diharapkan dapat mencatat
informasi atau konsep beserta diagram untuk membantu siswa dalam memahami
dan menguasai bahan yang diajarkan; d) review: tinjauan ulang dilakukan
menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah
diajarkan serta ditekankan pada informasi atau konsep yang harus diiingat dan
dikuasai siswa.
Selain itu, Buzan (2005: 159) menyebutkan hal-hal yang perlu
diperhatikan ketika membuat Mind Mapping adalah What to avoid when Mind
Mapping There are three danger areas that face any Mind Mapper: 1) The
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
creation of Mind Maps that aren't really Mind Maps; 2) Using phrases instead of
single words; 3) Unnecessary concern about creating a 'messy' Mind Map, and a
negative emotional response as a result. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
menerapkan model pembelajaran Mind Mapping ada tiga hal, yaitu: 1) Pembuatan
peta pikiran yang tidak benar-benar pikiran maps; 2) Menggunakan frase, bukan
kata-kata tunggal; 3) Kekhawatiran yang tidak perlu tentang membuat peta
pikiran yang salah sehingga hasilnya justru negatif. Berikut gambar Mind
Mapping menurut Buzan.
Gambar 2.1 Gambar Mind Mapping
Sumber: (The buzan study skill’s handbook, 2006: 153)
Model pembelajaran Mind Mapping memiliki beberapa kegunaan.
Menurut pendapat Michael Michalco dalam Buzan (2005: 6), model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Mind Mapping memiliki manfaaat dalam bidang pendidikan. Kegunaan model
Mind Mapping dalam bidang pendidikan, yaitu: a) Mengaktifkan seluruh otak; b)
memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan; c) Membantu menunjukkan
hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah; d) Memberi
gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian; dan e) Mensyaratkan kita
untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan
informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
Selain itu, beberapa manfaat Mind Mapping menurut Buzan (2005: 6),
meliputi: a) Merencana; b) Berkomunikasi; c) Menghemat waktu; d) Memusatkan
pemahaman; e) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran; f) Mengingat lebih
baik; dan g) Belajar lebih cepat dan efisien.
Dengan menerapkan model Mind mapping atau pemetaan pikiran dapat
meningkatkan pembelajaran. Ini sesuai dengan pendapat Ahlberg (2013: 27) yang
mengungkapkan bahwa pemetaan pikiran yang berupa konsep-konsep dapat
bermanfaat secara sukses dalam dunia pendidikan. Pemetaan tersebut bermanfaat
untuk mengungkapkan konsep-konsep pikiran secara eksternal, eksplisit,
tersembunyi, struktur konseptual, dan proporsional implisit. Hal ini akan
mendorong seseorang untuk memahami, belajar, berpikir, dan bertindak. Senada
dengan pendapat tersebut, Sidh dan Saleem (2013: 10) juga mengemukakan
bahwa Mind Mapping bermanfaat untuk perencanaan, pengorganisasian dan
pemecahan masalah dalam bidang pendidikan.
Adapun Seyihoglu (2013: 201) mengemukakan pendapat bahwa Mind
Mapping dapat dianggap sebagai model alternatif untuk pembelajaran geografi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Ini disebabkan pembelajaran geografi melibatkan konsep yang cukup banyak
untuk dipelajari siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping,
siswa dapat memelajari banyak informasi dalam waktu yang lebih mudah dan
singkat. Menurut Long, Daniel dan Carlson, David (2011: 2) peta pikiran pada
dasarnya representasi pemetaan pemikiran siswa, yang memungkinkan siswa
untuk meretensi informasi secara lebih besar.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat model
pembelajaran Mind Mapping adalah sebuah model pembelajaran yang
mendodorng siswa untuk menemukan konsep-konsep ilmu pengetahuan yang
telah dipelajari kemudian konsep tersebut dapat divisualkan melalui tulisan, peta
konsep, ataupun gambar.
B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Supriyadi (2010) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar
Geografi Materi Atmosfer Dengan Menggunakan Aplikasi Media Pembelajaran
Digital (MPD) Bagi Siswa Kelas XI IPS 5 SMA Negeri 1 Grobogan Pada
Semester 2 Tahun 2009-2010. Simpulan penelitian tersebut adalah terdapat
peningkatan hasil belajar geografi Materi atmosfer. Persamaan dengan penelitian
penulis adalah sama-sama meneliti hasil pembelajaran. Perbedaannya, Supriyadi
menggunakan aplikasi media pembelajaran digital untuk meningkatkan hasil
belajar materi atmosfer sedangkan penulis menggunakan Model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Mind Mapping untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kompetensi
dasar antroposfer.
Penelitian relevan lain, yaitu penelitian Parsini (2013) berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Pemalang untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Geografi Materi Antroposfer pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri Colomadu
Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Hasil penelitian terdapat peningkatan
aktifitas siswa siswa sebanyak dua siklus. Persamaan dengan penelitian ini adalah
penelitian difokuskan pada materi pembelajaran antroposfer pada kelas XI IPS.
Perbedaannya, penelitian Parsini menggunakan model pembelajaran Pemalang
untuk meningkatkan hasil belajar geografi materi antroposfer. Adapun peneliti
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping.
C. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pembelajaran geografi
sejauh ini mempunyai tugas antara lain, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kompetensi dasar Antroposfer. Selama ini guru masih banyak
mengalami kesulitan dalam pembinaan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.
Terbukti dari dokumen ulangan harian siswa yang dapat mencapai nilai
ketuntasan minimal hanya 17, 65%.
Terdapat faktor yang mempengaruhi masih rendahnya aktivitas dan hasil
belajar siswa. Faktor yang dimaksud, yaitu guru masih menggunakan model
konvensional ketika mengajar siswa. Dalam menyampaikan materi Antroposfer,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
guru masih berceramah. Siswa hanya diam sambil menyimak ceramah guru.
Aktivitas siswa masih terkungkung akibat tidak diberi kesempatan untuk berperan
serta dalam proses pembelajaran. Hal ini menjadi penyebab masih rendahnya
aktivtas belajar siswa. Selain itu, guru belum menggunakan model pembelajaran
yang dapat menarik perhatian siswa. Padahal banyak sekali model pembelajaran
yang dapat dikembangkan oleh guru ketika mengajar. Keterbatasan guru dalam
pengembangan model pembelajaran ini berakibat rendahnya hasil belajar siswa
kompetensi dasar antroposfer.
Pemilihan Model pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat dipilih, yaitu model
pembelajaran Mind Mapping. Model pembelajaran Mind mapping atau pemetaan
pikiran adalah Mind Mapping adalah sebuah model pembelajaran yang
mendodorng siswa untuk menemukan konsep-konsep ilmu pengetahuan yang
telah dipelajari kemudian konsep tersebut dapat divisualkan melalui tulisan, peta
konsep, ataupun gambar.
Sebelum tindakan dilaksanakan, yaitu penerapan model pembelajaran
Mind Mapping perlu direnacanakan terlebih dahulu. Perencanaan meliputi
penyusunan RPP, penyusunan intrument tes hasil belajar, penyusunan angket
aktivitas belajar, dan lain sebagainya. Dengan perencanaan yang baik, diharapkan
tujuan pemberian tindakan, yaitu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dapat tercapai secara maksimal.
Setelah dilakukan perencanaan dengan baik, maka tahap pelaksanaan
tindakan dimulai. Pada siklus I siswa diajar dengan model pembelajaran Mind
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Mapping, kemudian dilakukan análisis dan refleksi. Apabila pada siklus I
aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat, yaitu memenuhi target yang
ditentukan pada indikator kinerja maka penelitian dikatakan berhasil. Akan tetapi,
apabila aktivitas dan hasil belajar siswa belum memenuhi target yang ditetapkan
pada indikator kinerja maka pemberian tindakan dilanjutkan pada siklus
berikutnya dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I.
Model pembelajaran Mind Mapping diharapkan mampu meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar geografi adalah kegiatan pembelajaran
siswa yang berlangsung dalam interaksi atau hubungan dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan-pengetahuan,
keterampilan-keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat tetap dan berbekas.
Secara Visual activities, melalui model pembelajaran mind mapping siswa dapat
memperhatikan gambar, melakukan percobaan, dan menanggapi pekerjaan orang
lain (teman). Secara Oral activities, siswa dapat menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, dan melakukan
interupsi. Secara Listening activities, siswa akan mendengarkan: uraian,
percakapan, dan diskusi. Secara Writing activities, siswa dapat menerapkan mind
mapping untuk menulis laporan, angket, dan menyalin. Secara Drawing activities,
siswa dapat menggambar, membuat peta, diagaram, dan grafik. Secara Motor
activities, siswa akan melakukan percobaan dan bermain. Secara Mental
activities, siswa dapat menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
membuat hubungan, dan mengambil keputusan. Adapun secara Emotional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
activities, siswa menjadi lebih menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah,
dan berani dalam beraktivitas di dalam pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran Mind Mapping diharapkan pula dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kompetensi dasar antroposfer. Hasil belajar
siswa kompetensi dasar antroposfer adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar. Hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah bukti keberhasilan yang dicapai oleh seseorang. Hasil
belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang
dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan yang
terjadi dapat berupa perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan (skill),
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan dasar (psikomotor)
setelah menerima pembelajaran kompetensi dasar antroposfer.
Berikut disajikan kerangka berpikir tersebut yang dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Masalah yang dihadapi sebelumtindakan
Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir
Perencanaan
Tindakan penelitian :Penerapan Model Mind Mapping dalam pembelajaran
Kompetensi dasar antroposfer
Refleksi
Aktivitas belajarsiswa kurang
Pengajaran guru masih bersifatkonvensional dan tidak
menggunakan model Mind Mapping
Hasil belajarsiswa rendah
Hasil akhir setelah dilakukan tindakan
Hasil belajar siswameningkat
Aktivitas belajar siswameningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang, kajian teori, dan kerangka pemikiran di atas,
dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Penerapan Model pembelajaran Mind Mapping diduga dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran geografi siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 1 Juwana
Tahun Pelajaran 2013/ 2014 pada kompetensi dasar antroposfer;
2. Penerapan Model pembelajaran Mind Mapping diduga dapat meningkatkan
hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 1 Juwana Tahun
Pelajaran 2013/ 2014 pada kompetensi dasar antroposfer.